84
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SEMBUNG (Blumea balsamifera L.) SKRIPSI DWI PUTRI RAHMAWATI NIM. 1112102000025 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

  • Upload
    vandien

  • View
    243

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN

TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK

DAUN SEMBUNG (Blumea balsamifera L.)

SKRIPSI

DWI PUTRI RAHMAWATI

NIM. 1112102000025

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 2: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN

TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK

DAUN SEMBUNG (Blumea balsamifera L.)

SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat yntuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

DWI PUTRI RAHMAWATI

NIM. 1112102000025

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 3: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber yang dikutip aupun

dirujuk telah saya nyatakan benar.

Nama : Dwi Putri Rahmawati

NIM : 1112102000025

Tanda Tangan :

Tanggal : 04 Oktober 2017

Page 4: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

iv

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Dwi Putri Rahmawati

NIM : 1112102000025

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi :

Disetujui oleh

Pembimbing I

Eka Putri, M.Si.,Apt.

NIP. 197905172009122002

Pembimbing II

Yuni Anggraeni, M.Farm.,Apt.

NIP. 198310282009012008

Mengetahui,

Kepala Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt

NIP. 197407302005012003

Pengaruh Waktu dan Suhu Penyimpanan terhadap

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Sembung

(Blumea balsamifera L.)

Page 5: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

v

Pengaruh Waktu dan Suhu Penyimpanan terhadap

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Sembung

(Blumea balsamifera L.)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh

Nama : Dwi Putri Rahmawati

NIM : 1112102000025

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi :

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana

Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Eka Putri, M.Si., Apt. ( )

Pembimbing II : Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt. ( )

Penguji I : Dr. M. Yanis Musdja, M.Sc., Apt. ( )

Penguji II : Via Rifkia, M.Farm. ( )

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : 04 Oktober 2017

Page 6: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

vi

Pengaruh Waktu dan Suhu Penyimpanan terhadap

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Sembung

(Blumea balsamifera L.)

ABSTRAK

Nama : Dwi Putri Rahmawati

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi :

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu dan suhu

penyimpanan terhadap aktivitas antioksidan ekstrak daun sembung (Blumea

balsamifera L.) dengan tujuan mendapatkan respon awal tentang stabilitas

ekstrak untuk penelitian dan pengembangan ekstrak daun sembung lebih lanjut.

Ekstrak kental daun sembung disimpan selama 45 hari pada tiga kondisi suhu

yang berbeda yakni suhu 350C, suhu ruang, dan suhu 4

0C. Aktivitas antioksidan

ekstrak diuji pada hari ke 0, 1, 2, 3, 7, 14, 21, 30, dan 45 dengan metode DPPH

(2,2, difenil-1-pikrilhidrazil). Hasil menunjukkan bahwa ekstrak yang disimpan

selama 45 hari pada tiga kondisi suhu yang berbeda mengalami penurunan

aktivitas antioksidan dari hari ke hari. Aktivitas antioksidan ekstrak yang

disimpan pada suhu 350C dan suhu ruang bersifat kuat sampai hari ke 30 dan

bersifat sedang pada hari ke 45 sementara ekstrak yang disimpan pada suhu 40C

stabil bersifat kuat sampai hari ke 45 penyimpanan. Tingkat persentase penurunan

aktivitas antioksidan ekstrak secara berturut-turut yakni 62,17% (ekstrak pada

suhu 350C), 54,92% (ekstrak pada suhu ruang), dan 46,11% (ekstrak pada suhu

40C). Ekstrak kental daun sembung lebih stabil disimpan pada suhu rendah

dibandingkan pada suhu tinggi.

Kata kunci : Blumea balsamifera L., aktivitas antioksidan, DPPH, stabilitas,

waktu penyimpanan, suhu.

Page 7: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

vii

The Influence of Temperature and Time Storage

towards Antioxidant Activity from Blumea

Balsamifera L. Leaf Extract.

ABSTRACT

Name : Dwi Putri Rahmawati

Program Study : Pharmacy

Title :

This research was conducted to find out how the effect of temperature and time

storage on the antioxidant activity from (Blumea balsamifera L.) leaf extract with

the aim of getting initial response about the stability of extract for research and

development of sembung leaf extract further. The extract was stored for 45 days

in three different temperature conditions ( 350C, room temperature, and 4

0C). The

antioxidant activity of the extract was tested on days 0, 1, 2, 3, 7, 14, 21, 30, and

45 by the DPPH method (2,2, diphenyl-1-picrylhydrazyl). The results showed that

the antioxidant activity of extract decreased from day to day. Antioxidant activity

from extract which was stored at 350C and room temperature was strong until day

30 and decreased at 45 days while the extract which was stored at 40C was stable

and strong until the 45th day of storage. The percentage decrease of antioxidant

activity from extract were 62,17% (extract at 350C), 54,92% (extract at room

temperature), and 46,11% (extract at 40C). The extract is more stable if stored in

low temperature than high temperature.

Key word : Blumea balsamifera L., antioxidant activity, DPPH, stability, time

storage, temperature.

Page 8: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabbil‟alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan

kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi hingga selesai. Peulisan skripsi

yang berjudul “Pengaruh Waktu dan Suhu Penyimpanan terhadap Aktivitas

Antioksidan Ekstrak Daun Sembung (Blumea balsamifera L.)” bertujuan untuk

memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan

bimingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan

skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena

itu, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Eka Putri, M.Si., Apt dan Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt., selaku

pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan, ilmu, masukan,

dukungan, dan semangat kepada penulis.

2. Dr. Arif Sumantri, M.KM selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Drs. Umar Mansyur, M.Sc., Apt. selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah membimbing dan menerima keluh kesah selama

perkuliahan berjalan.

5. Seluruh dosen di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Kedua orang tua, Ayahanda tercinta Warno dan Ibunda Yanti yang

senantiasa memberikan kasih saying, do‟a yang tidak pernah putus dan

dukungan baik moril maupun materil. Tidak ada apapun di dunia ini yang

dapat membalas kasih saying yang telah kalian berikan kepada anakmu,

semoga Allah selalu memberikan keselamatan dan perlindugan kepada

orang tua hamba tercinta.

Page 9: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

ix

7. Kakak perempuan Esti Wijayanti dan Adik laki-laki Tri Kurniawan

Laksono yang selalu memberikan dukungan dan doa

8. Teman-teman seperjuangan di laboratorium Galih Audha Rahman, Agung,

Aprilia Intan yang telah memberikan motivasi selama penelitian.

9. Sahabatku Nanur, Safizah, Chalila, Ayunop, Vesty, Rani, Tharlis yang

sudah menjadi tampungan curhat dan ceriaku selama ini, yang selalu

memberikan dukungan, do‟a, dan semangat selama masa penelitian.

Semoga kita senantiasa dalam kesuksesan.

10. Teman-teman Farmasi 2012 atas persaudaraan dan kebersamaan yang

telah banyak membantu dan memotivasi baik selama pengerjaan skripsi ini

maupun selama di bangku perkuliahan.

11. Semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan penyelesaian

naskah skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung yang namanya

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas semua

bantuan dan dukungan yang diberikan. Saran serta kritik yang membangun sangat

diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Aamiin Ya

Rabbal‟alamiin.

Jakarta, September 2017

Penulis

Page 10: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

x

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dwi Putri Rahmawati

NIM : 1112102000025

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah

saya dengan judul

PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN

TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN

SEMBUNG (Blumea balsamifera L.)

Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Dengan demikian persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan

sebenarnya .

Dibuat di : Jakarta

Pada Tanggal : 04 Oktober 2017

Yang menyatakan,

(Dwi Putri Rahmawati)

Page 11: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v

ABSTRAK ..................................................................................................... vi

ABSTRACT ................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ................................................ x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 3

1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... 3

1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4

2.1. Tanaman Sembung (Blumea balsamifera L) ............................. 4

2.2. Ekstraksi ...................................................................................... 7

2.3. Ekstrak ....................................................................................... 10

2.4. Seyawa Flavonoid ...................................................................... 12

2.5. Metode Kuantifikasi Flavonoid ................................................. 14

2.6. Antioksidan ................................................................................. 15

2.7. Metode Pengujian Aktivitas Antioksidan ................................... 19

2.8. Radikal Bebas ............................................................................. 22

2.9. Stabilitas ..................................................................................... 23

2.10. Spektrofotometer UV-Vis ........................................................ 24

Page 12: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

xii

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 28

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 28

3.2. Alat ............................................................................................. 28

3.3. Bahan ......................................................................................... 28

3.4. Prosedur Penelitian ..................................................................... 28

3.4.1. Pengumpulan Bahan ........................................................ 28

3.4.2. Determinasi Tanaman ...................................................... 29

3.4.3. Ekstraksi ............................................................................ 29

3.4.4. Penetapan Parameter Ekstrak ........................................... 29

3.4.5. Identifikasi Flavonoid dalam Ekstrak secara Kualitatif ... 30

3.4.6. Kondisi Penyimpanan Ekstrak .......................................... 31

3.4.7. Penentuan Kadar Flavonoid Total Ekstrak ....................... 31

3.4.8. Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak ....................... 32

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 35

4.1. Penyiapan Simplisia ................................................................... 35

4.2. Ekstraksi ...................................................................................... 36

4.3. Pengujian Karakteristik Ekstrak ................................................. 37

4.4. Identifikasi Flavonoid secara Kualitatif ..................................... 38

4.5. Penentuan Kandungan Flavonoid Total ..................................... 39

4.6. Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak Selama Penyimpanan 40

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 45

5.1. Kesimpulan ................................................................................ 45

5.2. Saran .......................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 46

LAMPIRAN ................................................................................................... 50

Page 13: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Tanaman Sembung (Blumea balsamifera L.) ............................ 4

Gambar 2.2. Simplisia Daun Sembung .......................................................... 5

Gambar 2.3. Struktur Umum Flavonoid ........................................................ 12

Gambar 2.4. Sistem Penomeran Flavonoid .................................................... 12

Gambar 2.5. Jenis-jenis Flavonoid ................................................................ 13

Gambar 2.6. Struktur DPPH .......................................................................... 19

Gambar 2.7. Mekanisme Reaksi Metode DPPH ........................................... 20

Gambar 4.1. Kurva Standar Rutin ................................................................. 39

Gambar 4.2. Grafik Perbandingan Nilai IC50 Ekstrak Selama Penyimpanan 42

Gambar 4.3. Grafik Perbandingan Nilai AAI Ekstrak Selama Penyimpanan 42

Gambar 4.4. Grafik Persentase Penurunan AAI Ekstrak selama Penyimpanan 44

Page 14: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Kandungan Senyawa Kimia Daun Sembung ................................ 6

Tabel 4.1. Hasil Ekstraksi Daun Sembung ..................................................... 37

Tabel 4.2. Hasil Pengujian Karakteristik Ekstrak .......................................... 37

Tabel 4.3. Hasil Identifikasi Flavonoid Ekstrak Daun Sembung ................... 38

Tabel 4.4. Kandungan Flavonoid Total Ekstrak ............................................. 39

Page 15: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Alur Kerja Penelitian ................................................................. 50

Lampiran 2. Hasil Determinasi Daun Sembung ............................................ 51

Lampiran 3. Perhitungan Rendemen Ekstrak ................................................ 52

Lampiran 4. Perhitungan Kadar Air Ekstrak ................................................. 52

Lampiran 5. Perhitungan Kadar Abu Ekstrak ............................................... 52

Lampiran 6. Identifikasi Flavonoid Ekstrak .................................................. 53

Lampiran 7. Perhitungan Kandungan Flavonoid Total Ekstrak .................... 54

Lampiran 8. Sertifikat DPPH ........................................................................ 55

Lampiran 9. Panjang Gelombang Maksimum DPPH ................................... 56

Lampiran 10. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Rutin Sebagai Pembanding . 57

Lampiran 11. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Sebelum Penyimpanan 58

Lampiran 12. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak pada Suhu 350C ...... 60

Lampiran 13. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak pada Suhu Ruang ... 62

Lampiran 14. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak pada Suhu 40C ........ 64

Lampiran 15. Tabel Perbandingan Nilai IC50 Ekstrak selama Penyimpanan 66

Lampiran 16. Tabel Perbandingan Nilai AAI Ekstrak selama Penyimpanan 67

Lampiran 17. Tabel Hasil Analisis Statistik Kruskall Wallis ....................... 68

Lampiran 18. Persentase Tingkat Penurunan AAI Ekstrak ........................... 69

Page 16: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di negara-negara berkembang, sebagian besar penduduknya masih

terus menggunakan obat tradisional, terutama untuk pemenuhan kebutuhan

kesehatan dasarnya. Menurut resolusi Promoting the Role of Traditional

Medicine in Health System: Strategy for the African Region, sekitar 80%

masyarakat di negara–negara anggota WHO (World Health Organization)

di Afrika menggunakan obat tradisional untuk keperluan kesehatan.

Demikian pula penggunaan obat tradisional di Asia, terus meningkat

meskipun banyak tersedia dan beredar obat-obat sintetis kimia (Murdopo,

2014). Hal ini karena tanaman herbal dinilai memiliki efek samping yang

lebih sedikit dan dapat ditoleransi oleh tubuh dengan lebih baik.

Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati tanaman herbal. Kira-

kira 10% dari tanaman yang ada diyakini memiliki manfaat obat (Yogiara,

2012). Salah satu tanaman obat yang bisa dimanfaatkan sebagai obat

tradisional adalah daun sembung (Blumea balsamifera L.). Sembung

(Blumea balsamifera L.) merupakan tanaman yang memiliki manfaat bagi

kesehatan, salah satu bagian yang dimanfaatkan sebagai obat adalah daun.

Berdasarkan data etnobotani, daun Blumea balsamifera L. dimanfaatkan

sebagai obat tradisional oleh masyarakat Indonesia sebagai penurun

tekanan darah tinggi dengan cara meminum air rebusan daunnya, untuk

mengatasi influenza, rematik, nyeri haid, haid tidak teratur, demam, asma,

batuk, bronkhitis, perut kembung, diare, dan diabetes (Setyowati, 2010).

Blumea balsamifera L. dimanfaatkan sebagai diuretik di Filipina (Apaya,

2011). Selain itu, berdasarkan hasil penelitian tanaman ini terbukti

memiliki aktivitas sebagai antitumor, hepatoprotektor, antioksidan,

antimikroba, antiinflamasi, antiplasmodial, antitirosin, antiplatelet (Pang et

al., 2014).

Daun Blumea balsamifera L. memiliki senyawa-senyawa yang

bermanfaat bagi kesehatan. Tanaman ini terbukti mengandung minyak

Page 17: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

atsiri (sineol, bomeol, limonen), asam miristat, asam palmitat, tanin,

flavonoid (dihidrokuersetin-4‟-metil eter dan dihidrokuersetin-7,4‟-dimetil

eter).4‟5) (Depkes RI, 1979). Selain itu ditemukan blumeatin (5,3',5'-

trihidroksi-7-metoksil-dihidro-flavon), suatu golongan flavonoid yang

berefek sebagai hepatoprotektor (Pang et al., 2014). Hasil penelitian pada

golongan flavonoid, telah ditemukan bahwa dihidro flavonol dapat

bermanfaat terhadap penyakit kanker (Hasegawa et al., 2006).

Dari berbagai penelitian diketahui bahwa ada beberapa senyawa

golongan flavonoid yang sensitif terhadap suhu panas dan hal ini dapat

menyebabkan senyawa flavonoid tersebut mengalami degradasi kimia

selama proses pemanasan ataupun selama waktu penyimpanan

(Mrmosanin et al., 2015). Suhu dan lama waktu penyimpanan sangat

mempengaruhi degradasi kimiawi, fisik, dan mikrobiologi. Degradasi

kimia, seperti oksidasi atau hidrolisis dapat terjadi dengan meningkatnya

temperatur (Talogo, 2014). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui

bagaimana pengaruh waktu dan suhu penyimpanan terhadap aktivitas

antioksidan ekstrak dengan tujuan mendapatkan respon awal tentang

stabilitas ekstrak untuk penelitian dan pengembangan ekstrak daun

sembung lebih lanjut.

Penentuan kandungan flavonoid total berdasarkan parameter

standar umum ekstrak tumbuhan obat Departemen Kesehatan Republik

Indonesia dilakukan dengan metode kolorimetri alumunium klorida

(AlCl3). Metode ini melibatkan pembentukkan kompleks antara flavonoid

dengan AlCl3. AlCl3 membentuk kompleks yang stabil dengan gugus keto

C4 dan gugus hidroksil dari C3 atau C5 pada flavon dan flavonol.

Banyaknya kompleks yang terbentuk diketahui dari hasil pengukuran

spektrofotometer UV- Vis. Flavonoid mengandung sistem aromatik yang

terkonjugasi sehingga menunjukkan pita serapan kuat pada daerah

spektrum ultraviolet (UV) dan sinar tampak (visible) (Umar, 2008).

Aktivitas antioksidan dari ekstrak diuji menggunakan metode 1,1-

difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) dimana metode ini merupakan metode

terpilih untuk menguji aktivitas antioksidan bahan alam. Metode DPPH ini

Page 18: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dipilih karena merupakan metode yang sederhana, peka dan hanya

memerlukan sedikit sampel untuk evaluasi aktivitas antioksidan dari

senyawa bahan alam (Molyneux, 2004).

Berdasarkan uraian di atas, maka pada penelitian ini akan dilihat

pengaruh suhu dan waktu penyimpanan terhadap kadar flavonoid total dan

aktivitas antioksidan pada ekstrak etanol daun sembung (Blumea

balsamifera L.).

1.2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana nilai AAI (Antioxidant Activity Index) ekstrak daun

sembung pada kondisi suhu dan lama waktu penyimpanan yang

berbeda?

b. Bagaimana pengaruh lama waktu dan suhu penyimpanan ekstrak daun

sembung (Blumea balsamifera L.) terhadap aktivitas antioksidan

ekstrak?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu

dan lama waktu penyimpanan terhadap aktivitas antioksidan ekstrak daun

sembung (Blumea balsamifera L.)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi informasi mengenai

kestabilan kimia dari ekstrak tanaman daun sembung (Blumea balsamifera

L.) selama periode dan kondisi penyimpanan tertentu, sehingga dapat

menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya dan dapat meningkatkan

penggunaannya sebagai bahan obat.

Page 19: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Sembung (Blumea balsamifera L.)

2.1.1. Taksonomi Tanaman Sembung (BPOM RI, 2008)

Sinonim : Blumea appendiculata (Blume) DC ; Blumea zollingeriana CB

Clarke ; Blumea grandis (Wallich) DC.

Klasifikasi :

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Asterales

Suku : Asteraceae (Compositae)

Marga : Blumea

Jenis : Blumea balsamifera (L.) DC.

Nama Umum : Sembung

Nama Daerah : Sembung (Melayu), sembung utan (Sunda), sembung

(Jawa), kemandin (Madura), sembung gontung (Jawa).

Gambar 2.1. Tanaman Sembung (Blumea balsamifera L.)

[BPOM RI, 2008]

Page 20: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.2. Deskripsi Daun Sembung

Blumea balsamifera L. merupakan perdu tumbuh tegak, tingginya

sampai 4 meter. Banyak tumbuh di Pulau Jawa, dataran rendah sampai

dengan ketinggian ±2000 mdpl. Tumbuh di daerah yang cukup mendapat

cahaya matahari, tidak terlalu kering terutama daerah yang tidak begitu

subur. Tiap bagian dari tanaman ini bila diremas berbau kamfer. Daun

yang letaknya di bawah bertangkai, sedangkan daun yang letaknya paling

atas berupa daun duduk. Bentuk daun bundar telur sampai lonjong, pada

bagian pangkal daun ujungnya lancip. Tepinya bergerigi, panjang 8-40 cm,

lebar 2-20 cm. Terdapat 2-3 daun tambahan pada pangkal daunnya.

Permukaan bagian bawahnya berbulu rapat dan halus seperti beludru dan

bagian atasnya agak kasar. Perbungaan berupa malai, keluar di ujung

cabang. Bentuknya lancip menyerupai susut, berbulu halus seperti beludru,

lebarnya sampai 50 cm. bonggolnya banyak, panjang tiap bonggol 7-8

mm, bunga cawan terdapat 8-25 bunga. Panjang tabung bunga 5-7 mm.

terdapat bulu-bulu pendek, tipis, warnanya putih (BPOM RI, 2008).

2.1.3. Kandungan Kimia dan Manfaat Daun Sembung

Tanaman ini terbukti mengandung minyak atsiri (sineol, bomeol,

limonen), asam miristat, asam palmitat, tanin, flavonoid (dihidrokuersetin-

4‟-metil eter dan dihidrokuersetin-7,4‟-dimetil eter).4‟5) (Depkes RI,

1979). Dari penelitian terdahulu diketahui bahwa Blumea balsamifera

mengandung berbagai senyawa turunan flavonoid diantaranya blumeatin

(5,3',5'-trihydroxy-7-methoxy-dihydro-flavone), velutin, tamarixetin,

dihidrokuersetin -7,4‟-dimetil eter, ombuine, rhamnetin, luteolin-7-metil

Gambar 2.2. Simplisia Daun Sembung

[BPOM RI, 2008]

Page 21: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

eter, luteolin, kuersetin, 5,7,3‟,5‟-tetrahidroksiflavanon, dan

dihidrokuersetin-4‟-metil eter (Pang et al., 2014).

Berdasarkan data etnobotani, daun Blumea balsamifera L.

dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat Indonesia sebagai

penurun tekanan darah tinggi dengan cara meminum air rebusan daunnya,

untuk mengatasi influenza, rematik, nyeri haid, haid tidak teratur, demam,

asma, batuk, bronkhitis, perut kembung, diare, dan diabetes (Setyowati,

2010). Blumea balsamifera L. dimanfaatkan sebagai diuretik di Filipina

(Apaya, 2011). Selain itu, berdasarkan hasil penelitian tanaman ini terbukti

memiliki aktivitas sebagai antitumor, hepatoprotektor, antioksidan,

antimikroba, antiinflamasi, antiplasmodial, antitirosin, antiplatelet.

Blumeatin dengan konsentrasi 1,26 µmol/L secara signifikan menunjukkan

aktivitas agregasi platelet pada hewan uji tikus dan manusia yang

disebabkan karena asam arakidonat, 5-hydotypamice, dan epinefrin. Xu et

al juga membuktikan bahwa blumeatin memiliki aktivitas hepatoprotektif

pada hati yang rusak akibat parasetamol dan prednisolon (Pang et al.,

2014).

Tabel.2.1. Kandungan Senyawa Kimia dari Daun Sembung

Golongan Nama Senyawa

Flavon 4‟,5-Dihidroksi-7-metileterflavanon

Luteolin

Luteolin-7-metil eter

Diosmetin (Luteolin-4‟-metil eter)

Krisoeriol (Luteolin-3‟-metil eter)

Flavonol Kuersetin

3,5,3‟,4‟-Tetrahidroksi-7-metoksiflavon

3,5,3‟-Trihidroksi-7,4-dimetoksiflavon

Tamariksetin

Ombuin

3,5,7-Trihidroksi-3‟,4‟-dimetoksiflavon

3,3‟,4‟,5‟-Tetrahidroksi-7-metoksiflavon

3,5-Dihidroksi-3‟,4‟,7-Trimetoksiflavon

4‟,5-Dihidroksi-3,3‟,7-Trimetoksiflavon

5,7-Dihidroksi-3,3‟,4‟-Trimetoksiflavon

Ayanin

Krisosplenol C

4',5,7-Trihidroksi-3,3'-dimetoksiflavon

Hiperosid

Isokuersitrin

Page 22: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Golongan Nama Senyawa

Flavanon Blumeatin (5,3',5'-trihidroksi-metoksidihidroflavon)

Eriodiktiol

5,7,3',5'-Tetrahidroksiflavanon

3',4',5-Trihidroksi-7-metoksiflavanon

Flavanonol Dihidrokuersetin-4'-metileter

Dihidrokuersetin-7,4'-dimetilleter

3,4'5-Trihidroksi-3'7-dimetoksiflavanone

3,3',5,5',7-Pentahidroksiflavanon

3,3',4',5-Tetrahidroksi-7-metoksiflavanon

3,3',5-Trihidroksi-4',7-dimetoksiflavanone

3,3',5,7-Tetrahidroksi-4'-metoksiflavanon

3',4',5-Trihidroksi-3,7-dimetoksiflavanon

Flavanol Katekin

(2R,3R)-(+)-7-O-Metildihidrokuersetin

Kalkon Davidiosid

Davidigenin

Seskuiterpen

Lakton

Blumealakton A

Blumealakton B

Blumealakton C

Sterid β-Sitosterol

5α,8α-Epidioksiergosta-6,22-dien-3β-ol

Daukosterol

Diterpen Kriptomeridiol

Triterpen 3,13-Klerodadien-6,15-diol

Austroinulin

Lignan Siringaresinol

Kumarin Hidranngetin

Umberlliferon (7-hidroksikumarin)

Naptatelon 5,7-Dihidroksikromon

2.2. Ekstraksi

2.2.1. Pengertian Ekstraksi

Ekstraksi adalah teknik pemisahan suatu senyawa berdasarkan

perbedaan distribusi zat terlarut di antara dua pelarut yang saling

bercampur. Pada umumnya zat terlarut yang diekstraksi tidak larut atau

larut sedikit dalam suatu pelarut tetapi mudah larut dengan pelarut lain

(Harborne, 1987).

Sumber lain menyatakan bahwa ekstraksi adalah penyarian zat-zat

berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat hewan dan beberapa

jenis ikan termasuk biota laut. Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk

menarik komponen kimia yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini

Page 23: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen zat ke dalam

pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka

kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.

Sementara menurut Tiwari, et al. (2011) ekstraksi merupakan

pemisahan bagian aktif sebagai obat dari jaringan tumbuhan ataupun

hewan menggunakan pelarut yang sesuai melalui prosedur yang telah

ditetapkan. Selama proses ekstraksi, pelarut akan berdifusi sampai ke

material padat dari tumbuhan dan akan melarutkan senyawa dengan

polaritas yang sesuai dengan pelarutnya.

2.2.2. Metode Ekstraksi

Depkes RI (2000) membagi beberapa metode ekstraksi dengan

menggunakan pelarut yaitu:

1) Cara dingin

a. Maserasi

Maserasi ialah proses pengekstrakan simplisia dengan

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada temperatur ruang (kamar). Secara teknologi,

termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi

pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan

pengadukan yang berulang (terus-menerus). Remaserasi berarti

dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan

penyaringan maserat pertama, dan seterusnya.

Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi adalah

pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana, sedangkan

kerugiannya yakni cara pengerjaannya lama, membutuhkan pelarut

yang banyak dan penyarian kurang sempurna. Dalam maserasi

(untuk ekstrak cairan), serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat

yang kontak dengan pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk

periode tertentu dengan pengadukan yang sering, sampai zat

tertentu dapat terlarut. Metode ini cocok digunakan untuk senyawa

yang termolabil (Tiwari, et al., 2011). Filtrat yang diperoleh dari

Page 24: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

proses tersebut diuapkan dengan alat penguap putar vakum

(vacuum rotary evaporator) hingga menghasilkan ekstrak pekat.

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru

sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan

pada temperatur ruangan. Proses ini terdiri dari tahapan

pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi

sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus

sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

2) Cara panas

a. Refluks

Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut pada

temperature titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah

pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin

balik. Umumnya lakukan pengulangan proses pada residu pertama

sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk ekstraksi sempurna.

b. Sokletasi

Sokletasi ialah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang

selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga

terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan

dengan adanya pendingin balik.

Biomasa ditempatkan dalam wadah soklet yang dibuat

dengan kertas saring, melalui alat ini pelarut akan terus direfluks.

Alat soklet akan mengosongkan isinya ke dalam labu dasar bulat

setelah pelarut mencapai kadar tertentu. Setelah pelarut segar

melewati alat ini melalui pendingin refluks, ekstraksi berlangsung

sangat efisien dan senyawa dari biomasa secara efektif ditarik ke

dalam pelarut karena konsentrasi awalnya rendah dalam pelarut.

c. Digesti

Digesti merupakan maserasi kinetik (dengan pengadukan

kontinyu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur

ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada suhu 40-500C.

Page 25: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d. Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur

penangas air mendidih, temperatur terukur 90-980C selama waktu

tertentu (15-20 menit).

e. Dekok

Dekok adalah infus dengan waktu yang lebih lama (lebih

dari 30 menit) dan temperatur sampai titik didih air. Sementara

menurut Tiwari, et al. (2011) dekok adalah ekstraksi dengan

pelarut air pada suhu 900C selama 30 menit. Metode ini digunakan

untuk ekstraksi konstituen yang larut dalam air dan stabil terhadap

panas.

2.3. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang diperoleh

dengan cara mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia menggunakan

pelarut yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan

dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga

memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 2000).

Ekstrak cair adalah sediaan dari simplisia nabati yang mengandung

etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet. Jika tidak dinyatakan lain

pada masing-masing monografi tiap millimeter ekstrak mengandung

senyawa aktif dari 1 gram simplisia yang memenuhi syarat. Ekstrak cair

yang cenderung membentuk endapan dapat didiamkan dan disaring atau

bagian yang bening dienap tuangkan (Depkes RI 2000).

Ekstrak kental merupakan massa kental yang mengandung

bermacam konsentrasi dan kekuatan bahan berkhasiat serta dapat

disesuaikan dengan penambahan bahan aktif alam atau dengan

penambahan bahan inert seperti dekstrin, laktosa, dan sebagainya. Ekstrak

kental diperoleh dari ekstrak cair yang diuapkan penyarinya secara hati-

hati (Agoes, 2007).

Page 26: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Parameter non spesifik dan spesifik ekstrak

1) Parameter Non Spesifik

a. Kadar Abu Total

Parameter kadar abu merupakan bahan yang dipanaskan

dalam temperatur tertentu dimana senyawa organik dan turunannya

terdestruksi dan menguap. Sehingga tinggal unsur mineral dan

anorganik, yang memberikan gambaran kandungan mineral

internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai

terbentuknya ekstrak. Parameter kadar abu ini terkait dengan

kemurnian dan kontaminasi suatu ekstrak (Depkes RI, 2000).

b. Kadar Abu Tidak Larut Asam

Kadar abu tidak larut asam merupakan salah satu kriteria

dalam menentukan tingkat kebersihan dalam proses pengolahan

suatu produk. Abu tidak larut asam dicerminkan oleh adanya

kontaminasi mineral atau logam yang tidak larut asam dalam suatu

produk. Kadar tidak larut dalam asam biasanya mengandung silikat

yang berasal dari tanah atau pasir. Jumlah kotoran, tanah, tanah liat

dan unsur logam Ag, Pb dan Hg (Guntarti, 2015).

c. Bobot Jenis

Parameter bobot jenis merupakan masa per satuan volume

yang diukur pada suhu kamar tertentu (25°C) dengan

menggunakan alat khusus piknometer atau lainnya. Tujuannya

adalah memberikan batasan tentang besarnya masa persatuan

volume yang merupakan parameter khusus ekstrak cair sampai

ekstrak pekat (kental) yang masih dapat dituang, bobot jenis juga

terkait dengan kemurnian dari ekstrak dan kontaminasi (Depkes RI,

2000).

d. Susut Pengeringan

Parameter susut pengeringan adalah pengukuran sisa

ekstrak setelah dilkukan pengeringan pada suhu 1050C selama 30

menit atau sampai berat konstan yang dinyatakan sebagai nila

prosen. Dalam hal khusus (jika bahan tidak mengandung minyak

Page 27: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menguap/atsiri dan sisa pelarut organik menguap) identik dengan

kadar air. Nilai atau rentang kadar air yang diperbolehkan terkait

dengan kemurnian dan kontaminasi (Ratnani, 2015).

2) Parameter spesifik

a. Identitas

b. Organoleptik

c. Kadar Senyawa Larut Air dan Etanol

Kadar sari larut air dan etanol merupakan indikator kadar

senyawa aktif yang dapat tersari, baik oleh pelarut air maupun

etanol. Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia dipengaruhi

oleh Umur tanaman, waktu panen dan iklim dan tempat tumbuh.

2.4. Senyawa Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu metabolit sekunder, kemungkinan

keberadaannya dalam daun dipengaruhi oleh adanya proses fotosintesis

sehingga daun muda belum terlalu banyak mengandung flavonoid

(Markham, 1988). Senyawa flavonoid adalah senyawa yang mempunyai

struktur C6-C3-C6. Bagian C6 merupakan cincin benzen yang terdistribusi

dan dihubungkan oleh atom C3 yang merupakan rantai alifatik.

Gambar 2.3. Struktur Umum Flavonoid

[Sjahid, 2008]

Gambar 2.4. Sistem Penomeran Flavonoid

[Indrayani, 2008]

Page 28: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dalam tumbuhan flavonoid terikat pada gula sebagai glikosida dan

aglikon flavonoid yang mungkin terdapat dalam satu tumbuhan dalam

bentuk kombinasi glikosida (Harborne, 1987). Aglikon flavonoid (yaitu

flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam berbagai bentuk struktur

(Markham, 1988).

Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa

C6-C3-C6, artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin

benzena) disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon. Kelas-kelas yang

berlainan dalam golongan flavonoid dibedakan berdasarkan cincin

heterosiklik-oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar menurut

pola yang berlainan (Robinson, 1991 dalam Sjahid, 2008). Penggolongan

flavonoid berdasarkan penambahan rantai oksigen dan perbedaan

distribusi dari gugus hidroksil ditunjukkan pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Jenis-Jenis Flavonoid

[Sjahid, 2008]

Page 29: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menurut Markham (1988), tahap-tahap pertama dari biosintesis

flavonoid suatu unit C6-C3 berkombinasi dengan tiga unit C2

menghasilkan unit C6-C3-(C2+C2+C2). Kerangka C15 yang dihasilkan

dari kombinasi ini telah mengandung gugus-gugus fungsi oksigen pada

posisi-posisi yang diperlukan.

Adapun cincin A, berasal dari jalur poliketida, yakni kondensasi

dari tiga unit asetat atau malonat, sedangkan cincin B dan tiga atom karbon

dari rantai propan berasal dari jalur fenilpropanoid (jalur shikimat).

Selanjutnya, sebagai akibat dari berbagai perubahan yang

disebabkan oleh enzim, ketiga atom karbon dari rantai propan dapat

menghasilkan gugus fungsi, seperti ikatan rangkap, gugus hidroksil, gugus

karbonil, dan sebagainya.

2.5. Metode Kuantifikasi Flavonoid (Indrayani, 2008)

Metode kuantifikasi flavonoid klasik yang paling banyak

digunakan adalah kolorimetri atau spektrofotometri dengan menggunakan

pereaksi AlCl3.

Alumunium klorida digunakan sebagai pereaksi pengompleks

dengan gugus orto-dihidroksi dan menimbulkan pergeseran khas menuju

pita panjang gelombang tinggi yang berguna pada analisis beberapa

golongan flavonoid. Pereaksi AlCl3 dan flavonoid akan membentuk

kompleks tahan asam antara gugus hidroksi dan keton yang bertetangga.

Sedangkan dengan gugus hidroksi pada kedudukan orto, kompleks yang

terjadi tidak tahan asam.

Penetapan kadar secara kolorimetri harus memenuhi beberapa

kriteria, antara lain:

a. Selektivitas reaksi warna

b. Kesebandingan antara warna dan kadar

c. Kestabilan warna

d. Reprodusibilitas

e. Kejernihan larutan

f. Sensitivitas

Page 30: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.6. Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan

satu atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas

tersebut dapat diredam (Suhartono, 2002). Antioksidan menstabilkan

radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki

radikal bebas dan menghambat terjadinya reaksi pembentukan radikal

bebas yang dapat menimbulkan stress oksidatif (Packer, et al., 1999).

Stress oksidatif adalah suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas

di dalam tubuh melebihi kapasitas tubuh untuk menetralkannya. Keadaan

ini mengakibatkan kelebihan radikal bebas, yang akan bereaksi dengan

lemak, protein, asam nukleat, sehingga terjadi kerusakan lokal dan

disfungsi organ tertentu. Kerusakan sel oleh radikal bebas tampaknya

menjadi penyebab utama penuaan dini dan penyakit degeneratif seperti

kanker, penyakit jantung, katarak, penurunan sistem kekebalan tubuh dan

disfungsi otak. Keberadaan senyawa antioksidan bermanfaat untuk

meredam radikal bebas tersebut (Percival, 1998).

Tubuh manusia mempunyai sistem antioksidan yang diproduksi

secara kontinyu untuk menangkal atau meradam radikal bebas, seperti

enzim superoksida dismutase (SOD), katalase dan glutation peroksidase.

Bila jumlah senyawa radikal bebas melebihi antioksidan alami dalam

tubuh maka radikal bebas akan meyerang komponen lipid, protein, dan

DNA. Sehingga tubuh kita membutuhkan asupan antioksidan yang mampu

melindungi tubuh dari serangan radikal bebas tersebut (Winarsi, 2007).

Antioksidan dapat berupa enzim (misalnya superoksida dismutase

atau SOD, katalase, dan glutation peroksidase), vitamin (misalnya vitamin

E, C, A, dan beta-karoten), dan senyawa non enzim (misalnya flavonoid,

albumin, bilirubin, seruloplasmin, dan lain-lain) (Winarsi, 2007).

Secara umum antioksidan dapat dikelompokkan berdasarkan fugsi

dan sumbernya. Menurut Winarsi (2007) antioksidan berdasarkan

fungsinya dibedakan menjadi tiga macam yaitu :

Page 31: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

a. Antioksidan primer

Berfungsi untuk mencegah terbentuknya radikal bebas baru yang

ada dalam tubuh yang sangat terkenal adalah enzim superoksida

dismutase (SOD) yang dapat melindungi hancurnya sel-sel dalam tubuh

akibat serangan radikal bebas.

b. Antioksidan sekunder

Berfungsi untuk menagkal radikal bebas serta mencegah terjadinya

reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang lebih besar,

misalnya vitamin E, vitamin C, Cod Liver Oil, Virgin Coconut Oil dan

betakaroten.

c. Antioksidan tersier

Berfungsi memperbaiki sel-sel dan jarinan yang rusak karena

serangan radikal bebas, yang termasuk dalam kelompok ini adalah jenis

enzim, misalnya metionin sulfoksida reduktase yang dapat memperbaiki

DNA pada penderita kanker.

Antioksidan berdasarkan sumbernya yaitu antioksidan alami dan

antioksidan sintetik (antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi

kimia). Antioksidan alami merupakan jenis antioksidan yang berasal dari

tumbuhan dan hewan (Purwaningsih, 2012). Antioksidan alami umumnya

memiliki gugus hidroksi dalam struktur molekulnya. Antioksidan alami

yang berasal dari tumbuhan adalah senyawa fenolik berupa golongan

flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol, dan asam organik

polifungsional (Isnindar, Wahyuono, & Setyowati, 2011). Di seluruh

bagian tumbuhan baik pada kayu, biji, daun, akar, bunga maupun serbuk

sari terdapat senyawa fenolik. Kemampuan flavonoid sebagai antioksidan

belakangan ini banyak diteliti, karena flavonoid memiliki kemampuan

untuk merubah atau mereduksi radikal bebas dan juga sebagai anti radikal

bebas (Zuhra, Tarigan, & Sihotang, 2008). Senyawa kimia yang tergolong

antioksidan dan dapat ditemukan secara alami diantaranya adalah asam

ellagik, proantosianidin, polifenol, karotenoid, astaxanthin, tokoferol, dan

glutation.

Page 32: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

a. Asam ellagik

Asam ellagik memiliki sifat antimutagenik dan banyak ditemukan

dalam raspberry merah, strawberry, blueberry, delima, dan kenari.

b. Proantosianidin

Proantosianidin termasuk keluarga flavonoid dan merupakan

senyawa yang memberikan warna merah dan biru pada buah.

Proantosianidin telah terbukti bermanfaat dan memperkuat kapiler,

memperbaiki penglihatan dalam gelap, mendukung integritas dinding

pembuluh darah dan mencegah pembekuan darah. Proantosianidin

dapat ditemukan pada kismis, biji anggur, kulit buah anggur, teh hitam,

teh hijau, kulit kayu manis dan kakao.

c. Polifenol

Mikronutrien ini mewakili kelompok besar antioksidan yang

termasuk flavonoid dan antosianidin, menurut sebuah penelitian di

American Journal of Clinical Nutrition, senyawa ini telah terbukti

mencegah kondisi degeneratif, termasuk kanker dan penyakit

kardiovaskuler dan neurodegenerative, polifenol dapat ditemukan pada

apel, bawang, brokoli, strawberry, kakao, teh dan sayuran hijau.

d. Karotenoid

Karotenoid merupakan mikronutrien yang larut dalam lemak,

dikenal dengan sebutan beta-karoten (yang dapat dikonversi menjadi

vitamin A dalam tubuh), karotenoid dapat ditemukan pada spirulina,

wortel, jeruk, melon labu, lobak dan tomat.

e. Astaxanthin

Astaxanthin tergolong beta-karoten. Menurut para ahli, astaxanthin

1000 kali lebih kuat sebagai antioksidan daripada vitamin E. Udang,

ikan salmon, dan kerang merupakan sumber potensial astaxanthin.

Tetapi kandungan astaxanthin terbanyak ada pada sejenis mikroalga,

yaitu Haematococos phivalis (Rohmatussolihat, 2009).

f. Tokoferol (Vitamin E)

Vitamin E dipercaya sebagai sumber antioksidan yang kerjanya

mencegah lipid peroksidasi dari asam lemak tak jenuh dalam membran

Page 33: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sel dan membantu oksidasi vitamin A serta mempertahankan kesuburan

(Rohmatussolihat, 2009). Sebuah studi dalam Journal of National

Cancer Institute menemukan bahwa risiko kanker prostat turun secara

signifikan dengan tingkat tinggi tokoferol. Vitamin E dapat ditemukan

pada kacang-kacangan, minyak sayur, minyak gandum dan sayuran

hijau.

g. Glutation

Glutation merupakan molekul yang sangat kecil dan merupakan

antioksidan yang paling penting karena berada didalam sel, molekul ini

mampu menetralisir radikal bebas, meningkatkan sistem kekebalan

tubuh dan membantu hati mengeluarkan racun dalam tubuh, glutation

sering disebut “master antioksidan” karena berfungsi sebagai regulator

dan regenerator dari kekebalan sel dan agen detoksifikasi yang paling

berharga dalam tubuh manusia, rendahnya tingkat glutation dalam

tubuh erat kaitannya dengan disfungsi hati, penyakit jantung, penuaan

dini, disfungsi kekebalan tubuh dan kematian. Glutation dapat

ditemukan pada susu kambing, alpukat, asparagus, peterseli dan brokoli

(Mikail & Anna, 2011).

Antioksidan sintetik yang diizinkan dan umum digunakan untuk

makanan yaitu butylated hydroxy anisole (BHA), butylated

hydroxytoluene (BHT), dan profil galat. Pada saat ini penggunaan

antioksidan sintetik mulai dibatasi karena beberapa antioksidan terbukti

bersifat karsinogenik dan beracun terhadap hewan percobaan (Zuhra,

Tarigan & Sihotang, 2008). Telah dilaporkan bahwa penggunaan

antioksidan sintetik seperti butylated hydroxytoluen (BHT) dan butylated

hydroxy anisole (BHA) dapat memperburuk kesehatan manusia yaitu

gangguan fungsi hati, paru, mukosa usus dan keracunan. Pada dosis

tertentu antioksidan sintetik dapat menimbulkan keracunan. Menurut

rekomendasi Food dan Drug Administration, dosis antioksidan sintetik

yang diizinkan dalam pangan adalah 0,01%-0,1% (Panagan, 2011).

Page 34: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.7. Metode Pengujian Antioksidan

Beberapa metode yang digunakan untuk menguji aktivitas

antioksidan antara lain :

2.7.1. Metode Peredaman Radikal DPPH

Radikal bebas yang biasa digunakan adalah 1,1-difenil-2-

pikrilhidrazil (DPPH). DPPH merupakan senyawa radikal bebas yang

stabil sehingga apabila digunakan sebagai pereaksi dalam uji penangkapan

radikal bebas cukup dilarutkan dan bila disimpan dalam keadaan kering

dengan kondisi penyimpanan yang baik dan stabil selama bertahun-

bertahun. Mekanisme penangkapan radikal DPPH oleh antioksidan yaitu

berupa donasi proton kepada radikal (Pokorni, 2001). Donasi proton

menyebabkan radikal DPPH berwarna ungu menjadi senyawa non radikal

yang akan kehilangan warna ungu nya yang mana pemudaran warna ini

dapat ditunjukkan dengan adanya penurunan serapan dari DPPH pada

panjang gelombang optimumnya yang diukur dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Vis. Pada metode ini, DPPH berperan sebagai

radikal bebas yang diredam oleh antioksidan tersebut membentuk 1,1-

difenil-2-pikrilhidrazin (Juniarti et al., 2009). Parameter untuk

menginterpretasikan hasil pengujian dengan metode DPPH adalah IC50

(inhibition concentration). IC50 merupakan konsentrasi larutan sampel

yang akan menyebabkan reduksi terhadap aktivitas DPPH sebesar 50%

(Molyneux, 2004).

Gambar 2.6. Struktur DPPH

[Lia, 2012]

Page 35: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mekanisme reaksi metode DPPH adalah sebagai berikut :

2.7.2. Metode Reducing Power

Metode ini didasarkan pada prinsip peningkatan absorbansi dari

reaksi campuran. Peningkatan absorbansi menunjukkan peningkatan

aktivitas antioksidan. Dalam metode ini antioksidan membentuk kompleks

berwarna terhadap kalium ferrisianida, asam trikloroasetat dan besi (III)

klorida, lalu serapan diukur pada panjang gelombang 700 nm. Peningkatan

pada serapan campuran reaksi menunjukkan kekuatan mereduksi dari

antioksidan (Joseph et al., 2005).

2.7.3. Metode Uji Kapasitas Serapan Radikal Oksigen (ORAC)

Prosedur analisis ini mengukur kemampuan antioksidan dan

makanan, vitamin, suplemen nutrisi atau bahan kimia lainnya terhadap

radikal bebas. Uji ini dilakukan dengan menggunakan trolox (analog

vitamin E) sebagai standar untuk menentukkan trolox ekuivalen (TE).

Nilai ORAC kemudian dihitung dari TE dan ditunjukkan sebagai satuan

atau nilai ORAC. Semakin tinggi nilai ORAC, semakin besar kekuatan

antioksidannya (Amelia, 2011).

2.7.4. Metode FRAP

FRAP (Ferric Reducing Ability of Plasma) adalah salah satu tes

yang paling cepat dan sangat berguna untuk analisis rutin (Shivaprasad et

al., 2005). Uji FRAP didasarkan pada kemampuan antioksidan untuk

mereduksi Fe3+

menjadi Fe2+

dengan adanya 2,4,6-tri (2-piridil)-s triazine

Gambar 2.7. Mekanisme Reaksi Metode DPPH

[Molyneux, 2004]

Page 36: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(TPTZ), membentuk biru intensif dari kompleks Fe2+

- TPTZ yang diukur

pada absorbansi maksimum 593 nm. Reaksi ini tergantung pH (pH

optimum 3,6. Penurunan absorbansi sebanding dengan kandungan

antioksidan (Chanda, S.; Dave, R., 2009).

2.7.5. Uji Dien Konjugasi

Shivaprasad, Mohan, Kharya, Shiradar, & Lakshman (2005)

menyatakan bahwa metode ini memungkinkan perhitungan yang dinamis

terhadap dien terkonjugasi sebagai hasil dari oksidasi awal PUFA (Poly

Unsaturated Fatty Acids) dengan mengukur serapan UV pada 234 nm.

Prinsip dari uji ini adalah bahwa selama oksidasi asam linoleat, ikatan

rangkap diubah menjadi ikatan rangkap terkonjugasi yang mana

dikarakterisasi oleh serapan UV kuat pada 234 nm. Aktivitas

diekspresikan dengan konsentrasi penghambatan (inhibitory

concentration), IC50 (Amelia, 2011).

2.7.6. Metode Tiosianat

Aktivitas antioksidan sampel dengan metode tiosianat ditunjukkan

dengan kekuatan sampel dalam menghambat peroksidasi asam linoleat.

Jumlah peroksida yang terbentuk diukur secara langsung dengan

pembentukan kompleks ferritiosianat yang berwarna merah. Senyawa

AAPH pada pemanasan akan menginduksi pembentukan radikal dan

menyebabkan terjadinya peroksidasi asam linoleat. Peroksida yang

terbentuk akan mengoksidasi ion ferro menjadi ferri. Antioksidan kuat

akan menunjukkan grafik antara serapan dan waktu inkubasi yang landai

(Mun‟im; Azizahwati dan Trastiana, 2008).

2.7.7. Aktivitas Penghambatan Radikal Superoksida

Metode ini didasarkan pada pembangkitan radikal superoksida oleh

autooksidasi dari riboflavin dengan adanya cahaya. Radikal superoksida

mereduksi NBT (Nitro Biru Tetrazolium) menjadi formazon yang

berwarna biru yang dapat diukur pada panjang gelombang 560 nm

(Shivaprasad et al., 2005).

Page 37: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.7.8. Aktivitas penghambatan radikal hidroksil

Kapasitas penghambatan radikal hidroksil dari ekstrak

dihubungkan secara langsung terhadap aktivitas antioksidannya. Metode

ini melibatkan pembangkitkan in vitro dari radikal hidroksil menggunakan

sistem Fe3+/askorbat/EDTA/H2O2 berdasarkan reaksi Fenton.

Penghambatan dari radikal hidroksil dengan adanya antioksidan diukur

(Amelia, 2011).

2.8. Radikal Bebas

Radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa yang

mempunyai elektron tidak berpasangan (Winarsi, 2007). Adanya elektron

tidak berpasangan menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif mencari

pasangan. Radikal bebas ini akan merebut elektron dari molekul lain yang

ada di sekitarnya untuk menstabilkan diri. Radikal bebas erat kaitannya

dengan kerusakan sel, kerusakan jaringan, dan proses penuaan (Fessenden

dan Fessenden, 1986). Radikal bebas juga dapat mengubah suatu molekul

menjadi suatu radikal (Winarsi, 2007).

Radikal bebas akan menyerang biomakromolekul penting dalam

tubuh seperti komponen penyusun sel, yaitu protein, asam nukleat, lipid,

dan polisakarida. Target utama radikal bebas adalah protein, asam lemak

tak jenuh dan lipoprotein serta DNA termasuk polisakaridanya. Asam

lemak tak jenuh adalah yang paling rentan. Radikal bebas akan merusak

lemak tak jenuh ganda pada membrane sel sehingga dinding sel menjadi

rapuh, merusak pembuluh darah dan menimbulkan aterosklerosis. Radikal

bebas juga merusak basa DNA sehingga mengacaukan system informasi

genetika dan membentuk sel kanker. Jaringan lipid juga akan dirusak oleh

senyawa radikal bebas sehingga terbentuk peroksida dan menimbulkan

penyakit degeneratif (Winarsi, 2007).

Serangan radikal bebas terhadap molekul sekelilingnya dapat

menyebabkan reaksi berantai dan kemudian menghasilkan senyawa radikal

baru. Hal ini akan menimbulkan kerusakan sel atau jaringan, penyakit

degeneratif hingga kanker. Berbagai gangguan akibat kerja radikal bebas

adalah gangguan fungsi sel, kerusakan struktur sel, molekul yang tidak

Page 38: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

teridentifikasi oleh sistem imun bahkan mutasi. Semua gangguan tersebut

memicu timbulnya berbagai macam penyakit (Winarsi, 2007).

Secara umum, tahapan reaksi pembentukan reaksi radikal bebas

melalui 3 tahapan reaksi yaitu inisiasi, propagasi, dan terminasi. Tahap

inisiasi merupakan tahap awal pembentukan radikal bebas, tahap propagasi

merupakan pemanjangan rantai dan tahap terminasi merupakan

bereaksinya senyawa radikal dengan radikal lain atau dengan penangkap

Radikal sehingga potensi propagasinya rendah. Reaktivitas radikal

bebas dapat dihambat dengan cara (Winarsi, 2007):

a. Mencegah (prevention) atau menghambat (inhibition) pembentukan

radikal bebas baru.

b. Menginaktivasi (inactivation) atau menangkap radikal bebas (free

radical scavenger) dan memotong propagasi (pemutusan rantai).

c. Memperbaiki (repair) kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas.

2.9. Stabilitas

Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk bahan

obat atau kosmetik untuk bertahan dalam spesifikasi yang diterapkan

sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin

identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurnian produk. Sedangkan

Carstensen dan Rhodes (2000) mendefinisikan sebagai kemampuan suatu

produk obat untuk bertahan dalam spesifikasi yang ditetapkan sepanjang

periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas,

kekuatan, kualitas, dan kemurnian produk tersebut. Sediaan obat yang

stabil adalah suatu sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat

diterima selama periode penyimpanan dan penggunaan dimana sifat dan

karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat diproduksi

(Carstensen dan Rhodes, 2000).

Ketidakstabilan suatu sediaan farmasi dapat dideteksi melalui

perubahan sifat fisika, kimia, serta penampilan dari suatu sediaan farmasi.

Besarnya perubahan kimia sediaan farmasi ditentukan dari laju penguraian

obat melalui hubungan antara kadar dengan waktu, atau berdasarkan

derajat degradasi suatu obat yang jika dipandang dari segi kimia, stabilitas

Page 39: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

obat dapat diketahui dari ada atau tidaknya penurunan kadar selama

penyimpanan (Vadas, 2010).

Stabilitas produk obat dibagi menjadi stabilitas secara kimia dan

stabilitas secara fisika. Faktor-faktor fisika seperti panas, cahaya, dan

kelembapan, mungkin akan menyebabkan atau mempercepat reaksi kimia,

maka setiap menentukan stabilitas kimia, stabilitas fisika juga harus

ditentukan (Vadas, 2010).

2.10. Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer UV-Vis yang terdiri dari dua komponen utama

yaitu spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan spektra

panjang gelombang tertentu, sedangkan fotometer merupakan alat

pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi.

Spektrofotometer UV-Vis digunakan untuk mengukur energi secara relatif

bila energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai

fungsi dari panjang gelombang. Sedangkan spektrofotometri adalah suatu

metode yang didasarkan pada pengukuran energi cahaya tampak (visible)

atau cahaya ultraviolet (UV) oleh suatu senyawa sebagai fungsi panjang

gelombang (Day & Underwood, 2002).

2.10.1. Prinsip Dasar

Hukum yang mendasari spektrofotometri adalah hukum „Lambert-

Beer‟. Bila sebagian cahaya monokromatis melalui suatu media yang

transparan maka akan bertambah turunnya intensitas cahaya yang

dipancarkan sebanding dengan bertambahnya tebal dan kepekatan media

(Day & Underwood, 2002).

Senyawa atau zat yang dapat diperiksa yaitu yang memiliki ikatan

rangkap terkonjugasi yang dikenal dengan istilah kromofor. Senyawa yang

mengandung gugus kromofor akan mengabsorbsi radiasi sinar ultraviolet

dan cahaya tampak jika diikat oleh senyawa-senyawa bukan pengabsorbsi

yang dikenal dengan istilah auksokrom. Gugus auksokrom yaitu gugus

yang mempunyai electron non bonding dan tidak menyerap radiasi UV

jauh, contohnya –OH, -NH2, -NO2, -X. Spektrofotometer UV-Vis

digunakan terutama untuk analisis kuantitatif, namun dapat juga

Page 40: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

A = a.b.c

digunakan untuk analisa kualitatif. Analisa kuantitatif dengan cara

pembuatan kurva kalibrasi atau dengan menggunakan rumus Lambert-

Beer. Analisa secara kualitatif dengan membandingkan λ maksimum,

membandingkan serapan, daya serap, persen ekstinsi dan membandingkan

spektrum serapannya. Spektrum serapan dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti jenis pelarut, pH, pelarut, kadar larutan, tebal larutan dan lebar

celah (Febriani, 2012).

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - [Persamaan 2.1]

Keterangan : A = Absorbansi sampel

a = Absorbtivitas molar

b = tebal kuvet

c = konsentrasi sampel

Spektrofotometri UV-Vis dapat digunakan untuk membantu

mengidentifikasi jenis flavonoid dan menentukan pola oksigenasi. Di

samping itu, kedudukan gugus hidroksil fenol bebas pada inti flavonoid

dapat ditentukan dengan menambahkan pereaksi diagnostik ke dalam

larutan cuplikan dan mengamati pergeseran puncak serapan yang terjadi.

Dengan demikian, secara tidak langsung cara ini berguna untuk

menentukan kedudukan gula atau metal yang terikat pada salah satu gugus

hidroksi fenol (Markham, 1988).

2.10.2. Instrumentasi

Spektrofotometer UV-Vis pada umumnya tersusun dari dua

komponen, yaitu spektrometer (mengukur dan menghasilkan spektra

dengan panjang gelombang tertentu atau sinar monokromati) dan

fotometer (pengukur daya kuat sinar monokromatis yang ditransmisikan

atau diabsorpsi) (Day & Underwood, 2002).

Berikut ini skema instrumentasi spektrofotometer UV-Vis :

a. Sumber Cahaya

Sumber cahaya mempunyai fungsi untuk memberikan energi pada

daerah panjang gelombang yang tepat untuk pengukuran dan

mempertahankan intensitas cahaya yang tepat selama pengukuran.

Spektrofotometer sinar tampak menggunakan lampu wolfarm dengan λ

Page 41: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

di atas 375 nm, sedangkan spektrofotometer UV menggunakan lampu

deuterium (D2) memiliki λ di bawah 375 nm. Sumber cahaya pada

spektrofotometer dibagi menjadi 3 bagian :

1) Sumber cahaya visible dengan lampu Wolfram atau lampu

Tungsten

2) Sumber cahaya UV dengan lampu deuterium (D2) atau lampu

hidrogen

3) Sumber cahaya inframerah dengan lampu Nernst atau lampu

Glowen (Day & Undrwood, 2002)

b. Monokromator

Monokromator adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengubah

cahaya polikromatik menjadi cahaya monokromatik yang kemudian

dilewatkan pada Celah sempit atau slit agar memungkinkan pemisahan

panjang gelombang yang diukur. Beberapa monoromator yang biasa

digunakan adalah prisma dan grating (Willard et al., 1988).

c. Kuvet

Kuvet adalah tempat disimpannya larutan contoh yang akan diukur

serapannya yang diletakkan pada jalan cahaya dari monokromator.

Pada saat cahaya monkromatis melalui kuvet, terjadi penyerapan

sejumlah tertentu cahaya, sedangkan sebagian lainnya diteruskan ke

detektor (Day & Underwood, 2002). Kuvet visible dan UV yang khas

mempunyai panjang lintasan 1 cm, ada juga yang mempunyai

ketebalan 0,1 cm sampai 10 cm atau bahkan lebih (Willard et al.,

1988).

d. Detektor

Detektor berfungsi untuk mengubah energi cahaya yang

ditransmisikan atau diteruskan oleh kuvet, yang jatuh mengenainya

menjadi suatu besaran yang terukur. Detektor yang ideal harus

mempunyai kepekaan tinggi, dan responnya stabil pada daerah panjang

gelombang pengamatan (Day & Underwood, 2002).

Page 42: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

e. Rekorder

Rekorder merupakan bagian akhir dalam alat ini. Sinyal listrik

yang dihasilkan pada detektor dapat dibaca pada rekorder dengan

mengkonversikannya ke dalam besaran absorban atau %T (Day &

Underwood, 2002).

Page 43: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Penelitian I, Laboratorium

Penelitian II, Laboratorium Farmakognosi dan Penapisan Fitokimia,

Laboratorium Kimia Obat, dan Laboratorium Sediaan Steril yang dimulai

pada bulan Oktober 2016 hingga Agustus 2017.

3.2. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain beaker glass

(Pyrex), corong (Pyrex), gelas ukur (Pyrex), erlenmeyer (Pyrex), batang

pengaduk, spatula, pipet tetes, cawan penguap, cawan porselen, botol

timbang, vial, tabung reaksi, labu bersumbat, mikropipet, kertas saring,

botol maserasi, rotary evaporator, oven, furnace, lemari pendingin,

desikator, timbangan analitik, spektrofotometer UV-Visibel.

3.3. Bahan

Simplisia daun sembung (Blumea balsamifera (L.) DC), standar rutin,

pelarut etanol 70% teknis, aquades, pelarut metanol p.a, etanol, asam klorida

pekat, magnesium, amil alkohol, natrium nitrit 5% , alumunium klorida 10%

, natrium hidroksida 1M, 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH), eter, etil

asetat, serbuk seng, asam klorida 2 N, asam klorida pekat, serbuk

magnesium, aseton, serbuk asam borat, asam oksalat.

3.4. Prosedur Penelitian

3.4.1. Pengumpulan Bahan

Simplisia kering daun sembung (Blumea balsamifera (L.) DC)

diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO)

Bogor, Jawa Barat. Sampel daun dikumpulkan pada bulan November 2016.

Sebanyak 5 kg daun sembung kering disortasi dan dihaluskan menggunakan

blender hingga diperoleh serbuk simplisia kering.

Page 44: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4.2. Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman dilakukan untuk mengetahui identitas tanaman

yang digunakan berdasarkan taksonominya. Determinasi tanaman daun

sembung (Blumea balsamifera (L.) DC) dilakukan di Pusat Penelitian

Biologi LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Kebun Raya Bogor.

3.4.3. Ekstraksi

Sebanyak 300 gram serbuk kering daun sembung (Blumea

balsamifera (L.) DC) diekstraksi dengan metode maserasi. Ke dalam bejana

maserasi diisi dengan simplisia serbuk daun sembung, kemudian

ditambahkan pelarut etanol 70%. Serbuk yang telah terendam pelarut

dikocok kemudian didiamkan selama 24 jam. Hasil maserasi disaring dan

filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 400 C

sampai didapat ekstrak kental. Terhadap ampas sisa maserasi dilakukan

maserasi kembali berturut turut dengan pelarut etanol 70%, kemudian

masing-masing filtrat yang diperoleh tersebut diuapkan kembali dengan

rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental, kemudian ekstrak

ditimbang dan dihitung rendemennya terhadap berat simplisia awal.

3.4.4. Penetapan Parameter Ekstrak (Farmakope Herbal, 2008; Depkes RI,

2000)

a. Identitas

Identitas ekstrak diidentifikasi dengan tata nama yang meliputi

nama ekstrak, nama latin tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan,

dan nama Indonesia tumbuhan.

b. Organoleptik

Organoleptik ekstrak diidentifikasi menggunakan panca indera

untuk mengetahui bentuk, warna, bau, dan rasa.

Page 45: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Kadar air

Cara kerja menggunakan metode gravimetri yaitu masukkan

kurang lebih 1 gram ekstrak dan timbang seksama dalam wadah yang

telah ditara. Keringkan pada suhu 1050C selama 5 jam dan ditimbang.

Lanjutkan pengeringan dan timbang setelah 1 jam sampai perbedaan

(selisih) antara 2 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25%.

d. Kadar Abu Total

Sebanyak 2 gram ekstrak ditimbang dan dimasukkan ke dalam

wadah yang sebelumnya telah ditimbang dan ditara terlebih dahulu.

Setelah itu dipijarkan dalam furnace (tanur) dengan temperatur

600±250C hingga arang habis dan tersisa adalah abu putih, kemudian

ditimbang hingga bobot tetap.

Keterangan :

W = bobot ekstrak awal (gram)

W1 = bobot ekstrak + cawan setelah diabukan (gram)

W2 = bobot cawan kosong (gram)

3.4.5. Identifikasi Flavonoid dalam Ekstrak secara Kualitatif (Depkes RI,

1995)

Larutan uji : 0,5 gram ekstrak ditambahkan 10 ml metanol dan 5 ml

eter dikocok dan didiamkan. Diambil lapisan metanol, diuapkan pada suhu

400C. sisa larutan ditambahkan 5 ml etil asetat P, disaring.

Percobaan :

a. Dari larutan uji diambil 1 ml diuapkan hingga kering, sisanya

dilarutkan dalam 1-2 ml etanol (95%) P, ditambahkan 0,5 gram serbuk

seng P dan 2 ml asam klorida 2 N, didiamkan selama 1 menit.

Ditambahkan 10 tetes asam klorida pekat. Jika terbentuk warna merah

intensif menunjukkan adanya flavonoid (glikosida-3-flavonol).

b. Larutan uji sebanyak 1 ml diuapkan, sisa dilarutkan dalam 1 ml etanol

(95%) P, ditambahkan 0,1 gram serbuk magnesium P dan 10 tetes

Page 46: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

asam klorida P. jika terjadi warna merah jingga sampai merah ungu,

menunjukkan adanya flavonoid. Jika warna kuning jingga

menunjukkan adanya flavon, kalkon, dan auron.

c. Diuapkan hingga kering 1 ml larutan uji, dibasahkan sisa dengan

aseton P, ditambahkan sedikit serbuk asam borat P dan asam oksalat P,

dipanaskan. Sisa dicampur dengan 10 ml eter P. diamati dibawah sinar

UV 366 nm, jika larutan berflurosensi kuning intensif menunjukkan

adanya flavonoid.

3.4.6. Kondisi Penyimpanan Ekstrak

Pada penelitian ini ekstrak disimpan di tempat gelap pada tiga variasi

suhu penyimpanan yang berbeda yakni pada suhu kulkas 40C, pada suhu

ruang 27-290C, dan pada suhu 35

0C selama 45 hari. Ekstrak diuji kadar

flavonoid total dan aktivitas antioksidannya pada hari ke 0, 1, 2, 3, 7, 15, 30,

dan 45.

3.4.7. Penentuan Kadar Flavonoid Total dalam Ekstrak

a. Pembuatan Larutan Uji

Ekstrak kental daun sembung ditimbang sebanyak 50 mg kemudian

dilarutkan dengan metanol p.a hingga 50 ml sehingga diperoleh larutan

dengan konsentrasi 1.000 µg/ml.

b. Pembuatan Larutan Standar Rutin

Rutin digunakan sebagai standar untuk membuat kurva kalibrasi

dengan seri konsentrasi berkisar antara 250-500 μg/ml dengan metanol

p.a. sebagai pelarut. Ditimbang 25 mg baku standar rutin dan dilarutkan

dalam 25 ml metanol p.a untuk larutan induk dengan konsentrasi 1000

µg/ml. Dari larutan induk rutin tersebut dipipet sebanyak 2,5; 3,0; 3,5;

4,0; 4,5; dan 5,0 ml lalu masing-masing diencerkan dengan metanol p.a

hingga mencapai 10 ml sehinga diperoleh seri konsentrasi larutan rutin

yakni 250, 300, 350, 400, dan 500 µg/ml.

c. Pembuatan Larutan NaNO2 5%

Ditimbang sebanyak 1,25 g NaNO2, lalu dilarutkan dengan aquades

hingga 25 ml.

Page 47: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d. Pembuatan Larutan AlCl3 10%

Ditimbang sebanyak 2,5 g AlCl3, lalu dilarutkan dengan aquades

hingga 25 ml.

e. Pembuatan Larutan NaOH 1 M

Ditimbang 4 g NaOH, lalu dilarutkan dengan aquades hingga 100

ml.

f. Pembuatan Kurva Kalibrasi Standar Rutin

Dimasukkan 1 ml masing-masing seri konsentrasi larutan standar

rutin dalam tabung reaksi yang sebelumnya sudah ditambahkan 4 ml

aquades dan 0,3 ml larutan NaNO2 5% dibiarkan selama 5 menit.

Larutan ditambah dengan 0,3 ml AlCl3 10% dan dibiarkan selama 6

menit, setelah itu ditambah 2 ml NaOH 1M, segera ditambah 2,4 ml

aquades, dikocok. Absorbansinya diukur pada panjang gelombang 510

nm. Kemudian dibuat persamaan regresi linier dengan konsentrasi

sebagai x dan absorbansi sebagai y (Zou et al., 2004).

g. Penentuan Kandungan Flavonoid Total

Dimasukkan 1 ml larutan uji 1000 ppm ke dalam tabung reaksi

yang sebelumnya sudah ditambahkan 4 ml aquades dan 0,3 ml larutan

NaNO2 5% dibiarkan selama 5 menit. Larutan ditambah dengan 0,3 ml

AlCl3 10% dan dibiarkan selama 6 menit, setelah itu ditambah 2 ml

NaOH 1M, segera ditambah 2,4 ml aquades, dikocok. Absorbansinya

diukur pada panjang gelombang 510 nm. Absorbansi yang didapatkan

selanjutnya disubstitusikan ke dalam persamaan regresi liner larutan

standar rutin sebagai nilai y sehingga nilai x yang merupakan

konsentrasi dapat diketahui nilainya. Percobaan dilakukan triplo (Zou et

al., 2004).

3.4.8. Pengujian Aktivitas Antioksidan

a. Pembuatan Larutan DPPH 0,1 mM

Serbuk DPPH (BM 394,32) sebanyak 0,0019 g dilarutkan dengan

metanol p.a hingga mencapai volume 50 ml sehingga diperoleh larutan

DPPH dengan konsentrasi 0,1 mM (Killedar et al., 2013).

Page 48: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Optimasi Panjang Gelombang DPPH

Larutan DPPH 0,1 mM sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam

tabung reaksi kemudian ditambahkan dengan 2 ml metanol p.a dan

divortex hingga homogen. Panjang gelombang DPPH diukur pada

rentang 400-800 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis (Musfiroh

& Syarif, 2009).

c. Pembuatan dan Pengukuran Absorbansi Larutan Blanko DPPH

Sebanyak 2 ml larutan DPPH 0,1 mM dimasukkan ke dalam

tabung reaksi kemudian ditambahkan 2 ml metanol p.a dan divortex

hingga homogen lalu diinkubasi dalam ruang gelap selama 30 menit

(Molyneux, 2004). Serapan dari larutan tersebut diukur pada panjang

gelombang optimum DPPH yakni pada panjang gelombang 515 nm.

d. Pembuatan Larutan Uji Ekstrak

Ekstrak daun sembung ditimbang sebanyak 25 mg dan dimasukkan

ke dalam labu takar 25 ml kemudian ditambahkan metanol p.a hingga

mencapai garis batas labu ukur, dikocok hingga homogen. Larutan

induk dibuat dengan konsentrasi 1000 ppm. Dari larutan induk tersebut

dipipet sebanyak 100, 200, 300, 400, dan 500 µl, lalu masing-masing

diencerkan dengan metanol p.a hingga mencapai 10 ml sehingga

diperoleh seri konsentrasi larutan ekstrak yakni 10, 20, 30, 40, dan 50

µg/ml.

e. Pembuatan Larutan Rutin sebagai Pembanding

Rutin ditimbang sebanyak 5 mg dan dilarutkan dengan metanol p.a

hingga mencapai volume 50 ml sehingga diperoleh larutan induk rutin

dengan konsentrasi 100 µg/ml. Dari larutan induk tersebut dipipet

sebanyak 500, 1000, 1500, 2000, dan 2500 µl dan diencerkan dengan

menambahkan metanol p.a sampai volume 25 ml sehingga diperoleh

larutan rutin dengan seri konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 µg/ml.

f. Pengujian

Dari larutan seri konsentrasi rutin dan larutan seri konsentrasi

ekstrak dipipet 2,0 ml masing-masing ke dalam tabung reaksi. Pada

masing-masing tabung ditambah dengan 2,0 ml DPPH dikocok hingga

Page 49: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

homogen kemudian diinkubasi dalam keadaan gelap selama 30 menit

(Molyneux, 2004). Serapan dari larutan tersebut diukur pada panjang

gelombang optimum DPPH yakni pada panjang gelombang 515 nm.

Aktivitas antioksidan dinyatakan dalam % inhibisi yang ditentukan

melalui persamaan :

g. Perhitungan IC50

IC50 adalah konsentrasi yang dibutuhkan untuk mereduksi DPPH

sebesar 50%. IC50 dihitung dengan menggunakan persamaan regresi

linier, konsentrasi sampel sebagai sumbu x dan % inhibisi sebagai

sumbu y.

Dari persamaan y = a + bx dapat dihitung nilai IC50 dengan

menggunakan rumus :

h. Penetapan Nilai AAI (Antioxidant Activity Index)

Nilai AAI ditentukan dengan cara konsentrasi DPPH yang

digunakan dalam uji (ppm) dibagi dengan nilai IC50 yang diperoleh

(ppm). Nilai AAI < 0,5 menandakan aktivitas antioksidan lemah, nilai

AAI 0,5-1 menandakan aktivitas antioksidan sedang, nilai AAI 1-2

menandakan aktivitas antioksidan kuat, dan AAI > 2 menandakan

aktivitas antioksidan sangat kuat (Faustino, et al., 2010).

Page 50: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Penyiapan Simplisia

Bagian tanaman yang digunakan adalah daun Blumea balsamifera (L.)

DC yang diperoleh dari kebun Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik

(BALITTRO), Cimanggu – Bogor dan telah dideterminasi oleh tim peneliti

Pusat Konservasi Tumbuhan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),

Bogor. Determinasi tanaman dilakukan untuk mengetahui dan memastikan

identitas tanaman yang digunakan berdasarkan taksonominya. Hasil

determinasi dapat dilihat pada lampiran 1.

Sebanyak 5 kg daun segar disortasi basah untuk memisahkan daun

dengan pengotor dan bahan asing lainnya yang terbawa pada saat proses

pengumpulan daun. Daun segar selanjutnya dicuci dengan air mengalir untuk

menghilangkan pengotor yang menempel pada daun. Daun yang telah dicuci

kemudian dirajang untuk mempermudah proses pengeringan. Pengeringan

dilakukan bertujuan untuk mengurangi kadar air sehingga simplisia yang

diperoleh tidak mudah rusak oleh adanya pertumbuhan jamur dan dapat

disimpan dalam waktu yang lebih lama. Pengeringan dilakukan di tempat

terbuka, pada wadah yang ditutupi oleh kain dan terlindung dari sinar

matahari secara langsung. Pengeringan dilakukan pada pukul 07.00 sampai

pukul 12.00. Daun yang telah kering selanjutnya disortasi kering untuk

memisahkan daun dari pengotor yang terbawa pada saat proses pengeringan.

Daun yang telah disortasi kering lalu dihaluskan menggunakan blender dan

diperoleh serbuk simplisia kering sebanyak 4,1 kg. Penghalusan ditujukan

untuk mempermudah proses penarikan zat aktif pada saat ekstraksi. Serbuk

yang telah kering selanjutnya disimpan dalam wadah bersih, kering dan

terlindung dari cahaya untuk mencegah kerusakan dan mutu simplisia tetap

terjaga.

Page 51: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.2. Ekstraksi

Proses ekstraksi simplisia daun sembung dilakukan dengan metode

maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Pada proses ini digunakan

simplisia sebanyak 300 gram. Proses maserasi dilakukan selama 2 sampai 3

hari. Prosedur diulang hingga 4 kali proses remaserasi dengan total pelarut

yang digunakan sebanyak 10,8 liter. Tujuan dari remaserasi adalah agar

senyawa yang terdapat pada simplisia dapat secara maksimal terlarut dalam

pelarut yang digunakan.

Metode maserasi dipilih karena proses pengerjaan dan peralatan yang

digunakan cukup sederhana. Proses pengerjaan dilakukan dengan cara

merendam serbuk simplisia dalam pelarut. Pelarut akan menembus dinding

sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan

larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel

dengan di luar sel, maka larutan yang terpekat akan didesak keluar. Peristiwa

tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di

luar dan di dalam sel (Anonim, 1986).

Maserasi dengan pelarut etanol 70% dilakukan karena sifatnya yang

merupakan pelarut polar. Menurut prinsip polarisasi, suatu senyawa akan

larut pada pelarut yang mempunyai kepolaran yang sama. Senyawa flavonoid

merupakan senyawa golongan polifenol yang terdistribusi luas pada

tumbuhan dalam bentuk glikosida yang berikatan dengan suatu gula, karena

itu flavonoid merupakan senyawa yang bersifat polar yang lebih cenderung

larut pada pelarut polar (Harborne, 1987). Etanol juga sudah umum

digunakan sebagai pelarut di bidang pangan dan obat-obatan dan cenderung

lebih aman serta ramah lingkungan dibandingkan pelarut organik lainnya.

Selain itu, diketahui juga bahwa flavonoid ditemukan lebih tinggi pada

penggunaan etanol 70% pada proses ekstraksi (Tiwari, et al., 2011).

Dari 300 gram serbuk simplisia daun sembung yang diekstraksi

diperoleh ekstrak kental sebanyak 42,30 gram dengan rendemen sebesar

14,10%. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Page 52: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel. 4.1 Hasil Ekstraksi Daun Sembung

Bobot Simplisia yang

Diekstraksi

Bobot Ekstrak

yang Diperoleh Rendemen

300 gram 42,30 gram 14,10%

4.3. Pengujian Karakteristik Ekstrak

Pengujian karakteristik ekstrak meliputi identitas ekstrak, organoleptik

ekstrak, kadar air, dan kadar abu. Data hasil pengujian karakteristik ekstrak

daun sembung dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Karakteristik Ekstrak

Parameter Hasil

Identitas :

Nama Ekstrak

Nama Latin

Bagian Tanaman

Ekstrak etanol daun sembung

Blumea Balsamifera (L.) DC.

Daun

Organoleptik :

Warna

Bau

Bentuk

Coklat gelap

Khas

Ekstrak kental

Kadar air 10,50 % (syarat tidak lebih dari 14%)*

Kadar abu total 14,73 % (syarat tidak lebih dari 6,7%)* * syarat berdasarkan Farmakope Herbal (2010)

Tanaman yang digunakan merupakan sembung dengan nama latin

Blumea balsamifera (L.) DC. Ekstrak yang dihasilkan berasal dari bagian

daun dari tanaman tersebut. Organoleptik ekstrak diidentifikasi menggunakan

panca indera dan bertujuan untuk pengenalan awal secara sederhana dan

bersifat subjektif.

Pada penentuan kadar air ekstrak diperoleh hasil sebesar 10,50%

dimana syarat kadar air ekstrak daun sembung menurut Farmakope Herbal

(2010) adalah tidak lebih dari 14%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar air

pada ekstrak daun sembung yang diperoleh pada penelitian ini sesuai dengan

yang disyaratkan.

Penentuan kadar abu dilakukan dengan tujuan untuk memberikan

gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses

awal sampai terbentuknya ekstrak. Pada tahap ini ekstrak dipanaskan hingga

senyawa organik dan turunannya terdekstruksi dan menguap sampai tersisa

Page 53: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

unsur mineral dan anorganik saja (Depkes RI, 2000). Kadar abu ekstrak

etanol daun sembung yang diperoleh yakni 14,73%. Hal ini menunjukkan

bahwa kadar abu ekstrak tersebut cukup tinggi dan melampaui syarat yang

ditetapkan pada Farmakope Herbal yaitu tidak lebih dari 6,7%. Tingginya

kadar abu ini dapat dikarenakan tingginya kandungan mineral internal di

dalam daun sembung itu sendiri.

4.4. Identifikasi Flavonoid secara Kualitatif

Pada ekstrak kental daun sembung yang diperoleh dilakukan

identifikasi kandungan senyawa flavonoid menggunakan pereaksi kimia.

Hasil identifikasi senyawa flavonoid pada ekstrak daun sembung dapat dilihat

pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Hasil Identifikasi Flavonoid Ekstrak Daun Sembung

Jenis Pereaksi Hasil Uji Keterangan

Serbuk Zn (+) Berubah warna menjadi merah

Serbuk Mg (+) Berubah warna menjadi kekuningan

Asam oksalat – asam borat (-) Fluorosensi ungu Keterangan : (+) : terdeteksi (-) : tidak terdeteksi

Identifikasi senyawa flavonoid dilakukan dengan menggunakan tiga

jenis pereaksi yang berbeda. Dengan pereaksi logam seng dan magnesium

ekstrak terdeteksi mengandung senyawa flavonoid dimana hasil uji

menunjukkan perubahan warna. Perubahan warna yang terjadi pada larutan

uji terjadi karena golongan tertentu dari senyawa flavonoid yang terkandung

di dalam ekstrak tereduksi oleh adanya logam. Larutan uji berubah menjadi

merah saat direaksikan dengan serbuk seng dan hal ini menunjukkan adanya

kandungan glikosida-3-flavonol pada ekstrak. Senyawa flavonoid ekstrak

juga terdeteksi saat direaksikan menggunakan serbuk magnesium, Perubahan

warna larutan uji menjadi kekuningan saat direaksikan dengan serbuk

magnesium menunjukkan bahwa ekstrak mengandung flavon, kalkon, dan

auron. . Sementara itu dengan pereaksi asam oksalat – asam borat senyawa

flavonoid pada ekstrak tidak terdeteksi karena larutan tidak berfluorosensi

kuning saat dipijarkan dengan sinar UV 366 nm.

Page 54: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.5. Penentuan Kandungan Flavonoid Total

Penentuan kandungan senyawa flavonoid total dilakukan dengan

reagen AlCl3 dan rutin sebagai standar.

Gambar 4.1. merupakan kurva kalibrasi standar rutin yang diperoleh

dengan cara memplotkan hasil absorbansi larutan seri konsentrasi rutin

sebagai nilai x terhadap konsentrasi larutan rutin sebagai nilai y. Persamaan

yang diperoleh dari kurva kalibrasi standar rutin tersebut selanjutnya

digunakan untuk menghitung kandungan flavonoid total pada ekstrak. Nilai

absorbansi dari ekstrak etanol daun sembung diplotkan ke dalam persamaan

kurva kalibrasi standar rutin kemudian dihitung kandungan flavonoid

totalnya. Perhitungan secara lengkap tercantum pada lampiran 7.

Tabel. 4.4. Kandungan Flavonoid Total Ekstrak

Sampel

Konsentrasi

(µg/ml)

(x)

*Rerata

Absorbansi

(y)

Kandungan

Flavonoid Total

(mgRE/g ekstrak)

Ekstrak

Etanol Daun

Sembung

1000 0,392 397

*rerata absorbansi diperoleh dari tiga kali pengulangan (triplo)

Metode kuantifikasi flavonoid klasik yang paling banyak digunakan

adalah secara kolorimetri dengan pereaksi AlCl3. Analisis ini didasarkan pada

reaksi pembentukan kompleks antara flavonoid dan AlCl3. Pereaksi AlCl3

akan membentuk kompleks dengan gugus hidroksi pada C3 atau C5 dan

Gambar 4.1. Kurva Standar Rutin

Page 55: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

gugus keton C4. Kompleks yang terbentuk ini memberikan efek batokromik

yaitu pergeseran serapan maksimum ke panjang gelombang yang lebih

panjang yang kemudian diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis

(Harborne, 1987; Markham, 1988). Adanya reaksi antara flavonoid dengan

AlCl3 akan membentuk kompleks berwarna kuning dan dengan penambahan

NaOH akan membentuk senyawa kompleks berwarna merah muda yang

diukur absorbansinya pada panjang gelombang 510 nm (Rohman et al.,

2009). Rutin digunakan sebagai standar pengukuran dikarenakan rutin

merupakan suatu glikosida flavonoid (Harborne, 1987).

Hasil pengukuran kadar flavonoid total pada ekstrak etanol daun

sembung yang diperoleh sebesar 397 mgRE/g ekstrak. Kandungan flavonoid

total dinyatakan dalam RE (rutin equivalent) yaitu jumlah kesetaraan

milligram rutin dalam 1 gram sampel.

4.6. Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak Selama Penyimpanan

Pengujian aktivitas antioksidan secara kuantitatif ekstrak etanol daun

sembung serta kontrol positif yaitu rutin dilakukan dengan berbagai seri

konsentrasi menggunakan metode DPPH yang selanjutnya absorbansinya

diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Ekstrak yang telah disimpan

pada tiga kondisi suhu yang berbeda yakni pada suhu 350C, suhu ruang, dan

suhu 40C diuji aktivitas antioksidannya pada hari ke 0, 1, 2, 3, 7, 14, 21, 30,

dan 45.

Pengujian aktivitas antioksidan secara kuantitatif dilakukan dengan

menggunakan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil). Metode DPPH ini

dipilih karena merupakan metode yang sederhana, mudah, cepat, dan peka

serta hanya memerlukan sedikit sampel untuk evaluasi aktivitas antioksidan

dari senyawa bahan alam (Molyneux, 2004).

Prinsip pengukuran aktivitas antioksidan secara kuantitatif

menggunakan metode DPPH ini adalah adanya perubahan intensitas warna

ungu DPPH yang sebanding dengan konsentrasi larutan DPPH tersebut.

Radikal bebas DPPH yang memiliki elektron tidak berpasangan akan

memberikan warna ungu. Warna akan berubah menjadi kuning saat

elektronnya berpasangan. Perubahan intensitas warna ungu ini terjadi karena

Page 56: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

adanya peredaman radikal bebas yang disebabkan oleh adanya reaksi molekul

DPPH dengan atom hidrogen yang dilepaskan oleh molekul senyawa sampel

sehingga terbentuk senyawa difenil pikril hidrazin dan menyebabkan

terjadinya perubahan warna DPPH dari ungu ke kuning. Perubahan warna ini

akan memberikan perubahan absorbansi pada panjang gelombang maksimum

DPPH menggunakan spektrofotometer UV-Vis (Molyneux, 2004).

Sebelum dilakukan pengukuran absorbansi ekstrak dengan DPPH

menggunakan spektrofotometer UV-Vis dilakukan penentuan panjang

gelombang maksimum DPPH. Panjang gelombang maksimum DPPH yang

digunakan berada pada panjang gelombang 515 nm (Lampiran 9). Panjang

gelombang maksimum ini memberikan serapan paling maksimal dari larutan

uji dan memberikan kepekaan paling besar. Selanjutnya, besarnya aktivitas

antioksidan dari ekstrak dan kontrol positif yang digunakan diukur pada

panjang gelombang maksimum.

Dari nilai absorbansi DPPH yang diperoleh dapat ditentukan nilai

persentasi penghambatan radikal DPPH (% inhibisi). Dari nilai % inhibisi

dapat ditentukan nilai IC50 (inhibitory concentration). Nilai IC50 didefinisikan

sebagai besarnya konsentrasi senyawa uji yang dapat meredam radikal bebas

sebanyak 50% yang dapat diperoleh dari persamaan regresi linier. Semakin

kecil nilai IC50 maka aktivitas peredaman radikal bebas semakin tinggi

(Molyneux, 2004).

Nilai AAI (Antioxidant Activity Index) ditentukan untuk

menggolongkan sifat antioksidan ekstrak. Nilai AAI diperoleh dengan

membandingkan konsentrasi DPPH yang digunakan dalam uji dengan nilai

IC50 yang diperoleh. Jika nilai AAI<0,5 antioksidan bersifat lemah, AAI>0,5-

1 antioksidan bersifat sedang, AAI>1-2 antioksidan bersifat kuat, dan AAI>2

antioksidan bersifat sangat kuat (Vasic et al., 2012).

Page 57: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Perbandingan nilai IC50 dan AAI ekstrak selama penyimpanan

disajikan pada grafik di bawah ini :

Gambar 4.2. Grafik Perbandingan Nilai IC50 Ekstrak Selama Penyimpanan

Gambar 4.3. Grafik Perbandingan Nilai AAI Ekstrak Selama Penyimpanan

Nilai rerata IC50 ekstrak pada kondisi suhu dan waktu penyimpanan

yang berbeda secara lengkap tercantum pada lampiran 15. Pada grafik 4.2

terlihat bahwa secara keseluruhan nilai rerata IC50 ekstrak yang disimpan pada

tiga kondisi suhu yang berbeda meningkat seiring dengan lamanya waktu

penyimpanan. Peningkatan nilai rerata IC50 yang tertinggi diperoleh pada

ekstrak yang disimpan di suhu 350C sedangkan ekstrak yang disimpan di

Page 58: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

suhu 40C menghasilkan nilai rerata IC50 yang terendah. Hal ini menunjukkan

bahwa ekstrak yang disimpan pada suhu rendah mampu meredam aktivitas

senyawa radikal bebas dengan lebih baik dibandingkan dengan ekstrak yang

disimpan pada suhu tinggi.

Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak sembung selama penyimpanan

menunjukkan bahwa ekstrak yang disimpan pada suhu 40C memiliki nilai

AAI pada rentang 1-2 yang berarti bahwa selama masa penyimpanan 45 hari

aktivitas antioksidan ekstrak tidak berubah yakni tetap bersifat kuat.

Sementara itu, hasil yang berbeda ditunjukkan pada ekstrak yang disimpan

pada suhu ruang dan suhu 350C yang mengalami perubahan aktivitas

antioksidan ekstrak pada penyimpanan hari ke-45. Pada ekstrak yang

disimpan pada suhu ruang dan suhu 350C aktivitas antioksidan dari hari ke 0

sampai hari ke 30 bersifat kuat karena nilai AAI berada pada rentang 1-2,

namun pada hari ke 45 aktivitas antioksidan ekstrak menurun dengan nilai

AAI 0,87 pada suhu ruang dan 0,73 pada suhu 350C yang menunjukkan

bahwa aktivitas antioksidan ekstrak bersifat sedang.

Untuk melihat apakah suhu dan waktu penyimpanan berpengaruh

secara bermakna terhadap nilai AAI maka dilakukan analisis statistik

menggunakan program IBM SPSS 22 dengan metode Kruskall Wallis. Hasil

analisis dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Dari hasil uji Kruskall Wallis yang tertera pada lampiran 17.

didapatkan p = 0,253. Karena p > 0,05, maka hasil ini menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan bermakna dari nilai AAI pada ekstrak yang disimpan

pada tiga suhu yang berbeda di hari yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa

perbedaan suhu tidak berpengaruh secara bermakna terhadap perubahan nilai

AAI ekstrak.

Sementara itu, hasil analisis pengaruh suhu terhadap aktivitas

antioksidan ekstrak diperoleh nilai p = 0,000. Karena p < 0,05, maka hasil ini

menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna dari nilai AAI pada ekstrak

yang disimpan dari hari ke-0 sampai hari ke-45. Hal ini menunjukkan bahwa

waktu penyimpanan berpengaruh secara bermakna terhadap perubahan nilai

AAI ekstrak.

Page 59: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Persentase tingkat penurunan aktivitas antioksidan ekstrak pada suhu

yang berbeda selama masa penyimpanan 45 hari dapat dilihat pada tabel di

bawah ini. Persentase ini diperoleh dari perhitungan selisih nilai AAI pada

hari tertentu dengan nilai AAI pada hari ke 0.

Gambar 4.4. Grafik Persentase Penurunan AAI Ekstrak Selama

Penyimpanan

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ekstrak yang disimpan selama

45 hari di tiga kondisi suhu yang diiujikan, ekstrak mengalami penurunan

aktivitas antioksidan. Pada suhu 350C dan suhu ruang memberikan persentase

tingkat penurunan aktivitas antioksidan lebih dari 50% yakni 62,17% untuk

suhu 350C dan 54,92% untuk suhu ruang sampai hari ke-45. Sementara, pada

ekstrak yang disimpan pada suhu 40C memberikan hasil yang lebih baik

dimana persentase tingkat penurunan aktivitas antioksidannya paling kecil

dibandingkan dengan dua kelompok suhu lainnya yakni sebesar 46,11%. Hal

ini menunjukkan bahwa lamanya waktu penyimpanan dan suhu penyimpanan

yang tinggi dapat mempercepat proses degradasi senyawa-senyawa yang

terkandung di dalam ekstrak sehingga hal ini berpengaruh juga terhadap

penurunan aktivitas antioksidan ekstrak.

Page 60: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai

berikut:

1) Semakin tinggi suhu dan lama waktu penyimpanan ekstrak maka akan

semakin rendah nilai AAI (Antioxidant Activity Index) yang menunjukan

menurunnya kekuatan aktivitas antioksidan ekstrak.

2) Pada penyimpanan di suhu 40C nilai AAI stabil dengan aktivitas

antioksidan yang tergolong kuat dibandingkan dengan ekstrak pada

penyimpanan suhu ruang dan suhu 350C dimana terjadi penurunan

aktivitas antioksidan dari kuat menjadi sedang pada penyimpanan hari ke-

45.

3) Suhu penyimpanan tidak memberikan pengaruh yang bermakna secara

statistik terhadap nilai AAI ekstrak, sedangkan waktu penyimpanan

memberikan pengaruh yang bermakna secara statistik terhadap nilai AAI

ekstrak.

4) Suhu penyimpanan yang direkomendasikan untuk ekstrak daun sembung

adalah penyimpanan pada suhu rendah yakni 40C.

5.2. Saran

Disarankan supaya penelitian ini dilanjutkan sampai pada tahap pengujian

kadar senyawa aktif ekstrak yang berperan terhadap aktivitas antioksidan ekstrak

serta pengaruh suhu dan waktu penyimpanan terhadap kadar senyawa aktif

ekstrak daun sembung (Blumea balsamifera L.(DC)).

Page 61: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G. 2007. Teknologi Bahan Alam. Bandung : Penerbit ITB.

Amelia, P. 2011. Isolasi, elusidasi struktur dan uji aktivitas antioksidan senyawa

kimia dari daun Garcinia benthami Pierre. Tesis Universitas Indonesia.

Apaya, K.L. & Chichioco-Hernandez, C. L. 2011. Xanthine Oxidase Inhibition of

Selected Philippine Medicinal Plants. Journal of Medicinal Plants

Research, 5(2), 289-292.

BPOM RI. 2008. Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat

Citereup. Direktorat Obat Asli Indonesia Badan Pengawas Obat dan

Makanan Republik Indonesia.

Cartensen, J.T. & Rhodes, C.T. 2000. Drug Stability Principles and Practices,

Third Edition. New York.

Chanda, S., Dave, R. 2009. In vitro Models for Antioxidant Activity Evaluation

and Some Medicinal Plants Possessing Antioxidant Properties : An

Overview. African Journal of Microbiology Research Vol 3(13) pp. 981-

996.

Day, R.A., & Underwood, A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi VI .AB: Iis

Sopyan. Jakarta : Erlangga.

Depkes RI. 1979. Materia Medika Indonesia Jilid III. Jakarta : Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.

Depkes RI. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik

Indonesia

Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia Jilid IV. Jakarta : Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.

Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Edisi I.

Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Faustino, Helio, Nuno Gil, Cecilia Baptista and Ana Paula Duarte. 2010.

Antioxidant Activityof Lignin Phenolic Compounds extracted from Kraft

and Sulphite Black Liquors. Molecules ISSN 1420-3049, 9308-9322.

Febriani, K. 2012. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Daun Cocculus

orbiculatus (L.) DC. Dengan Metode DPPH dan Identifikasi Golongan

Senyawa Kimia dari Fraksi yang Aktif. Skripsi. Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Farmasi Universitas Indonesia.

Depok.

Guntarti, A. 2015. Penentuan Parameter non Spesifik Ekstrak Etanol Kulit Buah

Manggis (Garcinia mangostana) pada Variasi Asal Daerah. Farmasains

Vol. 2 No. 5.

Harborne, J.B., 1987. Metoda Fitokimia Penentuan Cara Modern Menganalisa

Tumbuhan, alih bahasa oleh Kosasih, Padmawinata. Bandung : Terbitan

ITB.

Hasegawa, H. et al. 2006. Dihy-droflavonol BB-1, an extract of natural plant

Blumea balsamifera, abrogates TRAIL resistance in leukemia cells. Blood

Journal Vol. 107, No. 2, pp. 679-688.

Indrayani, S. 2008. Validasi Penetapan Kadar Kuersetin dalam Sediaan Krim

secara Kolorimetri dengan Pereaksi AlCl3. Skripsi. Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Page 62: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isnindar, Wahyuono, S., & Setyowati, E. P. 2011. Isolasi dan identifikasi senyawa

antioksidan daun kesemek (Diospyros kaki Thunb.) dengan metode DPPH

(2,2-difenil-1-pikrilhidrazil). Majalah Obat Tradisional. 16(3), 157-164.

Joseph, G.S., Jayaprakasha, G.K., Selvi A.T., Jena B.S., Sakariah K.K. 2005.

Antiflatoxigenic and Antioxidant Activities of Antidesma Extract.

International Journal of Food Microbiology, 8: 153-160.

Juniarti, Delvi, O, dan Yuhernita. 2009. Kandungan Senyawa Kimia, Uji

Toksisitas (Brine Shrimp Lethality Test) dan Antioksidan (1,1-diphenyl-2-

pikrilhydrazyl) dari Ekstrak Daun Saga (Abrus precatorius L.). Makara,

Sains Vol 13 No. 1: 50-54.

Lia, P.I. 2012. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Antidesma neurocarpum

Miq. Dengan Metode 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH) dan Identifikasi

Golongan Senyawa Kimia dari Fraksi Teraktif. Skripsi. Program Studi

Ekstensi Departemen Farmasi Universitas Indonesia. Depok

Markham, K. R., 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung : ITB Press.

Mikail, B. & Anna, L. K. 2011. 7 Antioksidan Super : Manajemen Modern dan

Kesehatan Masyarakat.

Molyneux, P. 2004. The Use of Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl

(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity. Songklanarin J, Sci. Technol,

26 (2), 211-219.

Mrmosanin, J.M., Pavlovic, A.N., Veljkovic, J.N. 2015. The Effect of Storage

Temperature and Thermal Processing on Cathecins, Procyianidins and

Total Flavonoid Stability in Commercially Available Cocoa Powder.

Physics, Chemistry and Technology Vol. 13 No. 1 p. 39-49.

Mun‟im, A., Azizahwati, Trastiana. 2008. Aktivitas Antioksidan Cendawan Suku

Pleurotaceae dan Polyporaceae dari Hutan UI. Jurnal Ilmiah Farmasi 5(1),

36-41.

Murdopo. 2014. Warta Ekspor Obat Herbal Tradisional. Kementerian

Perdagangan Republik Indonesia.

Packer, L.M., Hiramatsu, T. and Yoshikawa. 1999. Antioxidant Food Supplement

in Human Health. Academic Press.

Panagan, a.t 2011. Pengaruh Penambahan Tepung Wortel (Daucus carotta L.)

Terhadap Bilangan Peroksida dan Asam Lemak Bebas pada Minyak

Goreng Curah. Jurnal Penelitian sains.

Pang, Y., Wang, D., Fan, Z., Chen, X., Yu, F., Hu, X. 2014. Blumea balsamifera

– A Phytochemical and Pharmacological Review. ISSN 1420-3049.

Pervical, M. 1998. Structure Activity Relationship of Cumarin Derivatives on

Xanthine Oxidase Inhibiting and Free Radical Scavenging Activities.

Biochemical Pharmacology, 75 : 1416-1425.

Pokorni. 2001. Antioxidant in Food, Practical Application. New York : CRS

Press.

Purwaningsih, S. 2012. Aktivitas Antioksidan dan Komposisi Kimia Keong

Matah Merah (Cerithidea obtuse). Ilmu Kelautan. ISSN 0853-7291. Vol.

17(1) 39-48.

Ratnani, R.D., Hartati, I., Anas, Y., Endah, D., & Khilyati, D. 2015. Standarisasi

Spesifik dan Non Spesifik Ekstraksi Hidrotropi Andrographolid dari

Sambiloto (Andrograpis paniculata). Prosiding Seminar Nasional Peluang

Page 63: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Herbal Sebagai Alternatif Medicine. Universitas Wahid Hasyim

Semarang. ISBN: 978-602-19556-2-8

Rohman, Abdul dan Sugeng Riyanto. 2005. Daya Antioksidan Ekstrak Etanol

Daun Kemuning (Murayya paniculata (L) Jack) secara in vitro. Majalah

Farmasi Indonesia 16 (3) : 136-140.

Rohmatussolihat. 2009. Antioksidan, Penyelamat Sel-Sel Tubuh Manusia.

BioTrends. Vol.4. No.1.

Setyowati, F. M. 2010. Etnofarmakologi dan Pemakaian Tanaman Obat Suku

Dayak Tunjung di Kalimantan Timur. Media Litbang Kesehatan 20 pp

104-112.

Shivaprasad, H.N., S. Mohan, M.D. Kharya, M.R. Shiradkar, & K. Lakhsman.

2005. In vitro Models for Antioxidant Activity Evaluation : A review.

Sjahid, L.R. 2008. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun Dewandaru

(Eugenia uniflora L.). Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Suhartono, E., Fujiati, Aflanie, I. 2002. Oxygen Toxicity by Radiation and Effect

of Glutamic Piruvat Transminase (GPT) Activity Rat Plasma After

Vitamine C Treatment. International Seminar on Environmental Chemistry

and Toxicology, Yogyakarta.

Talogo, A.S. 2014. Pengaruh Waktu dan Temperatur Penyimpanan Terhadap

Tingkat Degradasi Kadar Amoksisilin dalam Sediaan Suspensi

Amoksisilin – Asam Klavulanat. Skripsi. Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tiwari, P., Kumar, B., Kaur, M., Kaur, G., & Kaur, H. 2011. Phytochemical

Screening and Extraction: A Review. Internationale Pharmaceutica

Sciencia Vol. 1: Issue 1.

Umar, F. 2008. Optimasi Ekstraksi Flavonoid Total Daun Jati Belanda. Skripsi.

Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor.

Vadas, E.B. 2010. Stability of Pharmaceutical Products. The Scince and Practice

of Pharmacy Vol.1 : 988-989.

Vasic, S. M., Stefanovic, O.D., Licina, B. Z., Radojevic, I. D., & Comic, L. R.

2012. Biological activities of extract from cultivated Granadilla Passiflora

alata. EXCLI Journal ; 11: 208-21-ISSN 1611-2156.

Wachidah, Leliana Nurul. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan serta Penentuan

Kandungan Fenolat dan Flavonoid Total dari Buah Parijoto (Medinilla

speciosa Blume). Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

Willard, H.H., Lynne. L., Jhon. A., Frank. A. 1988. Instrumental Methods of

Analysis. Edisi VII. Wadsworth Publishing Company, California hlm 119-

121

Winarsi, H. 2007. Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Antioksidan Alami dan

Radikal Bebas : Potensi dan Aplikasinya dalam Kesehatan. Yogyakarta 5-

11.

Yogiara, S.S., Magdalena, S., & Rachelia, D. 2012. The Genetic Diversity of

Endophytic and Phyllosphere Bacteria from Several Indonesian Herbal

Plants. Makara Journal of Science, 16/1, 39-45.

Page 64: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Zuhra, C.F., Tarigan, J. & Sihotang, H. 2008. Aktivitas Antioksidan Senyawa

Flavonoid dari Daun Katuk (Saurapus androgumus (L.) Merr). Jurnal

Biologi Sumatera. ISSN : 1907-5537.3(1) : 7-10.

Zou, Y., Lu, Y., Wei, D. 2004. Antioxidant Activity of Flavonoid Rich Extract of

Hypericum Perforatum L. in vitro. J Agric Food Chem. (52):5032-9.

Page 65: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Alur Kerja Penelitian

Pengumpulan Bahan berupa Serbuk Simplisia Daun Sembung (Blumea balsamifera L.).

Pembuatan Ekstrak Daun Sembung (Blumea balsamifera L.).

Ekstrak Daun Sembung (Blumea balsamifera L.).

Penyimpanan

ekstrak daun

sembung (Blumea

balsamifera) pada

suhu 40C, 25

0-29

0C,

dan 350C selama 45

hari

Parameter

Spesifik

Parameter

Nonspesifik

Penetapan

kadar

flavonoid total

Penetapan aktivitas

antioksidan dalam ekstrak

daun sembung (Blumea

balsamifera) pada hari ke 0, 1,

2, 3, 7, 14, 21, 30, dan 45

Page 66: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Hasil Determinasi Daun Sembung

Page 67: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Perhitungan Rendemen Ekstrak

Lampiran 4. Perhitungan Kadar Air Ekstrak

Keterangan :

W0 = berat cawan kosong (gram)

W1 = berat cawan + ekstrak sebelum dipanaskan (gram)

W2 = berat cawan + ekstrak setelah dipanaskan (gram)

Lampiran 5. Perhitungan Kadar Abu Ekstrak

Keterangan :

W = bobot ekstrak awal (gram)

W1 = bobot ekstrak + cawan setelah diabukan (gram)

W2 = bobot cawan kosong (gram)

Page 68: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Identifikasi Flavonoid Ekstrak

Pereaksi Gambar Keterangan Hasil Uji

Serbuk Zn

Larutan berubah

warna menjadi

merah

Hasil (+)

terdeteksi

adanya

flavonoid

Serbuk Mg

Larutan berubah

warna menjadi

kekuningan

Hasil (+)

terdeteksi

adanya

flavonoid

Asam oksalat –

asam borat

Larutan

berflurosensi

ungu pada sinar

UV 366 nm

Hasil (-) tidak

terdeteksi

adanya

flavonoid

Page 69: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Perhitungan Kandungan Flavonoid Total Ekstrak

Nilai Absorbansi Standar Rutin

Sampel

Konsentrasi

(µg/ml)

(x)

*Rerata

Absorbansi

(y)

Persamaan Regresi

Rutin 250 0,267 y = 0,001x – 0,005

R2 = 0,999

300 0,314

350 0,378

400 0,432

450 0,482

500 0,535

*rerata absorbansi diperoleh dari tiga kali pengulangan (triplo)

Persamaan regresi standar rutin : y = 0,001x – 0,005 ; R2 = 0,999

Bobot ekstrak yang diuji adalah 50 mg lalu diencerkan dengan metanol sampai 50

ml sehingga diperoleh konsentrasi larutan uji sebesar 1000 µg/ml.

Konsentrasi Ekstrak Uji (µg/ml) Rerata Absorbansi (y)

1000 0,392

Mencari nilai x :

y = 0,001x – 0,005

0,392 = 0,001x – 0,005

x =

x = 397 µg/ml

mgRE/gram ekstrak

Page 70: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Sertifikat DPPH

Page 71: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9. Panjang Gelombang Maksimum DPPH

Page 72: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Rutin Sebagai Pembanding

*nilai rerata diperoleh dari percobaan yang dilakukan sebanyak tiga kali (triplo)

Serapan

Blanko

Konsentrasi

Sampel

Rerata

Serapan

Sampel

Standar

Deviasi

*Rerata

Persen

Inhibisi

Persamaan

Linier IC50 AAI

0,563 2 0,455 0,0000 19,18 y = 7,5903x

+ 4,4366

R2 = 0,9921

6,60 6,00

4 0,377 0,0005 32,98

6 0,277 0,0005 50,86

8 0,186 0,0005 66,90

10 0,092 0,0010 83,66

12 0,046 0,0030 91,83

Page 73: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Sebelum Penyimpanan

*nilai rerata diperoleh dari percobaan yang dilakukan sebanyak tiga kali (triplo)

Contoh Perhitungan Persen Inhibisi

Persen inhibisi dari masing-masing konsentrasi dihitung untuk selanjutnya

diplotkan sebagai y dan konsentrasi sampel sebagai x untuk memperoleh

persamaan.

Contoh Perhitungan IC50

Dari persamaan linier dapat diketahui nilai IC50 dengan cara mensubstitusikan

nilai y dengan 50.

Contoh perhitungan nilai AAI

Pembuatan larutan DPPH (0,1mM)

Banyaknya DPPH yang ditimbang :

Serapan

Blanko

Konsentrasi

Sampel

Rerata

Serapan

Sampel

Standar

Deviasi

*Rerata

Persen

Inhibisi

Persamaan

Linier IC50 AAI

0,597 10 0,411 0,0045 31,10 y = 1,6119x

+ 16,723

R2 = 0,9867

20,64 1,92

20 0,309 0,0040 48,19

30 0,189 0,0057 68,29

40 0,095 0,0053 84,09

50 0,037 0,0058 93,75

Page 74: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

X = 1,98 mg

Jadi, ditimbang 1.98 mg DPPH dan dilarutkan dengan metanol pro analisa serta

dicukupkan volume hingga tanda batas

Konsentrasi DPPH yang digunakan adalah 1.98 mg/50 ml = 39.6 ppm

Page 75: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak pada Suhu 350C

Serapan

Blanko

Konsentrasi

Sampel

Rerata

Serapan

Sampel

Standar

Deviasi

Rerata

Persen

Inhibisi

Persamaan

Linier

IC50 AAI

Hari ke-1

0.654 10 0,503 0,0061 23,09 y = 1,5443x

+ 9,5209

R2 = 0,9902

26,21 1,51

20 0,391 0,0038 40,27

30 0,262 0,0053 59,94

40 0,189 0,0050 71,05

50 0,099 0,0047 84,91

Hari ke-2

0,588 10 0,458 0,0025 22,17 y = 1,5357x

+ 7,7494

R2 = 0,9963

27,51 1,44

20 0,363 0,0032 38,21

30 0,263 0,0029 55,33

40 0,172 0,0031 70,69

50 0,102 0,0012 82,71

Hari ke-3

0,650 10 0,509 0,0035 21,74 y = 1,3082x

+ 11,554

R2 = 0,9842

29,39 1,35

20 0,395 0,0025 39,28

30 0,297 0,0012 54,36

40 0,236 0,0015 63,64

50 0,163 0,0012 74,97

Hari ke-7

0,676 10 0,553 0,0036 18,20 y = 1,4127x

+ 5,429

R2 = 0,9939

31,55 1,26

20 0,449 0,0035 33,53

30 0,335 0,0036 50,44

40 0,253 0,0005 62,57

50 0,174 0,0031 74,31

Hari ke-14

0,666 10 0,571 0,0025 14,31 y = 1,525x

+ 0,6256

R2

= 0,9942

32,38 1,22

20 0,458 0,0025 31,28

30 0,342 0,0030 48,65

40 0,247 0,0045 62,86

50 0,168 0,0001 74,77

Hari ke-21

0,662 10 0,568 0,0035 14,15 y = 1,5448x

– 1,712

R2 = 0,9991

33,47 1,18

20 0,464 0,0002 28,25

30 0,366 0,0012 44,76

40 0,258 0,0031 60,98

50 0,165 0,0015 75,03

Hari ke-30

0,665 10 0,571 0,0075 14,09 y = 1,3258x

+ 3,0526

R2 = 0,9919

35,41 1,12

20 0,456 0,0026 31,43

30 0,373 0,0020 43,91

40 0,284 0,0055 57,24

50 0,216 0,0031 67,47

Page 76: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hari ke-45

0,670 10 0,623 0,0032 6,97 y = 0,9592x

- 1,9104

R2 = 0,9941

54,12 0,73

20 0,545 0,0021 18,71

30 0,498 0,0032 25,62

40 0,419 0,0012 37,51

50 0,365 0,0027 45,52

Page 77: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak pada Suhu Ruang

Serapan

Blanko

Konsentrasi

Sampel

Rerata

Serapan

Sampel

Standar

Deviasi

Rerata

Persen

Inhibisi

Persamaan

Linier IC50 AAI

Hari ke-1

0,656 10 0,492 0,0015 24,95 y = 1,7698x

+ 9,1819

R2 = 0,987

23,06 1,72

20 0,358 0,0021 45,38

30 0,245 0,0032 62,60

40 0,101 0,0012 84,65

50 0,041 0,0038 93,80

Hari ke-2

0,589 10 0,453 0,0035 23,15 y = 1,8206x

+ 4,5671

R2 = 0,9944

24,95 1,59

20 0,359 0,0038 39,11

30 0,238 0,0015 59,65

40 0,114 0,0032 80,59

50 0,039 0,0035 93,44

Hari ke-3

0,648 10 0,495 0,0031 23,56 y = 1,5844x

+ 8,4568

R2 = 0,9908

26,22 1,51

20 0,396 0,0003 38,89

30 0,273 0,0032 57,82

40 0,163 0,0015 74,90

50 0,099 0,0047 84,77

Hari ke-7

0,679 10 0,558 0,0032 17,87 y = 1,7138x

+ 0,4271

R2 = 0,9858

28,93 1,37

20 0,453 0,0046 32,28

30 0,335 0,0036 50,66

40 0,174 0,0027 74,37

50 0,115 0,0015 83,01

Hari ke-14

0,664 10 0,551 0,0025 16,97 y = 1,6787x

– 0,6225

R2 = 0,9987

30,16 1,31

20 0,455 0,0040 31,43

30 0,331 0,0031 50,10

40 0,218 0,0027 67,17

50 0,113 0,0040 83,03

Hari ke-21

0,667 10 0,566 0,0020 15,14 y = 1,5582x

+ 0,2899

R2 = 0,9982

31,90 1,24

20 0,458 0,0040 31,28

30 0,345 0,0047 48,33

40 0,244 0,0038 63,47

50 0,154 0,0012 76,96

Hari ke-30

0,667 10 0,570 0,0031 14,59 y = 1,4128x

+ 1,934

R2 = 0,9907

34,02 1,16

20 0,466 0,0047 30,08

30 0,359 0,0038 46,23

40 0,261 0,0032 60,82

50 0,201 0,0044 69,87

Page 78: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hari ke-45

0,668 10 0,575 0,0040 13,97 y = 0,998x

+ 3,5329

R2 = 0,9948

46,56 0,87

20 0,516 0,0031 22,70

30 0,437 0,0015 34,53

40 0,388 0,0015 41,87

50 0,305 0,0067 54,29

Page 79: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 14. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak pada Suhu 40C

Serapan

Blanko

Konsentrasi

Sampel

Rerata

Serapan

Sampel

Standar

Deviasi

Rerata

Persen

Inhibisi

Persamaan

Linier IC50 AAI

Hari ke-1

0,655 10 0,453 0,0032 30,79 y = 1,6992x

+ 14,427

R2 = 0,991

20,94 1,89

20 0,347 0,0021 46,97

30 0,215 0,0031 67,12

40 0,093 0,0027 85,80

50 0,024 0,0036 96,34

Hari ke-2

0,588 10 0,430 0,0032 26,81 y = 1,7353x

+ 9,1553

R2 = 0,9944

23,54 1,68

20 0,342 0,0035 41,78

30 0,221 0,0027 62,41

40 0,111 0,0015 81,18

50 0,036 0,0036 93,88

Hari ke-3

0,650 10 0,484 0,0015 25,59 y = 1,5764x

+ 10,749

R2 = 0,979

24,90 1,59

20 0,391 0,0031 39,90

30 0,251 0,0032 61,33

40 0,143 0,0012 78,05

50 0,095 0,0025 85,33

Hari ke-7

0,678

10 0,507 0,0051 25,27 y = 1,5801x

+ 7,7974

R2 = 0,9775

26,71 1,48

20 0,422 0,0027 37,76

30 0,329 0,0035 51,43

40 0,157 0,0031 76,79

50 0,103 0,0025 84,76

Hari ke-14

0,660 10 0,508 0,0032 22,98 y = 1,5414x

+ 7,0606

R2 = 0,9965

27,86 1,42

20 0,412 0,0044 37,58

30 0,319 0,0002 51,67

40 0,192 0,0003 70,91

50 0,110 0,0031 83,38

Hari ke-21

0,665 10 0,567 0,0035 17,99 y = 1,5103x

+ 3,9649

R2 = 0,9973

30,48 1,30

20 0,436 0,0031 34,49

30 0,347 0,0050 50,33

40 0,229 0,0038 65,61

50 0,150 0,0021 77,94

Hari ke-30

0,664 10 0,548 0,0002 17,47 y = 1,4362x

+ 3,75

R2 = 0,9989

32,20 1,23

20 0,448 0,0027 32,53

30 0,345 0,0023 47,99

40 0,257 0,0027 61,30

50 0,167 0,0021 74,90

Page 80: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hari ke-45

0,666 10 0,556 0,0020 16,52 y = 1,2267x

+ 3,1381

R2 = 0,9875

38,20 1,04

20 0,502 0,0012 24,57

30 0,391 0,0021 41,34

40 0,305 0,0031 54,25

50 0,246 0,0015 63,01

Page 81: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 15. Tabel Perbandingan Nilai IC50 Ekstrak Selama Penyimpanan

Hari

ke-

Nilai Rerata IC50 Ekstrak (µg/ml)

Suhu 350C Suhu Ruang Suhu 4

0C

0 20,64 20,64 20,64

1 26,21 23,06 20,94

2 27,51 24,95 23,54

3 29,39 26,22 24,90

7 31,55 28,93 26,71

14 32,38 30,16 27,86

21 33,47 31,90 30,48

30 35,41 34,02 32,20

45 54,12 46,56 38,20

Page 82: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 16. Tabel Perbandingan Nilai AAI Ekstrak Selama Penyimpanan

Hari

ke-

Nilai AAI Ekstrak

Suhu 350C Suhu Ruang Suhu 4

0C

0 1,93 1,93 1,93

1 1,51 1,72 1,89

2 1,44 1,59 1,68

3 1,35 1,51 1,59

7 1,26 1,37 1,48

14 1,22 1,31 1,42

21 1,18 1,24 1,30

30 1,12 1,16 1,23

45 0,73 0,87 1,04

Page 83: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 17. Tabel Hasil Analisis Statistik Kruskall Wallis

Test Statisticsa,b

AAI

Chi-Square 2.752

df 2

Asymp. Sig. .253

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: SUHU

Test Statisticsa,b

AAI

Chi-Square 75.948

df 8

Asymp. Sig. .000

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: WAKTU

Page 84: PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36726/1/Dwi... · Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 18. Persentase Tingkat Penurunan AAI Ekstrak

Hari

ke-

Persentase Tingkat Penurunan AAI

Ekstak

Suhu 350C Suhu Ruang Suhu 4

0C

0 0% 0% 0%

1 21,76% 10,88% 2,07%

2 25,38% 17,61% 12,95%

3 30,05% 21,76% 17,61%

7 34,71% 29,01% 23,31%

14 36,78% 32,12% 26,42%

21 38,86% 35,75% 32,64%

30 41,96% 39,89% 36,26%

45 62,17% 54,92% 46,11%