Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    1/51

    PENGARUH PEMUPUKAN P DAN K

    TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KELAPA SAWIT

    (Elaeis guineensisJacq.) DI PEMBIBITAN UTAMA

    NINDYTA AGUSTINA SIAGIAN

    A24080051

    DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

    FAKULTAS PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2012

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    2/51

    RINGKASAN

    NINDYTA AGUSTINA SIAGIAN.Pengaruh Pemupukan P dan K terhadap

    Pertumbuhan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di

    Pembibitan Utama (Dibimbing oleh SUDRADJAT).

    Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas

    perkebunan yang berkontribusi sebagai penerima devisa negara. Produksi kelapa

    sawit dipengaruhi oleh perluasan lahan dan intensifikasi salah satunya adalah

    pemupukan pada pembibitan utama dan pemeliharaan di lapang. Unsur hara

    makro seperti N, P, dan K dibutuhkan oleh kelapa sawit dalam jumlah yang besar.

    Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2011 hingga Mei 2012 di

    Kebun Percobaan Cikatas, Kampus IPB Darmaga, Bogor. Tujuan penelitian ini

    untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk P dan K terhadap pertumbuhan

    bibit kelapa sawit dan menentukan dosis optimum P dan K di pembibitan utama.

    Penelitian menggunakan rancangan faktorial dalam lingkungan Rancangan

    Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah

    pupuk P dengan empat taraf yaitu: 0, 3.00, 6.00, dan 12.00 g P/tanaman. Faktor

    kedua adalah perlakuan K yang terdiri dari empat taraf yaitu: 0, 9.00, 18.00, dan

    36.00 g K/tanaman

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan meningkatkan tinggi

    tanaman, jumlah daun, diameter batang, dan jumlah klorofil daun. Pemupukan P

    tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap semua peubah tanaman.

    Pemupukan K hanya memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter batang

    secara kuadratik pada umur 24 MST. Pemupukan P dan K menunjukkan interaksiterhadap diameter batang pada 16 dan 20 MST.

    Persamaan regresi kuadratik Ky = - 0.0054x2 + 0.0557x + 3.9973 yang

    diperoleh dapat menentukan dosis optimum K untuk 24 MST sebesar

    5.16 g K/tanaman. Persamaan regresi berganda PKy= 2.37 + 0.860 P + 0.138 K

    0.0886 PK 0.603 P2 0.0118 K2dan PKy= 3.40 + 0.755 P + 0.108 K 0.0525

    PK 0.284 P2 0.00511 K2 yang diperoleh dari interaksi P dan K terhadap

    diameter batang pada 16 dan 20 MST dapat ditentukan dosis kombinasi optimum

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    3/51

    P dan K. Dosis kombinasi optimum P dan K pada 16 MST sebesar 0.64 g

    P/tanaman dan 2.09 g K/tanaman, sedangkan dosis kombinasi optimum P dan K

    pada 20 MST sebesar 1.24 g P/tanaman dan 5.43 g K/tanaman.

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    4/51

    i

    PENGARUH PEMUPUKAN P DAN K

    TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KELAPA SAWIT

    (ElaeisguineensisJacq.) DI PEMBIBITAN UTAMA

    Skripsisebagaisalahsatusyarat

    untukmemperolehgelarSarjanaPertanian

    padaFakultasPertanianInstitutPertanian Bogor

    NINDYTA AGUSTINA SIAGIAN

    A24080051

    DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

    FAKULTAS PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2012

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    5/51

    ii

    Judul : PENGARUH PEMUPUKAN P DAN K TERHADAP

    PERTUMBUHAN TANAMAN KELAPA SAWIT

    (ElaeisguineensisJacq.) DI PEMBIBITAN UTAMANama: NINDYTA AGUSTINA SIAGIAN

    NIM : A24080051

    Menyetujui,

    Pembimbing

    Dr. Ir. Sudradjat, MS

    NIP 19541120 198003 1 003

    Mengetahui,

    Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

    Dr. Ir. AgusPurwito, MSc. Agr

    NIP 19611101 198703 1 003

    Tanggal lulus :

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    6/51

    iii

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis bernama Nindyta AgustinaSiagian, dilahirkan di

    Tebing Tinggi, Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 2

    Agustus 1990. Penulis merupakan anak ke-tiga dari tiga

    bersaudara dari pasangan Alm. Amir Sjarifuddin, SH dan

    Ratih Kirana Adityawati, SH.

    Tahun 1996 penulis lulus dari Taman Kanak- kanak di TK Ir.H. Djuanda

    TebingTinggi, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di tingkat Sekolah

    Dasar di SDN Karawang Wetan I Karawang dan lulus pada tahun 2002.

    Selanjutnya, penulis menyelesaikan studi di SLTPN 1 Karawang pada tahun 2005.

    Lalu penulis lulus dari SMAN 5 Karawang pada tahun 2008. Tahun 2008 penulis

    diterima sebagai mahasiswi Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

    Pertanian, InstitutPertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

    (USMI).

    Selama menempuh studi di IPB Penulis mengikuti beberapa kegiatan dan

    organisasi mahasiswa. Tahun 2008 penulis bergabung dalam PSM IPB

    AgriaSwara. Tahun 2009-2010 penulis aktif bergabung dalam Koperasi

    Agrohotplate di bawah naungan Himagron (Himpunan Mahasiswa Agronomi)

    sebagai anggota divisi pemasaran.Tahun 2008 sampai sekarang penulis bergabung

    sebagai anggota dalam Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Karawang yang

    bernama Panatayuda. Selain itu, pada tahun 2010 penulis berpartisipasi dalam

    program Go Field yang diadakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian

    kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (LPPM-IPB).

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    7/51

    iv

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan

    karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

    Penelitian ini dilakukan karena penulis mengamati bahan komoditi kelapa sawit

    saatini berkembang dengan pesat. Salah satu yang menentukan keberhasilan

    produksi kelapas awit adalah tersedianya bibit kelapasawit yang memenuhi

    standar.

    Penulis mengucapkan terimakasih kepadaDr. Ir. Sudradjat, MS selaku

    dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama

    penelitian dan penulisan skripsi ini.Tak lupa penulis menyampaikan ucapan

    terima kasih kepada :

    1. Ayahanda Alm. Amir Sjarifuddin dan Ibunda Ratih Kirana Adityawati,

    Kakanda Debbie Miratinalova dan Denny Mangkubumi serta keluarga

    besar penulis atas doa, kasih sayang, perhatian, dan dorongan yang tiada

    henti kepada penulis.

    2. Dr. Ir. Nurul Khumaida, Msi selaku dosen pembimbing akademik yang

    telah mendukung dan mengarahkan selama penulis menjalani studi.

    3. Eka Tjipta Foundation atas beasiswa yang diberikan kepada peneliti.

    4.

    Kapal Tujuh (Keluarga Pelajar Alumni Angkatan 70 SMPN 2 Bandung

    atas pemberian beasiswa dan dukungan baik moril maupun materil.

    5. Rekan S2 Tim Riset Kelapa Sawit Cikabayan yang telah bekerjasama dan

    membantu penulis selama pelaksanaan penelitian.

    6. Keluarga kecil (Yelli, Cucun, Lisna, Agridan Mas Teguh) yang senantiasa

    menemani penulis selama studi di Kampus IPB, dan teman-teman

    seperjuangan Indigenous 45.

    Akhir kata semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

    Bogor, Agustus 2012

    Penulis

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    8/51

    v

    DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vii

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii

    PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

    Latar Belakang ................................................................................... 1

    Tujuan Percobaan ............................................................................... 1

    Hipotesis ............................................................................................. 2

    TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4

    Morfologi Kelapa Sawit ..................................................................... 4PersyaratanTumbuh ........................................................................... 5

    Pembibitan ......................................................................................... 6

    Pemupukan ......................................................................................... 6

    Peranan Nitrogen (N) bagiTanaman .................................................. 7

    Peranan Fosfor (P) bagi Tanaman ...................................................... 8

    Peranan Kalium (K) bagi Tanaman ................................................... 9

    Kriteria Bibit Kelapa Sawit ................................................................ 10

    BAHAN DAN METODE ........................................................................... 11

    Tempat dan Waktu ............................................................................. 11

    Bahan dan Alat ................................................................................... 11Metode Percobaan .............................................................................. 11

    Pelaksanaan Percobaan ...................................................................... 13

    HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 16

    Hasil ................................................................................................... 24

    Pembahasan ........................................................................................ 24

    KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 29

    Kesimpulan ........................................................................................ 29

    Saran ................................................................................................... 29

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 30LAMPIRAN ................................................................................................ 33

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    9/51

    vi

    DAFTAR TABEL

    Nomor Halaman

    1. Standar Pertumbuhan Morfologi Bibit PT Dami Mas .................... 10

    2. Dosis pupuk Perlakuan P, K, dan Pupuk Rekomendasi N .............. 12

    3. Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit pada 0 24 MST ....................... 18

    4. Jumlah Klorofil Daun Bibit Kelapa Sawit pada 20 MST dan 19

    24 MST ...........................................................................................

    5. Rekapitulasi Sidik Ragam pada Tinggi Tanaman, Jumlah Daun 20

    Diameter Batang, dan Jumlah Klorofil Daun saat Umur 0-24 MST

    6.

    Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Diameter Batang, dan Jumlah 21Klorofil Daun terhadap Pemupukan P pada 0 24 MST................

    7. Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Diameter Batang, dan Jumlah 22

    Klorofil Daun terhadap Pemupukan K pada 0 24 MST ...............

    8. Dosis Optimum P dan K berdasarkan Diameter Batang Bibit 24

    Kelapa Sawit ...................................................................................

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    10/51

    vii

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Halaman

    1. Tinggi Tanaman Kelapa Sawit pada Umur 0 - 24MST .................. 18

    2. Diameter Batang Tanaman Kelapa Sawit pada Umur 0 24 MST 19

    3. Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit terhadap Dosis Pupuk K 23

    pada 24 MST ...................................................................................

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    11/51

    viii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor Halaman

    1. Hasil Analisis Contoh Tanah Campuran Top Soil Latosol dan 34

    Kompos Pupuk Kandang Sebelum Penelitian ...............................

    2.

    Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Staf Pusat Penelitian 34

    Tanah, 1983) ..................................................................................

    3. Data Temperatur Rata-rata, Curah Hujan, Hari Hujan, Lama 35

    Penyinaran, dan Intensitas Penyinaran November 2011

    April 2012 ......................................................................................

    4. Hasil Analisis Contoh Pupuk Urea, SP-36, dan KCl ..................... 35

    5.

    Hasil Analisis Ragam Tinggi Bibit Kelapa Sawit ......................... 36

    6.

    Hasil Analisis Ragam Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit ............... 37

    7.

    Hasil Analisis Ragam Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit ......... 38

    8. Hasil Analisis Ragam Jumlah Klorofil Daun Bibit Kelapa Sawit . 39

    9. Sidik Ragam Uji Lanjut Kontras Polynomial Ortogonal Peubah 39

    Diameter Batang Bibit Umur 24 MST .........................................

    10.

    Tinggi Bibit Kelapa Sawit pada 0 24 MST ................................ 39

    11. Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit pada 0 24 MST ................ 40

    12. Serangan Hama pada Bibit Kelapa Sawit Selama Penelitian ........ 40

    13. Lay Out Percobaan......................................................................... 40

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    12/51

    1

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Komoditi perkebunan merupakan salah satu komoditi yang berpotensi dan

    memberikan prospek baik ke depan sebagai sumber pendapatan devisa negara.

    Pengembangan tanaman perkebunan akan memberikan nilai positif dalam hal

    peningkatan perekonomian negara. Hasil penelitian Purwantoro (2008)

    menunjukkan bahwa sektor perkebunan merupakan sumber pendapatan

    masyarakat yang mampu menyerap tenaga kerja hingga 17.5 juta orang dion farm.

    Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan yangberkontribusisebagai penerima devisa negara yang dapat diandalkan. Bahan baku

    yang dihasilkan dari pohon kelapa sawit antara lain minyak sawit, minyak inti

    sawit, dan ampas inti sawit. Masing-masing produk memiliki nilai komersial,

    tetapi dari ketiga produk tersebut yang saat ini sangat berpotensi adalah minyak

    sawit yang lebih dikenal dengan nama CPO (Crude Palm Oil).

    Masa depan agribisnis kelapa sawit berperan bagi perekonomian

    Indonesia. Hasil data menurut Ditjenbun (2010) produksi CPOdi Indonesia pada

    tahun 1980 sekitar 721 172 ton, tahun 1990 sebesar 2.4 juta ton, tahun 2000

    sebesar 5 juta ton, dan pada tahun 2010 produksi CPO mencapai 14 juta ton.

    Berdasarkan data tersebut dapat menunjukkan bahwa pertumbuhan produksi

    minyak sawit di Indonesia terus meningkat selama 40 tahun terakhir. Nilai volume

    ekspor minyak sawit dari tahun 2006 hingga 2009 meningkat dengan rata-rata 3.2

    juta ton di setiap tahunnya (BPS, 2010).

    Palm Oil Green Development Campaign (2010) memperkirakan

    peningkatan jumlah ekspor minyak sawit didorong oleh peningkatan jumlah

    konsumsi minyak sawit dunia. Konsumsi minyak sawit dunia yang terus

    meningkat berkaitan dengan banyaknya bahan olahan yang bermanfaat dari hasil

    kelapa sawit. Produk yang diekspor adalah minyak olahan tahap awal seperti RBD

    (Refined, Bleached and Deodorized) Palm Oil, CPO, dan beberapa produk

    oleokimia.

    Peningkatan produksi kelapa sawit di Indonesia dipicu dengan adanya

    perluasan areal perkebunan kelapa sawit. Luas areal perkebunan kelapa sawit

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    13/51

    2

    periode tahun 1980 adalah 294560 ha, tahun 1990 seluas 1.1 juta ha, tahun 2000

    seluas 4.1 juta ha, dan tahun 2010 telah mencapai 7.8 juta ha (Ditjenbun, 2010).

    Peningkatan produksi kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara perluasan

    areal dan intensifikasi. Salah satu tindakan intensifikasi yang penting pada kelapa

    sawit adalah pemupukan khususnya di pembibitan. Ketersediaan bibit siap salur

    yang baik sangat penting karena kelapa sawitditanam dalam jangka waktu panjang

    (umur produksi sampai dengan 30 tahun). Salah satu cara mendapatkan bibit salur

    yang baik adalah dengan pemupukan. Pemberian pupuk yang baik akan

    memenuhi kecukupan hara makro N, P, dan K pada bibit kelapa sawit.

    Pemupukan yang dilakukan di pembibitan utama umumnya menggunakan

    pupuk majemuk. Masalah yang dialami oleh kebanyakan para petani adalah

    sulitnya dalam memenuhi pupuk majemuk. Masalah ini disebabkan karena harga

    pupuk majemuk di pasaran lebih mahal daripada pupuk tunggal. Menurut

    Khaswarina (2001) apabila terdapat kendala dari segi ekonomi dalam penyediaan

    pupuk majemuk, maka dapat dilakukan kombinasi pupuk tunggal di pembibitan

    utama. Hal ini karena pupuk tunggal juga sangat berpengaruh terhadap

    pertumbuhan, perkembangan, dan produksi kelapa sawit. Sehingga, penggunaan

    pupuk tunggal merupakan alternatif karena mempunyai kandungan unsur hara

    yang setara.

    Tanaman kelapa sawit membutuhkan unsur hara makro utama seperti N, P,

    dan K. Ketiga unsur tersebut memiliki peran penting terhadappertumbuhan bibit

    kelapa sawit, sehingga untuk menghasilkan tanaman kelapa sawit yang baik di

    lapangan perlu mengetahui pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan tanaman

    kelapa sawit dan kebutuhan pupuk khususnya di pembibitan utama.

    Tujuan Percobaan

    Penelitian ini bertujuan untuk :

    1.

    Mengetahui pengaruh pemberian pupuk P dan K terhadap pertumbuhan

    bibit kelapa sawit.

    2. Mengetahui dosis kombinasi optimum pupuk P dan K pada pembibitan

    utama.

    Hipotesis

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    14/51

    3

    1. Pemberian pupuk P dapat meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit.

    2. Pemberian pupuk K dapat meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit.

    3. Terdapat dosis kombinasi optimum P dan K terhadap pertumbuhan bibit

    kelapa sawit.

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    15/51

    4

    TINJAUAN PUSTAKA

    Morfologi Kelapa Sawit

    Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu

    komoditi tanaman perkebunanyang penting di Indonesia. Berdasarkan klasifikasi

    tumbuhankelapa sawit berasal dari famili Araceae.Tanaman initermasuk ke dalam

    tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar tunggang. Fungsi sistem akar yang

    paling nyata adalah untuk mendukung tanaman agar dapat berdiri kokoh dalam

    tanah. Selain itu, sistem akar membantu tanaman dalam pengambilan zat hara di

    tanah. Akar pada tanaman kelapa sawit berupa akar serabut yang tersusun dariakar primer, akar sekunder, dan akar tertier. Akar yang memiliki kemampuan

    paling efektif dalam pengambilan hara dan air dari dalam tanah adalah akar

    tersier. Pemeliharaan akar tanaman seperti kecukupan air dan hara dalam tanah

    akan meningkatkan kapasitas absorbsi tanaman (Sunarko, 2009).

    Batang pada tanaman kelapa sawit tidak bercabang dan dibungkus oleh

    pelepah daun. Pertumbuhan awal batang setelah fase muda (seedling) membentuk

    batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia(Sunarko,2009).

    Batang bagian bawah (bonggol batang atau bowl) kelapa sawit memiliki ukuran

    yang lebih besar.Corley dan Gray (1976) mengemukakan bahwa batang kelapa

    sawit mengandung banyak serat dengan jaringan pembuluh yang menunjang

    dalam pengangkutan hara. Mite et al. (1999) menyatakan bahwa batang

    pohonadalahsinkbagihara yangdikumpulkan olehtanamanselamatahapan

    vegetatif.Peran karbohidrat yang terkandung dalam batang kelapa sawit adalah

    sebagai sumber asimilat. Dengan demikian, batang merupakan organ yang penting

    dalam proses fisiologi tanaman.

    Kelapa sawit memiliki daun yang memiliki bentuk susunan daun

    majemuk. Bagian pangkal pelepah daun terbentuk daridua baris duri yang tajam

    dan keras di kedua sisinya. Daun pertama yang keluar pada stadia bibit berbentuk

    lanceolate, kemudian muncul bifurcate, dan disusul bentuk pinnate. Bibit yang

    berumur mulai dari 5 bulan biasanya dijumpai 5 lanceolate, 4 bifurcate, dan 3

    pinnet(Lubis, 1992).

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    16/51

    5

    Persyaratan Tumbuh

    Pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh

    beberapa aspek yaitu aspek lingkungan (iklim dan tanah), aspek genetis (jenisdan

    varietas), dan aspek teknis agronomis (eksternal dan internal). Lingkungan

    tumbuh sangat mempengaruhi kemampuan tanaman kelapa sawit terhadap

    pertumbuhan dan produksi Tandan Buah Segar (TBS). Kelapa sawit termasuk

    tanaman famili Araceae yang cocok hidup di daerah tropis basah di sekitar 120

    LU 120LS dengan ketinggian tempat 0 500 m dari atas permukaan laut. Curah

    hujan yang ideal bagi kelapa sawit adalahantara 2 000 2500 mm per tahun dan

    tersebar merata sepanjangtahun. Curah hujan berguna untuk meminimalkan

    penguapan dari tanah dan tanaman serta menjamin ketersediaan air bagi tanaman.

    Cahaya matahari berperan penting dalam proses fotosintesis tanaman yang

    dibutuhkan untuk pembentukan bunga dan buah. Lama penyinaran matahari

    minimal 1 600 jam per tahun atau berkisar 5 7 jam/hari, sedangkan suhu

    optimal berkisar 240 280C. Selain itu, kelembaban dan angin berperan penting

    dalam menunjang pertumbuhan kelapa sawit. Fungsi kelembaban adalah

    membantu mengurangi penguapan, sedangkan angin dibutuhkan dalam proses

    penyerbukan alami (Lubis, 1992).

    Tanah merupakan faktor penting yang sangat menentukan kelangsungan

    hidup tanaman selama pertumbuhan dan perkembangannya. Selain tanaman

    memperoleh unsur hara dari udara (C, H, O),tanaman juga membutuhkan unsur-

    unsur yang berasal dari dalam tanah seperti air dan mineral untuk proses fisiologis

    tanaman. Kiswantoet al. (2008) menyebutkan beberapa jenis tanah yang dapat

    ditanami kelapa sawit antara lain Podsolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu (HK),

    dan Alluvial atau Regosol.Solum tebal tanah yang ideal adalah 80 cm. Derajat

    kemasaman (pH) menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur hara dalam

    tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh pada kondisi pH tanah berkisar 4 6.5 dan

    optimal pada pH 5 5.5 (Lubis, 1992).

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    17/51

    6

    Pembibitan

    Pembibitan adalah salah satu tahapan penting dalam teknik budidaya

    tanaman kelapa sawit. Pahan (2008) menyatakan bahwa pembibitan yang baik

    dilakukan setahun sebelum penanaman di lapang.Pembibitan dimulai dari

    pengecambahan benih kelapa sawit sampai menjadi bibit tanaman yang siap untuk

    dipindahkan ke lapang. Tujuan akhir dari pembibitan ini adalah memperoleh bibit

    dengan kondisi pertumbuhan yang baik.

    Sunarko (2009) menyatakan terdapat dua teknik dalam pembibitan

    tanaman kelapa sawit yaitu cara langsung (double stage) dan cara tidak langsung

    (single stage). Teknik pembibitan secara langsung dilakukan dengan menanam

    kecambah pada polybag dengan ukuran besar seperti pembibitan pada umumnya,

    sedangkan teknik secara tidak langsung terdiri dari dua tahapyaitu

    tahappembibitan awal (pre nursery) selama 3 bulan, dan pembibitan utama (main

    nursery) selama 9 bulan. Pembibitan dua tahapini meliputi pemindahan

    (transplanting) bibit dari pembibitan awal ke pembibitan utama, apabila

    pemindahan tidak dilakukan dengan tepatakan menyebabkan shockatau kejut

    tanaman pada waktu pemindahan. Pemisahan bibit yang abnormal harus

    dilakukan ketika pemindahan bibit.

    Menurut Mutertet al. (1999) penggunaan teknik pembibitan tidak

    langsunglebih menguntungkan dibandingkan dengan teknik pembibitan langsung,

    hal ini karena teknik secara tidak langsung memiliki keunggulan yaitu dapat

    menekan biaya pengawasan, pemeliharaan, pemupukan,dan pengendalianterhadap

    Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) lebih murah. Selain itu, penggunaan

    tanah dan polybag dapat dikurangi, serta dapat menekan jumlah kematian bibit.

    Pemupukan

    Pemupukan merupakan salah satu kegiatan dari tahapan teknik budidaya

    yang sangat penting dalam pemeliharaan semua jenis tanaman budidaya.

    Pengertian pemupukan menurut Hardjowigeno (2007) adalah penambahan zat

    hara tanaman ke dalam tanah. Mangoensoekarjo (2007) menambahkan bahwa

    aplikasi pupuk adalah salah satu upaya untuk memacu pertumbuhan. Sasaran

    akhir dari pemupukan ini untuk meningkatkan produktivitassuatu tanaman.

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    18/51

    7

    Pemupukan yang dilakukan pada tanaman kelapa sawit harus menjamin agar

    pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga memberikan produksi

    dalam jumlah yang tinggi.

    Pemupukan memegang peranan penting dalam penyediaan bahan

    makanan atau unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan

    perkembangannya. Unsur hara tanaman yang dibutuhkan oleh tanaman dibedakan

    menjadi dua berdasarkan fungsinya yaitu hara esensial dan non-esensial. Hara

    esensial merupakan hara yang terlibat langsung dalam proses metabolisme,

    sedangkan hara non-esensial adalah hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam

    jumlahtertentu. Suatu unsur dinyatakan esensial apabila tanaman gagal tumbuh

    dan tidak dapat melengkapi daur hidupnya karena tidak memenuhi unsur tersebut.

    Terdapat 16 unsur hara esensial yang dibutuhkan oleh tanaman(Gardner et al.,

    1991).

    Hara esensial dibagi menjadi dua tipe yaitu hara makro dan hara mikro,

    keduanya dibedakan berdasarkan banyak sedikitnya jumlah yang dibutuhkan oleh

    tanaman. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam

    jumlah yang besar, sedangkan hara mikro dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Hara

    makro meliputikarbon (C), hidrogen(H), oksigen (O), nitrogen (N), fosfor(P),

    kalium(K), magnesium (Mg), kalsium(Ca),dan sulfur(S). Tiga unsur hara yang

    paling utama dari unsur makro tersebut adalah N, P, dan K.

    Peran Nitrogen (N) bagi Tanaman

    Nitrogen merupakan unsur hara makro yang sangat penting dalam

    pertumbuhan dan perkembangan tanaman khususnya pada fase vegetatif. Salah

    satu sumber hara N adalah pupuk Urea. Unsur Nmerupakan hara yang bersifat

    higroskopis. Hara N diserap tanaman dalam bentuk NH4+ dan NO3

    -.Unsur N

    bersifat mobil di dalam tanah (Kasno, 2009).

    Unsur N memiliki peran penting dalam proses fisiologi tanaman. Unsur ini

    merupakan komponen penting dari protein, asam nukleat, berbagai aktivator

    enzim, danmembantu tanaman dalam penyusunan klorofil.Corleydan Gray (1976)

    mengemukakan bahwa gejala umumdefisiensi N pada tanaman kelapa sawit

    adalah klorosis pada daun. Hal ini karena sintesis klorofil menjadi terhambat,

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    19/51

    8

    sehingga berdampak pada laju pertumbuhan kelapa sawit. Selain itu, gejala lain

    yang dapat dilihat adalah daun berwarna hijau pucat kekuningan (Firmansyah,

    2006).

    Unsur N dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang banyak, namun

    demikian N dalam tanah harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Unsur N yang

    berlebih akan memberikan dampak yang buruk bagi tanaman kelapa sawit yaitu

    menyebabkandaun menjadi lemah, tanaman menjadi rentan terhadap hama dan

    penyakit, kekahatan boron, white stripe, dan berkurangnya buah.

    Peranan Fosfor(P) bagi Tanaman

    Fosfor merupakan salah satu komponen unsur hara makro yang sangat

    penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Peran utama P adalah

    membantu perkembangan tanaman khususnya akar tanaman. Hara P merupakan

    penyusun dari senyawa-senyawa tanaman seperti enzim dan protein serta

    komponen struktural bahan pembentuk RibonucleicAcid(RNA) dan

    Deoxyribonucleic Acid (DNA). Selain itu, P dapatberperan dalam proses

    metabolisme tanaman yaitu dalam penyimpanan dan pemindahan energi melalui

    transformasi Adenosin Di Phosphate (ADP) ke Adenosin Tri Phosphate (ATP).

    Sumber unsur hara P antara lain pupuk SP-18, RP (Rock Phosphat), dan SP-36.

    Unsur P diserap oleh tanaman dalam bentuk H2PO4 dan HPO42-(Hardjowigeno,

    2007).

    Menurut Mangoensoekarjo (2007) jika pada tanaman memiliki P yang

    rendah dan menggunakan pupuk yang tidak memenuhi standar, maka akan

    memberikan dampak yang buruk bagi efisiensi unsur hara lain dan mengakibatkan

    pertumbuhan serta produksi menurun. Kendala umum dari pemupukan P pada

    tanaman adalah rendahnya efisiensi P di dalam tanah. Alasan yang terkait

    dikemukakan Mangoensoekarjo (2007) bahwa rendahnya tingkat efisiensi

    tersebutkarena P tergolong ke dalam unsur hara yang lambat untuk berdifusi ke

    arah akar.

    Tanaman yang mengalami kekurangan hara P dapat menyebabkan

    terhambatnya pertumbuhan, perakaran yang berkembang tidak baik, serta daun tua

    yang rontok. Hartley (1977) mengemukaakan bahwa sebenarnya defisiensi P pada

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    20/51

    9

    tanaman kelapa sawit tidak mudah terlihat. Tetapi ada beberapa gejala yang dapat

    dilihat yaitu batang tanaman yang mengkerucut, kerdil, dan pelepah daun yang

    pendek (Rankine dan Fairhurst, 1999).

    Kelebihan P mengakibatkan dampak negatif pada kelangsungan hidup

    tanaman. Pupuk P yang berlebih akan mengakibatkan level kandungan P pada

    akar-akar kelapa sawit menjadi tinggi, sehingga terjadi depresi terhadap

    pertumbuhan tanaman dan memperlambat penyerapan dan translokasi hara mikro

    seperti tembaga (Cu), seng (Zn), dan besi (Fe) (Goh danHardter, 2003).

    Peranan Kalium (K) bagi Tanaman

    Kalium merupakan salah satu unsur hara makro yang sangat penting bagi

    tanaman dan banyak dibutuhkan untuk proses fisiologis tanaman. Unsur K dapat

    diperoleh oleh tanaman dari dalam tanah maupun pupuk. Tanaman menyerap

    kalium dalam bentuk K+. Unsur K dalam tanah berasal dari mineral-mineral

    primer tanah (Hardjowigeno, 2007).

    Unsur K merupakan komponen utama dari berbagai substansi penting

    dalam tanaman. Corley dan Gray (1976) menyebutkan fungsi utama K pada

    tanaman adalah sebagai aktivator sejumlah enzim karena kehadiran ion K+

    dibutuhkan dalam aktivitasenzim. Selain itu, K berperan juga dalam membantu

    transportasi asimilat-asimilat dari fotosintesis, membuka dan menutupnya

    stomata, pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat tegakan tanaman

    agar daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur, meningkatkan daya tahan

    tanaman terhadap kekeringan, serta ketahanan terhadap penyakit.

    Unsur hara yang paling banyak dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit

    adalah K, lalu berturut-turut N, Mg, dan P.Kalium diambil secara aktif oleh akar

    tanaman kelapa sawit dan pasokan tersebut digunakan dalam aktivitas

    metabolisme. Mangoensoekarjo (2007) menyatakan bahwa fungsi K bagi tanaman

    kelapa sawit sangat penting dalam sintesis minyak kelapa sawit. Selain itu, K

    berperan dalam pengangkutan hasil-hasil fotosintesis, aktivasi enzim serta

    berpengaruh terhadap jumlah dan ukuran tandan buah.Unsur K yang berada pada

    ujung akar merangsang proses pemanjangan akar (Khaswarina, 2001).

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    21/51

    10

    Lubis (1992) menyebutkan defisiensi K bagi tanaman kelapa sawit

    ditunjukkan dengan bercak kuning atau transparan, white stripe, daun tua

    mengering, dan mati. Selain itu, defisiensi K berasosiasi dengan munculnya

    penyakit seperti Ganoderma. Firmansyah (2006) menjelaskan bahwa kekurangan

    unsur K akan terjadi pada daun tua karena K diangkut ke daun muda. Kebutuhan

    K bagi tanaman harus cukup dan tidak berlebih. Kelebihan K pada tanaman akan

    memberikan dampak yang buruk bagi tanaman. Kelebihan K pada tanaman kelapa

    sawit akan merangsang gejala kekurangan boron (B) yang menyebabkan rasio

    minyak terhadap tandan menurun.

    Kriteria Bibit Kelapa Sawit

    Ketersediaan bibit siap salur sangat penting dalam menentukan sukses

    tidaknya tanamankelapa sawit dalam berproduksi. Tanaman kelapa sawit ditanam

    untuk dalam jangka waktu yang panjang, sehingga sangat penting untuk

    memperhatikan bahan tanam yang digunakan. Bibit kelapa sawit yang digunakan

    harus memenuhi kriteria tertentu. Secara umum kriteria bibit siap salur dapat

    ditentukan berdasarkan tiga parameter penting yaitu tinggi tanaman, jumlah daun,

    dan diameter batang. Standar pertumbuhan bibit kelapa sawit disajikan pada

    Tabel 1.

    Tabel 1. Standar Pertumbuhan Morfologi Bibit PT Dami Mas

    Umur

    (bulan)

    Tinggi Tanaman

    (cm)

    Jumlah Daun

    (helai)

    Diameter Batang

    (cm)

    1 8.4 2.0 0.4

    2 17.7 3.0 0.5

    3 27.8 4.0 0.9

    4 33.0 6.5 1.3

    5 40.0 8.5 1.6

    6 57.6 11.1 2.2

    7 75.9 13.3 4.1

    8 87.9 15.2 5.5

    9 102.5 17.1 6.1

    10 104.2 18.8 7.6

    11 142.2 20.4 7.6

    12 159.6 22.5 8.0Sumber : Hairin (Dami Mas, Riau)

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    22/51

    11

    BAHAN DAN METODE

    Tempat dan Waktu

    Penelitian ini dilaksanakan diKebun Percobaan Cikatas,Kampus IPB

    Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian tempat 250 meter di

    atas permukaan laut. Penelitian ini berlangsung selama tujuh bulan, mulai bulan

    November 2011 hinggabulan Mei 2012.

    Bahan dan Alat

    Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman

    kelapa sawit (Elaeis guinensisJacq.) umur 4 bulan. Varietas tanaman kelapa sawit

    yang digunakan adalahvarietas Tenera Dami Mas dengan nomor persilangan 64 x

    28. Pupuk yang digunakan adalah SP-36 (36% P2O5) sebagai sumber P, KCl(60 %

    K2O) sebagai sumber K, dan Urea(46 % N) sebagai sumber N.

    Bahan untuk pengendalian hama dan penyakit menggunakan insektisida

    deltamethrin, dan fungisidamancozeb80%. Media tanaman yaitu campuran tanah

    top soiljenis Latosol dan kompos pupuk kandang dengan perbandingan 7:1.

    Ukuran polybag yang digunakan berukuran 40 cm x 50 cm dengan ketebalan 0.2

    mm. Alat-alat yang digunakan untuk menunjang penelitian ini antara lain meteran

    kayu, jangka sorong, timbangan analitik, SPAD-502Plus chlorophyll meter, hand

    sprayer, label, dan alat tulis.

    MetodePercobaan

    Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial dalam lingkungan

    RancanganKelompok Lengkap Teracak(RKLT) yang terdiri dari dua faktor.

    Faktor pertama adalah perlakuan P yang terdiri dari empat taraf yaitu: 0,3.00,6.00,

    dan 12.00 g P/tanaman. Faktor kedua adalah perlakuan K yang terdiri dari empat

    taraf yaitu:0,9.00,18.00, dan 36.00 g K/tanaman. Total kombinasi perlakuan

    adalah 4 x 4 = 16 kombinasi perlakuan, tiap perlakuan diulang tigakalisehingga

    terdapat 48 satuan percobaan. Tiap satuan percobaan terdiri dari lima tanaman.

    Dengan demikian,total tanaman sebanyak240 tanaman.Pemupukan perlakuan P

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    23/51

    12

    dan K serta pemupukan rekomendasi N dilakukan dengan dosis dan waktu seperti

    yang disajikan pada Tabel 2.

    Tabel 2. Dosis Pupuk Perlakuan P, K, dan Pupuk Rekomendasi N

    Umur

    MST

    Jenis Pupuk (g/tanaman)

    P K N

    P0 P1 P2 P3 K0 K1 K2 K3

    4 0 0.25 0.50 1.00 0 0.75 1.50 3.00 3.00

    8 0 0.30 0.60 1.20 0 0.75 1.50 3.00 3.00

    12 0 0.35 0.70 1.40 0 1.00 2.00 4.00 4.28

    16 0 0.50 1.00 2.00 0 1.50 3.00 6.00 5.00

    20 0 0.80 1.60 3.20 0 2.50 5.00 10.00 5.71

    24 0 0.80 1.60 3.20 0 2.50 5.00 10.00 5.71

    Total 0 3.00 6.00 12.00 0 9.00 18.00 36.00 26.70

    Model rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:

    Yijk=+ i+ j+ ()ij + k + ijk (i = 0, 1, 2,3 ; j = 0,1,2,3 ; k = 1,2,3)

    dimana :

    Yijk =Nilai pengamatan dari ulangan ke-k pada pemupukan P ke-i dan K

    ke-j.

    = Nilai rata-rata.

    i = Pengaruh pupuk P taraf ke-i.

    j = Pengaruh pupuk K taraf ke-j.

    k = Pengaruh dari kelompok ke-k.

    ()ij =Pengaruh interaksi taraf pemupukan P ke-i dan taraf pemupukan

    K ke-j.

    ijk =Pengaruh galat percobaan pada kelompok ke-k yang memperolehpemupukan P taraf ke-i dan K taraf ke-j.

    Untuk mengetahui pengaruh maka digunakan uji F pada taraf kesalahan

    1% dan 5%. Bila terdapat pengaruh nyata dari perlakuan terhadap peubah yang

    diamati, maka dilakukan uji lanjut Kontras Polynomial Ortogonal untuk

    mengetahui pola respon dari suatu faktor yang diteliti, kemudian dilanjutkan

    dengan uji regresi untuk menentukan dosis optimum (Mattjik dan Sumertajaya,

    2006).

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    24/51

    13

    Pelaksanaan Percobaan

    Persiapan Lahan dan Media Tanam

    Persiapan lahan dimulai dengan membersihkan gulma pada lahan untuk

    menempatkan bibit.Media tanam yang digunakan untuk mengisi polybag adalah

    campuran tanah lapisan top soiljenis Latosol dan kompos pupuk kandangdengan

    perbandingan 7:1. Polybag yang telah disiapkan diisi dengan campuran tanah

    sebanyak 20 kg. Sebelum penanaman bibitpolybag yang sudah diisi tanah disiram

    agar kelembaban tanah tetap terjaga.

    Pemindahan (Transplanting)Bibit

    Pemindahan bibit dilakukan dengan hati-hati, hal ini agar akar bibit yang

    masih baru tidak rusak atau putus. Selanjutnya,polybag tersebut diletakkan di

    lahan dan disusun sesuai dengan pengacakan (Lampiran13). Pengaturan jarak

    tanam menggunakan jarak tanam segitiga sama sisi 90 cm x 90 cm x 90 cm,

    sehingga luasan lahan yang digunakan untuk 240 tanaman sebesar 168 m2.

    Aplikasi Pemupukan

    Aplikasi pupuk perlakuan P dan K serta pupuk rekomendasi N dilakukan

    satu bulan sekali selama enam bulan.Kombinasi pupuk Sp-36 dan KCl diberikan

    sesuai perlakuan, sedangkan pupuk N diberikan satu minggu setelah aplikasi

    pupuk perlakuan untuk semua tanaman. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara

    dibenamkan di sekitar bibit, dan pemberian pupuk tidak mengenai pokok

    tanaman.

    Pemeliharaan

    Penyiangan. Penyiangan gulma dilakukan di dalam dan di luar polybag

    secara manual yaitu dengan mencabut gulma dengan tangan.Interval penyiangan

    tergantung pada pertumbuhan gulma tersebut. Saat penyiangan sekaligus

    dilakukan penggemburan tanahuntuk menghindari pemadatan tanah yang dapat

    menganggu pertumbuhan akar tanaman.

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    25/51

    14

    Penyiraman.Penyiraman dilakukan setiap hari selama kondisi cuaca tidak

    hujan. Kebutuhan air yang diperlukan sebanyak 2 liter/polybag.

    Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit

    dengan menggunakan pestisida dilakukan secara selektif dan bergantung pada

    intensitas serangan. Penyemprotan menggunakan insektisida deltamethrin dan

    fungisida mancozeb80 %.

    Konsolidasi bibit.Konsolidasi dilakukan pada bibit yang tumbuhnya tidak

    lurus (miring). Kegiatan meliputi penambahan tanah dan pembumbunan yang

    dilakukan pada tanaman yang akarnya muncul di atas permukaan tanah.

    Penggantian polybag.Polybag yangsobek atau rusak diganti dengan

    polybag yang baru agar volume tanah dalam polybag tetap dan perakaran tanaman

    tidak rusak.

    Pengamatan

    Pengamatan dilakukan terhadap 5 tanaman dari setiap satuan percobaan.

    Peubah-peubah yang diamati adalah :

    1. Tinggi bibit (cm)

    Tinggi bibitdiukurmulai dari permukaan tanah sampai bagian tertinggi

    dari tanaman dengan menggunakan meteran kayu.

    2.

    Jumlah daun (helai)

    Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka

    sempurna pada semua tanaman.

    3. Diameter batang (cm)

    Diameter batang diukur dari atas bonggol batang.

    Pengukurandilakukan dengan menggunakan jangka sorong.

    4. Tingkat Kehijaun Daun

    Tingkat kehijauan daun diukur pada umur 20 MST dan 24 MST

    dengan menggunakan alat SPAD-502 Plus chlorophyll meter. Sampel daun

    yang diamati adalah daun ke-empat. Tiap perlakuan diamati dua sampel.

    Pengukuran dilakukan di tiga titik pada daun yaitu bagian pangkal, tengah,

    dan ujung serta tidak mengenai tulang daun. Nilai jumlah klorofil daun

    dihitung dengan menggunakan rumus Y = 0.0007x 0.0059, dimana: Y =

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    26/51

    15

    kandungan klorofil dan x = nilai hasilpengukuran SPAD-502Plus chlorophyll

    meter(Farhanaet al., 2007).

    Analisis Tanah

    Analisis tanah dilakukan pada saat sebelum penelitian. Tanah diambil dari

    dalam polybag secara komposit dari beberapa polybag untuk mewakili

    keseluruhan polybag di lokasi lahan penelitian. Analisis tanah bertujuan untuk

    mengetahui sifat kimia dan sifat fisik tanah yang digunakan dalam penelitian.

    Analisis Pupuk

    Pupuk yang dianalisis adalah pupuk perlakuan yaitu SP-36 dan KCl serta

    pupuk rekomendasi Urea. Analisis pupuk ini bertujuan untuk mengukur

    kandungan hara N, P dan K pada pupuk yang digunakan. Selain itu, untuk

    menghindari pupuk palsu yang dijual di pasaran (Lampiran 4).

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    27/51

    16

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil

    Kondisi Umum Penelitian

    Tanah yang digunakan sebagai media tanam kelapa sawit tergolong ke

    dalam jenis tanah Latosol. Analisis tanah di pembibitan menunjukkan bahwa

    tanah yang digunakan sebagai media tanam polybag memiliki kandungan C-

    organik, N-total, dan unsur P-tersedia yang tergolong sedang,sedangkan

    ketersediaan K dalam kondisi yang sangat tinggi. Derajat kemasaman (pH) pada

    tanah penelitian sebesar 5.6 dan tergolong agak masam.Analisis sifat fisik tanah

    menunjukkan kandungan pasir 8.16 %, debu 20.6 %, dan liat 71.23 %

    (Lampiran1). Lubis (1992) menyebutkan bahwa kisaran pH tanah yang optimum

    untuk pertumbuhan kelapa sawit berkisar 5 5.5. Dengan demikian, pH

    tanahpada penelitian mendekati pH optimum pada pertumbuhan kelapa sawit.

    Penilaian status hara tersebut didasarkan pada kriteria penilaian status hara dari

    Puslitan tahun 1983. Kriteria penilaian status hara dapat dilihat pada Lampiran2.

    Data sekunder yang diperoleh dari BMKG (2012) menunjukkan bahwa

    kondisi suhu udara rata-rata selama penelitian antara 25.1 - 26.20C, rentang suhu

    tersebut merupakan suhu optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit. Curah hujan

    pada saat penelitian berkisar 272 548 mm/bulan. Curah hujan tertinggi terjadi

    pada bulan Februari, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan

    Maret.Hari hujan selama 6 bulan berkisar 21 28 hari dengan rata-rata 25

    hari/bulan.Lama penyinaran selama penelitian berkisar 28 61 % dan intensitas

    penyinaran matahari 224 457.7 cal/cm

    2

    . Data iklim selama penelitian disajikanpada Lampiran3.

    Selama penelitian berlangsung ditemukan beberapa hama yang menyerang

    tanaman antara lain belalang (Valanga nigricornisBurm.), ulat api(Setora

    nitensWalk.),dan kutu daun Aphids. Serangan V. nigricornisterjadi saattanaman

    berumur 8 - 12 MST.Serangan mengakibatkan adanya bekas gigitan yang tidak

    merata pada daun (Lampiran12 a). Tingat serangan yang terjadi masih rendah,

    sehingga tidak semua tanaman mengalami kerusakan daun. AsalV.nigricornisyang

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    28/51

    17

    menyerang pada tanaman penelitian diduga berasal dari lahan sekitar pembibitan

    yang bergulma.

    Serangan hama lain yang terjadi pada tanaman saat penelitian adalah

    hamaS. nitens. Serangan ini terjadi padasaat tanaman berumur 16 MST, tetapi

    S.nitensyang ditemukan masih dalam bentuk kokon atau larva dengan tingkat

    serangan yang masih rendah. LarvaS. nitens banyak menempel pada bagian

    belakang daun (Lampiran12 b).

    Kutu daun Aphids ditemukan saat awal pertumbuhan (0 MST). Kutu daun

    Aphidsmenempel pada bagian helaian daun, pucuk, dan leher akar (Lampiran12c).

    Selain ditemukan kutudaun Aphids, ditemukan juga semutdalam jumlah yang

    cukup banyak. Hal ini dijelaskan oleh Lubis (1992) bahwa akar muda tanaman

    yang diserang oleh hama kutu daun Aphids akan bersimbiosis dengan semut.

    Tindakan pengendalian yang telah dilakukan adalah dengan melakukan

    penyemprotan pestisida. Bahan aktif yang digunakan pada insektisida adalah

    deltamethrin, sedangkan fungisida menggunakan bahan aktif mancozeb80 %.

    Setelah aplikasi penyemprotan tingkat serangan hama pada pembibitan

    dapatteratasi.

    Pertumbuhan Morfologi Tanaman

    Tinggi bibit. Pertumbuhan tinggi bibit dari 0 MST hingga 24 MST dapat

    dilihat pada Gambar 1. Tinggi bibit meningkat dari 30.52 cm menjadi 87.62 cm

    dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 31 % per bulan. Rata-rata pertumbuhan

    tinggi bibit pada awal-awal bulan (0 MST 8 MST) masih kecil yaitu sebesar

    14.3 % per bulan.Tetapi, pada bulan-bulan berikutnya pertumbuhan tinggi

    tanaman meningkat pesat saat tanaman berumur 8 MST hingga 24 MST dengan

    rata-rata pertumbuhan sebesar 21 % per bulan. Rata-rata pertumbuhan tinggi bibit

    dari 0 MST 24 MST disajikan pada Lampiran 10.

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    29/51

    18

    Gambar 1. Tinggi Bibit Kelapa Sawit pada Umur 0 24MST

    Jumlah daun. Pertumbuhan jumlah daun dari 0 24 MST disajikan pada

    Tabel 3. Jumlah daun meningkat dari 4.2 hingga 13.7 dengan rata-rata

    pertumbuhan sebesar 37.70 % per bulan. Rata rata penambahan jumlah daun

    per bulan sebanyak dua daun, sehingga peningkatan jumlah daun di setiap

    bulannya cenderung stabil.

    Tabel3. Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit pada 0 24 MST

    Umur

    (MST)

    Jumlah Daun Rata rata Pertumbuhan

    (helai) (%)

    0 4.2 0.2 -

    4 6.2 0.3 47.6

    8 7.6 0.4 22.6

    12 9.3 0.3 22.4

    16 11.2 0.4 20.4

    20 12.7 0.5 13.4

    24 13.7 0.4 7.90

    Diameter batang.Pertumbuhan diameter batang bibit dapat dilihat pada

    Gambar 2. Diameter batang meningkat dari 1.03 cm menjadi 4.06 cm dengan rata-

    rata pertumbuhan 49 % per bulan. Pertumbuhan diameter batangselama 6 bulan

    pengamatan tidak stabil. Peningkatan diameter batang lebih cenderung meningkat

    tajam pada saat 12 MST hingga 20 MST dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 58

    30.52 2.4

    34.3 2.6

    39.26 3.0

    50.35 3.4

    61.39 3.1

    74.38 4.0

    87.62 4.6

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    0 4 8 12 16 20 24

    Tinggitanaman(cm)

    Umur (MST)

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    30/51

    19

    % per bulan, lebih besar dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan dari 0 12

    MST sebesar 36 % per bulan. Selain itu, pertumbuhan diameter batang cenderung

    menurun pada 24 MST dengan rata-rata pertumbuhan 6.30 % (Lampiran 11).

    Gambar2. Pertumbuhan Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit pada 0 24MST

    Perkembangan Fisiologi Tanaman

    Pengamatan perkembangan fisiologi tanaman dilakukan pada peubah

    tingkat kehijauan daun pada umur tanaman 20 MST dan 24 MST.Tingkat

    kehijauan daun diukur berdasarkan jumlah kandungan klorofil pada daun. Hasil

    pengamatan menunjukkan peningkatkan jumlah klorofil daundari 0.0357 menjadi

    0.0408 dengan rata-rata perkembangan 14.3 % (Tabel 4).

    Tabel4. Jumlah Klorofil Daun Bibit Kelapa Sawit pada 20 MST dan 24 MST

    UmurJumlah Klorofil Daun

    (mg/cm2)

    Rata- rata Perkembangan

    (%)

    20 0.0357 4.1 -

    24 0.0408 3.2 14.3

    Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam

    1.03 0.08

    1.26 0.10

    1.58 0.20

    1.77 0.102.68 0.20

    3.82 0.30

    4.06 0.20

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    3

    3.5

    4

    4.5

    0 4 8 12 16 20 24

    Diameterbatang(cm)

    Umur (MST)

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    31/51

    20

    Rekapitulasi hasil sidik ragam pada perlakuan dosis pupuk P dan K

    terhadap berbagai peubah tanaman yang diamati dapat dilihat pada Tabel5.Hasil

    rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa bibit yang digunakan pada

    penelitian ini sudah seragam, terlihat dari nilai koefisien keragaman yang kecil

    pada awal bulan sebelum aplikasi pemupukan (0 MST) dan terus seragam pada

    bulan bulan berikutnya. Hasil analisis ragam disajikan pada Lampiran 5, 6, 7,

    dan 8.

    Tabel5. Rekapitulasi Sidik Ragam pada Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Diameter

    Batang, dan Jumlah Klorofil DaunSaat Umur 0 24 MST

    Umur (MST) Jenis Pupuk P x K Koefisien KeragamanP K

    Tinggi Tanaman

    0 tn tn * 7.15

    4 tn tn tn 6.61

    8 tn tn tn 7.34

    12 tn tn tn 6.61

    16 tn tn tn 6.13

    20 tn tn tn 6.00

    24 tn tn tn 5.55

    Jumlah Daun0 tn tn tn 6.74

    4 tn tn tn 5.05

    8 tn tn tn 5.26

    12 tn tn tn 3.48

    16 tn tn tn 3.14

    20 tn tn tn 3.90

    24 tn tn tn 3.21

    Diameter Batang

    0 tn tn tn 9.16

    4 tn tn tn 10.638 tn tn tn 11.94

    12 tn tn tn 7.13

    16 tn ** * 6.16

    20 tn * ** 5.88

    24 tn * tn 6.02

    Jumlah Klorofil Daun

    20 tn tn tn 7.41

    24 tn tn tn 5.35Keterangan : * =nyata pada taraf 5 %, ** = sangat nyata pada taraf 1%, tn =tidak nyata

    Pengaruh Pupuk Perlakuan terhadap Morfologi dan Fisiologi Tanaman

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    32/51

    21

    Pengaruh P. Hasil uji F menunjukkan pemberian P tidak memberikan

    pengaruh yang berbeda nyata terhadap semua peubah tanaman yang diamati

    hingga akhir pengamatan.Hal ini dapat dilihat berdasarkan peningkatan masing-

    masing nilai peubah yang diamati tidak ada perbedaan antar perlakuanseiring

    peningkatan dosis pupuk P yang diberikan (Tabel 6.)

    Tabel 6. Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Diameter Batang, dan Jumlah

    Klorofil Daun terhadap Pemupukan P pada 0 24 MST

    Dosis Pupuk

    (g/tanaman)

    Umur (MST)

    0 4 8 12 16 20 24

    Tinggi Tanaman (cm)

    0 30.74 33.80 38.72 50.33 60.85 73.75 86.043 30.53 34.77 39.11 51.00 61.48 74.80 88.05

    6 30.77 35.03 39.83 49.92 61.73 74.27 87.92

    12 30.03 33.62 39.37 50.13 61.50 74.72 88.46

    Jumlah Daun (helai)

    0 4.3 6.2 7.6 9.3 11.3 12.8 13.9

    3 4.1 6.1 7.7 9.3 11.0 12.5 13.7

    6 4.2 6.1 7.6 9.3 11.3 12.8 13.6

    12 4.2 6.1 7.6 9.5 11.2 12.9 13.6

    Diameter Batang (cm)

    0 1.06 1.29 1.63 1.79 2.57 3.68 4.03

    3 1.04 1.31 1.52 1.74 2.73 3.80 4.07

    6 1.01 1.22 1.57 1.76 2.72 3.88 3.99

    12 0.99 1.21 1.61 1.79 2.70 3.81 4.18

    Jumlah Klorofil Daun (mg/cm2)

    0 - - - - - 0.0352 0.0407

    3 - - - - - 0.0347 0.0403

    6 - - - - - 0.0360 0.0409

    12 - - - - - 0.0363 0.0414

    Keterangan : (-) tidak diamati

    Pengaruh K. Perlakuan dosis pupuk K tidak menunjukkan pengaruh yang

    berbeda nyata terhadap semua peubah sampai akhir pengamatan kecuali pada

    diameter batang bibit saat berumur 24 MST. Secara keseluruhan pemberian taraf

    dosis pupuk K tidak menunjukkan perbedaan dalam peningkatan diameter batang

    bibit (Tabel 7).

    Tabel7. Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Diameter Batang, dan Jumlah

    Klorofil Daun terhadap Pemupukan K pada 0 24 MST

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    33/51

    22

    Dosis Pupuk

    (g/tanaman)

    Umur (MST)

    0 4 8 12 16 20 24

    Tinggi Tanaman (cm)0 29.79 33.45 38.87 49.28 60.53 73.31 85.86

    9 30.63 33.58 37.51 49.35 60.14 73.91 86.79

    18 31.25 35.52 40.10 51.27 62.42 75.12 88.61

    36 30.40 34.67 40.55 51.49 62.46 75.11 89.13

    Helai Daun (helai)

    0 4.2 6.2 7.5 9.3 11.3 12.6 13.6

    9 4.3 6.1 7.4 9.2 11.0 12.7 13.6

    18 4.1 6.1 7.8 9.4 11.3 12.8 13.8

    36 4.1 6.1 7.6 9.5 11.2 12.8 13.8

    Diameter Batang (cm)0 1.03 1.26 1.58 1.77 2.56 3.65 3.94

    9 1.02 1.23 1.50 1.73 2.63 3.89 4.25

    18 1.06 1.28 1.61 1.78 2.79 3.87 4.01

    36 0.10 1.25 1.62 1.78 2.75 3.87 4.06

    Jumlah Klorofil Daun (mg/cm2)

    0 - - - - 0.0352 0.0407

    9 - - - - 0.0347 0.0403

    18 - - - - 0.0360 0.0409

    36 - - - - 0.0363 0.0414

    Keterangan : (-) tidak diamati

    Hasil uji lanjut Kontras Polynomial Ortogonal menunjukkan adanya

    respon diameter batang secara kuadratik terhadap taraf dosis K yang diberikan

    pada 24 MST. Hasil sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 9. Persamaan regresi

    yang diperoleh adalah Ky = - 0.0054x2+ 0.0557x + 3.9973 dengan R2= 0.2816.

    Pemberian dosis hingga5 g K/tanaman meningkatkan diameter batang tanaman,

    sedangkan pemberian dosis K pada peningkatan taraf berikutnya cenderungmenurunkan pertumbuhan diameter batang(Gambar 3).

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    34/51

    23

    Gambar 3. Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit terhadap Dosis Pupuk K pada

    Umur 24MST

    Kombinasi P dan K

    Hasil analisis statistik uji F menunjukkan bahwa interaksi P dan K tidak

    berbeda nyata pada semua peubah yang diamati kecuali peubah diameter batang

    pada umur16 MST dan berbeda sangat nyata pada 20 MST. Hasil uji

    regresidiperoleh dua persamaan regresi bergandapada saat tanaman berumur 16

    MST yaitu PKy= 2.37 + 0.860 P + 0.138 K 0.0886 PK 0.603 P2 0.0118 K2,

    R2= 0.22 dan saat umur 20 MST PKy= 3.40 + 0.755 P + 0.108 K 0.0525 PK

    0.284 P2 0.00511 K2, R2= 0.26.

    Optimasi Pemupukan

    Respon diameter batang tanaman terhadap pemupukan menghasilkan

    beberapa persamaan baik respon terhadap pupuk tunggal K maupun terhadap

    kombinasi kedua pupuk P dan K. Berdasarkan hasil persamaan-persamaan

    tersebut dapat ditentukan dosis optimum bagi masing-masing pupuk.

    Saat tanaman memasuki umur 16 MST, terdapat interaksi antara P dan K.

    Dosis kombinasi optimum P dan K berdasarkan dari persamaan regresi berganda

    yang diperolehadalah 0.64 g P/ tanaman dan 2.09 g K/tanaman. Tanaman pada

    umur 20 MST juga diperoleh suatu hubungan interaksi dengandosis kombinasi

    optimum 1.24 g P/ tanaman dan 5.43 g K/tanaman.Hasil persaman regresi

    3.98

    4.00

    4.02

    4.04

    4.06

    4.08

    4.10

    4.12

    4.14

    4.16

    0.00 2.50 5.00 7.50 10.00 12.50

    DiameterBatang

    (cm)

    Dosis K (g)

    Ky = - 0.0054x2+ 0.0557x + 3.9973

    R2= 0.2816

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    35/51

    24

    kuadratik yang berasal dari respon diameter batang terhadap K pada umur 24

    MST diperoleh dosis optimum K sebesar 5.16 g K/tanaman (Tabel8).

    Tabel8.Dosis Optimum P dan K berdasarkan Diameter BatangBibitKelapa Sawit

    UmurPersamaan

    Dosis Optimum (g)/tanaman

    (MST) P K

    4 - - -

    8 - - -

    12 - - -

    16 y = 2.37 + 0.860 P + 0.138 K 0.0886 PK 0.64 2.09

    0.603 P2 0.0118 K

    2

    20 y = 3.40 + 0.755 P + 0.108 K 0.0525 PK 1.24 5.43

    0.284 P20.00511 K

    2

    24 y = - 0.0525K2+ 0.0557K + 3.9973 - 5.16

    Pembahasan

    Pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang tanaman

    selama enam bulan pengamatan menunjukkan pertumbuhan yang normal. Hal ini

    dapat dilihat dari peningkatan pertumbuhan di setiap bulannya. Bila diperhatikan

    berdasarkan bentuk grafik, masing-masing peubah tersebut mengikuti bentuk pola

    pertumbuhan sigmoid.

    Menurut Harjadi (1996) pengertian pertumbuhan adalah penambahan

    ukuran yang tidak dapat balik dan mencerminkan pertambahan protoplasma di

    dalam sel. Pertumbuhan sel tersebut terdiridari 3 fase yaitu lag phase, exponential

    phase, danstationary phase. Leiwakabessy et al. (2003) menyatakan bahwa pada

    permulaan pertumbuhan (lag phase) terjadi pertambahan ukuran sel yang kecil,setelah itu disusul dengan pertambahan pertumbuhan yang cepat sekali selama

    waktu tertentu (exponential phase), kemudian kecepatannya berkurang dan

    cenderung stabil (stationary phase), lalu pertumbuhan menjadi terhenti.

    Pertumbuhan tinggi tanaman dan diameter batang di awal pertumbuhan cenderung

    lambat, lalu meningkat tajam pada bulan-bulan berikutnya. Selain itu, terdapat

    titik tertentu dimana pertumbuhan menurun dan dapat ditunjukkan pada

    pertumbuhan diameter batang saat umur 24 MST.

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    36/51

    25

    Pertumbuhan yang normal untuk masing-masing peubah selama enam

    bulan diduga karena adanya pengaruh penambahan pupuk organik (kompos pupuk

    kandang) dan kecukupan air. Awal pertumbuhan menunjukkan rata-rata

    pertumbuhan yang lambat, hal ini karena pupuk organikmembutuhkan

    perombakan di dalam tanah sebelum dapat digunakan langsung oleh tanaman.

    Selain itu, bibit merupakan hasil pemindahan dari pembibitan awaldan sekaligus

    ditanam pada media tanam yang berbeda, sehingga butuh penyesuaian awal bagi

    bibit kelapa sawit terhadap media tumbuhnya.

    Curah hujan selama penelitian berkisar 272 548 mm/bulan dengan rata-

    rata hari hujan sebanyak 25 hari/bulan. Kondisi cuaca tersebut sudah menjamin

    kecukupan air bagi pertumbuhan bibit kelapa sawit selama penelitian

    berlangsung.Menurut Lubis (1992) air merupakan kebutuhan utama dalam

    pembibitan karena sangat diperlukan dalam proses fisiologis.

    Bila dibandingkan dengan standar bibit yang dikeluarkan oleh PT Dami

    Mas sebagai produsen benih kelapa sawit yang digunakan dalam penelitian,

    kondisi bibit pada penelitian masih di bawah standar (Tabel 1).Standar tinggi

    tanaman PT Dami Mas 19 % lebih besar dibandingkan dengan tinggi tanaman

    yang diperoleh pada penelitian, untuk jumlah daun 37.2 % lebih besar

    dibandingkan dengan penelitian, sedangkan standar diameter batang tanaman PT

    Dami Mas 87 % lebih besar dibandingkan diameter batang tanaman pada

    penelitian.Sehingga secara keseluruhan bibit kelapa sawit PT Dami Mas48 %

    lebih besar dibandingkan dengan bibit pada penelitian.Hal ini diduga karena

    adanya perbedaan dalam aplikasi pemberian baik waktu, jenis maupun jumlah

    pupuk yang digunakan.

    Tingkat kehijauan daun diukur menggunakan alat SPAD 502 PlusChlorophyllmeter. Prinsip alat ini adalah mencatat tingkat kehijauan daun dan

    jumlah relatif molekul klorofil yang ada di daun dalam satu nilai berdasarkan

    jumlah cahaya yang ditransmisikan oleh daun (Konica Minolta, 1989). Hasil

    penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah klorofil. Peningkatantingkat

    kehijauan daun menunjukkan peningkatan jumlah klorofil pada daun. Dengan

    demikian, semakin banyak jumlah klorofil pada daun, maka laju fotosintesis

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    37/51

    26

    semakin meningkat. Fotosintesis yang berjalan semakin baik akan berdampak

    pada pertumbuhan tanaman yang akan semakin baik juga.

    Perlakuan dosis P terhadap semua peubah tanaman tidak menunjukkan

    pengaruh yang nyata. Selain itu secara penampakan di lapang masing-masing

    perlakuan cenderung memiliki keragaan yang tidak jauh berbeda. Hal tersebut

    diduga karena ketersediaan P dalam tanah tergolong sedang sehingga pemberian

    pupuk P tidak begitu berpengaruh. Hal ini sesuai dengan pendapat yang

    dikemukakan oleh Soepartini et al. (1994) bahwa makin rendah kandungan P

    dalam tanah, maka makin banyak diperlukan pupuk. Sedangkan semakin tinggi P

    dalam tanah, maka tanah tersebut semakin tidak memerlukan pupuk SP-36. Di

    sini menunjukkan bahwa ketersedian P di dalam tanah sudah mencukupi

    kebutuhan tanaman.

    Beberapa penelitian mengenai pemupukan P dari penelitian yang sudah

    ada kebanyakan tidak berpengaruh nyata. Terdapat dugaan yang dikemukakan

    oleh Wachjar et al. (2002) bahwa pupuk P pada berbagai dosis tidak berbeda

    nyata karena adanya keterbatasan gerakan ion fosfat dalam tanah dan gerakan P di

    titik penempatan pupuk umumya juga terbatas. Selain itu, yang menjadi kendala

    dalam pemupukan adalah karakteristik unsur P itu sendiri yaitu kemampuan daya

    larut dalam tanah rendah.

    Kendala yang dialami saat penelitian adalah tidak adanya pengamatan

    terhadap akar, dimana akar merupakan indikasi dari pengaruh pemupukan P. Hal

    ini disebabkan bibit kelapa sawit masih digunakan sampai penanaman di lapang.

    Fungsi utama P adalah membantu dalam pembentukan akar tanaman. Di sisi lain,

    pertumbuhan akar pada bibit kelapa sawit sangat menentukan kelanjutan

    pertumbuhan tanaman kelapa sawit ketika sudah ditanam di lapang. Sehingga,pada penelitian ini belum sepenuhnya dapat dikatakan bahwa pemupukan P tidak

    memberikan pengaruh yang nyata. Dengan demikian, masih dibutuhkan penelitian

    lanjutan untuk membuktikan pengaruh pemberian pupuk P terhadap pertumbuhan

    akar bibit kelapa sawit.

    Pemberian pupuk K hanya berpengaruh secara kuadratik terhadap

    diameter batang di akhir pengamatan (24 MST) dan selebihnya tidak. Hal tersebut

    diduga terdapat kesamaan dengan P yaitu ketersediaan K yang sangat tinggi

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    38/51

    27

    menyebabkan pemberian pupuk tidak berpengaruh.Pemberian dosis pupuk K

    sebesar 5 g K/tanaman meningkatkan diameter batang tanaman, tetapi pada

    peningkatan dosis selanjutnya cenderung menurun, yang berarti peningkatan dosis

    berikutnya sudah menurunkan pertumbuhan tanaman karena sudah melebihi

    kebutuhan optimum K pada tanaman.Pemberian K yang berlebih akan

    menurunkan serapan hara Ca dan Mg yang pada akhirnya dapat menurunkan

    pertumbuhan dan produksi tanaman (Safuan et al., 2011).

    Pengaruh interaksi P dan K terhadap diameter batang pada 16 dan 20 MST

    dapat diperoleh perimbangan kombinasi pupuk P dan K yang optimum. Unsur-

    unsur hara yang berperan dalam menunjangnya pertumbuhan tanaman tidak dapat

    bekerja secara sendiri. Masing-masing unsur memerlukan keterlibatan unsur-

    unsur lain dalam membantu peranannya.

    Hubungan P dan K saling terkait dalam penyerapan hara. Ispandi dan

    Munip (2004) menjelaskan bahwa P berperan dalam membantu penyerapan unsur

    hara lain di dalam tanah termasuk hara K. Ketersedian hara P yang cukup akan

    membantu dalam penyerapan hara K dalam tanah. Dibb (1998) mengemukakan

    salah satu peran K bagi tanaman adalah memproduksi ATP. Hal ini terkait dengan

    salah satu peran P yaitu sebagai penyimpan energi. Dengan demikian, semakin

    tinggi ATP yang diproduksi oleh K, maka semakin tinggi penyimpanan energi

    yang dapat dilakukan oleh P.

    Penentuan optimasi pemupukan dapat memberikan gambaran secara kasar

    dan cepat terhadap penentuan rekomendasi pupuk (Alviana dan Susila, 2009).

    Berdasarkan persamaan regresi kuadratik dapat diperoleh dosis optimum untuk K,

    sedangkan dari persamaan regresi berganda dapat diperoleh dosis kombinasi

    optimum untuk P dan K. Dengan demikian, untuk mencari dosis optimum dapatdilakukan dengan cara mengetahui bentuk respon tanaman terhadap kedua

    pemupukan tersebut.

    Dosis optimum P dan K diharapkan diperoleh pada setiap bulannya.

    Tetapi, pada penelitian ini tidak diperoleh dosis optimum yang diinginkan. Hal ini

    karena dosis optimum P dan Kdapat ditentukan hanya pada bulan-bulan tertentu

    saja. Sehingga, penentuan dosis optimum pada pembibitan utama kelapa sawit

    belum tercapai. Namun, dosis optimum yang diperoleh dari penelitian ini dapat

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    39/51

    28

    menjadi acuan untuk penentuan dosis optimum selanjutnya. Bila dosis optimum

    ditentukan pada kondisi media tanam tanpa penambahan pupuk organik, maka

    dosis optimum yang diperoleh akan lebih besar daripada dosis optimum yang

    diperoleh pada penelitian ini.

    Secara umum penambahan pupuk organik yang diberikan pada penelitian

    ini memberikan pengaruh dominan terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit

    selama penelitian. Fungsi pupuk organik dijelaskan oleh Sugiyanta et al. (2008)

    bahwa fungsi pupuk organik adalah sebagai kunci mekanistik untuk suplai unsur

    hara. Bahan organik yang diberikan dalam tanah akan membantu dalam

    menambah ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman sepanjang

    siklus hidupnya.

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    40/51

    29

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Pemberian pupuk P dan K meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman,

    jumlah daun, diameter batang, dan jumlah klorofil daun. Pupuk P tidak

    menunjukkan pengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang

    dan jumlah klorofil. Pupuk K hanya memberikan pengaruh terhadap diameter

    batang tanaman secara kuadratik pada umur 24 MST. Terdapat pengaruh interaksi

    P dan K terhadap diameter batang pada umur 16 MST dan 20 MST. Kombinasi

    dosis optimum P dan K pada umur 16 MST sebesar 0.64 g P/tanaman dan 2.09 g

    K/tanaman. Kombinasi dosis optimum P dan K pada umur 20 MST sebesar 1.24 g

    P/tanaman dan 5.43 g K/tanaman. Dosis optimum pupuk tunggal K untuk 24 MST

    sebesar 5.16 g K/tanaman.

    Saran

    1.

    Perlu dilakukan penelitian selanjutnya mengenai pemupukan dengan

    melakukan analisis akhir tanah dan analisis jaringan organ-organ tanaman

    meliputi daun, batang, dan akar. Sehingga, dapat diketahui perbedaan antara

    kandungan unsur hara sebelum dan sesudah aplikasi pemupukan.

    2. Perlu dilakukan pengamatan pertumbuhan akar tanpa membongkar tanaman

    dengan menggunakan fitotron.

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    41/51

    30

    DAFTAR PUSTAKA

    Alviana, V.F. dan A.D. Susila. 2009. Optimasi dosis pemupukan pada budidaya

    cabai (Capsicum annum L.) menggunakan irigasi tetes dan mulsa

    polyethylene. J. Agron Indonesia 37(1):28-33.

    Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2012. Data Iklim Bulanan,

    Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Tahun 2011-2012.

    Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Stasiun Klimatologi

    Darmaga Bogor.

    Badan Pusat Statistik. 2010. Produksi Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman.

    http://www.bps.go.id. [Diunduh 10 Oktober 2011].

    Corley, R.H.V. and B.S. Gray. 1976. Growth and morphology, p.12-14. InR.H.V.

    Corley, J.J Hardon, and B.J. Wood (Eds.). Development in Crop Science

    (1) Oil Palm Research. Elfisher Scientific Publishing Company.

    Amsterdam.

    Dibb, D.W. 1998. Functions of Potassium in Plants. Better Crops 82(3):4-5.

    Direktorat Jendral Perkebunan. 2010. Luas Areal dan Produksi Perkebunan

    Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan.http://ditjenbun.deptan.go.id.

    [Diunduh 6 Januari 2012].

    Farhana, M.A, M.R Yusop, M.H. Harun, and A.K. Din. 2007. Performance of

    TeneraPopulation for The Chlorophyll Contents and Yield Component.

    Proceedings of The PIPOC 2007International Palm Oil Congress

    (Agriculture, Biotechnology & Sustainability). Malaysia Palm Oil Board.

    Malaysia. Vol.2:701-705.

    Firmansyah, M.A. 2006. Rekomendasi Pemupukan Umum Karet, Kelapa Sawit,

    Kopi dan Kakao. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan

    Tengah. Palangkaraya. 11 hal.

    Gardner, F.P., R. B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi TanamanBudidaya. Jakarta. UI Press. 428 hal.

    Goh, K. J. and R. Hardter. 2003.General Nitrition of Oil Palm.

    http://www.aarsb.com.[Diunduh 10 Oktober 2011].

    Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. 288 hal.

    Harjadi, M.M.S.S. 1996. Pengantar Agronomi. PT Gramedia Pustaka Utama.

    Jakarta.197hal.

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    42/51

    31

    Hartley, C.W.S. 1977. The Oil Palm (Elaeis guineensisJacq.). Longman. London

    & New York. 806 p.

    Ispandi, A., dan A. Munip. 2004. Efektivitas pupuk PK dan frekuensi pemberian

    pupuk K dalam meningkatkan serapan hara dan produksi kacang tanah dilahan alfisol. Ilmu Pertanian 11(2):11-24.

    Kasno, A. 2009. Pupuk Organik dan Pengelolaannya. http:/balittanah.litbang.dep-

    tan.go.id. [Diunduh 7 Oktober 2011].

    Khaswarina, S. 2001. Keragaan bibit kelapa sawit terhadap pemberian berbagai

    kombinasi pupuk di pembibitan utama. Jurnal Natur Indonesia III(2):138-

    150.

    Kiswanto, J. H.Purwanta., dan B. Wijayanto. 2008. Teknologi Budidaya Kelapa

    Sawit. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.Bandar Lampung. 21hal.

    Konica Minolta. 1989. Chlorophyll Meter SPAD-502 Manual Book. Japan :

    Konica Minolta.

    Leiwakabessy, F.M., U.M. Wahjudin, dan Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah.

    Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 252hal.

    Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensisJacq.) di Indonesia. Pusat

    Penelitian Perkebunan Marihat. Bandar Kuala. 435hal.

    Mangoensoekarjo, S. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya

    Perkebunan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 407 hal.

    Mattjik, A.A. dan I.M. Sumertajaya. 2006. Perancangan Percobaan dengan

    Aplikasi SAS dn MINITAB. IPB Press. Bogor. 276hal.

    Mite, F., M. Carrillo , and J. Espinosa. 1999. Fertilizer use efficiency in oil palm

    is increased under irrigation in ecuador. Better Crops International 13(1):

    31-32.

    Mutert, E., A.S. Esquvez, A.O. Santos, and E.O. Cervantes. 1999. The oil palm

    nursery: foundation for high production. Better Crops International13(1):

    39-44.

    Pahan, I .2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.410

    hal.

    Palm Oil Green Development Campaign. 2010. Manfaat minyak sawit bagi

    perekonomian indonesia. http://www.worldgrowth.org. [Diunduh 5 Maret

    2012].

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    43/51

    32

    Purwantoro, R.N. 2008. Sekilas pandang industri sawit. Usahawan LMFEUI 04:

    1-18.

    Rankine, I. and T.H. Fairhurst. 1999. Management of phosphorus,potassium and

    magnesium inmature oil palm. Better Crops International 13(1):10-15.

    Safuan, L.O., R. Poerwanto., A.D. Susila, dan Sobir. 2011. Rekomendasi

    pemupukan kalium untuk tanaman nenas berdasarkan status hara tanah.

    J. AgronIndonesia 39(1):56-61.

    Soepartini, M. 1994. Status hara P dan K serta sifat-sifat tanah sebagai penduga

    kebutuhan pupuk padi sawah di pulau lombok. Pemberitaan Penelitian

    Tanah dan Pupuk. Departemen Pertanian. Pusat Penelitian Tanah dan

    Agroklimat 12:23-35.

    Sugiyanta, Fred, F.R. Rumawas, M.A. Chozin, W.Q. Mugnisyah, dan M.Ghulamadi. 2008. Studi serapan hara N, P, K dan potensi hasil lima

    varietas padi sawah (Oryza sativaL.) pada pemupukan anorganik dan

    organik. Bul. Agron. 36(3):196-203.

    Sunarko. 2009. Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem

    Kemitraan. Agro Media. Jakarta. 178hal.

    Wachjar, A., Y. Setiadi, dan N. Yunike. 2002. Pengaruh inokulasi dua spesies

    cendawan mikoriza arbuskula dan pemupukan fosfor terhadap

    pertumbuhan dans serapan fosfor tajuk bibit kelapa sawit (Elaeis

    guineensis Jacq.). Bul. Agron. 30(39):69-74.

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    44/51

    33

    LAMPIRAN

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    45/51

    34

    Lampiran 1. Hasil Analisis Contoh Tanah CampuranTop Soil Latosol dan

    Kompos Pupuk Kandang Sebelum Penelitian

    Sifat Tanah Satuan Nilai Uji Tanah Metode/ Ekstraktan

    pH H2O 5.60 Agak Masam pH meter

    pH KCl 5.63 pH meter

    C- Organik (%) 2.72 Sedang Walkley & Black

    N- Total (%) 0.24 Sedang Kjeldhal

    C/N Ratio

    P-tersedia (ppm) 25.00 Sedang Bray - I

    Ca (me/100 g) 4.42 Rendah 1 N NH4OAc pH 7.0

    Mg (me/100 g) 1.97 Sedang 2 N NH4OAc pH 7.0

    K (me/100 g) 1.29 Sangat Tinggi 3 N NH4OAc pH 7.0

    Na (me/100 g) 1.51 Sangat Tinggi 4 N NH4OAc pH 7.0Al (me/100 g) 0.00 5 N NH4OAc pH 7.0

    KTK (me/100 g) 17.92 Sedang 6 N NH4OAc pH 7.0

    KB (%) 51.46 tinggi

    Tekstur

    Pasir (%) 8.16 Pipet

    Debu (%) 20.60 Pipet

    Liat (%) 71.23 pipetKeterangan : Contoh tanah dianalisis di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya

    Lahan, Fakultas Pertanian IPB

    Lampiran 2. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah,

    1983)

    Sifat SangatRendah Sedang Tinggi

    Sangat

    Tanah Rendah Tinggi

    C- Organik (%) 5.00

    N- Total (%) 0.75

    C/N Ratio 25.00

    P2O5Bray 1 (ppm) 60.00

    Ca (me/100 g ) 20.00

    Mg (me/100 g ) 8.00

    K (me/100 g ) 1.00

    Na (me/100 g ) 1.00

    Al (me/100 g ) 60.00

    KTK (me/100 g ) 40.00

    KB (me/100 g ) 70.00

    SangatMasam

    AgakNetral

    Agak

    Masam Masam Alkalis

    pH H20

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    46/51

    35

    Lampiran3. Data Temperatur Rata-rata, Curah Hujan, Hari Hujan, Lama

    Penyinaran, dan Intensitas Penyinaran November 2011 April

    2012

    BulanTemperatur Curah Hari Hujan

    (hari)

    Penyinaran MatahariRata - rata Hujan Lama Intensitas

    (oC) (mm) (%) (Cal/Cm2)

    November 26.2 457.7 25.0 56 457.7

    Desember 26.1 344.6 26.0 44 344.6

    Januari 25.1 272.0 28.0 28 224.0

    Februari 25.6 548.9 25.0 57 318.3

    Maret 26.2 136.0 21.0 55 310.3

    April 26.2 389.5 25.0 61 296.0Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Bogor (2012)

    Lampiran 4. Hasil Analisis Contoh Pupuk Urea, SP-36, dan KCl

    Jenis

    PupukJenis Pengujian

    Hasil Pengujian

    (No. Contoh) Metode Pengujian

    A B C

    Urea N (%) - - 45.95 Kjeldahl

    SP-36 P (%) - 36.00 - Spektrophotometri

    KCl K (%) 59.97 - - AASKeterangan : Contoh pupuk dianalisis di Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Obat dan

    Aromatik

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    47/51

    36

    Lampiran5. Hasil Analisis Ragam Tinggi Bibit Kelapa Sawit

    Umur Sumber Keragaman F- Hit Pr>F % KK

    0 MST

    Kelompok 1.46 0.25 tn

    7.15Pupuk P 0.29 0.83 tn

    Pupuk K 0.92 0.45 tn

    PxK 2.19 0.05 *

    4 MST

    Kelompok 0.24 0.79 tn

    6.61Pupuk P 1.14 0.35 tn

    Pupuk K 2.22 0.11 tn

    PxK 0.75 0.59 tn

    8 MST

    Kelompok 1.11 0.34 tn

    7.34Pupuk P 0.32 0.81 tn

    Pupuk K 2.69 0.06 tnPxK 1.41 0.23 tn

    12 MST

    Kelompok 0.04 0.96 tn

    6.61Pupuk P 0.24 0.87 tn

    Pupuk K 1.54 0.22 tn

    PxK 1.69 0.14 tn

    16 MST

    Kelompok 0.16 0.85 tn

    6.13Pupuk P 0.12 0.95 tn

    Pupuk K 1.27 0.30 tn

    PxK 1.02 0.44 tn

    20 MST

    Kelompok 0.33 0.72 tn

    6.00Pupuk P 0.14 0.94 tn

    Pupuk K 0.46 0.71 tn

    PxK 0.47 0.89 tn

    24 MST

    Kelompok 0.42 0.66 tn

    5.55Pupuk P 0.59 0.63 tn

    Pupuk K 1.23 0.32 tn

    PxK 0.77 0.65 tnKeterangan : KK = Koefisien Keragaman , *= nyata pada taraf 5 % ,tn = tidak nyata.

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    48/51

    37

    Lampiran6. Hasil Analisis Ragam Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit

    Umur Sumber Keragaman F- Hit Pr> F % KK

    0 MST

    Kelompok 0.29 0.75 tn

    6.74Pupuk P 0.46 0.71tn

    Pupuk K 0.49 0.69 tn

    PxK 1.02 0.45 tn

    4 MST

    Kelompok 2.10 0.14 tn

    5.05Pupuk P 0.24 0.87 tn

    Pupuk K 0.03 0.99 tn

    PxK 1.16 0.35 tn

    8 MST

    Kelompok 2.45 0.10 tn

    5.26Pupuk P 0.52 0.67 tn

    Pupuk K 1.89 0.15 tnPxK 0.83 0.60 tn

    12 MST

    Kelompok 2.02 0.15 tn

    3.48Pupuk P 0.66 0.58 tn

    Pupuk K 2.42 0.09 tn

    PxK 1.26 0.30 tn

    16 MST

    Kelompok 5.07 0.01**

    3.14Pupuk P 0.68 0.57 tn

    Pupuk K 1.57 0.22 tn

    PxK 0.83 0.60 tn

    20 MST

    Kelompok 1.35 0.28 tn

    3.90Pupuk P 1.05 0.39 tn

    Pupuk K 0.42 0.74 tn

    PxK 1.24 0.31 tn

    24 MST

    Kelompok 3.19 0.06 tn

    3.21Pupuk P 0.86 0.47 tn

    Pupuk K 0.85 0.48 tn

    PxK 0.39 0.93 tnKeterangan : KK= Koefisien Keragaman, * = sangat nyata pada taraf 1 %, tn =tidak nyata.

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    49/51

    38

    Lampiran 7. Hasil Analisis Ragam Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit

    Umur Sumber Keragaman F-Hit Pr> F % KK

    0 MST

    Kelompok 1.96 0.16 tn

    9.16Pupuk P 1.24 0.31 tn

    Pupuk K 0.76 0.53 tn

    PxK 0.90 0.54 tn

    4 MST

    Kelompok 0.27 0.77 tn

    10.63Pupuk P 1.60 0.21 tn

    Pupuk K 0.27 0.84 tn

    PxK 1.07 0.41 tn

    8 MST

    Kelompok 2.43 0.11tn

    11.94Pupuk P 0.73 0.54 tn

    Pupuk K 0.55 0.65 tn

    PxK 1.67 0.14 tn

    12 MST

    Kelompok 2.33 0.11 tn

    7.13Pupuk P 0.45 0.72 tn

    Pupuk K 0.57 0.64 tn

    PxK 1.57 0.17 tn

    16 MST

    Kelompok 16.16

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    50/51

    39

    Lampiran 8. Hasil Analisis Ragam Jumlah Klorofil Daun Bibit Kelapa Sawit

    Umur Sumber Keragaman F- Hit Pr> F % KK

    20MST

    Kelompok 0.88 0.42 tn

    7.41Pupuk P 0.62 0.61 tn

    Pupuk K 0.11 0.95 tn

    PxK 0.87 0.65 tn

    24

    MST

    Kelompok 1.24 0.30 tn

    5.35Pupuk P 0.37 0.78 tn

    Pupuk K 0.30 0.82 tn

    PxK 1.20 0.33 tnKeterangan : tn = tidak nyata

    Lampiran 9.Sidik RagamUji Lanjut Kontras Polynomial OrtogonalPeubahDiameter Batang Bibit Umur 24 MST

    Kontras F- Hit Pr> F % KK

    Linier 0.04 0.8434 tn

    6.02Kuadratik 5.38 0.0273 *

    Kubik 4.50 0.0422 *Keterangan : * = nyata pada taraf 5 %, tn= tidak nyata

    Lampiran10. Tinggi Bibit Kelapa Sawit pada 0 24 MST

    Umur

    (MST)

    Tinggi Rata-rata Pertumbuhan

    (cm) (%)

    0 30.52 2.4 -

    4 34.30 2.6 12.4

    8 39.26 3.0 14.5

    12 50.34 3.4 28.2

    16 61.39 3.1 22.0

    20 74.39 4.0 21.2

    24 87.62 4.6 17.8

  • 7/21/2019 Pengaruh Pemupukan pada pembibitan perkebunan kelapa sawit

    51/51

    40

    Lampiran 11. Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit pada 0 24 MST

    Bulan

    (MST)

    Diameter Batang Rata-rata Pertumbuhan

    (cm) (%)

    0 1.03 0.08 -

    4 1.26 0.10 22.3

    8 1.58 0.20 25.4

    12 1.77 0.10 12.0

    16 2.68 0.20 51.4

    20 3.82 0.30 42.5

    24 4.06 0.20 6.30

    Lampiran 12. Serangan Hama pada Bibit Kelapa SawitSelama Penelitian

    (a) (b) (c)

    Keterangan : (a) Belalang (Valanga nigricornisBurm.), (b) Larva Hama Ulat Api (SetoranitensWalk.), dan (c) Kutu Daun Aphids

    Lampiran13.Lay OutPercobaan

    U

    Keterangan : : Petak Ulangan 1

    P2K0 P2k2 P2K3 P3K0 P3K1 P3K3 P2K1 P1K1

    P1K2 P1K0 P0K2 P0K3 P0K0 P3K2 P1K3 P0K1

    P0K0 P0K1 P1K0 P2K1 P3K1 P1K0 P2K3 P0K2

    P3K2 P2K2 P3K3 P1K3 P2K2 P0K0 P2K1 P3K0

    P0K3 P2K0 P3K0 P3K1 P3K3 P0K1 P1K1 P1K3

    P1K1 P1K2 P2K3 P0K2 P2K0 P0K3 P1K2 P3K2