15
Jurnal Ekonomi Moneter, 2013 | 1 PENGARUH SUKU BUNGA DEPOSITO DAN INFLASI TERHADAP KURS VALUTA ASING DI INDONESIA (TAHUN 2002-2012) NURUL ALIFAH Mahasiswi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Email: [email protected] Pembimbing Tony S. Chendrawan, ST.,SE., M.Si ABSTRAK The research aims to analyze the effect of deposit interest rate and inflation on foreign exchange in Indonesia. Samples taken as mamy as 11 years in 2002-2012. Based on this research,regression formula had found as: Y=8930,558+24,145SBD+17,026i ;5%. The regression formula can be interpreted that deposit interest rate coefficient showed a positive direction means the increase in deposit interest rate will raise the foreign exchange. Inflation coefficient showed a positive direction meaning the increase inflation will increase the foreign exchange. That is conclution from this research describe that statistic result. Adjust R 2 value on this research is 0.059 this mean that 5.9% of foreign exchange could be explained by independent variables deposit interest rate and inflation. And 94.1% remanant of these explained by variables outside not listed in the formula. Keyword:Foreign Exchange, Deposit Interest Rate, Inflation I. Pendahuluan Kondisi perkonomian yang kurang stabil akan sangat mempengaruhi perkembangan pasar modal dan cenderung akan membuat kegiatan pasar modal mnjadi sepi. Apabila kondisi tingkat inflasi tinggi akan mengakibatkan tingginya tingkat suku bunga tabungan terutama deposito. Hal ini dapat menghambat perkembangan pasar modal karena masyarakat cenderung menginvestasikan dananya pada sektor perbankan yang tidak memiliki resiko sama sekali jika dibandingkan dengan menginvestasikannya di pasar modal. Dalam perekonomian dunia, nilai mata uang tidak pernah ada yang stabil.Disisi lain, harga-harga barang dan jasa cebderung mengalai peningkatan. Keadaan ini akan mengakibatkan daya beli mata uang tersebut menjadi turun mengakibatkan terjadinya inflasi. Dengan semakin meningginya angka inflasi maka

Pengaruh Suku Bunga Deposito Dan Inflasi Terhadap Kurs Valuta Asing Di Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Suku Bunga Deposito, Inflasi, Kurs Valuta Asing, Nurul Alifah, 1111084000023, Tony S. Chendrawan, ST., SE., M.Si

Citation preview

Page 1: Pengaruh Suku Bunga Deposito Dan Inflasi Terhadap Kurs Valuta Asing Di Indonesia

Jurnal Ekonomi Moneter, 2013 | 1

PENGARUH SUKU BUNGA DEPOSITO DAN INFLASI TERHADAP KURS VALUTA

ASING DI INDONESIA (TAHUN 2002-2012)

NURUL ALIFAH

Mahasiswi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan FEB UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Email: [email protected]

Pembimbing

Tony S. Chendrawan, ST.,SE., M.Si

ABSTRAK

The research aims to analyze the effect of deposit interest rate and inflation on

foreign exchange in Indonesia. Samples taken as mamy as 11 years in 2002-2012.

Based on this research,regression formula had found as:

Y=8930,558+24,145SBD+17,026i ;5%. The regression formula can be interpreted

that deposit interest rate coefficient showed a positive direction means the increase

in deposit interest rate will raise the foreign exchange. Inflation coefficient showed

a positive direction meaning the increase inflation will increase the foreign

exchange. That is conclution from this research describe that statistic result. Adjust

R2 value on this research is 0.059 this mean that 5.9% of foreign exchange could

be explained by independent variables deposit interest rate and inflation. And

94.1% remanant of these explained by variables outside not listed in the formula.

Keyword:Foreign Exchange, Deposit Interest Rate, Inflation

I. Pendahuluan

Kondisi perkonomian yang kurang

stabil akan sangat mempengaruhi

perkembangan pasar modal dan cenderung

akan membuat kegiatan pasar modal mnjadi

sepi. Apabila kondisi tingkat inflasi tinggi

akan mengakibatkan tingginya tingkat suku

bunga tabungan terutama deposito. Hal ini

dapat menghambat perkembangan pasar modal

karena masyarakat cenderung

menginvestasikan dananya pada sektor

perbankan yang tidak memiliki resiko sama

sekali jika dibandingkan dengan

menginvestasikannya di pasar modal. Dalam

perekonomian dunia, nilai mata uang tidak

pernah ada yang stabil.Disisi lain, harga-harga

barang dan jasa cebderung mengalai

peningkatan. Keadaan ini akan mengakibatkan

daya beli mata uang tersebut menjadi turun

mengakibatkan terjadinya inflasi. Dengan

semakin meningginya angka inflasi maka

Page 2: Pengaruh Suku Bunga Deposito Dan Inflasi Terhadap Kurs Valuta Asing Di Indonesia

Jurnal Ekonomi Moneter, 2013 | 2

perekonomian akan memburuk. Terlepas dari

hal tersebut melemahnya kurs mata uang

rupiah terhadap mata uang asing terutama

Dollar Amerika Serikar merupakan sinyal

negatif bagi perekonomian yang mengalami

inflasi karena akan meningkatkan biaya import

bahan baku dan juga akan memberatkan bagi

perusahaan yang mempunyai utang luar negeri

dengan kurs dollar, hal ini akan menurunkan

profitabilitas perusahaan.

Nilai tukar mencerminkan

mencerminkan keseimbangan permintaan dan

penawaran terhadap permintaan uang dalam

negeri maupun mata uang asing Dollar

Amerika. Merosotnya nilai tukar Rupiah

merefleksikan menurunnya permintaan

mesyarakat internasional terhadap mata uang

rupiah karena menurunnya peran

perekonomian nasionl atau karena

meningkatnya permintaan mata ung asing

Dollar Amerika. Semakin menguat kurs rupiah

sampai batas tertentu berarti menggambarkan

kinerja dipasar uang semakin menunjukkan

perbaikan. Sebagai dampak meningkatnya laju

inflasi maka nilai tukar mata uang domestik

semakin melemah terhadap mata uang asing,

hal ini mengakibatkan harga saham akan

mengalami penurunan, dan investasi di pasar

modal menjadi kurang diminati.

Untuk mengatasi masalah rendahnya

nilai tukar (kurs) Rupiah terhadap Dollar

Amerika dan beberapa mata uang asing lain

mulai tahun 1997 sampai awal tahun 1998

Bank Indonesia (BI) melakukan

penanggulangan yang antara lain dengan cara

menaikkan suku bunga Bank Indonesia

melalui sertifikay Bank Indonesia (SBI).

Kebijakan yang diambil oleh bank sentral ini

mengakibatkan naiknya suku bungan deposito

bank-bank komersial di Indonesia. Naiknya

suku bunga ini juga berdampak pada naiknya

suku bunga pinjaman. Bagi perusahaan (go

public) yang tingkat perbandingan antara

hutang dan modal sendiri tinggi, akan

mengakibatkan biata pinjaman dan biaya

modal semakin tinggi. Tingginya biaya modal

akan menurunkan laba yang berakibat

menurunnya deviden sehingga pemodal

terutama yang peka terhadap deviden akan

menjual saham dan pada gilirannya akan

menurunkan harga saham, hal ini berarti

menurunkan nilai perusahaan. Naiknya suku

bunga deposito berjangka juga akan

menyebabkan pemodal akan menanamkan

dananya pada deposito, dan akibatnya pada

emiten akan menurunkan kinerja perusahaan

sehingga laba akan turun. Tingkat suku bunga

akan mencapai puncaknya apabila terjadi

inflasi, hal ini terjadi karena pada masa inflasi

pemerintah biasanya berusaha untuk

menurunkan tingkat inflasi tersebut. Salah satu

cara untuk menurunkan tingkat inflasi adalah

menaikkan tingkat suku bunga naik. Akan

tetapi, kalau bunga deposito atau tabungan

naik, maka bunga kredit juga harus diatas

bunga deposito. Jika tidak, akan terjadi

negative spread (kondisi yang menunjukkan

beban pembayaran suku bunga simpanan dari

nasabah lebih besar ketimbang penerimaan

dari bunga atas kredit-ktedit yang disalurkan

perbankan.

Berdasarkan pemaparan maka

permasalahan yang akan dilakukan pengkajian

dan penelitian yang terkait dengan itu. Dalam

Page 3: Pengaruh Suku Bunga Deposito Dan Inflasi Terhadap Kurs Valuta Asing Di Indonesia

Jurnal Ekonomi Moneter, 2013 | 3

penelitian ini variabel yang akan digunakan

adalah suku bunga deposito, inflasi dan kurs

valuta asing. Peneliti akan mengangakat judul

tentang, “PENGARUH SUKU BUNGA

DEPOSITO DAN INFLASI TERHADAP

KURS VALUTA ASING DI INDONESIA

(TAHUN 2002-2012)”

II. Kerangka Teori dan Tinjauan Pustaka

2.1 Suku Bunga Deposito

Suku bunga adalah „harga‟ yang

terjadi dipasar uang dan modal. Harga disini

adalah harga dari penggunaan uang untuk

jangka waktu yangditentukan bersama. Suku

bunga dapat diartikan sebagai penerimaan

yang diperoleh dari sejumlah uang yang

dipinjamkan kepada pihak lain yang

kekurangan dana atas perhitungan waktu dan

nilai ekonomis.

Deposito adalah produk bank yang

memberikan bunga lebih tinggi dari simpanan

biasa dan hanya dapat ditarik dalam jangka

waktu tertentu. Deposito atau yang sering

disebut deposito berjangka, merupakan produk

bank sajenis jasa tabungan yang biasa

ditawarkan kepada masyarakat.

Menurut Undang-undang No.10 Tahun

1998 Pasal 1, deposito adalah simpanan yang

penarikannya hanya dapat dilakukan pada

waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah

penyimpan dengan bank. Deposito berjangka

merupakan simpanan masyarakat yang

penarikannya dapat dilakukan setelah jangka

waktu yang telah disetujui oleh kedua belah

pihak berakhir.

Sedangkan Deposito Berjangka

didefinisikan suatu simpanan yang memiliki

jangka waktu tertentu dengan tingkat suku

bunga tertentu pula, deposito ini hanya dapat

ditarik apabila telah jatuh tempo. Adapun

jenis-jenis dari deposito berjangka bedasarkan

pemberian bungannya yaitu :

1. Deposito berjangka yang pemberian

bunganya dapat dilakukan dengan

ketentuan deposan dapat mengambil

bunganya setiap bulan sesuai dengan yang

diperjanjikan oleh kedua belah pihak.

2. Deposito berjangka yang pengambilan atau

pemberian bunganya dapat dilakukan

dimuka pada waktu deposan menyimpan

uangnya di bank.

Dana dalam deposito dijamin oleh

pemerintah melalui Lembaga Penjamin

Simpanan (LPS) dengan persyaratan tertentu.

Deposito biasanya memiliki jangkawaktu

dimana uang di dalamnya tidak boleh ditarik

nasabah. Deposito baru bisa dicairkan sesuai

dengan tanggal jatuh temponya, biasanya

deposito jatuh tempo 1,3,6, atau 12 bulan.

Bunga dapat diambil setetelah tanggal jatuh

tempo atau dimasukkan lagi ke pokok deposito

untuk didepositokan lagi pada periode

berikutnya. Bunga deposito berbeda-beda tiap

bank, namun pada umumnya lebih tinggi dari

pada simpanan biasa. Agar deposito aman

pastikan bunganya tidak lebih dari yang

dijamin oleh LPS.

Page 4: Pengaruh Suku Bunga Deposito Dan Inflasi Terhadap Kurs Valuta Asing Di Indonesia

Jurnal Ekonomi Moneter, 2013 | 4

2.2 Inflasi

2.2.1 Definisi inflasi

Secara umum inflasi dapat diartikan

sebagai kenaikan tingkat harga barang dan jasa

yang bersifat umum dan terus menerus selama

waktu tertentu. (Prathama & Mandala,

2008;359)

Ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar

dapat dikatakan telah terjadi inflasi :

1. Kenaikan harga

Harga suatu komoditas dikatakan naik jika

menjadi lebih tinggi daripada harga periode

sebelumnya.

2. Bersifat umum.

Kenaikan harga suatu komoditas dapat

dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut

menyebabkan harga – harga secara umum

naik.

3. Berlangsung terus – menerus.

Kenaikan harga yang bersifat umum juga

belum tentu akan memunculkan inflasi, jika

terjadi sesaat, karena itu perhitungan inflasi

dilakukan dalam rentang waktu minimal

bulanan. Sebab dalam sebulan akan terlihat

apakah kenaikan harga bersifat umum dan

terus – menerus. Rentang waktu lebih

panjang adalah triwulan dan tahunan.

2.2.2 Jenis-jenis inflasi

Gejala inflasi berdasarkan faktor

penyebabnya, yaitu inflasi tarikan

permintaan(demand –pull inflation), inflasi

dorongan biaya ( cost-push inflation), dan

kombinasi keduanya. (Prathama dan Mandala,

2008;365)

1. Inflasi Tarikan Permintaan (demand-pull

inflation)

Inflasi tarikan permintaan (demand-

pull inflation) adalah inflasi yang terjadi

karena dominannya tekanan permintaan

agregat. Inflasi tarikan permintaan biasanya

terjadi pada masa perekonomian yang

berkembang dengan pesat akan

menimbulkan kebutuhan tenaga kerja yang

tinggi. Kebutuhan tenaga kerja yang tinggi

akan menciptakan pendapatan masyarakat

menjadi meningkat. Pendapatan

masyarakat yang meningkat menyebabkan

pengeluaran agregat juga semakin

meningkat. Meningkatnya pengeluaran

agregat ini, tidak sebanding dengan

keluaran output bareng dan jasa sebagai

alokasinya. Sehingga produsen menaikkan

harga secara terus menerus karena

masyarakat cenderung berlomba untuk

mendapatkan output tersebut akibat dari

keluaran output yang tidak sebanding

dengan uang yang akan dikonsumsi.

2. Inflasi Dorongan Biaya (cost-push

inflation)

Inflasi Dorongan Biaya (cost-push

inflation) terjadi karena kenaikan biaya

produksi. Biasanya menyebabkan

penawaran agregat berkurang. Inflasi

dorongan biaya ini juga disebabkan karena

masa perekonomian yang meningkat

dengan pesat ketika tingkat pengangguran

sangat rendah. Apabila perusahaan-

perusahaan masih menghadapi permintaan

yang bertambah dalam perekonomian yang

meningkat dengan pesat, mereka akan

berusaha menaikkan produksi dengan cara

Page 5: Pengaruh Suku Bunga Deposito Dan Inflasi Terhadap Kurs Valuta Asing Di Indonesia

Jurnal Ekonomi Moneter, 2013 | 5

memberikan gaji dan upah yang lebih

tinggi kepada pekerjanya dan mencari

pekerjaan baru dengan tawaran yang lebih

tinggi. Langkah ini menyebabkan biaya

produksi meningkat yang menimbulkan

kenaikan harga-harga berbagai barang.

3. Stagflasi

Stagflasi merupakan kombinasi dari

dua keadaan buruk, yaitu stagnasi dan

inflasi. Stagnasi adalah kondisi dimana

tingkat pertumbuhan ekonomi sekitar nol

persen per tahun. Jumlah output relative

tidak bertambah. Sayangnya kondisi ini

disertai dengan inflasi.

2.2.3 Teori Inflasi

Dampak inflasi diuraikan oleh

J.M.Keynes dengan indah, yaitu “Ketika

inflasi terjadi dan nilai nyata mata uang

berubah – ubah tak tentu dari bulan ke bulan,

semua hubungan permanen antara debitur dan

kreditur, yang membentuk dasar pokok

kapitalis, menjadi sama sekali tidak teratur dan

juga menjaddi hamper tidak berarti, dan proses

dari pemerolehan kakayaan menurun

derajatnya menjadi sebuah permainan atau

undian”. (Samuelson & Nordhaus :386)

Teori Keynes yang dikemukan dalam

buku: The General Theory. Dalam buku

tersebut menerangkan peranan uang dalam

mempengaruhi kegiatan ekonomi. Keynes

berpendapat “uang tidak netral” (money is not

neutral) – ia mempunyai peranan dalam

mempengaruhi kegiatan perekonomian.

(Sadono Sukirno : 487). Perubahan –

perubahan penawaran uang akan

mempengaruhi kegiatan perekonomian dan

pemdapatan nasional melalui “mekanisme

transaksi: berikut :

1. Pertambahan penawaran uang akan

menurunkan suku bunga.

2. Pengurangan suku bunga akan menambah

investasi.

3. Kenaikan investasi akan menimbulkan

proses multiplier sehingga akhirnya

pendapatan nasional meningkat lebih besar

dari kenaikan investasi yang pada mulanya

berlaku.

Pandangan klasik, apabila permintaan

agregat bertambah maka inflasi akan berlaku.

Akan tetapi, dalam keadaan di mana tingkat

pengangguran tinggi, pertambahan penawaran

uang tidak menyebabkan permintaan agregat

mencapai tingkat yang diperlukan untuk

mewujudkan kesempatan penuh.

2.2.4 Indikator Inflasi

Ada beberapa indicator ekonomi

makro yang digunakan un tuk mengetahui laju

inflasi selama satu periode tertentu, yaitu:

1. Indeks Harga Konsumen (Consemer Price

Index)

Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah

angka indeks yang menunjukkan tingkat

harga barang dan jasa yang harus dibeli

konsumen dalam satu periode tertentu. IHK

diperoleh dari menghitung harga-harga

barang dan jasa yang dikonsumsi

masyarakat dalam satu periode. Di

Indonesia perhitungan IHK dilakukan

dengan mempertimbangan sekitar beberapa

ratus komoditas pokok.

Page 6: Pengaruh Suku Bunga Deposito Dan Inflasi Terhadap Kurs Valuta Asing Di Indonesia

Jurnal Ekonomi Moneter, 2013 | 6

2. Indeks Harga Perdagangan Besar

(Wholesale Price Index)

Jika IHK melihat dari sisi konsumen,

Imdeks harga Perdagangan Besar (IHPB)

melihat inflsi dari sisi produsen. Oleh

kafrena itu IHPB sering juga disebut

sebagai indeks harga produsen (producer

price index). IHPB menunjukkan tingkat

harga yang diterima produsen pada

berbagai tingkat produksi. Prinsip

menghitung inflasi berdasarkan data IHPB

adalah sa,ma denagn cara berdasarkan

IHK:

3. Indeks Harga Implisit (GDP Deflator)

Walaupun sangat bermanfaat, IHK

dan IHPB memberikan gambaran laju

inflasi yang sangat terbatas. Sebab dilihat

dari metode penghitungannya, kedua

indicator tersebut hanya melingkupi

beberapa puluh atau mungkin beberapa

ratusan jenis barang jasa, di beberapa puluh

kota saja. Padahal dalam kenyataannya

jenis barang dan jasa yang diproduksi atau

dikonsumsi dalam sebuah perekonomian

dapat mencapai ribnuan., puluhan ribu atau

bahkan mungkin ratusan ribu jenis.

Kegiatan ekonomi tidak terjadi dibeberapa

tempat saja, melainkan diseluruh wilayah.

Untuk mendapatkan hasil gambaran inflasi

yang paling mewakili keadaan yang

sebenarnya, ekonom menggunakan indeks

harga implicit (GDP deflator).

Sama halnya dengan dua indicator

sebelumnya, perhitungan inflasi

berdasarkan IHI dilakukan dengan

menghiting perubahan angka indeks

.

2.2.5 Biaya Sosial dari Inflasi

Ada beberapa masalah sosial (biaya sosial)

yang muncul dari inflasi yang tinggi (≥10%

per tahun), yaitu:

1. Menurunnya tingkat kesejahteraan

masyarakat

Tingkat kesejahteraan masyarakat,

sederhananya dengan tingkat daya beli

pendapatan yang diperoleh. Inflasi

menyebabkan daya beli pendapatan makin

rendah, khususnya bagi masyarakat yang

berpenghasilan kecil dan tetap.

2. Makin buruknya distribusin pendapatan

Dampak buruk inflasi terhadap tingkat

kesejahteraan dapat dihindari jika

pertumbuhan tingkat pendapatan lebih

tinggi dari tingkat inflasi. Ada sebagian

masyarakat dapat meningkatkan

pendapatan riilnya, namun ada sebagian

besar masyarakat yang mengalami

penurunan pendapatan riilnya. Distribusi

pendapatan dilihat dari pendapatan riil

makin memburuk.

3. Terganggunya stabilitas ekonomi

Inflasi mengganggu stabilitas ekonomi

dengan merusak tentang masa depan

(ekspektasi) para pelaku ekonomi. Bagi

produsen merusak perkiraan akan naiknya

harga barang dan jasa mendorong mereka

menunda penjualan agar untung besar.

Penawarn barang dan jasa berkurang,

Page 7: Pengaruh Suku Bunga Deposito Dan Inflasi Terhadap Kurs Valuta Asing Di Indonesia

Jurnal Ekonomi Moneter, 2013 | 7

akibatnya kelebihan permintaan membesar

dan mempercepat laju inflasi. Tentu saja

kondisi ini memperburuk perekonomian.

2.3 Kurs Valuta Asing

2.3.1 Definisi Kurs Valuta Asing

Uang merupakan alat tukar yang dapat

diterima secara umum. Persoalannya lebih

rumit jika menyangkut urusan di luar batas

negara. Karena pada umumnya perdagangan

antar negara dapat berlangsunmg jika

dimingkinkan menukar mata uang suatu

negara menjadi mata uang negara lain. Nilai

tukar atau kurs suatu mata uang terhadap mata

uang lainnya merupakan bagian dari proses

valuta asing. Istilah valuta asing mengacu pada

mata uang asing actual atau berbagai klaim

atasnya, seperti deposito bank atau surat

sanggup bayar yang diperdagangkan. Nilai

tukar mata uang merupakan perbandingan nilai

dua mata uang yang berbeda atau dikenal

dengan sebutan kurs. (Hendra, 2002;186) Kurs

antara dua Negara adalah harga yang

penduduk negara-negara tersebut tukarkan

satu sama lain. (Mankiw)

Valuta asing (foreign exchange)

adalah mata uang negara lain (foreifn

currency) dari suatu perekonomian (Prathama

dan Mandala, 2008;307). Kenaikan harga

valuta asing disebut depresiasi atas mata uang

dalam negeri. Mata uang asing menjadi lebih

mahal, ini berarti nilai relatif mata uang dalam

negeri merosot. Turunnya harga valuta asing

disebut apresiasi mata uang dalam negeri.

Mata uang asing menjadi lebih murah, ini

berarti nilai relatif mata uang menjadi lebih

murah, ini berarti nilai relatif mata uang dalam

negeri meningkat. Perubahan nilai tukar valuta

asing disebabkan karena adanya perubahan

permintaan atau penawaran dalam bursa valuta

asing (hukum penawaran dan permintaan).

Banyak sebab yang melatarbelakangi

perubahan ini, seperti: Neraca ekspor impor,

aliran modal, perubahan struktur, neraca

perdagangan dan lain-lain.

2.3.2 Konsep Nilai Tukar

Nilai tukar didasari dua konsep, yaitu:

1. Konsep Nominal merupakan konsep

untuk mengukur perbedaan harga mata

uang yang menyatakan berapa jumlah

mata uang suatu negara yang diperlukan

guna memperoleh sejumlah mata uang

dari negara lain. Kurs nominal adalah

harga relative mata uang dua negara

dinotasikan sebagai e.

2. Konsep rill dipergunakan unruk

menguker daya saing komoditi ekspor

suatu negara di pasaran internasional.

Kurs riil adalah harga relative barang-

barang diantara dua negara kadang

disebut term of trade. Kurs riil

menyatakan tingkat dimana kita bisa

memperdagangkan barang-barang suatu

negara untuk barang-barang negara lain.

Nilai tukar rill secara umum dapat

dituliskan sebagai berikut:

Page 8: Pengaruh Suku Bunga Deposito Dan Inflasi Terhadap Kurs Valuta Asing Di Indonesia

Jurnal Ekonomi Moneter, 2013 | 8

Perbandingan nilai tukar riil untuk

barang tunggal ini menjelaskan bagaimana

mendefinisikan nilai tukar riil untuk kelompok

barang yang lebih luas. Jika e adalah nilai

tukar nominal (jumlah dolar per rupiah), P

adalah tingkat harga di Indonesia (diukur

dalam rupiah), dan P* adalah tingkat harga di

AS (diukur dalam dolar), maka nilai tukar riil

adalah:

2.3.3 Pekembangan Sistem Nilai Tukar

1. Sistem Nilai Tukar Standar Emas

Negara yang menganut system

nilai tukar standar emas menetapkan nilai

tukar mata uangnya dalam berat emas

tertentu. Konsekuensinya dari system ini,

otoritas moneter harus bersedia menjual

maupun membeli berapa jumlah emas

pada harga yang telah ditentukan.

Disamping itu, arus keluar masuk emas di

negara tersebut dibiarkan bebas.

2. Sistem Nilai Tukar Tetap

Sistem nilai tukar tetap “fixed

exchange rate”, dimana lembaga otoritas

moneter menetapkan tingkat nilai tukar

mata uang domestik terhadap mata uang

negara lain pada tingkat tertentu, tanpa

memerhatikan penawaran ataupun

permintaan terhadap valuta asing yang

terjadi.

3. Sistem Nilai Tukar Pengawasan Devisa

Suatu negara menganut rezim

pengawasan devisa dalam nilai tukar mata

uangnya, biasanya perekonomian negara

tesebut tidak memiliki cadangan devisa

yang cukup untuk menutup defisit neraca

pembayaran yang terus menerus.

4. Sistem Nilai tukar tanbatan

Sistem nilai tukar tambatan atau

“pegged exchange rate system”, dimana

mata uang domestik dikaitkan dengan

suatu mata uang asing. Tingkat nilai tukar

mata uang domestik terhadap mata uang

asing lainnya merupakan penurunan dari

nilai tukar mata uang asing yang

dijadikan tambatan dengan mata uang

asing lainnya.

5. Sistem Nilai Tukar Mengambang

Nilai tukar mengambang atau

sering disebut “floating exchange rate”,

diman tingkat nilai tukar dibiarkan

menurut keseimbangan permintaan dan

penawaran mata uang valuta asing yang

terjadi.

2.4 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1

Variabel

Dependen

(X1)

Suku Bunga

Deposito

Variabel

Dependen

(X2)

Inflasi

Variabel

Independen

(Y)

Kurs Valuta

Asing

Page 9: Pengaruh Suku Bunga Deposito Dan Inflasi Terhadap Kurs Valuta Asing Di Indonesia

Jurnal Ekonomi Moneter, 2013 | 9

2.5 Hipotesis

Dari kerangka pemikiran seperti yang telah

disebutkan dapat diambil beberapa hipotesis

sebagai berikut :

H0 : Tidak ada pengaruh antara suku bunga

deposito dan inflasi terhadap kurs valuta asing

H1 : Ada pengaruh antara suku bunga deposito

dan inflasi terhadap kurs valuta asing

III Metode Penelitian

3.1 Metode Analisis Data

Ruang lingkup penelitian ini meliputi

variabel dependen yaitu kurs valuta asing dan

variable independen yaitu suku bunga deposito

dan inflasi. Data yang di gunakan adalah data

dari periode tahun 2002-2012. Data kurs

valuta asing menggunakan kurs tengah

Rupiah/US$. Sedangkan data suku bunga

deposito menggunakan tingkat suku bunga

deposito jangka waktu tahunan pada Bank

Persero. Dan data inflasi menggunakan

indikator indeks harga konsumen.

Jenis penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini

data dihimpun dengan menggunakan data

skunder dengan jenis data time series. Sumber

data di peroleh dari Badan Pusat Statistik

(BPS) dan Bank Indonesia(BI).

Metode pengumpulan data dengan

menggunakan library research. Namun

terkadang buku referensi sudah tidak up to

date oleh karena itu penelitian ini juga

menggunakan interenet research.

Adapun metode yang digunakan dalam

pengujian hipotesis dengan menggunakan

analisis regresi berganda atau multiple

regretion dengan alat analisis SPSS, dengan

mempergunakan asumsi klasik yaitu uji

normalitas, uji multikolinearitas, uji

heteroskedastisitas dan uji autokorelasi

sedangkan uji statistiknya menggunakan uji t,

uji f, dan uji determinasi.

3.2 Operasional Variabel

Untuk lebih memudahkan memahami

penggunaan variabel-variabel yang digunakan

dalam penelitian ini , maka dapat dilihat table

operasional variabel sebagai berikut:

Tabel 3.1

No Variabel Konsep Skala

1 Kurs

Valuta

Asing

Perbandingan nilai

dua mata uang

yang berbeda

dalam suatu

perekonomian

Rasio

2 Suku

Bunga

Deposito

Suku bunga

deposito adalah

tingkat pengem-

balian atau

imbalan atas

simpanan uang

dalam jangka

waktu tertentu

yang

pengambilannya

hanya dapat

ditarik ketika

jatuh tempo

Rasio

3 Inflasi Kenaikan tingkat

harga barang dan

jasa yang bersifat

umum dan terus

menerus selama

waktu tertentu.

Rasio

Page 10: Pengaruh Suku Bunga Deposito Dan Inflasi Terhadap Kurs Valuta Asing Di Indonesia

Jurnal Ekonomi Moneter, 2013 | 10

3.3 Model Fungsi

Kurs Valuta Asing = f (inflasi, suku bunga

deposito)

Sedangkan rumus statistic sebagai berikut

Dimana :

= Konstanta

= Koefisien dari variable suku bunga

deposito

= Koefisien dari variable inflasi

IV Hasil dan Pembahasan

Dalam penelitian ini akan dijelaskan

hasil analisis yang telah diolah. Hasil analisa

data skunder yang telah diolah yaitu:

4.1 Uji Asumsi Klasik

Untuk mengetahui pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen secara

simultan, maka digunakan regresi linear

berganda (multiple regression) dan alpha yang

digunakan adalah 5%, sebelum dilakukan

pengujian dengan regresi berganda, variabel-

variabel penelitian diuji dengan asumsi klasik

yaitu

a. Uji Normalitas

Uji statistik kolmogorav-smirnov

(K-S) merupakan uji yang digunakan

untuk mengetahui apakah sampel

berasal dari populasi dengan distribusi

tertentu dalam hal ini adalah distribusi

normal (widarjono,2010) uji normalitas

adalah uji statistik non-paramatrik.

Gambar 4.1

Bedasarkan gambar 4.1, dapat dilihat

bahwa titik-titik tidak menyebar disekitar

garis diagonal dan penyebarannya tidak

mengikuti garis diagonal. Dengan demikian

penyebaran data kurs value asing (USD)

tidak mengikuti asumsi normalitas.

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas terjadi ketika dua

atau lebih variabel independen yang digunakan

dalam model mempunyai hubungan

(correlated), baik yang sifatnya moderat

maupun tinggi. Uji multikolinearitas dilakukan

untuk memastikan baahwa variabel

independen satu dengan yang lainnya

digunakan dalam model tidak mempunyai

hubungan (uncorrelated).

Page 11: Pengaruh Suku Bunga Deposito Dan Inflasi Terhadap Kurs Valuta Asing Di Indonesia

Jurnal Ekonomi Moneter, 2013 | 11

Tabel 4.1

Coefficientsa

Model

Unstandardize

d Coefficients

Standar

dized

Coeffici

ents

t Sig.

Collinearity

Statistics

B

Std.

Error Beta

Toler

ance VIF

1 (Cons

tant)

8930.5

58

594.93

8

15.0

11

.000

SBD 24.145 70.426 .139 .343 .741 .713 1.40

2

Inflasi 17.026 50.238 .138 .339 .743 .713 1.40

2

a. Dependent Variable: Kurs_USD

Bedasarkan tabel 4.1 tersebut diperoleh

bahwa semua variabel bebas memiliki nilai

tolerance diatas 0,1 dan nilai VIF kedua

variabel independent adalah 1,402 lebih kecil

dari 5. Dengan demikian tidak terdapat

masalah multikolonieritas dalam model

regresi. Jadi dapat disimpulkan tidak terdapat

korelasi antara variabel-variabel independent.

c. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian Heteroskedastisitas

biasanya dilakukan dengan menggunakan

uji white-heteroscedastic. Kelebihan alat

uji ini adalah tidak sensitif terhadap asumsi

normalitas dan mudah diaplikasikan.

(Gujarati,2003) gejala heteroskedastisitas

dapat dideteksi dengan cara apabila nilai

chi-square (Χ2) menunjukan angka yang

lebih besar dari nilai kritis chi-square pada

tingkat signifikasi 5% maka terdapat gejala

heteroskedastisitas

Gambar 4.2

Dengan melihat gambar 4.2 tersebut

tidak terdapat pola yang jelas serta titik-

titik menyebar diatas dan dibawah angka 0,

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

terjadi heteroskedestisitas pada model

regresi ini.

d. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi antara

residual data time series pada titik-titik

waktu berbeda. Dalam kasus khusus

dimana residual berdekatan pada waktu

terpisah (misalnya t dan t+1) mempunyai

hubungan, disebut first-order

autocorrelation (Mendenhall dan

Sincich,2003). Pengujian autokorelasi

dilakukan dengan menggunakan rumus

Durbin-Watson.

Page 12: Pengaruh Suku Bunga Deposito Dan Inflasi Terhadap Kurs Valuta Asing Di Indonesia

Jurnal Ekonomi Moneter, 2013 | 12

Tabel 4.2

Model Summaryb

Mod

el R

R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error

of the

Estimate

Durbin-

Watson

1 .243a .059 -.176 547.44268 1.680

a. Predictors: (Constant), Inflasi, SBD

b. Dependent Variable: Kurs_USD

Bedasarkan tabel 4.2 diperoleh nilai

Durbin-Watson sebesar 1,680 dengan derajat

kepercayaan 5%, berarti tidak terdapat

kesimpulan autokorelasi.

4.2 Uji Determinasi

Table 4.3

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .243a .059 -.176 547.44268

a. Predictors: (Constant), Inflasi, SBD

b. Dependent Variable: Kurs

Tabel diatas menunjukkan besaran

nilai R (korelasi) sebesar 0.243 atau 24.3%,

sehingga kedua variabel tersebut dapat

dikatakan memiliki korelasi atau hubungan

dalam kategori yang lemah.

Selanjutnya diproleh R2 (koefisien

determinan) sebesar 0.059atau samadengan

5.9%. Ini berarti kemampuan variabel

dependentmampu diterangkan sebesar 5.9%

oleh variabel independent.Dan sisanya sebesar

94.1% dipengaruhi oleh faktor lain.

4.3 Uji t

Table 4.4

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardiz

ed

Coefficient

s

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Consta

nt)

8930.558 594.938

15.011 .000

SBD 24.145 70.426 .139 .343 .741

Inflasi 17.026 50.238 .138 .339 .743

a. Dependent Variable: Kurs

Dari hasil tabel 4.4 di atas maka selanjutnya

dilakukan ujiparsial terhadap masing-masing

variabel yaitu:

1. Variabel Suku Bunga Deposito

Karena sig 0.741 atau dengan kata lain

> 5% makakeputusannya adalah H0

diterima dan H1 ditolak.

Yangberarati koefisien variabel

suku bunga depositotidak signifikandalam

model atau dapat diartikan bahwa variabel

suku bunga deposito tidak mempunyai

pengaruh terhadap kurs valuta asing.

2. Variabel Inflasi

Karena sig 0.743 atau dengan kata lain

> 5% makakeputusannya adalah H0

diterima dan H1 ditolak.

Yangberarati koefisien variabel suku

bunga depositotidak signifikandalam model

atau dapat diartikan bahwa variabel suku

Page 13: Pengaruh Suku Bunga Deposito Dan Inflasi Terhadap Kurs Valuta Asing Di Indonesia

Jurnal Ekonomi Moneter, 2013 | 13

bunga deposito tidak mempunyai pengaruh

terhadap kurs valuta asing.

Maka persamaan regresi yang terbentuk

adalah:

Sedangkan untuk estimasinya adalah

Dimana:

Y = Kurs Valuta Asing

X1= Suku Bunga Deposito

X2= Inflasi

4.4 Uji f

Table 4.5

ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

1 Regressi

on

149953.667 2 74976.833 .250 .785a

Residual 2397547.902 8 299693.488

Total 2547501.569 10

a. Predictors: (Constant), Inflasi, SBD

b. Dependent Variable: Kurs

Berdasarkan tabel ANOVA atau Ftes

ternyatadidapat nilai Fhitung adalah

0.250dengantingkat signifikan0.785. Karena

tingkat signifikan lebih besar dari 0.05 atau

0.785 > 0.05,sehingga model regresi tidak

dapat digunakan untukmemprediksi nilai kurs

valuta asing. Ataudapat dikatakan bahwa tidak

ada pengaruh antara suku bunga deposito dan

inflasi terhadap kurs valuta asing.

V Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dengan

bantuan program SPSS dari variable kurs

valuta asing dengan suku bunga deposito dan

inflasi di temukan:

1. Besarnya pengaruh variabel suku bunga

deposito dan inflasi terhadap kurs valuta

asing sebesar 5.9% yang berarti 94.1%

dari kurs valuta asing dipengaruhi oleh

factor lain

2. Dari hasil penelitian ini detemukan

pengaruh yang tidak signifikan antara

suku bunga deposito dan inflasi terhadap

kurs valuta asing.

5.2 Saran

Dari pembahasan dan kesimpulan yang

dipaparkan peneliti menyadari masih banyak

keterbatasan dan kekurangan dari penelitian

ini, saran untuk mendapatkan hasil penelitian

yang lebih baik lagi bagi peneliti selanjutnya

diharapkan untuk

1. Meneliti faktor lain yang mempengaruhi

kurs valuta asing.

2. Menambah input variable yang lebih

banyak agar mendapat ramalan yang baik

dari model sebelumnya.

3. Memperpanjang periode pengamatan agar

mengetahui pengaruh kurs valutra asing

secara lebih mendetail.

4. Menggunakan data yang tepat agar

memperkecil error

Page 14: Pengaruh Suku Bunga Deposito Dan Inflasi Terhadap Kurs Valuta Asing Di Indonesia

Jurnal Ekonomi Moneter, 2013 | 14

DAFTAR PUSTAKA

Halwani. Hendra. Ekonomi Internasional Dan

Globalisasi Ekonomi. Jakarta: Ghalia

Indonesia, 2002.

Kasmir. Bank Dan Lembaga Keuangan

Lainnya. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.

Mankiw, Georgy N. Macroeconomics. New

York: Worth Pub., 2002.

Rahardja. Prathama dan Mandala Manurung.

Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi dan

Makroekonomi) edisi ketiga. Jakarta: Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia, 2008.

www.bi.go.id

www.bps.go.id

Page 15: Pengaruh Suku Bunga Deposito Dan Inflasi Terhadap Kurs Valuta Asing Di Indonesia

Jurnal Ekonomi Moneter, 2013 | 15