Upload
trinhque
View
260
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA TERPADU TAMANSARI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT
NIA KURNIASIH
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
RINGKASAN
NIA KURNIASIH. Pengembangan Produk Wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh E.K.S. HARINI MUNTASIB dan RESTI MEILANI.
Kecamatan Tamansari yang memiliki keindahan bentang alam khas dipadu dengan keragaman seni, budaya, religi dan keunikan sejarah masa lalu yang tinggi serta kekhasan sosial masyarakat sangat prospektif bagi pengembangan pariwisata. Pengembangan pariwisata Kecamatan Tamansari dapat dilakukan melalui pengemasan potensi wisata yang ada menjadi produk yang memiliki nilai jual. Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor telah mencanangkan Kecamatan Tamansari untuk dijadikan Kawasan Wisata Terpadu Tamansari. Namun, produk yang dikembangkan masih sangat terbatas sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus – September 2012 di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari, Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Pengumpulan data melalui observasi lapang, studi pustaka, wawancara, dan kuisioner.
Potensi alam Kecamatan Tamansari meliputi bentang alam yang berbukit di bawah kaki Gunung Salak dengan ketinggian 700 m dpl sehingga memiliki udara yang sejuk, segar dan pemandangan alam pegunungan yang indah, Curug Nangka, Setu Tamansari, Bumi Perkemahan Sukamantri, dan hamparan lahan persawahan dengan berbagai komoditas unggulan yang dihasilkannya. Potensi seni dan budaya terdiri dari beranekaragam jenis seni budaya daerah, peninggalan sejarah, maupun event tradisional. Potensi religi meliputi keberadaan Pura Parahyangan Agung Jagatkharta dan Vihara Nichiren Syoshu Indonesia di tengah masyarakat yang mayoritas beragama Islam. Selain itu, wilayah ini merupakan sentra tanaman hias serta sentra sepatu dan sandal sebagai sektor lapangan usaha mayoritas masyarakatnya.
Pengembangan produk wisata dilakukan berdasarkan potensi dan produk wisata yang ada, rencana pengelola dan keinginan pengunjung. Pengembangan produk wisata yang disarankan adalah pengembangan produk berupa aktivitas, fasilitas dan barang. Pengembangan produk berupa aktivitas meliputi pengembangan program wisata yaitu Wisata Konservasi Tamansari, Wisata Pendidikan Industri Tamansari, Mulih ka Lembur Tamansari, dan Wisata Religi-Budaya Tamansari. Pengembangan produk berupa fasilitas meliputi pembangunan Warsita, penyediaan kendaraan khusus wisata, akomodasi, demplot tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta demplot tanaman aromatik. Pengembangan produk berupa barang dengan melakukan penganekaragaman souvenir khas.
Kata kunci: Kawasan Wisata Terpadu Tamansari, pengembangan, produk wisata.
SUMMARY
NIA KURNIASIH. Tourism Product Development in Tamansari Integrated Tourism Area of Bogor District West Java Province. Under supervision of E.K.S. HARINI MUNTASIB and RESTI MEILANI.
Tamansari Sub-district with its beautiful landscape combined with high diversity of arts, cultural, religious potentials, and historical uniqueness, as well as high distinctiveness of social community were very prospective for the development of tourism. Tourism in Tamansari Sub-district could be developed through packaging of tourism potential into tourism products with high commercial value. Bogor district’s government had declared Tamansari as Tamansari Integrated Tourism Area. However, there were limited number of products which had been developed. Therefore, it was necessary to carry out research on the development of tourism product in Tamansari Integrated Tourism Area. This study was carried out on August – September 2012, in Tamansari Integrated Tourism Area, Tamansari Sub-district, Bogor District. Data was collected through field observation, literature study, interviews, and questionnaires.
Natural potentials of Tamansari Sub-district covered hilly landscape at the foot of Mount Salak on the height of 700 m above sea level that the area had cool and fresh air, and beautiful mountain scenery, Curug Nangka, Setu Tamansari. Sukamantri Camping Ground, and there were agricultural fields that produced excellent commodities. Arts and cultural potentials consisted of many different types of local cultural arts, historical heritage, and traditional events. Religious potentials included Pura Parahyangan Agung Jagatkharta and Indonesian Nichiren Syoshu temple. In addition, the region was also the central of ornamental plants cultivation, as well as shoes and sandals home industries which played the major business sector in the community.
Tourism product development was done according to potentions and tourism product aready exist, management planning, and visitor request. The recommended tourism products included development product in the form activities, facilities, and goods. Product development in the form activities including the development tourism programs such as Tamansari Conservation Tourism, Tamansari Industrial Education Tours, Mulih ka Lembur Tamansari, Tamansari Religion-Culture Tourism. Product development in the form facilities such as Warsita construction, provision of special vehicles tourism, accommodation, plant demonstration plots and a souvenirs production house for conservation tourism and aromatic plants demonstration plots. Product development in the form of goods to diversify souvenirs.
Key word: Development, Tamansari Integrated Tourism Area, tourism product.
PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DI KAWASAN WISATA TERPADU TAMANSARI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT
NIA KURNIASIH
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengembangan
Produk Wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari Kabupaten Bogor Provinsi
Jawa Barat adalah benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen
pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan
tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Maret 2013
Nia Kurniasih NIM E34080104
Judul Skripsi : Pengembangan Produk Wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat
Nama : Nia Kurniasih NIM : E34080104
Menyetujui:
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS Resti Meilani, S. Hut M.Si NIP. 19550410 198203 2 002 NIP. 19770514 200501 2 001
Mengetahui:
Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni,MS NIP. 19580915 198403 1 003
Tanggal Lulus:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah,
inayah dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul Pengembangan
Produk Wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari dapat terselesaikan.
Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata,
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa potensi Kecamatan
Tamansari sangat prospektif untuk pengembangan pariwisata. Pengembangan
pariwisata dapat dilakukan melalui pengemasan potensi yang ada menjadi produk
wisata yang memiliki nilai jual. Pengembangan produk wisata di Kawasan
Wisata Terpadu Tamansari diharapkan dapat meningkatkan minat serta keinginan
wisatawan untuk kembali berwisata di kawasan tersebut.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data mengenai
permintaan pengunjung terhadap produk wisata sebagai salah satu dasar dalam
penyusunan pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu
Tamansari. Selain itu juga memberikan masukan dan sedikit sumbangsih
pemikiran bagi kemajuan pariwisata di Kabupaten Bogor. Harapan penulis,
semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Bogor, Maret 2013
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa
Barat pada tanggal 23 Mei 1990 sebagai anak ketiga dari
tiga bersaudara pasangan Bapak Majid dan Ibu Wasri.
Jenjang pendidikan yang ditempuh penulis diawali di RA
Al Hikmah Mekarmukti pada tahun 1996. Penulis lulus
dari SDN 1 Kertayasa pada tahun 2002, kemudian
melanjutkan sekolah di MTsN Sindangsari dan lulus pada tahun 2005. Tahun
2008 penulis lulus dari sekolah SMAN 1 Kuningan dan pada tahun yang sama
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN (Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Penulis memilih Departemen
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.
Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif dalam beberapa organisasi
kemahasiswaan yakni Anggota Himpunan Mahasiswa Kuningan (HIMARIKA)
(2008 - 2009), Staf Human Resource Development (HRD) HIMARIKA (2009-
2010), Anggota Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata (HIMAKOVA), Sekretaris Umum II Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM) Fakultas Kehutanan (2009-2010) dan Departemen Kerohanian
HIMARIKA (2010-2011). Selain itu penulis juga melakukan kegiatan Praktek
Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cilacap-Baturaden pada tahun 2010,
Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat pada tahun
2011 dan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Bukit
Duabelas (TNBD) Jambi tahun 2012. Untuk memperoleh gelar Sarjana
Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Pengembangan
Produk Wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari Kabupaten Bogor Provinsi
Jawa Barat dibimbing oleh Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS dan Resti
Meilani, S.Hut., M.Si.
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas curahan rahmat,
hidayah dan inayahNya sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Dalam
penyusunan tugas akhir ini penulis tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu ucapan terima kasih dan
penghargaan tak luput penulis sampaikan kepada:
1. Orangtua tercinta, kakakku tersayang (Suhana dan Iwan Kurniawan) atas
ketulusan kasih sayang, cinta, perhatian, doa, dan dukungan yang telah
diberikan pada penulis. Seutuhnya karya ini didedikasikan untuk kalian.
2. Ibu Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS dan Ibu Resti Meilani, S.Hut.,
M.Si, selaku dosen pembimbing atas kesabaran dan keikhlasannya dalam
memberikan bimbingan ilmu, nasihat, dan motivasi kepada penulis.
3. Ibu Dr. Efi Yuliati Yovi, S.Hut., M.Life.Env.Sc selaku dosen penguji dan
Bapak Dr. Ir. Tutut Sunarminto, M.Si selaku ketua sidang yang telah
memberikan arahan dan masukannya bagi penulis.
4. Beastudi Etos, Karya Salemba Empat, B-SMART Bank Muamalat atas
bantuan moril dan materiil selama penulis menempuh studi.
5. Seluruh dosen KSHE yang telah banyak memberikan ilmu dan nasehat
kepada penulis selama kuliah dan staf departemen yang banyak membantu
penulis.
6. Bappeda dan Disparbud Kabupaten Bogor, serta seluruh pengelola di
Kawasan Wisata Terpadu Tamansari yang telah banyak membantu dan
memberi masukan dalam penyusunan skripsi penulis.
7. Teman-teman seperjuangan Lab RAE dan teman-teman Edelweiss 45 atas
dukungan, perhatian, doa, nasihat dan kebersamaan.
8. Sang Murabbiah dan saudara selingkaran serta sahabat Rumah Quran IPB
sebagai tempat bernaung dan berkeluh kesah, terima kasih atas ketulusan
perhatian, motivasi, doa, dan ukhuwah selama ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu kelancaran studi penulis, baik selama kuliah maupun dalam
penyelesaian skripsi ini.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................... 2
1.3 Manfaat .................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 3
2.1 Wisata dan Produk Wisata ..................................................... 3
2.2 Produk Wisata ........................................................................ 3
2.3 Pengembangan Produk Wisata ............................................... 6
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 8
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................. 8
3.2 Alat dan Bahan ....................................................................... 8
3.3 Jenis dan Metode Pengumpulan Data .................................... 8
3.4 Analisis Data .......................................................................... 9
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ............................. 12
4.1 Letak Geografis ...................................................................... 12
4.2 Kondisi Topografi dan Iklim .................................................. 12
4.3 Kondisi Sosial Ekonomi ......................................................... 12
4.4 Aksesibilitas ........................................................................... 12
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 13
5.1 Inventarisasi Potensi Wisata .................................................. 13
5.2 Inventarisasi Produk Wisata yang Ada .................................. 18
5.3 Rencana Pengembangan Produk Wisata oleh Pengelola ....... 22
5.4 Permintaan Pengunjung Terhadap Produk Wisata ................. 24
5.5 Pengembangan Produk Wisata ............................................... 28
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 38
6.1 Kesimpulan ............................................................................ 38
v
6.2 Saran ....................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 39
DAFTAR TABEL
No Halaman
1 Jenis dan metode pengumpulan data ......................................................... 9
2 Matriks pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari ....................................................................... 29
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1 Kawasan Wisata Terpadu Tamansari Kabupaten Bogor .......................... 8
2 Sistematika penelitian pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari ....................................................................... 9
3 Curug di Kawasan TNGHS: (a) Curug Nangka; (b) Curug Daun; dan (c) Curug Kawung ..................................................................................... 13
4 Kubangan di sepanjang aliran Curug Nangka, Curug Daun dan Curug kawung: (a) Leuwi Anjangan dan (b) Leuwi Jurig ................................... 14
5 Dua Kompleks perkemahan di Bumi Perkemahan Sukamantri ................ 15
6 Setu Tamansari .......................................................................................... 15
7 Bangunan adat dan pertunjukkan seni “Unjuk Tujuh Gunung” di Kampung Budaya Sindangbarang ............................................................. 17
8 Pura Parahyangan Agung Jagatkharta dan Vihara Nichiren Syoshu Indonesia ................................................................................................... 17
9 Kebun murbei, tempat pemeliharaan ulat sutera, dan ruang serbaguna.... 18
10 Aneka souvenir di Galeri Rumah Sutera................................................... 19
11 Salah satu rangkaian kegiatan piodalan pura ............................................ 20
12 Beberapa kegiatan yang dapat diikuti di kampung Budaya Sindangbarang: (a) kegiatan membatik, (b) belajar alat musik tradisional, (c)permainan tradisional, dan (d) praktek nutu ...................... 20
13 Beberapa rangkaian upacara “Seren Taun” dan pertunjukkan seni “Unjuk Tujuh Gunung”: (a) barisan rengkong, (b) pertunjukkan seni angklung gubrag, (c) parebut seeng, dan (d) seni tari pembuka pertunjukkan seni “Unjuk Tujuh Gunung” ............................................... 21
14 Karakteristik pengunjung di setiap lokasi wisata berdasarkan jenis kelamin ...................................................................................................... 25
15 Karakteristik pengunjung di setiap lokasi wisata berdasarkan asal daerah ........................................................................................................ 26
16 Karakteristik pengunjung di setiap lokasi wisata berdasarkan usia .......... 27
17 Karakteristik pengunjung di setiap lokasi wisata berdasarkan pendidikan terakhir ................................................................................... 27
18 Karakteristik pengunjung di setiap lokasi wisata berdasarkan pekerjaan . 28
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Bogor termasuk wilayah yang kaya akan potensi wisata. Adanya
dukungan posisi geografis Kabupaten Bogor yang sangat strategis, karena menjadi
simpul dari tiga provinsi, yakni DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat, tentunya
menjadikan Kabupaten Bogor memiliki peluang yang besar bagi pemasaran
pariwisata. Potensi wisata tersebut salah satunya berada di wilayah Kecamatan
Tamansari, yang hanya berjarak ±9 km dari Kota Bogor (Disbudpar Kabupaten
Bogor 2009).
Kecamatan Tamansari memiliki potensi alam, seni budaya dan religi yang
sangat prospektif bagi pengembangan pariwisata. Potensi alam Kecamatan
Tamansari meliputi bentang alam yang berbukit di bawah kaki Gunung Salak
dengan ketinggian 700 m dpl sehingga memiliki udara yang sejuk, segar dan
pemandangan alam pegunungan yang indah, keindahan air terjun yang menjulang,
setu yang membentang di tengah-tengah kawasan, hutan yang lebat dan
menghijau, dan hamparan lahan persawahan dengan berbagai komoditas unggulan
yang dihasilkannya. Potensi seni dan budaya terdiri dari beranekaragam jenis seni
budaya daerah, peninggalan sejarah, maupun event tradisional. Potensi religi
meliputi keberadaan pura dan vihara ditengah masyarakat yang mayoritas
beragama islam. Selain itu, wilayah ini merupakan sentra tanaman hias serta
sentra sepatu dan sandal sebagai sektor lapangan usaha mayoritas masyarakatnya.
Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk berkunjung.
Pengembangan pariwisata Kecamatan Tamansari dapat dilakukan melalui
pengemasan potensi wisata yang ada menjadi produk yang memiliki nilai jual.
Hal ini berdasarkan Kodhyat (2007) bahwa pengembangan kegiatan wisata harus
ditunjang oleh pengembangan produk wisata. Selain itu, Egam (2012) juga
menyatakan bahwa pengembangan produk wisata merupakan bagian integral dari
seluruh kerangka pengembangan wisata. Hal tersebut sudah mulai dilakukan oleh
Pemerintah Daerah setempat. Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor telah
mencanangkan Kecamatan Tamansari untuk dijadikan Kawasan Wisata Terpadu
2
Tamansari. Kawasan Wisata Terpadu Tamansari yang berkarakteristik sejenis
dengan Kawasan Wisata Puncak sebagai tumpuan pengembangan pariwisata
Kabupaten Bogor saat ini akan menjadi destinasi wisata alternatif Kabupaten
Bogor. Namun, produk yang dikembangkan masih sangat terbatas sehingga perlu
dilakukan penelitian mengenai pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata
Terpadu Tamansari.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengembangkan produk wisata di
Kawasan Wisata Terpadu Tamansari Kabupaten Bogor, dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Inventarisasi potensi wisata Kawasan Wisata Terpadu Tamansari.
2. Inventarisasi produk wisata yang telah ada dan rencana pengelola berkaitan
dengan pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari.
3. Inventarisasi permintaan pengunjung terhadap produk wisata di Kawasan
Wisata Terpadu Tamansari.
4. Menyusun pengembangan produk wisata berdasarkan potensi yang ada,
rencana pengelola dan keinginan pengunjung.
1.3 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini yaitu memberikan masukan mengenai
pengembangan produk wisata kepada pengelola Kawasan Wisata Terpadu
Tamansari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Wisata dan Pariwisata
Undang-undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan mendefinisikan
wisata sebagai kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan diri, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi
dalam jangka waktu sementara. UU tersebut juga mendefinisikan pariwisata
sebagai berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta
layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan Pemerintah
Daerah.
Suyitno (1999) menyatakan bahwa wisata berbeda dengan perjalanan pada
umumnya, karena suatu perjalanan dikatakan wisata apabila memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. Bersifat sementara, dalam jangka waktu pendek (waktu yang ditentukan),
pelaku wisata akan kembali ke tempat asalnya.
2. Melibatkan beberapa komponen wisata, misalnya sarana transportasi,
akomodasi, restoran, objek wisata, toko cinderamata, dan lain-lain.
3. Umumnya dilakukan dengan mengunjungi objek dan atraksi wisata daerah atau
bahkan negara secara berkesinambungan.
4. Perjalanan dilakukan dalam suasana santai.
5. Memiliki tujuan yang pada dasarnya untuk mendapatkan kesenangan.
2.2 Produk Wisata
Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar agar orang
tertarik perhatiannya, ingin memperolehnya, menggunakannya dan
mengkonsumsinya untuk memenuhi keinginan atau kebutuhannya (Kotler & Gary
2008). Alma (2011) menyatakan bahwa produk bukan hanya berbentuk sesuatu
yang berwujud saja, tetapi juga sesuatu yang tidak berwujud seperti pelayanan
jasa. Semua diperuntukkan guna memuaskan kebutuhan dan memuaskan
keinginan. Kodhyat (2007) menyatakan bahwa produk wisata adalah segala
sesuatu yang diminati dan dibeli oleh wisatawan untuk dinikmati. Medlik dan
4
Middleton (1973) diacu dalam Smith (1994) mengkonsepkan produk wisata
sebagai kumpulan aktivitas, jasa, dan keuntungan yang menyusun keseluruhan
pengalaman kepariwisataan.
Menurut Yoeti (2006) ada 3 macam karakteristik produk wisata, yaitu:
1. Transaksi penjualan tidak mengakibatkan pemindahan hak milik.
2. Waktu memproduksi dan mengkonsumsi berlangsung pada waktu yang
bersamaaan.
3. Produk wisata tidak bisa dicoba sebelum melakukan pembelian.
Produk wisata merupakan gabungan dari berbagai komponen (Militina
2005). Ada lima komponen produk wisata tersebut (Kodhyat 2007), yaitu:
1. Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW)
Adalah komponen yang paling utama karena ODTW merupakan pendorong
atau motivator utama bagi wisatawan untuk mengunjungi daerah Tujuan Wisata
(DTW). ODTW terdiri dari empat jenis, yaitu:
1) Alam: bentang alam/pemandangan, hutan, flora/fauna, goa, air terjun, danau,
dan lain sebagainya.
2) Budaya: museum, arkheologi/situs sejarah, tradisi, istana/keraton, tempat
ibadah, dan lain sebagainya.
3) Aktivitas: trekking, hiking, canoeing, caving, viewing, belanja/shopping,
ziarah, studi, berobat, dan lain sebagainya.
4) Peristiwa (events): festival, upacara keagamaan, upacara pernikahan,
perayaan, dan lain sebagainya.
2. Fasilitas
Merupakan segala sesuatu yang dibutuhkan dan yang memberikan berbagai
kemudahan bagi wistawan dalam bewisata. Ada tiga jenis fasilitas yang
diperlukan wisatawan, yaitu:
1) Fasilitas dalam bentuk prasarana (infrastruktur) seperti bandar udara,
pelabuhan, stasiun kereta api, terminal bis, jembatan, jalan raya, instalasi
listrik, instalasi air minum, telepon, dan lain sebagainya. Prasarana pada
dasarnya tidak bersifat memikat datangnya wisatawan, akan tetapi jika
komponen ini tidak ada, wisatawan pun menjadi enggan berkunjung (Ahmad
1990 diacu dalam Lalamentik 2009).
5
2) Fasilitas dalam bentuk sarana seperti alat-alat transportasi, alat
telekomunikasi, sarana akomodasi (hotel, motel, losmen, dan lain
sebagainya), restoran/rumah-rumah makan, sarana kesehatan (rumah sakit,
klinik, puskesmas, dan lain sebagainya), sarana keamanan (kantor/pos polisi,
hansip, dan lain sebagainya), dan tempat-tempat hiburan.
3) Fasilitas dalam bentuk amenitas seperti ruangan ber-AC, bathtub/shower
dengan air panas dan air dingin di kamar mandi, lift, dan fasilitas lain yang
dapat memberikan kenyamanan bagi wisatawan.
3. Suasana yang kondusif
Suasana yang kondusif berarti keadaan, situasi atau kondisi yang
memberikan rasa tenteram, aman dan nyaman bagi wisatawan. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam mendukung terciptanya suasana kondusif adalah
keamanan, kenyamanan, dan keramahan. Persepsi terbentuk saat atau setelah
wisatawan menikmati produk wisata. Munculnya kepuasan atau ketidakpuasan
sangat mempengaruhi perilaku wisatawan (Purnomo 2010). Oleh karena itu,
memelihara lingkungan yang memuaskan wisatawan agar betah lama tinggal di
lokasi wisata merupakan tugas penting dalam pengembangan produk wisata.
4. Jasa layanan
Jasa layanan berupa perbuatan atau tindakan-tindakan manusia pemberi jasa
dalam bentuk pelayanan yang diberikan kepada wisatawan sehubungan dengan
pemenuhan kebutuhan wisatawan seperti tour operator, pemanduan yang
diberikan oleh pramuwisata, agen perjalanan, dan informasi wisata yang diberikan
oleh petugas informasi. Pelayanan merupakan ruh yang akan menggerakkan
aktivitas pariwisata sebab yang dibeli wisatawan adalah pelayanan sejak ia
berangkat, datang ke DTW dan kembali ke tempat asalnya (Fiatiano 2007).
5. Kenang-kenangan/cinderamata
Merupakan segala sesuatu yang berbentuk kebendaan yang dapat menjadi
alat bantu untuk mengingatkan para wisatawan akan kunjungan mereka ke DTW
tertentu, seperti souvenir/cinderamata, postcard, film, video. Selain itu kenang-
kenangan juga diartikan sebagai kesan yang tertera dalam ingatan wisatawan
tentang apa yang dilihat dan dialaminya dalam kunjungannya ke DTW tertentu.
6
2.3 Pengembangan Produk Wisata
Pengembangan dapat diartikan memajukan dan memperbaiki, atau
meningkatkan sesuatu yang telah ada (Lubis 2006). Moraru (2011) menyatakan
bahwa pengembangan produk wisata merupakan peningkatan produk yang sudah
ada termasuk memelihara dan memajukan produk yang sudah ada serta
mempekenalkan produk baru. Pengembangan produk wisata merupakan prasyarat
untuk memenuhi perubahan permintaan pengunjung dan menjamin keuntungan
jangka panjang dari sebuah industri wisata, dan pengembangannya harus
memperhatikan aspek permintaan dan penawaran produk wisata (Smith 1994).
Pengembangan/penganekaragaman produk wisata ini diharapkan dapat
meningkatkan jumlah kunjungan. Premono dan Kunarso (2008) menyatakan
bahwa keragaman produk sangat berpengaruh signifikan terhadap jumlah
kunjungan. Pengembangan produk wisata dilakukan dengan tetap bertumpu pada
ciri khas kealamian objek wisata, dilakukan secara terpadu oleh semua
stakeholder, memunculkan kekhasan objek wisata, pengaktifan kembali objek dan
daya tarik wisata yang pasif/belum dikembangkan dan pengemasan secara
menarik (Purnomo 2008).
Pengembangan terhadap produk wisata dapat dilakukan melalui
pengemasan secara optimal komponen-komponen pembentuknya. Perjalanan
wisata ke DTW dapat terpuaskan jika didukung oleh pengemasan produk wisata
yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pengunjung (Fiatiano 2007).
Pengemasan produk berperan penting dalam membentuk citra positif suatu obyek
wisata (Purnomo 2009). Fiatiano (2007) mencontohkan penataan DTW di Bali,
yakni penataan objek wisata Danau Kintamani. Danau Kintamani merupakan
atraksi inti dengan pendukungnya adalah kesenian tari Barong, kerajinan perak,
Pasar Sukowati, dan Pemandian Tirta Empul. Jarak antara objek inti dan
pendukung yang dekat dan rutenya dirancang berbentuk lingkaran (cycle)
sehingga dapat kembali ke tempat keberangkatan semula dengan mudah dan
dalam waktu singkat.
Pengembangan produk sangat ditentukan oleh semua stakeholder terkait dan
dilaksanakan secara terpadu (Purnomo 2008). Fiatiano (2007) juga menambahkan
bahwa pengembangan produk wisata tersebut disempurnakan dengan adanya
7
komitmen dan kerjasama antara penyelenggara kepariwisataan seperti pemerintah
daerah, jasa-jasa kepariwisataan dan masyarakat disekitar objek. Kewajiban
pemerintah daerah adalah merencanakan pembangunan, pengorganisasian,
pemeliharaan dan pengawasan dalam segala sektor yang mendukung kegiatan
pariwisata. Industri jasa harus memberikan pelayanan yang unggul dalam
diferensiasi dan inovasi produk. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam bersikap
menerima kedatangan wisatawan, ikut terlibat dalam mengambil keputusan
pembangunan pariwisata dan berpartisipasi dalam memelihara sarana-sarana yang
terdapat di objek wisata. Selain itu, masyarakat ikut andil mendukung kegiatan
pariwisata dalam bentuk berjualan produk khas daerah tersebut dengan tetap
memperhatikan faktor higienis dan sanitasinya serta pelayanannya (Fiatiano
2007).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September 2012 di
Kawasan Wisata Terpadu Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor
(Gambar 1).
Gambar 1 Kawasan Wisata Terpadu Tamansari Kabupaten Bogor.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital,
alat perekam suara, panduan wawancara, kuisioner, dan alat tulis.
3.3 Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Data yang akan dikumpulkan adalah data mengenai potensi wisata,
pengunjung, dan pengelola (Tabel 1). Penelitian dilakukan dengan tahapan
mengumpulkan data-data tersebut melalui observasi lapang, studi pustaka,
wawancara, dan kuisioner, kemudian melakukan analisis dan penyusunan
pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari (Gambar
2).
9
Tabel 1 Jenis dan metode pengumpulan data
No. Data Rincian Data Metode
Pengumpulan Data
1 Potensi wisata
Objek dan daya tarik wisata: 1. Alam: bentang alam, flora/fauna, curug, dan
lain sebagainya. 2. Budaya: arkeologi/situs sejarah, tradisi,
tempat ibadah. 3. Peristiwa (events): festival, upacara
keagamaan, perayaan, dan lain sebagainya. 4. Kondisi sosial budaya masyarakat
Observasi lapang, wawancara, dan studi pustaka
2 Produk wisata yang telah ada
Karakteristik produk wisata Observasi lapang, wawancara, dan studi pustaka
3 Pengunjung Karakteristik (jenis kelamin, asal daerah, usia, pendidikan dan pekerjaan) dan keinginan/harapan pengunjung terhadap pengembangan produk wisata.
Kuisioner dan wawancara
4 Pengelola Produk wisata yang telah dikembangkan, pengelolaan produk wisata, dan rencana pengembangan produk wisata.
Wawancara
Gambar 2 Sistematika penelitian pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari.
Karakteristik pengunjung dan keinginan/harapan pengunjung terhadap pengembangan produk wisata
1. Kebijakan pengelola dalam pengelolaan produk
2. Rencana dan strategi pengelola dalam pengembangan produk
Produk yang ada: 1. ODTW 2. Fasilitas 3. Suasana yang kondusif 4. Jasa pelayanan 5. Kenang-kenangan
Pengembangan Produk Wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari
Inventarisasi Supply
Identifikasi kebijakan pengelola
Inventarisasi Demand
Wawancara Observasi lapang. Studi pustaka dan
wawancara
Kuisioner dan wawancara
Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif
10
3.3.1 Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai potensi
wisata. Sumber pustaka yang dijadikan acuan penelitian berupa jurnal, buku,
laporan penelitian dan sebagainya.
3.3.2 Observasi/pengamatan lapang
Kegiatan observasi lapang dilakukan dengan langsung melihat kondisi yang
sebenarnya. Kegiatan observasi lapang ini dilakukan untuk mengetahui potensi
wisata dan produk wisata yang ada.
3.3.3 Wawancara
3.3.3.1 Pengelola
Wawancara dilakukan kepada beberapa informan. Informan dalam
penelitian ini adalah pengelola dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda), Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Bogor,
Pemerintah Kecamatan Tamansari, Pemerintah Desa Tamansari, Pemerintah Desa
Pasireurih serta pengelola di setiap lokasi wisata di Kawasan Wisata Terpadu
Tamansari yang mengetahui secara keseluruhan terkait pengelolaan produk
wisata. Wawancara dilakukan dengan menggunakan panduan wawancara untuk
mengumpulkan data mengenai pengelolaan wisata dan produknya, jenis produk
yang dikembangkan, dan rencana pengembangan produk wisata.
3.3.3.2 Pengunjung
Wawancara kepada pengunjung dilakukan dengan menggunakan kuisioner.
Pengambilan sampel pengunjung dilakukan dengan metode convinience sampling,
yaitu berdasarkan kesediaan responden yang ditemui di lokasi penelitian. Jumlah
sampel yang diambil ditentukan berdasarkan kejenuhan data. Sampel pengunjung
diambil dari lima lokasi yaitu Curug Nangka, Bumi Perkemahan Sukamantri,
Kampung Budaya Sindangbarang, Agrowisata Batu Gede Sutera Alam, dan Pura
Parahyangan Agung Jagatkharta. Kelima lokasi tersebut merupakan lokasi wisata
yang sudah dikunjungi oleh wisatawan.
3.4 Analisis Data
Analisis data yang digunakan secara keseluruhan merupakan metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif
kualitatif dilakukan terhadap hasil inventarisasi dan verifikasi potensi wisata,
11
produk wisata yang ada, hasil wawancara kepada pengelola mengenai rencana
pengembangan produk wisata, dan hasil wawancara kepada pengunjung mengenai
harapan/keinginan pengunjung terhadap pengembangan produk wisata. Analisis
deskriptif kuantitatif dilakukan terhadap hasil wawancara pengunjung mengenai
karakteristik pengunjung dengan menggunakan tabulasi sederhana. Penyusunan
pengembangan produk wisata didasarkan pada potensi wisata, produk yang telah
ada, keinginan pengunjung dan rencana pengelola. Penyusunannya disajikan
dalam sebuah bentuk matriks.
BAB IV
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis
Kecamatan Tamansari merupakan pemekaran yang terjadi pada tahun 2001,
dari Kecamatan Ciomas yang terdiri dari 8 desa, 88 RW dan 338 RT. Kecamatan
Tamansari ini memiliki luas wilayah 2.630.936 Ha dengan batas wilayah:
1. Sebelah utara : Kecamatan Ciomas dan Bogor Selatan
2. Sebelah selatan : Gunung Salak
3. Sebelah barat : Kecamatan Tenjolaya dan Dramaga
4. Sebelah timur : Kecamatan Cijeruk
4.2 Kondisi Topografi dan Iklim
Wilayah Kecamatan Tamansari berada pada ketinggian 700 m dpl dan
merupakan kawasan berbukit yang berada di bawah kaki Gunung Salak. Kondisi
ini menyebabkan udara sejuk dengan suhu rata-rata 25 - 300C.
4.3 Kondisi Sosial Ekonomi
Kecamatan Tamansari memiliki jumlah penduduk 84.179 jiwa dengan
sebagian besar penduduk bermatapencaharian sebagai buruh. Kecamatan ini
termasuk ke dalam wilayah penyangga resapan air dan kawasan hijau. Selain itu,
sebagai wilayah pengembangan pertanian perkotaan dengan produksi pertanian
pangan yang menonjol, yaitu palawija. Kecamatan Tamansari ini juga merupakan
sentra tanaman hias dan keras yang pemasarannya telah memasuki pangsa pasar
lokal, regional, bahkan nasional. Industri lainnya yang berkembang di daerah ini
adalah home industry (pengrajin sepatu dan sandal) serta perdagangan lainnya.
4.4 Aksesibilitas
Kecamatan Tamansari terletak 9 km dari Kota Bogor, 40 km dari ibukota
Kabupaten Bogor, 120 km dari ibukota Provinsi Jawa Barat dan 96 km dari
ibukota Negara Republik Indonesia, Jakarta. Akses masuk ke wilayah Kecamatan
Tamansari melalui gerbang utama Tol Jagorawi pintu tol Bogor melewati Kota
Bogor ke arah Empang-Cikaret-Ciapus-Kecamatan Tamansari.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Inventarisasi Potensi Wisata
Kawasan Wisata Terpadu Tamansari merupakan keterpaduan beberapa
objek wisata yang terdiri dari wisata alam, seni budaya dan religi yang tersebar di
Kecamatan Tamansari. Wilayah Kawasan Wisata Terpadu Tamansari merupakan
kawasan berbukit dibawah kaki Gunung Salak sehingga memiliki udara yang
sejuk dan panorama pegunungan yang indah. Hal tersebut didukung adanya
keindahan Curug Nangka, hamparan Bumi Perkemahan Sukamantri dan Setu
Tamansari.
Curug Nangka merupakan kawasan wisata air terjun yang terdapat di Desa
Sukajadi. Curug Nangka ini berada di bawah pengelolaan Taman Nasional
Gunung Halimun Salak (TNGHS). Dinamakan Curug Nangka karena konon
dahulu diatas curug tersebut terdapat pohon nangka yang buahnya jatuh dan tak
pernah habis dimakan. Curug Nangka terdiri dari tiga tahap dengan masing-
masing ketinggian ±10 - 20 m. Lokasinya cukup tersembunyi di dalam lembah
yang curam ditutupi tebing-tebing tinggi, sekitar 500 m dari pintu masuk. Selain
Curug Nangka, disini juga terdapat Curug Daun dan Curug Kawung (Gambar 3).
a b c
Gambar 3 Curug di Kawasan TNGHS: (a) Curug Nangka; (b) Curug Daun; dan (c) Curug Kawung.
14
Curug Daun posisinya berada diantara Curug Nangka dan Curug Kawung
melewati jalan yang cukup lebar dengan kondisi turun naik. Dinamakan Curug
Daun karena aliran airnya menyerupai bentuk daun. Curugnya tidak terlalu tinggi,
hanya sekitar 6 m dengan aliran air cukup deras. Dipercaya bahwa orang yang
mandi atau cuci muka menggunakan air curug tersebut dapat meningkatkan
kharisma atau kewibawaan. Curug Kawung berada di hulu kawasan Curug
Nangka dan berjarak sekitar 1 km dari Curug Daun. Curugnya memiliki
ketinggian 25 m.
Ketiga Curug tersebut berada di kaki Gunung Salak pada ketinggian sekitar
750 m dpl dengan curah hujan 4000 mm/tahun dan suhu udara 20 - 220C.
Sepanjang aliran ketiga curug tersebut terdapat kubangan air yang agak dalam dan
cukup lebar, yaitu Leuwi Anjangan (Gambar 4a) dan Leuwi Jurig (Gambar 4b).
Mitos yang dipercaya bahwa jika ada orang yang mandi, cuci muka di Leuwi
Anjangan maka akan langgeng hubungan dengan pasangannya. Leuwi Jurig
dipercaya mampu menyembuhkan orang yang kena gangguan makhluk halus,
sihir, guna-guna dan lainnya.
a b
Gambar 4 Kubangan di sepanjang aliran Curug Nangka, Curug Daun, dan Curug
Kawung (a) Leuwi Anjangan; (b) Leuwi Jurig.
Bumi Perkemahan Sukamantri yang menyediakan dua kompleks
perkemahan dengan kapasitas tampung keseluruhan 20 - 30 unit kemah (300
orang pekemah) terletak tidak jauh dari Curug Nangka, dan masih berada di kaki
Gunung Salak pada ketinggian 750 m dpl (Gambar 5). Bumi Perkemahan
Sukamantri ini berada di bawah pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun
Salak.
15
Gambar 5 Dua Kompleks Pekemahan di Bumi Perkemahan Sukamantri.
Setu Tamansari dengan luas 2,4 Ha terletak ditengah-tengah kawasan ini
(Gambar 6). Setu ini merupakan potensi wisata yang belum dikembangkan. Setu
Tamansari menawarkan panorama Gunung Salak yang indah dan menyegarkan.
Wisata air bisa dilaksanakan di lokasi ini. Selain itu, akses menuju lokasi yang
sangat mudah dan tempatnya yang strategis di tepi jalan sangat cocok dikunjungi
untuk sekedar bersantai atau melepas lelah.
Gambar 6 Setu Tamansari.
Sebagai wilayah pengembangan pertanian, kawasan ini banyak
menghasilkan berbagai komoditas unggulan, diantaranya talas. Menurut
Widiyanti (2008), Kecamatan Tamansari merupakan daerah sentra produksi talas
terbesar di Kabupaten Bogor. Komoditas lainnya berupa padi, pala, nanas,
jagung, singkong, dan daun poh-pohan.
Kawasan Wisata Terpadu Tamansari juga menjadi lokasi bagi Agrowisata
Batu Gede Sutera Alam atau lebih dikenal sebagai Rumah Sutera, yang terletak di
16
Desa Pasir Eurih. Rumah Sutera ini merupakan industri perorangan di bidang
persuteraan alam, yaitu mulai dari kegiatan penanaman murbei, pemeliharaan ulat
sutera, pemanenan kokon, hingga pengolahan pasca panen. Agrowisata ini berdiri
sejak tahun 2000 dengan luas wilayah sekitar 2 ha.
Kondisi topografi Kecamatan Tamansari termasuk sebagai daerah dataran
tinggi yang cukup baik untuk budidaya dan pengembangan komoditas jamur tiram
putih (Sitanggang 2008), sehingga di kawasan ini banyak dibudidayakan jamur
dan saat ini sedang dilakukan usaha budidaya jamur secara menyeluruh oleh
berbagai kelompok tani di Desa Tamansari untuk mewujudkan Desa Tamansari
sebagai sentra jamur. Selain itu, di kawasan ini banyak dibudidayakan tanaman
hias. Budidaya tanaman hias merupakan usaha yang banyak dikelola oleh
masyarakat yang bersifat rumahan maupun perusahaan. Kecamatan Tamansari
pernah mendapat sebutan sebagai sentra tanaman hias karena banyaknya
masyarakat yang membudidayakan tanaman hias. Sampai saat ini, usaha
budidaya tanaman hias masih berorientasi pada peningkatan produksi. Seperti
halnya industri tanaman hias, di Kawasan ini terdapat industri pengrajin sepatu
dan sandal yang juga masih berorientasi pada produksi dan potensial untuk
dikembangkan sebagai destinasi wisata. Menjadi pengrajin sepatu dan sandal
merupakan mata pencaharian mayoritas masyarakat Desa Pasir Eurih. Industri ini
bersifat rumahan. Selain itu, Desa Pasir Eurih ini juga merupakan jalur
pengembangan wilayah peternakan. Kelompok Tani Mitra Tohaga
mengembangkan peternakan itik melalui integrasi kegiatan pembibitan dan
diversifikasi budidayanya.
Tidak hanya dianugerahi potensi alam yang mempesona, Kawasan Wisata
Terpadu Tamansari juga memiliki keragaman seni, budaya dan keunikan sejarah
masa lalu yang tinggi. Terdapat Kampung Budaya Sindangbarang sebagai salah
satu kampung adat di Jawa Barat dengan arsitektur bangunan bergaya khas adat
Sunda dan kehidupan Pasundan seluruhnya, seperti tata cara hidup dan kebiasaan
adat, permainan tradisional, dan pertunjukkan kesenian. Selain itu, terdapat juga
event tahunan seperti upacara “Seren Taun” setiap bulan Muharram, dan
pertunjukkan seni “Unjuk Tujuh Gunung” (Gambar 7). Di Kawasan ini tersebar
beberapa situs purbakala seperti Situs Sindangbarang dan Sumur Jalatunda.
17
Gambar 7 Bangunan adat dan petunjukkan seni “Unjuk Tujuh Gunung” di Kampung Budaya Sindangbarang.
Tempat ibadah umat agama lain yaitu Pura Parahyangan Agung Jagatkharta
dan Vihara Nichiren Syoshu Indonesia dibangun ditengah-tengah mayoritas
masyarakat yang beragama Islam (Gambar 8). Pura Parahyangan Agung
Jagatkharta yang memiliki arti alam dewata yang sangat sempurna kesuciannya,
merupakan pura terbesar di Jawa Barat dan konon merupakan istana bagi Prabu
Siliwangi dan leluhur Jawa Barat. Pembangunan Pura ini dirintis sejak tahun
1995. Bentuk bangunan Pura ini mirip dengan Candi Cangkuang di Garut, Jawa
Barat. Setiap minggunya pura ini ramai dikunjungi peziarah, baik dari Bogor
maupun luar Bogor bahkan dari luar provinsi Jawa Barat, terutama dari Bali.
Vihara Nichiren Syoshu Indonesia adalah salah satu vihara terbesar di Jawa
barat. Vihara ini hanya dikunjungi umat Budha sekali setiap akhir bulan sebagai
koordinasi pusat dari agama Budha aliran Nichiren. Tempat ibadah umat Budha
ini dibangun diatas tanah seorang umat Budha berkebangsaan Jepang sehingga
arsitektur bangunannya bergaya khas Jepang.
Gambar 8 Pura Parahyangan Agung Jagatkharta dan Vihara Nichiren Syoshu Indonesia.
18
5.2 Produk Wisata yang Telah Ada
Pengunjung yang datang mengunjungi Kawasan Wisata Terpadu Tamansari
dapat menikmati beberapa produk wisata yang telah dikembangkan. Pengunjung
yang datang bisa melakukan hiking menuju Curug Nangka dan bebas menikmati
kesegaran ketiga curug yang ada dan pemandangan alam di sekitarnya, melakukan
outbond serta melakukan wisata berkemah di area camping ground. Fasilitas
yang disediakan berupa toilet, mushola, warung makan, lapangan parkir dan pos
jaga keamanan. Wisatawan yang datang dapat menggunakan jasa pemandu dari
Kompepar (kelompok penggerak pariwisata) yang beranggotakan masyarakat
sekitar, atau bisa juga bebas berwisata sendiri dengan adanya pemanduan secara
tidak langsung melalui papan-papan informasi, walaupun keterangan-keterangan
yang ada belum cukup menginterpretasikan objek kepada pengunjung.
Bumi Perkemahan Sukamantri biasa digunakan untuk wisata berkemah dan
outdoor games seperti war games, outbond, pendidikan lapangan dan lain-lain.
Fasilitas yang dapat disediakan berupa toilet, mushola, shelter, warung makan,
bentang lapang dan peralatan yang digunakan untuk berkemah. Pengunjung yang
datang juga bisa melihat dan mempelajari industri persuteraan alam di Agrowisata
Batu Gede Sutera Alam atau lebih dikenal Rumah Sutera, mulai dari berkebun
murbei, penetasan telur ulat sutera, pemeliharaan ulat kecil dan ulat besar,
pembentukan kokon, pemanenan kokon dan pengolahan pasca panen yaitu
pemintalan kokon menjadi benang sutera sampai penenunan kain sutera. Selain
itu, pengunjung juga bisa mengadakan pertemuan, arisan dan sebagainya di ruang
serbaguna serta melihat berbagai jenis tanaman hias, palem, dan green house
koleksi anggrek dari beberapa negara.
Gambar 9 Kebun murbei, tempat pemeliharaan ulat sutera dan ruang serbaguna.
19
Setelah melihat dan mempelajari proses industri sutera, pengunjung bisa
mengunjungi Galeri Rumah Sutera sebagai pusat souvenir. Aneka souvenir yang
disediakan merupakan hasil pengolahan pasca panen seperti kain sutera, pakaian
jadi berbahan sutera dan beberapa bermotif batik seperti kebaya, syal, pasmina,
kerudung, gantungan kunci dan bross (Gambar 10). Selain itu, ada juga teh dari
pucuk murbei dan kopi bubuk sebagai hasil panen dari tanaman kopi yang
terdapat di kebun koleksi. Semua kegiatan tersebut dikemas sederhana oleh
pengelola ke dalam dua paket wisata yaitu Paket Sutera Alam 1 dan Sutera Alam
2. Paket Sutera Alam 1 terdiri dari tour guide meninjau proses pembuatan kain
sutera dengan tambahan fasilitas welcome drink, snack, dan makan siang. Paket
Sutera Alam 2 hampir sama dengan Paket Sutera Alam 1, hanya pada paket ini
tidak mendapatkan fasilitas makan siang dan guide. Pengunjung yang datang
harus bersifat rombongan sekitar 30 - 180 orang.
Gambar 10 Aneka souvenir di Galeri Rumah Sutera.
Pura Parahyangan Agung Jagatkharta merupakan salah satu daya tarik
wisata minat khusus, bagi umat Hindu sering dikunjungi untuk
berziarah/beribadah dan bagi umat lain dikunjungi hanya sekedar ingin tahu,
melepas lelah dan memandang alam yang indah. Selain itu, terdapat berbagai
acara perayaan dan pertunjukkan seni dalam event tertentu yang menarik banyak
wisatawan untuk berkunjung seperti pada upacara piodalan/ulang tahun Pura
(Gambar 11).
20
Gambar 11 Salah satu rangkaian kegiatan piodalan pura.
Pengunjung yang datang dapat mengetahui dan mempelajari sejarah budaya
Sunda seperti pengenalan bangunan adat, bercocok tanam, nutu, mengenal dan
belajar alat musik Sunda tradisional, belajar kerajinan tradisional, membatik,
marak lauk, pertunjukkan kesenian, permainan tradisional dan sebagainya
(Gambar 12). Semua kegiatan tersebut dikemas dalam beberapa paket wisata,
yaitu Paket Mulih ka Lembur, Sawengi di Kampung Budaya, Sono Ka Lembur,
Nyunda di Bogor, Paket Camping/LDK, dan fun games.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 12 Beberapa kegiatan yang dapat diikuti di Kampung Budaya Sindangbarang: (a) kegiatan membatik; (b) belajar alat musik tradisional; (c) permainan tradisional; dan (d) praktek nutu.
21
Pengunjung yang datang juga dapat menyaksikan event tahunan seperti
upacara “Seren Taun” yang dilaksanakan pada bulan Muharram dan pertunjukkan
seni “Unjuk Tujuh Gunung” (Gambar 13). Upacara “Seren Taun” merupakan
upacara ungkapan rasa syukur masyarakat terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas
hasil Panen dan hasil bumi yang diperoleh pada tahun ini dan berharap hasil panen
tahun depan akan lebih baik lagi. Upacara ini berlangsung selama tujuh hari
meliputi upacara ritual dan penampilan kesenian tradisional. Pertunjukkan seni
“Unjuk Tujuh Gunung” merupakan pertunjukkan seni budaya dari tujuh gunung
di Sunda yaitu Gunung Halimun, Salak, Gede dan Pangrango, Tampomas,
Galunggung, dan Papandayan. Dipercaya bahwa gunung merupakan Kabuyutan
yang harus dijaga kelestariannya, serta dikaki gunung terdapat masyarakat adat
yang masih memelihara kesenian dan budayanya yang jarang dilihat oleh orang
lain.
a b
c d
Gambar 13 Beberapa rangkaian upacara “Seren Taun” dan pertunjukkan seni “Unjuk Tujuh Gunung”: (a) barisan rengkong; (b) pertunjukkan seni angklung gubrag; (c) parebut seeng; (d) seni tari pembukaan pertunjukkan seni “unjuk Tujuh Gunung”. (Sumber a, b, dan c: www.kampungbudayasindangbarang.com)
22
5.3 Rencana Pengembangan Produk Wisata oleh Pengelola
Kawasan Wisata Terpadu Tamansari pada dasarnya baru sebatas program
yang dicanangkan oleh Bappeda Kabupaten Bogor pada tahun 2008. Program ini
dibentuk sebagai alternatif untuk mengimbangi wisata di Kawasan Puncak.
Pengelolaan dilakukan oleh pemerintah, pengelola di setiap lokasi wisata dan
masyarakat.
Pihak pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
(Disparbud) Kabupaten Bogor hanya bersifat mendampingi dan memfasilitasi.
Pada tahun 2009, Disparbud menindaklanjuti program tersebut dengan
mengadakan sosialisasi mengenai Kawasan Wisata Terpadu kepada masyarakat,
memfasilitasi pembentukan 3 desa wisata di Kecamatan Tamansari yaitu desa
wisata Tamansari, Pasir Eurih dan Sukajadi, mengadakan pelatihan pariwisata
terhadap masyarakat desa yang dibentuk sebagai desa wisata, dan pembentukan
profil Kawasan Wisata Terpadu Tamansari (buku, leaflet dan VCD). Selain itu,
pada tahun 2010 Disparbud melakukan pendampingan terhadap pengurus dan
masyarakat desa wisata di Kecamatan Tamansari, melakukan kerjasama dengan
LPM Universitas Pancasila dalam rangka pengembangan pariwisata berbasis
masyarakat di Kecamatan Tamansari, dan memfasilitasi pengajuan biaya melalui
PNPM Mandiri dari Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.
Pengelola setiap lokasi wisata terdiri dari Balai Taman Nasional, yayasan,
perorangan dan masyarakat. Curug Nangka dan Bumi Perkemahan Sukamantri
berada dibawah pengelolaan Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Setu
Tamansari berada di atas tanah desa dan pengelolaannya hingga saat ini berada di
bawah pemerintahan Desa Tamansari. Pura Parahyangan Agung Jagatkharta dan
Vihara Nichiren Syoshu Indonesia dikelola oleh yayasan keagamaan umat
masing-masing. Agrowisata Batu Gede Sutera Alam dan budidaya tanaman hias
merupakan usaha milik pribadi.
Usaha budidaya jamur merupakan usaha perorangan dan saat ini tengah
dikembangkan juga oleh beberapa kelompok tani di Desa Tamansari. Usaha
peternakan bebek dikembangkan oleh kelompok tani di Desa Pasireurih. Industri
sepatu dan sandal dikelola oleh masyarakat Desa Pasireurih sebagai sektor
lapangan usaha mayoritas. Kampung Budaya Sindangbarang merupakan milik
23
pribadi yang pengelolaannya dilakukan secara bersama dengan masyarakat
Kampung Sindangbarang.
Adanya program Kawasan Wisata Terpadu Tamansari ini belum
tersosialisasikan dengan baik. Sebagian besar pengelola belum mengetahui
mengenai program ini. Pengelolaan Kawasan Wisata Terpadu Tamansari yang
seharusnya dapat memadukan antarpengelola, hingga saat ini belum terintegrasi.
Pengelolaan masih berjalan sendiri-sendiri. Pembentukan Desa Wisata sebagai
langkah awal perwujudan Kawasan Wisata Terpadu Tamansari seharusnya
dikelola oleh masyarakat secara menyeluruh. Akan tetapi, pengelolaan yang
berjalan saat ini hanya dilakukan oleh sebagian masyarakat yang aktif terlibat
dalam kepengurusan desa wisata.
Pengembangan produk wisata terus diupayakan oleh para pengelola. Upaya
pengembangan produk wisata dilakukan dengan cara mengembangkan potensi-
potensi objek wisata di setiap lokasi wisata dan mengembangkan objek-objek
wisata yang belum berkembang. Pengelola Curug Nangka tetap mempertahankan
produk wisata yang ada dengan terus berupaya memelihara dan meningkatkan
kualitas pendukung produk seperti fasilitas sarana prasarana. Akan tetapi,
pengelola menawarkan kerjasama dengan berbagai pihak untuk mengembangkan
produk wisata dengan mendayagunakan area parkir.
Seharusnya pengelolaan Bumi perkemahan Sukamantri berada dibawah
pengelolaan TNGHS, akan tetapi kurangnya SDM menyebabkan pengelolaannya
masih dilakukan oleh pihak Perum Perhutani. Selain tetap mempertahankan
produk wisata yang ada, pengelola Bumi Perkemahan Sukamantri terus berupaya
meningkatkan pelayanan dan menggali potensi untuk menganekaragamkan atraksi
wisata.
Pengelola Kampung Budaya Sindangbarang terus menggali potensi budaya
Sunda untuk meragamkan atraksi wisata. Pengelola Agrowisata Batu Gede Sutera
Alam tetap mempertahankan produk wisata yang ada, namun masih membuka
peluang kerjasama dengan berbagai pihak untuk pemasokan murbei dan
pengolahan pascapanen seperti proses pembatikan kain di lokasi tersebut.
Pengelola Desa Wisata Pasireurih terus menggali potensi untuk
pembentukan produk. Pengelola berencana menyelenggarakan wisata pendidikan
24
berbasis bebek. Peternakan bebek yang diusahakan oleh Kelompok Tani Mitra
Tohaga selama ini hanya berorientasi pada peningkatan produksi. Pengelola
berencana meningkatkan nilai jual peternakan bebek terpadu ini dengan
menyelenggarakan wisata pendidikan berupa pengajaran menggembala bebek dan
pembuatan telur asin. Selain itu, pengelola juga berencana membangun Warsita
(Warung Informasi Wisata) sebagai pusat informasi dari Desa Wisata Pasireurih.
Warsita ini akan dibangun bersebelahan dengan Kampung Budaya
Sindangbarang.
Pengelola Desa Wisata Tamansari terus mengadakan sosialisasi kepada
masyarakat. Bantuan dana program PNPM disalurkan untuk penataan fisik seperti
pengadaan homestay, pengadaan peta wisata dan papan informasi. Selain itu,
digunakan untuk pelatihan SDM, seperti pelatihan kesenian, pelatihan kuliner dan
pelatihan lainnya disamping terus menggali potensi desanya terutama dari sektor
pertanian. Beberapa rencana kedepan, pengelola berencana menyelenggarakan
wisata bersepeda keliling kawasan. Banyaknya komunitas pengendara sepeda
yang berlalu lalang di sepanjang kawasan ini pada hari libur menjadi peluang bagi
pengelola untuk mengembangkan wisata sepeda keliling kawasan. Selain itu,
mengadakan souvenir khas, diantaranya miniatur pura sebagai salah satu icon
Desa Wisata Tamansari.
5.4 Permintaan Pengunjung Terhadap Produk Wisata
5.4.1 Karakteristik pengunjung
Data yang diambil mengenai karakteristik pengunjung meliputi jenis
kelamin, asal wisatawan, usia, pendidikan terakhir dan pekerjaan. Jumlah
responden yang didapatkan dari lima lokasi wisata sebanyak 50 orang, dengan
rincian sembilan responden dari Curug Nangka, 14 responden dari Bumi
Perkemahan Sukamantri, sepuluh responden dari Kampung Budaya
Sindangbarang, empat responden dari Agrowisata Batu Gede Sutera Alam dan 13
responden dari Pura Parahyangan Agung Jagatkharta.
Berdasarkan 50 responden yang diwawancarai menunjukkan bahwa
mayoritas pengunjung di seluruh lokasi (60%) adalah perempuan. Ditinjau dari
masing-masing lokasi (Gambar 14), di Curug Nangka dan Bumi Perkemahan
Sukamantri mayoritas pengunjung adalah laki-laki (56%) dan (77%). Kedua
25
lokasi tersebut merupakan objek yang cukup menantang dan menempuhnya
memerlukan kondisi fisik yang prima. Mayoritas pengunjung di tiga lokasi
lainnya adalah perempuan, dengan persentase pada masing-masing lokasi sebesar
60% untuk Kampung Budaya Sindangbarang, 75% untuk Agrowisata Batu Gede
Sutera Alam, dan 92% untuk Pura Parahyangan Agung Jagatkharta. Keadaan
pengunjung yang didominasi perempuan merupakan hal yang wajar karena sifat
kegiatan wisata dan akses menuju lokasi yang mudah.
Gambar 14 Karakteristik pengunjung di setiap objek wisata berdasarkan jenis kelamin.
Sebagian besar pengunjung berasal dari Bogor dan Jakarta masing-masing
34% dan paling sedikit dari Semarang dan Cianjur masing-masing 2%.
Pengunjung yang datang dari Semarang dan Cianjur diajak oleh pengunjung lain
yang berasal dari Bogor dan Jakarta. Kondisi ini menunjukkan bahwa Kawasan
Wisata Terpadu Tamansari hanya dikenal oleh pengunjung dari daerah yang dekat
saja. Begitu pula dengan mayoritas pengunjung di setiap lokasi wisata yang
didominasi oleh daerah yang dekat saja (Gambar 15). Curug Nangka dan Pura
Parahyangan Agung Jagatkharta didominasi pengunjung asal Bogor, masing-
masing sebanyak 56% dan 69%. Mayoritas pengunjung Bumi Perkemahan
Sukamantri berasal dari Depok dan Jakarta (43%), mayoritas pengunjung
Kampung Budaya Sindangbarang dari Jakarta (90%) dan mayoritas pengunjung
Agrowisata Batu Gede Sutera Alam dari Bekasi (75%). Hal ini menjadi masukan
bagi pengelola untuk terus meningkatkan kegiatan promosi.
0
2
4
6
8
10
12
14
Curug Nangka BumiPerkemahanSukamantri
KampungBudaya
Sindangbarang
Agrowisata BatuGede Sutera
Alam
PuraParahyangan
AgungJagatkharta
Jum
lah
Peng
unju
ng (o
rang
)
Objek Wisata
Laki-laki
Perempuan
26
Gambar 15 Karakteristik pengunjung di setiap lokasi wisata berdasarkan asal daerah.
Sebagian besar wisatawan (54%) adalah remaja. Kegiatan rekreasi dan
petualangan merupakan daya tarik tersendiri bagi remaja. Selain itu, pada usia
remaja umumnya orang memiliki semangat dan motivasi tinggi serta kondisi fisik
yang kuat untuk melakukan wisata.
Ditinjau di setiap lokasi wisata, mayoritas pengunjung di Curug Nangka,
Bumi Perkemahan Sukamantri dan Pura Parahyangan Agung Jagatkharta adalah
kelompok usia remaja (15 – 24 tahun) masing-masing 56%, 86%, dan 54%
(Gambar 16). Curug Nangka dan Bumi perkemahan Sukamantri merupakan objek
wisata yang cukup menantang sehingga disukai oleh pengunjung remaja laki-laki.
Pura Parahyangan Agung Jagatkharta memiliki panorama indah dan menyejukkan
serta akses yang sangat mudah sehingga sangat disukai oleh remaja perempuan.
Kondisi tersebut sangat disukai usia remaja. Mayoritas pengunjung Kampung
Budaya Sindangbarang dan Agrowisata Batu Gede Sutera Alam adalah kelompok
usia anak (9 – 14 tahun) masing-masing 40% dan 75%. Akses menuju kedua
lokasi ini sangat mudah dan kedua lokasi ini menawarkan wisata pendidikan,
sehingga banyak dikunjungi oleh rombongan dari berbagai sekolah dengan
pesertanya merupakan anak-anak sekolah yang termasuk dalam kelompok usia
anak. Pada saat pnelitian berlangsung, Kampung Budaya Sindangbarang
didominasi pengunjung kelompok usia anak SMP (14 tahun) dan di Agrowisata
Batu Gede Sutera Alam didominasi pengunjung kelompok usia anak SD (10-11
tahun).
0123456789
10
Curug Nangka BumiPerkemahanSukamantri
KampungBudaya
Sindangbarang
Agrowisata batuGede Sutera
Alam
PuraParahyangan
AgungJagatkharta
Jum
lah
peng
unju
ng (o
rang
)
Objek wisata
Bogor
Depok
Bekasi
Jakarta
Semarang
Cianjur
27
Gambar 16 Karakteristik pengunjung di setiap lokasi wisata berdasarkan usia.
Sebagian besar wisatawan berlatar pendidikan terakhir SMA (36%) dan
berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa (68%). Begitu pula dengan pengunjung di
setiap lokasi wisata, mayoritas pengunjung didominasi oleh pelajar/mahasiswa
(Gambar 17 dan Gambar 18). Hal ini terjadi karena sebagian besar objek wisata
di Kawasan Wisata Terpadu menawarkan wisata pendidikan dan didukung oleh
adanya objek wisata yang berfungsi untuk penelitian, wisata dan konservasi.
Beragamnya jenis pekerjaan pengunjung menunjukkan bahwa Kawasan Wisata
Terpadu Tamansari ini dikunjungi oleh semua lapisan masyarakat. Jika dikaitkan
dengan ketersediaan waktu luang, pelajar/mahasiswa memiliki kesempatan
berwisata pada waktu libur dibandingkan profesi lainnya.
Gambar 17 Karakteristik pengunjung di setiap lokasi berdasarkan pendidikan terakhir.
0
2
4
6
8
10
12
14
Curug Nangka BumiPerkemahanSukamantri
KampungBudaya
Sindangbarang
Agrowisata BatuGede Sutera
Alam
PuraParahyangan
AgungJagatkharta
Jum
lah
peng
unju
ng (o
ang)
Objek wisata
9-14 tahun
15-24 tahun
25-50 tahun
> 50 tahun
0123456789
Curug Nangka Bumi PerkemahanSukamantri
Kampung BudayaSindangbarang
Agrowisata BatuGede Sutera Alam
Pura ParahyanganAgung Jagatkharta
Jum
lah
peng
unju
ng (o
rang
)
Objek wisata
TKSDSMPSMAD3S1S2
28
Gambar 18 Karakteristik pengunjung disetiap lokasi wisata berdasarkan pekerjaan.
5.4.2 Harapan/keinginan pengunjung terhadap produk wisata
Setiap pengunjung yang berwisata ke Kawasan Wisata Terpadu Tamansari
memiliki harapan dan keinginan terhadap produk wisata. Sebanyak 68%
pengunjung menginginkan pengadaan souvenir khas baik berupa makanan khas
maupun kerajinan tangan. Pengunjung di lokasi wisata yang tidak menyediakan
paket wisata (Curug Nangka, Bumi Perkemahan Sukamantri dan Pura
Parahyangan Agung Jagakharta) menginginkan adanya paket wisata (72%).
Pengunjung lainnya menginginkan adanya penganekaragaman atraksi wisata,
peningkatan fasilitas dan pelayanan.
5.5 Pengembangan Produk Wisata
Penyusunan pengembangan produk wisata dilakukan berdasarkan pada
potensi wisata yang ada, rencana pengelola serta keinginan dan harapan
pengunjung, kemudian dihasilkan saran atau rekomendasi pengembangan produk
wisata (Tabel 2).
02468
10121416
Curug Nangka BumiPerkemahanSukamantri
KampungBudaya
Sindangbarang
AgrowisataBatu Gede
Sutera Alam
PuraParahyangan
AgungJagatkharta
Jum
lah
peng
unju
ng (o
rang
)
Objek wisata
Karyawan swasta
PNS
Purn TNI AD
Guru
Wiraswasta
IRT
Pelajar/Mahasiswa
Tidak Bekerja
Tabel 2 Matriks pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari No Dasar Penyusunan Pengembangan Produk Wisata Rekomendasi
Pengembangan Produk Wisata
Potensi wisata Produk wisata yang ada
Rencana pengelola Keinginan pengunjung
1 2
Potensi Alam: 1. Curug Nangka 2. Curug Kawung 3. Curug Daun 4. Leuwi Jurig 5. Leuwi Anjangan 6. Setu Tamansari 7. Pegunungan 8. Pemandangan alam 9. Area camping
ground 10. Iklim mikro
setempat (sejuk) 11. Kualitas air (jernih) 12. Area persawahan 13. Komoditas
pertanian (talas, jagung, nanas, daun poh-pohan dsb)
14. Flora dan fauna Potensi Budaya: 1. Bangunan adat
Sunda 2. Permainan
Aktivitas: 1. Menikmati Curug
Nangka 2. Menikmati Curug
Kawung 3. Menikmati
pemandangan alam, flora dan fauna
4. Camping 5. Tracking 6. Outbond 7. Piknik/duduk
santai 8. Fotografi 9. War games 10. Pendidikan
lapangan 11. Penelitian 12. Pelatihan 13. 8 paket wisata
Kampung Budaya Sindangbarang (belajar
1. Membuka peluang investasi/kerjasama
2. Menambah atraksi wisata
3. Menyelenggarakan wisata pendidikan berbasis bebek
4. Menyelenggarakan wisata bersepeda keliling kawasan
5. Mengadakan souvenir khas, diantaranya miniatur pura
6. Membangun WARSITA (Warung Informasi Wisata).
1. Pengadaan souvenir khas
2. Pengadaan paket wisata
3. Penganekaragaman atraksi wisata
1. Pengembangan program-program wisata: a. Wisata
Konservasi Tamansari
b. Wisata Pendidikan Industri Tamansari
c. Mulih ka Lembur Tamansari
d. Wisata Religi-Budaya Tamansari
29
Tabel 2 Matriks pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari (lanjutan) No Dasar Penyusunan Pengembangan Produk Wisata Rekomendasi
Pengembangan Produk Wisata
Potensi wisata Produk wisata yang ada
Rencana pengelola Keinginan pengunjung
3
tradisional 3. Pertunjukan
kesenian Sunda 4. Alat musik
tradisional 5. Alat masak
tradisonal 6. Situs purbakala 7. Event tahunan:
a. Upacara seren taun
b. Pertunjukan seni Unjuk Tujuh Gunung
Potensi Religi: 1. Pura Parahyangan
Agung jagatkharta 2. Vihara Nichiren
Syoshu Indonesia 3. Upacara hari raya
keagamaan 4. Upacara piodalan
pura
membatik, permainan tradisional, alat musik tradisional, bertani tradisional, marak lauk, tari tradisional Sunda, dan lainnya): a. Mulih ka
lembur A b. Mulih ka
lembur B c. Mulih ka
lembur C d. Sono ka
lembur e. Diajar nyunda f. Wewengi di
Kampung Budaya
g. Imah pangiwa
2. Pengembangan fasilitas: a. Pembangunan
Warsita b. Penyediaan
kendaraan khusus wisata
c. Penyediaan demplot tanaman untuk wisata konservasi
d. Penyediaan tempat pengolahan souvenir wisata konservasi
e. Penyediaan demplot tanaman aromatik
30
Tabel 2 Matriks pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari (lanjutan) No Dasar Penyusunan Pengembangan Produk Wisata Rekomendasi
Pengembangan Produk Wisata
Potensi wisata Produk wisata yang ada
Rencana pengelola Keinginan pengunjung
4 Sosial Masyarakat: 1. Mitos 2. Mata pencaharian:
a. Pembudidaya tanaman hias
b. Pengrajin sepatu dan sandal
c. Industri persuteraan alam
d. Industri budidaya jamur
e. Peternakan bebek
h. Imah pasangrahan
i. Program fun games
14. Festival seren taun guru bumi
15. Festival Unjuk Tujuh Gunung
16. Bermain di playground
17. Ibadah/semedi 18. 2 paket wisata
di Agrowisata batu Gede Sutera Alam (belajar proses pembuatan kain sutera): a. Paket
Sutera Alam 1
b. Paket Sutera Alam 2
f. Akomodasi (home stay, pasanggarahan Kampung Budaya Sindangbarang, cottage Agrowisata Batu Gede Sutera Alam, area camping ground di Bumi Perkemahan Sukamantri dan Curug Nangka)
31
Tabel 2 Matriks pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari (lanjutan)
No Dasar Penyusunan Pengembangan Produk Wisata Rekomendasi Pengembangan Produk
Wisata Potensi wisata Produk wisata yang
ada Rencana pengelola Keinginan pengunjung
Barang: 1. Souvenir olahan
sutera (kain, pasmina, kebaya, syal, gantungan kunci, bros)
2. Aneka tanaman hias (Bromile, puring dan lain-lain)
3. Teh murbei 4. Kopi bubuk 5. Jamur tiram
putih 6. Jamur crispy
aneka tingkatan pedas
3. Penganekaragaman souvenir: a. kerajinan tangan
(miniatur pura, bangunan adat, pakakas Sunda, miniatur jamur, aneka motif khas sepatu dan sandal, aneka olahan getah pinus dan hasil kerajinan dari bunga dan daun kering)
b. makanan (fortifikan susu dari limbah ulat sutera, dan aneka jamur konsumsi) 32
33
Pengembangan produk wisata di Kawasan Wisata Terpadu Tamansari yang
direkomendasikan meliputi:
1. Aktivitas
Pengembangan produk wisata berupa aktivitas dilakukan dengan
pengemasan produk dalam bentuk program-program wisata, yaitu:
a. Wisata Konservasi Tamansari
Potensi alam Kawasan Wisata Terpadu Tamansari diantaranya berupa
Curug Nangka dan Bumi Perkemahan Sukamantri yang termasuk dalam Kawasan
TNGHS merupakan areal bekas pengelolaan Perum Perhutani. Taman nasional
merupakan salah satu kawasan konservasi yang bertujuan menjaga dan
melestarikan ekosistem beserta komponennya dari suatu kawasan. Salah satu
bentuk pemanfaatan hutan yang bisa dilakukan di kawasan tersebut adalah
pemanfaatan jasa lingkungan hutan melalui pengelolaan wisata. Aktivitas wisata
yang bisa dilakukan berupa berkemah, menikmati pemandangan alam, menikmati
air terjun, berfoto dan sebagainya. Selain itu, adanya potensi lain berupa
keragaman vegetasi dapat dilakukan aktivitas wisata konservasi. Vegetasi yang
mendominasi kedua areal tersebut adalah pinus (Pinus merkusii). Vegetasi
lainnya berupa rasamala (Altingia excelsa), puspa (Schima wallichi), pasang
(Quercus sp), ramogiling (Schefflera actinophylla), seuhang (Pygum latifolium),
ipis kulit (Kibessia azzorea), dan paku tiang (Cyathea arborea).
Kegiatan wisata konservasi yang dapat dikembangkan berupa pengenalan
berbagai jenis flora, proses pembibitan, penanaman dan pemeliharaannya, proses
penyadapan getah pinus, serta proses pembuatan souvenir berupa pengemasan
bibit tanaman secara menarik dan kerajinan tangan dari getah pinus, daun dan
bunga kering berbagai jenis tumbuhan tersebut. Setelah dilakukannya beragam
kegiatan tersebut, pengunjung dapat melanjutkan menikmati potensi alam
Tamansari lainnya yaitu Setu Tamansari. Pengunjung bisa melakukan aktivitas
memancing, berperahu (canoeing) atau sekedar duduk santai menikmati indahnya
panorama Gunung Salak yang menjulang. Selanjutnya, pengunjung dapat
melakukan aromaterapi sebagai kegiatan penutup. Kegiatan aromaterapi
dilakukan di lokasi budidaya tanaman hias. Kegiatan aromaterapi ini berupa
pengenalan sampai pengolahan pasca panen berbagai jenis tanaman aromatik,
34
penggunaan jasa kesehatan menggunakan produk aromaterapi, aneka jamu dan
produk olahan tanaman aromaterapi.
b. Wisata Pendidikan Industri Tamansari
Rekomendasi dikembangkannya penyelenggaraan wisata pendidikan
industri didasarkan pada potensi usaha budidaya ulat sutera, tanaman hias,
peternakan bebek, usaha budidaya jamur serta pengrajin sepatu dan sandal yang
selama ini hanya berorientasi pada peningkatan produksi. Usaha-usaha tersebut
sangat potensial untuk dikembangkan sebagai wisata. Wisata yang dapat
dikembangkan adalah wisata pendidikan industri, mengingat pengunjung yang
datang ke Kawasan Wisata Terpadu Tamansari didominasi usia remaja dengan
profesi sebagai pelajar/mahasiswa.
Penyelenggaraan wisata pendidikan ini dapat menjadi penunjang
pembelajaran di sekolah, meningkatkan pengetahuan dan skill para pelajar. Hal
ini sesuai dengan Kamsinah (2008) yang menyatakan bahwa karya wisata
merupakan metode belajar yang dapat meningkatkan keaktifan dan mendorong
tercapainya elaborasi teori-teori yang diperoleh peserta didik. Akan tetapi,
pengembangan wisata pendidikan industri ini juga terbuka untuk pengunjung dari
berbagai kalangan. Pengembangan wisata pendidikan industri ini merupakan
bagian dari upaya meningkatkan pendapatan pengusaha.
Wisata pendidikan industri yang bisa dilakukan berupa kegiatan budidaya
ulat sutera, budidaya tanaman hias, beternak bebek, budidaya jamur serta belajar
membuat sepatu dan sandal. Kegiatan budidaya ulat sutera terdiri dari pengenalan
cara berkebun murbei, pemeliharaan ulat, pemintalan benang, sampai kegiatan
penenunan kain dan pengolahan pascapanen lainnya. Kegiatan selanjutnya adalah
pengenalan budidaya tanaman hias yaitu mengenal jenis-jenis tanaman hias serta
budidayanya.
Pengunjung kemudian dapat melakukan praktek beternak bebek dimulai dari
belajar pembibitan itik, pemeliharaan, menggembala sampai pengolahan
pascapanen. Begitu pula dalam kegiatan pengenalan budidaya jamur serta sepatu
dan sandal, pengunjung nantinya akan diajarkan dan melakukan praktek
bagaimana membudidayakan jamur serta belajar membuat sepatu dan sandal.
Selain meningkatkan produk usaha budidaya, dapat juga dilakukan peningkatan
35
souvenir. Hasil kegiatan praktek yang dilakukan pengunjung dapat dijadikan
souvenir, misalnya pengunjung membuat motif sepatu/sandal sesuai dengan kreasi
yang diinginkannya bertuliskan nama dan lokasi wisata.
c. Mulih ka Lembur Tamansari
Mulih ka Lembur merupakan salah satu paket wisata yang disediakan di
Kampung Budaya Sindangbarang. Paket wisata tersebut terdiri dari kegiatan
pengenalan sejarah Kampung Budaya, pengenalan fungsi bangunan adat, praktek
bercocok tanam, trekking ke situs purbakala, mengenal permainan tradisional dan
pertunjukkan tradisional. Kegiatan wisata dalam Mulih ka Lembur Tamansari ini
adalah memadukan kegiatan wisata dalam paket wisata Mulih ka Lembur dengan
kegiatan lainnya di luar Kampung Budaya Sindangbarang. Misalnya setelah
kegiatan praktek bercocok tanam pengunjung diajak menuju tempat pengrajin
sepat dan sandal dan dapat melakukan praktek membuat sepatu dan sandal,
kemudian pengunjung diajak menuju peternakan bebek untuk belajar beternak
bebek secara terpadu.
Bercocok tanam merupakan mata pencaharian masyarakat terdahulu yang
masih ada sampai sekarang. Pengrajin sepatu dan sandal merupakan mata
pencaharian mayoritas masyarakat saat ini. Beternak bebek merupakan kegiatan
kelompok tani di Desa Pasir Eurih (lokasi keberadaan Kampung Budaya
Sindangbarang) selain bercocok tanam. Melalui paduan ketiga kegiatan ini,
pengunjung mengetahui perkembangan mata pencaharian di kampung tersebut.
Paket-paket wisata lainnya yang telah tersedia di Kampung Budaya
Sindangbarang ini dapat dikombinasikan dengan kegiatan wisata lainnya di lokasi
lain sesuai keinginan pengunjung.
d. Wisata Religi-Budaya Tamansari
Pengunjung yang ingin berziarah dan mengetahui lebih jauh sejarah, tradisi
seni dan kebudayaan Sunda Bogor dapat melakukan wisata religi-budaya
Tamansari. Pengunjung akan diajak mengunjungi Kampung Budaya
Sindangbarang, Situs Purbakala, dan Pura Parahyangan Agung Jagatkharta.
Kampung Sindangbarang merupakan kampung tertua di Bogor. Kampung
Sindangbarang merupakan salah satu tempat penting Kerajaan Pajajaran, yakni
terdapat keraton kerajaan tempat tinggalnya salah satu istri dari Prabu Siliwangi
36
yang bernama Dewi Kentring Manik Mayang Sunda. Sampai saat ini, tradisi seni
dan budaya Sunda masih terpelihara, salah satunya adalah upacara adat “Seren
Taun”. Situs Purbakala yang masih ada adalah Situs Sindangbarang berupa 33
buah titik Punden Berundak dan Taman Sri Bagenda di Sindangbarang, yaitu
taman yang berupa kolam dengan panjang 15 X 45 meter. Pura Parahyangan
Agung Jagatkharta dipercaya sebagai stana/tempat tinggal Prabu Siliwangi dan
para leluhur Jawa Barat.
2. Fasilitas
Fasilitas yang disediakan dalam mendukung kegiatan wisata tersebut adalah
pembangunan Warsita (Warung Informasi Wisata) sebagai pusat Kawasan Wisata
Terpadu Tamansari yang berfungsi sebagai pusat informasi, pusat tiket masuk
kawasan dan pusat souvenir. Kendaraan khusus wisata disediakan untuk
memudahkan selama perjalanan wisata berlangsung. Bagi pengunjung yang
membawa kendaraan pribadi dapat ditempatkan di area parkir sekitar Warsita
selama kegiatan wisata berlangsung. Fasilitas lain yang disediakan adalah
demplot tanaman dan tempat pengolahan souvenir untuk wisata konservasi serta
demplot tanaman aromatik untuk pengembangan wisata aromaterapi.
Bagi pengunjung yang ingin menginap atau tinggal dalam waktu beberapa
lama, pilihan akomodasi yang disediakan berupa berkemah di Curug Nangka atau
Bumi Perkemahan Sukamantri bagi yang ingin menikmati kesegaran alam,
menginap di pasanggarahan Kampung Budaya Sindangbarang bagi yang ingin
menikmati nuansa kampung, penginapan di Agrowisata Batu Gede Sutera Alam
atau menikmati homestay, tinggal bersama masyarakat sekitar agar dapat
menikmati dan mempelajari kehidupan masyarakat sehari-hari.
3. Barang
Pengembangan produk wisata berupa barang dilakukan dengan melakukan
penganekaragaman souvenir khas. Kegiatan wisata sangat berkaitan dengan
souvenir/cinderamata. Souvenir merupakan kesan yang tertera dalam ingatan
wisatawan tentang apa yang dilihat dan dialaminya dalam kunjungannya ke DTW
tertentu (Kodhyat 2007). Adanya souvenir yang khas dapat menjadi daya tarik
37
wisatawan untuk kembali berkunjung ke DTW dan menjadi daya tarik bagi
wisatawan lain yang belum berkunjung untuk mengunjungi DTW tersebut.
Penganekaragaman souvenir khas dapat berupa kerajinan tangan dan
makanan. Berbagai macam hasil kerajinan tangan yang dapat disediakan antara
lain beragam jenis miniatur, seperti miniatur pura, bangunan adat, pakakas Sunda,
dan miniatur jamur. Selain itu, dapat disediakan aneka motif khas sepatu dan
sandal, aneka olahan getah pinus dan hasil kerajinan dari bunga dan daun kering.
Souvenir khas berupa makanan yang dapat dikembangkan antara lain susu
fortifikasi limbah ulat sutera, aneka jamur konsumsi dan hasil olahan pertanian.
Fortifikan limbah ulat sutera merupakan modifikasi protein yang dihasilkan dari
limbah ulat sutera untuk dicampurkan dalam susu bubuk. Fortifikan pada susu
bubuk biasanya diperoleh dari whey atau kasein yang harganya cukup mahal dan
tidak diproduksi dalam negeri. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pemanfaatan
limbah ulat sutera di Agrowisata Batu Gede Sutera Alam.
Jenis jamur konsumsi yang dikembangkan saat ini adalah jamur tiram putih.
Dalam rangka mewujudkan Tamansari sebagai sentra jamur diharapkan
dikembangkan berbagai jenis jamur lainnya, seperti jamur merang dan jamur
kuping. Selain itu, sebagai wilayah pengembangan pertanian, berbagai komoditas
pertanian yang dihasilkan dapat juga dijadikan souvenir dengan dipasarkan
langsung di Warsita ataupun dengan sistem memanen sendiri di lahan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kawasan Wisata Terpadu Tamansari yang memiliki keindahan bentang
alam khas dipadu dengan keragaman seni, budaya, religi dan keunikan sejarah
masa lalu yang tinggi serta kekhasan sosial masyarakat memiliki daya tarik
masing-masing yang dapat dikembangkan menjadi produk wisata.
Pengembangan produk meliputi aktivitas, fasilitas, dan barang. Pengembangan
produk berupa aktivitas dilakukan melalui pengemasan produk dalam bentuk
program wisata berupa pengembangan wisata konservasi Tamansari, wisata
pendidikan industri Tamansari, Mulih ka Lembur Tamansari, dan wisata religi-
budaya Tamansari. Pengembangan produk berupa fasilitas berupa pembangunan
Warsita, penyediaan kendaraan khusus wisata, demplot tanaman dan tempat
pengolahan souvenir wisata konservasi serta penyediaan demplot tanaman
aromatik. Pengembangan produk berupa barang dilakukan dengan melakukan
penganekaragaman souvenir berupa kerajinan tangan (miniatur pura, bangunan
adat, pakakas Sunda, miniatur jamur, aneka motif khas sepatu dan sandal, aneka
olahan getah pinus dan hasil kerajinan dari bunga dan daun kering) dan makanan
(fortifikan susu dari limbah ulat sutera, dan aneka jamur konsumsi).
6.2 Saran
1. Diperlukan adanya kerjasama yang erat antara berbagai pihak dalam
mengelola dan mengembangkan produk wisata Kawasan Wisata Terpadu
Tamansari secara terintegrasi. Pihak pemerintah dapat berkontribusi dalam
menyediakan sarana prasarana, memasarkan produk, dan melakukan
pengawasan di segala sektor yang mendukung kegiatan wisata. Pengelola
disetiap lokasi wisata secara terintegrasi harus memberikan pelayanan yang
unggul dalam pengembangan produk. Masyarakat ikut terlibat aktif secara
positif dengan berperan sebagai pemandu wisata dan penyedia produk khas.
2. Diadakan pelatihan dan pendidikan bagi masyarakat sebagai upaya
pemberdayaan dan peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengembangan
produk wisata dan peningkatan pelayanan wisatawan.
DAFTAR PUSTAKA
Alma B. 2011. Manajemen Perpasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: CV. ALFABETA.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor. 2009. Kawasan Wisata Terpadu Tamansari. Bogor: CV. Dwi Putra Mandiri.
Egam PP. 2012. Pengembangan Wisata Kota untuk Memperkuat Citra Kota Wisata. Kasus: Permukiman Bantik di Malalayang. Manado: Jurusan Arsitektur Universitas Sam Ratulangi.
Fiatiano E. 2007. Tata Cara Mengemas Produk Pariwisata pada Daerah Tujuan Wisata. Masyarakat, Kebudayaan dan Politik XX(3):1-11.
Kamsinah. 2008. Metode Dalam Proses Pembelajaran: Studi Tentang Ragam dan Implementasinya. Lentera Pendidikan XI (1): 101-114
Kodhyat H. 2007. Cara Mudah Memahami dan Mengembangkan Pariwisata Indonesia. Jakarta: Indonesia Ecotourism Network (INDECON).
Kotler P, Gary A. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran Jilid 1. Ed ke-12. Sabran B [Penerjemah]. Diterjemahkan dari Principles of Marketing, 12th Ed. Jakarta: Erlangga.
Lalamentik OJ. 2009. Dampak Pola Pengembangan Keterpaduan Komponen Produk Wisata Terhadap Peningkatan Pendapatan Pemerintah dan Masyarakat di Provinsi Sulawesi Utara. Analisis VI(1): 47-54.
Lubis HS. 2006. Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat Sumatera Utara. [Tesis]. Medan: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Militina T. 2005. Nilai Non Fisik Produk Wisata Budaya dan Bauran Promosi Sebagai Faktor Penentu Keputusan Membeli Produk Wisata Budaya di Kalimantan Timur. Jurnal Ekonomi dan Manajemen VI(3):494-503.
Moraru AD. 2011. Development and Diversification of Services-An Approach at Tourism Services Level in Romania. Annales Universitatis Apulensis Series Oeconomica XIII(1):127-133.
Purnomo C. 2008. Efektivitas Strategi Pemasaran Produk Wisata Minat Khusus Goa Cerme, Imogiri, Bantul. Jurnal Siasat Bisnis XII(3):187-197.
Purnomo C. 2009. Strategi Pemasaran Produk Wisata Minat Khusus Goa Cerme, Imogiri, Bantul. Karisma III(2):99-112.
Purnomo C. 2010. Persepsi Wisatawan Mancanegara Terhadap Mutu Produk Wisata di Kabupaten Bantul. EFEKTIF Jurnal Bisnis dan Ekonomi I(1): 43-53.
40
Sitanggang RJ. 2008. Analisis Usahatani dan Tataniaga Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor: Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Smith SLJ. 1994. The Tourism Product. Annals of Tourism Research 21(3): 582-595.
Suyitno. 1999. Perencanaan Wisata. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Widiyanti S. 2008. Analisis Efisiensi Pemasaran Talas (Kasus di Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor: Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Yoeti OA. 2006. Tours and Travel Marketing. Jakarta: Pradnya Paramita.