Upload
buikhuong
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN
BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN NUTRISI IBU
LAKTASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPUTAT
TIMUR
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)
OLEH
MALIKATUL MA’MUNAH
NIM: 1111104000058
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2015 M
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
Undergraduate Thesis, October 2015
Malikatul Ma’munah, NIM : 1111104000058
The Effect of Health Education by using Booklet on Knowledge of Nutrition For
Lactation Mother in Job Region of East Ciputat Local Clinic
xvi + 89 pages + 14 tables + 4 schemes + 1 image + 7 attachments
ABSTRACT
Nutrition which is consumed by lactation mother is important for composition in
producing ASI. The adequate nutrition can be produced through the balance of diet.
But, there are some factors which affect the balance of mother’s diet formation, such
as knowledge. A good acknowledgement is able to create a good behavior slowly.
Therefore, health education as the effort to improve knowledge. The effectiveness of
education election is neccessary to reach the maximum goal. Health education that
was delivered by using booklet significantly can improve the knowledge. To know
the effect of health education by using booklet on knowledge of nutrition for lactation
mother is the purpose of this research. This quasy eksperiment research was used pre-
test and post-test with control group design method that had been research through
lactation mother in job region of East Ciputat local clinic with 30 respondens of
lactation mother. In statistic counting, the result of Wilcoxon test was showed the
significant of knowledge improvement between pre and post intervention in
intervention group (p=0.0005). Whereas the result of Mann Whitney test was showed
the significant difference between intervention and control group (p=0.001). Finally,
it can be conclude that health education that was delivered by using booklet as a
medium can affect positively and significantly on improving the knowledge of
lactation mother nutrition.
Key words : Knowledge, Health Education, Booklet, Nutrition.
References : 89 references
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Oktober 2015
Malikatul Ma’munah, NIM : 1111104000058
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Booklet Terhadap Pengetahuan Ibu
Laktasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur
xvi + 89 halaman + 14 tabel + 4 bagan + 1 gambar + 7 lampiran
ABSTRAK
Nutrisi yang dikonsumsi ibu sangat penting berfungsi sebagai komposisi dalam
produksi ASI. Asupan nutrisi yang cukup didapat dari pola makan ibu yang
seimbang. Namun, ada beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola makan
ibu yang seimbang, diantaranya adalah pengetahuan. Pengetahuan yang baik
perlahan-lahan akan membentuk perilaku yang positif. Maka upaya untuk
meningkatkan pengetahuan adalah melalui pendidikan kesehatan. Pemilihan
pendidikan yang efektif diperlukan untuk mencapai tujuan yang maksimal.
Pendidikan kesehatan yang disampaikan menggunakan booklet dapat meningkatkan
pengetahuan yang signifikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pendidikan kesehatan dengan booklet terhadap pengetahuan ibu laktasi di
wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur. Penelitian quasy eksperiment ini
menggunakan metode pre-test and post-test with control group design yang
dilakukan pada ibu-ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur dengan
responden 30 ibu menyusui. Pada perhitungan statistik, hasil uji Wilcoxon
menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan yang signifikan antara sebelum dan
setelah intervensi pada kelompok intervensi (p=0.0005). Sedangkan hasil uji Mann
Whitney juga menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol (p=0.001). Jadi, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan kesehatan yang disampaikan dengan media booklet dapat berpengaruh
positif signifikan meningkatkan pengetahuan nutrisi ibu menyusui.
Kata kunci : Pengetahuan, Pendidikan Kesehatan, Booklet, Nutrisi
Referensi : 89 referensi
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Malikatul Ma’munah
Tempat, Tanggal lahir : Pati, 26 April 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Ds. Sambilawang RT 03 RW 03 Kecamatan Trangkil
Kabupaten Pati, Jawa Tengah 59153
Nomor HP : +6289667996996
E-mail : [email protected]
Fakultas/Jurusan : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi Ilmu
Keperawatan
PENDIDIKAN
1. TK. Raudlatul Ulum Guyangan Pati Lulus tahun 1998
2. MI. Raudlatul Ulum Guyangan Pati Lulus tahun 2004
3. MDPTs. Raudlatul Ulum Guyangan Pati Lulus tahun 2005
4. MTs. Raudlatul Ulum Guyangan Pati Lulus tahun 2008
5. MA. Raudlatul Ulum Guyangan Pati Lulus tahun 2011
6. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (S1) 2011 – sekarang
7. Darus Sunnah International Institute For
Hadith Sciences Jakarta (S1)
2012 – sekarang
ORGANISASI
1. OSIS 2008-2010
2. BEM IK 2011-2012
3. CSS MoRA (Staf ahli Depkominfo) 2011-2012
4. CSS MoRA (LSO Majalah Denta) 2012-2015
5. LSO Majalah SANTRI CSS MoRA Nasional 2013-2015
6. IMDAR (Ikatan Mahasatri Darus Sunnah) 2012-2015
7. LSO Majalah NABAWI Darus Sunnah 2013-2015
ix
KATA PENGANTAR
Selaksa embun pagi yang menyandang rerumputan, menetes dari pucuk
dedaunan, terasa sejuk, sesejuk hari ini yang masih diberi kesempatan oleh Allah swt.
untuk senantiasa mengucapkan hamdan wa syukran lillah, puji dan syukur selamanya
tersanjungkan kepada_Nya ‘Azza wa Jalla, Dzat Maha Kasih yang tak pernah dan tak
akan pernah pilih kasih. Atas ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul, “Pengaruh pendidikan kesehatan dengan booklet terhadap pengetahuan
nutrisi ibu laktasi di wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur”. Shalawat teriring
salam tak luput untuk selalu kami hadiahkan kepada kekasih yang terpilih, Rasulullah
Muhammad saw.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan (S. Kep) pada PSIK UIN Syarif Hidayatullah dan sebagai
sarana belajar berfikir kritis dan metodologis untuk penulis.
Berbekal tawakkal dan ilmu yang teramat dangkal, penulis berusaha
merangkai kata demi kata, berjalan setapak demi setapak untuk menyusun skripsi ini,
namun tentulah masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat
mengapresiasi jika ada komentar dan masukan untuk tulisan ini.
Penulis memiliki harapan yang sangat besar semoga secercah tulisah ini
memberikan manfaat bagi pembaca, sebagaimana kata hikmah berikut :
الخط يبقى زمانا بعد موت صاحبه # و صاحب الخط تحت األرض مدفون
“Sebuah tulisan akan dapat dinikmati sepanjang zaman, meskipun sang
penulisnya telah lapuk oleh tanah”.
Pada akhirnya, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu, mengarahkan, dan mendukung selama penyusunan skripsi ini.
Kerangka bunga terima kasih ini penulis haturkan kepada:
1. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc. selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ns. Kustati Budi Lestari, M. Kep., Sp. Kep. An. dan Ns. Yenita Agus,
M.Kep.,Sp.Mat.,PhD selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dengan sabar
dan ikhlas dan mendukung penulis selama proses pembuatan skripsi ini.
x
4. Ns. Puspita Palupi, S.Kep., Sp.Kep. Mat. selaku dosen penguji skripsi,
terima kasih saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
skripsi ini.
5. Ns. Eni Nur’aini Agustini, S.Kep, M.Sc selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang senantiasa memberi arahan, semangat, dan motivasi dari
awal perkuliahan sampai saat ini.
6. Segenap staf pengajar dan karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
7. Segenap jajaran staf dan karyawan akademik serta perpustakaan yang
telah banyak membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai
bahan rujukan skripsi.
8. Staff karyawan puskesmas Ciputat Timur yang telah memberikan
kesempatan pada peneliti untuk melakukan penelitian.
9. Ayahanda Musmari dan Ibunda Duryati tercinta, sejauh manapun kaki ini
melangkah, dimanapun raga ini akan berpijak, setinggi apapun cita-cita
yang akan tercapai, semua itu tidak terlepas dari doa dan keikhlasan kedua
orangtuaku ini. Ridla Allah telah menunggu kalian di surga firdaus kelak.
10. Adik-adikku tersayang Ahmad Faqih dan Abdullah Mujab, meskipun
kakakmu ini belum bisa menjadi uswatun hasanah untuk kalian, tetaplah
semangat dalam belajar dan lakukan hal yang luar biasa jika kalian ingin
menjadi orang yang luar biasa.
11. Kementerian Agama yang telah memberikan beasiswa penuh, sehingga
mengantarkan penulis sampai pada gerbang akhir pendidikan akademik di
perguruan tinggi.
12. Prof. Dr. Ali Mustafa Yakub, MA dan segenap dosen Darus Sunnah
International Institute For Hadith Sciences serta guru-guru kami di
Raudlatul Ulum Pati yang telah membekali penulis dengan segudang ilmu
dan nilai-nilai akhlak.
13. Sahabat-sahabatku PSIK 2011, CSS MoRA UIN Jakarta, Al-Aqsha Darus
Sunnah, Ikamaru Jakarta dan Sekitarnya, PMII Komfakes. Kita berjalan
berdampingan, bersama mengaruhi hiruk pikuk kehidupan di bumi hijrah
ini. Saling menginspirasi, saling menghibur, saling mendukung, dan setiap
canda tawa maupun tangis yang semakin mempererat tali persaudaraan
kita. Serta semua pihak yang telah memberikan kontribusi baik riil dan
materi, terima kasih yang sebesar-besarnya.
Ciputat, Oktober 2015
Malikatul Ma’munah
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................................i
Pernyataan Keaslian Karya............................................................................................ii
Abstract........................................................................................................................iii
Abstrak..........................................................................................................................iv
Pernyataan Persetujuan..................................................................................................v
Lembar Pengesahan......................................................................................................vi
Daftar Riwayat Hidup................................................................................................viii
Kata Pengantar..............................................................................................................ix
Daftar Isi.......................................................................................................................xi
Daftar Tabel................................................................................................................xiii
Daftar Bagan...............................................................................................................xiv
Daftar Gambar.............................................................................................................xv
Daftar Lampiran.........................................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................8
C. Pertanyaan Penelitian...............................................................................9
D. Tujuan Penelitian....................................................................................10
E. Manfaat Penelitian..................................................................................10
F. Ruang Lingkup Penelitian......................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................13
A. Air Susu Ibu (ASI) dan Kandungan Gizi...............................................13
B. Menyusui/ Laktasi..................................................................................27
C. Nutrisi Ibu Menyusui..............................................................................29
D. Pengetahuan............................................................................................32
E. Pendidikan kesehatan.............................................................................36
xii
F. Penelitian Terkait....................................................................................47
G. Kerangka Teori penelitian......................................................................50
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN
HIPOTESIS...............................................................................................51
A. Kerangka konsep...................................................................................51
B. Hipotetsis...............................................................................................53
C. Definisi Operasional..............................................................................54
BAB IV METODE PENELITIAN.........................................................................56
A. Rancangan Penelitian...........................................................................56
B. Populasi, Sampel, dan Sampling..........................................................57
C. Tempat Penelitian.................................................................................58
D. Waktu Penelitian..................................................................................58
E. Instrumen Penelitian.............................................................................58
F. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas.........................................................59
G. Prosedur Pengumpulan Data................................................................60
H. Prosedur Intervensi...............................................................................60
I. Pengolahan Data...................................................................................61
J. Metode Analisis Data...........................................................................62
K. Etika Penelitian....................................................................................63
BAB V HASIL PENELITIAN................................................................................66
A. Analisis Univariat................................................................................66
B. Analisis Bivariat...................................................................................71
BAB VI PEMBAHASAN........................................................................................74
A. Karakteristik Responden......................................................................74
B. Pengetahuan Responden.......................................................................77
C. Keterbatasan Responden......................................................................86
BAB VII PENUTUP................................................................................................87
A. Kesimpulan..........................................................................................87
B. Saran.....................................................................................................88
Daftar Pustaka...........................................................................................................90
Lampiran
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Komposisi protein, karbohidrat, dan lemak ASI menurut stadium laktasi
Tabel 2.2. Pembagian porsi menu makanan sehari untuk ibu menyusui (2200 kkal)
Tabel 2.3. Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang direkomendasikan selama
menyusui antara wanita Amerika dan wanita Indonesia
Tabel 2.4. Keterangan Domain Persepsi
Tabel 3.1. Definisi Operasional
Tabel 4.1. Kisi-Kisi Kuesioner Pengetahuan Ibu Menyusui
Tabel 5.1. Usia Responden Pada Kelompok Kontrol dan Intervensi
Tabel 5.2. Tingkat Pendidikan Responden pada Kelompok Kontrol dan Intervensi
Tabel 5.3. Pekerjaan Responden pada Kelompok Kontrol dan Intervensi
Tabel 5.4. Rata-rata Penghasilan Kepala Keluarga pada Kelompok Kontrol dan
Intervensi
Tabel 5.5. Gambaran Rata-Rata Skor Pengetahuan Responden pada Kelompok
Kontrol dan Intervensi
Tabel 5.6. Gambaran Pengetahuan Responden pada Kelompok Kontrol dan
Intervensi
Tabel 5.7. Analisa Beda Rerata Skor Pengetahuan Responden pada Kelompok
Kontrol dan Intervensi
Tabel 5.8. Analisa Beda Rerata Skor Pengetahuan Responden Saat Post-Test Pada
Kedua Kelompok
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1. Keterangan konsep teori Health Belief Model
Bagan 2.2. Kerangka Teori Penelitian
Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Bagan 4.1. Bentuk Rancangan Penelitian
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Anatomi kelenjar mammae
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumen Perizinan
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian
Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 4. Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 5. Media Booklet
Lampiran 5. Rekapitulasi Skor Pengetahuan Responden
Lampiran 6. Analisis Univariat
Lampiran 7. Analisis Bivariat
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prosentase bayi di Amerika Serikat yang mulai diberikan ASI (Air
Susu Ibu) meningkat menjadi 77%. Data tersebut didapatkan antara tahun
2000 dan 2010, angka bayi yang diberi ASI sampai usia enam bulan naik
dari 35 % menjadi 49 % dan diberi ASI sampai usia 12 bulan naik dari 16 %
menjadi 28 % selama periode waktu tersebut (CDC & ISN 2013). Kondisi
ini tidak lepas dari keefektifan promosi kesehatan tentang pentingnya ASI.
Hambatan yang menyebabkan tidak efektifnya promosi ASI adalah
kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI dan maraknya promosi
susu formula (Kebijakan Gerakan Sadar Gizi RI, 2012).
The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) pada tahun
2007 memperkirakan 1 juta bayi dapat diselamatkan setiap tahunnya bila
diberikan ASI pada satu jam pertama kelahiran. Dengan pemberian ASI
dalam satu jam pertama, bayi akan mendapatkan zat gizi yang penting dan
mereka terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya pada masa yang paling
rentan dalam kehidupannya (Paramita,2011). Hasil Riskesdas 2013
menunjukkan pemberian ASI kurang dari satu jam meningkat menjadi 34,5
% dari 29,3 % pada tahun 2010. Angka tertinggi di Nusa Tenggara Barat,
yaitu 52,9 % dan terendah di Papua Barat, yaitu 21,7 %. Namun, angka ini
masih dibawah target pencapaian oleh UNICEF yaitu 80 %. Oleh karena itu
diperlukan usaha-usaha untuk memperbaiki pemberian ASI.
2
Menurut hasil survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002 –
2012 di atas menunjukkan angka kematian balita, bayi, dan neonatus di
Indonesia cenderung menurun. Pada tahun 2012, Angka Kematian Balita
sebesar 32/1000 kelahiran hidup, bayi 23/1000 kelahiran hidup, dan
neonatus 14/1000 kelahiran hidup. Dari jumlah total 146.739 kematian, 52
% terjadi di 5 propinsi, yaitu Jawa Barat 16%, Jawa Tengah 12%, Jawa
Timur 11%, Sumatera Utara 8%, dan Banten 5%. Sedangkan 48 % lainnya
terjadi di 28 propinsi seperti Aceh 3%, NTB 4%, NTT 3%, Sumatera
Selatan 3%, dan sebagainya(Direktorat Jederal GIKIA 2002-2012).
Angka kematian bayi di provinsi Banten pada tahun 2013 adalah
29,5/1000 kelahiran hidup. Angka ini menurun dari tahun 2010 dimana
angka kematian bayi mencapai 34,2/1000 kelahiran hidup. Penurunan angka
kematian ini dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
instansi terkait, salah satunya adalah kegiatan promosi kesehatan (Dinkes
Provinsi Banten tahun 2010-2011). Walaupun pencapaian telah
menggembirakan, tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi
jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali
lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 lebih tinggi dari Filipina, dan 1,8 kali lebih
tinggi dari Thailand (Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Milenium Indonesia, 2010).
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik untuk bayi selama 6
bulan pertama. Bukti ilmiah menyatakan bahwa manfaat ASI bagi daya
tahan hidup, pertumbuhan, dan perkembangan bayi. ASI memberi semua
energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama
3
kehidupannya. Pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi tingkat kematian
bayi. Pemberian ASI eksklusif ini artinya bayi tidak diberikan makanan atau
minuman selain ASI. Sedangkan, pemberian cairan tambahan akan
meningkatkan risiko terkena penyakit. Melihat pentingnya ASI ini, maka
perlu memperhatikan bagaimana produksi ASI yang berkualitas (Yuliarti,
2010).
Selain dari segi ilmu kesehatan, Islam telah menganjurkan kepada ibu-
ibu yang memiliki bayi untuk disusui dengan ASI. Hal ini telah tersurat
dalam al-qur’an :
Artinya: ―Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan‖ (QS. Al-
Baqarah : 233)
Sejak zaman dulu, ketika nabi Musa dilahirkan juga sudah ada anjuran
untuk menyusui, Sebagaimana Firman Allah :
Artinya: ―Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; Susuilah Dia‖. (QS. Al-
Qashash: 7)
Ayat tersebut secara implisit bahwa nabi Musa disusui karena adanya
ilham atau potensi naluri instingtif yang Allah swt. berikan kepada ibu
beliau.
Demikian perintah menyusui anak dengan ASI, bahwasannya ajaran
islam sangat menekankan pentingnya pemberian ASI bagi anak
(Perpustakaan Nasional RI, 2009).
4
Keberhasilan pemberian ASI dipengaruhi oleh kondisi semasa hamil
dan masa menyusui. Status gizi ibu hamil berarti keadaan sebagai akibat
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi sewaktu hamil. Zat-zat gizi
yang dikonsumsi oleh ibu hamil berfungsi sebagai zat makanan bagi janin
dan sebagai komposisi dalam memenuhi kebutuhan produksi ASI
(Proverawati, 2009). Hal ini sesuai dengan penelitian Maga et al. (2013),
Empat variabel determinan yang secara signifikan (p < 0,05) menentukan
produksi ASI, yaitu status gizi, perawatan payudara, konseling laktasi, dan
kemampuan bayi menyusu. Hubungan antara status gizi selama kehamilan
dengan produksi ASI (p = 0,018) dengan besar kontribusi (phi =1,42 %). Uji
multivariat dengan uji regresi logistik dengan nilai β=1,107, p=0,009 dgn
besar resiko β=3,026, artinya apabila ibu hamil mengalami status gizi
kurang akan memungkinkan terjadinya produksi ASI berkurang secara
signifikan dengan besar resiko 3,026 kali lebih besar dibandingkan dengan
yang tidak mengalami status gizi kurang.
Faktor nutrisi ibu selama hamil dan menyusui, menu makanan yang
tidak seimbang dan mengkonsumsi makanan yang kurang teratur akan
mempengaruhi produksi ASI. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh
Wulansari (2009) dan Sariati (2013) bahwa status nutrisi ibu menyusui
sangat erat kaitannya dengan produksi air susu. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Wahyuna & Abidin (2013) di Kabupaten Pidie Jaya dengan
sampel 55 ibu menyusui menunjukkan bahwa mayoritas pola makan ibu
menyusui berada pada kategori kurang, yaitu sebanyak 31 responden (56,4
%), berdasarkan pengetahuan berada pada kateori rendah, yaitu sebanyak 36
5
responden (65,5 %), berdasarkan sosial budaya mayoritas pada kategori
negatif, yaitu sebanyak 34 responden (61,8 %), berdasarkan status gizi
mayoritas pada kategori gizi kurang, yaitu sebanyak 28 responden (50,9 %).
Nutrisi ibu menyusui tergantung bagaimana pola makan ibu. Pola
makan merupakan bentuk perilaku. Salah satu faktor intern yang
mempengaruhi terbentuknya perilaku manusia adalah pengetahuan.
Pengetahuan pada dasarnya adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu melalui panca indera
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian basar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Perilaku
kesehatan dipengaruhi pula oleh pengetahuan sebagai faktor predisposisi
(Notoatmodjo, 2007)
Faktor sosial, ketidakmampuan ekonomi, dan budaya juga
mempengaruhi status gizi ibu. Kebiasaan tidak makan ikan pada daerah
tertentu terjadi karena selain mahal harganya, rasa amis yang dirasa dapat
mengganggu nafsu makan, bahkan mereka memiliki kepercayaan jika balita
makan daging atau ikan, akan menyebabkan cacingan. Kebiasaan
masyarakat yang menyukai sayuran yang dimasak sampai matang sekali
karena anggapan bila sayuran yang dimasak belum empuk berarti belum
matang sehingga mereka tidak mau memakannya. Ketidakmauan dan
ketidaktahuan inilah yang kemudian membuat pola makan ibu kurang
memenuhi zat gizi yang seimbang (Noorkasiani, 2009).
Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tujuh ibu
menyusui di puskesmas Ciputat Timur menunjukkan pengetahuan mereka
6
tentang nutrisi bagi ibu menyusui masih kurang. Diantaranya mengatakan
bahwa tidak mengetahui betul komponen nutrisi apa saja dan seberapa
banyak yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhannya, tidak mengetahui
manfaat pengaturan nutrisi untuk ibu menyusui, tidak mengetahui bahwa
nutrisi mempengaruhi produksi ASI, dan masih ada yang menganggap
bahwa ibu menyusui pantang terhadap makan makanan tertentu, serta tidak
mengetahui dampak bagi ibu dan bayi jika nutrisi yang dikonsumsi ibu
kurang. Jika masalah ini tidak ditangani maka akan menimbulkan dampak
buruk bagi kesehatan ibu dan bayi.
Dampak jika bayi tidak mendapatkan ASI dengan optimal akan
mudah jatuh sakit karena antibodi di dalam tubuh bayi belum terbentuk
dengan sempurna. Bayi akan menunjukkan tanda dehidrasi, seperti buang
air kecil kurang dari 6 kali, warna urinnya keruh kecoklatan, bayi rewel luar
biasa, tidak keluar air mata saat menangis, turgor kulit tidak elastis, pola
pertumbuhan berat badan dan tinggi badan turun drastis atau stagnan, bayi
kurang aktif, dan terlihat tidak sehat (Yuliawati, 2013). ASI mengandung
komposisi nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi sesuai dengan tahap
perkembangannya. Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam
ASI menjamin status gizi bayi baik. ASI melindungi bayi dari penyakit
infeksi, misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran pernapasan akut
bagian bawah. Sehingga akan mengurangi angka kesakitan dan kematian
bayi (Kementerian Kesehatan RI, 2012; Sudarma, 2008)
Usaha pemerintah dalam meningkatkan pengetahuan individu adalah
dengan pendidikan kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh Haroon et al.
7
(2013) memperlihatkan bahwa pendidikan kesehatan mengenai menyusui
dan/atau dukungan menyusui rata-rata dapat meningkatkan angka
pemberian ASI dan menurunkan angka tidak menyusui pada saat lahir, <1
bulan, dan 1-5 bulan. Pendidikan kesehatan yang komprehensif sangat
dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan ibu menjelang periode
menyusui. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurbaeti dan
Lestari (2013), bahwa penyuluhan kesehatan tentang menyusui yang
komprehensif secara signifikan (p=0,001) efektif meningkatkan
keberhasilan pemberian ASI pada ibu postpartum sebesar 93 %, karena rata-
rata pengetahuan ibu meningkat setelah diberi pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan dapat menggunakan berbagai media, salah
satunya adalah menggunakan booklet. Hasil penelitian oleh Rahayu (2014),
pretest menunjukan mean pengetahuan kelompok eksperimen sebesar 32,92,
setelah penyuluhan meningkat sebesar 81,46, pada kelompok kontrol mean
pretest yang didapat sebesar 31,25 dan post test sebesar 31,88. Sedangkan
dalam tes tindakan mean kelompok eksperimen sebesar 49,17 setelah
dilakukan penyuluhan meningkat menjadi 91,33, dari kelompok kontrol
mean dari pre-test tindakan sebesar 49,54 dan post test tindakan kedua
sebesar 53,50. Bahwa terjadi peningkatan pada kelompok eksperimen baik
pada pengetahuan dan tindakan setelah diberikan penyuluhan menggunakan
media booklet. Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Mintarsih (2007);
Farudin (2011); Yulianti (2013); dan Srimiyati (2014) membuktikan apabila
penyuluhan dengan menggunakan booklet mampu meningkatkan
pengetahuan dan memperbaiki tindakan responden.
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
cakupan ASI eksklusif di propinsi Banten masih rendah, karena belum
mencapai target nasional maupun internasional. Hal ini disebabkan oleh
faktor pekerjaan, pengetahuan, status gizi ibu, dan pola menyusui. Jika hal
ini tidak ditangani, maka akan berdampak buruk pada kesehatan anak
sebagai penerus masa depan bangsa. Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan terhadap tujuh ibu menyusui di puskesmas Ciputat Timur,
didapatkan bahwa masih banyak ibu menyusui yang pengetahuannya kurang
tentang nutrisi yang seimbang. Tingkat pengetahuan ibu yang rendah
mengenai nutrisi seimbang secara tidak langsung akan berdampak pada
kualitas dan kuantitas ASI yang diproduksi. Di puskesmas ini telah
dilakukan konseling dengan metode ceramah, namun hasilnya belum
mencapai target yang diinginkan.
Peneliti melakukan studi literatur bahwa penyuluhan atau promosi
kesehatan menggunakan media seperti booklet efektif untuk meningkatkan
pengetahuan ibu, sehingga nantinya dapat mengubah pola pikir dan perilaku
ibu. Namun, pendidikan kesehatan menggunakan media booklet ini belum
pernah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur dalam masalah
nutrisi ibu menyusui. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti perbedaan
pendidikan kesehatan menggunakan booklet dan ceramah terhadap
pengetahuan nutrisi ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Ciputat
Timur.
9
C. Pertanyaan Penelitian
a. Bagaimana karakteristik ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas
Ciputat Timur?
b. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu menyusui sebelum diberikan
pendidikan kesehatan menggunakan booklet pada kelompok intervensi?
c. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu menyusui setelah diberikan
pendidikan kesehatan menggunakan booklet pada kelompok intervensi?
d. Apakah booklet berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan ibu
menyusui?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi pengaruh booklet terhadap peningkatan pengetahuan
ibu tentang nutrisi pada masa laktasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik ibu menyusui di wilayah kerja
puskesmas Ciputat Timur.
b. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui sebelum
diberikan pendidikan kesehatan menggunakan booklet pada
kelompok intervensi.
c. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui setelah
diberikan pendidikan kesehatan menggunakan booklet pada
kelompok intervensi.
10
d. Mengetahui pengaruh booklet terhadap peningkatan
pengetahuan ibu.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perawat
Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan perawat akan
pentingnya peran tenaga profesional dalam memberikan dukungan
kepada ibu menyusui. Selain menjadi care giver (penyedia layanan
keperawatan), perawat juga berperan sebagai educator. Di sinilah
perawat dituntut untuk bisa memberikan edukasi yang benar, sehingga
dapat menambah pengetahuan yang kemudian berpengaruh pada
perilaku dan pola pikir masyarakat.
2. Bagi Institusi Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang terpadu meliputi pencegahan,
pengobatan, dan rehabitlitasi. Ketiga komponen ini saling terkait dalam
mendukung keberhasilan program-program kesehatan. Pendidikan
kesehatan menjadi komponen pertama yatu sebagai program
pencegahan. Maka penyedia layanan kesehatan dapat menjadikan
program pendidikan kesehatan yang efektif untuk mencapai target yang
ditetapkan.
3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan keperawatan, khususnya
Keperawatan Anak dan Keperawatan Maternitas mengenai urgensi
11
pendidikan kesehatan dan dukungan terhadap ibu menyusui untuk
memberikan ASI untuk meningkatkan kualitas praktik perawatan bayi
baru lahir. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi landasan
dalam pengembangan evidence based ilmu keperawatan, khususnya
mengenai praktik penatalaksanaan bayi baru lahir sampai selesai masa
maksimal pemberian ASI.
4. Bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan masyarakat agar
semakin meningkat pengetahuannya. Kemudian mengubah persepsinya,
sehingga perlahan-lahan akan termotivasi untuk mengatur pola makan
yang baik. Karena masyarakat yang sehat dapat memberikan kontribusi
terhadap kemajuan kesehatan di Indonesia.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggambarkan pengaruh pendidikan kesehatan
menggunakan booklet terhadap pengetahuan nutrisi ibu laktasi di wilayah
kerja Puskesmas Ciputat Timur. Populasi penelitian ini adalah ibu menyusui
di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur. Penelitian ini dilakukan dengan
metode analitik kuantitatif dengan desain quasi eksperimental. Data yang
dikumpulkan merupakan data primer yang diperoleh melalui pengukuran
langsung kepada responden nilai pengetahuan tentang nutrisi ibu menyusui.
Pengukuran dilakukan dengan memberikan kuesioner sebelum dan sesudah
dilakukan intervensi baik pada kelompok intervensi maupun kelompok
12
kontrol. Setelah data terkumpul, data dianalisis dan diolah dengan
menggunakan uji statistik.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Air Susu Ibu (ASI) dan Kandungan Gizi
1. Pengertian ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan putih yang merupakan suatu
emulsi lemak dan larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang
dikeluarkan oleh kelenjar mammae pada manusia. ASI merupakan satu-
satunya makanan alami berasal dari tubuh yang hidup, disediakan bagi
bayi sejak lahir hingga berusia 2 tahun atau lebih (Siregar, 2006).
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur
kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI
mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi,
serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat
makanan (Purwanti, 2007).
Jadi, Air Susu Ibu adalah produk dari kelenjar mamae berupa
cairan yang mengandung nutrisi lengkap untuk mencukupi kebutuhan
bayi serta berfungsi sebagai kekebalan tubuhnya.
2. Manfaat ASI
ASI merupakan minuman alamiah yang menyediakan komposisi
yang tepat dan nutrisi yang seimbang untuk semua bayi selama usia
bulan-bulan pertama. ASI juga memberikan manfaat pada ibu. Menurut
Whitney dan Rolfes (2005); Suririnah (2009); Hayati (2009); dan
Bahiyatun (2009) manfaat yang bisa didapat melalui menyusui sebagai
berikut:
14
a. Manfaat untuk bayi
1) ASI menyediakan hormon-hormon yang dapat meningkatkan
perkembangan kognitif dan fisiologis.
2) Melindungi dari berbagai macam infeksi dan penyakit kronik,
termasuk diabetes (tipe 1) dan hipertensi, di kehidupan
selanjutnya.
3) Melindungi dari alergi makanan.
4) Mencegah karies gigi karena mengandung selenium.
b. Manfaat untuk ibu
1) Mencegah kanker payu dara dan kanker ovarium.
2) Isapan bayi menstimulasi hormon yang mengatur produksi dan
pelepasan kolostrum, selanjutnya memicu pengeluaran ASI.
Kontraksi otot rahim juga terbantu untuk kembali pada ukuran
sebelum hamil.
3) Pemberian ASI secara penuh selama minimal enam bulan
membantu ibu bayi kembali pada bentuk tubuh semula tanpa
menjalankan diet khusus.
4) Kesadaran ibu memberikan makan untuk bayinya dengan sesuatu
yang dihasilkan dari tubuhnya merupakan kepuasan tersendiri
yang besar.
5) Pemberian ASI secara penuh mempunyai efek kontraseptif
tertentu, memperkecil kemungkinan kehamilan walaupunn tidak
mungkin mencegahnya seratus persen.
15
c. Manfaat yang lain
1) Mengurangi anggaran biaya pengobatan karena menurunkan
risiko sakit atau waktu perawatan.
2) ASI selalu tersedia gratis, sehingga menghemat uang belanja.
3) Tidak perlu persiapan khusus, membuat, membungkus, dan
praktis.
3. Komposisi ASI
Komposisi ASI memang kompleks. Menurut Judith (2011)
komposisi tersebut sebagai berikut:
a. Kolostrum
Kolostrum menyediakan sekitar 580 – 700 kkal/L mengandung
tinggi protein, rendah karbohidrat dan lemak dari pada air susu yang
matur, Ig A dan laktoferin, dan protein matur yang lain seperti
sodium, potasium, dan klor. Konsentrasi sel mononuklear lebih
tinggi di dalam kolostrum. Setiap 100 ml mengandung 600 IgA, 80
IgG, dan 125 IgM. Komposisi ini akan terus berubah sesuai dengan
ketahanan tubuh bayi (Purwanti, 2007)
b. Air
Bayi tidak membutuhkan cairan selain ASI untuk menjaga
hidrasinya. ASI mengandung 88,1 % air sehingga ASI sudah
mencukupi kebutuhan bayi dan sesuai dengan kesehatan bayi. ASI
dengan kandungan air yang lebih tinggi biasanya akan keluar pada
hari ketiga atau keempat (Yuliarti, 2010). ASI juga menyediakan
16
energi sekitar 0,65 kkal/mL, meskipun kandungan energinya
bervariasi dengan komposisi lemak.
c. Lemak
Lemak adalah komponen terbanyak kedua (3,8 %) dalam ASI
dengan konsentrasi (3 – 5 dalam susu matur). Lemak menyediakan
setengah dari energi yang ada dalam ASI.
d. DHA
DHA adalah komponen esensial dalam ASI yang berperan
dalam perkembangan retinal dan terakumulasi selama bula-bulan
terakhir masa kehamilan. Keuntungan ASI sangat penting untuk bayi
yang lahir prematur (usia kehamilan sebelum 37 minggu), mungkin
karena konsentrasi DHA yang lebih tinggi pada susu ibu yang
melahirkan bayi pre-term dibandingkan dengan bayi full-term.
e. Asam Lemak Trans
Asam lemak trans berasal dari diet ibu. Konsentrasi lebih
sering pada wanita berkebangsaan Amerika dan Kanada, tetapi
rendah pada wanita Eropa dan Afrika.
f. Kolesterol
Kolesterol adalah komponen esensial dari semua membran sel,
dibutuhkan selama pertumbuhan dan replikasi sel. Konsentrasi
kolesterol antara 10 – 20 mg/dL dan tergantung pada waktu.
Konsumsi kolesterol dini melalui ASI tampaknya dapat menurunkan
kadar kolesterol dalam darah pada kehidupan selanjutnya.
17
g. Protein
Kadar protein dalam ASI relatif rendah (0,8 – 1,0 %).
Konsentrasi protein yang disintesis oleh kelenjar mammae lebih
dipengaruhi oleh usia bayi dari pada intake ibu dan serum protein
ibu. Protein yang disintesis lebih beragam karena hormon-hormon
mengatur ekspresi gen dan membantu perubahan sintesis protein.
Meskipun konsentrasinya relatif rendah, protein ASI sangat penting
baik bernilai nutritif ataun non-nutritif. Protein dan turunannya
seperti peptida, menunjukkan efek antivirus dan antimikroba.
Dua protein susu, yaitu lactadherin dan mucin bersifat sangat
glycosylate. Protein ini adalah modifikasi yang masing-masing
memiliki kemampuan untuk melindungi bayi terhadap rotavirus dan
Escheria coli (Molinari et al, 2013).
Kasein adalah komponen protein yang banyak dalam ASI
matur. Kasein, kalsium pospat, dan ion-ion yang lain termasuk
magnesium dan sitrat muncul sebagai agregat dan sumber warna
putih dalam susu.
Protein whey adalah protein yang tetap larut dalam air setelah
diendapkan dari susu oleh asam atau enzim. Protein whey
terkandung dalam susu dan protein serum, enzim, dan imunoglobulin
diantara yang lain.
Konsentrasi protein total menurun di dua bulan pertama
laktasi, baik pada ibu matur dan prematur. Setelah diamati antara
susu matur dan prematur pada hari 7, 14, dan 30. Di dalam susu
18
matur, konsentrasi protein tertinggi pada hari ke-7 pada 17,9 gr/L
dan penurunan selama menyusui dengan konsentrasi protein pada
hari 14 dan 30 secara signifikan lebih rendah daripada konsentrasi
susu matur. Dalam susu prematur, konsentrasi tertinggi pada hari ke-
7 pada 19,3 gr/L dan tetap tinggi di minggu kedua, menurun hanya
sedikit menjadi 17,5 gr/L pada hari 14 (Molinari et al, 2013).
h. Nitrogen non-protein
Nitrogen non-protein menyediakan 20 – 25 % dari nitrogen
dalam susu. Jumlah urea 30 – 50 % dari nitrogen non-protein, dan
nukleotida 20 %, tergantung pada tahap laktasi dan diet ibu.
Beberapa nitrogen ini tersedia untuk bayi, berguna untuk
memproduksi asam amino nonesensial. Beberapa nitrogen
nonprotein digunakan untuk memproduksi protein lain seperti
hormon, faktor pertumbuhan, asam amino bebas, asam nukleat,
nukleotida, dan karnitin.
i. Karbohidrat dalam ASI
Laktosa adalah karbohidrat yang dominan dalam ASI.
Karbohidrat lain seperti monosakarida, polisakarida, oligosakarida,
dan protein pengikat karbohidrat. Sebagai komponen karbohidrat
terbanyak kedua, oligosakarida menyumbangkan kalori dengan
osmolalitas yang rendah, menstimulasi pertumbuhan dari bakteri
bifidus di dalam saluran pencernaan, dan menghambat pertumbuhan
E. coli dan bakteri berbahaya lain.
19
Oligosakarida adalah karbohidrat rantai panjang yang terdapat
laktosa pada salah satu ujungnya. Oligosakarida bisa bebas atau
berikatan dengan protein (glikoprotein), atau berikatan dengan lemak
(glikolipid), atau berikatan dengan struktur yang lain. Oligosakarida
dalam ASI mencegah terikatnya mikroorganisme patogen di dalam
saluran pencernaan, sehingga mencegah infeksi dan diare (Judith,
2011).
j. Vitamin
1) Vitamin larut lemak
a) Vitamin A. Beberapa vitamin A dalam bentuk beta-
karoten memberikan warna kuning pada kolostrum. Dalam
ASI matur, vitamin A sebesar 75 µg/dL atau 280 IU/dL.
Kadar ini adekuat untuk kebutuhan bayi.
b) Vitamin D. Vitamin D ada dalam kompartemen lemak dan
air dalam ASI. Kadar vitamin D dalam ASI berbeda
tergantung diet ibu dan pajanan oleh sinar matahari. Ibu
yang sering terpapar sinar matahari dilaporkan kadar
vitamin D meningkat sepuluh kali lipat (Judith, 2011).
Status vitamin D pada ibu mempengaruhi konsentrasi
vitamin D pada ASI (Yin et al, 2012).
c) Vitamin E. ASI mengandung 40 µg vitamin E per gram
lemak susu. Kadar alpha-tokoferol menurun dari
kolostrum ke susu transisional sampai ke susu matur,
sedangkan beta dan gamma tokoferol cenderung stabil
20
setiap tahapan laktasi. Vitamin E sangat dibutuhkan bayi
untuk integritas otot dan ketahanan sel darah merah
berhemolisis (Judith, 2011).
d) Vitamin K. Kadar vitamin K dalam ASI 2,3 µg/dL. Kira-
kira 5 % bayi yang disusui berisiko kekurangan vitamin K
berdasarkan pada faktor pembekuan yang bergantung pada
vitamin K (Judith, 2011).
2) Vitamin larut air
Vitamin larut air dalam ASI umumnya responsif
terhadap diet ibu atau suplements (vitamin C, riboflavin,
niasin, B6, dan biotin). Masalah klinis yang berhubungan
dengan vitamin ini jarang terjadi pada bayi yang dirawat oleh
ibu dengan diet tidak memadai. Vitamin B6 dianggap paling
kurang kandungannya dalam ASI. Kadar B6 dalam ASI
mencerminkan asupan ibu.
Vitamin B12 dan Asam Folat. Faktor-faktor yang
mempengaruhi sekresi protein (mis. Hormon, usia bayi, atau
waktu sejak dilahirkan) lebih mungkin mempengaruhi kadar
B12 dan asam folat dalam ASI dari pada intake nutrisi.
Defisiensi B12 telah dilaporkan terjadi pada ibu-ibu dengan
operasi bypass lambung, wanita dengan hipotiroidisme dan
mengkonsumsi pola makan vegan, memiliki anemia pernisiosa
laten, atau umumnya malnutrisi (Judith, 2011).
21
Asam folat adalah zat esensial untuk sintesis DNA atau
komponen sel yang lain, khususnya selama periode masa
pertumbuhan. Kebutuhan asam folat meningkat selama
kehamilan karena untuk meningkatkan multiplikasi sel dan
pergantian metabolik, plasenta dan perkembangan fetus,
pertumbuhan uterus, dan ekspansi volume darah ibu (Lamers,
2011).
k. Mineral Dalam ASI
Mineral dalam ASI berhubungan langsung dengan tingkat
pertumbuhan (Judith, 2011). Trace mineral seperti Zn, Mn, Cu, dan
Co berperan penting dalam sintesis protein, metabolisme vitamin,
pembentukan jaringan ikat, dan fungsi imun. (Miller et al, 1988;
Cousins dan Hempe dalam Toni, 2007).
Menurut Supariasa (2002), komposisi ASI tidak konstan dan
tidak sama dari waktu ke waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi
komposisi ASI adalah stadium laktasi, ras/ suku, keadaan gizi ibu,
diet, dan status ekonomi sosial.
1) Komposisi ASI menurut stadium laktasi
Stadium laktasi terdiri dari tiga tingkatan, yaitu kolostrum,
air susu transisi, dan air susu matur.
a) Kolostrum
Karakteristik dari cairan kolostrum ini lebih kental dan
berwarna kuning dari pada ASI matur, lebih banyak
mengandung protein dimana protein utamanya adalah
22
gamma globulin, lebih banyak mengandung antibodi
dibandingkan ASI matur dan dapat memberikan
perlindungan pada bayi smapai usia 6 bulan pertama. Kadar
karbohidrat dan lemaknya rendah dari pada ASI matur,
lebih tinggi mengandung mineral terutama sodium
dibandingkan dengan ASI matur. Selain itu, kolostrum juga
memiliki total energi 58 kalori/100 ml serta volume
kolostrum berkisar 150 – 300 ml/24 jam.
b) Air susu transisi adalah peralihan dari kolostrum sampai
manjadi matur. Beberapa karakteristik ASI masa peralihan
yaitu kadar protein lebih rendah, sedangkan kadar lemak
dan karbohidrat semakin tinggi dibandingkan dengan
kolostrum, dan volumenya lebih banyak dari pada
kolostrum.
Tabel 2.1. Komposisi protein, karbohidrat, dan lemak dalam ASI menurut
stadium laktasi
Waktu Protein
(gr %)
Karbohidra
t
(gr %)
Lemak
(gr %)
Hari ke 5 2,00 6,42 3,2
Hari ke 9 1,73 6,73 3,7
Minggu ke 3 atau
ke 4
1,30 7,11 4,0
c) ASI matur adalah ASI yang disekresi pada hari kesepuluh
atau setelah minggu ketiga. Komposisi ASI masa ini relatif
konstan.
23
2) Pengaruh Ras terhadap komposisi ASI
Ras (bangsa) juga mempengaruhi susunan zat gizi dari
ASI. Hal ini disebabkan oleh keadaan ekonomi dan budaya,
kebiasaan makan dan pola hidup ibu-ibu di setiap negara
tidaklah sama. Perbedaan yang paling nyata adalah pada kadar
lemak dan beberapa vitamin dan mineral penting.
3) Pengaruh keadaan nutrisi pada komposisi ASI
Ibu dengan malnutrisi berpengaruh kurang baik terhadap
komposisi nutrisi ASI dan substansi imunnya. Sebuah penelitian
yang dilakukan pada wanita-wanita malnutrisi di Kolombia
menunjukkan bahwa kolostrum hanya mengandung satu dari
ketiga konsentrasi IgG normal dan kurang dari setengah kadar
albumin normal juga kekurangan yang signifikan pada kadar
IgA kolostrum normal dan keempat komponen komplemen (C4).
Perbedaan tersebut tidak ada pada ASI yang matur, seiring
dengan perkembangan status nutrisi ibu malnutrisi selama
beberapa minggu postpartum. Oleh karena itu, kualitas ASI
secara signifikan dipengaruhi oleh status nutrisi ibu (Roberts,
2008).
4) Pengaruh diet pada komposisi ASI
Beberapa penelitian menyatakan bahwa konsumsi protein
yang baik pada ibu menyusui dapat meningkatkan konsentrasi
protein, lemak, vitamin, dan sebagainya yang terkandung dalam
ASI.
24
4. Proses Produksi ASI
Di bawah pengaruh hormonal yang terdapat selama kehamilan,
kelenjar mammae mengembangkan struktur dan fungsi kelenjar internal
yang diperlukan untuk menghasilkan air susu. Payudara yang mampu
menghasilkan air susu memilki anyaman duktus semakin kecil yang
bercabang dari puting payudara dan berakhir di lobulus (Sherwood,
2011).
Dalam proses produksi ASI atau laktogenesis terdapat tiga fase
yaitu:
a. Laktogenesis I
Selama masa kehamilan, payudara biasanya menjadi lebih
besar seiring dengan meningkatnya jumlah dan ukuran kelenjar
alveoli sebagai hasil dari peningkatan hormon estrogen. Pada saat
pembesaran payudara ini hormon prolaktin dan HPL yang berperan
dalam produksi ASI, aktif bekerja. Hal ini terjadi sampai seorang
bayi telah disusui untuk beberapa hari dimana produksi susu yang
sebenarnya dimulai.
Selama tahap pertama produksi susu, susu mulai terbentuk,
laktosa dan protein susu meningkat. Tahapan ini berlangsung
sampai hari-hari pertama postpartum (Judith, 2011).
b. Laktogenesis II
Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya
tingkat hormon progesteron, estrogen, dan HPL secara tiba-tiba,
namun hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan
25
terjadinya produksi ASI besar-besaran yang dikenal dengan fase
Laktogenesis II.
Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah
meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan 3 jam
kemudian kembali ke level sebelum rangsangan. Keluarnya
hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk
memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu
sendiri.
c. Laktogenesis III
Produksi ASI tahap ini dimulai kira-kira 10 hari setelah
kelahiran, dimana komposisi ASI mulai stabil (Judith, 2011). Pada
tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan
memproduksi ASI dengan banyak pula. Apabila payudara
dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf
produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi
seberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap, dan juga
seberapa sering payudara dikosongkan.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI
Proses produksi ASI sangat kompleks dan memahami mekanisme
dasar sekresi ASI penting karena untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi sekresinya (Judith, 2011). Faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi ASI adalah pengaruh makanan, suplementasi,
aktivitas, psikologi, kesehatan, pengetahuan tentang pantangan dan
26
kebutuhan, sosial dan ekonomi, bayi yang tidak mau menyusu, dan
masalah payudara (Permatasari, 2013).
Menurut Bahiyatun (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan air susu ibu meliputi:
a. Rangsangan otot-otot payudara. Rangsangan ini diperlukan untuk
memperbanyak air susu ibu dengan mengaktivasi kelenjar-
kelenajarnya. Dengan adanya rangsangan, otot-otot akan
berkontraksi lebih dan kontraksi ini diperlukan dalam laktasi.
b. Keteraturan bayi menghisap. Isapan anak akan merangsang otot-
otot polos payudara untuk berkontraksi yang kemudian
merangsang susunan saraf di sekitarnya dan meneruskan
rangsangan ini ke otak. Otak akan memerintahkan kelenjar
hipofisis posterior untuk mengeluarkan hormon pituitari lebih
banyak, sehingga kadar hormon estrogen dan progesteron yang
masih ada menjadi lebih rendah. Pengeluaran hormon pituitari
yang lebih banyak akan mempengaruhi kuatnya kontraksi otot-otot
polos payudara dan uterus yang berguna mempercepat
pembentukan ASI, sedangkan kontraksi otot-otot polos uterus
mempercepat evolusi.
c. Kesehatan ibu. Kesehatan ibu memegang peranan penting dalam
produksi air susu ibu. Bila ibu tidak sehat, asupan makannya
kurang atau kekurangan darah untuk membawa nutrien yang akan
diolah oleh sel-sel asini di payudara. Hal ini akan menyebabkan
produksi ASI menurun.
27
d. Makanan dan istirahat ibu. Makanan diperlukan oleh ibu dalam
jumlah lebih banyak mulai dari hamil hingga masa nifas, karena
kebutuhan nutrisi diperlukan oleh ibu dan bayi. Istirahat berarti
mengadakan pelemasan pada otot-otot dan saraf setelah mengalami
ketegangan karena beraktivitas. (Bahiyatun, 2009)
B. Menyusui/Laktasi
1. Anatomi dan Fisiologi Laktasi
Unit fungsional kelenjar mammaria adalah alveoli. Setiap alveolus
tersusun dari sekelompok sel sekretori dengan satu duktus yang terletak
di pusat, yang berfungsi untuk mensekresi susu. Duktus ini tersusun
seperti percabangan pohon. Setiap duktus yang lebih kecil yang menuju
ke duktus yang lebih lebar mengumpulkan 6 sampai 10 cabang.
Percabangan tersebut terkumpul dan menuju ke nipple (Judith, 2011).
Susu dibentuk oleh sel epitel kemudian disekresikan ke dalam lumen
alveolus, lalu dialirkan oleh duktus pengumpul susu yang membawa susu
ke permukaan puting payudara (Sherwood, 2011).
Sedangkan menyusui adalah proses alamiah yang berupa sekresi
ASI oleh kelenjar payudara pada periode pemberian ASI kepada bayi
langsung dari payudara ibu (Priyono, 2010; Billings, 2007)
28
Proses ini dicapai dalam kehamilan dengan adanya rangsangan
pada jaringan kelenjar serta saluran payudara oleh hormon-hormon
plasenta, yaitu hormon estrogen, progesteron, dan hormon laktogenik
plasenta. Kadar estrogen yang tinggi mendorong perkembangan ekstensif
duktus, sementara progesteron yang tinggi merangsang pembentukan
alveolus-lobulus. Peningkatan konsentrasi prolaktin (Suatu hormon
hipofisisi anterior yang dirangsang oleh peningkatan kadar estrogen) dan
Human chorionic somatomammotropin (suatu hormon plasenta yang
memilki struktur serupa dengan hormon pertumbuhan dan prolaktin) juga
ikut berperan dalam perkembangan kelenjar mamaria dengan
menginduksi sintesis enzim-enzim yang ibutuhkan untuk memproduksi
susu (Sherwood, 2011).
Sumber: jurnalbidandiah.blogspot.com www.lusa.web.id
Gambar 2.1 Anatomi Kelenjar Mammae
29
C. Nutrisi Ibu Menyusui
1. Pengertian Nutrisi
Nutrisi (nutrition) adalah keseluruhan proses dimana organisme
hidup mendapatkan dan menggunakan bahan-bahan yang diperlukan
untuk kelangsungan organisme tersebut, pertumbuhan dan perbaikan
jaringan tubuh yang aus (Kamus Keperawatan, 2012).
Nutrisi adalah kebutuhan makanan dan cairan pada manusia atau
binatang untuk menjalankan fungsi fisiologi yang normal, termasuk
energi, kebutuhan, pertahanan, pertumbuhan, aktivitas, reproduksi, dan
laktasi (Stedman, 2004).
Jadi, nutrisi merupakan suatu proses fisiologis. Nutrisi diperoleh
dan diserap oleh tubuh berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan
hidup serta mengambil manfaat untuk pemulihan dan mengurangi angka
kematian.
2. Kebutuhan Nutrisi Ibu Menyusui
Gizi seimbang untuk ibu menyusui harus memenuhi kebutuhan
bagi dirinya dan pertumbuhan serta perkembangan bayinya. Dengan
demikian kebutuhan ibu menyusui lebih banyak dari pada ibu tidak
menyusui. Konsumsi makanan harus seimbang sesuai dengan jumlah dan
proporsinya. Jika kebutuhan ibu sendiri tidak mengandung zat gizi yang
cukup, maka kebutuhan zat tersebut untuk memproduksi ASI diambil
dari persediaan yang ada dalam tubuh ibu (Permenkes RI, 2014).
30
Tabel 2.2 Pembagian Porsi Menu Makanan Sehari Untuk Ibu Menyusui
(2200 kkal)
Sumber : Pembagian Gizi Seimbang, Kementerian Kesehatan 2012
Bahan
Makanan
Jumlah
porsi
(p)
pagi Selingan
pagi
Siang Selingan
sore
Malam
Nasi atau
bahan
makanan
penukar
6p 2p 1p 2p ½ p 1,5p
Lauk hewani
atau bahan
makanan
penukar
3p 1p - 1p - 1p
Lauk nabati
atau bahan
makanan
penukar
3p 1p - 1p - 1p
Sayur atau
bahan
makanan
penukar
3p 1p - 1p - 1p
Buah atau
bahan
makanan
penukar
4p - 1p 1p 1p 1p
Gula 2p 1p - - 1p -
Minyak 5p 1,5p 1p 1p - 1p
Susu 1p - - - - 1p
Zat Gizi Wanita Menyusui
Wanita Amerika Wanita Indonesia
1—6 bulan 7-12 bulan 1-6 bulan 7-12
bulan
Kalori (kkal) +500 +500 +700 +500
Protein (g) 65 62 64 60
Vitamin A (µg) 1300 1200 850 800
Vitamin D (µg) 10 10 10 10
Tabel 2.3. Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang direkomendasikan selama
menyusui antara wanita Amerika dan Wanita Indonesia
31
Sumber: Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2002 dalam Khairi 2012
3. Pentingnya Nutrisi Selama Menyusui
Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air
susu yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila
pemberian ASI berhasil baik, maka berat badan bayi akan meningkat,
integritas kulit baik, tonus otot serta kebiasaan makan yang memuaskan.
Ibu menyusui tidaklah terlalu ketat dalam memgatur nutrisinya, yang
terpenting adalah makanan yang menjamin pembentukan air susu yang
berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
bayinya (Permatasari, 2013).
Vitamin E (µg) 12 11 12 10
Vitamin K (µg) 65 65 65 65
Vitamin C (µg) 95 90 85 70
Thiamine (mg) 1,6 1,6 1,3 1,3
Ribovlafin (mg) 1,8 1,7 1,6 1,6
Niacin (mg) 20 20 12 12
Folat (µg) 280 260 200 190
Vitamin B12 (µg) 2,6 2,6 1,3 1,3
Kalsium (mg) 1200 1200 1000 1000
Fosfor (mg) 1200 1200 750 650
Zat Besi (mg) 15 15 28 28
Zinc (mg) 19 16 25 25
Iodine (µg) 200 200 200 200
Selenium (µg) 75 75 80 75
32
D. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi sesudah orang
melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over
behavior) (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan juga dapat didefinisikan sebagai fakta atau informasi
yang kita anggap benar berdasarkan pemikiran yang melibatkan
pengujian empiris (pemikiran fenomena yang diobservasi secara
langsung) atau berdasarkan atas proses berpikir lainnya seperti
pemberian alasan logis atau penyelesaian masalah (Hidayat, 2007).
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
merupakan hasil ―tahu‖ pengindraan manusia terhadap suatu objek
tertentu. sehingga pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang.
2. Pengetahuan Nutrisi Ibu Laktasi
Kebutuhan zat gizi ibu menyusui meningkat dibandingkan dengan
tidak menyusui. Jika sebelum menyusui kebutuhan energi dan protein
perempuan usia 19 – 29 tahun sebesar 1.900 kkal dan 50 g per hari, pada
waktu menyusui kebutuhannya meningkat menjadi 2.400 kkal dan 67 g
per hari pada 6 bulan pertama serta 2.450 kkal dan 67 g per hari pada 6
33
bulan kedua. Pengetahuan ibu tentang hal ini penting untuk mendukung
pemberian ASI untuk bayi (Kurniasih, dkk, 2010). Oleh karena itu,
beberapa hal yang harus diketahui ibu menyusui adalah manfaat nutrisi
bagi ibu menyusui, prinsip gizi yang seimbang, bahan makanan yang
dapat meningkatkan produksi ASI, suplemen untuk ibu menyusui, pola
hidup bersih, serta dampak kekurangan gizi (Almatsier,2010).
3. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan cara orang yang
bersangkutan mengungkap akan hal-hal yang diketahuinya dalam bentuk
atau jawaban baik lisan maupun tulisan (Notoatmodjo, 2003).
Pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan
secara umum dapat dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu:
a. Pertanyaan subjektif
Pertanyaan essay disebut pertanyaan subjektif karena penilaian untuk
pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif dari penilaian, sehingga
cara menilainya akan berbeda-beda.
b. Pertanyaan objektif
Pertanyaan pilihan ganda, menjodohkan, benar atau salah, disebut
pertanyaan objektif karena pertanyaan ini dapat dinilai secara pasti
oleh penilainya tanpa melibatkan faktor subjektifitas.
Pengukuran tingkat pengetahuan menurut Rustaman (2007), terdiri
dari :
a. Baik, jika 76-100 % pertanyaan dapat dijawab dengan benar.
b. Cukup, jika 56-75% pertanyaan dapat dijawab dengan benar.
34
c. Kurang, jika <56% pertanyaan dapat dijawab dengan benar.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu :
a. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya
semakin baik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam
masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan
demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu
orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk
membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan
verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini (WHO,
2002).
b. Pendidikan
Pendidikan adalah proses pertumbuhan seluruh kemampuan dan
perilaku melalui pengajaran, sehingga pendidikan itu perlu
mempertimbangkan umur (proses perkembangan) dan hubungannya
dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah
menerima ide-ide dan teknologi yang baru (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek juga mengandung dua
aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini akan menentukan
sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif
35
dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap positif terhadap
obyek tersebut. Jadi, Tingkat pendidikan merupakan faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang untuk menerima informasi yang
semakin baik (Arikunto, 2006).
c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan seseorang setiap hari
dalam menjalani kehidupannya. Seseorang yang bekerja diluar rumah
cenderung memiliki akses yang baik terhadap informasi dibandingkan
sehari-hari berada dirumah (Arikunto, 2006).
d. Informasi
Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang benyak
memperoleh informasi maka ia cenderung mempunyai pengetahuan yang
lebih luas (Notoadmodjo, 2003).
e. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut (Notoatmodjo, 2010).
f. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulangi kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
pada masa lalu (Notoatmodjo, 2012).
36
E. Pendidikan Kesehatan/ Edukasi
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang
dinamis, dimana perubahan tersebut bukan proses pemindahan materi
dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur.
Artinya perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam individu
atau masyarakat sendiri. Pendidikan kesehatan adalah istilah yang
diterapkan pada penggunaan proses pendidikan secara terencana untuk
mencapai tujuan kesehatan yang meliputi beberapa kombinasi dan
kesempatan pembelajaran (Lawrence Green dalam Mubarak, 2007).
Menurut Craven dan Hirnle (1996), pendidikan kesehatan adalah
penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui praktik
belajar atau instruksi dengan tujuan untuk mengingat fakta/ kondisi
nyata, dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri (self
direction), dan aktif memberikan informasi-informasi.
Menurut Nursalam & Ferry Efendi (2008), pendidikan kesehatan
merupakan proses belajar yang harus dialami oleh individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat yang menjadi sasaran dengan tujuan akhir
adalah perubahan perilaku. Benyamin Bloom (1908) dalam Nursalam &
Efendi (2008), membagi perilaku ke dalam 3 domain, yaitu domain
kognitif (cognitive domain), domain sikap (attitude domain), dan domain
psikomotor (psychomotor domain).
37
a. Domain kognitif (pengetahuan)
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overt behavior). Tingkat pengetahuan mempunyai enam
tingkatan, yaitu: Tahu (know), Memahami (comprehension),
Aplikasi (application), Analisis (analysis), Sintesis (synthetis), dan
Evaluasi (evaluation).
b. Domain sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap stimulus (objek). Komponen sikap mempunyai
tiga komponen pokok, yaitu: Kepercayaan (keyakinan), ide, dan
konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi
terhadap suatu objek, serta kecenderungan untuk bertindak.
Sikap mempunyai empat tingkatan, yaitu: menerima (receiving),
merespon (responding), menghargai (valuing), bertanggungjawab
(responsible).
c. Domain psikomotor (praktik)
Psikomotor mempunyai empat tingkatan, yaitu: persepsi
(perseption), respons terpimpin (guided response), mekanisme
(mechanism), dan adaptasi (adaptation).
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Menurut hasil sidang The President’s Committee on Health
Education pada tanggal 14 September 1971, tujuan pendidikan kesehatan
38
adalah sebagai sarana yang menjembatani kesenjangan antara informasi
kesehatan dan praktik kesehatan yang memotivasi seseorang untuk
memperoleh informasi dan berbuat sesuatu sehingga dapat menjaga
dirinya menjadi lebih sehat dengan menghindari kebiasaan buruk dan
membentuk kebiasaan yang menguntungkan kesehatan (Mico & Ross,
1975).
Sedangkan tujuan pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang
Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu meningkatkan derajat
kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara
ekonomi maupun secara sosial, pendidikan kesehatan di semua program
kesehatan baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan,
gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan
lainnya.
Secara khusus, rumusan tujuan pendidikan kesehatan disebutkan
oleh Maulana (2009) sebagai berikut:
1. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di
masyarakat. Oleh sebab itu, pendidikan kesehatan
bertanggungjawab mengarahkan cara-cara hidup sehat menjadi
kebiasaan hidup masyarakat sehari-hari.
2. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau
berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan
hidup sehat.
39
3. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana
pelayanan kesehatan yang ada.
Jadi, tujuan pendidikan kesehatan adalah sebagai sarana
menyampaikan informasi tentang pentingnya perilaku sehat,
menumbuhkan dan mengembangkan perilaku sehat secara mandiri, dan
menggunakan pelayanan kesehatan yang terpadu.
3. Teori Health Belief Model
Health Belief Model (HBM) dikembangkan sejak tahun 1950 oleh
kelompok ahli psikologi sosial dalam pelayanan kesehatan yang
berkaitan dengan kepercayaan dalam hal kesehatan. Model ini salah satu
model pertama yang dirancang untuk mendorong penduduk melakukan
tindakan ke arah kesehatan yang positif. Health Belief Model
menekankan pada ―peranan persepsi seseorang terhadap kerentanan
suatu penyakit dan keefektifan potensial dalam pengobatan‖. Artinya
dalam pelayanan kesehatan harus mempertimbangkan bagaimana
persepsi individu mengenai kerentanan dirinya terhadap penyakit,
sehingga individu akan melakukan tindakan yang dapat mencegah
penyakit yang akan menyerangnya (Bensley, 2008).
Melihat hal tersebut, model ini digunakan sebagai upaya untuk
menjelaskan secara luas kegagalan partisipasi masyarakat dalam program
pencegahan atau deteksi penyakit (Hockbaum, 1958; Rosenstock, 1974
dalam Maulana, 2009). Selain itu HBM digunakan untuk
mengidentifikasi beberapa faktor prioritas penting yang berdampak
40
terhadap pengambilan keputusan secara rasional dalam situasi yang tidak
menentu (Rosenstock, 1974 dalam Maulana, 2009).
Health Belief Model merupakan model kognitif, yang digunakan
untuk meramalkan perilaku peningkatan kesehatan. Menurut teori ini,
seseorang memungkinan untuk melakukan tindakan pencegahan
dipengaruhi oleh dua hasil keyakinan atau penilaian kesehatan, antara
lain:
a. Ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka (Perceived threat of
injury or illness).
Hal ini berdasarkan pada sejauh mana seseorang berfikir bahwa
penyakit akan mengancam dirinya. Jika seseorang merasa bahwa
ancaman tersebut semakin meningkat, makan upaya pencegahan yang
dilakukan juga akan meningkat. Penilaian akan ancaman ini
didasarkan pada kerentanan yang dirasakan (perceived vulnerability)
dan keseriusan yang dirasakan (Perceived severity).
b. Keuntungan dan kerugian (Benefits and costs)
Keuntungan dan kerugian yang akan didapatkan menjadi
pertimbangan individu apakah akan melakukan tindakan pencegahan
atau tidak.
c. Posisi yang menonjol (salient position) juga menjadi keyakinan
seseorang untuk memulai proses perilaku. Hal ini berupa informasi
dari luar atau nasihat mengenai permasalahan kesehatan.
41
Ancaman, keseriusan, ketidakkebalan, pertimbangan keuntungan dan
kerugian dipengaruhi oleh variabel demografi, variabel
sosiopsikologis, dan variabel struktural.
Persepsi Individu Faktor Pemodifikasi Kemungkinan Tindakan
Bagan 2.1 Keterangan konsep teori Health Belief Model yang dikutip Edberg
(2009) dalam buku ―kesehatan masyarakat, teori sosial dan perilaku‖
Variabel demografi
(usia, jenis kelamin, ras,
etnis, dll)
Variabel
sosiopsikologis
(kepribadian, kelas
sosial, tekanan dari
teman sebaya, dan
kelompok panutan, dll.)
Variabel struktural
(pengetahuan tentang
penyakit, kontak
sebelumnya dengan, dll)
penyakit.
Manfaat yang dirasakan
dari tindakan preventif
Minus
Halangan yang
dirasakan pada tindakan
preventif
Kemungkinan untuk
menjalankan tindakan
kesehatan preventif
yang dianjurkan.
Ancaman yang
dirasakan dari resiko
yang ditimbulkan.
Kerentanan yang
dirasakan pada resiko
yang ditimbulkan.
Keseriusan yang
dirasakanpada resiko
yang ditimbulkan.
Petunjuk untuk
Tindakan
1. Kampanye media
massa
2. Berita dari orang
lain
3. Surat peringatan
dari dokter atau
dokter gigi
4. Penyakit pada
anggota keluarga
atau teman
5. Surat kabar atau
artikel majalah
42
Domain Deskripsi
Persepsi kerentanan Derajat risiko yang dirasakan
seseorang terhadap masalah kesehatan
Persepsi keparahan Tingkat kepercayaan seseorang
bahwa konsekuensi masalah
kesehatan yang akan menjadi parah
Persepsi manfaat Hasil positif yang dipercaya
seseorang sebagai hasil dari tindakan
Persepsi hambatan Hasil negatif yang dipercaya sebagai
hasil dari tindakan
Petunjuk untuk bertindak Peristiwa eksternal yang memotivasi
seseorang untuk bertindak.
Efikasi diri Kepercayaan seseorang akan
kemampuannya dalam melakukan
tindakan.
Tabel 2.4. Keterangan Domain Persepsi
4. Metode Pendidikan Kesehatan
Menurut Machfoedz & Suryani (2007), diantara metode yang
digunakan dalam aplikasi pendidikan kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Diskusi
Diskusi adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah
untuk mengambil kesimpulan atau bisa disebut kelompok kecil (Efendi
& Makhfudli, 2009). Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2000) dalam
Simamora (2009), mendefiniskan metode diskusi sebagai metode
mengajar yang sangat berkaitan dengan pemecahan masalah (problem
solving).
Ciri-cirinya peserta mulai 3 – 15 orang, membahas satu materi, dan
dipimpin oleh seorang ketua. Kelebihannya dapat mengembangkan
43
kreatifitas, dapat mengemukakan berbagai pendapat, tumbuh berbagai
analisis. Kelemahannya adalah ada peserta yang tidak berkesempatan
untuk bicara, tidak bisa diikuti oleh peserta yang kurang
pengetahuannya, memerlukan waktu yang lama, dan tidak dapat
digunakan dalam kelompok besar (Machfoedz & Suryani, 2007).
b. Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode pengajaran dengan cara
memperagakan benda, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu
kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media
pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang
sedang disajikan (Muhibbin, 2000 dalam Simamora, 2009).
Ciri-cirinya memperagakan materi pendidikan secara visual.
Kelebihannya membantu peserta memahami dengan jelas jalannya
suatu proses atau kerja suatu benda, memudahkan berbagai jenis
penjelasan, dan kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat
diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkrit. Kelemahannya tidak
semua benda dapat didemonstrasikan, memerlukan perencanaan yang
teliti, biaya besar, dan memerlukan fasilitas yang banyak (Simamora,
2009).
c. Role Playing
Metode role playing ini adalah peserta memainkan peran dalam suatu
situasi. Kelebihannya dapat mengembangkan kecakapan perilaku
tertentu, menambah rasa percaya diri peserta, dan membantu untuk
menganalisis masalahnya. Kelemahannya permainan bisa keluar dari
44
tujuan, pemain kadang keluar di tengah-tengah permainan, dan
diperlukan ketua tim yang terlatih (Machfoedz, 2007).
d. Ceramah
Metode ceramah adalah sebuah metode pengajaran dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada
sejumlah audiens, yang pada umumnya mengikuti secara pasif (Syah
M, 2000 dalam Simamora, 2009).
Ciri-ciri dari metode ini adalah peserta didik berjumlah besar,
disampaikan dengan lisan. Kelebihannya antara lain; mudah, murah,
diikuti oleh peserta yang banyak (Machfoedz & Suryani, 2007).
Sedangkan kelemahannya adalah kurang diketahui umpan balik, sulit
dinilai hasilnya, kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (Simamora,
2009), dan jika terlalu lama membuat jenuh (Djamarah, S.B., 2000
dalam Simamora, 2009).
5. Media yang Digunakan dalam Pendidikan Kesehatan
Menurut Machfoedz & Suryani (2007), media pendidikan ada 3
macam, yaitu:
a. Media Cetak
1) Booklet adalah media komunikasi massa yang bertujuan untuk
menyampaikan pesan yang bersifat promosi, anjuran, larangan-
larangan kepada khalayak massa, bentuk buku, baik tulisan
maupun gambar. Sehingga akhir dari tujuannya tersebut adalah
agar masyarakat yang sebagai obyek memahami dan menuruti
45
pesan yang terkandung dalam media komunikasi massa tersebut
(Machfoedz & Suryani, 2007).
Kelebihan booklet :
a) Keunggulan dari booklet itu adalah bahwa booklet ini
menggunakan media cetak sehingga biaya yang
dikeluarkannya itu bisa lebih murah jika dibandingkan dengan
menggunakan media audio dan visual serta juga audio visual.
b) Proses booklet agar sampai kepada obyek atau masyarakat bisa
dilakukan sewaktu-waktu.
c) Proses penyampaiannya juga bisa disesuaikan dengan kondisi
yang ada.
d) Lebih terperinci dan jelas, karena lebih banyak bisa mengulas
tentang pesan yang disampaikannya.
Kelemahan Booklet :
a) Booklet ini tidak bisa menyebar ke seluruh masyarakat, karena
disebabkan keterbatasan penyebaran booklet.
b) Tidak langsungnya proses penyampaiannya, sehingga umpan
balik dari obyek kepada penyampai pesan tidak secara
langsung (tertunda).
c) Memerlukan banyak tenaga dalam penyebarannya.
2) Leaflat ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan
kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat
dalam bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi.
3) Flyer (selebaran) ialah seperti leaflat tidak dalam bentuk lipatan.
46
4) Flip chart (lembar balik) ialah media penyampaian pesan atau
informasi-informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik.
Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi
gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan dan
informasi berkaitan dengan gambar tersebut.
5) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah,
mengenai bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan.
6) Poster adalah suatu bentuk media cetak berisi pesan-pesan/
informasi kesehatan, yang biasanya ditempel di tembok-tembok,
di tempat-tempat umum, atau di kendaraan umum.
b. Media Elektronik
1) Televisi. Penyampaian informasi kesehatan melalui media televisi
dapat berbentuk: sandiwara, sinetron, forum diskusi, atau hanya
tanya jawab sekitar masalah kesehatan, dll.
2) Radio. Penyampaian informasi kesehatan melalui radio juga dapat
berbentuk macam-macam, antara lain tanya jawab, ceramah, radio
spot, dan sebagainnya.
3) Video
4) Slide
c. Media Papan
Papan-papan yang dipasang di tempat-tempat umum dapat diisi
dengan pesan-pesan atau informasi kesehatan. Media papan disini
47
juga termasuk pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang
ditempel pada kendaraan umum (Mahfoedz, 2007).
F. Penelitian Terkait
1. Penelitian Wahyuna & Abidin (2013) tentang gambaran ibu menyusui di
Kabupaten Pidie Jaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas
pola makan ibu menyusui berada pada kategori kurang, yaitu sebanyak
31 responden (56,4 %), berdasarkan pengetahuan berada pada kategori
rendah, yaitu sebanyak 36 responden (65,5 %), berdasarkan sosial
budaya mayoritas pada kategori negatif, yaitu sebanyak 34 responden
(61,8 %), berdasarkan status gizi mayoritas pada kategori gizi kurang,
yaitu sebanyak 28 responden (50,9 %).
2. Penelitian Maga et al. (2013) menyimpulkan bahwa empat variabel
determinan yang secara signifikan (p < 0,05) menentukan produksi ASI,
yaitu status gizi, perawatan payudara, konseling laktasi, dan kemampuan
bayi menyusu. Hubungan antara status gizi selama kehamilan dengan
produksi ASI (p = 0,018) dengan besar kontribusi (phi =1,42 %). Uji
multivariat dengan uji regresi logistik dengan nilai B=1,107, p=0,009 dgn
besar resiko ExpB=3,026, artinya apabila ibu hamil mengalami status
gizi kurang akan memungkinkan terjadinya produksi ASI berkurang
secara signifikan dengan besar resiko 3,026 kali lebih besar dibandingkan
dengan yang tidak mengalami status gizi kurang.
3. Penelitian Farudin (2011) tentang perbedaan efek konseling gizi dengan
media leaflet dan booklet terhadap tingkat pengetahuan, asupan energi
dan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di rsud dr. Moewardi
48
surakarta. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen random
(randomized controlled trial). Jumlah sampel dalam penelitian ini
sebanyak 32 orang dibagi menjadi dua kelompok sampel yaitu satu
kelompok kontrol yang diberikan leaflet dan kelompok perlakuan yang
diberikan booklet. Hasil analisis data menggunakan uji statistik
independent t- test (p< 0,05) terhadap asupan energi diperoleh p = 0.670
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna nilai rata-rata asupan
energi antara kelompok leaflet dan booklet, dan sedangkan skor
pengetahuan diperoleh p= 0.01 ada perbedaan bermakna rata skor
pengetahuan, kadar gula darah puasa diperoleh p=0.041 dan kadar gula
darah 2 jam post prandial dengan p = 0.043 menunjukkan adanya
perbedaan bermakna antara kelompok booklet dan leaflet.
4. Penelitian Srimiyati (2014) tentang Pengaruh pendidikan kesehatan
menggunakan booklet terhadap pengetahuan dan gejala kecemasan
wanita premenopause. Penenlitian ini menggunakan desain Pra-
eksperimental one group pretest dan posttest design, random sampling,
tehnik multistage sample. Menggunakan uji wilcoxon dan pair sample t-
test dgn tingkat kemaknaan 0,05, interval kepercayaan 95 %. Hasilnya
Terdapat perbedaan skor pengetahuan antara sebelum dibandingkan
dengan sesudah dan perbedaannya bermakna secara statistik p<0,005.
5. Penelitian Yulianti (2013) tentang booklet untuk meningkatkan
pengetahuan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue di
desa Plumbungan Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen. Metode
yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan pretest-posttest control
49
group. Sampel berjumlah 45 terdiri dari 2 kelompok intervensi dan 1
kelompok kontrol. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat
(uji one-way ANOVA dan t-test tidak berpasangan). Hasilnya nilai mean
kelompok eksperimen I sebesar 10.93, eksperimen II sebesar 9, dan
kontrol sebesar 8.27. hal ini menunjukkan bahwa penggunaan booklet
lebih efektif dibandingkan leaflat atau ceramah.
50
G. Kerangka Teori Penelitian
Bagan 2.2. Kerangka Teori Penelitian dimodifikasi dari konsep Health
Belief Model
Persepsi Individu Faktor Pemodifikasi Kemungkinan Tindakan
Variabel demografi
(usia, jenis kelamin, ras,
etnis, dll)
Variabel
sosiopsikologis
(kepribadian, kelas
sosial, tekanan dari
teman sebaya, dan
kelompok panutan, dll.)
Variabel struktural
(pengetahuan tentang
penyakit, kontak
sebelumnya dengan, dll)
penyakit.
Manfaat yang dirasakan
dari tindakan preventif
Minus
Halangan yang
dirasakan pada tindakan
preventif
Kemungkinan untuk
menjalankan tindakan
kesehatan preventif
yang dianjurkan.
Ancaman yang
dirasakan dari resiko
yang ditimbulkan.
Kerentanan yang
dirasakan pada resiko
yang ditimbulkan.
Keseriusan yang
dirasakanpada resiko
yang ditimbulkan.
Petunjuk untuk Tindakan
Pendidikan kesehatan tentang nutrisi ibu laktasi
ceramah Ceramah + booklet
Pengetahuan tentang nutrisi ibu laktasi
51
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan
dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antarvariabel.
Kerangka konsep ini yang akan membantu peneliti menghubungkan hasil
penelitian dengan teori (Nursalam, 2008).
Penelitian ini menentukan apakah ada atau tidaknya hubungan antara
variabel independen atau variabel yang telah diprediksi dengan variabel
dependen atau variabel respon. Kelompok yang dinilai biasanya
menggambarkan tingkat variabel independen. Independen dan dependen
dipilih untuk tipe variabelnya karena pemilihan ini telah diperkirakan bahwa
variabel respon tergantung pada tingkat variabel yang telah diprediksi
(Forthofer, 2007).
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengidentifikasi pengetahuan ibu
menyusui setelah diberikan pendidikan kesehatan melalui ceramah yang
menggunakan media booklet dan pendidikan kesehatan melalui ceramah saja.
Di sini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (independent) dan variabel
terikat (dependent). Variabel bebas (independent) yaitu pengetahuan ibu-ibu
mengenai nutrisi ibu menyusui, sedangkan variabel terikat (dependent) yang
akan diteliti yaitu pendidikan kesehatan.
Variabel perancu (confounding) merupakan variabel yang berhubungan
dengan variabel bebas dan variabel terikat yang nilainya ikut menentukan
variabel lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Identifikasi
52
variabel perancu sangat penting untuk menghindari kesimpulan yang salah
(Nursalam, 2008). Variabel perancu pada penelitian ini adalah usia,
pendidikan, pekerjaan, informasi, lingkungan, dan pengalaman.
Bagan 3.1. Kerangka konsep penelitian tentang pengaruh pendidikan
kesehatan dengan booklet terhadap pengetahuan nutrisi ibu laktasi di wilayah
kerja Puskesmas Ciputat Timur.
1
Keterangan :
__________ : variabel yang diteliti
-------------- : variabel yang tidak diteliti
Variabel independen:
Pendidikan kesehatan
dengan ceramah dan
booklet
Variabel dependen
Rata-rata tingkat
pengetahuan ibu
menyusui tentang
kebutuhan nutrisi
yang seimbang
(post-test)
Pengetahuan ibu
menyusui tentang
kebutuhan nutrisi
yang seimbang (pre-
test)
Pengetahuan ibu
menyusui tentang
kebutuhan nutrisi
yang seimbang (pre-
test)
Variabel independen:
Pendidikan kesehatan
dengan ceramah
Variabel
confounding :
1. Usia
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
4. Lingkungan
5. Pengalaman.
53
B. Hipotesis
Hipotesis adalah alternatif dugaan jawaban sementara yang dibuat oleh
peneliti bagi problematika yang diajukan dalan sebuah penelitian (Arikunto,
2010). Adapun hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah
H0 : Booklet tidak berpengaruh positif terhadap peningkatan pengetahuan ibu
tentang nutrisi ibu menyusui.
H1 : Booklet berpengaruh positif terhadap peningkatan pengetahuan ibu
tentang nutrisi ibu menyusui.
54
C. Definis Operasional
Tabel 3.1 Definisi operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara ukur Hasil ukur Skala ukur
1. Umur Umur responden
berdasarkan ulang
tahun terakhir
Ditanyakan dalam
kuesioner data umum
Umur dinyatakan dalam
tahun
1. <20 tahun
2. 20 – 35 tahun
3. > 35 tahun
Nominal
2. Pendidikan Pendidikan formal
terakhir yang pernah
diikuti oleh responden
Ditanyakan dalam
kuesioner data umum
Pendidikan dinyatakan
berdasarkan jenjang
pendidikan yang
ditempuh:
1. Tidak sekolah
2. SD
3. SMPsederajat
4. SMA/sederajat
5. Perguruan Tinggi
Ordinal
3. Penghasilan Rata-rata jumlah
pendapatan kepala
keluarga dalam satu
bulan
Ditanyakan dalam
kuesioner data umum
Diklasifikasikan dengan
menggunakan standar
UMR setempat
1. < 2,7 juta
2. > 2,7 juta
Rasio
55
4. Pekerjaan Pekerjaan subyek
sehari-hari baik di
instansi pemerintah
maupun swasta
Ditanyakan dalam
kuesioner data umum
Dinyatakan dengan:
1. Tidak bekerja
2. Bekerja
Nominal
5. Pengetahuan ibu
tentang nutrisi
untuk ibu laktasi
(variabel
dependen)
Hal-hal yang diketahui /
pemahaman responden
tentang kebutuhan
nutrisi pada masa
laktasi
Kuesioner : tentang
pengetahuan nutrisi
ibu menyusui
Dinyatakan dalam
kategori:
d. Baik jika nilai
pengetahuan diatas
rata-rata
e. Kurang baik jika nilai
pengetahuan dibawah
rata-rata
Ordinal
6. Pendidikan
kesehatan
menggunakan
ceramah dan
booklet tentang
nutrisi untuk ibu
laktasi (variabel
independen)
Kegiatan
menyampaikan
informasi dengan
ceramah dan
menggunakan media
booklet yang berisi
tentang kebutuhan
nutrisi untuk ibu laktasi
Dilakukan pretest
sebelum diberikan
pendidikan kesehatan
dan post test setelah
diberikan pendidikan
kesehatan pada ibu
laktasi
- -
56
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam
mengidentifikasi permasalahan, mendapatkan data yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis, menjawab pertanyaan penelitian, serta alat untuk
mengontrol atau mengendalikan berbagai variabel yang berpengaruh dalam
penelitian (Nursalam, 2008). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan metode quasi experiment. Desain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pre-post test with control group design, karena peneliti ingin
membandingkan variabel dependen antara dua kelompok (Budiharto, 2008;
Nursalam, 2008; Carmen G. Loiselle et al. Dalam Swarjana, 2012).
Rancangan penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh booklet
terhadap pengetahuan tentang nutrisi ibu laktasi di wilayah kerja Puskesmas
Ciputat Timur. Pengukuran pengetahuan dilakukan sebelum diberikan
perlakuan (pre-test) dan setelah diberikan perlakuan (post-test).
Bagan 4.1 Bentuk rancangan penelitian.
Sumber: Diagram of quasi experimental with control group design
(Varkevisser et al, 2003. Dalam Swarjana, 2012)
Kelompok Pre-test dengan
booklet
Kelompok Posttest
Kelompok Pretest tanpa booklet Kelompok Posttest
57
B. Populasi, Sampel, dan Sampling
1. Populasi
Populasi adalah sekelompok individu atau objek yang memiliki
karakteristik yang sama, yang mungkin diselidiki/ diamati (Imron &
Munif, 2010). Populasi ini adalah ibu menyusui yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Ciputat Timur.
2. Sampel dan Sampling
Sampel adalah sebagian kecil populasi yang dijadikan sebagai objek
penelitian (Saebani, 2008; Imron & Munif, 2010). Pengambilan sampel
dalam penilitian ini menggunakan teknik non-random sampling jenis
purposive sample, yaitu pemilihan kelompok subjek berdasarkan ciri-ciri
tertentu atau karakteristik yang memenuhi tujuan penelitian. Peneliti
mengambil ibu-ibu menyusui yang memiliki bayi berusia 0 – 24 bulan.
Ukuran besar sampel didasarkan atas pendapat Gay dan Diehl (1992)
bahwa besar sampel yang digunakan dalam penelitian dengan metode
eksperimen (baik true ekxperiment maupun quasi eksperiment adalah
minimal 15 subjek perkelompoknya (Umar, 2011). Jadi, peneliti akan
menggunakan 30 orang untuk menjadi responden.
Sampel yang digunakan berdasarkan kriteria inklusi sebagai berikut:
a. Ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0 – 24 bulan.
b. Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur.
c. Bersedia untuk menjadi responden.
58
C. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur. Alasan
memilih lokasi ini adalah pengetahuan ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas ini
masih kurang, kepedulian untuk memberikan ASI yang berkualitas dan cukup
juga masih kurang. Keberhasilan program promosi kesehatan di puskesmas
yang belum mencapai target sehingga perlu dukungan program yang lebih
efektif. Selain itu, yang menjadi pertimbangan peneliti adalah belum pernah
dilakukan pendidikan kesehatan tentang nutrisi ibu laktasi di wilayah kerja
Puskesmas ini.
D. Waktu Penelitian
Waktu penelitian efektif dilakukan selama 4 minggu. Mulai akhir bulan
April sampai akhir bulan Mei 2015.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket. Angket
adalah responden mengisi kuesioner tanpa dilakukan wawancara (Lapau,
2012). Instrumen ini ada 3 macam yang terdiri dari: instrumen A yang berisi
data demografi tentang pertanyaan yang berkaitan dengan karakteristik ibu
menyusui, kuesioner B berkaitan dengan pengetahuan ibu menyusui tentang
nutrisi yang seimbang dengan pilihan jawaban ―benar‖ dan ―salah‖, dan
kuesioner C berkaitan dengan pengetahuan ibu menyusui dengan pilihan
jawaban pilihan ganda. Penetapan nilai pengetahuan berdasarkan pernyataan
benar dan salah. Uji coba kuesioner akan dilakukan pada minggu keempat
bulan April 2015 dengan menyebarkan kuesioner kepada ibu-ibu menyusui di
59
wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur. Jumlah subjek yang digunakan
sekitar 30 orang (Riyanto, 2011).
Tabel 4.1. Kisi-Kisi Kuesioner Pengetahuan Ibu Menyusui
Variabel Subvariabel
Pertanyaan
Jumlah
Soal Favorable Unfavor-
able
Pengetahuan
tentang
nutrisi yang
seimbang
bagi ibu
menyusui
1. Pengertian nutrisi
seimbang untuk ibu
menyusui
1,2 2
2. Kegunaan dan
prinsip nutrisi pada
ibu menyusui
3,4,5,6 4
3. Sumber nutrisi ibu
menyusui
7,8,9,10,11,1
2,14
15,17,18,19,2
0
13 14
4. Dampak kekurangan
nutrisi pada ibu
menyusui
22 21 2
5. Ukuran jumlah
kebutuhan
1,2,3,4,5,6 - 6
Jumlah 28
Pernyataan dalam penelitian ini menggunakan alternatif jawaban
―benar‖ dan ―salah‖, kriteria pernyataan positif dan negatif. Dimana
pernyataan dengan kriteria positif skor 1 jika jawaban benar dan skor 0 jika
jawaban salah. Sedangkan pernyataan dengan kriteria negatif skor 1 jika
jawaban salah dan skor 0 jika jawaban benar.
F. Uji Validitas Dan Uji Reliabilitas
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-
benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2012). Untuk menguji
60
validitas dalam kuesioner yang menggunakan skala Guttman adalah
dengan content validity.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalaha indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2012).
Untuk menguji kuesioner dengan KR 20 (Adapun perhitungannya
menggunakan sistem komputer.
G. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data, peneliti akan melakukan beberapa
prosedur, sebagai berikut:
1. Pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan ijin dari Puskesmas
sebagai tempat penelitian.
2. Melakukan sosialisasi rencana penelitian pada kepala Puskesmas dan
beberapa staf terkait kemudian dibuat kesepakatan untuk melaksanakan
program pendidikan kesehatan di Puskesmas.
3. Mengidentifikasi responden yang memenuhi kriteria inklusi penelitian.
4. Meminta calon responden terpilih agar bersedia menjadi responden setelah
mendapat penjelasan tentang tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian ini
serta hak dan kewajiban selama menjadi responden. Responden yang
bersedia kemudian diberikan informed consent untuk ditandatangani.
H. Prosedur Intervensi
Prosedur intervensi yang akan diberikan kepada responden adalah
sebagai berikut :
61
1. Sebelum memberikan pendidikan kesehatan tentang nutrisi untuk ibu
menyusui, peneliti membuat booklet sebagai panduan, tentang nutrisi ibu
menyusui dengan merujuk pada berbagai sumber yang relevan serta
dikoreksi oleh editor ahli.
2. Evaluasi awal tingkat pengetahuan dilakukan sebelum responden
mendapatkan pendidikan kesehatan tentang nutrisi yang seimbang.
3. Pendidikan kesehatan tentang nutrisi yang seimbang untuk ibu menyusui
dilakukan setelah responden mengisi semua kuesioner tahap awal.
Intervensi edukasi dengan media booklet yang boleh dibawa pulang.
Pendidikan kesehatan dilakukan selama 15 menit.
4. Evaluasi akhir tingkat pengetahuan dilakukan segera setelah pendidikan
kesehatan tentang nutrisi diberikan.
I. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan akan diolah dengan menggunakan
beberapa tahapan. Tujuan dari pengolahan data adalah mengubah data
menjadi informasi (Wasis, 2008). Tahapan pengolahan data sebagai berikut:
1. Editing
Editing dilakukan untuk mencermati kelengkapan pengisian, kesalahan
pengisian, atau jawaban yang belum terisi, kejelasan dan kesesuaian
antara jawaban dengan pertanyaan responden agar dapat diolah dengan
baik.
2. Coding
Coding adalah pemberian kode untuk setiap jawaban sesuai dengan
petunjuk koding. Pemberian kode digunakan untuk data karakteristik
62
responden. Pemberian kode agar memudahkan peneliti untuk menginput
data.
3. Scoring
Scoring adalah pemberian nilai pada format isian. Pemberian skor agar
memudahkan menginterpretasikan data yang bersifat kualitatif menjadi
kuantitatif.
4. Entri data
Setelah selesai diberi kode maka semua data dimasukkan kedalam
program komputer yang sesuai.
5. Cleaning data
Kegiatan pembersihan data dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan dan
ketidaksesuaian data dengan cara pengecekan kembali, sehingga data
siap dianalisa.
J. Metode Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah cara analisis untuk variabel tunggal. Penting
dilakukan untuk menganalisis distribusi ukuran sampel dari variabel
tunggal. Hasil perhitungannya disebut distribusi frekuensi (Lapau, 2012).
Pada penelitian ini, hasil analisis univariat terdiri dari distribusi frekuensi
dan presentase untuk jenis data kategorik (usia, agama, pekerjaan,
pendidikan, dan penghasilan) dan tendensi sentral untuk data numerik
meliputi mean, median, standar deviasi (tingkat pengetahuan sebelum
dan sesudah pada kedua kelompok).
63
2. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data
mengikuti atau mendekati normal, yaitu distribusi data dengan bentuk
lonceng (bell shaped), dan data yang baik adalah data yang terdistribusi
normal (Santoso, 2010). Jika sudah diketahui bagaimana distribusi
datanya maka dilanjutkan uji bivariat.
3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang menunjukkan hubungan antara satu
variabel independen dengan satu variabel dependen (Lapau, 2012).
Pemilihan uji statistika yang digunakan untuk mengetahui perbedaan
pengetahuan antara sebelum dan sesudah intervensi adalah paired t test
jika data terdistribusi normal, tetapi jika data tidak terdistribusi normal
maka menggunkan Wilcoxon test (Hidayat, 2013). Kemudian untuk
mengetahui perbedaan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol
maka menggunkan t-test jika data terdistribusi normal atau uji Mann
Whitney jika data tidak terdistribusi normal. Signifikansi ditentukan dari
hasil uji beda dengan manggunakan nilai one-tailed. One-tailed ini
digunakan pada hipotesis yang sebelumnya telah diketahui arahnya.
K. Etika Penelitian
Sebelum dilakukan, penelitian ini juga memenuhi beberapa prinsip etik
dan formulir inform consent yang diberikan pada responden (Hidayat, 2008
dan Nursalam, 2008)
1. Self determination
64
Responden diberi kebebasan untuk menentukan pilihan apakah bersedia
atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian, setelah semua informasi
yang berkaitan dengan penelitian dijelaskan, dengan menandatangani
informed consent yang disediakan.
2. Anonymity
Peneliti tidak mencantumkan nama responden, tetapi menggunakan kode
responden.
3. Confidentiality
Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden dan informasi yang
diberikannya. Semua catatan dan data responden disimpan di file
berpassword sebagai dokumen penelitian.
4. Inform Consent
Perlindungan hak-hak responden dijamin dan tercantum dalam lembar
persetujuan. Sebelum responden menyetujui untuk berpartisipasi dalam
penelitian, responden harus memahami tentang penelitian yang akan
dilakukan, formulir/ lembar persetujuan memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Subjek penelitian diberi penjelasan yang dapat dimengerti tentang
tujuan dari penelitian yang akan dilakukan. Dijelaskan prosedur dan
tehnik yang akan dilakukan serta tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian.
b. Subjek penelitian diberi penjelasan mengenai resiko dan
ketidaknyamanan potensial yang mungkin akan dialami. Jika selama
kegiatan penelitian responden merasa tidak nyaman maka intervensi
dihentikan.
65
c. Subjek diberi tahu mengenai manfaat yang akan didapatkan pada
penelitian yang akan dilakukan.
d. Peneliti bersedia menjawab semua pertanyaan mengenai prosedur
yang diajukan subjek penelitian dan bersedia memberikan penjelasan
dengan lengkap tentang prosedur penelitian yang dilakukan.
e. Jika selama berlangsungnya kegiatan penelitian ini subjek ingin
mengundurkan diri, maka dapat mengundurkan diri kapan saja tanpa
konsekuensi apapun.
66
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab ini memaparkan hasil pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan
booklet terhadap pengetahuan tentang nutrisi ibu menyusui. Penelitian ini
mengambil sampel 34 responden. Dari 34 responden ini dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu 17 responden untuk kelompok intervensi dan 17 responden untuk
kelompok kontrol. Setelah dilakukan analisa, dari 34 responden 4 orang
mengundurkan diri. Alasan responden mengundurkan diri yaitu dua responden
tidak bersedia mengisi lembar kuesioner post test, satu responden tidak menjawab
kuesioner dengan lengkap, dan satu responden tidak jelas dalam mengisi
kuesioner. Sehingga total data yang diolah adalah 15 responden untuk kelompok
intervensi dan 15 responden untuk kelompok kontrol.
A. Analisis Univariat
1. Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan pada 30 responden yang memenuhi kriteria
inklusi penelitian. Dari total 30 responden, 15 responden diambil bersamaan
dengan kegiatan posyandu dan 15 responden yang lain diambil di tempat
responden berdomisili. Hasil pengolahan data akan ditampilkan dalam bentuk
tabel-tabel. Adapun tabel karakteristik responden sebagai berikut:
Tabel 5.1. Usia Responden Pada Kelompok Kontrol dan Intervensi
Usia Kelompok kontrol Kelompok intervensi
Frekuensi Persen (%) Frekuensi Persen (%)
Usia 20 – 35 tahun 13 86.7 11 73.3
Usia > 35 tahun 2 13.3 4 26.7
Total 15 100.0 15 100.0
67
Berdasarkan tabel 5.1. Dari kedua kelompok, mayoritas responden
berada pada usia produktif (20 – 35 tahun) sebanyak 13 responden (86.7 %)
pada kelompok kontrol dan 11 responden (73.3 %) pada kelompok intervensi.
Sedangkan responden yang berusia lebih dari 35 tahun sebanyak 2 responden
(13.3 %) pada kelompok kontrol dan 4 responden (26.7 %) pada kelompok
intervensi.
Tabel 5.2. Tingkat Pendidikan Responden pada Kelompok Kontrol dan
Intervensi
Tingkat pendidikan Kelompok kontrol Kelompok intervensi
Frekuensi Persen (%) Frekuensi Persen (%)
SD 4 26.7 2 13.3
SMP 5 33.3 5 33.3
SMA 5 33.3 5 33.3
Perguruan Tinggi 1 6.7 3 20.0
Total 15 100.0 15 100.0
Berdasarkan tabel 5.2. Pendidikan terakhir responden yang sampai
perguruan tinggi sangat sedikit yaitu 1 responden (6.7 %) pada kelompok
kontrol dan 3 responden (20.0 %) pada kelompok intervensi). Sedangkan
responden yang pendidikan terakhirnya SD sebanyak 4 responden (26.7 %)
pada kelompok kontrol dan 2 responden (13.3 %) pada kelompok intervensi.
Responden yang pendidikan terakhirnya SMP sebanyak 5 responden (33.3 %)
pada kelompok kontrol dan 5 responden (33.3 %) pada kelompok intervensi.
Frekuensi yang sama juga pada jumlah responden dengan pendidikan terakhir
SMA, yaitu 5 responden (33.3 %) pada kelompok kontrol dan 5 responden
pada kelompok intervensi.
68
Tabel 5.3. Pekerjaan Responden pada Kelompok Kontrol dan Intervensi
Pekerjaan Kelompok kontrol Kelompok intervensi
Frekuensi Persen (%) Frekuensi Persen (%)
Tidak bekerja 14 93.3 10 66.7
Bekerja 1 6.7 5 33.3
Total 15 100.0 15 100.0
Berdasarkan tabel 5.3. Menggambarkan mayoritas responden tidak
bekerja. Jumlah responden yang tidak bekerja yaitu sebanyak 14 responden
(93.3 %) pada kelompok kontrol dan sebanyak 10 responden (66.7 %) pada
kelompok intervensi. Sedangkan responden yang bekerja sebanyak 1
responden (6.7 %) pada kelompok kontrol dan 5 responden (33.3 %).
Tabel 5.4. Rata-rata Penghasilan Kepala Keluarga pada Kelompok Kontrol
dan Intervensi
Kelompok kontrol Kelompok intervensi
Frekuensi Persen (%) Frekuensi Persen (%)
< 2.7 juta/bulan 6 40.0 11 73.3
> 2.7 juta/bulan 9 60.0 4 26.7
Total 15 100.0 15 100.0
Berdasarkan tabel 5.4. menggambarkan jumlah kepala keluarga
responden dengan penghasilan rata-rata perbulan dibawah UMR (Upah
Minimun Regional) lebih banyak dari jumlah kepala keluarga responden
dengan penghasilan rata-rata perbulan diatas UMR. Kepala keluarga
responden dengan penghasilan rata-rata perbulan dibawah UMR sebanyak 6
responden (40.0 %) pada kelompok kontrol dan 11 responden (73.3 %) pada
kelompok intervensi. Sedangkan kepala keluarga responden dengan
69
penghasilan rata-rata perbulan diatas UMR adalah sebanyak 9 responden
(60.0 %) pada kelompok kontrol dan 4 responden (26.7 %) pada kelompok
intervensi.
2. Gambaran Rata-rata Skor Pengetahuan Responden
Gambaran rata-rata skor pengetahuan responden tentang nutrisi ibu
menyusui pre-test dan post-test pada kelompok intervensi dan kontrol dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.5. Gambaran Rata-Rata Skor Pengetahuan Responden pada
Kelompok Kontrol dan Intervensi
Kelompok
responden
Rata-
rata
Nilai
tengah
Standar
deviasi
(SD)
Min-
maks
Intervensi Pre-test 18.67 18.00 2.87 15-25
Post-test 25.67 26.00 1.496 23-28
Kontrol Pre-test 21.73 22.00 3.283 16-26
Post-test 23.93 24.00 1.163 23-26
Berdasarkan tabel 5.5. rata-rata skor pengetahuan pada
kelompok intervensi saat pre-test adalah 18.67 dengan nilai
minimum 15 dan nilai maksimum 25. Saat post-test meningkat
menjadi 25.67 dengan nilai minimum 23 dan nilai maksimum 28.
Sedangkan rata-rata skor pengetahuan pada kelompok kontrol saat
pre-test adalah 21.73 dengan nilai minimum 16 dan nilai maksimum
26. Saat post-test meningkat menjadi 23.93 dengan nilai minimum
23 dan nilai maksimum 26.
Gambaran pengetahuan responden tentang nutrisi ibu
menyusui dapat dilihat pada tabel berikut:
70
Tabel 5.6. Gambaran Pengetahuan Responden pada Kelompok
Kontrol dan Intervensi
Pre-test Post-test
Baik Kurang
baik Baik
Kurang
baik
n (persen)
% n
(persen)
% n
(persen)
% n
(persen)
%
Kelompok
kontrol 8 53.3 7 46.7 8 53.3 7 53.3
Kelompok
intervensi 7 46.7 8 53.3 9 60.0 6 40.0
Berdasarkan tabel 5.6. Jumlah responden dengan pengetahuan
baik menunjukkan adanya peningkatan pada kelompok intervensi.
Pada saat pre-test jumlah responden yang berpengetahuan baik
sebanyak 7 responden (46.7 %) dan jumlah responden yang
berpengetahuan kurang baik sebanyak 8 responden (53.3 %).
Kemudian pada saat post-test jumlah responden yang
berpengetahuan baik sebanyak 9 responden (60.0 %) dan jumlah
responden yang berpengetahuan kurang baik sebanyak 6 responden
(40.0 %). Hasil ini berbeda pada kelompok kontrol yang
menunjukkan tidak ada peningkatan jumlah responden yang
berpengetahuan baik. Pada saat pre-test jumlah responden yang
berpengetahuan baik sebanyak 8 responden (53.3 %) dan jumlah
responden yang berpengetahuan kurang baik sebanyak 7 responden
(46.7 %). Kemudian pada saat post-test jumlah responden yang
berpengetahuan baik sebanyak 8 responden (53.3 %) dan jumlah
71
responden yang berpengetahuan kurang baik sebanyak 7 responden
(46.7 %).
B. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan bertujuan untuk menguji hipotesis penelitian
yaitu apakah pendidikan kesehatan yang disampaikan menggunakan media
booklet mempengaruhi tingkat pengetahuan responden tentang nutrisi ibu
menyusui atau tidak. Pengujian keabsahan hipotesis dilakukan dengan
menganalisa perbedaan rerata skor nilai pengetahuan responden sebelum dan
setelah intervensi baik pada kelompok intervensi, kelompok kontrol, dan juga
perbedaan rerata antara kedua kelompok.
Sebelum dilakukan uji beda rata-rata maka dilakukan uji normalitas
untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak terdistribusi
normal. Hasil analisis uji normalitas menunjukkan nilai p Kolmogorov-
Smirnov = 0.000. Nilai tersebut p < 0.05, artinya data berasal dari populasi
yang tidak terdistribusi normal. Sehingga analisis data selanjutnya
menggunakan analisis nonparametrik. Analisis nonparametrik untuk melihat
beda rerata nilai pengetahuan pada kelompok yang sama menggunakan uji
Wilcoxon, sedangkan penghitungan statistik beda rerata pada kelompok yang
berbeda menggunakan uji Mann Whitney. Uji Mann Whitney digunakan
untuk membandingkan apakah ada perbedaan antara kedua nilai dari kedua
kelompok tersebut secara signifikan. Uji statistik pada kedua penghitungan
tersebut dilakukan dengan tingkat kemaknaan 95 % (alpha 0.05).
72
1. Pengaruh pendidikan kesehatan dengan media booklet terhadap
nilai pengetahuan responden pada kedua kelompok
Analisa perbedaan rerata nilai pengetahuan tentang nutrisi ibu
menyusui dapat dilihat dalam tabel 5.7. berikut.
Tabel 5.7. Analisa Beda Rerata Skor Pengetahuan Responden pada
Kelompok Kontrol dan Intervensi
Nilai pengetahuan Alpha (α) Nilai (p)
Intervensi 0.05 0.0005
Kontrol 0.05 0.0125
Tabel 5.7. menggambarkan bahwa hasil analisis uji Wilcoxon pada
kedua kelompok sama-sama berbeda secara signifikan. Nilai p pada
kelompok intervensi adalah 0.0005 (<0.05), sedangkan nilai p pada
kelompok kontrol adalah 0.0125. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pendidikan kesehatan yang disampaikan dengan booklet maupun tanpa
booklet sama-sama memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan pengetahuan responden.
2. Analisis Beda Rerata nilai pengetahuan responden saat post-test
pada kedua kelompok
Analisa beda rerata skor pengetahuan responden antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol saat post-test dapat dilihat pada tabel
5.8. berikut.
73
Tabel 5.8. Analisa Beda Rerata Skor Pengetahuan Responden Saat Post-
Test Pada Kedua Kelompok (n=30)
Nilai pengetahuan Mean rank Nilai p
Intervensi 20.23 0.001
Kontrol 10.77
Tabel 5.8. Menunjukkan hasil analisa uji Mann Whitney pada skor
pengetahuan post-test antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol
menunjukkan dengan nilai p= 0.001 (<0.05) artinya ada perbedaan
pengetahuan yang signifikan antara kedua kelompok saat post-test.
74
BAB VI
PEMBAHASAN
Pendidikan kesehatan merupakan salah satu upaya pemecahan masalah
kesehatan melalui pendidikan. Pendidikan kesehatan sangat penting karena akan
menunjang program-program kesehatan lainnya. Saat ini, dalam program-program
pelayanan kesehatan kurang melibatkan pendidikan kesehatan. Kalaupun program
itu telah melibatkan pendidikan kesehatan, tetapi kurang berbobot. Alasannya
karena pendidikan kesehatan itu tidak menghasilkan manfaat yang segera dan
mudah dilihat atau diukur (Notoatmodjo, 2011). Melalui pendidikan kesehatan
informasi-informasi penting akan sampai kepada klien agar pengetahuannya
meningkat. Karena pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi pola pikir ke arah
yang positif, sehingga akan menumbuhkan perilaku atau kebiasaan hidup sehat
(Asiah et al., 2010; Rahmawati & Panunggal, 2014; dan Novrianda et al., 2015).
A. Karakteristik Responden
Penelitian ini menggambarkan dua kelompok responden, baik
kelompok intervensi maupun kelompok kontrol memiliki tingkat pengetahuan
yang berbeda. Dari 30 responden, 1 orang yang pernah mengikuti pendidikan
kesehatan mengenai nutrisi seimbang bagi ibu menyusui. Sedangkan 29
responden lainnya mengatakan tidak pernah mengikuti dan memang tidak
pernah diadakan pendidikan kesehatan tentang nutrisi ibu menyusui dari
pelayanan kesehatan terdekat. Hasil penelitian menunjukkan 8 responden
(53.3 %) pada kelompok intervensi memiliki pengetahuan kurang baik dan 7
responden (46.7 %) pada kelompok kontrol memiliki pengetahuan kurang
75
baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyuluhan tentang nutrisi ibu laktasi
di wilayah ini.
Karakteristik berdasarkan usia mayoritas responden berusia 20 – 35
tahun, yaitu sebanyak 24 responden. Dari 24 responden yang berusia 20 – 35
tahun. Faktor usia mempengaruhi pengetahuan responden. Semakin
bertambah usia dapat mempengaruhi cara berfikir dan mempunyai
pengalaman yang lebih banyak. Sehingga pengetahuan yang diperoleh
semakin banyak (Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Asiah et al., (2010) dan Suwanti & Wahyuni, (2012) yang menyatakan bahwa
ada hubungan yang bermakna antara usia dengan pengetahuan. Tetapi belum
tentu usia yang lebih matang memiliki pengetahuan yang lebih baik dari pada
usia dibawahnya, karena ada faktor lain seperti pengalaman, pekerjaan,
pendidikan, dan lingkungan yang dapat mempengaruhi tingkat
pengetahuannya. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian tentang hubungan
usia dengan tinggat pengetahuan tentang nutrisi ibu laktasi.
Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan manusia adalah tingkat
pendidikan. Secara teori semakin tinggi tingkat pendidikan individu maka
semakin mudah mendapatkan informasi dan tingkat pengetahuan seseorang
semakin baik (Arikunto, 2006). Suatu penelitian menunjukkan ada hubungan
yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan, karena
pendidikan seseorang mempengaruhi sikap atau respon yang diberikan
terhadap informasi yang ia peroleh. (Suwanti & Wahyuni, 2012). Hasil
penelitian ini menunjukkan masih sedikit responden yang tingkat
pendidikannya perguruan tinggi, yaitu sebanyak 4 responden. Tetapi dalam
76
hal ini perlu diteliti kembali karena pengetahuan yang dimaksud adalah
pengetahuan yang spesifik, yaitu pengetahuan tentang nutrisi ibu menyusui.
Sehingga tidak setiap responden memiliki pengetahuan yang baik tentang
nutrisi ibu menyusui. Maka perlu dilakukan penelitian tentang hubungan
tingkat pendidikan terhadap pengetahuan tentang nutrisi ibu laktasi.
Karakteristik responden berikutnya adalah pekerjaan. Pekerjaan
responden dikelompokkan menjadi bekerja dan tidak bekerja. Hasil dari
penelitian didapatkan mayoritas responden tidak bekerja yaitu 24 responden.
Pekerjaan responden berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan. Karena
seseorang yang bekerja di luar rumah cenderung memiliki akses yang baik
terhadap informasi dibandingkan seseorang yang sehari-hari berada di rumah
(Arikunto, 2006). Namun, jenis pekerjaan dan tempat bekerja yang berbeda
akan mempengaruhi informasi yang diperoleh. Maka perlu dilakukan
penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan terhadap pengetahuan tentang
nutrisi ibu laktasi.
Tingkat pendapatan kepala keluarga dikelompokkan berdasarkan UMR
(Upah Minimum Regional) yaitu 2.710.000 juta/bulan. Hasil penelitian
menunjukkan mayoritas kepala keluarga responden memiliki penghasilan di
bawah UMR (2.710.000 juta/bulan) yaitu 17 responden. Dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari, seseorang dengan tingkat upah yang tinggi, dapat
menjangkau kebutuhan yang diperlukan termasuk kebutuhan nutrisinya
(Hapsari, 2013). Selain itu, seseorang dengan tingkat upah yang tinggi dapat
mudah mengakses layanan kesehatan yang lebih baik. Maka, hal ini perlu
diteliti kembali mengenai hubungan tingkat pendapatan keluarga dengan
77
pengetahuan dan pola perilaku makan yang sehat, karena kebutuhan dan
prioritas pembelanjaan setiap keluarga berbeda-beda.
B. Pengetahuan Responden
Seseorang memerlukan nutrisi untuk menjaga agar tubuhnya dapat
melakukan segala proses fisiologinya (Stedman, 2004). Nutrisi yang terdiri
dari sumber energi, zat pengatur, dan zat pelindung, dan segala proses yang
terjadi dalam tubuh manusia. Bila seseorang salah dalam mengkonsumsi
makanan maka akan menimbulkan dampak buruk, diantaranya adalah status
gizi individu (Almatsier, 2009). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Nadimin, et al. (2010) tentang faktor-faktor yang berhubungan
dengan status gizi ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas Moncobalang
kabupaten Gowa yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara pola
makan dan status gizi ibu menyusui.
Sikap merupakan respon seseorang terhadap stimulus (Nursalam &
Efendi (2008), artinya pola makan merupakan respon dari pengetahuan yang
dimiliki oleh individu. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Istiningtyas (2010) yang menyatakan bahwa sikap pola makan dipengaruhi
oleh pengetahuan, meskipun peningkatan pengetahuan saja tidak dapat
mengubah sikap seseorang dalam jangka waktu pendek. Dalam teori Health
Belief Model menekankan pada peranan persepsi seseorang terhadap
kerentanan suatu penyakit dan keefektifan potensial dalam pengobatan
(Bensley, 2008). Salah satu upaya untuk mengubah persepsi individu adalah
memberikan informasi, sehingga pengetahuannya tentang nutrisi bagi ibu
laktasi baik. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan pengetahuan
78
individu tentang nutrisi ibu laktasi yang diberikan pendidikan kesehatan. Oleh
sebab itu, perlu adanya pendidikan kesehatan yang efektif untuk meningkatka
pengetahuan tentang nutrisi ibu laktasi.
Persepsi kerentanan (perceived susceptibility) terhadap suatu penyakit
akan mempengaruhi tindakan pencegahan dari individu, artinya risiko
penyakit yang akan muncul dapat mendorong individu agar bertindak untuk
mencegah penyakit tersebut (Bensley, 2008). Hal ini didukung yang
dilakukan oleh Khosidah & Purwanti (2014) yang berjudul Persepsi ibu
rumah tangga tentang VCT terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS
menyatakan bahwa ada pengaruh secara bersama-sama variabel persepsi
kerentanan HIV/AIDS dan variabel faktor pencetus terhadap perilaku VCT.
Oleh sebab itu, perlu diberikan informasi tentang dampak yang mungkin
ditimbulkan jika tidak melakukan Dalam Penelitian ini, informasi tentang
persepsi kerentanan disampaikan melalui pernyataan kuesioner poin ke 21
dan 22, bahwa ibu dengan asupan nutrisi kurang, akan berdampak pada
kesehatan bayi. Selain itu, tumbuh kembang bayi dapat tetap atau menurun
karena kebutuhan ASI-nya tidak cukup.
Persepsi keseriusan (perceived seriousness), yaitu apabila risiko yang
muncul benar terjadi maka akan menerima konsekuensi yang berat, seperti
kebutuhan bayi dan ibu tidak terpenuhi secara maksimal (Edberg, 2009).
Kombinasi persepsi kerentanan dan persepsi keseriusan akan menimbulkan
persepsi ancaman, maka seseorang akan merubah perilakunya berdasarkan
persepsi ancaman dari risiko yang akan ditimbulkan (Glanz, 2008). Maka
79
perlu diteliti mengenai hubungan persepsi dengan perilaku pola makan yang
seimbang bagi ibu menyusui.
Persepsi tentang manfaat juga berpengaruh terhadap perilaku
pencegahan suatu penyakit (Glanz, 2008). Seseorang akan terdorong
melakukan tindakan pencegahan karena merasa bahwa tindakan tersebut
bermanfaat untuk menghindari risiko yang akan muncul (Ningsih et al.,
2013). Persepsi positif ini sangat berperan penting pada perilaku seseorang
dalam mengambil suatu keputusan kesehatan atas dirinya ataupun
lingkungannya. Jika manfaat yang didapat semakin besar maka individu akan
cenderung melakukan tindakan pencegahan tersebut. Sebaliknya, jika
manfaat yang akan didapat sedikit maka kemungkinan kecil individu
melakukan tindakan pencegahan tersebut. Hal ini didukung dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Gamelia & Wijayanti (2013) yang
menyatakan bahwa persepsi manfaat dari suatu tindakan pencegahan malaria
merupakan variabel yang berpengaruh paling kuat dengan signifikansi < 0.05.
Variabel persepsi tentang manfaat berpengaruh 2,94 kali lebih besar untuk
mendorong seseorang melakukan tindakan pencegahan.
Dalam penelitian ini, responden diberikan informasi tentang manfaat
asupan nutrisi ibu yang cukup melalui pernyataan-pernyataan kuesioner poin
ke 1, 2, 3, dan 16, bahwasannya nutrisi ibu selama menyusui akan diserap
oleh tubuh dan digunakan untuk kebutuhan dirinya dan bayinya, yaitu untuk
melakukan aktivitas, cadangan dalam tubuh, dan memproduksi ASI. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata responden menjawab dengan benar
80
pada pernyataan-pernyataan ini. Jadi, pengetahuan responden baik mengenai
persepsi manfaat nutrisi ibu menyusui.
Persepsi hambatan juga mempengaruhi perilaku individu, artinya
persepsi individu bahwa tidak terlalu banyak konsekuensi negatif bila
mengambil tindakan pencegahan (Edberg, 2009). Namun, hal ini perlu diteliti
kembali apakah tindakan pencegahan dari dampak masalah gizi juga
mempengaruhi perilaku individu untuk mengatur pola makan atau gaya
hidupnya, karena tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Gamelia & Wijayanti (2013) yang menyatakan bahwa persepsi hambatan
tidak mempengaruhi perilaku individu, karena pencegahan yang dilakukan
individu mempertimbangkan biaya dan beban yang ditanggung.
Kepercayaan seseorang akan kemampuan untuk melakukan tindakan
pencegahan juga mempengaruhi perilaku individu (Edberg, 2009). Ibu
menyusui memiliki kepercayaan diri bahwa tindakan yang dilakukan ibu
sudah benar, akan tetapi karena pengetahuan yang kurang matang, sehingga
ibu ragu-ragu kemudian tidak mempedulikan asupan nutrisinya. Oleh sebab
itu, adanya peristiwa eksternal yang positif, dukungan keluarga terdekat,
dukungan tenaga kesehatan, dukungan tokoh-tokoh penting, serta media masa
seperti leaflat, booklet, televisi, radio, poster ini penting karena dapat
memotivasi individu untuk melakukan tindakan pencegahan.
Persepsi individu melakukan tindakan pencegahan untuk menghindari
ancaman yang akan diterima dipengaruhi oleh pengetahuan (Edberg, 2009).
Sehingga pengetahuan bahwa pemenuhan nutrisi yang baik bagi ibu
menyusui akan mendorong ibu untuk mengatur pola makan yang baik. Hal ini
81
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nadimin (2010) yang
menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan
pola makan. Semakin baik pengetahuan ibu maka semakin baik pola
makannya. Dengan pengetahuan yang baik, ibu dapat memberikan kontribusi
yang benar terhadap pemenuhan kebutuhan nutrisi selama ibu menyusui.
Sehingga pantangan-pantangan atau mitos-mitos yang dikenakan pada ibu
dapat diperhatikan. Jangan sampai pantangan tersebut merugikan kondisi ibu
maupun anak.
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan seseorang tentang kesehatan
diantaranya adalah melalui pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Hasil
penelitian menunjukkan adanya perbedaan tingkat pengetahuan responden
yang diberikan pendidikan kesehatan baik pada kelompok perlakuan maupun
kelompok kontrol. Rata-rata pengetahuan responden pada kedua kelompok
meningkat yaitu 18.67 menjadi 25.67 pada kelompok intervensi dan 21.73
menjadi 23.93 pada kelompok kontrol. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rahmawati et al., (2007), Zulaekah, (2012), Keseuntung et al.,
(2015), dan Suraya et al., (2015) dengan judul yang berbeda, menyatakan
bahwa ada peningkatan pengetahuan pada kelompok yang diberikan
pendidikan kesehatan.
Pengetahuan dapat diterima seseorang melaui indera. Paling banyak
pengetahuan disalurkan ke dalam otak melalui indera pandang. Kurang lebih
75% sampai 87% dari pengetahuan manusia diperoleh/disalurkan melalui
indera pandang, 13% melalui indera pendengaran, dan 12% lainnya tersalur
82
melalui indera yang lain (Arsyad. A. dalam Rahmawati, 2007). Maka
peningkatan pengetahuan dengan media audio dan visual sangat signifikan.
Dalam penelitian ini, media yang digunakan untuk pendidikan
kesehatan adalah menggunakan booklet yang disertakan dalam ceramah.
Penyampaian informasi melalui audio sekaligus media visual ini, diharapkan
akan membantu keefektifan pendidikan kesehatan. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Zulaekah, (2012) yang berjudul pendidikan
gizi dengan media booklet terhadap pengetahuan gizi menyatakan pendidikan
gizi dengan media booklet efektif meningkatkan pengetahuan gizi anak SD
yang anemia. Pada penelitian ini juga menggunakan booklet agar masyarakat
yang sebagai obyek memahami dan menuruti pesan yang terkandung dalam
media komunikasi dapat tercapai dengan maksimal. Media booklet lebih
efektif meningkatkan pengetahuan individu. Hal ini didukung dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Mintarsih (2007); Apriani & Kumalasari
(2014); Artini et al., (2014); dan Agustin et al., (2014) yang menyatakan
bahwa media booklet lebih efektif meningkatkan pengetahuan responden dari
pada ceramah, leaflat, atau peer group.
Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok intervensi
dan kelompok kontrol. Untuk kelompok kontrol diberikan pendidikan
kesehatan melalui ceramah saja, sehingga yang membedakan antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol adalah media booklet. Pada
dasarnya pendidikan kesehatan melalui ceramah juga berpengaruh
meningkatkan pengetahuan seseorang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sarwani et al., (2014) yang menyatakan ada perbedaan
83
pengetahuan sebelum dan sesudah kegiatan ceramah dengan rata-rata skor
pengetahuan 10.82 menjadi 12.18 sebanyak 60.7 % responden. Namun,
dengan pemilihan desain penelitian yang seperti ini diharapkan dapat
diketahui adakah pengaruh booklet atau tidak. Media booklet ini efektif
meningkatkan pengetahuan. Sesuai dengan hasil penelitian Hapsari, (2013)
berjudul efektivitas komunikasi media booklet ―anak alami‖ sebagai media
penyampaian pesan gentle birthing service yang menyatakan bahwa 74 %
dari 100 responden menilai booklet memiliki efektivitas komunikasi sebagai
media penyampai pesan.
Ada perbedaan peningkatan pengetahuan antara kelompok intervensi
dan kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi nilai rata-rata pengetahuan
sebelum diberikan pendidikan kesehatan menggunakan booklet adalah 18.67.
Kemudian setelah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan booklet
pengetahuannya meningkat dengan skor rerata 25.67. Jadi, selisih antara
sebelum dan sesudah adalah 7.0. Sedangkan pada kelompok kontrol nilai
rata-rata pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan tanpa media
booklet adalah 21.73. Kemudian setelah diberikan pendidikan kesehatan
tanpa booklet nilai rata-rata pengetahuannya meningkat menjadi 23.93. Jadi,
selisih antara rerata sebelum dan sesudah adalah 2.2. Dari hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ada perbedaan peningkatan pengetahuan responden pada
kelompok yang diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media booklet
dan tidak.
Hasil penelitian ini menunjukkan pada kelompok intervensi gambaran
pengetahuan responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan sebanyak 7
84
responden (46.7 %) berpengetahuan baik dan 8 responden (53.3 %)
berpengetahuan kurang baik. Sedangkan gambaran pengetahuan responden
setelah diberikan pendidikan kesehatan sebanyak 9 responden (60.0 %)
berpengetahuan baik dan 6 responden (40.0 %) berpengetahuan kurang baik.
Adapun pada kelompok kontrol gambaran pengetahuan responden sebelum
diberikan pendidikan kesehatan sebanyak 8 responden (53.3 %)
berpengetahuan baik dan 7 responden (46.7 %) berpengetahuan kurang baik.
Sedangkan gambaran pengetahuan responden setelah diberikan pendidikan
kesehatan sebanyak 8 responden (53.3 %) berpengetahuan baik dan 7
responden (46.7 %) berpengetahuan kurang baik. Pengetahuan yang kurang
ini mengenai prinsip nutrisi, sumber dan kegunaan nutrisi, dampak
kekurangan gizi, dan ukuran kebutuhan nutrisi bagi ibu menyusui. Banyak
responden yang tidak tepat dalam menjawab pertanyaan tentang hal tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka perlu diberikan pendidikan kesehatan
mengenai hal tersebut.
Hasil Uji Wilcoxon menunjukkan beda rata-rata nilai pengetahuan
antara pre-test dan post-test pada kelompok intervensi adalah p = 0.0005
(<0.05) dan pada kelompok kontrol adalah p = 0.0125 (<0.05). Nilai ini
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Jika dilihat dari selisih nilai
rata-rata, pada kelompok intervensi selisih peningkatan nilai rata-rata relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan selisih peningkatan nilai rata-rata pada
kelompok kontrol. Hasil ini menunjukkan ada pengaruh positif dan signifikan
dari pendidikan kesehatan yang diberikan menggunakan booklet terhadap
peningkatan pengetahuan.
85
Hasil uji Mann Whitney diperoleh beda rata-rata post-test antara kedua
kelompok adalah p = 0.001 (< 0.05), artinya ada perbedaan yang signifikan
antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Srimiyati (2014) yang menyatakan
Terdapat perbedaan skor pengetahuan antara sebelum dibandingkan dengan
sesudah dan perbedaannya bermakna secara statistik p<0,005 dan penelitian
yang dilakukan oleh Farudin (2011) dan Yulianti (2013) yang menyatakan
bahwa penggunaan booklet lebih efektif dibandingkan leaflat atau ceramah.
Pendidikan kesehatan yang disampaikan dengan metode atau media
yang ada, seperti ceramah, diskusi, peer group, demonstrasi, booklet, slide,
dan lain-lain dapat mempengaruhi seseorang, baik pengetahuan, perilaku,
atau sikap sesuai dengan tujuan dari pendidikan kesehatan tersebut. Tetapi,
memilih metode atau media yang paling efektif diperlukan untuk
menyampaikan informasi yang tepat. Hasil penelitian ini dapat dijadikan
referensi bahwa pemberian informasi melalui booklet yang disertakan dalam
ceramah berpengaruh signifikan meningkatkan pengetahuan. Beberapa
penelitian yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh Mintarsih
(2007); Ataupah (2007); Farudin (2011); Zulaekah (2012); Yulianti (2013);
Srimiyati (2014); Agustin (2014); Artini (2014); dan Apriani & Kumalasari
(2014) yang sama-sama menyatakan bahwa pendidikan kesehatan
menggunakan media booklet lebih efektif dari pada media yang lain.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat dijadikan acuan bahwa booklet
merupakan media yang paling efektif untuk pendidikan kesehatan.
86
C. Keterbatasan penelitian
Dalam penyusunan penelitian ini, terdapat beberapa keterbatasan yang
menjadi kekurangan dalam penelitian ini.
1. Kendala Penelitian
Kendala yang dihadapi selama melakukan penelitian ini adalah peneliti
tidak bisa mengumpulkan responden dalam satu waktu, sehingga
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengumpulkan data, ada
beberapa responden yang mengundurkan diri, sehingga harus mencari
responden lain, dan tidak ada jadwal kegiatan posyandu di minggu ke
empat, sehingga peneliti harus mendatangi rumah responden karena
untuk mengejar waktu target.
2. Kelemahan penelitian
a. Variabel penelitian ini menggunakan variabel tunggal, sehingga
hasil penelitian terbatas pada pengetahuan saja.
b. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup,
sehingga responden hanya memiliki dua alternatif jawaban benar
dan salah. Oleh karena itu, belum bisa menggambarkan
pengetahuan responden tentang nutrisi ibu menyusui secara
mendalam.
87
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dan
dijelaskan pada bab 5 dan 6, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Karakteristik responden mayoritas berusia antara 20 – 35 tahun yaitu 13
responden (86.7 %) pada kelompok kontrol dan 11 responden (73.3 %)
pada kelompok intervensi, tingkat pendidikan masih sedikit yang sarjana
yaitu 1 responden (6.7 %) pada kelompok intervensi dan 3 responden
(20.0 %) pada kelompok kontrol, pekerjaan responden mayoritas tidak
bekerja yaitu sebanyak 14 responden (93.3 %) pada kelompok kontrol
dan 10 responden (66.7 %) pada kelompok intervensi, serta mayoritas
rata-rata penghasilan kepala keluarga adalah kurang dari UMR yaitu 11
responden (73.3 %) pada kelompok intervensi. Tetapi berbeda pada
kelompok kontrol, rata-rata penghasilan kepala keluarga adalah lebih dari
UMR yaitu 9 responden (60.0 %)
2. Rata-rata skor pengetahuan ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas
Ciputat Timur saat pre-test pada kelompok perlakuan adalah 18.67
dengan skor terendah 15 dan skor tertinggi 25. Sedangkan pada
kelompok kontrol adalah 21.73 dengan skor terendah 16 dan skor
tertinggi 26.
3. Rata-rata skor skor pengetahuan ibu menyusui di wilayah kerja
puskesmas Ciputat Timur saat post-test pada kelompok perlakuan adalah
25.67 dengan skor terendah 23 dan tertinggi 28. Sedangkan pada
88
kelompok kontrol adalah 23.93 dengan skor terendah 23 dan tertinggi 28.
Artinya kedua kelompok sama-sama meningkat pengetahuannya.
Namun, pada kelompok perlakuan penigkatan pengetahuan lebih tinggi
dibandingkan pada kelompok kontrol.
4. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa booklet mempengaruhi skor
pengetahuan ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur
dengan nilai beda rata-rata post-test antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol p= 0.001( <0.05). nilai yang lebih kecil dari alpha ini
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa booklet berpengaruh positif
meningkatkan pengetahuan tentang ntrisi ibu menyusui.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Pengetahuan yang minim dapat menghambat pelaksanaan
program-program kesehatan. Sehingga dibutuhkan program penunjang
sebagai sarana penyampaian informasi kesehatan. Salah satunya adalah
dengan program pendidikan kesehatan dengan metode ceramah yang
disertai booklet. Sesuai dengan penelitian di atas, bahwa metode ini sangat
berpengaruh positif untuk peningkatan pengetahuan. Pendidikan kesehatan
menjadi salah satu fungsi perawat yaitu sebagai educator (pendidik), maka
perlu memilih metode efektif agar dapat mencapai tujuan yang maksimal.
2. Bagi Masyarakat
Pengetahuan tentang kesehatan sangat penting untuk berperilaku
hidup yang sehat. Maka penting juga mengikuti program pendidikan
89
kesehatan untuk memperoleh informasi. Nutrisi bagi ibu menyusui
merupakan hal penting yang harus diketahui oleh ibu-ibu menyusui agar
dapat menjaga kesehatan dirinya dan dapat memberikan ASI yang terbaik
bagi anaknya.
3. Bagi Puskesmas
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan puskesmas sebagai
penyedia layanan primer dapat menyelenggarakan program pendidikan
kesehatan dengan metode ceramah dan booklet. Adapun booklet yang
digunakan harus memenuhi kriteria yaitu menngunakan kalimat yang
pendek, sederhana, singkat, ringkas, menggunakan huruf besar dan tebal,
penggunaan huruf tidak kurang dari 10 pt, dan dikemas yang menarik
(Hapsari, 2013). Program ini nantinya akan menunjang peningkatan
pelayanan kesehatan dan pelaksanaan program-program lain yang terkait
seperti program ASI eksklusif, gerakan sadar gizi, dan lain-lain.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Dilakukan penelitian lain tentang hubungan pengetahuan
nutrisi ibu menyusui dengan sikap dan perilaku pola makan
yang seimbang.
b. Dilakukan penelitian tentang hubungan karakteristik responden
terhadap perbedaan pengetahuan nutrisi ibu menyusui.
c. Dilakukan penelitian tentang hubungan persepsi dengan
perilaku pola makan yang seimbang bagi ibu menyusui.
d. Dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
pola makan ibu menyusui.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran al-Karim dan Terjemahnya, Kementerian Agama RI.
Agustin, Maria et al. (2014). Efektifitas Pendidikan Kesehatan Media Booklet
Dibandingkan Dengan Audiovisual Terhadap Pengetahuan Orang Tua
Tentang Karies Gigi Pada Anak Usia 5 – 9 Tahun Di Desa Makam Haji.
Almatsier, Sunita. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedi
Anonim. 2013. Imunisasi Survei Nasional 2013.
Anonim. 2014. Breastfeeding Report Card United States 2013, National Center
for Chronic Diseases Control and Prevention and Health promotion. Diakses
3-12-2014 15:15.
Apriani, Arista dan Mei Lina Fitri Kumalasari. 2014. Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Dengan Booklet Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Tentang
Deteksi Dini Kanker Payudara Pada WUS Di Surakarta Jawa Tengah.
Arifin, Siregar. 2006. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara.
Arikunto, S. 2010. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta.
Artini, Friza Rahmi et al. 2014. Perbedaan Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Menggunakan Media Leaflat Dengan Booklet Terhadap Tingkat
Pengetahuan Masyarakat Tentang Chikungunya Di Desa Trangsan Gatak
Sukoharjo. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Asiah, Siti et al. 2010. Pengaruh edukasi kelompok sebaya terhadap perubahan
perilaku pencegahan anemia gizi besi pada wanita usia subur di kota
semarang. http://jurnal.unimus.ac.id.
Ataupah, Yanti M. 2007. Pengaruh Health Education Tentang Fluor Albus
Menggunakan Media Booklet Terhadap Perubahan Pengetahuan Dan Sikap
Remaja Putri Di Smpn 4 Kupang NTT. Skripsi (S1) Keperawatan
Universitas Airlangga.
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.
Becker, M. H., Drachman, R. H., & Kirsht, J. P. 1974. A new approach to
explaining sick-role behavior in low-income populations. American Journal
of Public Health, 64(3), 205–216.
Behrman, E Richard (Editor). 2007. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol. 1. Jakarta:
EGC.
Bensley, Robert J. 2008. Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
EGC.
Brown, Judith E. 2011. Nutrition Through the Life Cycle International Edition.
Canada: Wadsworth Cengage Learning.
Budiharto. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC.
Dirckx, John H (Editor). 2004. Kamus Ringkas Kedokteran Stedman untuk Profesi
Kesehatan Edisi 4. Jakarta: EGC.
Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori
dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Endres, Jeannette Brakhane. 2004. Food, Nutrition, and The Young Child Fifth
Edition. New Jersey: PEARSON Merril Prentice Hall.
Farudin, Ahmad. 2011. Perbedaan Efek Konseling Gizi Dengan Media Leaflet
Dan Booklet Terhadap Tingkat Pengetahuan, Asupan Energi Dan Kadar
Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta.
Tesis Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Fitri Wahyuna dan Zainal Abidin. 2013. Gambaran Sosial budaya Dengan Pola
Makan Ibu Menyusui Di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya
Kabupaten Pide Jaya Tahun 2013 (Jurnal). Jurnal Karya Tulis Ilmiah
diakses 5-12-2014 20:23.
Forthofer, Ronald N. 2007. Biostatistics A Guide to Design, Analysis, and
Dizcovery Second Edition. USA: Elsevier.
Gamelia, Elviera dan Siwi Pramatama Mars Wijayanti. 2013. Persepsi, Peluang
Aksi, dan Informasi serta Perilaku Pencegahan Malaria. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 8, Maret 2013.
Hapsari, Cindy Melinda. 2013. Efektivitas Komunikasi Media Booklet “Anak
Alami” Sebagai Media Penyampai Pesan Gentle Birthing Service. Jurnal E-
Komunikasi, vol I. No.3 Tahun 2013. Hal.273
Haroon, Sarah et al. 2013. Breastfeeding Promotion Interventions and
Breastfeeding Practices : A systematic review. Bio Medical Center Public
Health.
Hayati, Aslis Wirda. 2009. Gizi Bayi: Buku Saku. Jakarta: EGC
Imron, mochammad & Amrul Munif. 2010. Metodologi Penelitian Bidang
Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto.
Istiningtyas, Aina. 2010. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Tentang Gaya
Hidup Sehat Dengan Perilaku Gaya Hidup Sehat Mahasiswa Di PSIK Undip
Semarang. Jurnal Kesmadaska. Vol. 1 No. 1 Juli 2010.
Johnson, Ruth. 2004. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC.
Judith, E Brown. 2011. Nutrition Through The Life Cycle Fifth Edition.
Kaseuntung, Christiana et al. 2015. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan terhadap
Pengetahuan Wanita Usia Subur dalam Pemilihan Kontrasepsi di Desa
Kalama Darat Kecamatan Tamako Kepulauan Sangihe. Ejournal
Keperawatan (eKp) Volume 3 Nomor 3 Agustus 2015.
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Kerangka Kebijakan Gerakan Sadar Gizi
dalam Rangka Percepatan 1000 Hari Pertama Kehidupan.
Khair, Sabi’ah. 2012. Pengambilan Keputusan Pemenuhan Kebutuhan Ibu Hamil
Anemia Di Kecamatan Sakra Kabupaten Lombok Timur Provinsi NTB
(Tesis). Tesis Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia.
Khosidah, Amik dan Sugi Purwanti. 2014. Persepsi Ibu Rumah Tangga Tentang
Volluntary Councelling And Testing (VCT) Terhadap Perilaku Pencegahan
HIV/AIDS. Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 5, No. 2 Edisi Desember 2014,
hal. 67-78.
Kurniasih, Dedeh,dkk. (2010). Sehat danBugar Berkat Gizi Seimmbang. Jakarta:
Gramedia
Lamers, Y. 2011. Folate recommendations for pregnancy, lactation, and infancy.
Annals of Nutrition & Metabolism. The British Journal of Nutrition Vol
59(1), 32-7.
Lapau, Buchari. 2012. Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan
Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: YPOI.
Maga, Irmaya et al. 2013. Faktor Determinan Produksi ASI pada Ibu Menyusui di
Puskesmas Talaga Jaya kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Jurnal
Kebidanan Politeknik Gorontalo.
Mahfoedz, Ircham & Eko Suryani. 2007. Pendidikan Kesehatan Promosi
Kesehatan Cetakan ke-5. Yogyakarta: Penerbit Fitramaya.
Maulana, Heri D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC
Mico, Paul R & Helen S Ross. 1975. Health Education and Behavioral Sciences.
California: Third Party Associates, Inc.
Mintarsih P, Wiwin. 2007. Pendidikan Kesehatan Menggunakan Booklet Dan
Poster Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang
Kesehatan Reproduksi Di Kabupaten Tasikmalaya. Tesis Universitas
Gadjah Mada.
Molinari, C. E., Casadio, Y. S., Hartmann, B. T., Arthur, P. G., & Hartmann, P. E.
2013. Longitudinal analysis of protein glycosylation and beta]-casein
phosphorylation in term and preterm human milk during the first 2 months
of lactation. The British Journal of Nutrition, Vol. 110(1), 105-15.
Mubarak, Wahit Iqbal et al. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses
Belajar Mengajar dalam pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nadimin, et. al. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Ibu
Menyusui Di Wilayah Kerja Puskesmas Moncobalang Kabupaten Gowa.
Media Gizi Pangan.Vol. IX, Edisi 1, Januari-Juni 2010.
Nasir, Narila .M. 2013. Gizi Maternal. Banten: UIN Jakarta Press.
Ningsih, Haryati, et al. 2013. Perilaku Ibu Terhadap Pencegahan Dan Pengobatan
Anak Balita Penderita Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Belawa
Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo.
Noorkasiani. 2009. Sosiologi Keperawatan. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta.
__________, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Edisi Revisi. Jakarta: Rineka
Cipta.
__________, 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Edisi Revisi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Novrianda, Dwi et al. 2015. Perbandingan Efektivitas Pendidikan Kesehatan
Terhadap Pengetahuan Dan Kemampuan Ibu Merawat Balita ISPA Di
Puskesmas Padang Pasir Dan Pauh. Jurnal Sains Farmasi Dan Klinis (E-
ISSN : 2442-5435) Vol. 01. No. 02 Ei 2015.
Nurbaeti, Irma & Kustati Budi Lestari. 2013. Efektivitas Comprehensive
Breastfeeding Education Terhadap keberhasilan Pemberian Air Susu Ibu
(ASI) pada Periode Postpartum. Jurnal Keperawatan Universitas
Padjajaran Vol. 1(2) Agustus 2013.
Nursalam & Ferry Efendi. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Paramita, Siska. 2011. Faktor yang Berhubungan Dengan Praktek Inisiasi
Menyusui Dini Pada Ibu Dengan Batita Di Puskesmas Bukit Duri (Jurnal).
Jurnal Universitas Pembangunan Nasional. 32 (2000-2010).
Peraturan Kementerian Kesehatan. 2014. Pedoman Gizi Seimbang.
Permatasari, Cicilia. 2013. Gizi Seimbang Bagi Ibu Menyusui.
https://www.academia.edu/8355976/Gizi_seimbang_bagi_ibu_menyusui-
lengkap diakses 15-12-2014 12:22.
Perpustakaan Nasional RI. 2009. Kesehatan dalam Perspektif al-Qur’an (Tafsir
Al-Qur’an Tematik). Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an.
Portal Nasional Republik Indonesia. 86 % Bayi di Indonesia tidak diberi ASI
eksklusif, 2008 diakses 22-10-2014 01:17.
Proverawati, A. Asfuah. 2009. Buku Ajar Gizi dan Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Purwanti, Hubertin Sri. 2007. Konsep Penerapan ASI Eksklusif: Buku Saku untuk
Bidan. Jakarta: EGC.
Puspitasari, Linda et al. 2015. Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan
Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Upaya Menangani Balita Gizi Kurang di
Desa Mancasan Sukoharjo.
Rahayu, Oky Herdyan dan Maspiyah. 2014. Pengaruh Penyuluhan Menggunakan
Media Booklet Terhadap Peningkatan Perilaku Mahasiswi UNESA Tentang
Kosmetik Ilegal Pemutih Wajah. e- Journal. Vol. 03 (1), 246-250. diakses
14-11-2014.
Rahmawati, Ira et al. 2007. Pengaruh Penyuluhan Dengan Media Audio Visual
Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Ibu Balita Gizi
Kurang Dan Buruk Di Kabupaten Kotawaringin Barat Propinsi Kalimantan
Tengah. Jurnal Gizi linik Indonesia Volume 4, Nomor 2, Nopember 2007:
69-77.
Rahmawati, Nuris Zuraida dan Binar Panunggal. 2014. Hubungan pengetahuan
dan sikap ibu dengan perilaku pemberian makanan anak usia 12 – 24 bulan.
Journal of nutrition vol. 3, no. 1 (2014).
Riskesdas, 2013. Riset Kesehatan Dasar, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.
Roberts, Bonnie Worthington (Editor). 2008. Nutrition Throughout The Life
Cycle. McGraw Hill.
Sariati, Murni. 2013. Dampak Kualitas Makanan Ibu Menyusui Terhadap
Kualitas ASI.
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Ed. 6. Jakarta:
EGC.
Simamora, Roymond H. 2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Srimiyati. 2014. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Booklet
Terhadap Pengetahuan Dan Gejala Kecemasan Wanita Premenopause.
Jurnal Universitas Gadjah Mada.
Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Supariasa, I Dewa Nyoman. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Suraya, Huda Nuri, Ilhami Romus, dan Suyanto. 2015. Pengaruh Penyuluhan
Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu PKK Tentang Pemeriksaan Payudara
Sendiri. JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015.
Suririnah. 2009. Buku Pintar Merawat Bayi 0 – 12 Bulan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Suwanti, Endang dan Sri Wahyuni. 2012. Karakteristik Ibu Kaitannya
Pengetahuan Ibu Tentang Posyandu. Jurnal terpadu Ilmu Kesehatan, Jilid 2,
November 2012. Hal. 1-94.
Swarjana, I Ketut. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: ANDI.
Toni, F., Grigoletto, L., Rapp, C. J., Socha, M. T., & Tomlinson, D. J. 2007.
Effect of replacing dietary inorganic forms of zinc, manganese, and copper
with complexed sources on lactation and reproductive performance of dairy
cows. Professional Animal Scientist, 23(4), 409-416.
Umar, Husein. 2011. Metodologi Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis.
Jakarta: Rajawali Pers.
Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.
Weller, Barbara F. 2005. Kamus Saku Perawat. Jakarta: EGC.
Whitney, Ellie & Sharon Rady Rolfes. 2005. Understanding Nutrition Tenth
Edition. USA: Thomson Wadsworth.
Widiastuti, Rahayu et al. 2012. Kamus Keperawatan. Jakarta: Prestasi
Pustakaraya.
Wulansari, Melati Artika. 2009. Hubungan Antara pengetahuan Gizi Dengan
Status Gizi Ibu Menyusui Di Posyandu Desa Gawanan Colomadu
Karanganyar. Karya Tulis Ilmiah.
Yin, J., Quinn, S., Dwyer, T., Ponsonby, A. -., & Jones, G. 2012. Maternal diet,
breastfeeding and adolescent body composition: A 16-year prospective
study. European Journal of Clinical Nutrition, 66(12), 1329-34.
Yulianti, Indah. 2013. Booklet Untuk Meningkatkan Pengetahuan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (Psn) Demam Berdarah Dengue (Dbd)
Di Desa Plumbungan Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen.
Jurnal Keperawatan Vol.2(2).
Yuliarti, Nurheti. 2010. Keajaiban ASI- Makanan Terbaik Untuk Kesehatan,
Kecerdasan, dan Kelincahan Si Kecil. Yogyakarta: ANDI.
Yuliawati, Andria. 2013. Korelasi antara asupan nutrisi dengan produksi asi di
desa Nogosari kec. Rowokangkung kab. Lumajang. Jurnal Kebidanan
Universitas Mayjen Sungkono Mojokerto.
Zulaekah, Siti. 2012. Pendidikan Gizi Dengan Media Booklet Terhadap
Pengetahuan Gizi. Jurnal Kesehatan Masyarakat 7 (2)(2012)127-133 atau
bisa diakses melalui http://journal.unnes.ac.id/index.php/kesmas
No. Responden :.........................
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Saya yang bernama Malikatul Ma’munah (1111104000058) adalah mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini saya sedang
melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Booklet
Terhadap Pengetahuan Nutrisi Ibu Laktasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur”.
Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di
Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Untuk keperluan tersebut saya harapkan kesediaan ibu untuk menjadi responden
dalam penelitian ini. Selanjutnya jika ibu bersedia saya mohon untuk mengisi kuesioner
yang telah saya sediakan dengan jujur dan apa adanya. Semua informasi yang ibu berikan
akan dijamin kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk penelitian ini. Jika ibu bersedia,
silakan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesediaan ibu.
Terima kasih atas partisipasi ibu dalam penelitian ini.
Ciputat, April 2015
Peneliti
Malikatul Ma’munah
Nama responden
(............................................................)
Kode :...........................
Kuesioner Penelitian Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Booklet Terhadap
Pengetahuan Nutrisi Ibu Laktasi
No. Responden ( )
A. Kuesioner Data Demografi
Alamat Lengkap :............................................................................................
Usia : .............................................................................................
< 20 tahun
20 – 35 tahun
> 35 tahun
Agama : Islam Hindu
Katolik Budha
Protestan
Pendidikan terakhir : Tidak Sekolah SMA/ Sederajat
SD/Sederajat Perguruan Tinggi
SMP/Sederajat
Pekerjaan : Tidak bekerja Wiraswasta
Guru/ Pendidik Lainnya (...............................)
Petani/ Nelayan
Penghasilan kepala keluarga tiap bulan :
< 2,71 juta/bulan > 2,71 juta/bulan
B. Jawablah pernyataan berikut dengan memberikan tanda (V) pada kolom berikut.
No Pernyataan Benar Salah
1. Nutrisi merupakan makanan atau cairan yang diperoleh
untuk diserap tubuh.
2.
Nutrisi ibu menyusui dibutuhkan untuk mencukupi
kebutuhan dirinya dan bayinya, dan untuk menghasilkan air
susu untuk kebutuhan bayinya.
3.
Nutrisi pada ibu menyusui digunakan untuk melakukan
aktivitas, cadangan dalam tubuh, dan proses memproduksi
ASI dengan komposisi yang seimbang.
4. Jumlah asupan nutrisi ibu menyusui dapat mempengaruhi
jumlah ASI yang dihasilkan.
5.
Pantangan makan makanan tertentu pada ibu menyusui
dapat mempengaruhi jumlah dan kualitas ASI yang
dihasilkan.
6. Ibu menyusui memerlukan jumlah makanan yang lebih
banyak dari pada ibu tidak menyusui.
7. Ibu menyusui tidak perlu terlalu ketat dalam mengatur
makanan yang dikonsumsi.
8. Sumber nutrisi berasal dari karbohidrat, protein, lemak, dan
vitamin.
9. Karbohidrat merupakan sumber energi bagi tubuh
10 Makanan yang mengandung karbohidrat adalah nasi,
jagung, roti, dan gandum.
11. Protein merupakan sumber zat pembangun bagi tubuh.
12. Makanan sumber protein adalah tahu, tempe, telur, daging,
dan kacang-kacangan.
13. Pepaya, pisang, dan singkong termasuk sumber protein
14. Protein terdiri dari protein nabati dan protein hewani.
15. Zat pengatur bagi tubuh berasal dari vitamin.
16. Vitamin berguna untuk melindungi tubuh dari infeksi.
17. Sumber vitamin berasal dari sayuran dan buah-buahan
segar.
18. Makanan yang mengandung vitamin A adalah kacang
kedelai, buncis, ikan salmon, dan jus wortel.
19. Vitamin C dibutuhkan untuk daya tahan tubuh terhadap
infeksi.
20. Sebaiknya ibu menyusui minum air putih ditambah 3 gelas
perhari dari biasanya.
21. Meskipun asupan nutrisi ibu kurang, tidak akan berdampak
pada kesehatan bayi/anak.
22. Jika ASI untuk bayi tidak cukup, maka tumbuh kembang
bayi dapat menurun atau tetap.
C. Berilah tanda (X) pada jawaban yang anda anggap tepat.
1. Sebaiknya ibu yang menyusui mengkonsumsi sayur perharinya sebanyak...
a. 2 porsi
b. 3 porsi
c. 4 porsi
2. Sebaiknya ibu yang menyusui mengkonsumsi nasi perharinya sebanyak...
a. 2 porsi
b. 4 porsi
c. 6 porsi
3. Sebaiknya ibu yang menyusui minum air dalam sehari sebanyak...
a. + 3 gelas
b. + 5 gelas
c. + 7 gelas
4. Sebaiknya ibu mengkonsumsi buah-buahan perharinya sebanyak...
a. 1 porsi
b. 2 porsi
c. 3 porsi
5. Dibawah ini makanan mengandung karbohidrat..
a. Nasi, jagung, biskuit
b. Ayam, ikan, singkong
c. Nasi, tempe, tahu
6. Dibawah ini makanan mengandung protein...
a. Putih telor ayam, cumi-cumi, ikan mas
b. Jagung, tomat, singkong
c. Daging, terong, nanas
No SubjekNama SubjekUsia AgamaPendidikanPekerjaanPenghasilanP1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 C1 C2 C3 C4 C5 C6 total1 A 2 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 212 B 2 1 4 1 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 203 C 2 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 194 D 2 1 4 1 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 215 E 2 1 5 5 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 9
6 F 2 1 4 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 217 G 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 208 H 3 1 4 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 17
9 I 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 2010 J 2 1 5 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 2111 K 2 1 5 5 2 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 19
12 L 2 1 3 1 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 2013 M 2 1 3 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1714 N 2 1 5 4 2 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1715 O 3 1 4 1 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1916 P 2 1 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 19
17 Q 2 1 4 1 2 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1918 R 2 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 2019 S 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 2020 T 2 1 4 1 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1721 U 2 1 5 1 2 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 2022 V 2 1 3 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 2023 W 2 1 4 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 2024 X 2 1 4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1925 Y 2 1 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 2026 Z 2 1 3 4 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1827 AA 2 1 5 1 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 2028 AB 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 2129 AC 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 2230 AD 3 1 4 1 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 20
total 30 30 29 30 21 26 19 29 30 29 29 29 12 29 26 27 28 27 29 25 18 24 19 4 5 13 23 29 576
P 1 1 1 1 0,7 0,9 0,6 1 1 1 1 1 0,4 1 0,9 0,9 0,9 0,9 1 0,8 0,6 0,8 0,6 0 0,2 0,4 0,8 1Q 0 0 0 0 0,3 0,1 0,4 0 0 0 0 0 0,6 0 0,1 0,1 0,1 0,1 0 0,2 0,4 0,2 0,4 1 0,8 0,6 0,2 0PQ 0 0 0 0 0,2 0,1 0,2 0 0 0 0 0 0,2 0 0,1 0,1 0,1 0,1 0 0,1 0,2 0,2 0,2 0 0,1 0,2 0,2 0
0,557823129
22
1,92
5,226666667
19,2
0,662779397
kjml PQ
var
mean
KR 20KR 21
Kelompok Kontrol (Pretest) Kelompok Kontrol
(Posttest)
Kelompok Intervensi
(Pretest)
Kelompok Intervensi
(Posttest)
P B % S % B % S % B % S % B % S %
B1 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0
B2 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0
B3 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0 13 86.7 2 13.3 15 100.0 0 00.0
B4 14 93.3 1 6.7 10 86.7 2 13.3 11 73.3 4 26.7 14 93.3 1 6.7
B5 9 60.0 6 40.0 10 66.7 5 33.3 6 40.0 9 60.0 8 53.3 7 46.7
B6 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0 15 00.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0
B7 10 66.7 5 33.3 13 86.7 2 13.3 8 53.3 7 46.7 12 80.0 3 20.0
B8 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0 13 86.7 2 13.3 14 93.3 1 6.7
B9 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0 11 73.3 4 26.7 15 100.0 0 00.0
B10 14 93.3 1 6.7 15 100.0 0 00.0 10 66.7 5 33.3 15 100.0 0 00.0
B11 11 73.3 4 26.7 15 100.0 0 00.0 7 46.7 8 53.3 13 86.7 2 13.3
B12 13 86.7 2 13.3 12 93.3 1 6.7 13 86.7 2 13.3 15 100.0 0 00.0
B13 8 53.3 7 46.7 8 60.0 6 40.0 9 60.0 6 40.0 11 73.3 4 26.7
B14 14 93.3 1 6.7 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0
B15 11 73.3 4 26.7 15 100.0 0 00.0 10 66.7 5 33.3 14 93.3 1 6.7
B16 14 93.3 1 6.7 14 93.3 1 6.7 11 73.3 4 26.7 14 93.3 1 6.7
B17 14 93.3 1 6.7 14 93.3 1 6.7 13 86.7 2 13.3 14 93.3 1 6.7
B18 14 93.3 1 6.7 12 93.3 1 6.7 10 66.7 5 33.3 15 100.0 0 00.0
B19 12 80.0 3 20.0 15 100.0 0 00.0 9 60.0 6 40.0 15 100.0 0 00.0
B20 14 93.3 1 6.7 14 93.3 1 6.7 9 60.0 6 40.0 15 100.0 0 00.0
B21 9 60.0 6 40.0 7 46.7 8 53.3 10 66.7 5 33.3 11 73.3 4 26.7
B22 13 86.7 2 13.3 14 93.3 1 6.7 11 73.3 4 26.7 13 86.7 2 13.3
LAMPIRAN 5
Rekapitulasi Skor Pengetahuan
TABEL RATA-RATA PENGETAHUAN RESPONDEN
Nilai Minimum Nilai Maksimum Rata-rata Median Std. Deviasi
Rata-rata pengetahuan sebelum pada
kelompok kontrol 16 26 21.73 22.00 3.283
Rata-rata pengetahuan sesudah pada
kelompok kontrol 23 26 23.93 24.00 1.163
Rata-rata pengetahuan sebelum pada
kelompok Intervensi 15 25 18.67 18.00 2.870
Rata-rata pengetahuan sesudah pada
kelompok Intervensi 23 28 25.67 26.00 1.496
C1 11 73.3 4 26.7 14 93.3 1 6.7 9 60.0 6 40.0 15 100.0 0 00.0
C2 11 6.7 14 93.3 8 53.3 7 46.7 15 100.0 0 00.0 13 86.7 2 13.3
C3 05 33.3 10 66.7 7 46.7 8 53.3 4 26.7 11 73.3 12 80.0 3 20.0
C4 2 13.3 13 86.7 7 46.7 8 53.3 1 6.7 14 93.3 12 80.0 3 20.0
C5 10 66.7 5 33.3 15 100.0 0 00.0 9 60.0 6 40.0 15 100.0 0 00.0
C6 13 86.7 2 13.3 15 100.0 0 00.0 13 86.7 2 13.3 15 100.0 0 00.0
LAMPIRAN 6
Analisis Univariat
FREQUENCIES
<Rata-rata nilai pengetahuan ibu menyusui>
Frequency Table
<Rata-rata nilai pengetahuan ibu menyusui pre-test>
Frequency Table
<Rata-rata nilai pengetahuan ibu menyusui post-test>
<NILAI PENGETAHUAN RESPONDEN>
<UJI HOMOGENITAS DATA>
<UJI NORMALITAS>
LAMPIRAN 7
Analisis Bivariat
<UJI WILCOXON KELOMPOK KONTROL>
<UJI WILCOXON KELOMPOK INTERVENSI>
<UJI MANN WHITNEY PRE-TEST PADA KEDUA KELOMPOK>
<UJI MANN WHITNEY POST-TEST PADA KEDUA KELOMPOK>