13
Laju Perambatan Retak Fatik Baja Tahan Karat Martensitik AISI 420 Setelah mengalami Post-Weld Heat Treatment Sudarmanto, Kris Hariyanto Jurusan Teknik Mesin Sekolah Tinggi Teknik Adisutjipto Abstract The objective of this research is to study fatigue crack growth rates of post weld heat treatment (PWHT) effect to the martensitic stainless steel, welded with the shielded metal arc welding (SMAW) process using the same filler metal chemical composition as base metal. The region coresponding to the base metal, heat affected zone (HAZ) and weld metal were studied. The post weld heat treatment processes were included oil-quenched, quenched with tempered at 600 o C/2h, quenched with solution annealed at 950 o C/1h and quenched with solution annealed at 950 o C/1h continued tempered at 600 o C/2h The result of microstructure observation, especialy for solution annealed with tempered heat treatment, was obtained uniform microstructure and without delta ferrite, on the other hand quenched with tempered heat treatment have produced tempered of martensite microstructure. In comparison of crack growth rates to the other heat treatment curves reveal that the fatigue life of solution annealed with tempered heat treatment increase, it has the similar crack growth rate between base metal, HAZ and weld metal. The values of (n) is 2.6618 for base metal, 2.5133 for HAZ and 2.8133 for weld metal and the values of (C) is 3.3823E-10 for base metal, 2.9938E-11 for HAZ and 2.2267E-10 for weld metal. Keywords : martensitik stainless steel, post weld heat treatment, microstructure, fatigu crack growth rate. 1. Latar Belakang Masalah

PENGARUH POST-WELD HEAT TREATMENTstta.name/data_lp3m/Jurnal Sudarmanto.doc · Web viewSpesimen divariasikan menjadi beberapa bagian yaitu logam induk (raw material), logam las tanpa

  • Upload
    lyngoc

  • View
    215

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH POST-WELD HEAT TREATMENTstta.name/data_lp3m/Jurnal Sudarmanto.doc · Web viewSpesimen divariasikan menjadi beberapa bagian yaitu logam induk (raw material), logam las tanpa

Laju Perambatan Retak Fatik Baja Tahan Karat Martensitik AISI 420 Setelah mengalami Post-Weld Heat Treatment

Sudarmanto, Kris HariyantoJurusan Teknik Mesin Sekolah Tinggi Teknik Adisutjipto

Abstract

The objective of this research is to study fatigue crack growth rates of post weld heat treatment (PWHT) effect to the martensitic stainless steel, welded with the shielded metal arc welding (SMAW) process using the same filler metal chemical composition as base metal. The region coresponding to the base metal, heat affected zone (HAZ) and weld metal were studied.

The post weld heat treatment processes were included oil-quenched, quenched with tempered at 600oC/2h, quenched with solution annealed at 950oC/1h and quenched with solution annealed at 950oC/1h continued tempered at 600oC/2h

The result of microstructure observation, especialy for solution annealed with tempered heat treatment, was obtained uniform microstructure and without delta ferrite, on the other hand quenched with tempered heat treatment have produced tempered of martensite microstructure. In comparison of crack growth rates to the other heat treatment curves reveal that the fatigue life of solution annealed with tempered heat treatment increase, it has the similar crack growth rate between base metal, HAZ and weld metal. The values of (n) is 2.6618 for base metal, 2.5133 for HAZ and 2.8133 for weld metal and the values of (C) is 3.3823E-10 for base metal, 2.9938E-11 for HAZ and 2.2267E-10 for weld metal.

Keywords : martensitik stainless steel, post weld heat treatment, microstructure, fatigu crack growth rate.

1. Latar Belakang Masalah

Fenomena yang sering timbul pada pengelasan baja tahan karat jenis martensitik merupakan permasalahan serius yang terus dipelajari dewasa ini. Akibat terkena pengaruh pemanasan pada proses pengelasan, baja jenis ini dapat menjadi keras, karena selain tahan terhadap korosi baja jenis ini juga dapat dikeraskan (hardenable), namun struktur yang dihasilkan adalah martensit sehingga perlu dilakukan perlakuan panas setelah proses pengelasan (post weld heat treatment).

Sukoco (2001) meneliti pengaruh perlakuan panas temper terhadap sifat fisis dan mekanis baja tahan karat martensitik AISI 420 akibat proses pengelasan. Penelitian dilaukan dengan menggunakan metode las busur tebungkus atau shielded metal arc welding (SMAW) menggunakan logam pengisi (filler) jenis austenitik yaitu AWS E312. Spesimen divariasikan menjadi beberapa bagian yaitu logam induk (raw material), logam las tanpa perlakuan panas, logam las denga perlakuan panas hardening (1050oC/30 menit)

Page 2: PENGARUH POST-WELD HEAT TREATMENTstta.name/data_lp3m/Jurnal Sudarmanto.doc · Web viewSpesimen divariasikan menjadi beberapa bagian yaitu logam induk (raw material), logam las tanpa

dan logam las dengan perlakuan panas hardening dilanjutkan temper (600oC/2jam). Hasil pengujian menunjukkan terjadinya retak pada logam induk akibat perakuan panas temper, sedangkan pada logam lasan tidak terjadi perubahan struktur mikro karena sifat logam lasan tidak dapat dikeraskan (non hardenable).

Dari permasalahan tersebut , maka sangatlah penting untuk mengetahui sejauh mana proses perlakuan panas setelah pengelasan (post weld heat treatment) berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan mekanis khususnya perambatan retak fatik (fatigue crack growth).

Hubungan antara karakteristik perambatan retak dengan konsep LEFM (Linear Elastic Fracture Mechanics) pada umumnya diberikan dalam bentuk kurva log-log (sigmoidal) da/dN vs K, dengan

--------------------------------------------------------------------------------

(1)Harga K tergantung dari jenis benda uji, untuk spesimen CTS (Compact Tension Specimen) (Srawley,1976) :

Dimana :P = beban a = panjang retakB = ketebalan spesimen = a/WW = lebar spesimen

Apabils beban siklus dengan amplitudo konstan digunakan Pmaks dan Pmin, maka tegangan yang terjadi adalah Smaks dan Smin dengan range tegangannya adalah :

Rasio tegangandapat dihitung sebagai berikut :

Kurva laju perambatan retak diberikan pada gambar berikut ini :

Page 3: PENGARUH POST-WELD HEAT TREATMENTstta.name/data_lp3m/Jurnal Sudarmanto.doc · Web viewSpesimen divariasikan menjadi beberapa bagian yaitu logam induk (raw material), logam las tanpa

Gambar 1. Hubungan cepat rambat retak da/dN dengan beda intensitas tegangan K (Broek, 1986)

Kurva tersebut berbentuk sigmoidal, terbagi menjadi tiga daerah utama , yaitu:Daerah I, menunjukkan suatu harga ambang Kth di bawah harga ini tidak ada perambatan retak yang dapat diamati atau diobservasi. Daerah II, menunjukkan suatu hubungan yang linier antara log (da/dN) dan log (K) dan oleh Paris ditulis (Broek, 1986) :

dimana harga n merupakan kemiringan dari kurva dan C adalah koefisien yang dapat ditentukan dengan menarik garis lurus sampai hargaK = 1 Mpa(m)0.5

Daerah III, dimana terjadi laju perambatan retak yang sangat tinggi sehingga sulit dikontrol. Daerah ini biasanya tidak dipertimbangkan dalam perancangan konstruksi.

2. Metodologi Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah baja tahan karat jenis martensitik standar AISI 420 berupa pelat dengan ketebalan 7mm, bahan dipotong searah dengan arah pengerolan dengan lebar 100 mm untuk kemudian disatukan dengan proses pengelasan. Proses pengelasan dilakukan dengan metode las busur terbungkus dengan logam pengisi (filler metal) sejenis dengan logam induk. Hasil lasan diperiksa dengan cairan penetrant dan uji ultrasonik untuk diketahui adanya porositas. Komposisi kimia logam induk, logam pengisi serta parameter pengelasan dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.

Hasil lasan kemudian divariasikan menjadi lima bagian untuk diberikan perlakuan panas, variasi perlakuan panas setelah proses pengelasan dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 1. Komposisi kimia logam induk dan logam pengisi (filler metal)C Si Mn Cr Mo Ni

L.indukFiller

0.060.18

0.330.3

0.330.9

11.7311.5

1.621.0

3.750.7

Page 4: PENGARUH POST-WELD HEAT TREATMENTstta.name/data_lp3m/Jurnal Sudarmanto.doc · Web viewSpesimen divariasikan menjadi beberapa bagian yaitu logam induk (raw material), logam las tanpa

Tabel 2. Kondisi pengelasanParameter pengelasan

Keterangan

ElektrodaJenis sambunganPolaritasKecepatan pengelasan*)

Posisi pengelasanSuhu preheatingSuhu interpassDiameter elektrodaArusTegangan

E410V-tunggalBalik10 s/d 18 cm/menit1G200oC150oC2.4 mm110 A25 V DC

*)Nilai ini diambil rata-rata karena proses pengelasan dilakukan secara manual.Tabel 3. Jenis perlakuan panas setelah pengelasan (PWHT)

Kode PWHT Suhu ( oC) Waktu (jam)

Pendinginan

ABCD

E

Las tanpa PWHTLas +hardeningLas + hardening +temperingLas + hardening +solution annealingLas+hardening +sol.annealing+ tempering

-1050600950

950 + 600

-0.521

1 + 2

-oli (100oC)

udaraudara

udara

Struktur mikro dievaluasi dengan mikroskop optik yang sebelumnya spesimen dipoles dengan menggunakan ampelas nomor 100, 200, 400, 600 dan 1000 dan dietsa dengan larutan aquaregia (1HNO3 : 3 HCL), sifat mekanis dievaluasi dengan uji kekerasan mikro Vickers berdasarkan standar ASTM A 370.

Spesimen CTS diuji secara dinamis pada suhu ruang laboratorium dengan memakai mesin servo- hydraulic merek Shimadzu, seperti yang digunakan pada pengujian tarik. Pertambahan panjang retak dimonitor dengan dua buah traveling microscope pada sisi kanan dan kiri. Pola pembebanan menggunakan sinusoidal dengan frekuensi berkisar antara 4 s/d 14 Hz pada amplitudo konstan. Sedangkan rasio beban R = 0.3, stress level SL =20% dan skala beban 10 Ton.

3. Hasil dan PembahasanHasil pengujian tarik, kekerasan, ketangguhan impak yang dicapai dari hasil pengelsan dan perlakuan panas dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil pengujian kekerasan

Pengujian Lokasi A B C D E

KekerasanKg/mm2

L. IndukHAZL. Las

215489548

481606715

225242346

150178219

148160215

Page 5: PENGARUH POST-WELD HEAT TREATMENTstta.name/data_lp3m/Jurnal Sudarmanto.doc · Web viewSpesimen divariasikan menjadi beberapa bagian yaitu logam induk (raw material), logam las tanpa

Gambar 2. Hasil pengujian struktur mikro Hasil pengamatan struktur mikro yaitu gambar 5. Pada kondisi A, daerah HAZ terlihat ferit delta dan karbida krom dalam matrik martensit. Pada kondisi B, daerah logam induk, HAZ dan logam las memiliki struktur yang sama yaitu martensit, hanya saja pada

LogamInduk

HAZ

LogamLas

20m

A B C D E

-ferrite

Martensit

Karbida krom

Austenit

Martensit-ferrit

Martenisittemper

Martenisittemper

Martenisittemper

-ferrite

-ferrite

Austenitsisa

Austenitsisa

Martenisittemper

Austenitsisa

Austenitsisa

Austenitsisa

Butir karbida krom

Martensit

Page 6: PENGARUH POST-WELD HEAT TREATMENTstta.name/data_lp3m/Jurnal Sudarmanto.doc · Web viewSpesimen divariasikan menjadi beberapa bagian yaitu logam induk (raw material), logam las tanpa

daerah logam las jumlah martensit lebih banyak daripada daerah HAZ. Pada kondisi C, struktur martensit berubah menjadi martensit temper, tetapi pada daerah HAZ terlihat adanya karbida pada batas butir austenit serta masih terdapat ferit delta. Pada kondisi D, di sana tampak meluasnya endapan austenit serta karbida krom pada batas butir. Pada kondisi E struktur mikro antara logam induk, HAZ dan logam las hampir dikatakan seragam. Di sana tampak bahwa ferit delta tidak tampak serta adanya endapan austenit dan martensit temper.

0.004

0.005

0.006

0.007

0.008

0.009

0.01

0.011

0.012

0.013

0 50000 100000 150000N (siklus)

a (m

)

HAZ

L.Las

L.Induk

a). Quench

0.004

0.006

0.008

0.01

0.012

0.014

0.016

0 50000 100000 150000

N (siklus)a

(m)

L.Las

HAZ

L.Induk

b). Sol. Anil

0.004

0.006

0.008

0.010.012

0.014

0.016

0.018

0 50000 100000 150000 200000

N (siklus)

a (m

)

L.Las

HAZ

L.Induk

c). Temper

0.004

0.006

0.008

0.01

0.012

0.014

0.016

0 50000 100000 150000 200000

N (siklus)

a (m

)

L.Las

L.IndukHAZ

d). Sol. Anil + Temper

Gambar 3. Kurva pertambahan panjang retak terhadap jumlah siklus untuk setiap variasi perlakuan panas.

Page 7: PENGARUH POST-WELD HEAT TREATMENTstta.name/data_lp3m/Jurnal Sudarmanto.doc · Web viewSpesimen divariasikan menjadi beberapa bagian yaitu logam induk (raw material), logam las tanpa

1.00E-08

1.00E-07

1.00E-06

1.00E-05

1 10 100

K (MPa.m0.5)

da/d

N (m

/sik

lus)

Quench

Temper

Sol.Anil.

Sol.Anil+Temp.

da/dNQuench = 3E-10K3.8123

da/dNTemp. = 1E-10K3.5883

da/dNSol.Anil = 6E-10K3.5852

da/dNSol.Anil+Temp = 3E-10K2.6618

Gambar 4. Kurva laju perambatan retak terhadap perubahan faktor intensitas tegangan pada lokasi logam induk untuk setiap jenis perlakuan panas

1.00E-08

1.00E-07

1.00E-06

1.00E-05

1 10 100K (MPa.m0.5)

da/d

N (m

/sik

lus)

Quench

Temper

Sol.Anil

SolAnil+Temp.

da/dNQuench = 3E-11K4.1606

da/dNTemp = 3E-10K2.6618

da/dNSol.Anil = 3E-09K2.1398

da/dNSol.Anil+temp = 3E-11K3.7592

Gambar 5. Kurva laju perambatan retak terhadap perubahan faktor intensitas tegangan pada lokasi HAZ untuk setiap jenis perlakuan panas

Page 8: PENGARUH POST-WELD HEAT TREATMENTstta.name/data_lp3m/Jurnal Sudarmanto.doc · Web viewSpesimen divariasikan menjadi beberapa bagian yaitu logam induk (raw material), logam las tanpa

1.00E-08

1.00E-07

1.00E-06

1.00E-05

1 10 100

K (MPa.m0.5)

da/d

N (m

/sik

lus)

QuenchTemper

Sol.AnilSol.Anil+Temp.

da/dNQuench = 3E-12K5.9284

da/dNtemp = 2E-11K3.8989

da/dNSol.Anil = 5E-09K2.8037

da/dNSol.anil+temp = 2E-10K2.8113

Gambar 6. Kurva laju perambatan retak terhadap perubahan faktor intensitas tegangan pada lokasi logam las untuk setiap jenis perlakuan panas

1.00E-08

1.00E-07

1.00E-06

1.00E-05

1 10 100 K (MPa.m 0.5)

da/d

N (m

/sik

lus)

L.Induk

HAZ

L.Las

da/dNL.Induk = 3E-10K3.8123

da/dNHAZ = 3E-11K4.1606

da/dNL.Las = 3E-12K5.9284

Gambar 7.Kurva laju perambatan retak terhadap perubahan faktor intensitas tegangan hasil perlakuan panas quench untuk setiap daerah uji

1.00E-08

1.00E-07

1.00E-06

1.00E-05

1 10 100 K (MPa.m0.5)

da/d

N (m

/sik

lus)

L.induk

HAZ

L.Las

da/dNL.Induk = 1E-10K3.5883

da/dNHAZ = 3E-10K2.6618

da/dNL.Las = 2E-11K3.8989

Gambar 8.Kurva laju perambatan retak terhadap perubahan faktor intensitas tegangan hasil perlakuan panas tempering untuk setiap daerah uji

Page 9: PENGARUH POST-WELD HEAT TREATMENTstta.name/data_lp3m/Jurnal Sudarmanto.doc · Web viewSpesimen divariasikan menjadi beberapa bagian yaitu logam induk (raw material), logam las tanpa

1.00E-08

1.00E-07

1.00E-06

1.00E-05

1 10 100 K (MPa.m 0.5)

da/d

N (m

/sik

lus)

L.Induk

HAZ

L.Laz

da/dNL.Induk = 6E-10K3.5852

da/dNHAZ = 3E-09K2.1398

da/dNLas = 5E-09K2.8037

Gambar 9.Kurva laju perambatan retak terhadap perubahan faktor intensitas tegangan hasil perlakuan panas solution annealing untuk setiap daerah uji

1.00E-08

1.00E-07

1.00E-06

1.00E-05

1 10 100 K (MPa.m0.5)

da/d

N (m

/sik

lus)

HAZ

L.Las

L.Induk

da/dNL.Induk = 3E-10K2.6618

da/dNHAZ = 5E-10K2.5133

da/dNL.Las = 2E-10K2.8113

Gambar 10.Kurva laju perambatan retak terhadap perubahan faktor intensitas tegangan hasil perlakuan panas solution annealing + tempering untuk setiap daerah uji

Tabel 5. Harga C dan n tiap variasi perlakuan panas.

Jenis Perlakuan Panas

Logam Induk HAZ Logam LasC n C n C n

Sol. Anil + TemperTemperQuenchSol. Anil

3.3823E-101.0037E-102.8857E-105.7397E-10

2.66183.58833.81233.5852

2.9938E-113.3823E-103.3820E-113.1629E-09

2.51332.66184.16062.1398

2.2267E-101.9043E-113.0568E-124.6163E-09

2.81333.89895.92842.8037

Page 10: PENGARUH POST-WELD HEAT TREATMENTstta.name/data_lp3m/Jurnal Sudarmanto.doc · Web viewSpesimen divariasikan menjadi beberapa bagian yaitu logam induk (raw material), logam las tanpa

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Perlakuan panas setelah pengelasan pada penelitian ini mempengaruhi perubahan struktur mikro, dimana kondisi optimum dicapai dari hasil perlakuan panas solution annealing diikuti temper berupa struktur mikro yang seragam antara logam induk, HAZ dan logam las tanpa mengandung ferit delta sehingga menghasilkan permukaan patahan yang ulet.

2. Perlakuan panas quench meningkatkan nilai kekerasan seteleh proses pengelasan sebesar 55% untuk logam induk, 19% HAZ dan 23% logam las. Nilai tersebut mengalami penurunan akibat perlakuan panas temper sebesar 13% untuk logam induk, 27% HAZ dan 23% logam las, kemudian perlakuan panas solution annealing juga mengakibatkan penurunan nilai kekerasan sebesar 27% untuk logam induk, 37% HAZ dan 55% logam las, sedangkan perlakuan panas solution annealing diikuti temper juga menurunkan nilai kekerasan sebesar 18% untuk logam induk, 50% HAZ dan 72% logam las, namun pada perlakuan panas ini dihasilkan nilai kekerasan yang hampir sama antara logam induk, HAZ dan logam las masing-masing sebesar 405 kg/mm2, 412 kg/mm2 dan 415 kg/mm2.

3. Pada uji perambatan retak fatik, perlakuan panas solution annealing diikuti tempering mampu menyeimbangkan dan menahan laju perambatan retak antara logam induk, HAZ dan logam las. Untuk logam induk C =3.3823E-10 dan n =2.6618, HAZ, C = 2.9938E-11 dan n = 2.5513 dan logam las, C = 2.2267E-10 dan n = 2.8133, sedangkan nilai terendah dicapai oleh perlakuan panas solution anil yang mempunyai laju perambatan retak yang tercepat dimana untuk logam induk C = 5.7397E-10 dan n = 3.5852, HAZ C = 3.1629E-09 dan n = 2.1398 dan logam las C = 4.6163-09 dan n = 2.8037

Daftar Pustaka

ASTM A 370,1992,”Standard Test Methods and Definitions for Mechanical Testing of Steel Products”, Annual Book of ASTM Standards, Vol. 01.01, P.249 -

294Adedayo,S.M.,Adeyemi,M.B.,1999,”Effect of Preheat on Residual Stress Distributions in

Arc-Welded Mild Steel Plates”,Journal of Materials Engineering and Performance,Vol.9(1),P.7-11

Carry, H.B.,1994 , “Modern Welding Technology”, Prentice Hall, New Jersey Inc., New Jersey.

Broek D.,1986,” Elementary Engineering Fracture Mechanics”, Martinus NJOHF Pub, Dordrecht.

Dieter, G. E, 3rd edition 1986, “Mechanical Metalurgy”, Prentice Hall Int, New Jresey.JIS Z 2201,1989,” Method of Tensile test for metallic materials and Method of impact

test for metallic materials”.

Page 11: PENGARUH POST-WELD HEAT TREATMENTstta.name/data_lp3m/Jurnal Sudarmanto.doc · Web viewSpesimen divariasikan menjadi beberapa bagian yaitu logam induk (raw material), logam las tanpa