Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
26
4.1.
4.1.1.
BAB IV
PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan
Sejarah Singkat Perusahaan
PT HM SAMPOERNA Tbk, singkatan dari PT HANJAYA MANDALA
SAMPOERNA Terbuka. Mempunyai lambang Perusahaan berupa 2 ekor singa
saling berhadapan yang dibawahnya terdapat pita hias bertuliskan:
ANGGARDA PARAMITHA, yang artinya menuju kesempurnaan, dimana
PT HM Sampoerna Tbk yang bergerak di bidang industri sigaret kretek yang
selalu menuju kesempurnaan kualitas produksi dengan tiada henti.
PT HM Sampoerna Tbk didirikan pada tahun 1913 di jalan Taman
Sampoerna No. 6, Surabaya oleh Bapak Liem Seeng Tee. Bapak Liem Seeng Tee
dan istrinya, Siem Tjiang Nie mendirikan badan hukum dengan nama Handel
Maatshappij Liem Seeng Tee, yang dalam waktu singkat berubah menjadi
PT. Handel Maatshappij Sampoerna. Pada saat itu rokok yang diproduksi masih
sangat sederhana, berupa rokok klobot yang diracik dan dijual sendiri. Beberapa
saat kemudian perusahaan ini memproduksi rokok “234” atau “Dji Sam Soe”.
Secara perlahan sesuai tuntutan jaman, rokok yang diproduksi sigaret
dalam bentuk rokok kretek yang bertahan sampai sekarang. Karena Bapak Liem
Seeng Tee berusia lanjut, tongkat kepemimpinan diserahkan kepada putra beliau
yaitu Bapak Liem Swie Ling yang lebih dikenal dengan Aga Sampoerna pada
tahun 1959.
27
Pada tanggal 19 Oktober 1963, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk.
didirikan berdasarkan akta notaris Anwar Mahajudin, S.H. No. 69. Akte pendirian
ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat
Keputusan No. J.A. 5/59/15 tanggal 30 April 1964 serta diumumkan dalam
Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 94 tanggal 24 November 1964.
Selama 12 tahun di bawah kepemimpinannya, “Dji Sam Soe” kembali berjaya
dengan berhasil menjual 1,2 juta batang rokok “Dji Sam Soe" per hari. Pada
Januari 1979, Sampoerna memasarkan sigaret kretek tangan lainnya dengan nama
“Sampoerna A” yang menandai era kepemimpinan Aga Sampoerna.
Bapak Aga Sampoerna mulai mengadakan ekspansi dan pengembangan
perusahaan dengan mendirikan PT.Panamas di Bali pada tahun 1956. Penyerapan
tenaga kerja sangat banyak, melakukan penambahan merk produk baru,
meningkatkan produksi yang tentu saja juga menambah pemasukan devisa bagi
negara melalui penyetoran pita cukai. Usia lanjut pulalah yang menyebabkan
beliau menyerahkan perusahaan ini kepada putra beliau yakni Bapak Putera
Sampoerna.
Pada tahun 1978, didirikan cabang di Malang, yaitu dengan membeli
perusahaan Philip Morris, dan memindahkan pabrik Panamas dari Denpasar ke
Malang. Sejak awal tahun 1982, Putra Sampoerna memindahkan kegiatan
pengolahan cengkeh, tembakau, percetakan pembungkus dan pembuatan sigaret
mesin dari Taman Sampoerna ke lokasi baru, yaitu di Jalan Rungkut Industri Raya
18 Surabaya. Pabrik Taman Sampoerna dipertahankan untuk kegiatan pelintingan
rokok dengan tangan. Putra Sampoerna dan Budi Sampoerna, menerapkan
kebijakan baru dengan sistem pembelian tembakau langsung ke petani.
28
Untuk mendukung penelitian dan pengembangan yang bertujuan untuk
mengembangkan dan meningkatkan kualitas produk, dibangun laboratorium ultra
modern di Rungkut. Rungkut juga merupakan lokasi laboratorium pengawas
mutu canggih Sampoerna yang melayani seluruh fasilitas peracikan dan
pembuatan rokok di samping berfungsi sebagai tempat pembuatan sigaret kretek
mesin dan sigaret kretek tangan, pusat fasilitas operasional untuk akuntansi
perusahaan, sistem informasi manajemen, pengawasan persediaan dan
manufakturing tembakau, sumber daya manusia, pemasaran dan keuangan.
Pada tahun 1990, Sampoerna telah berubah dari perusahaan keluarga
menjadi perusahaan publik. Hal ini ditandai dengan penjualan 27.000.000
sahamnya melalui Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Pada
14 Desember 1995 Sampoerna telah berubah menjadi Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN).
Dengan demikian perusahaan ini sekarang dipimpin oleh tiga generasi
dari dinasti sampoerna. Kemajuan yang dialami semakin tampak jelas, baik
produk yang dihasilkan maupun pengembangan tenaga ke ja yang ada. Dalam
mengendalikan perusahaan ini beliau tidak ingin menjadi yang terbesar, tetapi
memilih menjadikan perusahaan ini paling menguntungkan. Kesanggupan kerja
dan pengalaman membuat rokok kretek bermutu merupakan gambaran dinamika
yang tidak pernah pudar dan lapuk.
Bapak Putra Sampoerna yang banyak menghabiskan waktunya di Amerika
Serikat, memperoleh pengalaman yang sarat dengan kemajuan-kemajuan
teknologi di barat. Hal ini diwujudkan dengan membentuk pabrik di Rungkut,
Surabaya yang menjadi kantor pusat Sampoerna.
29
Sampoerna yang aktif melakukan modernisasi dan berkonsentrasi pada
pengembangan sumber daya manusia merupakan investasi yang berdasarkan
harapan di masa depan. Bahkan sejak Juli 1990, PT HM Sampoerna Tbk telah
go public. Seiring dengan keyakinan Bapak Putera Sampoerna bahwa kakek
beliau adalah yang memberi tradisi, ayahnya yang memberi fondasi dan tugasnya
sekarang adalah membangun dan membesarkan perusahaan. Sampoerna memang
beda dengan produk lain, yakni pada rasanya. Rokok Sampoerna disebut
“TOBACCO BASED” karena kenikmatan rasa diperoleh dari tembakau, bukan
dari saus yang diramu pada tembakau.
Pada tahun 1994, PT HM Sampoerna Tbk mengadakan kerjasama yaitu
“Sistem Mitra Kerja Buruh Gawe” dengan 5 koperasi di Jawa Timur, yakni:
Natang, Bojonegoro, Tuban, Lamongan dan Babat. Dan pada tahun 1999
melakukan kerjasama lagi dengan 17 koperasi di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Untuk cabang Kedung Baruk, didirikan pada tahun 1996. Pada waktu itu
kemajuan serta pengembangan kinerja dari PT HM Sampoerna Tbk sangat
membanggakan. Hal ini menuntut respon dari manajemen untuk meningkatkan
sistem kerja yang lebih sempurna. Wujud nyata dari tindakan tersebut adalah
upaya melakukan ekspansi atau pembangunan pabrik baru tepatnya pada tanggal
27 Agustus 1996.
Gedung yang dulunya digunakan sebagai tempat penyimpanan cengkeh
kini dialihfungsikan menjadi manufaktur yang pada awalnya menampung tenaga
kerja sebanyak 760 orang. Penambahan dan pengembangan sarana penunjang
serta lay out pabrik dibuat sedemikian rupa disesuaikan dengan standar Safety
yang ada mengingat Kedung Baruk merupakan "Pilot Project".
30
Pendirian dan perencanaan awal pembangunan cabang Kedung Baruk
melibatkan secara langsung Head Of SKT, Bapak Hadi Taufan dibantu oleh
Bapak Yanuar Admadja selaku Superintedant, selanjutnya per 1 September 1996
tampuk pimpinan diserahkan kepada Bapak Sonny Handoyo yang sebelumnya
menjabat sebagai Plant Manajer SKT Malang. Dalam menjalankan roda
organisasi Bapak Sony Handoyo dibantu 2 orang staff, masing-masing: Achmad
Sunardi sebagai Superintendant dan Abdul Malik sebagai General Affair.
Dengan penemuan-penemuan baru misalnya produk A Mild, A King serta
produk-produk lainnya mampu menghantarkan plant Kedung Baruk berbicara
dalam “TQP Convension” yang merupakan salah satu acara tahunan yang
diselenggarakan oleh SKT General bekerja sama dengan Departement TQP.
Penghargaan terbaik ke III tahun 1997, terbaik ke II untuk tahun 1998 dan terbaik
ke II di tahun 2000 disandang meski dalam usia yang relatif masih muda, dengan
mengedepankan komitmen untuk selalu menjadi yang lebih baik.
Predikat sebagai “Plant Percontohan” bukan sebuah usaha yang sia-sia,
prestasi yang diperoleh tidak hanya dalam masalah kuantitas melalui TQP
Convension, namun dalam House Keeping SKT Kedung Baruk merupakan salah
satu plant yang diperhitungkan dengan prestasi sebagai terbaik I lomba K3
(Keselamatan, Kesehatan Kerja) antar Plant dalam rangka menyambut HUT
Sampoerna ke 84.
Dan di tahun 1994 mendapatkan “Zero Accident Award” dari Bapak
Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia yaitu: Bapak Fahmi Idris dan Gurbenur
Jawa Timur Bapak Imam Hutomo dalam rangka bulan K3 Nasional. Demikian
juga pada tahun 2000 mendapatkan penghargaan yang sama dari Menteri
31
Tenaga Kerja Republik Indonesia, Bapak Bomer Pasaribu. Tahun 2000
mendapatkan penghargaan “Zero Accident Award” dari menteri Tenaga Kerja
Republik Indonesia Bapak AI Hilal Hamdi dan penghargaan dari Gurbenur Jawa
Timur, Bapak Imam Hutomo dan penyerahan penghargaan dari Menteri Tenaga
Kerja tersebut diserahkan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Ibu Megawati
Soekarno Putri di Jakarta.
4.1.2. Lokasi Perusahaan
Lokasi industri PT HM Sampoerna Tbk menempati lahan seluas 1.38 Ha
yang berlokasi di jalan Kedung Baruk No.25, kelurahan Kedung Baruk,
Kecamatan Rungkut Surabaya. Bangunan terdiri atas 1 unit gudang material dan
maintenance dan 4 unit gudang produksi.
4.1.3. Unit-unit Produksi
Pada awal bulan November 1996, Sampoerna mulai memproduksi 2 brand
ialah DSS dan SAG, yaitu nama kelompok dari produk-produk yang ada. Target
awal untuk produksi SAG adalah 2.000.000 batang per minggu karena pada bulan
Desember 1996, di tuntut untuk meningkatkan produksi hingga mencapai
23.800.000 batang per minggu. Dengan demikian dibutuhkan persiapan yang
matang untuk sarana dan prasarana yang menunjang.
32
Tahun
1996
1997
Tabel 1 Data Produksi Dss Dan Sag
DSS SAG
Pemasaran 4.1.4.
Bagian pemasaran Rate Demand dilakukan oleh kantor pemasaran
di Jakarta. Untuk penjualan dilakukan melalui distributor yaitu PT Panamas,
anak perusahaan Sampoerna, yang memiliki kantor di Surabaya yakni
Gedung Wismasier lantai 2. PT Panamas dan pemasarannya mempunyai
kantor cabang di seluruh kota-kota besar di Indonesia yakni: di Malang,
Solo, Bandung, Jakarta, Denpasar, Ujung Pandang, Menado, Ambon,
Lampung, Palembang, Medan, Aceh, Banjarmasin, Pontianak, Samarinda dan
Balikpapan. Seluruh jenis produk sebagian besar dipasarkan pada tingkat nasional
saja. Untuk ekspor hanya dilakukan di negara Malaysia.
33
4.1.5. Struktur Organisasi Perusahaan
Suatu badan usaha harus memiliki bagan atau struktur yang dapat
menggambarkan hubungan antara fungsi-fungsi yang ada, jenjang-jenjang yang
ada dalam badan usaha, maupun kedudukan orang-orang yang terlibat di dalam
badan usaha tersebut.
Struktur organisasi yang baik dapat memperlancar palaksanaan
operasional badan usaha karena masing-masing pihak atau bagian yang terlibat
dapat mengetahui dengan lebih jelas tugas, wewenang dan tanggung jawab. Badan
usaha dapat berkembang sesuai dengan yang diharapkan dan dapat mencapai
tujuan yang telah digariskan.
Struktur organisasi PT.Sampoerna Tbk terdapat pada gambar 2 berikut:
35
4.2. Deskripsi Data
4.2.1. Kegiatan Riset dan Pengembangan dalam PT HM Sampoerna Tbk
Secara garis besar kegiatan riset dan pengembangan yang dilakukan
PT HM Sampoerna Tbk meliputi:
1. Riset dan pengembangan dalam rangka menciptakan produk baru yang sesuai
dengan tuntutan pasar.
2. Penyempurnaan terhadap produk lama serta proses produksi agar lebih efisien
sehingga biaya operasional dapat ditekan.
3. Perancangan terhadap peralatan atau mesin yang digunakan dalam proses
produksi untuk menghasilkan produk baru.
4. Memodifikasi peralatan atau mesin yang akan digunakan dalam proses
produksi.
5 . Pengujian peralatan baru untuk keandalan, keamanan dan kesesuaian.
6. Pengkajian teknologi dan jasa baru untuk meningkatkan kualitas produk.
Selain itu ada juga kegiatan pengembangan yang baru saja diterapkan
disana, kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:
1. sistem ucutan pada bagian Pak SAG
2. membuat meja giling ganda
3. pengendalian proses produksi melalui peta kualitas
4. penempatan rokok hasil guntingan
5. meja giling milenium
PT HM SAMPOERNA Tbk sebagai perusahaan di Indonesia secara sadar
berupaya membantu pemerintah dalam melaksanakan program-program
pembangunan. Hal tersebut mendorong perusahaan untuk lebih menggiatkan
36
kegiatan riset dan pengembangan baik untuk tujuan mempertahankan dan
memperbaiki kualitas produk maupun untuk menghasilkan atau menciptakan
produk-produk baru yang inovatif untuk mengimbangi tuntutan dan permintaan
pasar yang semakin kompleks.
Selama ini kegiatan riset dan pengembangan PT HM Sampoerna Tbk,
ternyata membuahkan hasil yang memuaskan hal tersebut ditunjukkan dengan
diterimanya produk perusahaan di pasar.
4.2.2. Perlakuan Akuntansi Perusahaan atas Biaya Riset dan
Pengembangan
Perlakuan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan selama ini terhadap
biaya riset dan pengembangan yang telah dikeluarkan adalah dengan mengakui
dan mencatat setiap biaya yang telah dikeluarkan sebagai beban pada periode
terjadinya.
Perusahaan tidak memperhatikan bahwa suatu biaya riset dan
pengembangan tidak bisa dengan semudah itu kita akui dan bukukan sebagai
beban periode terjadinya. Pencatatan atas biaya riset dan pengembangan
merupakan ha1 yang penting, kesalahan dalam pembebanan biaya riset dan
pengembangan tersebut akan mempengaruhi laporan keuangan yang dihasilkan.
Di dalam SAK No.20 disebutkan bahwa harus dibuat pemisahan antara
kegiatan riset dan pengembangan karena akan mempengaruhi perlakuan
akuntansinya. Sifat riset adalah sedemikian rupa sehingga terdapat ketidakpastian
37
(insuficient certainty) bahwa manfaat keekonomian masa depan akan direalisasi
sebagai hasil dari pengeluaran riset tertentu. Oleh karena itu biaya riset diakui
sebagai beban dalam periode terjadinya.
Biaya pengembangan suatu proyek diakui sebagai beban dalam periode
terjadinya kecuali apabila dipenuhi kriteria untuk pengakuan sebagai aktiva
(Hendriksen, 1990; Smith dan Skousen, 1993). Manfaat ekonomi yang
diharapkan diperoleh dari kegiatan pengembangan meliputi pendapatan dari
penjualan produk atau proses oleh perusahaan, dan penghematan biaya atau
manfaat lain yang diakibatkan dari penggunaan produk atau proses di
perusahaan itu.
PT HM Sampoerna Tbk selama ini tidak memisahkan kegiatan riset dan
pengembangan. Selain itu ada kegiatan yang seharusnya tidak tergolong sebagai
kegiatan riset dan pengembangan, oleh perusahaan dimasukkan sebagai bagian
dari jenis biaya riset dan pengembangan. Perusahaan selama ini membebankan
secara langsung pengeluaran riset dan pengembangan sebagai biaya litbang
(penelitian dan pengembangan) pada periode terjadinya.
Pihak manajemen pada banyak perusahaan sangat menyadari dengan
semakin pesatnya perkembangan kegiatan riset dan pengembangan perlu
mempertimbangkan biaya-biayanya baik dari sudut pandang jangka panjang
maupun jangka pendek. Dari sudut pandang jangka panjang, pihak manajemen
harus yakin bahwa suatu program sejalan dengan perkembangan pasar dan
38
permintaan di masa mendatang dan bahwa biaya program di masa mendatang
sesuai dengan kondisi keuangan.
Dari sudut pandang jangka pendek, manajemen harus yakin bahwa
usaha-usaha eksperimental yang dilaksanakan hanya untuk program yang
akan memberikan tingkat hasil pengembalian yang memuaskan atau
menguntungkan sebagai pengganti atas biaya yang telah dikeluarkan
oleh perusahaan.
Proyek riset dan pengembangan seringkali bersaing dengan proyek-proyek
lainnya untuk memperoleh alokasi sumber keuangan yang telah ditetapkan oleh
pihak manajemen perusahaan. Oleh karena itu maka nilai dari program riset
dan pengembangan harus diperhatikan sejelas mungkin, sehingga dengan
demikian pihak manajemen dapat membandingkan dengan program yang serupa
dan peluang investasi lainnya.
Suatu pengeluaran untuk kegiatan riset dan pengembangan dapat
meliputi biaya bahan baku, peralatan, fasilitas, personalia, jasa-jasa kontrak
dan alokasi atas biaya tak langsung yang khususnya berkaitan dengan kegiatan
riset dan pengembangan.
Suatu faktor utama yang dipertimbangkan dalam memutuskan
apakah biaya riset dan pengembangan harus diperhitungkan sebagai biaya atau
sebagai aktiva adalah sampai sejauh mana biaya-biaya tersebut dapat ditetapkan
pada keuntungan-keuntungan tertentu di masa yang akan datang. Sekiranya suatu
pengeluaran untuk kegiatan riset dan pengembangan dapat ditetapkan mempunyai
kaitan sebagai akibat dengan keuntungan-keuntungan atau man faat yang akan
diperoleh di masa yang akan datang maka pengeluaran-pengeluaran yang telah
39
terjadi dapat dibukukan sebagai aktiva. Sebaliknya apabila hubungan sebab akibat
ini tidak dapat dipastikan maka pengeluaran tersebut dibukukan sebagai biaya
dalam periode terjadinya.
Biaya pengembangan suatu proyek diakui sebagai beban dalam periode
terjadinya kecuali apabila dipenuhi kriteria untuk pengakuan sebagai aktiva.
Manfaat ekonomi yang diharapkan diperoleh dari kegiatan pengembangan
meliputi pendapatan dari penjualan produk atau proses, penghematan biaya atau
manfaat lain yang diakibatkan dari penggunaan produk atau proses oleh
perusahaan itu sendiri. Alokasi atas biaya riset dan pengembangan
diasumsikan lebih baik karena penghapusan sekaligus bisa menyebabkan laba
bersih yang rendah sehingga menunjukkan kondisi yang tidak wajar.
Ringkasan pengeluaran yang diakui perusahaan sebagai biaya riset
dan pengembangan pada tahun 1999 dapat dilihat pada tabel 2.
Dari tabel 2 terlihat bahwa ada beberapa macam pengeluaran
yang seharusnya tidak digolongkan sebagai biaya riset maupun sebagai
biaya pengembangan tetapi oleh perusahaan digolongkan sebagai pengeluaran
riset dan pengembangan. Pengeluaran tersebut adalah sebagai berikut:
manajemen dan sistem prosedur serta konsuitan komputer yaitu merupakan
fee konsultan untuk kegiatan yang berhubungan dengan penyusunan sistem
dan prosedur kerja perusahaan serta membantu penerapan program-program
komputer di perusahaan.
40
Tabel 2 Perlakuan Atas Pengeluaran Yang Diakui Perusahaan Sebagai Biaya Riset
PERL AKU AN
Dan Pengembangan Tahun 1999
lab
I TOTAL Sumber:Internal Perusahaan
41
Dalam perkembangannya, kegiatan riset dan pengembangan di
PT HM Sampoerna Tbk lebih mengarah kepada kegiatan pengembangan dengan
meneruskan hasil-hasil riset yang telah diperoleh dimasa awal pendirian
perusahaan. Jadi, kegiatan pengembangan sekarang lebih ditekankan baik untuk
menciptakan produk samping ataupun produk dengan kualitas baru yang lebih
memenuhi kebutuhan konsumen. Kegiatan pengembangan ini merupakan tindak
lanjut dari kegiatan riset yang telah dilaksanakan terlebih dahulu.
Berdasarkan wawancara dengan pejabat perusahaan yang benvenang
menunjukkan bahwa kegiatan riset dan pengembangan perusahaan selama
tahun 1999 lebih mengarah dan bersifat pengembangan. Maka pengeluaran untuk
kegiatan ini disebut sebagai biaya pengembangan yang seharusnya dikapitalisasi
sebagai beban ditangguhkan dan diamortisasi dalam periode yang tidak lebih dari
lima tahun atau tarif amortisasi minimum adalah 20% per tahun.
Perusahaan selama ini membebankan seluruh pengeluaran riset dan
pengembangan sebagai biaya pada periode terjadinya dengan alasan kepraktisan.
Perusahaan tidak menggolongkan biaya riset dan biaya pengembangan secara
terpisah dan tidak memperhatikan masa manfaat yang diterima dari kegiatan riset
dan pengembangan tersebut.
42
4.3. Analisis dan Pembahasan
4.3.1. Penerapan PSAK No.20 atas biaya Riset dan Pengembangan
Dalam perusahaan, kegiatan riset dan pengembangan yang dilakukan
secara garis besar adalah untuk menciptakan atau memperbaiki produk atau
proses. Kegiatan ini akan memberikan manfaat untuk masa-masa yang akan
datang sehingga seharusnya biaya yang telah dikeluarkan untuk riset dan
pengembangan harus dikapitalisasi dan dibebankan dalam periode-periode atau
kurun waktu yang pada periode tersebut merasakan manfaatnya, khususnya untuk
biaya pengembangan. Apabila temyata bahwa kegiatan pengembangan yang
sudah dijalankan tidak memberi manfaat seperti yang diharapkan maka biaya
tersebut harus diturunkan nilainya atau dihapuskan dan diakui sebagai beban.
Untuk menguji apakah biaya-biaya yang berkaitan dengan aktivitas
pengembangan layak untuk dikapitalisasi, berikut ini akan disajikan
pembuktiannya sesuai dengan kriteria-kriteria dalam PSAK No.20:
1. Produk atau proses didefinisikan dengan jelas dan biaya-biaya
yang dapat diatribusikan kepada produk atau proses dapat diidentifikasi
secara terpisah dan diukur secara andal. PT HM Sampoerna pada
tahun 1999 memproduksi produk baru yang bernama A King.
Biaya-biaya pengembangan produk A King dapat diidentifikasi
secara jelas. Berdasarkan penelusuran yang dilakukan untuk
mengidentifikasi biaya-biaya yang berkaitan dengan produk
A King, diketahui bahwa biaya-biaya tersebut meliputi: alih
teknologi pertanian, sewa tempat, penelitian produk dasar,
penelitian produk terapan, kerjasama pengujian penggunaan produk,
43
promosi dan pengembangan produk dan studi perbandingan.
Biaya-biaya yang diatribusikan untuk produk A King terdapat
pada tabel 3 berikut.
Tabel 3 Aktivitas-Aktivitas Dan Biaya Yang Dikeluarkan Untuk Produk A King
Pada Tahun 1999
Sewa tempat
Sumber: Internal perusahaan
Biaya-biaya tersebut merupakan biaya-biaya yang terjadi dalam
rangka memproduksi produk A King. Alih teknologi pertanian
mempunyai tujuan untuk mengetahui perkembangan tanaman
tembakau baik jenis tembakau gunung maupun jenis tembakau
ladang serta kualitas dari tembakau tersebut. Sewa tempat, tujuan
utamanya ialah dalam rangka penghematan. Dengan menyewa tempat
maka perusahaan tidak perlu membeli suatu bangunan ataupun
membangun gedung. Dengan demikian selain menghemat biaya
juga menghemat waktu. Tempat tersebut disewa dari PT Astra.
44
2.
Penelitian produk dasar dan produk terapan, tujuannya ialah dalam
rangka pengolahan tembakau yang sesuai dengan program
pemerintah yang berdasarkan pada peraturan dari WHO, dimana
dalam mengolah tembakau menjadi rokok hams menggunakan
kadar tar dan nikotin yang telah ditetapkan yaitu: tar 15 mg dan nikotin
1,1 mg. Kerjasama pengujian penggunaan produk, tujuannya sama
dengan biaya penelitian produk dasar dan produk terapan, hanya
saja diujikan pada produk yang sudah jadi. Promosi dan
pengembangan produk memiliki tujuan untuk memperkenalkan
produk baru kepada konsumen yang telah ada dan juga kepada
konsumen baru. Studi perbandingan, tujuannya ialah untuk
membandingkan kualitas dari produk sendiri dengan produk dari
perusahaan lain.
Kelayakan teknis dari produk atau proses dapat ditunjukkan.
PT HM Sampoerna telah memenuhi kriteria ini. Produk A King
adalah jenis produk baru yang dibuat sesuai dengan program pemerintah
yang berdasarkan pada peraturan dari WHO dimana dalam
mengolah tembakau menjadi rokok harus menggunakan kadar tar dan
nikotin yang telah ditetapkan yaitu: tar 15 mg dan nikotin 1,1 mg.
Selain itu komplain yang masuk dari para konsumen tidak banyak,
seperti adanya benda-benda asing yang ikut tercampur di dalam kemasan
produk.
45
3. Perusahaan bermaksud untuk memproduksi dan memasarkan atau
menggunakan produk atau proses tersebut. Produk A King memang
direncanakan untuk diproduksi dan dipasarkan secara has. Produk
tersebut juga ditujukan untuk menjaring konsumen-konsumen baru.
Untuk tahun-tahun ke depan PT HM Sampoerna Tbk akan terus
melakukan pengembangan terhadap produk A King. Realisasi produksi
yang telah terjadi tahun 1999, perusahaan memproduksi produk A King
sebanyak 144,809,500 batang, yaitu 55% seluruh produk. Tahun 2000
sebanyak 205,300,600 batang, yaitu 58% dari seluruh produk dan pada
tahun 2001 sebanyak 258,943,650 batang, yaitu 61% dari seluruh produk.
Sedangkan pada tahun 2002 masih direncanakan memproduksi sebanyak
263,705,200 batang, yaitu 63% dari seluruh produk. Data diatas
membuktikan bahwa pengembangan produk A King memenuhi kriteria
ketiga pengakuan biaya pengembangan sebagai aktiva dalam PSAK
No.20.
4. Adanya pasar untuk produk atau proses tersebut, atau jika
akan digunakan sendiri, kegunaannya untuk perusahaan dapat
ditunjukkan. Pasar untuk produk A King sudah ada yaitu pasar yang
sama dengan produk-produk yang sebelumnya. Untuk penj ualannya
dilakukan melalui distributor PT Panamas, anak perusahaan Sampoerna
yang memiliki kantor di Surabaya yakni Gedung Wismasier lantai 2.
PT Panamas dan pemasarannya mempunyai kantor cabang
di seluruh kota-kota besar di Indonesia, yakni: di Malang, Solo, Bandung,
Jakarta, Denpasar, Ujung Pandang, Menado, Ambon, Lampung,
46
Palembang, Medan, Aceh, Banjarmasin, Pontianak, Samarinda dan
Balikpapan. Untuk ekspor hanya dilakukan di negara Malaysia. Untuk
tahun 1999, produk A King hanya dipasarkan di Pulau Jawa saja. Untuk
Kota Surabaya sebesar 40% dan sisanya untuk kota-kota besar lainnya.
Tahun 2000 mulai dipasarkan di luar Pulau Jawa. Untuk Pulau Jawa
sebesar 85% dan sisanya dipasarkan di luar pulau Jawa. Tahun 2001 untuk
Pulau Jawa dikurangi menjadi 75% dan sisanya untuk dipasarkan diluar
pulau Jawa.
Terdapat sumber daya yang cukup, atau ketersediaannya dapat ditunjukkan,
untuk menyelesaikan proyek dan memasarkan atau menggunakan produk
atau proses tersebut. PT HM Sampoema Tbk memiliki sumber daya yang
cukup yaitu pertanian tembakau yang dibedakan jenisnya: tembakau
gunung dan tembakau ladang. Dari kedua jenis tembakau ini dipilih yang
benar-benar berkualitas dengan cara mengikuti perkembangannya.
Sumber daya lainnya yaitu tenaga kerja. Pola pikir serta
orientasi yang diarahkan dalam bentuk multi skill yang pada akhirnya
tidak diperlukan banyak personil dalam mengejakan fungsi kerja.
Salah satu yang paling menonjol dalam perwujudan ide
tersebut adalah “Admin Centre ” yang memfokuskan atau
mengkonsentrasikan alur informasi administrasi dalam satu lingkup.
MuIti skill tidak hanya terbatas hanya pada staff bulanan, pekeja harian
dan borongan juga dikembangkan dimana pekeja tidak hanya memiliki
satu keahlian namun bersifat multi- Pekeja bisa mengerjakan di semua
alur produksi dari giling sampai bandrol. Keinginan agar mendapatkan
5 .
47
secara dengan diupayakan potensial yang manusia daya sumber
dengan melakukan training-training ataupun penyuluhan. berkala
Jumlah tenaga kerja yang dimiliki PT HM Sampoerna Tbk dijelaskan
pada tabel 4 berikut.
Tabel 4 Data Jumlah Tenaga Kerja
I I I I Sumber : Internal Perusahaan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan
bahwa biaya-biaya untuk pengembangan produk A King memenuhi syarat untuk
dikapitalisasi. Dalam mengkapitalisasi dan mengamortisasi biaya-biaya tersebut
terdapat jurnal koreksi, yaitu sebagai berikut:
1. Jurnal koreksi untuk mengkapitalisasi Biaya Riset dan Pengembangan pada
tahun 1999 (dalam jutaan rupiah):
Aktiva lain-lain (biaya R&D)
Laba ditahan
*) lihat tabel 5
1 1,690
11,690*)
Tabel 5 PERLAKUAN AKUNTANSI YANG SEHARUSNYA ATAS BIAYA RISET DAN PENGEMBANGAN SESUAI PSAK NO
(prod)
(prod)
lain-lain)
(urn
(urn (urn
TOTAL
Beban
20
50
4.3.2. Pengaruh Perlakuan Akuntansi atas Biaya Riset dan Pengembangan
terhadap penyajian Laporan Keuangan
Perbedaan laporan keuangan setelah penerapan perlakuan akuntansi atas
biaya riset dan pengembangan yang sesuai dengan PSAK No.20 seperti yang
ditunjukkan pada tabel 6 yaitu laporan laba rugi konsolidasi tahun 1999 dan
tabel 7 yaitu neraca konsolidasi tahun 1999 dan tabel 8 yaitu laporan laba rugi
konsolidasi tahun 2000 dan tabel 9 yaitu neraca konsolidasi tahun 2000 akan
menyebabkan perubahan informasi akuntansi di dalam laporan keuangan
PT HM Sampoerna Tbk.
Perhitungan pada laporan rugi laba konsolidasi tahun 1999 yaitu untuk
biaya penjualan dikapitalisasi sebesar Rp 1 1.690.000.000,00 dan untuk biaya
umum dan administrasi diamortisasi sebesar Rp 2.338.000.000,00 hal tersebut
mengakibatkan jumlah beban penjualan mengalami pembahan dari
Rp 160.013.000.000,00 menjadi Rp 148.373.000.000,00 dan jumlah beban
umum dan administrasi berubah dari Rp 153.014.000.000,00 menjadi
Rp 155.352.000.000,00 sehingga jumlah laba bersih juga mengalami perubahan
dari Rp 755.719.000.000,00 menjadi Rp 765.071 .000.000,00 Sedangkan
perhitungan pada neraca konsolidasi tahun 1999 pada aktiva lain-lain
ditambahkan beban ditangguhkan sebesar Rp 9.352.000.000,00 yang berasal dari
selisih antara Rp 11.690.000.000,00 dan Rp 2.338.000.000,00 sehingga jumlah
aktiva lain-lain mengalami perubahan dari Rp 247.708.000.000,00 menjadi
Rp 257.060.000.000,00 dan jumlah aktiva berubah dari Rp 5.465.23 1 .000.000
menjadi Rp 5.474.583.000.000,00. Pada saldo laba ditahan juga bertambah
sebesar Rp 9.352.000.000,00 yang mengakibatkan berubahnya jumlah saldo laba
5 1
dari Rp 1.391.755.000.000,00 menjadi Rp 1.401.108.000.000,00 dan
berubahnya jumlah ekuitas yaitu dari Rp 2.401.408.000.000,00 menjadi
Rp 2.41 0.760.000.000,00 sehingga jumlah kewajiban dan ekuitas dari
Rp 5.465.23 1 .000.000,00 menjadi Rp 5.474.583.000.000,00.
52
Tabel 6 Perbandingan Laporan Laba Rugi Konsolidasi Sebelum Dan Sesudah Penerapan
Psak No.20 Pt Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. Dan Anak Perusahaan
Untuk Enam Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 30 Juni 1999
(Dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Nilai Nominal Per Saham)
PENJUALAN BERSIH
BEBAN POKOK PENJUALAN
LABA KOTOR BEBAN USAHA Penjualan Umum dan Administrasi Jumlah Beban Usaha LABA USAHA
BEBAN(PENGHASILAN)LAIN-lAIN Beban Pernbiayaan
RugiLaba Kurs dan Beban Swap-Bersih
Beban Emisi Obligasi dan Beban Transaksi Hutang Efek
Penghasilan Bunga
Bagian Laba Bersih Perusahaan Asosiasi
Lain-lain-Bersih
Beban(Penghasi1an) Lain-lain-Bersih
LABA SEBELUM POS LUAR BIASA
Beban(Penghasilan) Lain-lain-Bersih POS LUAR BIASA
LABA SEBELUM TAKSIRAN PAJAK PENGHASILAN
TAKSIRAN PAJAK PENGHASILAN
Periode bejalan Jumlah Taksiran Pajak Penghasilan LABA SEBELUM BAGIAN MINORITAS ATAS- LABA BERSIH SEBELUM ANAK PERUSAHAAN BAGIAN MINORITAS ATAS LABA BERSIH- ANAK PERUSAHAAN
LABA BERSIH
**) 153,014+2,338 *) 160,013-11,690
sebelum sesudah
3,454,622 3,454.622
160.013 148,323') 153,014 155,352 **)
939.114
139,237 139,237
163,962 163,962
10.813 10,813
(27.1 65) (27.165)
(2.559) (2.559)
(1 2.401)
(56,037) (56.037)
995.151 1,004,503
221,865 221,865
756.723 766.075
Sumber: dari perusahaan diolah penulis
53
Tabel 7
Pt Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. Dan Anak Perusahaan 30 Juni 1999
(Dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Nilai Nominal Per Saham)
Perbandingan Neraca Konsolidasi Sebelum Dan Sesudah Penerapan Psak No.20
AKTIVA LANCAR Kas dan Setara Kas Penempatan Jangka Pendek
Pihak Ketiga-setelah dikurangi Penyisihan Piutang Ragu-ragu sebesar Rp7,492 pada Tahun 2000 dan Rp1.070 pada Tahun 1999 Pihak Hubungan lstimewa
Lain-lain Pihak Ketiga-setelah dikurangi Penyisihan Piutang- Pihak Hubungan lstimewa Persediaan-Bersih Uang Muka Pembelian Tembakau Biaya dan Pajak Dibayar Dimuka Aktiva Lancar lainnya
Jumlah Aktiva Lancar
AKTlVA PAJAK DITANGGUHKAN-bersih
PIUTANG HUBUNGAN ISTIMEWA
TANAH UNTUK PENGEMBANGAN
PENYERTAAN SAHAM
AKTlVA TETAP
Nilai Tercatat
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku
KONTRAK VALUTA ASING BERJANGKA-bersih
DANA PELUNASAN KONTRAK VALUTA ASlNG BERJANGKA
AKTlVA LAIN-LAIN Beban ditangguhkan-bersih Goodwill Aktiva yang tidak digunakan dalam usaha
Uang Muka Pembelian Aktiva Tetap
Taksiran Tagihan Pajak Penghasilan
Lain-lain
Jumlah Aktiva lain-lain
JUMLAH AKTIVA *) 11,690-2,338
sebelum sesudah 1999
631,462 631.462 118.773 11 8,773
107,138 1 07,138 3.297 3.297
20,374 20,374 456 456
1,517,616 1,517.616 133,571
24,685 24,685 133,571
2 214.026
11 1,635 11 1,635
1,917.934 1.917.934
(374,568)
1.543.366
695.566
40.417
- 9.352*)
12,632 12,632 19,723 19.723
70.056 70,056
110,026 110.026
5,465,231 5.4 74,583
54
Lanjutan tabel 7 sebelum sesudah
1999 1999
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Hutang Bank
Usaha
Pihak ketiga Pihak Hubungan lstimewa
Lain-lain Pihak Ketiga Pihak Hubungan istimewa Hutang Bank dan Cukai Hutang Dividen Biaya masih harus dibayar
Hutang Bank
Sewa Guna Usaha
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek
KEWAJIBAN PAJAK DITANGGUHKAN-bersih
HUTANG HUBUNGAN ISTIMEWA
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Setelah dikurangi bagian jatuh tempo dalam waktu satu tahun
Hutang Bank
Sewa Guna Usaha
Hutang Efek
Hutang Obligasi
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang
SELlSlH NlLAI PEROLEHAN DENGAN N I W NOMINAL- HUTANG EFEK YANG DlPEROLEH KEMBALI HAK MINORITAS ATAS ANAK PERUSAHAAN YANG DlKONSOLlDASl
EKUITAS
Modal Saham-nilai nominal Rp500 per saham Modal Dasar-1,260,000,000 saham Modal ditempatkan dan disetor penuh-928,000,000 saham Agio Saham Selisih Penilaian kembali Aktiva Tetap Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan Selisih Kurs karena penjabaran Laporan Keuangan Saldo Laba ditahan Jumlah Ekuitas JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS *) 1,39 I ,756+11,690-2,338
41,062 41,062
132,657 132,657 3 1,277 31,277
17,324 17,324 8,084 8,084
543.561 543,561
35.035 35,035
246.509 246,509 70,864 70.864
1,126.373 1,126,373
138,454 138,454
26,091 26,091
776.671 776,671
15,325 15,325
791,996 791,996 790.305 790,305
1,582,301 1,582,301
136,800 136,800 53,804 53.804
464,000 464.000 180.400 180,400
16 16 (1 83) (1 83)
365,419 365,419 1,391,756 1,401.108*) 2,401.408 2,410.760 5.465,231 5.474.583
Sumber: dari perusahaan diolah penulis
55
Pada laporan rugi laba konsolidasi tahun 2000 yaitu untuk biaya umum
dan administrasi diamortisasi sebesar Rp 2.338.000.000,00. Hal tersebut
menngakibatkan jumlah beban umum dan administrasi berubah dari
Rp 168.903.000.000,00 menjadi Rp 171.241.000.000,00 sehingga jumlah laba
bersih juga mengalami perubahan dari Rp 689.777.000.000,00 menjadi
Rp 687.439.000.000,00. Sedangkan perhitungan pada neraca konsolidasi tahun
2000 pada aktiva lain-lain ditambahkan beban ditangguhkan sebesar
Rp 2.338.000.000,00 sehingga jumlah aktiva lain-lain mengalami perubahan dari
Rp 213.452.000.000,00 menjadi Rp 214.1 14.000.000,00 dan jumlah aktiva
berubah dari Rp 7.208.394.000.000,00 menjadi Rp 7.206.056.000.000,00
Sedangkan pada saldo laba ditahan juga bertambah sebesar Rp 2.338.000.000,00
yang mengakibatkan berubahnya jumlah saldo laba ditahan dari
Rp 2.274.5 13.000.000,00 menjadi Rp 2.272.175.000.000,00 dan berubahnya
jumlah ekuitas yaitu dari Rp 3.41 1.764.000.000,00 menjadi
Rp 3.404.426.000.000,00 sehingga jumlah kewajiban dan ekuitas dari
Rp 7.208.394.000.000,00 menjadi Rp 7.206.056.000.000,00.
Selisih laba rugi sebelum dan sesudah mengkapitalisasi dan
mengamortisasi biaya pengembangan produk A King pada tahun 1999
adalah sebesar laba meningkat sebesar Rp 9.352.000.000,00. Bila dilihat dari segi
materialitas, jumlah tersebut bisa dikatakan tidak material untuk
PT HM Sampoema Tbk. Tetapi bagi PT HM Sampoema Tbk sendiri hal ini
justru turut mendukung salah satu program perusahaan yaitu “cost saving”.
Program ini ada semenjak tahun 1998 dan dilakukan dalam rangka melakukan
penghematan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
56
Tabel 8 Perbandingan Laporan Laba Rugi Konsolidasi Sebelum Dan Sesudah Penerapan
Psak No.20 Pt Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. Dan Anak Perusahaan
Untuk Enam Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 30 Juni 2000
(Dalarn Jutaan Rupiah, Kecuali Nilai Nominal Per Saharn)
PENJUALAN BERSIH BEBAN POKOK PENJUALAN
LABA KOTOR
BEBAN USAHA
Penjualan
Umum dan Administrasi
Jumlah Beban Usaha
LABA USAHA
BEBAN(PENGHASlLAN)LAIN-LAIN Beban Pembiayaan Rugi/Laba Kurs dan Beban Swap-Bersih
Beban Emisi Obligasi dan Beban Transaksi Hutang Efek
Penghasilan Bunga
Bagian Laba Bersih Perusahaan Asosiasi Lain-lain-Bersih
Beban(Penghasilan) Lain-lain-Bersih
LABA SEBELUM POS LUAR BlASA Beban(Penghasilan) Lain-lain-Bersih POS LUAR BlASA
LABA SEBELUM TAKSIRAN PAJAK PENGHASILAN
TAKSIRAN PAJAK PENGHASILAN
Periode berjalan
Ditangguhkan
Jumlah Taksiran Pajak Penghasilan
LABA BERSIH SEBELUM ANAK PERUSAHAAN LABA SEBELUM BAGIAN MINORITAS ATAS-
BAGIAN MINORITAS ATAS LABA BERSIH- ANAK PERUSAHAAN LABA BERSIH *) 168,903+2,338
sebelum sesudah 2000 2000
4,385,019 4.385.019 2,915,464 2.91 5,464
1,469,555 1,469,555
216,160 216,160
168,903 171,241*)
385,063 387,401
1,084,492 1,082,154
145,819 145.819 96.862 96,862
685 685
(24,243) (24.243)
(344) (344) (1 354) (1 354)
217.425 217.425
867.067 864,729 217.425 217,425 103.604 103.604
970,671 968,333
286,598 286.598
(7,369) (7,369) 279,229 279.229
689.104 691,442
1,665 1,665 689.777 687.439
Surnber: dari perusahaan diolah penulis
57
Tabel 9
Pt Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. Dan Anak Perusahaan 30 Juni 2000
(Dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Nilai Nominal Per Saham)
Perbandingan Neraca Konsolidasi Sebelum Dan Sesudah Penerapan Psak No.20
sebelum sesudah 2000 2000
AKTIVA LANCAR
Kas dan Setara Kas Penempatan Jangka Pendek Piutanq Usaha Pihak Ketiga-setelah dikurangi Penyisihan Piutang Ragu-ragu sebesar Rp7.492 pada Tahun 2000 dan Rp1.070 pada Tahun 1999 Pihak Hubungan lstimewa Piutang Lain-lain Pihak Ketiga-setelah dikurangi Penyisihan Piutang-
Pihak Hubungan lstirnewa
Persediaan-Bersih
Uang Muka Pembelian Ternbakau
Biaya dan Pajak Dibayar Dimuka
Aktiva Lancar lainnya
Jumlah Aktiva Lancar
AUTWA PAJAK DITANGGUHKAN-bersih
PIUTANG HUBUNGAN ISTIMEWA
TANAH UNTUK PENGEMBANGAN
PENYERTAAN SWAM
AKTIVA TETAP
Nilai Tercatat
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku
KONTRAK VALUTA ASING BERJANGKA-bersih
DANA PELUNASAN KONTRAK VALUTA ASlNG BERJANGKA
AKTIVA LAIN-LAIN Beban ditangguhkan-bersih Goodwill Aktiva yang tidak digunakan dalam usaha Uang Muka Pernbelian Aktiva Tetap Taksiran Tagihan Pajak Penghasilan Lain-lain Jumlah Aktiva lain-lain JUMLAH AKTIVA *) 213.452-2.338
454,311 454.31 1 75.825 75.825
182.125 182,125 674 674
48,618 48,618
905 905 2,719,922 2.719.922
175,794 175,794 52,310 52,310 86,770 86,770
3,797,254 3,797,254
1,496 1,496 3,001 3,001
111,896 1 11,896
20.224 20,224
2.422.379 2,422,379
(546.300) (546.300)
1.876.079 1.876.079
1,108,033 1.108.033 76,959 76.959
2,338 84.260 84,260 38,185 38.185 29,995 29.995 655 655
60,357 60,357 213.452 21 1,114 *)
7.208.394 7.206.056
58
Lanjutan tabel 9 sebelum sesudah
2000 2000
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Hutang Bank
Hutang Usaha
Pihak ketiga Pihak Hubungan lstimewa Hutang Lain-lain Pihak Ketiga Pihak Hubungan istimewa Hutang Bank dan Cukai Hutang Dividen Biaya masih harus dibayar
Kewaiiban Jangka Panjang Jatuh Tempo dalam waktu satu tahun
Hutang Bank
Sewa Guna Usaha
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek
KEWAJIBAN PAJAK DITANGGUHKAN-bersih
HUTANG HUBUNGAN ISTIMEWA
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG Setelah dikurangi bagian jatuh tempo dalam waktu satu tahun
Hutang Bank
Sewa Guna Usaha
Hutang Efek
Hutang Obligasi
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang
HUTANG EFEK YANG DIPEROLEH KEMBALI HAK MINORITAS ATAS ANAK PERUSAHAAN YANG DlKONSOLlDASl EKUITAS
SELISIH N l W PEROLEHAN DENGAN N I W NOMINAL-
Modal Saham-nilai nominal Rp500 per saham Modal Dasar-1,260,000,000 saham Modal ditempatkan dan disetor penuh-928.000.000 saham Agio Saham Selisih Penilaian kembali Aktiva Tetap Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan Selisih Kurs karena penjabaran Laporan Keuangan Saldo Laba ditahan Jumlah Ekuitas JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS *) 2,274,513-2.338
Sumber: dari perusahaan diolah penulis
162.1 08 162,108
214,523 2 14,523
19.294 19.294
795.538 795,538 232,000 232.000 145.923 145,923
45,534 45,534
17,774 17,774
1,632.694 1,632,694
89,957 89,957
6.480 6,480
59.01 3 59,013
59.013 59.013
764,313 764.313
1,000,000 1,000,000
1.823.326 1.823.326
59,850 59.850 184,323 184,323
464.000 464.000 180,400 180,400
16 16 (31.782) (31,782) 524.617 524,617
2 272,175 *) 3.41 1,764 3.404.426 7,208.394 7.206.056