Upload
reza-surya-putra
View
78
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS DASAR PSIKOLOGI
PENGERTIAN PSIKOLOGI (STRUKTURAL,FUNGSIONAL & GESTALT)
Disusun Oleh :
REZA SURYADINATA PUTRA
1106132544
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
2012
PENGERTIAN PSIKOLOGI STRUKTURALISME
Psikologi struktural atau strukturalisme merupakan studi analitis tentang generalisasi pikiran
manusia dewasa melalui metode introspeksi. Dalam hal ini psikologi dimaksudkan untuk
mempelajari isi (konten) pikiran, sehingga sistem ini kadang juga disebut dengan psikologi
konten.
Dalam buku Sejarah dan Sistem Psikologi oleh James F. Brennan pada tahun 2006, pendekatan
psikologi stukturalisme berasal dari Wilhelm Wundt yang dipelopori di amerika oleh muridnya
Edward Bradford Titchener. Perlu ditekankan bahwa psikologi strukturalisme ditemukan oleh
Wundt sedangkan Titchener hanyalah satu dari sekian banyak murid yang dimiliki oleh Wundt,
tetapi Titchener-lah yang berupaya membawa psikologi Wundt ke amerika dengan
mempertahankan konsep aslinya.
Dalam konsep dan sistem ini. Psikologi strukturalisme dari Wundt dan Titchener memiliki 3
tujuan :
1. Menggambarkan komponen-komponen kesadaran sebagai elemen-elemen dasar,
2. Menggambarkan kombinasi kesadaran sebagai elemen-elemen dasar tersebut, dan
3. Menjelaskan hubungan elemen-elemen kesadaran dengan sistem saraf
Kesadaran diatas diartikan sebagai pengalaman langsung. Pengalaman langsung yaitu
pengalaman sebagaimana hal itu dialami. Hal ini berbeda dengan pengalaman antara.
Pengalaman antara yaitu diwarnai oleh isi yang sudah ada dalam pikiran, seperti asosiasi
sebelumnnya dan kondisi emosional serta motivasional seseorang.
Dengan demikian, pengalaman langsung diasumsikan tidak dipengaruhi oleh pengalaman antara.
Psikologi strukturalisme berupaya mempertahankan integritas psikologi dengan
membedakannya dari fisika.
Fisika mempelajari dunia fisik atau materi, tanpa merujuk pada manusia dan melalui metode
observasional berupa inspeksi yang dikendalikan dengan hati-hati. Psikologi mempelajari dunia,
dengan merujuk pada manusia yang mengalami sesuatu, melalui metode observasional berupa
introspeksi terkontrol atas isi kesadaran.
Subjek pembahasan yang tepat bagi psikologi struktural adalah proses kesadaran dan bebas dari
asosiasi. Sehingga Wundt dan Titchener berpendapat, psikologi harus terbebas dari kekuatan
metafisika, pikiran awam dan kepentingan kegunaan atau terapan yang akan merusak
intergritasnya.
Sedangkan metode eksperimental yang digunakan untuk memastikan ketepatan analisis isi
mental adalah introspeksi. Teknik pelaporan diri ini merupakan pendekatan klasik untuk
menggambarkan pengalaman pribadi. Sehingga introspeksi hanya akan dianggap valid jika
dilakukan oleh para ilmuwan yang sangat terlatih, bukan oleh pengamat awam.
Disamping kelemahan psikologi struktural dalam pandangan fungsionalisme yaitu hanya sekedar
mempelajari isi dan struktur yang terlibat dalam proses-proses mental, psikologi struktural
memiliki kontribusi positif dalam bidang ilmu psikologi. Sistem ini mendorong psikologi
menjadi ilmu pengetahuan. Wundt mendeklarasikan sebuah disiplin formal yakni psikologi yang
didasarkan pada formulasi-formulasi ilmiah sehingga psikologi diakui sebagai ilmu pengetahuan.
PENGERTIAN PSIKOLOGI FUNGSIONALISME
Fungsionalisme adalah aliran psikologi yang memandang bahwa manusia harus
dipandang secara menyeluruh. Apa yang dilakukan manusia sebagai aksi adalah hal yang
kompleks yang merupakan manifestasi dari jiwa dan mempunyai maksud tertentu bukan
hanya disebabkan oleh sesuatu hal. Fungsionalisme memandang bahwa pikiran, proses
mental, persepsi indrawi, dan emosi adalah adaptasi organisme biologis.
Beberapa ciri fungsionalisme diantaranya adalah menekankan fungsi dibanding
elemen mental, memandang penting kemampuan individu untuk berubah sesuai tuntutan
lingkungannya, serta menerima berbagai metode dalam mempelajari aktivitas mental
manusia.
Terdapat dua metode yang digunakan dalam fungsionalisme, yaitu : Metode observasi
tingkah laku terbagi menjadi Metode Fisiologis dan Metode Variasi Kondisi, serta Metode
Instrospeksi.
Pendiri fungsionalisme adalah William James dan John Dewey. Aliran
Fungsionalisme terdiri atas aliran fungsionalisme Chicago ( John Dewey, James Rowland
Angel ) dan fingsionalisme California ( James Cattel dan Thorndike ).
Aliran fungsionalisme dapat memberi pengaruh positif dalam dunia psikologi, yaitu
mengembangkan ruang lingkup psikologi dari segi kelompok subyek (anak, binatang)
maupun bidang kajian (psikologi abnormal, psychological testing, psikologi terapan),
memperkenalkan pentingnya perilaku nyata sebagai representasi dari aktivitas mental dan
memperkenalkan konsep penyesuaian diri sebagai obyek psikologi.
Fungsionalisme juga menuai kritikan dari banayak pihak, yaitu Ditentang oleh Aliran
strukturalisme, kurang adanya fokus yang jelas dan terarah dalam aliran fungsionalisme;
Bersifat teleological, sesuatu ditentukan oleh tujuannya; terlalu eklektik, mencampurkan
berbagai ide dan konsep dari beragam sumber sehingga terkesan kompromistis dan
kehilangan bentuk aslinya.
PENGERTIAN PSIKOLOGI GESTALT
Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai
suatu keseluruhan atau totalitas, data-data dalam teori psikologi Gestalt disebut sebagai
fenomena (gejala). Fenomena adalah data yang paling dasar dalam psikologi Gestalt. Dalam hal
ini psikologi Gestalt sependapat dengan filsafat fenomonologi yang mengatakan bahwa suatu
pengalaman harus dilihat secara netral. Dalam suatu fenomena terdapat dua unsure, yaitu objek
dan arti. Objek merupakan sesuatu yang dapat dideskripsikan, setelah tertangkap oleh indera,
objek tersebut menjadi suatu informasi dan sekaligus kita telah memberikan arti pada objek itu.
Tokoh–tokoh Gestalt
Max Wertheimer (1880-1943)
Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt.
Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880. Ia mendapat gelar Ph.D nya di
bawah bimbingan Oswald Kulpe. Antara tahun 1910-1916, ia bekerja di Universitas Frankfurt di
mana ia bertemu dengan rekan-rekan pendiri aliran Gestalt yaitu, Wolfgang Kohler dan Kurt
Koffka. Bersama-sama dengan Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1887-1941),
dia melakukan eksperimen yang akhirnya menelurkan ide Gestalt. Tahun 1910 ia mengajar di
Univeristy of Frankfurt bersama-sama dengan Koehler dan Koffka yang saat itu telah menjadi
asisten di sana. Konsep penting teori psikologi Gestalt yaitu phi phenomenon. Phi phenomenon
yaitu bergeraknya objek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan
dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi.
Weirthmeir menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi objektif yang kita terima. Proses ini
terjadi di otak dan bukan merupakan proses fisik, tetapi proses mental sehingga diperoleh
kesimpulan bahwa ia menentang pendapat Wundt. Wertheimer dianggap sebagai pendiri teori
Gestalt setelah dia melakukan eksperimen dengan menggunakan alat yang bernama stroboscope,
yaitu alat yang berbentuk kotak dan terdapat bagian untuk dapat melihat ke dalam kotak itu guna
menyajikan stimuli visual pada tingkat tertentu. Di dalam kotak terdapat dua buah garis yang
satu melintang dan yang satu tegak. Kedua gambar tersebut diperlihatkan secara bergantian,
dimulai dari garis yang melintang kemudian garis yang tegak, dan diperlihatkan secara terus
menerus. Kesan yang muncul adalah garis tersebut bergerak dari tegak ke melintang. Gerakan ini
merupakan gerakan yang semu karena sesungguhnya garis tersebut tidak bergerak melainkan
dimunculkan secara bergantian.
Pada tahun 1923, Wertheimer mengemukakan hukum-hukum Gestalt dalam bukunya yang
berjudul “Investigation of Gestalt Theory”. Hukum-hukum itu antara lain :
a) Hukum Kedekatan (Law of Proximity)
b) Hukum Ketertutupan ( Law of Closure)
c) Hukum Kesamaan (Law of Equivalence)
Kurt Koffka (1886-1941)
Koffka lahir di Berlin tanggal 18 Maret 1886. Kariernya dalam psikologi dimulai sejak dia diberi
gelar doktor oleh Universitas Berlin pada tahun 1908. Pada tahun 1910, ia bertemu dengan
Wertheimer dan Kohler. Bersama kedua orang ini Koffka mendirikan aliran psikologi Gestalt di
Berlin. Sumbangan Koffka terhadap psikologi adalah penyajian yang sistematis dan pengamalan
dari prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian gejala psikologi, mulai persepsi, belajar, mengingat,
hingga psikologi belajar dan psikologi sosial. Teori Koffka tentang belajar didasarkan pada
anggapan bahwa belajar dapat diterangkan dengan prinsip-prinsip psikologi Gestalt.
Teori Koffka tentang belajar antara lain:
a. Jejak ingatan (memory traces), adalah suatu pengalaman yang membekas di otak. Jejak-jejak
ingatan ini diorganisasikan secara sistematis mengikuti prinsip-prinsip Gestalt dan akan muncul
kembali jika kita mempersepsikan sesuatu yang serupa dengan jejak-jejak ingatan tadi.
b. Perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan. Perjalanan waktu itu tidak dapat
melemahkan, melainkan menyebabkan terjadinya perubahan jejak, karena jejak tersebut
cenderung diperhalus dan disempurnakan untuk mendapat Gestalt yang lebih baik dalam ingatan.
c. Latihan yang terus menerus akan memperkuat jejak ingatan.
Wolfgang Kohler (1887-1967)
Kohler lahir di Reval, Estonia pada tanggal 21 Januari 1887. Kohler memperoleh gelar Ph.D
pada tahun 1908 di bawah bimbingan C. Stumpf di Berlin. Ia kemudian pergi ke Frankfurt. Saat
bertugas sebagai asisten dari F. Schumman, ia bertemu dengan Wartheimer dan Koffka.
Kohler berkarier mulai tahun 1913-1920, ia bekerja sebagai direktur stasiun “Anthrophoid” dari
Akademi Ilmu-Ilmu Persia di Teneriffe, di mana pernah melakukan penyelidikannya terhadap
inteligensi kera. Hasil kajiannya ditulis dalam buku bertajuk The Mentality of Apes (1925).
Eksperimennya adalah seekor simpanse yang diletakkan di dalam sangkar. Pisang digantung di
atas sangkar. Di dalam sangkar terdapat beberapa kotak berlainan jenis. Mula-mula hewan itu
melompat-lompat untuk mendapatkan pisang itu, tetapi tidak berhasil. Karena usaha-usaha itu
tidak membawa hasil, simpanse itu berhenti sejenak, seolah-olah memikir cara untuk
mendapatkan pisang itu. Tiba-tiba hewan itu dapat sesuatu ide dan kemudian menyusun kotak-
kotak yang tersedia untuk dijadikan tangga dan memanjatnya untuk mencapai pisang itu.
Menurut Kohler apabila organisme dihadapkan pada suatu masalah atau problem, maka akan
terjadi ketidakseimbangan kogntitif dan ini akan berlangsung hingga masalah tersebut
terpecahkan. Karena itu, menurut Gestalt apabila terdapat ketidakseimbangan kognitif, hal ini
akan mendorong organisme menuju ke arah keseimbangan. Dalam eksperimennya, Kohler
sampai pada kesimpulan bahwa organisme–dalam hal ini simpanse– dalam memperoleh
pemecahan masalahnya diperoleh dengan pengertian atau dengan insight.
Kurt Lewin (1890-1947)
Pandangan Gestalt diaplikasikan dalam field psychology oleh Kurt Lewin. Lewin lahir di Jerman,
lulus Ph.D dari University of Berlin dalam bidang psikologi pada tahun 1914. Ia banyak terlibat
dengan pemikir Gestalt, yaitu Wertheimer dan Kohler dan mengambil konsep psychological field
juga dari Gestalt. Pada saat Hitler berkuasa, Lewin meninggalkan Jerman dan melanjutkan
karirnya di Amerika Serikat. Ia menjadi professor di Cornell University dan menjadi Director of
the Research Center for Group Dynamics di Massacusetts Institute of Technology (MIT) hingga
akhir hayatnya di usia 56 tahun.
Mula-mula Lewin tertarik pada paham Gestalt, tetapi kemudian ia mengkritik teori Gestalt
karena dianggapnya tidak adekuat. Lewin kurang setuju dengan pendekatan Aristotelian yang
mementingkan struktur dan isi gejala kejiwaan. Ia lebih cenderung ke arah pendekatan yang
Galilean, yaitu yang mementingkan fungsi kejiwaan. Konsep utama Lewin adalah Life Space,
yaitu lapangan psikologis tempat individu berada dan bergerak. Lapangan psikologis ini terdiri
dari fakta dan objek psikologis yang bermakna dan menentukan perilaku individu. Tugas utama
psikologi adalah meramalkan perilaku individu berdasarkan semua fakta psikologis yang
terdapat dalam lapangan psikologisnya pada waktu tertentu. Life space terbagi atas bagian-
bagian yang memiliki batas-batas. Batas ini dapat dipahami sebagai sebuah hambatan individu
untuk mencapai tujuannya. Gerakan individu mencapai tujuan (goal) disebut locomotion. Dalam
lapangan psikologis ini juga terjadi daya (forces) yang menarik dan mendorong individu
mendekati dan menjauhi tujuan. Apabila terjadi ketidakseimbangan (disequilibrium), maka
terjadi ketegangan (tension).
Salah suatu teori Lewin yang bersifat praktis adalah teori tentang konflik. Akibat adanya vektor-
vektor yang saling bertentangan dan tarik menarik, maka seseorang dalam suatu lapangan
psikologis tertentu dapat mengalami konflik (pertentangan batin) yang jika tidak segera
diselesaikan dapat mengakibatkan frustasi dan ketidakseimbangan. Berdasarkan vektor yang
saling bertentangan itu, Lewin membagi konflik dalam 3 jenis :
a) Konflik mendekat-mendekat (Approach-Approach Conflict)
Konflik ini terjadi jika seseorang menghadapi dua objek yang sama-sama bernilai positif.
b) Konflik menjauh-menjauh (Avoidance-Avoidance Conflict)
Konflik ini terjadi kalau seseorang berhadapan dengan dua objek yang sama-sama memiliki nilai
negatif tetapi ia tidak dapat menghindari kedua objek tersebut sekaligus.
c) Konflik mendekat-menjauh (Approach-Avoidance Conflict)
Konflik ini terjadi jika ada satu objek yang memiliki nilai positif dan nilai negative sekaligus.
Prinsip Dasar Gestalt
a. Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field. Setiap perceptual
field memiliki organisasi, yang cenderung dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and
ground. Oleh karena itu kemampuan persepsi ini merupakan fungsi bawaan manusia, bukan skill
yang dipelajari. Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang dibentuk.
b. Prinsip-prinsip pengorganisasian:
‐ Principle of Proximity: bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang)
dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
‐ Principle of Similarity: individu akan cenderung mempersepsikan stimulus yang sama sebagai
suatu kesatuan. Kesamaan stimulus itu dapat berupa persamaan bentuk, warna, ukuran dan
kecerahan.
‐ Principle of Objective Set: Organisasi berdasarkan mental set yang telah terbentuk sebelumnya.
‐ Principle of Continuity : Menunjukkan bahwa kerja otak manusia secara alamiah melakukan
proses untuk melengkapi atau melanjutkan informasi meskipun stimulus yang didapat tidak
lengkap.
‐ Principle of Closure/ Principle of Good Form: Bahwa orang cenderung akan mengisi
kekosongan suatu pola objek atau pengamatan yang tidak lengkap. Orang akan cenderung
melihat suatu objek dengan bentukan yang sempurna dan sederhana agar mudah diingat.
‐ Principle of Figure and Ground: Yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat
dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan ground (latar belakang). Prinsip ini menggambarkan bahwa
manusia secara sengaja ataupun tidak memilih serangkaian stimulus, mana yang dianggapnya
sebagai figure dan mana yang dianggap sebagai ground.
‐ Principle of Isomorphism: Menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas otak dengan
kesadaran, atau menunjukkan adanya hubungan structural antara daerahdaerahotak yang
terktivasi dengan isi alam sadarnya.
Aplikasi Prinsip Gestalt
Belajar
Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar, terjadi
reorganisasi dalam perceptual fieldnya. Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat memiliki
cara pandang baru terhadap suatu problem. Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran
antara lain:
a. Pengalaman menilik (insight), yaitu bahwa proses menilik memegang peranan penting dalam
perilaku yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu objek atau peristiwa.
b. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning), yaitu bahwa kebermaknaan unsur-unsur
yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas
makna hubungan suatu unsur, maka akan makin efektif sesuatu yang dipelajari.
c. Perilaku bertujuan (purposive behavior), yaitu bahwa perilaku terarah pada tujuan.
Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya
dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik
mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan
sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
d. Prinsip ruang hidup (life space), yaitu bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan
lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki
keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
e. Transfer dalam Belajar, yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran
tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan
melepaskan pengertian objek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian
menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata susunan yang tepat. Judd menekankan
pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian
menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta
didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi
untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain.
Insight
Pemecahan masalah secara jitu muncul setelah adanya proses pengujian berbagai
dugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight, individu mampu menerapkannya pada
problem sejenis tanpa perlu melalui proses trial-error lagi. Konsep insight ini adalah fenomena
penting dalam belajar, ditemukan oleh Kohler dalam eksperimen yang sistematis.
Timbulnya insight pada individu tergantung pada :
a. Kesanggupan
Kesanggupan berkaitan dengan kemampuan inteligensi individu.
b. Pengalaman
Dengan belajar, individu akan mendapatkan suatu pengalaman dan pengalaman itu akan
menyebabkan munculnya insight.
c. Taraf kompleksitas dari suatu situasi
Semakin kompleks masalah, maka akan semakin sulit untuk diatasi.
d. Latihan
Latihan yang rutin akan meningkatkan kemampuan insight dalam situasi yang bersamaan
e. Trial and Error
Apabila seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah, seseorang akan melakukan
percobaan-percobaan hingga akhirnya menemukan insight untuk memecahkan masalah tersebut.
Memori
Hasil persepsi terhadap objek meninggalkan jejak ingatan. Dengan berjalannya waktu, jejak
ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan prinsip-prinsip organisasional terhadap objek.
Penerapan prinsip Good Form seringkali muncul dan terbukti secara eksperimental. Secara
sosial, fenomena ini juga menjelaskan pengaruh gosip/rumor. Fenomena gosip seringkali
berbeda dengan fakta yang ada. Fakta yang diterima sebagai suatu informasi oleh seseorang
kemudian diteruskan kepada orang lain dengan dengan dilengkapi oleh informasi yang relevan
walaupun belum menjadi fakta atau belum diketahui faktanya.
Implikasi Gestalt
a. Pendekatan fenomenologis menjadi salah satu pendekatan yang eksis di psikologi. Dengan
pendekatan ini para tokoh Gestalt menunjukkan bahwa studi psikologi dapat mempelajari higher
mental process, yang selama ini dihindari karena abstrak, namun tetap dapat mempertahankan
aspek ilmiah dan empirisnya. Fenomenologi memainkan peran yang sangat penting dalam
sejarah psikologi. Heidegger adalah murid Edmund Husserl (1859-1938), pendiri fenomenologi
modern. Husserl adalah murid Carl Stumpf, salah seorang tokoh psikologi eksperimental “baru”
yang muncul
di Jerman pada akhir pertengahan abad XIX. Kohler dan Koffka bersama Wertheimer yang
mendirikan psikologi Gestalt adalah juga murid Stumpf, dan mereka menggunakan
fenomenologi sebagai metode untuk menganalisis gejala psikologis.
Fenomenologi adalah deskripsi tentang data yang berusaha memahami dan bukan menerangkan
gejala-gejala. Fenomenologi kadang-kadang dipandang sebagai suatu metode pelengkap untuk
setiap ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan mulai dengan mengamati apa yang dialami
secara langsung.
b. Pandangan Gestalt menyempurnakan aliran behaviorisme dengan menyumbangkan ide untuk
menggali proses belajar kognitif, berfokus pada higher mental process. Adanya perceptual field
diinterpretasikan menjadi lapangan kognitif dimana proses-proses mental seperti persepsi,
insight, dan problem solving beroperasi. Tokoh-tokohnya yaitu Tolman (dengan Teori Sign
Learning) dan Kohler (eksperimen menggunakan simpanse sebagai hewan percobaan).
Hukum – hukum Belajar Gestalt
Dalam hukum-hukum belajar Gestalt ini terdapat hukum pokok , yaitu hukum Pragnanz dan
empat hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada hukum yang pokok itu, yaitu hukum–
hukum keterdekatan, ketertutupan, kesamaan, dan kontinuitas.
Hukum Pragnanz
Pragnanz adalah suatu keadaan yang seimbang. Setiap hal yang dihadapi oleh individu memiliki
sifat dinamis yaitu cenderung untuk menuju keadaan Pragnanz tersebut. Empat hukum tambahan
yang tunduk kepada hukum pokok, yaitu :
1. Hukum keterdekatan
Hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung dianggap sebagai suatu
totalitas. Contohnya:
II II I
Garis-garis di atas akan terlihat sebagai tiga kelompok garis yang masing-masing terdiri dari dua
garis, ditambah dengan satu garis yang berdiri sendiri di sebelah kanan sekali.
2. Hukum ketertutupan
Hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas tersendiri.
Contohnya:
[] [] I
Gambar garis-garis di atas akan dipersepsikan sebagai dua segi empat dan garis yang berdiri
sendiri di sebelah kiri, tidak dipersepsikan sebagai dua pasang garis lagi setelah ada garis
melintang yang hampir saling menyambung di antara garis-garis tegak yang berdekatan.
3. Hukum kesamaan
Hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu kelompok
atau suatu totalitas. Contohnya :
O O O O O O O O O O O O O
X X X X X X X X X X X X X
O O O O O O O O O O O O O
Deretan bentuk di atas akan cenderung dilihat sebagai deretan-deretan mendatar dengan bentuk
O dan X berganti-ganti bukan dilihat sebagai deretan-deretan tegak.
4. Hukum kontinuitas
Orang akan cenderung mengasumsikan pola kontinuitas pada objek-objek yang ada.
Contohnya:
X
Pada gambar diatas, kita akan cenderung mempersepsikan gambar sebagai dua garis lurus
berpotongan, bukan sebagai dua garis menyudut yang saling membelakangi.
Penerapan Teori Gestalt dalam Proses Belajar
Prinsip-prinsip belajar menurut teori Gestalt yaitu:
a. Belajar berdasarkan keseluruhan
Orang berusaha menghubungkan pelajaran yang satu dengan pelajaran yang lainnya.
b. Belajar adalah suatu proses perkembangan
Materi dari belajar dapat diterima dan dipahami dengan baik jika individu tersebut telah cukup
matang untuk menerimanya. Kematangan dari individu dipengaruhi oleh pengalaman dan
lingkungan individu tersebut.
c. Siswa sebagai organisme keseluruhan
Dalam proses belajar, tidak hanya melibatkan intelektual tetapi juga emosional dan fisik
individu.
d. Terjadinya transfer
Tujuan dari belajar adalah agar individu memiliki respon yang tepat dalam suatu situasi tertentu.
Apabila satu kemampuan dapat dikuasai dengan baik maka dapat dipindahkan pada kemampuan
lainnya.
e. Belajar adalah reorganisasi pengalaman
Proses belajar terjadi ketika individu mengalami suatu situasi baru. Dalam menghadapinya,
manusia menggunakan pengalaman yang sebelumnya telah dimiliki.
f. Belajar dengan insight
Dalam proses belajar, insight berperan untuk memahami hubungan antarunsur yang terkandung
dalam suatu masalah.
g. Belajar lebih berhasil jika berhubungan dengan minat, keinginan, dan tujuan siswa
Hal ini tergantung pada kebutuhan individu dalam kehidupan sehari-hari, sehingga hasil dari
belajar dapat dirasakan manfaatnya.
h. Belajar berlangsung terus-menerus
Belajar tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Belajar dapat diperoleh dari
pengalaman-pengalaman yang terjadi dalam kehidupan individu setiap waktu.
Referensi:
http://www.psikologizone.com/psikologi-strukturalisme/0651149
http://psikologi.or.id/mycontents/uploads/2010/10/gestalt
http://id.wikipedia.org/wiki/Gestalt
Hergenhahn, B.R. & H. Olson, Matthew. (2008). Theories of Learning. Jakarta: Kencana.