66
BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 1 PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015 Tahun 2015 merupakan salah tahun yang menggembirakan bagi kegiatan pengembangan dan validasi metode. Setelah pada tahun 2013, salah satu hasil pengembangan dan validasi diakui oleh Organisasi tingkat Internasional yaitu ISTA (Internasional Seed Testing Association) dan dimuat dalam ISTA Rules 2013. Pada tahun ini tepatnya 24 Juli 2015, telah terbit Keputusan Menteri Pertanian No. 635/HK.150/C/07/2015 tentang Pedoman Teknis Pengambilan Contoh Benih dan Pengujian/Analisis Mutu Benih Tanaman Pangan yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan atas nama Menteri Pertanian. Pada Kepmentan ini, hasil pengembangan dan validasi beberapa tahun terakhir tercantum, sehingga dapat digunakan sebagai metode acuan oleh laboratorium BPSB dan laboratorium benih lainnya (Gambar V.1.) Gambar V.1. Beberapa metode pengujian terdapat dalam Kepmentan No. 635 tahun 2015 Beberapa metode pengujian hasil pengembangan dan validasi metode yang tercantum dalam Kepmentan adalah : 1. Penetapan kadar air benih kedelai pada suhu 130 ± 2º C selama 1 jam 2. Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 jam dengan keseragaman pemotongan 3. Penetapan kadar air benih koro pedang pada suhu rendah (101-105 o C) selama 17 jam ± 1 jam dengan penghancuran kasar 4. Analisis kemurnian benih kacang tanah yang berbentuk polong menggunakan PSD 21 5. Pengujian daya berkecambah benih koro pedang ( Canavalia sp.) pada suhu 25º C, menggunakan media pasir dan evaluasi 1 hari ke 7/8 serta evaluasi akhir pada hari ke 14. 6. Uji Tetrazolium benih padi dengan merendam benih pada larutan Tetrazolium 0,5 % selama 3 jam. 7. Uji Tetrazolium benih kacang tanah dengan merendam benih pada larutan Tetrazolium 1 % selama 24 jam. Pada akhir tahun 2015 telah ditetapkan juga oleh Badan Standardisasi Nasional yaitu SNI benih kedelai (SNI 6234-2015). Salah satu metode pengujian benih kedelai di laboratorium yaitu Penetapan kadar air kedelai

PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 1

PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015

Tahun 2015 merupakan salah tahun yang menggembirakan bagi kegiatan pengembangan dan validasi metode. Setelah pada tahun 2013, salah satu hasil pengembangan dan validasi diakui oleh Organisasi tingkat Internasional yaitu ISTA (Internasional Seed Testing Association) dan dimuat dalam ISTA Rules 2013. Pada tahun ini tepatnya 24 Juli 2015, telah terbit Keputusan Menteri Pertanian No. 635/HK.150/C/07/2015 tentang Pedoman Teknis Pengambilan Contoh Benih dan Pengujian/Analisis Mutu Benih Tanaman Pangan yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan atas nama Menteri Pertanian. Pada Kepmentan ini, hasil pengembangan dan validasi beberapa tahun terakhir tercantum, sehingga dapat digunakan sebagai metode acuan oleh laboratorium BPSB dan laboratorium benih lainnya (Gambar V.1.)

Gambar V.1. Beberapa metode pengujian terdapat dalam Kepmentan No. 635

tahun 2015 Beberapa metode pengujian hasil pengembangan dan validasi metode yang tercantum dalam Kepmentan adalah : 1. Penetapan kadar air benih kedelai pada suhu 130 ± 2º C selama 1 jam 2. Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1

jam dengan keseragaman pemotongan 3. Penetapan kadar air benih koro pedang pada suhu rendah (101-105oC)

selama 17 jam ± 1 jam dengan penghancuran kasar 4. Analisis kemurnian benih kacang tanah yang berbentuk polong

menggunakan PSD 21 5. Pengujian daya berkecambah benih koro pedang (Canavalia sp.) pada suhu

25º C, menggunakan media pasir dan evaluasi 1 hari ke 7/8 serta evaluasi akhir pada hari ke 14.

6. Uji Tetrazolium benih padi dengan merendam benih pada larutan Tetrazolium 0,5 % selama 3 jam.

7. Uji Tetrazolium benih kacang tanah dengan merendam benih pada larutan Tetrazolium 1 % selama 24 jam.

Pada akhir tahun 2015 telah ditetapkan juga oleh Badan Standardisasi Nasional yaitu SNI benih kedelai (SNI 6234-2015). Salah satu metode pengujian benih kedelai di laboratorium yaitu Penetapan kadar air kedelai

Page 2: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 2

selama 1 jam, merupakan hasil kegiatan pengembangan dan validasi metode Balai Besar PPMB-TPH (Gambar V.2).

Gambar V.2. Metode penetapan kadar air kedelai dalam SNI

Kelompok Fungsional yang melaksanakan tupoksi Balai Besar PPMB-TPH salah satunya adalah Fungsional Pengawas Benih Tanaman. Jabatan Fungsional Pengawasa Benih Tanaman merupakan salah satu jabatan fungsional rumpun ilmu hayat lingkup pertanian yang diatur berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 09 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Benih Tanaman dan Angka Kreditnya, serta peraturan Bersama Menteri Pertanian dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 59/Permentan/OT.140/9/2011 dan no 38 tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas benih Tanaman dan Angka Kreditnya. Sebagai tindak lanjut dari kedua peraturan diatas juga diterbitkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 09/Permentan/OT.140/2.2012, tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pengawas Benih Tanaman dan angka kreditnya. Bidang kegiatan pengawasan benih tanaman terdiri atas unsur pendidikan, kegiatan pengawasan benih tanaman, pengembangan metode mutu benih, pengembangan profesi dan penunjang tugas pengawasan benih tanaman. Pada Tahun Anggaran 2015 tugas yang diberikan terkait dengan tugas dan fungsi Balai adalah sebagai berikut: 1. PENGEMBANGAN METODE /VALIDASI /VERIFIKASI METODE

Kegiatan pengembangan metode/ validasi/verifikasi yang dilaksanakan oleh Balai Besar PPMB-TPH merupakan visualisai dari salah satu fungsi Balai Besar PPMB-TPH dan mendukung program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yakni Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan. Pada TA. 2015 Balai Besar PPMB-TPH melaksanakan kegiatan pengembangan/validasi/verifikasi dalam rangka memecahkan permasalahan, kendala maupun harmonisasi perkembangan teknologi di bidang mutu benih. Kegiatan ini terdiri dari sepuluh (10) judul yang sudah

Page 3: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 3

direncanakan dan dua (2) judul tambahan yang ada karena untuk menindaklanjuti hasil Rapim B serta adanya kerjasama dengan Komite Teknis kesehatan benih organisasi internasional yaitu ISTA (International Seed Testing Association). Realisasi kegiatan pada tahun 2015 adalah sebagai berikut.

a. Penentuan Batas Maksimal Nematoda Parasit Aphelenchoides

besseyi Pada Benih Padi untuk Standar Mutu Kesehatan

Nematoda white tip, Aphelenchoides besseyi Christie adalah nematoda parasit daun yang terbawa benih padi dan banyak ditemukan di areal pertanaman padi di seluruh dunia. Cara penyebaran A. besseyi melalui biji padi dapat menjadi media penyebaran yang sangat efektif. A. besseyi adalah penyebab terjadinya penyakit white tip atau pucuk putih pada tanaman padi. Gejala penyakit yang disebabkan infeksi A. besseyi adalah ujung daun sampai beberapa cm menjadi putih, nekrosis, daun bendera menyimpang dan terpilin, perkembangan malai terhambat dan terdapat stripe/garis coklat pada batas bagian yang sakit dan yang sehat (Song et al., 2004).

Fukano, 1962; Todd and Atkins, 1958 dalam Hoshino and Togashi, 2000 menyatakan tanaman padi yang terinfeksi menyebabkan kekerdilan, daun padi berwarna lebih hijau gelap dan biasanya melintir di pucuk dan bagian daun terminalnya klorosis. Panjang malai padi berkurang dan menghasilkan lebih sedikit biji daripada tanaman padi yang tidak terinfeksi. Selain itu biji padi menjadi lebih tipis, persentase biji hampa meningkat dan terdapat bintik hitam pada gabah. Infeksi A. besseyi menyebabkan kehi-langan hasil dan kualitas gabah menjadi menurun (Hoshino and Togashi, 2000).

Kehilangan hasil akibat infeksi A. besseyi bervariasi antar kultivar, tahun, suhu, praktek budidaya dan faktor lainnya. Kehilangan hasil pada lahan padi yang terinfeksi rata-rata mencapai 10% hingga 30%, sedangkan di lahan yang seluruh populasi tanamannya terserang kehilangan hasil mencapai 70% pada kultivar yang sangat rentan dan 20% pada kultivar yang resisten (Prot, 1992 dalam Tulek and Cobanoglu, 2010). Kerusakan pada tanaman rentan sering berubah sesuai tingkat infeksi pada benih yang disemai (jumlah benih sehat) dan jumlahA. besseyi dalam benih yang terinfeksi (Tulek et al.,2014).

Kepentingan ekonomi terkait adanya infeksi A. besseyi bervariasi antar lokasi, wilayah dan negara. Variasi tahunan dalam populasi A. besseyi dan tingkat kerusakan yang ditimbulkannya dipengaruhi oleh teknik budidaya dan penanaman varietas lokal (Tulek et al., 2014). Tulek (2009, unpublished) dalam Tulek et al., (2014) menyatakan, kehi-langan hasil 57,9% terhadap kultivar “Halilbey” terjadi ketika ditemukan 324 A. besseyiper malai selama periode pembungaan dan rata-rata 233,4 (120,5 - 423,4) per 100 butir benih saat panen. Hasil analisa nematoda setelah panen menunjukkan jumlah nematoda nyata lebih tinggi dari dilaporkan Fukano (1962) yang menetapkan ambang kerusakan ekonomi 30 lebih per 100 benih. Hal ini menunjukkan, jika nematoda white tip tidak dikendalikan, maka kehilangan hasil akan lebih besar

Page 4: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 4

(Tulek et al., 2014).9

Terkait adanya infeksi A. besseyi pada pertanaman padi, sedikit sekali informasi mengenai hal tersebut. Tahun 2012 dari 104 sampel yang diuji ditemukan 47 sampel padi yang terinfeksi (45,2%)dengan jumlah. A besseyi 2-118 spesimen /400 benih, dan tahun 2013, 180 sampel uji ditemukan 64 sampel terdeteksi (32,6%), (46,9% adalah sampel dari kegiatan uji petik) dengan jumlah 2-371/400 benih (BBPPMBTPH, 2014).

Hasil observasi di Balai Besar PPMB-TPH tahun 2014 (Gambar V.1.1) tentang kajian gejala white tip oleh A. besseyi menunjukkan bahwa benih padi yang terinfeksi A. besseyi 76-88 /400 benih (level 2) dapat menunjukkan gejala penyakit white tip, demikian untuk level 3 (101 /400 benih) dan level 4 (180-495 spesimen/400 benih). Hal ini menunjukkan telah terjadi potensi penyakit white tip oleh nematoda parasit terbawa benih padi A. Besseyi.

Gambar V.1.1. a) Gejala white tip level 2(A. besseyi 76-88 /400 benih) b) Gejala white tip level 3 (A. besseyi 101/400 benih) c) Gejala white tip level 4(A. besseyi 180-495 /400 benih)

Hasil analisa A. besseyi pada padi setelah panen menunjukkan adanya peningkatan jumlah spesimen A. besseyi pada benih padi terutama pada level 4 yaitu 416-563 spesimen/400 benih. Namun hasil observasi ini belum diketahui secara detail bagaimana dampaknya terhadap hasil padi dan komponen-komponennya terutama jumlah benih dan beratnya. Hal inilah yang menelatarbelakangi dilakukannya kegiatan ini.

Tujuan kegiatan ini adalah 1) untuk mengetahui dampak penyakit “white tip” yang disebabkan oleh A. besseyi terhadap hasil dan komponen-komponennya, dan 2) untuk menentukan jumlah ambang batas aman A. besseyi pada benih padi. Pengujian dilakukan dalam tiga tahap yaitu : 1) Uji Pendahuluan

a) Pada tahap ini dilakukan pengujian nematoda terbawa benih padi untuk menyeleksi sampel padi yang akan digunakan;

b) Dipilih 2 sampel yang memiliki jumlah A. besseyi paling tinggi diantara sampel-sampel yang terinfeksi A. besseyi;

c) Sampel varietas Paktiwi dan Ciherang yang memiliki jumlahA. besseyi ± 400 spesimen / 400 butir padi;

d) Kedua sampel dibagi menjadi 8 level (0 s.d 7) berdasarkan

b a c

Page 5: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 5

jumlah spesimennya beserta kontrol;

- Level 0 ; 0 spesimen

- Level 1 ; 51 s.d 100

- Level 2 ; 101 s.d 150

- Level 3 ; 151 s.d 200

- Level 4 ; 201 s.d 250

- Level 5 ; 251 s.d 300

- Level 6 ; 301 s.d 350

- Level 7 ; 351 s.d 400

e) Perbedaan level dibentuk dari pencampuran benih yang telah disterilkan (diberi perlakuan panas) dengan yang belum disterilkan (benih awal yang mengandung A. besseyi maksimum) dengan perbandingan tertentu sesuai jumlah spesimen yang diperlukan;

f) Benih steril dibentuk dengan cara merendam setidaknya 300 gram sampel (masing-masing varietas) dalam waterbath selama ± 4 jam, kemudian direndam kembali dalam waterbath pada suhu 50 °C selama 90 menit, selanjutnya benih dikering anginkankan.

2) Uji Daya Tumbuh

a) Benih tiap level ditabur sebanyak ± 100 butir dalam wadah pembibitan selama ± 10 – 21 hari;

b) Kecambah yang terlihat menunjukkan gejala „white tip‟ (ujung daun putih) dipindahkan ke dalam wadah yang lebih besar;

c) Pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi dilakukan setidaknya 2 kali dalam seminggu hingga dilakukan panen;

d) Pengamatan meliputi jumlah malai/tanaman dan komponen hasil/tanaman terdiri ; jumlah biji per malai, bobot 1000 butir dan berat biji per malai serta komponen hasil lainnya.

3) Analisa Nematoda Terbawa Benih Benih hasil panen tiap level dilakukan pengujian nematoda terbawa benih untuk mengidentifikasi A. besseyi. Spesimen A. besseyi yang teridentifikasi pada tiap level dihitung jumlahnya beserta multi-plikasinya.

Benih padi yang digunakan dalam kegiatan ini terdiri dari 2 varietas yaitu Pak-tiwi dan Ciherang. Hasil uji pendahuluan diketahui bahwa varietas Paktiwi terdeteksi A. besseyi ± 414 spesimen per 400 butir atau eqivalen dengan 400 spesimen per 400 butir. Sedangkan varietas Ciherang terdeteksi A. besseyi ± 400 spesimen per 400 butir.

Untuk mendapatkan level yang diperlukan, maka dilakukan pencampuran benih yang diberi perlakuan panas (steril) dengan benih tanpa perlakuan (utuh) dengan perbandingan atau komposisi tertentu sesuai dengan jumlah spesimen yang diperlukan. Untuk membentuk benih steril, maka sebanyak 400 gram benih masing-masing varietas ditimbang dan dimasukkan ke dalam keranjang atau kain berpori, diikat

Page 6: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 6

dan direndamkan ke dalam wadah (waterbath) selama ± 4 jam, setelah ditiriskan kemudian direndam air bersuhu 50°C dalam waterbath selama 90 menit. Selanjutnya benih dikering-anginkan dan masing-masing varietas dimasukkan ke dalam wadah. Setiap level (level 1 s.d level 8) contoh benih yang digunakan adalah 40 gram. Pencampuran benih steril dan utuh dalam rangka pembentukan level contoh benih yang sesuai dilakukan secara manual, misalnya untuk membentuk level 3 yang setara dengan kadar A. besseyi yang terdeteksi 50%, maka dicampurkan benih steril dan utuh masing-masing 25 gram. Secara teoritis, untuk mendapatkan contoh benih yang sesuai dengan keperluan pengujian, maka cara mencampurkan benih dengan komposisi yang tertera pada Tabel V.1.1. Tabel V.1.1. Komposisi benih steril dan benih yang mengandung

Aphelenchoides besseyi

Level Contoh Benih Komposisi Benih (gram)

Steril Utuh *

Level 1 25 % 30 10

Level 2 37,5% 25 15

Level 3 50% 20 20

Level 4 62,5% 15 25

Level 5 75% 10 30

Level 6 87,5% 5 35

Level 7 100% 0 40

Level 8 0% 40 0

Utuh * = mengandung A. besseyi

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan air panas terhadap A. besseyi, dilakukan pengujian nematoda terhadap 200 butir padi pada kedua varietas. Hasil uji menunjukkan jumlah A. besseyi mengalami penurunan, meskipun masih ditemukan dalam jumlah yang lebih sedikit dibanding sebelum diberi perlakuan (Paktiwi ± 400 /400 butir menjadi 7 /100 butir; Ciherang ± 400/400 butir menjadi 11 /200 butir.

Masing-masing level di tabur (100 butir) dalam boks perkecambahan selama 2 - 3 minggu. Hal ini dilakukan agar benih meng-ekspresikan gejala “white tip” sekiranya A. besseyi terbawa dalam benih yang ditabur. Dari 100 butir padi, hanya 6 kecambah (6 ulangan) per level yang dipindahkan ke dalam boks pertumbuhan (ember). Keenam kecambah diseleksi berdasarkan gejala yang mengindikasikan penyakit „white tip’ yaitu klorosis pada ujung daunnya. Namun jika tidak menunjukkan gejala tersebut, maka dipilih secara acak. Pengamatan selanjutnya difokuskan terhadap munculnya gejala penyakit ‘white tip’ pada daun padi (Gambar V.1.2 dan V.1.3). Gejala yang dapat diamati adalah munculnya klorosis pada ujung daun padi, necrosis, daun bendera mengkerut dan terpilin serta strip/garis coklat pada perbatasan bagian tanaman yang sakit dan sehat (Song, et al., 2004).

Page 7: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 7

Gambar V.1.2. (a) Gejala klorosis dan nekrosis ujung daun padi var. Ciherang level 2, (b) Gejala klorosis dan nekrosisi ujung daun padi var. Ciherang level 7

Hampir semua level pada kedua varietas terlihat gejala tersebut di atas.

Gambar V.1.3. (a) Gejala klorosis dan nekrosis ujung daun padi var paktiwi level 4, (b) Gejala klorosis dan nekrosis ujung daun padi var paktiwi level 2

Pengamatan tanaman secara umum dilakukan terhadap indikasi gejala pada setiap tanaman masing-masing level pada kedua varietas. Tabel V.1.2. Jumlah ulangan terindikasi gejala ‘White Tip’

Level Paktiwi Ciherang

Gejala Non-gejala Gejala Non-gejala

1 25,0 % 6 0 4 2

2 37,5 % 5 1 5 1

3 50,0 % 6 0 3 3

4 62,5 % 6 0 5 1

5 75,0 % 6 0 5 1

6 87,5 % 5 1 6 0

7 100, % 6 0 5 1

8 0 % 6 0 2 4

Pada Tabel V.1.2, jumlah tanaman yang bergejala white tip tidak terlihat berbeda antar level pada kedua varietas, sehingga pembentukan level tampak tidak berpengaruh. Untuk mengetahui kesesuaian penyebaran A. besseyi pada tiap level, dilakukan pengujian nematoda terbawa benih, hasil beberapa data tertera pada Tabel V.1.3.

C-100% b

C-37,5%

a

P-62,5% P-37,5%

Page 8: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 8

Tabel V.1.3. Kesesuaian sebaran A. besseyi dalam sampel

Level Paktiwi Ciherang

Prediksi Hasil Uji Prediksi Hasil Uji

0 0 % 0 0

1 25 % 51 – 100 51 - 100 131

2 32,5 % 101 – 150 101 - 150 409

3 50 % 151 – 200 151 - 200

4 62,5 % 201 – 250 201 - 250 588

5 75% 251 – 300 898 251 - 300

6 87,5 % 301 – 350 301 - 350 203

7 100 % 351 – 400 351 - 400

Pada Tabel V.1.3, jumlah tanaman yang bergejala white tip tidak terlihat berbeda antar level pada kedua varietas, sehingga pembentukan level tampak tidak berpengaruh. Gejala tersebut terbatas pada ujung daun dengan adanya klorosis. Untuk mengetahui kesesuaian penyebaran A. besseyi pada tiap level, dilakukan pengujian nematoda terbawa benih, hasil beberapa data pada Tabel V.1.4 berikut. Tabel V.1.4. Kesesuaian sebaran A. besseyi dalam sampel

Level Paktiwi Ciherang

Prediksi Hasil Uji Prediksi Hasil Uji

0 0 % 0 198 0 171

1 25 % 51 – 100 235 51 – 100 131

2 37,5 % 101 – 150 491 101 – 150 409

3 50 % 151 – 200 289 151 – 200 269

4 62,5 % 201 – 250 603 201 – 250 588

5 75% 251 – 300 898 251 – 300 673

6 87,5 % 301 – 350 301 301 – 350 203

7 100 % 351 – 400 421 351 – 400 309

Pada Tabel V.1.4, hasil pengujian nematoda menunjukkan data yang kurang sesuai antar level seperti halnya pada Tabel 3. Hal ini dapat disebabkan oleh jumlah A. besseyi yang memang tidak merata dalam bulir padi dan sulit diprediksi atau kurang efektifnya proses perlakuan panas pada benih padi dalam membentuk benih yang steril sehingga bulir padi masih mengandung A. besseyi yang aktif atau perbedaan jenjang jumlah A. besseyi dalam level yang belum tepat.

Pembentukan level ini dilakukan berdasarkan pernyataan Fukano (1962) dalam Tulek and Cobanoglu (2010) bahwa ambang kerusakan ekonomi adalah lebih 30 A besseyi per 100 butir padi, meskipun peneliti lain menyebutkan jumlah yang berbeda yaitu 100 atau 2 sampai dengan 400 A. besseyi per 100 butir padi (Mahdavian and Javadi, 2012). Rahman and Miah, (1989) menegaskan bahwa nilai ambang ekonomi yang disebutkan Fukano (1962) yaitu 30 atau lebih A. besseyi per 100 butir padi mungkin untuk varietas yang rentan.

Proses perlakuan panas pada benih padi dalam rangka pengendalian A. besseyi yang terbawa benih dari beberapa penulis cukup bervariasi. Menurut Yoshii dan Yamamoto (1951) dalam Konagaya (1996),

Page 9: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 9

pengendalian ‘white tip’ dapat dilakukan dengan perendaman benih terinfeksi dalam air suhu 20 °C selama 16-20 jam, kemudian direndam dalam air suhu 50-52 oC selama 5-10 menit, sedangkan menurut Mieda (1993) dalam Konagaya (1996), perlakuan perendaman air panas 56oC selama 10-15 menit dan dibilas dalam air dingin segera cukup dapat mengendalikan „white tip’. Ada pula yang menyebutkan bahwa perlakuan air panas suhu 52-57°C selama 15 menit setelah sebelumnya direndam dalam air dingin selama 3 jam cukup efisien mengendalikan nematoda, yang sebagian besar merupakan terbawa benih seedborne. Sedangkan menurut Tulek dan Cobanoglu, (2011) dalam Tulek et.al., (2014) untuk membentuk benih steril yaitu direndam selama 3-5 jam dalam air dingin lalu direndam pada 55-60° C selama 15 menit. Tabel V.1.5. Jumlah rerata malai/tanaman

Level Paktiwi Ciherang

0 0 % 20 18

1 25 % 19 19

2 37,5 % 13 18

3 50 % 18 20

4 62,5 % 17 20

5 75% 18 17

6 87,5 % 20 16

7 100 % 18 18

Jumlah malai per tanaman antar level pada kedua varietas tidak menunjukkan perbedaan atau hampir setara. Tetapi pada level 37.5% varietas paktiwi terlihat memiliki jumlah malai per tanaman yang lebih sedikit dibanding dengan varietas Ciherang pada level yang sama (Tabel V.1.5). Pengamatan pada malai padi tidak nampak adanya gejala white tip. Gejala akan timbul dengan adanya migrasi A. besseyi ke dalam malai padi dan hal ini sangat memerlukan kelembaban yang tinggi. A. besseyi sangat aktif menyerang pertanaman padi pada kelembaban relatif diatas 70%. Kelembaban relatif yang tinggi selama fase reproduksi tanaman padi sangat diperlukan untuk melakukan migrasi ke dalam malai padi dan menyebabkan timbulnya gejala penyakit (Bridge et al., 1995). Untuk menciptakan kelembaban tersebut di pertanaman padi telah diupayakan dilakukan penyemprotan air dengan sprayer setiap pagi selama fase pemunculan malai. Namun upaya ini belum berpengaruh terhadap pertanaman. Tabel V.1.6. Rerata hasil padi / level pada kedua varietas

Level Hasil padi (gram)

Paktiwi Ciherang

0 0 % 22.60 27.29

1 25 % 20.15 18.29

2 37,5 % 10.40 25.65

3 50 % 20.87 18.18

4 62,5 % 13.08 13.67

5 75% 21.83 19.29

6 87,5 % 11.40 13.23

7 100 % 19.37 27.80

Page 10: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 10

Pada Tabel V.1.6, terlihat bahwa pada setiap level, pada kedua varietas cenderung memiliki hasil padi yang hampir setara. Namun pada level 37,5% terlihat perbedaan hasil padi antara varietas Paktiwi yang lebih rendah dibandingkan varietas Ciherang. Hal ini sesuai dengan adanya perbedaan jumlah malai per tanaman pada kedua varietas pada level 37.5%, varietas Paktiwi 13 malai per tanaman dan Ciherang 18 malai per tanaman. Hasil padi pada varietas antara level terendah 0% dan tertinggi 100%, nampak tidak berbeda atau hampir setara, yaitu 22,60 gr Paktiwi dan 27,29 gr Ciherang pada level 0% yang mengandung A. besseyi 198 spesimen/400 butir Paktiwi dan 171 spesimen/400 butir Ciherang. Sedangkan pada level 100% hasil padi per tanaman varietas Paktiwi 19,37 gr Paktiwi dan Ciherang 27,80 gr dengan kandungan A. besseyi 421 spesimen/400 butir Paktiwi dan 309 spesimen/400 butir Ciherang. Hal tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh sterilisasi pada saat pembentukan level. Level 0% seharusnya sama sekali tidak mengandung A. besseyi, sehingga pada pembentukan level lainnya tidak sesuai dengan kisaran prediksi yang diharapkan (Tabel V.1.4). Hal ini berdampak pada padi yang dihasilkan per tanaman. Tabel V.1.7. Rerata hasil padi bernas dan hampa / level pada kedua

varietas

Level

Hasil padi (gram)

Paktiwi Ciherang

Bernas Hampa Bernas Hampa

0 0 % 16.452 8.517 25.216 1.556

1 25 % 15.861 5.580 16.388 1.870

2 37,5 % 2.780 7.620 17.305 4.510

3 50 % 18.725 6.240 6.733 2.184

4 62,5 % 6.560 6.524 9.350 4.581

5 75% 17.127 4.703 15.354 3.102

6 87,5 % 5.820 10.448 5.817 7.418

7 100 % 14.109 5.341 20.379 7.265

Pada Tabel V.1.7 tersebut, benih bernas level 0% dan 100% juga hampir setara pada kedua varietas, meskipun benih hampa varietas paktiwi lebih tinggi dibanding Ciherang pada level 0%. Dari hasil uji kandungan A. besseyi pada tiap level, jumlah tertinggi adalah 898 spesimen per 400 butir pada, namun hal tersebut tidak berpengaruh terhadap hasil padi varietas Paktiwi, karena dibandingkan dengan kandungan A. besseyi yang paling rendah yaitu 198 spesimen/400 butir di level 0%, hasil padi bernas yang dihasilkan hampir sama yaitu berkisar 16-17 gram. A. besseyi akan sangat aktif menginfeksi tanaman padi pada saat mulai muncul malai yang didukung oleh kelembaban yang tinggi. Sedangkan pada saat kegiatan berlangsung cuaca sangat panas dan kering sehingga hal tersebut kurang mendukung migrasi A. besseyi menuju malai meskipun telah dilakukan modifikasi cuaca di pertanaman dengan penyemprotan. Apabila benih padi yang terinfeksi oleh Aphelenchoides besseyi disemaikan, maka akan menyerap air dan membengkak dengan cepat (Morinaga dan Tajiri, 1941; Hoshikawa, 1975dalam Hoshino and Togashi, 2000). Pembengkakan dapat meningkatkan tekanan di dalam

Page 11: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 11

benih. Respirasi juga meningkat dengan cepat (Takahashi, 1955 dalam Hoshino and Togashi, 2000). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa beberapa nematoda dapat mati dan lainnya mengalami stress oleh tekanan tinggi, CO2 dan oksigen yang rendah saat benih berimbibisi (Hoshino and Togashi, 2000). Dengan demikian pada jumlah A. besseyi yang digunakan pada kegiatan ini belum dapat mempengaruhi hasil padi, karena untuk menginfeksi tanaman A. besseyi memerlukan lingkungan yang mendukung infeksinya.

Gambar V.1.4. Grafik hasil panen padi varietas Ciherang dan Paktiwi

Grafik di atas menunjukkan benih bernas dan hampa masing-masing varietas. Dari grafik tersebut, terlihat benih hampa varietas Paktiwi lebih tinggi dibandingkan varietas Ciherang. Namun seperti terlihat di Tabel V.1.7, hasil padi terlihat tidak berbeda antar kedua varietas.

Kesimpulan yang didapatkan dari pengembangan metode saat ini adalah : 1) Penyakit ‘white tip’ atau pucuk putih belum berdampak pada hasil

padi per tanaman, meskipun gejala penyakit berupa klorosis terlihat di daun padi.

Page 12: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 12

2) Jumlah ambang maksimum Aphelenchoides besseyi yang digunakan dalam pengembangan metode ini yaitu 898 spesimen per 400 butir masih aman, karena belum mempengaruhi hasil padi per tanaman.

b. Korelasi Status Kesehatan Benih Padi di Laboratorium dengan Serangan Penyakit Bacterial Leaf Blight (BLB) di Rumah Kaca dan Box Pertumbuhan

Penyakit Bacterial Leaf Blight (BLB) merupakan salah satu penyakit padi terbesar di berbagai ekosositem padi di negara-negara penghasil padi, termasuk Indonesia. Penyakit yang disebabkan oleh Bakteri Xanthomonas oryzae pv oryzae (Xoo) merupakan penyakit yang paling merugikan karena dapat mengurangi hasil panen dengan tingkat yang bervariasi (Nino-Liu. 2006).Penyakit BLB merupakan penyakit terbawa benih padi (ilyas et al. 2007), maka penggunaan benih yang sehat bisa merupakan solusi dalam pencegahan penyakit BLB. Benih yang sehat ditandai dengan kondisi status kesehatan benihnya. Dengan kata lain benih yang status kesehatan benih baik atau sehat maka akan menghasilkan tanaman sehat pula. Pada tahun 2013 sudah dilaksanakan pengembangan metode status kesehatan benih pada tahun ke satu hasilnya berkorelasi sampai minggu ke 8 dan tidak berkorelasi dengan produksi sehingga dilaksanakan pengembangan metode tahun ke dua. Pada tahun 2014 dilaksanakan pengembangan metode status kesehatan benih pada tahun ke dua hasil dari uji awal jumlah koloni sebelum ditanam dengan jumlah koloni hasil panen berkorelasi nyata, hasil panen dirumah kasa tidak berkorelasi dan hasil panen di dibox pertumbuhan berkorelasi pada beberapa level sehingga dilaksanakan pengembangan metode tahun ke tiga. Pengembangan metode untuk tahun ini dilaksanakan di box pertumbuhan Balai Besar PPMBT-PH dan di lahan Balai Besar POPT Jatisari.Tujuan dari kegiatan ini untuk mendapatkan batas maximum status kesehatan benih dengan serangan penyakit di lahan sehingga dapat digunakan sebagai bahan penyusunan standar mutu laboratorium parameter kesehatan benih padi.

Kegiatan ini dilaksanakan di box pertumbuhan Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (Balai Besar PPMB-TPH) Tapos Depok dan lahan Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan Jatisari pada Tahun Anggaran 2015.

Metodologinya dengan mengambil contoh benih dan menentukan level. Benih padi varietas Ciherang yang digunakan diambil dari beberapa daerah di Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung dan 3 area yang terserang Jawa Barat (Subang, Purwakarta, Bogor) pada bulan April 2015, pengambilan benih dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman Balai Besar PPMB-TPH bersama Pengawas Organisme Pengganggu Tumbuhan dari Balai Besar POPTJatisari (Gambar V.1.5).

Page 13: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 13

Gambar V.1.5. Areal pertanaman pengambilan benih bahan uji pengembangan metode

Pengujian di laboratorium dilakukan dengan menimbang sebanyak 1 gram benih padi ditabur pada media agar dan dihitung jumlah koloni Xanthomonas oryzae pv oryzae untukmenentukan level. Pengujian di box pertumbuhan dan lahan dilakukan dengan menyemai benih dan memindahkan pertanaman setelah persemaian umur 20 hari (Gambar V.1.6 dan V.1.7). Dilakukan pengamatan vegetatifjumlah anakan, tinggi tanaman dan gejala Hawar Daun Bakteri. Pada fase generatif dilihat gejala serangan dan hasil panen.

Rumus yang digunakan untuk menghitung intensitas serangan =

∑ (ni.vi) x 100%

N x Z

dimana ni = jumlah tanaman dengan tingkat level i, vi = level, N = jumlah total tanaman yang diamati, Z = level tertinggi yang digunakan untuk level serangan.

Gambar V.1.6. Tanaman padi di box pertumbuhan Balai Besar PPMB-TPH

Gambar V.1.7. Tanaman di lahan Balai Besar POPT

Dari hasil pengujian menunjukkan intensitas serangan berbeda nyata mulai level 2 dengan jumlah bakteri 7 x 10 8 cfu per gram benih. Dari hasil pengujian diperoleh bahwa intensitas serangan bakteri berpengaruh terhadap produksi yang berupa hasil panen pada lahan Balai Besar POPT Jatisari tetapi tidak berpengaruh di box pertumbuhan Balai Besar PPMB-TPH. Hasil panen pada level 1 berbeda nyata

Page 14: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 14

dengan level 2,3,4,5,6,7 dan level 8. Pada level 2 dengan jumlah bakteri 7 x 10 8 cfu per gram benih mulai berpengaruh nyata pada hasil panen.

c. Validasi Trier dalam Pengambilan Contoh Benih Padi

Pengambilan contoh benih adalah tahapan dasar dan penting dalam suatu rangkaian pemeriksaan mutu benih. Proses pengambilan contoh dimulai dari mendapatkan sampel yang mewakili dari kelompok benih sampai dengan pengiriman benih. Tujuan dari pengambilan contoh adalah untuk mendapatkan contoh yang mewakili dalam jumlah yang sesuai untuk pengujian di laboratorium, dan mempunyai susunan atau komponen yang sama dengan kelompok benihnya, dengan kata lain mutu contoh benih yang diambil harus sama dengan mutu benih di lot.

Validasi ini bertujuan untuk memvalidasi trier yang biasa dipakai oleh BPSB dengan trier yang direkomendasikan ISTA.

Trier yang digunakan berasal dari Balai Besar PPMB-TPH dan beberapa BPSB. Kelima trier yang digunakan diberi kode T1, T2, T3 ,T4 dan T5. Trier dapat dilihat pada Gambar V.1.8.

Gambar V.1.8. Trier yang digunakan dalam kegiatan validasi

Dari segi kapasitas trier, trier dengan kode T2 mempunyai kapasitas benih paling besar diantara yang lain (Gambar V.1.9). Hal ini dikarenakan triernya ukurannya besar dan lubang tempat masuknya benih padi besar.

Gambar V.1.9. Grafik kapasitas benih

Pengujian mutu benih yang di laboratorium meliputi pengujian Kadar Air, Kemurnian Benih, Berat 1000 Butir dan Daya Berkecambah. Lot benih

Page 15: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 15

yang diambil sampel adalah lot benih padi mekongga milik PT. Sang Hyang Seri. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel V.1.8. Tabel V.1.8. Hasil pengujian mutu benih

No Kode Trier

Hasil Pengujian

KA (%)

KM (%) Berat 1000

Butir (gram) DB (%)

1 T1 12,0a 99,9a 26,04a 87a

2 T2 12,0a 99,9a 26,12a 89a

3 T3 12,1a 99,9a 26,08a 88a

4 T4 12,1a 99,9a 26,19a 87a

5 T5 12,1a 99,7a 26,04a 88a

Pada Tabel V.1.8 terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan dari kelima trier terhadap pengujian Kadar Air, Kemurnian Benih, Berat 1000 Butir maupun Daya Berkecambah.

Pengujian keterwakilan benih dilakukan dari setiap trier (Gambar V.1.10). Setiap trier dilakukan sebanyak 3 kali dan hasil dari tiga kali ulangan tersebut kemudian dirata-rata.

Gambar V.1.10. Simulasi keterwakilan posisi benih di dalam karung

Terdapat perbedaan dalam hal keterwakilan pengambilan benih di setiap posisi. Dimana trier T4 lebih mewakili dan T5 kurang mewakili dari setiap posisi benih di dalam karung (Gambar V.1.11).

Gambar V.1.11. Grafik persentase benih terwarnai dan tidak terwarnai

Dari hasil validasi ini didapat kesimpulan bahwa trier yang direkomendasikan ISTA adalah Trier kode T4, walaupun T1,T2,T3,T4 dan T5 tidak berbeda pada pengujian Kadar Air, Kemurnian Benih, Daya Berkecambah dan Bobot 1000 Butir. Hal ini diduga lot yang diambil

Page 16: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 16

merupakan lot yang homogen. Apabila disimulasikan dengan adanya pewarnaan akan terdapat perbedaan dalam hal keterwakilan pengambilan benih di setiap posisi. Trier T4 lebih mewakili daripada trier yang lain.

d. Verifikasi Pengujian Tetrazolium (TZ) pada Benih Padi

Daya berkecambah benih merupakan salah data yang terdapat didalam label sertifikasi benih di Indonesia. Pengujian daya berkecambah ini pada umumnya memerlukan waktu yang cukup lama dan beragam antara 7 hari sampai dengan 28 hari. Lamanya periode pengujian ini seringkali menjadi kendala dalam proses sertifikasi, dimana beberapa konsumen pengujian mengharapkan dapat memperoleh hasil pengujian yang lebih cepat namun tetap akurat.

Uji Tetrazolium (TZ) merupakan uji cepat viabilitas benih yang merupakan salah satu metode resmi ISTA. Selain cepat (± 2 hari) juga merupakan cara termudah untuk memverifikasi benih segar yang belum jelas viabilitasnya di akhir uji daya berkecambah. Verifikasi benih segar dengan uji TZ dapat menentukan benih tersebut viable (yang berarti benih tersebut masih dorman) atau non-viable (yang berarti benih tersebut mati).

Sebagian besar laboratorium benih BPSB telah mengenal uji TZ, tetapi belum digunakan secara rutin. Oleh karena itu diperlukan verifikasi untuk mengetahui kesiapan dan kemampuan laboratorium dalam melaksanakan uji TZ.

Tujuan dari kegiatan pengembangan metode untuk mengetahui potensi uji TZ sebagai pengganti uji daya berkecambah melalui tingkat korelasi, serta memverifikasi kesiapan dan kemampuan laboratorium dalam melaksanakan uji TZ di Indonesia

Kegiatan ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan Desember 2015 di Laboratorium Biologi Balai Besar-PPMBTPH serta 10 Lab BPSBTPH yaitu BPSBTPH Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Timur, Provinsi D.I Yogyakarta, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Provinsi Bengkulu, Provinsi Kalimantan Selatan, Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Sulawesi Selatan, dan Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Bahan yang digunakan dalam pengujian ini adalah benih padi dengan 3 lot benih yang berbeda. Contoh kerja yang akan digunakan adalah 70 gram per sampel untuk masing-masing lot. Selain itu akan disiapkan bahan pembuat larutan buffer, garam tetrazolium chlorida, serta foto kriteria benih viabel dan non viabel.

Prosedur Pengujian TZ pada benih padi terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut : 1) Persiapan bahan

Persiapan bahan pada kegiatan ini antara lain persiapan contoh benih yang akan diuji, pembuatan laturan buffer dan larutan TZ. Larutan buffer berfungsi sebagai penyangga sehingga larutan TZ

Page 17: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 17

yang dihasilkan akan memiliki pH 6.5-7.5. Jumlah benih yang diuji adalah 100 x 4 ulangan. Konsentrasi larutan TZ yang digunakan adalah 1%.

2) Perendaman benih Perendaman benih padi dilakukan selama 18 jam pada suhu 20oC.

3) Pembelahan benih Setelah proses perendaman benih padi dibelah secara longitudinal menembus embrio hingga 2/3 benih, namun tidak sampai putus (Gambar V.1.12). Pembelahan benih di tengah akan memudahkan evaluasi dan cenderung akan selalu di tengah bila dipotong di bawah mikroskop. Setelah dipotong langsung direndam air untuk mempertahankan kelembaban.

Gambar V.1.12. Pembelahan benih padi sebelum proses

pewarnaan pada pengujian TZ

4) Pewarnaan Pewarnaan benih dilakukan dengan merendam benih pada pada larutan TZ 1% selama 2 jam pada suhu 30OC. Pewarnaan dapat dihentikan apabila telah tercapai warna merah yang cukup atau diperpanjang bila pewarnaan belum cukup.

5) Evaluasi Pada saat evaluasi benih pisahkan menjadi 2 bagian, kemudian diamati permukaan yang dipotong. Maksimum area yang diperbolehkan tidak terwarnai: 2/3 radikula diukur dari ujung, 1/3 area pada batas skutelum. Jika diperlukan lemma dapat dikupas, bila warna pada skutelum tidak jelas maka diamati bagian belakang skutelum. Evaluasi dapat dilakukan dengan bantuan mikroskop, area yang harus diamati antara lain radikula, plumula dan skutelum. Selama proses pengamatan benih harus tetap lembab.

Terdapat dua kategori dalam proses evaluasi benih pada pengujian TZ yaitu : 1) Benih viabel : terwarnai sempurna, maksimal area embrio yang tidak

terwarnai adalah 2/3 radikula diukur dari ujung radikula, 1/3 area pada pinggir skutelum.

2) Benih non viabel: tidak terwarnai sempurna, busuk, tidak memenuhi kriteria benih viabel (Gambar V.1.13).

Page 18: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 18

Gambar V.1.13. Benih non viabel

Pelaksanaan kegiatan ini dimulai dengan pemilihan lot benih yang sesuai. Pemilihan lot benih bertujuan untuk mendapatkan beberapa level mutu lot benih yang akan digunakan dalam pengujian ini. Diperoleh 3 lot benih dengan varietas yang berbeda yaitu Ciherang, Mekongga dan Situ Bagendit, dengan tingkat daya berkecambah diatas 80 % (Ciherang dan Mekongga) dan dibawah 70% (Situ Bagendit).

Benih yang telah siap digunakan untuk uji antar nalis maupunan antar laboratorium, kemudian diuji tingkat heterogenitasnya untuk mengetahui apakah seluruh sampel benih yang digunakan tidak heterogen. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa ketiga sampel benih tidak menunjukkan hasil yang siginifikan heterogen (Tabel V.1.9). Tabel V.1.9. Hasil uji homogenitas pada tiga lot benih padi

No Varietas H hitung H tabel R Hitung R tabel Keterangan

1 Situ Bagendit 0.00 1.69 18 29 Homogen/

Tidak Heterogen

2 Ciherang 0.00 1.69 8 17 Homogen/ Tidak

Heterogen

3 Mekongga 0.00 1.69 5 8 Homogen/

Tidak Heterogen

Benih yang telah terbukti homogen/ tidak signifikan heterogen kemudian digunakan untuk pengujian antar analis dilaboratorium Balai Besar PPMB-TPH. Pengujian ini diikuti oleh 11 orang analis. Hasil uji banding menunjukkan masih terdapat selisih yang cukup besar antara pengujian daya berkecambah dengan uji tetrazolium (TZ) pada beberapa sampel uji (Gambar V.1.15).

Page 19: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 19

Gambar V.1.14. Hasil uji daya DB dan TZ antar analis Balai Besar PPMB-TPH

untuk lot benih varietas Ciherang (Ch), Mekongga (Mkg) dan Situ Bagendit (SB)

Pada sampel varietas Ciherang perbedaan tertinggi 10% dan terendah 0,75%, sedangkan pada Mekongga tertinggi 13,25% dan perbedaan terendah 0,75%. Pada varietas Situ Bagendit perbedaan hasil uji tertinggi 25% dan terendah 4% (Gambar V.1.15).

Gambar V.1.15. Hasil uji daya DB dan TZ Laboratorium BPSBTPH untuk lot

benih varietas Mekongga

Selain dilakukan uji banding banding antar analis di Balai Besar PPMB-TPH, juga dilaknakan verifikasi uji TZ di laboratorium benih Indonesia. Tahap ini akan melibatkan 10 laboratorium benih milik pemerintah (BPSB). Uji banding menggunakan 3 sampel benih yang berbeda @ 35 gram (1/2 Contoh kerja), selain itu juga disediakan garam tetrazolium dan bahan bufer fosfat serta instruksi kerja pengujian.

Hasil uji antar laborium cukup beragam, namun terdapat beberapa hasil uji TZ yang cukup jauh berbeda dengan uji daya berkecambah dilaboratorium. Pada sampel varietas mekongga perbedaan tertinggi

Page 20: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 20

antara daya berkecambah dan TZ adalah 15,25% dan terendah 0%. Pada Mekongga dan Situ Bagendit perbedaan tertinggi untuk masing-masing varietas adalah 51,25% dan 6,5% sedangkan perbedaan terendah adalah 2,25% dan 0%. Terdapat hampir 50% jumlah sampel dengan selisih antara uji TZ dengan uji DB dibawah 5%, namun terdapat beberapa sampel dengan selisih lebih dari 20% (Tabel V.1.10). Tabel V.1.10. Jumlah sampel dalam kisaran selisihantara uji TZ dan DB

di laboratorium

Selisih Antar Laboratorium Antar analis

0-2.0% 7 7

2.1-5.0% 7 8

5.1 – 10.0% 5 13

10.1-20. 0% 3 3

>20.0% 4 1

Jumlah 26 32

Pengujian tetrazolium merupakan salah satu metode uji cepat dalam pendugaan viabilitas benih. Larutan 2,3,5 triphenyl tetrazolium chloride atau bromide digunakan sebagai indikator dalam proses reduksi yang terjadi didalam sel jaringan hidup. Indikator ini diimbibisi oleh benih, dan didalam jaringan benih indikator ini berinteraksi dengan proses reduksi cel hidup, kemudian menerima hidrogen dari proses dehidrogenase. Melalui dehidrogenase 2,3,5 triphenyl tetrazolium chloride pada sel yang hidup, maka dihasilkan triphenyl formazan yang bersifat stabil dan tidak terdifusi. Sehingga dapat dibedakan antara bagian benih yang hidup berwarna merah dengan jaringan benih mati yang tidak atau kurang terwarnai.

Pada benih padi, evaluasi pola pewarnaan dilakukan pada embrio benih. Terdapat beberapa pola pewarnaan yang dikategorikan benih viabel yaitu jaringan embrio terwarnai sempurna, 2/3 area radikula terwarnai (diukur dari ujung) dan kurang dari ½ area dipinggir skutelum tidak terwarnai (ISTA, 2003).

Evaluasi untuk membedakan antara jaringan embrio benih yang viabel dan non viabel benih padi cukup sulit. Penggunaan mikroskop stereo akan sangat membantu dalam proses evaluasi tersebut. Beberapa laboratorium menggunakan lup atau kaca pembesar. Namun alat ini tidak dapat membantu secara akurat untuk melihat secara jelas bagian embrio padi. Proses pembelahan yang tidak sempurna dapat menyulitkan dalam proses evaluasi. Hal ini disebabkan pembelahan yang tidak sempurna merusak struktur embrio atau embrio tidak terbelah dengan benar, sehingga proses pewarnaan tidak maksimal serta pewarnaan bagian-bagian embrio seperti radikula dan koleoptil tidak sempurna (Gambar V.1.16).

Page 21: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 21

Gambar V.1.16. Benih viabel (a); benih non viabel (b); benih dengan pembelahan tidak sempurna (c,d)

Hasil data plot pada ketiga varietas menunjukkan bahwa tingkat korelasi yang diperoleh masih redah, pada varietas Mekongga dan Ciherang tingkat korelasi yang diperoleh 0.42 dan 0,68. Sedangkan pada varietas Situ Bagendit korelasi diperoleh sangat rendah yaitu -0.22 (Gambar V.1.17).

Gambar V.1.17. Regresi dan korelasi uji TZ dan DB sampel varietas Mekongga, Ciherang dan Situ Bagendit

Tingginya perbedaan daya berkecambah antara uji TZ dan DB baik pada uji antar analis maupun laboratorium BPSBTPH diduga dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (1) proses pembelahan benih yang tidak sempurna; (2) pengetahuan dan ketrampilan dalam proses evaluasi benih viabel dan non viabel;(3) pengetahuan mengenai struktur embrio benih padi; (4) penggunaan lup dalam proses evaluasi hasil uji di beberapa laboratorium BPSBTPH.

Meskipun nilai korelasi yang diperoleh pada kegiatan ini masih rendah (r = 0.221-0.681), namun hasil penelitian Nugraha et al (2012) menunjukkan tingkat korelasi sangat nyata (r=0.993) antara pengujian TZ dan DB, dan tingkat korelasi ini telah memenuhi persyaratan r minimum untuk uji TZ, sehingga uji TZ ini dapat dianggap sebagai metode yang potensial untuk menggantikan uji DB. Beberapa faktor

a b c d

Page 22: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 22

kritikal yang perlu diketahui analis sebagai bekal penerapan uji TZ antara lain pemahaman terhadap teori uji DB; kesesuaian antara metode uji DB, penyiapan contoh uji TZ dan evaluasi topografi pewarnaan pada benih; serta level vigor benih yang diuji.

Dari hasil kegiatan ini diketahui bahwa nilai korelasi hasil puji TZ dan DB yang diperoleh pada kegiatan ini masih sangat rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa laboratorium serta analis penguji masih memerlukan peningkatan pemahaman, pengetahuan serta ketrampilan dalam pengujian serta evaluasi hasil uji TZ. Selain itu juga diperlukan kelengkapan peralatan khususnya mikroskop stereo dalam proses evaluasi hasil uji TZ.

e. Pengembangan Metode Verifikasi Kemurnian Genetik Secara Molekuler (DNA) Benih Padi Hibrida

Pada kegiatan sertifikasi benih, pemeriksaan kemurnian benih di lapangan menjadi salah satu tahap pemeriksaan guna menghasilkan benih bermutu. Kemurnian genetik adalah kebenaran varietas benih yang sesuai dengan persyaratan dari varietas tersebut secara kualitas atau tidak terdapat campuran varietas lain. Kemurnian benih hibrida dapat dilakukan di laboratorium secara molekuler seperti penanda Simple Sequence Repeat (SSR). Waktu yang dibutuhkan dalam pengujan kemurnian benih padi hibrida relative singkat (5 hari) dan lebih akurat dibandingkan pemeriksaan kemurnian di lapangan yang memerlukan waktu sesuai umur tanaman dan dilaksanakan oleh Pengawas Benih Tanaman (PBT) yang kompeten terhadap morfologi varietas tanaman. Diharapkan metode uji kemurnian genetik secara molekuler di laboratorium dapat memberikan alternatif pelayanan yang memuaskan kepada pelanggan. Untuk itu dilaksanakan verifikasi metode kemurnian genetik secara molekuler (DNA) benih padi hibrida menggunakan peralatan berteknologi dan SDM di Balai Besar PPMB-TPH guna memperoleh prosedur pengujian kemurnian hibrida secara molekuler (DNA).

Benih hibrida merupakan keturunan pertama (F1) yang dihasilkan dari persilangan antara dua atau lebih tetua pembentuknya (galur induk/ inbrida homozigot). Sampel uji yang berjumlah 21 contoh kerja (50 butir benih murni) dari tujuh varietas (Maro, HIPA Jatim 2, HIPA 7, HIPA 8, HIPA 9, HIPA 19 dan HIPA 6 Jete) dan 14 tetua pembentuk varietas (A1, A2, R2, R5, R14, PK 12, PK 17, PK 21, PK 88.) berasal dari Balai Besar PADI Sukamandi. Contoh uji kemurnian genetic secara molekuler ini berupa DNA yang diperoleh melalui uji isolasi DNA yang menggunakan Metode Sambrook (1989). Stok DNA hasil isolasi DNA kemudian diuji kualitas, kuantitas dan visualisasi DNA berdasarkan pengujian spektrofotometer UV dan teknik elektroforesis agarose 1%. Guna meminimalkan kesalahan pada pelaksanaan pengujian molekuler (DNA), maka diperlukan kecermatan analis, penggunaan reagen yang benar dan akurasi pengukuran alat untuk memberikan jaminan data hasil uji. Kegiatan tersebut berupa prosedur uji yang terinci dan penanganan

Page 23: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 23

reagen uji yang dipahami analis, serta pengecekan alat uji yang terdokumentasi.

Pelaksanaan uji amplifikasi DNA (PCR) menggunakan dua primer SSR yaitu RM 206 dan RM 346 yang memiliki tingkat polimorfisme berbeda. Tahap optimasi prosedur amplifikasi PCR dilakukan terhadap komposisi reagen PCR yaitu DNA cetakan dan aquabides pada volume total 20 ul berdasarkan visualisasi DNA yang dapat terbaca. Selanjutnya optimasi prosedur amplifikasi PCR menghasilkan komposisi reagen PCR dan program proses PCR optimal. Komposisi reagen PCR dengan volume total 20 ul meliputi PCR mix konsentrasi 2x volume 5 ul, DNA cetakan konsentrasi 50x volume 3 ul, primer (forward dan reverse) konsentrasi 5 pmol volume masing-masing 1 ul dan aquabides 10 ul. Program proses PCR optimal terdiri tahap pertama denaturasi awal suhu 94oC selama 5 menit sebanyak satu siklus, tahap kedua sebanyak 35 siklus terdiri denaturasi suhu 94oC selama 1 menit, penempelan primer (annealing) suhu 53oC selama 30 detik, perpanjangan DNA (elongasi) suhu 72 selama 1 menit dan tahap ketiga sintesa akhir suhu 72oC selama 5 menit sebanyak satu siklus. Untuk visualisasi hasil PCR SSR menggunakan gel agarose dengan konsentrasi agarose 2 % dengan pewarnaan DNA gel red (yang merupakan larutan campuran dari 200 ul loading dye, 1 ul gel red dan 9 ul aquabides). Tahap elektroforesis dikondisikan pada tegangan listrik 25 volt atau 1 watt, selama ± 150 menit (1 cm sebelum pewarna DNA mencapai batas akhir gel). Pelaporan hasil uji berdasarkan visualisasi DNA pasang basa (base pair) yang terbaca dari primer yang digunakan dari contoh yang diuji dan ladder DNA maker 100 bp (mulai dari bawah 100, 200, 300, 400, 500, 600, 700, 800, 900, 1000 dan 1500 bp).

Guna menunjukkan prosedur kemurnian genetik yang optimal maka dilakukan aplikasi prosedur uji kemurnian genetik secara molekuler pada salah satu varietas hibrida dengan lima perlakuan contoh yang terperinci pada Tabel 8. Varietas padi yang digunakan dalam aplikasi uji kemurnian genetik hibrida secara molekuler adalah Hipa 7, Ciherang dan Hipa 6 Jete.

Tabel V.1.11. Aplikasi verifikasi kemurnian genetik secara molekuler

(DNA) padi hibrida

No Varietas Amplifikasi DNA menggunakan primer

RM 206 RM 346

1 F1 Hipa 7 dan F1 Hipa 7 200 200

2 F1 Hipa 7 dan F1 Hipa 7 200 200

3 F1 Hipa 7 dan F1 Hipa 6 Jete 180,210,400 200

4 F1 Hipa 7 dan F1 Hipa 6 Jete 200, 400 200

5 F1 Hipa 7 dan Ciherang 200,300 200

6 FI Hipa 7 dan Ciherang 180,250 200

7 F1 Hipa 6 Jete dan F1 Hipa 6 Jete 200,250 200

8 F1 Hipa 6 Jete dan F1 Hipa 6 Jete 200 200

9 Ciherang dan Ciherang 200 200

10 Ciherang dan Ciherang 200 200

Page 24: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 24

Hasil aplikasi metode SSR menggunakan primer RM 206 dapat menunjukkan perbedaan dan memberikan bukti ada tidak kemurnian genetik dari sampel yang diuji berdasarkan visualisasi DNA hasil PCR gambar 1 (berupa panah bernomor). Pada sampel 1, 2 dan 9, 10 terdapat satu pita sedangkan sampel 3,4,5,6,7,8 terdapat lebih dari satu pita karena pada sampel terkait dengan perlakuan campuran varietas. Untuk sampel yang sama dengan aplikasi metode SSR menggunakan primer RM 346 juga dapat menunjukkan perbedaan dan memberikan bukti ada tidak kemurnian genetic dari sampel yang diuji berdasarkan visualisasi DNA hasil PCR Gambar 2. Pada sampel 12, 13, 14, 15, terdapat satu pita yang berbeda ukuran pasang basa demikian juga 16, 17, 18, 19, 20 terdapat satu pita DNA dengan ukuran pasang basa yang berbeda. Bila kedua primer tersebut dibandingkan berdasarkan hasil amplifikasi maka primer RM 206 yang memberikan polimerisasi hasil PCR. Diasumsikan primer RM 206 pada sampel padi hibrida yang diuji dapat menunjukkan kemurnian genetic varietas (Gambar V.1.18 dan V.1.19) . Hal tersebut dikarenakan RM 206 merupakan penanda yang memiliki nilai tingkat polimorfisme (PIC) tinggi sedangkan RM 346 memiliki nilai PIC rendah (E Mulsanti, dkk 2014).

Kesimpulan dari verifikasi ini adalah :

1) Kemurnian genetik benih hibrida di laboratorium dapat dilaksanakan dengan berdasarkan metode molekuler (DNA) PCR menggunakan penanda SSR (RM 206 dan RM 346) pada kondisi tahap penempelan primer (annealing) suhu dan waktu yang memberikan hasil optimal yaitu 53°C selama 30 detik dengan komposisi DNA cetakan 3 ul konsentrasi 50x.

2) Penanda SSR yang dapat membedakan kemurnian genetik hibrida secara molekuler (DNA) adalah RM 206 karena dapat menunjukkan perbedaan fragmen DNA (lebih dari satu pita DNA) pada sampel dengan campuran varietas.

Rekomendasi yang didapat adalah Primer SSR 206 dapat digunakan sebagai penanda kemurnian genetik secara molekuler (DNA) pada padi hibrida.

12 13 14 15 1617 18 19 20 21 22

Gbr V.1.19. Visualisasi hasil PCR SSR RM 346 dari 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20 dan M DNA 100bp pada kolom 1 sd 11

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Gbr V.1.18. Visualisasi hasil PCR SSR RM 206 dari 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 dan M DNA 100bp pada kolom 1 sd 11

(1) (1) (2) (2) (3) (3)

Page 25: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 25

f. Pengembangan Metode Pemanfaatan Penanda Dna Padi Gogo Dan Padi Rawa Dalam Verifikasi Kebenaran Varietas Benih Padi

Potensi lahan kering untuk pertanaman padi gogo dan padi rawa di Indonesia berkisar kurang dari 10 % dapat menjadi upaya menghadapi kendala perubahan iklim dan fenomena degradasi kesuburan sawah maupun berkurangnya lahan produktif padi. Penggunaan benih padi gogo pada lahan kering dan benh padi rawa pada lahan gambut maupun sistem tumpang sari tanaman lain merupakan terobosan pencapaian swasembada pangan yang harus didukung dengan ketersediaan benih bermutu.

Tujuan pengembangan penanda DNA varietas benih padi adalah untuk memperoleh metode dan prosedur uji DNA melalui pemilihan penanda DNA untuk verifikasi kebenaran varietas benih padi gogo dan padi rawa. Penanda molekuler (DNA) menjadi salah satu metode dalam kegiatan pemuliaan yang menggunakan beragam tetua guna perbaikan varietas. Penanda molekuler dapat melengkapi dan mempercepat identifikasi biotipe yang berkembang di lapang serta dapat membantu analisis keragaman genetik dan genetika populasi varietas padi yang diharapkan. Teknik identifikasi (ID) varietas padi sangat penting bagi pemulia, petani, pengawas benih, pedagang, dan konsumen. Standarisasi label informasi lengkap varietas pada paket beras yang diperdagangkan seharusnya dibuat berdasarkan hukum yang tegas. Untuk itu teknologi yang mampu membedakan varietas padi dengan jelas dan tepat yang terutama varietas “pilihan” perlu dikembangkan.

Sampel uji padi gogo (terdiri varietas Situ Bagendit, Inpago 5, Inpago 7, Inpago 8, Inpago 9, Inpago 10, Situ Patenggang, Limboto, Cirata, Towuti) dan padi rawa (terdiri varietas Inpara 1, Inpara 2, Inpara 3, Inpara 4, Inpara 5, Inpara 7, Banyuasin, Margasari, Indragiri, Martapura, Lamburu, Mendawak, Siak Raya). Contoh kerja berupa benih murni (50 butir) yang diperoleh dari contoh kerja analisis kemurnian dihaluskan menjadi tepung untuk ekstraksi dan isolasi DNA yang disebut sebagai pellet yang menjadi stok DNA sampel. Setelah diperoleh data kemurnian dan kualitas kuantitas DNA dilakukan pengenceran 50 x (dimana 1 ul dari stok DNA dan 49 ul dari aquabidest) untuk uji penngandaan DNA dengan tiga primer terkait karakter varietas padi unggul. Pada visualisasi hasil PCR menggunakan program yang sesuai primer dan komposisi PCR yang optimal dapat didokumentasi sebagai fragment DNA (pita DNA). Pita DNA hasil PCR dengan primer tertentu akan dibaca berdasarkan pembanding marker DNA dengan satuan base pair (pasang basa/ bp).

Hasil penelitian penanda karakter varietas benih padi unggul secara molekuler telah banyak ditemukan diantaranya penanda ketahanan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, 3 dan 4 pada padi yang berasal dari gen Bph 3 dan Bph4 (Baehaki, 2012 dalam pertiwi , dkk, 2014). Berdasarkan hasil amplifikasi dengan primer RM 589 pada pengembangan penanda SSR, varietas-varietas padi yang diuji tergolong padi tahan wereng (dengan indikasi produk PCR berukuran

Page 26: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 26

mendekati 200-300 bp) adalah Inpara1,Inpara 2, Inpara 3, Inpara 4, Banyuasin, Inpago 5, Inpago 9, Indragiri, Mendawak, Cirata, dan Towuti.

Hasil penelitian penanda karakter varietas benih padi unggul secara molekuler telah banyak ditemukan diantaranya penanda aromatik padi yang berasal dari senyawa kimia utama yaitu 2 asetil 1 pirolin (Butterry,et al, 1983). Untuk membedakan padi aromatik dapat menggunakan penanda SSR RM 223 (Lang & Buu, 2008 dalam Padmadi B, 2009). Hasil pengujian dengan penanda RM 223 menunjukkan bahwa amplifikasi PCR menghasilkan ukuran fragmen mendekati 250 bp pada varietas Situ Bagendit, Banyuasin, Inpago 8, Inpago 9, Towuti, Martapura, dan Indragiri. sementara pada Inpara2, Inpara7, Inpago 7, situ Patenggang, dan Siak Raya tidak ada menghasilkan pita DNA Berdasarkan hasil amplifikasi dengan primer RM 223 pada pengembangan penanda SSR, varietas-varietas padi yang diuji tergolong padi aromatik (dengan indikasi produk PCR berukuran mendekati 200 bp) adalah inpara 1, inpara 3, inpara 4, inpara 5, Banyuasin, Inpago 5, Inpago 10, Margasari, Lambur, Mendawak, Limboto, Cirata, Towuti.

Pada hasil penelitian penanda karakter varietas benih padi unggul secara molekuler yang terkait penanda beras merah yang berasal dari senyawa flavonoids, carotenids, dan betalains. Untuk membedakan padi beras merah dapat menggunakan penanda SSR RM 220 dengan hasil amplifikasi pada untuk padi yang beras merah (diantaranya Inpara 1 s.d. 5, Inpara 7, Situ Bagendit, Banyuasin, Inpago 5, Inpago 8, Inpago 9, Inpago 10, Margasari, Indragiri, Martapura, Mendawak, Limboto, Cirata, Towuti, Siak Raya).

Pelaksanaan pengembangan metode uji kebenaran varietas padi gogo dan padi rawa yang memanfaatkan penanda DNA terkait karakter unggul suatu varietas seperti ketahanan terhadap hama wereng dan kelebihan karakter lain seperti kandung beras merah serta aromatik merujuk pada deskripsi masing-masing varietas. Hal tersebut merupakan keterbatasan dalam pengembangan ini. Untuk itu perlu penggunaan penanda SSR lain yang diduga terkait karakter varietas unggul dan metode uji berbeda seperti uji biokimia untuk keberadaan senyawa terkait karakter beras merah dan aromatic.

Kesimpulan pengembangan metode ini adalah 1) Aplikasi metode PCR dengan penanda SSR untuk verifikasi varietas memerlukan optimasi metode penempelan primer (annealing) baik suhu dan waktu sehingga memberikan hasil amplifikasi yang baik yaitu 58°C selama 30 detik dari RM 223 dan 55°C selama 30 detik dari RM 219 dan RM 589. 2) Penanda SSR yang dapat membedakan suatu karakter pada varietas-varietas yang diuji dapat bermanfaat di dalam verifikasi kebenaran varietas, seperti RM 589 mengindikasikan ketahanan terhadap wereng, RM 223 yang dapat membedakan varietas padi aromatik, dan RM 220 dapat membedakan beras merah.

Rekomendasi yang didapat adalah : 1) Primer SSR RM 589 dapat digunakan sebagai penanda genetik yang terkait karakter ketahanan terhadap wereng pada padi gogo dan padi rawa. 2) Pencantuman mutu

Page 27: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 27

beras aromatik, beras merah dan ketahanan wereng pada deskripsi varietas menjadi karakter keunggulan varietas padi.

g. Kajian Masa Berlaku Label Benih Jagung yang Disimpan Di Cold

Storage

Jagung merupakan salah satu dari tiga pangan unggulan yang ditargetkan untuk swasembada. Dalam buku pedoman yang diterbitkan oleh Direktorat Perbenihan Direktorat Jendral Tanaman Pangan tentang Persyaratan dan Tata cara Sertifikasi Benih Tanaman Pangan, disebutkan bahwa masa berlaku label benih benih jagung hibrida, masa berlaku label diberikan paling lama 9 bulan sejak tanggal selesai pengujian atau paling lama 11 bulan setelah panen, dan 12 bulan dari selesai pengujian atau 14 bulan dari panen untuk benih yang disimpan dalam cold storage. Pada pelaksanaannya banyak benih yang tidak disimpan di dalam cold storage selama 12 bulan, namun masa berlaku label tetap dihitung selama 12 bulan setelah benih keluar dari cold storage. Sementara dalam Kepmentan Nomor: 355/Hk.130/C/05/2015 TentangPedoman Teknis Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan disebutkan bahwa masa edar benih jagung hibrida diberikan paling lama : 1) Sembilan bulan setelah tanggal selesai pengujian/analisis mutu untuk pelabelan yang pertama yang dilakukan paling lambat 2 (dua)bulan setelah panen,apabila disimpan pada kondisi kamar (ambientstorage); 2) Sembilan bulan setelah tanggal selesai pengujian/analisis mutuuntuk pelabelan yang pertama, apabila disimpan pada ruanganpenyimpanan yang terkontrol kelembaban udara relatifnya/RH (maksimal 40 %); dan 3) empat koma lima (4,5) bulan setelah masa kadaluarsa label yang pertamauntuk pelabelan ulang.

Pada pelaksanaannya banyak benih yang tidak disimpan di dalam cold storage selama 12 bulan, namun masa berlaku label tetap dihitung selama 12 bulan setelah benih keluar dari cold storage. Penyimpanan di cold storage merupakan penyimpanan dengan suhu dan RH terkontrol untuk menekan metabolisme benih seminimal mungkin sehingga cadangan makanan benih dapat lebih lama digunakan.

Penerapan/pemahaman masa berlaku label untuk benih yang disimpan di cold storage ini antara satu produsen benih dengan yang lainnya berbeda. Sebagai contoh Benih yang telah disimpan dalam cold storage selama 6 bulan, kemudian akan dikirim ke distributor, mulai perhitungan 12 bulannya adalah setelah pengujian laboratorium tersebut. Jadi masa berlaku labelnya menjadi 18 bulan karena dianggap bahwa benih yang telah disimpan dalam cold storage dengan pengaturan suhu dan kelembaban dianggap sama dengan benih yang baru panen.

Tujuan pengembangan metode adalah untuk mengkaji/mengevaluasi masa berlaku label benih jagung hibrida yang beredar dengan memantau mutu fisik dan fisiologis yang disimpan di Cold Storage (masa simpan 12 bulan). Ketentuan 12 bulan masa berlaku label pada benih yang disimpan di cold storage, mutu benihnya masih memenuhi standar berdasarkan Kepmentan No. 355 Tahun 2015.

Page 28: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 28

Benih yang digunakan dalam kegiatan ini adalah benih jagung hibrida (Gambar V.1.20) yang tetap mengacu kepada persyaratan Kepmentan No. 355 Tahun 2015 Perihal Spesifikasi Persyaratan Mutu Benih di Laboratorium denganidentitas sebagai berikut : 1) Jumlah = 170 kg 2) Varietas = BISI 816 3) Tanggal Panen = 27 Januari 2015 4) Daya Berkecambah = 92 % 5) Kemurnian = 99,9 % 6) Kadar Air = 10,5 %

Gambar V.1.20. Benih jagung hibrida varietas BISI 816

Benih dikemas sebanyak satuan percobaan yaitu untuk penyimpanan selama 24 bulan di cold storage (Multi Years). Sebelum benih dikemas untuk setiap satuan percobaan dilakukan homogenisasi benih. Setiap bulan dalam 1 tahun dilakukan pengecekan dan pengambilan contoh sebanyak 1 karung (12 kemasan). Dalam satu kemasan sebanyak 350 gram untuk pengujian kadar air, daya berkecambah, dan indeks vigor. Sedangkan 11 kemasan lainnya disimpan di ruang penyimpanan pada suhu ruang yang dianggap sebagi ruangan yang mirip Kios benih setelah diambil dari cold storage (Gambar V.1.21).

Gambar V.1.21. Alur pengambilan contoh dan pengujian benih jagung dari

cold storage dan suhu ruang

Pengujian dilakukan setiap bulan penyimpanan untuk tiap parameter pada penyimpanan cold storage dan penyimpanan di gudang setelah diambil dari cold storage. Satu kemasan terdiri dari 2 sub kemasan sebagai ulangan. Pengujian awal dilakukan untuk mengetahui mutu benih sebelum disimpan dengan melakukan pengujian terhadap parameter: DB, Vigor dan KA. Benih yang telah dikemas selanjutnya dikelompokkan berdasarkan bulan penyimpanan dengan menggunakan wadah – wadah karung untuk disimpan di cold storage.

Page 29: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 29

Hasil kegiatan sampai dengan bulan November telah dilakukan penyimpanan benih jagung di cold storage PT East West Seed Indonesia (PT.EWINDO) sampai dengan penyimpanan bulan ke-8. PT EWINDO dipilih karena merupakan alternatif tempat yang paling memungkinkan untuk dijangkau dalam rangka pengambilan contoh benih setiap bulan. Disamping itu, gudang penyimpanan benih di PT EWINDO memiliki kondisi penyimpanan yang memenuhi persyaratan kepmentan No. 355 Tahun 2015 dengan kelembaban udara (RH) 23% (Maksimal 40%) dansuhu 18oC. Data RH dan suhu yang tercatat saat benih diambil dari cold storage disajikan pada Tabel V.1.12.

Tabel V.1.12. Data RH dan suhu saat pengambilan contoh benih di cold storage

No Bulan RH (%) Suhu (oC)

1 Maret 2015 23 20

2 April 2015 24 18

3 Mei 2015 23 18

4 Juni 2015 22 18

5 Juli 2015 23 18

6 Agustus 2015 23 18

7 September 2015 22 18

8 Oktober 2015 23 18

9 November 23 18

Pengambilan contoh benih untuk setiap periode penyimpanan dilakukan setiap bulan dan contoh benih diuji di laboratorium untuk parameter kadar air, daya berkecambah dan indeks vigor. Contoh benih yang terdiri dari 12 kemasan (1 kemasan terdiri dari 2 ulangan) diambil pada bulan ke-n, 1 kemasan diujidan 11 kemasan lainnya di simpan pada suhu ruang hingga bulan berikutnya. Bulan berikutnya 1 kemasan lagi di uji dan seterusnya. Untuk periode penyimpanan 1 sampai dengan 11 bulan di simpan dalam suhu ruang. Penyimpanan dalam suhu ruang seperti pada Gambar V.1.22.

Gambar V.1.22. Penyimpanan benih di suhu ruang

Data hasil pengujian di laboratorium untuk parameter Kadar Air (KA), Daya Berkecambah (DB) dan Indeks Vigor (IV) dengan kode kemasan berdasarkan bulan pengambilan benih dari cold storage (bulan ke-0) disajikan pada Gambar V.1.23.

Page 30: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 30

Gambar V.1.23. Grafik hasil pengujian KA, DB dan IV benih jagung setelah dari cold storage (bulan ke-0)

Dari Gambar V.1.23 menunjukkan bahwa nilai kadar air, daya berkecambah dan indeks vigor belum mengalami perubahan signifikan yang dapat mempengaruhi atau menurunkan mutu benih jagung hibrida tersebut dan masih sesuai persyaratan berdasarkan Kepmentan No. 355 Tahun 2015 Perihal Spesifikasi Persyaratan Mutu Benih di Laboratorium. Nilai kadar air berkisar 8,9 – 9,3%, daya berkecambah berkisar 90 – 98% dan indeks vigor berkisar 71 – 93%.

Data hasil pengujian Kadar Air di laboratorium setelah benih diambil dari cold storage dan disimpan di suhu ruang selama 7 bulan disajikan pada Gambar V.1.24. Data hasil pengujian Daya Berkecambah disajikan pada Gambar V.1.25. Sedangkan data hasil pengujian Indeks Vigor (IV) disajikan pada Gambar V.1.26.

Gambar V.1.24. Grafik hasil pengujian KA benih jagung yang disimpan pada suhu ruang selama 7 bulan

Dari grafik yang tersaji pada Gambar V.1.24 menunjukkan hasil pengujian Kadar Air hingga bulan ke-7 mengalami kenaikan persentase Kadar Air. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh suhu dan kelembaban pada suhu ruang yang tidak stabil dan cenderung memiliki kelembaban yang tinggi sehingga mempengaruhi kadar air jagung jika dibandingkan saat benih disimpan pada bulan ke-0.

Page 31: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 31

Gambar V.1.25. Grafik Daya Berkecambah benih jagung yang disimpan pada

suhu ruang selama 7 bulan

Dari grafik di Gambar V.1.25 menunjukkan bahwa hasil pengujian Daya Berkecambah hingga bulan ke-7 menunjukkan tidak berbeda nyata dengan kondisi awal penyimpanan benih pada bulan ke-0.

Pada grafik yang tersaji pada Gambar V.1.26 nilai indeks vigor hingga bulan ke-7 menunjukkan kondisi yang tidak stabil. Selain itu juga belum bisa dibandingkan dengan daya berkecambah karena data yang tersaji memiliki rentang yang cukup jauh yaitu dari yang terendah bernilai 52% hingga yang tertinggi bernilai 93%.

Gambar V.1.26. Grafik Indeks Vigor benih jagung yang disimpan pada suhu

ruang selama 7 bulan

Page 32: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 32

Kesimpulan yang diperoleh, hasil pengujian Kadar Air (KA), Daya Berkecambah (DB) dan Indeks Vigor (IV) dari cold storage belum mengalami perubahan signifikan atau tidak berbeda nyata dengan data Label dan masih sesuai persyaratan berdasarkan Kepmentan No. 355 Tahun 2015 tentang Spesifikasi Persyaratan Mutu Benih di Laboratorium. Hasil pengujian Kadar Air yang di simpan pada suhu ruang dari kondisi bulan ke-0 hingga bulan ke-7 menunjukkan terjadinya peningkatan persentase KA. Hasil pengujian Daya Berkecambah yang di simpan pada suhu ruang dari kondisi bulan ke-7 menunjukkan tidak berbeda nyata dengan kondisi awal penyimpanan benih pada bulan ke-0

h. Verifikasi Penetapan Kadar Air dengan Empat Jenis Alat Ukur

(Moisture Meter)

Terdapat beberapa jenis alat ukur Kadar Air (moisture meter) dengan tipe beragam. Sebagian besar laboratorium pengujian mutu benih (BPSB) untuk penetapan Kadar Air (KA) menggunakan alat pengukur KA (moisture meter) karena lebih efektif untuk menguji sampel dalam jumlah besar. Tetapi dalam aplikasinya terdapat permasalahan/ kendala yang timbul dikarenakan :

1) Untuk dapat digunakan moisture meter harus di kalibrasi terhadap metode oven dan hasilnya harus toleran. Dalam pelaksanaan kalibrasi ini terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendukung keakuratan hasil KA. Kalibrasi alat harus dilakukan minimal satu kali setiap tahun dan untuk masing-masing jenis tanaman yang diuji dengan moisture meter;

2) Berbeda tipe moisture meter yang digunakan berbeda pula cara kerja dan faktor lain yang berpengaruh seperti jenis benih yang diuji atau varietas tanaman, tingkat KA, kisaran pengukuran, kemurnian contoh benih serta variasi komposisi kimia;

3) Belum diterapkan kegiatan pengecekan setelah dilakukan kalibrasi yang bertujuan meyakinkan moisture meter dapat mengukur secara benar sepanjang tahun. Dalam perencanaan kegiatan pengecekan beberapa hal harus diperhatikan sebagai bahan pertimbangan: tipe moisture meter, cara kerja, pengalaman dengan moisture meter tersebut, berapa sering alat digunakan (misal digunakan sepanjang tahun atau hanya selama musim panen), kualitas serta tingkat kesulitan kalibrasi dll. Kegiatan ini dilakukan pada semua jenis tanaman dimana moisture meter dikalibrasi.

Berdasarkan Permentan No. 78/Permentan/OT.140/11/2011 tentang Tata Kerja dan Organisasi Balai Besar PPMB-TPH, maka dengan adanya permasalahan/kendala tersebut pada T.A. 2015 diperlukan kegiatan mengenai verifikasi penggunaan empat tipe moisture meter dalam mendukung pengujian Kadar Air.

Tujuan verifikasi, untuk mendapatkan hasil penetapan kadar air secara cepat dan akurat dengan menggunakan empat tipe moisture meter. Contoh benih dan kisaran KA tertentu yang digunakan dalam kegiatan verifikasi untuk empat jenis moisture meter terinci pada Tabel V.1.13, hal ini dikarenakan setiap moisture meter mempunyai spesifikasi terhadap

Page 33: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 33

jenis benih diuji dengan kisaran KA tertentu. Jenis mositure meter yang digunakan tersaji pada Gambar V.1.29. Tabel V.1.13. Penentuan jenis benih dan kisaran KA yang diuji

Gambar V.1.27. a.Delmhorst G-7 Grain; b. Kett PM 600; c. DMC 500 dan d. GMK-503

Prosedur pelaksanaan kegiatan verifikasi meliputi : 1) Persiapan contoh benih kalibrasi

a) Menggunakan sepuluh sampel yang berbeda kadar air untuk setiap spesies yang memerlukan kalibrasi

b) Sampel harus mewakili paling sedikit dua varietas yang berbeda c) Dianjurkan untuk menggunakan lima sampel setiap varietas d) Sampel harus cukup jumlahnya, minimal satu pengukuran dengan

moisture meter dan dua pengukuran dengan metode oven e) Jika hasil pengukuran moisture meter bersifat merusak, sampel

harus cukup besar untuk tiga pengukuran dengan moisture meter f) Jika sampel tidak bersih, sampel harus dibersihkan sebelum

digunakan sebagai sampel kalibrasi g) Pembersihan dapat dilakukan dengan mesin pembersihan skala

kecil atau dengan menggunakan saringan tangan h) Jika secara alami tidak dapat ditemukan untuk kisaran yang

diinginkan untuk kalibrasi moisture meter, preconditioning dapat dilakukan. Namun, preconditioning harus dilakukan sangat hati-hati

i) Jika kadar air harus dikurangi, sampel dapat ditempatkan dalam ruangan atau oven padasuhu 30°C selama 1-10 minggu, tergantung pada kadar air awal dan kadar air akhir yang diperlukan. Jika Kadar air akan dinaikkan, sampel dapat ditempatkan dalam sebuah ruangan dengan suhu20°C dan kelembaban relative 95% untuk 3-10 hari lagi tergantung pada kadar air awal dan kadar air akhir yang diperlukan.

j) Sampel kalibrasi harus disimpan dalam kontainer yang cukup besar untuk setiap sampel. Kontainer harus kedap air dan udara

No Jenis moisture meter Jenis contoh benih Kisaran KA (%)

1 Delmhorst G-7 Padi, jagung 8 s.d 15

2 Kett PM 600 tipe PM-6040-3C Kedelai, Kacang hijau 8 s.d 13

3 DMC 500 Padi, jagung 8 s.d 15

4 GMK-503A Mentimun, wortel 6 s.d 10

a b c d

Page 34: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 34

k) Disarankan bahwa jenis wadah dipilih adalah terbuat dari kaca atau plastik, dan bahwa pencampuran sampel dapat dilakukan dengan metode " pencampuran Botol ke botol "

l) Jika sampel kalibrasi akan digunakan kembali, harus disimpan di tempat dengan kondisi suhu 5 ± 2 ° C.

2) Prosedur kalibrasi a) Pastikan moisture meter dan oven beroperasi dengan benar b) Siapkan sepuluh sampel kalibrasi setiap melakukan kalibrasi c) Simpan sampel kalibrasi pada tempat kedap udara d) Ambil satu sampel kalibrasi e) Campur sampel dengan seksama tepat sebelum memulai

kalibrasi f) Ambil contoh kerja untuk metode oven (yang menghasilkan nilai

X1) g) Mencampur ulang sampel kalibrasi dan menentukan kadar air

dengan moisture meter (yang mengasilkan nilai Y1) h) Mencampur ulang sampel kalibrasi dan menentukan kadar air

dengan moisture meter (yang menghasilkan nilai Y2) i) Mencampur ulang sampel kalibrasi dan menentukan kadar air

dengan moisture meter (yang menghasilkann nilai Y3) j) Mencampur ulang sampel kalibrasi dan mengambil contoh kerja

untuk penentuan kadar air dengan metode oven, sehingga mengasilkan nilai X2

k) Masukkan contoh kerja untuk metode oven ke dalam oven dan lanjutkan dengan penentuan metode oven seperti biasanya

l) Hasil Hitung X1 dan X2 m) Hitung perbedaan antara X1 dan X2.Perbedaan yang

diperbolehkan maksimum antara X1 dan X2 adalah 0,3%. Jika perbedaan melebihi nilai ini, batalkan sampel ini dari kalibrasi dan dimulai kembali.

n) Hitung kadar air yang sebenarnya dari sampel yaitu : Xt = (X1 + X2)/2.

o) Hitung kadar air dari moisture meter: Yi = (Y1 + Y2 + Y3)/3 p) Hitung selisih dengan nilai benar: Zt = Xt – Yi q) Contoh perhitungan:

X1 = 10.0%, X2 = 9.8%; Xt = 9.9 % Y1 = 9.7 %, Y2 = 9.9, Y3 = 9.8 %; Yi = 9.8 % Zt = 9.9-9.8 = 0.1 %. Hal ini harus dilakukan untuk semua sampel kalibrasi

r) Setelah menyelesaikan analisis, setiap perbedaan (nilai Z) harus diperiksa untuk melihatapakah di dalam atau di luar batas toleransi. Toleransi diberikan dalam Tabel 11

Tabel V.1.14. Maksimal perbedaan yang dibolehkan antara kadar air yang benar dan hasil dari moisture meter, untuk spesies chaffy dan non chaffy

Nilai benar (Metode Acuan)

Maksimal perbedaan yang diperbolehkan

Kurang dari 10,0% Benih-benih Non- Chaffy Benih-benih Chaffy : ± 0.4 %: ± 0.5 %

10,0% atau lebih Benih-benih Non- Chaffy Benih-benih Chaffy : ± 0.04 x kadar air: ± 0.05 x kadar air

Page 35: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 35

Analisa data dilakukan berdasarkan ISTA Rules dan ISTA Handbook on Moisture Determination, 2007, dengan tahapan sebagai berikut : 1) Menetapkan true value (Xt), rata-rata pengukuran KA dengan

moisture meter (Yi) dan perbedaan antara Yi dengan Xt (Zt ) 2) Memeriksa toleransi dari setiap perbedaan nilai Z t (berdasarkan

Tabel 2) 3) Memeriksa toleransi semua hasil kalibrasi. Apabila semua hasil

toleran berarti moisture dapat digunakan. Tetapi sebaliknya jika ada hasil kalibrasi yang diluar batas toleransi, diperlukan suatu gambaran dari proses kalibrasi dengan menggunakan grafik trumpeter plot

4) Pola sebaran nilai Zt pada area toleransi dalam grafik trumpeter plot digunakan untuk menetapkan memuaskan tidaknya hasil kalibrasi. Apabila hasilnya memuaskan maka diperlukan penyesuaian berdasarkan rata-rata nilai Zt, kemudian cek kembali toleransi.

Pengecekan moisture meter dilakukan setelah kalibrasi bertujuan meyakinkan moisture meter dapat mengukur secara benar sepanjang tahun. Pada verifikasi ini kegiatan pengecekan dilakukan prosedur sebagai berikut : contoh benih uji (minimal tiga buah yang terdiri dari tiga level KA ) yang diperoleh, disimpan pada suhu 5 ± 2oC. Kadar air contoh benih diukur dengan metode oven. Setiap hari atau sekali dalam seminggu, kadar air diukur menggunakan moisture meter. Jika hasilnya diluar toleransi, kadar air juga harus diukur menggunakan metode oven. Sebelum digunakan, contoh benih uji harus disetimbangkan pada suhu ruang dimana moisture meter digunakan.Prosedur ini dipilih karena lebih mudah diterapkan oleh laboratorium atau sub laboratorium BPSB yang dilengkapi oleh oven atau tidak.

Berdasarkan hasil analisa data kalibrasi penetapan KA dengan moisture meter : Delmhorst G-7, Kett PM 600 tipe PM-6040-3C, DMC 500 dan GMK-503A menggunakan contoh benih yang rutin diuji seperti padi, jagung, kedelai, kacang hijau, mentimun dan wortel, secara ringkas hasil kalibrasi sebagai berikut.

1) Hasil Kalibrasi Delmhorst G-7

Penetapan KA benih padi dapat dilakukan menggunakan Delmhorst G-7 karena KA sepuluh contoh benih kalibrasi dapat diterima atau dalam batas toleransi berdasarkan Tabel 9C (ISTA Rules). Sedangkan pada penetapan KA benih jagung, hasil analisa data menunjukkan tidak semua contoh benih kalibrasi toleran, sehingga dibutuhkan kalibrasi ulang. Hal ini kemungkinan penggunaan contoh benih yang baru dikeringkan di bawah sinar matahari untuk mendapatkan level KA tertentu, yang menyebabkan contoh benih tidak memiliki kesetimbangan secara keseluruhan (terdapat perbedaan suhu antara contoh benih dan Delmhorst G-7). Pada anlisa data kalibrasi ulang diperlukan tindak lanjut dengan menbuat grafik trumpeter plot (Gambar V.1.28) untuk melihat sebaran nilai Zt (selisih KAOven/true value dengan KA moisture meter), karena pada hasil kalibrasi terdapat dua contoh benih tidak toleran. Perbedaan rata-rata nilai Zt adalah -0,3%, apabila semua hasil pengukuran Delmhorst G-7 dikurangi dengan 0,3% maka kalibrasi memberikan

Page 36: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 36

hasil yang memuaskan, artinya Delmhorst G-7 dapat digunakan untuk mengukur KA benih jagung dengan hasil yang akurat dengan cara mengurangi 0,3% pada setiap hasil pengukuran.

2) Hasil Kalibrasi Kett PM 600

Berdasarkan hasil analisa data, menunjukkan bahwa Kett PM 600 dapat digunakan untuk mengukur KA contoh benih kedelai dengan kisaran KA 7,7% sd. 13,3% karena sepuluh contoh benih kalibrasi dapat diterima atau dalam batas toleransi berdasarkan Tabel 9C (ISTA Rules). Gambar pelaksanaan pengukuran KA contoh benih kedelai tersaji pada Gambar V.1.29.

Gambar V.1.28. Trumpeter plot hasil kalibrasi Delmhorst G-7 pada

contoh benih jagung

Gambar V.1.29. Pelaksanaan pengukuran KA contoh benih kedelai

dengan Kett PM 600

Untuk contoh benih kacang hijau, semua hasil kalibrasi atau nilai Zt pada sepuluh contoh benih yang dicoba tidak toleran sehingga perlu dilanjutkan dengan membuat grafik trumpeter plot, untuk melihat sebaran nilai Zt. Rata-rata nilai Zt sebesar 1,4%. Penyesuaian yang dilakukan dengan menambahkan setiap hasil pengukuran Kett PM 600 dengan 1,4% mendapatkan hasil yang akurat, yang dibuktikan dengan tolerannya sepuluh contoh benih kalibrasi.

3) Hasil Kalibrasi DMC 500

Berdasarkan pengalaman diketahui alat ini sangat peka terhadap perubahan suhu lingkungan dimana alat dioprasionalkan. Hasil analisa data kalibrasi alat tersebut dengan menggunakan contoh benih padi (varietas Ciherang dan Mekongga), ternyata terdapat 3 (tiga) contoh benih kalibrasi yang dicoba tidak toleran, begitu pula hasil setelah dilakukan penyesuaian dengan dilakukan penambahan 0,3% pada setiap hasil pengukuran DMC 500. Hasil analisa data kalibrasi DMC 500 pada contoh benih jagung (varietas Bisi-2 dan Bisi-816), juga menunjukkan ketidakakuratan seperti halnya pada contoh benih padi. Sebagai tindak lanjut atas ketidakakuratan hasil

Page 37: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 37

kalibrasi DMC 500 tersebut, dilakukan kalibrasi eksternal dan investigasi/mencari penyebab permasalahan. Hasil investigasi sementara adalah bahwa kecepatan pelaksanaan pengukuran KA dengan menggunakan alat tersebut perlu lebih diperhatikan, begitu pula kestabilan suhu ruangan.Kalibrasi ulang DMC 500 pada contoh benih padi dan jagung, tetap menunjukkan ketidakakuratan hasil pengukuran yang berarti bahwa alat DMC 500 tidak dapat digunakan untuk mengukur KA benih padi dengan kisaran KA 9,4% sd. 15,8% dan jagung dengan kisaran KA 8,4% s.d 14,8%. Pola grafik trumpeter plot hasil kalibrasi ulang pada contoh benih jagung tersaji pada Gambar V.1.30.

Gambar V.1.30. Trumpeter plot hasil kalibrasi ulang DMC 500 pada contoh benih jagung

Berdasarkan pola trumpeter plot pada Gambar V.1.32, seluruh area toleransi digunakan hal ini mengindikasikan KA yang sangat tidak stabil. Bahkan jika contoh benih baru dilakukan kalibrasi (kalibrasi ulang) dan hasilnya dalam batas toleransi, tidak disarankan menggunakan moisture meter tersebut, apabila menginginkan pengukuran yang tepat (Nijenstein, et.al., 2007).

4) Hasil Kalibrasi GMK-503A Alat ini berdasarkan hasil analisa data kalibrasi tidak dapat digunakan untuk mengukur KA contoh benih mentimun (pada kisaran KA 5,7% sd 10,8%) maupun wortel (kisaran KA 5,9% sd. 11,7%). Karena dari data hasil kalibrasi setelah dilakukan kalibrasi ulang dan dilakukan penyesuaian nilai pengukuran hasil mositure meter, 70% Nilai Zt KA contoh benih mentimun maupun wortel tidak toleran. Beberapa faktor yang menyebabkan ketidakakuratan hasil moisture meter baik pada DMC 500 maupun GMK-305A disamping faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan KA menggunakan metode oven, faktor berikut juga harus dipertimbangkan: a) kadar air yang tersebar pada benih: KA baru dikeringkan mungkin tidak memiliki kesetimbangan seluruh benih dan untuk beberapa tipe alat ini dapat menyebabkan hasil yang tidak akurat; b) kisaran pengukuran KA; c) Suhu ruangan dimana moisture meter digunakan; Kemurnian contoh benih : contoh benih yang mengandung tanah, batu, dan sisa tanaman dapat memberikan pembacaan KA yang

Page 38: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 38

tidak akurat, karena mungkin kontaminan ini berpengaruh terhadap KA.

5) Hasil Pengecekan Moisture Meter Jenis kegiatan pengecekan yang dilakukan pada saat ini adalah menetapkan 3 (tiga) contoh benih kedelai, dan kacang hijau untuk Kett PM 600 tipe PM-6040-3C serta contoh benih padi dan jagung untuk Delmhorst G-7. Pengecekan dilakukan seminggu sekali selama tiga bulan dengan menggunakan hanya tiga level KA (untuk tiap contoh benih yang digunakan dan masing-masing contoh terdiri dari dua varietas), yaitu: KA rendah (7,8% s.d 9,4%); KA sedang (10,5% s.d 12,0%) dan KA tinggi (13,3 s.d 15,6%). Sedikitnya contoh benih yang dibutuhkan untuk pengecekan dikarenakan, contoh benih yang rutin diukur dengan moisture meter adalah contoh benih yang bersih dan tingkat kadar air normal untuk penyimpanan. Kecuali jika moisture meter lebih sering digunakan selama waktu panen dan contoh benih dalam keadaan tidak bersih maka banyak pengecekan yang harus dilakukan ((Nijenstein, et.al., 2007). Hasil pengecekan mingguan Kett PM 600 (contoh benih kedelai dan kacang hijau) serta Delmhorst G-7 (contoh benih padi dan jagung) selama bulan Agustus s.d Oktober adalah toleran, dimana perbedaan mutlak (absolute) antara dua KA tidak melebihi batas toleransi.

Kesimpulan hasil kegiatan verifikasi penetapan kadar air terhadap empat jenis moisture meter, secara rinci tersaji pada Tabel V.1.15 berikut.

Tabel V.1.15. Kesimpulan hasil verifikasi penetapan kadar air pada empat jenis alat ukur

No. Jenis moisture meter Kelebihan/Kekurangan Faktor pendukung keakuratan

alat ukur

1 Delmhorst G-7 Kelebihan: a. dapat mengukur KA contoh benih padi

dengan kisaran pengukuran 8,4% sd 15,2%,

b. dapat mengukur KA contoh benih jagung dengan kisaran pengukuran 8,4% sd 14,8%, dengan mengurangi 0,3% pada setiap hasil pengukuran

a. Contoh benih dan alat ukur KA berada pada suhu yang sama selama pengukuran yaitu rata-rata suhu ruang 27,7ºC dengan kelembaban 58,4%

b. Suhu contoh benih pada Delmhorst G-7: 25 s.d 26ºC.

c. Contoh benih yang baru dikeringkan dibawah sinar matahari/dilembabkan pada germinator kabinet untuk mendapatkan level KA tertentu,hrs disetimbangkan terlebih dahulu semalam di ruang pelaksanaan kalibrasi sebelum dilakukan pengukuran.

d. Jenis kemasan contoh benih kalibrasi plastik polyetheline ketebalan 0,08 mm

e. Kondisi contoh benih bersih (bukan hasil panen).

2 Kett PM 600 Kelebihan: a. dapat mengukur KA contoh benih kedelai

dengan kisaran pengukuran 7,7% s.d 13,3%,

b. dapat mengukur KA contoh benih kacang hijau dengan kisaran pengukuran 7,8% sd 14,4%, dengan mengurangi 1,4% pada setiap hasil pengukuran

3 DMC 500 Kekurangan: Tidak dapat mengukur KA contoh benih padi (kisaran 9,4% sd 15,8%) dan jagung dengan kisaran 8,4 sd 14,8%

Perlu verifikasi lebih lanjut

4 GMK-503A Kekurangan: Tidak dapat mengukur KA contoh benih wortel kisaran 5,9% sd 11,7%) dan mentimun dengan kisaran 5,7 sd 10,8%.

Perlu verifikasi lebih lanjut

Sedangkan hasil program pemantauan/pengecekan Delmhorst G-7 dan Kett PM 600 yang dilakukan selama bulan Agustus s.d Oktober adalah toleran/sesuai.

Page 39: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 39

Saran dari kegiatan verifikasi ini yaitu perlu dilakukan verfikasi lebih lanjut terutama terhadap moisture meter yang belum berhasil dikalibrasi dengan lebih memperhatikan kekhasan cara kerja moisture meter.

i. Validasi Metode Penetapan Kadar Air Benih Koro Pedang

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia nomor 02/Permentan/SR.120/ 1/2014 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina, pada Pasal 15 dinyatakan bahwa untuk memproduksi benih bina mengikuti prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standarisasi nasional. Kebijakan yang lain dinyatakan pada Pasal 24 bahwa untuk mengetahui kesesuaian mutu benih dalam bentuk biji dilakukan pengujian laboratorium.Pengujian laboratorium diperlukan untuk pengisian data label benih bina.

Kadar air merupakan salah satu parameter yang menentukan mutu benih yang dicantumkan dalam label benih. Pengujian penetapan kadar air dilakukan untuk mengetahui apakah tingkat kadar air suatu lot benih sesuai dengan standar yang dipersyaratkan. Metoda standar untuk pengujian mutu benih dalam bentuk biji yang diakui secara internasional antara lain adalah ISTA Rules, namun dalam acuan tersebut belum tercakup metode penetapan kadar air untuk benih koro pedang (Canavalia sp). Untuk itu diperlukan pengkajian metode penetapan kadar air benih koro pedang dengan mengacu pada ISTA Rules. Penetapan kadar air untuk benih-benih yang belum tercantum metodenya dalam Tabel ISTA dilakukan dengan metode acuan (oven suhu rendah tetap 101-105oC selama 17 jam).

Adanya permasalahan yang terkait dengan kondisi pasokan listrik pada berbagai daerah di Indonesia, seringkali terjadi pemadaman bergilir aliran listrik oleh PLN, hal ini tentu saja dapat mengganggu kelancaran pengujian kadar air karena memerlukan waktu pengujian yang relatif lama. Benih koro pedang termasuk benih besar sehingga memerlukan perlakuan penghancuran sebelum proses pengeringan dengan oven. Berdasarkan alasan-alasan tersebut maka salah satu kegiatan di Balai Besar PPMB-TPH pada TA. 2015 adalah melaksanakan validasi metode untuk penetapan kadar air benih koro pedang. Pada validasi ini dilakukanpengkajianmetode dasar, sekaligus untuk menetapkan teknik dan waktu pengujian yang lebih efektif.

Pada awalnya validasi akan dilakukan untuk mendapatkan metode penetapan kadar air yang efektif dengan membandingkan metode oven suhu rendah dan suhu tinggi. Namun, hasil uji pendahuluan dengan kedua metode tersebut terdapat perbedaan hasil yang signifikan melebihi nilai toleransi sehingga akhirnya validasi hanya dilakukan dengan metode oven suhu rendah. Kegiatan validasi ini melibatkan 9 laboratorium pengujian benih yaitu BPSB dari Provinsi: Aceh, Bengkulu, Banten, DKI Jakarta, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Balai Besar PPMB-TPH. Tujuannya adalah mendapatkan metode penetapan kadar air benih koro

Page 40: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 40

pedang yang dapat diterapkan di seluruh Laboratorium Pengujian Benih di Indonesia.

Benih koro pedang yang terdapat di pasaranbelum ada yang dilepas (belum ada varietas benih bersertifikat),sehingga benih yang digunakan pada validasi ini masih berupa galur yang berasal dari 1 lot. Benih tersebut terdiri dari galur Temanggung dan Banyuwangimasing-masing dengan kadar air awal 16,8% dan 16,6%.

Kegiatan validasi dilakukan dengan prosedur pelaksanaan sebagai berikut :

1) Pra validasi

a) Penghancuran benih Benih koro pedang memiliki ukuran besar sehingga dibutuhkan proses penghancuransebelumbenih dikeringkan dalam oven. Untuk mendapatkan skala penghancuran benih yang sesuai dengan spesifikasi alat penghancur benih (grinding mill) yang ada dilaboratorium, maka dilakukan pengecekan mutu grindingmill dengan perlakuan penghancuran skala kasar (coarse) yaitu 5, 6 dan 7 (Gambar V.1.31 dan V.1.32).

Gambar V.1.31. Proses penghancuran benih: (a) Penghancuran benih dengan skala kasar, (b) Pengukuran suhu material hasil penghancuran

Gambar V.1.32. Pengecekan mutu grinding: (a) Penyaringan partikel

benih secara mekanik, (b) Partikel benih yang tertinggal pada saringan 4 mm, c) Partikel benih lolos saringan 4,00 dan 2,00 mm

b) Uji Pendahuluan

Melakukan penetapan kadar air untuk mengetahui perlakuan pengeringan metode oven suhu tinggi yang memberikan hasil uji yang toleran terhadap hasil uji metode oven suhu rendah 103oC selama 17 jam dengan penghancuran kasar.

b a

a b

Page 41: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 41

Penetapan kadar air menggunakan metode suhu tinggi (132oC)dilakukan dengan empat durasi pengeringan yaitu ½ jam, 1 jam, 1½ jam dan 2 jam. Hasil uji kadar air menggunakan suhu tinggi dengan keempat durasi pengeringan, tidak didapatkan perlakuan suhu tinggi yang memberikantoleransi baik terhadap hasil uji dengan metode suhu rendah karena nilai toleransinya lebih dari 0,3% (Tabel V.1.16). Tabel V.1.16. Hasil penetapan kadar air benih koro pedang

varietas Temanggung menggunakan suhu rendah dan suhu tinggi

No. Analis

Persentase Kadar Air (%)

Suhu Rendah (103°C) Skala 7

Suhu Tinggi (132°C) Skala 7

½ jam 1 jam 1½ jam 2 jam

Uji I Uji II Uji I Uji II Uji I Uji II Uji I Uji II Uji I Uji II

1 A 16.9 16.7 17.2 17.2 17.5 17.4 17.5 17.5 17.6 -

2 B 16.8 16.7 17.2 17.2 17.3 17.5 17.4 17.5 17.5 -

Rerata 16.8 16.7 17.2 17.2 17.4 17.4 17.4 17.5 17.5 -

16.8 17.2 17.4 17.5 17.5

Sesuai Tabel V.1.16 dapat dilihat rata-rata hasil 2 kali pengujian (Pengujian I dan Pengujian II) antara suhu rendah dan suhu tinggi dengan durasi pengeringanyang paling singkat yaitu ½ jam, menunjukkan perbedaan hasil uji lebih dari 0,3% (17,2 – 16,8 = 0,4%). Biladibandingkan dengan pengujian yang durasinya lebih lama seperti 1 jam, 1½ jam dan 2 jam perbedaan hasil uji juga semakin besar (lebih dari 0,6%). Berdasarkan alasan tersebut, maka pada validasi ini tahap uji reprodusibilitas tidak dilakukan dengan metode suhu tinggi tetapi hanya menggunakan metode suhu rendah.

c) Uji repeatabilitas Uji repeatabilitas untuk mengevaluasi kesesuaian dua metode terhadap sarana/prasarana dan analis di Laboratorium Balai Besar PPMB-TPH, tidak dapat dilakukan karena terdapat perbedaan hasil uji antara metode suhu rendah dan suhu tinggi yang tidak memenuhi persyaratan toleransi.

d) Penetapan tingkat kadar air benih Benih koro pedang yang telah dihomogenkan dibagi menjadi 2 tingkat kadar air yaitu benih dengan kadar air rendah dan kadar air tinggi. Setiap tingkat kadar air dibagi kembali menjadi 3 variasi kadar air dengan cara menurunkan kadar airnya (Gambar V.1.33).

Gambar V.1.33. Proses penurunan kadar air: (a) Pemanasan di dalam oven, (b) Penjemuran di bawah panas matahari

Page 42: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 42

Hasil penetapan 6 tingkat kadar air yang disertakan untuk validasi secara rinci dapat dilihat pada Tabel V.1.17.

Tabel V.1.17. Tingkat kadar air benih untuk validasi

Tingkat KA(%) Variasi KA(%) Jenis Galur / Tingkat KA Awal

Banyuwangi Temanggung

Rendah

9 9,0 – 10,0 9,2 9,8

10 10,1 – 11,0 10,3 10,6

11 11,1 – 12,0 11,3 11,7

Tinggi

12 12,1 – 13,0 12,2 12,5

13 13,1 – 14,0 13,2 13,4

14 14,1 – 15,0 14,4 14,6

Sesuai dengan Tabel V.1.17, kadar air yang digunakan untuk validasi terdiri dari kadar air level rendah dalam kisaran 9 – 11 %, sedangkan kadar air level tinggi dalam kisaran 12 – 14 %. Hasil penetapan kadar air untuk benih varietas Banyuwangi yang tercapai mempunyai tingkat kadar air lebih rendah daripada varietas Temanggung.

e) Pengemasan contoh benih menggunakan aluminium foil Setelah mendapatkan tingkat kadar air yang ditetapkan, benih untuk contoh kirim segera dikemas menggunakan plastik polyethylene (ketebalan 0,08 mm) dan dikemas lagi menggunakan alumunium foil. Berat tiap kemasan kurang lebih 25 gram.

f) Uji heterogenitas Pengujian dilakukan oleh 6 orang analis,dimana masing-masing analis menguji 2 varietas contoh benih dengan 6 tingkat kadar air menggunakan metode oven suhu rendah (103oC; 17 jam). Data hasil uji kemudian dianalisis berdasarkan nilai toleransi 0,3% (ISTA Handbook on Moisture Determination, 2007). Berdasarkan hasil analisis data, benih pada setiap tingkat kadar air dinyatakan tidak heterogen karena selisih nilai kadar air dari rata-rata 6 pengujian dengan kadar airdari tiap pengujian tidak lebih dari 0,3%.

g) Reprodusibilitas Setelah benih dinyatakan tidak heterogen selanjutnya contoh benih dikodefikasi dan dikemas, kemudian dikirimkan ke 9 Laboratorium pesertauntuk diuji kadar air menggunakan metode oven suhu rendah (101-105oC selama 17 jam). Selain contoh uji kadar air, peserta juga diberikan contoh benih untuk pengecekan mutu grinding mill dengan kemasan @ 50 gram sebanyak 10 ulangan setiap varietas. Benih yang dikirim disertai dengan petunjuk pelaksanaan validasi.

Pada tahap uji reprodusibilitas peserta melakukan pengujian secara serempak dimasing-masing laboratorium dengan batas waktu yang ditentukan. Berdasarkan hasil evaluasi data pengecekan mutu grinding,

Page 43: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 43

diketahui bahwa perlakuan penghancuran kasar skala 6 dan 7 yang dilakukan oleh seluruh peserta memenuhi persyaratan kelolosan saringan.

Dalam proses penetapan kadar air beberapa peserta memilih menggunakan perlakuan penghancuran kasar skala 6, namun sebagian peserta yang lain menggunakan skala 7. Pemilihan skala penghancuran ini dilakukan dengan memperhatikan kestabilan perubahan suhu sebelum dan sesudah benih dihancurkan sesuai spesifikasi grinding mill yang digunakan pada masing-masing laboratorium.

Analisa data kadar air menggunakan nilai toleransi 0,3%yang digunakan dalam rangka pengambilan keputusan hasil validasi dilakukan berdasarkan ISTA Handbook on Mouisture Determination, 2007. Jika 75% atau lebih dari perbedaan dalam kisaran toleransi 0,3%, maka metode yang digunakan diterima. Tingkat 75% ini didasarkan pada observasi, serta aman dan praktis.

Berdasarkan ringkasan hasil analisis data validasi / uji reprodusibilitas kadar air dapat disimpulkan bahwa metode penetapan kadar air benih koro pedang varietas Banyuwangi dan Temanggung menggunakan metode oven suhu rendah 101-105ºC selama 17 jam dengan penghancuran kasar dapat diterima / valid. Dimana perbedaan hasil uji seluruh peserta yang berada dalam kisaran toleransi 0,3% lebih dari 75% yaitu 90,7% untuk varietas Banyuwangi dan 94,4% untuk varietas Temanggung (Tabel V.1.17)

Tabel V.1.18. Persentase laboratorium yang toleran

Tingkat Kadar Air ∑ Peserta ∑ Peserta

toleran ∑ Peserta tidak

toleran

A. Varietas Banyuwangi

Rendah (9 – 11%) 27 27 0

Tinggi (12 – 14%) 27 22 5

∑ 54 49 5

% 100 90,7 9,3

B. Varietas Temanggung

Rendah (9 – 11%) 27 25 2

Tinggi (12 – 14%) 27 26 1

∑ 54 51 3

% 100 94.4 5.6

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil validasi ini adalah :

1) Metode penetapan kadar air benih koro pedang dengan menggunakan oven suhu rendah (101-105oC) selama 17 jam ± 1 jam dengan penghancuran kasar dapat diterima sebagai metode acuan dan diterapkan di seluruh Laboratorium Pengujian Benih di Indonesia.

2) Metode pengeringan suhu tinggi tidak dapat digunakan untuk penetapan kadar air benih koro pedang karena hasil pengujian menggunakan suhu rendah dan suhu tinggi terdapat perbedaan hasil uji yang signifikan melebihi nilai toleransi 0,3%.

Page 44: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 44

j. Validasi Metode Pengujian Daya Berkecambah Benih Koro Pedang (Canavalia sp.)

Pengujian laboratorium diperlukan untuk pengisian data label benih bina. Metoda standar untuk menguji mutu benih dalam bentuk biji yang diakui secara internasional antara lain adalah aturan ISTA. Di dalam aturan ISTA belum tercakup metode pengujian daya berkecambah untuk benih koro pedang. Berdasarkan hal tersebut perlu dikaji metode pengujian daya berkecambah benih koro pedang.

Dalam uji DB, benih dikecambahkan pada suatu substrat lembab yang berupa kertas atau pasir dan ditempatkan dalam suatu ruang atau kabinet perkecambahan dengan suhu terkendali. Pada tahun 2014 telah dilakukan pengujian daya berkecambah pada benih koro pedang untuk melihat jenis perkecambahan dan mendapatkan metode pengujian daya berkecambah benih koro pedang. Dari hasil pengembangan tersebut diketahui bahwa Tipe perkecambahan benih koro pedang termasuk dalam grup kecambah A-2-1-2-2 (Tipe F). Pengujian daya berkecambah koro pedang dilakukan pada media pasir dan suhu 25oC Pengamatan pertama dan pengamatan terakhir pada jatuh pada hari ke-7-8 dan 14. pada tahun 2015 ini akan dilanjutkan dengan kegiatan validasi metode pengujian daya berkecambah benih koro pedang.

Validasi adalah konfirmasi melalui pengujian dan penyediaan bukti objektif bahwa persyaratan tertentu untuk suatu maksud khusus dipenuhi. Validasi digunakan untuk metode tidak baku, metode yang dikembangkan sendiri oleh laboratorium, atau metode baku yang dimodifikasi. Validasi dilakukan untuk memastikan bahwa metode pengujian maupun kalibrasi tersebut sesuai untuk penggunaan yang dimaksudkan, dan mampu menghasilkan data yang valid .

Kegiatan pengembangan metode ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode daya berkecambah untuk benih koro pedang yang ditetapkan dapat diaplikasikan (valid).

Kegiatan pengembangan metode ini dilakukan pada Januari s.d Desember 2015 di laboratorium Balai Besar PPMB-TPH dan beberapa BPSB peserta validasi. Bahan yang digunakan adalah 3 lot benih koro pedang (lot A berasal dari Temanggung sedangkan benih lot B dan C berasal dari Banyuwangi), media pasir dll. Peralatan yang digunakan adalah peralatan untuk pengujian daya berkecambah.

Pengembangan metode ini terdiri dari beberapa metode : 1) Pra-Validasi

Dilakukan Uji Homogenitas dengan melakukan pengujian daya berkecambah koro pedang pada media pasir dan suhu 25oC. Pengamatan pertama dan pengamatan terakhir pada jatuh pada hari ke 7-8 dan 14 (Tabel V.1.19).

Page 45: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 45

Tabel V.1.19. Data daya berkecambah 3 lot benih koro pedang pada uji homogenitas

Lot/Ul A (%) B (%) C (%)

1 99 99 99

2 99 100 98

3 100 100 99

4 99 100 99

5 99 100 96

6 100 100 96

7 99 100 98

8 100 100 100

Rata-rata 99 100 98

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan ”The Heterogeneity Testing Calculator for seed lots in multiple containers” lot C tidak signifikan heterogen. Sedangkan Lot A dan B tidak dilakukan perhitungan karena rata-rata daya berkecambahnya lebih dari 99% sehingga tidak signifikan heterogen.

Selain itu juga dilakukan uji stabilitas yang waktu pengujiannya bersamaan dengan pengujian di laboratorium peserta validasi. Adapun hasil uji stabilitas dapat dilihat pada Tabel V.1.20. Tabel V.1.20. Data daya berkecambah 3 lot benih koro pedang

pada uji stabilitas Lot/Ul A (%) B (%) C (%)

1 99 100 96

2 98 97 97

3 98 99 98

Rata-rata 98 99 97

2) Pemilihan Laboratorium Peserta

Balai Besar PPMB-TPH bertindak sebagai penyelenggara dan laboratorium acuan. Adapun laboratorium pesertanya adalah dari DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Aceh, Bengkulu, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat.

3) Validasi Pengujian DB dilakukan dengan jumlah contoh kerja 2 x 100 benih murni. Pengujian dilakukan pada media pasir dan menggunakan suhu 25oC. Evaluasi pertama dilakukan pada hari ke-7 atau ke-8 dan evaluasi terakhir pada hari ke-14. Data yang diperoleh dari laboratorium peserta dapat dilihat pada Tabel V.1.21. Tabel V.1.21. Data daya berkecambah 3 lot benih koro pedang lab

peserta validasi Lot/Lab peserta A (%) B (%) C (%)

1 100 99 100

2 100 100 100

3 94 97 85

4 97 99 97

5 99 97 95

6 96 91 89

Page 46: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 46

Lot/Lab peserta A (%) B (%) C (%)

7 100 97 95

8 98 97 96

9 95 96 89

10 100 98 97

Rata-rata 98 97 94

Data peserta ini kemudian dianalisis dengan menggunakan tabel toleransi ISTA, adapun sebagai nilai acuannya digunakan : 1) Uji stabilitas 2) Rata-rata peserta

Tabel toleransi ISTA merupakan batas maksimal perbedaan nilai daya berkecambah benih yang diuji antar laboratorium yang diperbolehkan oleh ISTA. Jika tingkat perbedaan dibawah batas toleransi maksimal maka hasil pengujian daya berkecambah tidak berbeda nyata, namun apabila melebihi batas maksimal maka hasil uji tidak dapat digunakan atau tidak valid.

Hasil analisis untuk tiap lot dengan nilai acuan menggunakan data uji stabilitas dapat dilihat pada Tabel V.1.22 – V.1.24. Tabel V.1.22. Data hasil analisis lot A

No DB NA rata-rata NA-

Peserta Tabel ISTA

Hasil Evaluasi

1 100 98 99 2 2 T

2 100 98 99 2 2 T

3 94 98 96 4 6 T

4 97 98 98 1 4 T

5 99 98 99 1 2 T

6 96 98 97 2 5 T

7 100 98 99 2 2 T

8 98 98 98 0 4 T

9 95 98 97 3 5 T

10 100 98 99 2 2 T

Tabel V.1.23. Data hasil analisis lot B

No DB NA rata-rata NA-

Peserta Tabel ISTA

Hasil Evaluasi

1 99 99 99 0 2 T

2 100 99 100 1 2 T

3 97 99 98 2 4 T

4 99 99 99 0 2 T

5 97 99 98 2 4 T

6 91 99 95 8 7 TT

7 97 99 98 2 4 T

8 97 99 98 2 4 T

9 96 99 98 3 4 T

10 98 99 99 1 2 T

Page 47: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 47

Tabel V.1.24. Data hasil analisis lot C

No DB NA rata-rata NA-

Peserta Tabel ISTA

Hasil Evaluasi

1 100 97 99 3 2 T

2 100 97 99 3 2 T

3 85 97 91 12 9 TT

4 97 97 97 0 5 T

5 95 97 96 2 6 T

6 89 97 93 8 8 T

7 95 97 96 2 6 T

8 96 97 97 1 5 T

9 89 97 93 8 8 T

10 97 97 97 0 5 T

Keterangan : NA : Nilai Acuan T : Toleran

TT : Tidak Toleran

Untuk lot A, pada Tabel V.1.22 terlihat bahwa dari 10 laboratorium peserta, semua laboratorium (100%) hasilnya toleran. Sedangkan untuk lot B (Tabel V.1.23) dan lot C (Tabel V.1.24), terlihat bahwa dari 10 laboratorium peserta, hanya satu laboratorium yang hasilnya tidak toleran, berarti untuk lot B dan lot C sebanyak 90% laboratorium hasilnya toleran. Rata-rata dari 3 lot tersebut adalah 93% laboratorium hasilnya toleran. Hasil analisis tiap lot dengan nilai acuan menggunakan data rata-rata peserta dapat dilihat pada Tabel V.1.25 – V.1.27. Tabel V.1.25. Data hasil analisis lot A

No DB NA rata-rata NA-

Peserta Tabel ISTA

Hasil Evaluasi

1 100 98 99 2 2 T

2 100 98 99 2 2 T

3 94 98 96 4 6 T

4 97 98 98 1 4 T

5 99 98 99 1 2 T

6 96 98 97 2 5 T

7 100 98 99 2 2 T

8 98 98 98 0 4 T

9 95 98 97 3 5 T

10 100 98 99 2 2 T

Tabel V.1.26. Data hasil analisis lot B

No DB NA rata-rata NA-

Peserta Tabel ISTA

Hasil Evaluasi

1 99 97 98 2 4 T

2 100 97 99 3 2 TT

3 97 97 97 0 5 T

4 99 97 98 2 4 T

5 97 97 97 0 5 T

6 91 97 94 6 7 T

7 97 97 97 0 5 T

8 97 97 97 0 5 T

9 96 97 97 1 5 T

10 98 97 98 1 4 T

Page 48: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 48

Tabel V.1.26. Data hasil analisis lot C

No DB NA rata-rata NA-

Peserta Tabel ISTA

Hasil Evaluasi

1 100 94 97 6 5 TT

2 100 94 97 6 5 TT

3 85 94 90 9 9 T

4 97 94 96 3 6 T

5 95 94 95 1 7 T

6 89 94 92 5 8 T

7 95 94 95 1 7 T

8 96 94 95 2 7 T

9 89 94 92 5 8 T

10 97 94 96 3 6 T

Keterangan : NA : Nilai Acuan T : Toleran

TT : Tidak Toleran

Untuk lot A, pada Tabel V.1.24 terlihat bahwa dari 10 laboratorium peserta, semua laboratorium (100%) hasilnya toleran. Untuk lot B, pada Tabel V.1.25 terlihat bahwa dari 10 laboratorium peserta, hanya satu laboratorium yang hasilnya tidak toleran, berarti untuk lot B terdapat sebanyak 90% laboratorium hasilnya toleran. Sedangkan untuk lot C, pada Tabel V.1.26 terlihat bahwa dari 10 laboratorium peserta, terdapat dua laboratorium yang hasilnya tidak toleran, berarti untuk lot C terdapat sebanyak 80% laboratorium hasilnya toleran. Rata-rata dari 3 lot tersebut adalah 90%.

Selain pengecekan toleransi berdasarkan tabel toleransi ISTA, validasi ini juga dianalisa dengan diujii nilai h dan nilai k. Uji nilai h dan k adalah analisa repeatabilitas dan reprodusibilitas berdasarkan ISO 5725-2. Repeatability dan reproducibility merupakan komponen utama dalam penentuan tingkat presisi metode (Huber, 2007). Nilai h dihitung dari selisih antara rata-rata hasil uji laboratorium dengan rata-rata keseluruhan laboratorium dibagi dengan standard deviasi keseluruhan laboratorium. Nilai h menunjukkan kecenderungan hasil uji suatu laboratorium under/over estimate dibanding rata-rata hasil uji laboratorium lainnya. Nilai k dihitung dari pembagian nilai standard deviasi pada suatu laboratorium dengan akar dari rata-rata ragam keseluruhan laboratorium. Nilai k menunjukkan variabilitas antar ulangan dalam suatu laboratorium.

Untuk nilai H dan K hasil uji daya berkecambah 3 lot benih koro pedang antar laboratorium peserta dapat dilihat pada Gambar V.1.34 dan V.1.35.

Page 49: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 49

Nilai H (1,8)

Gambar V.1.34. Nilai H hasil uji daya berkecambah 3 lot benih koro

pedang antar laboratorium peserta

Nilai K (1,90)

Gambar V.1.35. Nilai K hasil uji daya berkecambah 3 lot benih koro

pedang antar laboratorium peserta

Berdasarkan tabel indikator Mandel‟s h dan k pada taraf signifikansi 5% didapatkan nilai kritis sebesar 1,80 dan 1,90. Hasil perhitungan statistik konsistensi antar laboratorium (Gambar V.1.34) menunjukkan bahwa hasil pengujian daya berkecambah laboratorium 6 tidak konsisten dengan hasil analisis laboratorium peserta lainnya. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai h yang lebih besar dibanding nilai kritis h pada taraf signifikansi 5%. Hasil perhitungan statistik konsistensi dalam laboratorium (Gambar V.1.35) menunjukkan bahwa terdapat variasi yang besar antar ulangan pada hasil analisis pengujian daya berkecambah laboratorium 6 karena hasil pengujiannya memiliki nilai k yang melampaui nilai kritis k pada taraf signifikansi 5%.

Hasil analisa data dengan menguji nilai h dan k menunjukkan bahwa 90% hasil pengujian oleh laboratorium peserta lebih kecil dibanding nilai kritis h dan k sedangkan hasil analisa data menggunakan tabel toleransi ISTA dengan hasil uji stabilitas sebagai nilai acuan menunjukkan 93% laboratorium hasilnya toleran, dan yang menggunakan rata-rata peserta sebagai nilai acuan menunjukkan 90% laboratorium hasilnya toleran.

Page 50: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 50

Dari hasil pengembangan metode ini dapat disimpulkan bahwa Metode daya berkecambah untuk benih koro pedang dengan menggunakan media pasir pada suhu terkendali 25oC, dengan evaluasi pertama dilakukan pada hari ke-7 atau ke-8 dan evaluasi terakhir pada hari ke-14 dapat diaplikasikan (valid).

k. Validasi Jumlah Sampel Uji Deteksi Aphelenchoides besseyi pada Benih Padi Berdasarkan ISTA Rules Chapter 7: 7-025

Review metode dalam ISTA Rules dilakukan secara berkala oleh Komite pada Organisasi ISTA (International Seed Testing Association), termasuk Seed Health Testing Committee yang pada saat ini diketuai oleh Valerie Grimault.

Pada bulan November 2014, Balai Besar PPMB-TPH (Indonesia) bekerja sama dengan ISTA melaksanakan Pelatihan Pengujian Kesehatan Benih dengan salah satu nara sumber adalah Valerie Grimault. Dalam pelatihan tersebut, salah satu materi praktek adalah deteksi Aphelenchoides besseyi pada Benih Padi Berdasarkan ISTA Rules Chapter 7:7-025. Dalam diskusi disampaikan oleh Tim Balai Besar PPMB-TPH bahwa jumlah sampel uji yang tertulis dalam ISTA Rules Chapter 7:7-025 tidak aplikatif untuk dilaksanakan di laboratorium. Jumlah benih yang diuji sangat banyak yaitu 30.000 benih (300 ulangan/ subsample @ 100 butir). Analis tidak mampu untuk melaksanakan pengujian dengan jumlah sebanyak itu.

Sebagai ketua komite, Valerie Grimault menindaklanjuti dengan melaksanakan meeting bersama Komite ISTA dan berkomunikasi dengan laboratorium Balai Besar PPMB-TPH serta serta laboratorium–laboratorium lain yang sudah di akreditasi oleh ISTA, sehingga didapat kesepakatan bahwa perlu direview metode tersebut untuk mendapatkan sampel uji yang memadai.

Laboratorium Balai Besar PPMB-TPH bersedia melaksanakan validasi karena metode tersebut sudah masuk dalam ruang lingkup akreditasi ISTA dan di Indonesia mudah ditemukan benih padi yang mengandung Aphelenchoides besseyi.

Validasi metode ini bertujuan untuk mendapatkan sampel uji yang memadai sehingga mudah dilaksanakan oleh analis laboratorium pada deteksi Aphelenchoides besseyi Benih Padi.

Validasi dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar PPMB-TPH pada bulan Agustus sampai dengan September 2015 oleh 7 analis. Metode yang digunakan sesuai ISTA Rules Chapter 7:7-025.

Benih yang digunakan sebanyak 3 Varietas, yaitu 1) Varietas Pak Tiwi ( Data Awal > 400 nematoda /400 butir) 2) Varietas Ciherang (Data awal : ± 60 nematoda /400 butir) 3) Varietas Situbagendit (Data awal : <5 nematoda /400 butir)

Jumlah sampel yang diuji oleh 7 analis ada 3 unit, yaitu : 1) 4x100 butir (usulan dari Balai Besar PPMB-TPH) 2) 4x250 butir (usulan dari Laboratorium di Vercelly, Italy)

Page 51: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 51

3) 4x1000 butir (usulan Valerie Grimault) Rincian hasil validasi yang dilaksanakan oleh tujuh analis ada pada Gambar V.1.35. Dari ketiga tabel tersebut dapat diketahui bahwa dalam ketiga metode yang digunakan yaitu jumlah sampel uji : 4x100 butir, 4x250 butir dan 4x1000 butir, nematoda Aphelenchoides besseyi ditemukan pada semua varietas dengan jumlah yang berbeda-beda tergantung pada data awal.

Balai Besar PPMB-TPH mengusulkan jumlah sampel yang digunakan untuk deteksi Aphelenchoides besseyi sebanyak 4x100 butir, karena ini sangat aplikatif dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar PPMB-TPH. Setelah dilakukan validasi dengan tiga tingkat jumlah nematoda yang berbeda, jumlah sampel 4x100 butir ini relevan untuk sampel uji dengan jumlah nematoda yang sedang dan banyak, namun kurang tepat untuk jumlah nematoda yang sangat sedikit.

Demikian juga metode usulan dari laboratorium di Vercelly Itali dengan jumlah sampel uji 4x 250 butir, hasilnya sama dengan metode usulan Balai Besar PPMB-TPH. Metode 4x250 hasilnya valid untuk benih yang jumlah Aphelenchoides besseyi sedang dan banyak. Namun belum valid untuk yang jumlahnya sedikit. Kesimpulan sementara untuk usulan metode yang hasilnya valid pada ketiga varietas dan tiga tingkat jumlah Aphelenchoides besseyi adalah metode usulan dari Valerie Grimault yaitu 4x1000 butir.

Gambar V.1.36. Jumlah nematoda pada beberapa varietas

Hasil validasi ini masih akan dipergunakan oleh Valerie Grimault selaku Ketua Komite Teknis Pengujian Kesehatan Benih ISTA sebagai bahan pertimbangan teknis pada pertemuan international dan bahan untuk revisi ISTA Rules.

Sesuai ISTA Rules, deteksi Aphelenchoides besseyi dilaksanakan dalam waktu dua hari, namun saat pelaksanaan validasi, waktu deteksi dapat bertambah dikarekan nematoda yang ada pada benih padi sangat banyak, sehingga waktu identifikasi yang awalnya hanya satu hari berubah menjadi dua sampai dengan empat hari.

Page 52: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 52

Dari hasil validasi metode ini dapat disimpulkan bahwa : 1) Rekomendasi jumlah sampel uji dalam ISTA Rules Chapter 7:7-025

tidak aplikatif untuk dilaksanakan di laboratorium. Jumlah benih yang diuji sangat banyak yaitu 30.000 benih (300 ulangan/ subsample @ 100 butir).

2) Metode yang hasilnya valid pada kegiatan validasi di Balai Besar PPMB-TPH adalah Deteksi Aphelenchoides besseyi dengan jumlah sampel uji 4x1000 butir.

3) Hasil Validasi akan digunakan sebagai bahan pertimbangan teknis dalam revisi ISTA Rules

l. Validasi Metode Percepatan Waktu Pengujian Mutu Benih Kedelai

Kedelai merupakan salah satu komoditi yang mendapat perhatian khusus dalam program peningkatan produksi pangan di Indonesia. Menurut data dari Rencana Strategis Kementrian Pertanian tahun 2010-2015, produksi kedelai meningkat sebesar 1,93% per tahun. Sedangkan luas panen kedelai terjadi penurunan yang besar di Jawa (-3,28%/thn) dan meningkat di luar Jawa (2,31%/thn). Produktivitas kedelai baik di Jawa (3.49%) maupun di luar Jawa (3.38%) mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Dalam rangka mendukung program pemerintah yaitu peningkatan produksi kedelai dan berdasarkan pada arahan Bapak Direktur Jenderal Tanaman Pangan dalam Rapim B, serta hasil rapat yang dipimpin Bapak Direktur Perbenihan Tanaman Pangan tanggal 7 September 2015, salah satu upaya yang dapat ditempuh oleh Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan adalah percepatan dalam setiap tahapan proses sertifikasi benih.

Menurut Adisarwanto (2005) penerapan sertifikasi benih pada sistem jalur benih antar lapang dan musim agak sulit karena tenggang waktu antara saat panen dan penanaman benih umumnya sekitar satu bulan, sementara proses sertfikasi benih memerlukan waktu sekitar 5 minggu dengan rincian 2 minggu untuk pengolahan benih mendapatkan biji dan 2-3 minggu untuk proses sertifikasi yang didalamnya termasuk pengujian mutu benih. Pengujian laboratorium khususnya pengujian daya berkecambah merupakan salah satu tahapan yang perlu dikaji dan dievaluasi periode pengujiannya. Dalam ISTA Rules pengujian daya berkecambah dilakukan dalam waktu 8 hari (pengamatan pertama hari ke-5 dan pengamatan terakhir hari ke-8).

Laboratorium Balai Besar PPMB-TPH dan Laboratorium UPTD BPSB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah melaksanakan pengembangan metode daya berkecambah pada benih kedelai. Latar belakang pengembangan metode pengujian daya berkecambah pada benih kedelai Laboratorium Balai Besar PPMB-TPH adalah sebagai berikut : 1) Pengamatan pertama dilakukan pada hari ke-5, sehingga

pelaksanaan pengujian DB hanya dapat diltabur pada hari Rabu dan Kamis (untuk menghindari pengamatan di hari libur (Sabtu dan Minggu);

Page 53: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 53

2) Dengan dapat dilakukan pengamatan pertama pada hari ke-4, maka pengujian dapat dilakukan juga pada hari Senin (pengamatan pertama hari Jumat) dan pengamatan terakhir hari Selasa pada minggu berikutnya.

Hasil Pengembangan Metode Laboratorium Balai Besar PPMB-TPH adalah bahwa pertambahan kecambah tertinggi diperoleh pada hari ke-4 (Gambar V.1.37).

Varietas Anjasmara

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

3 4 5 6 7 8Pengamatan hari ke...

Jm

h K

ecam

ba

h N

orm

al

(%)

Gambar V.1.37. Jumlah kecambah normal pada setiap hari pengamatan

Latar belakang pengembangan metode daya berkecambah pada benih kedelai Laboratorium BPSB Provinsi DIY adalah sebagai berikut : 1) Bagi penangkar produsen benih, waktu 5 (lima) hari dalam

menunggu keluarnya informasi mutu benih terkait daya berkecambahnya benih kedelai masih dirasakan kurang cepat.

2) Hal-hal tersebut yang mendorong Laboratorium UPTD BPSBP Dinas Pertanian D.I. Yogyakarta melakukan pengembangan metode terhadap evaluasi daya berkecambah benih kedelai pada hari yang paling minimal.

3) Pengembangan metode dilakukan terhadap benih kedelai yang masih bervigor tinggi (umur ± 1 bulan). Biji kedelai pada dasarnya tidak memiliki dormansi dan dapat segera berkecambah pada kondisi lingkungan yang sesuai.

4) Biji kedelai yang masih baru / bervigor tinggi yang dikecambahkan akan relatif cepat mengalami imbibisi karena secara botani kulit biji kedelai yang relatif tipis.

Sehingga pengujian dilakukan dalam durasi 8 hari dengan pengamatan pertama dilakukan pada hari ke-4 atau ke-5. Pengujian dapat diakhiri sebelum hari ke-8, apabila sudah dapat dipastikan tidak ada kecambah yang akan tumbuh normal dalam sisa waktu tersebut.

Hasil Pengembangan Metode yang dilaksanakan Laboratorium UPTD BPSB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu:

Page 54: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 54

1) Evaluasi daya berkecambah pada hari kelima varietas benih kedelai yang digunakan dalam pengembangan metode ini, menunjukkan bahwa pengamatan pada hari ke-3 (H3) terhadap kecambah normal dan abnormal kecambah tidak berbeda hasilnya yang sama dengan H5 maupun dua kali pengamatan (H3+8 dan H5+8) atau masih masuk dalam toleransi bag.1 Tabel 5E, ISTA 2014.

2) Evaluasi dilaksanakan pada hari ke 3, namun bakal calon daun pertama belum muncul sama sekali kalau dibuka kotiledonnya tapi pertumbuhan akar bagus. Laboratorium BPSB Daerah Istimewa Yogyakarta menentukan pengamatan pertama hari ke-4 karena lebih jelas bakal daun pertama yang terlihat jika kotiledon dibuka.

Latar belakang dilaksanakan pengembangan metode pada kedua laboratorium dan hasilnya digunakan sebagai dasar pelaksanaan validasi ini. Metode yang dikembangkan oleh laboratorium dapat dinyatakan valid apabila telah dilakukan validasi atau dilakukan reprodusibilitas (pengujian oleh beberapa laboratorium).

Validasi metode percepatan mutu benih kedelai pada pengujian daya tumbuh bertujuan untuk membuktikan bahwa pengamatan pertama hari ke-4 tidak berbeda dengan pengamatan pertama hari ke-5 yang mengacu pada ISTA Rules.

Kegiatan Validasi dilaksanakan pada bulan September dan Oktober 2015 yang terdiri dari sembilan laboratorium peserta, yaitu : 1) Balai Besar PPMB-TPH, 2) BPSB Jawa Barat, 3 ) BPSB Jawa Tengah, 4) BPSB Daerah Istimewa Yogyakart,a 5) BPSB Jawa Timur, 6) Balitkabi, 7) BPSB Lampung, 8) BPSB Kalimantan Selatan dan 9) BPSB Nusa Tenggara Barat.

Untuk kegiatan ini digunakan : 1) Benih Kedelai yang disiapkan sebanyak 8 Varietas (Gambar

V.1.37), 6 varietas berasal dari Balitkabi (Gepak Putih, Anjasmoro, DETAM I, Kaba, Grobogan dan Gema) serta 2 varietas berasal dari BPTP

2) DI Yogyakarta (Argomulyo dan Grobogan). 3) Kertas CD sebagai media pengujian. 4) Kemasan aluminium foil untuk pengiriman ke peserta. 5) Germinator untuk mempertahankan suhu pengujian.

Page 55: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 55

Gambar V.1.38. Delapan Varietas kedelai sebagai bahan uji

Benih kedelai yang akan digunakan sebagai bahan uji di homogenisasi (Gambar V.1.39) dan dilakukan uji homogenitas (Gambar V.1.40). Hasil uji homogenitas dinyatakan bahwa benih sebagai bahan uji homogen.

Gambar V.1.39. Homogenisasi penyiapan bahan uji

Page 56: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 56

Gambar V.1.40. Uji homogenitas

Setelah dinyatakan bahan uji homogen, dilaksanakan pengiriman bahan uji yang disertai dengan petunjuk teknis sehingga peserta melaksanakan pengujian dengan prosedur yang sama.

Peserta validasi melaksanakan pengujian sesuai dengan petunjuk teknis. Menggunakan 2x 400 butir untuk setiap lot. Pengamatan pertama dilakukan hari ke 4 untuk 400 butir dan pengamatan hari ke-5 untuk 400 butir lainnya. Media yang digunakan adalah kertas CD (bahan baku koran) dan dilakukan dalam periode waktu yang relatif bersamaan. Hasil yang didapat dicatat dalam formulir yang telah disiapkan dan dilakukan pengiriman ke Balai Besar PPMB-TPH. Pengujian Mutu Benih Awal

Hasil pengujian kadar air awal benih menunjukkan tingkat kadar air dengan variasi dari 8.4 % hingga 9.8 % (Tabel V.1.28). Hasil pengujian daya berkecambah awal evaluasi pertama hari ke-4 dengan nilai daya berkecambah terendah adalah varietas Detam I (78.75%) dan tertinggi varietas Gema (98.75%) dapat dilihat pada Tabel V.1.29. Hasil pengujian daya berkecambah awal evaluasi pertama hari ke-5 dengan nilai daya berkecambah terendah adalah varietas Detam I (83.75%) dan tertinggi varietas Gema (98.75%) dapat dilihat pada Tabel V.1.30. Di dalam metode pengujian benih yang dipublikasikan oleh ISTA dalam Internasional Rules for Seed Testing, pengujian benih tidak dibedakan berdasarkan varietas ataupun ukuran benih, tetapi hanya berdasarkan spesies. Oleh karena itu, pengujian benih kedelai untuk parameter kadar dan daya berkecambah adalah sama untuk semua jenis varietas dan semua ukuran benih.

Page 57: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 57

Tabel V.1.28. Hasil pengujian kadar air awal benih kedelai

Varietas KA 1 (%)

KA 2 (%)

Rata-Rata (%)

Argomulyo 9.4 9.4 9.4

Grobogan* 9.3 9.3 9.3

Detam I 9.1 9.2 9.2

Anjasmoro 9.8 9.7 9.8

Gema 8.9 8.9 8.9

Gepak Kuning 8.4 8.4 8.4

Kaba 8.4 8.4 8.4

Grobogan** 9.4 9.4 9.4

Ket :*Berasal dari BPTP Yogyakarta, **Berasal dari Balitkabi

Tabel V.1.29. Hasil uji daya berkecambah awal evaluasi pertama hari ke-4

Contoh Benih Uji Daya Berkecambah Hari ke-4 (%) Hasil Akhir (%) 4 5 6 8

Argomulyo 88.50 2.25 1.75 1.50 94.00

Grobogan* 84.25 9.50 2.25 1.75 97.75

Detam I 62.75 6.25 3.50 6.25 78.75

Anjasmoro 80.00 2.75 6.75 6.25 95.75

Gema 94.00 2.50 1.25 1.00 98.75

Gepak Kuning 89.50 2.50 1.75 3.75 97.50

Kaba 81.50 5.00 5.75 3.00 95.25

Grobogan** 74.00 5.25 5.50 8.75 93.50

Ket :*Berasal dari BPTP Yogyakarta, **Berasal dari Balitkabi

Tabel V.1.30. Hasil uji daya berkecambah awal evaluasi pertama hari ke-5

Contoh Benih Uji Daya Berkecambah Hari ke-5 (%) Hasil Akhir

5 6 8 (%)

Argomulyo 92.25 0.75 0.75 93.75

Grobogan * 42.25 17.25 34.75 94.25

Detam I 70.75 6.00 7.00 83.75

Anjasmoro 79.00 5.50 10.75 95.25

Gema 94.50 3.00 1.25 98.75

Gepak Kuning 91.50 1.25 2.75 95.50

Kaba 83.75 6.50 2.25 92.50

Grobogan** 75.25 8.25 9.75 93.25

Ket :*Berasal dari BPTP Yogyakarta, **Berasal dari Balitkabi

Kompulasi Kecambah Normal hasil pengamatan hari ke-4 dan hari ke-5 dianalisa menggunakan tabel toleransi daya berkecambah pada ISTA Rules.

Tidak semua laboratorium melampirkan data suhu dan kelembaban. Kisaran suhu pengujian 23-27oC dan kelembaban 60-90%. Persentase keberterimaan metode yang dikembangkan laboratorium setelah melalui validasi pada masing-masing varietas dan hasil rata-ratanya dapat dilihat pada Tabel V.1.30.

Page 58: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 58

Berdasarkan hasil dari laboratorium peserta diperoleh persentase daya berkecambah yang bervariasi pada pengamatan pertama hari ke-4. Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan persepsi analis pada beberapa BPSB dalam penentuan kecambah normal, yang didasarkan pada munculnya bakal daun pertama. Laboratorium BPSB Daerah Istimewa Yogyakarta menentukan pengamatan pertama hari ke-4 karena lebih jelas bakal daun pertama yang terlihat jika kotiledon dibuka.

Pengamatan juga dilakukan pada Evaluasi akhir/hari ke-8, namun hasilnya masih bervariasi sehingga untuk ke depannya masih diperlukan persamaan persepsi khususnya identifikasi kecambah normal pada benih kedelai.

Tabel V.1.31. Persentase keberterimaan metode yang

dikembangkan oleh laboratorium

Varietas % Keberterimaan

Argomulyo 44

Grobogan* 22

Detam 1 22

Anjasmoro 33

Gema 33

Gepak Putih 67

Kaba 22

Grobogan** 22

Rata-rata (%) 33 Ket :*Berasal dari BPTP Yogyakarta, **Berasal dari Balitkabi

Dari pelaksanaan validasi yang melibatkan 9 laboratorium dengan menggunakan delapan varietas benih kedelai di dapat persentase keberterimaan sebesar 33 %. Dengan menggunakan acuan pada ISTA Rules dalam validasi penetapan kadar air yang dinyatakan bahwa apabila persentase ≥ 75% maka metode yang dikembangkan oleh laboratorium dinyatakan valid.

Kesimpulan dari validasi ini adalah : 1) Pengamatan pertama pada hari ke-4 dalam pengujian daya

berkecambah benih kedelai belum bisa digunakan sebagai pengganti pengamatan pertama pada hari ke-5 yang telah ditetapkan oleh ISTA Rules dengan persentase keberterimaan 33%.

2) Pengujian daya berkecambah benih kedelai di laboratorium tetap dilaksanakan sesuai ISTA Rules dengan pengamatan pertama hari ke-5 dan pengamatan terakhir hari ke-8.

Tindak lanjut dari dua belas pengembangan dan validasi metode yang dilaksanakan pada tahun 2015 adalah : a. Rekomendasi yang sudah diusulkan pada akhir tahun 2015 ke ISTA

sebagai bahan pertimbangan teknis revisi ISTA rules Chapter 7: 7-025 deteksi Aphelenchoides besseyi pada Benih Padi. Rekomendasi jumlah

Page 59: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 59

sampel uji dalam ISTA Rules Chapter 7:7-025 tidak aplikatif untuk dilaksanakan di laboratorium. Jumlah benih yang diuji sangat banyak yaitu 30.000 benih (300 ulangan/ subsample @ 100 butir). Metode yang hasilnya valid pada kegiatan validasi di Balai Besar PPMB-TPH adalah Deteksi Aphelenchoides besseyi dengan jumlah sampel uji 4x1000 butir.

b. Beberapa rekomendasi yang dapat diusulkan sebagai bahan kebijakan (bahan acuan metode pada Keputusan menteri Pertanian atau peraturan teknis lainnya) pada tahun mendatang yaitu : 1) Standar maksimal laboratorium parameter kesehatan benih padi

yaitu jumlah bakteri Xanthomonas oryzae pv.oryzae sebanyak 7 x 108 cfu per gram benih. Dengan jumlah bakteri sebanyak itu sudah mulai berpengaruh nyata pada penurunan hasil panen.

2) Standar maksimal laboratorium parameter kesehatan benih padi yaitu jumlah nematoda Aphelenchoides besseyi sebanyak 898 spesimen (900 nematoda) per 400 butir masih aman, karena belum mempengaruhi hasil padi per tanaman.

3) Beberapa jenis trier yang dapat digunakan oleh pengawas benih tanaman di beberapa BPSB sebagai alternative apabila trier yang direkomendasikan oleh ISTA, tidak tersedia. Sehingga beberapa jenis trier ini dapat digunakan sebagai alat pengambil contoh benih pada proses sertifikasi benih padi.

4) Kemurnian genetik benih padi hibrida di laboratorium dapat dilaksanakan dengan berdasarkan metode molekuler (DNA) PCR menggunakan penanda SSR (RM 206 dan RM 346) pada kondisi tahap penempelan primer (annealing) suhu dan waktu yang memberikan hasil optimal yaitu 53°C selama 30 detik dengan komposisi DNA cetakan 3 ul konsentrasi 50x. Penanda SSR yang dapat membedakan kemurnian genetik hibrida secara molekuler (DNA) adalah RM 206 karena dapat menunjukkan perbedaan fragmen DNA (lebih dari satu pita DNA) pada sampel dengan campuran varietas.

5) Aplikasi metode PCR dengan penanda SSR untuk verifikasi varietas memerlukan optimasi metode penempelan primer (annealing) baik suhu dan waktu, hasil amplifikasi yang baik yaitu 58°C selama 30 detik dari RM 223 dan 55°C selama 30 detik dari RM 219 dan RM 589. Penanda SSR yang dapat membedakan suatu karakter pada varietas-varietas yang diuji dapat bermanfaat di dalam kegaiatan verifikasi kebenaran varietas di laboratorium antara lain RM 589 mengindikasikan ketahanan terhadap wereng, RM 223 yang dapat membedakan varietas padi aromatik, dan RM 220 dapat membedakan beras merah.

6) Beberapa moisture meter (alat uji cepat penetapan kadar air) yang dapat digunakan oleh laboratorium benih di daerah setelah diverifikasi di Balai Besar PPMB –TPH dan telah dikeluarkan hasil untuk kelebihan dan kekurangan masing-masing alat (Tabel V.1.32).

Page 60: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 60

Tabel V.1.32. Kelebihan atau kekurangan beberapa moisture meter

No Jenis

moisture meter Kelebihan/Kekurangan

Faktor pendukung keakuratan alat ukur

1 Delmhorst G-7 Kelebihan: a. dapat mengukur KA contoh benih padi

dengan kisaran pengukuran 8,4% sd 15,2%, b. dapat mengukur KA contoh benih jagung

dengan kisaran pengukuran 8,4% sd 14,8%, dengan mengurangi 0,3% pada setiap hasil pengukuran

a. Contoh benih dan alat ukur KA berada pada suhu yang sama selama pengukuran yaitu rata-rata suhu ruang 27,7ºC dengan kelembaban 58,4%

b. Suhu contoh benih pada Delmhorst G-7: 25 s.d 26ºC.

c. Contoh benih yang baru dikeringkan dibawah sinar matahari/dilembabkan pada germinator kabinet untuk mendapatkan level KA tertentu,hrs disetimbangkan terlebih dahulu semalam di ruang pelaksanaan kalibrasi sebelum dilakukan pengukuran.

d. Jenis kemasan contoh benih kalibrasi plastik polyethelineketebalan 0,08 mm

e. Kondisi contoh benih bersih (bukan hasil panen).

2 Kett PM 600 Kelebihan: a. dapat mengukur KA contoh benih kedelai

dengan kisaran pengukuran 7,7% s.d 13,3%,

b. dapat mengukur KA contoh benih kacang hijau dengan kisaran pengukuran 7,8% sd 14,4%, dengan mengurangi 1,4% pada setiap hasil pengukuran

3 DMC 500 Kekurangan: Tidak dapat mengukur KA contoh benih padi (kisaran 9,4% sd 15,8%) dan jagung dengan kisaran 8,4 sd 14,8%

Perlu verifikasi lebih lanjut

4 GMK-503A Kekurangan: Tidak dapat mengukur KA contoh benih wortel kisaran 5,9% sd 11,7%) dan mentimun dengan kisaran 5,7 sd 10,8%.

Perlu verifikasi lebih lanjut

Beberapa hasil pengembangan metode yang membuktikan kevalidan metode yang sudah tercantum dalam Kepmentan setelah dilakukan validasi bersama antara Balai Besar PPMB-TPH dan beberapa BPSB : a. Metode penetapan kadar air benih koro pedang dengan menggunakan

oven suhu rendah (101-105oC) selama 17 jam ± 1 jam dengan penghancuran kasar dapat diterima sebagai metode acuan dan diterapkan di seluruh Laboratorium Pengujian Benih di IndonesiaMetode penetapan kadar air benih koro pedang dengan menggunakan oven suhu rendah (101-105oC) selama 17jam ± 1 jam dengan penghancuran kasar dapat diterima sebagai metode acuan dan diterapkan di seluruh Laboratorium Pengujian Benih di Indonesia.

b. Metode daya berkecambah untuk benih koro pedang dengan menggunakan media pasir pada suhu terkendali 25oC, dengan evaluasi pertama dilakukan pada hari ke-7 atau ke-8 dan evaluasi terakhir pada hari ke-14 dapat diaplikasikan (valid) sehingga dapat diterima sebagai metode acuan dan diterapkan di seluruh Laboratorium Pengujian Benih di Indonesia.

Pengembangan metode yang perlu dilanjutkan pada tahun 2016 karna bersifat multi years dalah kajian masa berlaku label benih jagung yang disimpan dalam cold storage. Kesimpulan sementara yang diperoleh, Hasil pengujian Kadar Air (KA), Daya Berkecambah (DB) dan Indeks Vigor (IV) dari cold storage belum mengalami perubahan signifikan atau tidak berbeda nyata dengan data Label dan masih sesuai persyaratan berdasarkan KepmentanNo. 355 Tahun 2015 tentang Spesifikasi Persyaratan Mutu Benih di Laboratorium.Hasil pengujian Kadar Air yang di simpan pada suhu ruang dari kondisi bulan ke-0 hingga bulan ke-7 menunjukkan terjadinya peningkatan persentase KA.Hasil pengujian Daya Berkecambah yang di

Page 61: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 61

simpan pada suhu ruang dari kondisi bulan ke-7 menunjukkan tidak berbeda nyata dengan kondisi awal penyimpanan benih pada bulan ke-0. Beberapa hasil pengembangan dan validasi yang belum memuaskan dikarenakan keberagaman presepsi personil beberapa laboratorium BPSB peserta validasi dalam pelaksanaan pengujian (pemahaman metode uji dan penggunaan peralatan laboratorium). Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan perlu dilakukan validasi ulang dengan mempehatikan akar permasalahannya : a. Verifikasi Pengujian Tetrazolium (TZ) pada Benih Padi

Tingginya perbedaan daya berkecambah antara uji Tetrazolium (TZ) dan Daya berkecambah (DB) benih padi baik pada uji antar analis maupun laboratorium BPSBTPH diduga disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (1) Proses pembelahan benih yang tidak sempurna; (2)pengetahuan dan ketrampilan dalam proses evaluasi benih viabel dan non viabel;(3) pengetahuan mengenai struktur embrio benih padi; (4) penggunaan lup dalam proses evaluasi hasil uji di beberapa laboratorium BPSBTPH.Meskipun nilai korelasi yang diperoleh pada kegiatan ini masih rendah (r = 0.221-0.681), dengan hasil korelasi yang rendah, laboratorium serta analis penguji masih memerlukan peningkatan pemahaman, pengetahuan serta ketrampilan dalam pengujian serta evaluasi hasil uji TZ. Selain itu juga diperlukan kelengkapan peralatan khususnya mikroskop stereo dalam proses evaluasi hasil uji TZ.Hasil penelitian Nugraha et al (2012) menunjukkan tingkat korelasi sangat nyata (r=0.993) antara pengujian TZ dan DB, dan tingkat korelasi ini telah memenuhi persyaratan r minimum untuk uji TZ, sehingga uji TZ ini dapat dianggap sebagai metode yang potensial untuk menggantikan uji DB.

b. Validasi Metode Percepatan Waktu Pengujian Mutu Benih Kedelai Dengan adanya perbedaan presepsi beberapa laboratorium dan minimnya durasi waktu pelaksanaan validasi sehingga hasil yang didapat tidak sesuai yang diharapkan. Pengamatan pertama pada hari ke-4 dalam pengujian daya berkecambah benih kedelai belum bisa digunakan sebagai pengganti pengamatan pertama pada hari ke-5 yang telah ditetapkan oleh ISTA Rules dengan persentase keberterimaan 33 %.Pengujian daya berkecambah benih kedelai di laboratorium tetap dilaksanakan sesuai ISTA Rules dengan pengamatan pertama hari ke-5 dan pengamatan terakhir hari ke-8. Apabila ada dukungan sumber daya yang memadai dan dilakukan pengulangan validasi pada tahun 2016 dan melakukan tindakan perbaikan, metode percepatan pengujian daya berkecambah mempunyai potensi yang besar hasilnya valid.

Page 62: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 62

2. PELAYANAN PENGUJIAN

Pelayanan pengujian dapat didefinisikan sebagai bentuk layanan jasa dari laboratorium yang dalam hal ini dilaksanakan oleh Balai Besar PPMB-TPH dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat Kegiatan pelayanan pengujian di Laboratorium Balai Besar PPMB-TPH mencakup kegiatan pengujian internal dan eksternal. Pengujian internal dilakukan untuk mendukung kegiatan uji profisiensi, uji petik mutu benih yang beredar, pemeliharaan ruang lingkup akreditasi serta pemeliharaan kompetensi alat serta analis, sedangkan pengujian eksternal merupakan permintaan pengujian dari customer (pelanggan).

Seiring dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2012, telah ditetapkan Jenis dan Tarif PNBP (Penerimaan Negara Buka Pajak) yang berlaku pada Kementerian Pertanian. Dalam Peraturan Pemerintah disebutkan, bahwa jenis PNBP yang berlaku pada Kementerian Pertanian diantaranya adalah. jasa layanan pengujian, analisis, dan pengembangan pertanian.

Peraturan Pemerintah ini juga menegaskan, bahwa seluruh penerimaan PNBP yang berlaku pada Kementerian Pertanian wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara. Dengan berdasar Peraturan ini maka Laboratorium Balai Besar PPMB-TPH berhak meminta biaya kepada pelanggan eksternal yang nantinya akan disetorkan ke Kas Negara.Setiap jenis pengujian mempunyai tarif yang berbeda (Tabel V.2.1). Tabel V.2.1. Jenis pelayanan dan tarif pengujian per sampel

No Jenis Pelayanan Pengujian Benih

Tarif per sampel (Rp)

1 Kadar air (metode oven) 25.000

2 Kemurnian fisik 25.000

3 Berat 1000 butir benih 10.000

4 Daya berkecambah (Benih Kecil) Metode berdasarkan aturan Internasional Seed Testing Association (ISTA)

37.000

5 Daya berkecambah (Benih Besar) Metode berdasarkan aturan Internasional Seed Testing Association (ISTA)

69.000

6 Daya berkecambah (Benih Kecil) Metode Kertas Merang dan Kertas Stensil

10.000

7 Daya berkecambah (Benih Besar) Metode Kertas Merang dan Kertas Stensil

10.000

9 Indeks Vigor (Benih Kecil) 37.000

10 Indeks Vigor (Benih Kecil) 69.000

11 Accelerated Aging 100.000

12 Daya Hantar Listrik (Benih Kecil) 15.000

13 Daya Hantar Listrik (Benih Besar) 25.000

14 Heterogenitas dengan cara a. Analisis kemurnian b. Daya berkecambah

25.000 85.000

Page 63: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 63

No Jenis Pelayanan Pengujian Benih

Tarif per sampel (Rp)

15 Viabilitas benih secara biokimia dengan uji tetrazolium a. Benih Kecil b. Benih Besar

225.000 425.000

16 Cendawan terbawa benih dengan Metode a. Blotter Test b. Agar Test

160.000 320.000

17 Bakteri Terbawa Benih dengan metode Liquid Assay

200.000

18 Virus Terbawa Benih dengan Metode a. Enzyme Linked Immunosorbent Assay

(ELISA) per satu jenis virus b. Growing on test c. Tanaman indikator

225.000 30.000 32.000

19 Nematoda Terbawa Benih 50.000

20 Uji Penanda DNA Metode Random Amplyfied Polymerphic DNA (RAPD) 1. Satu Primer 2. Dua Primer 3. Tiga Primer 4. Empat Primer Setiap penambahan 1 primer

462.000 612.000 763.000 913.000 150.000

21 Jasa Pembuatan Sertifikat pengujian benih (Sertifikat ISTA)

250.000/ sertifikat

Kondisi teknis yang beragam dari laboratorium pengujian mutu benih di daerah seperti kompetensi sumber daya laboratorium daerah berbeda dengan daerah lain perlu difasilitasi dengan laboratorium pembanding. Untuk itu laboratorium penguji mutu benih Balai Besar PPMB-TPH berupaya dapat berperan dalam penerapan standardisasi metode uji benih, sehingga keseragaman hasil uji dapat tercapai.

Ruang lingkup pelayanan pengujian terdiri uji eksternal yang meliputi uji servis untuk sertifikat ISTA, uji banding, uji profisiensi dari customer luar balai besar dan uji internal yang meliputi pemeliharaan ruang lingkup pengujian terakreditasi, uji banding unjuk kerja laboratorium/analis, pengecekan/kalibrasi alat untuk pengukuran. Kegiatan pelayanan pengujian TA. 2015 menetapkan pencapaian 1000 contoh benih yang dapat ditangani oleh laboratorium dan hingga TA. 2015 akhir telah tercapai sejumlah 1280 contoh benih. Komoditas benih pelayanan pengujian berupa benih tanaman pangan, hortikultura dan benih tanaman lain yang diperoleh dari uji profisiensi ISTA. Pencapaian contoh benih dalam pelayanan pengujian tiap laboratorium Balai Besar PPMB-TPH selama TA. 2015 tersaji pada Gambar V.2.1.

Page 64: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 64

Gambar V.2.1. Pencapaian Jumlah Contoh Benih pelayanan pengujian bulan Januari – Desember 2015

Benih yang diuji di Balai Besar PPMB-TPH dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu benih tanaman pangan (Gambar V.2.2) total sebanyak 708 benih, benih hortikultura sebanyak 515 benih dan benih tanaman lain sebanyak 52 benih (Tabel V.2.2).

Gambar V.2.2. Komoditi dan jumlah benih tanaman pangan

Benih tanaman lain diperoleh dari uji profisiensi ISTA, uji profisiensi dari BBBPTP Ambon, pemeliharaan ruang lingkup Balai Besar PPMB-TPH, juga campuran benih yang terdiri dari benih wortel+bayam, jagung+wortel dan benih padi+sawi yang dipergunakan dalam pemeliharaan ruang lingkup kalibrasi devider.

Page 65: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 65

Tabel V.2.2. Jenis komoditi dan jumlah sampel benih hortikultura dan benih tanaman lain

No Hortikultura Jumlah No Hortikultura Jumlah No Tanaman Lain Jumlah

1 Bayam 192 18 Kentang 12 1 Rimpang Ganyong 4

2 Beet 1 19 Mentimun 62 2 Wortel+Bayam 1

3 Buncis 17 20 Oyong 1 3 Brassica rapa 5

4 Cabai 48 21 Pepaya 1 4 Mentimun-Bayam 5

5 Blewah 1 22 Pisum sativum 1 5 Hordeum vulgare 9

6 Caisim 28 23 Sawi 23 6 Jagung-Wortel 6

7 Jagung Manis

24 Selada 7 7 Lepidium sativum 7

8 Kacang Panjang 23 25 Seledri 8 8 Padi+sawi 6

9 Kangkung 2 26 Semangka 3 9 Kakao 2

10 Kol Bunga 1 27 Spinach 1 10 Pala 1

11 Kubis 5 28 Terong 4 11 Trifolium pratense 3

12 Asparagus 2 29 Tomat 20 Jumlah 52

13 Lobak 1 30 Waluh 1

14 Paria 3 31 Wortel 42

15 Brokoli 1 32 Petsay 1

16 Kailan 1 33 Bawang Daun 1

17 Kecipir 1 Jumlah 515

Pada bulan Agustus 2015, Laboratorium Kesehatan Balai Besar PPMB-TPH menerima sampel uji banding berupa tanah dan pupuk sebanyak 5 sampel untuk diuji kesehatan cendawan dan bakteri. Sampel uji profisiensi berjumlah 266 sampel, terbagi menjadi 3 yaitu uji profisiensi ISTA sebanyak 16 sampel, uji profisiensi Balai Besar PPMB-TPH sebanyak 233 sampel, dan uji profisiensi lainnya sebanyak 12 sampel. Jenis komoditas dan jumlah sampel uji profisiensi tersaji pada Tabel V.2.3 berikut. Tabel V.2.3. Jenis Komoditas dan Jumlah sampel uji profisiensi

UP ISTA UP BBPPMB-TPH UP Lain-lain

Hordeum vulgare 3 Bayam 112 Kakao 2

Padi 4 Jagung 112 Pala 1

Kedelai 6 Hordeum vulgare 9 Padi 9

Trifolium pratense 3

Page 66: PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2015bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... · Penetapan kadar air benih kacang tanah pada suhu 130 ± 2º C selama 1 ... Pengamatan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 66

Tabel V.2.4. Jenis komoditas dan jumlah sampel uji petik

Tanaman Pangan Hortikultura

Padi 58 Kacang panjang 13

Jagung 35 Mentimun 7

Total 93 Sawi 13

Bayam 1

Choisim 3

Wortel 1

Cabai 40

Tomat 16

Kangkung 1

Total 95

Uji service sebanyak 20 sampel berasal dari Rumah Benih DPP Geram berupa benih Koro Pedang sebanyak 1 sampel, PT BISI Int sebanyak 12 sampel, BB Biogen sebanyak 3 sampel, BPSB Jatim berupa 1 sampel benih padi, dan BPSB Sumatera Selatan sebanyak 3 sampel.

Berdasarkan realisasi hasil kegiatan pelayanan pengujian di delapan laboratorium Balai Besar PPMB-TPH dapat disimpulkan bahwa kegiatan pelayanan pengujian yang terdiri dari kegiatan pemeliharaan ruang lingkup, uji profisiensi, uji petik benih beredar dan uji service melebihi target yang telah ditetapkan. Jumlah sampel benih dari bulan Januari-Desember 2015 berjumlah 1280 sampel.