Upload
vuthuy
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PROFITABILITAS,
UKURAN PERUSAHAAN DAN LIKUIDITAS
TERHADAP STRUKTUR MODAL
(Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2012)
ARIEF RAHMAN HAKIM
NIM : 108081000129
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 / 1434 H
i
PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PROFITABILITAS,
UKURAN PERUSAHAAN DANLIKUIDITAS
TERHADAP STRUKTUR MODAL
(Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2012)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
ARIEF RAHMAN HAKIM
NIM : 108081000129
Di bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Titi Dewi Warninda, SE, M.Si
NIP. 19690203 200112 1 003 NIP. 19731221 2005 01 2 002
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 28 Januari 2013 telah dilakukan ujian komprehensif
atasmahasiswa,
1. Nama : Arief Rahman Hakim
2. NIM : 108081000129
3. Jurusan : Manajemen
4. Judul Skripsi :Pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan dan Likuiditas Perusahaan Terhadap Struktur Modal (Studi Kasus
Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2007-2012)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke
tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 28 Januari 2013
1. Prof. Dr. Ahmad Rodoni ( _____________________ )
NIP. 19690203 200112 1 003 Ketua
2. Adhitya Ginanjar, SE, M.Si ( _____________________ )
NIP. 19740810 201101 1 001 Sekretaris
3. Herni Ali HT, SE, MM ( _____________________ )
NIDN. 0422125902 Penguji Ahli
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Selasa, 17 September 2013 telah dilakukan ujian skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Arief Rahman Hakim
2. NIM : 108081000129
3. Jurusan : Manajemen
4. Judul Skripsi : Pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan dan Likuiditas Perusahaan Terhadap Struktur Modal (Studi Kasus
Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2007-2012).
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 September 2013
1. Herni Ali HT, SE, MM ( ____________________ )
NIDN. 0422125902 Ketua
2. Dr. Ahmad Dumyathi Bashori ( _____________________ )
NIP. 19700106200312 1 001 Sekretaris
3. Ella Patriana, MM ( _____________________ )
NIP. 19690528 200801 2 010 Penguji Ahli
4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni ( _____________________ )
NIP. 19690203 200112 1 003 Pembimbing I
5. Titi Dewi Warninda, SE, M.Si ( _____________________ )
NIP. 19731221 2005 01 2 002 Pembimbing II
iv
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Arief Rahman Hakim
No. Induk Mahasiswa : 108081000129
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa ijin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Ciputat, 23 Juli 2013
Yang Menyatakan,
Arief Rahman Hakim
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
1. Nama : Arief Rahman Hakim
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 24 Maret 1990
3. Agama : Islam
4. Kewarganegaraan : Indonesia
5. Alamat : Kp. Pedurenan Timur Rt, 02/01 No. 10,
Kel. Pondok Pucung, Kec. Karang Tengah,
Tangerang, Banten 15159
6. No. Handphone : 08999083885
7. E-mail : [email protected]
B. Pendidikan
1. 2008-2013 : Program Sarjana (S1) Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. 2005-2008 : SMAN 3 Tangerang
3. 2002-2005 : SMPN 3 Tangerang
4. 1999-2002 : SDN 05 Pedurenan Timur
5. 1996-1999 : SDN 05 Cengkareng Timur
vi
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the impact of tangibility,
profitability, firm size and liquidity toward the capital structure. To obtain the
data from these variables, takes from financial statement of the foods and
beverages company listed in the Indonesia Stock Exchange in 2007-2012. By
using multiple regression analyses .The result of this research indicates that
tangibility, profitability and liquidity significant influence to capital structure with
significant value of tangibility (0,002), profitability (0,001) and liquidity (0,000)
under 0,05, and firm size has not significant influence to capital structure with
significant value 0,428 below 0,05. The values that have been adjusted coefficient
of determination (adjusted R-square) for 39,3% can be concluded that factors,
while the remaining amount of 60,7% influenced by other variables that are not
included in this study, for example earning stability, operating leverage, growth
opportunity and tax.
Keywords : tangibility, profitability, firm size, liquidity and capital structure.
vii
ABSTRAKSI
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh struktur aktiva,
profitabilitas, ukuran perusahaan dan likuiditas terhadap struktur modal. Untuk
memperoleh data variabel tersebut, diambil dari laporan keuangan perusahaan
makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007-
2012. Dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel struktur aktiva, profitabilitas dan
likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal dengan nilai
signifikansi struktur aktiva (0,002), profitabilitas (0,001) dan likuiditas (0,000)
dibawah 0,05, sedangkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan dengan
nilai signifikansi sebesar 0,428 diatas 0,05. Nilai koefisien determinasi yang
sudah disesuaikan sebesar 39,9% dapat disimpulkan bahwa struktur aktiva,
profitabilitas dan likuiditas berpengaruh sebesar 39,3%. Sedangkan sisanya 60,7%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini, seperti
stabilitas penjualan, leverage operasi, tingkat pertumbuhan dan pajak.
Kata kunci : struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan, likuiditas dan
struktur modal.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesikan skripsi dengan judul “Pengaruh
Struktur Aktiva, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Likuiditas
Terhadap Struktur Modal (Studi Kasus pada Perusahaan Makanan dan
Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-
2012)”.Adapun skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat untuk meraih gelar
sarjana.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit halangan yang penulis hadapi.
Namun berkat saran dan dorongan semangat dari banyak pihak, penulis akhirnya
mampu menyelesaikannya. Tak lupa pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Kedua orang tua penulis, Mamaku Rodiah dan Bapakku Subur, terimakasih
atas kasih sayang, perhatian dan doanya yang tak henti-hentinya selalu
diberikan kepada penulis. Semoga Allah SWT memberikan selalu kesehatan
dan kebahagiaan serta kemuliaan kepada mereka selalu. Aamiin.
2. Bapak Prof. Dr Ahmad Rodoni selaku pembimbing I. terimakasih atas segala
arahan dan bimbingannya selama ini yang selalu meluangkan waktu ditengah-
tengah kesibukannya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
3. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si., selaku pembimbing II dan Sekretaris
Jurusan Manajemen. Terimakasih atas saran-saran dan bimbingan yang
diberikan dan selalu meluangkan waktu dengan penuh kesabaran kepada
penulis sehingga mampu terselesaikannya skripsi ini.
4. Bapak Dekan Prof. Dr. Abdul Hamid, MS., dan Ibu Leis Suzanawaty, SE,
M.Siselaku Pudek I Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang
selalu meberi saran dan motivasi yang bermanfaat kepada penulis.
5. Bapak Dr. Ahmad Dumiyati selaku Ketua Jurusan Manajemen yang selalu
mengarahkan dan dukungan kepada penulis.
6. Bapak Suhendra, S.Ag., MM., selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu memberikan masukan dan motivasi di setiap semester yang dilalui oleh
penulis.
7. Seluruh dosen pengajar yang telah sabar dalam memberikan ilmu kepada
penulis, semoga menjadi amalan yang bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
8. Seluruh staf tata usaha FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Ibu
Siska, Pak Ismet, Bu Umi dan Pak Heri yang telah membantu penulis dalam
mengurus kebutuhan administrasi dan lain-lain.
ix
9. Untuk adikku Nurlaila yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.
Semoga bisa menjadi orang yang lebih baik dari abangnya.
10. Untuk keluarga besar penulis terimakasih atas bantuan dan doanya,senantiasa
selalu menemani dan membantu dalam suka maupun doa, maaf kalau selama
ini penulis sering merepotkan dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Untuk Qonitia Lutfiah atas kesabaran, kesetiaan, kebersamaan, doa yang
selalu diberikan dan selalu memotivasi penulis sehingga skripsi ini bisa
diselesaikan.
12. Untuk semua sahabatku Hasan Arrafi, Nurdin Rohendi, Suratman, Hafidz
Setia Kurniawan, Hendi Setiawan, Ali Fasihi, Arya Agung, Nurpadilah dan
Rizki Astreanto terimakasih atas persahabatan kita semua, yang memotivasi
penulis agar cepat menyelesaikan kuliahnya.
13. Teman-teman perjuangan Manajemen D 2008, Firly Basyuni, Rivai Ahsani,
Ervan Fauzi, Paraditya Unggul, Septian, Ade Muhtadin, Maulana dan
semuanya. Manajemen Keuangan A, Husnul Khotimah, Nurul Hairunisa, Dwi
Nur, Vera Febrianti, Ajeng Nana, Inggrit Dwi, Dian Dewati, Hera Susanti,
Watini Anggun, Hardian, Dedy Firdaus, Asep Sudrajat dan semuanya, semoga
kita tetap solid walaupun sudah lulus nanti. Terimakasih atas cambuk
motivasinya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
ini.
14. Kepada semua pihak-pihak yang turut membantu dalam penulisan skripsi ini,
semoga mendapatkan kebaikan dari Allah SWT.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan
pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu, kiranya pembaca memaklumi atas
kekurangan yang ditemukan dalam skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Jakarta, 23 Juli 2013
Penulis
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ..................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………….. ....... v
ABSTRACT ................................................................................................... vi
ABSTRAKSI ............................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI........................................................................................ ........ x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR GRAFIK ...................................................................................... xiv
DAFTAR BAGAN….……………………………………………....... ...... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang… ............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ......................................................................... 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.......................................... .............. 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI....................................................... .......... 14
1. Pengertian Modal…………………………………….. ....... 14
2. Pengertian Struktur Modal…………………………… ....... 19
3. Teori Struktur Modal…………………………………........ 22
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal…. ........ 30
5. Struktur Aktiva………………………………………. ........ 37
6. Profitabilitas…………………………………………. ........ 39
7. Ukuran Perusahaan ………………………………….......... 40
8. Likuiditas……………………………………………. ........ 41
9. Keterkaitan antara Variabel Independen
terhadap Variabel Dependen………………………….. ...... 42
xi
B. PENELITIAN TERDAHULU.......................................... ......... 45
C. KERANGKA PEMIKIRAN............................................. ......... 51
D. HIPOTESIS PENELITIAN ....................................................... 53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. RUANG LINGKUP PENELITIAN................................. .......... 54
B. METODE PENENTUAN SAMPEL............................... .......... 54
C. METODE PENGUMPULAN DATA.............................. .......... 56
D. METODE ANALISIS DATA.......................................... .......... 56
1. Statistik Deskriptif………………………………….... ....... 56
2. Pengujian Asumsi Klasik………………………......... ........ 57
a. Uji Normalitas……………………………………. ....... 57
b. Uji Multikoliniearitas…………………………….. ....... 58
c. Uji Heteroskedastisitas…………………………… ....... 59
d. Uji Autokorelasi…………………………………. ........ 60
3. Pengujian Hipotesis………………………………….. ........ 61
4. Analisis Regresi Berganda…………………………… ....... 63
5. Koefisien Determinasi (Adjusted RSquare)… ..................... 64
E. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL........................ ......... 65
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian……………. .......... 68
1. Sejarah Bursa Efek………………………………….. ......... 68
2. Profil Perusahaan Makanan dan Minuman…………. ......... 69
B. Hasil Analisis dan Pembahasan………………………… ......... 77
1. Analisis Deskriptif………………………………….. ......... 76
2. Hasil Uji Asumsi Klasik………………………….…. ........ 83
a. Uji Normalitas…………………………............... ......... 83
b. Uji Multikoliniearitas ..................................................... 85
c. Uji Heteroskedastisitas………………………….. ......... 87
d. Uji Autokorelasi………………………………… ......... 88
3. Pengujian Hipotesis………………………………… .......... 92
a. Uji t (Parsial)………………………………… .............. 92
xii
b. Uji F (Simultan)……………………………………. .... 98
4. Hasil Uji Regresi Liniear Berganda………………… ......... 99
5. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted RSquare)… ...... 101
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan……………………………………………… ........ 103
B. Saran……………………………………………..… ................. 104
xiii
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Pertumbuhan Penduduk Indonesia ................................................... 3
1.2 Daftar Penjualan Perusahaan Makanan dan Minuman……… ........ 3
2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu…………………………….. ........ 48
3.1 Daftar Sampel Perusahaan…………………………………… ....... 55
3.2 Tabel DW……………………………………………………. ........ 60
4.1 Struktur Modal…………………………………………..….. ......... 78
4.2 Struktur Aktiva……………………………………………… ......... 79
4.3 Profitabilitas………………………………………………… ......... 80
4.4 UkuranPerusahaan…………………………………………............ 81
4.5 Likuiditas…………………………………………………… ......... 82
4.6 Uji Kolmogorov-Smirnov…………………………………… ......... 85
4.7 Hasil Uji Multikoliniearitas………………………………….......... 86
4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Rank-Spearman……... ......... 88
4.9 Hasil Uji Durbin Watson.……………………………………. ........ 89
4.10 Pengobatan Uji Durbin Watson.1…………………………….. ...... 90
4.11 Pengobatan Uji Durbin Watson.2…………………………… ........ 90
4.12 Pengobatan Uji Durbin Watson.3…………………………… ........ 91
4.13 Pengobatan Uji Durbin Watson.4…………………………… ........ 91
4.14 Pengobatan Uji Durbin Watson.5…………………………… ........ 92
4.15 Hasil Uji t…………………………………………………... .......... 93
4.16 Hasil Uji F……………………………………………..……... ....... 99
4.17 Hasil Regresi Berganda…………………………………..…. ......... 100
4.18 Hasil Uji Koefisien Determinasi……………………..……… ........ 102
xiv
DAFTAR GRAFIK
No. Keterangan Halaman
1.1 Rata-rata Struktur Modal Perusahaan
Makanan dan Minuman.................................................................... 4
4.1 Struktur Modal…………………………………………...….. ........ 78
4.2 Struktur Aktiva…………………………………………….... ......... 79
4.3 Profitabilitas…………………………………………………. ........ 80
4.4 Ukuran Perusahaan……………………………………….….......... 81
4.5 Likuiditas………………………………………………..…… ....... 82
4.6 Hasil Uji Normalitas……………………………………..…... ....... 84
4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot………….… ....... 87
xv
DAFTAR BAGAN
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 52
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. Daftar Perusahaan Makanan dan Minuman………………… ......... 106
2. Data Struktur Modal………………………………………… ......... 106
3. Data Struktur Aktiva………………………………………… ........ 107
4. Data Profitabilitas……………………………………………......... 107
5. Data Ukuran Perusahaan……………………………………. ......... 108
6. Data Likuiditas……………………………………………… ......... 108
7. Hasil Output SPSS………………………………………….. ......... 109
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangan era globalisasi modern saat ini, keberadaan sebuah
perusahaan dalam peta persaingan perekonomian tengah mengalami persaingan
yang sangat tinggi. Baik menghadapi pesaing perusahaan yang berasal dari dalam
negeri maupun perusahaan-perusahaan asing yang memiliki modal yang
melimpah. Sehingga akan semakin tinggi kompetisi yang akan dihadapi oleh
sebuah perusahaan dalam melakukan pengembangan dan perluasan pasar mereka,
dengan demikian diperlukan suatu kebijakan yang tepat untuk menjaga
kelangsungan hidup perusahaan agar tetap eksis dan berkembang di masa
mendatang (Bambang Supeno, 2009 : 93) . Karena salah satu indikator suatu
negara dapat dikategorikan apakah dalam masa berkembang, apakah sedang
berada dalam kondisi maju, atau bahkan dalam masa-masa krisisnya itu dapat
dilihat dari kondisi perekonomian mereka. Apabila perekonomiannya dalam
keadaan baik maka hal tersebut dapat mencerminkan bahwa negara tersebut dalam
keadaan baik, begitu pula sebaliknya apabila perekonomian suatu negara sedang
dalam keadaan yang buruk maka dapat dikatakan bahwa negara tersebut sedang
mengalami suatu permasalahan (M. Toyib Daulay, 2009 : 190).
Dengan dihadapkan pada situasi seperti saat ini , maka suatu perusahaan
dituntut untuk dapat bertahan dan bersaing tidak hanya perusahaan di wilayah
domestik yaitu dengan perusahaan yang ada di dalam negara tersebut tetapi juga
2
harus bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing yang masuk dari luar,
ataupun produk-produk asing yang berasal dari luar negeri. Karena dengan adanya
globalisasi seperti saat ini maka pihak asing dapat mendirikan perusahaan yang
mereka inginkan di negara tertentu, terutama dengan adanya perjanjian zona
perdagangan bebas maka perusahaan dari luar bebas menjual hasil produk mereka
tanpa dikenakan pajak bea cukai sehingga harga barang menjadi sama atau bahkan
lebih murah dibanding harga biasanya (Farah Margaretha dan Aditya Rizky
Ramadhan, 2010 : 119).
Dalam keadaan seperti ini membuat perusahaan berusaha dapat mengatur
strategi untuk dapat bersaing dan mengembangkan perusahaan mereka tidak
hanya pada tingkat regional tetapi juga internasional. Tidak terkecuali bagi
perusahaan makan dan minuman, mereka akan menghadapi tingginya persaingan
dari perusahaan lain dalam industri tersebut. Hal ini terkait dengan semakin
banyak produk-produk makanan dan minuman impor yang berdatangan sehingga
menyebabkan semakin banyak jenis produk makanan dan minuman yang ada.
Perkembangan sektor perekonomian yang mendukung kelancaran aktivitas
ekonomi, khususnya sektor makanan dan minuman di Indonesia sangat menarik
untuk dicermati. Perusahaan makanan dan minuman merupakan salah satu sektor
yang diminati oleh para investor, alasannya adalah sektor ini merupakan salah
satu sektor yang dapat bertahan di tengah kondisi perekonomian Indonesia, karena
pendirian perusahaan makanan dan minuman yang semakin banyak diharapkan
dapat memberikan prospek yang menguntungkan dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat (Devi dan Ni Putu, 2012 :2). Selain itu prospek yang dimiliki oleh
3
perusahaan sektor ini sangat baik karena pada dasarnya setiap masyarakat
membutuhkan makanan dan minuman dalam hidup. Selain itu tingkat konsumsi
juga dipengaruhi oleh jumlah penduduknya, sehingga konsumsi masyarakat akan
bertambah sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia tiap
tahunnya. Ini merupakan hal yang baik karena melihat fenomena jumlah
penduduk Indonesia yang terus bertambah pada tiap tahunnya.
Tabel 1.1
Pertumbuhan Penduduk Indonesia
Tahun 1990 1995 2000 2010
Jumlah Penduduk 179.378.946 194.754.808 206.264.595 237.641.326
sumber : www.bps.go.id
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat pertumbuhan penduduk Indonesia
yang jumlahnya yang bertambah signifikan ditiap tahunnya, dengan
bertambahnya jumlah penduduk tersebut maka penjualan yang akan dihasilkan
juga akan bertambah. Hal ini dapat dilihat pada tabel penjualan perusahaan
makanan dan minuman pada periode 2007-2012.
Tabel 1.2
Daftar Penjualan Perusahaan Makanan dan Minuman
(dalam juta rupiah)
Perusahaan Tahun
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Akasha Wira Internasional Tbk 131.549 129.542 134.438 141.084 147.729 220.955
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 483.734 489.172 533.194 705.220 1752.802 2747.623
Cahaya Kalbar Tbk 812.635 1.963.638 1.194.544 718.205 1.238.169 1.123.519
Indofood Sukses Makmur Tbk 27.858.304 38.799.279 37.140.830 38403.360 45.332.256 50.059.427
Mayora Indah Tbk 2.828.440 3.907.674 4.777.175 7.224.165 9.453.866 10.510.626
Prashida Aneka Niaga Tbk 600.060 713.114 592.358 928.527 1.246.291 1.305.117
Sekar Laut Tbk 237.050 313.125 276.312 314.146 344.435 401.724
Siantar Top Tbk 600.330 624.401 627.115 762.613 1.027.684 1.283.736
Ultrajaya Milk Industry and
Trading Company Tbk
1.126.800 1.362.607 1.613.928 1.880.411 2.102.384 2.809.851
4
sumber : Indonesian Capital Market Directory
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa penjualan perusahaan makanan dan
minuman pada tahun 2007-2012 secara keseluruhan mengalami peningkatan, ini
artinya perusahaan pada sektor tersebut selalu mengalami pertumbuhan disetiap
tahunnya, sehingga sektor makanan dan minuman memiliki prospek yang baik
pada tahun-tahun berikutnya.
Sedangkan struktur modal perusahaan makanan dan minuman adalah
sebagai berikut:
Grafik 1.1
Rata-rata Struktur Modal Perusahaan Makanan dan Minuman
Sumber : Indonesia Capital Market Directory
Berdasarkan grafik diatas dapat kita lihat bahwa struktur modal
perusahaan makan dan minuman mengalami fluktuasi pada dari tahun 2007-2012.
Yaitu pada tahun 2007 sebesar 98%, pada tahun 2008 turun menjadi 94%, pada
tahun 2009 kembali mengalami penurunan sehingga menjadi 50%%, namun pada
tahun 2010 mengalami penurunan manjadi 66%% diikuti pada tahun 2011
mengalami stagnasi pada posisi 66% dan pada 2012 mengalami peningkatan
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
2007 2008 2009 2010 2011 2012
rata-rata struktur modal
rata-rata strukturmodal
5
sebesar 2% menjadi 68%. Padahal jika dilihat penjualan yang mengalami tren
meningkat maka seharusnya akan dibarengi dengan penggunaan tingkat yang
tinggi pula sebagai modal tambahan dalam rangka meningkatkan produktifitas
dan penjualan produk. Namun kenyataannya justru penggunaan justru mengalami
tren penurunan. Sehingga variabel struktur modal ini diambil sebagai variabel
dependen dalam penelitian ini, untuk mengetahui faktor apa sajakah yang
berperan dalam mempengaruhi struktur modal tersebut.
Pada dasarnya tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalkan
kesejahteraan pemilik melalui peningkatan nilai perusahaan. Kesejahteraan
pemegang saham ditunjukkan melalui harga pasar perlembar saham perusahaan
yang juga merupakan refleksi dari keputusan investasi, pendanaan dan manajemen
aktiva. Hal itu karena pada dasarnya keputusan suatu bisnis dinilai berdasarkan
dampak yang ditimbulkan terhadap saham (Moeljadi, 2006 : 25). Jika dikaitkan
dengan permasalahan persaingan global yang telah disebutkan, maka perusahaan
akan menghadapi persoalan yang semakin kompleks. Yaitu bagaimana
perusahaan agar dapat mencapai tujuan mereka di dalam persaingan yang sangat
tinggi, maupun bagaimana meningkatkan nilai perusahaan guna memaksimalkan
kesejahteraan pemilik. Sehingga strategi yang harus dilakukan perusahaan juga
akan semakin kompleks pula, baik itu kegiatan yang berhubungan dengan
produksi maupun kegiatan pemasarannya.
Hal terpenting yang harus diperhatikan oleh perusahaan agar tujuan
tersebut dapat tercapai adalah aspek pendanaan atau permodalan. Aspek modal
sangat erat kaitannya dengan kegiatan perusahaan. Hal tersebut dikarenakan
6
perusahaan akan dapat berjalan dan berkembang dengan baik apabila didukung
dengan dana yang cukup sesuai kebutuhan yang diperlukan. Perusahaan yang baik
dalam bidang permodalan apabila sebagian besar modal yang digunakan untuk
investasi maupun operasional (modal kerja) berasal dari dana internal. Namun
dengan keterbatasan sumber dana internal yang dimiliki maka perusahaan dalam
melakukan ekspansi untuk dapat lebih berkembang harus mencari elternatif
pendanaan yang berasal dari dana eksternal perusahaan (Bambang Supeno, 2009
:93). Ini artinya untuk dapat mengembangkan perusahaannya dan meningkatkan
produktifitas diperlukan sebuah sumber dana yang banyak, akan tetapi karena
terbatasnya sumber dana internal yang dimiliki perusahaan membuat perusahaan
mencari dana lain dari luar perusahaan, kombinasi antara dana yang bersumber
dari internal dan eksternal perusahaan inilah yang disebut struktur modal.
Kebutuhan modal perusahaan dapat dipenuhi baik dari sumber internal
perusahaan maupun sumber eksternal perusahaan. Sumber internal adalah sumber
yang berasal dari dalam perusahaan, dimana pemenuhan kebutuhan modal tidak
diambil dari luar perusahaan melainkan dari sumber dana yang dihasilkan oleh
perusahaan itu sendiri yaitu dalam bentuk laba yang tidak dibagikan atau laba
ditahan. Sumber internal ini sering dianggap sebagai sumber utama perusahaan
untuk membiayai investasi dalam aktiva tetap atau pengeluaran modal, terutama
bagi perusahaan yang mempunyai resiko usaha yang besar. Sedangkan sumber
dana eksternal adalah sumber dana yang diambil dari dana eksternal meliputi
hutang dan modal dari pemilik perusahaan. Modal dari perusahaan didapatkan
7
dengan menjual surat berharga kepada masyarakat umum melalui pasar modal
(Asih Suko Nugroho, 2006 :8).
Dalam suatu perusahaan, manejemen keuangan yang dijalankan oleh
seorang manajer keuangan memegang peranan penting untuk mengetahui
bagaimana komposisi yang tepat sehingga dapat digunakan secara optimal oleh
perusahaan dalam kegiatan operasional dan produksi. Salah satu peran manajer
adalah upaya menjaga kelangsungan usaha untuk menyediakan dana dengan tetap
memperhatikan faktor likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas (Ahmad Rodoni dan
Maratush Sholihah, 2006 :17). Manajer keuangan dalam menjalankan perannya
yang berhubungan dengan penyediaan modal perusahaan adalah dengan
berpedoman pada salah satu fungsi keuangan, yaitu yang berkaitan dengan
struktur modal dimana aspek yang diperhatikan dalam pendanaan yang diperlukan
perusahaan tidak hanya pada seberapa besar dana itu didapat kemudian
dialokasikan untuk investasi, tetapi juga dengan tetap memperhatikan faktor
likuiditas perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek dan jangka
panjang, dan juga seberapa besar manfaat atau keuntungan yang akan dihasilkan
dari dana yang telah didapat.
Menurut Myers, yang mengemukakan teori struktur modal yang dikenal
dengan balance theory dalam Ahmad Rodoni dan Maratush Sholihah (2006 : 19).
Berkaitan dengan pengaruh hutang maka balancing menjelaskan bahwa struktur
modal yang optimal ditentukan dengan penambahan hutang, hutang memiliki
manfaat dan biaya perimbangan antara manfaat dan biaya, inilah yang
mengantarkan pada struktur modal optimal. Hutang menguntungkan perusahaan
8
karena pembayaran bunga diperhitungkan sebagai biaya dan mengurangi
penghasilan kena pajak, sehingga jumlah pajak yang dibayar perusahaan
berkurang. Hutang selain mempunyai segi positif, juga mempunyai segi negatif
yaitu meningkatkan peluang untuk bangkrut dengan segala aspeknya.
Myers dan Donaldson, dalam Murdika Alamsyah (2006 : 7) dalam teori
tentang asimetri informasi (asymetric information theory), manajemen perusahaan
tahu lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan investor di pasar modal. Jika
manajemen perusahaan ingin memaksimumkan nilai pemegang saham saat ini
maka ada kecenderungan bahwa : jika perusahaan mempunyai prospek yang
cerah, manajemen tidak akan menerbitkan saham baru tetapi menggunakan laba
ditahan, dan jika prospek kurang baik, manajemen menerbitkan saham baru untuk
memperoleh dana.
Lebih lanjut Murdika Alamsyah mengatakan bahwa terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan manajemen keuangan dalam menentukan sumber
pendanaan adanya faktor yang mempengaruhi sumber pendanaan tersebut,
diantaranya adalah tingkat pertumbuhan penjualan, stabilitas penjualan, struktur
aktiva, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman, profitabilitas, struktur saingan
dan karakteristik industri.
Menurut Brigham dan Houston (2001 : 39), menyatakan bahwa bebarapa
faktor penting dalam menentukan struktur modal (capital structure decisions)
meliputi beberapa faktor, diantaranya stabilitas penjualan, struktur aktiva,
leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap
manajemen, sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat, kondisi
9
pasar, kondisi internal perusahaan dan fleksibilitas keuangan. Sedangkan struktur
modal dapat diukur dapat diukur dari rasio perbandingan antara total hutang
terhadap ekuitas yang biasa diukur melalui rasio debt to equity ratio (Asih Suko
Nugroho, 2006 : 6).
Pemilihan struktur modal yang dilakukan oleh perusahaan, selain
dipengaruhi oleh besar kecilnya biaya hutang atau modal sendiri, ada faktor lain
yang secara umum dapat mempengaruhi sumber pendanaan, diantaranya seperti
size perusahaan, pembayaran deviden, penjualan, aset perusahaan, pertumbuhan
perusahaan, keuntungan (profitabilitas), pajak, manajemen, leverage, likuiditas,
non debt tax, resiko bisnis dan lain sebagainya. Dari beberapa faktor tersebut
pengaruhnya terhadap struktur modal dan kinerja keuangan tidaklah sama,
tentunya tergantung pada jenis perusahaan atau usahanya masing-masing dimana
perusahaan tersebut melakukan kegiatan atau beroperasi (Bambang Supeno,
2009 : 93).
Banyak penelitian yang dilakukan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi strktur modal. Namun dari beberapa penelitian terdahulu ada
ketidaksonsistenan hasil penelitian, dimana ada variabel yang berpengaruh
terhadap struktur modal sedangkan pada penelitian lainnya variabel tersebut tidak
memiliki pengaruh.
Penelitian-penelitian yang dilakukan mengenai struktur modal antara lain
dilakukan oleh Yuanxin Liu dan Xiangbo Ning (2009) yang menggunakan lima
variabel independen sebagai faktor yang mempengaruhi struktur modal yaitu
company scale, profitabilitas, growth, non-debt tax shield, dan fluidity. Hasil
10
penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap
struktur modal dan fluidity berpengaruh positif terhadap struktur modal.
Sedangkan untuk variabel company scale, growth dan non-debt tax shiled tidak
berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Christina dan Johan Halim (2008). Christina dan
Johan menggunakan empat variabel independen sebagai faktor yang
mempengaruhi struktur modal yaitu profitabilitas, company’s size dan devidend
payout. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh
negatif terhadap struktur modal, variabel size berpengaruh positif terhadap,
sedangkan pembagian deviden tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal.
Penelitian lain yang dilakukan berkaitan dengan faktor yang
mempengaruhi struktur modal adalah penelitian yang dilakukan oleh Faruk
Hossain dan Ayub Ali (2012). Faruk dan Ayub menggunakan sepuluh variabel
independen untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi struktur modal,
yaitu profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, struktur aktiva, ukuran perusahaan,
stabilitas penjualan, non-debt tax shiled, devidends payout, likuiditas, kepemilikan
manajerial dan klasifikasi industri. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
profitabilitas, struktur aktiva, likuiditas dan kepemilikan manajerial berpengaruh
secara negatif terhadap struktur aktiva. Variabel non-debt tax shield berpengaruh
positif terhadap struktur aktiva. Dan variabel pertumbuhan perusahaan, ukuran
perusahaan, stabilitas penjualan dan pembagian deviden tidak memiliki pengaruh
terhadap struktur modal. Sedangkan pada variabel klasifikasi perusahaan dibagi
11
menjadi enam industri, yaitu dimana dua industri tidak mempengaruhi sedangkan
empat industri lainnya berpengaruh terhadap struktur modal.
Dari beberapa faktor diatas dalam penelitian ini, penulis menggunakan
empat faktor yang mempengaruhi struktur modal. Faktor-faktor tersebut antara
lain struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan dan likuiditas. Dari variabel
tersebut diharapkan dapat meningkatkan keuntungan perusahaan, kesejahteraan
pemilik modal dan pada akhirnya berdampak pada peningkatan nilai perusahaan.
Berdasarkan pendapat diatas dan hasil penelitian terdahulu mengenai
variabel-variabel yang mempengaruhi struktur modal menunjukkan hasil yang
berbeda antara hasil penelitian yang satu dengan yang lainnya. Hal ini yang
membuat penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Struktur Aktiva, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Likuiditas
Terhadap Struktur Modal Perusahaan Makanan dan Minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2007-2012”.
B. Perumusah Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dirumuskan
permasalahan penelitian yaitu,
1. Apakah struktur aktiva berpengaruh terhadap struktur modal?
2. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal?
3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal?
4. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap struktur modal?
12
5. Apakah struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan dan likuiditas
secara simultan berpengaruh terhadap struktur modal?
6. Berapa besar variabel independen (struktur aktiva, profitabilitas, ukuran
perusahaan dan tingkat likuiditas) mampu mempengaruhi ataupun
menjelaskan struktur modal?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian
ini adalah untuk :
a. Menganalisis pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal.
b. Menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal.
c. Menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal.
d. Menganalisis pengaruh likuiditas terhadap struktur modal.
e. Menganalisis pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, ukuran
perusahaan dan tingkat likuiditas terhadap struktur modal perusahaan
secara simultan.
f. Menganalisis besarnya variabel independen (struktur aktiva,
profitabilitas, ukuran perusahaan dan tingkat tikuiditas)
mempengaruhi ataupun menjelaskan struktur modal perusahaan.
2. Manfaat
Sedangkan penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi :
13
a. Emiten, yaitu hasil penelitian dapat digunakan manajemen perusahaan
untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan modal
sendiri atau modal pinjaman serta mengetahui kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajibannya, setelah itu manajer keuangan dapat
mengambil kebijakan yang dianggap perlu guna menyeimbangkan
penggunaan modal.
b. Investor, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran dan
bahan pertimbangan unuk mengambil keputusan dalam berinvestasi
pada sebuah perusahaan.
c. Civitas akademik, dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam
membuat penelitian yang berkaitan dengan struktur modal perusahaan.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Modal
Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh perusahaan.
Komponen modal terdiri dari setor, agio saham, laba yang ditahan,
cadangan laba dan lainnya (Kasmir, 2010 : 81). Menurut S. Munawir
(2001 : 19), modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh
perusahaan yang terdapat pada sisi kanan neraca perusahaan yaitu pada
pos modal saham atau laba ditahan. Sedangkan modal terdiri dari modal
asing dan modal sendiri. Perimbangan antara seluruh modal asing dan
modal sendiri disebut struktur keuangan, sedangkan perimbangan antara
modal asing dan modal sendiri yang bersifat jangka panjang akan
membentuk struktur permodalan.
Bambang Riyanto (2001 : 17) mengemukakan modal adalah
sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut.
Dalam perkembangannya, kemudian pengertian modal modal dinilai pada
nilai, daya beli, atau kekuasaaan memakai atau menggunakan hal-hal yang
terkandung dalam barang-barang modal. Sedangkan menurut Brigham
(2006 : 62) modal adalah jumlah dari hutang jangka panjang, saham
preferen dan ekuitas saham biasa atau mungkin pos-pos tersebut plus
hutang jangka pendek yang dikenakan bunga.
15
Dari pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
modal digunakan sebagai hal penting dalam kegiatan produksi sebuah
perusahaan. Modal dapat berasal dari modal sendiri, modal asing maupun
perpaduan antara modal sendiri dengan modal asing yang kemudian
disebut dengan struktur keuangan.
a. Sumber modal
Menurut Bambang Rianto (2001 : 156) dilihat dari asalnya sumber
modal terdiri dari :
1) Sumber internal
Modal yang berasal dari sumber internal adalah modal atau
dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri didalam perusahaan.
Alasan perusahaan menggunakan sumber dana internal yaitu,
dengan dana dari dalam perusahaan maka perusahaan tidak
mempunyai kewajiban untuk membayar bunga, dana yang tersedia
sebagian besar telah memenuhi kebutuhan dana perusahaan dan
biaya pemakaian relatif murah. Sumber internal yang dibentuk atau
dihasilkan sendiri didalam perusahaan adalah laba ditahan dan
penyusutan (depresiasi).
2) Sumber eksternal
Modal yang berasal dari luar perusahaan. Alasan
perusahaan menggunakan sumber dana eksternal adalah jumlah
dana yang digunakan tidak terbatas, dapat dicari dari berbagai
16
sumber dan dapat bersifat fleksibel. Yang merupakan sumber dana
eksternal adalah sebagai berikut:
a) Supplier
Supplier merupakan dana kepada suatu perusahaan dalam
bentuk penjualan barang secara kredit, baik jangka pendek
(kurang dari satu tahun), maupun jangka menengah (lebih dari
satu tahun dan kurang dari sepuluh tahun). Penjualan kredit
dengan jangka waktu pembayaran kurang dari satu tahun
terjadi pada penjualan barang dagang dan bahan mentah oleh
supplier kepada langganan. Pabrik sering menjual mesin atau
peralatan lain kepada suatu perusahaan yang menggunakan
mesin dalam jangka waktu pembayaran 5 sampai 10 tahun.
b) Bank
Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara
keuangan, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar
lalulintas pembayaran.
c) Pasar modal
Pasar modal adalah suatu pengertian abstrak yang
mempertemukan dua kelompok yang saling berhadapan tetapi
yang kepentingannya saling mengisi, yaitu calon pemodal dan
emitan yang membutuhkan dana. Dimaksudkan dengan
pemodal adalah perorangan atau lembaga yang menanamkan
dananya dalam efek, sedangkan emiten adalah perusahaan yang
17
menerbitkan efek untuk ditawarkan kepada masyarakat. Fungsi
dari pasar modal adalah mengalokasikan secara efisien arus
dana dari unit ekonomi yang mempunyai surplus tabungan
kepada unit ekonomi yang defisit tabungan.
b. Jenis-jenis modal
1) Modal asing
Dalam pasal 1 angka 8. UU No. 25 tahun 2007 tentang
penanaman modal asing juga telah ditentukan pengertian modal
asing, yaitu modal yang dimiliki oleh Negara asing perorangan
warga Negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing dan
atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya
dimiliki oleh pihak asing.
Modal asing dibagi ke dalam tiga golongan, yaitu hutang
jangka pendek, hutang jangka menengah dan hutang jangka
panjang. Adapun jenis-jenis hutang jangka pendek antara lain
kredit rekening koran, kredit dari penjualan, kredit dari pembeli
dan kredit wesel, dengan jangka waktunya paling lama satu tahun.
Hutang jangka menengah terdiri dari term loan dan leasing, dengan
waktunya lebih dari satu tahun dan kurang dari 10 tahun.
Sedangkan hutang jangka panjang jangka waktunya lebih dari 10
tahun, umumnya digunakan untuk membelanjakan perluasan
perusahaan atau memodernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan
modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar.
18
Adapun jenis dari hutang jangka panjang adalah pinjaman obligasi
dan pinjaman hipotik (Bambang Riyanto, 2005 : 171).
2) Modal sendiri
Modal sendiri atau ekuitas (laba ditahan dan dana yang
diperoleh dari penjualan saham). Biaya laba ditahan perusahaan
mencerminkan biaya kesempatan pengembalian yang diperoleh
para pemegang sham jika meraka menerima laba dalam bentuk
deviden dan menginvestasikan dana itu sendiri. Biaya ekuitas baru
perusahaan juga mencerminkan biaya kesempatan, pengembalian
diperoleh para pemegang modal baru jika mereka
menginvestasikan dananya dalam bentuk lain, bukan dalam
perusahaan. Biaya ini lebih tinggi daripada biaya laba ditahan
karena juga mencakup beban yang terkait penjualan saham baru
atau biaya mengambang (Jeff Madura, 2006 : 239). Modal sendiri
diharapkan tetap berada dalam perusahaan untuk jangka waktu
yang tidak terbatas sedangkan modal pinjaman mempunyai jatuh
tempo. Menurut Erich A. Helfert (1997 : 242), ada dua sumber
utama dari modal sendiri, yaitu:
a) Modal saham preferen, bentuk kepemilikan ekuitas ini secara
konseptual berada pada titik tengah antara hutang dan saham
biasa. Walaupun berada pada peringkat yang lebih rendah
dibandingkan sebagai kreditor perusahaan, pemegang saham
preferen mempunyai klaim terhadap laba perusahaan dengan
19
peringkat lebih tinggi daripada posisi pemegang saham biasa.
Dalam hal likuiditas, klaim pemegang saham preferen dipenuhi
sebelum klaim tersisa untuk pemegang saham biasa.
b) Modal saham biasa, pemegang saham biasa sebagai pemilik
dalam urutan terakhir dari perusahaan (klaim saham biasa
berlaku untuk semua aktiva dan laba yang tidak dituntut oleh
kalim sebelumnya) memberikan dana jangka panjang dengan
harapan memperoleh imbalan dari peningkatan nilai ekonomi
saham. Nilai tambahan ini terdiri dari dampak pertumbuhan
laba dan pertumbuhan deviden yang diterima pada nilai pasar,
yang selanjutnya dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan risiko
tertentu dalam industri dan perusahaan.
2. Pengertian Struktur Modal
Menurut Sri Dwi Ari Ambarwati (2010 : 1), struktur modal adalah
kombinasi atau perimbangan antara hutang dan modal sendiri (saham
preferen dan saham biasa) yang digunakan perusahaan untuk
merencanakan mendapatkan modal. Kebijakan struktur modal melibatkan
adanya suatu pertukaran antara risiko dan return :
a. Penggunaan lebih banyak hutang akan meningkatkan risiko yang
ditanggung oleh para pemegang saham, misal risiko insolvabilitas,
kenaikan suku bunga dan financial distress.
b. Penggunaan hutang yang lebih besar biasanya akan menyebabkan
terjadinya ekspektasi return atas ekuitas menjadi lebih tinggi. Misalnya
20
adanya penghematan pajak karena bunga yang akhirnya dapat
meningkatkan earning per share dan return on equity.
Menurut Rodoni dan Indoyama (2007 : 45), struktur modal adalah
sesuatu yang berkaitan dengan struktur pembelanjaan permanen
perusahaan yang terdiri atas hutang jangka panjang dan modal sendiri.
Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana perusahaan dengan cepat
memadukan komposisi dana permanen yang digunakannya dengan
mencari paduan dana yang dapat meminimumkan biaya modal
perusahaan. Dan dapat memaksimalkan harga saham. Hal ini yang
menjadi tujuan akhir dari struktur modal, yakni membuat komposisi
sumber pembiayaan yang optimal (Ahmad Rodoni dan Herni Ali, 2010 :
138). Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001 :22), mengatakan
bahwa struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan tercermin
keseluruhan pasiva dalam neraca, yaitu keseluruhan modal asing (baik
jangka pendek maupun jangka panjang) dan jumlah modal sendiri. Dan
Syafaruddin Alwi (1994 :329), mengatakan bahwa stuktur modal
merupakan masalah yang penting dalam pengambilan keputusan
mengenai pembelanjaan perusahaan, karena secara langsung berakibat
terhadap biaya modal, keputusan tentang capital budgeting dan harga
pasar.
Menurut Brealey dan Myers dalam David Sukardi dan Chrtistian
Herdinata (2009 : 19), struktur modal perusahaan terpusat pada kombinasi
antara hutang dan modal. Pilihan struktur modal secara fundamental
21
merupakan masalah marketting. Lebih lanjut dijelaskan, perusahaan dapat
menerbitkan beberapa saham yang berbeda dengan berbagai kombinasi.
Namun perusahaan berusaha pula untuk menemukan kombinasi yang
mampu mengoptimalkan nilai pasar. Struktur modal yang optimal adalah
salah satu hal yang dapat memaksimalkan nilai pasar saham perusahaan
yang beredar. Jika kombinasi ideal ini dapat diciptakan, maka saham
perusahaan akan mencapai harga maksimal dan struktur modal yang
digunakan merupakan struktur modal yang optimal.
Keputusan pendanaan (struktur modal) akan menyangkut
penentuan kombinasi yang optimal dari penggunaan berbagai sumber dana
yang pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua, 1) yang berhubungan
dengan pendanaan ekstern karena akan mengarah pada pengambilan
keputusan mengenai struktur modal, yakni akan menentukan proporsi
antara hutang jangka panjang dan modal sendiri. Hal ini tampak pada debt
to equity ratio perusahaan tersebut. 2) yang berhubungan dengan
pendanaan intern, aplikasinya adalah penentuan kebijakan deviden yang
digambarkan melalui devidend payout ratio (Moeljadi, 2006 :237).
Dengan demikian struktur modal memiliki beberapa unsur penting
yang dapat diambil berdasarkan pendapat di atas, yaitu (1) bahwa modal
yang digunakan oleh perusahaan terdiri dari perimbangan antara modal
sendiri dengan modal asing, (2) sehingga dapat dikatakan merupakan
cerminan keseluruhan pasiva dalam neraca dan (3) masalah penting dalam
22
pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan, karena secara
langsung berakibat terhadap keuangan perusahaan.
3. Teori Struktur Modal
Untuk mencapai struktur modal yang optimal, ada beberapa teori
yang menjelaskan tentang struktur modal. Kegunaan mempelajari teori
tersebut adalah untuk mengasah perspektif dan memudahkan perumusan
suatu kebijakan struktur modal yang baik.
1. Teori Struktur Modal Tradisional
Menurut Darmawan Sjahrial (2008 :179), bahwa teori struktur
modal dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
a. Pendekatan Laba Bersih (Net Income Approach)
Pendekatan laba bersih mengasumsikan bahwa investor
mengkapitalisasi atau menilai laba perusahaan dengan tingkat
kapitalisasi yang konstan dan perusahaan dapat meningkatkan
jumlah hutangnya dengan tingkat biaya hutang yang konstan pula.
Karena tingkat kapitalisasi dan biaya hutang konstan maka
semakin besar jumlah hutang yang digunakan perusahaan, biaya
modal rata-rata tertimbang semakin kecil sebagai akibat
penggunaan hutang yang semakin besar.
b. Pendekatan Laba Operasi Bersih (Net Operating Income
Approach)
Pendekatan laba operasi bersih berlawanan dengan
pendekatan laba bersih, karena menurut laba operasi bersih, biaya
23
hutang bersifat tetap atau tidak berubah walaupun leverage
bertambah. Dalam pendekatan laba operasi diasumsikan bahwa
investor akan meminta premi karena adanya resiko keuangan
akibat adanya penambahan leverage sehingga mengakibatkan
tingkat kapitalisasi akan naik secara proporsional dengan kenaikan
leverage. Artinya penambahan hutang karena biayanya murah dan
pengurangan saham karena biayanya mahal tidak berpengaruh
terhadap biaya modal rata-rata tertimbang, walaupun ada efek yang
menguntungkan dalam penambahan hutang akan tetapi akan
diimbangi oleh kenaikan tingat kapitalisasi.
Nilai total perusahaan tidak berubah walaupun adanya
tambahan leverage sehingga dalam pendekatan ini dapat dikatakan
tidak ada struktur modal yang optimal, berapapun penggunaan
leverage tidak akan mengubah nilai perusahaan.
c. Pendekatan Tradisional
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa tingkat leverage
tertentu, resiko perusahaan tidak mengalami perubahan. Sehingga
baik biaya modal sendiri maupun biaya hutang relatif konstan.
Namun, demikian setelah leverage rasio hutang tertentu, biaya
hutang dan biaya modal sendiri meningkat. Peningkatan biaya
modal sendiri ini akan semakin besar bahkan akan lebih besar
daripada penurunan biaya karena penggunaan hutang yang lebih
24
murah. Akibatnya, biaya modal rata-rata tertimbang yang pada
awalnya menurun, setelah leverage tertentu akan meningkat.
Oleh karena itu nilai perusahaan mula-mula meningkat dan
akan menurun sebagai akibat dari penggunaan hutang yang
semakin besar. Dengan demikian menurut pendekatan ini, terdapat
struktur modal optimal untuk setiap perusahaan. Struktur modal
yang optimal terjadi pada saat nilai perusahaan maksimum atau
struktur modal yang mengakibatkan biaya modal rata-rata
tertimbang minimum.
2. Teori Struktur Modal Modern
a. Modigliani dan Miller (MM)
Menurut Modigliani dan Miller, dalam David Sukardi
Kodrat dan Christian Herdinata (2009 : 109) melalui teori capital
structure irrelevance menyimpulkan bahwa financial leverage
tidak mempengaruhi nilai pasar perusahaan. Hal ini terjadi karena
penggunaan hutang tidak merubah weighted average cost of
capital. Biaya hutang lebih kecil dibandingkan biaya modal
sendiri. Namun semakin besar penggunaan hutang, semakin besar
pula risikonya sehingga biaya modal sendiri akan bertambah.
Artinya kenaikan penggunaan hutang tidak akan meningkatkan
nilai perusahaan karena keuntungan dari biaya hutang lebih kecil
ditutup dengan naiknya biaya modal sendiri. Teori ini didasarkan
pada asumsi yang mencakup pasar modal yang sempurna, investor
25
memiliki ekspektasi tentang aliran laba perusahaan yang sama,
tidak ada pajak, tidak ada biaya transaksi dan perusahaan hanya
dapat menerbitkan dua jenis sekuritas yaitu risk equity dan risk-
free debt.
Modigliani dan Miller, melanjutkan hasil penelitiannya
dengan mengubah asumsi tidak adanya pajak menjadi adanya pajak
terhadap penghasilan perusahaan sebagai penentu struktur modal
perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan hutang
akan meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bunga hutang
adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak. Namun di sisi
lain, penggunaan hutang akan menimbulkan biaya kesulitan
keuangan (David Sukardi Kodrat, 2009 : 110).
b. Trade-off Theory
Murdika Alamsyah (2006 : 6) mengemukakan trade off
theory memang tidak dapat digunakan unruk menentukan struktur
modal yang optimal secara akurat dari suatu perusahaan. Tetapi
melalui model ini dapat memberikan tiga masukan penting:
1. Perusahaan yang memiliki aktiva yang tinggi variabilitas
keuntungannya akan memiliki profitabilitas financial distress
yang besar. Perusahaan semacam ini harus menggunakan
sedikit hutang.
2. Aktiva tetap yang tidak umum, aktiva tetap yang tidak nampak
dan kesempatan berkembang akan kehilangan banyak nilai
26
jika terjadi financial distress. Perusahaan yang menggunakan
aktiva semacam ini seharusnya menggunakan sedikit hutang.
3. Perusahaan yang membayar pajak yang tinggi (dikenai sedikit
pajak yang besar) sebaiknya lebih banyak menggunakan
hutang dibandingkan perusahaan yang membayar pajak
rendah (tingkat pajak rendah).
c. Balancing Theory
Model struktur modal dalam lingkup Balancing theories
Myers dan Bayles and Diltz dalam Suad Husnan (2000 : 300)
disebut sebagai teori keseimbangan yaitu menyeimbangkan
komposisi hutang dan modal sendiri. Teori ini pada intinya yaitu
menyeimbangkan antara manfaat dan pengorbanan yang timbul
sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat masih besar,
hutang akan ditambah. Tetapi bila pengorbanan karena
menggunakan hutang sudah lebih besar maka hutang tidak lagi
ditambah. Pengorbanan karena menggunakan hutang tersebut bisa
dalam bentuk biaya kebangkrutan (bankruptcy cost) dan biaya
keagenan (agency cost). Biaya kebangkrutan antara lain terdiri dari
legal fee yaitu biaya yang harus dibayar kepada ahli hukum untuk
menyelesaikan klaim dan distress price yaitu kekayaan perusahaan
yang terpaksa dijual dengan harga murah sewaktu perusahaan
dianggap bangkrut. Semakin besar kemungkinan terjadi
kebangkrutan dan semakin besar biaya kebangkrutan, semakin
27
tidak menarik menggunakan hutang. Hal ini disebabkan karena
adanya biaya kebangkrutan, biaya modal sendiri akan naik dengan
tingkat yang makin cepat. Sebagai akibatnya, meskipun
memperoleh manfaat penghematan pajak dari penggunaan hutang
yang besar berdampak oleh kenaikan biaya modal sendiri yang
tajam, sehingga berakhir dengan menaikkan biaya perusahaan.
d. Pecking Order Theory
Teori ini dikemukakan oleh Myers dan Majluf dalam Suad
Husnan dan Pudjiastuti (2004: 324). Teori ini menjelaskan keputusan
pendanaan yang diambil oleh perusahaan yang berbeda dengan
pemikiran teori struktur modal yang telah dibahas. Teori ini
menyatakan bahwa:
1. Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil
operasi perusahaan).
2. Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian deviden
yang ditargetkan, dengan berusaha menghindari perubahan
pembayaran deviden secara drastis.
3. Kebijakan deviden yang relatif segan untuk diubah, disertai
dengan fluktuasi profitabilitas dan kesempatan investasi yang
tidak bisa diduga, mengakibatkan bahwa dana hasil operasi
kadang-kadang melebihi kebutuhan dana untuk investasi,
mesikpun pada kesempatan lain mungkin kurang. Apabila dana
hasil operasi kurang dari investasi, maka perusahaan akan
mengurangi saldo kas atau menjual sekuritas yang dimiliki.
28
4. Apabila pendanaan dari luar diperlukan, maka perusahaan akan
menerbitkan sekuritas paling aman terlebih dulu. Yaitu dengan
penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang
berkarateristik opsi (seperti obligasi konversi), baru akhirnya
apabila masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan.
Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan-
perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah
sedikit. Hal tersebut bukan disebabkan karena mereka mempunyai
target debt ratio yang rendah, tetapi karena mereka memerlukan
external financing yang sedikit. Perusahaan yang kurang profitable
akan cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena dua
alasan, yaitu (i) dana intenal tidak cukup dan (ii) hutang merupakan
sumber eksternal yang lebih disukai.
e. Asymetric Information Theory
Teori ini diajukan oleh Gordon Donaldson dari Harvard
University dalam Darmawan Sjahrial (2008 : 207) tentang informasi
yang tidak simetris. Asymetric information adalah kondisi dimana
suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak dari pihak lain.
Karena asymetric information, manajemen perusahaan tahu lebih
banyak tentang perusahaan dibanding investor di pasar modal. Jika
manajemen perusahaan ingin memaksimukan nilai untuk pemegang
saham saat ini, bukan pemegang saham baru, ada kecenderungan
bahwa:
29
1. Jika perusahaan memiliki prospek yang cerah, manajemen tidak
akan menerbitkan saham baru tetapi menggunakan laba ditahan
(supaya prospek cerah tersebut dinikmati pemegang saham saat
ini).
2. Jika prospek kurang baik, manajemen menerbitkan saham baru
untuk memperoleh dana (ini akan menguntungkan pemegang
saham saat ini karena tanggung jawab mereka berkurang).
Masalahnya adalah para investor tahu kecenderungan ini
sehingga mereka melihat penawaran saham baru sebagai pertanda
berita buruk sehingga harga saham perusahaan cenderung turun jika
saham baru diterbitkan. Ini menyebabkan biaya modal sendiri menjadi
tinggi. Rata-rata tertimbang biaya modal (weighted average cost of
capital) semakin tinggi dan nilai perusahaan cenderung turun. Hal ini
mendorong perusahaan untuk menerbitkan obligasi atau berhutang
daripada menerbitkan saham baru. Sehingga Gordon Donaldson
menyimpulkan bahwa perusahaan lebih senang menggunakan dana
dengan urutan :
1. Laba ditahan dan dana depresiasi
2. Hutang
3. Penjualan saham baru
f. Signalling Theory
Isyarat atau sinyal adalah suatu tindakan yang diambil
manajemen perusahaan yang member petunjuk bagi investor tentang
prospek perusahaan (Brigham dan Houston, 2001 : 36). Perusahaan
30
dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari
penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang
diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan hutang yang
melebihi target struktur modal yang normal. Perusahaan dengan
prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual
sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan
umumnya merupakan suatu isyarat bahwa manajemen memandang
prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan
menawarkan penjualan saham baru, lebih sering dari biasanya, maka
harga sahamnya akan menurun karena menerbitkan saham baru
berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan
harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Menurut Brigham dan Houston (2001 :39), faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal dapat dibedakan menjadi :
a. Stabilitas penjualan
Suatu perusahaan yang mempunyai earning yang relatif
stabil akan dapat memenuhi kewajiban keuangannya dibandingkan
dengan perusahaan yang tidak stabil pendapatannya, perusahaan
yang mempunyai pendapatan yang relatif tidak stabil dan tidak
dapat diprediksi akan menanggung resiko tidak dapat membayar
angsuran-angsuran hutangnya pada tahun-tahun atau keadaan yang
buruk. Untuk perusahaan public utilities, dimana relatif
mempunyai penjualan yang stabil akan mempunyai kesempatan
31
lebih baik untuk mengadakan pinjaman atau penarikan modal asing
dibandingkan dengan perusahan industri barang-barang mewah.
b. Ukuran perusahaan
Perusahaan yang besar maka setiap perluasan modal saham
hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap
kemungkinan hilangnya atau tergesernya pengendalian dari
dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan sehingga akan
lebih berani untuk mengeluarkan saham baru dalam memenuhi
kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan
dibandingkan dengan perusahaan kecil.
c. Struktur aset
Struktur aset perusahaan yang fleksibel akan mudah
diperjual-belikan cenderung akan menggunakan leverage yang
lebih besar dari pada perusahaan dengan struktur aset yang tidak
fleksibel. Dalam suatu perusahaan, struktur aset akan mempunyai
pengaruh terhadap sumber pembelanjaan dengan beberapa cara,
pertama, bagi perusahaan yang sebagian besar modalnya tertanam
dalam aktiva tetap akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan
modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri
sedangkan modal asing sifatnya adalah sebagai pelengkap.
d. Operating leverage
Operating bisnis merupakan faktor yang mempengaruhi
tingkat resiko bisnis. Artinya bahwa semakin besar operating
32
leverage perusahaan, maka semakin besar variasi keuntungan
akibat perubahan dan akan berdampak semakin besar pula resiko
perusahaan.
e. Tingkat pertumbuhan perusahaan
Ketika hal lain tetap sama, perusahaan yang tumbuh dengan
pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Hal ini
cukup menjadi alasan karena perusahaan berkemungkinan
dihadapkan oleh adanya biaya emisi saham biasanya lebih mahal
jika dibandingkan dengan biaya pengeluaran obligasi.
f. Profitabilitas
Seringkali pengamatan menunjukkan bahwa perusahaan
dengan tingkat pengembalian lebih tinggi atas invetasinya lebih
cenderung menggunakan hutang yang relatif kecil, karena
perusahaan dianggap telah mampu menyediakan dana yang cukup
dari laba ditahan atau dana yang dihasilkan internal.
g. Pajak
Bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan untuk
tujuan perpajakan, dan pengurangan tersebut sangat bernilai tinggi
bagi perusahaan yang terkena tarif pajakyang tinggi. Ini berarti
bahwa semakin tinggi tarif pajak perusahaan, semakin besar pula
manfaat penggunaan hutang.
h. Pengendalian
33
Pengaruh hutang versus saham terhadap posisi
pengendalian manajemen dapat mempengaruhi struktur modal.
Akan tetapi pertimbangan pengendalian tidak selalu menghendaki
pengunaan hutang atau ekuitas karena jenis modal yang
memberikan perlindungan terbaik bagi manajemen bervariasi dari
situasi ke situasi yang lain.
i. Sikap manajemen
Karena tidak seorang pun dapat membuktikan bahwa
struktur modal yang satu akan membuat harga saham lebih tinggi
dari pada struktur modal lainnya, maka manajemen dapat
melakukan pertimbangan sendiri terhadap struktur modal yang
tepat.
j. Sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penialai kredibilitas
Analisis manajer atas faktor-faktor leverage yang tepat bagi
perusahaan diakui keberadaannya, namun seringkali sikap pemberi
pinjaman dan perusahaan penilai kredibilitas mempengaruhi
keputusan struktur keuangan perusahaan. Ini artinya bahwa
perusahaan membicarakan struktur keuangan dengan pemberi
pinjaman dan perusahaan penilai kredibilitas serta saran yang
diterima akan sangat diperhatikan dan digunakan oleh perusahaan.
k. Kondisi pasar
Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan
disebabkan karena adanya gelombang konjungtur. Apabila
34
gelombang konjungtur meninggi, maka akan lebih tertarik untuk
menanamkan modalnya dalam bentuk saham. Oleh karena itu
seharusnya bila perusahaan ingin mengeluarkan atau menjual
sekuritasnya haruslah selalu meyesuaikan dengan keadaan pasar
modal tersebut.
l. Kondisi internal perusahaan
Kondisi internal perusahaan juga berpengaruh terhadap
struktur modal yang ditargetkan. Artinya adalah bahwa perusahaan
akan memilih kondisi yang tepat untuk pembiayaan perusahaan
apakah melakukan pendanaan dari dalam atau luar perusahaan.
m. Fleksibilitas keuangan
Sebagai manajer pendanaan yang baik adalah selalu dapat
menyediakan modal yang diperlukan untuk mendukung
operasional perusahaan.
Moeljadi (2006 : 274) mengemukakan bahwa penentuan struktur
modal juga perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut.
1. Tujuan perusahaan
Jika tujuan manajer adalah memaksimumkan kekayaan para
pemegang saham, maka struktur modal yang optimal adalah yang
dapat memaksimumkan nilai pasar perusahaan. Sedangkan apabila
tujuan para manajer memaksimumkan keamanan pekerjaannya, maka
struktur modal yang optimal terletak pada leverage rata-rata
perusahaan lain dalam satu industri.
35
2. Tingkat leverage perusahaan yang sama dalam satu industri.
3. Kemampuan dana internal
Penentu utama dana intern adalah tingkat pertumbuhan
pendapatan. Tingkat pertumbuhan pendapatan yang tinggi
memungkinkan manajemen memperoleh dana yang lebih besar
daripada laba ditahan yang akan mengurangi dana pinjaman. Dengan
demikian, kemampuan dana intern ini bukan hanya dipengaruhi oleh
rate of growth, tetapi juga oleh kebijakan pembagian laba.
4. Pemusatan pemilikan dan pengendalian suara
Apabila saham yang ada dalam perusahaan hanya dimiliki oleh
sejumlah kecil pemilik, maka manajer akan segan untuk mengeluarkan
saham baru.
5. Batas kredit
Usaha manajemen untuk menyesuaikan struktur modal dengan
yang lain diinginkan dipengaruhi oleh sikap kreditor terhadap
perusahaan tersebut.
6. Besarnya perusahaan
Suatu perusahaan yang berukuran besar lenih mudah
memperoleh pinjaman jika dibandingkan perusahaan kecil.
7. Pertumbuhan aktiva perusahaan
Pertumbuhan aktiva dapat dijadikan indikator bagi kesempatan
pengembangan perusahaan pada waktu yang akan datang, sebab dapat
36
memberikan gambaran bagi kebutuhan dana secara total dalam
perusahaan tersebut.
8. Stabilitas earning
Berhubung dengan variabilitas earnings dapat menjadi ukuran
risiko bisnis suatu perusahaan, maka calon kreditor cenderung
memberikan pinjaman kepada perusahaan yang mempunyai earnings
yang relatif stabil.
9. Biaya modal sendiri
Karena biaya modal sendiri dapat merefleksikan harga saham,
maka turun naiknya harga saham akan menunjukkan harapan bagi
equity financing yang murah atau mahal yang dapat mengakibatkan
dept financing menjadi kurang atau lebih menarik. Perubahan harga
saham akan mempunyai hubungan yang negatif dengan debt to equity
ratio.
10. Biaya hutang
Jika biaya hutang lebih besar dari rentabilitas aktiva, maka
penambahan hutang akan membawa efek unfavourable bagi
rentabilitas modal sendiri.
11. Tarif pajak
Karena pembayaran bunga merupakan tax-deducatible bagi
perusahaan, maka dept financing akan lebih menarik daripada equity
financing. Dengan demikian, tarif pajak dan debt to equity ratio
dihipotesiskan memiliki hubungan yang positif.
37
12. Perkiraan tingkat inflasi
Perkiraan tingkat inflasi akan mempengaruhi permintaan dan
penawaran dana. Dalam keadaan inflasi yang tinggi, perusahaan
menyenangi dept-financing.
13. Kemampuan dana sumber hutang
Penawaran dana secara aggregate terutama dipengaruhi oleh
kebijakan pemerintah. Berkurangnya ketersediaan dana ekstern
mengakibatkan dept financing menjadi lebih mahal.
14. Kebiasaan umum di pasar modal
Kebiasaan yang kaku di pasar modal, misalnya investor yang
hanya menyenangi surat-surat berharga yang dikeluarkan oleh bank,
perusahaan asuransi dan public utility, akan menyulitkan perusahaan
untuk segera merubah struktur modalnya.
15. Struktur aktiva
Apabila komposisi aktiva suatu perusahaan bersifat capital
insentive, maka yang diutamakan adalah equity financing. Artinya,
modal pinjaman hanya merupakan pelengkap, terutama untuk
memenuhi kebutuhan dana bagi modal kerja.
5. Struktur Aktiva
Struktur aktiva menggambarkan sebagian jumlah aset yang dapat
dijadikan jaminan. Brigham dan Gapenski (1996 : 190) menyatakan bahwa
secara umum perusahaan yang memiliki jaminan terhadap hutang akan
lebih mudah mendapatkan hutang daripada perusahaan yang tidak
38
memiliki jaminan. Teori ini juga konsisten dengan Lukas Setia Atmaja
(1999 : 56) yang menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktiva
yang dapat digunakan sebagi agunan hutang cenderung menggunakan
hutang yang relatif besar.
Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang, maka
perusahaan tersebut akan menggunakan pembiayaan hutang hitpotik
jangka panjang, dengan harapan aktiva tersebut dapat digunakan untuk
menutup hutangnya. Sebaliknya, perusahaan yang sebagian besar aktiva
yang dimilikinya berupa piutang dan persediaan barang nilainya sangat
tergantung pada kelanggengan tingkat profitabilitas (penjualan) masing-
masing perusahaan, sebaiknya dibiayai dengan pembiayaan hutang jangka
pendek (Weston dan Copeland, 1997 : 363).
Menurut Bambang Riyanto (2001 : 298), kebanyakan perusahaan
industri dimana sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap
akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal
permanen, yaitu modal sendiri, sedangkan modal asing sifatnya sebagai
pelengkap. Hal ini dapat dihubungkan dengan adanya aturan struktur
finansial konservatif yang horisontal yang menyatakan bahwa besarnya
modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap
plus aktiva lain yang sifatnya permanen. Dan perusahaan yang sebagian
besar dari aktivanya sendiri dari aktiva lancar akan mengutamakan
pemenuhan kebutuhan dananya dengan hutang jangka pendek. Jadi dapat
39
dikatakan bahwa struktur aktiva mempunyai pengaruh terhadap struktur
modal.
6. Profitabilitas
Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva,
maupun modal sendiri (Agus Sartono, 2001 : 130). Profitabilitas adalah
untuk mengukur pendapatan menurut laporan laba rugi dengan nilai buku
investasi. Rasio profitabilitas kemudian dapat dibandingkan dengan rasio
yang sama dengan rasio korporasi lainnya pada tahun-tahun sebelumnya
atau sering disebut sebagai rasio rata-rata industri (Tampubolon, 2005
:39).
Menurut Kasmir (2010 : 115) profitabilitas merupakan rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan dan juga
memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal
ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan
investasi, intinya adalah bahwa rasio ini menunjukkan efisiensi
perusahaan.
Menurut Brigham dan Houston (2001 :40), mengatakan bahwa
perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi
menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi
memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan
dengan dana yang dihasilkan internal.
40
Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan
keputusan manajemen. Oleh karena itu, rasio ini menggambarkan hasil
akhir dari kebijakan dan keputusan-keputusan operasional perusahaan.
Secara umum rasio profiabilitas dihitung dengan membagi laba dengan
modal. Maka dalam penelitian ini menggunakan cara pengukuran Return
on Asset (ROA).
7. Ukuran Perusahaan
Menurut Brigham dan Houston (2001 : 117), ukuran perusahaan
adalah rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan
sampai beberapa tahun kemudian. Dalam hal ini penjualan lebih besar
daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah
pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya, jika penjualan lebih kecil daripada
biaya variabel dan tetap maka perusahaan akan menderita kerugian.
Menurut Abdul Halim (2007 : 93), semakin besar ukuran suatu
perusahaan, maka kecenderungan menggunakan modal asing juga akan
semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan
dana yang besar pula untuk menunjang operasionalnya dan salah satu
alternatif pemenuhannya adalah dengan modal asing apabila modal sendiri
tidak mencukupi.
Dari referensi-referensi diatas, dapat disimpulkan bahwa besar
kecilnya ukuran perusahaan akan berpengaruh pada struktur modal dengan
didasarkan pada kenyataan bahwa pada perusahaan besar dapat membiayai
investasinya dengan mudah lewat pasar modal karena mempunyai tingkat
41
pertumbuhan penjualan yang tinggi dan kecilnya informasi asimetris
terjadi. Investor dapat memperoleh lebih banyak informasi dari perusahaan
besar jika dibandingkan dengan perusahaan kecil. Jadi, dengan
diperolehnya dana lewat pasar modal menjadikan proporsi hutang menjadi
semakin kecil dalam struktur modalnya. Untuk itu perusahaan kecil
mungkin menyukai hutang jangka pendek karena biayanya yang lebih
murah dan perusahaan besar lebih berani mengeluarkan saham baru dan
kecenderungan menggunakan jumlah pinjaman juga semakin besar pula.
8. Likuiditas
Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya dalam jangka pendek atau yang segera
dibayar. Alat pemenuhan kewajiban keuangan jangka pendek ini berasal
dari unsur-unsur aktiva yang bersifat likuid, yakni aktiva lancar dengan
perputaran kurang dari satu tahun, karena lebih mudah dicairkan daripada
aktiva tetap yang perputarannya lebih dari satu tahun (Harahap, 2010 :
301).
Dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar.
Biasanya aktiva lancar terdiri dari kas, surat berharga, piutang dan
persediaan, sedangkan kewajiban lancar terdiri dari hutang dagang, hutang
bank jangka pendek, hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam
waktu satu tahun, pajak yang harus dibayar dan biaya lain yang masih
harus dibayar terutama gaji dan upah (J. Fred Weston dan Thomas E.
Copeland, 1995 : 282).
42
Dalam penelitian ini menggunakan rasio lancar, perhitungan rasio
ini didasarkan pada perbandingan sederhana total aktiva lancar dan
kewajiban lancar. Aktiva lancar ini merupakan jumlah aktiva likuid,
misalnya kas yang tersedia untuk bisnis. Sementara kewajiban lancar
memberikan indikasi kebutuhan akan kas dimasa depan (Ciaran Walsh,
2003 : 106).
9. Keterkaitan antara Variabel Independen terhadap Variabel
Dependen
a. Pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal
Perusahaan yang memiliki aktiva yang dapat digunakan
sebagai agunan hutang cenderung menggunakan hutang yang relatif
lebih besar (Lukas Setia Atmaja, 2008 : 273). Menurut Bambang
Riyanto (2001 : 65) kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian
besar daripada modalnya tertanam dalam aktiva tetap akan
mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal permanen, yaitu
modal sendiri, sedangkan hutang sifatnya sebagai pelengkap. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa struktur aktiva mempunyai pengaruh negatif
terhadap struktur modal.
Hasil penelitian yang dilakukan Faruk Hossain dan Ayub Ali
(2012) menyatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif terhadap
struktur modal, namun pada penelitian yang dilakukan oleh Ali
Kesuma (2009) dan Bram Hadianto dan Christian Tayana (2010)
43
mengatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh negatif terhadap
struktur modal.
b. Pengaruh struktur profitabilitas terhadap struktur modal
Seringkali pengamatan menunjukkan bahwa perusahaan
dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan
hutang yang relatif kecil dan tidak memerlukan banyak pembiayaan
dengan hutang. Tingkat pengembaliannya yang tinggi memungkinkan
mereka untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan mereka
dengan dana yang dihasilkan secara internal (Brigham dan Houston,
2001 : 40). Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang
negatif variabel profitabilitas terhadap struktur modal.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh L. V. L. N. Sarma, Sarada
Lellapalli dan Ramana V. Lellapalli (2010) diketahui bahwa
profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal,
sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Yuanxin Liu dan Xiangbo
Ning (2009), Christina dan Johan Halim (2008) dan Murdika
Alamsyah Hasan (2010) diketahui bahwa terdapat pengaruh negatif
antara profitabilitas terhadap struktur modal.
c. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal
Perusahaan besar yang sudah mapan akan lebih mudah
memperoleh modal di pasar modal dibandingkan dengan perusahaan
kecil, karena kemudahaan akses tersebut berarti perusahaan besar
memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula (Darmawan Sjahrial, 2008
44
: 205), karena perusahaan dengan ukuran lebih besar, mempunyai
kepercayaan lebih besar dalam mendapatkan sumber dana, sehingga
akan memudahkan untuk mendapatkan kredit dari pihak luar. Oleh
karena itu, ukuran perusahaan yang besar merupakan sinyal positif
bagi kreditur untuk memberikan pinjaman. Sehingga ukuran
perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal.
Hasil penelitian yang dilakukan Yuanxin Liu dan Xiangbo
Ning (2009) menunjukkan bahwa secara parsial ukuran perusahaan
tidak mempengaruhi struktur modal, namun pada penelitian yang
dilakukan oleh Christina dan Johan Halim (2008) dan L. V. L. N.
Sarma, Sarada Lellapalli dan Ramana V. Lellapalli (2010),
menunjukkan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur
modal. Perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki sumber
permodalan yang lebih terdiversifikasi sehingga ukuran perusahaan
merupakan perwakilan dari kemungkinan kebangkrutan, maka dengan
demikian ukuran perusahaan mempunyai dampak positif terhadap
penggunaan hutang.
d. Pengaruh likuiditas terhadap struktur modal
Posisi likuiditas perusahaan yang tinggi menunjukkan
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya seperti
melunasi hutangnya yang jatuh tempo dalam jangka pendek (Dewi Astuti,
2004 : 31). Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan lebih senang
menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan hutang atau
menerbitkan saham baru. Hal ini sesuai dengan Pecking Order Theory
45
yang menyarankan bahwa manajer lebih senang menggunakan
pembiayaan dengan urutan pertama laba ditahan, kemudian hutang dan
terakhir penjualan saham baru. Meskipun secara teoritis sumber modal
biayanya paling murah adalah hutang. Pertimbangan lain karena biaya
langsung untuk pembiayaan dari dalam yaitu yang ditahan lebih murah
dibandingkan dengan biaya modal yang berasal dari penerbitan emisi
saham baru (Dermawan Sjahrial, 2008 : 205). Perusahaan yang
mempunyai likuiditas tinggi berarti mempunyai kemampuan membayar
hutang jangka pendek, sehingga cenderung akan menurunkan total
hutang, yang akhirnya struktur modal akan menjadi lebih kecil. Maka
dapat dikatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif terhadap struktur
modal.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Seftiane dan Ratih
Handayani (2011) menunjukkan bahwa likuiditas tidak mempengaruhi
struktur modal, namun pada penelitian yang dilakukan Faruk Hossain
dan Ayub Ali (2012) bahwa likuiditas berpengaruh terhadap struktur
modal.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Christina dan Johan Halim (2008) yang
berjudul Analysis of Relationship between Determinants of Capital Structure
across Industries at Jakarta Stock Exchange dari tiga variabel independen
yang digunakan yaitu profitabilitas, ukuran perusahaan dan pembayaran
deviden. Terdapat dua variabel yang berpengaruh yaitu ukuran perusahaan
46
dan profitabilitas, sedangkan pembayaran deviden tidak mempengaruhi
struktur modal.
Hasa Nurrohim KP (2008) dalam penelitiannya yang berjudul
Pengaruh Profitabilitas, Fixed Asset Ratio, Kontrol Kepemilikan dan Struktur
Aktiva terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia
menyatakan bahwa profitabilitas dan kontrol kepemilikan berpengaruh
terhadap struktur modal, sedangkan fixed asset ratio dan struktur aktiva tidak
berpengaruh terhadap struktur modal.
Bambang Supeno (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Sektor
Makanan dan Minuman pada Bursa Efek Jakarta, menyatakan bahwa dari
pengujian secara parsial dapat disimpulkan bahwa dari lima variabel
independen yang digunakan dalam penelitiannya terdapat tiga variabel yang
berpengaruh terhadap struktur modal, yaitu ukuran perusahaan, likuiditas dan
non debt tax sedangkan variabel pembagian deviden dan perubahan aset tidak
berpengaruh terhadap struktur modal.
Yuanxin Liu dan Xiangbo Ning (2009) dalam penelitiannya yang
berjudul Empirical Research of the Capital Structure Influencing Factors of
Electric Power Listed Companies, menyatakan bahwa dari lima variabel
independen yang digunakan dalam penelitiannya terdapat dua variabel yang
berpengaruh terhadap struktur modal, yaitu profitabilitas dan fluidity,
sedangkan pertumbuhan perusahaan, non-debt tax shield dan ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
47
Penelitian yang dilakukan L. V. L. N. Sarma, Sarada Lellapalli dan
Ramana V. Lellapalli (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Factors
Influencing Capital Structures : an Analysis of Companies in Malaysia dari
sembilan variabel independen yang digunakan terdapat empat variabel yang
berpengaruh yaitu ukuran perusahaan, non debt tax shield, safety
consideration dan deviation from target debt adalah variabel yang
mempengaruhi struktur modal, sedangkan profitabilitas, pertumbuhan
perusahaan, arus kas bebas, financial slack dan agency conflict tidak
mempengaruhi sruktur modal.
Murdika Alamsyah Hasan (2010) dalam penelitiannya yang berjudul
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal (Studi pada
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta) menyatakan bahwa variabel
operating leverage, struktur aktiva, tingkat pertumbuhan, tidak
mempengaruhi struktur modal sedangkan variabel devidend payments,tingkat
profitabilitas, ukuran perusahaan mempengaruhi sturktur modal.
Faruk Hossain dan Ayub Ali (2012) dalam penelitiannya yang
berjudul Impact of Firm Specific Factors on Capital Structure Decision : an
Empirical Study of Bangladesh Companies terdapat lima variabel yang
berpengaruh terhadap struktur modal yaitu profitabilitas, non debt tax shield,
likuiditas, struktur aktiva dan kepemilikan manajerial. Sedangkan empat
variabel lain yaitu pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, volatilitas
penjualan dan pembayaran deviden tidak berpengaruh terhadap struktur
modal.
48
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti
Judul Penelitian Variabel
Independen
Perbedaan
Penelitian
Persamaan
Penelitian
Hasil
Penelitian
Christina dan
Johan Halim
(2008)
Analysis of
Relationship
between
Determinants of
Capital Structure
across Industries
at Jakarta Stock
Exchange.
Profitabilitas
Ukuran
Perusahaan
Pembayaran
Deviden
Tidak
terdapat
variabel
pembayaran
deviden.
Terdapat dua
variabel
yang sama,
profitabilitas
dan
pembayaran
deviden.
Signifikan
Signifikan
Tidak
Signifikan
Hasa
Nurrohim
KP (2008)
Pengaruh
Profitabilitas,
Fixed Asset Ratio,
Kontrol
Kepemilikan dan
Struktur Aktiva
terhadap Struktur
Modal pada
Perusahaan
Manufaktur di
Indonesia.
Profitabilitas
Fixed Asset
Ratio
Kontrol
Kepemilikan
Struktur
Aktiva
Tidak
terdapat
variabel
kontrol
kepemilikan
dan sampel
perusahaan.
Terdapat
variabel
yang sama,
profitabilitas,
dan struktur
aktiva.
Signifikan
Tidak
Signifikan
Signifikan
Tidak
Signifikan
Bambang
Supeno
(2009)
Analisis Faktor-
faktor yang
Mempengaruhi
Struktur Modal
Perusahaan Sektor
Makanan dan
Minuman pada
Bursa Efek
Jakarta.
Ukuran
Perusahaan
Likuiditas
Non Debt Tax
Pembagian
Deviden
Perubahan
Aset
Tidak
terdapat
variabel non
debt tax,
pembayaran
deviden dan
perubahan
aset.
Terdapat dua
variabel
sama, ukuran
perusahaan
dan
likuiditas
dan sampel
perusahaan
sama.
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Tidak
Signifikan
Tidak
Signifikan
Yuanxin Liu
dan Xiangbo
Ning (2009)
Empirical
Research of the
Capital Structure
Influencing
Factors of
Electric Power
Listed Companies.
Profitabilitas
Fluidity
Pertumbuhan
Perusahaan
Non-debt Tax
Shield
Tidak
terdapat
variabel
fluidity, non
debt tax dan
pertumbuhan
perusahaan.
Terdapat dua
sampel sama
profitabilitas
dan ukuran
perusahaan.
Signifikan
Signifikan
Tidak
Signifikan
Tidak
Signifikan
49
Nama
Peneliti
Judul Penelitian Variabel
Independen
Hasil
Penelitian
Ukuran
Perusahaan
Tidak
Signifikan
Penelitian
yang
dilakukan L.
V. L. N.
Sarma,
Sarada
Lellapalli
dan Ramana
V. Lellapalli
(2010)
Factors
Influencing
Capital Structures
: an Analysis of
Companies in
Malaysia
Ukuran
Perusahaan
Non Debt Tax
Shield
Safety
Consideration
Deviation
from Target
Debt
Profitabilitas
Pertumbuhan
Perusahaan
Arus Kas
Bebas
Financial
Slack
Agency
Conflict
Tidak
terdapat
variabel non
debt tax
shield, safety
consideration,
deviationfrom
target debt,
financial
slack, agency
conflict,
pertumbuhan
perusahaan
dan arus kas
bebas.
Terdapat dua
variabel
sama ukuran
perusahaan
dan
profitabilitas.
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Tidak
Signifikan
Tidak
Signifikan
Tidak
Signifikan
Tidak
Signifikan
Tidak
Signifikan
Murdika
Alamsyah
Hasan
(2010)
Analisis Faktor-
faktor yang
Mempengaruhi
Struktur Modal
(Studi pada
Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta)
Devidend
Payments
Tingkat
Profitabilitas
Ukuran
Perusahaan
Operating
Leverage
Tidak
terdapat
variabel
pembayaran
deviden,
leverage
operasi dan
tingkat
pertumbuhan.
Perbedaan
sampel
perusahaan.
Terdapat tiga
variabel
sama
profitabilitas,
ukuran
perusahaan
dan struktur
aktiva.
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Tidak
Signifikan
50
Nama
Peneliti
Judul Penelitian Variabel
Independen
Hasil
Penelitian
Struktur
Aktiva
Tingkat
Pertumbuhan
Tidak
Signifikan
Tidak
Signifikan
Faruk
Hossain dan
Ayub Ali
(2012)
Impact of Firm
Specific Factors
on Capital
Structure
Decision : an
Empirical Study
of Bangladesh
Companies
Profitabilitas
Non Debt Tax
Shield
Likuiditas
Struktur
Aktiva
Kepemilikan
Manajerial
Pertumbuhan
Perusahaan
Ukuran
Perusahaan,
Volatilitas
Penjualan
Pembayaran
Dividen
Tidak
terdapat
variabel non
debt tax
shield,
kepemilikan
manajerial,
pertumbuhan
perusahaan,
volatilitas
penjualan dan
pembayaran
dividen,
perbedaan
sampel
perusahaan.
Terdapat
empat
variabel
sama,
profitabilitas,
likuiditas,
struktur
aktiva dan
ukuran
perusahaan.
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Tidak
Signifikan
Tidak
Signifikan
Tidak
Signifikan
Tidak
Signifikan
51
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan bagian dari tinjauan pustaka yang
berisikan rangkuman atas semua dasar-dasar teori yang dijadikan landasan
dalam penelitian ini. Dimana dalam kerangka pemikiran ini diberikan skema
singkat mengenai alur penelitian yang menggambarkan proses penelitian
yang dilakukan.
Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel
dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam hal ini adalah
struktur modal perusahaan yang diproksi dengan debt to equity ratio dan
variabel independennya adalah profitabilitas, struktur aktiva, ukuran
perusahaan dan likuiditas yang dilakukan dengan menggunakan model
regresi linier berganda. Kerangka teori yang akan dituliskan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut
52
Bagan 2.1
Kerangka Pemikiran
Laporan Keuangan Publikasi Bursa Efek Indonesia
Perusahaan Makanan dan Minuman
Struktur Aktiva Profitabilitas Ukuran Perusahaan Likuiditas
(X1) (X2) (X3) (X4)
Struktur Modal
(Y)
Uji Model Regresi
Uji Asumsi Klasik: Regresi Liniear Berganda:
a. Normalitas Uji Koefisien Determinan
b. Multikoliniearitas (Adujusted R2)
c. Heteroskedastisitas
d. Autokorelasi
Interpretasi Uji Hipotesis:
a. Uji t
b. Uji F
Kesimpulan dan Saran
53
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu persoalan yang
masih perlu dibuktikan kebenarannya dan harus bersifat logis, jelas dan dapat
diuji. Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran diatas, maka
diajukan hipotesis sebagai berikut :
H01 : Struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
Ha1 : Struktur aktiva berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
H02 : Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
Ha2 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
H03 : Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
Ha3 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal.
H04 : Likuiditas tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
Ha4 : Likuiditas berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
H05 : Struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan dan likuiditas
secara simultan tidak mempengaruhi struktur modal.
H1 : Struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan dan likuiditas
secara simultan mempengaruhi struktur modal.
54
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh struktur aktiva,
profitabilitas, ukuran perusahaan dan tingkat likuiditas terhadap struktur modal
perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
tahun 2007-2012. Sedangkan jenis data yang penulis gunakan pada penelitian ini
adalah data sekunder berupa data runtun waktu perusahaan makanan dan
minuman selama enam tahun dari 2007-2012.
B. Metode Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini metode penentuan sampel yang digunakan adalah
purpossive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2009 : 60). Beberapa hal yang dipertimbangkan dalam pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah harus memenuhi karakteristik sebagai berikut:
1. Merupakan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2007-2012, jika perusahaan baru terdaftar pada
tahun tersebut atau delisting pada tahun tersebut maka perusahaan tidak dapat
dijadikan sampel.
2. Mengeluarkan laporan keuangan tahunan selama periode 2007-2012.
3. Tidak mengalami kerugian selama tiga tahun berturut-turut selama periode
tersebut.
55
4. Periode pelaporan keuangan didasarkan pada tanggal 31 Desember. Hal ini
sangat penting untuk memastikan bahwa sampel yang digunakan tidak
meliputi perusahaan dengan laporan tahunan yang berbeda-beda.
Sehingga didapat jumlah sampel sebagai berikut
Jumlah perusahaan makanan dan minuman = 14
Perusahaan yang delisting dan baru listing selama 2007-2012 = 4
Perusahaan yang mengalami kerugian berturut-turut selama 3 tahun = 1
Jumlah sampel didapat = 9
Tabel 3.1
Daftar Sampel Perusahaan
No Nama Perusahaan
1 Akasha Wira Internasional Tbk (ADES)
2 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA)
3 Cahaya Kalbar Tbk (CEKA)
4 Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
5 Mayora Indah Tbk (MYOR)
6 Prashida Aneka Niaga Tbk (PSDN)
7 Sekar Laut Tbk (SKLT)
8 Siantar Top Tbk (STTP)
9 Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk (ULTJ)
Sumber : Indonesia Capital Market Directory
Elemen populasi yang dipilih sebagai subjek sampel adalah tidak terbatas
sehingga peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat
dan mudah. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan
akhir tahun dengan periode yang diteliti dari tahun 2007-2012 yang diambil dari
Indonesia Capital Market Directory.
56
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, data
struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan dan tingkat likuiditas dari
Laporan Keuangan perusahaan makanan dan minuman pada tahun 2007-2012.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini
adalah studi kepustakaan (Library Research).
Data yang diperoleh dari berbagai literatur seperti buku, majalah, jurnal,
internet dan lain-lain yang berhubungan dengan aspek penelitian sebagai upaya
untuk memperoleh data yang valid.
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh antara struktur aktiva,
profitabilitas, ukuran perusahaan dan tingkat likuiditas terhadap struktur modal
pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI. Penelitian ini
menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan menggunakan
program komputer (software) SPSS versi 19.0 dan Microsoft Excel 2007. Berikut
adalah metode yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini:
1. Statistik Deskriptif
Penggunaan statistik deskriptif variabel penelitian dimaksudkan
untuk memberikan penjelasan yang memudahkan peneliti dalam
menginterpretasikan hasil analisis data dan pembahasannya. Statistik
deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan data serta
penyajiannya yang biasanya disajikan dalam bentuk tabulasi bak secara
57
grafik dan atau numerik. Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai
maksimum dan minimum (Ghozali, 2011:19).
2. Pengujian Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan dasar dari teknis analisis regresi. Dalam
penggunaan regresi linear rentan dengan beberapa permasalahan yang
sering timbul, sehingga akan menyebabkan hasil dari penelitian yang telah
dilakukan menjadi kurang akurat. Oleh karena itu dilakukan pengujian
sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas dan variabel
terikat mempunyai distribusi normal. Menurut Singgih Santoso
(2012:230), tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah
dalam sebuah model regresi, error yang dihasilkan mempunyai
distribusi normal atau tidak. Maksud data distribusi normal adalah data
akan mengikuti arah garis diagonal dan menyebar disekitar garis
diagonal. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah
garis diagonal, maka model tidak memenuhi asumsi normalitas.
58
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas dengan
analisis grafik. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji ini
adalah sebagai berikut :
1. Normal Probability Plot (Normal P-P Plot)
Menurut Ghazali (2011:161), metode yang lebih handal adalah
dengan melihat Normal Probability Plot yang membandingkan
distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan
membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan
dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual
normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan
mengikuti garis diagonalnya.
2. Kolmogorov-Smirnov
Uji normalitas menggunakan uji statistik non parametrik
Kolmogorov-Smirnov merupakan uji normalitas menggunakan fungsi
distribusi kumulatif. Nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal
jika K hitung < K tabel atau nilai Sig. > alpha (Suliyanto, 2011 : 75).
b. Uji Multikolinieritas
Yaitu munculnya peluang diantara beberapa variabel bebas untuk
saling berkorelasi, pada praktiknya multikolinieritas tidak dapat
dihindari. Menurut Singgih (2012:234), tujuan uji multikolinieritas
adalah menguji apakah pada sebuah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar-variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan terdapat problem Multikolinearitas (Multiko).
59
Imam Ghazali (2011:106) mengukur multikolinieritas dapat dilihat
dari nilai TOL (Tolerance) dab VIF (Varian Inflation Faktor). Nilai
cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas
adalah nilai Tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10.
Hipotesis yang digunakan dalam pengujian multikolinieritas adalah:
a) Ho: VIF > 10, terdapat multikolinieritas
b) H1: VIF < 10, tidak terdapat multikolinieritas
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas
dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Imam Ghozali, 2011 :
139).
Deteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan
menggunakn metode Scatterplot dengan memplotkan nilai ZPRED
(nilai prediksi) dengan SRESID (nilai residualnya). Model yang baik
didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik, seperti
mengumpul ditengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya
melebar kemudian menyempit.
Salah satu kelemahan pengujian secara grafik adalah tidak
jarang kita ragu terhadap pola yang ditunjukkan grafik. Keputusan
secara subkjektif tentunya dapat mengakibatkan perbedaan keputusan
60
antara satu orang dengan lainnya. Oleh karena itu, dibutuhkan uji
formal untuk memutuskannya. Uji formal yang digunakan
menggunakan korelasi Rank-Spearman.
Korelasi Rank-Spearman digunakan untuk mengetahui
hubungan antar variabel jika data yang digunakan sekurang-kurangnya
memiliki skala ordinal. Analisis korelasi Rank-Spearman ini merupakan
jenis analisis korelasi yang didasarkan pada rangking yang paling
banyak digunakan. Dalam hal ini jika nilai Sig. > α (Sig. > 0,05) maka
dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas (Suliyanto, 2011 : 112).
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali,
2011:110).
Salah satu uji formal yang paling populer untuk mendeteksi
autokorelasi adalah uji Durbin-Watson, dasar pengambilan keputusan
ada tidaknya gejala autokorelasi adalah (Ghozali, 2011:111)
Tabel 3.2
Tabel DW
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d <dl
Tidak ada autokorelasi positif No desicison dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4
Tidak ada korelasi negative No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 - dl
Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif Tidak ditolak du < d < 4 – du
61
Pengobatan Autokorelasi
Jika regresi kita memiliki autokorelasi, maka ada beberapa
opsi penyelesainnya antara lain (Ghozali, 2011:121).
a) Tentukan apakah autokorelasi yang terjadi merupakan pure
autocorrelation dan bukan karena kesalahan spesifikasi model
regresi. Pola residual dapat terjadi karena adanya kesalahan
spesifikasi model yaitu ada variabel penting yang tidak
dimasukkan ke dalam model atau dapat juga karena bentuk
fungsi persamaan regresi tidak benar.
b) Jika yang terjadi adalah pure autocorrelation, maka solusi
autokorelasi adalah dengan mentransformasi model awal
menjadi model difference.
3. Pengujian Hipotesis
Dari perhitungan dengan SPSS 19.0 akan diperoleh keterangan
atau hasil mengenai Uji-t dan Uji F untuk menjawab perumusan masalah
penelitian. Berikut ini keterangan yang berkenaan dengan hal tersebut
yaitu sebagai berikut :
a) Uji-t (Parsial)
Menurut Nachrowi & Usman (2006 : 18) setelah melakukan uji
koefisien regresi secara keseluruhan, maka langkah selanjutnya adalah
menghitung koefisien regresi secara individu, dengan menggunakan
suatu uji yang dikenal dengan sebutan uji-t. Adapun hipotesis dalam
uji-t digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen
62
terhadap variabel dependen secara parsial. Hasil dari uji-t dapat dilihat
dari hasil output SPSS. Bila thitung lebih besar dari ttabel (one tailed) serta
tingkat signifikannya (p-value) lebih kecil dari 5% (α = 0.05), maka hal
ini menunjukkan H3 ditolak dan H4, H5, H6, H7 diterima. Hal ini berarti
ada pengaruh signifikan antara variabel independen secara parsial.
Uji-t menggunakan uji ttabel pada tingkat keyakinan 95% dan tingkat
kesalahan dalam analisa (α) = 5%, dengan ketentuan degree of freedom
(df1) = n-k-1, dimana n adalah besarnya sampel, k adalah jumlah
variabel.
t-tabel = { α ; df = ( n – k )}
Adapun keputusan hipotesis adalah sebagai berikut:
H0 ditolak apabila : t-hit > t-tabel atau –t hit > -t-tabel
H0 diterima apabila : t-hit < t-tabel atau –t hit > -t-tabel
b) Uji-F (Uji Simultan)
Menurut Nachrowi & Usman (2006 : 17) Uji-F digunakan untuk
menguji koefisien bersama-sama, sehingga nilai dari koefisien regresi
tersebut dapat diketahui secara bersama. Uji ini digunakan untuk
mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk
mempengaruhi variabel dependen secara simultan atau tidak, dengan
kriteria pengujian tingkat signifikan α = 0,05. Kriteria keputusannya
adalah sebagai berikut:
a. Apabila F hitung > F tabel atau memiliki tingkat signifikansi < 0,05
maka H0 ditolak dan H1 diterima.
63
b. Apabila F hitung < F tabel atau memiliki tingkat signifikansi > 0,05
maka H0 diterima atau H1 ditolak.
Dimana nilai F tabel didapat dari nilai degree of freedom (df1)
= k-1, degree of freedom (df2) = n-k.
F tabel = { α ; (df1) = k-1, (df2) = n-k}
Adapun cara pengujian baik dalam regresi sederhana maupun
regresi berganda sama, yaitu dengan menggunakan suatu tabel yang
disebut dengan Tabel ANOVA (Analysis of Variance) melalui bantuan
program SPSS versi 19.0. Dari hasil output SPSS, uji-F dapat dilihat
nilai F pada tabel ANOVA. Pengujian ini dilakukan dengan uji-F pada
confident level 95% dan tingkat kesalahan analisis (α) 5% dengan
ketentuan degree of freedom (df1) = k–1, degree of freedom (df2) = n-k.
4. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi digunakan untuk mengetahui hubungan antara
suatu variabel dependen dengan variabel independen. Tujuan regresi
berganda adalah memprediksi besar variabel tergantung (dependent
variabel) menggunakan data dari dua atau lebih variabel bebas
(independent variabel) yang sudah diketahui besarnya. Bila hanya ada satu
variabel dependen dan satu independen, disebut analisis regresi sederhana.
Sedangkan apabila terdapat beberapa variabel independen, analisisnya
disebut dengan analisis regresi berganda.
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda karena
menggunakan empat variabel bebas yaitu struktur aktiva (X1),
64
profitabilitas (X2), ukuran perusahaan (X3) dan tingkat likuiditas (X4) serta
satu variabel terikat yaitu struktur modal yaitu DER (Y), maka persamaan
regresinya adalah sebagai berikut:
YDER = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
Keterangan:
Y = Struktur Modal
β0 = Intercept
β1X1 = Struktur Aktiva
β2X2 = Profitabilitas
β3X3 = Ukuran Perusahaan
β4X4 = Likuiditas
e = Tingkat kesalahan atau gangguan
5. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan
variabel dependen. Nilai R Square berada diantara 0 – 1, semakin dekat
nilai R Square dengan 1 maka garis regresi yang digambarkan
menjelaskan 100% variasi dalam Y. Sebaliknya, jika nilai R Square sama
dengan 0 atau mendekatinya maka garis regresi tidak menjelaskan variasi
dalam Y (Imam Ghazali, 2011: 97).
Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap
jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi di mana
setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam
65
model akan meningkatkan nilai R Square meskipun variabel yang
dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel tergantungnya.
Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien
determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R-Square (R2
adj). Koefisien
determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien tersebut telah
dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel dan ukuran sampel yang
digunakan. Dengan menggunakan koefisien determinasi yang disesuaikan
maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau
turun oleh adanya penambahan variabel baru dalam model (Suliyanto,
2011:59).
E. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
struktur modal. Struktur modal dalam hubungannya dengan nilai
perusahaan adalah merupakan perimbangan hutang jangka pendek yang
bersifat permanen, hutang jangka panjang, saham preferen dan saham
biasa.
Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan suatu
perusahaan yang digunakan dalam mendanai aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan. Struktur modal dapat diukur dengan rasio debt to equity ratio
(DER), yaitu
66
Total Hutang
Debt to Equity Ratio = x 100%
Total Ekuitas
2. Variabel Independen (X)
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Struktur aktiva (X1)
Struktur aktiva yaitu penentuan seberapa besar jumlah alokasi
untuk masing-masing komponen aktiva, baik aktiva tetap maupun
aktiva lancer. Struktur aktiva akan diukur dengan menggunakan hasil
bagi antara aktiva tetap dengan total aktiva.
Aset Tetap
Struktur Aktiva = x 100%
Total Aset
b. Profitabilitas (X2)
Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan
keputusan manajemen. Oleh karena itu, rasio ini menggambarkan hasil
akhir dari kebijakan dan keputusan-keputusan operasonal perusahaan.
Secara umum rasio profitabilitas dihitung dengan membagi laba dengan
modal. Maka dalam penelitian ini menggunakan cara pengukuran
Return on Asset (ROA) yaitu
Laba Setelah Pajak
ROA = x 100%
Total aset
c. Ukuran perusahaan (X3)
Ukuran perusahaan adalah ukuran atau besarnya aset yang dimiliki
perusahaan. Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap ukuran
67
perusahaan mengacu pada penelitian yang dilakukan Devi Yovin dan
Ni Putu Santi Suryantini (2012) dimana perusahaan diproksi dengan
nilai logaritma total aset karena aset biasanya sangat besar nilainya dan
untuk menghindari bias skala maka aset perlu dikompres (Rodoni dan
Herni, 2010 : 180), secara umum proksi ukuran perusahaan diukur
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Ukuran Perusahaan = Log (Total Aset)
d. Likuiditas (X4)
Likuiditas dalam penelitian ini akan diproksikan dengan current
ratio. Currrent ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan didalam membayar hutang jangka pendek
dengan akttiva lancar. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan
rumus,
Aktiva Lancar
Likuiditas = x 100%
Hutang Lancar
68
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Bursa Efek
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia
Merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial
Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu
didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah
kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912,
perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjala seperti yang
diharapkan, bahkan beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami
kekosongan. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang
dunia I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada
pemerintah Republik Indonesia dan berbagai kondisi yang menyebabkan
operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal
pada tahun 1977 dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami
pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang
dikeluarkan pemerintah.
Pada tanggal 13 Juli 1922, bursa saham diswastanisasi menjadi PT.
Bursa Efek Jakarta (BEJ). Swastanisasi bursa saham menjadi PT. BEJ ini
69
mengakibatkan beralihnya fungsi Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar
Modal (BAPEPAM).
Pada 22 Mei 1995, BEJ meluncurkan Jakarta Automated Trading
System (JATS), sebuah sistem perdagangan otomatis yang menggantikan
sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi
perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin
kegiatan pasar yang adil dan transparan dibanding sistem perdagangan
manual.
Pada tahun 2002, BEJ mulai menerapkan perdagangan jarak jauh
sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan dan
meningkatkan frekuensi perdagangan. Dan pada tahun 2007, penggabungan
Bursa Efek Jakarta (BEJ) ke Bursa Efek Surabaya (BES) dan berubah nama
menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Profil Perusahaan Makanan dan Minuman
1) PT Akasha Wira International Tbk.
PT Akasha Wira International Tbk (dahulu PT Ades Waters
Indonesia Tbk) (ADES) didirikan dengan nama PT Alfindo Putrasetia
pada tahun 1985 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun
1986. Kantor pusat ADES berlokasi di Perkantoran Hijau Arkadia, Jl.
TB. Simatupang Kav. 88, Jakarta.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan ADES adalah industri air minum dalam kemasan, industri roti
dan kue, kembang gula, makaroni, kosmetik dan perdagangan besar.
70
Saat ini kegiatan utama ADES adalah bergerak dalam bidang usaha
pengolahan dan distribusi air minum dalam kemasan serta perdagangan
besar produk-produk kosmetika. Produksi air minum dalam kemasan
secara komersial dimulai pada tahun 1986 sedangkan perdagangan
produk kosmetika dimulai pada tahun 2010.
Pada tanggal 2 Mei 1994, ADES memperoleh pernyataan
efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana
Saham (IPO) ADES kepada masyarakat sebanyak 15.000.000 saham
dengan nilai nominal Rp. 1.000,- per saham, dengan harga penawaran
perdana Rp. 3.850,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 13 Juni 1994.
(http://www.britama.com/index.php/2012/05/sejarah-dan-profil-
singkat-ades/)
2) PT Cahaya Kalbar Tbk.
PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (sebelumnya PT Cahaya
Kalbar Tbk) (CEKA) didirikan 03 Februaru 1968 dengan nama CV
Tjahaja Kalbar dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun
1971. Kantor pusat CEKA terletak di Kawasan Industri Jababeka II, Jl.
Industri Selatan 3 Blok GG No.1, Cikarang, Bekasi 17550, Jawa Barat.
Lokasi pabrik CEKA terletak di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang,
Jawa Barat dan Pontianak, Kalimantan Barat.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan CEKA meliputi bidang industri makanan berupa industri
71
minyak nabati dan minyak nabati spesialitas, termasuk perdagangan
umum, impor dan ekspor.
Pada 10 Juni 1996, CEKA memperoleh pernyataan efektif dari
Menteri Keuangan untuk melakukan Penawaran Umum Perdana
Saham (IPO) Perusahaan kepada masyarakat sebanyak 34.000.000
dengan nilai nominal Rp. 500,- per saham dengan harga penawaran Rp.
1.100,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 09 Juli 1996.
(http://www.britama.com/index.php/2012/10/sejarah-dan-profil-
singkat-ceka/)
3) PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) didirikan tanggal 14
Agustus 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma dan memulai
kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1990. Kantor pusat INDF
berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 27, Jl. Jend.
Sudirman Kav. 76 – 78, Jakarta. Sedangkan pabrik dan perkebunan
INDF dan anak usaha berlokasi di berbagai tempat di pulau Jawa,
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Malaysia.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan INDF antara lain terdiri dari mendirikan dan menjalankan
industri makanan olahan, bumbu penyedap, minuman ringan, kemasan,
minyak goreng, penggilingan biji gandum dan tekstil pembuatan
karung terigu.
72
Pada tahun 1994, INDF memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham
INDF (IPO) kepada masyarakat sebanyak 21.000.000 dengan nilai
nominal Rp. 1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp. 6.200,-
per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 14 Juli 1994.
(http://www.britama.com/index.php/2012/11/sejarah-dan-profil-
singkat-indf/)
4) PT Mayora Indah Tbk.
PT Mayora Indah Tbk (MYOR) didirikan 17 Februari 1977 dan
mulai beroperasi secara komersial pada bulan Mei 1978. Kantor pusat
MYOR berlokasi di Gedung Mayora, Jl.Tomang Raya No. 21-23,
Jakarta, sedangkan pabrik terletak di Tangerang dan Bekasi.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan MYOR adalah menjalankan usaha dalam bidang industri,
perdagangan serta agen/perwakilan. Saat ini, MYOR menjalankan
bidang usaha industri makanan, kembang gula dan biskuit serta
menjual produknya di pasar lokal dan luar negeri.
Pada tanggal 25 Mei 1990, MYOR memperoleh pernyataan
efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana
Saham (IPO) MYOR kepada masyarakat sebanyak 3.000.000 dengan
nilai nominal Rp. 1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp.
73
9.300,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 04 Juli 1990.
(http://www.britama.com/index.php/2012/12/sejarah-dan-profil-
singkat-myor/)
5) PT Prashida Aneka Niaga Tbk.
PT Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN) didirikan tanggal 16
April 1974 dengan nama PT Aneka Bumi Asih dan memulai kegiatan
usaha komersialnya pada tahun 1974. Kantor pusat PSDN terletak di
Gedung Plaza Sentral, Lt. 20, Jln. Jend. Sudirman No. 47, Jakarta
12930 dan pabriknya berlokasi di Jl. Ki Kemas Rindho, Kertapati,
Palembang.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan PSDN adalah bergerak dalam bidang pengolahan dan
perdagangan hasil bumi. Pada tahun 1994, PSDN memperoleh
pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran
Umum Perdana Saham (IPO) PSDN kepada masyarakat sebanyak
30.000.000 dengan nilai nominal Rp. 1.000,- per saham dengan harga
penawaran Rp. 3.000,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 18 Oktober 1994.
(http://www.britama.com/index.php/2012/12/sejarah-dan-profil-
singkat-psdn/)
74
6) PT. Sekar Laut Tbk.
PT Sekar Laut Tbk (SKLT) didirikan 19 Juli 1976 dan mulai
beroperasi secara komersial pada tahun 1976. Kantor pusat SKLT
berlokasi di Wisma Nugra Santana, Lt. 7, Suite 707, Jln. Jend.
Sudirman Kav. 7-8, Jakarta 10220 dan Kantor cabang berlokasi di
Jalan Raya Darmo No. 23-25, Surabaya, serta Pabrik berlokasi di Jalan
Jenggolo II/17 Sidoarjo. SKLT tergabung dalam Sekar Grup.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan SKLT meliputi bidang industri pembuatan kerupuk, saos
tomat, sambal dan bumbu masak serta menjual produknya di dalam
negeri maupun di luar negeri.
Pada tahun 1993, SKLT memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham
(IPO) SKLT kepada masyarakat sebanyak 6.000.000 dengan nilai
nominal Rp. 1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp. 4.300,-
per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 08 September 1993.
(http://www.britama.com/index.php/2012/12/sejarah-dan-profil-
singkat-sklt/)
7) PT Siantar Top Tbk.
PT Siantar Top Tbk (STTP) didirikan tanggal 12 Mei 1987 dan
mulai beroperasi secara komersial pada bulan September 1989.
Perusahaan berdomisili di Sidoarjo, Jawa Timur dengan pabrik
75
berlokasi di Sidoarjo (Jawa Timur), Medan (Sumatera Utara) dan
Bekasi (Jawa Barat). Kantor pusat Perusahaan beralamat di Jl. Tambak
Sawah No. 21-23 Waru, Sidoarjo.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan Perusahaan terutama bergerak dalam bidang industri makanan
ringan, yaitu mie (snack noodle), kerupuk (crackers) dan kembang
gula (candy). Hasil produksi Perusahaan dipasarkan di dalam dan di
luar negeri, khususnya Asia.
(http://www.britama.com/index.php/2012/06/sejarah-dan-profil-
singkat-sttp/)
8) PT. Tiga Pilar Sejahtera Tbk.
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) didirikan pada
tanggal 26 Januari 1990 dengan nama PT Asia Intiselera. Perusahaan
mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1990.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan Perusahaan meliputi usaha bidang perdagangan,
perindustrian, peternakan, perkebunan, pertanian, perikanan dan jasa.
Sedangkan kegiatan usaha entitas anak meliputi usaha industri mie dan
perdagangan mie, khususnya mie kering, mie instan dan bihun, snack,
industri biskuit, permen, perkebunan kelapa sawit, pembangkit tenaga
listrik, pengolahan dan distribusi beras.
Kantor pusat Perusahaan berada di Jakarta. Lokasi pabrik mie
kering, biskuit dan permen terletak di Sragen, Jawa Tengah. Usaha
76
perkebunan kelapa sawit terletak di beberapa lokasi di Sumatera dan
Kalimantan. Usaha pengolahan dan distribusi beras terletak di
Cikarang, Jawa Barat dan Sragen, Jawa Tengah.
Pada tanggal 14 Mei 1997, Perusahaan memperoleh pernyataan
efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Saham
Perdana 45 juta saham dengan nilai nominal Rp. 500,- per saham
dan Harga Penawaran Rp. 950,- kepada masyarakat. Pada tanggal 11
Juni 1997, saham tersebut telah efektif dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI).
(http://www.britama.com/index.php/2012/05/sejarah-dan-profil-
singkat-aisa/)
9) PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk.
PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk. (ULTJ)
didirikan tanggal 2 Nopember 1971 dan mulai beroperasi secara
komersial pada awal tahun 1974. Perusahaan memiliki kantor pusat
dan pabrik yang berlokasi di Jl. Raya Cimareme 131 Padalarang
Kabupaten Bandung 40552.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan Perusahaan bergerak dalam bidang industri makanan dan
minuman. Di bidang minuman Perusahaan memproduksi rupa-rupa
jenis minuman seperti susu cair, sari buah, teh, minuman tradisional
dan minuman kesehatan, yang diolah dengan teknologi UHT (Ultra
High Temperature) dan dikemas dalam kemasan karton aseptik. Di
77
bidang makanan Perusahaan memproduksi susu kental manis, susu
bubuk, dan konsentrat buah-buahan tropis. Perusahaan memasarkan
hasil produksinya dengan cara penjualan langsung (direct selling),
melalui pasar modern (modern trade). Penjualan langsung dilakukan
ke toko-toko, P&D, kios-kios,dan pasar tradisional lain dengan
menggunakan armada milik Perusahaan. Penjualan tidak langsung
dilakukan melalui agen atau distributor yang tersebar di seluruh
wilayah kepulauan Indonesia. Perusahaan juga melakukan penjualan
ekspor ke beberapa negara.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia,
tanggal 15 Mei 1990 Perusahaan memperoleh ijin untuk
melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offering)
sebanyak 6.000.000 saham dengan harga perdana Rp. 7.500,- per
saham.
(http://www.britama.com/index.php/2012/06/sejarah-dan-profil-
singkat-ultj/).
B. Hasil Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif
Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan oleh peneliti,
dapat dijelaskan mengenai variabel-variabel yang terdapat dalam model
yang digunakan dalam penelitian ini. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan alat bantu SPSS versi 19.0 dan Microsoft Excel 2007 untuk
78
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
rata-ratastrukturmodal
mempercepat perolehan data hasil yang dapat menjelaskan variabel-
variabel yang diteliti. Tabel deskriptif menunjukkan semua variabel yang
digunakan dalam model analisis regresi berganda, yaitu variabel struktur
modal (Y) sebagai variabel dependen, variabel struktur aktiva (X1),
profitabilitas (X2), Ukuran Perusahaan (X3) dan likuiditas (X4) sebagai
variabel independen. Penjelasan dari masing-masing variabel adalah:
a. Struktur modal
Grafik 4.1 Tabel 4.1
Struktur Modal Struktur Modal
Sumber : data diolah
Berdasarkan grafik diatas rata-rata struktur modal perusahaan
makanan dan minuman mengalami fluktuasi dari tahun 2007 sebesar
98%, pada tahun 2008 turun menjadi 94%, pada tahun 2009 kembali
mengalami penurunan sehingga menjadi 50%%, namun pada tahun
2010 mengalami penurunan manjadi 66%% diikuti pada tahun 2011
mengalami stagnasi pada posisi 66% dan pada 2012 mengalami
peningkatan sebesar 2% menjadi 68%. Struktur modal tersebut
dipengaruhi dengan variabel independen yaitu variabel struktur aktiva,
Tahun rata-rata
struktur
modal
2007 0,98
2008 0,94
2009 0,50
2010 0,66
2011 0,66
2012 0,68
79
0,00
0,50
1,00
rata-rata struktur aktiva
rata-ratastrukturaktiva
profitabilitas, ukuran perusahaan dan likuiditas. Perusahaan dengan
tingkat hutang yang tinggi dapat disebabkan oleh pengaruh tinggi
rendahnya struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan dan tingkat
likuiditas.
b. Struktur aktiva
Grafik 4.2 Tabel 4.2
Struktur Aktiva Struktur Aktiva
Sumber : data diolah
Berdasarkan grafik diatas, rata-rata struktur aktiva perusahaan
makanan dan minuman juga mengalami fluktuasi dari tahun 2007
sampai 2012, yaitu pada tahun 2007 sebesar 48%, pada tahun 2008
turun sebesar 2% menjadi 46%, pada tahun 2009 mengalami
peningkatan menjadi 82%, ini artinya pada tahun 2009 perusahaan
makanan dan minuman memiliki peningkatan aset yang cukup tinggi,
hal ini disebabkan karena adanya peningkatan pertumbuhan perusahaan
yang menyebabkan perusahaan meningkatkan aset mereka, dengan
semakin besar aktiva tetap yang digunakan maka perusahaan dapat
Tahun rata-rata
struktur
aktiva
2007 0,48
2008 0,46
2009 0,82
2010 0,41
2011 0,39
2012 0,38
80
0,00
0,02
0,04
0,06
0,08
0,10
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
rata-rata profitabilitas
rata-rataprofitabilitas
menjamin aktiva tetapnya untuk mendapatkan pinjaman. Sedangkan
pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 41% diikuti pada tahun
2011 turun 2% menjadi 39% dan pada 2012 turun kembali sehingga
menjadi 38%.
c. Profitabilitas
Grafik 4.3 Tabel 4.3
Profitabilitas Profitabilitas
Sumber : data diolah
Berdasarkan grafik di atas tingkat profitabilitas yang dihasilkan
perusahaan mengalami peningkatan selama periode 2007 hingga 2012.
Pada tahun 2007 perusahaan menghasilkan keuntungan sebesar 1% dan
mengalami peningkatan keuntungan sebesar 3% sehingga pada tahun
2008, rata-rata keuntungan perusahaan menjadi 4%. Kemudian pada
tahun 2009 meningkat menjadi 7%, sedangkan pada periode 2010
mengalami penurunan sebesar 1% menjadi 6%, pada 2006 mengalami
stag di posisi 6% dan pada tahun 2012 rata-rata keuntungan perusahaan
naik menjadi 8%. Hal ini menunjukkan perusahaan makanan tidak
Tahun rata-rata
profitabilitas
2007 0,01
2008 0,04
2009 0,07
2010 0,06
2011 0,06
2012 0,08
81
6,00
6,50
7,00
7,50
8,00
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
rata-rata ukuran perusahaan
rata-rataukuranperusahaan
terkena dampak yang cukup signifikan akibat krisis global yang terjadi
pada tahun 2008, hal tersebut dapat kita lihat pada tingkat keuntungan
yang semakin meningkat selama periode krisis global tersebut
berlangsung.
Pada tahun 2012 keuntungan yang dihasilkan pengalami
peningkatan sebesar 2% yaitu menjadi 8%, yang merupakan tingkat
keuntungan tertinggi dalam lima periode. Hal ini dikarenakan tingkat
perekonomian yang mulai stabil yang menyebabkan para konsumen
meningkatkan konsumsi mereka.
d. Ukuran perusahaan
Grafik 4.4 Tabel 4.4
Ukuran Perusahaan (Dalam Juta) Ukuran Perusahaan
Sumber : data diolah
Dari grafik di atas rata-rata ukuran perusahaan pengalami
peningkatan secara berturut-turut selama periode 2007 hingga 2012,
yakni sebesar 6,72 juta pada tahun 2007, 6,92 juta pada tahun 2008
meningkat lagi sekitar 0,22 menjadi 6,94 pada tahun 2009 yang
Tahun rata-rata
ukuran
perusahaan
2007 6,72
2008 6,92
2009 6,94
2010 7,15
2011 7,36
2012 7,57
82
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
rata-rata likuiditas
rata-ratalikuiditas
kemudian menjadi 7,15 juta pada tahun 2010 terus hingga mencapai
7,36 pada tahun 2011 dan 7,57 juta. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan makanan dan minuman terlihat membaik, dimana jumlah
aset yang dimiliki perusahaan terus meningkat selama lima tahun
tersebut, yang artinya hal ini menunjukkan bahwa banyak investor yang
beralih menanamkan modal mereka pada perusahaan sektor makanan
dan minuman yang terbukti lebih mampu bertahan dari dampak krisis
ekonomi, dengan begitu perusahaan dapat meningkatkan aset mereka
agar dapat meningkatkan angka produktifitas sehingga dapat
meningkatkan angka keuntungan perusahaan.
e. Likuiditas
Grafik 4.5 Tabel 4.5
Likuiditas Likuiditas
Sumber : data diolah
Dari grafik diatas rata-rata tingkat likuiditas perusahaan tertinggi
pada tahun 2008 yaitu sebesar 2,15 kali dalam membayar kewajiban
jangka pendek ataupun hutang yang segera jatuh tempo dan yang
terendah terjadi pada tahun sebelumnya sebesar 1,48 kali pada tahun
Tahun rata-rata
likuiditas
2007 1,48
2008 2,15
2009 2,11
2010 1,85
2011 1,71
2012 1,67
83
2007. Berdasarkan rasio likuiditas tersebut yang berada dikisaran angka
1,5 hingga 2,15 hal ini menunjukkan bahwa perusahaan sangat menjaga
tingkat likuiditasnya, hal tersebut berkaitan dengan kegiatan produksi
yang berlangsung terus-menerus sehingga diharuskan menjaga
kestabilan hutang jangka pendek yang biasanya berkaitan dengan
pembelian bahan baku produk yang biasanya jangka waktunya kurang
dari satu tahun.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Dalam uji normalitas ini digunakan analisis grafik dan uji
Kolomogorov-Smirnov untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak.
1) Analisa grafik dengan Normal Probability Plot (Normal P-P Plot).
Uji normalitas data dengan menggunakan SPSS 19.0 menghasilkan
grafik sebagai berikut:
84
Grafik 4.6
Hasil Uji Normalitas
Sumber : Hasil output dengan SPSS
Berdasarkan hasil olah data diatas, dapat dilihat bahwa titik-titik
yang menyebar disekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data
searah dengan garis diagonal, hal ini menandakan bahwa model asumsi
regresi memenuhi asumsi normalitas dan model regresi layak dipakai
untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel bebas (struktur aktiva,
profitabilitas, ukuran perusahaan dan likuiditas) terhadap variabel
terikat (struktur modal).
85
2) Uji Kolmogorov-Smirnov
Tabel 4.6
Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 54
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation .36129115
Most Extreme Differences Absolute .197
Positive .197
Negative -.128
Kolmogorov-Smirnov Z 1.448
Asymp. Sig. (2-tailed) .336
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Hasil Output SPSS
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat disimpulkan data dalam
penelitian ini berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai Sig. >
derajat alpha atau 0,336 > 0,05.
b. Uji Multikoliniearitas
Uji multikoliniearitas diperlukan untuk memperoleh korelasi yang
sebenarnya, yang tidak tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel lain
yang mungkin saja berpengaruh. Istilah dikontrol menunjukkan pada
pengertian ditiadakannya pengaruhnya terhadap variabel-variabel yang
dikorelasikan.
86
Tabel 4.7
Hasil Uji Multikoliniearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Struktur_Aktiva .656 1.524
Profitabiitas .765 1.307
Ukuran_Perusahaan .813 1.231
Likuiditas .892 1.121
a. Dependent Variable: Struktur_Modal
Sumber : Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dari hasil uji Variance Inflation Factor
(VIF) pada hasil output SPSS tabel coefficients, masing-masing variabel
independen memiliki nilai VIF struktur aktiva = 1,524; profitabilitas =
1,307; ukuran perusahaan = 1,231; dan likuiditas 1,121. Sedangkan
nilai Tolerance variabel bebas struktur aktiva = 0,656; profitabilitas =
0,765; ukuran perusahaan = 0,813; dan likuiditas 0,892. Karena masing-
masing variabel bebas memiliki nilai VIF < 10 dan nilai Tolerance >
0,01 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier berganda tidak
terdapat multikoliniearitas antara variabel terikat dengan variabel bebas
sehingga dapat digunakan dalam penelitian.
87
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan metode
analisis grafik Scatterplot dan uji Rank-Spearman
Grafik 4.7
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot
Sumber : Hasil output SPSS
Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa titik-titik sampel
menyebar secara acak, namun adanya pengumpulan data yang terkesan
membuat suatu pola tertentu. Hal tersebut akan diperkuat dengan
metode Rank-Spearman.
88
Tabel 4.8
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Rank-Spearman
Correlations
Res_1 X1 X2 X3 X4
Spearman's rho Res_1 Correlation Coefficient 1.000 -.012 -.119 -.135 -.116
Sig. (1-tailed) . .467 .195 .166 .201
N 54 54 54 54 54
X1 Correlation Coefficient -.012 1.000 -.321** -.316
** -.158
Sig. (1-tailed) .467 . .009 .010 .127
N 54 54 54 54 54
X2 Correlation Coefficient -.119 -.321** 1.000 .192 .458
**
Sig. (1-tailed) .195 .009 . .082 .000
N 54 54 54 54 54
X3 Correlation Coefficient -.135 -.316** .192 1.000 .065
Sig. (1-tailed) .166 .010 .082 . .321
N 54 54 54 54 54
X4 Correlation Coefficient -.116 -.158 .458** .065 1.000
Sig. (1-tailed) .201 .127 .000 .321 .
N 54 54 54 54 54
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Sumber : Hasil output SPSS
Berdasarkan hasil tabel diatas, nilai Sig. struktur aktiva (X1),
profitabilitas (X2), ukuran perusahaan (X3) dan likuiditas (X4) > 0,05
dengan arah negatif, karena nilai Sig. > α (Sig. > 0,05) maka pada model
ini tidak terdapat gejala heteroskedastisitas (Suliyanto, 2011:112).
d. Uji Autokorelasi
Uji otokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi
antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut
waktu (time-series) atau ruang (cross section). Salah satu penyebab
munculnya masalah autokorelasi adalah adanya kelembaman (inertia)
89
artinya kemungkinan besar akan mengandung saling ketergantungan
(interdependence) pada data observasi periode sebelumnya dan periode
sekarang.
Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah
otokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson (DW). Berikut adalah
hasil uji otokorelasi dengan metode Durbin Watson (DW) pada tabel di
bawah ini:
Tabel 4.9
Uji Durbin Watson (DW)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .662a .439 .393 .375748 1.429
a. Predictors: (Constant), Likuiditas, Ukuran_Perusahaan, Profitabiitas, Struktur_Aktiva
b. Dependent Variable: Struktur_Modal
Sumber : Data diolah
Berdasarkan pada tabel diatas nilai Durbin-Watson (DW) sebesar
1,429. Jika dibandingkan dengan tabel Durbin-Watson dengan jumlah
observasi (n) = 54 dan jumlah variabel independen 4 (k = 4) diperoleh
nilai tabel dl (lower) = 1,378 dan du (upper) = 1,721. Oleh karena itu
nilai DW = 1,429 berada diantara dl = 1,494 dan du = 1,721, maka dapat
disimpulkan terjadi autokorelasi positif.
Oleh karena adanya autokorelasi maka nilai standar error dan
nilai t-statistik tidak dapat dipercaya sehingga diperlukan pengobatan.
Pengobatan autokorelasi tergantung dari nilai ρ yang dapat diestimasi
dengan beberapa cara seperti di bawah ini:
90
1. Nilai ρ diestimasi dengan Durbin-Watson d
2. Nilai ρ diestimasi dengan Theil-Nagar d
(
)
( ) (
) ( )
3. The Cohrane-Orcutt two-step Procedures
Tabel 4.10
Pengobatan Uji Durbin Watson.1 (DW)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .005 .048 .114 .910
Ut_1 .274 .134 .276 2.049 .046
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Sumber : Data diolah
Berdasarkan hasil output SPSS diperoleh nilai ρ pada iterasi
pertama sebesar 0,274 (yaitu koefisien variabel Ut_1).
Tabel 4.11
Pengobatan Uji Durbin Watson.2 (DW)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .445 .114 3.908 .000
struktur_aktiva_1 -1.515 .472 -.430 -3.207 .002
profitabilitas_1 -1.479 .448 -.409 -3.303 .002
ukuran_perusahaan_1 .029 .036 .100 .828 .412
likuiditas_1 -.214 .053 -.460 -4.009 .000
a. Dependent Variable: struktur_modal_1
Sumber : Data Diolah
91
Berdasarkan hasil output SPSS memberikan nilai β*2 sebesar -
1,515, nilai β*3 sebesar -1,479, nilai β*4 sebesar 0,029 dan nilai β*5
sebesar -0,214 , sedangkan nilai β*1 = β1(1-ρ) = (0,005) * (1 - 0,274) =
0,00363.
Tabel 4.12
Pengobatan Uji Durbin Watson.3 (DW)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .470 .138 3.400 .001
LagUt .572 .115 .573 4.987 .000
a. Dependent Variable: Ut
Sumber : Data diolah
Berdasarkan hasil output SPSS diperoleh nilai ρ = 0,572 pada
iterasi kedua. Berdasarkan pada perhitungan di atas diperoleh nilai ρ
menurut berbagai metode seperti terlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.13
Pengobatan Uji Durbin Watson.4 (DW)
Metode Nilai ρ
Durbin-Watson d 0,2855
Theil-Nagar d 0,2926
Cochrane-Orcutt Step 1 0,274
Cochrane-Orcutt Step 2 0,572
Sumber: Data diolah
Ketiga metode ternyata menghasilkan nilai ρ yang hampir sama.
Untuk itu penulis memilih metode Durbin-Watson d untuk
mentranformasikan persamaan regresi.
92
Tabel 4.14
Pengobatan Uji Durbin Watson.5 (DW)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .632a .400 .350 .34546 1.880
a. Predictors: (Constant), likuiditas@, struktur_aktiva@, ukuran_perusahaan@,
profitabilitas@
b. Dependent Variable: struktur_modal@
Sumber : Data diolah
Membandingkan hasil regresi persamaan asli sebelum ada
transformasi dan hasil regresi setelah transformasi ternyata dapat
dibandingkan . Pada persamaan asli nilai Durbin-Watson sebesar 1,429
dan terjadi autokorelasi positif, sedangkan pada tabel 4.14 menunjukkkan
bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 1,880 dengan nilai n = 54 dan k = 4
maka diperoleh:
Nilai dl = 1,414 dan 4 – dl = 2,586
Nilai du = 1,724 dan 4 – du = 2,276
Hasil perhitungan pada tabel 4.14 menunjukkan bahwa nilai DW -
tes berada pada daerah antara du dan 4 - du, 1,724 < 1,880 < 2,276 maka
dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak terdapat gejala
autokorelasi baik secara positif maupun negatif.
3. Pengujian Hipotesis
a. Uji-t (Parsial)
Uji parsial ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap
93
varaibel dependen. Hasil uji parsial ini dapat dilihat pada tabel
coefficientsa. nilai hitung dari uji-t dapat dilihat dari p-value lebih kecil
dari level of significant (α) = 5% yang ditentukan atau nilai t-hitung
(pada kolom t) lebih besar dari t-tabel dihitung dari one-tailed α = 5%
df–k , pada kolom confident level 95% dan level of significant (α)=5%.
t-tabel = { α ; df = ( n – k )}
= 5% ; df = (54 – 5)
= 0,05 ; df = 49
= 1,676
Tabel 4.15
Hasil Uji-t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.638 .413 3.969 .000
Struktur_Aktiva -1.531 .469 -.431 -3.265 .002
Profitabiitas -1.509 .442 -.418 -3.413 .001
Ukuran_Perusahaan .028 .035 .095 .799 .428
Likuiditas -.214 .053 -.458 -4.041 .000
a. Dependent Variable: Struktur_Modal
Sumber : Hasil output SPSS
1) Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal
Variabel struktur aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur
modal dengan nilai significant level 0,002 < 0,05. Sedangkan dengan
membandingkan dengan hasil perhitungan didapatkan nilai t-hitung =
3,265 dan nilai t-tabel = 1,676 sehingga nilai t-hitung > nilai t-tabel
94
(3,265 > 1,676). Hal ini menunjukkan bahwa variabel struktur aktiva
berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal, dengan
demikian H01 ditolak dan Ha1 diterima (hipotesis yang diajukan peneliti
diterima).
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan Trade off Theory, tetapi
mendukung Pecking Order Theory. Permasalahan utama teori Pecking
Order terletak pada informasi yang tidak sistematik dan struktur
aktiva merupakan variabel yang menentukan besar kecilnya masalah
ini. Ketika perusahaan memiliki proporsi aktiva berwujud yang lebih
besar, penilaian asetnya menjadi lebih mudah sehingga permasalahan
asimetri informasi menjadi lebih rendah. Dengan demikian,
perusahaan akan mengurangi penggunaan hutangnya ketika proporsi
aktiva berwujud meningkat. Ini artinya bahwa manajemen
menggunakan posisi aset tetap sebagai dasar dalam pengambilan
kebijakan hutang. Hal ini terkait dengan kecenderungan bahwa
manajemen akan berhati-hati dalam menggunakan dan membuat
kebijakan hutang baru, agar kewajiban perusahaan akan semakin kecil.
Semakin tinggi struktur aktiva (semakin besar jumlah aktiva tetap)
maka penggunaan modal sendiri akan semakin tinggi yang akan
sehingga penggunaan modal asing akan semakin sedikit atau struktur
modalnya semakin rendah. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ali Kesuma (2009) dan Bram Hadianto dan Christian
95
Tayana (2010) mengatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh negatif
terhadap struktur modal.
2) Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal
Variabel profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur
modal dengan nilai significant level 0,001 < 0,05. Sedangkan dengan
membandingkan dengan hasil perhitungan didapatkan nilai t-hitung =
3,413 dan nilai t-tabel = 1,676 sehingga nilai t-hitung > nilai t-tabel
(3,413 > 1,676). Hal ini menunjukkan bahwa variabel profitabilitas
berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal, dengan
demikian H02 ditolak dan Ha2 diterima (hipotesis yang diajukan peneliti
diterima).
Hasil penelitian ini sesuai dengan landasan teori yaitu Pecking
Order Theory yang menyimpulkan bahwa apabila dana internal telah
memenuhi kebutuhan sebagian besar dana maka perusahaan dapat
menekan hutang ke tingkat yang lebih rendah. Ini berarti dana internal
telah mampu merupakan pilihan utama dalam memenuhi sumber
pembiayaan.
Dalam kaitannya dengan variabel profitabilitas, profitabilitas
memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal yang artinya bahwa
perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas yang tinggi akan
mengurangi ketergantungan modal dari pihak luar, karena tingkat
keuntungan yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk memperoleh
sebagian besar pendanaannya yang dihasilkan secara internal yang
96
berupa laba ditahan sebelum perusahaan menggunakan sumber dana
eksternal seperti hutang. Hal tersebut dapat disebabkan karena dengan
semakin tingginya laba yang diperoleh perusahaan akan semakin
banyak dana yang akan diperoleh sebagai sumber dana sehingga
penggunaan hutang akan semakin sedikit, sehingga berpengaruh
terhadap penentuan komposisi struktur modalnya. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Christina dan Johan
Halim (2008), Yuanxin Liu dan Xiangbo Ning (2009) dan Murdika
Alamsyah Hasan (2010) yang menyatakan bahwa variabel
profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
3) Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal
Variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal dengan nilai significant level 0,428 > 0,05.
Sedangkan dengan membandingkan dengan hasil perhitungan
didapatkan nilai t-hitung = 0,799 dan nilai t-tabel = 1,676 sehingga
nilai t-hitung > nilai t-tabel (0,799 < 1,676). Hal ini menunjukkan
bahwa variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal, dengan demikian H03 diterima dan Ha3 ditolak
(hipotesis yang diajukan peneliti tidak diterima).
Hasil ini tidak sesuai dengan landasan teori yang menyatakan
bahwa ukuran perusahaan yang lebih besar akan lebih menjamin
memiliki akses yang lebih mudah untuk mendapatkan sumber
modalnya. Kemungkinan yang dapat terjadi dari hasil penelitian ini
97
adalah bahwa perusahaan lebih cenderung menyukai pendanaan yang
berasal dari internal dibandingkan dari hutang, sehingga ukuran
perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap penggunaan sumber
dana eksternal. Kemungkinan lain adalah bahwa perusahaan besar
yang mempunyai akses lebih mudah ke pasar modal dibandingkan
dengan perusahaan kecil belum tentu dapat memperoleh dana dengan
mudah di pasar modal. Hal ini disebabkan karena para investor akan
membeli saham atau menanamkan modalnya tidak hanya
mempertimbangkan besar-kecilnya perusahaan, tetapi juga
memperhatikan faktor-faktor lain, seperti prospek perusahaan, sifat
manajemen perusahaan saat ini dan lain sebagainya. Hasil penelitian
ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Yuanxin Liu dan
Xiangbo Ning (2009) menunjukkan bahwa secara parsial ukuran
perusahaan tidak mempengaruhi struktur modal.
4) Pengaruh Likuiditas terhadap Struktur Modal
Variabel likuiditas berpengaruh signifikan terhadap struktur
modal dengan nilai significant level 0,000 < 0,05. Sedangkan dengan
membandingkan dengan hasil perhitungan didapatkan nilai t-hitung =
4,041 dan nilai t-tabel = 1,676 sehingga nilai t-hitung > nilai t-tabel
(4,041 > 1,676). Hal ini menunjukkan bahwa variabel likuiditas
berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal, dengan
demikian H04 ditolak dan Ha4 diterima (hipotesis yang diajukan peneliti
diterima).
98
Sesuai dengan Pecking Order Theory. Bahwa perusahaan yang
memiliki tingkat profitabilitas dan likuiditas yang tinggi justru tingkat
hutangnya rendah, sehingga perusahaan tidak menggunakan
pembiayaan dari hutang. Hal ini dikarenakan perusahaan memiliki
sumber dana internal yang melimpah, sehingga perusahaan lebih
cenderung menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk
membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal
melalui hutang. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Faruk Hossain dan Ayub Ali (2012) yang menyatakan bahwa likuiditas
berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
b. Uji F (Simultan)
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
secara bersama-sama variabel struktur aktiva, profitabilitas, ukuran
perusahaan dan likuiditas terhadap variabel struktur modal dengan
menggunakan uji-F. Jika nilai F hitung > nilai F tabel maka terdapat
pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal.
Nilai F tabel didapat dari nilai degree of freedom (df1) = k-1,
degree of freedom (df2) = n-k.
F tabel = { α ; (df1) = k-1, (df2) = n – k }
= 0,05% ; df1 = (5-1), df2 = 54-5
= 0,05 ; df1 = 4, df2 = 49
= 2,53
99
Tabel 4.16
Hasil Uji F
ANOVAb
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 5.411 4 1.353 9.582 .000a
Residual 6.918 49 .141
Total 12.330 53
a. Predictors: (Constant), Likuiditas, Ukuran_Perusahaan, Profitabiitas, Struktur_Aktiva
b. Dependent Variable: Struktur_Modal
Sumber : Hasil output SPSS
Hasil analisis F hitung pada tabel diatas menunjukkan p-value
0,000 < 0,05 yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara
varabel-variabel independen terhadap variabel dependennya sehingga H0
ditolak dan H1 diterima. Selain itu, dengan membandingkan F hitung
dengan F tabel dengan taraf kesalahan 5% dan degree of freedom (df1) 1
= 4 dan (df2) 2 = 40 maka diperoleh F tabel sebesar 2,84. Nilai F hitung
9,582 > nilai F tabel 2,84 yang artinya terdapat pengaruh signifikan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa struktur aktiva, profitabilitas,
ukuran perusahaan dan likuiditas secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap struktur modal (debt to equity ratio) H05 ditolak dan
Ha5 diterima (hipotesis yang diajukan peneliti diterima).
4. Hasil Uji Regresi Liniear Berganda
Pengujian persyaratan analisis dan asumsi klasik dasar regresi yang
telah dilaksanakan sebelumnya memberikan hasil bahwa variabel-variabel
yang terlihat didalamnya memenuhi kualifikasi persyaratan dan asumsi
100
klasik tersebut, penelitian dilanjutkan dengan melakukan pengajuan
signifikan model dan interpretasi model regresi.
Tabel 4.17
Hasil Regresi Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.638 .413 3.969 .000
Struktur_Aktiva -1.531 .469 -.431 -3.265 .002
Profitabiitas -1.509 .442 -.418 -3.413 .001
Ukuran_Perusahaan .028 .035 .095 .799 .428
Likuiditas -.214 .053 -.458 -4.041 .000
a. Dependent Variable: Struktur_Modal
Sumber : Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel diatas diperoleh persamaan regresi sebagai
berikut:
Y = 1,638 – 1,531X1 – 1,509X2 + 0,28X3 – 0,214X4 + e
Interpretasi dari persamaan regresi berganda tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Jika diasumsikan nilai dari variabel X1 (struktur aktiva), X2
(profitabilitas), X3 (ukuran perusahaan) dan X4 (likuiditas) adalah
konstan atau sama dengan nol, maka nilai variabel Y (struktur modal)
adalah 1,638.
101
2) Variabel struktur aktiva (X1) mempunyai pengaruh negatif terhadap
struktur modal (Y) dengan koefisien regresi sebesar 1,531 yang artinya
jika terjadi peningkatan variabel struktur aktiva (X1) sebesar 1 satuan,
maka struktur modal (Y) akan berkurang sebesar 1,531. Dengan
catatan bahwa variabel lain tetap atau konstan.
3) Variabel profitabilitas (X2) mempunyai pengaruh negatif terhadap
struktur modal (Y) dengan koefisien regresi sebesar 1,509 yang artinya
jika terjadi peningkatan variabel profitabilitas (X2) sebesar 1 satuan,
maka struktur modal (Y) akan berkurang sebesar 1,509. Dengan
catatan bahwa variabel lain tetap atau konstan.
4) Variabel likuiditas (X4) mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur
modal (Y) dengan koefisien regresi sebesar 0,214 yang artinya jika
terjadi peningkatan variabel likuiditas (X4) sebesar 1 satuan, maka
struktur modal (Y) akan berkurang sebesar 0,214. Dengan catatan
bahwa variabel lain tetap atau konstan.
Dan berdasarkan penjabaran interpretasi diatas maka diperoleh
persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 1,638 - 1,531X1 - 1,5097X2 – 0,214X4 + e
5. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Uji koefisien determinasi dilakukan untuk menggambarkan
seberapa besar perubahan atau variasi dari variabel dependen dapat
dijelaskan oleh perubahan atau variasi dari varabel independen. Dalam
102
penelitian ini menggunakan nilai Adjusted R Square karena variabel
independen lebih dari dua dan nilai Adjusted R Square dapat naik turun
apabila varabel independen ditambahkan ke dalam model penelitian, maka
dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 4.18
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .662a .439 .393 .375748 1.429
a. Predictors: (Constant), Likuiditas, Ukuran_Perusahaan, Profitabiitas, Struktur_Aktiva
b. Dependent Variable: Struktur_Modal
Sumber : Hasil output SPSS
Adjusted R Square sebesar 0,393 atau 39,3%, hal ini berarti
struktur modal dapat dijelaskan oleh struktur aktiva, profitabilitas, ukuran
perusahaan dan likuiditas, sedangkan sisanya sebesar 60,7% kemungkinan
dapat dijelaskan oleh faktor lain diluar model yang tidak dimasukkan ke
dalam penelitian ini misalnya stabilitas penjualan, leverage operasi, sikap
manajemen, tingkat pertumbuhan perusahaan dan pajak.
103
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil uraian tentang pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, ukuran
perusahaan dan likuiditas terhadap struktur modal pada perusahaan makanan
dan minuman, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa,
a) struktur aktiva berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
b) profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
c) likuiditas berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
d) ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur
modal.
2. Hasil penelitian menunjukkan secara simultan struktur aktiva,
profitabilitas, ukuran perusahaan dan likuiditas berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal.
3. Hasil dari adjusted R square .diperoleh hasil 0,393. Hal ini berarti bahwa
struktur modal dapat dijelaskan oleh struktur aktiva, profitabilitas, ukuran
perusahaan dan likuiditas sebesar 39,3%, sedangkan sisanya 60,7% dapat
dijelaskan oleh variabel lain diluar model misalnya, stabilitas penjualan,
tingkat pertumbuhan penjualan, leverage operasi, sikap pemberi pinjaman
dan perusahaan penialai kredibilitas, sikap manajemen, kondisi internal
perusahaan dan pajak.
104
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka terdapat beberapa saran
yang perlu memperoleh penekanan. Hasil penelitian ini merupakan informasi
yang perlu dipertimbangkan oleh perusahaan, investor dan akademisi.
1. Bagi perusahaan
Dari penelitian ini dapat berguna untuk bahan pertimbangan
sebagai acuan dari sumber pendanaan yang cocok bagi perusahaan
makanan dan minuman dalam usaha mencapai dan mengembangkan
bisnisnya, dimana perusahaan harus menentukan besarnya perbandingan
jumlah pinjaman jumlah hutang dan modal sendiri agar struktur modal
perusahaan bias mencapai optimal. Yaitu dengan memperhatikan faktor-
faktor seperti struktur aktiva, profitabilitas dan ukuran perusahaan.
Dalam menggunakan hutang pada tingkat tertentu (sejauh manfaat
yang dapat diberikan, maka tambahan hutang akan diperkenankan) sebagai
sumber pendanaannya dapat meningkatkan profitabilitas dan nilai
perusahaan. Sedangkan profitabilitas yang positif menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menciptakan peningkatan laba yang
memiliki potensi baik untuk mengurangi ketergantungan akan sumber
dana eksternal.
2. Bagi investor
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan para
investor dalam menentukan dan memutuskan invstasi yang akan
105
dilakukan, karena setiap investor menginginkan prospek yang lebih baik
bagi perusahaannya di masa depan.
3. Bagi akademisi
Dapat mengembangkan penelitian selanjutnya mengenai variabel
keuangan lainnya yang memiliki pengaruh lebih besar terhadap struktur
modal selain variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dan
memperluas sampel perusahaan yang mencakup semua jenis perusahaan
yang terdaftar di Busa Efek Indonesia.
106
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Syafaruddin. 1999. Alat-alat Analisis dalam Pembelanjaan, Edisi Revisi.
Yogyakarta : Andi Offset.
Ambarwati, Sri Dwi Ari. 2010. Manajemen Keuangan Lanjut. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Astuti, Dewi. 2004. Manajemen Keuangan Lanjut. Graha Ilmu.
Atmaja, Lukas Setia. 1999. Manajemen Keuangan. Yogyakarta : Andi Offset.
Brigham, Eugene F and Louis C. Gapenski. 1999. Financial Management Theoru
and Practice, Edisi Kesembilan. New York : The Dryden Press.
Brigham, Eugene F and Houston, F. Joel. 2001. Manajemen Keuangan,Edisi 8,
Edisi Indonesia. Jakarta : Erlangga.
Brigham, Eugene F and Houston, F. Joel. 2006. Dasar-dasar Manajemen
Keuangan, Edisi 10. Jakarta : Salemba Empat.
Christina and Johan Halim. 2008. Analysis of Relations between Determinants of
Capitasl Strucutre across Industries at Jakarta Stock Exchange. Journal
of Applied Finance and Accounting. Vol. 1 No. 1 November : 99-115.
Daulay, M. Toyib. 2009. Pengaruh Size, Profitability dan Growth of Assets
terhadap Struktur Modal Pada Industri Makanan dan Minuman yang Go
Public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu Vol. 2 No.2
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS 19.
Semarang : Univ. Diponegoro.
Hadianto, Bram & Tayana, Christian. 2010. Pengaruh Risiko Sistematik, Struktur
Aktiva, Profitabilitas dan Jenis Perusahaan terhadap Struktur Modal
Emiten Sektor Pertambangan : Pengujian Hipotesis Static-Trde Off.
Jurnal Akuntansi Vol. 2 No. 1 Mei : 15-39.
Halim, Abdul. 2007. Manajemen Keuangan Bisnis. Bogor : Galih Indonesia.
Harahap, Sofyan Syafri. 2010. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Edisi 9.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Hasan, Mudrika Alamsyah. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Mepengaruhi
Struktur Modal (Studi pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
107
Jakarta). Jurnal Tepak Manajerial Magister Manajemen Unri. Vol. 6 No.
6 November.
Helfert, A. Erich. 1997. Teknik Analisis Keuangan, Edisi 8. Jakarta : PT Glora
Aksara.
Hosain, Faruk and Ayub Ali. 2012. Impact of Firm Specific Factors on Capital
Structure Decision : An Empirical Study of Bangladesh Companies.
International Journal of Business Research and Management. Vol. 3.
Husnan, Suad. 2000. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan
Jangka Panjang), Buku 1, Edisi Keempat. Yogyakarta : BPFE.
Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2004. Dasar-dasar Manajemen Keuangan,
Edisi Keempat. Yogyakarta : UPP AMP YPKN.
Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta : Kencana.
Kesuma, Ali. 2009. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Serta
Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate yang Go
Public di Bursa Efek Indonesia.
Kodrat, David Sukardi & Herdinata, Christian. 2009. Manajemen Keuangan
based on Empirical Research. Surabaya : Graha Ilmu .
Liu, Yuan xin and Xiangbo Ning.2009. Empirical Researh of the Capital
Structure Influencing Factors of Electric Power Listed Companies.
International Journal of Marketing Studies. Vol. 1. No. 1.
Madura, Jeff. 2006. Keangan Perusahaan International, Buku 2. Jakarta :
Salemba Empat.
Margaretha, Farah & Ramadhan, Aditya Rizky. 2010. Faktor-faktor yang
mempengaruhi Struktur Modal pada Industri Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 12 No. 2 Agustus : 119-
130.
Moeljadi. 2006. Manajemen Keuangan. Malang : Bayu Media Publishing.
Munawir, S. 2001. Analisa Laporan Keuangan, Edisi 10. Yogyakarta : Liberti.
Nachrowi dan Usman. 2006. Pendekatan Populerdan Praktis Ekonometrika untuk
Analisis Ekonomidan Keuangan. Jakarta : LP-FEUI.
108
Nugroho, Asih Suko. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur
Modal Perusahaan Properti yang Go-Public di Bursa Efek Jakarta untuk
Periode Tahun 1994-2004. Thesis, Program Studi Magister Manajemen.
Universitas Diponegoro.
Nurrohim KP, Hasa.. 2008. Pengaruh Profitabilitas, Fixed Asset Ratio, Kontrol
Kepemilikan dan Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal pada
Perusahaan Manuaktur di Indonesia. Kajian Bisnis dan Manajemen.
Vol. 10 No. 1 Januari.
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi
keempat. Yogyakarta : BPFE.
Riyanto, Bambang. 2005. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi 2,
Cetakan 4. Jakarta : Yayasan Badan Penerbitan CSES Press.
Rodoni, Ahmad dan Maratush Sholihah. 2006. Pengujian Empiris Balance
Theory, Pecking Order Theory dan Signalling Theory pada Struktur
Modal Perusahaan di Indonesia.Etikonomi. Vol. 5 No. 1 April : 17-30.
Rodoni, Ahmad dan Indoyama Nasaruddin. 2007. Modul Manajemen Keuangan.
Jakarta.
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. 2010. Manajemen Keuangan, Edisi Pertama.
Jakarta : Mitra Wacana Media.
Santoso, Singgih. 2012. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta : PT
Alex Media Komputindo.
Sarma, L. V. L. N., Sarada Lellapalli dan Ramana V. Lellapalli. 2010. Factors
Influencing Capital Structures : an Analysis of Companies in Malaysia.
Unitar E-Journal. Vol. 6. No. 2. Juni.
Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan dan Aplikasi. Yogyakarta : BPFE.
Seftianne dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur
Modal pad Perusahaan Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol.
13. No. 1. April : 39-56.
Sjahrial, Darmawan. 2008. Manajemen Keuangan, Edisi Kedua. Jakarta : Mitra
Wacana Media.
Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
109
Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan Teori dan Aplikasi dengan SPSS.
Yogyakarta : Andi.
Supeno, Bambang. 2009. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur
Modal Perusahaan Sektor Makanan dan Minuman pada Bursa Efek
Jakarta (BEJ). Jurnal Tepak Manajemen Bisnis. Vol. 1. No. 1 Januari.
Tampubolon, Manahan P. 2005. Manajemen Keuangan Konseptual Problem dan
Studi Kasus. Bogor : Galih Indonesia.
Walsh, Ciaran. 2003. Key Management Ratio, Edisi Ketiga. Erlangga.
Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland. 1995. Manajemen Keuangan, Edisi
Kesembilan, Jilid 1. Jakarta : Binarupa Aksara.
Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland. 1997. Manajemen Keuangan, Edisi
Kesembilan, Jilid 2. Jakarta : Binarupa Aksara.
Yovin, Devi dan Ni Putu Santi Suryantini. 2012. Faktor-faktor yang Berpengaruh
Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Foods and Beverages yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
www.bps.go.id
www.britama.com
www.idx.co.id
110
Lampiran 1 : Daftar Perusahaan Makanan dan Minuman yang Laporan
Keuangannya Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2012
Nama Perusahaan
Akasha Wira Internasional Tbk (ADES)
Cahaya Kalbar Tbk (CEKA)
Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
Mayora Indah Tbk (MYOR)
Prashida Aneka Niaga Tbk (PSDN)
Sekar Laut Tbk (SKLT)
Siantar Top Tbk (STTP)
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA)
Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk (MYOR)
Lampiran 2 : Data Struktur Modal
Emiten 2007 2008 2009 2010 2011 2012
ADES 1.435729 2.220066 0.434087 0.541371 0.599574 0.471610
AISA 0.856446 0.654328 0.578990 0.878363 0.497505 0.598488
CEKA 1.532937 0.235690 0.253689 1.247207 0.906189 1.177092
INDF 2.310047 2.432420 1.097783 0.587388 0.661517 0.616753
MYOR 0.538105 0.643120 0.483153 0.522441 0.781009 0.643251
PSDN 0.949564 0.685069 0.644093 1.007842 0.875020 0.577835
SKLT 0.555398 0.586420 0.409913 0.414992 0.503678 0.686034
STTP 0.322364 0.609434 0.271937 0.381140 0.673588 1.012112
ULTJ 0.281429 0.374821 0.322547 0.367931 0.444377 0.353604
Rata-rata 0.97578 0.93793 0.499577 0.660964 0.660273 0.681865
111
Lampiran 3 : Data Struktur Aktiva
Emiten 2007 2008 2009 2010 2011 2012
ADES 0.80211 0.67190 0.58346 0.45401 0.32455 0.28550
AISA 0.51293 0.55019 0.40369 0.65616 0.51910 0.60054
CEKA 0.24217 0.30714 0.33072 0.23186 0.24642 0.19737
INDF 0.27491 0.24214 0.26765 0.24827 0.24113 0.26592
MYOR 0.40904 0.56344 3.92888 0.33860 0.30886 0.36000
PSDN 0.41225 0.40890 0.33144 0.28384 0.28458 0.41466
SKLT 0.49542 0.45570 0.50735 0.49544 0.50139 0.40733
STTP 0.58397 0.51883 0.59390 0.49143 0.62028 0.52112
ULTJ 0.56192 0.44581 0.46742 0.46933 0.49059 0.40462
Rata-rata 0.47719 0.46267 0.82383 0.40766 0.39299 0.38412
Lampiran 4 : Data Profitabilitas
Emiten 2007 2008 2009 2010 2011 2012
ADES -0.0866 -0.0822 0.0915 0.0527 0.0307 0.2143
AISA 0.0190 0.0210 0.0241 0.0390 0.0350 0.0350
CEKA 0.0402 0.0460 0.0871 0.0348 0.1170 0.0568
INDF 0.0330 0.0261 0.0514 0.0625 0.0574 0.0550
MYOR 0.0748 0.0671 0.1146 0.1100 0.0714 0.0879
PSDN -0.0296 0.0329 0.0918 0.0619 0.0566 0.0375
SKLT 0.0314 0.0212 0.0653 0.0242 0.0446 0.0467
STTP 0.0301 0.0077 0.0749 0.0657 0.0457 0.0597
ULTJ 0.0222 0.1767 0.0353 0.0534 0.0589 0.1460
Rata-rata 0.0150 0.0352 0.0707 0.0560 0.0575 0.0821
112
Lampiran 5 : Data Ukuran Perusahaan
Emiten 2007 2008 2009 2010 2011 2012
ADES 5.1860 5.2204 5.1834 5.5101 5.7559 5.9638
AISA 6.6754 7.2140 7.3581 7.5689 8.1860 8.2604
CEKA 6.4195 6.4061 6.3428 6.7458 6.7134 6.9351
INDF 10.2991 10.5864 10.6062 10.7638 10.8890 10.9908
MYOR 7.5460 7.9804 8.0853 8.3892 8.7948 9.0243
PSDN 5.6758 5.6594 5.8682 6.0273 6.0435 6.5259
SKLT 5.2077 5.3033 5.2791 5.2952 5.2872 5.5204
STTP 6.2489 6.4405 6.3076 6.4759 6.8403 7.1308
ULTJ 7.2173 7.4495 7.4569 7.6042 7.6873 7.7919
Rata-rata 6.7195 6.9178 6.9431 7.1534 7.3553 7.5715
Lampiran 6 : Data Likuiditas
Emiten 2007 2008 2009 2010 2011 2012
ADES 0.34 0.51 2.48 2.09 1.71 1.94
AISA 0.91 0.87 1.17 1.29 1.89 1.28
CEKA 1.36 7.35 4.89 1.67 1.69 1.03
INDF 0.92 0.88 1.16 2.04 1.91 2.00
MYOR 1.88 2.19 2.29 2.58 2.22 2.76
PSDN 2.22 2.78 1.56 1.37 1.55 1.61
SKLT 1.53 1.71 1.89 1.93 1.91 1.41
STTP 1.77 1.23 1.69 1.71 1.03 1.00
ULTJ 2.37 1.81 1.82 2.00 1.50 2.02
Rata-rata 1.48 2.15 2.11 1.85 1.71 1.67
113
Lampiran 7 : Hasil Output SPSS
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .662a .439 .393 .375748 1.429
a. Predictors: (Constant), Likuiditas, Ukuran_Perusahaan, Profitabiitas, Struktur_Aktiva
b. Dependent Variable: Struktur_Modal
114
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5.411 4 1.353 9.582 .000a
Residual 6.918 49 .141
Total 12.330 53
a. Predictors: (Constant), Likuiditas, Ukuran_Perusahaan, Profitabiitas, Struktur_Aktiva
b. Dependent Variable: Struktur_Modal
115
Correlations
Res_1 X1 X2 X3 X4
Spearman's rho Res_1 Correlation Coefficient 1.000 -.012 -.119 -.135 -.116
Sig. (1-tailed) . .467 .195 .166 .201
N 54 54 54 54 54
X1 Correlation Coefficient -.012 1.000 -.321** -.316
** -.158
Sig. (1-tailed) .467 . .009 .010 .127
N 54 54 54 54 54
X2 Correlation Coefficient -.119 -.321** 1.000 .192 .458
**
Sig. (1-tailed) .195 .009 . .082 .000
N 54 54 54 54 54
X3 Correlation Coefficient -.135 -.316** .192 1.000 .065
Sig. (1-tailed) .166 .010 .082 . .321
N 54 54 54 54 54
X4 Correlation Coefficient -.116 -.158 .458** .065 1.000
Sig. (1-tailed) .201 .127 .000 .321 .
N 54 54 54 54 54
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 54
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation .36129115
Most Extreme Differences Absolute .197
Positive .197
Negative -.128
Kolmogorov-Smirnov Z 1.448
Asymp. Sig. (2-tailed) .336
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.