66
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES BERPIKIR KRITIS PADA MATERI KELISTRIKAN FISIKA SMA (Skripsi) Oleh Tiara Damai Yanti FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES BERPIKIR KRITIS PADA …digilib.unila.ac.id/31473/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengembangan instrumen tes berpikir kritis pada materi kelistrikan

  • Upload
    dodan

  • View
    294

  • Download
    16

Embed Size (px)

Citation preview

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES BERPIKIR KRITIS PADAMATERI KELISTRIKAN FISIKA SMA

(Skripsi)

Oleh

Tiara Damai Yanti

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

ii

ABSTRAK

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES BERPIKIR KRITIS PADA MATERIKELISTRIKAN FISIKA SMA

Oleh

Tiara Damai Yanti

Pembelajaran pada abad 21 berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi

(HOTS) salah satunya keterampilan berpikir kritis. Namun, ketersediaan

instrumen keterampilan berpikir kritis di tingkat sekolah menengah atas sangat

terbatas. Metode penelitian yang digunakan terdiri dari enam tahap. Subjek dalam

penelitian ini terdiri dari tiga ahli untuk uji konten, konstruksi, dan bahasa, tiga

siswa untuk uji keterbacaan, dan 70 siswa sekolah menengah untuk uji validasi

dan reliabilitas empiris. Berdasarkan hasil koefisien korelasi Pearson dan nilai

alpha Cronbach, terdapat 4 indikator (dari 6 indikator) dengan 32 item valid dan

reliable, dengan demikian instrumen kemampuan berpikir kritis pada materi

kelistrikan dapat digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa di

tingkat sekolah menengah atas.

Kata kunci: Kemampuan Bepikir kritis, Pengembangan, Kelistrikan, Instrumen

tes

iii

ABSTRACT

DEVELOPMENT OF CRITICAL THINKING INSTRUMENT OFELECTRICITY FOR SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS

By

Tiara Damai Yanti

Teaching and learning in 21th Century is recommended to achieve higher order

thinking skills (HOTS), such as critical thinking skills. However, the availability

of instruments of critical thinking skills at senior high school level is very limited.

This paper discusses the development of a critical thinking skills instrument on

the topic of electricity, dynamic electricity and static electricity for senior high

school students. The development procedure consisted of seven stages. The

subjects in present study consisted of three experts for content, construct, and

language assessment, three students for readability test, and 70 high school

students for validity and reliability tests. From the results of Pearson correlation

coefficient and Cronbach alpha value, there were 4 indicators (out of 6 indicators)

with 32 items were valid and reliable. Thus, the critical thinking instrument of

electricity topic may be used to measure students’ critical thinking skills at senior

high school level.

Kata kunci: Critical Thinking Skills, Development, Electricity, Instrument test

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES BERPIKIR KRITIS PADA MATERIKELISTRIKAN FISIKA SMA

Oleh

TIARA DAMAI YANTI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelarSARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan FisikaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumur Bandung, pada tanggal 23 Juli 1996, sebagai anak

kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Damai Ali dan Ibu Siti Masitoh.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 2003 di Sekolah Dasar Negeri

Sumur Bandung. Pada tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri

1 Way Jepara, diselesaikan tahun 2012. Selanjutnya penulis melanjutkan

pendidikan di SMA Negeri 1 Way Jepara hingga tahun 2014. Pada tahun 2014,

penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa program studi Pendidikan

Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di

Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN).

Pada tahun 2017, penulis melaksanakan praktik mengajar melalui Program

Pengalaman Lapangan (PPL) di MA Nurul Iman Sekincau dan Kuliah Kerja

Nyata (KKN) di Pekon Kebas, Kecamatan Sekincau, Kabupaten Lampung Barat.

Selama menjadi mahasiswa Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lampung,

penulis pernah menjadi asisten tutor mata kuliah fisika dasar 1, fisika dasar 2,

matematika fisika 1, termodinamika, dan gelombang optik, serta asisten

praktikum mata kuliah mekanika, termodinamika, dan gelombang optik.

ix

MOTTO

”Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadikamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu”

(Q.S. Al Baqarah : 216)

Allah does not burden a soul beyond that it can bear (Q.S. Al Baqarah: 286)

Yakinlah, sesuatu yang ditakdirkan menjadi milik kita, tidak akan Allah biarkanmenjadi milik orang lain.

(Anonim)

Whatever you are, be a good one(anonim)

I just do as well as I can(Tiara Damai Yanti)

Allah does not delay a matter except for good, does not deprive you of a thingexcept for good, does not make you cry except for good, does not send a calamity

upon you except for good. So don’t be sad, every matter has good(Edgarhamas)

x

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan nikmat-

Nya dan semoga shalawat selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,

penulis mempersembahkan karya sederhana ini sebagai tanda bakti nan tulus dan

mendalam kepada:

1. Orang tuaku tercinta, Bapak Damai Ali dan Ibu Siti Masitoh yang telah

sepenuh hati membesarkan, mendidik, mengajari, mendukung, dan

mendo’akan semua kebaikan kepadaku. Semoga Allah memberikan

kesempatan kepadaku untuk membalas jasa dan bisa selalu membahagiakan

kalian;

2. Kakakku tercinta Herdiawan Yudistira, S.T. yang selalu menyayangiku,

memperhatikanku, mendukungku, telah memberikan doa dan semangatnya

untuk keberhasilanku;

3. Keluarga besarku yang telah mendoakan, menyemangati, serta mendukungku

baik dengan dukungan moral dan material.

4. Para pendidik yang telah mengajarkan banyak hal baik berupa ilmu

pengetahuan mupun ilmu agama;

5. Sahabat ciwi-ciwiku yang setia menemani, mendukung, dan menyemangati

dengan segala kekurangan yang kumiliki;

6. Keluarga Besar Fighter 2014 (Pendidikan Fisika 2014)

7. Almamaterku tercinta Universitas Lampung.

xi

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas nikmat dan hidayah-Nya, penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengembangan Instrumen Tes

Berpikir Kritis Pada Materi Kelistrikan Fisika SMA” sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung;

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA;

3. Bapak Drs. Nengah Maharta, M.Si. selaku Pembimbing I atas kesediaan dan

keikhlasannya memberikan bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan

selama penyusunan skripsi ini;

4. Bapak Wayan Suana, S.Pd., M.Si. selaku Pembimbing Akademik sekaligus

Pembimbing II atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan,

arahan, saran, kritik, motivasi, dan segala bantuan yang diberikan selama

penyusunan skripsi ini dengan sabar;

5. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika sekaligus selaku Pembahas yang selalu memberikan bimbingan dan

saran atas perbaikan skripsi ini;

6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Pendidikan Fisika dan Jurusan

Pendidikan MIPA;

xii

7. Bapak Kepala SMA Al Kautsar Bandar Lampung yang telah memberikan izin

kepada penulis untuk melaksanakan penelitian;

8. Ibu Nur Azmi, S.Pd. selaku guru mata pelajaran fisika Al Kautsar Bandar

Lampung yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam

melaksanakan penelitian;

9. Siswa-siswi Al Kautsar Bandar Lampung khususnya kelas XII IPA atas

bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung;

10. Sabahatku ciwi-ciwiku Ayu Safitri, Eka Setiani, Haditya Aprita Lora, Karlina

Maya Mulyana, Ni Wayan Santi, Meta Dwi Ayuningtias, Siti Khoirurrohmah,

dan Ummul Uslima terimakasih karena telah hadir dalam kehidupanku;

11. Teman seperjuangan keluarga fighter 2014 atas kebersamaan dan

kekompakannya. Semoga kita menjadi generasi yang sukses;

12. Keluarga Besar ALMAFIKA yang tidak bisa disebutkan satu persatu;

13. Rekan-rekan KKN-PPL Pekon Kebas, Kec. Sekincau, Kab. Lampung Barat;

14. Teman-teman kosan pak wajiran yang selalu membersamai selama 4 tahun ini;

15. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah melimpahkan nikmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta

berkenan membalas kebaikan yang diberikan kepada Penulis dan semoga skripsi

ini dapat bermanfaat di kemudian hari.

Bandar Lampung, 2018Penulis,

Tiara Damai Yanti

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...................................................................................................... iiCOVER DALAM ........................................................................................... iiiLEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ivLEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... vSURAT PERNYATAAN ............................................................................... viRIWAYAT HIDUP ........................................................................................ viiMOTTO .......................................................................................................... viiiPERSEMBAHAN........................................................................................... ixSANWACANA ............................................................................................... xDAFTAR ISI ................................................................................................. xiiDAFTAR TABEL ......................................................................................... xivDAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

I. PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah...................................................................... 1B. Rumusan Masalah ............................................................................... 6C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7E. Ruang Lingkup Penelitian................................................................... 7

II. TINJAUAN PUSTAKAA. Keterampilan Abad 21 ....................................................................... 9B. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis .............................................. 11C. Prosedur Pengambangan Instrumen................................................... 19D. Kriteria Instrumen.............................................................................. 21

III. METODE PENELITIANA. Desain Penelitian ............................................................................... 30B. Prosedur Pengembangan Penelitian................................................... 30C. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 37D. Teknik Analisis Data ......................................................................... 38

xiv

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Hasil Analisis Data Lapangan............................................................ 44B. Hasil Pengembangan ......................................................................... 47

1. Hasil Uji Ahli............................................................................... 482. Hasil Uji Keterbacaan .................................................................. 523. Hasil Uji Coba Terbatas............................................................... 534. Hasil Kemampuan Berpikir Kritis ............................................... 56

C. Pembahasan ....................................................................................... 571. Tahapan Pengembangan Instrumen Tes Berpikir Kritis .............. 572. Produk akhir ................................................................................ 59

V. SIMPULAN DAN SARANA. Simpulan ............................................................................................ 65B. Saran .................................................................................................. 65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Ennis...................................... 132. Indikator Berpikir Kritis Nikto & Brookhart ....................................... 163. Hasil Analisis Indikator Berpikir Kritis ............................................... 184. Tinjauan Beberapa Prosedur Pengembangan Instrumen...................... 205. Indikator Berpikir Kritis yang digunakan pada Penelitian................... 316. Deskripsi Pengembangan Instrumen Berpikir Kritis ........................... 337. Kategori Berpikir Kritis Hasil Belajar Siswa....................................... 358. Kriteria Validitas Instrumen Uji Ahli .................................................. 369. Interpretasi Ukuran Kemantapan Nilai Alpha...................................... 41

10. Indeks Kesukaran Butir Soal................................................................ 4211. Indeks Daya Beda Butir Soal .............................................................. 4312. Jenis Instrumen di SMA Al Kautsar Bandar Lampung ....................... 4413. Data Alasan Pengembangan Instrumen Berpikir Kritis ....................... 4514. Hasil Validasi Aspek Bahasa ............................................................... 4915. Hasil Validasi Aspek Konstruksi ......................................................... 4916. Hasil Validasi Aspek Materi ................................................................ 5017. Hasil Validasi Ahli Secara Keseluruhan .............................................. 5018. Hasil Uji Keterbacaan Siswa................................................................ 5219. Analisis Data Uji Coba......................................................................... 5420. Reliabilitas Data Uji Coba ................................................................... 5421. Reliabilitas Data Indikator Butir soal................................................... 5422. Tingkat Kesukaran Data Uji Coba ....................................................... 5523. Daya Beda Data Uji Coba.................................................................... 5624. Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa............................................. 57

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pedoman Wawancara.............................................................................. 742. Analisis Kebutuhan Siswa ...................................................................... 763. Kisi-Kisi Angket Analisis Kebutuhan .................................................... 794. Transkripsi Wawancara .......................................................................... 805. Rekapitulasi Angket................................................................................ 866. Analisis Hasil Rekapitulasi Angket ........................................................ 887. Kisi-Kisi Soal Berpikir Kritis Uji Coba ................................................. 918. Instrumen Tes Berpikir Kritis Uji Coba ................................................. 999. Kunci Jawaban Uji Coba ........................................................................ 12610. Pedoman Penskroran .............................................................................. 12911. Rekapitulasi Nilai Uji Coba.................................................................... 13012. Hasil Analisis Data SPSS Uji Coba........................................................ 13813. Rekap Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa..................................... 14814. Kisi-Kisi Lembar Validasi Ahli.............................................................. 15215. Lembar Validasi Ahli ............................................................................. 15316. Lembar Keterbacaan Siswa .................................................................... 16217. Instrumen Tes Fisika SMA Al Kautsar Bandar Lampung ..................... 170

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebuah institusi pendidikan agar dapat membuat keputusan mengenai

kebijakan pendidikan dan sistem pendidikan, baik pada lingkup nasional

maupun internasional memerlukan informasi tentang seberapa baik siswa

dapat memenuhi tujuan pendidikan. Terlebih lagi pada abad 21 ini siswa

dituntut memiliki keterampilan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis

merupakan keterampilan yang sangat penting dimiliki pada abad 21 sehingga

perlu diajarkan kepada siswa.

Hal ini sejalan dengan pendapat Ikuonobe (2001) yang menyatakan bahwa

pembelajaran abad 21 menuntut siswa memiliki keterampilan, salah satunya

adalah keterampilan berpikir kritis yang termasuk kedalam keterampilan

berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir kritis adalah salah satu

keterampilan tingkat tinggi yang diyakini memegang peran penting dalam

berpikir logis, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah

(Bulter, 2012). Keterampilan berpikir kritis adalah salah satu dari

keterampilan yang penting untuk keberhasilan akademis dan karir

(Liu et al, 2014) dan berperan penting dalam semua aspek kehidupan manusia

2

(Abed et al, 2015), seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang mengubah struktur masyarakat (Gumus et al, 2013).

Keterampilan berpikir kritis perlu diterapkan dalam pembelajaran

(Kealey et al, 2005). Guru sering menganggap bahwa kemanpuan berpikir

kritis perlu diajarkan kepada siswa, namun penelitian menunjukkan

kebanyakan guru tidak mengetahui bagaimana melatihkan kemampuan

berpikir kritis tersebut secara efektif (Choy & Pou, 2012). Umumnya, guru

melatih kemampuan berpikir kritis selama mengajar dengan bertanya secara

lisan tentang suatu fenomena dan belum pernah menggunakan soal untuk

mengukur hasil belajar fisika dalam hal kemampuan berpikir kritis

(Sugiarti et al, 2017). Sehingga, pembelajaran yang berlangsung saat ini

cenderung terjebak pada kemampuan berpikir tingkat rendah.

Buktinya, berdasarkan hasil PISA, Indonesia berada di peringkat 64 dari 65

negara (OECD, 2012). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian

besar siswa Indonesia masih memiliki kemampuan rendah, jika dilihat dari

segi kognitif (mengetahui, menerapkan, penalaran), hal ini disebabkan karena

siswa kurang terlatih dalam menyelesaikan HOTS, khususnya soal berpikir

kritis. Selain itu, masih banyak siswa SMA yang kesulitan dalam

menyelesaikan masalah yang memerlukan pemikiran abstrak secara efektif.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chartrand (2010) yang

menunjukkan bahwa 70% lulusan SMA tidak memiliki kompetensi yang

melibatkan berpikir kritis. Salah satu pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa

adalah fisika, khususnya materi kelistrikan.

3

Hal ini sejalan dengan berbagai penelitian yang menyatakan bahwa fisika

merupakan ilmu pengetahuan yang menjadi dasar dalam perkembangan sains

dan teknologi (Erinosho, 2013; Kiptum, 2015) yang diakui sulit secara

konseptual baik untuk belajar maupun mengajar (Ekici, 2016) dan sebagian

besar penelitian mengenai kesulitan belajar siswa adalah tentang materi

kelistrikan (Obafemi & Onwioduokit, 2013; Kiptum, 2015). Sehingga salah

satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil pencapaian aspek kognitif

siswa dibidang fisika adalah karena fisika merupakan pelajaran yang

dianggap sulit bagi siswa baik di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)

maupun tingkat universitas.

Selain itu, dari hasil analisis data lapangan yang telah dilakukan di SMA Al

Kautsar Bandar Lampung. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah

seorang guru fisika kelas XII IPA SMA Al Kautsar Bandar Lampung yang

menyatakan bahwa masih banyak siswa yang sulit memahami materi

kelistrikan (listrik statis dan listrik dinamis), sehingga guru harus memiliki

cara tersendiri dalam menyampaikan pembelajaran agar siswa dapat

memahami materi tersebut sehingga pembelajaran yang diberikan oleh guru

dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa.

Kemampuan berpikir kritis tidak akan datang dengan sendirinya, perlu

adanya latihan agar memiliki kemampuan berpikir kritis. Duron et al (2006)

berpendapat bahwa berfikir adalah proses alami, namun apabila dibiarkan

bisa seringkali dapat menimbulkan kesalahan presepsi dan kurangnya suatu

informasi. Siswa mampu meningkatkan kemampuan berpikir mereka jika

4

mereka diajari bagaimana caranya berpikir, misalnya guru mengajarkan siswa

untuk menilai informasi yang digunakan untuk berpikir kritis (Black, 2005).

Oleh karena itu, walaupun siswa memiliki kemampuan alami untuk berpikir

kritis, sangat penting guru membimbing mereka untuk memperbaiki

keterampilan berpikir.

Berpikir kritis tidak hanya dapat dikembangkan melalui pembelajaran, tetapi

juga dapat dikembangkan dan ditingkatkan melalui suatu evaluasi yang

mencerminkan berpikir kritis. Muyassaroh (2013) menjelaskan bahwa

melalui tes dengan indikator bertanya dan menjawab pertanyaan yang

membutuhkan penjelasan, melakukan deduksi, melakukan induksi, membuat

nilai keputusan, dan memutuskan suatu tindakan dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis seseorang.

Meskipun pendidikan telah memfokuskan pembelajaran untuk

mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis, namun

instrumen penilaian untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa masih

sangat tertinggal (Benjamin, 2016). Upaya menilai keberhasilan siswa dalam

mengembangkan kemampuan berpikir kritis harus didukung oleh alat ukur

yang dapat mengukur kemampuan tersebut. Untuk dapat mengukur

keterampilan berpikir kritis siswa maka instrumen penilaian yang digunakan

harus merepresentasikan kemampuan berpikir kritis siswa, dimana instrumen

penilaian tersebut dapat berupa soal-soal tes berikir kritis, artinya jenis-jenis

soal tersebut merupakan suatu instrumen yang dapat mengukur kemampuan

berpikir kritis siswa.

5

Kenyataannya, meskipun kemampuan berpikir kritis penting terhadap

pendidikan global, namun upaya yang dilakukan untuk mengukur

keterampilan berpikir kritis masih kurang (Gelerstein et al, 2016). Berbagai

penelitian menyatakan bahwa instrumen penilaian fisika di sekolah hanya

mengukur kemampuan berpikir dasar siswa (Sugiarti et al, 2017).

Ketersediaan alat ukur yang dapat dijadikan pedoman dalam menentukan

tingkat kemampuan berpikir kritis siswa, terutama pada mata pelajaran fisika

tersebut jarang, sedangkan alat uji keterampilan berpikir kritis perlu

dikembangkan di semua subjek fisika (Mabruroh & Suhandi, 2017).

Selain itu, berdasarkan analisis data fakta di lapangan, dalam mengukur

kemampuan berpikir kritis siswa SMA Al Kautsar Bandar Lampung, guru

hanya menggunakan instrumen penilaian pada aspek afektif (sikap) dan

psikomotor (keterampilan), dan pada segi kognitif (pengetahuan) instrumen

penilaian yang digunakan masih umum dalam arti bahwa soal yang diberikan

kepada siswa dalam kategori C1-C4, serta belum ada instrumen soal yang

dikembangkan yang mengacu khusus pada indikator berpikir kritis.

Lioyd & Bahar (2010) menyatakan bahwa keterampilan berpikir harus

dimiliki dan begitu luas sehingga penerapannya perlu dibuktikan

menggunakan isntrumen atau alat ukur yang tepat. Oleh karena itu, saat ini

penelitian mengenai pengembangan instrumen tes berpikir kritis menjadi

jawaban akan permasalahan yang ada. Peneliti-peneliti sebelumnya yang

telah melakukan pengembangan instrumen tes berpikir kritis diantaranya:

Tiruneh et al (2017) mengembangkan instrumen tes berpikir kritis pada

6

materi listrik magnet, Sermeus et al (2017) juga mengambangkan instrumen

tes berpikir kritis pada materi listrik magnet untuk siswa sekolah menengah,

Sugiarti et al (2017) mengembangkan instrumen berpikir kritis untuk siswa

SMA pada materi kalor, dan Mabruroh (2017) juga mengembangkan

instrumen tes berpikir kritis pada materi gelombang bunyi.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan dan penelitian yang ada, maka pada

penelitian ini dilakukan pengembangan instrumen tes berpikir kritis pada

materi kelistrikan (listrik statis dan listrik dinamis) fisika SMA yang valid

dan reliabel yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur kemampuan

berpikir kritis siswa yang diwujudkan dalam bentuk tes dengan

memperhatikan tingkatan keterampilan berpikir kritis.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini adalah

1. Bagaimana validitas dari instrumen tes berpikir kritis pada materi

kelistrikan fisika SMA?

2. Bagaimana Reliabilitas dari instrumen tes berpikir kritis pada materi

kelistrikan fisika SMA?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah

1. Menghasilkan produk berupa instrumen tes berpikir kritis yang valid dan

reliabel pada materi kelistrikan fisika SMA.

7

2. Mengetahui validitas dan reliabilitas dari instrumen tes berpikir kritis pada

materi kelistrikan fisika SMA.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian pengembangan ini, antara lain adalah

1. Instrumen tes yang dikembangkan dapat dijadikan suatu alternatif alat

evaluasi yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis

siswa pada materi kelistrikan fisika SMA.

2. Menghasilkan instrumen tes untuk menilai kemampuan berpikir kritis

siswa pada materi kelistrikan fisika SMA.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian pengembangan ini adalah

1. Bahan kajian yang dijadikan bahan penelitian adalah materi kelistrikan

(listrik statis dan listrik dinamis) fisika SMA kelas XII.

2. Jenis instrumen yang dikembangkan adalah instrumen tes keterampilan

berpikir kritis pada materi kelistrikan (listrik satis dan listrik dinamis)

fisika SMA kelas XII.

3. Uji validitas dan reliabititas dilakukan di SMA Al Kautsar Bandar

Lampung.

4. Subjek penelitian yaitu siswa kelas XII IPA SMA Al Kautsar Bandar

Lampung yang telah mempelajari materi kelistrikan (listrik statis dan

listrik dinamis).

8

5. Prosedur pengembangan yang digunakan pada penelitian ini diadaptasi

dari metode penelitian yang dilakukan oleh Tiruneh et al (2017) yang

terdiri dari enam tahap yaitu menentukan konstruk dan merumuskan

tujuan (defining the construct and formulating objectives), menentukan

format butir soal (item format), menentukan konstruksi butir soal (item

construction), menentukan pedoman penilaian (creating scoring guide),

uji ahli dan uji keterbacaan (expert and readibility review), dan revisi butir

soal (item revision and administration).

6. Batasan kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan mengacu pada

indikator berpikir kritis dari Ennis (1985), memfokuskan pertanyaan,

menganalisis argumen, mempertimbangkan apakah sumber dapat

dipercaya atau tidak, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi,

menganalisis asumsi-asumsi, dan menentukan suatu tindakan.

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Keterampilan Abad 21

Abad 21 merupakan era globalisasi, dimana setiap individu dituntut untuk

memiliki kecakapan atau keterampilan baik hard skill maupun soft skill yang

mumpuni agar dapat bersaing dengan individu lain di setiap negara. Salah

satu keterampilan abad 21 adalah kecakapan berpikir, meliputi berpikir kritis

pemecahan masalah, berpikir kreatif, dan metakognitif (Greenstein, 2012).

Menurut Teemuangsai & Meesook (2017) pada abad 21 setiap individu perlu

mengembangkan kemampuan berpikir, content knowledge, sosial, dan

emosional. Selain itu, menurut Thijs et al (2014) terdapat delapan

keterampilan abad 21 yaitu keterampilan berpikir kreatif, berpikir kritis,

pemecahan masalah, komunikasi, kolaborasi, keterampilan sosial dan budaya,

selfregulation, dan literasi digital.

Keterampilan abad 21 sangat penting dalam dunia pendidikan di Indonesia

untuk mencetak generasi penerus bangsa yang cakap dan terampil. Salah satu

keterampilan yang harus dimiliki siswa pada abad 21 adalah keterampilan

berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis merupakan keterampilan yang

sangat penting di abad 21, sebab keterampilan berpikir kritis merupakan

kunci pendidikan di abad 21 (Mitrevsky & Zajkov, 2012).

10

Keterampilan berpikir kritis juga merupakan tujuan penting pendidikan di

sekolah (Lioyd & Bahr, 2010). Keterampilan berpikir kritis adalah suatu

proses disiplin intelektual yang aktif dan terampil (Howard et al, 2014),

dengan berpikir kritis seseorang dapat mengambil keputusan dengan baik

dengan cara mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan

(Hazeli, 2013). Oleh karena itu, berpikir kritis merupakan keterampilan yang

harus dimiliki setiap orang (Duran & Sendag, 2012) dan diperlukan seseorang

untuk keberhasilan hidupnya (Solberg, 2015).

Pendidikan abad 21 menuntut peserta didik untuk menyelesaikan masalah

melalui ilmu pengetahuan yang mereka peroleh serta memberi kesempatan

bagi peserta didik untuk dapat mengambil keputusan berdasarkan bukti yang

diperoleh dari proses ilmiah dalam menyelesaikan masalah. Fokus pada

keterampilan di abad 21 yaitu melakukan pembelajaran dari konsep

berdasarkan contoh-contoh penerapan dan pengalaman dalam kehidupan

nyata, memadukan pengetahuan, pengalaman dan keterampilan, dan

menggunakan alat ukur yang tepat dan efektif untuk menilai keterampilan

(Centeno & Sompong, 2012).

Gerbang awal pendidikan abad 21 yaitu dengan diterapkannya kurikulum

2013 di setiap instansi pendidikan dalam rangka mempersiapkan peserta didik

yang memiliki keterampilan hidup abad 21. Kemampuan berpikir kritis

sangat penting bagi dunia pendidikan di abad 21. Sekolah dan sistem sekolah

menuntut agar keterampilan berpikir kritis dimasukkan ke dalam kurikulum.

Sehingga guru hendaknya mengintegrasikan praktek berpikir kritis ke dalam

11

pelajaran dengan memberikan tes berpikir kritis (Numrich, 2010). Oleh

karena itu, untuk menunjang pembelajaran abad 21 maka diterapkannya

penggunaan kurikulum 2013 pada setiap pembelajaran di sekolah, dalam hal

ini khususnya pembelajaran fisika yang memasuki abad 21 juga mengubah

paradigma belajar dunia, yakni dari paradigma teaching menjadi learning.

Pada abad 21 ini, guru bukan lagi menjadi pusat belajar melainkan peserta

didiklah yang menjadi pusat belajar. Peranan guru dalam kurikulum 2013

diharapkan tidak hanya menjadi sumber belajar melainkan juga sebagai

fasilitator dalam seluruh kegiatan pembelajaran, sehingga dalam

pembelajaran abad 21 ini diharapkan siswa lebih aktif dengan cara

melibatkannya selama proses pembelajaran sehingga siswa dapat

mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, agar nantinya dapat

tercetak lulusan yang memiliki keterampilan mahir di bidangnya.

B. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah proses berpikir mendalam tentang suatu informasi

melalui kegiatan penyelidikan, explorasi, eksperimen dan lain-lain untuk

memperoleh kesimpulan yang akurat sehingga terjadi pengkonstruksian

pengetahuan secara bermakna (Helperida 2014). Selain itu, kemampuan

berpikir kritis bertujuan untuk mengatur diri dalam mengambil keputusan

dengan cara menginterpretasi, menganalisis, mengevaluasi, dan menarik

kesimpulan serta penjelasan untuk mempertimbangkan pendapat, fakta, dan

konsep yang mendasari suatu permasalahan (White et al, 2011). Kemampuan

berpikir kritis termasuk kedalam kemampuan berpikir tingkat tinggi yang

12

memungkinkan kita untuk memberikan alasan dalam menyelesaikan

permasalahan yang ada melalui pengetahuan dan pengalaman yang telah

dimiliki (Howard et al, 2014).

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis

merupakan kemampuan berpikir yang merangsang seseorang agar dapat

membuat keputusan dengan tepat dengan cara menganalisis, mengevaluasi,

dan selanjutnya menciptakan suatu ide, gagasan, serta konsep untuk

mengatasi permasalahan tersebut secara rasional. Berpikir kritis adalah cara

berpikir yang digunakan seseorang untuk mengevaluasi sesuatu permasalahan

dengan kerangka pikir yang logis dan rasional (menggunakan nalar) sehingga

dapat memberikan arahan dalam bertindak dan bekerja secara tepat dan

membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya

sehingga lebih akurat.

Oleh karena itu kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan oleh siswa,

karena berpikir kritis bertujuan agar siswa dapat memahami kenyataan secara

keseluruhan, memahami ide dasar yang dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari, sehingga siswa dapat lebih memahami setiap pemecahan masalah

yang diberikan dan akan mempermudah dalam mengerjakan atau

meyelesaikan suatu masalah yang diberikan.

Preferensi utama dari suatu sistem pendidikan di abad 21 ini yaitu dapat

mendidik peserta didik tentang bagaimana cara belajar dan berpikir kritis

terhadap perubahan dunia. Keterampilan berpikir kritis harus dimiliki setiap

individu dalam rangka menyelesaikan masalah, membuat keputusan, dan

13

menganalisis asumsi-asumsi. Penerapan berpikir kritis bagi setiap siswa yaitu

untuk belajar memecahkan masalah secara sistematis, inovatif, dan

mendesain solusi yang mendasar. Melalui keterampilan berpikir kritis siswa

dapat menganalisis apa yang mereka pikirkan, menyerap informasi diperoleh,

dan menyimpulkan.

Ennis (1985: 55-56) telah melakukan identifikasi lima kunci unsur berpikir

kritis yaitu praktis, reflektif, rasional, terpercaya, dan berupa tindakan.

Berdasarkan hal tersebut Ennis merumuskan definisi berpikir kritis sebagai

aktivitas berpikir secara reflektif dan rasional yang difokuskan pada penentuan

apa yang harus diyakini atau dilakukan. Selain itu, terdapat indikator-indikator

untuk mengukur kemampuan berpikir kritis seseorang. Indikator berpikir kritis

yang dikelompokkan dalam lima besar aktivitas yang terdiri dari 12 indikator

dengan 53 sub indikator dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Ennis

No Kelompok Indikator Sub Indikator1. Memberikan

penjelasansederhana

MemfokuskanPertanyaan

mengidentifikasi ataumerumuskan pertanyaan

mengidentifikasi ataumerumuskan kriteriauntukmempertimbangkankemungkinan jawaban

menjaga kondisi berpikirMenganalisisArgumen

mengidentifikasikesimpulan

mengidentifikasi kalimat-kalimat pertanyaan

mengidentifikasikalimat-kalimat bukanpertanyaan

mengidentifikasi danmenangani suatuketidaktepatan

14

No Kelompok Indikator Sub Indikator melihat struktur dari

suatu argumen membuat ringkasan

Bertanya danmenjawabpertanyaan

memberikan penjelasansederhana

menyebutkan contoh2. Membangun

keterampilandasar

Mempertimbangkanapakah sumberdapat dipercayaatau tidak

mempertimbangkankeahlian

mempertimbangkankemenarikan konflik

mempertimbangkankesesuaian sumber

mempertimbangkanpenggunaan proseduryang tepat

mempertimbangkanrisiko untuk reputasi

kemampuan untukmemberikan alasan

MengobservasidanMempertimbangkan laporanobservasi

melibatkan sedikitdugaan

menggunakan waktuyang singkat antaraobservasi dan laporan

melaporkan hasilobservasi

merekam hasil observasimenggunakan bukti-buktiyang benar

menggunakan akses yangbaik

menggunakan teknologimempertanggungjawabkan hasil observasi

3. Menyimpulkan Mendeduksi danmempertimbangkanhasil deduksi

siklus logika Euler mengkondisikan logika menyatakan tafsiran

Menginduksi danmempertimbangkan hasil induksi

mengemukakan hal yangumum

mengemukakankesimpulan dan hipotesis

mengemukakan hipotesis merancang eksperimen menarik kesimpulan

sesuai fakta menarik kesimpulan dari

hasil menyelidiki

15

No Kelompok Indikator Sub IndikatorMembuat danmenentukan hasilpertimbangan

membuat danmenentukan hasilpertimbanganberdasarkan latarbelakang fakta-fakta

membuat danmenentukan hasilpertimbanganberdasarkan akibat

membuat danmenentukan hasilpertimbanganberdasarkan penerapanfakta

membuat danmenentukan hasilpertimbangan

4. Memberikanpenjelasanlanjut

Mendefinisikanistilah danmempertimbangkansuatu definisi

membuat bentuk definisi strategi membuat definisi bertindak dengan

memberikan penjelasanlanjut

mengidentifikasi danmenanganiketidakbenaran yangdisengaja

membuat isi definisiMengidentifikasiasumsi-asumsi

penjelasan bukanpernyataan

mengkontruksi argumen5. Mengatur

strategi dantaktik

Menentukan suatuTindakan

mengungkap masalah memilih kriteria untuk

mempertimbangkansolusi yang mungkin

merumuskan solusialternatif menentukantindakan sementara

mengulang kembali mengamati penerapannya

Berinteraksidenganorang lain

menggunakan argumen menggunakan strategi

logika menggunakan strategi

retorika menunjukkan posisi,

orasi, atau tulisan(Ennis, 1985)

16

Keterampilan berpikir kritis menurut Nitko & Brookhart (2011: 234-236)

diidentifikasi menjadi lima kategori, yaitu: a) Klarifikasi dasar, b) dukungan

dasar, c) menyimpulkan, d) klarifikasi tingkat lanjut, e) strategi dan taktik.

Indikator yang digunakan Nikto & Brookhart dalam penelitian

pengembangan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2. Indikator Berpikir Kritis Nitko & Brookhart

Kategori Indikator Contoh indikator soal

Melakukanklarifikasi dasar

Fokus padapertanyaan

Disajikan sebuahmasalah/problem, aturan,kartun, atau eksperimendanhasilnya, peserta didikdapat menentukan masalah

utama kriteria yang digunakan

untuk mengevaluasikualitas

kebenaran argumenatau kesimpulan.

Menganalisisargumen

Disajikan deskripsi sebuahsituasi atau satu/duaargumentasi, peserta didikdapat: menyimpulkan

argumentasi secaracepat

memberikan alasanyang mendukungargumen yang disajikan

memberikan alasantidak mendukungargumen yangdisajikan.

Menilai dukungandasar

Menilaikredibilitassumber

Disajikan sebuah teksargumentasi, iklan, ataueksperimen daninterpretasinya, peserta

17

Kategori Indikator Contoh indikator soaldidik menentukan bagian

yang dapatdipertimbangan untukdapat dipercaya (atautidak dapat dipercaya),serta memberikanalasannya.

MembuatKesimpulan

MembuatKesimpulansecara deduktif

Disajikan sebuahpernyataan yangdiasumsikan kepadapeserta didik adalah benardan pilihannya terdiri dari:satu kesimpulan yangbenar dan logis dua ataulebih kesimpulan yangbenar dan logis, pesertadidik dapat membandingkan

kesimpulan yang sesuaidengan pernyataanyang disajikan ataukesimpulan yang harusdiikuti.

Membuatkesimpulan secarainduktif

Disajikan sebuahpernyataan, informasi/data,dan beberapakemungkinan kesimpulan,peserta didik dapat menentukan sebuah

kesimpulan yang tepatdan memberikanalasannya.

Melakukanklarifikasi tingkatlanjut

Menilai definisi Disajikan deskripsi sebuahsituasi, pernyataanmasalah, dan kemungkinanpenyelesaian masalahnya,peserta didik dapatmenentukan: solusi yang positif dan

negatif solusi mana yang

paling tepat untuk

18

Kategori Indikator Contoh indikator soalmemecahkan masalahyang disajikan, dandapat memberikanalasannya.

mendefinisikanasumsi

Disajikan sebuahargumentasi, beberapapilihan yang implisit didalam asumsi, pesertadidik dapat menentukan sebuah

pilihan yang tepatsesuai dengan asumsi.

Menerapkan strategidan taktik dalammenyelesaikanmasalah

Mengambilkeputusan dalamtindakan

Merumuskan alternatifsolusi

(Nikto & Brookhart, 2011: 234-236)

Berdasarkan referensi indikator keterampilan kemampuan berpikir kritis

seperti yang telah dipaparkan di atas, hasil dari perbandingan pendapat ahli

mengenai aspek-aspek yang menunjukkan keterampilan kemampuan berpikir

kritis, terdapat beberapa kesamaan indikator seperti tampak pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Analisis Indikator Berpikir kritis

Indikator Ennis (1985) Indikator Nikto & Brookhart (2011)

memfouskan pertanyaan fokus pada pertanyaan

menganalisis argumen menganalisis argumen

mempertimbangkan apakahsumber dapat dipercaya atautidak

menilai kredibilitas sumber

menginduksi danmempertimbangkan hasilinduksi

membuat kesimpulan secarainduktif

mengidentifikasi asumsi-asumsi

mengidentifikasi asumsi

menentukan tindakan mengambil keputusan dalamtindakan

19

Berdasarkan kesamaan indikator berpikir kritis dari pendapat ahli di atas,

maka peneliti menggunakan indikator tersebut dalam penelitian

pengembangan ini. Indikator tersebut dianggap dapat mewakili indikator

berpikir kritis yang ada, sebab indikator-indikator tersebut mudah digunakan

atau diterapkan dalam pembelajaran di kelas. Terlebih lagi, dengan

keterbatasan waktu yang dimiliki sehingga peneliti tidak memungkinkan

untuk mengembangkan semua indikator berpikir kritis yang ada, sehingga

peneliti hanya mereduksi beberapa indikator yang ada.

Indikator-indikator berpikir kritis yang memiliki kesamaan tersebut memiliki

makna yang sama atau dapat mewakili dari setiap indikator dari pendapat

ahli. Indikator berpikir kritis yang digunakan diadaptasi dari pendapat Ennis

(1985), sebab Ennis memaparkan keterampilan berpikir kritis lebih rinci dari

aktivitas, indikator dan sub indikator. Indikator berpikir kritis yang digunakan

dalam penelitian ini terdiri dari 5 kelompok, 6 indikator dengan 10 sub

indikator.

C. Prosedur Pengembangan Instrumen

Prosedur penelitian pengembangan merupakan cara yang dilakukan untuk

mengembangkan suatu produk dalam suatu penelitian. Terdapat banyak sekali

prosedur penelitian pengembangan yang dapat digunakan dalam melakukan

suatu penelitian. Prosedur penelitian yang digunakan hendaknya prosedur

penelitian yang sesuai dengan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan.

Berikut ini prosedur penelitian pengembangan menurut beberapa ahli dapat

dilihat pada Tabel 4.

20

Tabel 4. Tinjauan Beberapa Prosedur Pengembangan Instrumen

Referensi Teknik yang digunakanDavis (1989) Literature review

Pre-test interviews Index card sorting test Field survey

Goodhue (1998) Pre-test Interviews Field survey

Wang et al (2008) Literature review Field survey

Recker & Rosemann (2010) Literature review Own category test Ranking exercise Index card sorting test Pre-test Pilot test Field survey

Tiruneh et al (2017) Defining the Construct andFormulating Objectives

item format Item Construction Creating Scoring Guide

Expert Review

Student Cognitive Interviews andSmall-Scale Paper-PencilAdministration

Item Revision and AdministrationProsedur penelitianpengembangan yangdigunakan

Defining the Construct andFormulating Objectives

item format Item Construction Creating Scoring Guide Expert and readibility Review Item Revision and Administration

Berdasarkan dari beberapa jenis prosedur penelitian pengembangan yang

telah dipaparkan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam

mengembangkan suatu instrumen berpikir kritis adapun tahapan secara umum

yaitu melakukan kajian literatur, merancang instrumen, dan penelitian di

lapangan. Prosedur penelitian yang digagas oleh Tiruneh et al (2017) lebih

21

merincikan tahapan-tahapan dalam pengembangan suatu instrumen tes,

sehingga prosedur penelitian yang digunakan pada penelitian yaitu

menentukan konstruk dan merumuskan tujuan (defining the construct and

formulating objectives), menentukan format butir soal (item format),

menentukan konstruksi butir soal (item construction), menentukan pedoman

penilaian (creating scoring guide), uji ahli dan uji keterbacaan (expert and

readibility review), dan revisi butir soal (item revision and administration).

Terdapat sedikit perubahan pada tahapan pengembangan instrumen yaitu

pada tahap wawancara kognitif siswa dalam skala kecil diganti dengan uji

keterbacaan yang dilakukan oleh tiga orang siswa.

D. Kriteria Instrumen

Penilaian dilakukan untuk mengukur atau mengetahui karakteristik suatu

variabel tertentu dan ketercapaian suatu tujuan. Proses pegukuran perlu

dilakukan untuk mengetahui sesuatu yang hendak dinilai. Pengukuran

memerlukan suatu instrumen sebagai alat yang digunakan untuk mengukur.

Instrumen adalah alat yang digunakan seseorang untuk mempermudah proses

penilaian atau evaluasi. Jadi, untuk mengumpulkan informasi, dan

mengetahui sejauh mana ketercapaian suatu tujuan maka perlu dilakukan

evaluasi atau penilaian dengan menggunakan instrumen penilaian yang tepat.

Sebelum melakukan tes, hendaknya harus mengetahui karakteristik instrumen

tes yang baik. Instrumen tes yang baik adalah instrumen yang valid dan dapat

diandalkan. Indikator kunci kualitas alat ukur terletak pada validitas dan

reliabilitasnya (Kimberlin & Winterstein, 2008; Nevin et al, 2015). Selain itu,

22

Scholtes et al (2010) menyatakan bahwa untuk menentukan apakah suatu

instrumen memiliki kualitas tinggi, sifat pengukuran seperti reliabilitas dan

validitas perlu dinilai, menggunakan standar kriteria.

Menurut Azwar (2011:2) keriteria alat ukur yang baik antara lain valid,

reliabel, standar, ekonomis, dan praktis. Selain itu, Covacevich (2014)

menyatakan bahwa dua elemen utama yang menentukan kualitas suatu

instrumen adalah validitas dan reliabilitasnya. Setyosari (2013:207)

menyatakan bahwa dalam membuat instrumen penelitian pengembangan,

validitas dan reliabilitas merupakan dua hal yang harus benar-benar

diperhatikan.

Instrumen memiliki peranan yang sangat penting. Mutu suatu penelitian dapat

diketahui melalui suatu instrumen. Validitas dan reliabilitas merupakan syarat

utama instrumen tes yang baik, selain itu dalam penelaahan butir soal secara

kuantitatif terdapat tiga penelaahan butir soal yang didasarkan pada data

empirik dari butir soal yang bersangkutan, yaitu tingkat kesukaran, daya

pembeda, dan analisis distraktor/pengecoh. Data empirik ini diperoleh dari

soal yang telah diujikan. Artinya, jika instrumen tes telah memenuhi syarat

valid dan reliabel maka dari hasil data yang diperoleh dapat ditentukan

tingkat kesukaran dan daya beda butir soal.

Jadi instrumen yang dibuat dengan keriteria yang baik, maka mutu penelitian

juga akan baik. Suatu instrumen penilaian dikatakan mempunyai kualitas

yang baik, dalam arti valid dan reliabel serta memiliki tingkat kesukaran,

daya pembeda dan distraktor/pengecoh yang baik, maka data yang diperoleh

23

akan sesuai dengan fakta atau keadaan sesungguhnya di lapangan. Melalui

validitas baik berarti perangkat tes sudah mencerminkan secara keseluruhan

kemampuan atau sesuatu yang hendak diukur.

Sementara itu, instrumen yang memiliki reliabilitas yang baik menunjukkan

bahwa hasil pengukuran akan sama informasinya, walaupun penguji berbeda,

korektornya berbeda atau butir soal yang berbeda tetapi memiliki

karakteristik yang sama. Oleh karena itu, kriteria suatu instrumen yang dapat

berguna dan dapat diandalkan ialah instrumen yang memiliki validitas dan

reliabilitas baik, selain itu tingkat kesukaran, daya beda, dan pengecoh juga

dapat diketahui dari hasil uji coba yang dilakukan untuk menentukkan

validitas dan relibilitas butir soal.

1. Validitas

Validitas berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur

dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas didefinisikan sebagai sejauh

mana skor yang diperoleh pada instrumen penilaian mewakili

pengetahuan sesungguhnya (Cook & Beckman, 2006). Validitas

didefinisikan sebagai suatu ukuran sejauh mana suatu instrumen dapat

mengukur apa yang hendak diukur (Kimberlin & Winterstein, 2008).

Tes yang valid adalah tes yang dapat mengukur ukuran yang seharusnya

diukur (Alrubaie & Daniel, 2014). Validitas adalah karakteristik yang

paling menonjol dari alat ukur yang efektif (Purya & Nazila, 2011). Jadi,

validitas menunjukkan kebenaran dari hasil pengukuran suatu alat ukur.

24

Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat mengukur apa

yang hendak diukur. Validitas berkaitan erat dengan penilaian program,

karena diperlukan untuk menentukan program yang akan dinilai dan

konteks di mana akan diimplementasikan (Covacevich, 2014). Dengan

kata lain, validitas merupakan suatu konsep yang berkaiatan dengan

sejauh mana tes dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu tes

atau instrumen pengukuran dikatakan memiliki validitas yang tinggi

apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil

ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.

Maksudnya, hasil dari pengukuran mencerminkan secara tepat fakta atau

keadaan sesungguhnya dari apa yang hendak diukur.

Menurut Gronlund (1976: 81-97) validitas dapat dibedakan menjadi

a. Validitas isi (content validity)

Validitas content adalah validitas yang diperoleh setelah dilakukan

penganalisisan, penelusuran atau pengujian terhadap isi yang

terkandung dalam tes hasil belajar tersebut. Isinya yang terkandung

telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan

materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diujikan atau dites.

Salah satu cara untuk meliihat validitas isi yaitu degan melihat

soal-soal yang membentuk tes, dengan melakukan telaah kisi-kisi.

Jika keseluruhan soal dapat mengukur apa yang hendak diukur,

maka validitas isi sudah terpenuhi. Oleh karena itu, validitas isi

suatu tes tidak mempunyai besaran tertentu yang dihitung secara

25

statistika, tetapi dipahami bahwa tes tersebut sudah valid

berdasarkan telaah kisi-kisi.

b. Validitas konstruk (construct validity)

Validitas konstruk adalah sesuatu yang berhubungan dengan

fenomena dan objek yang abstrak, tetapi gejalanya dapat diamati

dan diukur. Secara terminologis, suatu tes hasil belajar dapat

dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki validitas konstruksi,

apabila tes hasil belajar tersebut ditinjau dari susunan, kerangka

atau rekaannya telah dapat secara tepat mencerminkan suatu

konstruksi, yang dimaksud dengan susunan atau konstruk dalam

validitas konstruk adalah apabila instrumen tes (butir-butir soal tes)

atau item yang membangun tes tersebut telah dapat secara tepat

mengukur aspek-aspek berpikir (seperti aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor) sebagaimana yang telah ditentukan pada tujuan

instruksional khusus.

Validitas konstruk dilakukan secara rasional, dengan berpikir kritis

atau menggunakan logika. Jika secara logis atau secara rasional

hasil penganalisisan itu menunjukkan bahwa aspek-aspek berpikir

yang diungkap melalui butir-butir soal tes sudah secara tepat

mencerminkan aspek-aspek berpikir sesuai dengan tujuan

instruksional, maka tes hasil belajar tersebut dapat dinyatakan

sebagai hasil belajar yang memiliki validitas konstruk.

26

c. Validitas empiris atau validitas kriteria yang berarti bahwa validitas

ditentukan berdasarkan kriteria, baik kriteria internal maupun

kriteria eksternal. Validitas internal menunjukkan seberapa jauh

hasil ukur butir tersebut konsisten dengan hasil ukur instrumen

secara keseluruhan. Oleh karena itu, validitas butir tercermin pada

besaran koefisien korelasi antara skor butir dan skor total

instrumen. Jika koefisien korelasi antara skor butir dengan skor

total instrumen menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan,

maka butir tersebut dapat dianggap valid berdasarkan ukuran

validitas internal.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah ukuran yang menujukkan keandalan alat ukur sejauh

mana alat ukur secara konsisten mengukur apa yang hendak diukur

(Nevin et al, 2015). Tes yang reliabel adalah tes yang selalu

menunjukkan hasil yang sama jika diterapkan pada sampel yang sama

dengan kondisi yang sama di waktu yang berbeda

(Alrubaie & Daniel, 2014). Reliabilitas mengacu pada konsistensi

pengukuran yaitu bagaimana skor tes atau hasil penilaian yang lain tetap

(tidak berubah, sama) dari satu pengukuran ke pengukuran yang lain

(Cronbach & Shavelson, 2004). Reliabel berarti ajeg atau konsisten dan

dapat dipercaya. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang tetap

konsisten dan stabil dari waktu ke waktu, dimana instrumen tersebut

memiliki kehandalan sebagai alat ukur.

27

Jadi, reliabilitas diartikan dengan keajekan (konsistensi) dari suatu

instrumen dimana jika instrumen tersebut diuji berkali-kali hasilnya

relatif sama, artinya hasil dari tes yang diperoleh selalu signifikan atau

mendekati sama. Signifikannya suatu tes ditunjukkan dengan koefesien

reliabilitas yang bergerak dari 0 sampai dengan 1. Koefesien semakin

mendekati 1 maka semakin reliabel dan jika koefisien reliabilitasnya

mendekati nol, instrumen tersebut tidak reliabel.

30

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research

and Development) instrumen yang diadaptasi dari metode penelitian

Tiruneh et al (2017). Tujuan metode penelitian pengembangan ini digunakan

untuk menghasilkan produk yang berupa instrumen tes yang dapat mengukur

kemampuan berpikir kritis siswa serta untuk menguji validitas dan reliabilitas

instrumen tes yang dikembangkan. Setelah revisi dan uji ahli dan uji

keterbacaan, kemudian instrumen tes diujicobakan dalam kelas kecil untuk

melihat validitas dan reliabilitasnya. Kajian materi yang dikembangkan yaitu

materi kelistrikan (listrik statis dan listrik dinamis) fisika SMA yang

dilaksanakan di kelas XII IPA SMA Al Kautsar Bandar Lampung.

B. Prosedur Penelitian Pengembangan

Penelitian pengembangan instrumen tes berpikir kritis ini menggunakan

prosedur penelitian dan pengembangan instrumen tes yang diadaptasi dari

metode penelitian yang dilakukan oleh Tiruneh et al (2017) dengan sedikit

modifikasi, secara rinci tahapan-tahapan pengembangan instrumen dijabarkan

sebagai berikut:

31

1. Menentukan konstruk dan merumuskan tujuan (Defining the construct

and formulating objectives).

Tahap awal dalam mengembangkan instrumen tes berpikir kritis pada

materi kelistrikan adalah menentukan indikator keterampilan kemampuan

berpikir kritis yang akan digunakan sebagai acuan atau dasar dalam

merancang atau membuat item atau butir soal tes yang disesuaikan

dengan tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini yaitu mengembangkan

soal tes berpikir kritis yang mencerminkan indikator berpikir kritis yang

sudah ada sehingga dapat mengukur kemampuan berpikir kritis siswa.

Hasil dari referensi indikator kemampuan berpikir kritis pendapat be-

berapa ahli yang menjadi sasaran dalam menilai aspek-aspek yang

menunjukkan keterampilan kemampuan berpikir kritis sebagaimana

dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Indikator Berpikir Kritis yang digunakan pada Penelitian

No Kelompok Indikator Sub Indikator1. Memberikan

penjelasansederhana

MemfokuskanPertanyaan

mengidentifikasiataumerumuskanpertanyaan

mengidentifikasiatau merumuskankriteria untukmempertimbangkan kemungkinanjawaban

mengidentifikasikesimpulan

Menganalisis ar-gumen

mengidentifikasidan menanganisuatu ketidakte-patan

2. Membangunketerampilandasar

Mempertim-bangkan apakahsumber dapat di-percaya atau tidak

kemampuan untukmemberikan alasan

32

No Kelompok Indikator Sub Indikator

3. Menyimpulkan

Menginduksi danMempertim-bangkan hasilinduksi

mengemukakaanhipotesis

menarikkesimpulan sesuaifakta

4. Memberikanpenjelasan lanjut

Mengidentifi-kasi asumsi-asumsi

mengkontruksiargumen

5. Mengaturstrategi atau tak-tik

Menentukan suatutindakan

memilih kriteriauntuk mempertim-bangkan solusiyang mungkin

merumuskan solusialteratif

Setelah menentukan indikator yang akan digunakan untuk

mengembangkan instrumen tes berpikir kritis, selanjutnya merinci

sebaran sub-sub materi untuk mewakili pada setiap butir soal yang

dikembangkan. Materi-materi yang akan dikembangkan dalam soal harus

sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

2. Menentukan format butir soal (Item format).

Format butir soal yang dapat diterapkan dalam instrumen tes diantaranya

berupa pilihan ganda (multiple choice), essay, pilihan benar salah, dan

lain sebagainya. Pada penelitian ini, format butir soal yang digunakan

adalah pilihan ganda dengan opsi pilihan jawaban (a, b, c, d, dan e). Hal

ini sesuai dengan deskripsi mengenai jenis format butir soal instrumen

berpikir kritis yang sudah ada dan telah digunakan dalam penelitian

terdahulu sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 6.

33

Tabel 6. Deskripsi Pengembangan Instrumen Berpikir Kritis

CT instrument Targeted CT components Item format

CCTSTAnalysis, evaluation, inference,deduction, induction, and overallreasoning skills

Multiple choice

CCTT level Z

Induction, deduction, credibility,prediction and experimentalplanning, fallacies, andassumption identification

Multiple choice

Ennis-Weir CTessay test

Getting the point, identifyingreasons and assumptions, statingone’s point of view, offering goodreasons, seeing other possibilities,and responding appropriately toand/or avoiding argumentweaknesses

Essay- openended

HCTA

Verbal reasoning, argumentanalysis,hypothesis testing,likelihood/uncertaintyanalysis, and problem-solving anddecision-making

Both forced-choice andconstructed-response

Watson-GlaserCriticalThinkingAppraisal

Inference, recognition ofassumptions,deduction, interpretation, andevaluationof arguments

Multiple choice

(Tiruneh et al, 2017)

Berdasarkan Tabel 6. dapat disimpulkan bahwa, format butir soal pilihan

ganda telah digunakan dalam mengembangkan instrumen tes berpikir

kritis sehingga pada penelitian ini menggunakan format butir soal pilihan

ganda untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa. Selain itu, An-

derson & Krathwohl (2010: 121-133) yang menyatakan bahwa jenis

instrumen tes yang digunakan untuk mengukur HOTS siswa ialah pilihan

ganda, jawaban singkat, atau uraian. Kemampuan berpikir kritis merupa-

kan bagian dari berpikir tingkat tinggi, sehingga jenis instrumen yang

34

digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi akan

sesuai jika digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis.

3. Menentukan konstruksi butir soal (Item construction).

Konstruksi butir soal dari instrumen tes berpikir kritis yang

dikembangkan harus sesuai dan mencerminkan keterampilan kemampuan

berpikir kritis, sehingga dalam menyusun butir soal harus sesuai dengan

indikator-indikator kemampuan berpikir kritis yang telah ditetapkan

dengan sebaran materi tiap butir soal dapat mewakili secara keseluruhan

materi yang dipelajari oleh siswa, pada penelitian ini materi yang

dikembangkan adalah materi kelistrikan (listrik statis dan listrik dinamis).

Bahasa yang digunakan dalam butir soal harus jelas dan mudah dipahami

dan tidak mengandung multitafsir. Konstruksi butir soal yang

dikembangkan tidak mengarahkan pada jawaban yang benar, panjang

opsi jawaban relatif sama serta terdapat pengecoh yang berfungsi dengan

baik. Pada intinya, konstruksi butir soal yang dikembangkan harus dapat

mencerminkan kemampuan berpikir kritis siswa.

4. Menentukan pedoman penilaian (Creating scoring guide).

Pedoman penilaian harus disesuaikan dengan tiap butir soal yang telah

dibuat. Pedoman penilaian ini digunakan untuk menentukan dan

mengetahui pencapaian keterampilan kemampuan berpikir kritis siswa.

Pada penelitian ini, instrumen tes yang dikembangkan berupa instrumen

tes pilihan ganda sebanyak 40 butir soal yang nantinya akan diujikan

kepada siswa. Skor total dari setiap siswa diperoleh dengan

35

menjumlahkan skor setiap nomor soal siswa dimana jawaban benar

bernilai satu dan salah bernilai nol. Skor yang diperoleh kemudian

diolah menjadi nilai. Nilai yang diperoleh tiap siswa kemudian akan

dikategorikan ke dalam nilai kemampuan berpikir kritis yang disajikan

pada Tabel 7.

Tabel 7. Kategori Berpikir Kritis Hasil Belajar Siswa

Nilai Kategori80,1-100 Sangat tinggi60,1-80 Tinggi40,1-60 Sedang20,1-40 Rendah0,0-20 Sangat rendah

(Arikunto, 2010: 245)

Tabel 6. digunakan untuk menentukan hasil tes kognitif siswa dalam

menggunakan instrumen berpikir kritis. Berdasarkan kriteria nilai pada

tabel tersebut, dengan pencapaian hasil nilai kognitif siswa, maka dapat

terlihat dan terukur siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis dari

rentang sangat tinggi hingga sangat rendah, sehingga tujuan dari

pengembangan instrumen berpikir kritis ini dapat tercapai.

5. Uji ahli dan uji keterbacaan (Expert review and readibility review).

Pada tahap ini dilakukan uji kevalidan hasil rancangan instrumen tes

melalui uji ahli terhadap aspek konten materi, konstruksi, dan bahasa

oleh tiga orang dosen Pendidikan Fisika Universitas Lampung yang ahli

dibidang pengembangan instrumen dan ahli materi kelistrikan. Kemudian

uji keterbacaan dilakukan oleh 3 orang siswa SMA yang telah

mempelajari materi kelistrikan (listrik statis dan listrik dinamis).

36

Soal tes yang valid atau layak digunakan berdasarkan penilaian tiga

validator dari aspek konten materi, kontruksi, dan bahasa serta dari hasil

uji keterbacaan kemudian diujicobakan kepada 70 siswa kelas XII IPA

SMA Al Kautsar Bandar Lampung. Data yang diperoleh untuk uji

validasi dari validator berupa data kuantitatif. Data tersebut

menggunakan skor skala likert yaitu 1,2 3, 4, dan 5. Skor total hasil vali-

dator dibagi dengan skor yang diharapkan secara matematis dapat dilihat

pada rumus berikut̅ = ∑(Sudjana, 2012)

Perolehan hasil validasi instrumen tes selanjutnya dikategorikan sesuai

dengan kriteria hasil evaluasi pada Tabel 8.

Tabel 8. Kriteria Validitas Instrumen Uji Ahli

Nilai rata-rata Kriteria25.00-40.00 Tidak valid (tidak boleh digunakan)41.00-55.00 Kurang valid (tidak boleh digunakan)56.00-70.00 Cukup valid (boleh digunakan setelah direvi-

si besar)71.00-85.00 Valid (boleh digunakan dengan revisi kecil86.00-100.00 Sangat valid (sangat baik untuk digunakan)

(Akbar, 2013)

6. Revisi butir soal (Item revision and administration).

Berdasarkan hasil uji ahli (uji validitas dan reliabilitas) maka butir-butir

soal-soal yang kurang baik akan direvisi kembali dan soal-soal yang

tidak layak akan digantikan degan soal yang baru. Setelah diperoleh

37

instrumen tes dari revisi dan uji ahli, kemudian instrumen diuji

keterbacaannya kepada 5 orang siswa SMA. Instrumen tes yang telah

dinyatakan valid dan layak digunakan untuk mengukur kemampuan

berpikir kritis siswa kemudian diujicobakan dalam kelas kecil untuk

melihat validitas dan reliabilitasnya. Validitas dan reliabilitas instrumen

tes berpikir kritis ini dicari menggunakan program SPSS 21.0 dengan

menggunakan korelasi product moment dan Alpha Cronbach’s.

C. Metode Pengumpulan Data

a. Metode Wawancara

Metode wawancara digunakan pada tahap studi pendahuluan.

Wawancara berfungsi sebagai alat pengumpul data yang dilakukan secara

sistematis untuk mendapatkan informasi mengenai variabel-variabel yang

diselidiki. Sebelum melakukan wawancara dilakukan penyusunan

pedoman wawancara yang menjadi acuan kegiatan wawancara.

Wawancara ditujukan kepada salah satu guru fisika kelas XII

SMA Al Kautsar Bandar Lampung.

Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data kebutuhan guru

mengenai pembelajaran pada materi kelistrikan (listrik statis dan listrik

dinamis), penilaian kemampuan berpikir kritis siswa pada materi

kelistrikan (listrik statis dan listrik dinamis) fisika SMA, serta kendala

yang dialami selama proses pembelajaran, sehingga hasil dari wawancara

38

tersebut dapat dijadikan sebagai analisis kebutuhan dari masalah yang

hendak diteliti dalam penelitian.

b. Metode Angket

Metode angket digunakan pada tahap studi pendahuluan. Pada tahap

studi pendahuluan, angket digunakan untuk mengumpulkan data

kebutuhan siswa mengenai presepsi siswa terhadap pembelajaran fisika,

pengalaman siswa dalam pembelajaran fisika materi kelistrikan

(listrik satatis dan listrik dinamis), dan kebutuhan instrumen berpikir

kritis siswa, sehingga peneliti dapat mengambil keputusan mengenai

penelitian yang dilakukan.

D. Teknik Analisis Data

a. Uji Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kesahihan atau kecermatan suatu alat ukur atau instrumen dalam

melakukan fungsi ukurnya. Instrumen yang valid mempunyai validitas

tinggi, artinya instrumen tersebut dapat mengukur apa yang hendak

diukur. Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi

product moment yang dikemukakan oleh Pearson, yaitu:

rxy =∑ —(∑ ) (∑ ){ ∑ } { ∑ –(∑ )}

39

Keterangan:

rXY = Koefisien korelasi yang menyatakan validitasX = Skor butir soalY = Skor totalN = Jumlah sampel

(Arikunto, 2010: 213)

Korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen

tersebut dinyatakan valid, sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor

total kurang dari 0,3 instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.

Nilai rhitung > rtabel dengan α= 0,05 maka koefisien korelasi tersebut

signifikan.

Analisis faktor dilakukan dengan cara mengkorelasikan jumlah skor

faktor dengan skor total. Korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya

0,3 ke atas, faktor tersebut merupakan konstruk yang kuat

(Sugiyono, 2015: 126). Berdasarkan pemaparan tersebut, jika korelasi

antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut

dinyatakan valid. Sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total

kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Nilai

rhitung > rtabel maka koefisien korelasi tersebut signifikan. Pengujian

validitas pada penelitian ini dilakukan menggunakan program SPSS 21.0

dengan kriteria uji bila correlated item-total correlation lebih besar

dibandingkan dengan 0,3 maka data tersebut valid.

40

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas mengacu pada konsistensi pengukuran, yaitu instrumen yang

reliabel adalah instrumen yang tetap konsisten dan stabil dari waktu ke

waktu, dimana instrumen tersebut memiliki kehandalan sebagai alat ukur.

Raliabilitas juga menunjukkan pengertian bahwa suatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrumen tersebut sudah tepat dan sesuai. Jika data yang diperoleh telah

benar dan sesuai dengan kenyataan, meskipun berulang kali dilakukan

pengukuran maka hasil yang diperoleh juga akan tetap sama. Harga

reliabilitas instrumen pada penelitian ini, dapat dihitung dengan

menggunakan rumus alpha yaitu:

r1=( ) (1 –∑

)

Keterangan:

r1 = Reliabilitas tes secara keseluruhan soal pilihan gandap = Proporsi subjek menjawab butir soal dengan benarq = Proporsi subjek menjawab butir soal dengan salah (q = 1-p)∑ = Jumlah hasil perkalian antara p dan qn = banyaknya butir soals = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

(Arikunto, 2013: 115)

Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data yang sesuai

dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji

reliabilitas dengan menggunakan program SPSS 21.0 dengan metode

Alpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala alpha cronbach’s dari

nol hingga 1. Ukuran kemantap-an alpha dijabarkan pada Tabel 9.

41

Tabel 9. Interpretasi Ukuran Kemantapan Nilai Alpha

Nilai Alpha Cronbach’s Keteranganα ≤ 0,5 Tidak reliabel

0,5 ≤ α ≤ 0,6 Reliabilitas rendah0,6 ≤ α ≤ 0,7 Cukup reliabel0,7 ≤ α ≤ 0,8 Reliabel

α ≥ 0,8 Reliabilitas tinggi

(Sumintono & Widhiarso, 2014)

Setelah diperoleh bahwa instrumen valid dan reliabel, kemudian

instrumen diujikan secara terbatas, skor total dari setiap siswa diperoleh

dengan menjumlahkan skor setiap nomor soal siswa kemudian nilai yang

diperoleh diinterpretasikan sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir

kritis siswa.

c. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran merupakan taraf kesukaran dari suatu soal. Butir soal

dalam suatu instrumen tes memiliki tingkat kesulitan mudah, sedang, dan

sukar. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau

kemampuan siswa dalam menjawabnya, bukan dilihat dari segi analisis

pembuat soal. Tingkat kesukaran soal merupakan proporsi jawaban benar

terhadap jumlah peserta tes, sehingga semakin banyak peserta yang

menjawab benar berarti soal semakin mudah. Sebaliknya makin sedikit

peserta uji tes yang menjawab dengan benar butir soal, maka makin sulit

soal tersebut.

42

Angka indeks kesukaran butir soal dapat diperoleh dengan rumus berikut:= ∑Keterangan:P = Angka indeks kesukaran itemB = jumlah jawaban benarN = Jumlah peserta tes

(Nitko & Brookhart, 2011: 288)

Data yang diperoleh dari hasil uji coba responden diolah dan dianalisis

menggunakan program SPSS 21.0 kemudian hasil tersebut dikategorikan

terhadap nilai indeks kesukaran soal seperti tampak pada Tabel 10.

Tabel 10. Indeks Kesukaran Butir Soal

Indeks Kesukaran InterpretasiP ≤ 0,30 Sukar

0,31 ≤ P ≤ 0,70 Cukup (sedang)P ≥ 0,71 Mudah

(Thorndike & Hagen, 1977)

d. Daya Beda

Daya beda merupakan kemampuan butir soal untuk membedakan antara

kelompok atas dan kelompok bawah. Tes dikatakan tidak memiliki daya

pembeda apabila tes tersebut, jika diujikan kepada kelompok atas,

hasilnya rendah tetapi bila diberikan kepada kelompok bawah hasilnya

lebih tinggi, atau bila diberikan kepada kedua kategori siswa tersebut

hasilnya sama. Tes yang tidak memiliki daya pembeda, tidak akan

menghasilkan gambaran hasil yang sesuai dengan kemampuan siswa

yang sebenarnya. Indeks daya beda dapat dihitung dengan menggunakan

rumus berikut

43

=Keterangan:

= koefisien biserial= rata-rata skor pada butir ke-i= rata-rata skor total= standar deviasi skor total= probabilitas jawaban benar= probabilitas jawaban salah (1- )

(Allen & Yen, 1979)

Data yang diperoleh dari hasil uji coba responden diolah dan dianalisis

menggunakan program SPSS 21.0 kemudian hasil tersebut dikategorikan

terhadap nilai indeks daya beda seperti tampak pada Tabel 11.

Tabel 11. Indeks Daya Beda Butir Soal

Indeks Kesukaran Interpretasi0,00-0,19 Buruk0,20-0,39 Cukup0,40-0,69 Baik0,70-1,00 Baik sekaliNegatif Tidak baik

(Arikunto, 1999: 213)

65

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Hasil analisis data uji coba diperoleh bahwa koefisien korelasi Pearson

semua item instrumen valid, sementara itu nilai alpha cronbach dari

instrumen yang dikembangkan adalah 0,907 termasuk ke dalam

instrumen yang memiliki reliabilitas tinggi .

2. Instrumen tes berpikir kritis yang dikembangkan telah memenuhi standar

kelayakan instrumen yaitu valid dan reliabel. Dengan demikian

instrumen tes berpikir kritis pada materi kelistrikan dapat digunakan

sebagai alternatif untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa.

B. Saran

Saran dari penelitian pengembangan ini sebagai berikut:

1. Bagi guru, diharapkan guru dapat mengembangkan instrumen tes berpikir

kritis berdasarkan indikator berpikir kritis pada setiap materi fisika.

Dengan demikian, guru dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Bagi sekolah, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu dasar

untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis siswa sehingga

pihak sekolah dapat memfasilitasi guru untuk mengembangkan instrumen

tes berpikir kritis.

66

3. Bagi peneliti lain, diharapkan peneliti berikutnya dapat melakukan

penelitian mengenai pengembangan instrumen tes berpikir kritis pada

materi fisika lainnya.

67

DAFTAR PUSTAKA

Abed, S., Davoudi, A. M. H., & Hoseinzadeh, D. 2015. The effect of synecticspattern on increasing the level of problem solving and critical thinking skillsin students of alborz province. WALIA Journal, 31(1), 110-118.

Abosalem, Yousef. 2016. Assessment Techniques and Students Higher-OrderThinking Skills. International Journal of Secondary Education, 4 (1): 1-11. http://www.sciencepublishinggroup.com/j/ijsedu.

Akbar, Sa’dun. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: RemajaRosdakarya.

Alexandro, I., Suana, W., & Maharta, N. 2017. Pengembangan Perangkat BlendedLearning Berbasis Learning Management System (LMS) dengan ModelInkuiri pada Materi Listrik Statis. Prosiding Seminar Nasional PendidikanFKIP Untirta 2017.

Allen, M. J. & Yen, W. M. 1979. Introduction to Measurement Theory.Monterey: Books/Cole Publishing Company.

Alrubaie, F & Daniel, E.G.S. 2014. Developing a Creative Thinking Test for IraqiPhysics Students. International Journal of Mathematics and PhysicalSciences. 2(1): 80-84.

Amalia S N. 2012. Pengembangan Soal Esai Berpikir Kritis dan Profil Pencapaianya diSMA Negeri Kota Bandung Pada Tema Sistem Organ. A Thesis (School ofPostgraduate Studies UPI Bandung: Unpublished)

Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. 2010. Kerangka Landasan untukPembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen (Revisi Taksonomi Bloom).Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto, S. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Rineka Cipta.Jakarta

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi.Jakarta: Rineka Cipta

68

Arikunto, S. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Azwar, S. 2011. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Black, S. (2005). Teaching Students to Think Critically. The Education Digest,70(6), 42-47.

Bektiarso, S. 2000. Pentingnya Konsepsi Awal dalam Pembelaqjaran Fisika.Jurnal Saintifika. 1(1) : 11-20.

Benjamin, R., Klein, S., Steedle, J., Zahneer, D., Elliot, S., & Patterson, J. 2016.The Case for Critical-Thinking Skills and Performance Assessment. Councilfor Aid to Education

Butler, H., A. 2012. Critical Thinking Assessment predicts real-world outcomesof critical thinking. Applied Cognitive Psychology, 25(5), 721–729.

Centeno, E. G. & Sompong, N. 2012. Technology and Learning Styles in the GEClassroom: Towards Developing Blended Learning Systems for the 21 thCentury Learner. British Journal of Arts and Social Sciences, 9: 240-256.

Chartrand, J. 2010. My thinking styles: Development report [Measurementinstrument]. San Antonio, TX: Pearson Education. Retrieved fromhttp://www.thinkwatson.com/mythinkingstyles

Choy, S.C. & Pou, S.O. 2012. Reflective Thinking And Teaching Practices: APrecursor For Incorporating Critical Thinking Into The Classroom?.International Journal of Instruction, (Online), 5 (1): 167-182,(http://files.eric.ed.gov/fulltext/ED529110.pdf), diakses 3 Maret 2018

Cook, D. A., & Beckman, T. J. (2006). Current concepts in validity and reliabilityfor psychometric instruments: Theory and application. The AmericanJournal of Medicine, 119 (2).

Covacevich, C. 2014. How to select an instrument for assessing student learning.Inter-American Development Bank. IDB-TN-738. http://www.iadb.org.

Cronbach, L.J., & Shavelson, R.J. 2004. My Current Thoughts on CoefficientAlpha and Successor Procedures. Educational and PsychologicalMeasurement. 2004 64: 391. DOI: 10.1177/0013164404266386.

Davis, F. D.1989. Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and UserAcceptance of Information Technology. MIS Quarterly, (13:3): 319-340.

Duran, M. & Sendag, S. 2012. A Preliminory Investigation into Critical ThingkingSkills of Urban High School Students: Role of an IT/STEM Program.Scientific Research Creative Education. 3(2), 241-250.

69

Duron, R., Limbach, B., & Waugh, W. 2006. Critical Thinking Framework forAny Discipline. International Journal of Teaching and Learning in HigherEducation, 17(2), 160-166.

Ekici, E. 2016. “Why Do I Slog Through the Physics?” Understanding HighSchool Students’ Difficulties in Learning Physics. Journal of Education andPractice. Vol.7, No.7, 2016. ISSN 2222-1735 (Paper) ISSN 2222-288X(Online).

Ennis, R. H. & Weir, E. 1985. The Ennis Weir Critical Thinking Essay Test,Pacific Grove, CA : Midwest Publication, I.

Erinosho, S. Y. 2013. How Do Students Perceive the Difficulty of Physics inSecondary School? An Exploratory Study in Nigeria. International Journalfor Cross-Disciplinary Subjects in Education (IJCDSE), Special IssueVolume 3 Issue 3, 2013.

Gelerstein, D., Rio, R. D., Nussbaum, M., Chiuminatto, P., & Lopez, X. 2016.Designing and implementing a test for measuring critical thinking inprimary school. Science Direct, Thinking Skill and Creative 20 40-49.Available http://www.elsevier.com/locate/tsc.

Giancoli, D.C. 2014. Physics Principles with Applications. United States ofAmerica: Pearson Education, Inc.

Goodhue, D. L. 1998. Development And Measurement Validity Of A Task-Technology Fit Instrument For User Evaluations Of Information Systems.Decision Sciences, (29:1): 105139.

Greenstein, L. 2012. Assessing 21st Century Skills. United State of America:Corwin a Sage Company.

Griffith, W.T., & Brosing, J.W. 2009. The Physics of Everyday Phenomena: AConceptual Introduction to Physics, Sixth Edition. New York: Mc Graw-Hill Companies.

Gronlud, Norman E. 1976. Measurement and Evaluation in Teaching. Fourthedition, New York: Macmillan.

Gronlund, N.E. 1982. Constructing Achievement Test: Third edition. USA:Prentice Hall, Inc.

Gumus, S. S., Gelen, S., & Keskin, A. 2013. Value acquisition, critical thinkingskills and the performance of 6th grade students. Education, 41(3), 254-264.

Haliday, Resnick, D., & Walker, J. 1999. Fundamentals Of Physics Extended withModern Physics. New York: Jhon Willey & Sons, Inc.

70

Hazeli, S. & Rezaii, F. 2013. The Effect of Teaching Critical Thingking onEducational Achievement and Test Anxiety among Junior High SchoolStudents in saveh. Department of Physicology, Saveh Branch Islamic AzadUnivercity, Saveh, Iran. European Online Journal of Natural SocialSciences 2013, 2(2), 168-175 Special Issue on Teaching and learning.

Helperida, T. Keterampilan Berpikir Kritis. 2012. [Online] diakses dihttp://kekeislearning.blogspot.com pada tanggal 13 Maret 2017

Howard, L. W., Tang, T., & Austin, M. J. 2014. Teaching critical thinking skills:Ability, motivation, intervention, and the Pygmalion effect. Journal ofBusiness Ethics, 128, 133147.

Ikuonobe, P.2001. Teaching and assessing critical thinking abilities as outcomesin an informal logic course. Teaching In Higher Education, 6(1), 19-32.

Kealey, B. T., Holland, J., & Watson, M. 2005. Preliminary evidence on theassociation between critical thinking and performance in principles ofaccounting. Issues in Accounting Education, 20(1), 33-49.

Kimberlin, C. L., & Winterstein, A. G.2008. Validity and reliability ofmeasurement instruments used in research. Am J Health Syst Pharm, 65(23),2276-84.

Kiptum, M. J. 2015. Difficulty physics topics in Kenyan secondary schools:A case study of Uasin Gishu County. Scholarly Journal of Education Vol.4(4), pp. 72-81, November 2015 Available online at http:// www.scholarly-journals.com/SJE , ISSN 2315-6155.

Klenowski, V. 2009. Assesment for Learning revisited: an Asia-Fasificperspective. Assesment in Education: Principles, Policy, Practice. Vol. 16,No 3, November 2009, 263-268.

Kusuma, M. D., Rosidin, U., Abdurrahman, & Suyatna, A. 2017. TheDevelopment of Higher Order Thinking Skill (Hots) Instrument AssessmentIn Physics Study. IOSR Journal of Research & Method in Education (IOSR-JRME). e-ISSN: 2320–7388,p-ISSN: 2320–737X Volume 7, Issue 1 Ver. V(Jan. - Feb. 2017), PP 26-32 available www.iosrjournals.org.

Lioyd, M & Bahr, N. 2010. Thinking Critically about Critical Thinking in HigherEducation. International Journal for the Scholarship of Teaching andLearning: Vol. 4: No. 2, Article 9.

Liu, O. L., Frankel, L., & Roohr, K. C. 2014. “Assessing Critical Thinking inHigher Education: Current State and Directions for Next-generationAssessment.” ETS Research Report Series, i–23.

71

Mabruroh, F., & Suhandi, A. 2017. Construction Of Critical Thinking Skills TestInstrument Related The Concept On Sound Wave. Journal of Physics: Conf.Series 812 (2017) 012056.

Mitrevsky, B., & Zajkov. O. 2012. Physics Lab, Critical Thinking And GenderDifferences. Macedonian Physics Teacher Journals., 48:13-18.

Muyassaroh, L. 2013. Efektivitas Pembelajaran Berbasis Masalah DenganOpenEnded Pada Materi Listrik Dinamis Terhadap Kemampuan BerpikirKritis Siswa. Skripsi. Tidak Diterbitkan.

Nevin, E., Behan, A., Duffy, G., Farrell, S., Harding, R., Howard, R., MacRaighne, A., and Bowe, B. 2015. Assessing the validity and reliability ofdichotomous test results using Item Response Theory on a group of firstyear engineering students. The 6th Research in Engineering EducationSymposium (REES 2015), Dublin, Ireland, July 13-15.

Nitko, A.J. & Brookhart, S.M. 2011. Educational Assessment of Student (6thed).Boston: Pearson Education.

Numrich, C. 2010. A Sequence Of Critical Thinking Task. Tesol Journal, 1.4:1-22.

Obafemi, D.T.A., & Onwioduokit, F. A. 2013. Identification of Difficult Conceptsin Senior Secondary School Two (SS2) Physics Curriculum in Rivers State,Nigeria. Asian Journal of Education and e-Learning (ISSN: 2321 – 2454)Volume 01– Issue 05, December 2013.

OECD. 2012. PISA 2011: Science competencies for tomorrow world volume 1:Analysis. Rosewood. Drive: OECD

Purya, B & Nazila, A. 2011. Validation of a Multiple Choice English Vocabulary

Test with the Rasch Model. Journal of Language Teaching & Research .

Sep2011, Vol. 2 Issue 5, p1052-1060. 9p. 2 Diagrams, 3 Charts.

Recker, J., & Rosemann, M. 2010. A Measurement Instrument for ProcessModeling Research: Development, test and procedural model,"Scandinavian Journal of Information Systems 22(2), 3–30.

Scholtes, V. A., Terwee, C. B., & Poolman, R. W. 2010. What makes ameasurement instrument valid and reliable?. Injury InternationalJournals. JINJ-4490; No. of Pages 5. journal homepage:www.elsevier.com/locate/injury

Sermeus, J., Cock, M. D., & Elen, J. 2017. Critical Thinking In Electricity andMagnetism: an Assessment Tool for Secondary School Students. ESERA2017 Conferece Dublin City, Dublin, Ireland, 21-25 August 2017.

72

Setyosari, P. 2013. Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan. Jakarta:Prenadamedia Group.

Solberg, B.L. 2015. Critical Thingking as a Predictor Of Certification ExamPerformance in Medical Laboratory Science. Clinical Laboratory Science.Spring 28(2), 76-82.

Sudjana, N. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:Rosdakarya.

Sugiarti, T., Kaniawati, I., & Aviyanti, L. 2017. Development of AssessmentInstrument of Critical Thinking in Physics at Senior High School. Journal ofPhysics: Conf. Series 812 (2017) 012018.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif dan R&D). Penerbit CV. Alfabeta: Bandung.

Sumintono, B. &Widhiarso. (2014). Aplikasi model raschuntukpenelitianilmu-ilmusosial.Cimahi: Trim KomunikataPublishing House.

Teemuangsai, S & Meesook, C. 2017. Thailand’s classroom learning practices insecondary level: Are we ready for learning in the 21st-Century?.International Journal of Science and Technology Educational Research.Vol. 8(1), pp. 1-12, March 2017 DOI: 10.5897/IJSTER2017.0403.

Thijs, A., Fisser, P., & Hoeven, M. van der. 2014. 21e eeuwse vaardigheden in hetcurriculum van het funderend onderwijs. Enschede: SLO.

Thorndike, R. L., & Hagen, E.P. 1977. Measurement and Evaluation inPsychology and Education. New York: Mcmillan Publishing Company

Tiruneh, D.T., Cock, M.D., Weldeslassie, A.G., Elen, J., & Janssen, R.2017.Measuring Critical Thingking in Physics: Development and Validation of aCritical Thinking Test in Electricity and Magnetism. International Journalof Science and Mathematics Education. 15: 663-682.

Treagust. DF, R. Jacobowitz, JL. Gallagher, & Parker. 2001. Using Assesment asa Guide in Teaching for Understanding: A Case Study of a Middle SchoolScience Class Learning about Sound. Science Education 85 (2), 137-157,2001.

Wang, C. L., Ahmed, P. K., and Rafiq, M., 2008. Knowledge ManagementOrientation: Construct Development and Empirical Validation. EuropeanJournal of Information Systems, 17(3): 219-235.

73

White, B., Stains, M., Sune, E.M., Medaglia, E., Rostamnjad, L., Chinn, C., &Sevian, H. 2011. A Novel Instrument for Assessing Students’ CriticalThinking Abilities. Journal of College Science Teaching, 40(5) : 102-107.

Wijayanti, W., Maharta, N., Suana, W. 2017. Pengembangan Perangkat BlendedLearning Berbasis Learning Management System pada Materi ListrikDinamis. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni. 06(1), 1-12.

Young, H.D., & Freedman, R.A. 2012. Sears and Zemansky’s University Physicswith Modern Physics 13th Edition. United States of America: Library ofCongress Cataloging.