Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PENTINGNYA POSYANDU LANSIA MENGGUNAKAN LEAFLET
TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KUNJUNGAN LANSIA DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS
LABIBIA KOTA KENDARI
SKRIPSI
Penyusun :
Sarlinda NIM P00313017071
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
PROGRAM DIPLOMA IV GIZI 2018
PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PENTINGNYA POSYANDU LANSIA MENGGUNAKAN LEAFLET
TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KUNJUNGAN LANSIA DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS
LABIBIA KOTA KENDARI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains Terapan
Penyusun :
Sarlinda NIM P00313017071
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV 2018
PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PENTINGNYA POSYANDU LANSIA MENGGUNAKAN LEAFLET TERHADAP PENINGKATAN
PENGETAHUAN DAN KUNJUNGAN LANSIA DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LABIBIA
KOTA KENDARI
Sarlinda dengan bimbingan Rosnah dan Kameriah Gani
INTISARI
Latar belakang : Posyandu Lansia merupakan wahana pelayanan bagi kaum usia lanjut, yang dilakukan dari, oleh, dan untuk kaum usila yang menitik beratkan pada pelayanan promotif dan preventif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk pengaruh penyuluhan menggunakan leaflet terhadap peningkatan pengetahuan dan kunjungan lansia di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian Pra Eksperimen artinya desain penelitian experiment dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 57 responden. Pengetahuan lansia dan jumlah kunjungan lansia ke posyandu dalam 3 bulan kedepan (Bulan April, Mei dan Juni tahun 2018) diperoleh dengan menggunakan kuesioner Hasil : Pengetahuan terbanyak saat pre test yaitu kurang sebanyak 46 (80,7%) dan saat post test menjadi cukup sebanyak 45 (78,9%). Kunjungan lansia terbanyak saat pre test yaitu kurang aktif sebanyak 43 responden (75,4%) dan saat post test mengalami perubahan menjadi aktif sebanyak 51 responden (89,5%). Kesimpulan : Sebelum dilakukan penyuluhan menggunakan leaflet menunjukkan sebagian besar pengetahuan kurang yaitu 46 (80,7%), Setelah dilakukan penyuluhan menggunakan leaflet menunjukkan sebagian besar pengetahuan cukup yaitu 45 responden (78,9%). Sebelum dilakukan penyuluhan menggunakan leaflet menunjukkan sebagian besar kunjungan kurang 43 responden (75,4%). Setelah dilakukan penyuluhan menggunakan leaflet menunjukkan sebagian besar kunjungan aktif sebanyak 51 responden (89,5%). Ada pengaruh penyuluhan gizi terhadap peningkatan pengetahuan dan kunjungan lansia yang dibuktikan dengan hasil uji mann whitney menunjukkan untuk variabel kunjungan nilai ρvalue (0,019) < α(0,05) dan variabel pengetahuan nilai ρvalue (0,031) < α(0,05). Kata kunci : Penyuluhan, leaflet, posyandu lansia
COUNSELLING INFLUENCE ABOUT IMPORTANT IS POSYANDU LANSIA USE THE LEAFLET TO MAKE UP OF KNOWLEDGE
AND VISIT LANSIA IN POSYANDU REGIONAL LANSIA WORK THE PUSKESMAS LABIBIA
TOWN KENDARI
Sarlinda Supervised by Rosnah and Kameriah Gani
ABSTRAC
Background : Posyandu Lansia represent the service means for old age clan, what is done from, by, and for the clan of usila which dot weigh against at service of promotif and preventif, without disregarding curative effort and rehabilitatif. Target : This Research aim to for the influence of counselling use the leaflet to make-up of knowledge and visit lansia in regional Posyandu Lansia work the the public health centre of Labibia of Town Kendari. Method : This Research represent the research of its meaning experiment Pre [is] desain of research experiment with the amount of sampel research as much 57 responder. knowledge Lansia and sum up the visit lansia to posyandu in 3 month;moon to the fore (April Month;Moon, May And year June 2018) obtained by using kuesioner Result : Knowledge of a lot of moment pre test that is less as much 46 (80,7%) and moment post test to become enough as much 45 (78,9%). visit Lansia of a lot of moment pre test that is less be active as much 43 responder (75,4%) and moment of post test experience of the change become active as much 51 responder (89,5%). Conclusion : Before conducted a counselling use the leaflet show most knowledge less that is 46 (80,7%), After conducted by a counselling use the leaflet show most knowledge enough that is 45 responder (78,9%). Before conducted by a counselling use the leaflet show most visit less 43 responder (75,4%). After conducted by a counselling use the leaflet show most active visit as much 51 responder (89,5%). There is influence of counselling gizi to make-up of knowledge and visit lansia proved with the result test the mann whitney show for the variable of visit assess the value ( 0,019) < (0,05) and knowledge variable assess the value (0,031) < (0,05) Keyword : Counselling, visit of parents, knowledge.
KATA PENGANTAR
Dengan penuh kerendahan hati serta sadar akan keterbatasan
kemampuan, perkenankanlah penulis mengawali rasa terima kasih
dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena atas izin-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
tepat pada waktunya dan semoga segala aktivitas keseharian kita bernilai
ibadah di sisi-Nya. Amin.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
kepada ibu Rosnah, STP., MPH selaku pembimbing I dan
ibu Kameriah Gani, SKM., M.Kes selaku pembimbing II yang telah
dengan sabar meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan
bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga
kepada penulis salama menyusun skripsi.
Demikian pula rasa hormat dan terima kasih penulis ucapkan
kepada :
1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kendari.
2. Ibu Sri Yunanci V.G, SST., MPH selaku Ketua Jurusan Gizi
3. Bapak Dr. Sultan Akbar Toruntju, SKM, M.Kes selaku Ketua Program
Studi Diploma D-IV Gizi.
4. Bapak Petrus, SKM, M.Kes., Ibu Suwarni, DCN., MPH., dan Ibu
Hariani, SST, MPH selaku tim penguji yang telah memberikan saran
dan kritik sehingga skripsi ini menjadi lebih baik
5. Bapak dan ibu Dosen Gizi yang telah memberi bekal ilmu
pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Kepala Puskesmas Labibia beserta staf yang telah mengizinkan dan
membantu penulis untuk melakukan penelitian dalam rangka
penyelesaian penulisan skripsi ini.
7. Ayahanda Tatta (alm) dan Ibunda Saddia yang sangat banyak
memberikan bantuan moral, material, arahan, dan selalu mendoakan
keberhasilan dan keselamatan selama menempuh pendidikan.
8. Rekan-rekan sejawat mahasiswa(i) Program Studi D IV Gizi Poltekkes
Kemenkes Kendari yang senantiasa memberikan banyak bantuan
yang tak ternilai harganya.
Akhirnya semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa
melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua, penulis menyadari masih
terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan
adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan
skripsi ini. Amin
Kendari, Agustus 2018
Penulis
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................... vi
INTISARI ................................................................................................ vii
ABSTRAC .............................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ............................................................................. ix
DAFTAR ISI .......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .......................................................... 6
E. Keaslian Penelitian .......................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Teori .................................................................... 11
1. Tinjauan Tentang Posyandu Lansia............................ 11
2. Tinjauan Tentang Pengetahuan ................................ 18
3. Tinjauan Tentang Penyuluhan .................................... 20
4. Tinjauan Tentang Leaflet ............................................ 24
5. Tinjauan Tentang Lansia ............................................ 24
6. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Kunjungan
Lansia di Posyandu Lansia ......................................... 26
B. Landasan Pemikiran ........................................................ 32
1. Kerangka Pikir ............................................................. 32
2. Kerangka Konsep ........................................................ 33
C. Hipotesis Penelitian ......................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................... 34
B. Populasi dan Sampel ....................................................... 34
C. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................... 36
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ....................... 36
E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................. 37
F. Prosedur Penelitian ......................................................... 40
G. Manajemen Data .............................................................. 40
H. Etika Penelitian ................................................................ 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................... 43
B. Pembahasan ................................................................... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................... 60
B. Saran .............................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Keaslian Penelitian………………………………... 9 Tabel 2. Distribusi Jumlah Sampel berdasarkan
Posyandu Lansia di Puskesmas Labibia Kota Kendari Tahun 2018............................................
36
Tabel 3. Distribusi Jumlah penduduk dan komposisi
Penduduk wilayah kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari........................................................
44
Tabel 4. Distribusi Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja
Puskesmas Labibia Kota Kendari……………….. 45
Tabel 5. Distribusi Posyandu Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Labibia Kota Kendari……………….. 46
Tabel 6. Karakteristik Sampel Menurut Kelompok Umur
di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia..................
46 Tabel 7. Karakteristik Sampel Menurut Jenis Kelamin
di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia..................
47 Tabel 8. Karakteristik Sampel Menurut Tingkat
Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia.................................................................
47 Tabel 9. Pengetahuan Sampel Tentang Posyandu
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia.................................................................
48 Tabel 10. Kunjungan Sampel ke Posyandu Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Labibia......................
48 Tabel 11. Hasil Statistik Uji Mann-Whitney Test................. 49
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Teori ………………………………..... 32 Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian............................ 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Permintaan Menjadi Responden
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian
Lampiran 4. Master Tabel Penelitian
Lampiran 5. Uji Statistik
Lmapiran 6. Dokumentasi
Lampiran 7. Surat Izin Penelitian
Lampiran 8. Surat Keterangan Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Posyandu Lansia merupakan wahana pelayanan bagi kaum usia
lanjut, yang dilakukan dari, oleh, dan untuk kaum usila yang menitik
beratkan pada pelayanan promotif dan preventif, tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitatif. Apapun upaya promotif dan preventif
tersebut dapat diterapkan dengan melaksanakan kegiatan posyandu
Lansia dan menerapkan pola hidup sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di usia lanjut dengan tujuan untuk mewujudkan masa
tua yang berbahagia dan berguna (Ismainar, 2015).
Manfaat dari posyandu lansia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik
dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan kartu menuju
sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita atau
ancaman salah satu kesehatan yang dihadapi. Jenis pelayanan kesehatan
yang diberikan di posyandu lansia antara lain pemeriksaan status mental,
pemeriksaan status gizi, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan
hemoglobin, kadar gula dan protein dalam urin, pelayanan rujukan ke
puskesmas dan penyuluhan kesehatan (Kemenkes RI. 2011).
Perlunya lansia untuk meningkatkan kunjungannya Posyandu
lansia sangat dipentingkan agar para lansia terjaga kesehatannya dan
para lansia memahami pentingnya kunjungan Posyandu dan para lansia
dapat hidup mandiri. Beberapa faktor yang mempengaruhi pemanfaatan
Posyandu lansia adalah pengetahuan lansia akan posyandu,
pemanfaatan posyandu, dukungan keluarga, dan peran kader posyandu.
pengetahuan lansia akan posyandu masih belum positif, mereka
menganggap bahwa menjadi tua/lansia merupakan hal biasa dan tidak
perlu menjalani pemeriksaan apapun (Marlina, 2010).
Lansia yang tidak aktif dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan
di posyandu lansia, maka kondisi kesehatan mereka tidak dapat terpantau
dengan baik, sehingga apabila mengalami suatu resiko penyakit akibat
penurunan kondisi tubuh dan proses penuaan dikhawatirkan dapat
berakibat fatal dan mengancam jiwa mereka. Penyuluhan dan sosialisasi
tentang manfaat posyandu lansia perlu terus ditingkatkan dan perlu
mendapat dukungan berbagai pihak, baik keluarga, pemeritah maupun
masyarakat itu sendiri (Sari, 2013).
Menurut WHO pada tahun 2010 persentase lansia dunia diestimasi
9,11% dari jumlah penduduk dunia. Di Amerika tahun 2011 di estimasi
akan terjadi silver tsunami of aging, yaitu terdapat 12 % populasi lansia. Di
Jepang lansia dengan usia 65 tahun keatas sebanyak 22,6%. Di Jerman
lansia dengan usia 65 tahun keatas sebanyak 20,5%. Di China sebanyak
13%. Diperkirakan Indonesia, di tahun 2010 mempunyai populasi lansia
dengan usia 60 tahun keatas sebanyak 9,77% dan di tahun 2020
sebanyak 11,34% (BPS, 2009)
Menurut Pusat Statistik jumlah lansia di Indonesia sampai pada
tahun 2013 diperkirakan 23,9 juta jiwa dan sekitar 9,77% dari jumlah
penduduk total, dan jumlah ini meningkat terus menerus secara signifikan
(Hayani, 2012).
Jumlah penduduk lanjut usia Provinsi Sulawesi Tenggara tahun
2016 sebanyak 152.848 jiwa dan sekitar 5,8% dari keseluruhan penduduk.
Menurut kelompok umur, jumlah penduduk lansia terbagi menjadi lansia
muda (60-69 tahun) sebanyak 110.791 orang, lansia menengah (70-79
tahun) sebanyak 60.969 orang, dan lansia tua (80 tahun ke atas)
sebanyak 20.093 orang. Sementara itu penduduk pra lansia yaitu
kelompok umur 45-54 tahun sebanyak 268.022 orang dan 55-59 tahun
sebanyak 98.179 orang.
Data Kota Kendari jumlah penduduk lansia tahun 2016 sebanyak
12.413 jiwa, sedangkan lansia yang memanfaatkan pelayanan kesehatan
usia lanjut pada tahun sebanyak 3.897 jiwa atau sekitar 31,4% dari jumlah
lansia (Profil Dinkes Kota Kendari, 2016).
Puskesmas Labibia memiliki 5 (lima) posyandu lansia yaitu 1 buah
di Kelurahan Anggilowu, 1 buah di Kelurahan Alolama, 1 di Kelurahan
Labibia, 2 di Kelurahan Wawombalata. Berdasarkan data lansia di wilayah
kerja Puskesmas Labibia tahun 2015 sebanyak 83 orang dengan
kunjungan sebanyak 56 orang (67%), tahun 2016 jumlah lansia sebanyak
102 orang dengan kunjungan sebanyak 63 orang (61%), dan tahun 2017
jumlah lansia 148 orang dengan kunjungan sebanyak 58 orang (39%).
Hal tersebut menunjukkan bahwa kunjungan ke Posyandu Lansia di
wilayah kerja Puskesmas Labibia masih sangat rendah, dimana lansia
yang dibina masih kurang dari target pencapaian cakupan pelayanan
kesehatan lansia pada tahun 2010 berdasarkan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) yaitu sebesar 70% (Depkes RI, 2010).
Ketidakhadiran lansia di posyandu, menurut kader posyandu
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan yang didasari oleh kurangnya
penyebaran informasi. Akibat dari kehadiran dan kurangnya penyebaran
informasi ke lansia untuk datang ke Posyandu dalam intensitas rendah,
maka lansia tidak dapat mengetahui bagaimana cara hidup sehat dengan
segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada diri
mereka. Selama ini kegiatan konseling gizi Puskesmas menggunakan
media leaflet sebagai alat bantu yang merupakan fasilitator dalam
memperlancar penyampaian informasi (Yuliani, 2015).
Leaflet adalah media komunikasi massa yang bertujuan untuk
menyampaikan pesan yang bersifat promosi, anjuran, larangan-larangan
kepada khalayak massa dan berbentuk cetakan. Sehingga akhir dari
tujuannya tersebut adalah agar masyarakat yang sebagai obyek
memahami dan menuruti pesan yang terkandung dalam media komunikasi
massa tersebut. Keunggulan dari leaflet adalah bahwa booklet ini
menggunakan media cetak sehingga biaya yang dikeluarkan itu bisa lebih
murah jika dibandingkan dengan menggunakan media audio dan visual
(Wahono, 2010).
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Pengaruh Penyuluhan Tentang Pentingnya Posyandu
Lansia Menggunakan Leaflet Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan
Kunjungan Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Labibia
Kota Kendari”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :“Apakah penyuluhan
tentang pentingnya posyandu lansia menggunakan leaflet berpengaruh
pada tingkat pengetahuan dan kunjungan lansia di posyandu lansia
wilayah kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari ?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh tentang pentingnya posyandu
lansia menggunakan leaflet terhadap peningkatan pengetahuan dan
kunjungan lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Labibia
Kota Kendari.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan sebelum mendapatkan
penyuluhan menggunakan leaflet di posyandu lansia wilayah kerja
Puskesmas Labibia Kota Kendari.
b. Untuk mengetahui pengetahuan sesudah mendapatkan
penyuluhan menggunakan leaflet di posyandu lansia wilayah kerja
Puskesmas Labibia Kota Kendari.
c. Untuk mengetahui kunjungan lansia sebelum mendapatkan
penyuluhan menggunakan leaflet di posyandu lansia wilayah kerja
Puskesmas Labibia Kota Kendari.
d. Untuk mengetahui kunjungan lansia sesudah mendapatkan
penyuluhan menggunakan leaflet di posyandu lansia wilayah kerja
Puskesmas Labibia Kota Kendari
e. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan menggunakan leaflet
terhadap peningkatan pengetahuan dan kunjungan lansia di
Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dapat memberikan beberapa manfaat yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Hasil peneltian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan
pengetahuan bagi lansia dan juga bagi keluarga tentang Posyandu
lansia serta pemanfaatan kunjungan posyandu
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan upaya
untuk meningkatkan penyuluhan berbagai macam hal berkaitan
dengan masalah kesehatan dalam pelayanan posyandu lansia.
b. Bagi Posyandu lansia dan keluarga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dan dampak positif untuk lebih meningkatkan
pelayanan terutama dalam meningkatkan dukungan keluarga itu
sendiri, juga sebagai informasi bagi pemerintah dan praktisi agar
lebih memperhatikan masalah kesehatan lansia dan meningkatkan
kualitas pelayanan.
c. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian dapat dijadikan dasar pengembangan bagi
peneliti lain yang meneliti hubungan tingkat pengetahuan lansia
tentang posyandu lansia dengan pemanfaatan kunjungan
posyandu lansia selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1. Keaslian Penelitian
No Penelitian Subjek Metode Persamaan Perbedaan
1. Hayani, Fitri (2012) tentang Hubungan Perilaku Lansia Dan Dukungan Keluarga Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Tanggerang Tahun 2012
Semua lansia yang berada di wilayah kerja Puskesmas Darussalam Tangerang
Cross Sectional
Study
Populasi sama kelompok lansia
Rancangan penelitian menggunakan cross sectional study
2. Marlina (2010) tentang Dukungan Keluarga Terhadap Pengontrolan
Kelompok lansia
Cross Sectional
Study
Populasi sama kelompok lansia
Rancangan penelitian menggunakan cross sectional study
Hipertensi Pada Anggota Keluarga Yang Lansia Di Gampong Benteng Kecamatan Kota Sigli Nanggroe Aceh Darussalam
3. Rahmalia Ningsih, Arneliwati, Widia Lestari (2014) tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Lansia Mengunjungi Posyandu Lansia
Semua lansia yang berada di Posyandu Lansia Tuah Karya Pekanbaru
Deskriptif korelatif
Populasi sama kelompok lansia
Variabel lain dukungan keluarga
4.
Rahmita Novayenni, Febriana, Jumaini (2015) tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Angka Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia
Semua lansia yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sekijang
Pre dan post Test
Menggunakan penelitian Pre dan post Test
Variabel lain umur, jenis kelamin, dan pekerjaan
5. Sari (2013) tentang Pengaruh Tingkat Pengetahuan Lanjut Usia
Semua lansia yang berada di Desa Karangjati
Pre dan post Test
Menggunakan penelitian Pre dan post Test
Tempat penelitian berbeda
Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia di Desa Karangjati Kalijambe Sragen Tahun 2013
6. Sigit Eko Prasetio (2015) tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Lansia dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Wilayah kartasura
Semua kelompok usia yang telah memiliki umur 45-59 tahun di Desa Pabelan
Quasi Eksperime
ntal Design
Menggunakan penelitian Quasi, variabel pengetahuan
Variabel lain yaitu sikap lansia
7. Wahono, Hesti (2010) tentang Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia di Gantungan Makamhaji
Semua lansia yang berada di posyandu Gantungan
Cross Sectional
Study
Populasi sama kelompok lansia
Rancangan penelitian menggunakan cross sectional study
8. Winarsih (2011) tentang Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia di Puskesmas Kemensu II Kabupaten Boyolali
Semua lansia yang berada di puskesmas Kemensu II
Cross Sectional
Study
Populasi sama kelompok lansia
Rancangan penelitian menggunakan cross sectional study
9. Yuliani (2015) tentang Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Lansia Dalam Memanfaatkan Posyandu Lansia
Kelompok lansia
Pre dan post Test
Menggunakan penelitian Pre dan post Test
Tempat penelitian berbeda
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Teori
1. Tinjauan Tentang Posyandu Lansia
a. Pengertian
Pos pelayanan terpadu adalah pusat kegiatan masyarakat
dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.Posyandu
adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang
dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan
dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian
NKKBS (Notoatmodjo, 2012).
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk
masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati,
yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan
pelayanan kesehatan (Wahono, 2010).
Pemeriksaan kesehatan di posyandu lanjut usia meliputi
pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan
dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS lansia) untuk mengetahui
lebih awal penyakit yang diderita atau ancaman salah satu kesehatan
yang dihadapi. Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan di posyandu
lansia antara lain pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari,
pemeriksaan status inental, pemeriksaan status gizi, pengukuran
tekanandarah, pemeriksaan hemoglobin, kadar gula dan protein dalam
urin, pelayanan rujukan ke puskesmas dan penyuluhan kesehatan.
Kegiatan lain yang sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti
Pemberian Makanan Tambahan (PMT lansia) dengan memperhatikan
aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan olahraga seperti senam lanjut
usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran (Kemenkes,
2013).
Lansia yang tidak aktif dalam memanfaatkan pelayanan
kesehatan di posyandu lansia, maka kondisi kesehatan mereka tidak
dapat terpantau dengan baik, sehingga apabila mengalami suatu
resiko penyakit akibat penurunan kondisi tubuh dan proses penuaan
dikhawatirkan dapat berakibat fatal danmengancam jiwa mereka.
Penyuluhan dan sosialisasi tentang manfaat posyandu lansia perlu
terus ditingkatkan dan perlu mendapat dukungan berbagai pihak, baik
keluarga, pemeritah maupun masyarakat itu sendiri. Sasaran
Posyandu Lansia meliputi beberapa kelompok di mana ada sasaran
langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran langsung adalah usia
virilitas/pra senilis 45 s.d. 59 tahun, Lansia 60 s.d. 69 tahun, dan lansia
risiko tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun (Adhani, 2011).
Sedangkan sasaran yang tidak langsung adalah keluarga di
mana lansia berada, masyarakat di lingkungan lansia, organisasi sosial
yang bergerak di dalam pembinaan kesehatan lansia, petugas
kesehatan yang melayani kesehatan lansia dan masyarakat luas.
Kegiatan posyandu lansia yang berjalan dengan baik akan
memberibagi lansia kemudahan pelayanan kesehatan dasar, sehingga
kualitas hidup masyarakat di usia lanjut tetap terjaga dengan baik dan
optimal. Berbagai kegiatan dan program posyandu lansia tersebut
sangat baik dan banyak memberikan manfaat bagi para orang tua di
wilayahnya. Seharusnya para lansia berupaya memanfaafkan adanya
posyandu tersebut sebaik mungkin, agar kesehatan para lansia dapat
terpelihara dan terpantau secara optimal.
Lansia yang tidak aktif dalam memanfaatkan pelayanan
kesehatan diposyandu lansia, maka kondisi kesehatan mereka tidak
dapat terpantau sehingga apabila mengalami suatu resiko penyakit
akibat penurunankondisi tubuh dan proses penuaan dikhawatirkan
dapat berakibat fatal dan mengancam jiwa mereka. Penyuluhan dan
sosialisasi tentang manfaat posyandu lansia perlu terus ditingkatkan
dan perlu mendapat dukungan berbagai pihak, baik keluarga,
pemeritah maupun masyarakat itu sendiri (Winarsih, 2011).
b. Penyelenggaraan Posyandu Lansia
Penyelenggara posyandu menurut Kemenkes (2013) terdiri dari
beberapa kategori sebagai berikut:
1) Pelaksana kegiatan, adalah anggota masyarakat yang telah dilatih
menjadi kader kesehatan setempat dibawah bimbingan Puskesmas
2) Pengelola posyandu, adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua
RW yang berasal dari keder PKK, tokoh masyarakat formal dan
informal serta kader kesehatan yang ada di wilayah tersebut.
c. Lokasi Posyandu Lansia
Syarat lokasi/letak yang harus dipenuhi meliputi :
1) Berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat.
2) Ditentukan oleh masyarakat itu sendiri.
3) Dapat merupakan lokal tersendiri.
4) Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di rumah penduduk,
balai rakyat, pos RT/RW atau pos lainnya.
d. Tujuan Posyandu Lansia
Adapun tujuan dari dibentuknya posyandu lansia yaitu
(Kemenkes, 2013) :
1) Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas fisik sesuai
kemampuan dan aktifitas mental yang mendukung.
2) Memelihara kemandirian secara maksimal.
3) Melaksanakan diagnosa dini secara tepat dan memadai.
4) Melaksanakan pengobatan secara tepat.
5) Membina lansia dalam bidang kesehatan fisik spiritual
6) Sebagai sarana untuk menyalurkan minat lansia
7) Meningkatkan rasa kebersamaan diantara lansia
8) Meningkatkan kemampuan lansia untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang sesuai
dengan kebutuhan.
Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara
lain:
a) Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di
masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan kebutuhan lansia
b) Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta
masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping
meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.
e. Manfaat Posyandu Lansia
Menurut Kemenkes (2013), manfaat dari posyandu lansia
adalah :
1) Kesehatan fisik usia lanjut dapat dipertahankan tetap bugar.
2) Kesehatan rekreasi tetap terpelihara
3) Dapat menyalurkan minat dan bakat untuk mengisi waktu luang.
f. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia
Menurut Kemenkes (2013), posyandu lansia hanya
menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai
berikut :
1) Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran tinggi badan dan
penimbangan berat badan.
2) Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, Indeks
Massa Tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seerti pengobatan
sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di meja II ini.
3) Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, terdapat
juga pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan
dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi,
berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan
sebagainya
4) Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan
mental bisa dilakukan pelayanan pojok gizi.
g. Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia
Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi
pemeriksaan Kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan
dipantau Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal
penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan
yang dihadapi.
Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di
posyandu lansia (Kemenkes, 2013) :
1) Emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua) menit.
2) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan kemudian dicatat pada grafik Indeks Masa
Tubuh (IMT).
3) Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan
stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.
4) Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau
cuprisulfat
5) Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit gula (diabetes mellitus).
6) Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai
deteksi awal adanya penyakit ginjal.
7) Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan
atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.
8) Penyuluhan Kesehatan.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan
kondisi setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan
kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk
meningkatkan kebugaran. Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di
Posyandu Lansia, dibutuhkan, sarana dan prasarana penunjang, yaitu:
tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka), meja dan
kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran
pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan
laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS)
lansia (Kemenkes, 2013).
2. Tinjauan Tentang Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan melalui panca indera yakni penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan gizi adalah sesuatu yang diketahui tentang
makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal.
Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan
konsumsi sehari-hari dengan baik dan memberikan semua zat gizi
yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Pemilihan dan konsumsi
bahan makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status
gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh memperoleh
cukup zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Status gizi kurang terjadi apabila
tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi essential.
Sedangkan status gizi lebih terjadi apabila tubuh memperoleh zat gizi
dalam jumlah yang berlebihan, sehingga menimbulkan efek yang
membahayakan.
b. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut
Notoadmodjo (2012) mempunyai enam tingkatan, yaitu:
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Disebut juga dengan istilah recall (mengingat kembali)
terhadap suatu yang spesifik terhadap suatu bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima.
2) Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar, tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang
telah paham terhadap obyek atau materi tersebut harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,
dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
3) Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau konsulidasi riil (sebenarnya).
Aplikasi ini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum,
rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi
yang lain.
4) Analisa
Analisa adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek ke dalam komponen, tetapi masih di dalam struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitan satu sama lain.
Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata karena
dapat menggambarkan, membedakan, dan mengelompokkan.
5) Sintesis
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk
melaksanakan atau menghubungkan bagian suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang
ada.
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian ini berdasarkan suatu keriteria yang ditentukan sendiri
atau menggunakan kriteria yang telah ada sebelumnya.
3. Tinjauan Tentang Penyuluhan
a. Pengertian
Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan
kemampuan seseorang melalui tehnik praktek belajar atau instruksi
dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia
secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih
mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat
b. Sasaran
Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada individu dapat
dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, posyandu, keluarga
binaan dan masyarakat binaan. Penyuluhan kesehatan pada keluarga
diutamakan pada keluarga resiko tinggi, seperti keluarga yang
menderita penyakit menular, keluarga dengan sosial ekonomi rendah,
keluarga dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi
lingkungan yang buruk dan sebagainya.
Penyuluhan kesehatan pada sasaran kelompok dapat dilakukan
pada kelompok ibu hamil, kelompok ibu yang mempunyai anak balita,
kelompok masyarakat yang rawan terhadap masalah kesehatan
seperti kelompok lansia, kelompok yang ada di berbagai institusi
pelayanan kesehatan seperti anak sekolah, pekerja dalam perusahaan
dan lain-lain. Penyuluhan kesehatan pada sasaran masyarakat dapat
dilakukan pada masyarakat binaan puskesmas, masyarakat nelayan,
masyarakat pedesaan, masyarakat yang terkena wabah (Saydam,
2011).
c. Materi atau Pesan
Materi atau pesan yang disampaikan kepada sasaran
hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dari individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat, sehingga materi yang
disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materi yang
disampaikan sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti, tidak terlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran, dalam
penyampaian materi sebaiknya menggunakan metode dan media
untuk mempermudah pemahaman dan untuk menarik perhatian
sasaran (Fitriani, 2011).
d. Metode
Menurut Notoatmodjo (2012), metode penyuluhan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil
penyuluhan secara optimal. Metode yang dikemukakan antara lain :
1) Metode penyuluhan perorangan (individual)
Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk
membina perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik
pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakan
pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah
atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan
atau perilaku baru tersebut. Bentuk dari pendekatan ini antara lain :
a) Bimbingan dan penyuluhan
Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih
intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat
dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan
dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian
akan menerima perilaku tersebut.
b) Wawancara
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan
dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan
klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum
menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima
perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah
atau akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan
kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan
yang lebih mendalam lagi.
2) Metode penyuluhan kelompok
Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus
mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan
formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan
berbeda dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu metode akan
tergantung pula pada besarnya sasaran penyuluhan
3) Metode penyuluhan massa
Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada
masyarakat yang sifatnya massa atau public. Oleh karena sasaran
bersifat umum dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis
kelamin, pekerjaan, status ekonomi, tingkat pendidikan dan
sebagainya, maka pesan kesehatan yang akan disampaikan harus
dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa
tersebut. Pada umumnya bentuk pendekatan masa ini tidak
langsung, biasanya menggunakan media massa.
4. Tinjauan Tentang Leaflet
Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi kesehatan melalui
lembaran yang dilipat. Leaflet bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, karena memberikan informasi yang lebih spesifik.
Keterbatasan Leaflet sebagai media cetak perlu waktu yang lama untuk
mencetak tergantung dari pesan dan alat, relatif mahal untuk mencetak
gambar atau foto, sulit menampilkan gerak di halaman, dapat mengurangi
minat pembaca jika terlalu banyak dan panjang dan perlunya perawatan
yang intensif.
Adapun manfaat menggunakan media leaflet antara lain : sasaran
dapat menyesuaikan dan belajar mandiri serta praktis karena mengurangi
kebutuhan mencatat, sasaran dapat melihat isinya disaat santai dan
sangat ekonomis, berbagai informasi dapat diberikan atau dibaca oleh
anggota kelompok sasaran, sehingga bisa didiskusikan, dapat
memberikan informasi yang detail yang mana tidak diberikan secara lisan,
mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta mudah disesuaikan
dengan kelompok sasaran.
Sementara itu ada beberapa kelemahan dari leaflet yaitu : tidak
cocok untuk sasaran individu per individu, tidak tahan lama dan mudah
hilang, leaflet akan menjadi percuma jika sasaran tidak diikutsertakan
secara aktif, serta perlu proses penggandaan yang baik. (Lucie, 2005).
5. Tinjauan Tentang Lansia
1. Pengertian
Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh
semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa
dihindari oleh siapapun. Lansia merupakan dua kesatuan fakta sosial
dan biologi. Sebagai suatu fakta sosial, lansia merupakan proses
penarikan diri seseorang dari berbagai status dalam struktur
masyarakat. Secara fisik pertambahan usia dapat berarti semakin
lemahnya manusia secara fisik dan kesehatan. Manusia lanjut usia
adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan
biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan
pengaruh pada seluruh aspek kehidupan. Karena itu kesehatan
manusia lanjut usia perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap
dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara
produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta
berperan aktif dalam pembangunan (Wahono, 2010)
2. Klasifikasi Lansia
Beberapa pendapat mengenai batasan umur antara lain
(Notoatmodjo, 2012) :
a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lanjut usia meliputi :
1) Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 sampai
59 tahun
2) Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun
3) Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
b. Menurut Kemenkes RI ada lima klasifikasi lansia, yaitu (Kemenkes,
2011) :
1) Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia 45-59 tahun.
2) Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun ke atas.
3) Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih.
4) Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.
5) Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
tergantung orang lain
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia
a. Peran Kader
Kader kesehatan adalah tenaga sukarela yang terdidik dan
terlatih dalam bidang tertentu yang tumbuh ditengah-tengah
masyarakat dan merasa berkewajiban untuk melaksanakan
meningkatkan dan membina kesejahteraan masyarakat dengan rasa
iklas tampa pamrih dan didasarkan panggilan jiwa untuk melaksanakan
tugas-tugas kemanusiaan (Wahono, 2010).
Kader kesehatan adalah adalah seseorang yang mau dan
mampu melaksanakan upaya-upaya untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat di bawah pembinaan petugas kesehatan yang
dilakukan atas kesadaran diri sendiri dan tanpa pamrih apapun.
Jumlah kader posyandu lansia disetiap kelompok tergantung
pada jumlah anggota kelompok, volume dan jenis kegiatan yaitu
sedikitnya 3 orang. Kader sebaiknya berasal dari anggota kelompok
sendiri atau bilamana sulit mencari kader dari anggota kelompok saja
diambil dari diambil dari anggota masyarakat lainnya yang bersedia
menjadi kader (Wahono, 2010).
Tugas kader posyandu lansia antara lain :
1) Menyiapkan alat dan bahan.
2) Melaksanakan pembagian tugas.
3) Menyiapkan materi / media penyuluhan.
4) Mengundang ibu-ibu untuk datang ke posyandu.
5) Pendekatan tokoh masyarakat.
6) Mendaftar lansia.
7) Mencatat kegiatan sehari-hari lansia.
b. Sikap Lansia
Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus
atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat emosi
yang bersangkutan (senang, tidak senang, setuju – tidak setuju, baik-
tidak baik, dan sebagainya).
1) Komponen pokok sikap
Menurut Notoadmojo (2012) sikap itu sendiri terdiri dari 3
komponen pokok, yaitu :
a) Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek,
artinya bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran ibu
lansia terhadap posyandu lansia.
b) Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek,
artinya bagaimana penilaian (terkandung didalam faktor emosi)
ibu lansia terhadap posyandu lansia.
c) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap
adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau
perilaku terbuka. Misalnya sikap ibu untuk bertindak atau
perilaku terhadap posyandu lansia.
Ketiga komponen tersebut diatas secara bersama-sama
membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam menentukan
sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi
memegang peranan penting.
c. Dukungan Sosial
Dukungan sosial adalah suatu sikap dengan cara memberikan
kenyamanan dan bantuan secara fisik atau nyata kepada lansia,
misalnya memperhatikan kesehatan lansia, mengantar atau menemani
lansia untuk berobat atau berkunjung ke posyandu atau puskesmas.
Dukungan sosial juga di sebut sebagai dukungan instrumental
yaitu bantuan yang diberikan secara langsung, bersifat fasilitas atau
materi misalnya menyediakan fasilitas yang diperlukan, memberikan
uang, memberikan makanan, permainan atau bantuan yang lain.
Bantuan instrumental ini berupa dukungan materi seperti benda
atau barang yang dibutuhkan oleh orang lain dan bantuan finansial
untuk biaya pengobatan, pemulihan maupun biaya hidup sehari-hari
selama seseorang tersebut belum dapat menolong dirinya sendiri.
Komponen-komponen Dalam Dukungan Sosial meliputi :
1) Kerekatan Emosional (Emotional Attachment)
Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan
seseorang memperoleh kerekatan (kedekatan) emosional sehingga
menimbulkan rasa aman bagi yang menerima. Bagi lansia adanya
orang kedua yang cocok, terutama yang tidak memiliki pasangan
hidup, menjadi sangat penting untuk dapat memberi dukungan
sosial atau dukungan moral (moral support)
2) Integrasi sosial (Social Integration)
Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan lansia
untuk memperoleh perasaan memiliki suatu kelompok yang
memungkinkannya untuk membagi minat, perhatian serta
melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersama-sama.
Sumber dukungan semacam ini memungkinkan lansia
mendapatkan rasa aman, nyaman serta merasa memiliki dan
dimiliki dalam kelompok.
3) Adanya Pengakuan (Reanssurance of Worth)
Pada dukungan sosial jenis ini lansia mendapat pengakuan
atas kemampuan dan keahliannya serta mendapat penghargaan
dari orang lain atau lembaga. Sumber dukungan sosial semacam
ini dapat berasal dari keluarga atau lembaga/instansi atau
perusahaan/organisasi dimana sang lansia pernah bekerja. Karena
jasa, kemampuan dan keahliannya maka ia tetap mendapat
perhatian dan santunan dalam berbagai bentuk penghargaan.
4) Ketergantungan yang dapat diandalkan ( Reliable Reliance).
Dalam dukungan sosial jenis ini, lansia mendapat dukungan
sosial berupa jaminan bahwa ada orang yang dapat diandalkan
bantuannya ketika lansia membutuhkan bantuan tersebut. Jenis
dukungan social jenis ini pada umum berasal dari keluarga. Untuk
lansia yang tinggal di lembaga, misalnya pada Sasana Werdha ada
petugas yang selalu siap untuk membantu para lansia yang tinggal
di lembaga tersebut, sehingga para lansia mendapat pelayanan
yang memuaskan.
5) Bimbingan (Guidance)
Dukungan sosial jenis ini adalah berupa adanya hubungan
kerja atau pun hubungan sosial yang memungkinkan lansia
mendapatkan informasi, saran, atau nasehat yang diperlukan
dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang
dihadapi. Jenis dukungan sosial jenis ini bersumber dari guru, alim
ulama, pamong dalam masyarakat, figur yang dituakan dan juga
orang tua.
6) Kesempatan untuk mengasuh (Opportunity for Nurturance)
Suatu aspek penting dalam hubungan interpersonal akan
perasaan dibutuhkan oleh orang lain. Jenis dukungan sosial ini
memungkinkan lansia untuk memperoleh perasaan bahwa orang
lain tergantung padanya untuk memperoleh kesejahteraan. Itulah
sebabnya sangat banyak lansia yang merasa sedih dan kurang
bahagia jika berada jauh dari cucu-cucu atau pun anak-anaknya.
Dengan memahami pentingnya dukungan social bagi lansia, kita
semua diharapkan mampu untuk memberikan partisipasi dalam
pemberian dukungan sosial sesuai dengan kebutuhan lansia.
B. Landasan Pemikiran
Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia (Posyandu Lansia) adalah
suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia dimasyarakat yang proses
pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama
lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan
nonpemerintah, swasta, organisasi sosial dengan menitikberatkan
pelayanan promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif (Kemenkes, 2011). Strategi tenaga kesehatan untuk
memberikan pemahaman akan manfaat posyandu lansia melalui media
yaitu leaflet. Leaflet merupakan media gambar yang menarik dan mudah
dipahami isinya. (Winarsih, 2011).
1. Kerangka Pikir
Gambar 1. Bagan Kerangka Teori (Green, 1980 dalam Notoatmojo, 2012)
Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan : - Akses jauh - Informasi
kurang - Keluarga tidak
mendukung
Pendidikan Kesehatan Melalui
Penyuluhan (Leaflet)
Pengetahuan
Proses Perubahan
Perilaku
Kunjungan posyandu
lansia Meningkat
2. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori diatas, maka peneliti merumuskan
kerangka konsep penelitian yang akan menjadi acuan dalam
melakukan penelitian seperti di bawah ini. Uraian tersebut dapat
digambarkan seperti gambar di bawah ini :
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
Gambar 2. Bagan Kerangka Konsep Penelitian
C. Hipotesis Penelitian
1. Tidak ada pengaruh penyuluhan tentang pentingnya posyandu lansia
menggunakan leaflet terhadap pengetahuan lansia di Posyandu Lansia
wilayah kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari.
2. Ada pengaruh penyuluhan tentang pentingnya posyandu lansia
menggunakan leaflet terhadap pengetahuan lansia di Posyandu Lansia
wilayah kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari.
Pengetahuan dan Kunjungan Sebelum
Penyuluhan Menggunakan
Leaflet
Penyuluhan Menggunakan
Leaflet
Pengetahuan dan Kunjungan Lansia akan Mengalami
Peningkatan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian Pra Eksperimen, artinya
tanpa pembanding. Pendekatan yang dilakukan menggunakan teknik one
group pre test dan post test design yaitu suatu penelitian yang dilakukan
untuk menilai satu kelompok saja secara utuh (Notoatmodjo, 2012).
Sebelum Perlakuan Sesudah
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh lansia yang terdaftar
di posyandu di wilayah kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari tahun
2017 berjumlah 148 orang
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian lansia yang
terdaftar di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Labibia Kota
Kendari yang berjumlah 57 orang.
a. Besar Sampel
Cara penentuan jumlah sampel menggunakan rumus
(Riduwan, 2010) :
)1(
)1(22
2
ppZNd
ppNzn
01 x 02
Keterangan : n = besar sampel N = besar populasi Z = nilai standar normal alpha = 0,01 (1,96) p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 39 %
(persentase kunjungan lansia tahun 2017) d = besarnya penyimpangan yang bisa ditolerir (d=0,1)
)1(
)1(22
2
ppZNd
ppNzn
)39,0(39,0)96,1()1,0.(148
)39,01(39,096,1.14822
2
n
3935,2
2033,135n
49,56n dibulatkan menjadi 57 sampel.
b. Teknik Penarikan Sampel
Model pengambilan sampel secara proporsional random
sampling didapatkan jumlah sampel sebanyak 54 sampel. Adapun
besar atau jumlah pembagian sampel untuk masing-masing
posyandu dengan menggunakan rumus menurut Sugiyono (2011) :
n = 1N
XxN
Keterangan :
n = Jumlah sampel yang diinginkan setiap strata
N = Jumlah semua populasi
X = Jumlah populasi pada setiap strata
N1 = Sampel
Berdasarkan rumus, jumlah sampel dari masing-masing 5
posyandu tersebut yaitu :
Tabel 2. Distribusi Jumlah Sampel berdasarkan Posyandu Lansia di Puskesmas Labibia Kota Kendari Tahun 2018
No Nama Posyandu
Lansia Perhitungan Sampel
1 Anggilowu 5,1157148
30x 12
2 Alolama
2,957
148
24x 9
3 Tongkuno
1,1057
148
26x 10
4 Mentari Senja
4,1657
148
43x 16
5 Melaindoia
6,957
148
25x 10
Total 57
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 2 April s/d 5 Juni
tahun 2018 bertempat wilayah kerja Puskesmas Labibia.
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Penyuluhan menggunakan leaflet adalah penambahan pengetahuan
dan kemampuan seseorang (lansia) melalui leaflet tentang manfaat
posyandu lansia
2. Kunjungan lansia adalah jumlah kehadiran lansia datang ke posyandu
(Winarsih, 2011).
Kriteria Objektif :
Aktif : Bila kehadiran lansia sebanyak ≥ 2 kali/tahun
Kurang Aktif : Bila kehadiran lansia sebanyak < 2 kali/tahun
3. Pengetahuan lansia adalah segala sesuatu yang diketahui oleh lansia
tentang posyandu lansia, yaitu: mengenai pengertian, tujuan , manfaat,
dan pelayanan yang didapatkan di Posyandu lansia.
Kriteria obyektif :
a. Jumlah pertanyaan = 16
b. Setiap pertanyaan berskala = 1 – 2
c. Skor tertinggi = 16 x 2 = 32 = 100%
d. Skor terendah = 1 x 2 = 2 = 6,25 %
e. Kisaran (range) = Skor tertinggi – Skor terendah
= 100% - 6,25 % = 93,75 %
Kriteria objektif dibagi dalam 2 (dua) kategori (cukup dan kurang)
2
75,93i = 45,83 %
100% - 45,83 % = 46,87 %
Cukup : Bila sampel memperoleh skor > 46,87% dari total
skor pertanyaan yang diberikan
Kurang : Bila sampel memperoleh skor ≤ 46,87% dari total
skor pertanyaan yang diberikan
4. Lansia adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua
orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh
siapapun.
5. Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia
lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang
digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan
pelayanan kesehatan (Wahono, 2010).
E. Jenis Dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data
a. Data primer
Data primer yang terdiri dari :
1) Karakteristik sampel meliputi umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan diperoleh dengan menggunakan kuesioner
2) Pengetahuan lansia tentang manfaat posyandu diperoleh
dengan menggunakan kuesioner
3) Jumlah kunjungan lansia ke posyandu dalam 3 bulan kedepan
(Bulan April, Mei, Juni tahun 2018) diperoleh dengan
menggunakan kuesioner
b. Data sekunder
Data sekunder yang terdiri dari :
1) Data tentang gambaran tempat penelitian yang meliputi tentang
letak geografis, keadaan demografis serta jumlah kader
posyandu dari dokumen yang tersedia (profil Puskesmas
Labibia)
2) Data tentang program kegiatan posyandu lansia di wilayah kerja
Puskesmas Labibia.
2. Mekanisme Pengumpulan Data
Pengumpulan data pengetahuan dilaksanakan dengan tiga
tahap, yaitu:
a. Pre test
Kegiatan ini dilaksanakan bersamaan dengan hari
pelaksanaan posyandu lansia di posyandu masing-masing
Kelurahan setiap bulannya diadakan satu kali, dilaksanakan
sebelum lansia diberikan leaflet tentang pengertian, manfaat, dan
tujuan dari posyandu lansia. Pelaksanaan pre test bertujuan untuk
mendapatkan data pengetahuan sampel sebelum penyuluhan yaitu
dengan metode wawancara terpimpin (menggunakan kuesioner
dengan jumlah 16 pernyataan) pada sampel yang ditanyakan
langsung oleh peneliti.
b. Penyuluhan menggunakan leaflet
Pelaksanaan penyuluhan dilakukan setelah semua data pre
test pengetahuan sampel terkumpul. Tempat pelaksanaan
penyuluhan dilaksanakan di aula Kelurahan Labibia.
c. Post test
Pengumpulan data pengetahuan dilaksanakan segera
setelah leaflet selesai di bagikan dan para lansia telah
membacanya dan menyimak, untuk mendapatkan data
pengetahuan sampel peneliti menanyakan langsung kepada lansia
atau keluarga yang menemani tentang materi posyandu lansia
dengan bantuan kuesioner (kuesioner yang sama pada saat
pretest).
F. Prosedur Penelitian
Bagan 1. Prosedur Penelitian
G. Manajemen Data
1. Penyajian Data
Data yang telah diolah dan disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi kemudian dinarasikan.
2. Analisis Data.
a. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui karakteristik
sampel dan persentasenya
I. Tahap persiapan a. Perizinan b. Instrumen penelitian
II. Tahap Perlakuan a. Pengumpulan data
- Memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden
- Tahapan :
- Pre test (pembagian kuesioner)
- Kegiatan penyuluhan dengan membagikan leaflet tentang
posyandu lansia)
- Post test (pembagian kuesioner kembali)
- Tahap pengambilan dokumentasi masing-masing responden
III. Tahap Akhir a. Pengolahan dan analisis data b. Pembahasan dan penelitian
b. Analisis Bivariat
Analisis menggunakan statistik uji Mann Whitney test
yang digunakan untuk menguji dua sampel independent dengan
bentuk data ordinal. Dengan rumus yang digunakan adalah :
111
2112
)1(R
nnnnU
2
22212
2
)1(R
nnnnU
Keterangan
N1 = Jumlah sampel 1
N2 = Jumlah sample 2
R1 = Jumlah jenjang pada sampel 1
R2 = Jumlah jenjang pada sampel 2
Kriteria Pengambilan Keputusan :
H0 diterima bila Uhitung ≥ Utabel
H0 ditolak bila Uhitung ≤ Utabel
H. Etika Penelitian
1. Informed consent (Lembar Persetujuan)
Lembar persetujuan diberikan pada subyek yang akan diteliti.
Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan dan
dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data.
Jika sampel bersedia diteliti, maka mereka harus menandatangani
lembar persetujuan tersebut. Jika responden menolak untuk diteliti
maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-
haknya.
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan sampel, peneliti tidak
mencantumkan nama koresponden pada lembar pengumpulan data,
cukup dengan memberi nomor kode pada masing-masing lembar
tersebut.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi sampel dijamin oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan
sebagai hasil riset.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Keadaan Geografis
Kantor Puskesmas Labibia terletak di Kelurahan Labibia
Kecamatan Mandonga Kota Kendari pada 3.922688 Lintang
Selatan dan 122.49731 Bujur Timur. Luas wilayah kerja Puskesmas
Labibia ± 60 KM2 yang berjarak ± 6 KM dari Ibukota Propinsi.
Luas wilayah kerja Puskesmas Labibia ± 60 KM2 yang
berjarak ± 6 KM dari Ibukota Propinsi. Wilayah kerja Puskesmas
Labibia meliputi 4 Kelurahan di Kecamatan Mandonga dari 6
Kelurahan yang ada di Kecamatan Mandonga, meliputi :
a. Kelurahan Anggilowu
b. Kelurahan Alolama
c. Kelurahan Wawombalata
d. Kelurahan Labibia
Dimana kedua kelurahan yang tidak masuk dalam wilayah
kerja Puskesmas Labibia adalah Kelurahan Mandonga dan
Kelurahan Korumba.
Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Labibia antara
lain :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Soropia
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Mandonga
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Gunung Nipa-nipa
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bondoala
2. Kondisi Kependudukan
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Labibia tahun
2017 yang mendiami 4 Kelurahan yaitu Kelurahan Anggilowu,
Kelurahan Alolama Kelurahan Wawombalata dan Kelurahan
Labibia, dari 4 kelurahan tersebut yang memiliki penduduk
terbanyak adalah Kelurahan Anggilowu, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel distribusi penduduk sebagai berikut :
Tabel 3. Distribusi Jumlah penduduk dan komposisi Penduduk wilayah kerja Puskesmas Labibia
Kota Kendari
No. Kelurahan Jenis Kelamin
L P Jumlah
1 Anggilowu 2884 2854 5738
2 Alolama 1474 1447 2921
3 Wawombalata 1605 1594 3199
4 Labibia 1198 1220 2418
Total 7161 7115 14276
Sumber : Profil Puskesmas Labibia, 2017
3. Tenaga Kesehatan
Dalam menjalankan fungsinya sebagai Pusat Kesehatan
Masyarakat, Puskesmas Labibia memiliki beberapa staf sebagai
pelaksana tugasnya, yang masing-masing bekerja sesuai dengan
bidang tugasnya masing-masing.
Tabel 4. Distribusi Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari
No. Pendidikan PNS Kontrak Sukarela Jumlah
1. S2 Master Manajemen Kesehatan
1 - - 1
2. Dokter Umum 1 - - 1
3. Dokter Gigi 1 - - 1
4. S1 Kesmas (SKM) 4 1 2 7
5. S1 Teknologi Pangan (STP)
1 - - 1
6. S1 Keperawatan 4 - 1 5
7. Apoteker 1 - - 1
8. S1 Analis Kesehatan - - 1 1
9. D4 Kebidanan 1 - - 1
10. D3 Kebidanan 3 1 6 10
11. D3 Gizi 2 - 1 3
12. D3 Sanitasi 1 - 2 3
13. D3 Keperawatan 6 - 2 8
14. D3 Perawat Gigi - - 1 1
15. D3 Farmasi - - 1 1
16 D1 Kebidanan 1 - - 1
17. Perawat (SPK) 2 - - 2
18. SMA 1 2 3
Total 30 4 17 51
Sumber : Profil Puskesmas Labibia, 2017
4. Posyandu Lansia
Posyandu lansia yang berada dalam wilayah kerja
Puskesmas Labibia secara keseluruhan terdapat 5 (lima) posyandu
lansia, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5. Distribusi Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari
No Nama Posyandu
Lansia Alamat/
Kelurahan
Jumlah Lansia (orang)
Strata Posyandu
1. Anggilowu Anggilowu 30 Purnama
2. Alolama Alolama 24 Purnama
3. Mentari Senja Labibia 43 Purnama
4. Tongkuno Wawombalata 26 Purnama
5. Melaindoro Wawombalata 25 Purnama
Sumber : Profil Puskesmas Labibia, 2017
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Sampel
a. Kelompok Umur
Umur adalah usia sampel pada saat wawancara dilakukan
pada hitungan tahun seperti pada tabel 6 :
Tabel 6. Karakteristik Sampel Menurut Kelompok Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia
Kelompok Umur (Tahun) n %
45 – 59 29 50,9
60 – 69 24 42,1
> 70 4 7,0
Total 57 100
Tabel 6 menunjukkan bahwa kelompok umur terbanyak yaitu
umur 45-59 tahun sebanyak 29 (50,9%) dan terkecil yaitu umur >
70 tahun sebanyak 4 (7%).
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin lansia yang berkunjung di posyandu lansia
dapat dilihat pada tabel 7 :
Tabel 7. Karakteristik Sampel Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia
Jenis Kelamin n %
Laki-Laki 16 28,1
Perempuan 41 71,9
Total 57 100
Tabel 7 menunjukkan bahwa jenis kelamin terbanyak yaitu
perempuan sebanyak 41 (71,9%) dan terkecil yaitu laki-laki
sebanyak 16 (28,1%).
c. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan lansia di posyandu lansia dapat dilihat
pada tabel 8 :
Tabel 8. Karakteristik Sampel Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia
Tingkat Pendidikan n %
Tidak Tamat SD 13 22,8
Tamat SD 21 36,8
Tamat SMP 14 24,6
Tamat SMA 6 10,5
Akademi/Sarjana 3 5,3
Total 57 100
Tabel 8 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan terbanyak
yaitu tamat SD sebanyak 21 (36,8%) dan terkecil yaitu
Akademi/Sarjana sebanyak 3 (5,3%).
2. Analisis Univariat
a. Pengetahuan
Pengetahuan mengenai posyandu lansia disajikan pada
tabel 9 :
Tabel 9. Pengetahuan Sampel Tentang Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia
Pengetahuan Pre Test Post Test
n % n %
Cukup Kurang
11 46
19,3 80,7
45 12
78,9 21,1
Total 57 100 57 100
Tabel 9 menunjukkan bahwa pengetahuan terbanyak saat
pre test yaitu kurang sebanyak 46 (80,7%) dan pengetahuan
terbanyak saat post test yaitu cukup sebanyak 45 (78,9%).
b. Kunjungan Lansia
Kunjungan lansia di posyandu lansia disajikan pada tabel 9 :
Tabel 10. Kunjungan Sampel ke Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia
Kunjungan Lansia Pre Test Post Test
n % n %
Aktif Kurang Aktif
14 43
24,6 75,4
51 6
89,5 10,5
Total 57 100 57 100
Tabel 10 menunjukkan bahwa kunjungan lansia terbanyak
saat pre test yaitu kurang aktif sebanyak 43 (75,4%) dan kunjungan
lansia terbanyak saat post test yaitu aktif sebanyak 51 (89,5%).
3. Analisis Bivariat
Berdasarkan analisis tabel 11 hasil statistik uji Mann Whitney
Test diperoleh nilai rata-rata yang signifikan dapat dilihat pada tabel 11
Tabel 11. Hasil Statistik Uji Mann-Whitney Test
Pengukuran Variabel
N Mann
Whitney
pValue
Kunjungan (pre-post) 57 249
0,019
Pengetahuan (pre-post) 57 271 0,031
Hasil uji mann whitney menunjukkan untuk variabel kunjungan
nilai ρvalue (0,019) < 0,05 dan variabel pengetahuan nilai ρvalue
(0,031) < 0,05 maka terdapat perbedaan antara dua kelompok atau
yang berarti H1 di terima
C. Pembahasan
1. Pengetahuan Sampel Sebelum Mendapatkan Penyuluhan
Sebelum intervesi berupa penyuluhan gizi menggunakan leaflet
dilakukan, hasil rekapan kuesioner pengetahuan sampel menunjukkan
bahwa pengetahuan sampel sebagian besar memiliki pengetahuan
kurang yaitu 46 (80,7%). Pengetahuan lansia yang kurang tentang
posyandu lansia mengakibatkan kurangnya pemahaman lansia dalam
pemanfaatan posyandu lansia. Keterbatasan pengetahuan ini akan
mengakibatkan dampak yang kurang baik dalam pemeliharaan
kesehatannya. Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat
diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya.
Masih banyak sampel yang belum mengetahui kegiatan yang
ada di posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas labibia,
dikarenakan sebagian besar sampel tidak mengikuti seluruh kegiatan
yang ada di posyandu lansia. Sampel hanya mengikuti kegiatan
tertentu saja, seperti penimbangan berat badan, pemeriksaan tekanan
darah, dan atau kegiatan senam lansia.
Pengetahuan lansia yang kurang mengakibatkan kurangnya
pemahaman lansia akan pentingnya posyandu lansia, sehingga
menyebabkan rendahnya kunjungan lansia ke posyandu lansia.
Keterbatasan pengetahuan akan mengakibatkan dampak yang kurang
baik dalam pemeliharaan kesehatannya. Pengetahuan lansia akan
manfatanya dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan
sehari-hari. Menghadiri kegiatan posyandu lansia secara aktif, maka
sampel akan mendapatkan pengetahuan tentang posyandu lansia,
mendapatkan penyuluhan bagaimana cara hidup sehat, dan
mengetahui segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang ada
pada lansia.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan umumnya lansia
memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang posyandu lansia.
Pertanyaan pengetahuan menunjukkan bahwa sampel belum tepat
menjawab pada pertanyaan kepemilikan dari posyandu lansia. Pada
umumnya sampel menjawab bahwa posyandu lansia merupakan milik
pemerintah, padahal sebenarnya posyandu lansia merupakan milik
masyarakat, karena posyandu lansia berlandaskan semboyan dari
masyarakat, untuk masyarakat, dan oleh masyarakat.
Pengetahuan yang rendah akan mempengaruhi seseorang
untuk tidak hadir ke posyandu karena mereka tidak mengetahui apa itu
manfaat berkunjung posyandu lansia. Pengetahuan yang rendah
tentang manfaat berkunjung posyandu lansia dapat diperoleh dari
pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya dengan
menghadiri kegiatan yang ada posyandu lansia, mereka akan
mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat
dengan segala keterbatasan atau masalah yang melekat pada diri
mereka. Dengan pengalaman inilah nantinya pengetahuan tersebut
akan semakin meningkat dan menjadi dasar dalam pembentukan sikap
sehingga dapat mendorong minat atau motivasi untuk selalu mengikuti
kegiatan posyandu lansia.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hayani (2012)
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan
dengan pemanfaatan pelayanan posyandu lansia.
2. Pengetahuan Sampel Setelah Mendapatkan Penyuluhan
Setelah (post test) dilakukan penyuluhan gizi melalui leaflet,
tingkat pengetahuan sampel mengalami perubahan yang signifikan
yaitu sebagian besar pengetahuan cukup sebanyak 45 sampel
(78,9%).
Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan
mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat
dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat
pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia akan
menjadi lebih meningkat, yaitu menjadi meningkat, yang menjadi dasar
pembentukan sikap dan dapat mendorong minat para lansia untuk
selalu datang mengikuti kegiatan posyandu lansia setiap bulannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat
pengetahuan seseorang maka semakin rendah tingkat pemanfaatan
dan semakin sulit untuk memahami arti dari Posyandu yang
sebenarnya, begitupun sebaliknya. Keberhasilan program di posyandu
tidak hanya ditentukan oleh petugas kesehatan saja tapi juga
dipengaruhi oleh pemahaman masyarakat yang tinggi dan
kesadarannya untuk menerapkan apa yang telah diperoleh saat
pelaksanaan posyandu berlangsung. Selain itu perlunya meningkatkan
sosialisi megenai program posyandu yang akan menambah wawasan
lansia akan pentingnya mengikuti posyandu lansia, sehinga
menimbulkan minat lansia untuk datang ke posyandu. Dengan
mengikuti posyandu maka lansia akan mengetahui keterbatasan atau
masalah kesehatan yang melekat pada mereka.
Untuk mengatasi kurangnya pemahaman sampel akan manfaat
posyandu lansia, maka perlu adanya peningkatan pengetahuan agar
mereka lebih mengetahui manfaat apa saja yang diberikan apabila
berkunjung ke posyandu lansia. Olehnya itu peneliti melakukan
penyuluhan menggunakan leaflet demi meningkatkan tingkat
pengetahuan sampel sehingga aktif berkunjung mengikuti posyandu
lansia.
Salah satunya sangat diharapkan petugas kesehatan yang
dibantu oleh kader dapat lebih memantau sampel pada saat kegiatan
posyandu lansia untuk mengikuti seluruh kegiatan yang ada di
posyandu lansia agar sampel mengetahui tahapan yang dilakukan dan
menggunakan KMS yang berfungsi untuk memantau kesehatan
sampel, dan petugas kesehatan dapat meningkatkan promosi
kesehatan dan informasi mengenai posyandu lansia kepada sampel
dan keluarga sampel.
Sejalan dengan penelitian Dwi Eka Handayani (2012) bahwa
pengetahuan lansia diperoleh dari hasil pengalaman lansia selama
proses aktif di posyandu, sehingga lansia mampu merasakan manfaat
dari kegiatan Posyandu Lansia.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sari
(2013) yang menyatakan ada pengaruh tingkat pengetahuan terhadap
kunjungan lansia ke posyandu lansia.
3. Kunjungan Sampel Sebelum Mendapatkan Penyuluhan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa posyandu lansia yang
dilaksanakan oleh Puskesmas Labibia sebagian besar diikuti oleh
kelompok umur 45-59 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan
Posyandu akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur lansia,
ada kecenderungan semakin tua umur seseorang semakin sering
mereka mengalami sakit sehingga semakin sering pula mereka
memanfaatkan pelayanan kesehatan di Posyandu tersebut, juga
semakin tua umur seseorang maka semakin banyak fungsi organ
tubuh yang mengalami gangguan/masalah yang berdampak pada
kebutuhan klien akan pemeliharaan kesehatannya. Menurut
Hardywinoto (2013) menyatakan bahwa pada umur lansia sangat
butuh sarana pelayanan kesehatan terkait penurunan berbagai fungsi
dan kelemahan
Sebelum dilakukan penyuluhan gizi, penelitian ini di awali
dengan membagikan kuesioner kepada sampel, hal ini dilakukan untuk
melihat keaktifan dalam memanfaatkan posyandu lansia dan mengukur
tingkat pengetahuan, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar kurang aktif memanfaatkan posyandu lansia (kunjungan kurang)
sebanyak 43 sampel (75,4%). Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya
lansia yang tidak aktif datang ke posyandu lansia daripada yang aktif.
Dari segi pendidikan lansia, mereka sebagian besar tidak bersekolah
sehingga untuk menerima informasi tentang posyandu lansia kesulitan
dan akhirnya malas untuk datang serta kurang perhatian dalam
menjaga kesehatan di usia tuanya dengan datang ke posyandu lansia.
Ketidakaktifan lansia datang ke posyandu lansia ini dapat
dimungkinkan karena pengetahuan lansia yang sebagian besar kurang
ditunjang dengan banyak lansia yang tidak sekolah. Para lansia kurang
baik dalam penerimaan informasi mengenai posyandu lansia yang
telah disuluhkan, sehingga lansia tidak paham dan menganggap
posyandu lansia itu tidak penting untuk menunjang kesehatannya.
Tingginya persentase sampel yang kurang aktif dalam mengikuti
posyandu lansia berkemungkinan keluarga tidak mendukung.
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau
kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga
bias menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri
untuk mendampingi atau mengantarkan lansia ke posyandu,
mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha
membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah kunjungan lansia
yang mengikuti posyandu lansia masih rendah dibandingkan dengan
yang aktif mengikuti posyandu lansia. Lansia yang aktif dilihat dari
rutinnya untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia setiap bulannya.
Rendahnya kunjungan sampel ke posyandu lansia dikarenakan masih
kurangnya pendekatan terhadap sampel, seperti masih banyaknya
sampel yang beranggapan bahwa posyandu lansia adalah tempat
berobat yang harus mendapatkan obat.
Menurunnya angka kunjungan lansia dalam memanfaatkan
posyandu lansia, perlu adanya peningkatan pengetahuan agar mereka
lebih mengetahui manfaat apa saja yang diberikan apabila berkunjung
ke posyandu lansia. Untuk itu diperlukan penyuluhan melalui media
yang menarik seperti leaflet. Dalam hal ini promosi dilakukan secara
terencana, terarah, dan berkesinambungan sehingga dengan kegiatan
promosi itulah nantinya mereka yang berpengetahuan rendah tersebut
akan lebih mengetahui lagi apa itu posyandu lansia, kegiatan apa saja
yang ada didalamnya, manfaat apa yang diberikan, keuntungan apa
yang didapat sehingga mereka yang tidak berkunjung lebih termotivasi
lagi untuk berkunjung ke posyandu lansia.
4. Kunjungan Sampel Setelah Mendapatkan Penyuluhan
Setelah dilakukan intervensi, maka prosedur penelitian yang
dilakukan dengan membagikan kuesioner kembali kepada sampel,
jelas terlihat pada tingginya angka kunjungan lansia untuk
memanfaatkan posyandu lansia sebanyak 51 sampel (89,5%).
Hal ini menunjukkan bahwa keaktifan lansia datang ke
Posyandu Lansia adalah suatu frekuensi keterlibatan dan
keikutsertaan dalam mengikuti kegiatan posyandu secara rutin setiap
bulan dan merupakan salah satu bentuk perilaku kesehatan Lansia
dalam upaya memelihara dan meningkatkan kesehatan dirinya secara
optimal. Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk
dibatasi karena perilaku merupakan kumpulan dari berbagai faktor baik
internal maupun eksternal (lingkungan).
Banyaknya sampel yang aktif berkunjung berdasarkan
penelitian diketahui adanya jarak yang dekat antara rumah dengan
tempat posyandu lansia. Hasil pengumpulan data yang dilakukan
bahwa sampel yang aktif berkunjung selalu memanfaatkan
fasilitas/kegiatan pengukuran berat badan, pengukuran tekanan darah
dan pemberian makanan tambahan.
Dari data yang diperoleh lansia perempuan cenderung
mempunyai perilaku yang tinggi untuk mengikuti Posyandu lansia 41
(71,9%), sebaliknya bagi lansia laki-laki mempunyai perilaku
cenderung kurang menyimak. Hal ini diakibatkan perempuan lebih
tekun dalam menghadapi tindakan terutama mengikuti Posyandu
lansia. Laki-laki tentunya cepat bosan jika dilihat dari segi psikologis
jika mengikuti Posyandu lansia, jadi kesimpulannya untuk
meningkatkan perilaku lansia untuk berkunjung ke Posyandu lansia
harus melalui promosi kesehatan, ceramah, penyuluhan dan lain-lain.
Menurut Green (1980) dalam Notoatmojo (2012) bahwa perilaku
manusia yang terwujud dalam bentuk keaktifannya untuk datang ke
posyandu lansia ini merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan
seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi,
sikap dan sebagainya.
Kepatuhan merupakan suatu perekat yang mengikat
sekelompok manusia dengan sistem-sistem, kepatuhan dalam
mengikuti posyandu lansia merupakan hal yang penting bagi lansia
dalam meningkatkan derajat kesehatan, sehingga dimasa tuanya
lansia lebih berdaya guna.
Pendekatan dapat dilakukan oleh pimpinan puskesmas dan
pemegang program posyandu lansia dengan cara bekerja sama
dengan kader dan tokoh masyarakat agar sampel mengikuti kegiatan
di posyandu lansia, selain itu penyebab rendahnya kunjungan sampel
ke posyandu lansia adalah kurangnya pemerataan pelayanan
kesehatan terhadap lansia. Pendekatan dan pemerataan pelayanan
kesehatan perlu ditingkatkan lagi, agar sampel lebih aktif mengikuti
kegiatan di posyandu lansia yang akan berdampak pada peningkatan
kualitas hidup dan usia harapan hidup.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Handayani & Wahyuni (2012) yang mengatakan bahwa
ketidakaktifan lansia dikarenakan mayoritas lansia masih bekerja,
lansia tidak ingin bergantung pada keluarganya, lansia ingin hidup
mandiri tanpa bantuan dari keluarganya.
5. Pengaruh penyuluhan tentang pentingnya posyandu lansia
menggunakan leaflet
Hasil uji mann whitney menunjukkan untuk variabel kunjungan
nilai ρvalue (0,019) < 0,05 dan variabel pengetahuan nilai ρvalue
(0,031) < α 0,05 maka terdapat pengaruh penyuluhan pentingnya
posyandu lansia menggunakan leaflet terhadap peningkatan
pengetahuan dan kunjungan lansia .
Namun dalam penelitian ini masih terdapat lansia yang tidak
memanfaatkan posyandu ini dapat disebabkan karena lansia tidak atau
belum mengetahui manfaat dari posyandu lansia itu sendiri.
Predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan ini adalah kurangnya
pengetahuan lansia, keluarga serta masyarakat tentang posyandu
lansia baik dalam memahami dan mengetahui tujuan dan adanya
kegiatan posyandu lansia menyebabkan motivasi atau pemanfaatan
posyandu lansia oleh lansia akan berkurang (Ramdan, Suriah &
Sumiati, 2012).
Hasil penelitian yang dilakukan bahwa sampel tidak mengetahui
adanya Posyandu Lansia di wilayah kerja Puskesmas Labibia, bahkan
mereka berfikir bahwa posyandu diperuntukkan hanya pada balita
saja, sehingga dapat dipastikan bahwa lansia tersebut tidak melakukan
pemanfaatan terhadap posyandu lansia yang sudah ada, sedangkan
lansia lainnya sebenarnya mengetahui keberadaan posyandu lansia di
wilayah tersebut, namun karena jarak posyandu lansia yang cukup
jauh dari rumah dan tidak adanya keluarga yang mengantar jemput ke
posyandu lansia, maka lansia memutuskan untuk berobat ke
pelayanan kesehatan terdekat saja seperti praktik klinik dokter,
puskesmas dan sebagainya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Rahmita dkk (2015) bahwa hasil uji statistik didapatkan nilai
p value=0,018, karena nilai p value< α (0,05) maka Ho ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kunjungan
sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan kesehatan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Sebelum dilakukan penyuluhan menggunakan leaflet menunjukkan
sebagian besar pengetahuan kurang yaitu 46 (80,7%)
2. Setelah dilakukan penyuluhan menggunakan leaflet menunjukkan
sebagian besar pengetahuan cukup yaitu 45 responden (78,9%).
3. Sebelum dilakukan penyuluhan menggunakan leaflet menunjukkan
sebagian besar kunjungan kurang 43 responden (75,4%)
4. Setelah dilakukan penyuluhan menggunakan leaflet menunjukkan
sebagian besar kunjungan aktif sebanyak 51 responden (89,5%).
5. Ada pengaruh penyuluhan gizi terhadap peningkatan pengetahuan dan
kunjungan lansia di Posyandu Lansia yang dibuktikan