Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, BOOK TO MARKET, BETA,
EARNING DAN FINANCIAL DISTRESS TERHADAP SUBSEQUENT
RETURN SAHAM
(Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode Tahun 2009 – 2013)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
Amri Irawan
NIM 109082000097
PROGRAM S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH
JAKARTA 2015 / 1436
i
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, BOOK TO MARKET, BETA,
EARNING DAN FINANCIAL DISTRESS TERHADAP SUBSEQUENT RETURN
SAHAM
(Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
Tahun 2009 – 2013)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
Amri Irawan
NIM 109082000097
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Amilin.,SE,.M.Si.,Ak.,CA.,QIA.,BKP Wilda Farah.,SE.,Msi.Ak.,CPA.,CA
NIP. 19730615 200501 1 009 NIP. 19830326 200912 2 005
PROGRAM S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH
JAKARTA 2015 / 1436
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 3 Juni 2013 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Amri Irawan
2. NIM : 109082000097
3. Jurusan : Akuntansi/ Akuntansi Manajemen
4. Judul Skripsi : Pengaruh Ukuran Perusahaan, Book to Market, Beta,
Earning dan Financial Distress terhadap Subsequent
Return Saham
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melaksanakan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 07 Mei 2015
1. Zuhairan Yunmi Yunan.,SE.,M.Ak ( )
NIP. 19800416 2000912 1 002 Ketua
2. Dr. Rini.,SE.,Ak.,M.Si.,CA ( )
NIP. 19760315 200501 2 002 Sekretaris
3. Atiqah.,SE.,M.S.,Ak ( )
NIP. 19820120 200912 2 004 Penguji Ahli
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Kamis, 24 Juni 2015 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Amri Irawan
2. NIM : 109082000097
3. Jurusan : Akuntansi/ Akuntansi Manajemen
4. Judul Skripsi : Pengaruh Ukuran Perusahaan, Book to Market, Beta,
Earning dan Financial Distress terhadap Subsequent
Return Saham
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 Juni 2015
1. Ade Sofyan Mulazid, Dr.,MA ( )
NIP. 19750101 200501 1 008 Ketua
2. Hepi Prayudiawan,SE.,MM.,Ak.,CA ( )
NIP. 19720516 200901 1 006 Sekretaris
3. Putriesty Mandasari,SE.,M.Si. ( )
NIP. 19840608 201101 2 010 Penguji Ahli
4. Dr. Amilin.,SE,.M.Si.,Ak.,CA.,QIA.,BKP ( )
NIP. 19730615 200501 1 009 Pembimbing I
5. Wilda Farah.,SE.,Msi.Ak.,CPA.,CA ( )
NIP. 19830326 200912 2 005 Pembimbing II
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertandata tangan di bawah ini:
1. Nama : Amri Irawan
2. NIM : 109082000097
3. Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
4. Jurusan : Akuntansi/ Akuntansi Manajemen
Dengani ni menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui
pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan ternyata memang ditemukan
bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Juni 2015
Amri Irawan
v
D A F T A R R I W A Y A T H I D U P
I D E N T I T A S P R I B A D I
Nama : Amri Irawan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat tangga lahir : Sulursari, 07 Agustus 1990
Alamat : Jl. H. Saidi I No. 57 Rt. 014/007
Kel. Cipete Utara, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan
Telepon/Hp : 0838 7568 3093
Email : [email protected]
Anak ke dari : 1 dari 4 bersaudara
P E N D I D I K A N F O R M A L
Jenjang Pendidikan Tempat Tahun
Sekolah Dasar SD Negeri Sulursari 01 1997-2000
SD Negeri Pegangsaan 01 2000-2003
Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 1 Jakarta 2003-2006
Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 46 Jakarta 2006-2009
Kuliah (S1) Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta 2009-2015
P E N D I D I K A N N O N F O R M A L / W O R K S H O P
Peserta Kursus Bahasa Inggris GEC
Peserta Brevet Pajak AB di TTH- IKPI 2013
vi
S E M I N A R / W O R K S H O P
Peserta Seminar Nasional “Peran Asuransi Dalam Era Globalisasi”
Peserta Workshop ACCURATE di MARABI STAPI INDONESIA 2015
Peserta Workshop Kaprodi Akuntansi pembuatan RPP kurikulum 2013
P E N G A L A M A N K E R J A
Guru Produktif dan Kaprodi Jurusan Akuntansi di SMK Darur Roja Cinere
P E N G A L A M A N O R G A N I S A S I
Ketua MPK dan BPK (OSIS) SMP Negeri 1 Jakarta 2004-2005
Pengurus Ekstrakulikuler Futsal SMA Negeri 46 Jakarta
Pengurus Yamabushi Karate Dojo Cabang UIN Jakarta
Anggota Operator Dapodikmen tingkat SMK kota Depok
Pengurus Yayasan Darur Roja Kholiliyah Cinere, Kota Depok
L A T A R B E L A K A N G K E L U A R G A
Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara
Ayah : Kaslam
Ibu : Kusmiyati
Wali : Nurokhman
Adik : Irma, Afal, Adit dan Alvino
vii
The Influence of Firm Size, Book to Market, Beta, Earning and the Financial
Distress toward Subsequent Stock Return
ABSTRACT
The purpose of this research is to determine the influence of the firm size,
Book To Market, Beta, Earnings, Financial Distress and Subsequent Stock
Return. The variables in this research using a Fama Three Factors variable (beta,
firm size, book to market) and added earnings ratio, afterwards all these variables
regressed back with subsequent stock returns. Sample of 65 companies listed in
Indonesia Stock Exchange within timeperiod from 2009 - 2013 resulting in 325
samples of data penel.
This research is tested by two models which the first model is using the
firm size, book to market , beta , earning on financial distress .The second model
is using the firm size, book to market, beta, earning and financial distress on
subsequent stock return. This research is using eviews 7.1 application with
purposive sampling and regression analysis that using a fixed effect approach for
both model. This research is using causality research with the quantitative data.
The results of research shows that the first model is finding the effect of
bankruptcy prediction ( zscore ) which is influenced by the firm size, book to
market , beta , and earning significantly and simultaneously generate Adjusted R-
squared is almost at 95%. While the second models is finding the influence
subsequent stock returns which are influenced by firm size, beta, earnings and
zscore significantly and simultaneously generate Adjusted R-squared is almost by
45%.
Keyword : Model predictions of bankruptcy , firm size , altman zscore ,
beta , book to market , earning , fama three factors and subsequent
stock return
viii
Pengaruh Ukuran Perusahaan, Book To Market, Beta, Earning dan Financial
Distress terhadap Subsequent Return Saham
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruhi dari Ukuran
Perusahaan, Book To Market, Beta, Earning, Financial Distress dan Subsequent
Return Saham. Variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel Fama Three
Factors (beta saham, ukuran perusahaan, book to market) dan ditambah rasio
earning, kemudian semua variabel tersebut diregresikan kembali dengan
subsequent return saham.Sampel 65 perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2009 sampai 2013 sehingga
menghasilkan data penel sebanyak 325 sampel.
Penelitian ini diuji dengan 2 model yaitu model pertama dengan
persamaan Ukuran Perusahaan, Book To Market, Beta, Earning terhadap
Financial Distress. Model kedua dengan persamaan Ukuran Perusahaan, Book To
Market, Beta, Earning dan Financial Distress terhadap Subsequent Return Saham.
Menggunakan aplikasi eviews 7.1 dengan metode pengambilan sampel purposive
sampling dan analisis regresi menggunakan pendekatan fixed effect untuk kedua
model persamaan tersebut. Jenis penelitian menggunakan penelitian kausalitas
dengan sifat data kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model I yaitu mencari pengaruh
prediksi kebangkrutan (zscore) yang dipengaruhi oleh ukuran perusahaan, book to
market, beta saham, dan earning secara signifikan dan secara simultan
menghasilkan Adjusted R-squared hampir sebesar 95% dan signifikan secara
simultan, sedangkan model II yaitu mencari pengaruh subsequent return saham
yang dipengaruhi ukuran perusahaan, beta saham, earning dan zscore secara
signifikan dan secara simultan menghasilkan Adjusted R-squared hampir sebesar
45% dan signifikan secara simultan.
Kata kunci: Model prediksi kebangkrutan, ukuran perusahaan, Altman Zscore,
beta saham, book to market, earning, fama three factors dan
subsequent return saham.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang menguasai
segala yang ada dan tiada, tempat kembalinya setiap jiwa, asa dan karsa serta
Yang Maha Penganugerah, yang telah memberikan karunia serta hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik pada akhirnya.
Shalawat serta salam penulis hanturkan kepada junjungan kita nabi Muhammad
SAW selaku uswatun hasanah bagi setiap rangkaian kehidupan kita beserta para
sahabat, keluarga dan pengikutnya.
Peneliti menyadari sebagai hamba Allah SWT yang memiliki kekurangan
dan sebagai makhluk sosial yang bersifat interpedensi tentu tidak mungkin
menyelesaikan skripsi ini dengan baik tanpa bantuan, bimbingan, dukungan,
semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak.
Oleh sebab itu peneliti ucapkan terima kasih yang setulusnya atas bantuan moril
maupun materil kepada:
1. Orang tua tercinta yaitu Kaslam, Kusmiyati, Nurokhman, keluarga di Bekasi
dan di Purwodadi yang tak pernah berhenti mendukung dan mendoakan
penulis disetiap waktu dan adikku Irma, Afal, Adit dan Alvino yang tercinta
2. Bapak Dr. Arief Mufraini, LC., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bu Yessi Fitri,SE.,M.Si.,Ak.,CA selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Hepi Prayudiawan SE.,MM.,Ak.,CA selaku Sekretaris Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Dr.Amilin.,SE,.M.Si.,Ak.,CA.,QIA.,BKP selaku Dosen Pembimbing
Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi,
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
Terimakasih atas ilmu yang telah Bapak berikan selama ini.
x
6. Kak Wilda Farah.,SE.,MSi.Ak.,CPA.,CA selaku Dosen Pembimbing Skripsi II
yang telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan
memberikan pengarahan kepada penulis. Terimakasih atas semua saran yang
Kak Vera berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya
sidang skripsi, saya berdoa semoga hajat kak vera berjalan dengan baik.
7. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan UIN Syarif
Hidayatullah yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
8. Nisa Khairany yang selalu memberi dukungan, kesetian dan semangat yang
tiada hentinya dalam doa dan tindakan, terimakasih Nta, serta teman-teman
segengnya yang asik dan menarik di Fakultas Tarbiyah, terimaksih salam
hangat untuk kalian semoga cepat skripsian.
9. Sahabat seperjuanganku Fahmi Setiawan, Muhammad Umar, Rifki Sulviar,
Erick Dermawan terimakasih atas dukungan dan bantuannya kepada penulis.
10. Sahabatku Galih, Koco, Adis, Adi, Gofur, Willy, Adam, Bonte, Wahi dan
rekan-rekan ACID Akuntansi C 2009 lainnya begitu juga teman-teman rekan
guru dan siswa/i SMK Darur Roja dan Keluarga besar Yayasan yang telah
memberikan bantuan dan semangat kepada penulis.
11. Teman-teman Akuntansi UIN 2009 dan teman-teman Yamabushi Karate Dojo
dan Sensei Suwito
Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada semua pihak yang namanya tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis hanya dapat memohon dan berdoa
mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan , semangat, masukan dan doa
yang telah diberikan, Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda dan
menjadi amal kebajikan di akhirat. Akhirnya Semoga skripsi ini bermanfaat
bagi yang membacanya. Semoga Allah SWT senantiasa mengiringi setiap
langkah kita. Amiin yaa rabbal „aalamiin, Wassalamu‟alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 05 Juni 2015
Amri Irawan
xi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi ................................................................................ i
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ......................................................... ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ..................................................................... iii
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ..................................................... iv
Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................... v
Abstract ................................................................................................................ vii
Abstrak ................................................................................................................ viii
Kata Pengantar ..................................................................................................... ix
Daftar Isi ............................................................................................................... xi
Daftar Tabel ......................................................................................................... xv
Daftar Gambar ..................................................................................................... xvii
Daftar Lampiran .................................................................................................. xviii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................... 17
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 18
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 19
1. Manfaat Bagi Pengembangan Akademik ................................... 19
2. Manfaat Bagi Pengembangan Praktik......................................... 20
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 21
A. Tinjauan Literatur ........................................................................... 21
1. Basis Teori ................................................................................. 21
a. Signalling Theory .................................................................. 21
b. Resources Based Theory (RBT) ............................................ 23
c. Teori Keagenan (Agency Theory) ......................................... 24
d. Capital Asset Pricing Model (CAPM) .................................. 27
e. Fama Three Factors Model .................................................. 28
xii
2. Imbal Hasil (Return) Saham ...................................................... 29
3. Financial Distress ...................................................................... 32
4. Z-Score ....................................................................................... 34
5. Firm Size (Ukuran Perusahaan) ................................................. 43
6. Book to Market Ratio ................................................................ 45
7. Beta Saham ................................................................................ 47
8. Earning ...................................................................................... 48
B. Penelitian Sebelumnya ................................................................... 49
C. Dasar Perumusan Hipotesis ............................................................ 56
1. Pengaruh Ukuran Perusahaan (firm size) dengan
Financial Distress ...................................................................... 56
2. Hubungan book to market dengan Financial Distress ............... 57
3. Hubungan Beta dengan Financial Distress ............................... 57
4. Hubungan Earning dengan Financial Distress ......................... 59
5. Hubungan Ukuran Perusahaan, Book to Market, Beta dan
Earning dengan Financial Distress .......................................... 59
6. Hubungan Financial Distress dengan Return Saham ................ 60
7. Hubungan Ukuran Perusahaan dengan Return Saham .............. 62
8. Hubungan Book to Market Ratio dengan Return Saham ........... 64
9. Hubungan Beta dengan Return saham ....................................... 65
10. Hubungan Earning dengan Return Saham ................................ 66
11. Hubungan Ukuran Perusahaan, Book to Market, Beta,
Earning dan ZScore dengan subsequent return saham .............. 67
D. Kerangka Berpikir .......................................................................... 69
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 72
A. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 72
B. Metode Pemilihan Sampel .............................................................. 72
C. Jenis Penelitian ............................................................................... 73
D. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 74
E. Metode Analisis Data ..................................................................... 75
xiii
F. Pengujian Statistik .......................................................................... 87
G. Operasionalisaisi Variabel Penelitian ............................................. 94
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 101
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................ 101
B. Hasil Uji Analisis Data ................................................................... 106
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ...................................................... 106
2. Analisis Korelasi antar Variabel ................................................ 110
3. Hasil Analisis Data Panel .......................................................... 110
4. Hasil Estimasi Model .................................................. 121
5. Pengujian Hipotesis ......................................................................... 124
6. Pembahasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 137
BAB V. PENUTUP .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 147
A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 147
1. Model I Pengaruh Ukuran Perusahaan, Btm, Beta dan Earning
terhadap ZScore ......................................................................... 148
a. Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan
positif terhadap Z-Score ........................................................ 148
b. Book-to-market berpengaruh signifikan negatif
terhadap Z-score .................................................................... 149
c. Beta berpengaruh signifikan negatif terhadap Z-score ......... 150
d. Earning berpengaruh signifikan positif terhadap Z-score ..... 151
e. Secara Simultan variabel Ukuran Perusahaan, Btm, Beta
dan Earning serta ZScore ..................................................... 152
2. Model II Pengaruh ZScore, Ukuran Perusahaan, Beta, Book to
Market, dan Earning, terhadap Return saham ........................... 152
a. Zscore berpengaruh signifikan negatif terhadap
return saham ......................................................................... 152
b. Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan negatif
terhadap return saham ........................................................... 153
c. Book to Market berpengaruh signifikan negatif
xiv
terhadap return saham ........................................................... 154
d. Beta berpengaruh signifikan positif terhadap
return saham ......................................................................... 155
e. Earning berpengaruh signifikan positif
terhadap return saham ........................................................... 156
f. Secara Simultan variabel ZScore, Ukuran Perusahaan, beta,
book to market, dan earning, dan return saham ................... 157
B . Im p l ik a s i . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 5 7
C . Ke t e r ba t a sa n . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 6 0
D . S a r an . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 6 1
D A FT AR P U S T A K A . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 6 2
LA M P IR AN - LA M P IR AN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 6 9
xv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Hal
Tabel 1.1 Non Performance loan 2
Tabel 1.2 Kondisi Perkreditan Sektor Ekonomi 3
Tabel 1.3 Penurunan Laba Importir akibat Depresiais Rupiah 6
Tabel 1.4 Daftar perusahaan delisting 6
Tabel 2.1 Interpretasi Z-Score 35
Tabel 2.2 Hasil penelitian terdahulu 50
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel dan Pengukuran 100
Tabel 4.1 Seleksi Sampel 101
Tabel 4.2 Profil Sampel Penelitian 102
Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif 107
Tabel 4. 4 Hasil Uji Correlation iantar Variabel 110
Tabel 4. 5 Hasil regresi Common Effect Model I 111
Tabel 4. 6 Hasil regresi Common Effect Model II 112
Tabel 4. 7 Hasil regresi Fixed Effect (FEM) Model I 113
Tabel 4. 8 Hasil regresi Fixed Effect (FEM) Model II 114
Tabel 4. 9 Hasil regresi Random Effect Model (FEM) Model I 115
xvi
Tabel 4. 10 Hasil regresi Random Effect Model (FEM) Model II 116
Tabel 4. 11 Hasil Uji Chow Model I 118
Tabel 4. 12 Hasil Uji Hausman Model I 119
Tabel 4. 13 Hasil Uji Chow Model II 119
Tabel 4. 14 Hasil Uji Hausman Model II 120
Tabel 4. 15 Regresi Terbaik Fixed Effect (FEM) Model I 122
Tabel 4. 16 Regresi Terbaik Fixed Effect (FEM) Model II 123
Tabel 4. 17 Hasil Ringkasan Hipotesis untuk Model I 128
Tabel 4. 18 Uji F Regresi Terbaik Fixed Effect (FEM) Model II 129
Tabel 4. 19 Hasil Ringkasa Hipotesis untuk Model II 135
Tabel 4. 20 Uji F Regresi Terbaik Fixed Effect (FEM) Model II 136
xvii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Hal
Gambar 1.1 Nilai Tukar Rupiah dan Dollar US 5
Gambar 1.2 Perbandingan Indeks Harga Saham Sektoral
Manufaktur dengan IHSG 12
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 70
Gambar 3.1 Pengujian Pemilihan Metode pada Pengolahan Data Panel 83
xviii
D A F T A R L AM P I R A N
Ke t er a n g a n H a l
Daftar Nilai Perusahaan Manufaktur 2009-2013 164
Hasil Uji Statistik Deskriptif 171
Hasil Regresi Common Effect (Pooled Least Square) Model I 172
Hasil Regresi Common Effect (Pooled Least Square) Model II 173
Hasil Regresi Fixed Effect (Fem) Model I 174
Hasil Regresi Fixed Effect (Fem) Model II 175
Hasil Regresi Random Effect Model (Rem) Model I 176
Hasil Regresi Random Effect Model (Rem) Model II 177
Hasil Uji Chow Model I 178
Hasil Uji Hausman Model I 179
Hasil Uji Chow Model II 180
Hasil Uji Hausman Model II 181
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada saat ini ketahanan dan kestabilan perekonomian Indonesia sedang
diuji dengan berbagai kondisi gejolak perekonomian dunia yang tidak stabil.
Berbagai krisis ekonomi yang melanda Benua Amerika di awal tahun 2008
dan Benua Eropa akibat krisis likuiditas serta perlambatan pertumbuhan
ekonomi dunia dan risiko makro ekonomi yang meningkat. Dengan berbagai
keadaan ini dapat memungkinkan meningkatnya ketidakpastian perekonomian
global diantaranya akibat dari ketidak pastian penanganan krisis di Eropa dan
kekhawatiran fiscal cliff di Amerika Serikat, serta turunnya harga komoditas
ekspor di pasar global (Erani dan Sri, 2013).
Turunnya harga beberapa komoditas pertambangan akibat krisis ekonomi
Eropa membuat realisasi investasi di luar Pulau Jawa ikut mengalami
penurunan (Rosalina, 2012). Sektor pertambangan yang menjadi penanaman
investasi terbesar di Indonesia mulai turun di semester I 2012 dan tren
investasi mulai beralih ke manufaktur. Sektor manufaktur merupakan sektor
yang banyak menyerap tenaga kerja, di tahun 2013 sektor penyerap tenaga
kerja (buruh) ini mengalami peningkatan mencapai 24 % dari produk domestik
bruto. Sektor manufaktur dapat menyerap tenaga kerja yang banyak, maka
sangat baik jika sektor manufaktur dapat tumbuh. Namun sektor manufaktur
2
memerlukan dana yang besar. Bersumber dari pinjaman kreditor maka dapat
menutupi permodalan operasi perusahaan manufaktur. Bank merupakan
pemberi pinjaman yang banyak diambil. Jika dalam keadaan krisis yang
berimbas operasi perusahaan maka kesulitan pembayaran pinjaman akan
mempengaruhi kepercayaan bank. Kesulitan likuiditas ini akan tercermin pada
peningkatan Non Performing Loan (NPL) dari tahun ke tahun mengalami
penurunan semenjak krisis tahun 2008. Penurunan NPL dari tahun 2008 dapat
dilihat dalam tabel di bawah.
Tabel 1.1
Non Performance Loan
Sumber : Kajian Stabilitas Keuangan, per Maret 2013, www.bi.go.id
Walaupun sektor manufaktur menjadi tren dalam dunia investasi, namun
di awal tahun 2013 berdasarkan Laporan Kajian Stabilitas Sistem Keuangan
per Maret 2013 yang diterbitkan Bank Indonesia, hasil stress test
menunjukkan peningkatan NPL dari 2,29% pada akhir 2012 menjadi 5,39%
pada akhir semester I-2013 atau meningkat 310 basis poin (bps) dan potensi
tekanan terbesar terjadi pada risiko kredit (Dwitiya Grace, 2013). Sektor yang
3
mengalami NPL tertinggi yaitu sektor basic industry, yang ditunjukkan dalam
tabel di bawah ini.
Tabel 1.2
Kondisi Perkreditan Sektor Ekonomi
Sumber : Kajian Stabilitas Keuangan, per Maret 2013, www.bi.go.id
Dengan melihat NPL perbankan, kita dapat mengetahui kredit bermasalah
yang terjadi di perbankan. Semakin tinggi angka persentase NPL perbankan
maka banyak perusahaan-perusahaan yang mengalami kredit bermasalah
dengan perbankan (Maulidya, Rodhiyah, dan Saryadi, 2012).
Dengan melihat permasalahan kredit maka pihak manajer keuangan
memiliki kewajiban dalam membuat keputusan pendanaan, baik secara
mengundang para investor untuk menanamkan uang kas sebagai ganti bagian
laba di masa depan, atau menjanjikan untuk melunasi kas investor itu plus
bunga tetap (Brealey, Myers, Marcus, 2007). Dengan membuka keran
investasi ke masyarakat dengan menjadi perusahaan yang terbuka maka
permodalan keuangan dapat diperoleh. Pasar modal menjadi sarana untuk
memobilisasi dana yang bersumber darimasyarakat ke berbagai sektor yang
melaksanakan investasi. Dengan investasi di pasar modal maka investasi
4
masyarakat akan menjadi dana segar bagi perusahaan dalam menjalankan
usahanya menjadi lebih baik. (Budi dan Nurhatmini, 2003 dalam Nathaniel
Nicky, 2008).
Para investor yang akan melakukan investasi dengan membeli saham di
pasar modal akan menganalisis kondisi perusahaan terlebih dahulu agar
investasi yang dilakukannya dapat memberikan keuntungan (return). Rasa
aman merupakan hal terpenting yang harus diberikan perusahaan dalam
mengelolah permodalan investasinya. Kewajiban perusahaan yang
mendapatkan permodalannya harus dapat memberikan imbal hasil dari
permodalan tersebut, sehingga investor tidak salah dalam memilih saham
perusahaan yang diinvestasikan. Karena tujuan utama investor yaitu
mendapatkan imbal hasil dari investasi maka tugas manajer keuangan yang
diartikan sebagai manajemen dana yang bertugas mengalokasikan dana
investasi secara efektif (Murti, 2011).
Memperoleh return (keuntungan) merupakan tujuan utama dari aktivitas
perdagangan para investor dipasar modal. Para investor menggunakan
berbagai analisis cara untuk memperoleh return yang diharapkan, baik melalui
analisis sendiri terhadap perilaku perdagangan saham,maupun dengan
memanfaatkan sarana yang diberikan oleh para analis pasar modal, seperti
broker, dealer, maupun manajer investasi. Pola perilaku perdagangan saham di
pasarmodal dapat memberi kontribusi bagi pola perilaku harga saham di pasar
modaltersebut. Pola perilaku harga saham akan menentukan pola return yang
5
diterima dari saham tersebut (Budi dan Nurhatmini, 2003 dalam Nathaniel
Nicky, 2008).
Saat ini Indonesia dalam krisis nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS yang
meningkat di atas Rp. 11.000 (Dat 03 waspada online, September 2013).
Pelemahan ini dapat dilihat dalam grafik di bawah ini.
Gambar 1.1
Nilai Tukar Rupiah dan Dollar US
Sumber: www.sahamok.com/grafik-usd-vs-idr-rupiah/
Pelemahan nilai tukar akan mempengaruhi nilai transaksi perusahaan
manufaktur dimana perusahaan manufaktur bahan baku utamanya berasal dari
import menyebabkan kenaikan biaya bahan baku impor sehingga Cost of
Goods Sold (COGS) pada masing-masing sektor meningkat sesuai dengan
persentase kandungan impor dari sektor tersebut. Seperti yang dialami emiten
PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA), yang ikut terpengaruh penurunan nilai
tukar rupiah. Sebab, emiten ini memakai bahan baku impor, yakni tepung
gandum untuk diolah jadi beraneka produk. Akibatnya, terjadi penurunan laba
importir yang menyebabkan korporasi mengalami penurunan Debt Service
Coverage Ratio (DSCR) dan mengakibatkan penurunan kinerja kreditnya di
bank yang berdampak pada CAR dan NPL perbankan.
6
Tabel 1.3
Penurunan Laba Importir akibat Depresiasi Rupiah
Sumber : Kajian Stabilitas Keuangan, per Maret 2013, www.bi.go.id.
Beberapa perusahaan dapat mengalami kerugian walaupun sudah masuk
ke dalam lantai bursa. Beberapa perusahaan yang di kategorikan suspend oleh
Busa Efek Indonesia (BEI) sehingga pencatatan saham dihapus jika
perusahaan mengalami peristiwa yang secara signifikan berpengaruh negatif
terhadap kelangsungan usaha perusahaan tercatat, baik secara finansial
maupun secara hukum, atau terhadap kelangsungan status perusahaan tercatat
sebagai perusahaan terbuka. (Nur Firdaus, 2013).
Beberapa perusahaan yang mengalami delisting atau keluar dari pasar
modal diantaranya terlihat di bawah ini.
Tabel 1.4
Daftar perusahaan delisting
Nama Perusahaan Tahun Keterangan
PT. Texmaco Jaya Tbk Oktober 2008 Delisting karna kesulitan
likuiditas
Apexindopratama Duta Tbk.
(Apex) Maret 2009
Delisting karena kesulitan
likuiditas
Siwani Makmur Tbk
(SIMA) Januari 2011
kondisi operasional dan
keuangan yang memburuk
Suryainti Permata Tbk
(SIIP) Februari 2012
Delisiting karena
penyelesaian utang yang
berlarut -laru
Bersambung ke halaman selanjutnya
7
Tabel 1.4 (Lanjutan)
Nama Perusahaan Tahun Keterangan
PT Cipendawa Tbk (CPDW) 30 Juni 2013 Suspend
PT Panca Wiratama Sakti Tbk
(PWSI) 2013 Suspend
PT Berlian Laju Tanker Tbk
(BLTA) 2013 Suspend
PT Central Proteinaprima Tbk
(CPRO) 2013 Suspend
PT Metro Batavia
(Batavia Air) Januari 2013 Pailit alias bangkrut
PT Amstelco Indonesia Tbk Februari 2013 Suspend
Indo Setu Bara Resources Tbk
(CPDW) 2013 Suspend
PT Amstelco Indonesia (INCF) 2013 Suspend
Sumber :data diolah dari www.sahamok.com/emiten/saham-delisting/
Sangat berbahaya jika perusahaan yang sudah dalam kategori perusahaan
terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami krisis
likuiditas maka akan merugikan banyak pihak terutama pemilik saham,
perusahaan dan masyarakat. Investasi yang dilakukan investor akan sia-sia jika
perusahaan yang di investasinya mengalami kebangkrutan atau kesulitan
likuiditas yang mengakibatkan financial distress maka akan mempengaruhi
kinerja perusahaan yang tercermin dalam harga saham perusahaan.
Menurut Peter dan Yoseph (2011), analisis kebangkrutan penting
dilakukan dengan pertimbangan kebangkrutan suatu perusahaan terbuka (go
public) akan merugikan banyak pihak. Pihak-pihak tersebut antara lain adalah,
investor yang berinvestasi dalam bentuk saham maupun obligasi, kreditur
yang dirugikan karena terjadinya gagal bayar (default), karyawan perusahaan
tersebut karena terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) serta manajemen
8
perusahaan itu sendiri. Secara tidak langsung kemampuan beradaptasi dengan
lingkungan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup (going concern)
perusahaan. Ketidak mampuan beradaptasi dengan lingkungan yang berubah-
ubah akan menurunkan kinerja perusahaan yang pada akhirnya mengakibatkan
kebangkrutan. Kondisi demikian dialami oleh banyak perusahaan saat krisis
moneter terjadi.
Penerapan manajeman keuangan dalam perusahaan public telah ditetapkan
dengan berbagai rambu-rambu BAPEPAM. Dalam keputusan BAPEPAM
nomor kep-82/pm/1996 tentang keterbukaan informasi pemegang saham
tertentu seperti penerapan kebijakan perlindungan terhadap minoritas share
holder prinsip keterbukaan dalam laporan keuangan. Jika perusahaannya
dalam keadaan kesulitan, maka berpeluang bagi pihak manajer untuk membuat
informasi yang asymmetris terhadap pihak pemegang saham (stock holder)
yang menyebabkan penilaian terhadap perusahaan tidak dapat seluruhnya
sesuai dengan value dari asset yang ada.
Informasi yang asymmetris akan menyesatkan para pengguna laporan
keuangan tidak terkecuali para investor yang ingin membeli saham
perusahaan. Seorang investor dalam menentukan saham yang akan dibeli atau
dijual akan mempertimbangkan informasi yang tersedia. Informasi ini berguna
sebagai pertimbangan untuk menentukan tingkat keuntungan beserta risiko
saham yang dibeli atau dijual. Sebelum menginvestasikan dananya, investor
melakukan analisis terhadap kemampuan perusahaan bertujuan menghasilkan
9
keuntungan. Investor juga berkepentingan atas informasi yang berhubungan
dengan kondisi atau kinerja keuangan perusahaan sebagai pedoman untuk
melakukan investasi, agar dana yang diinvestasikan tersebut mampu
menghasilkan nilai tambah dimasa mendatang dalam bentuk dividen atau
capital gain. Jika informasi tersebut tidak mencerminan keadaan
sesungguhnya perusahaan maka pembaca laporan tersebut akan tersesat.
Data yang asymmetris dapat ditemukan karena adanya hubungan keagenan
yaitu hubungan antara pemilik modal dan pihak manajemen. Pemilik saham
yang memiliki latar belakang, selera, kekayaan, kerangka waktu dan
kesempatan pribadi yang berbeda. Namun semua itu memiliki tujuan yang
sama yaitu memaksimalkan nilai pasar dari investasi pemegang saham atas
perusahaan (Brealey, Myers, Marcus, 2007). Dengan adanya tujuan tersebut
maka tugas manajerlah untuk melakukannya, sehingga berbagai cara
dilakukan baik atau buruk, etis atau tidak.
Harga saham suatu perusahaan menunjukkan nilai penyertaan dalam
perusahaan. Tinggi rendahnya harga saham suatu perusahaan dipengaruhi oleh
banyak faktor seperti kinerja perusahaan, risiko, dividen, tingkat suku bunga,
penawaran, permintaan, laju inflasi, kebijaksanaan pemerintah dan kondisi
perekonomiaan (Thobarry, 2009). Karena perubahan faktor-faktor di atas
harga saham akan mengalami perubahan naik atau turun. Harga saham
mencerminkan nilai perusahaan di mata masyarakat.
10
Para investor dan kreditur sebelum menanamkan dananya pada suatu
perusahaan akan selalu melihat terlebih dahulu kondisi keuangan perusahaan
tersebut. Oleh karena itu, analisis dan prediksi atas kondisi keuangan suatu
perusahaan adalah sangat penting (Atmini dalam Hadi dan Anggarini, 2008).
Investor mengukur kinerja perusahaan berdasarkan kemampuan beberapa
perusahaan dalam mengelola sumber dana yang dimiliki untuk menghasilkan
keuntungan. Rasio keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, pemerintah
dan para pemakai laporan keuangan lainnya untuk menilai kondisi keuangan
suatu perusahaan(Thobarry, 2009).
Analisis financial distress dapat dilakukan dengan menggunakan rasio-
rasio keuangan. Metode Altman Z-Score dapat diterapkan untuk pengujian
karakteristik kegagalan usaha perusahaan dengan menentukan variabel yang
efektif untuk memprediksi financial distress di masa depan. Model ini juga
dapat digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja keuangan
perusahaan melalui rasio keuangan (Rida dan Adam, 2011). Menurut Foster
(1986), dengan memperhatikan 4 (empat) hal yang mendorong analisis laporan
keuangan dengan model rasio keuangan salah satunya mengkaji hubungan
empirik antara rasio keuangan dan estimasi atau prediksi variabel tertentu
(seperti kebangkrutan atau financial distress).
Analisis harga saham perusahaan sangat penting bagi para investor yang
ingin baru masuk dalam dunia investasi. Walaupun secara kenyataan bahwa
harga saham di pasar modal menurun belum tentu dikarenakan keuangan
11
perusahaan tersebut sedang buruk, namun karena imbas permintaan dan
penawaran berbagai spekulasi investor lain yang mangakibatkan tren harga
saham di sektor tersebut turun. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh para investor
baru yang ingin membeli saham dalam harga diskon (murah). Dengan melihat
market capitalization atau ukuran perusahaan dapat menjadi landasan bahwa
perusahaan tersebut memiliki fundamental yang baik. Selain itu analisis beta
saham juga dapat menjadi acuan akan ketahanan perusahaan dari pengaruh
pasar yang ada.
R&I salah satu lembaga pemeringkat asal Jepang menilai perekonomian
Indonesia akan tetap tumbuh sekira 6 persen dalam jangka menengah. Hal
tersebut dapat dilakukan bila dapat memperkuat basis industrinya dengan
memanfaatkan Foreign Direct Investment (FDI). Selain itu, defisit fiskal
kemungkinan akan tetap rendah, dengan sektor perbankan tetap terjaga, dan
peningkatan beban utang pemerintah tidak bertambah. Dengan faktor-faktor
tersebut, R&I menegaskan peringkat investasi Indonesia tetap di BBB-
(Fakhri, 2013). Dengan adanya peningkatan perekonomian Indonesia maka
pasar investasi di Indonesia masih menjanjikan.
Menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada pertengahan
tahun 2013 menyeburkan bahwa diantara 5 sektor yang merupakan tujuan
investasi Penanaman Modal Asing (PMA), sektor industri barang kimia dasar
dan farmasi tercatat USD 1,2 miliar pada peringkat ke 2 di atas industri logam
12
dasar, mesin elektronik, industri alat angkutan dan transportasi lainnya,
industri kertas dan percetakan (Wan, 2013).
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, bahwa kinerja keuangan
perusahaan akan menjadi sorotan para investor dan kreditor sebelum
menanamkan dananya pada suatu perusahaan, maka dengan keadaan
perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan akan mempengaruhi
pandangan yang mengakibatkan penurunan kepercayaan yang berimbas
penurunan kepercayaan investasi yang mempengaruhi saham perusahaan.
Selain akibat krisis keuangan global dan melemahnya nilai tukar rupiah yang
mengakibatkan penurunan nilai laba, maka penelitian ini ingin melihat akibat
imbas berbagai kesulitan yang terjadi saat ini dengan keadaan saham
perusahaannya. Dengan menggunakan populasi pada perusahaan manufaktur
karena sektor ini termasuk sektor penting yang diantaranya membantu naik
turunnya keadaan saham di IDX.
Gambar 1.2
Perbandingan Indeks Harga Saham Sektoral Manufaktur dengan
IHSG
Sumber: data diolah dari www.finance.yahoo.com
13
Maka dengan melihat hal ini maka peneliti melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Book To Market, Beta, Earning
dan Financial Distress terhadap Subsequent Return Saham Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
Tahun 2009 – 2013”.
Penelitian-penelitian terdahulu oleh para ahli tentang saham sudah
sering dilakukan William, Agung (2013) dengan menggunakan populasi
perusahaan sektor aneka industri. Dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi berganda. Hasil penelitiannya bahwa variabel book to market dan
earning yield berpengaruh signifikan sedangkan dividend yield tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel harga saham. Sehingga penelitian
sekarang ingin menguji kembali variabel book to market untuk semua
perusahaan di sektor manufaktur yang memiliki harga saham yang
berfluktuatif cenderung turun pada keadaan tahun sekarang. Dengan melihat
keadaan return saham perusahaan tersebut.
Penelitian lainnya tentang kondisi financial distress diantaranya yang
dilakukan oleh Altman (1968) merupakan penelitian awal yang memanfaatkan
analisis rasio keuangan sebagai alat untuk memprediksi kebangkrutan
perusahaan. Altman menemukan ada lima rasio keuangan yang dapat
digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan dua tahun sebelum
perusahaan tersebut bangkrut dengan menggunakan analisis multiple
discriminant analysis. Kelima rasio tersebut terdiri dari: cash flow to total
14
debt, net income to total assets, total debt to total assets, working capital to
total assets, dan current ratio. Altman juga menemukan bahwa rasio-rasio
tertentu, terutama likuidasi dan leverage, memberikan sumbangan terbesar
dalam rangka mendeteksi dan memprediksi kebangkrutan perusahaan.
Sehingga penelitian sekarang ingin menguji kembali rasio yang digunakan
Altman dalam memprediksi financial distress di sektor manufaktur seperti
yang dilakukan Altman.
Pengujian atas pengaruh book to market terhadap return saham dilakukan
oleh Utama dan Lumondang (2009), didapatkan kesimpulan bahwa book to
markat berpengaruh terhadap return saham. Hasil yang sama juga dibuktikan
oleh penelitian Brad dan John (1997), yang berisi peningkatan book to market
akan mempengaruhi net income perusahaan yang menjadi daya tarik investor
dalam melihat harga saham dan mencapai imbal hasil yang diinginkan serta
firm size, book to market berpengaruh signifikan terhadap security return.
Kedua penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Sehingga
penelitian sekarang ingin menguji kembali variabel Firm Size dan Book to
Market yang diteliti oleh Brad dan John (1997) dan Bankruptcy risk oleh
Utama dan Lumondang (2009). Kedua penelitian ini menggunakan variabel
dependen return saham dan ingin menguji kembali penelitian sebelumnya
untuk saham sektor manufaktur.
Beberapa penelitian terdahulu tentang size effect dan book to market effect
yang dilakukan oleh Chan dan Chen (1991) merupaka variabel yang
15
mempengaruhi imbal hasil (return) saham. Dalam penelitian Fama dan Frech
(1992) memperkirakan bahwa book to market effect mungkin muncul karena
adanya distress risk. Sehingga dalam penelitian sekarang ingin melihat
kembali apakah book to market effect dan distress risk akan berpengaruh
terhadap return saham perusahaan.
Peneliti menggunakan variabel financial distress kebanyakan dilakukan
untuk mengukur kebangkrutan perusahaan namun dalam penelitian ini peneliti
ingin melihat keadaan ini terhadap return saham perusahaan apakah
berpengaruh secara signifikan atau tidak, serta ukuran perusahaan (firm size)
dan book to market dalam penelitian sebelumnya juga mempengaruhi return
saham dan peneliti ingin melihat apakah di priode penelitian sekarang dapat
mendapatkan hasil yang sama.
Penelitian tentang beta saham dilakukan oleh Herman dan Suk (2007),
metode penelitian dengan menggunakan analisis simple regression dan
kemudian menggunakan multiple regression. Dalam penelitian sekarang yang
membedakan yaitu variabel financial distress. Penggunaan variabel beta
dalam penelitian sekarang adalah ingin melihat tingkat risiko pasar pada
perusahaan sektor manufaktur.
Penelitian tentang Earning dilakukan oleh Solechan (2009), dimana
variabel Earning yang digunakan sama dengan peneliti menghasilkan pengaruh
positif terhadap return saham. Dalam penelitian sekarang menggunakan data
populasi perusahaan sektor manufaktur berbeda dengan penelitian sebelumnya
16
yang menggunakaan populasi semua perusahaan yang ada di Bursa Efek
Indonesia.
Peneliti mengambil topik ini karena pada saat ini investasi sangat banyak
diminati diantaranya oleh masyarakat luas, pengusaha maupun perusahaan
dilihat dari banyaknya investor dan perusahaan sekuritas yang ada. Dalam
berinvestasi hal-hal yang harus dilihat diantaranya kesehatan perusahaan.
Perusahaan yang sehat akan memberikan imbal hasil yang baik. Penggunaan
prediksi kesehatan perusahaan sangat membantu untuk melihat bagaimana
pondasi keuangan perusahaan dalam mengahadapi keadaan bisnis usaha yang
susah ditebak maka faktor prediksi kesehatan diperlukan baik pihak perusahaan
maupun para investor.
Dalam penelitian kali ini, variabel yang diteliti mengambil variabel Fama
Three Factor Model yaitu beta, firm size dan book to market, penelitian
sebelumnya hanya menggunakan variabel Capital Assets Pricing Model
(CAPM) yang menggunakan variabel beta saham dalam meneliti return saham
yang kemungkinan dapat menghasilkan persamaan yang lebih baik dengan
menggunakan subsequent return saham. Pemilihan subsequent return saham
dinilai lebih tepat untuk melihat bagaimana keadaan perusahaan setelah di
audit. Penggunaan populasi yang digunakan adalah perusahaan manufaktur go
public yang merupakan emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan terdaftar
selama periode 2009-2013. Pemilihan populasi ini seperti yang dilakukan
Altman dalam menilai kebangkrutan sehingga industri ini memiliki populasi
17
yang sangat tepat untuk penelitian saat ini. Banyak penelitian sebelumnya
hanya meneliti dengan satu regresi, namun penelitian ini menggunakan double
regresi dengan melihat bagaimana keadaan subsequent return saham dilihat
rasio kebangkrutan perusahaan. Metode uji yang digunakan yaitu dengan
aplikasi eviews yang masih jarang digunakan dimana penelitian sebelumnya
masih banyak menggunakan aplikasi spss. Peneliti menggunakan aplikasi
eviews karena data yang digunakan peneliti menggunakan data panel, dimana
data panel lebih tepat menggunakan aplikasi eviews dari pada yang lainnya.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan penelitian ini terfokus pada:
1. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap Financial
Distress?
2. Apakah Book to Market berpengaruh secara parsial terhadap Financial
Distress?
3. Apakah Beta berpengaruh secara parsial terhadap Financial Distress?
4. Apakah Earning berpengaruh secara parsial terhadap Financial Distress?
5. Apakah Ukuran Perusahaan, Book to Market, Beta dan Earning
berpengaruh secara simultan terhadap Financial Distress?
6. Apakah Financial Distress berpengaruh secara parsial terhadap
Subsequent Return Saham?
18
7. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap
Subsequent Return Saham?
8. Apakah Book to Market berpengaruh secara parsial terhadap Subsequent
Return Saham?
9. Apakah Beta berpengaruh secara parsial terhadap Subsequent Return
Saham?
10. Apakah Earning berpengaruh secara parsial terhadap Subsequent Return
Saham?
11. Apakah Ukuran Perusahaan, Book to Market, Beta, Earning dan
Financial Distress berpengaruh secara simultan terhadap Subsequent
Return Saham?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris tentang:
1. Untuk mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan secara parsial terhadap
Financial Distress?
2. Untuk mengetahui pengaruh Book to Market secara parsial terhadap
Financial Distress?
3. Untuk mengetahui pengaruh Beta secara parsial terhadap Financial
Distress?
4. Untuk mengetahui pengaruh Earning secara parsial terhadap Financial
Distress?
19
5. Untuk mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan, Book to Market, Beta,
dan Earning secara simultan terhadap Financial Distress?
6. Untuk mengetahui pengaruh Financial Distress secara parsial terhadap
Subsequent Return Saham?
7. Untuk mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan secara parsial terhadap
Subsequent Return Saham?
8. Untuk mengetahui pengaruh Book to Market secara parsial terhadap
Subsequent Return Saham?
9. Untuk mengetahui pengaruh Beta secara parsial terhadap Subsequent
Return Saham?
10. Untuk mengetahui pengaruh Earning secara parsial terhadap
Subsequent Return Saham?
11. Untuk mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan, Book to Market, Beta,
Earning dan Financil Distress secara simultan terhadap Subsequent
Return Saham?
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Pengembangan Akademik
a. Pemanfaatan variabel penelitian dengan menggunakan rasio variabel
Ukuran Perusahaan , book to market, beta maupun earning terkait
financial distress dengan metode Altman z-score perusahaan dan
bersama–sama pengaruhnya terhadap subsequent return saham
perusahaan terutama sektor manufaktur sebagai indikator bagaimana
20
menilai keadaan perusahaan yaitu dalam keadaan sehat atau keadaan
kesulitan keuangan.
b. Bagi peneliti penelitian ini bermanfaat untuk membandingkan antara
keadaan yang sebenarnya dengan teori yang dipelajari atas faktor yang
mempengaruhi financial distress dan subsequent return saham
perusahaan. Sedangkan bagi peneliti selanjutnya diharapkan penelitian
ini dapat memberikan manfaat dalam penelitian berikutnya.
2. Manfaat Bagi Pengembangan Praktik
a. Bagi perusahaan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi
kebangkrutan atau keadaan financial distress dan subsequent return
saham ini dapat menjadi sebuah evaluasi bagi kebijakan yang akan
dan sudah dikeluarkan oleh perusahaan.
b. Bagi stake holders penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai keadaan posisi keuangan perusahaan, sehingga
diharapkan dapat digunakan untuk mengambil keputusan yang tepat.
c. Bagi calon investasi dan analisis penelitian ini dapat menjadi pedoman
atau bantuan untuk melihat investasi yang ingin dilakukannya
sehingga dapat memudahkan para investor baru untuk berinvestasi.
d. Bagi regulator penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam
peninjauan kebijakan perusahaan terkait pentingnya pengukuran rasio-
rasio keuangan yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan dan
subsequent return saham terutama di sektor manufaktur.
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Basis Theory
a. Signalling Theory
Teori yang melandasi pengungkapan sukarela adalah teori
pensinyalan (signalling theory). Teori ini menggambarkan tindakan
yang lebih suka diambil oleh manajer level tinggi daripada manajer
level rendah. Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapkan
informasi privat yang menurut pertimbangannya sangat diminati oleh
calon investor dan pemegang saham khususnya kalau informasi
tersebut merupakan berita baik (good news). Di samping itu,
manajemen berminat menyampaikan informasi yang dapat
meningkatkan kredibilitasnya dan kesuksesan perusahaan meskipun
informasi tersebut tidak diwajibkan.
Menurut Wolk, et al. (2001) dalam Jama‟an (2008) teori sinyal
menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar
modal. Signalling theory mengemukakan bagaimana seharusnya
sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan
keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah
dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik.
22
Menurut Jogiyanto (2000) dalam Yanti (2012), informasi yang
dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal
bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika
pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan
pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh
pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan volume
perdagangan saham.Pada waktu informasi diumumkan dan semua
pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih
dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut
sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika
pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor,
maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa informasi
merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena
informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau
gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan
masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan
dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan,
akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal
sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Namun
kadang informasi yang diberikan merupakan informasi yang kurang
relevan karena masih terpengaruhi oleh kepentingan perusahaan
23
sehingga laporan yang sudah di auditlah yang memiliki kerelevanan
yang cukup untuk dilihat atau dijadikan acuan menilai suatu
perusahaan karena sudah tidak memiliki unsur keagenan dalam
pembuatan informasi tersebut.
b. Resources Based Theory (RBT)
Resources Based Theory membahas mengenai sumber daya yang
dimiliki perusahaan dan bagaimana perusahaan tersebut dapat
mengolah dan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya.
Kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber dayanya dengan
baik dapat menciptakan keunggulan kompetitif sehingga dapat
menciptakan nilai bagi perusahaan. Keunggulan kompetensi dan unik
bisa menjadi sumbernilai ekonomi (Collis , 1991 dalam Mona, 2003)
Menurut Susanto (2007) dalam Susilo (2012), agar dapat bersaing
organisasi membutuhkan dua hal utama. Pertama, memiliki
keunggulan dalam sumber daya yang dimilikinya, baik berupa aset
yang berwujud (tangible assets) maupun yang tidak berwujud
(intangible assets). Kedua, adalah kemampuan dalam mengelola
sumber daya yang dimilikinya tersebut secara efektif. Kombinasi dari
aset dan kemampuan akan menciptakan kompetensi yang khas dari
sebuah perusahaan, sehingga mampu memiliki keunggulan kompetitif
dibanding para pesaingnya. Dalam teori ini, hal yang paling utama
24
adalah menentukan sumber daya kunci yang potensial bagi perusahaan
untuk meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perlu dilakukan
identifikasi terhadap berbagai jenis sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan. Sumber daya perusahaan mencakup seluruh aset,
kapabilitas, proses organisasi, atribut-atribut, pengetahuan, dan
sebagainya yang dikendalikan oleh sebuah perusahaan yang
memungkinkan perusahaan tersebut memperbaiki tingkat efisiensi dan
efektivitasnya. Sehingga memahami kelebihan dan kekurangan
perusahaan akan menjadikan perusahaan tersebut mengetahui posisi
perusahaan dengan perusahaan pesaingnya.
Sumber daya perusahaan tersebut memiliki kontribusi yang
berbeda dalam upaya mencapai keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan sehingga perusahaan harus dapat menentukan sumber
daya kunci yang dapat menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan
yang berkelanjutan tersebut. Kemudian dalam melakukan analisis
harga saham dapat digunakan keunggulan perusahaan yang paling
dominan yang dapat membuat harga saham menghasilkan imbal yang
diharapkan.
c. Teori Keagenan (Agency Theory)
Agency Theory, merupakan konsep yang menjelaskan hubungan
kontraktual antara principals dan agents. Pihak principals adalah pihak
25
yang memberikan mandat kepada pihak lain, yaitu agents, untuk
melakukan semua kegiatan atas nama principals dalam kapasitasnya
sebagai pengambil keputusan (Sinkey, 1992 dalam Sukarno, 2005)
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan
sebagai:
“agency relationship as a contract under which one or more
person (the principals) engage another person (the agent) to perform
some service on their behalf which involves delegating some
decision making authority to the agent”.
Dalam hubungan keagenan manajer sebagai pihak yang memiliki
akses langsung terhadap informasi perusahaan, memiliki asymmetris
informasi terhadap pihak eksternal perusahaan, seperti kreditor dan
investor. Dimana ada informasi yang tidak diungkapkan oleh pihak
manajemen kepada pihak eksternal perusahaan, termasuk investor.
Informasi atau keputusan yang diambil oleh manajer akan
mempengaruhi tingkat harga pasar atas saham perusahaan, karena
keputusan tadi akan menentukan besarnya aliran kas masuk (bersih)
yang diharapkan serta tingkat risiko yang tinggi baik risiko usaha
maupun risiko keuangan yang harus ditanggung oleh perusahaan
(Murti, 2011)
Untuk memperkecil asymmetris informasi, maka pengelolaan
perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa
pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai
26
peraturan dan ketentuan yang berlaku. Upaya ini menimbulkan apa
yang disebut sebagai agency costs, yang menurut teori ini harus
dikeluarkan sedemikian rupa sehingga biaya untuk mengurangi
kerugian yang timbul karena ketidakpatuhan setara dengan
peningkatan biaya enforcement-nya.
Dalam penyampaian informasi oleh perusahaan yang sudah
melantai dibursa maka penyampaian informasi harus dibuat.dalam
peraturan keputusan direksi Pt Bursa Efek Jakarta nomor : Kep-
306/Bej/07-2004 tentang “Peraturan Nomor I-E Tentang Kewajiban
Penyampaian Informasi”, yang menyebutkan bahwa rangka
meningkatkan pelindungan terhadap pemodal melalui ketentuan yang
dapat meningkatkan kualitas keterbukaan informasi perusahaan
tercatat dipandang perlu menetapkan suatu ketentuan mengenai
kewajiban penyampaian laporan dan keterbukaan informasi
perusahaan tercatat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perlu adanya pihak
ketiga untuk mengawasi jalannya suatu laporan kegiatan perusahaan,
maka pihak ketiga atau eksternal dilibatkan. Pihak independen
diantaranya adanya auditor internal maupun eksternal yang mampu
mengawasi jalannya suatu kegiatan perusahaan terutama laporan
keuangan perusahaan sehingga laporan yang dibuat tidak mengandung
data asymmetris. Maka laporan keuangan yang digunakan untuk
27
menganalisis suatu nilai harga saham dilihat dari laporan keuangan
yang sudah diaudit dan mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
d. Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Capital Asset Pricing Model merupakan model yang didasarkan
atas proporsi bahwa tingkat pengembalian atas saham yang diperlukan
sama dengan tingkat pengembalian bebas risiko, ditambah premi risiko
yang hanya mencerminkan risiko yang ada setelah diversifikasi.
Risiko memang sulit diukur karena banyak faktor yang harus
dipertimbangkan. Dalam perhitungan risiko secara matematis,
mengharuskan adanya pengetahuan menenai teori probabilitas dan
pengertian mengenai keuntungan portofolio dan risiko portofolio.
(Moeljadi, 2006)
CAPM tidak lepas dengan beta saham yang menjadi kuncinya.
Dalam buku Financial Management karangan Titman, Keown, Martin,
2011 menyebutkan bahwa:
“The key insights of the CAPM are that investment with the same
beta have expected rate of return and that investors will require a
higher rate of return on investment with higher betas”.
Sehingga CAPM dengan beta saham adalah memiliki hubungan
yang searah dimana diharapkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi
atas investasi dengan beta yang lebih tinggi pula (Titman, Keown,
Martin, 2011).
28
Kesimpulan utama CAPM adalah risiko yang relevan dari saham
individu merupakan kontribusi terhadap risiko portofolio yang
diversifikasi dengan baik. Risiko yang tetap ada setelah didiversifikasi
merupakan risiko pasar atau risiko yang melekat pada pasar. Hal itu
dapat diukur oleh suatu tingakatan ketika saham tertentu dalam pasar
cenderung bergerak ke atas dan ke bawah (Moeljadi, 2006).
e. Fama Three Factors Model
Menurut Fama dan French (1992) dalam Richard dan Werner
(2013) tidak menemukan bukti langsung hubungan antara beta dengan
return rata-rata yang berarti investor tidak menerima imbalan return
atas risiko pasar yang diambil tetapi sebaliknya size dan rasio book
value to market value berasosiasi kuat terhadap return. Fama dan
French (1992) menduga bahwa size dan book-to-market (BM)
mungkin merupakan proksi atas faktor risiko yang mempengaruhi
return. Size memiliki korelasi negatif dimana semakin kecil
kapitalisasi perusahaan memberikan tingkat return yang semakin
tinggi sedangkan book-to-market berasosiasi positif yang berarti book-
to-market yang tinggi menunjukkan saham yang mengalami
undervalue dan memiliki peluang memberikan return lebih tinggi
dimasa akan datang. Menyempurnakan model Capital Assets Pricing
Model (CAPM), Fama dan French memasukkan kedua faktor tersebut
dan melahirkan Fama Three Factors Model.
29
Fama dan French dengan Three Factors model-nya menemukan
bahwa faktor risk market, size dan book to market berpengaruh
terhadap returns saham. Sampai saat ini penelitian masih berlanjut
diberbagai negara yang melibatkan kalangan lebih luas dan terbuka.
2. Imbal Hasil (Return) Saham
Secara rasional tujuan dalam melakukan investasi adalah memperoleh
return. Demikain pula investasi dalam saham, investor tentu ingin
mendapatkan return yang maksimal dari investasi yang ditanamkan
(Murti, 2011).
Motivasi para investor melakukan investasi adalah harapan untuk
memperoleh return yang sesuai. Tanpa adanya return, tentunya para
investor tidak akan bersedia melakukan investasi. Jadi, dalam hal ini
tujuan utama seseorang melakukan investasi adalah untuk memperoleh
return baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Jogianto
(2003) return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa return saham adalah tingkat
keuntungan yang akan diperoleh oleh investor yang menanamkan
dananya di pasar modal yang berupa return realisasi dan return ekspektasi.
Investasi merupakan komitmen penempatan sejumlah dana untuk
memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Dengan kata lain,
motivasi utama investor dalam melakukan investasi adalah untuk
memperoleh return (kembalian) investasi sesuai dengan harapan pada
30
tingkat risiko tertentu. Return (kembalian) adalah tingkat keuntungan
yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya
(Ang, 1997). Investor tentunya tidak akan melakukan investasi jika tanpa
adanya harapan akan return yang diperoleh di masa yang akan datang.
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Jogiyanto,
2003). Dalam melakukan investasi terdapat beberapa metode pengukuran
return, salah satunya adalah return total. Return total merupakan return
keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode yang tertentu.
Konsep return menurut (Ang, 1997) adalah tingkat keuntungan yang
dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Para
investor termotivasi untuk melakukan investasi salah satunya adalah
dengan membeli saham perusahaan dengan harapan untuk mendapatkan
kembalian investasi yang sesuai dengan apa yang telah diinvestasikannya.
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi atau tingkat
keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang
dilakukannya. Tanpa keuntungan yang diperoleh dari suatu investasi yang
dilakukannya, tentunya investor tidak mau melakukan investasi yang
tidak ada hasilnya.Setiap investasi, baik jangka pendek maupun jangka
panjang mempunyai tujuan utama yaitu memperoleh keuntungan yang
disebut return, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Return saham merupakan income yang diperoleh oleh pemegang
saham sebagai hasil dari investasinya di perusahaan tertentu. Return
31
saham dapat dibedakan menjadi dua jenis (Jogiyanto, 2003), yaitu return
realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return
realisasi merupakan Return yang sudah terjadi dan dihitung berdasarkan
data historis. Return realisasi dapat digunakan sebagai salah satu
pengukuran kinerja perusahaan dan dapat digunakan sebagai dasar
penentu return ekspektasi dan risiko di masa yang akan datang,
sedangkan return ekspektasi merupakan return yang diharapkan terjadi di
masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti.
Dalam peningkatan return saham terdapat laba saham sehingga
meningkatnya return saham maka menigkat pula laba saham perusahaan.
Laba saham perusahaan diatur dalam psak 56 revisi 2011 tentang “Laba
Per Saham” yang diadopsi dari IAS 33 dan berlaku efektif 1 Januari 2012.
Sehingga pengaturannya harus disesuaikan dengan psak tersebut, dimana
menetapkan teknik perhitungan, penyajian, dan pengungkapan Laba Per
Saham (LPS) pada akhirnya meningkatkan daya banding kinerja antar
perusahaan dan antar periode.
Metode return saham dapat menggunakan 2 cara (Asri, 1987 dalam
Hartono dan Paramitha, 2008) yaitu:
a) Memasukkan unsur dividen
Jika unsur dividen digunakan dalam perhitungan return saham
(investor tidak mengabaikan dividen), maka dapat digunakan rumus:
Ri = D1 + (P1 – P0) / P0
32
b) Tanpa memasukkan unsur dividen
Jika unsur dividen tidak digunakan dalam perhitungan (investor
mengabaikan dividen), maka data yang digunakan hanya terdiri dari
harga pasar saham saja. Rumus yang dapat digunakan sebagai
berikut:
Ri = P1 – P0 / P0
Keterangan :
Ri : Return yang diharapkan
D1 : Dividen yang diharapkan
P1 : Harga pasar saham yang diharapkan
P0 : Harga pasar saham saat penutupan
3. Financial Distress
Financial distress (kesulitan keuangan) adalah awal terjadinya
kebangkrutan pada perusahaan, kesulitan likuiditas yang sangat parah
membuat perusahaan tidak mampu menjalankan operasi dengan baik.
Kebangkrutan biasanya diartikan dengan kegagalan perusahan dalam
menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan tujuannya
(Rudianto, 2013). Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi atau
penutupan perusahaan atau insolvabilitas.
Menurut Ross, et al,. (2012) Financial distress adalah:
“a situation where a firm‟s operating cash flows are not sufficient to
satisfy current obligations (such as trade credit or interest expenses) and
the firm is forced to take corrective actions”.
33
Ada beberapa definisi kesulitan keuangan sesuai tipenya, yaitu economic
failure, business failure, technical insolvency, insolvency in bankruptcy,
dan legal bankruptcy. Kebangkrutan dari suatu perusahaan dapat diukur
dengan laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut,
laporan keuangan perusahaan merupakan satu sumber informasi mengenai
posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
perusahaan yang sangat berguna untuk mendukung pengambilan
keputusan yang tepat. Data keuangan harus dikonversi menjadi informasi
yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomis.
Model financial distress perlu untuk dikembangkan, karena dengan
mengetahui kondisi financial distress perusahaan sejak dini diharapkan
dapat dilakukan tindakan-tindakan untuk mengantisipasi yang mengarah
kepada kebangkrutan. Model analisis yang digunakan menggunakan z-
score. Analisis z-score adalah metode untuk memprediksi
keberlangsungan hidup suatu perusahaan dengan mengkombinasikan
beberapa rasio keuangan yang umum dan pemberian bobot yang berbeda
dengan lainnya (Rudianto, 2013).
Menurut Blocket et al., (2009) dalam McDowell, (2009) kriteria
dari financial distress berupa kondisi entitas yang secara teknis tidak
dapat membayar hutang yang dimiliki meskipun memiliki kekayaan
bersih positif, secara sederhana dapat dikatakan aset lancar tidak
mencukupi untuk membayar hutang lancar (jangka pendek). Kriteria
34
kedua berupa nilai pasar yang ditunjukan entitas, dimana nilai aset entitas
lebih rendah daripada hutang yang dimiliki sehingga berada pada posisi
nilai kekayaan negatif, secara teknis entitas berada pada kondisi bangkrut
sehingga bisa dikatakan entitas mengalami kegagalan bisnis (business
failure).
Sehingga dapat disimpulkan dari uraian diatas bahwa perusahaan
yang mengalami keadaan financial distress memiliki penyebab yang
berbeda dari satu situasi ke situasi yang lain, penyebab suatu perusahaan
mengalami kesulitan keuangan disebabkan melalui faktor internal maupun
eksternal. Faktor internal meliputi kondisi keuangan maupun non
keuangan. Faktor keuangan misalnya adalah jumlah hutang yang terlalu
besar, kebijakan dividen, dan sebagainya. Faktor non keuangan misalnya
kesalahan dalam pemilihan lokasi dan pasar, dan sebagainya. Faktor
eksternal misalnya adalah bencana alam, persaingan yang hebat,
berkurangnya permintaan, perubahan minat pasar, perubahan budaya, dan
sebagainya.
4. Z-Score
Z-score adalah metode untuk memprediksi keberlangsungan hidup
suatu perusahaan dengan mengkombinasikan beberapa rasio keuangan
yang umum dan pemberian bobot yang berbeda dengan lainnya
(Rudianto, 2013). Itu berarti dengan menggunakan metode z-score dapat
diprediksi kemungkinan kebangkrutan suatu perusahaan.
35
Altman (1968) adalah orang yang pertama yang menerapkan
Multiple Discriminant Analysis. Dengan menggunakan data laporan
keuangan dari 1 sampai 5 tahun sebelum kebangkrutan, Altman
menyusun 22 rasio keuangan yang paling memungkinkan dan
mengelompokkannya dalam 5 kategori: likuiditas, profitabilitas, leverage,
solvabilitas dan kinerja. Setelah melakukan penelitian, Altman
menghasilkan beberapa model. Karena itu, Altman menghasilkan
beberapa rumus yang dapat digunakan dengan kondisi yang berbeda.
Model ini menekankan pada rasio keuangan sebagai komponen yang
paling berpengaruh terhadap kebangkrutan (Rudianto, 2013). Persamaan
kebangkrutan yang ditujukan untuk memprediksi sebuah perusahaan
publik manufaktur. Persamaan dari model Altman ada 3 diantaranya dapat
diringkas di bawah ini.
Tabel 2.1
Interpretasi Z-Score
Tahun Rumus Untuk
perusahaan Zona
1968
Z=1,2X1+1,4X2
+3,3X3+0,6X4
+0,999X5
go-public Z>2,99 1,81>Z>
2,99 Z<1,81
1984
Z=0,717X1+0,847
X2+3,107X3+0,42
0X4+0,998X5
non go-
public Z>2,90
1,23>Z>
2,90 Z<1,23
1997 Z=6,56X1+3,26X2
+6,72X3+1,05X4
Berbagai
jenis
perusahaan
Z>2,60 1,1<Z<2
,60 Z<1,1
Interpretasi Zona
Aman
Zona
Abu-abu
Zona
Bahaya
Sumber : Rudianto, Erlangga, 2013
36
Dari ketiga konsep Z-Score yang paling cocok dalam penelitian ini yaitu
yang pertama tahun 1968 digunakan karena sesuai untuk perusahaan yang
go-public.
Z=1,2WCTA+1,4RETA+3,3EBITTA+0,6MVEBVL+0,999STA
Keterangan:
Z = bankrupcy index
WCTA = working capital / total asset
RETA = retained earnings / total asset
EBITTA = earning before interest and taxes/total asset
MVEBVL = market value of equity / book value of total debt
STA = sales / total asset
Nilai Z adalah indeks keseluruhan fungsi multiple discriminant
analysis. Menurut Altman, terdapat angka-angka cut off nilai z yang dapat
menjelaskan apakah perusahaan akan mengalami kegagalan atau tidak
pada masa mendatang dan ia membaginya ke dalam tiga kategori, yaitu:
a. Jika nilai Z < 1,8 maka termasuk perusahaan yang bangkrut.
b. Jika nilai 1,8< Z < 2,99 maka termasuk grey area (tidak dapat
ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami
kebangkrutan).
c. Jika nilai Z > 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut.
37
Rasio-rasio yang digunakan dalam model Altman original (1968)
adalah sebagai berikut
1) Net Working Capital to Total Assets (WCTA)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang
dimilikinya. AssetsTotal
CapitalWorkingNetWCTA
Merupakan rasio yang mendeteksi likuiditas dari total aktiva dan
posisi modal kerja (netto), dimana modal kerja diperoleh dari selisih
antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Jika dikaitkan dengan
indikator-indikator kebangkrutan, maka indikator yang dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas
perusahaan adalah indikator-indikator internal seperti:
ketidakcukupan kas, hutang dagang membengkak, utilitas modal
(harta kekayaan) menurun, penambahan hutang yang tak terkendali,
dan beberapa indikator lainnya.
Perusahaan mengalami kesulitan keuangan pada umumnya
modal kerjanya akan turun lebih cepat daripada total aktiva
menyebabkan rasio ini turun (Sawir, 2005). Selisih bersih antara
sumber dana dan penggunaan dana akan menunjukkan modal kerja
perusahaan itu bertambah atau berkurang. Jika terjadi sumber dana
lebih besar daripada penggunaan dana, maka terjadi surplus yang
38
berarti modal kerja bertambah, demikian pula sebaliknya akan
terjadi defisit (modal kerja berkurang) apabila sumber dana lebih
kecil daripada penggunaan dana. Modal kerja bertambah karena
penjualan aktiva tetap, bertambahnya hutang jangka panjang, dan
modal sendiri. Modal kerja berkurang karena pembelian aktiva
tetap, hutang jangka panjang, dan modal sendiri.
2) Retained Earnings to Total Assets (RETA)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba ditahan dari total aktiva perusahaan. Laba
ditahan merupakan laba yang tidak dibagikan kepada para
pemegang saham. AssetsTotal
EarningtainedRETA
Re
Merupakan rasio-rasio profitabilitas yang mendeteksi
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Rasio
Laba Ditahan/Total Aktiva akan mengukur besarnya kemampuan
suatu perusahaan dalam memperoleh keuntungan, ditinjau dari
kemampuan perusahaan yang bersangkutan dalam memperoleh laba
dibandingkan dengan kecepatan perputaran operating assets sebagai
ukuran efisiensi usaha. Bila perusahaan mulai merugi, tentu saja
nilai awal laba ditahan mulai turun. Bagi banyak perusahaan, nilai
dari rasio Laba Ditahan/Total Aktiva akan menjadi negatif (Sawir,
2005).
39
3) Earning Before Interest and Tax to Total Asset (EBITTA)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum pembayaran
bunga dan pajak. AssetsTotal
EBITEBITTA
Merupakan rasio yang mengukur kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan bagi semua investor termasuk pemegang saham dan
obligasi. Beberapa indikator yang dapat kita gunakan dalam
mendeteksi adanya masalah pada kemampuan profitabilitas
perusahaan diantaranya adalah: piutang dagang meningkat, rugi
terus menerus dalam beberapa semester, pendapatan menurun,
terlambatnya hasil penagihan piutang, kredibilitas perusahaan
berkurang, serta kesediaan memberi kredit pada konsumen yang tak
dapat membayar pada waktu yang ditetapkan.
Rasio ini dapat digunakan sebagai ukuran seberapa besar
produktifitas penggunaan dana yang dipinjam. Bila rasio ini lebih
besar daripada rata-rata tingkat bunga yang dibayar, maka berarti
perusahaan menghasilkan uang yang lebih banyak daripada bunga
pinjaman (Sawir, 2005).
4) Market Value of Equity to Book Value of Debt (MVEBVL)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban dari nilai pasar modal sendiri (saham biasa).
40
Nilai pasar ekuitas sendiri diperoleh dengan mengalikan jumlah
lembar saham biasa yang beredar dengan harga pasar per lembar
saham biasa. DebtofValueBook
EquityofValueMarketMVEBVL
Merupakan rasio yang mengukur aktivitas perusahaan. Rasio ini
sering juga digunakan dalam bentuk persamaan Net Worth/Total
Debt. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam
memberikan jaminan kepada setiap hutangnya melalui modalnya
sendiri.
Umumnya perusahaan-perusahaan yang gagal adalah
perusahaan yang mengkonsumsi lebih banyak hutang dibandingkan
modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan perusahaan
semakin dipercaya, artinya nilai perusahaan menjadi lebih tinggi .
Rasio ini kebalikan dari Debt Equity Ratio yang dikenal di dalam
rasio keuangan (Sawir, 2005).
5) Sales to Total Assets (STA)
Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan
volume bisnis yang cukup dibandingkan investasi dalam total
aktivanya. Rasio ini mencerminkan efisiensi manajemen dalam
menggunakan keseluruhan aktiva perusahaan untuk menghasilkan
penjualan dan mendapatkan laba. AssetsTotal
SalesSTA
41
Rasio Penjualan/Total Aktiva merupakan rasio yang mendeteksi
kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan
aktiva berputar dalam satu periode tertentu. Rasio ini dapat pula
dikatakan sebagai rasio yang mengukur kemampuan modal yang
diinvestasikan oleh perusahaan untuk menghasilkan pendapatan
(revenue). Semakin besar perputaran total aktiva semakin efektif
perusahaan mengelola aktivanya.
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya masalah pada aktivitas perusahaan yang kemudian akan
berpengaruh pada rasio-rasio tersebut di atas adalah : pangsa pasar
menurun, berpindahnya penguasaan pangsa pasar pada pesaing,
modal kerja menurun, kepercayaan konsumen berkurang, dan
beberapa indikator lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat terlihat rasio-rasio yang
digunakan dalam metode Altman Z-Score tidak hanya terfokus pada
bagian-bagian keuangan perusahaan saja tetapi juga dapat
dikorelasikan dengan beberapa indikator yang mungkin dapat
mempengaruhi rasio-rasio tersebut. Hal ini berarti bahwa
implementasi metode Altman Z-Score pada sebuah perusahaan di
samping akan mendeteksi terjadinya kemungkinan kebangkrutan,
juga akan mengarahkan perusahaan yang sedang mengalami masalah
42
dengan memperhatikan beberapa indikator yang berkaitan dengan
likuiditas, profitabilitas, dan aktivitas perusahaan.
Metode Altman Z-Score pertama kali dikembangkan untuk
mengukur kinerja keuangan perusahaan. Pada dasarnya tujuan
perhitungan nilai Z adalah untuk mengingatkan akan masalah
keuangan yang mungkin membutuhkan perhatian serius dan
menyediakan petunjuk untuk bertindak. Bila nilai Z perusahaan lebih
rendah daripada yang dikehendaki manajemen, maka harus diamati
laporan keuangan untuk mencari penyebab mengapa terjadi begitu.
Hal yang menarik mengenai Altman Z-Score adalah
keandalannya sebagai alat analisis tanpa memperhatikan bagaimana
ukuran perusahaan. Meskipun perusahaan sangat makmur, tapi bila
nilai Z mulai turun dengan tajam, perusahaan harus segera waspada
dan mengambil langkah tepat untuk memperbaiki kinerjanya.
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya masalah pada aktivitas perusahaan yang kemudian akan
berpengaruh pada rasio-rasio tersebut di atas adalah : pangsa pasar
menurun dan berpindahnya penguasaan pangsa pasar.
Pengguna
laporan keuangan dapat menggunakan Z-score untuk berbagai
aplikasi yang berkaitan dengan performance keuangan perusahaan
(Auchterlonie, 1997 dalam Sudiyatno dan Puspitasari, 2010) antara
lain:
43
a. Credit evaluation – untuk loan officers dan manajer kredit
dalam menerima atau menolak aplikasi pinjaman.
b. Private investment analysis – untuk stock brokers dan investor-
investor individu dalam mengevaluasi tingkat keamanan
investasi yang lakakukan.
c. M & A analysis – untuk mempertimbangkan kelayakan entitas
sebelum dan sesudah reorganisasi perusahaan.
d. Turn around management – untuk mengembangkan rencana
darurat dan strategi perubahan haluan untuk segera memperbaiki
situasi yang memburuk.
e. Insurance under writing – untuk menilai potensi risiko kredit,
mengusulkan untuk diasuransikan termasuk pembagian risiko
dan self-insured retentions.
f. Corporate governance – analisis direksi dan komite audit untuk
kemampuan kelangsungan perusahaan, pertimbangan risiko
perusahaan, dan analisis skenario merger dan akuisisi
5. Firm Size (Ukuran Perusahaan)
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala pengklasifikasian
perusahaan menurut besar kecilnya. Besar kecilnya suatu perusahaan
dapat dilihat dari jumlah pendapatan, total asset, jumlah karyawan dan
total modal. Semakin besar ukuran pendapatan, total asset, jumlah
44
karyawan dan total modal maka akan mencerminkan keadaan perusahaan
yang semakin kuat (Basyaib, 2007 dalam Mutia et.al, 2011).
Firm size adalah ukuran dari suatu perusahaan yang dilihat dari
market capitalization. Market capitalization adalah nilai total dari semua
outstanding shares yang ada, perhitungannya dapat dilakukan dengan cara
mengalikan banyaknya saham yang beredar dengan harga pasar saat ini.
Market capitalization/Firm size dapat dihitung dengan rumus:
Firm Size = Harga Saham x Jumlah Saham Beredar
Atau
Firm Size = log total asset
Secara umum, perusahaan besar akan mengungkapkan informasi
lebih banyak daripada perusahaan kecil. Dalam teori keagenan bahwa
pihak manajer merupakan jembatan pemberi informasi ke pihak eksternal
maka semakin besar ukuran perusahaan maka informasi yang
disampaikan ke pihak eksternal semakin banyak dana akan menimbulkan
biaya keagenan yang besar dari pada perusahaan yang kecil dengan
penyampaian informasi merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk
mewujudkan akuntabilitas public.
Ukuran perusahaan adalah tolak ukur besar kecilnya perusahaan
dengan melihat besarnya nilai ekuitas, nilai penjualan atau nilai total aset
yang dimiliki perusahaan. Namun demikan, Firm Size mungkin juga
menjadi alternatif untuk informasi yang dimiliki pihak luar. Perusahaan
45
yang besar sering diversifikasikan lebih luas dan memiliki arus kas yang
lebih stabil sehingga kemungkinan pailit lebih kecil dibanding
perusahaan kecil. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa, perusahaan
yang besar akan lebih aman dalam memperoleh hutang karena
perusahaan mampu dalam pemenuhan kewajibanya dengan adanya
diversifikasi yang lebih luas dan memiliki arus kas yang stabil, dan hal
ini berarti struktur modalnya juga akan meningkat.
6. Book to Market Ratio
Book to Market Ratio merupakan perbandingan antara nilai buku
saham suatu perusahaan dengan nilai pasarnya di pasar modal. Nilai pasar
adalah nilai ekuitas yang dipandang oleh investor. Rumus book to market
ratio adalah:
equity of value Market
EquityofValueBookrasio MarkettoBook
atau
lembarperSahamHarga
lembarperEquityofValueBookrasioMarkettoBook
Book to market ratio merupakan faktor risiko yang harus
diperhatikan oleh para investor, karena book to market ratio yang tinggi
dapat dijadikan indikator bahwa perusahaan tersebut masih undervalue.
Rasio book to market menyatakan perbandingan book equity terhadap
market equity perusahaan. Fama dan French (1995) mendefinisikan book
to market yaitu:
46
“book common equity for the fiscal year ending in calendar year (t-1),
divied by market equity at the end of December of the year (t-1)”.
Book to market ratio dihitung dengan membagi equity per share
dengan closing price bulan Desember (akhir tahun), untuk membagi
perusahaan menjadi dua yaitu perusahaan dengan book to market ratio
rendah dan tinggi. Book to market ratio merupakan rasio yang sering
digunakan dalam menganalisis besarnya keuntungan dari saham.
Beberapa alasan investor menggunakan book to market ratio di dalam
menganalisis investasi antara lain :
1. Book value memberikan pengukuran yang relatif stabil, untuk
dibandingkan dengan market price. Untuk investor yang tidak
mempercayai estimasi discounted cash flow, book value dapat menjadi
benchmark dalam memperbandingkan dengan market price.
2. Karena standar akuntansi yang hampir sama pada setiap perusahaan,
book to market ratio bisa dikomparasikan dengan perusahaan lain
yang berada pada satu sektor, untuk mengetahui apakah perusahaan
tersebut masih undervalue atau sudah overvalue.
3. Perusahaan dengan earnings negatif, sehingga tidak bisa dinilai
dengan menggunakan earning price ratio, dapat dievaluasi dengan
menggunakan book to market ratio. Perusahaan yang mempunyai
book value negatif, lebih sedikit daripada perusahaan yang
mempunyai earnings negatif.
47
Penggunaan book to market menjadi indikator pengukur kinerja
perusahaan. Semakin baik kinerja perusahaan akan memberikan nilai
positif untuk rasio book to market dan sebaliknya. Dalam penelitian ini
penggunaan book to marker rasio mengacu dalam penelitian Utama dan
Lumondang (2000) yang menyebutkan bahwa penggunaan book to market
menghilangkan nilai negatif karena tidak mencerminkan growth suatu
perusahaan dan book to market menunjukkan rasio nilai perusahaan yang
dihitung oleh akuntan terhadap nilai perusahaan yang dinilai publik.
7. Beta Saham
Menurut Jogiyanto (1998) dalam Nurzaemah (2012), beta pasar
merupakan rata-rata tertimbang dari beta masing-masing sekuritas di
pasar. Beta merupakan index dari risiko sistematis karena kondisi pasar.
Kecenderungan saham untuk bergerak naik atau turun dalam pasar
tercermin dalam koefisien beta (β) sebagai unsur kunci CAPM. Rata-rata
risiko saham didefinisikan sebagai saham yang cenderung bergerak naik
turun sejalan dengan pasar umum, yang diukur oleh beberapa indeks,
seperti Dow Jones Industrials, S&P 500, atau New York Stock Exchange
(Moeljadi, 2006), dan terdiri dari :
a. Beta = 1,0 mengindikasikan bahwa secara umum jika pasar bergerak
ke atas 10%, maka saham juga akan naik 10%. Sementara itu, jika
pasar turun 10%, maka saham juga akan turun sebesatr 10%
sehingga jika portofolio saham dengan = 1,0 akan bergerak naik dan
48
turun sesuai dengan rata-rata pasar dan akan memiliki risiko yang
sama dengan rata-rata pasar.
b. Beta = 0,5 mengindikasikan bahwa perubahan saham (akan naik dan
turun) hanya separuh dari perubahan pasar saham itu hanya
separuhnya, dan portofolio saham seperti ini akan memiliki setengah
risiko portofolio = 1,0.
c. Beta = 2,0 mengindikasikan bahwa perubahan saham akan dua kali
lipat dari perubahan rata-rata pasar. Nilai portofolio seperti ini dapat
menjadi dua kali lipat dalam jangka pendek dan jika memegang
portofolio seperti ini, maka seseorang yang sebelumnya jutawan
dapat menjadi bangkrut dengan cepat (Moeljadi, 2006).
Beta mengambarkan perubahan return pasar sebesar X%, yang akan
berpengaruh terhadap return sekuritas sebesar X%. Jika β > 1 berarti
saham cenderung naik dan turun lebih tinggi dibandingkan perubahan
pasar. Jika β < 1 berarti saham cenderung turun atau naik lebih rendah
dibandingkan perubahan pasar. Beta banyak digunakan sebagai ukuran
risiko karena dalam berbagai penelitian empiris, Beta relatif cukup stabil
sehingga memungkinkan penggunaan data historis sebagai prediktor Beta
di masa akan datang.
8. Earning
Earning dapat diukur dengan menggunakan laba per lembar saham
(earning per share) (Solechan, 2009). Earning dalam penelitian ini diukur
49
dengan menggunakan laba per lembar saham (earning per share) yaitu
adalah rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah rupiah yang diterima
untuk setiap lembar saham biasa. Pada umumnya para pemegang saham
atau calon pemegang saham sangat berkepentingan dengan earning per
share. Semakin baik kualitas laba (earning) perusahaan maka akan
semakin tinggi keuntungan atas penjualan saham (return saham)
perusahaan.
Menurut Abdullah (2001) earning per share adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur jumlah rupiah yang diterima untuk setiap
lembar saham biasa. EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat
keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih
perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham
atau EPS di peroleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa
dibagi dengan jumlah rata – rata saham biasa yang beredar. Sehingga
penggunaan rasio EPS sangat membantu peneliti mengukur keuangan
perusahaan apakah memiliki usaha bisnis positif atau negatif yang dapat
mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan.
B. Penelitian Sebelumnya
Beberapa penelitian tentang, Ukuran Perusahaan , Book to Market, Beta,
Earning serta Financial Distress dan Subsequent Return Saham sudah
sebelumnya pernah dilakukan oleh berbagai penelitian. Penelitian yang
pernah dilakukan terkait dengan variabel di atas, antara lain:
50
Tabel 2.2
Hasil penelitian terdahulu
No Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Terdahulu Persamaan Perbedaan
1 Margaretha
dan
Damayanti
(2008)
Pengaruh Price Earning
Ratio, Dividend Yield
dan Market to Book
Ratio terhadap Stock
Return di Bursa Efek
Indonesia.
Variabel :
Stock Return (Rti)
Variabel :
Price Earning Ratio (PER),
Dividend Yield (DY) dan Market
to Book Rate (MtB)
Metode analisis
Alat uji hipotesis
Populasi atau Objek
Bahwa Price Earning Ratio
(PER), Dividend Yield dan
Market to Book Ratio
berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap Stock
Return.
2 Steven et.al,
(2011)
Effects of Financial
Distress Condition on the
Company Performance:
A Malaysian Perspective
Variabel :
Distress
Variabel :
company performance (ROE,
EBIT/TA, EPS), Successful
Reorganization (ROE, EBIT),
Management Change dan Stock
Price
Metode analisis
Alat uji hipotesis
Populasi atau Objek
Performance EPS, EBIT/TA dan
ROE, Management Change, dan
Distres berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Stock Price
Bersambung ke halaman selanjutnya
51
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian
Metode Penelitian Persamaan Perbedaan
3 Nathaniel
(2008)
Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi
Return Saham
Variabel :
Earning per Share
(EPR),
Return Saham(Rti)
Variabel :
Debt to Equity Ratio (DER),
Net Profit Margin (NPM),
Price to Book Value (PBV)
Metode analisis
Alat uji hipotesis
Populasi atau Objek
DER berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap return
saham, EPS berpengaruh positif
dan tidak signifikan terhadap
return saham, NPM berpengaruh
positif dan tidak signifikan
terhadap return saham, PBV
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap return
saham.
4 Herman dan
Suk (2007)
Pengaruh beta, size dan
book to market equity
ratio terhadap return di
BEJ tahun 2003-2005
Variabel :
Firm Size (MC), book
to market equity ratio
(BE/ME), beta(β)
stock return (Ra)
Metode analisis
Alat uji hipotesis
Populasi atau Objek
Beta, Firm size, book to market
equity ratio berpengaruh negatif
terhadap stock return
Bersambung ke halaman selanjutnya
52
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian
Metode Penelitian Persamaan Perbedaan
5 Brad dan
John (1997)
Firm Size, Book to
Market and security
return : A holdout
sample of financial firm
Variabel :
Firm Size (MV), Book to
Market (B/m)
security return (Rti)
Metode analisis
Alat uji hipotesis
Populasi atau Objek
Firm Size dan Book to Market
berpengaruh signifikan terhadap
security return,
6 Fama dan
French
(1995))
Size and Book to
market factors in
earnings and returns
Variabel :
Size (MV), Book to
market (Be/Me),
earnings (Rm) dan
returns (Ra)
Metode analisis
Alat uji hipotesis
Populasi atau Objek
Firm Size dan Book to Market
berpengaruh signifikan terhadap
earnings dan return,
7 Rida dan
Adam
(2011)
The Financial
Performance Analysis
Using Altman Z-Score
And Its Effect To Stock
Price Banking Sector In
Indonesian Stock
Exchange
Variabel :
Financial
Performance
(Z-Score) dan
Stock Price (Rti)
Metode analisis
Alat uji hipotesis
Populasi atau Objek
Dapat disimpulkan dalam tahun
penelitian perbankan mengalami
kesulitan keuangan namun tidak
mempengaruhi secara signifikan
terhadap harga sahamnya.
Bersambung ke halaman selanjutnya
53
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian
Metode Penelitian Persamaan Perbedaan
8 Bali, Engle,
dan Tang
(2013)
Dynamic Conditional
Beta is Alive and Well in
the Cross-Section of
Daily Stock Returns
Variabel :
Financial
Performance (Z-
Score), beta dan Stock
Price (Rti)
Metode analisis
Alat uji hipotesis
Populasi atau Objek
Dengan menggunakan analisis
bivariate dengan model CAPM
menggunakan proxy beta maka
terdapat hubungan positif yang
signifikan dengan return saham
perusahaan yang terdiri dari sampel
saham yang berbeda. Jadi semakin
tinggi risiko saham tersebut maka
semakin tinggi kemungkinan
pengembalian saham (return) saham.
9 Utama dan
Lumondang
(2009)
Pengaruh Bankruptcy
Risk, Size dan Book –to
market Perusahaan
Terhadap Imbal Hasil
Variabel :
Size dan book to
market (btm),
financial distress
(zscore),
Imbal Hasil
Metode analisis
Alat uji hipotesis
Populasi atau Objek
Periode penelitian Zscore akan dipengaruhi secara positif
oleh size dan negative oleh btm
dimana semakin besar ukuran
perusahaan maka semakin kecil
perusahaan akan megalami
kebangkrutan, dan semakin besar btm
maka semakin besar kemungkinan
perusahaan mengalami kebangkrutan.
Imbal hasil saham tidak dipengaruhi
oleh bankruptcy risk, size dan btm
Bersambung ke halaman selanjutnya
54
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian
Metode Penelitian Persamaan Perbedaan
10 Achmad
Solechan
(2009)
Pengaruh Manajemen
Laba dan Earning
Terhadap Return Saham
Variabel :
Size, Beta, EPS
danReturn Saham
Variabel :
IOS, Rasio Hutang, Persistensi
Laba dan Kelompok Industri)
Metode analisis
Alat uji hipotesis
Populasi atau Objek
Berpengaruh positif terhadap return
saham pada model pertama yaitu
EPS dan persistensi laba dan variabel
lainnya (IOS, Rasio Hutang, Size,
Beta, dan Kelompok Industri) tidak
berpengaruh terhadap return saham.
Sedangkan pada pengujian EPS yang
diinteraksikan dengan variabel
kontrol menunjukkan hasil tidak
adanya satupun yang berpengaruh
signifikan terhadap return saham.
11 Endra
Nurhayati
2001
Analisis Pengaruh Risiko
Sistematis Saham
Terhadap Kebangkrutan
Perusahaan Perbankan
Variabel:
Risiko sistematik
saham biasa (beta), ,
asset size, dan
kebangkrutan
Variabel:
financial leverage, likuidit, dan
assets grow
Metode analisis
Alat uji hipotesis
Populasi atau Objek
Hipotesis I (1 tahun sebelum
bangkrut) :
Beta signifikan positif
Leverage tidak signifikan
negatif
Likuidity tidak signifikan negatif
asset size tidak signifikan nol
assets grow signifikan negatif
Bersambung ke halaman selanjutnya
55
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian
Metode Penelitian Persamaan Perbedaan
Hipotesis II (2 tahun sebelum
bangkrut) :
Beta signifikan negatif
Leverage signifikan negative
Likuidity tidak signifikan positif
asset size tidak signifikan nol
assets growt tidak signifikan
positif
Hipotesis III (perbedaan risiko
sistamatik/ beta saham pada
perusaaan bangkrut dan tidak):
1 tahun sebelum bangkrut
siginifikan ada perbedaan
2 tahun sebelum bangkrut tidak
signifikan tidak ada perbedaan
Sumber : data diolah
56
C. Dasar Perumusan Hipotesis
Hubungan atau keterkaitan antara variabel independen dan variabel
dependen dalam penelitian ini, dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Pengaruh Ukuran Perusahaan (firm size) dengan Financial Distress
Ukuran perusahaan dapat menunjukkan seberapa besar informasi yang
terdapat di dalamnya, serta mencerminkan kesadaran dari pihak
manajemen mengenai pentingnya informasi, baik bagi pihak eksternal
maupun pihak internal perusahaan (Solechan, 2007). Dalam penelitian ini
menggunakan total aset sebagai indikator ukuran perusahaan kemudian
untuk mengecilkan nilai agar menjadi mudah makan di ln (logaritma
natural), hal ini disebabkan ukuran perusahaan dapat menggambarkan
seberapa besar jumlah asset yang dimiliki perusahaan, karena semakin
besar ukuran perusahaan maka semakin besar jumlah aset yang dimiliki
oleh perusahaan tersebut.
Semakin besar suatu perusahaan maka kecendrungan penggunaan
dana eksternal juga akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena
perusahaan yang besar memiliki kebutuhan dana yang besar dan salah satu
alternatif pemenuhan dana yang tersedia menggunakan pendanaan
eksternal, sehingga kekuatan keuangan perusahaan jika terjadi krisis dapat
menghadapi. Menurut penelitian Utama dan Lumondang (2009) dengan
melihat suatu keadaan financial distresss dengan menggunakan proksi
zscore memberikan hasil positif yang menerangkan semakin besar
57
perusahaan maka semakin besar nilai zscore dan semakin kecil perusahaan
tersebut mengalami financial distress. Dengan demikian, hipotesis kesatu
dalam penelitian ini adalah :
H1 : Ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh signifikan positif
terhadap Z-Score
2. Hubungan book to market dengan Financial Distress
Nilai book-to-market yang semakin tinggi menunjukkan bahwa
prospek kinerja perusahaan dimasa mendatang buruk (Drobetz, 2004
dalam Utama dan Lumondang, 2009). Oleh karena itu, perusahaan dengan
book-to-market yang tinggi tersebut cenderung memiliki bankruptcy risk
yang tinggi. Dengan kata lain, book-to-market berpengaruh positif
terhadap bankruptcy risk sehingga dapat dibaca berpengaruh negatif
terhadap zscore. Oleh karena itu, hipotesis hubungan antara book-to
market dengan bankruptcy risk adalah sebagai berikut:
H2 : Book-to-market berpengaruh signifikan negatif terhadap
Z-score.
3. Hubungan Beta dengan Financial Distress
Beta merupakan index dari risiko sistematis karena kondisi pasar
(Moeljadi, 2006). Penyebab konflik antara manajer dengan pemegang
saham adalah dalam hal pengambilan keputusan pendanaan. Para
pemegang saham hanya peduli terhadap risiko sistematik dari saham
perusahaan, karena mereka melakukan investasi pada portofolio yang
58
terdiversifikasi dengan baik. Sedangkan manajer sebaliknya lebih peduli
pada risiko perusahaan secara keseluruhan.
Menurut Wahidahwati (2002) dalam Yeniatie dan Nichen (2010), ada
dua alasan yang mendasari hal ini yaitu pertama, bagian substantif dari
kekayaan mereka di dalam specific human capital perusahaan, membuat
manajer non diversifiable. Kedua, manajer akan terancam reputasinya,
demikian juga kemampuan menghasilkan earning perusahaan, apabila
perusahaan mengalami kebangkrutan. Sehingga kemampuan risiko
sistematis dapat membuat pihak manajer berpikir antara mengambil
keputusan atau mengikuti keinginan para pemegang saham. Dengan kata
lain, risiko sistematis yang tercermin dalam beta berpengaruh negatif
terhadap bankruptcy risk.
Menururt Endra (2001) dalam penelitiannya menjelaskan, semakin
besar beta, maka semakin besar pula risiko suatu saham / reksa dana
semakin besar risiko maka akan semakin besar pula perusahaan akan
mengalami kesulitan keuangan. Dalam penelitian Endra (2001) beta saham
mempengaruhi kebangkrutan secara signifikan postif jika melihat keadaan
1 tahun kebangkrutan perusahaan dan signifikan negatif jika keadaan 2
tahun kebangkrutan perusahaan. Maka dengan itu, hipotesis hubungan
antara beta dengan bankruptcy risk adalah sebagai berikut:
H3 : Beta berpengaruh signifikan negatif terhadap Z-score.
59
4. Hubungan Earning dengan Financial Distress
Perusahaan didirikan dengan tujuan memperoleh laba, yang nantinya
digunakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya
(Wahyuningsih dan Suryanawa, 2012). Sebuah perusahaan tentu akan
menghindari kondisi-kondisi yang dapat mengakibatkan kebangkrutan.
Kebangkrutan merupakan kondisi financial distress yang terburuk.
Financial distress sendiri merupakan penurunan kondisi keuangan
perusahaan sebelum mencapai kebangkrutan (Platt dan Platt, 2002).
Menurut Elloumi dan Gueyie (2001) dalam Saleh dan Sudiyatmo
(2013) perusahaan menuju kebangkrutan didefinisikan sebagai perusahaan
yang memiliki laba per lembar saham (Earning Per Share) negatif. EPS
merupakan rasio yang paling banyak digunakan oleh pemegang saham
dalam menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang. Oleh karena
itu, hipotesis hubungan antara earning dengan bankruptcy risk adalah
sebagai berikut:
H4 : Earning berpengaruh signifikan positif terhadap Z-score.
5. Hubungan Ukuran Perusahaan , Book to Market, Beta dan Earning
dengan ZScore
Kebangkrutan merupakan kondisi financial distress yang terburuk.
Financial distress sendiri merupakan penurunan kondisi keuangan
perusahaan sebelum mencapai kebangkrutan (Platt dan Platt, 2002).
Financial distress diukur dengan menggunakan Earning Per Share (EPS),
60
karena EPS dapat menggambarkan seberapa besar perusahaan mampu
menghasilkan keuntungan per lembar saham yang akan dibagikan kepada
pemilik saham
Ukuran perusahaan dapat menunjukkan seberapa besar informasi
yang terdapat di dalamnya, serta mencerminkan kesadaran dari pihak
manajemen mengenai pentingnya informasi, baik bagi pihak eksternal
maupun pihak internal perusahaan (Solechan, 2007). Nilai book-to-market
yang semakin tinggi menunjukkan bahwa prospek kinerja perusahaan di
masa mendatang buruk (Drobetz, 2004 dalam Utama dan Lumondang,
2009). Oleh karena itu, perusahaan dengan book-to-market yang tinggi
tersebut cenderung memiliki bankruptcy risk yang tinggi
Menururt Endra (2001) dalam penelitiannya menjelaskan, semakin
besar beta, maka semakin besar pula risiko suatu saham / reksa dana
semakin besar risiko maka akan semakin besar pula perusahaan akan
mengalami kesulitan keuangan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Platt dan Platt (2002) Solechan (2007), Utama dan Lumondang (2009),
Endra (2001) maka hipotesis yang diajukan adalah:
H5 : Ukuran Perusahaan , Book to Market, Beta dan Earning
berpengaruh signifikan dan secara simultan terhadap Z-score.
6. Hubungan Financial Distress dengan Return Saham
Distress risk merupakan risiko kegagalan perusahaan dalam
menjalankan operasi atau usahanya (Altman,1968). Dalam dunia bisnis,
kegagalan dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor ekonomi dan
61
faktor financial. Dalam hal ini, faktor ekonomi berupa lemahnya industri
serta lokasi dan lingkungan yang tidak mendukung. Kegagalan ekonomi
berarti bahwa perusahaan kehilangan pendapatan sehingga tidak dapat
menutup biaya-biaya perusahaan, ini berarti tingkat laba perusahaan lebih
kecil daripada biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan
lebih kecil dari kewajiban. Sedangkan faktor financial dapat berupa utang
yang terlalu banyak serta penggunaan modal yang tidak efisien. Kegagalan
keuangan bisa juga diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara
dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas dibedakan
menjadi dua bentuk, yaitu insolvensi teknis dan insolvensi dalam
pengertian kebangkrutan. Insolvensi teknis adalah perusahaan dapat
dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban saat
jatuh tempo. Faktor financial inilah yang kemudian dapat menimbulkan
risiko financial distress pada perusahaan.
Berdasarkan asumsi bahwa pembayaran dividen yang naik terjadi
ketika perusahaan mempunyai prospek keuntungan yang baik, serta
kecenderungan dari harga saham yang mengikuti naik turunnya nilai
dividen, maka dapat dikatakan keuntungan perusahaan mempengaruhi
besarnya total return yang diterima investor dalam investasi saham.
Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Utama dan Lumondang
(2009) bahwa kondisi financial distress memberikan imbal hasil yang
rendah dan bahwa semakin besar risiko kepailitan maka menghasilkan
62
imbal hasil yang tinggi pula. Oleh karena itu, hipotesis hubungan antara
financial distress dengan return saham adalah sebagai berikut:
H6 : Zscore berpengaruh signifikan negatif terhadap return saham.
7. Hubungan Ukuran Perusahaan dengan Return Saham
Firm size adalah ukuran besar kecilnya suatu perusahaan. Berdasar
firm size-nya, perusahaan dibedakan menjadi perusahaan big (besar) dan
small (kecil). Dengan kata lain, firm size merupakan market value dari
sebuah perusahaan. Market value dapat diperoleh dari perhitungan harga
pasar saham dikalikan jumlah saham yang diterbitkan (outstanding
shares). Market value (nilai pasar) inilah yang biasa disebut dengan
kapitalisasi pasar (market capitalization).
Market capitalization mencerminkan nilai kekayaan perusahaan saat
ini. Market capitalization merupakan suatu pengukuran terhadap firm size
perusahaan dimana perusahaan bisa saja mengalami kegagalan maupun
kesuksesan. Dengan kata lain, market capitalization adalah nilai total dari
semua outstanding shares yang ada, perhitungannya dapat dilakukan
dengan cara mengalikan banyaknya saham yang beredar dengan harga
pasar saat ini.
Penelitian tentang pengaruh firm size terhadap berbagai faktor telah
banyak dilakukan. Penelitian ini pernah dilakukan oleh Banz (1981). Dia
melakukan penelitian pada saham di NYZE dengan cara membentuk 10
portofolio berdasarkan nilai kapitalisasi pasarnya. Penelitian ini
63
menghasilkan bahwa rata-rata imbal hasil tahunan pada portofolio saham
dengan nilai kapitalisasi kecil secara konsisten lebih tinggi. Dengan begitu
firm size memiliki hubungan negatif yang kuat antara average return
perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Utama dan Lumondang 2009,
memberikan hasil yang sama bahwa firm size memiliki hubungan negatif
terhadap return saham.
Dalam penelitian Fama dan French (1995) ditemukan bahwa firm
size berhubungan dengan profitabilitas. Fama dan French (1995)
menyatakan bahwa secara parsial firm size berpengaruh signifikan
terhadap return. Saham perusahaan kecil mempunyai kecenderungan
pendapatan (earnings) yang lebih rendah daripada saham perusahan besar.
Disimpulkan bahwa besar kecilnya kapitalisasi pasar perusahaan
merupakan faktor risiko yang patut diperhitungkan dalam menghitung
tingkat pengembalian (return) saham.
Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Utama dan Lumondang
(2009) dimana ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap return
saham. Secara umum, dapat dinyatakan bahwa terdapat suatu bentuk
hubungan yang negatif antara tingkat pengembalian (return) saham dengan
ukuran perusahaan (firm size). Oleh karena itu, hipotesis hubungan antara
ukuran perusahaan dengan return saham adalah sebagai berikut:
H7 : Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap
return saham.
64
8. Hubungan Book to Market Ratio dengan Return Saham
Book to market ratio merupakan faktor risiko yang harus
diperhatikan oleh para investor, karena book to market ratio yang tinggi
dapat dijadikan indikator bahwa perusahaan tersebut masih undervalue.
Menurut Utama dan Lumondang (2009) B/M yang tinggi menunjukkan
bahwa nilai sahamnya di pasar modal cenderung turun karena kinerja
perusahaan dalam meraih laba di masa datang akan sulit atau diragukan.
Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki B/M yang tinggi akan
terekspos oleh risiko kepailitan yang tinggi atau masalah keuangan lainnya
dibandingkan perusahaan yang memiliki nilai saham tinggi (B/M rendah).
Book to market ratio dihitung dengan membagi equity per share dengan
closing price bulan Desember (akhir tahun), untuk membagi perusahaan
menjadi dua yaitu perusahaan dengan book to market ratio rendah dan
tinggi.
Ang Robert (1997) menyatakan bahwa rasio book to market
merupakan rasio yang digunakan sebagai indikator untuk mengukur
kinerja perusahaan melalui harga pasarnya, semakin rendah rasio ini
menandakan semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para investor. Nilai
(harga) pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat-saat
tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar.
Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham
bersangkutan di bursa. Sedangkan nilai buku (book value per lembar
65
saham) menunjukkan aktiva bersih (net asset) yang dimiliki oleh
pemegang saham dengan memilih satu lembar saham. Karena aktiva bersih
adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku
perlembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham beredar.
Perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya memiliki rasio book to
market di bawah satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih
besar dari nilai bukunya.
Secara teoritis rasio book to market memiliki pengaruh negatif
terhadap return saham dengan kata lain semakin tinggi rasio book to
market suatu perusahaan maka semakin rendah return saham yang
dihasilkan, begitu pula sebaliknya dimana perusahaan dengan rasio book to
market rendah memiliki tingkat return saham yang relatif lebih tinggi. Itu
terbukti oleh penelitian yang dilakukan oleh Utama dan Lumondang
(2009), memberikan hasil yang sama bahwa book to market memliki
hubungan negatif terhadap return saham. Oleh karena itu, hipotesis
hubungan antara book to market dengan return saham adalah sebagai
berikut:
H8 : Book to Market berpengaruh signifikan negatif terhadap
return saham.
9. Hubungan Beta dengan Return saham.
Beta pasar saham tersebut dinilai berdasarkan volatilitas saham
tersebut terhadap IHSG. Berdasarkan konsep yang di kemukakan
Jogiyanto (1998) dalam Erman (2012) bahwa beta saham berpengaruh
66
positif terhadap return saham namun dalam penelitian Herman dan Suk
(2007) menjelaskan bahwa beta berpengaruh negatif dengan return saham.
Risiko yang tinggi akibat dari fluktuasi keuntungan yang besar dan positif
terhadap return pasar ini bukanlah tanpa alasan. Dengan tingkat
keuntungan fluktuatif yang positif terhadap return pasar, berarti
menunjukkan adanya pengaruh yang positif signifikan beta saham
terhadap return saham.
H9: Terdapat hubungan signifikan positif antara beta dengan
return saham
10. Hubungan Earning dengan Return Saham
Earning dapat diukur dengan menggunakan laba per lembar saham
(earning per share). Menurut Abdullah (2001) earning per share adalah
rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah rupiah yang diterima untuk
setiap lembar saham biasa. Pada umumnya para pemegang saham atau
calon pemegang saham sangat berkepentingan dengan earning per share.
Guna menghitung EPS perlu menghitung berapa besar laba bersih untuk
pemegang saham biasa (common stock). Untuk itulah laba bersih sesudah
pajak harus dikurangi dengan deviden preferen stock.
Dasar akrual dalam laporan keuangan memberikan kesempatan
kepada manajer memodifikasi laporan keuangan untuk menghasilkan
jumlah laba (earning) yang diinginkan. Rendahnya kualitas laba akan
dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya seperti
investor dan kreditor, sehingga kualitas laba akan berkurang (Siallagan dan
67
Machfoedz, 2006). Laba sebagai bagian dari laporan keuangan yang tidak
menyajikan fakta yang sebenarnya tentang kondisi ekonomis perusahaan
dapat diragukan kualitasnya. Laba yang tidak menunjukkan informasi
yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak
pengguna laporan. Dalam penetian Nathaniel (2008) bahwa earning dapam
proxy earnig per share berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
return saham. Jika laba seperti ini digunakan oleh investor untuk
membentuk nilai pasar perusahaan, maka laba tidak dapat menjelaskan
nilai pasar perusahaan yang sebenarnya. Oleh karena itu, hipotesis
hubungan antara Earning dengan return saham adalah sebagai berikut:
H10 : Earning berpengaruh signifikan positif terhadap return saham.
11. Hubungan Ukuran Perusahaan , Book to Market, Beta, Earning dan
ZScore dengan subsequent return saham
Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Utama dan Lumondang
(2009) dimana ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap return
saham. Secara umum, dapat dinyatakan bahwa terdapat suatu bentuk
hubungan yang negatif antara tingkat pengembalian (return) saham dengan
ukuran perusahaan (firm size). Secara teoritis rasio book to market
memiliki pengaruh negatif terhadap return saham dengan kata lain
semakin tinggi rasio book to market suatu perusahaan maka semakin
rendah return saham yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya dimana
perusahaan dengan rasio book to market rendah memiliki tingkat return
68
saham yang relatif lebih tinggi. Itu terbukti oleh penelitian yang dilakukan
oleh Utama dan Lumondang 2009, memberikan hasil yang sama bahwa
book to market memliki hubungan negatif terhadap return saham.
Berdasarkan konsep yang di kemukakan Jogiyanto (1998) dalam
Arfianto Erman (2012) bahwa beta saham berpengaruh positif terhadap
return saham namun dalam penelitian Herman dan Suk (2007)
menjelaskan bahwa beta berpengaruh negatif dengan return saham. Risiko
yang tinggi akibat dari fluktuasi keuntungan yang besar dan positif
terhadap return pasar ini bukanlah tanpa alasan. Dalam penetian Nathaniel
(2008) bahwa earning dapam proxy earnig per share berpengaruh positif
dan tidak signifikan terhadap return saham. Jika laba seperti ini digunakan
oleh investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka laba tidak
dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya.
H11 : Ukuran Perusahaan , Book to Market, Beta, Earning dan ZScore
berpengaruh signifikan dan secara simultan terhadap
subsequent return saham.
69
D. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir ini merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah yang penting. Adapun masalah-masalah yang dianggap penting
dalam penelitian ini adalah keadaan ukuran perusahaan, beta dan book to
market, earning, financial distress dan return saham suatu perusahaan.
Dengan menggunakan 2 model yaitu:
Model I yaitu keadaan Ukuran Perusahaan , beta, book to market, earning,
dan financial distress.
Model II yaitu keadaan Ukuran Perusahaan , beta, book to market,
earning, financial distress, dan subsequent return saham.
Dalam model I menjelaskan bagaimana variabel dalam model Fama Three
Factor dengan variabel rasio profitabiltas (earning) terhadap prediksi
kebangkrutan perusahaan. Sedangkan model II menjelaskan bagaimana
pengaruh variabel-variabel model I terhadap subsequent return saham
perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, gambaran menyeluruh penelitian ini yang
mengangkat penelitian mengenai pengaruh yang terjadi pada return saham.
Maka permasalahan dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan kerangka
pemikiran sebagai berikut :
70
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
Bersambung ke halaman selanjutnya.
Gambar 2.1 (Lanjutan)
Penerbitan Laporan Keuangan harus
memenuhi dasar akuntanbilitas dan
transparansi informasi dalam peraturan
security and Exchange Commision
(SEC), Keputusan BAPEPAM nomor
kep-82/pm/1996 tentang keterbukaan
informasi pemegang saham, undang-
undang The Sarbanes-Oxley Act (SOX)
tahun 2002 dan bagaimana pihak
perusahaan dapat memberikan gambaran
yang sesungguhnya terkait keadaan
perusahaan yang baik atau sedang sakit.
Pemilik saham yang menginginkan
pemaksimalan nilai pasar demi
mendapatkan pengembalian yang
diinginkan.Terjadilah skandal akuntansi
dan pelanggaran. seperti kasus
WorldCom, kasus asuransi American
International Group (AIG) yang
menurunkan nilai. Serta menghilangkan
data-data kesehatan perusahaan agar
terlihat lebih menarik bagi investor
GAP
Sehingga terjadi penyimpangan terhadap teori
yang ada dengan kenyataannnya dimana suatu
keterbukaan informasi Laporan Keuangan
menjadi dasar peraturan SEC dan Kep.
BAPEPAM dengan kasus manipulasi Laporan
Keuangan yang terjadi.
Ukuran Perusahaan , Book To Market, Beta,
Earning, Financial Distress dan Return
Saham
Teori Pendukung :
1. Signaling Theory
2. Resources Based Theory (RBT)
3. Teori Keagenan (Agency Theory)
4. Capital Asset Pricing Model (CAPM)
5. Fama Three Factors Model
71
MODEL I
Variabel
Independen:
1. Ukuran
Perusahaan
2. Book To
Market
3. Beta
4. Earning
Variabel
Dependen:
Financial
Distress
MODEL II
Variabel
Independen:
1. Ukuran
Perusahaan
2. Book To Market
3. Beta
4. Earning
5. Financial Distress
Variabel
Dependen:
Return
Saham
Statistik Deskriptif
dan Analisi Korelasi
Metode Analisis
Uji Chow LM Test Uji Hausman
Model
Random Effect
Model
Fixed Effect Model
Fixed Effect Model
Common Effect
Multi
Kolinearitas
Auto
Korelasi
Heteros
kedastisitas
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi dan Saran
72
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian diarahkan untuk menganalisis variabel-variabel
dari hasil publikasi laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada periode penelitian yaitu 2009-2013 dan diolah berdasarkan
kriteria-kriteria pengambilan sampel yang ditentukan peneliti. Objek
penelitian dibatasi pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dan terdaftar konsisten pada periode 2009-2013. Variabel yang
digunakan untuk menganalisis pengaruh tersebut adalah firms size, book to
market, beta, earning, financial distress dan subsequent return saham
B. Metode Pemilihan Sampel
Metode pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur go public yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2009-2013 dengan
kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan manufaktur yang go public sesuai dengan klasifikasi yang ada
dalam Indonesian Capital Market Directory selama 5 tahun yakni mulai
tahun 2009 sampai dengan 2013.
73
2. Memiliki akhir tahun fiskal 31 Desember dan laporan keuangan yang
sudah diaudit selama 5 tahun berturut-turut.
3. Saham dari emiten aktif diperdagangkan selama periode tahun 2009
sampai dengan 2013.
4. Perusahaan sampel tidak melakukan corporate action (stock split, stock
devidend, right issue, dan warrant) selama periode pengamatan. Kriteria
ini diambil dengan alasan untuk menghindari adanya bias pada harga
saham yang disebabkan oleh corporate action.
5. Perusahaan penelitian tidak mengalami book to market (btm) yang negatif
karena tidak mencerminkan partumbuhan perusahaan.
C. Sifat dan Jenis Penelitian
Sifat penelitian ini menggunakan data kuantitatif berupa angka yang
merupakan indikator yang mempengaruhi subsequent return saham dan
kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2009-2013 yaitu berupa data ukuran perusahaan, book
to market, beta, dan earning. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian kausalitas. Dengan penelitian kausalitas ini selain mengukur
kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat (mempertanyakan
masalah sebab dan akibat). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data panel yang merupakan gabungan dari data cross section dan time
74
series (Nachrowi dan Usman, 2006), dengan menggunakan laporan keuangan
periode 2009-2013.
Data panel terdiri dari 2 (dua) yaitu balance panel dan unbalance panel.
Balance panel terjadi jika panjang waktu untuk setiap unit cross section sama
sedangkan unbalance panel terjadi jika panjang waktu untuk setiap unit cross
section berbeda. Dalam analisis model penelitian data panel ada beberapa
pendekatan yaitu pendekatan kuadrat terkecil (pooled least square),
pendekatan efek tetap (fixed effect), serta pendekatan efek acak ( random
effect). Dari ketiga pendekatan ini dilakukan uji untuk mancari pendekatan
mana yang lebih baik untuk regresi yang digunakan. Penelitian ini
menggunakan pendekatan ilmu akuntansi, statistika dan ilmu ekonomi
dimana pendekatan ilmu ini dilakukan untuk mendapatkan hasil data
penelitian yang baik.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang didapat dan disimpan oleh orang lain
yang biasanya merupakan data masa lalu/historical. Data sekunder
didapat dari observasi tidak langsung, yaitu dilakukan dengan membuka
website dari objek yang diteliti yaitu www.idx.com dan
www.finance.yahoo.co.id, sehingga dapat diperoleh laporan keuangan,
gambaran umum perusahaan dan harga saham perusahaan serta
75
perkembangannya yang kemudian digunakan untuk penelitian. Pemilihan
dalam pengambilan data menggunakan www.idx.com dan
www.finance.yahoo.co.id dikarena lebih mudah dalam mencari data
perusahaan karena sudah tersedia dalam kurun waktu yang diperlukan dan
lebih up to date sehingga memudahkan peneliti.
2. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisi dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
gambar, maupun elektronik. Studi dokumentasi tidak sekedar
mengumpulkan dan menuliskan ataumelaporkan dalam bentuk kutipan
tentang sejumlah dokumen, namun yang dilaporkan adalah hasil analisis
terhadap dokumen - dokumen tersebut.
E. Metode Analisis Data
1. Teknik Analisis Data
Analisis ini dilakukan secara kuantitatif dengan bantuan statistik dan
ekonometrika, dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis data panel yang merupakan gabungan dari data cross
section dan time series, ada dua buah teknik yang biasanya digunakan
untuk membuat model dari data panel yaitu Metode Efek Tetap (The
Fixed Effect) dan Model Efek Random (The Random Effect) (Nachrowi
dan Usman, 2006). Teknik analisis tersebut sesuai untuk menggambarkan
76
atau mendeskripsikan keterkaitan antara beberapa variabel dan dapat
melihat fluktuasi keuntungan satu perusahaan pada periode waktu tertentu
dan perbedaan keuntungan beberapa perusahaan pada suatu waktu.
Uji regresi data panel ini digunakan untuk menganalisis pengaruh
antara ukuran perusahaan, book to market, beta, dan earning terhadap
kondisi financial distress serta bersama-sama mempengaruhi return
saham perusahaan pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. Untuk membantu penelitian,
peneliti akan menggunakan software pengolah data keuangan, Software
Eviews version 7.1 untuk menjelaskan hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen melalui data panel. Software Microsoft
Excel juga dipakai untuk mempermudah pengelolaan data seperti
pembuatan grafik, tabel, perhitungan beta dan lain-lain.
Penggunaan data panel dalam sebuah observasi mempunyai beberapa
keuntungan yang diperoleh. Pertama, data panel yang merupakan
gabungan dua data time series dan cross section mampu menyediakan
data yang lebih banyak sehingga akan lebih menghasilkan degree of
freedom yang lebih besar. Kedua, menggabungkan informasi dari data
time series dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika
ada masalah penghilangan variabel (omitted-variabel).
Menurut Baltagi (2005) beberapa keuntungan menggunakan data
panel adalah sebagai berikut:
77
a. Analisis data panel memiliki kontrol terhadap heterogenitas data
individual dalam suatu periode waktu.
b. Analisis data panel menyajikan data yang lebih informatif, bervariasi,
memiliki kolinearitas antar variabel yang kecil, memiliki derajat
kebebasan yang lebih besar, dan lebih efisien.
c. Analisis data panel lebih tepat dalam mempelajari dinamika
penyesuaian (dynamics of change).
d. Analisis data panel lebih baik mengidentifikasikan dan mengukur
pengaruh-pengaruh yang secara sederhana tidak dapat terdeteksi
dalam data time series dan cross section saja.
e. Model analisis data panel digunakan untuk membuat dan menguji
model perilaku yang lebih komplek dibanding analisis data time
series murni atau cross section murni.
f. Data panel mikro yang dikumpulkan pada skala individu, perusahaan,
dan rumahtangga dapat lebih akurat diukur dari pada variabel yang
sama yang diukur padatingkat makro.
g. Analisis data panel dalam level makro memiliki time series yang
lebih panjang tidak seperti masalah jenis distribusi yang tidak standar
dari unit root test dalamanlisis data time series.
Model Regresi Data Panel dalam penelitian ini adalah:
Yit= α + β1X1it+ β2X2it+ β3X3it+ …… + eit
Dimana:
78
Yit = Variabel dependen ke-i dan waktu ke t
α = Konstanta X(1… dst) = Variabel independen
β(1...5) = Koefisien regresi masing-masing variabel independen
e = Error tern it = Perusahaan x Waktu
Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya
maka dalam penelitian ini dipergunakan 2 (dua) model. Model pertama
melihat pengaruh size, book to market (BtM), beta, dan earning terhadap
financial distress. Sedangkan pada model kedua akan melihat pengaruh
size, book to market, beta, earning, dan financial distress terhadap return
saham perusahaan.
Untuk pengelolahan data, digunakan regresi. Untuk melihat pengaruh
log (Ukuran Perusahaan ), book to market (B/M) ,beta,dan earning
terhadap financial distress digunakan regresi sebagai berikut:
ZScoreit = α + β1* (log SIZE)it+ β2*(BtM)it+ β3*(beta)it+ β4*(earning)it+ e
Dimana:
Zscoreit = Variabel dependen (bankruptcy risk) ke-i dan waktu ke t
α = Konstanta
Log SIZE = Variabel independen 1 (Log Ukuran Perusahaan )
BtM = Variabel independen 2 (Book to Market)
Beta = Variabel independen 3 (beta saham)
Earning = Variabel independen 4 (Earning per Share)
β (1...5) = Koefisien regresi masing-masing variabel independen
79
e = Error term
t = Waktu
i = Perusahaan
Sedangkan return saham diregresikan terhadap perhitungan
bankrupty risk (ZScore), log Ukuran Perusahaan (SIZE), book to market
(BtM), beta, dan earning perusahaan tersebut. Persamaan regresi yang
dipergunakan sebagai berikut:
Retit = α + β1* (log SIZE)it+ β2*(BtM)it+ β3*(beta)it+ β4*(earning)it
+ β5*(Z-score) + e
Dimana:
Retit = Variabel dependen (Return saham) ke-i dan waktu ke t
α = Konstanta
Log SIZE = Variabel independen 1 (Log Ukuran Perusahaan )
BtM = Variabel independen 2 (Book to Market)
Beta = Variabel independen 3 (beta saham)
Earning = Variabel independen 4 (Earning per Share)
Z-score = Variabel independen 5 (bankruptcy risk)
β (1...5) = Koefisien regresi masing-masing variabel independen
e = Error term
t = Waktu
i = Perusahaan
80
Untuk mengestimasi parameter model dengan data panel, terdapat
beberapa teknik yang ditawarkan (Nachrowi dan Usman, 2006), yaitu
sebagai berikut:
1) Model Common Effect (Ordinary Least Square)
Model ini merupakan model yang paling sederhana. Dalam
estimasinya diasumsikan bahwa setiap unit individu memiliki
intersep dan slope yang sama (tidak ada perbedaan pada dimensi
kerat waktu). Dengan kata lain, regresi panel data yang dihasilkan
akan berlaku untuk setiap individu (Bambang, Juanda dan Junaidi,
2012). Secara sistematis Model Common dinyatakan sebagai berikut:
Yit= α + βXit+ εit; i = 1, 2, ….., N; t = 1, 2, ….., T
Dimana:
Yit = variabel terikat untuk individu ke-i dan waktu ke t
α = Konstanta
β = Koefisien regresi masing-masing variabel independen
Xit = variabel bebas untuk individu ke-i dan waktu ke t
N = banyaknya observasi
T = banyaknya waktu
εit = galat unit cross-sectional ke-i dan unit waktu ke-t
2) Model Efek Tetap (The Fixed Effect Model)
Model Efek Tetap (The Fixed Effect Model) adalah model regresi
pada data panel yang didapatkan dengan asumsi bahwa unit cross
81
section dan time series yang digunakan dalam model sudah diketahui
terlebih dahulu. MET dalam penelitian ini memiliki konstanta yang
bervariasi pada unit cross section dan koefisien konstanta yang
mengasumsikan bahwa perbedaan pengaruh dari unit cross section
dan time series tercermin dari konstanta yang berbeda-beda.
Secara matematis model MET dinyatakan sebagai berikut
(Nachrowi dan Usman, 2006):
Yit= α + βXit+ γ2W2t + γ3W3t +...... + γnWnt + δ2Zi2 + δ3Zi3 +......
+ δTZiT+εit
Dimana:
Yit = variabel terikat untuk individu ke-i dan waktu ke t
Xit = variabel bebas untuk individu ke-i dan Waktu ke-t
Wit dan Zit variabel dummy yang didefinisakan sebagai berikut:
1 ; untuk individu i; i = 1, 2, ..., N
0 ; lainnya.
1 ; untuk individu i; i = 1, 2, ..., T
0 ; lainnya.
Dari model di atas terlihat bahwa model Fixed effect adalah sama
dengan regresi yang menggunakan dummy variabel sebanyak variabel
bebas, sehingga dapat diestimasi dengan Ordinary Least Square
Wit=
Zit=
82
(OLS). Dengan menggunakan OLS maka akan diperoleh estimator
yang tidak bias dan konsisten.
Model diatas telah ditambahkan sebanyak (N-1) + (T-1) variabel
boneka dan menghilangkan dua sisanya untuk menghindari
kolinearitas sempurna antar variabel penjelas. Dengan menggunakan
model ini, maka akan diperoleh derajat kebebasan sebesar NT-2 – (N-
1) – (T-1) atau NT-N-T. Penambahan variabel boneka pada fixed
effect dapat mempengaruhi keefisienan dari parameter yang
diestimasi.
3) Model Efek Random (The Random Effect Model)
Model ini disebut juga model komponen eror (Error Component
Model). Sama seperti model efek tetap, model ini juga
memungkinkan terjadi perbedaan nilai parameter intersep dan
koefisien berbeda anta daerah dan antar waktu, namun diekspresikan
dalam eror. Pada model ini gangguan diasumsikan bersifat acak
untuk seluruh populasi.
Secara matematis model MER dinyatakan sebagai berikut
(Nachrowi dan Usman,2006):
Yit = α + βXit+ εit;εit= ui+ vt + wit
Dimana :
ui = komponen error cross-section
vt = komponene error time series
83
wit = komponen error gabungan
Adapun asumsi yang digunakan untuk komponen error adalah
ui~ N (0,σu2); vt~ N (0,σv
2); wit~ N (0,σw
2)
Dalam model efek acak, efek rata-rata dari data cross section dan
time series diintreprestasikan dalam intercept. Sedangkan deviasi
efek secara random untuk data time series diprestasikan dalam vt dan
deviasi untuk data cross section dinyatakan dalam ut.
Model ini juga mengasumsikan bahwa error secara individu
tidak saling berkolerasi, begitu juga dengan error kombinasinya.
Dengan menggunakan model ini maka kita dapat menghemat
pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlah seperti
pada fixed effect model. Hal ini berimplikasi pada parameter hasil
estimasi akan menjadi efisien.
2. Tahap Analisis Data
a. Pemilihan Model Pooled Least Square, Fixed Effect dan Random
Effect Gambar 3.1. Pengujian Pemilihan Metode pada Pengolahan Data Panel
Sumber : Data diolah
Chow
Test
FIXED
EFFECT
POOLED
LEAST
SQUARE
RANDOM
EFFECT
Hausman
Test
LM
Test
1
2
3
84
1) Chow Test
Untuk mengetahui apakah model MET lebih baik dibandingkan
dengan modelOLS dapat dilakukan dengan melihat signifikansi
model MET dapat dilakukandengan uji statistik F. Pengujian seperti
ini dikenal juga dengan istilah Uji Chow atau Likelihood Test Ratio.
Hipotesis nol (H0) yang digunakan adalah intersep dan slope adalah
sama.
Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Model Pooled Least Square (restricted)
H1 : Model Fixed Effect (unrestricted)
Dasar penolakan terhadap hipotesis nol (H0) yaitu dengan
menggunakan F-statistik. Adapun uji F statistiknya adalah sebagai
berikut:
Dengan n adalah jumlah individu; T merupakan jumlah periode
waktu; K adalah banyaknya parameter dalam model MET; RSS1 dan
RSS2 berturut-turut adalah residual sum of squares untuk model OLS
dan MET.
Nilai statistik F akan mengikuti distribusi statistik F dengan
derajat bebas sebesar n – 1 untuk numerator dan sebesar nT – k
denumerator. Jika nilai statistik F lebihbesar dari nilai F tabel pada
tingkat signifikansi tertentu, hipotesis nol akan ditolak, yang berarti
(RSS1– RSS2) / n – 1
F hitung =
(RSS1) / (nT – n – K)
85
koefisien intesep dan slope adalah sama tidak berlaku, sehingga
teknikregresi data panel dengan MET lebih baik dari model regresi
data panel dengan OLS (Bambang, Juanda dan Junaidi,2012).
2) Hausman Test
Untuk menguji apakah model fixed effect lebih baik dari model
random effect, digunakan uji Hausman. Adapun hipotesis dalam
pengujian ini dilakukan berikut:
H0 : Model Random Effect
H1 : Model Fixed Effect (unrestricted)
Dengan mengikuti kriteria Wald, nilai statistik Hausman ini akan
mengikuti distribusi chi-square sebagai berikut:
W = χ 2 [K] = [β, β GLS] Σ -1
[β, β GLS]
Ketika nilai Hausman < dari chi table maka H0 ditolak dengan kata
lain metode yang digunakan adalah fixed effect (FEM) (Bambang,
Juanda dan Junaidi, 2012).
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pendekatan pooled
least square memiliki kelemahan dikarenakan asumsi atas intercept
dan slope yang sama di dalam modelnya sehingga memilliki
kemungkinan tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya dikarenakan
setiap unit cross section memiliki karakteristik tersendiri. Kemudian
menurut Judge (1985) diantaranya pendekatan fixed effect dan
random effect ada beberapa pertimbangan antara lain:
86
Jika jumlah periode observasi besar dan jumlah unit cross section
kecil, maka estimasi dari pendekatan fixed effect dengan random
effect tidak jauh berbeda sehingga dapat dipilih pendekatan yang
lebih mudah dilakukan yaitu pendekatan fixed effect.
Jika jumlah periiode observasi kecil dan jumlah unit cross section
besar maka hasil estimasi dari kedua pendekatan tersebut berbeda
jauh. Maka apabila unit cross section yang digunakan diyakini
diambil secara acak (random) maka pendekatan random effect
yang digunakan. Sebaliknya apabila unit cross section yang
digunakan tidak diambil secara acak maka pendekatan fixed
effect yang digunakan.
Jika kemampuan error individu berkorelasi dengan variabel bebas
“x” maka parameter yang didapat dari pendekatan random effect
akan bias sementara parameter yang didapat dari pendekatan
fixed effect tidak.
Jika jumlah periode observasi kecil dan jumlah unit cross section
besar maka asumsi yang mendasari random effect lebih
dibandingkan pendekatan fixed effect.
3) The Breusch-Pagan LM Test
Pengujian untuk memilih apakah model akan dianalisis dengan
menggunakan metode random effect atau pooled least square dapat
87
dilakukan dengan The Breusch-Pagan LM Test dimana
menggunakan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Model Pooled Least Square(restricted)
H1 : Model Random Effect
Dasar penolakan H0 menggunaka statistik LM Test yang berdasarkan
distribusi Chi-square. Jika LM statistics lebih besar dari Chi square
table maka tolak H0 sehingga model yang lebih sesuai dalam
menjelaskan dalam permodelan data panel tersebut adalah model
pooled least square, begitu pula sebaliknya.
F. Pengujian Statistik
Setelah melakukan pengolahan data dengan metode panel, selanjutnya
adalah melakukan pengujian terhadap hasil output. Pengujian ini dilakukan
menurut kriteria statistic dan kriteria ekonomi. Pada pengujian kriteria
ekonomi diuji apakah hasil koefisien regresi sudah sesuai dengan teori
ekonomi yang ada. Kriteria stastik dilakukan dengan cara melakukan
pengujian-pengujian sebagai berikiut.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses
transformasi data peneltian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah
dipahami dan diinterpretasikan. Statistik deskriptif memberikan
88
gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata
(mean), standar deviasi, dan varian (Ghozali, 2012)
2. Analisis Korelasi antar Variabel
Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu
teknik pengukuran asosiasi / hubungan (measures of association)
(Ghozali, 2012). Pengukuran asosiasi merupakan istilah umum yang
mengacu pada sekelompok teknik dalam statistik bivariat yang
digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel.
Diantara sekian banyak teknik-teknik pengukuran asosiasi, terdapat dua
teknik korelasi yang sangat populer sampai sekarang, yaitu Korelasi
Pearson Product Moment dan Korelasi Rank Spearman. Pengukuran
asosiasi mengenakan nilai numerik untuk mengetahui tingkatan asosiasi
atau kekuatan hubungan antara variabel. Dua variabel dikatakan
berasosiasi jika perilaku variabel yang satu mempengaruhi variabel yang
lain. Jika tidak terjadi pengaruh, maka kedua variabel tersebut disebut
independen.
Korelasi bermanfaat untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua
variabel (kadang lebih dari dua variabel) dengan skala-skala tertentu,
misalnya Pearson data harus berskala interval atau rasio; Spearman dan
Kendal menggunakan skala ordinal. Kuat lemah hubungan diukur
menggunakan jarak (range) 0 sampai dengan 1.
89
3. Analisi Regresi
Regresi adalah salah satu analisis yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh suatu variabel terhadap varibel lain (Ghozali, 2012). Dalam
analisis regresi, variabel yang mempengaruhi disebut variabel
independent variabel (variabel bebas) dan variabel yang dipengaruhi
disebut dependent variabel (variabel terikat). Jika dalam persamaan
regresi hanya terdapat satu variabel terikat, maka disebut sebagai regresi
sederhana. Sedangkan jika variabel bebasnya lebih dari satu, maka
disebut sebagai persamaan regresi berganda. Regresi berguna untuk
mengetahui pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
4. Uji Parsial (Uji t)
Analisis statistik secara parsial digunakan untuk melihat signifikansi
dari masing-masing variabel bebas secara individu dalam menjelaskan
variabel terikat pada model dengan menggunakan uji t, dimana hipotesis
nol (H0: β = 0) artinya nilai koefisien sama dengan nol, sedangkan
hipotesis alternatif (H1: β ≠ 0) artinya nilai koefisien berbeda dengan nol.
Signifikan ini secara langsung dapat dilihat dari besarnya angka
probabilitas. Jika p-value (t-statistik) lebih kecil dari α (α = 5% atau 0,05)
maka variabel bebas tersebut berpengruh secara signifikan terhadap
variabel terikat atau tolah H0.
90
5. Uji Persamaan Regresi Keseluruhan (Uji F)
Dalam pengujian ini diuji apakah semua variabel bebas secara
bersama-sama mempengaruhi variabel terikat. Pengujian ini dilakukan
dengan distribusi F. Signifikansi pengujian ini secara langsung dapat
dilihat dari besarnya angka probabilitas. Jika p-value (F-statistik) lebih
kecil dari α (α = 5% atau 0,05) maka seluruh variabel bebas secara
bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.
6. Pengujian R2
Dalam pengujian ini diuji sejauh mana variasi dari variabel terikat
mampu dijelaskan oleh variabel bebasnya. Nilai R2 merupakan fraksi dari
variasi yang mampu dijelaskan oleh variabel bebas terhadap variabel
terikat. Nilai R2
berkisar antara 0-1 persen, dan jika nilainya mendekati 1
maka semakin baik. Adapun perhitungan nilai R2 adalah sebagai berikut:
TSSRSS
TSSESS
12R
Dimana:
TSS = Total Sum of Squares
ESS = Error Sum of Square
RSS = Regression Sum of Square
7. Pengujian Adjusted R2
Masalah yang terjadi jika melakukan pengujian dengan
menggunakan R2
adalah jika variabel bebasnya ditambah maka nilai R2
akan bertambah besar. Pengujian dengan Adjusted R2
secara obyektif
91
melihat pengaruh penambahan variabel bebas, apakah variabel tersebut
mampu memperkuat variasi penjelasan variabel terikat. Adapun
perhitungan nilai Adjusted R2 adalah sebagai berikut:
Adjusted R2
= kN
NR
1)1(1 2
Dimana : N = banyak observasi
k = banyaknya variabel bebas
8. Pelanggaran Asumsi Dasar Statistik
Pengujian pelanggaran asumsi guna melihat apakah penduka model
yang digunakan memenuhi syarat BLUE (Best Linear Unbiased
Estimator) yaitu yang tidak melanggar asumsi regresi multikolinearitas,
heteroskedacity, dan auto korelasi.
a. Uji Heteroskedastisitas
Heterokedastisitas merupakan suatu pelanggaran asumsi dalam
persamaan regresi berganda dimana varians dari setiap error dari
variabel bebas tidak konstan dari waktu kewaktu. Heteroskedastisitas
menyebabkan hasil estimasi dengan OLS akan menghasilkan
parameter yang bias, tidak efisien meskipun konsisten. Artinya
koefisien yang dihasilkan bukan dari varian error terkecil.
Dalam program eviews 7.1 tes untuk melihat apakah terdapat
heteroskedastisitas dalam suatu persamaan adalah dengan
menggunakan White-test. Penguji ini untuk melihat nilai obs*R-
square lebih besar daripada chi-square, maka dalam model tersebut
92
ada masalah heteroskedastisitas. Apabila terdapat masalah ini dalam
model maka dilakukan pengobatan dengan menggunakan model
generilazed least square. Dengan menggunakan data panel maka
model diberi perlakuan cross section weight dan white
heteroskedasticity-consistent standart error dan covariance untuk
mengantisipasi adanya data yang bersifat heteroskedasticity.
b. Uji Auto Korelasi
Autokorelasi biasanya timbul pada maslah data time series,
dimana kesalahan (error) acak dari suatu observasi tidak hanya
berpengaruh untuk periode tersebut, namun juga yang terjadi pada
periode yang akan datang. Masalah autokorelasi ini timbul jika error
term suatu observasi mempunyai korelasi dengan error observasi lain
atau dengan kata lain adanya suatu data yang dipengaruhi oleh data
sebelumnya.
Masalah autokorelasi dapat dideteksi dari angka durbin Watson
stat, dimana apabila nilai 4>DW>2 terdapat indikasi negatif serial
auto correlation atau DW<2 terdapat indikasi positive serial auto
correlations. Salah satu alternative yang dipakai untuk mengetahui
masalah autokorelasi dapat digunakan breusch-godfrey serial
correlatin LM test, yang tersedia dalam program eviews.
93
Reject H0
Evidence of
Positive
Auto-
correlation
Zone of
Indecision
Do not reject
H0 or H1 or
both
Zone of
Indecision
Reject H1
Evidence of
Negative
Auto-
Correlation
0 di du 4-du 4-di 4
Sumber : Ghozali, 2012
c. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah suatu gejala pada persamaan regresi
dimana terdapat hubungan linier antar variabel bebas dalam
persamaan. Indikasi bahwa suatu model OLS mengalami masalah
multikolinearitas ini adalah apabila nilai koefisien determinasi (R-
squared) yang besar serta uji-F (model keseluruhan) yang signifikan
namun terdapat uji-t (variabel bebas) yang tidak signifikan. Untuk
mengetahui seberapa parahnya masalah multikolinearitas ini dapat
digunkan correlation matrix yang terdapat pada program eviews.
Apabila nilai korelasi variabel independen dalam matriks korelasi
melebihi 0,8 maka terdapat masalah multikolinearitas yang parah
dalam model. Untuk mengeliminasi masalah ini agak sulit
dikarenakan kita tidak dapat begitu saja menghilangkan variabel
94
independen yang digunakan karena dapat menyebabkan hilangnya
esensi dari model dan menimbulkan bias pada hasil estimasi.
Pelanggaran asumsi klasik terhadap estimasi model fixed effect,
hal ini perlu dilakukan agar hasil estimasi telah memenuhi kriteria
BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Oleh karenanya, dapat
dipastikan model ini terbebas dari multikolinier. Model yang
digunakan juga terbebas dari masalah autokorelasi, karena menurut
Nachrowi dan Usman (2006) model data panel tidak membutuhkan
asumsi terbebasnya model dari serial korelasi (autokorelasi).
Sedangkan untuk masalah heteroskedastik, model telah diestimasi
menggunakan metode GLS White Heteroscedasticity Consistent
Standard Error and Covariance sehingga diasumsikan model sudah
bersifat homoskedastik.
G. Operasionalisaisi Variabel Penelitian
Dalam bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang
digunakan beserta operasional dan pengukurannya. Adapun operasionalisasi
variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut :
1. Variabel Dependen
a. Return Saham (Return)
Return saham pada dasarnya adalah keuntungan yang dinikmati
oleh investor atas investasi saham yang dilakukannya. Proksi return
95
saham pada penelitian ini yaitu subsequent return, yaitu merupakan
return bulanan selama satu tahun dimulai 6 bulan setelah tahun fiskal
berakhir. Contoh: perusahaan dengan laporan keuangan tahun 2009
maka subsequent return perusahaan yang digunakan dari bulan Juli
2009 sampai dengan Juni 2010 (Dhicev, 1998 dalam Utama dan
Lumondang, 2009). Secara matematis return saham dapat
diformulasikan sebagai berikut
Rti = 1tiP
1-tiP - tiP
Dimana :
Rti = Return realisasi saham i pada periode t
Pti = Harga saham i pada akhir periode t
Pti-1 = Harga saham i pada awal periode t
2. Variabel Independen
a. Ukuran Perusahaan (SIZE)
Firm size merupakan ukuran besar atau kecilnya suatu
perusahaan.Ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan
ukuran kapitalisasi pasar.Nilai kapitalisasi pasar (market value equity /
MVE) diukur dengan menggunakan jumlah saham yang beredar
dengan harga pasar saham pada saat itu, namun dapat diukur juga
dengan menggunakan log asset (Ang, 1997).
96
Vs = log Total Asset
Dimana :
Vs = Market value (nilai pasar)
Log total Asset = Logaritma Natural total asset
b. Book to Market Ratio (BtM)
Book to Market Ratio adalah perbandingan antara nilai buku
saham dengan nilai pasar saham. Data yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan data tahunan, sedangkan formula dari rasio
book to market adalah (Utama dan Lumondang, 2009):
Rumus Btm adalah:
SahamPasarNilai
EkuitasBukuNilaiRatioMarkettoBook
c. Beta Saham (Beta)
Beta merupakan index dari risiko sistematis karena kondisi
pasar.Kecenderungan saham untuk bergerak naik atau turun dalam
pasar tercermin dalam koefisien beta (β). Rata-rata risiko saham
didefinisikan sebagai saham yang cenderung bergerak naik turun
sejalan dengan pasar umum yang diukur oleh beberapa indeks, seperti
Dow Jones Industrials, S&P 500, atau New York Stock Exchange
(Moeljadi, 2006).
Rumus beta saham:
97
)
bVariance(r
)b
r,s(rCovarianceβ
Dimana :
β = beta saham
rs = return on the stock
rb = return on a benchmark index
d. Earning
Earning menggunakan proksi laba per lembar saham (earning per
share) (Solechan, 2009). Earning dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan laba per lembar saham (earning per share) yaitu adalah
rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah rupiah yang diterima
untuk setiap lembar saham biasa. Pada umumnya para pemegang
saham atau calon pemegang saham sangat berkepentingan dengan
earning per share. Semakin baik kualitas laba (earning) perusahaan
maka akan semakin tinggi keuntungan atas penjualan saham (return
saham) perusahaan.
Rumus Earning Per Share:
Share
Earning SharePer Earning
Dimana : Earning = Laba Share = Saham
e. Financial Distress (Z-Score)
98
Financial Distressmerupakan salah satu faktor risiko yang
berkaitan dengan kemampuan keuangan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban perusahaan kepada investor dan debitur. Financial Distress
dapat dijadikan sebagai indikator kinerja perusahaan sehingga perlu
dilakukan analisis mengenai tingkat Financial Distress perusahaan.
Altman (1968), merupakan penelitian awal yang mengkaji
pemanfaatan analisis rasio-rasio keuangan sebagai alat atau indikator
awal untuk memprediksi risiko kebangkrutan (Financial Distress)
perusahaan.
Dalam penelitian ini, tingkat Financial Distress perusahaan
diproksikan dengan Z-score yang dalam penelitian Profesor Edward I
Altman (1968) diformulasikan sebagai berikut :
Z=1,2WCTA+1,4XRETA+3,3EBITTA+0,6MVEBVL+0,999STA
Keterangan:
Z = bankrupcy index
WCTA = working capital / total asset
RETA = retained earnings / total asset
EBITTA = earning before interest and taxes/total asset
MVEBVL = market value of equity / book value of total debt
STA = sales / total asset
Z adalah indeks keseluruhan fungsi multiple discriminant analysis.
Menurut Altman, terdapat angka-angka cut off nilai z yang dapat
99
menjelaskan apakah perusahaan akan mengalami kegagalan atau
tidak pada masa mendatang dan ia membaginya ke dalam tiga
kategori, yaitu:
1) Jika nilai Z < 1,8 maka termasuk perusahaan yang bangkrut.
2) Jika nilai 1,8< Z < 2,99 maka termasuk grey area (tidak dapat
ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami
kebangkrutan).
3) Jika nilai Z > 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak
bangkrut.
Rasio-rasio yang digunakan dalam model Altman original (1968)
dalam 5 kategori yaitu likuiditas, profitabilitas, leverage, solvabilitas
dan kinerja. Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya (kurang dari satu
tahun). Rasio likuiditas diproksikan dengan WCTA karena yang
paling berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Rasio profitabilitas
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan,
dan diproksikan dengan RETA yaitu mengukur seberapa besar total
asset dapat menghasilkan laba yang ditahan, ini sebagian penggunaan
rasio untuk model kebangkrutan yang digunakan Altman (1968).
Penggunaan model ini lebih tepat untuk penelitian sekarang karena
model ini cocok untuk perusahaan manufaktur seperti penelitian yang
dilakukan Altman (1968).
100
Berikut ini variabel dan skala pengukuran yang terdapat dalam penelitian
disajikan secara ringkas dalam Tabel 3.1 di bawah ini:
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel dan Pengukuran
No Variabel Jenis
Variabel Indikator
Skala
Pengukuran
1
Return Saham
(Dhicev, 1998
dalam Utama dan
Lumondang, 2009)
Dependen
(Subsequent
Return)
Rti= 1
1-titi )P - (P
tiP
Rasio
2 Firm size (Famadan
French 1995)
Independen
(SIZE) Vs = log total Asset Rasio
3
Book to Market
(Utama dan
Lumondang 2009)
Independen
(BtM) SahamPasrNilai
EkuitasBukuNilai
Ratio
Market
toBook
Rasio
4 Beta saham
(Moeljadi, 2006)
Independen
(Beta) )b
Variance(r
)b
r,s(rCovarianceβ
Rasio
5 Earning
(Solechan, 2009)
Independen
(Earning) Share
Earning SharePer Earning
Rasio
6 Financial Distress
(Altman 1968)
Independen
(Z-Score)
Z=1,2WCTA + 1,4XRETA +
3,3EBITTA +0,6MVEBVL +0,999STA
Rasio
Sumber : data diolah
101
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah laporan keuangan dan harga saham
perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia periode tahun
2009-2013 untuk data laporan keuangan perusahaan dan 2009-2014 untuk
pengambilan data saham perusahaan dengan pengambilan sampel
menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria-kriteria seperti
pada bab III. Pemilihan perusahaan manufaktur dilakukan karena model Z-
Score dari Altman menggunakan perusahaan manufaktur sebagai sampel
penelitian.
Adapun perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria tersebut
tercantum dalam table 4.1 berikut
Tabel 4.1
Seleksi Sampel
Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar dari tahun
2009 – 2013
Pengurang berdasrkan kriteria sample
1. corporate action (stock split, stock devidend, right issue,
dan warrant
2. btm minus dan data outlayer
Sampel yang dapat digunakan
120
48
7
65
102
Jumlah sampel yang sesuai dengan kriteria diantaranya di bawah ini:
Tabel 4.2
PROFIL SAMPEL PENELITIAN
No. CODE EMITEN Sub Sektor
I. Industri Dasar dan Kimia
1 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk
Semen 2 SMCB Holcim Indonesia Tbk
3 SMGR Semen Gresik Tbk
4 ALKA Alakasa Industrindo Tbk
5 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk
Logam dan
Sejenisnya
6 JPRS Jaya Pari Steel Tbk
7 LION Lion Metal Works Tbk.
8 LMSH Lionmesh Prima Tbk.
9 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk
10 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk.
Kimia 11 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk
12 INCI Intanwijaya Internasional Tbk
13 SRSN Indo Acidatama Tbk
14 AKKU Alam Karya Unggul Tbk.
Plastik dan
Kemasan
15 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk
16 SIAP Sekawan Intipratama Tbk
17 TRST Trias Sentosa Tbk.
18 YPAS Yanaprima Hastapersada Tbk
19 SIPD Sierad Produce Tbk. Pakan Ternak
20 TIRT Tirta Mahakam Resources Tbk Kayu dan olah
21 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk. Pulp dan Kertas
22 INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
Bersambung ke halaman selanjutnya
103
Tabel 4.2 (Lanjutan)
No. CODE EMITEN Sub Sektor
II. Aneka Industri
23 ASII Astra International Tbk
Otomotif dan
Komponen
24 BRAM Indo Kordsa Tbk
25 GDYR Goodyear Indonesia Tbk
26 GJTL Gajah Tunggal Tbk
27 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk
28 SMSM Selamat Sempurna Tbk
29 ADMG Polychem Indonesia Tbk
Tekstil dan
Garmen
30 ARGO Argo Pantes Tbk
31 CNTX Centex Tbk
32 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk
33 HDTX Panasia Indo Resource Tbk
34 INDR Indo Rama Synthetic Tbk
35 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk
36 SSTM Sunson Textile Manufacturer Tbk
37 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk
38 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk
Kabel
39 JECC Jembo Cable Company Tbk
40 KBLI KMI Wire andCable Tbk
41 KBLM Kabelindo Murni Tbk
42 SCCO Supreme Cable Manufacturing and
Commerce Tbk
43 VOKS Voksel Electric Tbk
44 PTSN Sat Nusa Persada Tbk Elektronika
Bersambung ke halaman selanjutnya
104
Tabel 4.2 (Lanjutan)
No. CODE EMITEN Sub Sektor
III. Barang Konsumsi
45 ADES) Akasha Wira International Tbk
Makanan dan
Minuman
46 CEKA Cahaya Kalbar Tbk
47 DLTA Delta Djakarta Tbk
48 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
49 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
50 PSDN Prashida Aneka Niaga Tbk
51 SKLT Sekar Laut Tbk
52 STTP Siantar Top Tbk
53 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading
Company Tbk
54 GGRM Gudang Garam Tbk Rokok
55 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
56 INAF Indofarma Tbk
Farmasi
57 KAEF Kimia Farma Tbk
58 MERK Merck Tbk
59 PYFA Pyridam Farma Tbk
60 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk
61 MRAT Mustika Ratu Tbk Kosmetik dan
Keperluan Rumah
Tangga
62 TCID Mandom Indonesia Tbk
63 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk
64 KICI Kedaung Indah Can Tbk Peralatan Rumah
Tangga 65 LMPI Langgeng Makmur Industry Tbk
Sumber :Indonesia Capital Market Directory tahun 2009-2013
105
Sampel perusahaan yang berhasil diperoleh dan memenuhi kriteria adalah
sebanyak 65 perusahaan, dimana penelitian dilakukan selama 5 tahun yaitu
tahun 2009 hingga tahun 2013, sehingga terkumpul data sebanyak 325.
Data penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang
sesuai dengan kriteria penelitian dan ringkasan kinerja perusahaan yang
terdapat di situs resmi Indonesia Stock Exchange yaitu www.idx.co.id
serta data dari www.finance.yahoo.com. Fokus penelitian terdapat dua
model yaitu:
Model I adalah untuk mengetahui keadaan financial distress atau
keadaan kebangkrutan perusahaan yang diukur dengan z-score dengan
dipengaruhi ukuran perusahaan (firm size) yang diukur dengan logaritma
narutal dari total aset, book to market, beta saham dan earning yang diukur
dengan laba per saham perusahaan.
Model II adalah untuk mengetahui keadaan subsequent return saham
suatu perusahaan dengan dipengaruhi oleh financial distress atau keadaan
kebangkrutan perusahaan yang diukur dengan z-score, ukuran perusahaan
(firm size) yang diukur dengan logaritma narutal dari total aset, book to
market, beta saham dan earning yang diukur dengan laba per saham
perusahaan.
106
B. Hasil Uji Analisis Data
Bab ini membahas analisis data dan hasil penelitian tentang pengaruh
ukuran perusahaan (Firm Size), rasio perbandingan nilai buku dengan nilai
pasar dengan proksi book to market (BtM). Variabel risiko saham (Beta),
rasio keuntungan per saham dengan proksi earning per share (EPS), dan rasio
prediksi kebangkrutan perushaan (ZScore) terhadap subsequent return saham.
Analisis ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian pertama menjelaskan
mengenai analisis kualitatif dengan menggunakan statistik deskriptif yang
akan membahas sebaran data, dan bagian kedua menjelaskan mengenai hasil
olah data dengan menggunakan program Eviews yang bertujuan untuk
mengetahui tingkat kebaikan model dan pengaruh dari masing-masing
variabel independent terhadap variabel dependent.
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Berdasarkan hasil uji statistik yang diperoleh dari 65 perusahaan yang
dijadikan sampel selama lima tahun, maka diperoleh data sebanyak 325
data yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini. Diketahui bahwa
terdapat enam variabel penelitian (Return, Z-Score, Size , Btm , Beta ,
Earning ) dengan jumlah sampel secara keseluruhan sebanyak 325 sampel.
Dengan nilai minimum sebagai nilai terendah untuk setiap variabel, dan
nilai maksimum untuk nilai tertinggi untuk setiap variabel dalam penelitian
yang terlihat dalam tabel di bawah ini.
107
Tabel 4.3
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Return Zscore Size BtM Beta Earning
Mean 0,019 2,836 27,698 1,185 0,663 266,11
Median 0,013 2,377 27,451 1,044 0,570 42,4
Maximum 0,120 9,859 32,700 4,200 4,156 2300,3
Minimum -0,084 -5,879 23,082 0,021 -2,511 -1663,1
Std. Dev. 0,034 2,543 1,758 0,916 1,059 542,4
Obser
vations 325 325 325 325 325 325
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
Berdasarkan tabel 4.3 juga dapat dilihat mean dari setiap nilai dari
masing-masing variabel. Selain itu juga dapat dilihat standar deviasi nilai
dari data masing-masing variabel. Beberapa penjelasan mengenai hasil
perhitungan statistik diuraikan sebagai berikut.
a. Return
Dari hasil pengujian statistik deskriptif, rata-rata return
perusahaan di Indonesia pada tahun yang diamati adalah 0,019.
Dimana standar deviasi adalah 0,034. Dengan nilai minimum -0,084
dan maksimum 0,120. Dapat dilihat bahwa rata-rata return lebih kecil
dari pada nilai standar deviasi maka kualitas data return perusahaan di
Indonesia kurang bagus mengidentifikasikan bahwa standar error dari
variabel tersebut besar (Ghozali, 2012). Sehingga selama tahun
108
penelitian perusahaan di Indonesia kurang bagus dalam imbal hasil
saham di pasar bursa.
b. Z-Score
Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriptif, rata-rata zscore
perusahaan adalah sebesar 2.836 dan dapat menjelaskan bahwa
perusahaan dalam penelitian rata-rata dalam keadaan zona aman dengan
standar deviasi sebesar 2,543. Dengan nilai minimum -5,879 yaitu
dalam keadaan zona distress yaitu perusahaan Alam Karya Unggul
Tbk di tahun 2011 dan maksimum sebesar 9,859 yaitu keadaan zona
aman yaitu perusahaan Merck Tbk pada tahun 2011.
c. Size
Dari hasil uji statistik deskriptif, dapat disimpulkan bahwa rata-
rata ukuran perusahaan perusahaan di Indonesia dalam penelitian
adalah 27,698 dengan standar deviasi sebesar 1,758. Dengan nilai
minimum 23,083 setara dengan Rp.10.582.842.000 pada perusahaan
Nusantara Inti Corpora (UNIT) dan maksimum sebesar 32,700 setara
dengan Rp.213.994.000.000.000 pada perusahaan Astra International
Tbk.
d. BtM
Dari hasil pengujian statistik deskriptif, dapat disimpulkan rata-
rata btm perusahaan di Indonesia adalah 1,185 dengan standar deviasi
sebesar 0,916. Dengan nilai minimum 0,021 dan maksimum sebesar
109
4,200. Dengan rata-rata btm adalah 1,185 atau nilai PBV sebesar 0,84
(1/1,185) atau lebih kecil dari 1 (satu) artinya pasar menilai kinerja
perusahaan dimasa mendatang kurang baik.
e. Beta
Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriptif, rata-rata besar
beta adalah sebesar 0,663, sedangkan nilai standar deviasi sebesar
1,059 maka standar deviasi yang besar menandakan bahwa data yang
diteliti memiliki tingkat penyimpangan yang tinggi atau dapat
dikatakan data bersifat heterogen. Dengan nilai minimum -2,511 dan
maksimum sebesar 4,156. Dengan melihat hasil rata-rata beta saham
yang kurang dari 1 (satu) dapat dilihat bahwa pergerakan return saham
perusahaan rata-rata pada penelitian pergerakannya lebih kecil dari
pada pergerakan return pasar IHSG, dengan begitu return saham
perusahaan penelitian tidak cukup peka terhadap perubahan return
pasar dan tidak terlalu berisiko. Sedangkan beta saham terbesar yaitu
4,156 pada perusahaan Jaya Pari Steel (JPRS) pada tahun 2010.
f. Earning
Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriptif, rata-rata earning
yang adalah sebesar 266,11 diperoleh dari perbandingan EAT dengan
jumlah saham beredar dan dengan standar deviasi sebesar 542,4. Dengan
nilai minimum (1663,1) yaitu pada perusahaan Centex Tbk pada
110
2013(CNTX) dan maksimum sebesar 2300,3 pada perusahaan
Lionmesh Prima Tbk. pada 2013 (LMSH).
2. Analisis Korelasi antar Variabel
Uji Correlation digunakan untuk menentukan apakah ada hubungan
linier yang signifikan antara dua variabel. Uji ini termasuk klasifikasi uji
statistik parametrik.
Tabel 4.4
Hasil uji Correlation antar Variabel
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
Berdasarkan hasil korelasi adalah sebagai berikut:
a) Size berkorelasi positif dengan zscore dan negatif dengan return
b) Btm berkorelasi negatif dengan zscore dan return
c) Beta berkorelasi negatif terhadap zscore
d) Earning berkorelasi positif zscore
e) Zscore berkorelasi positif dengan return saham
Hasil ini baru sementara selanjutnya data diregresikan menurut
analisis data panel menggunakan menggunakan program Eviews 7.1.
3. Hasil Analisis Data Panel
Dari spesifikasi model yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,
terlihat model dalam penelitian ini menggunakan data cross section
(perusahaan) dan data time series (tahun). Untuk menentukan hasil akhir
RETURN ZSCORE SIZE BtM BETA EARNING
RETURN 1 0,085 -0,054 -0,179 -0,116 0,191
ZSCORE 0,085 1 0,040 -0,010 -0,031 0,435
SIZE -0,054 0,040 1 -0,117 0,137 0,271
BTM -0,179 -0,010 -0,117 1 0,114 -0,327
BETA -0,116 -0,031 0,137 0,114 1 -0,179
EARNING 0,191 0,435 0,271 -0,327 -0,179 1
111
panel data apakah menggunakan Common Effect Model, Fixed Effect
Model atau menggunakan Random Effect Model.
a. Model Common Effect (OLS)
Model ini merupakan model yang paling sederhana. Dalam
estimasinya diasumsikan bahwa setiap unit individu memiliki intersep
dan slope yang sama (tidak ada perbedaan pada dimensi kerat waktu).
Dengan kata lain, regresi data panel yang dihasilkan akan berlaku
untuk setiap individu. Hasil perhitungan dengan menggunakan program
Eviews 7.1, maka output dari regresi menggunakan metode Common
Effect (pooled least square) adalah sebagai berikut :
Model I : Pengaruh size, Btm, Beta dan Earning terhadap ZScore
Tabel 4.5
Hasil regresi Common Effect (pooled least square) Model I
Dependent Variable : ZScore Method : Panel Least Squares
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 5.394931 2.078897 2.595092 0.0099
Size -0.135979 0.075541 -1.80006 0.0728
Btm 0.393368 0.145600 2.701701 0.0073
Beta 0.141508 0.123239 1.148238 0.2517
Earning 0.002426 0.000258 9.394531 0.0000
R-squared 0.2085 Prob(F-statistic) 0,000000
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
Berdasarkan hasil regresi Model I menggunakan model Common
Effect di atas dapat disimpulkan variabel independen (t-tes probability)
yang terlihat signifikan yaitu hanya Btm dan Earning sedangkan Size
dan Beta tidak signifikan. Hasil R-squared sebesar 0.208084 atau 20,8
% merupakan nilai yang menunjukkan pengaruh dari variabel
112
independen terhadap variabel dependen yaitu ZScore dan sebesar
79,2% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai probability dari F-stat senilai
0,000000 memberikan arti bahwa terdapat salah satu variabel
independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
yaitu ZScore.
Model II : Pengaruh Size, Btm, Beta, Earning, dan ZScore
terhadap Return
TABEL 4.6
Hasil Regresi Common Effect (pooled least square) Model II
Dependent Variable : Return Method: Panel Least Squares
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.077774 0.031111 2.499871 0.0129
ZScore 0.000237 0.000828 0.286593 0.7746
Size -0.001992 0.001124 -1.77158 0.0774
Btm -0.004988 0.002181 -2.28733 0.0228
Beta -0.001876 0.001829 -1.02566 0.3058
Earning 1.00E-05 4.32E-06 2.314701 0.0213
R-squared 0.052744 Prob(F-statistic) 0.000449
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
Berdasarkan hasil regresi persamaan Model II menggunakan model
Common Effect di atas dapat disimpulkan variabel independen (t-tes
probability) yang terlihat signifikan yaitu hanya Btm dan Earning
sedangkan Size, Beta dan ZScore tidak signifikan. Hasil R-squared
sebesar 0,052744 atau 5,3 % merupakan nilai yang menunjukkan
pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen yaitu
harga saham dan sebesar 94,7 % dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai
probability dari F-stat senilai 0.000449 memberikan arti bahwa
113
terdapat salah satu variabel independen yang berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen yaitu Return.
b. Model Fixed Effect (FEM)
Model Efek Tetap (The Fixed Effect) adalah model regresi pada
data panel yang didapatkan dengan asumsi bahwa unit cross section
dan time series yang digunakan dalam model sudah diketahui terlebih
dahulu. Hasil perhitungan dengan menggunakan program Eviews 7.1
maka output dari regresi menggunakan model Fixed Effect (FEM)
adalah sebagai berikut :
Model I : Pengaruh size, Btm, Beta dan Earning terhadap ZScore
Tabel 4.7
Hasil Regresi Fixed Effect (FEM) Model I
Dependent Variable : ZScore Method: Panel Least Squares
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 2.302475 2.847104 0.808708 0.4194
Size 0.006185 0.103323 0.059858 0.9523
Btm 0.118766 0.034290 3.463602 0.0006
Beta 0.046491 0.021965 2.116569 0.0353
Earning 0.000714 0.000104 6.863599 0.0000
R-squared 0.948639 Prob(F-statistic) 0,00000
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
Berdasarkan hasil regresi persamaan Model I menggunakan model
Fixed Effect di atas dapat disimpulkan variabel independen (t-test
probability) yang terlihat signifikan yaitu Btm, Beta dan Earning
sedangkan variabel independen yang lainnya seperti Size tidak
signifikan. Hasil R-squared sebesar 0,948639atau 94,9 % merupakan
nilai yang menunjukkan pengaruh dari variabel independen yaitu Size,
114
Btm, Beta dan Earning terhadap variabel dependen yaitu ZScore dan
sebesar 5,1 % dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai probability dari F-stat
senilai 0,000000 memberikan arti bahwa terdapat salah satu variabel
independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
yaitu ZScore.
Model II : Pengaruh Size, Btm, Beta, Earning, dan ZScore
terhadap Return
Tabel 4.8
Hasil Regresi Fixed Effect (FEM) Model II
Dependent Variable : Return
Method : Panel Least Squares
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.786191 0.147762 5.320666 0.0000
ZScore 0.000686 0.001278 0.536661 0.5920
Size -0.027856 0.005361 -5.196392 0.0000
Btm 0.000587 0.001806 0.324831 0.7456
Beta -0.003956 0.001555 -2.543578 0.0116
Earning 1.48E-05 5.22E-06 2.831871 0.0050
R-squared 0.447301
Prob(F-statistic) 0,00000
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
Berdasarkan hasil regresi persamaan Model II menggunakan
model Fixed Effect di atas dapat disimpulkan variabel independen (t-
test probability) yang terlihat signifikan yaitu Size, Beta dan Earning,
sedangkan variabel independen yang lainnya seperti Btm dan ZScore
tidak signifikan. Hasil R-squared sebesar 0.447301 atau 44,7 %
merupakan nilai yang menunjukkan pengaruh dari variabel independen
yaitu, Size, Beta, Btm, Earning dan ZScore terhadap variabel dependen
115
yaitu Return dan sebesar 55,3 % dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai
probability dari F-stat senilai 0,0000 memberikan arti bahwa terdapat
salah satu variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen yaitu Return.
c. Model Random Effect (REM)
Model Efek Random (The Random Effect) yaitu model regresi
yang dilandasi bahwa unit cross section dan time series yang
digunakan dalam model tidak ditentukan terlebih dahulu melainkan
hasil pengambilan contoh secara acak dari suatu populasi yang besar.
Metode untuk memodelkan data panel yang menggunakan MER yang
mengandung pengaruh acak dari unit cross section menjadi lebih rumit
dan komplek. Hasil perhitungan dengan menggunakan program Eviews
7.1 maka output dari regresi menggunakan model Random Effect
(REM) adalah sebagai berikut:
Model I : Pengaruh size, Btm, Beta dan Earning terhadap ZScore
Tabel 4.9
Hasil Regresi Random Effect Model (REM) Model I
Dependent Variable : ZScore
Method : Panel EGLS (Cross-section random effects)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.814094 3.489399 0.233305 0.8157
Size 0.058546 0.125905 0.464999 0.6422
Btm 0.118245 0.110086 1.074114 0.2836
Beta 0.014339 0.053740 0.266821 0.7898
Earning 0.000941 0.000208 4.530600 0.0000
R-squared 0.052085 Prob(F-statistic) 0.000295
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
116
Berdasarkan hasil regresi persamaan Model I menggunakan
model Random Effect dapat disimpulkan variabel independen (t-tes
probability) yang terlihat signifikan yaitu hanya Earning sedangkan
Size, Btm dan Beta tidak signifikan. Hasil R-squared sebesar 0.05208
(5,2%) merupakan nilai yang menunjukkan pengaruh dari variabel
independen yaitu Size, Btm, Beta dan Earning terhadap variabel
dependen yaitu ZScore dan sebesar 94,8 % dipengaruhi oleh faktor
lain. Nilai probability dari F-stat senilai 0.000295 memberikan arti
bahwa terdapat salah satu variabel independen yang berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen yaitu ZScore.
Model II : Pengaruh Size, Btm, Beta, Earning, dan ZScore
terhadap Return
Hasil dari regresi model II ditampilkan dalam table di bawah ini:
Tabel 4.10
Hasil Regresi Random Effect Model (REM) Model II
Dependent Variable : Return
Method : Panel EGLS (Cross-section random effects)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.083112 0.034067 2.439667 0.0152
ZScore 0.000258 0.000889 0.289969 0.7720
Size -0.002197 0.001230 -1.786865 0.0749
Btm -0.004660 0.002300 -2.026147 0.0436
Beta -0.002160 0.001772 -1.219172 0.2237
Earning 1.03E-05 4.54E-06 2.277817 0.0234
R-squared 0.043603 Prob(F-statistic) 0.001710
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
117
Berdasarkan hasil regresi persamaan Model I menggunakan
model Random Effect di atas dapat disimpulkan variabel independen (t-
tes probability) yang terlihat signifikan yaitu hanya Btm dan Earning
sedangkan tidak signifikan Size, Beta, dan ZScore. Hasil R-squared
sebesar 0.043603 atau 4,4 % merupakan nilai yang menunjukkan
pengaruh dari variabel independen yaitu, Size, Btm, Beta, Earning dan
ZScore terhadap variabel dependen yaitu Return dan sebesar 95.6 %
dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai probability dari F-stat senilai
0.001710 memberikan arti bahwa terdapat salah satu variabel
independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
yaitu Return.
d. Uji Metode Estimasi Model
Model estimasi regresi data panel ada tiga, yaitu model Common
Effect (OLS), model Fixed Effect (FEM), atau model Random Effect
(REM). Menentukan model panel yang akan digunakan dalam
penelitian ini, maka harus dilakukan beberapa pengujian. Uji Chow dan
Uji Hausman merupakan pengujian yang dapat digunakan dalam
menentukan apakah model data panel dapat diregresi dengan model
Common Effect, Fixed Effect, atau Random Effect. Uji Chow digunakan
untuk menentukan apakah model data panel diregresi dengan model
Common Effect atau dengan model Fixed Effect, apabila dari hasil uji
tersebut ditentukan bahwa model Common Effect yang digunakan,
118
maka tidak perlu diuji kembali dengan Uji Hausman, namun apabila
dari hasil Uji Chow tersebut ditentukan bahwa metode Fixed Effect
yang digunakan, maka harus ada uji lanjutan dengan Uji Hausman
untuk memilih antara model Fixed Effect atau model Random Effect
yang akan digunakan untuk mengestimasi regresi data panel. Berikut
adalah tabel yang menunjukkan hasil dari Uji Chow :
Model I : Pengaruh size, Btm, Beta dan Earning terhadap ZScore
Tabel 4.11
Hasil Uji Chow Model I
Redundant : Fixed Effects Tests
Equation : Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 54.709359 (64,256) 0.0000
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
Jadi F-hitung sebesar 54.709359, sdangkan F-tabel (0,05;64;325-65-4)
sebesar 1.3614.
Berdasarkan Tabel 4.10 hasil Uji Chow menunjukkan bahwa F-
hitung > F-tabel atau 54.709359 > 1.3614 maka H0 ditolak dan H1
diterima serta p-value signifikan, yaitu 0,0000 (kurang dari 5%),
sehingga metode yang digunakan adalah metode Fixed Effect. Oleh
karena itu, harus dilakukan uji lanjutan untuk menentukan model mana
yang paling tepat digunakan antara metode Fixed Effect atau model
Random Effect, yaitu dengan melakukan Uji Hausman. Berikut adalah
tabel yang menunjukkan hasil Uji Hausman :
119
Tabel 4.12
Hasil Uji Hausman Model I
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation : Untitled Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 11,963495 4 0,0176
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
Jadi Chi-square hitung sebesar 11,963495, sdangkan Chi-square tabel
(0,05;4) sebesar 9.488
Berdasarkan Tabel 4.11 hasil Uji Hausman menunjukkan bahwa
Chi -square hitung > Chi-square tabel atau 11,963495 > 9.488 maka H0
ditolak dan H1 diterima, serta p-value signifikan, yaitu 0,0176 (kurang
dari 5%), sehingga model yang akan digunakan untuk mengestimasi
model adalah metode Fixed Effect.
Model II : Pengaruh Size, Btm, Beta, Earning, dan ZScore
terhadap Return
Hasil dari Uji Chow model II ditampilkan dalam table di bawah ini:
Tabel 4.13
Hasil Uji Chow Model II
Redundant Fixed Effects Tests
Equation : chow Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 4,267024 (64,255) 0,0000
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
Jadi F-hitung sebesar 4,267024, sdangkan F-tabel (0,05;64;325-65-
5) sebesar 1.3616. Berdasarkan Tabel 4.12 hasil Uji Chow
menunjukkan bahwa F-hitung > F-tabel atau 4,267024 > 1,3616 maka
120
H0 ditolak dan H1 diterima serta p-value signifikan, yaitu 0,0000
(kurang dari 5%), sehingga metode yang digunakan adalah metode
Fixed Effect. Oleh karena itu, harus dilakukan uji lanjutan untuk
menentukan model mana yang paling tepat digunakan antara metode
Fixed Effect atau model Random Effect, yaitu dengan melakukan Uji
Hausman. Berikut adalah tabel yang menunjukkan hasil Uji Hausman :
Tabel 4.14
Hasil Uji Hausman Model II
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section
random 13.280833 4
0.0100
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
Jadi Chi -square hitung sebesar 13.280833, sdangkan Chi-square tabel
(0,05;5) sebesar 11.70
Berdasarkan Tabel 4.13 hasil Uji Hausman menunjukkan bahwa
Chi-square hitung > Chi-square tabel atau 13.280833 > 11.70 maka H0
ditolak dan H1 diterima. Nilai p-value signifikan, yaitu 0.0003 (kurang
dari 5%), sehingga model yang akan digunakan untuk mengestimasi
model adalah metode Fixed Effect.
Setelah mendapatkan model tepat untuk melakukan regresi
maka langkah selanjutnya adalah melakukan estimasi regresi dengan
menggunakan model fixed effect. Untuk menghilangkan masalah
heterokedastisita maka penulis menggunakan pilihan cross section
121
weight saat menggunakan estimasi pada program eviews 7.1. Dengan
cara ini masalah heteroskedastisitas akan teratasi.
4. Hasil Estimasi Model
Dalam penelitian ini, untuk menganalisis pengaruh Size, Btm, Beta,
dan Earning terhadap ZScore serta bersama – sama pengaruhnya
terhadap Return, maka model penelitian yang akan diestimasi terdapat 2
model yaitu:
Model I yaitu keadaan Ukuran Perusahaan , beta, book to market,
earning, dan financial distress.
ZScore = C(1) +C(2)*Size +C(3)*Btm +C(4)*Beta +C(5)*Earning
+[CX=F]
Model II yaitu keadaan Ukuran Perusahaan , beta, book to market,
earning, financial distress, dan return saham.
Return = C(1) +C(2)*Size +C(3)*Btm +C(4)*Beta +C(5)*Earning
+C(6)*Z-score +[CX=F]
Model pada penelitian tersebut akan diestimasi menggunakan 5
tahun waktu observasi, yaitu dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013.
Model estimasi yang digunakan didasarkan pada hasil Uji Chow dan Uji
Hausman adalah data panel dengan menggunakan metode Fixed Effect
(FEM) baik Model I maupun Model II, maka output dari regresi
menggunakan model Fixed Effect (FEM) adalah sebagai berikut :
122
Model I : Pengaruh size, Btm, Beta dan Earning terhadap ZScore
Tabel 4.15
Regresi Terbaik Fixed Effect (FEM) Model I
Dependent Variable : ZScore
Method : Panel Least Squares
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 2.302475 2.847104 0.808708 0.4194
Size 0.006185 0.103323 0.059858 0.9523
Btm 0.118766 0.034290 3.463602 0.0006
Beta 0.046491 0.021965 2.116569 0.0353
Earning 0.000714 0.000104 6.863599 0.0000
R-squared 0.948639
Prob(F-statistic) 0,00000
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
Model I yaitu :
ZScore = 2.302475 +0.006185*SIZE +0.118766*BtM +0.046491*beta
+0.000714*earning + [CX=F]
Dari persamaan hasil regresi di atas dapat dijelaskan bahwa intersep
adalah sebesar 2.302475 artinya ketika variabel-variabel independen
bernilai nol, maka ZScore adalah sebesar 2.302475. Lalu, jika masing-
masing variabel independen meningkat sebesar 1%, maka:
a. Peningkatan SIZE sebesar 1% akan menambah ZScore sebesar
0.006185; apabila nilai variabel independen lainnya dianggap konstan.
b. Peningkatan BtM sebesar 1% akan menambah ZScore sebesar
0.118766; apabila nilai variabel independen lainnya dianggap konstan.
c. Peningkatan beta sebesar 1% akan menambah ZScore sebesar
0.046491; apabila nilai variabel independen lainnya dianggap konstan.
123
d. Peningkatan earning sebesar 1% akan menambah ZScore sebesar
0.000714; apabila nilai variabel independen lainnya dianggap konstan.
Model II : Pengaruh Size, Btm, Beta, Earning, dan ZScore
terhadap Return
Tabel 4.16
Regresi Terbaik Fixed Effect (FEM) Model II
Dependent Variable : Return Method : Panel Least Squares
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.786191 0.147762 5.320666 0.0000
ZScore 0.000686 0.001278 0.536661 0.5920
Size -0.027856 0.005361 -5.196392 0.0000
Btm 0.000587 0.001806 0.324831 0.7456
Beta -0.003956 0.001555 -2.543578 0.0116
Earning 0.0000148 5.22E-06 2.831871 0.0050
R-squared 0.447301
Prob(F-statistic) 0,00000
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
Model II yaitu:
Return = 0.786191 +0.000686*Z-score -0.027856*Size +0.000587*Btm -
0.003956*Beta +0.0000148*Earning +[CX=F]
Dari persamaan hasil regresi di atas dapat dijelaskan bahwa intersep
adalah sebesar 0.786191 artinya ketika variabel-variabel independen
bernilai nol, maka Return adalah sebesar 0.786191. Lalu, jika masing-
masing variabel independen meningkat sebesar 1%, maka:
a. Peningkatan ZScore sebesar 1% akan menambah Return sebesar
0.000686; apabila nilai variabel independen lainnya dianggap konstan.
124
b. Peningkatan SIZE sebesar 1% akan menururunkan Return sebesar
0.027856; apabila nilai variabel independen lainnya dianggap konstan.
c. Peningkatan BtM sebesar 1% akan menambah Return sebesar
0.000587; apabila nilai variabel independen lainnya dianggap konstan.
d. Peningkatan beta sebesar 1% akan menurunkan Return sebesar
0.003956; apabila nilai variabel independen lainnya dianggap konstan.
e. Peningkatan earning sebesar 1% akan menambah Return sebesar
0.0000148; apabila nilai variabel independen lainnya dianggap
konstan.
5. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui adanya
pengaruh Size, Btm, Beta, dan Earning terhadap ZScore serta bersama –
sama pengaruhnya terhadap Return baik secara persial maupun simultan
pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indoensia periode 2009-2013 dengan alat dibantu program Eviews 7.1.
a. Regresi Model I (Pengaruh Ukuran Perusahaan , beta, book to
market, dan earning, terhadap financial distress)
1) Pengujian Hipotesis Parsial
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui variabel
independen mana yang berpengaruh terhadap variabel dependen.
Pengujian hipotesis secara parsial menggunakan statistik uji t,
125
kemudian melihat tingkat signifikansi dengan taraf kesalahan
sebesar < 5%. Ketentuan pengujian hipotesis secara parsial, yaitu :
H0 tidak signifikan dan H1 signifikan
Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima
Jika thitung< ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak
Langkah untuk melakukan uji t adalah menentukan nilai t-hitung
dan t-tabel. Persamaan Model I perhitungannnya adalah (ttabel (dk =
325 - 4 = 321, α=5%) = 1.967382).
Tabel 4.15
Regresi Terbaik Fixed Effect (FEM) Model I
Dependent Variable : ZScore
Method : Panel Least Squares
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 2.302475 2.847104 0.808708 0.4194
Size 0.006185 0.103323 0.059858 0.9523
Btm 0.118766 0.034290 3.463602 0.0006
Beta 0.046491 0.021965 2.116569 0.0353
Earning 0.000714 0.000104 6.863599 0.0000
R-squared 0.948639
Prob(F-statistic) 0,00000
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
Hasil yang didapat yaitu sebagai berikut :
a) Size terhadap ZScore
Terlihat pada tabel di atas terdapat nilai Prob. 0.9523.
Nilai Prob. lebih besar dari nilai probabilitas 0.05, atau nilai
0.9523>0.05, maka H1 ditolak dan Ho diterima yaitu variabel
size memiliki hubungan tidak signifikan terhadap variabel
126
zscore. Variabel Size mempunyai thitung yakni 0.059858 dengan
ttabel=1.967382. Jadi thitung < ttabel dapat disimpulkan bahwa
variabel Size tidak memiliki kontribusi terhadap ZScore.
sehingga ukuran perusahaan baik perusahaan kecil maupun
besar tidak ada pengaruhnya untuk mengalami resiko
kebangkrutan atau kesulitan keuangan
Jadi dapat disimpulkan Size tidak memiliki pengaruh
terhadap ZScore. Hal ini konsisten dengan hasil penelitian
Endra (2001) yang menyatakan bahwa firm size (ukuran
perusahaan) memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan
ZScore (rasio kebangkrutan).
b) Btm terhadap ZScore
Terlihat pada tabel di atas terdapat nilai Prob. 0.0006.
Nilai Prob. lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05, atau nilai
0.0006<0.05, maka H1 diterima dan Ho ditolak. Variabel Btm
mempunyai thitung yakni 3.463602 dengan ttabel=1.967382. Jadi
thitung > ttabel dapat disimpulkan bahwa variabel Btm memiliki
kontribusi terhadap ZScore. Nilai t positif menunjukkan bahwa
variabel Btm mempunyai hubungan yang searah dengan
ZScore.
Jadi dapat disimpulkan Btm memiliki pengaruh
signifikan terhadap ZScore. Hal ini tidak konsisten dengan
127
hasil penelitian Utama dan Lumondang (2009) yang
menyatakan bahwa Btm memiliki hubungan yang negatif atau
tidak searah dengan ZScore.
c) Beta terhadap ZScore
Terlihat pada tabel di atas terdapat nilai Prob. 0.0353.
Nilai Prob. lebih besar dari nilai probabilitas 0,05, atau nilai
0.0353<0.05, maka H1 diterima dan Ho ditolak. Variabel Beta
mempunyai thitung yakni 2.116569 dengan ttabel=1.967382. Jadi
thitung > ttabel dapat disimpulkan bahwa variabel Beta memiliki
kontribusi terhadap ZScore. Nilai t positif menunjukkan bahwa
variabel Beta mempunyai hubungan yang searah dengan
ZScore.
Jadi dapat disimpulkan Beta memiliki pengaruh Endra
signifikan terhadap ZScore. Hal ini konsisten dengan hasil
penelitian Endra (2001) yang menyatakan bahwa beta
memiliki hubungan signifikan positif dengan ZScore dalam 2
tahun sebelum bangkrut tetapi bernilai signifikan positif dalam
1 tahun sebelum bangkrut.
d) Earning terhadap ZScore
Terlihat pada tabel di atas terdapat nilai Prob 0.0000,
Nilai Prob. lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05, atau nilai
0.0000<0.05, maka H1 diterima dan Ho ditolak. Variabel
128
Earning mempunyai thitung yakni 6.863599 dengan
ttabel=1.967382. Jadi thitung > ttabel dapat disimpulkan bahwa
variabel Earning memiliki kontribusi terhadap ZScore. Nilai t
positif menunjukkan bahwa variabel Earning mempunyai
hubungan yang searah dengan ZScore.
Jadi dapat disimpulkan Earning memiliki pengaruh
signifikan terhadap ZScore. Hal ini konsisten dengan hasil
penelitian Elloumi dan Gueyie (2001) dalam Saleh dan
Sudiyatmo (2013) dimana nilai earning yang negatif akan
mencerminnkan keadaan financial distress perusahaan.
Sehingga ringkasan hasil pengujian hipotesis adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.17
Hasil Ringkasan Hipotesis untuk Model I
Hipotesis Pernyataan Nilai Keterangan
H1 Size berpengaruh
tidak signifikan
terhadap Z-score
0.006185 H1 ditolak
H2 Btm berpengaruh
signifikan positif
terhadap Z-score.
0.118766 H2 ditolak
H3 Beta berpengaruh
signifikan positif
terhadap Z-score
0.046491 H3 ditolak
H4 Earning berpengaruh
signifikan positif
terhadap Z-score.
0.000714 H4 diterima
Sumber : data diolah
129
2) Pengujian Hipotesis Simultan
Pengujian hipotesis secara simultan menggunakan uji F untuk
menguji Pengaruh Ukuran Perusahaan , beta, book to market, dan
earning, terhadap financial distress. Ketentuan untuk menguji
hipotesis secara simultan yaitu sebagai berikut :
H0 tidak signifikan dan H1 signifikan
Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima
Jika Fhitung< Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak
Tabel 4.18
Uji F Regresi Terbaik Fixed Effect (FEM) Model I
Dependent Variable : ZScore
Method : Panel Least Squares
Periods included : 5
Cross-sections included : 65
Total panel (balanced) observations : 325
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.959418
Adjusted R-squared 0.948639
F-statistic 89.00374
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
Uji signifikansi parameter atau uji F dilakukan dengan tujuan
untuk melihat pengaruh dari variabel-variabel independen secara
bersama-sama atau keseluruhan. Parameternya adalah bila nilai F-
hitung lebih besar dibandingkan nilai F-tabel atau nilai probabilitas
F-hitung lebih kecil dari nilai alpha (α) 5% maka dapat dikatakan
bahwa secara keseluruhan variabel-variabel independen dalam
130
model berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya.
Langkah untuk melakukan uji F adalah menentukan nilai Fhitung dan
Ftabel. Perhitungannya yaitu (Ftabel dk (0,05;64;325-65-4) = 1.3614, hasil
perhitungan dengan menggunakan program Eviews 7.1, Fhitung yang
diperoleh pada persamaan sebelumnya memiliki nilai Fhitung sebesar
89.00374 dan nilai Ftabel dengan tingkat probabilitas 5% sebesar
1.3614. Nilai Fhitung > Ftabel atau 89.00374 > 1.3614, maka variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependennya yaitu ZScore. Jadi hipotesis 5
terbukti dengan tingkat Adjusted R-squared 0.948639 atau 94,8%.
3) Pengujian Asumsi Klasik
Dalam melakukan estimasi pada model I dan II ini penulis
menggunakan metode GLS White Heteroscedasticity Consistent
Standard Error and Covariance opsi cross section weights pada
Eviews 7.1. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan masalah
heteroskedastisitas pada estimator. Sehingga penulis tidak perlu
lagi melakukan uji heterokedastisitas pada hasil regresi.
Masalah kedua adalah masalah autokorelasi. Gejala
autokorelasi ini dapat dideteksi dengan menggunakan DW test
namun karena model dianalisis dengan data panel, maka model
terbebas dari masalah autokorelasi (Nachrowi, 2006). Untuk
melihat Pendeteksian multikolinieritas dilakukan melalui nilai
131
korelasi di antara kedua variabel bebas tersebut yang hasilnya
diperlihatkan pada Tabel 4.3. Tabel tersebut menunjukkan bahwa
semua nilai korelasi antara kedua variabel bebas pada model tidak
ada yang melebihi angka 0.8. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat masalah multikolinieritas.
b. Regresi Model II
Pengaruh ZScore, Ukuran Perusahaan , beta, book to market, dan
earning, terhadap subsequent return saham.
1) Pengujian Hipotesis Parsial
Persamaan Model II perhitungannnya adalah (ttabel (dk = 325 - 5 =
320 , α=5%) = 1.967405). Hasil yang didapat yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.16
Regresi Terbaik Fixed Effect (FEM) Model II
Dependent Variable : Return Method : Panel Least Squares
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.786191 0.147762 5.320666 0.0000
ZScore 0.000686 0.001278 0.536661 0.5920
Size -0.027856 0.005361 -5.196392 0.0000
Btm 0.000587 0.001806 0.324831 0.7456
Beta -0.003956 0.001555 -2.543578 0.0116
Earning 0.0000148 5.22E-06 2.831871 0.0050
R-squared 0.447301 Prob(F-statistic) 0.00000
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
Hasil yang didapat yaitu sebagai berikut :
a) ZScore terhadap Return
Terlihat pada tabel di atas terdapat nilai Prob. 0.5920.
Nilai Prob. lebih besar dari nilai probabilitas 0.05, atau nilai
132
0.5920>0,05, maka H1 ditolak dan Ho diterima. Variabel
ZScore mempunyai thitung yakni 0.536661 dengan
ttabel=1.967405. Jadi thitung < ttabel dapat disimpulkan bahwa
variabel ZScore tidak memiliki kontribusi terhadap Return.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa keadaan kesehatan
perusahaan yang tercermin dalam variabel ZScore tidak
mempunyai hubungan dengan imbal hasil saham sehingga baik
perusahaan dalam keadaan sehat atau tidak maka tidak akan
mempengaruhi secara signifikan terhadap pengembalian
investasi para investor.
Jadi dapat disimpulkan ZScore memiliki pengaruh tidak
signifikan terhadap Return. Hal ini konsisten dengan hasil
penelitian Utama dan Lumondang (2009) yang menyatakan
bahwa Zscore berpengaruh tidak signifikan terhadap return
saham, sehingga perusahaan tersebut sehat atau tidak maka
tidak akan memepengaruhi imbal hasil perusahaan.
a) Size terhadap Return
Terlihat pada tabel di atas terdapat nilai Prob. 0.0000.
Nilai Prob. lebih besar dari nilai probabilitas 0.05, atau nilai
0.0000<0.05, maka H1 diterima dan Ho ditolak. Variabel size
mempunyai thitung yakni 5.196392 dengan ttabel=1.967405. Jadi
thitung > ttabel dapat disimpulkan bahwa variabel size memiliki
133
kontribusi terhadap return. Nilai t negatif menunjukkan bahwa
variabel size mempunyai hubungan yang tidak searah dengan
return.
Jadi dapat disimpulkan size memiliki pengaruh signifikan
terhadap return. Hal ini konsisten dengan hasil penelitian
Herman dan Suk (2007) yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap return
saham.
b) Btm terhadap Return
Terlihat pada tabel di atas terdapat nilai Prob. 0.7456.
Nilai Prob. lebih besar dari nilai probabilitas 0.05, atau nilai
0.7456>0,05, maka H1 ditolak dan Ho diterima. Variabel Btm
mempunyai thitung yakni 0.324831 dengan ttabel=1.967405. Jadi
thitung < ttabel dapat disimpulkan bahwa variabel Btm tidak
memiliki kontribusi terhadap Return. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa besar atau kecilnya variabel Btm tidak
mempunyai hubungan imbal hasil saham.
Jadi dapat disimpulkan Btm memiliki pengaruh tidak
signifikan terhadap Return. Hal ini konsisten dengan hasil
penelitian Utama dan Lumondang (2009) yang menyatakan
bahwa book to market berpengaruh tidak signifikan terhadap
return saham.
134
c) Beta terhadap Return
Terlihat pada tabel di atas terdapat nilai Prob. 0.0116.
Nilai Prob. lebih besar dari nilai probabilitas 0.05, atau nilai
0.0116<0.05, maka H1 diterima dan Ho ditolak. Variabel Beta
mempunyai thitung yakni 2.543578 dengan ttabel=1.967405.
Jadi thitung > ttabel dapat disimpulkan bahwa variabel Beta
memiliki kontribusi terhadap Return. Nilai t negatif
menunjukkan bahwa variabel Beta mempunyai hubungan yang
tidak searah dengan Return. Jadi dapat disimpulkan Beta
memiliki pengaruh signifikan negative terhadap Return. Hal ini
konsisten dengan hasil penelitian Herman dan Suk (2007) yang
menyatakan bahwa beta saham berpengaruh signifikan negatif
terhadap return saham.
d) Earning terhadap Return
Terlihat pada tabel di atas terdapat nilai Prob. 0.0050.
Nilai Prob. lebih besar dari nilai probabilitas 0.05, atau nilai
0.0050<0.05, maka H1 diterima dan Ho ditolak. Variabel
Earning mempunyai thitung yakni 2.831871 dengan
ttabel=1.967405. Jadi thitung >ttabel dapat disimpulkan bahwa
variabel Earning memiliki kontribusi terhadap Return. Nilai t
positif menunjukkan bahwa variabel Earning mempunyai
hubungan yang searah dengan Return.
135
Jadi dapat disimpulkan Earning memiliki pengaruh tidak
signifikan terhadap Return. Hal ini konsisten dengan hasil
penelitian Thobarry Achmad (2009) yang menyatakan bahwa
earning berpengaruh signifikan positif terhadap return saham.
Sehingga ringkasan hasil pengujian hipotesis adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.19
Hasil Ringkasan Hipotesis untuk Model II
Hipotesis Pernyataan Nilai Keterangan
H6 ZScore berpengaruh
tidak signifikan
terhadap Return
0.000686 H5 ditolak
H7 Size berpengaruh
signifikan negatif
terhadap Return
-5.19639 H6 diterima
H8 Btm berpengaruh
tidak signifikan
terhadap Return
0.000587 H7 ditolak
H9 Beta berpengaruh
signifikan negatif
terhadap Return
-0.003956 H8 ditolak
H10
Earning
berpengaruh
signifikan positif
terhadap Return
0.0000148 H9 diterima
Sumber : data diolah
2) Pengujian Hipotesis Simultan
Pengujian hipotesis secara simultan menggunakan uji F untuk
menguji pengaruh ZScore, Size, Btm, Beta dan Earning secara
136
serentak terhadap return saham. Ketentuan untuk menguji hipotesis
secara simultan yaitu sebagai berikut :
Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima
Jika Fhitung< Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak
Tabel 4.20
Uji F Regresi Terbaik Fixed Effect (FEM) Model II
Dependent Variable : Return
Method : Panel Least Squares
Periods included : 5
Cross-sections included : 65
Total panel (balanced) observations : 325
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.565005
Adjusted R-squared 0.447301
F-statistic 4.800207
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
Langkah untuk melakukan uji F adalah menentukan nilai Fhitung dan
Ftabel Perhitungannya yaitu (Ftabel dk (0,05;64;325-65-5) = 1.36161, hasil
perhitungan dengan menggunakan program Eviews 7.1 Fhitung yang
diperoleh pada persamaan sebelumnya memiliki nilai Fhitung sebesar
4.800207 dan nilai Ftabel dengan tingkat probabilitas 5% sebesar
1.36161. Nilai Fhitung > Ftabel atau 4.800207 > 1.36161, maka
variabel independen secara bersama-sama berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel depensdennya yaitu return saham. Jadi
hipotesis 11 terbukti dengan tingkat Adjusted R-squared 0.447301
atau 44,7%.
137
6. Pembahasan
a. Ukuran Perusahaan (Size) dengan Financial Distress (ZScore)
Setelah diuji secara parsial ukuran perusahaan (firm size)
terbukti berpengaruh tidak signifikan terhadap zscore, hal ini
berarti bahwa ukuran perusahaan (firm size) baik kecil atau besar
maka zscore tidak berpengaruh secara signifikan sehingga risiko
kebangkrutan atau financial distress tidak memandang baik
perusahaan itu besar atau kecil.
Beberapa literatur menyebutkan bahwa ukuran perusahaan
(firm size) tidak berpengaruh terhadap kebangkrutan (financial
distress) perusahaan. Salah satunya dikemukakan oleh Endra
(2001) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan (firm size)
memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan ZScore (rasio
kebangkrutan atau distress).
Dalam penelitian sekarang menggunakan total aset sebagai
indikator ukuran perusahaan kemudian untuk mengurangi
variabilitas agar menjadi mudah maka peneliti melakukan ln
(logaritma natural) pada variabel total aset. Penggunaan total aset
disebabkan ukuran perusahaan dapat menggambarkan seberapa
besar jumlah aset yang dimiliki perusahaan.
Hasil dari penelitian saat ini dilakukan dalam tahun-tahun
krisis, sehingga memungkinkan perusahaan yang diteliti dalam
138
keadaan kesulitan keuangan yang menyeluruh tidak terpengaruh
besar kecilnya perusahaan tersebut. Banyak faktor yang mungkin
mempengaruhi keadaan perusahaan tersebut.
b. Book to Market (Btm) dengan Financial Distress (ZScore)
Setelah diuji secara parsial Book to Market (Btm) berpengaruh
signifikan positif terhadap ZScore, hal ini berarti bahwa dengan
meningkatnya Book to Market (Btm) dapat meningkatkan ZScore.
Jadi perusahaan yang undervalue (BtM>1) memiliki risiko
kebangkrutan lebih kecil ,hal ini tidak konsisten dengan hasil
penelitian Utama dan Lumondang (2009) yang menyatakan bahwa
Btm memiliki hubungan yang negatif atau tidak searah dengan
ZScore.
Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
perusahaan sektor manufaktur. Tingkat risiko sangat tinggi terbukti
dari nilai Non Performing Loan (NPL) yang menilai bahwa sektor
manufaktur banyak perusahaan manufaktur yang mengalami kredit
bermasalah dengan perbankan (Maulidya, Rodhiyah, dan Saryadi,
2012). Dengan mengetahui bahwa perusahaan manufaktur
cenderung berisiko tinggi maka pihak manajer keuangan memiliki
kewajiban mengelola keuangan atau membuat manajemen risiko.
Kemungkinan dalam penelitian ini perusahaan manufaktur yang
139
memiliki risiko besar menggunakan manajemen risiko untuk
mengurangi imbas dari kemungkinan risko bangkrut.
Dalam penelitian Utama dan Lumondang (2009)
menyebutkan bahwa perusahaan yang cenderung undervalue atau
memiliki btm yang tinggi maka harus mempertimbangkan premium
risk, sehingga kecenderungan investor menilai buruk perusahaan
akan berkurang, bias diartikan kemungkinan perusahaan sektor
manufaktur menerapkan risk premium untuk mengurangi risiko
undervalue. Dhicev (1998) dalam Utama dan Lumondang (2009)
menyatakan bahwa bankrupty risk merupaka systematic risk
dimana distress firm akan lebih sensitif terhadap perubahan
ekonomi namun belum tentu perusahaan tersebut mengalami
kesulitan keuangan dikarenakan dalam kondisi keadaan krisi
ekonomi, dan penelitian sekarang yang diteliti adalah perusahaan
tahun-tahun krisis ekonomi.
c. Beta dengan Financial Distress (ZScore)
Setelah diuji secara parsial Beta signifikan positif terhadap
ZScore menandakan bahwa dengan meningkatnya beta saham
perusahaan maka meningkat pula ZScore dan mengurangi risiko
kebangkrutan. Beta merupakan index dari risiko sistematis karena
kondisi pasar (Moeljadi, 2006). Dalam penelitian Endra (2001)
beta saham mempengaruhi kebangkrutan secara signifikan positif
140
jika melihat keadaan 1 (satu) tahun kebangkrutan perusahaan dan
signifikan negatif jika keadaan 2 (dua) tahun kebangkrutan
perusahaan.
Penelitian ini signifikan dengan penelitina Endra (2001)
dengan melihat keadaan 1 (satu) tahun kebangkrutan perusahaan.
Nilai beta dipengaruhi oleh harga saham perusahaan, dimana
perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang memiliki
fluktuasi harga saham yang beragam.
Pengambilan sampel data dilakukan memang setelah krisis
ekonomi melanda di tahun 2008 yang berawal dari krisis Benua
Amerika dan Eropa dan dapat disimpulkan bahwa pengambilan
sampel selama 5 tahun berturut-turut, dimungkinkan perusahaan
manufaktur yang diteliti masih belum bisa menangani risiko
keuangan perusahaan akibat krisis tersebut.
d. Earning dengan Financial Distress (ZScore)
Setelah diuji secara parsial Earning signifikan positif terhadap
ZScore, menandakan bahwa dengan meningkatnya Earning
perusahaan maka meningkat pula ZScore dan mengurangi risiko
kebangkrutan. Financial distress diukur dengan menggunakan
Earning Per Share (EPS), karena EPS dapat menggambarkan
seberapa besar perusahaan mampu menghasilkan keuntungan per
lembar saham yang akan dibagikan kepada pemilik saham.
141
Menurut Elloumi dan Gueyie (2001) dalam Saleh dan Sudiyatmo
(2013) perusahaan menuju kebangkrutan didefinisikan sebagai
perusahaan yang memiliki laba per lembar saham (Earning Per
Share) negatif.
EPS merupakan rasio yang paling banyak digunakan oleh
pemegang saham dalam menilai prospek perusahaan di masa yang
akan datang. Dengan mempertimbangkan besarnya laba yang
dihasilkan perusahaan maka dapat dinilai bahwa perusahaan
tersebut dalam keadaan sehat atau tidak. Semakin baik laba yang
dihasilkan perusahaan akan mencerminkan prospek kelangsungan
usaha perusahaan dan mengurangi risiko kebangkrutan atau
kesehatan perusahaan.
e. Financial Distress (ZScore) dengan Return Saham.
Setelah diuji secara parsial ZScore tidak signifikan terhadap
return saham, menandakan bahwa dengan meningkat atau tidaknya
ZScore perusahaan maka return saham tidak berpengaruh, jadi
perusahan yang mengalami risiko kebangkrutan tidak akan
menurunkan atau meningkatkan imbal hasil saham. Hal ini tidak
sesuai dengan penelitian Utama dan Lumondang (2009) dimana
semakin perusahaan berisiko tinggi maka imbal hasil saham akan
tinggi pula. Namun, temuan Lakonishok et al. (1994) dalam Griffin
dan Lemmon (2002) dan Dichev (1998) menunjukkan bahwa
142
perusahaan dengan bankruptcy risk yang tinggi cenderung
memiliki imbal hasil yang rendah karena nilai sahamnya
mengalami mispricing di pasar modal.
Perbedaan hasil ini dimungkinkan pengambilan sampel
dilakukan dalam tahun-tahun yang krisis maka investor belum
dapat mempertimbangkan kinerja perusahaan karena keadaan
perekonomian dalam masa sulit sehingga sebagian besar
perusahaan yang listing dalam keadaan kesulitan.
f. Ukuran Perusahaan (Firm Size) dengan Return Saham.
Setelah diuji secara parsial ukuran perusahaan (Firm Size)
signifikan negatif terhadap return saham, menandakan bahwa
dengan meningkatnya ukuran perusahaan maka menurunkan imbal
hasil return saham. Hal ini sesuai dengan penelitian Utama dan
Lumondang (2009) dimana semakin perusahaan besar maka imbal
hasil saham akan menurun, atau perusahaan kecil akan memberikan
tingkat imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan
dengan nilai kapitalisasi pasar besar.
Penelitian yang sesuai dengan hasil ini juga dihasilkan oleh
Herman dan Suk (2007). Perusahaan besar cenderung tetap dalam
prospek pertumbuhan sehingga saham perusahaan akan tetap
namun perusahaan kecil cenderung akan meningkatkan kinerja
usahanya untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain. Dengan
143
mempertimbangkan itu maka perusahaan kecil dalam mengambil
hati investor maka meningkatkan nilai investasi atau pengembalian
yang besar seimbang dengan kinerja usaha yang semakin
meningkat.
Kemungkinan hal lain yaitu investor yang berinvestasi
merupakan investor jangka panjang dan tidak bertujuan spekulasi.
Ketika nilai kapitalisasi (size) besar yang disebabkan saham yang
naik, investor tidak langsung menjual sahamnya untuk
mendapatkan capital gain dan sebaliknya jika nilai saham turun.
Jika investor jangka pendek (trading) maka hal pertama yang
dilihat dari perusahaan yaitu perusahaan yang memiliki kapitalisasi
besar karena perusahaan besar sangat baik dalam pengelolaan
keuangan. Dengan demikian, besar kecilnya nilai kapitalisasi pasar
(size) akan diperhitungkan investor ketika berinvestasi pada
perusahaan manufaktur.
g. Book to Market (Btm) dengan Return Saham.
Setelah diuji secara parsial Book to Market (Btm) tidak
signifikan terhadap return saham, menandakan bahwa dengan
meningkat atau tidaknya Book to Market (Btm) maka tidak akan
mempengaruhi imbal hasil saham. Hal ini sesuai dengan penelitian
Utama dan Lumondang (2009) dengan menggunakan model fixed
effect atau model efek tetap dan juga penelitian Fama dan French
144
(1992) yang menyatakan bahwa variabel book to market ini
dipengaruhi beberapa variabel lainnya.
Book to market yang tinggi memiliki arti risiko perusahaan
juga tinggi. Dalam dunia investasi statement high risk high return,
untuk penelitian ini tidak mencerminkan keadaan tersebut. High
risk yang terjadi bukan berasal dari perusahaan namun dari keadaan
luar perusahaan yaitu krisis perekonomian yang melanda.
Hasil penelitian kali tidak signifikan dimungkinakan karena
kurangnya kepercayaan investor terhadap krisis perekonominan
yang melanda dan cenderung berhati-hati dalam memilih emiten
sehingga kecenderungan peningkatan atau penurunan harga saham
dipasaran berfluktuatif dan tidak mudah diperhitungkan/prediksi.
h. Beta dengan Return Saham.
Setelah diuji secara parsial Beta signifikan negatif terhadap
return saham, menandakan bahwa dengan meningkatnya Beta maka
menurunkan imbal hasil return saham. Hal ini sesuai dengan
penelitian Herman dan Suk (2007). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada pengaruh antara Beta saham terhadap Return Saham. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa besar kecilnya risiko sistematik
(beta) pada perusahaan dapat digunakan untuk memprediksi tingkat
keuntungan saham (return).
Sampel yang diambil merupakan perusahaan manufaktur di
tahun yang masih krisis sehingga para investor berhati-hati
145
(cenderung menunggu) ketika kondisi pasar belum stabil. Sehingga
permintaan saham menurun. Hal tersebut akan mempengaruhi
imbal hasil saham karena keuntungan jual beli saham
mempengaruhi harga saham perusahaan dan imbal hasil saham.
Walaupun risiko tinggi namun pihak investor belum berani
mengambil risiko tersebut untuk menghasilkan imbal hasil yang
tinggi karena keadaan perusahaan masih dalam tahun-tahun krisis
tersebut atau mungkin saja perusahaan yang bertahan merupakan
perusahaan manufaktur yang terpercaya (rata-rata sehat) sehingga
variabel beta tidak diperhitungkan oleh investor saat berinvestasi
pada perusahaan manufaktur.
i. Earning dengan Return Saham.
Setelah diuji secara parsial Earning signifikan positif terhadap
return saham, menandakan bahwa dengan meningkatnya Earning
maka meningkatkan imbal hasil return saham secara signifikan atau
dapat diartikan semakin baik kualitas laba (earning) perusahaan
maka akan semakin tinggi keuntungan atas penjualan saham
(return saham) perusahaan. Hal ini sesuai dengan penelitian
Achmad Solechan (2009). Hasil ini sesuai dengan teori yang ada
dimana semakin baik kualitas laba (earning) perusahaan maka akan
semakin tinggi keuntungan atas penjualan saham (return saham)
perusahaan.
146
EPS merupakan rasio yang menunjukkan jumlah keuntungan
yang diperoleh investor atau pemegang saham per sahamnya.
Apabila EPS semakin tinggi, maka laba yang diterima oleh
pemegang saham semakin besar. EPS merupakan rasio dari total
laba bersih setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar.
Apabila rasio tersebut semakin tinggi, maka semakin besar
perusahaan bisa menciptakan earning bagi pemegang sahamnya
dan menghasilkan imbal hasil yang tinggi pula.
147
92
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan skripsi kali ini penulis dapat menarik beberapa
kesimpulan ringkas yaitu:
Hasil penelitian dari 325 sampel selama 5 tahun periode 2009 - 2013
dengan menggunakan aplikasi eviews 7.1 menunjukkan bahwa model I
menggunakan pendekatan Model Efek Tetap yaitu mencari pengaruh prediksi
kebangkrutan (zscore) yang dipengaruhi oleh ukuran perusahaan, book to
market, beta saham, dan earning secara signifikan dan secara simultan
menghasilkan Adjusted R-squared sebesar 94%.
Model II menggunakan pendekatan Model Efek Tetap yaitu mancari
pengaruh subsequent return saham yang dipengaruhi ukuran perusahaan, beta
saham dan earning dan zscore secara signifikan dan secara simultan
menghasilkan Adjusted R-squared hampir sebesar 45%, sehingga variabel
independen yang digunakan oleh peneliti cukup menggambarkan keadaan
variabel dependennya baik itu model I atau model II yang memberikan hasil
cukup besar.
Untuk lebih jelasnya penulis memberikan gambaran terkait hasil yang
diperoleh dari tabel data olahan Eviews 7.1 sesuai dengan rumusan masalah
diantaranya:
148
1. Model I : Pengaruh Size, Btm, Beta dan Earning terhadap ZScore
a. Ukuran Perusahaan (firm size) berpengaruh signifikan positif
terhadap Z-Score
Variabel Size terdapat nilai Prob. 0.9523. Nilai Prob. lebih besar
dari nilai probabilitas 0.05, atau nilai 0.9523>0.05, maka H1 ditolak
dan Ho diterima. Variabel Size mempunyai thitung yakni 0.059858
dengan ttabel=1.967382. Jadi thitung < ttabel dapat disimpulkan bahwa
variabel Size tidak memiliki kontribusi terhadap ZScore. Menunjukkan
bahwa besar kecilnya ukuran perusahaan atau Size tidak berpengaruh
terhadap risiko kebangkrutan atau ZScore. Jadi dapat disimpulkan Size
memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap ZScore. Sehingga
hipotesis pertama yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
signifikan positif antara Firm Size dengan Zscore ditolak.
Hasil dari penelitian saat ini dilakukan dalam tahun-tahun krisis,
sehingga memungkinkan perusahaan yang diteliti dalam keadaan
kesulitan keuangan yang menyeluruh tidak terpengaruh besar kecilnya
perusahaan tersebut. Banyak faktor yang mungkin mempengaruhi
keadaan perusahaan tersebut.
b. Book-to-market berpengaruh signifikan negatif terhadap Z-score
Variabel Btm terdapat nilai Prob. 0.0006. Nilai Prob. lebih kecil
dari nilai probabilitas 0,05, atau nilai 0.0006<0.05, maka H1 diterima
dan Ho ditolak. Variabel Btm mempunyai thitung yakni 3.463602
149
dengan ttabel=1.967382. Jadi thitung > ttabel dapat disimpulkan bahwa
variabel Btm memiliki kontribusi terhadap ZScore. Nilai t positif
menunjukkan bahwa variabel Btm mempunyai hubungan yang searah
dengan ZScore. Jadi dapat disimpulkan Btm memiliki pengaruh
signifikan terhadap Zscore. Sehingga hipotesis kedua yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan negatif antara Btm
dengan Zscore ditolak.
Dalam penelitian Utama dan Lumondang (2009) menyebutkan
bahwa perusahaan yang cenderung undervalue atau memiliki btm
yang tinggi maka harus mempertimbangkan premium risk, sehingga
kecenderungan investor menilai buruk perusahaan akan berkurang,
bias diartikan kemungkinan perusahaan sektor manufaktur
menerapkan risk premium untuk mengurangi risiko undervalue.
Dhicev (1998) dalam Utama dan Lumondang (2009) menyatakan
bahwa bankrupty risk merupaka systematic risk dimana distress firm
akan lebih sensitif terhadap perubahan ekonomi namun belum tentu
perusahaan tersebut mengalami kesulitan keuangan dikarenakan
dalam kondisi keadaan krisi ekonomi, dan penelitian sekarang yang
diteliti adalah perusahaan tahun-tahun krisis ekonomi.
c. Beta berpengaruh signifikan negatif terhadap Z-score.
Variabel Beta terdapat nilai Prob. 0.0353. Nilai Prob. lebih besar
dari nilai probabilitas 0,05, atau nilai 0.0353<0.05, maka H1 diterima
150
dan Ho ditolak. Variabel Beta mempunyai thitung yakni 2.116569
dengan ttabel=1.967382. Jadi thitung > ttabel dapat disimpulkan bahwa
variabel Beta memiliki kontribusi terhadap ZScore. Nilai t positif
menunjukkan bahwa variabel Beta mempunyai hubungan yang searah
dengan ZScore. Jadi dapat disimpulkan Beta memiliki pengaruh
signifikan positif terhadap ZScore. Sehingga hipotesis ketiga yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan negatif antara Beta
dengan Zscore ditolak.
Pengambilan sampel data dilakukan memang setelah krisis
ekonomi melanda di tahun 2008 yang berawal dari krisis Benua
Amerika dan Eropa dan dapat disimpulkan bahwa pengambilan sampel
selama 5 tahun berturut-turut, dimungkinkan perusahaan manufaktur
yang diteliti masih belum bisa menangani risiko keuangan perusahaan
akibat krisis tersebut.
d. Earning berpengaruh signifikan positif terhadap Z-score
Variabel Earning terdapat nilai Prob 0,0000. Nilai Prob. lebih
kecil dari nilai probabilitas 0,05, atau nilai 0,0000<0.05, maka H1
diterima dan Ho ditolak. Variabel Earning mempunyai thitung yakni
6.863599 dengan ttabel=1.967382. Jadi thitung > ttabel dapat disimpulkan
bahwa variabel Earning memiliki kontribusi terhadap ZScore. Nilai t
positif menunjukkan bahwa variabel Earning mempunyai hubungan
yang searah dengan ZScore. Jadi dapat disimpulkan Earning memiliki
151
pengaruh signifikan positif terhadap ZScore. Sehingga hipotesis
keempat yang menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan
positif antara Earning dengan Zscore diterima.
EPS merupakan rasio yang paling banyak digunakan oleh
pemegang saham dalam menilai prospek perusahaan di masa yang
akan datang. Dengan mempertimbangkan besarnya laba yang
dihasilkan perusahaan maka dapat dinilai bahwa perusahaan tersebut
dalam keadaan sehat atau tidak. Semakin baik laba yang dihasilkan
perusahaan akan mencerminkan prospek kelangsungan usaha
perusahaan dan mengurangi risiko kebangkrutan atau kesehatan
perusahaan.
e. Secara Simultan variabel Ukuran Perusahaan , Btm, Beta dan Earning
serta ZScore diperoleh F hitung sebesar 89.00374. Karena Nilai Fhitung
> Ftabel atau 89.00374> 1.3614 maka H0 ditolak. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa Ukuran Perusahaan, Btm, Beta dan Earning secara
simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ZScore.
Sehingga hipotesis kelima yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan signifikan dan secara simultan Ukuran Perusahaan, Btm,
Beta dan Earning serta ZScore diterima. Penggunaan variabel dalam
penelitian ini menggunakan model kebangkrutan yang dikembangkan
oleh Altman (1968) dengan menggunakan perusahaan go-public dan
variabel lainnya diambil oleh penliti karena banyak penelitian yang
152
menggunakan variabel ini sebagai indikator kesehatan perusahaan
dengan tingkat Adjusted R-squared 0.948639 atau 94,8%
2. Model II : Pengaruh ZScore, Ukuran Perusahaan , Beta, Book to
Market, dan Earning, terhadap Return saham.
a. Zscore berpengaruh signifikan negatif terhadap return saham
Variabel ZScore terdapat nilai Prob. 0.5920. Nilai Prob. lebih
besar dari nilai probabilitas 0.05, atau nilai 0.5920>0,05, maka H1
ditolak dan Ho diterima. Variabel ZScore mempunyai thitung yakni
0.536661 dengan ttabel=1.967405. Jadi thitung < ttabel dapat disimpulkan
bahwa variabel ZScore tidak memiliki kontribusi terhadap Return.
Menunjukkan bahwa risiko kebangkrutan atau variabel ZScore tidak
berpengaruh dengan imbal hasil saham sehingga baik perusahaan
yang mengalami kesulitan keuangan tidak berpengaruh terhadap
Return. Jadi dapat disimpulkan ZScore memiliki pengaruh tidak
signifikan terhadap Return. Sehingga hipotesis keenam yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan negatif antara
Zscore dengan Return ditolak.
Perbedaan hasil ini dimungkinkan pengambilan sampel
dilakukan dalam tahun-tahun yang krisis maka investor belum dapat
mempertimbangkan kinerja perusahaan karena keadaan
153
perekonomian dalam masa sulit sehingga sebagian besar perusahaan
yang listing dalam keadaan kesulitan.
b. Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap
return saham.
Variabel Size terdapat nilai Prob. 0.0000. Nilai Prob. lebih
besar dari nilai probabilitas 0.05, atau nilai 0.0000<0.05, maka H1
diterima dan Ho ditolak. Variabel Size mempunyai thitung yakni
5.196392 dengan ttabel=1.967405. Jadi thitung > ttabel dapat disimpulkan
bahwa variabel Size memiliki kontribusi terhadap Return. Nilai t
negatif menunjukkan bahwa variabel Size mempunyai hubungan
yang tidak searah dengan Return. Jadi dapat disimpulkan Size
memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap Return. Sehingga
hipotesis ketujuh yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
signifikan negatif antara Ukuran Perusahaan dengan Return
diterima.
Investor yang berinvestasi merupakan investor jangka panjang
dan tidak bertujuan spekulasi. Ketika nilai kapitalisasi (size) besar
yang disebabkan saham yang naik, investor tidak langsung menjual
sahamnya untuk mendapatkan capital gain sebaliknya, ketika nilai
kapitalisasi (size) kecil yang disebabkan harga sahamnya turun,
investor tidak langsung menjual sahamnya untuk menghindari
kerugian yang lebih besar. Dengan demikian, besar kecilnya nilai
154
kapitalisasi pasar (size) tidak diperhitungkan investor ketika
berinvestasi pada perusahaan manufaktur pada tahun penelitian.
c. Book to Market berpengaruh signifikan negatif terhadap return
saham.
Variabel Btm terdapat nilai Prob. 0.7456. Nilai Prob. lebih
besar dari nilai probabilitas 0.05, atau nilai 0.7456>0,05, maka H1
ditolak dan Ho diterima. Variabel Btm mempunyai thitung yakni
0.324831 dengan ttabel=1.967405. Jadi thitung < ttabel dapat disimpulkan
bahwa variabel Btm tidak memiliki kontribusi terhadap Return.
Menunjukkan bahwa besar kecilnya variabel Btm tidak mempunyai
hubungan dengan Return. Sehingga hipotesis kedelapan yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan negatif antara
Ukuran Perusahaan dengan Return ditolak.
Hasil penelitian kali tidak signifikan dimungkinakan karena
kurangnya kepercayaan investor terhadap krisis yang melanda dan
cenderung berhati-hati dalam memilih emiten sehingga
kecenderungan peningkatan atau penurunan harga saham dipasaran
berfluktuatif dan tidak mudah diperhitungkan/prediksi.
d. Beta berpengaruh signifikan positif terhadap return saham
Variabel Beta terdapat nilai Prob. 0.0116. Nilai Prob. lebih
besar dari nilai probabilitas 0.05, atau nilai 0.0116<0.05, maka H1
diterima dan Ho ditolak. Variabel Beta mempunyai thitung yakni
155
2.543578 dengan ttabel=1.967405. Jadi thitung > ttabel dapat disimpulkan
bahwa variabel Beta memiliki kontribusi terhadap Return. Nilai t
negatif menunjukkan bahwa variabel Beta mempunyai hubungan
yang tidak searah dengan Return. Jadi dapat disimpulkan Beta
memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap Return. Sehingga
hipotesis kesembilan yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
signifikan positif antara beta dengan Return ditolak.
Sampel yang diambil merupakan perusahaan manufaktur di
tahun yang masih krisis sehingga para investor berhati-hati
(cenderung menunggu) ketika kondisi pasar belum stabil. Sehingga
permintaan saham menurun. Hal tersebut akan mempengaruhi imbal
hasil saham karena keuntungan jual beli saham mempengaruhi harga
saham perusahaan dan imbal hasil saham. Walaupun risiko tinggi
namun pihak investor belum berani mengambil risiko tersebut untuk
menghasilkan imbal hasil yang tinggi karena keadaan perusahaan
masih dalam tahun-tahun krisis tersebut atau mungkin saja
perusahaan yang bertahan merupakan perusahaan manufaktur yang
terpercaya (rata-rata sehat) sehingga variabel beta tidak
diperhitungkan oleh investor saat berinvestasi pada perusahaan
manufaktur.
e. Earning berpengaruh signifikan positif terhadap return saham.
156
Variabel Earning terdapat nilai Prob. 0.0050. Nilai Prob. lebih
besar dari nilai probabilitas 0.05, atau nilai 0.0050<0.05, maka H1
diterima dan Ho ditolak. Variabel Earning mempunyai thitung yakni
2.831871 dengan ttabel=1.967405. Jadi thitung >ttabel dapat disimpulkan
bahwa variabel Earning memiliki kontribusi terhadap Return. Nilai t
positif menunjukkan bahwa variabel Earning mempunyai hubungan
yang searah dengan Return. Jadi dapat disimpulkan Earning
memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap Return. Sehingga
hipotesis kesepuluh yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
signifikan positif antara earning dengan Return diterima.
EPS merupakan rasio yang menunjukkan jumlah keuntungan
yang diperoleh investor atau pemegang saham per sahamnya.
Apabila EPS semakin tinggi, maka laba yang diterima oleh
pemegang saham semakin besar. EPS merupakan rasio dari total laba
bersih setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar. Apabila
rasio tersebut semakin tinggi, maka semakin besar perusahaan bisa
menciptakan earning bagi pemegang sahamnya dan menghasilkan
imbal hasil yang tinggi pula.
f. Secara Simultan variabel ZScore, Ukuran Perusahaan , beta, book to
market, dan earning, dan return saham diperoleh F hitung sebesar
4.800207. Karena Nilai Fhitung > Ftabel atau 4.800207 > 1.36161 maka
H0 ditolak. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ZScore,
157
Ukuran Perusahaan , beta, book to market, dan earning secara
simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham.
Sehingga hipotesis kesebelas yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan signifikan dan secara simultan antara ZScore, Ukuran
Perusahaan, beta, book to market, dan earning dengan Return
diterima dengan tingkat Adjusted R-squared 0.447301 atau 44,7%.
E . I mpl i ka s i
Suatu implikasi penelitian digunakan untuk membandingkan hasil
penelitian yang terdahulu dengan hasil penelitian yang baru saja dilakukan
diantaranya implikasi teoritis, implikasi manjerial dan implikasi metodologi.
Dari temuan-temuan yang peneliti dapatkan diharapkan dijadikan implikasi
bagi berbagai pihak. Implikasi dalam penelitian kali ini diantaranya sebagai
berikut:
1 . Ba gi p r a k t i s i , penerapan metode Model Fama Three Factors dengan
menggunakan variabel beta, btm dan size serta menambahkan variabel
profitabilitas yaitu earning, variabel btm, beta dan earning yang
menghasilkan signifikan untuk memprediksi kesulitan keuangan zscore
perusahaan dan hanya variabel ukuran perusahaan yang tidak signifikan.
Artinya dengan peningkatan kedua variabel tersebut zscore perusahaan
ikut meningkat dan dapat diartikan dimana zscore meningkat maka
prediksi perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan kecil. Untuk
penelitian return saham menggunakan metode Model Fama Three
158
Factors dan rasio profitabilitas, earning serta variabel ukuran perusahaan
(firm size) dan beta saham yang berpengaruh signifikan untuk imbal hasil
saham.
2 . Bagi manajemen perusahaan, Manajemen perusahaan harus dapat
mengidentifikasi masalah kesulitan keuangan yang dihadapi oleh
perusahaan, yang akan memungkinkan perusahaan tersebut menghadapi
ancaman kebangkrutan, dengan melakukan analisis terhadap laporan
keuangan tahunan perusahaan, dengan memperhitungkan rasio-rasio
keuangan. Sehingga manajemen dapat mengambil suatu kebijakan yang
tepat untuk mengatasi masalah kesulitan keuangan yang terjadi pada
perusahaan tersebut. Status kesulitan keuangan perusahaan akan
berimbas dengan ketidak percayaan investor dan kreditur sehingga akan
mempengaruhi harga saham perusahaan terbuka, dengan
mempertimbangkan rasio-rasio keuangan yang ada maka kepercayaan
investor dan kreditur dapat dijaga dengan memberikan imbal hasil yang
baik.
3 . Bagi Investor, yang ingin melakukan investasi saham, sebaiknya terlebih
dahulu melihat kinerja perusahaan yang bisa dilihat dari laporan
keuangan tahunannya. Laporan keuangan tersebut memperlihatkan
keadaan perusahaan baik dalam keadaan sehat atau berindikasi kesulitan
keuangan dan prospek yang baik atau cenderung akan mengalami
penurunan kinerja di masa yang akan datang. Penggunaan perhitungan
159
dengan rasio-rasio keuangan yang ada dapat membantu pihak investor
dan kreditur untuk menilai keadaan perushaaan baik kesehatan maupun
imbal hasil investasinya.
4 . Bagi akademisi, penelitian dengan menggunakana Model Fama Three
Factors sangat baik dibandingakan model sebelumnya, karena
penggunaan variabel tambahan sehingga kemungkinan prediksi lebih
baik. Penggunaan model lainnya dianjurkan untuk menghasilkan prediksi
yang lebih dari penelitian sekarang. Penambahan variabel prediksi juga
akan memberikan prediksi yang akan berbeda.
F . Ke t er ba t a s a n
Peneliti masih dalam proses belajar jadi masih banyak kesalahan dan
kekurangan baik dalam pengetahuan maupun pengumpulan data yang
digunakan peneliti. Jadi dalam penelitian mengenai hubungan antara Distress
Risk, Ukuran Perusahaan ,Beta, Book to Market Ratio dan Earning dengan
Return Saham ini masih terdapat banyak keterbatasan, antara lain :
1 . Dalam penelitian ini hanya menggunakan data sekunder, sehingga
analisis data sangat tergantung pada hasil publikasi data (laporan
keuangan perusahaan).
2 . Penggunaan prediksi kebangkrutan menggunakan model Altman (1968)
karena belum tentu model ini lebih baik dari model lainnya.
160
3 . Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa investor sudah melihat
informasi keuangan dari laporan keuangan perusahaan yang telah
dipublikasikan.
4 . Adanya keterbatasan faktor yang digunakan untuk memprediksi Return
Saham dalam penelitian ini yaitu hanya menggunakan subsequent return
saham dmana data diambil bulan-bulan setelah perusahaan menerbitkan
laopran keuangan bukan dari awal tahun dan tidak memaksukkan unsur
dividen dalam penelitian sekarang, sehingga hasil interpretasi masih
belum memberikan kesimpulan yang bersifat umum.
5 . Periode pengamatan yang singkat (hanya 5 tahun) menyebabkan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini sedikit, sedangkan harga saham dari
waktu kewaktu ada yang berfluktuatif ada pula yang stagnan sehingga
hasil interpretasi masih belum memberikan kesimpulan yang bersifat
umum.
6 . Jenis data panel yang dalam penelitian sebelumnya masih menggunakan
aplikasi spss sedangkan dalam penelitian sekarang menggunakan aplikasi
eviews.
G . S a r a n
Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan yang telah dikemukakan
dalam penelitian ini, penulis memberikan saran dengan harapan dapat
memberikan manfaat dan masukan bagi pihak yang terkait :
161
1. Bagi penelitian yang akan datang sebaiknya menggunakan sampel
perusahaan yang lebih banyak dan rentang waktu yang lebih lama agar
hasil pengujian lebih akurat.
2. Untuk penelitian yang akan datang, dapat menggunakan variabel atau
proxy lain seperti analisis fundamental dan struktural untuk melihat
return saham, sedangkan prediksi kebangkrutan dapat menggunakan
proxy lainnya seperti ZScore atau OScore.
3. Pemisahan perusahaan kategori kesulitan keuangan dan sehat untuk
membandingkan perusahaan-perusahaan agar pengujian lebih akurat
terhadap sampel yang tepat.
162
DAFTAR PUSTAKA
Altman, “Financial Ratio Discriminan Analysis and The Prediction Of Corporate
Bankruptcy”, Journal Of Finance, Vol XXIII, No. 4, Sept 1968.
Ang Robert, “Buku Pintar Pasar Modal Indonesia”, Erlangga, Jakarta, 1997
Arfianto, Erman,“Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility, Beta, Firm
Size, dan Book To Market Ratio Terhadap Return Saham (Studi Kasus
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Periode 2010-2011”,
Tesis, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, 2012
Bambang, Juanda dan Junaidi, “Ekonometrika Deret Waktu: Teori dan Aplikasi”,
Bogor: Kencana, 2012
Banz, The Relationship Between Return and Market Value of Common Stocks,
Journal of Financial Economics, Vol. IX, No. 1,3-18, 1981.
Brad dan John , “Firm Size, Book to Market and security return : A holdout
sample of financial firm” ,The Journal of Finance, Vol. 52, No. 2, Juni
1997.
Brealey, Myers dan Marcus, “Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan
Jilid 1”, Jakarta: Erlangga, 2007.
Chan, dan Nai-Fu Chen, “Structural And Return Characteristic Of Small And
Large Firm”, Journal Of Finance 46, 1991.
Fama dan French, “The Cross Section In Expected Stock Return”, Journal Of
Finance 47, 1992.
Firga, Yanti,“Pengujian Abnormal Return Saham Sebelum dan Sesudah
Peluncuran Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)”,Jurnal Manajemen,
Volume 01, Nomor 01, September 2012
Foster, George, “Financial Statement Analysis. Prentice Hall,Englewood Cliffs”,
New Jersey, 1986.
Ghozali, Imam, “Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Semarang :
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2012
163
Hadi dan Anggarini,“Pemilihan Prediktor Delisting Terbaik ( Perbandingan
Antara The Zmijewski Model, The Altman Model, Dan The Springate
Model)”, SNA 11 Pontianak, 2008.
Hardiningsih, Pancawati,“Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Ekonomi
Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Di Bursa Efek Jakarta: Studi
Kasus Basic Industry & Chemical”, Jurnal Strategi Bisnis, Vol, 8, Des.
Tahun VI, 2002
Hartono, Livia Budi dan Melvie Paramitha, “Peranan Kandungan Informasi
Keuangan dalam Memprediksi Tingkat Return Saham pada PT Semen
Gresik, Tbk”, Journal Petra, 2008
Herman dan Suk, “Pengaruh beta, size and book to market equity ratio terhadap
return di bej tahun 2003-2005”, Jurnal Manajemen Vol 2.No. 2, 193-213,
2007
Irawan, Richard dan Werner Murhadi, “Analisis Pengaruh Three Factor Model
Dan Persentase Kepemilikan Asing Terhadap Tingkat Return Di Bursa
Efek Indonesia”, Tesis Universitas Surabaya, 2012
J a m a „ a n, “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Kantor
Akuntan Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan”,
Tesis, Program Studi Magister Sains Akuntansi, Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro ,2008
Jensen, Michael dan Meckling, “Theory Of The Firm: Managerial Behavior,
Agency Cost And Ownership Structure” ,Journal Of Financial
Economics, 3, 305-360, 1976
Jogiyanto, “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, Yogyakarta, 2003
Liestyowati, “Faktor Yang Mempengaruhi Keuntungan Saham Di Bursa Efek
Jakarta: Analisis Periode Sebelum Dan Selama Krisis”, Jurnal
Manajemen Indonesia, Vol, 1, No 2, 2002
Makhija, Mona, “Comparing The Resource-Based And Market-Based Views Of
The Firm: Empirical Evidence From Czech Privatization”,Fisher
College Of Business, The Ohio State University, Columbus, Oh 43210,
U.S.A, 2003
164
Maulidya, Rodhiyah dan Saryadi, “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (Car), Non
Performing Loan (Npl) Dan Loan To Deposit Ratio (Ldr) Terhadap
Return On Asset (Roa) (Studi Kasus Pada Bank Umum Swasta Nasional
Devisa Go Public Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2010)”. Jurnal
Ilmu Administrasi Bisnis, Universitas Diponegoro, Semarang. 2012.
Moeljadi, “Manajemen Keuangan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif jilid 1”,
Bayumedia Publishing, 2006.
Murti Wahyu, “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham”, Cintya
Press, Jakarta 2011.
Mutia et.al,“Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Ukuran Dewan
Komisaris Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”,
Jurnal Telaah & Riset Akuntansi Vol. 4. No. 2. Juli 2011
Nachrowi dan Usman. “Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk
Analisis Ekonomi dan Keuangan.”Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 2006
Nathaniel, Nicky, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham”,
Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang, 2008.
Nurhayati, Endra, “Analisis Pengaruh Risiko Sistematis Saham Terhadap
Kebangkrutan Perusahaan Perbankan”, Tesis Universitas Diponegoro,
2001
Peter dan Yoseph ,“Analisis Kebangkrutan Dengan Metode Z-Score Altman,
Springate dan Zmijewski Pada Pt. Indofood Sukses Makmur Tbk Periode
2005 – 2009”, Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor 04 Tahun Ke-2
Januari-April 2011
Rida dan Adam ,“The Financial Performance Analysis Using Altman Z –Score
And Its Effect To Stock Price Banking Sector In Indonesian Stock
Exchange”, 2ND International Conference On Business And Economic
Research (2nd Icber 2011) Proceeding, 2011.
Ross et al, “Financial distress part eight chapter 30” , Mcgraw Hill, 2012.
Rudianto, “Akuntansi Manajemen Informasi untuk Pengambilan Keputusan
Strategi”, Erlangga, 2013.
165
Saleh, Amir dan Bambang Sudiyatno, “Pengaruh Rasio Keuangan Untuk
Memprediksi Probabilitas Kebangkrutan Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”, Dinamika Akuntansi,
Keuangan dan Perbankan, Mei 2013
Solechan, Achmad, “Pengaruh Manajemen Laba Dan Earning Terhadap Return
Saham”, Tesis Universitas Diponegoro, 2009.
Sudiyatno dan Puspitasari, “Tobin‟s Q Dan Altman Z-Score Sebagai Indikator
Pengukuran Kinerja Perusahaan” , Kajian Akuntansi, Hal. 9 – 21 Vol.
2. No. 1 Issn : 1979-4886, Pebruari 2010.
Sukarno, Hari, “Informasi Akuntansi Keuangan dan Kegagalan Bank Umum Di
Indonesia”, SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005
Susilo, Lora ,“Analisis Pengaruh Pengungkapan Intellectual Capital Terhadap
Abnormal Return Saham” , Laporan Seminar Akuntansi Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi (STIE) Asia Malang, 2012
Thobarry, Achmad, “Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi dan
Pertumbuhan Gdp Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian
Empiris Pada Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun 2000-
2008 )”, Tesis Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang, 2009
Titman, Keown dan Martin, “Financial management Principles and application”,
Pearson, 2011.
Utama dan Lumondang, “Pengaruh Bankruptcy Risk, Size dan Book To Market
Perusahaan Terhadap Imbal Hasil”, Jurnal Akuntansi Dan Keuangan
Indonesia Vol. 6 No. 2, Desember 2009.
Wahyuningsih, Nur dan I Ketut Suryanawa, “Analisis Pengaruh Opini Audit
Going Concern dan Penggantian Manajemen Pada Auditor Switching”,
Jurnal Akuntansi dan Bisnis, 2012.
Wolk, Tearney, dan Dodd..“Accounting Theory: A Conceptual And Institutional
Approach”, Fifth Edition. Ohio: South-Western College
Publishing,2001.
Wuryaningsih, “Pengujian Pengaruh Capitfamaal Structure pada Debt Policy
Benefit”, Publikasi ilmiah UMS, Desember 2004
166
Yeniatie dan Nichen Destriana, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan
Hutang Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia, Journal Unnes, 2010
Zaretzky, Kaylene, dan Zumwalt, J. Kenton, “ Relation Between Distress Risk,
Book-To-Market Ratio And Return Premium”, Journal of Managerial
Finance, Vol. 33, No. 10, 2007
Zein, Nurzaimah, “Pengaruh Beta Dan Price To Value Terhadap Return Sekuritas
Portofolio Perusahaan: Studi Pada Perusahaan Manufaktur”, Jurnal
Keuangan & Bisnis Program Studi Magister Manajemen Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Harapan, 2012
WEBSITE
Dwitiya, Grace, “Bi-Risiko Kenaikan Npl Tak Signifikan”, di Akses Melalui:
Http://Www.Investor.Co.Id Pada 28 Agustus 2013.
Erani dan Sri, “Proyeksi Ekonomi Indonesia 2013 – Pembangunan di Atas
Pijakan Rapuh”, di Akses Melalui:Http://Indef.Or.Id/Id/Ebook/Detail/1/
Proyeksi- Ekonomi-Indonesia -2013- -Pembangunan- Di-Atas-Pijakan-
Rapuh, Pada Agustus 2013.
Forddanta, Dityasa, “Rupiah Melemah, Beban pokok aisa naik 15%”, Di Akses
Melalui Http://Investasi.Kontan.Co.Id/News/Rupiah-Melemah-Beban-
Pokok-Aisa-Naik-15Dampak Penurunan Nilai Rupiah, Pada 30 Agustus
2013.
Kristin, McDowell, “Review of Literature: Instructional Approaches That
Significantly Increase Reading Comprehension” , diakses melalui
:http://www.studentpulse.com, pada 18 Oktober 2013
Nur, Firdaus,“Fenomena Suspend Saham Turun”, Di Akses Melalui:
Http://Www.Indonesiafinancetoday.Com/Read/42369/Fenomena-
Suspend-Saham-Turun, Pada Maret 2013.
Rezy, Fakhri, 2013,” Alasan R&I Tahan Rating Investasi Indonesia Di Bbb-”,
Diakses Melalui :Http://Economy.Okezone.Com /Read/2013/10/17/20
/882774 /Alasan-R-I-Tahan- Rating- Investasi-Indonesia-Di-Bbb, Pada
18 Oktober 2013.
167
Rosalina,“Investasi Mulai Beralih Ke Manufaktur,”Diakses Melalui
:http://www.tempo.co/read/news/2012/07/25/090419195/Investasi-
Mulai-Beralih-ke-Manufaktur,PadaPada 18 Oktober 2013.
Tim Penyusun,“Kajian Stabilitas Keuangan”,www.bi.go.id, per Maret 2013
Wan,“BKPM Bersyukur Investasi Beralih ke Sektor Manufaktur” , Diakses
melalui : http://economy.okezone.com Pada 18 Oktober 2013.
Waspada,“Nilai Tukar Rupiah Lanjut Melemah”, di Akses Melalui:
www.waspada.co.id Pada 4 September 2013.
169
LAMPIRAN-LAMPIRAN
170
DAFTAR NILAI PERUSAHAAN MANUFAKTUR 2009-2013
No CODE Subsequent return Z-Score
2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013
1 INTP 0.07 0.01 0.01 0.03 0.00 3.09 3.63 4.72 4.86 5.00
2 SMCB 0.07 0.00 0.01 0.01 0.01 0.71 1.35 1.62 1.72 0.88
3 SMGR 0.05 0.01 0.02 0.04 -0.01 5.97 4.60 3.80 2.88 3.08
4 ALKA 0.00 -0.04 0.02 0.01 0.00 6.39 6.23 3.88 6.59 5.02
5 ALMI 0.04 0.04 -0.03 0.01 -0.05 1.47 2.05 2.53 2.33 1.34
6 JPRS 0.01 0.08 -0.04 0.00 -0.02 4.03 4.29 5.40 7.29 7.87
7 LION 0.00 0.06 0.08 0.03 -0.01 7.84 8.59 7.62 9.28 7.54
8 LMSH 0.00 0.06 0.03 0.03 -0.02 3.81 4.56 4.86 7.04 6.82
9 PICO 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.17 1.28 1.60 1.61 1.88
10 DPNS 0.01 0.05 0.02 -0.01 -0.01 4.73 3.73 3.99 5.63 7.55
11 ETWA 0.00 0.02 0.05 -0.01 0.00 1.29 1.00 1.23 1.00 1.11
12 INCI -0.01 0.03 -0.01 0.02 0.00 7.03 8.12 7.58 6.72 9.73
13 SRSN 0.00 0.00 -0.01 0.00 0.00 1.69 2.34 3.41 3.11 3.64
14 AKKU 0.10 0.09 0.00 0.10 0.00 (2.39) (2.33) (5.88) (5.34) (1.50)
15 AKPI 0.09 0.00 0.06 -0.01 -0.01 1.81 1.73 1.94 1.58 1.44
16 SIAP 0.07 0.04 0.12 -0.05 0.05 2.01 2.39 2.57 1.75 0.94
17 TRST 0.02 0.09 -0.01 0.00 0.01 1.79 2.04 2.32 1.95 1.25
18 YPAS 0.03 0.01 0.00 0.00 -0.01 2.71 3.07 2.97 2.06 1.20
19 SIPD 0.00 0.03 -0.01 0.01 0.00 3.38 2.91 2.03 1.58 1.45
20 TIRT 0.01 -0.01 0.01 -0.02 0.00 1.83 1.24 1.38 0.97 (0.20)
21 FASW 0.02 0.05 -0.01 0.01 -0.03 1.71 1.06 1.27 0.29 1.01
22 INKP 0.01 -0.02 -0.01 0.04 0.02 0.13 0.43 0.48 0.64 0.74
23 ASII 0.07 0.03 -0.07 0.01 0.01 2.66 2.60 2.48 2.42 2.09
24 BRAM 0.00 0.06 0.00 0.03 0.02 4.61 4.74 3.60 2.18 1.42
25 GDYR 0.06 -0.01 0.01 0.07 -0.01 2.00 2.01 1.89 2.26 2.11
26 GJTL 0.06 0.05 -0.02 0.03 -0.03 2.12 2.04 2.13 2.26 1.82
171
No CODE Subsequent return Z-Score
2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013
27 LPIN 0.07 0.07 0.00 0.07 0.01 2.14 2.58 2.97 3.04 3.12
28 SMSM 0.08 0.03 0.05 0.03 0.06 3.39 3.66 4.38 3.80 2.53
29 ADMG 0.04 0.05 -0.02 -0.03 -0.02 0.44 0.67 1.58 1.73 1.73
30 ARGO 0.01 -0.03 0.01 0.00 0.01 (1.69) (0.30) (1.08) (1.08) (1.28)
31 CNTX 0.01 0.01 0.08 0.04 0.01 (0.70) (0.29) 1.02 (0.19) (0.08)
32 ESTI 0.05 0.06 0.04 0.01 0.02 1.65 1.38 1.41 0.02 (0.67)
33 HDTX -0.03 -0.01 -0.04 0.05 -0.03 0.19 0.18 0.75 0.34 (0.50)
34 INDR 0.01 0.05 -0.05 -0.03 -0.05 1.28 1.68 1.74 1.48 1.16
35 RICY 0.00 0.02 -0.02 0.01 0.00 1.69 2.34 3.41 3.11 3.64
36 SSTM -0.02 0.01 -0.01 -0.04 -0.03 0.84 0.82 0.95 1.08 1.35
37 UNIT 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 (2.39) (2.33) (5.88) (5.34) (1.50)
38 IKBI 0.00 0.05 0.00 -0.01 -0.01 8.14 6.71 6.70 4.95 5.20
39 JECC 0.06 0.00 0.06 0.02 0.02 1.49 1.66 2.55 2.38 1.16
40 KBLI 0.04 0.05 0.02 0.07 -0.04 1.97 2.87 3.48 4.80 3.02
41 KBLM 0.01 -0.01 0.03 0.04 -0.02 0.91 1.47 1.43 1.61 1.25
42 SCCO 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.08 2.85 3.44 4.05 2.83
43 VOKS -0.01 0.04 0.08 0.04 -0.06 1.80 1.59 2.16 2.55 1.41
44 PTSN -0.08 0.01 0.01 0.03 -0.01 2.32 3.03 3.03 3.19 2.72
45 ADES) 0.00 0.05 0.00 0.07 -0.06 (2.37) (0.76) (0.34) 1.29 1.12
46 CEKA 0.02 0.01 0.10 -0.03 0.06 4.36 1.93 3.24 1.68 3.43
47 DLTA 0.09 0.05 0.04 0.06 0.00 6.53 7.69 7.56 8.91 7.27
48 INDF 0.07 0.03 -0.01 0.04 0.00 1.62 2.18 2.32 2.28 1.71
49 MLBI 0.06 0.07 0.06 0.06 0.00 2.63 3.76 3.93 2.72 5.64
50 PSDN 0.05 0.08 0.02 0.07 -0.02 0.53 1.14 2.10 2.96 2.21
51 SKLT 0.08 0.01 0.00 0.02 0.07 2.53 2.70 2.66 2.46 2.19
52 STTP 0.05 0.05 0.06 0.08 0.06 2.77 2.91 1.89 1.75 1.83
53 ULTJ 0.01 0.05 -0.02 0.05 0.00 2.80 2.84 2.35 3.13 3.86
54 GGRM 0.09 0.04 0.02 -0.01 0.01 4.51 4.84 4.14 4.03 3.28
55 HMSP 0.07 0.05 0.05 0.05 -0.02 5.51 5.07 6.33 6.00 2.97
172
DAFTAR NILAI PERUSAHAAN MANUFAKTUR 2009-2013
No CODE Subsequent return Z-Score
2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013
56 INAF 0.01 0.00 0.09 0.03 -0.03 2.25 2.20 2.02 2.39 1.29
57 KAEF -0.01 0.09 0.08 0.06 0.03 3.68 4.43 4.89 4.85 4.47
58 MERK 0.04 0.05 0.02 0.04 0.00 8.53 9.83 9.86 6.38 6.91
59 PYFA 0.01 0.09 -0.04 0.01 -0.02 2.91 3.61 3.23 3.01 1.77
60 TSPC 0.04 0.07 0.03 0.04 -0.02 5.37 5.45 5.13 5.26 4.83
61 MRAT 0.02 0.03 0.01 0.00 -0.02 7.57 7.92 7.05 7.08 6.67
62 TCID 0.02 0.02 0.00 0.02 0.04 7.66 9.07 9.14 7.59 5.35
63 KDSI 0.03 0.02 0.04 0.04 -0.02 2.24 2.63 2.89 3.65 2.81
64 KICI 0.05 0.00 0.00 0.04 0.01 3.13 3.75 3.65 3.37 3.69
65 LMPI 0.01 0.01 -0.01 0.03 -0.01 1.99 1.34 1.13 0.92 0.78
No CODE Firm Size Book to Market
2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013
1 INTP 30.22 30.36 30.53 30.76 30.91 0.21 0.22 0.25 0.23 0.31
2 SMCB 29.61 29.98 30.02 30.13 30.03 0.28 0.40 0.45 0.38 0.50
3 SMGR 30.49 30.38 30.36 30.91 31.06 0.23 0.22 0.22 0.19 0.26
4 ALKA 25.63 25.58 25.28 25.72 25.21 0.43 0.49 0.87 0.99 0.98
5 ALMI 28.02 28.08 28.25 28.26 28.64 2.54 2.17 2.10 2.94 3.56
6 JPRS 26.59 26.74 26.81 26.71 26.65 1.37 0.69 0.93 1.40 1.78
7 LION 26.33 26.44 26.63 26.80 26.94 2.09 1.32 1.11 0.69 0.67
8 LMSH 25.01 25.08 25.31 25.58 25.68 1.72 1.02 1.19 0.97 1.44
9 PICO 27.02 27.07 27.05 27.11 27.16 1.31 1.63 1.71 1.35 2.44
10 DPNS 25.68 25.89 25.87 25.94 26.27 0.76 0.89 0.56 1.22 1.44
11 ETWA 27.01 27.00 27.15 27.59 27.89 1.33 1.36 0.90 1.46 1.26
12 INCI 25.78 25.62 25.55 25.61 25.64 4.20 2.90 2.93 2.61 2.90
13 SRSN 26.75 26.62 26.61 26.72 26.77 0.54 0.63 0.78 0.89 1.04
14 AKKU 24.20 24.07 23.19 23.08 24.54 0.57 0.49 0.16 0.10 0.04
173
No CODE Firm Size Book to Market
2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013
15 AKPI 28.09 27.91 27.91 28.17 28.37 2.04 1.08 0.76 1.55 1.87
16 SIAP 25.72 25.74 25.82 25.94 26.33 2.27 1.92 1.74 1.47 1.31
17 TRST 28.28 28.31 28.36 28.41 28.81 1.85 1.58 1.18 1.40 2.44
18 YPAS 25.98 26.03 26.13 26.58 27.14 0.33 0.29 0.33 0.37 0.39
19 SIPD 28.13 28.35 28.60 28.82 28.78 2.51 1.85 2.51 2.72 2.74
20 TIRT 27.17 27.08 27.26 27.25 27.31 1.99 1.69 2.12 1.49 1.12
21 FASW 28.93 29.13 29.23 29.35 29.37 0.40 0.25 0.17 0.29 0.31
22 INKP 31.64 31.61 31.68 31.79 32.03 1.97 2.00 2.73 3.39 3.26
23 ASII 32.12 32.36 32.67 32.68 32.70 0.04 0.03 0.03 0.29 0.39
24 BRAM 27.93 28.03 28.14 28.43 28.65 1.72 1.12 1.24 1.22 1.87
25 GDYR 27.75 27.77 27.80 27.81 27.89 1.13 0.81 1.09 1.01 0.84
26 GJTL 29.82 29.97 30.08 30.19 30.31 1.80 0.44 0.42 0.71 0.98
27 LPIN 25.65 25.74 25.78 25.87 25.92 3.97 1.61 2.53 0.83 1.36
28 SMSM 27.57 27.70 27.76 28.00 28.10 0.50 0.37 0.34 0.23 0.20
29 ADMG 28.95 28.96 29.29 29.39 29.51 2.09 1.49 1.14 2.18 3.48
30 ARGO 28.01 27.99 28.17 28.22 28.35 0.09 0.49 0.98 0.66 0.47
31 CNTX 26.58 26.48 26.53 26.43 26.66 2.93 2.14 1.91 0.93 0.70
32 ESTI 26.98 27.09 27.18 27.38 27.45 2.36 1.27 0.80 1.10 0.99
33 HDTX 27.72 27.65 27.65 27.94 28.45 1.98 1.43 1.94 0.44 1.27
34 INDR 29.27 29.26 29.44 29.53 29.75 3.73 2.33 2.07 3.08 3.83
35 RICY 26.75 26.62 26.61 26.72 26.77 0.23 0.21 0.23 0.26 0.30
36 SSTM 27.50 27.50 27.46 27.42 27.39 1.12 1.23 1.42 1.82 3.12
37 UNIT 24.20 24.07 23.19 23.08 24.54 0.57 0.49 0.16 0.10 0.04
38 IKBI 27.06 27.12 27.14 27.38 27.54 4.12 1.34 2.19 1.24 2.65
39 JECC 27.10 27.06 27.16 27.29 27.73 1.38 1.05 1.41 0.50 0.34
40 KBLI 26.92 27.11 27.71 27.78 28.02 1.02 0.91 1.73 1.13 1.53
41 KBLM 26.60 26.72 27.19 27.31 27.22 1.74 1.85 1.91 1.75 1.53
42 SCCO 27.67 27.78 28.01 28.03 28.15 1.41 1.07 0.81 0.79 0.77
43 VOKS 27.84 27.75 28.08 28.16 28.36 1.08 1.03 0.73 0.70 0.97
174
No CODE Firm Size Book to Market
2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013
44 PTSN 27.53 27.44 27.35 27.52 27.66 2.49 3.31 3.06 2.93 3.36
45 ADES) 25.91 26.51 26.48 26.69 26.78 0.18 0.11 0.21 0.19 0.22
46 CEKA 27.07 27.47 27.44 27.66 27.56 0.81 0.94 1.43 1.20 1.46
47 DLTA 27.36 27.29 27.27 27.34 27.35 1.97 0.31 0.32 0.15 0.10
48 INDF 31.33 31.49 31.61 31.71 31.99 1.80 0.58 0.78 0.67 0.66
49 MLBI 27.62 27.76 27.83 27.77 28.21 0.03 0.08 0.07 0.02 0.04
50 PSDN 26.59 26.75 26.77 27.25 27.31 0.82 1.68 0.46 1.39 1.99
51 SKLT 26.00 26.02 26.09 26.24 26.38 1.10 1.22 1.27 1.04 1.12
52 STTP 27.03 27.20 27.56 27.85 27.96 1.40 0.89 0.54 0.42 0.33
53 ULTJ 28.11 28.26 28.37 28.66 28.56 0.67 0.34 0.43 0.54 0.14
54 GGRM 30.94 31.06 31.30 31.36 31.56 0.44 0.28 0.21 0.25 0.36
55 HMSP 30.51 30.65 30.60 30.90 30.91 0.23 0.08 0.06 0.05 0.03
56 INAF 27.31 27.32 27.74 27.80 27.89 1.16 1.26 1.21 0.64 1.25
57 KAEF 28.08 28.14 28.22 28.36 28.54 1.41 1.26 0.66 0.35 0.50
58 MERK 26.80 26.80 27.09 27.07 27.27 0.18 0.17 0.17 0.12 0.12
59 PYFA 25.33 25.33 25.49 25.64 25.85 1.24 1.14 0.88 0.93 1.14
60 TSPC 28.81 28.91 29.08 29.16 29.28 0.74 0.34 0.27 0.20 0.26
61 MRAT 26.63 26.68 26.77 26.85 26.85 1.87 1.21 1.68 1.84 1.96
62 TCID 27.63 27.68 27.75 27.86 28.01 0.54 0.66 0.66 0.50 0.50
63 KDSI 27.03 27.05 27.10 27.07 27.28 3.80 2.69 2.81 1.58 2.50
64 KICI 25.16 25.18 25.19 25.28 25.35 3.02 2.51 2.59 1.79 1.97
65 LMPI 27.02 27.14 27.25 27.43 27.42 1.84 1.48 1.97 1.59 1.89
175
DAFTAR NILAI PERUSAHAAN MANUFAKTUR 2009-2013
No CODE Beta Book to Market
2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013
1 INTP 0.57 0.63 1.06 0.81 0.94 746.65 875.98 978.35 1,293.9 1,361.5
2 SMCB 0.25 0.87 0.99 1.33 1.99 119.06 108.36 138.79 176.28 124.28
3 SMGR 0.01 0.76 1.16 1.87 1.71 565.24 616.89 666.82 830.59 902.69
4 ALKA 0.25 - (0.34) - 0.12 72.08 40.93 98.19 50.46 77.11
5 ALMI (0.20) 1.19 1.84 1.48 0.80 85.13 141.96 177.87 45.29 84.80
6 JPRS 0.27 4.16 1.77 2.00 (0.06) 2.56 37.93 50.25 12.81 20.06
7 LION (0.10) 0.61 1.44 (2.01) 1.09 646.21 742.68 1,009.98 1,641 1,245.0
8 LMSH (0.71) (0.16) (0.57) (2.51) 2.46 250.10 765.73 1,135.10 2,300.31 1,498.2
9 PICO - - - - - 22.27 21.22 22.22 19.60 27.16
10 DPNS (1.42) 1.23 (0.40) 0.76 1.42 18.38 42.38 (20.06) 62.24 201.77
11 ETWA 1.21 0.69 2.06 1.00 (1.16) 10.78 39.41 75.35 39.86 8.17
12 INCI 1.39 0.67 1.73 0.36 1.32 (47.95) (113.56) (94.84) 24.55 57.07
13 SRSN 1.38 1.00 1.09 1.20 - 4.22 1.63 3.99 2.82 7.50
14 AKKU (1.31) (0.37) 1.06 0.58 2.05 (24.63) (20.36) (38.67) (8.81) 6.34
15 AKPI 0.48 0.29 1.09 (0.19) 0.09 154.08 91.81 83.51 45.76 50.91
16 SIAP 0.92 0.45 0.56 (0.62) (0.11) 7.54 8.95 5.43 5.65 (9.63)
17 TRST 0.46 0.63 2.90 1.43 1.39 51.24 48.69 51.28 21.89 21.89
18 YPAS 0.47 0.52 (0.01) 0.13 0.00 27.76 31.72 24.88 24.66 9.31
19 SIPD (0.10) (0.67) 1.67 1.67 0.76 3.97 6.51 2.50 1.60 0.89
20 TIRT (0.13) 1.33 0.82 0.78 1.06 12.26 (9.79) 4.10 (31.84) (45.74)
21 FASW (0.23) 1.09 (0.45) 0.37 0.37 171.33 206.56 73.48 2.14 (100.51)
22 INKP 0.16 1.39 1.31 1.04 2.26 (273.43) 21.33 (5.14) 9.08 40.43
23 ASII 0.49 1.57 0.95 (0.22) 0.85 307.38 420.02 520.63 561.76 550.77
24 BRAM 0.53 0.54 (0.34) 2.82 (0.05) 168.25 321.72 157.87 484.50 136.85
25 GDYR (0.06) 1.13 (0.04) 1.41 (0.96) 2,053.32 1,623.90 907.63 1,574.10 1,378.46
26 GJTL (0.27) 1.47 1.42 (0.13) 2.27 259.79 238.36 196.18 324.91 34.53
27 LPIN 1.71 0.21 2.66 (2.06) 0.11 480.52 664.57 532.66 781.18 402.59
176
No CODE Beta Book to Market
2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013
28 SMSM (1.89) 2.01 0.01 0.92 (0.68) 99.30 114.51 152.30 176.87 234.93
29 ADMG 0.59 2.07 2.10 1.91 2.67 13.83 9.51 73.04 20.89 6.20
30 ARGO (0.79) 0.15 0.38 (0.06) (0.45) (225.73) (372.56) (418.40) (354.54) 243.62
31 CNTX 0.17 (0.20) (0.41) 3.60 (0.11) (1,620) (898.00) 1,562 (1,663) (399.74)
32 ESTI (0.11) (0.54) 0.08 0.17 0.20 3.81 0.74 2.20 (20.60) (26.20)
33 HDTX 0.65 0.41 (0.12) 2.34 (1.33) 0.37 0.78 11.28 2.02 (142.67)
34 INDR 0.55 (0.06) 3.56 (1.09) 1.01 163.78 355.04 611.27 6.40 30.46
35 RICY 0.05 2.11 1.18 0.39 0.83 0.62 1.81 2.03 2.82 0.80
36 SSTM 0.92 (0.26) 2.24 0.52 1.54 26.59 8.47 (20.58) (12.07) (11.30)
37 UNIT - - - - - 10.07 6.95 10.14 1.54 3.62
38 IKBI 0.80 (0.90) 1.09 (1.31) 0.37 93.85 15.03 58.45 127.18 54.04
39 JECC (0.39) 2.27 2.21 (1.24) 0.21 104.76 (6.72) 196.42 210.13 149.16
40 KBLI (0.08) 2.40 0.75 1.11 1.78 5.17 12.06 15.90 31.24 18.35
41 KBLM 0.07 (1.14) (0.73) 1.43 1.49 1.50 3.47 16.97 21.28 6.86
42 SCCO - - - - - 88.73 296.57 534.22 825.66 510.56
43 VOKS (0.27) 0.15 0.09 0.89 0.37 64.49 12.35 133.10 176.90 47.04
44 PTSN 1.33 (0.28) 1.48 (0.42) 1.42 (20.50) (7.12) (4.17) 5.35 9.82
45 ADES) (1.26) 3.48 2.52 (0.70) 3.07 27.67 53.67 43.85 141.34 94.35
46 CEKA (0.90) 1.36 0.40 3.89 0.87 170.28 99.37 323.72 196.11 218.72
47 DLTA 0.85 0.17 0.22 (1.79) 0.81 1,228.10 1,120.99 1,474.38 1,327.83 16.89
48 INDF 0.63 1.13 1.53 0.60 0.80 325.36 448.13 557.11 544.33 389.12
49 MLBI (0.56) 0.48 (0.07) (1.56) 1.44 550.88 1,158.42 2,021.17 1,680.78 1,518.98
50 PSDN (1.50) 0.58 2.26 2.69 0.98 31.21 17.84 16.57 17.79 9.82
51 SKLT (0.09) 0.31 0.00 0.77 (0.02) 18.54 7.00 8.65 11.53 16.56
52 STTP 0.25 0.59 1.29 (0.72) 0.57 31.35 31.86 32.58 56.97 87.36
53 ULTJ (0.30) 4.07 1.94 0.84 2.24 20.87 37.16 37.16 122.36 112.56
54 GGRM (0.11) 0.42 0.32 0.49 0.57 1,811.7 2,190.54 1,576.86 2,114.62 2,277.96
55 HMSP 0.11 (0.03) 0.34 0.06 1.61 1,161.1 1,465.38 1,839.93 1,269.06 1,468.28
56 INAF 0.77 1.04 2.57 0.61 1.21 0.69 4.05 11.91 13.68 (17.50)
177
No CODE Beta Book to Market
2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013
57 KAEF 1.31 2.64 3.14 1.37 2.53 11.25 24.98 30.93 36.24 38.83
58 MERK 0.03 0.32 (0.02) 0.11 (0.16) 1,549.1 1,303.30 1,819.6 1,812.8 1,832.3
59 PYFA 0.11 1.74 2.02 1.64 0.47 7.05 7.85 9.67 9.92 11.58
60 TSPC 0.30 1.69 0.27 0.25 1.02 80.21 109.95 130.30 141.15 141.90
61 MRAT 1.36 1.27 0.91 1.35 0.62 49.10 57.05 65.11 71.85 (15.65)
62 TCID 1.00 (0.14) (0.06) (0.52) 0.26 619.76 653.74 696.48 747.88 796.49
63 KDSI 1.36 1.82 2.15 1.10 1.67 25.95 41.71 58.34 90.96 88.90
64 KICI 1.13 (1.20) 0.39 0.14 1.31 (37.79) 23.62 2.59 16.37 53.76
65 LMPI 1.02 1.09 1.59 1.19 0.93 5.94 2.77 5.38 2.32 1.30
178
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Return Size BtM Beta Earning ZScore
Mean 0.018 27.952 1.060 0.879 610.512 2.732
Median 0.014 27.870 1.096 0.904 43.117 2.498
Maximum 0.104 31.989 3.802 3.979 9562.000 7.650
Minimum -0.109 23.270 -1.291 -2.584 -8620.28 -4.666
Std. Dev. 0.033 1.630 0.829 1.189 2047.566 2.189
Skewness 0.035 -0.074 0.0172 -0.095 1.762 -0.105
Kurtosis 3.170 3.028 2.683 2.778 12.004 3.174
Jarque-
Bera 0.463 0.312 1.402 1.180 1285.402 1.023
Probability 0.793 0.856 0.496 0.554 0.000 0.600
Sum 6.0117
91 9224.097 349.647
290.02
02 201468.8
901.69
88
Sum Sq.
Dev. 0.363 874.218 225.976 465.43
1379341
673
1577.0
05
Obser
vations 330 330 330 330 330 330
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
179
Hasil regresi Common Effect (pooled least square) Model I
Dependent Variable : ZScore
Method : Panel Least Squares
Date : 02/15/15 Time: 16:52
Sample : 2009 2013
Periods included : 5
Cross-sections included : 65
Total panel (balanced) observations : 325
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 5.394931 2.078897 2.595092 0.0099
Size -0.135979 0.075541 -1.80006 0.0728
Btm 0.393368 0.145600 2.701701 0.0073
Beta 0.141508 0.123239 1.148238 0.2517
Earning 0.002426 0.000258 9.394531 0.0000
R-squared 0.218334 Mean dependent var 2.835505
Adjusted R-
squared 0.208563 S.D. dependent var 2.542903
S.E. of regression 2.262237 Akaike info criterion 4.485850
Sum squared
resid 1637.668 Schwarz criterion 4.544063
Log likelihood -723.9506 Hannan-Quinn criter. 4.509083
F-statistic 22.34545 Durbin-Watson stat 0.269549
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
180
Hasil Regresi Common Effect (pooled least square) Model II
Dependent Variable : Return
Method : Panel Least Squares
Date : 02/14/15 Time: 21:05
Sample : 2009 2013
Periods included : 5
Cross-sections included : 65
Total panel (balanced) observations : 325
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.077774 0.031111 2.499871 0.0129
ZScore 0.000237 0.000828 0.286593 0.7746
Size -0.001992 0.001124 -1.77158 0.0774
Btm -0.004988 0.002181 -2.28733 0.0228
Beta -0.001876 0.001829 -1.02566 0.3058
Earning 1.00E-05 4.32E-06 2.314701 0.0213
R-squared 0.067362 Mean dependent var 0.018788
Adjusted R-
squared 0.052744 S.D. dependent var 0.034424
S.E. of regression 0.033504 Akaike info criterion -3.936005
Sum squared
resid 0.358087 Schwarz criterion -3.866150
Log likelihood 645.6009 Hannan-Quinn criter. -3.908126
F-statistic 4.608114 Durbin-Watson stat 1.957525
Prob(F-statistic) 0.000449
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEW
181
Hasil Regresi Fixed Effect (FEM) Model I
Dependent Variable : ZScore
Method : Panel Least Squares
Date : 02/15/15 Time: 16:52
Sample : 2009 2013
Periods included : 5
Cross-sections included : 65
Total panel (balanced) observations : 325
Linear estimation after one-step weighting matrix
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 2.302475 2.847104 0.808708 0.4194
Size 0.006185 0.103323 0.059858 0.9523
Btm 0.118766 0.034290 3.463602 0.0006
Beta 0.046491 0.021965 2.116569 0.0353
Earning 0.000714 0.000104 6.863599 0.0000
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.959418 Mean dependent var 4.311287
Adjusted R-
squared 0.948639 S.D. dependent var 3.430783
S.E. of regression 0.858891 Sum squared resid 188.8496
F-statistic 89.00374 Durbin-Watson stat 1.662164
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
182
Hasil Regresi Fixed Effect (FEM) Model II
Dependent Variable : Return
Method : Panel Least Squares
Date : 02/14/15 Time: 21:13
Sample : 2009 2013
Periods included : 5
Cross-sections included : 65
Total panel (balanced) observations : 325
Linear estimation after one-step weighting matrix
Variable Coefficient
Std.
Error t-Statistic Prob.
C 0.786191 0.147762 5.320666 0.0000
ZScore 0.000686 0.001278 0.536661 0.5920
Size -0.027856 0.005361 -5.196392 0.0000
Btm 0.000587 0.001806 0.324831 0.7456
Beta -0.003956 0.001555 -2.543578 0.0116
Earning 1.48E-05 5.22E-06 2.831871 0.0050
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.565005 Mean dependent var 0.020878
Adjusted R-
squared 0.447301 S.D. dependent var 0.037261
S.E. of
regression 0.031039 Sum squared resid 0.245665
F-statistic 4.800207 Durbin-Watson stat 2.624938
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
183
Hasil Regresi Random Effect Model (REM) Model I
Dependent Variable : ZScore
Method : Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date : 02/15/15 Time: 16:53
Sample : 2009 2013
Periods included : 5
Cross-sections included: 65
Total panel (balanced) observations: 325
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error
t-
Statistic Prob.
C 0.814094 3.489399 0.233305 0.8157
Size 0.058546 0.125905 0.464999 0.6422
Btm 0.118245 0.110086 1.074114 0.2836
Beta 0.014339 0.053740 0.266821 0.7898
Earning 0.000941 0.000208 4.530600 0.0000
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 2.094141 0.8519
Idiosyncratic random 0.873189 0.1481
Weighted Statistics
R-squared 0.063787
Mean dependent
var 0.519787
Adjusted R-
squared 0.052085 S.D. dependent var 0.909771
S.E. of
regression 0.885761 Sum squared resid 251.0634
F-statistic 5.450685 Durbin-Watson stat 1.209678
Prob(F-statistic) 0.000295
R-squared 0.134604 Mean dependent var 2.835505
Sum squared
resid 1813.091 Durbin-Watson stat 0.167507
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
184
Hasil Regresi Random Effect Model (REM) Model II
Dependent Variable : Return
Method : Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date : 02/14/15 Time: 21:14
Sample : 2009 2013
Periods included : 5
Cross-sections included: 65
Total panel (balanced) observations: 325
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.083112 0.034067 2.439667 0.0152
ZScore 0.000258 0.000889 0.289969 0.7720
Size -0.002197 0.001230 -1.786865 0.0749
Btm -0.004660 0.002300 -2.026147 0.0436
Beta -0.002160 0.001772 -1.219172 0.2237
Earning 1.03E-05 4.54E-06 2.277817 0.0234
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 0.008706 0.0711
Idiosyncratic random 0.031463 0.9289
Weighted Statistics
R-squared 0.058362 Mean dependent var 0.015977
Adjusted R-
squared 0.043603 S.D. dependent var 0.033138
S.E. of
regression 0.032408 Sum squared resid 0.335033
F-statistic 3.954294 Durbin-Watson stat 2.090196
Prob(F-statistic) 0.001710
Unweighted Statistics
R-squared 0.067077 Mean dependent var 0.018788
Sum squared
resid 0.358196 Durbin-Watson stat 1.955031
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEW
185
Hasil Uji Chow Model I
Redundant : Fixed Effects Tests
Equation : Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 54.709359 (64,256) 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable : ZScore
Method : Panel Least Squares
Date : 02/15/15 Time: 16:50
Sample : 2009 2013
Periods included : 5
Cross-sections included : 65
Total panel (balanced) observations : 325
Variable Coefficient Std. Error
t-
Statistic Prob.
C 9.165649 0.856097 10.70632 0.0000
Size -0.253243 0.030555 -8.28818 0.0000
Btm -0.234230 0.068094 -3.43978 0.0007
Beta 0.116303 0.068693 1.693089 0.0914
Earning 0.001337 0.000179 7.490711 0.0000
R-squared 0.404368 Mean dependent var 4.311287
Adjusted R-
squared 0.396922 S.D. dependent var 3.430783
S.E. of regression 2.943112 Sum squared resid 2771.810
F-statistic 54.31109 Durbin-Watson stat 0.189587
F-statistic 0.000000
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEW
186
Hasil Uji Hausman Model I
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation : Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic
Chi-Sq.
d.f. Prob.
Cross-section random 13.280833 4 0.0100
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.
Size 0.263576 0.058546 0.031287 0.2464
Btm 0.099344 0.118245 0.001413 0.6151
Beta 0.003742 0.014339 0.000050 0.1352
Earning 0.000671 0.000941 0.000000 0.0008
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable : ZScore
Method : Panel Least Squares
Date : 02/15/15 Time: 16:54
Sample : 2009 2013
Periods included : 5
Cross-sections included : 65
Total panel (balanced) observations : 325
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -4.761871 6.000609 -0.793565 0.4282
Size 0.263576 0.217115 1.213989 0.2259
Btm 0.099344 0.116328 0.853992 0.3939
Beta 0.003742 0.054206 0.069032 0.9450
Earning 0.000671 0.000223 3.008564 0.0029
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.906835 Mean dependent var 2.835505
Adjusted R-squared 0.882088 S.D. dependent var 2.542903
S.E. of regression 0.873189 Akaike info criterion 2.752639
Sum squared resid 195.1897 Schwarz criterion 3.555974
Log likelihood -378.3039 Hannan-Quinn criter. 3.073252
F-statistic 36.64435 Durbin-Watson stat 1.501147
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEW
187
Hasil Uji Chow Model II
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: chow
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 4.267024 (64,255) 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable : Return
Method : Panel Least Squares
Date : 02/15/15 Time: 15:37
Sample : 2009 2013
Periods included : 5
Cross-sections included : 65
Total panel (balanced) observations : 325
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.030027 0.030122 -0.996860 0.3196
ZScore 0.000955 0.000646 1.480126 0.1398
Size 0.001211 0.001106 1.095162 0.2743
Btm -0.001751 0.001348 -1.298666 0.1950
Beta -0.001633 0.001449 -1.126886 0.2606
Earning 9.61E-06 3.81E-06 2.525095 0.0121
R-squared 0.100525 Mean dependent var 0.020976
Adjusted R-
squared 0.086427 S.D. dependent var 0.037254
S.E. of regression 0.040022 Sum squared resid 0.510971
F-statistic 7.130267 Durbin-Watson stat 1.282510
Prob(F-statistic) 0.000002
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEW
188
Hasil Uji Hausman Model II
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section
random 23.056123 5 0.0003
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.
ZScore 0.001612 0.000257 0.000004 0.5125
Size -0.036579 -0.002254 0.000059 0.0000
Btm -0.001153 -0.004680 0.000012 0.3168
Beta -0.002157 -0.002142 0.000001 0.9863
Earning 0.000017 0.000010 0.000000 0.2992
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable : Return
Method : Panel Least Squares
Date : 02/15/15 Time : 15:45
Sample : 2009 2013
Periods included : 5
Cross-sections included : 66
Total panel (balanced) observations : 330
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 1.025536 0.214597 4.778894 0.0000
ZSCORE 0.001612 0.002252 0.715807 0.4748
SIZE -0.036579 0.007767 -4.709675 0.0000
BTM -0.001153 0.004208 -0.274052 0.7843
BETA -0.002157 0.001959 -1.100640 0.2721
EARNING 1.75E-05 8.21E-06 2.128118 0.0343
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.339257 Mean dependent var 0.018788
Adjusted R-
squared 0.160467 S.D. dependent var 0.034424
S.E. of regression 0.031542 Akaike info criterion -3.886811
Sum squared resid 0.253693 Schwarz criterion -3.071833
Log likelihood 701.6068 Hannan-Quinn criter. -3.561552
F-statistic 1.897522 Durbin-Watson stat 2.734962
Prob(F-statistic) 0.000184
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEW