Upload
others
View
21
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI
PEKERTI DALAM MEMAINKAN INSTRUMEN GAMELAN
SARON DEMUNG (UNTUK SD)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Vinsensius Willy Yudhanta
NIM : 141134015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, yang selalu senantiasa membimbing
dan menyertai saya dalam proses pengerjaan skripsi ini, dan juga selalu
memberikan kekuatan, kesabaran, kesehatan, dan selalu melimpahkan kasihnya
sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tua yang saya sayangi dan kasihi, Bapak Melciade Sugiyarto dan
Ibu Yosephin Indah Hayati yang selalu memberikan dukungan, semangat,
perhatian, doa, perhatian, dan kasih sayang yang tidak pernah putus.
3. Bude saya, Alm. Valentina Sri Handayani yang pernah memberikan motivasi
kepada saya untuk selalu semangat dalam menyelesaikan kuliah.
4. Saudara saya, Emanuel Kristian Yudistira yang selalu memberikan dukungan,
motivasi, dan nasehat kepada saya.
5. Rosalia Yunita Wikan Arum, wanita yang dapat menjadi teman, sahabat, dan
kakak yang senantiasa menemani saya dalam menghadapi segala masalah.
6. Sahabat-sahabat PGSD angkatan 2014 yang senantiasa memberikan dukungan
dan semangat.
7. Teman-teman satu payung, yang selalu mendukung, saling berbagi
pengalaman, dan berdinamika selama proses pembuatan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“ If today were the last day of my life, would I want to do what I’m about to do
today?”
( Steve Jobs)
“Jika kita mempunyai keinginan yang kuat dari dalam hati, maka seluruh alam
semesta akan bahu-membahu mewujudkannya.”
(Ir. Soekarno)
“Jika orang lain duduk, maka saya harus berdiri; Jika orang lain berdiri, maka
saya harus berlari; Jika orang lain berada 1 langkah di depan saya, maka saya
harus bisa berada 2 langkah di depan mereka.”
(Vinsensius Willy Yudhanta)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya skripsi yang saya tulis ini tidak memuat
karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan
dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 April 2018
Penulis
Vinsensius Willy Yudhanta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Vinsensius Willy Yudhanta
Nomor Mahasiswa : 141134015
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“ PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI
PEKERTI DALAM MEMAINKAN INSTRUMEN GAMELAN
SARON DEMUNG (UNTUK SD)”.
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencamtumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 18 April 2018
Yang menyatakan
Vinsensius Willy Yudhanta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI
PEKERTI DALAM MEMAINKAN INSTRUMEN GAMELAN
SARON DEMUNG (UNTUK SD)
Vinsensius Willy Yudhanta
Universitas Sanata Dharma
2018
Nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan menjadi fokus
penelitian ini. Analisis kebutuhan peneliti lakukan dengan cara mewawancarai
dua praktisi gamelan dan membagikan angket kepada 10 siswa SD Kanisius
Gowongan kelas V yang mengikuti ektrakurikuler gamelan. Setiap siswa yang
memainkan gamelan memang sudah menyerap nilai-nilai budi pekerti dalam
memainkan gamelan, tetapi mereka belum pernah membaca buku berisi informasi
tentang memainkan gamelan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan dan mengetahui kualitas prototipe buku pendidikan budi pekerti
dalam memainkan instrumen gamelan saron demung (untuk SD).
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (reseach &
development). Disini peneliti ingin meneliti dan mengembangkan produk berupa
buku cerita bergambar dengan menggunakan enam langkah menurut Sugiyono,
yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4)
validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk. Prototipe divalidasi seorang
validator ahli gamelan yang menjadi pelatih karawitan di SD dan ahli Bahasa
Indonesia dengan mendapatkan skor rata-rata 3,9 (dari skala 4) . Dengan demikian
prototipe tersebut masuk dalam kategori “sangat baik” dan sudah layak untuk
diuji cobakan setelah revisi.
Uji coba terbatas dilakukan peneliti di SD Kanisius Minggir yang diikuti
oleh 21 Siswa kelas V. Dari hasil rekap lembar refleksi, peneliti mendapatkan
data: bahwa sebanyak 18 siswa menjawab pada saat memainkan instrumen saron
demung, pengrawit harus membutuhkan konsentrasi. Berkaitan dengan
pemahaman siswa tentang nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan dan
dalam instrument saron demung mendapatkan skor 3,66 (dari skala 4).
Berdasarkan penilaian dengan menggunakan pedoman yang digunakan oleh
peneliti, maka didapatkan hasil rata-rata skor 3,21 (dari skala 4) yang tergolong
dalam klasisfikasi “baik”.
Kata Kunci: pengembangan, prototipe buku, cerita bergambar, pendidikan budi
pekerti, memainkan gamelan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF PROTOTYPE OF CHARACTER
EDUCATION BOOK WITH PLAYING THE INSTRUMENT
GAMELAN SARON DEMUNG
(FOR ELEMENTARY SCHOOL)
By
Vinsensius Willy Yudhanta
Sanata Dharma University
2018
The values of character in playing gamelan become the focus of this
research. Analysis of the needs of researchers do by interviewing two gamelan
practitioners and distributing questionnaires to 10 elementary school students
Kanisius Gowongan class V which follows ektrakurikuler gamelan. Every student
who plays the gamelan is already absorbing the values of character in playing
gamelan, but they have never read a book containing information about playing
the gamelan. Therefore this research is aimed to develop and know the quality of
prototype of character education book in playing saron demung gamelan
instrument (for elementary school).
The kind of this thesis is a research and development. This research use
a method modification by Sugiyono have a six step there are 1) the potential aand
the problem, (2) collecting the information, (3) design the product, (4) validation
the design, (5) revision the design, and (6) trials the product. The prototype
validated by validator who became a karawitan trainer in elementary school and
an Indonesian expert with an average score of 3.9. This prototype is feasible to be
used and tested after revision.
Researchers trial the product at Kanisius Minggir Elementary School
followed by 21 students of class V. From the results of the test questionnaire
recap, the researchers obtained data: that as many as 18 students answered at the
time of play instrument saron demung, pengrawit must need concentration which
means the concentration of one's attention or mind on something, when the
pengrawit can beat gently, and when to beat loudly. In relation to the student’s
understanding of the values of character in playing the gamelan and in the
instrument saron demung got a score of 3.66. Based on the assessment using the
guidelines used by researchers, then obtained the average score of 3.21 which
belongs to the classification of "good".
Keywords: development, prototype of book, picture story, character education,
playing gamelan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan berkat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul
“PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI
PEKERTI DALAM MEMAINKAN INSTRUMEN GAMELAN
SARON DEMUNG (UNTUK SD)” dapat peneliti selesaikan dengan baik.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Peneliti menyadari bahwa tanpa
bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak maka skripsi ini tidak
akan selesai dengan baik. Karena itu, dengan kesungguhan hati peneliti
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bimbingan, bantuan, dan dukungan demi terlaksananya penelitian ini hingga
penyusunan skripsi.
Ucapan terima kasih ini peneliti sampaikan kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. Selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum selaku Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing dan mendampingi peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
5. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang
membimbing peneliti dengan penuh kesabaran.
6. Florentinus Nico Dampitara selaku Ilustrator Gambar dan Penata Artistik
Sampul Buku.
7. Indriana Septiana Indri Bintarti, S.E, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD
Kanisius Gowongan Yogyakarta yang telah memberikan ijin melakukan
penelitian untuk mengambil data analisis kebutuhan siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
8. Christina Kusumastuti, S.Pd SD selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Minggir
Yogyakarta yang telah memberikan ijin melakukan penelitian.
9. Maria Goretti Parinem selaku Guru Kelas V SD Kanisius Minggir Yogyakarta
yang telah membantu dalam melaksanakan uji coba produk penelitian.
10. Siswa-siswi kelas V SD Kanisius Gowongan tahun ajaran 2016/2017 yang
telah bersedia terlibat dalam penelitian.
11. Siswa-siswi kelas V SD Kanisius Minggir Yogyakarta tahun ajaran 2017/2018
yang telah bersedia terlibat dalam penelitian.
12. Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah
membantu proses perijinan penelitian skripsi.
13. Kedua orang tua, Melciades Sugiyarto dan Yosephin Indah Hayati yang selalu
menyertai dengan doa, kasih sayang, motivasi, nasihat, dan materi.
14. Satu orang adik, Emanuel Kristian Yudistira yang selalu memberi semangat
dan dukungan.
15. Sahabat Rosalia Yunita Wikan Arum yang telah memberikan semangat dan
motivasi dalam menyelasikan skripsi.
16. Sahabat semuanya yang telah memberikan dukungan dan doa selama
melakukan proses penelitian dan menyelesaikan skripsi.
17. Sahabat penelitian kolaboratif yakni Aji, Thomas Yuli, Thomas Wahyu,
Sanggar, Enggar, Jugun, Rossa, Palupi, Anisa, Dhenis, Lisa, dan Inggit yang
telah sama-sama berjuang untuk menyelesaikan skripsi.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna dan masih memiliki
banyak kekurangan karena keterbatasan peneliti. Peneliti berharap, semoga hasil
penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan banyak orang.
Yogyakarta, 18April 2018
Penulis
Vinsensius Willy Yudhanta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN….................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS..................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................. viii
ABSTRACT ................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI ............................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 5
1.5 Definisi Operasional ............................................................................. 6
1.6 Spesifikasi Produk ................................................................................ 7
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 8
2.1 Kajian Pustaka ......................................................................................... 8
2.1.1 Budi Pekerti ..................................................................................... 8
2.1.1.1 Pengertian Budi Pekerti .............................................................. 8
2.1.1.2 Pendidikan Budi Pekerti ............................................................. 9
2.1.2 Gamelan ......................................................................................... 12
2.1.3 Nilai-Nilai Budi Pekerti dalam Instrumen Gamelan ...................... 15
2.1.4 Nilai-nilai Budi Pekerti Dalam Memainkan Gamelan .................. 19
2.1.5 Saron Demung .............................................................................. 22
2.1.6 Cerita bergambar ........................................................................... 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.1.6.1 Pengertian cerita bergambar ................................................... 24
2.1.6.2 Cerita bergambar bewarna ........................................................ 25
2.1.6.3 Cerita bergambar tidak bewarna ............................................. 26
2.1.7 Literasi ........................................................................................... 26
2.1.7.1 Tujuan Literasi .......................................................................... 27
2.2 Penelitian yang relevan ....................................................................... 29
2.2.1 Penelitian tentang Budi Pekerti ...................................................... 29
2.2.2 Penelitian tentang Gamelan ........................................................... 30
2.2.3 Penelitian tentang Cerita Bergambar ............................................. 30
2.2.1. Desain Bagian Penelitan yang Relevan ........................................ 31
2.3 Kerangka berpikir ................................................................................. 31
2.3.1 Pertanyaan penelitian ..................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 33
3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 33
3.2 Setting Penelitian ................................................................................... 33
3.2.1 Tempat Penelitian .......................................................................... 34
3.2.2 Subjek Penelitian ........................................................................... 34
3.2.3 Objek Penelitian ............................................................................. 34
3.2.4 Waktu Penelitian ............................................................................ 34
3.3 Prosedur Pengembangan ........................................................................ 34
3.3.1 Potensi dan Masalah ...................................................................... 37
3.3.2 Pengumpulan Data ......................................................................... 37
3.3.3 Desain Produk ................................................................................ 37
3.3.4 Validasi Desain .............................................................................. 38
3.3.5 Revisi Desain ................................................................................. 39
3.3.6 Uji Coba Produk ............................................................................ 39
3.4 Uji Coba Produk .................................................................................... 39
3.5 Instrumen Penelitian .............................................................................. 40
3.5.1 Wawancara Terstruktur .................................................................. 40
3.5.2 Angket ............................................................................................ 41
3.5.3 Instrumen Validasi Angket Pra Penelitian ..................................... 43
3.5.4 Angket Analisis Kebutuhan Siswa Pra Penelitian ......................... 45
3.5.5 Instrumen Angket Uji Coba Produk .............................................. 46
3.6 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 47
3.6.1 Wawancara ..................................................................................... 47
3.6.2 Angket ............................................................................................ 47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
3.7 Teknik Analisis Data ............................................................................. 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 50
4.1 Hasil Peneletian ..................................................................................... 50
4.1.1 Proses Pengembangan .................................................................... 50
4.1.1.1 Potensi dan Masalah ................................................................. 50
4.1.1.2 Pengumpulan Data .................................................................... 51
4.1.1.3 Desain Produk .......................................................................... 55
4.1.1.4 Validasi Desain ......................................................................... 58
4.1.1.5 Revisi Desain ............................................................................ 59
4.1.1.6 Uji Coba Produk ....................................................................... 60
4.1.2 Kualitas Produk .............................................................................. 64
4.2 Pembahasan ........................................................................................... 70
4.3 Kelebihan dan Kekurangan Prototipe .................................................... 73
4.3.1 Kelebihan Prototipe Buku Cergam ................................................ 73
4.3.2 Kekurangan Prototipe Buku Cergam .......................................... 74
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 75
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 75
5.2 Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 76
5.3 Saran ...................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Aspek-aspek Budi Pekeri dan Aspek-aspek Karakter ........................................... 10
Tabel 2.2 Tabel nilai-nilai budi pekerti dalam instrumen gamelan ...................... 18
Tabel 2.3 Nilai-nilai dalam Memainkan Saron Demung ...................................... 23
Tabel 3.1 Daftar Pertanyaan Wawancara Terstruktur ........................................... 40
Tabel 3.2 Kisi-kisi angket pra penelitian .............................................................. 41
Tabel 3.3 Hasil rekap validasi angket pra penelitian ............................................ 43
Tabel 3.4 Pedoman Penggolongan Kualitas.......................................................... 45
Tabel 3.5 Angket analisis kebutuhan siswa pra penelitian ................................... 45
Tabel 3.6 Angket uji coba produk siswa ............................................................... 46
Tabel 3.7 Hasil interval skala 1-4 ......................................................................... 49
Tabel 4.1 Rekap Angket Analisis Kebutuhan Siswa Kelas V SD Kanisius
Gowongan ............................................................................................. 52
Tabel 4.3 Pedoman Penggolongan Kualitas Produk ............................................. 59
Tabel 4.4 Saran Validator Ahli Bahasa dan Revisinya ......................................... 60
Tabel 4.5 Pedoman Penilaian dalam skala 1-4...................................................... 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Penelitian yang Relevan .................................................................... 31
Gambar 2.1 Langkah-Langkah Pengembangan Menurut Sugiyono ..................... 35
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan yang Digunakan oleh
Peneliti. ............................................................................................... 36
Gambar 4.1 Sketsa Awal ....................................................................................... 56
Gambar 4.2 Perbaikan Gambar Oleh Ilustrator..................................................... 57
Gambar 4.3 Siswa-Siswi Membaca Prototipe Buku ............................................. 61
Gambar 4.4 Siswa-Siwi Mengerjakan Soal pada Lembar Refleksi ...................... 61
Gambar 4.5 Siswa-Siswi Mewarnai Gambar yang Terdapat pada prototipe ........ 62
Gambar 4.6 Siwa-siswi Membaca Prototipe Buku dengan Sangat Antusias ........ 62
Gambar 4.7 Hasil Karya Mewarnai Siswa-Siswi SD Kanisius Minggir .............. 63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian........................................................................... 81
Lampiran 2 Surat Izin Uji Coba Produk ............................................................... 82
Lampiran 3 Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian dari SD ................ 83
Lampiran 4a Kisi-kisi Wawancara Terstruktur ..................................................... 84
Lampiran 4b Hasil Wawancara ............................................................................. 85
Lampiran 5 Kisi-kisi Angket Pra-Penelitan .......................................................... 86
Lampiran 6a Angket Validator (Pra-penelitian) ................................................... 88
Lampiran 6b Hasil Validasi Angket Siswa Pra-Penelitian (Validator I) .............. 90
Lampiran 6c Hasil Validasi Angket Siswa Pra-Penelitian (Validator II) ............. 92
Lampiran 6d Rekap Hasil Validasi Angket Pra-Penelitian ................................... 94
Lampiran 7a Angket Analisis Kebutuhan Siswa .................................................. 96
Lampiran 7b Hasil Angket Analisis Kebutuhan Siswa ......................................... 97
Lampiran 7c Rekap Hasil Analisis Kebutuhan Siswa ........................................ 100
Lampiran 8a Kisi-kisi Pembuatan Cergam ........................................................ 108
Lampiran 8b Sketsa Gambar Awal Buku............................................................ 109
Lampiran 8c Gambar Buku yang Telah Diperbaiki Ilustrator ............................ 110
Lampiran 8d Validasi Uji Coba Produk Buku (Validator I) ............................... 112
Lampiran 8e Validasi Uji Coba Produk Buku (Validator II) .............................. 114
Lampiran 8f Rekap Validasi Uji Coba Produk Buku ......................................... 116
Lampiran 8g Pedoman Penggolongan Kualitas .................................................. 118
Lampiran 9a Hasil Uji Coba Produk Buku ......................................................... 119
Lampiran 9b Rekap Uji Coba Produk Buku ....................................................... 122
Lampiran 10 Dokumentasi Uji Coba Produk ...................................................... 127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab I ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penilitian, spesifikasi produk, dan definisi operasional.
1.1 Latar Belakang Masalah
Gamelan merupakan hasil kesenian yang terdiri dari 75 instrumen dan dapat
dimainkan oleh 30 niyaga (penabuh) dengan disertai 10 sampai 15 pesinden dan
atau gerong. Susunannya terutama terdiri dari alat-alat pukul atau tetabuhan yang
terbuat dari logam. Sedangkan bentuknya berupa bilah-bilah ataupun canang-
canang dalam berbagai ukuran dengan atau tanpa dilengkapi sebuah wadah gema.
Alat-alat lainnya terdapat kendang, sebuah alat gesek yang disebut rebab, kemudian
gambang yaitu sejenis xylophon dengan bilah-bilahnya dari kayu, dan alat berdawai
yang dipetik bernama siter atau celempung (Yudoyono, 1984: 15). Istilah gamelan
sudah lama dikenal di Indonesia, sudah disebut pada beberapa kakawin Jawa kuno.
Arti dari kata gamelan, sampai sekarang masih dalam dugaan-dugaan. Mungkin
juga kata gamelan terjadi dari pergeseran atau perkembangan dari kata gembel.
Gembel adalah alat musik memukul. Karena cara membunyikan instrumen itu
dengan dipukul-pukul. Barang yang sering dipukul namanya pukulan, barang yang
sering diketok namanya ketokan atau kentongan, barang sering digembel namanyaa
gembelan. Kata gembelan ini bergeser atau berkembang menjadi gamelan.
Mungkin juga karena cara membuat gamelan itu adalah dengan perunggu yang
dipukul-pukul atau dipalu atau digembel, maka benda yang sering dibuat dengan
cara digembel namanya gembelan, benda yang sering dikumpul-kumpulkan
namanya kempelan dan seterusnya gembelan berkembang menjadi gamelan.
(Purwadi & Widayat, 2006: 2-10).
Gamelan merupakan seperangkat instrumen yang sering disebut dengan
karawitan. Karawitan berasal dari bahasa Jawa yaitu rawit yang berarti rumit,
berbelit-belit, tetapi rawit juga berhati halus, cantik, berliku-liku dan indah untuk
didengarkan. Arti kata gamelan mengalami pergeseran atau perkembangan dari kata
gembel. Arti kata gembel adalah alat untuk memukul, karena cara membunyikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
instrumen itu dengan dipukul-pukul. Barang yang sering dipukul namanya pukulan,
barang yang sering diketok namanya ketokan atau kentongan, barang yang sering
digembel namanya gembelan. Kata gembelan ini bergeser atau berkembang
menjadi gamelan (Endraswara, 2008: 39-44). Gamelan sendiri terdiri dari 20
instrumen yang masing-masing di dalamnya memiliki warna suara dan nada yang
berbeda, instrumen itu terdiri dari Rebab, Kendang, gender barung, gender
penerus, bonang barung, bonang penerus, slenthem, saron demung, saron barung,
saron penerus, ketuk-kenong, kempul, gong, kempyang, siter/celempung, siter
penerus, peking, gambang, seruling, dan waranggana/wiraswara (Yudoyono,
1984: 19).
Ada nilai-nilai budi pekerti yang perlu diperhatikan supaya pengrawit dapat
memainkan irama yang indah, antara lain: disiplin, ketekunan, konsentrasi,
bertanggung jawab, sopan, dan religiusitas. Akan tetapi setiap instrumen memiliki
nilai budi pekerti masing-masing, misalnya saron demung mengajarkan nilai budi
pekerti yaitu konsentrasi, hal tersebut dapat dikatakan demikian karena pengrawit
yang memainkan saron demung harus benar-benar jelih dalam memukul setiap
wilahan yang ada, karena dalam permainan musik gamelan saron demung
merupakan alat tetabuhan keras yang menjadi pusat dalam permainan musik
karawitan. Selain itu budi pekerti yang terdapat pada gamelan itu adalah sewaktu
akan memasuki tempat gamelan yang digelar, hendaknya setiap penyaji mengetahui
tata cara untuk menabuh gamelan yaitu tidak dibenarkan melangkahi gamelan,
karena di samping tidak memiliki rasa hormat kepada alat musiknya sendiri juga
tidak etis pada pandangan. Di samping itu, kaitannya untuk memelihara rasa hormat
bersama, maka kepada setiap penyaji diminta tetap sopan santun termasuk di
dalamnya rapi (Soeroso, 1985/1986: 20-21).
Pernyataan di atas dapat diperkuat oleh hasil wawancara yang peneliti
lakukan terhadap 2 orang praktisi yang ahli dibidangnya. Menurut bapak Andreas
Paena seorang pelatih karawitan. Beliau mengemukakan bahwa gamelan memiliki
nilai-nilai budi pekerti didalamnya, karena dalam sikap duduk dan memainkannya
gamelan kita tidak boleh melangkahinya apalagi sampai berkata kasar di sanggar
karawitan. Hal yang dirasakan setiap kali mendengarkan musik gamelan dapat
menjadi lebih tenang dan terhibur ketika mendengar alunan musik gamelan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
menggema, dan juga merasa pikiran menjadi lebih terbuka dalam arti pikiran
menjadi lebih tenang ketika menghadapi suatu masalah yang susah untuk dihadapi.
Sebaiknya gamelan diajarkan kepada anak-anak sejak dini karena jika anak
diperkenalkan gamelan sejak kecil, maka anak dapat dengan mudah mengenal
bagian-bagian not dan juga untuk kedepannya anak dapat menjaga budaya leluhur
yang sudah diwariskan. Menurut bapak Kris Aditya sebagai pelatih karawitan di
SD Tanjungharjo. Beliau mengemukakan bahwa gamelan memiliki nilai-nilai budi
pekerti, karena gamelan mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang sopan dan
santun, maka dari itu ketika memasuki ruangan karawitan yang disebutnya sakral,
maka harus melepaskan sendal untuk memasukin ruangannya dan juga
mengucapkan “kula nuwun”. Ketika seseorang mendengarkan alat musik gamelan
pasti akan merasakan kebahagiaan tersendiri, ketika gamelan dibunyikan dan
dimainkan dapat membuat hidup lebih aman dan tenang ketika mendengar musik
yang dikeluarkan dari perangkat gamelan. Anak-anak harus diperkenalkan budaya
sejak dini untuk menyukai gamelan, karena anak-anak adalah salah satu pewaris
budaya Jawa untuk generasi berikutnya dan juga ketika kita mengajarkan anak-anak
gamelan sejak kecil, maka anak-anak dapat mencintai budayanya sendiri dan juga
dapat melestarikannya.
Data dari praktisi yang ada di atas dapat diperkuat kembali oleh hasil angket
yang telah disebarkan oleh peniliti terhadap para siswa yang ada di SDK
Gowongan. Data yang didapatkan menyebutkan bahwa 70% siswa menjawab
bahwa gamelan berasal dari pulau Jawa, 50% siswa menjawab sebelum memainkan
gamelan harus berdoa, dan sebanyak 90% siswa membutuhkan buku cergam
pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan. Berdasarkan data tersebut,
peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan yang berupa
prototipe buku cerita bergambar. Jenis penelitian ini merupakan Research and
Development (R&D) dengan judul pengembangan: “Pengembangan Prototipe Buku
Pendidikan Budi Pekerti Dalam Memainkan Instrumen Gamelan Saron Demung
Untuk SD”. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan dan produk berupa
prototipe buku cerita anak dengan tema Gamelan. Peneliti berfokus pada objek
saron demung karena penelitian ini merupakan penelitian kolaboratif dan peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
mengambil objek saron demung supaya penelitian ini dapat berbeda dengan teman-
teman kolaboratif lainnya.
Peneliti sangat termotivasi oleh penelitian sebelumnya yang ditulis oleh
Yuliantoro pada tahun 2012 melakukan penelitian yang berjudul “Penanaman
Nilai-nilai Budi Pekerti Pada Anak Melalui Kesenian Tradisional”. Penelitian
tersebut bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti pada anak dalam
menghadapi dampak negatif kemajuan teknologi melalui kesenian tradisional yang
banyak mengandung nilai-nilai luhur yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari, misalnya dalam kesenian wayang kulit, karawitan atau gamelan, dan tari.
Peneliti terdorong untuk menyusun prototipe buku yang dimana buku tersebut
dapat menanamkan nilai budi pekerti yang terdapat dalam memainkan gamelan
untuk siswa usia SD. Prototipe buku yang dikembangkan berupa buku berjudul
“Buku Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan Instrumen Gamelan Saron
Demung (untuk SD)”. Prototipe buku tersebut terdiri dari dua bagian. Bagian
pertama berisi artikel tentang “Nilai-nilai Budi Pekerti dalam Memainkan
Gamelan”. Bagian kedua memuat cergam yang berjudul “Memainkan Saron
Demung Mengasah Konsentrasi”. Bagian pertama Isinya tentang pengertian
gamelan, nilai-nilai budi pekerti dalam instrumen gamelan, dan nilai-nilai budi
pekerti dalam memainkan gamelan. Bagian kedua berisi cergam yang berjudul
“Memainkan Saron Demung Mengasah Konsentrasi”. Menceritakan seorang tokoh
yang bernama Ardi ditunjuk oleh gurunya untuk menabuh saron demung. Ia dilatih
untuk selalu konsentrasi, karena dalam menabuh saron demung Ardi harus
mengetahui kapan ia harus menabuh dengan lembut, dan menabuh dengan keras
agar suara yang dihasilkan dari instrumen saron demung dapat selaras dengan
instrumen yang lain dan indah untuk didengar. Peneliti tertarik untuk membuat
cergam dalam buku tersebut agar dapat dijadikan sarana literasi bagi siswa.
Literasi itu sendiri adalah kemampuan siswa untuk membaca dan menulis,
selain itu literasi dapat melatih siswa dalam mengidentifikasi, menentukan,
menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan terorganisasi,
menggunakan dan mengkomunikasikan, informasi untuk mengatasi berbagai
persoalan dan kemampuan melek huruf (akasara) yang di dalamnya meliputi
kemampuan membaca dan menulis (Wiedarti dkk, Kemendikbud, 2016: 10).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Dengan demikian literasi sangat penting bagi siswa untuk 15 menit sebelum
pembelajaran sesuai dengan Kurikulum 2013, karena dengan program literasi
sendiri dapat mempengaruhi perkembangan anak dalam belajar membaca dan
menulis saling beririsan antar tahap perkembangan. Memahami tahap
perkembangan literasi peserta didik dapat membantu sekolah untuk memilih
strategi pembiasaan dan pembelajaran literasi yang tepat sesuai kebutuhan
perkembangan mereka. Peneliti berharap bahwa buku pendidikan budi pekerti
dalam memainkan gamelan (untuk SD) dapat membantu guru untuk memfasilitasi
siswa dalam meningkatkan membaca sebelum kegiatan belajar dimulai serta
mengajarkan kepada siswa tentang nilai-nilai budi pekerti yang berkaitan dengan
budaya kesenian Jawa.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah tersebut, peneliti fokus terhadap
rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana proses pengembangan “Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti
dalam Memainkan Instrumen Gamelan Saron Demung (untuk SD)?
1.2.2 Bagaimana kualitas “Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti dalam
Memainkan Instrumen Gamelan Saron Demung (untuk SD)?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah :
1.3.1 Mengembangkan “Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan
Instrumen Gamelan Saron Demung (untuk SD)”.
1.3.2 Mendeskripsikan kualitas “Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti dalam
Memainkan Instrumen Gamelan Saron Demung (untuk SD)”.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Bagi siswa
Siswa dapat memahami makna memainkan gamelan yang berkaitan dengan
pendidikan budi pekerti dari buku cergam. Siswa dapat ikut ambil bagian dalam
melestarikan budaya Indonesia khususnya budaya Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.4.2 Bagi peneliti
Membantu peneliti melakukan penelitian pengembangan dan membuat produk
berupa “Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan (untuk
SD)” dan cerita bergambar yang berjudul “Memainkan Saron Demung Mengasah
Konsentrasi”.
1.4.3 Bagi guru
Guru mendapatkan sarana literasi berupa certia bergambar yang berisi
informasi sederhana tentang memainkan alat musik gamelan yang memiliki nilai-
nilai budi pekerti. untuk memberikan literasi kepada siswa sebelum dilaksanakannya
pembelajaran.
1.5 Definisi Operasional
1.5.1 Prototipe adalah produk sederhana berupa sebuah buku yang belum dicetak dan
dipublikasikan secara luas, produk ini juga belum didaftarkan secara resmi
sehingga sang penulis belum memiliki hak cipta atas produk dan karya tulis
yang dia buat.
1.5.2 Pendidikan Budi Pekerti adalah pengajaran di sekolah yang bertujuan
mengembangkan watak atau tabiat siswa dengan cara menghayati nilai-nilai
dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidupnya melalui
kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerja sama yang menekankan ranah
afektif (perasaan dan sikap) tanpa meninggalkan ranah kognitif (berpikir
rasional) dan rana skill/ psikomotorik (keterampilan, terampil mengolah data,
mengemukakan pendapat, dan kerja sama).
1.5.3 Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan selendro, pelog,
metalofon, gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada
instrumennya/alatnya, yang merupakan salah satu kesatuan utuh yang
diwujudkan dan dibunyikan bersama.
1.5.4 Nilai-nilai dalam Memainkan Gamelan adalah nilai yang didapatkan dalam
memainkan gamelan yang berupa sikap-sikap baik, misalnya: Ketekunan,
konsentrasi, tanggung jawab, sopan santun, dan religiusitas.
1.5.5 Saron demung yaitu ricikan saron yang bentuk serta tinggi rendahnya suara
berukuran besar atau rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1.6 Spesifikasi Produk
Spesifikasi produk yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1.6.1 Produk berupa prototipe Cergam yang berjudul “Memainkan Saron Demung
Mengasah Konsentrasi”.
1.6.2 Prototipe terdiri dari dua bagian: Bagian I berisi artikel tentang “Nilai-nilai
Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan”. Bagian II memuat cergam yang
berjudul “Memainkan Saron Demung Mengasah Konsentrasi”. Pada bagian
cergam terdapat juga: Kata Pengantar, Daftar Isi, Refleksi, Daftar Pustaka,
Biografi Singkat, dan Puisi.
1.6.3 Prototipe Cergam terdiri dari 11 gambar: gambar 1 (cover, Ardi sedang
memainkan saron demung); gambar 2 (Ardi berdiri diantara instrumen musik
gamelan); gambar 3 (Ardi dan teman-teman mengambil alat pukul); gambar 4
(Ardi dan teman-teman berjalan dengan sikap laku dhodok); gambar 5 (guru
Ardi memberikan pengarahan singkat); gambar 6 (Ardi bersama teman-teman
melakukan doa sebelum memainkan gamelan); gambar 7 (Ardi bersama teman-
teman duduk pada posisi masing-masing); gambar 8 (Ardi memainkan Saron
demung); gambar 9 (Ardi bersama dengan teman-teman memainkan gamelan
di atas panggung); gambar 10 (Ardi dan teman-teman memberikan
penghormatan setelas tampil); gambar 11 (Ardi diajak oleh gurunya naik ke
atas panggung untuk menerima hadiah).
1.6.4 Kata pengantar dalam prototipe berisi penjelasan tentang macam-macam cara
memainkan gamelan yaitu dengan cara dipukul, dipetik, ditiup, dan digesek.
1.6.5 Adanya refleksi di akhir buku untuk menggali pemahaman anak setelah
membaca buku panduan tersebut.
1.6.6 Cergam dicetak dalam bentuk kertas: Asturo (sebagai bagian cover) dan kertas
HVS (sebagai isi buku).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada Bab II ini memuat tentang kajian pustaka yang berisi teori-teori yang
mendukung dan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan. Selanjutnya
kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.
2.1 Kajian Pustaka
Landasan teoritis merupakan acuan yang digunakan peneliti dalam
membuat prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan
(untuk SD). Teori-teori yang digunakan merupakan definisi dan hasil analisa
pakar yang telah ahli dibidangnya.
Hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
2.1.1 Budi Pekerti
Berikut akan dijelaskan kajian teori mengenai budi pekerti, pendidikan
budi pekerti, dan gamelan.
2.1.1.1 Pengertian Budi Pekerti
Budi pekerti mengacu pada pengertian bahasa Inggris, yang diterjemahkan
sebagai moralitas. Moralitas mengandung beberapa pengertian antara lain: (a) adat
istiadat, (b) sopan santun, (c) perilaku. Namun, pengertian budi pekerti secara
hakiki adalah perilaku. Sementara itu menurut draft kurikulum berbasis
kompetensi (2001), budi pekerti berisi nilai-nilai perilaku manusia yang akan
diukur menurut kebaikan dan keburukannya melalui norma agama, norma hukum,
tata krama, dan sopan santun, norma budaya dan adat istiadat masyarakat. Budi
pekerti akan mengidentifikasi perilaku positif yang diharapkan dapat terwujud
dalam perbuatan, perkataan, pikiran, sikap, perasaan, dan kepribadian peserta
didik. Budi pekerti berinduk pada etika atau filsafat moral. Secara etimologis kata
etika sangat dekat dengan moral (Zuriah, 2007: 17). Konsep utama dari budi
pekerti salah satunya adalah pendekatan pendidikan. Menurut Jarolimek (Zuriah,
2007: 18) pendidikan budi pekerti merupakan program pengajaran di sekolah
yang bertujuan mengembangkan watak atau tabiat siswa dengan cara menghayati
nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidupnya
melalui kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerja sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
2.1.1.2 Pendidikan Budi Pekerti
Pendidikan budi pekerti merupakan program pengajaran di sekolah yang
bertujuan mengembangkan watak atau tabiat siswa dengan cara menghayati nilai-
nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidupnya melalui
kejujuran , dapat dipercaya, disiplin, dan kerja sama yang menekankan ranah
afektif (perasaan dan sikap) tanpa meninggalkan ranah kognitif (berpikir rasional)
dan rana skill/ psikomotorik (keterampilan, terampil mengolah data,
mengemukakan pendapat, dan kerja sama) (Zuriah, 2007: 19-20).
Budi pekerti berinduk pada etika atau filsafat moral. Secara etimologis kata
etika sangat dekat dengan moral. Etika berasal dari bahasa Yunani ethos (jamak:
ta etha) yang berarti adat kebiasaan. Adapun Moral berasal dari bahsa latin mos
(jamak: mores) yang juga mengandung arti dari kebiasaan. Selanjutnya dalam
Taksanomi Bloom, pendidikan budi pekerti menekankan ranah afektif (perasaan
dan sikap) tanpa meninggalkan ranah kognitif (berpikir rasional) dan ranah
skill/psikomotorik (keterampilan, terampil mengolah data, mengemukakan
pendapat, dan kerja sama). Pendidikan afektif berusaha mengembangkan aspek
emosi atau perasaan yang umumnya terdapat dalam pendidikan humaniora dan
seni, namun juga dihubungkan dengan sistem nilai-nilai hidup, sikap, dan
keyakinan untuk mengembangkan moral dan watak seseorang (Zuriah, 2007: 19).
Ranah afektif seseorang tercermin dalam konsep diri, harga diri, efikasi
diri, sikap penerimaan, dan sikap menerima. konsep diri adalah totalitas sikap dan
persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri. Sementara itu harga diri adalah
tingkat pandangan dan penilaian seseorang mengenai kualitas dirinya berdasarkan
prestasinya. Efikasi diri adalah keyakinan seseorang terhadap keefektifan
kemampuan sendiri dalam membangkitkan gairah dan kegiatan orang lain.
Sementara itu sikap penerimaan terhadap diri sendiri adalah gejala perasaan
seseorang dalam kecenderungan positif atau negatif terhadap diri sendiri
berdasarkan penilaian jujur atas bakat dan kemampuannya atau sikap mampu
menerima keberadaan orang lain, yang amat dipengaruhi oleh kemampuan untuk
menerima diri sendiri (Adisusilo, 2012: 37). Ranah kognitif lebih
menitikberatkan pada kemampuan pikir manusia dibandingkan aspek emosi dalam
menentukan suatu tindakan atau perbuatan. Pada usia 11 atau 12 tahun, skema
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
operasi formal seseorang remaja sudah terbentuk. Termasuk skema-skema ini
adalah pengertian-pengertian proporsional, sistem refrensi ganda, pemahaman
ekuilibrum hidrostatis dan bentuk-bentuk probalitas tertentu. Teori perkembangan
kognitif dan teori pengetahuan Piaget sangat banyak mempengaruhi bidang
pendidikan, terlebih pendidikan kognitif (Adisusilo, 2012:8-22). Sebuah cara
memandang karakter yang sesuai dengan pendidikan nilai. Karakter mengalami
pertumbuhan yang membuat suatu nilai menjadi budi pekerti, sebuah watak batin
yang dapat diandalkan dan digunakan untuk merespons berbagai situasi dengan
cara bermoral. Dengan demikian, karakter terbentuk dari tiga macam bagian yang
saling berkaitan: pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral
(Lickona, 2013: 72). Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu. Tindakan moral adalah produk dari dua bagian
karakter lainnya. Jika seseorang memiliki kualitas moral intelektual dan
emosional, mereka memiliki kemungkinan melakukan tindakan yang menurut
pengetahuan dan persaan mereka adalah tindakan yang benar. Untuk memahami
sepenuhnya apa yang menggerakkan seseorang sehingga mampu melakukan
tindakan bermoral-atau justru menghalanginya-kita perlu melihat lebih jauh dalam
tiga aspek karakternya lainnya yakni: kompetensi, kemauan, dan kebiasaan.
(Lickona, 2013: 86-87).
Untuk memperjelas uraian yang ada di atas, maka peneliti akan membuat
sebuah tabel. Agar penjelasan yang ada pada pembahasan di atas dapat menjadi
lebih rinci. Berikut merupakan tabel nilai-nilai budi yang saling berkaitan dengan
nilai-nilai karakter yang terdapat pada pembahasan di atas.
Tabel 2.1 Aspek-aspek Budi Pekeri dan Aspek-aspek Karakter
No Nilai-nilai Budi Pekerti Nilai-nilai Karakter
1 Sikap Afektif
2 Pikiran Kognitif
3 Tindakan Psikomotorik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Menurut Ki Hadjar Dewantara (Dewantara, 2013: 475), pendidikan budi
pekerti berarti memberi ilmu pengetahuan, menuntun gerak-pikiran, serta melatih
kecakapan atau kepandaian seseorang agar menjadi pribadi yang beradap
(memiliki keluhuran budi). Pikiran, perasaan, dan kemauan seseorang secara
integral harus dicerdaskan (cipta, rasa, karsa, atau ngrasa, nglakoni). Apabila
ketiga hal tersebut tidak berjalan dengan seimbang, maka mustahillah budi pekerti
seseorang dapat berkembang. Pendidikan, yang dalam hidup segala makhluk
terdapat sebagai laku-kodrat (instinct), dalam hidup manusia yang berdadap
berisi usaha kebudayaan. Sebagai usaha-kebudayaan, maka pendidikan itu
bermaksud memberi tuntunan didalam hidup tumbuhnya tubuh dan jiwa kanak-
kanak, agar kelak dalam garis kodrat pribadinya dapat berpangaruh segala
keadaan yang mengelilingi pribadinya (Dewantara, 2013: 342). Menurut Ki
Hadjar Dewantara, kebudayaan berarti segala apa yang berhubungan dengan
“budaya” sedangkan budaya berasal dari perkataan “budi” yang dengan singkat
boleh diartikan sebagai “jiwa manusia yang telah masak”. Budaya atau
kebudayaan tidak lain artinya daripada “buah budi manusia”. Yang perlu
diutamakan dalam segala soal “kebudayaan” atau “kultur” yaitu, bahwa di
dalamnya tidak sengaja terkandung arti “buah budi” tetapi juga arti memelihara
dan memajukan.
Di dalam kebudayaan Indonesia khususnya daerah Jawa, memiliki salah
satu kesenian yang sejak dulu telah ada dari zaman kerajaan, kesenian tersebut
adalah karawitan. Karawitan adalah seni suara daerah baik vokal atau
intstrumental yang mempunyai klarifikasi dan perkembangan dari daerahnya itu
sendiri. Karawitan sendiri mempunyai banyak komponen-komponen penting yang
jika ditabuh akan mengeluarkan gending yang sangat merdu. Komponen tersebut
adalah alat musik gamelan. Untuk memainkan alat musik gamelan biasanya
dengan cara ditabuh/dipukul, digesek, dan ditiup. Selain itu, orang yang bertugas
menabuh atau memainkannya biasanya disebut dengan pengrawit, yang tugasnya
yaitu menabuh gamelan. Di setiap instrumennya gamelan memiliki pesan moral
atau nilai-nilai budi pekerti luhur yang sangat baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Peneliti akan mengembangkan produk berupa prototipe buku pendidikan
budi pekerti dalam memainkan instrumen gamelan saron demung untuk sekolah
dasar.
2.1.2 Gamelan
Gamelan adalah permainan musik Jawa yang bagian-bagiannya berupa
alat perkusi yang dibuat dari perunggu atau “gangsa”. Gangsa dari kata gasa
artinya pertandingan antara timah: tembaga adalah 3 (tiga) dan 10 (sedasa).
Namun ada pula gamelan yang dibuat dari besi. Permainannya disebut
“pradangga”, penyanyinya disebut “waranggana”. Waranggana berasal dari kata
wara artinya penyayi, anggana artinya tunggal. Waranggana berarti penyanyi
tunggal (Bastomi, 1992: 113).
Instrumen adalah segala bunyi instrumen gamelan Jawa. Instrumentalia
adalah hasil bunyi gamelan, tanpa iringan vokal apa pun. Bunyi-bunyian semacam
ini biasanya digunkan untuk mengawali berbagai ragam tradisi di Jawa. Dari suara
gamelan yang dibunyikan, tampak mengesan, menyayat, dan penuh aroma
keindahan. Gamelan berarti instrumen musik Jawa. Gamelan adalah alat
mengekspresikan gagasan orang Jawa melalui alat yang ditata estetis. Selama ini
gamelan Jawa masih mendominasi dalam berbagai perhelatan Jawa apa pun.
Sebagai sebuah alat khusus, gamelan ada yang dibuat dari perunggu, besi, bambu,
dan kayu. Perpaduan berbagai unsur pembuatan gamelan akan mempengaruhi
suara gamelan itu sendiri Gamelan ada bermacam-macam jika dilihat dari teknik
permaianan dan fungsingnya. Dalam seni karawitan ada berbagai ragam gamelan,
antara lain sebagai berikut (Endraswara, 2008: 35).
1. Gamelan tempaan dan gamelan cithakan.
Gamelan tempaan, biasanya dibuat oleh empunya gamelan dengan menempa
perunggu, sehingga hasilnya lebih meyakinkan. Gamelan tempaan lebih tebal dan
relatif mahal. Sedangkan gamelan cithakan, relatif murah. Gamelan jenis ini
dinamakan pula gamelan krengsengan. Kedua gamelan ini tetap bertujuan untuk
memenuhi selera pasar. Dari segi laras tetap sama (Endraswara, 2008: 36).
2. Gamelan ageng
Istilah gamelan ageng sesungguhnya mengacu pada wujud gamelan yang
dikontrakan dengan gamelan cilik, biasanya gamelan ageng dibuat dari bahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
“gangsa” yaitu campuran antara tembaga dan “rejasa” (timah putih). Sedangkan
gamelan alit adalah gamelan yang bahan bakunya dibuat dari besi (Endraswara,
2008: 36).
3. Gamelan wayangan
Pada saat ini, untuk mengiringi pertunjukkan wayang dipergunakan gamelan
lengkap pelog dan slendro. Akan tetapi pada jaman dulu iringan wayang kulit
purwa hanya menggunakan gamelan slendro dengan gamelan iringan tanpa
bonang barung, bonang penerus, saron demung, dan peking. Perangkat gamelan
seperti ini dikenal dengan nama gamelan wayangan. Gamelan ini cenderung semi
lengkap, bahkan ada yang disertai tambahan musik gaya baru (Endraswara, 2008:
37).
4. Gamelan Gadhon
Gamelan gadhon adalah seperangkat gamelan Jawa pelog dan slendro yang tidak
lengkap (tanpa bonang barung dan balungan, kecuali slenthem). Instrumen-
instrumennya adalah: kendhang, rebab, gambang, gender, suling, site, kethuk-
kempyang, kenong, slenthem, gong suwukan, kempul, dan gong (sekarang banyak
yang diganti dengan gong ageng) (Endraswara, 2008: 37).
Dalam gamelan adalah ungkapan dari Pradangga Adi Guna Sarana Bina
Bangsa. Arti kata motto tersebut adalah Pradangga sama dengan gamelan (prada +
angga) artinya “yang punya badan mengkilat”, Adi artinya baik, Guna artinya
kepandaian, ilmu pengetahuan atau manfaat, Sarana artinya alat, Bina artinya
membangun, membimbing atau mendidik, sedangkan Bangsa adalah orang-orang
yang bertempat tinggal di suatu tempat yang mempunyai kedaulatan sendiri dan
berpemerintahan sendiri. Arti kata secara bebas “Apabila gamelan itu digunakan
dengan sebaik-baiknya bisa sebagai alat untuk mendidik bangsa”. Adalah suatu
kenyataan bila kita mendengar uyon-uyon rasanya seperti kita dibawa ke alam
impian yang serba nikmat, lupa segala-galanya (Endraswara, 2008: 35-45).
Istilah gamelan sudah lama dikenal di Indonesia, sudah disebut pada
beberapa kakawin Jawa kuno. Arti dari kata gamelan, sampai sekarang masih
dalam dugaan-dugaan. Mungkin juga kata gamelan terjadi dari pergeseran atau
perkembangan dari kata gembel. Gembel adalah alat musik memukul. Karena cara
membunyikan instrumen itu dengan dipukul-pukul. Barang yang sering dipukul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
namanya pukulan, barang yang sering diketok namanya ketokan atau kentongan,
barang sering digembel namanyaa gembelan. Kata gembelan ini bergeser atau
berkembang menjadi gamelan. Mungkin juga karena cara membuat gamelan itu
adalah dengan perunggu yang dipukul-pukul atau dipalu atau digembel, maka
benda yang sering dibuat dengan cara digembel namanya gembelan, benda yang
sering dikumpul-kumpulkan namanya kempelan dan seterusnya gembelan
berkembang menjadi gamelan. Bagi masyarakat Jawa gamelan mempunyai fungsi
estetika yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral, dan spiritual. Kita harus
bangga memiliki alat kesenian tradisional gamelan. Keagungan gamelan jelas
sudah ada. Duniapun mengakui bahwa gamelan adalah alat musik tradisional
Timur yang dapat mengimbangi alat musik Barat yang serba besar.didalam
suasana bagaimanapun suara gamelan mendapat tempat di hati masyarakat
(Purwadi & Widayat, 2006: 2-10). Menurut R.M.T Djojodipoero, gamelan Jawa
terdiri dari sepuluh bagian tembaga merah dan tiga bagian timah. Pendapat
tersebut bertitik tolah dari kata lain gamelan Jawa, yaitu gangsa: Kata gangsa
konon berasal dari rumus kimia yaitu dari suku-suku terakhir ‘tiga’ dan ‘sedasa’
(sepuluh) ialah ga-sa yang akhirnya menjadi gangsa. Tapi mungkin juga dari
bahan pokok untuk membuat perunggu yaitu tembaga dan rejasa (timah). Diambil
dari suku-kata terakhirnya pula memberikan kata ga-sa atau gangsa. Selain itu,
gangsa yang merupakan kata lain dari gamelan juga mempunyai arti tersendiri
yang menunjukkan latar belakang filsafat diciptakannya alat tetabuhan ini. Bahwa
menurut masyarakat Jawa, gangsa mengandung arti gang = gegandhulaning urip
(pegangan utama hidup) dan sa = rasa. Jadi gangsa ialah pegangan utama hidup
yaitu rasa. Jarwodhosok semacam ini mengarah pada filosofi gamelan secara
menyeluruh. Gamelan itu sesungguhnya juga gambaran hidup kita (Endraswara,
2008: 43-44). Gamelan Jawa merupakan seperangkat instrumen sebagai
pernyataan musikal yang sering disebut dengan istilah karawitan. Karawitan
berasal dari bahasa Jawa rawit yang artinya rumit, berbelit-belit, tetapi rawit juga
berarti halus, cantik, berliku-liku dan enak (Endraswara, 2008: 39).
Penjelasan mengenai arti gamelan, fungsi gamelan, karawitan, instrumen
gamelan, nilai-nilai dalam instrumen gamelan, nilai-nilai dalam memainkan
instrumen gamelan, jenis gamelan, dan fungsi gamelan, dimuat dalam prototipe
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
buku yang dikembangkan oleh peneliti, khususnya pada bagian I artikel nilai-nilai
budi pekerti dalam memainkan gamelan. Pada artikel tersebut peneliti hanya
membahas sebatas hal-hal dasar dan umum pada gamelan. Peneliti mengulas
artikel pada bagian I dengan menggunakan bahasa yang sederhana, agar siswa
usia SD dapat dengan mudah memahami isi pada artikel yang dibuat.
2.1.3 Nilai-Nilai Budi Pekerti dalam Instrumen Gamelan
Dalam permainan gamelan mengandung nilai-nilai budi pekerti di dalam
masing-masing alat yang ditabuh atau dimainkan, nilai tersebut antara lain nilai
Estetika, nilai spiritual/relegius, nilai demokrasi, nilai sosial dll. Pada bagian ini
akan membahas tentang Nilai-nilai budi pekerti di setiap instrumen gamelan, dan
Nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan.
Dalam seperangkat gamelan Jawa, terdapat puluhan macam alat yang
terdiri atas alat-alat tetabuhan keras (dari logam) dan alat tetabuhan halus (bukan
dari logam). Masing-masing alat mempunyai nama dan fungsinya sendiri-sendiri
serta hanya sebuah untuk satu informasi. Dan masing masing alat jumlahnya
sepasang, yaitu untuk laras pelog dan selendro. Walau terdiri atas beberapa
macam alat, namun pada pokoknya alat-alat tersebut antara lain adalah: Gambang,
Kenong, Rebab, Seruling, dan Saron. Untuk itu adalah uraian tentang makna
masing-masing alat itu (Yudoyono, 1984: 87-127).
(1) Gambang
Gambang adalah instrumen gamelan yang dipukul dengan dua alat
pemukul yang ujungnya bundar dan pipih. Cara memainkannya dilakukan dengan
dua alat pemukul yang ujungnya bundar dan pipih sebesar tutup gelas, secara
amat cepat berturut-berturut dalam jarak satu oktaf. Dalam fungsinya sebagai
penghias lagu pokok, cara membunyikannyapun termasuk sulit dibanding dengan
cara membunyikan alat-alat untuk lagu pokoknya. Satu angka atau satu pukulan
pada alat-alat pembawa lagu pokok seperti saron, berarti empat atau lebih pukulan
untuk gambang. Ini pun harus kompak antara tangan kanan dan kiri. Kata
gambang berasal dari kata gam+bang = gambang + timbang (jw) = jelas +
seimbang dan dipertimbangkan. Gambang terdiri dari wilahan-wilahan kayu yang
tersusun dari yang terkecil dan terbesar. Maing-masing wilahan mempunyai bunyi
yang berbeda, dan semuanya memiliki hak untuk berbunyi. Pengrawit gambang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
dilatih untuk dapat mempertimbangkan baik-baik segala hal yang kecil dan besar
sebelum bertindak.
(2) Kenong
Kenong merupakan alat gamelan Jawa yang bentuk maupun cara
meletakkan serta membunyikannya sama dengan ketuk. Hanya ukuran serta
jumlah pencunya yang berbeda. Ukuran besarnya kenong lebih tinggi dan lebih
besar dari pada ketuk. Sedangkan jumlahnya mengikuti jumlah nada yang ada
dalam laras gamelan. Seluruhnya ada 12 buah pencu, yang terdiri atas 5 buah
untuk laras slendro dan 7 buah untuk pelog. Betapa penting fungsi dan peranan
kenong, dapat juga dilihat dari arti namanya. Kata kenong merupakan singkatan
dari “kepareng Hyang Winong” (Jawa) = diijinkan/diridoi oleh Yang Maha
Kuasa. Oleh karenanya membunyikannya selalu terakhir setelah alat-alat lainnya
berbunyi. Jika semua alat memukul/menabuhnya benar, barulah kenong
memberi tambahan dengan bunyi bening dan nyaring yang sangat
menyenangkan. Bahwa Yang Maha Kuasa senantiasa akan selalu meridoi setiap
usaha manusia sepanjang berpijak pada jalan yang benar. Dan senantiasa pula
memberikan petunjuk-petunjuk buat langka-langkah usaha selanjutnya.
Demikian makna dari fungsi kenong. Nilai budi pekerti yang ingin diajarkan
oleh instrumen kepada penabuh kenong adalah nilai tentang pentingnya berdoa
meminta restu kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar selalu mendapatkan ijin
dan rido darinya dalam menjalankan setiap usaha manusia yang akan dijalankan
dan senantiasa diberikan petunjuk-petunjuk disetiap langkah-langkah
selanjutnya.
(3) Rebab
Rebab adalah suatu alat (instrumen) gamelan yang cara membunyikan
dengan cara digesek seperti halnya biola pada instrumen barat. Alat ini dalam
komposisi gamelan Jawa termasuk tetabuhan halus dan khusus baik nada
maupun penggunanya. Bentuk dari alat musik ini disamakan dengan sikap
duduk manusia yang bersila. Sesuai dengan dasar konsep ini, maka cara
membunyikannya dengan cara sikap duduk bersila. Rebab yang dipegang
dalam posisi tegak, dan penggeseknya digerakkan ke arah kiri dan kanan secara
horizontal. Hal itu mempunyai arti bahwa adanya keseimbangan antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
keseimbangan antara hubungan vertikal dan horizontal pada setiap diri
manusia. Ujung rebab bagian atas (tegak) menunjuk ke arah manusia
menyembah pada Tuhannya. Sedangkan cara menggeseknya menunjuk arah
bagiamana seseorang itu bersikap, bertindak atas sesamanya dalam hidup
sehari-hari. Disinilah ciri rebab yang religius itu, bahwa instrumen rebab
mengajarkan kepada manusia untuk selalu bersikap dan bertindak baik sesuai
dengan ajaran Tuhan Yang Maha Esa. Dari hubungan (vertikal) dan
(horizontal), pengrawit diingatkan bahwa sebagai manusia maka perlu berdoa
kepada Tuhan dan hidup baik dengan sesama.
(4) Seruling
Seruling merupakan alat musik yang mudah ditemukan dimana pun juga.
Dari anak kecil sampai orang tua banyak yang menggemarinya. Dalam
komposisi gamelan, seruling merupakan alat tiup satu-satunya dan termasuk
dalam kelompok tetabuhan halus atau bukan dari logam. Penggunanya khusus,
artinya tidak setiap gending harus melibatkan alat ini. Fungsi utama dari
seruling adalah penghias lagu pokok yang mengisi sela-sela gending, dalam
kerja sama yang harmonis dengan gambang, gender, rebab dan alat tetabuhan
halus lainnya. Alat-alat lainnya dibunyikan secara biasa menurut tempo dan
irama. Kata seruling dalam bahasa Jawa adala ‘suling’, yaitu kependekan dari
kata su = nafsu = nepsu (Jawa) dan ling = eling (Jawa) = ingat. Artinya
ngemput nepsu dan eling (Jawa) = menahan nafsu dan ingat. Nilai-nilai budi
pekerti yang terdapat di dalam instrumen ini adalah mengajarkan kepada
pengrawit agar selalu menahan nafsu dari segala godaan yang ada di dalam
dunia ini dan selalu ingat kepada Sang Pencipta agar selalu bersyukur.
(5) Saron
Saron berasal dari kata ‘seron’ yang berarti sero atau keras. Saron terdiri
dari saron demung dan saron barung. Sebagai alat yang mempunyai fungsi
pembawa lagu pokok, saron harus ditabuh atau dipukul kuat-kuat untuk
menghasilkan bunyi yang keras agar tidak tenggelam oleh bunyi alat-alat
lainnya. Saron merupakan salah satu macam alat gamelan Jawa untuk
tetabuhan keras berupa wilahan-wilahan dari perunggu yang disusun berseret
diatas kotak kayu sebagai wadah gema. Bentuk wilahannya seperti wialahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
gender. Hanya saja ukuran tebal serta beratnya yang berbeda. Juga bentuknya
kadangkala berbeda. Kalau wilahan gender agak cekung, sedangkan wilahan
saron agak cembung. Besar masing-masing wilahan pada saron tidak sama,
melainkan berturut-turut dari yang paling kecil sampai yang paling besar.
Susunannya seperti alat gamelan lainnya, yaitu yang paling kecil berada di
ujung kanan dan yang paling besar berada di ujung sebelah kiri. Makin kecil
wilahannya, makin tinggi suaranya. Dan makin besar wilahannya, makin
rendah suaranya. Jumlah saron untuk seperangkat gamelan 8 (delapan) buah,
terdiri atas saron demung dan saron barung. Masing-masing dua pasang (laras
pelog dan slendro). Saron demung berasal dari kata gandem + unggul. Gandem
dalam bahasa Jawa berarti bagus, dan unggul berarti lebih tinggi atau baik.
Saron barung berasal dari kata bareng + nyurung (Jawa), yang berarti bersama-
sama mendorong sebagai perwujudan dari usaha gotong royong menuju pada
yang dicita-citakan, yaitu keluhuran. Nilai yang hendak ditanamkan dari
instrumen ini adalah kerja sama dan usaha untuk bergotong royong agar segala
sesuatu yang dikerjakan oleh manusia untuk mewujudkan harapan yang
diinginkan.
Tabel 2.2 Tabel nilai-nilai budi pekerti dalam instrumen gamelan
No I Instrumen gamelan N Nilai Budi Pekerti
1 1 G Gambang Konsentrasi, ketekunan, dan
t tanggung jawab
2 2 K Kenong K Konsentrasi dan religius
3 3 Rebab R Religius
4 4 S Seruling S Sopan
5 5 Saron demung Konsentrasi, ketekunan, dan disiplin
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap instrumen
yang ada pada gamelan memiliki beberapa nilai-nilai budi pekerti luhur contohnya
seperti: nilai disiplin, ketekunan, konsentrasi, bertanggung jawab, sopan, dan
religiusitas. Walaupun instrumen yang dibahas diatas hanya sebatas 5, namun
instrumen-instrumen tersebut dapat melati pengrawit untuk memiliki nilai-nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
budi pekerti yang luhur. Nilai-nilai tersebut diantaranya: disiplin, ketekunan,
konsentrasi, konsentrasi, tanggung jawab, dan sopan. Peneliti akan memuat hal-
hal tersebut pada prototipe buku khususnya pada artikel bagian I.
2.1.4 Nilai-nilai Budi Pekerti Dalam Memainkan Gamelan
Dalam memainkan gamelan pengrawit harus mengetahui beberapa sikap
yang harus dilakukan ketika memainkan gamelan dan aturan-aturan yang harus
dilaksanakan. Nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan memiliki banyak
tata cara yang perlu dilakukan baik itu sifatnya wajib sebagai sarana
pembentukkan karakter pengrawit dalam mengasah nilai-nilai budi pekerti.
Berikut adalah penjelasan dari nilai-nilai budi pekerti yang terkandung dalam
gamelan:
(1) Disiplin
Disiplin adalah adalah tata tertib dan ketaatan yang perlu diterapkan dalam
lingkungkan masyarakat . Hal itu juga wajib dipahami oleh pengrawit pada saat
akan memainkan gamelan, karena pengrawit diajarkan untuk selalu disiplin
dalam waktu maupun kegiatan, pada saat berada di dalam ruangan pengrawit
harus patuh terhadap peraturan yang telah dibuat bersama. Peraturan yang
dibuat bisa saja; Menata dan menyiapkan gamelan alat pukul di atas gamelan,
pegangan di sebelah kanan. Pukul tidak diletakkan di bawah, diselipkan dalam
gamelan. Kecuali tabuh gong, bisa diletakkan di depan penabuh, tidak dalam
lubang (di balik) gong; Tidak tidur diatas gamelan, sambil menanti tabuhan
antawecana dalang (Endraswara, 2008: 69-70).
(2) Ketekunan
Ketekunan merupakan sikap rajin seseorang dalam bekerja dan berusaha
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2000: 1159). Dalam memainkan gamelan
pengrawit diwajibkan untuk mau berusaha dalam mempelajari setiap gending
yang akan dimainkan, agar pengrawit dapat memahami notasi gending dan dapat
menyeimbangkan suara dari masing-masing instrumen gamelan, agar gending
yang dihasilkan dapat indah untuk didengarkan. Pengrawit boleh saja
memejamkan mata, apabila telah mampu menabuh dengan tepat (Endraswara,
2008: 69).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
(3) Konsentrasi
Konsentrasi adalah pemusatan perhatian atau pikiran seseorang pada suatu
hal (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2000: 588). Konsentrasi perlu dimiliki
pengrawit ketika sedang melakukan latihan, dengan cara memperhatikan notasi
yang sudah ditulis di papan tulis. Selain itu juga, ketika pengrawit sedang
menabuh gamelan, maka pengrawit harus peka terhadap setiap ketukan yang
dikeluarkan oleh masing-masing instrumen gamelan, sehingga gending yang
dimainkan indah untuk didengar. Dalam karawitan tidak dibenarkan asal
menabuh sendiri, meskipun urutan titilaras betul. Apabila menabuh tertinggal
atau terlalu cepat, maka pengrawit berhenti sejenak, kemudian melirik demung
atau slenthem, lalu mengikuti lagi (Endraswara, 2008: 71). Konsentrasi juga
dapat menjadikan pengrawit hafal dalam setiap not yang akan dimainkan.
(4) Bertanggung Jawab
Bertanggung jawab adalah kemampuan untuk menjalankan suatu
kewajiban karena adanya dorongan di dalam diri seseorang (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2000: 1139). Setelah sajian selesai, hendaknya para penyaji
tidak tergesa-gesa meninggalkan tempat, tetapi hendaknya tabuh-tabuh ditata
rapi kembali, pengendang hendaknya mengendorkan kendangnya dan pengrebab
mengendorkan dawainya. Baru kemudian dapat meninggalkan tempat tersebut
satu persatu tidak usah berdesakan (Soeroso, 1985/1986: 20-21).
(5) Sopan
Sopan merupakan cara bertingkah laku seseorang terhadap orang lain di
muka umum yang dianggap baik, diterima, dan dihargai dalam sebuah
masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2000: 1084). Suatu tindakan dapat
diterima dan dihargai oleh masyarakat apabila sesuai dengan adat istiadat
(tradisi) yang berlaku di masyarakat tersebut. Perilaku sopan santun
terimplementasi dalam permainan gamelan. Berhubungan dengan hal itu, seni
gamelan mempunyai tata cara menabuh gamelan Jawa yang benar. Tata cara
atau etika yang harus diperhatikan saat memainkan gamelan (Endraswara, 2008:
69-71) antara lain: (1) saat memasuki area gamelan penabuh harus berjalan
dengan laku dhodok (jongkok), (2) tidak melangkahi perangkat gamelan, (3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
tidak glojak-glajik atau mondar-mandir (4) tidak melempar alat pukul gamelan,
(5) tidak diperbolehkan makan dan minum, dan (6) tidak memukul instrumen
secara awur-awuran (asal-asalan).
(6) Religiusitas
Religiusitas adalah penghayatan seseorang terhadap agar yang dianutnya
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2000: 944). Nilai religiusitas merupakan nilai
tertinggi dan bersifat mutlak karena bersumber pada Tuhan Yang Maha Esa.
Segala hal yang berhubungan dengan mistis yang ada pada gamelan misalnya:
perlunya membuat sesaji sebelum pementasan, larangan melangkahi perangkat
gamelan, ataupun perlunya memandikan gamelan dalam waktu-waktu tertentu
tidak hanya membutuhkan rasionalisasi, namun juga normalisasi persepsi.
Trimanto (Puwardi & Widayat, 2006: 10) menguraikan panjang lebar tentang
fungsi gamelan. Dipergunakannya gamelan sebagai sarana pengiring upacara
karena esensinya adalah untuk membimbing pikiran umat ketika sedang
mengikuti prosesi agar terkonsentrasi pada kesucian sehingga pada saat
persembahyangan pikiran fokus kepada keberadaan Tuhan (Ida Sang Hyang
Widhi). Jadi jelas bahwa dalam konteks tersebut gamelan memiliki nilai religius
dimana keberadaan gamelan sebagai pengiring upacara keagamaan di suatu
wilayah suci hal tersebut dapat menambah religiusitas sebuah prosesi
keagamaan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
memainkan alat musik/instrumen gamelan memiliki banyak nilai-nilai budi
pekerti yang ada di dalamnya dan dapat diterapkan di dalam kehidupan
masyarakat, contohnya seperti: disiplin, ketekunan, konsentrasi, bertanggung
jawab, sopan, dan religiusitas. Pada produk cergam yang menjadi bagian kedua
dari prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan, peneliti
hanya berfokus pada salah satu instrumen saja, yaitu instrumen saron demung
yang mengandung nilai konsentrasi. Konsentrasi dilatihkan pada pengrawit
supaya pengrawit dapat mengetahui kapan pengrawit harus menabuh dengan
lembut, dan kapan pengrawit harus menabuh dengan keras, agar instrumen yang
dimainkan dapat menghasilkan suara yang indah untuk didengar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2.1.5 Saron Demung
Saron merupakan salah satu macam alat gamelan Jawa untuk tetabuhan
keras berupa wilahan-wilahan dari perunggu yang disusun berderet di atas kotak
kayu sebagai wadah gema. Besar masing-masing wilahan pada saron tidak sama,
melainkan berurutan dari yang paling kecil sampai yang paling besar.
Susunanannya seperti alat gamelan lainnya, yaitu yang paling kecil berada di
ujung kanan dan yang paling besar berada di ujung sebelah kiri. Makin kecil
wilahannya, maka semakin tinggi suaranya. Dan makin besar wilahannya, maka
makin rendah suaranya. Suatu makna yang tersirat dibalik alat gamelan yang
disebut saron demung ini adalah saron demung berasal dari kata gandem +
unggul. Bahwa sebagai pembawa lagu pokok hendaknya dapat membawakannya
secara betul sehingga nikmat didengar dan tidak tenggelam ditelan suara alat-
alat lainnya (Yudoyono, 1984: 111-115).
Yudoyono (1984: 111) menyatakan bahwa saron demung dimainkan dengan
posisi tangan kanan memegang alat pemukul yang terbuat dari kayu atau tanduk
kerbau dan tangan kiri metet (menghentikan gema) wilahan yang baru saja
ditabuh pengrawit. Hal ini dapatlah dimengerti bahwa pengrawit harus
membutuhkan konsentrasi sangat tinggi agar saron demung dapat mengeluarkan
suara yang indah dan gemanya tidak mengganggu bunyi gending secara
keseluruhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Tabel 2.3Nilai-nilai dalam Memainkan Saron Demung
No Nilai Budi Pekerti Nilai Karakteristik Nilai-nilai dalam
Memainkan Saron
Demung: Fokus,
kepekaan dan ketepatan
1 Pikiran Kognitif Menitikberatkan kepada
suara yang dikeluarkan
setiap instrumen gamelan
agar suara dapat selaras.
2 Sikap Afektif Mencoba untuk lebih fokus
pada saat menabuh setiap
wilahan agar notasi lagu
yang dimainkan dapat
lebih selaras.
3 Tindakan Psikomotorik Konsentrasi dalam
menghafal setiap not yang
akan dimainkan.
Salah satu nilai yang didapatkan dalam memainkan saron demung adalah
konsentrasi. Konsentrasi adalah pemusatan perhatian atau pikiran seseorang pada
suatu hal. Konsentrasi perlu dimiliki pengrawit ketika sedang melakukan latihan,
dengan cara memperhatikan notasi yang sudah ditulis di papan tulis. Dalam
karawitan tidak dibenarkan asal menabuh sendiri. Apabila penabuh tertinggal atau
terlalu cepat, maka pengrawit berhenti sejenak, kemudian melirik instrumen lain,
dan lalu mengikuti lagi (Endraswara, 2008: 71). Konsentrasi yang dilatihkan pada
pengrawit saron demung berkaitan dengan aspek kognitif (pikiran), afektif
(sikap), dan psikomotorik (tindakan). Kaitan dengan aspek kognitif adalah fokus
dalam memainkan instrumen saron demung dan dapat menyesuaikan suara
dengan instrumen lainnya agar suara yang dikeluarkan dapat selaras. Kaitan
dengan aspek afektif adalah pengrawit harus lebih percaya diri pada saat menabuh
setiap wilahan agar lagu yang dimainkan dapat indah untuk didengarkan. Kaitan
dengan aspek psikomotorik adalah pemain saron demung harus bisa menghafal
setiap gending yang akan dimainkan, sehingga pada saat tampil di depan
panggung dapat pengrawit dapat lebih percaya diri. Selain itu, pengrawit harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
bisa menyesuaikan irama pukulan melalu pendengaran untuk merasakan irama
kendhang sebagai pemimpin irama gendhing.
Pengrawit saron demung dibiasakan untuk memiliki sikap konsentrasi. Dari
penjelasan yang telah dibahas di atas, peneliti akan menyusun prototype buku
pendidikan budi pekerti dalam memainkan instrument saron demung, khususnya
pada bagian II cergam yang berjudul “Memainkan Sarong Demung Mengasah
Konsentrasi”. Pada cergam tersebut diceritakan seorang tokoh yang bernama Ardi
ditunjuk oleh gurunya untuk memainkan instrumen saron demung. Ardi juga
diajarkan untuk memeiliki nilai konsentrasi tinggi supaya dapat menyesuaikan
suara dengan instrumen lainnya. Peneliti menyusun alur secara sederhana dengan
menggunakan ilustrasi gambar, supaya siswa yang membaca dapat lebih tertarik.
2.1.6 Cerita bergambar
Pada bagian cerita bergambar ini akan diuraikan mengenai pengertian
cerita bergambar, cerita bergambar bewarna, dan cerita bergambar tidak bewarna.
2.1.6.1 Pengertian cerita bergambar
Pengertian cerita bergambar adalah suatu bentuk seni yang menggunakan
gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa untuk memperjelas
sebuah teks cerita. Biasanya cergam dicetak di atas kertas dan teks adalah bagian
utama di dalamnya. Cergam merupakan media yang unik, menggambarkan teks
dan gambar dalam bentuk yang kreatif, media yang sanggup menarik perhatian
semua orang dari segala usia, karena memiliki kelebihan, yaitu mudah dipahami
(Putra, 2008:10).
Buku cerita bergambar adalah buku bergambar tetapi dalam bentuk cerita,
bukan buku informasi. Dengan demikian buku cerita bergambar sesuai dengan
ciri-ciri buku cerita, mempunyai unsur-unsur cerita (tokoh, plot, alur). Buku cerita
bergambar ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, (1) buku cerita bergambar
dengan kata-kata, (2) buku cerita bergambar tanpa kata-kata. Buku cerita
bergambar merupakan sesuatu yang tidak asing dalam kehidupan anak-anak.
Disamping itu, buku adalah sebuah media yang baik bagi anak-anak untuk belajar
membaca. Buku cerita bergambar merupakan kesatuan cerita disertai dengan
gambar-gambar yang berfungsi sebagai penghias dan pendukung cerita yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
dapat membantu proses pemahaman terhadap isi buku tersebut. Melalui buku
cerita bergambar, diharapkan pembaca dapat dengan mudah menerima informasi
dan deskripsi cerita yang hendak disampaikan. Menurut Mitchell dalam
(Nurgiyantoro, 2005:159) mengungkapkan fungsi dan pentingnya buku cerita
bergambar sebagai berikut:
1. Membantu perkembangan emosi anak.
2. Membantu anak belajar tentang dunia dan keberadaannya.
3. Belajar tentang orang lain, hubungan yang terjadi dan pengembangan perasaan.
4. Memperoleh kesenangan.
5. Untuk mengapresiasi keindahan, dan
6. Untuk menstimulasi imajinasi.
2.1.6.2 Cerita bergambar bewarna
Menurut Mitchell (2003:87) buku cerita bergambar adalah buku yang di
dalamnya terdapat gambar dan kata-kata, yang tidak berdiri sendiri-sendiri,
melainkan saling bergantung menjadi sebuah kesatuan cerita. Pada usia anak SD
pemilihan penggunaan buku cerita bergambar merupakan salah satu pilihan yang
bagus karena pada usia tersebut anak-anak masih menyukai cerita-cerita dan
gambar-gambar yang penuh warna. Pendapat lain tentang buku cerita bergambar
juga diungkapkan oleh Rothlein dan Meinbach (1991:90) “a picture storybooks
conveys its message through illustrations and written text; both elements are
equally important to the story”. Ungkapan ini mengandung pengertian bahwa
cerita bergambar adalah buku yang memuat pesan melalui ilustrasi yang berupa
gambar dan tulisan. Gambar dan tulisan tersebut membentuk kesatuan yang utuh.
Berdasarkan pendapat di atas secara garis besar buku cerita bergambar merupakan
cerita yang ditulis dengan gaya bahasa ringan yang dilengkapi dengan gambar
yang menjadi satu kesatuan. Tema dalam cerita bergambar juga seringkali
berkenaan dengan pribadi/pengalaman pribadi sehingga pembaca mudah
mengidentifikasikan dirinya melalui perasaan serta tindakan dirinya melalui
perwatakan tokoh-tokoh utamanya (Hasanah dkk, 2016: 989). Dari buku cerita
bergambar yang dilengkapi dengan warna, maka siswa dapat memiliki minat yang
sangat tinggi untuk membacanya dan juga dapat menjadi lebih lama dalam
membaca buku yang memiliki sebuah informasi penting.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
2.1.6.3 Cerita bergambar tidak bewarna
Gambar merupakan media yang menarik perhatian dan disukai anak-anak,
karena di dalam gambar terdapat bentukbentuk objek dan warna yang jelas
sehingga anak mudah dalam menggambarkan tokoh yang sebenarnya. Media
gambar memegang peranan yang sangat penting dalam proses pemahaman isi
cerita. Media gambar banyak kita temukan salah satunya pada buku cerita
bergambar. Buku cerita bergambar merupakan cerita berbentuk buku dimana
terdapat gambar sebagai perwakilan cerita yang saling berkaitan. Selain terdapat
gambar, juga terdapat tulisan yang dapat mewakili cerita yang ditampilkan oleh
gambarnya, melalui media gambar tidak bewarna dapat memperkuat ingatan anak
serta mempermudah pemahaman anak dalam memahami isi cerita. Siswa-siswi
memiliki kemampuan yang berbeda dalam berbahasa (mendengar, berbicara,
membaca dan menulis), termasuk dalam memahami cerita bergambar.Melalui
bacaan yang tepat dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan berbagai
aspek perkembangan siswa. Cerita bergambar yang tidak bewarna dapat
meningkatkan daya imajinasi siswa dalam memberikan warna sesuai dengan
keinginan siswa masing-masing (Fitriani dkk, 2016: 53-54).
Prototipe buku yang disusun peneliti terdiri dari dua bagian. Bagian pertama
artikel yang memuat informasi mengenai gamelan dan nilai-nilai budi pekerti
yang terkandung di dalamnya. Bagian kedua berupa cergam tidak bewarna
mengenai penjelasan instrumen saron demung. Prototipe tersebut diharapkan
dapat menjadi media pendidikan, terutama membantu siswa SD dalam kegiatan
literasi.
2.1.7 Literasi
Literasi adalah kemampuan siswa dalam membaca dan menulis. Literasi
dapat dijadikan sarana bagi guru untuk memfasilitasi siswa dalam meningkatkan
minat membaca siswa sebelum kegiatan belajar dimulai. Literasi melatih
kemampuan siswa untuk mengidentifikasi, menentukan, menemukan,
mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan terorganisasi, menggunakan dan
mengkomunikasikan, informasi untuk mengatasi berbagai persoalan dan
kemampuan melek huruf (akasara) yang di dalamnya meliputi kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
membaca dan menulis. Pemerintah telah mewajibkan kepada setiap jenjang
pendidikan untuk menerapkan sistem literasi di sekolah selama 15 menit sebelum
jam pelajaran dimulai. Hal tersebut telah dituangkan kedalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 215 (Wiedarti dkk, 2016:ii).
2.1.7.1 Tujuan Literasi
Tujuan umum Literasi adalah menumbuhkembangkan budi pekerti peserta
didik melalui pembudayaan ekositem literasi sekolah yang diwujudkan dalam
Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Tujuan khusus:
1. Menumbuhkembangkan budaya literasi membaca dan menulis siswa di sekolah.
2. Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.
3. Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak
agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.
4. Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku
bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.
Mengacu pada metode pembelajaran kurikulum 2013 yang menempatkan
peserta didik sebagai subjek pembelajaran dan guru sebagai fasilitator, kegiatan
literasi tidak lagi berfokus pada peserta didik semata. Guru selain fasilitator, juga
menjadi subjek pembelajaran. Akses yang luas pada sumber informasi, baik di
dunia nyata maupun dunia maya dapat menjadikan peserta didik lebih tahu
daripada guru. Oleh sebab itu, kegiatan peserta dalam berliterasi semestinya
tidak lepas dari konstribusi guru, dan guru sebaiknya berupaya menjadi
fasilitator yang berkualitas (Wiedarti dkk, Kemendikbud, 2016: 10). Praktik-
praktik yang baik dalam gerakan literasi sekolah menekankan prinsip-prinsip
berikut:
1. Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang dapat
diprediksi.
Tahap perkembangan anak dalam belajar membaca dan menulis saling
beririsan antar tahap perkembangan. Memahami tahap perkembangan literasi
peserta didik dapat membantu sekolah untuk memilih strategi pembiasaan
dan pembelajaran literasi yang tepat sesuai kebutuhan perkembangan mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
2. Program literasi yang baik bersifat berimbang.
Sekolah yang menerapkan program literasi berimbang menyadari bahwa tiap
peserta didik memiliki kebutuhan yang berbeda. Oleh karena itu, strategi
membaca dan jenis teks yang dibaca perlu divariasikan dan disesuaikan
dengan jenjang pendidikan. Program literasi yang bermakna dapat dilakukan
dengan memanfaatkan bahan bacaan kaya ragam teks, seperti karya sastra
untuk anak dan remaja.
3. Program literasi terintegrasi dengan kurikulum.
Pembiasaan dan pembelajaran literasi di sekolah adalah tanggung jawab
semua guru di semua mata pelajaran sebab pembelajaran mata pelajaran
apapun membutuhkan bahasa, terutama membaca dan menulis. Dengan
demikian, pengembangan profesional guru dalam hal literasi perlu diberikan
kepada guru semua mata pelajaran.
4. Kegiatan membaca dan menulis dilakukan kapanpun.
Misalnya, ‘menulis surat kepada presiden’ atau ‘membca untuk ibu’
merupakan contoh-contoh kegiatan literasi yang bermakna.
5. Kegiatan literasi mengembangkan budaya lisan.
Kelas berbasis literasi yang kuat diharapkan memunculkan berbagai kegiatan
lisan berupa diskusi tentang buku selama pembelajaran di kelas. Kegiatan
diskusi ini juga perlu membuka kemungkinan untuk perbedaan pendapat agar
kemampuan berpikir kritis dapat diasah. Peserta didik perlu belajar untuk
menyampaikan perasaan dan pendapatnya, saling mendengarkan, dan
menghormati perbedaan pandangan.
6. Kegiatan literasi perlu mengembangkan kesadaran terhadap keberagaman.
Warga sekolah perlu menghargai perbedaan melalui kegiatan literasi di
sekolah. Bahan bacaan untuk peserta didik perlu merefleksikan kekayaan
budaya Indonesia agar mereka dapat terpajan pada pengalaman multikultural.
Program literasi sekolah diharapkan dapat menciptakan ekosistem sekolah
yang literat, yang akhirnya, menumbuhkan budi pekerti peserta didik (Faizah
dkk, Kemendikbud, 2016: 33). Ekositem sekolah yang literat mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
a. Menyenangkan dan ramah anak, sehingga menumbuhkan semangat warganya
dalam belajar.
b. Semua warganya menunjukkan empati, peduli, dan menghargai sesama.
c. Menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan.
d. Memampukan warganya untuk cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi
kepada lingkungan sosialnya.
e. Mengakomodasi partisipasi seluruh warga dan lingkungan eksternal sekolah.
Sarana literasi mencakup perpustakaan sekolah, sudut baca kelas, dan area
baca. Perpustakaan berfungsi sebagai pusat pembelajaran di SD. Pengembangan
dan penataan perpustakaan menjadi bagian penting dari pelaksanaan gerakan
literasi SD dan pengelolaan pengetahuan yang berbasi pada bacaan.
Perpustakaan yang dikelola dengan baik mampu meningkatkan minat baca
warga SD dan menjadikan mereka pembelajar sepanjang hayat. Perpustakaan
SD idealnya berperan dalam mengkoordinasi pengelolaan sudut baca kelas, area
baca, dan prasarana literasi di SD (Faizah dkk, Kemendikbud, 2016: 16).
Prototipe buku yang telah disusun peneliti diharapkan dapat menjadi
sarana literasi oleh siswa SD kelas atas. Prototipe tersebut dapat digunakan
untuk menumbuhkan semangat siswa dalam belajar maupun membaca. Isi
prototipe yang berupa informasi sederhana mengenai gamelan dan nilai-nilai
budi pekerti, diharapkan dapat mendukung tujuan umum gerakan literasi sekolah
yang dapat menumbuh kembangkan budi pekerti peserta didik melalui literasi
sekolah agar mereka menjadi peserta didik yang berbudi luhur.
2.2 Penelitian yang relevan
Penelitian yang terkait dengan pengembangan buku prototipe buku
pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan (untuk SD) masih sedikit
untuk dijadikan sumber hasil penelitian yang relevan. Dalam penelitian ini
menggunakan beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya sebagai
acuan untuk penelitian ini. Penelitian tersebut diantaranya:
2.2.1 Penelitian tentang Budi Pekerti
Penelitian Yuliantoro (2012). Dengan judul penelitian Penanaman Nilai-
nilai Budi Pekerti Pada Anak Melalui Kesenian Tradisional. Penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti pada anak dalam
menghadapi dampak negatif kemajuan teknologi melalui kesenian tradisional
yang banyak mengandung nilai-nilai luhur yang bisa diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya dalam kesenian wayang kulit, karawitan atau
gamelan, dan tari. Mempelajari kesenian tradisional merupakan salah satu
aktivitas yang baik bagi proses pengembangan kepribadian anak, karena dalam
kesenian tradisional banyak mengandung nilai-nilai luhur, seperti budi pekerti,
sopan santun, kebijaksanaan, dan sebaigainya.
2.2.2 Penelitian tentang Gamelan
Penelitian Sukinah (2011). Dengan judul penelitian Seni Gamelan Jawa
Sebagai Alternatif Pendidikan Karakter bagi Anak Autis di Sekolah Luar
Biasa. Penelitian ini bertujuan untuk membentuk karakter nilai-nilai perilaku
individu berdasarkan norma agama, budaya, hukum, adat istiadat dan estetika.
Peserta didik yang dimaksud adalah anak-anak berkebutuhan khsusus dimana
mereka memerlukan layanan khusus sehingga individu dapat berkembang
secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya serta menjadi individu
yang berkarakter. Oleh karena itu diperlukan adanya inovasi pembelajaran
yang menyenangkan dan disesuaikan dengan karakteristiknya. Proses
pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata
pelajaran termasuk seni gamelan Jawa yang dapat dikemas dalam kegiatan
anak intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
2.2.3 Penelitian tentang Cerita Bergambar
Penelitian Saputri (2016). Dengan judul penelitian Pengembangan
Prototipe Buku Cerita Bergambar Tentang Tradisi Nglarung Dalam Konteks
Pendidikan Karakter Kebangsaan. Penelitian ini berisi bahwa kegiatan
aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat mengandung nilai-nilai bersyukur,
kerjasama/persaudaraan/persatuan, dan kegigihan. Namun pada dasarnya anak
yang berusia 9-11 tahun masih belum mengerti tata cara persiapan tradisi
nglarung yang bertujuan mempererat persaudaraan dan persatuan. Kemudian
peneliti terdorong untuk mengembangkan prototipe buku cerita bergambar
tentang tradisi nglarung dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
2.2.1. Desain Bagian Penelitan yang Relevan
Gambar 1.1 Penelitian yang Relevan
Sus
2.3 Kerangka berpikir
Budi pekerti berisi nilai-nilai perilaku manusia yang akan diukur menurut
kebaikan dan keburukannya melalui norma agama, norma hukum, tata krama dan
sopan santun, norma budaya dan adat istiadat masyarakat. Budi pekerti akan
mengidentifikasi perilaku positif yang diharapkan dapat terwujud dalam
perbuatan, perkataan, pikiran, sikap, perasaan, dan kepribadian peserta didik.
Maka dari itu alangkah baiknya guru membiasakan penanaman nilai budi pekerti
kepada anak sejak berada di kelas bawah, agar anak dapat menjadi lebih
memahami mengenai perilaku baik terhadap masyarakat sekitar.
Gamelan merupakan alat musik khas Indonesia yang sekarang menjadi
warisan dunia, banyak dari kalangan orang tua yang berada di pulau Jawa sangat
gemar memainkannya dan merawatnya hingga saat ini, akan tetapi banyak dari
Yuliantoro (2012) dengan judul penelitian
Penanaman Nilai-nilai Budi Pekerti Pada
Anak Melalui Kesenian Tradisional. Peneliti
barasumsi bahwa kesenian tradisional
merupakan sarana yang baik untuk
menanamkan pendidikan budi pekerti pada
anak.
Sukinah (2011) dengan judul penelitian Seni
Gamelan Jawa Sebagai Alternatif Pendidikan
Karakter Bagi Anak Autis Di Sekolah Luar
Biasa. Proses pendidikan karakter dapat
diintegrasikan dalam pembelajaran pada
setiap mata pelajaran termasuk seni gamelan
Jawa.
Saputri (2016) dengan judul penelitian
Pengembangan Prototipe Buku Cerita
Begambar Tentang Tradisi Nglarung Dalam
Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan.
Peneliti beranggapan bahwa dengan
dibuatnya cergam yang berkaitan dengan
tradisi nglarung, maka memahami arti tradisi
nglaring di kehidupan bermasyarakat.
Yang diteliti:
Pengembangan Prototipe Buku
Pendidikan Budi Pekerti Dalam
Memainkan Instrumen Gamelan Saron
Demung (untuk SD)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
kalangan anak-anak yang lambat laun banyak yang melupakan tradisi memainkan
gamelan, karena dengan berkembangnya era globalisai menjadi salah satu faktor
yang membuat anak-anak banyak yang meninggalkannya. Dari permasalahan
tersebut alangkah baiknya sekolah menyediakan fasilitas berupa ruang karawitan
untuk anak agar mempunyai keinginan dalam memainkan gamelan dan melatih
anak-anak sejak dini, agar anak dapat menjaga dan melestarikan budaya yang
telah diwariskan oleh dunia untuk Indonesia. Dalam memainkan gamelan,
pengrawit diajarkan untuk memiliki nilai-nilai budi pekerti. Nilai nilai budi
pekerti tersebut antara lain: disiplin, ketekunan, konsentrasi, bertanggung jawab,
sopan, dan religiusitas. Dari sini peneliti terdorong untuk membuat produk berupa
“pengembangan prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan
instrumen gamelan saron demung (untuk SD)”, yang bertujuan untuk memandu
anak-anak dalam memainkan gamelan dan sekaligus mengajarkan pada anak
mengenai nilai-nilai budi pekerti yang terkandung didalam perangkat-perangkat
gamelan. Produk yang telah dibuat diharapkan dapat menjadi sarana literasi bagi
siswa.
2.3.1 Pertanyaan penelitian
Berdasarkan uraian teori di atas maka dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
2.3.1.1 Bagaimana prosedur pengembangan prototipe buku pendidikan budi
pekerti dalam memainkan instrumen gamelan saron demung (untuk SD)?
2.3.1.2 Bagaimana kualitas prototype buku pendidikan budi pekerti dalam
memainkan instrumen gamelan saron demung (untuk SD) menurut guru
gamelan sekolah dasar?
2.3.1.3 Bagaimana kualitas prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam
memainkan instrumen gamelan saron demung (untuk SD) menurut ahli
bahasa?
2.3.1.4 Bagaimana kualitas prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam
memainkan instrumen gamelan saron demung (untuk SD) menurut hasil
uji coba pada siswa sekolah dasar?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III dalam metode penelitian ini akan membahas tentang jenis penelitian,
setting penelitian, prosedur uji coba produk, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, jadwal penelitian.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah R&D (Research and Development)
yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan penelitian dan pengembangan R&D
(Research and Development) adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu. Produk itu bisa berupa buku ajar, media
pembelajaran, model pembelajaran, model evaluasi, model kepemimpinan, model
manajamen, model uji kompetensi dan lain-lain (Sugiyono, 2015: iii). Penelitian
dan pengembangan berfungsi untuk memvalidasi dan mengembangkan produk.
Memvalidasi produk, berarti produk itu telah ada, dan peneliti hanya menguji
efektivitas atau validitas produk tersebut. Mengembangkan produk dalam arti luas
berarti memperbarui produk yang telah ada (sehingga menjadi lebih praktis,
efektif, dan efesien) atau menciptakan produk baru (yang sebelumnya belum
pernah ada) (Sugiyono, 2015: 28). Sejalan dengan pendapat tersebut, R&D
(Research and Development) adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk
mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada,
yang dapat dipertanggungjawabkan (Syaodih, 2008: 164). Berdasarkan dua
pendapat ahli yang ada diatas, maka dapat disimpulkan bahwa R&D (Research
and Development) adalah jenis penelitian yang dapat menghasilkan dan
mengembangkan produk dengan cara yang sitematis. Penelitian ini dapat disebut
sebagai penelitian pengembangan karena peneliti ingin mengembangkan sebuah
produk berupa prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan
gamelan (untuk SD).
3.2 Setting Penelitian
Setting penelitian ini akan membahas tentang tempat penelitian, subjek
penelitian, objek penelitian, dan waktu penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini diawali dengan wawancara terhadap dua narasumber dari
praktisi gamelan dan guru SD yang melatih karawitan untuk memperoleh data
awal. Selanjutnya adalah peneliti menyebarkan angket untuk menemukan potensi
dan masalah untuk menganalisis kebutuhan siswa, penyebaran angket
dilaksanakan di SD Kanisius Gowongan yang berlamatkan Jl. P Diponegoro
No.50, Gowongan, Jetis, Gowongan, Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta 55233. Selanjutnya uji coba produk dan penyebaran angket
dilaksanakan di SD Kanisius Minggir yang beralamatkan Minggir, Sendangagung,
Minggir, Sleman 55562 Yogyakarta.
3.2.2 Subjek Penelitian
Subjek ketika melakukan wawancara adalah seniman gamelan di Kulon
Progo Yogyakarta dan guru gamelan di SD Negeri Tanjungharjo. Subjek uji
penelitian yang akan diteliti adalah siswa SD Kanisius Gowongan yang berjumlah
10 siswa yang mengikuti ektrakurikuler karawitan (analisis kebutuhan siswa), 21
siswa SD Kanisius Minggir (uji coba produk) yang mengikuti ekstrakurikuler
karawitan di SD Kanisius Minggir Sleman.
3.2.3 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah pengembangan prototipe buku pendidikan budi
pekerti dalam memainkan gamelan (untuk SD) yang mengikuti kegiatan
ektrakurikuler karawitan dalam konteks pendidikan budi pekerti dalam
memainkan instrumen gamelan.
3.2.4 Waktu Penelitian
Penelitian ini membutuhkan waktu selama enam bulan. Terhitung mulai
dari bulan September 2017 sampai bulan Februari 2018.
3.3 Prosedur Pengembangan
Dalam prosedur pengembangan, menurut Borg and Gall dalam (Sugiyono,
2015:35-36) mengemukakan sepuluh langkah dalam penelitian Research and
Development (R&D). Prosedur pengembangan ini dilakukan melalui sepuluh
langkah prosedur pengembangan, tahap (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan
data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk,
(7) revisi produk, (8) ujicoba pemakaian, (9) revisi produk, (10) produksi masal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Borg and Gall dalam
(Sugiyono, 2012: 298) ditunjukkan pada bagan berikut:
Gambar 2.1 Langkah-Langkah Pengembangan Menurut Sugiyono
Pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan 6 prosedur yang ada
dalam buku Sugiyono dikarenakan keterbatasannya waktu, tenaga, dan biaya yang
tidak memungkinkan peneliti melakukan semua langkah yang ada. Peneliti hanya
menggunakan 6 langkah tersebut diantaranya adalah (1) potensi dan masalah, (2)
pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji
coba produk, sehingga dapat menghasilkan produk pengembangan buku prototipe
buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan (untuk SD).
Prosedur penelitian dan pengembangan akan dijelaskan dalam gambar
bagan berikut ini:
Potensi dan
Masalah
Pengumpulan
Data
Desain
Produk
Validasi
Desain
Revisi Desain Ujicoba
Pemakaian
Revisi Produk Uji coba
Produk
Revisi Produk
Produksi Masal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Gambar 3 Gambar 3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan yang Digunakan
Oleh Peneliti.
Pengembangan Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan Instrumen Gamelan Saron
Demung (Untuk SD)
Tahap I
Potensi dan Masalah Analisis Kebutuhan Anak:
Wawancara dan angket
Tahap II
Pengumpulan Data
Wawancara kepada praktisi
Pembagian Lembar angket Pra
Penelitian
Studi Kepustakaan
Tahap III
Desain Produk
Membuat kisi-kisi
Menentukan Gambar Perangkat Gamelan
Merancang Prototipe Buku Pendidikan
Budi Pekerti dalam Memainkan instrumen
Gamelan Saron Demung (untuk SD)
Tahap IV
Validasi Desain
Tahap V
Revisi Desain
Tahap VI
Uji Coba Produk
Membuat Instrumen Validasi
Validasi Oleh Ahli
Pengumpulan Kritik dan Saran Ahli
Revisi Prototipe Buku Pendidikan
Budi Pekerti Dalam Memainkan
Instrumen Gamelan Saron demung
(untuk SD)
Pengumpulan Kritik dan Saran Ahli
Revisi Prototipe Buku Pendidikan Budi
Pekerti Dalam Memainkan Instrumen
Gamelan Saron Demung (untuk SD)
Membagikan Prototipe
Menulis Refleksi
Mewarnai Gambar
Tahap VI
Uji Coba Produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
3.3.1 Potensi dan Masalah
Penelitian ini dibuat berawal dari adanya potensi dan masalah yang
ditemukan peneliti melalui wawancara dan pengamatan analisis kebutuhan siswa
di Yogyakarta. Pada awal penelitan, peneliti melakukan wawancara kepada
praktisi gamelan dan guru SD yang melatih karawitan. Setelah peneliti melakukan
wawancara, analisis kebutuhan anak dilakukan dengan membagikan lembar
angket kepada siswa kelas V SD Kanisius Gowongan. Tujuan dari pembagian
angket ini adalah untuk mengetahui pemahaman anak mengenai gamelan dan
apakah siswa-siswi membutuhkan sebuah buku pendidikan dalam memainkan
gamelan yang memiliki nilai budi pekerti. Maka buku pendidikan budi pekerti
dalam memainkan gamelan ini disusun dan dikembangkan untuk mencapai tujuan
yang diharapkan sesuai dengan konteks pendidikan budi pekerti.
3.3.2 Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara kepada
praktisi gamelan mengenai, apakah siswa SD membutuhkan cerita bergambar
sederhana yang berisi tentang informasi nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan
gamelan. Selanjutnya pengumpulan data dilakukan dengan cara, peneliti
menyusun instrumen yang berupa angket lalu membagikan lembar angket kepada
siswa SD Kanisius Gowongan yang beralamatkan di Jl. P Diponegoro No.50,
Gowongan, Jetis, Gowongan, Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta 55233. Pengumpulan data dilakukan sebagai upaya untuk
mengetahhui bentuk perencanaan buku cergam pendidikan budi pekerti dalam
memainkan gamelan yang akan dibuat, sehingga dapat menghasilkan produk yang
mampu membantu pemahaman siswa SD.
3.3.3 Desain Produk
Desain produk berupa prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam
memainkan instrumen gamelan saron demung untuk SD. Prototipe tersebut berisi
dua bagian, bagian pertama berisi artikel “Nilai-nilai Budi Pekerti dalam
Memainkan Gamelan”. Isinya tentang pengertian gamelan, nilai-nilai budi pekerti
dalam instrumen gamelan, dan nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan.
Bagian dua berisi cergam yang berjudul “Memainkan Saron Demung Mengasah
Konsentrasi”. Isinya menceritakan seorang tokoh yang bernama Ardi ditunjuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
oleh gurunya untuk menabuh saron demung. Ia dilatih untuk selalu konsentrasi,
karena dalam menabuh saron demung Ardi harus mengetahui kapan ia harus
menabuh dengan lembut, dan menabuh dengan keras agar suara yang dihasilkan
dari instrumen saron demung dapat selaras dengan instrumen yang lain dan indah
untuk didengar. Peneliti sangat tertari untuk membuat Cergam ini agar dapat
dijadikan sarana literasi oleh guru sebelum pelajaran dimulai.
Pada tahap ini, peneliti membuat deskripsi mengenai nilai-nilai budi
pekerti dalam memainkan gamelan dengan data yang didapat dari praktisi
gamelan, guru gamelan, dan sumber buku. Pada tahap ini, peneliti merancang
prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan instrumen gamelan
saron demung dengan mendesain dan membuat sketsa gambar yang dapat
memudahkan pemahaman siswa terhadap pendidikan budi pekerti yang
terkandung dalam memainkan gamelan. Kemudian, peneliti mencoba untuk
menggambar sketsa tata cara dalam memainkan gamelan yang juga dibantu oleh
ilustrator, seperti pengrawit yang sedang mengambil pukulan, sikap pengrawit
ketika memasuki arena gamelan, pelatih yang sedang melatih karawitan,
pengrawit yang sedang berdoa sebelum memainkan gamelan, pengrawit yang
sedang tampil di atas panggung, cara memainkan instrumen saron demung, dan
penerimaan hadiah. Pada bagian akhir cerita bergambar, peneliti membuat lembar
refleksi untuk siswa sebagai alat ukur apakah siswa-siswi dapat memahami
informasi yang terdapat pada cerita bergambar. Peneliti kemudian menentukan
sumber pustaka yang akan digunakan dalam penyusunan buku cerita bergambar.
Desain prototipe terdiri dari cover, daftar isi, kata pengantar, pengertian gamelan,
nilai-nilai budi pekerti dalam instrumen gamelan, nilai-nilai budi pekerti dalam
memainkan gamelan, gambar tentang memainkan gamelan, refleksi, daftar
pustaka, dan biografi singkat penulis.
3.3.4 Validasi Desain
Produk berupa prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan
instrumen gamelan saron demung untuk SD yang sudah dibuat, perlu di validasi
oleh ahli terlebih dahulu sebelum diuji cobakan. Validasi akan dilakukan oleh
salah satu praktisi gamelan yang mengajar karawitan di SD dan satu ahli bahasa
guru SD. Validasi dilakukan dengan cara memberikan desain produk dan lembar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
kuisioner pada ahli. Validasi prototipe ini bertujuan untuk memperoleh kritik dan
saran serta penilaian dari ahli terhadap produk yang dikembangkan. Hal itu
meliputi dari segi bahasa apakah sudah sesuai dengan kaidah penulisan EYD atau
belum, dan apakah bahasa mudah dipahami oleh siswa SD kelas V. Melalui kritik
dan saran yang diperoleh maka peneliti dapat menemukan kelebihan dan
kekurangan dari produk yang dikembangkan.
3.3.5 Revisi Desain
Berdasarkan hasil validasi, peneliti melakukan revisi desain produk berupa
prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan instrumen gamelan
saron demung untuk SD. Kritik dan saran dari ahli praktisi gamelan dan ahli
bahasa guru SD dapat digunakan sebagai landasan untuk memperbaiki desain
produk. Setelah produk selesai direvisi, diharapkan produk dapat mudah dipahami
oleh siswa SD.
3.3.6 Uji Coba Produk
Uji coba produk dilakukan setelah prototipe buku direvisi dan siap untuk
diuji cobakan. Uji coba produk dilaksanakan terhadap siswa SD, langkah ini
dilaksankan terhadap siswa kelas V SD Kanisius Minggir tahun ajaran 2017/2018
yang berjumlah 21 siswa. Tujuan dari uji coba produk ini adalah untuk
mengetahui apakah prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan
instrumen gamelan saron demung untuk SD ini benar-benar memiliki kualitas dan
keefektifan untuk membantu pemahaman siswa mengenai nilai-nilai budi pekerti
yang terkandung dalam memainkan gamelan.
3.4 Uji Coba Produk
Uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data guna
mengetahui kualitas buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan
yang telah dibuat oleh peneliti. Data dari hasil uji coba produk digunakan untuk
memperbaiki dan menyempurnakan produk buku pendidikan budi pekerti dalam
memainkan gamelan. Dengan uji coba produk, prototipe buku pendidikan budi
pekerti yang diteliti dan dikembangkan benar-benar teruji secara empiris. Uji coba
dilakukan setelah divalidasi oleh ahli gamelan dan guru bahasa SD. Kegiatan uji
coba lapangan dilakukan pada siswa SD kelas V di SD Kanisius Minggir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat ukur seperti tes, angket, wawancara, dan
pedoman observasi yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam
suatu penelitian (Sugiyono, 2015: 156). Instrumen dalam penelitian ini
menggunakan dua cara yaitu wawancara terstruktur dan angket. Wawancara
terstruktur dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
siswa mengenai nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan. Angket
digunakan untuk menganalisis kebutuhan siswa dan mengetahui seberapa
perlunya buku cerita bergambar mengenai nilai-nilai budi pekerti dalam
memainkan instrumen gamelan saron demung untuk siswa SD. Lembar angket
yang diberikan berupa instrumen pra penelitian yang diberikan kepada 10 siswa di
SD Kanisius Gowongan untuk mengetahui data awal tentang sejauh mana buku
pendidikan budi pekerti dalam memainkan instrumen gamelan saron demung
untuk SD dibutuhkan, dan instrumen uji coba produk berupa beberapa pertanyaan
refleksi yang diberikan kepada 21 siswa di SD Kanisius Minggir. Berikut ini
adalah pedoman wawancara dan angket yang digunakan untuk penelitian:
3.5.1 Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila
peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa
yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, peneliti telah
menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
alternatif jawabannya pun telah disiapkan (Sugiyono, 2012: 138). Wawancara
terstruktur dalam penelitian berbentuk daftar pentanyaan yang ditujukan kepada
praktisi gamelan. Berikut adalah kisi-kisi wawancara terstruktur yang digunakan
oleh peneliti.
Tabel43.1 Daftar Pertanyaan Wawancara Terstruktur
No Pertanyaan
1 Sejak kapan anda tetarik pada gamelan?
2 Mengapa anda tertarik pada gamelan?
3 Apa yang anda pikirkan/rasakan ketika mendengarkan musik gamelan?
4 Apakah ada nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan?
5 Apakah menurut anda siswa-siswi perlu diperkenalkan gamelan sejak dini untuk
menyukai gamelan? Mengapa?
6 Apakah menurut anda perlu ada buku sederhana untuk siswa SD yang memuat
informasi tentang gamelan yang memiliki nilai-nilai budi pekerti? Mengapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
3.5.2 Angket
Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya. Angket merupakan teknik pengumpulan
data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang diukur dan tahu apa
yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono, 2012: 142). Tipe pertanyaan
dalam angket penelitian ini adalah pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka, adalah
pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya
berbentuk uraian tentang sesuatu hal (Sugiyono, 2012: 143). Lembar angket akan
diberikan kepada siswa SD kelas V SD Kanisius Gowongan, khususnya siswa
yang mengikuti ektrakurikuler karawitan. Berikut ini adalah kisi-kisi lembar
angket yang telah dilakukan oleh peneliti.
Tabel53.2 Kisi-kisi angket pra penelitian
NO ASPEK INDIKATOR PERTANYAAN
1. GAMELAN
SEBAGAI SALAH
SATU KESENIAN
JAWA
GAMELAN
Gamelan merupakan salah satu alat
musik dari kebudayaan Jawa
1. Kamu sudah
memainkan gamelan
sejak kelas....................
2. Gamelan merupakan
salah satu alat musik dari
.........
Pakaian yang digunakan saat
pementasan
3. Pakaian yang harus
dikenakan saat
pementasan gamelan
adalah.....
2. BUDI PEKERTI
DALAM
MEMAINKAN
GAMELAN
SEBELUM
Mengheningkan cipta (menyiapkan
hati dan pikiran)
4. Sebelum memainkan
gamelan, kamu harus .....
Berdoa (Religius)
Berjalan jongkok (Rendah hati)
Tidak melangkahi perangkat
gamelan (Sopan santun)
Menyembah dengan tangan
dikatupkan (Menghormati)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
PADA SAAT
Tabuh gamelan harus sesuai
jenisnya (Merawat gamelan, agar
tidak rusak)
5. Pada saat memainkan
gamelan, kamu harus .....
Posisi duduk (Adat istiadat)
Menjaga perkataan dan perbuatan
(Sopan santun)
Membunyikan instrumen secara
bersama-sama (Kerjasama)
Memukul instrumen secara lembut
(Sopan santun)
Tidak makan dan minum
(Kebersihan)
Tidak bergurau (Konsentrasi)
Keras lembutnya tabuhan
(Mengolah emosi)
Tidak mengendong tas (Estetika)
Alat tabuh diletakkan di atas
perangkat (Kerapian)
Merapikan sesuai posisi semula
(Kerapian)
SESUDAH
Menyembah tangan dikatupkan
(Menghormati)
6. Sesudah memainkan
gamelan, kamu harus
..... Berdoa (Religius)
Berjalan jongkok (Rendah hati)
Gamelan harus ditutup dengan kain
(Kebersihan)
3 LITERASI Refleksi pengalaman memainkan
gamelan.
7. Pengalaman yang
mengesankanmu saat
memainkan gamelan
adalah....
4 PERLU/TIDAK
PROTOTIPE BUKU
TENTANG
MEMAINKAN
GAMELAN
Buku tentang memainkan gamelan. 8. Buku untuk
memainkan gamelan
yang pernah kamu baca
adalah......
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
3.5.3 Instrumen Validasi Angket Pra Penelitian
Validasi angket dilakukan oleh dua orang ahli yang terdiri dari satu
praktisi gamelan dan satu guru seni karawitan SDN Tanjungharjo. Dari kedua
validator tersebut, angket yang akan dibagikan kepada anak mendapatkan
beberapa komentar dan saran dari kedua ahli terkait dengan kelayakan instrumen
yang akan diberikan. Berikut di bawah ini adalah tabel rekap validasi angket.
Tabel 6Tabel 3.3 Hasil rekap validasi angket pra penelitian
NO ASPEK Validator 1 Validator 2
Skor Saran Skor Saran
1
Bahasa
a. Bahasa sesuai
dengan kaidah
penulisan yang
baik dan benar.
3
Pertanyaan perlu
diteliti lagi dan dilihat
bahasa yang
menggunakan bahasa
baku dan tidak baku.
4 _
b. Susunan kalimat
dapat dipahami
oleh siswa. 2
Pertanyaan yang
diberikan sebaikanya
diberikan yang lebih
simpel lagi, karena
nantinya jawaban yang
ditulis oleh siswa akan
terlalu luas.
4
_
c. Susunan kalimat
tidak mengarah
kepada jawaban
tertentu.
2
Jawaban terlalu luas
untuk anak usia SD.
4
_
2. Keterkaitan Pertanyaan
a. Pertanyaan yang
diajukan sesuai
dengan tujuan
penelitian.
3
_
3
kalimat di
indikator
sebaiknya kata
pertanyaan diganti
pernyataan.
b. Pertanyaan yang
diajukan
berkaitan dengan
gamelan sebagai
salah satu
kesenian Jawa.
2
Pertanyaan baru
menyangkut
pakaian, sementara
ada banyak
komponen dalam
gamelan Jawa.
4
_
c. Pertanyaan yang 4 _ 4 _
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
diajukan
berkaitan dengan
sebelum/pada
saat/sesudah
memainkan
gamelan yang
memuat nilai-
nilai budi
pekerti.
d. Pertanyaan
yang diajukan
menggali kesan
siswa dalam
memainkan
gamelan.
2
pertanyaan harus
dibuat lebih
terperinci.
4
_
e. Pertanyaan yang
diajukan
menggali
kebutuhan siswa
tentang buku
mengenai
gamelan.
2
pertanyaan perlu
diubah, tidak
menanyakan jumlah
buku yang dibaca,
melainkan pelukah
buku cerita
mengenai tuntunan
bermain musik
gamelan?
2
validator perlu
diberikan bukunya.
3. Kelayakan
instrumen untuk
dibagikan kepada
siswa kelas V-VI
SD.
2
Tata tulis perlu
diperbaikin
- margin
- spasi 4
_
TOTAL SKOR 22 33
Skor rata-rata 27,5
Nilai rata-rata 3,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Berdasarkan hasil validasi di atas menunjukkan bahwa angket pra
penelitian untuk siswa sudah layak digunakan kepada siswa kelas V SD, peneliti
dapat mengatakan instrumen angket pra penelitian sudah layak digunakan karena
hasil validasi yang didapatkan sebesar 3. Untuk mengetahui kelayakan
penggunaan angket berdasarkan jumlah skor, peneliti menyajikan pedoman
penggolongan kualitas sebagai berikut:
Tabel 7 Tabel 3.4 Pedoman Penggolongan Kualitas
No Kelayakan Instrumen Bobot skor
1 Instrumen sangat layak digunakan X > 3,5
2 Instrumen layak digunakan 3 X ≤ 3,5
3 Instrumen cukup layak digunakan 2 < X ≤ 3
4 Instrumen kurang layak digunakan 1,5< X ≤ 2
5 Instrumen tidak layak digunakan ≤ 1,5
3.5.4 Angket Analisis Kebutuhan Siswa Pra Penelitian
Angket terdiri dari 8 pertanyaan yang akan dibagikan kepada siswa SD
Kanisius Gowongan. Peneliti menyusun angket bertujuan untuk mengetahui
pemahaman siswa mengenai nilai-nilai budi dalam memainkan gamelan dan juga
untuk mengetahui apakah siswa SD membutuhkan buku cerita bergambar. Berikut
ini adalah penyusunan angket pra penelitian untuk siswa SD.
Tabel 8 Tabel 3.5 Angket analisis kebutuhan siswa pra penelitian
Bacalah baik-baik pernyataan berikut dan isilah titik-titik yang terdapat di dalamnya.
1. Kamu sudah memainkan gamelan sejak kelas .......................................................
2. Gamelan merupakan salah satu alat musik dari .........................................................
3. Pakaian yang harus dikenakan saat pementasan gamelan adalah.....
4. Sebelum memainkan gamelan, kita harus ..................................................................
5. Pada saat memainkan gamelan, kita harus ....................................................................
6. Sesudah memainkan gamelan, kita harus ..............................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
3.5.5 Instrumen Angket Uji Coba Produk
Peneliti menyusun instrumen uji coba produk untuk mengetahui
pemahaman siswa mengenai nilai-nilai budi pekerti yang terkandung dalam
memainkan gamelan. Instrumen ini nantinya berupa refleksi yang diisi oleh siswa
setelah membaca prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan
gamelan. Berikut ini adalah tabel penyusunan instrumen yang berupa refleksi
setelah siswa membaca produk.
Tabel 9 Tabel 3.6 Angket uji coba produk siswa
7. Tuliskan pengalaman yang mengesankanmu saat memainkan gamelan
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
8. Buku untuk memainkan gamelan yang pernah kamu baca adalah
................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................
No Pertanyaan
1 Informasi yang saya dapatkan tentang gamelan dari buku ini adalah
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
2 Tuliskan 1 nilai budi pekerti yang menurutmu penting saat memainkan gamelan
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
3 1 instrumen gamelan adalah saron demung. Cara memainkannya adalah dengan cara
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
4 Nilai budi pekerti saat memainkan saron demung adalah konsentrasi, artinya
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
5 Perasaan apa yang dirasakan Ardi ketika naik ke atas panggung pada saat tampil
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang diterapkan (Sugiyono, 2012: 224). Teknik
pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti menggunakan dua teknik, yaitu
teknik wawancara dan angket.
3.6.1 Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
dteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2015: 137).
Dalam teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan wawancara terstruktur
karena tiap responden diberi pertanyaan yang sama. Data atau informasi yang
telah diperoleh dari dua narasumber yaitu praktisi gamelan dan guru seni
karawitan di SD, kemudian dianalisis untuk mendapatkan informasi mengenai
kebutuhan siswa terhadap nilai-nilai budi pekerti yang terkandung dalam
memainkan gamelan.
3.6.2 Angket
Menurut Mulyatiningsih (2014: 28) angket merupakan alat pengumpulan
data yang memuat sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh
subjek penelitian. Angket digunakan untuk penelitian yang memiliki jumlah
sampel banyak karena pengisian angket dapat dilakukan bersama-sama dalam satu
waktu. Angket dapat mengungkap banyak hal sehingga dalam waktu singkat
diperoleh banyak data/keterangan. Menurut Sugiyono (2012: 142) angket
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila
peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan dari responden. Dalam pengumpulan data, peneliti memberikan
pertanyaan kepada responden dengan harapan memberikan jawaban dari
pertanyaan yang telah disediakan. Daftar pertanyaan dapat bersifat terbuka, karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
jawaban tidak ditentukan sebelumnya oleh peneliti dan juga dapat bersifat
tertutup, karena jawaban ditentukan sebelumnya oleh peneliti. Angket yang
disusun oleh peneliti meliputi instrumen angket berupa pertanyaan yang berkaitan
dengan nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan. Hasil analisis angket
dari pakar ahli dan siswa selanjutnya digunakan peneliti sebagai pertimbangan
untuk pengembangan prototipe buku yang akan dibuat.
3.7 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh peneliti dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.
Data kualitatif yang didapt berupa kritik dan saran yang dikemukakan oleh ahli
gamelan dan guru seni karawitan di SD untuk memperbaiki produk prototipe
pengembangan buku cerita mengenai nilai-nilai budi pekerti dalam konteks
memainkan gamelan. Adapun komentar tersebut diperoleh dari komentar para ahli
yang akan memberikan masukan terhadap kelayakan buku cerita yang sudah
disusun oleh peneliti. Data dianalisis sebagai dasar untuk mengetahui kelayakan
produk yang dihasilkan.
Data kuantitatif berupa skor yang diberikan oleh para ahli. Data dianalisis
oleh peneliti sebagai dasar untuk memperbaiki dan mengetahui kelayakan suatu
produk. Data kuantitatif diperoleh melalui instrumen penelitian berupa lembar
angket. Pedoman penskoran yang digunakan oleh peneliti adalah menggunakan
nilai 1-4. Hasil dari lembar angket berupa data kuantitatif dan dianalisis dengan
menggunakan instrumen skala lima. Berikut adalah tabel skala lima (Widoyoko,
2009: 238).
Penyusunan tabel klasifikasi menggunakan aturan yang sama dengan dasar
jumlah skor responden, yaitu dicari skor tertinggi, skor terendah, jumlah kelas,
dan jarak interval.
Skor tertinggi (ideal) = 4 (Sangat Baik)
Skor terendah = 1 (Sangat Tidak Baik)
Jumlah kelas = 4 (sangat tidak baik sampai baik)
Jarak interval = (4-1)/4 = 0,75 (rentang skor)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Hasil interval sangat baik, baik. tidak baik, sangat tidak baik adalah sebagai
berikut:Tabel 10
Tabel 3.7 Hasil interval skala 1-4
Rerata Skor Klasifikasi
>3,25 s/d 4 Sangat Baik
>2,5 s/d 3,25 Baik
>1,75 s/d 2,5 Tidak Baik
1,0 s/d 1,75 Sangat tidak Baik
Hasil dari instrumen pra penelitian yang sudah divalidasi oleh praktisi
gamelan dan guru seni karawitan di SD menunjukkan rata-rata skor 3,00,
menunjukkan bahwa angket pra penelitian termasuk dalam rentang baik sehingga
dapat digunakan untuk memperoleh data kebutuhan siswa. Angket pra penelitian
yang sudah divalidasi kemudian disebarkan pada siswa SD yang berjumlah siswa
10 di SD Kanisius Gowongan.
Berdasarkan hasil dari penyebaran angket pra penelitian, diperoleh data
sebanyak 50% siswa menjawab bahwa sebelum memainkan gamelan harus berdoa
terlebih dahulu, sebanyak 30% siswa menjawab saat memainkan gamelan harus
fokus/konsentrasi, sebanyak 50% siswa menjawab sesudah memainkan gamelan
harus mengembalikan alat pukul ketempatnya. Selain itu, sebanyak 90% siswa
menjawab perlu adanya buku panduan dalam memainkan gamelan (bukan buku
yang berisi nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan) dan mereka
memerlukan buku cerita yang berisi penjelasan tentang nilai-nilai budi pekerti
dalam memainkan gamelan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV ini berisi tentang hasil penelitian yang terdiri dari : 1) Penjelasan
proses prosedur pengembangan prototipe buku cerita bergambar tentang nilai-nilai
budi pekerti dalam memainkan instrumen gamelan saron demung, 2) Kualitas
prototipe buku cerita bergambar tentang nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan
gamelan, 3) Pembahasan.
4.1 Hasil Peneletian
Hasil penelitian ini membahas tentang proses pengembangan mulai dari
awal yaitu adanya potensi dan masalah yang muncul dan sampai akhir yaitu
produk yang telah selesai dibuat.
4.1.1 Proses Pengembangan
Penelitian ini menggunakan enam tahap penelitian pengembangan (R&D)
menurut Sugiyono, yaitu: (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3)
Desain produk, (4) Validasi desain, (5) Revisi desain, dan (6) Uji coba produk.
Berikut penjelasan dari tahap-tahap tersebut
4.1.1.1 Potensi dan Masalah
Tahap pertama penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh peneliti
adalah mengidentifikasi masalah yang terkait dengan nilai budi pekerti dalam
memainkan gamelan. Peneliti melakukan wawancara kepada praktisi gamelan dan
penyebaran angket kepada siswa kelas V SD guna memperoleh data terkait
pemahaman mereka mengenai nilai-nilai budi pekerti yang terdapat dalam
memainkan instrumen gamelan.
Peneliti melakukan wawancara terhadap dua narasumber, narasumber
pertama adalah praktisi gamelan/ahli gamelan, dan narasumber kedua yaitu guru
kesenian karawitan SD. Kedua narasumber mengatakan bahwa pentingnya
mengajarkan kesenian gamelan sejak dini kepada siswa sekolah dasar. Pada saat
melakukan wawancara dengan 2 narasumber yang merupakan praktisi gamelan
dan guru kesenian karawitan SD, beliau mengatakan bahwa kesenian gamelan
banyak mengajarkan nilai budi pekerti yang dapat membentuk karakter seseorang
untuk menjadi lebih baik. Akan tetapi belum banyak buku untuk siswa sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
dasar yang memberikan sebuah informasi tentang gamelan dan nilai-nilai budi
pekerti yang terkandung di dalamnya. Dari hasil wawancara yang didapatkan dari
2 narasumber, peneliti dapat menyimpulkan bahwa sebagian besar siswa sekolah
dasar kurang mendapatkan sebuah informasi bahwa gamelan memiliki nilai budi
pekerti yang dapat membentuk karakter seseorang menjadi baik.
Hasil wawancara dan pengamatan yang didapat peniliti selanjutnya
dijadikan acuan menyusun angket kebutuhan siswa. Angket ini selanjutnya
disebarkan di SD Kanisius Gowongan yang beralamatkan di Jl. P Diponegoro
No.50, Gowongan, Jetis, Gowongan, Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta yang dilaksankan pada tanggal 5 September 2017. Penyebaran angket
dilaksanakan pada siswa kelas V yang berjumlah 10 siswa. Hasil angket
menunjukkan bahwa 90% siswa menjawab perlu adanya buku panduan dalam
memainkan gamelan (bukan berisi nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan
gamelan).
Berdasarkan hasil wawancara dan penyebaran angket tersebut, peneliti
dapat menyimpulkan bahwa memainkan gamelan memiliki nilai-nilai budi pekerti
yang terkandung didalamnya, maka peneliti terdorong untuk mengembangkan
prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan (untuk SD).
4.1.1.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh dari hasil wawancara dan angket. Wawancara
dilaksanakan dengan 2 narasumber yang merupakan praktisi gamelan dan guru
kesenian karawitan SD. Pertanyaan yang diajukan kepada narasumber diantaranya
(1) sejak kapan anda tertarik pada gamelan? (2) mengapa anda tertarik pada
gamelan? (3) apa yang anda pikirkan/rasakan ketika mendengar musik gamelan?
(4) apakah ada nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan? (5) apakah
menurut anda siswa-siswi perlu diperkenalkan gamelan sejak dini untuk menyukai
gamelan? Mengapa? (6) apakah menurut anda perlu ada buku sederhana untuk
siswa SD yang memuat informasi tentang gamelan yang memiliki nilai-nilai budi
pekerti? Mengapa?. Dari enam pertanyaan yang diajukan kepada 2 narasumber,
peneliti mendapatkan hasil bahwa gamelan memiliki nilai-nilai budi pekerti yang
ada didalamnya, karena gamelan mengajarkan kepada pemainnya untuk menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
pribadi yang sopan dan santun, maka sangat baik jika gamelan diperkenalkan
sejak dini kepada siswa sekolah dasar agar dapat membentuk karakter yang baik.
Pengumpulan data tahap kedua dilakukan dengan menyebarkan angket di
SD Kanisius Gowongan yang dilaksanakan pada tanggal 5 September 2017. Dari
penyebaran angket tersebut didapatkan total 10 siswa kelas V Sekolah Dasar
sebagai pengisi angket. Angket tersebut menyangkut beberapa aspek diantaranya
(1) definisi gamelan seabagai salah satu kesenian Jawa, (2) nilai budi pekerti
dalam memainkan gamelan, (3) literasi, (4) upaya mengenalkan beberapa nilai
budi pekerti dalam memainkan gamelan, (5) perlu atau tidak prototipe buku
tentang memainkan gamelan. Dari kelima aspek tersebut dibuatlah 8 pertanyaan
guna mendaptkan data pemahaman siswa mengenai nilai budi pekerti dalam
memainkan gamelan. Berikut merupakan daftar pertanyaan beserta hasil angket
yang disajikan dalam bentuk tabel oleh peneliti.
Tabel 11 Tabel 4.1 Rekap Angket Analisis Kebutuhan Siswa Kelas V SD
Kanisius Gowongan
No Pertanyaan
1 Saya sudah memainkan
gamelan sejak kelas ...
6 siswa (60%) menjawab sudah memainkan gamelan
sejak kelas II SD, 2 siswa (20%) menjawab sudah
memainkan gamelan sejak kelas I SD, dan 2 siswa (20%)
menjawab sudah memainkan gamelan sejak kelas V SD.
2 Gamelan merupakan salah
satu alat musik dari pulau ...
7 siswa (70%) menjawab bahwa gamelan merupakan
salah satu alat musik tradisional dari Jawa, 2 siswa (20%)
menjawab gamelan merupakan alat musik tradisional dari
Bali, dan 2 siswa (10%) lainnya menjawab bahwa
gamelan merupakan alat musik tradisional yang berasal
dari Jawa Barat.
3 Pakaian yang harus
digunakan saat pementasan
gamelan Jawa adalah ...
4 siswa (40%) menjawab pakaian yang digunakan pada
saat pementasan gamelan adalah pakaian adat, 3 siswa
(30%) menjawab pakaian yang digunakan pada saat
pementasan gamelan adalah Surjan, dan 2 siswa (20%)
menjawab pakaian yang digunakan pada saat pementasan
gamelan adalah Surjan dan Kebaya, dan 1 siswa (10%)
menjawab pakaian yang digunakan pada saat pementasan
gamelan adalah Kebaya.
4 Sebelum memainkan 5 siswa (50%) menjawab hal yang harus dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
gamelan, kita harus ... sebelum memainkan gamelan adalah berdoa, 2 siswa
(20%) menjawab hal yang dilakukan sebelum
memainkan gamelan adalah bersiap-siap, 1 siswa (10%)
menjawab hal yang harus dilakukan sebelum memainkan
gamelan adalah memegang alat pukul, 1 siswa (10%)
menjawab hal yang harus dilakukan sebelum memainkan
gamelan adalah menyiapkan buku, dan 1 siswa (10%)
menjawab hal yang harus dilakukan sebelum memainkan
gamelan adalah mengucapkan salam dan berdoa.
5 Saat memainkan gamelan,
kita harus ...
3 siswa (30%) menjawab hal yang harus dilakukan saat
memainkan gamelan adalah fokus/konsentrasi, 2 siswa
(20%) menjawab hal yang harus dilakukan saat
memainkan gamelan adalah memperhatikan teks, 1 siswa
(10%) menjawab hal yang dilakukan pada saat
memainkan gamelan adalah diam, nyanyi, dan tepuk
tangan, 1 siswa (10%) menjawab hal yang dilakukan saat
memainkan gamelan adalah diam, 1 siswa (10%)
menjawab hal yang harus dilakukan saat memainkan
gamelan adalah memukul gamelan, 1 siswa (10%)
menjawab hal yang harus dilakukan pada saat
memainkan gamelan adalah berpikir, dan 1 siswa (10%)
menjawab hal yang harus dilakukan pada saat
memainkan gamelan adalah menyanyi dan memukul
gamelan .
6 Sesudah memainkan
gamelan, kita harus ...
5 siswa (50%) menjawab hal yang harus dilakukan
sesudah memainkan gamelan adalah mengembalikan alat
pukul ketempat semula, dan 5 siswa (40%) menjawab
hal yang dilakukan sesudah memainkan gamelan adalah
mengucapkan salam, merapikan gamelan, memberikan
salam, dan 1 siswa (10%) menjawab hal yang harus
dilakukan sesudah memainkan gamelan adalah mencuci
tangan.
7 Tuliskan pengalaman yang
mengesankan bagimu saat
memainkan gamelan ...
Pengalaman yang mengesankan
Anak ke-1:
Pengalaman yang mengesankan adalah dapat bermain
gamelan dengan baik dan mendapatkan ilmu yang
bermanfaat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Anak ke-2:
Pengalaman yang mengesankan adalah dapat bermain
gamelan tanpa melihat teks sedikitpun.
Anak ke-3:
Pengalaman yang mengesankan adalah dapat bermain
alat musik kembangan bonang dan kembangan saron.
Anak ke-4:
Pengalaman yang mengesankan adalah dapat bermainkan
gamelan dengan lancar.
Anak ke-5:
Pengalaman yang mengesankan adalah belajar dari
kesalahan memukul irama.
Anak ke-6:
Pengalaman yang mengesankan adalah dapat mengetahui
kebudayaan Indonesia dan mencintainya.
Anak ke-7:
Pengalaman yang mengesankan adalah dapat belajar
kembangan bonang.
Anak ke-8, 9. Dan 10:
Pengalaman yang mengesankan adalah merasa senang
karena dapat memainkan alat musik gamelan dan dapat
memahaminya.
8 Menurut saya, apakah perlu
buku panduan cerita untuk
memainkan gamelan
9 siswa (90%) menjawab perlu adanya buku panduan
dalam memainkan gamelan, karena dengan membaca
buku panduan cerita anak menjadi lebih mengerti urutan
dan tatanan dalam memainkan gamelan, dan 1 siswa
(10%) masih ragu dalam menjawabnya.
Dari angket yang telah dibagikan peneliti kepada siswa kelas V di SD
Kanisius Gowongan, didapatkan data bahwa sebanyak 50% siswa menjawab
sebelum memainkan gamelan hal yang harus dilakukan yaitu berdoa, 30% siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
menjawab saat memainkan harus fokus/konsentrasi, dan 50% siswa menjawab
sesudah memainkan gamelan harus mengembalikan alat pukul ketempat semula.
Disamping itu, dari data angket yang telah didapatkan, menunjukkan bahwa 90%
siswa menjawab perlu adanya buku panduan cerita anak dalam memainkan
gamelan (bukan berisi nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan), siswa
beralasan bahwa dengan membaca buku panduan cerita anak menjadi lebih
mengerti urutan dan tatanan dalam memainkan gamelan. Data tersebut menjadi
acuan bagi peneliti untuk melakukan penelitian pengembangan dalam menyusun
prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan (untuk SD).
Data awal yang didapatkan oleh peneliti tersebut akan digunakan peneliti
untuk menjadi acuan dalam mengembangkan desain produk cerita bergambar. Hal
tersebut dimaksudkan agar produk yang akan dikembangkan oleh peneliti dapat
bermanfaat bagi siswa. Oleh karena itu, peneliti ingin membentuk karakter siswa
melalui buku cerita bergambar tentang pendidikan budi pekerti dalam memainkan
gamelan. Selain itu juga membantu siswa untuk ikut serta dalam melestarikan
budaya gamelan yang telah diwariskan sejak dulu.
4.1.1.3 Desain Produk
Pada tahap ini, peneliti mendesain sebuah produk berupa prototipe buku
cerita bergambar berdasarkan latar belakang masalah. Prototipe yang disusun
berjudul “Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan Instrumen Gamelan Saron
Demung (untuk SD)”. Langkah awal yang peneliti lakukan adalah membuat alur
cerita dengan menggunakan bahasa yang sederhana. Setelah membuat alur cerita,
langkah selanjutnya yang dilakukan yaitu membuat prototipe buku yang terdiri
dari dua bagian: Bagian I berisi artikel tentang “Nilai-nilai Budi Pekerti dalam
Memainkan Gamelan”, Bagian II memuat cergam yang berjudul “Memainkan
Saron Demung Mengasah Konsentrasi”.
Prototipe ini terdiri dari cover dengan judul “Nilai-nilai Budi Pekerti
dalam Memainkan Gamelan” yang dilengkapi dengan gambar beberapa pengrawit
yang sedang memainkan gamelan beserta macam-macam instrumen gamelan.
Prototipe buku cerita bergambar ini berisi kata pengantar agar dapat membantu
pembaca mengerti isi keseluruhan buku, selain itu prototipe buku cergam
terdapat: Refleksi, Daftar Pustaka, dan Biodata singkat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Langkah selanjutnya yang peneliti lakukan adalah membuat cerita
bergambar, peneliti membuat sketsa gambaran yang sesusai dengan cerita yang
telah dibuat. Sketsa yang dibuat merupakan gambaran dari cerita yang berisikan
seorang siswa yang bernama “Ardi” yang sejak kelas II SD mengikuti
ekstrakurikuler karawitan, sebelum permainan gamelan akan dimulai Ardi
bersama dengan teman-teman memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa
agar semua usaha yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar dan mendapatkan
hasil yang memuaskan, Ardi bersama dengan teman-teman memulai permainan
gamelan. Berikut adalah sketsa awal yang dibuat oleh peneliti.
Gambar 4 Gambar 4.1 Sketsa Awal
Ardi dan teman bermain gamelan
Berdoa sebelum memainkan gamelan
Sketsa awal yang telah dibuat oleh peneliti dirasa kurang menarik untuk
dijadikan sebuah produk, maka dari itu peneliti dibantu oleh ilustrator yang ahli
dibidang menggambar untuk melakukan tahap perbaikan gambar. Tujuan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
perbaikan gambar ini adalah untuk membuat buku menjadi lebih menarik,
sehingga siswa yang membaca buku cerita ini akan tertarik dan mudah dalam
memahami isi cerita tentang memain saron demung dapat mengasah konsentrasi.
Berikut ini merupakan gambar yang telah diperbaiki oleh ilustrator yang ahli
dibidang menggambar.
Gambar 5 Gambar 4.2 Perbaikan Gambar Oleh Ilustrator
Seorang siswa bernama Ardi mengenakan
sorjan
Ardi dan teman-teman mengambil alat pukul
Berjalan laku dhodok ketika memasuki arena
gamelan
Guru memberikan pengarahan singkat sebelum
pementasan segera dimulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
4.1.1.4 Validasi Desain
Produk berupa prototpe buku yang berjudul “Pendidikan Budi Pekerti
dalam Memainkan Instrumen Gamelan Saron Demung (untuk SD)”. Prototipe
buku terdiri dari dua bagian: Bagian I berisi artikel tentang “Nilai-nilai Budi
Pekerti dalam Memainkan Gamelan”, Bagian II memuat cergam yang berjudul
“Memainkan Saron Demung Mengasah Konsentrasi”. Validasi desain dilakukan
untuk memperoleh beberapa kritik dan saran yang disertai penilaian produk yang
akan dikembangkan oleh peneliti. Produk divalidasi oleh ahli gamelan yang
menjadi pelatih karawitan di SD dan ahli bahasa Indonesia. Terdapat beberapa
aspek prototipe buku yang dinilai dan terdapat dalam instrumen validasi. Aspek
Berdoa sebelum pementasan dimulai
Mengecek suara sebelum pementasan dimulai
Cara Ardi memegang alat pukul saron demung
dan memainkannya
Pementasan gamelan dimulai di atas panggung
Memberi hormat kepada penonton setelah
pementasan selesai
Penerimaan hadiah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
tersebut yaitu 1) bahasa, 2) format penulisan buku, 3) isi prototipe buku. (Rekap
hasil validasi produk dapat dilihat pada lampiran 8f, halaman 116)
Rerata skor yang diperoleh dari hasil validasi oleh ahli gamelan yang
menjadi pelatih karawitan di SD dan ahli bahasa Indonesia sebesar 3,9.
Berdasarkan hasi rata-rata tersebut, maka prototipe “Buku Pendidikan Budi
Pekerti dalam Memainkan Instrumen Gamelan Saron Demung (untuk SD)” sudah
layak untuk digunakan dan diuji coba tanpa revisi. Selain itu prototipe tersebut
juga sudah layak untuk diuji cobakan pada siswa SD. Untuk mengetahui
kelayakan penggunaan buku berdasarkan skor yang didapat, maka peneliti
menyajikan pedoman penggolongan kualitas produk sebagai berikut:
Tabel 12 Tabel 4.3 Pedoman Penggolongan Kualitas Produk
No Kelayakan Instrumen Bobot skor
1 Layak diuji coba tanpa revisi 3,5 - 4,0
2 Layak diuji coba setelah revisi 2,5 - 3,5
3 Tidak layak diuji coba 0 - 2,5
4.1.1.5 Revisi Desain
Revisi desain dilakukan berdasarkan komentar dan saran dari validator.
Meski prototipe buku yang telah divalidasi oleh ahli gamelan dan ahli bahasa
menunjukkan hasil bahwa produk prototipe cergam layak diuji coba tanpa revisi,
namun ada beberapa komentar dan saran dari validator. Peneliti meminta masukan
dan saran agar protipe yang akan diuji cobakan sesuai dengan tingkat pemahaman
siswa SD dan penangkapan siswa terhadap isi dari prototipe buku cerita
bergambar yang akan diuji cobakan. Dari saran dan komentar validator, peneliti
melakukan perbaikan terhadap buku cerita bergambar sehingga produk prototipe
“Buku Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan (untuk SD)” dapat
menjadi lebih baik dari pada sebelumnya. Berikut ini merupakan tabel penyajian
saran dari validator beserta revisi yang dilakukan oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Tabel 13 Tabel 4.4 Saran Validator Ahli Bahasa dan Revisinya
4.1.1.6 Uji Coba Produk
Desain produk yang telah direvisi kemudian diuji cobakan kepada siswa
kelas V di SD Kanisius Minggir yang beralamatkan di Minggir, Sendangagung,
Minggir, Sleman 55562 Yogyakarta. Uji coba dilaksanakan pada hari Sabtu, 24
Februrari 2018. Produk diuji cobakan kepada 21 siswa. Peneliti melakukan uji
coba produk dengan tujuan untuk menggali seberapa besar pemahaman siswa
terhadap nilai-nilai budi pekerti yang terkandung dalam memainkan gamelan
(Saron demung).
Uji coba produk yang dilaksanakan bersama siswa kelas V SD Kanisius
Minggir ini dilaksanakan setelah istirahat pertama selesai. Sebelum melakukan uji
coba, peneliti memberi salam dan melakukan perkenalan bersama dengan siswa.
Peneliti juga tidak lupa menjelaskan maksud dan tujuan peneliti datang ke SD
tersebut. Sebelum memberikan produk kepada siswa, peneliti menanyakan apakah
siswa sudah mengetahui tentang instrumen musik tradisional gamelan, dan
peneliti juga menanyakan kepada siswa bagaimana cara instrumen gamelan
tersebut dimainkan. Setelah melakukan tanya jawab, maka produk mulai
dibagikan kepada siswa dan membacanya.
Selama proses uji coba produk berlangsung, peneliti mendampingi siswa-
siswi kelas V yang sedang membaca prototipe buku sebagai bagian dari kegiatan
literasi di sekolah dasar. Setelah siswa-siswi selesai membaca, peneliti
membagikan lembar refleksi yang ditujukan pada siswa. Lembar refleksi tersebut
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa-siwi memahami tentang isi buku
prototipe pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan. Setelah siswa-siswi
selesai mengisi lembar refleksi, siswa-siswi mengumpulkan lembar refleksi
tersebut kepada peneliti. Setelah siswa-siswi mengumpulkan lembar refleksi
No Saran Revisi
1. Beberapa kata dalam artikel masih ada
sedikit yang typo.
Peneliti memeriksa kembali kalimat yang
tersaji pada bagian artikel dan juga
memperbaiki letak tanda baca yang masih
salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
kepada peneliti, maka peneliti membagikan gambar kepada siswa-siswi yang
bertujuan untuk mengembangkan kreatifitas siswa-siswi dalam mewarnai dan
membuat cerita sesuai dengan tema gambar yang telah diberikan oleh peneliti.
Setelah siswa-siwi selesai dalam mewarnai dan membuat cerita, siswa-siswi
mengumpulkan gambar tersebut kepada peneliti. Proses uji coba pun selesai tepat
pada waktunya yaitu jam 11.00 WIB. Setelah kegiatan uji coba produk selesai,
peneliti berpamitan pada siswa-siswi, guru kelas, guru-guru yang berada di kantor
guru, dan terutama pada kepala sekolah. Berikut ini merupakan gambar
pelaksanaan uji coba di SD Kanisisus Minggir.
Gambar 6 Gambar 4.3 Siswa-Siswi Membaca Prototipe Buku
Peneliti membagikan prototipe buku kepada 21 siswa-siswi di SD Kanisius
Minggir, dan kemudian siswa-siswi membacanya.
Gambar 7 Gambar 4.4 Siswa-Siwi Mengerjakan Lembar Refleksi
Setelah siswa-siswi selesai membaca buku prototipe, kemudian siswa-siswi
mengerjakan soal pada lembar refleksi yang telah dibagikan oleh peneliti.
Tujuan peneliti membagikan lembar refleksi untuk mengetahui sejauh mana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
mereka memahami isi bacaan dari prototipe buku.
Gambar 8 Gambar 4.5 Siswa-Siswi Mewarnai Gambar
Selesai siswa-siswi mengisi refleksi, kegiatan selanjutnya yaitu melakukan
kegiatan mewarnai gambar dari prototipe buku Cergam. Selain siswa-siswi
mewarnai gambar, mereka juga menulis cerita singkat mengenai gambar yang
mereka warnai.
Gambar 9 Gambar 4.6 Siwa-siswi Membaca Prototipe
Terlihat siswa-siswi membaca buku prototipe buku pendidikan budi pekerti
dalam memainkan instrumen gamelan saron demung dengan sangat antusias.
Pada saat membaca prototipe buku, ada beberapa siswa-siswi yang bertanya
mengenai isi dari prototipe buku tersebut.
Gambar di atas menunjukkan bahwa siswa-siswi sedang membaca buku
prototipe pendidikan budi pekerti dalam memainkan instrumen gamelan saron
demung (untuk SD). Terlihat sekali bahwa siswa-siswi membaca buku cerita
tersebut dengan antusias. Keterbatasan buku bukan menjadi penghalang bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
siswa-siswi untuk dapat membaca dengan serius dan juga siswa-siswi terlihat
sangat antusias dalam membaca serta memahami buku cerita bergambar
tersebut. Setelah siswa-siswi selesai mengerjakan lembar refleksi, peneliti juga
membagikan gambar dari bagian produk yang dimana gambar tersebut nantinya
akan diwarnai dan diberi cerita singkat sesuai dengan tema gambar yang ada.
Berikut adalah hasil ketika siswa-siswi mewarnai gambar dan menjelaskan
gambar.
Gambar 10 Gambar 4.7 Hasil Karya Mewarnai Siswa-Siswi SD Kanisius Minggir
dan Menjelaskan Gambar
M. Ratih Hartati
Setiap hari Jumat aku pergi ke
gudang untuk latihan karawitan untuk
persiapan pra-paskah dan aku juga
bernyanyi untuk menggantikan Dimas
yang bermain gamelan yaitu
memainkan instrumen saron demung.
Awalnya aku tidak bisa
memainkannya, tapi lama-kelamaan
akupun menjadi bisa.
Dani
Salah satu cara memainkan instrumen
gamelan saron demung adalah dengan
cara dipukul
Pada saat saya memasuki ruang
latihan, saya langsung menuju ke alat
music gamelan yaitu saron demung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Dian
4.1.2 Kualitas Produk
Produk yang disusun oleh peneliti adalah prototipe buku pendidikan budi
pekerti dalam memainkan instrumen gamelan saron demung untuk SD. Prototipe
tersebut berisi dua bagian, bagian pertama berisi artikel “Nilai-nilai Budi Pekerti
dalam Memainkan Gamelan”. Berisi informasi sederhana mengenai gamelan,
nilai-nilai budi pekerti dalam instrumen gamelan, dan nilai-nilai budi pekerti
dalam memainkan gamelan. Bagian dua berisi cergam yang berjudul “Memainkan
Saron Demung Mengasah Konsentrasi”. Isinya menceritakan seorang tokoh yang
bernama Ardi ditunjuk oleh gurunya untuk menabuh saron demung. Ia dilatih
untuk selalu konsentrasi, karena dalam menabuh saron demung Ardi harus
mengetahui kapan ia harus menabuh dengan lembut, dan menabuh dengan keras
agar suara yang dihasilkan dari instrumen saron demung dapat selaras dengan
instrumen yang lain dan indah untuk didengar. Produk tersebut divalidasi oleh dua
ahli, ahli yang pertama adalah pelatih karawitan di SD dan yang kedua adalah ahli
Bahasa. Validasi yang dilakukan bertujuan untuk memperoleh kritik dan saran
serta penilaian dari ahli terhadap produk yang dikembangkan. Hasil validasi yang
didapatkan dari ahli gamelan yang menjadi pelatih karawitan di SD didapatkan
skor 32. Hasil validasi yang dilakukan dari ahli Bahasa didapatkan skor 31. Dari
hasil validasi yang didapatkan dari kedua ahli didapatkan hasil rata-rata 3,9. Hal
tersebut menunjukkan bahwa produk prototipe buku pendidikan budi pekerti
dalam memainkan gamelan untuk SD yang dikembangkan oleh peneliti memiliki
kualitas “sangat baik dan layak diuji coba tanpa revisi”.
Peneliti melakukan uji coba produk pada hari Sabtu, 24 Februrari 2018.
Produk diuji cobakan kepada 21 siswa kelas V SD Kanisius Minggir yang
beralamatkan di Minggir, Sendangagung, Minggir, Sleman 55562 Yogyakarta.
Pada saat uji coba produk siswa diminta untuk membaca prototipe buku yang
dibagikan oleh peneliti, kemudian siswa menjawab lembar refleksi yang isinya
berkaitan dengan prototipe buku. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui
seberapa mana siswa dapat memahami isi prototipe buku dan sejauh mana siswa
dapat menangkap informasi sederhana yang telah disampaikan dari isi prototipe
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
buku. Jawaban siswa pada lembar refleksi, akan dikonversikan menjadi nilai
dalam skala 1-4 menggunakan pedoman penilaian yang telah disusun oleh
peneliti. Berikut adalah konversi nilai dalam skala 1-4.
Tabel 14 Tabel 4.5 Pedoman Penilaian dalam skala 1-4
No Pertanyaan dan Jawaban Skor
1 Pertanyaan:
Informasi yang saya dapatkan tentang gamelan dari buku ini adalah
Jawaban:
(Subjektif pada masing-masing siswa)
Kriteria Jawaban:
Jawaban berkaitan dengan isi prototipe buku cergam dan diuraikan
dengan jelas
4
Jawaban berkaitan dengan isi prototipe buku cergam dan diuraikan
dengan cukup jelas
3
Jawaban kurang berkaitan dengan isi prototipe buku cergam dan
diuraikan dengan kurang jelas
2
Jawaban tidak berkaitan dengan isi prototipe buku cergam dan
diuraikan dengan tidak jelas
1
2 Pertanyaan:
Tuliskan 1 nilai budi pekerti yang menurutmu penting saat
memainkan gamelan ...
Jawaban:
Disiplin
Jawaban Alternatif:
-Ketekunan
-Konsentrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
-Bertanggung Jawab
-Sopan
-Religiusitas
Kriteria Jawaban:
Jawaban dituliskan dengan lengkap dan jelas 4
Jawanam dituliskan dengan lengkap tetapi kurang jelas 3
Jawaban kurang lengkap dan tidak jelas 2
Jawaban tidak lengkap dan tidak jelas 1
Jawaban tidak lengkap dan tidak jelas
3 Pertanyaan:
1 instrumen gamelan adalah saron demung. Cara memainkannya
adalah dengan cara ...
Jawaban:
Dipukul. Dengan cara menggenggam alat pemukul di tangan kanan
dan menggerakkan pergelangan tangan. Tangan kanan bertugas
untuk memainkan alat pemukulnya, sedangkan tangan kiri metet
(menghentikan gema) wilahan yang baru saja ditabuhnya.
Kriteria Jawaban:
Jawaban dituliskan dengan lengkap dan jelas 4
Jawaban dituliskan dengan lengkap tetapi kurang jelas 3
Jawaban kurang lengkap dan tidak jelas 2
Jawaban tidak lengkap dan tidak jelas 1
4
Pertanyaan:
Nilai budi pekerti saat memainkan saron demung adalah konsentrasi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
artinya ...
Jawaban:
Konsentrasi adalah pemusatan perhatian atau pikiran seorang dalam
memainkan saron demung,konsentrasi dibutuhkan oleh pengrawit
sebagai bentuk untuk mengetahui kapan pengrawit harus
menabuhnya dengan lembut, dan kapan pengrawit harus
menabuhnya dengan keras, agar dapat menghasilkan bunyi yang
baik dan suaranya tidak tenggelam dengan suara yang dihasilkan
oleh instrumen
lain.
Kriteria Jawaban:
Jawaban dituliskan dengan lengkap dan jelas 4
Jawanam dituliskan dengan lengkap tetapi kurang jelas 3
Jawaban kurang lengkap dan tidak jelas 2
Jawaban tidak lengkap dan tidak jelas 1
5 Pertanyaan:
Perasaan apa yang dirasakan Ardi ketika naik ke atas panggung pada
saat tampil ...
Jawaban:
Percaya diri. Karena kelompok Ardi telah melakukan latihan dengan
baik, sehingga permainan gamelan mereka sudah cukup kompak dan
akan berusaha memainkan sebuah lagu yang indah
Kriteria Jawaban:
Jawaban dituliskan dengan lengkap dan jelas 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Jawanam dituliskan dengan lengkap tetapi kurang jelas 3
Jawaban kurang lengkap dan tidak jelas 2
Jawaban tidak lengkap dan tidak jelas 1
Nilai yang didapatkan dari hasil jawaban lembar refleksi yang telah
dikerjakan oleh siswa kelas V SD Kanisius Minggir akan dijadikan sebagai alat
ukur untuk menentukan kualitas produk yang dikembangkan oleh peneliti.
Berdasarkan hasil data yang didapatkan dari para siswa kelas V SD
Kanisius Minggir setelah mengerjakan lembar refleksi, pada pertanyaan soal
nomor 1 berkaitan dengan Informasi yang didapatkan tentang gamelan dari buku
cergam. Sebanyak 9 siswa yang memperoleh skor 4 menjawab gamelan
merupakan instrumen musik tradisional yang terbuat dari logam, kayu, dan kulit.
Saat memainkan gamelan dibutuhkan ketekunan, konsentrasi, disiplin, tanggung
jawab, sopan, dan religiusitas. Sebanyak 10 siswa yang memperoleh skor 3
menjawab bahwa mereka dapat mengetahui cara memukul gamelan beserta nilai-
nilai budi pekerti dan mengenal nama-nama gamelan. Sebanyak 1 siswa yang
memperoleh skor 2 mendaptkan informasi cara memainkan gamelan dengan baik.
Sebanyak 1 siswa yang memperoleh skor 2 mendapatkan informasi bahwa tokoh
Ardi dapat diberikan kelancaran oleh Tuhan Yang Maha Esa. Setelah jawaban
para siswa dinilai dengan menggunakan pedoman penilaian dalam skala 1-4,
diperoleh hasil rata-rata skor 3,33 untuk jawaban soal nomor 1.
Berdasarkan data yang didapatkan dari pertanyaan soal nomor 2 berkaitan
dengan nilai budi pekerti yang menurut siswa penting saat memainkan gamelan.
Sebanyak 16 siswa yang memperoleh skor 4 menjawab nilai yang penting saat
memainkan gamelan adalah ketekunan, konsentrasi, bertanggung jawab, sopan,
religiusitas. Sebanyak 2 siswa yang memperoleh skor 2 menjawab nilai budi
pekerti yang penting saat memainkan gamelan adalah membantu pengrawit untuk
memiliki nilai-nilai budi pekerti yang luhur. Sebanyak 3 siswa yang memperoleh
skor 1 menjawab nilai budi pekerti yang penting saat memainkan gamelan adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
memainkan gamelan, menghasilkan gamelan tradisional. Setelah semua jawaban
dinilai, didaptkan rerata skor 3,38.
Berdasarkan pertanyaan soal nomor 3 berkaitan dengan cara memainkan
saron demung. Sebanyak 3 siswa yang memperoleh skor 4 menjawab cara
memainkan saron demung adalah dengan cara dipukul menggunakan alat pukul
dan menggerakkan pergelangan tangan. Sebanyak 17 siswa yang memperoleh
skor 3 menjawab cara memainkan saron demung adalah dengan cara dipukul
dengan menggunakan perasaan agar suaranya tampak bagus. Selebihnya 1 siswa
yang memperoleh skor 2 menjawab cara memainkan saron demung adalah dengan
cara ditabuh. Dari pertanyaan soal nomor 3 didapatkan hasil rerata skor 3,09.
Berdasarkan pertanyaan pada lembar soal refleksi nomor 4 mengenai
pengertian dari konsentrasi. Sebanyak 18 siswa yang memperoleh skor 4
menjawab konsentrasi adalah adalah pemusatan perhatian atau pikiran sesorang
pada sesuatu hal, kapan pengrawit bisa menabuh dengan lembut, dan kapan
menabuh dengan keras, agar bunyi yang dihasilkan tidak tenggelam dengan suara
instrumen lainnya. Sebanyak 2 siswa yang memperoleh skor 2 menjawab
konsentrasi adalah pengrawit yang harus memperhatikan lagu atau teks.
Selebihnya 1 siswa menjawab konsentrasi adalah mengharagai gamelan supaya
tidak hilang. Berdasarkan penilaian dengan menggunakan pedoman yang
digunakan oleh peneliti pada soal nomor 4 ini, didapatkan hasil rata-rata skor
3,66.
Berdasarkan pertanyaan pada lembar refleksi soal nomor 5 mengenai
Perasaan Ardi ketika naik ke atas panggung pada saat tampil. Sebanyak 5 siswa
yang memperoleh skor 4 menjawab percaya diri, karena Ardi percaya teman-
temannya akan selalu kompak dan memainkan gamelan dengan indah. Sebanyak
3 siswa yang memperoleh skor 3 menuliskan jawaban percaya diri. Sebanyak 13
siswa yang memperoleh skor 2 menuliskan jawaban perasaan Ardi ketika naik ke
atas panggung adalah senang dan gembira. Berdasarkan data yang didapatkan dari
hasil penilian dengan menggunakan pedoman penilaian, diperoleh hasil rerata
skor 2,61. (Rekap jawaban refleksi siswa dapat dilihat pada lampiran 9b ,
halaman 116 ).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Rata-rata skor jawaban pada tiap soal refleksi dijumlahkan kemudian
dibagi dengan banyak soal untuk mendapatkan rata-rata skor keseluruhan nilai
refleksi para siswa. Rata-rata skor keseluruhan yang didapatkan dari hasil refleksi
tersebut sebesar 3,21. Berdasarkan tabel penggolongan klasifikasi yang digunakan
peneliti, rata-rata skor keseleruhan yang didapatkan dari nilai refleksi siswa SD
Kanisius Minggir tergolong dalam klasifikasi “baik”. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa produk dari penelitian yang dikembangkan oleh peneliti
memiliki kualitas yang baik, selain membantu siswa dalam memahami cara
memainkan gamelan dari salah satu instrumennya yaitu saron demung, juga dapat
menanamkan nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan seperti
ketekunan, konsentrasi, bertanggung jawab, sopan, dan religiusitas. Prototipe
buku cergam yang dikembangkan oleh peneliti ini juga dapat menumbuhkan
kreativitas siswa melalui gambar yang diberi warna juga dapat menciptakan
sebuah cerita sederhana sesuai dengan gambar yang ada.
4.2 Pembahasan
Prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan instrumen
gamelan saron demung (untuk SD) mendapatkan skor 3,9. Dari hasil validasi
prototipe buku dan masuk dalam kategori sangat baik dan sudah layak untuk
digunakan dan sudah layak untuk diuji coba. Uji coba produk dilakukan pada
tanggal 24 Februrari 2018. Produk diuji cobakan kepada 21 siswa kelas V SD
Kanisius Minggir yang beralamatkan di Minggir, Sendangagung, Minggir,
Sleman 55562 Yogyakarta. Sehingga lembar refleksi yang telah dibagikan dapat
mengukur pemahaman siswa dalam memahami nilai-nilai budi pekerti dalam
memainkan gamelan. Dari penyebaran lembar refleksi yang telah dibagikan,
peneliti mendapatkan data bahwa prototipe buku cergam dapat membantu siswa
memiliki informasi mengenai nilai-nilai budi pekerti yang terkandung di dalam
memainkan gamelan dan juga prototipe dapat mengembangkan kreativitas siswa
dalam mewarnai dan membuat cerita singkat. Hal tersebut terjadi karena peneliti
mengembangkan prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan
instrumen gamelan saron demung (untuk SD) dengan memparhatikan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
a. Prototipe berisi cergam tentang nilai budi pekerti dalam memainkan
gamelan
Kegiatan-kegiatan dalam memainkan gamelan mengandung nilai-nilai
yang sesuai dengan pembentukan karakter siswa. Nilai-nilai budi pekerti yang
terkandung dalam memainkan gamelan adalah disiplin, ketekunan, konsentrasi,
bertanggung jawab, sopan, dan religiusitas. Terlebih lagi prototipe buku cergam
terdapat informasi singkat mengenai nilai konsentrasi dalam instrumen saron
demung yang disusun dalam bentuk cergam.
Pada prototipe buku yang disusun peneliti termuat nilai-nilai budi pekerti
dalam memainkan instrumen gamelan. Hal-hal yang dibahas oleh peneliti pada
prototipe didasarkan pada teori yang digunakan dan didasarkan menurut
pendapat para ahli gamelan. Nilai-nilai budi pekerti yang dimuat antara lain
ketekunan, konsentrasi, bertanggung jawab, sopan, dan religiusitas. Peneliti
menggunakan bahasa yang sederhana supaya pembacanya mudah untuk
memahami nilai-nilai yang disampaikan.
b. Prototipe memuat cergam mengenai kekhasan dan nilai pada instrumen
saron demung
Salah satu instrument gamelan adalah saron demung. Saron demung
adalah instrumen gamelan yang dimainkan dengan cara dipukul, saron demung
memiliki wilahan yang relatif lebih tipis namun lebih lebar. Pada bagian I
prototipe buku dijelaskan mengenai kekhasan dan nilai-nilai dalam saron
demung. Pada bagian II prototipe buku berisi cergam berjudul “Memainkan
Saron Demung Mengasah Konsentrasi” yang mengisahkan seorang siswa yang
bernama Ardi duduk di kelas V yang ditunjuk oleh gurunya untuk bermain saron
demung, dan ketika Ardi memainkan saron demung, dia disuruh oleh gurunya
untuk selalu fokus dan tetap konsentrasi pada saat memainkan saron demung
agar gendhing yang dikeluarkan dari instrumen saron demung dapat selaras
dengan instrumen yang lain dan indah untuk didengarkan. Pada bagian cergam
ini, peneliti berfokus pada salah instrument gamelan, yaitu saron demung yang
mengandung nilai konsentrasi. Jadi dari hasil uji coba produk 16 siswa
menjawab bahwa instrumen saron demung memiliki nilai konsentrasi,
konsentrasi adalah pemusatan perhatian atau pikiran seseorang pada permainan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
saron demung, dan juga bisa mengatur kapan pengrawit harus menabuh dengan
lembut, dan kapan menabuh dengan keras, agar bunyi yang dihasilkan tidak
tenggelam dengan suara instrumen lainnya.
c. Prototipe yang memuat cergam dapat digunakan sebagai sarana literasi
Literasi adalah kemampuan siswa dalam membaca dan menulis. Prototipe
buku ini dapat menjadi sarana bagi guru untuk memfasilitasi siswa dalam
meningkatkan minat membaca siswa sebelum kegiatan belajar dimulai, serta
mengajarkan kepada siswa tentang nilai budi pekerti yang berkaitan dengan
memainkan gamelan. Maka dari itu prototipe yang peneliti susun adalah buku
cerita bergambar, yang dimana siswa SD masih sangat tertarik dalam
membacanya. Tujuan umum literasi adalah untuk menumbuhkembangkan budi
pekerti siswa melalui pembudayaan literasi di sekolah agar mereka dapat
menjadi peserta didik yang berbudi luhur. Prototipe buku yang disusun oleh
peneliti sejalan dengan tujuan literasi tersebut, pada prototipe buku yang disusun
peneliti memuat nilai-nilai budi pekerti yang dijelaskan secara sederhana
sehingga dapat dengan mudah dipahami siswa. Salah satu media yang digunakan
oleh peneliti dalam sarana literasi adalah cerita bergambar. Bagian kedua
prototipe buku yang disusun peneliti berupa cergam yang memiliki alur
sederhana dan dapat digunakan sebagai saran literasi yang sesuai. Pada saat uji
coba produk, peneliti meminta kepada siswa untuk membuat penjelasan singkat
yang sesuai dengan gambar yang peneliti bagikan.
d. Prototipe yang memuat Cergam dapat mengembangkan kreativitas siswa
dalam mewarnai dan membuat penjelasan singkat
Cergam juga dapat memfasilitasi siswa dalam bekarya, karya yang
dihasilkan oleh siswa yaitu mewarnai gambar yang diambil dari buku cerita
bergambar. Dalam mewarnai gambar tersebut siswa dapat melatih imajinasi
mereka dalam bekarya sesuai dengan keinginan mereka masing-masing. Selain
mewarnai gambar, siswa juga dapat melatih diri untuk membuat cerita singkat
yang berkaitan dengan gambar, cerita yang dibuat oleh siswa harus berkaitan
dengan gambar yang ada. Pada kegiatan uji coba produk, para siswa tampak
antusias mewarnai gambar yang telah dibagikan oleh peneliti. Kegiatan ini akan
melatih keterampilan siswa untuk mewarnai gambar. Para siswa mewarnai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
gambar sesuai dengan kemampuan dan kemauan dia, sehingga siswa dapat
berkreasi dengan sendirinya.
4.3 Kelebihan dan Kekurangan Prototipe
Melalui validasi dan uji coba produk, peneliti mendapatkan masukan
tentang Prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan instrumen
gamelan saron demung (untuk SD). Data tersebut membantu peneliti untuk
dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan prototipe yang peneliti
kembangkan. Berikut ini akan dijelaskan kelebihan dan kekurangan prototipe
buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan (untuk SD).
4.3.1 Kelebihan Prototipe Buku Cergam
a. Prototipe buku cerita bergambar memuat informasi tentang cara-cara
memainkan instrumen gamelan khususunya saron demung yang disajikan
dalam bentuk cerita bergambar.
b. Sepuluh gambar di dalam prototipe buku cerita gambar (tidak termasuk
gambar cover), dapat memotivasi siswa untuk mengembangkan daya
imajinasinya.
c. Prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan (untuk
SD) dengan cergam yang berjudul “ Memainkan saron demung Mengasah
Konsentrasi”, memberikan informasi singkat tentang pendidikan nilai budi
pekerti yaitu konsentrasi dalam memainkan gamelan.
d. isi cerita bergambar yang berjudul “Memainkan saron demung mudah
dipahami oleh siswa SD kelas V.
e. Prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan (untuk
SD), dilengkapi dengan lembar refleksi di akhir buku, yang terdiri dari 5
pertanyaan. Refleksi tersbut bertujuan untuk menggali pemahaman siswa
mengenai informasi yang terdapat pada buku prototipe.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
4.3.2 Kekurangan Prototipe Buku Cergam
Prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan instrumen
gamelan saron demung (untuk SD) masih memiliki beberapa kekurangan,
yaitu:
a. Ukuran huruf dalam prototipe buku cerita bergambar masih terlalu kecil.
b. Beberapa kata dalam prototipe buku masih ada yang sedikit salah.
c. Terdapat gambar yang kurang mewakili alur cerita.
d. Masih ada beberapa tanda baca yang letaknya tidak tepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
BAB V
PENUTUP
Bab V ini berisi tentang kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran.
Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing sub bab tersebut:
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
5.1.1 Prosedur pengembangan produk berupa “Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti
dalam Memainkan Instrumen Gamelan Saron Demung (untuk SD)” terdiri dari 6
langkah, diantaranya: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain
produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk. Pada penelitan
ini peneliti hanya menggunakan 6 prosedur yang ada dalam buku Sugiyono
dikarenakan keterbatasannya waktu, tenaga, dan biaya yang tidak memungkinkan
peneliti melakukan semua langkah yang ada.
5.1.2 Kualitas prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan instrumen
gamelan saron demung untuk SD mendapatkan skor 3,9 dari hasil validasi oleh
ahli gamelan dan ahli bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil rata-rata tersebut ,
maka prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan instrument
gamelan saron demung untuk SD sudah layak untuk digunakan dan diuji cobakan.
Prototipe buku cerita bergambar memuat nilai-nilai pada instrumen saron
demung. Saron demung adalah instrumen gamelan yang dimainkan dengan cara
dipukul, saron demung memiliki wilahan yang relatif lebih tipis namun lebih
lebar. Dari hasil uji coba produk 16 siswa yang memperoleh skor 4 menjawab
bahwa instrumen saron demung memiliki nilai konsentrasi, konsentrasi adalah
pemusatan perhatian atau pikiran seseorang pada permainan saron demung, dan
juga bisa mengatur kapan pengrawit harus menabuh dengan lembut, dan kapan
menabuh dengan keras, agar bunyi yang dihasilkan tidak tenggelam dengan suara
instrumen lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
5.2 Keterbatasan Penelitian
5.2.1 Masih terdapat beberapa komentar terkait dengan produk seperti tata bahasa dan
penempatan tanda baca.
5.2.2 Peneliti mendapatkan analisis data awal dari siswa kelas V SD Kanisius
Gowongan, tetapi uji coba prototipe hanya dilakukan pada siswa kelas V SD
Kanisius Minggir.
5.2.3 Prototipe buku cerita bergambar dibuat secara terbatas sehingga hanya diketahui
oleh peneliti dan beberapa pihak saja.
5.3 Saran
Saran untuk peneliti yang akan mengembangkan produk berupa “Prototipe
Buku Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan (untuk SD)” adalah
sebagai berikut:
5.3.1 Uji coba produk sebaiknya tidak hanya pada siswa kelas V SD Kanisius
Gowongan, tetapi dilakukan juga pada siswa kelas V SD Kanisius Minggir.
5.3.2 peneliti mensosialisasikan prdouknya kepada beberapa sekolah dan masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
DAFTAR PUSTAKA
Adisusilo, Sutarjo. (2012). Pembelajaran Nilai-Karakter Konstruktivisme dan
VCT Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Dahtiar, A. (2015). Pembelajaran levels of inquiry (loi) untuk meningkatkan
literasi sains siswa smp pada konteks energi alternatif. Universitas Pendidikan
Indonesia.
Dewantara, Ki Hadjar. (2013). Ki hadjar dewantara: Pemikiran, konsepsi,
keteladanan, sikap merdeka bagian i (pendidikan). Universitas Sarjanawiyata
Tamansiswa (UST-Press).
Dewantara, Ki Hadjar. (2013). Ki hadjar dewantara: Pemikiran, konsepsi,
keteladanan, sikap Merdeka Bagian ii (kebudayaan). Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa (UST-Press).
Endraswara, Suwardi. (2008). Budi pekerti jawa tuntunan luhur budaya
adiluhung. Yogyakarta: Gelombang Pasang.
Endraswara, Suwardi. (2008). Laras manis tuntunan praktis karawitan jawa.
Yogyakarta: Kuntul Press.
Faizah, Dewi Utama. Dkk. (2016). “Panduan gerakan literasi sekolah di sekolah
dasar”. Dalam: Jurnal Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan
Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Hlm.16.
Fitriani, Dewi dkk. (2016). Penggunaan buku cerita bergambar dalam
pengembangan bahasa anak pada tk a di banda aceh. Banda Aceh: FKIP,
Universitas Syiah Kuala.
Gunawan, Wydia Gunawan, dkk. (2008). 7 Langkah literasi informasi. Jakarta:
Universitas Atma Jaya
Hananto Paulus Dwi & Yulianto Sandy. 2009. Laras pelog sebagai dasar
komposisi empat Bagatelles Untuk Ansambel Gitar. Salatiga: Universitas
Kristen Satya Wacana.
Hasanah, Muakibatul dkk. (2016). Pemanfaatan buku cerita bergambar sebagai
sumber bacaan siswa sd. Universitas Negeri Malang.
Kodrat, Ki Harsono. (1982). Gendhing-gendhing karawitan jawa lengkap slendro-
pelog Jilid 1. Jakarta: Balai Pustaka.
Lickona, Tomas. (2014). Pendidikan karakter panduan lengkap mendidik siswa
menjadi pintar dan baik. Bandung: Nusa Media
Mulyatiningsih, Endang. (2011). Metode penelitian terapan bidang pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Nurgiyantoro, Burhan. (2005). Teori pengkajian fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Pramudi, Y. T. C., Budiman, F., & Utomo, S. D. (2011). Design of virtual
javanese gamelan as learning media, 231-234.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Purwadi & Widayat.(2006). Seni karawitan jawa ungkapan keindahan dalam
musik gamelan. Jogjakarta: Hanan Pustaka.
Purwadi, dan Widayat. (2006). Seni karawitan jawa. Yogjakarta: Hanan Pustaka.
Putra, Masri Sareb. (2008). Menumbuhkan minat baca sejak dini. Jakarta: PT.
Indeks.
Saputri, Maria. N.P.W. (2016). Pengembangan prototipe buku cerita bergambar
tentang tradisi nglarung dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Sari, L. N. (2016). Pembinaan budi pekerti luhur atau akhlak mulia di sekolah.
Ejournal Psikologi, 4(1), 441–452.
Sedyawati & Damono. (1983). Seni dalan masyarakat Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia.
Sedyawati. (2010). Budaya Indonesia kajian arkeologi, seni, dan sejarah. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Soeroso. (1989). Pengetahuan karawitan (Laporan pelaksanaan penulisan
buku/diktat perkuliahan institut seni indonesia yogyakarta). Yogyakarta:
Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Soeroso. 1989. Pengetahuan Karawitan (Laporan Pelaksanaan Penulisan
Buku/Diktat Perkuliahan Institut Seni Indonesia Yogyakarta). Yogyakarta:
Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan r&d. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Metode penelitian dan pengembangan (research and
development/r&d). Bandung: Alfabeta.
Sukinah .(2011). “Seni gamelan Jawa sebagai alternatif pendidikan karakter bagi
anak autis di sekolah”. Dalam Jurnal Kesenian Gamelan. Yogyakarta: UNY.
Hal.133-140
Sukinah .2011. Seni gamelan Jawa sebagai alternatif pendidikan karakter bagi
anak autis di Sekolah. Yogyakarta: UNY.
Suyatmi, dkk. (2015). Kajian nilai budi pekerti dalam serat jayabaya. Yogyakarta:
Balai Pelestarian Nilai Budaya.
Syaodih, Sukmadinata. (2008). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Widoyoko, Eko Putro. (2009). Evaluasi program pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Wiedarti, Pangesti dkk. (2016). Desain induk gerakan literasi sekolah. Dalam:
Jurnal Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Hlm.i-ii.
Yudoyono, Bambang. (1983). Gamelan jawa awal-mula, makna masa depannya.
Jakarta: PT. Karya Unipress.
Yuliantoro Septian Eko. 2012. Penanaman Nilai-nilai Budi Pekerti Pada Anak
Melalui Kesenian Tradisional. Surabaya: Balai Bahasa Surabaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Yuliantoro, Septian Eko. (2012). Penanaman nilai-nilai budi pekerti pada anak
melalui kesenian tradisional. Dalam: Jurnal Pendidikan. Surabaya: Balai
Bahasa Surabaya. Hlm.1-14.
Zuriah, Nurul. (2007). Pendidikan moral dan budi pekerti dalam perspektif
perubahan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Lampiran 1 Lampiran 1 Surat Izin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Lampiran 2 Lampiran 2 Surat Izin Uji Coba Produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lampiran 3 Lampiran 3 Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian dari SD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Lampiran 4a Kisi-kisi Wawancara Terstruktur
No Pertanyaan
1 Sejak kapan anda tetarik pada gamelan?
2 Mengapa anda tertarik pada gamelan?
3 Apa yang anda pikirkan/rasakan ketika mendengarkan musik gamelan?
4 Apakah ada nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan?
5 Apakah menurut anda siswa-siswi perlu diperkenalkan gamelan sejak dini untuk
menyukai gamelan? Mengapa?
6 Apakah menurut anda perlu ada buku sederhana untuk siswa SD yang memuat
informasi tentang gamelan yang memiliki nilai-nilai budi pekerti? Mengapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran 5 Lampiran 4b Hasil Wawancara
(Bapak Andreas Paena) seorang pelatih karawitan di sanggar. Memiliki
ketertarikan pada dunia karawitan sejak usia remaja, awalnya beliau hanyak diajak
oleh anggota paguyuban dan diajarkan untuk membaca not, setelah itu pada saat
beliau memainkannya beliau merasa bahwa beban hidup yang ada di dalam diri
beliau menjadi lepas dan pikiran menjadi adem ayem, dan juga beliau sangat
tertarik pada suara gamelan yang bervariasi dan dapat disatukan kedalam alunan
melodi yang indah dan enak untuk didengar oleh siapa saja. Gamelan memiliki
nilai-nilai budi pekerti didalamnya, karena gamelan adalah perangkat yang sangat
dihormati dan dihargai dan juga gamelan merupakan warisan dari nenek moyang
kita yang harus dijaga dan dilestarikan, selain itu untuk duduk dan memainkannya
gamelan saja kita tidak boleh untuk melangkahinya apalagi sampai berkata kasar
di sanggar karawitan. Hal yang dirasakan setiap kali mendengarkan musik
gamelan dapat menjadi lebih tenang dan terhibur ketika mendengar alunan musik
gamelan yang menggema, saya juga merasa pikiran saya menjadi lebih terbuka
dalam arti pikiran saya menjadi lebih tenang ketika saya menghadapi suatu
masalah yang susah untuk dihadapi. Sebaiknya gamelan diajarkan kepada anak-
anak sejak dini karena jika anak diperkenalkan gamelan sejak kecil, maka anak
dapat dengan mudah mengenal bagian-bagian not dan juga untuk kedepannya
anak dapat menjaga budaya leluhur yang sudah diwariskan.
(Bapak Kris Aditya) sebagai pelatih karawitan di SD. Memiliki
ketertarikan gamelan sejak kecil dan kebetulan beliau hidup ditengah-tengah
keluarga yang sangat cinta dengan budaya jawa terutama dengan karawitan, selain
itu beliau juga tertarik pada suatu hal yang unik seperti gamelan. Gamelan disebut
suatu hal yang unik karena gamelan merupakan suatu perangkat alat musik yang
harus dimainkan oleh banyak orang dan juga harus bisa menyusaikan tempo untuk
mendapatkan suara yang begitu indah. Gamelan memiliki nilai-nilai budi pekerti,
karena kebudayaan Indonesia yaitu gamelan mengajarkan kita untuk menjadi
pribadi yang sopan dan santun, maka dari itu ketika saya memasuki ruangan
karawitan yang disebutnya sakral, maka saya harus melepaskan sendal saya untuk
memasukin ruangannya dan juga mengucapkan “kula nuwun”. Maka dari itu
perangkat gamelan mengajarkan kepada sesorang untuk menjadi pribadi yang
memiliki nilai budi pekerti baik. Anak-anak harus diperkenalkan budaya sejak
dini untuk menyukai gamelan, karena anak-anak adalah salah satu pewaris budaya
jawa untuk generasi berikutnya dan juga ketika kita mengajarkan anak-anak
gamelan sejak kecil, maka anak-anak dapat mencintai budayanya sendiri dan juga
dapat melestarikannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Lampiran 6 Lampiran 5 Kisi-kisi Angket Pra-Penelitan
NO ASPEK INDIKATOR PERTANYAAN
1. GAMELAN
SEBAGAI SALAH
SATU KESENIAN
JAWA
GAMELAN
Gamelan merupakan salah satu alat musik dari
kebudayaan Jawa
1. Kamu sudah
memainkan gamelan
sejak
kelas....................
2. Gamelan
merupakan salah satu
alat musik dari .........
Pakaian yang digunakan saat pementasan 3. Pakaian yang harus
dikenakan saat
pementasan gamelan
adalah.....
2. BUDI PEKERTI
DALAM
MEMAINKAN
GAMELAN
SEBELUM
Mengheningkan cipta (menyiapkan hati dan pikiran)
4. Sebelum
memainkan gamelan,
kamu harus ..... Berdoa (Religius)
Berjalan jongkok (Rendah hati)
Tidak melangkahi perangkat gamelan (Sopan santun)
Menyembah dengan tangan dikatupkan (Menghormati)
PADA SAAT
Tabuh gamelan harus sesuai jenisnya (Merawat
gamelan, agar tidak rusak)
5. Pada saat
memainkan gamelan,
kamu harus ..... Posisi duduk (Adat istiadat)
Menjaga perkataan dan perbuatan (Sopan santun)
Membunyikan instrumen secara bersama-sama
(Kerjasama)
Memukul instrumen secara lembut (Sopan santun)
Tidak makan dan minum (Kebersihan)
Tidak bergurau (Konsentrasi)
Keras lembutnya tabuhan (Mengolah emosi)
Tidak mengendong tas (Estetika)
Alat tabuh diletakkan di atas perangkat (Kerapian)
Merapikan sesuai posisi semula (Kerapian)
SESUDAH
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Menyembah tangan dikatupkan (Menghormati) 6. Sesudah
memainkan gamelan,
kamu harus .....
Berdoa (Religius)
Berjalan jongkok (Rendah hati)
Gamelan harus ditutup dengan kain (Kebersihan)
3 LITERASI Refleksi pengalaman memainkan gamelan.
7. Pengalaman yang
mengesankanmu saat
memainkan gamelan
adalah....
4 PERLU/TIDAK
PROTOTIPE BUKU
TENTANG
MEMAINKAN
GAMELAN
Buku tentang memainkan gamelan. 8. Buku untuk
memainkan gamelan
yang pernah kamu
baca adalah......
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
7Lampiran 6a Angket Validator (Pra-penelitian)
NO KOMPONEN
YANG DINILAI
SKOR SARAN
1 2 3 4
1
Bahasa
d. Bahasa sesuai
dengan
kaidah
penulisan
yang baik dan
benar.
e. Susunan
kalimat dapat
dipahami oleh
siswa.
f. Susunan
kalimat tidak
mengarah
kepada
jawaban
tertentu.
2. Keterkaitan Pertanyaan
b. Pertanyaan
yang diajukan
sesuai dengan
tujuan
penelitian.
c. Pertanyaan
yang diajukan
berkaitan
dengan
gamelan
sebagai salah
satu kesenian
Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
d. Pertanyaan
yang diajukan
berkaitan
dengan
sebelum/pada
saat//sesudah
memainkan
gamelan yang
memuat nilai-
nilai budi
pekerti.
e. Pertanyaan
yang
diajukan
menggali
kesan siswa
dalam
memainkan
gamelan
f. Pertanyaan
yang diajukan
menggali
kebutuhan
siswa tentang
buku
mengenai
gamelan.
3. Kelayakan
instrumen
untuk
dibagikan
kepada siswa
kelas V-VI
SD.
TOTAL SKOR
Yogyakarta, .... ....... .......
(...................................................)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
8 Lampiran 6b Hasil Validasi Angket Siswa Pra-Penelitian (Validator I)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
9 Lampiran 6c Hasil Validasi Angket Siswa Pra-Penelitian (Validator II)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
10 Lampiran 6d Rekap Hasil Validasi Angket Pra-Penelitian
NO ASPEK Validator 1 Validator 2
Skor Saran Skor Saran
1
Bahasa
a. Bahasa sesuai
dengan kaidah
penulisan yang
baik dan benar.
3
a. Pertanyaan perlu
diteliti lagi dan dilihat
bahasa yang
menggunakan bahasa
baku dan tidak baku
b. Pertanyaan yang
diberikan sebaikanya
diberikan yang lebih
simpel lagi, karena
nantinya jawaban yang
ditulis oleh siswa akan
terlalu luas
c. Jawaban terlalu luas
untuk anak usia SD
4
b. Susunan kalimat
dapat dipahami
oleh siswa. 2 4
c. Susunan kalimat
tidak mengarah
kepada jawaban
tertentu.
2 4
2. Keterkaitan Pertanyaan
a. Pertanyaan yang
diajukan sesuai
dengan tujuan
penelitian.
3
b. Pertanyaan baru
menyangkut
pakaian, sementara
ada banyak
komponen dalam
gamelan Jawa
3
a. kalimat di
indikator
sebaiknya kata
pertanyaan diganti
pernyataan
f. Pertanyaan yang
diajukan
berkaitan dengan
gamelan sebagai
salah satu
kesenian Jawa.
2 4
g. Pertanyaan yang
diajukan
berkaitan dengan
sebelum/pada
saat/sesudah
memainkan
gamelan yang
memuat nilai-
nilai budi
pekerti.
4 4
h. Pertanyaan 2 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
yang diajukan
menggali kesan
siswa dalam
memainkan
gamelan.
c. pertanyaan harus
dibuat lebih
terperinci
d. pertanyaan perlu
diubah, tidak
menanyakan jumlah
buku yang dibaca,
melainkan pelukah
buku cerita
mengenai tuntunan
bermain musik
gamelan?
3. Tata tulis perlu
diperbaikin
- margin
- spasi
e. validator perlu
diberikan bukunya
i. Pertanyaan yang
diajukan
menggali
kebutuhan siswa
tentang buku
mengenai
gamelan.
2 2
3. Kelayakan
instrumen untuk
dibagikan kepada
siswa kelas V-VI
SD. 2 4
TOTAL SKOR 22 33
Skor rata-rata 27,5
Nilai rata-rata 3,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
11 Lampiran 7a Angket Analisis Kebutuhan Siswa
Bacalah baik-baik pernyataan berikut dan isilah titik-titik yang terdapat di dalamnya.
3. Kamu sudah memainkan gamelan sejak kelas .......................................................
4. Gamelan merupakan salah satu alat musik dari .........................................................
3. Pakaian yang harus dikenakan saat pementasan gamelan adalah.....
5. Sebelum memainkan gamelan, kita harus ..................................................................
5. Pada saat memainkan gamelan, kita harus ....................................................................
6. Sesudah memainkan gamelan, kita harus ..............................................................................
7. Tuliskan pengalaman yang mengesankanmu saat memainkan gamelan
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
8. Buku untuk memainkan gamelan yang pernah kamu baca adalah
................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
12 Lampiran 7b Hasil Angket Analisis Kebutuhan Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
13 Lampiran 7c Rekap Hasil Analisis Kebutuhan Siswa
No Pertanyaan
1 Saya sudah memainkan gamelan sejak kelas ... 6 siswa (60%) menjawab
sudah memainkan gamelan
sejak kelas II SD, 2 siswa
(20%) menjawab sudah
memainkan gamelan sejak
kelas I SD, dan 2 siswa
(20%) menjawab sudah
memainkan gamelan sejak
kelas V SD.
2 Gamelan merupakan salah satu alat musik dari pulau
...
7 siswa (70%) menjawab
bahwa gamelan merupakan
salah satu alat musik
tradisional dari Jawa, 2 siswa
(20%) menjawab gamelan
merupakan alat musik
tradisional dari Bali, dan 2
siswa (10%) lainnya
menjawab bahwa gamelan
merupakan alat musik
tradisional yang berasal dari
Jawa Barat.
3 Pakaian yang harus digunakan saat pementasan
gamelan Jawa adalah ...
4 siswa (40%) menjawab
pakaian yang digunakan pada
saat pementasan gamelan
adalah pakaian adat, 3 siswa
(30%) menjawab pakaian
yang digunakan pada saat
pementasan gamelan adalah
Surjan, dan 2 siswa (20%)
menjawab pakaian yang
digunakan pada saat
pementasan gamelan adalah
Surjan dan Kebaya, dan 1
siswa (10%) menjawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
pakaian yang digunakan pada
saat pementasan gamelan
adalah Kebaya.
4 Sebelum memainkan gamelan, kita harus ... 5 siswa (50%) menjawab hal
yang harus dilakukan
sebelum memainkan gamelan
adalah berdoa, 2 siswa (20%)
menjawab hal yang dilakukan
sebelum memainkan gamelan
adalah bersiap-siap, 1 siswa
(10%) menjawab hal yang
harus dilakukan sebelum
memainkan gamelan adalah
memegang alat pukul, 1
siswa (10%) menjawab hal
yang harus dilakukan
sebelum memainkan gamelan
adalah menyiapkan buku, dan
1 siswa (10%) menjawab hal
yang harus dilakukan
sebelum memainkan gamelan
adalah mengucapkan salam
dan berdoa.
5 Saat memainkan gamelan, kita harus ... 3 siswa (30%) menjawab hal
yang harus dilakukan saat
memainkan gamelan adalah
fokus/konsentrasi, 2 siswa
(20%) menjawab hal yang
harus dilakukan saat
memainkan gamelan adalah
memperhatikan teks, 1 siswa
(10%) menjawab hal yang
dilakukan pada saat
memainkan gamelan adalah
diam, nyanyi, dan tepuk
tangan, 1 siswa (10%)
menjawab hal yang dilakukan
saat memainkan gamelan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
adalah diam, 1 siswa (10%)
menjawab hal yang harus
dilakukan saat memainkan
gamelan adalah memukul
gamelan, 1 siswa (10%)
menjawab hal yang harus
dilakukan pada saat
memainkan gamelan adalah
berpikir, dan 1 siswa (10%)
menjawab hal yang harus
dilakukan pada saat
memainkan gamelan adalah
menyanyi dan memukul
gamelan .
6 Sesudah memainkan gamelan, kita harus ... 5 siswa (50%) menjawab hal
yang harus dilakukan sesudah
memainkan gamelan adalah
mengembalikan alat pukul
ketempat semula, dan 5 siswa
(40%) menjawab hal yang
dilakukan sesudah
memainkan gamelan adalah
mengucapkan salam,
merapikan gamelan,
memberikan salam, dan 1
siswa (10%) menjawab hal
yang harus dilakukan sesudah
memainkan gamelan adalah
mencuci tangan.
7 Tuliskan pengalaman yang mengesankan bagimu saat
memainkan gamelan ...
Pengalaman yang
mengesankan
Anak ke-1:
Pengalaman yang
mengesankan adalah dapat
bermain gamelan dengan baik
dan mendapatkan ilmu yang
bermanfaat.
Anak ke-2:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Pengalaman yang
mengesankan adalah dapat
bermain gamelan tanpa melihat
teks sedikitpun.
Anak ke-3:
Pengalaman yang
mengesankan adalah dapat
bermain alat musik kembangan
bonang dan kembangan saron.
Anak ke-4:
Pengalaman yang
mengesankan adalah dapat
bermainkan gamelan dengan
lancar.
Anak ke-5:
Pengalaman yang
mengesankan adalah belajar
dari kesalahan memukul irama.
Anak ke-6:
Pengalaman yang
mengesankan adalah dapat
mengetahui kebudayaan
Indonesia dan mencintainya.
Anak ke-7:
Pengalaman yang
mengesankan adalah dapat
belajar kembangan bonang.
Anak ke-8, 9. Dan 10:
Pengalaman yang
mengesankan adalah merasa
senang karena dapat
memainkan alat musik gamelan
dan dapat memahaminya.
8 Menurut saya, apakah perlu buku panduan cerita
untuk memainkan gamelan
9 siswa (90%) menjawab perlu
adanya buku panduan dalam
memainkan gamelan, karena
dengan membaca buku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
panduan cerita anak menjadi
lebih mengerti urutan dan
tatanan dalam memainkan
gamelan, dan 1 siswa (10%)
masih ragu dalam
menjawabnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Lampiran 8a Tabel 15 Lampiran 8a Kisi-kisi Pembuatan Cergam
Kisi-kisi Pembuatan Cergam
Hlm Teks dalam
buku
Deskripsi Sumber Ilustrasi gambar
i Cover Judul buku “Prototipe Buku Pendidikan
Budi Pekerti dalam Memainkan
Instrumen Gamelan Saron Demung
(untuk SD)”.
- Sekumpulan siswa
yang memainkan
instrumen gamelan
dengan didampingi
guru.
ii Kata pengantar Informasi singkat tentang isi buku yang
terdiri dari dua bagian. Bagian pertama
berisi artikel tentang “Nilai-nilai Budi
Pekerti dalam Memainkan Gamelan” dan
bagian kedua memuat cergam yang
berjudul “Memainkan saron demung
Mengasah Konsentrasi”. Penulis
berharap supaya prototipe buku dapat
dijadikan sarana literasi 15 menit
sebelum kegiatan belajar dimulai.
1.1 -
Bagian I (Nilai-nilai Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan)
iii Daftar isi
1 Bagian I Bagian I berisi informasi singkat tentang:
a. Gamelan
b. Nilai-nilai Budi Pekerti dalam
Instrumen Gamelan
c. Nilai-nilai Budi Pekerti dalam
Memainkan gamelan
a. 2.1.2
b. 2.1.3
c. 2.1.4
Gambar siswa
sedang berjalan
jongkok (laku
dhodok) saat
menuju ke arena
instrumen gamelan
Bagian II Cerita bergambar yang berjudul “Memainkan saron demung Mengasah
Konsentrasi”
9 Bagian II Cergam yang berjudul “Memainkan
saron demung Mengasah Konsentrasi”.
2.1.5 Gambar siswa yang
sedang memainkan
instrumen saron
demung diantara
instrumen lainnya.
10 Gambar 1 Perkenalan tokoh yang bernama Ardi
yang sudah mengikuti ekstrakurikuler
sejak kelas II SD. Ardi terpilih menjadi
anggota karawitan yang akan mewakili
sekolahnya untuk mengikuti lomba
karawitan.
2.1.2 Gambar siswa
yangsedang berdiri
di depan instrumen
gamelan dengan
menggunakan baju
adat Jawa sorjan.
11 Gambar 2 Ardi bersama dengan teman-teman
sedang mengambil alat pukul gamelan
sebelum pementasan dimulai.
2.1.2
Gambar
siswasedang
mengambil alat
pukul yang ada di
dalam kotak
penyimpanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
12 Gambar 3 Pada saat memasuki arena gamelan,
Ardi bersama dengan teman-teman
berjalan dengan posisi jongkok dan
menekuk kedua kaki sambil melipat
telapak kaki (laku dhodoh). Hal ini
sebagai bentuk penghormatan keapda
para penonton dan perangkat gamelan.
2.1.4 Gambar siswa
sedang berjalan
dengan posisi laku
dhodok
13 Gambar 4 Ardi bersama dengan teman-teman
sedang memperhatikan pengarahan
singkat yang diberikan oleh guru
sebelum pementasan dimulai.
2.1.4 Gambar siswa yang
sedang duduk di
hadapan instrumen
gamelan dengan
menyilangkan
kedua kaki sambil
memperhatikan
guru yang sedang
memberikan
pengarahan singkat.
14 Gambar 5 Ardi bersama dengan teman-teman
berdoa terlebih dahulu sebelum
pementasan dimulai, agar dapat
diberikan kelancara oleh Tuhan Yang
Maha Esa.
2.1.4 Gambar siswa
sedang berdoa
bersama-sama.
15 Gambar 6 Ardi bersama teman-teman bersiap-siap
pada posisi masing-masing, dan juga
bersiap sambil memegang alat pukul
instrumen gamelan.
2.1.3 Gambar siswa yang
sedang bersiap-siap
menabuh instrumen
gamelan.
16 Gambar 7 Ardi sedang menabuh instrumen saron
demung.
2.1.5
Gambar siswa yang
sedang menabuh
saron demung, serta
cara memainkan
saron demung yang
baik dan benar.
17 Gambar 8 Ardi bersama dengan teman-teman naik
ke atas panggung dan memainkan
instrumen gamelan secara bersama-
sama.
2.1.3 Gambar siswa
sedang tampil di
atas panggung.
18 Gambar 9 Ardi bersama dengan teman-teman
memberikan penghormatan kepada
penonton dan juga panitia perlombaan
2.1.4 Gambar siswa yang
sedang berdiri
sambil
membungkuk,
sebagi bentuk
penghormatan
kepada penonton.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
19 Gambar 10 Ardi dan Sinta diajak oleh gurunya
untuk naik ke atas panggung untuk
menerima hadiah.
2.1.4 Gambar siswa,
guru, dan panitia
yang naik ke atas
panggung untuk
melakukan
penerimaan hadiah
22 Refleksi Dalam akhir cergam terdapat 5
pertanyaan yang berkaitan dengan
cergam yang berjudul “ Memainkan
saron demung Mengasah Konsentrasi”.
Cergam -
23 Kepustakaan Daftar refrensi Daftar
Pustaka
-
24 Biodata Vinsensius Willy Yudhanta. Lahir di
Balikpapan, 23 Januari 1997. Alamat
rumah Jln. Alam Sepinggan Asri blok G
No.52 Rt 45, Balikpapan Selatan.
Tinggal bersama dengan kedua orang
tua. Nama Ayah Melciades Sugiyarto
dan nama Ibu Yosephin Indah Hayati.
Riwayat pendidikan TK Pelangi
Sepinggan, Balikpapan (2001), SD
Negeri 012 Balikpapan Selatan (2002-
2008), SMP Negeri 5 Balikpapan Selatan
(2008-2011), SMA Negeri 4 Balikpapan
Selatan (2011-2014), ketika pada tahun
2012 tepatnya pada kelas 2 SMA pernah
mengikuti perlombaan yang diadakan
oleh Dinas Kebudayaan provinsi
Kalimantan Timur yaitu lomba tari
daerah khas provinsi Kalimantan Timur
dan mendapatkan Juara 2. Saat ini
sedang mengemban studi di Universitas
Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, dan mengambil jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
pada tahun 2014 untuk mendapatkan
gelar S.Pd. Pernah mengikuti kegiatan
kepanitiaan di Universitas Sanata
Dharma pada acara Parade Gamelan
Anak (Pargem) sebagai panitia
keamanan pada tahun 2015. Dan pernah
menjabat sebagai CO keamanan Sport
League pada tahun 2016.
Biografi
Singkat
Penulis
-
25 Halaman
belakang (puisi)
Saron Demung Mendinginkan
Suasana
Ketika tangan menari di wilahan Saron
Demung
Memecah heningnya malam yang
terdengar senyap
Iringannya selalu menari disaat pentas
Alat tetabuhan yang menari di atas
wilahanmu, mengeluarkan suara yang
- -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
14
lantang
Sungguh elok suaramu yang dilantunkan
Suaramu yang keras dapat manjakan ke
telinga ini
Membuat hati semakin tenang
Kau telah menyejukkan hatiku
Hingga kau membuatku jatuh cinta
kepadamu
Seakan kau membuatku senang
memainkanmu
Saron Demung, Ketika suaramu
dipedengarkan
Membuat seluruh umat terkagum akan
suaramu
Seketika kau mengendalikan pikiran para
wayangmu
Kau telah meemberikan kesenangan bagi
kaum yang memainkanmu
Hingga kau menjadi ujung tombak bagi
permainan gamelan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
15 Lampiran 8b Sketsa Gambar Awal Buku
Ardi dan teman bermain gamelan
Berdoa sebelum memainkan gamelan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
16 Lampiran 8c Gambar Buku yang Telah Diperbaiki Ilustrator
Seorang siswa bernama Ardi mengenakan
sorjan
Ardi dan teman-teman mengambil alat pukul
Berjalan laku dhodok ketika memasuki arena
gamelan
Guru memberikan pengarahan singkat sebelum
pementasan segera dimulai
Berdoa sebelum pementasan dimulai
Mengecek suara sebelum pementasan dimulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Cara Ardi memegang alat pukul saron demung
dan memainkannya
Pementasan gamelan dimulai di atas panggung
Memberi hormat kepada penonton setelah
pementasan selesai
Penerimaan hadiah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
17 Lampiran 8d Validasi Uji Coba Produk Buku (Validator I)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
18 Lampiran 8e Validasi Uji Coba Produk Buku (Validator II)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
19 Lampiran 8f Rekap Validasi Produk Oleh Ahli
NO ASPEK Validator 1 Validator 2
Skor Saran Skor Saran
1
Bahasa
Sesusai dengan
EYD.
4
Penggunaan tata bahasa
sudah sesuai dengan
kaidah tata bahasa yang
sesuai dan mudah untuk
dipahami.
4
Mudah dipahami
oleh siswa SD.
4
Pemahaman bahasa
ataupun penggunaan
bahsa yang dipakai sudah
baik sehingga siswa
mudah untuk
membacanya.
4
2. Format Penulisan Buku
Produk prototipe
sesuai dengan
kaidah penulisan
buku.
4
Penggunaan produk
prototipe sudah sesuai
dengan kaidah penulisan. 4
Menggunakan
kepustakaan sesuai
dengan teori
Pendidikan Budi
Pekerti dan
Gamelan.
4
Penjelasan mengenai teori
pendidikan budi pekerti
sudah disampaikan atau
dikonfirmasikan dengan
sangat jelas.
4
3. Isi
Artikel berisi
informasi sederhana
tentang gamelan. 4
Penjelasan tentang
gamelan sudah sangat
jelas dan menarik.
3
Beberapa kata dalam
artikel masih ada
sedikit yang typo.
Artikel menjelaskan 4 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
nilai-nilai budi
pekerti yang
terkandung dalam
beberapa instrumen
gamelan.
Penjelasan tentang
cergam sudah memuat
tentang nilai-nilai dalam
memainkan gamelan.
Cergam memuat
informasi tentang
nilai-nilai yang
terkandung dalam
memainkan “saron
demung”sebagai
salah satu instrumen
gamelan.
4
Instrumen gamelan yang
disampaikan sudah
sangat jelas dan mudah
dipahami oleh siswa.
4
Cergam berisi alur
cerita yang mudah
dipahami oleh siswa. 4
Alur cerita dalam cergam
sangat menarik bagi
siswa dan dapat
memunculkan kreatifitas
siswa dalam memahami
kebudayaan.
4
TOTAL SKOR 32 31
Skor rata-rata 31,5
Nilai rata-rata 3,9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
20 Lampiran 8g Pedoman Penggolongan Kualitas
No Kelayakan Instrumen Bobot skor
1 Layak diuji coba tanpa revisi 3,5 - 4,0
2 Layak diuji coba setelah revisi 2,5 - 3,5
3 Tidak layak diuji coba 0 - 2,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
21 Lampiran 9a Hasil Uji Coba Produk Buku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
22 Lampiran 9b Rekap Refleksi Uji Coba Produk Buku
No Soal Jawaban Banyak
siswa
dengan
jawaban
sejenis
Skor Rerata
skor tiap
nomor
1 Informasi yang
didapatkan
tentang gamelan
dari buku cergam
adalah ...
8 siswa menjawab
bahwa mereka
mendapatkan
informasi tentang
gamelan, gamelan
adalah instrumen
musik tradisional
yang terbuat dari
logam, kayu, dan
kulit. Saat
memainkan
gamelan
dibutuhkan
ketekunan,
konsentrasi,
disiplin, tanggung
jawab, sopan, dan
religiusitas.
1 siswa menjawab
bahwa mereka
dapat
mengetahui cara
memainkan saron
demung dan
instrumen lainnya
9 4 3,33
10 siswa
menjawab bahwa
mereka dapat
mengetahui cara
memukul gamelan
beserta nilai-nilai
budi pekerti dan
mengenal nama-
nama gamelan.
10 3
1 siswa
mendaptkan
informasi cara
memainkan
gamelan dengan
baik.
1 siswa
2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
mendapatkan
informasi bahwa
tokoh Ardi dapat
diberikan
kelancaran oleh
Tuhan Yang Maha
Esa.
2 Tuliskan 1 nilai
budi pekerti yang
menurutmu
penting saat
memainkan
gamelan ...
7 siswa menjawab
nilai budi pekerti
yang penting saat
memainkan
gamelan adalah
ketekunan,
konsentrasi,
bertanggung
jawab, sopan,
religiusitas.
6 siswa menjawab
nilai budi pekerti
yang penting saat
memainkan
gamelan adalah
konsentrasi.
1 siswa menjawab
nilai budi pekerti
yang penting saat
memainkan
gamelan adalah
bertanggung
jawab.
2 siswa menjawab
nilai budi pekerti
yang penting saat
memainkan
gamelan adalah
ketekunan.
16 4 3,38
2 siswa menjawab
nilai budi pekerti
yang penting saat
memainkan
gamelan adalah
membantu
pengrawit untuk
memiliki nilai-
nilai budi pekerti
yang luhur.
1 siswa menjawab
nilai budi pekerti
2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
yang penting saat
memainkan
gamelan adalah
memainkan
gamelan.
1 siswa menjawab
nilai budi pekerti
yang penting saat
memainkan
gamelan adalah
menghasilkan
gamelan
tradisional.
1 siswa menjawab
nilai budi pekerti
yang penting saat
memainkan
gamelan adalah
memegang alat
pukul dan cara
memainkan
gamelan.
3 1
3 1 instrumen
gamelan adalah
saron demung.
Cara
memainkannya
adalah dengan
cara ...
2 siswa menjawab
cara memainkan
saron demung
adalah dengan cara
dipukul
menggunakan alat
pukul dan
menggerakkan
pergelangan
tangan.
1 siswa menjawab
cara memainkan
saron demung
adalah dengan cara
menggenggam alat
pukul di tangan
kanan dan tangan
kiri matet wilahan
yang baru saja
ditabuh.
3 4 3,09
13 siswa
menjawab cara
memainkan saron
demung adalah
dengan cara
dipukul.
4 siswa menjawab
17 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
cara memainkan
saron demung
adalah dengan cara
dipukul dengan
perasaan agar
suaranya tampak
bagus.
1 siswa menjawab
cara memainkan
saron demung
adalah dengan cara
ditabuh.
1 2
4 Nilai budi pekerti
saat memainkan
saron demung
adalah
konsentrasi,
artinya ...
16 siswa menjawab
bahwa konsentrasi
adalah pemusatan
perhatian atau
pikiran seseorang
pada suatu hal atau
saron demung.
2 siswa menjawab
bahwa konsentrasi
adalah pengrawit
yang bisa
mengatur kapan ia
bisa menabuh
dengan lembut,
dan kapan
menabuh dengan
keras, agar bunyi
yang dihasilkan
tidak tenggelam
dengan suara
instrumen lainnya
18 4 3,66
2 siswa menjawab
bahwa konsentrasi
adalah pengrawit
yang harus
memperhatikan
lagu atau teks
2 2
1 siswa menjawab
bahwa konsentrasi
adalah
mengharagai
gamelan supaya
tidak hilang
1 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
5 Perasaan apa
yang dirasakan
Ardi ketika naik
ke atas panggung
pada saat tampil
...
5 siswa menjawab
bahwa perasaan
tokoh Ardi ketika
tampil dan naik ke
atas panggung
pada cerita
bergambar adalah
percaya diri,
karena Ardi
percaya bahwa
kelompoknya akan
membawakan
sebuah lagu yang
sangat indah.
5 4 2,61
3 siswa menjawab
bahwa perasaan
tokoh Ardi ketika
tampil dan naik ke
atas panggung
pada cerita
bergambar adalah
percaya diri.
3 3
13 siswa menjawab
bahwa perasaan
tokoh Ardi ketika
tampil dan naik ke
atas panggung
pada cerita
bergambar adalah
senang dan
gembira.
13 2
Rerata skor
keseluruhan
3,21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
23 Lampiran 10 Dokumentasi Uji Coba Produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
BIODATA PENULIS
Vinsensius Willy Yudhanta. Lahir di Balikpapan, 23 Januari
1997. Alamat rumah Jln. Alam Sepinggan Asri blok G No.52
Rt 45, Balikpapan Selatan. Tinggal bersama dengan kedua
orang tua. Nama Ayah Melciades Sugiyarto dan nama Ibu
Yosephin Indah Hayati. Riwayat pendidikan TK Pelangi
Sepinggan, Balikpapan (2001), SD Negeri 012 Balikpapan
Selatan (2002-2008), SMP Negeri 5 Balikpapan Selatan (2008-
2011), SMA Negeri 4 Balikpapan Selatan (2011-2014), tahun 2012 tepatnya pada
kelas 2 SMA pernah mengikuti perlombaan yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan
provinsi Kalimantan Timur yaitu lomba tari daerah khas provinsi Kalimantan Timur
dan mendapatkan Juara 2. Saat ini sedang menempuh studi di Universitas Sanata
Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, dan mengambil jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar (PGSD) pada tahun 2014. Selama menempuh pendidikan di
Universitas Sanata Dharma banyak kegiatan kemahasiswaan yang telah diikuti.
Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya sebagai berikut:
No Nama Kegiatan Tahun Peran
1 Inisiasi Universitas Sanata Dharma 2014 Peserta
2 Inisiasi Fakultas (Infisa) 2014 Peserta
3 Inisiasi Program Studi (Insipro) 2014 Peserta
4 Kursus Mahir Dasar Pramuka (KMD) 2014 Peserta
5 Pelatihan Pengembangan Kepribadian
Mahasiswa I (PPKM I)
2015 Peserta
6 Pelatihan Pengembangan Kepribadian
Mahasiswa II (PPKM II)
2015 Peserta
7 Kursus Mahir Dasar Pramuka (KMD) 2015 Peserta
8 Parade Gamelan Anak Ke-8 2015 Devisi Keamanan
9 Kuliah Umum “Reiventing Chilhood
Education”
2015 Peserta
10 Inisiasi Program Studi (Insipro) 2015 Devisi Keamanan
11 Sport League PGSD 2016 Koordinator
Perlengkapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
12 Kuliah Umum “Masa Depan Toleransi di
Tangan Guru”
2016 Peserta
13 Kuliah Umum “Kurikulum untuk
Terstandarisasi (Cambridge)”
2016 Peserta
14 Pemilihan Umum Ketua Himpunan Mahasiswa
Program Studi PGSD 2016/2017
2016 Panitia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI