10
Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011 154 ISSN 1412-565X PENGEMBANGAN PROGRAM STRATEGI COPING STRESS KONSELOR (Studi Deskriptif terhadap Konselor di SMP Negeri Kota Bekasi Tahun Ajaran 2010/2011) Oleh: Turheni Komar ABSTRAK Penelitian ini bertolak dari fenomena di lapangan dimana profesi konselor seringkali mengalami stres yang disebabkan oleh tuntutan dan tantangan kerja agar lebih menampilkan keprofesionalan dalam menjalankan tugas sebagai konselor di sekolah. Stres yang dialami dapat berdampak positif maupun negatif terhadap kehidupan konselor. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan strategi coping stress konselor guna mereduksi dampak negatif dari stres tersebut. Jenis penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif yang memberikan gambaran atas suatu objek sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti. Populasi penelitian adalah konselor/guru bimbingan konseling SMP Negeri Kota Bekasi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dan angket untuk mengetahui gambaran tingkat stres dan strategi coping stress konselor. Teknik analisis menggunakan ukuran gejala pusat, ukuran variasi dan norm referenced. Berdasarkan hasil penelitian konselor/guru bimbingan dan konseling mengalami stres tinggi pada aspek fisik yang disebabkan oleh aspek karakteristik pekerjaan dibandingkan dengan aspek kognitif, emosi, perilaku, lingkungan fisik dan sosial. Strategi coping stress yang dimiliki konselor paling tinggi pada aspek religious coping dibandingkan dengan strategi coping problem focused coping, emotional focused coping, social support, dan meaning making coping. Setelah mengikuti kegiatan pengembangan strategi coping, konselor dapat mereduksi stres yang dialaminya dengan strategi coping yang dimilikinya. Pengembangan program strategi coping stress direkomen- dasikan untuk membantu konselor dalam mereduksi stres dan meningkatkan coping stress. Kata Kunci : Stres, Strategi Coping, Konselor PENDAHULUAN Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widya- iswara, fasilitator, dan instruktur (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6). Kesejajaran posisi ini tidaklah berarti bahwa semua tenaga pendidik itu tanpa keunikan dalam konteks tugas dan ekspektasi kerja. Demikian juga konselor memiliki keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja yang berbeda dengan guru lainnya. Dengan mempertimbangkan berbagai kenyataan pelayanan ahli bimbingan dan konseling yang diampu oleh konselor berada dalam konteks tugas kawasan pelayanan yang bertujuan memandirikan individu dan menavigasi perjalanan hidupnya melalui pengambilan keputusan tentang pendidikan termasuk yang terkait dengan keperluan untuk memilih, meraih serta mempertahanan karir untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera.

PENGEMBANGAN PROGRAM STRATEGI COPING STRESS KONSELOR

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ABSTRAKPenelitian ini bertolak dari fenomena di lapangan dimana profesi konselor seringkalimengalami stres yang disebabkan oleh tuntutan dan tantangan kerja agar lebih menampilkankeprofesionalan dalam menjalankan tugas sebagai konselor di sekolah. Stres yang dialamidapat berdampak positif maupun negatif terhadap kehidupan konselor. Penelitian ini bertujuanuntuk mengembangkan strategi coping stress konselor guna mereduksi dampak negatif daristres tersebut. Jenis penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif yang memberikangambaran atas suatu objek sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti.Populasi penelitian adalah konselor/guru bimbingan konseling SMP Negeri Kota Bekasi.Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dan angket untuk mengetahui gambarantingkat stres dan strategi coping stress konselor. Teknik analisis menggunakan ukuran gejalapusat, ukuran variasi dan norm referenced. Berdasarkan hasil penelitian konselor/gurubimbingan dan konseling mengalami stres tinggi pada aspek fisik yang disebabkan oleh aspekkarakteristik pekerjaan dibandingkan dengan aspek kognitif, emosi, perilaku, lingkungan fisikdan sosial. Strategi coping stress yang dimiliki konselor paling tinggi pada aspek religiouscoping dibandingkan dengan strategi coping problem focused coping, emotional focusedcoping, social support, dan meaning making coping. Setelah mengikuti kegiatanpengembangan strategi coping, konselor dapat mereduksi stres yang dialaminya denganstrategi coping yang dimilikinya. Pengembangan program strategi coping stress direkomendasikanuntuk membantu konselor dalam mereduksi stres dan meningkatkan coping stress.

Citation preview

Page 1: PENGEMBANGAN PROGRAM STRATEGI COPING STRESS KONSELOR

Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011

154 ISSN 1412-565X

PPEENNGGEEMMBBAANNGGAANN PPRROOGGRRAAMM

SSTTRRAATTEEGGII CCOOPPIINNGG SSTTRREESSSS KKOONNSSEELLOORR

((SSttuuddii DDeesskkrriippttiiff tteerrhhaaddaapp KKoonnsseelloorr ddii SSMMPP NNeeggeerrii KKoottaa BBeekkaassii

TTaahhuunn AAjjaarraann 22001100//22001111))

OOlleehh:: TTuurrhheennii KKoommaarr

ABSTRAK

Penelitian ini bertolak dari fenomena di lapangan dimana profesi konselor seringkali

mengalami stres yang disebabkan oleh tuntutan dan tantangan kerja agar lebih menampilkan

keprofesionalan dalam menjalankan tugas sebagai konselor di sekolah. Stres yang dialami

dapat berdampak positif maupun negatif terhadap kehidupan konselor. Penelitian ini bertujuan

untuk mengembangkan strategi coping stress konselor guna mereduksi dampak negatif dari

stres tersebut. Jenis penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif yang memberikan

gambaran atas suatu objek sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti.

Populasi penelitian adalah konselor/guru bimbingan konseling SMP Negeri Kota Bekasi.

Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dan angket untuk mengetahui gambaran

tingkat stres dan strategi coping stress konselor. Teknik analisis menggunakan ukuran gejala

pusat, ukuran variasi dan norm referenced. Berdasarkan hasil penelitian konselor/guru

bimbingan dan konseling mengalami stres tinggi pada aspek fisik yang disebabkan oleh aspek

karakteristik pekerjaan dibandingkan dengan aspek kognitif, emosi, perilaku, lingkungan fisik

dan sosial. Strategi coping stress yang dimiliki konselor paling tinggi pada aspek religious

coping dibandingkan dengan strategi coping problem focused coping, emotional focused

coping, social support, dan meaning making coping. Setelah mengikuti kegiatan

pengembangan strategi coping, konselor dapat mereduksi stres yang dialaminya dengan

strategi coping yang dimilikinya. Pengembangan program strategi coping stress direkomen-

dasikan untuk membantu konselor dalam mereduksi stres dan meningkatkan coping stress.

Kata Kunci : Stres, Strategi Coping, Konselor

PENDAHULUAN

Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu

kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widya-

iswara, fasilitator, dan instruktur (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6). Kesejajaran posisi

ini tidaklah berarti bahwa semua tenaga pendidik itu tanpa keunikan dalam konteks tugas dan

ekspektasi kerja. Demikian juga konselor memiliki keunikan konteks tugas dan ekspektasi

kinerja yang berbeda dengan guru lainnya.

Dengan mempertimbangkan berbagai kenyataan pelayanan ahli bimbingan dan

konseling yang diampu oleh konselor berada dalam konteks tugas kawasan pelayanan yang

bertujuan memandirikan individu dan menavigasi perjalanan hidupnya melalui pengambilan

keputusan tentang pendidikan termasuk yang terkait dengan keperluan untuk memilih, meraih

serta mempertahanan karir untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera.

Page 2: PENGEMBANGAN PROGRAM STRATEGI COPING STRESS KONSELOR

Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011

155 ISSN 1412-565X

Konselor yang professional diperhadapkan dengan tuntutan dan tantangan kerja agar

mampu menampilkan keprofesionalannya dalam memberikan layanannya kepada individu

atau kelompok yang bermasalah maupun yang tidak bermasalah atau berpotensi bermasalah.

Tantangan yang dihadapi konselor menurut Wilis (2004) yaitu dua tantangan besar yaitu

pertama, sikap organisasi atau lembaga pendidikan. Kedua, tuntutan profesionalisme.

Tantangan Pertama, sikap organisasi atau lembaga pendidikan. Sikap yang

menyelewengkan peran bimbingan dan konseling: a) banyak sekolah mengecilkan peran

konselor sehingga kepala sekolah kurang berminat untuk melaksanakan program bimbingan

dan konseling dan kurang berminat menambah pengetahuan di bidang tersebut; b)

kebanyakan guru-guru atau kepada sekolah beranggapan bahwa jika pendidikan dijalankan

dengan baik maka tidak perlu lagi diadakan bimbingan dan konseling di sekolah; c) ada

sementara anggapan bahwa semua guru-guru bisa menjadi konselor sekolah tanpa pendidikan

khusus. Para konselor akan merasa tidak dihargai, tidak diberikan tempat dari pihak sekolah

untuk mempraktekkan ilmu yang telah diperolehnya.

Tantangan kedua, konselor dituntut untuk terus mengembangkan profesionalismenya.

Willis melanjutkan dengan mengatakan bahwa konselor sekolah perlu terus mengembangkan

diri, karena yang disebut konselor professional adalah yang bergelar S2 dan S3, sementara S1

jurusan bimbingan dan konseling perlu menambah pendidikan profesi. Tentu inipun dapat

menjadi tekanan tertentu bagi konselor. Apalagi mengingat berbagai masalah anak didik yang

semakin kompleks.

Selain tantangan tersebut seorang konselor dalam menjalankan tugasnya mempunyai

beban kerja yang harus diampu, sesuai dengan PP No. 74 Tahun 2008 tentang guru dalam

pasal 54 ayat 6 :

Beban kerja guru bimbingan dan konseling atau konselor yang

memperoleh tunjangan profesi dan maslahat tambahan adalah mengampu bimbingan

dan konseling paling sedikit 150 (seratus lima puluh) peserta didik per tahun pada satu

atau lebih satuan pendidikan

Kenyataan yang ada di lapangan konselor SMP Negeri Kota Bekasi ternyata beban

kerja yang diampu oleh seorang guru bimbingan dan konseling atau konselor melebihi dari

beban kerja yang sudah ditentukan.

Kedua tantangan dan beban kerja ini dapat memicu munculnya stress bahkan

burnout. Seperti yang dikatakan oleh Cooper bahwa Burnout dapat terjadi karena stres-stres

dalam pekerjaan/pelayanan. Cooper dalam Dewe (2004) mengatakan bahwa burnout

merupakan refleksi dari strain psikologis yang lebih banyak dialami oleh pekerja yang

sifatnya melayani manusia (human service professions) seperti profesi konselor dan guru.

Page 3: PENGEMBANGAN PROGRAM STRATEGI COPING STRESS KONSELOR

Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011

156 ISSN 1412-565X

Selain itu tuntutan tersebut dapat menjadi stressor bagi konselor yang berakibat

pada dua reaksi yaitu eustress yang dapat memotivasi konselor untuk tetap maju

atau distress yang dapat melumpuhkan (Selye, 1974).

Atkinson (1997) mengungkapkan bahwa stres sebagai kelebihan tuntutan atas

kemampuan individu dalam memenuhi tuntutan tersebut yang dipengaruhi oleh

dua tekanan yaitu (1) tekanan internal yang meliputi: (a) keadaan fisik seperti

keadaan kesehatan, (b) perilaku misalnya kebiasaan kerja yang tidak efisien, (c)

kognitif: standar yang terlalu tinggi; dan (d) emosional, misalnya: tidak mau

meminta bantuan orang lain; dan (2) tekanan eksternal menyangkut: (a) karakteristik

pekerjaan, misalnya batas waktu yang ketat dan sedikit kendali; (b) lingkungan fisik,

seperti kebisingan dan kesesakan; (c) lingkungan sosial, misalnya kompetisi.

Stres yang dialami konselor berdampak pada dinamika psikologis konselor

sehingga konselor akan bereaksi baik secara fisik, emosi, kognitif maupun reaksi

tingkah laku. Itu sebabnya setiap konselor yang rentan dengan stres perlu untuk

memahami strategi coping untuk mereduksi stres agar tidak berdampak buruk baik

terhadap individu konselor maupun kinerjanya.

Strategi coping yang akan dikembangkan dalam mereduksi stres konselor adalah

strategi yang diusulkan Aldwin & Yancura (2004) yaitu : (1) Problem focused coping : tindakan

instrumental, meliputi perilaku dan kognitif bertujuan untuk memecahkan masalah, seperti

mencari informasi, mengambil tindakan langsung, kadang-kadang menunda suatu tindakan,

(2) Emotional focused coping : suatu strategi yang menekankan pada aspek emosi. Misalnya :

pesan yang menunjukkan kasih, perhatian dan penghargaan, (3) Social support coping :

strategi coping dalam konteks sosial, berupa dukungan nyata dari orang lain baik nasihat

maupun rasa percaya yang perlu dibangkitkan, (4) Religious coping : suatu strategi dimana

seseorang memiliki hubungan baik dengan Allah, tekun berdo’a, membaca kitab suci

memiliki hubungan yang positif dengan kesehatan mental dan kinerja, (5) Meaning making

(melakukan hal-hal yang bermakna). Mencari dan lakukan hal-hal yang bermakna, seperti: olah

raga. Salah satu bentuk olah raga yang telah terbukti mereduksi stress para professional,

guru dan konselor sekolah adalah T’ai Chi.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode studi deskriptif yaitu metode yang

diarahkan untuk memecahkan masalah dengan cara memaparkan atau menggambarkan apa

Page 4: PENGEMBANGAN PROGRAM STRATEGI COPING STRESS KONSELOR

Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011

157 ISSN 1412-565X

adanya hasil penelitian. Ketepatan penentuan metode ini didasarkan pada pendapat Winarno

Surachmad (1982:139), bahwa aplikasi metode ini dimaksudkan untuk penyelidikan yang

tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang.

Pendapat sama dikemukakan oleh Nasution (1998:41) menjelaskan bahwa penelitian

deskriptif dimaksudkan untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi

sosial dengan memusatkan pada aspek-aspek tertentu dan sering menunjukkan pengaruh

antara berbagai variabel. Pemilihan metode deskriptif dalam penelitian ini juga karena

masalah yang sedang diteliti merupakan masalah yang sedang berlangsung di lingkungan

sekolah.

Penelitian dilakukan di SMP Negeri Kota Bekasi. Populasi pada penelitian adalah

konselor/guru bimbingan konseling SMP Negeri Kota Bekasi yang berjumlah 105 konselor

dari 39 SMP Negeri.

Analisis statistik dalam pelaksanaan penelitian diawali dengan tahap mengumpulkan

data melalui observasi untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang keadaan

konselor yang stres dan cara pengembangan strategi coping stress konselor. Pengumpulan

data selanjutnya adalah pengukuran data awal untuk mengetahui gambaran tingkat stres dan

strategi coping stress yang dimiliki oleh konselor yang dihimpun melalui angket stres dan

coping stress. Berdasarkan data yang diperoleh disusun rumusan program strategi coping

stress konselor. Program strategi coping stress dirancang agar dapat diaplikasikan kepada

konselor untuk mengembangkan strategi coping yang dimiliki konselor dalam mereduksi stres

yang dialaminya melalui bimbingan kelompok. Tahap selanjutnya adalah mengaplikasikan

program pengembangan strategi coping stress konselor melalui bimbingan kelompok.

HASIL PENELITIAN

1. Profil Stres dan Coping Stress Konselor/Guru Bimbingan dan Konseling

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat stres konselor/guru bimbingan dan

konseling SMPN Kota Bekasi sebanyak 59 orang atau 56% konselor/guru bimbingan dan

konseling berada pada kategori tertinggi pada aspek fisik, dibandingkan dengan aspek

perilaku 42% atau sebanyak 44 orang konselor; aspek emosional 40% atau sebanyak 42 orang

konselor dan aspek kognitif 39% atau sebanyak 41 orang konselor. Artinya aspek fisik yang

paling tinggi dampak dari stres konselor/guru bimbingan dan konseling SMP Kota Bekasi.

Jika ditampilkan dalam gambar bagan batang (column) adalah sebagai berikut.

Page 5: PENGEMBANGAN PROGRAM STRATEGI COPING STRESS KONSELOR

Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011

158 ISSN 1412-565X

Indikator yang pada umumnya menjadi gejala stres pada diri konselor/guru

bimbingan dan konseling adalah konselor mengalami kelelahan fisik, gangguan

pernafasan, gangguan kulit, ketegangan otot, sakit kepala dan gangguan tidur. Sedangkan

indikator pada aspek perilaku, kognitif dan emosional cukup berpengaruh terhadap gejala

stres yang dialami konselor/guru bimbingan dan konseling.

Sedangkan hasil penelitian penyebab yang paling tinggi berpengaruh munculnya

stres konselor/guru bimbingan dan konseling adalah karakteritik pekerjaan yakni 45%

atau sebanyak 47 orang konselor dibandingkan dengan lingkungan sosial 42% atau

sebanyak 44 orang konselor dan lingkungan fisik 40% atau sebanyak 42 orang konselor.

Walaupun karakteristik pekerjaan merupakan penyebab tertinggi namun lingkungan

sosial dan lingkungan fisik juga dapat menjadi pemicu karena persentase cukup tinggi.

Hal ini berarti ketiga penyebab di atas cukup berpengaruh terjadinya stres konselor.

Jika ditampilkan dalam gambar bagan batang (column) adalah sebagai berikut.

Indikator yang mempengaruhi penyebab stres secara umum adalah konflik dengan

tujuan organisasi, tanggung jawab, tugas pekerjaan dan beban kerja. Indikator lingkungan

fisik maupun lingkungan sosial ini pun dapat menjadi pemicu penyebab stres konselor

karena berada pada persentase yang cukup berpengaruh.

Page 6: PENGEMBANGAN PROGRAM STRATEGI COPING STRESS KONSELOR

Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011

159 ISSN 1412-565X

Strategi coping stress yang dimiliki konselor/guru bimbingan dan konseling

adalah lebih tinggi pada religious coping 55% atau sebanyak 57 orang konselor

dibandingkan dengan emosional focused coping 39% atau sebanyak 41 orang konselor,

meaning making 39% atau 41 orang konselor, problem focused coping 37% atau

sebanyak 39 orang konselor, social support coping 28% atau 29 orang konselor. Berarti

strategi coping yang dimiliki konselor/guru bimbingan konseling cukup baik, maka dapat

disimpulkan bahwa semakin tinggi strategi coping yang dimiliki, semakin rendah tingkat

stress yang dialami. Oleh karena itu dampak stres konselor hanya 56% di aspek fisik saja.

Sementara aspek lain di bawah 50% persen. Walaupun demikian penulis merasa perlu

mengusulkan kiat untuk meningkatkan strategi coping guna mereduksi stres agar tidak

meningkat. Strategi coping yang dimiliki masih berada di bawah 40%. Oleh karena itu

perlu ditingkatkan lagi agar menghambat stres yang cenderung meningkat.

Strategi coping stress jika ditampilkan dalam gambar bagan batang (column)

adalah sebagai berikut.

Berdasarkan data tersebut diatas dari semua aspek, aspek yang tertinggi dampaknya

yaitu aspek fisik, sedangkan aspek yang lain perilaku, emosional, dan kognitif itu negatif

artinya aspek-aspek tersebut berada kurang dari 50%, berarti konselor/guru bimbingan dan

konseling sedikit yang mengalami stres pada aspek perilaku, emosional dan kognitif, namun

diatas 50% rata-rata konselor/guru bimbingan banyak mengalami stres fisik. Apabila

dihubungkan dengan penyebab stres mengapa mereka mengalami stres dan lebih banyak

dipengaruhi oleh karakteristik pekerjaan, dimana profesi pekerjaan dan stres kerja

memiliki keterkaitan satu sama lain karena karakteristik dari pekerjaan itu sendiri.

Dari uraian di atas maka diperlukan program pengembangan strategi coping stress

bagi konselor untuk meningkatkan semua strategi coping stress yang sudah dimiliki

konselor/guru bimbingan dan konseling untuk dapat mereduksi stres yang efektif pada aspek

keadaan fisik, karakteristik pekerjaan maupun aspek perilaku, kognitif, emosi, lingkungan

fisik dan lingkungan sosial.

Page 7: PENGEMBANGAN PROGRAM STRATEGI COPING STRESS KONSELOR

Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011

160 ISSN 1412-565X

2. Program Pengembangan Strategi Coping Stress Konselor melalui Bimbingan

Kelompok

Program disusun secara sistematis sebagai upaya untuk mengembangkan strategi

coping stress yang dimiliki konselor dalam mereduksi stres yang dialami.

NO NAMA

KEGIATAN TUJUAN METODE & TEKNIK

1 What’s Problem ?

Konselor dapat memahami

masalah sebagai suatu tantangan

atau kesempatan

Written

(Listing Exercise)

Diskusi

2 No Problem

a. Konselor menyadari bahwa

cara pandang setiap orang

berbeda

b. Konselor mengetahui setiap

orang mempunyai sikap yang

berbeda dalam menghadapi

masalah

c. Konselor dapat berfikir lebih

realistis dan bertindak tegas

Written

(Listing Exercise)

(Persepsi Gambar)

Diskusi

Problem Solving

(Permainan Angka)

3 The Struggle

a. Konselor dapat menentukan

pilihan hidupnya

b. Setiap pilihan memiliki resiko

c. Konselor dapat memilih

alternative keputusan dengan

baik

d. Konselor dapat mengambil

keputusan tanpa suatu konflik

Social Learning

(Diberikan perilaku

baru, diharapkan

dengan cara imitasi,

observasi dan

menyesuaikan diri

dengan model yang

dibuat)

4 Seek Help

a. Konselor menyadari dirinya

memerlukan dukungan

b. Konselor dapat

mengidentifikasi dukungan

dan memperoleh dukungan

yang paling efektif

Movement (Gerak)

(Permainan Empat

Sudut)

5 The Time

Konselor dapat menetapkan dan

memutuskan tujuan hidup

sehingga tetap teratur

Movement (Gerak)

(Permainan Balon

Tiup)

6 Self Control

Konselor dapat memahami,

menerima dan komitmen pada diri

dalam menghadapi, mengatasi dan

menyelesaikan permasalahan

dirinya

Movement (Gerak)

(Permainan Bola

Bergulir)

7 The Silent

Konselor dapat memahami

pentingnya suatu kelompok,

komunikasi yang efektif diantara

anggota kelompok dan

meningkatkan kreativitas diri dan

kelompok

Art & Crafts

(Seni dan Kerajinan

Tangan)

(Permainan Berkarya

Tanpa Bicara)

8 Fun Sports

Konselor dapat mengatasi dan

menumpas stres dengan cara

berolah raga dan bermeditasi

Movement (Gerak)

(Penghormatan pada

Matahari)

Page 8: PENGEMBANGAN PROGRAM STRATEGI COPING STRESS KONSELOR

Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011

161 ISSN 1412-565X

3. Hasil Uji Coba Program Pengembangan Strategi Coping Stress Konselor

Berdasarkan hasil uji coba program pengembangan strategi coping stress konselor

didapat konselor/guru bimbingan dan konseling dalam menangani permasalahan yang berat

dalam pekerjaannya, strategi coping yang dilakukannya adalah memfokuskan permasalahan

dengan cara menyelesaikan masalah itu secara langsung sebanyak 75% dan 25%

permasalahan itu ditunda dalam mengatasinya, berarti konselor dalam menyelesaikan

permasalahan selalu terfokus dan penyelesaian permasalahannyapun langsung ditangani tanpa

ditunda terlebih dahulu. Selain itu konselor menunjukkan adanya perkembangan dalam aspek

kognitif dan perilaku dimana konselor memaknai perbedaan persepsi harus bisa disikapi

dengan cermat, teliti, sabar, mau mencoba, percaya diri dan bisa mengambil hikmah dari

suatu perbedaan; serta konselor dapat mempersiapkan diri untuk melakukan tindakan yang

cepat, tepat, melakukan pengamatan dalam kehidupan dengan cara membuat suatu rencana

awal yang matang, pengamatan, terfokus, konsentrasi penuh dalam menghadapi masalah,

konsisten dalam bertindak, percaya diri dan mempunyai prinsip harus berhasil.

Konselor dapat mempersiapkan diri untuk mengetahui dan memahami cara

menghadapi masalah serta mengambil keputusan yang lebih baik dan positif didasarkan pada

berfikir dan bertindak positif dalam menangani masalah, berpegang teguh pada prinsip,

mempercayai diri sendiri, tidak mudah menyerah serta introspeksi diri sehingga bisa

menjadikan hidup lebih beararti bagi diri sendiri dan orang lain.

Konselor/guru bimbingan dan konseling dalam menangani permasalahan yang berat

dalam pekerjaannya, strategi coping yang dilakukannya yaitu mencari dukungan sosial kepada

pasangan hidup 70%, orang tua 60%, famili 40%, teman kerja 65% dan tokoh agama 30%,

hal ini berarti konselor/guru bimbingan dan konseling membutuhkan seseorang untuk tempat

sharing dan yang siap mendengarkan permasalahan dan membantu untuk mengatasinya paling

banyak kepada pasangan hidup.

Konselor/guru bimbingan konseling lebih memahami bagaimana mengotrol dirinya

dalam menghadapi segala permasalahan dengan cara mengawali dengan ketenangan,

kepercayaan diri yang tinggi, konsentrasi, tidak putus asa dan menyerah, berusaha dengan

kerja keras dan strategi tepat diimbangi dengan kesabaran dalam menghadapi serta

menyelesaikan permasalahan secara komunikatif, efektif dan efisien.

Dalam melakukan kegiatan yang menyenangkan konselor/guru bimbingan dan

konseling mengekepresikan dirinya melalui kegiatan membaca/menulis 10%, melakukan

kegiatan hobi 40% dan berolahraga sambil bermeditasi 60% untuk mereduksi tekanan dalam

menghadapi permasalahan yang berat. Berarti konselor/guru bimbingan konseling melakukan

berolah raga dan bermeditasi merupakan strategi coping yang banyak dilakukan untuk

mereduksi tekanan dalam pekerjaan.

Page 9: PENGEMBANGAN PROGRAM STRATEGI COPING STRESS KONSELOR

Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011

162 ISSN 1412-565X

Semua kegiatan yang dijalani oleh guru bimbingan dan konseling/konselor selalu

dilandasi dengan strategi coping religious yaitu dengan meminta bantuan kepada Tuhan yang

Maha Esa dan berkeyakinan bahwa Tuhan yang Maha Esa adalah tempat yang paling utama,

tempat curahan hati, pendamai hati bagi setiap orang yang yakin akan segala kekuasaan dan

pertolonganNya, dan hanya Dialah sebaik-baiknya penentu yang akan memberikan solusi dan

pilihan yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan setelah kita berusaha dengan

bertawakal, sabar dan berserah diri.

PENUTUP

Pada umunya keadaan stres yang dialami oleh konselor/guru bimbingan dan konseling

SMP Negeri Kota Bekasi termasuk dalam kategori tinggi pada aspek keadaan fisik, yang

disebabkan munculnya stres paling tinggi pada aspek karakteristik pekerjaan dibandingkan

dengan aspek kognitif, perilaku, emosional, lingkungan fisik maupun sosial.

Strategi coping yang dimiliki oleh konselor/guru bimbingan konseling SMP Negeri

Kota Bekasi dalam mereduksi stres yang paling tinggi pada aspek religious coping

dibandingkan dengan strategi problem focused coping, emotional focused coping, social

support coping dan meaning making coping. Berarti konselor/guru bimbingan dan konseling

pada umumnya telah memiliki strategi coping yang baik dan berbeda-beda bergantung pada

nilai adatif yang dimilikinya untuk mereduksi stres.

Program pengembangan strategi coping stress yang di terapkan dalam penelitian ini

menggunakan teknik bimbingan kelompok, dengan ciri khas yang dikembangkan adalah

kegiatan pelatihan yang meliputi what’s problem, No Problem, Problem Solving, The

Struggle, Seek Helf, The Time, Self Control, The Silent, Fun Sports menggunakan metode

written, social leranig, movement, art & crafts, selama 12 jam, untuk mereduksi stres yang

dialami konselor/guru bimbingan dan konseling pada aspek fisik, perilaku dan kognitif.

Hasil uji coba program trategi coping stress dengan menggunakan teknik bimbingan

kelompok dapat membantu konselor/guru bimbingan dan konseling mengeksplor perasaan-

perasaan tertekan, membantu meningkatkan motivasi, meningkatkan percaya diri dan

bersosialisasi dengan lingkungan seprofesinya. Teknik bimbingan kelompok yang beragam

semakin menambah konselor/guru bimbingan dan konseling lebih leluasa menyalurkan

berbagai macam perasaan tertekan yang selama ini mengganggu secara perilaku, kognitif

maupun fisik, akhirnya, bimbingan kelompok dapat mereduksi stres fisik, perilaku dan

kognitif, serta meningkatkan strategi coping konselor/guru bimbingan dan konseling.

Page 10: PENGEMBANGAN PROGRAM STRATEGI COPING STRESS KONSELOR

Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011

163 ISSN 1412-565X

DAFTAR PUSTAKA

Aldwin & Yancura. (2004). Coping. Encyclopedia of Applied Psychology Vol.

1.508.

Atkinson M Jacqueline editor Saputra Lyndon. (1997). Mengatasi Stress Di

Tempat Kerja. Tangerang : Binarupa Aksara.

Cooper, C. L., Dewe, P. J., & O’Driscoll, M. P. (1991). Organizational

Stress: A Review and Critique of Theory, Research, and Applications.

California: Sage Publications, Inc.

Cooper, C. L., & Payne, R. (1994). Causes, Coping & Consequences of Stress at

Work. USA: John Wiley & Sons, Ltd.

Cohen B Adam & Harold G Koeing. (2004). Religion and Mental Health.

Encyclopedia of applied psychology volume 3. Elsevier inc.

Wilis Sofyan, S. (2004). Konseling Individual, Teori dan Praktek. Bandung:

Alfabeta.

Yususf Syamsu. (2009). Program BK Di Sekolah. Bandung : Rizqi Press.

BBIIOODDAATTAA SSIINNGGKKAATT

Penulis adalah Mahasiswa S2 Program Studi Bimbingan dan Konseling

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia