Upload
dinhkhanh
View
254
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PERBANDINGAN SOSIAL, SELF-ESTEEM, DAN
THIN IDEAL INTERNALIZATION TERHADAPBODY
DISSATISFACTION PADA IBU
DI JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Psikologi (S. Psi)
Oleh:
Muhamad Nursyaifuddin
NIM : 1111070000124
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
i
PENGARUH PERBANDINGAN SOSIAL, SELF-ESTEEM, DAN
THIN IDEAL INTERNALIZATION TERHADAPBODY
DISSATISFACTION PADA IBU
DI JAKARTA SELATAN
HALAMAN JUDUL
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Psikologi (S. Psi)
Oleh:
Muhamad Nursyaifuddin
NIM : 1111070000124
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
ii
PENGARUH PERBANDINGAN SOSIAL, SELF-ESTEEM, DAN
THIN IDEAL INTERNALIZATION TERHADAPBODY
DISSATISFACTION PADA IBU
DI JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Psikologi (S. Psi)
LEMBAR PERSETUJUAN
Oleh:
Muhamad Nursyaifuddin
NIM : 1111070000124
Pembimbing
Mohamad Avicenna, M.H.Sc.,Psy
NIP. 19770906 200604 1 004
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul “PENGARUH PERBANDINGAN SOSIAL, SELF-ESTEEM,
DAN THIN IDEAL INTERNALIZATION TERHADAP BODY
DISSATISFACTION PADA IBU DI JAKARTA SELATAN” telah diujikan
dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada 26 Februari 2016. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar sarjana psikologi (S.Psi) pada Fakultas
Psikologi.
Jakarta, 26 Februari 2016
Sidang Munaqasyah
Dekan/ Wakil Dekan/
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag., M.Si Dr. Abd. Rahman Shaleh, M.Si
NIP.19680614 199704 1 001 NIP.19720823 199903 1 002
Anggota
Dr. Risatianti Kolopaking,M.Si.,Psikolog Suta Haryanthi,M.Psi., T., Psikolog
NIP. 2012 0401 0901 NIP. 19771209 200912 2 002
Mohamad Avicenna, M.H.Sc.,Psy
NIP.19770906 200604 1 004
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 26 Februari 2016
Muhamad Nursyaifuddin
NIM : 1111070000124
v
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Februari 2016
C) Muhamad Nursyaifuddin
D) Pengaruh Perbandingan Sosial, Self-Esteem, dan Thin Ideal Internalization
terhadap Body Dissatisfaction pada Ibu di Jakarta Selatan
E) xiii + 91 halaman + lampiran
F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel perbandingan
sosial, self-esteem, dan thin ideal internalization terhadap body dissatisfaction
pada ibu di Jakarta Selatan. Subjek pada penelitian ini berjumlah 183 ibu
sebagai wanita yang telah melahirkan di daerah Jakarta Selatan yang diambil
dengan teknik non-probability sampling. Penulis memodifikasi alat ukur yang
terdiri dari Body Image Rating Scale (BIRS), Upward and Downward
Appearance Comparison Scale (UDACS), State Self-Esteem Scale (SSES),
dan Sociocultural Attitudes Toward Appearance Questionnaire-3 (SATAQ-
3). CFA (Confirmatory Factor Analysis) digunakan untuk menguji validitas
alat ukur dan Multiple Regression Analysis digunakan sebagai teknik untuk
menguji hipotesis penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh secara bersama-
sama dari perbandingan sosial, self-esteem, dan thin ideal internalization
terhadap body dissatisfaction pada ibu di Jakarta Selatan sebesar 47,4%. Hasil
uji hipotesis minor menunjukkan bahwa empat variabel memiliki pengaruh
yang signifikan antara lain, upward comparison, downward comparison,
physical appearance self-esteem, dan thin ideal internalization.
Ibu yang membandingkan tubuhnya (dengan yang lebih baik ataupun
lebih buruk daripada dirinya) cenderung mengalami ketidakpuasan akibat
objek yang dijadikan perbandingan tidak seimbang dengan dirinya sehingga
tertekan untuk menjadi lebih baik dan merasa tidak puas. Ibu yang
menginternalisasi tubuh ideal menurutnya dan tidak mampu mencapai tubuh
ideal yang telah ditetapkan juga akan mengalami ketidakpuasan. Begitu pula
dengan ibu yang memiliki penghargaan diri atas penampilan tubuhnya rendah
akan cenderung tidak merawat kondisi fisik tubuhnya sehingga muncul
ketidakpuasan. Penulis berharap implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikaji
kembali dan dikembangkan pada penelitian selanjutnya. Misalnya, dengan
lebih memperhatikan alat ukur yang digunakan dalam mengukur sebuah
variabel. Selain itu, untuk penelitian selanjutnya dapat menambah variabel
lain yang terkait dengan variabel body dissatisfaction yang dapat dianalisis
sebagai IV yang mungkin mempunyai pengaruh besar terhadap body
dissatisfaction pada ibu.
G) Bahan bacaan: 44; 8 buku + 35 jurnal
vi
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) February 2016
C) Muhamad Nursyaifuddin
D) The Influence of Social Comparison, Self-Esteem, and Thin Ideal
Internalization on Mother‟s Body Dissatisfaction in South Jakarta
E) xiii + 91 pages + appendix
F) This study aims to determine the effect of variable social comparison, self-
esteem, and thin ideal internalization on mother‟s body dissatisfaction in
South Jakarta. The subject in this research are 183 mother who was giving
birth in South Jakarta wich were taken with non-probability sampling
techniques. The researchers modify scales consists of Body Image Rating
Scale (BIRS), Upward and Downward Appearance Comparison Scale
(UDACS), State Self-Esteem Scale (SSES), and Sociocultural Attitudes
Toward Appearance Questionnaire-3 (SATAQ-3). CFA (Confirmatory Factor
Analysis) was used to test the validity of instrument and Multiple Regression
Analysis was used as technique to test the research hypothesis.
The results showed that there is an effect of social comparison, self-
esteem, and thin ideal internalization on mother‟s body dissatisfaction at
47,4%. Minor hypothesis test result indicated four variables that have
significant influences among others, upward comparison, downward
comparison, physical appearance self-esteem, and thin ideal internalization.
Mothers who compares herself (with a better or worse than her) tend
to experience dissatisfaction caused by an object that is used as the
comparison is not balanced with her so depressed to be better and they feel
dissatisfied. Mothers who internalize the ideal body according to her and is
not able to achieve the ideal body that has been set will also experience
dissatisfaction. Similarly, mother who has self-esteem on the appearance of a
low herself will tend to not take care of the physical condition of her body
that appeared dissatisfaction. The researcher hope the implication the findings
of this study can be received and developed in subsequent studies. Giving
more attention to measuring instruments used in measuring a variable, for
instance. Then, for further research can add another variable that can be
analyzed as an IV that may have a major influence on mother‟s body
dissatisfaction.
G) Reference: 44; 8 books + 35 journals
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil‟alamin, puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah swt
atas segala rahmat dan hidayah yang diberikan-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penelitian ini lancar dan tepat pada waktunya. Shalawat serta
salam semoga tetap Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala
perjuangannya sehingga kita dapat merasakan indahnya hidup dibawah naungan
Islam.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa terselesaikannya
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag., M.Si., Dekan Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya, yang memberikan peneliti
kesempatan belajar selama 4 tahun lebih di Fakultas Psikologi.
2. Bapak Mohamad Avicenna, M.H.Sc.,Psy, selaku dosen pembimbing skripsi.
Peneliti mengucapkan Terima kasih atas arahan, bimbingan, masukan,
motivasi, kritik, serta koreksi dalam pengerjaan skripsi ini.
3. Ibu Luh Putu Suta Haryanthi, M.Psi., T., Psikolog selaku penguji II dan Ibu
Dr. Risatianti Kolopaking, M.Si., Psikolog selaku penguji I atas koreksi dan
masukannya kepada penulis.
4. Ibu Liany Luzvinda, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik serta seluruh
dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu
viii
memberikan bimbingan, nasihat, semangat, dan masukan kepada peneliti
selama menempuh studi.
5. Orang tua dan kedua adik peneliti, Bapak H. Syahroni, Ibu Warisah, serta
adik-adik Lailah dan Alya, dan juga seluruh keluarga besar peneliti yang
selalu memberikan do‟a, kasih sayang, pengertian, perhatian, dan dukungan
baik moril maupun materiil.
6. Sahabat baik peneliti Sulistyanto, Bayu, Wahyu, Arrifandi, Khairu, Reza,
Faisal, Sony, Billy, Agung, Asyrofi, Dendy, Rijkaard, Syamsud, Samsi,
Raden, Intan, Silvia, Aulia, Nayla, Morita, Lia, Raf, Adani, Mulhimi, Fadhel,
Akbar, Fajri, Kaffa, Kurniawan, Robi, Aji, Rendy dan lainnya terimakasih
banyak atas dukungan dan diskusinya yang mencerdaskan.
7. Seluruh angkatan 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, 2013, dan 2014 yang
memberikan bantuan, dukungan, canda tawanya kepada peneliti.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
berkontribusi dalam penelitian ini. Pencapaian ini tidak akan terwujud tanpa
bantuan dari kalian semua.
Peneliti menyadari bahwa segala bentuk kekurangan yang disengaja
maupun tidak disengaja akan menjadi bahan perbaikan untuk menjadi lebih baik.
Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada setiap
pembaca.
Jakarta, 26 Februari 2016
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv ABSTRAK ............................................................................................................. v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................................... 12
1.2.1 Pembatasan masalah .............................................................................12
1.2.2 Perumusan masalah ...............................................................................13 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 14
1.3.1 Tujuan penelitian ..................................................................................14 1.3.2 Manfaat penelitian ................................................................................15
BAB 2 LANDASAN TEORI .............................................................................. 16 2.1 Body Dissatisfaction .................................................................................... 16
2.1.1 Definisi body dissatisfaction .................................................................16 2.1.2 Dampak body dissatisfaction ................................................................18 2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi body dissatisfaction .......................19 2.1.4 Dimensi body dissatisfaction ................................................................20
2.1.5 Pengukuran body dissatisfaction ...........................................................20 2.2 Perbandingan Sosial .................................................................................... 23
2.2.1 Definisi perbandingan sosial .................................................................23 2.2.2 Dimensi perbandingan sosial ................................................................26 2.2.3 Pengukuran perbandingan sosial ...........................................................27
2.3 Self-Esteem .................................................................................................. 27
2.3.1 Definisi self-esteem ...............................................................................27 2.3.2 Dimensi self-esteem ..............................................................................28 2.3.3 Pengukuran self-esteem .........................................................................29
2.4 Thin Ideal Internalization ............................................................................ 30 2.4.1 Definisi thin ideal internalization .........................................................30
2.4.2 Pengukuran thin ideal internalization ...................................................32
2.5 Kerangka Berpikir ....................................................................................... 32 2.6 Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 38
x
BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................................... 40 3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................................... 40
3.1.1 Populasi .................................................................................................40 3.1.2 Sampel ...................................................................................................40 3.1.3 Teknik pengambilan sampel .................................................................41
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel .............................. 41 3.2.1 Identifikasi variabel ..............................................................................41 3.2.2 Definisi operasional variabel ................................................................42
3.3 Instrumen Pengumpulan Data ..................................................................... 44 3.3.1 Skala body dissatisfaction .....................................................................44 3.3.2 Skala perbandingan sosial .....................................................................45 3.3.3 Skala self-esteem ...................................................................................46 3.3.4 Skala thin ideal internalization ..............................................................47 3.3.5 Variabel Demografis .............................................................................48
3.4 Uji Validitas Konstruk ................................................................................. 48 3.4.1 Uji validitas alat ukur body dissatisfaction ...........................................50 3.4.2 Uji validitas alat ukur perbandingan sosial ...........................................52
3.4.2.1 Uji validitas alat ukur upward comparison ....................................52 3.4.2.2 Uji validitas alat ukur downward comparison ...............................53
3.4.3 Uji validitas alat ukur self-esteem .........................................................54 3.4.3.1 Uji validitas alat ukur performance self-esteem .............................54 3.4.3.2 Uji validitas alat ukur social self-esteem........................................55 3.4.3.3 Uji validitas alat ukur physical appearance self-esteem ................57
3.4.4 Uji validitas alat ukur thin ideal internalization ...................................58 3.5 Teknik Analisis Data ................................................................................... 59 3.6 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 62
BAB 4 HASIL PENELITIAN ............................................................................ 64 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ........................................................... 64 4.2 Hasil Analisis Deskriptif ............................................................................. 65
4.3 Kategorisasi skor variabel ........................................................................... 66 4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian ..................................................................... 68 4.5 Analisis Proporsi Varians pada Masing-Masing Independent Variable ..... 73
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ........................................... 78 5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 78 5.2 Diskusi ......................................................................................................... 78 5.3 Saran ............................................................................................................ 87
5.3.1 Saran teoritis .........................................................................................87
5.3.2 Saran praktis ..........................................................................................88
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 88
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Bobot Nilai Tiap Item ...........................................................................44 Tabel 3.2Blue Print The Body Image Rating Scale (BIRS) ...................................45 Tabel 3.3 Blue Print The Upward and Downward Appearance Comparison Scale
(UDACS) ...............................................................................................46 Tabel 3.4Blue Print State Self-Esteem Scale (SSES) .............................................47
Tabel 3.5Blue Print Skala The Sociocultural Attitudes Toward Appearance
Questionnaire-3 (SATAQ-3).................................................................48 Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Body Dissatisfaction .............................................51 Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Upward Comparison .............................................53 Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Downward Comparison ........................................54 Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Performance Self-Esteem ......................................55 Tabel 3.10 Muatan Faktor ItemSocial Self-Esteem ................................................56 Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Physical Appearance Self-Esteem.......................57 Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Thin Ideal Internalization ...................................59 Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Usia, Pendapatan, dan IMT .....64 Tabel 4.2 Hasil Statistika Deskriptif ......................................................................65
Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor .....................................................................67 Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ...................................................67 Tabel 4.5 R Square ................................................................................................69
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ...................................................................37
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN .................................................................................93 SYNTAX DAN PATH DIAGRAM ....................................................................102 Output Regresi Stepwise ......................................................................................109
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Padabab pendahuluan peneliti menjelaskan mengenai latar belakang masalah,
pembatasan, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika
penulisan.
1.1 Latar Belakang
Fenomena mengenai ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh atau body
dissatisfactiontelah sering terjadi pada pria maupun wanita. Pada wanita
khususnya, fenomena tersebut kerap membuat mereka tidak nyaman dan mencari
solusi untuk membuat tubuhnya tetap tampak menarik. Wanita memiliki perhatian
yang besar terhadap penampilannya sehingga rela melakukan berbagai carademi
penampilan yang memuaskan.Neumark-Sztainer, Paxton, Hannan, Haines, dan
Story (2006) memaparkan bahwa sebagian besar wanita menyatakan tidak senang
terhadap tubuh mereka (body dissatisfaction) karena adanya gambaran negatif
mengenai bentuk tubuh mereka, sehingga memilih melakukan diet dan akhirnya
mengalami gangguan makan.
Sejalan dengan apa yang dikatakanNeumark-Sztaineret al.,Vartanian dan
Dey(2013)mendeskripsikan bahwa pada umumnya wanita membandingkan
penampilan mereka dengan orang lain dan menginternalisasikan tubuh yang ideal.
Namun sayangnya hal tersebut berimplikasi negatif terhadap gambaran tubuh
mereka. Wanita membandingkan dirinya dengan orang lain dan merasa bahwa
dirinya tidak lebih baik. Hal tersebut yang mengakibatkan timbulnya gambaran
2
negatif terhadap tubuhnya. Gambaran tubuh yang negatif tersebut berujung pada
body dissatisfaction yang lebih umum terjadi di kalangan wanita.
Dipertegas oleh Fallon (dalam Santrock, 2002), meskipun mengalami
kelebihan berat adalah persoalan umum bagi laki-laki maupun perempuan, namun
lebih banyak perempuan memandang dirinya memiliki masalah kelebihan berat
badan. Gambaran ideal seorang perempuan adalah perempuan yang lebih kurus
dari rata-rata berat perempuan dalam populasi, sehingga banyak perempuan
mempersepsikan dirinya lebih berat dari berat yang ideal.
Menurut Swami, Salem, Furnham, dan Tovee (2008),body
dissatisfactionmerupakan representasi dari perilaku membandingkan antara
bentuk tubuh yang sekarang dengan bentuk tubuh ideal. Terdapat kesenjangan
persepsi pada kaum wanitaantara bentuk tubuh sekarang dengan bentuk tubuh
ideal sehingga mereka selalu merasa tidak puas dengan kondisinya sekarang.Body
dissatisfaction ini sering terjadi karena adanya kegiatan membandingkan diri
dengan orang lain. Wanita selalu merasa tidak puas karena seringkali figur yang
dilihat sebagai perbandingan merupakan seorang model yang notabene memiliki
tubuh yang ideal (Swamiet al., 2008).
Hal senada juga diucapkan oleh Williamson, Gleaves, Watkins, dan
Schlundt (1993) dalam penelitiannya mengenai validasi pengukuran terhadap
body dissatisfaction, mengatakan bahwa body dissatisfaction telah
dikonseptualisasikan sebagai perbedaan antara ukuran tubuh sendiri dan perkiraan
ukuran tubuh yang ideal. Hasil dalam penelitiannya ini didapatkan bahwa
3
3
perbedaan yang timbul dari kesenjangan antara tubuh sendiri dan tubuh ideal
berkorelasi cukup tinggi pada wanita yang mengalami body dissatisfaction.
Permasalahan mengenai body dissatisfaction ini menjadi penting untuk
diteliti karena fenomena yang belakangan terjadi menunjukkan bahwa sebagian
besar kalangan wanita yang pernah melahirkan menampilkan indikasi bahwa
mereka mengalami body dissatisfaction. Terbukti dari wawancara yang dilakukan
oleh peneliti pada akhir Januari 2015 terhadap 10 ibu yang pernah melahirkan di
daerah Kemang, Jakarta Selatan. Berdasarkan observasi dan wawancara yang
dilakukan peneliti, daerah Kemang merupakan salah satu pusat kota yang
diibaratkan „holliwood-nya Jakarta‟. Sebagian besar masyarakat di Kemang
merupakan kalangan metroseksual dengan penampilan glamour. Hal tersebut
menyebabkan warga di sekitar Kemang menginternalisasikan bahwa penampilan
yang baik merupakan hasil dari pengamatan pada orang-orang di sekitarnya.
Sehingga ketika mereka tidak memperoleh tubuh ideal yang sama dengan orang-
orang di Kemang, maka mereka mengalami ketidakpuasan terhadap kondisi fisik
tubuhnya. Hasil observasi yang didapat menunjukkan bahwa sembilan dari
sepuluh ibu yang pernah melahirkan menyatakan tidak puas dengan bentuk
tubuhnya (body dissatisfaction). Rata-rata dari mereka merasa bahwa tubuhnya
terlihat agak „melar‟ setelah pernah mengalami proses persalinan.
Tujuh diantara mereka mengkonsumsi obat pelangsing atau jamu sebagai
usaha pemulihan bentuk tubuh. Satu dari mereka bahkan mengikuti kelas olahraga
khusus untuk ibu yang pernah melahirkan. Hal ini selaras denganhasil penelitian
lainnya oleh Gjerdingen, Fontaine,Crow, McGovern, Center, dan
4
4
Miner(2009)menyimpulkan bahwa pesepsi terhadap tubuh yang terjadi pada
wanita yang pernah melahirkan memburuk. Hal tersebut oleh Gjerdingen et al.
(2009) dikaitkan dengan terjadinya gangguan makan, berat badan yang
meningkat, kesehatan mental yang tidak stabil, parbedaan ras, status menyusui,
serta minimnya hubungan dengan kerabat dekat yang terjadi pada wanita yang
pernah melahirkan.
Permasalahan mengenai body dissatisfaction ini seringkali dianggap tidak
penting bagi sebagian besar kalangan. Padahal fenomena tersebut memiliki
dampak yang tidak bisa dianggap remeh seperti dalam beberapa kasus gangguan
makanyang dapat berakibat kematian.Penelitian yang dilakukan oleh
Heatherton(1993) menunjukkan bahwa secara keseluruhan beberapa wanita dapat
termotivasi untuk dietdikarenakan intensitas diri berfokus tentang persepsi mereka
saat ini yang merasa kelebihan berat badan. Wanita tidak ingin terlihat dengan
tampilan yang tidak memuaskan sehingga seringkali mereka melakukan diet demi
memperoleh ukuran tubuh yang ideal.Namun beberapa wanita melakukan diet
kronis dengan berlebihan dan memungkinkannya mengalami gangguan makan
yang dapat mengakibatkan kematian.
Dewasa ini perlunya pengetahuan mengenai body dissatisfaction telah
membuat banyak peneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian terhadap
variabel tersebut. Perhatian pada kesehatan meningkat diantara orang dewasa
muda, dengan perhatian khusus terhadap diet, berat badan, olah raga, dan
ketergantungan (Santrock, 2012). Disebutkan pula bahwa perkembangan fisik
pada manusia dewasa akan mencapai puncaknya dan bagi sebagian besar
5
5
kalangan dicapai di usia 30 tahun, seringkali juga antara usia 19-26 tahun yang
meliputi faktor penyebab seperti faktor fisiologis, kognitif, bahkan genetik.
Beberapa penelitian sebelumnya mendapatkan beberapa faktor yang
dianggap cukup mempengaruhi body dissatisfaction. Faktor-faktor tersebut
terbagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dalam
mempengaruhi body dissatisfaction meliputi: self-esteem (Heatherton& Polivy,
1991), thin ideal internalization (Vartanian et al., 2013), sensitivitas, poor coping
skill (Vander Wal& Thomas, 2004), locus of control (Pokrajac-Bulian & Živčić-
Bećirević, 2005),kecemasan, depression controlling (Kostanski& Gullone, 1998),
emotion regulation difficulity (Lavender& Anderson, 2010), self-concept
(Thomas, Ricciardelli, & Williams, 2000),kepribadian, dan negative affect
(Vander Wal & Thelen, 2000).
Sedangkan faktor eksternal dalam mempengaruhi body dissatisfaction
meliputi: parental and peer emphases, karakteristik keluarga (Vander Wal &
Thomas, 2004),marital satisfaction (kepuasan pernikahan), peer
relationships,body mass index (Friedman, Dixon, Brownell, Whisman, &
Wilfley,1999), parenting style,menopausal status (Slevec& Tiggemann, 2010),
social comparisonatau perbandingan sosial (Myers& Crowther, 2009), pendapatan
keluarga, danusia(Gjerdingenet al., 2009). Faktor-faktor tersebut berdasarkan
sejumlah penelitian sebelumnyadianggap memiliki korelasi yang cukup signifikan
terhadap body dissatisfaction. Penelitian kali ini mencoba membatasi variabel
penelitian pada perbandingan sosial, self-esteem, thin ideal internalization,
6
6
pendapatan keluarga,usia, dan indeks massa tubuh dalam pengaruhnya terhadap
body dissatisfactionpada ibu.
Sebagaimana telah dipaparkan di atas bahwa body dissatisfaction
merupakan hasil dari perilaku membandingkan antara ukuran tubuh seseorang
dengan ukuran tubuh ideal. Pada body dissatisfaction ini perilaku membandingkan
dikaitkan dengan teori social comparison atau perbandingan sosial. Perbandingan
sosial merupakan determinasi seseorang dalammenghadapi kemajuandalam
kehidupan dan sebagai hasilnya mereka seringkalikeluar dari standarapa yang
dapat mereka bandingkan dengan diri mereka (Festinger dalam Myers&
Crowther, 2009).
Perbandingan sosial merupakan salah satu penyebab munculnya perasaan
tidak puas (body dissatisfaction) terutama pada wanita. Hal ini dibuktikan oleh
Myers dan Crowther (2009) dalam penelitian meta analisisnya yang menyebutkan
bahwa ketika individu telah berindikasi dalam perilaku perbandingan sosial, maka
mereka memiliki tingkat kecenderungan yang tinggi terhadap body dissatisfaction.
Sependapat dengan Myers dan Crowther,Vartanian dan Dey (2013) dalam
penelitiannya juga menyimpulkan bahwa perbandingan sosial berkorelasi secara
positif terhadap body dissatisfaction. Perbandingan sosial dapat menjadi variabel
moderator dalam korelasi antara thin ideal internalization dan body
dissatisfaction. Selain menjadi moderator, perbandingan sosial juga secara
langsung dapat mempengaruhi body dissatisfaction.
Semakinsering seorang wanita membandingkan tubuhnya dengan tubuh
wanita lainmenyebabkan mereka semakin tidak puas dengan
7
7
tubuhnya.Perbandingan sosial merupakansalah satu faktor yang cukup penting
dalam pembentukkan body image yang kemudianakan mempengaruhi kepuasan
tubuh seseorang (Jones, 2001).
Perbandingan sosial dibedakan menjadi dua dimensi yaitu upward
comparison (perbandingan ke atas) dan downward comparison (perbandingan ke
bawah). Seseorang tidak membandingkan diri dengan target yang setara
dengannya, melainkan melakukan perbandingan dengan berbagai tingkat
preferensi terhadap target yang lebih tinggi atau lebih rendah darinya (O‟Brien,
Caputi, Minto, Peoples, Hooper, Kell, &Sawley, 2009). Penelitian O‟Brien et al.
(2009) menunjukkan bahwa konteks memberi konstribusi penting dalam memilih
target perbandingan, apakah model yang dipilih merupakan target yang relevan
untuk melakukan perbandingan.
O‟Brien et al. (2009) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa
seseorang yang melakukan perbandingan sosial ke atas (upward comparison)
cenderung mengalami ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh karena target yang
dijadikan perbandingan merupakan orang dengan bentuk tubuh yang jauh lebih
baik daripada dirinya sehingga pada akhirnya terjadi kompensasi beresiko
terhadap perilaku tidak puas. Sedangkan seseorang yang melakukan perbandingan
ke bawah (downward comparison) ditemukan cenderung puas dengan bentuk
tubuhnya. Hal ini dikarenakan dengan membandingkan diri terhadap orang lain
yang tidak lebih baik bentuk tubuhnya membuat seseorang mendapatkan perasaan
positif yang membuat dirinya puas dengan bentuk tubuhnya, terlepas dari titik
awal evaluasi diri yang dilakukannya.
8
8
Lain halnya dengan penelitian oleh Van Lange, Kruglanski, dan Higgins,
(2012) yang mendapatkan hasil bahwa seseorang yang melakukan perbandingan
sosial ke bawah (downward comparison) memiliki motivasi untuk meningkatkan
diri, bukan sekadar evaluasi diri. Seseorang berusaha untuk mencari dan
terpengaruh dengan orang lain yang dinilai menyerupai dirinya ketika ingin
mengukur dirinya dibanding orang lain dengan akurat. Dengan membandingkan
ke bawah seseorang berharap dapat mengurangi kecemasan tentang bentuk
tubuhnya. Hal tersebut memang dapat membuat perasaan seseorang membaik
namun dalam beberapa kasus menimbulkan reaksi negatif akan perbandingan ke
bawah. Karena memungkinkan seseorang justru mengalami kekhawatiran berlebih
dan mengalami body dissatisfaction.
Faktor lainnya yang cukup berpengaruh terhadap body dissatisfaction
adalah self-esteem.Pada kasus body dissatisfaction, self-esteem atau harga diri
sangat dipengaruhi olehpersepsi negatif dari individu yang berhubungan dengan
berat badan danbentuk tubuh (Daley, Jimerson, Heatherton, Metzger, & Wolfe,
2008). Penelitian Daley ini mengenai pasien penderitabulimia nervosa.
Iamendapatkan hasil bahwa kemungkinan besar penderita bulimia nervosa yang
memiliki self-esteem yang rendah berhubungan langsung dengan body
dissatisfaction.
Penelitian Pokrajac-Bulian dan Živčić-Bećirević(2005) memaparkan
bahwa penghargaan terhadap diri (self-esteem) sangat penting dalam
pengembangan citra tubuh yang positif, karena tubuh menurut pandangan orang
lain merupakan hal pertama yang dinilai dalam kontak sosial. Sementara seorang
9
9
individu dapat berhasil menyembunyikan beberapa karakteristiknya, kadang-
kadang bahkan untuk jangka waktu yang panjang, tubuh selalu terkena tatapan
dan penilaian dari orang lain.
Menurut Heatherton dan Polivy (1991) self-esteem dibedakan menjadi tiga
dimensi yaitu performance self-esteem, social self-esteem, dan physical
appearance self-esteem. Dalam penelitiannya Heatherton dan Polivy (1991)
mengungkapkan bahwa seseorang yang memiliki performance self-esteem tinggi
percaya bahwa mereka cukup pintar dan memiliki kemampuan yang baik dalam
caranya memperoleh tubuh yang ideal. Dibuktikan dengan hasil penelitiannya
bahwa performance self-esteem mempengaruhi body dissatisfaction dengan nilai
koefisien negatif, yang berarti performance self-esteem yang rendah memengaruhi
individu mengalami body dissatisfaction. Sedangkan seseorang yang memiliki
social self-esteem cenderung peduli terhadap pandangan orang lain tentang bentuk
tubuhnya dan berpengaruh langsung terhadap body dissatisfaction. Sehingga
individu yang rendah social self-esteem-nya seringkali cemas dalam pengalaman
sosialnya dan kerap khawatir akan bagaimana orang lain memandang tubuhnya.
Sementara physical appearance self-esteem mempengaruhi seseorang dalam
melihat kondisi fisik tubuhnya, bagaimana agar terlihat menarik dan menjadikan
stigma positif untuk dirinya.
Thin ideal internalization juga memiliki pengaruh terhadap body
dissatisfaction. Thin ideal internalization atau internalisasi mengenai tubuh yang
ideal merupakan bagaimana seorang individu dengan kemampuan kognisinya
10
10
memandang lingkungan sosial dan mendefinisikan tubuh yang ideal berdasarkan
kedekatannya dengan lingkungan sosial tersebut (Thompson & Heinberg, 1999).
Thin ideal internalizationini menurut Vartanian dan Dey (2013) dalam
penelitiannya merupakan frekuensi yang ditampilkan media kepada kebanyakan
wanita terhadap suatu yang diinginkannya. Konsekuensinya, wanita yang
menginternalisasikan tubuh ideal menurutnya dan gagal memperoleh penilaian
yang ideal akan cenderung memiliki perasaan negatif terhadap bentuk tubuhnya.
Dalam penelitiannya ini Vartanian dan Dey (2013) menyimpulkan bahwa thin
ideal internalization pada wanita setelah melakukan perbandingan dengan figur
yang diinternalisasikan memiliki tubuh ideal olehnya membuat konsep diri
terhadap persepsi tubuhnya rendah. Dalam kondisi ini, wanita cenderung
mempersepsikan tubuh secara negatif danmengalami body dissatisfaction.
Selain beberapa faktor tersebut, terdapat pula pengaruh pendapatan
keluarga(family income) danusia terhadap body dissatisfaction. Hal tersebut
dibuktikan oleh Gjerdingen et al. (2009) dalam penelitiannya yang menyebutkan
bahwa pada sampel wanita satu bulan pasca melahirkan yang memiliki
pandapatan rendah (low income) dari berbagai ras dan budaya memiliki citra
tubuh negatif yang cukup tinggi. Hal tersebut mempengaruhi ketidakpuasan tubuh
(body dissatisfaction) pada sampel penelitiannya, wanita dengan jangka waktu
satu bulan pasca melahirkan.
Penelitian Myers dan Crowther (2009) menyebutkan bahwa usia menjadi
variabel moderator antara perbandingan sosial terhadap body dissatisfaction.
Disebutkan juga dalam penelitiannya bahwa individu dengan usia muda memiliki
11
11
afeksi negatif yang lebih besar dalam penampilan tubuhnya dibanding individu
dengan usia yang lebih tua. Augustus-Horvath dan Tylka (2011) melalui
penelitiannya mendapatkan hasil bahwa individu dengan rentang usia dewasa
muda dan dewasa madya memiliki kesamaan tingkat body dissatisfaction-nya,
sedangkan pada individu dalam rentang usia dewasa akhir cenderung tidak peduli
dengan penampilan fisiknya lagi.
Faktor lain yang berperan penting pada body dissatisfaction adalah Indeks
Massa Tubuh (IMT) individu. IMT merupakan suatu skor yang didapat dengan
membagi berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m). Berdasarkan hasil
penelitian Bucchianeri, Arikian, Hannan, Eisenberg, dan Neumark-Sztainer
(2013), IMT berkaitan erat dengan body dissatisfaction. Semakin tinggi IMT,
maka semakin tinggi juga tekanan yang dirasakan dan diterima oleh individu,
menyebabkan semakin tinggi juga tingkat ketidakpuasan tubuh yang dirasakan
(Grogan, 2008).
Penjabaran diatas menunjukkan bahwa terdapat berbagai faktor yang
mempengaruhi body dissatisfaction pada ibu. Walaupun perbandingan sosial
dianggap sebagai faktor yang memiliki peranan utama, self-esteem, thin ideal
internalization, usia, pendapatan keluarga, dan IMT pada ibu turut berperan dalam
persepsi terhadap bentuk tubuhnya. Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Perbandingan Sosial,
Self-Esteem, dan Thin Ideal Internalization terhadap Body Dissatisfaction pada
Ibu di Jakarta Selatan”.
Terdapat perbedaan antara penelitian ini dibandingkan dengan penelitian-
12
12
penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut diantaranya adalah pada penelitian ini
menggunakan sampel ibu sebagai wanita yang pernah melahirkan, sehingga dapat
melihat pengaruh perbandingan sosial, self-esteem, thin ideal internalization, usia,
pendapatan keluarga, dan IMT dalam memprediksibody dissatisfaction pada ibu.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku body dissatisfaction, akan
tetapi masalah utama yang menjadi fokus penelitian ini adalah pengaruh
perbandingan sosial, self-esteem, thin ideal internalization, usia, pendapatan
keluarga dan IMT terhadap body dissatisfaction pada ibu di Jakarta Selatan. Agar
masalah yang dibahas tidak meluas, penulis memberikan batasan masalah sebagai
berikut:
a) Body dissatisfaction yang dibahas dalam penelitian ini mengacu pada definisi
yang dikemukakan oleh Shroff, Calogero, dan Thompson (2009)
yaitupersepsi negatif akan citra tubuh pada komponen afektif, kognitif, dan
perilaku terhadap penampilan fisiknya yang mencakup bentuk tubuh, dan
menyebabkan perasaan tidak senang atau tidak puas terhadap tubuhnya.
b) Perbandingan sosial dalam penelitian ini mengacu pada definisi yang
dikemukakan oleh Festinger (1954) yaitu suatu perilaku membandingkan
yang timbul dari kebutuhan untuk menilai diri sendiri (self-evaluation) dalam
hal ini menilai bentuk tubuh, dan kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan
membandingkan bentuk tubuhnya dengan orang lain.
c) Self-esteem dalam penelitian ini mengacu pada definisi yang dikemukakan
13
13
oleh Heatherton dan Polivy (1991) yaitu penilaian pribadi tentang
keberhargaan terhadap kondisi fisik tubuhnya, aktivitas yang dilakukan, serta
sikap terhadap lingkungan sosial yang diekspresikan kedalam tingkah laku
yang ditunjukkan pada dirinya sendiri.
d) Thin ideal internalizationdalam penelitian ini mengacu pada definisi yang
dikemukakan oleh Thompson dan Heinberg (1999) yaitu bagaimana seorang
individu dengan kemampuan kognisinya memandang lingkungan sosial dan
mendefinisikan tubuh yang ideal berdasarkan kedekatannya dengan
lingkungan sosial tersebut.
e) Usia dalam penelitian ini mengacu oleh penelitian sebelumnya oleh
Augustus-Horvath dan Tylka (2011) yaitu ibu yang telah memiliki anak
dalam rentang usia dewasa awal dan dewasa madya.
f) Pendapatan keluarga dalam penelitian ini adalah jumlah penghasilan yang
didapatkan oleh keluarga responden setiap bulannya berdasarkan UMK
Jakarta Selatan tahun 2015.
g) Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam penelitian ini mengacu pada teori yang
dikemukakan oleh Grogan (2008) yaitu skor yang didapat dengan membagi
berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m) pada ibu yang pernah
melahirkan dan memiliki anak.
1.2.2 Perumusan masalah
Merujuk pada latar belakang yang telah diuraikan maka penulis merumuskan
masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh perbandingan sosial (upward social comparison /
14
14
perbandingan ke atas dan downward social comparison / perbandingan ke
bawah), self-esteem (performance self-esteem, social self-esteem, dan
physical appearance self-esteem), thin ideal internalization, usia, pendapatan
keluarga, dan IMT terhadap body dissatisfaction pada Ibu?
2. Berapa besar sumbangan perbandingan sosial (upward social comparison /
perbandingan ke atas dan downward social comparison / perbandingan ke
bawah), self-esteem (performance self-esteem, social self-esteem, dan
physical appearance self-esteem), thin ideal internalization, usia, pendapatan
keluarga, dan IMT terhadap body dissatisfaction pada Ibu?
3. Dimensi apakah dari perbandingan sosial, self-esteem, thin ideal
internalization, usia, pendapatan keluarga, dan IMT yang berpengaruh secara
signifikan terhadap body dissatisfaction pada Ibu?
4. Prediktor mana yang paling besar pengaruhnya terhadap body dissatisfaction
pada Ibu?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Secara pokok penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah yang
telah disampaikan di atas. Karenanya penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui bagaimana pengaruh perbandingan sosial, self-esteem, thin ideal
internalization, usia, pendapatan keluarga, dan IMT dalam memprediksi body
dissatisfaction pada Ibu.
2. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi
yang diberikan oleh perbandingan sosial, self-esteem, thin ideal
15
15
internalization, usia, pendapatan keluarga, dan IMT dalam memprediksi body
dissatisfaction pada Ibu.
1.3.2 Manfaat penelitian
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan
psikologi, khususnya dalam bidang psikologi klinis. Sehingga menambah ilmu
baru bagi peneliti. Selain itu, instansi terkait seperti Depkes untuk dapat
memberikan promosi kesehatan mengenai body dissatisfaction.
Selain itu secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
kaum Ibu sebagai wanita yang pernah melahirkan. Sebagai pengetahuan dan
gambaran dalam memahami konsekuesi terhadap bentuk tubuh setelah pernah
melahirkan dan meningkatkan self-esteem terhadap dirinya sehingga mampu
mengatasi permasalahan mengenai bentuk tubuh secara baik.
16
BAB 2
LANDASAN TEORI
Dalam babini akan dipaparkan mengenai teori yang digunakan dalam penelitian
yang terdiri dari sub bab deskriptif teoritis yang membahas mengenai body
dissatisfaction, perbandingan sosial, self-esteem, dan thin ideal internalization.
Kemudian dilanjutkan dengan kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.
2.1 Body Dissatisfaction
2.1.1 Definisi body dissatisfaction
Body dissatisfaction merupakan bagian dari body image (citra tubuh), yang mana
citra tubuh negatif dikaitkan dengan ketidakpuasan terhadap tubuh (body
dissatisfaction). Body imageoleh Grogan (2008) didefinisikan sebagai persepsi,
pemikiran, dan perasaan seseorang mengenai tubuhnyadan biasa diartikan
bersamaan dengan bagaimana seseorang mempersepsikan ukuran tubuhnya,
menilai apakah tubuhnya menarik atau tidak, dan emosiyang berkaitan dengan
bentuk dan ukuran tubuh seseorang.
Menurut Cash, Fleming, Alindogan, Steadman, dan Whitehead(2002),
citra tubuh negatif berarti adanya ketidakpuasan dengan beberapa aspek
penampilan fisik seseorang. Seorang individu bisa saja menunjukkan tingkat
ketidakpuasan terhadap salah satu tampilan fisik meskipun menunjukkan
kepuasan pada tampilan fisik yang lain. Dengan kata lain, ada beberapa aspek dari
penampilan individu yang dievaluasi negatif.
17
Body image dapat mengalami gangguan (disturbance).Paap dan
Gardner(2011) membagi body image disturbance (gangguan citra tubuh) menjadi
dua komponen, yaitu komponen perseptual (perceptual component) dan
komponen subyektif (subjective component). Gangguan pada komponen
perseptual mengakibatkan distorsi citra tubuh (body image distorsion), yaitu
terkait dengan akurasi seseorang dalam mempersepsikan bentuk tubuhnya
(misalnya; individu percaya bahwa ukuran tubuhnya lebih besar dari ukuran yang
sebenarnya). Gangguan pada komponen perseptual ini ditemui pada populasi
klinis untuk eating disorder (gangguanmakan) seperti anorexia nervosa dan
bulimia, dimana salah satu cirinya adalah individu mengalami
autocromasomatognosia, yang terdiri dari halusinasi dan delusi tentang bentuk
tubuh yang dipersepsikan lebih besar dari ukuran sebenarnya.
Gangguanpadakomponen subyektif yang oleh Shroffet al. (2009) dibagi
menjadi komponen afektif, kognitif, dan perilaku, dapat mengakibatkan body
dissatisfaction. Penderita dengan gangguan ini dapat ditemui pada populasi non
klinis. Jadi dapat dikatakan bahwa body dissatisfaction merupakan gangguan citra
tubuh pada komponen afektif, kognitif, dan perilaku.
Williamsonet al. (1993) mengatakan bahwa body dissatisfaction
merupakan kesenjangan yang terjadi pada seseorang akibat adanya perbedaan
antara bentuk tubuhnya sendiri dengan bentuk tubuh ideal yang diharapkan.Cash
dan Henry (1995), mengungkapkan body dissatisfaction sebagai pikiran dan
perasaan negatif individu terkait dengan ukuran, bentuk, dan berat tubuhnya, dan
18
18
biasanya meliputi perbedaan yang dirasakan antara penilaian seseorang terhadap
tubuhnya dengan tubuh yang diidealkan.
Dalam penelitian selanjutnya dari Cashet al. (2002), body dissatisfaction
merupakan evaluasi negatif seseorang terhadap penampilannya dan keinginan
untuk terlihat lebih menarik secara fisik. Begitu pula Grogan (2008), yang
menyebutkan seseorang dengan body dissatisfaction merupakan seseorang dengan
pandangan dan perasaan negatif mengenai tubuhnya. Selanjutnya Shroffet al.
(2009), mendefinisikan body dissatisfaction sebagai ketidaksenangan atau
ketidakpuasan seseorang terhadap aspek-aspek dari tubuh (kognitif, afektif, dan
perilaku).
Dari definisi-definisi yang tersebut diatas, peneliti memilih menggunakan
teori yang diusung oleh Shroffet al.(2009) yang berpendapat bahwa body
dissatisfactionmerupakan persepsi negatif citra tubuh pada komponen afektif,
kognitif, dan perilaku terhadap penampilan fisiknya yang mencakup bentuk tubuh,
dan menyebabkan perasaan tidak senang atau tidak puas terhadap tubuhnya.
2.1.2 Dampak body dissatisfaction
Body dissatisfaction merupakan prediktor utama pada gangguan makan (eating
disorder), terutama pada bulimia dan anorexia nervosa (Heatherton, 1993).
Virtanian dan Dey (2013) juga menyebutkan bahwa body dissatisfaction dapat
menyebabkan suasana hati depresif karena selalu membandingkan tubuh yang
dimilikinya dengan tubuh orang lain yang menurutnya ideal. Begitu juga
Gjerdingen et al. (2009) yang berasumsi bahwa body dissatisfaction berpeluang
19
19
mengakibatkan ketidakstabilan kesehatan mental pada wanita yang pernah
melahirkan.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi body dissatisfaction
Terdapat beberapa faktor yang dianggap cukup mempengaruhi body
dissatisfaction. Faktor-faktor tersebut terbagi menjadi faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal dalam mempengaruhi body dissatisfaction meliputi: self-
esteem (Heatherton & Polivy, 1991), thin ideal internalization (Virtanian et al.,
2013), sensitivitas, poor coping skill (Vander Wal & Thomas, 2004), locus of
control (Pokrajac-Bulian & Živčić-Bećirević, 2005), kecemasan, depression
controlling (Kostanski & Gullone, 1998), emotion regulation difficulity (Lavender
& Anderson, 2010), self-concept (Thomas, Ricciardelli, & Williams, 2000),
kepribadian, dan negative affect (Vander Wal & Thelen, 2000).
Sedangkan faktor eksternal dalam mempengaruhi body dissatisfaction
meliputi: parental and peer emphases, karakteristik keluarga (Vander Wal &
Thomas, 2004), marital satisfaction (kepuasan pernikahan), peer relationships,
body mass index (Friedman, Dixon, Brownell, Whisman, & Wilfley, 1999),
parenting style, menopausal status (Slevec & Tiggemann, 2010), social
comparison atau perbandingan sosial (Myers & Crowther, 2009), pendapatan
keluarga, dan usia (Gjerdingen et al., 2009). Faktor-faktor tersebut berdasarkan
sejumlah penelitian sebelumnya dianggap memiliki korelasi yang cukup
signifikan terhadap body dissatisfaction.
20
20
2.1.4 Dimensi body dissatisfaction
Body dissatisfactiondalam pengukurannya dapat diasosiasikan dengan tiga
kategori (komponen afektif, kognitif, dan perilaku) seperti yang terdapat dalam
gangguan citra tubuh (Shroffet al., 2009):
1. Komponen afektif. Komponen ini berbicara tentang perasaan dan emosi
individu terhadap penampilan dan bentuk fisiknya. Dikatakan pula bahwa
seseorang yang mengalami body dissatisfactionakan mengalami perasaan
negatif terhadap bentuk tubuhnya. Ia tidak menyukai bentuk tubuhnya.
2. Komponen kognitif. Komponen ini merupakan persepsi dan pemikiran
individu tentang penampilan tubuhnya. Dalam komponen ini, pengetahuan dan
informasi yang berkaitan dengan citra tubuh disimpan dan diproses. Informasi-
informasi tersebut berupa pengetahuan mengenai bentuk dan ukuran tubuhnya
sendiridengan bentuk dan ukuran tubuh yang dianggap positif atau negatif oleh
lingkungan sosial.
3. Komponen perilaku.Komponen ini muncul berdasarkan pengaruh komponen
kognitif dan afektif. Komponen ini menitikberatkan pada penghindaran situasi
yang menyebabkan individu mengalami ketidaknyamanan yang berhubungan
dengan penampilan fisik.
2.1.5 Pengukuran body dissatisfaction
Terdapat beberapa teknik yang seringkali digunakan dalam pengukuran body
dissatisfaction pada wanita. Grogan (2008) menjelaskan secara singkat
perkembangan teknik pengukuran yang digunakan dalam mengukur tingkat body
dissatisfaction, diantaranya:
21
21
a) Figural rating scales/Skala figur tubuh. Skala pengukuran ini dikenal juga
dengan teknik siluet. Dikembangkan pada tahun 1950-an dan tetap banyak
digunakan dalam pengukuran kuantitatif terhadap tingkat dan arah
ketidakpuasan tubuh. Dalam teknik yang terakhir dikembangkan oleh
Stunckard pada tahun 1983 ini, terdapat 9 figur/siluet yang ditampilkan mulai
dari ukuran yang sangat tipis hingga yang sangat gemuk, dan kemudian
partisipan diminta untuk memilih figur/siluet yang paling mendekati ukuran
tubuhnya sendiri dan yang merepresentasikan ukuran tubuh ideal menurutnya.
Perbedaan antara kedua figur yang dipilih ini dipandang sebagai indikasi
kepuasan/ketidakpuasan yang dialami partisipan, dan figur yang dipilih juga
mengindikasikan apakah tubuh ideal menurutnya lebih tipis atau lebih gemuk
dari ukuran tubuhnya saat ini.
b) Questionnaire/Kuisioner. Cara lain untuk menilai body dissatisfaction adalah
dengan kuisioner. Kuisioner gambaran tubuh dirancang untuk memberikan
ukuran kuantitatif dari aspek citra tubuh. Fokus utamanya adalah langkah-
langkah yang dirancang untuk menilai ketidakpuasan tubuh secara global, dan
juga sebagai review yang lengkap dalam pengukuran terhadap seluruh aspek
body dissatisfaction. Kuisioner yang sering digunakan antara lain:
(1) The Body Cathexis Scale yang dikembangkan pada tahun 1950-an oleh
Secord dan Jourard (1953). Pengukuran dengan 10 poin skala pengukuran
(1 = sangat tidak puas, sampai 10 = sangat puas) ini untuk mendapatkan
indikasi skor ketidakpuasan.
22
22
(2) The Eating Disorder Inventory (EDI) oleh Garner, Olmsted, dan Polivy
(1983). Untuk mengukur citra tubuh seseorang dalam hubungannya
dengan gangguan makan.
(3) The Body Shape Questionnaire (BSQ) oleh Cooper, Taylor, Cooper, dan
Fairburn (1987). Terdiri dari 34 item yang berkaitan dengan konsekuensi
bentuk tubuh.
(4) The Body Attitudes Questionnaire (BAQ) yang dikembangkan oleh Ben-
Tovim dan Walker pada tahun 1991. Terdiri dari 6 aspek: fatness, self-
disparagement, strength, salience of weight, attractiveness, dan
consciousness of lower-body fat.
(5) The Body Image Rating Scale (BIRS) oleh Gonzalez-Marti, Bustos,
Jordan, dan Mayville (2012) yang mengadopsi teori dari Shroff et al.
(2009). Terdiri 15 item yang mengukur 3 aspek: kognitif, afektif, dan
perilaku.
(6) The Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire Appearance
Scale (MBSRQ-AS) oleh Cashet al. (2002). Pengukuran dengan 7 item
evaluasi penampilan, 12 item orientasi penampilan, 4 item pengalaman
kelebihan berat badan, dan 2 item mengukur klasifikasi berat tubuh.
Seluruh item dinilai dengan lima poin skala Likert (Sangat Setuju, Setuju,
Cukup, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju).
c) Interview/Wawancara. Cara lain untuk mengetahui bagaimana wanita
merasakan bentuk dan ukuran tubuhnya adalah dengan mewawancarai
mereka secara semi-struktur ataupun tidak terstruktur. Dengan teknik ini,
23
23
peneliti dapat membincangkan permasalahan terhadap bentuk tubuh pada
wanita dengan santai, biasanya dimulai dengan membuat guideline
pertanyaan menyangkut topik yang akan didiskusikan. Tokoh yang
memperkenalkan cara ini adalah Charles dan Kerr (1986).
Pada penelitian ini peneliti memutuskan untuk menggunakan teknik
pengukuran kuisioner dengan menggunakan skala yang dikembangkan oleh
Gonzalez-Martiet al. (2012) yaitu The Body Image Rating Scale (BIRS). Peneliti
menggunakan skala ini dan mengadaptasinya karena dianggap cukup mewakili
teori yang diutarakan oleh Shroffet al. (2009) dengan segala pembaharuannya.
Selain itu alat ukur ini juga dinilai konsisten (a = .73-.80), BIRS memiliki tingkat
relabilitas dengan test-retest setelah dua minggu (r = .76–.89), serta validitas
konstruk yang diakui mengukur body dissatisfaction.
2.2 Perbandingan Sosial
2.2.1 Definisi perbandingan sosial
Teori perbandingan sosial dikembangkan oleh Festinger (1954) yang pada
mulanya mempunyai hipotesis bahwa setiap orang mempunyai dorongan (drive)
untuk menilai pendapat dan kemampuannya sendiri dengan cara
membandingkannya dengan pendapat dan kemampuan orang lain. Dengan cara
itulah orang bisa mengetahui bahwa pendapatnya benar atau tidak dan seberapa
jauh kemampuan yang dimilikinya.
Teorisocial comparison (perbandingan sosial) dari Festinger (1954) ini
menjelaskan bahwa setiap individu menginginkan penilaian yang tepat dalam
mengevaluasi kemampuan, perilaku, dan penampilannya. Ketika individu dapat
24
24
mengevaluasi diri secara langsung, individu mencari cara untuk melakukan hal
tersebut dengan cara melakukan perbandingan antara dirisendiri dengan individu
lain, atau yang biasa disebut dengan perbandingan sosial. Festinger (1954)
mencatat bahwa individu akan melakukan perbandingan sosial ketika cara-cara
yang obyektif untuk evalusi diri tidak tersedia, maka membandingkan diri sendiri
kepada orang lain dilakukan dalam upaya untuk memenuhi dorongan dasar
manusia untuk evaluasi diri.Festinger (1954) menyebut perbandingan sosial
sebagai proses saling mempengaruhi dan perilaku saling bersaing dalam interaksi
sosial ditimbulkan oleh adanya kebutuhan untuk menilai diri sendiri (self-
evaluation) dan kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan membandingkan diri dengan
orang lain.
Menurut Festinger (1954) seseorang selalu ingin terlihat lebih baik dari
orang lain karena lebih baik dari orang lain merupakan sesuatu yang membuatnya
dapat menyesuaikan diri dengan kultur barat dalam kehidupannya. Hal inilah yang
kemudian mendorong seseorang untuk melakukan perbandingan ke atas (upward
comparison). Setelah penelitian oleh Festinger pada 1954, banyak penelitian
selanjutnya yang mulai fokus pada perbandingan sosial sebagai cara peningkatan
diri, memperkenalkan konsep perbandingan bawah dan ke atas (downward
&upward) dan memperluas motivasi perbandingan sosial (Van Langeet al., 2012).
Jones (2001) mendefinisikan perbandingan sosial sebagai penilaian
kognitif yang dibuat oleh individu tentang atribut tertentu yang dimilikinya
dibandingkan dengan atribut orang lain. Wheeler (dalam Van Langeet al., 2012)
menjelaskan bahwa perbandingan sosial dilakukan seseorang sebagai bentuk dari
25
25
kognisi sosial. Seseorang berpikir untuk membuat evaluasi terhadap dirinya serta
peningkatan diri yang bertujuan agar dirinya lebih baik. Selain itu, dalam konteks
objek perbandingan seseorang melakukan perbandingan sosial tergantung dengan
jenis mereka. Dimana setiap wanita akan membandingkan dirinya dengan wanita
juga, begitu pula dengan pria yang akan membandingkan dirinya dengan sesama
pria. Bahkan perbandingan dilakukan dengan objek yang lebih spesifik. Sebagai
contoh, seorang wanita yang telah menikah akan membandingkan dirinya dengan
wanita yang telah menikah pula, perbandingan bisa dilakukan dalam hal
kebahagiaan dalam pernikahan dan sebagainya (Wheeler dalam Van Langeet al.,
2012).
Menurut Wheeler (dalam Van Langeet al., 2012) hal yang menjadi motif
seseorang melakukan perbandingan sosial adalah evaluasi diri. Seseorang
berharap dapat meningkatkan kualitas dirinya dengan membandingkan diri
dengan orang lain. Dalam perilaku membandingkan ini seseorang akan
menemukan dua jenis perbandingan yaitu ke bawah dan ke atas (downward
&upward comparison). Seseorang melakukan perbandingan ke bawah ketika
dirinya sedang merasa senang sehingga implikasi berikutnya pun demikian.
Sedangkan ketika melakukan perbandingan ke atas, seseorang tersebut boleh
dikatakan ingin mendapatkan reaksi positif setelah melakukan jenis perbandingan
tersebut.
Van Langeet al. (2012) kemudian berpendapat bahwa motivasi seseorang
dalam melakukan perbandingan meluas tidak hanya sekedar bentuk evaluasi diri
melainkan meningkatkan kemampuan diri. Seseorang melakukan perbandingan ke
26
26
bawah ketika dirinya hendak mengurangi kecemasannya serta meningkatkan well
being pada dirinya. Sedangkan ketika dia menginginkan inspirasi dan
mendapatkan informasi agar dirinya terus berkembang maka ia melakukan
perbandingan ke atas. Jadi perbandingan sosial entah itu upward ataupun
downward yang dilakukan oleh seseorang memiliki tujuan agar dapat
meningkatkan diri menjadi individu yang lebih baik.
Berdasarkan pengertian diatas, peneliti menggunakan teori dari Festinger
(1954) yang dapat disimpulkan bahwa perbandingan sosial merupakan proses
saling mempengaruhi dan perilaku saling bersaing dalam interaksi sosial
ditimbulkan oleh adanya kebutuhan untuk menilai diri sendiri (self-evaluation)
dan kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan membandingkan diri dengan orang lain.
Dibedakan menjadi dua yaitu perbandingan ke atas dan perbandingan ke bawah.
2.2.2 Dimensi perbandingan sosial
Menurut Festinger (1954), teori perbandingan sosial ini dibedakan menjadi dua
tipe:
a) Upward comparisonatau perbandingan ke atas, yaitu ketika individu
membandingkan dirinya dengan orang lain yang mereka percaya lebih baik
daripada dirinya.
b) Downward comparisonatau perbandingan ke bawah, yaitu ketika individu
membandingkan dirinya dengan orang lain yang mereka percaya lebih buruk
daripada dirinya.
Upward comparison lebih kepada membuat konsekuensi negatif, termasuk
merendahkan self-esteem. Sedangkan downward comparison lebih kepada
27
27
membuat konsekuensi positif, termasuk meningkatkan self-esteem (Myers dan
Crowther, 2009).
2.2.3 Pengukuran perbandingan sosial
Pengukuran terhadap perbandingan sosial telah banyak dilakukan salah satunya
oleh O‟Brien et al. (2009) dengan alat ukur yang dinamakan The Upward and
Downward Appearance Comparison Scale (UDACS). UDACS ini mengukur
seberapa sering individu melakukan perbandingan dirinya terhadap orang lain
yang terdiri dari dua subskala: upwarddandownward. Untuk kedua subskala
tersebut, setiap item menggunakan 5 poin skala (1 = Sangat Tidak Setuju, hingga
5 = Sangat Setuju), yang kemudian diadaptasi oleh peneliti menjadi 4 poin skala.
Rata-rata item dengan skor tinggi diindikasikan dengan keseringan subjek dalam
melakukan perbandingan sosial atas penampilannya. Peneliti menggunakan alat
ukur UDACS dalam penelitian ini karena dimensi dari pengukuran ini sesuai
dengan teori yang diungkapkan Festinger (1954) dan dengan segala pembaharuan
yang diadaptasi oleh O‟Brien et al. (2009). Selain itu validitas alat ukur ini
dianggap cukup baik dengan skor nilai 0.66, sedangkan nilai reliabilitas sebesar
0.79.
2.3 Self-Esteem
2.3.1 Definisi self-esteem
Istilah self-esteem dalam bahasa indonesia disebut dengan penghargaan diri.
Heatherton dan Polivy (1991) mendefinisikan self-esteem sebagai penilaian
pribadi tentang keberhargaan yang diekspresikan kedalam tingkah laku yang
ditunjukkan pada dirinya sendiri. Penilaian tersebut berupa penolakan atau
28
28
penerimaan terhadap dirinya. Penolakan atau penerimaan mengindikasikan
sejauhmana orang tersebut mempercayai kemampuan, kesuksesan dan rasa
berharga pada dirinya sendiri.
Menurut Minchinton (1993) self-esteem adalah penilaian terhadap diri
sendiri. Self-esteem dijadikan tolak ukur harga diri sebagai seorang manusia,
berdasarkan pada kemampuan penerimaan atau penolakan diri dan perilaku.
Adapun menurut Rosenberg (dalam Martín, Núñez, Navarro, dan Grijalvo,
2007)self-esteem merupakan perasaan dan pemikiran individu tentang penilaian
terhadap diri sendiri yang menganggap dirinya berharga. Penilaian tersebut berupa
penilaian positif atau negatif terhadap dirinya sejauh mana individu tersebut
merasa berharga dan menerima dirinya sendiri. Dideskripsikan juga sebagai
keberhargaan terhadap diri sendiri atau perasaan menerima diri sendiri secara
menyeluruh berdasarkan pada keyakinan mengenai apa dan siapa diri kita
sebenarnya.
Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori
Heatherton dan Polivy (1991) yang mendefinisikan self-esteem sebagai penilaian
pribadi tentang keberhargaan yang diekspresikan kedalam tingkah laku yang
ditunjukkan pada dirinya sendiri. Dibagi menjadi tiga dimensi yaitu performance
self-esteem, social self-esteem, dan physical appearance self-esteem.
2.3.2 Dimensi self-esteem
Menurut Heatherton dan Polivy (1991),self-esteem dapat dikonstruk menjadi tiga
komponen utama yakni :
29
29
a) Performance self-esteem, mengacu pada kompetensi umum seseorang meliputi
kemampuan intelektual, performa hasil sekolah, kapasitas diri, percaya diri,
self-efficacy danself-agency.
b) Social self-esteem, mengacu pada bagaimana seseorang mempercayai
pandangan orang lain menurut mereka. Apabila orang lain terutama significant
others menghargai mereka maka akan memiliki social self-esteem yang tinggi.
Seseorang dengan social self-esteem yang rendah akan merasakan kecemasan
ketika berada di publik dan akan sangat khawatir mengenai image mereka dan
bagaimana orang lain memandang mereka.
c) Physical appearance self-esteem, mengacu pada bagaimana seseorang melihat
fisik mereka meliputi skills, penampilan menarik, body image dan juga stigma
mengenai ras dan etnis.
2.3.3 Pengukuran self-esteem
Berdasarkan penelitian terdahulu, terdapat beberapa cara untuk mengukur self-
esteem seseorang, yaitu:
1. Janis-Field Feelings of Inadequacy Scale (JFS) terdiri dari 23 item yang
dikembangkan oleh Janis dan Field pada tahun 1959. Skala ini mengukur self-
regard, kemampuan akademik, kepercayaan sosial, dan penampilan. Kemudian
pada tahun 1980, JFS dimodifikasi oleh Fleming dan Courtney pada tahun
1984 dengan mengganti format responnya (5-7 poin skala) dan menambahkan
pertanyaan untuk dimensi lain dari self-esteem (Heatherton & Polivy, 1991).
30
30
2. Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) adalah alat ukur yang dikembangkan
oleh Rosenberg pada tahun 1965, terdiri dari 10 item dengan menggunakan
skala likert 1 sampai 4 (Martínet al., 2007).
3. State Self-Esteem Scale (SSES) adalah alat ukur yang dikembangkan oleh
Heatherthon dan Polivy pada tahun 1991 merupakan pengembangan dari Janis-
Feild Feellings of Inadequacy Scale (JFS). Terdiri dari 20 item dengan format
respon skala likert 1 sampai 5 (Heatherton & Polvy, 1991).
Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada State Self-
Esteem Scale (SSES) yang dikembangkan oleh Heatherton dan Polivy (1991).
Instrumen yangdigunakan peneliti dalam penelitian ini terdiri dari 7 item yang
mengukur aspek performance self-esteem, 7 item mengukur social self-esteem,
dan 6 item mengukur physical appearance self-esteem. Alat ukur ini memiliki
nilai validitas yang cukup baik yaitu sebesar 0.92.
2.4Thin Ideal Internalization
2.4.1 Definisi thin ideal internalization
Thompson dan Heinberg (1999) mendefinisikan thin ideal internalization yaitu
sebagai hal yang mengacu pada individu yang secara kognitif
menginternalisasikan tubuh ideal yang didefinisikan secara sosial dari ketertarikan
dan terlibat dari perilaku yang dirancang untuk mewujudkan keidealan tersebut.
Ata, Thompson, dan Small (2011) mendefinsikannya sebagai proses
dimana seseorang telah didukung atau dibawa untuk melihat ke titik yang menjadi
bagian dari sistem kepercayaan mereka.Proses internalisasi ini disebut juga
sebagai reinforcement socialatau penguatan ulang dalam lingkungan sosial (Stice
31
31
dan Whitenton, 2002). Secara teoritis dapat dijelaskan dengan teori belajar sosial
dari Bandura, bahwa individu dapat belajar dan lingkungan melalui pengamatan
(Gunarsa, 1982).
Setelah seseorang melakukan pengamatan terhadap sesuatu model, ia akan
menetapkannya. Hasil pengamatan ini kemudian diyakini terhadap suatu model
dan diperlihatkan atau direproduksikan dalam tingkah laku yang nyata,
bergantung pada kemauan atau motivasi yang ada. Kalau motivasinya kuat untuk
memproduksikannya, misalnya karena ada hadiah atau keuntungan, maka ia akan
melakukan hal itu. Kalau ia tidak memproduksikannya, lambat laun akan
menghilang motivasinya. Selain motivasi, ia perlu mengulang perbuatannya, agar
ia memperkuat ingatannya dan bisa memperlihatkan tingkahlaku sebagai hasil
meniru suatu model (Gunarsa, 1982).
Dalam proses sosialisasi, seperti sosialisasi citra tubuh ideal oleh media
massa, reinforcement social merupakan faktor lain dalam terjadinya proses
peniruan terhadap model-model sehingga apa yang telah ditiru menjadi sebagian
tingkah laku ideal yang dipromosikan oleh media, seperti: bentuk tubuh yang
langsing/berotot identik dengan kecantikan/ketampanan (faktor attractiveness),
layak mendapat perhatian lebih dalam pergaulan, mudah mendapatkan
pekerjaan,pujian,dan hal-hal positif lainnya.
Dari definisi diatas peneliti memilih menggunakan teori Thompson dan
Heinberg (1999) yang mendefinisikan thin ideal internalization yaitu sebagai hal
yang mengacu pada individu yang secara kognitif menginternalisasikan tubuh
32
32
ideal yang didefinisikan secara sosial dari ketertarikan dan terlibat dari perilaku
yang dirancang untuk mewujudkan keidealan tersebut.
2.4.2 Pengukuran thin ideal internalization
Penelitian ini menggunakan skala yang dikembangkan oleh Thompson dan
Heinberg (1999) yaitu The Sociocultural Attitudes Toward Appearance
Questionnaire-3 (SATAQ-3). Instrumen ini terdiri dari 30 item yang mengukur
tingkat kesadaran dan hal yang mendukung seseorang terhadap persepsi bentuk
tubuh ideal. Masing-masing item terdiri dari 5 poin skala, namun dalam penelitian
ini hanya menggunakan 4 poin skala (1 = Sangat Tidak Setuju, hingga 4 = Sangat
Setuju). Skor yang tinggi mengindikasikan bahwa responden memiliki tingkat thin
ideal internalization yang cukup tinggi. Alat ukur ini memiliki nilai validitas
sebesar 0.95 yang diakui mengukur thin ideal internalization terhadap body
dissatisfaction.
2.5 Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang dan teori yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
dapat dirangkum dalam suatu kerangka berpikir bahwa pada umumnya kaum ibu
sebagai wanita yang pernah melahirkan ingin memiliki tubuh yang ideal menurut
dirinya. Hal tersebut didapat dari hasil membandingkan dirinya dengan orang lain,
sehingga mendapatkan internalisasi tubuh yang ideal menurutnya. Ketidakpuasan
terhadap tubuh (body dissatisfaction) pada ibu sebagai wanita yang pernah
melahirkan memunculkan beberapa faktor yang dianggap penting untuk diteliti.
Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah perbandingan sosial. Ketika
individu telah berindikasi dalam perilaku membandingkan diri dengan situasi
33
33
sosial, maka mereka memiliki tingkat kecenderungan yang tinggi terhadap body
dissatisfaction.Ibuyang cenderung mengalami body dissatisfaction ini akibat dari
perilaku perbandingan sosial tersebut. Menurut Festinger (1954), terkadang
wanita membandingkan dirinya dengan yang lebih baik daripada dirinya
(upward), namun seringkali pula wanita membandingkan dirinya dengan yang
lebih buruk daripada dirinya (downward).Karenanya, perasaan tidak puas akan
selalu mucul dari individu akibat perbandingan yang dilakukannya terhadap orang
lain.
Rasa tidak puas terhadap bentuk tubuh muncul akibat perbandingan ke
atas (upward) yang dilakukan oleh ibu. Melakukan perbandingan terhadap orang
yang lebih baik selain dapat memberi informasi dan mendapatkan inspirasi positif
juga dapat membuat seorang ibu merasa tertekan dan khawatir dengan bentuk
tubuhnya sendiri. Hal ini dikarenakan individu selalu merasa lebih buruk
dibanding orang lain setelah melakukan perbandingan ke atas (upward).
Seringnya intensitas ibu dalam melakukan perbandingan ke atas semakin
mempengaruhi rasa tidak puas terhadap bentuk tubuhnya.
Begitu pula ketika individu melakukan perbandingan ke bawah
(downward). Ketika seorang ibu melakukan perbandingan ke bawah (downward)
maka ia akan mendapat objek perbandingan yang lebih buruk daripada dirinya.
Dengan membandingkan tubuhnya dengan orang lain yang lebih buruk, seseorang
berharap akan tampil lebih percaya diri dengan penampilan tubuhnya. Namun
seringkali justru reaksi negatif yang kemudian muncul dengan implikasi rasa
kecewa dan tidak puas terhadap bentuk tubuhnya.
34
34
Selain itu faktor berpengaruh lainnya adalah self-esteem (harga diri).
Penghargaan terhadap diri yang rendah membuat seseorang tidak percaya diri
dengan apa yang telah dimilikinya. Termasuk juga dalam hal body dissatisfaction,
dengan self-esteem yang rendah sangat memungkinkan bagi ibu dalam
persepsinya terhadap bentuk tubuh. Dibuktikan juga dalam beberapa fenomena
serta penelitian yang telah dilakukan belakangan, yang menyebutkan bahwa
wanita yang mengalami body dissatisfaction kemudian melakukan diet, hal ini
dikarenakan self-esteem mereka berada pada tingkat yang cukup rendah. Dengan
self-esteem yang rendah wanita cenderung memiliki persepsi yang negatif
terhadap bentuk tubuh dan berat badan.
Dimensi self-esteem dibagi menjadi tiga yaitu performance self-esteem,
social self-esteem, dan physical appearance self esteem (Heatherton & Polivy,
1991). Seseorang dengan performance self-esteem, social self-esteem, dan
physical appearance self esteem yang rendah cenderung memiliki ketidakpuasan
tubuh yang tinggi. Dengan performance self-esteem tinggi seorang ibu percaya
bahwa mereka cukup pintar dan memiliki kemampuan yang baik dalam caranya
memperoleh tubuh yang ideal. Seorang ibu yang yakin dengan usahanya dalam
memperoleh tubuh ideal tentunya akan puas dengan penampilan tubuhnya.
Sebaliknya, ketika ibu merasa tidak yakin dalam usahanya meraih tubuh ideal
meskipun usaha yang dilakukannya sudah cukup banyak cenderung akan
mengalami ketidakpuasan terhadap tubuhnya.
Sedangkan pada dimensi social self-esteem, seorang ibu cenderung peduli
terhadap pandangan orang lain tentang bentuk tubuhnya. Sehingga ibu yang
35
35
rendah social self-esteem-nya seringkali cemas dalam pengalaman sosialnya dan
kerap khawatir akan pandangan orang lain tentang bentuk tubuhnya. Ibu yang
khawatir dengan pandangan orang lain mengenai kondisi fisik tubuhnya
cenderung mengalami ketidakpuasan terhadap tubuhnya karena dengan seringnya
ibu merasa khawatir maka semakin menunjukan bahwa dirinya tidak yakin
dengan penampilan tubuhnya di hadapan lingkungan sosialnya. Lain halnya
dengan ibu yang memiliki social self-esteem yang tinggi, mereka tentunya tampil
di depan lingkungan sosial dengan harga diri tinggi sehingga kepuasan yang
dialami.
Dimensi physical appearance self-esteem mempengaruhi seorang ibu
dalam melihat kondisi fisik tubuhnya, bagaimana agar terlihat menarik dan
menjadikan stigma positif untuk dirinya. Seorang ibu akan mengalami body
dissatisfaction jika dirinya tidak memiliki harga diri terhadap bentuk tubuhnya.
Ibu yang kurang menghargai bentuk tubuhnya sendiri terbilang jarang
memperhatikan kondisi fisik tubuhnya sehingga pada akhirnya ketika dia sadari
bahwa kondisi tubuhnya sangat buruk maka yang terjadi adalah rasa tidak puas
terhadap tubuhnya.
Thin ideal internalization merupakan variabel lain yang mempengaruhi
body dissatisfaction. Internalisasi tubuh ideal membuat ibu memiliki afeksi
negatif terhadap bentuk tubuh yang dimilikinya saat ini. Beberapa penelitian juga
telah membuktikan, pada umumnya ibu menginternalisasi tubuh yang ideal melaui
frekuensi yang ditampilkan media, kemudian ketika mereka gagal mencapai apa
yang mereka internalisasikan maka muncul perasaan negatif mengenai tubuh
36
36
mereka. Perasaan negatif inilah yang membawa seorang ibu ke arah
ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh (body dissatisfaction).
Variabel demografi yang diasumsikan mempengaruhibody dissatisfaction
adalah faktor pendapatan keluarga dan usia juga dianggap memiliki pengaruh
yang cukup signifikan mengingat bahwa kebanyakan masyarakat yang memiliki
pendapatan di bawah rata-rata sangat kecil kemungkinan memiliki perhatian
terhadap bentuk tubuhnya. Mereka akan lebih memprioritaskan hal lain yang
sifatnya primer dibanding kepuasan terhadap bentuk tubuh. Beda halnya dengan
masyarakat yang memiliki pendapatan yang cukup besar akan lebih peduli
penampilannya karena menganggap penampilan merupakan sebuah „gengsi‟
dalam kehidupannya. Begitu juga dengan usia, yang semakin tua usia seseorang
semakin tidak peduli ia dengan penampilan tubuhnya, karena telah memiliki
orientasi yang telah berubah.
Guna mendapatkan data yang lebih kompleks, maka perlu juga dilakukan
pengukuran terhadap aspek biologis yang dalam hal ini berupa indeks massa
tubuh (IMT). IMT merupakan suatu faktor yang didapat dengan membagi berat
badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m). Berdasarkan hasil penelitian, IMT
berkaitan erat dengan body dissatisfaction. Semakin tinggi IMT, maka semakin
tinggi juga tekanan yang dirasakan dan diterima oleh individu, menyebabkan
semakin tinggi juga tingkat ketidakpuasan tubuh yang dirasakan (Grogan, 2008).
Maka berdasarkan penjabaran di atas, dalam penelitian ini perbandingan
sosial, self-esteem, thin ideal internalization, usia, pendapatan keluarga, dan IMT
berperan sebagai faktor yang mempengaruhi (independent variable), sedangkan
37
37
PERBANDINGAN SOSIAL
Upward Social Comparison
body dissatisfaction berperan sebagai faktor yang dipengaruhi oleh IV (dependent
variable/DV).Kerangka berpikir tersebut bila digambarkan dalam bentuk bagan
adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Pengaruh Perbandingan Sosial, Self-
Esteem, dan Thin Ideal Internalizationterhadap Body
Dissatisfaction pada Ibu di Jakarta Selatan
Downward Social Comparison
SELF-ESTEEM
Performance Self-Esteem
BODY
DISSATISFACTION
Social Self-Esteem
Physical Appearance
Self-Esteem
THIN IDEAL
INTERNALIZATION
DEMOGRAFIS
Usia
Pendapatan Keluarga
Indeks Massa Tubuh (IMT)
38
38
2.6 Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat pengaruh independent variabel yang
diketahui terhadap dependent variabel.Dependent variabel dalam penelitian ini
adalah body dissatisfaction sedangkan variabel yang digunakan peneliti
sebagaiindependet variable berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya
mengenai body dissatisfaction yaitu perbandingan sosial, self-esteem, thin ideal
internalization, usia, pendapatan keluarga, dan IMT.
Hipotesis ini merupakan dugaan jawaban dari rumusan masalah yang
diajukan, maka hipotesis mayor dari penelitian ini adalah:Terdapat pengaruh yang
signifikan dari perbandingan sosial, self-esteem, thin ideal internalization, usia,
pendapatan keluarga, dan IMT terhadapbody dissatisfaction pada ibu di Jakarta
Selatan.
Sedangkan hipotesis minornya adalah:
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan dariupward comparison terhadap
body dissatisfaction pada ibu di Jakarta Selatan.
H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari downwardcomparison terhadap
body dissatisfaction pada ibu di Jakarta Selatan.
H3 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari performance self-esteem
terhadap body dissatisfaction pada ibu di Jakarta Selatan.
H4 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari social self-esteem terhadap body
dissatisfaction pada ibu di Jakarta Selatan.
H5 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari physical appearance self-esteem
terhadap body dissatisfaction pada ibu di Jakarta Selatan.
39
39
H6 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari thin ideal
internalizationterhadap body dissatisfaction pada ibu di Jakarta Selatan.
H7 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari usia terhadap body
dissatisfaction pada ibu di Jakarta Selatan.
H8 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari pendapatan keluarga terhadap
body dissatisfaction pada ibu di Jakarta Selatan.
H9 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari IMT terhadap body
dissatisfaction pada ibu di Jakarta Selatan.
40
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan tentang populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel,
variabel penelitian dan definisi operasional variabel, instrumen pengumpulan data,
uji validitas konstruk, teknik analisis data serta prosedur penelitian. Pada
penelitian ini, yang hendak diteliti adalah apakah ada pengaruh dari masing-
masing independent variable(perbandingan sosial, self-esteem, thin ideal
internalization, usia, pendapatan keluarga, dan IMT)terhadap body dissatisfaction.
Pendekatan yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut
adalah pendekatan kuantitatif.
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
3.1.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini merupakan ibu sebagai wanita yang pernah
melahirkan. Ibu sebagai wanita yang pernah melahirkan dalam hal ini adalah
mereka para ibu yang telah memiliki anak dan berdomisili di wilayah Jakarta
Selatan.
3.1.2 Sampel
Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan prosedur
tertentu dan diharapkan dapat mewakili suatu populasi. Pada penelitian ini, subjek
yang dijadikan sampel adalah kaum ibu di Jakarta Selatan sebanyak 183 orang.
Adapun karakteristik sampel pada penelitian ini adalah kaum ibu yang pernah
melahirkan di wilayah Jakarta Selatan tepatnya di Kemang, kelurahan Bangka
41
dengan rentang usia dewasa awal hingga dewasa madya yang dalam keadaan
sehat fisik maupun psikis.
3.1.3 Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini bersifat non-
probability sampling, yaitu tidak setiap anggota populasi memiliki peluang yang
sama untuk menjadi sampel penelitian.Peneliti akan menentukan populasinya,
yaitu kaum ibu di daerah Jakarta Selatan dengan rentang usia dewasa awal dan
dewasa madya. Selanjutnya sampel diambil berdasarkan teknik accidental random
sampling. Sistem pengambilan sampel ini ditempuh dengan cara mencari target
sampel yang tersebar di kalangan masyarakat yang ditemukan oleh peneliti. Jadi,
peneliti akan mengambil sampel dari setiap ibu yang dijumpai oleh peneliti di
lingkungan masyarakat. Teknik ini dilakukan dengan mempertimbangkan
keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.2.1 Identifikasi variabel
Variabel pada penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu:
a) Dependent variable
b) Independent variable
Pada penelitian ini, variabel yang akan diteliti dan menjadi dependent variable
adalah body dissatisfaction(Y).
Sedangkan variabel yang termasuk dalam independent variable antara lain:
1. Perbandingan sosial yang terdiri dari:
a) Perbandingan ke atas / upward social comparison (X1)
b) Perbandingan ke bawah / downward social comparison (X2)
42
42
2. Self-esteem yang terdiri dari:
a) Performance self-esteem (X3)
b) Social self-esteem (X4)
c) Physical appearance self-esteem (X5)
3. Thin ideal internalization (X6)
4. Usia (X7)
5. Pendapatan keluarga (X8)
6. Indeks massa tubuh / IMT (X9)
3.2.2 Definisi operasional variabel
Setelah menentukan DV dan IV, selanjutnya peneliti menentukan definisi
operasional dari variabel penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Adapun penjelasan definisi operasional variabel adalah sebagai berikut:
1. Body dissatisfaction merupakan merupakan ketidakpuasan yang berkaitan
dengan perasaan, persepsi, serta ketidaknyamanan perilaku terhadap aspek-
aspek tertentu dari tubuh yang dialami oleh ibu. Peneliti menggunakan
kuesioner yang dikembangkan olehGonzalez-Marti et al. (2012) yaitu The
Body Image Rating Scale (BIRS).
2. Perbandingan sosial adalah perilaku membandingkan yang dilakukan oleh
seorang ibu terhadap individu lain yang menurutnya memiliki bentuk tubuh
yang lebih baik ataupun lebih buruk daripada dirinya. Peneliti menggunakan
kuesioner yang dikembangkan oleh O‟Brien et al. (2009) yaitu The upward
and Downward Appearance Comparison Scale (UDACS).
43
43
3. Self-esteem yaitu penilaianpribadi seorang ibu tentang keberhargaan terhadap
kondisi fisik tubuhnya, aktivitas yang dilakukan, serta sikap terhadap
lingkungan sosial yang diekspresikan kedalam tingkah laku yang ditunjukkan
pada dirinya sendiri. Peneliti menggunakan kuesioner yang dikembangkan
oleh Heatherton dan Polivy (1991) yaitu State Self-Esteem Scale (SSES).
4. Thin ideal internalization adalah bagaimana seorang ibu dengan kemampuan
kognisinya memandang lingkungan sosial dan mendefinisikan tubuh yang
ideal berdasarkan kedekatannya dengan lingkungan sosial tersebut. Peneliti
menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Thompson dan Heinberg
(1999) yaitu The Sociocultural Attitudes Toward Appearance Questionnaire-
3 (SATAQ-3).
5. Usia dalam penelitian ini dibatasi oleh ibu yang pernah melahirkan dalam
rentang usia dewasa awal dan dewasa madya (Augustus-Horvath & Tylka,
2011). Data diperoleh peneliti dari self-report yang diisi oleh responden pada
formulir isian data diri di angket.
6. Pendapatan keluarga dalam penelitian ini adalah jumlah penghasilan yang
didapatkan oleh keluarga responden setiap bulannya berdasarkan UMK
Jakarta Selatan tahun 2015 yang dibagi empat kategori.Data diperoleh
peneliti dari self-report yang diisi oleh responden pada formulir isian data diri
di angket.
7. Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam penelitian ini merupakan skor yang
didapat dengan membagi berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m)
44
44
pada ibu yang pernah melahirkan (Grogan, 2008).Data diperoleh peneliti dari
self-report yang diisi oleh responden pada formulir isian data diri di angket.
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data menggunakan pernyataan tertutup.
Di mana pernyataan tertutup merupakan pernyataan yang pilihan jawabannya
tersedia, dengan cara memberikan tanda check list (√)menggunakan skala Likert
terhadap empat pilihan jawaban yakni sebagai berikut:Sangat Setuju (SS),
Setuju(S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
Adapun perolehan skor dari item-item berdasarkan dari jawaban yang
dipilih sesuai dengan jenis pernyataan yakni favorable atau unfavorable. Untuk
jawaban favorable skornya bergerak dari kanan ke kiri (SS, S, TS, STS) dengan
nilai (1, 2, 3, 4). Sedangkan untuk unfavorable cara skornya bergerak sebaliknya
dari kiri ke kanan, (STS, TS, S, SS) dengan nilai (4, 3, 2, 1). Jika digambarkan
dalam bentuk tabel, maka hasilnya sebagai berikut:
Tabel 3.1
Bobot Nilai Tiap Item
Kode Favorable Unfavorable
STS (SangatTidak Setuju) 1 4
TS (Tidak Setuju) 2 3
S (Setuju) 3 2
SS (Sangat Setuju) 4 1
3.3.1 Skala body dissatisfaction
Skala body dissatisfaction yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur
seberapa besar tingkat ketidakpuasan terhadap tubuh pada ibu sebagai wanita
yang pernah melahirkandilihat menggunakan skala yang dikembangkan oleh
Gonzalez-Martiet al. (2012) yaituThe Body Image Rating Scale (BIRS).
45
45
Kemudian diadaptasi itemnya oleh peneliti agar mudah dimengerti oleh responden
dengan mempertimbangkan perbedaan etnis dan intisari tujuan.Peneliti
menggunakan skala ini dan mengadaptasinya karena dianggap cukup mewakili
teori yang diutarakan oleh Shroffet al. (2009).
Skala ini menggunakan modelskala Likert. Respon jawaban yang
diberikan terdiri dari empat poin skala, yaitu mulai dari 1 (Sangat Tidak Setuju)
hingga 4 (Sangat Setuju). Total terdapat 15 item yang mengukur 3 aspek (5 item
aspek kognitif, 5 item aspek afektif, dan 5 item aspek perilaku). Tanggapan untuk
item dari skala tersebut dijumlahkan untuk membuat skor keseluruhan dari body
dissatisfaction. Adapun blue print skala BIRS dijelaskan pada tabel 3.2 berikut
ini:
Tabel 3.2
Blue Print The Body Image Rating Scale (BIRS) No. Dimensi Indikator Item Jumlah
Favorable Unfavorable
1. Afektif Merasa puas atau tidak
puas terhadap penampilan
dan bentuk tubuhnya
2, 3, 18 1, 4, 14 6
2. Kognitif Mempersepsikan cara
memperoleh tubuh yang
ideal
6, 15, 17,
19
- 4
3. Perilaku Mengalami
ketidaknyamanan yang
berhubungan dengan
penampilan dan bentuk
tubuhnya
5, 7, 8, 9,
10, 11, 12,
13, 16
- 9
Jumlah 19
3.3.2 Skala perbandingan sosial
Skala perbandingan sosial yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur
seberapa sering individu melakukan perbandingan dirinya terhadap orang lain,
menggunakan skala yang dikembangkan oleh O‟Brien et al. (2009) dengan alat
ukur yang dinamakan The Upward and Downward Appearance Comparison Scale
46
46
(UDACS). Instrumen ini terdiri dari dua subskala: upward dan downward. Untuk
kedua subskala tersebut, setiap item menggunakan 5 poin skala (1 = Sangat Tidak
Setuju, hingga 5 = Sangat Setuju), yang kemudian diadaptasi oleh peneliti
menjadi 4 poin skala. Keseluruhan terdapat 20 item (10 item mengukur upward
dan 10 item downward) yang diadaptasi oleh peneliti agar lebih mudah dipahami
responden. Peneliti menggunakan alat ukur UDACS dalam penelitian ini karena
dimensi dari pengukuran ini sesuai dengan teori yang diungkapkan Festinger
(1954).Adapun blue print skala perbandingan sosial ini dijelaskan pada tabel 3.3
berikut ini:
Tabel 3.3
Blue Print The Upward and Downward Appearance Comparison Scale (UDACS)
No. Dimensi Indikator Item
Jumlah Favorable Unfavorable
1. Upward
Comparison
(Perbandingan
ke atas)
Membandingkan bentuk
tubuhnya dengan model
majalah, artis film dan
orang lain yang bentuk
tubuhnya lebih baik
1, 2, 3, 4,
5, 6, 7, 8,
9, 10
- 10
2. Downward
Comparison(Per
bandingan ke
bawah)
Membandingkan bentuk
tubuhnya dengan orang
yang kelebihan berat
badan, kurang atletis dan
orang lain yang bentuk
tubuhnya lebih buruk
11, 12, 13,
14, 15, 16,
17, 18
- 8
Jumlah 18
3.3.3Skala self-esteem
Skala yang digunakan untuk mengukur self-esteem dalam penelitian ini
menggunakan skala yang dikembangkan olehHeatherton dan Polivy (1991)
yaituState Self-Esteem Scale (SSES). Instrumen terdiri dari 7 item yang mengukur
aspek performance self-esteem, 7 item mengukur social self-esteem, dan 6 item
mengukur physical appearance self-esteem. Respon jawaban yang diberikandalam
skala model Likert inidiadaptasi menadi empat poin, yaitu mulai dari 1 (Sangat
47
47
Tidak Setuju) hingga 4 (Sangat Setuju). Tanggapan untuk setiap item dari skala
SSES tersebut dijumlahkan untuk membuat skor keseluruhan dari variabel self-
esteem. Adapun blue print skala SSES dijelaskan pada tabel 3.4 berikut ini:
Tabel 3.4
Blue Print State Self-Esteem Scale (SSES) No. Dimensi Indikator Item Jumlah
Favorable Unfavorable
1. Performance
Self-Esteem
Kemampuan intelektual,
kapasitas diri dan
keyakinan dalam usaha
memperoleh tubuh ideal
1, 9, 14 4, 5, 18, 19 7
2. Social Self-
Esteem
Mempercayai pandangan
orang lain tentang bentuk
tubuhnya
- 2, 8, 10, 13,
15, 17, 20
7
3. Physical
Appearance
Self-Esteem
Pandangan tentang
penampilan menarik dan
gambaran tubuhnya
3, 6, 11, 12 7, 16 6
Jumlah 20
3.3.4 Skala thin ideal internalization
Penelitian ini menggunakan skala yang dikembangkan oleh Thompson dan
Heinberg (1999) yaitu The Sociocultural Attitudes Toward Appearance
Questionnaire-3 (SATAQ-3). Instrumen ini terdiri dari 30 item yang mengukur
tingkat kesadaran dan persepsi seseorang terhadap bentuk tubuh ideal. Masing-
masing item terdiri dari 5 poin skala, namun dalam penelitian ini diadaptasi
dengan hanya menggunakan 4 poin skala (1 = Sangat Tidak Setuju, hingga 4 =
Sangat Setuju). Adapun blue printskala SATAQ-3 dijelaskan pada tabel 3.5
berikut ini:
48
48
Tabel 3.5
Blue Print Skala The Sociocultural Attitudes Toward Appearance Questionnaire-3
(SATAQ-3)
No. Variabel Indikator Item
Jumlah Favorable Unfavorable
1. Thin Ideal
Internalization
Mendefinisikan
tubuh yang ideal
berdasarkan orang
lain yang diamati
(model majalah,
bintang film, dll)
1, 2, 3, 4, 5,
6, 7, 8, 9,
10, 11, 12,
13, 14, 15,
16, 17, 18,
19, 20, 21,
22, 23, 24,
25, 26, 27
- 27
Jumlah 27
3.3.5 Variabel Demografis
Dalam penelitian ini, variabel demografis didapat dari self report di mana
responden diminta untuk mengisi data diri. Variabel demografis dalam penelitian
ini adalah usia, pendapatan keluarga, dan IMT.
3.4Uji Validitas Konstruk
Dalam rangka pengujuan validitas alat ukur, peneliti melakukan uji validitas
konstruk intsrumen tersebut. Oleh karena itu, digunakan CFA (Confirmatory
Factor Analysis) untuk pengujian validtitas instrumen. Adapun logika dari CFA
adalah (Thompson, 2004):
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefiniskan
secara operasional sehingga disusun pertanyaan atau pernyataan untuk
mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap
faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya.
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap
subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes
bersifat unidimensional.
49
49
3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks
korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional.
Matriks korelasi ini disebut sigma (Ʃ ), kemudian dibandingkan dengan matriks
dari data empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar
(unidimensional) maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks Ʃ –
matriks S atau bisa juga dinyatakan dengan Ʃ – S = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi
square. Jika hasil chi square tidak signifikan (p > 0.05), maka hipotesis nihil
tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat
diterima bahwa item ataupun subtes instrumen hanya mengukur satu faktor
saja.
5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya apakah item signifikan atau tidak
mengukur apa yang hendak di ukur, dengan menggunakan t-test. Jika hasil t-
test tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam mengukur apa
yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian di-drop dan sebaliknya.
6. Terakhir, apabila hasil dari CFA terdapat item yang koefisien muatan faktornya
negatif, maka item tersebut harus di-drop. Sebab hal ini tidak sesuai dengan
sifat item, yang bersifat positif (favorable).
Kemudian setelah didapat model fit dihitung faktor skornya. Penggunaan
faktor skor ini adalah untuk menghindari hasil penelitian yang bisa akibat dari
kesalahan pengukuran. Jadi skor yang dianalisis dalam penelitian ini bukanlah
skor yang diperoleh dari variabel pada umumnya, melainkan justru true score
yang diperoleh dnegan memperhitungkan perbedaan validitas dari setiap item.
50
50
Namun demikian, untuk menghindari faktor skor yang bertanda negatif dan positif
(Z-score) maka peneliti mentransformasikan faktor tersebut menjadi T-score
dengan rumusnya yaitu (Umar, 2012):
T skor = 50 + (10 x faktor skor)
Dalam hal ini, T-scoreakan memiliki mean = 50 dan SD = 10 dan
diharapkan seluruh skor merupakan bilangan positif yang memiliki rentangan
diperkiraan antara 0 dan 100. Setelah didapatkan faktor skor yang telah diubah
menjadi T-score, nilai baku inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis
korelasi dan regresi. Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan
bantuan software LISREL 8.70.
3.4.1 Uji validitas alat ukur body dissatisfaction
Peneliti menguji apakah 19 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur variabel body dissatisfaction. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fitdenganChi-Square = 862.20,
df = 152, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.160. Oleh karena itu, peneliti
melakukan modifikasi terhadap model sebanyak 49 kali, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fitdengan Chi-Square = 126.24, df = 103, P-value = 0.05975,
RMSEA = 0.035. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value> 0.05 (tidak signifikan)
dan RMSEA < 0.05, yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional)
dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu body
dissatisfaction.
51
51
Tahap selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-dropatau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nilai tentang
koefisien muatan faktor dari tiap item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.6.
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Body Dissatisfaction No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.12 0.07 1.67 X
2 0.39 0.08 5.11 √
3 0.50 0.07 7.06 √
4 -0.03 0.07 -0.36 X
5 0.48 0.07 6.71 √
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
0.49
0.53
0.42
0.68
0.46
0.47
0.73
0.49
0.07
0.59
0.68
0.72
0.62
0.61
0.07
0.07
0.07
0.07
0.07
0.08
0.07
0.07
0.07
0.07
0.07
0.06
0.07
0.07
6.67
7.76
5.68
10.03
6.21
6.20
10.90
6.99
0.96
8.24
9.35
11.10
9.35
9.12
√
√
√
√
√
√
√
√
X
√
√
√
√
√
Keterangan: tanda √ = signifikan(t>1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.6, peneliti melihat muatan faktor dari tiap item.
Kemudian diketahui bahwa terdapat tiga item yang muatan faktornya < 1, 96 yaitu
item nomor 1, 4 dan 14. Dengan demikian, secara keseluruhan item yang akan di-
drop adalah item nomor 1, 4 dan 14 yang artinya item-item tersebut tidak akan
dianalisis dalam perhitungan skor faktor. Sehingga kesimpulannya hanya 16 item
yang dinyatakan signifikan dengan nilai t > 1,96 dan selanjutnya akan diikut
sertakan dalam analisis perhitungan skor faktor.
52
52
3.4.2 Uji validitas alat ukur perbandingan sosial
3.4.2.1 Uji validitas alat ukur upward comparison
Peneliti menguji apakah 10 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur variabel perbandingan sosial (upward comparison). Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak
fitdenganChi-Square = 153.58, df = 35, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.136.
Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model sebanyak 8 kali,
dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu
sama lainnya, maka diperoleh model fitdengan Chi-Square = 35.38, df = 27, P-
value = 0.12953, RMSEA = 0.041. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value> 0.05
(tidak signifikan) dan RMSEA < 0.05, yang artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja
yaitu upward comparison.
Tahap selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-dropatau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nilai tentang
koefisien muatan faktor dari tiap item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.7.
Berdasarkan tabel 3.7, nilai t bagi koefisien muatan faktor dari
keseluruhan item signifikan karena t > 1,96. Dengan demikian, secara keseluruhan
item tidak ada yang di-dropdan seluruhnya 10 item akan diikut sertakan dalam
analisis perhitungan skor faktor.
53
53
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item Upward Comparison No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.65 0.08 8.55 √
2 0.65 0.07 8.69 √
3 0.52 0.08 6.52 √
4 0.42 0.08 5.06 √
5 0.50 0.08 6.49 √
6
7
8
9
10
0.54
0.56
0.52
0.55
0.52
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
6.87
7.21
6.69
7.12
6.73
√
√
√
√
√
Keterangan: tanda √ = signifikan(t>1.96); X = tidak signifikan
3.4.2.2 Uji validitas alat ukur downward comparison
Peneliti menguji apakah 8 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur variabel perbandingan sosial (downward comparison). Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak
fitdenganChi-Square = 54.96, df = 20, P-value = 0.00004, RMSEA = 0.098. Oleh
karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model sebanyak 4 kali, dimana
kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, maka diperoleh model fitdengan Chi-Square = 21.21, df = 16, P-value =
0.17042, RMSEA = 0.042. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value> 0.05 (tidak
signifikan) dan RMSEA < 0.05, yang artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja
yaitu downward comparison.
Tahap selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-dropatau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nilai tentang
koefisien muatan faktor dari tiap item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.8.
54
54
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item Downward Comparison No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.52 0.08 6.69 √
2 0.45 0.08 5.65 √
3 0.40 0.08 4.85 √
4 0.56 0.08 7.33 √
5 0.61 0.08 7.65 √
6
7
8
0.48
0.64
0.67
0.08
0.08
0.07
6.20
8.09
9.03
√
√
√
Keterangan: tanda √ = signifikan(t>1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.8, nilai t bagi koefisien muatan faktor dari
keseluruhan item signifikan karena t > 1,96. Dengan demikian, secara keseluruhan
item tidak ada yang di-dropdan seluruhnya 8 item akan diikut sertakan dalam
analisis perhitungan skor faktor.
3.4.3 Uji validitas alat ukur self-esteem
3.4.3.1 Uji validitas alat ukur performance self-esteem
Peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur variabel self-esteem (performance self-esteem). Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak
fitdenganChi-Square = 49.67, df = 14, P-value = 0.00001, RMSEA = 0.118. Oleh
karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model sebanyak 4 kali, dimana
kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, maka diperoleh model fitdengan Chi-Square = 14.59, df = 10, P-value =
0.14781, RMSEA = 0.050. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value> 0.05 (tidak
signifikan) dan RMSEA < 0.05, yang artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja
yaitu performance self-esteem.
55
55
Tahap selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-dropatau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nilai tentang
koefisien muatan faktor dari tiap item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.9.
Tabel 3.9
Muatan Faktor Item Performance Self-Esteem No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.16 0.10 1.61 X
2 -0.52 0.10 -5.00 X
3 -0.36 0.10 -3.72 X
4 0.25 0.12 2.02 √
5 0.18 0.10 1.85 X
6
7
-0.35
0.57
0.10
0.11
-3.45
5.00
X
√
Keterangan: tanda √ = signifikan(t>1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.9, peneliti melihat muatan faktor dari tiap item.
Kemudian diketahui bahwa terdapat lima item yang muatan faktornya < 1,96 yaitu
item nomor 1, 2, 3, 5 dan 6. Dengan demikian, secara keseluruhan item yang akan
di-drop adalah item nomor 1, 2, 3, 5 dan 6 yang artinya item-item tersebut tidak
akan dianalisis dalam perhitungan skor faktor. Sehingga kesimpulannya hanya 2
item yang dinyatakan signifikan dengan nilai t > 1,96 dan selanjutnya akan diikut
sertakan dalam analisis perhitungan skor faktor.
3.4.3.2 Uji validitas alat ukur social self-esteem
Peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur variabel self-esteem (social self-esteem). Dari hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fitdenganChi-Square =
37.01, df = 14, P-value = 0.00073, RMSEA = 0.095. Oleh karena itu, peneliti
56
56
melakukan modifikasi terhadap model sebanyak 2 kali, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fitdengan Chi-Square = 15.52, df = 12, P-value = 0.21406,
RMSEA = 0.040. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value> 0.05 (tidak signifikan)
dan RMSEA < 0.05, yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional)
dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu social self-
esteem.
Tahap selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-dropatau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nilai tentang
koefisien muatan faktor dari tiap item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.10.
Tabel 3.10
Muatan Faktor ItemSocial Self-Esteem No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.73 0.08 9.54 √
2 0.31 0.09 3.68 √
3 0.52 0.08 6.43 √
4 0.64 0.08 8.21 √
5 0.20 0.09 2.31 √
6
7
0.48
0.56
0.08
0.08
5.94
7.15
√
√
Keterangan: tanda √ = signifikan(t>1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.10, nilai t bagi koefisien muatan faktor dari
keseluruhan item signifikan karena t > 1,96. Dengan demikian, secara keseluruhan
item tidak ada yang di-dropdan seluruhnya 7 item akan diikut sertakan dalam
analisis perhitungan skor faktor.
57
57
3.4.3.3 Uji validitas alat ukur physical appearance self-esteem
Peneliti menguji apakah 6 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur variabel self-esteem (physical appearance self-esteem). Dari
hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak
fitdenganChi-Square = 48.13, df = 9, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.155. Oleh
karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model sebanyak 4 kali, dimana
kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, maka diperoleh model fitdengan Chi-Square = 7.05, df = 5, P-value =
0.21693, RMSEA = 0.047. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value> 0.05 (tidak
signifikan) dan RMSEA < 0.05, yang artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja
yaitu physical appearance self-esteem.
Tahap selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-dropatau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nilai tentang
koefisien muatan faktor dari tiap item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.11.
Tabel 3.11
Muatan Faktor Item Physical Appearance Self-Esteem No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.73 0.08 9.55 √
2 -0.13 0.09 -1.40 X
3 0.29 0.09 3.37 √
4 0.75 0.08 9.68 √
5 0.62 0.07 8.26 √
6 0.37 0.09 4.31 √
Keterangan: tanda √ = signifikan(t>1.96); X = tidak signifikan
58
58
Berdasarkan tabel 3.11, peneliti melihat muatan faktor dari tiap item.
Kemudian diketahui bahwa terdapat satu item yang muatan faktornya < 1,96 yaitu
item nomor 2. Dengan demikian, secara keseluruhan item yang akan di-drophanya
item nomor 2 yang artinya item tersebut tidak akan dianalisis dalam perhitungan
skor faktor. Sehingga kesimpulannya terdapat 5 item yang dinyatakan signifikan
dengan nilai t > 1,96 dan selanjutnya akan diikut sertakan dalam analisis
perhitungan skor faktor.
3.4.4 Uji validitas alat ukur thin ideal internalization
Peneliti menguji apakah 27 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur variabel thin ideal internalization. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fitdenganChi-Square =
1163.70, df = 324, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.119. Oleh karena itu, peneliti
melakukan modifikasi terhadap model sebanyak 77 kali, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fitdengan Chi-Square = 283.63, df = 247, P-value = 0.05450,
RMSEA = 0.029. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value> 0.05 (tidak signifikan)
dan RMSEA < 0.05, yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional)
dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu thin ideal
internalization.
Tahap selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-dropatau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nilai tentang
59
59
koefisien muatan faktor dari tiap item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.12.
Tabel 3.12
Muatan Faktor Item Thin Ideal Internalization No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.32 0.08 4.20 √
2 0.61 0.07 8.94 √
3 0.66 0.07 9.91 √
4 0.73 0.07 11.02 √
5 0.30 0.07 4.02 √
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
0.74
0.71
0.73
0.47
0.60
0.69
0.69
0.36
0.57
0.72
0.66
0.51
0.57
0.59
0.42
0.51
0.51
0.48
0.48
0.46
0.47
0.80
0.07
0.06
0.07
0.07
0.07
0.07
0.07
0.07
0.07
0.07
0.07
0.07
0.07
0.07
0.07
0.07
0.07
0.07
0.07
0.07
0.07
0.06
11.19
10.89
11.16
6.71
8.60
10.45
10.44
4.96
8.27
10.90
9.94
7.38
8.09
8.63
5.82
7.27
7.21
6.79
6.70
6.35
6.52
12.89
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Keterangan: tanda √ = signifikan(t>1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.12, nilai t bagi koefisien muatan faktor dari
keseluruhan item signifikan karena t > 1,96. Dengan demikian, secara keseluruhan
item tidak ada yang di-dropdan seluruhnya 27 item akan diikut sertakan dalam
analisis perhitungan skor faktor.
3.5 Teknik Analisis Data
Untuk melihat pengaruh independent variable terhadap dependent variable,
peneliti akan menggunakan analisis regresi berganda. Regresi berganda
60
60
merupakan metode statistika yang digunakan untuk membentuk model hubungan
antara DV dengan lebih dari satu IV. Persamaan regresi berganda penelitian ini
adalah:
Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8+b9X9+e
Keterangan :
Y = body dissatisfaction
a = intersep atau konstanta
b = koefisien regresi
X1 =upward comparison
X2 =downward comparison
X3 = performance self-esteem
X4 = social self-esteem
X5 = physical appearance self-esteem
X6 = thin ideal internalization
X7 = usia
X8 = pendapatan keluarga
X9 = IMT
e = error
Selanjutnya, untuk menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan
model yang paling sesuai (memiliki error terkecil), dibutuhkan beberapa
pengujian dan analisis sebagai berikut.
1. R2
(koefisien determinasi berganda)
Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu melalui regresi berganda
antara perbandingan sosial (upward comparison, downward comparison), self-
esteem (performance self-esteem, social self-eesteem, physical appearance self-
esteem), thin ideal internalization, usia, pendapatan keluarga, IMT terhadap body
dissatisfaction. Besarnya kecenderungan mengalami ketidakpuasan terhadap
bentuk tubuh yang disebabkan oleh faktor-faktor yang telah disebutkan
sebelumnya, ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda atau R2. R
2
61
61
menunjukkan variasi oleh perubahan variabel dependen (Y) yang disebabkan
variabel independen (X) atau digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh
variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) atau merupakan proporsi
varians dari perbandingan sosial (upward comparison, downward comparison),
self-esteem (performance self-esteem, social self-eesteem, physical appearance
self-esteem), thin ideal internalization, usia, pendapatan keluarga, IMT. Untuk
mendapat nilai R2 digunakan rumus sebagai berikut:
R2
= 𝑆𝑆𝑟𝑒𝑔
𝑆𝑆𝑦
2. Uji F
Selanjutnya R2 diuji untuk membuktikan apakah regresi Y pada X signifikan atau
tidak maka digunakanlah uji F. Untuk membuktikan hal tersebut menggunakan
rumus:
F= 𝑅2
𝑘
1−𝑅2 /(𝑁−𝑘−1)
dimana k adalah jumlah IV dan N adalah jumlah sampel. Dari uji F yang
dilakukan natinya, dapat dilihat apakah IV yang diuji memiliki pengaruh terhadap
DV.
3. Uji t
Kemudian dilanjutkan dengan uji t dimana ini digunakan untuk melihat apakah
pengaruh yang diberikan IV (X) signifikan dengan DV (Y). Oleh karena itu,
sebelum didapat nilai t dari setiap IV harus didapat dahulu nilai standard error
estimate dari b (koefisien regresi) yang didapatkan melalui akar mean square
dibagi SS. Setelah didapat nilai Sb barulah bisa dilakukan uji t, yaitu hasil bagi
62
62
dari b (koefisien regresi) dengan Sb itu sendiri. Uji t dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
R2
= 𝑏
𝑆𝑏
dimana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standard eror dari b. Hasil uji t
ini akan diperoleh dan hasil regresi yang akan dilakukan oleh peneliti nantinya.
3.6Prosedur Penelitian
Secara garis besar penelitian akan dilakukan dalam beberapa tahap yaitu:
1. Tahap persiapan
1. Dimulai dengan perumusan masalah penelitian yang akan diteliti melalui
analisa terhadap fenomena yang terjadi.
2. Menentukan variabel yang akan diteliti.
3. Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan landasan teori yang tepat
mengenai variabel penelitian.
4. Menentukan subjek penelitian.
5. Melakukan observasi berupa wawancara terhadap sepuluh orang yang
memenuhi kriteria sebagai subjek penelitian.
6. Persiapan alat pengumpulan data dengan menggunakan dan menyusun alat
yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa skala model Likert
yang terdiri dari skala body dissatisfaction, perbandingan sosial, self-
esteem, dan thin ideal internalization.
7. Persiapan segala hal mengenai perizinan, termasuk di dalamnya perizinan
dalam memperoleh data penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
a) Menentukan jumlah sampel penelitian.
63
63
b) Memberikan penjelasan tujuan penelitian dan meminta kesediaan
responden untuk mengisi skala dalam penelitian.
c) Melaksanakan pengambilan data.
3. Tahap uji validitas alat ukur
a) Melakukan uji validitas terhadap alat ukur yang dibuat.
b) Memilih item yang valid dan reliable dengan caramen-drop item yang
tidak valid dan reliable, sehingga tidak digunakan dalam analisis data.
c) Menyusun kembali item-item yang valid dan reliable untuk diikut
sertakan dalam analisis data penelitian.
4. Tahap pengolahan data
a) Melakukan skoring terhadap skala hasil jawaban responden.
b) Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh dan membuat
tabel data.
c) Menganalisis data dengan menggunakan metode statistik untuk menguji
hipotesis penelitian.
d) Membuat kesimpulan dan laporan akhir.
64
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini, peneliti membahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan.
Pembahasan tersebut meliputi empat bagian, yaitu gambaran umum subjek
penelitian, deskripsi data penelitian, kategorisasi variabel penelitian, dan uji
hipotesis penelitian.
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Pada sub bab yang pertama dideskripsikan tentang subjek penelitian yang
berjumlah 183 orang. Gambaran subjek penelitian dijelaskan berdasarkan usia,
pendapatan keluarga, dan indeks massa tubuh (IMT). Gambaran subjek penelitian
berdasarkan usia, pendapatan, dan IMT dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Usia, Pendapatan, dan IMT
Frekuensi Persentase
Usiaa 19 – 40 tahun (dewasa awal) 116 63.4
41 – 60 tahun (dewasa madya) 67 36.6
<1 juta 20 10.9
Pendapatanb 1-3 juta 66 36.1
3-5 juta 52 28.4
>5 juta 45 24.6
Kurang BB Tingkat Berat 3 1.6
Kurang BB Tingkat Ringan 13 7.1
IMTc Normal 106 57.9
Lebih BB Tingkat Ringan 27 14.8
Lebih BB Tingkat Berat 34 18.6
Total
183 100
a. Rentang usia (dewasa awal dan dewasa madya) berdasarkan teori oleh Santrock(2012)
b. Rentang pendapatan berdasarkan UMK Jakarta Selatan tahun 2015
c. Rentang IMT berdasarkan teori oleh Grogan (2008)
65
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa subjek penelitian dengan rentang usia
19 – 40 tahun (dewasa awal) jumlahnya paling banyak yaitu 116 orang atau
63.4% dibanding subjek pada rentang usia 41 – 60 tahun (dewasa madya) yang
berjumlah 67 orang atau 36.6%. Sedangkan berdasarkan pendapatan keluarga
subjek penelitian dalam penelitian ini didominasi oleh subjek yang berpendapatan
1 – 3 juta sebanyak 66 (36.1%) orang, sedangkan subjek dengan pendapatan <1
juta perbulan sebanyak 20 (10.9%) orang merupakan yang terendah jumlahnya.
Berdasarkan indeks massa tubuh (IMT), subjek penelitian dalam penelitian
ini terdiri dari kurang berat badan tingkat berat sebanyak 3 (1.6%) orang, kurang
berat badan tingkat ringan sebanyak 13 (7.1%) orang, subjek dengan IMT normal
sebanyak 106 (57.9%) orang, lebih berat badan tingkat ringan berjumlah 27
(14.8%) orang, lebih berat badan tingkat berat berjumlah 34 (18.6%) orang.
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Pada penelitian ini, peneliti melakukan uji statistika deskriptif dari sampel yang
berjumlah 183 orang. Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui nilai minimum dan
maksimum dari tiap variabel yang diteliti. Tabel 4.2 juga menunjukkan nilai
meandan standard deviasi dari masing-masing variabel.
Tabel 4.2
Hasil Statistika Deskriptif N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Body Dissatisfaction 183 28.03 67.77 50.0000 9.31252
Upward Comparison 183 29.55 71.25 50.0000 9.00041
Downward Comparison 183 27.62 70.22 50.0000 8.66048
Performance Self-Esteem 183 23.57 68.81 50.0000 10.00000
Social Self-Esteem 183 31.21 72.77 50.0000 8.42299
Physical Appearance Self-Esteem 183 29.40 72.22 50.0000 8.41708
Thin Ideal Internalization 183 27.87 69.98 50.0000 9.64443
Usia 183 19 60 37.58 9.690
Pendapatan
IMT
183
183
1
1
4
5
2.6667
3.42
0.96836
0.927
Valid N (listwise) 183
66
66
Berdasarkan data pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa nilai minimum dari
variabel body dissatisfaction adalah 28.03 dengan nilai maksimum = 67.77, mean
= 50.00 dan SD = 9.31252. Upward comparison memiliki nilai minimum = 29.55
dan nilai maksimum = 71.25, mean = 50.00, dan SD = 9.00041. Downward
comparison memiliki nilai minimum = 27.62 dan nilai maksimum = 70.22, mean
=50.00, SD = 8.66048. Performance self-esteem memiliki nilai minimum = 23.57
dan nilai maksimum = 68.81, mean = 50.00, SD = 10.00000. Social self-esteem
memiliki nilai minimum = 31.21 dan nilai maksimum = 72.77, mean = 50.00, SD
= 8.42299. Physical appearance self-esteem memiliki nilai minimum = 29.40 dan
nilai maksimum = 72.22, mean = 50.00, SD = 8.41708. Thin ideal internalization
memiliki nilai minimum = 27.87 dan nilai maksimum = 69.98, mean = 50.00, SD
= 9.64443. Usia memiliki nilai minimum = 19 dan nilai maksimum = 60, mean =
37.58, SD = 9.690. Pendapatan memiliki nilai minimum = 1 dan nilai maksimum
= 4, mean = 2.6667, SD= 0.96836. IMT memiliki nilai minimum = 1 dan nilai
maksimum = 5, mean = 3.42, SD = 0.927.
4.3 Kategorisasi skor variabel
Pada penelitian ini, peneliti membagi klasifikasi body dissatisfaction,
perbandingan sosial (upward comparison, downward comparison), self-esteem
(performance self-esteem, social self-esteem, physical appearance self-esteem),
dan thin ideal internalizationmenjadi dua skor, yaitu skor rendah dan tinggi.
Kategorisasi didapat berdasarkan rumus pada tabel 4.3
67
67
Tabel 4.3
Pedoman Interpretasi Skor Kategorisasi Rumus
Rendah X<Mean
Tinggi X≥Mean
Adapun kategorisasi skor tiap variabel akan dijelaskan pada tabel 4.4
sebagai berikut:
Tabel 4.4
Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Variabel Frekuensi %
Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Body dissatisfaction 87 96 47.5 52.5
Upward comparison 96 87 52.5 47.5
Downward comparison 93 90 50.8 49.2
Performance self-esteem 61 122 33.3 66.7
Social self-esteem 98 85 53.5 46.5
Physical appearance self-esteem 102 81 55.7 44.3
Thin ideal internalization 88 95 48.1 51.9
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat dari 183 jumlah subjek penelitian,
dapat diketahui bahwa subjek dengan skor body dissatisfaction rendah sebanyak
87 orang (47.5%), sedangkan subjek dengan skor body dissatisfaction tinggi
sebanyak 96 orang (52.5%). Pada variabel upward comparison sebanyak 96
subjek (52.5%) dari total subjek penelitian memiliki tingkat perbandingan sosial
upward rendah dan 87 subjek (47.5%) dari total subjek penelitian memiliki
tingkat perbandingan sosial upward tinggi. Pada variabel downward comparison
ditemukan bahwa 93 subjek (50.8%) dari total subjek penelitian memiliki tingkat
perbandingan sosial downward yang rendah dan 90 subjek (49.2%) dari total
subjek penelitian memiliki tingkat perbandingan sosial downward tinggi.
68
68
Pada variabel performance self-esteem, dapat dilihat bahwa sebanyak 61
subjek (33.3%) dari total subjek penelitian memiliki tingkat performance self-
esteem rendah dan 122 subjek (66.7%) dari total subjek penelitian memiliki
tingkat performance self-esteem tinggi. Sementara pada variabel social self-
esteem ditemukan bahwa 98 subjek (53.5%) dari total subjek penelitian memiliki
tingkat social self-esteem yang rendah dan 85 subjek (46.5%) dari total subjek
penelitian memiliki tingkat social self-esteem tinggi. Kemudian pada variabel
physical appearance self-esteem dapat ditemukan bahwa 102 subjek (55.7%) dari
total subjek penelitian memiliki tingkat physical appearance self-esteem yang
rendah dan 81 subjek (44.3%) dari total subjek penelitian memiliki tingkat
physical appearance self-esteem tinggi. Terakhir, pada variabel thin ideal
internalization dari 183 jumlah subjek penelitian, dapat diketahui bahwa subjek
dengan skor thin ideal internalization rendah sebanyak 88 orang (48.1%),
sedangkan subjek dengan skor thin ideal internalization tinggi sebanyak 95 orang
(51.9%).
4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi
berganda dengan menggunakan software SPSS.20.
Seperti yang sudah disebutkan pada bab 3, dalam regresi ada 3 hal yang
dilihat yaitu besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) varians DV
yang dijelaskan oleh IV, kedua apakah secara keseluruhan IV berpengaruh
signifikan terhadap DV dan siginifikan atau tidaknya koefisien regresi dari
masing-masing IV.
69
69
Langkah pertama peneliti melihat besaran R square untuk mengetahui
berapa persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV. Selanjutnya untuk tabel R
square dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5
R Square
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .689a .474 .447 6.92557
a. Predictors: (Constant), upward comparison, downward comparison, performance self-esteem,
social self-esteem, physical appearance self-esteem, thin ideal internalization, usia,
pendapatan, indeks massa tubuh
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat perolehan R square sebesar 0.474 atau
47.4%. Artinya proporsi varians dari body dissatisfaction yang dijelaskan oleh
perbandingan sosial (upward comparison, downward comparison), self-esteem
(performance self-esteem, social self-esteem, physical appearance self-esteem),
thin ideal internalization, usia, pendapatan keluarga, dan IMT dalam penelitian ini
adalah sebesar 47.4% sedangkan 52.6% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain
diluar penelitian ini.
Langkah kedua peneliti menganalisis dampak dari seluruh independen
variabel terhadap body dissatisfaction. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel
4.6 berikut:
Tabel 4.6
Anova Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 7485.921 9 831.769 17.342 .000a
Residual 8297.679 174 47.963
Total 15783.600 182
Jika dilihat dari kolom keenam dari kiri (Sig.) pada tabel 4.6 dapat
diketahui bahwa nilai signifikansi lebih kecil (p<0.05). Maka hipotesis nihil yang
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan seluruh independen variabel
70
70
terhadap dependen variabel yaitu body dissatisfaction ditolak. Artinya adalah ada
pengaruh yang signifikan perbandingan sosial (upward comparison, downward
comparison), self-esteem (performance self-esteem, social self-esteem, physical
appearance self-esteem), thin ideal internalization, usia, pendapatan keluarga, dan
IMT terhadap body dissatisfaction.
Pada tahap selanjutnya peneliti melihat koefisien regresi dari masing-
masing IV. Jika sig<0.05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti
variabel independen tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabeldependen. Adapun besarnya koefisien regresi dari masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
Koefisien Regresi
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficient Sig.
B Beta
(Constant) 20.373 .017
Upward Comparison .164 .158 .044
Downward Comparison .224 .208 .006
Performance Self-Esteem -.040 -.043 .453
Social Self-Esteem .005 .005 .939
Physical Appearance Self-Esteem -.126 -.114 .046
Thin Ideal Internalization .391 .405 .000
Usia .022 .023 .691
Pendapatan
IMT
-.574
-.164
-.060
-.016
.306
.778
Dependen Variabel : Body Dissatisfaction
Berdasarkan pada tabel 4.9, dapat disimpulkan bahwa persamaan
regresinya sebagai berikut :
Body dissatisfaction = 20.373 + 0.164 upward comparison* + 0.225 downward
comparison* – 0.040 performance self-esteem + 0.005 social self-esteem – 0.126
physical appearance self-esteem* + 0.391 thin ideal internalization* + 0.022 usia
– 0.574 pendapatan keluarga – 0.164 indeks massa tubuh.
71
71
Keterangan :
Tanda (*) = Variabel Signifikan
Dari persamaan di atas terdapat empat koefisien regresi yang signifikan
yaitu upward comparison, downward comparison, physical appearance self-
esteem, dan thin ideal internalization, sedangkan empat variabel lainnya tidak
signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh masing-masing
IV adalah sebagai berikut:
1. Variabel upward comparison memiliki nilai signifikansi sebesar 0.044
dengan arah koefisien positif. Karena nilai sig<0.05 maka dapat disimpulkan
bahwa hipotesis nihil (H0) ditolak. Jadi, dapat dikatakan bahwa terdapat
pengaruh yang siginifikan upward comparison terhadap body dissatisfaction
pada ibu. Artinya, semakin tinggi nilai upward comparison seseorang maka
tingkat body dissatisfaction akan semakin tinggi pula.
2. Variabel downward comparison memiliki nilai signifikansi 0.006 dengan
arah koefisien positif. Karena nilai sig<0.05 maka dapat disimpulkan bahwa
hipotesis nihil (H0) ditolak. Jadi, dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan downward comparison terhadap body dissatisfaction pada
ibu. Artinya, semakin tinggi nilai downward comparison seseorang maka
tingkat body dissatisfaction akan semakin tinggi pula.
3. Variabel performance self-esteem memiliki nilai signifikansi sebesar 0.453
dengan arah koefisien negatif. Karena nilai sig>0.05 maka dapat disimpulkan
bahwa hipotesis nihil (H0) diterima. Jadi, dapat dikatakan bahwa tidak
72
72
terdapat pengaruh yang signifikan performance self-esteem terhadap body
dissatisfaction.
4. Variabelsocial self-esteem memiliki nilai signifikansi sebesar 0.939 dengan
arah koefisien positif. Karena nilai sig>0.05 maka dapat disimpulkan bahwa
hipotesis nihil (H0) diterima. Jadi, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan social self-esteem terhadap body dissatisfaction.
5. Variabel physical appearance self-esteem memiliki nilai signifikansi 0.046
dengan arah koefisien negatif. Karena nilai sig<0.05 maka dapat disimpulkan
bahwa hipotesis nihil (H0) ditolak. Jadi, dapat dikatakan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan physical appearance self-esteem terhadap body
dissatisfaction pada ibu. Artinya, semakin rendah nilai physical appearance
self-esteem seseorang maka tingkat body dissatisfaction akan semakin tinggi.
6. Variabel thin ideal internalizationmemiliki nilai signifikansi sebesar 0.000
dengan arah koefisien positif. Karena nilai sig<0.05 maka dapat disimpulkan
bahwa hipotesis nihil (H0) ditolak. Jadi, dapat dikatakan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan thin ideal internalization terhadap body
dissatisfaction pada ibu. Artinya, semakin tinggi nilai thin ideal
internalization seseorang maka tingkat body dissatisfaction akan semakin
tinggi pula.
7. Variabel usia memiliki nilai signifikansi sebesar 0.691 dengan arah koefisien
positif. Karena nilai sig>0.05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil
(H0) diterima. Jadi, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang
signifikan usiaterhadap body dissatisfaction.
73
73
8. Variabel pendapatan keluarga memiliki nilai signifikansi sebesar 0.306
dengan arah koefisien negatif. Karena nilai sig>0.05 maka dapat disimpulkan
bahwa hipotesis nihil (H0) diterima. Jadi, dapat dikatakan bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan pendapatan keluargaterhadap body
dissatisfaction.
9. Variabel indeks massa tubuh (IMT) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.778
dengan arah koefisien negatif. Karena nilai sig<0.05 maka dapat disimpulkan
bahwa hipotesis nihil (H0) diterima. Jadi, dapat dikatakan bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan IMT terhadap body dissatisfaction.
Berdasarkan tabel 4.7 juga dapat diketahui variabel independen yang
memiliki pengaruh paling kuat terhadap body dissatisfaction dengan melihat nilai
beta. Melalui tabel 4.7 didapatkan bahwa prediktor terbesar dalam mempengaruhi
body dissatisfaction merupakan variabel thin ideal internalization dengan nilai
beta 0.405.
4.5 Analisis Proporsi Varians pada Masing-Masing Independent Variable
Peneliti menjelaskan mengenai proporsi varians. Pengujian pada tahapan ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana proporsi varians dari masing-masing
variabel independen tersebut dianalisis satu persatu. Pada tabel 4.8 akan
dipaparkan besarnya proporsi varians pada body dissatisfaction dan juga akan
menjelaskan seberapa banyak sumbangan setiap variabel independen yang
digunakan dalam penelitian memeberikan pengaruh terhadap dependen variabel
body dissatisfaction. Besarnya proporsi varians pada body dissatisfaction dapat
dilihat pada tabel 4.8.
74
74
Tabel 4.8
Proporsi Varian Sumbangan Masing-Masing Independent Variable Independent Variable R
2 Sig. Sumbangan
(R2-changed)
upward comparison 29.8% .000 29.8 %
downward comparison 35.0% .000 5.3 %
performance self-esteem 35.0% .820 0 %
social self-esteem 35.6% .208 0.6 %
physical appearance self-esteem 37.0% .047 1.4 %
thin ideal internalization 47.1% .000 10.0 %
Usia 47.1% .738 0 %
Pendapatan 47.4% .317 0.3 %
IMT 47.4% .778 0 %
Total 47.4 %
Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan informasi sebagai berikut:
1. Sumbangan variabel upward comparisonterhadap body dissatisfaction
sebesar 29.8%. Artinya, variabel upward comparison memberikan
sumbangan atau pengaruh bagi bervariasinya body dissatisfaction dalam diri
seseorang.
2. Variabel downward comparison memberikan sumbangan terhadap body
dissatisfaction sebesar 5.3%. Artinya, variabel downward comparison
memberikan sumbangan atau pengaruh bagi bervariasinya body
dissatisfaction dalam diri seseorang.
3. Variabel performance self-esteem memberikan sumbangan terhadap body
dissatisfaction sebesar 0%. Nilai tersebut menunjukan bahwa variabel
performance self-esteem tidak memberikan sumbangan atau pengaruh bagi
bervariasinya body dissatisfaction pada diri seseorang.
75
75
4. Variabel social self-esteemmemberikan sumbangan terhadap body
dissatisfaction sebesar 0.6%. Hal ini berarti variabel social self-
esteemmemberikan sedikit sumbangan atau pengaruh bagi bervariasinya body
dissatisfaction dalam diri seseorang.
5. Variabel physical appearance self-esteem memberikan sumbangan terhadap
body dissatisfactionsebesar 1.4%. Artinya, variabel physical appearance self-
esteemmemberikan sumbangan atau pengaruh bagi bervariasinya body
dissatisfaction dalam diri seseorang.
6. Variabel thin ideal internalization memberikan sumbangan terhadap body
dissatisfactionsebesar 10.0%. Artinya, variabel thin ideal internalization
memberikan sumbangan atau pengaruh bagi bervariasinya body
dissatisfaction dalam diri seseorang.
7. Variabelusiamemberikan sumbangan terhadap body dissatisfactionsebesar
0%. Nilai tersebut menunjukan bahwa variabel usia tidak memberikan
sumbangan atau pengaruh bagi bervariasinya body dissatisfaction pada diri
seseorang.
8. Variabel pendapatan keluargamemberikan sumbangan terhadap body
dissatisfaction sebesar 0.3%. Hal ini berarti variabel pendapatan keluarga
memberikan sedikit sumbangan atau pengaruh bagi bervariasinya body
dissatisfaction dalam diri seseorang.
9. Variabel indeks massa tubuh (IMT) memberikan sumbangan terhadap body
dissatisfaction sebesar 0%. Nilai tersebut menunjukan bahwa variabel IMT
76
76
tidak memberikan sumbangan atau pengaruh bagi bervariasinya body
dissatisfaction pada diri seseorang.
Dengan demikian, sumbangan pengaruh varians terbesar dari variabel
upward comparison. Dilanjutkan dengan thin ideal internalization, downward
comparison, physical appearance self-esteem, social self-esteem, dan pendapatan
keluarga. Sementara variabel performance self-esteem, usia, dan IMT tidak
memberikan sumbangan sama sekali.
78
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan, diskusi, dan saran. Adapun
penjelasannya sebagai berikut.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan dari perbandingan sosial,
self-esteem, thin ideal internalization, usia, pendapatan keluarga, dan indeks
massa tubuh (IMT) terhadapperilakubody dissatisfactionpada ibu di Jakarta
Selatan sebesar 47.4%.
Berdasarkan hasi uji hipotesis dari masing-masing independent variable
yang menguji masing-masing koefisien regresi terhadap dependent variable,
terdapat empat variabel yang memiliki pengaruh secara signifikan antara lain,
upward comparison, downward comparison, physical appearance self-esteem,
dan thin ideal internalization. Sedangkan prediktor yang paling dominan
pengaruhnya terhadap body dissatisfaction adalah variabel thin ideal
internalizationdengan nilai beta 0.405.
5.2 Diskusi
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hal-hal yang mempengaruhi perilaku body
dissatisfaction pada ibu di Jakarta Selatan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, diketahui bahwa dari sembilan independent variable yang diteliti
terdapat empat variabel yang mempengaruhi body dissatisfaction secara
79
79
signifikan. Keempat variabel tersebut antara lain upward comparison, downward
comparison, physical appearance self-esteem, dan thin ideal internalization.
Berdasarkan hasil pada penelitian ini, perbandingan sosial terbukti
mempengaruhi body dissatisfaction. Pada penelitian ini, upward comparison
(perbandingan ke atas) memiliki pengaruh yang signifikan dengan arah hubungan
positif terhadap perilaku body dissatisfaction pada ibu di Jakarta Selatan. Dari
arah hubungan tersebut dapat diartikan jika skor upward comparison seseorang
tinggi maka skor body dissatisfaction akan tinggi ataupun sebaliknya. Temuan ini
selaras dengan penelitian Swami et al. (2008) yang menyebutkan bahwa wanita
selalu merasa tidak puas karena seringkali figur yang dilihat sebagai perbandingan
merupakan seorang model yang notabene memiliki tubuh yang sempurna, dengan
kata lain individu melakukan perbandingan ke atas atau upward comparison.
Hal ini dapat terjadi karena seseorang, khususnya kaum ibu yang pernah
melahirkan, mengalami body dissatisfaction disebabkan oleh perilaku
membandingkan tubuhnya dengan orang lain yang terlihat lebih baik. Perilaku
tersebut memberi dampak negatif yang menimbulkan persepsi bahwa dirinya
memiliki tubuh yang tidak ideal dibandingkan objek yang dilihatnya sebagai
perbandingan.
O‟Brien et al. (2009) melalui penelitiannya juga mendapatkan hasil bahwa
seseorang yang melakukan perbandingan sosial ke atas (upward comparison)
cenderung mengalami ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh karena target yang
dijadikan perbandingan merupakan orang dengan bentuk tubuh yang jauh lebih
80
80
baik daripada dirinya sehingga pada akhirnya terjadi kompensasi beresiko
terhadap perilaku tidak puas.
Seorang wanita cenderung memiliki citra tubuh negatif yang berujung
ketidakpuasan terhadap bentuk tubuhnya karena sebelumnya dirinya melakukan
perbandingan sosial. Ketika ia melihat wanita lain yang belum melahirkan dan
bertubuh lebih indah, dia akan memberikan kesan ideal pada objek yang ia lihat
tersebut. Kemudian melakukan perbandingan antara objek yang ia lihat
sebelumnya dengan tubuh yang dimiliki, maka yang terjadi adalah rasa tidak puas
terhadap tubuh yang dimilikinya (Swami et al., 2008).
Dimensi perbandingan sosial lainnya yaitu downward comparison
(perbandingan ke bawah) turut memiliki pengaruh yang signifikan dengan arah
hubungan yang positif terhadap body dissatisfaction. Dari arah hubungan tersebut
dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat downward comparison maka
semakin tinggi pula body dissatisfaction yang dialami ibu. Seorang wanita yang
cenderung membandingkan dirinya dengan objek wanita lain yang tidak lebih
baik daripada dirinya mempengaruhi dalam meningkatkan body dissatisfaction.
Temuan ini berbeda dengan penelitian sebelumnya oleh O‟Brien et al.
(2009) yang mendapatkan bahwa seseorang yang membandingkan dirinya dengan
orang lain yang lebih buruk dari pada dirinya cenderung puas dengan bentuk
tubuhnya. Hal ini dikarenakan dengan membandingkan diri terhadap orang lain
yang tidak lebih baik bentuk tubuhnya membuat seseorang mendapatkan perasaan
positif yang membuat dirinya puas dengan bentuk tubuhnya, terlepas dari titik
awal evaluasi diri yang dilakukannya.
81
81
Seorang ibu seringkali memperhatikan bentuk tubuhnya kemudian mencari
wanita lain untuk perbandingan. Mereka cenderung membandingkan tubuhnya
dengan wanita yang tidak bertubuh indah dan mengakibatkan ketidakpuasan
terhadap tubuhnya sendiri. Hal ini didukung oleh pernyataan Van Lange, et. al
(2012) yang menemukan bahwa seseorang yang melakukan perbandingan sosial
ke bawah (downward comparison) memiliki kekhawatiran berlebih dan cenderung
mengalami body dissatisfaction. Membandingkan ke bawah hanya dilakukan
demi mendapatkan perasaan senang atas objek yang dipilihnya (lebih buruk).
Namun tak lantas membuatnya puas terhadap bentuk tubuh yang dimiliki.
Seseorang merasa senang bahwa dirinya masih lebih baik dari pada objek
perbandingan ke bawah, kemudian timbul reaksi negatif berupa kekhawatiran
yang memuncak pasca melakukan perbandingan ke bawah bahwa bentuk
tubuhnya perlu diperbaiki agar tidak sama atau lebih buruk dari pada objek
perbandingan ke bawah.
Perbandingan ke bawah (upward comparison) yang dilakukan oleh ibu
membuat intensitas mereka dalam melakukan perbandingan akan meningkat. Hal
ini menunjukkan bahwa dirinya merasa tidak puas dengan bentuk tubuhnya
sekarang sehingga merasa perlu untuk melakukan perbandingan-perbandingan ke
bawah lainnya. Oleh karena itu rasa tidak puas akan muncul setiap kali dia
membandingkan bentuk tubuhnya. Semakin sering seorang wanita
membandingkan tubuhnya dengan tubuh wanita lain menyebabkan mereka
semakin tidak puas dengan tubuhnya (Jones, 2001).
82
82
Dimensi dari variabel self esteem, yaitu physical appearance self-esteem
merupakan satu-satunya dimensi dari self-esteem yang memiliki pengaruh
signifikan dengan arah hubungan negatif terhadap body dissatisfaction. Dari arah
hubungan tersebut dapat diartikan jika skor physical appearance self-esteem
seseorang itu rendah maka skor body dissatisfaction akan tinggi ataupun
sebaliknya. Pada penelitian ini setiap ibu memilki physical appearance self-
esteem yang tinggi sehingga memiliki tingkat body dissatisfaction yang rendah,
begitu pula sebaliknya. Artinya, setiap ibu memiliki harga diri terhadap bentuk
tubuhnya yang baik maka body dissatisfaction yang mereka alami rendah. Namun
bagi ibu yang memiliki harga diri terhadap bentuk tubuhnya yang kurang baik
maka mereka cenderung mengalami tingkat body dissatisfaction yang tinggi.
Physical appearance self-esteem mempengaruhi seseorang dalam melihat kondisi
fisik tubuhnya, bagaimana agar terlihat menarik dan menjadikan stigma positif
untuk dirinya (Heatherton & Polivy, 1991).
Temuan dalam penelitian ini selaras dengan studi dari Heatherton dan
Polivy (1991) yang mendapatkan hasil sama, yaitu seorang yang mengalami body
dissatisfaction disebabkan oleh harga diri penampilan fisiknya yang rendah
sehingga yang terjadi adalah perasaan tidak percaya diri dan kecewa dengan
bentuk tubuh yang dimilikinya. Ibu dalam penelitian ini merasa yakin bahwa
penghargaan atas penampilan mereka merupakan bukti bahwa mereka telah
memiliki tubuh yang ideal. Ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh terjadi akibat
mereka memiliki penghargaan yang rendah terhadap bentuk fisik tubuhnya yang
membuat persepsi yang dimilikinya adalah bentuk tubuh yang tidak baik ketika ia
83
83
sendiri melihatnya ataupun saat tampil dihadapan orang lain. Hal inilah yang
membuat mereka mengalami body dissatisfaction. Sedangkan bagi mereka yang
tinggi nilai penghargaan terhadap bentuk tubuhnya, memiliki persepsi yang baik
terhadap bentuk tubuhnya saat ia melihatnya ataupun ketika tampil di hadapan
orang lain.
Variabel terakhir yang memiliki pengaruh signifikan dengan arah
hubungan yang positif terhadap body dissatisfaction adalah thin ideal
internalization. Dari arah hubungan tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi
tingkat thin ideal internalization maka semakin tinggi pula tingkat body
dissatisfaction yang dialami ibu. Hasil ini selaras dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Vartanian dan Dey (2013) yang mengatakan bahwa wanita
yang melihat model dan kemudian menginternalisasi bentuk tubuh ideal
menurutnya kemudian gagal mendapatkan keidealan akan cenderung memiliki
perasaan negatif terhadap bentuk tubuhnya. Dengan begitu semakin tinggi thin
ideal internalization yang dilakukan individu, maka semakin tinggi pula tingkat
body dissatisfaction yang dialami.
Ibu sebagai wanita yang pernah melahirkan dalam penelitian ini memiliki
tingkat internalisasi tubuh ideal yang cukup tinggi sehingga ketika melihat bentuk
tubuhnya sendiri mereka merasa kecewa dan body dissatisfaction pun muncul. Ibu
melihat figur yang diinternalisasikan memiliki tubuh yang ideal olehnya membuat
persepsi terhadap tubuhnya rendah. Mereka menjadi seringkali mempersepsikan
tubuhnya secara negatif dan mengalami body dissatisfaction. Vartanian dan Dey
(2013) juga menjelaskan ketika wanita menginternalisasi tubuh ideal dan
84
84
mendapatkan kesenjangan dengan tubuh yang dimilikinya, maka dalam kondisi
inilah ia melahirkan persepsi negatif tentang tubuhnya.
Sedangkan variabel lain yang tidak signifikan pengaruhnya terhadap body
dissatisfaction adalah performance self-esteem, social self-esteem, pendapatan
keluarga, usia, dan indeks massa tubuh (IMT).
Variabel performance self-esteem dalam penelitian ini menunjukkan hasil
yang tidak signifikan dengan arah hubungan negatif. Hasil ini berbeda dengan
temuan sebelumnya oleh Heatherton dan Polivy (1991) yang mengatakan bahwa
seseorang yang memiliki performance self-esteem tinggi percaya bahwa mereka
cukup pintar dan memiliki kemampuan yang baik dalam caranya memperoleh
tubuh yang ideal yang pada akhirnya dia memiliki tingkat body dissatisfaction
yang rendah. Penelitian ini meneliti body dissatisfaction pada ibu sebagai wanita
yang pernah melahirkan. Pada umumnya, ibu dalam penelitian ini meyakini
bahwa kegiatan apapun tidak ada manfaatnya dalam memperindah bentuk tubuh
mereka. Kegiatan seperti fitness, aerobik, senam kegel, suplemen pelangsing atau
aktivitas lain mungkin menurut mereka tidak memiliki hasil yang cukup
berpengaruh dalam mengembalikan tubuh yang ideal. Sehingga penghargaan atas
performa mereka tidak begitu dipedulikan.
Pada variabel social self-esteem dalam penelitian ini yang menunjukkan
hasil yang tidak signifikan dengan arah hubungan positif. Temuan ini tidak sejalan
dengan penelitian sebelumnya oleh Pokrajac-Bulian dan Živčić-Bećirević(2005)
yang mengatakan bahwa penghargaan terhadap diri sangat penting dalam
pengembangan citra tubuh yang positif, karena tubuh menurut pandangan orang
85
85
lain merupakan hal pertama yang dirasakan dalam kontak sosial. Penelitian
tersebut dilakukan pada sampel remaja. Sedangkan dalam penelitian ini
mengambil sampel ibu sebagai wanita yang pernah melahirkan. Sehingga dengan
perbedaan kriteria sampel yang diambil peneliti memungkinkan terjadinya
perbedaan hasil.
Seorang remaja yang dalam perkembangannya sangat dipengaruhi dengan
lingkungan sosial tentu akan memperhatikan penghargaan diri di depan
lingkungan sosialnya. Mereka akan mudah terpengaruh oleh lingkungan sosial
yang membuat mereka merasa cemburu, tidak nyaman dengan bentuk tubuhnya,
dan hal lain yang mengganggu mereka. Remaja mengalami masa pubertas
sehingga terjadi perubahan fisik secara dramatis yang juga menyebabkan
ketertarikan besar terhadap citra tubuh dibanding orang dewasa (Santrock, 2012).
Sedangkan bagi ibu cenderung lebih dewasa menghadapi lingkungan sosial
mereka sehingga dapat meminimalisir pengaruh lingkungan sosialnya dengan
kematangan. Hal ini lah yang membuat penghargaan diri di depan lingkungan
sosial tidak signifikan pengaruhnya terhadap body dissatisfaction pada ibu.
Tiga variabel terakhir yang memiliki pengaruh tidak signifikan adalah
usia, pendapatan keluarga, dan IMT. Variabel usia memiliki pengaruh yang tidak
signifikan dengan arah hubungan positif. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian
Myers dan Crowther (2009) yang mengatakan bahwa individu dengan usia muda
memiliki afeksi negatif yang lebih besar dalam penampilan tubuhnya dibanding
dengan individu dengan usia yang lebih tua. Kaum ibu sebagai sampel dalam
penelitian ini berada pada rentang usia dewasa awal (19 – 40 tahun) dan dewasa
86
86
madya (41 – 60 tahun). Hasil yang didapat dalam penelitian ini tidak signifikan
dengan arah hubungan positif yang berarti tidak signifikan dalam pengaruhnya
terhadap body dissatisfaction. Hal tersebut terjadi karena perbedaan rentang usia
dewasa awal dan dewasa madya hampir memiliki kecenderungan yang sama
terhadap body dissatisfaction (Augustus-Horvath & Tylka, 2011). Akan lain
halnya jika dibandingkan dengan wanita dengan rentang usia remaja dan rentang
usia dewasa akhir.
Sedangkan variabel pendapatan keluarga memiliki pengaruh yang tidak
signifikan dengan arah hubungan negatif. Hal ini berbeda dengan penelitian
Gjerdingen et al. (2009) bahwa pada sampel wanita satu bulan pasca melahirkan
yang memiliki pendapatan rendah dari berbagai ras dan budaya memiliki citra
tubuh negatif yang cukup tinggi, hal tersebut mempengaruhi body dissatisfaction
mereka. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena
penelitian ini menggunakan sampel penelitian ibu yang pernah melahirkan bukan
yang baru saja melahirkan. Seorang ibu yang pernah melahirkan dengan
pendapatan yang tinggi belum tentu memiliki nilai body dissatisfaction yang
rendah, begitu juga sebaliknya.
Hasil penelitian ini juga mendapatkan indeks massa tubuh (IMT) tidak
berpengaruh signifikan terhadap body dissatisfaction pada ibu dengan arah
hubungan negatif. Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Grogan (2008) yang menyatakan bahwa IMT signifikan berpengaruh
terhadap body dissatisfaction. Namun jika diperhatikan sampel pada penelitian ini
terdiri dari seratus enam orang respondenyang memiliki IMT dengan kategori
87
87
normal, maka adalah hal wajar jika IMT tidak memberi pengaruh signifikan
terhadap body dissatisfaction ibu. Sedangkan enam belas orang responden berada
pada kategori kurus dan sangat kurus, namun bagi kebanyakan wanita bentuk
tubuh yang menarik adalah tubuh langsing (Bucchianeri et al., 2013). Sedangkan
makna bentuk tubuhlangsing disini lebih diasosiasikan dengan IMT kategori
underweight (kurus). Sisanya, cukup banyak responden yang berada dalam
kategori gemuk dan sangat gemuk. Namun dalam penelitian Sarwer, Thompson,
dan Cash (2008) mengatakan bahwa individu yang memiliki berat badan berlebih
cenderung tidak sensitif lagi dengan pengalaman body dissatisfaction. Hal ini
terkait dengan ketidakberhasilan individu dalam menurunkan berat badannya,
yang pada akhirnya tidak lagi merasa tidak puas terhadap bentuk tubuhnya.
5.3 Saran
Dalam penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu, peneliti memberikan beberapa saran sebagai bahan
pertimbangan untuk dapat melengkapi penelitian selanjutnya, baik berupa saran
teoritis maupun saran praktis.
5.3.1 Saran teoritis
1. Terdapatfaktor lain di luarpenelitianini yang mungkinterkaiteratdenganbody
dissatisfaction pada ibu. Olehkarenaitu, penelitimenyarankan agar
penelitianmengenaibody dissatisfactionselanjutnyadapatmenambah variabel–
variabel di luarpenelitianini yang memilikipengaruhterhadapbody
dissatisfaction pada ibu, misalnya karakteristik keluarga (Vander Wal et al.,
2004).
88
88
2. Peneliti juga menyarankan untuk memilih sampel dengan fokus pada wanita
yang baru saja melahirkan (ibu pasca melahirkan) seperti penelitian yang
dilakukan oleh Gjerdingen et al. (2009) dan juga fokus pada salah satu rentang
usia. Agar hasil yang didapatkan lebih kompleks dan dapat dilakukan
penelitian selanjutnya dengan sample beda rentang usia untuk melihat
perbedaan fenomana body dissatisfaction yang terjadi antar rentang usia.
5.3.2 Saran praktis
1. Berdasarkan hasil penelitian ini, thin ideal internalization merupakan
prediktor terbesar terhadapbody dissatisfaction. Oleh karena itu peneliti
menyarankan agar setiap ibu sebagai wanita yang pernah melahirkan
memahami dan menerima kondisi tubuhnya sebagai suatu proses
perkembangan sebagai seorang wanita dewasa. Tidak perlu terpengaruh iklan,
membandingkan dengan orang lain yang bertubuh lebih indah, ataupun hal
lain yang yang membuat persepsi negatif tentang tubuh. Setiap wanita yang
melahirkan dianjurkan untuk tertap percaya diri dengan tubuhnya serta
mensyukuri anugerah lainnya yaitu memiliki anak.
2. Bagi ibu-ibu untuk memperbaiki persepsinya tentang bentuk tubuh setelah
pernah mengalami proses melahirkan. Tidak perlu menunda dalam memiliki
momongan karena tidak selamanya bentuk tubuh setelah melahirkan
berkonotasi buruk. Asalkan dapat menjaga pola makan yang baik dan benar
serta olahraga yang cukup dan tidak berlebihan tentunya akan menjaga
keindahan bantuk tubuh setelah melahirkan.
88
DAFTAR PUSTAKA
Ata, R. N., Thompson, J. K., & Small, B. J. (2011).Effects of exposure to thin-
ideal media images on body dissatisfaction: testing the inclusion of a
disclaimer versus warning label. Body image, 10, 472-480.
Augustus-Horvath, C., & Tylka, T. L. (2011). The acceptance model of intuitive
eating: a comparison of women in emerging adulthood, early adulthood,
and middle adulthood. Journal of counseling psychology, 58(1), 110-125.
Bucchianeri, M. M., Arikian, A. J., Hannan, P. J., Eisenberg, M. E., & Neumark-
Sztainer, D. (2013). Body dissatisfaction from adolescene to young
adulthood: findings from a 10-year longitudinal study. Body image, 10(1),
1-15.
Cash, T. E. & Henry, P. E. (1995). Women's body images: the results of a national
survey in the USA. Sex roles, 33(1/2), 19-28.
Cash, T. F., Fleming, E. C., Alindogan, J., Steadman, L., & Whitehead, A. (2002).
Beyond body image as a trait the development and validation of the body
image states scale. Eating disorders, 10(2), 103-113.
Charles, N. & Kerr, M. (1986). Food for feminist thought. London: Unpublished.
Cooper, P. J., Taylor, M. J., Cooper, Z., & Fairburn, C. G. (1987). The
development and validation of the body shape questionnaire. International
journal of eating disorder, 6(4), 485-494.
Daley, K. A., Jimerson, D. C., Heatherton, T. F., Metzger, E. D., & Wolfe, B. E.
(2008). State self-esteem ratings in women with bulimia nervosa and
bulimia nervosa in remission. Eat disord, 55(2), 339-353.
Festinger, L. (1954). A theory of social comparison processes. Human relation, 7,
117-140.
Friedman, M. A., Dixon, A. E., Brownell, K. D., Whisman, M. A., & Wilfley, D.
E. (1999). Marital status, marital satisfaction, and body image
dissatisfaction. International journal of eating disorders, 26(1), 81-85.
Garner, D. M., Olmsted, M. P., & Polivy, J. (1983). The eating disorder inventory:
a measure of cognitive-behavioral dimensions of anorexia nervosa and
bulimia. Anorexia Nervosa, 173-184.
89
Gjerdingen, D., Fontaine, P., Crow, S., McGovern, P., Center, B., & Miner, M.
(2009). Predictor of mothers‟ postpartum body dissatisfaction. Women
health, 49(6), 491-504.
Gonzalez-Marti, I., Bustos, J. G. F., Jordan, O. R. C., & Mayville, S. B. (2012).
Validation of a spanish version of the muscle appearance satisfaction
scale: escala de satisfacción muscular. Body image, 9, 517-523.
Grogan, S. (2008). Body image: understanding body dissatisfaction in men,
women, and children, 2nd edition. London: Routledge.
Gunarsa, S. (1982). Dasar dan teori perkembangan anak. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Heatherton, T. F. (1993). Body dissatisfaction, self-focus, and dieting status
among women. Psychology of addictive behaviors, 7(4), 225-231.
Heatherton, T. F., & Polivy, J. (1991). Development and validation of a scale for
measuring state self-esteem. Journal of personality and social psychology,
60(6), 895-910.
Jones, D. C. (2001). Social comparison and body image: attractiveness
comparisons to models and peers among adolescent girls and boys. Sex
roles, 45(9/10), 645-664.
Kostanski, M., & Gullone, E. (1998). Adolescent body image dissatisfaction:
relationships with self-esteem, anxiety, and depression controlling for
body mass. Journal of child psychology and psychiatry, 39(2), 255-262.
Lavender, J. M., & Anderson, D. A. (2010). Contribution of emotion regulation
difficulties to disordered eating and body dissatisfaction in college men.
International journal of eating disorders, 43(4), 352-357.
Martín J., Núñez L., Navarro, & Grijalvo. (2007). The rosenberg self-esteem
scale: translation and validation in university students. The spanish journal
of psychology. 10(2), 458-467.
Minchinton J,. (1993). Maximum Self-esteem. Golden Books Centre SDN.BHD:
Kuala Lumpur.
Myers, T. A., & Crowther, J. H. (2009). Social comparison as a predictor of body
dissatisfaction: a meta-analytic review. Journal of abnormal psychology,
118(4), 683-698.
Neumark-Sztainer, D., Paxton, S.J., Hannan, P.J., Haines, J. & Story, M. (2006).
Does body satisfaction matter? Five-year longitudinal associations
90
90
between body satisfaction and health behaviors in adolescent females and
males. Journal of adolescent health, 39, 244-251.
O‟Brien, K. S., Caputi, P., Minto, R., Peoples, G., Hooper, C., Kell, S., Sawley, E.
(2009). Upward and downward physical appearance comparisons:
development of scales and examination of predictive qualities. Body
image, 6, 201-206.
Paap, C. E. & Gardner, R. M. (2011). Body image disturbance and relationship
satisfaction among college students. Personality and individual
differences, 51, 715-719.
Pokrajac-Bulian, A., & Živčić-Bećirević, I. (2005). Locus of control and self-
esteem as correlates of body dissatisfaction in Croatian university students.
European eating disorders review, 13(1), 54-60.
Santrock, J. W. (2002). Life-span development, edisi kelima (terjemahan). Jakarta:
Erlangga.
Santrock, J. W. (2012). Life-span development, edisi ketigabelas (terjemahan).
Jakarta: Erlangga.
Sarwer, D., Thompson, J. K., & Cash, T. F. (2008). Body image and obesity in
adulthood. Psychiatric clinics of North America. 28, 69-87.
Secord, P. F. & Jourard, S. M. (1953). The appraisal of body-cathexis: body-
cathexis and the self. Journal of consulting psychology, 17(5), 343-347.
Shroff, H., Calogero, R. M., & Thompson, J. K. (2009). Assessment of body
image. Handbook of assessment of methods for eating behaviors and
weight-related problems, 115-136.
Slevec, J. H., & Tiggemann, M. (2010). Predictors of body dissatisfaction and
disordered eating in middle-aged women. Clinical psychology review, 31,
515-524
Stice, E., & Whitenton, K. (2002). Risk factors for body dissatisfaction in
adolescent girls a longitudinal investigation. Developmental psychology,
38(5), 669-678.
Swami, V., Salem, N., Furnham, A., & Tovee, M. J. (2008). Initial examination of
the validity and reliability of the female photographic figure rating scale
for body image assessment. Personality and individual differences, 44,
1752-1761.
91
91
Thomas, K., Ricciardelli, L. A., & Williams, R. J. (2000). Gender traits and self-
concept as indicators of problem eating and body dissatisfaction among
children. Sex roles, 43(7-8), 441-458.
Thompson, B. (2004). Exploratory and confirmatory factor analysis:
Understanding concepts and applications. Washington DC: American
Psychological Association.
Thompson, J. K. & Heinberg, L. J. (1999). The media‟s influence on body image
disturbance and eating disorders: we‟ve reviled them, now can we
rehabilitate them. Journal of social issues, 55(2), 339-353.
Van Lange, P. A. M., Kruglanski, A. W., & Higgins, E. T. (2012). Handbook of
theories of social psychology, volume 1. California: SAGE Publications.
Vander Wal, J. S., & Thelen, M. H. (2000). Predictors of body image
dissatisfaction in elementary-age school girls. Eating behaviors, 1(2), 105-
122.
Vander Wal, J. S., & Thomas, N. (2004). Predictors of body image dissatisfaction
and disturbed eating attitudes and behaviors in African American and
Hispanic girls. Eating behaviors, 5(4), 291-301.
Vartanian, L. R., & Dey, S. (2013). Self-concept clarity, thin-ideal internalization,
and appearance-related social comparison as predictors of body
dissatisfaction. Body image, 10(4), 495-500.
Williamson, D. A., Gleaves, D. H., Watkins, P. C., & Schlundt, D. G. (1993).
Validation of self-ideal body size discrepancy as a measure of body
dissatisfaction. Journal of psychopathology and behavioral assessment,
15(1), 57-68.
92
LAMPIRAN
93
KUESIONER PENELITIAN
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.
Salam silaturahmi saya ucapkan, semoga Anda selalu mendapatkan
perlindungan Tuhan YME sehingga dapat melaksanakan aktifitas sehari-hari
dengan baik. Peneliti adalah mahasiswa Program Sarjana Strata-1 (S1) Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang saat
ini sedang melakukan penelitian untuk penyelesaian skripsi. Peneliti
mengharapkan kesediaan Anda untuk bisa berpartisipasi dalam penelitian ini.
Silahkan Anda mengisi kuisisoner ini dengan mengikuti petunjuk
pengisian yang diberikan dan TIDAK ADA JAWABAN SALAH dalam
kuisioner ini. Anda diharapkan mengisi jawaban sesuai dengan keadaan Anda saat
ini. Data diri dan semua jawaban Anda akan diolah secara general, bukan
perorangan. Data dalam penelitian ini akan dijaga KERAHASIAAN nya dan
hanya untuk kepentingan penelitian, oleh karena itu diharapkan Anda mengisi
jawaban Anda dengan sejujur-jujurnya.
Bantuan Anda dalam menjawab pernyataan-pernyataan pada kuesioner ini
merupakan bantuan yang amat besar bagi keberhasilan penelitian ini. Untuk itu
saya mengucapkan terima kasih.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.
Hormat saya,
(Muhamad Nursyaifuddin)
94
94
Saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini,
Nama : __________________________
Usia : ____ tahun
Jenis kelamin : L / P
Pendidikan terakhir : _______
Perkerjaan : _______________
Berat badan : ____kg
Tinggi badan : ____cm
Jumlah anak : _______
Usia anak terakhir : ____tahun
Total pendapatan keluarga (Lingkari salah satu):
a. < 1 juta b. 1 – 3 juta c. 3 – 5 juta d. > 5 juta
TTD
(________________)
95
95
BAGIAN1
Pernyataan di bawah ini menggambarkan bagaimana anda menilai diri anda saat
ini. Baca dan pahami dengan baik setiap pernyataannya, tidak ada jawaban yang
benar atau salah. Anda diminta untuk menunjukkan tingkat kesesuaian atau
ketidaksesuaian Anda pada setiap pernyataan yang diberikan. Berilah tanda silang
(X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia, yaitu:
SS = Sangat Sesuai TS = Tidak Sesuai
S = Sesuai STS = Sangat Tidak Sesuai
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Saya merasa puas dengan tubuh saya ketika
melihatnya di cermin
2. Jika ada acara yang memaksa saya untuk melewatkan
waktu berolahraga saya merasa kecewa
3. Saya cenderung menanyakan seberapa ideal tubuh
saya pada keluarga dan kerabat
4. Saya puas dengan ukuran tubuh saya
5. Saya cenderung menghabiskan uang membeli
suplemen untuk memperindah tubuh saya
6. Penggunaan suplemen baik untuk membentuk tubuh
ideal
7. Saya merasa ketagihan untuk melakukan latihan
penurunan berat badan
8. Jika pelatihan saya buruk, akan mempengaruhi
kegiatan selanjutnya
9. Saya akan melakukan apa saja demi memperindah
tubuh saya
10. Saya akan tetap melakukan pelatihan meskipun tubuh
saya masih lelah akibat pelatihan sebelumnya
11. Saya menghabiskan banyak waktu untuk bercermin
12. Saya menghabiskan banyak waktu di tempat olahraga
seperti gym dan lain-lain karena kebanyakan orang
melakukan hal yang sama
13. Untuk memperoleh tubuh ideal, saya harus mampu
96
96
bertahan dalam kegiatan rutin seperti berolahraga
14. Saya puas dengan bentuk tubuh ideal saya
15. Harga diri saya sangat tergantung pada penampilan
tubuh saya
16. Saya berolahraga lebih untuk mendapatkan tubuh
ideal
17. Saya harus mendapatkan tubuh yang ideal dengan
cara apapun
18. Saya menanyakan kepada orang lain mengenai
keindahan tubuh saya
19. Saya kurang bisa menahan keinginan
untukmelakukan pengecekan ukuran tubuh saya
BAGIAN 2
Pernyataan di bawah ini menggambarkan bagaimana anda menilai diri anda saat
ini. Baca dan pahami dengan baik setiap pernyataannya, tidak ada jawaban yang
benar atau salah. Anda diminta untuk menunjukkan tingkat kesesuaian atau
ketidaksesuaian setiap pernyataan dengan kondisi anda. Berilah tanda silang (X)
pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia, yaitu:
SS = Sangat Sesuai TS = Tidak Sesuai
S = Sesuai STS = Sangat Tidak Sesuai
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Saya membandingkan diri saya dengan orang yang
terlihat lebih baik dari saya
2. Saya cenderung membandingkan daya tarik fisik
saya sendiri dengan model di majalah
3. Saya berpikir tentang bagaimana membandingkan
penampilan saya dengan model dan artis film
4. Di tempat olahraga seperti gym dan lain-lain, saya
ingin tahu apakah tubuh saya seperti orang dengan
tubuh yang sangat menarik di sana
5. Saya cenderung membandingkan diri saya dengan
orang yang saya pikir terlihat lebih baik dari saya
97
97
6. Ketika melihat seseorang dengan tubuh yang
sempurna, saya cenderung bertanya bagaimana agar
saya dapat terlihat seperti mereka
7. Ketika melihat orang-orang yang terlihat cantik saya
cenderung bertanya bagaimana agar saya dapat
dibandingkan dengan mereka
8. Di pesta atau acara lainnya, saya membandingkan
penampilan fisik saya dengan penampilan fisik
orang lain yang sangat menarik
9. Saya membandingkan penampilan saya dangan
orang lain yang berpenampilan lebih menarik
daripada saya
10. Saya membandingkan tubuh saya dengan orang
yang memiliki tubuh lebih baik dari saya
11. Ketika melihat seseorang yang kurang menarik
secara fisik, saya berpikir tentang bagaimana
membandingkan tubuh saya dengan mereka
12. Saya cenderung untuk membandingkan tubuh saya
dengan orang lain yang memiliki tubuh di bawah
rata-rata
13. Di gym atau tempat olahraga lain, saya
membandingkan tubuh saya dengan mereka yang
bertubuh kurang atletis
14. Saya membandingkan diri saya dengan orang lain
yang terlihat kurang bagus dari saya
15. Saya berpikiran tentang bagaimana agar tubuh saya
lebih menarik dibandingkan orang yang kelebihan
berat badan
16. Pada pesta atau acara lain, saya sering
membandingkan penampilan saya dengan orang lain
yang berpenampilan kurang menarik
17. Seringkali saya membandingkan diri saya dengan
mereka yang kurang menarik secara fisik
18. Saya cenderung membandingkan penampilan fisik
saya dengan orang lain yang bertubuh kurang
menarik secara fisik
98
98
BAGIAN 3
Pernyataan di bawah ini menggambarkan bagaimana anda menilai diri anda saat
ini. Baca dan pahami dengan baik setiap pernyataannya, tidak ada jawaban yang
benar atau salah. Anda diminta untuk menunjukkan tingkat kesesuaian atau
ketidaksesuaian Anda pada setiap pernyataan yang diberikan. Berilah tanda silang
(X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia, yaitu:
SS = Sangat Sesuai TS = Tidak Sesuai
S = Sesuai STS = Sangat Tidak Sesuai
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Saya merasa yakin dengan usaha saya dalam
menurunkan berat badan
2. Saya khawatir dengan anggapan orang lain mengenai
kesuksesan atau kegagalan saya
3. Saya merasa puas dengan tubuh saya sekarang
4. Saya merasa frustasi dengankegiatan olahraga yang
saya lakukan dalam menurunkan berat badan
5. Saya merasa memiliki masalah untuk memahami
hal-hal yang saya baca
6. Saya merasa bahwa orang lain menghormati dan
mengagumi saya
7. Saya kurang puas dengan berat badan saya
8. Saya merasa menyadari keadaan tubuh saya
9. Saya merasa sepintar orang lain
10. Saya merasa kurang puas dengan keadaan diri saya
11. Saya merasa puas terhadap tubuh saya
12. Saya puas dengan penampilan saya sekarang
13. Saya khawatir dengam apa yang orang lain pikirkan
tentang diri saya
14. Saya merasa yakin dapat memahami berbagai hal
15. Saya merasa lebih rendah dari orang lainpadasaatini
16. Saya merasa diri saya kurang menarik
17. Saya memperhatikankesan yang sayabuat
99
99
18. Saya
merasabahwasekaranginisayamempunyaikemampuan
akademis yang kurangdaripada yang lain
19. Saya merasa seperti tidakmengerjakan sesuatu
dengan baik
20. Saya khawatir akan terlihat memalukan
BAGIAN 4
Pernyataan di bawah ini menggambarkan bagaimana anda menilai diri anda saat
ini. Baca dan pahami dengan baik setiap pernyataannya, tidak ada jawaban yang
benar atau salah. Anda diminta untuk menunjukkan tingkat kesesuaian atau
ketidaksesuaian Anda pada setiap pernyataan yang diberikan. Berilah tanda silang
(X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia, yaitu:
SS = Sangat Sesuai TS = Tidak Sesuai
S = Sesuai STS = Sangat Tidak Sesuai
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Program acara di TVmerupakansumberinformasi
yang pentingtentang fashion dan bagaimana
menjadikan diri menarik
2. Saya merasa tertekan untuk menurunkan berat
badan saat melihat tayangan di TV atau majalah
3. Saya ingin tubuh saya terlihat seperti artis-artis di
TV
4. Saya membandingkan tubuh saya dengan tubuh
artis di TV dan film
5. Acara iklan di TVmerupakansumberinformasi
yang pentingtentang fashion dan bagaimana
menjadikan diri menarik
6. Saya merasa tertekan untuk terlihat cantik saat
melihat tayangan di TV atau majalah
7. Saya ingin tubuh saya terlihat seperti model-model
di majalah
8. Saya membandingkan penampilan saya dengan
penampilan artis di TV dan film
100
100
9. Video clip musik di
TVmerupakansumberinformasi yang
pentingtentang fashion dan bagaimana menjadikan
diri menarik
10. Saya merasa tertekan untuk menjadi kurus saat
melihat tayangan di TV atau majalah
11. Saya ingin tubuh saya terlihat seperti artis-artis di
film
12. Saya membandingkan tubuh saya dengan tubuh
orang-orang yang tampil di majalah
13. Berbagai artikel, iklan, dan foto di majalah
merupakansumberinformasi yang pentingtentang
fashion dan bagaimana menjadikan diri menarik
14. Saya merasa tertekan untuk memiliki tubuh yang
sempurna saat melihat tayangan di TV atau
majalah
15. Saya berharap diri saya terlihat seperti model video
klip musik
16. Saya membandingkan penampilan saya dengan
penampilan orang-orang yang ada di majalah
17. Film serta artis-artisnya
merupakansumberinformasi yang pentingtentang
fashion dan bagaimana menjadikan diri menarik
18. Saya merasa tertekan untuk diet setelah melihat
tayangan di TV atau majalah
19. Saya berharap diri saya terlihat atletis seperti
model di majalah
20. Saya membandingkan tubuh saya dengan orang-
orang yang memiliki bentuk tubuh bagus
21. Orang-orang yang terkenal
merupakansumberinformasi yang pentingtentang
fashion dan bagaimana menjadikan diri menarik
22. Saya merasa tertekan untuk segera berolahraga
agar berat badan menurun setelah melihat tayangan
di TV atau majalah
23. Saya berharap diri saya terlihat atletis seperti
bintang olahraga
101
101
24. Saya membandingkan tubuh saya dengan orang-
orang yang bertubuh atletis
25. Saya berusaha untuk terlihat seperti atlet olahraga
26. Saya merasa tertekan untuk mengubah penampilan
saya saat melihat tayangan di TV atau majalah
27. Saya berusaha untuk terlihat seperti artis-artis di
TV
102
SYNTAX DAN PATH DIAGRAM
UJI VALIDITAS KONSTRUK BODY DISSATISFACTION DA NI=19 NO=183 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 PM SY FI=BODY.COR MO NX=19 NK=1 TD=SY LK BODY FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 FR LX 11 1 LX 12 1 LX 13 1 LX 14 1 LX 15 1 LX 16 1 LX 17 1 LX 18 1 LX 19 1 FR TD 4 1 TD 12 11 TD 19 18 TD 5 3 TD 14 1 TD 14 4 TD 8 6 TD 11 1 TD 12 9 FR TD 16 12 TD 5 2 TD 3 2 TD 17 8 TD 18 11 TD 18 6 TD 15 11 TD 15 14 TD 13 10 FR TD 16 8 TD 16 11 TD 7 3 TD 6 5 TD 18 17 TD 14 11 TD 14 2 TD 18 5 TD 16 5 FR TD 16 2 TD 16 10 TD 16 9 TD 11 6 TD 10 2 TD 12 10 TD 12 1 TD 5 1 TD 14 13 FR TD 12 6 TD 15 5 TD 15 8 TD 7 1 TD 18 13 TD 11 8 TD 11 2 TD 2 1 TD 18 3 FR TD 16 3 TD 17 14 TD 15 12 TD 11 9 PD OU SS TV MI
Path Diagram Body Dissatisfaction
103
103
UJI VALIDITAS KONSTRUK PERBANDINGAN SOSIAL
DA NI=10 NO=183 MA=PM
LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 PM SY FI=UPWARD.COR MO NX=10 NK=1 TD=SY LK UPWARD FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 FR TD 10 9 TD 6 3 TD 3 2 TD 10 8 TD 9 8 TD 9 3 TD 4 1 TD 7 6 PD OU SS TV MI
Path Diagram Upward Comparison
104
104
UJI VALIDITAS KONSTRUK PERBANDINGAN SOSIAL DA NI=8 NO=183 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 PM SY FI=DOWNWARD.COR MO NX=8 NK=1 TD=SY LK DOWNWARD FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 FR TD 7 5 TD 2 1 TD 3 2 TD 5 3 PD OU SS TV MI
Path Diagram Downward Comparison
105
105
UJI VALIDITAS KONSTRUK SELF-ESTEEM DA NI=7 NO=183 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 PM SY FI=PERFORM.COR MO NX=7 NK=1 TD=SY LK PERFORMANCE FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 FR TD 4 1 TD 6 4 TD 7 4 TD 5 1 PD OU SS TV MI
Path Diagram Performance Self-Esteem
106
106
UJI VALIDITAS KONSTRUK SELF-ESTEEM DA NI=7 NO=183 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 PM SY FI=SOCIAL.COR MO NX=7 NK=1 TD=SY LK SOCIAL FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 FR TD 5 4 TD 3 2 PD OU SS TV MI
Path Diagram Social Self-Esteem
107
107
UJI VALIDITAS KONSTRUK SELF-ESTEEM DA NI=6 NO=183 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=PHYSIC.COR MO NX=6 NK=1 TD=SY LK PHYSICAL FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 FR TD 3 1 TD 3 2 TD 6 4 TD 4 2 PD OU SS TV MI
Path Diagram Physical Appearance Self-Esteem
108
108
UJI VALIDITAS KONSTRUK THIN IDEAL INTERNALIZATION DA NI=27 NO=183 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 PM SY FI=THIN.COR MO NX=27 NK=1 TD=SY LK THIN IDEAL INTERNALIZATION FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 FR LX 11 1 LX 12 1 LX 13 1 LX 14 1 LX 15 1 LX 16 1 LX 17 1 LX 18 1 LX 19 1 FR LX 20 1 LX 21 1 LX 22 1 LX 23 1 LX 24 1 LX 25 1 LX 26 1 LX 27 1 FR TD 5 1 TD 21 13 TD 9 5 TD 9 1 TD 12 8 TD 21 17 TD 25 23 TD 17 16 TD 16 1 FR TD 15 14 TD 18 14 TD 13 2 TD 22 7 TD 18 2 TD 25 12 TD 20 4 TD 17 9 TD 27 9 FR TD 26 5 TD 21 6 TD 5 2 TD 22 14 TD 22 5 TD 23 5 TD 27 6 TD 13 11 TD 17 3 FR TD 4 1 TD 3 1 TD 25 9 TD 23 19 TD 25 24 TD 21 1 TD 26 21 TD 22 17 TD 19 12 FR TD 23 22 TD 18 4 TD 8 2 TD 15 8 TD 15 10 TD 15 1 TD 23 12 TD 20 12 TD 11 7 FR TD 26 4 TD 20 6 TD 20 8 TD 8 7 TD 12 7 TD 24 8 TD 17 8 TD 25 17 TD 25 1 FR TD 12 11 TD 13 1 TD 18 15 TD 24 10 TD 25 6 TD 26 25 TD 20 9 TD 21 5 TD 13 5 FR TD 13 9 TD 26 17 TD 22 4 TD 16 14 TD 22 9 TD 22 21 TD 21 19 TD 19 6 TD 23 10 FR TD 22 10 TD 27 15 TD 14 10 TD 17 14 TD 26 15 PD OU SS TV MI
Path Diagram Thin Ideal Internalization
109
109
Output Regresi Stepwise
Regression
[DataSet1] C:\Users\Acer\Documents\Analisis Data
Skripsi\SPSS\SELESAI.sav
Variables Entered/Removeda
Model Variables
Entered
Variables
Removed
Method
1
BMI,
DOWNWARD,
PHYSIC,
PERFORM,
USIA,
PENDAPATAN,
SOCIAL, THIN,
UPWARDb
. Enter
a. Dependent Variable: BODY
b. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,689a ,474 ,447 6,92557
a. Predictors: (Constant), BMI, DOWNWARD, PHYSIC, PERFORM,
USIA, PENDAPATAN, SOCIAL, THIN, UPWARD
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
1
Regression 7485,921 9 831,769 17,342 ,000b
Residual 8297,679 173 47,963
Total 15783,600 182
a. Dependent Variable: BODY
b. Predictors: (Constant), BMI, DOWNWARD, PHYSIC, PERFORM, USIA, PENDAPATAN,
SOCIAL, THIN, UPWARD
110
110
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 20,373 8,473 2,404 ,017
UPWARD ,164 ,081 ,158 2,029 ,044
DOWNWARD ,224 ,080 ,208 2,778 ,006
PERFORM -,040 ,053 -,043 -,752 ,453
SOCIAL ,005 ,070 ,005 ,076 ,939
PHYSIC -,126 ,063 -,114 -2,012 ,046
THIN ,391 ,069 ,405 5,707 ,000
USIA ,022 ,055 ,023 ,398 ,691
PENDAPATAN -,574 ,559 -,060 -1,027 ,306
BMI -,164 ,581 -,016 -,282 ,778
a. Dependent Variable: BODY