Upload
siihantu-dari-guabuta
View
297
Download
13
Embed Size (px)
DESCRIPTION
contoh skripsi
Citation preview
Tugas Penelitian Pendidikan Teknik
Dosen : Drs. Suwachid, M.Pd., M.T.
Dikerjakan oleh :
Anggar Dian Pahlevianto (K2510010)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK DAN KEJURUAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
1. PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS)
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMK N 2 SURAKARTA
2. HUBUNGAN JUMLAH GROUND PADA BUSI DENGAN TENAGA YANG DIHASILKAN
3. PERANAN NILAI OKTAN BAHAN BAKAR TERHADAP TENAGA KENDARAAN
4. PENGARUH BESARNYA SUDUT DWELL TERHADAP TINGKAT KONSUMSI BAHAN
BAKAR
5. PEMAHAMAN MEKANIK MENGENAI STANDAR OPERATIONAL PROCEDURE (SOP) DI
BENGKEL MAJU TERUS
Judul yang saya pilih adalah “PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMK N 2
SURAKARTA”
Variabel terikat : prestasi belajar siswa
Variabel bebas : model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini kualitas pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari
berbagai kalangan. Tingkat kualitas pendidikan di Indonesia mencerminkan
jati diri di mata dunia, apakah sudah maju, berkembang, ataukah masih
terbelakang. Pada umumnya kualitas pendidikan ditandai dengan hasil
prestasi yang diraih oleh siswa.
Kebanyakan perguruan tinggi sudah memulai mencari lulusan-lulusan
berprestasi dari sekolah-sekolah menengah di Indonesia. Maka dari itu sudah
seharusnya sekolah-sekolah meningkatkan prestasi belajar siswa dengan
menggunakan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi
siswa.
Pengertian prestasi belajar sendiri adalah sebuah kalimat yang terdiri dari
dua kata yaitu prestasi dan belajar. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan
yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara
kelompok (Djamarah, 1994:19). Sedangkan menurut Mas’ud Hasan Abdul
Dahar dalam Djamarah (1994:21) bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat
diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh
dengan jalan keuletan kerja.
Menurut Slameto (1995 : 2) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Secara sederhana dari pengertian belajar
sebagaimana yang dikemukakan oleh pendapat di atas, dapat diambil suatu
pemahaman tentang hakekat dari aktivitas belajar adalah suatu perubahan
yang terjadi dalam diri individu. Sedangkan menurut Nurkencana (1986 : 62)
mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau
diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi
belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu
sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.
Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa prestasi
ditandai dari hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah
mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa
perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan
diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.
Salah satu faktor yang mendasari prestasi belajar siswa adalah model
pembelajaran yang diterapkan oleh pengajar. Salah satu model pembelajaran
yang dapat diterapkan adalah Creative Problem Solving (CPS). Karena model
pembelajaran tersebut dapat membekali siswa keterampilan siswa dalam
memecahkan suatu masalah.
B. Identifikasi Masalah
Prestasi belajar pada dasarnya merupakan perilaku sebagai hasil dari suatu
tindakan. Senada dengan itu Winkel (1997) menyatakan bahwa perubahan
yang terjadi sebagai aktifitas disebut dengan prestasi belajar atau hasil
belajar. Hasil prestasi siswa dapat ditentukan oleh faktor atau variabel antara
lain:
1. Tingkat pemahaman siswa sendiri dalam proses belajar mengajar, tingkat
pemahaman siswa pada suatu materi sangat dominan pada hasil prestasi
yang dicapai.
2. Cara belajar siswa dalam memahami suatu materi.
3. Cara mengajar dari guru yang diterapkan pada siswa. Cara mengajar guru
yang diterapkan ini akan sangat berpengaruh pada tingkat pemahaman
siswa.
4. Model pembelajaran yang diterapkan oleh pengajar. Kebanyakan siswa
akan mudah memahami suatu materi dalam proses pembelajaran jika
dalam proses belajar mengajarnya digunakan model-model pembelajaran
yang sederhana namun berpengaruh pada hasil prestasi yang diraih.
C. Pembatasan Masalah
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kegiatan belajar
mengajar adalah model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS). Model
pembelajaran tersebut dapat diterapkan pada tingkat sekolah menengah
terutama di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Karena keterampilan dalam
memecahkan masalah sangat dibutuhkan oleh siswa menengah kejuruan.
Model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dapat meningkatkan
keterampilan siswa SMK N 2 Surakarta dalam memecahkan suatu masalah.
Karena keterampilan siswa dalam memecahkan masalah sangat dibutuhkan
saat siswa sudah masuk dalam dunia kerja.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah di
atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Adakah hubungan antara model pembelajaran Creative Problem Solving
(CPS) dengan prestasi belajar siswa SMK N 2 Surakarta ?
2. Bagaimana cara menerapkan model pembelajaran Creative Problem
Solving (CPS) di SMK N 2 Surakarta ?
3. Seberapa besar hubungan antara model pembelajaran Creative Problem
Solving (CPS) dengan prestasi belajar siswa di SMK N 2 Surakarta ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui hubungan antara model pembelajaran Creative
Problem Solving (CPS) dengan prestasi belajar siswa di SMK N 2 Surakarta.
2. Untuk mendapatkan gambaran cara menerapkan model pembelajaran
Creative Problem Solving (CPS) di SMK N 2 Surakarta.
3. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara model pembelajaran
Creative Problem Solving (CPS) dengan prestasi belajar siswa di SMK N 2
Surakarta.
F. Kegunaan Penelitian
Prinsip penelitian ilmiah dapat menghasilkan atau dapat mencerminkan suatu
konsep yang mendukung langkah-langkah perbaikan dan pengembangan
ilmu pengetahuan serta perbaikan suatu lembaga, dimana nantinya dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan dalam dunia pendidikan khususnya. Dari
prinsip ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut :
1. Kegunaan Teoritis
a. Diharapkan berguna untuk menambah pengetahuan tentang model
pembelajaran Creative Problem Solving (CPS).
b. Sebagai sumber untuk menambah pengalaman dan wawasan
mahasiswa.
c. Sebagai pelengkap untuk perbandingan penelitian di masa yang akan
datang.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi lembaga pendidikan kejuruan, penelitian ini diharapkan memberi
informasi yang bermanfaat untuk mengambil kebijakan dalam
menggunakan model pembelajaran yang tepat untuk siswa.
b. Memberikan informasi kepada pihak sekolah di dalam mengambil
kebijakan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran teori dan
praktik.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan
belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena
itu, sebelum pengertian prestasi belajar, ada baiknya pembahasan ini diarahkan
pada masing-masing permasalahan terlebih dahulu untuk mendapatkan pemahaman
lebih jauh mengenai makna kata prestasi dan belajar. Hal ini juga untuk
memudahkan dalam memahami lebih mendalam tentang pengertian prestasi belajar
itu sendiri. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian prestasi dan belajar
menurut para ahli.
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara
individu maupun secara kelompok (Djamarah, 1994:19). Sedangkan menurut Mas’ud
Hasan Abdul Dahar dalam Djamarah (1994:21) bahwa prestasi adalah apa yang telah
dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh
dengan jalan keuletan kerja.
Dari pengertian yang dikemukakan tersebut di atas, jelas terlihat perbedaan pada
kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama yaitu hasil yang dicapai
dari suatu kegiatan. Untuk itu, dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu
kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh
dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok dalam
bidang kegiatan tertentu.
Menurut Slameto (1995 : 2) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Secara sederhana dari pengertian belajar sebagaimana yang
dikemukakan oleh pendapat di atas, dapat diambil suatu pemahaman tentang
hakekat dari aktivitas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri
individu. Sedangkan menurut Nurkencana (1986 : 62) mengemukakan bahwa
prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata
pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam
belajar.
Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa prestasi belajar
adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti
proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku,
keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang
kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.
Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan suatu aktivitas tertentu. Dalam pengertian lain, model diartikan
sebagai barang tiruan, metafor, atau kiasan yang dirumuskan.
Model pembelajaran merupakan kerangka yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pemandu bagi para perancang desain
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
belajar mengajar (Soekamto, 1997:78),. Menurut Mitchell dan Kowalik (Rahman,
2009:8): Creative, an idea that has an element of newness or uniqueness, at least to
the one who creates the solution, and also has value and relevancy. Problem, any
situation that presents a challenge, an opportunity, or is a concern. Solving, devising
ways to answer, to meet, or to resolve the problem . Therefore, creative problem
solving or cps is a process, method, or system for approaching a problem in an
imaginative way and resulting in effective action.
Sedangkan menurut Karen (Dewi, 2008:28) model Creative problem Solving (CPS)
adalah model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan
keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan.
Model Creative Problem Solving (CPS) pertamakali dikembangkan oleh Alex Osborn
pendiri The Creative Education Foundation (CEF) dan co-founder of highly successful
New York Advertising Agenncy . Pada tahun 1950-an Sidney Parnes bekerjasama
dengan Alex Osborn melakukan penelitian untuk menyempurnakan model ini.
Sehingga model Creative Problem Solving ini juga dikenal dengan nama The Osborn-
parnes Creative Problem Solving Models. Pada awalnya model ini digunakan oleh
perusahaan-perusahaan dengan tujuan agar para karyawan memiliki kreativitas yang
tinggi dalam setiap tanggungjawab pekerjaannya, namun pada perkembangan
selanjutnya model ini juga diterapkan pada dunia pendidikan.
Dari uraian diatas, dapat terlihat pentingnnya model pembelajaran Creative Problem
Solving (CPS) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa SMK. Ketrampilan
intelektual tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui pemecahan masalah. Karena
tingkat keberhasilan prestasi ditandai dari hasil atau taraf kemampuan yang telah
dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik
berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan
diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan. Dimana
keterampilan ini didapat dari hasil kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan
model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS).
B. Kerangka Pemikiran
Pertama, dalam penggunaan metode dan media pembelajaran sangatlah
mempengaruhi keberhasilan guru dalam mengajar. Penggunaan metode belajar
yang tepat pada siswa didik akan menghasilkan prestasi siswa yang baik pula. Akan
tetapi tidak semua guru dapat memilih metode pembelajaran yang tepat. Hal ini
terbukti dengan banyaknya guru yang masih menggunakan metode konvensianal,
yaitu pembelajaran yang didominasi oleh guru sebagai sumber informasi, sedangkan
siswa tidak dituntut aktif, hanya memperhatikan, membuat catatan, dan
mengerjakan latihan seperlunya. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti
pada pembelajaran Teknik Otomotif di SMK Negeri 2 Surakarta tahun ajaran
2011/2012, menunjukan bahwa guru kurang bisa merancang pembelajaran yang
dapat menciptakan suasana yang menyenangkan, sehingga siswa kurang berperan
aktif dalam proses pembelajaran, seperti bertanya, menjawab pertanyaan,
mengajukan usul, dan berdiskusi. Akibatnya interaksi guru dan siswa hanya
berlangsung satu arah, sehingga suasana pembelajaran menjadi membosankan. Hal
ini berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Teknik
Otomotif. Maka dengan menerapkan model pembelajaran Cretive Problem Solving
(CPS) diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat. Dalam penerapan model ini
siswa diberi kesempatan untuk melakukan diskusi tim, dan juga siswa dituntut untuk
mencari penyelesaian dari suatu masalah yang diberikan oleh pengajar.
Kedua, dengan diterapkannya model pembelajaran aktif dalam mata pelajaran
Teknik Otomotif, diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa saat pembelajaran
berlangsung. Penggunaan model pembelajaran dengan sistem ini lebih efektif
dibandingkan belajar sendiri. Pada model pembelajaran ini siswa juga menentukan
strategi mana yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah, kemudian
menerapkanya sampai menemukan penyelesaian dari masalah tersebut. Selain itu,
siswa juga diberi permasalahan baru agar dapat memperkuat pengetahuan yang
telah diperolehnya. Sehingga siswa terasah keterampilannya dalam menyelesaikan
suatu permasalahan. Bagan kerangka berpikir secara sederhana seperti pada gambar
1.
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Siswa kelas X Teknik Kendaraan
Ringan
SMKN 2 Surakarta
Pembelajaran Kurang Efektif
Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem
Solving
Pembelajaran Efektif Berkualitas
Hasil Belajar Meningkat
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, penulis membuat hipotesis tindakan sebagai berikut:
1. Melalui penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dapat meningkatkan hasil belajar Teknik Otomotif siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 2 Surakarta.
2. Dengan penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) hasil belajar siswa dapat mencapai batas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Sehingga efektivitas pembelajaran dan prestasi belajar tercapai.
BAB III
Metodologi PenelitianA. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMK Negeri 2 Surakarta, Subyek peneliatian ini adalah kelas X Teknik Kendaraan Ringan yang beralamat di JL. LU. Adi Sucipto No.33, Telp. (0271) 714901, Surakarta, Kode pos 57143.
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – Juni 2013 dengan uraian waktu sebagai berikut :
Pengajuan judul : Minggu ke-4 Januari
Pembuatan proposal : Minggu ke-1 Februari s/d minggu ke-3 Maret
Seminar proposal : Minggu ke-4 Maret
Perijinan penelitian : Minggu ke-1 April s/d minggu ke-4 April
Pelaksanaan penelitian : Minggu ke-1 Mei s/d minggu ke-4 Juni
Penulisan laporan penelitian : Minggu ke-1 Februari s/d minggu ke-4 Juni
B. Metode Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini, maka penelitian dengan judul “PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMK N 2 SURAKARTA”, menurut pendekatan dalam penelitian, jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan/tindakan/treatment pendidikan terhadap tingkah laku siswa atau menguji hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh tindakan itu bila dibandingkan dengan tindakan lain. Penelitian dengan metode eksperimental adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyino, 2009:72).
Berdasarkan hal tersebut maka tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan berbeda. Tindakan di dalam eksperimen disebut treatment, dan diartikan sebagai semua tindakan, semua variasi atau pemberian kondisi yang akan dinilai/diketahui pengaruhnya. Sedangkan yang dimaksud dengan menilai
tidak terbatas adalah mengukur atau melakukan diskripsi atas pengaruh treatment yang dicobakan sekaligus ingin menguji sampai seberapa besar tingkat signifikansinya (kebermaknaan atau berarti tidaknya) pengaruh tersebut bila dibandingkan dengan kelompok yang sama tetapi diberi perlakuan berbeda.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013. Sampel yang diambil adalah siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan SMK N 2 Surakarta yang berjumlah 30 siswa. Alasan penulis memilih sampel kelas X TKR karena penulis pernah mengajar dalam kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) dikelas tersebut selama ± 4 bulan sehingga hal tersebut dapat mendukung jalannya penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuiseoner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain.
Sutrisno Hadi (Sugiyono, 2010 : 166) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Diartikan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.
2. Wawancara
Menurut Sugiyono (2010 : 157) Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data dan apabila penulis akan ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan apabila peneliti ingin mengetahui hal –hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil. Jadi wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Wawancara dalam penelitian dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran seperti sistem kegiatan belajar mengajar.
3. Dokumentasi
Teknik ini dilakukan dengan memanfaatkan dokumen – dokumen tertulis, gambar, foto, atau benda-benda lainnya yang berkaitan dengan aspek-aspek diteliti.
4. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa. Tes yang digunakan peneliti untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami dalam pembelajaran Teknik Otomotif. Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes lisan berupa penyelesaian suatu masalah secara kreatif.
5. Angket
Angket adalah sejumah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006:151).
E. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yang berupa nilai pre test dan post test. Untuk dapat menganalisis data dalam penelitian ini, maka digunakan uji-t. Syarat penggunaan uji-t adalah subjek harus berdistribusi normal sehingga perlu dilakukan uji normalitas data. Sedangkan uji homogenitas varians diperlukan untuk mengetahui subjek yang diambil homogen atau tidak.
Langkah - langkah yang digunakan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut :
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah subjek berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.
2. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua subjek berasal dari populasi yang mempunyai varians yang homogen atau tidak.
3. Uji Hipotesis
Prosedur uji beda hipotesis ini adalah dengan melihat apakah data merupakan sebaran normal atau tidak. Apabila sebaran normal akan menggunakan statistik parametrik dan apabila sebaran tidak normal maka harus menggunakan statistik non parametrik.
Kuesioner Mengenai Penelitian “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMK N 2
Surakarta”
Petunjuk:
1. Angket ini di edarkan kepada saudara dengan maksud untuk
mendapatkan informasi sehubungan dengan pengaruh penerapan
model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) terhadap prestasi
belajar siswa SMK N 2 Surakarta.
2. Berilah tanda cek ( Ѵ ) pada kolom pilihan yang tersedia.
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
R : Ragu-Ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
3. Semua jawaban benar, tidak ada yang salah. Oleh karena itu jawablah
semua pertanyaan sesuai dengan keadaan yang saudara alami.
Jawaban yang diberikan tidak mempengaruhi nilai saudara di sekolah.
4. Atas partisipasinya, kami ucapkan terimakasih.
No. KETERANGAN SS S R TS STS
1 Sebelum kegiatan belajar mengajar di
mulai, minimal Anda sudah membaca
materi tersebut secara sekilas di
rumah
2 Anda sering menanyakan hal-hal yang
tidak Anda mengerti kepada guru
setelah guru usai menerangkan
3 Selalu mencatat penjelasan-
penjelasan dari guru saat di dalam
kelas
4 Selalu mengembangkan point-point
penjelasan materi dari guru saat di
dalam kelas
5 Selalu aktif mengemukakan pendapat
saat guru memberi suatu
permasalahan
6 Ketika teman Anda sedang presentasi,
Anda sering mengajukan pertanyaan
7 Pada saat Anda / kelompok Anda
presentasi, Anda aktif dalam
menjawab pertanyaan - pertanyaan
yang diajukan oleh audience (teman-
teman)
8 Apakah model pembelajaran yang
guru terapkan sudah tepat
9 Apakah model pembelajaran CPS
sudah sesuai jika diterapkan di kelas
10 Apakah model pembelajaran CPS
sudah mempengaruhi tingkat prestasi
belajar Anda
11 Apakah Anda sudah cukup mengerti
jika materi dalam proses belajar
mengajar disampaikan dengan model
pembelajaran CPS
12 Apakah pendapat Anda jika guru
memberi permasalahan saat proses
belajar mengajar
13 Guru sering memancing pendapat
siswa saat diberi permasalahan dalam
proses belajar mengajar
14 Model pembelajaran CPS sangat
membantu dalam meningkatkan
keterampilan dalam penyelesaian
masalah
15 Permasalahan yang guru berikan
relevan dengan materi yang diajarkan