Pengelolaan Ekosistem Lahan Irigasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sawah irigasi

Citation preview

Pengelolaan Sawah Tadah Hujan

PENGELOLAAN EKOSISTEM LAHAN IRIGASI(smno.tnh.fpub)

Sawah IrigasiSawah yang merupakan bagian dari luas potensial yang sumber airnya berasal dari saluran melalui sistem jaringan irigasi melalui sistem jaringan irigasi Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Namun demikian, irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa air dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu per satu. Untuk irigasi dengan model seperti ini di Indonesia biasa disebut menyiram.

Potensi Irigasi

Agar tanaman dapat hidup dengan subur, selain dipengaruhi oleh faktor cuaca dan kandungan unsur hara didalam tanah, juga harus memperoleh cukup air. Pemberian air yang mencukupi merupakan faktor penting bagi pertumbuhan tanaman. Demikian pula halnya dengan usaha meningkatkan produktivitas suatu lahan pertanian. Ketersediaan air merupakan faktor penting, tanpa air yang cukup produktivitas suatu lahan tidak maksimal. Salah satu upaya penyediaan air bagi lahan pertanian adalah dengan membangun irigasi.Irigasi merupakan usaha pengadaan dan pengaturan air secara buatan, baik air tanah maupun air permukaan untuk menunjang pertanian. Sedangkan Daerah Irigasi adalah suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari suatu jaringan irigasi. Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran, serta kelengkapan fasilitas, jaringan irigasi dapat dikelompokkan menjadi tigas jenis, yaitu : jaringan irigasi sederhana, jaringan irigasi semi teknis dan jaringan irigasi teknis.Tanaman pangan seperti padi, jagung, kedelai dan sebagainya hanya tumbuh dan berproduksi dengan baik apabila memperoleh air cukup pada saat yang tepat. Pada suatu studi menunjukkan kurangnya pengendalian air merupakan pembatas tunggal terbesar dan bertanggung jawab terhadap perbedaan 35 persen antara hasil aktual dan potensial. Dalam peningkatan produksi pangan, biasanya irigasi mempunyai peranan penting, yaitu :1. Menyediakan air untuk tanaman dan dapat digunakan untuk mengatur ketersediaan lengas tanah bagi tanaman2. Membantu menyuburkan tanah melalui kandungan hara dan bahan organik yang dibawa oleh air irigasi3. Memungkinkan penggunaan pupuk dan obat obatan dalam dosis tinggi4. Dapat menekan perkembangan hama penyakit tertentu5. Dapat menekan pertumbuhan gulma 6. Memudahkan pengolahan tanah dan penanaman bibit padi.

Menurut laporan Bank Dunia 1983 menyebutkan bahwa kenaikan produksi beras di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor dengan nilai kontribusi (sebagai faktor tunggal) terhadap kenaikan sebagai berikut :1. Air atau irigasi 16 persen2. Penggunaan bibit unggul 5 persen3.Penerapan teknologi seperti pupuk, pestisida dan lain lain 4 persen, dan sisanya sebesar 75 persen merupakan interaksi dari ketiga faktor tersebut (Suzanna dan Hutapea, 1995).

Agroekosistem padi sawah irigasi sampai saat ini merupakan kontributor terbesar bagi produksi padi di Indonesia. Selama kurun waktu lima dasawarsa, antara tahun 1950 2000 luas irigasi Indonesia hanya meningkat 5 persen dari 3,5 juta ha pada tahun 1950 menjadi 5,2 juta ha pada tahun 2000, sedangkan pada kurun waktu yang sama irigasi di dunia meningkat lebih dari tiga kali lipat yaitu dari 80 juta ha pada tahun 1950 menjadi 270 juta ha pada tahun 2000. Rendahnya perluasan sawah irigasi di Indonesia antara lain disebabkan oleh derasnya konversi lahan sawah beririgasi sejak lebih dari dua dasawarsa terakhir, khususnya di pulau Jawa antara tahun 1978 1998 misalnya konversi lahan sawah irigasi adalah sebesar satu juta ha (Irawan, 2004).

Sawah irigasi masih tetap merupakan sumber daya lahan yang terpenting dalam mendukung produksi padi. Pangsa areal panen sawah masih memberikan kontribusi sebesar sekitar 90 persen, sedangkan pangsa produksi berkisar 95 persen. Bila terjadi penurunan luas sawah irigasi yang tidak terkendali maka akan mengakibatkan turunnya kapasitas lahan sawah untuk produksi padi. Lebih dari itu jika proses degradasi kualitas jaringan irigasi terus berlanjut maka eksistensi lahan tersebut sebagai sawah sulit dipertahankan.

Hal yang memprihatinkan dari program investasi publik dibidang irigasi, sawah irigasi yang terkonversi besar peluangnya adalah sawah yang baru direhabilitasi. Misalnya tidak lama setelah sistem irigasi Cisadane direhabilitasi dengan dana bantuan World Bank pada tahun 1970 an sebagian dari sawah irigasinya dikonversi menjadi lapangan terbang. Demikian pula perluasan perkotaan dan industri mengkonversi sawah sawah irigasi di pinggir wilayah perkotaan.

Rehabilitasi irigasi dianggap yang paling berhasil menunjang peningkatan produksi tanaman pangan khususnya padi walaupun ada kecendrungan terjadinya peningkatan pengeluaran pembiayaan persatuan luas yang cukup menonjol dan menjadi lebih singkatnya daur ulang rehabilitasi irigasi.

Pembangunan Saluran Sekunder Rawagebang sudah hampir selesai. Sumber: http://regian-noz.blogspot.com/2009/10/rehab-irigasi-beres-dikebut-rehab-ss.html diunduh 11/6/2011)

Pekerjaan proyek rehabilitasi dan pembangunan Saluran Sekunder (SS) Beres di Desa Ciberes, Kecamatan patokbeusi, dikebut. Hal tersebut dilakukan agar proyek tersebut dapat selesai pada pertengahan bulan depan. Saat ini, untuk pekerjaan leaning yang berada di SS Rawagebang sepanjang 450 meter akan segera selesai dan harapan sawah milik petani seluas 548 hektar dan sawah yang diairi oleh SS Beres seluar 2.127 hektar akan segera terairi dengan lancar, rehab 50 meter saluran Poponcol dan bangun sadapnya, rehab saluran Sengon sekitar sepanjang 40 meter dan bangun sadapnya, perehaban BTT 22 Beres sekitar sepanjang 22 meter. Khusus untuk rehabilitasi saluran kemungkinan akan bertambah, karena dari sepanjang saluran kedua SS tersebut banyak kerusakan yang dijumpai, namun yang paling dapat dibuktikan sejauh mana volume pekerjaan ini setelah pekerjaan selesai.

Masyarakat yang tergantung pada irigasi untuk penghidupannya, seluruhnya ditata dalam hubungan dengan sistem distribusi dan pengaturan air. Hal ini menunjukkan bahwa pengadaan proyek irigasi adalah salah satu upaya penting guna membangun masyarakat desa yang menggantungkan harapan penghidupannya dari hasil sektor pertanian. Keberadaan penyediaan air yang cukup tidak hanya memperluas pembukaan areal persawahan tetapi sekaligus meningkatkan intensitas pertanaman dari satu kali dalam setahun menjadi dua kali dalam setahun. Selain itu potensi air yang tersedia akan dapat meningkatkan penganekaragaman hasil pertanian. Peningkatan produksi pertanian sebagai hasil penyediaan air yang cukup juga akan mempengaruhi faktor faktor produksi yang lain, sekaligus diharapkan akan memotivasi anggota masyarakat untuk bersedia membayar kewajibannya atas jasa pelayanan air yang diterimanya.

Renovasi Bangunan Irigasi Di Lampung BaratSumber: http://berita.lampungbarat.com/renovasi-bangunan-irigasi-di-lampung-barat/ diunduh 11/6/2011

Guna meningkatkan produksi beras di Lampung Barat, tahun ini pemkab setempat melalui Dinas Pertanian akan merenovasi 21 bangunan irigasi yang tersebar di sepuluh kecamatan. Beberapa waktu lalu, sejumlah lokasi tersebut telah disurvei dinas setempat. Dana yang dibutuhkan untuk renovasi 21 irigasi itu adalah Rp3,8 miliar dari DAK (dana alokasi khusus), menurut Kabid Pengelolaan Lahan dan Air (PLA) Distan Lambar. Rencana lokasi kegiatan rehabilitasi tersebut di antaranya Kecamatan Sumberjaya, meliputi Way Sukajadi, Way Gunungraya, Way Muarajaya I, Way Abung I, Way Abung II, dan Way Tenong Purawiwitan.Perbaikan itu dilakukan berdasarkan proposal dari kelompok tani atau masyarakat yang disampaikan kepada Distan. Mereka menyatakan irigasi yang ada di daerahnya rusak sehingga perlu diperbaiki, kemudian kami ke lapangan guna melakukan survei karena layak untuk diperbaiki maka kami melaksanakan perencanaan. Diharapkan perbaikan sejumlah jaringan irigasi dapat meningkatkan produksi beras di daerah ini.

Pembangunan irigasi merupakan suatu kerniscayaan dan keharusan yang tidak dapat ditolak bagi pembangunan pertanian dan ketahanan pangan apapun ideologinya, karena kerusakan irigasi adalah lonceng kematian bagi kedaulatan pangan.

Jenis Irigasi

Irigasi PermukaanIrigasi Permukaan merupakan sistem irigasi yang menyadap air langsung di sungai melalui bangunan bendung maupun melalui bangunan pengambilan bebas (free intake) kemudian air irigasi dialirkan secara gravitasi melalui saluran sampai ke lahan pertanian. Di sini dikenal saluran primer, sekunder, dan tersier. Pengaturan air ini dilakukan dengan pintu air. Prosesnya adalah gravitasi, tanah yang tinggi akan mendapat air lebih dulu.

Irigasi LokalSistem ini air distribusikan dengan cara pipanisasi. Di sini juga berlaku gravitasi, di mana lahan yang tinggi mendapat air lebih dahulu. Namun air yang disebar hanya terbatas sekali atau secara lokal.

Irigasi dengan PenyemprotanPenyemprotan biasanya dipakai penyemprot air atau sprinkle. Air yang disemprot akan seperti kabut, sehingga tanaman mendapat air dari atas, daun akan basah lebih dahulu, kemudian menetes ke akar.Irigasi Tradisional dengan EmberDi sini diperlukan tenaga kerja secara perorangan yang banyak sekali. Di samping itu juga pemborosan tenaga kerja yang harus menenteng ember.

Irigasi Pompa AirAir diambil dari sumur dalam dan dinaikkan melalui pompa air, kemudian dialirkan dengan berbagai cara, misalnya dengan pipa atau saluran. Pada musim kemarau irigasi ini dapat terus mengairi sawah.

Teknologi Hemat Air Di Lahan Sawah IrigasiPadi adalah tanaman unik karena mampu tumbuh di dalam kondisi hidrologi, jenis tanah, iklim yang berbeda, dan satu satunya tanaman serealia yang tumbuh di lahan basah. Ancaman serius yang dihadapi budidaya padi adalah semakin menurunnya ketersediaan air. Penyebab penurunan ketersediaan air bervariasi dan bersifat spesifik namun umumnya terjadi penurunaan kualitas dan sumber air, tidak berfungsinya sistem irigasi dan meningkatnya kompetisi kebutuhan air misalnya untuk perumahan dan industri. Hal tersebut menjadi ancaman bagi ketersediaan pangan yang berkelanjutan, padahal praktek pengelolaan air lahan sawah di tingkat petani umumnya dilakukan penggenangan secara terus menerus, oleh karena itu diperlukan pengelolaan air diantaranya dengan menerapkan teknologi hemat air. Prinsip teknologi hemat air adalah mengurangi aliran yang tidak produktif seperti rembesan, perkolasi, dan evaporasi, serta memelihara aliran transpirasi. Hal tersebut bisa dilaksanakan mulai saat persiapan lahan, tanam, dan selama pertumbuhan tanaman. Salah satu alternatif teknologi dalam pengelolaan air (water management) adalah alternate wetting and drying (AWD) atau pengairan basah kering (PBK). Teknologi ini telah diadaptasi di negara-negara penghasil padi seperti China, India, Philipina, dan Indonesia. Secara umum, penggunaan teknologi ini tidak menyebabkan penurunan hasil yang signifikan dan dapat meningkatkan produktivitas air.

Prinsif Pengairan Basah Kering

Prinsif dari penerapan PBK adalah memonitor kedalaman air dengan menggunakan alat bantu berupa pipa. Setelah lahan sawah diairi, kedalaman air akan menurun secara gradual. Ketika kedalaman air mencapai 15 cm di bawah permukaan tanah, lahan sawah kembali diairi sampai ketinggian sekitar 5 cm. Pada waktu tanaman padi berbunga, tinggi genangan air dipertahankan 5 cm untuk menghindari stress air yang berpotensi menurunkan hasil. Batas kedalaman air 15 cm ini dikenal dengan PBK aman (safe AWD) yang bermakna bahwa kedalaman air sampai batas tersebut tidak akan menyebabkan penurunan hasil yang signifikan karena akar tanaman padi masih mampu menyerap air dari zona perakaran. Setelah itu, pada fase pengisian dan pemasakan, PBK dapat dilakukan kembali. Apabila terdapat banyak gulma pada saat awal pertumbuhan, PBK dapat ditunda 2 sampai 3 minggu sampai gulma dapat ditekan.

Manfaat pengairan berselang dan metode basah-kering 1. Bersinergi dengan pemupukan, karena serapan hara tinggi terjadi pada kondisi tanah basah-kering 2. Dapat menekan keracunan tanaman akibat akumulasi besi (Fe) dalam tanah 3. Apabila dikombinasikan dengan pengendalian gulma menggunakan cara manual (gasrok/landak) dan pemupukan, maka pupuk dapat bercampur dengan tanah sehingga pemakaiannnya lebih efisien. 4. Menghambat perkembangan hama (penggerek batang, wereng coklat, keong mas), dan penyakit (busuk batang dan busuk pelepah daun). 5. Tanaman padi lebih tahan rebah karena sistem perakaran yang lebih dalam.

Pipa berlubang sebagai alat bantu Pipa paralon (PVC) bisa digunakan sebagai alat teknologi PBK untuk mengamati air di bawah permukaan. Pipa bisa diganti dengan bahan lain seperti bambu atau bahan lainnya. Banyaknya alat yang diperlukan tergantung pada tofografi lahan, satu alat bisa mewakili luasan 500 m2, sedangkan pada kemiringan 3 5% satu unit alat mewakili 100 m2. Pipa berukuran 35 cm dibenamkan sedalam 20 cm, sehingga tinggi pipa dari permukaan tanah adalah 15 cm, kemudian tanah di dalam pipa dikeluarkan. Untuk tahapan pengkajian atau uji coba, petani memonitor/mengukur kedalaman air di dalam pipa setiap interval waktu 2 hari dan melakukan teknik basah kering (pengairan lahan sawah) sesuai dengan prinsif PBK. Setelah petani percaya PBK tidak menurunkan hasil secara nyata, pipa yang dibenamkan cukup 15 cm sesuai dengan PBK aman dan tidak perlu lagi mengukur dengan mistar. Petani pun bisa mencoba mengubah batas PBK aman yakni dengan menambah batas kedalaman muka air untuk diairi misalnya 20 cm, 25 cm, dan 30 cm.

Rajaram, g. and D. C. Erbach. 1999. Effect of wetting and drying on soil physical properties. Journal of Terramechanics. Volume 36, Issue 1, January 1999, Pages 39-49 Tanah-tanah pertanian senantiasa mengalami siklus musiman pengeringan dan pembasahan. Pengaruh cekaman kekeringan, pada satu siklus pembasahan-pengeringan, terhadap sifat fisika tanah dengan tekstur tertentu (misalnya lempung-liat) dapat diteliti di laboratorium. Sifat-sifat fisika tanah yang dipengaruhi oleh pengeringan-pembasahan tersebut adalah bobot isi (BI), resistensi penetrasi, kekuatan geser, adhesion, ukuran agregat dan stabilitas agregat. Perlakuan cekaman kekeringan yang diteliti adalah pembasahan tanah kering udara yang kadar air awalnya 12% (atas dasar bobot kering) hingga kadar airnya mencapai 27, 33 dan 40%, kemudian masing-masing dikeringkan hingga mencapai kadar air awalnya , yaitu 12%. Sehingga tanah dikenakan tiga macam cekaman kekeringan yang berbeda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kekuatan tanah yang dinyatakan dengan indicator resistensi penetrasi dan cohesion, ukuran agregat tanah, ternyata meningkat dengan derajat cekaman kekeringan. Akan tetapi BI tanah tidak berubah secara nyata dengan tiga macam perlakuaan cekaman kekeringan tersebut.

Blackwell. M. S. A., P. C. Brookes, N. de la Fuente-Martinez, P. J. Murray, K. E. Snars, J. K. Williams and P. M. Haygarth. 2009. Effects of soil drying and rate of re-wetting on concentrations and forms of phosphorus in leachate. Biology and Fertility of Soils. Volume 45, Number 6, 635-643.

Pengeringan dan pembasahan kembali suatu tanah dapat menghasilkan modifikasi jumlah dan bentuk unsure hara yang dapat diangkut melalui pencucian dari tanah memasuki air permukaan. Peneliti menguji pada kondisi laboratorium, hypothesis bahwa laju pembasahan kembali tanah yang dikeringkan dapat mempengaruhi pelarutan dan konsentrasi bentuk-bentuk fosfat dalam lindi hasil pencucian. Contoh tanah grassland pelostagnogley (sieved moist