4
TEMA: PENGUATAN IDEOLOGI ISLAM INDONESIA PENERAPAN FAHAM AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH OLEH NAHDLATUL ULAMA (NU) Sejarah kehidupan yang dibangun manusia telah menghasilkan peradaban, kebudayaan dan tradisi sebagai wujud karya dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup yang dihadapi, dalam lingkungan negara atau wilayah tertentu, suatu bangsa atau suku, membangun kebudayaan serta peradaban sesuai dengan prinsip dan nilai serta pandangan hidup yang diperoleh dari ajaran agama atau faham yang dianut. Peradaban, kebudayaan dan tradisi selalu mengalami perubahan, berupa kemajuan dan kemunduran yang semua itu ditentukan atas dasar relevansinya dengan kehidupan dan kemanusiaan. Pertemuan antara berbagai peradaban, kebudayaan dan tradisi merupakan kenyataan dan dialektika sejarah yang mengakibatkan terjadinya saling mempengaruhi, percampuran, serta pembenturan yang sesuai dengan daya tahan dan daya serap masing- masing.peradaban islam yang muncul sejak awal abd ke-7 masehi sampai sekarang ini juga termasuk salah satu kenyataan sejarah tersebut. Sejarah panjang Republik Indonesia diwarnai dengan pergulatan budaya, ideologi, hingga kepentingan paham dalam beragama. Dan sebagai salah satu organisasi islam terbesar di indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) memiliki peran penting dalam proses ini. Sebbagai contoh, kemerdekaan sebuah bangsa sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang merupakan bagian dari hegemoni kekuasaan dengan mengatasnamakan perubahan dan

Penguatan ideologi islam indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Essai PKD PMII Komfakkes

Citation preview

TEMA: PENGUATAN IDEOLOGI ISLAM INDONESIA

PENERAPAN FAHAM AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH OLEH NAHDLATUL

ULAMA (NU)

Sejarah kehidupan yang dibangun manusia telah menghasilkan peradaban,

kebudayaan dan tradisi sebagai wujud karya dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan

dan tuntutan hidup yang dihadapi, dalam lingkungan negara atau wilayah tertentu, suatu

bangsa atau suku, membangun kebudayaan serta peradaban sesuai dengan prinsip dan nilai

serta pandangan hidup yang diperoleh dari ajaran agama atau faham yang dianut. Peradaban,

kebudayaan dan tradisi selalu mengalami perubahan, berupa kemajuan dan kemunduran yang

semua itu ditentukan atas dasar relevansinya dengan kehidupan dan kemanusiaan. Pertemuan

antara berbagai peradaban, kebudayaan dan tradisi merupakan kenyataan dan dialektika

sejarah yang mengakibatkan terjadinya saling mempengaruhi, percampuran, serta

pembenturan yang sesuai dengan daya tahan dan daya serap masing-masing.peradaban islam

yang muncul sejak awal abd ke-7 masehi sampai sekarang ini juga termasuk salah satu

kenyataan sejarah tersebut.

Sejarah panjang Republik Indonesia diwarnai dengan pergulatan budaya, ideologi,

hingga kepentingan paham dalam beragama. Dan sebagai salah satu organisasi islam terbesar

di indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) memiliki peran penting dalam proses ini. Sebbagai

contoh, kemerdekaan sebuah bangsa sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang merupakan

bagian dari hegemoni kekuasaan dengan mengatasnamakan perubahan dan peradaban selalu

disertai kepentingan. Setiap penyebaran nalar ideologis, pasti dipengaruhi unsur

subyektivitas, yang hampir pasti memiliki nilai politis yang bersifat jangaka pendek maupun

jangka panjang. Tapi NU tampaknya dapat mengesampingkan itu dengan prinsip untuk

menegakkan semangat keindonesiaan tanpa menghilangkan nilai-nilai keislaman. Ini adalah

salah satu faktor penentu berkembangnya peradaban islam di Indonesia. NU membawa faham

Ahlus Sunnah wal Jama’ah sebagai faham dengan metode yang komprehensif yang

memadukan antara wahyu akal dan mencakup seluruh aspek kehidupan yang mengandung

prinsip moderat (tawasuth), menjaga keseimbangan (tawazun), dan toleransi (tasamuh).

Dengan mengikuti tuntuna wahyu dan akal secara proporsional yang sesuai dengan fitrah

kemanusiaan dan hukum kehidupan (sunnatullah). Ahlus Sunnah Wal Jama’ah menghindari

pertentangan politik dan fanatisme kelompok yang masuk dalam pemahaman keagamaan.

Dengan prinsip dan watak dasarnya itu, Ahlus Sunnah Wal Jama’ah diterima dan

berkembang di semua lapisan masyarakat, serta ikut berperan memajukan kehidupan yang

penuh kedamaian dalam wahana kebangsaan dan kenegaraan bersama peradaban,

kebudayaan dan tradisi lain.

Ahlus Sunnah Wal Jama’ah memiliki prinsip menyebarkan rahmat kepada seluruh

alam semesta (rahmatan lil ‘alamin). Ahlus Sunnah Wal Jama’ah memandang realitas

kehidupan secara inklusif dan substansif. Ahlus Sunnah Wal Jama’ah tidak terjebak dalam

klaim kebenaran dirinya secara mutlak. Pluralitas (kemajemukan) dalam hidup merupakan

rahmat yang harus dihadapi dengan sifat ta’aruf, contohnya membuka diri dan melakukan

dialog secara kreatif untuk menjalin kebersamaan dann kerja sama atas saling menghormati

dan saling membantu. Ahlus Sunnah Wal Jama’ah memandang sikap eksklusifitas yang

mengaku kebenaran hanya milik sendiri dan memandang pihak lain salah, bahkan

memaksakan pendapatnya kepada orang lain merupakan refleksi sikap otoriter dan pada

gilirannya akan mengakibatkan perpecahan, pertentangan dan konflik yang membuat

kerusakan dan kesengsaraan.

Prinsip Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam mengembangkan budaya dan perdaban

didasari sikap berimbang dan menjaga kesinambungan antara yang sudah ada dan menambil

hal yang baru. Budaya lama yang masih relevan terus dijaga dan dilestarikan, sementara

budaya baru diterima setelah dilakukan penyaringan dan penyesuaian (al-mukhafadzah ‘alal

qadimus shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah). Contohnya terhadap budaya dan peradaban

modern yang datang dari Barat, pada dasarnya Ahlus Sunnah Wal Jama’ah memandang

sebagai hasil inovasi dan kreatifitas manusia atas dasar rasionalisme dalam menjawab

tantangan yang dihadapi dalam bentuk nilai-nilai, ilmu pengetahuan dan teknologi. Semua

yang ada dalam peradaban dan kebudayaan modern baik berupa etos kerja, kedisiplinan,

orientasi ke depan, dorongan penggunaan teknologi canggih merupakan warisan kemanusiaan

yang membawa manfaat untuk kesejahteraan hidup manusia. Sebagai warisan kemanusiaan

yang terbuka, Ahlus Sunnah Wal Jama’ah memandang peradaban dan kebudayaan modern

dapat dimanfaatkan sepanjang tidak mengakibatkan bahaya dan tidak bertentangan dengan

sendi-sendi dasar akidah dan syariat islam.

Oleh karena itu,”Saya adalah orang Indonesia yang beragama islam”. Adalah

pernyataan yang paling tepat untuk menunjukkan bahwasanya Islam Indonesia adalah Islam

yang tetap menjunjung tinggi dan melestarikan budaya-budaya Indonesia yang relevan

dengan ajaran dan syariat Islam dan juga menerima budaya-budaya asing yang sebelumnya

telah disaring dan disesuaikan dengan akidah dan syariat Islam. Disamping itu, Islam

Indonesia adalah Islam yang tidak serta-merta merasa yang paling benar dengan harus

memaksakan ideologinya kepada golongan lain yang nantinya akan mengakibatkan

perpecahan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercinta ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arafat Yassir, dkk. 2007. Fiqih Galak Gampil. Pasuruan; Madrasah Diniyah

Mu’allimin Mu’allimat Darut Taqwa Pondok Pesantren Ngalah Sengonagung Purwosari

Effendy Bahtiar. 2011. Islam dan Negara. Jakarta; Democracy Project

Mahmudi Ahmad. 2014. Peran Nahdlatul Ulama dalam Pembentukan Ideologi

Negara Republik Indonesia. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Yogyakarta: Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.