Upload
abdir-rohman-al-hamdany
View
218
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Essai PKD PMII Komfakkes
Citation preview
TEMA: PENGUATAN IDEOLOGI ISLAM INDONESIA
PENERAPAN FAHAM AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH OLEH NAHDLATUL
ULAMA (NU)
Sejarah kehidupan yang dibangun manusia telah menghasilkan peradaban,
kebudayaan dan tradisi sebagai wujud karya dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan
dan tuntutan hidup yang dihadapi, dalam lingkungan negara atau wilayah tertentu, suatu
bangsa atau suku, membangun kebudayaan serta peradaban sesuai dengan prinsip dan nilai
serta pandangan hidup yang diperoleh dari ajaran agama atau faham yang dianut. Peradaban,
kebudayaan dan tradisi selalu mengalami perubahan, berupa kemajuan dan kemunduran yang
semua itu ditentukan atas dasar relevansinya dengan kehidupan dan kemanusiaan. Pertemuan
antara berbagai peradaban, kebudayaan dan tradisi merupakan kenyataan dan dialektika
sejarah yang mengakibatkan terjadinya saling mempengaruhi, percampuran, serta
pembenturan yang sesuai dengan daya tahan dan daya serap masing-masing.peradaban islam
yang muncul sejak awal abd ke-7 masehi sampai sekarang ini juga termasuk salah satu
kenyataan sejarah tersebut.
Sejarah panjang Republik Indonesia diwarnai dengan pergulatan budaya, ideologi,
hingga kepentingan paham dalam beragama. Dan sebagai salah satu organisasi islam terbesar
di indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) memiliki peran penting dalam proses ini. Sebbagai
contoh, kemerdekaan sebuah bangsa sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang merupakan
bagian dari hegemoni kekuasaan dengan mengatasnamakan perubahan dan peradaban selalu
disertai kepentingan. Setiap penyebaran nalar ideologis, pasti dipengaruhi unsur
subyektivitas, yang hampir pasti memiliki nilai politis yang bersifat jangaka pendek maupun
jangka panjang. Tapi NU tampaknya dapat mengesampingkan itu dengan prinsip untuk
menegakkan semangat keindonesiaan tanpa menghilangkan nilai-nilai keislaman. Ini adalah
salah satu faktor penentu berkembangnya peradaban islam di Indonesia. NU membawa faham
Ahlus Sunnah wal Jama’ah sebagai faham dengan metode yang komprehensif yang
memadukan antara wahyu akal dan mencakup seluruh aspek kehidupan yang mengandung
prinsip moderat (tawasuth), menjaga keseimbangan (tawazun), dan toleransi (tasamuh).
Dengan mengikuti tuntuna wahyu dan akal secara proporsional yang sesuai dengan fitrah
kemanusiaan dan hukum kehidupan (sunnatullah). Ahlus Sunnah Wal Jama’ah menghindari
pertentangan politik dan fanatisme kelompok yang masuk dalam pemahaman keagamaan.
Dengan prinsip dan watak dasarnya itu, Ahlus Sunnah Wal Jama’ah diterima dan
berkembang di semua lapisan masyarakat, serta ikut berperan memajukan kehidupan yang
penuh kedamaian dalam wahana kebangsaan dan kenegaraan bersama peradaban,
kebudayaan dan tradisi lain.
Ahlus Sunnah Wal Jama’ah memiliki prinsip menyebarkan rahmat kepada seluruh
alam semesta (rahmatan lil ‘alamin). Ahlus Sunnah Wal Jama’ah memandang realitas
kehidupan secara inklusif dan substansif. Ahlus Sunnah Wal Jama’ah tidak terjebak dalam
klaim kebenaran dirinya secara mutlak. Pluralitas (kemajemukan) dalam hidup merupakan
rahmat yang harus dihadapi dengan sifat ta’aruf, contohnya membuka diri dan melakukan
dialog secara kreatif untuk menjalin kebersamaan dann kerja sama atas saling menghormati
dan saling membantu. Ahlus Sunnah Wal Jama’ah memandang sikap eksklusifitas yang
mengaku kebenaran hanya milik sendiri dan memandang pihak lain salah, bahkan
memaksakan pendapatnya kepada orang lain merupakan refleksi sikap otoriter dan pada
gilirannya akan mengakibatkan perpecahan, pertentangan dan konflik yang membuat
kerusakan dan kesengsaraan.
Prinsip Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam mengembangkan budaya dan perdaban
didasari sikap berimbang dan menjaga kesinambungan antara yang sudah ada dan menambil
hal yang baru. Budaya lama yang masih relevan terus dijaga dan dilestarikan, sementara
budaya baru diterima setelah dilakukan penyaringan dan penyesuaian (al-mukhafadzah ‘alal
qadimus shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah). Contohnya terhadap budaya dan peradaban
modern yang datang dari Barat, pada dasarnya Ahlus Sunnah Wal Jama’ah memandang
sebagai hasil inovasi dan kreatifitas manusia atas dasar rasionalisme dalam menjawab
tantangan yang dihadapi dalam bentuk nilai-nilai, ilmu pengetahuan dan teknologi. Semua
yang ada dalam peradaban dan kebudayaan modern baik berupa etos kerja, kedisiplinan,
orientasi ke depan, dorongan penggunaan teknologi canggih merupakan warisan kemanusiaan
yang membawa manfaat untuk kesejahteraan hidup manusia. Sebagai warisan kemanusiaan
yang terbuka, Ahlus Sunnah Wal Jama’ah memandang peradaban dan kebudayaan modern
dapat dimanfaatkan sepanjang tidak mengakibatkan bahaya dan tidak bertentangan dengan
sendi-sendi dasar akidah dan syariat islam.
Oleh karena itu,”Saya adalah orang Indonesia yang beragama islam”. Adalah
pernyataan yang paling tepat untuk menunjukkan bahwasanya Islam Indonesia adalah Islam
yang tetap menjunjung tinggi dan melestarikan budaya-budaya Indonesia yang relevan
dengan ajaran dan syariat Islam dan juga menerima budaya-budaya asing yang sebelumnya
telah disaring dan disesuaikan dengan akidah dan syariat Islam. Disamping itu, Islam
Indonesia adalah Islam yang tidak serta-merta merasa yang paling benar dengan harus
memaksakan ideologinya kepada golongan lain yang nantinya akan mengakibatkan
perpecahan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercinta ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arafat Yassir, dkk. 2007. Fiqih Galak Gampil. Pasuruan; Madrasah Diniyah
Mu’allimin Mu’allimat Darut Taqwa Pondok Pesantren Ngalah Sengonagung Purwosari
Effendy Bahtiar. 2011. Islam dan Negara. Jakarta; Democracy Project
Mahmudi Ahmad. 2014. Peran Nahdlatul Ulama dalam Pembentukan Ideologi
Negara Republik Indonesia. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Yogyakarta: Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.