Upload
duongkhanh
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH RASIO POLOXAMER 407/KITOSAN DALAM SISTEM
DISPERSI PADAT EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb)
TERHADAP DISOLUSI KURKUMIN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Titi Estetikaningtyas
NIM: 138114170
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
HALAMAN JUDUL
PENGARUH RASIO POLOXAMER 407/KITOSAN DALAM SISTEM
DISPERSI PADAT EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb)
TERHADAP DISOLUSI KURKUMIN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Titi Estetikaningtyas
NIM: 138114170
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku
Filipi 4:13
Saya persembahkan skripsi ini untuk:
Tuhan Yesus yang selalu menjadi sumber kekuatan dan pengharapan
Papa, Mama, dan Kakak yang selalu mendukungku
Sahabat-Sahabat
Dan Almamaterku tercinta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, kasih, dan
pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Rasio Poloxamer 407/Kitosan Dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) Terhadap Disolusi Kurkumin”.
Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
Farmasi (S.Farm.) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari benar bahwa dalam menjalankan penelitian sampai
penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis tidak
lupa mengucapkan terimakasih kepada:
1. Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Sanata
Dharma.
2. Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing utama atas
bimbingan, saran, masukan, dan kritik selama proses pembuatan proposal dan
naskah skripsi.
3. Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt., atas pembiayaan proyek penelitian ini.
4. Beti Pudyastuti, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji skripsi atas saran, kritik, dan
masukan selama proses pembuatan proposal dan naskah skripsi.
5. Dr. Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt., selaku dosen penguji skripsi atas saran,
kritik, dan masukan selama proses pembuatan naskah skripsi.
6. Dina Christin Ayuning Putri, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji proposal atas
saran, kritik, dan masukan selama proses pembuatan proposal.
7. Dr.rer.nat. Yosi Bayu Murti, M.Si., Apt., atas pemberian baku kurkumin yang
digunakan dalam penelitian ini.
8. Dr.rer.nat. Roni Martien, M.Si., atas pemberian kitosan yang digunakan dalam
penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
9. PT. Konimex atas pemberian Poloxamer 407 yang digunakan dalam penelitian
ini.
10. Mas Bima Widura, Bapak Wagiran, Bapak Musrifin, dan Mas Agung selaku
laboran atas segala bantuan yang diberikan selama melakukan penelitian.
11. Papah, Mamah, Mas Yose dan Mba Ayu yang selalu memberikan kasih sayang,
doa, motivasi, dukungan, dan semangat bagi penulis serta senantiasa
mendoakan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga bisa membuat
karya yang lebih baik. Penulis mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan
yang terdapat dalam skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap penelitian ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Yogyakarta, 7 Juni 2017
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PENGARUH RASIO POLOXAMER 407/KITOSAN DALAM SISTEM
DISPERSI PADAT EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb)
TERHADAP DISOLUSI KURKUMIN
Titi Estetikaningtyas
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia
ABSTRAK
Kurkumin merupakan salah satu kandungan utama dalam ekstrak temulawak
yang telah terbukti memiliki aktivitas farmakologis antioksidan, hepatoprotektor,
anti-inflamasi, dan antimikroba. Kurkumin termasuk dalam BCS kelas II di mana
kecepatan disolusi menjadi rate limiting step dalam bioavailabilitas oral. Upaya
peningkatan disolusi kurkumin penting dilakukan dalam meningkatkan
bioavailabilitas oral. Dispersi padat merupakan salah satu metode untuk
meningkatkan disolusi kurkumin. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh rasio Poloxamer 407/kitosan dalam dispersi padat terhadap disolusi
kurkumin dibandingkan campuran fisik.
Dispersi padat dalam penelitian ini dibuat dengan drug load 8,3%. Metode
yang digunakan untuk membuat dispersi padat adalah solvent evaporation. Pada
penelitian ini parameter yang diukur yaitu drug load, kelarutan, dan disolusi. Analisis
sampel dilakukan dengan spektrofotometer UV-Vis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa campuran Poloxamer 407/kitosan
dalam dispersi padat dapat meningkatkan disolusi kurkumin dibandingkan campuran
fisik dan terdapat perbedaan nilai dissolution efficiency (DE) antar rasio dispersi
padat (p value < 0,05). Dispersi padat dengan rasio 1:4,5 menunjukkan dissolution
efficiency (DE) paling tinggi sebesar 56,79 ± 1,52%.
Kata kunci: kurkumin, disolusi, dispersi padat, kitosan, Poloxamer 407.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
EFFECT OF POLOXAMER 407 / CHITOSAN RATIO IN SOLID
DISPERSION SYSTEM (Curcuma xanthorrhiza Roxb) ON CURCUMIN
DISSOLUTION
Titi Estetikaningtyas
Department of Pharmacy, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia
ABSTRACT
Curcumin is one of the principle component in temulawak extract that has
been shown to have pharmacological activity of antioxidants, hepatoprotectors, anti-
inflammatory, and antimicrobial. Curcumin is included in BCS Class II where the
dissolution rate is rate limiting step in oral bioavailability. Enhancement of curcumin
dissolution are important in improving oral bioavailability. Solid dispersion is one of
the methods to increase curcumin dissolution. This study aims to determine the effect
of Poloxamer 407 / chitosan ratio in solid dispersion on curcumin dissolution
compared to physical mixture.
Solid dispersion in this study was made with a drug load of 8.3%. Method
used to make solid dispersion is solvent evaporation. In this study, the parameters
measured are drug load, solubility, and dissolution. Sample analysis was performed
by UV-Vis spectrophotometer.
The results showed that the mixture of Poloxamer 407 / chitosan in solid
dispersion can increase curcumin dissolution compared to the physical mixture and
there is difference in the dissolution efficiency (DE) value between solid dispersion
ratio (p value <0.05). Solid dispersion with 1:4,5 ratio shows the highest dissolution
efficiency (DE) of 56.79 ± 1.52%.
Keywords: curcumin, dissolution, solid dispersion, chitosan, Poloxamer 407.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI BERJUDUL ............................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................................................... vi
PRAKATA ................................................................................................................ vii
ABSTRAK ................................................................................................................ ix
ABSTRACT ............................................................................................................... x
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xv
PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
METODE PENELITIAN .......................................................................................... 3
Alat dan Bahan Penelitian .......................................................................................... 3
Pembuatan Kurva Baku.............................................................................................. 4
Verifikasi Metode Analisis ....................................................................................... 4
Pembuatan Dispersi Padat .......................................................................................... 5
Pembuatan Serbuk Campuran fisik ........................................................................... 6
Uji Drug Load ............................................................................................................ 6
Uji Kelarutan ............................................................................................................. 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
Uji Disolusi ............................................................................................................... 6
Analisis Hasil Uji Kelarutan dan Uji Disolusi .......................................................... 7
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 7
Verifikasi metode analisis ......................................................................................... 8
Uji Drug Load ............................................................................................................ 10
Uji Kelarutan .............................................................................................................. 11
Uji Disolusi ................................................................................................................ 13
KESIMPULAN ......................................................................................................... 17
SARAN ..................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 18
LAMPIRAN .............................................................................................................. 20
BIOGRAFI PENULIS .............................................................................................. 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Rasio Poloxamer 407/Kitosan ..................................................................... 5
Tabel II. Data Akurasi dan Presisi (n=3) ................................................................... 10
Tabel III. Hasil Uji Drug Load Campuran Fisik dan Dispersi Padat (n=3) ............... 11
Tabel IV. Hasil Uji Kelarutan Campuran Fisik dan Dispersi Padat (n=3) ................ 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kurva Absorbansi Vs Konsentrasi .......................................................... 9
Gambar 2. Perbandingan Kelarutan Campuran Fisik dan Dispersi Padat (n=3) ....... 13
Gambar 3. Kurva Rata-Rata Persen Terdisolusi Vs Waktu (menit) dan Grafik
Perbandingan Dissolution Efficiency menit ke-180 (n=3) ........................ 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of Analysis (CoA) Curcuma xanthorrhiza Roxb ................ 20
Lampiran 2. Certificate of Analysis (CoA) kitosan ................................................... 21
Lampiran 3. Penentuan panjang gelombang maksimum .......................................... 22
Lampiran 4. Summary output regression statistic kurva baku medium .................... 26
Lampiran 5. Kurva baku metanol .............................................................................. 26
Lampiran 6. Summary output regression statistic kurva baku metanol .................... 27
Lampiran 7. Hasil verifikasi metode akurasi dan presisi .......................................... 28
Lampiran 8. Penimbangan dispersi padat ................................................................. 29
Lampiran 9. Penimbangan campuran fisik ................................................................ 29
Lampiran 10. Perhitungan rendemen ........................................................................ 29
Lampiran 11. Penimbangan kapsul dispersi padat dan campuran fisik .................... 30
Lampiran 12. Hasil disolusi dispersi padat dan campuran fisik ................................ 30
Lampiran 13. Perhitungan parameter uji disolusi ..................................................... 31
Lampiran 14. Statistika DE180 campuran fisik dan dispersi padat ............................ 33
Lampiran 15. Statistika DE180 antar formula dispersi padat ..................................... 36
Lampiran 16. Statistika uji kelarutan campuran fisik dan dispersi padat ................. 38
Lampiran 17. Statistika uji kelarutan antar formula dispersi padat .......................... 41
Lampiran 18. Uji disolusi campuran fisik dan dispersi padat ................................... 42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) termasuk salah satu tanaman obat
keluarga Zingiberaceae yang banyak tumbuh di Indonesia. Bagian temulawak yang
sering digunakan adalah rimpang temulawak yang mengandung senyawa utama
xanthorrhizol dan kurkuminoid. Kurkuminoid terdiri dari kurkumin,
demetoksikurkumin, dan bis-demetoksikurkumin (EMA, 2014). Kurkumin telah
terbukti memiliki aktivitas farmakologis yang luas dan secara tradisional telah
dimanfaatkan dalam penyembuhan penyakit. Aktivitas farmakologis kurkumin
meliputi aktivitas antioksidan, hepatoprotektor, anti-inflamasi, antimikroba (EMA,
2014).
Berdasarkan aktivitas farmakologis tersebut kurkumin menjadi objek
penelitian yang menarik dalam pengembangan obat. Namun kurkumin memiliki
keterbatasan yaitu kelarutan yang rendah dalam air (11 ng/ml) yang mengakibatkan
bioavailabilitas oral kurkumin rendah (Tonnesen, Masson, and Loftsson, 2002).
Kurkumin termasuk dalam BCS kelas II. Dalam Biopharmaceutics Classification
System, obat-obatan kelas II memiliki sifat kurang larut air namun permeabilitas
membran yang tinggi. Obat-obat yang mempunyai kelarutan kecil dalam air (poorly
soluble drug) seringkali menunjukkan bioavailabilitas rendah dan kecepatan disolusi
merupakan rate limiting step pada proses absorpsi obat (Fudholi, 2013). Beberapa
cara dapat dilakukan untuk meningkatkan disolusi kurkumin yaitu pembuatan
nanopartikel, nanokristal, nanopartikel lipid padat, liposom serta penambahan
adjuvant (Ambarsari et al., 2014). Beberapa metode-metode tersebut memiliki
tantangan dalam proses scale-up. Menurut Paliwal et al., (2014) tantangan scale up
dari nanopartikel yaitu ukuran nanopartikel yang kecil akan memicu kecenderungan
aggregasi menjadi partikel yang lebih besar sehingga ukuran nanopartikel sulit
dikendalikan. Metode lain untuk meningkatkan disolusi yaitu dengan pembuatan
dispersi padat. Menurut Chiou and Riegelman, (1971) dispersi padat memungkinkan
untuk dilakukan scale up karena kemudahan preparasi dan optimasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Dispersi padat didefinisikan sebagai dispersi obat hidrofobik di dalam
pembawa hidrofilik dengan cara pelelehan, pelarutan, dan pelelehan-pelarutan.
Dispersi padat dapat meningkatkan kelarutan melalui mekanisme pengecilan ukuran
partikel sehingga luas permukaan kontak dengan medium besar yang akan
meningkatkan kelarutan, mempertahankan obat dalam bentuk amorf, mengurangi
agregasi dan aglomerasi partikel, serta meningkatkan pembasahan (Chiou and
Riegelman, 1971).
Tidak semua hasil dari dispersi padat dapat meningkatkan kelarutan,
tergantung dari komposisi obat dan pembawa. Menurut penelitian Zhong et al.,
(2013) kristalisasi besar dalam suatu medium disolusi akan menurunkan kelarutan.
Untuk mencegah kristalisasi besar dalam medium disolusi maka Zhong et al., (2013)
melakukan penelitian dispersi padat dengan polimer kitosan. Hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa kitosan dapat mempertahankan bentuk amorf obat
telmisartan, hal ini dikarenakan kitosan merupakan polimer rantai panjang yang dapat
menghambat mobilitas molekuler sehingga menurunkan kecenderungan kristalisasi.
Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya kelarutan obat telmisartan dari 0,09
ug/ml menjadi 12,4 ug/ml dan laju disolusi sebesar 34% setelah menit ke-30.
Untuk lebih meningkatkan laju disolusi obat yang kurang larut air dapat
dilakukan dengan pembentukan dispersi padat sistem terner yaitu adanya
penambahan surfaktan. Surfaktan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Poloxamer 407 sebagai surfaktan non-ionik. Menurut Kakran et al., (2013)
Poloxamer 407 dapat meningkatkan kemampuan terdispersinya kurkumin (Curcuma
longa) ke dalam polimer selama proses pembuatan dispersi padat dengan cara
menurunkan tegangan permukaan antarmuka dari partikel kurkumin, sehingga
penyebaran kurkumin di dalam polimer lebih mudah. Hal tersebut dibuktikan dengan
meningkatnya disolusi dispersi padat sistem terner sebesar 86% dibandingkan
dispersi padat sistem biner. Berdasarkan beberapa penelitian, dispersi padat sistem
terner kitosan dan Poloxamer 407 belum pernah dilakukan pada ekstrak temulawak
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.). Penelitian yang telah dilakukan hanya menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
kitosan atau poloxamer saja pada ekstrak kunyit (Curcuma longa), sehingga peneliti
ingin mengetahui rasio pembawa (kitosan) dan surfaktan (Poloxamer 407) dalam
dispersi padat ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) terhadap disolusi
kurkumin. Terdapat 3 variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas berupa rasio
Poloxamer 407/kitosan, variabel tergantung berupa drug load, kelarutan, dan disolusi,
serta variabel pengacau yang terdiri dari terkendali berupa intensitas cahaya dan
kondisi penyimpanan, dan tidak terkendali berupa suhu dan kelembaban ruangan saat
pengujian dispersi padat.
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu makropipet (Socorex),
shaker (Innova 2100), neraca analitik (Mettler Tolendo), mortir dan stamper, alat uji
disolusi tipe dayung (Guoming RC-6D Dissolution Tester), ayakan nomer mesh 50,
oven vakum (Brouwer), pompa vakum (GAST DOA-P604-WN), centrifuge (Gemmy
Industrial Corp. PLC-05), alat-alat gelas (Pyrex Iwaki Glass), tabung centrifuge, hot
plate magnetic stirrer (Wilten & Co), pH-meter (Wissenschaftlich-Technische
Werkstatten), dry box (DB 38-28), spektrofotometer UV-Visibel (Shimadzu UV-
800), vortex (Scientific, Inc G-56E), labu alas bulat (Duran Schott), rotarievaporator
(Buchi), microtube (eppendroft).
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu standar baku kurkumin
(diisolasi oleh Dr.rer.nat. Yosi Bayu Murti, M.Si., Apt.), serbuk ekstrak temulawak
(PT. Phytochemindo Reksa) dengan kadar kurkuminoid minimal 15,06%, etanol
96%, akuades, metanol p.a (Merck), cangkang kapsul keras ukuran 00 (Kapsulindo
Nusantara), kitosan (N&R), Poloxamer 407 (PT. Konimex), Sodium Lauryl Sulphate
(SLS) (Merck), asam sitrat (Merck) dan sodium dihydrogen phosphate
dihydrate/NaH2PO4 (Merck).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Pembuatan Kurva Baku Kurkumin
1. Pembuatan larutan stok kurkumin (konsentrasi 1000 µg/ml)
Standar kurkumin ditimbang seksama kurang lebih 1,0 mg, dimasukkan ke dalam
microtube dan dilarutkan dengan 1,0 ml metanol p.a, dan di-vortex hingga larut.
2. Pembuatan larutan intermediet kurkumin (konsentrasi 10 µg/ml)
Larutan stok kurkumin diambil 0,1 ml, dimasukkan ke dalam labu takar 10 ml dan
diencerkan dengan metanol p.a hingga batas tanda.
3. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum
Larutan intermediet kurkumin diambil sebanyak 0,25 ml; 1,5 ml dan 3 ml.
Masing-masing diencerkan dengan medium disolusi (dapar fosfat pH 6,0 dan SLS
0,5%) hingga volume tepat 10 ml. Larutan ini diukur absorbansinya pada panjang
gelombang antara 400-600 nm.
4. Pembuatan kurva baku medium disolusi
Kurva baku kurkumin dibuat dengan konsentrasi 0,011; 0,022; 0,043; 0,086;
0,172; 0,215; 0,431; 0,538; 1,074; 2,153; 3,229; 4,306; 5,382; 6,458 (µg/ml) dalam
medium disolusi. Larutan tersebut diukur absorbansinya pada panjang gelombang
431 nm.
5. Pembuatan kurva baku metanol
Kurva baku kurkumin dibuat dengan konsentrasi 0,532; 1,064; 2,127; 3,191;
4,254; 5,318 (µg/ml) dalam metanol. Larutan tersebut diukur absorbansinya pada
panjang gelombang 425 nm.
Verifikasi Metode Analisis
1. Penetapan parameter linieritas
Larutan seri baku dibuat dengan konsentrasi 0,011; 0,022; 0,043; 0,086; 0,172;
0,215; 0,431; 0,538; 1,074; 2,153; 3,229; 4,306; 5,382; 6,458 (µg/ml) dalam
medium disolusi. Serapan diukur pada panjang gelombang 431 nm. Replikasi
dilakukan sebanyak tiga kali dan ditentukan nilai r.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
2. Penetapan akurasi dan presisi
Larutan seri baku dibuat dengan konsentrasi 0,538; 3,229; 5,382 (µg/ml) dalam
medium disolusi. Serapan diukur pada panjang gelombang 431 nm. Replikasi
dilakukan sebanyak tiga kali dan dihitung nilai % recovery dan CV.
Formula Dispersi Padat
Dasar pemilihan formula dalam penelitian ini berdasarkan formula optimum dari
jurnal Zhong et al., (2013) tentang dispersi padat obat telmisartan-kitosan dan Kakran
et al., (2013) tentang dispersi padat kurkumin-Poloxamer 407.
Tabel I. Rasio Poloxamer 407/Kitosan
Bahan Formula (%b/b)
I II III IV V
Ekstrak
temulawak
(gram)
5 5 5 5 5
Poloxamer
407 (gram)
10 8,125 6,25 4,375 2,5
Kitosan
(gram)
45 46,875 48,75 50,625 52,5
Rasio 1:4,5 1:6 1:8 1:12 1:21
Pembuatan Dispersi Padat Ekstrak Temulawak-Kitosan-Poloxamer 407
Dispersi padat dibuat dengan menimbang serbuk ekstrak temulawak
kemudian dilarutkan dengan etanol 96%. Dalam wadah lain Poloxamer 407
dilarutkan dalam akuades. Larutan ekstrak temulawak kemudian didispersikan
dengan larutan Poloxamer 407 menggunakan magnetic stirrer hingga homogen.
Campuran tersebut ditambahkan ke dalam kitosan yang terlebih dahulu dilarutkan
dengan 1% asam sitrat dan diaduk menggunakan magnetic stirrer. Campuran tersebut
dihilangkan pelarutnya dengan menggunakan rotary evaporator sampai didapatkan
cairan kental kemudian di keringkan di oven vakum dengan suhu 50ºC. Serbuk kering
diayak dengan ayakan nomor mesh 50 dan dimasukkan ke dalam cangkang kapsul
keras (gelatin) nomer 00 sebanyak 500 mg.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Pembuatan serbuk campuran fisik ekstrak temulawak-kitosan-Poloxamer 407
Campuran fisik dibuat dengan mencampurkan serbuk ekstrak temulawak,
kitosan, dan Poloxamer 407 hingga homogen menggunakan mortir dan stamper, lalu
diayak dengan ayakan nomor mesh 50. Serbuk yang telah diayak kemudian
dimasukkan ke dalam cangkang kapsul keras (gelatin) nomer 00 sebanyak 500 mg.
Uji Drug Load
Dispersi padat dan campuran fisik sebanyak 25 mg dilarutkan dengan 25 ml
metanol p.a. Kemudian larutan di-vortex dan di-centrifuge sampai larut. Sampel
dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Visibel pada panjang gelombang 425
nm.
Uji Kelarutan
Dispersi padat dan campuran fisik sebanyak 25 mg dilarutkan dalam 25 ml
dapar fosfat pH 6,0 tanpa SLS 0,5% hingga jenuh di dalam erlenmeyer, diaduk
menggunakan shaker dengan kecepatan 75 rpm selama 48 jam di suhu ruangan dan
terlindung dari cahaya. Setelah itu sampel disaring dengan kertas saring Whatman no.
1. Filtrat diukur absorbansinya pada panjang gelombang 431 nm. Pengujian ini
dilakukan sebanyak 3 kali. Data yang diperoleh diuji statistik menggunakan Real
Statistic Microsoft Excel untuk melihat signifikansi perbedaan dispersi padat dan
campuran fisik.
Uji Disolusi
Uji disolusi dilakukan terhadap dispersi padat dan campuran fisik
menggunakan alat disolusi tipe dayung dengan kecepatan putar 75 rpm dan suhu
37±0,5ºC. Medium disolusi terdiri dari 500 ml dapar fosfat pH 6,0 dan SLS 0,5%.
Sebelum uji disolusi, kapsul yang berisi DP dan CF diberi pemberat dengan tujuan
agar kapsul tenggelam. Sebanyak 1 ml cuplikan diambil pada interval waktu tertentu
yaitu setelah 10, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150, dan 180 menit. Setiap kali pengambilan
cuplikan medium yang hilang diganti dengan yang baru dengan jumlah yang sama.
Pengujian ini dilakukan sebanyak 3 kali. Cuplikan yang telah diambil sebanyak 1 ml
kemudian di-centrifuge dengan kecepatan 6000 rpm selama 5 menit, lalu diencerkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
ke dalam labu ukur 5 ml, kemudian diukur kadar kurkumin dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 431 nm. Hasil absorbansi
dihitung sebagai konsentrasi kurkuminoid menggunakan kurva baku kurkumin dalam
medium disolusi.
Analisis Uji Disolusi
Analisis uji disolusi pada penelitian ini menggunakan Real Statistic
Microsoft Excel. Analisis dilakukan pada perbandingan dispersi padat dengan
campuran fisik serta pengaruh rasio Poloxamer 407/kitosan terhadap disolusi
kurkumin. Taraf kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 95%.
Analisis uji disolusi dilakukan pada nilai DE180. Hasil uji disolusi diuji normalitas
menggunakan uji Shapiro-Wilk. Data yang dihasilkan terdistribusi tidak normal,
sehingga pengujian dilakukan dengan uji statistik non parametrik yaitu uji Mann-
Whitney. Sedangkan untuk melihat signifikansi pengaruh rasio Poloxamer
407/kitosan terhadap disolusi kurkumin menggunakan ANOVA karena data yang
didapatkan terdistribusi normal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio Poloxamer
407/kitosan dalam sistem dispersi padat ekstrak temulawak terhadap disolusi
kurkumin. Kurkumin memiliki kelarutan yang rendah di dalam air dan
bioavailabilitas yang rendah. Strategi untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu
dengan pembentukan dispersi padat. Dispersi padat dalam penelitian ini merupakan
dispersi padat sistem terner, yang terdiri dari obat (kurkumin), polimer (kitosan), dan
surfaktan (Poloxamer 407). Menurut Singh et al., (2011) dispersi padat sistem terner
dibuat dengan tujuan untuk mendapatkan bioavailabilitas yang lebih tinggi dan
menghindari rekristalisasi. Dispersi padat dibuat dengan metode solvent evaporation.
Metode tersebut memiliki keuntungan yaitu dekomposisi termal dari obat dan
pembawa dapat dihindari karena relatif rendah suhu yang dibutuhkan untuk
menguapkan pelarut organik (Dixit et al., 2012). Hasil dari solvent evaporation
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
dihitung rendemennya untuk mengetahui kehilangan bahan selama proses pembuatan.
Berdasarkan hasil perhitungan rendemen yang didapat sebesar 66,75-81,10%.
Verifikasi Metode Analisis
Verifikasi metode bertujuan untuk memastikan metode yang dipakai dalam
penelitian ini valid. Verifikasi metode meliputi linieritas, akurasi, dan presisi.
Langkah awal yang dilakukan yaitu menentukan panjang gelombang maksimum yang
digunakan, dimana larutan analit memberikan serapan yang maksimal. Pada
penelitian ini didapatkan panjang gelombang maksimum kurkumin yaitu 425 nm
dalam metanol dan 431 nm dalam medium disolusi. Terdapat pergeseran batokromik
yaitu pergeseran ke arah panjang gelombang yang lebih besar, hal ini dikarenakan
adanya perubahan pelarut (Kumar, 2006). Setelah panjang gelombang maksimum
didapatkan, kemudian dilakukan verifikasi metode meliputi:
1. Penetapan linearitas
Linearitas digunakan sebagai salah satu parameter untuk menilai kesahihan
metode analisis dengan melihat nilai hubungan respon dari berbagai konsentrasi
zat baku pada suatu kurva baku yang dilihat sebagai nilai koefisien korelasi (r)
(Rohman, 2009). Menurut AOAC (2002) suatu metode dikatakan memiliki
linearitas yang baik apabila nilai r > 0,99. Berdasarkan kurva baku yang telah
dibuat, didapatkan persamaan y = 0,1307x + 0,0015 dengan nilai r sebesar 0,9981
(Gambar 1), hal tersebut memenuhi persyaratan Association of Official Analytical
Chemist (AOAC). Sehingga dapat dikatakan metode spektofotometri UV-Vis ini
memiliki linearitas yang baik dalam menetapkan kadar kurkumin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Gambar 1. Kurva Baku Kurkumin dalam Medium Disolusi
2. Penetapan akurasi dan presisi
Penetapan akurasi dilihat berdasarkan kedekatan hasil analisis dengan kadar
analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai % recovery terhadap sampel
yang kadarnya telah diketahui dengan pasti (Rohman, 2009). Suatu metode
dikatakan memiliki akurasi yang baik apabila nilai % recovery untuk konsentrasi 1
µg/ml sebesar 80-110% (AOAC, 2016). Nilai % recovery yang didapatkan dalam
penelitian ini antara 98,84-108,26% (Tabel II). Hasil tersebut masih memenuhi
persyaratan yang ditetapkan oleh Association of Official Analytical Chemist
(AOAC).
Penetapan presisi dilihat berdasarkan kedekatan antar serangkaian hasil
analisis yang diperoleh dari beberapa kali pengukuran. Presisi biasanya dinyatakan
dalam Coefficient of Variation (CV) (Rohman, 2009). Menurut AOAC (2016) nilai
CV yang baik sebesar 11% untuk kadar sampel 1 µg/ml. Nilai CV yang
didapatkan pada penelitian ini sebesar 0,83-2,42% (Tabel II). Hasil tersebut masih
memenuhi rentang persyaratan yang ditetapkan oleh Association of Official
Analytical Chemist (AOAC), maka disimpulkan metode ini akurat dan presisi
sehingga metode valid untuk digunakan dalam penelitian ini.
y = 0.1307x + 0.0015
R² = 0.9963
R = 0.9981
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
0 2 4 6 8
Ab
sorb
an
si
Konsentrasi (µg/mL)
Kurva Baku Kurkumin dalam Medium
Disolusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Tabel II. Data Akurasi dan Presisi (n=3)
Konsentrasi
teoritis
(µg/mL)
Konsentrasi
yang didapat
(µg/mL)
Akurasi
(% recovery)
Presisi
(SD)
Presisi
(CV)
0,54
0,53 98,84 0,00
0,83
0,54 100,26
0,53 98,84
3,23
3,29 102,01 0,06
1,83
3,35 103,67
3,42 105,80
5,38
5,58 103,71 0,14
2,42
5,82 108,11
5,83 108,26
Uji Drug Load
Uji drug load bertujuan untuk mengetahui kandungan zat aktif yang
sebenarnya dalam rasio yang dikehendaki dan mengetahui stabilitas zat aktif selama
proses pembuatan. Untuk mengetahui hasil drug load sesuai atau tidak dengan teoritis
maka dihitung % recovery. Berdasarkan table III, homogenitas campuran fisik dan
dispersi padat sudah sesuai yaitu dibuktikan dari nilai CV yang rendah. Hasil untuk %
recovery CF secara keseluruhan sudah memenuhi yaitu mendekati 100%. Akan tetapi
untuk % recovery DP ada beberapa yang tidak sesuai yaitu DP 3 (1:8), DP 4 (1:12),
dan DP 5 (1:21). Ketidaksesuaian yang terjadi pada drug load DP 3 (1:8), DP 4
(1:12), dan DP 5 (1:21) karena adanya kerusakan kurkumin selama proses
pembuatan. Rusaknya kurkumin bisa terjadi karena fotodegradasi dan oksidasi
(Priyadarsini, 2014). Oksidasi dapat disebabkan karena adanya panas saat oven
vakum. Waktu pengeringan menggunakan oven vakum untuk setiap formula DP
berbeda-beda, semakin besar jumlah kitosan semakin lama pengeringannya. Selain
itu, ketidaksesuaian yang terjadi DP 3, DP 4, dan DP 5 karena semakin menurunnya
konsentrasi Poloxamer 407, akibatnya semakin kecil jumlah kurkumin yang dapat
terdispersi ke dalam kitosan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Tabel III. Hasil Uji Drug Load Campuran Fisik (CF) dan Dispersi Padat (DP) (n=3)
Sampel Rata-rata
Recovery ±
SD (%)
CV Sampel Rata-rata
Recovery ±
SD (%)
CV
CF 1
(1:4,5)
84,59 ± 1,40 1,65 DP 1
(1:4,5)
96,69 ± 1,22 1,27
CF 2
(1:6)
88,03 ± 2,30 2,61 DP 2
(1:6)
84,08 ± 1,64 1,95
CF 3
(1:8)
80,01± 2,45 3,18 DP 3
(1:8)
79,48 ± 1,13 1,42
CF 4
(1:12)
94,32 ± 1,58 1,68 DP 4
(1:12)
66,31 ± 0,97 1,47
CF 5
(1:21)
99,59 ± 0,66 0,66 DP 5
(1:21)
65,98 ± 1,14 1,73
Uji Kelarutan
Uji kelarutan bertujuan untuk mengetahui kelarutan dispersi padat
dibandingkan campuran fisik. Uji kelarutan dilakukan tanpa SLS karena ingin
melihat kelarutan sediaan tanpa adanya bantuan peningkatan kelarutan apapun.
Gambar 2 menunjukkan bahwa kelarutan kurkumin meningkat setelah dibuat menjadi
DP dibandingkan dengan CF. Peningkatan terjadi secara signifikan pada DP 1 (1:4,5),
DP 2 (1:6), DP 3 (1:8), DP 4 (1:12), DP 5 (1:21) yaitu 5,8; 4,1; 4,6; 6,9; 5,0 kali CF
(p<0,05). Peningkatan kelarutan DP dapat terjadi karena adanya proses pelarutan
yang menyebabkan pengecilan ukuran partikel sehingga luas permukaan kontak
dengan medium besar. Selain itu, peningkatan kelarutan DP juga dapat terjadi karena
perubahan bentuk kristal menjadi amorf (Singh et al., 2011). Berdasarkan Gambar 2
dapat diamati bahwa perbedaan kelarutan juga terjadi pada antar formula DP. Hasil
dari kelarutan antar DP dianalisis secara statistik menggunakan Kruskal Wallis. Hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
analisis menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar formula DP (p<0,05).
Hal ini membuktikan bahwa peningkatan rasio Poloxamer 407/kitosan dalam dispersi
padat dapat meningkatkan kelarutan kurkumin. Seiring bertambahnya kitosan diikuti
pula dengan semakin berkurangnya Poloxamer 407, sehingga semakin kecil jumlah
Poloxamer 407 maka semakin kecil proses dispersi kurkumin ke dalam kitosan.
Tabel IV. Hasil uji kelarutan Campuran Fisik (CF) dan Dispersi Padat (DP) (n=3)
Sampel Rata-rata
kelarutan
(µg/mL) ±
SD
CV Sampel Rata-rata
kelarutan
(µg/mL) ±
SD
CV Peningkatan
kelarutan
CF 1
(1:4,5)
0,18 ± 0,00 2,42 DP 1
(1:4,5)
1,06 ± 0,06 5,91 5,8 kali
CF 2
(1:6)
0,19 ± 0,01 4,65 DP 2
(1:6)
0,78 ± 0,04 5,21 4,1 kali
CF 3
(1:8)
0,15 ± 0,01 5,82 DP 3
(1:8)
0,71 ± 0,01 1,66 4,6 kali
CF 4
(1:12)
0,09 ± 0,02 21,27 DP 4
(1:12)
0,63 ± 0,03 3,93 6,9 kali
CF 5
(1:21)
0,11 ± 0,03 24,87 DP 5
(1:21)
0,55 ± 0,01 1,40 5,0 kali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Gambar 2. Grafik Perbandingan Kelarutan DP dan CF (n=3), * Peningkatan kelarutan
berbeda signifikan dengan nilai p sebesar 0,02.
Uji Disolusi
Uji disolusi dilakukan untuk mengetahui profil disolusi kurkumin antara
dispersi padat dengan campuran fisik. Uji disolusi dilakukan menggunakan alat
disolusi dengan metode dayung. Medium yang digunakan berupa 500 ml dapar fosfat
pH 6,0 dan SLS 0,5%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wang et al., (1997)
kurkumin paling stabil berada pada pH 6.0, sehingga pada pengujian ini digunakan
dapar fosfat pH 6,0. Selain itu menurut British Pharmacopoeia (2011) untuk obat-
obatan BCS kelas II direkomendasikan penambahan surfaktan ke dalam medium.
Penggunaan surfaktan dalam medium disolusi obat lipofilik, secara fisiologis relevan
karena didalam tubuh juga terdapat surfaktan yaitu empedu dan telah dilakukan
penelitian sebelumnya. Medium disolusi yang mengandung surfaktan dapat lebih
mensimulasikan lingkungan saluran pencernaan daripada media yang mengandung
pelarut organik (Rahman et al., 2009). Penentuan konsentrasi SLS sebesar 0,5%,
didasarkan pada konsentrasi tersebut berada diatas nilai CMC (Critical Micelle
Concentration) dari SLS yaitu 0,03% (Rahman et al., 2009). Hal tersebut juga
didukung oleh adanya penelitian Rahman et al., (2009) tentang peran konsentrasi SLS
dalam disolusi kurkumin dari konsentrasi 0,1-3%, di mana konsentrasi 0,5%
merupakan konsentrasi yang efektif untuk disolusi kurkumin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Pengujian disolusi campuran fisik dan dispersi padat dilakukan selama 180
menit. Saat pengujian disolusi, pada menit ke 180 semua sampel DP dan CF belum
habis terdisolusi yaitu ditandai dengan adanya sisa sampel yang masih mengendap di
chamber. Hal ini dikarenakan kitosan membentuk lapisan seperti gel yang
menghalangi masuknya air ke dalam serbuk sehingga proses disolusi menjadi lambat,
dan membuat kitosan cocok sebagai bahan pembawa untuk obat-obatan controlled
release (De, 2012). Berdasarkan Gambar 3, hasil rata-rata persen terdisolusi dispersi
padat lebih tinggi dibandingkan campuran fisik, dengan hasil rata-rata persen
terdisolusi pada menit ke-180 untuk DP 1 (1:4,5), DP 2 (1:6), DP 3 (1:8), DP 4 (1:12),
DP 5 (1:21) yaitu 83,37%; 66,78%; 65,28%; 59,22%; 40,37%. Sedangkan hasil rata-
rata persen terdisolusi pada menit ke-180 untuk CF 1, CF 2, CF 3, CF 4, CF 5 yaitu
21,91%; 19,77%; 18,73%; 22,19%; 20,24%.
Data persen terdisolusi yang telah didapatkan, digunakan untuk menghitung
nilai dissolution efficiency (DE). Dissolution efficiency (DE) merupakan perbandingan
luas di bawah kurva disolusi dengan luas segiempat seratus persen zat aktif larut dalam
medium pada saat tertentu. Penggunaan metode ini mempunyai beberapa keuntungan,
yaitu dapat menggambarkan semua titik pada kurva kecepatan disolusi obat (Fudholi,
2013). Nilai DE180 yang diperoleh pada DP 1 (1:4,5), DP 2 (1:6), DP 3 (1:8), DP 4
(1:12), DP 5 (1:21) yaitu 56,79%; 47,17%; 36,50%; 32,57%; 27,99%. Sedangkan nilai
DE180 pada CF 1, CF 2, CF 3, CF 4, dan CF 5 yaitu 16,93%; 14,42%; 14,24%;
16,73%; 14,68%. Setelah didapatkan nilai DE180 untuk semua formula baik itu CF dan
DP, diuji statistiknya menggunakan uji Mann-Whitney. Uji statistik untuk DE180 semua
formula CF dan DP menghasilkan nilai p<0,05 yang berarti bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan. Sehingga terbukti dispersi padat dapat meningkatkan disolusi
kurkumin dibanding campuran fisik. Menurut Singh et al., (2011) peningkatan disolusi
DP dapat terjadi karena pada saat proses pembuatan DP terlebih dahulu terdapat proses
pelarutan yang menyebabkan pengecilan ukuran partikel, sehingga luas permukaan
kontak dengan medium besar. Selain itu, peningkatan disolusi DP dapat terjadi karena
adanya perubahan kristal menjadi amorf. Sedangkan CF tidak mengalami peningkatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
signifikan karena pada saat proses pembuatan hanya menggunakan mortir dan stamper
sehingga tidak terjadi perubahan kristal menjadi amorf.
Tidak hanya membandingkan CF dan DP, peneliti juga membandingkan
antar formula DP. Nilai DE180 antar formula DP diuji statistika menggunakan
ANOVA. Hasil uji statistika menunjukkan nilai p < 0,05, yang berarti bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan, sehingga terbukti rasio Poloxamer 407/kitosan dalam
dispersi padat dapat meningkatkan disolusi kurkumin. Berdasarkan penelitian
sebelumnya oleh Zhong et al., (2013), kitosan sebagai polimer tunggal kurang mampu
meningkatkan laju disolusi. Hal ini terbukti dari nilai % terdisolusi yang rendah yaitu
34% setelah menit ke 30. Oleh karena itu, adanya Poloxamer 407 dapat membantu
terdispersinya kurkumin ke dalam kitosan (Kakran et al., 2013). Menurut Bhyan et al.,
(2014) semakin besar jumlah Poloxamer 407 maka semakin besar kurkumin yang
terdispersi ke dalam kitosan. Mekanisme peningkatan laju disolusi pada penelitian ini
dengan cara: 1) peningkatan Cs yaitu adanya Poloxamer 407 yang dapat membantu
proses terdispersinya kurkumin ke dalam kitosan, 2) adanya kitosan dalam penelitian
ini dapat mempertahankan bentuk amorf kurkumin sehingga menurunkan
kecenderungan kristalisasi, 3) peningkatan luas permukaan padatan melalui proses
pembentukan dispersi padat. Berdasarkan persamaan Noyes and Whitney dengan
adanya peningkatan Cs dan luas permukaan padatan maka akan meningkatkan laju
disolusi.
𝑑𝑀
𝑑𝑡=
𝐷𝑆
ℎ(𝐶𝑠 − 𝐶)
Keterangan:
M : massa zat terlarut yang terlarut selama waktu t
dM/dt : kecepatan disolusi (massa/waktu)
D : koefisien difusi zat terlarut dalam larutan
S : luas permukaan padatan
h : tebal lapisan difusi
Cs : kelarutan padatan (yakni konsentrasi senyawa dalam larutan jenuh pada
permukaan padatan dan pada temperatur percobaan).
C : konsentrasi zat terlarut dalam larutan pada waktu t
(Sinko,2006)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Gambar 3. Kurva Rata-rata Persen Terdisolusi Vs Waktu (menit)
Keterangan: (a). CF 1 & DP 1 (1:4,5); (b). CF 2 & DP 2 (1:6); (c). CF 3 & DP 3 (1:8);
(d). CF 4 & DP 4 (1:12); (e). CF 5 & DP 5 (1:21) dan (f). Grafik Perbandingan
Dissolution Efficiency menit ke-180 (n=3)
a b
c d
e f
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa campuran
Poloxamer 407/kitosan dalam dispersi padat dapat meningkatkan disolusi kurkumin
dibandingkan campuran fisik dan terdapat perbedaan nilai dissolution efficiency (DE)
antar rasio dispersi padat (p value < 0,05). Dispersi padat dengan rasio 1:4,5
menunjukkan dissolution efficiency (DE) paling tinggi sebesar 56,79 ± 1,52%.
Semakin banyak Poloxamer 407, semakin meningkatkan nilai DE karena semakin
banyak kurkumin yang terdispersi ke dalam kitosan.
SARAN
Perlu dilakukan optimasi suhu dan lama pengeringan oven vakum untuk
dispersi padat ekstrak temulawak-Poloxamer 407-kitosan, uji aktivitas dispersi padat
ekstrak temulawak-Poloxamer 407-kitosan, serta beberapa uji karakteristik dispersi
padat seperti Particle Size Analyzer untuk melihat ukuran partikel, X-Ray Diffraction
untuk karakterisasi struktur kristal, Differential Scanning Calorimetry untuk
mengetahui karakteristik sampel berdasarkan energi transisi, dan Fourier Transform
Intrared Spectroscopy untuk melihat interaksi polimer dengan kurkuminoid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
DAFTAR PUSTAKA
Ambarsari, L., Nurcholis, W., Darusman, L.K., Mujib, M.A., and Heryanto, R., 2014,
The Curcuminoids Extract of Curcuma xanthorrhiza RoxB. Loaded Solid Lipid
Nanoparticles, International Journal of Science and Research, 3 (10), 852–856.
AOAC, 2002, AOAC Guidelines for Single Laboratory Validation of Chemical
Methods for Dietary Supplements and Botanicals.
AOAC, 2016, Appendix F: Guidelines for Standard Method Performance
Requirements.
Bhyan, B., Bhyan, S., and Dk, S., 2014, Development and Characterization of Solid
Dispersion to Enhance the Dissolution Profile of Nifedipine with PVP K30 and
Poloxamer 407, Int J Res Pharm Sci 4(4), 4-9.
British Pharmacopoeia, 2011, British Pharmacopoeia, The British Pharmacopoeia
Commission, London.
Chiou, W.L. and Riegelman, S., 1971, Pharmaceutical Applications of Solid
Dispersion Systems. Journal of pharmaceutical sciences, 60 (9), 1281–1302.
De, U.D.E.S., 2012, Obtaining Chitosan Microspheres on Superhydrophobic Surface
for Controlled Release of 5-Fluorouracil First Master of Drug Development.
Dixit, a. K., Singh, R.P., and Singh, S., 2012, Solid Dispersion - A Strategy for
Improving the Solubility of Poorly Soluble Drugs, International Journal of
Research in Pharmaceutical and Biomedical Sciences, 3 (2), 960–966.
European Medicines Agency, 2014, Assessment Report on Curcuma xanthorrizha
Roxb. (C. xanthorrhiza D. Dietrich) Rhizoma, Committee for Human Medicinal
Products (HPMC), London, United Kingdom.
Fudholi, A., 2013, Disolusi & Pelepasan in Vitro, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 137-
143.
Kakran, M., Gopal, N., Wah, Y., and Li, L., 2013, Colloids and Surfaces A:
Physicochemical and Engineering Aspects Ternary Dispersions to Enhance
Solubility of Poorly Water-Soluble Antioxidants, Colloids and Surfaces A:
Physicochemical and Engineering Aspects, 433, 111–121.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Kumar, S., 2006, Spectroscopy of Organic Compounds, Dept. of Chemistry, 66, 1-36.
Paliwal, R., Babu, R.J., and Palakurthi, S., 2014, Mini-Review Nanomedicine Scale-
up Technologies: Feasibilities and Challenges, 15 (6).
Priyadarsini, K.I., 2014, The Chemistry of Curcumin: From Extraction to Therapeutic
Agent, Molecules, 19 (12), 20091-20112.
Rahman, S., Telny, T., Ravi, T., and Kuppusamy, S., 2009, Role of Surfactant and
pH in Dissolution of Curcumin, Indian Journal of Pharmaceutical Sciences, 71(2),
139.
Rohman, A., 2009, Kromatografi untuk Analisis Obat, Cetakan 1, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 217-235.
Sharma, K., Agrawal, S.S., and Gupta, M., 2012, Development and Validation of UV
Spectrophotometric Method for the Estimation of Curcumin in Bulk Drug and
Pharmaceutical Dosage Forms, International Journal of Drug Development and
Research, 4 (2), 375–380.
Singh, S., Singh, B.R., and Yadav, L., 2011, A Review on Solid Dispersion, Int.J. of
Pharm. & Life Sci. (IJPLS), 2 (9), 1078-1095. \
Sinko, P.J., 2006, Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika, edisi 5, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 423-445.
Tonnesen, H.H., Masson, M., and Loftsson, T., 2002, Studies of Curcumin and
Curcuminoid. XXVII. Cyclodextrin Complexation: Solubility, Chemical and
Photochemical Stability, International Journal of Pharmaceutics, 244(1-2), 127-
135.
Wang, Y.J., Pan, M.H., Cheng, A.L., Lin, L.I., Ho, Y.S., Hsieh, C.Y., et al., 1997,
Stability of Curcumin in Buffer Solution and Characterization of Its Degradation
Products, Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis, 15 (12), 1867-
1876.
Zhong, L., Zhu, X., Luo, X., and Su, W., 2013, Dissolution Properties and Physical
Characterization of Telmisartan-Chitosan Solid Dispersions Prepared by
Mechanochemical Activation, AAPS PharmSciTech, 14 (2), 541–50.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of Analysis (CoA) Curcuma xanthorrhiza Roxb.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Lamiran 2. Certificate of Analysis (CoA) kitosan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Lampiran 3. Penentuan panjang gelombang maksimum dalam medium disolusi
1. Hasil overlay spectrum scanning panjang gelombang maksimum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2. Scanning panjang gelombang maksimum konsentrasi rendah (0,5382
µg/mL) dalam medium disolusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
3. Scanning panjang gelombang maksimum konsentrasi sedang (3,2292
µg/mL) dalam medium disolusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
4. Scanning panjang gelombang maksimum konsentrasi tinggi (6,4584 µg/mL)
dalam medium disolusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Lampiran 4. Summary output regression statistics untuk kurva baku medium
disolusi
Lampiran 5. Kurva Baku Metanol
y = 0,1591x - 0,006
R² = 0,9973
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1
0 1 2 3 4 5 6
Ab
sorb
an
si
Konsentrasi (µg/mL)
Kurva Baku Kurkumin dalam Metanol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Keterangan:
A 0,006
B 0,1591
R 0,997998
Lampiran 6. Summary output regression statistics untuk kurva baku metanol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Lampiran 7. Hasil Verifikasi Metode: Akurasi dan Presisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Lampiran 8. Penimbangan Dispersi Padat
Bahan Formula
I II III IV V
Ekstrak
temulawak
(gram)
0,126 0,126 0,125 0,125 0,126
Kitosan (gram) 1,126 1,173 1,219 1,267 1,316
Poloxamer 407
(gram)
0,250 0,205 0,157 0,110 0,063
Asam sitrat
(gram)
2,500 2,505 2,501 2,502 2,501
Lampiran 9. Penimbangan Campuran fisik
Bahan Formula
I II III IV V
Ekstrak
temulawak
(gram)
0,125 0,125 0,126 0,126 0,126
Kitosan (gram) 1,127 1,176 1,221 1,265 1,314
Poloxamer 407
(gram)
0,250 0,200 0,159 0,111 0,065
Asam sitrat
(gram)
2,503 2,500 2,505 2,501 2,504
Lampiran 10. Perhitungan Rendemen
% Rendemen = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 𝑥 100%
Bahan Formula
I II III IV V
Berat yang
diperoleh (gram)
3,246 2,865 2,935 3,132 2,674
Berat teoritis
(gram)
4,002 4,009 4,002 4,004 4,006
% rendemen 81,109 71,464 73,338 78,241 66,750
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Lampiran 11. Penimbangan Kapsul Dispersi Padat dan Campuran Fisik
Campuran Fisik Dispersi Padat
Sampel Berat (mg) Rata-rata
(mg)
Sampel Berat (mg) Rata-rata
(mg)
CF 1 500 500,67 DP 1 501 501,33
501 502
501 501
CF 2 502 502,00 DP 2 501 501,00
502 502
502 500
CF 3 500 501,67 DP 3 503 502,67
503 502
502 503
CF 4 503 501,67 DP 4 501 501,00
501 502
501 500
CF 5 502 500,67 DP 5 500 500,67
500 501
500 501
Lampiran 12. Hasil Data Disolusi Dispersi Padat dan Campuran Fisik
Tabel I. Contoh Hasil disolusi CF 1
Menit ke
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
C
(µg/mL)
%
terdisolusi
C
(µg/mL)
%
terdisolusi
C
(µg/mL)
%
terdisolusi
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
10 0,29 7,20 0,29 7,20 0,25 6,24
15 0,48 12,00 0,52 12,96 0,48 12,00
30 0,55 13,92 0,59 14,88 0,63 15,84
45 0,63 15,84 0,67 16,79 0,63 15,84
60 0,67 16,79 0,67 16,79 0,71 17,75
90 0,71 17,75 0,71 17,75 0,75 18,71
120 0,71 17,75 0,71 17,75 0,82 20,63
150 0,71 17,75 0,78 19,67 0,86 21,59
180 0,86 21,59 0,82 20,63 0,94 23,51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Tabel II. Contoh Hasil Disolusi DP 1
Menit ke
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
C
(µg/mL)
%
terdisolusi
C
(µg/mL)
%
terdisolusi
C
(µg/mL)
%
terdisolusi
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
10 0,48 10,47 0,52 11,31 0,67 14,66
15 1,24 27,23 1,21 26,39 1,36 29,74
30 1,51 33,10 1,66 36,45 1,63 35,61
45 1,89 41,48 2,05 44,83 2,20 48,18
60 2,31 50,69 2,47 54,04 2,47 54,04
90 2,70 59,07 2,89 63,26 2,85 62,42
120 3,04 66,61 3,16 69,13 3,23 70,80
150 3,50 76,67 3,42 74,99 3,58 78,34
180 3,77 82,53 3,92 85,88 3,73 81,69
Gambar 1. Kurva Rata-rata Persen Terdisolusi Vs Waktu (menit)
Lampiran 13. Perhitungan parameter uji disolusi (n=3)
Perhitungan AUC (Area Under Curve) didapatkan dengan metode trapezoid.
Perhitungan nilai dissolution efficiency menggunakan rumus sebagai berikut:
𝐷𝐸 = ∫(𝑌𝑑𝑡
𝑌100 𝑡)
𝑡
0
𝑥 100%
DE = Dissolution efficiency pada saat t
Ydt = Luas di bawah kurva zat aktif terlarut pada saat t
0,00
50,00
100,00
-20 30 80 130 180% T
erd
iso
lusi
Waktu (menit)
Kurva Rata-rata % terdisolusi VS waktu (menit)
CF 1 DP 1 CF 2 DP 2 CF 3
DP 3 CF 4 DP 4 CF 5 DP 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Y100 = Luas segiempat 100% zat aktif larut dalam medium untuk
waktu t
Tabel I. Contoh data hasil perhitungan AUC dan dissolution efficiency (DE)
campuran fisik 1
waktu
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Rata-rata
DE (%) SD DE AUC
DE
(%) AUC
DE
(%) AUC
DE
(%)
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
10 35,99 3,60 35,99 3,60 31,19 3,12 3,44 0,24
15 47,99 5,60 50,38 5,76 45,59 5,12 5,49 0,32
30 194,34 9,28 208,73 9,84 208,73 9,52 9,54 0,18
45 223,13 11,14 237,53 11,84 237,53 11,62 11,53 0,16
60 244,72 12,44 251,92 13,08 251,92 12,92 12,81 0,13
90 518,24 14,05 518,24 14,48 547,03 14,69 14,40 0,15
120 532,63 14,98 532,63 15,30 590,22 15,94 15,40 0,34
150 532,63 15,53 561,42 15,98 633,40 16,97 16,16 0,53
180 590,22 16,22 604,61 16,67 676,59 17,90 16,93 0,65
Tabel II. Contoh data hasil perhitungan AUC dan dissolution efficiency (DE)
dispersi padat 1
waktu
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Rata-rata
DE (%)
SD
DE AUC
DE
(%) AUC
DE
(%) AUC
DE
(%)
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
10 52,37 5,24 56,56 5,66 73,31 7,33 6,07 1,11
15 94,26 9,78 94,26 10,05 111,02 12,29 10,71 1,38
30 452,46 19,97 471,31 20,74 490,16 22,48 21,06 1,29
45 559,29 25,74 609,56 27,37 628,41 28,95 27,36 1,61
60 691,26 30,83 741,53 32,89 766,67 34,49 32,74 1,84
90 1646,45 38,85 1759,56 41,48 1746,99 42,41 40,91 1,85
120 1885,24 44,84 1985,79 47,65 1998,36 48,46 46,99 1,90
150 2149,18 50,20 2161,75 52,54 2237,15 53,68 52,14 1,77
180 2387,97 55,10 2413,11 57,19 2400,54 58,07 56,79 1,52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Lampiran 14. Statistika dissolution efficiency menit ke 180 campuran fisik dan
dispersi padat
Tabel I. Uji normalitas DE180 campuran fisik dan dispersi padat menggunakan
uji Shapiro-Wilk
Dari uji normalitas didapatkan data tidak terdistribusi normal, maka pengujian
dilajutkan dengan uji Mann-Whitney.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Tabel II. Signifikansi DE180 antara campuran fisik dan dispersi padat (1)
menggunakan uji Mann-Whitney
Tabel III. Signifikansi DE180 antara campuran fisik dan dispersi padat (2)
menggunakan uji Mann-Whitney
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Tabel IV. Signifikansi DE180 antara campuran fisik dan dispersi padat (3)
menggunakan uji Mann-Whitney
Tabel V. Signifikansi DE180 antara campuran fisik dan dispersi padat (4)
menggunakan uji Mann-Whitney
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Tabel VI. Signifikansi DE180 antara campuran fisik dan dispersi padat (5)
menggunakan uji Mann-Whitney
Lampiran 15. Statistika dissolution efficiency menit ke 180 antar formula
dispersi padat
Tabel I. Uji normalitas DE180 antar formula dispersi padat menggunakan uji
Shapiro-Wilk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Karena data ditemukan normal maka dilanjutkan dengan pengujian menggunakan
ANOVA
Tabel II. Signifikansi DE180 antar formula dispersi padat menggunakan ANOVA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Lampiran 16. Statistika uji kelarutan campuran fisik dan dispersi padat
Tabel I. Uji normalitas kelarutan campuran fisik dan dispersi padat
menggunakan uji Shapiro-Wilk
Dari uji normalitas didapatkan data tidak terdistribusi normal, maka pengujian
dilajutkan dengan uji Mann-Whitney
Tabel II. Signifikansi kelarutan campuran fisik dan dispersi padat (1)
menggunakan uji Mann-Whitney
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Tabel III. Signifikansi kelarutan campuran fisik dan dispersi padat (2)
menggunakan uji Mann-Whitney
Tabel IV. Signifikansi kelarutan campuran fisik dan dispersi padat (3)
menggunakan uji Mann-Whitney
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Tabel V. Signifikansi kelarutan campuran fisik dan dispersi padat (4)
menggunakan uji Mann-Whitney
Tabel VI. Signifikansi kelarutan campuran fisik dan dispersi padat (5)
menggunakan uji Mann-Whitney
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Lampiran 17. Statistika uji kelarutan antar formula dispersi padat
Tabel I. Uji normalitas kelarutan antar formula dispersi padat menggunakan
uji Shapiro-Wilk
Karena data ditemukan tidak normal maka dilanjutkan dengan pengujian
menggunakan uji Kruskal-Wallis.
Tabel II. Signifikansi kelarutan antar formula dispersi padat menggunakan uji
Kruskal-Wallis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
LAMPIRAN FOTO
Lampiran 18. Uji Disolusi Campuran Fisik dan Dispersi Padat Ekstrak
Temulawak-Kitosan-Poloxamer 407
Gambar 1. Sampel Campuran Fisik dan Dispersi Padat
Gambar 2. Dissolution Tester
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Gambar 3. Hasil uji disolusi dispersi padat dan campuran fisik
Gambar 4. Rotary Evaporator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Gambar 5. Vaccum oven
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Pengaruh Rasio
Poloxamer 407/Kitosan dalam Sistem Dispersi Padat
Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb)
Terhadap Disolusi Kurkumin” memiliki nama lengkap Titi
Estetikaningtyas yang kerap dipanggil Teti. Penulis lahir
di Kebumen 7 Juli 1994 dan merupakan anak kedua dari 2
bersaudara pasangan Joko Triyono dan Sri jatmawati.
Pendidikan formal yang telah ditempuh yaitu TK
Pertiwi (1999-2001), Pendidikan tingkat Sekolah Dasar di
SD N 1 Prembun (2001-2007), Pendidikan Sekolah Menengah Pertama ditempuh di
SMP N 1 Prembun (2007-2010), Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA N 1
Kebumen (2010-2013), dan melanjutkan Pendidikan tinggi di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma. Selama masa kuliah, penulis cukup aktif dalam
mengikuti berbagai kegiatan kemahasiswaan yaitu TITRASI 2014 dan 2015 sebagai
anggota divisi dana dan usaha, DONOR DARAH JMKI sebagai anggota divisi dana
dan usaha. Selama studi, penulis juga pernah berperan sebagai asisten dosen
praktikum Formulasi dan Teknologi Sediaan Farmasi (2016), dan Analisis Farmasi
(2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI