37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA TERAS BATU DAN BANGKU MIRING TERHADAP JUMLAH BAKTERI DAN JAMUR TANAH SERTA PERTUMBUHAN TANAMAN TEMBAKAU (Nicotiana tobacum L.) DI SUB-DAS PROGO HULU Disusun oleh : FITRI SERTIA MAYANTI H 0205034 PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

  • Upload
    lelien

  • View
    217

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA TERAS

BATU DAN BANGKU MIRING TERHADAP JUMLAH BAKTERI DAN

JAMUR TANAH SERTA PERTUMBUHAN TANAMAN TEMBAKAU

(Nicotiana tobacum L.) DI SUB-DAS PROGO HULU

Disusun oleh :

FITRI SERTIA MAYANTI

H 0205034

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Vii

PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA TERAS

BATU DAN BANGKU MIRING TERHADAP JUMLAH BAKTERI DAN

JAMUR TANAH SERTA PERTUMBUHAN TANAMAN TEMBAKAU

(Nicotiana tobacum L.) DI SUB-DAS PROGO HULU

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian Di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Ilmu Tanah

Disusun oleh :

FITRI SERTIA MAYANTI

H 0205034

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Page 3: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Vii

2011

PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS

PADA TERAS BATU DAN BANGKU MIRING TERHADAP JUMLAH

BAKTERI DAN JAMUR TANAH SERTA PERTUMBUHAN TANAMAN

TEMBAKAU (Nicotiana tobacum L.) DI SUB-DAS PROGO HULU

Yang Dipersiapkan dan Disusun Oleh:

FITRI SERTIA MAYANTI

H 0205034

Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji

Pada Tanggal :

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Ir. Sudadi, MP NIP. 19620307 199010 2 001

Anggota I

Ir. Jaka Suyana, M.Si NIP. 19640812 198803 1 001

Anggota II

Dwi Priyo Ariyanto, SP, M.Sc NIP. 19790115 200501 1 001

Surakarta, Januari 2011

Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 119590909198603 2 002

i

Page 4: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Vii

DAFTAR ISI ii

Page 5: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Vii

iv

Page 6: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Vii

Halaman

HALAMAN JUDUL……………………………………………………….

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………...

KATA PENGANTAR……………………………………………………..

DAFTAR ISI……………………………………………………………….

DAFTAR TABEL………………………………………………………….

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….

RINGKASAN………………………………………………………………

SUMMARY………………………………………………………………….

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………

B. Perumusan Masalah…………………………………………………

C. Tujuan Penelitian …………………………………………………...

D. Manfaat Penelitian…………………………………………………..

E. Hipotesis…………………………………………………………......

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Erosi di Sub-DAS Progo Hulu……………………………………...

B. Teknologi Konservasi Hedgerows…………………………………..

1. Teras Batu………………………………………………………..

2. Teras Bangku Miring……………………………………………..

3. Pemberian Mulsa Sisa Tanaman…………………………………

4. Penanaman Tanaman Setaria Spacelata dan Koro Merah

(Canvalia gladiata (Jack )………………………………………..

C. Bakteri dan Jamur Tanah……………………………………………

D. Tanaman Tembakau…………………………………………………

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu…………………………………………………

B. Bahan dan Alat Penelitian…………………………………………..

C. Rancangan Penelitian……………………………………………….

D. Tata Laksana Penelitian…………………………………………….

i

ii

iii

v

vii

viii

ix

x

1

3

3

3

3

4

5

7

8

10

12

14

15

18

18

19

Page 7: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Vii

E. Parameter Pengamatan……………………………………………...

F. Analisis Data………………………………………………………..

G. Kerangka Berpikir…………………………………………………..

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik Tanah Awal…………………………………………..

2. Jumlah Bakteri dan jamur tanah di Teras Bangku Miring…………..

3. Jumlah Bakteri dan jamur tanah di Teras Bangku Batu…………….

4. Pertumbuhan Tanaman Tembakau…………………………………..

1. Tinggi Tanaman………………………………………………….

2. Jumlah Daun……………………………………………………..

3. Panjang Daun…………………………………………………….

4. Berat Berangkasan Daun…………………………………………

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan…………………………………………………………..

B. Saran………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………

LAMPIRAN

20

21

21

22

23

24

29

33

33

35

36

38

40

41

42

v

Page 8: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Rancangan Perlakuan penelitian……………………………….....

Tabel 2. Karakteristik Tanah Awal Pada Teras Bangku miring (T1)………

Tabel 3. Karakteristik Tanah Awal Pada Teras Batu (T2)………………….

19

23

23

Page 9: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Vii

DAFTAR GAMBAR Halaman

vi

Page 10: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Vii

Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5 Gambar 6 Gambar 7 Gambar 8 Gambar 9 Gambar 10 Gambar 11 Gambar 12 Gambar 13 Gambar 14 Gambar 15 Gambar 16 Gambar 17 Gambar 18 Gambar 19

Jumlah bakteri tanah x 10 log (cfu / gram tanah) pada teras bangku miring (T1) dengan berbagai macam hedgerows……… Jumlah jamur ( cfu / gr tanah) pada teras bangku miring (T1) dengan berbagai macam hedgerows…………………………… Pengaruh perlakuan hedgewros terhadap populasi bakteri tanah di teras bangku miring…………………………………………. Pengaruh perlakuan hedgerows terhadap populasi bakteri tanah di teras bangku miring…………………………………………. Pengaruh interaksi Perlakuan terhadap populasi bakteri tanah di teras bangku miring……………………………………………. Pengaruh interaksi Perlakuan terhadap populasi jamur tanah di teras bangku miring……………………………………………. Jumlah bakteri tanah x 10 log (cfu / gram tanah) di teras Batu (T2) dengan berbagai macam hedgerows………………………. Jumlah Jamur tanah x 10 log (cfu / gram tanah) di teras Batu (T2) dengan berbagai macam hedgerows………………………. Pengaruh perlakuan hedgerows terhadap populasi bakteri tanah di teras batu……………………………………………………. Pengaruh perlakuan hedgerows terhadap populasi Jamur tanah di teras batu……………………………………………………. Pengaruh interaksi Perlakuan terhadap populasi bakteri tanah di teras batu………………………………………………………. Pengaruh interaksi Perlakuan terhadap populasi bakteri tanah di teras batu………………………………………………………. Pengaruh macam hedgerows di teras bangku miring terhadap tinggi tanaman pada 60 dan 90 HST pada tanaman tembakau.. Pengaruh macam hedgerows di teras batu terhadap tinggi tanaman pada 60 dan 90 HST pada tanaman tembakau……….. Pengaruh macam hedgerows di teras bangku miring terhadap Jumlah daun pada 60 dan 90 HST pada tanaman tembakau….. Pengaruh macam hedgerows di teras batu terhadap Jumlah daun pada 60 dan 90 HST pada tanaman tembakau…………………. Pengaruh macam hedgerows di teras bangku miring terhadap Panjang daun pada 60 dan 90 HST pada tanaman tembakau….. Pengaruh macam hedgerows di teras batu terhadap Panjang daun pada 60 dan 90 HST pada tanaman tembakau……………. Pengaruh macam hedgerows di teras bangku miring terhadap berangkasan daun pada 60 dan 90 HST pada tanaman

25 26 27 27 28 28 30 30 31 31 32 32 34 34 35 36 37 37

Page 11: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Vii

Gambar 20

tembakau………………………………………………………… Pengaruh macam hedgerows di teras batu terhadap berangkasan daun pada 60 dan 90 HST pada tanaman tembakau……………

38 39

Page 12: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Vii

viii

Page 13: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Vii

Page 14: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Degradasi lahan masih menjadi salah satu masalah saat ini dalam

usahatani di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya erosi, pengurasan hara,

dan alih fungsi lahan yang mengakibatkan penurunan kualitas tanah, baik dari

segi fisik, kimia, maupun biologi tanahnya. Degradasi lahan akan berpengaruh

pada penurunan kesuburan tanah.

Wilayah Sub-DAS Progo Hulu berada di wilayah administrasi

Temanggung penghasil tembakau yang memiliki nilai komparatif tinggi dan

telah memberikan kesejahteraan bagi masyarakat sejak masa lalu secara

turun temurun. Adanya peningkatan permintaan akan tembakau sebagai bahan

baku rokok kretek, menyebabkan petani menambah areal tanam tembakau ke

puncak-puncak gunung Sumbing dan gunung Sindoro dengan kemiringan

lereng > 30%. Teknik budidaya tanaman tembakau pada kemiringan lereng

curam yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi tanah dan air menyebabkan

terjadinya erosi sehingga memacu terjadinya degradasi lahan.

Menurut Good Governance in Water Resource Managemet-

European Union (GGWRM-EU) (2004), Sub-DAS Progo Hulu merupakan

Sub DAS di wilayah Kabupaten Temanggung yang menempati urutan

peringkat pertama dalam prioritas penanganan lahan kritis, yang saat ini

memiliki lahan kritis dan sangat kritis seluas 3.029 ha atau 12,9% dari luas

wilayahnya dan menyebar terutama pada lahan yang digunakan untuk

usahatani berbasis tembakau. Erosi yang terus terjadi di wilayah tersebut telah

menyebabkan degradasi lahan yang berupa kerusakan lahan dan menurunnya

kesuburan tanah. Kerusakan lahan ditandai dengan hilangnya lapisan top soil

serta kenampakan alur-alur (gully) erosi dan bahan induk tanah. Penurunan

kesuburan tanah ditandai dengan kebutuhan pupuk kandang dari tahun ke

tahun yang semakin meningkat. Peningkatan kebutuhan pupuk kandang

meningkat dari sekitar 22,5 ton/ha pada tahun 1988 menjadi 48 ton/ha pada

tahun 2000 (Djajadi, 2000). Hal ini dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan

1

Page 15: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

mikroflora yang berada didalam tanah berkurang karena kondisi lingkungan

mikro yang tidak stabil seperti suhu tanah yang berubah menjadi panas begitu

pula dengan kelembaban dan kadar air tanahnya.

Dilihat dari segi keadaan fisik di daerah sub-DAS Progo Hulu dan

makin tingginya permintaan akan hasil tanaman tembakau, dibutuhkan suatu

paket teknologi konservasi yang bertujuan untuk mengendalikan erosi dan

rehabilitasi untuk meningkatkan produktivitas lahan. Teknologi konservasi

hedgerows merupakan salah satu komponen konservasi yang memadukan

antara tindakan konservasi secara mekanik dan vegetatif dengan adanya

pembuatan pagar-pagar hidup yang diatur mengikuti garis kontur. Teknologi

konservasi hedgerows mempunyai multifungsi diantaranya selain untuk

menekan tingkat erosi, juga dapat merehabilitasi kesuburan tanah sehingga

dapat meningkatkan keberadaan mikroflora tanah yang merupakan salah satu

indikator kualitas tanah.

Mikroflora tanah merupakan komponen habitat alam yang terdiri dari

bakteri, fungi, dan mikroorganisme tanah lainnya yang mempunyai peran dan

fungsi penting dalam mendukung terlaksananya pertanian ramah lingkungan

melalui berbagai proses, seperti dekomposisi bahan organik, mineralisasi

senyawa organik, fiksasi hara, pelarut hara, nitrifikasi dan denitrifikasi.

Populasi mikroba yang meningkat (baik jenis dan jumlahnya) menyebabkan

dinamika tanah akan semakin baik dan menjadi sehat secara alami.

Peningkatan mikroba baik bakteri maupun jamur tanah (khususnya jamur /

fungi bermiselia seperti mikorhiza, dan lain-lain) akan meningkatkan

kemantapan agregasi partikel-partikel penyusun tanah. Mikroba dan

miselianya, yang berupa benang-benang, akan berfungsi sebagai perajut/

perekat/glue antar partikel tanah yang menyebabkan struktur tanah menjadi

lebih baik karena ketahanannya menghadapi tekanan erodibilitas (perusakan)

tanah (Kusmanto, 2009).

Berdasarkan permasalahan diatas diperlukan penelitian tentang

pengaruh dari jenis teras dan tipe hedgerows terhadap bakteri dan jamur tanah

Page 16: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

serta hasil tanaman tembakau (Nicotiana tobacum L.) di sub-DAS Progo

Hulu.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan suatu permasalahan,

yaitu bagaimanakah pengaruh dari teknologi konservasi hedgerows pada teras

batu dan teras bangku miring terhadap bakteri dan jamur tanah serta hasil

tanaman tembakau (Nicotiana tobacum L.) di sub-DAS Progo Hulu?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari teknologi

konservasi hedgerows pada teras batu dan teras bangku miring terhadap

bakteri dan jamur tanah serta hasil tanaman tembakau (Nicotiana tobacum L.)

di sub-DAS Progo Hulu.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai manfaat untuk memberi masukan,

rekomendasi dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai

teknologi konservasi tanah dan air yang terbaik pada lahan tembakau di Sub-

DAS Progo Hulu.

E. Hipotesis

Ho : Penerapan teknologi konservasi hedgerows pada teras batu dan bangku

miring berpengaruh nyata terhadap bakteri dan jamur tanah pada

pertanaman tembakau.

Hi : Penerapan teknologi konservasi hedgerows pada teras batu dan bangku

miring berpengaruh tidak nyata terhadap bakteri dan jamur tanah pada

pertanaman tembakau.

Page 17: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Erosi di Sub-DAS Progo Hulu

Erosi tanah adalah proses tercabutnya dan pemindahan partikel-

partikel oleh akibat tetesan air hujan secara terus-menerus di permukaan tanah

sehingga tanah terlepas dari kesatuannya. Erosi berawal dari benturan, atau

gaya-gaya tarikan yang bekerja pada partikel individu tanah di permukaan

(Hardiyatmo, 2006).

Topografi berperanan dalam menentukan kecepatan dan volume

limpasan permukaan. Dua unsur topografi yang berpengaruh terhadap erosi

adalah panjang lereng dan kemiringan lereng. Unsur lain yang ,mungkin

berpengaruh adalah konfigurasi, keseragaman dan arah lereng. Semakin

panjang lereng maka volume kelebihan air yang berakumulasi diatasnya

menjadi lebih besar dan kemudian semua turun dengan volume dan kecepatan

yang meningkat. Pengamatan di lapang menunjukkan bahwa kemiringan

lereng lebih penting daripada panjang lereng karena pergerakan air serta

kemampuannya memecahkan dan membawa partikel tanah akan bertambah

dengan bertambahnya sudut ketajaman lereng (Arsyad, 2000)

Kepekaan tanah terhadap erosi dapat diubah oleh manusia menjadi

lebih baik atau lebih buruk. Pembuatan teras-teras pada tanah yang berlereng

curam merupakan pengaruh baik manusia karena dapat mengurangi erosi.

Sebaliknya, penggundulan hutan di daerah pegunungan merupakan pengaruh

buruk karena dapat menyebabkan erosi dan banjir (Anonim, 1998).

Menurut Irawan et al., (2002) erosi dan teknik pengelolaan

sumberdaya lahan merupakan faktor utama atau penyebab terbesar terjadinya

proses degradasi lahan. Proses erosi dipengaruhi oleh kondisi sumberdaya

alami meliputi: bahan induk tanah, curah hujan, bentuk wilayah/ kemiringan

lereng, dan kedalaman tanah/solum; sedangkan pengaruh kegiatan manusia,

meliputi: jenis vegetasi, penutupan vegetasi, dan penerapan teknik konservasi

tanah dan air.

4

Page 18: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Sub-DAS Progo Hulu merupakan wilayah volkan dari gunung

Sumbing dan gunung Sindoro yang memiliki lahan relatif subur, dengan

ketinggian lebih dari 400 m sampai 3.250 m dpl; kemiringan lahan dari landai,

bergelombang, berbukit, agak curam, curam sampai sangat curam; kepadatan

penduduk relatif tinggi dengan mata pencaharian pokok bertani tanaman

tembakau, jagung, sayuran, dan padi sawah (Proyek Pusat Pengembangan

Pengelolaan DAS, 1990).

Di wilayah Sub-DAS Progo Hulu, usahatani berbasis tembakau

selama ini telah membuat petani tidak melakukan diversifikasi usaha. Adanya

pertambahan kepadatan penduduk telah mengakibatkan tekanan terhadap

lahan yang mengakibatkan perlakuan over intensif tanpa memperhatikan

kaidah-kaidah konservasi tanah dan air, serta telah merambah pada

pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan fungsi dan kemampuannya yang

menyebabkan terjadinya erosi yang parah dan degradasi lahan. Hasil

penelitian petak erosi pada lahan usahatani berbasis tembakau dengan

kemiringan 62% besarnya erosi tercatat 53,72 ton/ha/tahun (Djajadi et al.,

1994). Sedangkan pada lahan lincat (lahan lahan yang tidak produktif untuk

tanaman tembakau yang disebakan oleh degradasi lahan (penurunan

kesuburan tanah akibat erosi), dan juga serangan patogen yang saling

berinteraksi antara Ralstonia solanacearum, Phytophthora nicotianae, dan

lainnya) besarnya erosi tercatat 30,22 ton/ha/tahun (Djajadi et al., 2002).

Menurut Djajadi cit Suyana (2009) bahwa selama ini budidaya

tembakau di lahan kering yang dilakukan petani hanya ditujukan untuk

memperoleh produksi yang tinggi. Akibat dari teknik budidaya yang tidak

mengindahkan kaidah konservasi pada kemiringan yang curam dan curah

hujan yang tinggi di wilayah ini telah menyebabkan terjadinya erosi yang

parah yang akhirnya mengakibatkan degradasi lahan.

B. Teknologi Konservasi Hedgerows

Hedgerows direncanakan untuk mengembangkan praktek lengkap

dari konservasi sistem yang meningkatkan lansekap aesthetics (lansekap yang

mempunyai nilai estetika) , mengurangi erosi tanah, meningkatkan perangkap

Page 19: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

sedimen, meningkatkan kualitas air, dan menyediakan habitat satwa liar.

Hedgerows berikut membuat kontur tanah baris pada lansekap, menghasilkan

alam rupa, dan meningkatkan ketersediaan "ujung" habitat satwa liar.

Hedgerows berisi campuran asli pohon kecil dan pohon besar menyediakan

manfaat lingkungan (Idaho, 2007)

Teknologi konservasi hedgerows mempunyai peluang besar untuk

diadopsi petani lahan kering, karena tanaman hedgerows selain berfungsi

mengendalikan aliran permukaan dan erosi, juga memproduksi biomassa

pertanian yang berguna untuk rehabilitasi dan penyubur tanah, menghasilkan

hijauan pakan ternak yang kaya nutrisi, dan menghasilkan kayu bakar

untukkeperluan rumah tangga dan industri pedesaan (pembakaran bata merah,

batu gamping, dan sebagainya). Penggunaan teknologi konservasi hedgerows

diharapkan mampu berperan sebagai stabilisator dan daya pengembang sistem

usahatani lahan kering yang kondusif, yang dalam pengembangannya menuju

pertanian yang lestari dan akrab lingkungan. Dengan penerapan teknologi

konservasi hedgerows di dalam sistem usahatani lahan kering memungkinkan

para petani dapat melakukan pengelolaan lahan yang berwawasan lingkungan

secara bertahap sesuai dengan kesediaan tenaga kerja keluarga dan

kemampuan modal petani. Mengingat dalam teknologi hedgerows relatif tidak

banyak membutuhkan tenaga kerja dan modal dibandingkan teknik konservasi

sipil teknis. Sehingga memungkinkan para petani di lahan kering untuk

menciptakan sistem rehabilitasi dan konservasi lahan ditempatnya secara

mandiri untuk mendukung sistem produksi pertanian secara berkelanjutan

(Suyana, 2003).

Menurut Hawkins et al., (1992) dalam Suyana (2003) bahwa hasil

penelitian di lahan kering daerah hulu DAS di Jawa Tengah dan Jawa Timur,

diperoleh bahwa pengelolaan teknologi hedgerows secara berkelanjutan dalam

jangka panjang akan mendatangkan nilai keunggulan komparatif dan

kompetitif yang meliputi : (a) pengendalian kehilangan tanah dan hara melalui

erosi; (b) peningkatan produksi biomassa melalui sisa hasil pertanian,

penanaman legum untuk konservasi dan penutupan tanah; (c) peningkatan

Page 20: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

produksi bahan organik secara ”in situ”; (d) peningkatan status kesuburan

tanah; (e) peningkatan produksi rumput untuk makanan ternak; (f)

peningkatan hasil baik tanaman pangan, palawija, buah, sayur, dan kayu

kayuan; dan (g) peningkatan total hasil usahatani secara berkelanjutan.

1. Teras Batu

Teras merupakan metode konservasi yang ditujukan untuk

mengurangi panjang lereng, menahan air sehingga mengurangi kecepatan

dan jumlah aliran permukaan, serta memperbesar peluang penyerapan air

oleh tanah. Barisan batu yang dibuat mengikuti kontur dan berfungsi untuk

meningkatkan penyerapan air kedalam tanah dan mengurangi aliran

permukaan serta erosi, dapat pula digolongkan sebagai teknik konservasi

spiel teknis. Barisan batu dapat diterapkan pada tanah-tanah berbatu,

sehingga barisan batu ini juga bisa digunakan untuk memperluas bidang

olah. Pada lahan miring, barisan batu dapat menahan tanah yang terbawa

aliran permukaan, dan jika tumpukan batu terus ditambah, maka dengan

berjalannya waktu, barisan batu dapat membentuk teras (Pusat Penelitian

dan Pengembangan Tanah Dan Agroklimat, 2004).

Teras batu adalah penggunaan batu untuk membuat dinding

dengan jarak yang sesuai di sepanjang garis kontur pada lahan miring.

Tujuannya adalah: (a) memanfaatkan batu-batu yang ada di permukaan

tanah agar lahan dapat dimanfaatkan sebagai bidang olah, (b) mengurangi

kehilangan tanah dan air serta untuk menangkap tanah yang meluncur dari

bagian atas sehingga secara bertahap dapat terbentuk teras bangku dan

hillslide ditches, (c) mengurangi kemiringan lahan untuk memberi bidang

olah, konservasi tanah dan mekanisasi pertanian (Priyono et al., 2002).

Beberapa aspek teknis berkaitan dengan teras batu ini adalah: (a)

ukuran penampang tergantung pada ketersediaan batu. Perbandingan

kemiringan (tinggi dan dasar) untuk permukaan luar dinding biasanya

1:0,3 sampai dengan 1:0,5 dan pada bagian dalam 1:0,25 sampai dengan

1:0,3. Bagian atas harus datar dengan lebar minimal 30 cm, (b) bila

selanjutnya akan dibangun teras maka dinding batu diletakkan di

Page 21: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

tampingan teras, (c) bila selanjutnya akan dibangun hillside ditches maka

dinding batu diletakkan sepanjang garis ditches, (d) untuk mengurangi

kelerengan, dinding batu dapat dibangun dengan jarak sesuai dengan lebar

baris tanaman. Cara pembuatan teras batu adalah: (a) buat gambar dasar

dinding dan gali tanah sedalam 30 cm atau lebih, (b) pilih batu yang besar

sebagai dinding, (c) dinding jangan terlalu tinggi, bila akan digunakan

untuk membangun teras bangku di waktu yang akan datang, (d) dalam

membangun teras bangku, dinding dibangun dalam beberapa tahap

tergantung dari ketersediaan batu. Sedangkan pemeliharaan yang harus

dilakukan adalah: (a) penanaman searah kontur harus dilakukan pada lahan

di antara dinding batu, (b) bila dinding diharapkan akan menjadi teras

bangku atau hillside ditches, tanah yang terkumpul di bagian atas dinding

harus diratakan sesuai dengan spesifikasi teras bangku dan hillside ditches

(Anonim, 2007).

2. Teras Bangku Miring

Teras merupakan metode konservasi yang ditujukan untuk

mengurangi panjang lereng, menahan air sehingga mengurangi kecepatan

dan jumlah aliran permukaan, serta memperbesar peluang penyerapan air

oleh tanah. Tipe teras yang relatif banyak dikembangkan pada lahan

pertanian di Indonesia adalah teras bangku atau teras tangga (bench

terrace) dan teras gulud (ridge terrace). Teras bangku dapat dibuat datar

(bidang olahnya datar/membentuk sudut 00 dengan bidang horizontal),

miring ke dalam/goler kampak (bidang olahnya miring beberapa derajat ke

arah yang berlawanan dengan lereng asli), dan miring keluar (bidang olah

miring ke arah lereng asli). Efektifitas teras bangku akan meningkat bila

ditanami tanaman penguat teras pada bibir dan tampingan teras. Beberapa

penelitian membuktikan bahwa efektifitas teras bangku bertambah dengan

penanaman rumput pada bibir teras (Pusat Penelitian dan Pengembangan

Tanah Dan Agroklimat, 2004).

Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara menggali

tanah pada lereng dan meratakan tanah bawah sehingga terjadi suatu

Page 22: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

deretan tangga atau bangku. Teras bangku dapat dibuat pada tanah

berlereng 2% sampai 30% atau jauh lebih besar. Teras bangku dapat

miring kedalam (berlereng kedalam) atau datar. Teras bangku miring dapat

digunakan untuk tanah yang permeabilitasnya rendah, dengan tujuan air

tidak segera terinfiltrasi tidak mengalir keluar melalui talud

(Arsyad, 2000).

Keuntungan teras bangku adalah: (a) efektif dalam

mengendalikan erosi dan aliran permukaan,(b) menangkap tanah dalam

parit-parit yang dibuat sepanjang teras dan tanah yang terkumpul itu dapat

dikembalikan ke bidang olah, (c) mengurangi panjang lereng, dimana

setiap 2–3 meter panjang lereng dibuat rata menjadi teras sehingga

mengurangi kecepatan air mengalir menuruni lereng, (d) dalam jangka

panjang akan meningkatkan kesuburan tanah, (e) bidang olah yang agak

datar memudahkan petani melakukan budidaya tanaman utama, (e)

tanaman penguat teras dapat menjadi sumber pakan ternak, bahan organik

untuk tanah dan kayu bakar. Namun teras bangku ini juga memiliki

kelemahan: (a) pada awalnya cukup menganggu keadaan tanah,

mengurangi produksi selama 2–3 tahun pertama, (b) tenaga kerja / biaya

untuk pembuatannya cukup tinggi, makin curam lahannya makin banyak

tenaga kerja dan biaya yang diperlukan, (c) berkurangnya luas permukaan

lahan efektif untuk budidaya tanaman utama lebih besar dibandingkan

dengan teknik konservasi tanah yang lain, makin curam lerengnya, makin

besar berkurangnya luas tersebut, (d) bidang olah yang terbentuk pada

bagian galian mempunyai tingkat kesuburan yang lebih buruk daripada

bidang olah yang terbentuk pada bagian timbunan (Anonim, 2007).

Teras bangku merupakan metode yang efektif untuk mencegah

erosi dan aliran permukaan. Kelemahannya tidak dapat diterapkan pada

semua kondisi lahan, misalnya pada tanah bersolum dangkal. Tapi dalam

memodifikasi teras bangku dengan tanaman pinggiran teras dapat ternyata

lebih banyak nenekan erosi. Biasanya tanaman yang digunakan untuk

tanaman pinggiran yaitu tanaman rumput dan sejenisnya misalnya akar

Page 23: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

wangi (Vetiver). Sedangkan Pada sistem alley cropping, jenis tanaman

yang digunakan sebagai tanaman konservasi adalah tanaman legume

pohon atau perdu. Modifikasi konservasi ini selain bias menekan bahaya

erosi juga data menyediakan unsur hara dan mencitakan kondisi

lingkungan yang baik untuk aktivitas mikroorganisme tanah

(Dariah, 2007).

3. Pemberian Mulsa Sisa Tanaman.

Mulsa merupakan bahan yang diberikan ke atas tanah, umumnya

berupa sisa-sisa tanaman yang baik tingkat pelapukannya cepat maupun

lambat. Mulsa jerami adalah biomassa yang relatif lambat melapuk

sehingga dapat berguna untuk menghambat laju aliran permukaan

(Anonim, 2004).

Menurut Jack et al., 1955; Russel, 1968 dan Kohnke, 1968 cit

Arsyad (2006) bahwa mulsa selain dari sisa-sisa tumbuhan, bahan lain

seperti plastik, batu, dan pasir juga dapt digunakan sebagai mulsa. Mulsa

mengurangi erosi dengan cara meredam energi hujan yang jatuh sehingga

tidak merusak struktur tanah, mengurangi kecepatan dan jumlah aliran

pernukaan sehingga mengurangi daya kuras aliran permukaan. Mulsa juga

mengurangi penguapan air dari tanah, sehingga meningkatkan kandungan

air tanah. Mulsa organik yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan merupakan

sumber energi akan meningkatkan kegiatan biologi tanah dan dalam proses

perombakannya akan terbentuk senyawa-senyawa yang berperan dalam

pembentukan struktur tanah yang mantap sehingga juga akan

meningkatkan aerasi dan permeabilitas tanah yang tinggi.

Hijauan yang dihasilkan tanaman penutup (mulsa tanaman) atau

tanaman konservasi lainnya seperti tanaman pagar atau strip, serta sisa

tanaman dapat dimanfaatkan sebagai mulsa, yang mana penggunaan mulsa

mempunyai beberapa keuntungan, yaitu (a) melindungi tanah dari pukulan

air hujan; (c) mengurangi penguapan sehingga dapat mempertahankan

kelembaban udara dan suhu dalam tanah; (c) menciptakan kondisi

lingkungan yang baik bagi aktivitas mikroorganisme tanah; (d) setelah

Page 24: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

bahan mulsa melapuk, akan meningkatkan bahan organik tanah; (e)

memperlambat aliran permukaan yang berdampak pada penurunan erosi

(Dariah, 2007)

Tanaman penutup tanah/mulsa berfungsi melindungi tanah dari

erosi, mengurangi pertumbuhan gulma dan mengatasi kelebihan

evapotranspirasi , dan yang lebih penting untuk dapat memperbaiki sifat

kimia dan biologi tanahnya. Beberapa diantaranya tanaman penutup tanah

dapat meningkatkan ketersedian unsur hara yang dibutuhkan tanaman.

Adanya aktivitas mikrorganisme dapat juga membantu proses mineralisasi

sehingga unsur hara dapat dimanfaatkan, seperti bakteri yang mempuyai

enzim nitrogenase dapat menggabungkan gas nitrogen dan hydrogen

memproduksi amoniak dan bakteri lainnya mengkonversi dan membentuk

senyawa organik (Anonim, 2010).

Pemberian mulsa sisa tanaman bertujuan untuk mengembalikan

sisa-sisa tanaman hasil penen yang diangkut keluar lahan untuk

dikembalikan lagi ke lahan. Apabila ini dilakukan secara terus-menerus

oleh petani, disamping dapat menekan erosi juga dapat memperbaiki

kesuburan tanah (baik dari segi fisik, kimia maupun biologinya) dan

produktivitas lahan tersebut (Suyana, 2009).

Pemberian mulsa sisa tanaman melindungi permukaan tanah dari

terpaan langsung butir-butir air hujan, mengurangi aliran permukaan dan

erosi, menghambat pertumbuhan gulma, dan menghambat penguapan air

dari tanah. Suhu tanah juga terjaga sehingga menjadi tempat yang baik

untuk pertumbuhan tanaman dan aktifitas biologi tanah. Selain itu mulsa

sisa tanaman yang telah membusuk menjadi pupuk karena merupakan

bahan organik yang diperlukan tanaman. Dengan adanya pupuk organik

tanaman mempunyai kemampuan menghisap dan memegang air lebih

tinggi, sehingga bahaya kekeringan menjadi berkurang

(Abdurrahman et al., 1996).

Page 25: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

4. Penanaman Tanaman Setaria Spacelata dan Koro Merah (Canvalia

gladiata (Jack )

Tanaman Setaria spacelata merupakan tanaman rerumputan yang

taksonomi tanamannya adalah sebagai berikut:

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Bangsa : Cyperales

Suku : Poaceae

Marga : Setaria

Jenis : Setaria spacelata

Rumput Setaria spacelata berasal dari kawasan tropika dan

subtropika Afrika yang mempunyai ciri-ciri diantaranya daunnya panjang

dan tirus berwarna hijau tua dan tidak mempunyai bulu, dengan tinggi

tanamannya 1,5-2 meter, bunganya berbentuk seperti ekor berukuran 20-

25 cm panjang, berwarna perang kehijau-hijauan, selain itu juga rumput

setaria dapat tumbuh pada semua jenis tanah dengan intensitas hujan

sedang sampai banyak. Rumput ini tahan terhadap serangan penyakit atau

perosak sehingga biasanya ditanam sebagai tanaman penutup tanah.

(Anonim, 2006).

Rumput Setaria spacelata merupakan tumbuhan yang

memerlukan hari dengan waktu siang yang pendek, dengan fotoperiode

kritis antara 13-12 jam. Namun kelangsungan hidup serbuk sari sangat

kurang sehingga menjadi penyebab utama dari penentuan biji yang

lazimnya buruk. Disamping itu, kecambahnya lemah dan lambat. Oleh

karenanya rumput ini secara umum ditanam dan diperbanyak secara

vegetatif. Bila ditanam pada kondisi yang baik, bibit vegetatif tumbuh

dengan cepat dan dapat mencapai ketinggian sampai 2-3 meter dalam

waktu 2 bulan. Rumput gajah ditanam pada lingkungan hawa panas yang

lembab, tetapi tahan terhadap musim panas yang cukup tinggi dan dapat

tumbuh dalam keadaan yang tidak seberapa dingin. Rumput ini juga dapat

tumbuh dan beradaptasi pada berbagai macam tanah meskipun hasilnya

Page 26: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

akan berbeda. Akan tetapi rumput ini tidak tahan hidup di daerah hujan

yang terus menerus. Secara alamiah rumput ini dapat dijumpai terutama di

sepanjang pinggiran hutan (Anonim. 2008).

Penanaman rumput Setaria spacelata pada bibir teras (untuk

teras miring) dan pada guludan kecil setinggi 5-10 cm disamping atas

tumpukan batu (untuk teras batu) bertujuan untuk mengurangi aliran

permukaan, penyaring partikel-partikel tanah yang terbawa aliran

permukaan, mengurangi longsor, serta untuk pakan ternak. Sedangkan

koro merah merupaka tanaman leguminosa yang sudah beradaptasi dengan

kondisi lingkunga dan iklim setempat yang menjadi bahan sayuran untuk

masyarakat setempat (Suyana, 2009).

Setaria spacelata L tipe tumbuh rumput ini erect (merumpun)

dan daun tidak berbulu. Tanaman ini berumur panjang, tumbuh tegak

mencapai 2 m dan membentuk rumpun. Bila kondisi baik satu maupun

bisa mencapai ratusan batang. Pertumbuhan kembali setelah dipotong

sangatlah cepat. Rumput ini merupakan rumput potong atau gembala

didaerah dataran tinggi, tahan kering dan teduh serta genangan air. Setaria

spacelata, salah satu tanaman pakan ternak yang dapat tumbuh subur pada

musim kemarau (Anonim 2008).

Secara botani tanaman koro pedang dibedakan kedalam dua tipe

tanaman yaitu: koro pedang yang tumbuh merambat (climbing) dan berbiji

merah (Canavalia gladiata (jack) DC) dan koro pedang tumbuh tegak dan

berbiji putih (Canavalia ensiformis (L.) DC.). Koro pedang biji merah

(Canavalia gladiata) memiliki kandungan protein dan garam yang cukup

tinggi, asam hidroianik dan saponine. Karena biji koro mengandung racun

maka perlu cara masak khusus untuk menetralkan racun sebelum

dikonsumsi. Keuntungan tanaman ini adalah: memiliki adaptasi yang luas

pada lahan suboptimal, terutama pada lahan kering masam, mudah

dibudidayakan secara tunggal atau tumpangsari tanaman koro pedang

dengan tanaman tembakau dan nanas yang diberi pupuk hijau daun koro

dapat meningkatkan hasil tanaman yang signifikan(Anonim, 2009).

Page 27: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

C. Bakteri dan Jamur Tanah

Dengan semakin menurunnya kandungan bahan organik tanah akan

menurunkan porositas dan aerasi tanah, yang akhirnya akan menghambat

perkembangan akar, dan juga akan menghambat perkembangan

mikrooerganisme saprofit. Mikroorganisme saprofit tersebut berperan sebagai

barier (penghalang) investasi mikroorganisme parasit ke dalam tanaman. Oleh

karena itu, dengan menurunnya mikroorganisme saprofit maka yang

berkembang kemudian adalah mikroorganisme parasit (Alexander, 1977). Hal

ini yang terjadi pada lahan pertanian tembakau Temanggung, perkembangan

mikroorganisme parasit seperti nematoda, puru akar dan bakteri Pseudomonas

solanacearum yang sudah menjadi endemi dan menyebabkan terjadinya lahan

“lincat” lahan lahan yang tidak produktif untuk tanaman tembakau yang

disebakan oleh degradasi lahan (penurunan kesuburan tanah akibat erosi), dan

juga serangan patogen yang saling berinteraksi antara Ralstonia

solanacearum, Phytophthora nicotianae, dan lainnya)

(Djajadi dan Murdiyati, 2001).

Mikroflora tanah mempunyai peranan penting dalam tanah yaitu

dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Mikroorganisme bermanfaat dalam

meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman karena mereka

terlibat dalam beberapa mineralisasi transformasi pada proses biokimia yang

ada dalam tanah. Jenis budidaya tanaman dan manajemen prakteknya

diketahui memiliki pengaruh lebih besar pada kegiatan mikroflora tanah.

Mikroflora tanah terdiri dari bakteri, jamur, dan actinomycetes yang

kegiatannya mempunyai pengaruh pada sifat-sifat tanah (Karnataka, 2007).

Kebanyakan bakteri tanah memerlukan oksigen dari udara tanah dan

diklasifikasi sebagai aerob. Beberapa bakteri aerob dapat berdaptasi untuk

hidup dengan atau tanpa oksigen, bakteri ini merupakan aerob fakultatif.

Bakteri lain tidak hidup dengan oksigen dan merupakan bakteri anaerob.

Bakteri tanah juga cukup berbeda dalam gizi dan dalam tanggapan terhadap

keadaan lingkungan. Akhirnya macam dan kelimpahan bakteri tergantung

Page 28: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

pada ketersediaan unsur hara yang ada pada keadaan lingkungan tanah

(Foth, 1994).

Rizosfer ekosistem tanah yang sehat akan dihuni oleh organisme

yang menguntungkan yang memanfaatkan substrat organik dari bahan organik

atau eksudat tanaman sebagai sumber energi dan nutrisinya. Mikroba tanah

berperan sebagai agen peningkat pertumbuhan tanaman (plant growth

promting agents) yang menghasilkan berbagai hormon tumbuh, vitamin dan

berbagai asam-asam organik yang berperan penting dalam merangsang

pertumbuhan bulu-bulu akar. Salah satu organisme yang penting dalam

ekosistem tanah dan berperan sebagai agen peningkat pertumbuhan tanaman

adalah rhizobakteri yaitu bakteri yang hidup di rhizosfer tanaman dan

mengalami interaksi yang intensif dengan akar tanaman maupun tanah.

(Hindersah dan Simamarta, 2004).

Tanah pertanian yang subur mengandung lebih dari 100 juta mikroba

per gram tanah. Produktivitas dan daya dukung tanah tergantung pada

aktivitas mikroba tersebut. Sebagian besar mikroba tanah memiliki peranan

yang sangat menguntungkan bagi pertanian, yaitu berperan dalam

menghancurkan limbah organik, mendaur ulang hara tanaman, fiksasi biologis

nitrogen, pelarutan fosfat, merangsang pertumbuhan, biokontrol patogen dan

membantu penyerapan unsur hara (Gunarto, 1990).

D. Tanaman Tembakau

Tembakau temanggung sesuai ditanam di dataran tinggi 700 mdpl

sampai dengan 1500 mdpl., curah hujan yang dibutuhkan antara 2.200-3.100

mm/tahun dengan 8-9 bulan basah dan 3-4 bulan kering. Daerah

penanamannya sampai saat ini masih terpusat di lereng gunung Sumbing dan

gunung Sindoro Kabupaten Temanggung (Basuki et al., 2000).

Menurut Tjirosoepomo cit Basuki et al., 2005) mengelompokkan

tembakau kedalam obat-obatan, dengan sistemika sebagai berikut:

Divisi : Spermathophyta

Sub-Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledomae

Page 29: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Subkelas : sympetale

Ordo : Solanales

Fanili : Solanaceae

Sub famili : Nicotianae

Genus : Nicotiana

Subgenesus : Tabacum

Seksi : Genuinae

Spesies :Tabacum

Jenis tembakau sangat banyak jumlahnya, sehingga perlu dikelompokan.

Kriteria pengelompokan bisa berdasarkan penggunaan, cara pengolahan,

budidaya dan lain-lain. Ochse et al. (1961) mengelompokkan tembakau

menjadi beberapa tipe yaitu virginia, burley, bright, turki, sumatra, havana,

maryland, dan lain-lain. Istilah tipe untuk pengelompokan tersebut sangat

relevan dan mudah diterapkan (Basuki et al., 2000).

Tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L.) pertama kali masuk

Indonesia kira-kira tahun 1630, kemudian berkembang ke berbagai daerah di

Indonesia. Salah satunya di lereng gunung Sumbing dan gunung Sindoro

Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Melalui proses adaptasi yang cukup

lama, akhirnya terbentuk populasi tembakau temanggung yang mempunyai

sifat morfologi dan fisiologi yang khas (Rochman dan Suwarso, 2000).

Menurut Purlani dan Rachman (2000) cit Basuki et al. (2000),

berdasarkan mutu yang dihasilkan dan letak daerah penanamannya, tembakau

di Temanggung yang berada di lereng gunung Sumbing dan gunung Sindoro

dapat dikelompokkan menjadi lima (5) golongan diantaranya:

a) Tembakau Lamuk, yaitu di daerah lahan tegalan berada di lereng timur

gunung Sumbing, pada ketinggian > 1.100 mdpl dengan kultivar Kemloko

dapat menghasilkan mutu srintil super istimewa; meliputi wilayah

kecamatan Tembarak.

b) Tembakau Lamsi, yaitu di daerah lahan tegalan berada di lereng utara

gunung Sumbing, pada ketinggian > 1.100 mdpl dengan kultivar Kemloko

Page 30: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

dapat menghasilkan mutu srintil istimewa; meliputi wilayah kecamatan

Bulu dan Parakan.

c) Tembakau Paksi, yaitu di daerah lahan tegalan berada di lereng timur

gunung Sindoro, pada ketinggian > 1.100 mdpl dengan kultivar Kemloko

dapat menghasilkan mutu srintil cukup istimewa; meliputi wilayah

kecamatan Ngadirojo.

d) Tembakau Taolo, yaitu di daerah lahan tegalan berada di lereng selatan

gunung Sindoro, pada ketinggian > 1.100 mdpl dengan kultivar Kemloko

dan Sitieng dapat menghasilkan mutu sedang; meliputi wilayah kecamatan

Parakan dan Ngadirojo.

e) Tembakau Tionggang, yaitu di daerah lahan sawah, pada ketinggian 500-

700 mdpl dengan kultivar Sitieng dapat menghasilkan mutu sedang;

meliputi wilayah kecamatan Kedu, Tembarak, Bulu, Parakan, dan

Ngadirojo.

Tembakau temanggung mempunyai ciri aromatis dengan kadar

nikotin tinggi (3-8%), merupakan ”lauk” untuk rokok kretek yang sulit dicari

penggantinya serta berperan sebagai pemberi rasa dan aroma, sehingga hampir

semua pabrik rokok kretek membutuhkan tembakau jenis ini. Daun bawah

tembakau Temanggung diolah dalam bentuk kerosok sebagai komoditas

ekspor dengan nama tembakau kedu VO. Pada tahun 1994 volume ekspor

sebesar 192,7 ton dengan nilai 156,5 juta US$ dan pada tahun 1997 meningkat

menjadi 390,5 ton dengan nilai 349,7 juta US$ (mukani dan Isdijoso, 2000).

Page 31: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Sub-DAS Progo Hulu Kabupaten

Temanggung, Jawa Tengah. Analisis tanah dilaksanakan di laboratorium

Kimia dan Kesuburan Tanah dan Biologi Tanah Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Penelitian ini dilaksanakan bulan April - September

2009.

B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Data

Peta tanah, peta administrasi dan peta penggunaan lahan Sub-DAS Progo

Hulu Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, skala 1: 50.000

2. Bahan Kemikalia

Analisis laboratorium

a. Analisis Tanah Awal

Bahan-bahan kemikalia untuk analisis tanah di laboratorium yang

meliputi Tekstur, Bulk Density (BV), Kadar Lengas, Bahan Organik,

pH, Kapasitas Pertukaran Kation (KPK), N total, P dan K Tersedia

Tanah.

b. Analisis mikroflora Tanah

Bahan-bahan kemikalia untuk menganalisis populasi/jumlah

mikroflora tanah yang ada di daerah perakaran tanaman tembakau

dengan cara menginokulasinya di media PDA dan NA.

3. Alat

a. Alat di lapang

- Plastik + cetok

- Klinometer

- Kompas

- Tali rafia

- kulbox

- Botol semprot + alkohol

- Alat tulis

Page 32: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

b. Alat di Laboratorium

- Erlenmeyer

- Gelas piala

- Pengaduk

- Gelas ukur

- Alat pengering (Oven)

- Eksikator

- Petridish

- Coloni Counter

- Timbangan analitik

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan dua tempat

yaitu macam teras (teras bangku miring (T1) dan teras batu (T2)) dan satu

macam faktor yaitu macam hedgerows (Pola Petani/tanpa Hedgerows (H0),

Hedgerows dengan rumput Setaria spacelata pada guludan kecil setinggi 5-10 cm

di samping atas tumpukan batu + mulsa batang tembakau dosis 50% (7 ton/ha)

(H1), Hedgerows dengan rumput Setaria spacelata pada guludan kecil setinggi 5-

10 cm di samping atas tumpukan batu + mulsa batang tembakau dosis 100 % (14

ton/ha) (H2), Tumpang sari Koro merah dan tembakau pada teras batu + mulsa

batang tembakau dosis 50% (7 ton/ha) (H3)) sehingga didadapat 8 perlakuan.

Pendekatan variabel disusun dengan Rancangan Dasar Acak Kelompok Lengkap

(RAKL) yang diulang tiga kali sebagai kelompok (blok). Adapaun layout

rancangan perlakuan tersebut adalah sebagai berikut:

Perlakuan Teras Hedgerows

Kombinasi Perlakuan

Pola Petani (tanpa Hedgerows) (0) T1H0 Rumput Setaria spacelata pada guludan kecil setinggi 5-10 cm di samping atas tumpukan batu + mulsa batang tembakau dosis 50% (7 ton/ha) (1)

T1H1

Rumput setaria spacelata pada guludan kecil setinggi 5-10 cm di samping atas tumpukan batu + mulsa batang tembakau dosis 100 % (14 ton/ha) (2)

T1H2

Teras Bangku Miring (T1)

Tumpang sari Koro merah dan tembakau pada teras batu + mulsa batang

tembakau dosis 50% (7 ton/ha) (3)

T1H3 Pola Petani (tanpa Hedgerows) (0) T2H0 rumput Setaria spacelata pada bibir teras + mulsa batang tembakau dosis 50 %(7 ton/ha) (1)

T2H1

Rumput setaria spacelata pada bibir teras + mulsa batang tembakau dosis 100 % + mulsa batang tembakau dosis 100 % (14 ton/ha) (2)

T2H2

Teras Batu

(T2)

Tumpang sari Koro merah dan tembakau pada teras bangku miring + mulsa batang tembakau dosis 50% (7 ton/ha) (3)

T2H3

Page 33: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

D. Tata Laksana Penelitian

Tata laksana dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Studi pustaka awal untuk mengkaji hal-hal yang berhubungan dengan

penelitian ini.

2. Mengumpulkan data-data sekunder seperti peta penggunaan lahan dan peta

administrasi.

3. Penentuan lokasi dan Persiapan plot erosi (petak erosi) dan perlakuan yang

telah dirancang pada areal yang telah ditentukan dan penanaman rumput

Setaria spacelata pada bibir teras dan koro merah yang akan

ditumpangsarikan di lahan tembakau.

4. Pengambilan sampel awal untuk analisis awal sifat fisika dan kimia tanah

dengan cara mengambil contoh tanah pada kedalaman 0 – 30 cm pada titik

lokasi yang sudah ditentukan.

5. Analisis tanah awal di laboratorium, diantaranya:

a. Sifat fisika tanah yang meliputi tekstur tanah dengan metode

hidrometer (Balai Penelitian Tanah, 2005), kadar lengas tanah (Balai

Penelitian Tanah, 2005), berat volume (BV) tanah (Balai Penelitian

Tanah, 2005)

b. Sifat kimia tanah yang meliputi pH tanah dengan metode elektrolisis

(Balai Penelitian Tanah, 2005), kapasitas pertukaran kation (KTK)

dengan metode ekstrak amonium asetat (Balai Penelitian Tanah,

2005), bahan Organik tanah dengan metode Walkey-Black (Balai

Penelitian Tanah, 2005), N-total tanah metode Kjehdal (Balai

Penelitian Tanah, 2005), P-tersedia tanah metode Bray I (Balai

Penelitian Tanah, 2005), K-tersedia tanah metode ekstrak HCl 25%

(Balai Penelitian Tanah, 2005)

6. pengambilan sampel tanah dan pengamatan bakteri dan jamur tanah

menggunakan metode Plate Count (Iswandi, 1989) di laboratorium

Biologi Tanah

Page 34: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

7. Pengambilan sampel pertumbuhan tanaman tembakau, rumput Setaria

spacelata dan koro merah

8. Interpretasi dan penyajian data

9. Pembuatan dan penyusunan laporan.

E. Parameter Pengamatan

Variable yang diamati meliputi :

1. Populasi mikroflora tanah, meliputi jumlah bakteri dan jamur pada

zona perakaran tanaman.

2. Pertumbuhan tanaman tembakau (tinggi tanaman, jumlah daun,

panjang dan lebar daun)

3. Produksi tanaman tembakau ( berat segar dan kering).

Adapun data pendukung dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sifat fisik tanah diantaranya tekstur, Bulk Density (BV) dan kadar lengas

tanah

2. Sifat kimia tanah diantaranya pH, C-organik, Kapasitas Pertukaran Kation

(KTK), N-total, P tersedia, dan K tersedia tanah.

3. Pengamatan produksi tanaman Rumput Setaria spacelata meliputi berat

rumput segar dan kering tanaman dan koro merah (Canvalia gladiata (Jack ))

meliputi berat segar dan kering dari batang, akar, daun, dan Polong + biji.

F. Analisis data

1. Analisis data bakteri dan jamur tanah

Data hasil penelitian dianalisis dengan Uji F pada analisis

kepercayaan 5% untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Bila ada

pengaruhnya kemudian dilanjtkan dengan uji DMRT.

2. Analisis pertumbuhan tanaman Tembakau

Sampling dilakukan pada saat tanaman Tembakau berumur 60

HST, dan 90 HST.

3. Analisis produksi rumput Setaria spacelata dan Koro Merah Canvalia

gladiata (Jack ))

Page 35: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

sampling rumput Setaria spacelata dilakukan pada saat

pemangkasan rumput dan koro merah Canvalia gladiata (Jack)) dilakukan

saat panen.

G. Kerangka Bepikir

- curah hujan - Kemiringan Lereng (.30%) - Vegetasi - Topografi (pegunungan/perbukitan)

Teknik budidaya dan konservasi pola

petani

Teknologi konservasi hedgerows ada teras bangku miring dan batu

Faktor Penyebab Erosi di Sub - DAS Progo Hulu

Erosi >>>

Degradasi kesuburan lahan

Erosi <<<

Degradasi kesuburan lahan <<<

>>>

Populasi mikroflora menurun pecahnya agregat tanah mudah tererosi (erosi >>>)

Produktivitas

Tembakau <<<

populasi mikroflora tanah meningkat memantapkan agregasi partikel penyusun tanah tanah menjadi sehat alami (kusmanto, 2009) anah tidak mudah tererosi( erosi <<<)

Produktivitas Tembakau lestari

Page 36: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan analisis statistik pada penelitian ini dapat disimpulkan

sebagai berikut:

a. Teknologi konservasi hedgerows pada teras bangku miring

berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan populasi bakteri

maupun jamur tanah pada tiap bulan pengamatan.

b. Teknologi konservasi hedgerows pada teras batu berpengaruh tidak

nyata terhadap pertumbuhan populasi bakteri maupun jamur tanah

pada tiap bulan pengamatan.

c. Teknologi konservasi hedgerows pada teras bangku miring

berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan populasi bakteri

maupun jamur tanah antar bulan pengamatan.

d. Teknologi konservasi hedgerows pada teras batu berpengaruh

sangat nyata terhadap pertumbuhan populasi bakteri maupun jamur

tanah antar bulan pengamatan

e. Teknologi konservasi hedgerows di teras bangku miring pada tiap

pengamatan 60 HST dan 90 HST berpengaruh tidak nyata terhadap

parameter pertumbuhan dan parameter produksi tanaman yang

meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, berat segar

dan berat kering tanaman tetapi berpengaruh nyata terhadap

panjang daun pada pengamatan 60 HST.

f. Teknologi konservasi hedgerows di teras batu tiap pengamatan 60

HST dan 90 HST berpengaruh tidak nyata terhadap semua

parameter pertumbuhan dan parameter produksi tanaman

2. Perlakuan yang paling banyak pertumbuhan bakteri dan jamur

terdapat pada perlakuan tanpa hedgerows (H0) baik pada Teras

Bangku miring (T1) dan Batu (T2)

Page 37: PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

B. Saran

1. Perlu adanya penelitian lanjutan yang sama untuk tahun penanaman

tanaman tembakau kedua sehingga bisa diketahui pertumbuhan

populasi mikroflora tanah yang maksimal.

2. Perlu adanya penelitian khusus tentang senyawa organik dari mulsa

tembakau.