Upload
dinhkien
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN BIG FIVE DAN KOMUNIKASI
INTERPERSONAL TERHADAP KEPUASAN PERNIKAHAN PADA
WANITA YANG MENJALANI KEHIDUPAN COMMUTER MARRIAGE
SKRIPSI
Diajukan kepada fakultas Psikologi untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)
Oleh:
Dewi Susanti
NIM: 107070002566
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/ 2014 M
v
“The reward for conformity is that
everyone likes you except yourself.”
― Rita Mae Brown
“Tak ada besar atau kecil dalam ilmu,
sebagaimana kita lihat Sulaiman pun sudi
belajar pada semut dan burung hud-hud.”
― Dr. Yusuf Al-Qardhawi
“Skripsi ini saya persembahkan untuk Ibu, Bapak, Azis,
Zahira, Maya, Arrazy, dan semua yang saya sayang. Terima
kasih untuk doa, dukungan dan kasih yang diberikan”
vi
ABSTRACT
A. Faculty of Psychology UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
B. November 2014
C. Dewi Susanti
D. Predicting Influence of Big Five Personality and Interpersonal
Communication on marital satisfaction in women who live through
commuter marriage
E. xiv + 81 page (appendix not included)
F. This study aims to determine whether there’s a significant influence of
Big Five Personality and Interpersonal Communication on marital
satisfaction in women who live through commuter marriage. Data on
marital satisfaction is obtained through a questionnaire distributed to
105 women respondents who live through commuter marriage
beginning with non-probability sampling techniques. The instrument
validity on this study tested by lisrel 8.70 software and subsequently
analyzed by multiple regression analysis (multiple regression) with
SPSS 16.0.
The results of this study indicate that there’s a significant joint
influence of Big Five Personality domai, and interpersonal
communication about 44.7% of influence, while another 56.3 % was
influenced by outside variables of this research.
Predicted by each independent variables and it’s domain,
there’s no significant influence of big five personality as well as it’s
domains to marital satisfaction in women who live through commuter
marriage. On the other hand, there is a significant influence of
interpersonal communication in to marital satisfaction in women who
live through commuter marriage. This significant influence exist on
each interpersonal communication domain (supportiveness and
equality). The biggest influence predictor of marital satisfaction on
this study was supportiveness. Moreover, there’s no significant
intuitive eating’s mean difference found on respondent’s occupation.
Key words : Big Five Personality, Interpersonal Communication,
Marital Satisfaction
G. 40 Resources: 19 Books + 3 Essay + + 3 Thesis + 13 Journal + 1
Article
vii
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
(B) November 2014
(C) Dewi Susanti
(D) Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five dan Komunikasi Interpersonal
terhadap Kepuasan Pernikahan pada Wanita yang Menjalani Kehidupan
Commuter Marriage.
(E) xiv + 81 halaman + lampiran
(F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang
signifikan dari tipe kepribadian big five dan komunikasi interpersonal
terhadap kepuasan pernikahan pada wanita yang menjalani kehidupan
commuter marriage. Data mengenai kepuasan pernikahan diperoleh
melalui angket yang disebarkan kepada 105 responden wanita yang
menjalani kehidupan commuter marriage dengan teknik non probability
sampling. Uji validitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan
software Lisrel 8.70 dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan
teknik analisis regresi berganda (multiple regression) dengan bantuan
software SPSS 16.0.
Hasil penelitian ini secara keseluruhan menunjukkan bahwa ada
pengaruh bersama yang signifikan dari tipe kepribadian big five dan
komunikasi interpersonal dengan pengaruh sebesar 44,7%, sedangkan
56,3% sisanya dipengaruhi oleh variable lain diluar penelitian ini.
Jika dilihat dari masing-masing IV dan dimensinya, maka diketahui
bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari tipe kepribadian big five
serta dimensi-dimensinya terhadap kepuasan pernikahan pada wanita yang
menjalani kehidupan commuter marriage. Sementara itu diketahui bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan dari komunikasi interpersonal terhadap
kepuasan pernikahan pada wanita yang menjalani kehidupan commuter
marriage. Pengaruh yang signifikan ini terjadi pada masing-masing
dimensi komunikasi interpersonal, yakni sikap mendukung dan kesetaraan.
Prediktor dengan pengaruh paling besar terhadap kepuasan pernikahan
pada penelitian ini adalah sikap mendukung.
Kata kunci: Tipe kepribadian Big Five, Komunikasi Interpersonal,
Kepuasan pernikahan
(G) Daftar Bacaan: 40; 19 buku + 3 skripsi + 2 Thesis + 13 jurnal + 3 Artikel
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahiim.
Alhamdulillahi rabbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five dan Komunikasi
Interpersonal terhadap Kepuasan Pernikahan pada Wanita yang Menjalani
kehidupan Commuter Marriage” sebagai syarat untuk menyelesaikan jenjang
pendidikan Sarjana Strata Satu (S1) sesuai dengan kurikulum yang telah
ditetapkan di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan
salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah SAW yang telah membawa
umatnya minadzulumati illannur, beserta keluarga dan sahabat.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini tidak lepas
dari dukungan, arahan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag.,Msi, selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga sebagai
Dosen Pembimbing I. Terima kasih atas kesabaran, arahan, bimbingan dan
waktu yang telah diluangkan ditengah kesibukan untuk membimbing penulis
dalam menyelesaikan skripsi.
2. Siti Evangeline I. Suaidy, M.si,Psi. Sebagai Dosen Pembimbing II. Terima
kasih atas segala bimbingan, arahan, kritik yang membangun, dan tantangan
yang diberikan kepada penulis, membuat proses pengerjaan skripsi ini
semakin penuh warna.
3. Rekan-rekan yang menjalani kehidupan commuter marriage. Terima kasih
atas kesediaannya menjadi responden dalam penelitian ini. Mohon maaf
karena penulis terus menerus mengganggu aktivitas arisan dan kegiatan di
jejaring sosial kalian.
4. Ibu Misusi Aminah. Terima kasih atas segala doa, kasih sayang, kesabaran
dan pengertian serta semangatnya membantu penulis dalam pengambilan data
penelitian sekaligus menjadi inspirasi penulis menemukan “commuter
marriage” untuk skripsi ini. Terima kasih telah membuat penulis mengerti
arti sebuah ketabahan dan menjadi motivasi terbesar penulis menyelesaikan
skripsi ini. Terima kasih untuk segalanya. Ibu, you are my everything.
5. Bapak Sarwinanto, kakak Rika Damaya Sari, dan adik Rafi Arrazy
Fachrizahir atas doa, dukungan, semangat, keceriaan dan harapan yang
diberikan untuk penulis menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih telah percaya
bahwa penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
6. Kanda Abdul Azis, dengan penuh kesabaran menjadi tempat berbagi keluh
kesah, pelampiasan amarah, rasa kecewa, dan ketika emosi penulis tidak
ix
stabil, serta senantiasa memberikan bahunya untuk penulis menumpahkan air
mata ketika proses pengerjaan skripsi ini tidak sesuai rencana. Terima kasih
juga karena telah menjadi “Ibu” bagi malaikat kecil kita, Zahira Fathiya
Uzma, selama penulis tenggelam dalam skripsi ini.
7. Teman-teman seperjuangan skripsi, yang datang lulus berganti. Terima kasih
untuk bantuan, dukungan, yang senantiasa menyemangati dan menginspirasi
penulis untuk tetap berusaha sampai akhir. Khusus teman-teman kelas B
angkatan 2007 “Be The One”, terima kasih atas kebersamaan dan pengalaman
berharga yang penulis rasakan. Akhirnya penulis yang menjadi “The Last”.
8. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih
atas segala doa dan dukungan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
Semoga seluruh kebaikan yang diberikan mendapat balasan yang berlipat
ganda oleh Allah SWT. Amin.
Jakarta, November 2014
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman judul .............................................................................................. i
Lembar pengesahan pembimbing .................................................................. ii
Lembar pengesahan sidang munaqostah ........................................................ iii
Lembar pernyataan ....................................................................................... iv
Motto dan Persembahan ................................................................................ v
Abstrak ........................................................................................................ vi
Kata pengantar ............................................................................................. viii
Daftar Isi ....................................................................................................... x
Daftar Tabel ................................................................................................. xii
Daftar Gambar .............................................................................................. xiii
Daftar Lampiran............................................................................................ xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah.................................................. 8
1.2.1 Pembatasan masalah.............................................................. 8
1.2.2 Perumusan masalah............................................................... 9
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................ 10
1.3.1 Tujuan penelitian................................................................... 10
1.3.2 Manfaat penelitian................................................................. 10
1.4 Sistematika Penulisan.......................................................................... 11
BAB 2 LANDASAN TEORITIS
2.1 Kepuasan Pernikahan........................................................................... 13
2.1.1 Pengertian kepuasan pernikahan............................................ 13
2.1.2 Aspek-aspek kepuasan pernikahan........................................ 15
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan..... 15
2.1.4 Pengukuran kepuasan pernikahan.......................................... 17 2.2 Tipe Kepribadian Big Five................................................................... 18
2.2.1 Pengertian tipe kepribadian big five...................................... 18
2.2.2 Trait-trait tipe kepribadian big five........................................ 19
2.2.3 Pengukuran tipe kepribadian big five.................................... 22
2.3 Komunikasi Interpersonal.................................................................... 22 2.3.1 Pengertian komunikasi interpersonal..................................... 22
2.3.2 Aspek-aspek komunikasi interpersonal................................. 23
2.3.3 Pengukuran komunikasi interpersonal................................... 25
2.4 Commuter Marriage............................................................................ 25
2.5 Kerangka berpikir................................................................................. 27 2.6 Hipotesis penelitian.............................................................................. 30
xi
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Subjek penelitian.................................................................................. 32
3.1.1 Populasi................................................................................. 32
3.1.2 Sampel................................................................................... 32
3.1.3 Teknik pengambilan sampel.................................................. 33
3.2 Variabel Penelitian............................................................................... 33
3.2.1 Variabel dependen (DV) dan variabel independen (IV)....... 33
3.2.2 Definisi operasional variabel................................................. 34
3.3 Instrumen Pengumpulan Data............................................................. 35
3.3.1 Skala kepuasan pernikahan.................................................... 36
3.3.2 Skala tipe kepribadian big five.............................................. 36
3.3.3 Skala tipe komunikasi interpersonal...................................... 37
3.4 Uji Validitas Alat Ukur........................................................................ 38
3.4.1 Uji validitas skala kepuasan pernikahan................................ 39
3.4.2 Uji validitas skala tipe kepribadian big five.......................... 40
3.4.3 Uji validitas skala komunikasi interpersonal......................... 48
3.5 Prosedur Pengumpulan Data............................................................... 55
3.6 Metode Analisis Data.......................................................................... 56
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian................................................... 58
4.2 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian................................................. 59
4.2.1 Kategorisasi Skor kepuasan pernikahan................................ 60
4.2.2 Kategorisasi Skor tipe kepribadian big five.......................... 61
4.2.3 Kategorisasi Skor komunikasi interpersonal......................... 62
4.3 Uji Hipotesis Penelitian....................................................................... 64
4.3.1 Analisis regresi variabel penelitian....................................... 64
4.3.2 Pengujian proporsi varians masing-masing independent variable.................................................................................. 69
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 73
5.2 Diskusi................................................................................................. 74
5.3 Saran.................................................................................................... 77
5.3.1 Saran teoritis.......................................................................... 77
5.3.2 Saran praktis.......................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 79
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Bobot Skor Skala Kepuasan Pernikahan, Tipe
Kepribadian Big Five, dan Komunikasi Interpersonal ...... 36
Tabel 3.2 Blue Print Skala Kepuasan Pernikahan ............................ 37
Tabel 3.3 Blue Print Skala Tipe Kepribadian Big Five .................... 38
Tabel 3.4 Blue Print Skala Komunikasi Interpersonal ..................... 39
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Kepuasan Pernikahan ...................... 41
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Extraversion ................................... 42
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Agreeableness ................................ 44
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Conscientiousness .......................... 45
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Neuroticism .................................... 47
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Openness ........................................ 48
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Keterbukaan ................................... 50
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Empati ............................................ 51
Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Sikap Mendukung........................... 53
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Sikap Positif ................................... 54
Tabel 3.15 Muatan Faktor Item Kesetaraan ...................................... 45
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ................................ 59
Tabel 4.2 Norma Skor Variabel Penelitian ...................................... 61
Tabel 4.3 Kategorisasi Skor Kepuasan Pernikahan .......................... 61
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Tipe Kepribadian Big Five .................. 62
Tabel 4.5 Kategorisasi Skor Komunikasi Interpersonal ................... 63
Tabel 4.6 Hasil R Square Analisis Regresi Variabel Penelitian ....... 65
Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis .......................................................... 66
Tabel 4.8 Koefisien Regresi Masing-Masing Variabel Penelitian .... 67
Tabel 4.9 Proporsi Varians Masing-Masing Independent Variable .. 71
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir .................................................... 29
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 2 : Syntax Analisis Faktor Konfirmatori
Lampiran 3 : Contoh Output Analisis Faktor Konfirmatori
(Kepuasan Pernikahan)
Lampiran 4 : Contoh Output Analisis Faktor Konfirmatori
( Tipe Kepribadian Big Five; extraversion, agreeableness,
conscientiousness, neuroticism, openness)
Lampiran 5 : Contoh Output Analisis Faktor Konfirmatori
(Komunikasi Interpersonal; keterbukaan, empati, sikap
mendukung, sikap positif, dan kesetaraan)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penelitian.
1.1 Latar Belakang
Kesuksesan sebuah pernikahan tidak hanya ditandai oleh berapa lama hubungan
terjalin dan intensitas perasaan yang dialami, tetapi dari sejauh mana pasangan
suami istri dapat saling memenuhi kebutuhan demi tercapainya pernikahan yang
berkualitas. Menurut Puspitawati (2013), kualitas pernikahan merupakan derajat
pernikahan yang dapat memberi kebahagiaan dan kesejahteraan bagi pasangan
suami istri sehingga dapat menjaga kelestarian pernikahan.
Kebahagiaan dan keharmonisan pasangan dicerminkan dari bertahannya
pasangan dalam mengelola kualitas pernikahannya. Penyesuaian dengan berbagai
kondisi dan keadaan pernikahan yang secara langsung bergantung pada kepuasan
pasangan dalam aspek-aspek pernikahan (Hawadi, 2010).
Kondisi perkembangan dunia pekerjaan yang semakin maju saat ini
membuat pria ataupun wanita sama-sama mempunyai kesempatan untuk
mengembangkan karir meski telah menjalani kehidupan pernikahan. Idealnya,
seseorang mencari pekerjaan yang menempatkan diri dan pasangannya pada satu
wilayah. Namun kenyataannya, sangat sulit bagi seseorang untuk mendapatkan
2
posisi karir yang sama atau lebih baik dalam satu lokasi yang sama dengan
pasangan. Solusi lain yang lebih modern untuk tetap mempertahankan kepuasan
pernikahannya yaitu pasangan sepakat salah satu dari mereka meninggalkan
rumah, pindah ke tempat yang cukup jauh dari rumah untuk bekerja. Kesepakatan
yang dibuat oleh pasangan yang telah menikah dimana masing-masing
mempertahankan dua tempat tinggal di lokasi geografis yang berbeda dan
dipisahkan setidaknya tiga malam per minggu selama tiga bulan disebut commuter
marriage (Orton dan Crossman, dalam Anderson, 2003).
Kehidupan pernikahan jarak jauh (commuter marriage) tidaklah sama
dengan pernikahan yang pada umumnya dilakukan. Pasangan commuter marriage
tentu saja lebih banyak menghadapi masalah dan problematika kehidupan
berumah tangga dibandingkan dengan pasangan yang tinggal serumah. Glotzer &
Federlain (2007) menjelaskan bahwa karakter dari pola commuter marriage yang
ditandai oleh salah satu pasangan tetap berada di rumah dengan pekerjaannya dan
sekaligus bertanggung jawab dalam merawat anak, sedangkan pasangan lainnya
bekerja dan tinggal jauh dari rumah untuk jangka waktu yang lama.
Permasalahan yang lebih kompleks akan dihadapi seseorang dalam
menjalani sebuah pernikahan jarak jauh. Dimana komunikasi yang terhambat
merupakan salah satu masalah yang dihadapi seseorang dalam menjalani
kehidupan commuter marriage. Padahal, komunikasi merupakan komponen
penting pada saat pasangan berjauhan (Sarwono, 2009).
Seperti halnya seseorang berharap pasangannya dapat membaca apa yang
ada di kepalanya dan merealisasikannya, ataupun seseorang merasakan hambatan
3
dalam membaca pikiran pasangannya. Dan pada saat menemukan bahwa harapan
pasangannya tidak dapat terpenuhi, maka seseorang akan dihadapkan pada konflik
yang mungkin saja berkembang menjadi ketidakpuasan. Padahal, apabila
komunikasi diantara mereka sulit dijalin, maka harapan-harapan tersebut tentu
saja tidak akan dapat terpenuhi dengan sendirinya (Sadarjoen, 2005).
Pentingnya interaksi yang positif dalam berkomunikasi dengan pasangan
menjadi penentu kelanjutan dari hubungan tersebut (Kertamuda, 2009). Karena
kesibukan masing-masing, membuat waktu dan kesempatan untuk berkomunikasi
akan berkurang. Selanjutnya, karena tidak hidup bersama, pengawasan satu sama
lain akan merenggang sehingga kecurigaan akan mudah muncul dan
menimbulkan konflik bila kurangnya rasa saling percaya pada pasangan. Masalah
lainnya yaitu pengeluaran pun akan lebih besar, karena harus membiayai dua
kebutuhan hidup masing-masing pasangan, biaya transportasi dan biaya
komunikasi. Pasangan yang dapat terus membina bahtera rumah tangga perlu
mendengarkan dan menghargai satu sama lain sekalipun mereka tidak sependapat
dalam mengatasi persoalan yang terjadi.
Jarak yang memisahkan juga dapat membuat masing-masing mudah
tergoda untuk berhubungan dengan lawan jenis selain pasangannya. Masing-
masing pasangan akan merasa kesepian dan tidak puas dengan pernikahan yang
dijalaninya, karena tidak ada tempat berbagi berbagai hal dalam kehidupannya.
Kemudian, hasrat seks masing-masing pasangan harus ditahan, atau tidak
selamanya disalurkan, karena harus menunggu hingga pasangannya pulang,
sehingga harus memiliki kegiatan-kegiatan lain guna menyalurkan seks (Sarwono,
4
2009). Apabila tidak dapat diatasi dengan baik, maka hal ini dapat memicu
ketidakpuasan dalam pernikahan sehingga memberikan kesempatan untuk
hadirnya orang ketiga. Untuk itu dibutuhkan dari masing-masing pihak untuk
tetap mempertahankan pernikahan yang memuaskan dan mampu menyesuaikan
diri dengan keadaan mereka, walaupun sulit dan mengalami tekanan-tekanan
batin.
Penelitian pun telah banyak dilakukan, baik penelitian luar negeri maupun
penelitian dalam negeri mengenai pola kehidupan commuter marriage yang
berdampak pada puas atau tidaknya sebuah pernikahan. Salah satunya penelitian
yang dilakukan oleh Govaerts & Dixon (1988), terkait vocational dan marital
satisfaction dalam commuter marriage. Penelitian ini menggunakan 55 pasangan
commuter marriage dan 55 pasangan non commuter mariage. Hasil penelitian
menemukan bahwa tidak ada perbedaan vocational antara pasangan commuter
marriage ataupun pasangan non commuter marriage. Akan tetapi, meski
pasangan non commuter marriage memiliki proporsi yang lebih tinggi dalam hal
komunikasi, hasil penelitian menunjukkan pasangan commuter marriage lebih
puas dengan waktu yang dihabiskan bersama-sama, lebih modern
mempersepsikan peran dalam pernikahan dan menjadi orang tua.
Dalam sebuah penelitian Mushalliena (2014) menguji penyesuaian
perkawinan pada istri yang menjalani commuter marriage tipe adjusting. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden (44,5%) memiliki
penyesuaian perkawinan yang sangat baik dengan dimensi komunikasi dan
5
konflik sebagai dimensi yang paling berkontribusi terhadap penyesuaian
perkawinan.
Marini dan Julinda (2008) melakukan penelitian kualitatif mengenai
kepuasan pernikahan istri pada pasangan commuter marriage. Hasilnya dua dari
tiga responden yang digunakan dalam penelitian tersebut tetap mendapatkan
kepuasan dalam pernikahannya meskipun sedang menjalani kehidupan commuter
marriage, sedangkan satu responden menyatakan ketidakpuasannya menjalani
kehidupan commuter marriage.
Terkait pada komunikasi antara seseorang dengan pasangannya terdapat
juga dalam penelitian lain yaitu pengaruh kualitas komunikasi terhadap subjective
well-being istri yang menjalani pernikahan jarak jauh oleh Wiliaspi (2012).
Penelitian ini menunjukan bahwa kualitas komunikasi berpengaruh terhadap
subjective well-being istri yang menjalani pernikahan jarak jauh.
Indarti (2010) menguji hubungan antara komunikasi interpersonal dengan
kepuasan pernikahan pada istri TKI di desa Betak Kecamatan Kalidawir
Kabupaten Tulungagung. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar istri TKI mempunyai tingkat komunikasi interpersonal dalam kategori tinggi
sebanyak 3 orang (7,5%), cukup 33 orang (82,5%), dan kurang 4 orang (10%).
Sedangkan kepuasan pernikahan dalam kategori tinggi sebanyak 2 orang (5%),
sedang 33 orang (82,5%), dan rendah (12,5%).
Senada dengan penelitian di atas, penelitian mengenai kepuasan
pernikahan pada pasangan commuter marriage juga dilakukan oleh Cate &
Sumner (2010) bahwa marital satisfaction (kepuasan pernikahan) pada pasangan
6
commuter marriage berkaitan secara signifikan dengan keterbukaan (self-
disclosure), empati, dan supportiveness (sikap mendukung).
Sebenarnya peneliti belum mendapatkan ada penelitian sebelumnya yang
secara khusus mengaitkan antara tipe kepribadian big five dengan commuter
marriage, akan tetapi terdapat penelitian mengenai commuter marriage terkait
dengan kepribadian dari seseorang. Rini (2010) melakukan penelitian mengenai
penyesuaian pernikahan yang ditinjau dari kepribadian pada istri yang menjalani
pola pernikahan jarak jauh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dimensi
kepribadian istri yang menjalani pola pernikahan jarak jauh memiliki korelasi
yang signifikan dengan penyesuaian pernikahannya.
Sementara itu, penelitian yang mengaitkan antara tipe kepribadian big five
dengan kepuasan pernikahan telah banyak dilakukan. Salah satunya dalam sebuah
penelitian yang dilakukan oleh Botwin, Buss dan Shackelford (1997). Penelitian
ini menemukan bahwa kepuasan pernikahan dengan tingkat yang lebih tinggi
berkaitan dengan openness to experiences (Intellect-Openness), agreeableness,
dan conscientiousness (Emotional Stability).
Pada penelitian lain, Febriany (2011) menguji tipe kepribadian Big Five
pada 200 wanita yang telah menikah dengan rentang usia 20-40 tahun. Hasil
penelitian ini menyatakan adanya pengaruh yang signifikan dari tipe kepribadian
neuroticism terhadap kepuasan pernikahan.
Dari penelitian-penelitian terdahulu yang telah dipaparkan di atas,
menunjukkan pentingnya kepribadian mempengaruhi kognisi dalam menilai
kepuasan pernikahan. Sehingga, karakteristik ini berdampak pada dinamika
7
hubungan yang berkaitan dengan kepuasan pernikahan. Dan pada kenyataannya,
kepribadian menjadi salah satu faktor utama dalam kepuasan pernikahan.
Wanita dewasa awal dan dewasa madya sendiri dipilih oleh peneliti
sebagai sampel karena pada commuter marriage ada dua tipe, yang pertama
adalah pasangan adjusting, yaitu pasangan suami istri yang usia perkawinannya
cenderung lebih muda, menghadapi perpisahan perkawinan atau commuter
marriage di awal perkawinan, dan memiliki sedikit atau tidak ada anak. Yang
kedua, pasangan established, yaitu pasangan suami istri yang usia perkawinannya
lebih tua, telah lama bersama dalam perkawinan dan memiliki anak yang sudah
dewasa dan telah keluar dari rumah (Gross dalam Glotzer & Federlain, 2007).
Peneliti juga hanya memilih wanita sebagai sampel dari penelitian ini
karena dalam penelitian yang dilakukan oleh Hess dan Soldo (1985) bahwa pria
yang telah menikah tampak lebih sehat daripada pria lajang baik bagi mereka
yang pernikahannya bahagia ataupun tidak. Tetapi hal ini tidak berlaku bagi
wanita. Bagi wanita, mereka yang telah menikah terlihat memiliki kesehatan
psikologis yang tinggi dibandingkan wanita yang belum menikah hanya bila
pernikahan mereka bahagia.
Dari penjelasan-penjelasan yang telah diuraikan, peneliti merasa perlu
melakukan sebuah penelitian untuk melihat pengaruh tipe kepribadian big five dan
komunikasi interpersonal terhadap kepuasan pernikahan pada seseorang yang
menjalani kehidupan commuter marriage. Dan mengingat kepuasan pernikahan
pada wanita tampaknya lebih memerlukan perhatian dibandingkan kepuasan
pernikahan bagi kaum pria, maka peneliti lebih tertarik untuk meneliti kepuasan
8
pernikahan kaum wanita. Untuk itu penelitian ini diberi judul “Pengaruh Tipe
Kepribadian Big five dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Kepuasan
pernikahan pada wanita yang menjalani kehidupan commuter marriage”
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan lebih terfokus, penulis membuat batasan-
batasan permasalahan. Adapun batasan-batasan permasalahan tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Kepuasan pernikahan yang dimaksud pada penelitian ini adalah bagaimana
pasangan yang menjalani kehidupan commuter marriage mengevaluasi
pernikahan mereka. Meskipun tidak selalu bertemu dengan pasangan dan
tinggal dalam satu atap yang sama, apakah tetap merasa baik, bahagia dan
puas dengan pernikahan yang dijalani, dengan melihat aspek-aspek kepuasan
pernikahan yaitu consensus, cohesion, satisfaction, dan Affectional expresion.
b. Tipe kepribadian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tipe kepribadian
yang terdapat dalam tipe kepribadian big five, yaitu neuroticism, extraversion,
openness, agreeableness dan conscientiousness
c. Komunikasi interpersonal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
komunikasi interpersonal yang dilakukan wanita yang menjalani kehidupan
commuter marriage bersama pasangannya dengan melihat aspek-aspek
keterbukaan, empati, sikap mendukung (supportiveness), sikap positif
(positiveness), dan kesetaraan (equality).
9
d. Berbagai istilah yang digunakan untuk mengidentifikasi kepuasan dalam
pernikahan (marital satisfaction), seperti kebahagiaan pernikahan (marital
happines), kualitas pernikahan (marital quality), dan penyesuaian pernikahan
(marital adjusment). Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan istilah
“kepuasan pernikahan” (marital satisfaction)
e. Subjek yang akan berpartisipasi dalam penelitian ini ialah wanita dengan usia
20-40 tahun (dewasa awal dan dewasa madya), dengan usia pernikahan
minimal 1 tahun, dan tinggal terpisah dalam kurun waktu paling sedikit tiga
hari selama 3 bulan berturut-turut.
1.2.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan. Masalah yang dapat
diidentifikasikan adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara tipe kepribadian big five dan
komunikasi interpersonal terhadap kepuasan pernikahan pada wanita yang
menjalani kehidupan commuter marriage?
2. Seberapa besar pengaruh kepuasan pernikahan pada wanita yang menjalani
kehidupan commuter marriage yang dapat di prediksi secara bersama oleh
tipe kepribadian big five dan komunikasi interpersonal?
3. Apakah dimensi-dimensi dari tipe kepribadian big five dan komunikasi
interpersonal berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pernikahan
pada wanita yang menjalani kehidupan commuter marriage?
10
4. Prediktor manakah diantara dimensi tipe kepribadian big five dan komunikasi
interpersonal yang memiliki pengaruh paling besar terhadap kepuasan
pernikahan pada wanita yang menjalani kehidupan commuter marriage?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menjawab pertanyaan penelitian yang telah peneliti
rumuskan di atas. Oleh karenanya tujuan dan manfaat substansial penelitian ini
sangat berkaitan erat dengan pertanyaan penelitian, yaitu:
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara tipe
kepribadian big five dan komunikasi interpersonal terhadap kepuasan
pernikahan pada wanita yang menjalani kehidupan commuter marriage.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepuasan pernikahan pada wanita
yang menjalani kehidupan commuter marriage yang dapat di prediksi secara
bersama oleh tipe kepribadian big five dan komunikasi interpersonal.
3. Untuk mengetahui apakah dimensi-dimensi dari tipe kepribadian big five dan
komunikasi interpersonal berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan
pernikahan pada wanita yang menjalani kehidupan commuter marriage.
4. Untuk mengetahui prediktor mana diantara dimensi tipe kepribadian big five
dan komunikasi interpersonal yang memiliki pengaruh paling besar terhadap
kepuasan pernikahan pada wanita yang menjalani kehidupan commuter
marriage.
11
1.3.2 Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumbangan
pengetahuan terhadap ilmu pengetahuan psikologi dan bagi perkembangan
teori-teori psikologi khususnya pada psikologi keluarga. Selain itu penelitian
ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh tipe
kepribadian big five dan komunikasi interpersonal dengan pengaruhnya
terhadap kepuasan pernikahan pada wanita yang menjalani kehidupan
commuter marriage.
2. Manfaat praktis
Secara praktis, diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan untuk
konsultasi pernikahan, baik itu untuk tindakan preventif maupun intervensi.
Penelitian selanjutnya yang juga membahas tentang kepuasan pernikahan
pada seseorang yang menjalani kehidupan commuter marriage diharapkan
dapat mempertimbangkan faktor lain yang juga dapat memberikan pengaruh
sehingga bisa diambil kesimpulan yang lebih produktif.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi yang berjudul “pengaruh tipe kepribadian big five
dan komunikasi interpersonal terhadap kepuasan pernikahan commuter
marriage”. Terdiri dari lima Bab, Yaitu:
Bab 1: Pendahuluan
12
Berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, dan
pokok-pokok bahasan, tujuan dan manfaat dari penelitian serta sistematika
penulisan.
Bab 2: Kajian Teori
Berisi tentang definisi pernikahan, tujuan pernikahan, kepuasan pernikahan,
faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan, cara mengukur kepuasan
pernikahan, definisi tipe kepribadian big five, aspek-aspek tipe kepribadian big
five, cara mengukur tipe kepribadian big five, definisi komunikasi interpersonal,
aspek-aspek komunikasi interpersonal, cara mengukur komunikasi interpersonal,
kerangka berfikir, dan hipotesis penelitian.
Bab 3: Metode Penelitian
Berisi tentang populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional dari
variabel, instrument penelitian, prosedur pengumpulan data, dan metode analisis
data.
Bab 4: Analisis hasil penelitian
Berisi tentang presentasi dan analisis data yang meliputi gambaran umum subjek,
kategori skor variabel, dan uji hipotesis penelitian
Bab 5: Kesimpulan, diskusi dan saran
Berisi tentang kesimpulan, diskusi, saran, daftar pustaka, dan lampiran-lampiran
berdasarkan hasil penelitian.
13
BAB 2
KAJIAN TEORI
Pada bab dua ini akan dijelaskan tentang teori-teori yang terkait dengan variabel
penelitian, yaitu pernikahan, kepuasan pernikahan, tipe kepribadian big five,
komunikasi interpersonal, selanjutnya kerangka berpikir dan hipotesis.
2.1 Kepuasan Pernikahan
2.1.1 Pengertian kepuasan pernikahan
Menurut Fizpatrick (dalam Bird & Melville, 1994) kepuasan pernikahan
adalah:
“…how marital partners evaluate the quality of their marriage. It is a subjective
description of whether a marital relationship is good, happy, or satisfying.”
Terjemahan:
Kepuasan pernikahan adalah bagaimana pasangan yang menikah
mengevaluasi kualitas pernikahan mereka. Pernikahan merupakan gambaran yang
subjektif yang dirasakan oleh pasangan tersebut, apakah seseorang merasa baik,
bahagia, ataupun puas dengan pernikahan yang dijalaninya.
Menurut Lemme (1995) kepuasan pernikahan adalah evaluasi suami istri
terhadap hubungan perkawinan yang cenderung berubah sepanjang perjalanan
perkawinan itu sendiri. Sedangkan Atwater dan Duffy (2002) melihat kesuksesan
14
atau kepuasan pernikahan dari aspek hubungan dalam pernikahan, termasuk
kematangan, cinta keintiman, dan kebersamaan. Senada dengan itu kepuasan
pernikahan adalah suatu pengalaman subyektif, perasaan yang kuat dan sikap
yang didasarkan pada faktor kualitas yang dirasakan dari interaksi dalam
pernikahan (Wiss dalam Pinsof dan Lebow, 2005)
Spanier (1976) mendefinisikan kepuasan pernikahan sebagai evaluasi
subjektif mengenai perasaan seseorang atas pasangannya, atas perkawinannya,
dan atas hubungan dengan pasangannya. Dengan demikian, kepuasan pernikahan
adalah suatu hal yang subjektif, tergantung pada sejauh mana pernikahan yang
dimilikinya telah memenuhi harapan orang tersebut (L. Scaanzoni & J. Scanzoni,
1976).
Bradbury dan kawan-kawan (2000) mendefinisikan kepuasan pernikahan
ialah:
“…reflects an evaluation in which positive features are salient and negative
features are relatively absent” (Bradbury et al., 2000: 973)
Terjemahan:
Kepuasan pernikahan menggambarkan evaluasi yang mana ciri-ciri positif
menonjol dan ciri-ciri negatif relatif tidak ada. Sebaliknya, ketidakpuasan
pernikahan menggambarkan evaluasi yang mana ciri-ciri negatif menonjol dan
ciri-ciri positif relatif tidak ada.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan definisi kepuasan pernikahan
dari Fizpatrick (dalam Bird & Melville, 1994) yaitu, kepuasan pernikahan adalah
bagaimana pasangan yang menikah mengevaluasi kualitas pernikahan mereka.
15
Gambaran yang subjektif yang dirasakan oleh pasangan tersebut, apakah
seseorang merasa baik, bahagia, ataupun puas dengan pernikahan yang
dijalaninya.
2.1.2 Aspek-aspek kepuasan pernikahan
Fizpatrick (dalam Bird & Melville, 1994) menyatakan bahwa kepuasan
pernikahan memiliki empat aspek, diantaranya:
a. Concencus (kesepakatan)
Concensus menilai sejauh mana kesepakatan antara pasangan mengenai isu-
isu penting bagi hubungan, seperti agama, rekreasi, teman, serta tugas rumah
tangga.
b. Cohesion (kedekatan hubungan)
Cohesion menilai seberapa sering pasangan melakukan kegiatan bersama-
sama.
c. Satisfaction (Kepuasan)
Satisfaction menilai seberapa sering pasangan memiliki kecocokan dalam
pernikahannya dan bagaimana pasangan berkomitmen untuk menjaga ikatan
pernikahannya tersebut.
d. Expression of Affection (Ungkapan kasih sayang)
Expression of Affection mengukur kepuasan individu dalam mengekspresikan
perasaan dan sex.
16
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan
Faktor-faktor yang berkaitan dengan kepuasan pernikahan, Duvall dan Miller
(1985) membagi secara garis besar menjadi dua kategori yaitu background
characteristics dan current characteristic. Yang selanjutnya akan digunakan kata
faktor sebelum pernikahan dan faktor selama pernikahan. Faktor sebelum
pernikahan merupakan faktor-faktor masa lalu atau masa sebelum menikah, yaitu
faktor yang telah ada sebelum pernikahan terjadi, yang nantinya akan
mempengaruhi kepuasan pernikahan. Sedangkan faktor selama pernikahan adalah
faktor-faktor masa kini, yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tercapainya
kepuasan pernikahan setelah terjadinya pernikahan.
Menurut Duvall dan Miller (1985), faktor sebelum pernikahan terdiri dari:
1. Kebahagiaan pernikahan orang tua
2. Kebahagiaan pada masa kanak-kanak
3. Pembentukan disiplin oleh orang tua
4. Pendidikan seks dari orang tua
5. Pendidikan (minimal pendidikan terakhir SMA)
6. Masa perkenalan sebelum pernikahan
Menurut Duvall dan Miller (1985) terdapat delapan faktor selama
pernikahan yang mempengaruhi kepuasan pernikahan, yaitu:
1. Afeksi, yaitu pengungkapan kasih sayang secara terbuka satu sama lain
2. Kepercayaan, yaitu saling mempercayai satu sama lain
3. Equaliatrium, yaitu tidak ada yang mendominasi dalam pernikahan
17
4. Komunikasi, yaitu komunikasi yang terbuka secara emosional, seksual, dan
sosial diantara pasangan baik
5. Seks, yaitu saling menikmati hubungan seksual
6. Kehidupan sosial, yaitu ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan di luar
rumah.
7. Tempat tinggal yang relatif menetap
8. Pendapat (finansial) yang cukup
Kedua faktor tersebut merupakan faktor yang penting, tetapi karena faktor
masa lalu tidak bisa diubah, dan masing-masing individu hanya bisa menerima
kondisi pasangannya, maka yang akan dibahas adalah faktor masa kini saja.
Menurut Marano ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan
pernikahan (dalam Atwater dan Duffy, 2002) yaitu:
1. Kemampuan memecahkan masalah secara bersama-sama
2. Bersenang-senang bersama dan saling berbagi pengalaman
3. Kualitas komunikasi pasangan sebelum menikah untuk mengetahui
bagaimana perbedaan dan masalah yang ada ditangani, khususnya pada masa
awal pernikahan
4. Affective affiramative - komunikasi dengan cinta, sikap menerima atau
penerimaan tanpa syarat kepada pasangan.
2.1.4 Pengukuran kepuasan pernikahan
Peneliti memperoleh beberapa instrumen untuk mengukur kepuasan pernikahan,
diantaranya yaitu:
18
1. Dyadic Adjusment Scale (Spanier 1976).
2. ENRICH/ PREPARE (Fowers & Olson, dalam Kouneski, 2002)
Namun dari alat ukur yang dipaparkan di atas, peneliti memilih untuk
menggunakan skala yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan empat aspek
yang dijelaskan oleh Fizpatrick (dalam Bird & Melville, 1994), yaitu: consensus,
cohesion, satisfaction dan affectional expression. Skala ini berjumlah 16 item.
2.2 Tipe Kepribadian Big Five
2.2.1 Pengertian tipe kepribadian big five
Menurut Allport (dalam Suryabarata, 2006) kepribadian adalah organisasi dinamis
dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas
dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Cattel (dalam Engler, 2009)
memberikan definisi mengenai kepribadian yang sangat umum, yaitu kepribadian
adalah suatu prediksi mengenai apa yang akan dilakukan oleh seseorang dalam
berbagai situasi yang terjadi padanya. Dari beberapa konsep mengenai
kepribadian, salah satu diantaranya yaitu konsep tipe kepribadian big five.
Model trait mencari stabilitas atau perubahan dalam trait kepribadian. Paul
T. Costa dan R. McCrae (dalam Pervin & Jhon, 2005) mengembangkan dan
menguji five factor model, yang dikenal sebagai Big Five, yaitu neuoriticism,
extraversion, openness, conscientiousness, dan agreeableness. Friedman &
Schustack (2009) mendefinisikan tipe kepribadian big five sebagai suatu
pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia
melalui trait yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah
19
dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Lima trait kepribadian tersebut
adalah extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuoriticism, dan
openness. Sedangkan menurut Wiggins (dalam Mischel, 2003), tipe kepribadian
big five merupakan pendekatan yang diilustrasikan dalam sebuah taksonomi yang
komprehensif dari domain perilaku interpersonal yang menghasilkan dimensi
berlawanan.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori tipe kepribadian big five
dari Paul T. Costa dan R. McCrae (dalam Pervin & Jhon, 2005) dan dikhususkan
pada tipe kepribadian wanita yang menjalani kehidupan commuter marriage.
2.2.2 Trait-trait tipe kepribadian big five
Trait merupakan suatu pola tingkah laku yang relatif menetap secara terus
menerus dan konsekuen yang diungkapkan dalam satu deretan keadaan. Trait-trait
dari tipe kepribadian Big Five Costa & McCrae (dalam Pervin & Jhon, 2005),
adalah sebagai berikut.
a. Extraversion
Extraversion mengukur kuantitas dan intensitas interaksi interpersonal,
tingkat, aktivitas, pemenuhan kebutuhan dan kemampuan untuk menikmati
hidup. Karakteristik individu yang memiliki extraversion tinggi dicirikan
dengan orang yang optimis, fun, mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosial, aktif, banyak bicara, berorientasi kepada hubungan sesama
manusia, loving, dan affectionate. Individu yang memiliki extraversion
20
rendah dicirikan dengan orang yang tidak ramah, bersahaja, suka menyendiri,
berorientasi pada tugas, dan pendiam.
b. Agreeableness
Agreebleness mengukur kualitas orientasi interpersonal secara kontinum
mulai dari perasaan haru sampai ke sikap antagonis dalam berpikir, merasa
dan berperilaku. Karakteristik individu yang memiliki agreeableness tinggi
dicirikan dengan orang yang lembut, dapat dipercaya, suka menolong,
pemaaf, dan penurut. Individu yang memiliki agreeableness rendah dicirikan
dengan orang yang sinis, kasar, curiga, tidak kooperatif, pendendam, kejam,
dan manipulative.
c. Conscientiousness
Conscientiousness mengukur tingkat kemampuan individu dalam
mengorganisasi, ketekunan, dan motivasi. Kebalikan dari orang yang dapat
diandalkan, terlalu berpilih-pilih, tidak mudah puas, kritis, cerewet, bawel,
dicirikan dengan orang yang lesu dan tidak rapi. Karakteristik individu yang
memiliki conscientiousness tinggi dicirikan dengan orang yang teratur,
pekerja keras, dapat diandalkan, disiplin, tepat waktu, rapi dan hati-hati.
Individu yang memiliki conscientiousness rendah dicirikan dengan orang
yang tanpa tujuan, tidak dapat diandalkan, malas, sembrono, lalai, dan mudah
menyerah.
d. Neuroticism
Neuroticism mengukur penyesuaian vs ketidakstabilan emosi,
mengidentifikasi keadaan psikologis yang cenderung menyusahkan ide-ide
21
yang tidak realistis, keinginan yang berlebihan dan respon coping yang
maladaptif. Karakteristik individu yang memiliki neuroticism tinggi dicirikan
dengan orang yang cemas, gugup, emosional, merasa tidak aman, merasa
tidak mampu, dan mudah panik. Individu yang memiliki neuroticism rendah
dicirikan dengan orang yang tenang, santai, merasa aman, puas terhadap
dirinya, tidak emosional dan tabah.
e. Openness
Openness mengukur perilaku proaktif dan apresiasi terhadap pengalaman,
kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang tidak familiar.
Karakteristik individu yang memiliki openness tinggi dicirikan dengan orang
yang ingin tahu, minat luas, kreatif, original, imajinatif, dan untraditional.
Individu yang memiliki openness rendah dicirikan dengan orang yang
konvensional, sederhana, minat sempit, tidak artistik dan tidak analitis.
Tabel.2.1
Karakteristik tipe kepribadian big five
Skala Trait Karakter Skor Tinggi Karakter Skor Rendah
Extraversion
Optimis, mudah menyesuaikan
diri, aktif, banyak bicara,
berorientasi kepada hubungan
sesama, loving, affectionate.
Tidak ramah, bersahaja, suka
menyendiri, berorientasi
pada tugas, pendiam.
Agreeableness
Lembut, dapat dipercaya, suka
menolong, pemaaf, penurut.
Sinis, kasar, curiga, tidak
koperatif, pendendam,
kejam, manipulative.
Neuroticism
Cemas, gugup, emosional,
merasa tidak aman, merasa
tidak mampu, mudah panik.
Tenang, santai, merasa
aman, puas terhadap dirinya,
tidak emosional, tabah.
Openness
Ingin tahu, minat luas, kreatif,
original, imaginative,
untraditional.
Konvensional, sederhana,
minat sempit, tidak artistik,
tidak analitis.
Conscientiousness
Teratur, pekerja keras, dapat
diandalkan, disiplin, tepat
waktu, rapi, hati-hati.
Tanpa tujuan, tidak dapat
diandalkan, malas, lalai,
sembrono, mudah menyerah.
22
2.2.3 Pengukuran tipe kepribadian big five
Untuk pengukuran tipe kepribadian Big five, peneliti menggunakan skala yang
merupakan hasil adaptasi alat ukur baku kepribadian dari John, O. P & Srivastava,
S. (1999) yang mengacu pada teori dari Costa & McCrae (dalam Pervin & Jhon,
2005), yang dinamakan dengan Big Five Inventory. Big five Inventory (BFI)
terdiri dari 44 item yang mewakili 5 trait kepribadian.
2.3 Komunikasi Interpersonal
2.3.1 Pengertian komunikasi interpersonal
Para ahli teori komunikasi, Bochner, Cappella, dan Miller (dalam Devito, 1997)
mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai penyampaian pesan oleh satu
orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan
berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.
Senada dengan itu, Devito (1995) mengartikan komunikasi interpersonal sebagai
suatu proses pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan
efek umpan balik langsung.
Menurut Bienvenu (1987), komunikasi interpersonal dikatakan baik
dikarenakan adanya konsep diri yang dapat mempengaruhi komunikasi tersebut,
kemudian adanya kemampuan untuk mendengarkan isi dari komunikasi tersebut,
juga mampu mengekspresikan pikiran dan dapat mengatasi emosi terutama
kemarahan, yang paling penting adanya keinginan untuk berkomunikasi dengan
baik.
23
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan definisi komunikasi
interpersonal dari Devito (1995) yaitu suatu proses pengiriman pesan dari
seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek umpan balik langsung.
2.3.2 Aspek-Aspek Komunikasi Interpersonal
Devito (1997) menjelaskan bahwa ada lima aspek yang menentukan
efektivitas komunikasi interpersonal, yaitu keterbukaan (openess), empati
(empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan
kesetaraan (equality).
Devito (1997) menjelaskan lima aspek yang mempengaruhi komunikasi
interpersonal, yaitu:
a. Keterbukaan
Kualitas keterbukaan mengacu pada keinginan untuk terbuka dan berinteraksi
dengan orang lain, keinginan untuk berinteraksi secara jujur terhadap
stimulus yang datang dan mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang akan
dilontarkan individu adalah milik dan tanggung jawabnya atas pikiran dan
perasaan, mendorong daya ekspresi orang lain dengan memberikan umpan
balik yang relevan dan patut.
b. Empati
Henry Backrack mendefinisikan empati sebagai kemampuan seseorang untuk
mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada saat tertentu, dari sudut
pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.
24
empati mencakup kemampuan individu untuk menyesuaikan diri
dengan lawan bicara selama percakapan, menahan godaan untuk
mengevaluasi, menilai, menafsirkan, dan mengkritik. Makin banyak
mengenal keinginan seseorang, pengalamannya, kemampuannya,
ketakutannyan kemudian mencoba mengerti alasan yang membuat orang itu
merasa seperti yang dirasakannya. Serta mencoba merasakan apa yang sedang
dirasakan orang lain dari sudut pandangnya, melihat situasi dan interaksi dari
sudut pandang lawan bicara dan menghargai perbedaan pandangan dari lawan
bicara.
c. Sikap mendukung
Hubungan interpersonal yang efektif diperlihatkan dengan mengisyaratkan
minat dan perhatian. Dimana gaya yang spontanitas dan terbuka dalam
mengutarakan pendapat dan pikiran serta bereaksi dengan cara yang sama.
Membangun suasana bersifat deskriptif dengan memelihara kontak mata yang
patut, kedekatan fisik yang menunjukkan kedekatan psikologis serta sosok
tubuh yang terbuka. Bersikap tentatif dan berpikiran terbuka serta bersedia
mendengar pandangan yang berlawan dan bersedia untuk berubah posisi jika
keadaan mengharuskan.
d. Sikap positif
Mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal yakni
secara positif mendorong orang yang menjadi teman untuk berinteraksi,
memiliki kepercayaan diri, selalu nyaman bersama orang lain dan situasi
25
komunikasi pada umumnya. Secara sosial memiliki kepercayaan diri,
bersikap santai, tidak gugup, tidak kaku, fleksibel dan terkendali.
e. Kesetaraan
Komunikasi interpersonal akan lebih berhasil dan efektif apabila suasananya
setara, tidak seorang pun merasa diabaikan atau merasa menjadi tokoh
penting. Harus ada pengakuan secara tersirat bahwa kedua pihak sama-sama
bernilai dan berharga dengan masing-masing pihak berkontribusi dalam
keseluruhan komunikasi. Ditunjukkan melalui gerakan mata, ekspresi vocal,
serta gerakan tubuh dan wajah yang sesuai.
2.3.3 Pengukuran Komunikasi Interpersonal
Beberapa alat ukur dapat digunakan untuk mengukur komunikasi interpersonal,
salah satunya adalah skala baku yang disusun oleh Millard J. Bienvenu (1976)
yaitu interpersonal Communication Inventory (ICI).
Namun untuk pengukuran komunikasi interpersonal dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan alat ukur komunikasi interpersonal dengan memodifikasi
alat ujur yang dibuat oleh Hermadi Fajar A (2011) berdasarkan dimensi-dimensi
dari teori Joseph A. Devito (1997) karena dapat menggambarkan komunikasi
interpersonal seseorang secara keseluruhan.
2.4 Commuter Marriage
Rodhes (2002) menjelaskan bahwa commuter marriage adalah pria dan wanita
dalam pernikahan yang mempunyai dua karir, dimana masing-masing mempunyai
26
keinginan untuk mempertahankan pernikahan namun secara sukarela juga
memilih untuk menjaga karir sehingga pasangan tersebut merasakan adanya
komitmen yang kuat.
Gerstel dan Gross menyatakan bahwa commuter marriage adalah
kesepakatan yang dilakukan dengan sukarela oleh pasangan suami istri, yang
berada pada dua lokasi geografis yang berbedadengan pekerjaan masing-masing
dan dipisahkan setidaknya tiga malam dalam satu minggu selama sedikitnya tiga
bulan (Orton dan Crossman, dalam Anderson, 2003)
Glotzer & Federlain (2007) menjelaskan bahwa commuter marriage
merupakan sepasang suami istri dimana salah satu pasangan tetap berada di rumah
dengan pekerjaannya dan sekaligus bertanggung jawab terhadap pekerjaan dan
pengasuhan anak, sementara pasangan lainnya bekerja dan tinggal jauh dari rumah
untuk jangka waktu yang lama.
Menurut Gross (dalam Glotzer & Federlain, 2007) ada dua tipe pasangan
commuter marriage, yang pertama adalah pasangan adjusting, yaitu pasangan
suami istri yang usia perkawinannya cenderung lebih muda, menghadapi
perpisahan perkawinan atau commuter marriage di awal perkawinan, dan
memiliki sedikit atau tidak ada anak. Yang kedua, pasangan established, yaitu
pasangan suami istri yang usia perkawinannya lebih tua, telah lama bersama
dalam perkawinan dan memiliki anak yang sudah dewasa dan telah keluar dari
rumah.
27
2.5 Kerangka Berfikir
Seperti yang telah dijelaskan, ada berbagai aspek yang menunjukkan
keharmonisan dalam pernikahan. Salah satu aspek tersebut adalah adanya
perasaan puas akan pernikahan yang dijalani atau yang dikenal dengan kepuasan
pernikahan.
Kebahagiaan dan keharmonisan pasangan dicerminkan dari bertahannya
pasangan dalam mengelola kualitas pernikahannya. Penyesuaian dengan berbagai
kondisi dan keadaan pernikahan yang secara langsung bergantung pada kepuasan
pasangan.
Namun, kehidupan pernikahan jarak jauh (commuter marriage) tidaklah
sama dengan pernikahan yang pada umumnya dilakukan. Pasangan commuter
marriage tentu saja lebih banyak menghadapi masalah dan problematika
kehidupan berumah tangga dibandingkan dengan pasangan yang tinggal serumah.
Dimana komunikasi yang terhambat merupakan salah satu masalah yang dihadapi
seseorang dalam menjalani kehidupan commuter marriage.
Pentingnya interaksi yang positif dalam berkomunikasi dengan pasangan
menjadi penentu kelanjutan dari hubungan tersebut. Karena kesibukan masing-
masing, membuat waktu dan kesempatan untuk berkomunikasi akan berkurang.
Selanjutnya, karena tidak hidup bersama, pengawasan satu sama lain pun
merenggang sehingga kecurigaan akan mudah muncul dan dapat memicu
timbulnya konflik-konflik yang lain.
Apabila tidak dapat diatasi dengan baik, maka hal ini dapat memicu
ketidakpuasan dalam pernikahan. Untuk itu dibutuhkan dari masing-masing pihak
28
untuk tetap mempertahankan pernikahan yang memuaskan dan mampu
menyesuaikan diri dengan keadaan mereka, walaupun sulit dan mengalami
tekanan-tekanan batin.
Pada dasarnya pernikahan akan dirasa bahagia apabila satu dengan lainnya
dapat merasakan serta mengerti keinginan dan perasaan pasangan masing-masing.
Apabila terdapat suatu perbedaan atau masalah dapat diselesaikan dengan saling
berkomunikasi.
Namun terkadang keterbukaan yang rendah membuat wanita sulit untuk
mengungkapkan perasaannya sehingga menjadi penghambat puasnya pernikahan
yang dijalani. Sulitnya terbuka atas masalah-masalah yang terjadi, ditambah jarak
yang memisahkan pasangan untuk selalu bersama membuat semakin lambatnya
masalah tersebut terselesaikan. Hal ini dapat memicu konflik yang lebih pelik lagi
dan pada akhirnya akan merusak pernikahan itu sendiri.
Selain itu, seorang istri yang sering menampilkan atau menunjukkan sikap
yang positif, seperti memberikan pelukan, mengungkapkan kasih sayang ketika
dirinya dan suami yang beberapa waktu terpisah sedang bertemu dan bertatap
muka merupakan gejala adanya kepuasan pernikahan. Istri yang merasa puas
dengan pernikahannya akan sering menampilkan sikap positif terhadap
pasangannya. Kemudian, sebaiknya istri mampu memotivasi keinginan dari
pasangan, sehingga pasangan merasa mendapatkan dukungan dari orang yang
paling dekat dengannya.
Diharapkan ketika mengungkapkan pikiran dan perasaannya kepada suami
harus mempertimbangkan waktu, situasi dan kondisi yang tepat agar informasi
29
tersampaikan secara penuh kepada suami. Selain mengungkapkan perasaanya,
istri juga harus mampu menjadi pendengar yang baik untuk pasangannya,
sehingga nantinya tercipta rasa empati dalam taraf yang sama antara suami-istri.
Pentingnya dimensi kepribadian juga mempengaruhi kognisi dalam
menilai kepuasan pernikahan terutama ketika menjalani kehidupan commuter
marriage. Sehingga, karakteristik ini berdampak pada dinamika hubungan yang
berkaitan dengan kepuasan pernikahan. Dan pada kenyataannya kepribadian
menjadi salah satu faktor utama dalam kepuasan pernikahan.
Tipe kepribadian big five
extraversion
agreeableness
neuroticism
openness
Conscientiousness
Komunikasi interpersonal
Keterbukaan
Empati
Sikap mendukung
Sikap positif
Kesetaraan
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir
KEPUASAN
PERNIKAHAN
30
2.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis Mayor
Ada pengaruh tipe kepribadian big five dan komunikasi interpersonal terhadap
kepuasan pernikahan pada wanita yang menjalani kehidupan commuter marriage
Hipotesis Minor
Ha1 : Ada pengaruh extraversion dari tipe kepribadian big five terhadap
kepuasan pernikahan pada wanita yang menjalani kehidupan commuter
marriage
Ha2 : Ada pengaruh agreeableness dari tipe kepribadian big five terhadap
kepuasan pernikahan pada wanita yang menjalani kehidupan commuter
marriage
Ha3 : Ada pengaruh neuroticism dari tipe kepribadian big five terhadap
kepuasan pernikahan pada wanita yang menjalani kehidupan commuter
marriage
Ha4 : Ada pengaruh openness dari tipe kepribadian big five terhadap kepuasan
pernikahan pada wanita yang menjalani kehidupan commuter marriage
Ha5 : Ada pengaruh conscientiousness dari tipe kepribadian big five terhadap
kepuasan pernikahan pada wanita yang menjalani kehidupan commuter
marriage
31
Ha6 : Ada pengaruh keterbukaan dari komunikasi interpersonal terhadap
kepuasan pernikahan pada wanita yang menjalani kehidupan commuter
marriage
Ha7 : Ada pengaruh empati dari komunikasi interpersonal terhadap kepuasan
pernikahan pada wanita yang menjalani kehidupan commuter marriage
Ha8 : Ada pengaruh sikap mendukung dari komunikasi interpersonal terhadap
kepuasan pernikahan pada wanita yang menjalani kehidupan commuter
marriage
Ha9 : Ada pengaruh sikap positif dari komunikasi interpersonal terhadap
kepuasan pernikahan pada wanita yang menjalani kehidupan commuter
marriage
Ha10 : Ada pengaruh kesetaraan dari komunikasi interpersonal terhadap
kepuasan pernikahan pada wanita yang menjalani kehidupan commuter
marriage
32
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dipaparkan tentang pendekatan dan jenis penelitian, populasi
dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional, instrument pengumpulan
data, prosedur pengumpulan data, dan metode analisis data.
3.1 Subjek Penelitian
3.1.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah wanita yang telah menikah dan bertempat
tinggal di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Penelitian ini mengambil subjek
dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Wanita dengan usia 20-60 tahun
2. Bertempat tinggal di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya
3. Wanita yang telah menikah dengan usia pernikahan minimal 1 tahun
4. Tinggal terpisah dengan pasangan (suami) nya, dalam kurun waktu paling
sedikit tiga hari selama 3 bulan berturut-turut.
3.1.2 Sampel
Adapun jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 105 wanita
berusia 20-60 tahun di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Alasan pengambilan
sampel wanita berusia 20-40 tahun (dewasa awal) dan wanita berusia 41-60 tahun
(dewasa madya) sendiri dipilih oleh peneliti karena sesuai dengan tipe pada
33
pasangan commuter marriage yang dijelaskan oleh Gross (dalam Glotzer &
Federlain, 2007).
3.1.3 Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non-
probability sampling yang berarti tidak semua anggota populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk menjadi subjek penelitian, karena peneliti tidak
memiliki data pasti jumlah populasi wanita yang menjalani kehidupan commuter
marriage dan sekitarnya.
3.2 Variabel Penelitian
3.2.1 Variabel dependen (DV) dan variabel independen (IV)
Dalam penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Kepuasan pernikahan (DV)
2. Tipe kepribadian big five (IV)
a. Extraversion (IV1)
b. Agreeableness (IV2)
c. Conscientousness (IV3)
d. Neuroticism (IV4)
e. Oppeness to experience (IV5)
3. Komunikasi interpersonal
a. Keterbukaan (IV1)
b. Empati (IV2)
34
c. Sikap mendukung (IV3)
d. Sikap positif (IV4)
e. Kesetaraan (IV5)
3.2.2 Definisi operasional variabel
Definisi operasional dari kedua variabel, antara lain:
a. Kepuasan pernikahan merupakan bagaimana pasangan yang menikah
mengevaluasi kualitas pernikahan mereka, apakah individu merasa baik,
bahagia, ataupun puas dengan pernikahan yang dijalaninya. Yang diukur
dengan indikator yang didapat dari aspek-aspek, yakni: consensus
(kesepakatan mengenai isu-isu penting), cohesion (melakukan kegiatan
bersama-sama), satisfaction (memiliki kecocokan dengan pasangan dan
berkomitmen menjaga ikatan pernikahan) dan affectional expression
(mengekspresikan perasaan dan seks).
b. Tipe kepribadian big five adalah ciri atau karakter yang ada pada individu
secara konsisten baik tampak ataupun tidak tampak, yang membedakan antara
satu dengan orang lainnya. Diukur dengan indikator yang didapat dari aspek-
aspek, yakni: extraversion (penuh kasih sayang, mudah bergaul, senang
berbicara, aktif, bersemangat), agreeableness (berhati lembut, mudah
percaya, dermawan, ramah, bersahabat), conscientiousness (teliti, pekerja
keras, terorganisir, tepat waktu, gigih), neuoriticism (pencemas, temperamen,
dan emosional), dan openness (Imajinatif, kreatif, orisinil, inovatif).
35
c. Komunikasi interpersonal sebagai suatu proses pengiriman pesan dari
seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek
umpan balik langsung. Diukur dengan indikator yang didapat dari aspek-
aspek, yakni: keterbukaan (terbuka dengan orang lain, dan kemauan untuk
memberikan pendapat pada orang lain), empati (mampu memahami apa yang
dirasakan oleh orang lain dan menempatkan diri pada posisi atau peranan),
sikap mendukung (saling mendukung atas gagasan dan ide, memberi
pandangan), sikap positif (bersikap positif terhadap diri sendiri dan
pasangan), dan kesetaraan (kesamaan pandangan hidup, kesamaan sikap dan
ideologi).
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini terdapat tiga buah skala. Skala kepuasan pernikahan, skala
tipe kepribadian big five, dan skala komunikasi interpersonal, yang menggunakan
skala model likert dengan empat pilihan jawaban. Masing-masing jawaban
menunjukkan kesesuaian pernyataan dengan keadaan yang dirasakan responden.
Pilihan jawaban yang tersedia yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju
(TS), setuju (S), dan sangat setuju (SS). Setiap jawaban yang dipilih responden
memiliki bobot skor tertentu. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 3.1 Bobot Skor
Skala kepuasan pernikahan, tipe kepribadian big five, dan komunikasi
interpersonal
Alternatif jawaban Favorable Unfavorable
Sangat tidak setuju (STS)
Tidak setuju (TS) Setuju (S)
Sangat setuju (SS)
1 4
2 3 3 2
4 1
36
3.3.1 Skala kepuasan pernikahan
Skala kepuasan pernikahan yang digunakan dalam penelitian ini dibuat sendiri
oleh peneliti berdasarkan empat aspek yang dijelaskan oleh Spanier (1976), yaitu:
consensus, cohesion, satisfaction dan affectional expression. Skala ini berjumlah
16 item. Tinggi rendahnya kepuasan pernikahan responden dapat diketahui dari
skor yang diperoleh.
Adapun blue print dari skala kepuasan pernikahan adalah sebagai berikut
ini:
Tabel 3.2
Blueprint skala kepuasan pernikahan
No Aspek Indikator Favorable Unfavorable Jumlah
1 Consensus - Kesepakatan dalam
mengatur keuangan
- Kesepakatan dalam
prinsip hidup
3
1,2
4 4
2 Cohesion - Melakukan kegiatan
bersama
- Meluangkan waktu
untuk pasangan
6
7
5
8
4
3 Satisfaction - Kecocokan dalam
pemilihan pasangan
- Komitmen terhadap
pasangan
9
12
10
11
4
4 Affectional
expression - Kepuasan seks
- Ekspresi kasih sayang
16
13,14
15 4
Total 10 6 16
3.3.2 Skala tipe kepribadian big five
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Big five Inventory (BFI).
Skala ini berjumlah 44 item yang mengukur dimensi extraversion, agreeableness,
conscientiousness, neuroticism, openness.
37
Adapun blue print dari skala tipe kepribadian big five adalah sebagai
berikut ini:
Tabel 3.3
Blueprint skala tipe kepribadian big five
No Aspek Indikator Favorable Unfavorable Jumlah
1 Extraversion - Mudah bergaul
- senang berbicara
- aktif
- bersemangat
8
1
7
3,4
2
5,6
8
2 Agreeableness - mudah percaya
- dermawan
- ramah
- bersahabat
13
10
12,15
17
14
9,16
11
9
3 Conscientiousness - Teliti
- pekerja keras
- terorganisir
- tepat waktu
- gigih
18
20
25
24
23
19
22
21
26
9
4 Neuroticism - Pencemas
- Temperamen
- Emosional
30,34
29
27, 32
28,33
31
8
5 Openness - Imajinatif
- Kreatif
- Orisinil
- Inovatif
38,42
36,39,44
37,40
35
41,43
10
Total 28 16 44
3.3.3 Skala komunikasi interpersonal
Skala komunikasi interpersonal pada penelitian ini dimodifikasi dari penelitian
Hermadi Fajar A (2011) berdasarkan aspek komunikasi interpersonal dari Devito
(1997). Aspek yang diukur adalah keterbukaan (openness), empati (empathy),
sikap dukungan (supportiveness), sikap positif (positivenness), dan kesetaraan
(equality). Skala ini berjumlah 30 item.
Adapun blue print dari skala komunikasi interpersonal adalah sebagai
berikut ini:
38
Tabel 3.4
Blueprint skala komunikasi interpersonal
No Aspek Indikator Favorable Unfavorable Jumlah
1 Keterbukaan - Terbuka pada orang
lain
- Kemauan untuk
memberikan pendapat
pada orang lain
1, 14
6, 17
9, 19
11
7
2 Empati - Mampu memahami
yang dirasakan oleh
orang lain
- Mampu menempatkan
dirinya pada posisi
atau peranan orang
lain
2, 7
12, 25
13, 24, 29 7
3 Sikap
mendukung - Saling mendukung
atas gagasan dan ide
dalam berkomunikasi
- Memberi pandangan
dalam berkomunikasi
3, 16
4
22
15
5
4 Sikap positif - Sikap positif terhadap
diri sendiri
- Sikap positif terhadap
pasangan
20, 28 23, 30 4
5 Kesetaraan - Kesamaan pandangan
hidup
- Kesamaan sikap
- Kesamaan idiologi
5,8
10, 21
27
18
26
7
Total 18 12 30
3.4 Uji Validitas Alat Ukur
Sebelum melakukan analisis data, peneliti melakukan pengujian terhadap validitas
konstruk alat ukur. Untuk menguji validitas konstruk digunakan analisis faktor
konfirmatori (CFA). Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan
bantuan software Lisrel 8.70.
39
3.4.1 Uji validitas skala kepuasan pernikahan
Peneliti telah melakukan uji validitas terhadap skala ini dengan menguji apakah
16 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur
kepuasan pernikahan saja. Dari hasil analisis CFA pertama yang dilakukan
dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 326,29 , df =
104 , P-value = 0,00000 , RMSEA = 0,143. Oleh karena itu, peneliti melakukan
modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-
square = 95,71, df = 76 , P-value = 0,06282 , RMSEA = 0,050. Nilai Chi-square
menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu
faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor
saja yaitu kepuasan pernikahan dan diperoleh hasil seperti pada gambar 3.1
(terlampir).
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
didrop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil koefisien muatan
faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.5 berikut :
40
Tabel 3.5
Tabel muatan faktor item kepuasan pernikahan No Koefisien Standar eror Nilai t Signifikan
Item 1 0,68 0,08 8,22 √
Item 2 0,48 0,09 5,25 √
Item 3 0,71 0,08 8,57 √
Item 4 0,30 0,10 3,12 √
Item 5 0,20 0,09 2,23 √
Item 6 0,46 0,09 5,21 √
Item 7 0,77 0,08 9,29 √
Item 8 0,46 0,09 5,10 √
Item 9 0,96 0,07 12,84 √
Item 10 0,28 0,10 2,85 √
Item 11 0,48 0,09 5,36 √
Item 12 0,43 0,09 4,71 √
Item 13 0,67 0,08 7,90 √
Item 14 0,48 0,10 4,76 √
Item 15 0,19 0,09 2,12 √
Item 16 0,77 0,08 9,22 √
Keterangan : tanda √ = signifikan (t>1,96); X = tidak signifikan
Pada tabel 3.5 menunjukkan bahwa seluruh item signifikan. Maka
berdasarkan hasil tersebut, seluruh item dari skala kepuasan pernikahan ini tidak
ada yang didrop, artinya seluruh item ikut serta dianalisis.
3.4.2 Uji validitas skala tipe kepribadian big five
a. Extraversion
Peneliti menguji apakah delapan item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur extraversion. Peneliti melakukan modifikasi terhadap
model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi
satu sama lainnya, setelah diperoleh model fit, peneliti melihat loading faktor
yang merupakan besar korelasi (kovarian) antar indikator dengan konstruk
latennya, untuk mendapatkan data yang valid maka item yang lainnya < 0,5 harus
41
dihilangkan dari penelitian dan diperoleh hasil seperti pada gambar 3.2
(terlampir).
Dari hasil analisis yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak
fit, dengan Chi-square = 160,01 , df = 20 , P-value = 0,00000 , RMSEA = 0,259.
Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi-square = 19,39, df = 12 , P-value = 0,77945,
RMSEA = 0,077. Nilai Chi-square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (undimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu extraversion.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
didrop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil koefisien muatan
faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut:
Tabel 3.6
Tabel muatan faktor item extraversion No Koefisien Standar eror Nilai t Signifikan
Item 1 0,78 0,09 8,59 √
Item 2 -0,50 0,08 -6,06 X
Item 3 1,03 0,07 14,97 √
Item 4 0,58 0,08 7,07 √
Item 5 -0,75 0,09 -8,56 X
Item 6 0,47 0,08 5,72 √
Item 7 -0,56 0,10 -5,67 X
Item 8 0,74 0,08 8,96 √
Keterangan : tanda √ = signifikan (t>1,96); X = tidak signifikan
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa tidak seluruh item signifikan. Dari
delapan item yang digunakan, tiga item yang memiliki koefisien yang bermuatan
42
negatif. Item 2, item 5 dan item 7, menunjukkan item yang memiliki muatan t <
1,96 sehingga item tersebut dinyatakan tidak signifikan. Maka berdasarkan hasil
tersebut, tiga item ini didrop, artinya item tersebut tidak ikut serta dianalisis.
b. Agreeableness
Peneliti menguji apakah sembilan item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur agreeableness. Peneliti melakukan modifikasi terhadap
model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi
satu sama lainnya, setelah diperoleh model fit, peneliti melihat loading faktor
yang merupakan besar korelasi (kovarian) antar indikator dengan konstruk
latennya, untuk mendapatkan data yang valid maka item yang lainnya < 0,5 harus
dihilangkan dari penelitian dan diperoleh hasil seperti pada gambar 3.3
(terlampir).
Dari hasil analisis yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak
fit, dengan Chi-square = 124,91 , df = 27 , P-value = 0,00000 , RMSEA = 0,187.
Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi-square = 27,76, df = 21, P-value = 0,14713,
RMSEA = 0,056. Nilai Chi-square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (undimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu agreeableness.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
didrop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil koefisien muatan
43
faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut:
Tabel 3.7
Tabel muatan faktor item agreeableness No Koefisien Standar eror Nilai t Signifikan
Item 9 0,56 0,09 5,94 √
Item 10 0,03 0,09 0,35 X
Item 11 0,71 0,09 7,71 √
Item 12 0,62 0,09 7,17 √
Item 13 0,04 0,09 0,46 X
Item 14 0,77 0,09 8,96 √
Item 15 0,74 0,10 7,24 √
Item 16 0,73 0,09 7,93 √
Item 17 0,48 0,09 5,27 √
Keterangan : tanda √ = signifikan (t>1,96); X = tidak signifikan
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa tidak seluruh item signifikan. Dari
sembilan item yang digunakan, dua item, Item 10 dan item 13, menunjukkan item
yang memiliki muatan t < 1,96 sehingga item tersebut dinyatakan tidak signifikan.
Maka berdasarkan hasil tersebut, dua item ini didrop, artinya item tersebut tidak
ikut serta dianalisis.
c. Conscientiousness
Peneliti menguji apakah sembilan item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur conscientiousness. Peneliti melakukan modifikasi terhadap
model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi
satu sama lainnya, setelah diperoleh model fit, peneliti melihat loading faktor
yang merupakan besar korelasi (kovarian) antar indikator dengan konstruk
latennya, untuk mendapatkan data yang valid maka item yang lainnya < 0,5 harus
dihilangkan dari penelitian dan diperoleh hasil seperti pada gambar 3.4
(terlampir).
44
Dari hasil analisis yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak
fit, dengan Chi-square = 157,26 , df = 27 , P-value = 0,00000 , RMSEA = 0,215.
Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi-square = 27,09, df = 18 , P-value = 0,07734,
RMSEA = 0,070. Nilai Chi-square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (undimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu conscientiousness.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
didrop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil koefisien muatan
faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut:
Tabel 3.8
Tabel muatan faktor item conscientiousness No Koefisien Standar eror Nilai t Signifikan
Item 18 0,81 0,08 10,28 √
Item 19 -0,86 0,08 -10,36 X Item 20 0,43 0,09 4,91 √
Item 21 -0,58 0,09 -6,87 X
Item 22 -0,65 0,08 -7,63 X
Item 23 0,76 0,08 9,34 √
Item 24 1,01 0,07 14,44 √
Item 25 0,66 0,09 7,71 √
Item 26 -0,41 0,10 -4,30 X
Keterangan : tanda √ = signifikan (t>1,96); X = tidak signifikan
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa tidak seluruh item signifikan. Dari
sembilan item yang digunakan, empat item yang memiliki koefisien yang
bermuatan negatif. Item 19, item, 21, item 22 dan item 26, menunjukkan item
yang memiliki muatan t < 1,96 sehingga item tersebut dinyatakan tidak signifikan.
45
Maka berdasarkan hasil tersebut, empat item ini didrop, artinya item tersebut tidak
ikut serta dianalisis.
d. Neuroticism
Peneliti menguji apakah delapan item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur neuroticism. Peneliti melakukan modifikasi terhadap
model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi
satu sama lainnya, setelah diperoleh model fit, peneliti melihat loading faktor
yang merupakan besar korelasi (kovarian) antar indikator dengan konstruk
latennya, untuk mendapatkan data yang valid maka item yang lainnya < 0,5 harus
dihilangkan dari penelitian dan diperoleh hasil seperti pada gambar 3.5
(terlampir).
Dari hasil analisis yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak
fit, dengan Chi-square = 87,45 , df = 20 , P-value = 0,00000 , RMSEA = 0,180.
Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi-square = 21,32, df = 16 , P-value = 0,16651,
RMSEA = 0,057. Nilai Chi-square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (undimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu Neuroticism.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
didrop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil koefisien muatan
46
faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut:
Tabel 3.9
Tabel muatan faktor item neuroticism No Koefisien Standar eror Nilai t Signifikan
Item 27 0,21 0,08 2,54 √
Item 28 -0,22 0,08 -2,57 X
Item 29 0,49 0,09 5,23 √
Item 30 0,60 0,10 6,06 √
Item 31 -0,16 0,08 -1,97 X
Item 32 0,31 0,09 3,54 √
Item 33 -0,38 0,09 -4,13 X
Item 34 1,18 0,11 10,69 √
Keterangan : tanda √ = signifikan (t>1,96); X = tidak signifikan
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa tidak seluruh item signifikan. Dari
delapan item yang digunakan, tiga item yang memiliki koefisien yang bermuatan
negatif. Item 28, item 31 dan item 33, menunjukkan item yang memiliki muatan t
< 1,96 sehingga item tersebut dinyatakan tidak signifikan. Maka berdasarkan hasil
tersebut, tiga item ini didrop, artinya item tersebut tidak ikut serta dianalisis.
e. Openness
Peneliti menguji apakah 10 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur Openness. Peneliti melakukan modifikasi terhadap model,
dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu
sama lainnya, setelah diperoleh model fit, peneliti melihat loading faktor yang
merupakan besar korelasi (kovarian) antar indikator dengan konstruk latennya,
untuk mendapatkan data yang valid maka item yang lainnya < 0,5 harus
dihilangkan dari penelitian dan diperoleh hasil seperti pada gambar 3.6
(terlampir).
47
Dari hasil analisis yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak
fit, dengan Chi-square = 91,08 , df = 35 , P-value = 0,00000 , RMSEA = 0,124.
Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi-square = 39,90, df = 30, P-value = 0,10691,
RMSEA = 0,056. Nilai Chi-square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (undimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu openness.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
didrop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil koefisien muatan
faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut:
Tabel 3.10
Tabel muatan faktor item openness No Koefisien Standar eror Nilai t Signifikan
Item 35 0,51 0,10 4,96 √
Item 36 0,44 0,10 4,38 √
Item 37 0,72 0,09 7,76 √
Item 38 0,77 0,09 8,70 √
Item 39 0,75 0,09 8,26 √
Item 40 0,56 0,10 5,72 √
Item 41 0,03 0,10 0,30 X
Item 42 -0,17 0,10 -1,68 X
Item 43 -0,61 0,10 -6,11 X
Item 44 0,60 0,09 6,32 √
Keterangan : tanda √ = signifikan (t>1,96); X = tidak signifikan
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa tidak seluruh item signifikan. Dari
10 item yang digunakan, tiga item yang memiliki koefisien yang bermuatan
negatif. Item 41, item 42 dan item 43, menunjukkan item yang memiliki muatan t
48
< 1,96 sehingga item tersebut dinyatakan tidak signifikan. Maka berdasarkan hasil
tersebut, tiga item ini didrop, artinya item tersebut tidak ikut serta dianalisis.
3.4.3 Uji validitas skala komunikasi interpersonal
a. Keterbukaan
Peneliti menguji apakah tujuh item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur keterbukaan. Peneliti melakukan modifikasi terhadap
model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi
satu sama lainnya, setelah diperoleh model fit, peneliti melihat loading faktor
yang merupakan besar korelasi (kovarian) antar indikator dengan konstruk
latennya, untuk mendapatkan data yang valid maka item yang lainnya < 0,5 harus
dihilangkan dari penelitian dan diperoleh hasil seperti pada gambar 3.7
(terlampir).
Dari hasil analisis yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak
fit, dengan Chi-square = 27,79 , df = 14 , P-value = 0,01519, RMSEA = 0,097.
Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi-square = 19,59, df = 13, P-value = 0,10584,
RMSEA = 0,070. Nilai Chi-square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (undimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu keterbukaan.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
49
didrop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil koefisien muatan
faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut:
Tabel 3.11
Tabel muatan faktor item keterbukaan No Koefisien Standar eror Nilai t Signifikan
Item 1 0,39 0,11 3,42 √
Item 6 0,33 0,12 2,80 √
Item 9 0,62 0,11 5,48 √
Item 11 0,51 0,11 4,53 √
Item 14 0,16 0,12 1,34 X
Item 17 0,37 0,12 3,18 √
Item 19 0,69 0,11 6,06 √
Keterangan : tanda √ = signifikan (t>1,96); X = tidak signifikan
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa tidak seluruh item signifikan. Dari
tujuh item yang digunakan, satu item yang memiliki koefisien yang bermuatan
negatif. Item 14, menunjukkan item yang memiliki muatan t < 1,96 sehingga item
tersebut dinyatakan tidak signifikan. Maka berdasarkan hasil tersebut, satu item
ini didrop, artinya item tersebut tidak ikut serta dianalisis.
b. Empati
Peneliti menguji apakah tujuh item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur empati. Peneliti melakukan modifikasi terhadap model,
dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu
sama lainnya, setelah diperoleh model fit, peneliti melihat loading faktor yang
merupakan besar korelasi (kovarian) antar indikator dengan konstruk latennya,
untuk mendapatkan data yang valid maka item yang lainnya < 0,5 harus
dihilangkan dari penelitian dan diperoleh hasil seperti pada gambar 3.8
(terlampir).
50
Dari hasil analisis yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak
fit, dengan Chi-square = 56,73 , df = 14, P-value = 0,00000, RMSEA = 0,171.
Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi-square = 15,97, df = 11, P-value = 0,14232,
RMSEA = 0,066. Nilai Chi-square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (undimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu empati.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
didrop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil koefisien muatan
faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut:
Tabel 3.12
Tabel muatan faktor item empati No Koefisien Standar eror Nilai t Signifikan
Item 2 0,21 0,07 3,12 √
Item 7 0,27 0,07 3,96 √
Item 12 0,29 0,07 3,84 √
Item 13 0,91 0,08 12,12 √
Item 24 0,45 0,08 5,63 √
Item 25 0,33 0,07 4,47 √
Item 29 1,08 0,06 16,76 √
Keterangan : tanda √ = signifikan (t>1,96); X = tidak signifikan
Pada tabel diatas menunjukkan muatan faktor (lambda) dan t-value setiap
item dikatakan signifikan. Karena memiliki koefisien muatan faktor yang positif
dan nilai koefisien (t > 1,96) dan koefisien . 0,5 yang berarti item-item tersebut
benar mengukur tentang aspek yang diukur dan item tersebut benar mengukur
empati.
51
c. Sikap Mendukung
Peneliti menguji apakah lima item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur sikap mendukung. Peneliti melakukan modifikasi terhadap
model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi
satu sama lainnya, setelah diperoleh model fit, peneliti melihat loading faktor
yang merupakan besar korelasi (kovarian) antar indikator dengan konstruk
latennya, untuk mendapatkan data yang valid maka item yang lainnya < 0,5 harus
dihilangkan dari penelitian dan diperoleh hasil seperti pada gambar 3.9
(terlampir).
Dari hasil analisis yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak
fit, dengan Chi-square = 26,83 , df = 5, P-value = 0,00006, RMSEA = 0,205. Oleh
karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi-square = 5,20, df = 4, P-value = 0,26691,
RMSEA = 0,054. Nilai Chi-square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (undimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu sikap mendukung.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
didrop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil koefisien muatan
faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut:
52
Tabel 3.13
Tabel muatan faktor item sikap mendukung
No Koefisien Standar eror Nilai t Signifikan
Item 3 1,34 0,49 2,75 √
Item 4 0,34 0,15 2,21 √
Item 15 0,27 0,13 2,02 √
Item 16 0,15 0,10 1,57 √
Item 22 -0,10 0,08 -1,22 X
Keterangan : tanda √ = signifikan (t>1,96); X = tidak signifikan
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa tidak seluruh item signifikan. Dari
lima item yang digunakan, satu item yang memiliki koefisien yang bermuatan
negatif. Item 22, menunjukkan item yang memiliki muatan t < 1,96 sehingga item
tersebut dinyatakan tidak signifikan. Maka berdasarkan hasil tersebut, satu item
ini didrop, artinya item tersebut tidak ikut serta dianalisis.
d. Sikap positif
Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur sikap positif. Peneliti melakukan modifikasi terhadap
model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi
satu sama lainnya, setelah diperoleh model fit, peneliti melihat loading faktor
yang merupakan besar korelasi (kovarian) antar indikator dengan konstruk
latennya, untuk mendapatkan data yang valid maka item yang lainnya < 0,5 harus
dihilangkan dari penelitian dan diperoleh hasil seperti pada gambar 3.10
(terlampir).
Dari hasil analisis yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak
fit, dengan Chi-square = 18,86 , df = 2, P-value = 0,00008, RMSEA = 0,285. Oleh
karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
53
diperoleh model fit dengan Chi-square = 0,89, df = 1, P-value = 0,34655,
RMSEA = 0,000. Nilai Chi-square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (undimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu sikap positif.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
didrop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil koefisien muatan
faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut:
Tabel 3.14
Tabel muatan faktor item sikap positif No Koefisien Standar eror Nilai t Signifikan
Item 20 0,45 0,11 4,16 √
Item 23 0,20 0,11 1,85 X
Item 28 0,71 0,12 5,89 √
Item 30 0,84 0,13 6,58 √
Keterangan : tanda √ = signifikan (t>1,96); X = tidak signifikan
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa tidak seluruh item signifikan. Dari
empat item yang digunakan, satu item yang memiliki koefisien yang bermuatan
negatif. Item 23, menunjukkan item yang memiliki muatan t < 1,96 sehingga item
tersebut dinyatakan tidak signifikan. Maka berdasarkan hasil tersebut, satu item
ini didrop, artinya item tersebut tidak ikut serta dianalisis.
e. Kesetaraan
Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur kesetaraan. Peneliti melakukan modifikasi terhadap model,
dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu
sama lainnya, setelah diperoleh model fit, peneliti melihat loading faktor yang
54
merupakan besar korelasi (kovarian) antar indikator dengan konstruk latennya,
untuk mendapatkan data yang valid maka item yang lainnya < 0,5 harus
dihilangkan dari penelitian dan diperoleh hasil seperti pada gambar 3.11
(terlampir).
Dari hasil analisis yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak
fit, dengan Chi-square = 49,80 , df = 14, P-value = 0,00001, RMSEA = 0,157.
Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi-square = 15,27, df = 9, P-value = 0,08375,
RMSEA = 0,820. Nilai Chi-square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (undimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu kesetaraan.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
didrop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil koefisien muatan
faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut:
Tabel 3.15
Tabel muatan faktor item kesetaraan No Koefisien Standar eror Nilai t Signifikan
Item 5 0,60 0,10 6,22 √
Item 8 0,73 0,09 7,93 √
Item 10 0,52 0,11 4,96 √
Item 18 0,56 0,10 5,36 √
Item 21 0,53 0,11 4,95 √
Item 26 0,47 0,11 4,39 √
Item 27 0,67 0,09 7,19 √
Keterangan : tanda √ = signifikan (t>1,96); X = tidak signifikan
55
Pada tabel diatas menunjukkan muatan faktor (lambda) dan t-value setiap
item dikatakan signifikan. Karena memiliki koefisien muatan faktor yang positif
dan nilai koefisien (t > 1,96) dan koefisien . 0,5 yang berarti item-item tersebut
benar mengukur tentang aspek yang diukur dan item tersebut benar mengukur
kesetaraan.
3.5 Prosedur Pengumpulan Data
Secara garis besar penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan yakni :
a. Persiapan Penelitian
a. Dimulai dengan perumusan masalah
b. Menentukan variable yang akan diteliti.
c. Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan gambaran dan landasan teori
yang tepat mengenai variable penelitian.
d. Mencari dan membuat skala dalam bentuk kuisioner
b. Pengujian Alat Ukur
Setelah alat ukur dibuat berupa kuesioner, peneliti tidak melakukan penelitian
tanpa uji terlebih dahulu (tryout) terhadap kepuasan pernikahan, tipe
kepribadian big five. Setelah mendapatkan data, penulis melakukan uji
validitas dan reliabilitas dengan menggunakan CFA (Confirmatory Factor
Analysis)
c. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian lapangan dilakukan pada tanggal sampai dengan mendatangi tiap-
tiap rumah dan via internet.
56
d. Pengolahan Data
a. Peneliti memberikan kode dan melalukan skoring terhadap hasil yang telah
diisi oleh responden.
b. Membuat kesimpulan dan laporan akhir penelitian.
3.6 Metode Analisis Data
Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat pengaruh
yang signifikan faktor-faktor yang mempengaruhi Tipe Kepribadian Big Five dan
Komunikasi Interpersonal Terhadap Kepuasan pernikahan pada wanita yang
menjalani kehidupan commuter marriage maka peneliti mengolah data yang
didapatkan dengan menggunakan teknik statistic Multiple Regression Analysis
(analisis regresi berganda). Tanda analisis regresi berganda ini digunakan agar
dapat menjawab hipotesis nihil yang terdapat pada BAB 2. Dengan dependent
variable yaitu kepuasan pernikahan, dan independent variable yaitu tipe
kepribadian big five dan komunikasi interpersonal maka persamaan regresinya
adalah sebagai berikut:
Dimana :
Y = Dependent Variabel (DV) yang dalam hal ini adalah Kepuasan pernikahan
a = Konstan interpensi
b = Koefisien regresi untuk masing-masing IV
X1= Extraversion
X2= Agreeableness
Y= a+ b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4+ b5X5+ b6X6+ b7X7+ b8X8+ b9X9+ b10X10
57
X3= Conscientousness
X4= Neuroticism
X5= Oppeness
X6= Keterbukaan
X7= Empati
X8= Sikap mendukung
X9= Sikap positif
X10= Kesetaraan
Dalam analisis regresi berganda ini dapat diperoleh beberapa informasi, yaitu:
1. R2 yang menunjukkan besarnya sumbangan atau kontribusi dari
keseluruhan independent variable (IV) terhadap dependent variable (DV)
2. Uji hipotesis mengenai signifikan atau pengaruh seluruh IV terhadap DV.
3. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien
regresi. Koefisien yang signifikan menunjukkan pengaruh yang signifikan
dari independent variable (IV) yang bersangkutan.
4. R2 change yang menunjukkan besarnya sumbangan atau kontribusi dari
setiap IV pada DV.
5. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing
sumbangan atau kontribusi setiap IV yang diberikan pada DV.
58
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di DKI Jakarta dengan jumlah subjek 105 orang. Adapun
gambaran umum subjek penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.1
Gambaran umum subjek penelitian
Data demografi N %
Usia 20 – 40 tahun 72 68,6
41 – 60 tahun 33 31,4
Pendidikan SD/Ibtidaiyah SMP/Tsanawiyah
3 9
2,9 8,6
SMA/SMK/Aliyah
Perguruan Tinggi/ Universitas
41
52
39
49,5 Pekerjaan Ibu rumah tangga
Mahasiswa
Karyawan/Pegawai
Wiraswasta
12
6
78
9
11,4
5,7
74,3
8,6 Usia pernikahan 1 – 10 tahun
11 – 20 tahun
37
32
35,2
30,5
21 – 30 tahun 31 – 40 tahun
25 11
23,8 10,5
Berdasarkan tabel diatas, maka diperoleh informasi sebagai berikut:
a. Berdasarkan usia, diketahui bahwa wanita dengan kehidupan commuter
marriage yang berusia 20-40 tahun berjumlah 72 orang (68,6%), dan yang
berusia 41-60 tahun berjumlah 33 orang (31,4%). Jadi, dapat disimpulkan
bahwa, wanita yang paling banyak menjalani kehidupan commuter marriage
dalam penelitian ini berada pada rentang usia 20-40 tahun, yang berarti
sebagian besar subjek berada dalam taraf perkembangan dewasa awal.
b. Berdasarkan pendidikan, diketahui bahwa wanita yang menjalani kehidupan
commuter marriage dengan latar belakang pendidikan SD/MI berjumlah 3
59
orang (2,9%), SMP/MTs berjumlah 9 orang (8,6%), SMA/MA berjumlah 31
orang (39%), dan perguruan tinggi/ universitas berjumlah 62 orang(49,5%).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa, dalam penelitian ini sebagian besar subjek
berlatar belakang pendidikan perguruan tinggi/ universitas.
c. Berdasarkan pekerjaan saat ini, diketahui bahwa wanita yang menjalani
kehidupan commuter marriage yang menjadi ibu rumah tangga sebanyak 12
orang (11,4%), yang menjadi mahasiswa sebanyak 6 orang (5,7%), bekerja
sebagai karyawan/ pegawai sebanyak 78 orang (74,3%), dan yang menjadi
wiraswasta sebanyak 9 orang (8,6%). Jadi, dapat disimpulkan bahwa, dalam
penelitian ini sebagian besar subjek bekerja sebagai karyawan/ pegawai.
d. Berdasarkan usia/ lamanya pernikahan, diketahui bahwa wanita yang
menjalani kehidupan commuter marriage dengan rentang usia pernikahan
antara 1 – 10 tahun berjumlah 37 orang (35,2%), 11-20 tahun berjumlah 32
orang (30,5%), 21-30 tahun berjumlah 25 orang (23,8%) dan 31-40 tahun
berjumlah 11 orang (10,5%). Jadi, dapat disimpulkan bahwa, dalam
penelitian ini sebagian besar subjek telah menikah selama 1-10 tahun.
4.2 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Kategorisasi pada seluruh variabel dalam penelitian ini dibuat menjadi dua, yaitu
rendah dan tinggi. Untuk mengkategorisasikannya, terlebih dahulu peneliti
menetapkan norma skor dengan menggunakan nilai mean dan standar deviasi.
Skor yang digunakan dalam penelitian ini adalah true score, maka nilai mean dan
standar deviasinya sudah disamakan, yaitu nilai mean=50 dan standar deviasi=10.
60
Jadi, dengan menggunakan nilai tersebut, norma skor yang ditetapkan untuk
seluruh variabel dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2
Norma skor variabel penelitian
Kategori Rumus Norma
Rendah X < mean – 1 standar deviasi X ≤ 50 Tinggi X > mean + 1 standar deviasi X ≥ 50
Setelah norma kategorisasi ditetapkan berdasarkan tabel diatas, maka
dapat dilakukan perhitungan persentase kategori untuk masing-masing variabel
penelitian dengan bantuan software SPSS 16.0 yang hasilnya akan dipaparkan
pada subbab berikut ini.
4.2.1 Kategori skor kepuasan pernikahan
Gambaran kepuasan pernikahan wanita yang menjalani kehidupan commuter
marriage dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3
Kategorisasi skor kepuasan pernikahan
Kategori N %
Rendah 57 54,3
Tinggi 48 45,7
Total 105 100
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa sebanyak 57 wanita yang
menjalani kehidupan commuter marriage (54,3%) memiliki skor kepuasan
pernikahan dalam kategori rendah. Sedangkan sebanyak 48 wanita yang menjalani
kehidupan commuter marriage (45,7%) memiliki skor dalam kategori tinggi. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa, wanita yang menjalani kehidupan commuter marriage
cenderung lebih rendah tingkat kepuasan pernikahannya.
61
4.2.2 Kategori skor tipe kepribadian big five
Gambaran tipe kepribadian big five yang dimiliki wanita yang menjalani
kehidupan commuter marriage dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4
Kategorisasi skor tipe kepribadian big five
Dimensi Kategori N %
Extraversion Rendah
Tinggi
52
53
49,5
50,5
Agreeableness Rendah
Tinggi
59
46
56,2
43,8 Conscientiousness Rendah
Tinggi
49
56
46,7
53,3
Neuroticism Rendah Tinggi
48 57
45,7 54,3
Openness Rendah
Tinggi
58
47
55,2
44,8
Berdasarkan tabel di atas, dijelaskan bahwa sebaran dari keseluruhan dimensi tipe
kepribadian big five yang dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu kategori
rendah dan kategori tinggi. Hasil persentase variabel pertama dari tipe kepribadian
big five yaitu variabel extraversion, sejumlah 53 orang (50,5%) berada pada
kategori tinggi dan 52 orang (49,5%) pada kategori rendah. Dengan demikian,
dari hasil sebaran pada variabel extraversion paling tinggi berada pada kategori
tinggi.
Kedua, hasil persentase dari variabel Agreeableness sejumlah 46 orang
(43,8%) pada kategori tinggi dan 59 orang (56,2%) pada kategori rendah. Dengan
demikian, dari hasil sebaran pada variabel Agreeableness paling tinggi berada
pada kategori rendah.
Ketiga, hasil persentase dari variabel conscientiousness sejumlah 56 orang
(53,3%) pada kategori tinggi dan 49 orang (46,7%) pada kategori rendah. Dengan
62
demikian, dari hasil sebaran pada variabel conscientiousness paling tinggi berada
pada kategori tinggi.
Keempat, hasil persentase dari variabel neoroticism sejumlah 57 orang
(54,3%) pada kategori tinggi dan 48 orang (45,7%) pada kategori rendah. Dengan
demikian, dari hasil sebaran pada variabel neoroticism paling tinggi berada ada
kategori tinggi.
Kelima, hasil persentase dari variabel openess sejumlah 47 orang (44,8%)
pada kategori tinggi dan 58 orang (55,2%) pada kategori rendah. Dengan
demikian, dari hasil sebaran pada variabel openness paling tinggi berada ada
kategori rendah.
4.2.3 Kategori skor komunikasi interpersonal
Gambaran komunikasi interpersonal yang dimiliki wanita yang menjalani
kehidupan commuter marriage dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5
Kategorisasi skor dimensi komunikasi interpersonal
Dimensi Kategori N %
Keterbukaan Rendah
Tinggi
56
49
53,3
46,7
Empati Rendah
Tinggi
58
47
55,2
44,8 Sikap mendukung Rendah
Tinggi
58
47
55,2
44,8
Sikap positif Rendah Tinggi
63 42
60 40
Kesetaraan Rendah
Tinggi
60
45
57,1
42,9
Pada tabel di atas, dijelaskan bahwa sebaran dari keseluruhan dimensi komunikasi
internasional yang dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu kategori rendah dan
kategori tinggi. Hasil persentase variabel pertama dari komunikasi interpersonal
63
yaitu keterbukaan, sejumlah 49 orang (46,7%) pada kategori tinggi dan 56 orang
(53,3%) pada kategori rendah. Dengan demikian, dari hasil sebaran pada variabel
keterbukaan paling tinggi berada pada kategori rendah.
Kedua, hasil persentase dari variabel empati sejumlah 47 orang (44,8%)
pada kategori tinggi dan 58 orang (55,2%) pada kategori rendah. Dengan
demikian, dari hasil sebaran pada variabel empati paling tinggi berada pada
kategori rendah.
Ketiga, hasil persentase dari variabel sikap mendukung sejumlah 47 orang
(44,8%) pada kategori tinggi dan 58 orang (55,2%) pada kategori rendah. Dengan
demikian, dari hasil sebaran pada variabel sikap mendukung paling tinggi berada
pada kategori rendah.
Keempat, hasil persentase dari variabel sikap positif sejumlah 42 subjek
(40%) pada kategori tinggi dan 63 orang (60%) pada kategori rendah. Dengan
demikian, dari hasil sebaran pada variabel sikap positif paling tinggi berada pada
kategori rendah.
Kelima, hasil persentase dari variabel kesetaraan sejumlah 45 orang
(42,9%) pada kategori tinggi dan 60 orang (57,1%) pada kategori rendah. Dengan
demikian, dari hasil sebaran pada variabel kesetaraan paling tinggi berada pada
kategori rendah.
64
4.3 Uji Hipotesis Penelitian
4.3.1 Analisis Regresi variabel Penelitian
Pada tahap ini, peneliti menguji hipotesis penelitian dengan menggunakan teknik
analisis berganda dan bantuan software SPSS. Seperti yang telah disebutkan pada
bab tiga, bahwa dalam regresi terdapat tiga hal yang harus diperhatikan. Pertama,
melihat besaran R-Square (R2)
untuk mengetahui berapa persen (%) varians
dependet variable (DV) yang dijelaskan oleh independent variable (IV). Kedua,
melihat apakah secara keseluruhan independent variable (IV) berpengaruh secara
signifikan terhadap dependent variable (DV). Terakhir, untuk memperhatikan
siginifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing independent
variable (IV).
Langkah pertama, peneliti melihat besaran R-Square untuk mengetahui
berapa persen (%) varians dependent variable yang dijelaskan independent
variable. Untuk tabel R-Square dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.6
Hasil analisis regresi variabel penelitian Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .668a .447 .388 7.82279
a. Predictors : (Constant), extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism,
openness, keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, kesetaraan.
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa dengan menggunakan seluruh
independent variable yaitu extraversion, agreeableness, conscientiousness,
neuroticism, openness, keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan
kesetaraan terhadap dependent variable, diperoleh nilai R Square 0,447. Artinya
proporsi varians dari kepuasan pernikahan yang dijelaskan oleh seluruh
65
independent variable adalah sebesar 44,7% sedangkan 55,3% sisanya dipengaruhi
oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Langkah kedua melihat apakah seluruh independent variabel, yaitu
extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness,
keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan berpengaruh
secara signifikan terhadap dependent variable, yaitu kepuasan pernikahan.
Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7
Hasil uji hipotesis Model Sum of
Square
Df Mean Square F Sig.
1 Regression 4647.575 10 464.758 7.595 .000a Residual 5752.425 197 61.196
Total 10400.000 104
a. Predictors: (Constant), extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism,
openness, keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, kesetaraan.
b. Dependent Variable: kepuasan pernikahan
Hasil perhitungan menunjukkan taraf signifikansi yang didapat sebesar
0,000 (p<0,05) maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh
kepuasan pernikahan ditolak. Artinya ada pengaruh yang signifikan dari
extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness,
keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan. secara
bersama-sama terhadap kepuasan pernikahan pada wanita yang menjalani
kehidupan commuter marriage.
Langkah ketiga adalah melihat koefisien regresi tiap independen variabel.
Jika p<0,05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti bahwa
independent variable tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap
66
kepuasan pernikahan pada wanita yang menjalani kehidupan commuter marriage.
Adapun penyajiannya ditampilkan pada tabel berikut :
Tabel 4.8
Koefisien regresi masing-masing variabel penelitian Model Unstandardized
coefficients
Standardized
coefficients
B Std.
Error
Beta T Sig.
1 (constant) 6.664 7.675 .868 .387
Extraversion -.034 .100 -.034 -.342 .733 Agreeableness .012 .097 .012 .128 .898
Conscientiousness -.098 .102 -.098 -.964 .338
Neuroticism .064 .082 .064 .788 .432
Openness .039 .097 .039 .404 .687
Keterbukaan .156 .098 .156 1.595 .114
Empati .050 .094 .050 .532 .596
Sikapmendukung .401 .105 .401 3.814 .000*
Sikappositif .001 .104 .001 .012 .990
Kesetaraan .275 .111 .275 2.462 .016*
Keterangan: tanda (*) menunjukkan variabel yang signifikan
Berdasarkan table diatas dapat disampaikan persamaan regresi sebagai berikut:
Kepuasan pernikahan = 6.664 - 0,034 extraversion + 0,012
agreeableness - 0,098 conscientiousness + 0,064 neuroticism + 0,039 openness
+ 0,156 keterbukaan + 0,050 empati + 0,401 sikap mendukung* + 0,001 sikap
positif + 0,275 kesetaraan*.
Untuk melihat signifikan atau tidak koefisien regresi yang dihasilkan,
dapat dilihat dari nilai signifikan pada kolom paling kanan. Jika P<0,05, maka
koefisien regresi signifikan pengaruhnya terhadap kepuasan pernikahan dan
sebaliknya. Dari hasil diatas terdapat dua koefisien regresi yang signifikan, yaitu
sikap mendukung dan kesetaraan. Sedangkan delapan koefisien regresi lainnya
tidak signifikan. Hal ini berarti dari 10 hipotesis minor, dua diantaranya
signifikan. Penjelasan nilai koefisien regresi pada masing-masing IV adalah
sebagai berikut :
67
1. Variabel Extraversion
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,034 dengan signifikansi 0,733
(p>0,05), artinya variable extraversion dari aspek kepribadian tidak
mempengaruhi secara signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada wanita
yang menjalani kehidupan commuter marriage.
2. Variabel Agreeableness
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,012 dengan signifikansi 0,898
(p>0,05), artinya variabel agreeableness dari aspek kepribadian tidak
mempengaruhi secara signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada wanita
yang menjalani kehidupan commuter marriage.
3. Variabel Conscientiousness
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,098 dengan signifikansi 0,338
(p>0,05), artinya variabel conscientiousness dari aspek kepribadian tidak
mempengaruhi secara signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada wanita
yang menjalani kehidupan commuter marriage.
4. Variabel Neuroticism
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,064 dengan signifikansi 0,432
(p>0,05), artinya variabel neuroticism dari aspek kepribadian tidak
mempengaruhi secara signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada wanita
yang menjalani kehidupan commuter marriage.
5. Variabel Openness
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,039 dengan signifikansi 0,687
(p>0,05), artinya variabel neuroticism dari aspek kepribadian tidak
68
mempengaruhi secara signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada wanita
yang menjalani kehidupan commuter marriage.
6. Variabel Keterbukaan
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,156 dengan signifikansi 0,114
(p>0,05), artinya variable keterbukaan dari aspek komunikasi interpersonal
tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada
wanita yang menjalani kehidupan commuter marriage.
7. Variabel Empati
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,050 dengan signifikansi 0,596
(p>0,05), artinya variable empati dari aspek komunikasi interpersonal tidak
mempengaruhi secara signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada wanita
yang menjalani kehidupan commuter marriage.
8. Variabel Sikap Mendukung
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,401 dengan signifikansi 0,000
(p<0,05), artinya variabel sikap mendukung dari aspek komunikasi
interpersonal mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap kepuasan
pernikahan pada wanita yang menjalani kehidupan commuter marriage, yang
berarti bahwa semakin tinggi sikap mendukung yang dimiliki maka akan
semakin tinggi pula kepuasan pernikahannya.
9. Variabel Sikap Positif
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,001 dengan signifikansi 0,990
(p>0,05), artinya variable sikap positif dari aspek komunikasi interpersonal
69
tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada
wanita yang menjalani kehidupan commuter marriage.
10. Variabel Kesetaraan
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,275 dengan signifikansi 0,016
(p<0,05), artinya variabel kesetaraan dari aspek komunikasi interpersonal
mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap kepuasan pernikahan
pada wanita yang menjalani kehidupan commuter marriage, yang berarti
bahwa semakin tinggi kesetaraan yang dimiliki maka akan semakin tinggi pula
kepuasan pernikahannya.
Berdasarkan standar koefisien beta maka diketahui bahwa IV dengan
prediktor terbesar terhadap kepuasan pernikahan adalah variabel sikap
mendukung (0,401). Berdasarkan informasi tersebut dapat disimpulkan bahwa
dalam penelitian ini sikap mendukung merupakan prediktor yang paling
mempengaruhi kepuasan pernikahan.
4.3.2 Pengujian Proporsi Varians Masing-Masing Independet Variable
Langkah selanjutnya, mengetahui bagaimana penambahan proporsi varians dari
masing-masing IV terhadap kepuasan pernikahan pada wanita yang menjalani
kehidupan commuter marriage. Untuk melihat besarnya sumbangan yang
diberikan IV terhadap DV dapat dilihat pada kolom R square change. Untuk
mengetahui apakah sumbangan tersebut signifikan dapat dilihat pada kolom sig. F
change. Pada tabel 4.9 akan digambarkan proporsi varians masing-masing IV
terhadap DV, sebagai berikut:
70
Tabel 4.9
Proporsi Varians Masing-Masing Independent Variable
Model R Square Change Statistics
R Square
Change
F Change df1 df2 Sig. F
Change
1 .056 .056 6.077 1 103 .015*
2 .082 .026 2.878 1 102 .093
3 .087 .006 .616 1 101 .434
4 .087 .000 .000 1 100 .983
5 .099 .012 1.322 1 99 .253
6 .200 .101 12.386 1 98 .001*
7 .234 .034 4.256 1 97 .042*
8 .408 .174 28.289 1 96 .000*
9 .411 .003 .472 1 95 .494
10 .447 .036 6.062 1 94 .016*
a. Predictors: (constant), extraversion
b. Predictors: (constant), extraversion, agreeableness
c. Predictors: (constant), extraversion, agreeableness, conscientiousness
d. Predictors: (constant), extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism
e. Predictors: (constant), extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness
f. Predictors: (constant), extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness,
keterbukaan
g. Predictors: (constant), extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism,openness,
keterbukaan, empati
h. Predictors: (constant), extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness,
keterbukaan, empati, sikapmendukung
i. Predictors: (constant), extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness,
keterbukaan, empati, sikapmendukung, sikappositif
j. Predictors: (constant), extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness,
keterbukaan, empati, sikapmendukung, sikappositif, kesetaraan
Keterangan: (*) signifikan
Jika dijabarkan kontribusi dari setiap IV terhadap DV diatas disampaikan sebagai
berikut :
1. Variabel extraversion dari aspek kepribadian memberikan sumbangan sebesar
5,6% dalam proporsi varians kepuasan pernikahan pada wanita yang
menjalani kehidupan commuter marriage. Sumbangan tersebut signifikan
secara statistik karena sig. F Change = 0,015 (P<0,05)
71
2. Variabel agreeableness dari aspek kepribadian memberikan sumbangan
sebesar 2,6% dalam proporsi varians kepuasan pernikahan pada wanita yang
menjalani kehidupan commuter marriage. Sumbangan tersebut tidak
signifikan secara statistik karena sig. F Change = 0,093 (P>0,05)
3. Variabel conscientiousness dari aspek kepribadian memberikan sumbangan
sebesar 0,6% dalam proporsi varians kepuasan pernikahan pada wanita yang
menjalani kehidupan commuter marriage. Sumbangan tersebut tidak
signifikan secara statistik karena sig. F Change = 0,434 (P>0,05)
4. Variabel neuroticism dari aspek kepribadian memberikan sumbangan sebesar
0% dalam proporsi varians kepuasan pernikahan pada wanita yang menjalani
kehidupan commuter marriage. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara
statistik karena sig. F Change = 0,983 (P>0,05)
5. Variabel openness dari kaspek kepribadian memberikan sumbangan sebesar
1,2% dalam proporsi varians kepuasan pernikahan pada wanita yang
menjalani kehidupan commuter marriage. Sumbangan tersebut tidak
signifikan secara statistik karena sig. F Change = 0,253 (P>0,05)
6. Variabel keterbukaan dari aspek komunikasi interpersonal memberikan
sumbangan sebesar 10,1% dalam proporsi varians kepuasan pernikahan pada
wanita yang menjalani kehidupan commuter marriage. Sumbangan tersebut
signifikan secara statistik karena sig. F Change = 0,001 (P<0,05)
7. Variabel empati dari aspek komunikasi interpersonal memberikan sumbangan
sebesar 3,4% dalam proporsi varians kepuasan pernikahan pada wanita yang
72
menjalani kehidupan commuter marriage. Sumbangan tersebut signifikan
secara statistik karena sig. F Change = 0,042 (P<0,05)
8. Variabel sikap mendukung dari aspek komunikasi interpersonal memberikan
sumbangan sebesar 17,4% dalam proporsi varians kepuasan pernikahan pada
wanita yang menjalani kehidupan commuter marriage. Sumbangan tersebut
signifikan secara statistik karena sig. F Change = 0,000 (P<0,05)
9. Variabel sikap positif dari aspek komunikasi interpersonal memberikan
sumbangan sebesar 0,3% dalam proporsi varians kepuasan pernikahan pada
wanita yang menjalani kehidupan commuter marriage. Sumbangan tersebut
tidak signifikan secara statistik karena sig. F Change = 0,494 (P>0,05)
10. Variabel kesetaraan dari aspek komunikasi interpersonal memberikan
sumbangan sebesar 3,6% dalam proporsi varians kepuasan pernikahan pada
wanita yang menjalani kehidupan commuter marriage. Sumbangan tersebut
signifikan secara statistik karena sig. F Change = 0,016 (P<0,05).
73
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
Pada bab ini peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian. Dalam bab ini akan
dimuat diskusi dan saran.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini antara lain:
1. Adanya pengaruh bersama yang signifikan dari variabel tipe kepribadian big
five dan komunikasi interpersonal terhadap kepuasan pernikahan pada wanita
yang menjalani kehidupan commuter marriage.
2. Pengaruh terhadap kepuasan pernikahan pada wanita yang menjalani
kehidupan commuter marriage yang dapat diprediksi secara bersama oleh
variabel tipe kepribadian big five dan komunikasi interpersonal adalah sebesar
44,7%, sedangkan 55,3% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar
penelitian ini.
3. Jika dilihat dari masing-masing IV dan dimensinya, maka diketahui bahwa
tidak ada pengaruh yang signifikan dari tipe kepribadian big five serta dimensi-
dimensinya terhadap kepuasan pernikahan pada wanita yang menjalani
kehidupan commuter marriage. Sementara itu diketahui bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan dari komunikasi interpersonal terhadap kepuasan
pernikahan pada wanita yang menjalani kehidupan commuter marriage.
74
Pengaruh yang signifikan ini terjadi pada masing-masing dimensi komunikasi
interpersonal, yakni sikap mendukung dan kesetaraan.
4. Prediktor dengan pengaruh paling besar terhadap kepuasan pernikahan pada
penelitian ini adalah sikap mendukung.
5.2 Diskusi
Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa tipe kepribadian big five dan
komunikasi interpersonal secara bersama mempengaruhi kepuasan pernikahan
pada wanita yang menjalani kehidupan commuter marriage, meskipun hanya
beberapa variabel yang pada akhirnya diketahui mempengaruhi kepuasan
pernikahan.
Pertama, kepuasan pernikahan secara signifikan dipengaruhi oleh
komunikasi interpersonal dengan arah pengaruh yang positif. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Shudana (2013) yang
mengemukakan adanya hubungan yang positif antara komunikasi interpersonal
pasutri dengan keharmonisan dalam pernikahan yang dalam penelitian ini yang
disebut dengan kepuasan pernikahan.
Dari lima dimensi terdapat dua dimensi komunikasi interpersonal yang
mempengaruhi secara signifikan yaitu sikap mendukung, dan kesetaraan. Salah
satu dari kedua dimensi komunikasi interpersonal pada penelitian ini yaitu sikap
mendukung bahkan menjadi prediktor yang paling besar pengaruhnya terhadap
kepuasan pernikahan pada wanita yang menjalani kehidupan commuter marriage.
Hal ini senada dengan pernyataan dari Cate & umner (2010) yang mengemukakan
75
bahwa marital satisfaction (kepuasan pernikahan) pada seseorang yang menjalani
kehidupan commuter marriage bisa saja berkaitan secara positif dengan
supportiveness (sikap mendukung). Hal ini mungkin saja disebabkan karena
wanita yang menjalani kehidupan commuter marriage membutuhkan dukungan
pasangan dan sikap yang mendukung pasangan untuk mencapai kepuasan
pernikahan yang tinggi.
Dalam penelitian ini variabel keterbukaan, empati dan memberikan
pengaruh positif namun terbukti tidak signifikan berpengaruh pada kepuasan
pernikahan. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang menyatakan terdapat
tingkat kepuasan pernikahan yang tinggi pada aspek keterbukaan (self-disclosure)
dan empati, sedangkan pada sikap positif ( positiveness) dan kesetaraan (equality)
adanya pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kepuasan pernikahan
pada wanita yang menjalani kehidupan commuter marriage (Cate & Sumner,
2010).
Hal ini mungkin dikarenakan pada penelitian ini peneliti kurang dalam
mengarahkan variabel-variabel yang dimaksud pada pernikahan responden.
Karena, seperti yang dikemukakan oleh Devito (1997), komunikasi yang baik
adalah komunikasi yang efektif, yang ditunjukkan dari lima sikap dengan ciri
adanya rasa saling terbuka, empati, saling mendukung, sikap positif dan
kesetaraan. Apabila pasangan suami istri mampu saling terbuka, memberikan
empati satu sama lain dan saling menunjukkan sikap yang positif terhadap
pasangannya maka komunikasi interpersonal dapat berjalan secara efektif.
76
Dari hasil penelitian mengenai pengaruh variabel tipe kepribadian big five
terhadap kepuasan pernikahan, tidak ada pengaruh yang signifikan dari tipe
kepribadian big five serta dimensi-dimensinya terhadap kepuasan pernikahan pada
wanita yang menjalani kehidupan commuter marriage. Hal ini bisa saja terjadi
karena responden pada penelitian ini memiliki kategorisasi skor yang rendah pada
seluruh aspek tipe kepribadian big five dan didominasi oleh wanita yang
menjalani kehidupan commuter marriage pada rentang usia 20-40 tahun (dewasa
awal), sehingga memungkinkan saat mengisi kuisioner sedang dalam emosi yang
tidak stabil.
Terdapat ketidaksesuaian antara hasil penelitian yang menemukan bahwa
terdapat tingkat kepuasan yang tinggi pada extraversion, agreeableness dan
openness (Botwin, Buss & Shackelford, 1997) dan Neuroticism (Febriany, 2011).
Sedangkan dalam penelitian ini extraversion, agreeableness, openness, dan
Neuroticism terbukti tidak signifikan terhadap kepuasan pernikahan.
Selain itu hasil penelitian ini juga menemukan adanya pengaruh positif
namun tidak signifikan antara conscientiousness terhadap kepuasan pernikahan.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Botwin, Buss
& Shackelford (1997) yang mengemukakan bahwa adanya pengaruh positif
namun tidak signifikan antara conscientiousness terhadap kepuasan pernikahan.
Gambaran umum pada penelitian ini menelaskan bahwa wanita yang
paling banyak menjalani kehidupan commuter marriage dalam penelitian ini
berada pada rentang usia 20-40 tahun, yang berarti sebagian besar subjek berada
dalam taraf perkembangan dewasa awal. Untuk pendidikan dalam penelitian ini
77
sebagian besar subjek berlatar belakang pendidikan perguruan tinggi/ universitas.
Pada pekerjaan, sebagian besar subjek bekerja sebagai karyawan/ pegawai. Dan
sebagian besar subjek pada penelitian ini telah menikah selama 1-10 tahun.
5.3 Saran
Pada penelitian ini, peneliti membagi saran menjadi dua, yaitu teoritis dan praktis.
Peneliti memberikan saran secara teoritis sebagai bahan pertimbangan untuk
perkembangan penelitian selanjutnya. Selain itu, peneliti juga menguraikan saran
secara praktis sebagai bahan kesimpulan dan masukan bagi pembaca sehingga
dapat mengambil manfaat dari penelitian ini.
5.3.1 Saran teoritis
1. variasi dalam 10 variabel independen dalam penelitian ini menyumbang
pengaruh terharap kepuasan pernikahan pada wanita yang menjalani kehidupan
commuter marriage sebesar 44,7% yang terdiri dari lima variabel yang
signifikan dan lima variabel yang tidak signifikan. Sisanya 55,3%
kemungkinan dipengaruhi oleh variabel lain. Oleh karena itu disarankan untuk
peneliti selanjutnya agar meneliti variabel-variabel lain di luar penelitian ini
yang mungkin mempengaruhi kepuasan pernikahan seperti religiusitas, marital
conflict, relationship maintenance, dan atau faktor demografi yang tidak
peneliti analisis dalam penelitian ini. Dengan mempertimbangkan variabel-
variabel tersebut, diharapkan penelitian selanjutnya akan lebih
menyempurnakan hasil penelitian sebelumnya.
78
2. Pada penelitian ini, sampel yang digunakan hanya 105 dan di wilayah DKI
Jakarta, untuk itu dalam penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti lebih
banyak responden dan di berbagai wilayah yang lebih menyeluruh sehingga
dapat menggambarkan kepuasan pernikahan secara menyeluruh.
3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan agar lebih memperjelas definisi dan
aspek-aspek pada komunikasi interpersonal.
4. Untuk penelitian selanjutnya dapat diperkaya dengan menjadikan suami sebagai
sampel, sehingga dapat melakukan perbandingan antara kepuasan pernikahan
keduanya.
5.3.2 Saran Praktis
1. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa komunikasi interpersonal
terbukti berpengaruh terhadap kepuasan pernikahan pada wanita yang
menjalani kehidupan commuter marriage. Untuk itu demi meningkatkan
kepuasan pernikahan, peneliti menyarankan untuk para istri atau bahkan suami
lebih meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonalnya.
2. Penelitian ini juga dapat menjadi masukan bagi para psikolog keluarga/konselor
untuk membuat program yang terkait dengan kepuasan pernikahan terutama
pada pasangan yang menjalani kehidupan commuter marriage.
79
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, E.A. (2003). Commuter marriages. Diunduh tanggal 10/11/2014 dari
http://encyclopedia.com
Atwater, E & Duffy, K.G (2005). Psychology for living: adjustment, growth, and
behaviour today ( 8th
ed). New Jersey : Pearson Education, Inc
Bienvenu, M.J. (Interpersonal communication inventory. The journal of
communication. San diego CA: University Associates
Bird, G & Melville, K. (1994). Families and intimate relationship. New York: Mc
Graw-hill, Inc
BKKBN. (2013). Angka perceraian di Indonesia. Diunduh tanggal 22/10/2014
dari http://www.bkkbn.go.id
Botwin, M.D., Buss, D.M., & Shackelford, T.K. (1997). Personality and mate
preferences: Five factors in mate selection and marital satisfaction. Journal
of Personality.
Cate, S. (2010). Memberi keadilan bagi para pencari keadilan: sebuah laporan
penelitian tentang akses dan kesetaraan pada pengadilan negeri dan
pengadilan agama di Indonesia tahun 2007-2009. Jakarta: Mahkamah
agung dan ausAID
Devito, J.A. (1997). Komunikasi antarmanusia. Jakarta: Professional Books
Devito, J.A. (2011). Komunikasi antarmanusia edisi kelima. Tangerang Selatan:
Karisma Publishing Group
Dewi, N.R. & Hilda, S. (2013). Hubungan antara komunikasi interpersonal pasutri
dengan keharmonisan dalam pernikahan. Jurnal Psikologi Udhayana
Duvall, E.M. & Miller, B.C. (1985). Marriage and family development 6th ed.
New York: Harper & Row, Publisher
Engler, B. (2009). Personality theories. An Introduction 8th
. USA: Houghton
Mifflin Harcourt Publishing Company
Fajar, H.A (2011). Pengaruh kepercayaan diri terhadap komunikasi interpersonal
santri di pondok pesantren modern islam assalam Surakarta Solo. Skripsi
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
80
Febriany, R.E. (2011). Pengaruh gaya resolusi konflik dan tipe kepribadian big
five terhadap kepuasan pernikahan istri. Skripsi Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Friedman, H. S & Miriam W.S. (2008). Kepribadian: Teori klasik dan riset
modern edisi ketiga jilid 1. Jakarta: Erlangga
Friedman, H. S & Miriam W.S. (2009). Personality classic theories and modern
research. Boston: California State University, San Marcos
Fuad, N. & Altaira, E. (2008). Hubungan antara kualitas komunikasi dengan
kepuasan dalam perkawinan pada istri. Naskah publikasi UII Yogyakarta.
Diunduh tanggal 22/10/2014 dari http://psychology.uii.ac.id
Glotzer, R. & Federlain. (2007). Commuter marriage and families strenghts.
Journal of marriage and families. Diunduh tanggal 10/11/2014 dari
http://quod.lib.umich.edu
Govaerts, K. & David, N.D. (1988). Until careers do us part: vocational and
marital satisfavtion in the dual career commuter marriage. Journal for the
advancement of counselling. Diunduh tanggal 10/11/2014 dari
http://link.springer.com
Hawadi, L.F. (2010). Psikologi perkawinan dan keluarga. Diunduh tanggal
22/10/2014 dari http://reni-akbar.blogspot.com
Indarti, H. (2010). Hubungan antara komunikasi interpersonal dengan kepuasan
perkawinan pada istri TKI di desa Betak kecamatan Kalidawir kabupaten
Tulung Agung. Skripsi Universitas Negeri Malang. Diunduh tanggal
22/10/2014 dari http://karya-ilmiah.um.ac.id
Indrijati, H. & Nurul, A. (2011) Pemenuhan aspek-aspek kepuasan perkawinan
pada istri yang menggugat cerai. Naskah publikasi Universitas Airlangga
Surabaya. Diunduh tanggal 22/10/2014 dari http://journal.unair.ac.id
John, O.P. & Srivastava, S. (1999). Big five inventory. New Yoerk: Willguilford
press http://link.springer.com
Kouneski, E.F. (2002). Five types of marriages based on ENRICH: linking
intrapersonal and interpersonal characteristic. Thesis University of Minesota.
Diunduh tanggal 22/10/2014 dari http://www.esrc.ac.uk
Lebow, J.L. & William, M.P. (2005). Family psychology: the art of the science.
New York: Oxford University Press, Inc.
81
Lemme, B.H. (1995). Development in adultthood. USA: Allyn and Bacon
Maryadi (2009). Lebih dari 60% perceraian atas desakan istri. Diunduh tanggal
22/10/2014 dari http://news.viva.co.id
Mischel, W. (2003). Introduction to personality. New York: John Willey & Sons,
Inc
Papalia, D.E. (2009). Human development. Perkembangan manusia. Jakarta:
Salemba Humanika
Pervin & John. (2005). Personality. Theory and research. New York: John Wiley
& Sons Inc
Puspitawati, H. (2013). Interaksi suami istri dalam mewujudkan harmonisasi
keluarga reponsif gender. Bogor: PT IPB Press.
Rakhmat, J. (2001). Psikologi komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Rini, R.I.R.S. (2010). Penyesuaian perkawinan ditinjau dari kepribadian pada istri
yang menjalani pola perkawinan jarak jauh. Jurnal Psikologi UII
Yogyakarta. Diunduh tanggal 10/11/2014 dari http://data.dppm.uii.ac.id
Spanier, G.B. (1976). Meansuring dyadic adjustment “ New scale for assessing
the quality of marriage and similar dyads. Journal of marriage and family.
Sadarjoen, S.S. (2005). Konflik marital: pemahaman konseptual, aktual dan
alternatif solusinya. Bandung: PT. Refika Aditama
Sarlito, W. S. (2003). Pengantar umum psikologi. Jakarta: Bulan Bintang
Sarlito, W. S. (2005). Psikologi dalam praaktek. Jakarta: Restu Agung
Sudarto, A. (2014). Studi deskriptif kepuasan perkawinan pada perempuan yang
menikah dini. Jurnal Universitas Airlangga Surabaya. Diunduh tanggal
22/10/2014 dari http://journal.unair.ac.id
Suryabrata, S. (2007). Psikologi kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Wiliaspi, Y. (2012). Pengaruh buku komunikasi terhadap kualitas komunikasi
pada istri yang menjalani perkawinan jarak jauh. Thesis Universitas Gajah
Mada. Diunduh tanggal22/10/2014 dari http://etd.ugm.ac.id
LAMPIRAN
LAMPIRAN I
Kuesioner Penelitian Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Salam Sejahtera
Saya Dewi Susanti, mengucapkan terima kasih atas kesediaan dan waktu yang
telah rekan-rekan berikan untuk mengisi kuesioner penelitian berkaitan dengan
pernikahan, kepribadian, dan komunikasi.
Pertama-tama, mohon isi Data Diri Responden di kolom yang telah tersedia,
kemudian jawablah semua pernyataan sesuai dengan diri Anda. Dalam menjawab
kuesioner ini, tidak ada jawaban salah atau benar, dan jawaban yang Anda berikan
akan terjamin kerahasiaannya serta hanya akan digunakan untuk kepentingan
penelitian.
Terima kasih banyak.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Hormat Saya,
Dewi Susanti
Identitas Diri
Usia saya :
20 – 30 tahun
31 – 40 tahun
41 – 50 tahun
51 – 60 tahun
Pendidikan saya :
SD / Ibtidaiyah
SMP / Tsanawiyah
SMA / SMK / Aliyah
Perguruan Tinggi / universitas
Pekerjaan saya :
Karyawan / Pegawai
Wiraswasta
Mahasiswa
Ibu Rumah Tangga
Lainnya
Usia pernikahan saya saat ini : ..................................................
*Isi dan berilah tanda checklist atau centang
Petunjuk Pengisian Skala Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan, Teman-teman diminta untuk menilai pernyataan, kemudian memberikan tanda silang ( X ) pada kolom yang tersedia sesuai dengan diri teman-teman. Adapun pilihan jawaban adalah sebagai berikut: SS : Sangat Setuju S : Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju Contoh :
No Pernyataan STS TS S SS
1 Saya bebas mengekspresikan perasaan
Anda memberi tanda silang ( X ) di kolom S, artinya anda Setuju pada pernyataan “Saya bebas mengekspresikan perasaan”
SKALA 1 Beri tanda silang (x) pilihan mana yang paling sesuai dengan diri Anda.
Pernyataan STS TS S SS
1 Saya dan suami sependapat dengan prinsip hidup yang dijalani
2 Saya dan suami membuat kesepakatan mengenai aturan dalam rumah tangga kami
3 Saya setuju untuk memiliki tabungan bersama suami
4 Saya dan suami kesulitan mengelola keuangan kami
5 Meskipun ada kesempatan, saya menolak beribadah bersama suami
6 Saya dan suami menghabiskan waktu liburan bersama
7 Saya dan suami meluangkan waktu untuk berbagi cerita
8 Saya lebih memilih kegiatan lain dibandingkan menemani suami
9 Saya bahagia karena suami dapat memahami saya
10 Saya memiliki kebutuhan yang belum mampu dipenuhi oleh suami
11 Saya ragu pada komitmen suami dalam menjaga keutuhan rumah tangga
12 Saya melakukan apa saja untuk menjaga keharmonisan dengan suami
13 Saya menunjukkan kasih sayang pada suami dengan mengucapkan kata cinta
14 Saya berperilaku menyenangkan ketika bersama suami
15 Saya merasa terganggu ketika suami menolak ajakan saya untuk melakukan aktivitas seksual
16 Saya menikmati aktivitas seksual dengan suami
SKALA 2
Beri tanda silang ( X ) pilihan mana yang paling sesuai dengan diri Anda.
“Saya seseorang yang ...” STS TS S SS
1 Senang berbicara
2 Suka menyendiri
3 Penuh semangat
4 Antusias
5 Pendiam
6 Tegas
7 Pemalu
8 Mudah bergaul
9 Senang mengkritik orang lain
10 Tidak mementingkan diri sendiri
11 Bermusuhan dengan orang lain
12 Pemaaf
13 Percaya pada orang lain
14 Kurang peduli
15 Baik hati dan penuh perhatian
16 Bersikap kasar pada orang lain
17 Senang bekerja sama dengan orang lain
18 Bekerja secara teliti
19 Ceroboh
20 Dapat diandalkan
21 Tidak teratur
22 Pemalas
23 Gigih menuntaskan tugas
24 Menyelesaikan tugas secara efisien
25 Membuat perencanaan dan menjalankannya
26 Mudah teralihkan
27 Sedih
28 Tenang
29 Mudah tegang
30 Pencemas
31 Tidak mudah kecewa
32 Suasana hati mudah berubah
33 Tenang dalam situasi tertekan
34 Mudah gelisah
35 Memunculkan gagasan baru
36 Menyukai tantangan
37 Pandai
38 Memiliki imajinasi yang kuat
39 Senang berkreasi
40 Menghargai karya seni
41 Memilih pekerjaan yang bersifat rutin
42 Suka merenung
43 Kurang berminat pada seni
44 Mahir dalam karya seni, musik, atau sastra
SKALA 3 Beri tanda silang (x) pilihan mana yang paling sesuai dengan diri Anda.
Pernyataan SS S TS STS
1 Saya berusaha jujur kepada suami
2 Saya sedih jika suami dalam masalah
3 Saya berusaha memberi semangat atas apa yang suami
harapkan
4 Saya tetap bekomunikasi dengan suami meski berbeda
pendapat
5 Saya merasa komunikasi berjalan lancar karena sependapat
dengan suami
6 Saya mengutarakan pendapat, ketika pendapat suami
berbeda dengan saya
7 Saya membiarkan suami menjalankan aktivitasnya
8 Jika menghadapi suatu masalah, saya berusaha lebih dewasa
dalam menghadapinya
9 Saya cenderung tertutup pada suami
10 Saya berdiskusi dengan suami dalam menentukan sesuatu
11 Saya lebih memilih diam saat merasa berbeda pendapat
dengan suami
12 Saya mencoba memahami perasaan suami saat berada dalam
masalah
13 Saya menghubungi suami meski dia sedang beraktivitas
14 Jika saya kecewa pada suami, saya mengutarakannya
15 Jika suami mengutarakan pendapatnya, saya memilih diam
16 Saya mendukung kegiatan suami
17 Saya mengkritik suami jika melakukan kesalahan
18 Saya bersifat kekanak-kanakan saat ada masalah
19 Saat ada masalah, saya memilih diam
20 Saya berusaha untuk berfikiran positif terhadap apa yang
dilakukan suami
21 Saya dan suami memiliki kesamaan sikap dalam menghadapi
masalah
22 Saya membiarkan suami melakukan kegiatan apapun dan
memberi dukungan atas apa yang dilakukan
23 Saya mencurigai apa yang dilakukan suami
24 Saya merasa baik-baik saja, meskipun suami dalam masalah
25 Saya memahami jika suami sedang lelah dan membiarkannya
beristirahat meskipun saya membutuhkan bantuan.
26 Saya bertengkar dengan suami hanya karena berbeda
pendapat
27 Saya dan suami berkomitmen untuk menyelesaikan setiap
masalah yang dihadapi
28 Saya yakin dengan kemampuan yang saya miliki
29 Saya acuh jika suami sedang dalam masalah
30 Saya meragukan kemampuan saya
Terima Kasih banyak atas partisipasi Anda.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salam Sejahtera
LAMPIRAN II
SYNTAK
1. KEPUASAN PERNIKAHAN
ANALISIS FAKTOR CONFIRMATORY KPERNIKAHAN
DA NI=16 NO=105 MA=KM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10
ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16
KM SY FI=KEPUASAN.COR
SE
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16/
MO NX=16 NK=1 PH=ST LX=FR td=sy,fi
LK
KPERNIKAHAN
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10 10
FR TD 11 11 TD 12 12 TD 13 13 TD 14 14 TD 15 15 TD 16 16
FR TD 14 7 TD 16 9 TD 2 1 TD 7 2 TD 8 5 TD 12 8 TD 14 8 TD 14 2 TD 14 13
FR TD 9 7 TD 14 9 TD 14 11 TD 14 12 TD 15 5 TD 12 5 TD 12 7 TD 12 6 TD 11 10
FR TD 13 6 TD 4 1 TD 13 2 TD 10 1 TD 16 4 TD 16 10 TD 7 4 TD 10 7 TD 13 1 TD 6 3
PD
OU AD=OFF IT=2000 TV SS Mi
2. TIPE KEPRIBADIAN BIG FIVE
a. Extraversion
ANALISIS FAKTOR CONFIRMATORY EXTRAVERSION
DA NI=8 NO=105 MA=KM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8
KM SY FI=EXTRAVERSION.COR
SE
1 2 3 4 5 6 7 8/
MO NX=8 NK=1 PH=ST LX=FR td=sy,fi
LK
EXTRAVERSION
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8
FR TD 7 5 TD 3 1 TD 6 4 TD 5 2 TD 7 3 TD 5 3 TD 4 2 TD 6 5
PD
OU AD=OFF IT=2000 TV SS Mi
b. Agreeableness
ANALISIS FAKTOR CONFIRMATORY AGREEABLENESS
DA NI=9 NO=105 MA=KM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9
KM SY FI=AGREEABLENESS.COR
SE
1 2 3 4 5 6 7 8 9/
MO NX=9 NK=1 PH=ST LX=FR td=sy,fi
LK
AGREEABLENESS
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9
FR TD 9 1 TD 8 7 TD 7 1 TD 8 6 TD 9 3 TD 7 3
PD
OU AD=OFF IT=2000 TV SS Mi
c. Conscientiousness
ANALISIS FAKTOR CONFIRMATORY CONSCIEN DA NI=9 NO=105 MA=KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 KM SY FI=CONSCIEN.COR SE 1 2 3 4 5 6 7 8 9/ MO NX=9 NK=1 PH=ST LX=FR td=sy,fi LK CONSCIEN FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 FR TD 6 2 TD 9 6 TD 7 5 TD 8 2 TD 7 2 TD 4 1 TD 9 3 TD 9 7 TD 4 3 PD OU AD=OFF IT=2000 TV SS Mi
d. Neuroticism
ANALISIS FAKTOR CONFIRMATORY NEURO DA NI=8 NO=105 MA=KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 KM SY FI=NEURO.COR SE 1 2 3 4 5 6 7 8/ MO NX=8 NK=1 PH=ST LX=FR td=sy,fi LK NEURO FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 FR TD 4 3 TD 5 4 TD 6 2 TD 7 2 PD OU AD=OFF IT=2000 TV SS Mi
e. Openness
ANALISIS FAKTOR CONFIRMATORY OPENNESS DA NI=10 NO=105 MA=KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 KM SY FI=OPEN.COR SE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10/ MO NX=10 NK=1 PH=ST LX=FR td=sy,fi LK OPENNESS FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10 10 FR TD 2 1 TD 5 1 TD 6 5 TD 9 1 TD 9 3 PD OU AD=OFF IT=2000 TV SS Mi
3. KOMUNIKASI INTERPERSONAL
a. Keterbukaan
ANALISIS FAKTOR CONFIRMATORY KETERBUKAAN DA NI=7 NO=105 MA=KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 KM SY FI=KETERBUKAAN.COR SE 1 2 3 4 5 6 7/ MO NX=7 NK=1 PH=ST LX=FR td=sy,fi LK AGREEABLENESS FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 FR TD 6 2 PD OU AD=OFF IT=2000 TV SS Mi
b. Empati
ANALISIS FAKTOR CONFIRMATORY EMPATI DA NI=7 NO=105 MA=KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 KM SY FI=EMPATI.COR SE 1 2 3 4 5 6 7/ MO NX=7 NK=1 PH=ST LX=FR td=sy,fi LK EMPATI FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 PD OU AD=OFF IT=2000 TV SS Mi
c. Sikap mendukung
ANALISIS FAKTOR CONFIRMATORY MENDUKUNG DA NI=5 NO=105 MA=KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 KM SY FI=MENDUKUNG.COR SE 1 2 3 4 5/ MO NX=5 NK=1 PH=ST LX=FR td=sy,fi LK MENDUKUNG FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 FR TD 5 4 PD OU AD=OFF IT=2000 TV SS Mi
d. Sikap positif
ANALISIS FAKTOR CONFIRMATORY POSITIF DA NI=4 NO=105 MA=KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 KM SY FI=POSITIF.COR SE 1 2 3 4/ MO NX=4 NK=1 PH=ST LX=FR td=sy,fi LK AGREEABLENESS FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 FR TD 2 1 PD OU AD=OFF IT=2000 TV SS Mi
e. Kesetaraan
ANALISIS FAKTOR CONFIRMATORY KESETARAAN DA NI=7 NO=105 MA=KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 KM SY FI=KESETARAAN.COR SE 1 2 3 4 5 6 7/ MO NX=7 NK=1 PH=ST LX=FR td=sy,fi LK KESETARAAN FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 FR TD 6 4 TD 6 5 TD 4 3 TD 5 3 TD 5 4 PD OU AD=OFF IT=2000 TV SS Mi
ITEM 10.52
ITEM 20.82
ITEM 30.49
ITEM 40.90
ITEM 50.92
ITEM 60.77
ITEM 70.38
ITEM 80.81
ITEM 90.08
ITEM 100.97
ITEM 110.78
ITEM 120.83
ITEM 130.56
ITEM 140.85
ITEM 150.96
ITEM 160.38
KPERNIKA 1.00
0.68
0.48
0.71
0.30
0.20
0.46
0.77
0.46
0.96
0.28
0.48
0.43
0.67
0.48
0.19
0.77
LAMPIRAN III
ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORI
1. KEPUASAN PERNIKAHAN
Chi - Square=95.71, df=76. P-value=0,06282, RMSEA=0,050
2. TIPE KEPRIBADIAN BIG FIVE
a. Extraversion
ITEM10.40
ITEM20.76
ITEM3-0.14
ITEM40.66
ITEM50.41
ITEM60.77
ITEM70.68
ITEM80.45
EXTRAVER 1.00
Chi-Square=19.39, df=12, P-value=0.07945, RMSEA=0.077
0.78
-0.50
1.03
0.58
-0.75
0.47
-0.56
0.74
b. Agreeableness
ITEM10.69
ITEM21.00
ITEM30.50
ITEM40.62
ITEM51.00
ITEM60.41
ITEM70.53
ITEM80.48
ITEM90.77
AGREEABL 1.00
Chi-Square=27.76, df=21, P-value=0.14713, RMSEA=0.056
0.56
0.03
0.71
0.62
0.04
0.77
0.74
0.73
0.48
c. Conscientiousness
ITEM10.34
ITEM20.24
ITEM30.83
ITEM40.66
ITEM50.58
ITEM60.41
ITEM7-0.03
ITEM80.57
ITEM90.85
CONSCIEN 1.00
Chi-Square=27.09, df=18, P-value=0.07734, RMSEA=0.070
0.81
-0.86
0.43
-0.58
-0.65
0.76
1.01
0.66
-0.41
d. Neuroticism
ITEM10.96
ITEM20.96
ITEM30.76
ITEM40.63
ITEM50.97
ITEM60.90
ITEM70.85
ITEM8-0.40
NEURO 1.00
Chi-Square=21.32, df=16, P-value=0.16651, RMSEA=0.057
0.21
-0.22
0.49
0.60
-0.16
0.31
-0.38
1.18
e. Openness
ITEM10.80
ITEM20.81
ITEM30.48
ITEM40.41
ITEM50.46
ITEM60.69
ITEM71.00
ITEM80.97
ITEM90.64
ITEM100.64
OPENNESS 1.00
Chi-Square=39.90, df=30, P-value=0.10691, RMSEA=0.056
0.51
0.44
0.72
0.77
0.75
0.56
0.03
-0.17
-0.61
0.60
3. KOMUNIKASI INTERPERSONAL
a. Keterbukaan
ITEM10.85
ITEM20.89
ITEM30.62
ITEM40.74
ITEM50.98
ITEM60.87
ITEM70.53
KETERBUK 1.00
Chi-Square=19.59, df=13, P-value=0.10584, RMSEA=0.070
0.39
0.33
0.62
0.51
0.16
0.37
0.69
b. Empati
ITEM10.99
ITEM20.97
ITEM30.87
ITEM40.19
ITEM50.78
ITEM60.94
ITEM7-0.19
EMPATI 1.00
Chi-Square=56.73, df=14, P-value=0.00000, RMSEA=0.171
0.12
0.18
0.35
0.90
0.47
0.24
1.09
c. Sikap mendukung
ITEM1-0.81
ITEM20.88
ITEM30.93
ITEM40.98
ITEM50.99
MENDUKUN 1.00
Chi-Square=5.20, df=4, P-value=0.26691, RMSEA=0.054
1.34
0.34
0.27
0.15
-0.10
d. Sikap positif
ITEM10.80
ITEM20.96
ITEM30.50
ITEM40.29
AGREEABL 1.00
Chi-Square=0.89, df=1, P-value=0.34655, RMSEA=0.000
0.45
0.20
0.71
0.84
e. Kesetaraan
ITEM10.65
ITEM20.47
ITEM30.73
ITEM40.67
ITEM50.71
ITEM60.78
ITEM70.55
KESETARA 1.00
Chi-Square=15.27, df=9, P-value=0.08375, RMSEA=0.082
0.60
0.73
0.52
0.56
0.53
0.47
0.67