125
PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PULAU JAWA (Periode Tahun 2008 2016) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Oleh Ayu Athifah NIM: 1113084000040 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/1439 H

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI DI PULAU JAWA

(Periode Tahun 2008 – 2016)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Oleh

Ayu Athifah

NIM: 1113084000040

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/1439 H

Page 2: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,
Page 3: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Page 4: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Page 5: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Ayu Athifah

Nomor Induk Mahasiswa : 1113084000040

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Ekonomi Pembangunan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain.

3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menyebutkan sumber asli

atau tanpa menyebut pemilik karya.

4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak atas karya saya dan telah

melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan

bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenakan

sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Ciputat, 6 April 2018

Ayu Athifah

NIM. 1113084000040

Page 6: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Ayu Athifah Naufalianty

2. Tempat/Tanggal Lahir : Depok, 28 November 1994

3. Alamat : Jl. Kedondong 1 No.95, RT 05,

RW 02, Kelurahan Depok Jaya,

Kecamatan Pancoran Mas, Kota

Depok, Provinsi Jawa Barat.

4. Telepon : 087887154376

5. E-mail : [email protected]

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SD Negeri Depok Baru 3 : 2000 – 2006

2. SMP Negeri 1 Depok : 2006 – 2009

3. SMA Negeri 6 Depok : 2009 – 2012

4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2013 – 2018

III. SEMINAR DAN WORKSHOP

1. Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi “Mengenal Lebih Dekat dengan

Jurusan Sendiri”.

2. Pelatihan Karya Tulis Ilmiah “Mewujudkan Regenerasi Mahasiswa

Ekonomi yang Berprestasi dalam Bidang Akademik”.

3. Seminar Nasional “Korupsi Mengorupsi Indonesia”.

IV. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Suratman (Alm.)

2. Tempat/Tanggal Lahir : Purworejo, 13 Juli 1963

3. Ibu : Nur Fauziah

4. Tempat/Tanggal Lahir : Ciputat, 9 Juli 1967

5. Alamat : Jl. Kedondong 1 No.95, RT 05,

RW 02, Kelurahan Depok Jaya,

Page 7: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

v

Kecamatan Pancoran Mas, Kota

Depok, Provinsi Jawa Barat.

6. Telepon : 08567921204

7. Anak ke dari : 1 dari 3 bersaudara

Page 8: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

vi

Abstract

The purpose of this research is to discover the influence of Human Development

Index (HDI), population growth rate, dependency ratio, and labor force participaton

rate towards economic growth in Java Island. The dependent variable is economic

growth (GRDP rate), while the independent variables is Human Development Index

(HDI), population growth rate, dependency ratio, and labor force participation rate.

This research uses panel data that combining the data from all the provinces in Java

Island (DKI Jakarta, West Java, Center Java, Yogyakarta, East Java, and Banten) from

period 2008 until 2016.

The result shows that all of the independent variables simultantly can explain

the variation of the dependent variable (economic growth), which is the coefficient of

determination equals to 74.48%. Furthermore, Human Development Index (HDI)

negatively significant influence to economic growth, population growth rate and

dependency ratio positively significant influence to economic growth, and labor force

participation rate positively but unsignificant influence to economic growth.

Keywords: economic growth (GRDP rate), Human Development Index (HDI),

population growth rate, dependency ratio, labor force participation rate.

Page 9: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

vii

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Indeks Pembangunan

Manusia (IPM), laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan penduduk, dan

tingkat partisipasi tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa. Variabel

dependen adalah pertumbuhan ekonomi (laju PDRB), sedangkan variabel

independennya adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM), laju pertumbuhan

penduduk, rasio ketergantungan, dan tingkat partisipasi angkatan kerja. Penelitian ini

menggunakan data panel yang menggabungkan data dari semua provinsi di pulau Jawa

(DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten) dari

periode 2008 hingga 2016.

Hasilnya menunjukkan bahwa semua variabel independen secara bersamaan

dapat menjelaskan variasi variabel dependen (pertumbuhan ekonomi), yaitu koefisien

determinasi sebesar 74.48%. Selain itu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, laju pertumbuhan

penduduk dan rasio ketergantungan berpengaruh positif signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi, dan tingkat partisipasi angkatan kerja berpengaruh positif tetapi

tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Kata kunci: pertumbuhan ekonomi (laju PDRB), Indeks Pembangunan Manusia (IPM),

laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan penduduk, tingkat partisipasi

angkatan kerja.

Page 10: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang

telah memberi nikmat islam dan iman, rezeki, rahmat, dan hidayah sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Variabel-Variabel Demografi

terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Pulau Jawa (Periode Tahun 2008 – 2016)

dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa penulis sanjungkan kepada Nabi

Muhammad Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam beserta keluarga dan sahabatnya yang setia

mengorbankan jiwa raga dan harta untuk tegaknya syi’ar islam sehingga dapat

membimbing umatnya dari zaman kegelapan menuju jalan yang terang benderang.

Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk mempenuhi syarat-syarat guna

memperoleh gelar sarjana ekonomi (SE) di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Selesainya skripsi ini tidak luput dari dukungan, semangat,

bantuan, bimbingan, serta doa dari orang-orang terbaik yang ada di sekeliling penulis

selama ini dan khususnya selama proses penyelesaian skripsi. Maka dari itu penulis

menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena tanpa bantuan, rahmat dan kasih sayang-

Nya tidak mungkin saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Alhamdullilahi Robil

alamin terimakasih atas segala nikmat, karunia dan kasih sayang yang Engkau

berikan ya Rabb.

2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas kesempatan yang diberikan kepada

penulis untuk mengenyam pendidikan di kampus.

3. Bapak Arief Fitrijanto M.Si, selaku Kepala Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang dengan kemurahan hatinya bersedia

meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, ilmu yang bermanfaat

serta dengan sabarnya memberikan nasihat dan mengingatkan saya selalu

tentang skripsi yang belum terselesaikan. Terimakasih atas segala kebaikan,

kesabaran, arahan, nasihat yang telah bapak berikan kepada saya.

Page 11: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

ix

4. Bapak Fahmi Wibawa, S.E, MBA selaku dosen pembimbing I yang selalu dapat

menyediakan waktu untuk memberikan arahan, nasihat, serta saran agar setiap

bagian bahkan sampai detail skripsi ini tersusun dengan sebaik-baiknya. Terima

kasih banyak, pak.

5. Ibu Najwa Khairina, M.Si selaku dosen pembimbing II yang selalu ada dan

selalu dapat menyempatkan waktu untuk saya mulai dari diskusi penentuan

topik dan judul skripsi, memberikan saran dan arahan untuk hasil penelitian

saya, dan selalu bertanya dengan nada ramahnya tentang permasalahan apa

dalam skripsi saya yang perlu didiskusikan. Terima kasih banyak, bu.

6. Keluarga tercinta dan tersayang yang saya miliki, khususnya Umi tercinta, Nur

Fauziah, wanita yang paling kuat dan sabar dalam hidup saya, yang berjuang

terus-menerus untuk membesarkan anak-anaknya seorang diri. Wanita yang

selalu memberikan doa, cinta, sayang, semangat, perjuangan dan seluruh

perhatian yang tidak henti-henti diberikan kepada saya selama ini, terimakasih

Umi, you’re the one that I love the most in this world more than anything…

Untuk Abi dan Abah yang sudah tidak berada di sisi saya lagi, semoga Abi dan

Abah tahu kalau Ayu akhirnya bisa jadi sarjana, bahwa ini semua buat Abi dan

Abah. Untuk adik-adik perempuanku, Icha dan Salsa. Terima kasih sudah jadi

adik yang selalu mendukung dan selalu kasih semangat kalau semuanya sudah

terasa melelahkan bagi saya. Untuk Mbah Husnul yang masih strong

melakukan apapun yang selalu kasih inspirasi buat saya.

7. Seluruh keluarga besar, di antaranya Om Uphe, Om Aziz, Bi Risna, Om Syam,

Pakde Rahmat, Bukde Sarti, Paklik Udin, dan masih banyak lagi yang tidak

bisa saya sebutkan satu-satu dalam ucapan terimakasih ini, terimakasih banyak

telah memberikan doa, kasih sayang, bantuan dan hiburan selama ini, thank you

for all the supports that you giving to me.

8. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang selama ini telah

memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan berharga bagi saya. Semoga

Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu membalas semua kebaikan-kebaikan yang

telah dosen-dosen FEB UIN berikan. Jajaran staf dan karyawan UIN Syarif

Page 12: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

x

Hidayatullah Jakarta yang selama ini melayani dan membantu saya sepenuh

jiwa dan raga.

9. Sahabat-sahabat terbaik saya, Fatimah, Rere, Ifah, Damay, Ajeng, Aisyah, Fitri,

Decy, Nadia, Nufita, Medina, Maftuhah, Mawali, dan Ryma yang selama ini

telah memberikan kasih sayang, doa, semangat dan hiburan untuk saya.

10. Sahabat-sahabat terbaik yang saya miliki selama kuliah di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Tiara Kusuma Dewi, Fatimah At-Thohiroh, Kartika

Eriyanti, Zahra Munira, Lisa Aliasti, Yunita, Wiwid Sundari, Ayu Andini,

Apriyani Intan Sari, Dita Putri, Oktaviani Dewi Masitho yang selama ini telah

menghabiskan banyak waktu bersama saya di saat suka maupun duka, berbagi

kisah dan cerita bersama, maupun jadi pendengar cerita saya, berbagi ilmu, dan

membantu saya untuk mengerjakan soal-soal perkuliahan maupun skripsi.

Terimakasih semuanya, karena kalian dunia kuliah saya jadi lebih berwarna.

11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini,

Roro, Lina, Tanti, Dea, Deya, Devina, Mella, Anjeng, Bagus, Luthfan, Izzu,

Didi, dan yang lain yang saya sayangi yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu.

Terima kasih banyak selama ini telah memberikan kebahagiaan dan

kebersamaan kepada saya. Saya berharap pada kesempatan lain waktu dapat

bertemu kembali dengan kondisi yang kalian semua cita-citakan.

12. Pejuang perempuan KKN LAGUKAN DAMA, Ihat Sholihat dan Hamalatul

Qurani yang selalu bersama memperjuangkan laporan sampai akhir. Terima

kasih telah sangat baik, sabar, dan pengertian dalam setiap hal dari awal kenal

bahkan sampai saat ini.

Page 13: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

xi

Penulis sadari bahwa penulisan skripsi ini sangat jauh dari kata sempurna,

disebabkan karena keterbatasan wawasan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan berbagai saran dan masukan, baik kritik yang

membangun kepada skripsi ini dari berbagai pihak.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ciputat, April 2018

Ayu Athifah

Page 14: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

xii

DAFTAR ISI

Cover

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .......................................... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .......................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................. iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................. iv

Abstract ........................................................................................................................ vi

Abstrak ....................................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Batasan Masalah................................................................................................. 8

C. Rumusan Masalah .............................................................................................. 8

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ......................................................... 9

1. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 9

2. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 9

E. Tinjauan Kajian Terdahulu .............................................................................. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 16

A. Landasan Teori ................................................................................................. 16

Page 15: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

xiii

1. Definisi Ilmu Kependudukan dan Demografi .............................................. 16

2. Manfaat Ilmu Demografi .............................................................................. 20

3. Pertumbuhan Ekonomi ................................................................................. 21

4. Teori Jebakan Populasi Malthus (Kelompok Pesimis) ................................. 22

5. Kelemahan-Kelemahan Teori Malthus......................................................... 25

6. Perlunya Pertumbuhan Penduduk dan Kelompok Optimis Kependudukan

terhadap Pertumbuhan Ekonomi .......................................................................... 26

7. Pandangan Umum tentang Penduduk dan Angkatan Kerja ......................... 28

8. Kualitas Hidup dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) .......................... 31

9. Rasio Ketergantungan Penduduk ................................................................. 34

10. Teori Kependudukan Berkaitan dengan Komponen Pendapatan Nasional .. 35

B. Kerangka Pemikiran ......................................................................................... 37

C. Hipotesis Penelitian .......................................................................................... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 41

A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................ 41

B. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................................... 41

C. Jenis dan Sumber Data ..................................................................................... 43

D. Metode Pengumpulan Data .............................................................................. 44

E. Metode Analisis Data ....................................................................................... 45

1. Metode Data Panel ....................................................................................... 45

2. Estimasi Model Data Panel .......................................................................... 46

3. Pemilihan Metode Estimasi dalam Data Panel ............................................. 48

4. Model Empiris .............................................................................................. 49

5. Pengujian Hipotesis Penelitian ..................................................................... 49

Page 16: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

xiv

F. Operasional Variabel Penelitian ....................................................................... 52

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 56

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................................. 56

B. Penemuan dan Pembahasan ............................................................................. 59

1. Analisis Deskriptif ........................................................................................ 59

2. Estimasi Model Data Panel .......................................................................... 71

3. Hasil Pengujian Hipotesis ............................................................................ 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 91

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 91

B. Saran ................................................................................................................. 93

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 95

LAMPIRAN – LAMPIRAN ..................................................................................... 99

Page 17: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Perkembangan TPAK di Pulau Jawa ........................................................... 6

Tabel 1. 2 Perkembangan IPM di Pulau Jawa............................................................... 7

Tabel 1. 3 Tinjauan Kajian Terdahulu ........................................................................ 13

Tabel 2. 1 Contoh Pusat Perhatian Analisis Demografi Formal dan Ilmu

Kependudukan............................................................................................................. 18

Tabel 3. 1 Kategori Pembagian Negara sesuai Nilai IPM Menurut UNDP ................ 43

Tabel 3. 2 Operasional Variabel Penelitian................................................................. 53

Tabel 4. 1 Jumlah Penduduk Per Provinsi di Pulau Jawa (tahun 2008 dan 2016) ...... 59

Tabel 4. 2 Perkembangan Rasio Ketergantungan Penduduk Pulau-Pulau Besar di

Indonesia ..................................................................................................................... 65

Tabel 4. 3 Hasil Uji Chow (Likelihood Ratio) ............................................................ 72

Tabel 4. 4 Hasil Uji Hausman ..................................................................................... 72

Tabel 4. 5 Kriteria Pengujian Durbin-Watson ............................................................ 73

Tabel 4. 6 Hasil Uji Multikolinieritas ......................................................................... 74

Tabel 4. 7 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser ...................................... 75

Tabel 4. 8 Hasil Fixed Effect Model (FEM) ............................................................... 75

Tabel 4. 9 Interpretasi Koefisien Fixed Effect Model (FEM) ..................................... 79

Tabel 4. 10 Pendataan Pekerja yang Terkena PHK .................................................... 83

Tabel 4. 11 Perkembangan Laju Pertumbuhan Penduduk dan Jumlah Penduduk di

Pulau Jawa ................................................................................................................... 84

Tabel 4. 12 Perbandingan Jumlah Pencari Kerja dan Lowongan Kerja ..................... 89

Page 18: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Jumlah Penduduk Indonesia ..................................................................... 2

Gambar 1. 2 Perkembangan Rasio Ketergantungan Penduduk Provinsi-Provinsi di

Pulau Jawa ..................................................................................................................... 4

Gambar 2. 1 Model Jebakan Populasi Malthus ........................................................... 24

Gambar 2. 2 Bagan Kerangka Pemikiran Teoritis ...................................................... 39

Gambar 4. 1 Peta Pulau Jawa ...................................................................................... 56

Gambar 4. 2 Kontribusi Pulau-Pulau di Indonesia terhadap PDB per 2016 (dalam

persen) ......................................................................................................................... 58

Gambar 4. 3 Laju Pertumbuhan PDRB per Provinsi di Pulau Jawa ........................... 60

Gambar 4. 4 Indeks Pembangunan Manusia per Provinsi di Pulau Jawa ................... 62

Gambar 4. 5 Perkembangan Laju Pertumbuhan Penduduk per Provinsi di Pulau Jawa

..................................................................................................................................... 63

Gambar 4. 6 Perkembangan Rasio Ketergantungan per Provinsi di Pulau Jawa ........ 66

Gambar 4. 7 Perkembangan TPAK per Provinsi di Pulau Jawa ................................. 67

Gambar 4. 8 Kondisi Demografi 5 Provinsi di Luar Pulau Jawa ................................ 69

Gambar 4. 9 Hasil Uji Normalitas............................................................................... 73

Gambar 4. 10 Perkembangan IPM Keseluruhan Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2008-

2016 ............................................................................................................................. 82

Gambar 4. 11 Provinsi Tujuan Migran Tahun 2010 ................................................... 88

Page 19: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Data-Data Penelitian ........................................................................... 100

Lampiran 2: Output FEM ........................................................................................ 102

Lampiran 3: Uji Chow ............................................................................................ 103

Lampiran 4: Uji Hausman ....................................................................................... 104

Lampiran 5: Uji Normalitas .................................................................................... 105

Lampiran 6: Uji Multikolinieritas ........................................................................... 105

Lampiran 7: Uji Heteroskedastisitas ....................................................................... 106

Lampiran 8: Uji Autokorelasi ................................................................................. 106

Page 20: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penduduk adalah orang-orang yang tinggal dan menetap dalam suatu wilayah

yang terikat oleh aturan-aturan tertentu. Keberadaannya yang tersebar di seluruh negara

di dunia sudah menyentuh angka 7,442 miliar jiwa pada tahun 2016 menurut World

Bank menjadi salah satu bagian terpenting dari sebuah negara. Pentingnya penduduk

tertulis dalam Konvensi Montevideo yang disepakati tahun 1933 tentang pembentukan

negara bahwa penduduk merupakan salah satu unsur konstitutif (pokok) yang wajib

dimiliki dalam suatu wilayah agar dapat berdiri sebagai negara. Dengan adanya

pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa tanpa keberadaan penduduk sebuah negara

tidak akan utuh. Berdasarkan pada penjelasan tersebut, pembahasan lebih lanjut

tentang kependudukan pun menjadi hal yang penting untuk dibahas, terutama tentang

permasalahan yang ada di dalamnya.

Permasalahan kependudukan yang dibahas dalam ilmu demografi mulai

populer setelah penelitian yang dilakukan oleh John Graunt (1620 – 1674). Meskipun

pembahasan penelitian dalam bukunya yang berjudul Natural and Political

Observations Mentioned in a Following Index and Made Upon the Bills of Mortality

lebih menekankan pada permasalahan kematian, menurutnya, penelitian

kependudukan lebih lanjut diperlukan karena permasalahan kependudukan tidak hanya

sebatas kematian dan kelahiran. Graunt menyarankan agar penelitian tentang

kependudukan lebih menekankan pada aspek komposisi penduduk menurut jenis

kelamin, umur, agama, dan lain sebagainya. Selain itu, menurut Ananta (1993), studi

kependudukan mempelajari variabel-variabel demografi, juga memperhatikan

hubungan (asosiasi) antara perubahan penduduk dengan berbagai variabel sosial,

ekonomi, politik, biologi, genetika, geografi, lingkungan, dan lain sebagainya. Dengan

kedua penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembahasan permasalahan

kependudukan dapat terus berkembang seiring dengan pertumbuhannya dan

keterkaitannya terhadap bidang lain. Pertumbuhan penduduk menjadi salah satu

permasalahan yang memerlukan penelitian lanjut yang sampai saat ini masih menjadi

Page 21: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

2

subjek tidak terlepaskan bagi negara-negara maju dan berkembang. Hal yang menjadi

permasalahan adalah ketika jumlahnya mengalami peningkatan, sektor lain pun ikut

terkena dampak dari peningkatannya tersebut, termasuk perekonomian yang di dalam

penelitian ini lebih spesifik membahas tentang pertumbuhan ekonomi.

Permasalahan kependudukan di Indonesia sendiri bukanlah hal baru. Indonesia

merupakan negara kesatuan dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia.

Perkembangan jumlahnya berdasarkan informasi world bank terus-menerus meningkat

mulai dari tahun 1960 dengan jumlah 87.792.512 jiwa, tahun 1970 dengan jumlah

114.834.781 jiwa, hingga tahun 2000 jumlahnya melebihi 200 juta jiwa atau lebih

tepatnya 211.540.429, dan mencapai puncak pada tahun 2016 dengan jumlah

261.115.456 jiwa.

Gambar 1. 1

Jumlah Penduduk Indonesia

Sumber: World Bank, 2017

Peningkatan jumlah penduduk memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi

menurut dua aliran, yaitu aliran optimis dan pesimis (Sayifullah dkk, 2013). Menurut

aliran optimis, penduduk merupakan pemacu pembangunan. Dilihat dari sisi

permintaan, jumlah penduduk yang besar dalam suatu negara dapat meningkatkan

konsumsi dan hal tersebut dapat mendorong permintaan agregat yang sangat membantu

87792515

114834780

147490365

181436821

211540429

242524123261115456

1960 1970 1980 1990 2000 2010 2016

Jumlah Penduduk Indonesia

Page 22: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

3

bagi bidang usaha agar lebih produktif. Perkembangan perekonomian salah satunya

ditentukan oleh banyaknya permintaan dari penduduk. Dilihat dari sisi penawaran,

penduduk dengan jumlah yang besar berarti terdapat ketersediaan sumber daya

produksi dari sisi tenaga kerja yang kompetitif apabila berkualitas dan produktif.

Berbanding terbalik dengan pernyataan aliran optimis, aliran pesimis

mengatakan bahwa jumlah penduduk yang besar merupakan permasalahan bagi

pembangunan (Sayifullah dkk, 2013). Jumlah penduduk yang besar akan menyebabkan

rendahnya pendapatan perkapita, bertambahnya penduduk miskin, terbatasnya

kesempatan pendidikan, timbulnya degradasi lingkungan, muncul serta bertambahnya

migrasi internasional yang ilegal, dan ledakan migrasi. Aliran pesimis menganggap

penduduk merupakan penghambat pembangunan (pertumbuhan ekonomi) apabila

jumlahnya terlalu besar sehingga sumber daya produksi yang tersedia tidak dapat

memenuhi kebutuhan populasi yang besar dan terus bertambah.

Permasalahan pertumbuhan penduduk di Indonesia akan sangat terarah pada

pulau Jawa yang terdiri dari enam provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa

Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten. Alasan utama yang mendukung

pernyataan tersebut adalah karena pulau Jawa merupakan pulau dengan penduduk

terpadat di Indonesia. Jumlahnya yang setiap tahun meningkat menyebabkan distribusi

atau penyebaran kependudukan di Indonesia tidak merata. Pada tahun 2016, sekitar 146

juta penduduk Indonesia atau 57,5% bermukim di pulau yang luasnya hanya 128.927

km persegi atau 6,8% dari total area Indonesia, sedangkan pulau Kalimantan yang

luasnya 539.460 km persegi1 atau 28,5% dari total area Indonesia dihuni 14,5 juta atau

hanya 5,8% penduduk. Ketimpangan atau ketidakmerataan pembangunan di antara

pulau Jawa dan luar pulau Jawa menjadi faktor pendorong yang menyebabkan pulau

Jawa semakin lama semakin padat dan sesak. Ketimpangan tersebut menurut Arbani

(2014) dapat terlihat dari perkembangan dan pembangunan infrastruktur di pulau Jawa

jauh lebih pesat dibanding pulau lainnya. Selain itu, mode transportasi lengkap yang

memudahkan akses kemana saja dan standar upah yang dianggap jauh lebih tinggi juga

1 Luas yang menjadi bagian NKRI.

Page 23: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

4

menjadi alasan yang sering diberikan para pencari kerja dari luar Jawa untuk

melakukan migrasi. Berdasarkan penjelasan tersebut, pengaruh dari peningkatan

jumlah penduduk atau semakin padatnya penduduk memiliki dua kemungkinan

terhadap pertumbuhan ekonomi, yaitu meningkatkan atau menghambat perekonomian

seperti pernyataan Sayifullah, dkk (2013).

Pokok bahasan kependudukan yang memiliki peranan dalam perekonomian

tidak hanya terlihat dari pertumbuhan penduduk saja, tetapi dapat dilihat juga dari

besarnya rasio ketergantungan penduduk. Rasio ketergantungan penduduk menjadi

salah satu indikator demografi yang penting. Rasio ketergantungan penduduk

merupakan perbandingan antara jumlah penduduk usia 0 – 14 tahun, ditambah dengan

jumlah penduduk usia 65 tahun keatas (keduanya disebut bukan angkatan kerja)

dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15 – 64 tahun (angkatan kerja) (BPS,

2010). Rasio ketergantungan penduduk pada masing-masing provinsi di pulau Jawa

sendiri menunjukkan nilai yang tidak terlalu tinggi dari tahun ke tahun seperti data

yang dipublikasikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau dikenal

dengan Bappenas (2013).

Gambar 1. 2

Perkembangan Rasio Ketergantungan Penduduk Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa

Sumber: Bappenas, 2013, data disusun kembali

DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Yogyakarta Jawa Timur Banten

2010 36.8 47.3 46.9 37.1 39.4 49.8

2012 36.8 46.5 46.7 37.1 39.3 47.7

2014 36.9 46.1 46.9 37.1 39.4 46.2

2016 37.1 46 46.8 37.2 39.7 45.4

0

10

20

30

40

50

60

2010 2012 2014 2016

Page 24: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

5

Menurut Sari (2016), Rasio ketergantungan penduduk merupakan variabel

yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui beban tanggungan penduduk yang

ditanggung penduduk usia produktif. Mekanisme pemahamannya adalah apabila

jumlah penduduk usia produktif lebih besar dari jumlah usia non produktif, maka akan

menghasilkan rasio beban tanggungan penduduk yang kecil, sehingga sedikit jumlah

penduduk usia non produktif yang ditanggung penduduk usia produktif. Sebaliknya,

jika jumlah penduduk usia produktif lebih kecil, maka akan menghasilkan rasio beban

tanggungan penduduk yang besar. Apabila beban tanggungan penduduk usia produktif

nilainya tinggi, maka akan menghambat pertumbuhan ekonomi karena pendapatan

yang dihasilkan penduduk usia produktif digunakan untuk memenuhi kebutuhan

penduduk usia non produktif sehingga akan mengurangi nilai investasi dan tabungan

(saving). Berdasarkan data pada tabel 1.2 di atas, sebagai contoh, Yogyakarta yang

memiliki angka paling stabil di antara provinsi lainnya, pada tahun 2016, nilai rasio

ketergantungan penduduknya 37,2 yang berarti setiap 100 penduduk usia produktif

(bekerja) mempunyai tanggungan sebanyak 38 penduduk usia non-produktif (belum

produktif dan sudah tidak produktif lagi).

Selain itu, permasalahan perkembangan pertumbuhan penduduk yang berkaitan

dengan perekonomian tidak terlepas dari adanya peran tenaga kerja. Tenaga kerja

merupakan salah satu potensi aset yang dimiliki sebuah negara dalam membantu

pembangunan ekonomi. Perekonomian (pertumbuhan ekonomi) dan tenaga kerja

memiliki keterikatan satu sama lain. Seperti yang dijelaskan Saputri (2011) bahwa

kondisi yang ideal dari tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi adalah ketika

partisipasi tenaga kerja dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kondisi yang

ideal dari pertumbuhan ekonomi terhadap tenaga kerja adalah ketika pertumbuhan

ekonomi mampu menambah penggunaan tenaga kerja secara lebih besar. Semakin

besar nilai dari tingkat partisipasi angkatan kerja, maka semakin terlihat peranan

pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi rakyatnya. Berdasarkan data

yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik (2016), nilai partisipasi angkatan kerja di

pulau Jawa selalu berada di atas 50 persen.

Page 25: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

6

Tabel 1. 1

Perkembangan TPAK di Pulau Jawa

Provinsi Tahun

2010 2012 2014 2016

DKI Jakarta 67.83 71.47 66.61 68.79

Jawa Barat 62.38 63.64 62.77 64.43

Jawa Tengah 70.6 71.26 69.68 69.89

Yogyakarta 69.76 71.37 71.05 72.2

Jawa Timur 69.08 69.6 68.12 68.27

Banten 65.34 65.17 63.84 65.56

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2017, data disusun kembali

Dengan angka partisipasi yang tinggi seperti pada tabel di atas, mengartikan

besarnya kesempatan kerja yang tersedia bagi para pencari kerja yang dengan angka

tersebut dapat membantu mengurangi pengangguran dan membantu meningkatkan

pertumbuhan ekonomi.

Kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu bagian dari variabel

kependudukan yang juga berkaitan dengan perekonomian. Pengukuran kualitas

tersebut dapat terlihat dari nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indeks yang

tolok ukurnya dilihat dari angka harapan hidup (aspek kesehatan), angka melek huruf

(aspek pendidikan), dan standar hidup (aspek hidup layak) ini menjelaskan bagaimana

penduduk suatu wilayah dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh

pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Tingkat kualitas sumber daya

manusia yang tinggi sangat menentukan kemampuan dalam menyerap dan mengelola

sumber-sumber pertumbuhan ekonomi, baik kaitannya dengan teknologi maupun

terhadap kelembagaan sebagai sarana penting untuk mencapai pertumbuhan ekonomi

(Dewi dan Sutrisna, 2014). Berdasarkan data yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik

(BPS) (2017) dengan menggunakan sistem pembagian kategori negara-negara

berdasarkan besarnya nilai IPM yang diterbitkan tahun 20072, provinsi-provinsi yang

berada di pulau Jawa memiliki rata-rata angka IPM di atas 65 setiap tahunnya. Angka

2 Pembagian negara-negara dengan HDI atau IPM tinggi, menengah, dan rendah berdasarkan Human Development Report 2007/2008, diterbitkan oleh UNDP.

Page 26: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

7

ini termasuk cukup kecil jika dibandingkan dengan beberapa provinsi-provinsi yang

berada di pulau Sumatera dan Kalimantan (pada tahun 2016 nilai IPM Kepulauan Riau

sebesar 73.99, Riau dengan nilai IPM sebesar 71.3, dan Kalimantan Timur dengan nilai

IPM sebesar 74.59) padahal pembangunan infrastruktur dan tingkat pendidikan di

pulau Jawa jauh lebih pesat dan sangat diprioritaskan.

Tabel 1. 2

Perkembangan IPM di Pulau Jawa

Provinsi Tahun

2010 2012 2014 2016

DKI Jakarta 76.31 77.53 78.39 79.60

Jawa Barat 66.15 67.32 68.80 70.05

Jawa Tengah 66.08 67.21 68.78 69.98

Yogyakarta 75.37 76.15 76.81 78.38

Jawa Timur 65.36 66.74 68.14 69.74

Banten 67.54 68.92 69.89 70.96

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2017, data disusun kembali

Berdasarkan uraian-uraian di atas di mana variabel-variabel demografi tersebut

dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, penulis berkeinginan untuk melakukan

analisis penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Pengaruh Variabel-Variabel

Demografi terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Pulau Jawa (Periode Tahun 2008

– 2016)”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif yang diperoleh

dari sampel populasi penelitian yang kemudian dianalisis sesuai dengan metode

statistik yang digunakan kemudian diinterpretasikan. Metode statistik yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode panel yang menggabungkan data time series, yaitu

tahun 2008 – 2016 dan data cross section, yaitu provinsi-provinsi yang terdapat di

pulau Jawa, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan

Banten. Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks

Pembangunan Manusia (IPM), Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP), Rasio

Ketergantungan Penduduk (RK), dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

sebagai variabel independen, serta Pertumbuhan Ekonomi sebagai variabel

dependennya.

Page 27: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

8

B. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, terfokus, dan tidak meluas, penulis membatasi

penelitian pada pengaruh variabel-variabel demografi yang digunakan, yaitu Indeks

Pembangunan Manusia (IPM), laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan

penduduk, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terhadap pertumbuhan

ekonomi yang dilihat dari laju pertumbuhan PDRB. Penelitian ini difokuskan pada

provinsi-provinsi di pulau Jawa pada periode tahun 2008 – 2016.

C. Rumusan Masalah

Permasalahan kependudukan di Indonesia bukanlah hal baru dan menjadi salah

satu tugas yang belum terselesaikan bagi pemerintah. Mulai dari jumlah penduduk

yang setiap tahun meningkat yang menyebabkan distribusi kependudukan yang tidak

merata, kepadatan penduduk yang menumpuk hanya terjadi di beberapa wilayah, nilai

rasio ketergantungan penduduk yang cukup tinggi, dan lain-lain. Sorotan utama

permasalahan kependudukan tersebut di Indonesia mengarah pada pulau Jawa yang

merupakan pulau strategis tempat berbagai macam kegiatan perekonomian dilakukan.

Pulau Jawa merupakan pulau dengan jumlah penduduk terpadat dengan luas

wilayah terkecil di Indonesia. Kondisi tersebut mengakibatkan penyebaran

kependudukan di Indonesia tidak merata mengingat masih terdapat pulau lain yang

memiliki luas wilayah yang jauh lebih besar tetapi jumlah penduduknya sedikit.

Permasalahan kependudukan tersebut dapat menimbulkan pengaruh bagi pertumbuhan

ekonomi. Untuk melihat pengaruh tersebut berdasarkan data-data yang sudah ada,

dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

a. Apakah pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap pertumbuhan

ekonomi di pulau Jawa?

b. Apakah pengaruh laju pertumbuhan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi

di pulau Jawa?

c. Apakah pengaruh rasio ketergantungan penduduk terhadap pertumbuhan

ekonomi di pulau Jawa?

d. Apakah pengaruh Tingkat Pertisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terhadap

pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa?

Page 28: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

9

e. Apakah pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), laju pertumbuhan

penduduk, rasio ketergantungan penduduk, dan Tingkat Partisipasi Angkatan

Kerja (TPAK) terhadap pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa?

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan-rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut.

a. Menganalisis pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap

pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa.

b. Menganalisis pengaruh laju pertumbuhan penduduk terhadap pertumbuhan

ekonomi di pulau Jawa.

c. Menganalisis pengaruh rasio ketergantungan penduduk terhadap pertumbuhan

ekonomi di pulau Jawa.

d. Menganalisis pengaruh Tingkat Pertisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terhadap

pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa.

e. Menganalisis pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), laju

pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan penduduk, dan Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terhadap pertumbuhan ekonomi di pulau

Jawa.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak

sebagai berikut.

a. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman tentang

demografi, menambah wawasan tentang ilmu ekonomi kependudukan, dan

memberikan manfaat berupa informasi serta dapat dijadikan sebagai salah satu

bahan referensi tambahan dalam pengembangan ilmu yang berkaitan tentang

kependudukan terhadap pertumbuhan ekonomi,

b. Manfaat Praktis

Page 29: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

10

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi dan

acuan dalam melakukan pertimbangan perencanaan kebijakan yang efektif untuk

menghadapi permasalahan kependudukan yang dihadapi Indonesia, khususnya

untuk wilayah yang memiliki potensi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

E. Tinjauan Kajian Terdahulu

Beberapa penelitian mengenai pengaruh variabel-variabel demografi terhadap

pertumbuhan ekonomi telah dilakukan oleh sejumlah peneliti. Penelitian-penelitian

sebelumnya tersebut dalam bentuk jurnal, buku, dan referensi lainnya yang dapat

membantu peneliti dalam penyusunan kerangka pemikiran. Oleh karena itu, untuk

mendukung penelitian ini, referensi penelitian-penelitian sebelumnya yang diambil

adalah sebagai berikut.

Sayifullah, Sugeng Setyadi, dan Samsul Arifin (2013) dalam jurnal

penelitiannya yang berjudul Pengaruh Variabel Demografi terhadap Pertumbuhan

Ekonomi di Provinsi Banten menggunakan subjek kabupaten/kota yang terdapat di

provinsi Banten menyimpulkan dengan penggunaan variabel penelitian yang sama

bahwa laju pertumbuhan penduduk dan indeks pembangunan manusia berpengaruh

positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi Banten, yang berarti

ketika laju pertumbuhan penduduk dan indeks pembangunan manusia mengalami

peningkatan, maka pertumbuhan ekonomi pun juga mengalami peningkatan.

Dr. Bhawna Rathore (2012) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul Impact

of Demographic Features on Economic Development of India from 2001 – 2010

menyimpulkan bahwa laju pertumbuhan penduduk dapat menimbulkan situasi ekstrim

terhadap pertumbuhan ekonomi. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian

Rathore adalah India yang merupakan negara dengan penduduk kedua terbanyak di

dunia. Situasi ekstrim yang dijelaskan Rathore adalah situasi ekonomi di mana

pertumbuhan penduduk tinggi disertai pendapatan relatif tinggi, maka sumber daya

yang tersedia harus termanfaatkan sepenuhnya. Dalam situasi ekonomi seperti itu,

masyarakat seharusnya lebih mengutamakan penghematan dibanding konsumsi karena

akan membantu menghasilkan pendapatan jauh lebih tinggi di masa depan yang

ditandai dengan pertumbuhan investasi yang cepat. Dengan kata lain, pendapatan yang

Page 30: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

11

jauh lebih tinggi yang mempengaruhi pertumbuhan investasi dapat meningkatkan

pertumbuhan ekonomi (berpengaruh positif).

Muhammad Nur Wicaksono (2014) dalam penelitian skripsinya yang berjudul

Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, Angkatan Kerja, dan Belanja

Modal Daerah terhadap Peningkatan PDRB Provinsi di Indonesia Tahun 2008 – 2012

menyimpulkan bahwa variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh

positif dan signifikan terhadap peningkatan jumlah PDRB provinsi di Indonesia.

Menurutnya, diperlukan adanya tanggapan serius dari pemerintah untuk lebih terfokus

pada IPM tiap provinsi terutama provinsi yang memiliki IPM terendah. Pemerintah

perlu mengembangkan tiga indikator dalam IPM, yaitu indeks kesehatan, indeks

pendidikan, dan indeks standar hidup layak (indeks kemiskinan) dengan memberi

alokasi dana lebih bagi ketiga indikator tersebut. Selain itu, variabel angkatan kerja

berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan jumlah PDRB provinsi di

Indonesia. Berdasarkan data statistik di beberapa provinsi di Indonesia dengan

mengelompokkan masing-masing provinsi dengan jumlah angkatan kerja tinggi dan

jumlah angkatan kerja rendah juga dapat menggambarkan pengaruh positif variabel

angkatan kerja terhadap peningkatan PDRB. Hal ini menggambarkan bahwa

pemerintah harus memperhatikan angkatan kerja di setiap provinsi jika ingin

meningkatkan PDRB di provinsi tersebut. Dalam penelitiannya, dikatakan bahwa

penduduk di Indonesia cenderung berkumpul di pulau Jawa sehingga angkatan kerja di

pulau Jawa relatif jauh banyak. Pengaruh dari angkatan kerja ini akan menyebabkan

PDRB semakin tinggi. Kebijakan pemerintah daerah dalam menyesuaikan antara

jumlah modal dan angkatan kerja mampu menghasilkan output maksimal di provinsi

masing-masing sehingga kondisi benyaknya pengangguran, terlantarnya sumber daya

alam di daerah dapat dihindari.

Marie-Lor Sundman (2011) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul The

Effects of the Demographic Transition on Economic Growth: Implications for Japan

meneliti efek yang dihasilkan transisi demografi terhadap pertumbuhan ekonomi di

Jepang menyatakan bahwa transisi demografi memiliki dampak negatif terhadap GDP

per kapita. Selain itu, perkembangan teknologi berdampak pada standar hidup dan

Page 31: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

12

kesehatan, angka harapan hidup yang lebih tinggi menghasilkan penduduk lansia lebih

banyak. Dengan kata lain, penduduk usia produktif memiliki tekanan jauh lebih besar

dalam hal pekerjaan, rendahnya pendapatan, tingginya pajak, kontribusi sosial untuk

membantu menopang hidup para lansia. Selain itu, pemerintah Jepang harus

memperhatikan bertambahnya nilai populasi imigrasi. Jika tidak, jumlah populasi

penduduk Jepang akan jatuh sebesar 75% pada 2050. Hal ini akan menjadi bencana

bagi perekonomian, karena berkurang atau bertambahnya tenaga kerja akan searah

dengan berkurang atau bertambahnya GDP per kapita.

Anne Edle von Gaessler dan Thomas Ziesemer (2016) dalam jurnal

penelitiannya yang berjudul Optimal Education In Time of Ageing: The Dependency

Ratio In The Uzawa-Lucas Growth Model meneliti rasio ketergantungan penduduk

terhadap pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan model Uzawa-Lucas3

mengatakan bahwa perekonomian ternyata memiliki beberapa kondisi stabil.

Kestabilan tersebut di antaranya dapat dilihat dari banyaknya penduduk dalam suatu

negara yang berpendidikan tinggi. Pemerintah harus lebih memfokuskan pembangunan

pendidikan pada saat populasi usia aktif bertumbuh pesat dibanding pertumbuhan

populasi usia non-aktifnya. Dampak dari fokusnya bidang pendidikan tersebut dapat

meningkatkan modal manusia, PDB per kapita, upah, dan mengurangi tingkat

pertumbuhan konsumsi, suku bunga, dan rasio hutang atau PDB agar dapat mengurangi

beban hutang. Penjelasan tersebut menyimpulkan bahwa kondisi ketika jumlah

penduduk usia aktif atau produktif jauh lebih banyak dibanding penduduk usia non-

produktif, maka rasio ketergantungan akan berkurang. Dengan kata lain, variabel rasio

ketergantungan penduduk dalam penelitian Gaessler dan Ziesemer (2016) ini

berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

3 Model Uzawa-Lucas adalah model ekonomi pertumbuhan endogen di mana modal fisik dan manusia

dihasilkan dari teknologi yang berbeda. Model ini menjelaskan pertumbuhan ekonomi jangka panjang

sebagai konsekuensi akumulasi modal manusia.

Page 32: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

13

Tabel 1. 3

Tinjauan Kajian Terdahulu

No. Peneliti Judul Hasil Penelitian

1. Sayifullah,

dkk.

(Jurnal, 2015)

Pengaruh Variabel

Demografi terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di

Provinsi Banten

Laju pertumbuhan penduduk

dan Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) berpengaruh

positif dan signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi

2. Rathore

(Jurnal, 2012)

Impact of Demographic

Features on Economic

Development of India

from 2001 – 2010

Terdapat situasi ekonomi di

mana pertumbuhan penduduk

tinggi disertai pendapatan relatif

tinggi, maka sumber daya yang

tersedia harus termanfaatkan

sepenuhnya. Dalam situasi

ekonomi seperti itu, masyarakat

seharusnya lebih

mengutamakan penghematan

dibanding konsumsi karena

akan membantu menghasilkan

pendapatan jauh lebih tinggi di

masa depan yang ditandai

dengan pertumbuhan investasi

yang cepat. Dengan kata lain,

pendapatan yang jauh lebih

tinggi yang mempengaruhi

pertumbuhan investasi dapat

meningkatkan pertumbuhan

ekonomi (berpengaruh positif).

Page 33: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

14

3. Wicaksono

(Jurnal, 2014)

Analisis Pengaruh Indeks

Pembangunan Manusia,

Angkatan Kerja, dan

Belanja Modal Daerah

terhadap Peningkatan

PDRB Provinsi di

Indonesia Tahun 2008 –

2012

Variabel Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) berpengaruh

positif dan signifikan terhadap

PDRB provinsi di Indonesia.

Selain itu, variabel angkatan

kerja berpengaruh positif dan

signifikan terhadap PDRB

provinsi di Indonesia

4. Sundman

(Jurnal, 2011)

The Effects of the

Demographic Transition

on Economic Growth:

Implications for Japan

1. Transisi demografi

(kependudukan)

berpengaruh dampak

negatif terhadap

pertumbuhan ekonomi.

2. Angka harapan hidup yang

merupakan bagian dari IPM

berpengaruh negatif

terhadap perekonomian

Jepang.

3. Rasio ketergantungan

penduduk berpengaruh

negatif terhadap

pertumbuhan ekonomi

Jepang. Hal ini disebabkan

oleh penduduk usia

produktif memiliki tekanan

jauh lebih besar dalam hal

pekerjaan, rendahnya

pendapatan, tingginya

pajak, kontribusi sosial

Page 34: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

15

untuk membantu menopang

hidup para lansia.

5. Gaessler dan

Ziesemer.

(Jurnal, 2016)

Optimal Education In

Time of Ageing: The

Dependency Ratio In The

Uzawa-Lucas Growth

Model

Variabel rasio ketergantungan

berpengaruh negatif terhadap

pertumbuhan ekonomi jika

dilihat dari aspek peningkatan

mutu pendidikan

Page 35: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Definisi Ilmu Kependudukan dan Demografi

Studi kependudukan (Population Studies) merupakan istilah lain bagi

ilmu kependudukan yang terdiri dari analisis-analisis yang bertujuan dan

mencakup:4

1. Memperoleh informasi dasar tentang distribusi penduduk, karakteristik dan

perubahan-perubahannya.

2. Menerangkan sebab-sebab perubahan dari faktor-faktor dasar tersebut, dan

3. Menganalisis segala konsekuensi yang mungkin sekali terjadi di masa

depan sebagai hasil perubahan-perubahan itu.

Introduksi dari istilah ilmu kependudukan sesungguhnya dimaksudkan

untuk memberi peringatan lebih luas tentang demografi, karena sejumlah ahli

telah menggunakan istilah demografi untuk menunjuk pada demografi formal,

demografi murni, atau kadang-kadang demografi teoritis.5 Demografi

(demography), dari segi kata, merupakan istilah yang berasal dari dua kata

Yunani, yaitu demos yang berarti rakyat atau penduduk dan grafein yang berarti

menggambar atau menulis. Oleh karena itu, demografi dapat diartikan sebagai

tulisan atau gambaran tentang penduduk. Istilah ini pertama kali dipakai oleh

Achille Guillard pada tahun 1855 dalam karyanya yang berjudul “Elements de

Statisque Humaine, ou Demographie Comparee” atau Elements of Human

Statistics or Comparative Demography.

Pengertian tentang demografi berkembang seiring dengan

perkembangan keadaan penduduk serta penggunaan statistik kependudukan

yang dialami oleh para penulis kependudukan pada zamannya. Menurut Johan

Sussmilch berpendapat bahwa demografi adalah ilmu yang mempelajari hukum

4 Thomlinson R, Population Dynamics (New York: Random House, 1965), hal.5. 5 United Nations, Multilingual Demographic Dictionary (New York: United Nations, 1958), hal.3.

Page 36: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

17

Tuhan yang berhubungan dengan perubahan-perubahan pada umat manusia

yang terlihat dari jumlah kelahiran, kematian, dan pertumbuhannya.

Sedangkan menurut Achille Guillard, demografi sebagai ilmu yang

mempelajari segala sesuatu dari keadaan dan sikap manusia yang dapat diukur,

yaitu meliputi perubahan secara umum, fisiknya, peradabannya,

intelektualitasnya, dan kondisi moralnya.

Selain itu, George W. Barclay, mendefinisikan demografi sebagai ilmu

yang memberikan gambaran secara statistik tentang penduduk. Demografi

mempelajari tentang perilaku penduduk secara menyeluruh bukan perorangan.

Definisi demografi juga diusulkan Philip M. Hauser dan Duddley

Duncan6 sebagai berikut:

Demography is a study of the size, territorial distribution, and

composition of population, changes there in and the components of such

changes which maybe identified as natality, territorial movement (migration),

and social mobility (change of states).

Jika diterjemahkan sebagai berikut.

Demografi mempelajari jumlah, persebaran, teritorial, dan komposisi

penduduk serta perubahan-perubahannya dan sebab-sebab perubahan itu, yang

biasanya timbul karena natalitas (fertilitas), mortalitas, gerak teritorial

(migrasi), dan mobilitas sosial (perubahan status).

Demografi dapat dilihat dalam makna yang sempit, dalam hal ini sama

dengan analisis demografi atau dalam makna yang luas mencakup baik analisis

demografi maupun studi kependudukan.

Pemisahan antara studi kependudukan dan analisis demografi

umpamanya telah dilakukan oleh Hauser7 yang menyatakan bahwa:

6 P.M. Hauser dan O.D. Duncan (eds), The Study of Population (Chicago: The Chicago University, 1959), hal.31. 7 P.M. Hauser dalam K.C. Kammayer (ed.), Population Studies (Chicago: Rand McNally, 1969), hal.9.

Page 37: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

18

1. Analisis Demografi merupakan analisis statistik terhadap jumlah, distribusi,

dan komposisi penduduk, serta komponen-komponen variasinya dan

perubahan, sedangkan,

2. Studi kependudukan mempersoalkan hubungan antara variabel demografi

dan variabel dari sistem lain.

Demografi formal hanya mempersoalkan hubungan antar variabel

demografi, baik yang diperlakukan sebagai variabel independen maupun

variabel dependen. Ilmu kependudukan mungkin melihat variabel non-

demografi sebagai variabel independen, dan variabel demografi sebagai

variabel dependen atau sebaliknya. Contoh pusat perhatian analisis demografi

formal dan ilmu kependudukan disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2. 1

Contoh Pusat Perhatian Analisis Demografi Formal dan Ilmu Kependudukan

Tipe Studi/Ilmu Variabel Independen Variabel Dependen

Demografi formal

Contoh:

Demografi

Komposisi Umur

Proporsi kawin dari

wanita usia reproduksi

Demografi

Angka Kelahiran

Angka Kematian

Page 38: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

19

Ilmu Kependudukan

Contoh:

Contoh:

Non-demografi

Undang-undang

perkawinan

Lapangan pekerjaan

Pangan/kemiskinan

Kesempatan kerja

Demografi

Angka kelahiran

Angka Kematian

Demografi

Angka kelahiran

Angka kematian

Migrasi/gerak

penduduk

Non-demografi

Keperluan Pangan

Pertumbuhan Ekonomi

Sumber: Pengantar Ilmu Kependudukan, Said Rusli, 2012

Dengan mengacu kepada definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan

bahwa ilmu demografi merupakan suatu alat untuk mempelajari perubahan-

perubahan kependudukan dengan memanfaatkan data dan statistik

kependudukan, serta perhitungan-perhitungan secara matematis dan statistik

dari data penduduk terutama mengenai perubahan jumlah, persebaran, dan

komposisi/strukturnya. Perubahan-perubahan tersebut dipengaruhi oleh

perubahan pada komponen-komponen utama pertumbuhan penduduk, yaitu

fertilitas, mortalitas, dan migrasi, yang pada gilirannya menyebabkan

perubahan pada jumlah, struktur, dan persebaran penduduk.demografi memberi

gambaran menyeluruh tentang perilaku penduduk, baik secara agregat maupun

secara kelompok.

Studi kependudukan dapat pula mencakup penelitian makro demografi

dan mikro demografi. Penelitian makro demografi terdiri dari penelitian unit

skala besar, agregat orang dengan keseluruhan sistem kebudayaan dan

masyarakat. Sasaran ruang lingkup daerah penelitian makro demografi adalah

benua, bangsa, dan kesatuan-kesatuan wilayah yang luas seperti provinsi dan

kota-kota besar. Sedangkan penelitian mikro demografi merupakan penelitian

Page 39: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

20

unit skala kecil yang umumnya bersifat internal. Penelitian mikro demografi

memusatkan diri atas individu, kesatuan-kesatuan keluarga otonomi,

kelompok-kelompok kecil dan lingkungan ketetanggaan, penelitian mikro

demografi berlangsung pada tingkat luas wilayah yang relatif kecil seperti di

suatu desa di Indonesia.

2. Manfaat Ilmu Demografi

Secara umum, gambaran penduduk atau statistik dan data

kependudukan sangat diperlukan terutama oleh para pembuat kebijakan, baik

di kalangan pemerintah maupun non-pemerintah. Data tentang jumlah dan

pertumbuhan penduduk, misalnya, digunakan sebagai informasi dasar dalam

pengembangan kebijakan penurunan angka kelahiran, peningkatan pelayanan

kesehatan, pengarahan persebaran penduduk, persediaan kebutuhan penduduk

atas ketersediaan makanan, pendidikan, perumahan, dan lapangan pekerjaan.

Selain itu, data dan statistik kependudukan dapat digunakan untuk

mengetahui gambaran sosial dan ekonomi penduduk di suatu negara. Dari segi

ketenagakerjaan, misalnya, keadaan penduduk dapat dilihat dari persentasenya

menurut bidang pekerjaan utama (pertanian, industri, dan jasa), status pekerjaan

(formal dan informal), atau jenis kegiatan (bekerja, sekolah, atau mencari

pekerjaan). Angka harapan hidup saat lahir, yang menunjukkan rata-rata

lamanya hidup penduduk, sering kali dipakai untuk melihat peningkatan

standar hidup.

Dari sudut perkembangan ilmu itu sendiri, statistik kependudukan

memegang peranan penting. Penemuan-penemuan baru tentang apa yang

terjadi secara empiris akan membentuk teori baru dan teori tersebut akan diuji

lagi dengan penemuan data empiris yang terbaru dan demikian seterusnya.

Secara singkat, ilmu demografi sangat bermanfaat untuk:

1. Mempelajari kuantitas, komposisi, dan distribusi penduduk dalam suatu

daerah tertentu serta perubahan-perubahannya.

2. Menjelaskan pertumbuhan masa lampau dan mengestimasi pertumbuhan

penduduk pada masa mendatang.

Page 40: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

21

3. Mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk

dan bermacam-macam aspek pembangunan sosial, ekonomi, budaya,

politik, lingkungan, dan keamanan.

4. Mempelajari dan mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan konsekuensi

pertumbuhan penduduk pada masa mendatang.

3. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu hasil yang diperlihatkan

oleh sebuah negara secara kuantitatif terkait perkembangan perekonomiannya.

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu

negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama

periode tertentu. Berbagai teori yang membahas tentang pertumbuhan ekonomi

yang dikemukakan oleh para ekonom pun tidak terlepas dari poin

kependudukan (demografi). Beberapa teori pertumbuhan ekonomi yang

berkaitan dengan penduduk dibahas oleh tokoh-tokoh ekonomi klasik. Banyak

dari teori pertumbuhan ekonomi tersebut dikaitkan antara pendapatan perkapita

dan jumlah penduduk.teori tersebut disebut dengan teori penduduk optimum.

Menurut Sitindaon (2013), teori pertumbuhan klasik dapat dilihat

apabila terdapat kekurangan penduduk, produksi marjinal akan lebih tinggi

daripada pendapatan perkapita. Akan tetapi apabila penduduk semakin banyak,

hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi

produksi, yaitu produksi marjinal mulai mengalami penurunan. Oleh

karenanya, pendapatan nasional dan pendapatan perkapita menjadi semakin

lambat pertumbuhannya.

Selain itu, menurut Adam Smith dalam Sitindaon (2013) dengan

bukunya yang berjudul An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of

the Nations, pertumbuhan ekonomi ditandai oleh dua faktor yang saling

berkaitan, yaitu pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan output total.

Pertumbuhan output yang akan dicapai dipengaruhi oleh 3 komponen, yaitu

sumber daya alam, tenaga kerja (pertumbuhan penduduk), dan jumlah

persediaan.

Page 41: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

22

David Ricardo yang merupakan tokoh ekonom klasik seperti Adam

Smith memiliki pendapat berbeda. Menurut David Ricardo, faktor

pertumbuhan penduduk yang semakin besar sampai mencapai dua kali lipat

pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah. Kelebihan

tenaga kerja akan mengakibatkan upah menjadi turun. Upah tersebut hanya

akan dapat digunakan untuk membiayai taraf hidup minimum sehingga

perekonomian akan mengalami kemandegan (stationary state). Pendapatnya ini

terdapat di dalam bukunya yang berjudul The Principal of Political and

Taxation.

Selain teori yang berasal dari mazhab klasik, mazhab neoklasik juga

membahas pertumbuhan ekonomi yang mengaitkan kependudukan sebagai

faktor pendorongnya. Robert Solow yang merupakan ekonom Amerika

mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian kegiatan

yang bersumber pada manusia, akumulasi modal, penggunaan teknologi

modern, dan hasil atau output. Adapun pertumbuhan penduduk dapat

berdampak positif dan dapat berdampak negatif. Oleh karena itu, Solow

mengatakan, pertambahan penduduk harus dimanfaatkan sebagai sumber daya

yang positif.

4. Teori Jebakan Populasi Malthus (Kelompok Pesimis)

Robert Thomas Malthus (1766-1834) merupakan pendeta Inggris yang

mengajukan sebuah teori tentang hubungan antara pertumbuhan penduduk dan

pembangunan ekonomi yang masih banyak dipercaya oleh banyak ahli sampai

saat ini. Dalam sebuah bukunya yang berjudul Essay on the Principle of

Population terbitan tahun 1798, Thomas Malthus merumuskan sebuah konsep

tentang pertambahan hasil yang semakin berkurang (diminishing returns).

Malthus melukiskan suatu kecenderungan universal bahwa jumlah populasi di

suatu negara akan meningkat sangat cepat menurut deret ukur atau tingkat

geometric setiap 30 atau 40 tahun, kecuali jika hal itu diredam oleh bencana

kelaparan. Sementara itu, karena adanya proses pertambahan hasil yang

semakin berkurang dari suatu faktor produksi yang jumlahnya tetap, yaitu

Page 42: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

23

tanah, maka persediaan pangan hanya akan meningkat menurut deret hitung

atau tingkat aritmetik. Bahkan, karena lahan yang dimiliki setiap anggota

masyarakat semakin lama semakin sempit, maka kontribusi marjinalnya

terhadap total produksi pangan akan semakin menurun. Karena pertumbuhan

pengadaan pangan tidak dapat berpacu secara memadai atau mengimbangi

kecepatan pertambahan penduduk, maka pendapatan perkapita (dalam

masyarakat agraris, pendapatan perkapita diartikan sebagai produksi pangan

perkapita) cenderung terus mengalami penurunan sampai sedemikian

rendahnya sehingga segenap populasi harus bertahan pada kondisi sedikit di

atas tingkat subsisten (semua penghasilan hanya cukup untuk mengganjal

perut), itu pun hanya untuk jumlah populasi tertentu. Lebih dari jumlah itu

maka ada sebagian penduduk yang tidak mendapat bahan pangan sama sekali.

Selanjutnya, Malthus menyatakan bahwa satu-satunya cara untuk mengatasi

masalah rendahnya taraf hidup yang kronis atau kemiskinan absolut tersebut

adalah “penanaman kesadaran moral” (moral restraint) di kalangan segenap

penduduk dan kesediaan untuk membatasi jumlah kelahiran. Dengan

perumusan konsep akan pentingnya pembatasan kelahiran dan jumlah

penduduk tersebut, Malthus dapat kita sebut sebagai “bapak” atau pelopor

gerakan modern pengendalian kelahiran.

Para ahli ekonomi modern telah memberi nama khusus bagi gagasan

Malthus yang menyatakan bahwa ledakan penduduk akan menimbulkan pola

hidup yang serba pas-pasan (subsisten). Mereka menyebutnya model jebakan

populasi ekuilibrium tingkat rendah (low level equilibrium population trap,

atau biasa disingkat dengan model jebakan populasi Malthus (Malthusian

population trap). Dalam bentuk diagram model dasar yang merangkum

gagasan Malthus dapat diperoleh dengan membandingkan bentuk dan posisi

kurva-kurva yang masing-masing mewakili laju pertumbuhan penduduk dan

tingkat pertumbuhan pendapatan agregat dan keduanya dihubungkan dengan

tingkat pendapatan perkapita.

Page 43: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

24

Gambar 2. 1

Model Jebakan Populasi Malthus

Sumber: Pembangunan Ekonomi, Todaro & Smith (2006)

Sumbu vertikal menunjukkan perubahan persentase secara numerik,

baik yang positif maupun yang negatif, atas kedua variabel pokok tersebut,

yakni jumlah total penduduk serta pendapatan agregat. Adapun sumbu

horizontal mengukur tingkat pendapatan perkapita.

Pada gambar di atas, pertumbuhan penduduk mencapai tingkat

maksimumnya yang secara kasar diperkirakan sekitar 3,3 persen, pada tingkat

pendapatan perkapita Y2. Diasumsikan pula bahwa laju pertumbuhan tersebut

akan tetap bertahan selama tingkat pendapatan perkapita belum cukup tinggi.

Dengan meningkatnya pendapatan perkapita ke taraf yang lebih tinggi dari Y0,

maka sejalan dengan tahapan ketiga dari teori transisi demografi, tingkat

kelahiran akan mulai menurun, sehingga kemiringan kurva pertumbuhan

penduduk menjadi negatif dan kembali mendekati sumbu horizontal.

Aspek berikutnya dari teori Malthus mencoba menjelaskaan hubungan

antara tingkat pertumbuhan pendapatan agregat (pada saat laju pertumbuhan

penduduk sama dengan nol) dan tingkat pendapatan perkapita. Jika pendapatan

agregat (produk atau output total) dari suatu negara meningkat lebih cepat,

maka secara definitif pendapatan perkapita juga meningkat. Seandainya

Page 44: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

25

pertumbuhan penduduk lebih cepat dari peningkatan pendapatan total, maka

dengan sendirinya tingkat pendapatan perkapita akan menurun.

Menurut pendukung aliran pemikiran neo-Malthus, bangsa-bangsa

yang miskin tidak akan pernah berhasil mencapai tingkat pendapatan perkapita

yang jauh lebih tinggi dari tingkat subsisten, kecuali mereka mengadakan

pengendalian preventif awal (preventive checks) terhadap pertumbuhan

populasi mereka, atau dengan menerapkan pengendalian kelahiran. Apabila hal

tersebut tidak dilaksanakan secepatnya, maka pengendalian positif ala

Malthus (Malthusian positive checks), yakni musbah kelaparan, bencana

alam, wabah penyakit, juga perang yang akan tampil sebagai penghambat

pertumbuhan penduduk.

5. Kelemahan-Kelemahan Teori Malthus

Kritik terhadap teori Malthus yang juga sering dipandang sebagai

kelemahan dari teori tersebut antaranya berkisar pada:

1. Model atau teori Malthus tidak memperhitungkan peranan dan dampak-

dampak penting dari kemajuan teknologi.

2. Teori tersebut didasarkan pada suatu hipotesis mengenai hubungan-

hubungan makro (berskala besar) antara tingkat pertumbuhan penduduk

dengan tingkat pendapatan perkapita yang ternyata tidak dapat dibuktikan

secara empiris.

3. Teori tersebut terlalu bertumpu pada variabel ekonomi yang ternyata keliru,

yaitu tingkat pendapatan perkapita, sebagai determinan utama pertumbuhan

penduduk. Pendekatan yang jauh lebih baik dan valid dalam rangka

menjawab pertanyaan tentang kependudukan dan usaha-usaha

pembangunan mengutamakan aspek-aspek mikroekonomi seperti

pengambilan keputusan di tingkat keluarga atau rumah tangga. Dengan

kata lain, taraf hidup individual, bukannya taraf hidup agregat (secara

nasional) perlu dikedepankan sebagai determinan utama bagi pengambilan

keputusan di tingkat keluarga mengenai jumlah anak yang harus atau

hendak mereka inginkan.

Page 45: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

26

6. Perlunya Pertumbuhan Penduduk dan Kelompok Optimis

Kependudukan terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Todaro dan Smith (2006), terdapat aliran argumen ketiga yang

lebih konvensional mengatakan bahwa pertumbuhan penduduk itu bukanlah

sebuah masalah, melainkan justru merupakan unsur penting yang akan memacu

pembangunan ekonomi. Populasi yang lebih besar adalah pasar potensial yang

menjadi sumber permintaan akan berbagai macam barang dan jasa yang

kemudian akan menggerakkan berbagai macam kegiatan ekonomi sehingga

menciptakan skala ekonomis (economic of scale) dalam produksi yang

menguntungkan semua pihak, menurunkan biaya-biaya produksi, dan

menciptakan sumber pasokan atau penawaran tenaga kerja murah dalam jumlah

yang memadai sehingga pada gilirannya akan merangsang tingkat output atau

produksi agregat yang lebih tinggi lagi.

Selain pendapat yang bersifat ekonomi di atas, menurut Todaro dan

Smith (2006), masih terdapat argumentasi non-ekonomi yang membuktikan

bahwa pertumbuhan penduduk diperlukan. Secara umum, argumen tersebut

dapat diterapkan pada negara-negara berkembang. Pertama, banyak negara

yang merasa perlu menambah jumlah penduduknya demi mempertahankan

daerah-daerah perbatasan yang sangat jarang penduduknya terhadap serangan

atau infiltrasi negara tetangga yang memusuhi. Kedua, banyak golongan etnis,

rasial, dan kepercayaan di negara-negara berkembang yang menyukai keluarga

besar. Atas dasar alasan moral dan politik, segenap preferensi etnis dan aliran

kepercayaan itu harus dilindungi dan diberikan tempat. Ketiga, kekuatan politik

atau militer dari suatu negara sering bergantung pada jumlah penduduk berusia

belia.

Menurut Owusu dalam Purnamasari (2015), kelompok optimis yakin

pertumbuhan penduduk dapat memicu pertumbuhan ekonomi. Kelompok

optimis menganggap pertumbuhan penduduk sebagai modal dalam

meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan penduduk dalam jangka

pendek memang menyebabkan kelangkaan bahan makanan dan kemiskinan.

Page 46: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

27

Akan tetapi, pertumbuhan penduduk juga menyediakan tenaga kerja yang

mampu berinovasi menciptakan teknologi baru untuk meningkatkan persediaan

makanan akibat adanya kelangkaan bahan makanan tersebut. Peningkatan

produksi bahan makanan ini juga akan meningkatkan output perekonomian.

Selain itu, teori Boserup dalam Purnamasari (2015) memfokuskan

hubungan antara penduduk, lingkungan, dan teknologi. Boserup menggunakan

kepadatan penduduk, jumlah dan pertumbuhan penduduk untuk mengukur

penduduk. Lingkungan mengarah kepada lahan dan faktor-faktor lain yang

mempengaruhinya, seperti iklim dan kualitas tanah. Boserup mendefinisikan

teknologi sebagai alat-alat dan input yang digunakan dalam pertanian.

Boserup yang menulis buku dengan judul Population Growth and

Agrarian Change: A Historical Perspective membantah asumsi Malthus yang

menyatakan bahwa peningkatan jumlah penduduk akan menurunkan output.

Menurut Boserup, dalam jangka pendek pertumbuhan penduduk memang akan

menurunkan output perjam perpekerja. Hal ini terjadi karena pekerja

memerlukan waktu untuk menyiapkan pemakaian metode pertanian yang lebih

intensif (dalam buku tersebut Boserup sangat memfokuskan pembahasan pada

bidang pertanian). Contohnya, penambahan pencangkulan, pemakaian pupuk,

dan konstruksi sistem irigasi sehingga output perbiaya tenaga kerja akan

menurun. Sebaliknya dalam jangka panjang pekerja akan lebih efisien karena

sudah terbiasa dengan tambahan tugas tersebut. Peningkatan jumlah penduduk

juga akan mendorong produksi yang lebih baik dengan sistem pembagian kerja.

Oleh karena itu, pertumbuhan penduduk atau peningkatan kepadatan penduduk

mengarah kepada peningkatan output dalam jangka panjang yang lebih besar

daripada penurunan output dalam jangka pendek.

Simon dalam Aligica (2009) beranggapan bahwa sumber daya alam

yang terbatas dapat diatasi dengan imajinasi manusia yang tidak terbatas.

Artinya, sumber daya alam tidaklah terbatas dari sisi ekonomi karena sumber

daya alam merupakan sumber penemuan dan teknologi baru yang dapat

Page 47: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

28

dipikirkan oleh manusia. ketika sumber daya mulai berkurang maka manusia

akan membuat teknologi baru untuk mengatasi hal tersebut.

Simon dalam Ahlburg (1998) menyatakan bahwa teknologi baru yang

diciptakan tidak terlepas dari peran akumulasi pengetahuan. Simon juga

mengatakan bahwa pengetahuan dapat bersifat spontaneous ataupun incentive-

responsive. Spontaneous berarti pengetahuan yang dapat digunakan dalam

kehidupan sehari-hari sedangkan incentive-responsive berarti pengetahuan

(inovasi baru) yang diproduksi atas respon dari kelangkaan faktor produksi

yang menyebabkan perubahan harga. Aligica (2009) menyatakan bahwa

kondisi yang dibutuhkan dalam memproduksi akumulasi pengetahuan adalah

jumlah penduduk. Penduduk yang dimaksud adalah penduduk yang disiplin dan

pandai.

Simon dalam Ahlburg (1998) menyatakan bahwa pertumbuhan

penduduk yang tinggi akan mendorong kinerja ekonomi yang lebih baik dalam

jangka panjang (120 sampai dengan 180 tahun) daripada pertumbuhan

penduduk yang stagnan. Dalam jangka pendek (60 tahun), jumlah penduduk

yang relatif lebih stagnan lebih baik bagi kinerja perekonomian. Secara empiris,

pengaruh akhir dari pertumbuhan penduduk terhadap kinerja perekonomian

dalam jangka pendek maupun panjang di negara berkembang variatif.

7. Pandangan Umum tentang Penduduk dan Angkatan Kerja

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor dinamika dalam

perkembangan ekonomi jangka panjang, bersama dengan ilmu pengetahuan

dan teknologi, sumber daya alam, dan kapasitas produksi yang terpasang dalam

masyarakat yang bersangkutan. Keempat faktor dinamika itu harus dilihat

dalam kaitan interaksinya satu sama lainnya. Namun, di antaranya peranan

sumber daya manusia dijadikan tujuan pokok dalam ekonomi masyarakat.

Berpangkal pada haluan ini, masalah penduduk dan angkatan kerja baik secara

kuantitatif maupun kualitatif wajib diberi perhatian utama dalam ekonomi

pembangunan. Dalam hubungan ini, menonjol masalah kesempatan kerja

secara produktif.

Page 48: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

29

Negara-negara berkembang pada umumnya masih terus mengalami

pertambahan penduduk. Dengan sendirinya, kebutuhan masyarakat menjadi

semakin banyak mengenai serangkaian kebutuhan hidup yang sifatnya sangat

mendasar, yaitu pangan, sandang, pemukiman, pendidikan, kesehatan. Jika

dulu ada kecenderungan untuk mengelompokkan pendidikan dan kesehatan

dalam kategori kebutuhan sosial, maka dalam pembangunan ekonomi negara-

negara berkembang kedua jenis kebutuhan dasar itu harus dianggap termasuk

prioritas ekonomi yang utama. Sebab, peningkatan mutu pendidikan dan

pelayanan kesehatan sangat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia.

Golongan yang lazim dianggap sebagai angkatan kerja dalam

masyarakat negara berkembang ialah mereka yang termasuk tingkat usia 10

tahun sampai 64 tahun, tetapi belakangan lebih banyak digunakan tolok ukur

antara 15 tahun sampai 64 tahun. Dalam hal tersebut, masih harus

diperhitungkan faktor tingkat partisipasi angkatan kerja menurut jenjang usia.

Hal itu sama lain berkenaan dengan kemampuannya dan kesediannya untuk

secara aktif mencari pekerjaan yang bersifat produktif. Pemenuhan kebutuhan

penduduk tergantung sekali dari hasil kegiatan angkatan kerja secara produktif.

Dengan kata lain, kebutuhan penduduk tergantung dari produktivitas angkatan

kerja untuk memperoleh pendapatan riil yang memadai. Hal itu tidak hanya

ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan produktif,

melainkan oleh mutu tenaga kerja yang bersangkutan. Mutu sumber daya

manusia pada umumnya, angkatan kerja khususnya, dipengaruhi oleh

keterampilan teknis, keahlian profesional, kecerdasan akademis, serta serta

pembinaannya dalam masyarakat yang bersangkutan. Dalam hubungan ini,

muncul pemahaman tentang beban ketergantungan atau rasio ketergantungan,

yaitu penduduk tergantung dari hasil produksi angkatan kerja, ataupun

sebaliknya beban tanggungan yang dipikul oleh angkatan kerja untuk

memenuhi kebutuhan hidup bagi penduduk secara menyeluruh. Semakin baik

mutu angkatan kerja dalam hal keterampilan teknis, keahlian profesional, dan

Page 49: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

30

kecerdasan akademis, semakin ringan beban tanggungan yang dimaksud

(Djojohadikusumo, 1994).

Akan tetapi, segala sesuatunya juga tergantung dari adanya kesempatan

dan peluang agar angkatan kerja yang tersedia dan yang tiap tahun jumlahnya

bertambah, mendapat pekerjaan yang produktif penuh (productive employment)

di berbagai lapangan usaha. Hal inilah yang menjadi tantangan besar bagi

negara-negara berkembang. Dalam struktur ekonomi yang pada umumnya

masih berlaku di negara-negara tersebut, angkatan kerja yang tidak dapat

dimanfaatkan sepenuhnya secara produktif, jumlahnya masih cukup banyak.

Masalah pengangguran, secara terbuka maupun secara terselubung menjadi

pokok permasalahan dalam pembangunan ekonomi negara-negara

berkembang.

Penghitungan seberapa besar angkatan kerja yang berpartisipasi dalam

suatu negara atau wilayah dapat dilihat dari tingkat partisipasi angkatan kerja.

Tingkat partisipasi angkatan kerja menurut Rusli (2012) dinyatakan sebagai

jumlah penduduk yang tergolong angkatan kerja per 100 penduduk usia kerja.

Jika pada penjelasan di atas dikatakan bahwa penduduk usia kerja (produktif)

didefinisikan sebagai penduduk dengan usia 15 – 64 tahun, maka

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja =Jumlah Angkatan Kerja

Penduduk usia 15 − 64 tahun × 100

Dengan cara yang sama, tingkat partisipasi angkatan kerja dapat

dihitung untuk tiap golongan umur dan jenis kelamin. Selain untuk tiap

golongan umur dan jenis kelamin, tingkat partisipasi angkatan kerja dapat pula

dihitung untuk lain-lain karakteristik penduduk seperti daerah tempat tinggal

(pedesaan-perkotaan), status perkawinan, dan tingkat pendidikan.

Tingkat partisipasi angkatan kerja umumnya rendah atau agak rendah

pada usia muda dan usia tua. Sebagian mereka yang berusia muda masih

bersekolah, sedangkan sebagian pada usia tua sudah tidak bekerja ataupun

mencari pekerjaan.

Page 50: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

31

8. Kualitas Hidup dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Menurut Rusli (2012), pembicaraan mengenai kualitas hidup (quality of

life) manusia (penduduk) ataupun kualitas hidup masyarakat bukanlah suatu hal

yang baru, tetapi perhatian dalam penelitian-penelitian baru berkembang sejak

dasawarsa 1960-an. Pembangunan sebagai tugas utama negara (selain menjaga

ketertiban) dapat dipandang sebagai upaya memperbaiki kualitas hidup

masyarakat. Di Indonesia, upaya untuk memperbaiki kualitas hidup manusia

sudah tercermin dalam tujuan besar pembangunan mewujudkan “pembangunan

manusia seutuhnya”.

Kualitas hidup masyarakat dapat dipandang sebagai cerminan dari

kualitas penduduk dan sebaliknya kualitas penduduk menentukan kualitas

hidup masyarakat. Dapat dibedakan antara kualitas penduduk dan kualitas

manusia. Menurut Gani dalam Rusli (2012), kualitas penduduk merupakan

kualitas umum sekelompok manusia, sedangkan kualitas manusia bersifat

perorangan (individual). Kualitas penduduk ataupun kualitas manusia terdiri

dari kualitas fisik dan non-fisik.

Kualitas penduduk sangat terkait dengan kemampuan penyediaan

kebutuhan pokok (kebutuhan dasar) manusia. kualitas fisik sangat ditentukan

oleh keadaan pangan dan gizi masyarakat serta ketersediaan fasilitas kesehatan

yang dapat dijangkau dan dimanfaatkan. Sedangkan kualitas non-fisik terkait

dengan keadaan sosial budaya masyarakat setempat.

Gani dalam Rusli (2012) mengemukakan indikator kualitas manusia

atau individual sebagai berikut: indikator kualitas fisik terdiri dari

ukuran/bobot, tenaga, daya tahan fisik, dan indikator non-fisik meliputi

kecerdasan, kualitas emosional, budi, dan iman. Sedangkan kualitas penduduk

meliputi: indikator kualitas fisik yang terdiri dari Angka Kematian Bayi, Angka

Kesakitan, Harapan Hidup, dan indikator non-fisik yang mencakup

produktivitas penduduk, disiplin sosial, kemandirian, solidaritas sosial, dan

etika lingkungan.

Page 51: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

32

Untuk mengukur kondisi kehidupan yang dicapai dikembangkan

indikator-indikator dan indeks-indeks. Indikator-indikator dan indeks-indeks

yang dikembangkan pada hakikatnya ditujukan untuk memantau

pembangunan, kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam kualitas hidup

penduduk atau kualitas hidup masyarakat. Salah satu yang cukup populer yang

akan dibahas dalam penelitian ini adalah Indeks Pembangunan Manusia

(Human Development Index).

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau yang dikenal dengan Human

Development Index (HDI) mulai muncul pada awal dasawarsa 1990-an. Semula

IPM digunakan untuk mengukur pembangunan sosial dan kemudian sebagai

ukuran pencapaian pembangunan yang berfokus pada pembangunan manusia

yang dibandingkan antar negara di dunia.

Menurut UNDP dalam Rusli (2012), Tampak IPM atau HDI adalah

perkembangan lebih lanjut dari hasil upaya pencarian indeks pengukuran

kemajuan pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk di

berbagai negara di dunia yang berpusat pada pembangunan manusia. IPM

memfokuskan pada tiga dimensi pembangunan manusia yang terukur, meliputi:

berumur panjang dan sehat (living along and healthy life), berpendidikan atau

terdidik (being educated), dan hidup berkecukupan atau mempunyai standar

hidup yang layak (having decent standard of living). Ketiga dimensi tersebut

dipandang sebagai dimensi-dimensi terbaik yang menunjukkan kondisi

kehidupan manusia.

Umur panjang dan sehat merupakan cita-cita setiap manusia dan

masyarakat, apapun sistem budaya, sistem sosial, maupun sistem politik

masyarakat yang bersangkutan. Sampai batas-batas yang dapat diupayakan,

kematian senantiasa dicegah. Proses pembangunan yang berlangsung

diharapkan dapat memperpanjang umur manusia. Meningkatnya umur manusia

dapat dipandang sebagai salah satu output pokok pembangunan.

Terdidik atau berpengetahuan juga merupakan kondisi yang diinginkan

semua masyarakat dan kebudayaan. Apapun sistem sosial dan sistem politik

Page 52: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

33

yang digunakan, pendidikan merupakan kondisi dasar manusia yang dipandang

sangat penting. Tanpa pendidikan, manusia tidak dapat mengembangkan

dirinya dan keadaan kehidupannya. Umpamanya dengan melek huruf,

seseorang akan berpeluang untuk akses terhadap pengetahuan dan teknologi

yang bersumber dari bahan tertulis. Dalam pengembangan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM), pada mulanya untuk merepresentasikan kondisi

pendidikan (pengetahuan) hanya digunakan tingkat melek huruf. Tetapi

kemudian, meskipun melek huruf dipandang memberi kontribusi lebih besar

untuk merepresentasikan kondisi pendidikan (pengetahuan) digunakan

kombiansi antara melek huruf dan lama sekolah atau tingkat partisipasi sekolah.

Kondisi hidup berkecukupan atau layak juga merupakan kondisi yang

diinginkan setiap manusia dan masyarakat, tidak tergantung pada sistem sosial,

politik maupun budaya yang terdapat pada masyarakat yang bersangkutan.

Kemiskinan dan kurangnya pendapatan merupakan kondisi yang dipandang

tidak layak bagi kehidupan manusia, perlu diubah ke arah yang lebih baik

melalui upaya-upaya pembangunan (Rusli, 2012).

Ketiga dimensi pembangunan manusia (umur panjang dan sehat,

pengetahuan, dan hidup layak) menurut BPS diukur dengan menggunakan

empat indikator berikut:

1. Dimensi umur panjang dan sehat, diukur dengan menggunakan indikator

harapan hidup pada saat lahir.

2. Dimensi pengetahuan diukur dengan menggunakan dua indikator yang

terdiri dari Angka Melek Huruf dan Lama Sekolah atau Tingkat Partisipasi

Sekolah.

3. Dimensi hidup layak diukur dengan menggunakan indikator pendapatan

sebagai takaran daya beli (pendapatan yang telah disesuaikan dengan daya

beli) atau yang lebih dikenal dengan istilah Purchasing Power Parity

(indikator ini digunakan mulai dari tahun 2008).

Page 53: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

34

IPM dipandang sangat bermanfaat sebagai titik tolak dalam mengukur

upaya pembangunan manusia. IPM mengukur kemajuan yang menyeluruh

dalam pencapaian pembangunan manusia.

9. Rasio Ketergantungan Penduduk

Menurut Sitindaon (2013), rasio ketergantungan penduduk (dependency

ratio) didefinisikan sebagai rasio antara kelompok penduduk umur 0 – 14 tahun

yang termasuk dalam kelompok belum produktif secara ekonomis atau disebut

rasio ketergantungan usia muda (young dependency ratio) dan kelompok

penduduk umur 65 tahun keatas yang termasuk ke dalam kelompok penduduk

yang tidak produktif lagi atau disebut rasio ketergantungan usia tua (old

dependency ratio) dengan kelompok penduduk umur 15 – 64 tahun termasuk

dalam kelompok usia produktif.

Rasio ketergantungan penduduk dapat digunakan sebagai indikator

yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah

tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Semakin

tingginya persentase rasio ketergantungan menunjukkan semakin tingginya

beban yang harus ditanggung penduduk usia produktif untuk membiayai hidup

penduduk yang belum produktif dan penduduk yang sudah tidak produktif lagi.

Sebaliknya, semakin rendah persentase rasio ketergantungan menunjukkan

semakin rendah beban yang harus ditanggung penduduk usia produktif untuk

membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan penduduk yang sudah

tidak produktif lagi.

Rasio ketergantungan penduduk (dependency ratio) dapat dihitung

dengan rumus:

RK = P(0 - 14) + P65+

P(15-64)x 100

Keterangan:

RK = Rasio ketergantungan penduduk

P (0 – 14) = Penduduk usia belum produktif (young dependency ratio)

Page 54: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

35

P (65+) = Penduduk usia yang sudah tidak produktif lagi (old

dependency ratio)

P (15 – 64) = Penduduk usia produktif

10. Teori Kependudukan Berkaitan dengan Komponen Pendapatan Nasional

Dari berbagai literatur atau tulisan kependudukan dan pembangunan

disebutkan bahwa salah satu modal dasar pembangunan adalah penduduk yang

berkualitas sangat penting dan strategis bagi pembangunan di segala bidang.

Artinya jumlah penduduk berkualitas yang mempunyai kompetensi dapat

dibina dan didayagunakan secara efektif dan akan menjadi stimulus bagi

pertumbuhan ekonomi dan sangat menguntungkan bagi ketahanan nasional.

Jumlah penduduk yang besar dalam suatu wilayah adalah pasar

potensial yang menjadi sumber permintaan akan berbagai macam barang dan

jasa yang dalam hal ini dapat mendorong konsumsi penduduk. Hal tersebut

kemudian akan menggerakkan berbagai macam kegiatan ekonomi sehingga

menciptakan skala ekonomis (economic of scale) dalam produksi yang

menguntungkan semua pihak, menurunkan biaya-biaya produksi, dan

menciptakan sumber pasokan atau penawaran tenaga kerja murah dalam jumlah

yang memadai sehingga pada gilirannya akan merangsang tingkat output atau

produksi agregat yang lebih tinggi lagi (Todaro dan Smith, 2006).

Dalam teori capital, modal adalah uang yang diubah menjadi suatu

barang yang kemudian diubah kembali dari suatu barang menjadi sesuatu yang

lebih menghasilkan banyak uang dari pada jumlah aslinya. Selanjutnya

dikatakan dari barang tersebut terdapat unsur atau komponen tenaga kerja

(labour) yang menghasilkan upah. Upah tersebut diberikan kepada para pekerja

yang kemudian digunakan untuk mengkonsumsi barang-barang sekunder

maupun primer. Konsumsi barang tersebut akan menumbuhkan tingkat

produksi. Produksi yang meningkat akan menambah jumlah investasi.

Tumbuhnya investasi akan menyerap tenaga kerja, manusia bekerja

akan memperoleh upah, upah sebagian dikonsumsi dan sebagian ditabung,

jumlah tabungan tersebut oleh bank disalurkan untuk kredit salah satunya untuk

Page 55: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

36

investasi. Proses akumulasi tersebut menumbuhkan perekonomian

nasional yang akan tercermin dalam Produk Domestic Bruto (PDB).

Model-model ekonomi tentang tabungan yang berhubungan langsung

dengan penduduk adalah age dependency model, dengan landasan pemikiran

bahwa berkurangnya angka kelahiran bayi akan menyebabkan menurunnya

sejumlah konsumsi yang mendorong meningkatnya tabungan dan selanjutnya

menyebabkan terjadinya pembentukan modal. Selain itu, ada model accounting

effects dan behavioral effect di mana penduduk muda dan penduduk lansia

mengkonsumsi barang melebihi apa yang bisa mereka bisa produksi.

Sedangkan penduduk usia kerja cenderung mempunyai tingkat output tinggi

dan cenderung mempunyai tingkat tabungan yang lebih tinggi. Penelitian juga

menemukan bahwa penduduk mulai menabung lebih banyak pada usia 40 – 65

tahun di mana pada kondisi tersebut tidak terbebani oleh pembiayaan

pengurusan anak.

Peningkatan jumlah penduduk usia kerja akan meningkatkan

tersedianya modal manusia (human capital) dalam jumlah yang banyak.

Penurunan angka kematian dan meningkatnya harapan hidup manusia akan

meningkatkan propensitas (bagian kekayaan yang diinvestasikan) orangtua

untuk menanamkan investasi modal manusia dalam diri anak-anak. Perbaikan

kesehatan dan penurunan kematian akan memicu akumulasi modal (human

capital accumulation).

Peningkatan harapan hidup manusia sampai 45-55 tahun diperkirakan

menjadi pemicu terkuat investasi modal manusia karena ini merupakan usia

yang menentukan dimana investasi sumber daya manusia terbayar kembali.

Peningkatan harapan hidup ini telah mengubah gaya hidup masyarakat di segala

aspek kehidupan. Sikap dan prilaku masyarakat tentang pendidikan, keluarga,

masa pensiun peranan perempuan dalam pekerjaan mengalami pergeseran hal

ini menyangkut perubahan sosial dan budaya yang pada akhirnya pandangan

terhadap manusia meningkat dan dihargai sebagai aset bukan hanya faktor

produksi.

Page 56: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

37

Korelasi dua komponen tersebut mengkondisikan meningkatnya

kesejateraan penduduk dengan semakin sejahtera, kualitas sumber

daya manusia meningkat seiring membaiknya tingkat penghasilan masyarakat

yang tercermin dari pengeluaran riil per kapita penduduk. Ketidakberhasilan

dalam mengendalikan kelahiran akan menjadikan pertumbuhan ekonomi tidak

dapat memberi manfaat kepada kemakmuran masyarakat. Dengan kata lain,

pertumbuhan ekonomi harus diupayakan setinggi mungkin, pertumbuhan

penduduk harus dikendalikan, kualitas SDM dan produktivitas harus

ditingkatkan sehingga memperkokoh kondisi ketahanan nasional.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan konsep pembangunan

berwawasan kependudukan (people center development) akan mendorong

peningkatan kualitas SDM dan dengan meningkatnya kualitas SDM akan

mendorong produktivitas sehingga akan semakin berpengaruh kepada

pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional yang nantinya akan

memperkuat ketahanan nasional, sebaliknya kokohnya ketahanan nasional akan

mendorong lajunya pembangunan nasional.

B. Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu permasalahan jangka panjang

yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam berbagai aspek. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel demografi, yaitu Indeks

Pembangunan Manusia (IPM), laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan

penduduk, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terhadap pertumbuhan

ekonomi di pulau Jawa, baik secara parsial maupun secara simultan dengan

menggunakan uji t dan uji F. Selain itu juga dilihat nilai koefisien determinasinya untuk

mengetahui seberapa besar kemampuan variabel-variabel independen dalam

menerangkan variasi variabel dependen.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks pengukuran kualitas

sumber daya manusia yang harus selalu ditingkatkan sebagai gambaran keberhasilan

pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Ramirez (1998) bahwa tingkat

Page 57: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

38

pembangunan manusia yang tinggi akan mempengaruhi perekonomian melalui

peningkatan kapabilitas penduduk dan konsekuensinya juga adalah pada produktivitas

dan kreativitas mereka. Pendidikan dan kesehatan penduduk sangat menentukan

kemampuan untuk menyerap dan mengelola sumber-sumber pertumbuhan ekonomi

baik kaitannya dengan teknologi sampai kelembagaan yang penting bagi pertumbuhan

ekonomi.

Laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu bagian dari indikator

demografi yang secara tidak langsung dapat menggambarkan perkembangan

perekonomian suatu wilayah. Sesuai dengan pendapat Todaro dan Smith (2006) yang

menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk itu bukanlah sebuah masalah, melainkan

justru merupakan unsur penting yang akan memacu pembangunan ekonomi. Populasi

yang lebih besar adalah pasar potensial yang menjadi sumber permintaan akan berbagai

macam barang dan jasa yang kemudian akan menggerakkan berbagai macam kegiatan

ekonomi sehingga menciptakan skala ekonomis (economic of scale) dalam produksi

yang menguntungkan semua pihak, menurunkan biaya-biaya produksi, dan

menciptakan sumber pasokan atau penawaran tenaga kerja murah dalam jumlah yang

memadai sehingga pada gilirannya akan merangsang tingkat output atau produksi

agregat yang lebih tinggi lagi.

Menurut Sitindaon (2013), rasio ketergantungan penduduk atau rasio beban

tanggungan penduduk menjadi salah satu indikator demografi yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi selain pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja. Berdasarkan

permasalahan yang ada, kemudian akan diimplementasikan sehingga selanjutnya dpat

ditentukan kebijakan-kebijakan yang digunakan untuk mengatasi beban

ketergantungan penduduk usia non-produktif serta kebijakan tentang kependudukan

dan ketenagakerjaan sehingga dapat meningkaatkan pertumbuhan ekonomi.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan salah satu indikator

dari tenaga kerja yang memiliki pengaruh positif dan dapat meningkatkan pertumbuhan

ekonomi. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan Solow (Neo Klasik)

bahwa melalui semakin banyaknya angkatan kerja yang bekerja, maka kemampuan

untuk menghasilkan output semakin tinggi. Dengan banyaknya output yang mampu

Page 58: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

39

dihasilkan, maka akan mendorong tingkat penawaran agregat sehingga pertumbuhan

ekonomi pun meningkat. Berdasarkan penjelasan-penjelasan teori maupun jurnal

tersebut di atas, maka dibangun sebuah kerangka pemikiran teoritis seperti berikut.

Gambar 2. 2

Bagan Kerangka Pemikiran Teoritis

C. Hipotesis Penelitian

Mengacu kepada kerangka pemikiran teoritis dan penelitian terdahulu yang

berhubungan dengan veriabel maupun konsep dari penelitian ini, maka penulis dapat

merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.

Indeks Pembangunan

Manusia (IPM)

(X1)

Laju Pertumbuhan

Penduduk

(X2)

Rasio

Ketergantungan

Penduduk

(X3)

Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja

(TPAK)

(X4)

Pertumbuhan

Ekonomi

(Y)

Page 59: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

40

1. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

terhadap pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa periode tahun 2008 – 2016.

H1 : Diduga terdapat pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

terhadap pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa periode tahun 2008 – 2016.

2. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh laju pertumbuhan penduduk terhadap

pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa periode tahun 2008 – 2016.

H1 : Diduga terdapat pengaruh laju pertumbuhan penduduk terhadap

pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa periode tahun 2008 – 2016.

3. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh rasio ketergantungan penduduk

terhadap pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa periode tahun 2008 – 2016.

H1 : Diduga terdapat pengaruh rasio ketergantungan penduduk terhadap

pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa periode tahun 2008 – 2016.

4. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK) terhadap pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa periode tahun 2008

– 2016.

H1 : Diduga terdapat pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

terhadap pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa periode tahun 2008 – 2016.

5. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM),

laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan penduduk, dan Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terhadap pertumbuhan ekonomi di

pulau Jawa periode tahun 2008 – 2016.

H1 : Diduga terdapat pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), laju

pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan penduduk, dan Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terhadap pertumbuhan ekonomi di

pulau Jawa periode tahun 2008 – 2016.

Page 60: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

41

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang masalah, penelitian ini dilakukan untuk

melihat bagaimana pengaruh variabel-variabel demografi seperti Indeks Pembangunan

Manusia (IPM), Laju Pertumbuhan Penduduk, Rasio Ketergantungan Penduduk,

maupun Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terhadap pertumbuhan ekonomi

di pulau Jawa yang memiliki 6 (enam) provinsi. Data operasional yang digunakan pada

penelitian ini menggunakan data panel yang merupakan gabungan antara data runtut

waktu (time series) dan data cross section mulai dari tahun 2008 sampai dengan 2016.

1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi di

provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur

mulai dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2016.

2. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Indeks Pembangunan Manusia

(IPM), Laju Pertumbuhan Penduduk, Rasio Ketergantungan Penduduk, dan Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa

Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2016.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau kelompok

yang merupakan sifat-sifat umum. Sugiyono (2009) menyatakan bahwa populasi

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan penjelasan tersebut, populasi yang

digunakan dalam skripsi ini adalah provinsi-provinsi yang terletak di pulau Jawa, yaitu

DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002).

Selain itu, Sugiyono (2009) mendefinisikan sampel sebagai bagian dari jumlah dan

Page 61: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

42

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel digunakan untuk

memberikan kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi. Alasan

penulis menggunakan sampel di antaranya sebagai berikut.

1. Penelitian terhadap sampel memungkinkan representasi karakteristik

keseluruhan populasi.

2. Penelitian populasi secara keseluruhan akan memakan waktu yang cukup lama,

sedangkan alokasi waktu dari penelitian ini terbatas.

3. Penelitian populasi akan memakan biaya dan tenaga yang cukup besar

(Arikunto, 2002).

Arikunto (2002) menambahkan bahwa terdapat beberapa keuntungan

menggunakan sampel, di antaranya:

1. Karena subyek pada sampel lebih sedikit dibandingkan populasi, maka

kesulitan berkurang.

2. Apabila populasinya terlalu besar, maka dikhawatirkan terdapat sesuatu yang

terlewat.

3. Dengan menggunakan sampel, penelitian lebih efisien (dalam arti uang, waktu,

dan tenaga),

4. Penelitian dengan menggunakan populasi ada kalanya bersifat destruktif

(merusak).

5. Terdapat bahaya dari orang yang mengumpulkan data. Karena subyeknya

banyak, petugas pengumpul data menjadi lelah sehingga pencatatannya bisa

menjadi tidak teliti.

6. Ada kalanya memang tidak memungkinkan untuk melakukan penelitian dengan

populasi.

Berdasarkan pada penjelasan-penjelasan di atas, sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data-data demografi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah,

Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten selama 9 tahun, mulai dari tahun 2008 sampai

dengan 2016.

Page 62: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

43

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data

yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya diambil dari

Badan Pusat Statistik (BPS), dokumen-dokumen perusahaan atau organisasi, surat

kabar dan majalah, ataupun publikasi lainnya (Marzuki, 2005). Data sekunder yang

digunakan adalah penggabungan data runtut waktu (time series) dari tahun 2008 – 2016

dan deret lintang (cross section) sebanyak 54 data yang mewakili provinsi-provinsi di

pulau Jawa. Pemilihan periode ini disebabkan salah satu variabel penelitian, yaitu

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengalami perubahan penggunaan indeks yang

pada awalnya menggunakan Gross National Index (GNI) dalam Purchasing Power

Parity (PPP) menjadi Gross Domestic Product (GDP) dalam Purchasing Power Parity

(PPP). Perubahan tersebut mengakibatkan pembagian kategori negara-negara

berdasarkan besarnya nilai IPM ikut berubah sesuai dengan Human Development

Report yang diterbitkan tahun 2008 oleh United Nations Development Programme

(UNDP). Perubahan pembagian tersebut adalah

Tabel 3. 1

Kategori Pembagian Negara sesuai Nilai IPM Menurut UNDP

Kelompok Negara Kriteria Nilai IPM

Sangat Tinggi 0.900 – 1

Tinggi 0.800 – 0.899

Menengah 0.500 – 0.799

Rendah 0.000 – 0.499

Sumber: Human Development Report 2007/2008. 2008.UNDP

Pembagian kategori tersebut dapat dijadikan ukuran kriteria IPM bagi provinsi

atau wilayah tertentu. Berdasarkan adanya perubahan penggunaan indeks tersebut,

periode tahun 2008 – 2016 menarik untuk diamati serta data-data tersedia pada tahun

tersebut. Data-data tersebut yang diperlukan untuk masing-masing provinsi di pulau

Jawa adalah:

1. Data pertumbuhan ekonomi tiap-tiap provinsi di pulau Jawa dilihat dari laju

Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2008 – 2016.

Page 63: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

44

2. Data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tiap-tiap provinsi di pulau Jawa

tahun 2008 -2016.

3. Data laju pertumbuhan penduduk tiap-tiap provinsi di pulau Jawa tahun 2008 –

2016.

4. Data rasio ketergantungan penduduk tiap-tiap provinsi di pulau Jawa tahun

2008 – 2016.

5. Data Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tiap-tiap provinsi di pulau

Jawa tahun 2008 – 2016.

Adapun sumber data tersebut di atas diperoleh dari:

1. Data pertumbuhan ekonomi tiap-tiap provinsi di pulau Jawa dilihat dari laju

Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2008 – 2016 diperoleh

dari Badan Pusat Statistik (BPS).

2. Data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tiap-tiap provinsi di pulau Jawa

tahun 2008 -2016 diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).

3. Data laju pertumbuhan penduduk tiap-tiap provinsi di pulau Jawa tahun 2008 –

2016 diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

4. Data rasio ketergantungan penduduk tiap-tiap provinsi di pulau Jawa tahun

2008 – 2016 diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

(Bappenas).

5. Data Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tiap-tiap provinsi di pulau

Jawa tahun 2008 – 2016 diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder mulai dari tahun

2008 sampai dengan tahun 2016 yang terdiri dari satu variabel dependen, yaitu

pertumbuhan ekonomi dan empat variabel independen, yaitu Indeks Pembangunan

Manusia (IPM), Laju Pertumbuhan Penduduk, Rasio Ketergantungan Penduduk, dan

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa

Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Metode yang digunakan dalam

pengumpulan data untuk penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Page 64: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

45

Penelitian kepustakaan (library research) bertujuan untuk

mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan-bantuan material yang

terdapat di ruangan perpustakaan, seperti buku-buku, majalah, dokumen,

catatan, sejarah kisah, dan lain-lain. Pada hakikatnya data yang diperoleh

dengan penelitian kepustakaan dapat dijadikan landasan dasar dan alat utama

bagi pelaksanaan penelitian lapangan (Mardalis, 1995). Penelitian kepustakaan

ini mencakup pengidentifikasian, penjelassan, dan penguraian secara sistematis

tentang dokumen-dokumen yang mengandung informasi yang berkaitan

dengan masalah yang dibahas. Penulis juga dituntut untuk memilih sumber

yang relevan yang berkaitan langsung dengan pokok masalahnya. Penulis

hendaknya juga berusaha untuk menemukan sumber primer yang biasanya

lebih lengkap, seksama, dan mendetail karena ditulis oleh pelaku atau

penulisnya (Sumanto, 1995).

2. Internet Research

Sebagian besar buku referensi atau literatur yang kita miliki dan

digunakan sebagai acuan merupakan bagian referensi yang diterbitkan pada

tahun-tahun sebelumnya sehingga informasi yang didapat terkadang tertinggal

dan ilmu yang ada juga semakin berkembang. Oleh karena itu, penulis mencari

sebagian informasi yang merupakan data yang terdapat di internet karena data-

data yang dibutuhkan hampir semuanya ada.

E. Metode Analisis Data

1. Metode Data Panel

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan analisis

panel data dengan menggunakan program Eviews 9. Analisis panel data adalah

kombinasi pengolahan data deret waktu (time series) dan data deret lintang (cross

section) (Nachrowi, 2006). Gujarati (2004) menyatakan bahwa untuk menggambarkan

data panel secara singkat, misalnya misalkan pada data cross section, nilai dari satu

variabel atau lebih dikumpulkan untuk beberapa unit sampel pada suatu waktu. Dalam

data panel, unit cross section yang sama disurvei dalam beberapa waktu. Sesuai dengan

Page 65: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

46

model data panel, persamaan model dengan menggunakan data cross section dapat

ditulis sebagai berikut:

Yi = β0+β1Xi+εi; I = 1,2,…N

Di mana N adalah banyaknya data cross section, sedangkan persamaan model

dengan time series adalah di mana T adalah banyaknya data time series. Mengingat

data panel merupakan gabungan dari data time series dan data cross section, maka

model dapat ditulis dengan:

Yit = β0+β1Xit+εit

I = 1,2,…N ; t = 1,2,…T

N : Banyaknya observasi

T : Banyaknya waktu

N x T : Banyaknya data panel

Menurut Hsiao dalam Saputra (2011), terdapat keunggulan dalam

menggunakan data panel dibandingkan hanya menggunakan data deret waktu (time

series) atau data deret lintang (cross section), di antaranya:

a. Dapat memberikan peneliti jumlah pengamatan yang besar, meningkatkan

derajat kebebasan (degree of freedom), data memiliki variabilitas yang besar

dan mengurangi kolinieritas antara variabel penjelas, di mana dapat

menghasilkan ekonometri yang efisien.

b. Dengan panel data, data lebih informatif, lebih bervariasi, yang tidak dapat

diberikan hanya oleh data deret lintang (cross section) dan deret waktu (time

series) saja.

c. Panel data dapat memberikan penyelesaian yang lebih baik dalam inferensi

perubahan dinamis dibandingkan dengan data deret lintang (cross section).

2. Estimasi Model Data Panel

Dalam mengestimasi model regresi panel terdapat tiga pendekatan yang

biasanya digunakan, yaitu Common Effect Model (CEM) atau Pooled Least Square

(PLS), Fixed Effect Model (FEM), dan Random Effect Model (REM).

a. Pendekatan Kuadrat Terkecil (Common Effect Model atau Pooled Least

Square)

Page 66: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

47

Pendekatan pertama ini merupakan pendekatan paling sederhana yang

disebut estimasi CEM atau Pooled Least Square (PLS). teknik ini

mengasumsikan bahwa data gabungan yang ada menunjukkan kondisi yang

sesungguhnya, yaitu dengan menggabungkan (pooled) seluruh data time series

dan cross section dan kemudian mengestimasi model dengan menggunakan

metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil analisis regresi ini dianggap

berlaku pada semua objek pada semua waktu.

Kelemahan asumsi ini adalah ketidaksesuaian model dengan keadaan

yang sesungguhnya. Kondisi setiap objek berbeda, bahkan satu objek pada satu

waktu akan sangat berbeda dengan kondisi objek tersebut pada waktu yang lain

(Winarno dalam Lestari, 2010).

b. Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect Model)

Model ini dapat menunjukkan perbedaan konstan antarobjek, meskipun

dengan koefisien regresor yang sama. Model juga memperhitungkan

kemungkinan bahwa peneliti menghadapi masalah omitted variables yang

mungkin membawa perubahan pada intercept time series atau cross section.

Model FEM dengan efek tetap maksudnya adalah bahwa satu objek memiliki

konstan yang tetap besarnya untuk berbagai periode waktu. Demikian pula

dengan koefisien regresinya yang besarnya tetap dari waktu ke waktu (time

invariant) (Winarno, 2007).

c. Pendekatan Efek Acak (Random Effect Model)

Pendekatan efek acak (Random Effect Model) digunakan untuk

mengatasi kelemahan efek tetap yang menggunakan variabel semu sehingga

model mengalami ketidakpastian. Tanpa menggunakan variabel semu, metode

efek acak menggunakan residual, yang diduga memiliki hubungan antarwaktu

dan antarobjek.

Namun, terdapat satu syarat untuk menganalisis dengan menggunakan

efek acak, yaitu objek deret lintang atau data silang (cross section) harus lebih

besar dari banyaknya koefisien (Winarno, 2007).

Page 67: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

48

3. Pemilihan Metode Estimasi dalam Data Panel

a. Pemilihan Metode dengan Uji Chow (Likelihood Ratio)

Uji chow (Likelihood Ratio) digunakan untuk memilih antara model

Pooled Least Square (PLS) dengan Fixed Effect Model (FEM) yang sebaiknya

dipakai.

H0 : model PLS

H1 : model FEM

Apabila hasil uji spesifikasi ini menunjukkan probabilitas Chi-square

lebih dari 0.05, maka model yang dipilih adalah Pooled Least Square (PLS).

Sebaliknya, apabila probabilitas Chi-square kurang dari 0.05, maka model yang

dipilih adalah Fixed Effect Model (FEM). Ketika model Fixed Effect yang

terpilih, maka perlu dilakukan uji lagi, yaitu uji Hausmann untuk mengetahui

apakah model yang sebaiknya digunakan adalah Fixed Effect atau Random

Effect.

b. Pemilihan Metode dengan Uji Hausmann

Uji ini bertujuan untuk mengetahui model yang sebaiknya dipakai, yaitu

Fixed Effect Model atau Random Effect Model. Dalam FEM, setiap objek

memiliki intersep yang berbeda-beda, tetapi intersep masing-masing objek

tidak berubah seiring dengan waktu. Hal ini disebut dengan time-invariant.

Sedangkan dalam REM, intersep (bersama) mewakilkan nilai rata-rata dari

semua intersep (cross section) dan komponen εit mewakili deviasi (acak) dari

intersep individual terhadap nilai rata-rata tersebut (Gujarati, 2004). Hipotesis

dalam uji Hausmann adalah sebagai berikut.

H0 : model REM

H1 : model FEM

Jika H0 ditolak, maka kesimpulannya sebaiknya model yang digunakan

adalah FEM karena REM kemungkinan terkorelasi dengan satu atau lebih

Page 68: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

49

variabel bebas. Sebaliknya, apabila H1 ditolak, maka model yang sebaiknya

dipakai adalah REM.

4. Model Empiris

Penelitian ini meneliti tentang bagaimana pengaruh variabel-variabel

demografi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (dilihat dari laju PDRB per

provinsi), seperti Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Laju Pertumbuhan Penduduk

(LPP), Rasio Ketergantungan Penduduk, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK) dengan menggunakan data cross section, yaitu provinsi DKI Jakarta, Jawa

Barat, Banten, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur serta data time series mulai

dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2016. Model persamaan yang akan diestimasi

pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

LPEit = β0 + β1IPMit + β2LPPit - β3RKit + β4TPAKit + εit

Keterangan:

LPEit : Laju pertumbuhan ekonomi (laju PDRB) provinsi i pada periode t

(persen)

IPMit : Indeks pembangunan manusia provinsi i pada periode t (persen)

LPPit : Laju pertumbuhan penduduk provinsi i pada periode t (persen)

RKit : Rasio ketergantungan penduduk provinsi i pada periode t (persen)

TPAKit : Tingkat partisipasi angkatan kerja provinsi i pada periode t (persen)

β0,…,βn : Koefisien regresi (konstanta)

εit : Koefisien pengganggu / random error

Setelah model penelitian diestimasi maka akan diperoleh nilai dan besaran dari

masing-masing parameter dalam model persamaan di atas. Nilai dari parameter positif

atau negatif selanjutnya akan digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.

5. Pengujian Hipotesis Penelitian

Agar dapat mengasilkan persamaan regresi yang baik, maka harus dilakukan

uji asumsi analisis regresi terlebih dahulu, yang terdiri atas:

Page 69: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

50

a. Uji Asumsi Klasik

Model yang baik harus sesuai dengan kriteria pengujian asumsi klasik, agar

hasilnya juga lebih baik. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah model regresi yang

diuji berdistribusi normal atau tidak, atau dengan kata lain variabel error term

terdistribusi normal atau sebaliknya. Uji normalitas dilakukan dengan uji

Jarque-Bera (JB-test), yaitu apabila probabilitas > 5% atau 0.05, maka

variabel-variabel tersebut berdistribusi normal.

2) Uji Multikolinieriitas

Pada awalnya multikolinieritas berarti adanya hubungan linear

(korelasi) yang sempurna atau pasti di antara beberapa atau semua variabel

yang menjelaskan dari model regresi. Tepatnya istilah multikolinieritas

berkenaan dengan terdapatnya lebih dari satu hubungan linier pasti dan istilah

kolinieritas berkenaan dengan terdapatnya satu hubungan linear. Akan tetapi,

pembedaan ini jarang diperhatikan dalam praktek dan multikolinieritas

berkenaan dengan dua kasus tadi (Gujarati, 2013). Multikolinieritas dalam

penelitian dideteksi dengan melihat matriks koefisien korelasi antara masing-

masing variabel bebas. Kaidah yang digunakan adalah apabila koefisien

korelasi antara dua variabel bebas lebih besar dari 0.8, maka kolinieritas

berganda merupakan masalah yang serius. Namun, korelasi pasangan ini tidak

memberikan informasi lebih dalam untuk hubungan yang rumit antara tiga atau

lebih variabel bebas.

3) Uji Autokorelasi

Menurut Gujarati (2004), autokorelasi adalah keadaan di mana variabel

gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel pada periode lain.

Dengan kata lain, variabel gangguan tidak random. Faktor-faktor yang

menyebabkan autokorelasi antara lain kesalahan dalam penentuan model,

penggunaan lag pada model, memasukkan variabel yang penting. Akibatnya,

Page 70: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

51

parameter yang diestimasi menjadi bias dan variannya minimum. Uji

autokorelasi yang sederhana adalah menggunakan uji Durbin-Watson (DW).

Autokorelasi dapat diestimasi dengan membandingkan antara DW statistik

dengan DW tabel.

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut.

1. Bila nilai DW statistik terletak di antara 0 < d < dL, H0 yang menyatakan

ada autokorelasi positif ditolak.

2. Bila nilai DW statistik terletak antara 4 – dL < d < 4, H0 yang menyatakan

ada autokorelasi negatif ditolak.

3. Bila nilai DW statistik terletak antara dU < d < 4 – dU, H0 yang menyatakan

tidak ada autokorelasi positif maupun H0 yang menyatakan tidak ada

autokorelasi negatif diterima.

4. Ragu-ragu tidak ada autokorelasi positif bila nilai DW statistik terletak

antara dL ≤ d ≤ dU.

5. Ragu-ragu tidak ada autokorelasi negatif bila niali DW statistik terletak

antara dU ≤ d ≤ 4 – dL.

4) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas terjadi apabila variabel gangguan

tidak mempunyai varian yang sama untuk semua observasi. Akibat adanya

heteroskedastisitas, penaksir OLS tidak bias tetapi tidak efisien (Gujarati dan

Porter, 2003). Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas

dapat dilakukan dengan menggunakan uji Glejser yang tersedia di dalam

aplikasi Eviews 9. Uji Glejser merupakan salah satu uji yang digunakan untuk

mendeteksi adanya heteroskedastisitas dengan cara meregresikan seluruh

variabel independen dengan absolut residualnya. Hasil yang perlu diperhatikan

dari uji ini adalah nilai probabilitas (probability) masing-masing variabel

independen dengan absolut residual apabila lebih dari 0.05, maka tidak terdapat

masalah heteroskedastisitas.

Page 71: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

52

b. Uji Statistik

Uji statistik merupakan prosedur yang digunakan untuk menguji diterima atau

ditolaknya (secara statistik) hasil hipotesis nol (H0) dari sampel. Keputusan untuk

mengolah H0 dibuat berdasarkan nilai uji statistik yang diperoleh dari data yang ada

(Gujarati, 2004).

1) Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji ini pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui persentase dari

model menjelaskan variasi perilaku variabel terikat. Semakin tinggi persentase

R2 (mendekati 100%), maka semakin tinggi kemampuan model menjelaskan

perilaku variabel terikat.

2) Uji Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengukur seberapa jauh pengaruh satu variabel

bebas secara individual dalam menerangkan variabel dependen.

Pengukurannya adalah jika t-hitung > t-tabel, maka kita menerima hipotesis

alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual

mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2001). Dalam estimasi

menggunakan perangkat lunak Eviews, pengukuran dapat dilakukan dengan

melihat thitung pada estimasi output model di setiap variabel independen

kemudian dibandingkan dengan ttabel berdasarkan df (degree of freedom) yang

disesuaikan dengan probabilitas yang digunakan. Pengambilan keputusannya

dilakukan dengan cara apabila t-hitung > t-tabel, maka dapat diketahui bahwa

variabel independen tersebut merupakan variabel penjelas yang signifikan

terhadap variabel dependen pada model.

F. Operasional Variabel Penelitian

Variabel merupakan bagian terpenting dalam suatu penelitian yang menjadi

faktor penentu hasil dari penelitian yang dilakukan. Oleh karena itu, definisi masing-

masing variabel sangat diperlukan untuk memberi pemahaman secara umum tentang

penelitian tersebut.

1. Variabel Dependen

Page 72: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

53

Laju Pendapatan Regional Daerah Bruto (PDRB) sebagai salah satu indikator

pertumbuhan ekonomi per provinsi merupakan nilai yang menunjukkan

pertumbuhan produksi barang dan jasa di suatu wilayah perekonomian dalam

selang waktu tertentu. Dalam penelitian ini digunakan laju pertumbuhan PDRB per

provinsi di pulau Jawa tahun 2008 – 2016.

2. Variabel Independen

a. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah pengukuran perbandingan dari

harapan hidup, melek huruf, pendidikan, dan standar hidup bagi seluruh negara

di dunia. IPM digunakan untuk mengukur pengaruh dari kebijakan ekonomi

terhadap kualitas hidup.

b. Laju pertumbuhan penduduk merupakan angka yang menunjukkan tingkat

pertambahan penduduk pertahun dalam jangka waktu tertentu. Laju

pertumbuhan penduduk digunakan untuk mengetahui perubahan jumlah

penduduk antar dua periode waktu.

c. Rasio ketergantungan penduduk merupakan perbandingan antara jumlah

penduduk umur 0 – 14 tahun ditambah dengan jumlah penduduk umur 65 tahun

ke atas (keduanya disebut bukan angkatan kerja), dibandingkan dengan jumlah

penduduk umur 15 – 64 tahun (angkatan kerja). Rasio ketergantungan

penduduk digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan

keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang

sedang berkembang.

d. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan persentase umur

penduduk 15 tahun ke atas yang merupakan angkatan kerja. TPAK

mengindikasikan besarnya persentase penduduk usia kerja yang aktif secara

ekonomi di suatu negara atau wilayah.

Tabel 3. 2

Operasional Variabel Penelitian

No. Dimensi

Variabel

Sub Variabel Definisi Skala

Page 73: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

54

1. Pertumbuhan

Ekonomi

Laju

Pertumbuhan

PDRB

Salah satu indikator

pertumbuhan ekonomi

per provinsi merupakan

nilai yang menunjukkan

pertumbuhan produksi

barang dan jasa di suatu

wilayah perekonomian

dalam selang waktu

tertentu

Rasio

2. Kualitas

Sumber Daya

Manusia

Indeks

Pembangunan

Manusia

(IPM)

Pengukuran

perbandingan dari

harapan hidup, melek

huruf, pendidikan, dan

standar hidup bagi

seluruh negara di dunia.

Digunakan untuk

mengukur pengaruh dari

kebijakan ekonomi

terhadap kualitas hidup.

Rasio

3. Laju

Pertumbuhan

Penduduk

- Angka yang

menunjukkan tingkat

pertambahan penduduk

pertahun dalam jangka

waktu tertentu.

Rasio

4. Rasio

Ketergantung

an Penduduk

- Perbandingan antara

jumlah penduduk umur 0

– 14 tahun ditambah

dengan jumlah penduduk

umur 65 tahun ke atas

Rasio

Page 74: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

55

(keduanya disebut bukan

angkatan kerja),

dibandingkan dengan

jumlah penduduk umur

15 – 64 tahun (angkatan

kerja).

5. Tenaga Kerja Tingkat

Partisipasi

Angkatan

Kerja (TPAK)

Persentase umur

penduduk 15 tahun ke

atas yang merupakan

angkatan kerja.

Rasio

Page 75: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

56

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Gambar 4. 1

Peta Pulau Jawa

Sumber: Google Maps, 2017

Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang terletak di Indonesia dan menjadi

pulau terluas ke-13 di dunia. Pulau Jawa merupakan bagian dari kepulauan Sunda

Besar yang berada pada koordinat 7°30′10″LS,111°15′47″BT dengan luas sekitar

126.700 km2. Secara administratif, pulau Jawa terbagi menjadi enam provinsi, yaitu

DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten. Batas

wilayah sebelah utara pulau Jawa adalah Laut Jawa dan pulau Kalimantan, sebelah

selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, sebelah timur berbatasan dengan pulau

Bali, dan sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda dan pulau Sumatera. Kota

terbesar di pulau Jawa adalah Jakarta dan Surabaya.

Hampir keseluruhan wilayah Jawa pernah memperoleh dampak dari aktivitas

gunung berapi. Terdapat tiga puluh delapan gunung yang terbentang dari timur ke barat

pulau ini, yang semuanya pada waktu tertentu pernah menjadi gunung berapi aktif.

Gunung berapi tertinggi di Jawa adalah Gunung Semeru (3676 m), sedangkan gunung

Page 76: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

57

berapi paling aktif di Jawa bahkan di Indonesia adalah Gunung Merapi (2968 m) dan

Gunung Kelud (1731 m). Gunung-gunung dan dataran tinggi yang berjarak berjauhan

membantu wilayah pedalaman terbagi menjadi beberapa daerah yang relatif terisolasi

dan cocok untuk persawahan lahan basah. Lahan persawahan padi di Jawa merupakan

yang tersubur di dunia. Jawa adalah tempat penanaman kopi pertama di Indonesia,

yaitu sejak tahun 1699. Suhu rata-rata sepanjang tahun di pulau Jawa berkisar antara

22ο C sampai dengan 29o C dengan kelembaban rata-rata 75%.

Dengan jumlah penduduk sekitar 146.675.400 jiwa per 2016 dan kepadatan

penduduk 1.317 jiwa/km, pulau ini berpenduduk terbanyak di dunia dan merupakan

salah satu tempat terpadat di dunia. Meskipun hanya menempati urutan terluas ke-5 di

Indonesia, pulau Jawa dihuni oleh 60% penduduk Indonesia. Angka ini turun jika

dibandingkan sensus penduduk tahun 1905 yang mencapai 80,6% dari seluruh

penduduk Indonesia penurunan penduduk di pulau Jawa secara persentase diakibatkan

perpindahan penduduk (transmigrasi) dari pulau Jawa ke seluruh Indonesia. Ibu kota

Indonesia, Jakarta, terletak di Jawa bagian barat laut (tepatnya di ujung paling barat

Jalur Pantura). Kelompok etnis yang terdapat di Jawa didominasi oleh suku Jawa

(termasuk Cirebon, Osing, Tengger). Kelompok etnis lainnya di antaranya adalah suku

Madura, suku Sunda (temasuk Baduy, Banten), suku Betawi, dan minoritas Tionghoa

dan Arab.

Struktur perekonomian spasial di pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar

bagi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia selama bertahun-tahun, terhitung dari

tahun 2008 yang menjadi periode penelitian awal kontribusinya sebesar 57,9 persen.

Page 77: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

58

Gambar 4. 2

Kontribusi Pulau-Pulau di Indonesia terhadap PDB per 2016 (dalam persen)

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016

Meskipun nilai kontribusi tersebut setiap tahunnya fluktuatif, tetapi pulau Jawa selalu

menjadi penyumbang terbesar bagi PDB Indonesia (kontribusi pada tahun 2012 sebesar

57,51 persen, tahun 2014 sebesar 58,51 persen, dan tahun 2016 mencapai 58,81

persen).

Dilihat dari kondisi demografisnya, pada tahun 2008 jumlah penduduk di pulau

Jawa tercatat 132.856.600 jiwa dan pada tahun 2016 jumlah penduduknya mencapai

146.675.400 jiwa. Provinsi Jawa Barat menjadi kontributor terbesar dalam

perkembangan jumlah penduduk tersebut setiap tahunnya diikuti oleh Jawa Timur dan

Jawa Tengah. Pada tahun 2008, jumlah penduduk Jawa Barat sudah mencapai

40.918.300 jiwa. Perkembangan tersebut selama 9 tahun bertambah sehingga

jumlahnya melebihi 47 juta. Perkembangan jumlah penduduk masing-masing provinsi

di pulau Jawa tahun 2008 dan 2016 dapat dilihat sebagai berikut.

Page 78: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

59

Tabel 4. 1

Jumlah Penduduk Per Provinsi di Pulau Jawa (tahun 2008 dan 2016)

Provinsi Tahun

2008 2016

DKI Jakarta 9.146.200 10.277.600

Jawa Barat 40.918.300 47.379.400

Jawa Tengah 32.626.400 34.019.100

Yogyakarta 3.468.500 3.720.900

Jawa Timur 37.094.800 39.075.300

Banten 9.602.400 12.203.100

Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia, Bappenas, 2013

B. Penemuan dan Pembahasan

1. Analisis Deskriptif

a. Analisis Deskriptif Pertumbuhan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau

Jawa

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu di antara tiga komponen

makro ekonomi yang penting selain pengangguran dan inflasi yang menjadi

penentu kondisi pembangunan suatu negara atau wilayah. Setiap negara atau

wilayah tentunya menginginkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi agar tujuan

pembangunan tercapai. Dalam pengukurannya, terdapat indikator-indikator

yang bisa digunakan untuk melihat kondisi pertumbuhan ekonomi suatu negara

atau wilayah, salah satunya adalah laju pertumbuhan Pendapatan Domestik

Regional Bruto (PDRB).

Laju pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)

menggambarkan pertumbuhan produksi barang dan jasa di suatu wilayah

perekonomian dalam selang waktu tertentu. Laju pertumbuhan PDRB

merupakan salah satu indikator turunan dari PDB/PDRB yang digunakan untuk

mengukur kemajuan ekonomi sebagai hasil pembangunan nasional. Selain itu,

laju pertumbuhan PDRB digunakan sebagai dasar perkiraan penerimaan negara

untuk perencanaan pembangunan nasional atau sektoral dan regional.

Page 79: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

60

Gambar 4. 3

Laju Pertumbuhan PDRB per Provinsi di Pulau Jawa

Sumber: Bappenas, 2013, data diolah kembali

Gambar 4.3 menunjukkan kondisi laju pertumbuhan PDRB pada

masing-masing provinsi di pulau Jawa, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa

Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten. Terlihat bahwa masing-masing

provinsi mengalami laju pertumbuhan PDRB yang fluktuatif dengan tren

menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008, laju pertumbuhan PDRB DKI

Jakarta diawali dengan nilai 6,23 persen, Jawa Barat dengan nilai 6,21 persen,

Jawa Tengah dengan nilai 5,61 persen, Yogyakarta dengan nilai 5,03 persen,

Jawa Timur dengan nilai 5,94 persen, dan Banten dengan nilai 5,77 persen.

Seperti yang kita ketahui, krisis keuangan global tahun 2008 yang berawal dari

Amerika Serikat mempengaruhi banyak negara di dunia, termasuk Indonesia.

Akan tetapi, pada tahun tersebut, perekonomian Indonesia dapat bertahan jika

dibandingkan dengan perekonomian negara lain. Dapat dikatakan bertahannya

perekonomian pada saat itu tidak terlepas dari kontribusi provinsi di Indonesia

yang terlihat melalui nilai laju pertumbuhan PDRB sebagian daerah termasuk

pulau Jawa yang dapat melampaui nilai 5 (lima) persen.

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

DKI Jakarta

Jawa Barat

Jawa Tengah

Yogyakarta

Jawa Timur

Banten

Page 80: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

61

Akan tetapi, pada tahun 2009, diakibatkan krisis yang semakin dalam,

Indonesia dan banyak negara lainnya mengalami perlambatan perekonomian

pada saat itu. Indonesia mengalami perlambatan perekonomian dengan tumbuh

hanya sekitar 4 persen. Hal ini pun mempengaruhi provinsi-provinsi di

Indonesia yang ikut merasakan perlambatan perekonomian ini. Di pulau Jawa,

terlihat laju PDRB DKI Jakarta mengalami penurunan sebesar 1,21% menjadi

5,02%, Jawa Barat menurun 2,02% menjadi 4,19%, Jawa Tengah menurun

0,47% menjadi 5,14%, Yogyakarta menurun 0,6% menjadi 4,43%, Jawa Timur

menurun 0,93% menjadi 5,01%, dan Banten menurun 1,06% menjadi 4,71%.

Momentum-momentum perlambatan perekonomian juga terlihat pada

tahun 2011 – 2016. Pada periode tersebut, banyak negara selain Indonesia

mengalami hal yang sama dikarenakan kekhawatiran terhadap menurunnya laju

pertumbuhan ekonomi Tiongkok (China). Berkurangnya ekspansi

perekonomian mengingat bahwa kedua negara merupakan mitra dagang (China

berkontribusi hampir sepersepuluh dari total ekspor Indonesia) akan

mengakibatkan setiap penurunan 1% dari pertumbuhan PDB Tiongkok

(China), maka ekspansi perekonomian Indonesia akan berkurang sebesar 0,5%.

Hal tersebut secara tidak langsung juga akan mempengaruhi laju pertumbuhan

PDRB setiap wilayah di Indonesia, termasuk provinsi-provinsi yang berada di

pulau Jawa. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.3, laju pertumbuhan

PDRB DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan

Banten sama-sama mengalami tren yang menurun dengan masing-masing rata-

rata nilai 5,03%, 4,3%, 4,47%, 3,97%, 5,3%, dan 3,79% pada periode 2011 –

2016.

Akan tetapi, meskipun nilai laju pertumbuhan PDRB provinsi-provinsi

tersebut menunjukkan kecenderungan yang menurun, sebenarnya di sisi lain

memberikan kontribusi PDRB yang secara signifikan lebih besar dibandingkan

dengan wilayah yang lain. Terbukti dengan nilai kontribusinya yang selalu

melebihi nilai 50 persen untuk PDB Indonesia sejak tahun 2000 seperti contoh

pada gambar 4.2.

Page 81: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

62

b. Analisis Deskriptif Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi-

Provinsi di Pulau Jawa

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu bagian dari

pengukuran kualitas sumber daya manusia yang dipakai oleh seluruh negara

dan wilayah (regional) di dunia. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah

indeks yang mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah

komponen dasar kualitas hidup sebagai dampak dari kegiatan pembangunan

yang akan dilakukan oleh suatu negara atau daerah. IPM dibangun melalui

pendekatan tiga dimensi dasar, yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan

kehidupan yang layak.

Gambar 4. 4

Indeks Pembangunan Manusia per Provinsi di Pulau Jawa

Sumber: BPS, 2016, data diolah kembali

Pada gambar 4.4, diperlihatkan bahwa tiap-tiap provinsi memiliki tren

IPM yang berbeda-beda. Provinsi yang memiliki nilai IPM paling stabil adalah

DKI Jakarta dan Yogyakarta. Mulai dari tahun 2008 sampai dengan pada tahun

2016, nilai IPM kedua provinsi tersebut selalu melampaui 70 persen dan

meskipun terjadi penurunan pada tahun tertentu, nilai selisihnya pun tidak

pernah melebihi 2 persen dari tahun sebelum atau sesudahnya, misalnya pada

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Yogyakarta Jawa Timur Banten

Page 82: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

63

tahun 2009, nilai IPM DKI Jakarta adalah 77,36% yang pada tahun selanjutnya,

nilainya menurun 1,05% menjadi 76,31%. Kondisi tersebut mengartikan bahwa

ketiga dimensi yang menjadi bahasan dalam IPM, yaitu umur panjang dan

sehat, pengetahuan, serta kehidupan yang layak baik di DKI Jakarta maupun

Yogyakarta telah terlaksana kurang lebih sebesar 70 persen.

Provinsi selain DKI Jakarta dan Yogyakarta, yaitu Jawa Barat, Jawa

Tengah, Jawa Timur, dan Banten memiliki tren IPM yang cenderung

meningkat. Terlihat pada gambar 4.4, pergerakan nilai IPM mulai dari tahun

2010 – 2016 mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2010, nilai

IPM Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten secara berurutan

adalah 66,15%, 66,08%, 65,36%, dan 67,54% yang kemudian pada tahun 2016

nilainya masing-masing mencapai 70,05%, 69,98%, 69,74%, dan 70,96%.

Nilai-nilai tersebut, menurut UNDP, mengkategorikan provinsi-provinsi di

pulau Jawa termasuk ke dalam kelompok menengah (0,500 - 0,799 atau 50 –

79,9 persen) dan peningkatan signifikan tersebut mengartikan bahwa usaha

pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas penduduk semakin

diperhatikan dari tahun ke tahun. Ketika kualitas penduduk semakin membaik,

maka nilai investasi terhadap modal manusia (human capital) juga akan

semakin membaik yang kemudian akan memberikan pengaruh positif terhadap

kemajuan perekonomian.

c. Analisis Deskriptif Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi-Provinsi di

Pulau Jawa

Sebagai salah satu bagian dari indikator pertumbuhan penduduk, laju

pertumbuhan penduduk adalah angka yang menunjukkan tingkat pertambahan

penduduk pertahun dalam jangka waktu tertentu. Laju pertumbuhan penduduk

digunakan untuk mengetahui perubahan jumlah penduduk antar dua periode

tertentu. Komponen yang menjadi bagian dalam laju pertumbuhan penduduk

adalah tingkat kelahiran, kematian, dan migrasi.

Page 83: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

64

Gambar 4. 5

Perkembangan Laju Pertumbuhan Penduduk per Provinsi di Pulau Jawa

Sumber: Bappenas, 2013.

Pada gambar 4.5, ditunjukkan perkembangan laju pertumbuhan

penduduk tiap-tiap provinsi di pulau Jawa. Berdasarkan gambar tersebut, laju

pertumbuhan tiap-tiap provinsi mengalami tren menurun. Diawali pada tahun

2008, laju pertumbuhan penduduk DKI Jakarta sebesar 0.84%, Jawa Barat

sebesar 1.43%, Jawa Tengah sebesar 0.73%, Yogyakarta sebesar 0.96%, Jawa

Timur sebesar 0.52%, dan Banten sebesar 1.88%. Laju tersebut secara bertahap

dari tahun ke tahun mengalami penurunan yang berbeda-beda tiap provinsinya.

DKI Jakarta dan Yogyakarta yang penurunannya sekitar 0.03 – 0.05% dari

tahun sebelum ke tahun selanjutnya, Jawa Barat dan Jawa Tengah yang

penurunannya konsisten sebesar 0.03% dari tahun ke tahun, Jawa Timur dan

Banten yang penurunannya sekitar 0.02 – 0.03% dari tahun ke tahun menurut

Bappenas (2008) dalam laporan Proyeksi Kependudukan Indonesia disebabkan

oleh turunnya tingkat kelahiran dan tingkat kematian. Akan tetapi, penurunan

karena kelahiran jauh lebih besar dibandingkan penurunan karena kematian.

Dapat dikatakan bahwa hal tersebut merupakan salah satu cerminan upaya

pemerintah masing-masing provinsi yang cukup berhasil untuk mengurangi

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1.60

1.80

2.00

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

DKI Jakarta

Jawa Barat

Jawa Tengah

Yogyakarta

Jawa Timur

Banten

Page 84: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

65

jumlah penduduk dilihat dari tingkat kelahiran yang berkurang lebih besar

dibanding tingkat kematian.

d. Analisis Deskriptif Rasio Ketergantungan Penduduk Provinsi-Provinsi di

Pulau Jawa

Rasio ketergantungan penduduk merupakan salah satu indikator

kependudukan yang berkaitan dengan rasio jumlah penduduk dilihat dari

struktur umurnya. Rasio ketergantungan penduduk adalah perbandingan antara

jumlah penduduk umur 0 – 14 tahun ditambah dengan jumlah penduduk umur

65 tahun keatas (yang biasanya disebut bukan angkatan kerja) dibandingkan

dengan jumlah penduduk umur 15 – 64 tahun (angkatan kerja).

Kondisi perkembangan rasio ketergantungan penduduk di pulau Jawa

sendiri merupakan yang terendah jika dibandingkan dengan pulau-pulau besar

lain di Indonesia.

Tabel 4. 2

Perkembangan Rasio Ketergantungan Penduduk Pulau-Pulau Besar di Indonesia

Pulau Tahun

2005 2010 2015

Jawa 45.97 42.89 42.07

Sumatera 54.06 50.3 47.85

Kalimantan 51.6 47.18 45.28

Sulawesi 53.6 49.02 48.1 Sumber: Bappenas, 2013, data disusun kembali

Pada tabel 4.2 ditunjukkan rata-rata nilai rasio ketergantungan

penduduk tiap provinsi pada tiap pulau-pulau besar di Indonesia. Dari tabel

tersebut diketahui bahwa nilai rasio ketergantungan penduduk di pulau Jawa

merupakan yang terendah pada tahun 2005, 2010, maupun tahun 2015 dengan

angka yang tidak melebihi 50 persen. Kondisi rasio ketergantungan pada

masing-masing provinsi di pulau Jawa digambarkan pada gambar di bawah

sebagai berikut.

Page 85: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

66

Gambar 4. 6

Perkembangan Rasio Ketergantungan per Provinsi di Pulau Jawa

Sumber: Bappenas, 2013.

Pada gambar 4.6, terlihat bahwa rasio ketergantungan penduduk tiap-

tiap provinsi di pulau Jawa berbeda-beda. Jika dilihat pada tahun 2008, rasio

ketergantungan penduduk provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah,

Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten masing-masing adalah 37.8%, 47.8%,

47.8%, 38.1%, 40.4%, dan 51.6% yang dirata-ratakan nilainya menjadi

43.92%. Hal tersebut berarti setiap 100 orang yang berusia produktif (angkatan

kerja) memiliki tanggungan sebanyak 44 orang berusia non-produktif (usia 0 –

14 tahun dan 65 tahun keatas).

Beban tanggungan tiap provinsi di pulau Jawa yang dilihat dari rasio

ketergantungan penduduk ini dari tahun ke tahun mengalami penurunan.

Penurunan tersebut menjelaskan semakin berkurangnya tanggungan yang harus

dibebankan pada penduduk usia kerja. Dengan kesimpulan semakin sedikit

anak-anak (usia 0 – 14 tahun) dan penduduk lanjut usia (usia 65 tahun keatas)

yang harus dibiayai dari pendapatan penduduk usia kerja, maka semakin besar

peluang mereka untuk melakukan aktivitas ekonomi, seperti berinvestasi,

menabung, juga konsumsi.

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

DKI Jakarta

Jawa Barat

Jawa Tengah

Yogyakarta

Jawa Timur

Banten

Page 86: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

67

e. Analisis Deskriptif Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi-Provinsi

di Pulau Jawa

Tingkat partisipasi angkatan kerja merupakan salah satu bagian

indikator ketenagakerjaan yang digunakan untuk menggambarkan besarnya

persentase penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi (sudah bekerja

maupun yang masih mencari pekerjaan) di suatu negara atau wilayah. Semakin

tinggi Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menunjukkan semakin

tingginya pasokan tenaga kerja (labor supply) yang tersedia untuk bekerja

(memproduksi barang dan jasa) dalam suatu perekonomian. Pernyataan

tersebut menunjukkan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja dapat

digunakan sebagai indikator kesulitan angkatan kerja untuk mendapatkan

pekerjaan yang terlihat dari banyaknya angkatan kerja yang belum mendapat

pekerjaan dibandingkan banyaknya jumlah pekerjaan yang ada. Penggambaran

kondisi tingkat partisipasi angkatan kerja pada tiap-tiap provinsi di pulau Jawa

diperlihatkan sebagai berikut.

Gambar 4. 7

Perkembangan TPAK per Provinsi di Pulau Jawa

Sumber: BPS, 2016.

Pada gambar 4.7 terlihat bahwa tingkat patisipasi angkatan kerja

masing-masing provinsi di pulau Jawa sama-sama mengalami tren yang

fluktuatif. Berdasarkan gambar tersebut, provinsi yang terlihat paling fluktuatif

54.00

56.00

58.00

60.00

62.00

64.00

66.00

68.00

70.00

72.00

74.00

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

DKI Jakarta

Jawa Barat

Jawa Tengah

Yogyakarta

Jawa Timur

Banten

Page 87: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

68

adalah DKI Jakarta. Puncak tertingginya terjadi pada tahun 2012 dengan TPAK

sebesar 71.47 persen. Sedangkan rata-rata secara keseluruhan, Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) DKI Jakarta sebesar 68.17%, Jawa Barat

sebesar 62.64%, Jawa Tengah sebesar 69.72%, Yogyakarta sebesar 69.98%,

Jawa Timur sebesar 68.81%, dan Banten sebesar 64.43%. Berdasarkan rata-rata

tersebut, diketahui bahwa:

1. Dari 100 orang penduduk usia produktif (15 tahun keatas) di DKI Jakarta,

sebanyak 68 orang tersedia untuk bekerja.

2. Dari 100 orang penduduk usia produktif (15 tahun keatas) di Jawa Barat,

sebanyak 63 orang tersedia untuk bekerja.

3. Dari 100 orang penduduk usia produktif (15 tahun keatas) di Jawa Tengah,

sebanyak 70 orang tersedia untuk bekerja.

4. Dari 100 orang penduduk usia produktif (15 tahun keatas) di Yogyakarta,

sebanyak 70 orang tersedia untuk bekerja.

5. Dari 100 orang penduduk usia produktif (15 tahun keatas) di Jawa Timur,

sebanyak 69 orang tersedia untuk bekerja.

6. Dari 100 orang penduduk usia produktif (15 tahun keatas) di Banten,

sebanyak 65 orang tersedia untuk bekerja.

f. Analisis Deskriptif Kondisi Demografi Provinsi-Provinsi di Luar Pulau

Jawa

Provinsi-provinsi di pulau Jawa memiliki kondisi demografi yang

cukup baik secara keseluruhan mulai dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

yang menunjukkan tren meningkat, laju pertumbuhan penduduk yang

menunjukkan tren menurun (dalam hal ini peningkatan jumlah penduduk tidak

sebesar peningkatan tahun-tahun sebelumnya), rasio ketergantungan penduduk

yang nilainya di bawah 50, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

yang nilainya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kondisi yang cukup

baik tersebut merupakan hasil pencapaian pembangunan yang terfokus karena

wilayah pulau Jawa yang strategis

Page 88: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

69

Kondisi demografi di luar pulau Jawa juga merupakan objek yang

penting dalam melihat hasil pencapaian pembangunan daerah yang telah

tercapai. Akan lebih baik jika konteks objek di luar pulau Jawa tersebut

merupakan provinsi yang kondisi demografinya tidak sebaik kondisi demografi

pulau Jawa untuk melihat perbandingan di antara keduanya. Dalam

pembahasan analisis ini, provinsi di luar pulau Jawa yang menggambarkan

kondisi tersebut adalah Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Barat, Nusa

Tenggara Timur, dan Sulawesi Barat.

Lima provinsi yang dijadikan konteks objek di luar pulau Jawa

merupakan provinsi yang menduduki peringkat IPM yang termasuk kategori

rendah dan peringkat PDRB yang menengah maupun rendah.

Gambar 4. 8

Kondisi Demografi 5 Provinsi di Luar Pulau Jawa

Sumber: BPS, 2016, data diolah kembali.

Berdasarkan data yang berasal dari BPS (2016), Maluku merupakan

provinsi dengan peringkat IPM ke-25 dan peringkat PDRB ke-33 se-Indonesia,

Maluku Utara merupakan provinsi dengan peringkat IPM ke-27 dan peringkat

PDRB ke-31 se-Indonesia, NTB merupakan provinsi dengan peringkat IPM ke-

30 dan peringkat PDRB ke-32 se-Indonesia, NTT merupakan provinsi dengan

0

10

20

30

40

50

60

70

80

IPM LPP RK TPAK LPE

Maluku Maluku Utara NTB NTT Sulawesi Barat

Page 89: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

70

peringkat IPM ke-32 dan peringkat PDRB ke-34 se-Indonesia, Sulawesi Barat

merupakan provinsi dengan peringkat IPM ke-31 dan peringkat PDRB ke-29

se-Indonesia.

Jika dilihat dari pembangunan manusia, laju pertumbuhan penduduk,

dan rasio ketergantungan penduduk yang ditunjukkan pada gambar 4.8,

provinsi yang menjadi sorotan adalah NTT. Rata-rata nilai IPM NTT pada

periode tahun 2008 – 2016 adalah 62.53 persen sementara IPM nasional sebesar

70.18 persen yang menjadikan NTT sebagai provinsi dengan peringkat IPM ke-

32 se-Indonesia (masuk 3 besar provinsi dengan IPM terendah). Menurut

Komisi IX DPR (2017), rendahnya IPM NTT ini disebabkan oleh cukup

tingginya angka drop out siswa SMP dan SMA meskipun partisipasi siswa

masuk cukup tinggi. Selain itu, NTT juga dianggap sebagai provinsi yang

rawan gizi yang ditunjukkan oleh tingginya angka kematian ibu dan anak.

Kesenjangan antardaerah juga menjadi salah satu alasan rendahnya IPM NTT.

Hal tersebut dilihat dari adanya perbedaan antara pendapatan perkapita

penduduk Kota Kupang hampir lima kali lipat pendapatan penduduk Kabupaten

Sumba Barat Daya.

Berdasarkan nilai rata-rata laju pertumbuhan penduduk, NTT menjadi

provinsi yang rata-rata pertumbuhan penduduknya paling tinggi di antara empat

provinsi lainnya yang ditunjukkan dengan nilai 1.73 persen. Setiap tahunnya,

dibandingkan provinsi Maluku, Maluku Utara, NTB, dan Sulawesi Barat yang

peningkatan jumlah penduduknya sekitar 20.000 – 50.000 jiwa, setidaknya di

NTT terjadi peningkatan jumlah penduduk sekitar delapan puluh ribu jiwa. Hal

tersebut menjadikan NTT sebagai provinsi peringkat kedua bagian Indonesia

timur dengan jumlah penduduk terbanyak setelah Sulawesi Selatan.

Peningkatan jumlah penduduk memang dapat memberi pengaruh positif bagi

pertumbuhan ekonomi suatu daerah apabila momen peningkatan tersebut

dimanfaatkan dengan baik. Akan tetapi, kondisi pertumbuhan penduduk di

NTT ini justru dapat memberikan pengaruh negatif. Hal tersebut didukung oleh

adanya temuan bahwa lebih dari 30 persen peningkatan jumlah penduduk

Page 90: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

71

tersebut setiap tahunnya disebabkan oleh kelahiran. Penyebabnya adalah

banyaknya penduduk yang masih memegang prinsip harus mendapat anak laki-

laki dalam sebuah keluarga. Apabila dalam sebuah keluarga sudah memiliki

banyak anak tetapi tidak terdapat satupun anak laki-laki, maka keluarga tersebut

akan terus bersikeras menambah anak sampai terdapat anak laki-laki dalam

keluarganya. Hal tersebut akan mengakibatkan jumlah penduduk non-produktif

usia 0 – 14 tahun meningkat dari tahun ke tahun (setiap tahunnya mulai dari

tahun 2008 – 2016 setiidaknya terdapat 1200 penduduk yang lahir) (Bappenas,

2013).

Jika dilihat dari nilai rasio ketergantungan penduduk nasional, 4 dari 5

provinsi pada gambar 4.8 merupakan provinsi yang beban ketergantungannya

tertinggi se-Indonesia. Pada tahun 2015, nilai rasio ketergantungan penduduk

NTT sebesar 69.3 persen, Maluku Utara dengan nilai ketergantungan sebesar

60.95 persen, Maluku dengan nilai ketergantungan sebesar 60.82 persen, dan

Sulawesi Barat dengan nilai ketergantungan sebesar 59.58 persen. Besarnya

rasio ketergantungan penduduk menunjukkan besarnya beban yang harus

ditanggung penduduk usia produktif (15 – 64 tahun) untuk membiayai

penduduk usia non-produktif (0 – 14 tahun dan > 65 tahun). Berdasarkan

pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa setiap 100 orang yang berusia

produktif di NTT mempunyai tanggungan sebanyak 69 orang yang belum

produktif dan yang sudah tidak produktif lagi. Nilai tersebut sangat tinggi

berkaitan dengan angka kelahiran yang cukup tinggi juga pada provinsi-

provinsi tersebut (setidaknya setiap tahun sekitar 30 persen dari jumlah

penduduk merupakan angka kelahiran).

2. Estimasi Model Data Panel

a. Uji Chow (Likelihood Ratio)

Pertama-tama data diestimasi dengan menggunakan efek spesifikasi

fixed. Uji yang dilakukan adalah uji Chow. Uji ini dilakukan untuk mengetahui

model yang sebaiknya digunakan antara Pooled Least Square (PLS) dan Fixed

Effect Model (FEM).

Page 91: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

72

H0 : model PLS

H1 : model FEM

Apabila hasil probabilitas Chi-square kurang dari 5% atau 0.05, maka

H0 ditolak sehingga model yang digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM).

Hasil dari estimasi uji Chow menggunakan Eviews 9.0 adalah sebagai berikut.

Tabel 4. 3

Hasil Uji Chow (Likelihood Ratio)

Effect Test Probabilitas

Cross-section F 0.0000

Cross-section Chi-square 0.0000

Sumber: Eviews 9.0, data diolah.

Berdasarkan hasil di atas, nilai probabilitas Chi-square adalah 0.0000,

maka H0 ditolak atau model yang sebaiknya digunakan adalah Fixed Effect

Model (FEM).

b. Uji Hausman (Correllated Random Effects)

Uji ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui model apakah yang

sebaiknya digunakan antara Fixed Effect Model (FEM) atau Random Effect

Model (REM).

H0 : model REM

H1 : model FEM

Apabila hasil dari probabilitas Chi-square lebih dari 5% atau 0.05, maka

model yang sebaiknya digunakan adalah Random Effect Model (REM). Hasil

dari estimasi uji Hausmann menggunakan Eviews 9.0 adalah sebagai berikut.

Tabel 4. 4

Hasil Uji Hausman

Test Summary Chi-Sq Statistic Probabilitas

Cross-section random 50.188420 0.0000

Sumber: Eviews 9.0, data diolah.

Berdasarkan hasil di atas, nilai probabilitas Chi-square adalah 0.0000,

maka dapat disimpulkan bahwa model yang sebaiknya digunakan adalah Fixed

Effect Model (FEM).

Page 92: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

73

3. Hasil Pengujian Hipotesis

a. Hasil Uji Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel terikat dan variabel bebas kedua-duanya berdistribusi normal atau

tidak. Pengambilan keputusan dilakukan dengan Jarque-Bera test (JB test),

yaitu apabila nilai probability > 5% atau 0.05, maka variabel-variabel tersebut

berdistribusi normal.

Gambar 4. 9

Hasil Uji Normalitas

0

1

2

3

4

5

6

7

-0.005 0.000 0.005 0.010

Series: Standardized Residuals

Sample 2008 2016

Observations 54

Mean 8.99e-19

Median -0.000161

Maximum 0.010070

Minimum -0.008191

Std. Dev. 0.004329

Skewness 0.180872

Kurtosis 2.678933

Jarque-Bera 0.526372

Probability 0.768599

Sumber: Eviews 9.0, data diolah.

Berdasarkan hasil di atas, nilai dari probability adalah 0.768599 yang

berarti lebih dari 5% atau 0.05. Dapat disimpulkan bahwa baik variabel terikat

maupun variabel bebas berdistribusi normal.

2) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode waktu atau ruang

dengan kesalahan pengganggu pada waktu atau ruang sebelumnya. Untuk

mendeteksi adanya masalah ini, maka dilakukan uji Durbin-Watson (DW).

Kriteria dari uji Durbin-Watson (DW) adalah sebagai berikut.

Tabel 4. 5

Kriteria Pengujian Durbin-Watson

Hipotesis Nol Keputusan Kriteria

Page 93: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

74

Ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dL

Tidak ada autokoreasi positif Tidak ada keputusan dL < d < dU

Ada autokorelasi negatif Tolak 4 – dL < d < dU

Tidak ada autokorelasi

negatif

Tidak ada keputusan 4 – dU < d < 4 – dL

Tidak ada autokorelasi Jangan tolak dU < d < 4 – dU

Sumber: Gujarati, 2004.

Dari hasil uji DW yang dilakukan, didapatkan hasil Durbin-Watson stat

sebesar 2.097814. Sedangkan diketahui dL = 1.4069 dan dU = 1.7234. Karena

nilai Durbin-Watson stat atau d hitung lebih besar dari dU dan lebih kecil dari

4 – dU, maka dapat disimpulkan tidak terdapat masalah autokorelasi.

3) Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

terdapat korelasi antara variabel bebas satu dengan yang lainnya atau tidak.

Menurut Gujarati (2004), jika koefisien korelasi antarvariabel bebas lebih dari

0.8, maka dapat disimpulkan bahwa model mengalami masalah

multikolinieritas. Sebaliknya, jika koefisien korelasi antarvariabel bebas tidak

lebih dari 0.8, maka tidak terdapat masalah multikolinieritas pada model yang

digunakan. Dari hasil uji yang dilakukan menggunakan Eviews 9.0 didapatkan

hasil sebagai berikut.

Tabel 4. 6

Hasil Uji Multikolinieritas

IPM LPP RK TPAK

IPM 1.000000 -0.231141 -0.694089 0.321174

LPP -0.231141 1.000000 0.631636 -0.719678

RK -0.694089 0.631636 1.000000 -0.547845

TPAK 0.321174 -0.719678 -0.547845 1.000000

Sumber: Eviews 9.0, data diolah.

Page 94: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

75

Berdasarkan hasil di atas, masing-masing koefisien korelasi

antarvariabel bebas tidak ada yang lebih dari 0.8 yang berarti tidak terdapat

masalah multikolinieritas pada model yang digunakan.

4) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Pengujian ini dapat dilihat dari nilai probability Chi-

square masing-masing variabel independen pada uji Glejser yang harus lebih

dari 5% atau 0.05 agar terbebas dari masalah heteroskedastisitas. Berdasarkan

uji yang dilakukan menggunakan Eviews 9.0, didapatkan hasil sebagai berikut.

Tabel 4. 7

Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser

Heteroskedasticity Test: Glejser

Variabel Independen Probabilitas

IPM 0.7785

Laju Pertumbuhan Penduduk 0.2838

Rasio Ketergantungan Penduduk 0.0563

TPAK 0.2145

Sumber: Eviews 9.0, data diolah.

Berdasarkan hasil di atas, nilai probabilitas masing-masing variabel

independen lebih dari 5% atau 0.05 yang berarti tidak terdapat masalah

heteroskedastisitas pada model yang digunakan.

b. Hasil Uji Statistik

Olah data dengan menggunakan Eviews 9.0 yang dilakukan pada model Fixed

Effect Model (FEM) dalam penelitian ini memberikan hasil sebagai berikut.

Tabel 4. 8

Hasil Fixed Effect Model (FEM)

Dependent Variable: LPE

Method: Panel Least Squares

Date: 03/09/18 Time: 18:58

Sample: 2008 2016

Periods included: 9

Cross-sections included: 6

Total panel (balanced) observations: 54

Page 95: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

76

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.085710 0.058113 -1.474890 0.1474

IPM -0.121886 0.044530 -2.737164 0.0089

LPP 2.824622 0.889066 3.177068 0.0027

RK 0.345452 0.079722 4.333217 0.0001

TPAK 0.070943 0.056662 1.252047 0.2172 Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.744791 Mean dependent var 0.048226

Adjusted R-squared 0.692589 S.D. dependent var 0.008569

S.E. of regression 0.004751 Akaike info criterion -7.695409

Sum squared resid 0.000993 Schwarz criterion -7.327078

Log likelihood 217.7760 Hannan-Quinn criter. -7.553358

F-statistic 14.26750 Durbin-Watson stat 2.097814

Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Eviews 9.0, data diolah

Berdasarkan hasil di atas, terdapat hal-hal yang dapat diinterpretasikan sebagai

berikut.

1) Uji Koefisien Determinasi

Berdasarkan hasil pengolahan data dalam tabel 4.8, nilai dari koefisien

determinasi adalah 0.744791 yang berarti bahwa 74.48 persen kontribusi Indeks

Pembangunan Manusia (IPM), laju pertumbuhan penduduk, rasio

ketergantungan penduduk, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

dapat menjelaskan pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa. Sedangkan 25.52

persen variabel pertumbuhan ekonomi dijelaskan oleh variabel-variabel lain

selain variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

2) Uji Parsial (Uji t)

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah variabel bebas (Indeks

Pembangunan Manusia (IPM), laju pertumbuhan penduduk, rasio

ketergantungan penduduk, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK))

berpengaruh secara parsial terhadap variabel terikat (pertumbuhan ekonomi),

yaitu dengan membandingkan masing-masing t-hitung (t-Statistic) dengan t-

Page 96: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

77

tabel dalam menolak atau menerima hipotesis pada indeks kepercayaan α = 5%,

df = 48, maka diperoleh t-tabel sebesar 2.01063.

a) Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Per Provinsi di Pulau Jawa

Hasil analisis pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai t-hitung (t-stat)

variabel IPM sebesar -2.737164 dengan probabilitas 0.0089. Dapat

disimpulkan bahwa t-hitung (-2.737164) > t-tabel (2.01063) yang berarti H0

ditolak. Dengan menggunakan indeks kepercayaan atau signifikansi sebesar

5%, maka variabel IPM berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa. Dengan nilai koefisien regresi sebesar

-0.121886 mengartikan bahwa setiap peningkatan IPM sebesar 1% akan

menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.121886%.

b) Pengaruh Laju Pertumbuhan Penduduk terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Per Provinsi di Pulau Jawa

Hasil analisis pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai t-hitung (t-stat)

variabel laju pertumbuhan penduduk sebesar 3.177068 dengan probabilitas

0.0027. Dapat disimpulkan bahwa t-hitung (3.177068) > t-tabel (2.01063)

yang berarti H0 ditolak. Dengan menggunakan indeks kepercayaan atau

signifikansi sebesar 5%, maka variabel laju pertumbuhan penduduk

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

di pulau Jawa. Dengan nilai koefisien regresi sebesar 2.824622 mengartikan

bahwa setiap peningkatan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1% akan

menyebabkan peningkatan sebesar 2.824622%.

c) Pengaruh Rasio Ketergantungan Penduduk terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Per Provinsi di Pulau Jawa

Hasil analisis pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai t-hitung (t-stat)

variabel rasio ketergantungan penduduk sebesar 4.333217 dengan

probabilitas 0.0001. Dapat disimpulkan bahwa t-hitung (4.333217) > t-tabel

(2.01063) yang berarti H0 ditolak. Dengan menggunakan indeks

kepercayaan atau signifikansi sebesar 5%, maka variabel rasio

Page 97: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

78

ketergantungan penduduk berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa. Dengan nilai koefisien

regresi sebesar 0.345452 mengartikan bahwa setiap peningkatan rasio

ketergantungaan penduduk sebesar 1% akan menyebabkan peningkatan

pertumbuhan ekonomi sebesar 0.345452.

d) Pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Per Provinsi di Pulau Jawa

Hasil analisis pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai t-hitung (t-stat)

variabel TPAK sebesar 1.252047 dengan probabilitas 0.2172. Dapat

disimpulkan bahwa t-hitung (1.252047) < t-tabel (2.01063) yang berarti H0

diterima yang berarti TPAK tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan

ekonomi di pulau Jawa. Besarnya nilai partisipasi angkatan kerja

merupakan salah satu faktor yang dapat membangun pertumbuhan ekonomi

suatu negara ataupun wilayah lebih maju. Karena semakin besarnya

partisipasi angkatan kerja, maka semakin kecil angka pengangguran,

semakin besar nilai investasi (dalam bentuk tabungan), juga semakin besar

pendapatan negara atau wilayah (melalui pajak pengahasilan). Akan tetapi,

berdasarkan hasil pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa variabel TPAK justru

tidak memberikan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi.

3) Uji Simultan (Uji F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

(independen) berpengaruh terhadap variabel terikat (dependen) secara simultan

(bersama-sama). Cara yang dilakukan adalah dengan membandingkan nilai F-

hitung (F-stat) dengan F-tabel. Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada tabel

4. , diperoleh nilai F-hitung (F-stat) adalah 14.26750. Pada indeks kepercayaan

α = 5%, k = 4, dan n = 54 diperoleh nilai F-tabel = 2.80. Terlihat bahwa F-

hitung (14.26750) > F-tabel (2.80) yang berarti H0 ditolak dengan kesimpulan

variabel bebas (IPM, laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan

penduduk, dan TPAK) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap

variabel terikat (pertumbuhan ekonomi) pada tingkat kepercayaan 95%.

Page 98: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

79

4) Hasil Interpretasi Analisis

Tabel 4. 9

Interpretasi Koefisien Fixed Effect Model (FEM)

Dependent Variable: LPE?

Method: Pooled Least Squares

Date: 03/12/18 Time: 12:00

Sample: 1 9

Included observations: 9

Cross-sections included: 6

Total pool (balanced) observations: 54

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.085710 0.058113 -1.474890 0.1474

IPM? -0.121886 0.044530 -2.737164 0.0089

LPP? 2.824622 0.889066 3.177068 0.0027

RK? 0.345452 0.079722 4.333217 0.0001

TPAK? 0.070943 0.056662 1.252047 0.2172

Fixed Effects (Cross)

_DKI--C 0.040144

_JABAR--C -0.025851

_JATENG--C -0.011183

_YOGYAKARTA--C 0.018394

_JATIM--C 0.026511

_BANTEN--C -0.048014

Sumber: Evews 9.0, data diolah

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan Eviews 9.0 dengan

memasukkan masing-masing nilai intersep provinsi, dapat disimpulkan bahwa:

Apabila variabel IPM, laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan

penduduk, dan TPAK tidak berpengaruh, maka provinsi DKI Jakarta

memiliki nilai pertumbuhan ekonomi sebesar 0.040144 persen.

Apabila variabel IPM, laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan

penduduk, dan TPAK tidak berpengaruh, maka provinsi Jawa Barat

memiliki nilai pertumbuhan ekonomi sebesar -0.025851 persen.

Page 99: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

80

Apabila variabel IPM, laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan

penduduk, dan TPAK tidak berpengaruh, maka provinsi Jawa Tengah

memiliki nilai pertumbuhan ekonomi sebesar -0.011183 persen.

Apabila variabel IPM, laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan

penduduk, dan TPAK tidak berpengaruh, maka provinsi Yogyakarta

memiliki nilai pertumbuhan ekonomi sebesar 0.018394 persen.

Apabila variabel IPM, laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan

penduduk, dan TPAK tidak berpengaruh, maka provinsi Jawa Timur

memiliki nilai pertumbuhan ekonomi sebesar 0.026511 persen.

Apabila variabel IPM, laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan

penduduk, dan TPAK tidak berpengaruh, maka provinsi Banten memiliki

nilai pertumbuhan ekonomi sebesar -0.048014 persen.

Analisis data panel dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), laju pertumbuhan penduduk,

rasio ketergantungan penduduk, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK) terhadap pertumbuhan ekonomi per provinsi di pualu Jawa pada tahun

2008 – 2016. Dari hasil pengolahan data panel dengan menggunakan model

fixed effect diperoleh persamaan regresi sebagai berikut.

LPEit = - 0.085710 - 0.121886 IPMit + 2.824622 LPPit + 0.345452 RKit

+ 0.070943 TPAKit + εit

Keterangan:

LPE = Pertumbuhan Ekonomi (dilihat dari laju PDRB per provinsi)

IPM = Indeks Pembangunan Manusia

LPP = Laju Pertumbuhan Penduduk

RK = Rasio Ketergantungan Penduduk

TPAK = Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Page 100: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

81

Pada persamaan regresi di atas, diketahui bahwa koefisien konstanta

sebesar – 0.085710. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat variabel lain yang

juga dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tiap-tiap provinsi di pulau

Jawa tetapi bukan merupakan bagian dari model penelitian ini. Koefisien dari

variabel-variabel tersebut secara akumulasi bernilai negatif. Karena tidak

termasuk variabel dalam model penelitian ini, angka-angka sistematis tersebut

masuk ke dalam konstanta sehingga menyebabkan nilai konstanta menjadi

negatif. Adapun variabel-variabel bebas dalam model yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi dijelaskan sebagai berikut.

a) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi tiap-tiap provinsi di pulau Jawa yang diperlihatkan dari nilai

koefisien IPM sebesar -0.121886. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan

nilai IPM sebesar 1% akan menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi

sebesar 0.121886%. Berdasarkan teori yang menyatakan bahwa tingkat

pembangunan manusia yang tinggi akan mempengaruhi perekonomian

melalui peningkatan kapabilitas penduduk dan konsekuensinya juga adalah

pada produktivitas dan kreativitas mereka. Pendidikan dan kesehatan

penduduk sangat menentukan kemampuan untuk menyerap dan mengelola

sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baik kaitannya dengan teknologi

sampai kelembagaan yang penting bagi pertumbuhan ekonomi (Ramirez

dkk, 1998).

Akan tetapi, terdapat hal yang berbeda antara teori tersebut dengan

hasil analisis. Hal ini disebabkan oleh temuan yang menunjukkan terjadinya

penurunan nilai IPM rata-rata seluruh provinsi di pulau Jawa yang cukup

drastis pada tahun 2010 seperti yang diperlihatkan pada gambar 4.10.

Page 101: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

82

Gambar 4. 10

Perkembangan IPM Keseluruhan Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2008-2016

Sumber: BPS, 2016, data diolah.

Berdasarkan gambar tersebut nilai IPM pada tahun 2008 menuju tahun

2009 menunjukkan peningkatan dari 72.45% ke 72.9%. Akan tetapi, nilai

IPM mengalami penurunan cukup besar pada tahun 2009 menuju 2010 (dari

72.9% ke 69.46%). Turunnya nilai IPM rata-rata tersebut disebabkan oleh

terjadinya penurunan daya beli masyarakat yang merupakan indikator

pengukuran pendapatan dimensi hidup layak (salah satu di antara tiga

dimensi IPM). Penurunan daya beli masyarakat merupakan dampak yang

ditimbulkan oleh krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008.

Krisis keuangan global yang berawal dari kredit subprime mortgage di

Amerika Serikat mengakibatkan krisis likuiditas banyak negara di dunia

hingga lembaga keuangan besar seperti Lehman Brothers harus bangkrut

pada September 2008.

Dampak krisis global tersebut pada akhirnya ikut berimbas bagi

perekonomian Indonesia. Meskipun perekonomian Indonesia pada tahun

2007 – 2008 dapat bertahan karena tingginya konsumsi masyarakat, tetapi

perlambatan perekonomian mulai dirasakan pada akhir tahun 2008 yang

ditandai oleh melemahnya ekspor yang menyebabkan menurunnya

69

69.5

70

70.5

71

71.5

72

72.5

73

73.5

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Page 102: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

83

permintaan dan pada akhirnya berakibat pada pengurangan tenaga kerja.

Jika permintaan luar negeri berkurang, industri akan melakukan

penyesuaian dengan cara mengurangi produksi. Jika produksi dikurangi,

kemungkinan besar sekali tenaga kerja akan dikurangi yang akan

meningkatkan jumlah pengangguran. Artinya, dengan keadaan

perekonomian Amerika Serikat yang tidak sehat ini, akan memberiksn

dampak langsung dan tidak langsung terhadap perekonomian Indonesia

(Bappenas, 2009).

Tabel 4. 10

Pendataan Pekerja yang Terkena PHK

Posisi Rencana

PHK

Sudah

PHK

Rencana

Dirumahkan

Sudah

Dirumahkan Total

31

Desember

2009

25,577 23,752 19,391 10,306 79,036

5 Januari

2009 25,577 24,452 19,391 11,703 81,123

20 Januari

2009 24,817 27,346 19,191 11,963 83,317

Sumber: Depnakertrans dalam Bappenas, 2009.

Pengurangan tenaga kerja tersebut menyebabkan peningkatan penduduk

yang tidak memiliki pendapatan. Jika penduduk tidak memiliki pendapatan,

maka kemampuan penduduk untuk membeli barang ataupun jasa berkurang

atau bahkan tidak memiliki kemampuan membeli sama sekali. Artinya,

daya beli masyarakat (konsumsi) akan berkurang.

b) Laju Pertumbuhan Penduduk

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel laju pertumbuhan penduduk

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi tiap-tiap

provinsi di pulau Jawa yang diperlihatkan nilai koefisien laju pertumbuhan

penduduk sebesar 2.824622. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan laju

pertumbuhan penduduk sebesar 1% akan menyebabkan peningkatan

pertumbuhan ekonomi sebesar 2.824622%.

Page 103: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

84

Hasil tersebut sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa

pertumbuhan penduduk itu bukanlah sebuah masalah, melainkan justru

merupakan unsur penting yang akan memacu pembangunan ekonomi.

Populasi yang lebih besar adalah pasar potensial yang menjadi sumber

permintaan akan berbagai macam barang dan jasa yang kemudian akan

menggerakkan berbagai macam kegiatan ekonomi sehingga menciptakan

skala ekonomis (economic of scale) dalam produksi yang menguntungkan

semua pihak, menurunkan biaya-biaya produksi, dan menciptakan sumber

pasokan atau penawaran tenaga kerja murah dalam jumlah yang memadai

sehingga pada gilirannya akan merangsang tingkat output atau produksi

agregat yang lebih tinggi lagi (Todaro dan Smith, 2006).

Selain itu, pertumbuhan penduduk dapat memicu pertumbuhan

ekonomi. Kelompok optimis menganggap pertumbuhan penduduk sebagai

modal dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan

penduduk dalam jangka pendek memang menyebabkan kelangkaan bahan

makanan dan kemiskinan. Akan tetapi, pertumbuhan penduduk juga

menyediakan tenaga kerja yang mampu berinovasi menciptakan teknologi

baru untuk meningkatkan persediaan makanan akibat adanya kelangkaan

bahan makanan tersebut. Peningkatan produksi bahan makanan ini juga

akan meningkatkan output perekonomian (Owusu dalam Purnamasari,

2015.

Sejalannya hasil analisis regresi dengan teori tentang pertumbuhan

penduduk di atas membuktikan bahwa pertumbuhan penduduk bukanlah

masalah apalagi beban bagi provinsi-provinsi di pulau Jawa. Memang jika

dilihat dari jumlahnya, selalu memperlihatkan angka yang meningkat setiap

tahun, tetapi jika dilihat dari perkembangan pertumbuhan penduduk tiap-

tiap provinsi di pulau Jawa menunjukkan tren yang menurun.

Tabel 4. 11

Perkembangan Laju Pertumbuhan Penduduk dan Jumlah Penduduk di Pulau Jawa

Provinsi

2014 2015 2016

Laju Jumlah Laju Jumlah Laju Jumlah

Page 104: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

85

(Persen) (Persen) (Persen)

DKI

Jakarta

0.51 9532.7 0.46 9581.1 0.42 9625.40

Jawa Barat

1.24 44340.5 1.21 44891.2 1.18 45435.9

Jawa

Tengah

0.55 33929.8 0.52 34116.4 0.49 34293.8

Yogyakarta

0.78 3658.2 0.75 3686.9 0.72 3714.7

Jawa

Timur

0.36 38119.9 0.34 38258.6 0.31 38387.2

Banten

1.73 10701.2 1.71 10886.7 1.68 11072.5

Sumber: Bappenas, 2013.

Ditambah lagi komposisi penduduknya lebih didominasi oleh penduduk

dengan usia produktif dibandingkan dengan penduduk usia non-produktif.

Dengan adanya potensi tersebut, jumlah tenaga kerja yang merupakan salah

satu faktor pendorong perekonomian akan meningkat. Meningkatnya

jumlah tenaga kerja akan memacu investasi dan pendapatan daerah.

c) Rasio Ketergantungan Penduduk

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel rasio ketergantungan

penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi tiap-tiap provinsi di pulau Jawa yang diperlihatkan dari nilai

koefisien rasio ketergantungan penduduk sebesar 0.345452. Hal ini berarti

apabila terjadi peningkatan rasio ketergantungan penduduk sebear 1% akan

menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.345452%.

Hasil tersebut berbeda dengan teori yang menyatakan bahwa semakin

besarnya nilai rasio ketergantungan penduduk akan menyebabkan

penurunan pertumbuhan perekonomian. Hal tersebut dikarenakan semakin

besar beban penduduk usia non-produktif yang harus ditanggung oleh

penduduk usia produktif. Dengan semakin besarnya tanggungan tersebut,

Page 105: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

86

pendapatan yang dihasilkan oleh penduduk usia produktif akan berkurang,

lalu kegiatan ekonomi seperti konsumsi, investasi, dan lain-lain akan

berkurang.

Akan tetapi, terdapat sebuah pendapat yang dikemukakan oleh Ingham

dkk (2009) di dalam tulisannya dengan judul Implications of An Increasing

Old Age Dependency Ratio: The UK and Latvian Experiences Compared

yang menyatakan bahwa di sisi positif, semakin banyak jumlah lansia dalam

populasi Eropa tidak berarti menyiratkan peningkatan ketergantungan.

Lansia dalam hal ini berusia di atas 65 tahun merupakan bagian dari rasio

ketergantungan usia tua (old dependency ratio) yang seharusnya pensiun,

tetapi masih banyak yang terus bekerja. Banyak dari mereka yang masih

membiayai anak dan cucu mereka secara finansial. Selain itu, kemungkinan

lansia ini lebih sehat dan lebih produktif dibanding generasi lansia di masa

lalu dapat mengurangi tingkat pertumbuhan biaya perawatan kesehatan

sehingga dapat mengurangi beban anggaran negara.

Hal yang sama pun juga terjadi di Indonesia. Berdasarkan data Statistik

Penduduk Lanjut Usia (2015) yang dipublikasikan BPS menunjukkan

bahwa dari sisi kegiatan ekonomi lansia, sebesar 47.48 persen lansia di

tahun 2014 dan 41.07 persen lansia di tahun 2015 masih bekerja untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya dengan proporsi lansia laki-laki yang

bekerja (63.81 persen) lebih besar dari lansia perempuan (32.88 persen).

Hal tersebut mengartikan bahwa lansia yang merupakan bagian dari rasio

ketergantungan usia tua (old dependency ratio) yang seharusnya pensiun

pun masih harus tetap memiliki pendapatan agar dapat tetap melakukan

kegiatan ekonomi demi memenuhi kebutuhan hidup. Dengan pendapatan

tersebut, mengkonsumsi barang dan jasa serta membayar pajak pun pasti

dilakukan. Dengan adanya temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

pertumbuhan ekonomi juga akan mengalami peningkatan.

Page 106: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

87

d) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel TPAK berpengaruh positif

dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi tiap-tiap provinsi di

pulau Jawa yang diperlihatkan dari nilai koefisien TPAK sebesar 0.070943.

Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan TPAK sebesar 1% akan

menyebabkan pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 0.070943%.

Hasil tersebut sesuai dengan teori Solow (Neoklasik) yang menyatakan

bahwa melalui semakin banyaknya angkatan kerja yang bekerja, maka

kemampuan untuk menghasilkan output semakin tinggi. Dengan banyaknya

output yang mampu dihasilkan, maka akan mendorong tingkat penawaran

agregat sehingga pertumbuhan ekonomi pun meningkat. Akan tetapi, hal

yang perlu digarisbawahi adalah ketidaksignifikanan yang dihasilkan pada

output regresi, yaitu nilai probabilitas lebih dari 0.05 (0.2172).

Page 107: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

88

Gambar 4. 11

Provinsi Tujuan Migran Tahun 2010

Sumber: BPS, 2010

Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh adanya migrasi penduduk

(perpindahan penduduk dengan tujuan menetap dari suatu tempat ke tempat

yang lain melewati batas administratif provinsi) yang menyebabkan tingkat

partisipasi angkatan kerja meningkat. Pandangan bahwa provinsi-provinsi

di pulau Jawa terutama DKI Jakarta yang merupakan pusat perekonomian,

pusat pemerintahan, juga pusat pendidikan dianggap dapat memberikan

hidup layak terutama dalam hal lapangan pekerjaan masih menjadi alasan

utama para pencari kerja untuk melakukan migrasi. Berdasarkan gambar

4.9 yang merupakan data publikasi BPS (2010) dengan judul Migrasi

Internal Penduduk Indonesia, terlihat bahwa 5 dari 6 provinsi yang terletak

di pulau Jawa merupakan 10 besar provinsi tujuan migran pada tahun 2010.

Page 108: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

89

Gambar 4.9 memperlihatkan bahwa Jawa Barat menjadi provinsi yang

paling banyak dijadikan tujuan oleh para migran (18.7 persen), DKI Jakarta

menjadi provinsi tujuan kedua (14.6 persen), Banten menjadi provinsi

tujuan ketiga (9.9 persen), Jawa Timur dan Jawa Tengah secara berurut

menjadi provinsi tujuan kedelapan dan kesembilan (3.3 dan 3.2 persen).

Sedangkan Yogyakarta menjadi provinsi tujuan keduabelas (2 persen).

Selain itu, data migrasi masuk tahun 2015 yang dipublikasikan BPS

juga menunjukkan peringkat yang hampir sama seperti pada tahun 2010.

Provinsi Jawa Barat masih menjadi provinsi yang paling banyak dituju para

migran dengan jumlah migrasi masuk sebesar 4.97 juta jiwa. DKI Jakarta

dan Banten juga masih menjadi provinsi kedua dan ketiga yang banyak

dituju para migran dengan jumlah migrasi masuk sebesar 3.65 dan 2.49 juta

jiwa. Jawa Tengah dan Jawa Timur merupakan provinsi ketujuh dan

kesembilan dengan jumlah 1.02 juta dan 942.152 jiwa. Provinsi Yogyakarta

masih menjadi provinsi yang dituju keduabelas dengan jumlah 571.948

jiwa.

Tabel 4. 12

Perbandingan Jumlah Pencari Kerja dan Lowongan Kerja

Provinsi

2013 2014 2015

Pencari

Kerja

Lowongan

Kerja

Pencari

Kerja

Lowongan

Kerja

Pencari

Kerja

Lowongan

Kerja

DKI Jakarta 21,537 7,744 26,509 10,860 28,761 10,699

Jawa Barat 183,096 93,778 176,220 123,515 190,242 127,131

Jawa Tengah 169,827 127,818 208,946 145,827 227,615 147,376

Yogyakarta 12,459 10,362 15,326 13,797 16,711 14,091

Jawa Timur 200,464 172,480 295,495 247,180 325,728 258,712

Banten 80,660 35,092 99,216 47,533 108,339 47,973

Sumber: BPS, 2016, data disusun kembali.

Tabel 4.12 merupakan data yang menjelaskan seberapa besar

perbandingan antara jumlah pencari kerja terdaftar dengan jumlah

lowongan kerja terdaftar yang dipublikasikan BPS. Pada tabel tersebut

terlihat bahwa selisih antara jumlah pencari kerja tiap-tiap provinsi di pulau

Jawa cukup besar. Selisih ini dapat menunjukkan jumlah pencari kerja yang

Page 109: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

90

belum mendapat pekerjaan. Sebagai contoh pada tahun 2015, selisih jumlah

pencari kerja dengan jumlah lowongan kerja di DKI Jakarta adalah 18.602

yang berarti para pencari kerja yang belum mendapat pekerjaan di DKI

Jakarta sebanyak 18.602 orang. Jawa Barat memiliki selisih nilai 63.111

yang berarti para pencari kerja yang belum mendapat pekerjaan di Jawa

Barat sebanyak 63.111 orang. Jawa Tengah memiliki selisih nilai 80.239

yang berarti para pencari kerja yang belum mendapat pekerjaan di Jawa

Tengah sebanyak 80.239 orang. Yogyakarta memiliki selisih nilai 2.620

yang berarti para pencari kerja yang belum mendapat pekerjaan di

Yogyakarta sebanyak 2.620 orang. Jawa Timur memiliki selisih nilai

67.016 yang berarti para pencari kerja yang belum mendapat pekerjaan di

Jawa Timur sebanyak 67.016 orang. Banten memiliki selisih nilai 60.366

yang berarti para pencari kerja yang belum mendapat pekerjaan di Banten

sebanyak 60.366 orang.

Penjelasan-penjelasan di atas tersebut sejalan dengan pendapat

Anggraeni (2011) yang menyatakan bahwa migrasi besar-besaran

penduduk desa ke kota menyebabkan peningkatan tenaga kerja. Pada

dasarnya TPAK itu sendiri merupakan orang yang bekerja dan orang yang

sedang mencari pekerjaan. Dengan kenyataan bahwa lebih banyak orang

yang sedang mencari pekerjaan dibanding tersedianya lapangan pekerjaan.

Selain itu, banyak dari penduduk yang melakukan migrasi tersebut tidak

memenuhi kualifikasi lapangan pekerjaan yang ada. Hal tersebut menjadi

alasan ketidaksiginifikanan TPAK terhadap pertumbuhan ekonomi

Page 110: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

91

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh variabel-variabel demografi, yaitu

Indeks Pembangunan Manusia (IPM), laju pertumbuhan penduduk, rasio

ketergantungan penduduk, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terhadap

pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa periode tahun 2008 – 2016. Berdasarkan hasil

penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Berdasarkan hasil persamaan regresi faktor-faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi dapat disimpulkan sebagai berikut.

a. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi tiap-tiap

provinsi di pulau Jawa. Hal ini dikarenakan terjadinya penurunan nilai IPM

pada tahun 2010 yang disebabkan turunnya daya beli masyarakat (indikator

pengukur dimensi hidup layak) atas dampak yang ditimbulkan krisis keuangan

global pada tahun 2008.

b. Hasil pengujian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk berpengaruh

positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi tiap-tiap provinsi di

pulau Jawa. Hal ini mengartikan bahwa pertumbuhan penduduk bukanlah

sebuah masalah apalagi beban bagi provinsi-provinsi di pulau Jawa. Selain itu,

fakta bahwa pertumbuhan penduduk tersebut lebih didominasi oleh penduduk

usia produktif dibanding penduduk usia non-produktif menjadi potensi dalam

meningkatkan perumbuhan ekonomi provinsi.

c. Hasil pengujian menunjukkan bahwa rasio ketergantungan penduduk

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi tiap-tiap

provinsi di pulau Jawa. Hal ini berkaitan dengan masih banyaknya penduduk

lanjut usia (65 tahun keatas) yang termasuk ke dalam rasio ketergantungan usia

tua (old dependency ratio) masih terus bekerja untuk memenuhi kebutuhan

hidup. Para lansia yang masih bekerja dengan begitu akan mendapatkan

Page 111: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

92

pendapatan. Pendapatan tersebut digunakan untuk melakukan aktivitas

ekonomi, seperti konsumsi dan membayar pajak. Dengan demikian, dari

aktivitas ekonomi yang dilakukan para lansia akan meningkatkan pertumbuhan

ekonomi.

d. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK) berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi tiap-tiap provinsi di pulau Jawa. Hal ini berkaitan dengan adanya

migrasi besar-besaran penduduk desa ke kota yang meningkatkan TPAK. Hal

tersebut mengakibatkan peningkatan jumlah tenaga kerja yang besar. Bagian

yang termasuk kategori TPAK adalah orang yang bekerja dan orang yang

sedang mencari pekerjaan. Permasalahannya adalah jumlah orang yang sedang

mencari pekerjaan jauh lebih besar dibandingkan lapangan pekerjaan yang

tersedia. Selain itu, apabila memang ada lapangan pekerjaan justru para pencari

kerja banyak yang tidak memenuhi kualifikasi pekerjaan tersebut. Oleh karena

itu, TPAK berpengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

2. Berdasarkan hasil penelitian pada masing-masing uji parsial (uji t) menunjukkan

bahwa variabel TPAK berpengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi tiap-tiap provinsi di pulau Jawa. Sedangkan, IPM, laju pertumbuhan

penduduk, dan rasio ketergantungan penduduk berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi tiap-tiap provinsi di pulau Jawa.

3. Variabel IPM, laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan penduduk, dan

TPAK secara simultan (bersama-sama) berpengaruh terhadap pertumbuhan

ekonomi di pulau Jawa. Hal tersebut dibuktikan dengan diperolehnya nilai F-hitung

(F-stat) sebesar 14.26750. Dengan demikian, apabila semua variabel independen

meningkat satu persen akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi meningkat

sebesar 14.26750%.

4. Berdasarkan hasil pengolahan data, nilai dari koefisien determinasi adalah

0.744791 yang berarti bahwa 74.48 persen kontribusi Indeks Pembangunan

Manusia (IPM), laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan penduduk, dan

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dapat menjelaskan pertumbuhan

Page 112: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

93

ekonomi di pulau Jawa. Sedangkan 25.52 persen variabel pertumbuhan ekonomi

dijelaskan oleh variabel-variabel lain selain variabel yang digunakan dalam

penelitian ini.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, terdapat beberapa saran yang

dapat dijadikan pertimbangan untuk pengambilan kebijakan, di antaranya:

1. Untuk memperoleh keselarasan antara IPM dengan pertumbuhan ekonomi,

sebaiknya masing-masing pemerintah daerah melakukan prioritas atau setidaknya

sedikit lebih dominan fokus pada pembangunan dimensi umur panjang dan hidup

sehat (kesehatan) yang dapat menjadi potensi besar bagi peningkatan kualitas

sumber daya manusia. Dengan sedikit lebih memfokuskan pembangunan manusia

pada aspek kesehatan, maka akan lebih banyak penduduk sehat. Dengan lebih

banyak penduduk yang sehat, maka semakin banyak penduduk yang tercerdaskan

(pendidikan) dan semakin banyak penduduk yang dapat hidup secara layak (dengan

tubuh yang sehat, penduduk dapat bekerja dengan lebih baik).

2. Berdasarkan hasil yang menunjukkan bahwa peningkatan rasio ketergantungan

penduduk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena cukup banyaknya

penduduk lanjut usia yang masih bekerja (41.07 persen pada tahun 2015) dengan

alasan harus memenuhi kebutuhan hidup bagi dirinya sendiri juga keluarganya,

akan lebih baik jika pemerintah pusat memberikan program pemberdayaan bagi

lansia yang bekerja tersebut berupa pelatihan (seminar) keterampilan kerja,

pendampingan usaha, dan perluasan usaha yang sesuai dengan tenaga kerja lansia.

Dengan melakukan program tersebut, diharapkan para lansia dapat lebih terarah

dan terfokus pada pekerjaan yang tidak terlalu berat bagi mereka.

3. Dengan ditemukannya hasil yang menunjukkan TPAK tidak signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi disebabkan migrasi besar-besaran yang mengakibatkan

lebih banyak jumlah pencari kerja dibandingkan tersedianya lapangan pekerjaan,

sebaiknya pemerintah memfokuskan program pembangunan daerah di luar pulau

Jawa berupa pembangunan kualitas sumber daya manusianya dengan program

pemberdayaan seperti melakukan pelatihan-pelatihan khusus wirausaha untuk para

Page 113: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

94

pencari kerja yang kurang terdidik, pembangunan dari sisi infrastruktur dan sarana

transportasi yang dapat membangun ketertarikan para pencari kerja agar tidak

terlalu terpaku pada pemikiran bahwa pulau Jawa terutama DKI Jakarta dapat

menyediakan pekerjaan dengan upah yang tinggi sehingga tidak perlu melakukan

migrasi, serta melakukan upaya pembuatan kebijakan yang mengarahkan pada

penurunan biaya hidup di luar pulau Jawa yang faktanya relatif lebih mahal. Selain

itu, sebaiknya pemerintah melakukan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan

dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan dengan cara mengadakan acara-acara

seperti job fair yang khusus diadakan di pulau-pulau selain pulau Jawa hanya untuk

para pencari kerja yang tinggal di luar pulau Jawa.

Page 114: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

95

DAFTAR PUSTAKA

Adioetomo, Sri Moertiningsih. 2005. Bonus Demografi: Hubungan Antara

Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi. Jakarta: BKKBN.

Ahlburg, A. Dennis. 1998. Julian Simon and Population Growth Debate. Population

and Development Review. Volume 24 No. 2. Hal. 317-327.

Aligica, P. Dragos. 2009. Julian Simon and The Limit To Growth Neo-Malthusinism.

The Electronic Journal of Sustainable Development. Hal.73-83.

Ananta, Aris. 1993. Ciri Demografis Kualitas Penduduk dalam Pemnbangunan

Ekonomi. Jakarta: Lembaga Demografi FEUI.

Anggraeni, Wulan. 2011. Pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK),

Investasi Asing (PMA), dan Ekspor terhadap PDRB di DKI Jakarta (Periode

1987-2009). (Skripsi yang dipubikasikan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Jakarta).

Arbani, Inggar Rayi. 2014. Kepadatan Penduduk Pulau Jawa. Kompasiana. Diunduh

pada 24 Desember 2014, dari database <

https://www.kompasiana.com/kepadatanpenduduk/kepadatan-penduduk-

pulau-jawa_54f389d67455139e2b6c7920>

Arikunto. Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi

Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas). 2013. Proyeksi Populasi

Indonesia Tahun 2010 – 2035. Jakarta: Bappenas.

Badan Pusat Statistik. 2010. Migrasi Internal Penduduk Indonesia. Jakarta: Badan

Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. 2016. Jakarta dalam Angka Tahun 2016. Jakarta: Badan Pusat

Statistik.

Badan Pusat Statistik. 2017. PDRB Atas Harga Dasar Berlaku Banten Tahun 2010 –

2016. Banten: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. 2017. PDRB Atas Harga Dasar Berlaku Jawa Barat Tahun 2010

– 2016. Jawa Barat: Badan Pusat Statistik.

Page 115: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

96

Badan Pusat Statistik. 2017. PDRB Atas Harga Dasar Berlaku Jawa Tengah Tahun

2010 – 2016. Jawa Tengah: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. 2017. PDRB Atas Harga Dasar Berlaku Jawa Timur Tahun

2010 – 2016. Jawa Timur: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. 2017. PDRB Atas Harga Dasar Berlaku Yogyakarta Tahun 2010

– 2016. Yogyakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. 2017. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi di Indonesia

Tahun 2010 – 2016. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Dewi, Nyoman Lilya Santika dan I Ketut Sutrisna. 2014. Pengaruh Komponen Indeks

Pembangunan Manusia terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali. Bali:

E-Jurnal EP Unud.

Dinas Kesehatan Provinsi D.I.Y., 2005. Profil Kesehatan D.I Yogyakarta. Yogyakarta:

Dinkes Prov.DIY.

Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi: Dasar Teori

Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta: LP3ES.

Fitriani, Nurul, dkk. 2012. Pengaruh Faktor Demografi dan Investasi Swasta terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Kota Samarinda. Jurnal Ekonomi Pembangunan

Universitas Mulawarman Vol. 10, 46 – 58.

Gaessler, Anne Edle von dan Thomas Ziesemer. 2016. Optimal Education In Time of

Ageing: The Dependency Ratio In The Uzawa-Lucas Growth Model. The

Journal of the Economics of Ageing, Volume 7, 125-142.

Ghozall, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ginting, Charisma Kuriata, I. Lubis, dan K. Mahalli. 2008. Pembangunan Manusia di

Indonesia dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Wahana Hijau Jurnal

Perencanaan & Pembangunan Wilayah. Vol.4 No.1, 17-24.

Gujarati, Damodar. 2004. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba Empat.

Hauser, P.M., dan O.D. Duncan, eds. 1959. The Study of Population. Chicago: The

Chicago University.

Page 116: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

97

Ingham, Barbara, A. Chirijevskis, dan F. Carmichael. 2009. Implication of An

Increasing Old Age Dependency Ratio: The UK and Latvian Experiences

Compared. Pensions: An International Journal. Vol.14 No.4, 221-230.

Kammayer, K.C. 1969. Population Studies. Chicago: Rand McNally.

Kusrini, Dwi Endah. 2010. Ekonometrika. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Lestari, Ayu Zakya. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Menpengaruhi Pertumbuhan

Ekonomi Regional di Propinsi Jawa Barat (Periode 1995-2008). (Skripsi yang

dipublikasikan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta).

Mantra, Prof. Ida Bagoes. 2015. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mardalis. 1995. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Marzuki. 2005. Metodologi Riset. Yogyakarta: Ekonisia.

Nachrowi, N. Djalal. 2008. Penggunaan Teknik Ekonometri. Jakarta: Rajawali Pers.

Purnamasari, Dian. 2015. Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi: Sebuah Penjelasan

Empiris Baru. (Skripsi yang dipublikasikan, Universitas Diponegoro,

Semarang).

Ramirez, A. G. Ranis, dan F. Stewart. 1998. Economic Growth and Human Capital.

QEH Working Paper No.18.

Rathore, Dr. Bhawna. 2012. Impact of Demographic Features on Economic

Development of India from 2001 – 2010. Munich Personal RePEc Archive, 1 –

8.

Rusli, Said. 2012. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta: LP3ES.

Saputra, Whisnu Adhi. 2011. Analisis Jumlah Penduduk, PDRB, IPM, Pengangguran

terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa Tengah. (Skripsi yang

dipublikasikan, Universitas Diponegoro, Semarang).

Saputri, Oktaviana Dwi. 2011. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Salatiga.

(Skripsi yang dipublikasikan, Universitas Diponegoro, Semarang).

Sari, Vivi Ningtia. 2016. Pengaruh Pertumbuhan Penduduk, Tenaga Kerja, dan Rasio

Beban Tanggungan Penduduk terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi

Lampung. (Skripsi yang Dipublikasikan, Universitas Lampung, Lampung).

Page 117: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

98

Sayifullah, S. Setyadi, dan S. Arifin. 2013. Pengaruh Variabel Demografi terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Banten. Tangerang: Penelitian, Ilmu

Pengetahuan, dan Teknologia (PELITA).

Sitindaon, Daniel. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

di Kabupaten Demak. (Skripsi yang dipublikasikan, Universitas Negeri

Semarang, Semarang).

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sumanto. 1995. Metodologi Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset.

Sundman, Marie-Lor. 2011. The Effects of the Demographic Transition on Economic

Growth: Implications for Japan. Jonkoping International Business School,

hlm.1-28.

Thomlison, R. 1965. Population Dynamics. New York: Random House.

Tim Penulis Lembaga Demografi Universitas Indonesia. 2010. Dasar-Dasar

Demografi. Jakarta: Salemba Empat.

Todaro, Michael P dan Smith Stephen C.. 2006. Ekonomi Pembangunan. Jakarta:

Penerbit Erlangga.

United Nations. 1958. Multilingual Demographic Dictionary. New York: United

Nations.

United Nations Development Program. 2007. Human Development Report 2007/2008.

New York: United Nations.

Wicaksono, Muhammad Nur. 2014. Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia,

Angkatan Kerja, dan Belanja Modal Daerah terhadap Peningkatan PDRB

Provinsi di Indonesia Tahun 2008 – 2012. Malang: Universitas Brawijaya.

Winarno, Wing Wahyu. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.

Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Page 118: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

99

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Page 119: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

100

Lampiran 1: Data-Data Penelitian

Provinsi Tahun LPE TPAK IPM RK LPP

DKI 2008 6.23 68.68 77.03 37.80 0.84

DKI 2009 5.02 66.60 77.36 37.30 0.78

DKI 2010 6.50 67.83 76.31 36.80 0.72

DKI 2011 5.51 69.30 76.98 36.80 0.66

DKI 2012 5.34 71.47 77.53 36.80 0.60

DKI 2013 4.92 67.79 78.08 36.90 0.55

DKI 2014 4.81 66.61 78.39 36.90 0.51

DKI 2015 4.83 66.39 78.99 37.00 0.46

DKI 2016 4.82 68.79 79.60 37.10 0.42

Jabar 2008 6.21 63.09 71.12 47.80 1.43

Jabar 2009 4.19 62.89 71.64 47.50 1.40

Jabar 2010 6.20 62.38 66.15 47.30 1.36

Jabar 2011 4.78 61.34 66.67 46.90 1.33

Jabar 2012 4.52 63.64 67.32 46.50 1.30

Jabar 2013 4.70 62.82 68.25 46.30 1.27

Jabar 2014 3.52 62.77 68.80 46.10 1.24

Jabar 2015 3.51 60.34 69.50 46.00 1.21

Jabar 2016 4.78 64.43 70.05 46.00 1.18

Banten 2008 5.77 64.80 69.70 51.60 1.88

Banten 2009 4.71 63.74 70.06 50.70 1.86

Banten 2010 6.11 65.34 67.54 49.80 1.83

Banten 2011 4.53 65.61 68.22 48.70 1.81

Banten 2012 4.40 65.17 68.92 47.70 1.79

Banten 2013 4.31 63.55 69.47 46.90 1.76

Banten 2014 3.24 63.84 69.89 46.20 1.73

Banten 2015 3.19 62.24 70.27 45.60 1.71

Banten 2016 3.12 65.56 70.96 45.40 1.68

Jateng 2008 5.61 68.37 71.60 47.80 0.73

Jateng 2009 5.14 69.27 72.10 47.30 0.70

Jateng 2010 5.84 70.60 66.08 46.90 0.67

Jateng 2011 4.40 70.15 66.64 46.70 0.64

Jateng 2012 4.47 71.26 67.21 46.70 0.61

Jateng 2013 4.27 70.43 68.02 46.80 0.58

Jateng 2014 4.46 69.68 68.78 46.90 0.55

Jateng 2015 4.68 67.86 69.49 47.10 0.52

Jateng 2016 4.52 69.89 69.98 46.80 0.49

Yogyakarta 2008 5.03 68.37 74.88 38.10 0.96

Page 120: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

101

Yogyakarta 2009 4.43 69.27 75.23 37.70 0.93

Yogyakarta 2010 4.48 69.76 75.37 37.10 0.91

Yogyakarta 2011 3.94 70.15 75.93 37.10 0.88

Yogyakarta 2012 4.11 71.37 76.15 37.10 0.85

Yogyakarta 2013 4.23 69.29 76.44 37.10 0.82

Yogyakarta 2014 3.95 71.05 76.81 37.10 0.78

Yogyakarta 2015 3.75 68.38 77.59 37.10 0.75

Yogyakarta 2016 3.87 72.20 78.38 37.20 0.72

Jatim 2008 5.94 69.31 70.38 40.40 0.52

Jatim 2009 5.01 69.25 71.06 39.90 0.49

Jatim 2010 6.68 69.08 65.36 39.40 0.47

Jatim 2011 5.66 68.06 66.06 39.30 0.44

Jatim 2012 5.90 69.60 66.74 39.30 0.42

Jatim 2013 5.37 69.78 67.55 39.30 0.39

Jatim 2014 5.18 68.12 68.14 39.40 0.36

Jatim 2015 4.80 67.84 68.95 39.60 0.34

Jatim 2016 4.93 68.27 69.74 39.70 0.31

Page 121: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

102

Lampiran 2: Output FEM

Dependent Variable: LPE?

Method: Pooled Least Squares

Date: 03/26/18 Time: 11:12

Sample: 1 9

Included observations: 9

Cross-sections included: 6

Total pool (balanced) observations: 54

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.085710 0.058113 -1.474890 0.1474

IPM? -0.121886 0.044530 -2.737164 0.0089

LPP? 2.824622 0.889066 3.177068 0.0027

RK? 0.345452 0.079722 4.333217 0.0001

TPAK? 0.070943 0.056662 1.252047 0.2172

Fixed Effects (Cross)

_DKI--C 0.040144

_JABAR--C -0.025851

_JATENG--C -0.011183

_YOGYAKARTA--C 0.018394

_JATIM--C 0.026511

_BANTEN--C -0.048014

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.744791 Mean dependent var 0.048226

Adjusted R-squared 0.692589 S.D. dependent var 0.008569

S.E. of regression 0.004751 Akaike info criterion -7.695409

Sum squared resid 0.000993 Schwarz criterion -7.327078

Log likelihood 217.7760 Hannan-Quinn criter. -7.553358

F-statistic 14.26750 Durbin-Watson stat 2.098714

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 122: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

103

Lampiran 3: Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests

Equation: Untitled

Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 21.768827 (5,44) 0.0000

Cross-section Chi-square 67.242368 5 0.0000

Cross-section fixed effects test equation:

Dependent Variable: LPE

Method: Panel Least Squares

Date: 03/26/18 Time: 11:18

Sample: 2008 2016

Periods included: 9

Cross-sections included: 6

Total panel (balanced) observations: 54 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.098725 0.056176 1.757406 0.0851

IPM -0.055392 0.041187 -1.344901 0.1848

LPP -0.449045 0.406599 -1.104391 0.2748

RK -0.017991 0.044430 -0.404928 0.6873

TPAK 0.001470 0.056303 0.026111 0.9793 R-squared 0.113472 Mean dependent var 0.048226

Adjusted R-squared 0.041102 S.D. dependent var 0.008569

S.E. of regression 0.008391 Akaike info criterion -6.635365

Sum squared resid 0.003450 Schwarz criterion -6.451200

Log likelihood 184.1548 Hannan-Quinn criter. -6.564339

F-statistic 1.567945 Durbin-Watson stat 0.967981

Prob(F-statistic) 0.197682

Page 123: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

104

Lampiran 4: Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation: Untitled

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 50.188420 4 0.0000

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. IPM -0.121886 -0.072627 0.000582 0.0412

LPP 2.824622 0.919324 0.494695 0.0068

RK 0.345452 0.105840 0.003541 0.0001

TPAK 0.070943 0.150993 0.000648 0.0017

Cross-section random effects test equation:

Dependent Variable: LPE

Method: Panel Least Squares

Date: 03/26/18 Time: 11:20

Sample: 2008 2016

Periods included: 9

Cross-sections included: 6

Total panel (balanced) observations: 54 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.085710 0.058113 -1.474890 0.1474

IPM -0.121886 0.044530 -2.737164 0.0089

LPP 2.824622 0.889066 3.177068 0.0027

RK 0.345452 0.079722 4.333217 0.0001

TPAK 0.070943 0.056662 1.252047 0.2172 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.744791 Mean dependent var 0.048226

Adjusted R-squared 0.692589 S.D. dependent var 0.008569

S.E. of regression 0.004751 Akaike info criterion -7.695409

Sum squared resid 0.000993 Schwarz criterion -7.327078

Log likelihood 217.7760 Hannan-Quinn criter. -7.553358

F-statistic 14.26750 Durbin-Watson stat 2.098714

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 124: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

105

Lampiran 5: Uji Normalitas

0

1

2

3

4

5

6

7

-0.005 0.000 0.005 0.010

Series: Standardized Residuals

Sample 2008 2016

Observations 54

Mean -7.51e-19

Median -0.000161

Maximum 0.010070

Minimum -0.008191

Std. Dev. 0.004329

Skewness 0.180872

Kurtosis 2.678933

Jarque-Bera 0.526372

Probability 0.768599

Lampiran 6: Uji Multikolinieritas

Corellations

IPM LPP RK TPAK

IPM 1.000000 -0.231141 -0.694089 0.321174

LPP -0.231141 1.000000 0.631636 -0.719678

RK -0.694089 0.631636 1.000000 -0.547845

TPAK 0.321174 -0.719678 -0.547845 1.000000

Page 125: PENGARUH VARIABEL-VARIABEL DEMOGRAFI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40324...11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2013, Julita, Indah, Dini, Roro, Lina,

106

Lampiran 7: Uji Heteroskedastisitas

Dependent Variable: RESABS

Method: Panel Least Squares

Date: 03/31/18 Time: 17:20

Sample: 2008 2016

Periods included: 9

Cross-sections included: 6

Total panel (balanced) observations: 54 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.005261 0.016794 0.313273 0.7554

IPM 0.003483 0.012313 0.282870 0.7785

LPP -0.131732 0.121552 -1.083745 0.2838

RK 0.025970 0.013282 1.955234 0.0563

TPAK -0.021165 0.016832 -1.257487 0.2145 R-squared 0.198718 Mean dependent var 0.003356

Adjusted R-squared 0.133308 S.D. dependent var 0.002694

S.E. of regression 0.002508 Akaike info criterion -9.050334

Sum squared resid 0.000308 Schwarz criterion -8.866169

Log likelihood 249.3590 Hannan-Quinn criter. -8.979309

F-statistic 3.038006 Durbin-Watson stat 1.630909

Prob(F-statistic) 0.025779

Lampiran 8: Uji Autokorelasi

dL dU 4-dU 4-dL

0 1.4069 1.7234 2.098714 2.2766 2.5931 4

Autoko

relasi

Positif

Ragu-

Ragu

Tidak Ada

Autokorelasi

Ragu-

Ragu

Autoko

relasi

Negatif