12
KESALAHAN BERBAHASA DALAM BIDANG PARIWISATA DI RUANG PUBLIK KABUPATEN REMBANG The Misspelling of Indonesian Language in Rembang Regency Public Space on Tourism Area Oleh/by Sri Wahyuni Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah Jalan Elang Raya Nomor 1, Mangunharjo, Tembalang, Semarang, Telepon (024) 70769945, Faksimile (024) 70799945 Posel: [email protected] Abstrak Bahasa yang digunakan di ruang publik dapat menjadi indikator kepedulian masyarakat terhadap bahasa. Semakin baik bahasanya, semakin peduli masyarakat itu terhadap bahasa tersebut. Oleh karena itu, bahasa di ruang publik menjadi hal penting yang harus dicermati oleh masyarakat. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan di Kabupaten Rembang dengan menggunakan metode observasi dan dokumentasi. Adapun analisisnya menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan masih banyak kesalahan berbahasa terutama ejaan karena pengaruh bahasa Inggris, bahasa Jawa, dan kurangnya kesadaran berbahasa yang baik dan benar di ruang publik Kabupaten Rembang. Kata kunci: bahasa, pariwisata, dan ejaan Abstract The language use in the public space could indicate the people’s awareness of the language. The better the language shows the more concerned the community is about the language. Therefore, the language in the public space should become an important issue that has to be took into account by the society. The data of this study was collected in Kabupaten Rembang through observation and documentation method. As for analysis, qualitative and descriptive method were used. The results of this study showed that there were many errors found in the language use, particularly in misspelling. The misspelling was influenced by English, Javanese, and lack awareness on using good and correct Indonesian language in the public space in Rembang Regency. Keywords: language, tourism, and spelling PENDAHULUAN Rembang adalah salah satu kabupaten yang terletak di jalur pantai utara Jawa Tengah. Wilayahnya dilintasi jalur transportasi SemarangSurabaya yang dulu dikenal sebagai Jalan Daendels. Hal itu menyebabkan Rembang menjadi daerah yang mudah ditempuh. Kabupaten Rembang juga memiliki potensi besar berupa letak wilayah yang strategis

PENGGUNAAN BAHASA DI RUANG PUBLIK

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGGUNAAN BAHASA DI RUANG PUBLIK

KESALAHAN BERBAHASA DALAM BIDANG PARIWISATA

DI RUANG PUBLIK KABUPATEN REMBANG

The Misspelling of Indonesian Language

in Rembang Regency Public Space on Tourism Area

Oleh/by

Sri Wahyuni

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

Jalan Elang Raya Nomor 1, Mangunharjo, Tembalang, Semarang,

Telepon (024) 70769945, Faksimile (024) 70799945

Posel: [email protected]

Abstrak

Bahasa yang digunakan di ruang publik dapat menjadi indikator kepedulian masyarakat

terhadap bahasa. Semakin baik bahasanya, semakin peduli masyarakat itu terhadap

bahasa tersebut. Oleh karena itu, bahasa di ruang publik menjadi hal penting yang harus

dicermati oleh masyarakat. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan di Kabupaten

Rembang dengan menggunakan metode observasi dan dokumentasi. Adapun analisisnya

menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan masih

banyak kesalahan berbahasa terutama ejaan karena pengaruh bahasa Inggris, bahasa

Jawa, dan kurangnya kesadaran berbahasa yang baik dan benar di ruang publik

Kabupaten Rembang.

Kata kunci: bahasa, pariwisata, dan ejaan

Abstract

The language use in the public space could indicate the people’s awareness of the

language. The better the language shows the more concerned the community is about the

language. Therefore, the language in the public space should become an important issue

that has to be took into account by the society. The data of this study was collected in

Kabupaten Rembang through observation and documentation method. As for analysis,

qualitative and descriptive method were used. The results of this study showed that there

were many errors found in the language use, particularly in misspelling. The misspelling

was influenced by English, Javanese, and lack awareness on using good and correct

Indonesian language in the public space in Rembang Regency.

Keywords: language, tourism, and spelling

PENDAHULUAN

Rembang adalah salah satu kabupaten

yang terletak di jalur pantai utara

Jawa Tengah. Wilayahnya dilintasi

jalur transportasi Semarang—

Surabaya yang dulu dikenal sebagai

Jalan Daendels. Hal itu menyebabkan

Rembang menjadi daerah yang

mudah ditempuh. Kabupaten

Rembang juga memiliki potensi besar

berupa letak wilayah yang strategis

Page 2: PENGGUNAAN BAHASA DI RUANG PUBLIK

Jalabahasa, Vol. 16, No. 2, November 2020, hlm. 159—170

160

dan kekayaan laut yang berlimpah.

Beberapa tempat pelelangan ikan

(TPI) dibangun untuk menampung

hasil tangkapan nelayan. Di

Kabupaten Rembang pula, R.A.

Kartini, pahlawan nasional wanita,

dikebumikan. Makam dan

pemandangan di dekatnya merupakan

objek wisata yang banyak dikunjungi

wisatawan. Dengan segala potensi

tersebut, Rembang telah berkembang

menjadi daerah yang lebih maju dan

makmur. Namun, kemajuan suatu

daerah tidak hanya dilihat dari

kehidupan ekonomi masyarakatnya.

Hal lain yang dapat dijadikan

indikasi kemajuan suatu daerah, salah

satunya melalui bahasa yang

digunakan di ruang publik daerah

tersebut. Hal itu sesuai dengan

peribahasa bahasa merupakan citra

bangsa atau bahasa menunjukkan

bangsa. Peribahasa tersebut memiliki

makna kesantunan bahasa yang

digunakan di ruang publik dan

menunjukkan citra masyarakat di

daerah tersebut. Ketika kita

membicarakan bahasa, tidak hanya

menyangkut kesantunan, tetapi juga

ejaan, interferensi, dan struktur kata

maupun kalimat. Apakah bahasa yang

digunakan di ruang publik telah

memenuhi syarat-syarat tersebut?

Terlebih lagi tulisan di ruang publik

yang berkaitan dengan pariwisata

sangat dibutuhkan setiap pengunjung

di daerah tersebut.

Bidang pariwisata yang

dimaksud dalam penelitian ini

merupakan sektor-sektor yang

berkaitan dengan pariwisata, misalnya

transportasi, restoran, taman rekreasi,

dan hotel. Sektor-sektor tersebut

menjadi perhatian utama bagi orang

yang sedang berkunjung di suatu

daerah. Tidak dapat dimungkiri lagi,

sektor itu merupakan kebutuhan

penting bagi pengunjung. Oleh karena

itu, bahasa sebagai alat komunikasi

juga ikut andil dalam memenuhi

kebutuhan tersebut. Apakah bahasa

yang digunakan telah cukup baik dan

bijak untuk merepresentasikan

barang, tempat, dan jasa yang

ditawarkan pada calon pengunjung?

Apakah bahasa yang digunakan telah

mencerminkan keluhuran dan

kesantunan penduduknya? Semua itu

dapat terungkap melalui bahasa yang

digunakan di ruang publik.

Pada umumnya bahasa yang

digunakan di ruang publik Kabupaten

Rembang, yaitu bahasa Indonesia,

bahasa Jawa, dan bahasa Inggris.

Bahasa Indonesia digunakan pada

papan instansi pemerintah, papan

iklan, baliho, kain rentang, papan

nama usaha, dan papan pengumuman.

Bahasa Indonesia pada papan instansi

pemerintah dan sekolah digunakan

dengan formal, sedangkan pada iklan

tidak. Selain instansi pemerintah dan

sekolah, bahasa Indonesia di ruang

publik Kabupaten Rembang

digunakan bervariasi dengan bahasa

Jawa dan bahasa Inggris. Adapun

bahasa Jawa ada juga yang digunakan

pada papan imbauan dan iklan.

Meskipun penelitian bahasa di

ruang publik dapat mengungkap

banyak hal, penelitian ini hanya

membahas kesalahan ejaan, pilihan

kata, dan struktur. Masalah dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut; (1) Apa saja kesalahan ejaan,

pilihan kata, dan struktur pada bidang

pariwisata di ruang publik Kabupaten

Rembang?; (2) Apa faktor-faktor

yang memengaruhi kesalahan ejaan,

pilihan kata, dan struktur pada bidang

pariwisata di ruang publik Kabupaten

Rembang? Berdasarkan rumusan

Page 3: PENGGUNAAN BAHASA DI RUANG PUBLIK

Kesalahan Berbahasa dalam Bidang Pariwisata (Sri Wahyuni)

161

masalah tersebut maka tujuan

penelitian ini: (1) mendeskripsikan

kesalahan berbahasa terutama ejaan,

pilihan kata, dan struktur pada bidang

pariwisata di ruang publik Kabupaten

Rembang dan (2) mengetahui faktor-

faktor yang memengaruhi kesalahan

berbahasa, terutama ejaan, pilihan

kata, dan struktur pada bidang

pariwisata di ruang publik Kabupaten

Rembang

Penelitian mengenai kesalahan

berbahasa telah banyak dilakukan

oleh para ahli bahasa. Damayanti

(2006) meneliti pemakaian bahasa

Indonesia dalam iklan surat kabar

Kalimantan Barat. Dalam penelitian

tersebut dijelaskan bahwa terdapat

kesalahan penulisan kata asing, kata

depan, awalan, gabungan kata, kata

yang tidak baku, dan tidak hemat.

Terkait dengan bahasa iklan, dalam

penelitian Bahasa Iklan pada Radio

Sonora di Kabupaten Pontianak,

Herawati (2009) juga menjelaskan

adanya penyimpangan penggunaan

diksi. Penyimpangan tersebut

disebabkan oleh pengaruh bahasa

daerah dan bahasa asing serta

ketidaktahuan si pembuat iklan

tentang bentuk bakunya. Inayati

(2014) juga meneliti pemakaian

bahasa di ruang publik Kabupaten

Kendal. Penelitian tersebut membahas

kesalahan penerjemahan unsur bahasa

asing di ruang publik Kabupaten

Kendal. Namun, faktor-faktor yang

menyebabkan kesalahan penerjemahan

tidak dibahas dalam penelitian

tersebut. Selain itu, data yang

digunakan bersifat umum, tidak

dikhususkan pada bidang tertentu

sehingga pembahasan tidak detail.

Selanjutnya, Sukesti (2007) juga

menjelaskan kesalahan-kesalahan

pada pemakaian bahasa Indonesia

dalam ranah pemerintahan di

Yogyakarta. Dalam penelitian

tersebut, dijelaskan bahwa wacana

laporan teknis memiliki kekhasan

struktur dan ungkapan. Selain itu,

wacana laporan teknis berkaitan

dengan pemanfaatan kaidah tata

bahasa, terutama kebenaran kesalahan

struktur sintaksis dan morfologis.

Berdasarkan keempat penelitian

tersebut, ada keragaman aspek, data,

dan tempat dalam penelitian

pemakaian bahasa. Secara umum,

penelitian-penelitian tersebut membahas

kesalahan berbahasa pada berbagai

objek. Hal itu dapat dijadikan dasar

pijakan dalam penelitian ini.

Penelitian bahasa, khususnya di

bidang pariwisata di ruang publik

Kabupaten Rembang, sepanjang

pengetahuan penulis belum pernah

dilakukan. Oleh karena itu, penelitian

ini diharapkan dapat melengkapi

penelitian-penelitian sebelumnya.

Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia Nomor 24 Tahun 2009

Tentang Bendera, Bahasa, dan

Lambang Negara serta Lagu

Kebangsaan Pasal 37 dan 38

mengatur penggunaan bahasa pada

produk barang atau jasa dan ruang

publik. Pasal 37 ayat (1)

menyebutkan Bahasa Indonesia wajib

digunakan dalam informasi tentang

produk barang atau jasa produksi

dalam negeri atau luar negeri yang

beredar di Indonesia. Pasal 38 ayat

(1) menyebutkan Bahasa Indonesia

wajib digunakan dalam rambu umum

penunjuk jalan, fasilitas umum,

spanduk, dan alat informasi lain yang

merupakan pelayanan umum dan ayat

(2) Penggunaan bahasa Indonesia

sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat disertai bahasa daerah dan/atau

bahasa asing. Selain Semua aturan

Page 4: PENGGUNAAN BAHASA DI RUANG PUBLIK

Jalabahasa, Vol. 16, No. 2, November 2020, hlm. 159—170

162

tersebut diterapkan pada penggunaan

bahasa di ruang publik.

Menurut Undang Undang Nomor

26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang, ruang publik dapat berupa

ruang terbuka hijau publik atau ruang

terbuka non hijau publik yang secara

institusional harus disediakan oleh

pemerintah di dalam peruntukan

lahan di kota-kota di Indonesia.

Istilah ruang publik (public

space) pernah dilontarkan Lynch

dengan menyebutkan bahwa ruang

publik adalah nodes dan landmark

yang menjadi alat navigasi di dalam

kota (Lynch dalam Tamami: 2012).

Gagasan tentang ruang publik

kemudian berkembang secara khusus

seiring dengan munculnya

kekuatan masyarakat. Ruang publik

juga dianggap sebagai ruang diskusi

kritis, tempat berkumpul untuk

mengawasi kekuasaan pemerintah.

Ruang publik dalam hal ini termasuk

media informasi seperti surat kabar

dan jurnal. Di samping itu, tempat

minum dan warung kopi, balai

pertemuan, serta ruang publik lain

yang menjadi tempat diskusi sosio-

politik berlangsung juga dianggap

sebagai ruang publik.

Selain ruang publik, bahasa yang

digunakan pada papan imbauan,

petunjuk, reklame, nama usaha, dan

kantor menjadi persoalan yang sangat

penting. Seminar Politik Bahasa

Nasional (2011) merumuskan bahwa

pengembangan dan pembinaan

bahasa adalah usaha dan kegiatan

yang ditujukan untuk memelihara dan

mengembangkan bahasa Indonesia,

bahasa daerah, dan pengajaran bahasa

asing supaya dapat memenuhi fungsi

dan kedudukannya. Hal itu dijelaskan

pula oleh Sugono (2009: 4) bahwa

pengembangan dan pembinaan

bahasa Indonesia dilakukan melalui

usaha-usaha pembakuan agar tercapai

pemakaian bahasa yang cermat, tepat,

dan efisien dalam berkomunikasi.

Oleh karena itu, perlu dirumuskan

kaidah dalam bidang ejaan,

kosakata/istilah, dan tata bahasa.

Pengembangan aspek bahasa

meliputi ragam bahasa lisan dan

ragam bahasa tulis. Ragam bahasa

lisan mencakup aspek lafal, tata

bahasa, dan kosakata/istilah,

sedangkan ragam bahasa tulis

mencakup tata bahasa, kosakata, dan

ejaan. Adapun, pembinaan bahasa

ditujukan kepada masyarakat penutur

bahasa, yaitu upaya peningkatan mutu

penggunaan bahasa Indonesia dan

perluasan penggunaannya ke seluruh

lapisan masyarakat. Jadi,

pengembangan dan pembinaan

bahasa meliputi usaha

mengembangkan bahasa (yang salah

satu sasarannya berupa pembakuan

bahasa) dan usaha meningkatkan

kemampuan dan sikap penutur bahasa

Indonesia agar dapat menggunakan

bahasa Indonesia dengan baik dan

benar (Sugono, 2009: 7).

Ketepatan dan kesesuaian pilihan

kata serta ejaan diperlukan supaya

pesan dan informasi yang tertulis

dapat diterima oleh masyarakat.

Menurut Keraf (2004: 87), ketepatan

pilihan kata mempersoalkan

kesanggupan sebuah kata untuk

menimbulkan gagasan-gagasan yang

tepat pada imajinasi pembaca atau

pendengar, seperti apa yang

dipikirkan atau dirasakan oleh penulis

atau pembicara. Adapun, kesesuaian

kata mempersoalkan apakah pilihan

kata dan gaya bahasa yang

dipergunakan tidak merusak suasana

atau menyinggung perasaan orang

yang membaca (Keraf, 2004: 103).

Page 5: PENGGUNAAN BAHASA DI RUANG PUBLIK

Kesalahan Berbahasa dalam Bidang Pariwisata (Sri Wahyuni)

163

Metode pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi dan dokumentasi. Metode

observasi digunakan karena data yang

dikumpulkan adalah bahasa tulis di

ruang publik. Metode dokumentasi

digunakan karena data berupa unsur-

unsur kebahasaan pada papan iklan,

baliho, reklame, dan spanduk di

sepanjang Jalan Sudirman, Jalan

Gajah Mada, Jalan Kartini, Jalan

W.R. Supratman, dan Jalan

Sumbermukti di Kabupaten

Rembang. Data yang telah tersedia

kemudian diamati, dipilih, dan dipilah

berdasarkan pemilahan tertentu.

Pemilahan data mencakup di bidang

apa saja data yang mengalami

penyimpangan. Kemudian apakah

data tersebut menggunakan bahasa

Indonesia, bahasa Inggris, campuran

bahasa Indonesia dan bahasa Inggris,

atau bahasa Jawa. Metode analisis

yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode deskriptif. Metode itu

mendeskripsikan penggunaan bahasa

Indonesia di ruang publik, tulisan apa

saja yang mengalami penyimpangan,

dan faktor-faktor yang memengaruhi

penyimpangan tersebut. Pada tahap

analisis, Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) digunakan sebagai

acuan untuk menentukan benar atau

tidaknya kata yang digunakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kesalahan Berbahasa

Sebagian besar kesalahan berbahasa

di ruang publik bidang pariwisata

Kabupaten Rembang terdapat pada

ejaan yang disebabkan interferensi

bahasa Inggris.

Data 1

Ejaan executive data 1 telah

disesuaikan dalam bahasa Indonesia

menjadi eksekutif (KBBI, 2008: 356).

Penulisan tanda titik (.) data 1 salah.

Penulisan perincian pada data 1

seharusnya menggunakan tanda

koma, bukan tanda titik. Berdasarkan

Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia (PUEBI) tanda koma

dipakai di antara unsur-unsur dalam

suatu perincian atau pembilangan.

Selain itu, reclining seat, smoking

area, leg rest merupakan istilah

dalam bahasa Inggris. Istilah smoking

area dapat diterjemahkan area

merokok. Adapun, jika belum

ditemukan padanannya istilah

tersebut seharusnya dicetak miring.

Dengan demikian, penulisan yang

tepat yaitu: FASILITAS: AC, TV,

TOILET, RECLINING SEAT, AREA

MEROKOK, MAKAN, LEG REST.

Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2008: 1485), ejaan transportation

telah disesuaikan menjadi transportasi.

Selain itu, struktur yang digunakan

bukan struktur bahasa Indonesia.

Oleh karena itu, nama usaha yang

tepat untuk data 1 ialah Transportasi

Pahala Kencana. Kesalahan lainnya

yaitu penyingkatan kata jalan. Kata

jalan seharusnya ditulis lengkap.

Data 2

Page 6: PENGGUNAAN BAHASA DI RUANG PUBLIK

Jalabahasa, Vol. 16, No. 2, November 2020, hlm. 159—170

164

Penggunaan struktur asing data 2

terdapat pada nama usaha. Data 2

Pahala Express Delivery dapat

diterjemahkan Pengiriman Ekspres

Pahala. Ejaan courier telah

disesuaikan dalam bahasa Indonesia

menjadi kurir (KBBI, 2008: 626),

sedangkan cargo telah disesuaikan

menjadi kargo. Ejaan Domestic &

International juga telah disesuaikan

ejaannya menjadi Domestik dan

Internasional. Dengan demikian,

pilihan dan struktur kata yang tepat

untuk memperbaiki data 2, yaitu

Pengiriman Ekspres Pahala; Kurir &

Kargo; Domestik & Internasional;

Rekan Anda yang Tepercaya.

Data 3

Interferensi bahasa Inggris data 3

terdapat pada kata beach dan struktur

kata Dampo Awang Beach. Kata

beach memiliki padanan pantai atau

laut. Oleh karena itu, kata tersebut

sebaiknya menggunakan bentuk

bahasa Indonesia. Penggunaan kata

beach pada klausa di Dampo Awang

Beach juga tidak tepat. Papan

bertuliskan selamat datang pada data

3 menggunakan bahasa Indonesia,

sedangkan frasa di Dampo Awang

Beach terinterferensi bahasa Inggris.

Oleh karena itu, ungkapan tersebut

tidak tepat. Ungkapan pada papan

tersebut dapat diganti Selamat Datang

di Pantai Dampo Awang, TRP Kartini

Rembang.

Data 4

Struktur bahasa Inggris MD

(menerangkan diterangkan) digunakan

pada nama Antika Hotel. Penggunaan

struktur ini tidak tepat. Struktur yang

tepat adalah DM (diterangkan dan

menerangkan). Oleh karena itu,

penulisan nama yang tepat pada data

4 ialah Hotel Antika bukan Antika

Hotel. Penulisan kata restaurant telah

disesuaikan ejaannya dalam bahasa

Indonesia menjadi restoran sehingga

penulisan yang tepat hotel & restoran

bukan hotel & restaurant.

Data 5

Page 7: PENGGUNAAN BAHASA DI RUANG PUBLIK

Kesalahan Berbahasa dalam Bidang Pariwisata (Sri Wahyuni)

165

Nama gier-lie pada data 5

merupakan akronim dari frasa

pinggier kalie. Frasa pinggier kalie

berasal dari modifikasi frasa pinggir

kali yang memiliki makna sama

„pinggir sungai‟ karena letak rumah

makan tersebut memang di pinggir

sebuah kali atau sungai. Kesalahan

ejaan terdapat pada penggantian

fonem /i/ dengan diftong /ie/ pada

suku kata gier dan lie. Diftong /ie/

tidak terdapat dalam komposisi

bahasa Indonesia. Diftong bahasa

Indonesia terdiri atas /oi/, /au/, /ei/,

dan /ai/. Diftong /oi/ terdapat pada

kata amboi, sepoi-sepoi. Diftong /au/

terdapat pada kata sengau, kacau

balau. Diftong /ei/ terdapat pada kata

eigendom, geiser, dan survei. Diftong

/ai/ terdapat pada kata melambai,

pantai, santai. Oleh karena itu, besar

kemungkinan diftong /ie/ yang ada

pada akronim gier-lie dipengaruhi

ejaan diftong dalam bahasa Inggris.

Diftong /ie/ dalam bahasa Inggris

misalnya terdapat pada kata tie ‟dasi‟,

lie ‟bohong‟, die ‟mati, meninggal‟.

Meskipun demikian, akronim gier-lie

tidak dilafalkan sebagai diftong yang

memiliki bunyi peluncur [y] seperti

pada kata tie, lie, maupun die. Dalam

kehidupan sehari-hari, penutur lebih

cenderung melafalkan akronim gier-

lie sebagai gir-li. Dengan

demikian, penulisan akronim gier-lie

terinterferensi oleh ejaan bahasa

Inggris. Hal itu menunjukkan kuatnya

pengaruh bahasa Inggris di kalangan

pelaku bisnis. Anggapan bahasa

Inggris dianggap lebih prestis

daripada bahasa Indonesia masih

menguasai cara pandang mereka.

Data 6

Terdapat pengaruh bahasa

daerah, yaitu bahasa Jawa pada kata

ndesa data 6. Menurut KBBI (2008:

318), ejaan yang benar yaitu desa.

Akan tetapi, dalam tuturan lisan

bahasa Jawa, kata desa sering kali

diucapkan ndesa. Kesalahan

pemilihan diksi data 6 juga terdapat

pada penggunaan kata special,

catering, dan dos. Kata special

berpadanan dengan kata khusus,

istimewa, khas, melulu (KBBI, 2008:

1334). Kata dos merupakan

kependekan dari kata kardus. Kata

dos terinterferensi oleh pengucapan

bahasa Jawa yang menyebut fonem

/u/ pada suku tertutup menjadi /U/

sehingga kata kardus diucapkan

dalam bahasa Jawa menjadi [kardUs].

Pilihan kata yang tepat untuk

menggantikan dos pada frasa nasi dos

yaitu kotak. Dengan demikian, frasa

yang tepat menggantikan nasi dos

yaitu nasi kotak. Selain itu, ejaan kata

special telah disesuaikan dalam

Page 8: PENGGUNAAN BAHASA DI RUANG PUBLIK

Jalabahasa, Vol. 16, No. 2, November 2020, hlm. 159—170

166

bahasa Indonesia menjadi spesial.

Adapun catering telah disesuaikan

menjadi katering. Oleh karena itu,

seharusnya didahulukan penggunaan

ejaan bahasa Indonesia khusus atau

khas atau spesial dan katering

daripada istilah bahasa Inggris special

dan catering. Kalimat yang tepat pada

data 6 untuk menggantikan Special

Masakan Jawa yaitu Masakan Khas

Jawa atau Khusus Masakan Jawa

atau Spesial Masakan Jawa. Adapun,

ejaan Melayani Pesanan Catering

menjadi Melayani Pesanan Katering.

Data 7

Penulisan ejaan yang salah data 7

terdapat pada kata syrup, tart dan

krupuk. Pada KBBI (2008: 686, 1318,

dan 1403), kata syrup dan tart telah

disesuaikan ejaannya menjadi sirop

dan tar, sedangkan penulisan yang

tepat kata krupuk yaitu kerupuk. Oleh

karena itu, kata syrup, tart dan krupuk

seharusnya ditulis sirop, tar, dan

kerupuk.

Data 8

Struktur nama Wahyu Warung

Makan menggunakan hukum MD

(menerangkan diterangkan). Nama

Wahyu menerangkan frasa Warung

Makan padahal dalam struktur bahasa

Indonesia unsur yang diterangkan

sebaiknya diletakkan di depan. Jadi,

penulisan yang tepat nama warung

tersebut yaitu Warung Makan Wahyu.

Berdasarkan KBBI (2008: 905),

penulisan ejaan kata mrica yang tepat

yaitu merica. Selain itu, penggunaan

tanda hubung pada kata Oseng -

oseng seharusnya tidak menggunakan

spasi. Meskipun dalam KBBI (2008:

1499) makna oseng – oseng memiliki

konsep tumis, penulisan tanda hubung

pada kata berulang sebaiknya

disesuaikan dengan PUEBI, yaitu

oseng-oseng.

Page 9: PENGGUNAAN BAHASA DI RUANG PUBLIK

Kesalahan Berbahasa dalam Bidang Pariwisata (Sri Wahyuni)

167

Data 9

Ada beberapa kesalahan ejaan

pada data 9. Penulisan kata mie

mengalami penyimpangan karena

berdasarkan KBBI (2008: 912), ejaan

yang tepat ialah mi. Kata cake telah

disesuaikan dalam KBBI dalam

jaringan (daring) menjadi keik.

Adapun, kata bakery dapat

diterjemahkan menjadi toko roti. Jika

kata tersebut tetap ditulis sebagai

bakery, hendaknya ditulis dengan

huruf miring karena kata tersebut

merupakan bentuk asing. Namun,

sesuai dengan Pedoman Umum

Pembentukan Istilah (2007: 22),

sangat bijaksana jika pembuat iklan

lebih mendahulukan bentuk bahasa

Indonesia daripada bentuk asing. Jika

cake & bakery dipadankan dalam

bahasa Indonesia sebagai keik & toko

roti tentu tidak sejajar. Bentuk bahasa

Indonesia yang dapat

merepresentasikan istilah cake &

bakery, yaitu keik & roti.

Data 10

Kesalahan ejaan data 10 terdapat

pada kata waroeng. Kemungkinan hal

itu merupakan pengaruh pelafalan

dalam bahasa Jawa. Bunyi u pada

kata warung dilafalkan u rendah yang

terdengar seperti bunyi [o] dalam

bahasa Indonesia sehingga kata

warung ditulis sebagai waroeng.

Akan tetapi, ejaan fonem /oe/ yang

mengacu pada fonem /u/ sudah tidak

digunakan lagi saat ini. Berdasarkan

PUEBI, fonem /u/ tetap ditulis /u/.

Dengan demikian, penulisan kata

waroeng yang tepat pada data 10

yaitu Warung Makan Sido Mulyo.

Data 11

Penyimpangan data 11 terdapat

pada kata kentaki, krapu, capcay, dan

mie. Ejaan penulisan krapu, capcay

dan mie telah disesuaikan dalam

KBBI (2008: 244, 686, 912) menjadi

kerapu, capcai, dan mi. Oleh karena

itu, seharusnya dalam daftar menu

ditulis kerapu, capcai, dan mi.

Adapun, kata kentaki merupakan

penyesuaian ejaan dari nama negara

bagian Kentucky di Amerika Serikat.

Nama Kentucky terkenal berkaitan

dengan bisnis waralaba Kentucky

Fried Chicken yang didirikan oleh

Kolonel Harland Sanders. Ada

beberapa nama restoran sejenis

seperti California Fried Chicken,

Texas Fried Chicken, tetapi nama

Kentucky Fried Chicken-lah yang

sangat populer. Bahkan, nama

Kentucky Fried Chicken menjadi ikon

Page 10: PENGGUNAAN BAHASA DI RUANG PUBLIK

Jalabahasa, Vol. 16, No. 2, November 2020, hlm. 159—170

168

jenis masakan ayam goreng tepung di

Indonesia. Ketika orang menyebut

nama Kentucky, sebagian besar

masyarakat di Indonesia akan tertuju

pada ayam goreng tepung. Oleh sebab

itu, muncul nama kentaki pada data

11 sebagai penyesuaian ejaan dari

nama Kentucky. Namun, penyesuaian

ejaan dalam bahasa Indonesia bukan

satu-satunya langkah dalam

pembentukan istilah. Bentuk kentaki

dapat digantikan ayam goreng

tepung, maka bentuk ayam goreng

tepung lebih utama untuk digunakan.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi

Faktor-faktor yang mempengaruhi

kesalahan berbahasa di ruang publik

Kabupaten Rembang dapat

dideskripsikan sebagai berikut.

Pertama, interferensi bahasa Inggris.

Faktor ini merupakan faktor klasik

yang sering mempengaruhi kesalahan

berbahasa di situasi atau lokasi mana

pun. Sebagian besar hal itu terjadi di

negara yang tidak menggunakan

bahasa Inggris sebagai bahasa

nasional seperti Indonesia. Pengaruh

bahasa Inggris sebagai bahasa

internasional tidak dapat dimungkiri

sangat kuat mendesak eksistensi

kosakata lokal. Anggapan bahwa

bahasa Inggris lebih dapat mewakili

konsep yang dimaksud, prestis, atau

moderen merupakan alasan lebih

digunakannya bahasa Inggris dari

pada bahasa Indonesia. Hal itu

terlihat dengan digunakannya bahasa

Inggris pada data 1, 2, 3, 4, 9

Kedua, kurangnya minat

menerapkan bahasa Indonesia yang

baik dan benar. Ada dua penyebab

mengapa faktor ini dapat terjadi, yaitu

faktor kreativitas dan faktor

kurangnya pengetahuan. Data 5

merupakan salah satu contoh

kurangnya minat menerapkan bahasa

Indonesia yang baik karena

kreativitas. Penduduk Indonesia

banyak yang belum terbiasa dengan

budaya literasi. Untuk memastikan

ejaan yang benar, pemroduksi teks

ruang publik sangat jarang membuka

kamus. Hal itu terlihat pada data 7

dan 11.

Faktor ketiga, yaitu pengaruh

bahasa daerah. Masyarakat Rembang

merupakan penutur bahasa Jawa.

Pengaruh bahasa Jawa di ruang

publik Kabupaten Rembang terlihat

pada kata warung ndesa (data 6),

oseng-oseng (data 8), dan waroeng

(10). Pemilihan kata tersebut

menunjukkan identitas pemilik

sebagai penutur bahasa Jawa.

Biasanya, hal tersebut dilakukan

supaya produk yang dijual mudah

dikenali pengunjung. Selain itu,

penggunaan bahasa daerah juga

bertujuan untuk lebih mendekatkan

sesuatu yang ditawarkan atau

diinformasikan pada pembaca tulisan.

SIMPULAN DAN SARAN

Kesalahan berbahasa masih

ditemukan di ruang publik Kabupaten

Rembang, khususnya di bidang

pariwisata. Kesalahan tersebut

sebagian besar terjadi karena

pengaruh bahasa Inggris yang sangat

kuat. Ejaan dan pola bahasa Inggris

digunakan pada tulisan berbahasa

Indonesia, misalnya, penulisan

Dampo Awang Beach, cake & bakery,

dan tart. Selain itu, kurangnya

kesadaran pembuat tulisan dalam

berbahasa Indonesia yang baik dan

benar juga ikut mempengaruhi

kesalahan berbahasa di ruang publik

Kabupaten Rembang, misalnya,

Page 11: PENGGUNAAN BAHASA DI RUANG PUBLIK

Kesalahan Berbahasa dalam Bidang Pariwisata (Sri Wahyuni)

169

penulisan nama warung makan gier-

lie. Selanjutnya, kesalahan ejaan

karena pengaruh bahasa Jawa terdapat

pada penulisan kata ndesa.

Banyaknya kesalahan berbahasa di

ruang publik Kabupaten Rembang,

khususnya pada bidang pariwisata,

menunjukkan masyarakat kurang

peduli pada bahasa yang digunakan di

ruang publik. Hal itu perlu dibenahi

dengan memberikan pemahaman dan

wawasan tentang pentingnya

menggunakan bahasa Indonesia

dengan baik dan benar oleh pihak

yang berwenang. Pembuat tulisan

atau iklan sebaiknya lebih menyadari

bahwa produk teks di ruang publik

memiliki pengaruh yang besar bagi

masyarakat. Tulisan-tulisan yang

terpampang di ruang publik suatu

daerah itu sering kali digunakan

sebagai navigasi untuk memandu

pengunjung di daerah tersebut. Oleh

karena itu, sangatlah bijak bagi

pembuat tulisan di ruang publik untuk

menggunakan bahasa Indonesia yang

baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan & Sugono, Dendy. 2011.

Politik Bahasa. Jakarta:

Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan.

Badan Pengembangan dan Pembinaan

Bahasa. 2011. Undang-

Undang Nomor 24 Tahun

2009 tentang Bendera,

Bahasa, dan Lambang Negara

serta Lagu Kebangsaan.

Jakarta: Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan.

Damayanti, Wahyu. 2006. Pemakaian

Bahasa Indonesia dalam Iklan

Surat Kabar Kalimantan

Barat. Pontianak: Balai

Bahasa Provinsi Kalimantan

Barat.

Departemen Pekerjaan Umum. 2007.

Undang-undang Nomor 26

Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang. Jakarta: Departemen

Pekerjaan Umum.

Departemen Pendidikan Nasional.

2008. Kamus Besar Bahasa

Indonesia Pusat Bahasa.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Echols, John M. & Shadily, Hassan.

1997. Kamus Inggris

Indonesia. Jakarta: PT

Gramedia.

Herawati, Ida. 2009. Bahasa Iklan

pada Radio Sonora di

Kabupaten Pontianak.

Pontianak: Balai Bahasa

Provinsi Kalimantan Barat.

Inayati, Ika. 2014. ”Unsur Bahasa

Asing dalam Pemakaian

Bahasa di Ruang Publik

Kendal”. Jurnal Jalabahasa

Volume 10, Nomor 1, 17—33.

Balai Bahasa Jawa Tengah,

Badan Pengembangan dan

Pembinaan Bahasa,

Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan.

Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan. 2016.

http://kbbi.kemdikbud.go.id/.

(diakses 30 Januari 2016)

Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan. 2015. Peraturan

Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 50 Tahun

Page 12: PENGGUNAAN BAHASA DI RUANG PUBLIK

Jalabahasa, Vol. 16, No. 2, November 2020, hlm. 159—170

170

2015 tentang Pedoman Umum

Ejaan Bahasa Indonesia.

Jakarta: Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan.

Keraf, Gorys. 2004. Diksi dan Gaya

Bahasa. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Pusat Bahasa. 2007. Pedoman Umum

Pembentukan Istilah. Jakarta:

Departemen Pendidikan

Nasional.

Sugono, Dendy. 2009. Mahir

Berbahasa Indonesia dengan

Benar. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Sukesti, Restu, dkk. 2007.

“Pemakaian Bahasa Indonesia

dalam Ranah Pemerintahan di

Yogyakarta: Laporan Teknis”.

Jakarta: Pusat Bahasa

Tamami, Adib. 2012. “Humanisme

Ala Warung Kopi”.

http://www.academia.edu/103

68549/HUMANISME_ALA_

WARUNG_KOPI.