112
Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ Laporan Hasil Penelitian PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI SESI I-III TERHADAP PERUBAHAN TANDA DAN GEJALA HALUSINASI DI RS. JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN, GROGOL TAHUN 2013 Nama: Dewi Anggraini NPM: 2009720015 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2013

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

Unggul dalam IPTEK

Kokoh dalam IMTAQ

Laporan Hasil Penelitian

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI SESI I-III TERHADAP PERUBAHAN TANDA DAN

GEJALA HALUSINASI DI RS. JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN, GROGOL

TAHUN 2013

Nama: Dewi Anggraini

NPM: 2009720015

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2013

Page 2: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …
Page 3: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …
Page 4: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

ii

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA Riset Keperawatan, Agustus 2013 Dewi Anggraini

Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori: Sesi I-III terhadap perubahan tanda dan gejala halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, Jakarta

7 bab + 78 halaman + 10 Tabel + 2 Skema + 7 Lampiran

ABSTRAK

Proses sensori adalah proses masuknya rangsang melalui alat indera ke otak (serebral) kemudian kembali melalui saraf motoris dan berakhir dengan perbuatan (Sunaryo, 2004). Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) Stimulasi Sensori merupakan salah satu terapi modalitas sebagai upaya menstimulasi semua pancaindera (sensori) agar memberi respon yang adekuat (Kelliat& Akemat, 2004). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh TAK Stimulasi Sensori: Sesi 1-III terhadap perubahan tanda dan gejala halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, Jakarta. Desain penelitian ini mengunakan quasi experiment pre-post without control. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 dengan sampel berjumlah 13 orang. Analisa dilakukan dengan analisa univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisa bivariat uji T dependen dengan 4 kategori tanda dan gejala halusinasi yang akan dinilai, yaitu frekuensi, situasi, respon, dan durasi halusinasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh untuk kategori frekuensi dan durasi, dengan P value 0,000 atau P > 0,005 sebelum dan sesudah diberikan TAK Stimulasi Sensori: Sesi I-III. Sementara untuk kategori situasi dan respon, didapatkan hasil tidak ada pengaruh, dengan P value 0,000 atau P < 0,005 sebelum dan sesudah diberikan TAK Stimulasi Sensori: Sesi I-III. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan pentingnya TAK Stimulasi Sensori sebagai salah satu terapi yang efektif bagi pasien untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan jiwa khususnya bagi asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi.

Kata Kunci : TAK Stimulasi Sensori Sesi I-III, Halusinasi

Daftar Pustaka : 16 (1997 – 2012)

Page 5: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim,

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yakni Tuhan Semesta Alam,

peneliti panjatkan kepada-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-

Nya serta berbagai nikmat yakni nikmat sehat, iman dan islam sehingga

proposal penelitian ini dapat diselesaikan dengan judul “Pengaruh Terapi

Aktivitas Kelompok: Stimulasi Sensori Sesi I-III terhadap Kemampuan

Mengontrol Halusinasi di RS. Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, Grogol”.

Shalawat dan salam senantiasa peneliti haturkan kepada Baginda Nabi

Muhammad SAW, kepada keluarganya dan para sahabatnya. Adapun

penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi mata kuliah terakhir di semester

8.

Dalam penyusunan penelitian ini, peneliti banyak mendapatkan dukungan

dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan

terimakasih kepada :

1. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang

telah memfasilitasi pengetahuan peneliti dengan ilmu-ilmu

keperawatan yang bermanfaat.

2. Bapak Muhammad Hadi, S.KM, M.Kes selaku Ka. Program Studi

Ilmu Keperawatan FKK UMJ.

3. Bapak Giri Widagdo, S.Kp. MKM yang telah bersedia meluangkan

waktunya untuk membimbing, berdiskusi, dan memberikan saran

terbaik kepada saya dalam menyelesaikan penelitian ini.

4. Bu Ns. Ninik Yunitri, S.Kep selaku wali dosen angkatan 2009 yang

salama 4 tahun telah berlaku bijaksana dan menjadi sahabat bagi

anak-anak didiknya.

5. Para dosen keperawatan FIK UMJ yang senantiasa membantu

memberikan masukan yang bermanfaat kepada peneliti.

Page 6: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

iv

6. RS. Dr. Soeharto Heerdjan Grogol beserta para perawat, supervisor,

dan staf-stafnya yang telah mengizinkan saya melakukan penelitian di

sana.

7. Para responden yang turut berperan penting dalam kelangsungan

proses penelitian ini.

8. Ayah dan Ibu tercinta (M.Syahlan dan Sri Maryani) yang telah

banyak memberikan dukungan dalam moral maupun materil dalam

penyusunan proposal penelitian ini.

9. Teman-teman PSIK FIK UMJ Angakatan 2009 yang telah

memberikan semangat serta bantuannya yang amat tak ternilai. Juga

seluruh pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, bantuan berupa kritik dan saran dari berbagai

pihak yang sifatnya membangun akan sangat membantu untuk perbaikan di

masa mendatang.

Peneliti berharap semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi

berbagai pihak. Akhir kata peneliti mengucapkan terimakasih.

Jakarta, Agustus 2013

Peneliti

Page 7: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii

ABSTRAK ............................................................................................................ iii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5

1. Tujuan Umum ........................................................................................ 5

2. Tujuan Khusus ....................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Halusinasi ..................................................................................................... 7

1. Pengertian Halusinasi ............................................................................. 7

2. Etiologi Halusinasi ................................................................................. 7

3. Jenis-Jenis Halusinasi ........................................................................... 11

4. Tahapan, Karakteristik, dan Perilaku yang Ditampilkan ...................... 13

Page 8: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

vi

5. Rentang Respon .................................................................................... 14

6. Penatalaksanaan Medis ......................................................................... 15

7. Mekanisme Koping ............................................................................... 15

8. Masalah Keperawatan ........................................................................... 16

9. Pohon Masalah ...................................................................................... 16

10. Frekuensi, Situasi, Respon, dan Durasi Munculnya Halusinasi ......... 17

B. Terapi Modalitas

1. Pengertian Terapi Modalitas ................................................................ 18

2. Jenis-Jenis Terapi Modalitas ................................................................ 19

C. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK): Stimulasi Sensori .................................

1. Pengertian Sensori ................................................................................ 21

2. Pengertian TAK: Stimulasi Sensori ...................................................... 22

3. Tujuan .................................................................................................... 23

4. Karakteristik Klien yang Diberikan TAK Stimulasi Sensori ................. 23

5. TAK: Stimulasi Sensori Sesi I, Mendengarkan Musik ......................... 24

6. TAK: Stimulasi Sensori Sesi II, Menonton Video ................................ 28

7. TAK: Stimulasi Sensori Sesi III, Menggambar .................................... 32

D. Terapi Mendengarkan Musik, Menonton Video, dan Menggambar

1. Mendengarkan Musik ............................................................................ 36

2. Menonton Video ................................................................................... 37

3. Menggambar .......................................................................................... 37

Page 9: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

vii

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI

OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep ........................................................................................ 42

B. Hipotesis ....................................................................................................... 43

C. Definisi Operasional ..................................................................................... 44

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian .......................................................................................... 46

B. Tempat Penelitian ......................................................................................... 46

C. Waktu Penelitian ........................................................................................... 46

D. Populasi Dan Sampel ................................................................................... 46

E. Etika Penelitian ............................................................................................ 49

F. Tekhnik Pengumpulan Data ......................................................................... 51

G. Pengolahan Data .......................................................................................... 52

H. Analisa Penelitian ........................................................................................ 53

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Analisa Univariat ......................................................................................... 55

B. Analisa Bivariat ........................................................................................... 57

Page 10: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

viii

BAB VI PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Data Demografi ........................ 60

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Hasil Observasi Mengontrol

Halusinasi Sebelum dan Sesudah Intervensi TAK: Stimulasi

Sensori Sesi

I-II ....................................................................................................... 63

BAB VII PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 75

B. Saran ......................................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... xi

LAMPIRAN

Lampiran 1: Lembar Permohonan Kesediaan Menjadi Responden

Lampiran 2: Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3: Lembar Demografi

Lampiran 4: Lembar Observasi Pre dan Post Test

Lampiran 5: Lembar Evaluasi TAK Sesi I

Lampiran 6: Lembar Evaluasi TAK Sesi II

Lampiran 7: Lembar Evaluasi TAK Sesi III

Page 11: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

ix

Daftar Pustaka

Anisah, Nur. 2010. Pengaruh Terapi Musik terhadap Kecemasan pada Klien dengan Skizofrenia di RS. Jiwa Khusus Bunga Rampai, tidak dipublikasikan.

Ariawan, Iwan. 1998. Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan. Depok: Jurusan Biostastistik dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Forum Sains Indonesia. 2010. Mengenal Penyakit Skizofrenia, Diunduh pada tanggal 20 Oktober 2010 dari http://www.ForumSains.com

http://winddyasih.wordpress.com/2008/10/10/isolasi-sosial-menarik-diri/ (diakses tanggal 2 April 2013)

Marudin. 2012. Pengaruh TAK Stimulasi Sensori: Mendengarkan Musik terhadap Kecemasan pada Klien Perilaku Kekerasan di RS. Jiwa Islam Klender, Jakarta.

Kaplan H, Saddock B, Grebb J. 1997. Ilmu Pengetahuan Perilaku, Psikiatri Klinis, edisi 7, jilid2. Jakarta : Binarupa Aksara.

Keliat, Akemat. 2004. Keperawatan Jiwa: TAK. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Pranoto, Heru dkk. 2002. Laporan Penelitian “Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok, Sosialisasi terhadap Kemampuan Berinteraksi pada Klien Depresi”. Jakarta: FIK UI.

Purba, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

Purba, John Edison. 2009. Pengaruh Intervensi Rehabilitasi Terhadap Ketidakmampuan Bersosialisasi pada Penderita Skizofrenia yang Dirawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara. Tesis (tidak diterbitkan) Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5. Jakarta: EGC.

Stuart and Laraia. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 8th edition, St. Louis: Mosby Yearbook, Inc.

Page 12: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

x

Stuart and Sundeen. 1998. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 6th edition. St. Louis: Mosby Yearbook, Inc.

Tim MPKP RSMM & FIK UI. 2009. Modul Pelatihan Asuhan Keperawatan Jiwa: Pendekatan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Bogor.

Upoyo & Suryanto. 2008.Efforts to Control Hallucination by Group Activity Therapy of Perception Stimulation in Sakura Ward Banyumas Hospital. Purwokerto

Page 13: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Data yang diambil dari WHO (World Health Organization), masalah gangguan

kesehatan jiwa di seluruh dunia menjadi masalah yang sangat serius. WHO (2001)

mengatakan paling tidak ada satu dari empat di dunia mengalami masalah mental.

WHO memperkirakan sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan

kesehatan jiwa. Sementara, menurut Dr. Uton Muctar Rafei, Direktur WHO di

wilayah Asia Tenggara, hampir sepertiga dari penduduk wilayah ini pernah

mengalami gangguan Neuropsikiatri, data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT),

di Indonesia diperkirakan sebesar 264 dari 1000 anggota rumah tangga menderita

gangguan kesehatan jiwa (Winddyasih, 2008). Di DKI sendiri, jumlah penderita sakit

jiwa hingga triwulan kedua tahun 2010 tercatat sebanyak 150.029 orang. Jika

dibandingkan dengan kasus yang sama tahun 2011 telah mencapai angka 306.621

orang, ini berarti terjadi peningkatan penderita sakit jiwa hingga 100 % (DepKes,

2011).

Gangguan kejiwaan atau skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional

berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang

khas seperti kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri. Skizofenia

Page 14: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

2

Tipe I ditandai dengan menonjolnya gejala-gejala positif seperti halusinasi, delusi,

dan asosiasi longgar, sedangkan pada Skizofrenia Tipe II ditemukan gejala-gejala

negatif seperti penarikan diri, apatis, dan perawatan diri yang buruk (Forum Sains

Indonesia, 2010).

Salah satu tanda dan gejala dari klien yang mengalami skizofrenia ialah kemunduran

sosial. Kemunduran sosial tersebut terjadi apabila seseorang mengalami

ketidakmampuan ataupun kegagalan dalam menyesuaikan diri (maladaptif) terhadap

lingkungannya. Seseorang tersebut tidak mampu berhubungan dengan orang lain atau

kelompok lain secara baik, sehingga menimbulkan gangguan kejiwaan yang

mengakibatkan timbulnya perilaku maladaptif terhadap lingkungan di sekitarnya.

Jumlah penderita skizofrenia di Indonesia adalah tiga sampai lima per 1000

penduduk. Mayoritas penderita berada di kota besar. Ini terkait dengan tingginya

stres yang muncul di daerah perkotaan. Dari hasil survey di rumah sakit di Indonesia,

ada 0,5-1,5 perseribu penduduk mengalami gangguan jiwa (Hawari 2009, dikutip dari

Chaery 2009). Pada penderita skizofrenia 70% diantaranya adalah penderita

halusinasi (Marlindawany dkk., 2008).

Thomas (1991) menulis bahwa halusinasi secara umum dapat ditemukan pada pasien

gangguan jiwa seperti: Skizofrenia, Depresi, Delirium dan kondisi yang berhubungan

dengan penggunaan alkohol dan substansi lingkungan. Pada pasien gangguan jiwa

dengan kasus Skizofrenia selalu diikuti dengan gangguan persepsi sensori; halusinasi

(Nasution 2003).

Page 15: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

3

Dampak yang dapat ditimbulkan oleh pasien yang mengalami halusinasi adalah

kehilangan kontrol dirinya. Dimana pasien mengalami panik dan perilakunya

dikendalikan oleh halusinasinya. Dalam situasi ini pasien dapat melakukan bunuh diri

(suicide), membunuh orang lain (homicide), bahkan merusak lingkungan. Untuk

memperkecil dampak yang ditimbulkan, dibutuhkan penanganan halusinasi yang

tepat (Hawari 2009, dikutip dari Chaery 2009).

Upaya yang dapat dilakukan dalam peningkatan kesehatan kejiwaan seseorang dapat

dilakukan melalui pendekatan secara promotif, preventif, dan rehabilitatif. Upaya

rehabilitatif untuk mengurangi tanda dan gejala pada pasien yang mengalami

halusinasi dapat dilakukan dengan melakukan terapi modalitas yang terdiri dari terapi

individu maupun terapi kelompok. Untuk melihat apakah ada perubahan dalam tanda

dan gejala halusinasi dapat menggunakan Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) yang

merupakan salah satu terapi modalitas dalam bentuk terapi kelompok yang ditujukan

untuk mengatasi klien dengan masalah yang sama. TAK dibagi ke dalam empat jenis,

yaitu TAK Sosialisasi, TAK Stimulasi Persepsi, TAK Stimulasi Sensoris, dan TAK

Orientasi Realitas. Salah satu terapi yang digunakan untuk klien dengan gangguan

halusinasi adalah TAK Stimulasi Sensori, yaitu upaya menstimulasi semua

pancaindra (sensori) agar memberi respon yang adekuat (Kelliat& Akemat,2004).

Terapi ini diberikan karena klien tidak mampu berespon dengan lingkungan

sosialnya. Perawat atau terapis dapat mengobervasi reaksi sensori klien berupa

ekspresi emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi wajah, dan ucapan.

RS. Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan yang terletak di Grogol Jakarta Selatan dibangun

sebagai rumah sakit rujukan kasus gangguan jiwa dengan cakupan wilayah pelayanan

Page 16: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

4

DKI Jakarta, mendapatkan pasien yang halusinasi lebih besar, yaitu sekitar 70%

dibandingkan dengan diagnosa lainnya. Pasien halusinasi yang didata mulai dari

bulan Januari 2013 sampai April 2013 berjumlah 1.851 orang. Dari 11 ruangan, yang

dipilih peneliti untuk melakukan TAK Stimulasi Sensori adalah Ruang Kenanga

dengan populasi halusinasi yang terhitung sejak bulan Januari hingga April 2013

berjumlah 218 orang. Dari 10 pasien yang diambil untuk studi penelitian, didapat

pula 95%-nya mengalami halusinasi. Jadi, bisa dipastikan jumlah pasien yang

menderita gangguan tersebut sangat banyak.

Penelitian yang dilakukan oleh Aroh, Agustina, dan Sugiharto pada tahun 2011

tentang pengaruh TAK Stimulasi Sensori pada klien dengan gangguan harga diri

rendah di RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang, didapatkan hasil bahwa ada peningkatan

dalam kemampuan mengekspresikan perasaan pada klien dengan harga diri rendah

setelah diberikan TAK Stimulasi Sensori.

Penelitian yang Mahrudin (2012) lakukan di RS. Jiwa Islam Klender dengan

memberikan terapi musik terhadap klien perilaku kekerasan yang mengalami

gangguan kecemasan, menunjukan frekuensi tingkat kecemasan mengalami

penurunan, yaitu sebesar 11,63 dengan standar deviasi 0,744.

Dari salah dua orang perawat yang telah peneliti wawancara di Ruang Kenanga RS.

Dr. Soeharto Heerdjan serta observasi oleh peneliti, didapatkan data bahwa rutinitas

yang dilakukan oleh perawat di di sana untuk pasien halusinasi hanyalah memberikan

Strategi Pelaksaan (SP) pada pasien, Terapi Kejang Listrik (Elektro Compulcive

Therapy), serta terapi religi yang biasa dilaksanakan setiap hari selasa dan kamis.

Page 17: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

5

Oleh karena itu, peneliti tergugah untuk melakukan suatu terapi modalitas lain yang

jarang dilakukan di rumah sakit tersebut pada klien dengan gangguan halusinasi,

yaitu TAK Stimulasi Sensori. Tujuan dari TAK itu sendiri adalah untuk mengetahui

apakah halusinasi dapat dikontrol setelah diberikan stimulasi-stimulasi sensori lewat

TAK.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah

bagaimanakah pengaruh TAK: Stimulasi Sensori terhadap kemampuan mengontrol

halusinasi di RS. Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini diharapkan klien dengan gangguan halusinasi

dapat mengontrol halusinasinya setelah diberikan TAK: Stimulasi Sensori.

2. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui sejauh mana klien dengan halusinasi dapat berespon

terhadap sesuatu yang didengar

2) Untuk mengetahui sejauh mana klien dengan halusinasi dapat berespon

terhadap gambar yang dilihat

3) Untuk mengetahui sejauh mana klien halusinasi mampu mengekspresikan

perasaan melalui gambar

Page 18: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

6

4) Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien halusinasi yang ada di Ruang

Kenanga RS. Dr. Soeharto Heerdjan

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit Jiwa

Informasi tambahan bagi perawat untuk terus menerapkan TAK di rumah sakit

jiwa kepada klien yang tepat untuk mempercepat proses kesembuhan klien.

2. Institusi

Informasi bagi para dosen maupun mahasiswa agar hasil penelitian diharapkan

dapat digunakan sebagai usaha pengembangan ilmu keperawatan khususnya

keperawatan jiwa tentang pengaruh TAK bagi klien dengan halusinasi.

3. Peneliti

Penambahwan wawasan ilmu pengetahuan dan semoga dapat diamalkan ke

masyarakat.

4.Peneliti Selanjutnya

Awal pengembangan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pemberian

TAK stimulasi sensori kepada klien dengan gangguan yang lain seperti isolasi

sosial maupun jenis-jenis skizofrenia lainnya.

Page 19: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Halusinasi

1. Pengertian

Halusinasi merupakan gangguan persepsi di mana klien mempersiapkan sesuatu

yang sebenarnya tidak terjadi atau bisa dibilang suatu penerapan panca indera

tanpa adanya rangsangan dari luar. Keyakinan tentang halusinasi adalah sejauh

mana klien itu yakin bahwa halusinasi merupakan kejadian yang benar,

umpamanya mengetahui bahwa hal itu tidak benar dan ragu-ragu atau yakin

sekali bahwa hal itu benar adanya (Maramis, 2004).

Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya

rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001). Berbeda dengan ilusi

di mana klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi

pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus

internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata oleh klien.

Jadi, bisa disimpulkan bahwa halusinasi adalah keadaan di mana seseorang

memiliki persepsi palsu atas sesuatu ketika tidak ada stimulus yang datang.

2. Etiologi

Menurut Stuart (2009), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:

Page 20: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

8

1) Faktor Predisposisi

a. Biologis

Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan

respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini

ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:

a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak

yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah

frontal, temporal, dan limbik berhubungan dengan perilaku

psikotik.

b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang

berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin

dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.

c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan

terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi

otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral

ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil

(serebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung

oleh otopsi (post-mortem).

b. Psikologis

Keluarga, pengasuh, dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon

dan kondisi psikologi klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat

mempengaruhi gengguan orientasi realitas adalah penolakan atau

tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.

Page 21: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

9

c. Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita,

seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana

alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stres.

d. Usia

Dibandingkan usia anak-anak, dewasa, dan lanjut usia, gangguan

halusinasi lebih sering ditemui pada masa dewasa. Menurut Levinson

dalam Mesra (2007), usia dewasa terbagi ke dalam 3 kategori, yaitu

dewasa awal (17 – 45 tahun), dewasa madya (45 – 65), dan dewasa

akhir (>60 tahun).

Seperti yang dituliskan oleh Sudarmini (2010), bahwa usia dewasa

tersebut utamanya diharapkan telah memiliki koping yang baik untuk

menyelesaikan setiap permasalahnnya, karena pada usia ini seseorang

seharusnya telah dapat menjadi contoh dan panutan bagi keluarga dan

masyarakat sekitarnya. Selain itu, pada usia dewasa muda juga dituntut

untuk menjadi pribadi yang produktif, sehingga pada usia dewasa muda

beresiko tinggi terjadi gangguan jiwa karena tahap kehidupan ini penuh

dengan stresor dan kecemasan.

e. Pendidikan

Menurut Darmojo (2004) yang dikutip oleh Marudin (2011), disebutkan

bahwa pendidikan yang rendah dapat beresiko terjadinya depresi, yang

pada penelitian sebelumnya depresi lebih banyak terjadi pada usia lanjut

dengan tingkat pendidikan rendah. Pada tingkat pendidikan yang tinggi

Page 22: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

10

dapat menghasilkan sosial ekonomi yang baik dan kemandirian yang

makin mantap, sehingga dapat berdampak positif terhadap tingkat

kesehatan jiwa seseorang. Selain itu, penelitian Fakhari (2011) yang

dikutip kembali Marudin (2011), didapatkan hasil bahwa ada hubungan

yang bermakna antara tidak punya pendidikan atau tidak tamat SD

dengan timbulnya gangguan jiwa (p<0,001).

2) Faktor Presipitasi

Secara umum, klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah

adanya hubungan bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,

putus asa, dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stresor dan

masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan

(Keliat, 2006).

Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi

adalah:

a. Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak yang mengatur

proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk

dalam otak yang mengakibat ketidakmampuan untuk secara selektif

menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

b. Stres Lingkungan

Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stresor

lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

Page 23: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

11

c. Sumber Koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi

stresor.

3. Jenis-jenis Halusinasi

Jenis-jenis halusinasi menurut Stuart dan Sundeen (2001) meliputi:

1) Halusinasi Pendengaran (Auditori)

Karekteristik: Mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan seseorang, suara

berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas

berbicara tentang klien atau klien disuruh untuk melakukan sesuatu yang

kadang membahayakan, selain itu juga terkadang bahkan percakapan

lengkap antara 2 orang atau lebih.

Halusinasi jenis ini biasanya sering terjadi pada kondisi psikotik seperti

skizofrenia, depresi atau terisolasi. Depresi yang sangat kuat bisa

mengganggu fungsi normal dari pikiran manusia. Sedangkan ketika

seseorang terisolasi dari dunia sosial akan berpengaruh buruk terhadap

pikirannya karena tidak ada saluran untuk kebutuhan normal sosialnya.

2) Halusinasi Penglihatan (Visual)

Karakteristik: Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar

geometri, gambar karton, bayangan yang rumit/kompleks, bayangan bisa

menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.

Page 24: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

12

Halusinasi yang berhubungan dengan melihat sesuatu biasanya dipengaruhi

oleh obat-obatan seperti narkoba, ganja, atau obat tertentu yang bisa

membuat persepsi seseorang terganggu. Trik pikiran yang menganggu

kesadaran dapat menyebabkan seseorang terganggu. Trik pikiran yang

mengganggu kesadaran tersebut dapat menyebabkan halusinasi konstan.

Penyebab lainnya adalah orang yang menderita demensia akan sering

melihat benda-benda bergerak atau memvisualisasikan situasi atau kondisi

dan umumnya hal ini dianggap sebagai tanda demensia definitif.

3) Halusinasi Penghidu

Karakteristik: Mencium aroma tertentu seperti bau darah, urin, atau feses,

umumnya aroma-aroma yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu

sering akibat stroke, tumor, atau kejang.

4) Halusinasi Pengecap

Karakteristik: Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin, atau feses.

5) Halusinasi Perabaan

Karakteristik: Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau di

arteri, pencernaan makanan, atau pembentukan urin.

6) Halusinasi Kinestetik

Karakteristik: Merasa pergerakan sementara atau bergerak tanpa berhenti.

Page 25: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

13

4. Tahapan, Karakteristik, dan Perilaku yang Ditampilkan

TAHAP KARAKTERISTIK PERILAKU KLIEN

Tahap I Memberi rasa nyaman, tingkat ansietas sedang, secara umum halusinasi merupakan suatu kesenangan.

a. Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan.

b. Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas.

c. Pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran (jika kecemasan kontrol)

a. Tersenyum, tertawa sendiri.

b. Menggerakkan bibir tanpa suara.

c. Pergerakan mata yang cepat.

d. Respon verbal yang lambat.

e. Diam dan berkonsentrasi. Tahap II Menyalahkan, tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi menyebabkan rasa antipati

a. Pengalaman sensori menakutkan b. Mulai merasa kehilangan kontrol c. Merasa dilecehkan oleh

pengalaman sensori tersebut d. Menarik diri dari orang lain e. Non psikotik

a. Peningkatan SSO, tanda-tanda ansietas, peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah

b. Rentang perhatian menyempit

c. Konsentrasi dengan pengalaman sensori

d. Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita

Tahap III Mengontrol tingkat kecemasan berat pengalaman sensori tidak dapat ditolak lagi

a. Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya.

b. Isi halusinasi menjadi antraktif. c. Kesepian bila sensori berakhir. d. Psikotik.

a. Perintah halusinasi ditaati.

b. Sulit berhubungan dengan orang lain.

c. Rentang perhatian hanya beberapa detik/menit.

d. Gejala sisa ansietas berat, berkeringat, tremor, tidak mampu mengikuti perintah.

Tahap IV Menguasai tingkat kecemasan panik secara umum diatur dan dipengaruhi oleh waham.

a. Pengalaman sensori menjadi ancaman.

b. Halusinasi dapat berlangsung selama beberapa jam atau hari (jika tidak diintervensi).

c. Psikotik.

a. Perilaku panik. b. Potensial tinggi untuk

bunuh diri atau membunuh.

c. Tindakan kekerasan, agitasi, menarik diri, atau ketakutan.

d. Tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks.

e. Tidak mampu berespon terhadap leih dari satu orang.

(Purba, Wahyuni, Nasution, Daulay, 2009)

Page 26: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

14

Tabel 2.1Tahapan, Karakteristik, dan Perilaku Klien Halusinasi

5. Rentang Respon Halusinasi

Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalam

rentang respon neurobiologis (Stuart & Laraia, 2001). Ini merupakan respon

persepsi paling maladaptif. Jika individu yang sehat persepsinya akurat, mampu

mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang

diterima melalui panca indera (pendengaran, penglihatan, penghidu,

pengecapan, dan perabaan), klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu

stimulus panca indera walaupun sebenarnya stimulus tersebut tidak ada. Di

antara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena sesuatu hal

mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang

diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi jika interpretasi

yang dilakukannya terhadap stimulus panca indera tidak akurat sesuai stimulus

yang diterima. Rentang respon halusinasi dapat dilihat pada gambar di bawah

ini:

Adaptif

Pikiran Logis

Persepsi akurat

Emosi konsisten

Dengan pengalaman

Perilaku sesuai

Hubungan positif

Maladaptif

Gangguan proses pikir/delusi

Halusinasi

Tidak mampu mengalami

Emosi

Perilaku tidak terorganisir

Kadang pikiran terganggu

Ilusi

Emosi berlebihan atau kurang

Perilaku yang tidak biasa

Menarik diri

Page 27: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

15

(Stuart & Sundeen, 1998 dalam Purba, 2009)

Tabel 2.2 Rentang Respon Halusinasi

6. Penatalaksanaan Medis pada Halusinasi

Penatalaksanaan klien skizofrenia adalah dengan pemberian obat-obatan dan

tindakan lain, yaitu:

1) Psikofarmakologis

Obat-obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran

yang merupakan gejala psikosis pada klien skizofrenia adalah obat-obatan

anti-psikosis.

2) Terapi kejang listrik atau Elektro Compulcive Therapy (ECT)

3) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) (Purba, Wahyuni, Nasution, Daulay,

2009)

7. Mekanisme Koping

Menurut Keliat (1998) perilaku yang mewakili untuk menanggulangi diri

sendiri dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon

nurobiologik.

1) Retensi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk

menanggulangi ansietas. Klien hanya mempunyai sedikit energi yang

Page 28: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

16

tertinggal untuk aktivitas hidup sehari-hari sehingga klien menjadi malas

beraktivitas.

2) Proteksi. Klien mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan

mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau suatu benda.

3) Menarik diri. Sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus

internal.

4) Keluarga mengingkari masalah yang dialami.

8. Masalah Keperawatan

Menurut Keliat (2005), adapaun masalah keperawatan yang muncul pada klien

dengan gangguan sensori persepsi halusinasi adalah:

1) Perubahan persepsi sensori: halusinasi

2) Resiko tinggi perilaku kekerasan

3) Isolasi sosial

4) Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah

9. PohonMasalah

Resiko Kekerasan

Core Problem

Isolasi Sosial

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

Perubahan Sensori Persepsi: Halusinasi

Page 29: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

17

Skema 2.1 Pohon Masalah

10. Frekuensi, Situasi, Respon, dan Durasi Munculnya Halusinasi

Menurut Modul Pelatihan Asuhan Keperawatan Jiwa: Pendekatan Strategi

Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (2009), sebelum perawat atau terapis

mengontrol halusinasi, ada baiknya mengkaji frekuensi, situasi, respon, dan

durasi yang dialami oleh klien. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi

khusus pada waktu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang

menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga klien tidak larut dengan

halusinasinya.

1) Frekuensi: Berapa kali halusinasi tersebut muncul atau dirasakan oleh klien

selama sehari atau seminggu, apakah terus-menerus atau hanya sekali-kali,

apakah halusinasi muncul ketika pagi, siang, sore, atau malam, bila

memungkinkan bisa ditanyakan pukul berapa saja halusinasi tersebut

muncul.

2) Situasi: Bila mungkin, minta klien menjelaskan situasi terjadinya, apakah

ketika sedang sendiri, melamun, hendak tidur, atau setelah melakukan

aktifitas tertentu.

3) Respon: Apa yang klien lakukan ketika menyadari bahwa halusinasi

tersebut tengah mengganggunya dan apakah klien masih dapat menghardik

halusinasi atau sudah tidak berdaya lagi terhadap halusinasi tersebut. Selain

Page 30: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

18

itu, dapat juga mengobservasi perilaku klien secara langsung ketika

halusinasi klien timbul.

4) Durasi: Berapa lama halusinasi terjadi setiap stimulus datang, apakah 1-3

menit, 4-5 menit, atau mungkin > 5 menit. Jika klien tidak dapat menjawab

hal tersebut dengan pasti, dapat juga mengobservasi perilaku klien secara

langsung ketika halusinasi klien timbul sambil melihat jam untuk mengukur

durasi tersebut.

Informasi ini penting untuk mengidentifikasi pencetus halusinasi dan

menentukan jika klien perlu diperhatikan saat mengalami halusinasi. Data-data

di atas dapat dikaji dengan cara mewawancara langsung pada klien yang

bersangkutan, menanyakan kepada keluarga, atau orang terdekat klien.

B. Terapi Modalitas

1. Pengertian

Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini

diberikan dalam upaya mengubah perilaku klien dari perilaku maladaptif

menjadi perilaku adaptif (Keliat, 2004). Terapi modalitas adalah terapi dalam

keperawatan jiwa, di mana perawat mendasarkan potensi yang dimiliki klien

(modal-modality) sebagai titik tolak terapi penyembuhannya (Sarka, 2008)

Page 31: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

19

2. Jenis-Jenis Terapi Modalitas

1) Terapi Individual

Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan

pendekatan hubungan individual antara seorang terapis dengan seorang

klien. Suatu hubungan yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan

klien untuk mengubah perilaku klien. Hubungan yang dijalin adalah

hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi, dilakukan dengan tahapan

sistematis (terstruktur) sehingga melalui hubungan ini terjadi perubahan

tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal hubungan.

2) Terapi Lingkungan

Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi

perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptif menjadi perilaku

adaptif. Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti

terapeutik. Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan

berubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas

dan interaksi.

Tujuan dari terapi lingkungan ini adalah memampukan klien dapat hidup di

luar lembaga yang diciptakan melalui belajar kompetensi yang diperlukan

untuk beralih dari lingkungan rumah sakit ke lingkungan rumah tinggalnya.

3) Terapi Biologis

Penerapan terapi biologis atau terapi somatik didasarkan pada model

medikal di mana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit.

Page 32: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

20

Ada beberapa jenis terapi somatik gangguan jiwa, meliputi: pemberian obat

(medikasi psikofarmaka), intervensi nutrisi, Electro Compulsive Therapy

(ECT), foto terapi, dan bedah otak. Beberapa terapi yang sampai sekarang

tetap diterapkan dalam pelayanan kesehatan jiwa meliputi medikasi

psikoaktif dan ECT.

4) Terapi Kognitif

Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang

mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan adalah

membantu mempertimbangkan stresor dan kemudian dilanjutkan dengan

mengidentifikasi pola berpikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang

stresor tersebut.

5) Terapi Keluarga

Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota

keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga

adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu, sasaran

utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi (tidak bisa

melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya).

6) Terapi Aktivitas Kelompok

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan salah satu cara yang

digunakan untuk meningkatkan kemampuan sosialisasi klien sehingga

diharapkan klien dapat kembali bersosialisasi di masyarakat. TAK dibagi ke

dalam empat jenis, yaitu TAK Sosialisasi, TAK Stimulasi Persepsi, TAK

Stimulasi Sensoris, dan TAK Orientasi Realitas.

Page 33: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

21

C. Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi Sensori

1. Pengertian Sensori Secara Umum

Proses sensori adalah proses masuknya rangsang melalui alat indera ke otak

(serebral) kemudian kembali melalui saraf motoris dan berakhir dengan

perbuatan (Sunaryo, 2004). Menurut Hoeman (1996), ada 6 jenis stimulus yang

diterima oleh sensori di ujung-ujung saraf dan ganglia, yaitu taktil (perabaan),

kinestetik (gerak), auditori (pendengaran), visual (penglihatan), olfaktori

(penciuman), dan gustatori (pengecapan). Alat-alat tubuh yang membantu

terjadinya proses sensoris adalah panca indera yaitu mata, telinga, kulit, hidung,

lidah. Sensori yang diterima oleh ujung-ujung saraf tersebut dilanjutkan ke

kemoreseptor yang ada di saraf tulang belakang, lalu diolah di lobus-lobus di

serebrum (otak besar) sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Proses sensori disebut juga pengamatan, yaitu gejala mengenal benda-benda di

sekitar dengan menggunakan alat indera. Pengamatan terjadi pada saat stimulus

(rangsangan) mengenai indera dan menghasilkan kesadaran dan pikiran. Respon

yaitu proses terjadinya kesan dalam pikiran setelah stimulus tidak ada. Proses

awal dari pengamatan disebut perhatian, sedangkan proses akhirnya disebut

persepsi yang menyebabkan kita mempunyai pengertian tentang situasi yang

terjadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses sensori, yaitu:

a. Keadaan indera yang sehat dan sempurna yang akan mempengaruhi

kesempurnaan proses sensori.

Page 34: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

22

b. Perhatian yang tertuju pada objeknya yang memudahkan persepsi dan

apabila perhatian kurang akan mengganggi konsentrasi sehingga proses

sensori tidak sempurna.

c. Rangsangan yang sangat lemah ataupun sangat kuat akan mengganggu

proses sensori.

d. Saraf dan pusat dalam keadaan baik dan sehat.

2. Pengertian Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi Sensori

Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok

klien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau

diarahkan oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih

(Pedoman Rehabilitasi Klien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam

Yosep, 2007). Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara

kelompok untuk memberikan stimulasi bagi klien dengan gangguan

interpersonal (Yosep, 2008).

Salah satu terapi yang digunakan untuk klien dengan gangguan halusinasi

adalah TAK Stimulasi Sensori, yaitu upaya menstimulasi semua pancaindera

(sensori) agar memberi respon yang adekuat (Kelliat& Akemat, 2004). Terapi

ini diberikan karena klien tidak mampu berespon dengan lingkungan sosialnya.

Perawat atau terapis dapat mengobervasi reaksi sensori klien berupa ekspresi

emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi wajah, dan ucapan.

Page 35: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

23

TAK Stimulasi Sensori dibagi ke dalam 3 sesi yang 1 sesinya diberikan selama

45 menit dalam sehari. Sesi 1 berupa mendengarkan musik, sesi 2 menonton

video/film berdurasi pendek, dan sesi 3 yaitu menggambar.

Jumlah anggota yang nyaman adalah kelompok kecil yang anggotanya berkisar

antara 6 – 12 orang (Lancester, 1980 dalam Keliat & Akemat, 2005). Jika

anggota kelompok terlalu besar akibatnya tidak semua anggota mendapat

kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat dan pengalamannya. Jika

terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi.

3. Tujuan

Tujuan umum dari terapi ini adalah klien dapat berespon terhadap stimulus

panca indera yang diberikan, sedangkan tujuan khususnya adalah:

1) Klien mampu berespon terhadap suara yang didengar.

2) Klien mampu berespon terhadapgambar yang dilihat.

3) Klien mampu mengekspresikan perasaan melalui gambar.

4. Karakteristik Klien yang Diberikan TAK: StimulasiSensori

1) Klien dengan gangguan halusinasi

2) Klien dengan afek labil atau tumpul

3) Klien pernah diberikan TAK Stimulasi Persepsi sebelumnya

4) Sudah dilakukan SP (Strategi Pelaksanaan) minimal SP 1 klien

5) Jenis halusinasi klien berupa halusinasi pendengarandan penglihatan

6) Klien dengan halusinasi tahap 1, 2, dan 3

Page 36: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

24

5. TAK Stimulasi Sensori, Sesi 1: Mendengarkan Musik

1) Tujuan:

a. Klien mampu mengenali musik yang didengar

b. Klien mampu memberi respons terhadap musik

c. Klien mampu menceritakan perasaannya setelah mendengarkan musik

2) Setting:

a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran

b. Ruangan nyaman dan tenang

3) Alat:

a. Tape recorder

b. Lagu yang ceria atau yang religius

4) Metode:

a. Diskusi

b. Sharing persepsi

5) Langkah Kegiatan:

a. Persiapan

a) Membuat kontrak dengan klien yang sesuai dengan indikasi:

halusinasi, menarik diri, harga diri rendah, dan gangguan

komunikasi verbal.

b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

Page 37: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

25

b. Orientasi

a) Salam terapeutik: Salam dari terapis kepada klien.

b) Evaluasi/validasi: Menanyakan perasaan klien saat ini.

c) Kontrak:

Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mendengarkan

musik.

Terapis menjelaskan aturan main berikut.

Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus

meminta izin kepada terapis.

Lama kegiatan 45 menit.

Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

c. Tahap Kerja

a) Terapis mengajak klien untuk saling memperkenalkan diri (nama

dan nama panggilan) dimulai dari terapis secara berurutan searah

jarum jam.

b) Setiap kali seorang klien selesai memperkenalkan diri, terapis

mengajak semua klien untuk bertepuk tangan.

c) Terapis dan klien memakai papan nama.

d) Terapis menjelaskan bahwa akan diputarkan sebuah lagu, klien

boleh terpuk tangan atau menari sesuai dengan irama lagu. Setelah

lagu selesai, klien akan diminta menceritakan isi dari lagu tersebut

dan perasaan klien setelah mendengar lagu.

Page 38: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

26

e) Terapis memutar lagu, klien mendengar, boleh menari atau tepuk

tangan (kira-kira 15 menit). Musik yang diputar boleh diulang

beberapa kali. Terapis mengobservasi respon klien terhadap musik.

f) Secara bergiliran, klien diminta menceritakan isi lagu dan

perasaannya. Sampai semua klien mendapat giliran.

g) Terapis memberikan pujian, setiap klien selesai menceritakan

perasaanya, dan mengajak klien lain bertepuk tangan.

d. Tahap Terminasi

a) Evaluasi

Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b) Tindak Lanjut: Terapis menganjurkan klien untuk mendengarkan

musik yang disukai dan bermakna dalam kehidupannya.

c) Kontak yang akan datang

Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu menggambar.

Menyepakati waktu dan tempat.

6) Evaluasi dan Dokumentasi

a. Evaluasi: Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya

pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien seusai

dengan tujuan TAK. Untuk TAK Stimulasi Sensori mendengar musik,

kemampuan klien yang diharapkan adalah mengikuti kegiatan, respon

Page 39: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

27

terhadap musik, memberi pendapat tentang musik yang didengar, dan

perasaan saat mendengar musik. Formulir evaluasi sebagai berikut:

Sesi 1: TAK

Stimulasi Sensoris Mendengarkan Musik

Kemampuan memberi respon pada musik

No. Aspek yang Dinilai Nama Klien

1. Mengikuti kegiatan dari awal

sampai akhir

2. Memberi respon (ikut bernyanyi/

menari/ menari/ menggerakkan

tangan-kaki-dagu sesuai irama)

3. Memberi pendapat tentang musik

yang didengar

4. Menjelaskan perasaan setelah

mendengar lagu

Petunjuk:

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien mengikuti, merespon, memberi

pendapat, menyampaikan perasaan tentang musik yang didengar. Beri tanda √ jika klien mampu

dan tanda X jika klien tidak mampu.

Page 40: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

28

2.4 Tabel Evaluasi TAK Sesi 1: Mendengarkan Musik

b. Dokumentasi: Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat

TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien

mengikuti sesi 1, TAK stimulasi sensori mendengarkan musik. Klien

mengikuti kegiatan sampai akhir dan menggerakkan jari sesuai dengan

irama musik, namun belum mampu memberi pendapat dan perasaan

tentang musik. Latih klien untuk mendengarkan musik di ruang rawat.

6. TAK Stimulasi Sensori, Sesi 2: Menonton

1) Tujuan:

a. Klien dapat memberi respon terhadap tontonan TV/ video (jika

menonton tv, acara tontonan hendaknya dipilih yang positif dan

bermakna terapi untuk klien).

b. Klien menceritakan makna acara yang ditonton.

2) Setting:

a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran di depan televisi

b. Ruangan nyaman dan tenang

3) Alat:

a. CD player dan video tape

b. Televisi

4) Metode:

a. Diskusi

Page 41: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

29

b. Sharing persepsi

5) Langkah Kegiatan:

a. Persiapan

a) Membuat kontrak dengan klien yang sudah mengikuti TAK Sesi 1.

b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

b. Orientasi

a) Salam terapeutik: Salam dari terapis kepada klien.

b) Evaluasi/validasi: Menanyakan perasaan klien saat ini.

c) Kontrak:

Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menonton TV/ bideo

dan menceritakannya.

Terapis menjelaskan aturan main berikut.

Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta

izin kepada terapis.

Lama kegiatan 45 menit.

Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

c. Tahap Kerja

a) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu

menonton TV/ video dan menceritakan makna yang telah ditonton.

b) Terapis memutar TV/ video yang telah disiapkan.

c) Terapis mengobservasi klien selama menonton TV/ video.

d) Setelah selesai menonton, masing-masing klien diberi kesempatan

menceritakan isi tontonan dan maknanya untuk kehidupan klien.

Page 42: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

30

Berurutan searah jarum jam, dimulai dari klien yang ada di sebelah

kiri terapis. Sampai semua klien mendapat giliran.

e) Setelah selesai klien menceritakan persepsinya, terapis mengajak

klien lain bertepuk tangan dan memberikan pujian.

d. Tahap Terminasi

a) Evaluasi

Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b) Tindak Lanjut: Terapis menganjurkan klien untuk menonton acara

tv yang baik.

c) Kontak yang akan datang

Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu menggambar.

Menyepakati waktu dan tempat.

6) Evaluasi dan Dokumentasi

a. Evaluasi: Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya

pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien seusai

dengan tujuan TAK. Untuk TAK Stimulasi Sensori menonton,

kemampuan klien yang diharapkan adalah mengikuti kegiatan, berespon

terhadap tontonan, mengungkapkan perasaan terhadap tontonan, dan

menceritakan isi tontonan. Formulir evaluasi sebagai berikut:

Page 43: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

31

Sesi 2: TAK

Stimulasi Sensoris Menonton

Kemampuan memberi respon pada tontonan

No. Aspek yang Dinilai Nama Klien

1. Mengikuti kegiatan dari awal

sampai akhir

2. Memberi respon pada saat

menonton (senyum, sedih, dan

gembira)

3. Menceritakan cerita dalam TV/

video

4. Menjelaskan perasaan setelah

menonton

Petunjuk:

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien mengikuti, merespon, memberi

pendapat, menyampaikan perasaan tentang musik yang didengar. Beri tanda √ jika klien mampu

dan tanda X jika klien tidak mampu.

Tabel 2.5 Evaluasi TAK: Menonton Video

b. Dokumentasi: Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat

TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien

Page 44: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

32

mengikuti sesi 1, TAK stimulasi sensori menonton. Klien mengikuti

kegiatan sampai akhir, ekspresi datar, dan tanpa respon, klien tidak dapat

menceritakan isi tontonan dan perasaannya. Tingkatkan stimulus di

ruangan, ulang kembali dengan stimulus yang berbeda.

7. TAK Stimulasi Sensori, Sesi 3: Menggambar

1) Tujuan:

a. Klien dapat mengekspresikan perasaan melalui gambar.

b. Klien memberi makna gambar.

2) Setting:

a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran

b. Ruangan nyaman dan tenang

3) Alat:

a. Kertas HVS

b. Pensil 2B (bila tersedia krayon juga dapat digunakan)

4) Metode:

a. Diskusi

b. Sharing persepsi

5) Langkah Kegiatan:

a. Persiapan

a) Membuat kontrak dengan klien yang sudah mengikuti TAK Sesi 1

dan 2.

b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

Page 45: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

33

b. Orientasi

a) Salam terapeutik: Salam dari terapis kepada klien.

b) Evaluasi/validasi: Menanyakan perasaan klien saat ini.

c) Kontrak:

Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menggambar dan

menceritakannya kepada orang lain.

Terapis menjelaskan jika ada klien yang ingin meninggalkan

kelompok, harus meminta izin kepada terapis.

Lama kegiatan 45 menit.

Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

c. Tahap Kerja

a) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu

menggambar dan menceritakan hasil gambar kepada klien lain.

b) Terapis membagikan kertas dan pensil untuk tiap klien.

c) Terapis mengobservasi klien selama menonton TV/ video.

d) Terapis meminta klien menggambar apa saja sesuai dengan yang

diinginkan saat ini.

e) Setelah semua klien selesai menggambar, terapis meminta masing-

masing klien untuk memperlihatkan dan menceritakan gambar yang

telah dibuatnya kepada klien lain. Yang harus diceritakan adalah

gambar apa dan apa makna gambar tersebut menurut klien.

f) Kegiatan poin e dilakukan sampai semua klien mendapat giliran.

Page 46: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

34

g) Setiap kali klien selesai menceritakan gambarnya, terapis mengajak

klien lain bertepuk tangan.

d. Tahap Terminasi

a) Evaluasi

Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b) Tindak Lanjut: Terapis menganjurkan klien untuk mengekspresikan

perasaan melalui gambar.

c) Kontr ak yang akan datang

Menyepakati TAK yang akan datang sesuai indikasi klien.

Menyepakati waktu dan tempat.

6) Evaluasi dan Dokumentasi

a. Evaluasi: Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya

pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien seusai

dengan tujuan TAK. Untuk TAK Stimulasi Sensori menggambar,

kemampuan klien yang diharapkan adalah mengikuti kegiatan,

menggambar, menyebutkan apa yang digambar dan menceritakan

makna gambar. Formulir evaluasi sebagai berikut:

Page 47: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

35

Sesi 3: TAK

Stimulasi Sensoris Menggambar

Kemampuan memberi respon terhadap menggambar

No. Aspek yang Dinilai Nama Klien

1. Mengikuti kegiatan dari awal

sampai akhir

2. Menggambar sampai selesai

3. Menyebutkan gambar apa

4. Menceritakan makna gambar

Petunjuk:

1 Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2 Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien mengikuti, merespon, memberi pendapat,

menyampaikan perasaan tentang musik yang didengar. Beri tanda √ jika klien mampu dan tanda X

jika klien tidak mampu.

Tabel 2.6 Evaluasi TAK Sesi 3: Menggambar

b. Dokumentasi: Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat

TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien

mengikuti sesi 1, TAK stimulasi sensori menggambar. Klien mengikuti

kegiatan sampai akhir, mampu menggambar, menyebutkan nama

gambar, dan menceritakan makna gambar. Anjurkan klien untuk

mengungkapkan perasaan melalui gambar.

Page 48: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

36

D. Terapi Mendengarkan Musik, Menonton video, dan Menggambar

1. Mendengarkan Musik

Terapi musik merupakan terapi yang bersifat non verbal, penyembuhan melalui

suara yaitu penggunaan vibrasi frekuensi atau bentuk suara yang

dikombinasikan. Semua terapi musik mempunyai tujuan yang sama, yaitu

membantu mengekspresikan perasaan, membantu rehabilitasi fisik, memberi

pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati dan emosi. Dengan demikian,

terapi musik juga diharapkan dapat membantu mengatasi stres, mencegah

penyakit dan meringankan rasa sakit (Djohan, 2006).

Berikut contoh-contoh musik dan dampak perilaku yang terjadi:

1) Musik klasik, instrumentalia, orkestra, gending jawa: Memberi ketenangan

dan pengendalian diri.

2) Musik mars: Semangat.

3) Musik dangdut dan pop tempo cepat: Gembira.

4) Musik rohani: Dampak religius.

5) Musik pop melankolis: Sedih.

6) Musik rap, metal, rock: Destruktif, marah, kesal, dan bermusuhan.

Dari proses pemilihan yang dilakukan oleh peneliti untuk menentukan lagu

dengan genre mana yang lebih cocok untuk para pasien dengan gangguan

halusinasi, maka peneliti memilih musik dangdut lantaran dinilai cukup umum,

cukup memberikan suasana gembira dengan tempo cepat dan lirik yang ‘ringan’

di telinga, serta musik dangdut adalah musik rakyat yang mudah diterima oleh

Page 49: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

37

berbagai kalangan. Dengan pemilihan jenis musik seperti ini, diharapkan para

penderita halusinasi dapat saling membaur untuk menikmati musik bersama-

sama, serta dapat mengurangi gejala halusinasi yang dirasakan.

2. Menonton Video

Untuk memberikan terapi menonton tv/video pada klien dengan masalah

kejiwaan akan efektif jika memilih jenis tayangan yang adaptif, mudah dicerna

dalam bahasa maupun tampilan visual, tidak terlalu banyak menggunakan

tulisan di dalamnya, dan yang paling penting adalah bertujuan untuk

mendapatkan sebuah perubahan perilaku (Saifudin, 2008).

Tayangan tv/video dapat ditonton bersama-sama untuk terapis dan klien, lalu

klien dapat memberikan interpretasi masing-masing mengenai tayangan tersebut

hingga terbentuk suatu kesimpulan.

3. Menggambar

Menurut Anoviyanti dalam jurnalnya tahun 2008, pada umumnya, aktivitas

terapi seni mungkin bagi masyarakat awam hanya terlihat seperti aktivitas kelas

atau kursus seni rupa pada umumnya, namun sebenarnya terdapat perbedaan.

Bagaimanapun juga, pada aktivitas terapi seni proses kreatif lebih dipentingkan

daripada kemampuan individu dalam menghasilkan karya seni yang

sesungguhnya. Tujuan terapi seni bukanlah untuk menghasilkan karya seni yang

estetik ataupun untuk mengasah bakat untuk menghasilkan seorang seniman,

Page 50: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

38

akan tetapi tujuan akhir yang ingin dicapai oleh terapi seni adalah untuk

membantu pasien agar merasa lebih nyaman terhadap diri mereka sendiri.

Dalam mengerjakan karya yang melibatkan kreativitas, semua emosi dan

pikiran yang mengendap akan tereksternalisasi atau tersalurkan, sehingga semua

emosi dan pikiran tersebut pada akhirnya akan menjadi jelas akar

permasalahannya karena terbacanya simbol-simbol dari bentuk yang ada pada

karya tersebut, kadangkala dibentuk, baik secara sadar maupun tidak sadar

memiliki makna yang berhubungan secara langsung dengan akar permasalahan

yang sedang dihadapi oleh pasien tersebut.

Seni juga memiliki kemampuan untuk mencatat dan menyampaikan berbagai

tingkatan emosi, dari rasa nyaman hingga kesedihan yang terdalam, dari

kejayaan hingga trauma. Dari uraian ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa,

jika dilihat dalam ruang lingkup yang lebih luas lagi, seni telah menyediakan

jalan bagi pemahaman, membuat suatu pengertian dan menjelaskan pengalaman

batin (inner experiences) tanpa harus menjelaskan pengalaman tersebut dengan

menggunakan kata-kata. Selain itu kemampuan menggambar pada dasarnya

lebih kepada kemampuan yang bersifat naluriah dan intuitif.

Melukis sebagai terapi, berkaitan dengan aspek kontemplatif atau sublimasi.

Kontemplatif atau sublimasi merupakan suatu cara atau proses yang bersifat

menyalurkan atau mengeluarkan segala sesuatu yang bersifat kejiwaan, seperti

Page 51: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

39

perasaan, memori, pada saat kegiatan berkarya seni berlangsung. Aspek ini

merupakan salah satu fungsi seni yang dimanfaatkan secara optimal pada setiap

sesi terapi. Kontemplatif dalam arti, berbagai endapan batin yang ditumpuk,

baik itu berupa memori, perasaan, dan berbagai gangguan persepsi visual dan

auditorial, diusahakan untuk dikeluarkan atau disampaikan. Dengan demikian

pasien tidak terjebak pada suatu situasi dimana hanya diri sendiri terjebak pada

realitas imajiner yang diciptakan oleh diri sendiri. Aspek kontemplatif atau

sublimasi inilah yang kemudian dikenal dengan istilah katarsis dalam dunia

psikoanalisa.

Hal tersebut, juga sekaligus dapat menjadi media untuk mencari pemicu atau

akar permasalahan melalui berbagai visualisasi atau simbol-simbol yang muncul

selama terapi berlangsung. Berdasar visualisasi yang tercurah selama terapi

berlangsung, seringkali tampak gambar beberapa image yang merupakan

simbolisasi dari ekspresi bawah sadar dari pasien. Kemudian bagi terapis,

beragam visualisasi inilah yang menjadi perangkat untuk menentukan diagnosa

sampai sejauh apakah kerusakan kondisi kejiwaan pasien, dan pengobatan jenis

apakah yang sesuai bagi pasien.

Berdasarkan data sampel yang berasal dari arsip lembaga Madani Home Care

yang dikemukakan oleh Aviyanti (2008), pada awal sesi terapi berlangsung

umumnya, pada gambar tahap awal sesi terapi seni, pasien Skizofrenia

Page 52: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

40

menggambar gumpalan-gumpalan, atau lebih tepatnya mereka menggambar

lingkaran masif yang pejal.

Selain itu kecenderungan memunculkan objek-objek dalam bentuk-bentuk dasar

seperti lingkaran, segitiga, dan persegi, hampir pada setiap pasien dan setiap sesi

muncul. Visualisasinya tampak timbul dan tenggelam (fluktuatif), dan juga

divisualisasikan dalam berbagai gaya. Sementara pada pasien depresi yang

diakibatkan oleh zat adiktif, pada awal sesi terapi mereka cenderung melukiskan

bentuk-bentuk yang absurd, namun pada sesi terapi selanjutnya, mereka lebih

mampu menampilkan beberapa bentuk yang dapat diidentifikasi, meskipun jika

dilihat berdasarkan komposisinya masih terlihat absurd.

Selain lingkaran, seperti dijelaskan di atas, juga tampak bentuk-bentuk

geometris dasar seperti persegi dan segitiga. Menurut R.M. Simon dalam

bukunya, Symbolic Images In Art As Therapy yang dikutip oleh Aviyanti

(2008), bentuk persegi merupakan bentuk orisinal yang melingkupi lingkaran. Ia

berpendapat bentuk persegi yang tampak melingkupi lingkaran, memberi kesan

seolah bentuk persegi tersebut tampak seperti tembok yang membatasi

lingkaran.

Kemampuan berpikir, emosional, kemampuan psikomotorik, akan berjalan, atau

katakanlah semua aspek tersebut akan secara spontan berfungsi secara serempak

pada saat proses berkarya seni terjadi. Disini, seni memainkan fungsi

Page 53: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

41

sesungguhnya sebagai mediator, bukan sebagai agen utama penyembuh, dalam

arti ia bersifat reflektif, memberi gambaran sampai sejauh manakah kerusakan

aspek kejiwaan pada pasien, dan merekamnya. Sehingga terapis dapat

menentukan pengobatan yang bagaimanakah yang sesuai bagi pasien yang dapat

menghasilkan visualisasi tersebut. Dengan demikian, penulis memandang

bahwa image-image yang tampak dapat pula berfungsi sebagai sebuah diagnosa.

Seperti halnya pada ilmu kedokteran, ataupun psikologi.

Lewat media menggambar atau melukis, peneliti dapat melihat klien mana yang

masih belum dapat mengontrol halusinasinya, siapa yang halusinasinya lebih

kuat, atau siapa yang masih belum dapat mengenal halusinasinya sendiri. Klien

yang masih belum dapat mengontrol halusinasi biasanya tidak menggambar

dengan hanya satu tema saja di dalam kertas. Mereka lebih condong

menggambar sesuatu secara terpisah-pisah dan tidak saling berkaitan dengan

penjelasan yang kurang masuk akal pula. Sementara klien yang menggambar

dengan sinkronisasi tema, obyek, dan warna, serta dapat menjelaskan apa yang

digambar hingga orang lain mengerti, biasanya adalah klien-klien yang sudah

dapat mengenal maupun mengontrol halusinasi yang dirasakan.

Page 54: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

42

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antar konsep-konsep yang ingin diamati

atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoadmodjo, 2005).

Berdasarkan tinjauan teoritis yang telah disampaikan pada bab sebelumnya maka

kerangka konsep untuk penelitian yang berjudul “Pengaruh Terapi Aktivitas

Kelompok: Stimulasi Sensori Sesi I-III terhadap Kemampuan Perubahan Tanda dan

Gejala Halusinasi di RS. Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, Grogol” adalah sebagai berikut:

Skema 3.1 Kerangka Konsep

Variabel Dependen

Pre Test:

Perubahan Tanda dan Gejala Halusinasi

Variabel Dependen

Post Test:

Perubahan Tanda dan Gejala Halusinasi

Variabel Independen

TAK: Stimulasi Sensori

Sesi I - III

Page 55: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

43

Kerangka kerja ada penelitian ini adalah, sebagai berikut:

Dari bagan-bagan di atas, dikatakan bahwa pasien yang mengalami gangguan

halusinasi diukur terlebih dahulu (pre test) mengenai sejauh mana perubahan tanda

dan gejala halusinasi, setelah itu pasien akan diberikan Terapi Aktivitas Kelompok

yaitu Stimulasi Sensori Sesi I – III, dan kemudian diukur kembali (post test) apakah

ada perubahan tanda dan gejala halusinasinya.

B. Hipotesis Penelitian

Menurut Handoko (2009) hipotesis adalah asumsi atau dukungan mengenai sesuatu

hal yang dibuat untuk menjelaskan hal tersebut yang sering dituntut untuk melakukan

pengecekannya.

Hipotesis pada penelitian ini adalah:

Ada pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi Sensori Sesi I-III terhadap

perubahan tanda dan gejala halusinasi di RS. Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, Grogol.

Page 56: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

44

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Variabel Independen dan Dependen

No. Variabel Definisi Operasional Alat& Cara

Ukur

Hasil Ukur Skala Ukur

1. Perubahan tanda

dan gejala

halusinasi

sebelum

intervensi

Adanya suatu

perubahan dalam

frekuensi, situasi,

respon, dan durasi

halusinasi sebelum

dilakukan TAK:

Stimulasi Sensori

Sesi I-III.

Kuesioner B

Interview

Observasi

Mean

SD

Interval

2. Perubahan tanda

dan gejala

halusinasi

sesudah

intervensi

Adanya suatu

perubahan dalam

frekuensi, situasi,

respon, dan durasi

halusinasi sesudah

dilakukan TAK:

Stimulasi Sensori

Sesi I-III.

Kuesioner C

Interview

Observasi

Mean

SD

Interval

3. TAK: Stimulasi

Sensori Sesi I – III

untuk klien

halusinasi

Sebuah aktifitas

terapeutik dalam

upaya

menstimulasikan

semua pancaindera

(sensori) agar

memberi respons

yang adekuat dengan

menggunakan musik

Alat:

Laptop

3 lagu dangdut

Kertas HVS

3 buah krayon

3 video pendek

Nametag

Cara:

Sesi I:

- -

Page 57: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

45

sebagai media untuk

memperbaiki,

memelihara,

mengembangkan

mental, fisik dan

kesehatan emosi.

Mendengar

musik

Sesi II:

Menonton

video pendek

Sesi III:

Menggambar

@45 menit per

sesi.

1 sesi = 1 hari.

Page 58: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

46

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Quasi Experiment atau ekperimen

semu dengan one group pretest-postest, yaitu melakukan tes tanpa adanya kelompok

pembanding atau kelompok kontrol (Notoatmodjo, 2010). Tes yang dilakukan

berupa evaluasi verbal (interview) dan observasi untuk mengetahui perubahan tanda

dan gejala halusinasi sebelum dan sesudah diberikan Terapi Aktivitas Kelompok:

Stimulasi Sensori Sesi I-III.

Tabel 4.1 Rancangan Penelitian

Pre-test Perlakuan Post-test

O1 X O2

Keterangan :

O1 = Kemampuan mengontrol halusinasi sebelum diberikan TAK

O2 = Kemampuan mengontrol halusinasi setelah diberikan TAK

X = Intervensi (diberikan TAK : Stimulasi Persepsi yang terdiri dari 5 sesi)

B. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Grogol dengan

alasan telah ditemukan kasus-kasus halusinasi yang perlu diteliti.

Page 59: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

47

C. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 29 Maret – 15 Agustus 2013.

D. Populasi dan Sampel

1) Populasi

Dari 11 ruangan yang ada di RS. Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, peneliti hanya

mengambil populasi yang ada di Ruang Kenanga. Populasi halusinasi

dikalkulasikan mulai dari bulan Januari 2013 hingga April 2013, yakni sebesar

218 orang. Responden yang akan diteliti adalah klien yang menderita gangguan

halusinasi dan sudah memenuhi kriteria peneliti di RS. Jiwa Dr. Soeharto

Heerdjan.

2) Sampel

Dalam pengambilan sampel ini menggunakan cara purposive sampling yaitu

suatu tekhnik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan

tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi

yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2010). Untuk kriteria sampel

yang diambil adalah sebagai berikut :

a. Klien dengan gangguan halusinasi

b. Klien yang berusia 18 – 60 tahun

c. Klien halusinasi pada anak dan napza tidak termasuk responden

d. Klien dengan afek labil atau tumpul

e. Klien pernah diberikan TAK Stimulasi Persepsi sebelumnya

f. Sudah dilakukan SP (Strategi Pelaksanaan) minimal SP 1 pasien

g. Jenis halusinasi klien berupa halusinasi pendengaran dan penglihatan

51 54

Page 60: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

48

h. Klien dengan halusinasi tahap 1, 2, dan 3

i. Jenis kelamin wanita

j. Klien yang inap di Ruang Kenanga

Untuk mencari Standar Deviasi dari populasi yang ada, maka digunakan rumus:

SD= √n (pxq)

SD = Standar Deviasi

n = Jumlah populasi

p = Probabilitas yang diinginkan

q = (p-1)

SD = √ 218 (0,5 – 0,5)

SD = √ 218 (0,25)

SD = √ 54,5

SD = 7,3

Untuk menetukan besarnya sampel yang akan diambil, menurut (Lemesan, dalam

Mahrudin, 2012 ) dapat di gunakan rumus sebagai berikut :

n = SD2 (Z1-ŀ/2 + Z1-く)2

(た1 – た2)2

Keterangan :

n = besarnya sample atau jumlah sampel

SD = standar deviasi

µ1 = rata-rata keadaan sebelum intervensi

Page 61: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

49

µ2 = rata-rata keadaan sesudah intervensi

Z1 = nilai standar normal yang besarnya tergantung ŀ

ŀ = tingkat kemaknaan

bila ŀ = 0,05 maka Z = 1,96

ß = power test. bila ß = 0,9 maka Z = 1,282

n = 7,32 (1,96 + 1,282)2

(16,12 – 23,24)2

= 53,29 x 10,51

7,122

= 560

50,69

= 11 + 10% (drop out)

= 12 Responden

Untuk memenuhi kriteria penelitian, batas minimal sampel yang akan

digunakan adalah sebesar 12 responden. Namun, menurut etika penelitian

(justice) bahwa setiap populasi di Ruang Kenanga tersebut berhak

mendapatkan intervensi atau perlakuan yang sama, maka peneliti akan

mengambil sampel 13 responden dari seluruh populasi di Ruang Kenanga

dengan kriteria inklusi yang sudah ditetapkan.

Page 62: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

50

E. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapat rekomendasi dari PSIK FKK

UMJ dan permintaan izin ke bagian Diklat RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan

Grogol yang tembusannya disampaikan kepada direktur RS. Jiwa tersebut.

Menurut Notoatmodjo (2010), setelah mendapat persetujuan, peneliti dapat

melakukan penelitian dengan memperhatikan etika penelitian sebagai berikut:

1) Informed Consent

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian

dengan memberikan lembar persetujuan (Informed Consent). Sebelum

responden diberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden, peneliti

melakukan pendekatan dan perkenalan kepada calon responden,

menyampaikan judul penelitian, menjelaskan maksud dan tujuan penelitian,

manfaat penelitian serta hak responden untuk mengikuti penelitian atau

menolak keikut sertaannya dalam penelitian tersebut. Dijelaskan pula bahwa

data maupun identitas responden akan dijamin kerahasiaannya. Jika

responden bersedia, maka responden diminta untuk menandatangani lembar

persetujuan tersebut. Jika responden tidak bersedia maka peneliti harus

menghormati keputusan tersebut.

2) Benificiency

Penelitian ini memberikan keuntungan dan manfaat bagi pasien, memberikan

alternatif terhadap upaya untuk meningkatkan komunikasi verbal dan respon

sensorik pasien, serta mempermudah dalam pelaksanaannya karena

penelitian ini menggunakan intervensi yang dapat dilakukan setiap saat.

Page 63: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

51

3) Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama

pada lembar pengumpulan data, cukup memberi nomor kode pada masing-

masing lembar tersebut.

4) Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok

data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai riset dan

responden berhak mengetahui hasil riset. Hasil riset disampaikan oleh

peneliti sampai dengan 5 tahun.

F. Pengumpulan Data (Alat dan Cara)

Sebagai alat pengumpulan data pada penelitian ini, peneliti telah membuat

instrumen yang dikembangkan berupa kuesioner yang berisi 4 pertanyaan, yaitu

frekuensi timbulnya halusinasi, situasi timbulnya halusinasi, respon ketika

halusinasi, dan durasi ketika halusinasi sebagai alat pengumpulan data dengan

pertimbangan beberapa keuntungan yaitu mudah untuk mengelolanya,

memudahkan peneliti untuk mengumpulkan jawaban dengan pilihan jawaban

yang telah disediakan dengan memberikan tanda silang (X) pada lembar jawaban

yang dipilih, jawaban efektif serta efesien waktu.

Pengumpulan data dilakukan di RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Grogol dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1) Peneliti telah mengajukan surat permohonan izin penelitian dari institusi

kepada Direktur RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan.

Page 64: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

52

2) Setelah peneliti mendapatkan surat persetujuan dari direktur, selanjutnya

peneliti diberikan surat persetujuan dari direktur dan surat pengantar yang

ditujukan kepada kepala bangsal rumah sakit.

3) Pasien yang bersedia menjadi responden telah diminta menandatangani surat

persetujuan dari responden setelah diberikan penjelasan tentang tujuan dan

manfaat penelitian.

G. Pelaksanaan Proses

Sebelum dilakukan TAK Stimulasi Sensori, terlebih dahulu peneliti

mengobservasi klien dan mengisinya dalam lembar pre test. Setelah dilakukan

pre test yang dilaksanakan selama kurang lebih 5 hari terhitung sejak tanggal 10-

15 Juni 2013 pada pukul 08.00 – 15.00, maka pada tanggal 17 Juni 2013 setiap

kelompok yang sudah ditetapkan jumlah respondennya dikumpulkan dalam

ruangan yang sama untuk kemudian diberikan TAK Stimulasi Sensori sesi I:

mendengarkan musik pada pukul 09.00 – 09.45 di ruang tengah Ruang Kenanga.

Tanggal 18 Juni 2013 dilakukan TAK Stimulasi Sensori sesi II: menonton video

yang dilakukan sekitar 30 menit setiap 1 kelompok atau ±2 jam untuk 4

kelompok dari pukul 09.30 – 11.35. Untuk sesi yang terakhir yaitu menggambar,

peneliti melaksanakannya tanggal 19 Juni 2013 selama 45 menit dari pukul 09.30

– 10.15.

Setelah dilakukan TAK Stimulasi Sensori selama 3 hari, responden diobservasi

kembali sejak tanggal 24 – 29 Juni 2013 dengan menggunakan lembar observasi

yang telah disediakan (post test) untuk menentukan skor akhir.

Page 65: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

53

H. Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul dilakukan seleksi dan diteliti. Data yang memenuhi

syarat akan dianalisa dan dilakukan pengolahan data dengan prosedur:

a. Editing, yaitu proses untuk memeriksa kelengkapan jawaban dari lembar

penilaian yang telah diperoleh.

b. Coding, yaitu kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk

angka atau bilangan.

c. Processing, yaitu pemprosesan data yang dilakukan dengan cara mengentri

data dari lembar penilaian ke paket program komputer.

d. Cleaning, yaitu membersihkan data yang merupakan kegiatan pengecekan

kembali data yang sudah dientri apakah ada kesalahan atau tidak.

I. Analisa Data

Agar lebih bermakna, data yang diperoleh akan dianalisa dengan uji statistik.

Analisa dilakukan melalui 2 tahap yaitu:

1) Analisa Univariat

Digunakan untuk membuat analisa data numerik berupa mean, median dan

standar deviasi dari data pasien gangguan halusinasi yang diberikan TAK

Stimulasi Sensori Sesi I-III.

2) Analisa Bivariat

Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji T beda dua mean

dependent, yang digunakan untuk menguji perbedaan mean antara dua

kelompok data yang dependen yang diketahui nilai deviasinya (d) untuk

selisih sampel 1 dan sampel 2 atau rata-rata deviasi dari nilai deviasinya.

Page 66: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

54

Selanjutnya data tersebut dihitung standar deviasinya (SD-d) untuk

mengambil keputusan. Pengambilan keputusan dapat digunakan melalui dua

cara yaitu :

a. Berdasarkan hasil uji T, bila t hitung > t tabel maka Ho ditolak

b. Berdasarkan nilai P, bila P < 0,05 (ŀ = 0,05) maka Ho ditolak

Untuk mencari nilai SDd dengan menggunakan rumuas sebagai berikut :

Keterangan :

SDd : standar deviasi

n : jumlah sampel

Xi : sampel 1,2,3,....

X : mean

Rumus T test :

Keterangan :

Ė : Rata-rata deviasi/selisih sampel 1 dengan sampel 2

SDd : Standar deviasi dari deviasi

n : Jumlah sampel

T = đ

SDd / n

Page 67: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

55

BAB V

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini dilakukan oleh peneliti tentang pengaruh TAK Stimulasi Sensori:

sesi I-III terhadap kemampuan mengontrol halusinasi di RS. Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan

dan mengikuti data demografi:

A. Analisa Univariat

Dalam analisa univariat ini menjelaskan secara deskriptif mengenai variabel-

variabel. Penelitian secara deskriptif meliputi karakteristik demografi klien, dalam

penelitian ini yaitu usia, pendidikan, dan jenis halusinasi pada klien yang dirawat di

RS. Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan. Adapun jenis kelamin tidak dimasukkan ke dalam

data demografi dikarenakan ruangan pasien yang akan diteliti adalah Ruang

Kenanga yang seluruhnya berisi wanita.

Tabel 5.1

Distribusi responden berdasarkan usia, pendidikan, dan jenis halusinasi

Variabel Katagori Frekuensi Prosentase (%) Usia responden 17-45 tahun

46-60 tahun 8 5

61,5 38,5

Pendidikan SD SMP SMA PT

2 4 6 1

15,4 30,8 46,2 7,7

Jenis halusinasi Penglihatan Pendengaran

5 8

38,5 61,5

Page 68: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

56

Dari tabel 5.1 distribusi frekuensi responden didapatkan umur yang paling banyak

ditemukan pada kelompok usia 17-45 tahun sebanyak 8 orang (61,5%), pendidikan

SMA terbanyak sebesar 6 orang (46,2%), dan dalam kategori jenis halusinasi,

didapatkan data jenis halusinasi terbanyak yaitu halusinasi pendengaran sebanyak 8

orang (61,5%).

Berikut ini merupakan data tingkat kemampuan mengontrol halusinasi pada klien di

RS. Dr. Soeharto Heerdjan sebelum dan sesudah diberikan TAK Stimulasi Sensori:

Sesi I-III yang berhasil peneliti himpun dari penelitian.

Table 5.2 Distribusi kemampuan mengontrol halusinasi pada responden di RS. Jiwa Dr.

Soeharto Heerdjan

Variabel yang Diteliti

Frekuensi (n=8) Persen (%)

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Frekuensi: 1-3 kali 5 5 38,5 38,5 4-5 kali 3 7 23,1 53,8 >5 kali 5 1 38,5 7,7 Situasi : Sendiri 4 8 30,8 61,5 Sendiri & keramaian 5 1 38,5 7,7 Sblm/Ssdh aktifitas 4 4 30,8 30,8 Respon : Dapat menghardik 0 1 0 7,7 Mengikuti stimulasi 10 1 76,9 7,7 Melakukan kegiatan lain 3 11 23,1 84,6 Durasi : 1-3 menit 9 12 69,2 92,3 4-10 menit 3 1 23,1 7,7 >10 menit 1 0 7,7 0

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa adanya sedikit peningkatan kemampuan

mengontrol dalam setiap kategori pada saat sebelum dan sesudah diberikan TAK

Page 69: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

57

Stimulasi Sensori: Sesi I-III. Seperti pada kategori frekuensi, sebelum diberikan

TAK, responden yang mengalami frekuensi halusinasi >5 dalam sehari kali terlihat

perubahan menjadi sekitar 4-5 kali setelah diberikan TAK. Pada kategori situasi,

responden yang mengalami halusinasi pada saat sendiri dan keramaian mengalami

sedikit peningkatan dengan mengalami halusinasi hanya pada saat sendiri. Dalam

kategori respon, terlihat adanya peningkatan yang lebih menonjol, seperti pada

responden yang awalnya mengikuti stimulasi, setelah diberikan TAK mereka lebih

memilih untuk melakukan kegiatan lain untuk mencegah stimulasi. Sementara

durasi terjadinya halusinasi juga mengalami sedikit peningkatan dari yang mulanya

berkisar 4-10 menit atau bahkan ada yang >10 menit, berubah menjadi hanya sekitar

1-3 menitan.

B. Analisa Bivariat

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian one group pre tes post

tes untuk mengetahui pengaruh TAK Stimulasi Sensori : Sesi I-III terhadap

kemampuan mengontrol halusinasi sebelum dan sesudah intervensi dengan

menggunakan uji T dependen.

Page 70: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

58

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi kemampuan mengontrol halusinasi sebelum dan sesudah

TAK Stimulasi Sensori: Sesi I-III

Variabel Kemampuan Mengontrol Halusinasi

Mean SD SE N P Velue

Frekuensi Sebelum 2,00 0,913 0,253 13 0,104 Sesudah 1,69 0,630 0,175 Situasi Sebelum 2,00 0,816 0,226 13 0,040 Sesudah 1,69 0,947 0,263 Respon Sebelum 2,23 0,439 0,122 13 0,047 Sesudah 2,77 0,599 0,166 Durasi Sebelum 1,38 0,650 0,180 13 0,104 Sesudah 1,08 0,277 0,077

Pada tabel 5.3 di atas terlihat statistik deskriptif berupa rata-rata frekuensi tingkat

kemampuan mengontrol halusinasi pre intervensi dan post intervensi. Variabel pada

tingkat kemampuan mengontrol halusinasi sebelum TAK: Stimulasi Sensori Sesi I-III

dengan 4 kategori, yaitu frekuensi, situasi, respon, durasi.

Untuk kategori frekuensi, mean yang didapat adalah 0,308, dengan standar deviasi

0,630, dan P Value sebesar 0,104. Untuk kategori situasi, mean yang didapat adalah

0,308, dengan standar deviasi 0,480, dan P Value sebesar 0,40. Untuk kategori respon,

didapatkan mean sebesar 0,538, standar deviasi sebesar 0,877, dan p value sebesar

0,047. Sementara untuk kategori durasi, mean yang didapat sebesar 0,308, standar

deviasi 0,630, dan p value sebesar 0,104. Oleh karena p <0,05 maka untuk kategori

situasi dan respon ada pengaruh setelah diberikan TAK Stimulasi Sensori: Sesi I-III

terhadap kemampuan mengontrol halusinasi di RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta,

sementara untuk kategori frekuensi dan durasi yang mana p value-nya >0,05, maka

Page 71: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

59

didapatkan hasil tidak ada pengaruh TAK Stimulasi Sensori: Sesi I-III terhadap

kemampuan mengontrol halusinasi di RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan.

Page 72: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

60

BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab ini, peneliti akan membahas mengenai hasil penelitian tentang pengaruh TAK

Stimulasi Sensori: Sesi I-III terhadap mengontrol hausinasi. Peneliti akan

membandingkan hasil yang diperoleh dengan teori dan hasil penelitian terdahulu.

A. Analisa Univariat

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Data Demografi

a. Usia

Berdasarkan hasil penelitian di RS. Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, usia

terbanyak adalah 17 - 45 tahun sebanyak 8 orang (61,5%).

Menurut Levinson dalam Mesra (2007), usia dewasa terbagi ke dalam 3

kategori, yaitu dewasa awal (17 – 45 tahun), dewasa madya (45 – 65), dan

dewasa akhir (>60 tahun). Hal ini menunjukan bahwa responden halusinasi

terbanyak adalah pada masa perkembangan dewasa awal. Seperti yang

dituliskan oleh Sudarmini (2010), bahwa usia dewasa tersebut utamanya

diharapkan telah memiliki koping yang baik untuk menyelesaikan setiap

permasalahnnya, karena pada usia ini seseorang seharusnya telah dapat

menjadi contoh dan panutan bagi keluarga dan masyarakat sekitarnya. Selain

itu, pada usia dewasa muda juga dituntut untuk menjadi pribadi yang

Page 73: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

61

produktif, sehingga pada usia dewasa muda beresiko tinggi terjadi gangguan

jiwa karena tahap kehidupan ini penuh dengan stresor dan kecemasan.

Selain itu, usia remaja adalah usia di mana seseorang sedang mencari jati

diri, sehingga ketika ada yang terlewati muncullah sebuah respon psikologis

seperti malu hingga menarik diri dari hubungan sosial dengan lingkungan

sekitar yang berdampak pada gangguan mental individu.

b. Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian di RS. Dr. Soeharto Heerdjan, tingkat

pendidikan responden terbanyak adalah pendidikan SMA sebesar 6 orang

(46,2%).

Menurut Darmojo (2004), disebutkan bahwa pendidikan yang rendah dapat

beresiko terjadinya depresi, yang pada penelitian sebelumnya depresi lebih

banyak terjadi pada usia lanjut dengan tingkat pendidikan rendah. Pada

tingkat pendidikan yang tinggi dapat menghasilkan sosial ekonomi yang

baik dan kemandirian yang makin mantap, sehingga dapat berdampak positif

terhadap tingkat kesehatan jiwa seseorang. Selain itu, penelitian Fakhari

yang dikutip kembali Marudin (2011), didapatkan hasil bahwa ada hubungan

yang bermakna antara tidak punya pendidikan atau tidak tamat SD dengan

timbulnya gangguan jiwa (p<0,001).

Page 74: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

62

Dalam penelitian yang telah penulis lakukan, didapatkan bahwa responden

halusinasi yang terbanyak terdapat pada responden dengan tingkat

pendidikan SMA dibandingkan dengan responden yang berpendidikan

rendah seperti SD atau SMP. Namun, pendidikan yang rendah atau

menengah bukan semata-mata menjadi faktor timbulnya halusinasi. Ada

banyak faktor yang mendukung, seperti support system, koping yang kurang

sesuai, dan lain sebagainya. Selain itu, persepsi dari masing-masing individu

pun berbeda, sehingga kadang berfluktuatif. Hal tersebutlah yang membuat

seseorang mengalami gangguan persepsi seperti halusinasi.

c. Jenis Halusinasi

Berdasarkan hasil penelitian di RS. Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, jenis

halusinasi terbanyak adalah halusinasi pendengaran yang dimiliki oleh 8

responden (61,5%).

Dari jurnal penelitian Upoyo & Suryanto (2008), juga didapatkan hasil

bahwa jenis halusinasi terbanyak di Rumah Sakit Banyumas adalah

halusinasi dengar dengan jumlah 10 dari 14 klien (75,02%). Seperti yang

dijabarkan pula oleh Nasution (2004), halusinasi pendengaran merupakan

bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi pada responden gangguan

jiwa (skizofrenia). Halusinasi pendengaran merupakan suatu tanda mayor

dari gangguan halusinasi dan 1 syarat diagnostik minor untuk metankolia

Page 75: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

63

involusi, psikosa mania depresif, dan sindroma otak organik.

Peneliti banyak menemukan responden dengan halusinasi pendengaran

dengan suara-suara yang berasal dari tuhan, setan, tiruan, atau relatif,

sehingga hal ini menghasilkan tindakan/perilaku seperti yang telah diuraikan

di tahapan halusinasi yang ada di bab 2. Munculnya suara-suara tersebut

hingga berpengaruh kepada persepsi mereka, biasanya disebabkan karena

kurangnya sentuhan, perhatian, dan kehangatan dari keluarga, kurangnya

kedekatan diri dengan tuhan, atau masih menyisakan trauma atas

peninggalan orang yang dicintai, yang akhirnya mengakibatkan kemampuan

responden untuk bersosialisasi tidak adekuat hingga berakhir dengan

menarik diri.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Hasil Observasi Mengontrol

Halusinasi Sebelum dan Sesudah Intervensi TAK Stimulasi Sensori: Sesi I-

III

Dari tabel 5.2, dapat dilihat bahwa terdapat 4 kategori yang diobservasi, yaitu

frekuensi, situasi, respon, dan durasi, untuk mengukur kemampuan mengontrol

halusinasi pada saat sebelum dan sesudah diberikan TAK Stimulasi Sensori:

Sesi I-III.

Untuk kategori frekuensi halusinasi, data terbanyak sebelum diberikan TAK

adalah 1-3 kali dan >5 kali (38,5), sementara jumlah terendah adalah 4-5 kali

Page 76: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

64

(23,1%). Lalu setelah diberikan TAK, terdapat perubahan yang terlihat, yaitu

jumlah terbanyak ada pada frekuensi 4-5 kali (53,8%), sedangkan terendah ada

pada frekuensi >5 kali (7,7%).

Untuk kategori situasi halusinasi, data terbanyak sebelum diberikan TAK adalah

pada 2 situasi, yaitu sendiri dan sebelum/sesudah aktifitas (30,8%), sementara

terendah adalah pada situasi sendiri/keramaian (38,5%). Setelah diberikan TAK,

data terbanyak adalah pada situasi sendiri (61,5%), sementara untuk situasi

sendiri/keramaian menjadi situasi dengan data terendah (7,7%).

Untuk kategori respon halusinasi, data terbanyak sebelum diberikan TAK adalah

mengikuti stimulasi halusinasi (76,9%), sementara untuk respon dapat

menghardik dijadikan terendah (0%). Namun setelah diberikan TAK, terdapat

sedikit peningkatan yang terlihat, seperti untuk data tertinggi adalah melakukan

kegiatan lain (84,6%), sedangkan data terendah adalah dapat menghardik dan

mengikuti stimulasi (7,7%).

Terakhir, untuk kategori durasi halusinasi, data terbanyak sebelum diberikan

TAk adalah 1-3 menit (69,2%), sementara data terendah adalah >10 menit

(7,7%). Setelah diberikan TAK, terlihat sedikit perubahan pada prosentasenya,

yaitu durasi terbanyak adalah 1-3 menit (92,3%), sementara data terendah adalah

>10 menit (0%).

Hal ini menunjukkan adanya perubahan pada kemampuan mengontrol halusinasi

Page 77: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

65

sebelum dan sesudah diberikan TAK Stimulasi Sensori: Sesi I-III.

B. Analisa Bivariat

Dari hasil uji statistik T dependen, didapatkan hasil mean dan standar deviasi untuk

keempat ketegori observasi (frekuensi, situasi, respon, dan surasi), yaitu sebagai

berikut:

Untuk kategori frekuensi halusinasi, mean yang diperoleh sebelum dilakukan TAK

Stimulasi Sensori: Sesi I-III adalah sebesar 2,00 dan standar deviasinya sebesar

0,913. Setelah diberikan TAK, mean yang diperoleh sebesar 1,69 dan standar

deviasi sebesar 0,630. Maka dapat dilihat perbedaan nilai mean antara sebelum dan

sesudah dilakukan TAK adalah 0,308 dan standar deviasi 0,630. Sementara, dari uji

statistik T dependen didapatkan nilai p value 0,104 maka dapat disimpulkan bahwa

tidak ada pengaruh TAK Stimulasi Sensori: Sesi I-III terhadap frekuensi halusinasi.

Ada banyak faktor yang membuat tidak adanya pengaruh, beberapa di antaranya

adalah kemampuan konsentrasi responden yang kurang baik untuk mengingat

berapa kali mereka mendapatkan stimulus halusinasi dalam jangka waktu 24 jam,

fasilitas di ruangan tidak menunjang seperti jam yang akan mempermudah mereka

mengetahui pada pukul berapa saja mereka mendapat stimulasi halusinasi dan

berapa kali dalam 24 jam, lalu kesadaran pada diri masing-masing responden untuk

sembuh pun kurang sehingga mereka hanya tahu bahwa TAK hanyalah sebuah

terapi yang mereka lakukan untuk mengisi waktu luang dan bukan untuk sembuh

Page 78: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

66

walaupun peneliti telah mengatakan tujuan awal TAK yang akan dilakukan. Selain

itu pula, penelti hanya dapat meneliti frekuensi responden pada pagi dan sore hari

saja, sehingga pada saat malam hari responden sukar untuk diobservasi. Pola

halusinasi pun sudah terbentuk dengan rutinitas kegiatan mereka yang selalu sama

setiap harinya. Oleh karena itu untuk beberapa responden, frekuensi atau jumlah

munculnya halusinasi dalam sehari dimungkingkan tetap tidak ada perubahan

menjadi lebih baik walaupun sudah diberikan TAK Stimulasi Sensori: Sesi I-III.

Untuk kategori situasi halusinasi, mean yang diperoleh sebelum dilakukan TAK

Stimulasi Sensori: Sesi I-III adalah sebesar 2,00 dan standar deviasinya sebesar

0,816. Setelah diberikan TAK, mean yang diperoleh sebesar 1,69 dan standar

deviasi sebesar 0,947. Maka dapat dilihat perbedaan nilai mean antara sebelum dan

sesudah dilakukan TAK adalah 0,308 dan standar deviasi 0,480. Sementara, dari uji

statistik T dependen didapatkan nilai p value 0,040 maka dapat disimpulkan bahwa

ada pengaruh TAK Stimulasi Sensori: Sesi I-III terhadap situasi halusinasi. Ketika

pelaksanaan TAK dan observasi, kebetulan dalam lingkungan tempat meneliti

terdapat banyak mahasiswa-mahasiswa dari berbagai institusi keperawatan sedang

melakukan praktik klinik di sana, sehingga kami sering mengajak responden untuk

bercakap-cakap dan bersosialisasi seperti tujuan umum TAK itu sendiri. Dengan

begitu, kesempatan untuk responden melamun atau sendirian hingga muncul

stimulasi halusinasi kembali sangat kecil.

Untuk kategori respon halusinasi, mean yang diperoleh sebelum dilakukan TAK

Page 79: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

67

Stimulasi Sensori: Sesi I-III adalah sebesar 2,63 dan standar deviasinya sebesar

0,816. Setelah diberikan TAK, mean yang diperoleh sebesar 2,77 dan standar

deviasi sebesar 0,599. Maka dapat dilihat perbedaan nilai mean antara sebelum dan

sesudah dilakukan TAK adalah -0,538 dan standar deviasi 0,877. Sementara, dari

uji statistik T dependen didapatkan nilai p value 0,047 maka dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh TAK Stimulasi Sensori: Sesi I-III terhadap respon halusinasi.

Responden yang diteliti adalah responden yang pernah dirawat inap di beberapa

bangsal di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, sehingga mereka sudah pernah

diberikan TAK-TAK sebelumnya, seperti TAK Stimulasi Persepsi, Sensori,

Orientasi Realitas, dan Strategi Pelaksanaan (SP) khusus pasien halusinasi. Dengan

pengalaman diberikan TAK-TAK dan SP tersebut, sedikit banyak mereka telah

mengetahui respon yang harus dilakukan ketika stimulasi halusinasi muncul.

Peneliti juga tak jarang mengingatkan para responden untuk selalu mencari kegiatan

lain ketika stimulasi halusinasi muncul agar responden tidak terbawa stimulasi

tersebut. Kegiatan yang dimaksud adalah dengan kegiatan-kegiatan sederhana,

seperti mengobrol, menulis, berdoa, menghardik (seperti yang telah diajarkan di

SP), bernyanyi bersama, dan lain sebagainya. Dengan adanya teman bicara dan

kegiatan, respon yang dikeluarkan para responden pun lebih positif.

Untuk kategori durasi halusinasi, mean yang diperoleh sebelum dilakukan TAK

Stimulasi Sensori: Sesi I-III adalah sebesar 1,38 dan standar deviasinya sebesar

0,650. Setelah diberikan TAK, mean yang diperoleh sebesar 1,08 dan standar

deviasi sebesar 0,277. Maka dapat dilihat perbedaan nilai mean antara sebelum dan

Page 80: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

68

sesudah dilakukan TAK adalah 0,308 dan standar deviasi 0,630. Sementara, dari uji

statistik T dependen didapatkan nilai p value 0,104 maka dapat disimpulkan bahwa

tidak ada pengaruh TAK Stimulasi Sensori: Sesi I-III terhadap durasi halusinasi.

Sama halnya dengan frekuensi, durasi (lamanya waktu setiap munculnya halusinasi)

pun tidak berpengaruh setelah dilakukannya TAK. Faktor-faktor yang muncul juga

sama dengan frekuensi halusinasi, seperti kemampuan konsentrasi responden yang

kurang baik untuk mengingat berapa kali mereka mendapatkan stimulus halusinasi

dalam jangka waktu 24 jam, fasilitas di ruangan tidak menunjang seperti jam yang

akan mempermudah mereka mengetahui pada pukul berapa saja mereka mendapat

stimulasi halusinasi dan berapa kali dalam 24 jam, lalu kesadaran pada diri masing-

masing responden untuk sembuh pun kurang sehingga mereka hanya tahu bahwa

TAK hanyalah sebuah terapi yang mereka lakukan untuk mengisi waktu luang dan

bukan untuk sembuh walaupun peneliti telah mengatakan tujuan awal TAK yang

akan dilakukan. Selain itu pula, penelti hanya dapat meneliti durasi responden pada

pagi dan sore hari saja, sehingga pada saat malam hari responden sukar untuk

diobservasi. Peneliti pun sering merasa kesulitan untuk mengobservasi apakah

responden tersebut sedang mendapatkan stimulasi halusinasi atau tidak dikarenakan

ekspresi mereka yang sulit ditebak, khususnya untuk halusinasi penglihatan.

Sebenarnya, untuk kategori durasi ini erat kaitannya dengan kategori situasi.

Peneliti atau perawat lainnya seringkali mengajak mereka untuk melakukan

kegiatan atau bercakap-cakap untuk mengurangi stimulasi halusinasi, namun

terkadang beberapa responden tampak masih terus mengikuti stimulasi walaupun

Page 81: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

69

tengah bercakap-cakap atau melakukan aktifitas. Sehingga, TAK yang diberikan

belum dapat berpengaruh secara optimal.

Ada banyak faktor yang membuat mengapa dari 4 kategori hanya 2 kategori saja

yang berpengaruh setelah diberikan TAK Stimulasi Sensori: Sesi I-III, selain karena

yang telah disebutkan di atas, juga karena responden jarang diberikan TAK-TAK

yang sesuai dengan diagnosa secara rutin setiap minggu. Peneliti pun memberikan

TAK Stimulasi Sensori: Sesi I-III hanya satu kali, sehingga kecil kemungkinan

untuk mereka mengontrol halusinasi yang dirasakan. Apabila TAK tersebut

diberikan secara rutin setiap minggu dalam sebulan atau lebih, pengaruh positif

yang dirasakan responden kemungkinan akan jauh lebih optimal.

Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok

responden bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau

diarahkan oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih

(Pedoman Rehabilitasi Responden Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam

Yosep, 2007). Salah satu terapi yang digunakan untuk responden dengan gangguan

halusinasi adalah TAK Stimulasi Sensori, yaitu upaya menstimulasi semua

pancaindera (sensori) agar memberi respon yang adekuat (Kelliat& Akemat, 2004).

Terapi ini diberikan karena responden tidak mampu berespon dengan lingkungan

sosialnya. Perawat atau terapis dapat mengobervasi reaksi sensori responden berupa

ekspresi emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi wajah, dan ucapan.

Keliat (2005) mengungkapkan bahwa anggota kelompok yang nyaman adalah

Page 82: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

70

kelompok kecil yang anggotanya berkisar 5-12 orang. Dengan jumlah kelompok

yang ideal, masing-masing anggota kelompok dapat berinteraksi dengan anggota

kelompok yang lain, dapat mengungkapkan perasaan, pengalaman, dan

pendapatnya (Isnaeni, 2008).

TAK Stimulasi Sensori dibagi ke dalam 3 sesi yang 1 sesinya diberikan selama 45

menit dalam satu hari. Sesi 1 berupa mendengarkan musik yang pada saat itu lagu

yang diberikan adalah 3 buah lagu dangdut, sesi 2 menonton video/film berdurasi

pendek yang bersumber dari Youtube, dan sesi 3 yaitu menggambar bebas tanpa

diberikan tema maupun obyek.

Untuk sesi I (mendengarkan musik), peneliti memilih untuk menggunakan musik

dangdut sebagai instrumen penelitian karena menurut penelitian yang dilakukan

oleh Djohan (2006), musik dangdut dan pop tempo cepat dapat menciptakan

perasaan gembira lantaran dinilai cukup umum, cukup memberikan suasana

gembira dengan tempo cepat dan lirik yang ‘ringan’ di telinga, dan selain itu musik

dangdut adalah musik rakyat yang mudah diterima oleh berbagai kalangan. Dengan

pemilihan jenis musik seperti ini, para penderita halusinasi dapat saling membaur

untuk menikmati musik bersama-sama, serta dapat mengurangi gejala halusinasi

yang dirasakan.

Untuk sesi kedua (menonton video), peneliti memberikan terapi menonton

video/film berdurasi pendek yang adaptif, mudah dicerna dalam bahasa maupun

tampilan visual, tidak terlalu banyak menggunakan tulisan di dalamnya, seperti

Page 83: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

71

yang ditulis juga oleh Saifudin (2008). Namun pada TAK Stimulasi Sensori sesi 2

ini, peneliti membagi 13 responden ke dalam 4 kelompok kecil yang 1

kelompoknya berisi 3-4 orang. Jadi dalam sehari, peneliti melakukan 4 kali sesi 2

pada 4 kelompok tersebut. Hal itu dilakukan karena dengan jumlah yang banyak,

konsentrasi dan emosi responden akan kurang terhadap tayangan. Dengan jumlah

yang hanya 3-4 orang dalam setiap kelompok tersebut juga ternyata mempermudah

responden untuk mengutarakan perasaan dan kesan terhadap tayangan yang

diberikan hingga membentuk suatu kesimpulan.

Untuk sesi III (menggambar), Anoviyanti (2008) dalam jurnalnya mengatakan

bahwa melukis sebagai terapi berkaitan dengan aspek kontemplatif atau sublimasi.

Kontemplatif atau sublimasi merupakan suatu cara atau proses yang bersifat

menyalurkan atau mengeluarkan segala sesuatu yang bersifat kejiwaan, seperti

perasaan, memori, pada saat kegiatan berkarya seni berlangsung. Aspek ini

merupakan salah satu fungsi seni yang dimanfaatkan secara optimal pada setiap sesi

terapi. Kontemplatif dalam arti, berbagai endapan batin yang ditumpuk, baik itu

berupa memori, perasaan, dan berbagai gangguan persepsi visual dan auditorial,

diusahakan untuk dikeluarkan atau disampaikan. Dengan demikian, pasien tidak

terjebak pada suatu situasi dimana hanya diri sendiri terjebak pada realitas imajiner

yang diciptakan oleh diri sendiri.

Pada sesi menggambar yang responden lakukan, peneliti dapat melihat bahwa pada

responden halusinasi yang sudah mengenal dan mengontrol halusinasinya dapat

menggambar dengan warna yang sesuai dan obyek yang jelas, seperti rumah,

Page 84: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

72

pohon, bunga, jendela, pintu, dan lain-lain dalam 1 rangkaian gambar yang dapat

diinterpretasikan. Sementara bagi responden halusinasi yang masih sering

mengikuti stimulasi atau belum bisa mengontrol halusinasi, hanya menggambar

obyek-obyek yang berbeda tanpa ada hubungan dari obyek yang 1 ke obyek yang

lain, tidak dapat mengaplikasikan warna sesuai obyek yang dibuat, dan tidak dapat

menginterpretasikan keseluruhan gambar atau dapat menginterpretasikan namun

penjelasannya tidak masuk akal. Namun, terlepas dari itu semua, sesi menggambar

yang dihadirkan di tengah-tengah mereka terbukti dapat membuat mereka semua

gembira dan sebagian besar dapat mengutarakan perasaan masing-masing.

Untuk pelaksanaan TAK Stimulasi Sensori: Sesi I-III itu sendiri tak membutuhkan

waktu, namun memang peneliti mengakui bahwa instrumen yang digunakan untuk

setiap sesi sedikit banyak. Untuk sesi mendengarkan musik, peneliti menyiapkan

seperangkat speaker mini yang mudah dibawa, serta menyiapkan beberapa lagu

dangdut yang sedang populer. Lalu, untuk sesi menonton video, peneliti telah

mencari beberapa video pendek dari situs Youtube dengan durasi per-video sekitar

1-3 menit demi mempertahankan konsentrasi responden pada video tersebut,

seperangkat speaker mini, serta laptop. Namun, jika tersedia LCD dan proyektor,

akan lebih baik. Sementara untuk sesi menggambar, peneliti hanya menyiapkan

beberapa lembar kertas HVS yang akan menjadi wadah untuk responden

menggambar dan tiga set krayon untuk digunakan bersama-sama oleh para

responden.

Page 85: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

73

Sebelum memulai observasi pre dan post test, peneliti telah menyaring responden-

responden mana saja yang cocok untuk menjadi responden, menurut diagnosa, afek,

tahapan halusinasi, juga jenis halusinasi (pendengaran dan penglihatan), sehingga

saat dikumpulkan bersama dalam sebuah kelompok TAK, responden dapat

mengikuti alur TAK dan berinteraksi dengan baik. Namun untuk sesi

mendengarkan musik dan menggambar, peneliti memberikan kesempatan untuk

responden-responden dengan diagnosa lain untuk ikut bersama-sama mengikuti

TAK karena 2 sesi tersebut sifatnya umum untuk siapa saja.

Penelitian terkait tidak ada yang membahas tentang pelaksanaan dari TAK

Stimulasi Sensori: Sesi I-III dan pengaruhnya terhadap kemampuan mengontrol

halusinasi. Dari standar deviasi hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 4 kategori

yang diukur pada sebelum dan sesudah diberikan TAK Stimulasi Sensori: Sesi I-III,

yaitu frekuensi, situasi, respon, dan durasi halusinasi, pengaruh yang terlihat

hanyalah pada kategori situasi dan respon, sementara untuk frekuensi dan durasi

tidak ada perubahan yang berarti.

C. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari keterbatasan dalam melaksanakan penelitian ini, antara lain :

1. Dalam pelaksanaan TAK Stimulasi Sensori: Sesi I-III hanya dapat dilakukan

selama kurang lebih satu minggu karena keterbatasan waktu penelitian dengan

jadwal sidang skripsi sehingga hasil penelitian kurang maksimal.

2. Pada saat pelaksanaan TAK Stimulasi Sensori: Sesi I-III sering terjadi

Page 86: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

74

kesulitan karena kurang kooperatifnya pasien pada saat mengikuti TAK. Hal

tersebut juga dapat disebabkan karena kurangnya konsentrasi pasien pada saat

TAK sedang berlangsung yang disebabkan kondisi mereka yang labil.

3. Peneliti hanya dapat mengobservasi responden pada pagi dan sore hari,

sehingga peneliti kesulitan untuk melihat perkembangan cara mengontrol

responden dalam halusinasi pada saat malam hari.

Page 87: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

75

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian terhadap 13 klien halusinasi dan dilakukan intervensi TAK

Stimulasi Sensori: Sesi I-III, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai

berikut :

1. Dari data demografi dapat disimpulkan bahwa :

a. Umur terbanyak adalah 17-45 tahun sebesar 61,5%.

b. Tingkat pendidikan terbanyak adalah SMA sebesar 46,2%.

c. Jenis halusinasi terbanyak adalah halusinasi pendengaran sebesar 61,5%.

2. Karakteristik responden berdasarkan 4 kategori mengontrol halusinasi adalah

sebagai berikut:

a. Untuk kategori frekuensi halusinasi, data terbanyak sebelum diberikan TAK

adalah 1-3 kali dan >5 kali (38,5), sementara jumlah terendah adalah 4-5 kali

(23,1%). Lalu setelah diberikan TAK, terdapat perubahan yang terlihat, yaitu

jumlah terbanyak ada pada frekuensi 4-5 kali (53,8%), sedangkan terendah

ada pada frekuensi >5 kali (7,7%).

b. Untuk kategori situasi halusinasi, data terbanyak sebelum diberikan TAK

adalah pada 2 situasi, yaitu sendiri dan sebelum/sesudah aktifitas (30,8%),

Page 88: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

76

sementara terendah adalah pada situasi sendiri/keramaian (38,5%). Setelah

diberikan TAK, data terbanyak adalah pada situasi sendiri (61,5%),

sementara untuk situasi sendiri/keramaian menjadi situasi dengan data

terendah (7,7%).

c. Untuk kategori respon halusinasi, data terbanyak sebelum diberikan TAK

adalah mengikuti stimulasi halusinasi (76,9%), sementara untuk respon

dapat menghardik dijadikan terendah. Namun setelah diberikan TAK,

terdapat sedikit peningkatan yang terlihat, seperti untuk data tertinggi adalah

melakukan kegiatan lain (84,6%), sedangkan data terendah adalah dapat

menghardik dan mengikuti stimulasi (7,7%).

d. Terakhir, untuk kategori durasi halusinasi, data terbanyak sebelum diberikan

TAk adalah 1-3 menit (69,2%), sementara data terendah adalah >10 menit

(7,7%). Setelah diberikan TAK, terlihat sedikit perubahan pada

prosentasenya, yaitu durasi terbanyak adalah 1-3 menit (92,3%), sementara

data terendah adalah >10 menit.

3. Dari hasil uji statistik, menunjukan ada perbedaan nilai rata-rata sebelum dan

sesudah TAK Stimulasi Sensori: Sesi I-III, yaitu:

a. Untuk kategori frekuensi dan durasi, dengan P value 0,000 atau P > 0,005

maka disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh TAK Stimulasi Sensori: Sesi

I-III terhadap kemampuan mengontrol halusinasi di RS. Jiwa Dr. Soeharto

Heerdjan.

Page 89: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

77

b. Untuk kategori situasi dan respon, dengan P value 0,000 atau P < 0,005

maka disimpulkan bahwa ada pengaruh TAK Stimulasi Sensori: Sesi I-III

terhadap kemampuan mengontrol halusinasi di RS. Jiwa Dr. Soeharto

Heerdjan.

B. Saran

1. Untuk rumah sakit jiwa, adanya upaya perbaikan atau pemasangan sarana atau

prasarana seperti pengeras suara dan televisi yang bertujuan untuk menstimulasi

sensori mereka. Selain itu, setiap kamar atau bangsal sebaiknya diberikan jam

dan kalender digital yang tentunya sudah diberi penjagaan berupa besi dan letak

yang cukup tinggi. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pasien mengetahui

atau mengorientasi waktu, hari, tanggal, bulan, dan tahun untuk menjadi

pengingat mereka.

2. Untuk perawat yang bekerja di rumah sakit jiwa, dengan penerapan TAK

Stimulasi Sensori: Sesi I-III diharapkan klien mengalami perubahan perilaku

dari maladaptif menjadi adaptif serta dapat mencegah terjadinya kekambuhan

dari gangguan yang diderita pasien. Selain itu, diharapkan juga setiap malam

mengajak pasien untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat guna memutus

mata rantai halusinasi, karena peneliti melihat kekosongan jadwal pasien setiap

malam hingga pola halusinasi pun tetap tidak berubah.

3. Perawat di rumah sakit jiwa juga perlu mengadakan program pendidikan

kesehatan kepada keluarga tentang bagaimana mengatasi dan memelihara

Page 90: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

78

kesehatan jiwa pasien selama di rumah nanti.

4. Untuk peneliti yang akan meneliti keperawatan jiwa terkait dengan Terapi

Aktifitas Kelompok pada pasien halusinasi, dapat dibuat tahapan halusinasi

yang sama pada criteria inklusi agar tingkat keberhasilan TAK semakin tinggi.

Page 91: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

Lampiran 1

PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Responden yang saya hormati,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta :

Nama : Dewi Anggraini

NPM : 2009720015

Akan melakukan penelitian dengan judul "Pengaruh TAK Stimulasi Sensori: Sesi I – III

terhadap Perubahan Tanda dan Gejala Halusinasi di RS. Jiwa Dr. Soeharto Heerdja,

Grogol". Bersama ini saya mohon bapak/ibu untuk bersedia menjadi responden, dan mengisi

lembar persetujuan serta menjawab seluruh pertanyaan pada lembar pertanyaan sesuai dengan

petunjuk yang ada. Jawaban yang bapak/ibu berikan akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya

digunakan untuk kepentingan penelitian.

Atas perhatian dan partisipasi bapak/ibu dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Jakarta, Juni 2013

Peneliti

Dewi Anggraini

Page 92: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Judul Penelitian : "Pengaruh TAK Stimulasi Sensori: Sesi I - III terhadap Perubahan Tanda

dan Gejala di RS. Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, Grogol"

Nama Peneliti : Dewi Anggraini

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia ikut berpartisipasi dalam

pengumpulan data yang dilakukan oleh Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Jakarta.

Setelah membaca dan memahami penjelasan yang diberikan saya mengerti penelitian ini tidak

akan berakibat negatif, tidak rnembahayakan fisik dan kesehatan saya, serta berguna untuk

pengembangan ilmu keperawatan di Indonesia. Saya mengerti bahwa informasi yang saya

berikan dijamin kerahasiaannya dan hanya yang saya berikan adalah jawaban yang sebenarnya.

Jakarta, Juni 2013

Mengetahui

Ka. Ru. Rawat Inap Kenanga Responden

Ns. Erni Ernawati, S.Kep ( )

Page 93: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

Lampiran 3

LEMBAR DEMOGRAFI

A. Data Demografi

1. No. Responden :

2. Umur :

3. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

4. Pendidikan : SD PTN

SMP Dan lain-lain

SMU

5. Jenis halusinasi :

6. Nama bangsal :

Page 94: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASI PRE DAN POST TEST

PRE – TEST

No. Aspek yang Dinilai Hasil Responden

1. Frekuensi Timbulnya

Halusinasi

a. 1 – 3 kali

b. 2 – 4 kali

c. > 4 kali

d. Dan lain-lain (sebutkan)……..

2. Situasi Timbulnya Halusinasi a. Sendiri

b. Melamun

c. Setelah melakukan kegiatan

d. Dan lain-lain (sebutkan)……

3. Respon Ketika Halusinasi a. Dapat menghardik

b. Mengikuti stimulasi halusinasi

c. Dan lain-lain (sebutkan)……

Page 95: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

4. Durasi Ketika Halusinasi a. 1-3 menit

b. 5-10 menit

c. >10 menit

POST – TEST

No. Aspek yang Dinilai Hasil Responden

1. Frekuensi Timbulnya

Halusinasi

a. 1 – 3 kali

b. 2 – 4 kali

c. > 4 kali

d. Dan lain-lain (sebutkan)……..

2. Situasi Timbulnya Halusinasi a. Sendiri

b. Melamun

c. Setelah melakukan kegiatan

d. Dan lain-lain (sebutkan)……

3. Respon Ketika Halusinasi a. Dapat menghardik

b. Mengikuti stimulasi halusinasi

c. Dan lain-lain (sebutkan)……

Page 96: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

4. Durasi Ketika Halusinasi a. 1-3 menit

b. 5-10 menit

c. >10 menit

Lampiran 5

Sesi 1: TAK

Stimulasi Sensoris Mendengarkan Musik

Kemampuan memberi respon pada musik

No. Aspek yang Dinilai Nama Klien

1. Mengikuti kegiatan dari awal

sampai akhir

2. Memberi respon (ikut bernyanyi/

menari/ menari/ menggerakkan

tangan-kaki-dagu sesuai irama)

3. Memberi pendapat tentang musik

yang didengar

4. Menjelaskan perasaan setelah

mendengar lagu

Page 97: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

Petunjuk:

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien mengikuti, merespon, memberi pendapat,

menyampaikan perasaan tentang musik yang didengar. Beri tanda √ jika klien mampu dan tanda X jika

klien tidak mampu.

Lampiran 6

Sesi 2: TAK

Stimulasi Sensoris Menonton

Kemampuan memberi respon pada tontonan

No. Aspek yang Dinilai Nama Klien

1. Mengikuti kegiatan dari awal

sampai akhir

2. Memberi respon pada saat

menonton (senyum, sedih, dan

gembira)

3. Menceritakan cerita dalam TV/

video

Page 98: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

4. Menjelaskan perasaan setelah

menonton

Petunjuk:

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien mengikuti, merespon, memberi pendapat,

menyampaikan perasaan tentang musik yang didengar. Beri tanda √ jika klien mampu dan tanda X jika

klien tidak mampu.

Lampiran 7

Sesi 3: TAK

Stimulasi Sensoris Menggambar

Kemampuan memberi respon terhadap menggambar

No. Aspek yang Dinilai Nama Klien

1. Mengikuti kegiatan dari awal

sampai akhir

2. Menggambar sampai selesai

3. Menyebutkan gambar apa

4. Menceritakan makna gambar

Petunjuk:

Page 99: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

1 Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2 Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien mengikuti, merespon, memberi pendapat,

menyampaikan perasaan tentang musik yang didengar. Beri tanda √ jika klien mampu dan tanda X jika klien

tidak mampu.

Page 100: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Judul Penelitian : "Pengaruh TAK Stimulasi Sensori: Sesi I - III terhadap Mengontrol

Halusinasi di RS. Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, Grogol"

Nama Peneliti : Dewi Anggraini

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia ikut berpartisipasi dalam

pengumpulan data yang dilakukan oleh Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Jakarta.

Setelah membaca dan memahami penjelasan yang diberikan saya mengerti penelitian ini tidak

akan berakibat negatif, tidak rnembahayakan fisik dan kesehatan saya, serta berguna untuk

pengembangan ilmu keperawatan di Indonesia. Saya mengerti bahwa informasi yang saya

berikan dijamin kerahasiaannya dan hanya yang saya berikan adalah jawaban yang sebenarnya.

Jakarta, Juni 2013

Mengetahui

Ka. Ru. Rawat Inap Kenanga Responden

Ns. Erni Ernawati, S.Kep ( )

Page 101: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

SOP TAK Stimulasi Sensori,Sesi 1: Mendengarkan Musik

1) Tujuan:

a. Klien mampu mengenali musik yang didengar

b. Klien mampu memberi respons terhadap musik

c. Klien mampu menceritakan perasaannya setelah mendengarkan musik

2) Setting:

a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran

b. Ruangan nyaman dan tenang

3) Alat:

a. Tape recorder

b. Lagu yang ceria atau yang religius

4) Metode:

a. Diskusi

b. Sharing persepsi

5) Langkah Kegiatan:

a. Persiapan

a) Membuat kontrak dengan klien yang sesuai dengan indikasi: halusinasi,

menarik diri, harga diri rendah, dan gangguan komunikasi verbal.

b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

b. Orientasi

a) Salam terapeutik: Salam dari terapis kepada klien.

Page 102: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

b) Evaluasi/validasi: Menanyakan perasaan klien saat ini.

c) Kontrak:

Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mendengarkan musik.

Terapis menjelaskan aturan main berikut.

Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta

izin kepada terapis.

Lama kegiatan 45 menit.

Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

c. Tahap Kerja

a) Terapis mengajak klien untuk saling memperkenalkan diri (nama dan

nama panggilan) dimulai dari terapis secara berurutan searah jarum jam.

b) Setiap kali seorang klien selesai memperkenalkan diri, terapis mengajak

semua klien untuk bertepuk tangan.

c) Terapis dan klien memakai papan nama.

d) Terapis menjelaskan bahwa akan diputarkan sebuah lagu, klien boleh

terpuk tangan atau menari sesuai dengan irama lagu. Setelah lagu selesai,

klien akan diminta menceritakan isi dari lagu tersebut dan perasaan klien

setelah mendengar lagu.

e) Terapis memutar lagu, klien mendengar, boleh menari atau tepuk tangan

(kira-kira 15 menit). Musik yang diputar boleh diulang beberapa kali.

Terapis mengobservasi respon klien terhadap musik.

f) Secara bergiliran, klien diminta menceritakan isi lagu dan perasaannya.

Sampai semua klien mendapat giliran.

g) Terapis memberikan pujian, setiap klien selesai menceritakan

perasaanya, dan mengajak klien lain bertepuk tangan.

Page 103: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

d. Tahap Terminasi

a) Evaluasi

Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b) Tindak Lanjut: Terapis menganjurkan klien untuk mendengarkan musik

yang disukai dan bermakna dalam kehidupannya.

c) Kontak yang akan datang

Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu menggambar.

Menyepakati waktu dan tempat.

6) Evaluasi dan Dokumentasi

a. Evaluasi: Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada

tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien seusai dengan

tujuan TAK. Untuk TAK Stimulasi Sensori mendengar musik, kemampuan

klien yang diharapkan adalah mengikuti kegiatan, respon terhadap musik,

memberi pendapat tentang musik yang didengar, dan perasaan saat

mendengar musik. Formulir evaluasi sebagai berikut:

Page 104: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

Sesi 1: TAK

Stimulasi Sensoris Mendengarkan Musik

Kemampuan memberi respon pada musik

No. Aspek yang Dinilai Nama Klien

1. Mengikuti kegiatan dari awal

sampai akhir

2. Memberi respon (ikut bernyanyi/

menari/ menari/ menggerakkan

tangan-kaki-dagu sesuai irama)

3. Memberi pendapat tentang musik

yang didengar

4. Menjelaskan perasaan setelah

mendengar lagu

Petunjuk:

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien mengikuti, merespon, memberi pendapat,

menyampaikan perasaan tentang musik yang didengar. Beri tanda √ jika klien mampu dan tanda X jika

klien tidak mampu.

b. Dokumentasi: Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat

TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien

mengikuti sesi 1, TAK stimulasi sensori mendengarkan musik. Klien

mengikuti kegiatan sampai akhir dan menggerakkan jari sesuai dengan

irama musik, namun belum mampu memberi pendapat dan perasaan

tentang musik. Latih klien untuk mendengarkan musik di ruang rawat.

Page 105: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

SOP TAK Stimulasi Sensori, Sesi 2: Menonton

1) Tujuan:

a. Klien dapat memberi respon terhadap tontonan TV/ video (jika menonton tv,

acara tontonan hendaknya dipilih yang positif dan bermakna terapi untuk

klien).

b. Klien menceritakan makna acara yang ditonton.

2) Setting:

a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran di depan televisi

b. Ruangan nyaman dan tenang

3) Alat:

a. CD player dan video tape

b. Televisi

4) Metode:

a. Diskusi

b. Sharing persepsi

5) Langkah Kegiatan:

a. Persiapan

a) Membuat kontrak dengan klien yang sudah mengikuti TAK Sesi 1.

b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

Page 106: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

b. Orientasi

a) Salam terapeutik: Salam dari terapis kepada klien.

b) Evaluasi/validasi: Menanyakan perasaan klien saat ini.

c) Kontrak:

Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menonton TV/ bideo dan

menceritakannya.

Terapis menjelaskan aturan main berikut.

Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin

kepada terapis.

Lama kegiatan 45 menit.

Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

c. Tahap Kerja

a) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu menonton

TV/ video dan menceritakan makna yang telah ditonton.

b) Terapis memutar TV/ video yang telah disiapkan.

c) Terapis mengobservasi klien selama menonton TV/ video.

d) Setelah selesai menonton, masing-masing klien diberi kesempatan

menceritakan isi tontonan dan maknanya untuk kehidupan klien.

Berurutan searah jarum jam, dimulai dari klien yang ada di sebelah kiri

terapis. Sampai semua klien mendapat giliran.

e) Setelah selesai klien menceritakan persepsinya, terapis mengajak klien

lain bertepuk tangan dan memberikan pujian.

d. Tahap Terminasi

a) Evaluasi

Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

Page 107: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b) Tindak Lanjut: Terapis menganjurkan klien untuk menonton acara tv

yang baik.

c) Kontak yang akan datang

Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu menggambar.

Menyepakati waktu dan tempat.

6) Evaluasi dan Dokumentasi

a. Evaluasi: Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada

tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien seusai dengan

tujuan TAK. Untuk TAK Stimulasi Sensori menonton, kemampuan klien yang

diharapkan adalah mengikuti kegiatan, berespon terhadap tontonan,

mengungkapkan perasaan terhadap tontonan, dan menceritakan isi tontonan.

Formulir evaluasi sebagai berikut:

Page 108: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

Sesi 2: TAK

Stimulasi Sensoris Menonton

Kemampuan memberi respon pada tontonan

No. Aspek yang Dinilai Nama Klien

1. Mengikuti kegiatan dari awal

sampai akhir

2. Memberi respon pada saat

menonton (senyum, sedih, dan

gembira)

3. Menceritakan cerita dalam TV/

video

4. Menjelaskan perasaan setelah

menonton

Petunjuk:

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien mengikuti, merespon, memberi pendapat,

menyampaikan perasaan tentang musik yang didengar. Beri tanda √ jika klien mampu dan tanda X jika

klien tidak mampu.

b. Dokumentasi: Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat

TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien

mengikuti sesi 1, TAK stimulasi sensori menonton. Klien mengikuti

kegiatan sampai akhir, ekspresi datar, dan tanpa respon, klien tidak dapat

menceritakan isi tontonan dan perasaannya. Tingkatkan stimulus di

ruangan, ulang kembali dengan stimulus yang berbeda.

Page 109: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

SOP TAK Stimulasi Sensori, Sesi 3: Menggambar

1) Tujuan:

a. Klien dapat mengekspresikan perasaan melalui gambar.

b. Klien memberi makna gambar.

2) Setting:

a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran

b. Ruangan nyaman dan tenang

3) Alat:

a. Kertas HVS

b. Pensil 2B (bila tersedia krayon juga dapat digunakan)

4) Metode:

a. Diskusi

b. Sharing persepsi

5) Langkah Kegiatan:

a. Persiapan

a) Membuat kontrak dengan klien yang sudah mengikuti TAK Sesi 1 dan 2.

b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

b. Orientasi

a) Salam terapeutik: Salam dari terapis kepada klien.

b) Evaluasi/validasi: Menanyakan perasaan klien saat ini.

c) Kontrak:

Page 110: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menggambar dan

menceritakannya kepada orang lain.

Terapis menjelaskan jika ada klien yang ingin meninggalkan

kelompok, harus meminta izin kepada terapis.

Lama kegiatan 45 menit.

Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

c. Tahap Kerja

a) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu menggambar

dan menceritakan hasil gambar kepada klien lain.

b) Terapis membagikan kertas dan pensil untuk tiap klien.

c) Terapis mengobservasi klien selama menonton TV/ video.

d) Terapis meminta klien menggambar apa saja sesuai dengan yang diinginkan

saat ini.

e) Setelah semua klien selesai menggambar, terapis meminta masing-masing

klien untuk memperlihatkan dan menceritakan gambar yang telah dibuatnya

kepada klien lain. Yang harus diceritakan adalah gambar apa dan apa

makna gambar tersebut menurut klien.

f) Kegiatan poin e dilakukan sampai semua klien mendapat giliran.

g) Setiap kali klien selesai menceritakan gambarnya, terapis mengajak klien

lain bertepuk tangan.

d. Tahap Terminasi

a) Evaluasi

Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

Page 111: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

b) Tindak Lanjut: Terapis menganjurkan klien untuk mengekspresikan

perasaan melalui gambar.

c) Kontr ak yang akan datang

Menyepakati TAK yang akan datang sesuai indikasi klien.

Menyepakati waktu dan tempat.

6) Evaluasi dan Dokumentasi

a. Evaluasi: Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada

tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien seusai dengan

tujuan TAK. Untuk TAK Stimulasi Sensori menggambar, kemampuan klien

yang diharapkan adalah mengikuti kegiatan, menggambar, menyebutkan apa

yang digambar dan menceritakan makna gambar. Formulir evaluasi sebagai

berikut:

Sesi 2: TAK

Stimulasi Sensoris Menonton

Kemampuan memberi respon pada tontonan

No. Aspek yang Dinilai Nama Klien

1. Mengikuti kegiatan dari awal

sampai akhir

2. Menggambar sampai selesai

3. Menyebutkan gambar apa

4. Menceritakan makna gambar

Petunjuk:

1 Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

Page 112: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI …

2 Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien mengikuti, merespon, memberi pendapat,

menyampaikan perasaan tentang musik yang didengar. Beri tanda √ jika klien mampu dan tanda X jika

klien tidak mampu.

b. Dokumentasi: Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK

pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 1,

TAK stimulasi sensori menggambar. Klien mengikuti kegiatan sampai akhir,

mampu menggambar, menyebutkan nama gambar, dan menceritakan makna

gambar. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan melalui gambar.