Upload
vukhue
View
492
Download
19
Embed Size (px)
Citation preview
PENGEMBANGAN MODUL TEKS HIKAYAT
BAGI SISWA KELAS X TINGKAT SMA
(Tesis)
Oleh
Erwin Wibowo
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
LAMPUNG
2018
PENGEMBANGAN MODUL TEKS HIKAYAT
BAGI SISWA KELAS X TINGKAT SMA
Oleh
Erwin Wibowo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengembangkan modul teks hikayat untuk siswa kelas X
tingkat SMA. Penelitian ini menggunakan metode pengembangan menurut Borg and
Gall. Penelitian dilakukan dengan mengadaptasi tujuh dari sepuluh langkah dalam
prosedur penelitian sehingga menghasilkan produk. Tujuh tahapan yang dilakukan
yaitu (1) menganalisis potensi dan masalah, (2) mengumpulkan data, (3)mendesain
produk, (4) memvalidasi desain kepada ahli media, materi, dan praktisi, (5) perbaikan
desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa,
(1) telah dikembangkan produk berupa modul pembelajaran teks hikayat yang
berjudul Kiat Praktis Menganalisis Hikayat. Sesuai tujuh prosedur penelitian, (2)
telah dilakukan uji ahli (uji materi, uji praktisi, dan uji media) dengan bobot
kelayakan yakni 94%, 84%, dan 76%. Berdasarkan penilaian tersebut dapat
disimpulkan bahwa produk dapat digunakan oleh siswa sesuai saran dan revisi, (3)
berdasarkan uji coba di sekolah, guru dan siswa dari tiga sekolah memberikan
penilaian kelayakan kepada modul Kiat Praktis Menganalisis Hikayat. Hasil penilaian
tersebut menunjukkan bahwa materi/bahan ajar berupa modul Kiat Praktis
Menganalisis Hikayat layak digunakan dalam pembelajaran teks hikayat kelas X.
Kata Kunci: bahan ajar, modul, teks hikayat.
Development of Hikayat Text Module
For Class X High School Students
By
Erwin Wibowo
Abstract
This study aims to develop a textbook module for high school grade X students. This
study uses development methods according to Borg and Gall. The study was
conducted by adapting seven of the ten steps in the research procedure to produce
products. The seven stages that are carried out are (1) analyzing potential and
problems, (2) collecting data, (3) designing products, (4) validating designs for
media experts, materials, and practitioners, (5) improving designs, (6) testing try the
product, (7) product revision. The results showed that, (1) a product was developed
in the form of a saga text learning module entitled Practical Tips for Analyzing Tells.
In accordance with the seven research procedures, (2) expert tests have been carried
out (material test, practitioner test, and media test) with a feasibility weight of 94%,
84%, and 76%. Based on these assessments it can be concluded that the product can
be used by students according to suggestions and revisions, (3) based on trials in
schools, teachers and students from three schools provide a feasibility assessment to
the Practical Tips module Analyzing Tells. The results of the assessment indicate that
the material / teaching material in the form of a Practical Tips module Analyzing Tell
is suitable for use in learning the text of class X.
Keywords: teaching materials, modules, text hikayat.
PENGEMBANGAN MODULTEKS HIKAYAT
BAGI SISWA KELAS X TINGKAT SMA
Oleh
ERWIN WIBOWO
(Tesis)
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister Pendidikan
Pada
Program Pascasarjana Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 7 Maret 1981, anak kedua dari tiga
bersaudara, dari pasangan Bapak Djemingun dan Ibu Sri Sunarni.
Pendidikan yang telah ditempu oleh penulis adalah SDN Harjamukti III, Cimanggis,
Depok, Jawa Barat diselesaikan tahun 1993. Pendidikan di SMPN 147 Jakarta Timur,
Jakarta diselesaikan pada tahun 1996. Pendidikan di SMA Bina Dharma, Jakarta
Timur, Jakarta diselesaikan pada tahun 1999.
Selanjutnya pada tahun 1999, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Sastra,
Jurusan Sastra Indonesia, di Universitas Nasional, Jakarta, dan lulus pada tahun 2004.
Pada tahun 2016, penulis melanjutkan strudi di Program Studi Magister
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap Alhamdulillah dan rasa bahagia atas nikmat yang diberi
Allahsubhanahuwataala, kupersembahkan karya ini untuk orang-orang yang paling
berharga dalam hidupku.
1. Bapak dan Ibunda tercintaku, Bapak Djemingun dan Ibu Sri Sunarni, yang
tak henti-hentinya mencurahkan kasih sayang, mendidik dengan penuh cinta,
dan berdoa dengan keiklasan hati.
2. Istriku Yulfi Zawarnis yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doa.
3. Kedua anakku Syaura Assyiefa Wibowo dan Athaya Alfarizi Wibowo.
4. Keluarga besar yang selalu mendukung dan memberikan semangat.
5. Bapak dan Ibu dosen serta staf Program Studi Magister Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia dan almamater tercinta yang mendewasakanku dalam
berpikir, bertindak, dan bertutur serta memberikan pengalaman yang tak
terlupakan.
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul
“Pengembangan Modul Teks Hikayat bagi Siswa Kelas X Tingkat SMA” sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia di Universitas Lampung.
Dalam proses penyusunan tesis ini, penulis tentu telah banyak menerima masukan,
arahan, bimbingan, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan
hal itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak berikut.
1. Prof. Dr.Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas Lampung.
2. Prof. Drs. Mustofa, MA, Ph.D. selaku direktur Pascasarjana Universitas Lampung.
3. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
4. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd. sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni.
5. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, masukan, saran, motivasi dan bantuan kepada penulis.
6. Dr. Edi Suyanto. M.Pd., sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, serta sekaligus Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, masukan, saran, dan motivasi bantuan kepada penulis.
7. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd., selaku validator untuk bahan ajar dari unsur
materi.
8. Dr. Armina, M.Pd., selaku validator untuk bahan ajar dari unsur praktisi
pembelajaran.
9. Ridwan Rafiudin, M.Kom. selaku validator untuk bahan ajar dari unsur media.
10. Bapak dan Ibu dosen serta staf Program Studi Magister Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia dan jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni.
11. Dra. Yanti Riswara, M.Hum., Kepala Kantor Bahasa Lampung, Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
12. Teman-teman di bidang pembinaan, Kantor Bahasa Lampung, Badan Bahasa,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
13. Teman-teman Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Angkatan
2016.
14. Bapak dan Ibu guru serta staf SMAN 13 Bandarlampung, SMAN 1 Natar
dan SMA Tri Sukses, Natar .
15. Almamaterku tercinta Universitas Lampung.
Semoga Allah Subhanahuwataala membalas segala keiklasan, amal, dan bantuan
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Harapan penulis, semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi dunia
pendidikan, khususnya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL.................................................................................... ii
PERSETUJUAN.......................................................................................... iii
PERTANYAAN........................................................................................... v
RIWAYAT HIDUP................................................................................ vi
MOTO.............................................................................................. ........... vii
PERSEMBAHAN................................................................................... viii
SANWACANA........................................................................................ ix
DAFTAR ISI........................................................................................... x
DAFTAR TABEL................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR............................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………… 1
1.1 Latar belakang ………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………... 9
1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 10
1.4 Spesifikasi produk Pengembangan ………………………………….. 10
1.5 Manfaat Penelitian...........……………………………………........... 11
1.5.1 Manfaat Teoretis…………………………………………… 11
1.5.2 Manfaat Praktis……………………………………………. 11
1.6 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan…………………………… 12
1.6.1 Asumsi............................................................................ 12
1.6.2 Keterbatasan Pengembangan............................................. 12
BAB II LANDASAN TEORI ………………………………………………….. 14
2.1 Bahan Ajar …………………………………………………………… 14
2.1.1 Pengertian Bahan Ajar……………………………………… 14
2.1.2 Pengembangan Bahan Ajar………………………………… 16
2.1.3 Tujuan dan Manfaat Penyusunan Bahan Ajar……………… 17
2.1.4 Prinsip Pemilihan Bahan Ajar……………………………… 17
2.2 Modul………………………………………………………………… 19
2.2.1 Pengertian Modul………………………………………….. 19
2.2.2 Fungsi dan Tujuan Penulisan Modul………………………. 20
2.2.3 Karakteristik Modul...........................……………………. 22
2.2.4 Langkah-langkah Penyusunan Modul……………………… 27
2.2.4.1 Analisis Kebutuhan Modul.................................. 27
2.2.4.2 Peta Modul......................................................... 28
2.2.4.3 Desain Modul..................................................... 28
2.2.4.4 Implementasi...................................................... 29
2.3 Hikayat...........................…………………………………………….. 30
2.3.1 Pengertian Hikayat............................................................ 30
2.3.2 Jenis-Jenis Hikayat............................................................ 31
2.3.3 Unsur-Unsur Pembangun Hikayat ...................................... 32
2.4 Pembelajaran Sastra Indonesia di SMA.....................……………….. 34
2.5.1 Pengertian Pembelajaran.................................................. 34
2.5.2 Pembelajaran Teks Hikayat di SMA.................................... 35
2.5 Kerangka Berpikir……………………………………………………... 38
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………. 40
3.1 Metode Pengembangan……………………………………………….. 40
3.2 Tempat Penelitian.................................................................................. 43
3.3 Langkah-langkah Pengembangan…………………………………..... 44
3.3.1 Studi Pendahuluan………………………………………….. 45
3.3.2 Perencanaan dan Pengembangan Modul………………….... 48
3.3.3 Desain dan Pengembangan Modul………………………… 48
3.2.4 Evaluasi Produk............................…………………………. 48
3.4 Teknik Pengumpulan Data………………………………………….... 50
3.4.1 Teknik Dokumentasi……………………………………….. 51
3.4.2 Teknik Observasi………………………………………....... 51
3.4.3 Teknik Wawancara................................................................ 51
3.4.4 Teknik Angket/Kuisioner…………………………………... 52
3.5 Instrumen Penelitian………………………………………………….. 52
3.6 Teknik Analisis Data………………………………………………… 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................... 62
4.1 Hasil Penelitian..................................................................................... 62
4.1.1 Proses Pengembangan Materi Hikayat.................................. 62
4.1.1.1 Studi Pendahuluan.................................................. 63
4.1.2 Penilaian Bahan Ajar Menulis Teks Hikayat dalam Buku
Pelajaran Bahasa Indonesia.............................................. 67
4.1.2.1 Penilaian Oleh Siswa.......................................... 67
4.1.2.2 Penilaian Oleh Guru........................................... 70
4.1.2.3 Wawancara Guru Bahasa Indonesia Tentang
Model Bahan Ajar yang Diharapkan....................... 73
4.1.3 Pengumpulan Data.............................................................. 76
4.1.4 Desain Produk.................................................................... 78
4.1.5 Validasi Produk.................................................................. 83
4.1.6 Perbaikan Desain................................................................ 86
4.1.7 Penilaian Guru Bahasa Indonesia Terhadap kelayakan
Modul Kiat Praktis Menganalisis Hikayat.......................... 93
4.1.7.1 Penilaian GuruSMAN 13 Bandarlampung Terhadap
Modul Kiat Praktis Menganalisis Hikayat............... 93
4.1.7.2 Penilaian GuruSMAN 1 Natar Terhadap Modul
Kiat Praktis Menganalisis Hikayat.......................... 95
4.1.7.3 Penilaian Guru SMA Tri Sukses, Natar Terhadap
Modul Kiat Praktis Menganalisis Hikayat............... 97
4.1.8 Penilaian Siswa terhadap Kelayakan Modul
Kiat Praktis Menganalisis Hikayat............................................ 99
4.1.8.1 Penilaian Siswa SMAN 13 Bandarlampung Terhadap
Modul Kiat Praktis Menganalisis Hikayat.............. 99
4.1.8.2 Penilaian Siswa SMAN 1 Natar Terhadap Modul
Kiat Praktis Menganalisis Hikayat............................... 100
4.1.8.3 Penilaian Siswa SMAN Tri Sukses, Natar
Terhadap Modul Kiat Praktis Menganalisis Hikayat 101
4.2 Pembahasan ........................................................................................ 102
4.2.1 Proses Pengembangan Produk............................................. 102
4.2.2 Analisis Kelayakan Produk............................... .................... 108
BAB V Simpulan dan Saran............................................................................... 114
5.1 Simpulan.............................................................................................. 114
5.2 Saran................................................................................................... 116
Daftar Pustaka
Lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Wawancara guru terhadap kebutuhan materi hikayat.......... 51
Tabel 3.2 Kuesioner studi pendahuluan siswa.................................... 42
Tabel 3.3 Instrumen kelayakan Ahli/Pakar......................................... 55
Tabel 3.4 Instrumen penilaian teman sejawat................................... ...... 56
Tabel 3.5 Instrumen penilaian modul oleh siswa................................. 58
Tabel 3.6 Konversi penilaian pengembanga modul............................. 61
Tabel 4.1 Hasil Kuesioner studi pendahuluan siswa............................ 64
Tabel 4.2 Penilaian buku pelajaran Bahasa Indonesia oleh siswa........ 68
Tabel 4.3 Penilaian buku pelajaran Bahasa Indonesia oleh guru.......... 71
Tabel 4.4 Hasil validasi ahli materi.................................................... 84
Tabel 4.5 Hasil validasi ahli praktisi................................................... 85
Tabel 4.6 Hasil validasi ahli media..................................................... 85
Tabel 4.7 Hasil perbaikan saran dari validator..................................... 87
Tabel 4.8 Hasil perbaikan cover saran dari validator............................ 88
Tabel 4.9 Hasil perbaikan daftar isi saran dari validator........................ 89
Tabel 4.10 Hasil perbaikan penggunaan bahasa.................................. 90
Tabel 4.11 Hasil perbaikan kejelasan informasi.................................. 90
Tabel 4.12 Hasil perbaikan penggunaan gambar................................. 91
Tabel 4.13 Hasil penilaian guru SMAN 13 Bandarlampung................ 93
Tabel 4.14 Hasil penilaian guru SMAN 1 Natar.................................. 90
Tabel 4.15 Hasil penilaian guru SMA Tri Sukses................................ 95
Tabel 4.16 Hasil penilaian siswa SMAN 13 Bandarlampung............... 97
Tabel 4.17 Hasil penilaian siswa SMAN 1 Natar................................. 99
Tabel 4.18 Hasil penilaian siswa SMA Tri Sukses............................... 100
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 : Tahap Penelitian Borg and Gall....................................... 41
Gambar 3.2 : Tahapan-tahapan penelitian............................................ 45
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner studi pendahuuan guru
2. Hasil Kuesioner studi pendahuluan siswa
3. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
4. Surat izin penelitian ke SMAN 13 Bandarlampung
5. Surat izin penelitian ke SMAN 1 Natar
6. Surat izin Penelitian ke SMA Tri Sukses, Natar
7. Surat balasan izin penelitian di SMAN 13 Bandarlampung
8. Surat balasan izin penelitian di SMAN 1 Natar
9. Surat balasan izin penelitian di SMA Tri Sukses
10. Surat permohonan pakar materi
11. Surat permohonan pakar media
12. Surat permohonan praktisi
13. Kuesioner pakar materi
14. Kuesioner pakar media
15. Kuesioner praktisi
16. Kuesioner penilaian modul oleh guru
17. Kuesioner penilaian modul oleh siswa
18. Lembar jawaban siswa
19. Dokumentasi pengambilan data
20. Modul pembelajaran hikayat Kiat Praktis Menganalisis Hikayat
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk dapat menunjang kegiatan pembelajaran lebih efektif diperlukan bahan ajar
yang dapat memudahkan proses belajar-mengajar. Bahan ajar ini adalah salah satu
aspek penting dalam dunia pendidikan karena merupakan salah satu sarana untuk
mendukung berjalannya proses belajar.
Widodo dan Jasmadi (dalam Lestari, 2013: 1) menjelaskan bahwa bahan ajar
adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisi materi pembelajaran,
metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis
dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai
kompetensi dan subkompetensi dengan segala kompleksitasnya.
Salah satu sumber belajar adalah modul. Modul pembelajaran merupakan satuan
program belajar-mengajar terkecil yang dipelajari oleh siswa secara
mandiri/perseorangan atau diajarkan oleh siswa kepada dirinya sendiri (self-
instructional) (Winkel, 2009:472). Untuk dapat memahami modul dengan baik,
seorang siswa mestilah memiliki kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual.
2
Dalam kurikulum 2013 kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual ini
dioptimalkan fungsinya dan dijadikan sebagai pedoman dalam keberhasilan
pendidikan. Hal ini salah satunya dapat dilihat dari tiga ranah yang terangkum
dalam kurikulum 2013, yakni sikap yang mencakup sikap spiritual dan sosial (KI
1 dan KI 2), keterampilan (KI 4), dan pengetahuan (KI 3). Ketiga ranah ini juga
diaplikasikan dalam kurikulum Bahasa Indonesia.
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA dan MA memiliki empat tujuan utama
yang tertuang dalam kompetensi inti masing-masing jenjang pendidikan. Secara
keseluruhan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SMA dan MA, yaitu (1)
memiliki sikap religius (2) memiliki sikap sosial, (3) memiliki pengetahuan yang
memadai tentang berbagai genre teks bahasa Indonesia sesuai dengan jenjang
pendidikan yang ditempuhnya, dan (4) memiliki keterampilan membuat berbagai
genre teks bahasa Indonesia.
Secara umum, pembelajaran sastra dalam kurikulum 2013 bertujuan agar siswa
dapat “menikmati dan memanfaatkan” karya sastra untuk memperluas wawasan
dan budi pekerti, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, serta
menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan
intektual manusia Indonesia.Tujuan tersebut senada dengan Permendikbud Nomor
22 Tahun 2016 yang menyebutkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia
bertujuan untuk menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, memperhalus budi pekerti, dan meningkatkan kemampuan berbahasa.
3
Selain itu, siswa juga diarahkan untuk dapat menghargai dan membanggakan hasil
karya sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia
Indonesia.
Salah satu pembelajaran sastra yang diajarkan di tingkat pendidikan dasar dan
menengah adalah teks cerita rakyat. Pada kurikulum 2013 teks cerita rakyat telah
diajarkan dari tingkat SMP. Di tingkat ini, teks cerita rakyat yang diajarkan adalah
cerita rakyat dalam bentuk fabel dan legenda suatu daerah. Siswa diarahkan
memahami ciri-ciri fabel dan legenda serta memahami struktur teks fabel dan
legenda dengan cara menelaah struktur kebahasaan fabel dan legenda daerah
setempat.
Di tingkat SMA, pembelajaran teks cerita rakyat diajarkan di kelas X. Pada
jenjang ini, siswa diharapkan dapat mengidentifikasi nilai-nilai dan isi yang
terkandung dalam cerita rakyat, hikayat, baik lisan mapun tulisan. Selain itu,
siswa diharapkan mampu menceritakan kembali isi cerita rakyat (hikayat) yang
didengar dan dibaca. Setelah itu, siswa diharapkan untuk dapat membandingkan
nilai yang terkandung dan unsur kebahasaan yang terdapat dalam cerita rakyat dan
cerpen. Pada akhirnya, siswa juga dituntut untuk mampu mengembangkan cerita
rakyat (hikayat) ke dalam bentuk cerpen dengan memerhatikan isi, nilai, dan
bahasa.
Di dalam kesusastraan Indonesia dikenal adanya cerita rakyat. Cerita rakyat
dibangun dan dikembangkan melalui bahasa lisan sebagai sarana pengungkapnya.
4
Cerita rakyat adalah cerita yang berkembang pada masyarakat tertentu yang
perkembangannya bersifat lisan, dari mulut kemulut, dan dianggap sebagai milik
bersama. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Djamaris
(1993:15) bahwa cerita rakyat adalah suatu golongan cerita yang hidup dan
berkembang secara turun temurun dari suatu generasi kegenerasi berikutnya.
Cerita rakyat disebut juga folklor. Hampir setiap daerah di Nusantara ini memiliki
cerita rakyat. Ciri-ciri cerita rakyat di antaranya, tidak diketahui pengarangnya
(anonim), menyebar melalui lisan dari satu generasi ke generasi hingga akhirnya
sampai ke generasi berikutnya termasuk kita sekarang ini.
Cerita rakyat adalah cerita yang hidup ditengah-tengah masyarakat dan
berkembang dari mulut ke mulut. Dalam folklor, cerita rakyat merupakan bentuk
folklor lisan yaitu cerita yang disampaikan secara lisan oleh pencerita.
Hikayat merupakan salah satu jenis folklor yang terdapat dalam khazanah
kesusastraan Indonesia. Sebagai salah satu jenis folklor, hikayat memiliki
konvensi dan lapisan makna tersendiri sebagaimana yang dimiliki oleh sebuah
folklor. Hal ini seperti yang ditekankan oleh Yus Rusyana (dalam Pertiwi,
2009:45) yang menyatakan bahwa folklor memiliki lapisan realitas tersendiri di
antara yang lainnya. Folklor tidak menggunakan hubungan sebab dan akibat,
tetapi memiliki cara merasakan tempat dan waktu tersendiri serta
mempertimbangkan sesuatu apakah nyata atau tidak dengan cara tersendiri. Oleh
5
karena itu, hikayat pun merupakan suatu jenis folklor yang memiliki identitas dan
karakteristik seperti itu.
Sudjiman(2006: 34) menyatakan bahwa hikayat adalah jenis cerita rekaan dalam
sastra Melayu lama yang menggambarkan keagungan dan kepahlawanan.
Adakalanya hikayat bercerita tentang sejarah atau riwayat hidup. Selain itu,
Rismawati (2017:51) juga menyatakan bahwa hikayat adalah prosa lama yang
lazimnya menceritakan kehidupan raja-raja yang gagah perkasa, yang tinggal
diistana.
Pembelajaran hikayat di SMA merupakan bagian dari pembelajaran sastra
Indonesia. Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di tiga SMA
yaitu SMAN 2 Bandarlampung, SMAN 13 Bandarlampung, dan SMAN 14
Bandarlampung, diketahui bahwa minat siswa terhadap pembelajaran sastra
masih rendah. Hal ini disebabkan, antara lain, oleh masih kurangnya buku atau
bahan ajar yang khusus tentang pembelajaran hikayat, materi hikayat yang
terdapat dalam buku teks belum dibahas secara menyeluruh, contoh-contoh yang
diberikan pun masih terbatas, selain itu juga masih kurangnya buku-buku hikayat
yang terdapat.
Pembelajaran sastra di dalam setiap perjalanan kurikulum selalu menjadi bagian
dari mata pelajaran bahasa Indonesia. Sufanti (2013:36) memaparkan bahwa jika
dibandingkan dengan pembelajaran teks bahasa, pembelajaran teks sastra dalam
Kurikulum 2013 lebih sedikit porsinya. Porsi pembelajaran teks sastra di SD
6
sebanyak 25%, di SMP sebanyak 23%, dan di SMA sebanyak 43%. Kondisi ini
dapat memperngaruhi minat belajar siswa terhadap mata pelajaran sastra
Indonesia.
Muslimin menyatakan (2011: 7) bahwa ada empat permasalahan yang
mengganggu semangat belajar siswa, yaitu (1) keseragaman kurikulum, (2)
keberpusatan pembelajaran pada guru, (3) ketinggian beban administrasi guru
yang tinggi, dan (4) besarnya jumlah siswa dalam satu kelas. Hal ini perlu
dicarikan solusi. Selain empat permasalahan yang telah diungkapkan oleh
Muslimin tersebut, masih banyak faktor lain yang menyebabkan pembelajaran
sastra Indonesia terabaikan.
Untuk dapat menumbuhkan minat siswa terhadap pembelajaran teks hikayat, perlu
adanya bahan ajar yang membantu siswa untuk dapat lebih memahami
pembelajaran teks hikayat. Modul sebagai salah satu bahan ajar yang
memungkinkan siswa belajar secara mandiri. Oleh karena itu, peneliti akan
mengembangkan modul pembelajaran teks hikayat untuk siswa kelas X, tingkat
SMA, yang didalamnya berisikan materi tentang mengenal lebih dalam hikayat,
mengenal struktur pembangun hikayat, mengenal unsur-unsur pembangun
hikayat, dan mengidentifikasi pesan dan nilai yang terkandung dalam teks hikayat.
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini pernah dilakukan oleh
beberapa peneliti antara lain Budi Utomo pada tahun 2014 dengan judul Nilai
Budaya dan Nilai Pendidikan karakter Cerita rakyat di Pulau Bangka dan
7
Pemanfaatannya Sebagai Alternatif Bahan Ajar Apresiasi Sastra di Sekolah
Menengah Atas. Penelitian yang dilakukan Budi Utomo ini bertujuan untuk
mengembangkan cerita rakyat pulau Bangka sebagai alternatif bahan ajar sastra
di SMA. Kompetensi Dasar yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah KD
3.5 Membandingkan karakteristik cerita rakyat serta mengapresiasinya dan KD
4.5 menginterpretasi struktur dan isi cerita rakyat. Hasil dari penelitian ini adalah
terbentuknya bahan ajar sastra berbasis cerita rakyat pulau Bangka layak
digunakan sebagai bahan alternatif pembelajaran sastra, setelah melalui evaluasi
dan masukan dari ahli/pakar yang relevan di bidangnya.
Penelitian pendahuluan selanjutnya dilakukan oleh Nunung Fatimah pada tahun
2017 dengan judul penelitian Pengembangan Buku Cerita Rakyat Bima Berbasis
Kearifan Lokal (Sebagai Penunjang Gerakan Literasi).Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengembangkan buku cerita rakyat Bima berbasis kearifan lokal
sebagai penunjang gerakan literasi. Hasil dari penelitian ini tersedianya buku
cerita rakyat Bima, NTB penunjang literasi telah memenuhi syarat dapat
digunakan oleh siswa sekolah dasar (SD).
Penelitian terdahulu yang releven tentang pengembangan bahan ajar cerita rakyat
pernah dilakukan oleh Herlina Pusparani yang berjudul The Analysis of
Requirements Developing Teaching Materials in Writing Folklore with Javanesse
Language Based on Local Wisdom. Dalam penelitian ini Herlina Pusparani
mengambangkan bahan ajar menulis cerita rakyat berbasis muatan lokal sesuai
dengan persepsi guru dan siswa. Hasil dari penelitian ini adalah tersusunnya
8
bahan ajar menulis cerita rakyat berbasis muatan lokal yang beisi tentang kearifan
lokal dalam bentuk nilai atau etika Jawa dan menggunakan bahasa yang sederhana
dan mudah dimengerti.
Penelitian pendahuluan tentang pengembangan bahan ajar hikayat pernah
dilakukan oleh Rika Prasetiawati pada tahun 2016, yang berjudul Pengembangan
Bahan Ajar Membaca Hikayat Kelas XI Bahasa.Tujuan dari penelitian yang
dilakukan oleh Rika Prasetiawati adalah untuk (1) Mendeskripsikan proses
pengembangan bahan ajar membaca hikayat kelas XI Bahasa (2)
Mendeskripsikan kualitas bahan ajar membaca hikayat siswa kelasXI Bahasa
yang dikembangkan (a) mendeskripsikan kualitas kevalidan bahan ajar membaca
hikayat kelas XI Bahasa (b) mendeskripsikan kualitas kepraktisan bahan ajar
membaca hikayat kelas XI Bahasa (c) mendeskripsikan kualitas keefektifan
bahan ajar membaca hikayat kelas XI Bahasa.
Hasil dari penelitian ini adalah bahan ajar membaca hikayat kelas XI Bahasa
MAN Tuban dikatakan layak digunakan dalam pembelajaran. Kualitas bahan ajar
membaca hikayat kelas XI Bahasa MAN Tuban yang dikembangkan berdasarkan
validasi kelayakan isi diperoleh nilai 92%, berdasarkan validasi kelayakan
penyajian diperoleh nilai 88%, berdasarkan validasi kelayakan pembelajaran
Sastra Indonesia diperoleh nilai 88%, dan berdasarkan validasi kelayakan
kegrafikan diperoleh nilai sebesar 96,6%.
9
Pengambangan bahan ajar yang peneliti lakukan berbeda dengan penelitian-
penelitian tersebut. Perbedaannya terletak pada (1) pengembangan yang dilakukan
oleh peneliti adalah bahan ajar berupa modul untuk siswa SMA kelas X, (2)
peneliti hanya memfokuskan pengembangan materi hikayat, dan (3) peneliti
menggunakan kurikulum 2013 sebagai dasar untuk melakukan pengembangan
modul tersebut. peneliti berkeyakinan bahwa modul yang akan dikembangkan
sangat relevan karena berdasarkan Kurikulum 2013. Dengan demikian,
pengembangan modul yang peneliti lakukan benar-benar diperlukan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut, penulis merasa
perlu adanya suatu pengambangan bahan ajar berupa modul yang akan menjadi
acuan untuk dipakai dalam pembelajaran cerita rakyat (hikayat). Berdasarkan
uraian tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar berupa
modul teks cerita rakyat (hikayat) yang akan dipakai oleh siswa SMA kelas X
yang sesuai dengan kurikulum 2013.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian
pengembangan ini sebagai berikut
1. Bagaimana spesifikasi produk pengembangan modul pembelajaran teks
hikayat kelas X tingkat SMA, dengan menyesuaikan kompetensi dasar
pembelajaran teks hikayat yang terdapat dalam kurikulum 2013?
2. Bagaimana langkah dalam mengembangkan modul pembelajaran teks
hikayat kelas X tingkat SMA.
10
3. Bagaimanakah kelayakan modul pembelajaran teks hikayat tingkat SMA
kelas X pada pembelajaran teks hikayat yang sesuai dengan kompetensi
dasar dalam Kurikulum 2013?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Menghasilkan produk pengembangan berupa modul pembelajaran teks
hikayat tingkat SMA kelas X yang sesuai dengan kurikulum 2013.
2. Menjelaskan detail produk pengembangan modul pembelajaran teks hikayat
kelas X tingkat SMA yang sesuai dengan kurikulum 2013.
3. Mendeskripsikan kelayakan modul pembelajaran teks hikayat tingkat SMA
kelas X yang sesuai dengan kurikulum 2013.
1.4 Spesifikasi Produk Pengembangan
Produk yang dihasilkan dalam penelitian pembelajaran teks cerita rakyat (hikayat)
tingkat SMA kelas X yang sesuai dengan kurikulum 2013 dengan spesifikasi
sebagai berikut.
1. Modul adalah lembaran-lembaran yang berisi materi-materi pembelajaran
teks hikayat tingkat SMA kelas X yang sesuai dengan kurikulum 2013.
2. Modul ini berisi materi yang sesuai dengan kompetensi dasar teks hikayat
yang terdapat di kelas X. Kompetensi Dasar pengetahuan 3.7
Mengidentifikasi nilai-nilai dan isi yang terkandung dalam cerita rakyat
(hikayat) baik lisan maupun tulisan, kompetensi dasar keterampilan 4.7
Menceritakan kembali isi cerita rakyat (hikayat) yang didengar dan dibaca.
11
3. Modul ini digunakan oleh siswa SMA kelas X dalam pembelajaran teks
hikayat yang disusun berdasarkan kurikulum 2013.
4. Modul disusun dengan struktur judul, petunjuk belajar, kompetensi yang akan
dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas, dan langkah kerja.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dan pengembangan modul cerita rakyat (hikayat) untuk siswa
SMA kelas X ada dua, yakni manfaat teoretis dan manfaat praktis.
1.5.1 Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis dalam penelitian ini adalah dapat mengembangkan bahan ajar
baru berupa modul pembelajaran teks hikayat untuk Siswa SMA kelas X.
1.5.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk guru, siswa, dan peneliti.
a) Bagi Guru
Penelitian ini menghasilkan modul pembelajaran teks hikayat untuk siswa SMA
kelas X yang dapat dijadikan salah satu bahan ajar untuk menunjang pembelajaran
teks hikayat di kelas X.
12
b) Bagi Siswa
Penelitian ini dapat membantu siswa dalam memahami materi teks cerita rakyat
(hikayat) dengan mudah serta dapat membantu siswa memperoleh alternative
bahan ajar disamping buku teks yang sudah ada dan terkadang sulit diperoleh.
b) Bagi Peneliti
Penelitian yang telah dilaksanakan memberikan tambahan pengetahuan tentang
bahan ajar yang akan digunakan untuk pembelajaran teks hikayat untuk siswa
kelas X yang sesuai dengan kurikulum2013. Penelitian yang telah dilakukan juga
menambah kemampuan dan pengalaman bagi peneliti berkaitan dengan penelitian
ilmiah.
1.6 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
1.6.1 Asumsi
Penelitian pengembangan ini didasari asumsi bahwa modul pembelajaran teks
hikayat untuk siswa SMA kelas X dapat meningkatkan pemahaman dan
kompetensi dalam pembelajaran teks hikayat. Selain itu, modul pembelajaran teks
hikayat ini mempermudah siswa dalam memahami konsep-konsep pada
pembelajaran teks hikayat sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
1.6.2 Keterbatasan Pengembangan
Penelitian ini hanya mencakup pengembangan modul pembelajaran teks hikayat
untuk SMA kelas X. Proses pengembangan bahan ajar dilakukan melalui
serangkaian tahapan penelitian, yakni pendahuluan, uji ahli/pakar, uji teknologi
13
pendidikan, serta uji kelompok kecil dan besar. Dari tahapan-tahapan tersebut
dihasilkan modul pembelajaran teks hikayat yang layak.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Bahan Ajar
2.1.1 Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru atau
instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan
ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau
instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar di kelas. Bahan ajar
yang dimaksud berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis. Bahan ajar adalah
seperangkat materi yang disusun secara matematis baik tertulis maupun tidak
sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar
(Daryanto dan Dwicahyono, 2014:171).
Bahan ajar merupakan bagian yang penting dalam proses belajar mengajar.
Keberadaannya menentukan keberhasilan belajar-mengajar yang berkaitan dengan
ketercapaian tujuan pembelajaran serta menentukan kegiatan-kegiatan belajar-
mengajar. Oleh karena itu, bahan pengajaran perlu dipertimbangan secara cermat
(Hamalik, 2002:139).
15
Bahan ajar atau materi ajar pembelajaran (Instructional materials) secara garis
besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa
dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara
terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri atas pengetahuan (fakta, konsep,
prinsip, dan prosedur), keterampilan, dan sikap (Depdiknas, 2006: 3).
Bahan ajar memiliki beberapa jenis di dalam pembelajaran. Adapun jenis-jenis
bahan ajar tersebut adalah sebagai berikut.
1. Bahan ajar pandang (visual) terdiri atas bahan cetak (printed) antara lain
handout, buku, modul, lembar kerja peserta didik, brosur, leaflet, wallchart,
foto atau gambar. Non cetak (non printed) antara lain model atau maket.
2. Bahan ajar dengar (audio) antara lain kaset, radio, piringan hitam, dan
compact disc audio.
3. Bahan ajar pandang dan dengar (audio visual) antara lain video compact
disk, dan film.
4. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) antara lain
CAI (Computer Assisterd Instruction), compact disk (CD) multimedia
pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning
materials).
Jenis bahan ajar cetak, antara lain handout, buku, modul, Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD), dan lain-lain. Salah satu bahan ajar adalah modul. Modul
merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis,
didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain
16
untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik (Daryanto,
2013:9).
2.1.2 Pengembangan Bahan Ajar
Dalam praktik pengembangannya, untuk mendapatkan bahan ajar yang sesuai
dengan tuntutan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik,
pengembangan bahan ajar dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa
langkah teknis pengembangan bahan ajar yakni (1) analisis terhadap KI-KD, (2)
analisis sumber belajar, dan (3) penentuan jenis bahan ajar. Analisis KI-KD
dilakukan untuk menentukan kompetensi-kompetensi mana yang memerlukan
bahan ajar (Abidin, 2014: 270).
Dari hasil ini akan dapat diketahui berapa banyak bahan ajar yang harus disiapkan
dalam satu semester tertentu dan jenis bahan ajar mana yang dipilih. Sumber
belajar yang akan digunakan sebagai penyusunan bahan ajar perlu dianalisis.
Analisis dilakukan terhadap ketersediaan, kesesuaian, dan kemudahan dalam
memanfaatkannya. Cara menganalisis sumber belajar adalah dengan
menginventarisasi sumber belajar yang dikaitkan dengan kebutuhan. Pemilihan
dan penentuan bahan ajar dimaksudkan untuk memenuhi salah satu kriteria bahwa
bahan ajar harus menarik dan dapat membantu peserta didik untuk mencapai
kompetensi.
17
2.1.3 Tujuan dan Manfaat Penyusunan Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru dalam
implementasi pembelajaran. Dalam implementasi pembelajaran, bahan ajar
memiliki tujuan-tujuan tertentu. Tujuan penyusunan bahan ajar tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan
karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik.
b. Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar, di
samping makalah-makalah teks yang terkadang sulit diperoleh.
c. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Adapun manfaat bagi peserta didik, antara lain:
1. kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik;
2. mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru dan member
kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri;
3. mendapatkan kemudahan dalam mempelajari sikap kompetensi yang harus
dikuasainya. (Daryanto dkk, 2014: 172)
2.1.4 Prinsip Penyusunan Bahan Ajar
Depdiknas (2008:11) mengungkapkan pengembangan bahan ajar hendaknya
memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran berikut (1) mulai dari yang mudah
untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak;
(2) pengulangan memperkuat pemahaman; (3) umpan balik positif memberikan
penguatan terhadap pemahaman siswa; (4) motivasi yang tinggi merupakan salah
18
satu faktor penentu keberhasilan belajar; (5) mencapai tujuan; dan (6) mengetahui
hasil yang dicapai.
Selain prinsip diatas, Prastowo (2013:317) menjelaskan ada beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran.
Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi,
konsistensi, dan kecukupan. Ketiga penerapan prinsip-prinsip tersebut dipaparkan
sebagai berikut:
1. Prinsip relevansi, artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya
relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian KI dan
KD. Cara termudah ialah dengan mengajukan pertanyaan tentang
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Dengan prinsip dasar ini,
guru akan mengetahui apakah materi yang hendak diajarkan tersebut
materi fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap atau aspek
psikomotorik sehingga pada gilirannya guru terhindar dari kesalahan
pemilihan jenis materi yang tidak relevan dengan pencapaian KI dan KD.
2. Prinsip konsistensi, artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga
harus meliputi empat macam.
3. Prinsip kecukupan, artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup
memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang
diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu
banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai KI dan KD.
19
Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga
yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
Dari penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam penyusunan
bahan ajar, hal utama yang perlu diperhatikan adalah kurikulum. Setiap
penyusunan bahan ajar, hendaknya disesuaikan dengan kurikulum yang sedang
berlaku dan dalam penyusunan bahan ajar harus memperhatikan prinsip-prinsip
dari bahan ajar itu sendidi, sehingga nantinya bahan ajar dapat digunakan secara
maksimal.
2.2. Modul
2.2.1 Pengertian Modul
Modul adalah seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis sehingga
pembacanya dapat belajar dengan atau tanpa guru atau fasilitator. Dengan
demikian, modul harus dijadikan sebagai bahan ajar sebagai pengganti buku.
Kalau guru memiliki fungsi menjelaskan sesuatu maka modul harus mampu
menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang mudah diterima peserta didik sesuai
dengan tingkat pengetahuan dan usinya (Kurniasih dkk, 2014: 60). Modul adalah
suatu unit yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar
yang disusun untuk membantu peserta didik mencapai sebuah tujuan yang
dirumuskan secara khusus dan jelas (Daryanto, 2014: 178).
Departemen Pendidikan Nasional dalam bukunya Teknik Belajar denganModul
(2002:5) mendefinisikan modul sebagai suatu kesatuan bahan belajar
yangdisajikan dalam bentuk “self-instruction”, artinya bahan belajar yang disusun
20
didalam modul dapat dipelajari siswa secara mandiri dengan bantuan yang
terbatasdari guru atau orang lain. Modul minimal memuat tujuan pembelajaran,
materi/substansi belajar, dan evaluasi.
Modul berfungsi sebagai sarana belajar yang bersifat mandiri, sehingga peserta
didik dapat belajar secara mandiri sesuai dengan kecepatan masing-masing.
Untuk menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi belajar,
pengembangan modul harus memperhatikan karakteristik yang diperlukan sebagai
modul. Karakteristik yang dimaksud ialah 1) Dirancang untuk sistem
pembelajaran madiri, 2) Program pembelajaran yang utuh dan sistematis, 3)
Mengadung tujuan, bahan/kegiatan, dan evaluasi, 4) Disajikan secara
komunikatif, 5) Diupayakan agar dapat mengganti beberapa peran pengajar, 6)
Cakupan bahasan terpumpun dan terukur, dan 7) Mementingkan aktivitas belajar
pemakai, Suryaman (2006:18).
2.2.2 Fungsi dan Tujuan Penulisan Modul
Penggunaan modul sering dikaitkan dengan aktivitas pembelajaran mandiri (self-
instruction). Oleh karena itu, konsekuensi lain yang harus dipenuhi oleh modul ini
ialah adanya kelengkapan isi; artinya isi atau materi sajian dari suatu modul
haruslah secara lengkap terbahas lewat sajian-sajian. Dengan begitu para pembaca
merasa cukup memahami bidang kajian tertentu dari hasil belajar melalui modul
ini. Apabila pembaca menginginkan pengembangan wawasan tentang bidang
tersebut, dianjurkan untuk menelusurinya lebih lanjut melalui daftar pustaka
21
(bibliografi) yang sering juga dilampirkan pada bagian akhir setiap modul. Isi
suatu modul hendaknya lengkap, baik dilihat dari pola sajiannya maupun isinya.
Berkenaan dengan kegiatan belajar mandiri, modul mempunyai banyak arti.
Setiap orang bisa belajar kapan saja dan di mana saja secara mandiri. Prinsip dasar
belajar mandiri ini juga membuat prosesnya tidak terbatas pada masalah tempat.
Orang yang berdiam di tempat yang jauh dari pusat penyelenggara pun bisa
mengikuti pola belajar seperti ini.Terkait dengan hal tersebut, penulisan modul
memiliki tujuan sebagai berikut.
1. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu
bersifat verbal.
2. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik peserta belajar
maupun guru/ instruktur.
3. Memungkinkan penggunaan yang lebih variatif dan tepat, seperti
meningkatkan motivasi dan gairah belajar; mengembangkan kemampuan
dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar
lainnya yang memungkinkan siswa atau pebelajar belajar mandiri sesuai
kemampuan dan minatnya.
4. Memungkinkan siswa atau pembelajar dapat mengukur atau mengevaluasi
sendiri hasil belajarnya.
Dengan memerhatikan tujuan-tujuan di atas, modul sebagai bahan ajar akan sama
efektifnya dengan pembelajaran tatap muka. Hal ini tergantung pada proses
penulisan modul. Penulis modul yang baik menulis seolah-olah sedang
mengajarkan kepada seorang peserta mengenai suatu topik melalui tulisan. Segala
22
sesuatu yang ingin disampaikan oleh penulis saat pembelajaran, dikemukakan
dalam modul yang ditulisnya. Penggunaan modul dapat dikatakan sebagai
kegiatan tutorial secara tertulis (Depdiknas, 2008: 5—6).
2.2.3 Karakteristik Modul
Daryanto (2013) menjelaskan bahwa untuk menghasilkan modul yang mampu
meningkatkan motivasi belajar, pengembangan modul harus memperhatikan
karakteristik yang diperlukan sebagai modul.
1. Self Instruction
Merupakan karakteristik penting dalam modul, dengan karakter tersebut
memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak
lain. Untuk memenuhi karakter self instruction, maka modul harus:
a. Memuat tujuan pembelajaran yang jelas, dan dapat menggambarkan
pencapaian Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar;
b. Memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit kegiatan
yang kecil/spesifik, sehingga memudahkan dipelajari secara tuntas;
c. Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan
materi pembelajaran;
d. Terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan
untuk mengukur penguasaan peserta didik;
e. Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana, tugas
atau konteks kegiatan dan lingkungan peserta didik;
f. Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif;
g. Terdapat rangkuman materi pembelajaran;
23
h. Terdapat instrumen penilaian, yang memungkinkan peserta didik
melakukan penilaian mandiri (self assessment);
i. Terdapat umpan balik atas penilaian peserta didik, sehingga pesertadidik
mengetahui tingkat penguasaan materi;
j. Terdapat informasi tentang rujukan/ pengayaan/referensi
yangmendukung materi pembelajaran dimaksud.
2. Self Contained
Modul dikatakan self contained bila seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan
termuat dalam modul tersebut. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan
kesempatan peserta didik mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena
materi belajar dikemas kedalam satu kesatuan yang utuh.
3. Berdiri Sendiri (Stand Alone)
Stand Alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul yang tidak
tergantung pada bahan ajar/media lain, atau tidak harus digunakan bersama-sama
dengan bahan ajar/media lain. Dengan menggunakan modul, peserta didik tidak
perlu bahan ajar yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada
modul tersebut. Jika peserta didik masih menggunakan dan bergantung pada
bahan ajar lain selain modul yang digunakan, maka bahan ajar tersebut tidak
dikategorikan sebagai modul yang berdiri sendiri.
24
4. Adaptif
Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan
ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul tersebut dapat menyesuaikan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel/luwes digunakan
di berbagai perangkat keras (hardware).
5. Bersahabat/Akrab (User Friendly)
Modul hendaknya juga memenuhi kaidah user friendly atau bersahabat/akrab
dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat
membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai
dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa
yang sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum
digunakan, merupakan salah satu bentuk user friendly. Selain karakteristik
tersebut, untuk menghasilkan modul pembelajaran yang mampu memerankan
fungsi dan perannya dalam pembelajaran yang efektif, modul pembelajaran
biologi berbasis keterampilan berpikir kritis siswa perlu memperhatikan beberapa
elemen yang mensyaratkannya, yaitu: format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf,
spasi kosong, dan konsistensi.
1. Format
a. Gunakan format kolom (tunggal atau multi) yang proporsional.
Penggunaan kolom tunggal atau multi harus sesuai dengan bentuk dan
ukuruan kertas yang digunakan. Jika menggunakan kolom multi,
hendaknya jarak dan perbandingan antar kolom secara proporsional.
25
b. Gunakan format kertas (vertikal atau horisontal) yang tepat. Penggunaan
format kertas secara vertikal atau horizontal harus memperhatikan tata
letak dan format pengetikan.
c. Gunakan tanda-tanda (icon) yang mudah ditangkap dan bertujuan untuk
menekankan pada hal-hal yang dianggap penting atau khusus. Tanda dapat
berupa gambar, cetak tebal, cetak miring atau lainnya.
2. Organisasi
a. Tampilkan peta/bagan yang menggambarkan cakupan materi yang akan
dibahas dalam modul.
b. Organisasikan isi materi pembelajaran dengan urutan dan susunan yang
sistematis, sehingga memudahkan peserta didik memahami materi
pembelajaran.
c. Susun dan tempatkan naskah, gambar dan ilustrasi sedemikian rupa
sehingga informasi mudah mengerti oleh peserta didik.
d. Organisasikan antar bab, antarunit dan antar paragraf dengan susunan dan
alur yang memudahkan peserta didik memahaminya.
e. Organisasikan antar judul, subjudul dan uraian yang mudah diikuti oleh
peserta didik.
3. Daya Tarik
Daya tarik modul dapat ditempatkan di beberapa bagian seperti:
a. Bagian sampul (cover) depan, dengan mengkombinasikan warna, gambar
(ilustrasi), bentuk dan ukuran huruf yang serasi.
26
b. Bagian isi modul dengan menempatkan rangsangan-rangsangan berupa
gambar atau ilustrasi, pencetakan huruf tebal, miring, garis bawah atau
warna.
c. Tugas dan latihan dikemas sedemikian rupa sehingga menarik.
d. Bentuk dan ukuran huruf. Gunakan bentuk dan ukuran huruf yang mudah
dibaca sesuai dengan karakteristik umum peserta didik.
e. Gunakan perbandingan huruf yang proporsional antar judul, sub judul dan
isi naskah.
f. Penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks dihindari karena dapat
membuat proses membaca menjadi sulit.
5. Ruang (spasi kosong)
Spasi kosong dapat berfungsi untuk menambahkan catatan penting dan
memberikan kesempatan jeda kepada peserta didik/peserta didik. Gunakan dan
tempatkan spasi kosong tersebut secara proporsional. Penempatan ruang kosong
dapat dilakukan di beberapa tempat seperti:
a. Ruangan sekitar judul bab dan subbab.
b. Batas tepi (margin); batas tepi yang luas memaksa perhatian peserta didik
untuk masuk ke tengah-tengah halaman.
c. Spasi antar kolom; semakin lebar kolomnya semakin luas spasi
diantaranya.
d. Pergantian antar paragraf dan dimulai dengan huruf kapital.
e. Pergantian antar bab atau bagian.
27
6. Konsistensi
a. Gunakan bentuk dan huruf secara konsisten dari halam ke halaman.
Usahakan agar tidak menggabungkan beberapa cetakan dengan bentuk dan
ukuran huruf yang terlalu banyak variasi.
b. Gunakan jarak spasi konsisten. Jarak antar judul dengan baris pertama,
antara judul dengan teks utama. Jarak baris atau spasi yang tidak sama
sering dianggap buruk, tidak rapih.
c. Gunakan tata letak pengetikan yang konsisten, baik pola pengetikan
maupun margin/batas-batas pengetikan.
2.2.4 Langkah-Langkah Penyusunan Modul
2.2.4.1 Analisis Kebutuhan Modul
Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis silabus dan RPP
untuk memperoleh informasi modul yang dibutuhkan peserta didik dalam
mempelajari kompetensi yang telah diprogramkan. Nama atau judul modul
sebaiknya disesuaikan dengan kompetensi yang terdapat pada silabus dan RPP.
Pada dasarnya tiap satu standar kompetensi dikembangkan menjadi satu modul
dan satu modul terdiri dari 2—4 kegiatan pembelajaran. Perlu disampaikan bahwa
yang dimaksud kompetensi disini adalah standar kompetensi dan kegiatan
pembelajaran adalah kompetensi dasar.
Tujuan analisis kebutuhan modul adalah untuk mengidentifikasi dan menetapkan
jumlah dan judul modul yang harus dikembangkan dalam satu satuan program
28
tertentu. Satuan program tersebut dapat diartikan sebagai satu tahun pelajaran,
satu semester, satu mata pelajaran atau lainnya.
2.2.4.2 Peta Modul
Setelah kebutuhan modul ditetapkan, langkah berikutnya adalah membuat peta
modul. Peta modul adalah tata letak atau kedudukan modul pada satu satuan
program yang digambarkan dalam bentuk diagram. Pembuatan peta modul
disusun mengacu kepada diagram pencapaian kompetensi yang termuat dalam
kurikulum. Setiap judul modul dianalisis keterkaitannya dengan judul modul yang
lain dan diurutkan penyajiannya sesuai dengan urutan pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
2.2.4.3 Desain Modul
Desain penulisan modul yang dimaksud di sini adalah Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun oleh guru. Di dalam RPP telah memuat
strategi pembelajaran dan media yang digunakan, garis besar materi pembelajaran
dan metode penilaian serta perangkatnya. Dengan demikian, RPP diacu sebagai
desain dalam penyusunan/penulisan modul. Namun, apabila RPP belum ada,
maka dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Tetapkan kerangka bahan yang akan disusun.
b. Tetapkan tujuan akhir (performance objective), yaitu kemampuan yang harus
dicapai peserta didik setelah selesai mempelajari suatu modul.
c. Tetapkan tujuan antara (enable objective), yaitu kemampuan spesifik yang
menunjang tujuan akhir.
29
d. Tetapkan sistem (skema/ketentuan, metoda dan perangkat) evaluasi.
e. Tetapkan garis-garis besar atau outline substansi atau materi untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, yaitu komponen-komponen: kompetensi (KI-
KD), deskripsi singkat, estimasi waktu dan sumber pustaka. Bila RPP-nya
sudah ada, maka dapat diacu untuk langkah ini.
f. Materi/substansi yang ada dalam modul berupa konsep/prinsip-prinsip, fakta
penting yang terkait langsung dan mendukung untuk pencapaian kompetensi
dan harus dikuasai peserta didik.
g. Tugas, soal, dan atau praktik/latihan yang harus dikerjakan atau diselesaikan
oleh peserta didik.
h. Evaluasi atau penilaian yang berfungsi untuk mengukur kemampuan peserta
didik dalam menguasai modul.
i. Kunci jawaban dari soal, latihan dan atau tugas.
2.2.4.4 Implementasi
Implementasi modul dalam kegiatan belajar dilaksanakan sesuai dengan alur yang
telah digariskan dalam modul. Bahan, alat, media dan lingkungan belajar yang
dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran diupayakan dapat dipenuhi agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Strategi pembelajaran dilaksanakan secara konsisten
sesuai dengan skenario yang ditetapkan.
30
2.3. Hikayat
2.3.1 Pengertian Hikayat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia hikayat adalah karya sastra Melayu lama
berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan,
keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat dibaca untuk pelipur lara,
pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk meramaikan pesta, misalnya
Hikayat Hang Tuah dan Hikayat Seribu Satu Malam.
Hikayat menurut Hamzah (1996:128) adalah prosa fiksi lama yang menceritakan
kehidupan istana atau raja serta dihiasi olehkejadian yang sakti dan ajaib.
Pengertian hikayat yang lebih panjang didefinisikan Supratman (1996:65), hikayat
adalah salah satu bentuk sastra karya prosa lama yang isinya berupa cerita, kisah,
dongeng maupun sejarah, umumnya mengisahkan tentang kepahlawanan
seseorang, lengkap dengan keanehan, kekuatan/kesaktian, dan mukjizat sang
tokoh utama.
Hikayat dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu hikayat rekaan, hikayat
sejarah, dan hikayat biografi (Baried, dkk.,1985:27). Hikayat rekaan mempunyai
ciri-ciri yang dapat diidentifikasi, seperti istana menduduki pusat yang sangat
berperan, tujuan utama ceritanya untuk menghibur, tokoh-tokoh utama selalu
mendapatkan kemenangan dan mengalami akhir yang baik, segi ajaran moral
tidak diabaikan, pola cerita selalu bersifat streotipe, dan adanya alur cerita yang
dapat diramalkan. Hikayat sejarah merupakan hikayat yang bersifat historis dan
mempunyai ciri-ciri, seperti penyebutan nama tempat yang memang ada dalam
31
pengertian geografis, penyebutan nama-nama historis dalam hikayat, mayoritas
kandungan cerita merupakan silsilah suatu dinasti, tahun terjadinya peristiwa tidak
dinyatakan dengan jelas, dan pembicaraan mengenai peristiwa-peristiwa yang
bersifat kontemporer mendapat tempat sendiri. Pada sisi lain, hikayat biografi
mempunyai ciri-ciri yang dapat diidentifikasi, seperti menerangkan dan menyoroti
tokoh-tokoh historis dan peristiwa yang sesungguhnya, pusat perhatian hikayat
bergeser ke arah kepribadian manusia genius, orang yang bermoral intelektual,
atau orang yang mempunyai emosi yang tinggi memiliki perhatian rohani
tersendiri, biografi disusun secara kronologis dan logis, biografi tidak mengenal
perbedaan yang metodologis, walaupun begitu hikayat geografi tetap dirasakan
adanya unsur fiktif (Baried, dkk., 1985:27—31).
2.3.2 Jenis-Jenis Hikayat
Rismawati (2017:54) membagi hikayat menjadi beberapa jenis, yakni
1. Hikayat agama, yaitu hikayat yang berisi berbagai ajaran agama yang terkait
dengan hukum, akhlak, tasawuf, filsafat dan sebagainya.
2. Hikayat sejarah, yaitu hikayat yang berisi sejarah masa lampau, baik sejarah
Islam maupun sejarah lainnya, misalnya Hikayat Hasan Husen.
3. Hikayat safari, yaitu hikayat yang menceritakan kisah perjalanan, seperti
Hikayat Malem Dagang.
4. Hikayat peristiwa, yaitu hikayat yang menceritakan suatu peristiwa atau
kejadian, seperti Hikayat Prang Kompeuni.
32
5. Hikayat jihad. Yang dimaksud dengan hikayat jihad, yaitu hikayat yang
kandungannya berisi semangat jihad untuk melawan musuh, seperti Hikayat
Prang Sabil.
6. Hikayat cerita (novel), yaitu hikayat yang berisi cerita percintaan atau
roman, baik roman fiksi atau roman sejarah. Hikayat jenis ini banyak sekali,
seperti hikayat Banta Beransah.
2.3.3 Unsur-Unsur Pembangun Hikayat
Baried, dkk (1985: 65—82) menjabarkan beberapa struktur hikayat. Struktur
hikayat digunakan untuk melihat dan memahami teks hikayat. Adapun struktur
hikayat tersebut antaralain, (a) Motif, (b) Penokohan, (c) Latar, dan (d)Sudut
Tinjauan.
a. Motif
Motif adalah istilah yang digunakan untuk melukiskan karakter, peristiwa, atau
konsep yang sering diulang-ulang, yang ada dalam cerita rakyat atau kesusastraan.
Shipley (dalam Beried, 1985: 65) disebutkan bahwa motif adalah pola sebuah
karya yang khas; kata atau pola pemikiran yang berulamg-ulang dalam situasi
yang sama, atau untuk menimbulkan suasana perasaan yang sama dalam suatu
karya, atau dalam berbagai karya dengan selingan yang teratur.
Motif mempunyai fungsi yang sangat penting. Dalam suatu cerita atau hikayat,
motif dapat digunakan untuk memperpanjang cerita. Fungsi motif lainnya ialah
sebagai pembayangan dalam cerita (Beried, 1985: 65—66).
33
b. Penokohan
Dalam hikayat terdapat beberapa peristiwa yang pada dasarnya merupakan wadah
pertentangan antara tokoh utama yang baik dan tokoh utama yang jahat. Biasanya
yang baiklah yang mendapat kemenangan gemilang, sedangkan yang jahat dapat
dikalahkan. Pada umumnya tokoh utama berada di pihak yang benar, berwatak
baik, dan dengan kehebatan dan kesaktiannya diaunggu dalam suatu pertempuran
atau perkelahian (Beried, 1985: 75).
Cara yang digunakan oleh pengarang dalam melukiskan tokoh hikayat pada
umumnya adalah cara yang termasuk analitik. Maksudnya adalah dengan
terperinci pengarang menjelaskan watak atau sifat sang tokoh. Cara yang
dramatik, yaitu cara pemberian gambaran secara tidak langsung, jarang ditemukan
(Beried, 1985: 77).
c. Latar
Latar yang terdapat dalam hikayat, biasanya tidak terlepas dari lingkungan
pengarangnya pada waktu itu. Pada umumnya lingkungan yang terdapat dalam
hikayat adalah lingkungan istana (istana sentris). Selain istana hutan, laut, dan
pelabuhan juga menjadi latar yang sering dijumpai di dalam hikayat (Beried,
1985: 78).
34
2.4 Pembelajaran Sastra Indonesia di SMA
2.4.1 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik yang
bersumber pada suatu lingkungan. Dalam Undang-Undang Sistem Pedidikan
Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik yang sumber belajarnya pada suatu lingkungan
belajar. Menurut Oemar Hamalik (2011: 57) Pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Pembelajaran adalah suatu konsep dari dua dimensi kegiatan (belajar dan
mengajar) yang harus direncanakan, diaktualisasikan, serta diarahkan pada
pencapaian tujuan atau penguasaan sejumlah kompetensi dan indikatornya sebagai
gambaran hasil belajar. Pembelajaran merupakan kegiatan terencana yang
mengkondisikan/merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik agar sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
Joyce dan Weil (dalam Rusman, 2012: 133) berpendapat bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan–bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang
lain.
35
Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
adalah suatu usaha yang sadar atau disengaja yang melibatkan guru dan siswa
dalam mencapai suatu tujuan kurikulum melalui langkah-langkah yang telah
ditetapkan.
2.4.2 Pembelajaran Teks Hikayat di SMA
Pembelajaran sastra diorientasikan agar siswa memperoleh pengetahuan dan
pengalaman bersastra. Pengetahuan sastra, artinya siswa mampu memahami karya
sastra disertai dengan pengetahuan tentang teori, sejarah, dan kritik sastra.
Pengalaman bersastra, artinya siswa harus mampu memiliki pengalaman dalam
berkreasi dan berekspresi sastra (Abidin, 2012: 215).
Pembelajaran sastra bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik
dalam menikmati, menghayati, dan memahami karya sastra (Suryaman, 2012:37).
Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya tidak akan lepas dari kegiatan membaca
dan menulis.
Endraswara (2003: 16) mengungkapkan bahwa, kegiatan pembelajaran sastra di
sekolah harus kreatif seperti halnya menyelenggarakan kegiatan ziarah sastra,
wisata sastra, kemah sastra, dan atau bengkel sastra. Kegiatan demikian memiliki
tujuan siswa mampu benar-benar memahami, menghayati dan mencipta sastra.
Pada segi pembelajaran, kegiatan bersastra ditujukan untuk meningkatkan
apresiasi terhadap sastra agar siswa memiliki kepekaan terhadap sastra yang baik
36
dan bermutu yang akhirnya berkeinginan membacanya (Suryaman, 2012:27).
Rosenblatt (dalam Gani, 1988: 15) menyarankan beberapa prinsip yang
memungkinkan pengajaran sastra mengemban fungsinya dengan baik. Di
antaranya (1) Siswa harus diberi kebebasan untuk menampilkan respons dan
reaksinya, (2) Siswa harus diberi kesempatan untuk mempribadikan dan
mengkristalisasikan rasa pribadinya terhadap cipta sastra yang dibaca dan
dipelajarinya, (3) Guru harus berusaha untuk menemukan butir-butir kontak di
antara pendapat para siswa, dan (4) Peranan dan pengaruh guru harus merupakan
daya dorong terhadap penjelajahan pengaruh vital yang inheren di dalam sastra itu
sendiri.
Pembelajaran apresiasi sastra juga dapat membentuk pendidikan secara utuh
(Rahmanto, 1988: 6). Lebih lanjut dikatakan bahwa pembelajaran apresiasi sastra
memiliki empat manfaat, yakni (1) membantu keterampilan berbahasa, (2)
meningkatkan pengetahuan budaya, (3) mengembangkan cipta dan rasa, dan (4)
menunjang pembentukan watak. Pembelajaran sastra (lanjut Rahmanto, 1988 : 19)
dapat meningkatkan budaya siswa baik secara langsung maupun tidak langsung.
Berbagai kecakapan bisa dikembangkan melalui pembelajaran apresiasi sastra,
antara lain kecakapan indra, kecakapan penalaran, kecakapan afektif, kecakapan
sosial, dan kecakapan religius.
Pengajaran sastra yang ideal berorientasi pada sikap apresiasi. Apresiasi sastra
dimaknai sebagai kegiatan menggauli, menggeluti, memahami, menikmati cipta
sastra hingga tumbuh pengetahuan, pengertian, kepekaan, pemahaman,
37
penikmatan, dan penghargaan terhadap cipta sastra. Apresiasi berhubungan
dengan sikap dan nilai (aspek afektif). Apresiasi merupakan tingkat terakhir yang
dapat dicapai dalam domain afektif, yang pencapaiannya memerlukan waktu yang
sangat panjang (tidak bisa instan) serta prosesnya berlangsung terus-menerus
(bahkan) setelah proses pendidikan formal berakhir (Ismawati, 2013).
Ada tiga fungsi pembelajaran sastra menurut Sarwadi (dalam Endraswara, 2005:
58), yaitu pertama, fungsi ideologis. Fungsi ini merupakan fungsi utama, yaitu
sebagai salah satu pembinaan jiwa Pancasila. Hal ini sejalan dengan tujuan
pendidikan nasional, di antaranya untuk mempertinggi budi pekerti. Kedua, fungsi
kultural. Artinya pengejaran sastra sebagai wahana memindahkan milik
kebudayaan dari generasi ke generasi beikutnya. Ketiga, fungsi praktis. Artinya
untuk membekali subjek didik dengan bahan yang mungkin berguna jika kelak
mengabdikan diri kedalam masyarakat.
Materi pembelajaran teks cerita rakyat (hikayat) di kelas X terdapat dalam KD
(Pengetahuan) 3.7 Mengindentifikasi nilai-nilai dan isi yang terkandung dalam
cerita rakyat (hikayat) baik lisan maupun tulis. KD (keterampilan) 4.7
menceritakan kembali isi cerita rakyat (hikayat) yang didengar dan dibaca.KD
(Pengetahuan) 3.8 Membandingkan nilai-nilai kebahasaan cerita rakyat dan
cerpen.KD (keretampilan) Mengembangkan cerita rakyat (hikayat) ke dalam
bentuk cerpen dengan memperhatikan isi dan nilai-nilai.KD (Pengetahuan) 3.9
Mengidentifikasi butir-butir penting dari dua buku nonfiksi (buku pengayaan) dan
satu novel yang dibaca dan nilai-nilai dan kebahasaan cerita rakyat dan cerpen.
38
KD (keterampilan) 4.9 Menyusun ikhtisar dari dua buku nonfiksi (buku
pengayaan) dan ringkasan dari satu novel yang dibaca.
2.5 Kerangka Berpikir
Berdasarkan teori yang sudah dipaparkan dapat diuraikan kerangka berpikir
sebagai berikut. Bahan ajar merupakan bagian yang penting dalam proses belajar
mengajar. Keberadaannya menentukan keberhasilan belajar-mengajar yang
berkaitan dengan ketercapaian tujuan pembelajaran serta menentukan kegiatan-
kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu, bahan pengajaran perlu mendapat
pertimbangan secara cermat (Hamalik, 2002:139).
Modul adalah seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis sehingga
pembacanya dapat belajar dengan atau tanpa guru atau fasilitator. Dengan
demikian, modul harus dijadikan bahan ajar sebagai pengganti buku. Kalau guru
memiliki fungsi menjelaskan sesuatu sedangkan modul harus mampu menjelaskan
sesuatu dengan bahasa yang mudah diterima peserta didik sesuai dengan tingkat
pengetahuan dan usianya (Kurniasih,dkk, 2014: 60).
Pengembangan modul harus memperhatikan karakteristik yang diperlukan sebagai
modul. Karakteristik yang dimaksud ialah 1) Dirancang untuk sistem
pembelajaran madiri, 2) Program pembelajaran yang utuh dan sistematis, 3)
Mengadung tujuan, bahan/kegiatan, dan evaluasi, 4) Disajikan secara
komunikatif, 5) Diupayakan agar dapat mengganti beberapa peran pengajar, 6)
39
Cakupan bahasan terpumpun dan terukur, dan 7) Mementingkan aktivitas belajar
pemakai, Suryaman (2006:18).
Materi pembelajaran teks cerita rakyat (hikayat) di kelas X terdapat dalam KD
(Pengetahuan) 3.7 Mengindentifikasi nilai-nilai dan isi yang terkandung dalam
cerita rakyat (hikayat) baik lisan maupun tulis, KD (keterampilan) 4.7
menceritakan kembali isi cerita rakyat (hikayat) yang didengar dan dibaca.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Pengembangan
Pengembangan modul ini menggunakan jenis penelitian pengembangan (Research
and Development). Metode penelitian dan pengembangan adalah metode
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji
keefektifan produk tersebut. Borg and Gall (dalam Sugiyono, 2016: 4)
menyatakan bahwa penelitian pengembangan adalah suatu proses yang digunakan
untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam
pendidikan dan pembelajaran.
Research and Development (penelitian dan pengembangan) dapat didefinisikan
sebagai suatu proses atau langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau
menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan.
Produk tersebut tidak harus berbentuk benda atau perangkat keras (Hardware),
seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium, tetapi
bisa juga perangkat lunak (Software) seperti program komputer (Syaodih,
2013:164).
41
Produk yang dihasilkan dari penelitian ini adalah modul pembelajaran teks
hikayat untuk siswa SMA kelas X yang digunakan dalam pembelajaran teks
hikayat yang sesuai dengan kurikulum 2013.
Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini mengadaptasi
langkah kerja yang dikembangkan oleh Borg and Gall. Prosedur ini dipilih karena
memiliki langkah yang terperinci dan sederhana. Prosedur terdiri atas sepuluh
langkah. Penjelasan dari tiap-tiap langkah pengembangan Borg and Gall adalah
sebagai berikut.
Gambar 1 Tahap Penelitian Borg and Gall
1. Penelitian dan pengumpulan informasi awal (Research and information
collecting) termasuk dalam langkah ini, antara lain, studi literatur yang
berkaitan dengan permasalahan yang dikaji dan persiapan untuk merumuskan
kerangka kerja penelitian.
42
2. Perencanaan (Planning); termasuk dalam langkah ini merumuskan kecakapan
dan keahlian yang berkaitan dengan permasalahan, menentukan tujuan yang
akan dicapai pada setiap tahapan, dan jika mungkin/diperlukan melaksanakan
studi kelayakan secara terbatas.
3. Pengembangan format produk awal (Develop preliminary form of product),
yaitu mengembangkan bentuk permulaan dari produk yang akan dihasilkan.
Termasuk dalam langkah ini adalah persiapan komponen pendukung,
menyiapkan pedoman dan buku petunjuk, dan melakukan evaluasi terhadap
kelayakan alat-alat pendukung.
4. Uji coba awal (Preliminary field testing), yaitu melakukan uji coba lapangan
awal dalam skala terbatas dengan melibatkan subjek sebanyak 6—12 subjek.
Pada langkah ini pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan dengan cara
wawancara, observasi, atau angket.
5. Revisi Produk (Main product revision), yaitu melakukan perbaikan terhadap
produk awal yang dihasilkan berdasarkan hasil uji coba awal. Perbaikan ini
sangat mungkin dilakukan lebih dari satu kali sesuai dengan hasil yang
ditunjukkan dalam ujicoba terbatas sehingga diperoleh draf produk (model)
utama yang siap di uji coba lebih luas.
6. Uji coba lapangan (Main field testing), uji coba utama yang digunakan untuk
mendapatkan evaluasi atas produk.
7. Revisi produk (Operational product revision), yaitu melakukan
perbaikan/penyempurnaan terhadap hasil uji coba lebih luas sehingga produk
yang dikembangkan sudah merupakan desain model operasional yang siap
divalidasi.
43
8. Uji lapangan (Operational field testing), yaitu langkah uji validasi terhadap
model operasional yang telah dihasilkan.
9. Revisi produk akhir (Final product revision), yaitu melakukan perbaikan
akhir terhadap model yang dikembangkan guna menghasilkan produk akhir
(final).
10. Desiminasi dan Implementasi (Dissemination and implementation), yaitu
langkah menyebar luaskan produk/model yang dikembangkan.
Penelitian ini menyesuaikan dengan tujuan penelitian, yakni mengembangkan
modul pembelajaran teks hikayat untuk siswa SMA kelas X sesuai dengan
kurikulum 2013. Oleh karena itu, peneliti hanya menggunakan tujuh dari sepuluh
langkah yang ada.
3.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lima sekolah di Provinsi Lampung, yakni di SMAN
2 Bandarlampung, SMAN 14 Bandarlampung, SMAN 13 Bandarlampung,
SMAN 1 Natar, dan SMA Tri Sukses, Natar. Penelitian studi pendahuluan dan
analisis kebutuhan modul dilakukan di SMAN 2 Bandarlampung, SMAN 14
Bandarlampung, dan SMAN 13 Bandarlampung. Penelitian Uji kelayakan modul
dilakukan di SMAN 13 Bandarlampung, SMAN 1 Natar, dan SMA Tri Sukses,
Natar. Semua pengambilan data dilakukan pada tahun ajaran 2017/2018.
44
3.3 Langkah-Langkah Pengembangan
Peneliti mengadaptasi tahapan dalam model penelitiandan pengembangan Borg
and Gall yang dilaksanakan dalam tujuh tahap hingga dihasilkan modul yang
layak untuk uji lapangan. Penelitian pengembangan ini dimulai dengan studi
pendahuluan yang merupakan bagian research (R) pertama dalam model
penelitian Research and Development. Studi pendahuluan dilakukan untuk
memperoleh informasi awal tentang kebutuhan dan kondisi lapangan
pembelajaran untukdilakukan pengembangan bahan ajar. Hasil studi pendahuluan
digunakan untuk mendesain dan mengembangkan produk. Desain pengembangan
produk merupakan bagian development (D) dalam penelitian research and
development.
Tahapan-tahapan hasil adaptasi Borg and Gall dikelompokkan ke dalam tiga
tahapan utama, yaitu studi pendahuluan, pengembangan, dan evaluasi produk.
Tahapan tersebut kemudian diuraikan dalam langkah-langkah berupa 1) potensi
dan masalah, 2) pengumpulan data kebutuhan bahan ajar, 3 ) pengembangan
bahan ajar melalui perancangan (desain) produk dan mengembangkan bentuk
produk awal, 4) evaluasi produk melalui validasi oleh ahli/pakar yang relevan, 5)
revisi rancangan produk hasil validasi, 6) ujicoba produk pada teman sejawat dan
uji coba kelas kecil dan revisi produk hasil uji coba dilanjutkan dengan uji coba
lebih luas dalam pembelajaran teks cerita rakyat (hikayat) (20—30 siswa), dan 7)
melakukan revisi menjadi produk operasional berupa modul yang siap diuji
efektivitas penggunaannya.
45
Gambar 2 Tahapan-tahapan Penelitian Pengembangan Modul
3.3.1 Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan meliputi studi lapangan (analisis kebutuhan) dan studi pustaka
(konseptualisasi teori). Studi lapangan berupa pengumpulan informasi yang terkait
dengan pengembangan modul yang akan dibuat. Pengumpulan informasi
dilakukan dengan menanyakan materi yang telah disampaikan guru kepada siswa
terkait dengan materi pembelajaran teks cerita rakyat (hikayat).
Studi Pendahuluan meliputi studi lapangan (analisis
kebutuhan) dan studi pustaka (konseptualisasi teori).
Perencanaan Pengembangan Modul dan Desain dan
Pengembangan Modul
Validitas Ahli/Revisi Produk
Produk Pengembangan Modul Pembelajaran Teks
Hikayat Untuk Siswa SMA kelas X
Revisi
Uji Teman Sejawat/Praktisi
Revisi
46
Studi pustaka dapat berupa pengumpulan teori, konsep, kajian tentang
pengembangan bahan ajar, materi-materi pembelajaran cerita rakyat (hikayat) di
SMA yang sesuai dengan kurikulum 2013, kompetensi dasar yang menjadi dasar
pengembangan bahan ajar tersebut, dan teori-teori yang berkaitan dengan cerita
rakyat (hikayat). Studi pendahuluan dilakukan dengan teknik sebagai berikut.
1. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan menelaah dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan bahan ajar cerita rakyat (hikayat). Dokumentasi dilakukan pada perangkat
pembelajaran berupa silabus, RPP, bahan ajar, media, evaluasi, dan kondisi guru,
siswa, serta bahan ajar di perpustakaan.
2. Observasi
Observasi lapangan dilakukan dengan mengamati secara langsung proses
pembelajaran di kelas. Tujuannya untuk memperoleh deskripsi kegiatan guru
dalam menerapkan pendekatan (metode/teknik) dalam pembelajaran, bahan ajar,
media, evaluasi, dan perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran.
3. Angket/Kuesioner
Pemberian angket ditujukan kepada guru dan siswa.Tujuan penyebaran angket ini
adalah untuk mendapatkan deskripsi objektif tentang kondisi pembelajaran dan
bahan ajar.
47
4. Wawancara
Wawancara dan diskusi dilakukan dengan guru dan siswa untuk mengetahui
secara langsung kondisi pembelajaran yang telah dilakukan berkaiatan dengan
pendekatan/metode yang digunakan dan motivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran.
Fokus yang penting dalam studi pendahuluan ini adalah didapatkannya deskripsi
kebutuhan tentang bahan ajar. Dasar deskripsi kebutuhan ini adalah hasil
penyebaran angket kebutuhan tentang perlunya bahan ajar berupa modul
pembelajaran teks hikayat. Angket ditujukan kepada guru bahasa Indonesia SMA
dan siswa yang diambil secara acak dari kelas yang berbeda sebagai objek
penelitian ini.
Hasil observasi, wawancara, dan angket tersebut dianalisis dengan teknik
triangulasi untuk mendapatkan deskripsi yang tepat tentang kondisi pembelajaran
dan bahan ajar. Hasil analisis kebutuhan bahan ajar berupa deskripsi bahan ajar
yang diperlukan, yaitu bahan ajar yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa
SMA. Hasil studi pendahuluan secara keseluruhan dalam penelitian ini dijadikan
landasan untuk menetapkan desain produk bahan ajar yang dikembangkan. Desain
produk yang ditetapkan yaitu desain bahan ajar berupa modul pembelajaran teks
hikayat untuk siswa kelas X.
48
3.3.2 Perencanaan dan Pengembangan Modul
Perancangan modul dimulai dengan menentukan peta kebutuhan modul yang
disusun berdasarkan analisis kebutuhan materi yang harus disiapkan dalam modul.
Materi ini disesuaikan dengan kompetensi dasar pembelajaran teks hikayat yang
ada di mata pelajaran Bahasa Indonesia tingkat SMA kelas X kurikulum 2013,
yaitu KD 3.7 dan KD 4.7.
3.3.3 Desain dan Pengembangan Modul
Desain dan pengembangan modul, meliputi praproduksi, produksi, dan
pascaproduksi. Pada langkah ini peneliti melakukan desain dari modul yang akan
dikembangkan, yaitu modul pembelajaran teks hikayat untuk siswa kelas X
tingkat SMA.
3.3.4 Evaluasi Produk
Evaluasi pengembangan modul ini dilakukan dalam empat tahap, yakni (1) uji
ahli/pakar yang relevan dengan bidang kajian, (2) uji teman sejawat yaitu guru
bidang studi bahasa Indonesia di SMA, (3) uji coba dalam skala kecil (8 siswa),
dan (4) uji coba dalam skala luas (1 kelas = 20—40 siswa).
1. Penilaian modul oleh ahli/pakar.
Pelaksanaan uji ahli/pakar dimaksudkan untuk memperoleh masukan dari
ahli/pakar yang memiliki kompetensi pada bidang kajian yang relevan. Dalam
konteks ini uji ahli/pakar dilakukan kepada ahli materi/isi pembelajaran sastra dan
ahli teknologi pembelajaran. Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap produk
49
yang dihasilkan berupa validasi para ahli sebelum digunakan pada tahap
implemantasi. Hasil uji ahli/pakar berupa komentar, kritik, saran, koreksi, dan
penilaian terhadap produk pengembangan. Pengujian dilakukan dengan teknik
diskusi dan pemberian angket penilaian produk. Hasil uji dimanfaatkan untuk
merevisi desain produk hingga diperoleh desain produk yang layak.
2. Penilaian teman sejawat/praktisi
Uji teman sejawat atau praktisi pembelajaran dilakukan untuk memperoleh
masukan dari guru-guru Bahasa Indonesia di SMA. Pengujian ini bertujuan untuk
menjaring respon guru terhadap produk yang dikembangkan. Penilaian meliputi
bahasa, kesesuaian isi, kemenarikan penyajian, dan kegrafikan yang diukur
menggunakan angket yang diisi oleh guru. Hasil observasi selanjutnya dianalisis
secara deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif.
3. Uji coba dalam skala kecil
Uji coba terbatas dalam kelompok kecil (8—12siswa yang memiliki karakter
sama dengan siswa sasaran) dilakukan untuk mengetahui respon siswa mengenai
kelayakan penggunaan modul melalui angket uji kelayakan modul.
Pelaksanaan uji dilakukan pada siswa kelas X SMAN 1 Natar dan dimanfaatkan
untuk merevisi rancangan modul sebelum diujikan dalam skala besar atau
kelompok besar.
50
4. Uji coba produk
Uji coba skala besar dilakukan pada kelas pembelajaran (1 kelas= 20—30 siswa).
Hasil pengujian diperoleh penilaian produk operasional berupa modul yang siap
digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Langkah-langkah uji coba dilakukan dengan cara berikut ini.
a. Menyiapkan perangkat untuk uji coba (kriteria modul yang layak dan
angket kelayakan).
b. Menentukan responden uji coba peserta didik kelas X di SMA yang telah
ditentukan.
c. Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk
mengimplementasikan modul dalam pembelajaran.
d. Menginformasikan kepada responden tentang tujuan uji coba dan kegiatan
yang harus dilakukan oleh responden.
e. Melakukan uji coba sebagaimana kegiatan pembelajaran materi hikayat
mengunakan modul yang dihasilkan sebagai bahan ajarnya.
f. Mengumpulkan data hasil uji coba lembar angket uji kelayakan.
g. Mengolah data dan menyimpulkan hasilnya.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan data ada empat macam, yakni
teknik dokumentasi, teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik
angket/kuesioner.
51
3.4.1 Teknik Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan menelaah dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan modul pembelajaran teks hikayat untuk peserta didik SMA. Dokumentasi
dilakukan dalam kelas di beberapa SMA, perangkat pembelajaran berupa silabus,
RPP, buku pelajaran, media, evaluasi, serta kondisi guru dan siswa dalam
pembelajaran.
3.4.2 Teknik Observasi
Teknik observasi lapangan dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap
proses pembelajaran di kelas. Tujuannya untuk memperoleh deskripsi kegiatan
guru sebelum dan setelah menerapkan modul saat pembelajaran.
3. 4.3 Teknik Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa untuk mengetahui secara langsung
kondisi pembelajaran yang dilakukan berkaitan dengan kebutuhan penggunaan
modul pembelajaran hikayat.
Tabel 1 Wawancara Guru terhadap Kebutuhan Materi Hikayat
No. Kisi-Kisi Wawancara
1. Menurut Bapak/Ibu, metode/teknik pembelajaran seperti apa yang tepat
untuk diterapkan dalam pembelajaran mengidentifikasi teks hikayat?
2. Bagaimana efektivitas metode/teknik yang digunakan dalam buku pelajaran?
3. Pelatihan/penugasan seperti apa yang harus dilakukan siswa agar dapat
menguasai kompetensi mengidentifikasi teks hikayat dengan baik?
4. Bagaimana efektivitas pelatihan/penugasan dalam buku pelajaran yang
digunakan dalam Kegiatan belajar Mengajar?
52
3.4.4 Teknik Angket/Kuesioner
Pemberian angket ditujukan kepada ahli/pakar yang memiliki kompetensi pada
bidang kajian yang relevan, guru-guru pelajaran Bahasa Indonesia SMA dan
siswa kelas X yang menerima materi hikayat.Tujuan penyebaran angket ini adalah
untuk mendapatkan deskripsi objektif tentang kelayakan modul yang
dikembangkan dan daya tarik penggunaannya sehingga diharapkan dapat
memotivasi siswa untuk belajar.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang
diteliti.Penelitian ini menggunakan instrumen sebagai berikut,
1. Lembar kuesioner kebutuhan guru dan siswa, untuk mengetahui modul
yang dibutuhkan dalam pembelajaran.
Tabel 2 Kuesioner Guru dan Siswa
5. Apakah model hikayat yang terdapat dalam buku pelajaran telah sangat
membantu siswa dalam memahami teks hikayat secara berkelompok
maupun mandiri?
6. Bahan ajar memahami teks hikayat seperti apa yang Bapak/Ibu butuhkan?
No. Komponen Alternatif
Penilaian
Deskripsi
SS S TS
1. Saya senang mengikuti
pembelajaran
mengidentifikasi teks
hikayat.
2. Saya mengikuti
pembelajaran
53
mengidentifikasi teks
hikayat karena ingin
dapat memahami teks
hikayat dengan baik.
3. Saya mengikuti
pembelajaran
mengidentifikasi teks
hikayat agar mendapat
nilai yang baik.
4. Saya mengikuti
pembelajaran
mengidentifikasi teks
hikayat karena
keharusan mengikuti
semua pembelajaran di
kelas.
5. Saya terbiasa membaca
mengidentifikasi teks
hikayat walaupun tidak
ditugaskan guru.
6. Saya membaca
mengidentifikasi teks
hikayat karena hobi.
7. Saya membaca
mengidentifikasi teks
hikayat karena dapat
mengambil pelajaran
dari cerita yang saya
baca.
8. Saya telah membaca
1—5 judul hikayat
(sebutkan judul-judul
teks hikayat yang
dibaca)
9. Saya telah membaca
5—10 judul hikayat.
(sebutkan judul-judul
teks hikayat yang
dibaca)
54
10. Saya telah membaca
lebih dari 10 judul
hikayat. (sebutkan
judul-judul teks hikayat
yang dibaca)
11. Saya dapat menemukan
ide pokok teks hikayat
yang dibaca (sebutkan
contoh ide dari teks
hikayat yang dibaca)
12. Saya dapat menemukan
nilai-nilai yang
terkandung dalam teks
hikayat. (sebutkan
contoh nilai-nilai dari
teks hikayat yang
dibaca)
13. Saya dapat menemukan
unsur instriksik dalam
teks hikayat.
14. Saya dapat menemukan
unsur ekstrinsik dalam
teks hikayat.
15. Saya dapat menemukan
tokoh-tokoh yang
terdapat dalam teks
hikayat (berikan contoh
tokoh-tokoh dari teks
hikayat yang dibaca)
16. Saya dapat
menceritakan kembali
teks hikayat yang saya
baca.
17. Saya dapat menuliskan
kembali teks hikayat
yang diperdengarkan.
18. Saya dapat
mengembangkan teks
hikayat yang saya baca
55
2. Validasi pakar/ahli melalui angket uji pakar/ahli untuk menilai kelayakan
modul yang dihasilkan. Angket berupa lembar instrumen evaluasi formatif
Modul Kiat Praktis Memahami Hikayat mengacu pada panduan
penyusunan bahan ajar Depdiknas (2008: 1).
Tabel 3 Instrumen Kelayakan Ahli Materi, Ahli Media,
dan Ahli Praktisi terhadap Modul Hikayat
atau diperdengarkan.
20. Saya dapat
mengembangkan nilai-
nilai yang terkandung
dalam teks hikayat ke
dalam tulisan.
No. INDIKATOR
PENILAIAN
Jawaban
Deskripsi/Saran
Validator
SB
(5)
B
(4)
C
(3)
K
(2)
SK
(1)
1 Kelayakan Isi
a. Kesesuaian modul dengan
KD dan KI
b. Kesesuaian modul dengan
kebutuhan guru atau siswa
c. Kesesuaian modul dengan
kebutuhan pembelajaran
teks hikayat
d. Manfaat untuk penambahan
wawasan pengetahuan
e. Kebenaran substansi materi
2 Kebahasaan
a. Keterbacaantulisan
b. Kejelasan informasi
pembelajaran
c. Kesesuaian dengan kaidah
bahasa Indonesia
d. Penggunaan bahasa secara
efektif dan efisien
56
3. Angket penilaian teman sejawat/praktisi untuk menilai kelayakan
penggunaan Modul dalam pembelajaran.
Tabel 4 Instrumen Penilaian Teman Sejawat untuk Uji Coba Modul
3 Penyajian Materi
a. Kejelasan tujuan modul
pembelajaran
b. Urutan penyajian modul
pembelajaran
c. Pemberian motivasi
d. Interaktivitas (stimulus dan
respons) modul dengan
kegiatan siswa
e. Kelengkapan penyajian
materi
4 Kegrafikaan
a. Penggunaan font (jenis dan
ukuran)
b. Lay out, tata letak
c. Ilustrasi, grafis, gambar,
foto.
d. Harmonisasi warna ilustrasi,
grafis, dan gambar
memperjelas fungsi dan pesan
cerita
e.Desain tampilan,
penggunaan warna yang
sesuai
Skor Rata-Rata
No. Indikator Pilihan Jawaban Skor Kelayakan
1 2 3 4
A. Bahasa
1. Modul hikayat menggunakan bahasa
yang mudah dipahami
2. Modul hikayat menggunakan bahasa
Indonesia yang sesuai dengan kaidah
EBI
3. Modul hikayat menggunakan
paragraf paragraf yang tidak terlalu
57
panjang
B. Isi Bahan Ajar
4. Materi yang disajikan sistematis
5. Modul hikayat tidak hanya memuat
teori saja, tetapi bisa diaplikasikan
dalam praktik
6. Modul hikayat memudahkan dalam
memahami materi pelajaran
C. Kemenarikan Penyajian
7. Modul hikayat, menyajikan materi
secara menarik dan menyenangkan
8. Contoh-contoh dalam modul hikayat
sesuai dengan konteks
9. Materi disajikan secara runtut
10. Materi yang disajikan sesuai dengan
kompetensi dasar yang ada dalam
kurikulum
11. Materi yang disajikan dapat membuat
siswa belajar mandiri
12. Modul hikayat memuat glosarium
13. Modul hikayat dapat menimbulkan
motivasi belajar bagi anak
14. Modul hikayat memudahkan dalam
memahami materi pelajaran
15. Format keseluruhan modul hikayat
membuat modul hikayat menarik
dipelajari
16. Format evaluasi dan tes formatif
dalam modul hikayat menarik untuk
dikerjakan
17. Ilustrasi yang ada membuat hodul
menarik dipelajari
58
4. Angket uji coba modul sebagai bahan ajar dalam pembelajaran teks
hikayat yang diberikan kepada siswa. Angket diberikan untuk mengetahui
tanggapan siswa terhadap modul yang telah dihasilkan melalui dua tahap,
yaitu uji kelas kecil dan uji kelas besar atau kelas pembelajaran
sebenarnya. Tanggapan siswa pada kelas kecil menjadi masukan perbaikan
sebelum diujicobakan pada kelas pembelajaran. Penilaian angket
dilakukan menggunakan skala likert dengan kriteria 1= sangat kurang, 2=
kurang baik , 3= cukup, 4= baik.
Tabel 5 Instrumen Uji Coba Modul Kepada Siswa Sebagai Pengguna
D. Kegrafikan
18. Modul hikayat memenuhi
kelengkapan fisik anatomi buku,
sampul, perwajahan awal
19. Memuat daftar pustaka
20. Memiliki ilustrasi dan penggunaan
warna yang sesuai
21. Modul hikayat membangkitkan
motivasi untuk belajar
Skor rata-rata
No. Indikator Pilihan Jawaban Skor Kelayakan
1 2 3 4
A Bahasa
1. Modul hikayat menggunakan bahasa
yang mudah dipahami
2. Modul hikayat menggunakan bahasa
Indonesia yang sesuai dengan kaidah
EBI
3. Modul hikayat menggunakan
59
paragraf yang tidak terlalu panjang
B Isi Bahan Ajar
4. Materi yang disajikan sistematis
5. Modul hikayat tidak hanya memuat
teori saja, tetapi bisa diaplikasikan
dalam praktik
6. Modul hikayat memudahkan dalam
memahami materi pelajaran
C Kemenarikan Penyajian
7. Modul hikayat, menyajikan materi
secara menarik dan menyenangkan
8. Contoh-contoh dalam modul hikayat
sesuai dengan konteks
9. Materi disajikan secara runtut
10. Materi yang disajikan sesuai dengan
kompetensi dasar yang ada dalam
kurikulum
11. Materi yang disajikan dapat membuat
siswa belajar mandiri
12. Modul hikayat memuat glosarium
13. Modul hikayat dapat menimbulkan
motivasi belajar bagi anak
14. Modul hikayat memudahkan dalam
memahami materi pelajaran
15. Format keseluruhan modul hikayat
membuat Modul hikayat menarik
dipelajari
16. Format evaluasi dan tes formatif
dalam modul hikayat menarik untuk
dikerjakan
17. Ilustrasi yang ada membuat hodul
menarik dipelajari
D Kegrafikan
18. Modul hikayat memenuhi
kelengkapan fisik anatomi buku,
sampul, perwajahan awal
60
3.6 Teknik Analisis Data
Kegiatan analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif
berdasarkan hasil analisis data dari ahli/pakar dan uji coba produk. Kegiatan
analisis data dilakukan dengan mencari rata-rata skor skala likert berdasarkan
tiap-tiap aspek atau domain. Penilaian kuesioner dilakukan dengan kriteria 1=
sangat kurang, 2 = kurang, 3= cukup, 4= baik, dan 5= sangat baik. Hasil skor rata-
rata penilaian angket tersebut kemudian dihitung berdasarkan rumus sebagai
berikut (Sudjana, 2010:109).
Nilai = Σ Jumlah Penilaix100 Σ Jumlah skor
Setelah menghitung skor rata-rata seluruh kriteria penilaian, kemudian diubah ke
dalam hasil persentase/proporsi. Skor persentase diperoleh dengan cara
menghitung rata-rata jawaban berdasarkan instrumen penilaian menurut para ahli,
tiga guru Bahasa dan Sastra Indonesia, dan siswa SMA kelas X. Rumus
menghitung persentase kelayakan modul hikayat sebagai berikut.
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan kelayakan Modul Kiat Praktis
Menganalisi Hikayat dari ahli media, ahli praktisi, ahli materi, guru SMAN 13
Bandarlampung, guru SMAN 1 Natar, guru SMA Tri Sukses, Natar, siswaSMAN
19. Memuat daftar pustaka
20. Memiliki ilustrasi dan penggunaan
warna yang sesuai
21. Modul hikayat membangkitkan
motivasi untuk belajar
Skor rata-rata
61
13 Bandarlampung, siswa SMAN 1 Natar, dan siswa SMA Tri Sukses, Natar.
Hasils kor persentase nilai yang didapat kemudian dikonversikan dalam kelompok
kategori penilaian menurut Riduwan dan Sunarto (2009: 23) seperti tersaji dalam
tabel 6 berikut.
Tabel 6 Konversi Penilaian Pengembangan Modul
No. Rentang Skor Kreteria
1. 0%--20% Tidak layak
2. 21%--40% Kurang Layak
3. 41%--60% Cukup Layak
4. 61—80% Layak
5. 81—100% Sangat Layak
114
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian Pengembangan Modul Teks Hikayat Bagi Siswa
Kelas X Tingkat SMA yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan sebagai
berikut.
Tahap pengembangan modul hikayat ini diawali dengan menganalisis kebutuhan
siswa terhadap bahan ajar yang diperlukan dalam membantu meningkatkan
pemahaman tentang pelajaran mengindentifikasi teks hikayat. Studi pendahuluan
dilakukan kepada siswa di tiga sekolah dengan cara menyebarkan angket kepada
10 siswa/sekolah. Hasil dari studi pendahuluan dapat disimpulkan bahwa
sebenarnya siswa senang dalam mengikuti pembelajaran teks hikayat, walaupun
salah satu motivasinya adalah untuk mendapatkan nilai yang bagus dari guru
mereka.
115
Kurangnya bahan ajar tentang hikayat di sekolah membuat siswa hanya membaca
cerita hikayat dari buku pelajaran yang disediakan oleh pemerintah, oleh karena
itulah masih kurangnya minat baca siswa terhadap hikayat. Berdasarkan hasil
analisis tersebut menjadi dasar dari pengembangan produk modul yang
diinginkan. Setelah melalui tujuh tahap pengembangan, peneliti menghasilkan
modul hikayat untuk siswa kelas X SMA. Peneliti juga mengumpulkan data
dengan menganalisis kurikulum dan referensi yang berkaitan dengan
pengembangan modul. Produk disusun dengan urutan halaman sampul, peta
konsep, kompetensi inti dan kompetensi dasar, petunjuk pemakaian modul,
indikator pembelajaran, tujuan akhir pembelajaran, materi hikayat, glosarium, dan
daftar pustaka. Produk kemudian di validasi oleh ahli materi, ahli media, dan ahli
praktisi. Ahli materi memberikan nilai kelayakan dengan skor persentase 94%
dengan kategori sangat layak. Menurut ahli materi, modul hikayat sangat layak
digunakan untuk pembelajaran hikayat kelas X setelah direvisi sesuai dengan
saran. Ahli media memberikan skor persentase kelayakan sebanyak 76% dengan
kategori kelayakan layak. Berdasarkan skor tersebut ahli media menyatakan
bahwa modul yang berjudul Kiat Praktis Menganalisis Hikayat layak
diujicobakan dengan saran dan revisi. Ahli praktisi memberikan skor persentase
kelayakan 84% dengan kategori sangat layak. Berdasarkan skor tersebut ahli
media menyatakan bahwa bahwa modul yang berjudul Kiat Praktis Menganalisis
Hikayat layak diujicobakan dengan saran dan revisi.
Setelah divalidasi produk direvisi sesuai saran dan diujicobakan dan di nilai oleh
siswa dan guru di SMAN 13 Bandarlampung, SMAN 1 Natar, dan SMA Tri
116
Sukses, Natar. Dari tiga guru Bahasa Indonesia yang memberikan penilaian
terhadap modul Kiat Praktis Menganalisis Hikayat ini didapati skor persentase
sebanyak 94 %, 90%, dan 92%. Berdasarkan skor persentase tersebut dapat
disimpulkan bahwa modul yang berjudul Kiat Praktis Menganalisis Hikayat layak
diujicobakan dengan saran dan revisi layak digunakan dalam pembelajaran
hikayat kelas X SMA sesuai dengan revisi.
Setelah uji coba, produk direvisi hingga terbentuklah produk akhir dari penelitian
pengembangan berupa modul hikayat berukuran B5 dengan judul Kiat Praktis
Menganalisis Hikayat dan digunakan untuk siswa pada pembelajaran semester II.
Dalam produk ini memuat materi mengenal teks hikayat dan mengidentifikasi teks
hikayat bertujuan membantu siswa dalam memahami materi hikayat.
5.2 Saran
Adapun saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Modul yang dihasilkan dalam penelitian ini memiliki kelayakan untuk
dapat digunakan dalam pembelajaran teks hikayat kelas X, tingkat SMA,
sesuai dengan Kurikulum 2013.
2. Modul Kiat Praktis Menganaisis Hikayat ini hanya berdasarkan
Kompetensi Dasar 3.7 dan 4.7, sehingga sangat memungkinkan bagi
peneliti lain dapat ditindaklanjuti untuk menggembangkan pembelajaran
teks hikayat yang lebih baik dan dari berbagai pendekatan yang ada, selain
itu peneliti lain juga dapat memakai pendekatan pembelajaran yang ada
untuk dapat mengembangkan modul teks hikayat selanjutnya.
116
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter.
Bandung: Refika Aditama.
Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.
Bandung: Refika Aditama.
Ariyono, Suyono. 1985. Kamus Antropologi. Jakarta : Akademi Persindo.
Baried, Siti Baroroh, dkk. 1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta. Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa.
Daryanto, dkk. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Yogyakarta: Gava
Media.
Djamaris, Edward. 1993. Menggali Khazanah Sastra Melayu Klasik. Jakarta: Balai
Pustaka.
Depdiknas. 2006. Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
_________. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
_________ . 2008. Pendekatan, Jenis, dan Metode Penelitian Pendidikan.Jakarta:
Depdiknas.
_________ . 2008. Penulisan Modul. Jakarta: Depdiknas.
Endraswara, S. 2003. Membaca, Menulis, Mengajarkan Sastra. Yogyakarta: Kota
Kembang.
____________. 2005. Metode dan Teori Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Buana
Pustaka.
____________. 2013. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS (Center for
Academic Publishing Service).
____________. 2013. Folklor Nusantara: Hakikat, Bentuk, dan Fungsi. Yogyakarta.
Penerbit Ombak Dua.
117
Fatimah, Nunung. 2017. Pengembangan Buku Cerita Rakyat Bima Berbasis Kearifan
Lokal (Sebuah Penunjang Gerakan Literasi). Nosi Volume 5, Nomor 3. PPS
Universitas Islam Negeri Malang.
Gani, Rizanur. 1988. Pengajaran Sastra di Indonesia: Respon dan Analisis. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
_____________. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Angkasa.
Hamzah, A. 1996. Sastra Melayu Lama dan Raja Rajanya. Jakarta: Dian Rakyat.
Ismawati, Esti. 2013. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Ombak.
Ika Lestari. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Padang:
Akademia Permata.
Kurniasih, dkk. 2014. Panduan Membuat Bahan Ajar Buku Teks Pelajaran sesuai
dengan Kurikulum 2013. Surabaya: Kata Pena.
Kemdiknas. 2013. Pedoman pelatihan implementasi kurikulum 2013. Jakarta: Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan
Penjaminan Mutu Pendidikan.
________. 2016. Permendikbud No 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013. Jakarta. Kemendikbud.
_________. 2016. Permendikbud No 54 Tahun 2013 Standar Kompetensi Lulusan.
Jakarta. Kemendikbud.
Mahsun. 2014. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia: Kurikulum2013.
Jakarta: PT Raja Grafika Persada.
Natalia, Diana.2017. Pengembangan Bahan Ajar Sastra Berbasis Cerita Rakyat
Banyumas Untuk Siswa Kelas V SD. Tesis. Magister Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia. Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Prasetiawati, Rika.2016.Pengembangan Bahan Ajar Membaca Hikayat. Jurnal
Bastra, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2016.
118
Pusparani, Herlina.dkk. 2017. The Analysis of Requirements Developing Teaching
Materials in Writing Folklore with Javanesse Language Based on Local
Wisdom. Journal Of Primary Education Vol 6 No. 2 Tahun 2017. Unnes.
diunduh tanggal 1 Agustus 2018.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpe/article/view/17555.
Rahmanto, B. 1988.Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Rismawati.2017. Perkembangan Sejarah Sastra Indonesia. Banda Aceh: Bina Karya
Akademika.
Suryaman, Maman. 2012. Metodologi Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: UNY
Press.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Sufanti, Main. 2010. Strategi Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.Surakarta:
Yuma Pustaka.
___________. 2013. “Pembelajaran Bahasa Indonesia BerbasisTeks: Belajar dari
Ohio Amerika Serikat” dalam Seminar Nasional, Teks Sebagai Media
Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam menyongsong kurikulum 2013, hlm:
36—53. (Ed. Nuraini Fatimah danAgus Budi Wahyudi .Surakarta: Progdi
PBSID FKIP UMS dan Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah. Diunduh
tanggal 20 September 2017
_________. 2014. “Penyisipan Teks Sastra dalam Pembelajaran Teks Nonsastra
sebagai Upaya Peningkatan Gairah Bersastra”, dalam Prosiding Seminar
Internasional dalam Rangka PIBSI XXXVI: Membangun Citra Indonesia di
Mata Internasional melalui Bahasa dan Sastra Indonesia (Ed. Rina Ratih
Sudaryani, dkk.). Yogyakarta: Progdi PBSI FKIP UAD. Diunduh tanggal 20
September 2017
_________. 2015. “Penyisipan Pembelajaran Teks Sastra dalam Pembelajaran Teks
Nonsastra dalam Buku Siswa Bahasa Indonesia SMA”, dalam Prosiding
Seminar Nasional: Sastra, Pendidikan Karakter dan Industri Kreatif. Hlm
152—160 (Ed. Miftakhul Huda dan Miftahul huda). Surakarta:
Muhammadiyah University Press. Diunduh tanggal 20 September 2017
Sugiyono.2016. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D, Bandung: Alfa beta.
Sudjiman, Panuti. 2006. Memahami Cerita Rakaan, Jakarta: Pustaka Jaya
119
Utomo, Budi. 2014. Nilai Budaya dan Nilai Pendidikan Karakter Cerita Rakyat Di
Pulau Bangka Dan Pemanfaatannya Sebagai Alternatif Bahan Ajar
Apersiasi Sastra Di Sekolah Menengah Atas. Tesis.Universitas Pendidikan
Indonesia.
Winkel. 2009. PsikologiPengajaran. Yogyakarta : Media Abadi.
Fitriana, Yulita. 2016. Hikayat Datuk Hitam dan Bajak Laut. Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa. Kemendikbud.