Upload
hatu
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
PENGARUH PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN BELAJAR, MOTIVASI DAN PERSEPSI TENTANG KEPEMIMPINAN INSTITUSI TERHADAP
PRESTASI BELAJAR MAHASISWA D III KEBIDANAN STIKES NURUL JADID PROBOLINGGO DIBANDINGKAN DENGAN
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan
Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh : Retno Palupi Yonni Siwi
NIM S541002026
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, peneliti :
Nama : Retno Palupi Yonni Siwi
NIM : S541002026
Persepsi tentang Lingkungan Belajar, Motivasi, dan Persepsi tentang Kepemimpinan
Institusi terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa D III Kebidanan STIKES Nurul Jadid
Probolinggo di -
benar karya peneliti. Hal-hal yang bukan karya peneliti sendiri di dalam tesis ini telah
diberi citasi dan dirujuk dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, 9 Juni 2011
Yang membuat pernyataan,
Retno Palupi Yonni Siwi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya peneliti
Belajar, Motivasi, dan Persepsi tentang Kepemimpinan Institusi terhadap Prestasi
Belajar mahasiswa D III Kebidanan STIKES Nurul Jadid Probolinggo dibandingkan
salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister Kedokteran
Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya tesis ini, berkat
bimbingan, bantuan dan kerjasama serta dorongan berbagai pihak sehingga dapat
terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini dengan segala hormat peneliti
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Rovik Karsidi, Ms, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta
2. Prof. Drs. Suranto, MSc, PhD selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta
3. Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, M.Kes, MM, PAK selaku Ketua Program Studi
Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. P. Murdani K, dr, MHPEd, selaku Ketua Minat Pendidikan Profesi Kesehatan Prodi
Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Prof. Dr. Bhisma Murti, dr, MPH, M.Sc, PhD, selaku pembimbing I yang selalu
membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penyelesaian tesis ini.
6. Jarot Subandono, dr, M.Kes, selaku pembimbing II yang selalu memberikan
bimbingan dan arahan sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
7. Hefniy Razaq, S.Pd, M.Pd, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nurul
Jadid Probolinggo yang telah membimbing dan memberikan izin untuk melakukan
penelitian di STIKES Nurul Jadid Probolinggo.
8. Henik Istikhomah, SST, selaku Direktur Akade
Ulum Surakarta yang telah membimbing dan memberikan izin untuk melakukan
9. Pihak perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu
menyediakan buku-buku atau sumber-sumber bagi peneliti demi terselesaikannya
tesis ini.
10. Mahasiswa D III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nurul Jadid
bersedia menjadi responden.
11. Ayah, ibu, adik dan nenek yang sangat saya sayangi dan saya cintai, yang selalu
12. Teman-teman yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan tesis
ini.
13. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu-persatu yang telah membantu
terselesaikannya tesis ini.
Peneliti menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
peneliti mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan tesis selanjutnya. Semoga
tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Surakarta, Juni 2011
Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRAK
Retno Palupi Yonni Siwi. S541002026. Pengaruh Persepsi tentang Lingkungan Belajar, Motivasi dan Persepsi tentang Kepemimpinan Institusi terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa D III Kebidanan STIKES Nurul Jadid Probolinggo Dibandingkan dengan
Tesis. Program Studi Magister Kedokteran Keluarga. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011. Latar Belakang : Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain lingkungan belajar, motivasi, bakat, intelegensi, dan sikap. Selain itu, kepemimpinan institusi juga merupakan faktor penting penentu keberhasilan atau kegagalan prestasi belajar mahasiswa. Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi dan persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar mahasiswa D III Kebidanan. Desain Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Sampel sebesar 41 mahasiswa D III Kebidanan STIKES Nurul
Surakarta yang dipilih secara exhaustive sampling. Variabel bebas pada penelitian ini adalah persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi dan persepsi tentang kepemimpinan institusi. Sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar. Data dikumpulkan dengan tiga kuesioner tertutup yang telah diuji validitas dan reliabilitas, dengan korelasi item-total > 0,20 dan Alpha Cronbach > 0,60. Data dianalisis dengan menggunakan model analisis regresi linier ganda. Hasil : Hasil analisis menunjukkan terdapat pengaruh yang secara statistik signifikan antara persepsi tentang lingkungan belajar (b = 0.13; p = 0.009), motivasi (b = 0.01; p = 0.001), dan persepsi tentang kepemimpinan institusi (b = 0.01; p < 0.001) terhadap prestasi belajar. Simpulan : Lingkungan belajar yang kondusif, motivasi belajar yang tinggi dan persepsi tentang kepemimpinan institusi yang efektif dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. Disarankan kepada semua pihak untuk berperan aktif dalam pendidikan peserta didik demi meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Kata kunci : persepsi, lingkungan belajar, motivasi belajar, kepemimpinan institusi,
prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRACT Retno Palupi Yonni Siwi. S541002026. The Effect of Perceived Learning Environment, Motivation and Perceived Institutional Leadership on Academic Achievement among Midwifery Diploma Students at Undergraduate Health Science Program Nurul Jadid Probolinggo Compared with Midwifery Academy of Mamba'ul Ulum Surakarta. Thesis. Masters Program in Family Medicine. Post Graduate Program of Sebelas Maret University of Surakarta. 2011. Background : The factors that affecting learning achievement are learning environments, motivation, talent, intelligence, and attitude. In addition, institutional leadership is also an important factor determining the success or failure of students' academic achievement. Goals : This study aims to analysis the effect of perceived learning environment, motivation and perceived institutional leadership on academic achievement of Midwifery Diploma Students. Method : This was an analytic observational study with cross sectional design. A sample of 41 of Midwifery Diploma Students at Undergraduate Health Science Program Nurul Jadid Probolinggo and 54 of Midwifery Diploma Students Academy of Mamba'ul Ulum Surakarta were selected by exhaustive sampling. The independent variables understudy were perceived learning environment, motivation and the perceived institution leadership. The dependent variable was academic achievement. The data were collected by three closed questionnaires pre-tested for its validity and reliability, with item-total correlations > 0.20 and Cronbach Alpha > 0.60. The data were analyzed using multiple linear regression analysis model. Result : The results showed there was a statistically significant effect of perceived learning environment (b = 0.13, p = 0009), motivation (b = 0.01, p = 0.001), and perceived institutional leadership (b = 0.01, p < 0.001) on academic achievement . Conclusion : Conducive learning environment, high learning motivation and perceived institutional leadership can improve student academic achievement. It is suggested that all parties actively participate in the students education to improve students academic achievement. Keywords: perceived, learning environment, learning motivation, institutional leadership, academic achievement.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii
PERNYATAAN .............................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori .............................................................................. 7
1. Konsep persepsi .................................................................. 7
2. Konsep lingkungan belajar ................................................. 12
3. Konsep motivasi ................................................................. 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Halaman
4. Konsep kepemimpinan institusi .......................................... 45
5. Konsep belajar .................................................................... 61
6. Konsep prestasi ................................................................... 68
7. Konsep pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar,
motivasi dan kepemimpinan institusi terhadap prestasi
belajar ................................................................................. 76
B. Penelitian yang Relevan ............................................................ 77
C. Kerangka Berpikir ...................................................................... 79
D. Hipotesis Penelitian ................................................................... 79
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ....................................................................... 80
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 80
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Memilih Sampel ........................ 80
D. Variabel Penelitian ..................................................................... 81
E. Definisi Operasional .................................................................. 81
F. Instrumen Penelitian .................................................................. 83
G. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 85
H. Prosedur Pengolahan Data ......................................................... 86
I. Teknik Analisis Data ................................................................. 87
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Tempat Penelitian ...................................................... 90
B. Hasil Penelitian .......................................................................... 91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Halaman
C. Pembahasan ............................................................................... 94
D. Keterbatasan Penelitian ............................................................. 98
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................... 99
B. Implikasi .................................................................................... 100
C. Saran .......................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 102
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ...................................................................... 79
Gambar 4.1 Korelasi antara Persepsi tentang Lingkungan Belajar dan Prestasi Belajar Mahasiswa ........................................................ 93 Gambar 4.2 Korelasi antara Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Mahasiswa .................................................................................. 93
Gambar 4.3 Korelasi antara Persepsi tentang Kepemimpinan Institusi Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa ........................................ 94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Hasil Tes Reliabilitas Instrumen Persepsi tentang Lingkungan Belajar ....................................................................... 83 Tabel 3.2 Hasil Tes Reliabilitas Instrumen Motivasi Belajar ....................... 84
Tabel 3.3 Hasil Tes Reliabilitas Instrumen Persepsi tentang Kepemimpinan Institusi ................................................................ 85 Tabel 3.4 Kategori Pemberian Skor .............................................................. 86
Tabel 3.5 Pemberian Skor untuk Pernyataan dengan Kriteria Positif mengenai Persepsi tentang Lingkungan Belajar, Motivasi, dan Persepsi tentang Kepemimpinan Institusi .............. 87
Tabel 3.6 Pemberian Skor untuk Pernyataan dengan Kriteria Positif
mengenai Persepsi tentang Lingkungan Belajar, Motivasi, dan Persepsi tentang Kepemimpinan Institusi .............. 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Jadwal Rangkaian Penelitian Tahun 2011
Lampiran 2 Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 3 Surat Balasan Pemberian Ijin Penelitian
Lampiran 4 Surat Keterangan telah Mengadakan Penelitian
Lampiran 5 Pernyataan Kesediaan menjadi Responden
Lampiran 6 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Sebelum Uji Coba
Lampiran 7 Kuesioner Persepsi tentang Lingkungan Belajar Sebelum Uji Coba
Lampiran 8 Kuesioner Motivasi Belajar Sebelum Uji Coba
Lampiran 9 Kuesioner Persepsi tentang Kepemimpinan Instititusi Sebelum Uji Coba Lampiran 10 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Setelah Uji Coba
Lampiran 11 Kuesioner Persepsi tentang Lingkungan Belajar Setelah Uji Coba
Lampiran 12 Kuesioner Motivasi Belajar Setelah Uji Coba
Lampiran 13 Kuesioner Persepsi tentang Kepemimpinan Instititusi Setelah Uji Coba Lampiran 14 Hasil Uji T-Test dan Analisis Regresi Linier Ganda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan
pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu pada individu-individu
guna mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang
terjadi. Pendidikan juga merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia, karena keberhasilan dunia pendidikan sebagai faktor penentu
tercapainya tujuan pembangunan nasional di bidang pendidikan yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut diperlukan sebagai bekal dalam
rangka menyongsong datangnya era global dan pasar bebas yang penuh dengan
persaingan. Banyak faktor penyebab dari munculnya permasalahan pembelajaran.
Faktor tersebut meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah
faktor yang muncul dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti tingkat intelegensi dan
kepribadian. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang muncul dari luar
diri siswa, seperti faktor lingkungan, metode mengajar dan sistem evaluasi
(Hadikusumo, 1996).
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan
hasil dari proses belajar. Prestasi belajar merupakan tolok ukur yang utama untuk
mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Prestasi belajar juga dapat digunakan
sebagai indikator mutu pendidikan. Prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor,
yaitu tingkat kecerdasan atau inteligensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Lingkungan merupakan salah satu faktor ekstern yang ikut menentukan
keberhasilan dan kegagalan siswa dalam belajar (Syakira, 2009).
Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut
turut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal
tersebut adalah motivasi. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan
seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang
menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan yang ada
dalam dirinya. Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar
mengajar, baik bagi tenaga pendidik maupun peserta didik. Bagi tenaga pendidik,
mengetahui motivasi belajar dari mahasiswa sangat penting guna memelihara dan
meningkatkan semangat belajar mahasiswa. Bagi mahasiswa, motivasi belajar dapat
menumbuhkan semangat belajar sehingga mahasiswa terdorong untuk melakukan
perbuatan belajar (Uno, 2008).
Lingkungan adalah segala yang terdapat di sekitar mahkluk hidup, baik
yang bersifat biotik dan abiotik yang selalu berinteraksi secara timbal balik. Di
dalam lingkungan anak tumbuh dan berkembang serta memperoleh pendidikan
secara bertahap hingga membentuk pribadi yang dewasa. Baik buruknya
lingkungan di sekitar anak (mahasiswa) merupakan faktor utama yang
mempengaruhi perkembangan jiwa dan keberhasilan prestasi belajar anak
(mahasiswa). Lingkungan tersebut adalah lingkungan sekolah, keluarga dan
masyarakat. Lingkungan yang kondusif, mendorong mahasiswa untuk belajar
secara sungguh-sungguh sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Begitu
juga sebaliknya, lingkungan yang tidak kondusif akan menurunkan motivasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
mahasiswa untuk belajar sehingga dapat menurunkan prestasi belajarnya
(Mudjiman, 2009).
Kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara
mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Pembahasan tentang kepemimpinan menyangkut tugas dan gaya kepemimpinan,
cara mempengaruhi kelompok, yang mempengaruhi kepemimpinan seseorang.
Kreiner menyatakan bahwa leadership adalah proses mempengaruhi orang lain
yang mana seorang pemimpin mengajak anak buahnya secara sekarela
berpartisipasi guna mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan yang tidak cocok
atau sesuai dengan apa yang diharapkan dan dibutuhkan mahasiswa dapat
menyebabkan menurunnya prestasi mahasiswa (Uno, 2008).
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Nurul Jadid Probolinggo berada
di bawah naungan Pondok Pesantren Nurul Jadid sehingga mahasiswa D-III
Kebidanan juga harus berada di kawasan asrama Pondok Pesantren. Berdasarkan
studi pendahuluan yang dilakukan di STIKES Nurul Jadid didapatkan data dari 65
mahasiswa terdapat 30 mahasiswa (46%) dengan Indeks Prestasi Semester < 2,75.
Dari 30 mahasiswa dengan Indeks Prestasi rendah, dikarenakan kondisi lingkungan
di sekolah (kampus) yang kurang kondusif, fasilitas yang disediakan pada
umumnya kurang memadai, di ruang perkuliahan tidak disediakan kipas angin atau
AC dan kepemimpinan institusi yang kurang sesuai, sehingga membuat mahasiswa
kurang nyaman dalam belajar. Hal ini menciptakan kurangnya motivasi mahasiswa
untuk belajar yang menyebabkan menurunnya prestasi belajar.
Dibandingkan dengan STIKES Nurul Jadid Probolinggo, berdasarkan studi
pendahuluan yang dilakukan pada mahasiswa Akademi Kebidanan (Akbid)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
mahasiswa (11%) dengan Indeks Prestasi Semester < 2,75. Fasilitas yang
disediakan pada umumnya cukup memadai. Hal ini menunjukkan bahwa
l Ulum Surakarta lebih kondusif
dibandingkan dengan lingkungan belajar mahasiswa STIKES Nurul Jadid
Probolinggo.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prestasi mahasiswa
adalah dengan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, mendorong motivasi
mahasiswa, dan menciptakan kepemimpinan yang diharapkan atau yang cocok bagi
mahasiswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengkaji lebih dalam
dan Persepsi tentang Kepemimpinan Institusi terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa
D III Kebidanan STIKES Nurul Jadid Probolinggo dibandingkan dengan Akbid
B. Rumusan Masalah
Adakah pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi dan persepsi
tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar mahasiswa D III
Kebidanan di STIKES Nurul Jadid Probolinggo dibandingkan dengan Akbid
?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi dan
persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar mahasiswa D
III Kebidanan STIKES Nurul Jadid Probolinggo dibandingkan dengan Akbid
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar terhadap
prestasi belajar mahasiswa D III Kebidanan.
b. Mengidentifikasi pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar mahasiswa D
III Kebidanan.
c. Mengidentifikasi pengaruh persepsi tentang kepemimpinan institusi
terhadap prestasi belajar mahasiswa D III Kebidanan.
d. Mengidentifikasi pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi
dan persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar
mahasiswa D III Kebidanan STIKES Nurul Jadid Probolinggo dibandingkan
Ulum Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam melakukan pengkajian
mengenai masalah yang diteliti serta dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
penyusunan karya tulis selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
a. Sebagai bahan pertimbangan bagi institusi dalam menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif terutama di lingkungan kampus dan asrama agar dapat
membangkitkan motivasi belajar mahasiswa serta memacu mahasiswa dalam
pencapaian prestasi belajar yang baik.
b. Dapat dijadikan informasi yang bermanfaat bagi mahasiswa dalam
menumbuhkan motivasi belajar yang positif dan dapat menentukan sendiri
lingkungan belajar yang kondusif sehingga dapat memacu prestasi belajarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Konsep persepsi
a. Pengertian
Persepsi pada hakikatnya merupakan proses penilaian seseorang
terhadap objek tertentu. Persepsi juga diartikan sebagai suatu proses di
mana individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan sensori
mereka untuk memberi arti pada lingkungan mereka (Halida dan Sartika,
2002). Persepsi juga merupakan kemampuan untuk membedakan,
mengelompokkan, memfokuskan dan lain sebagainya yang selanjutnya
diinterpretasikan (Sarwono, 2010).
Persepsi merupakan proses psikologis dan hasil dari penginderaan
serta proses terakhir dari kesadaran, sehingga membentuk proses
berpikir. Selain itu, persepsi juga diartikan sebagai suatu proses yang
didahului oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus
oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris
(Walgito, 2004). Persepsi adalah suatu proses dimana seseorang
mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan-kesan sensorinya
dalam usahanya memberikan sesuatu makna tertentu kepada
lingkungannya (Siagian, 2004).
Banyak ahli yang mencoba membuat definisi dari persepsi.
Beberapa di antaranya adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
1) Persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang
dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari
dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengenali
dirinya sendiri dan keadaan di sekitarnya.
2) Persepsi merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian
terhadap stimulus oleh organisme atau individu sehingga didapat
sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam
diri individu.
3) Persepsi ialah interpretasi tentang apa yang diinderakan atau dirasakan
individu.
4) Persepsi merupakan suatu proses pengenalan maupun proses
pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu.
5) Persepsi juga mencakup konteks kehidupan sosial, sehingga dikenal
sebagai persepsi sosial. Persepsi sosial merupakan suatu proses yang
terjadi dalam diri seseorang yang bertujuan untuk mengetahui,
menginterpretasi, dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, baik
mengenai sifatnya, kualitasnya, ataupun keadaan lain yang ada dalam
diri orang yang dipersepsi sehingga terbentuk gambaran mengenai
orang lain sebagai objek persepsi tersebut.
6) Persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh
seorang individu.
7) Persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan
hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui
indera-indera yang dimilikinya.
b. Faktor yang mempengaruhi persepsi
Stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
persepsi. Berkaitan dengan faktor-faktor yang berperan dalam persepsi
dapat dikemukakan adanya beberapa faktor, yaitu:
1) Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau
reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi,
tetapi juga dapat datang dari dalam individu yang bersangkutan yang
langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.
2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima
stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat
untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan
syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk
mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.
3) Perhatian
Untuk menyadari atau mengadakan persepsi diperlukan adanya
perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan
dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan
atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada
sesuatu atau sekumpulan objek (Walgito, 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Selain itu, juga terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
persepsi, antara lain :
1) Orang yang membentuk persepsi itu sendiri, khususnya kondisi intern
(kebutuhan, kelelahan, sikap, minat, motivasi, harapan, pengalaman
masa lalu dan kepribadian),
2) Stimulus yang berupa objek maupun peristiwa tertentu (benda, orang,
proses dan lain-lain),
3) Faktor situasi atau stimulus dimana pembentukan persepsi itu terjadi
baik tempat, waktu, suasana sedih, gembira dan lain-lain (Halida dan
Sartika, 2002).
c. Proses terjadinya persepsi
Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Objek
menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor.
Proses stimulus yang mengenai alat indera merupakan proses kealaman
atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh
syaraf sensoris ke otak. Proses ini disebut sebagai proses fisiologis.
Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga
individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa
yang diraba. Proses yang terjadi di dalam otak sering disebut sebagai
proses psikologis. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa taraf
terakhir dari proses persepsi adalah individu menyadari tentang stimulus
yang diterima melalui alat indera, seperti apa yang dilihat, didengar, atau
diraba (Walgito, 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
d. Prinsip persepsi
Beberapa prinsip dasar tentang persepsi, antara lain :
1) Persepsi itu relatif, bukan absolut
Dalam hubungannya dengan kerelatifan persepsi ini, dampak
pertama dari suatu perubahan rangsangan dirasakan lebih besar
daripada rangsangan yang dating kemudian. Berdasarkan kenyataan
bahwa persepsi itu relatif, seorang pendidik dapat meramalkan dengan
lebih baik persepsi dari peserta didiknya untuk pelajaran berikutnya
karena pendidik tersebut telah mengetahui lebih dahulu persepsi yang
telah dimiliki oleh peserta didik dari pelajaran sebelumnya.
2) Persepsi itu selektif
Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja dari
banyak rangsangan yang ada di sekelilingnya pada saat-saat tertentu.
Ini berarti bahwa rangsangan yang diterima akan tergantung pada apa
yang pernah ia pelajari, apa yang pada suatu saat menarik
perhatiannya dan ke arah mana persepsi itu mempunyai
kecenderungan. Ini berarti juga bahwa ada keterbatasan dalam
kemampuan seseorang untuk menerima rangsangan.
3) Persepsi itu mempunyai tatanan
Orang menerima rangsangan tidak dengan cara sembarangan. Ia
akan menerimanya dalam bentuk hubungan-hubungan atau kelompok-
kelompok. Jika rangsangan yang datang tidak lengkap, ia akan
melengkapinya sendiri sehingga hubungan itu menjadi jelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
4) Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan (penerima
rangsangan)
Harapan dan kesiapan penerima pesan akan menentukan pesan
mana yang akan dipilih untuk diterima, selanjutnya bagaimana pesan
yang dipilih itu akan ditata dan demikian pula bagaimana pesan
tersebut akan diinterpretasikan.
5) Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi
orang atau kelompok lain meskipun situasinya sama
Perbedaan persepsi ini dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-
perbedaan individual, perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam
sikap atau perbedaan dalam motivasi (Slameto, 2010).
2. Konsep lingkungan belajar
a. Pengertian
New Collegiate Dictionary
diterangkan sebagai
influences affecting the life and development of an organism atau
diartikan sebagai kumpulan segala kondisi dan pengaruh dari luar
terhadap kehidupan dan perkembangan sua
belajar oleh para ahli sering disebut sebagai lingkungan pendidikan.
Lingkungan pendidikan adalah segala kondisi dan pengaruh dari luar
terhadap kegiatan pendidikan (Hadikusumo, 1996). Sedangkan
lingkungan pendidikan yang lain adalah latar tempat berlangsungnya
pendidikan (Tirtarahardja dan La Sulo, 1994). Berdasarkan pengertian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
lingkungan belajar adalah tempat berlangsungnya kegiatan belajar yang
mendapatkan pengaruh dari luar terhadap keberlangsungan kegiatan
tersebut.
b. Macam-macam lingkungan belajar
Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa lingkungan pendidikan
mencakup : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat (Munib, 2004). Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai
tripusat pendidikan yang akan mempengaruhi manusia secara bervariasi.
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut :
1) Lingkungan keluarga
a) Pengertian
Pengertian lingkungan keluarga berasal dari kata lingkungan
dan k New Collegiate Dictionary
(dalam Hadikusumo, 1996) pengertian lingkungan adalah
kumpulan segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap
kehidupan dan perkembangan suatu organisme. Sedangkan
pengertian keluarga adalah pengelompokan primer yang terdiri dari
sejumlah kecil orang karena hubungan semenda (hubungan
menurut garis ibu) dan sedarah. Keluarga itu dapat berbentuk
keluarga inti (nucleus family: ayah, ibu dan anak), ataupun keluarga
yang diperluas (disamping inti, ada orang lain: kakek atau nenek,
adik atau ipar, pembantu, dan lain-lain) (Tirtarahardja dan La Sulo,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
1994). Oleh karena itu, pengertian lingkungan keluarga adalah
segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kehidupan dan
perkembangan anggota keluarga.
b) Faktor-faktor keluarga
Slameto (2003) mengungkapkan bahwa siswa yang belajar
akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua
mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan
ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang
kebudayaan. Faktor-faktor keluarga yang mempengaruhi belajar
siswa antara lain :
(1) Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya
terhadap belajar anaknya. Orang tua yang kurang atau tidak
memperhatikan pendidikan anaknya dapat menyebabkan anak
tidak atau kurang berhasil dalam belajarnya. Mendidik dengan
cara memanjakan adalah cara mendidik yang tidak baik, karena
anak akan berbuat seenaknya saja, Begitu pula mendidik anak
dengan cara memperlakukannya terlalu keras adalah cara
mendidik yang juga salah.
(2) Relasi antar anggota keluarga
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah
relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan
saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
mempengaruhi belajar anak. Demi kelancaran belajar serta
keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam
keluarga anak tersebut.
(3) Suasana rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-
kajadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak
berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh atau ramai tidak
akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar.
Selanjutnya agar anak dapat belajar dengan baik perlulah
diciptakan suasana rumah yang tenang dan tenteram.
(4) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan
belajar anak. Anak yang sedang belajar membutuhkan fasilitas
belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis,
buku, dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi
jika keliarga mempunyai cukup uang. Jika anak hidup dalam
keluarga yang miskin bahkan harus bekerja untuk membantu
orang tuanya, akan dapat mengganggu belajarnya. Sebaliknya
keluarga yang kaya, orang tua sering mempunyai
kecenderungan untuk memanjakan anak, anak hanya bersenang-
senang akibatnya kurang dapat memusatkan perhatiannya
kepada belajar.
(5) Pengertian orang tua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua.
Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di
rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang
tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya, membantu
sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah.
(6) Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga
mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak
ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong
semangat anak untuk belajar.
(7) Dukungan di lingkungan rumah
Dukungan di lingkungan rumah dapat berupa sikap tidak
mengganggu sewaktu pembelajar sedang melakukan kegiatan
belajar, memberikan kelonggaran bagi pembelajar untuk
mencari informasi atau kebutuhan belajarnya ke luar rumah,
atau membantu pembelajar melakukan pekerjaan-pekerjaan di
rumah, yang dapat dikerjakan orang lain, misalnya sesekali
menyapukan kamar belajar, mencucikan pakaian, dan
sebagainya (Mudjiman, 2009).
c) Fungsi keluarga
Ahmadi (2004) mengungkapkan bahwa fungsi keluarga
adalah sebagai fungsi kasih sayang, ekonomi, pendidikan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
perlindungan atau penjagaan, rekreasi, status keluarga dan agama.
Sedangkan fungsi keluarga yang lain adalah :
(1) Fungsi edukasi
Fungsi edukasi adalah fungsi keluarga yang berkaitan
dengan pendidikan anak khususnya dan pendidikan serta
pembinaan anggota keluarga pada umumnya. Fungsi edukasi
ini tidak sekedar menyangkut pelaksanaan tetapi menyangkut
pula penentuan dan pengukuhan landasan yang mendasari
upaya pendidikan itu, pengarah dan perumusan tujuan
pendidikan, perencanaan dan pengolahannya, penyediaan
sarana dan prasarana serta pengayaan wawasannya.
(2) Fungsi sosialisasi
Tugas keluarga tidak hanya mengembangkan individu
menjadi pribadi yang mantap tetapi juga upaya membantunya
dan mempersiapkannya menjadi anggota masayarakat yang
baik. Dalam melaksanakan fungsi sosial, keluarga menduduki
kedudukan sebagai penghubung anak dengan kehidupan sosial
dan nilai-nilai sosial. Fungsi sosialisasi dapat membantu anak
menemukan tempatnya dalam kehidupan sosial secara mantap
yang dapat diterima rekan-rekannya bahkan masyarakat.
(3) Fungsi perlindungan atau proteksi
Mendidik hakekatnya bersifat melindungi yaitu
melindungi anak dari tindakan yang tidak baik dan dari hidup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
yang menyimpang norma. Fungsi ini juga melindungi anak
dari ketidakmampuannya bergaul dengan lingkungan
bergaulnya, melindungi dari pengaruh yang tidak baik.
(4) Fungsi afeksi atau fungsi perasaan
Anak berkomunikasi dengan lingkungannya juga dengan
keluarganya dengan keseluruhan pribadinya. Kehangatan yang
terpancar dari keseluruhan gerakan, ucapan, mimik serta
perbuatan orang tua merupakan bumbu pokok dalam
pelaksanaan pendidikan anak dalam keluarga. Makna kasih
sayang orang tua terhadap anaknya tidak tergantung dari
banyaknya hadiah yang diberikan tetapi sejauh mana kasih
sayang tersebut dipersepsikan atau dihayati. Yang ingin
dicapai dalam fungsi ini adalah menciptakan suasana perasaan
sehat dalam keluarga.
(5) Fungsi religius
Keluarga wajib memperkenalkan dan mengajak anak dan
anggota keluarga lainnya kepada kehidupan beragama.
Tujuannya untuk mengetahui kaidah-kaidah agama juga untuk
menjadi insan yang beragama sehinggga menggugah untuk
mengisi dan mengarahkan hidupnya untuk mengabdi kepada
Tuhan.
(6) Fungsi ekonomis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Fungsi ekonomis keluarga meliputi pencarian nafkah,
perencanaan pembelanjaan serta pemanfaatannya. Keadaan
ekonomi keluarga berpengaruh pada harapan orang tua akan
masa depan dan harapan anak itu sendiri. Keluarga dengan
ekonomi rendah menganggap anak sebagai beban. Sedangkan
keluarga dengan ekonomi tinggi kemungkinan dapat
memenuhi semua kebutuhan tetapi dalam pelaksanaannya
tersebut belum menjamin pelaksanaan sebagaimana mestinya
karena ekonomi keluarga tidak tergantung dari materi yang
diberikan.
(7) Fungsi rekreasi
Rekreasi dirasakan orang jika ia menghayati suasana
yang senang dan damai, jauh dari ketegangan batin, segar,
santai, yang memberikan perasaan bebas dari ketegangan dan
kesibukan sehari-hari. Makna fungsi rekreasi dalam keluarga
diarahkan kepada tergugahnya kemampuan untuk dapat
mempersiapkan kehidupan dalam keluarga secara wajar dan
sungguh-sungguh sebagaimana digariskan dalam kaidah hidup
berkeluarga.
(8) Fungsi biologis
Fungsi biologis keluarga berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan biologis anggota keluarga.
Kebutuhan akan keterlindungan fisik guna melangsungkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
kehidupan seperti perlindungan kesehatan, rasa lapar, haus,
dan lain-lain. Dalam pelaksanaan fungsi itu hendaknya tidak
berat sebelah, tidak memisahkan fungsi-fungsi tersebut, tidak
dilakukan oleh satu pihak saja.
Ahmadi (2004) sendiri menyebutkan bahwa fungsi
keluarga adalah memelihara, merawat, dan melindungi anak
dalam rangka sosialisasinya agar mereka mampu
mengendalikan diri dan berjiwa sosial.
2) Lingkungan sekolah
a) Pengertian
Lingkungan sekolah dipahami sebagai lembaga pendidikan
formal, dimana di tempat inilah kegiatan belajar mengajar
berlangsung, ilmu pengetahuan diajarkan dan dikembangkan
kepada anak didik. Selain itu, lingkungan sekolah diartikan sebagai
lingkungan dimana para siswa dibiasakan dengan nilai-nilai tata
tertib sekolah dan nilai-nilai kegiatan pembelajaran berbagai
bidang studi yang dapat meresap ke dalam kesadaran hati
Berdasarkan 2 (dua) definisi tentang lingkungan sekolah
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah
adalah lingkungan dimana kegiatan belajar mengajar berlangsung
yang para siswanya dibiasakan dengan nilai-nilai tata tertib sekolah
dan nilai-nilai kegiatan pembelajaran berbagai bidang studi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
b) Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar siswa antara lain :
(1) Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus
dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar guru yang kurang
baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula.
Guru perlu mencoba metode-metode mengajar yang baru, yang
dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan
meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.
(2) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang
diberikan kepada siswa. Kurikulum yang kurang baik
berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Kurikulum yang tidak
baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat, di atas
kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan
perhatian siswa.
(3) Relasi guru dengan siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa.
Cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan
gurunya. Di dalam relasi guru dengan siswa yang baik, maka
siswa akan berusaha mempelajari mata pelajaran yang
diberikannya dengan baik.
(4) Relasi siswa dengan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Siswa yang mempunyai sifat atau tingkah laku yang
kurang menyenangkan, akan diasingkan dari kelompoknya.
Akibatnya anak akan menjadi malas untuk masuk sekolah
karena di sekolah mengalami perlakuan yang kurang
menyenangkan dari teman-temannya.
(5) Disiplin sekolah
Kedisiplinan erat hubungannya dengan kerajinan siswa
dalam sekolah dan juga dalam belajar. Agar siswa disiplin
haruslah guru beserta staf yang lain disiplin pula, karena dapat
memberi pengaruh yang positif terhadap belajarnya.
(6) Alat pelajaran
Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan
memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan
kepada siswa. Tetapi kebanyakan sekolah masih kurang
memiliki media dalam jumlah maupun kualitasnya.
(7) Waktu sekolah
Waktu sekolah dapat terjadi pada pagi hari, siang, sore
atau malam hari. Tetapi waktu yang baik untuk sekolah adalah
pada pagi hari dimana pikiran masih segar, jasmani dalam
kondisi yang baik sehingga siswa akan mudah berkonsentrasi
pada pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
(8) Standar pelajaran di atas ukuran
Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya,
perlu memberi pelajaran di atas ukuran standar. Padahal guru
dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan
kemampuan siswa.
(9) Keadaan gedung
Dengan jumlah siswa yang banyak serta bervariasi
karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung
dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas.
(10) Metode belajar
Siswa perlu belajar teratur setiap hari, dengan pembagian
waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup
istirahat akan meningkatkan hasil belajarnya.
(11) Tugas rumah
Kegiatan anak di rumah bukan hanya untuk belajar,
melainkan juga digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka
diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang
harus dikerjakan di rumah (Slameto, 2003).
c) Fungsi sekolah
Fungsi sekolah adalah yang pertama membantu keluarga
dalam pendidikan anak-anaknya di sekolah. Sekolah, guru dan
tenaga pendidik lainnya melalui wewenang hukum yang
dimilikinya berusaha melaksanakan tugas yang kedua yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
memberikan pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap secara
lengkap sesuai pula dengan apa yamg dibutuhkan oleh anak-anak
dari keluarga yang berbeda. Sedangkan menurut Nasution (2004),
fungsi sekolah antara lain sebagai berikut:
(1) Sekolah mempersiapkan anak untuk suatu pekerjaan.
(2) Sekolah memberikan keterampilan dasar.
(3) Sekolah membuka kesempatan memperbaiki nasib.
(4) Sekolah menyediakan tenaga pembangunan.
(5) Sekolah membantu memecahkan masalah-masalah sosial.
(6) Sekolah mentransmisi kebudayaan.
(7) Sekolah merupakan alat mentransformasi kebudayaan
3) Lingkungan masyarakat
a) Pengertian
Lingkungan masyarakat adalah tempat orang-orang hidup
bersama yang menghasilkan kebudayaan (Gunawan, 2004).
Lingkungan masyarakat juga merupakan lingkungan ketiga dalam
proses pembentukan kepribadian anak-anak sesuai keberadaannya.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa lingkungan masyarakat adalah tempat orang-orang hidup
bersama yang berpengaruh besar terhadap perkembangan pribadi
anak-anak (siswa).
b) Faktor masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena
keberadaan siswa dalam masyarakat. Pengaruh-pengaruh itu antara
lain sebagai berikut:
(1) Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan
terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi siswa perlu
membatasi kegiatan masyarakat yang diikutinya, kalau perlu
memilih kegiatan yang mendukung belajarnya. Dukungan
terhadap belajar mandiri di lingkungan masyarakat dapat
berupa kebijakan penyediaan perpustakaan keliling dan acara-
acara ceramah kesehatan, pendidikan, atau kebudayaan bagi
warga masyarakat, yang diselenggarakan oleh pemerintah
daerah.
(2) Mass media
Mass media, yang termasuk di dalamnya adalah radio,
TV, surat kabar, buku-buku, dan lain-lain, yang ada dan
beredar dalam masyarakat. Mass media memberi pengaruh
yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya.
Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek
terhadap siswa.
(3) Teman bergaul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat
masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul
yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu
juga teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang
bersifat buruk juga.
(4) Bentuk kehidupan masyarakat
Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak
terpelajar, penjudi dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik,
akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang berada di
situ. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang yang
terpelajar yang baik-baik mereka mendidik dan
menyekolahkan anaknya akan membawa pengaruh yang baik
bagi siswa. Pengaruh itu akan mendorong siswa untuk belajar
lebih giat lagi (Slameto, 2003).
c) Peranan masyarakat dalam pendidikan
Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan sebenarnya
masih belum jelas, tidak sejelas tanggung jawab pendidikan di
lingkungan keluarga dan di lingkungan sekolah. Hal ini disebabkan
faktor waktu, hubungan, sifat dan isi pergaulan yang terjadi di
dalam masyarakat. Waktu pergaulan terbatas, hubungannya hanya
pada waktu-waktu tertentu, sifat pergaulannya bebas, dan isinya
sangat kompleks dan beraneka ragam. Meskipun demikian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
masyarakat mempunyai peran yang besar dalam pelaksanaan
pendidikan nasional.
Peran masyarakat itu antara lain menciptakan suasana yang
dapat menunjang pelaksanaan pendidikan nasional, ikut
menyelenggarakan pendidikan non-pemerintah (swasta), membantu
pengadaan tenaga, biaya, sarana dan prasarana, menyediakan
lapangan kerja, membantu pengembangan profesi baik secara
langsung maupun tidak langsung (Ihsan, 1997).
3. Konsep motivasi
a. Pengertian
Motivasi adalah suatu proses dimana kebutuhan-kebutuhan
mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang
mengarah ke tercapainya tujuan tertentu, yang apabila berhasil dicapai,
akan memuaskan atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut
(Munandar, 2001). Motivasi juga diartikan sebagai proses yang dimulai
dengan defisiensi fisiologis atau psikologis yang menggerakkan perilaku
atau dorongan yang ditujukan untuk tujuan (Purwanti, 2006).
Motif merupakan daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Sedangkan motivasi belajar adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh
seseorang dalam proses perkembangannya yang meliputi maksud tekad,
hasrat, kemauan, kehendak, cita-cita dan sebagainya untuk mencapai
tujuan (Sardiman, 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Motivasi juga merupakan perubahan energi dalam diri seseorang
yang ditandai dengan munculnya dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi berpangkal dari kata motif
yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri
seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya
suatu tujuan. Selain itu, motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan
(energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan
antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber
dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar
individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki
individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang
ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam
kehidupan lainnya (Mc. Donald dalam Sardiman, 2011).
b. Teori motivasi
Teori motivasi dibagi menjadi beberapa teori, antara lain :
1) Teori kebutuhan (teori Abraham H. Maslow)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow
pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima
tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : kebutuhan fisiologikal
(physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex;
kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata,
akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; kebutuhan akan
kasih sayang (love needs); kebutuhan akan harga diri (esteem needs),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status;
dan aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya
kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang
terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
2) Teori kebutuhan berprestasi (teori Mc Clelland)
Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk
mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang
menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan
kebutuhan seseorang akan prestasi. Menurut McClelland karakteristik
orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri
umum yaitu : sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas
dengan derajat kesulitan moderat; menyukai situasi-situasi di mana
kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan
karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan
menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan
mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
3)
Teori Alderfer dikenal
-huruf pertama dari tiga
istilah yaitu: E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R =
Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain, dan G
= Growth (kebutuhan akan pertumbuhan). Jika makna tiga istilah
tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Pertama, secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang
dikembangkan oleh Maslow dan Existence
dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori
Relatedness
mengandung makna
sama dengan menurut Maslow. Kedua, teori
Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu
diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer
disimak lebih lanjut akan tampak bahwa : makin tidak terpenuhinya
suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk
memuaskannya; kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang
telah dipuaskan; sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan
yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk
memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.
4) Teori dua faktor (teori Hezberg)
hygiene
ud faktor
motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya
intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan
yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah
faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan
seseorang. Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor
motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang
diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan
orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan
mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan
seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan
rekan-rekan sekerjanya. Salah satu tantangan dalam memahami dan
menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat
faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang,
apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik.
5) Teori keadilan
Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong
untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi
kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima, artinya apabila
seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang
diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
seseorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau
mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas
yang menjadi tanggung jawabnya.
Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai
biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu :
harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat
pekerjaan dan pengalamannya; imbalan yang diterima oleh orang lain
dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannnya relatif sama
dengan yang bersangkutan sendiri; imbalan yang diterima oleh
pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan
kegiatan sejenis; peraturan perundang-undangan yang berlaku
mengenai jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak para
pegawai.
6) Teori penetapan tujuan (teori Goal Setting)
Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan
memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni : tujuan-tujuan
mengarahkan perhatian; tujuan-tujuan mengatur upaya; tujuan-tujuan
meningkatkan persistensi; dan tujuan-tujuan menunjang strategi-
strategi dan rencana-rencana kegiatan.
7) Teori harapan (teori Victor Vroom)
Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari
yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan
bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya
itu.
8) Teori penguatan dan modifikasi perilaku
Perilaku ditentukan oleh persepsi seseorang terhadap
kebutuhannya. Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan
diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula oleh berbagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
konsekuensi eksternal dari perilaku dan tindakannya. Artinya, dari
berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu
dan pengubah perilaku. Dalam hal ini berlaku apa yang dikenal
cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekuensi
yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang
mengakibatkan timbulnya konsekuensi yang merugikan. Penting
untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk
modifikasi perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat
manusia yang harus selalu diakui dan dihormati, cara-cara tersebut
9) Teori kaitan imbalan dengan prestasi
Motivasi diartikan sebagai sesuatu dorongan yang
menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu (tujuan) yang
terdiri dari berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun
eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah : persepsi seseorang
mengenai diri sendiri; harga diri; harapan pribadi; kebutuhaan;
keinginan; kepuasan kerja; prestasi kerja yang dihasilkan. Sedangkan
faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah
jenis dan sifat pekerjaan; kelompok kerja dimana seseorang
bergabung; organisasi tempat bekerja; situasi lingkungan pada
umumnya; sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya
(Sudrajat, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
c. Jenis motivasi
Motivasi sebagai kekuatan individu memiliki dua jenis tingkat
kekuatan, yaitu :
1) Motivasi primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-
motif dasar, motif dasar tersebut berasal dari segi biologis atau
jasmani manusia. Dimyati mengutip pendapat Mc. Dougal bahwa
tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan dan perasaan
subjektif dan dorongan mencapai kepuasan, contoh mencari makan,
rasa ingin tahu, dan sebagainya.
2) Motivasi sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari, motif ini
dikaitkan dengan motif sosial, sikap dan emosi dalam belajar terkait
komponen penting seperti afektif, kognitif dan konasi, sehingga
motivasi sekunder dan primer sangat penting dikaitkan oleh
mahasiswa dalam usaha pencapaian prestasi belajar (Dimyati dan
Mudjiono, 2006).
Motivasi dibedakan berdasarkan sebab-sebab timbulnya motivasi
itu sendiri ke dalam dua golongan, yaitu :
1) Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri
pribadi individu itu sendiri tanpa adanya pengaruh dari luar individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Contoh : seseorang belajar piano karena ia termotivasi agar mampu
memainkan alat musik, tidak hanya sebagai pendengar saja.
2) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku individu
yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya. Ia mendapat pengaruh
atau rangsangan dari luar. Contoh : seseorang akan mengerjakan tugas
setelah diberi tahu bahwa besok tugasnya harus dikumpulkan
(Suryabrata, 2002).
d. Karakteristik motivasi
1) Climber
Pada tipe ini, dimana seseorang akan terus berusaha mencapai
puncak tanpa mempertimbangkan lebih jauh mengenai keuntungan
atau kerugian, ketidakberuntungan atau keberuntungan. Tipe ini juga
cenderung tidak pernah mempermasalahkan usia, gender, ras,
ketidakmampuan fisik atau mental, atau berbagai rintangan lain untuk
mencapai puncak kesuksesannya.
2) Camper
Pada tipe ini, seseorang bekerja keras tetapi hanya sebatas apa
yang mampu dia lakukan. Pada dasarnya keberhasilan bisa diraih lebih
baik lagi, tetapi dia cenderung untuk tidak mau mencapainya. Dia
sudah cukup puas dengan apa yang sudah diraihnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
3) Quitter
Pada tipe ini, s
Dia lebih memilih sesuatu yang mudah, tanpa gejolak. Akan tetapi,
apabila menghadapi kesukaran, dia cenderung lebih mudah terkena
depresi atau frustasi, dan dia lebih memilih melarikan diri dari
pekerjaannya, padahal sebetulnya dia punya potensi untuk mencapai
sukses (Chandra, 2009).
e. Komponen motivasi
Komponen motivasi adalah apa yang diinginkan seseorang, tujuan
yang menjadi arah kelakuannya. Ada dua komponen dalam motivasi,
yaitu:
1) Komponen dalam, yaitu perubahan di dalam diri seseorang, keadaan
merasa tidak puas, dan ketegangan psikologis. Jadi, komponen dalam
adalah kebutuhan yang hendak dipuaskan.
2) Komponen luar, yaitu apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang
menjadi arah kelakuannya. Jadi, komponen luar adalah tujuan yang
hendak dicapai (Hamalik, 2004).
f. Indikator motivasi
Dalam diri seseorang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1) Tekun menghadapi tugas
2) Tekun menghadapi kesulitan (tidak cepat putus asa)
3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
4) Lebih senang bekerja mandiri
5) Tidak cepat bosan terhadap tugas-tugas yang rutin
6) Dapat mempertahankan pendapatnya
7) Tidak cepat menyerah terhadap hal yang diyakini
8) Senang mencari dan memecahkan masalah
(Sardiman, 2004)
Apabila mahasiswa mempunyai ciri-ciri tersebut, berarti
mahasiswa mempunyai motivasi yang cukup kuat. Kegiatan belajar
mengajar akan berhasil baik jika mahasiswa memiliki motivasi untuk
belajar, tekun dalam menghadapi tugas, senang memecahkan soal-soal,
dan ulet dalam mengatasi kesulitan belajar.
Berdasarkan berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
indikator-indikator dari motivasi dalam penelitian ini adalah :
1) Tekun dalam menghadapi tugas
2) Adanya ketertarikan dengan perkuliahan
3) Senang memecahkan soal-soal dan latihan
4) Ulet dalam mengatasi kesulitan belajar
g. Faktor yang mempengaruhi motivasi
Beberapa fakktor yang mempengaruhi motivasi belajar, antara lain :
1) Cita-cita atau aspirasi
Cita-cita atau aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai, yang
akan memperkuat motivasi belajar.
2) Kemampuan belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Dalam belajar dibutuhkan kemampuan, yang meliputi beberapa
aspek psikis yang terdapat dalam diri seseorang, misalnya
penghematan, perhatian, ingatan, daya pikir, dan fantasi.
3) Kondisi fisik dan psikologis
Mahasiswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik.
Kondisi fisik dan psikologis sangat mempengaruhi motivasi belajar.
Seseorang yang kondisi jasmani dan rohani yang terganggu, akan
mengganggu perhhatian belajarnya, begitu juga sebaliknya.
4) Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari luar
individu. Kondisi lingkungan yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban
pergaulan perlu ditingkatkan mutunya dengan lingkungan yang aman,
nyaman, tentram, tertib dan indah, maka semangat dan motivasi
belajar akan mudah diperkuat.
5) Unsur dinamis dalam belajar
Unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang
keberadaannya dalam proses belajar mengajar tidak stabil, terkadang
kuat, terkadang lemah dan bahkan hilang sama sekali. Misalnya
keadaan emosi, gairah belajar, situasi dalam keluarga, dan lain-lain.
6) Upaya pendidik dalam pembelajaran peserta didik
Upaya yang dimaksud adalah bagaimana guru atau dosen
mempersiapkan diri dalam membelajarkan mahasiswa mulai dari
penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
mahasiswa, mengevaluasi hasil belajar, dan lain-lain. Bila upaya-
upaya tersebut dilaksanakan dengan berorientasi pada kepentingan
mahasiswa, maka diharapkan dapat menimbulkan motivasi belajar
mahasiswa (Darsono, 2000).
h. Fungsi motivasi
Motivasi mempunyai fungsi yang penting dalam belajar, karena
motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan siswa.
Ada tiga fungsi motivasi, yaitu:
1) Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan
motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2) Menuntun arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai,
dengan demikian motivasi dapat memberi arah, dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut (Sardiman, 2011).
Selain itu, ada juga fungsi lain dari motivasi dalam proses belajar
mengajar adalah :
1) Menyediakan kondisi yang optimal bagi terjadinya belajar.
2) Menguatkan semangat belajar siswa.
3) Menimbulkan atau menggugah minat siswa agar mau belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
4) Mengikat perhatian siswa agar mau dan menemukan serta memilih
jalan atau tingkah laku yang sesuai untuk mencapai tujuan belajar
maupun tujuan hidup jangka panjang (Prayitno dalam Sardiman,
2004).
Fungsi motivasi lainnya adalah pertama, mendorong timbulnya
kelakuan atau suatu perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul
perbuatan seperti belajar; kedua, sebagai pengarah, artinya mengarahkan
perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan; ketiga, sebagai
pengerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Kuat lemahnya
motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan
seseorang. Aspek motivasi dalam keseluruhan proses belajar mengajar
sangat penting, karena motivasi dapat mendorong siswa untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu yang berhubungan dengan kegiatan belajar.
Motivasi dapat memberikan semangat kepada siswa dalam kegiatan-
kegiatan belajarnya dan memberi petunjuk atas perbuatan yang
dilakukannya. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka harus dilakukan
suatu upaya agar siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi. Dengan
demikian siswa yang bersangkutan dapat mencapai hasil belajar yang
optimal (Hamalik, 2004).
i. Peranan motivasi dalam belajar
Motivasi adalah dorongan yang menyebabkan terjadinya suatu
perbuatan atau tindakan. Perbuatan belajar pada siswa terjadi karena
adanya motivasi untuk melakukan perbuatan belajar. Motivasi dipandang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
berperan dalam belajar karena motivasi mengandung nilai-nilai sebagai
berikut :
1) Motivasi menentukan tingkat berhasil atau kegagalan perbuatan
belajar siswa. Belajar tanpa motivasi kiranya sulit untuk berhasil.
2) Pengajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang dimiliki
oleh siswa.
3) Pengajaran yang bermotivasi membentuk aktivitas dan imaginitas
pada guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara
yang sesuai dan serasi guna membangkitkan dan memelihara motivasi
belajar siswa. Guru senantiasa berusaha agar siswa-siswa pada
akhirnya memiliki (self motivation) yang baik.
4) Berhasil atau tidak berhasilnya dalam membangkitkan penggunaan
motivasi dalam pengajaran sangat erat hubungan dengan aturan
disiplin dalam kelas. Ketidakberhasilan dalam hal ini mengakibatkan
timbulnya masalah disiplin dalam kelas.
5) Azas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral dari asas-asas
mengajar. Penggunaan motivasi dalam mengajar bukan saja
melengkapi prosedur mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang
menentukan pengajaran yang efektif. Demikian pengajaran yang
berasaskan motivasi adalah sangat penting dalam proses belajar dan
mengajar (Uno, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Peserta didik dalam belajar hendaknya merasakan adanya
kebutuhan psikologis yang normatif. Peserta didik yang termotivasi
dalam belajarnya dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku yang
menyangkut minat, ketajaman, perhatian, konsentrasi, dan ketekunan.
Peserta didik yang memiliki motivasi rendah dalam belajarnya
menampakkan keengganan, cepat bosan, dan berusaha menghindar dari
kegiatan belajar. Disimpulkan bahwa motivasi menentukan tingkat
berrhasil tidaknya kegiatan belajar peserta didik. Motivasi menjadi salah
satu faktor yang menentukan belajar yang efektif (Sofa, 2008).
j. Upaya meningkatkan motivasi belajar
Mengingat demikian pentingnya peranan motivasi bagi peserta
didik dalam belajar, maka guru atau dosen diharapkan dapat
membangkitkan dan meningkatkan motivasi belajar peserta didiknya.
Agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang optimal, maka
peserta didik harus memiliki motivasi belajar yang tinggi, namun pada
kenyataannya tidak semua peserta didik memiliki motivasi belajar yang
tinggi dalam belajar. Untuk membantu peserta didik yang memiliki
motivasi belajar rendah perlu dilakukan suatu upaya dari guru atau dosen
agar peserta didik yang bersangkutan untuk dapat meningkatkan motivasi
belajarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Dalam rangka mengupayakan agar motivasi belajar peserta didik
tinggi, seorang guru atau dosen hendaknya selalu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1) Seorang guru atau dosen hendaknya mampu mengoptimalisasikan
penerapan prinsip belajar. Guru atau dosen pada prinsipnya harus
memandang bahwa dengan kehadiran peserta didik di kelas
merupakan suatu motivasi belajar yang datang dari peserta didik,
sehingga ia akan menganggap peserta didik sebagai seorang yang
harus dihormati dan dihargai. Dengan perlakuan semacam itu, peserta
didik tentunya akan mampu memberi makna terhadap pelajaran yang
dihadapinya;
2) Guru atau dosen hendaknya mampu mengoptimalisasikan unsur-unsur
dinamis dalam pembelajaran. Dalam proses belajar, seorang peserta
didik terkadang dapat terhambat oleh adanya berbagai permasalahan.
Hal ini dapat disebabkan oleh karena kelelahan jasmani ataupun
mental peserta didik. Untuk itu, upaya yang dapat dilakukan seorang
guru atau dosen adalah dengan cara :
a) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
hambatan belajar yang dialaminya.
b) Meminta kesempatan kepada orang tua peserta didik agar
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk beraktualisasi
diri dalam belajar.
c) Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
d) Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira
terpusat pada perilaku belajar. Pada tingkat ini guru
memperlakukan upaya belajar merupakan aktualisasi diri peserta
didik.
e) Merangsang peserta didik dengan penguat memberi rasa percaya
diri bahwa ia dapat mengatasi segala hambatan dan pasti berhasil.
3) Guru atau dosen mengoptimalisasikan pemanfataan pengalaman dan
kemampuan peserta didik. Perilaku belajar yang ditunjukkan peserta
didik merupakan suatu rangkaian perilaku yang ditunjukkan pada
kesehariannya. Untuk itu, maka pengalaman yang diberikan oleh guru
atau dosen terhadap peserta didik dalam meningkatkan motivasi
belajar adalah dengan cara :
a) Peserta didik diberi tugas membaca bahan belajar sebelumnya, tiap
membaca hal-hal penting dari bahan tersebut dicatat.
b) Guru memecahkan hal yang sukar bagi siswa dengan cara
memecahkannya.
c) Guru mengajarkan cara memecahkan dan mendidik keberanian
kepada siswa dalam mengatasi kesukaran.
d) Guru mengajak serta siswa mengalami dan mengatasi kesukaran.
e) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mampu
memecahkan masalah dan mungkin akan membantu rekannya yang
mengalami kesulitan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
f) Guru memberi penguatan kepada siswa yang berhasil mengatasi
kesulitan belajarnya sendiri.
g) Guru menghargai pengalaman dan kemampuan siswa agar belajar
secara mandiri.
Dengan adanya perlakuan semacam itu dari guru diharapkan siswa
mampu membangkitkan motivasi belajarnya dan tentunya harapan yang
paling utama adalah siswa mendapatkan hasil belajar yang optimal sesuai
dengan kemampuannya. Tentunya untuk mencapai prestasi belajar
tersebut tidak akan terlepas dari upaya yang dilakukan oleh guru dalam
memberikan motivasi atau dorongan kepada siswa agar dapat
meningkatkan motivasi belajarnya (Winkel, 1996 ).
4. Konsep kepemimpinan institusi
a. Pengertian
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu
kelompok untuk pencapaian tujuan. Bentuk pengaruh tersebut dapat
secara formal seperti tingkat manajerial pada suatu organisasi.
Kepemimpinan juga merupakan suatu kenyataan kehidupan
organisasional bahwa pimpinan memainkan peranan yang amat penting,
bahkan dapat dikatakan amat menentukan dalam usaha pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Kepemimpinan yang efektif adalah
kepemimpinan yang mampu menumbuhkan, memelihara dan
mengembangkan usaha dan iklim yang kondusif di dalam kehidupan
organisasional (Revida, 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara
mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk mencapai suatu
tujuan bersama. Pembahasan tentang kepemimpinan menyangkut tugas
dan gaya kepemimpinan, cara mempengaruhi kelompok, yang
mempengaruhi kepemimpinan seseorang. Kreiner menyatakan bahwa
leadership adalah proses mempengaruhi orang lain yang mana seorang
pemimpin mengajak anak buahnya secara sekarela berpartisipasi guna
mencapai tujuan organisasi (Robinson dalam Uno, 2008).
Kepemimpinan merupakan unsur kunci dalam menentukan
efektivitas maupun tingkat produktifitas suatu organisasi. Banyak definisi
kepemimpinan yang dikemukakan para ahli, beberapa di antaranya dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1) Ordway Tead dalam Kartono, 1994 mengungkapkan bahwa
kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar
mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
2) George R. Terry dalam Kartono, 1994 mengungkapkan bahwa
kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar
mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok.
3) K. Hemphill dalam Thoha, 1996 mengungkapkan bahwa
kepemimpinan adalah suatu inisiatif untuk bertindak yang
menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencari jalan
pemecahan dari suatu persoalan bersama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
4) Kimball Young dalam Kartono, 1994 mengungkapkan bahwa
kepemimpinan adalah bentuk dominasi didasari kemauan pribadi yang
sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu,
berdasarkan akseptasi atau penerimaan oleh kelompoknya dan
memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus.
5) Moeldjono (2009) mengungkapkan bahwa kepemimpinan adalah
proses mempengaruhi orang lain, untuk memahami dan setuju kepada
apa yang perlu dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara
efektif serta proses untuk memfasilitasi upaya individu dan kolektif
untuk mencapai tujuan bersama.
6) Yukl (2009) menyiratkan bahwa kepemimpinan merupakan suatu
proses seorang pemimpin mempengaruhi pengikutnya untuk hal-hal
berikut : mengintepretasikan keadaan (lingkungan organisasi),
pemilihan tujuan organisasi, pengorganisasian kerja dan memotivasi
pengikut untuk mencapai tujuan organisasi, mempertahankan
kerjasama dan tim kerja dan mengorganisasi dukungan dan kerjasama
orang dari luar organisasi.
b. Unsur dalam kepemimpinan
1) Adanya seseorang yang berfungsi memimpin, yang disebut pemimpin.
2) Adanya orang lain yang dipimpin
3) Adanya kegiatan menggerakkan orang lain, yang dilakukan dengan
mempengaruhi dan mengarahkan perasaan, pikiran, dan tingkah
lakunya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
4) Adanya tujuan yang hendak dicapai, baik yang dirumuskan secara
sistematis maupun bersifat sukarela.
5) Berlangsung berupa proses di dalamnya kelompok atau organisasi,
baik besar maupun kecil, dengan banyak maupun sedikit orang yang
dipimpin.
c. Teori kepemimpinan
1) Teori kepemimpinan sifat (traith theory)
Studi mengenai sifat atau ciri mula-mula mencoba untuk
mengidentifikasi karakteristik-karakteristik fisik, ciri kepribadian, dan
kemampuan orang yang dipercaya sebagai pemimpin alami. Ratusan
studi tentang sifat atau ciri telah dilakukan, namun sifat atau ciri
tersebut tidak memiliki hubungan yang kuat dan konsisten dengan
keberhasilan kepemimpinan seseorang. Penelitian mengenai sifat atau
ciri tidak memperhatikan pertanyaan tentang bagaimana sifat atau ciri
itu berinteraksi sebagai suatu integrator dari kepribadian dan perilaku
atau bagaimana situasi menentukan relevansi dari berbagai sifat atau
ciri dan kemampuan bagi keberhasilan seorang pemimpin (Junaidi,
2010).
Teori sifat berusaha untuk mengidentifikasi karakteristik khas
(fisik, mental, dan kepribadian) yang dikaitkan dengan keberhasilan
kepemimpinan. Teori ini menekankan atribut pribadi pemimpin.
Keberhasilan manajerial disebabkan oleh karena pemimpin memiliki
kemampuan yang luar biasa, antara lain intelegensia dan kepribadian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Teori ini menekankan pada upaya untuk mencari korelasi yang
signifikan tentang atribut pemimpin dan kriteria keberhasilan seorang
pemimpin. Pemimpin dapat melaksanakan kepemimpinan dengan baik
harus memiliki sifat-sifat tertentu yang akan menunjang bagi tindakan
dan pemikiran ke arah mana proses kepemimpinannya itu diarahkan
(Yukl, 2009).
2) Teori kepemimpinan perilaku (behavioral theory)
Kebanyakan studi mengenai perilaku kepemimpinan selama
periode tersebut menggunakan kuesioner untuk mengukur perilaku
yang berorientasi pada tugas dan yang berorientasi pada hubungan.
Beberapa studi telah dilakukan untuk melihat bagaimana perilaku
tersebut dihubungkan dengan kriteria tentang efektivitas
kepemimpinan seperti kepuasan dan kinerja bawahan. Peneliti-peneliti
lainnya menggunakan eksperimen laboratorium atau lapangan untuk
menyelidiki bagaimana perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan
dan kinerja bawahan. Menurut teori ini, perilaku pemimpin pada
dasarnya terdiri dari perilaku yang pusat perhatiannya kepada manusia
dan perilaku yang pusat perhatiannya pada produksi.
3) Teori kepemimpinan situasional (situational theory)
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional
ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang
disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi
organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya
kepemimpinan tertentu adalah:
a) Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;
b) Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
c) Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
d) Norma yang dianut kelompok;
e) Rentang kendali;
f) Ancaman dari luar organisasi;
g) Tingkat stress;
h) Iklim yang terdapat dalam organisasi
(Sofa, 2009).
Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh
situasi yang dihadapi dan menyesuaikan
gaya kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu memenuhi
tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud
adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku
tertentu karena tuntutan situasi tertentu. Oleh karena itu, dalam
kepemimpinan situasional penting bagi setiap pemimpin untuk
mengadakan diagnosa dengan baik tentang situasi. Sehingga
pemimpin yang baik menurut teori ini, harus mampu:
a) Mengubah-ubah perilakunya sesuai dengan situasinya,
b) Mampu memperlakukan bawahan sesuai dengan kebutuhan dan
motif yang berbeda-beda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Jadi, berdasarkan teori kepemimpinan situasional semua
variabel situasi (waktu, tuntutan tugas, iklim organisasi, harapan dan
kemampuan atasan, teman sejawat, bawahan) adalah sangat penting
yaitu tingkah laku pemimpin dalam hubungannya dengan para
bawahan (Wahjosumidjo, 1987).
Di dalam pendekatan situasional atau kontingensi, terdapat
empat model kepemimpinan sebagai berikut :
a) Model kepemimpinan situasional dari Hersey dan Banchard yang
menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling efektif
bervariasi dengan kesiapan bawahan.
b) Kepemimpinan dan situasi kerja (model Fiedler) yang
mengemukakan bahwa tidak ada satu gaya kepemimpinan yang
cocok untuk setiap situasi. Untuk itu, diperlukan kemampuan
dalam mengubah situasi lingkungan agar cocok dengan pemimpin.
c) Pendekatan jalur sasaran, didasarkan pada motivasi model,
harapan, yang menyatakan motivasi seseorang didasarkan pada
harapan akan imbalan dan daya tarik imbalan itu untuk diperoleh
karyawan.
d) Merumuskan penyertaan bawahan (Uno, 2008).
d. Ciri-ciri kepemimpinan
Efetivitas kepemimpinan dianggap ditentukan oleh kepribadian
pemimpin. Pemimpin mempunyai kualitas yang lebih baik dari para
pengikutnya. Ia mempunyai ciri-ciri yang tidak dimiliki oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
pengikutnya. Di Indonesia terdapat sebelas ciri pribadi yang diharapkan
dimiliki oleh seorang pemimpin, yang dianut oleh TNI AD, yaitu :
1) Takwa, menahan diri dari perbuatan yang dilarang oleh Tuhan Yang
Maha Esa dan taat kepada segala perintah-Nya.
2) Ing Ngarsa Sung Tuladha, sebagai pemuka, orang yang berada di
depan, selalu memberi suri tauladan kepada yang dipimpinnya.
3) Ing Madya Mangun Karsa, di tengah-tengah para anak buahnya ikut
terjun langsung bekerja sama bahu membahu, memberi dorongan dan
semangat.
4) Tut Wuri Handayani, dari belakang selalu memberi dorongan dan
arahan kepada apa yang diinginkan anak buahnya.
5) Waspada Purba Wisesa, selalu berhati-hati dalam segala kondisi,
meneliti dan membuat perkiraan keadaan secara terus-menerus.
6) Ambeg Para Maarta, pandai menentukan mana yang menurut ruang,
waktu dan keadaan patut didahhulukan.
7) Prasaja, bersifat dan bersikap sederhana serta rendah hati.
8) Satya, loyalitas timbal balik dan bersikap hemat, tidak ceroboh serta
memelihara kondisi materiil dengan kecermatan.
9) Gemi nastiti, hemat dan cermat, sadar dan mampu membatasi
penggunaan dan pengeluaran hanya untuk yang benar-benar
diperlukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
10) Belaka, bersifat dan bersikap terbuka, jujur dan siap menerima segala
kritik yang membangun, selalu mawas diri dan selalu siap
mempertanggungjawabkan perbuatannya.
11) Legawa, rela dan ikhlas untuk pada waktunya mengundurkan diri dari
fungsi kepemimpinannya dan diganti dengan suatu generasi baru yang
telah mewarisi kesepuluh ciri ini (Munandar, 2001).
e. Tipe kepemimpinan
1) Telling
kepemimpinan yang dikatakan pemimpin yang tidak mempercayai
orang bawahannya dan banyak memberi arahan kepada orang
bawahan untuk melakukan segala sesuatu yang perlu dilakukan tanpa
melihat hubungan antara pemimpin dengan orang bawahannya.
Pemimpin mengenal pasti masalah, membuat keputusan dan
menetapkan tindakan yang perlu dilakukan secara sendirian.
Pemimpin seperti ini tidak memikirkan perasaan dan pandangan orang
lain terhadap keputusan yang telah dibuatnya. Contohnya: Seorang
pengurus akan lebih banyak mengarah dan menyuruh apa yang perlu
dilakukan oleh orang bawahannya dari A ke Z.
2) Selling
tinggi dari segi penyelesaian masalah dan hubungan dengan orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
bawahan adalah rapat sebagai satu organisasi. Pemimpin akan
menerangkan lebih lanjut tentang pendapatnya daripada pengikut.
Dalam gaya kepemimpinan ini, keputusan masih dilakukan oleh
pemimpin, kemudian menerangkan lebih lanjut tentang pendapatnya
untuk mendapat sokongan daripada pengikut. Dengan cara ini,
pengikut faham apa yang ditetapkan dan bersedia melaksanakan tugas.
Sesuai dengan pengikut yang digolongkan sebagai rendah sederhana
di segi tahap kesediaan. Contohnya: seorang pengurus biasanya dilihat
lebih kepada pendekatan sosial (social approach) untuk memimpin
kumpulan atau lebih kepada perbincangan yang bersifat terbuka.
3) Participating
Gaya kepemimpinan
perilaku pemimpin yang lebih banyak memfokuskan perhatian pada
kualitas hubungan dan kurang memperhatikan penyelesaian tugas-
tugas. Pemimpin yang lebih menumpukan perhatian pada kualitas
hubungan dan memperlihatkan penyelesaian tugas. Pemimpin
meminta reaksi dan pandangan dari pengikutnya sebelum membuat
keputusan. Bagaimanapun keputusan masih di tangan pemimpin. Ia
sesuai dengan pengikut yang mempunyai tahap kesediaan antara
sederhana ke tinggi. Pengikut yang berkebolehan tetapi tidak sanggup
dan tidak yakin memerlukan sokongan supaya meningkatkan
motivasi.
4) Delegating
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
gas
menunjukkan peningkatan kepercayaan yang tinggi dari pemimpin
terhadap orang bawahannya dan memberikan kepercayaan orang
bawahan untuk melakukan tugasnya sendiri dengan sedikit
pengarahan dan sedikit sekali hubungan antara personal. Pemimpin
mengenal pasti masalah, merangka panduan, batasan dan syarat
bertindak lalu menyerahkan kepada pengikut untuk membuat
keputusan. Walaupun autoriti telah ditagihkan, responsibiliti dan
akuntabiliti terhadap keputusan yang dibuat masih terletak di bahu
pemimpin (Azmi, 2010).
Terdapat beberapa tipe kepemimpinan, antara lain :
1) Tipe deserter (pembelot)
Sifatnya : bermoral rendah, tidak memiliki rasa keterlibatan, tanpa
pengabdian, tanpa loyalitas dan ketaatan, sukar diramalkan.
2) Tipe birokrat
Sifatnya : correct, kaku, patuh pada peraturan dan norma-norma, ia
adalah manusia organisasi yang tepat, cermat, berdisiplin dan keras.
3) Tipe missionaris (missionary)
Sifatnya : terbuka, penolong, lembut hati, ramah tamah.
4) Tipe developer (pembangun)
Sifatnya : kreatif, dinamis, inovatif, memberikan atau melimpahkan
wewenang dengan baik, menaruh kepercayaan pada bawahan.
5) Tipe otokrat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Sifatnya : keras, diktatoris, mau menang sendiri, keras kepala,
sombong, bandel.
6) Benevolent autocrat (otokrat yang bijak)
Sifatnya : lancar, tertib, ahli dalam mengorganisir, besar rasa
keterlibatan diri.
7) Tipe compromiser (kompromis)
Sifatnya : selalu mengikuti angin tanpa pendirian, tidak mempunyai
keputusan, berpandangan pendek dan sempit.
8) Tipe eksekutif
Sifatnya : bermutu tinggi, dapat memberikan motivasi yang baik,
berpandangan jauh, tekun (Kartono, 2005)
f. Kemampuan dan sifat pemimpin
1) Energi jasmani dan mental (physical and nervous energy), yaitu
pemimpin mempunyai daya tahan, keuletan, kekuatan atau tenaga
yang istimewa. Demikian juga didukung dengan semangat juang,
motivasi kerja, disiplin dan kesabaran.
2) Kesadaran akan tujuan dan arah yang akan ditujunya (a sense of
purpose and direction) dan memberi manfaat bagi dirinya dan
kelompok.
3) Antusiasme (enthusiasm), membangkitkan, optimisme, dan semangat
besar pada pribadi pemimpin maupun anggota kelompok.
4) Keramahan dan kecintaan (friendliness and affection), yaitu kasih
sayang dan dedikasi pemimpin bisa menjadi tenaga penggerak yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
positif untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang menyenangkan
bagi semua pihak. Sedangkan keramahan juga memberikan pengaruh
pemimpin dalam mencapai tujuan.
5) Integritas, yaitu dengan segala ketulusan hati dan kejujuran, pemimpin
memberikan ketauladanan, agar diikuti dan dipatuhi oleh anggota
kelompoknya.
6) Penguasaan teknis (technical mastery), yaitu pemimpin harus
memiliki satu atau beberapa kemahiran teknis tertentu, agar ia
mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk memimpin
kelompoknya.
7) Ketegasan dalam mengambil keputusan (decisiveness), yaitu
mengambil keputusan secara tepat. Tegas dan cepat sebagai hasil dari
kearifan dan pengalamannya.
8) Kecerdasan (intelligence), yaitu kemampuan pemimpin untu melihat
dan mematuhi dengan baik, mengerti sebab dan akibat kejadian,
menemukan hal-hal yang krusial, dan cepat menemukan cara-cara
penyelesaiannya
9) Keterampilan mengajar (teaching skill), yaitu pemimpin harus mampu
menuntun,mendidik, mengarahkan, mendorong, dan dan
menggerakkan anak buahnya atau anggotanya untuk berbuat sesuatu.
10) Kepercayaan (faith), yaitu bahwa para anggota pasti dipimpin
dengan baik, dipengaruhi secara positif dan diarahkan pada sasaran-
sasaran yang benar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Empat sifat umum yang nampaknya mempunyai pengaruh terhadap
keberhasilan efektifitas kepemimpinan yaitu :
1) Kecerdasan, hasil penelitian pada umumnya membuktikan bahwa
pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan yang dipimpin.
2) Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial, pemimpin cenderung
menjadi matang dan mempunyai perhatian yang luas terhadap
aktivitas-aktivitas sosial. Dia mempunyai keinginan menghargai dan
dihargai.
3) Motivasi diri dan dorongan berprestasi, para pemimpin secara relatif
mempunyai sorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi.
4) Sikap dan hubungan kemanusiaan, pemimpin-pemimpin yang berhasil
mau mengakui harga diri dan kekuatan para pengikutnya dan mampu
berpihak kepadanya (Kartono, 2005).
Terry dalam bukunya , menuliskan
sepuluh sifat pemimpin yang unggul, yaitu :
1) Kekuatan, kekuatan badaniah dan rohaniah merupakan syarat pokok
bagi pemimpin yang harus bekerja lama dan berat pada waktu-waktu
yang lama serta tidak teratur, dan di tengah-tengah situasi yang sering
tidak menentu.
2) Stabilitas emosi, pemimpin yang baik itu memiliki emosi yang stabil.
Artinya dia tidak mudah marah, tersinggung perasaan, dan tidak
meledak-ledak secara emosional. Ia menghormati martabat orang lain,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
toleran terhadap kelemahan orang lain, dan bisa memaafkan
kesalahan-kesalahan yang tidak terlalu prinsipiil. Semua itu diarahkan
untuk mencapai lingkungan sosial yang rukun damai, harmonis, dan
menyenangkan.
3) Pengetahuan tentang relasi insani, salah satu tugas pokok pemimpin
adalah memajukan dan mengembangkan semua bakat serta potensi
anak buah, untuk bisa bersama-sama maju dan mengecap
kesejahteraan. Karena itu, pemimpin diharapkan memiliki
pengetahuan tentang sifat, watak dan perilaku anggota kelompoknya,
agar ia bisa menilai kelebihan dan kelemahan pengikutnya, yang
disesuaikan dengan tugas-tugas yang akan diberikan pada masing-
masing individu.
4) Kejujuran, pemimpin yang baik itu harus memiliki kejujuran yang
tinggi yaitu jujur pada diri sendiri dan pada orang lain. Dia selalu
menepati janji, tidak munafik, dapat dipercaya, dan berlaku adil
terhadap semua orang.
5) Objektif, pertimbangan pemimpin itu harus berdasarkan hati nurani
yang bersih, supaya objektif (tidak subjektif, berdasarkan prasangka
sendiri). Dia akan mencari bukti-bukti nyata dan sebab musabab setiap
kejadian dan memberikan alas an rasional atas penolakannya.
6) Dorongan pribadi, keinginan dan kesediaan untuk menjadi pemimpin
itu harus muncul dari dalam hati sanubari sendiri. Dukungan dari luar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
akan memperkuat hasrat sendiri untuk memberikan pelayanan dan
pengabdian diri kepada kepentingan orang banyak.
7) Keterampilan berkomunikasi, pemimpin diharapkan mahir menulis
dan berbicara, mudah menangkap maksud orang lain, cepat
menangkap esensi pernyataan orang luar dan mudah memahami
maksud para anggotanya. Selain itu, juga pandai mengkoordinasikan
macam-macam sumber tenaga manusia, dan mahir mengintegrasikan
pelbagai opini serta aliran yang berbeda-beda untuk mencapai
kerukunan dan keseimbangan.
8) Kemampuan mengajar, pemimpin yang baik itu diharapkan juga
menjadi guru yang baik. Mengajar adalah membawa siswa (orang
yang belajar) secara sistematis dan intensional pada sasaran tertentu,
guna mengembangkan pengetahuan, keterampilan atau kemahiran
teknis tertentu, dan menambah pengalaman mereka. Tujuannya adalah
agar para pengikutnya bisa mandiri, mau memberikan loyalitas dan
partisipasinya.
9) Keterampilan sosial, pemimpin juga diharapkan memiliki kemampuan
bakat dan potensinya. Pemimpin juga mampu mendorong setiap orang
untuk berusaha dan mengembangkan diri dengan caranya sendiri yang
dianggap paling cocok. Dia bersikap ramah, terbuka, dan mudah
menjalin persahabatan berdasarkan rasa saling percaya-mempercayai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
10) Kecakapan teknis atau kecakapan manajerial, pemimpin harus
superior dalam satu atau beberapa kemahiran teknis tertentu. Juga
memiliki kemahiran manajerial untuk membuat rencana, mengelola,
menganalisis keadaan, membuat keputusan, mengarahkan,
mengontrol, dan memperbaiki situasi yang tidak mapan (Kartono,
2005).
5. Konsep belajar
a. Pengertian
Usaha pemahaman mengenai makna belajar ini akan diawali
dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa
definisi tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Cronbach memberikan definisi : Learning is shown by a change in
behavior as a result of experience.
2) Harold Spears memberikan batasan : Learning is to observe, to read,
to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.
3) Geoch, mengatakan : Learningis a change in performance as a result
of practice.
Berdasarkan ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa
belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atas
penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,
mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya (Sardiman,
2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Ada beberapa definisi belajar yang dikemukakan oleh beberapa
ahli, di antaranya adalah sebagai berikut :
1) Lyle E. Bourne, JR., Bruce R. Ekstrand menyatakan : Leraning is a
relatively permanent change in behavior traceable to experience and
practice (belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang
diakibatkan oleh pengalaman dan latihan).
2) Clifford T. Morgan menyatakan : Learning is any relatively
permanent change in behavior that is a result of past experience
(belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang
merupakan hasil pengalaman yang lalu).
3) Dr. Musthofa Fahmi menyatakan bahwa sesungguhnya belajar
merupakan ungkapan yang menunjuk aktivitas yang menghasilkan
perubahan-perubahan tingkah laku atau pengalaman.
4) Guilford menyatakan : Learning is any change in behavior resulting
from stimulation (belajar adalah perubahan tingkah laku yang
dihasilkan dari rangsangan) (Mustaqim, 2008).
Dalam buku mendefinisikan belajar
sebagai berikut:
or is changed trough training procedures (whether in the laboratory or
in the natural environment) as distinguished from changes by factors not
Artinya belajar adalah proses yang melahirkan
atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam
laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan.
Dalam definisi ini dikatakan bahwa seseorang yang belajar, kelakuannya
akan berubah daripada sebelumnya. Jadi belajar tidak hanya mengenai
bidang intelektual saja, akan tetapi mengenai seluruh pribadi anak
(Ernest R. Hilgard yang dikutip oleh Aqib, 2002).
Belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungannya yang menghasilkan
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap
(Winkel dalam Darsono, 2000). Kamus pedagogik menyatakan bahwa
belajar adalah berusaha memiliki pengetahuan atau kecakapan.
Seseorang telah mempelajari sesuatu terbukti dengan perbuatannya.
Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah telah terjadinya perubahan
tingkah laku pada seseorang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi
tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti (Aqib, 2002).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, belajar merupakan suatu
proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dengan lingkungannya. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang berkat interaksi
dengan lingkungannya yang terjadi secara sadar, kontinu, aktif, dan
terarah yang menyebabkan perubahan pada pengetahuan, pemahaman
dan keterampilannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
b. Faktor yang mempengaruhi belajar
Aktivitas belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
1) Faktor yang berasal dari luar diri individu, yang dibagi menjadi dua
golongan, yaitu :
a) Faktor non-sosial, misalnya keadaan udara, suhu udara, cuaca,
waktu (pagi, siang, atau malam), tempat (letaknya, gedungnya),
alat-alat yang dipakai untuk belajar (alat tulis-menulis, buku, alat
peraga, dan sebagainya).
b) Faktor sosial, seperti faktor manusia (sesame manusia), baik
manusia itu ada (hadir) maupun yang tidak langsung hadir.
2) Faktor yang berasal dari dalam diri individu, dibagi menjadi dua
golongan, yaitu :
a) Faktor fisiologis, dibagi menjadi dua macam, yaitu :
(1) Keadaan tonus jasmani, misalnya nutrisi harus cukup, beberapa
penyakit yang kronis
(2) Keadaan fungsi jasmani tertentu terutama fungsi pancaindera,
baik buruknya fungsi pancaindera merupakan pengaruh atau
syarat agar bisa belajar dengan baik atau tidak.
b) Faktor psikologis, beberapa hal yang mendorong seseorang untuk
belajar adalah sebagai berikut :
(1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih
luas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
(2) Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan
untuk selalu maju
(3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua,
guru, dan teman-teman
(4) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu
dengan usaha yang baru
(5) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai
pelajaran (Suryabrata, 2002).
c. Ciri belajar
Ciri-ciri kegiatan belajar adalah sebagai berikut :
1) Belajar adalah aktivitas yang membawa perubahan pada diri individu
yang belajar dalam arti perubahan tingkah laku aktual maupun
potensial.
2) Perubahan tersebut pada intinya adalah didapatkannya kecakapan baru
yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.
3) Perubahan tersebut terjadi karena usaha yang dilakukannya secara
sengaja (Suryabrata, 2002).
d. Prinsip Belajar
Belajar juga mempunyai prinsip-prinsip diantaranya adalah sebagai
berikut :
1) Belajar akan berhasil jika disertai kemauan dan tujuan tertentu
2) Belajar akan lebih berhasil jika disertai berbuat, latihan dan ulangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
3) Belajar lebih berhasil jika member sukses yang menyenangkan
4) Belajar lebih berhasil jika tujuan belajar berhubungan dengan aktivitas
belajar itu sendiri atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya
5) Belajar lebih berhasil jika bahan yang sedang dipelajari dipahami,
bukan sekedar menghafal fakta
6) Dalam proses belajar memerlukan bantuan dan bimbingan orang lain
7) Hasil belajar dibuktikan dengan adanya perubahan dara diri si pelajar
8) Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh
pemahaman (Mustaqim, 2008).
Selain prinsip-prinsip di atas, belajar juga mempunyai prinsip yang
lain, antara lain :
1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
a) Dalam belajar setiap pelajar harus diusahakn partisipasi aktif,
meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan
instruksional
b) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang
kuat pada pelajar untuk mencapai tujuan instruksional
c) Belajar perlu lingkungna yang menantang di mana anak dapat
mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan
efektif.
d) Belajar perlu adanya interaksi pelajar dengan lingkungannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
2) Sesuai hakikat belajar
a) Belajar itu proses kontinu, maka harus tahap demi tahap menurut
perkembangannya
b) Belajar adalah proses oraganisasi, adaptasi, eksplorasi dan
discovery
c) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian
yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan
pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan
mennimbulkan response yang diharapkan.
3) Sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari
a) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur,
penyajian yang sederhana, sehingga pelajar mudah menangkap
pengertiannya.
b) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai
dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.
4) Syarat keberhasilan belajar
a) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga pelajar dapat
belajar dengan tenang.
b) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar
pengertian atau keterampilan atau sikap itu mendalam pada pelajar
(Slameto, 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
6. Konsep prestasi
a. Pengertian
Prestasi belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-
indikator berupa nilai raport, indeks prestasi studi, angka kelulusan dan
predikat keberhasilan (Azwar, 2005). Prestasi belajar adalah hasil yang
dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Selain
itu, prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan
Berdasarkan hal tersebut, prestasi belajar siswa dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1) Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika
mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di
sekolah.
2) Prestasi belajar siswa tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya
karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan
atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis dan evaluasi.
3) Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau
angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap
tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya.
b. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, antara lain
kecerdasan, bakat, minat dan perhatian, motif, cara belajar, sekolah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
lingkungan keluarga. Selain itu, masih terdapat faktor penghambat
prestasi belajar yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar diri siswa.
Faktor dari dalam yaitu kesehatan, kecerdasan, perhatian, minat dan
bakat. Sedangkan faktor dari luar diri siswa yaitu keluarga, sekolah,
disiplin yang diterapkan di sekolah, masyarakat, lingkungan tetangga,
Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, terdapat
pendapat lain mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar mahasiswa, antara lain :
1) Kondisi fisiologis
Kondisi fisiologis mahasiswa terdapat dua macam, yaitu kondisi
fisiologis yang bersifat umum dan yang bersifat khusus. Kondisi
fisiologis umum berpengaruh dalam menunjang proses belajar
mahasiswa. Mahasiswa yang segar jasmaninya serta kondisi kesehatan
terawat dengan baik, akan meningkatkan kemampuan belajarnya.
Kondisi fisiologis khusus melibatkan cara memfungsikan panca indera
saat proses belajar berlangsung, terutama penglihatan dan
pendengaran. Mahasiswa yang kondisi fisiknya lemah, sering sakit-
sakitan, cacat salah satu atau beberapa dari panca indera, prestasinya
juga akan kurang dibandingkan dengan anak yang normal. Maka perlu
diperhatikan kondisi fisik mahasiswa ketika belajar.
2) Kondisi psikologis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Setelah diterima sebagai mahasiswa, merupakan suatu
keharusan bahwa kondisi psikologis harus benar-benar dipersiapkan.
Hal ini perlu disadari, oleh karena tanpa suatu kesadaran yang mantap,
akan berakibat tersendat-sendatnya proses dan keberhasilan belajar
yang telah ditetapkan sebelumnya. Azwar (2005) membedakan
kondisi psikologis ini dalam 2 kategori, yaitu variabel non kognitif
dan kemampuan kognitif. Variabel non kognitif terdiri dari minat,
motivasi, dan variabel-variabel kepribadian lainnya. Sedangkan
variabel kognitif terdiri atas kemampuan khusus (bakat) dan
kemampuan umum (intelegensia).
3) Kemampuan pembawaan
Kita ketahui bahwa tidak ada dua orang yang pembawaannya
sama. Juga di dalam kemampuan belajar, setiap orang mempunyai
potensi kemampuan sendiri-sendiri. Misalnya kemampuan
pembawaan berupa kecerdasan. Kecerdasan sangat menentukan
kecepatan atau penerimaan pelajaran. Tetapi jelas mahasiswa yang
cerdas tanpa memelihara kecerdasannya yakni tanpa belajar dengan
teratur, akan berakibat tersendat-sendat perjalanan studinya.
Sebaliknya, yang kurang cerdas, tapi belajar rajin, teratur, terjadwal
dan terprogram, meskipun tidak secepat kemampuan mahasiswa yang
cerdas, akan tetap lancar studinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
4) Kemauan belajar (minat dan motivasi)
Tak ada seorangpun yang memungkiri, bahwa tanpa minat dan
motivasi tidak akan tercapai hal yang diharapkan. Motivasi adalah
penting sekali bagi belajar. Untuk dapat memberi motivasi pada orang
yang belajar, kita harus mengetahui dasar psikis dari orang yang
belajar. Orang yang belajar adalah orang yang hidup yang telah
mempunyai kebiasaan-kebiasaan, kesenangan dan ketidaksenangan,
emosi, sikap kecemasan serta ketakutan. Selain itu, manusia datang ke
dunia telah mempunyai keinginan-keinginan dan kebutuhan-
kebutuhan. Kebutuhan ini makin lama makin meningkat dan makin
kompleks.
5) Sikap terhadap dosen dan mata kuliah
Sikap mahasiswa terhadap guru dan mata kuliahnya akan
mempengaruhi proses belajarnya. Mahasiswa yang benci terhadap
guru tidak akan lancar belajarnya. Mungkin sikap siswa terhadap guru
dipengaruhi oleh penampilan dan sikap dari guru yang bersangkutan.
Guru yang tidak ramah, selalu muram, dan cara berpakaian yang
kurang baik akan mempengaruhi sikap siswa. Demikian pula sikap
mahasiswa terhadap mata kuliah juga merupakan faktor penentu
keberhasilan belajar.
6) Bimbingan
Di dalam belajar, mahasiswa butuh bimbingan. Bimbingan ini
perlu diberikan untuk mencegah usaha-usaha yang membuta sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
anak tidak mengalami kegagalan, melainkan dapat membawa
kesuksesan. Bimbingan dapat menghindari kesalahan dan
memperbaikinya.
7) Ulangan
Di dalam belajar perlu adanya ulangan-ulangan. Hal ini
merupakan elemen yang vital dalam belajar. Adanya ulangan ini dapat
menunjukkan pada orang yang belajar kemajuan-kemajuan dan
kelemahan-kelemahannya. Dengan demikian orang yang belajar akan
menambah usahanya untuk belajar. Penting diperhatikan tentang
memberitahukan hasil ulangan, dan perlu mediskusikan kesalahan-
kesalahan yang terjadi, supaya kesalahan baru tidak diperbuat lagi
(Sutikno, 2007).
Beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yang
antara lain : kesehatan fisik, kelelahan, motivasi, minat, konsentrasi,
natural curoiousity, self confidence, self dicipline, intelegensi, ingatan,
tempat, peralatan belajar, suasana, waktu belajar dan pergaulan (Walgito,
2002).
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dikelompokkan ke dalam
faktor internal siswa dan faktor eksternal siswa. Secara lebih terperinci
faktor- faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri
siswa, yang terdiri dari :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
(a) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmani), seperti misalnya: tingkat
kesehatan indera pendengaran, penglihatan, kelelahan dsb.
(b) Faktor psikologis, yang termasuk kedalam faktor psikologis antara
lain adalah, suasana hati, motivasi, minat dan kebiasaan belajar,
tingkat kecerdasan, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa,
disiplin.
2) Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang bersumber dari luar diri
siswa, yang terdiri dari:
(a) Lingkungan sosial, yang termasuk ke dalam lingkungan sosial
antara lain adalah guru, staf administrasi dan teman sekelas yang
dapat mempengaruhi semangat belajar siswa, keluarga dan
masyarakat.
(b) Lingkungan non-sosial, yang termasuk ke dalam lingkungan non-
sosial baik fisik maupun non fisik antara lain adalah gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya,
alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan
siswa.
c. Fungsi prestasi belajar
Prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi, adapun fungsinya
adalah sebagai berikut:
1) Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah
dikuasai anak didik.
2) Sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
3) Sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
4) Sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.
5) Dapat dijadikan sebagai indikator terhadap daya serap anak didik
Fungsi evaluasi belajar adalah untuk menimbulkan motivasi pada
peserta didik, memberikan umpan balik kepada peserta didik, memberi
umpan balik kepada pendidik, member informasi kepada orang tua,
memperoleh informasi tentang kelulusan dan mempertanggungjawabkan
suatu program studi. Pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan dengan ujian
tertulis, lisan, kuis, praktik maupun presentasi hasil dari penugasan. Hasil
dari kegiatan evaluasi berupa nilai atau dinyatakan dalam indeks prestasi
(IP), yang dapat dinyatakan dengan :
1) Tidak lulus : < 2.00
2) Memuaskan : 2.00 2.75
3) Sangat memuaskan : 2.76 3.50
4) Dengan pujian : 3.51 4.00
Arifin (1991)
d. Penilaian hasil belajar
Prestasi belajar siswa dapat dilihat dari nilai hasil belajar siswa
yang bersangkutan. Evaluasi atau penilaian hasil belajar peserta didik
pada dasarnya merupakan bagian integral dari proses pembelajaran, yang
diarahkan untuk menilai kemampuan peserta didik. Dalam dunia
pendidikan, khususnya dunia persekolahan, penilaian mempunyai makna
yang dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
1) Makna bagi siswa
Dengan diadakannya penilaian, maka siswa dapat mengetahui sejauh
mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru.
2) Makna bagi guru
Dengan hasil penilaian yang diperoleh guru akan dapat mengetahui
siswa-siswa mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya
karena udah mengusai materi pelajaran, dam mengetahui siswa-siswa
yang belum berhasil menguasai materi pelajaran. Dengan begitu
seorang guru dapat mengetahui ketepatan materi yang diajarkan dan
juga mengetahui apakah metode yang digunakan selama ini sudah
tepat atau belum.
3) Makna bagi sekolah
Dengan mengadakan penilaian, maka dapat diketahui sampai sejauh
mana hasil belajar siswa-siwanya, dengan begitu dapat diketahui juga
apakah kondisi belajar yang diciptakan sekolah sudah sesuai dengan
apa yang diharapkan. Hasil belajar ini juga dapat di jadikan sebagai
cermin dari kualitas sekolah yang bersangkutan, dapat dijadikan
sebagai pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-masa
yang akan datang dan juga dapat dijadikan sebagai petunjuk bagi
sekolah untuk mengetahui apakah yang telah dilakukan oleh sekolah
sudah memenuhi standar ataukah belum yang akan terlihat dari
perolehan angka-angka yang bagus oleh siswa (Arikunto, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
7. Konsep pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi dan persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar a. Pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar terhadap prestasi belajar
mahasiswa
Di dalam tinjauan pustaka telah diuraikan mengenai persepsi
mahasiswa tentang lingkungan belajar. Persepsi yang baik akan
membawa hasil yang optimal. Lingkungan yang kondusif sangat
mempengaruhi motivasi mahasiswa dalam belajar, yaitu dapat
mendorong atau meningkatkan motivasi mahasiswa dalam belajar, begitu
juga sebaliknya. Sehingga lingkungan yang kondusif dapat membantu
dalam menigkatkan prestasi belajar mahasiswa.
b. Pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi mahasiswa
Motivasi belajar merupakan salah satu faktor tercapainya hasil atau
prestasi belajar yang baik karena dengan adanya motivasi baik dari dalam
diri maupun dari luar akan mendorong mahasiswa tersebut untuk lebih
tekun dalam mempelajari suatu ilmu.
c. Pengaruh persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi
belajar mahasiswa
Persepsi mahasiswa tentang kepemimpinan institusi sangat
mempengaruhi motivasi dan prestasi belajar. Apabila persepsi mahasiswa
tentang kepemimpinan institusi yang cocok atau sesuai dengan yang
diharapkan mahasiswa maka akan menumbuhkan motivasi untuk belajar,
sebaliknya apabila persepsi mahasiswa tentang kepemimpinan institusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
tidak cocok atau tidak sesuai, maka motivasinya akan menurun dan
berdampak pada menurunnya prestasi belajar.
d. Pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi dan persepsi
tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar
Lingkungan yang kondusif dan kepemimpinan institusi yang cocok
(favourable) sangat mempengaruhi motivasi mahasiswa dalam belajar,
yaitu dapat mendorong atau meningkatkan motivasi mahasiswa dalam
belajar, begitu juga sebaliknya. Sehingga dengan adanya lingkungan
yang kondusif, motivasi tinggi dan kepemimpinan institusi yang cocok
atau sesuai dengan yang diharapkan mahasiswa maka prestasi belajar
akan tercapai secara optimal.
B. Penelitian yang Relevan
1.
Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMPN 13 Semarang Fakultas Ekonomi
Universita
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar terhadap
hasil belajar siswa yang ditunjukkan dari uji simultan dengan uji (F) yang
diperoleh probabilitas 0,000 < 0,05. Dengan adanya motivasi, maka siswa
akan terdorong untuk belajar mencapai sasaran dan tujuan karena yakin
dan sadar akan kebaikan tentang kepentingan dan manfaatnya dari belajar.
2.
Belajar terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa disiplin dan lingkungan
belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar.
Besarnya pengaruh secara simultan atau bersama-sama dari disiplin belajar
dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi
yaitu sebesar 57,8%. Di antara disiplin dan lingkungan belajar yang
memberikan pengaruh paling besar terhadap prestasi belajar mata pelajran
ekonomi secara parsial adalah disiplin belajar yaitu sebesar 25,50%,
sedangkan lingkungan belajar lebih kecil pengaruhnya yaitu sebesar
18,57%.
3.
Siswa tentang Metode Mengajar Guru dan Lingkungan Belajar di Sekolah
terhadap Prestasi Belajar Ekonomi-Akuntansi pada Siswa Kelas XI IPS
Semester Ganjil SMAN 1 Sumberjaya Lampung Barat Tahun Pelajaran
adalah berdasarkan uji statistik
menggunakan regresi dapat diketahui bahwa ada pengaruh yang positif
antara motivasi belajar siswa, persepsi siswa tentang metode mengajar
guru dan lingkungan belajar di sekolah terhadap prestasi belajar ekonomi-
akuntansi siswa kelas XI IPS semester ganjil SMAN 1 Sumberjaya
Lampung Barat tahun pelajaran 2008/2009, dengan F hitung > F tabel
yaitu 53,281 > 2,71 maka hipotesis diterima. Dengan kata lain, motivasi
belajar siswa, persepsi siswa tentang metode mengajar guru dan
lingkungan belajar di sekolah berpengaruh terhadap prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
ekonomi-akuntansi siswa kelas XI IPS semester ganjil SMAN 1
Sumberjaya Lampung Barat tahun pelajaran 2008/2009.
C. Kerangka Berpikir
Dengan memperhatikan rumusan masalah dan landasan teori yang telah
diuraikan di atas, maka peneliti dapat menggambarkan kerangka berpikir
sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi dan
persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar mahasiswa
D III Kebidanan STIKES Nurul Jadid Probolinggo dibandingkan dengan
Lingkungan belajar : 1. Lingkungan
keluarga 2. Lingkungan
sekolah 3. Lingkungan
masyarakat
Motivasi belajar : 1. Tekun dalam menghadapi
tugas 2. Adanya ketertarikan
dengan perkuliahan 3. Senang memecahkan soal
dan latihan 4. Tekun dalam mengatasi
kesulitan belajar
Kepemimpinan Institusi : 1. Telling 2. Selling 3. Participating 4. Delegating
Prestasi belajar Indeks Prestasi (IP)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan
menggunakan desain , dimana peneliti melakukan observasi
atau pengukuran semua variabel penelitian dilakukan pada saat yang sama.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di STIKES Nurul Jadid Probolinggo dan di
ul Ulum Surakarta.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhitung Bulan Januari
sampai dengan Bulan April 2011.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Memilih Sampel
1. Populasi
a. Populasi sasaran
Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah mahasiswa D III
Kebidanan.
b. Populasi sumber
Populasi sumber dalam penelitian ini adalah mahasiswa D III
Kebidanan STIKES Nurul Jadid Probolinggo yang berjumlah 41 orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
berjumlah 54 orang pada tahun 2011.
2. Sampel dan teknik memilih sampel
Sampel dipilih dari seluruh populasi sumber. Teknik memilih sampel
yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan exhaustive sampling
(Murti, 2010).
D. Variabel Penelitian
1. Variabel dependen
Variabel dependen pada penelitian ini adalah prestasi belajar.
2. Variabel independen
Variabel independen pada penelitian ini adalah :
a. Persepsi tentang lingkungan belajar
b. Motivasi
c. Persepsi tentang kepemimpinan institusi.
E. Definisi Operasional
1. Prestasi belajar
Definisi operasional : hasil belajar berupa Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
tiap semester.
Alat ukur : Kartu Hasil Studi (KHS)
Skala pengukuran : kontinu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
2. Persepsi tentang lingkungan belajar.
Definisi operasional : pemberian arti atau gambaran tentang tempat
berlangsungnya kegiatan belajar yang mendapatkan pengaruh dari luar
terhadap keberlangsungan kegiatan tersebut. Indikator-indikator lingkungan
belajar antara lain lingkungan sekolah.
Alat ukur : kuesioner
Skala pengukuran : kontinu
3. Motivasi belajar
Definisi operasional : kekuatan (energi) seseorang yang dapat
menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasme dalam melaksanakan suatu
kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat
motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas
perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun
dalam kehidupan lainnya. Indikator-indikator motivasi belajar adalah tekun
dalam menghadapi tugas, adanya ketertarikan dengan perkuliahan, senang
memecahkan soal dan latihan, tekun dalam mengatasi kesulitan belajar.
Alat ukur : kuesioner
Skala pengukuran : kontinu
4. Persepsi tentang kepemimpinan institusi
Definisi operasional : penilaian mahasiswa tentang suatu proses dengan
berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk mencapai
suatu tujuan bersama, menyangkut tugas dan gaya kepemimpinan, cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
mempengaruhi kelompok, yang mempengaruhi kepemimpinan seseorang.
Indikator-indikator kepemimpinan institusi adalah telling, selling,
participating, delegating.
Alat ukur : kuesioner
Skala pengukuran : kontinu
F. Instrumen Penelitian
Instrumen untuk mengukur persepsi tentang lingkungan belajar dengan
menggunakan kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner tersebut
berisi 14 pernyataan yang meliputi 7 pernyataan positif dan 7 pernyataan
negatif.
Instrumen untuk mengukur motivasi belajar juga menggunakan kuesioner
yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner tersebut berisi 38 pernyataan
yang terdiri 21 pernyataan positif dan 17 pernyataan negatif. Sedangkan
instrumen untuk mengukur persepsi tentang kepemimpinan institusi juga
menggunakan kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti. Kuesioner tersebut
berisi 25 pernyataan yang terdiri dari 13 pernyataan positif dan 12 pernyataan
negatif.
Hasil tes reliabilitas instrumen persepsi tentang lingkungan belajar,
motivasi dan persepsi tentang kepemimpinan institusi, masing-masing
dijelaskan di dalam tabel berikut ini :
1. Persepsi tentang lingkungan belajar
Tabel 3.1 Hasil Tes Reliabilitas Instrumen Persepsi tentang Lingkungan Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Item Pernyataan Korelasi Item-Total (r) 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 26, 30, 31
r > 0.20 0.96
9, 16 20
Berdasarkan tabel 3.1 dapat dilihat bahwa hasil tes reliabilitas
terhadap 14 item pernyataan instrumen persepsi tentang lingkungan belajar
dengan menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS (versi 17.0)
didapatkan hasil secara keseluruhan adalah reliabel dengan nilai Alpha
s 0.96. Dari 14 item pernyataan, korelasi item-total (r) > 0.20
sebanyak 12 item pernyataan, sedangkan korelasi item- 20
sebanyak 2 item pernyataan.
2. Motivasi belajar
Tabel 3.2 Hasil Tes Reliabilitas Instrumen Motivasi Belajar
Item Pernyataan Korelasi Item-Total (r) 1, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 33, 34, 35, 36, 37
r > 0.20 0.96
2, 3, 6, 15, 25, 32, 38 20
Berdasarkan tabel 3.2 dapat dilihat bahwa hasil tes reliabilitas
terhadap 38 item pernyataan instrumen motivasi belajar dengan
menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS (versi 17.0) didapatkan hasil
bahwa secara keseluruhan adalah reliabel
0.96. Dari 38 item pernyataan, korelasi item-total (r) > 0.20 sebanyak 31
item pernyataan, sedangkan korelasi item- 20 sebanyak 7 item
pernyataan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
3. Persepsi tentang kepemimpinan institusi
Tabel 3.3 Hasil Tes Reliabilitas Instrumen Persepsi tentang Kepemimpinan Institusi
Item Pernyataan Korelasi Item-Total (r)
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
r > 0.20 0.94
11, 25 20
Berdasarkan tabel 3.3 dapat dilihat bahwa hasil tes reliabilitas
terhadap 25 item pernyataan instrumen persepsi tentang kepemimpinan
institusi dengan menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS (versi 17.0)
didapatkan hasil bahwa secara keseluruhan adalah reliabel dengan nilai
94. Dari 25 item pernyataan, korelasi item-total (r) >
0.20 sebanyak 23 item pernyataan, sedangkan korelasi item- 20
sebanyak 2 item pernyataan.
G. Metode Pengumpulan Data
1. Metode angket atau kuesioner
Dalam penelitian ini angket yang digunakan untuk memperoleh data
tentang persepsi lingkungan belajar, motivasi dan persepsi tentang
kepemimpinan institusi adalah angket langsung dan angket tertutup.
2. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data atau hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, dan sebagainya. Pada penelitian ini metode yang
digunakan adalah Kartu Hasil Studi (KHS) mahasiswa untuk mengetahui
data Indeks Prestasi Kumulatif mahasiswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
H. Prosedur Pengolahan Data
Setelah data terkumpul melalui angket, selanjutnya dilakukan
pengolahan data dengan cara sebagai berikut :
1. Edit (Editing)
Setelah data terkumpul dan sebelum diolah, data tersebut diedit
terlebih dahulu oleh peneliti untuk menghindari kesalahan atau hal-hal yang
meragukan agar mendapatkan data yang berkualitas.
2. Kode (Coding)
Memberikan kode pada semua variabel untuk membedakan karakter
sehingga mempermudah analisa dan pengolahan data.
3. Skor (Scoring)
Pemberian skor untuk pernyataan-pernyataan tersebut adalah 0 dan
nilai tertinggi 4 setiap pertanyaan dengan kategori sebagai berikut:
Tabel 3.4 Kategori Pemberian Skor
Tingkat Pencapaian Kode (skor) 1. STS (Sangat Tidak Setuju) 2. TS (Tidak Setuju) 3. R (Ragu-ragu) 4. S (Setuju) 5. SS (Sangat Setuju)
0 1 2 3 4
Rekapitulasi skor yang diberikan mahasiswa terhadap pernyataan-
pernyataan mengenai persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi dan
persepsi tentang kepemimpinan institusi dalam angket dibuat dengan
ketentuan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
a. Untuk pernyataan dengan kriteria positif
Tabel 3.5 Pemberian Skor untuk Pernyataan dengan Kriteria Positif mengenai Persepsi tentang Lingkungan Belajar, Motivasi, dan Persepsi tentang Kepemimpinan Institusi
Tingkat Pencapaian Kode (skor)
1. STS (Sangat Tidak Setuju) 2. TS (Tidak Setuju) 3. R (Ragu-ragu) 4. S (Setuju) 5. SS (Sangat Setuju)
0 1 2 3 4
b. Untuk pernyataan dengan kriteria negatif
Tabel 3.6 Pemberian Skor untuk Pernyataan dengan Kriteria Negatif mengenai Persepsi tentang Lingkungan Belajar, Motivasi, dan Persepsi tentang Kepemimpinan Institusi
Tingkat Pencapaian Kode (skor)
1. STS (Sangat Tidak Setuju) 2. TS (Tidak Setuju) 3. R (Ragu-ragu) 4. S (Setuju) 5. SS (Sangat Setuju)
4 3 2 1 0
4. Tabulasi (Tabulating)
Membuat tabulasi termasuk dalam kerja memproses data. Membuat
tabulasi tidak lain adalah memasukkan data ke dalam tabel dan mengatur
angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai kategori.
I. Teknik Analisis Data
1. Institusi ( STIKES)
a. STIKES Nurul Jadid Probolinggo : 0
b. : 1
2. Variabel persepsi tentang lingkungan belajar
a. Kondusif : 1 (
b. Tidak kondusif : 0 (< Mean)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
3. Variabel motivasi
a. Tinggi
b. Rendah : 0 (< Mean)
4. Variabel persepsi tentang kepemimpinan institusi
a. Cocok (favourable)
b. Tidak cocok (unfavourable) : 0 (< Mean)
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier
berganda. Dalam penelitian ini terdapat empat variabel, yaitu tiga variabel
bebas yang terdiri dari persepsi tentang lingkungan belajar (X1), motivasi (X2)
dan persepsi tentang kepemimpinan institusi (X3), serta satu variabel terikat
yaitu prestasi belajar (Y). Setelah data terkumpul selanjutnya akan dilakukan
analisis data dengan menggunakan analisis regresi tiga prediktor (Sugiyono,
2007). Analisis regresi dalam penelitian ini akan digunakan dalam mengukur
pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi dan persepsi tentang
kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar mahasiswa D III Kebidanan
Ulum Surakarta. Persamaan garis regresi linier berganda dalam penelitian ini
adalah:
Keterangan:
Y : Prestasi belajar mahasiswa
X1 : Persepsi tentang lingkungan belajar (0 : tidak kondusif, 1 : kondusif)
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
X2 : Motivasi (0 : rendah, 1 : tinggi)
X3 : Persepsi tentang kepemimpinan institusi (0 : tidak cocok, 1 : cocok)
b1 : Koefisien regresi persepsi tentang lingkungan belajar
b2 : Koefisien regresi motivasi
b3 : Koefisien regresi persepsi tentang kepemimpinan institusi
a : Konstanta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Tempat Penelitian
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Nurul Jadid merupakan
lembaga pendidikan formal yang lebih fokus terhadap pengembangan skill di
bidang kesehatan, yang berada di bawah naungan Pondok Pesantren Nurul
Jadid Probolinggo. STIKES Nurul Jadid terletak di Desa Karanganyar
Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo Propinsi Jawa Timur. Pendirian
lembaga tersebut didasari dengan dua hal, pertama cita-cita pendiri Pondok
Pesantren Nurul Jadid yang akan menjadikan alumninya berkiprah di semua
lini kehidupan, termasuk diantaranya bidang kesehatan. Kedua rekomendasi
usulan dari rapat wali santri dan alumni pada tahun 2004. Melalui usaha yang
signifikan, akhirnya pada 3 Agustus 2009 STIKES Nurul Jadid mendapat ijin
dari mendiknas nomor : 114/D/0/2009 dengan dua prodi, yaitu S1
Keperawatan dan D III Kebidanan.
terletak di Jalan Brigjen Sudiarto Surakarta, dengan tekad pelayanan dan
semangat yang tinggi, telah resmi berdiri sebagai wujud pengabdian
YAPERTIS kepada masyarakat dengan mempersiapkan dan menyediakan
tenaga profesional di bidang kesehatan, seorang bidan profesional nan Islami
dengan mendapat surat ijin penyelenggaraan dari Menteri Pendidikan
Nasional Nomor : 151/D/O/2001 tanggal 30 Agustus 2001.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
B. Hasil Penelitian
Hasil penelitian pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi
dan persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar
mahasiswa D III Kebidanan STIKES Nurul Jadid Probolinggo dibandingkan
rta dijelaskan pada tabel 4.1 berikut ini :
Tabel 4.1 Hasil analisis regresi linier ganda tentang pengaruh persepsi lingkungan belajar, motivasi dan persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar mahasiswa
Koefisien Regresi
(B) Uji t
Taraf Signifikansi
(p)
Confidence Interval (CI) 95% Batas bawah
Batas atas
Konstanta 1.39 3.90 < 0.001 0.68 2.09 STIKES 0.13 2.67 0.009 0.03 0.23 Motivasi belajar 0.01 3.53 0.001 0.05 0.02 Persepsi tentang kepemimpinan institusi
0.01
4.89
< 0.001
0.05
0.01 n observasi 95 Adjusted R Square 27.7% Nilai p < 0.001
Tabel 4.1 menunjukkan hasil analisis regresi linier ganda yang
menghubungkan indeks prestasi belajar dengan persepsi tentang lingkungan
belajar, motivasi dan persepsi tentang kepemimpinan institusi. Hasil analisis
menunjukkan terdapat pengaruh positif dan secara statistik signifikan
persepsi tentang lingkungan belajar terhadap indeks prestasi belajar (b =
0.13; p = 0.009). Indeks prestasi mahasiswa D III Kebidanan Akbid
Kebidanan STIKES Nurul Jadid Probolinggo. Sedangkan secara substantif
tidak signifikan persepsi tentang lingkungan belajar terhadap prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
dikarenakan perbedaannya sangat kecil. Hasil analisis menunjukkan terdapat
pengaruh positif dan secara statistik signifikan motivasi belajar terhadap
indeks prestasi belajar (b = 0.01; p = 0.001). Indeks prestasi mahasiswa D
mahasiswa D III Kebidanan STIKES Nurul Jadid Probolinggo. Sedangkan
secara substantif tidak signifikan motivasi belajar terhadap prestasi belajar
dikarenakan perbedaannya sangat kecil. Demikian juga terdapat pengaruh
positif dan secara statistik signifikan persepsi tentang kepemimpinan
institusi terhadap indeks prestasi belajar (b = 0.01; p < 0.001). Indeks
lebih baik daripada mahasiswa D III Kebidanan STIKES Nurul Jadid
Probolinggo. Sedangkan secara substantif tidak signifikan persepsi tentang
kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar dikarenakan perbedaannya
sangat kecil. Mahasiswa
rata-rata memiliki indeks prestasi yang lebih baik daripada mahasiswa D III
Kebidanan STIKES Nurul Jadid Probolinggo (b = 0.13; p = 0.009).
Ketiga variabel independent tersebut mampu menjelaskan variasi
indeks prestasi mahasiswa sebesar 27.7 persen (R2 = 0.277). Model tersebut
secara keseluruhan signifikan secara statistik (p < 0.001).
Gambar regresi pada pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar,
motivasi dan kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar digambarkan
dalam diagram sebar dan box-plot berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Gambar 4.1 menunjukkan terdapat korelasi positif antara persepsi
tentang lingkungan belajar dan prestasi belajar mahasiswa. Mahasiswa yang
memiliki persepsi baik tentang lingkungan belajar cenderung untuk
memiliki indeks prestasi belajar yang lebih baik.
Gambar 4.1 Korelasi antara persepsi tentang lingkungan belajar dan prestasi belajar mahasiswa
Gambar 4.2 Korelasi antara motivasi dan prestasi belajar mahasiswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Gambar 4.2 menunjukkan terdapat korelasi positif antara motivasi dan
prestasi belajar mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi
cenderung untuk memiliki indeks prestasi belajar yang lebih baik.
Gambar 4.2 menunjukkan terdapat korelasi positif antara persepsi kep
Gambar 4.3 menunjukkan terdapat korelasi positif antara persepsi
tentang kepemimpinan institusi dan prestasi belajar mahasiswa. Mahasiswa
yang memiliki persepsi positif tentang kepemimpinan institusi cenderung
untuk memiliki indeks prestasi belajar yang lebih baik.
C. Pembahasan
1. Persepsi tentang lingkungan belajar terhadap prestasi belajar
Hasil analisis regresi linier ganda menunjukkan terdapat pengaruh
positif dan secara statistik signifikan persepsi tentang lingkungan belajar
Gambar 4.3 Korelasi antara persepsi tentang kepemimpinan institusi
dan prestasi belajar mahasiswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
terhadap indeks prestasi belajar (b = 0.13; p = 0.009). Lingkungan belajar
merupakan situasi yang turut serta mempengaruhi prestasi belajar. Kondisi
lingkungan belajar yang kondusif akan menciptakan ketenangan dan
kenyamanan peserta didik dalam belajar, sehingga mahasiswa akan lebih
mudah mencapai prestasi belajar yang optimal.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sudarmanto (2007) yang berjudul Pengaruh Lingkungan Belajar dan Minat
Belajar terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa SMK Negeri 1 Bandar
Lampung, bahwa ada pengaruh lingkungan belajar sekolah terhadap prestasi
belajar akuntansi siswa kelas dua di SMK Negeri 1 Bandar Lampung.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Susilowati (2009) yang
berjudul Pengaruh Motivasi, Minat, dan Lingkungan Belajar Terhadap
Prestasi Belajar Mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo, menyatakan
bahwa lingkungan belajar secara parsial 22% mempengaruhi prestasi belajar
mahasiswa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Peklaj (2009) yang
berjudul Personal and Environmental Motivational Factors that Influence
Reading Achievement in 3rd Grade Students in Slovenia, juga
mengungkapkan bahwa lingkungan belajar yang aman dan nyaman dapat
meningkatkan motivasi membaca peserta didik dan merupakan faktor
penting yang mempengaruhi prestasi membaca peserta didik.
2. Motivasi terhadap prestasi belajar
Hasil analisis regresi linier ganda menunjukkan terdapat pengaruh
positif dan secara statistik signifikan motivasi belajar terhadap indeks
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
prestasi belajar (b = 0.01; p = 0.001). Motivasi merupakan faktor penting
dalam kegiatan belajar, dengan adanya motivasi yang tinggi diharapkan
dapat memperoleh hasil yang memuaskan dalam setiap kegiatan. Belajar
tanpa adanya motivasi akan sulit untuk mencapai keberhasilan secara
optimal. Kuat lemahnya motivasi seseorang turut mempengaruhi
keberhasilan, sehingga dalam kegiatan belajar, motivasi belajar perlu
diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara senantiasa
memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk
mencapai cita-cita senantiasa memasang tekad bulat dan selalu optimis
bahwa cita-cita dapat dicapai dengan belajar.
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mahmudah (2009) yang berjudul Pengaruh Motivasi dan Kecerdasan
Emosional terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Semester III Akbid Mitra
Husada Karanganyar, bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
motivasi terhadap prestasi belajar mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Susilowati (2010) yang berjudul Pengaruh Gaya
Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Akademi
Kebidanan Bhakti Nusantara Salatiga, menyatakan bahwa motivasi belajar
mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa, sehingga apabila mahasiswa
mampu meningkatkan motivasi belajarnya, maka prestasi belajar akan lebih
baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
3. Persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi
Hasil analisis regresi linier ganda menunjukkan terdapat pengaruh
positif dan secara statistik signifikan persepsi tentang kepemimpinan
institusi terhadap indeks prestasi belajar (b = 0.01; p < 0.001). Faktor
penting terkait dengan keberhasilan kepemimpinan institusi dalam
mengembangkan prestasi belajar peserta didik antara lain menciptakan misi
yang terfokus pada upaya peningkatan prestasi belajar peserta didik melalui
praktik kurikulum dan pembelajaran yang memungkinkan terciptanya
peningkatan prestasi belajar peserta didik, menghargai dan mendorong
implementasi praktik pembelajaran yang baik sehingga dapat memotivasi
dan meningkatkan prestasi belajar peserta didik, menjaga agar setiap orang
dapat memfokuskan pada prestasi belajar peserta didik, menjadikan para
orang tua sebagai mitra dan membangun kolaborasi untuk kepentingan
pendidikan peserta didik, serta belajar secara terus menerus dan bekerja
sama dengan rekan sejawat untuk mengembangkan riset baru dan berbagai
praktik pendidikan yang telah terbukti (Subagio, 2011).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hariyanto (2006) yang berjudul
Analisis Pengaruh Kepemimpinan, Budaya Kerja, dan Sarana Prasarana
terhadap Prestasi Siswa SMA di Kota Surakarta, menyebutkan bahwa
kepemimpinan juga memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap
prestasi peserta didik. Oleh sebab itu, perlunya seorang kepala institusi yang
selalu mempertimbangkan pendapat dari bawahan, terutama peserta didik,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
menciptakan situasi yang kondusif, bersikap jujur dan terbuka, dan mampu
menjalin kerjasama dengan institusi lain.
D. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini variabel yang diteliti dibatasi pada lingkungan
belajar, motivasi dan kepemimpinan institusi. Padahal secara teori masih
banyak variabel lain yang berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa
(peserta didik). Pembahasan pada variabel kepemimpinan institusi mengalami
kesulitan dikarenakan minimnya bahan mengenai pengaruh kepemimpinan
institusi terhadap prestasi belajar sehingga peneliti kesulitan membahasnya.
Selain itu, pengambilan data dilakukan melalui angket tertutup yang
kemungkinan besar bisa menyebabkan bias, misalnya responden yang tidak
jujur, asal menjawab, dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Terdapat pengaruh positif dan secara statistik signifikan persepsi tentang
lingkungan belajar terhadap prestasi belajar (b = 0.13; p = 0.009). Secara
substantif tidak signifikan persepsi tentang lingkungan belajar terhadap
prestasi belajar dikarenakan perbedaannya kecil. Semakin kondusif
lingkungan belajar mahasiswa, maka semakin baik prestasi belajarnya.
2. Terdapat pengaruh positif dan secara statistik signifikan motivasi terhadap
indeks prestasi belajar (b = 0.01; p = 0.001). Secara substantif tidak
signifikan motivasi belajar terhadap prestasi belajar dikarenakan
perbedaannya kecil. Semakin tinggi motivasi belajar mahasiswa, maka
semakin tinggi prestasi belajarnya.
3. Terdapat pengaruh positif dan secara statistik signifikan persepsi tentang
kepemimpinan institusi terhadap indeks prestasi belajar (b = 0.01; p <
0.001). Secara substantif tidak signifikan persepsi tentang kepemimpinan
institusi terhadap prestasi belajar dikarenakan perbedaannya kecil.
Semakin baik (efektif) kepemimpinan institusi, maka semakin baik
prestasi belajar mahasiswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Berdasarkan teori, lingkungan belajar, motivasi dan kepemimpinan
institusi merupakan faktor penting dalam pencapaian prestasi belajar
mahasiswa.
2. Implikasi Praktis
Berdasarkan kesimpulan di atas, perlu adanya kerjasama yang baik antara
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat,
motivasi belajar baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik, serta
kepemimpinan institusi yang efektif demi tercapainya prestasi belajar
mahasiswa yang baik dan optimal, terutama mahasiswa D III Kebidanan.
C. Saran
1. Bagi institusi
Institusi pendidikan diharapkan mampu menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif terutama di lingkungan sekolah (kampus) dan memotivasi
mahasiswa agar belajar lebih giat serta kepemimpinan institusi yang
efektif sesuai dengan situasional demi tercapainya prestasi belajar
mahasiswa yang baik.
2. Bagi mahasiswa
Mahasiswa diharapkan lebih pandai memilih atau menentukan sendiri
lingkungan belajar yang kondusif dan meningkatkan motivasi belajarnya
terutama motivasi intrinsik sehingga dapat mencapai prestasi yang baik
dan optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
3. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian
untuk meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar
mahasiswa terutama mahasiswa kebidanan dan pengumpulan datanya
dengan menggunakan wawancara.