Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAPKEBERSIHAN LINGKUNGANDI TERMINAL BLANG PIDIE
KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
SKRIPSI
ERLISA
09C10104123
PROGRAM STUDI KESEHATAN LINGKUNGANFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH, ACEH BARAT
2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Terwujudnya keadaan sehat dan bersih merupakan kehendak semua
pihak. Tidak hanya orang-per orang atau keluarga, akan tetapi juga oleh kelompok
dan bahkan oleh seluruh anggota masyarakat. Adapun yang dimaksudkan dengan
sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Undang-undang No. 23
tahun 1992 tentang Kesehatan).
Kebersihan lingkungan akan terwujud jika seluruh masyarakaatnya atau
masyarakat yang berada disekitar lingkungan tersebut memiliki pengetahuan yang
baik terhadap kesehatan, sehingga kesehatan lingkungan akan terwujud.
Pengetahuan yang didapat oleh setiap masyarakaat mengenai kesehatan
hendaknya di laksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Secara garis besar menurut (Notoatmodjo. 2005) domain tingkat
pengetahuan (kognitif) mempunyai enam tingkatan, meliputi: mengetahui,
memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan mengevaluasi. Ciri
pokok dalam taraf pengetahuan adalah ingatan tentang sesuatu yang diketahuinya
baik melalui pengalaman, belajar, ataupun informasi yang diterima dari orang
lain.Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
1
2
Selain pengetahuan, sikap seseorang juga menentukan apakah orang
tersebut menjaga kebersihan lingkungannya atau tidak, memperhatikan segala
sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan baik dalam keluarganya maupun
lingkungan sekitarnya.
Menurut Wawan & Dewi (2010) sikap merupakan reaksi atau respon
seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau objek.Sikap
menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek tersebut. Sikap
sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat.
Sikap juga dapat membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau
objek lain.
Kebersihan lingkungan akan terwujud dengan adanya pengetahuan
seseorang terhadap pentingnya kesehatan itu, karena dengan kesehatan kita dapat
melaksanakan segala aktivitaskita sehari-hari. Sedangkan sikap seseoranglah yang
menentukan apakah orang tersebut akan menjaga dan memperhatikan kesehatan
lingkungannya karena dengan memperhatikan kesehatan lingkungan maka
kesehatan individu ataupun keluarga akan terjaga.Pengetahuan dan sikap saling
berhubungan bagi seseorang dalam menjaga kesehatan lingkungannyaa seperti
pengetahuan akan kebersihan lingkungan, serta sikap mau membersihkan
lingkungannya. Dimana itu semua akan memperngaruhi kesehatan lingkungan
untuk terhindar dari segala penyakit (HAKLI, dalam Setiyabudi, 2007).
Kebersihan lingkungan yang jarang sekali terjaga adalah di lingkungan
terminal, dimana dapat kita lihat terminal di Indonesia yang jauh dari kata bersih
dan nyaman. Hal ini terbukti dari kondisi lingkungan yang kotor, tidak adanya
3
perawatan yang baik pada semua fasilitas terminal termasuk toilet, halte
penumpang, dan berbagai fasilitas lainnya. Kondisi tersebut juga terjadi di
Provinsi-provinsi seperti Provinsi Aceh, lingkungan terminal provinsi Aceh tidak
jauh berbeda dengan terminal lainnya. Fasilitas dan gedung terminal yang telah
memadai setelah adanya renovasi pasca tsunami dengan berbagai kelebihan mulai
dari gedung terminal, toilet yang layak, area terminal yang luas dan berbagai
kelebihan fasilitas lainnya. Akan tetapi, semua kelebihan tersebut tertutupi oleh
kesehatan lingkungan yang tidak terjaga (Serambi, 2011).
Jika dihubungkan dengan Terminal Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat
Daya, kesehatan lingkungan disekitar terminal jelas tidak terlihat. Lingkungan
terminal Kabupaten Blang Pidie sangat jauh dari kebersihan, dimana sampah-
sampah menumpuk dan berhamburan di lingkungan terminal, tempat sampah
yang disediakan di terminal tersebut tidak layak hanya terbuat dari keranjang
rotan yang biasa digunakan oleh pedagang sayur dipasaran. Selain itu udara
sekitar terminal juga terkontaminasi oleh bau-bau sampah dan selokan yang tidak
mengalir lancar.Toilet umum yang tersedia di terminal Blang Pidie sudah layak
akan tetapi toilet tersebut tidak terurus kebersihannya.
Akibat dari itu munculnya kembali beberapa penyakit menular sebagai
akibat dari semakin besarnya tekanan bahaya kesehatan lingkungan yang
berkaitan dengan cakupan air bersih dan jamban, perumahan yang tidak sehat,
pencemaran makanan oleh mikroba, telur cacing dan penanganan sampah serta
limbah yang belum memenuhi syarat kesehatan, banyak varian penyakit yang
ditimbulkan dari kondisi diatas yaitu penyakit diare, infeksi saluran pernafasan
4
Akut (ISPA), penyakit demam berdarah dengue (DBD), penyakit malaria,
penyakit tuberkulosis (TBC) dan penyakit kulit. Topik ini sangat mengesankan
penulis, yang sangat mengharapkan perbaikan keadaan yang sedang ada di
lingkungan terminal Blang pidie untuk kesehatan masyarakat di lingkungan
terminal Blang Pidie.Kebersihan lingkungan Terminal Blang Pidie jauh dari
standar kesehatan yang ada dimana standar kesehatan yang ditentukan pemerintah
yaitu: lingkungan bersih, jauh dari adanya sampah, tempat pembuangan sampah
yang layak dan tertutup serta terpisah antara sampah organik dan anorganik,
saluran pembuangan air limbah (SPAL) tidak tersumbat. Selain itu, tidak adanya
pengawasan yang baik dari pihak aparatur terminal yang ada untuk menjaga dan
memelihara kebersihan lingkungan terminal baik dari sampah maupun yang
lainnya yang dapat menganggu kesehatan lingkungan terminal (Sumber
wawancara dan pengamatan langsung di terminal Blang Pidie).
Kebersihan lingkungan di teminal Blang Pidie memerlukan pembenahan
yang serius baik dari sistem hingga peraturan yang ada, hal ini diharapkan agar
seluruh masyarakat dan konsumen terminal dapat terhindar dari penyakit yang
disebabkan oleh tidak sehatnya lingkungan terminal. Hampir seluruh masyarakat
dan konsumen terminal merasa terganggu dengan keadaan ini, hal ini di lihat dari
gerakan para penumpang dan masyarakat yang menutup hidungnya saat berada di
lingkungan terminal dikarenakan bau yang tidak sedap dan sampah yang
menumpuk (Sumber wawancara dan pengamatan langsung di terminal Blang
Pidie).
5
Salah satu penyebab dari semua masalah kebersihan lingkungan yang
muncul di terminalBlang Pidie adalah sikap masyarakat baik konsumen, pedagang
di terminal, serta pegawai terminal yang tidak peduli akan kebersihan lingkungan,
serta pengetahuan yang kurang akan penyebab yang timbul akibat sikap tersebut.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan suatu penelitian dalam
bentuk skripsi yang diberi judul: “Pengaruhpengetahuan dan sikap konsumen
terhadap kebersihanlingkungan di terminal Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat
Daya tahun 2014”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan Bagaimana
Pengaruh pengetahuan dan sikap konsumen terhadap kebersihanlingkungan di
Terminal Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat Dayatahun 2014.”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Bagaimana Pengaruh Pengetahuan dan Sikap
Konsumen terhadap kebersihan Lingkungan di Terminal Blang Pidie Kabupaten
Aceh Barat Dayatahun 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuankonsumen terhadap
kebersihanlingkungan di Terminal Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat
Daya tahun 2014.
6
b. Untuk mengetahuibagaimana sikap konsumenterhadap kebersihan
lingkungan di Terminal Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat Daya tahun
2014.
1.4 Hipotesis Penelitian
Ha : Adanya pengaruh antara Pengetahuan Terhadap Kebersihan
Lingkungan di Terminal Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat Daya
Ha : Adanya pengaruh antara Sikap Terhadap Kebersihan Lingkungan di
Terminal Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat Daya
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Praktis
1. Bagi masyarakat sebagai bahan informasi mengenai pengaruh Pengaruh
Pengetahuan dan sikap konsumenterhadap kebersihanlingkungan di
Terminal Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2014.
2. Bagi Terminal Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat Dayasebagai bahan
masukan untuk meningkatkan kebersihan lingkungan di Terminal
sehingga para penumpang atau konsumen akan merasa puas dan
nyaman.
3. Dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat untuk dapat lebih
memperhatikan kebersihan lingkungan dan menjaga
kebersihanlingkungan.
7
1.5.2 Manfaat Teoritis
1. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dalam melakukan penelitian
khususnya pengaruh pengetahuan dan sikap konsumenterhadap
kebersihanlingkungan di Terminal Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat
Dayatahun 2014.
2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar sebagai
salah satu bahan masukan atau informasi guna menambah bahan
perpustakaan yang dapat digunakan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
3. Bagi pihak lain diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai
referensi untuk dipelajari dibangku perkuliahan, dan dapat
membandingkan antara teori dengan praktek yang sesungguhnya di
lapangan khususnya tentang kebersihan lingkungan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Pengertian Pegetahuan
Menurut Gazalba dalam Bakhtiar (2006), pengetahuan adalah apa yang
diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari
kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau
isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha
manusia untuk tahu.
Pendapat dari WHO (2006) bahwa pengetahuan diperoleh dari
pengalaman, selain itu juga dari guru, orang tua, buku, dan media masa.
Pengetahuan adalahsesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran.
Secara garis besar menurut (Notoatmodjo. 2005) domain tingkat
pengetahuan (kognitif) mempunyai enam tingkatan, meliputi: mengetahui,
memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan mengevaluasi. Ciri
pokok dalam taraf pengetahuan adalah ingatan tentang sesuatu yang diketahuinya
baik melalui pengalaman, belajar, ataupun informasi yang diterima dari orang
lain.Pengetahuan merupakan hasil dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan atau kognitif menurut Green merupakan hasil dari tahu dan
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan terjadi melalui panca indera penglihatan, penciuman, rasa dan8
9
raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.Teori pengetahuan berkaitan dengan sumber-sumber
pengetahuan.Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo, 2007)
Tingkatan Pengetahuan di Dalam Domain KognitifPengetahuan yang
tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:
1. Tahu(Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami(Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasi materi tersebut
secara benar.
3. Aplikasi(Application)
Aplikasi artinya sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi lainnya.
4. Analisis(Analysis)
10
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi(Evaluation)
Evauasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau objek. Penilaian berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri,
atau menggunakan kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman
pengetahuan yang inginkita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan
tingkat – tingkat tersebut (Notoatmodjo, 2007).
2.1.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan.
Menurut Notoatmodjo (2007) tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi
oleh:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah serta berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.
b. Pengalaman
11
Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan
pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama
bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang
merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang
bertolak dari masalah nyata dalam bidang keperawatan.
c. Usia
Semakin tua semakin bijak, semakin banyak informasi yang dijumpai dan
semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.
Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena
mengalami kemunduran fisik dan mental.
d. Informasi
Orang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki
pengetahuan yang lebih luas pula. Salah satu sumber informasi yang berperan
penting bagi pengetahuan adalah media massa. Pengetahuan masyarakat
khususnya tentang kesehatan bisa didapat dari beberapa sumber antara lain
media cetak, tulis, elektronik, pendidikan sekolah, penyuluhan.
e. Lingkungan Budaya
Dalam hal ini faktor keturunan dan bagaimana orang tua mendidik sejak kecil
mendasari pengetahuan yang dimiliki oleh remaja dalam berfikir selama
jenjang hidupnya.
f. Sosial Ekonomi
12
Tingkat sosial ekonomi yang rendah menyebabkan keterbatasan biaya untuk
menempuh pendidikan, sehingga pengetahuannya pun rendah.
2.2 Sikap
Dalam penggunaannya yang palingawal, sikap berarti postur fisik atau
posisitubuh. Kemudian konsep ini tidak hanyadipakai untuk bentuk tubuh tetapi
lebihkepada suatu bentuk pikiran. Definisi sikapsemakin berkembang, banyak ahli
yangmulai tertarik kepada sikap dan memberikan definisi yang berbeda-
bedatergantung pada sudut pandang yangdigunakan (Wirawan, dalam Azwar.
2007).
Menurut Santrock dalam Azwar (2007) mengemukakanbahwa sikap
merupakan kepercayaan atauopini terhadap orang-orang, obyek atausuatu ide.
Setiap orang memiliki opini ataukepercayaan yang berbeda terhadap suatuobyek
atau ide. Sikap adalah reaksi atas penilaiansuka atau tidak suka terhadap sesuatu
atauseseorang yang ditunjukkan melaluikepercayaan, perasaan atau
kecenderunganbertingkah laku.
Umumnya psikolog sosialmenggunakan istilah sikap untuk merujukpada
evaluasi seseorang terhadap berbagaiaspek sosial serta bagaimana evaluasitersebut
memunculkan rasa suka atau tidaksuka seseorang terhadap isu, ide,
orang,kelompok sosial, obyek (Baron & Bryne,2004). Lebih lanjut Pratkanis
danGreenwald menjelaskan kata evaluasiberarti penilaian terhadap suatu
obyek.Penilaian tersebut dapat dalam bentuk sukaatau tidak suka, baik-buruk,
positif-negatif.Obyek sikap yang dievaluasi dapat berupaorang, merk, jasa iklan
atau sebuah masalah(Wirawan dalam Azwar. 2007).
13
Dapat dikatakanbahwa
kesiapanyangdimaksudkanmerupakankecenderunganpotensialuntukbereaksidenga
ncaratertentuapabilaindividudihadapkanpadasuatustimulusyangmenghendakiadan
yarespon(Munandar,2006).
Definisi sikap yang lebih kompleksdikemukakan oleh (Eagly dan
Chaikendalam Mantra. 2010), sikap sebagai suatu penilaianterhadap obyek sikap
dengan memberikandukungan atau tidak mendukung yangumumnya ditunjukkan
melalui responkognitif, afektif atau perilaku, sama halnyadengan Secord dan
Backmanmendefinisikan sikap sebagai keteraturandalam hal perasaan (afeksi),
pemikiran(kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi)seseorang terhadap suatu
aspek dilingkungan sekitarnya.
Konsepsikap menjadi sangat dikenal karena sikapdiduga mempengaruhi
tingkah laku.Sebagai contoh, terjadi banyak demonstrasiyang menentang aborsi
atau Narkobadengan harapan ketika sikap seseorangberubah maka tingkah laku
mereka akanikut berubah. Hal ini mendasari teori yangdisebut sebagai teori tiga
komponen yaitusuatu teori yang menganggap bahwa sikapdibentuk berdasarkan
tiga komponen yaitu kognitif, afektif dan tingkah laku (Mantra. 2010).
Menurut Mantra (2010) komponen kognitif merupakan kepercayaan atau
keyakinan dan pemikiranseseorang tentang sesuatu, sedangkankomponen afektif
merupakan perasaanseseorang mengenai hal tersebut danterakhir adalah
bagaimana seseorangbertingkah laku terhadap sesuatu yangmerupakan komponen
tingkah laku. Ketiga komponen ini konsisten satudengan yang lain, sebagai
contohnyaseseorang yang merasa yakin bahwaseorang pemerkosa harus
14
menerimahukuman berat (komponen kognitif),menjadi marah ketika mendengar
bahwapemerkosa tersebut menerima hukumanyang kurang adil (komponen
afektif)sehingga berniat untuk melakukan proteskepada pemerintah (komponen
tingkahlaku).
2.2.1Komponen Sikap
Sikap memiliki tiga komponen dasar,yaitu kognitif, afektif (atau
emosional) dankonatif (atau behavioral). Seperti yangdikatakan McGuire bahwa
manusiamemiliki tiga eksistensi berdasarkankondisinya yaitu pengetahuan,
perasaan dan tindakan merupakan lanjutan pemikiransebagaimana yang
dikemukakan para filsuf.Oskamp mengatakan kognisi, afeksi dantingkah laku
telah digunakan untuk merujukpada tiga komponen yang disebut sikap(dikutip
oleh wirawan dalam Azwar. 2007).
Menurut Junaidi (2011)komponen kognitif (komponenperseptual)
merupakan komponen yangberkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan,
yaitu hal-hal yang berhubungandengan bagaimana orang mempersepsiterhadap
obyek sikap.Komponen afektif (komponenemosional) merupakan komponen
yangberhubungan dengan rasa senang atau rasatidak senang terhadap obyek sikap.
Rasasenang merupakan hal yang positif,sedangkan rasa tidak senang merupakan
halyang negatif. Komponen ini menunjukkanarah sikap, yaitu positif dan
negatif.Komponen kognisi dan afektifkonsisten satu sama lain, maka tidaklah
penting mana yang lebih menonjol,keduanya akan berkorelasi dengan tingkahlaku
apabila komponen afektif sama-samamenonjol.
15
Komponen konatif (komponenperilaku atau action component),
yaitukomponen yang berhubungan dengankecenderungan bertindak terhadap
objeksikap. Komponen ini menunjukkanintensitas sikap, yaitu menunjukkan
besarkecilnya kecenderungan bertindak atauberperilaku seseorang terhadap objek
sikap(Junaidi, 2011).
Dengan mengetahui kognisi danperasaan seseorang terhadap suatu
objeksikap tertentu, maka akan dapat diketahuikecenderungan perilakunya. Sikap
tidak dapat dilihat secara langsung, sikapseseorang terhadap obyek akan tampak
jikaseseorang melihatnya melalui ketigakomponen sikap tersebut. Ketiga
komponen sikap cenderungkonsisten satu sama lain. Hal ini berarti,sebuah
perubahan dalam satu komponensikap, cenderung akan memicu perubahanpula di
kedua komponen lainnya (Wood, & Boyd, 2005).
2.2.2Ciri-ciri Sikap
Seperti telah dipaparkansebelumnya bahwa sikap merupakan faktoryang
ada di dalam diri manusia yang dapatmendorong atau menimbulkan
perilakutertentu. Adapun menurut Gerungan (2007)beberapa ciri-ciri sikap.
1. Sikap itu tidak dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajarinya
sepanjangperkembangan orang itu dalam hubungandengan objeknya. Sifat ini
membedakannyadengan sifat motif-motif biogenesis sepertilapar, haus,
kebutuhan akan istirahat, danlain-lain penggerak kegiatan manusia
yangmenjadi pembawaan baginya, dan yangterdapat padanya sejak dilahirkan.
2. Sikap itu dapat berubah-ubah, karena itusikap dapat berubah pada seseorang
bilaterdapat keadaan–keadaan dan syarat-syarattertentu yang mempermudah
16
berubahnyasikap pada orang itu. Akan tetapi meskipunsikap dapat berubah-
ubah, sikap itu masihmempunyai kecenderungan stabil.
3. Sikap itu tidak berdirisendiri, tetapi senantiasa mengandung relasitertentu
terhadap suatu obyek. Dengan katalain, sikap itu terbentuk, dipelajari
atauberubah senantiasa berkenaan dengansederetan obyek-obyek serupa.
Sebagaicontoh, mungkin terdapat sikap tidak hanyaterhadap orang tertentu
saja, tetapi terhadapseluruh golongan atau bangsa yang diwakilioleh orang
tersebut. Bukan saja “Si Xadalah orang yang rajin”, tetapi “Sukubangsa orang
X adalah bangsa yang rajinbekerja.
4. Sikap mempunyai segisegi motivasidansegi-
segiperasaan.Sifatinilahyangmembedakansikapdarikecakapan-kecakapanatau
pengetahuanpengetahuanyangdimilikiorang.
2.2.3 Faktor-faktor yang MempengaruhiPembentukan Sikap
Sikap timbul karena ada stimulus.Pembentukan sikap tidak terjadi
dengansendirinya. Menurut Ahmadi (2006) adabeberapa hal yang penting
dalampembentukan sikap yang diperhatikandalam masa adolesens yaitu adalah
sebagai berikut:
a. Kelompok Keluarga, dalam hal ini keluarga mempunyai perananbesar dalam
membentuk sikap putraputrinya. Sebab keluargalah sebagaikelompok primer
bagi anak merupakanpengaruh yang dominan.
b. Kelompok sebaya.Kelompok ini merupakan bagian pentingdari kehidupan
berinteraksi yang mampu mempengaruhi perkembangan sikapseseorang.
17
Karena rasa ingin sebanding,ingin diterima dan menjadi bagian darikelompok
sebaya, hal itu akan membentuk sikap seseorang.
c. Kelompok yangmeliputi lembaga pendidikan sepertisekolah, lembaga
keagamaan. Sementaraorang berpendapat bahwa mengajarkansikap adalah
merupakan tanggung jawaborang tua. Tetapi tidaklah demikian
halnya.Lembaga sekolah pun memiliki tugas puladalam membina sikap ini.
Dengan demikianlembaga pendidikan formal dalam hal ini sekolah memiliki
tugas untuk membina danmengembangkan sikap anak didik menujukepada
sikap yang pendidik harapkan. Padahakikatnya tujuan pendidikan
adalahmengubah sikap anak didik ke arah tujuanpendidikan.
d. Media massa sepertitelevisi, radio, majalah, dan surat kabarmerupakan sarana
komunikasi yangmempunyai pengaruh besar dalampembentukan opini dan
kepercayaan orang.Media massa mempunyai tugas pokokuntuk menyampaikan
informasi kepadamasyarakat. Media massa juga membawapesan-pesan yang
berisi sugesti yang dapatmengarahkan opini seseorang. Informasibaru
mengenai sesuatu hal yang diterima oleh seseorang dapat menjadikan
landasankognitif baru bagi terbentuknya sikapterhadap hal tersebut. Pesan-
pesan sugestifyang dibawa oleh informasi tersebut,apabila cukup kuat, akan
memberi dasarafektif dalam menilai sesuatu hal sehinggaterbentuklah arah
sikap tertentu.
(Walgito dalam Junaidi, 2011) mengatakan bahwaobyek sikap akan
dipersepsi oleh individu,dan hasil persepsi akan dicerminkan dalamsikap yang
diambil oleh individu yangbersangkutan. Dalam mempersepsi obyeksikap,
18
individu akan dipengaruhi olehpengetahuan, pengalaman, cakrawala,keyakinan,
proses belajar, dan hasil prosespersepsi ini akan merupakan pendapat
ataukeyakinan individu mengenai objek sikap,dan ini berkaitan dengan segi
kognitif.Afeksi akan mengiringi hasil kognitifterhadap objek sikap sebagai
aspekevaluatif, yang dapat bersifat positif atau negatif. Hasil evaluasi aspek afeksi
akanmengait segi konatif, yaitu merupakankesiapan untuk memberikan
responterhadap objek sikap, kesiapan untukbertindak, kesiapan untuk
berperilaku.Keadaan lingkungan akan memberikanpengaruh terhadap objek sikap
maupunpada individu yang bersangkutan.
2.2.4.Fungsi Sikap
Sikap dapat mencakup jangkauantopik dan masalah yang luas.
Walaupunmempelajari sikap itu tidak terlalu sukar,tetapi situasinya sendiri pada
dasarnyakompleks. Serangkaian sikap cenderungsaling berhubungan, karena itu
siapapunyang ingin mengubah sikap harusmengenali saling keterkaitan
tersebut(Azwar, 2007).
Menurut Ahmadi (2006) terdapatbeberapa fungsi sikap adalah sebagai
berikut:
1. Sikapberfungsi sebagai alat untuk menyesuaikandiri. Bahwa sikap adalah
sesuatu yangbersifat communicable, artinya sesuatuyang mudah menjalar,
sehingga mudah bilamenjadi milik bersama. Karena itu sesuatugolongan yang
mendasarkan ataskepentingan bersama dan pengalamanbersama biasanya
ditandai oleh adanyasikap anggotanya yang sama terhadapsesuatu obyek.
Sehingga dengan demikiansikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang
19
dengan kelompoknya ataudengan anggota kelompoknya yang lain.Oleh karena
itu anggota-anggota kelompokyang mengambil sikap yang sama
terhadapobyek tertentu dapat meramalkan tingkahlaku terhadap anggota-
anggota lainnya.
2. Sikap berfungsi sebagai alatpengatur tingkah laku. Pada umumnyatingkah laku
anak kecil merupakan aksiaksiyang
spontanterhadapsekitarnya.Antaraperangsangdanreaksitakadapertimbangan,teta
pipadaanak
dewasadanyangsudahlanjutusianyaperangsangitupadaumumnyatidakdiberireak
sisecaraspontan,akantetapiterdapatproses secarasadaruntukmenilaiperangsang-
perangsangitu.Jadi antaraperangsangdan reaksiterdapat
sesuatuyangdisisipkannyayaitusesuatuyangberwujudpertimbangan-
pertimbanganatau penilaian-penilaianterhadapperangsangitu
sebenarnyabukanhal yang berdiri sendiri, tetapi merupakansesuatu yang erat
hubungannya dengan citacitaorang,tujuan hiduporang, peraturan-
peraturankesusilaanyangadadalammasyarakat,keinginan-
keinginanpadaorangitudan sebagainya.
3. Sikap berfungsi sebagai alatpengatur pengalaman-pengalaman. Dalamhal ini
perlu dikemukakan bahwa manusiadi dalam menerima pengalaman-
pengalamandari luar sikapnyatidak pasif,tetapi diterima secara aktif, artinya
semua pengalaman yang berasal dari luar itu tidaksemuanya dilayani oleh
manusia, tetapimanusia memilih mana yang perludan mana yang tidak perlu
dilayani. Jadisemua pengalaman ini diberi penilaian.
20
4. Sikap berfungsi sebagaipernyataan kepribadian. Sikap seringmencerminkan
pribadi seseorang. Inisebabnya sikap tidak pernah terpisah daripribadi yang
mendukungnya. Oleh karenaitu dengan melihat sikap-sikap pada obyek-
obyektertentu,sedikitbanyakorangdapatmengetahuipribadiorangtersebut.
Apabila akan mengubah sikapseseorang, maka harus mengetahui keadaanyang
sesungguhnya daripada sikap orangtersebut dan dengan mengetahui
keadaansikap akan mengetahui pula mungkintidaknya sikap tersebut diubah
dan bagaimana cara mengubahnya sikap-sikaptersebut.
2.3 Kebersihan Lingkungan
Pengertian Lingkungan Menurut A.L. Slamet Riyadi (2001) adalah
”Tempat pemukiman dengan segala sesuatunya dimana organismenya hidup
beserta segala keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun tidak dpt diduga
ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme itu.”
Pengertian dari Lingkungan adalah sesuatu yang berada di luar atau sekitar
mahluk hidup. Para ahli lingkungan memberikan definisi bahwa Lingkungan
(enviroment atau habitat) adalah suatu sistem yang kompleks dimana berbagai
faktor berpengaruh timbal-balik satu sama lain dan dengan masyarakat tumbuh-
tumbuhan. Menurut Ensiklopedia Kehutanan menyebutkan bahwa Lingkungan
adalah jumlah total dari faktor-faktor non genetik yang mempengaruhi
pertumbuhan dan reproduksi pohon. Ini mencakup hal yang sangat luas, seperti
tanah, kelembaban, cuaca, pengaruh hama dan penyakit, dan kadang-kadang
intervensi manusia.
21
Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antaranya,
debu, sampah, dan bau. Di zaman modern, setelah Louis Pasteur menemukan
proses penularan penyakit atau infeksi disebabkan oleh mikroba, kebersihan juga
berarti bebas dari virus, bakteri patogen, dan bahan kimia berbahaya (WHO,
2006).
Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan higiene yang baik.
Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat,
tidak bau, tidak malu, tidak menyebarkan kotoran, atau menularkan kuman
penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain. Kebersihan badan meliputi
kebersihan diri sendiri, seperti mandi, menyikat gigi, mencuci tangan, dan
memakai pakaian yang bersih.
Kebersihan lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal, tempat bekerja,
dan berbagai sarana umum. Kebersihan tempat tinggal dilakukan dengan cara
melap jendela dan perabot rumah tangga, menyapu dan mengepel lantai, mencuci
peralatan masak dan peralatan makan (misalnya dengan abu gosok),
membersihkan kamar mandi dan jamban, serta membuang sampah. Kebersihan
lingkungan dimulai dari menjaga kebersihan halaman dan selokan, dan
membersihkan jalan di depan rumah dari sampah.
Tingkat kebersihan berbeda-beda menurut tempat dan kegiatan yang
dilakukan manusia.Kebersihan di rumah berbeda dengan kebersihan kamar bedah
di rumah sakit, sedangkan kebersihan di pabrik makanan berbeda dengan
kebersihan di pabrik semikonduktor yang bebas debu.
22
Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tak terpisahkan dari
kehidupan manusia dan merupakan unsur yang fundamental dalam ilmu kesehatan
dan pencegahan. Yang dimaksud dengan kebersihan lingkungan adalah
menciptakan lingkungan yang sehat sehingga tidak mudah terserang berbagai
penyakit seperti demam berdarah, muntaber dan lainnya. Ini dapat dicapai dengan
menciptakan suatu lingkungan yang bersih indah dan nyaman.
Kebersihan akan lebih menjamin kebersihan seseorang dan menyehatkan.
Kebersihan tidak sama dengan kemewahan, kebersihan adalah usaha manusia agar
lingkungan tetep sehat terawat secara kontinyu.Bila sudah terbiasa menjaga
kebersihan maka jika melihat tempat yang tidak bersih perlu segera kita bersihkan
agar hilang dari pandangan mata. Semakin banyak kotoran yang dibiarkan
menumpuk semakin tidak baik untuk dilihat yang lebih bahaya lagi akan
mendatangkan berbagai penyakit atau wabah di sekitarnya (Riyadi, 2001).
Kita harus tahu tentang manfaat menjaga kebersihan lingkungan, karena
menjaga kebersihan lingkungan sangatlah berguna untuk kita semua karena dapat
menciptakan kehidupan yang aman, bersih, sejuk dan sehat.
Manfaat menjaga kebersihan lingkungan antara lain:
1. Terhindar dari penyakit yang disebabkan lingkungan yang tidak sehat.
2. Lingkungan menjadi lebih sejuk.
3. Bebas dari polusi udara.
4. Air menjadi lebih bersih dan aman untuk di minum.
5. Lebih tenang dalam menjalankan aktifitas sehari hari.
23
Masih banyak lagi manfaat menjaga kebersihan lingkungan, maka dari
itu kita harus menyadari akan pentingnya kebersihan lingkungan mulai dari rumah
kita sendiri misalnya rajin menyapu halaman rumah, rajin membersihkan selokan
rumah kita, membuang sampah pada tempatnya, pokoknya masih banyak lagi.
Lingkungan akan lebih baik jika semua orang sadar dan
bertanggungjawab akan kebersihan lingkungan, karena hal itu harus ditanamkan
sejak dini, di sekolah pun kita diajarkan untuk selalu hidup bersih.
2.4 Terminal
Dalam pencapaian pembangunan nasional peranan transportasi memiliki
posisi yang penting dan strategi dalam pembangunan, maka perencanaan dan
pengembangannya perlu ditata dalam satu kesatuan sistem yang terpadu. Untuk
terlaksananya keterpaduan intra dan antar moda secara lancar dan tertib maka
ditempat-tempat tertentu perlu dibangun dan diselenggarakan terminal.
Berdasarkan petunjuk teknik lalu lintas angkutan jalan (Juknis LLAJ,
1995), Terminal Transportasi merupakan:
1. Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai
pelayanan umum.
2. Tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan dan pengoperasian lalu lintas.
3. Prasarana angkutan yang merupakan bagian dari sistem transportasi untuk
melancarkan arus penumpang dan barang.
4. Unsur tata ruang yang mempunyai peranan penting bagi efisiensi kehidupan
kota.
2.4.1 Fungsi Terminal
24
Berdasarkanpetunjuk teknik lalu lintas angkutan jalan ( Juknis LLAJ,
1995), Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur:
1. Fungsi Terminal bagi penumpang, adalah untuk kenyamanan menunggu,
kenyamanan perpindahan dari satu moda atau kendaraan ke moda atau
kendaraan lain, tempat fasilitas-fasilitas informasi dan fasilitas parkir
kendaraan pribadi.
2. Fungsi terminal bagi pemerintah, adalah dari segi perencanaan dan manajemen
lalu lintas untuk menata lalulintas dan angkutan serta menghindari dari
kemacetan, sumber pemungutan retribusi dan sebagai pengendali kendaraan
umum.
3. Fungsi terminal bagi operator/pengusaha adalah pengaturan operasi bus,
penyediaan fasilitas istirahat dan informasi bagi awak bus dan sebagai fasilitas
pangkalan.
2.4.2Jenis Terminal
Berdasarkanpetunjuk teknik lalu lintas angkutan jalan ( Juknis LLAJ,
1995), Terminal dibedakan berdasarkan jenis angkutan, menjadi:
1. Terminal Penumpang, adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan
menaikkan dan menurunkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar
moda transportasi serta pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan
umum.
2. Terminal Barang, adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan
membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra dan/atau antar moda
transportasi.
25
2.4.3Ketentuan Mengenai Terminal AngkutanPenumpang
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No 31/1995, Terminal
penumpang berdasarkan fungsi pelayanannya dibagi menjadi:
1. Terminal penumpang tipe A, berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.
2. Terminal penumpang tipe B, berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan
pedesaan.
3. Terminal penumpang tipe C, berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan pedesaan.
2.4.4Persyaratan Lokasi Terminal
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No 31/1995, Penentuan
lokasi terminal penumpang harus memperhatikan:
1. rencana kebutuhan lokasi simpul yang merupakan bagian dari rencana umum
jaringan transportasi jalan.
2. rencana umum tata ruang
3. kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan di sekitar terminal
4. keterpaduan moda transportasi baik intra maupun antar moda.
5. kondisi topografi, lokasi terminal.
6. kelestarian lingkungan.
a. Persyaratan Lokasi Terminal Tipe A
1. Terletak di Ibukota Propinsi, Kotamadya atau Kabupaten dalam jaringan trayek
antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara.
26
2. Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas IIIA.
3. Jarak antara dua terminal penumpang tipe A sekurang-kurangnya 20 km di
Pulau Jawa, 30 km di Pulau Sumatera dan 50 km di pulau lainnya. Luas lahan
yang tersedia sekurang-kurangnya 5 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan
Sumatera, dan 3 ha di pulau lainnya.
4. Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal, sekurang-
kurangnya berjarak 100 meter di Pulau Jawa dan 50 meter di pulau lainnya.
b. Persyaratan Lokasi Terminal Tipe B
1. Terletak di Kotamadya atau Kabupaten dan dalam jaringan trayek angkutan
kota dalam propinsi.
2. Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan sekurang-kurangnya
kelas IIIB.
3. Jarak antara dua terminal penumpang tipe B atau dengan terminal tipe A
sekurang-kurangnya 15 km di Pulau Jawa, 30 km di Pulau lainnya.
4. Tersedia luas lahan sekuarng-kurangnya 3 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan
Sumatera, dan 2 ha di pulau lainnya.
5. Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal, sekurang-
kurangnya berjarak 50 meter di Pulau Jawa dan 30 meter di pulau lainnya.
c. Persyaratan Lokasi Terminal Tipe C
1. Terletak di dalam wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II dan dalam jaringan
trayek angkutan pedesaan..
2. Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling tinggi IIIA.
Tersedia lahan yang sesuai dengan permintaan angkutan.
27
3. Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal, sesuai
kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas di sekitar Terminal.
2.4.5Kriteria Pembangunan Terminal
Pembangunan Terminal dilengkapi (http://kardady.wordpress.com, 2010)
dengan:
1. Rancang bangun terminal
2. Analisis dampak lalu lintas
3. Analisis mengenai dampak lingkungan
Dalam rancang bangun Terminal penumpang harus memperhatikan:
1. Fasilitas penumpang yang disyaratkan.
2. Pembatasan yang jelas antara lingkungan kerja Terminal dengan lokasi
peruntukkan lainnya, misalnya pertokoan, perkantoran, sekolah dan
sebagainya.
3. Pemisahan antara lalu lintas kendaraan dan pergerakan orang di dalam
Terminal.
4. Pemisahan yang jelas antara jalur angkutan antar kota antar propinsi, angkutan
antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan. Manajemen
lalu lintas di dalam Terminal dan di daerah pengawasan Terminal.
2.4.6Kriteria Perencanaan Terminal
Sirkulasi lalu lintas adalah jalan masuk dan keluar kendaraan harus
lancar, dan dapat bergerak dengan mudah. Jalan masuk dan keluar calon
penumpang kendaraan umum harus terpisah dengan keluar masuk
28
kendaraan.Dalam (http://kardady.wordpress.com, 2010) Kendaraan di dalam
Terminal harus dapat bergerak tanpa halangan yang tidak perlu. Sistem sirkulasi
kendaraan di dalam Terminal ditentukan berdasarkan:
a. Jumlah arah perjalanan
b. Frekuensi perjalanan
c. Waktu yang diperlukan untuk turun/naik penumpang
Sistem sirkulasi ini juga harus ditata dengan memisahkan jalur
bus/kendaraan dalam kota dengan jalur bus angkutan antar kota
(http://kardady.wordpress.com, 2010).
Fasilitas utama Terminal yang terdiri dari:
1. Jalur pemberangkatan kendaraan umum
2. Jalur kedatangan kendaraan umum
3. Tempat tunggu kendaraan umum
4. Tempat istirahat sementara kendaraan umum
5. Bangunan kantor terminal
6. Tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar, menara pengawas, loket
penjualan karcis, rambu-rambu dan papan informasi, yang memuat petunjuk
jurusan, tarif, dan jadwal perjalanan, pelataran parkir kendaraan pengantar dan
taksi.
7. Kamar kecil/toilet
8. Mushalla
9. Kios/kantin
10. Ruang pengobatan
29
11. Ruang infromasi dan pengaduan telepon umum
12. Tempat penitipan barang
13. Taman
14. Kegiatan sirkulasi penumpang, pengantar, penjemput, sirkulasi barang dan
pengelola terminal.
15. Macam tujuan dan jumlah trayek, motivasi perjalanan, kebiasaan penumpang
dan fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang sebagai fasilitas pelengkap dalam pengoperasian
terminal (http://kardady.wordpress.com, 2010), antara lain:
a. Turun naik penumpang dan parkir bus harus tidak mengganggu kelancaran
sirkulasi bus dan dengan memperhatikan keamanan penumpang.
b. Luas bangunan ditentukan menurut kebutuhan pada jam puncak berdasarkan
kegiatan adalah:
c. Tata ruang dalam dan luar bangunan Terminal harus memberikan kesan yang
nyaman dan akrab.
Luas pelataran parkir Terminal tersebut di atas ditentukan berdasarkan
kebutuhan pada jam puncak berdasarkan:
1. Frekuensi keluar masuk kendaraan
2. Kecepatan waktu naik/turun penumpang
3. Kecepatan waktu bongkar/muat barang
4. Banyaknya jurusan yang perlu di tampung dalam sistem jalur
Sistem parkir kendaraan di dalam Terminal harus ditata sedemikian rupa
sehingga rasa aman, mudah dicapai, lancar dan tertib. Ada beberapa jenis sistem
30
tipe dasar pengaturan platform, teluk dan parkir (http://kardady.wordpress.com,
2010) adalah:
a. Membujur, dengan platform yang membujur bus memasuki teluk pada ujung
yang satu dan berangkat pada ujung yang lain. Ada tiga jenis yang dapat
digunakan dalam pengaturan membujur yaitu satu jalur, dua jalur, dan shallow
saw tooth.
b. Tegak lurus, teluk tegak lurus bus-bus diparkir dengan muka menghadap ke
platform, maju memasuki teluk dan berbalik keluar. Ada beberapa jenis teluk
tegak lurus ini yaitu tegak lurus terhadap platform dan membentuk sudut
dengan platform.
2.4.7Alternatif Standar Terminal
Terminal penumpang berdasarkan tingkat pelayanan yang dinyatakan
dengan jumlah arus minimum kendaraan per satu satuan waktu mempunyai ciri-
ciri (http://kardady.wordpress.com, 2010) sebagai berikut:
a. Terminal tipe A 50 -100 kendaraan/jam
b. Terminal tipe B 25 – 50 kendaraan /jam
c. Terminal tipe C 25 kendaraan/jam
2.4.8Luas Terminal Penumpang
Untuk masing-masing tipe Terminal memiliki luas berbeda,
tergantungwilayah dan tipenya, dengan ketentuan ukuran minimal
(http://kardady.wordpress.com, 2010):
a. Untuk Terminal tipe A di pulau Jawa dan Sumatra seluas 5 Ha, dan di pulau
lainnya seluas 3 Ha.
31
b. Untuk Terminal penumpang tipe B di pulau Jawa dan Sumatra seluas 3 Ha, dan
dipulau lainnya seluas 2 Ha.
c. Untuk Terminal tipe C tergantung kebutuhan.
A. Akses
Akses jalan masuk dari jalan umum ke Terminal, berjarak minimal:
1. Untuk Terminal tipe A di pulau Jawa 100 m dan di pulau lainnya 50 m,
2. Untuk Terminal penumpang tipe B di pulau Jawa 50 m dan di pulau lainnya 30
m,
3. Untuk Terminal penumpang tipe C sesuai dengan kebutuhan.
B. Penentuan Lokasi
Penentuan lokasi dan letak Terminal penumpang dilaksanakan oleh:
1. Direktur Jenderal setelah mendengar pendapat Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I, untuk Terminal penumpang tipe A,
2. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I setelah mendapat persetujuan Direktur
Jenderal, untuk Terminal penumpang tipe B,
3. Bupati Kepala Daerah/Walikotamadya daerah Tingkat II setelah mendapat
persetujuan dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I terminal penumpang tipe
C.
C. Daerah kewenangan/pengelolaan Terminal
Daerah kewenangan/pengelolaan Terminal terdiri dari:
1. Daerah lingkungan kerja Terminal, merupakan daerah yang diperuntukkan
untuk fasilitas utama dan fasilitas penunjang Terminal,
32
2. Daerah pengawasan Terminal, adalah daerah di luar daerah lingkungan kerja
Terminal yang diawasi oleh petugas Terminal untuk menjamin kelancaran arus
lalu lintas di sekitar Terminal.
D. Penyelenggaraan Terminal penumpang
Penyelenggaraan Terminal penumpang meliputi kegiatan pengelolaan,
pemeliharaan dan penertiban Terminal. Kewenangan pengelolaan Terminal
berada pada Pemerintah Daerah Tingkat II dengan Dinas LLAJ sebagai
penyelenggara, sedang Direktorat Jenderal Perhubungan Darat sebagai
pembinanya.
E. Pengelolaan Terminal
Pengelolaan Terminal penumpang yang harus dilakukan adalah meliputi
kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pengoperasian Terminal.
F. Perencanaan
Kegiatan perencanaan Terminal meliputi:
1. penataan pelataran Terminal menurut rute atau jurusan,
2. penataan fasilitas penumpang,
3. penataan fasilitas penunjang Terminal,
4. penataan arus lalu lintas di daerah pengawasan Terminal,
5. penyajian daftar rute perjalanan dan tarif angkutan,
6. penyusunan jadwal perjalanan berdasarkn kartu pengawasan,
7. pengaturan jadwal petugas di Terminal,
8. evaluasi sistem pengoperasian Terminal.
G. Pelaksanaan Pengoperasian Terminal
33
Kegiatan pelaksanaan pengoperasian Terminal penumpang meliputi:
1. pengaturan tempat tunggu dan arus kendaraan umum di dalam Terminal,
2. pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan menurut jadwal yang
telah ditetapkan,
3. pemungutan jasa pelayanan Terminal penumpang,
4. pemberitahuan tentang pemberangkatan dan kedatangan kendaraan umum
kepada penumpang,
5. pengaturan arus lalu lintas didaerah pengawasan Terminal.
H. Pengawasan Pengoperasian Terminal
Kegiatan pengawasan pengoperasian, Terminal penumpang meliputi:
1. pemantauan pelaksanaan tarif,
2. pemeriksaan kartu pengawasan dan jadwal perjalanan,
3. pemeriksaan kendaraan yang secara jelas tidak memenuhi kelaikan jalan,
4. pemeriksaan batas kapasitas muatan yang diijinkan,
5. pemeriksaan pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa angkutan,
6. pencatatan dan pelaporan pelanggaran yang terjadi,
7. pemeriksaan kewajiban pengusaha angkutan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku,
8. pemantauan pemanfaatan Terminal serta fasilitas penunjang sesuai dengan
peruntukkannya,
9. pencatatan jumlah kendaraan dan penumpang yang datang dan berangkat.
I. Pemeliharaan Terminal
34
Terminal penumpang harus senantiasa dipelihara sebaik-baiknya untuk
menjamin agar Terminal tetap bersih, teratur, tertib, rapi serta berfungsi
sebagaimana mestinya. Pemeliharaan Terminal meliputi:
1. menjaga kebersihan bangunan beserta perbaikannya,
2. menjaga kebersihan pelataran Terminal, perawatan tanda-tanda dan
perkerasan pelataran,
3. merawat saluran-saluran air yang ada,
4. merawat instalasi listrik dan lampu-lampu penerangan,
5. menjaga dan merawat alat komunikasi,
6. menyediakan dan merawat sistem hidrant atau alat pemadam kebakaran
lainnya yang siap pakai.
Untuk keperluan pemeliharaan Terminal sebagaimana dimaksud diatas,
harus dialokasikan anggaran pemeliharaan Terminal.
35
2.4.9Tipelogi Terminal
Secara tabelaris tipologi terminal dapat disarikan menjadi (http://
kardady. wordpress. com, 2010) sebagai berikut:
Tabel 1. Tipelogi TerminalKetentuan Tipe A Tipe B Tipe CFungsi Terminal(KM 31 TH 1995)pasal 2
Melayani kendaraan umumuntuk angkutan antar kotaprovinsi dan atau angkutanlintas batas Negara,angkutan antar kota dalamprovinsi, sngkutan kota danangkutan pedesaan.
Melayani kendaraan umumuntuk angkutan antar kotadalam provinsi, angkutankota dan angkutanperdesaan.
Melayani angkutanperdesaan.
Fasilitas Terminal (KM 31 TH 1995)pasal 3
a. Jalur pemberangkatan dankedatangan.
b. Tempat parkerc. Kantor Terminald. Tempat tunggue. Menara pengawasf. Loket penjualan karcisg. Rambu-rambu dan papan
informasih. Pelataran parker pengantar
atau taksi
a. Jalur pemberangkatandan kedatangan
b. Tempat parkirc. Kantor terminald. Tempat tunggue. Menara pengawasf. Loket penjualan karcisg. Rambu-rambu dan
papan informasih. Pelaataran parker
pengantar atau taksi
a. Jalurpemberangkatandan kedatangan
b. Kantor terminalc. Tempat tunggud. Rambu-rambu dan
papan informasi
Lokasi Terminal(KM 31 TH 1995)pasal 11,12 dan 13
a. Terletak dalam jaringantrayek antar kota, antarprovinsi atau antarangkutan lintas batasNegara.
b. Terletak dijalan arteridengan kelas jalansekurang-kurangnya kelasIIIA.
c. Jarak antar dua Terminalpenumpang tipe Asekurang-kurangnya 20KM.
d. Luas lahan yang tersediasekurang-kurangnya 5 ha
e. Mempunyai akses jalanmasuk atau jalan keluardari Terminal dengan jaraksekurang-kurangya 100 m.
a. Terletak dalam jaringantrayek antar kota dalamprovinsi.
b. Terletak dijalan arteridengan kelas jalansekurang-kurangyakelas IIIB.
c. Jarak antar duaTerminal penumpangtipe A
d. Luas lahan yangtersedia sekurang-kurangnya 3 ha.
e. Mempunyai akses jalanmasuk atau jalan keluardari Terminal denganjarak sekurang-kurangnya 50 m.
a. Terletak didalamwilayah kabupatendan dalam trayekperdesaan.
b. Terletak dijalanarteri dengan kelasjalan sekurang-kurangnya kelasIIIC.
c. Luas lahan yangtersedia sesuaidengan permintaanangkutan.
d. Mempunyai aksesjalan masuk ataujalan keluar dariTerminal sesuaidengan kebutuhan..
Instansi penetaplokasi Terminal(KM 31 TH 1995)
Dirjen Hubdar mendengarpendapat Gubernur dankepala Kanwil DepHub
Gubernur setelahmendengar pendapat dankepala Kanwil DepHub
Bupati setelahmendengar pendapatdan kepala Kanwil
36
pasal 14 setempat. dan pendapat persetujuandari Dirjen.
DepHub dan mendapatpersetujuan dariGubernur.
Ketentuan Tipe A Tipe B Tipe CPenyelenggraTerminal (KM 31TH 1995) pasal 17
Direktorat Jenderal Gubernur Bupati
2.5 Kerangka Teoritis
Kerangka teori ini disimpulkan berdasarkan tinjauan kepustakaan diatas
(Notoatmodjo, 2003) yaitu:
Faktor Predisposisi
1. Pengetahuan
2. Sikap
Faktor pendukung
1. Pendidikan
2. Usia
3. Informasi
4. Kelompok keluarga
5. kelompok sebaya
Faktor pendorong
1. Sosio Ekonomi
2. Media masa
Gambar 1 Kerangka Teori
Kebersihan
lingkungan di
Terminal
37
2.6 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependent
1. Pengetahuan
2. Sikap
Gambar 2. Kerangka Konsep
Kebersihan
lingkungan di
Terminal
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Analitik dengan pendekatan Cross Sectional,
dimana variabel bebas dan terikat diteliti pada saat yang bersamaan saat
penelitian(Notoatmodjo, 2005).Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk
mengetahui bagaimana Pengaruh Pengetahuan dan Sikap terhadap Kebersihan
Lingkungan di Terminal Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat Daya (ABDYA).
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakandi Terminal Blang Pidie Kabupaten Aceh
Barat Daya pada bulan 26 Mei hingga 19 Juni 2014.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1.Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang
membutuhkan jasa Terminal Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat Daya, yang
jumlahnya ± 100 orang konsumen.
3.3.2Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang terdiri dari beberapa anggota
populasi, dikarenakan jumlah populasi ± 100 orang konsumen, maka jumlah
sampel dapat ditentukan dengan menggunakan metode accidental samplingyaitu
38
39
pengambilan sampel dilakukan dengan tidak secara sengaja, atau secara kebetulan
(Tatang, M. Arimin, 2011).
Jadi jumlah keseluruhan yang diambil adalah sebanyak 50orang
responden, teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Dalam
penelitian ini, penulis melakukan wawancara langsung dengan pihak Aparatur
Terminal Blang Pidie serta masyarakat sekitar Terminal Blang Pidie.
3.4. Jenis Data
1. Data Primer secara Langsung
Data yang diperoleh dari peninjauan langsung kelapangan melalui
wawancara dan observasi dengan menggunakan kuisioner dan checklist
yang telah disusun sebelumnya.
2. Data Sekunder secara Tidak Langsung
Data yang diperoleh dari di sekitar Terminal Blang Pidie Kabupaten
Aceh Barat Daya.
40
3.5. Definisi OperasionalTabel 3.2 Definisi Operasional
Variabel Bebas (Independent)
NO Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1 Pengetahuan Hasil tahu Wawancara Kuisioner 1. Baik Ordinalkonsumen 2. Tidakterhadap BaikkesehatanlingkunganTerminal
2 Sikap respon Wawancara Kuisioner 1. Baik Ordinalkonsumen 2. Tidakterhadap Baikkesehatanlingkunganterminal
Variabel Terikat(Dependent)
1 Kebersihan Keadaan Wawancara Kuisioner 1. Bersih OrdinalLingkungan bebas dari 2. Tidak
kotorantermasukbersih diantaranya debu,sampah danbau yang adadi Terminal
3.6. Aspek Pengukuran Variabel
Aspek pengukuran yang digunakan dalam pengukuran variabel dalam
penelitian ini adalah skala Guddman yaitu memberi skor dari nilai tertinggi ke
nilai terendah berdasarkan jawaban responden (Notoatmodjo, 2007.).
1. Pengetahuan
Baik: jika responden mendapat skor nilai > 5
Tidak baik: jika responden mendapat skor nilai ≤5
41
2. Sikap
Baik: jika responden mendapat skor nilai >5
Tidak baik: jika responden mendapat skor nilai ≤5
3. Kebersihan Lingkungan
Bersih : jika jawaban responden menunjukkan kebersihan dan keshatan
lingkungan yang baik atau responden mendapat skor nilai > 5
Tidak Bersih:jika jawaban responden menunjukkan tidak adanya kebersihan
dan keshatan lingkungan yang baik atau responden mendapat skor nilai ≤5
3.7. Teknik Analisis Data
3.7.1.Analisis Univariat
Analisis Univariat dilakukan untuk mendapat data tentang distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel, kemudian data ini di sajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi.
3.7.2.Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hipotesis dengan menentukan
hubungan antara variabel independen (variabel bebas) dengan variabel dependen
(variabel terikat) dengan menggunakan uji statistik Chi-square (X2) (Budiarto,
2006).
Kemudian untuk mengamati derajat hubungan antara variabel tersebut
akan di hitung nilai odd ratio (OR). Bila tabel 2 x 2, dan tidak ada nilai E
(harapan) < 5, maka yang digunakan adalah “Countiuty Corecction (a)”
42
Analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan computer untuk
membuktikan yaitu dengan ketentuan pvalue< 0,05 ( H0 ditolak ) sehingga
disimpulkan ada hubungan yang bermakna.
Menurut Sutanto ( 2007 ) aturan yang berlaku pada Chi Square adalah
sebagai berikut :
1. Bila pada 2 x 2 dijumpai nilai Expected (harapan) kurang dari 5, maka
yang digunakan adalah “Fisher’s Exact Test”
2. Bila tabel 2 x 2, dan tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai
sebaliknya “Contiuty Correction (a)”
3. Bila tabelnya lebih dari 2 x 2, misalnya 3 x 2, 3 x 3 dsb, maka digunakan
uji ‘’ pearson chi square’’
4. Uji ‘’ likelihood Ratio’’, biasanya digunakan untuk keperluan lebih
spesifik , misalnya analisis stratifikasi pada bidang epidemiologi dan juga
untuk mengetahui hubungan linier dua variabel katagorik ,sehingga kedua
jenis ini jarang digunakan.
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
Terminal Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat Daya berdiri pada tahun
1980 pada saat Kabupaten Aceh Selatan sebelum pemekaran hingga tahun 2003.
Pada tahun 2003 terjadi pemekaran daerah sehingga adanya Kabupaten Aceh
Barat Daya (ABDYA) dan sudah banyak mengalami bermacam perkembangan
yaitu telah adanya tempat naik turun penumpang, mushala, 2 toilet yang layak
untuk pria dan wanita, 4 warung nasi dan 6 warung mie, dan 4 kios kelontong.
Terminal Blang Pidie masih termasuk terminal mini dan belum mencapai Tipe A,
B dan C.
Luas Terminal Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat Daya yaitu 3.150 x
456 m yang terletak di antara desa Geuleumbang Payong dengan Desa Kuta Tuha
Kecamatan Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat Daya.Jumlah perusahaan angkutan
di Terminal Blang Pidie tahun 2014 adalah 19 perusahaan loket yaitu:
1. CV. Mandala Putra,
2. CV. Hasbela,
3. CV. Mentari Tour,
4. CV. Putri Kembar,
5. CV. Anugrah,
6. CV. Labuhan Raya,
7. CV. Kurnia,
8. P.O Kaset,
9. CV. Nusintra,
43
44
10. CV. Mulia Wisata,
11. CV. Sempati Star,
12. CV. Harapan Indah,
13. CV. Flamboyan Tour,
14. CV. Abya Perdana,
15. CV. Roda Mas,
16. CV. Primadona,
17. CV. Raja Kluet,
18. CV. Abdya Mandiri, dan
19. CV. Widuri Utama.
Struktur Organisasi Terminal Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat Daya
dapat dilihat pada gambar struktur dibawah ini:
Kepala TerminalAzhari Jas, SE
NIP. 19720323 200901 1 006
Kelompok Jabatan Fungsional- Orang yang punya skill/ teknis- Orang yang memiliki sertifikat di
DISHUB
Gambar 3.Struktur Organisasi Terminal Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat Daya.
4.2 Hasil Penelitian
Kepala SUBBAG. Tata Usaha
Petugas KeuanganBisma Isma
NIP. 19761022 200701 1 009
Petugas ADM. Dan PelaporanKhairunas
NIP. 19770112 200701 003
45
4.2.1 Analisis Univariat
Sebelum dilakukannya analisis bivariat untuk meihat hubungan antar
variabel maka terlebih dahulu dibuat analisi univariat dengan tabel distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti:
1. Pengaruh Jenis Kelamin
Tabel 2. Distribusi frekuensijenis kelaminresponden tentangkebersihanlingkungan di terminal Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat Dayatahun 2014
NO Faktor Jenis Kelamin Frekuensi %
1 Laki-laki 37 742 Perempuan 13 26Total 50 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2014)
Dari tabel 2. diketahui bahwa responden berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 37 orang (74%) dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 13
orang (26%).
2. Pengaruh pendidikan
Tabel 3. Distribusi frekuensipendidikanresponden tentangkebersihan lingkungandi terminal Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2014
NO Faktor Pendidikan Frekuensi %
1 SD 14 282 SMP 8 163 SMA 20 404 S1 6 125 S3 2 4Total 50 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2014)
Dari tabel 3. diketahui bahwa responden yang berpendidikan SD
sebanyak 14 orang (28%), yang berpendidikan SMP sebanyak 8 orang (16%),
46
yang berpendidikan SMA sebanyak 20 orang (40%), yang berpendidikan S1
sebanyak 6 orang (12%) dan yang berpendidikan S3 sebanyak 2 orang (4%).
3. Pengaruh Umur
Tabel 4. Distribusi frekuensiumur responden tentang kebersihan lingkungan diTerminal Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2014
NO Faktor Umur Frekuensi %
1 23 - 25 7 142 26 - 28 9 183 29 - 31 4 84 32 - 34 9 185 35 – 37 12 246 38 – 40 9 18Total 50 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2014)
Dari tabel 4. diketahui bahwa responden yang berumur antara 23 tahun
hingga 25 tahun adalah sebanyak 7 orang (14%), selanjutnya yang berumur antara
26 tahun hingga 28 tahun adalah sebanyak 9 orang (18%), selanjutnya yang
berumur antara 29 tahun hingga 31 tahun adalah sebanyak 4 orang (8%),
selanjutnya yang berumur antara 32 tahun hingga 34 tahun adalah sebanyak 9
orang (18%), selanjutnya yang berumur antara 35 tahun hingga 37 tahun adalah
sebanyak 12 orang (24%), dan yang berumur antara 38 tahun hingga 40 tahun
adalah sebanyak 9 orang (18%).
4. Pengaruh Pengetahuan
Tabel 5. Distribusi frekuensi pengetahuanrespondententangkebersihanlingkungan di terminal Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat Dayatahun 2014
NO Faktor Pengetahuan Frekuensi %
1 Baik 17 342 Kurang Baik 33 66Total 50 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2014)
47
Dari tabel 5. diketahui bahwa responden yang memiliki pengetahuan
yang baik tentang kebersihan lingkungan di Terminal Blang Pidie Kabupaten
Aceh Barat Daya tahun 2014adalah sebanyak 17 orang (34%) sedangkan yang
memiliki pengetahuan tidak baik hanya 33 orang (66%).
5. Pengaruh Sikap
Tabel 6. Distribusi frekuensisikapresponden tentangkebersihan lingkungan diTerminal Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2014
NO Faktor Sikap Frekuensi %
1 Baik 29 582 Tidak Baik 21 42
Total 50 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2014)
Dari tabel 6. diketahui bahwa responden yang memiliki sikap yang baik
tentangkebersihan lingkungan di Terminal Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat
Daya tahun 2014sebanyak 29 orang (58%) sedangkan yang tidak baik hanya 21
orang (42%).
6. Kebersihan Lingkungan Terminal
Tabel 7. Distribusi frekuensikebersihan lingkungandi Terminal Blang PidieKabupaten Aceh Barat Daya tahun 2014
NO Kebersihan Lingkungan Frekuensi %
1 Bersih 33 662 Tidak Bersih17 34
Total 50 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2014)
Dari tabel 7. diketahui bahwa kebersihan lingkungan di Terminal Blang
Pidie Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2014yang bersih sebanyak 33 orang
(66%) sedangkan yang tidak bersih hanya 17orang (34%).
48
4.2.2 Analisis Bivariat
Analisisbivariat untuk mengetahui hubungan variabel independen dan
dependen. Pengujian ini menggunakan Uji Chi-Square, ada hubunganbermakna
secara statistik jika diperoleh nilai p < 0,05.
a. Pengaruh Pengetahuan dengan Kebersihan lingkungan Terminal
Tabel 8. Pengaruh Pengetahuan dengan kebersihan lingkungan di TerminalBlang Pidie Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2014
PengetahuanKebersihan Terminal TotalBersih Tidak Bersih p
n % n % n % ORBaik 4 8 1326 17 34,0 0,0010,042Kurang Baik29 58 4 8 33 66,0 (0,009-0,196)Jumlah 33 66,0 1720,550100Sumber:Data Primer (diolah tahun 2014)
Dari tabel8. di atas diketahui bahwa dari 17 responden yang memiliki
pengetahuan baik 8%yang menjaga kebersihan lingkungan dan 26% yang tidak
menjaga kebersihan lingkungan, sedangkan dari 33responden yang memiliki
pengetahuan kurang baik 58%yang tidak menjaga kebersihan lingkungan dan 8%
tidak menjaga kebersihan lingkungan. Dari hasil uji chi square didapat nilai pvalue
= 0,001 dan ini lebih kecil dari α = 0,05 (pvalue = 0,001<α = 0,05) sehingga
terdapatnya hubungan yang signifikan antara pengaruh pengetahuandengan
kebersihan lingkungan di Terminal Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat Daya
tahun 2014. Hal ini membuktikan bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan
atau pendidikan tinggi belum pasti akan menjaga kebersihan lingungan khusunya
kebersihan lingkungan Terminal, hal ini karena kurangnya rasa peduli dan
kurangnya kesadaran dari dalam diri untuk menjaga kebersihan lingkungan
Terminal.
49
Dilihat dari OR 0,042 maka dapat diartikan bahwa responden yang
memiliki pengetahuan baik tentang kebersihan lingkungantidakmempunyai
peluang untuk menjaga kebersihan lingkungan Terminal.
b. Pengaruh Sikap dengan Kebersihan lingkungan Terminal
Tabel 9. Pengaruh Sikap dengan kebersihan lingkungan di Terminal BlangPidie Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2014
Sikap Kebersihan Terminal TotalBersih Tidak Bersih p
n % n % n % ORBaik 25 50 4 8 29 58 0,00110.156
Tidak Baik 8 16 13 2621 42 (2.569-40.155)
Jumlah33 66 1734,050100
Sumber:Data Primer (diolah tahun 2014)
Dari tabel 9. di atas diketahui bahwa dari 29 responden yang memiliki
sikap yang baik 50%yang menjaga kebersihan lingkungan dan 8% yang tidak
menjaga kebersihan lingkungan, sedangkan dari 21responden yang memiliki sikap
tidak baik 16%yang tidak menjaga kebersihan lingkungan dan 26% tidak menjaga
kebersihan lingkungan. Dari hasil uji chi square didapat nilai pvalue = 0,001 dan ini
lebih kecil dari α = 0,05 (pvalue = 0,001<α = 0,05) sehingga terdapatnya hubungan
yang signifikan antara pengaruh sikapdengan kebersihan lingkungan di Terminal
Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2014. Hal ini membuktikan bahwa
seseorang yang memiliki sikap yang baik akan menjaga kebersihan lingungan
khusunya kebersihan lingkungan Terminal, hal ini karena adanya rasa keasadaran
dan kepedulian dari dalam harti untuk menjaga kebersihan yang mana akan
berpengaruh kepada kesehatan.
50
Dilihat dari OR 10,156 maka dapat diartikan bahwa responden yang
memiliki sikap tidak baik tentang kebersihan lingkunganmempunyai peluang 10
kali untuk menjaga kebersihan lingkungan Terminal.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Pengetahuan dengan Kebersihan lingkungan Terminal
Menurut Gazalba dalam Bakhtiar (2006), pengetahuan adalah apa yang
diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari
kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau
pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari manusia
untuk tahu.
Dalam penelitian ini pengaruh pengaruh pengetahuan dapat dibagi dalam
dua kategori yaitu kategori baik dan tidak baik, pada hasil penelitian ini diperoleh
persentase yang baik 34% dan yang kurang baik 66%, hal ini menunjukkan
persentase terbesar adalah yang kurang baik di dalam menjaga kebersihan
lingkungan terminal.
Berdasarkan hasil penelitian dengan analisa bivariat menggunakan uji
chi-square didapat pvalue = 0,001 ini lebih kecil dari α = 0,05 yang menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengaruh pengetahuan dengan
kebersihan lingkungan di terminal Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat daya
Tahun 2014.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nyoman (2010) yaitu
Terminal Demak dengan luas total 75.125 m2 yang terdiri atas parkir kenderaan
53.525 m2 dan bangun Termina 5.100 m2 untuk daerah hijau dan sirkulasi sudah
51
tidak dimungkinkan kembali untuk dikembangkan, pada saat musim hujan sudah
pasti mengalami banjir dan setiap tahun mengalami banjir serta kondisi
lingkungan Terminalnya tingkat polusi udaranya digolongkan tinggi.
Responden yang memiliki pengetahuan baik tentang kebersihan
lingkungan terminal belum tentu menjaga kebersihan lingkungan, hal ini dapat
kita lihat dari hasil penelitian. Oleh karena itu pengetahuan seseorang tidak
menjamin seseorang tersebut untuk menjaga kebersihan lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian maka maslah yang sangat mendasar adalah
kurangnya kepedulian dan kesadaran akan kebersihan lingkungan, khususnya
pada mereka yang memiliki pengetahuan atau pendidikan tinggi. Solusi untuk
maslah ini adalah menciptakan rasa kepedulian kepada mereka dengan
memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang dampak lingkungan yang tidak
bersihterhadapa kesehatan. Hal ini diharapkan agar terciptanya rasa peduli dan
kesadaran untuk menjaga kesehatan lingkungan.
4.3.2Pengaruh Sikap dengan Kebersihan lingkungan Terminal
Menurut Wawan & Dewi (2010) sikap merupakan reaksi atau respons
seseorang yang masih tertutup terhadap suat stimulasi atau objek. Sikap
menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek tersebut. Sikap
sering diperolehdari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat.
Sikap juga dapat membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau
objek lain.
Dalam penelitian ini pengaruh sikap dibagi dalam dua kategori yaitu
kategori baik dan tidak baik, pada hasil penelitian ini diperoleh persentase yang
52
baik 58% dan yang tidak baik 42%. Hal ini menunjukkan persentase terbesar
adalah yang pengaruh sikap baik di dalam menjaga kebersihan lingkungan
Terminal.
Berdasarkan hasil penelitian dengan analisis bivariat menggunakan uji
chi-square didapatkan pvalue = 0,001 ini lebih kecil dari α = 0,05 yang
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengaruh pengetahuan
terhadap kebersihan lingkungan di Terminla Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat
Daya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Yerima
(2010) yang menyatakan bahwa Terminal angkutan untuk penumpang umum
merupakan pusat dan sumber polusi atau pencemaran udara yang berasal dari
kenderaan yang hadir ataupun yang mengunakan fasilitas ini. Beberapa orang
tauapun pekerja bahwa Terminal adalah ruang kerja mereka. Tingkat pencemaran
udara yang terjadi di Terminal masih sangat tinggi, namun pencemaran ini masih
diturunkan atau dikurangi. Penurunan pencemaran udara dapat dilakukan dengan
berbagai cara atau pendekatan, salah satunya adalah perilaku para pemudi pada
saat pengemudi kenderaan atau dengan cara merancang kawasan sedemikian rupa
hingga dapat mempengaruhi perilaku pengemudi.
Berdasarkan hasil penelitian, responden banyak yang bersikap baik
dibandingkan dengan yang tidak baik dalam menjaga kebersihan lingkungan
khususnya kebersihanlingmungan Terminal, hal ini karena adanya rasa kepedulian
dan kesadaran dari dalam hati untuk menjaga kebersihan yang juga akan
berpengaruh pada kesehatan. Akan tetapi masih ada juga yang bersikap tidak baik
53
yang tidak menjaga kebersihan lingkungan Terminal dengan membuang sampah
pada tempatnya, merokok ditempat umum padahal itu semua bisa menggang
kesehatan orang lain disekelilingnya dan juga bisa membuat udara tercemar.
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dari 17 responden yang memiliki pengetahuan baik 23,5%yang menjaga
kebersihan lingkungan dan 76,5% yang tidak menjaga kebersihan
lingkungan, sedangkan dari 33 responden yang memiliki pengetahuan
kurang baik 87,9%yang tidak menjaga kebersihan lingkungan dan 12,1%
tidak menjaga kebersihan lingkungan. Sehingga ada hubungan
antarapengaruh pengetahuan dengan kebersihan lingkungan Terminal
Blang Pidie Tahun 2014(PValue (0,001) <α (0,05)).
2. Dari 29 responden yang memiliki sikap yang baik 86,2%yang menjaga
kebersihan lingkungan dan 13,8% yang tidak menjaga kebersihan
lingkungan, sedangkan dari 21 responden yang memiliki sikap tidak baik
38,2%yang tidak menjaga kebersihan lingkungan dan 61,9% tidak
menjaga kebersihan lingkungan.. Sehingga ada hubungan antara pengaruh
sikap dengan kebersihan lingkungan Terminal Blang Pidie Tahun 2014. (
PValue (0,001) <α (0,05)).
5.2 Saran
1. Kepada para pengunjung baik penumpang maupun masyarakat sekitar
untuk dapat menjaga kebersihan lingkungan Terminal.
53
55
2. Diharapkan bagi pihak pengelola Terminal agar dapat memperhatikan lagi
kebersihan lingkungan Terminal dengan selalu mengontrol kebersihan
Terminal.
3. Diharapkan kepada pemerintah agar dapat lebih mensosialisasikan
masalah kebersihan kepada masyarakat serta resiko-resiko yang timbul
jika lingkungan tidak bersih.
56
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, H. 2006. ”Psikologi Sosial”, RinekaCipta, Jakarta.
Amirin, M. 2011. "Populasi dan Sampel Penelitian 3 : Pengambilan sampel daripopulasi tak-terhingga dan tak-jelas.tatangmanguny.wordpress.com
Azwar, S. 2007, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Pustaka Pelajar,Jakarta.
Bakhtiar, A. 2006. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Baron, R. A., & Bryne, D. 2004. ”Social Psychology”, (10thed), PearsonEducation, New York.
Gerungan, W. A, . 2007. ”Psikologi Sosial”, Refika Aditama, Bandung.
Ghazali dan Mukhtar. 2006. ”Psikologi Sosial”,.MeGraw-Hill, New York.
Junaidi. 2011. ”Psikologi Sosial: Suatu Pengantar”, Penerbit: ANDI, Yogyakarta.
KEPMENPER. 1995. Keputusan Menteri Perhubungan No. 31 Tahun 1995.
Kisworo, A. 2012. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Lingkungan HidupDan Sikap Terhadap Hidup Bersih Dengan Perilaku KebersihanSekolah Bagi Siswa TK Pertiwi 01 Pati Tahun 2012. UniversitasSebelas Maret Surakarta.
Mantra. 2010. Demografi Umum. Penerbit: Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Morris, C. G. 2003. “Understanding Psychology”, Prentice Hall, NJ.
Munandar, A. S. 2006. ”Psikologi Industri dan Organisasi”, UI-Press, Jakarta.
Notoadmodjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Prinsip-prinsip Dasar.Ed. Jakarta: Rineka Cipta.
__________. 2005. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Penerbit: RinekaCipta. Jakarta
__________. 2007. Kesehatan Masyarakat (Ilmu dan Seni), Rineka Cipta, Jakarta.
Santrock, J. W. 2003. “Adol, escence”, McGraw-Hill, New York.
Riyadi, S. 2001. Manajemen Teknologi untuk Ppengembangan Wilayah. RinekaCipta. Jakarta.
Walgito, B. 2004. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi Ofset.
57
Wawan dan Dewi. 2010. Pengetahuan, Sikap dan perilaku Manusia. NuhaMedika. Yogyakarta.
WHO. 2006. Indoor air pollutan and household energy. Available from: U.SEnviromental protection agency. Indoor air pullutan: Anintroduction for health professionals.
Wood, S. E., Wood, E. G., & Boyd, D. 2005. “The world of Psychology”, PearsonEducation, New York.