19
PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT MELALUI KEPUASAN KERJA (STUDI PADA PERAWAT INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT MILITER KOTA MALANG) Mokhamad Afif Faudin, Endang Sungkawati 1 , Samiadji 2 *) Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Wisnuwardhana Malang [email protected] ABSTRAK This research was conducted in Inpatient Military Hospital Malang, in order to determine the direct effect on the performance of job stress, work stress on job satisfaction, job satisfaction on performance, as well as the indirect effect of work stress on performance of nurses with job satisfaction. The study design used is explanatory research. Total Inpatient nurse at the Military Hospital in Malang is 145 people, with 106 menggunankan nurses as respondents. Methods of data collection in this study was measured using a questionnaire with a scale linkert. Data analysis using descriptive data analysis and pathway analysis (Path analysis) results of this study are: (1) Work Stress Nurses significant effect on performance, (2) significant effect on the Job Stress Job Satisfaction Nurses, (3) Job Satisfaction Nurses significant effect on performance, (4) There is no direct influence on the Performance of Work Stress nurses through job satisfaction. This suggests that nurses Inpatient Military Hospital Malang able to control the Job Stress. Keywords: Job Stress, Job Satisfaction, Performance. I. PENDAHULUAN Rumah sakit merupakan sarana utama dan tempat penyelenggaraan pelayanan kesehatan memiliki peran besar dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Sebagai salah satu pusat pelayanan kesehatan rumah sakit dituntut untuk dapat selalu memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat yang menggunakan dan memanfaatkan sarana kesehatan ini. Salah satu unsur yang harus diperhatikan oleh rumah sakit dalam memberikan pelayanan yang prima adalah perawat. Perawat merupakan salah satu profesi yang memiliki andil besar dalam menentukan keberhasilan rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, hal ini disebabkan selama 24 jam perawat berperan menghadapi masalah kesehatan pasien secara terus-menerus. Rumah Sakit Militer Kota Malang merupakan Rumah Sakit Tingkat II (Setara tipe B Depkes) yang menjadi pusat rujukan bagi rumah sakit jajaran TNI & POLRI maupun rumah sakit lain di wilayah Provinsi Jawa Timur. Selain memberikan pelayanan kepada anggota maupun keluarga TNI & POLRI juga memberikan pelayanan kepada masyarakat pengguna Kartu Jaminan Kesehatan Nasional. Kondisi ini membuat jumlah pasien mengalami peningkatan rata-rata 20% setiap tahunnya dengan tingkat pemakaian tempat tidur saat ini sebesar 60,44%.Tenaga perawat yang tersedia saat ini 145 orang yang tersebar di berbagai ruang perawatan. Permasalahan yang dihadapi oleh perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Militer Kota Malang adalah perawat merasakan bahwa jumlah perawat yang ada

PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT …

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT …

PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT MELALUI

KEPUASAN KERJA

(STUDI PADA PERAWAT INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT

MILITER KOTA MALANG)

Mokhamad Afif Faudin, Endang Sungkawati

1, Samiadji

2 *)

Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Wisnuwardhana Malang

[email protected]

ABSTRAK

This research was conducted in Inpatient Military Hospital Malang, in order to determine the

direct effect on the performance of job stress, work stress on job satisfaction, job satisfaction on

performance, as well as the indirect effect of work stress on performance of nurses with job

satisfaction. The study design used is explanatory research. Total Inpatient nurse at the Military

Hospital in Malang is 145 people, with 106 menggunankan nurses as respondents. Methods of

data collection in this study was measured using a questionnaire with a scale linkert. Data

analysis using descriptive data analysis and pathway analysis (Path analysis) results of this

study are: (1) Work Stress Nurses significant effect on performance, (2) significant effect on the

Job Stress Job Satisfaction Nurses,

(3) Job Satisfaction Nurses significant effect on performance, (4) There is no direct influence on

the Performance of Work Stress nurses through job satisfaction. This suggests that nurses

Inpatient Military Hospital Malang able to control the Job Stress.

Keywords: Job Stress, Job Satisfaction, Performance.

I. PENDAHULUAN

Rumah sakit merupakan sarana utama

dan tempat penyelenggaraan pelayanan

kesehatan memiliki peran besar dalam

pelayanan kesehatan masyarakat. Sebagai

salah satu pusat pelayanan kesehatan rumah

sakit dituntut untuk dapat selalu memberikan

pelayanan yang baik kepada masyarakat yang

menggunakan dan memanfaatkan sarana

kesehatan ini. Salah satu unsur yang harus

diperhatikan oleh rumah sakit dalam

memberikan pelayanan yang prima adalah

perawat.

Perawat merupakan salah satu profesi

yang memiliki andil besar dalam menentukan

keberhasilan rumah sakit dalam memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat, hal

ini disebabkan selama 24 jam perawat berperan

menghadapi masalah kesehatan pasien secara

terus-menerus.

Rumah Sakit Militer Kota Malang

merupakan Rumah Sakit Tingkat II (Setara tipe

B Depkes) yang menjadi pusat rujukan bagi

rumah sakit jajaran TNI & POLRI maupun

rumah sakit lain di wilayah Provinsi Jawa

Timur.

Selain memberikan pelayanan kepada

anggota maupun keluarga TNI & POLRI juga

memberikan pelayanan kepada masyarakat

pengguna Kartu Jaminan Kesehatan Nasional.

Kondisi ini membuat jumlah pasien mengalami

peningkatan rata-rata 20% setiap tahunnya

dengan tingkat pemakaian tempat tidur saat ini

sebesar 60,44%.Tenaga perawat yang tersedia

saat ini 145 orang yang tersebar di berbagai

ruang perawatan.

Permasalahan yang dihadapi oleh

perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Militer Kota Malang adalah perawat

merasakan bahwa jumlah perawat yang ada

Page 2: PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT …

tidak sebanding dengan jumlah pekerjaan yang

harus diselesaikan, sehingga harus

menyelesaikan pekerjaan diluar waktu jam

kerja.

Keluhan dari perawat yang berdinas

seringkali mengalami gangguan kesehatan

seperti nyeri pada persendian, punggung yang

berakibat pada susah istirahat pada malam hari

sehingga pada waktu bekerja sering ngantuk

dan kurang bisa berkonsentrasi, mudah lelah

dan mudah tersinggung tanpa sebab yang

jelas.

Akibat negatif dari meningkatnya

beban kerja adalah kemungkinan timbul emosi

perawat yang tidak sesuai yang diharapkan

pasien. Beban kerja yang berlebihan ini sangat

berpengaruh terhadap produktifitas tenaga

kesehatan dan tentu saja berpengaruh terhadap

produktifitas perawat. Azizah Indriyani (2009)

menyatakan bahwa apabila banyaknya tugas

tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik

maupun keahlian dan waktu yang tersedia

maka akan menjadi sumber stres.

Apabila stres yang dialami karyawan

terlalu besar, maka kinerja akan mulai

menurun, karena stres tersebut mengganggu

pelaksanaan kerja karyawan dan akan

kehilangan kemampuan untuk

mengendalikannya atau menjadi tidak mampu

untuk mengambil keputusan dan perilakunya

menjadi tidak menentu. Akibat yang paling

ekstrim adalah kinerja menjadi nol, karyawan

mengalami gangguan, menjadi sakit, dan tidak

kuat lagi untuk bekerja, menjadi putus asa,

keluar atau menolak bekerja (Luthfan Atmaji,

2011).

Selain stres kerja, hal lain yang

berpengaruh terhadap kinerja karyawan adalah

kepuasan kerja. T. Hani Handoko (2008)

menyatakan ada beberapa faktor yang

mempengaruhi prestasi kerja karyawan.

Karyawan bekerja dengan produktif atau tidak

tergantung pada motivasi, kepuasan kerja,

tingkat stres, kondisi fisik pekerjaan, sistem

kompensasi, desain pekerjaan, dan aspek-aspek

ekonomis, teknis serta keperilakuan lainnya.

Kepuasan kerja juga mempunyai

pengaruh yang cukup besar terhadap

produktivitas organisasi baik secara langsung

maupun tidak langsung. Ketidakpuasan

merupakan titik awal dari masalah-masalah

yang muncul dalam organisasi seperti

mempunyai semangat kerja yang rendah, cepat

lelah dan bosan, emosi tidak stabil dan

melakukan kesibukan yang tidak ada

hubungannya dengan pekerjaan yang harus

dilakukan.

Chadek Novi Charisma Dewi (2014)

mengungkapkan bahwa karyawan yang merasa

puas terhadap pekerjaannya maka akan

berdampak positif terhadap pencapaian kinerja.

Kinerja seorang perawat dapat dilihat

dari mutu pelayanan keperawatan yang

diberikan pada pasien. Pada dasarnya yang

dijadikan acuan dalam menilai kualitas

pelayanan keperawatan adalah dengan

menggunakan standar praktek keperawatan.

Tenaga perawat merupakan tenaga yang paling

banyak dan paling lama kontak dengan pasien,

maka kinerja perawat harus selalu ditingkatkan

dalam pemberian asuhan keperawatan

Berdasarkan teori dan beberapa

penelitian terdahulu yang telah disebutkan di

atas, dan permasalahan yang ditemui pada di

Instalasi Rawat Sakit Militer Kota Malang saat

ini, maka peneliti tertarik untuk meneliti “

Pengaruh Stres Kerja terhadap Kinerja

yang dimediasi oleh Kepuasan Kerja (Studi

pada perawat Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Militer Kota Malang)”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengaruh stres kerja

terhadap kepuasan kerja ?

2. Bagaimanakah pengaruh stres kerja

terhadap kinerja perawat?

3. Bagaimanakah pengaruh kepuasan

kerja terhadap kinerja perawat?

4. Bagaimanakah pengaruh stres kerja

terhadap kinerja perawat yang

dimediasi kepuasan kerja?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang

dikembangkan diatas maka tujuan penelitian

ini adalah :

1. Menganalisis pengaruh stres kerja

terhadap kepuasan kerja perawat

2. Menganalisis pengaruh stres kerja

terhadap kinerja perawat

3. Menganalisis pengaruh kepuasan kerja

terhadap kinerja perawat

4. Menganalisis pengaruh stres kerja

terhadap kinerja perawat yang

dimediasi oleh kepuasan kerja

Page 3: PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Stres Kerja

a. Pengertian Stres

Menurut Robbins (2008), stress merupakan

suatu kondisi dinamis di mana individu

diharapakan pada kesempatan, hambatan dan

keinginan dan hasil yang diperoleh sangatlah

penting tetapi tidak dapat

dipastikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

stress kerja timbul karena tuntutan lingkungan

dan tantangan setiap individu dalam

menghadapi dapat berbeda.

b. Pengertian Stres Kerja

Ivancevich dan Mateson (dalam

Luthans,2006:441) mendefinisikan “stres kerja

sebagai respon adaptif yang dihubungkan oleh

perbedaan individu atau proses psikologi yang

merupakan konsekwensi tindakan, situasi, atau

kejadian pada seseorang”.

c. Jenis-jenis stres

Sopiah (2008:85) mengkategorikan jenis

stres menjadi dua, yaitu :

1. Distress yaitu derajat penyimpangan fisik, psikis dan

perilaku dari fungsi yang sehat.

2. Eustress yaitu pengalaman stres yang tidak berlebihan

dan mengarah kepada hal-hal yang sehat,

positif, hasil konstruktif dari kejadian penuh

stres dan respon stres.

Selye (Munandar,2008:374) menjelaskan

bahwa stres diperlukan untuk menghasilkan

prestasi yang tinggi, lebih lanjut stres

dibedakan antara distress yang destruktif dan

eustress yang merupakan kekuatan positif.

d. Tahapan stress

General Adaption Syndrome (GAS) adalah

reaksi fisiologis dan psikobiologis yang

ditimbulkan akibat stres (Sopiah,2008:85).

GAS dibagi dalam 3 (tiga) model tahapan:

1. State of Alarm (Tahap Peringatan)

2. State of Resistance (Tahap

Pertahanan)

3. State of Exhaustion (Tahap Kelelahan)

e. Penyebab stres kerja

Sopiah (2008:90) menjelaskan stres yang

berhubungan dengan pekerjaan terbagi dalam

empat tipe utama, yaitu :

1. Lingkungan fisik

Adalah stressor yang berasal dari

lingkungan fisik pekerjaan.

2. Stres karena peran atau tugas. Adalah stresor karena peran atau tugas

adalah kondisi dimana pegawai mengalami

kesulitan dalam memahami apa yang

menjadi tugasnya, peran yang dimainkan

dirasakan terlalu berat atau memainkan

berbagai peran pada tempat kerja.

3. Penyebab stres antar pribadi Adalah stresor yang berasal dari perbedaan

karakter, latar belakang persepsi dan

kepribadian antar karyawan.

4. Organisasi Adalah stresor yang berasal dari kebijakan,

aturan organisasi dari tempat bekerja

f. Dampak stres

Sopiah (2008:91) Akibat-akibat dari stres

bisa dilihat pada tiga aspek, yaitu :

1. Fisik

Adanya stres pada fisik mudah dikenali.

Ada sejumlah penyakit yang terdapat pada

orang yang mengalami stres tinggi antara

lain : penyakit jantung, tekanan darah

tinggi, sakit kepala, gangguan tidur,

tambah sakit jika menderita sakit.

2. Psikis Dampak stres pada aspek psikis bisa

dikenali, antara lain : ketidak puasan kerja,

depresi, keletihan, kemurungan dan kurang

semangat.

3. Perilaku Akibat stres bisa dikenali dari perilaku,

yaitu kinerja rendah, naiknya tingkat

kecelakaan kerja, salah dalam mengambil

keputusan, dan agresi ditempat kerja.

g. Manajemen Stres

Munandar (2008:401) terdapat beberapa

teknik yang dapat digunakan untuk manajemen

stres, antara lain :

1. Kerekayasaan organisasi.

Teknik ini berusaha untuk mengubah

lingkungan kerja agar tidak cepat

Page 4: PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT …

dirasakan sebagai lingkungan yang

penuh stres.

2. Kerekayasaan kepribadian. Strategi yang digunakan dalam

kerekayasaan kepribadian adalah

upaya untuk menimbulkan perubahan-

perubahan dalam kepribadian individu

agar dapat dicegah timbulnya stres

dan agar ambang stres dapat

ditingkatkan.

3. Teknik penenangan pikiran Teknik-teknik penenang pikiran

meliputi : (a) meditasi, (b) pelatihan

relaksasi autogenic, (c) pelatihan

relaksasi neuromuscular.

4. Teknik penenangan melalui aktivitas

fisik

Teknik ini melibatkan aktifitas fisik

dengan cara menurunkan reaktifitas

terhadap stress dengan cara

mengkondisikan untuk relaksasi.

2. Kepuasan kerja

a. Pengertian

Kepuasan kerja adalah “sikap emosional

yang menyenangkan dan mencintai

pekerjaannya. Kepuasan kerja (job

statisfaction) karyawan harus diciptakan

sebaik-baiknya supaya moral kerja, dedikasi,

kecintaan, dan kedisiplinan karyawan

meningkat” (Hasibuan, 2014:202)

Robbins (2006:162) menyatakan

“kepuasan kerja sebagai sikap umum individu

terhadap pekerjaannya. Penilaian karyawan

atas seberapa puas atau tidak puas dirinya

dengan pekerjaannya adalah perhitungan rumit

sejumlah elemen pekerjaan yang sensitif”.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kepuasan kerja

Luthans (2005:243) menyatakan bahwa

ada sejumlah faktor yang mempengaruhi

kepuasan kerja. Hal-hal utama dengan

mengingat dimensi-dimensi paling penting

yaitu gaji, pekerjaan itu sendiri, promosi,

pengawasan, kelompok kerja dan kondisi

kerja.

c. Teori-teori kepuasan kerja

Munandar (2008:354) teori-teori tentang

kepuasan kerja ada tiga, yaitu:

1. Teori Perbandingan Intrapersonal

(Discrepancy Theory).

2. Teori Keadilan (Equity Theory) 3. Teori Dua – Faktor (Two Factor

Theory)

d. Konsekuensi kepuasan dan

ketidakpuasan kerja

Munandar (2008:363) menjelaskan

dampak kepuasan dan ketidak puasan kerja,

antara lain :

1. Produktifitas atau kinerja (Unjuk

Kerja)

Lawler dan Porter mengharapkan

produktivitas yang tinggi menyebabkan

peningkatan dari kepuasan kerja hanya jika

tenaga kerja mempersepsikan bahwa

ganjaran instrinsik dan ganjaran ekstrinsik

yang diterima kedua-duanya adil dan wajar

dan diasosiasikan dengan unjuk kerja yang

unggul. Jika tenaga kerja tidak

mempersepsikan ganjaran intrinsik dan

ekstrinsik yang berasosiasi dengan unjuk

kerja, maka kenaikan dalam unjuk kerja

tidak akan berkorelasi dengan kenaikan

dalam kepuasan kerja.

2. Ketidakhadiran dan Turn Over Porter & Steers mengatakan bahwa

ketidakhadiran dan berhenti bekerja

merupakan jenis jawaban yang secara

kualitatif berbeda. Ketidakhadiran lebih

bersifat spontan sifatnya dan dengan

demikian kurang mungkin mencerminkan

ketidakpuasan kerja.

3. Kinerja

a. Pengertian

Kinerja berasal dari kata job performance

atau actual performance yang berarti prestasi

kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai

oleh seseorang.

Mangkunegara (2005:2) mendefinisikan

“kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan

kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja

Mangkunegara (2005:16) menjelaskan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja,

yaitu :

Page 5: PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT …

1. Faktor individu

adalah kemampuan individu untuk

mengelola dan mendayagunakan potensi

dirinya secara optimal dalam melaksanakan

kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari

dalam mencapai tujuan organisasi.

2. Faktor lingkungan organisasi Adalah situasi lingkungan organisasi antara

lain : uraian jabatan, autoritas yang

memadai, target kerja yang menantang,

pola komunikasi, iklim kerja, peluang

berkarier dan fasilitas yang memadai.

c. Tujuan penilaian kinerja

Dessler (2011:326) menjelaskan lima

alasan untuk menilai kinerja bawahan,

sebagai berikut:

1. Sebagai dasar keputusan bayaran,

promosi, dan retensi pada penilaian

karyawan.

2. Untuk memastikan bahwa kinerja setiap

karyawan sesuai dengan sasaran

keseluruhan perusahaan.

3. Sebagai dasar untuk mengoreksi,

defisiensi dan menguatkan kekuatan

bawahan.

4. Sebagai bahan pertimbangan untuk

peninjauan karier bawahan.

5. Sebagai bahan untuk mengidentifikasi

adanya kebutuhan akan pelatihan, dan

langkah-langkah perbaikan yang

dibutuhkan.

d. Aspek-aspek pekerjaan dan kinerja

T.R. Mitchell dalam Sedarmayanti

(2001:51), menyatakan bahwa kinerja meliputi

beberapa aspek, yaitu:

1. “Quality and quantity of work” adalah sejauh mana karyawan dapat

menyelesaikan suatu pekerjaan baik

secara kualitas maupun kuantitas sesuai

standar yang berlaku di perusahaan

tersebut.

2. “Promtness” adalah tingkat kemampuan karyawan

dalam mematuhi seluruh aturan-aturan

yang berlaku di perusahaan baik jam

kerja, pakaian kerja, dan aturan-aturan

lain.

3. “Capability”

adalah sejauh mana tingkat tanggung

jawab karyawan dalam melaksanakan

seluruh pekerjaan yang menjadi

tugasnya.

4. “Communication” Adalah kemampuan karyawan dalam

hal berkomunikasi dan bekerja sama

dengan pihak-pihak yang terkait.

5. “Inisiative” adalah kemampuan seorang karyawan

dalam berkreasi dan berinovasi dalam

mengembangkan prosedur-prosedur

kerja serta meningkatkan kuantitas dan

kualitas hasil kerja.

4. Hubungan Antar Variabel

a. Pengaruh stres kerja terhadap

kepuasan kerja perawat

Perawat merupakan ujung tombak baik

tidaknya pelayanan kesehatan yang diberikan

kepada pasien. Hal ini disebabkan karena

jumlahnya yang dominan dari seluruh tenaga

yang ada di rumah sakit, dan bertugas merawat

dan menjaga pasien selama 24 jam sehari.

Beban kerja yang tidak sesuai atau

berlebihan yaitu meliputi jam kerja, jumlah

pasien yang harus dilayani yang menimbulkan

rasa lelah dan menurunkan kondisi tubuh

perawat, tanggungjawab yang harus dipikul

serta pekerjaan rutinitas yang menimbulkan

kejenuhan didalam diri perawat merupakan

penyebab stres.

Stres mempunyai potensi untuk

mendorong atau mengganggu pelaksanaan

kerja, tergantung seberapa besar tingkat stres

yang dialami oleh individu. Hal ini

menunjukkan bahwa tingkat stres akan

mempengaruhi pada tercapainya kepuasan

kerja karyawan.

Kepuasan kerja dapat meningkatkan daya

tahan individu terhadap stres dan dampak-

dampak stres dan sebaliknya, stres yang

dihayati oleh individu dapat menjadi sumber

ketidakpuasan.

Kepuasan kerja dan stres kerja, keduanya

saling berhubungan karena tingkat stres kerja

yang tinggi otomatis akan mempengaruhi cara

perawat bekerja seperti pemberian pelayanan

terhadap pasien yang kurang optimal. Robbins

(2003) meyatakan bahwa salah satu dampak

stres kerja secara psikologis dapat menurunkan

kepuasan kerja karyawan.

Penelitian Chadek Novi Charisma Dewi

(2014) menunjukkan bahwa kepuasan kerja

Page 6: PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT …

pengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja karyawan.

b. Pengaruh stres kerja terhadap kinerja

perawat

Stres dapat membantu atau fungsional,

tetapi juga dapat berperan salah (disfunctional)

atau merusak prestasi kerja (Sopiah, 2008:91).

Secara sederhana hal ini berarti bahwa stres

mempunyai potensi untuk mendorong atau

mengganggu pelaksanaan kerja, tergantung

seberapa besar tingkat stres. Apabila stres

menjadi terlalu besar, prestasi kerja akan mulai

menurun, karena stres mengganggu

pelaksanaan pekerjaan.

Karyawan kehilangan kemampuan untuk

mengendalikannya, menjadi tidak mampu

untuk mengambil keputusan-keputusan dan

perilakunya menjadi tidak teratur. Akibat

paling ekstrim adalah prestasi kerja menjadi

nol, karena karyawan menjadi sakit atau tidak

kuat bekerja lagi, putus asa, keluar dari

pekerjaan, dan mungkin diberhentikan.

Terkait dengan stres kerja, kinerja

mempunyai hubungan yang signifikan dengan

stressor (Munandar, 2008: 375). Hubungan

stres kerja dengan kinerja disajikan dalam

model (hubungan U-Terbalik). Pola U tersebut

menunjukkan hubungan tingkat stres (rendah-

tinggi) dengan kinerja (rendah-tinggi). Bila

tidak ada stres, tantangan kerja juga tidak ada

dan prestasi kerja cenderung menurun. Sejalan

dengan meningkatnya stres, prestasi kerja

cenderung menaik, karena stres membantu

karyawan untuk mengarahkan segala sumber

daya dalam memenuhi kebutuhan kerja.

Meningkatnya stres akan menyebabkan

peningkatan kinerja, namun setelah melewati

titik tertentu (titik optimum), meningkatnya

stres justru akan menurunkan kinerja

Penelitian yang dilakukan oleh Any

Isvandiari (2015) menunjukkan bahwa stres

kerja berpengaruh negatif terhadap kinerja.

Hasil ini sama dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Chadek Novi Charisma Dewi

(2014) yaitu stres kerja berpengaruh negatif

terhadap kinerja.

c. Pengaruh kepuasan kerja terhadap

kinerja perawat

Kepuasan kerja dalam hal apapun sangat

penting karena kecenderungan untuk

meningkatkan kinerja karyawan dalam

organisasi tidak akan dapat tercapai tanpa

adanya kepuasan kerja karyawan. Dimana

pihak organisasi memang harus selalu

memperhatikan kepuasan kerja karyawannya

karena kalau karyawannya merasa puas maka

yang akan merasa untung adalah

perusahaannya itu sendiri. Dan hal ini sangat

berpengaruh pada tujuan dari organisasi. Selain

itu karyawan yang merasa puas dalam bekerja

senantiasa akan selalu bersikap positif dan

selalu mempunyai kreativitas yang tinggi.

Kepuasan kerja yang diterima dan

dirasakan oleh seseorang pegawai akan

berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh dari

pekerjaannya. Dengan diperolehnya kepuasan

kerja oleh karyawan baik itu dengan pemberian

gaji yang sesuai, pekerjaan yang diberikan

sesuai dengan keahliannya, dan hubungan

dengan atasan terjalin dengan baik, hal ini akan

meningkatkan kinerja para pegawainya

(Luthans, 2006:243).

Penelitian Ayu Desi Indrawati (2013)

menunjukkan bahwa Kepuasan kerja memiliki

pengaruh signifikan yang positif terhadap

kinerja karyawan.

5. Hipotesa Penelitian

Berdasarkan model tersebut, maka hipotesis

penelitian yang dirumuskan dan akan diuji

kebenarannya melalui penelitian ini adalah :

1. Stres kerja berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kepuasan kerja

perawat

2. Stres kerja berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja perawat

3. Kepuasan kerja berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kinerja

perawat

4. Stres kerja berpengaruh positif

terhadap kinerja perawat dimediasi

oleh kepuasan kerja.

6. Kerangka konseptual penelitian

Kerangka pemikiran akan mengarahkan proses

penelitian sesuai tujuan yang ingin dicapai dan

akan menjadi alur pemikiran penelitian.

Page 7: PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT …

Gambar 2.1. Kerangka konseptual penelitian

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Sesuai dengan pokok masalah dan

tujuan penelitian yang telah dirumuskan,

maka jenis penelitian ini adalah

explanatory research. Menurut Sugiyono

(2006:2) penelitian menurut tingkat

eksplanasi adalah “penelitian yang

bermaksud menjelaskan kedudukan

variabel-variabel yang diteliti serta

hubungan antara satu variabel dengan

variabel yang lain”. Metode penelitian

yang digunakan adalah menggunakan

instrumen kuisioner sebagai alat

pengumpulan data. Pola pengaruh yang

akan diungkap dalam penelitian ini adalah

pengaruh stres kerja terhadap kinerja yang

dimediasi oleh kepuasan kerja perawat

Rumah Sakit Kota Militer Malang.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Sugiyono (2006:20) mengungkapkan “

populasi merupakan wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek atau subyek yang

mempunyai kualitas dan karakterisitik

tertentu”. Populasi dalam penelitian ini adalah

perawat instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Militer Kota Malang sebanyak 145 orang.

Menurut Riduwan dan Kuncoro (2013:44)

apabila populasi lebih dari 100 orang maka

teknik pengambilan sampel menggunakan

rumus dari Slovin (1960) (dalam

Amirullah,2013:82), sebagai berikut :

n N

1 Ne

2

n 145 1 145.0.05

2

n 106

Dimana :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi e = batas toleransi kesalahan (error

tolerance)

Dengan menetapkan batas toleransi

kesalahan 5% , maka jumlah sampel yang

diambil dalam penelitian ini berjumlah 106

perawat Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Militer Kota Malang.

C. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis

menggunakan sumber data primer yaitu data

yang diperoleh melalui pengamatan dan

kuisioner terhadap responden yang dalam hal

ini adalah perawat untuk memperoleh

gambaran stres kerja, kepuasan kerja dan

kinerja perawat.

D. Metode Pengumpulan Data

Kuesioner atau angket yang digunakan

dalam penelitian ini adalah jenis kuesioner

atau angket langsung yang tertutup karena

responden hanya tinggal memberikan tanda

pada salah satu jawaban yang dianggap benar.

E. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

stres kerja

2. Variabel terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

kinerja

3. Variabel mediasi Variabel mediasi dalam penelitian ini

adalah kepuasan kerja

F. Definisi Operasional Variabel

1. Stres adalah hasil dari tidak atau kurang

adanya kecocokan antara orang dan

lingkungannya, yang mengakibatkan

ketidakmampuannya untuk menghadapi

berbagai tuntutan terhadap dirinya secara

efektif (Munandar,2008:374). Adapun

pengukuran Stres kerja melalui indikator

lingkungan fisik, peran atau tugas,

karakteristik pribadi, dan organisasional (

Sopiah,2008:91)

2. Kepuasan kerja merupakan hasil

keseluruhan dari derajat rasa suka atau

tidak sukanya tenaga kerja terhadap

berbagai aspek dari pekerjaannya

(Munandar,2008:350). Indikator kepuasan

Page 8: PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT …

kerja dalam penelitian ini mengacu pada

Luthans (2005:243) antara lain gaji,

pekerjaan itu sendiri, promosi, pengawasan,

kelompok kerja dan kondisi kerja.

3. Kinerja pegawai merupakan derajat

penyelesaian tugas yang menyertai

pekerjaan seseorang, adapun pengukuran

kinerja mengacu kepada Sedarmayanti

(2001:51), yaitu kuantitas dan kualitas

kerja, kedisiplinan, kemampuan,

komunikasi, dan inisiatif.

G. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah analisa jalur (Path Analisys) yang merupakan teknik statistika yang digunakan dalam menguji besarnya sumbangan (kontribusi) yang ditunjukkan oleh koefisien jalur pada

setiap diagram jalur dari kausal antar variabel

X terhadap Z2 serta dampaknya terhadap Z1

(Riduwan dan Kuncoro, 2013:115). Langkah- langkah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Menguji dengan analisis korelasi

sederhana dan ganda

Mengetahui hubungan antara variabel stres

kerja, kepuasan kerja dan kinerja dengan

stres kerja terhadap kinerja yang dimediasi

kepuasan kerja digunakan teknik korelasi.

Analisis korelasi yang digunakan adalah

(PPM) Pearson Product Moment

(Riduwan dan Kuncoro,2013:115), dengan

rumus

: Korela

si PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan

nilai r tidak lebih dari harga (-1 ≤ r ≤ +1).

Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya

negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada

korelasi; dan r=1 berarti korelasinya sangat

kuat. Sedangkan arti harga r akan

dikonsultasikan dengan tabel interprestasi

nilai r sebagai berikut :

Tabel 3.2. Interprestasi nilai koefisien

Interval koefisien Tingkat hubungan

0,80 – 1,000 Sangat kuat

0,60 - 0,799 Kuat

0,40 – 0,599 Cukup kuat

0,20 – 0,399 Rendah

0,00 – 0,199 Sangat rendah

Sumber : Riduwan dan Kuncoro, 2013:115

Pengujian lanjutan yaitu uji signifikansi

yang berfungsi apabila peneliti ingin

memaknai hubungan variabel X terhadap

Y, maka hasil korelasi PPM tersebut diuji

dengan Uji Signifikansi (Riduwan

Kuncoro,2013:223) dengan rumus yaitu:

Dimana :

t hitung = nilai t r = nilai koefisien korelasi

n = jumlah sampel

selanjutnya untuk menyatakan besar

kecilnya sumbangan variabel X terhaadap

Y ditentukan dengan rumus koefisien

determinan. Koefisien determinasi adalah

kuadrat dari koefisien korelasi PPM yang

dikalikan dengan 100%. Dilakukan untuk

mengetahui seberapa besar variabel X

mempunyai kontribusi atau ikut

menentukan variabel Y. derajat koefisien

determinasi dicari dengan menggunakan

rumus (Riduwan Kuncoro,2013:223) yaitu :

dimana :

KP = nilai koefisien determinan

r = nilai koefisien korelasi

mengetahui hubungan antara variabel X dan Z1 secara bersama-sama terhadap variabel Z2 digunakan rumus korelasi ganda (Riduwan Kuncoro,2013:223) sebagai berikut :

1. Meng uji dengan analisis regresi sederhana dan

ganda

Uji regresi digunakan untuk mencari

besar pengaruh antar variabel. Dalam uji

ini digunakan regresi linier dan regresi

ganda dengan rumus ganda (Riduwan

Kuncoro,2013:223) sebagai berikut :

Persamaan regresi dirumuskan :

Ỹ = a+bX

Dimana :

KP = r2

x 100%

Page 9: PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT …

yx

yxk

se

Ỹ = subyek variabel terikat yang

diproyeksikan

X= variabel bebas yang mempunyai nilai

tertentu untuk diprediksikan

a = nilai konstanta harga Y jika X = 0 b = nilai arah sebagai penentu ramalan

(prediksi) yang menunjukkan nilai

peningkatan (+) atau nilai penurunan ( - )

variabel Y.

n. XY . X . Y

n. X 2 X 2

a Y b X

n.

Persamaan regresi ganda dirumuskan :

Ỹ= a b1 X1 b2 X 2

2. Menguji dengan jalur analisis Analisis ini akan digunakan dalam

menguji besarnya kontribusi yang

ditunjukkan oleh koefisien jalur pada

setiap diagram jalur dari hubungan

kausal antara variabel X1 dan X2

terhadap Z melalui Y. untuk

mengetahui hubungan derajat

hubungan antar variabel stres kerja

terhadah kinerja (Z) melalui Kepuasan

kerja (Y) dilakukan penyebaran

kuisioner yang bersifat tertutup dan

analisis digunakan tingkat korelasi

yang merupakan dasar dari

perhitungan koefisien jalur. Kemudian

dalam perhitungan digunakan jasa

komputer berupa software dengan

program SPSS windows Version 17.

Langkah kerja analisis jalur ini pada

garis besarnya (Riduwan dan Kuncoro

2013:224-225) adalah sebagai berikut

: a. Pengujian secara keseluruhan

Hipotesis dirumuskan sebagai berikut :

Ha : ρyx1 ≠ ρyx2 = ρyε1 = 0

H0 : ρyx1 ≠ ρyx2 = ρyε1 = 0 Dari tebel anova diperoleh nilai f dengan

probabilitas (sig) = 0,000. Karena nilai

sig < 0,05, maka keputusannya adalah

ho ditolak dan oleh sebab itu pengujian

secara individual dilakukan. Keterangan, jika nilai f secara manual dihitung dengan rumus F berdasarkan

koefisien R2, nilai F dapat dihitung

sebagai berikut :

n k

1 R 2

F k

k 1 R 2

b. Pengujian secara individual

Uji individual ditunjukkan oleh tabel

(koefisien). Hipotesis penelitian yang

akan diuji dirumuskan dengan hipotesis

statistic berikut :

Ha : ρyx1 > 0;

Ho : ρyx1 > 0 Hipotesis bentuk kalimat : Ha : stres kerja berkontribusi secara

signifikan terhadap kinerja

Ho :stres kerja tidak berkontribusi secara

signifikan terhadap kinerja perawat.

Secara individual uji statistic yang

digunakan aalah uji t yang dihitung

dengan rumus :

t x1

x1

x1

Keterangan : Statistik se ρx1 diperoleh dari hasil

komputasi pada SPSS. Selanjutnya

untuk mengetahui signifikansi analisis

jalur dengan membandingkan antara

nilai probabilitas 0.05 dengan nilai

probabilitas sig dengan dasar

pengambilan keputusan sebagai berikut :

1) Jika nilai probabilitas 0.05 lebih kecil

atau sama dengan nilai probabilitas Sig

atau [ 0.05 ≤ Sig ], maka Ho diterima

dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan

2) Jika nilai probabilitas 0.05 lebih besar

atau sama dengan nilai probabilitas Sig

atau [ 0.05 ≥ Sig ], maka Ho ditolak

dan Ha diterima, artinya signifikan.

Kerangka penelitian hubungan kasus antara jalur (X terhadap Z2 melalui Z1) sebagai berikut :

Gambar. 3.1. Uji mediasi pengaruh variabel eksogen

(X) terhadap variabel Endogen(Z2) yang dimediasi

oleh Z1

Pendekatan pengujian melalui langkah

sebagai berikut (Riduwan dan kuncoro,

2013:225) :

1) Jika pada (a) dan (b) signifikan sedangkan

(c) tidak signifikan maka dapat dikatakan

b

Page 10: PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT …

sebagai mediasi bersifat penuh (complete

mediation)

2) Jika pada (a) dan (b) signifikan sedangkan (c) signifikan, dimana nilai koefisien (c)

lebih kecil (turun) dari (b) maka dapat

dikatakan mediasi parsial (partial

mediation)

3) Jika pada (a) dan (b) signifikan sedangkan (c) signifikan, dimana koefisien dari (c)

hampir sama dengan (d) maka bukan

sebagai variabel mediasi

4) Jika salah satu dari (a) atau (b) tidak

signifikan, maka bukan sebagai variabel

mediasi

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

A. Deskripsi Responden

Responden dalam penelitian ini

merupakan 106 perawat yang berdinas di ruang

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Militer Kota

Malang. Adapun gambaran responden dalam

penelitian ini berdasarkan jenis kelamin,

pendidikan, masa kerja perawat, status

pernikahan perawat dan umur.

Karakteristik Responden berdasarkan

jenis kelamin, pendidikan, masa kerja dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1. Karakteristik Responden

B. ITEM ANALISIS

1. Uji Validitas

Berdasarkan analisis dengan

menggunakan software SPSS versi 17

for windows hasil yang didapatkan dari

seluruh item memiliki r ≥ 0.30, hal ini

menunjukkan bahwa seluruh item yang

dipakai dalam penelitian ini valid.

2. UJI REALIBILITAS

Pengujian reliabilitas terhadap

seluruh item atau pertanyaan yang

dipergunakan dalam penelitian ini

menggunakan formula Alpha Cronbach

(koefisien Alpha Cronbach).

Koefisien Alpha Cronbach

mempunyai nilai antara 0-1, jika

koefisien mendekati 1 maka instrumen

penelitian andal dan jika mendekati 0

berarti keandalan alat ukur rendah.

Perhitungan reliabiltas dengan

menggunakan bantuan komputer

program software SPSS versi 17 for

windows.

Tabel. 4.2 Uji Realibilitas

(Sumber : data diolah peneliti,2016)

C. Evaluasi Data

1. Stres kerja Stres kerja terkait dengan penyebab stres

kerja yang terdiri dari lingkungan fisik (X1), peran atau tugas (X2), pribadi (X3), organisasional (X4). Variabel penyebab stres kerja dijabarkan dalam 20 item pertanyaan yang diukur dengan skor 1-5, yang diuraikan dalam tabel berikut :

(Sumber : Data diolah peneliti,2016)

Variabel Nama Variabel

Cronbach Alpha

Ketr Alasan

X Stres Kerja

0.93 Reliabel Cronbach Alpha ˃

0.600 Z1 Kepuasan

Kerja

0.957 Reliabel Cronbach Alpha ˃

0.600 Z2 Kinerja 0.959 Reliabel Cronbach

Alpha ˃ 0.600

No Keterangan Frekwensi

(Orang)

Prosentase

(%)

1 Jenis

Kelamin

Laki-laki 28 26.50

Peremnpuan 78 73.50

2 Pendidikan S1 17 16

D3 89 84

3 Masa Kerja 2-5 tahun 28 26

6-15 tahun 53 50

˃ 16 tahun 25 24

4 Pernikahan Menikah 76 66

Belum

Menikah

30 34

5 Umur 21-25 tahun 18 17

26-30 35 33

31-35 35 33

˃ 36 tahun 18 17

Page 11: PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT …

Tabel. 4.3 Distribusi Frekwensi Stres Kerja (X) item diukur dengan skor 1-5 yang diuraikan

dalam tabel berikut : Tabel. 4.5 Distribusi Frekwensi Kinerja (Z2)

(Sumber : Data Diolah peneliti, 2015)

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa

bahwa indeks persepsi rerata perawat di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Militer

Malang terhadap variabel stres kerja

sebesar 3.42. Variabel peran atau tugas

memberikan peran paling besar terhadap

timbulnya stres kerja sebesar 3.71

2. Kepuasan kerja

Variabel kepuasan kerja di ukur dalam

20 pertanyaan yang terdiri dari variabel gaji (Z1-1), sifat pekerjaan(Z1-2),

promosi(Z1-3), penyelia(Z1-4) rekan

sejawat(Z1-5) dan kondisi kerja(Z1-5), dimana masing-masing item diukur dengan skor 1-5 yang diuraikan dalam tabel berikut : Tabel. 4.4 Distribusi Frekwensi Kepuasan Kerja (Z1)

STS TS N S SS Mean Z 1-1 11 91 7 281 34 3.55 Z 1-2 14 148 23 226 13 3.18 Z 1-3 0 44 2 221 51 3.88 Z 1-4 0 47 3 138 24 3.65 Z 1-5 2 71 2 206 37 3.64 Z 1-6 12 91 2 280 39 3.57

Rata-rata 3.58

(Sumber : Data Diolah peneliti, 2016)

Sumber : Data Diolah peneliti, 2015)

Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa indeks

persepsi rerata responden terhadap variabel

kinerja pegawai sebesar 3.56. Persepsi

responden terhadap variabel kinerja

tercermin dari rerata tiap-tiap butir

pertanyaan. Indikator kualitas dan

kuantitas kerja dengan butir pertanyaan

tentang melaksanakan tugas sesuai dengan

target yang ditentukan memiliki nilai rerata

sebesar 3,.79. Hasil ini menunjukan bahwa

kecenderungan responden memberikan

jawaban setuju bahwa melaksanakan tugas

sesuai dengan target yang ditentukan.

D. Koefisien Determinasi Total

Koefisien determinasi total

menunjukan bahwa seberapa besar variabel

dependen dapat dijelaskan oleh variabel

independen yang ada pada model

penelitian. Untuk menentukan total

koefisien determinasi hasil analisis jalur,

digunakan rumus sebagai berikut : Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa indeks

persepsi rerata responden terhadap variabel

kepuasan kerja sebesar 3,58. Indikator

Rm 1

Ket:

1 Rz 2

1 Ry 2

tentang mendapatkan promosi untuk kenaikan pangkat dan jabatan yang lebih

tinggi memiliki nilai rerata sebesar 3,88.

Hasil ini menunjukan bahwa

kecenderungan responden menjawab setuju

terhadap promosi untuk kenaikan pangkat

Rm = Koefisien determinasi total

Rz2

= Nilai R Square dari analisis jalur 1

Ry2

= Nilai R Square dari analisis jalur 2 Berdasarkan rumus diatas, maka nilai

total koefisien determinasi adalah sebagai

berikut : dan jabatan yang lebih tinggi.

= 1

1

0,5582

1 0,477 2

3. Kinerja

Variabel kinerja di ukur dalam 20 pertanyaan yang terdiri dari variabel kualitas dan kuantitas (Z2-1), kedisiplinan

(Z2-2), kemampuan(Z2-3), komunikasi (Z2-4)

dan inisiatif (Z2-5), dimana masing-masing

STS TS N S SS Mean

X1 12 135 1 260 16 3.31

X2 17 303 11 541 82 3.71

X3 14 130 4 247 29 3.47

X4 7 115 1 190 5 3.22

Rata-rata 3.42

STS TS N S SS Mean Z 2-1 18 83 4 184 135 3.79 Z 2-2 18 114 0 199 93 3.55 Z 2-3 31 154 2 168 69 2.96 Z 2-4 27 117 2 176 102 3.49 Z 2-5 15 99 1 197 112 3.69

Rata-rata 3.56

Page 12: PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT …

= 1 – (0.442) (0.523)

= 1 - 0.231

= 0.768

Hasil perhitungan

tersebut menunjukan

bahwa besarnya kontribusi stres kerja

dan kepuasan kerja serta

Page 13: PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT …

dampaknya pada kinerja perawat sebesar

76,8%, sedangkan sisanya sebesar 23,2%

dipengaruhi oleh variabel lain di luar

model penelitian.

E. Hasil Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan

analisis jalur (Path Analysis) dengan

software SPSS versi 17 for windows.

Berdasarkan hasil analisis regresi yang

telah dilakukan, maka dikemukakan hasil

dari pengujian hipotesis sebagai berikut : Tabel 4.6 Pengaruh antar variabel Pengaruh antar

Variabel

Koefisien

Jalur

t

Statistik

t-

tabel

Ket

Stres Kerja → Kepuasan Kerja

0.674 10.945 1.983 Signifikan

Kepuasan Kerja →Kinerja

0.691 9.736 1.983 Signifikan

Stres Kerja → Kinerja

0.282 4.579 1.983 Signifikan

Sumber : Data diolah peneliti ,2016

Hipotesis 1. Pengaruh Stres Kerja

Terhadap Kepuasan Kerja

Hasil pengujian hipotesis tentang

pengaruh stres kerja terhadap kepuasan

kerja menghasilkan nilai t statistik sebesar

10.945 dengan t tabel sebesar 1.983. Karena

t statistik lebih besar dari t tabel, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa stres

kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja dapat diterima, hasil ini menunjukan

bahwa semakin tinggi stres kerja maka semakin tinggi kepuasan kerja perawat

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Militer

Kota Malang. Koefisien jalur pengaruh stres kerja terhadap kepuasan kerja bernilai

0,674 dengan arah positif, hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan

stres kerja akan meningkatan kepuasan kerja sebesar 67.4%.

Hipotesis 2. Pengaruh Kepuasan Kerja

Terhadap Kinerja

Hasil pengujian hipotesis tentang pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja

menghasilkan nilai t statistik sebesar 9.736

dengan t tabel sebesar 1.983. Karena t statistik

lebih besar dari t tabel, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja dapat

diterima, hasil ini menunjukan bahwa

semakin baik kepuasan kerja maka

semakin tinggi kinerja perawat Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Militer Kota

Malang. Koefisien jalur pengaruh

kepuasan kerja terhadap kinerja bernilai

0,691 dengan arah positif, hal ini

menunjukkan bahwa setiap peningkatan

budaya organisasi akan meningkatan

kepuasan kerja sebesar 69.1%.

Hipotesis 3. Pengaruh Stres kerja

Terhadap Kinerja Perawat

Hasil pengujian hipotesis tentang

pengaruh stres kerja terhadap kinerja

perawat menghasilkan nilai t statistik sebesar 4.579 dengan t tabel sebesar 1.983. Karena t

statistik lebih besar dari t tabel, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa stres kerja berpengaruh terhadap kinerja perawat dapat diterima, hasil ini menunjukan bahwa semakin tinggi stres kerja maka

semakin tinggi kinerja perawat Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Militer Kota

Malang. Koefisien jalur pengaruh budaya

organisasi terhadap kinerja perawat

bernilai 0,282 dengan arah positif, hal ini

menunjukkan bahwa setiap peningkatan

stres kerja akan meningkatan kinerja

pegawai sebesar 28.2%.

Hasil analisis pengaruh langsung,

tidak langsung dan total, disajikan pada

tabel berikut

Tabel 4.6. Pengaruh Antar Variabel Secara

Langsung, Tidak Langsung dan Total

Pengaruh

antar

Variabel

Pengaruh

Langsung

Pengaruh tidak

langsung

Pengaruh

Total

Stres Kerja →

Kepuasan

Kerja

0.674 - 0.674

Kepuasan

Kerja →

Kinerja

0.691 - 0.691

Stres Kerja → Kinerja

0.282 (0.674)x(0.691 ) = 0.466

0.748

Sumber : data dioleh peneliti,2016

Page 14: PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT …

Hipotesis 4. Pengaruh Stres Kerja

Terhadap Kinerja Perawat Melalui

Kepuasan Kerja

Tabel 4.12, menunjukkan hasil

pengujian dengan uji t diperoleh bukti

bahwa ada pengaruh stres kerja terhadap

kepuasan kerja dengan nilai koefisien

sebesar 0,674 dan ada pengaruh kepuasan

kerja terhadap kinerja pegawai dengan

nilai koefisien sebesar 0,691. Berdasarkan

hasil pengujian tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa kepuasan kerja dapat

memediasi pengaruh stres kerja terhadap

kinerja perawat dan besarnya koefisien

pengaruh tidak langsung budaya orgaisasi

terhadap kinerja pegawai melalui kepuasan

kerja sebesar 0.466.

PEMBAHASAN

A. Pengaruh stres kerja terhadap

kinerja perawat

Berdasarkan hasil uji statistik dari

hipotesis pertama, menunjukkan bahwa

stres kerja berpengaruh signifikan terhadap

kinerja . Hal ini menunjukkan bahwa

penyebab stres kerja dapat dipengaruhi

oleh beberapa indikator diantaranya

lingkungan fisik, peran atau tugas yang

diterima, karakteristik pribadi dan

organisasi berpengaruh terhadap kinerja

seseorang.

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa responden lebih cenderung

mengalami stres yang disebabkan oleh

faktor lingkungan fisik dan faktor tuntutan

peran atau tugas.

Lingkungan fisik yang memadai dapat

meningkatkan produktivitas karyawan,

sebaliknya lingkungan fisik yang tidak

memadai akan dapat menimbulkan stres

kerja yang berdampak pada penurunan

produktivitas karyawan.

Tuntutan peran atau tugas bisa

dianggap sebagai tantangan atau beban

bagi karyawan, apabila dianggap sebagai

tantangan akan merangsang karyawan

untuk lebih berprestasi namun sebaliknya

apabila dianggap sebagai beban atau

tekanan akan menyebabkan stres bagi

perawat.

Perawat yang mempunyai tingkat

stress kerja yang tinggi cenderung

mempunyai ciri kearah gejala fisiologis

sehingga kinerjanya jauh dari yang

ditetapkan oleh manajemen sedangkan

perawat dengan tingkat stress kerja yang

sedang tidak memiliki gejala fisiologis.

Sopiah (2008:91) menyebutkan bahwa

dampak positif stres pada tingkat rendah

sampai pada tingkat moderat bersifat

fungsional dalam arti berperan sebagai

pendorong peningkatan kinerja pegawai

sedangkan pada dampak negatif stres pada

tingkat yang tinggi adalah penurunan pada

kinerja karyawan yang drastis.

Hasil ini menguatkan kajian yang

dilakukan oleh Dwi Septi (2014), Azizah

Indriyani (2009), Any Isvandiari (2015)

membuktikan bahwa stres kerja

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja pegawai.

B. Pengaruh stres kerja terhadap

kepuasan kerja perawat

Hasil uji statistik dari hipotesis kedua,

menunjukkan bahwa dalam pengujian

analisis regresi secara parsial stres kerja

berpengaruh signifikan positif terhadap

kinerja tetapi dalam pengujian secara

keseluruhan stres kerja memberikan

pengaruh signifikan terhadap kepuasan

kerja perawat.

Kategori skala kepuasan kerja perawat

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Militer

Kota Malang menunjukkan dalam kategori

sedang yaitu rata-rata sebesar 3.56.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa

kepuasan kerja perawat sudah memenuhi

harapan perawat Instalasi Rumah Sakit

Militer Kota Malang.

Stres kerja yang dialami oleh perawat

dapat mempengaruhi apa yang mereka

rasakan baik itu menyangkut pekerjaan

maupun hasil yang mereka terima. Konsep

stres kerja sesuai dengan teori yaitu

seorang karyawan yang selalu berusaha

untuk mencapai target dalam pekerjaannya

Page 15: PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT …

dan akhirnya akan mempengaruhi

kepuasan kerja dari karyawan tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin

meningkat stress kerja yang dirasakan oleh

karyawan, maka kepuasan kerja karyawan

akan menurun atau sebaliknya, semakin

rendah stress kerja maka semakin tinggi

kepuasan kerja karyawan.

Robbins (2003) menyatakan bahwa

salah satu dampak stress secara psikologis

dapat menurunkan kepuasan kerja

karyawan tetapi juga dapat menyebabkan

kepuasan kerja pada diri karyawan.

Hasil ini menguatkan kajian yang

dilakukan oleh Chadek Novi Charisma

Dewi (2014), Luthfan Atmaji (2011)

membuktikan bahwa stres kerja

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja pegawai.

C. Pengaruh kepuasan kerja terhadap

kinerja perawat

Hasil uji statistik dari hipotesis

ketiga, menunjukkan bahwa dalam

pengujian analisis regresi secara parsial

maupun keseluruhan kepuasan kerja

memberikan pengaruh signifikan terhadap

kinerja perawat.

Kategori skala kinerja perawat

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Militer

Kota Malang menunjukkan tertinggi dalam

kategori sedang (3,50). Hal ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi

kepuasan kerja perawat tidak memberikan

pengaruh terhadap tingkat kinerja perawat

sehingga kinerja perawat dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain selain kepuasan kerja

yaitu stres kerja atau variabel lain diluar

penelitian ini.

Indikasi yang mengakibatkan

kepuasan kerja tidak berpengaruh

signifikan dapat dimungkinkan dari faktor

individu dan faktor lingkungan organisasi.

Hal ini cukup beralasan sebab faktor

kepuasan materiil dapat dianggap sudah

cukup baik kondisinya mengingat semua

responden dalam penelitian ini adalah

PNS. Selain itu, mayoritas responden yang

mempunyai usia antara 26-35 tahun yaitu

sebanyak 70 responden (66 %) menjadi

menarik untuk diidentifikasi guna

mengetahui penyebab kurang sesuainya

tingkat kepuasan dengan kinerja yang

dihasilkan.

Faktor individu yang meliputi

kemampuan dan keterampilan, latar

belakang dan demografis mempengaruhi

kinerja. Sistem penempatan pegawai negeri

sipil (PNS) yang masih perlu

disempurnakan mengakibatkan

kemampuan sumber daya manusia

terkadang kurang sesuai dengan kualifikasi

yang ditetapkan.

Beban psikologi pegawai negeri sipil

(PNS) dalam melaksanakan pekerjaan

umumnya berbeda dengan pegawai swasta

yang senantiasa dituntut prima karena tidak

mempunyai jaminan keamanan dalam

masa depan pekerjaan. Selain kemampuan

dan keterampilan yang menghambat

kinerja, ada juga usia perawat yang berusia

masih relatif dewasa awal.

Hasil karakteristik responden

berdasarkan usia menunjukkan mayoritas

berusia 25-36 tahun yaitu 66 %, hasil ini

menunjukkan bahwa responden belum

memiliki jam kerja yang tinggi namun

umumnya menginginkan masa depan

karier yang bagus. Hal ini sesuai dengan

temuan dalam penelitian ini bahwa

pencapaian indikator kepuasan kerja

tertinggi adalah kepuasan terhadap

promosi. Jenjang karier pegawai negeri

sipil (PNS) yang jelas akan membuat

responden puas atas promosi yang nanti

akan diberikan. Kondisi ini tentu

mempunyai efek negatif, yaitu responden

merasa aman atas pekerjaan yang

dilakukan selama ini. Kinerja yang biasa

tidak menjadi masalah sebab jaminan

jenjang karier sangat terbuka tanpa

khawatir akan di berhentikan.

Kepuasan anggota organisasi dapat

dihubungkan dengan kinerja dan hasil

kerja mereka serta imbalan dan hukuman

yang mereka terima. Sedangkan hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa adanya

kepuasan kerja baik dalam hal gaji,

promosi, penyelia maupun organisasi

Page 16: PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT …

berpengaruh positif pada peningkatan

kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Militer Kota Malang.

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih memiliki

beberapa keterbatasan yang kemungkinan

dapat melemahkan hasilnya. Keterbatasan

tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Perawat di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Militer Kota Malang Kondisi ini dapat

menyebabkan bias, apabila pegawai

tidak objektif dalam memberikan

jawaban.

2. Karena obyek penelitian pada Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Militer Kota

Malang, sehingga hasil penelitian

merupakan interpretasi dari kondisi

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Militer Kota Malang pada level

tersebut dan belum dapat mewakili

kondisi seluruh Instalasi secara

keseluruhan di Rumah Sakit Militer

Kota Malang

3. Hasil penelitian ini merupakan persepsi

perawat Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Militer Kota Malang pada saat

dilakukan pengambilan data dari

responden, sehingga bisa terjadi

perubahan setiap saat untuk situasi dan

kondisi yang berbeda terutama yang

berkaitan dengan variabel yang dikaji.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan

pembahasan hasil penelitian maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. a. Stres kerja perawat di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Militer

Kota Malang dipersepsikan pada

skala sedang, sedangkan indikator

lingkungan fisik dan indikator

peran atau tugas memiliki peran

besar sebagai penyebab stres kerja

perawat.

b.Kepuasan kerja perawat

dipersepsikan cukup puas,

sedangkan indikator promosi

memiliki peran besar dalam

membentuk variabel kepuasan

kerja.

c. Kinerja perawat di Instalasi Rawat

Inap Rumah Sakit Militer

KotaMalang menunjukan hasil

yang cukup baik, sedangkan

indikator kualitas dan kuantitas

kerja memiliki peran besar dalam

membentuk variabel kinerja

perawat .

2. Terdapat pengaruh signifikan dan

positif stres kerja terhadap kinerja

perawat, artinya tinggi rendahnya stres

kerja berpengaruh terhadap kinerja

perawat, dimana pada kategori stres

rendah sampai sedang dapat

mendorong dan meningkatkan kinerja

perawat tetapi pada kategori tinggi

cenderung menurunkan kinerja

perawat.

3. Terdapat pengaruh signifikan stres

kerja terhadap kepuasan kerja perawat,

artinya tinggi rendahnya stres kerja

berpengaruh terhadap kepuasan kerja

perawat, dimana pada kategori stres

rendah sampai sedang dapat

mendorong

dan meningkatkan kepuasan kerja

perawat tetapi pada kategori tinggi

cenderung menurunkan kepuasan kerja

perawat.

4. Kepuasan kerja memediasi stres kerja

terhadap kinerja perawat. artinya

apabila manajemen stres kerja

dilakukan secara baik memberikan

kontribusi terhadap kepuasan kerja

dan memiliki dampak pada

peningkatan kinerja perawat.

B. Implikasi dan keterbatasan

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui apakah stres kerja dan

kepuasan kerjaberpengaruh terhadap

kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap

Page 17: PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT …

Rumah Sakit Militer Kota Malang. Sampel

dalam penelitian ini adalah perawat yang

berdinas di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Militer Kota Malang. Beberapa

keterbatasan dalam penelitian ini yang

dapat mempengaruhi hasil penelitian ini

adalah :

1. Dalam penelitian ini diharapkan seluruh

perawat Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Militer Kota Malang yang

menjadi responden dapat menjadi

sampel. Tetapi hanya 106 orang yang

memenuhi persyaratan menjadi sampel

dalam penelitian ini.

2. Nilai koefisien determinan ( R Square )

menunjukkan bahwa pengaruh faktor

stres kerja, kepuasan kerja terhadap

kinerja perawat sebesar 74,8 %

sedangkan sisanya 25.2 % merupakan

kontribusi dari faktor lain.

3. Nilai koefisien determinan ( R Square )

menunjukkan bahwa pengaruh faktor

stres kerja terhadap kepuasan kerja

perawat sebesar 76,8 % sedangkan

sisanya 23.2 % merupakan kontribusi

dari faktor lain.

C. Saran

1. Stress kerja yang dialami perawat

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Militer Kota Malang dalam klasifikasi

yang tidak terlalu tinggi atau sedang,

sebaiknya karyawan lebih

memanfaatkan waktu secara efektif

dalam menyelesaikan tugas yang

dibebankan agar tidak terjadi

penumpukan pekerjaan sehingga dapat

selesai tepat pada waktunya.

2. Berdasarkan data penelitian diketahui

bahwa kepuasan kerja perawat Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Militer Kota

Malang dalam klasifikasi tinggi

sehingga harus dipertahankan dan

diintensifkan pembinaan, pelatihan

untuk mendongkrak kinerja perawat

dalam memberikan pelayanan terhadap

pasien di Rumah Sakit Militer Kota

Malang.

3. Untuk meningkatkan kinerja perawat

sebaiknya pihak manajemen Rumah

Sakit Militer Kota Malang memberikan

kebijakan yang dapat meningkatkan

kinerja perawat Instalasi Rawat Inap

agar dapat menghasilkan kinerja yang

optimal, seperti memberikan apresiasi

terhadap perawat yang mempunyai

kinerja baik dan memberikan

kesempatan seluas-luasnya untuk

mengembangkan potensi yang dimiliki.

4. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan

mengkaji lebih lanjut pengaruh stres

kerja terhadap kinerja kinerja perawat

dengan menggunakan variabel dan

teknik analisis data yang sesuai dengan

rancangan penelitian yang lebih

kompleks, uji beda koefisien dengan

measurement model dan SEM

(Structural Equation Modelling) dapat

dijadikan pilihan dalam melakukan

analisis data.

DAFTAR PUSTAKA

Amirullah, 2013. Penelitian Manajemen. Malang : Bayumedia Publishing.

Anwar Prabu Mangkunegara, 2005.

Evaluasi Kinerja SDM. Bandung :

Refika Aditama

Budiawan, 2015. Hubungan kompetensi,

motivasi dan beban kerja perawat

pelaksana dengan kinerja perawat di

ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa

Propinsi Bali.

http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf

_thesis/unud-1489-1851367633-

tesis-budiawan-mikm5.pdf. Diakses

tanggal 4 Desember 2015.

Buku Petunjuk Pengisian, Pengolahan, dan

Penyajian Data Rumah Sakit. Depkes

RI.2005. Jakarta : Depkes RI. 2005.

Dwi Septi, Jumiati Sasmita, Raden Lestari

Ganarsih,2014. Pengaruh stress

kerja terhadap kinerja perawat

ruang inap kelas ii dan iii pada

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Arifin Achmad Provinsi Riau.

Page 18: PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT …

Universitas Riau:jurnal online

mahasiswa

http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMF

EKON/article/view/5523. Diakses 22

Desember 2015.

Fred Luthans, 2006. Perilaku organisasi

edisi Bahasa Indonesia. Yogyakarta :

Andi.

Gary Dessler, 2011. Manajemen Sumber

Daya Manusia. Jakarta : Indeks.

Handoko, T.H. (2001). Manajemen

Personalia dan Sumber Daya

Manusia. Yogjakarta: BPFE .

Ike Kusdiyah Rachmawati, 2008.

Manajemen Sumber Daya Manusia.

Yogyakarta : Andi.

Malayu. S. P Hasibuan,2014. Manajemen

Sumber daya Manusia. Jakarta : PT.

Bumi aksara.

Moh nazir, 2005 Metode Penelitian.

Jakarta : Ghalia Indonesia

Munandar, Ashar Sunyoto,2008. Psikologi

Industri dan Organisasi. Jakarta : UI.

Press.

Mustafa Edwin Nasution dan Hardius

Usman, 2008. Proses Penelitian

Kuantitatif. Jakarta : Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi

Indonesia.

Nursalam, 2011. Konsep dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta : Salemba

Medika.

Ratnasari: 2009. Stress pada Pekerja di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Jiwa Menur Surabaya..

Riduwan & Engkos Achmad

Kuncoro,2013. Cara Menggunakan

dan Memaknai Path Analysis.

Bandung : Alfabeta.

Robbins, Stephen P., 1996. Perilaku

Organisasi Jilid II, Alih Bahasa

Hadayana Pujaatmaka, Jakarta :

Prenhalindo.

Sanusi Hamid, 2014.Manajemen Sumber

Daya Manusia Lanjutan. Yogyakarta

: Deepublish

Sedarmayanti, 2001. Sumber Daya

Manusia dan Produktivitas Kerja.

Mandar Maju, Bandung.

Sopiah, 2008. Perilaku organisasi.

Yogyakarta : Andi.

Stephen P. Robbins & Timothy A. Judge,

2015. Perilaku Organisasi edisi

Bahasa Indonesia. Jakarta : Salemba

Empat.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung : Alfabeta.

Sunaryo, 2004. Psikologi untuk

keperawatan. Jakarta : EGC.

Widoyoko, S. Eko Putro. 2013. Teknik

Penyusunan Instrumen Penelitian.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Page 19: PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT …