Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN METODE CERAMAH DENGAN LEAFLET DAN POSTER TERHADAP PERILAKU
PERAWATAN LANSIA PADA KELUARGA DI DESA SILEANG KECAMATAN DOLOKSANGGUL
KABUPATENHUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015
TESIS
Oleh
LUSI SIAHAAN 137032203/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
2
THE INFLUENCE OF HEALTH COUNSELING, USING LECTURE METHOD WITH LEAFLETS AND POSTERS ON OLD PEOPLE
CARE BEHAVIOR IN FAMILIES AT SILEANG VILLAGE, DOLOKSANGGUL SUBDISTRICT, HUMBANG
HASUNDUTAN DISTRICT IN 2015
THESIS
By
LUSI SIAHAAN 137032203/IKM
MAGISTER IN PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN
2015
3
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN METODE CERAMAH DENGAN LEAFLET DAN POSTER TERHADAP PERILAKU
PERAWATAN LANSIA PADA KELUARGA DI DESA SILEANG KECAMATAN DOLOKSANGGUL
KABUPATENHUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
LUSI SIAHAAN 137032203/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2015
4
Judul Tesis : PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN METODE CERAMAH DENGAN LEAFLET DAN POSTER TERHADAP PERILAKU PERAWATAN LANSIA PADA KELUARGA DI DESA SILEANG KECAMATAN DOLOKSANGGUL KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015
Nama Mahasiswa : Lusi Siahaan Nomor Induk Mahasiswa : 137032203 Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si) (Drs. Tukiman, M.K.M Ketua Anggota
)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Tanggal Lulus : 26 Agustus 2015
5
Telah diuji Pada Tanggal :26 Agustus 2015 PANITIA PENGUJI TESIS KETUA : Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si ANGGOTA : 1. Drs. Tukiman, M.K.M 2. Drs. Ir. Eddy Syahrial, M.S 3. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes
6
PERNYATAAN
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN METODE CERAMAH DENGAN LEAFLET DAN POSTER TERHADAP PERILAKU
PERAWATAN LANSIA PADA KELUARGA DI DESA SILEANG KECAMATAN DOLOKSANGGUL
KABUPATENHUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, September 2015 Lusi Siahaan 137032203/IKM
7
ABSTRAK
Lansia merupakan kelompok umur yang telah memasuki tahapan akhir yang mengalami penurunan kesehatan dan keterbatasan fisik, maka diperlukan perawatan sehari-haripada lansia. Peran serta keluarga dalam perawatan lansia masih rendah perlu dilakukan penyuluhan untuk meningkatkan perilaku keluarga tentang perawatan lansia. Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh penyuluhan metode ceramah dengan leafletdan ceramah dengan poster terhadap perilaku keluarga. Metode penelitian adalahquasi-experiment dengan rancangan pretest-posttest group design. Populasi penelitian adalah seluruh keluarga yang mempunyai anggota keluarga lanjut usia di Desa Sileang, yang berjumlah 153 orang. Penentuan sampel secara purposive sampling, sampel dibagi dua kelompok yaitu kelompok ceramah dengan leaflet dan kelompok ceramah dengan poster yang jumlahnya masing-masing 30 orang. Untuk analisis data sebelum dan sesudah penyuluhan dilakukan dengan menggunakan uji T-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh penyuluhan kesehatan metode ceramah dengan leaflet dan poster terhadap perilaku keluarga tentang perawatan lansia. Artinya, penyuluhan kesehatan metode ceramah dengan leaflet dan poster dapat meningkatkan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) keluarga dalam perawatan lansia. Berdasarkan hasil penelitian, disarankankepada dinas kesehatan khususnya petugas yang terkait/kader lansia memberikan penyuluhan kesehatanmetode ceramah dengan leaflet dan lebih aktif menghimbau pada masyarakat untuk berpartisipasi mengikuti program penyuluhan kesehatan tentang lansia. Kata Kunci: Perawatan Lansia, Metode Ceramah, Leaflet dan Poster,
Perilaku Keluarga
i
8
ABSTRACT
Elderly people are an age group that is in the last stage of their life experience the decrease in health and physical limitation; therefore, nursing care is needed in their daily life. Family role in taking care of elderly people is still low so that counseling is needed to increase family behavior in nursing care for elderly people.
The objectiveof the research was to analyze the influence of counseling by lecture wit leaflets and lecture with posters against the behavior of the families. The research was quasi experiment with pretest-posttest group design. The population was 153 elderly people at Sileang villge. The samples were 30 respondents in lecture with leaflets group and 30 respondents in lecture with posters group, taken by using purposive sampling technique. The data before and after the counseling were analyzed by using t-test.
The result of the research showed that there was the influence of health counseling in lecture with leaflets and lecture with posters on family behavior in nursing care for elderly people. That is, health counseling methods lectures with leaflets and posters can improve behavior (knowledge, attitudes and actions) of the family in the care of the elderly.
Based on the research results, it is recommended that the Health Service, especially cadres for elderly people actively summon people to participate in health counseling program for elderly people.
Keywords : Nursing Care for Elderly People, Lecture Method, Leaflets and Posters, Families Behavior
ii
9
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penyusunan tesis yang berjudul “Pengaruh Penyuluhan Kesehatan
Metode Ceramah dengan Leafletdan Poster terhadap Perilaku Perawatan Lansia pada
Keluarga di Desa Sileang Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang
Hasundutan Tahun 2015” ini.
Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan
pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dukungan dan
bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.Untuk
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Sublihar, Ph.D, selaku Pejabat Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Ir Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Kesehatan
Masyarakat.
4. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si dan Drs. Tukiman, M.K.M, selaku
pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing,
iii
10
mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam penulisan
tesis ini.
5. Drs. Ir. Eddy Syahrial, M.S dan Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes, selaku dosen
penguji yang juga telah memberikan bimbingan, masukan dan saran untuk
perbaikan tesis ini.
6. Kepala Desa Sileang yang telah banyak membantu dalam pengambilan data dan
memberikan dukungan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan pendidikan
pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
7. Para dosen dan staff di Lingkup Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
8. Ayahanda E. Siahaan dan Ibunda M. Simanjuntak serta keluarga besar yang telah
memberikan dukungan moril serta doa dan motivasi selama penulis menjalani
pendidikan.
9. Teristimewa suamiku dr. Frans E.S Pakpahan terima kasih atas perhatian, kasih
sayang dan motivasi yang telah diberikan selama ini sehingga penulis termotivasi
untuk menyelesaikan studi ini.
10. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
khususnya Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku 2013 Universitas
Sumatera Utara atas dukungan, semangat dan kebersamaan yang diberikan selama
ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam proses penyelesaian tesis ini.
iv
11
Akhir kata, semoga Tuhan melimpahkan berkat dan kasihNya bagi kita semua
dan penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tesis ini
dengan harapan semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Medan, September 2015
Penulis
Lusi Siahaan 137032203/IKM
v
12
RIWAYAT HIDUP
Lusi Siahaan, lahir tanggal 23 Juni 1989 di Desa Silangit Kecamatan
Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara, anak pertama dari enam (6) bersaudara,
anak dari pasangan Bapak E. Siahaan dan Ibu M. Br. Simanjuntak. Menikah dengan
dr. Frans E.S Pakpahan pada tahun 2015 dan bertempat tinggal di jln. Perbatasan
No.54 Krakatau, Medan.
Pendidikan formal penulis dimulai dari SD Negeri No 177047 Silangit lulus
tahun 2001, SMP Negeri 1 Siborongboronglulus tahun 2004, SMA Negeri 2
Siborongborong lulus tahun 2007, Program D-III Kebidanan di Akademi Kebidanan
Kesehatan Baru Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan lulus tahun 2010
dan Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat Universitas Prima Indonesia lulus
tahun 2013.
Mulai bekerja di Akademi Kebidanan Kesehatan Baru Doloksanggul
Kabupaten Humbang Hasundutan sebagai ibu asrama dan pembimbing laboratorium
tahun 2010-2013 dan sebagai dosen tetap tahun 2013-sekarang.
Penulis mengikuti pendidikan lanjut di Program S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat, Minat Studi Promosi Kesehatan dan
Ilmu Perilaku di Universitas Sumatera Utara Tahun 2013.
vi
13
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ........................................................................................................... i ABSTRACT .......................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii DAFTAR TABEL ............................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2. Permasalahan .................................................................................. 7 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 7 1.4. Hipotesis .......................................................................................... 7 1.5. Manfaat Penelitian .......................................................................... 8
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 9 2.1. Lanjut Usia (Lansia) ........................................................................ 9
2.1.1 Pengertian Lanjut Usia .......................................................... 9 2.1.2 Batasan Lanjut Usia .............................................................. 10 2.1.3 Tipe-tipe Lanjut Usia ............................................................ 10 2.1.4 Perubahan-perubahan pada Lansia ........................................ 12
2.2. Perawatan Lanjut Usia ..................................................................... 13 2.2.1 Pemenuhan Kebersihan Perorangan (Personal
Hygiene)Lansia .................................................................... 13 2.2.2 Pemenuhan Kebutuhan Gizi Lansia ...................................... 15 2.2.3 Pemenuhan Pemeliharaan Kesehatan Lansia ........................ 15 2.2.4Pencegahan Potensi Kecelakaan pada Lansia .......................... 16 2.2.5Pencegahan Menarik Diri dari Lingkungan ............................. 16 2.2.6 Pendekatan Perawatan Lansia ............................................... 16
2.3. Keluarga .......................................................................................... 18 2.3.1 Pengertian Keluarga .............................................................. 18 2.3.2 Tipe-tipe Keluarga ................................................................ 19 2.3.3 Struktur Keluarga .................................................................. 19 2.3.4Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan ...................................... 19 2.3.5Fungsi Keluarga ....................................................................... 20 2.3.6Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia ................................. 21 2.3.7 Tindakan Keluarga pada Lansia ............................................ 23
2.4. Perilaku ............................................................................................ 24
vii
14
2.4.1 Proses Perubahan Perilaku .................................................... 25 2.4.2Pengetahuan ............................................................................. 27 2.4.3Sikap ........................................................................................ 29 2.4.4Tindakan .................................................................................. 30
2.5. Penyuluhan Kesehatan ..................................................................... 31 2.5.1 Pengertian Penyuluhan Perawatan Lansia ............................ 31 2.5.2 Metode Penyuluhan .............................................................. 32 2.5.3 Alat bantu dan Media Penyuluhan ........................................ 36 2.5.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Penyuluhan ........ 41 2.5.4 Pengaruh Penyuluhan Kesehatan terhadap Perubahan Perilaku ................................................................................ 42
2.6. Teori SOR ........................................................................................ 44 2.7. Kerangka Konsep ............................................................................. 45
BAB 3. METODE PENELITIAN ..................................................................... 46
3.1. Jenis Penelitian ............................................................................... 46 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 47 3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................... 47 3.4. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 49 3.5. Variabel dan Defenisi Operasional ................................................. 51 3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................................... 52 3.7. Metode Pengukuran ......................................................................... 55 3.8. Metode Analisa Data ....................................................................... 57
BAB 4. HASIL PENELITIAN .......................................................................... 58
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 58 4.2. Karakteristik Responden .................................................................. 59 4.3. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Metode Ceramah dengan Leaflet
dan Poster terhadap Perilaku Perawatan Lansia pada Keluarga di Desa Sileang Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2015 ................................................................... 60 4.3.1. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Metode Ceramah
denganLeafletdan Poster terhadap Pengetahuan Perawatan Lansia pada Keluarga di Desa Sileang Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2015 ...................................................................................... 61
4.3.2. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Metode Ceramah denganLeaflet dan Poster terhadap Sikap Perawatan Lansia pada Keluarga di Desa Sileang Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2015 ...................................................................................... 62
4.3.3. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Metode Ceramah denganLeafletdan Poster terhadap Tindakan Perawatan
viii
15
Lansia pada Keluarga di Desa Sileang Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2015 ...................................................................................... 63
4.4. Analisa Data ..................................................................................... 64 4.4.1. Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan Responden
Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Metode Ceramah denganLeaflet ....................................................................... 64
4.4.2. Perbandingan Rerata Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Metode Ceramah denganLeaflet ........ 67
4.4.3. Perbandingan Rerata Nilai Tindakan Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Metode Ceramah denganLeaflet . 69
4.4.4. Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Metode Ceramah dengan Poster ....................................................................... 72
4.4.5. Perbandingan Rerata Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Metode Ceramah dengan Poster ........ 74
4.4.6. Perbandingan Rerata Nilai Tindakan Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Metode Ceramah dengan Poster . 76
4.4.7. Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan Responden Sesudah Peyuluhan Menurut Media Penyuluhan................. 79
4.4.8. Perbandingan Rerata Nilai Sikap Responden Sesudah Peyuluhan Menurut Media Penyuluhan ............................... 80
4.4.9. Perbandingan Rerata Nilai Tindakan Responden Sesudah Peyuluhan Menurut Media Penyuluhan ............................... 82
4.4.10. Perbandingan Rerata Nilai Perilaku Responden Sebelum dan Sesudah Peyuluhan Metode Ceramah dengan Leafletdan Poster .................................................................. 83
BAB 5.PEMBAHASAN ...................................................................................... 86 5.1. Perilaku Sebelum dan Sesudah Penyuluhan .................................... 86 5.2. Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan, Sikap dan Tindakan
Keluarga Sesudah Penyuluhan Berdasarkan Media Penyuluhan .... 92
BAB 6.KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 96 6.1. Kesimpulan ...................................................................................... 96 6.2. Saran ................................................................................................ 96
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 97 LAMPIRAN
ix
16
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman 3.1. Defenisi Operasional Penelitian .................................................................. 51 3.2. Uji Validitas Instrumen................................................................................ 53 3.3. Uji Reliabilitas Instrumen ............................................................................ 55 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ............................................ 60 4.2. Distribusi Pengetahuan Keluargatentang Perawatan Lansia Sebelum dan
Sesudah Penyuluhan. ................................................................................... 61 4.3. Distribusi Sikap Keluarga tentang Perawatan Lansia Sebelum dan
Sesudah Penyuluhan .................................................................................... 62 4.4. Distribusi Tindakan Keluarga tentang Perawatan Lansia Sebelum dan
Sesudah Penyuluhan .................................................................................... 63 4.5. Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan Responden Sebelum dan
Sesudah Penyuluhan Metode Ceramah dengan Leaflet ............................... 64 4.6. Pengaruh Penyuluhan Metode Ceramah dengan Leaflet terhadap
Pengetahuan Keluarga tentang Perawatan Lansia ....................................... 65 4.7. Perbandingan Rerata Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan Metode Ceramah dengan Leaflet ............................................. 67 4.8. Pengaruh Penyuluhan Metode Ceramah dengan Leaflet terhadap Sikap
Keluarga tentang Perawatan Lansia............................................................. 68 4.9. Perbandingan Rerata Nilai Tindakan Responden Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan Metode Ceramah dengan Leaflet ............................................. 69 4.10. Pengaruh Penyuluhan Metode Ceramah dengan Leaflet terhadap
Tindakan Keluarga tentang Perawatan Lansia ............................................ 70 4.11. Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan Responden Sebelum dan
Sesudah Penyuluhan Metode Ceramah dengan Poster .............................. 72
x
17
4.12. Pengaruh Penyuluhan Metode Ceramah denganPoster terhadap Pengetahuan Keluarga tentang Perawatan Lansia ....................................... 73
4.13. Perbandingan Rerata Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan Metode Ceramah dengan Poster .............................................. 74 4.14. Pengaruh Penyuluhan Metode Ceramah denganPoster terhadap
Pengetahuan Keluarga tentang Perawatan Lansia ....................................... 75 4.15. Perbandingan Rerata Nilai Tindakan Responden Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan Metode Ceramah dengan Poster .............................................. 77 4.16. Pengaruh Penyuluhan Metode Ceramah dengan Poster terhadap
Pengetahuan Keluarga tentang Perawatan Lansia ....................................... 77 4.17. Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan Responden Sesudah Pemberian
Penyuluhan Berdasarkan Media Penyuluhan .............................................. 79 4.18. Perbandingan Rerata Nilai Sikap Responden Sesudah Pemberian
Penyuluhan Berdasarkan Media Penyuluhan .............................................. 80 4.19. Perbandingan Rerata Nilai Tindakan Responden Sesudah Pemberian
Penyuluhan Berdasarkan Media Penyuluhan .............................................. 82 4.20. Perbandingan Rerata Nilai Perilaku Responden Sebelum dan Sesudah
Pemberian Penyuluhan Metode Ceramah dengan Leaflet dan Poster ......... 84
xi
18
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman 2.1. Teori SOR .................................................................................................... 44 2.2. Kerangka Konsep......................................................................................... 45 4.1. Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan Responden Sebelum dan
Sesudah Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Leaflet ...................... 66 4.2. Perbandingan Rerata Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan Metode Ceramah denganLeaflet .............................................. 69 4.3. Perbandingan Rerata Nilai Tindakan Responden Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan Metode Ceramah denganLeaflet .............................................. 71 4.4. Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan Responden Sebelum dan
Sesudah Penyuluhan Metode Ceramah dengan Poster .............................. 74 4.5. Perbandingan Rerata Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan Metode Ceramah dengan Poster .............................................. 76 4.6. Perbandingan Rerata Nilai Tindakan Responden Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan Metode Ceramah dengan Poster .............................................. 78 4.7. Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan Responden Sesudah Pemberian
Penyuluhan Berdasarkan MediaPenyuluhan ............................................... 80 4.8. Perbandingan Rerata Nilai Sikap Responden Sesudah Pemberian
Penyuluhan Berdasarkan Media Penyuluhan .............................................. 81 4.9. Perbandingan Rerata Nilai Tindakan Responden Sesudah Pemberian
Penyuluhan Berdasarkan Media Penyuluhan .............................................. 83 4.10. Perbandingan Rerata Nilai Perilaku Responden Sebelum dan Sesudah
Pemberian Penyuluhan Metode Ceramah dengan Leaflet dan Poster ......... 85
xii
19
LAMPIRAN
No Judul Halaman 1. Materi Penyuluhan ....................................................................................... 99 2. Lembar Persetujuan Responden .................................................................. 107 3. Kuesioner Penelitian .................................................................................... 108 4. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas................................................................ 114 5. Hasil Output ................................................................................................. 119 6. Master Data .................................................................................................. 126 7. Surat Survey Penelitian................................................................................ 138 9. Surat Izin Penelitian ..................................................................................... 139 8. Surat Balasan Survey Penelitian .................................................................. 140 10. Surat Balasan Izin Penelitian ....................................................................... 141 11. Surat Selesai Penelitian................................................................................ 142 12. Leaflet Penyuluhan ...................................................................................... 143 13. Poster Penyuluhan ....................................................................................... 144
xiii
7
ABSTRAK
Lansia merupakan kelompok umur yang telah memasuki tahapan akhir yang mengalami penurunan kesehatan dan keterbatasan fisik, maka diperlukan perawatan sehari-haripada lansia. Peran serta keluarga dalam perawatan lansia masih rendah perlu dilakukan penyuluhan untuk meningkatkan perilaku keluarga tentang perawatan lansia. Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh penyuluhan metode ceramah dengan leafletdan ceramah dengan poster terhadap perilaku keluarga. Metode penelitian adalahquasi-experiment dengan rancangan pretest-posttest group design. Populasi penelitian adalah seluruh keluarga yang mempunyai anggota keluarga lanjut usia di Desa Sileang, yang berjumlah 153 orang. Penentuan sampel secara purposive sampling, sampel dibagi dua kelompok yaitu kelompok ceramah dengan leaflet dan kelompok ceramah dengan poster yang jumlahnya masing-masing 30 orang. Untuk analisis data sebelum dan sesudah penyuluhan dilakukan dengan menggunakan uji T-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh penyuluhan kesehatan metode ceramah dengan leaflet dan poster terhadap perilaku keluarga tentang perawatan lansia. Artinya, penyuluhan kesehatan metode ceramah dengan leaflet dan poster dapat meningkatkan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) keluarga dalam perawatan lansia. Berdasarkan hasil penelitian, disarankankepada dinas kesehatan khususnya petugas yang terkait/kader lansia memberikan penyuluhan kesehatanmetode ceramah dengan leaflet dan lebih aktif menghimbau pada masyarakat untuk berpartisipasi mengikuti program penyuluhan kesehatan tentang lansia. Kata Kunci: Perawatan Lansia, Metode Ceramah, Leaflet dan Poster,
Perilaku Keluarga
i
8
ABSTRACT
Elderly people are an age group that is in the last stage of their life experience the decrease in health and physical limitation; therefore, nursing care is needed in their daily life. Family role in taking care of elderly people is still low so that counseling is needed to increase family behavior in nursing care for elderly people.
The objectiveof the research was to analyze the influence of counseling by lecture wit leaflets and lecture with posters against the behavior of the families. The research was quasi experiment with pretest-posttest group design. The population was 153 elderly people at Sileang villge. The samples were 30 respondents in lecture with leaflets group and 30 respondents in lecture with posters group, taken by using purposive sampling technique. The data before and after the counseling were analyzed by using t-test.
The result of the research showed that there was the influence of health counseling in lecture with leaflets and lecture with posters on family behavior in nursing care for elderly people. That is, health counseling methods lectures with leaflets and posters can improve behavior (knowledge, attitudes and actions) of the family in the care of the elderly.
Based on the research results, it is recommended that the Health Service, especially cadres for elderly people actively summon people to participate in health counseling program for elderly people.
Keywords : Nursing Care for Elderly People, Lecture Method, Leaflets and Posters, Families Behavior
ii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-
tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa, dan akhirnya
menjadi tua. Lanjut usia adalah seseorang yang usianya lanjut, mengalami
perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberi pengaruh
pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya(Azizah,2011).
Menurut UU Kesehatan No 36 Tahun 2009 pasal 138 kesehatan manusia
lanjut usia perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan
agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuannya
sehingga dapat ikut serta dalam berperan aktif dalam pembangunan.
Perkembangan penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia menarik untuk
diamati. Dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Kantor Kementerian
Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan, jika tahun 1980 usia
harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%) maka
pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat (66,2
tahun). Pada tahun 2010 penduduk lansia di Indonesia 23,9 juta atau 9,77 % dan
UHH sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan
penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar
1
2
71,1 tahun. Diperkirakan tahun 2020-2025 Indonesia akan menduduki peringkat
keempat dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat (Nugroho, 2008).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan provinsi Sumatera Utara tahun 2010,
jumlah lansia yang mendapat pelayanan kesehatan sebanyak 380730 ( 49,68%) dari
seluruh populasi lansia yang jumlahnya mencapai 766422 jiwa (Profil Kesehatan
Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010).
Berdasarkan Profil Kesehatan Humbang Hasundutan, jumlah lansia yang
mendapat pelayanan kesehatan hanya 24.864 jiwa dari seluruh populasi lansia yang
jumlahnya 35.368 jiwa. Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut dibeberapa
kecamatan sudah mencapai 90%, seperti di Kecamatan Baktiraja, Paranginan,
Sigompul dan Bonandolok, sedangkan di Kecamatan Doloksanggul cakupan
pelayanan kesehatan usia lanjut hanya 80%, masih ditemukan lansia yang tidak
mendapatkan pelayanan kesehatan. Kecamatan Doloksanggul memiliki 2 puskesmas
yaitu Puskesmas Matiti dan Puskesmas Saitnihuta. Jumlah lansia di wilayah kerja
puskesmas Saitnihuta 2.866 jiwa dimana Desa Sileang merupakan cakupan pelayanan
kesehatan Puskesmas Saitnihuta (Profil Kesehatan Humbang Hasundutan Tahun,
2014).
Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan membawa dampak terhadap
sosial ekonomi baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam pemerintah.
Implikasi ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah
peningkatan dalam ratio ketergantungan usia lanjut (old age ratio dependency).
Setiap penduduk usia produktif akan menanggung semakin banyak penduduk usia
3
lanjut. Ketergantungan lanjut usia disebabkan kondisi orang lanjut usia banyak
mengalami kemunduran fisik maupun psikis, artinya mereka mengalami
perkembangan dalam bentuk perubahan-perubahan yang mengarah pada perubahan
yang negatif. Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa
lanjut usia mengalami penurunan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
aktivitas kehidupan sehari- hari. Dengan melihat hal tersebut setidaknya penting bagi
keluarga dengan lansia untuk lebih peduli dan memperhatikan dengan seksama kaum
lansia dengan lebih dalam lagi (Hidayati, 2009).
Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negatif, dianggap
sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kenyataan ini mendorong
semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin
banyaknya masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia. Lanjut usia cenderung
dipandang masyarakat tidak lebih dari sekelompok orang yang sakit-sakitan. Persepsi
ini muncul karena memandang lanjut usia hanya dari kasus lanjut usia yang sangat
ketergantungan dan sakit-sakitan. Persepsi negatif seperti itu tentu saja tidak semua
benar. Banyak pula lanjut usia yang justru berperan aktif, tidak saja dalam keluarga,
tetapi juga maysarakat sekitarnya. Oleh karena itu lanjut usia harus dipandang
sebagai individu yang memiliki kebutuhan intelektual, emosional dan spiritual selain
kebutuhan yang bersifat biologis (Nugroho, 2008).
Secara umum menjadi tua atau menua ditandai oleh kemunduran-kemunduran
biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik dan kemunduran
kognitif yang seringkali menimbulkan masalah. Dengan semakin lanjut usia
4
seseorang, maka daya tubuhnya semakin berkurang dalam menghadapi rangsangan
dari luar maupun dari dalam tubuh dan berbagai penyakit sering menghinggapi kaum
lanjut usia yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan–peranan sosialnya.
Hal ini mengakibatkan pula timbulnya gangguan di dalam hal mencukupi kebutuhan
hidupnya sehingga dapat mengakibatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan
orang lain terutama keluarga (Azizah, 2011).
Dengan adanya penurunan kesehatan dan keterbatasan fisik maka diperlukan
perawatan sehari-hari yang cukup. Perawatan tersebut dimaksudkan agar lansia
mampu mandiri atau mendapat bantuan yang minimal dari keluarga. Perawatan yang
diberikan berupa kebersihan perorangan seperti kebersihan gigi dan mulut,
kebersihan kulit dan badan serta rambut. Selain itu pemberian informasi pelayanan
kesehatan yang memadai juga sangat diperlukan bagi lansia agar dapat mendapatkan
pelayanan kesehatan yang memadai (Akhmadi, 2009).
Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam hal perawatan sehari-hari
lanjut usia. Keterbatasan lanjut usia juga dapat menyebabkan perubahan psikososial
lanjut usia berubah, perlu kesiapan dalam melaksanakan tugas-tugas keluarga agar
dapat memberikan pemenuhan kebutuhan perawatan terhadap lanjut usia. Merawat
lansia (orang lanjut usia) memberikan suatu tantangan keperawatan tertinggi banyak
pekerjaan yang dilakukan di dalam area ini. Perawatan berada dalam posisi unik
ketika merawat, lansia untuk mempengaruhi hasil perawatan tidak hanya melalui
aplikasi praktik biasa, akan tetapi juga melatih keterampilan dan melalukan
5
koordinasi dengan disiplin ilmu lain mencapai kepuasan hasil yang di harapkan pada
setiap individu (Suprajitno, 2010).
Permasalahan yang dihadapi usia lanjut apabila tidak segera diatasi akan
menimbulkan beberapa akibat seperti gangguan sistem, timbulnya penyakit,
menurunnya activities daily of living (ADL). Penurunan ADL disebabkan oleh:
persendian yang kaku, pergerakan yang terbatas, waktu beraksi yang lambat,
keadaan tidak stabil bila berjalan, keseimbangan tubuh yang jelek, gangguan
peredaran darah, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, gangguan pada
perabaan. Faktor yang mempengaruhi penurunan ADL adalah kondisi fisik
menahun, kapasitas mental, status mental seperti kesedihan dan depresi,
penerimaan terhadap kurang berfungsinya anggota tubuh dan dukungan anggota
keluarga. Upaya yang dilakukan dalam menangani masalah kesehatan usia lanjut
adalah upaya pembinaan kesehatan, pelayanan kesehatan dan penyuluhan kepada
keluarga dalam upaya perawatan lansia (Narayani, 2008).
Studi pendahuluan yang dilakukan di Desa Sileang diperoleh data jumlah
lansia sebanyak 216 orang. Jumlah lansia yang didata di Desa Sileang cukup tinggi
tetapi yang aktif mengikuti posyandu lansia hanya 23 orang. Hasil wawancara yang
dilakukan kepada lanjut usia yang tidak aktif mengikuti kegiatan posyandu lansia
mengatakan mereka tidak mengikuti posyandu dikarenakan jarak yang jauh ke
poskesdes dan kurangnya peran serta keluarga dalam mendukung serta menemani
mereka untuk mengikuti posyandu lansia, sehingga jelas terlihat masih kurangnya
pengetahuan keluarga tentang bagaimana peningkatan kesehatan lansia. Dan
6
berdasarkan observasi dan hasil wawancara yang dilakukan pada 6 keluarga lansia di
Desa Sileang menunjukkan rendahnya peran serta keluarga dalam perawatan lansia,
bapak/ibu lanjut usia tidak diperhatikan lagi kebersihannya (personal hygiene). Dan
ditemukan adanya lanjut usia yang berumur 87 tahun yang sudah tidak mampu lagi
berjalan dibiarkan terbaring terus menerus di tempat tidur tanpa memperhatikan
keadaannya dan bahkan jarang dimandikan oleh keluarga. Hal ini disebabkan
keterbatasan waktu, dana, tenaga, dan kemampuan keluarga untuk merawat
lansia.Penyuluhan tentang perawatan lansia belum menampakkan hasil yang optimal
dapat dilihat dari peran serta keluarga dalam kegiatan perawatan lansia masih rendah.
Oleh karena itu perlu diberikan penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah
dengan leaflet dan poster kepada keluarga untuk meningkatkan peran serta keluarga
dalam memberikan perawatan lansia sehingga mereka tetap merasa nyaman, bahagia
dan dapat menjalani kehidupan masa tuanya dengan lebih baik.Peneliti memilih
media leaflet dan poster karena lefalet memiliki keunggulan dapat disimpan dalam
jangka waktu yang lama dan bila lupa akan dapat dilihat dan dibuka kembali dan
poster memiliki keunggulan tahan lama, mencakup banyak orang, mempermudah
pemahaman dan meningkatkan gairah belajarsehingga leaflet dan poster dapat
meningkatkan perilaku keluarga dalam perawatn lansia. Berdasarkan uraian diatas
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh penyuluhan kesehatan
metode ceramah dengan leaflet dan poster terhadap perilaku perawatan lansia pada
keluarga di Desa Sileang Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan
tahun 2015.
7
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas yang menjadi masalah
pada penelitian ini adalahapakah ada pengaruh penyuluhan kesehatan metode
ceramah dengan leaflet dan poster terhadap perilaku perawatan lansia pada keluarga
di Desa Sileang Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan tahun
2015.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh penyuluhan
kesehatan metode ceramah dengan leaflet dan poster terhadap perilaku perawatan
lansia pada keluarga di Desa Sileang Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang
Hasundutan tahun 2015.
1.4. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, hipotesis penelitian
ditetapkan sebagai berikut :
1. Ada pengaruh penyuluhan kesehatan metode ceramah dengan leaflet dan poster
terhadap pengetahuan perawatan lansia pada keluarga di Desa Sileang.
2. Ada pengaruh penyuluhan kesehatan metode ceramah dengan leaflet dan poster
terhadap sikap perawatan lansia pada keluarga di Desa Sileang.
3. Ada pengaruh penyuluhan kesehatan metode ceramah dengan leaflet dan poster
terhadap tindakan perawatan lansia pada keluarga di Desa Sileang.
8
1.5. Manfaat Penelitian
1. Sebagi alternatif metode penyuluhan yang bermanfaat bagi Dinas Kesehatan
Humbang Hasundutan khususnya petugas kesehatan desa Sileang dalam
memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat khususnya yang
mempunyai anggota keluargalansiatentang pentingnya perawatan lansia.
2. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi keluarga tentang pentingnya memahami
kebutuhan lansia sejak dini dan memberikan dukungan atau support keluarga
agar lebih memperhatikan perawatan usia lanjut.
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lanjut Usia (Lansia)
2.1.1. Pengertian Lanjut Usia
Lanjut usia atau lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Pada kelompok yang dikategorikan
lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut aging process. Ilmu yang
mempelajari fenomena penuaan meliputi proses menua dan degenerasi sel termasuk
masalah-masalah yang ditemui dan harapan lansia disebut gerontology
(Erfandi, 2009).
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara
tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak dewasa dan akhirnya
menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan suatu proses alami yang
ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses
menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia terakhir. Dimasa ini
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap
(Azizah,2008).
9
10
2.1.2. Batasan Lanjut Usia
Batasan usia menurut WHO meliputi usia pertengahan (middle age), yaitu
kelompok usia 45 sampai 59 tahun; lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun;
lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun dan usia sangat tua (very old), diatas
90 tahun (Azizah, 2008).
Menurut Setyonegoro (2000) lanjut usia dikelompokkan menjadi usia dewasa
muda (elderly adulhood), 19 sampai 25 tahun, usia dewasa penuh (middle years) atau
maturitas, 25-60 tahun atau 65 tahun, lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun
atau 70 tahun yang dibagi lagi dengan 70 sampai 75 tahun (young old), 75 sampai 80
tahun (old), lebih dari 80 (very old) (Azizah, 2008).
Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 bahwa seseorang dapat dinyatakan
sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55
tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan
hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah. Saat ini berlaku UU No. 13 tahun 1998
tentang kesejahteraan lansia yang berbunyi sebagai berikut lansia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 tahun.
2.1.3. Tipe-tipe Lanjut Usia
Menurut Kuntjoro (2002) tipe kepribadian lanjut usia adalah tipe kepribadian
konstruktif (construction personality), orang ini memiliki integritas baik, menikmati
hidupnya, toleransi tinggi dan fleksibel. Biasanya tipe ini tidak banyak mengalami
gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua. Tipe kepribadian ini biasanya dimulai
dari masa mudanya. Lansia bisa menerima fakta proses menua dan menghadapi masa
11
pensiun dengan bijaksana dan menghadapi kematian dengan penuh kesiapan fisik dan
mental. Tipe kepribadian mandiri (independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak
diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi. Tipe kepribadian tergantung
(dependent personality), tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga,
apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak,
tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan merasa
sedih yang mendalam. Tipe ini lansia senang mengalami pensiun, tidak punya
inisiatif, pasif tetapi masih tahu diri dan masih dapat diterima oleh masyarakat. Tipe
kepribadian bermusuhan (hostile personality), lanjut usia pada tipe ini setelah
memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan
yang tidak diperhitungkan sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menurun.
Mereka menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalan, selalu mengeluh dan
curiga. Menjadi tua tidak ada yang dianggap baik, takut mati dan iri hati dengan yang
muda. Tipe kepribadian defensive, Tipe ini selalu menolak bantuan, emosinya tidak
terkontrol, bersifat kompulsif aktif. Mereka takut menjadi tua dan menyenangi masa
pensiun. Dan tipe kepribadian kritik diri (self hate personality), pada lansia tipe ini
umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau
cenderung membuat susah dirinya. Selalu menyalahkan diri, tidak memiliki ambisi
dan merasa korban dari keadaan.
12
2.1.4. Perubahan-perubahan pada Lansia
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia adalah faktor kesehatan yang
meliputi keadaan fisik dan keadaan psikososial lanjut usia. Keadaan fisik, faktor
kesehatan meliputi keadaan psikis lansia. Keadaan fisik merupakan faktor utama
dari kegelisahan manusia. Perubahan secara fisik meliputi sistem pernapasan, sistem
pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler,muskuloskletal,
gastrointestinal dan sistem integumen mulai menurun pada tahap-tahap tertentu.
Dengan demikian orang lanjut usia harus menyesuaikan diri kembali dengan ketidak
berdayaannya. Kesehatan psikososial yaitu kesepian terjadi pada saat pasangan
hidup atau teman dekat meninggal terutama jika lansia mengalami penurunan
kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan
sensorik terutama pendengaran. Duka cita (bereavement), meninggalnya pasangan
hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan
jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan
fisik dan kesehatan. Depresi merupakan duka cita yang berlanjut akan menimbulkan
perasaan kosong, lalu diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut
menjadi suatu episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres
lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi (Azizah,2011).
Gangguan cemas, dibagi dalam beberapa golongan fobia, panik, gangguan
cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguanobsesif kompulsif,
gangguan-gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan
berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat,
13
atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat. Parafrenia adalah suatu bentuk
skizofrenia pada lansia yang ditandai dengan waham (curiga), lansia sering merasa
tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat membunuhnya. Biasanya terjadi
pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial. Dan
sindroma diogenes merupakan suatu kelainan dimana lansia menunjukkan
penampilan perilaku sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena
lansia bermain-main dengan feses dan urinnya, sering menumpuk barang dengan
tidak teratur. Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali.
2.2. Perawatan Lanjut Usia
Menurut Wahjudi(2008) ada lima perawatan lansia yang penting yaitu
pemenuhan kebersihan perorangan (personal hygiene) lansia, pemenuhan kebutuhan
gizi lansia, pemenuhan pemeliharaan kesehatan lansia, peneveghan postensi
kecelakaan pada lansia, dan pencegahan menarik diri dari lingkungan.
2.2.1. Pemenuhan Kebersihan Perorangan (Personal Hygiene) Lansia
Perawatan yang harus diberikan kepada klien lanjut usia, terutama yang
berhubungan dengan kebersihan perorangan, yaitu Pertama kebersihan mulut dan
gigi, kebersihan gigi dan mulut harus tetap dijaga dengan menyikat gigi dan
berkumur secara teratur meskipun sudah ompong. Bagi yang masih aktif dan masih
mempunyai gigi cukup lengkap, ia dapat menyikat giginya sndiri sekurang-kurangnya
dua kali dalam sehari pada pagi hari saat bangun tidur dan malam sebelum tidur.
14
Kedua kebersihan kulit dan badan usaha membersihkan kulit dapat dilakukan
dengan cara mandi setiap hari secara teratur paling sedikit sekali dalam sehari.
Manfaat mandi ialah menghilangkan bau, menghilangkan kotoran, merangsang
peredaran darah, dan memberikan kesegaran pada tubuh. Pengawasan yang perlu
dilakukan selama perawatan kulit adalah: memeriksa ada atau tidaknya lecet,
mengoleskan minyak pelembab kulit setiap selesai mandi agar kulit tidak terlalu
kering atau keriput, menggunakan air hangat untuk mandi, yang berguna merangsang
peredaran darah dan mencegah kedinginan, dan menggunakan sabun yang halus dan
jangan terlalu sering karena hal ini dapat mempengaruhi keadaan kulit yang sudah
kering dan keriput.
Ketiga kebersihan kepala dan rambut, membersihkan kepala dan rambut
dilakukan dengan mencuci rambut/keramas sekurang-kurangnya 2 kali dalam
seminggu. Jika lansia tidak mampu mencuci rambut sendiri baik karena sakit dan
kondisi fisiknya yang tidak memungkinkan dapat mencuci rambut di tempat tidur
dengan bantuan anggota keluarga.
Keempat pemeliharaan kuku, menjaga kebersihan kuku dengan cara
memotong kuku secara teratur sekali dalam seminggu karena kuku merupakan tempat
berkumpulnya kotoran bahkan kuman dan penyakit.
Kelima kebersihan tempat tidur dan posisi tidur, perlu menjaga kebersihan
tempat tidur karena tempat tidur yang bersih memberikan rasa nyaman sewaktu tidur.
Posisi tidur harus diatur sedekimian rupa sehingga klien merasa enak, dan harus
15
sering diubah agar tidak timbul luka lecet atau dekubitus akibat penekanan yang terus
menerus.
2.2.2. Pemenuhan Kebutuhan Gizi Lansia
Biasanya semakin bertambah umur manusia nafsu dan porsi makan semakin
berkurang, sehingga keadaan fisiknya menurun. Oleh karena itu perlu diperhatikan
faktor gizi serta tambahan vitamin serta tambahan makanan lainnya. Keluarga
mengupayakan pemberian makanan atau penyajian perlu memperhatikan: makanan
yang disajikan cukup memenuhi kebutuhan gizi, penyajian makanan pada waktunya
secara teratur serta dalam porsi kecil tapi sering, berikan makanan bertahap dan
bervariasi terutama bila nafsu makannya berkurang, perhatikan makanan agar sesuai
selera, lansia menderita sakit, perlu diperhatikan makanannya sesuai dengan petunjuk
dokter/ahli gizi dan berikan makanan lunak untuk menghindari opstifasi dan
memudahkan mengunyah.
2.2.3. Pemenuhan Pemeliharaan Kesehatan Lansia
Keluarga mengontrol sekaligus mengingatkan lansia untuk rutin melakukan
pemeriksaan fisik secara berkala dan teratur guna mencegah penyakit dan
menemukan tanda-tanda awal dari penyakit terutama yang ada pada lansia, seperti
tekanan darah dan gula darah, pemeriksaan Pap Smear dan lain-lain ke pusat
pelayanan kesehatan. Menjaga lansia untuk makan, minum dan tidur secara teratur.
Kebiasaan yang harus dihindari antara lain: merokok, minuman keras, malas berolah
raga, makan berlebihan, tidur tidak teratur dan meminum obat yang tidak sesuai
anjuran dokter. Oleh karena itu di tuntut perhatian keluarga lansia.
16
2.2.4. Pencegahan Potensi Kecelakaan pada Lansia
Penurunan fungsi fisik yang terjadi pada lansia dapat menyebabkan
meningkatnya resiko kecelakaan. Oleh karena itu di tuntut untuk melakukan upaya
peningkatan keamanan dan keselamatan lansia berupaanjuran penggunaan alat bantu
jika mengalami kesulitan (berjalan, mendengar dan melihat), lantai diusahakan tidak
licin, rata dan tidak basah, tempat tidur dan tempat duduk tidak terlalu tinggi, jika
bepergian selalu ditemani keluarga dan tidak menggunakan penerangan yang terlalu
redup/menyilaukan.
2.2.5. Pencegahan Menarik Diri dari Lingkungan
Adapun upaya yang dilakukan keluarga antara lain berkomunikasi dengan
lansia harus dengan kontak mata, meningkatkan usia untuk melakukan kegiatan
sesuai dengan kemampuan fisiknya, menyediakan waktu untuk berbincang dengan
lansia, berikan kesempatan pada lansia untuk mengekspresikan perasaannya,
mendukung lansia untuk mengikuti kegiatan di masyarakat dan menghargai pendapat
yang diberikan lansia.
2.2.6. Pendekatan Perawatan Lansia
Menurut Wahjudi (2008) pendekatan fisik merupakan perawatan dengan
memperhatikan kesehatan, kebutuhan, kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa
hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa
dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau ditekan
progresivitasnya. Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada dua bagian
yaitu: pertama klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa
17
bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhan sehari-hari ia masih mampu melakukan
sendiri. Kedua klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang
mengalami kelumpuhan atau sakit, keluarga harus mengetahui cara perawatan lansia
terutama tentang hal yang berhubungan dengan kebersihan perseorangan untuk
mempertahankan kesehatannya.
Pendekatan psikis dengan mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut
usia, keluarga dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu
yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Pada
dasarnya lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkungan,
termasuk keluarga yang memberikan perawatan. Oleh karena itu, keluarga harus
selalu menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan
kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya dan keluarga harus dapat
membangkitkan semangat dan kreasi lanjut usia dalam memecahkan dan mengurangi
rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat ketidakmampuan
fisik dan kelainan yang dideritanya.
Pendekatan sosial dengan mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita
merupakan upaya perawatan dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan
berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut usia untuk menciptakan sosialisasi
mereka. Jadi, pendekatan sosial ini merupakan pegangan bagi keluarga bahwa orang
yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Dalam
pelaksanaannya, keluarga dapat menciptakan hubungan sosial, baik antara lanjut usia
dan lanjut usia maupun lanjut usia dan keluarga.
18
Pendekatan spiritual dengan memberikan ketenangan dan kepuasan batin
dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya, terutama jika klien
dalam keadaan sakit atau mendekati kematian. Dalam maenghadapi kematian, setiap
klien lanjut usia akan memberi reaksi yang berbeda, bergantung pada kepribadian dan
cara mereka mengahadapi hidup. Oleh karena itu, keluarga harus meneliti dengan
cermat, apa kelemahan dan kekuatan klien, agar perawat selanjutnya lebih terarah.
Bila kelemahan terletak pada segi spiritual, sudah selayaknya keluarga dan tim
berkewajiban mencari upaya agar klien lanjut usia ini dapat diringankan
penderitaannya. Keluarga bisa memberikan kesempatan pada klien lanjut usia untuk
melaksanakan ibadahnya, atau secara langsung memberi bimbingan rohani dengan
menganjurkan melaksanakan ibadahnya seperti membaca kitab atau membantu lanjut
usia dalam menunaikan kewajiban terhadap agama yang dianutnya.
2.3. Keluarga
2.3.1. Pengertian Keluarga
Mubarak(2006) menyatakan bahwa tipe-tipe keluarga dibagi atas keluarga
inti, keluarga orientasi, keluarga besar. Keluarga inti adalah keluarga yang sudah
menikah, sebagai orang tua, atau pemberi nafkah.
Keluarga merupakan orang terdekat dari lansia yang mengalami gangguan
kesehatan/dalam keadaan sakit. Keluarga juga merupakan salah satu indikator dalam
masyarakat, apakah masyarakat sehat atau sakit (Efendi, 1998).
19
2.3.2. Tipe-tipe Keluarga
Keluarga inti terdiri dari suami istri dan anak mereka baik anak kandung
ataupun anak adopsi. Keluarga orientasi (keluarga asal) yaitu unit keluarga yang
didalamnya seseorang dilahirkan. Keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah
anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah seperti kakek dan
nenek, paman dan bibi.
2.3.3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga ada lima bagian yaitupatrilineal yaitu keluarga sedarah yang
terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusun melalui jalur ayah. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari
sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah ibu. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah suami. Dan keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai
dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
2.3.4. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan
Samuel (2009) menyatakan bahwa fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga
mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi:
Mengenal masalah kesehatan keluarga dimana kesehatan merupakan kebutuhan
keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan
berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana
20
keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-
perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami
anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua/keluarga.
Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga, tugas ini
merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai dengan keadaan keluarga dengan pertimbangan siapa diantara keluarga
yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah
kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai
keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan tinggal keluarga
agar memperoleh bantuan.
Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, seringkali keluarga
telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki
keterbatasan yang telah diketahui keluarga sendiri. Jika demikian, anggota
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan
lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Memodifikasi
lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga dan memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.
2.3.5. Fungsi Keluarga
Menurut Mubarak (2006) fungsi keluarga adalah fungsi biologis yaitu untuk
meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak, memenuhi kebutuhan
gizi kleuarga dan memelihara dan merawat anggota keluarga. Fungsi psikologis yaitu
21
memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota
keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan
identitas keluarga. Fungsi sosialisasi yaitu membina sosialisasi pada anak, membina
norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkah perkembangan anak dan
meneruskan nilai-nilai keluarga. Fungsi ekonomi yaitu mencari sumber-sumber
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan dan penggunaan
penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan menabung untuk
memenuhi kebutuhah keluarga di masa yang akan datang, misalnya biaya pendidikan
anak, jaminan hari tua. Fungsi pendidikan yaitu menyekolahkan anak untuk
memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan
bakat dan minat yang dimiliki, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang
akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa dan mendidik anak
sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
2.3.6. Peran Keluarga terhadap Perawatan Lansia
Dalam melakukan perawatan terhadap lansia, setiap angota keluarga memiliki
peran yang sangat penting oleh anggota keluarga dalam melaksanakan perannya
terhadap lansia yaitu melakukan pembicaraan terarah, memperhatikan kehangatan
keluarga, membantu dalam hal transportasi, membantu melakukan persiapan
makanan bagi lansia, memberikan kasih sayang, menghormati dan menghargai,
bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia, memberikan kasih sayang,
menyediakan waktu serta perhatian, jangan menganggapnya sebagai beban, memberi
22
kesempatan untuk tinggal bersama, mengajarknya dalam acara-acara keluarga,
membantu mencukupi kebutuhanya.
Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam memperhatikan
kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga atau
merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi
perubahan sosial ekonomi, serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan
spiritual bagi lansia.
Tugas perkembangan keluarga merupakan tanggung jawab yang harus dicapai
oleh keluarga adalah sebagai berikut: mempertahankan pengetahuan hidup yang
memuaskan, penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan
hubungan perkawinan, penyesuaian diri terhadap kehilangan pasagan, pemeliharaan
ikatan keluarga antar generasi, meneruskan untuk memahami eksistensi usia lanjut.
Berdasarkan Depkes RI (2005) menyatakan bahwa peran keluarga dalam
pembinaan lansia antara lain memberikan dorongan, kemudahan dan keterampilan
serta kearifan yang dimiliki, mengembangkan kehidupan beragama, pembinaan
psikis/mental dan pembinaan sosial ekonomi dan budaya.
Berdasarkan Program Bina Keluarga Lansia (BKL) terdapat 17 peran keluarga
terhadap lansia yaitu: menghormati dan menghargai orangtua, bersikap sabar dan
bijaksana terhadap perilaku lansia, memberikan kasih sayang, menyediakan waktu
serta perhatian, jangan menganggap sebagai beban, memberikan kesempatan untuk
tinggal bersama, mintalah nasehat pada mereka dalam peristiwa-peristiwa penting,
mengajaknya dalam acara keluarga, memberi perhatian dengan baik maka kelak
23
anak-anak kita akan bersikap sama terhadap kita, membantu mencukupi
kebutuhannya, berilah dorongan untuk tetap mengikuti kegiatan-kegiatan diluar
rumah termasuk pengembangan hobi, membantu mengatur keuangan, mengupayakan
transport untuk kegiatannya, memeriksa kesehatan secara teratur, memberi dorongan
untuk tetap hidup sehat, mencegah terjadinya kecelakaan baik di dalam maupun
diluar rumah, merujuk lansia yang sakit ketempat layanan kesehatan dan memelihara
kesehatan lansia.
2.3.7. Tindakan Keluarga pada Lansia
Beberapa tindakan yang sebaiknya dilakukan keluarga adalah: tindakan dalam
mengatasi gangguan pikir lansia yaitu mengajak lansia mendiskusikan topik yang
menarik bagi lansia dengan suara lembut dan jelas, menata ruangan tidak berubah-
ubah atau menempatkan barang pada tempatnya, membuat jadwal harian yang tetap
misalnya untuk mandi dan dalam memberikan penjelasan dilakukan secara berulang-
ulang dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
Tindakan dalam mengatasi gangguan perasaan lansia yaitu: memperhatikan
dan menghargai kekuatan dan kemampuan lansia, bicara dengan lansia secara teratur,
kontak mata dan sentuhan, menceritakan kehidupan masa lalu lansia yang
menyenangkan, mendukung lansia dalam mengembangkan hobi dan melibatkan
lansia dalam kegiatan keluarga dan masyarakat.
Tindakan dalam mengatasi masalah gangguan fisik/somatik pada lansia yaitu:
menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman dengan cara menata ruangan dengan
warna lembut dan jika perlu ada musik yang lembut, membantu untuk menyiapkan
24
makanan dan minuman yang meningkatkan selera makan misalnya dihidangkan
hangat, lembut sesuai keinginan lansia, tindakan dalam mengatasi masalah gangguan
perilaku pada lansia, melibatkan lansia pada kegiatan masyarakat, misalnya terlibat
dalam kegiatan perkumpulan lansia/posyandu lansia/panti wredha dan membantu
lansia dalam perawatan diri.
2.4. Perilaku
Perilaku dari segi biologis mempunyai pengertian yaitu suatu kegiatan atau
aktivitas organisme (mahkluk hidup) yang bersangkutan. Oleh karena itu, dari sudut
pandang biologis semua mahkluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang
sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-
masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia pada hakikatnya adalah
tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang
sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah,
menulis, membaca dan sebagainya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku
manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati
langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Perilaku seseorang boleh jadi merupakan penyebab utama timbulnya masalah
kesehatan, tetapi dapat juga merupakan kunci utama pemecahannya. Dengan
mengubah perilaku, maka akan dapat memecahkan dan mencegah timbulnya masalah
kesehatan. Perilaku adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya,
reaksi tersebut mempunyai bentuk bermacam-macam yang pada hakekatnya
25
digolongkan menjadi dua, yakni dalam bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau
konkrit) dan dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit) (Anonim, 2010).
Perilaku kesehatan adalah usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
Klasifikasi perilaku kesehatan adatiga, yaitu perilaku hidup sehat (healthy behavior),
adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya kegiatan seseorang untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku sakit (illness behavior),
adalah perilaku sakit mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit,
persepsi terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab, gejala penyakit dan
pengobatan penyakit. Dan perilaku peran sakit (the sick role behavior), dari segi
sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peranan, yang mencangkup hak-hak orang
sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation).
2.4.1. Proses Perubahan Perilaku
Proses perubahan perilaku akan menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan
dan sikap mental, sehingga mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan-
perubahan dalam usaha peningkatan kualitas kesehatan (Luice, 2005).
Menurut WHO (1988) ada empat faktor yang mempengaruhi pikiran dan
perasaan seseorang untuk merubah perilakunya,banyak hal yang dapat dirasakan dan
kita pikirkan mengenai dunia yang kita diami ini. Pikiran dan perasaan ini dibentuk
oleh pengetahuan, kepercayaan, sikap dan nilai yang kita miliki. Keempat faktor ini
akan membantu kita untuk memilih jalan manakah yang akan ditempuh kalau
menghadapi persoalan. Orang yang berarti bagi kita, perilaku dapat ditumbuhkan oleh
26
orang yang amat berarti dalam hidup kita. Bila seseorang amat berarti bagi kita, kita
akan mendengar petuahnya dan kita akan berusaha meneladaninya. Sumber daya,
adapun sumber daya meliputi sarana, dana, waktu, tenaga, pelayanan, ketrampilan
dan bahan. Lokasi sumber daya bahan juga amat menentukan. Apabila sumber daya
itu terdapat jauh dari masyarakat, mungkin sekali tidak akan dipakai. Melaksanakan
banyak perjalanan dalam waktu singkat juga mempengaruhi perilaku manusia. Dan
budaya, pada umumnya perilaku, kepercayaan, nilai dan pemakaian sumber daya
dimasyarakat akan membentuk pola hidup masyarakat itu dikenal sebagai budaya.
Budaya berkembang selama ratusan bahkan ribuan tahun karena manusia hidup
bersama dan saling bertukar pengalaman didalam lingkungan tertentu.
Menurut Notoatmodjo (2005) untuk merubah atau memotivasi seseorang agar
menerima sikap dan kebiasaan baru bukanlah hal yang mudah dan cepat tetapi
tergantung pada Proses intra-personal yaitu keuntungan apa yang diperoleh
seseorang dengan merubah pendapatannya dan proses inter-personal yaitu apakah
dengan menerima gagasan baru itu, dia tidak tersisih dari kelompok.
Menurut WHO (1988) perubahan perilaku seseorang dapat dikelompokan
menjadi tiga bagian yaitu Perubahan Alamiah (Natural change), adalah perubahan
yang dikarenakan perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi
dimana dia hidup dan beraktivitas. Perubahan Terencana (Planned Change) adalah
perubahan ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. Dan
perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (Readdiness to change) adalah
perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru,
27
maka yang terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan perilaku dan
sebagian lagi lamban. Hal ini karena setiap orang mempunyai kesedian untuk berubah
yang berbeda-beda.
2.4.2. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indra manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri
sendiri maupun pengalaman orang lain, media massa,maupun lingkungan.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis
dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun dorongan sikap dan perilaku setipa
hari sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimiulasi terhadap
tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan seseorang tentang perawatan lansia tidak lepas dari pendidikan
kesehatan, penyuluhan, media cetak maupun elektronik. Pengetahuan keluarga
terhadap kesehatan perawatan lansia merupakan hal-hal yang berkaitan dalam
berperilaku kesehatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2000)
adalah tingkat pendidikan, informasi, budaya, pengalaman, dan social ekonomi.
Semakin tinggi tingkat pendidikan (pengetahuan) seseorang maka ia akan mudah
28
menerima informasi tentang sesuatu. Faktor yang mempengaruhi pengatahuan
selanjutnya adalah informasi, budaya karena budaya yang diperoleh belum sesuai
dengan budaya yang ada sekarang sehingga mempengeruhi informasi yang ada.
Pengalaman sebagai faktor yang mempengaruhi pengetahuan yang keempat,
berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, maksudnya semakin bertambahnya
umur dan pendidikan yang tinggi maka pengalaman akan lebih luas tentang sesuatu.
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan yang terakhir adalah social ekonomi, hal ini
berarti bahwa kemampuan keluarga untuk memberikan perawatan pada lansia
disesuaikan dengan kemampuan ekonomi keluarga tersebut, sehingga menuntut
pengetahuan yang dimiliki untuk dipergunakan semaksimal mungkin.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara langsung
atau dengan angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
responden atau subyek penelitian. Kedalaman pengetahuan responden yang ingin
diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkat pengetahuan. Hasil
pengukuran pengetahuan dengan menggunakan angket atau kuesioner pada umumnya
berupa prosentase yang menggambarkan tingkat pengetahuan baik, cukup atau
pengetahuan kurang. Menurut Waridjan (1999), pengetahuan seseorang tentang
sesuatu hal dikatakan baik bila nilai jawaban benat berkisar pada rentang 80-100%,
dikatakan cukup bila menjawab benar sebesar 65–79% dan pengetahuan dikatakan
kurang bila persentase nilai benar kurang dari 65%.
29
2.4.3. Sikap
Sikapmerupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata
menunjukan konotasi adanyan kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam
kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial.
Sikap berasal dari pengalaman atau dari orang terdekat kita. Mereka dapat
mengakrabkan kita kepada sesuatu, atau menyebabkan kita menolaknya
(WHO,1988). Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat,
tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
Sikap juga mempunyai tingkatan berdasarkan intensitasnya yang terdiri dari
empat tingkatan yaitu: Menerima (receiving), diartikan bahwa seseorang atau subyek
mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. Merespon (responding), diartikan
memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang
diberikan adalah indikasi dari sikap. Menghargai (valuting), diartikan mengajak orang
lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah suatu indikasi sikap
tingkat tiga. Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang yang paling tinggi.
Misalnya anak (keluarga) bertanggung jawab atas perawatan kesehatan orangtua
(lansia).Untuk mengetahui sikap seseorang dapat diukur secara langsung dan tidak
30
langsung. Pengukuran secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan, sedangkan
pengukuran tidak langsung dengan pemberian angket (Notoatmodjo, 2005).
2.4.4. Tindakan
Menurut Notoatmodjo (2003), suatu sikap belum otomatis terwujud dalam
suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan
nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara
lain adalah fasilitas. Adapun tingkatan dari tindakan adalah:persepsi (perception)yaitu
mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. misalnya: keluarga dapat memilih
cara yang tepat dalam perawatan lansia.
Respons terpimpin (guided response), dapat melakukan sesuatu sesuai dengan
urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek
tingkat dua,misalnya: keluarga dapat merawat lansia dengan baik dan benar, mulai
dari cara perawatan diri lansia, pemenuhan kebutuhan gizi lansia dan menjaga
kesehatan lansia.
Mekanisme (mechanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu
dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan sehingga
praktek ini merupakan tingkat tiga, misalnya merawat lansia seperti memandikan
lansia sudah menjadi kebiasaan bagi keluarga.
Adopsi (adoption)adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran
31
tindakan tersebut, misalnya merawat kebersihan lansia sudah menjadi tindakan yang
berkembang dalam diri keluarga.
2.5. Penyuluhan Kesehatan
2.5.1. Pengertian Penyuluhan Perawatan Lansia
Istilah penyuluhan seringkali dibedakan dari penerangan, walaupun keduanya
merupakan upaya edukatif. Secara popular penyuluhan lebih menekankan
“bagaimana” sedangkan penerangan lebih menitikberatkan pada “apa”. Dalam uraian
berikut ini penyuluhan diberikan arti lebih luas dan menyeluruh. Penyuluhan
merupakan upaya perubahan perilaku manusia yang dilakukan melalui pendekatan
edukatif. Pendekatan edukatif diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan
secara sistematik-terancana-terarah, dengan peran serta aktif individu maupun
kelompok atau masyarakat, untuk memecahkan masalah masyarakat dengan
memperhitungkan faktor sosial-ekonomi-budaya setempat (Suharjo, 2003).
Dalam hal penyuluhan di masyarakat sebagai pendekatan edukatif untuk
menghasilkan perilaku, maka terjadi proses komunikasi antar provider dan
masyarakat. Dari proses komunikasi ini ingin diciptakan masyarakat yang
mempunyai sikap mental dan kemampuan untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya (Suharjo, 2003).
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan
dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja
sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada
32
hubungannya dengan kesehatan (Azwar, 1983).
Penyuluhan merupakan jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari
bimbingan. Penyuluhan merupakan suatu hubungan timbal balik antara dua orang
individu, di mana yang seseorang (yaitu penyuluh) berusaha membantu yang lain
(yaitu klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan
dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.
Penyuluhan akan membuat klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri
sendiri dalam memperbaiki perilaku pada saat ini dan mungkin pada saat yang akan
datang (Sukardi, 1995).
Sesuai dengan pengertian yang diuraikan diatas, maka penyuluhan perawatan
lansia adalah suatu pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku
individu/masyarakat yang diperlukan dalam peningkatan cara perawatan lansia yang
lebih baik.
2.5.2. Metode Penyuluhan
Menurut Notoatmodjo (2007), metode penyuluhan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Metode yang
dikemukakan antara lain:
Metode penyuluhan perorangan (individual), dalam penyuluhan kesehatan
metode ini digunakan untuk membina perilaku baru atau seseorang yang telah mulai
tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakan pendekatan
individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda
sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk dari pendekatan
33
ini antara lain : Bimbingan dan penyuluhan, dengan cara ini kontak antara klien
dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat
dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela,
berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut. Dan
wawancara, cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.
Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi
mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima
perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau akan diadopsi itu
mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu
penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
Metode penyuluhan kelompok, dalam memilih metode penyuluhan kelompok
harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada
sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok
kecil. Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran
penyuluhan. Metode ini mencakup: kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan
lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan
seminar. Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang.
Metode yang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah pendapat,
bola salju, memainkan peranan, permainan simulasi.
Metode penyuluhan massa merupakan metode penyampaian informasi
ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau public. Oleh karena sasaran
bersifat umum dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin,
34
pekerjaan, status ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya, maka pesan kesehatan
yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap
oleh massa tersebut. Pada umumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung,
biasanya menggunakan media massa. Beberapa contoh dari metode ini adalah
ceramah umum, pidato melalui media massa, simulasi, dialog antara pasien dan
petugas kesehatan, sinetron, tulisan di majalah atau koran, bill board yang dipasang di
pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya. Pandangan harus tertuju ke seluruh
peserta. Berdiri di depan /dipertengahan, seyogianya tidak duduk dan menggunakan
alat bantu lihat semaksimal mungkin. Seminar adalah metode yang hanya cocok
untuk sasaran kelompok besar deng pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah
suatu penyajian dari seseorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topik yang
dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat.
2.5.2.1.Metode Ceramah
Banyak cara dalam menyampaikan informasi melalui penyuluhan kesehatan
salah satunya adalah dengan ceramah. Menurut Maulana (2009), ceramah adalah
pidato yang disampaikan oleh sorang pembicara di depan sekelompok pengunjung
atau pendengar. Metode ini dipergunakan jika berada dalam kondisi seperti waktu
penyampaian informasi terbatas, orang yang mendengarkan sudah termotivasi,
pembicara menggunakan gambar dalam kata-kata, kelompok terlalu besar untuk
memakai metode lain, ingin menambahkan atau menekankan apa apa yang sudah
dipelajar dan mengulangi, memperkenalkan atau mengantarkan apa yang sudah
dicapai.
35
Menurut Mubarak (2007), metode ceramah adalah cara penyampaian bahan
pelajaran dengan komunikasi lisan. Metode ceramah yang ekonomis dan efektif untuk
keperluan penyampaian informasi dan pengertian. Metode ceramah hanya cocok
untuk menyampaikan informasi, bila bahan ceramah langka, kalau organisasi sajian
harus disesuaikan dengan sifat penerima, bila perlu membangkitkan minat, bahan
cukup diingat sebentar dan untuk memberi pengantar atau petunjuk bagi format lain.
Menurut Depkes (2005), ceramah adalah salah satu cara untuk menyampaikan
pelajaran dalam bentuk penjabaran/penjelasan oleh instruktur terhadap peserta.
Metode ceramah seringkali disebut juga metode kuliah (The Lecture Method).
Dapat pula disebut dengan metode deskripsi. Metode ceramah merupakan metode
yang memberikan penjelasan atau memberi deskripsi lisan secara sepihak (oleh
seorang fasilitator) tentang suatu materi pembelajaran tertentu. Tujuannya adalah agar
peserta pelatihan mengetahui dan memahami materi pelatihan tertentu dengan jalan
menyimak dan mendengarkan. Peranan fasilitator dalam metode ceramah sangat aktif
dan dominan sedangkan peserta hanya duduk dan mendengarkan saja.
Menurut Depkes tahun 2007, ceramah dapat dilakukan kepada kelompok
dengan ukuran kecil danbesar. Ceramah sangat efektif untuk memperkenalkan subjek
baru, atau mempersentasikan kesimpulan ataupun kajian kepada para peserta.
Ceramah yang efektif dilakukan tahap demi tahap dan didukung oleh alat bantu.
Ceramah yang baik adalah ceramah yang dipersiapkan sebelumnya dengan
memasukkan keterlibatan aktif para peserta. Ceramah merupakan metode baik untuk
sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan
36
dalam menggunakan metode ceramah adalah persiapan ceramah yang berhasil
apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang akan diceramahkan, untuk
itu penceramah harus mempersiapkan diri. Mempelajari materi dengan sistematika
yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema dan
mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran. Dan pelaksanaan, kunci keberhasilan
pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai sasaran Untuk
dapat menguasai sasaran penceramah dapat menunjukkan sikap dan penampilan
yang meyakinkan. Tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah. Suara hendaknya
cukup keras dan jelas.
2.5.3. Alat Bantu dan Media Penyuluhan
2.5.3.1.Alat Bantu Penyuluhan (Peraga)
Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan oleh penyuluh dalam
menyampaikan informasi. Alat bantu ini sering disebut alat peraga karena berfungsi
untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam proses penyuluhan (Notoatmodjo,
2007). Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada
setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak
indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin
jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain, alat peraga ini
dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek
sehingga mempermudah persepsi.
Secara terperinci, fungsi alat peraga adalah untuk menimbulkan minat sasaran,
mencapai sasaran yang lebih banyak, membantu mengatasi hambatan bahasa,
37
merangsang sasaran untuk melaksanakan pesan kesehatan, membantu sasaran untuk
belajar lebih banyak dan tepat, merangsang sasaran untuk meneruskan pesan yang
diterima kepada orang lain, mempermudah memperoleh informasi oleh sasaran,
mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami dan
akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik, dan membantu menegakkan
pengertian yang diperoleh.
Pada garis besarnya ada 3 macam alat bantu penyuluhan yaitu alat bantu lihat,
alat ini berguna dalam membantu menstimulasikan indera mata pada waktu
ternyadinya penyuluhan. Alat ini ada 2 bentuk yaitu alat yang diproyeksikan
misalnya slide, film dan alat yang tidak diproyeksikan misalnya dua dimensi, tiga
dimensi, gambar peta, bagan, bola dunia, boneka dan lain-lain. Alat bantu dengar, alat
ini berguna dalam membantu menstimulasi indera pendengar, pada waktu proses
penyampaian bahan penyuluhan misalnya piringan hitam, radio, pita suara dan lain-
lain. Dan alat bantu lihat-dengar alat ini berguna dalam menstimulasi indera
penglihatan dan pendengaran pada waktu proses penyuluhan, misalnya televisi,
videocassette dan lain-lain.
2.5.3.2.Media Penyuluhan
Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan
atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media
cetak, elektronik dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat
pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif
terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2005).
38
Berdasarkan penggolongannya media penyuluhan ini dapat ditinjau dari
berbagai pihak, seperti: Menurut bentuk umum penggunaannya penggolongan media
penyuluhan berdasarkan penggunaannya, dapat dibedakan menjadi: bahan bacaan
yaitu modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet, majalah, dan bahan peragaan yaitu
poster tungal, poster seri.
Menurut cara produksi, media penyuluhan dapat dikelompokkan menjadi
beberapa, yaitu Media cetak, media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya
terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang
termasuk dalam media ini adalah: poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar
balik, sticker dan pamflet. Ada beberapa kelebihan media cetak ini antara lain: tahan
lama, mencakup banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak
perlu listrik, mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar.
Tetapi media ini juga memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek gerak
dan efek suara, dan mudah terlipat.
Media elektronika, media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis,
dapat dilihat dan didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang
termasuk dalam madia ini adalah televisi, radio, film, video film, CD dan VCD.
Seperti halnya media cetak, media elektronik ini juga memiliki kelebihan antara lain:
lebih mudah dipahami, lebih menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap muka,
mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajian dapat dikendalikan dan diulang-
ulang, serta jangkauannya relatif besar. Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih
39
tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat, perlu persiapan, perlu penyimpanan dan
perlu keterampilan untuk mengoperasikannya.
Media luar ruang, media ini menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa
melalui media cetak maupun elektronik, misalnya papan reklame, spanduk, pameran,
banner dan televisi layar lebar. Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah
dipahami, lebih menarik, sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap muka,
mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajian dapat dikendalikan dan
jangkauannya relatif besar. Kelemahan dari media ini antara lain biaya lebih tinggi,
sedikit rumit, perlu listrik dan alat, perlu persiapan, perlu penyimpanan dan perlu
keterampilan untuk mengoperasikannya.
2.5.3.2.1. Leaflet
Leaflet adalah selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu masalah
khususnya untuk suatu sasaran dengan tujuan tertentu. Isi informasi dapat dalam
bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi (Taufik, 2007).
Menurut Depkes RI (2009) leaflet adalah tulisan terdiri dari 200-400 huruf
dengan tulisan cetak dan biasanya diselingi dengan gambar-gambar, dapat dibaca
sekali pandang dan berukuran 20 x 30 cm.
Leaflet memiliki keunggulan yaitu, dapat disimpan dalam jangka waktu yang
lama, dan bila lupa akan dapat dilihat dan dibuka kembali, dapat digunakan sebagai
bahan rujukan, isi informasi dapat dipercaya karena dicetak dan dikeluarkan oleh
instansi yang berwenang, jangkauannya jauh dan dapat membantu jangkauan media
lain, bila diperlukan dapat dilakukan pencetakan ulang dan dapat digunakan sebagai
40
bahan diskusi untuk kesempatan yang berbeda. Kekurangan leaflet adalah apabila
cetakannya kurang dapat menarik perhatian orang maka kemungkinan orang tersebut
merasa enggan untuk menyimpannya, apabila huruf tulisannya terlalu kecil dan
susunannya kurang menarik, kebanyakan orang juga malas untuk membacanya dan
tidak bisa dipergunakan oleh orang yang tidak bisa membaca dan menulis atau buta
huruf (Taufik, 2007).
2.5.3.2.2.Poster
Menurut Depkes (2005), poster adalah medium berisikan pesan yang
ditujukan bagi khalayak untuk dipelajari dan didiskusikan bersama-sama. Jika
digunakan sebagai media penggerak diskusi, isi pesan yang disampaikan bersifat
terbuka, sehingga memungkinkan tafsiran yang tidak persis sama.
Poster tidak saja penting untuk menyampaikan kesan-kesan tertentu tapi dia
mampu pula untuk mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang
melihatnya. Secara umum poster yang baik hendaklah sederhana, dapat menyajikan
suatu ide untuk mencapai suatu tujuan pokok, berwarna dan tulisannya jelas
(Sadiman, 2006).
Menurut Depkes (2005), poster memiliki 4 kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya adalah lebih merangsang minat untuk diperhatikan, relatif tidak
membutuhkan terlalu banyak waktu untuk mengembangkan dan menggandakannya,
memungkinkan perbedaan gagasan (karena sifatnya yang terbuka/semi terbuka) dan
tidak memerlukan tempat khusus untuk disimpan dan dibawa. Kelemahan poster
yaitu dalam biaya pembuatan dan penggandaan persatuan media relatif mahal jika
41
jumlah total produksinya sedikit (skala ekonomi), memerlukan keterampilan baca
tulis, perlu sedikit keahlian membaca gambar untuk menafsirkan dan kurang cocok
untuk menyampaikan banyak pesan atau pesan detail.Kelebihan poster dari media
lain adalah tahan lama, mencakup banyak orang, biaya tidak tinggi, tidak perlu listrik,
dapat dibawa kemana-mana, dapat mengukit rasa keindahan, mempermudah
pemahaman dan meningkatkan gairah belajar. Kelemahannya adalah media poster
tidak dapat menstimulir efek suara dan efek gerak dan mudah terlipat.
2.5.4. Faktor-faktor yang Memengaruhi dalam Penyuluhan
Keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor
penyuluh, sasaran dan proses penyuluhan. Faktor penyuluh, misalnya kurang
persiapan, kurang menguasai materi yang akan dijelaskan, penampilan kurang
meyakinkan sasaran, bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran,
suara terlalu kecil dan kurang dapat didengar serta penyampaian materi penyuluhan
terlalu monoton sehingga membosankan.
Faktor sasaran, misalnya tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit
menerima pesan yang disampaikan, tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga
tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena lebih memikirkan
kebutuhan yang lebih mendesak, kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam
sehingga sulit untuk mengubahnya, kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang
tidak mungkin terjadi perubahan perilaku.
Faktor proses dalam penyuluhan, misalnya waktu penyuluhan tidak sesuai
dengan waktu yang diinginkan sasaran, tempat penyuluhan dekat dengan keramaian
42
sehingga menggangu proses penyuluhan yang dilakukan, jumlah sasaran penyuluhan
yang terlalu banyak, alat peraga yang kurang, metoda yang digunakan kurang tepat
sehingga membosankan sasaran serta bahasa yang digunakan kurang dimengerti oleh
sasaran.
2.5.5. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan terhadap Perubahan Perilaku
Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku adalah penyuluhan yang
berkesinambungan dan continue. Dalam proses perubahan prilaku dituntut agar
sasaran berubah tidak hanya semata-mata karena adanya penambahan pengetahuan
saja, namun diharapkan juga adanya perubahan pada keterampilan sekaligus sikap
mantap yang menjurus kepada tindakan atau kerja yang lebih baik, produktif dan
menguntungkan. Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku tidak mudah, hal ini
menuntut suatu persiapan yang panjang dan pengetahuan yang memadai bagi
penyuluh maupun sasarannya. Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku, selain
membutuhkan waktu yang relatif lama juga membutuhkan perencanaan yang matang,
terarah dan berkesinambunngan (Lucie, 2005).
Penyuluhan menduduki peranan yang penting sekali. Ia tidak dilakukan hanya
secara verbalistis, melainkan dengan cara praktis. Masing-masing pesan penyuluhan
diarahkan kepada pembentukan perilaku yang mudah diamati dan diukur.Penyuluhan
sebagai pendekatan edukatif dijalankan secara tatap muka, baik perorang maupun
kelompok. Ini akan lebih berhasil lagi, apabila disamping itu ditunjang dengan
penyuluhan lewat media masa (Suhardjo, 2003).
43
Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa pemberian penyuluhan kesehatan
adalah suatu upaya untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk
kesehatan. Artinya penyuluhan kesehatan berupaya agar masyarakat mengetahui
atau menyadari bagaimana memelihara kesehatan mereka. Lebih dari itu pendidikan
kesehatan pada akhirnya bukan hanya meningkatkan pengetahuan pada
masyarakat, namun yang lebih penting adalah mencapai perilaku kesehatan (healthy
behavior). Berarti tujuan akhir penyuluhan kesehatan agar masyarakat dapat
mempraktekkan hidup sehat bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat dapat
berperilaku hidup sehat.Dalam hal ini penyuluhan berperan sebagai salah satu metode
penambahan dan peningkatan pengetahuan seseorang sebagai tahap awal terjadinya
perubahan perilaku. Proses perubahan prilaku akan menyangkut aspek pengetahuan,
keterampilan dan sikap mental, sehingga mereka tahu, mau dan mampu
melaksanakan perubahan-perubahan dalam kehidupannya demi tercapainya perbaikan
kesejahteraan keluarga yang ingin dicapai malalui pembangunan kesehatan.
2.6. Teori S-O-R
Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Objek material dari
psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi
komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi. Asumsi
dasar dari model ini adalah media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan
langsung terhadap komunikan.
44
Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia terjadi
melalui proses stimulus, organisme, dan respon sehingga teori Skinner ini disebut
“S-O-R” (Stimulus-Organisme-Respons).
Gambar 2.1. Teori S-O-R
Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu Perilaku tertutup (covert behaviour) adalah
perilaku tertutup terjadi bila respons stimulus tersebut masih belum dapat diamati
orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk
perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus
bersangkutan. Perilaku terbuka (overt behaviour) adalah perilaku terbuka ini terjadi
bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini
dapat diamati orang lain dari luar atau observeable behaviour”.
Stimulus Organisme Respon Tertutup
Pengetahuan Sikap
Respon Terbuka Praktik
Tindakan
45
Bentuk operasional dari perilaku dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu :
1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi dan
rangsangan.
2. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan atau
rangsangan dari luar diri si subjek sehingga alam itu sendiri akan mencetak
perilaku manusia yang hidup di dalamnya, sesuai dengan sifat keadaan alam
tersebut (lingkungan fisik) dan keadaan lingkungan sosial budaya yang
bersifat non fisik tetapi mempunyai pengaruh kuat terhadap pembentukan
perilaku manusia. Lingkungan ini merupakan keadaan masyarakat dan segala budi
daya masyarakat itu lahir dan mengembangkan perilakunya.
3. Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa perbuatan
terhadap situasi dan rangsangan dari luar.
2.7. Kerangka Konsep
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Penyuluhan kesehatan tentang perawatan lansia dengan
- Metode ceramah dan leaflet - Metode ceramah dan poster
Sebelum 1. Pengetahuan keluarga
tentang perawatan lansia
2. Sikap keluarga 3. Tindakan keluarga
Sesudah 1. Pengetahuan keluarga
tentang perawatan lansia
2. Sikap keluarga 3. Tindakan keluarga
46
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah rancangan quasi-eksperimen, dimanabentuk desain
yang dipakai adalah one group pre-test and post test untuk mengetahui pengaruh
penyuluhan kesehatan terhadap perilaku perawatan lansia pada keluarga di Desa
Sileang KecamatanDoloksanggul KabupatenHumbangHasundutan.
Penelitian ini menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok yang diberi
perlakuan penyuluhan dengan metode ceramah dengan leaflet dan kelompok yang
diberi perlakuan penyuluhan dengan metode ceramah dengan poster.
Desain penelitian ini adalah sebagai adalah sebagai berikut:
01 dan 03 pre-test untuk menilai perilaku sebelum dilakukan perlakuan
penyuluhan metode ceramah dengan leaflet dan metode ceramah dengan poster.
X1 dan X2 untuk perlakuan penyuluhan metode ceramah dengan leaflet dan
penyuluhan metode ceramah dengan poster.
02 dan 04 post-test untuk menilai perilaku sesudah dilakukan perlakuan
penyuluhan metode ceramah dengan leaflet dan metode ceramah dengan poster.
O1 X1 O2
O3 X2 O4
46
47
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Sileang Kecamatan Doloksanggul Kabupaten
Humbang Hasundutan. Alasan pemilihan lokasi adalah karena di Desa Sileang masih
kurangnya pengetahuan keluarga tentang perawatan sehari-hari lansia dan hasil
wawancara yang dilakukan pada 6 keluarga lansia di Desa Sileang menunjukkan
rendahnya peran serta keluarga dalam perawatan lansia, dimana lansia tidak
diperhatikan lagi kebersihannya (personal hygiene).
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan Februari s/d Juni tahun 2015.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi
Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh keluarga yang mempunyai
anggota keluarga lanjut usia di Desa Sileang Kecamatan Doloksanggul Kabupaten
Humbang Hasundutan dengan jumlah 153 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel merupakan sebagian atau yang mewakili dari populasi yang diteliti
(Arikunto, 2002). Secara umum, untuk penelitian kausal perbandingan jumlah sampel
untuk memperoleh hasil yang baik adalah 30 subjek per masing-masing kelompok.
48
Menurut Gay dan Diehl (1992) mengasumsikan semakin banyak sampel yang
diambil maka akan semakin representatif dan hasilnya dapat dilegalisir. Namun
ukuran sampel yang diterima akan sangat bergantung pada jenis penelitiannya.
1. Jika penelitiannya bersifat deskritif, maka sampel minimumnya adalah 10% dari
populasi.
2. Jika penelitianya korelasional, sampel minimunya adalah 30 subjek
3. Jika penelitian kausal perbandingan, sampelnya sebanyak 30 subjek per group.
4. Jika penelitian eksperimental, sampel minimumnya adalah 15 subjek per group.
Sampel dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
1. Kelompok I, terdiri dari keluarga yang memiliki anggota keluarganya lanjut usia
yang berjumlah 30 orang, diberi penyuluhan metode ceramah dengan leaflet.
2. Kelompok II, terdiri dari keluarga yang memiliki anggota keluarganya lanjut usia
yang berjumlah 30 orang, diberi penyuluhan metode ceramah dengan poster.
Metode pengambilan sampel yang disebut sebagi responden dalam penelitian
ini adalah secara secara purposive sampling yaitu teknik pemilihan sampel
berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2007).
Sampel dalam peneliti ini ditetapkan dengan kriteria inklusi yaitu:
1. Berusia antara 16-40 tahun
2. Bersedia menjadi responden penelitian.
3. Keluarga yang dapat membaca dan menulis
4. Keluarga yang memiliki anggota keluarganya lanjut usia
5. Anggota keluarga yang tinggal menetap di rumah bapak/ibu lanjut usia di Desa
Sileang Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.
49
3.4. Metode PengumpulanData
3.4.1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik atau pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder, yaitu: data primer yaitu data yang diperoleh hasil dari pre-test dan
post-test melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner kepada
keluarga lansia di desa Sileang, meliputi identitas responden, pengetahuan, sikap dan
tindakan tentang perawatan sehari-hari lansia.
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Puskesmas, bidan dan kantor
KepalaDesaSileangKecamatanDoloksanggulKabupatenHumbangHasundutan. Data
tersebut meliputi jumlah lansia di wilayah kerja puskesmas dan di desa Sileang serta
data-data pendukung lainnya.
3.4.2. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan berupa survei pendahuluan untuk mengetahui karakteristik
responden, lokasi penelitian, mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam
penelitian, dan penyusunan rencana eksperimen, menyusun instrumen penelitian,
menguji instrumen penelitian, seminar, dan mengurus perizinan, membuat
jadwal/kontrak pemberian materi perawatan sehari-hari lansia dan pelaksanaan
penelitian.
50
2. Tahap pelaksanaan
Peneliti memberikan lembar kuesioner yang diobservasi 2 kali, tahap pertama
responden diberikan lembar kuesioner yaitu sebagai observasi 1 (pre-test), kegiatan
pre-test dilaksanakan pada tanggal 25 Mei oleh peneliti. Setelah selesai melakukan
pre-test, kemudian peneliti langsung melakukan penyuluhan perawatan sehari-hari
lansia kepada sampel penelitian.Pemberian materi penyuluhan perawatan lansia
dilakukan oleh peneliti sendiri dengan metode ceramah selama 45 menit dan diskusi
selama 15 menit. Materi penyuluhan yang diberikan sesuai dengan materi yang sudah
dibuat sebelumnya. Setelah selesai ceramah diikuti dengan pembagian leaflet untuk
kelompok I dan pembagian poster untuk kelompok II. Kemudian 2 minggu setelah
diberikan penyuluhan yakni pada tanggal 08Juni 2015 dilakanakan post-test tentang
pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga melalui pengisian kuesioner dan observasi
langsung responden.
3. Tahap Akhir
Setelah data terkumpul melalui pre-test dan post-test, dilakukan editing, coding,
dan entry data. Selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan fasilitas
komputer untuk mengetahui perbedaan nilai pengamatan sebelum dan sesudah
penyuluhan.
51
3.5. Variabel dan Defenisi Operasional
3.5.1.Variabel
Variabel terdiri dari: variabel dependen (penyuluhan kesehatan tentang
perawatan lansia); dan variabel independen yang terdiri dari pengetahuan, sikap dan
tindakan keluarga.
3.5.2.Defenisi Operasional
Untuk memudahkan penelitian serta memperoleh persepsi yang sama, maka
defenisi operasional variabel penelitian ini adalah:
Tabel. 3.1.Defenisi Operasional Penelitian Variabel Defenisi Alat
Ukur Skala Hansil Ukur
Independen Penyuluhan kesehatan perawatan lansia
Penyuluhan kesehatan tentang perawatan lansia yang ditujukan bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga lansia..
Dependen Pengetahuan Hal-hal yang harus
dimiliki oleh keluarga dengan lansia tentang cara-cara perawatan lansia yang benar di rumah.
Kuesioner
Ordinal Terdapat 10 pernyataan tentang pengetahuan, rentang jawaban dinyatakan dengan skor benar (1) dan salah (0), dengan parameter : Skor tertinggi : 10 Skor terrendah : 0
52
Tabel. 3.1.(Lanjutan) Variabel Defenisi Alat
Ukur Skala Hansil Ukur
Sikap Tanggapan keluarga mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pentingnya memberikan perawatan lansia dengan benar.
Kuesioner
Ordinal
Pengukuran skala sikap dengan menanyakan 10 item pernyataan kepada responden yang harus menjawab salah satu dari empat pilihan jawaban yang tersedia, yaitu : S skor 4, KS skor 3, TS skor 2 dan STS skor 1, parameter : 1. Positif 2. Negatif
Tindakan Aktivitasatauapa yang dilakukankeluarga dalammelakukan perawatan sehari-hari lansia.
Kuesioner
Ordinal
Terdapat 5 pernyataan tentang tindakan, rentang jawaban dinyatakan dengan skor dilakukan (1) dan tidak dilakukan (0), dengan parameter : Skor tertinggi : 5 Skor terrendah : 0
3.6. Uji Validitasi dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas dilakuan kepada 30 orang responden di luar
sampel penelitian, yaitu di desa Pakkat Dolok dengan alasan desa tersebut masih
terletak dalam satu kecamatan dengan desa Sileang, menggunakan puskesmas yang
sama dan memiliki karakteristik yang sama dari segi demografi, jenis pekerjaan dan
akses terhadap informasi.
53
3.6.1.Uji Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan
dan kecepatan suatu alat ukur (instrumen) dalam mengukur suatu data. Untuk
mengetahui validitas suatu instrumen (dalam kuesioner) dilakukan menghitung
korelasi antara skor r masing-masing pertanyaan dalam suatu variabel. Tehnik
korelasi yang digunakan adalah Pearson Product Moment Correlation, dimana untuk
menguji validitas alat ukur terlebih dahulu dicari harga korelasi anatara bagian-bagian
dari alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah setiap skor butir, dimana
nilair table = 0,361 dengan kriteria pengujian validitas dilakukan dengan
menggunakan komputerisasi untuk menguji kesahihan butirsoal. Kriteria yang
digunakan untuk menguji kesahihan butir yaitu sebagai berikut :
1. Jikar hitung > r tabel, dengan taraf signifikan α = 0,05 maka pertannyaan
dikatakan valid
2. Jika r hitung < r tabel, dengan taraf signifikan α = 0,05 maka pertannyaan
dikatakan tidak valid
Tabel 3.2.Uji Validitas Instrumen
Item Pertanyaan r hitung r table Keterangan Pengetahuan Pertanyaan 1 0.748 0.361 Valid Pertanyaan 2 0. 833 0.361 Valid Pertanyaan 3 0. 767 0.361 Valid Pertanyaan 4 0. 753 0.361 Valid Pertanyaan 5 0. 826 0.361 Valid Pertanyaan 6 0. 767 0.361 Valid Pertanyaan 7 0. 753 0.361 Valid Pertanyaan 8 0. 826 0.361 Valid
54
Tabel 3.2. (Lanjutan)
Item Pertanyaan r hitung r table Keterangan Pertanyaan 9 0. 748 0.361 Valid Pertanyaan 10 0. 833 0.361 Valid Sikap Pertanyaan 1 0.857 0.361 Valid Pertanyaan 2 0.837 0.361 Valid Pertanyaan 3 0.827 0.361 Valid Pertanyaan 4 0.841 0.361 Valid Pertanyaan 5 0.861 0.361 Valid Pertanyaan 6 0.846 0.361 Valid Pertanyaan 7 0.826 0.361 Valid Pertanyaan 8 0.883 0.361 Valid Pertanyaan 9 0.866 0.361 Valid Pertanyaan 10 0.861 0.361 Valid Tindakan Pertanyaan 1 0. 748 0.361 Valid Pertanyaan 2 0. 686 0.361 Valid Pertanyaan 3 0. 900 0.361 Valid Pertanyaan 4 0. 748 0.361 Valid Pertanyaan 5 0. 686 0.361 Valid
3.6.2.Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui reliabilitas suatu pertanyaan dengan membandingkan nilai
r-hasil (alpha cronbach) dengan r-tabel, dengan butir pertanyaan dikatakan reliable
atau andala pabila jawaban dari responden terhadap pertayaan adalah konsisten.
Dalam uji reliabelitas butir pertannyaan yang sudah valid dalam uji validitas
ditentukan reliabelitasnya dengan kriteria sebagai berikut :
1. Jika nilai Cronbach‘s Alpha > 0,60 r tabel maka pertanyaan reliabel.
2. Jika nilai Cronbach‘s Alpha < 0,60 rtabel maka pertanyaan tidak reliabel
55
Uji reliabilitas dilakukan untuk melakukan sejauh mana suatu instrument dapat
dipercaya. Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan uji Cronbach‘s Alpha. Variabel
dikatakan reliabel jikanilai r Cronbach‘s Alpha > 0,6 hal ini dapat dilihat pada tabel :
Tabel 3.3.UjiReliabilitas Instrumen
Variabel Cronbach‘s Alpha Keputusan Pengetahuan 0.807 Reliabel Sikap 0.864 Reliabel Tindakan 0.809 Reliabel
3.7. Metode Pengukuran
Angket/kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data-data yang
berhubungan dengan perilaku keluarga tentang perawatan lansia di rumah.
3.7.1. Variabel Independen
Penyuluhan Kesehatanadalah usaha atau kegiatan untuk membantu
individu, keluarga atau masyarakat dalam meningkatkan perawatan lansia untuk
mencapai kesehatan yang optimal.
3.7.2. Variabel Dependen
1. Pengetahuan keluarga tentang perawatan lansia yang benar di rumah dengan
jawaban benar skor 1 dan jawaban salah skor 0 dari 10 pertanyaan dan nilai
tertinggi = 10, kemudian dikategorikan atas baik, cukup dan kurang baik.
a. Pengetahuan baik, jika responden menjawab pertanyaan benar sebanyak 8-10
dari 10 pertanyaan dengan skor nilai 76%-100%
b. Pengetahuan cukup, jika responden menjawab pertanyaan benar sebanyak
5-7 dari 10 pertanyaan dengan skor nilai 50%-75%
56
c. Pengetahuan kurang, jika responden menjawab pertanyaan benar sebanyak
0-4 dari 10 pertanyaan dengan skor nilai 0-49%
2. Sikap keluarga tentang perawatan lansia yang benar di rumah dengan jawaban
setuju skor 4, kurang setuju 3, tidak setuju 2 dan sangat tidak setuju 1 dari 10
pernyataan dan nilai tertinggi = 40, kemudian dikategorikan tingkat sikap
responden dalam 2 kategori yaitu positif dan negatif.
a. Positif, jika responden menjawab pernyataan dengan skor nilai 31-40
(76%-100%)
b. Negatif, jika responden menjawab pernyataan dengan skor nilai 0-30
(0-75%)
3. Tindakan tentang perawatan sehari-hari diukur dengan 5 pernyataan dengan
jawaban dilakukan skor 1 dan tidak dilakukan skor 0 dan nilai tertinggi = 10
kemudian dikategorikan atas baik dan tidak baik.
a. Baik, jika responden melakukan tindakan perawatan lansia 4-5 dari 5
pernyataan dengan skor nilai (76-100%)
b. Tidak baik, jika responden melakukan tindakan perawatan lansia 0-3 dari 5
pernyataan dengan skor nilai (0-75%)
3.8. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh secara manual dan dilanjutkan dengan komputer
menggunakan program SPSS dengan tahap editing, coding dan entry data. Data
dianalisis secara deskriptif analitik untuk melihat pengaruh dan perbedaan perilaku
57
keluarga terhadap perawatan sehari-hari lansia sebelum dan sesudah penyuluhan serta
menentukan metode dan media penyuluhan yang lebih efektif dengan menggunakan
uji T-test (Paired T test dan uji T-dependent test) pada tingkat kepercayaan 95%.
Hasil analisa data ditampilkan dalam bentuk narasi dan tabel.
58
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Sileang adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Doloksanggul
Kabupaten Humbang Hasundutan, dengan jarak 10 Km dari ibukota kabupaten.Luas
wilayah Desa Sileang sebesar 1.778 Ha, dengan kondisi tanah liat dan subur.
Mayoritas penduduknya adalah Suku Batak Toba dengan mata pencaharian yang
paling banyak adalah bertani. Desa Sileang terdiri dari 4 Dusun yaitu Dusun I, Dusun
II, Dusun III dan Dusun IV dan memiliki batas-batas wilayah:
Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Sosorgonting
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Silaban Margu
Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Pakkat
Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Silaban
Jumlah penduduk Desa Sileang sebanyak 1. 803 jiwa, dengan jumlahlaki-laki
sebanyak 951 jiwa dan perempuan sebanyak 825 jiwa dan terdiri dari 332 KK.
Jumlah lanjut usia sebanyak 216 jiwa tetapi jumlah keluarga yang memiliki anggota
keluarga lanjut usia berjumlah 153 keluarga.Sarana kesehatan yang ada di Desa
Sileang meliputi Poskesdes 2 unit yaitu Poskesdes Sileang dan Poskesdes Lumban
Nayang. Desa Sileang memiliki sarana pendidikan PAUD 1 unit, SD Negeri 1 unit.
58
59
4.2. Karakteristik Responden
Pada penelitian ini mayoritas responden berumur 32-16tahun yaitu sebesar
43,3% pada kelompok responden ceramah-leaflet dan berumur 16-23 tahun sebesar
43,3% pada kelompok responden ceramah-poster. Menurut jenis kelaminpada
kelompok penyuluhan dengan metode ceramah-leaflet mayoritas berjenis kelamin
perempuan yaitu sebesar 53,3% dan berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 56,7%
pada responden yang diberikan penyuluhan dengan metode ceramah-poster. Menurut
pendidikan pada kelompok responden yang diberikan penyuluhan dengan metode
ceramah-leaflet mayoritas berpendidikan SMA yaitu sebesar 76,7% dan 63,3% pada
responden yang diberikan penyuluhan dengan metode ceramah-poster. Menurut
pekerjaanpada kelompok responden yang diberikan penyuluhan dengan metode
ceramah-leaflet mayoritas bekerja sebagai petani yaitu sebesar 60,0% dan 63,3%
pada responden yang diberikan penyuluhan dengan metode ceramah-poster. Menurut
pekerjaan pada kelompok responden yang diberikan penyuluhan dengan metode
ceramah-leaflet mayoritas bekerja sebagai petani yaitu sebesar 60,0% dan 63,3%
pada responden yang diberikan penyuluhan dengan metode ceramah-poster.Menurut
hubungan keluarga pada kelompok responden yang diberikan penyuluhan dengan
metode ceramah-leaflet mayoritas hubungan keluarga sebagai anak yaitu sebesar
73,3% dan 66,7% pada responden yang diberikan penyuluhan dengan metode
ceramah-poster.
60
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Variabel Ceramah-Leaflet
% Ceramah-Poster
%
Umur 16-23 tahun 8 26,7 13 43,3 24-31 tahun 9 30,0 10 33,3 32-40 tahun 13 43,3 7 23,3 Jenis Kelamin Laki-laki 14 46,7 17 56,7 Perempuan 16 53,3 13 43,3 Pendidikan SD 0 0 2 6,7 SMP 5 16,7 8 26,7 SMA 23 76,7 19 63,3 PT 2 6,7 1 3,3 Pekerjaan Petani 18 60,0 19 63,3 Wiraswasta 4 13,3 2 6,7 PNS 2 6,7 0 0 Tidak bekerja 3 10,0 0 0 Sekolah/kuliah 3 10,0 9 30,0 Hubungan Keluarga Anak 22 73,3 20 66,7 Cucu 6 20,0 9 30,0 Menantu 2 6,7 1 3,3
4.3. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Metode Ceramah dengan Leaflet dan Poster terhadap Perilaku Perawatan Lansia pada Keluarga di Desa Sileang Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2015
Berdasarkan hasil pretest dan postest dapat diketahui perilaku keluarga
sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan metode ceramah dengan leaflet dan
poster adalah:
61
4.3.1.Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Metode Ceramah dengan Leaflet dan Poster terhadap Pengetahuan Perawatan Lansia pada Keluarga di Desa Sileang Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2015
Berdasarkan hasil pretest dan postest dapat diketahui tingkat pengetahuan
keluarga sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan metode ceramah dengan leaflet
dan poster adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2. Distribusi Pengetahuan Keluarga tentang Perawatan Lansia Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Pengetahuan Pretest Postest
n % n % Ceramah dan Leaflet Baik 7 23,3 25 83,3 Cukup 12 40,0 5 16,7 Kurang 11 36,7 - - Ceramah dan Poster Baik 5 16,7 21 70,0 Cukup 14 46,7 9 30,0 Kurang 11 36,7 - -
Hasil pengukuran pengetahuan sebelum diberikan penyuluhan metode
ceramah dengan leaflet (pretest) pada keluarga didapatkan pengetahuan kurang
sebanyak 11 orang (36,7%) dan pada postest tidak ada lagi berpengetahuan kurang.
Keluarga yang berpengetahuan cukup pada pretest sebanyak 12 orang (40,0%) dan
pada postest didapatkan 5 orang (16,7%). Pengetahuan baik keluarga pada pretest
sebanyak 7 orang (23,3%) dan pada postest meningkat menjadi 25 orang (83,3%)
yang berpengetahuan baik.
Pengukuran pengetahuan sebelum diberikan penyuluhan metode ceramah
dengan poster (pretest) pada keluarga didapatkan pengetahuan kurang sebanyak 11
62
orang (36,7%) dan pada postest tidak ada lagi berpengetahuan kurang. Keluarga yang
berpengetahuan cukup pada pretest sebanyak 14 orang (46,7%) dan pada postest
didapatkan 9 orang (30,0%). Pengetahuan baik keluarga pada pretest sebanyak 5
orang (16,7%) dan pada postest berubah menjadi 21 orang (70,0%) yang
berpengetahuan baik.
4.3.2.Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Metode Ceramah dengan Leaflet dan Poster terhadap Sikap Perawatan Lansia pada Keluarga di Desa Sileang Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2015
Berdasarkan hasil pretest dan postest dapat diketahui sikap keluarga sebelum
dan sesudah penyuluhan kesehatan metode ceramah dengan leaflet dan poster adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.3. Distribusi Sikap Keluarga tentang Perawatan Lansia Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Sikap Pretest Postest
n % n % Ceramah dan Leaflet Positif 20 66,7 27 90,0 Negatif 10 33,3 3 10,0 Ceramah dan Poster Positif 22 73,3 26 86,7 Negatif 8 26,7 4 13,3
Hasil pengukuran sikap sebelum diberikan penyuluhan metode ceramah
dengan leaflet (pretest) pada keluarga didapatkan sikap negatif sebanyak 10 orang
(33,3%) dan pada postest didapatkan 3 orang (10,0%). Sikap positif keluarga pada
pretest sebanyak 20 orang (66,7%) dan pada postest meningkat menjadi 27 orang
(90,0%) yang memiliki sikap positif.
63
Pengukuran sikap sebelum diberikan penyuluhan metode ceramah
denganposter (pretest) pada keluarga didapatkan sikap negatif sebanyak 8 orang
(26,7%) dan pada postest didapatkan 4 orang (13,3%). Sikap positif keluarga pada
pretest sebanyak 22 orang (73,3%) dan pada postest meningkat menjadi 26 orang
(86,7%) yang memiliki sikap positif.
4.3.3.Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Metode Ceramah dengan Leaflet dan Poster terhadap Tindakan Perawatan Lansia pada Keluarga di Desa Sileang Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2015
Berdasarkan hasil pretest dan postest dapat diketahui tindakan keluarga
sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan metode ceramah dengan leaflet adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.4. Distribusi Tindakan Keluarga tentang Perawatan Lansia Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Tindakan Pretest Postest
n % n % Ceramah dan Leaflet Baik 12 40,0 23 76,7 Tidak Baik 18 60,0 7 23,3 Ceramah dan Poster Baik 10 33,3 19 63,3 Tidak Baik 20 66,7 11 36,7
Hasil pengukuran tindakan sebelum diberikan penyuluhan metode ceramah
dengan leaflet (pretest) pada keluarga didapatkan yang melakukan tindakan tidak baik
sebanyak 18 orang (60,0%) dan pada postest didapatkan 7 orang (23,3%).
Melakukan tindakan baik keluarga pada pretest sebanyak 12 orang (40,0%) dan pada
postest meningkat menjadi 23 orang (76,7%) yang melakukan tindakan baik.
64
Pengukuran tindakan sebelum diberikan penyuluhan metode ceramah
denganposter (pretest) pada keluarga didapatkan yang melakukan tindakan tidak baik
sebanyak 20 orang (66,7%) dan pada postest didapatkan 11 orang (36,7%).
Melakukan tindakan baik keluarga pada pretest sebanyak 10 orang (33,3%) dan pada
postest meningkat menjadi 19 orang (63,3%) yang melakukan tindakan baik.
4.4. Analisa Data
4.4.1. Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Metode Ceramah dengan Leaflet Berdasarkan hasil penelitian diketahui perbandingan rerata nilai pengetahuan
responden sebelum dan sesudah penyuluhan metode ceramah dengan leaflet adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.5. Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan Keluarga Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Metode Ceramah dengan Leaflet
Pengetahuan
Kelompok Ceramah-Lefalet
Mean Mean Difference
p n
Sebelum 1,87 0,967 0,000 30 Sesudah 2,83 0,000 30
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata pengetahuan keluarga sebelum
diberikan penyuluhan metode ceramah dengan leaflet adalah 1,87 dan sesudah
diberikan penyuluhan metode ceramah dengan leaflet mengalami peningkatan
menjadi 2,83. Terlihat nilai mean difference sebesar 0,967.
Sebelum menganalisis pengaruh metode ceramah dengan leaflet terhadap
pengetahuan keluarga tentang perawatan lansia perlu dilakukan uji normalitas
65
pengetahuan pretest dan postest untuk menentukan uji pengaruh yang sesuai tipe data
yang telah didapat. Hasil menunjukkan bahwa nilai pengetahuan pretest
(0,000)<0,005 sehingga dikatakan data tidak normal dan nilai pengetahuan postest
(0,000)<0,005 sehingga juga dikatakan data tidak normal, karena tipe kedua data
tidak normal, maka untuk menganalisis pengaruh metode ceramah dengan leaflet
terhadap pengetahuan keluarga menggunakan Wilcoxon.
Tabel 4.6. Pengaruh Penyuluhan Metode Ceramah dengan Leaflet terhadap Pengetahuan Keluarga tentang Perawatn Lansia
Variabel Mean Z P
Pengetahuan Sebelum 1,87 -4,420 0,000 Sesudah 2,83
Berdasarkan tabel 4.6terjadi perubahan nilai rata-rata pengetahuan sebelum
dengan sesudah diberikan penyuluhan metode ceramah dengan leaflet tentang
perawatan lansia yaitu 1,87 menjadi 2,83. Hasil analisis dengan menggunakan
Wilcoxon didapatkan nilai Z (-4,420) dengan nilai p=0,000<0,05 hal ini bermakna
bahwa ada perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah penyuluhan metode
ceramah dengan leaflet terhadap pengetahuan keluarga tentang perawatan lansia.
Pengaruh ini terlihat pada nilai rerata yang meningkat artinya dengan pertanyaan
yang sama diberikan pada setelah keluarga diberikan intervensi dengan metode
ceramah dengan leaflet sudah lebih banyak yang menjawab dengan benar tentang
perawatan lansia. Hal ini dikarenakan informasi yang diberikan sudah dapat diterima
dan dipahami oleh keluarga.
66
Hasil rerata nilai pengetahuan responden sebelum dan sesudah mendapat
penyuluhan metode ceramah dengan leaflet digambarkan pada gambar 4.1.
Gambar 4.1. Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan Responden Sebelum dan
Sesudah Penyuluhan Metode Ceramah dengan Leaflet
4.4.2. Perbandingan Rerata Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Metode Ceramah dengan Leaflet
Berdasarkan hasil penelitian diketahui perbandingan rerata nilai
sikapresponden sebelum dan sesudah penyuluhan metode ceramah dengan leaflet
adalah:
Tabel 4.7. Perbandingan Rerata Nilai Sikap Keluarga Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Metode Ceramah dengan Leaflet
Sikap
Kelompok Ceramah-Lefalet
Mean Mean Difference
p n
Sebelum 1,80 0,900 0,000 30 Sesudah 2,70 0,000 30
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata nilai sikap responden sebelum
diberikan penyuluhan metode ceramah dengan leaflet adalah 1,80 dan sesudah
00,5
11,5
22,5
3
SEBELUM SESUDAH
Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Metode Ceramah dengan Leaflet
Pengetahuan Kelompok Metode Ceramah dengan Leaflet
1.87
2.83
67
diberikan penyuluhan metode ceramah dengan leaflet mengalami peningkatan
menjadi 2,70. Terlihat nilai mean difference sebesar 0,900.
Sebelum menganalisis pengaruh metode ceramah dengan leaflet terhadap
sikap keluarga tentang perawatan lansia perlu dilakukan uji normalitas sikap pretest
dan postest untuk menentukan uji pengaruh yang sesuai tipe data yang telah didapat.
Hasil menunjukkan bahwa nilai sikap pretest (0,000)<0,005 sehingga dikatakan data
tidak normal dan nilai pengetahuan postest (0,000)<0,005 sehingga juga dikatakan
data tidak normal, karena tipe kedua data tidak normal, maka untuk menganalisis
pengaruh metode ceramah dengan leaflet terhadap sikap keluarga menggunakan
Wilcoxon.
Tabel 4.8. Pengaruh Penyuluhan Metode Ceramah dengan Leaflet terhadap Sikap Keluarga tentang Perawatan Lansia
Variabel Mean Z p
Sikap Sebelum 1,80 -2,646 0,008 Sesudah 2,70
Berdasarkan tabel 4.8 terjadi perubahan nilai rata-rata pengetahuan sebelum
dengan sesudah diberikan penyuluhan metode ceramah dengan leaflet tentang
perawatan lansia yaitu 1,80 menjadi 2,70. Hasil analisis dengan menggunakan
Wilcoxon didapatkan nilai Z (-2,646) dengan nilai p=0,008<0,05 hal ini bermakna
bahwa ada perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah penyuluhan metode
ceramah dan leaflet terhadap sikap keluarga tentang perawatan lansia. Pengaruh ini
terlihat pada nilai rerata yang meningkat artinya dengan pertanyaan yang sama
68
diberikan pada setelah keluarga diberikan intervensi dengan metode ceramah dengan
leaflet sudah lebih banyak yang menjawab dengan positif tentang perawatan lansia.
Rata-rata kenaikan sikap keluarga tidak terlalu banyak, hal ini dikarenakan
keluargasudah banyak bersikap positif mengenai perawatan lansia sebelum diberikan
penyuluhan metode ceramah dengan leaflet.
Hasil rerata nilai sikap responden sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan
metode ceramah dengan leaflet digambarkan pada gambar 4.2.
Gambar 4.2. Perbandingan Rerata Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Metode Ceramah dengan Leaflet
4.4.3. Perbandingan Rerata Nilai Tindakan Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Metode Ceramah dengan Leaflet Berdasarkan hasil penelitian diketahui perbandingan rerata nilai
tindakanresponden sebelum dan sesudah penyuluhan metode ceramah dan dengan
leaflet adalah sebagai berikut:
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
SEBELUM SESUDAHSikap Kelompok Metode Ceramah dan Leaflet
Perbandingan Rerata Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan dengan
Metode Ceramah dan Leaflet
Sikap Kelompok Metode Ceramah dengan Leaflet
Perbandingan Rerata Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Metode Ceramah denga Leaflet
1.80
2.70
69
Tabel 4.9. Perbandingan Rerata Nilai Tindakan Keluarga Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Metode Ceramah dengan Leaflet
Tindakan Kelompok
Ceramah-Lefalet
Mean Mean Difference
p n
Sebelum 1,67 0,233 0,000 30 Sesudah 1,90 0,000 30
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata nilai tindakan responden sebelum
diberikan penyuluhan metode ceramah dengan leaflet adalah 1,67 dan sesudah
diberikan penyuluhan metode ceramah dengan leaflet mengalami peningkatan
menjadi 1,90. Terlihat nilai mean difference sebesar 0,233.
Sebelum menganalisis pengaruh metode ceramah dengan leaflet terhadap
tindakan keluarga tentang perawatan lansia perlu dilakukan uji normalitas tindakan
pretest dan postest untuk menentukan uji pengaruh yang sesuai tipe data yang telah
didapat. Hasil menunjukkan bahwa nilai sikakp pretest (0,000)<0,005 sehingga
dikatakan data tidak normal dan nilai pengetahuan postest (0,000)<0,005 sehingga
juga dikatakan data tidak normal, karena tipe kedua data tidak normal, maka untuk
menganalisis pengaruh metode ceramah dengan leaflet terhadap sikap keluarga
menggunakan Wilcoxon.
Tabel 4.10. Pengaruh Penyuluhan Metode Ceramah dengan Leaflet terhadap Tindakan Keluarga tentang Perawatan Lansia
Variabel Mean Z p
Tindakan Sebelum 1,67 -3,317 0,001 Sesudah 1,90
70
Berdasarkan tabel 4.10 terjadi perubahan nilai rata-rata pengetahuan sebelum
dengan sesudah diberikan penyuluhan metode ceramah dengan leaflet tentang
perawatan lansia yaitu 1,67 menjadi 1,90. Hasil analisis dengan menggunakan
Wilcoxon didapatkan nilai Z (-2,646) dengan Nilai p=0,001<0,05 hal ini bermakna
bahwa ada perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah penyuluhan metode
ceramah dengan leaflet terhadap tindakan keluarga tentang perawatan lansia.
Pengaruh ini terlihat pada nilai rerata yang meningkat artinya keluarga yang dulunya
tidak melakukan dengan baik perawatan terhadap lansia dan setelah menerima
penyuluhan metode ceramah dengan leaflet sehingga keluarga mau melakukan
perawatan lansiadengan baik.
Hasil rerata nilai tindakan responden sebelum dan sesudah mendapat
penyuluhan metode ceramah dengan leaflet digambarkan pada gambar 4.3.
Gambar 4.3. Perbandingan Rerata Nilai Tindakan Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Metode Ceramah dengan Leaflet
1,551,6
1,651,7
1,751,8
1,851,9
1,95
SEBELUM SESUDAH
Perbandingan Rerata Nilai Tindakan Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Metode Ceramah dengan Leaflet
Tindakan Kelompok Metode Ceramah dengan Leaflet
1.67
1.90
71
4.4.4. Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Metode Ceramah dengan Poster Berdasarkan hasil penelitian diketahui perbandingan rerata nilai pengetahuan
responden sebelum dan sesudah penyuluhan metode ceramah dengan poster adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.11. Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan Keluarga Sebelum dan Sesudah Penyuluhan dengan Metode Ceramah dengan Poster
Pengetahuan
Kelompok Ceramah-Poster
Mean Mean Difference
p n
Sebelum 1,73 0,133 0,000 30 Sesudah 1,87 0,000 30
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata pengetahuan responden sebelum
diberikan penyuluhan metode ceramah dengan posteradalah 1,73 dan sesudah
diberikan penyuluhan metode ceramah dengan poster mengalami peningkatan
menjadi 1,87. Terlihat nilai mean difference sebesar 0,133.
Sebelum menganalisis pengaruh metode ceramah dengan posterterhadap
pengetahuan keluarga tentang perawatan lansia perlu dilakukan uji normalitas
pengetahuan pretest dan postest untuk menentukan uji pengaruh yang sesuai tipe data
yang telah didapat. Hasil menunjukkan bahwa nilai pengetahuan pretest
(0,000)<0,005 sehingga dikatakan data tidak normal dan nilai pengetahuan postest
(0,000)<0,005 sehingga juga dikatakan data tidak normal, karena tipe kedua data
tidak normal, maka untuk menganalisis pengaruh metode ceramah dengan
posterterhadap pengetahuan keluarga menggunakan Wilcoxon.
72
Tabel 4.12. Pengaruh Penyuluhan Metode Ceramah dengan Poster terhadap Pengetahuan Keluarga tentang Perawatan Lansia
Variabel Mean Z p
Pengetahuan Sebelum 1,73 -4,669 0,000 Sesudah 1,87
Berdasarkan tabel 4.12 terjadi perubahan nilai rata-rata pengetahuan sebelum
dengan sesudah diberikan penyuluhan metode ceramah dengan poster tentang
perawatan lansia yaitu 1,73 menjadi 1,87. Hasil analisis dengan menggunakan
Wilcoxon didapatkan nilai Z (-4,669) dengan nilai p=0,000<0,05hal ini bermakna
bahwa ada perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah penyuluhan metode
ceramah denganposter terhadap pengetahuan keluarga tentang perawatan lansia.
Pengaruh ini terlihat pada nilai rerata yang meningkat artinya dengan pertanyaan
yang sama diberikan pada setelah keluarga diberikan intervensi atau penyuluhan
metode ceramah dengan poster sudah lebih banyak yang menjawab dengan benar
tentang perawatan lansia. Hal ini dikarenakan informasi yang diberikan sudah dapat
diterima dan dipahami oleh keluarga.
Hasil rerata nilai pengetahuan responden sebelum dan sesudah mendapat
penyuluhan metode ceramah dengan poster digambarkan pada gambar 4.4.
73
Gambar 4.4. Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Metode Ceramah dengan Poster
4.4.5. Perbandingan Rerata Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan Metode Ceramah dengan Poster
Berdasarkan hasil penelitian diketahui perbandingan rerata nilai sikap responden
sebelum dan sesudah penyuluhan metode ceramah dengan poster adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.13. Perbandingan Rerata Nilai Sikap Keluarga Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Metode Ceramah dengan Poster
Sikap
Kelompok Ceramah-Poster
Mean Mean Difference
p n
Sebelum 1,40 0,367 0,000 30 Sesudah 1,77 0,000 30
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata nilai sikap responden sebelum
diberikan penyuluhan metode ceramah dengan poster adalah 1,40 dan sesudah
1,65
1,7
1,75
1,8
1,85
1,9
SEBELUM SESUDAHPengetahuan Kelompok Metode Ceramah dengan Poster
Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Metode Ceramah dengan Poster
1.73
1.87
74
diberikan penyuluhan metode ceramah dengan poster mengalami peningkatan
menjadi 1,77. Terlihat nilai mean difference sebesar 0,367.
Sebelum menganalisis pengaruh metode ceramah dengan posterterhadap sikap
keluarga tentang perawatan lansia perlu dilakukan uji normalitas sikap pretest dan
postest untuk menentukan uji pengaruh yang sesuai tipe data yang telah didapat.
Hasil menunjukkan bahwa nilai sikap pretest (0,000)<0,005 sehingga dikatakan data
tidak normal dan nilai sikap postest (0,000)<0,005 sehingga juga dikatakan data tidak
normal, karena tipe kedua data tidak normal, maka untuk menganalisis pengaruh
metode ceramah dengan posterterhadap sikap keluarga menggunakan Wilcoxon.
Tabel 4.14. Pengaruh Penyuluhan Metode Ceramah dengan Poster terhadap Sikap Keluarga tentang Perawatan Lansia
Variabel Mean Z p
Pengetahuan Sebelum 1,40 -2,000 0,006 Sesudah 1,77
Berdasarkan tabel 4.14 terjadi perubahan nilai rata-rata pengetahuan sebelum
dengan sesudah diberikan penyuluhan metode ceramah dengan poster tentang
perawatan lansia yaitu 1,40 menjadi 1,77. Hasil analisis dengan menggunakan
Wilcoxon didapatkan nilai Z (-2,000) dengan nilai p=0,006<0,05 hal ini bermakna
bahwa ada perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah penyuluhan metode
ceramah denganposter terhadap sikap keluarga tentang perawatan lansia. Pengaruh ini
terlihat pada nilai rerata yang meningkat artinya dengan pertanyaan yang sama
diberikan pada setelah keluarga diberikan intervensi atau penyuluhan metode
75
ceramah dengan poster sudah lebih banyak yang menjawab dengan positif tentang
perawatan lansia. Rata-rata kenaikan sikap keluarga tidak terlalu banyak, hal ini
dikarenakan keluarga sudah banyak bersikap positif mengenai perawatan lansia
sebelum diberikan penyuluhan metode ceramah dengan poster.
Hasil rerata nilai sikap responden sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan
dengan metode ceramah dengan poster digambarkan dilihat pada gambar 4.5.
Gambar 4.5. Perbandingan Rerata Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Metode Ceramah dengan Poster
4.4.6. Perbandingan Rerata Nilai Tindakan Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Metode Ceramah dengan Poster
Berdasarkan hasil penelitian diketahui perbandingan rerata nilai sikap
responden sebelum dan sesudah penyuluhan metode ceramah dengan poster adalah
sebagai berikut:
00,20,40,60,8
11,21,41,61,8
2
SEBELUM SESUDAHSikap Kelompok Metode Ceramah dan Leaflet
Perbandingan Rerata Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan dengan
Metode Ceramah dan Leaflet
Sikap Kelompok Metode Ceramah dan Leaflet
Perbandingan Rerata Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan dengan
Metode Ceramah dan Leaflet
1.40
1.77
Sikap Kelompok Metode Ceramah dan Leaflet
Perbandingan Rerata Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan dengan
Metode Ceramah dan Leaflet
Sikap Kelompok Metode Ceramah dengan Poster
Perbandingan Rerata Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Metode Ceramah dengan Poster
76
Tabel 4.15. Perbandingan Rerata Nilai Tindakan Keluarga Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Metode Ceramah dengan Poster
Tindakan Kelompok
Ceramah-Poster
Mean Mean Difference
p n
Sebelum 1,33 0,367 0,000 30 Sesudah 1,53 0,000 30
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata nilai tindakan responden sebelum
diberikan penyuluhan metode ceramah dengan poster adalah 1,33 dan sesudah
diberikan penyuluhan metode ceramah dengan poster mengalami peningkatan
menjadi 1,53. Terlihat nilai mean difference sebesar 0,300.
Sebelum menganalisis pengaruh metode ceramah dengan poster terhadap
tindakan keluarga tentang perawatan lansia perlu dilakukan uji normalitas sikap
pretest dan postest untuk menentukan uji pengaruh yang sesuai tipe data yang telah
didapat. Hasil menunjukkan bahwa nilai tindakan pretest (0,000)<0,005 sehingga
dikatakan data tidak normal dan nilai tindakan postest (0,000)<0,005 sehingga juga
dikatakan data tidak normal, karena tipe kedua data tidak normal, maka untuk
menganalisis pengaruh metode ceramah dengan poster terhadap tindakan keluarga
menggunakan Wilcoxon.
Tabel 4.16. Pengaruh Penyuluhan Metode Ceramah dengan Poster terhadap Tindakan Keluarga tentang Perawatan Lansia
Variabel Mean Z p
Tindakan Sebelum 1,33 -3,000 0,003 Sesudah 1,53
77
Berdasarkan tabel 4.16 terjadi perubahan nilai rata-rata pengetahuan sebelum
dengan sesudah diberikan penyuluhan metode ceramah dengan poster tentang
perawatan lansia yaitu 1,33 menjadi 1,63. Hasil analisis dengan menggunakan
Wilcoxon didapatkan nilai Z (-3,000) dengan nilai p=0,003<0,05 hal ini bermakna
bahwa ada perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah penyuluhan metode
ceramah dengan poster terhadap tindakan keluarga tentang perawatan lansia.
Pengaruh ini terlihat pada nilai rerata yang meningkat artinya keluarga yang dulunya
tidak melakukan dengan baik perawatan terhadap lansia dan setelah menerima
penyuluha metode ceramah dengan poster sehingga keluarga mau melakukan
perawatan lansia dengan baik.
Hasil rerata nilai tindakan responden sebelum dan sesudah mendapat
penyuluhan metode ceramah dengan poster digambarkan pada gambar 4.6.
Gambar 4.6. Perbandingan Rerata Nilai Tindakan Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Metode Ceramah dengan Poster
1,21,25
1,31,35
1,41,45
1,51,55
SEBELUM SESUDAH
Perbandingan Rerata Nilai Tindakan Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Metode Ceramah dengan Poster
Tindakan Kelompok Metode Ceramah dengan Poster
1.33
1.53
78
4.4.7. Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan Responden Sesudah Peyuluhan Menurut Media Penyuluhan Berdasarkan hasil penelitian diketahui perbandingan rerata nilai pengetahuan
responden sebelum dan sesudah penyuluhan menurut media penyuluhan adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.17. Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan Keluarga Sesudah Penyuluhan Berdasarkan Media Penyuluhan
Pengetahuan Sesudah
Penyuluhan Menurut Media Mean p n
Ceramah dengan Leaflet 2,83 0,002 30 Ceramah dengan Poster 1,87 30
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata nilai pengetahuan keluarga
dengan lansia sesudah pemberian penyuluhan metode ceramah dengan leaflet adalah
2,83 dengan metode ceramah dengan poster lebih kecil nilainya yaitu sebesar 1,87.
Sehinga dapat disimpulkan metode ceramah dengan leaflet lebih bermakna secara
statistik untuk meningkatkan pengetahuan daripada metode ceramah dengan poster.
Nilai p=0,002<0,05 maka dapat disimpulkan secara statistik ada perbedaan yang
signifikan antara pemberian penyuluhan metode ceramah dengan leaflet dengan
metode ceramah dengan poster untuk meningkatkan pengetahuan.
Hasil rerata nilai pengetahuan responden sesudah pemberian penyuluhan
berdasarkan media digambarkan pada gambar 4.7.
79
Gambar 4.7. Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan Responden Sesudah Pemberian Penyuluhan Berdasarkan Media Penyuluhan
4.4.8. Perbandingan Rerata Nilai Sikap Responden Sesudah Peyuluhan Menurut Media Penyuluhan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui perbandingan rerata nilai pengetahuan
responden sebelum dan sesudah penyuluhan menurut media penyuluhan adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.18. Perbandingan Rerata Nilai Sikap Keluarga Sesudah Penyuluhan Berdasarkan Media Penyuluhan
Sikap Sesudah
Penyuluhan Menurut Media
Mean p n
Ceramah dengan Leaflet 2,70 0,006 30 Ceramah dengan Poster 1,77 30
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
ceramah-leaflet ceramah-posterPengetahuan Sesudah Penyuluhan Menurut Media
Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan Responden SesudahPemberian Penyuluhan Berdasarkan Media Penyuluhan
Di Desa Sileang Kecamatan DoloksanggulKabupaten humbang Hasundutan
Tahun 2015
2.83
1.87
80
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata nilai sikap responden yaitu
anggota keluarga dengan lansia sesudah pemberian penyuluhan dengan metode
ceramah dengan leaflet adalah 2,70 dengan metode ceramah dengan poster lebih kecil
nilainya yaitu sebesar 1,77. Sehingga dapat disimpulkan metode cetamah dengan
leaflet lebih bermakna secara statistik untuk meningkatkan sikap daripada metode
ceramah dengan poster. Nilai p=0,006 artinya secara statistik ada perbedaan yang
signifikan antara pemberian penyuluhan metode ceramah dengan leaflet dengan
metode ceramah dengan poster untuk meningkatkan pengetahuan sikap.
Hasil rerata nilai sikap responden sesudah pemberian penyuluhan berdasarkan
media digambarkan pada gambar 4.8.
Gambar 4.8. Perbandingan Rerata Nilai Sikap Responden Sesudah Pemberian Penyuluhan Berdasarkan Media Penyuluhan
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
ceramha-leaflet ceramah-poster
2.70
1.77
Perbandingan Rerata Nilai Sikap Responden SesudahPemberian Penyuluhan Berdasarkan Media Penyuluhan
Di Desa Sileang Kecamatan DoloksanggulKabupaten humbang Hasundutan
Tahun 2015
Sikap Sesudah Penyuluhan Menurut Media
81
4.4.9. Perbandingan Rerata Nilai Tindakan Responden Sesudah Peyuluhan Menurut Media Penyuluhan Berdasarkan hasil penelitian diketahui perbandingan rerata nilai pengetahuan
responden sebelum dan sesudah penyuluhan menurut media penyuluhan adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.19. Perbandingan Rerata Nilai Tindakan Keluarga Sesudah Penyuluhan Berdasarkan Media Penyuluhan
Tindakan Sesudah
Penyuluhan Menurut Media
Mean p n
Ceramah denganLeaflet 1,90 0,002 30 Ceramah dengan Poster 1,53 30
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata nilai tindakan responden yaitu
anggota keluarga dengan lansia sesudah pemberian penyuluhan dengan metode
ceramah dengan leaflet adalah 1,77 dengan metode ceramah dengan poster lebih kecil
nilainya yaitu sebesar 1,63. Sehingga dapat disimpulkan metode cetamah dengan
leaflet lebih bermakna secara statistik untuk meningkatkan tindakan daripada metode
ceramah dengan poster. Nilai p=0,002 artinya secara statistik ada perbedaan yang
signifikan antara pemberian penyuluhan metode ceramah dengan leaflet dengan
metode ceramah dengan poster untuk meningkatkan tindakan.
82
Hasil rerata nilai tindakan responden sesudah pemberian penyuluhan
berdasarkan media digambarkan pada gambar 4.9.
Gambar 4.9. Perbandingan Rerata Nilai Tindakan Responden Sesudah Pemberian Penyuluhan Berdasarkan Media Penyuluhan
4.4.10. Perbandingan Rerata Nilai Perilaku Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Metode Ceramah dengan Leaflet dan Poster Berdasarkan hasil penelitian diketahui perbandingan rerata nilai perilaku
responden sebelum dan sesudah penyuluhan metode ceramah dengan leaflet dan
poster adalah sebagai berikut:
00,20,40,60,8
11,21,41,61,8
2
ceramah-leaflet ceramah-poster
1.53
1.90
Tindakan Sesudah Penyuluhan Menurut Media
Perbandingan Rerata Nilai Tindakan Responden SesudahPemberian Penyuluhan Berdasarkan Media Penyuluhan
Di Desa Sileang Kecamatan DoloksanggulKabupaten humbang Hasundutan
Tahun 2015
83
Tabel 4.20. Perbandingan Rerata Nilai Perilaku Keluarga Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Metode Ceramah dengan Leaflet dan Poster
Variabel Mean Mean
Pretest Postest Ceramah-Leaflet Pengetahuan 1,87 2,83 Sikap 1,80 2,70 Tindakan 1,67 1,90 Ceramah-Poster Pengetahuan 1,73 1,87 Sikap 1,40 1,77 Tindakan 1,33 1,53
Hasil penelitian menunjukkan penyuluhan metode ceramah dengan leaflet,
nilai rerata pengetahuan keluarga sebelum penyuluhan 1,87 dan sesudah penyuluhan
menjadi 2,83. Nilai rerata sikap sebelum penyuluhan 1,80 dan sesudah penyuluhan
menjadi 2,70. Nilai rerata tindakan sebelum penyuluhan 1,67 dan sesudah
penyuluhan menjadi 1,90, dapat kita lihat dari bahwa penyuluhan dengan metode
ceramah dengan leaflet dapat meningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan
mengalami peningkatan. Penyuluhan metode ceramah denganposter,nilai rerata
pengetahuan keluarga sebelum penyuluhan 1,73 dan sesudah penyuluhan menjadi
1,87. Nilai rerata sikap sebelum penyuluhan 1,40dan sesudah penyuluhan menjadi
1,77. Nilai rerata tindakan sebelum penyuluhan 1,33 dan sesudah penyuluhan
menjadi 1,53, dapat kita lihat dari bahwa penyuluhan metode ceramah dengan poster
dapat meningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan mengalami peningkatan. Dilihat
dari tabel peningkatan pencapaian nilai rata-rata perilaku (pengetahuan, sikap dan
tindakan) responden pada kelompok perlakuan media leaflet lebih tinggi daripada
84
kelompok media posteryang berarti bahwa metode ceramah dengan leaflet lebih
bermakna atau lebih efektif untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan
daripada metode ceramah dengan poster.
Hasil rerata nilai pengetahuan, sikap dan tindakan responden sebelum dan
sesudah mendapat penyuluhan metode ceramahdengan leafle tdan poster
digambarkan pada gambar 4.10.
Gambar 4.10. Perbandingan Rerata Nilai Perilaku Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Metode Ceramah dengan Leaflet dan Poster
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
pretest postest pretest postest pretest postest pretest postest pretest postest pretest postest
Metode Ceramah dan Leaflet
Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Metode Ceramah
dengan Leaflet dan Poster
Metode Ceramah dan Poster
pengetahuan sikap tindakan tindakansikappengetahuan
1.87
2.83
1.80
2.70
1.67
1.90
1.73
1.87
1.40
1.77
1.33
1.53
85
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1. Perilaku Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan responden tentang
perawatan lansia sebelum diberikan penyuluhan baik itu dengan metode ceramah
dengan leaflet maupun dengan metode ceramah dengan poster mayoritas
berpengetahuan cukup, sementara sikap responden mayoritas sudah bersikap positif
dan tindakan responden mayoritas masih melakukan tindakan tidak baik dalam
perawatan lansia.
Hal ini menunjukkan sebelum dilakukan penyuluhan kedua kelompok
responden mempunyai karakteristik pengetahuan, sikap dan tindakan tentang
perawatan lansia yang hampir setara. Keadaan ini sesuai dengan pendapat Arikunto
(2005) yang mengemukakan bahwa salah satu persyaratan peniliti eksperimen adalah
mengusahakan kedua kelompok responden dalam kondisi yang sama sehingga
paparan tentang hasil akhir dapat betul-betul merupakan hasil ada dan tidaknya
perlakuan.
Sesudah pemberian penyuluhan baik dengan metode ceramah dan leaflet
maupun dengan metode ceramah dan poster pengetahuan responden tentang
perawatan lansia keseluruhannya menjadi baik, begitu juga dengan sikap responden
yang sesudah diberikan penyuluhan baik itu dengan metode ceramah dan leaflet
86
86
maupun dengan metode ceramah dan poster frekuensinya meningkat menjadi
mayoritas bersikap positif.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan,
sikap dan tindakan responden atau anggota keluarga tentang perawatan lansia setelah
mendapatkan penyuluhan dengan metode ceramah dan leaflet maupun dengan metode
ceramah dan poster. Keadaan ini menggambarkan bahwa penyuluhan kesehatan
merupakan suatu kegiatan yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku responden
meliputi perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan diberikannya
penyuluhan maka responden mendapat pembelajaran yang menghasilkan suatu
perubahan dari yang semula belum diketahui menjadi diketahui, yang dahulu belum
dimengerti sekarang dimengerti. Hal ini sesuai dengan tujuan akhir dari penyuluhan
agar masyarakat dapat mengetahui, menyikapi dan melaksanakan perilaku hidup
sehat. Perubahan perilaku tersebut dapat berupa pengetahuan, sikap maupun tindakan
atau kombinasi dari ketiga komponen tersebut (Depkes RI, 2002). Hasil penelitian ini
didukung oleh penelitian Cahyati (2008) di kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah
dikemukakan bahwa ada peningkatan pengetahuan keluarga setelah mendapat
penyuluhan tentang perawatan lansia. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Mulyana
(2005), bahwa tingkat keberhasilan penyampaian makna dari suatu pesan sangat
dipengaruhi oleh metode yang tepat dan kemasan yang menarik dalam penyampaian
pesan tersebut.
Bila dilihat dari perbandingan rerata nilai pengetahuan, sikap dan tindakan
responden sebelum dan sesudah penyuluhan baik dengan metode ceramah dan leaflet
87
maupun ceramah dan poster, maka didapati bahwa ada perbedaan rerata nilai
pengetahuan, sikap an tindakan responden tersebut sebelum dan sesudah menerima
penyuluhan, yaitu berupa peningkatan rerata nilai penegtahuan, sikap dan tindakan
yang signifikan.
Seperti diketahui metode ceramah merupakan cara yang paling utama
digunakan untuk penyuluhan kesehatan berkelompok yang jumlah sasarannya lebih
dari 15 orang untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah, dimana kunci
keberhasilannya adalah apabila penceramah menguasai materi dan penggunaan alat
bantu atau media penyuluhan yang sesuai seperti media cetak. Pada penelitian ini
ceramah dilakukan dengan mengunakan media leaflet dan poster.
Leaflet merupakan salah satu alat komunikasi yang lebih menonjolkan
penglihatan atau visual untuk lebih mudah diingat dan dimengerti segala lapisan
masyarakat (Depkes, 2001). Visual ini lebih mudah diingat, lebih komunikatif, lebih
dapat mencapai sasaran (Depkes, 2002). Media ini biasanya terdiri dari gambaran
sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna sehingga mempermudah
pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar. Pemberian penyuluhan dengan
metode ceramah dan leaflet mempunyai arti yang bermakna untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan tindakan responden tentang perawatan lansia. Pada penelitian
Sudibyo (1998) tentang pengaruh penyuluhan obat terhadap pengetahuan, sikap
tindakan penggunaan obat yang Rasional dalam Pengobatan Sendiri oleh Ibu di
Kabupaten Cianjur menyimpulkan bahwa pengaruh metode ceramah dan media
leaflet terbukti secara bermakna (a) meningkatkan pengetahuan ibu tentang
88
pengobatan sendiri, (b) meningkatkan sikap ibu terhadap pengobatan sendiri, dan (c)
meningkatkan tindakan pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan untuk keluhan
demam, sakit kepala.
Poster adalah medium berisikan pesan yang ditujukan bagi khalayak untuk
dipelajari dan didiskusikan bersama-sama. Jika digunakan sebagai media penggerak
diskusi, isi pesan yang disampaikan bersifat terbuka, sehingga memungkinkan
tafsiran yang tidak persis sama (Depkes, 2005). Poster tidak saja penting untuk
menyampaikan kesan-kesan tertentu tapi dia mampu pula untuk mempengaruhi dan
memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya. Secara umum poster yang baik
hendaklah sederhana, dapat menyajikan suatu ide untuk mencapai suatu tujuan
pokok, berwarna dan tulisannya jelas (Sadiman, 2006). Kelebihan poster dari media
lain adalah tahan lama, mencakup banyak orang, biaya tidak tinggi, tidak perlu listrik,
dapat dibawa kemana-mana, dapat mengukit rasa keindahan, mempermudah
pemahaman dan meningkatkan gairah belajar, (Notoadmodjo, 2005).Ada beberapa
penelitian yang sudah dilakukan berhubungan dengan pemakaian poster, diantaranya
mengemukakan bahwa penyuluhan dengan metode ceramah dan poster dapat
meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu nifas dalam pemeberian ASI
Eksklusif di Sait Nihuta Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan
(Astuti, 2010). Penelitian Lina(2012) juga menerangkan bahwa promosi kesehatan
reproduksi dengan metode ceramah dan poster dapat meningkatkan pengetahuan dan
sikap remaja SLTP di Tapanuli Utara secara signifikan.
89
Sementara bila dilihat dari mean difference, pada peningkatan pengetahuan
didapati bahwa sebelum dan sesudah penyuluhan dengan metode ceramah dan leaflet
mempunyai nilai 0,96 dan nilai 0,90 untuk metode ceramah dan poster. Keadaan ini
menunjukkan bahwa metode ceramah dan leaflet lebih meningkat pengetahuan
dibanding dengan metode ceramah dan poster.
Untuk peningkatan sikap terlihat mean difference sebesar 0,23 pada
penyuluhan dengan metode ceramah dan leaflet dan 0,13 pada metodeceramah dan
poster. Hal ini menunjukkan bahwa metode ceramah dan leaflet lebih meningkat
sikap dibanding dengan metode ceramah dan poster. Keadaan ini mungkin
disebabkan karena jumlah responden yang bersikap negatif lebih banyak pada
kelompok responden yang menerima penyuluhan dengan metode ceramah dan leaflet
dibandingkan dengan kelompok responden yang menerima penyuluhan dengan
metode ceramah dan poster, sehingga peningkatan sikap sesudah penyuluhan dengan
metode ceramah dan poster tidak terlalu besar peningkatannya. Kita ketahui leaflet
juga merupakan salah satu alat komunikasi yang lebih menonjolkan penglihatan atau
visual untuk lebih mudah diingat dan dimengerti sehingga mempermudah
pemahaman dan dapat meningkatkan gairah untuk melaksanakan pesan yang
disampaikan dalam leaflet. Sedangkan poster merupakan kombinasi visulisasi yang
kuat dengan warna dan pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian orang
tetapi cukup lama menanamkan gagasan yang berarti di dalam ingatan sasaran dan
kurang meningkatkan gairah untuk melaksanakan pesan yang disampaikan dalam
poster (Depkes RI, 2008).
90
Peningkatan tindakan terlihat mean difference sebesar 0,36 pada penyuluhan
dengan metode ceramah dan leaflet dan 0,30 pada metode ceramah dan poster. Hal ini
menunjukkan bahwa tindakan lebih meningkat pada metode ceramah dan leaflet
dibanding dengan metode ceramah dan poster. Keadaan ini mungkin disebabkan
karena jumlah responden yang melakukan tindakan yang tidak baik lebih sedikit pada
kelompok responden yang menerima penyuluhan dengan metode ceramah dan leaflet
dibandingkan dengan kelompok responden yang menerima penyuluhan dengan
metode ceramah dan poster, sehingga peningkatan tindakan sesudah penyuluhan
dengan metode ceramah dan poster tidak terlalu besar peningkatannya. Selain itu
seperti kita ketahui poster merupakan komunikasi yang dapat dibaca untuk
mengingatkan tetapi bukan menanamkan pemahaman tentang langkah-langkah atau
prosedur kerja sehingga responden yang mendapat penyuluhan dengan ceramah dan
poster kurang memahami bagaiman langkah-langkah melakukan perawatan lansia
yang benar. Sementara leaflet adalah selembar kertas yang berisi langkah atau
prosedur tentang suatu masalah khususnya untuk suatu sasarandengan tujuan tertentu.
Dan leaflet merupakan komunikasi yang dapat diulang-ulang untuk mempermudah
pemahaman dan lebih mudah diingat sehingga dapat mempengaruhi responden untuk
mau melakukan tindakan dari pesan yang disampaikan dalam leaflet atau lebih dapat
menimbulkan respons dari yang membacanya. Sesuatu yang diulang-ulang cenderung
lebih tertanam pada jiwa manusia. (Sanyoto, 2006).
91
5.2. Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Keluarga Sesudah Penyuluhan Berdasarkan Media Penyuluhan
Dari hasil penelitian diperoleh ada perbedaan rerata nilai pengetahuan, sikap
dan tindakan responden sesudah penyuluhan baik denganmetode ceramah dengan
leaflet maupun ceramah dengan poster dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan
tindakan responden, dimana rerata nilai pengetahuan, sikap dan tindakan responden
dengan metode ceramah dengan leaflet lebih besar nilainya dibandingkan dengan
rerata nilai pengetahuan, sikap dan tindakan responden dengan metode ceramah
dengan poster.
Hasil analisis data terlihat perbedaan efektivitas media leaflet dan poster dalam
meningkatkan determinan media perilaku berupa pengetahuan tentang perawatan
lansia, nilai p=0,002 maka apabila (p<0,05) sehingga dapat dinyatakan hasil terdapat
perbedaan efektifitas media leaflet dengan poster terhadap pengetahuan tentang
perawatan lansia,sedangkan melihat dari hasil statistik selisih nilai rata-rata pretest
dan postest pengetahuan responden diketahui bahwa nilai rata-rata pretestdari
responden yang mendapatkan penyuluhan dengan media leaflet adalah sebesar 1,87
berubah menjadi 2,83pada nilai rata-rata postest. Peningkatan nilai rata-rata yang
terjadi pada media leaflet sebesar 0,96. Nilai rata-rata pretest dari responden yang
mendapatkan penyuluhan dengan media poster adalah sebesar 1,73 berubah menjadi
1,87 pada nilai rata-rata postest. Peningkatan nilai rata-rata yang terjadi pada media
postersebesar 0,14.Peningkatan pencapaian nilai rata-rata pengetahuan responden
pada kelompok perlakuan media leaflet lebih tinggi dibandingkan media poster.
92
Statistik selisih nilai rata-rata pretest dan postest. Maka membuktikan bahwa media
leaflet lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan dibandingkan poster. Hal
tersebut dikarenakan pada media leaflet pemaparan informasi mengenai perawatan
lansia lebih lengkap dan jelas, media leaflet berbentuk lembaran yang dilipat
sehingga mudah dibawa dan dapat dibaca berulang kali. Menurut Notoatmodjo
(2007) media leaflet juga memungkinkan pesan untuk disimpan, dibaca berulang kali,
dan dibagikan dikarenakan bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan
melalui lembaran lembaran yang dilipat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Astuti (2002), bahwa metode pendidikan kesehatan dengan penyuluhan (ceramah)
dapat meningkatkan pengetahuan setelah dilakukan post-test dibandingkan dengan
pengetahuan pre-test. Dalam penelitian Bart (1994), mengatakan bahwa perilaku
yang dilakukan atas dasar pengetahuan akan lebih bertahan lama dari pada perlaku
yang tidak didasari dengan pengetahuan. Jadi pengetahuan yang memadai sangat
dibutuhkan keluarga didalam perawatan lansia.
Hasil analisis perbedaan efektivitas media leaflet dan media poster dalam
meningkatkan perilaku perawatan lansia yang dilihat dari determinan sikap
responden terhadap perawatan lansia,nilaip=0,006 maka apabila (p<0,05) sehingga
dapat dinyatakan hasil terdapat perbedaan efektifitas media leaflet dengan poster
terhadap sikap responden terhadap perawatan lansia antara kelompok perlakuan 1
(media leaflet) dan kelompok 2 (media poster), sedangkan melihat dari hasil
statistik selisih nilai rata-rata pretest dan postest sikap responden diketahui bahwa
nilai rata-rata pretest dari responden yang mendapatkan penyuluhan dengan media
93
leaflet adalah sebesar 1,80 berubah menjadi 2,70 pada nilai rata-rata postest.
Peningkatan nilai rata-rata yang terjadi pada media leaflet sebesar 0,90. Nilai rata-rata
pretest dari responden yang mendapatkan penyuluhan dengan media poster adalah
sebesar 1,40 berubah menjadi 1,77 pada nilai rata-rata postest. Peningkatan nilai
rata-rata yang terjadi pada media poster sebesar 0,37.Peningkatan pencapaian nilai
rata-rata sikap responden pada kelompok perlakuan media leaflet lebih tinggi
daripada kelompok media poster. Hasil statistik hasil statistik selisih nilai rata-rata
pretest dan postest sikap responden diketahui bahwa rata-rata capaian media leaflet
lebih tinggi dibandingkan poster maka membuktikan bahwa media leaflet lebih
efektif dalam meningkatkan sikap dibandingkan poster. Dalam pembentukan sikap
maka pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan yang penting.
Sikap menerima atau menolak responden terhadap suatu hal/objek. Secara tidak
langsung dipengaruhiolehtingkat pengetahuan responden. Dari penelitian ini
menyatakan bahwa media leaflet lebih efektif dalam merubah sikap dibandingkan
media poster. Hal tersebut berarti stimulus dari media leaflet yang diterima
organisme melebihi dari media poster. Menurut Baron et al dalam Dewi et al
(2010) menyatakan bahwa terdapat tiga komponen yang membentuk sikap yaitu
komponen kognitif merujuk pada pengetahuan dan keyakinan, komponen afektif
merupakan komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang
terhadap objek sikap, dan komponen konatif adalah komponen yang berhubungan
dengan kecenderungan bertindak terhadap objek. Pengetahuan merupakan
komponen kognitif yang membentuk sikap diketahui bahwa menurut hasil statistik
94
efektifitas media poster dan media leaflet menunjukkan bahwa media leaflet lebih
efektif dalam meningkatkan pengetahuan perawatan lansia, oleh karena itu media
lefalet mampu memberikan landasan kognitif yang lebih baik, sehingga
komponen afektif responden menunjukkan arah sikap positif lebih tinggi daripada
media poster. Menurut Purwanto (1993) sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan
dibentuk dan dipelajari sepanjang perkembangan orang tersebut dalam hubungan
dengan objeknya. Dalam hal ini pengetahuan yang diberikan melalui penyuluhan
perawatan lansia kepada keluarga membantu pembentukan sikap keluarga terhadap
yang sama.
Hasil analisis perbedaan efektivitas media leaflet dan media poster dalam
meningkatkan perilaku perawatan lansia yang dilihat dari determinan tindakan
responden tentang perawatan lansia. Hasil analisis menunjukkan nilai p=0,002 maka
apabila (p<0,05) sehingga dapat dinyatakan hasil terdapat perbedaan efektifitas media
leaflet dan poster terhadap tindakan responden terhadap perawatan lansia antara
kelompok perlakuan 1 (media leaflet) dan kelompok 2 (media poster), sedangkan
nilai rata-rata pretest dari responden pada kelompok media leaflet adalah 1,67
sebesar berubah menjadi 1,90 pada nilai rata-rata postest, maka peningkatan nilai
rata-rata yang terjadi pada media leaflet sebesar 0,23. Nilai rata-rata pretest dari
responden pada kelompok perlakuan media poster sebesar 1,33 berubah menjadi
1,53 pada nilai rata-rata postest, maka peningkatan nilai rata-rata yang terjadi pada
media postersebesar0,20. Peningkatan pencapaian nilai rata-rata tindakan responden
pada kelompok perlakuan media leaflet lebih tinggi daripada kelompok media poster.
95
Peningkatan pencapaian nilai rata-rata tindakan responden pada kelompok media
leaflet lebih tinggi daripada kelompok media poster maka media leflet lebih efektif
dalam meningkatkan tindakan tentang perawatan lansia. Tindakan dapat dipengaruhi
oleh pengetahuan dan sikap seseorang terhadap suatu hal. Berdasarkan teori yang
dikemukan oleh Benyamin Blum bahwa tindakan seseorang terbentuk dari
pengetahuan dari seseorang. Sedangkan teori yang dikemukakan oleh Baron et al,
menyatakan bahwa komponen kognitif merupakan salah satu komponen pembentuk
perubahan sikap seseorang. Sehingga dapat disimpulkan bahawa parktek perawatan
lansia yang baik merupakan hasildari pengetahuan dan sikap yang baik dari
seseorang. Perilaku merupakan respon atau reaksi organisme terhadap stimulus
(rangsangan dari luar) berupa media leaflet dan poster. Sehingga dengan adanya
penyuluhan kesehatan melalui media ini dimaksudkan agar keluarga lansia dapat
menerima stimulus berupa penyuluhan kesehatan mengenai perawatan melalui
media leaflet dan media poster dan akhirnya keluarga dapat merespon melalui
perilaku perawatan lansia. Penelitian ini menyatakan hasil bahwa media leaflet
mampu meningkatkan tindakan perawatan lansia lebih tinggi daripada poster. Hal
tersebut dikarenakan bahwa stimulus atau pesan dari media leaflet lebih jelas
dibandingkan poster yang memiliki isi pesan yang singkat sehingga memerlukan
materi penjelas terlebih dahulu untuk membuat organisme lebih paham terhadap isi
poster. Sehingga respon yang dihasilkanpun menunjukkan bahwa media leaflet lebih
efektif dalam meningkatkan perilaku, dan media leaflet memiliki bentuk yang
sederhana, mudah dibawa kemana-mana, informasi yang tersajipun jelas sehingga
96
mudah dibaca dimanapun dan pengguna dapat melihat isinya pada saat santai
membuat media leaflet mampu meningkatkan pengetahuan dan sikap lebih tinggi
daripada poster yang ditempelkan dan informasinya tersaji singkat. Selain itu,
ukuran poster yang besar sehingga menjadi salah satu penyebab kurang efektifnya
media ini. Adanya perubahan pada pengetahuan dan sikap (covert behavior)
yangpada akhirnya dapat terwujud dalam suatu praktik atau tindakan (overt
behavior). Media leaflet adalah selebaran kertas yang berisi tulisan cetak tentang
suatu masalah khusus untuk suatu sasaran dengan tujuan khusus dimana pesan yang
disampaikan dibuat secara lengkap sehingga responden mengetahui prosedur atau
langkah-langkah dari pesan yang disampaikan. Dengan menggunakan leaflet dapat
mengingatkan kembali kepada sasaran tentang pesan yang disampaikan sehingga
sasaran dengan mudah memahami dan mau melaksanakan pesan yang disampaikan.
Sedangkan poster merupakan sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-
gambar dengan sedikit kata-kata, poster dibuat untuk mempengaruhi orang banyak
dengan tampilan visual gambar yang besar namun memberikan pesan singkat.
Dengan melihat poster dapat mendorong orang untuk bertindak namun sulit dipahami
dengan mudah karena terkadang lebih didominasi gambar sehingga tidak semua
sasaran mudah memahami tujuan atau pesan dari poster. Pemberian penyuluhan
metode ceramah dengan leaflet mempunyai arti yang bermaknauntuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan tindakan responden tentang perawatan lansia dibandingkan
penyuluhan metode ceramah dengan poster.
97
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Penyuluhan kesehatan metode ceramah dengan leaflett secara signifikan dapat
meningkatkan perilaku keluarga dalam perawatan lansia.
2. Penyuluhan kesehatan metode ceramah dengan poster secara signifikan dapat
meningkatkan perilaku keluarga dalam perawatan lansia.
3. Dalam upaya peningkatan perilaku keluarga, penyuluhan kesehatan metode
ceramah dengan media leaflet lebih efektif meningkatkan perilaku keluarga
dibandingkan penyuluhan kesehatan metode ceramah dengan poster tentang
perawatan lansia.
6.2. Saran
1. Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan khususnya petugas
yang terkait/kader lansia memberikan informasi dan edukasi tentang perawatan
lansia dengan penyuluhan kesehatanmetode ceramah disertai media leaflet karena
terbukti dapat meningkatkan perilaku keluarga.
2. Kepada keluarga dengan lansia, diharapkan lebih proaktif dalam mengikuti
penyuluhan tentang perawatan lansia, memperhatikan segala kebutuhan lansia dan
memanfaatkan leaflet sebagai media untuk meningkatkan perilaku dalam
perawatan lansia.
97
98
DAFTAR PUSTAKA
Akhmadi, 2009. Permasalahan Lanjut Usia (Lansia). Yogyakarta: Graha Ilmu. Arikunto, S, 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rhineka Cipta Arikunto, S, 2002. Metode Penelitian. Jakarta: Rhineka Cipta Azhar, C, 2011. Manajemen Data.Medan: Bamboedoe Commication. Azizah, L, Ma’rifatul, 2011. Keperawatan Lanjut Usia Edisi Pertama, Yogyakarta:
Graha Ilmu. Azwar, S, 2009. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Edisi Kedua. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. ________, 2003. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Cahyati, 2008. PengaruhPenyuluhan tentang Perawatan Lansia terhadap Pengetahuan
Keluarga di Surakarta Tahun 2008. Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2005. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi
Petugas Kesehtan. Jakarta. Erfandi, 2009. Lansia dalam Kependudukan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hidayati, 2009. Hubungan Dukungan Sosial dengan Tingkat Depresi pada Lansia
di Kelurahan Helvetia Medan.Skripsi FKM UNPRI. Medan Humaini, 2010.Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta. Inti Dayu Press. Irvinda, 2009. Gambaran Peranan Keluarga terhadap Perilaku Hidup Sehat Lanjut
Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan Medan Petisah Tahun 2009. Skripsi FKM-USU. Medan.
Lina, 2012. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan dengan Metode Ceramah dan Poster
tentang Kesehatan Reproduksi terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Remaja di SLTP Negeri 1 Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012. Skripsi FKM-USU.Medan.
98
99
Mubarak, 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas, Gerontik dan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto.
Narayani, 2008. Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga terhadap Sikap
Keluarga dalam Pemberian Perawatan Activities Daily Living (ADL) Pada Lansia di Rumah Desa Tanjungrejo Margoyoso Pati. Surakarta: Skripsi.
Nugroho, 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi Ketiga. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, 2012. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. ___________, 2010. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. ___________, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2014. Pulungan, R, 2007. Pengaruh Metode Penyuluhan terhadap Peningkatan
Pengetahuan dan Sikap Dokter Kecil dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) di Kecamatan Helvetia Tahun 2007. Tesis Sekolah Pascasarjana USU. Medan.
Sari, A, 2011, Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoe Commication. Sugiono, 2012. MetodePenelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: CV Alfabeta. ________,2010. Statistik Non Parametrik untuk Penelitian Cetakan Kedelapan.
Bandung: CV Alfabeta. Tampubolon, F, 2009. Pengaruh Media Visual Poster dan Leaflet Makanan Sehat
terhadap Perilaku Konsumsi Makanan Jajanan Pelajar Kelas Khusus SMA Negeri 1 Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal. Skripsi Gizi Kesehatan Masyarakat USU. Medan.
Wawan, 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia.Yogyakarta: Nuha Medika. Wirakusumah. 2002. Tetap Bugar Di Usia Lanjut. Trubus Agriwidya. Jakarta
100
Lampiran 1. Materi Penyuluhan
MATERI PENYULUHAN KEDAPA KELUARGA TENTANG CARA PERAWATAN LANSIA
Tujuan : Keluarga yang mempunyai anggota keluarga lanjut usia mengetahui
sikap positif dan tindakan yang baik tetang perawatan lansia.
Waktu : 45 menit untuk ceramah, 15 menit diskusi.
Metode : ceramah dan diskusi
Media : Leaflet dan poster
1. Lanjut Usia (Lansia)
1.1. Pengertian lanjut usia
Lanjut usia atau lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Menurut UU No. 4 tahun
1965 pasal 1 bahwa seseorang dinyatakan sebagai orang jompo atau lanjut usia
setelah yang bersangkutan mencapai usia 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak
berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima
nafkah orang lain.
1.2. Batasan lanjut usia
Batasan usia menurut WHO meliputi usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok
usia 45 sampai 59 tahun; lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun; lanjut usia
tua (old), antara 75 sampai 90 tahun dan usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun.
101
2. Perawatan Lanjut Usia
2.1. Pemenuhan Kebersihan Perorangan (Personal Hygiene) Lansia
Perawatan yang harus diberikan kepada klien lanjut usia, terutama yang
berhubungan dengan kebersihan perorangan yaitu :
a) Kebersihan mulut dan gigi, kebersihan gigi dan mulut harus tetap dijaga dengan
menyikat gigi dan berkumur secara teratur meskipun sudah ompong. Bagi yang
masih aktif dan masih mempunyai gigi cukup lengkap, ia dapat menyikat giginya
sndiri sekurang-kurangnya dua kali dalam sehari pada pagi hari saat bangun tidur
dan malam sebelum tidur.
b) Kebersihan kulit dan badan usaha membersihkan kulit dapat dilakukan dengan
cara mandi setiap hari secara teratur paling sedikit sekali kali dalam sehari.
Manfaat mandi ialah menghilangkan bau, menghilangkan kotoran, merangsang
peredaran darah, dan memberikan kesegaran pada tubuh. Pengawasan yang perlu
dilakukan selama perawatan kulit adalah : memeriksa ada atau tidaknya lecet,
mengoleskan minyak pelembab kulit setiap selesai mandi agar kulit tidak terlalu
kering atau keriput, menggunakan air hangat untuk mandi, yang berguna
merangsang peredaran darah dan mencegah kedinginan, dan menggunakan sabun
yang halus dan jangan terlalu sering karena hal ini dapat mempengaruhi keadaan
kulit yang sudah kering dan keriput.
c) Kebersihan kepala dan rambut, membersihkan kepala dan rambut dilakukan
dengan mencuci rambut/keramas sekurang-kurangnya 2 kali dalam seminggu. Jika
lansia tidak mampu mencuci rambut sendiri baik karena sakit dan kondisi fisiknya
102
yang tidak memungkinkan dapat mencuci rambut di tempat tidur dengan bantuan
anggota keluarga.
d) Pemeliharaan kuku, menjaga kebersihan kuku dengan cara memotong kuku secara
teratur karena kuku merupakan tempat berkumpulnya kotoran bahkan kuman dan
penyakit.
e) Kebersihan tempat tidur dan posisi tidur, perlu menjaga kebersihan tempat tidur
karena tempat tidur yang bersih memberikan rasa nyaman sewaktu tidur.Posisi
tidur harus diatur sedekimian rupa sehingga klien merasa enak, dan harus sering
diubah agar tidak timbul luka lecet atau dekubitus akibat penekanan yang terus
menerus.
2.2. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Lansia
Semakin bertambah umur manusia nafsu dan porsi makan semakin berkurang,
sehingga keadaan fisiknya menurun. Oleh karena itu perlu diperhatikan faktor gizi,
tambahan vitamin serta tambahan makanan lainnya. Keluarga mengupayakan
pemberian makanan atau penyajian perlu memperhatikan :makanan yang disajikan
cukup memenuhi kebutuhan gizi, penyajian makanan pada waktunya secara teratur
serta dalam porsi kecil tapi sering, berikan makanan bertahap dan bervariasi terutama
bila nafsu makannya berkurang, perhatikan makanan agar sesuai selera, lansia
menderita sakit, perlu diperhatikan makanannya sesuai dengan petunjuk dokter/ahli
gizi dan berikan makanan lunak untuk menghindari opstipasi dan memudahkan
mengunyah.
103
2.3. Pemenuhan Pemeliharaan Kesehatan Lansia
Keluarga mengontrol sekaligus mengingatkan lansia untuk rutin melakukan
pemeriksaan fisik secara berkala dan teratur guna mencegah penyakit dan
menemukan tanda-tanda awal dari penyakit terutama yang ada pada lansia, seperti
tekanan darah dan gula darah, pemeriksaan Pap Smear dan lain-lain ke pusat
pelayanan kesehatan. Menjaga lansia untuk makan, minum dan tidur secara teratur.
Kebiasaan yang harus dihindari antara lain : merokok, minuman keras, malas berolah
raga, makan berlebihan, tidur tidak teratur dan meminum obat yang tidak sesuai
anjuran dokter. Oleh karena itu di tuntut perhatian keluarga lansia.
2.4. Pencegahan Potensi Kecelakaan pada Lansia
Penurunan fungsi fisik yang terjadi pada lansia dapat menyebabkan
meningkatnya resiko kecelakaan. Oleh karena itu dituntut untuk melakukan upaya
peningkatan keamanan dan keselamatan lansia berupa :anjuran penggunaan alat bantu
jika mengalami kesulitan (berjalan, mendengar dan melihat), lantai diusahakan tidak
licin, rata dan tidak basah, tempat tidur dan tempat duduk tidak terlalu tinggi, jika
bepergian selalu ditemani keluarga dan tidak menggunakan penerangan yang terlalu
redup/menyilaukan.
2.5. Pencegahan Menarik Diri dari Lingkungan
Adapun upaya yang dilakukan keluarga antara lain :berkomunikasi dengan
lansia harus dengan kontak mata, meningkatkan usia untuk melakukan kegiatan
sesuai dengan kemampuan fisiknya, menyediakan waktu untuk berbincang dengan
lansia, berikan kesempatan pada lansia untuk mengekspresikan perasaannya,
104
mendukung lansia untuk mengikuti kegiatan di masyarakat dan menghargai pendapat
yang diberikan lansia.
2.6. Peran Keluarga terhadap Perawatan Lansia
Dalam melakukan perawatan terhadap lansia, setiap angota keluarga
memiliki peran yang sangat penting oleh anggota keluarga dalam melaksanakan
perannya terhadap lansia yaitu: melakukan pembicaraan terarah, memperhatikan
kehangatan keluarga, membantu dalam hal transportasi, membantu melakukan
persiapan makanan bagi lansia, memberikan kasih sayang, menghormati dan
menghargai, bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia, memberikan
kasih sayang, menyediakan waktu serta perhatian, jangan menganggapnya sebagai
beban, memberi kesempatan untuk tinggal bersama, mengajarknya dalam acara- acara
keluarga, membantu mencukupi kebutuhanya.
Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam
memperhatikan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara
lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status
mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi, serta memberikan motivasi
dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia.Tugas perkembangan keluarga
merupakan tanggung jawab yang harus dicapai oleh keluarga adalah sebagai
berikut: mempertahankan pengetahuan hidup yang memuaskan, penyesuaian terhadap
pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, penyesuaian
diri terhadap kehilangan pasagan, pemeliharaan ikatan keluarga antar generasi,
meneruskan untuk memahami eksistensi usia lanjut.
105
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden
PERSETUJUAN RESPONDEN
Setelah mendapat penjelasan yang cukup tentang penelitian ini, saya yang
bertanda tangan dibawah ini:
Nomor Responden :
Nama Responden :
Bersedia dan mau berpartisipasi menjadi responden peneliti dengan judul
“Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Metode Ceramah Dengan Leaflet dan Poster
Terhadap Perilaku Perawatan Lansia pada Keluarga di Desa Sileang Kecamatan
Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2015” yang dilaksanakan
oleh Lusi Siahaan dari program S-2 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
Demikian pernyataan ini kami sampaikan dengan sebenar-benarnya tanpa
unsur paksaan dari pihak manapun.
Medan, Mei 2015 Peneliti Responden (Lusi Siahaan) ( )
106
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN METODE CERAMAH DENGAN LEAFLET DAN POSTER TERHADAP PERILAKU
PERAWATAN LANSIA PADA KELUARGA DI DESA SILEANG KECAMATAN DOLOKSANGGUL
KABUPATENHUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015
Nomor Responden (Keluarga Lansia) :
IDENTITAS UMUM :
1. Nama :
2. Umur :
3. Agama :
4. Suku :
5. Jenis kelamin :
6. Pendidikan terakhir :
7. Pekerjaan :
8. Hubungan saudara dengan bapak/ibu lansia :
a) Anak
b) Cucu
c) Keponakan
d) Lain-lain, sebutkan...
107
Pengetahuan Keluarga tentang Perawatan Lansia Petunjuk pengisian :
1. Silakan membaca setiap kalimat pertanyaan di bawah ini dengan teliti.
2. Pilih salah satu jawaban yang menurut saudara benar dan beri tanda silang (X)
3. Jika memperbaiki jawaban yang diberikan, coret yang salah ganti dengan
jawaban yang benar.
Pertanyaan
1. Saudara menganjurkan berapa kali bapak/ibu lansia untuk menyikat gigi dalam
satu hari?
a. 1 kali sehari
b. 2 kali sehari
c. Tidak tentu
2. Saudara menganjurkan berapa kali bapak/ibu lansia mencuci rambut?
a. 2 kali seminggu
b. 1 kali seminggu
c. Tidak tentu
3. Saudara menganjurkan berapa kali bapk/ibu lansia memotong kuku?
a. 2 kali seminggu
b. 1 kali seminggu
c. Tidak tentu
4. Saudara menganjurkan berapa kali bapak/ibu untuk mandi dalam sehari?
a. 2 kali sehari
b. 1 kali sehari
c. Tidak tentu
5. Menjaga kebersihan ruang tidur bapak/ibu lansia bertujuan untuk?
a. Memberi keindahan
b. Memberikan rasa nyaman
c. Sebagai kebiasaan saja
108
6. Saudara/anggota keluarga menyajikan dan menyiapkan makanan bapak/ibu
lansia sebaiknya....?
a. Pada saat lansia lapar saja
b. Tepat waktu dan teratur setiap hari
c. Tidak tentu
7. Apabila nafsu/selera makan bapak/ibu lansia berkurang perlu saudara
memperhatikan kebutuhan gizi lansia dengan menyajikan makanan?
a. Satu jenis saja
b. Bertahap dan bervariasi
c. Makanan yang lunak
8. Kemanakah saudara memeriksa dan mengontrol kesehatan bapak/ibu lansia
secara teratur?
a. Dukun
b. Pelayan kesehatan
c. Tidak ada
9. Apakah upaya peningkatan keamanan dan keselamatan lansia yang saudara
lakukan untuk mencegah potensi kecelakaan pada bapak/ibu lansia?
a. Tidak ada
b. Menemani lansia
c. Anjuran penggunaan alat bantu
10. Untuk membangkitkan semangat hidup bapak/ibu lansia, saudara
mendukung/menganjurkan bapak/ibu lansia aktif terlibat dalam?
a. Bertani
b. Beternak
c. Kegiatan masyarakat
109
A. Sikap Keluarga tentang Perawatan Lansia
Petunjuk Pengisian : 1. Silakan membaca setiap kalimat pernyataan di bawah ini dengan teliti. 2. Berilah tanda check (√) pada setiap pernyataan yang menurut saudara adalah
benar. S : Setuju TS : Tidak Setuju KS : Kurang Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
3. Semua item pernyataan mohon diisi.
No Pernyataan S KS TS STS 1. Perawatan yang harus diberikan kepada lansia,
yang terutama adalah kebersihan perorangan (personal hygiene), dan pemenuhan kebutuhan nutrisi lansia.
2. Kebersihan gigi dan mulut lansia harus tetap dijaga dengan menyikat gigi 2 kali dalam sehari dan berkumur secara teratur meskipun sudah ompong
3. Kebersihan kulit dan badan lansia harus tetap dijaga dengan mandi secara teratur minimal 1 kali dalam sehari.
4. Membersihkan kepala dan rambut dilakukan dengan mencuci rambut/keramas secara teratur minimal 2 kali dalm seminggu.
5. Menjaga kebersihan tempat tidur dapat memberikan rasa nyaman kepada lansia sewaktu tidur.
6. Menyajikan dan menyiapkan makanan bapak/ibu lansia tepat waktu dan teratur setiap hari
7. Menyajikan makanan bapak/ibu lansia dalam bentuk porsi sedikit tapi sering diberikan dan bervariasi setiap hari.
8. Mengontrol/memeriksa kesehatan lansia secara teratur harus ke pusat pelayan kesehatan
9. Penurunan fungsi fisik yang terjadi pada lansia dapat menyebabkan meningkatnya resiko kecelakaan.
10 Mendukung dan menganjurkan bapak/ibu lansia aktif mengikuti kegiatan di masyarakat dapat membangkitkan semangat hidup lansia.
110
B. Tindakan Keluarga tentang Perawatan Lansia
Petunjuk Pengisian :
1. Silakan membaca setiap kalimat pernyataan di bawah ini dengan teliti.
2. Berilah tanda check (√) pada setiap pernyataan yang menurut saudara adalah
benar.
TD : Tidak Dilakukan
D : Dilakukan
3. Semua item pernyataan mohon diisi.
No Pernyataan TD D
1. Membantu bapak/ibu lansia untuk menjaga kebersihan
gigi dan mulut dengan menganjurkan lansia untuk
menyikat gigi 2 kali dalam sehari dan berkumur secara
teratur meskipun sudah ompong
2. Membantu bapak/ibu lansia untuk menjaga kebersihan
kulit dan badan dengan menganjurkan lansia mandi secara
teratur minimal 1 kali dalam sehari.
3. Membantu bapak/ibu lansia untuk membersihkan kepala
dan rambut dengan mencuci rambut/keramas secara teratur
minimal 2 kali dalam seminggu.
4. Membersihkan tempat tidur lansia untuk memberikan rasa
nyaman kepada bapak/ibu lansia sewaktu tidur.
5. Menyajikan makanan yang bervariasi kepada bapak/ibu
lansia.
111
JAWABAN 1. Pengetahuan
1) A
2) A
3) B
4) A
5) B
6) B
7) B
8) B
9) C
10) C
112
Lampiran 4. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
HASIL UJI VALIDITAS DAN REABILITAS PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN METODE CERAMAH
DENGAN LEAFLET DAN POSTER TERHADAP PERILAKU PERAWATAN LANSIA PADA KELUARGA DI DESA
SILEANG KECAMATAN DOLOKSANGGUL KABUPATENHUMBANG HASUNDUTAN
TAHUN 2015
1. PENGETAHUAN
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,807 10
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
VAR00001 8,33 1,885 ,858 ,748
VAR00002 8,33 2,437 ,058 ,833
VAR00003 8,37 1,895 ,665 ,767
VAR00004 8,37 1,826 ,761 ,753
VAR00005 8,30 2,493 ,036 ,826
VAR00006 8,37 1,895 ,665 ,767
VAR00007 8,37 1,826 ,761 ,753
VAR00008 8,30 2,493 ,036 ,826
VAR00009 8,33 1,885 ,858 ,748
VAR00010 8,33 2,437 ,058 ,833
113
2. SIKAP
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,864 10
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
VAR00001 33,93 12,409 ,547 ,857
VAR00002 34,00 12,000 ,738 ,837
VAR00003 33,80 12,166 ,894 ,827
VAR00004 33,77 12,875 ,721 ,841
VAR00005 33,83 13,385 ,464 ,861
VAR00006 33,80 12,993 ,656 ,846
VAR00007 33,87 11,499 ,837 ,826
VAR00008 33,90 14,438 ,210 ,883
VAR00009 33,83 14,213 ,378 ,866
VAR00010 33,67 14,782 ,542 ,861
114
3. TINDAKAN
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,809 5
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
VAR00001 3,67 ,713 ,669 ,748
VAR00002 3,67 ,644 ,845 ,686
VAR00003 3,60 1,145 -,071 ,900
VAR00004 3,67 ,713 ,669 ,748
VAR00005 3,67 ,644 ,845 ,686
115
Lampiran 5. Hasil Output
HASIL OUTPUT SPSS umur responden leaflet
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 16-23 tahun 8 26,7 26,7 26,7
24-31 tahun 9 30,0 30,0 56,7 32-40 tahun 13 43,3 43,3 100,0 Total 30 100,0 100,0
umur responden poster
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 16-23 tahun 13 43,3 43,3 43,3
24-31 tahun 10 33,3 33,3 76,7 32-40 tahun 7 23,3 23,3 100,0 Total 30 100,0 100,0
jenis kelamin responden leaflet
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid laki-laki 14 46,7 46,7 46,7
perempuan 16 53,3 53,3 100,0 Total 30 100,0 100,0
jenis kelamin responden poster
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid laki-laki 17 56,7 56,7 56,7
perempuan 13 43,3 43,3 100,0 Total 30 100,0 100,0
pendidikan leaflet
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SMP 5 16,7 16,7 16,7
SMA 23 76,7 76,7 93,3 PT 2 6,7 6,7 100,0 Total 30 100,0 100,0
116
pendidikan poster
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SD 2 6,7 6,7 6,7
SMP 8 26,7 26,7 33,3 SMA 19 63,3 63,3 96,7 PT 1 3,3 3,3 100,0 Total 30 100,0 100,0
pekerjaan leaflet
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid petani 18 60,0 60,0 60,0
wiraswasta 4 13,3 13,3 73,3 PNS 2 6,7 6,7 80,0 Tidak bekerja 3 10,0 10,0 90,0 sekolah/kuliah 3 10,0 10,0 100,0 Total 30 100,0 100,0
pekerjaan poster
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid petani 19 63,3 63,3 63,3
wiraswasta 2 6,7 6,7 70,0 sekolah/kuliah 9 30,0 30,0 100,0 Total 30 100,0 100,0
hubungan keluarga leaflet
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid anak 22 73,3 73,3 73,3
cucu 6 20,0 20,0 93,3 menantu 2 6,7 6,7 100,0 Total 30 100,0 100,0
hubungan keluarga poster
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid anak 20 66,7 66,7 66,7
cucu 9 30,0 30,0 96,7 menantu 1 3,3 3,3 100,0 Total 30 100,0 100,0
117
SEBELUM PENYULUHAN 1. Pengetahuan sebelum penyuluhan Ceramah-leaflet
pengetahuan sebelum penyuluhan metode ceramah dengan leaflet
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid baik 7 23,3 23,3 23,3
cukup 12 40,0 40,0 63,3 kurang 11 36,7 36,7 100,0 Total 30 100,0 100,0
Ceramah-poster
pengetahuan sebelum penyuluhan metode cermah dengan poster
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid baik 5 16,7 16,7 16,7
cukup 14 46,7 46,7 63,3 kurang 11 36,7 36,7 100,0 Total 30 100,0 100,0
2. Sikap sebelum penyuluhan Ceramah-leaflet
sikap sebelum penyuluhan metode cermah dengan leaflet
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid positif 20 66,7 66,7 66,7
negatif 10 33,3 33,3 100,0 Total 30 100,0 100,0
Ceramah-poster
sikap sebelum penyuluhan metode cermah dengan poster
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid positif 22 73,3 73,3 73,3
negatif 8 26,7 26,7 100,0 Total 30 100,0 100,0
3. Tindakan sebelum penyuluhan Ceramah-leaflet
tindakan sebelum penyuluhan metode cermah dengan leaflet
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid baik 12 40,0 40,0 40,0
tidak baik 18 60,0 60,0 100,0 Total 30 100,0 100,0
118
Ceramah-poster tindakan sebelum penyuluhan metode cermah dengan poster
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid baik 10 33,3 33,3 33,3
tidak baik 20 66,7 66,7 100,0 Total 30 100,0 100,0
SESUDAH PENYULUHAN
1. Pengetahuan sesudah penyuluhan Ceramah-leaflet
pengetahuan sesudah penyuluhan metode ceramah dengan leaflet
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid baik 25 83,3 83,3 83,3
cukup 5 16,7 16,7 100,0 Total 30 100,0 100,0
Ceramah-poster
pengetahuan sesudah penyuluhan metode cermah dengan poster
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid baik 21 70,0 70,0 70,0
cukup 9 30,0 30,0 100,0 Total 30 100,0 100,0
2. Sikap sesudah penyuluhan Ceramah-leaflet
sikap sesudah penyuluhan metode cermah dengan leaflet
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid positif 27 90,0 90,0 90,0
negatif 3 10,0 10,0 100,0 Total 30 100,0 100,0
Ceramah-poster
sikap sesudah penyuluhan metode cermah dengan poster
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid positif 26 86,7 86,7 86,7
negatif 4 13,3 13,3 100,0 Total 30 100,0 100,0
119
3. Tindakan sesudah penyuluhan Ceramah-leaflet
tindakan sesudah penyuluhan metode cermah dengan leaflet
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid baik 23 76,7 76,7 76,7
tidak baik 7 23,3 23,3 100,0 Total 30 100,0 100,0
Ceramah-poster
tindakan sesudah penyuluhan metode cermah dengan poster
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid baik 19 63,3 63,3 63,3
tidak baik 11 36,7 36,7 100,0 Total 30 100,0 100,0
T-Test
Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 pengetahuan sebelum penyuluhan ceramah-leaflet
1,87 30 ,776 ,142
pengetahuan sesudah penyuluhan ceramah-leaflet
2,83 30 ,379 ,069
Pair 2 pengetahuan sebelum penyuluhan ceramah-poster
1,80 30 ,714 ,130
pengetahuan sesudah penyuluhan ceramah-poster
2,70 30 ,466 ,085
Pair 3 sikap sebelum penyuluhan ceramah-leaflet
1,67 30 ,479 ,088
sikap sesudah penyuluhan ceramah-leaflet
1,90 30 ,305 ,056
Pair 4 sikap sebelum penyuluhan ceramah-poster
1,73 30 ,450 ,082
sikap sesudah penyuluhan ceramah-poster
1,87 30 ,346 ,063
Pair 5 tindakan sebelum penyuluhan ceramah-leaflet
1,40 30 ,498 ,091
tindakan sesudah penyuluhan ceramah-leaflet
1,77 30 ,430 ,079
Pair 6 tindakan sebelum penyuluhan ceramah-poster
1,33 30 ,479 ,088
tindakan sesudah penyuluhan ceramah-poster
1,53 30 ,490 ,089
120
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig. Pair 1 pengetahuan sebelum penyuluhan
ceramah-leaflet & pengetahuan sesudah penyuluhan ceramah-leaflet
30 ,508 ,004
Pair 2 pengetahuan sebelum penyuluhan ceramah-poster & pengetahuan sesudah penyuluhan ceramah-poster
30 ,642 ,000
Pair 3 sikap sebelum penyuluhan ceramah-leaflet & sikap sesudah penyuluhan ceramah-leaflet
30 ,471 ,009
Pair 4 sikap sebelum penyuluhan ceramah-poster& sikap sesudah penyuluhan ceramah-poster
30 ,650 ,000
Pair 5 tindakan sebelum penyuluhan ceramah-leaflet & tindakan sesudah penyuluhan ceramah-leaflet
30 ,450 ,012
Pair 6 tindakan sebelum penyuluhan ceramah-poster & tindakan sesudah penyuluhan ceramah-poster
30 ,538 ,002
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed) Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pair 1 pengetahuan sebelum penyuluhan ceramah-leaflet - pengetahuan sesudah penyuluhan ceramah-leaflet
-,967 ,669 ,122 -1,216 -,717 -7,918 29 ,000
Pair 2 pengetahuan sebelum penyuluhan ceramah-poster - pengetahuan sesudah penyuluhan ceramah-poster
-,900 ,548 ,100 -1,105 -,695 -9,000 29 ,000
Pair 3 sikap sebelum penyuluhan ceramah-leaflet - sikap sesudah penyuluhan ceramah-leaflet
-,233 ,430 ,079 -,394 -,073 -2,971 29 ,008
Pair 4 sikap sebelum penyuluhan ceramah-leaflet - sikap sesudah penyuluhan ceramah-poster
-,133 ,346 ,063 -,262 -,004 -2,112 29 ,006
Pair 5 tindakan sebelum penyuluhan ceramah-leaflet - tindakan sesudah penyuluhan ceramah-leaflet
-,367 ,490 ,089 -,550 -,184 -4,097 29 ,001
Pair 6 tindakan sebelum penyuluhan ceramah-poster - tindakan sesudah penyuluhan ceramah-poster
-,300 ,466 ,085 -,474 -,126 -3,525 29 ,003
121
T-Test
Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 pengetahuan sesudah penyuluhan ceramah-leaflet
2,83 30 ,379 ,069
pengetahuan sesudah penyuluhan ceramah-poster
2,70 30 ,466 ,085
Pair 2 sikap sesudah penyuluhan ceramah-leaflet
1,90 30 ,305 ,056
sikap sesudah penyuluhan ceramah-poster
1,87 30 ,346 ,063
Pair 3 tindakan sesudah penyuluhan ceramah-leaflet
1,77 30 ,430 ,079
tindakan sesudah penyuluhan ceramah-poster
1,53 30 ,490 ,089
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig. Pair 1 pengetahuan sesudah penyuluhan
ceramah-leaflet & pengetahuan sesudah penyuluhan ceramah-poster
30 ,098 ,608
Pair 2 sikap sesudah penyuluhan ceramah-leaflet & sikap sesudah penyuluhan ceramah-poster
30 ,196 ,299
Pair 3 tindakan sesudah penyuluhan ceramah-leaflet & tindakan sesudah penyuluhan ceramah-poster
30 ,071 ,710
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed) Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pair 1 pengetahuan sesudah penyuluhan ceramah-leaflet - pengetahuan sesudah penyuluhan ceramah-poster
,133 ,571 ,104 -,080 ,347 1,278 29 ,002
Pair 2 sikap sesudah penyuluhan ceramah-leaflet - sikap sesudah penyuluhan ceramah-poster
,033 ,414 ,076 -,121 ,188 ,441 29 ,006
Pair 3 tindakan sesudah penyuluhan ceramah-leaflet - tindakan sesudah penyuluhan ceramah-poster
,133 ,629 ,115 -,101 ,368 1,161 29 ,002
122
T-Test Group Statistics
metode penyuluhan N Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
pengetahuan sesudah penyuluhan ceramah leaflet dan poster
dimension1 leaflet 30 2,83 ,379 ,069 poster 30 2,70 ,466 ,085
sikap sesudah penyuluhan cermah leaflet dan poster dimension1 leaflet 30 1,90 ,305 ,056
poster 30 1,87 ,346 ,063 tindakan sesudah penyuluhan cermah leaflet dan poster
dimension1 leaflet 30 1,77 ,430 ,079 poster 30 1,53 ,490 ,089
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Difference Std. Error Difference
95% Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper pengetahuan sesudah leaflet- poster
E. variances assumed
6,153 ,016 1,216 58 ,229 ,133 ,110 -,086 ,353
E. variances not assumed 1,216 55,687 ,229 ,133 ,110 -,086 ,353
sikap sesudah leaflet-poster
E.l variances assumed
,633 ,430 ,396 58 ,694 ,033 ,084 -,135 ,202
E. variances not assumed ,396 57,117 ,694 ,033 ,084 -,135 ,202
tindakan sesudah leaflet-poster
E. variances assumed
4,896 ,031 1,120 58 ,267 ,133 ,119 -,105 ,372
E. variances not assumed 1,120 57,040 ,267 ,133 ,119 -,105 ,372
123
Lampiran 6. Master Data
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
Lampiran 7. Surat Survey Penelitian
136
Lampiran 8. Surat Izin Penelitian
137
Lampiran 9. Surat Balasan Survey Penelitian
138
Lampiran 10. Surat Balasan Izin Penelitian
139
Lampiran 11. Surat Selesai Penelitian
140
Lampiran 12. Leaflet Penelitian
141
142
Lampiran 13. Poster Penyuluhan