Upload
others
View
19
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGUKURAN PRODUKTIVITAS GALANGAN KAPAL
KOPERASI PEGAWAI NEGERI DINAS PERIKANAN
(KPNDP) DKI JAKARTA MENGGUNAKAN MODEL
OBJECTIVE MATRIX (OMAX)
LINA YUNI KURNIA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Peningkatan Produktivitas Pada
Aktivitas Reparasi Di Galangan Kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan
(KPNDP) DKI jakarta, Muara Angke, Jakarta adalah karya saya sendiri dengan
arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentukan apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari
karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Bogor, Mei 2012
Lina Yuni Kurnia
ABSTRAK
LINA YUNI KURNIA, C44080039. Pengukuran Produktivitas Galangan Kapal
Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan (KPNDP) DKI Jakarta Menggunakan
Model Objactive Matrix (OMAX). Dibimbing oleh MOHAMMAD IMRON dan
VITA RUMANTI KURNIAWATI.
Program restrukturisasi kapal penangkapan ikan, yang dikembangkan oleh
Kementrian Kelautan dan perikanan (KKP) membuka peluang yang besar dalam
pengembangan industri pembuatan kapal dan perbaikan kapal di Indonesia.
Walaupun ada peluang yang lebih terbuka untuk industri galangan kapal, masih
ada masalah yang harus dihadapi oleh industri galangan kapal nasional, khususnya
galangan kapal skala kecil seperti pada tingkat teknologi, ekonomi, manajemen
perusahaan (company), maupun persaingan yang dapat mempengaruhi tingkat
produktivitas galangan kapal tersebut. Demikian juga, galangan kapal Koperasi
Pegawai Negeri Dinas Perikanan (KPNDP) DKI Jakarta yang berlokasi di Muara
Angke. Galangan kapal ini lebih banyak fokus pada kegiatan reparasi kapal.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur tingkat produktivitas, menentukan
faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produktivitas, dan
mengidentifikasi langkah awal dalam upaya peningkatan produktivitas. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus menggunakan metode
Objective Matrix (OMAX). Berdasarkan hasil pengukuran produktivitas galangan
kapal KPNDP sudah tergolong cukup produktif. Indikator kinerja yang diukur
yaitu tenaga kerja, pemakaian mesin, jam kerja aktual produksi jam kerja efektif,
dan jumlah ketidakhadiran karyawan. Banyak indikator yang mencapai skor 3,
bahkan ada yang stabil di skor 10. Langkah awal yang harus dilakukan guna
untuk meningkatkan produktivitas pada aktivitas reparasi galangan kapal KPNDP
ialah dengan memperhatikan jumlah ketidakhadiran karyawan. Mengingat,
indikator kinerja untuk ketidakhadiran karyawan memiliki nilai bobot kepentingan
tertinggi, yaitu sebesar 30 %.
Kata kunci : galangan, OMAX, peningkatan produktivitas, pengukuran
produktivitas
ABSTRACT
LINA YUNI KURNIA, C44080039. Measurement of Shipyard Productivity
Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan (KPNDP) DKI Jakarta Using Objective
Matrix (OMAX) Model. Supervised by MOHAMMAD IMRON and VITA
RUMANTI KURNIAWATI.
Fishing vessel restructurization programme, developed by the Ministry of
Marine and Fisheries (KKP) may open the bigger opportunity in developing ship
building and ship repair industry in Indonesia. However there was still many
problem faced by national shipyard, especially small scale shipyard, such as
problem on the level of technology, economics, management companies, and
competition that could affect the level of productivity of the shipyard. Likewise,
shipyard named Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan (KPNDP) DKI
Jakarta, which is located at Muara Angke. This shipyard focused on ship repair
activities. The aim of this research were measuring shipyard productivity,
identifying the factors affecting its productivity, identifying the preliminary step to
improve productivity. The employed research method was case study while the
analysis tool was Objective Matrix (OMAX) model. Based on observation, there
were five indicator which can be measured i.e employees, machine operating
time, actual working time, effective working time and absent of employees. Most
of indicators reached score 3 and one of them even stable at score 10. Therefore,
generally it can be stated that KPNDP was productive shipyard. Moreover, the
preliminary step which should be act to increase productivity of repair activities
in KPNDP was considering the employees absent, because the absent of
employees had the highest grade which constituted 30%.
Key words : increased productivity, OMAX, productivity measurement, shipyard
© Hak cipta IPB, tahun 2012
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan tersebut hanya untuk kepentingan
pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan
kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.
PENGUKURAN PRODUKTIVITAS GALANGAN KAPAL
KOPERASI PEGAWAI NEGERI DINAS PERIKANAN
(KPNDP) DKI JAKARTA MENGGUNAKAN MODEL
OBJECTIVE MATRIX (OMAX)
LINA YUNI KURNIA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Judul Skripsi : Pengukuran Produktivitas Galangan Kapal Koperasi
Pegawai Negeri Dinas Perikanan (KPNDP) DKI Jakarta
Menggunakan Model Objective Matrix (OMAX)
Nama Mahasiswa : Lina Yuni Kurnia
Nomor Induk : C44080039
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Disejutui :
Komisi Pembimbing
Ketua, Anggota,
Dr. Ir. Mohammad Imron, M.Si Vita Rumanti Kurniawati, S.Pi, MT
NIP. 19601213 198703 1 004 NIP. 19820911 200501 2 001
Diketahui,
Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc
NIP. 19621223 198703 1 001
Tanggal ujian : 01 Juni 2012 Tanggal lulus :
PRAKATA
Puji serta syukur penulis panjatkan kepada ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta rizki-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan akhir skripsi yang berjudul ” Pengukuran Produktivitas Galangan Kapal
Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan (KPNDP) DKI Jakarta Menggunakan
Model Objective Matrix (OMAX)”. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk
memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Perikanan di Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan di galangan kapal KPNDP
DKI Jakarta, Muara Engke pada bulan Januari hingga Maret 2012. Terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi yang memerlukannya.
Bogor, Mei 2012
Lina Yuni Kurnia
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada :
1. Keluarga inti penulis yang tidak henti-henti memberikan segalanya kepada
penulis;
2. Dr. Ir. Mohammad Imron, M.Si dan Vita Rumanti Kurniawati, S.Pi, MT atas
bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi ini, serta Fis Purwangka,
S.Pi, M.Si selaku penguji tamu;
3. Bapak Budijanto selaku manajer galangan kapal KPNDP, Bapak Agus selaku
staf administrasi galangan kapal KPNDP, Bapak Hardinata selaku koordinator
lapang galangan kapal KPNDP, Bapak Apit selaku staf UPT BTPI, Bapak
Saidi selaku mandor galangan kapal KPNDP, Bapak Suratno selaku juru
mesin galangan kapal KPNDP, serta pihak pegawai dan pekerja lapang
KPNDP lainnya;
4. Desima Ramalia, Nurtsani Liliana, Balendina Koedoeboen yang telah bersedia
meluangkan waktu serta motivasinya;
5. Oktavianto Prastyo D, Didi Januardy, Desima Ramalia dan Kusnadi yang
telah menemani penulis dalam penelitian;
6. Teman-teman ”Pondok Surya” (Ima, Dona, Meta, Lilis dan Rina) atas
motivasi dan sarannya;
7. Teman-teman PSP 45 (61 Orang) yang telah memberikan banyak warna dan
cerita di tiga tahun bersama;
8. Seluruh civitas PSP (Dosen, Tata Usaha, Bagian rumah tangga, Senior,
Alumni, PSP 46 dan PSP 47);
9. Terimakasih banyak untuk ina, ana, ema, nova, reman, herul, icut, ocil, insun,
okta, nisa, imelda yang telah hadir dihari besar itu.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung tanggal 24 Juni 1990, dari
pasangan Bapak Edward Effendi Rachman dan Ibu Tjutju.
Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.
Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan pada
tahun 2008 di SMA Muhammadiyah 1 Bandung. Pada tahun
yang sama penulis melanjutkan di Institut Pertanian Bogor
(IPB).
Penulis memilih Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP),
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti perkuliah, penulis pernah menjadi asisten
mata kuliah Rekayasa Tingkah Laku Ikan tahun ajaran 2010/2011, dan mata
kuliah Navigasi Kapal Perikanan tahun ajaran 2011/2012. Organisasi yang pernah
diikuti oleh penulis yaitu Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan (HIMAFARIN) selama 2 tahun, pada tahun 2009/2010 sebagai
bendahara Departemen Kewirausahaan dan tahun 2010/2011 sebagai anggota
Departemen Kewirausahaan.
Dalam rangka memperoleh gelar sarjana perikanan pada Program Studi
Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi
dengan judul ” Pengukuran Produktivitas Galangan Kapal Koperasi Pegawai
Negeri Dinas Perikanan (KPNDP) DKI Jakarta Menggunakan Model Objective
Matrix (OMAX)”.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan .................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ................................................................................................... 3
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Produktivitas Secara Umum ................................................................... 4
2.1.1 Pengertian produktivitas ................................................................ 4
2.1.2 Manfaat pengukuran produktivitas ............................................... 5
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas.......................... 5
2.1.4 Ukuran produktivitas ..................................................................... 7
2.1.5 Usaha untuk meningkatkan produktivitas ..................................... 9
2.2 Metode Pengukuran Produktivitas Model Objective Matrix
(OMAX) ................................................................................................. 10
2.2.1 Alasan pemilihan metode OMAX ................................................. 10
2.2.2 Bentuk dan susuna model OMAX ................................................ 11
2.2.3 Penyusunan matrix ........................................................................ 12
2.2.4 Pengoperasian matrix .................................................................... 15
2.3 Galangan Kapal ...................................................................................... 16
2.4 Produktivitas Galangan Kapal................................................................ 17
2.4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas galangan .......... 17
2.4.2 Pengukuran produktivitas galangan .............................................. 19
2.4.3 Usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitas galangan ........... 19
2.5 Kaitan Produktivitas Galangan dengan Perkembangan
Perikanan Tangkap ................................................................................. 20
3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 22
3.2 Metode Penelitian................................................................................... 22
3.2.1 Pengumpulan data ......................................................................... 22
3.2.2 Pengolahan dan analisis data ......................................................... 23
xii
4 KEADAAN UMUM GALANGAN
4.1 Produksi Galangan ................................................................................. 33
4.2 Struktur Organisasi ................................................................................ 36
4.3 Sumberdaya Manusia ............................................................................. 37
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kriteria Produktivitas dan Indikator Kinerja.......................................... 40
5.2 Model Objective Matrix (OMAX) ......................................................... 41
5.2.1 Penilaian indikator kinerja ............................................................ 41
5.2.2 Pencapaian awal dari indikator kinerja (skor 3) ............................ 48
5.2.3 Target realistis dan terendah indikator kinerja (skor 10 dan 0) .... 48
5.2.4 Bobot indikator kinerja ................................................................. 49
5.2.5 Penyusunan tabel Objective Matrix (OMAX)............................... 50
5.3 Tingat Produktivitas Pada Aktivitas Reparasi di Galangan Kapal
KPNDP DKI Jakarta .............................................................................. 53
5.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Langkah Awal yang Dilakukan
Dalam Upaya Peningkatan Produktivitas Pada Aktivitas Reparasi di
Galangan Kapal KPNDP DKI Jakarta ................................................... 58
6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 61
6.2 Saran ....................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 63
LAMPIRAN ........................................................................................................ 65
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Keuntungan dan batasan pengukuran produktivitas ..................................... 7
2 Kriteria-kriteria yang digunakan dalam pengukuran produktivitas
dengan menggunakan model OMAX oleh Mahendra 2007 ........................ 23
3 Galangan kapal yang berada dilingkungan UPT BTPI ................................. 30
4 Peralatan yang dimiliki di galangan kapal KPNDP ...................................... 31
5 Produksi galangan kapal KPNDP dan produksi seluruh galangan yang
ada di lingkungan UPT BTPI pada tahun 2011 ............................................ 35
6 Pembagian tenaga kerja di galangan kapal KPNDP ..................................... 39
7 Indikator kinerja yang termasuk ke dalam input dan output ......................... 40
8 Nilai indikator tenaga kerja ........................................................................... 41
9 Nilai indikator pemakaian mesin .................................................................. 42
10 Jumlah kapal yang melakukan reparasi di galangan kapal KPNDP
berdasarkan ukuran kapal .............................................................................. 43
11 Nilai indikator jam kerja aktual..................................................................... 44
12 Nilai indikator jam kerja efektif .................................................................... 46
13 Nilai indikator ketidakhadiran karyawan ...................................................... 47
14 Nilai pencapaian awal (skor 3) ...................................................................... 48
15 Nilai target realistis (skor 10) ........................................................................ 49
16 Nilai terendah (skor 0) .................................................................................. 49
17 Nilai pembobotan .......................................................................................... 50
18 Matriks tahun 2007 ....................................................................................... 50
19 Matriks tahun 2008 ....................................................................................... 51
20 Matriks tahun 2009 ....................................................................................... 51
21 Matriks tahun 2010 ....................................................................................... 52
22 Matriks tahun 2011 ....................................................................................... 52
23 Pencapaian kinerja total dengan menggunakan periode dasar dan periode
Sebelum ......................................................................................................... 56
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Metode lain untuk meningkatkan produktivitas ............................................ 9
2 Peta lokasi penelitian..................................................................................... 22
3 Contoh bentuk tabel matriks ......................................................................... 27
4 Alur kegiatan reparasi ................................................................................... 29
5 Layout galangan kapal KPNDP Muara Angke ............................................. 32
6 Grafik produksi reparasi kapal tahun 2007 hingga 2011 di galangan
kapal KPNDP ................................................................................................ 34
7 Struktur organisai galangan kapal KPNDP ................................................... 37
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Kuesioner penentuan sasaran ........................................................................ 65
2 Kuesioner penentuan pembobotan ................................................................ 67
3 Dokumentasi ................................................................................................. 70
4 Data Pelayan Reparasi Kapal KPNDP Tahun 2007 ...................................... 71
5 Data Pelayan Reparasi Kapal KPNDP Tahun 2008 ...................................... 72
6 Data Pelayan Reparasi Kapal KPNDP Tahun 2009 ...................................... 73
7 Data Pelayan Reparasi Kapal KPNDP Tahun 2010 ...................................... 74
8 Data Pelayan Reparasi Kapal KPNDP Tahun 2011 ...................................... 75
9 Hasil kuesioner penentuan sasaran................................................................ 76
10 Hasil kuesioner penentuan pembobotan ....................................................... 77
1
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri galangan kapal di Indonesia, merupakan salah satu industri strategis
dalam meningkatkan perekonomian bangsa. Indonesia sebagai negara maritim,
memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan industri ini. Peluang untuk
mengembangkan industri galangan kapal dalam negeri saat ini semakin terbuka
pasca diluncurkannya suatu program restrukturisasi kapal penangkapan ikan oleh
Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP). Restrukturisasi kapal merupakan
suatu program yang bertujuan untuk memaksimalkan pemanfaatan Sumberdaya
Ikan (SDI) di Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE). Kenyataannya armada kapal ikan di
Indonesia saat ini 99% merupakan kapal tanpa motor dan di bawah 30 GT.
Kondisi tersebut membuat hasil perikanan tangkap tidak maksimal karena nelayan
tidak dapat melaut jauh. Untuk itu, dibutuhkan armada kapal perikanan tangkap
berkapasitas di atas 40 hingga 60 GT agar mampu mencapai perairan Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia, bahkan di perairan internasional. Realisasi
dari program restrukturisasi ini ialah dengan memberikan bantuan 1.000 kapal
ikan di atas 30 GT untuk nelayan (Harian Umum Neraca 2010).
Lebih jauh, program restrukturisasi kapal ini diharapkan dapat
meningkatkan armada penangkapan ikan nasional di Indonesia. Hal ini akan
berpengaruh terhadap industri galangan kapal sebagai salah satu prasarana
perikanan tangkap. Galangan juga dapat memberikan jasa perawatan dan
perbaikan kapal sehingga kapal tetap dalam kondisi baik. Dengan demikian,
secara tidak langsung adanya program tersebut dapat membuka peluang pasar
untuk industri galangan kapal. Oleh karena itu, galangan sebaiknya lebih reaktif
membaca peluang pasar tersebut.
Walaupun ada peluang yang lebih terbuka untuk industri galangan kapal,
masih banyak masalah yang harus dihadapi oleh industri galangan kapal di
Indonesia. Masalah yang dihadapi seperti masalah pada tingkat teknologi,
ekonomi, manajemen perusahaan (company), maupun persaingan yang dapat
mempengaruhi tingkat produktivitas galangan kapal tersebut. Pemesanan sebuah
kapal, tentunya lebih memilih perusahaan galangan yang memiliki kualitas
2
produksi yang bagus serta waktu pemesanan yang efisien. Alasan tersebut yang
menjadi dasar pertimbangan, sehingga dapat menekan biaya produksi. Oleh
karena itu, untuk memenuhinya galangan harus meningkatkan produktivitas.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar tetap bertahan dan tetap
produktif adalah dengan pengembangan dan penerapan teknologi. Upaya tersebut
diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kemampuan bersaing. Sebelum
dilakukan suatu upaya peningkatan produktivitas galangan kapal, perlu dilakukan
pengukuran produktivitas terlebih dahulu.
Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan (KPNDP) DKI Jakarta
merupakan salah satu industri galangan kapal di Muara Angke. Kegiatan yang
dilakukan di galangan kapal KPNDP DKI Jakarta adalah reparasi kapal.
Galangan kapal KPNDP DKI Jakarta bukan satu-satunya galangan kapal yang
terdapat di Muara Angke. Banyaknya persaingan di sekitar galangan kapal ini
dapat mempengaruhi produktivitas galangan tersebut. Pengukuran tingkat
produktivitas pada galangan ini belum pernah dilakukan, demikian juga dengan
tingkat daya saing, baik pada level individu, perusahaan, industri, maupun pada
level negara. Oleh karena itu, penelitian tentang tingkat produktivitas perlu
dilakukan di galangan KPNDP DKI Jakarta.
Ukuran produktivitas galangan kapal dapat dihitung dengan menggunakan
model ukuran Objective Matrix (OMAX). Pengukuran produktivitas dengan
menggunakan model OMAX mengikutsertakan seluruh jajaran pegawai yang
terkait dalam operasi–operasi perusahaan, mulai dari pekerja tingkat bawah
sampai kepada manajer tingkat atas. Model pengukuran OMAX merupakan
pengukuran produktivitas total yang memadukan beberapa ukuran keberhasilan
atau kriteria produktivitas yang sudah dibobot sesuai dengan derajat kepentingan
masing–masing kriteria itu di dalam perusahaan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah, untuk :
1) Menentukan kriteria indikator kinerja dan nilai rata-rata dari setiap indikator
kinerja pada aktivitas reparasi di galangan kapal KPNDP;
3
2) Mengukur tingkat produktivitas galangan kapal KPNDP dengan
menggunakan model Objective Matrix (OMAX);
3) Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produktivitas
pada aktivitas reparasi di galangan kapal KPNDP;
4) Mengidentifikasi langkah awal dalam upaya peningkatan produktivitas pada
aktivitas reparasi di galangan kapal KPNDP untuk memperbaiki kinerja
galangan.
1.3 Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau
memberikan saran kepada pihak yang bersangkutan mengenai tingkat
produktivitas galangan kapal KPNDP DKI Jakarta. Hasil penelitian ini juga
diharapkan dapat dijadikan pertimbangan galangan kapal Koperasi Pegawai
Negeri Dinas Perikanan (KPNDP) DKI Jakarta untuk meningkatkan produktivitas
dan kemampuan bersaing.
4
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Produktivitas Secara Umum
2.1.1 Pengertian produktivitas
Produktivitas dapat diartikan sebagai campuran (compound) dari produksi
dan aktivitas, dimana daya produksi menjadi penyebabnya dan produktivitas
mengukur hasil dari daya produksi tersebut (Ravianto 1985). Beberapa pengertian
atau definisi-definisi produktivitas secara umum menurut badan-badan
internasional dapat diuraikan sebagai berikut (Ravianto 1985):
1) Menurut Organisation for Economic Coorperation and Development (OECD),
pada dasarnya produktivitas adalah output dibagi dengan salah satu elemen
produksi.
2) Menurut International Labour Organization (ILO) produktivitas merupakan
output dari hasil integrasi empat elemen produksi yaitu tanah, modal, tenaga
kerja, dan organisasi.
3) Menurut Europe Production Agency (EPA), pada dasarnya produktivitas
adalah tingkat efisiensi pemanfaatan setiap elemen produksi.
Menurut Sinungan (2008), doktrin pada Konferensi Oslo 1984
mencantumkan definisi umum produktivitas semesta yaitu produktivitas adalah
suatu konsep yang bersifat universal yang bertujuan untuk menyediakan lebih
banyak barang dan jasa untuk lebih banyak manusia dengan menggunakan
sumber-sumber riil yang makin sedikit.
Secara umum produktivitas dapat didefinisikan sebagai rasio antara hasil
yang dicapai (output) dengan keseluruhan atau sebagian sumberdaya (input) yang
digunakan, atau dalam bentuk formula dapat dinyatakan sebagai berikut
(Summanth 1984) :
Diketahuinya nilai produktivitas, maka akan diketahui pula seberapa efektif
proses produksi yang telah didayagunakan untuk meningkatkan output dan
seberapa efisiensi pula sumber-sumber input yang telah berhasil dihemat agar
5
produktivitas dapat meningkat. Dengan demikian, input produksi dapat
memberikan kontribusi sepenuhnya terhadap kegiatan-kegiatan produksi yang
berkaitan dengan nilai tambah dan berusaha meminimalisasi kegiatan-kegiatan
yang menghambat proses produksi. Berbagai pernyataan produktivitas di atas
pada umumnya juga menyatakan bahwa, produktivitas sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor produksi yang meliputi tenaga kerja (man), mesin dan peralatan
(machine), bahan baku (material), sistem (method) yang digunakan untuk
memanajemen proses produksi, dan modal (Widjaja 1996).
2.1.2 Manfaat pengukuran produktivitas
Pada level perusahaan (company), pengukuran produktivitas digunakan
sebagai sarana manajemen untuk menganalisis dan mendorong efisiensi produksi.
Pengukuran produktivitas akan meningkatkan kesadaran dan minat pekerja untuk
melaksanakan tingkat dan rangkaian produksi (Sinungan 2008).
Produktivitas dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kemajuan
pembangunan suatu negara, industri, maupun perusahaan (company), sehingga
dapat digunakan sebagai kontrol agar tetap survive dalam era persaingan dalam
perdagangan, bisnis dan perebutan pangsa pasar. “Job description” sangat
diperlukan oleh perusahaan untuk pengukuran produktivitas secara cermat serta
mengkuantifikasikan data yang dipakai dalam proses produksi (Sunarto 1999).
Pada level yang paling kecil pengukuran produktivitas tenaga kerja individual
dapat meningkatkan pendapatan (income) yang bermanfaat untuk investasi.
Manfaat lain yang didapat adalah meningkatkan motivasi kerja dan keinginan
berprestasi, sehingga akhirnya dapat meningkatkan harkat dan martabat serta
pengukuran terhadap potensi individu (Sunarto 1999).
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas secara umum dapat
diterangkan berdasarkan level organisasi agar scope pembahasannya jelas dan
mudah untuk dipahami (Summanth 1984). Level organisasi tersebut terbagi
menjadi beberapa level seperti level internasional, nasional, industri, dan
6
perusahaan (company). Pada penelitian yang akan dilaksanakan hanya dibatasi
pada level perusahaan (company).
Crismianto (1999) pada level perusahaan (company) produktivitas sangat
dipengaruhi faktor-faktor produksi. Hal ini dapat dilihat apabila perusahaan telah
berhasil meningkatkan daya guna dan efisiensi dari faktor-faktor produksinya,
maka didapat pula peningkatan efisiensi pengunaan input dan peningkatan
efektivitas output yang selanjutnya dapat meningkatkan produktivitas. Faktor
produksi terdiri dari dua faktor pokok yaitu input dan sistem. Menurut Iryanto
(2008), faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas galangan antara lain :
1) Desain (design)
Kapal dibuat berdasarkan rancangan desain, baik yang dibuat oleh pihak
galangan maupun pemilik kapal itu sendiri. Desain yang berkualitas mampu
memberikan kemudahan dalam proses pembangunan, perawatan, serta
kekuatan konstruksi kapal tersebut. Tingkat kemudahan yang tinggi dalam
proses pembangunan kapal, maka akan mengurangi kesalahan dalam proses
pengerjaan yang mengakibatkan pengulangan pekerjaan. Dengan demikian,
dapat meminimaliskan waktu dan jam orang sekaligus biaya pembangunan
kapal. Semakin cepat waktu pengerjaan dan minimnya biaya produksi maka
galangan tersebut telah memiliki efisiensi dan produktivitas tinggi.
2) Proses manufacturing
Proses manufacturing produksi tidak hanya mencangkup pekerjaan dasar
(pembuatan badan kapal) tetapi juga pemilihan, sistem pengangkutan material
barang yang dihasilkan, penyimpanan, serta sistem perpindahan material dari
satu bengkel ke bengkel yang lainnya. Processing, assembly, fabrication,
erection, dan instalation sebisa mungkin dilakukan pada kondisi yang paling
normal. Pemakaian teknologi dengan fasilitas yang memadai akan membantu
meningkatkan produktivitas.
3) Sistem manajemen
Dalam melakukan pekerjaan perlu adanya pengaturan pekerjaan agar hasil
akhir yang ingin diperoleh bisa maksimal.
7
2.1.4 Ukuran produktivitas
Ada tiga dasar pengukuran produktivitas yang dibedakan menjadi tiga strata
faktorial (Summanth 1984) yaitu :
1) Produktivitas parsial (partial productivity)
Produktivitas ini menunjukan perbandingan gross output dengan salah satu
input dari faktor produksi. Salah satu input faktor produksi dapat berupa
material, tenaga kerja, energi dan capital.
2) Produktivitas faktor-total (factor-total productivity)
Produktivitas total-faktor menunjukan rasio perbandingan keluaran (net
output) dengan tenaga kerja dan capital sebagai input faktor produksi.
3) Produktivitas total (total productivity)
Produktivitas total menunjukkan rasio perbandingan total keluaran (total
output atau gross output) dengan total masukkan (total input). Total input
produksi meliputi material, tenaga kerja, energi, kapital, peralatan dan lain-
lain.
Tabel 1 Keuntungan dan batasan pengukuran produktivitas.
Keuntungan-keuntungan Batasan-batasan
1) Produktivitas Parsial
(1) Mudah dimengerti atau dipahami.
(2) Mudah untuk mendapat atau
mengumpukan data.
(3) Mudah dalam perhitungan.
(4) Memudahkan manajemen karena
ketiga keuntungan di atas.
(5) Data dari beberapa indikasi
produktivitas parsial (seperti
output per jam orang) telah
banyak tersedia di berbagai
industri.
(6) Sebagai diagnosa yang tepat untuk
meningkatkan produktivitas, jika
dibandingkan dengan
produktivitas faktor-total dan
produktivitas total.
(1) Jika menggunakan satu parsial
tidak dapat dikatakan akurat dan
mungkin masih terdapat faktor-
faktor yang tidak diketahiui.
(2) Tidak dapat menerangkan
jumlah atau banyaknya cost
secara keseluruhan.
(3) Dapat menunjukkan
kecenderungan kesalahan shift
kerja atau bagian kerja sehingga
area kesalahan bisa diperbaiki
dengan kontrol manajemen.
(4) Kontrol keuntungan, karena
pengukuran produktivitas
parsial dapat merupakan
pendekatan yang sukses dan
sebaliknya.
2) Produktivitas faktor-total
(1) Record data dari perusahaan
relatif mudah untuk di dapat
dibandingkan dengan
produktivitas total.
(1) Tidak dapat menunjukkan
faktor langsung dari material
dan energi sebagai input.
(2) Pendekatan tambahan nilai
8
(2) Biasanya sangat menarik dari
sudut pandang ekonomi.
material yang dicapai
perusahaan sebagai output tidak
tepat didefinisikan sebagai
output karena kesulitan bagi
manajer operasi
menghubungkan tambahan nilai
dengan effisiensi produksi.
(3) Porsi biaya material yang tidak
tepat merupakan faktor dari
total biaya produksi sebagai
input tidak langsung
menunjukkan ukuran
produktivitas.
(4) Data-data untuk perbandingan
produktivitas relatif sulit
diterangkan, walaupun kadang-
kadang pada industri spesifik
tertentu dan periode waktu
tertentu ukuran ini
dipublikasikan.
3) Produktivitas total
(1) Membandingkan semua faktor
output dan input keseluruhan,
lebih akurat dalam
menggambarkan real kemampuan
perusahaan.
(2) Top manajemen dapat mengontrol
profit dengan lebih akurat.
(3) Jika digunakan bersama dengan
produktivitas parsial merupakan
cara yang efektif.
(4) Lebih mudah untuk melakukan
analisa produktivitas.
(5) Berhubungan langsung dengan
biaya total (cost)
(1) Data untuk perhitungan
produktivitas relatif sulit
didapat kecuali data telah
dicatat untuk maksud analisa
produktivitas total.
(2) Seperti produktivitas parsial dan
produktivitas faktor total tidak
dapat benar-benar
membandingkan total output
dan total input secara
keseluruhan karena faktor-
faktor output dan input yang
tidak dapat dijangkau.
Sumber : Sumanth 1984
Pendekatan produktivitas parsial lebih banyak digunakan oleh strata
perusahaan. Produktivitas parsial dapat diukur dengan menggunakan rasio atau
indeks produktivitas tentang tenaga kerja, modal, organisasi, penjualan, produksi,
dan produk (Sinungan 2008). Model Objactive Matrix (OMAX pada dasarnya
merupakan pengukuran produktivitas total yang merupakan perpaduan dari
beberapa ukuran keberhasilan atau kriteria produktivitas.
9
2.1.5 Usaha untuk meningkatkan produktivitas
Crismianto 1997, metode untuk meningkatkan produktivitas perusahaan
(company) dapat dikategorikan menjadi empat kemungkinan :
1) Metode pemanfaatan sumberdaya yang lebih sedikit untuk mendapatkan
jumlah produk yang sama;
2) Metode pemanfaatan sumberdaya yang lebih sedikit untuk mendapatkan
jumlah produk yang lebih besar;
3) Metode pemanfaatan sumberdaya yang sama untuk mendapatkan jumlah
produk yang lebih besar; dan
4) Metode pemanfaatan sumberdaya yang lebih banyak untuk mendapatkan
jumlah produk yang jauh lebih besar.
Selain keempat metode di atas, lazim digunakan juga metode yang dapat
dengan efektif meningkatkan produktivitas perusahaan, seperti pada Gambar 1.
Pada gambar ini tertulis empat jenis metode yang mempunyai pengaruh terhadap
produktivitas, keempat metode tersebut adalah :
1) Metode penghematan produktivitas dengan menghemat tenaga kerja;
2) Metode peningkatan produktivitas dengan menerapkan metode kerja yang
paling tepat;
3) Metode peningkatan produktivitas dengan memanfaatkan sumber daya
manusia dengan lebih efektif, yaitu dengan menyempurnakan manajemen
personalia; dan
4) Metode peningkatan produktivitas dengan melenyapkan prektek-praktek yang
tidak produktif.
Sumber : Crismianto 1997
Gambar 1 Metode lain untuk meningkatkan produktivitas
Kenaikan
produktivitas Menyempurnakan
metode kerja
Melenyapkan
praktek ttidak
produktif
Menghemat tenaga
kerja atau SDM
Menyempurnakan
manajemen
personalia
10
Metode di atas tidak selamanya menguntungkan, karena upaya
memperkenalkan mesin, teknologi, dan metode baru sering kali berarti
pengangguran bagi tenaga kerja. Oleh karena itu, kadang-kadang metode ini
bertentangan dengan tanggung jawab perusahaan (Sunarto 1999).
2.2 Metode Pengukuran Produktivitas Model Objective Matrix (OMAX)
Menurut Mahendra 2007, untuk setiap model pengukuran mempunyai
manfaat masing-masing, akan tetapi secara umum manfaat dari pengukuran
produktivitas bagi perusahaan dan organisasi adalah :
1) Dalam melakukan pengukuran produktivitas dapat diperoleh informasi
keberhasilan yang dicapai oleh perusahaan secara menyeluruh.
2) Perusahaan dapat menilai efisiensi penggunaan sumber daya dalam
menghasilkan barang atau jasa.
3) Pengukuran produktivitas dapat berguna untuk perencanaan produksi dan
sumber daya, baik untuk jangka panjang atau pendek.
4) Berdasarkan hasil pengukuran produktivitas saat ini dapat direncanakan
sasaran tingkat produktivitas masa mendatang.
5) Strategi peningkatan produktivitas dapat ditentukan berdasarkan tingkat
produktivitas yang direncanakan dengan tingkat yang diukur.
Pengukuran produktivitas sangat penting bagi perusahaan untuk mengetahui
keberhasilan yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut. Selain itu, dari hasil
pengukuran dapat diketahui sampai sejauh mana usaha peningkatan efisiensi dan
efektivitas perusahaan telah mencapai sasaran (Mahendra 2007).
2.2.1 Alasan pemilihan metode OMAX
Model pengukuran produktivitas OMAX mangatasi masalah–masalah
kerumitan dan kesulitan pengukuran produktivitas dengan mengkombinasikan
seluruh kriteria produktivitas yang penting kedalam suatu bentuk yang terpadu
dan saling terkait satu sama lain serta mudah untuk dikombinasikan. Model ini
mengikutsertakan seluruh jajaran pegawai yang terkait dalam operasi–operasi
perusahaan, mulai dari pekerja tingkat bawah sampai kepada manajer dalam
proses pembentukan dan pelaksanaannya. Model ini pada dasarnya merupakan
11
pengukuran produktivitas total yang merupakan perpaduan dari beberapa ukuran
keberhasilan atau kriteria produktivitas yang sudah dibobot sesuai dengan derajat
kepentingan masing–masing kriteria itu didalam perusahaan (Mahendra 2007).
Model pengukuran OMAX dapat digunakan untuk mengidentifikasi faktor–
faktor yang sangat berpengaruh maupun yang kurang berpengaruh terhadap
peningkatan produktivitas. Hal-hal yang dapat dilihat dengan menggunakan
model pengukuran ini, antara lain (Mahendra 2007):
1) Model ini memungkinkan dijalankannya aktivitas–aktivitas pengukuran
produktivitas, penilaian (evaluasi) produktivitas, peningkatan dan perencanaan
produktivitas sekaligus.
2) Berbagai faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas dapat
diidentifikasikan dengan baik dan dapat dikuantifikasikan.
3) Adanya sasaran produktivitas yang jelas dan mudah dimengerti yang akan
memberikan motivasi bagi pekerja untuk mencapainya.
4) Adanya pengertian bobot yang mencerminkan pengaruh masing–masing faktor
terhadap peningkatan produktivitas perusahaan yang penentuannya
memerlukan persetujuan manajemen.
5) Model ini menggabungkan seluruh faktor yang berpengaruh terhadap
peningkatan produktivitas (baik dalam satuan fisik maupun uang) dan nilai
kedalam suatu indikator atau indeks.
2.2.2 Bentuk dan susunan model OMAX
Pengukuran pada model OMAX (Objective Matrix) dikembangkan oleh
James L. Riggs di Oregon State University. OMAX menggabungkan kriteria-
kriteria produktivitas ke dalam suatu bentuk yang terpadu dan berhubungan satu
sama lain. Model ini melibatkan seluruh jajaran di perusahaan, mulai dari
bawahan sampai atasan. Kelebihan dari model OMAX dalam pengukuran
produktivitas perusahaan antara lain (Anonim 2012):
1) Relatif sederhana dan mudah dipahami.
2) Mudah dilaksanakan dan tak memerlukan keahlian khusus.
3) Datanya mudah diperoleh.
4) Lebih fleksibel, tergantung pada masalah yang dihadapi.
12
Bentuk dan susunan dari pengukuran produktivitas model OMAX berupa matrix,
yang terdiri dari :
1) Kriteria Produktivitas.
Menyatakan kegiatan dan faktor-faktor yang akan diukur produktivitasnya,
dinyatakan dengan ratio dari produktivitas yang diukur.
2) Performance/nilai pencapaian.
Setelah dilakukan pengukuran maka kita dapat mengetahui tingkat
produktivitas perusahaan tersebut. Hasilnya ini yang akan dicantumkan pada
baris performance untuk kriteria yang diukur.
3) Butir-butir matrix
Terdapat dalam badan matrix yang disusun oleh besaran-besaran pencapaian
mulai dari tingkat 0 (hasil yang terjelek) smpai dengan tingkat 10 (hasil yang
terbaik). Pengukuran dimulai dari tingkat normal yaitu tingkat 3.
4) Skor (score)
Hasil dari pengukuran (performance) yang diubah ke dalam skor yang sesuai.
5) Bobot (weight)
Setiap kriteria yang diukur mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap
tingkat produktivitas perusahaan. Kriteria yang akan diberi bobot berdasarkan
derajat kepentingannya. Total dari bobot bisa bernilai 100 atau 100% atau 1.
6) Nilai (value)
Nilai merupakan hasil prkalian dari skor pada kriteria tertentu dengan bobot
kriteria tersebut.
7) Performance indicator
Merupakan jumlah nilai (6) dari semua kriteria pengukuran yang dilakukan.
2.2.3 Penyusunan matrix
Menurut Mahendra 2007, penyusunan dan pelaksanaan matrik ini
merupakan suatu proses yang jelas dan langsung yang membutuhkan sedikit
keahlian.
1) Menentukan kriteria produktivitas
Langkah pertama ini adalah mengidentifikasikan kriteria produktivitas yang
sesuai bagi unit kerja dimana pengukuran ini akan dilaksanakan. Kriteria ini
13
harus menyatakan kondisi atau kegiatan yang mendukung produktivitas unit
kerja yang diukur dan dapat dikontrol oleh unit kerja tersebut. Kriteria ini
menyatakan ukuran efisiensi dari input, efektivitas dari output dan ukuran–
ukuran lainnya (inferensial) yang secara tidak langsung mendukung proses
kegiatan unjuk kerja yang akan diukur. Supaya efektif, kriteria ini harus
sudah dimengerti, mudah diukur, administrasinya dilakukan secara baik dan
dapat diterima. Selanjutnya, kriteria ini sebaiknya berdiri sendiri tidak saling
bergantung satu sama lain dan merupakan faktor–faktor yang terukur.
2) Menjelaskan data
Setelah seluruh kriteria dapat diidentifikasikan dengan baik, langkah
berikutnya adalah mendefinisikan kriteria tersebut secara terperinci. Tiap–tiap
kriteria memerlukan penjelasan lebih lanjut, misalnya tingkat ketidakhadiran,
harus dijelaskan rasio–rasio yang membentuk kriteria ini. Demikian juga,
sumber daya untuk setiap pengukuran tertentu harus pula diidentifikasikan
dengan jelas, laporan yang akurat, orang–orang yang bertanggung jawab dan
terlibat, atau sumber daya lain, untuk setiap bilangan dalam perhitungan
matrik harus dispesifikasikan dengan baik.
3) Penilaian pencapaian mula–mula
Setelah menentukan kriteria yang akan diukur, kemudian dilanjutkan dengan
penjelasan dan pengumpulan data dari tiap–tiap kriteria. Langkah berikutnya
mengolah data tersebut sehingga layak untuk digunakan. Data pencapaian
mula-mula diperoleh dengan cara perhitungan rata–rata dari periode data yang
ditentukan. Pencapaian mula–mula diletakkan pada skor 3 dari skala 0 sampai
10 untuk memberikan lebih banyak tempat bagi perbaikan dari pada untuk
terjadinya penurunan. Pencapaian ini juga biasanya tidak diletakkan pada
tingkat yang lebih rendah lagi agar memberikan kemungkinan terjadinya
pertukaran dan memberikan kelonggaran apabila sekali–kali terjadi
kemunduran.
4) Menetapkan sasaran (skor 10)
Apabila skala skor 3 merupakan pencapaian mula–mula, maka skor 10
merupakan pencapaian yang akan kita tuju nantinya. Skala skor 10 ini
berkenaan dengan sasaran–sasaran yang ingin dicapai dalam waktu
14
mendatang, dan karenanya harus berkesan optimis. Sasaran yang diambil
harus merupakan gambaran yang realistis dan diperhitungkan pula faktor–
faktor yang realistis. Hali ini dikarenakan beberapa waktu mendatang telah
terjadi perubahan atau kemungkinan telah ada peralatan baru.
5) Menetapkan sasaran jangka pendek
Pengisian skala skor yang tersisa lainnya dari matrik dapat dilakukan langsung
setelah butir skala skor 0, skor 3 dan skor 10 telah ditetapkan. Butir–butir
yang tersisa yaitu skor 1, 2, 4 sampai dengan 9 merupakan suatu sasaran
antara (intermediate) sebelum tingkat pencapaian akhir dipenuhi. Biasanya
skala linier digunakan untuk pengisian antara pencapaian saat ini dengan
sasaran yang ingin dicapai pada setiap kriteria produktivitas. Oleh sebab itu,
jarak bilangan dari setiap tingkat skor 3 ke skor 0 juga dilakukan seperti
pengskoran di atas. Jadi tidak ada syarat yang baku mengenai hal ini dan
tergantung pada kesepakatan saja, karena pokok perhatian mengenai struktur
skala ini adalah seberapa baik pengskoran ini dimengerti oleh orang–orang
yang unjuk kerjanya diukur. Dengan demikian, ada sebelas tingkat
pencapaian untuk setiap kriteria. Satu kriteria menempati satu kolom dari atas
ke bawah dari badan matrik. Penempatan dari hasil yang diharapkan pada
setiap tingkat merupakan bagian yang penting dari pengskalaan, karena hasil–
hasil tersebut membentuk suatu rintangan khusus yang harus di atasi untuk
maju dari satu sasaran jangka pendek ke sasaran jangka pendek berikutnya.
6) Menentukan derajat kepentingan
Semua kriteria tidaklah mempunyai pengaruh yang sama pada produktivitas
unit kerja keseluruhan, sehingga untuk melihat berapa besar derajat
kepentingannya tiap kriteria diberi bobot. Pembobotan memberikan suatu
kesempatan untuk memberikan perhatian secara langsung pada kegiatan–
kegiatan yang berpotensi besar bagi peningkatan produktivitas. Pembobotan
biasanya dilakukan oleh manajer atau dewan produksi yang dimiliki galangan.
Total pembobotan untuk semua kriteria harus sama dengan 100 %. Bila
pembobotan telah selesai, maka matrik ini secara teknis dapat digunakan
untuk mengukur tingkat produktivitas dan dapat diketahui bagaimana cara
meningkatkan produktivitas.
15
2.2.4 Pengoperasian matrix
Setelah seluruh badan matrik dan perlengkapannya terisi, maka matrik dapat
dioperasikan. Pengoperasian matrik dilakukan dengan cara :
1) Pencapaian sekarang
Langkah awal pada tahap ini adalah mengumpulkan data dari tiap–tiap kriteria
atau rasio selama periode pengukuran akan dilakukan dan menetapkan
pencapaian sebenarnya untuk setiap kriteria atau rasio tersebut. Data yang
didapat kemudian dimasukkan ke dalam kolom pencapaian pada bagian atas
badan matrik.
2) Lingkari bilangan pencapaian (No.1) pada badan matrik.
Pada badan matrik lingkari bilangan yang sesuai dengan bilangan
„pencapaian‟ yang didapat. Apabila tidak ada bilangan yang tepat sama
dengan bilangan „pencapaian‟, maka yang dilingkari adalah bilangan yang
berada dibawahnya. Perlu diingat bahwa setiap kotak dalam badan matrik
merupakan suatu rintangan yang harus diatasi untuk mencapai skor tertentu.
Setiap pencapaian yang lebih kecil dari tingkat pencapaian terburuk yang
masih diperbolehkan (level terbawah) akan tetap menerima skor 0 untuk
periode tersebut.
3) Penentuan skor
Dari bilangan yang telah dilingkari, dapat ditentukan tingkat skor yang
dicapai. Tingkat skor tersebut diletakkan pada kolom „skor‟ yang berada pada
bagian bawah badan matrik.
4) Penentuan nilai
Setiap skor yang didapat untuk setiap kriteria atau rasio, dikalikan dengan
besarnya bobot masing–masing. Hasil perkalian ini diletakkan dalam kolom
nilai yang berada pada bagian bawah badan matrik.
5) Indikator pencapaian saat ini
Nilai–nilai yang didapat untuk setiap kriteria dijumlahkan sehingga diperoleh
indikator pencapaian saat ini.
6) Indeks
Sebuah indikator produktivitas hanya bermanfaat jika dibandingkan dengan
nilai dari periode lain. Satu unit kerja tidak bisa dibandingkan dengan nilai
16
unit kerja lainnya berdasarkan nilai skor, sebab kriteria masing–masing unit
berbeda dan kondisi operasinya bervariasi. Nilai bobot total dapat
diperlakukan sebagai indeks performansi dan digunakan untuk menilai
perkembangan dari waktu ke waktu atau indeks produktivitas dapat dihitung
untuk menghubungkan performansi satu periode pada periode selanjutnya
dengan menggunakan :
Dimana :
V2 = nilai yang dibuat pada periode sekarang
V1 = nilai yang dibuat pada periode sebelumnya
2.3 Galangan Kapal
Galangan kapal merupakan tempat pembuatan kapal baru, baik itu kapal
ikan atau pun kapal muat dan juga sebagai tempat reparasi kapal. Menurut Storch
1995, galangan kapal merupakan suatu industri yang berorientasi untuk
menghasilkan suatu produk seperti kapal (ship), bangunan lepas pantai (offshore),
dan bangunan terapung (floating plant) untuk kebutuhan pelanggan (owner,
perusahaan, dan pemerintah). Selain sebagai tempat kegiatan membangun kapal,
galangan kapal juga melayani kegiatan reparasi kapal.
Adapun fasilitas-fasilitas pokok yang harus dilengkapi oleh suatu galangan
kapal (Pulungan 1986), yaitu :
1) Kantor untuk tempat penyelenggaraan kegiatan manajemen dan administrasi;
2) Landasan pembangunan untuk tempat mengkonstruksi;
3) Lantai gambar untuk tempat menggambar garis-garis kapal;
4) Perairan dan dermaga untuk tempat peluncuran; dan
5) Bengkel perakitan.
Selain fasilitas-fasilitas pokok di atas, galangan kapal juga dilengkapi
dengan fasilitas bantu (Pulungan 1986), antara lain :
1) Gudang sebagai tempat penyimpanan material-material; dan
2) Pembangkit tenaga listrik yang memadai untuk menjalankan mesin-mesin dan
sebagai penerangan.
17
Sistem yang digunakan sebaiknya memperlihatkan ketegasan aktivitasnya
dalam bagian dan kelompok pekerja di galangan dan dok, dan menempatkan
individu-individu dengan pendidikan dan keterampilan yang dimilikinya. Adanya
ketegasan aktifitas dan jenis pekerjaan yang sesuai pekerjaan maka penggunaan
bahan, mesin dan peralatan serta fasilitas-fasilitas yang ada semakin tepat target
dan pada akhirnya produktivitas dari galangan kapal dan dok tersebut berjalan
secara lancar (Pulungan 1986).
2.4 Produktivitas Galangan Kapal
Pengukuran produktivitas akan dapat mengetahui kinerja sebagian atau
seluruh proses produksi, dan kinerja total dari suatu perusahaan. Mempelajari dan
membahas suatu konsep produktivitas galangan kapal tidak hanya mempelajari
pengukuran produktivitas saja, tetapi juga meliputi faktor-faktor apa saja yang
dapat mempengaruhi produktivitas galangan kapal, manfaat dari pengukuran
produktivitas, serta usaha-usaha yang dapat meningkatkan suatu produktivitas dari
galangan kapal (Sunarto 1999).
2.4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas galangan
Al-Kattan 1992 diacu dalam Sunarto 1999, faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi produktivitas galangan kapal adalah adanya kelemahan-kelemahan
yang dimiliki oleh galangan, kelemahan-kelemahan tersebut dikategorikan
menjadi empat kelompok, yaitu :
1) Kelemahan desain.
Kelemahan desain ini terlihat dari kesalahan desain kapal yang dibuat
galangan atau desainer, mengakibatkan bangunan kapal baru tidak sesuai
dengan yang diinginkan. Kesalahan desain ini dapat berupa kesalahan
sebagian, keseluruhan dari gambar, dan kesalahan dari perhitungan.
Kesalahan desain tidak hanya pada kesalahan gambar atau perhitungan tetapi
dapat diakibatkan karena pembuatan desain yang tidak rasional dan
proporsional, maka akan memperlambat proses penyelesaian sehingga waktu
untuk produksi bertambah panjang dan pada akhirnya dapat mengurangi
produktivitas. Jadi, secara umum kesalahan desain akan mengakibatkan
18
galangan lebih sulit dalam membangun suatu kapal jika dibandingkan dengan
galangan lain yang kelemahan desainnya telah dapat diatasi.
2) Kelemahan produksi.
Kelemahan produksi dapat disebabkan karena minimnya teknologi, misalnya
adalah penggunaan teknologi yang tidak tepat, hal ini akan menghambat
proses produksi sehingga waktu penyelesaian produksi akan bertambah lama,
yang berarti akan mengakibatkan biaya produksi bertambah, yang selanjutnya
akan mengurangi produktivitas. Kelemahan-kelemahan produksi lainnya
dapat terjadi pada kelemahan automatisasi dan perawatan peralatan-peralatan
produksi dapat terjadi karena kesalahan penjadwalan perawatan, hal ini dapat
mengakibatkan kerusakan bertambah fatal, sehingga dapat menghambat
proses produksi atau bahkan aktivitas produksi dapat berhenti total, sehingga
waktu proses produksi akan bertambah lama, sehingga pada akhirnya akan
dapat mengurangi produktivitas.
3) Kelemahan sistem manajemen.
Kelemahan sistem manajemen dapat berupa kelemahan training, kualitas,
perencanaan, estimasi, kontrol, dan sistem pengawasan. Sistem manajemen
adalah salah satu faktor produksi yang tidak secara nyata langsung tampak
pada proses produksi tetapi pengaruhnya sangat besar, dan jika terjadi
kelemahan sistem manajemen maka seluruh proses produksi akan terhambat.
4) Kelemahan tenaga kerja.
Kelemahan tenaga kerja dapat disebabkan karena kelemahan motivasi,
sehingga semangat untuk bekerja keras berkurang dan juga bisa
memungkinkan terjadinya kesalahan-kesalahan saat proses produksi, yang
pada akhirnya dapat mengurangi produktivitas. Kelemahan lain dari tenaga
kerja diantaranya disebabkan karena kelemahan kemampuan, kelemahan
kesehatan, kemalasan, absent, dan sakit. Pada akhirnya kelemahan-kelemahan
tenaga kerja ini akan dapat mengurangi produktivitas tenaga kerja (labor
productivity) dan produktivitas perusahaan (company) secara keseluruhan.
19
2.4.2 Pengukuran produktivitas galangan
Input produksi adalah sumberdaya-sumberdaya yang dimiliki sebagai
kekuatan suatu perusahaan atau galangan (Sunarto 1999), secara umum
sumberdaya yang dimaksud adalah :
1) Sumberdaya manusia (man);
2) Sumberdaya mesin atau peralatan (machine);
3) Sumberdaya material (material);
4) Sumberdaya manajemen (method); dan
5) Sumberdaya uang (money).
Dalam pengukuran produktivitas perusahan, tolak ukur yang digunakan
adalah kuantitas, kualitas, waktu dan harga. Sasongko 1991 diacu dalam Sunarto
1999, produktivitas erat kaitannya dengan efisiensi pemakaian sumberdaya dalam
menghasilkan produk yang efektif, dimana efektivitas menunjukkan suatu
intensitas kerja. Produktivitas juga berhubungan dengan pemanfaatan
sumberdaya secara optimum yang disebut dengan utilitas. Baik efisiensi maupun
utilitas mengacu kepada penggunaan kapasitas yang tersedia dalam proses
produksi, dimana kapasitas merupakan besar-besaran atau nilai kuantitas dari
output yang mampu dihasilkan dalam suatu proses produksi. Dalam pengukuran
produktivitas galangan kapasitas dibedakan menjadi dua yaitu kapasitas aktual
dan kapasitas maksimum (kapasitas terpasang).
Anugrah 1996 diacu dalam Sunarto 1999, dalam pengukuran produktivitas
galangan, pengukuran yang biasa dilakukan adalah pengukuran produktivitas
peralatan produksi dengan parameter-paremeter ukuran utilitas, effisiensi, bahan
kerja (load factor) dan rasio penggunaan berth (berth occupation ratio). Al-
Kattan 1992 diacu dalam Sunarto 1999, ukuran yang digunakan untuk
menganalisa produktivitas yang dapat menunjukkan kemampuan galangan secara
umum dan global .
2.4.3 Usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitas galangan
Voughan 1983 diacu dalam Sunarto 1999, usaha-usaha yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan produktivitas galangan kapal yang berhubungan
20
dengan elemen-elemen produksi ada empat belas poin penting yang sering disebut
Common Core Technology (CCT), yaitu :
1) Strategi pembangunan kapal dan desain produksi (ship building strategy and
product design);
2) Strategi membangun (build strategy);
3) Detail teknik produksi (detail production engineering);
4) Definisi keperluan dan daftar material;
5) Estimasi isi pekerjaan;Kontrol biaya tenaga kerja dan waktu registrasi;
6) Kontrol material;
7) Manufacturing control (accuracy control dan quality control);
8) Manajemen proyek;
9) Pengembangan teknologi produksi;
10) Training dan pengembangan organisasi;
11) Sistem kode (coding system);
12) CAD/CAM; dan
13) Aplikasi computer administrasi.
2.5 Kaitan Produktivitas Galangan dengan Perkembangan Perikanan
Tangkap
Secara umum jumlah galangan yang beroperasi di Indonesia mencapai 240
galangan. Namun, pemanfaatan kapasitas terpasang industri galangan kapal saat
ini hanya mencapai 40%. Peran galangan asing masih mendominasi dalam
industri kelautan di Indonesia. Diberlakukannya regulasi asas cabotage, yang
mengharuskan muatan di dalam negeri diangkut oleh kapal berbedera merah
putih, akan memberikan efek yang signifikan terhadap kebutuhan kapal dalam
negeri. Oleh karena itu, industri galangan perlu dikembangkan dan lebih reaktif
dalam memenuhi kebutuhan kapal (Kurniawati 2011).
Dalam kaitanya dengan perikanan tangkap, Kementrian Kelautan dan
Perikanan 2010, dimana visinya yaitu menjadikan Indonesia sebagai penghasil
produk terbesar di sektor perikanan dan kelautan pada tahun 2015. Salah satu,
sasaran strategisnya adalah dengan meningkatkan produktivitas serta daya saing
berbasis pengetahuan. Maka, untuk mencapainya diperlukan sarana dan prasarana
21
kelautan dan perikanan yang mampu memenuhi kebutuhan serta diproduksi di
dalam negeri dan dibangun secara terintegrasi.
Saat ini di Indonesia masih mendominasi kapal-kapal berukuran kecil yang
kurang dari 30 GT, padahal kapal merupakan salah satu sarana produksi armada
penangkapan ikan. Daya jelajah kapal tersebut terbatas, akibatnya sumberdaya
ikan di laut lepas belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Restrukturasi kapal
merupakan trobosan untuk meningkatkan produksi perikanan tangkap. Program
ini merupakan program untuk meningkatkan armada penangkapan agar memiliki
kapasitas yang lebih besar serta memiliki daya jelajah lebih jauh. Hal ini akan
berpengaruh pada industri galangan sebagai salah satu prasarana industri
perikanan tangkap. Lebih jauh, galangan juga memberikan jasa perawatan dan
perbaikan kapal, sehingga kapal tetap dalam kondisi baik. Galangan juga
menghasilkan armada yang tangguh untuk mendukung keberhasilan operasi
penangkapan ikan (Kurniawati 2011).
22
3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Pengumpulan data di lapangan dilakukan pada bulan Januari 2012 sampai
dengan Maret 2012. Lokasi pengambilan data dilaksanakan di galangan kapal
Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan (KPNDP) DKI Jakarta di Muara
Angke, Jakarta.
Gambar 2 Peta lokasi penelitian
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode studi kasus, dengan
contoh kasus pengukuran produktivitas pada galangan kapal KPNDP DKI Jakarta,
Muara Angke. Pengukuran produktivitas ini, diukur dengan menggunakan
metode Objective Matrix (OMAX).
3.2.1 Pengumpulan data
Data diambil dari perusahaan (company) galangan kapal KPNDP DKI
Jakarta, berupa data sekunder serta data primer dari hasil kuesioner dan
wawancara. Data sekunder yang digunakan adalah data produksi reparasi kapal
23
galangan kapal KPNDP, Muara Angke, Jakarta dari selang dari selang periode 5
(lima) tahun terakhir.
Data primer yang digunakan berupa :
1) Data jumlah tenaga kerja yang telibat dalam aktivitas reparasi di galangan
kapal KPNDP;
2) Data pemakaian mesin yang dimiliki oleh galangan kapal KPNDP;
3) Data jam kerja aktual produksi yang dibutuhkan untuk mereparasi satu buah
kapal di galangan kapal KPNDP;
4) Data jam kerja efektif yang ditetapkan oleh pihak galangan kapal KPNDP;
5) Data jumlah ketidakhadiran karyawan di galangan kapal KPNDP
3.2.2 Pengolahan dan analisis data
Data yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis dengan menggunakan
model Objective Matrix (OMAX), dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Penetapan kriteria
Kriteria yang digunakan dalam menghitung produktivitas dengan
menggunakan model OMAX adalah kriteria efisiensi, efektivitas, dan inferensial.
Kriteria yang digunakan adalah sebanyak tiga belas indikator kinerja, seperti yang
telah yang dilakukan oleh Mahendra (2007) dalam penelitiannya yang berjudul
“Produktivitas Galangan Kapal Menggunakan Model OMAX (Studi Kasus: di PT.
BEN SANTOSA Surabaya)”. Namun, setelah dilakukan wawancara dan pengisian
kuesioner kepada tim manajemen perusahaan diperoleh hanya tujuh indikator
kinerja yang dapat digunakan. Ketujuh indikator tersebut disajikan pada Tabel 2.
Kriteria indikator kinerja mengacu kepada tujuh indikator kinerja tersebut.
Tabel 2 Kriteria-kriteria yang digunakan dalam pengukuran produktivitas dengan
menggunakan model OMAX oleh Mahendra 2007.
Kriteria Indikator Kinerja
Efisiensi Man hours (Kg/JO)
Material (%)
Pemakaian mesin (%)
Jumlah tenaga kerja (%)
Efektivitas Jam kerja aktual produksi (%)
Jam kerja efektif (%)
Inferensial Jumlah ketidakhadiran karyawan (%)
24
2) Perhitungan rasio-rasio
Perhitungan rasio ditentukan berdasarkan rumus-rumus di bawah ini,
perhitungan rasio digunakan terhadap kriteria-kriteria yang telah ditentukan.
(1) Man hours (Kg/JO)
Adalah formasi tenaga kerja perunit produksi (Kg/JO).
(2) Material (%)
Rasio yang digunakan untuk menghitung kriteria material :
100% x (kg) terpakai material
(kg) tersedia material
(3) Kriteria pemakaian tenaga kerja (%)
Rasio yang dugunakan untuk menghitung kriteria pemakaian tenaga kerja :
100% x(orang) ada yang kerja Tenaga
(orang) digunakan yang kerja Tenaga
(4) Kriteria pemakaian mesin (%)
Rasio yang dugunakan untuk menghitung kriteria pemakaian mesin :
100% xtersedia yang rata-rata kerja jam Jumlah
mesin pemakaian jam Jumlah
(5) Kriteria jam kerja aktual produksi (%)
Rasio yang dugunakan untuk menghitung kriteria jam kerja aktual produksi :
% 100 x(jam) time working
(jam) produksi aktual kerja Jam
(6) Kriteria jam kerja efektif (%)
Rasio yang dugunakan untuk menghitung kriteria jam kerja aktual produksi :
100% x(jam) time Working
(jam) time Operating
(7) Kriteria ketidakhadiran karyawan (%)
100% x (hari) kerja hari Jumlah x kerja tenaga Jumlah
(hari) hadir tidak kerja tenaga Jumlah
3) Pengukuran kinerja standar
Kinerja standar diperoleh dari hasil rata-rata rasio dari masing-masing
kriteria pada periode yang telah ditetapkan. Periode yang telah ditetapkan pada
penelitian ini adalah lima tahun terakhir, dari tahun 2007 hingga 2011.
25
4) Penetapan sasaran akhir
Penetapan akhir diperoleh dari hasil kuesioner dan wawancara (Lampiran 1).
Penetapan akhir ditentukan oleh pihak manajemen galangan kapal KPNDP setelah
memperoleh nilai kinerja standar. Penetapan akhir terdiri dari 3 (tiga) skala skor.
Skor tersebut adalah skor 0, skor 3 dan skor 10. Skor 0 merupakan level terbawah
dari rasio terburuk yang mungkin terjadi. Skor 3 merupakan pencapaian mula-
mula, dan skor 10 merupakan pencapaian yang ingin dicapai pada masa
mendatang.
5) Penetapan bobot rasio
Sama halnya dengan penetapan akhir, penetepan bobot rasio diperoleh dari
hasil kuesioner dan wawancara (Lampiran 2). Pembobotan memberikan suatu
kesempatan untuk memberikan perhatian secara langsung pada kegiatan–kegiatan
yang berpotensi besar bagi peningkatan produktivitas. Pembobotan dilakukan
oleh pihak manajemen galangan. Total pembobotan untuk semua kriteria harus
bernilai 100 %. Untuk mempermudah pembobotan ini, dapat dilakukan dengan
memulai pembobotan ini dengan membagi 100 % untuk prosentase efisiensi,
efektivitas, dan inferensial. Misalnya :
Efisiensi : A %
Efektivitas : B %
Inferensial : C %
Total 100%
Berdasarkan persentasi di atas, kemudian dibagi lagi pembobotannya sesuai
dengan jumlah dan kepentingan kriteria yang termasuk didalamnya, misalnya :
(1) Kriteria yang termasuk dalam efisiensi
- Pemakaian mesin : a3 %
- Pemakaian tenaga kerja : a4 %
Total : 100%
(2) Kriteria yang termasuk dalam efektivitas
- Jam kerja aktual : b1 %
- Jam kerja efektif : b2 %
Total : 100%
26
(3) Kriteria yang termasuk dalam inferensial
- Jumlah ketidakhadiran : c %
Total : 100%
6) Pembentukan matriks sasaran
Setelah skor 0, skor 3 dan skor 10 ditentukan yang tersisa adalah skor 1, 2,
4, sampai 9. Butir–butir pada skor 1, 2, 4 sampai 9 merupakan tingkat pencapaian
antara (intermediate) sehingga tingkat pencapaian akhir atau skor 10 dapat
dicapai. Untuk pembetukan matrik sasaran, penentuan skor sisa ini dengan
menggunakan interpolasi. Kenaikan nilai pada skor 1 dan 2 dilakukan dengan
cara interpolasi, yaitu :
0 - 3
0skor - 3skor
Kenaikan pada skor 4 sampai dengan 9 dilakukan dengan cara interpolasi, yaitu :
3 - 10
3skor - 10skor
7) Penentuan skor aktual
Skor aktual ditentukan berdasarkan hasil pengukuran rasio masing-masing
kriteria pada periode tertentu yang diubah kedalam skor pada matriks sasaran
yang sesuai.
8) Penentuan nilai aktual
Setiap skor yang didapat untuk setiap kriteria atau rasio, dikalikan dengan
besarnya bobot masing–masing.
9) Penentuan performence indicator
Merupakan jumlah nilai aktual dari semua kriteria pengukuran yang
dilakukan.
10) Perhitungan index produktivitas
Menghitung nilai index priduktivitas (IP) menggunakan rumus di bawah ini
100% x a sebelumnyperiode pengukuran Hasil
a sebelumnyperiode pengukuran Hasil - sekarangperiode pengukuran HasilIP
Peningkatan produktivitas ditentukan dari besarnya kenaikan indikator pencapaian
yang terjadi antara yang baru dengan yang lama.
27
11) Bentuk tabel matriks
Kriteria Efisiensi Efektivitas Inferensial
Rasio-Rasio Rasio 1 Rasio 2 Rasio 3 Rasio 4 Rasio 5 Skor Keterangan
Nilai Aktual
10 Sangat Baik
9
8
7 Baik
6
Target 5
4
3 Sedang
2 Buruk
1
0 Sangat Buruk
Skor Aktual
Bobot
Nilai Produktivitas
Keterangan
Saat ini Periode Dasar Index
Indikator Performasi
Saat ini Periode Dasar Index
Indikator Performasi
Gambar 3 Contoh bentuk tabel matriks
Pada Gambar 3 di atas, rasio 1 adalah pemakaian tenaga kerja; rasio 2
adalah pemakaian mesin; rasio 3 adalah jam kerja aktual produksi; rasio 4 adalah
jam kerja efektif; dan rasio 5 adalah jumlah ketidakhadiran karyawan. Hasil akhir
dari matrik adalah nilai indeks prestasi dengan interpretasi bahwa semakin besar
nilai indeks pada suatu periode tertentu maka produktivitas suatu perusahaan pada
periode tersebut semakin tinggi juga.
28
4 KEADAAN UMUM GALANGAN
Galangan kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan (KPNDP)
terletak di Jalan Mandala Bahari No.1 Muara Angke, Jakarta Utara. Galangan
kapal KPNDP berada satu wilayah komplek dengan UPT Balai Teknologi
Penangkapan Ikan (BTPI) Muara Angke. Galangan kapal ini merupakan salah
satu tempat reparasi kapal ikan di Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke (PPI
Muara Angke). Galangan kapal KPNDP pertama kali didirikan oleh koperasi.
Lahan yang sekarang digunakan oleh galangan kapal KPNDP merupakan tanah
milik Pemerintah Daerah DKI Jakarta dengan luas kurang lebih sebesar 9000m2.
Jumlah galangan kapal yang terdapat di wilayah ini sebanyak empat galangan
kapal. Galangan kapal tersebut yaitu Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan
(KPNDP), Balai Teknologi Penangkapan Ikan (BTPI), Karya Teknik Utama
(KTU), Fan Marine Shipyard (FMS).
Galangan kapal KPNDP aktif melayani kegiatan reparasi kapal. Bagan alir
reparasi kapal disajikan pada Gambar 4. Secara umum kegiata reparasi kapal
terdiri dari delapan tahap. Tahapan tersebut ialah persiapan, pemeriksaan,
pembersihan, pergantian kayu yang rusak berat, pemakalan, pembakaran,
pendempulan, dan pengecatan. Reparasi kapal berbeda tergantung pada jenis
kerusakan kapal. Jenis kerusakan kapal terdiri dari kerusakan ringan dan
kerusakan berat.
Proses reparasi untuk kerusakan ringan adalah penambalan pada bagian-
bagian yang rusak, penambalan ke rongga antar papan dengan memasukan serat
goni (mak‟jun), penggantian paku, pendempulan, pengecatan. Reparasi berat
biasanya dilakukan untuk mengganti bagian konstruksi kapal yang mengalami
kerusakan berat. Proses-proses dalam reparasi berat diantaranya adalah:
penggantian lunas, gading-gading, papan lambung kapal, linggi haluan, dan linggi
buritan (Natapraja 2010).
29
Reparasi ringan Reparasi berat
Ya
Tidak
Sumber : Natapraja 2010
Gambar 4 Alur kegiatan reparasi
Persiapan
Pemeriksaan
Pembersihan
Pendempulan
Pengecatan
Pembakaran
Pemakalan
Pembersihan
Penggantian kayu
yang rusak berat
(pecah, retak, lapuk)
Pembakaran
Pendempulan
Pengecatan
Pemakalan
Selesai
(kapal siap diturunkan)
Proses
Laminasi
Pendempulan
Pelapisan
Fiber
30
Pada aktivitas reparasi mulai dari penaikkan kapal, penyekrapan, pengecatan dan
penurunan kapal dikerjakan oleh tenaga kerja yang berasal dari galangan kapal
KPNDP. Untuk aktivitas lainnya seperti kerusakan kapal, dikerjakan oleh tenaga
kerja yang berasal dari luar galangan kapal KPNDP. Tenaga kerja ini biasanya
dibawa oleh pemilik kapal.
Berdasarkan pengamatan pada ketiga galangan kapal lainnya, galangan
kapal KPNDP termasuk ke dalam galangan kapal yang ramai dikunjungi oleh para
pemilik kapal. Hal ini, ditunjang dengan fasilitas-fasilitas serta luasnya tempat
yang dimiliki oleh galangan kapal KPNDP. Perbedaan tersebut dapat disajikan
pada Tabel 3.
Tabel 3 Galangan kapal yang berada dilingkungan UPT BTPI
Nama galangan Kapasitas Fasilitas yang dimiliki Jumlah
slipway
KPNDP 10 kapal Slipway, kantor, mess
karyawan, gudang
8 buah
UPT BTPI 6 kapal Slipway, kantor las dan
bongkar pasang mesin,
bengkel bubut
3 buah
FMS 6 kapal Slipway, kantor 4 buah
KTU 5 kapal Slipway, kantor,
bongkar pasang mesin,
bengkel las, bubut
4 buah
Galangan kapal KPNDP mampu menaikkan kapal dengan bobot maksimal
sebesar 200 GT Berdasarkan jumlah slipway yang dimiliki, jumlah kapal yang
dapat ditampung di galangan ini sebanyak sepuluh kapal. Fasilitas lain yang
dimiliki oleh galangan ini selain slipway yaitu kantor, gudang, mess karyawan dan
peralatan-peralatan penunjang reparasi kapal. Jumlah slipway yang dimiliki oleh
galangan kapal KPNDP sebanyak delapan buah. Saat ini, dari delapan buah
slipway hanya tujuh buah yang aktif digunakan. Hal ini dikarenakan satu buah
slipway sedang dalam proses peninggian landasan tarik. Pada tahun 2007 telah
dilakukan peninggian landasan tarik untuk ke tujuh slipway untuk mempermudah
proses penarikan dan penurunan kapal.
Setiap satu jalur slipway memiliki panjang rata-rata sebesar 90 meter.
Jumlah tenaga kerja di galangan kapal KPNDP lebih banyak dibandingkan
galangan kapal lainnya. Galangan kapal KPNDP memiliki jumlah tenaga kerja
langsung sebanyak 15 orang, sedangkan di galangan kapal lainnya paling banyak
31
hanya 6 orang. Luasnya lahan yang dimiliki galangan kapal KPNDP serta
kondisi landasan tarik yang lebih baik dibandingkan galangan kapal lainnya,
membuat para pemilik kapal lebih tertarik untuk mereparasi kapalnya di galangan
kapal KPNDP.
Peralatan-peralatan lain untuk menunjang kegiatan reparasi terdiri atas
peralatan manual, mekanik, dan elektrik. Peralatan yang digunakan secara
mekanik dan elektrik akan mempermudah para pekerja untuk melakukan kegiatan
reparasi. Peralatan yang dimiliki oleh galangan kapal KPNDP (Lampiran 3) serta
kegunannya, disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Peralatan yang dimiliki di galangan kapal KPNDP
No. Peralatan yang dimiliki Jenis peralatan Kegunaan
1. Mesin penarik Mekanik A
2. Mesin las Mekanik B
3. Mesin adukan semen Mekanik B
4. Kompresor Mekanik A
5. Rantai Mekanik A
6. Lori Mekanik A
7. Lopper Mekanik A
8. Sling Mekanik A
9. Sekrap Manual B
Ket : A = penarikan/penurunan kapal
B = reparasi kapal
Berdasarkan Tabel 4 di atas, peralatan yang dimiliki galangan kapal KPNDP
lebih banyak peralatan yang dioperasikan secara mekanik. Peralatan yang
dimiliki galangan kapal KPNDP lebih banyak untuk kegiatan penaikkan dan
penurunan kapal. Peralatan yang dioperasikan secara mekanik tidak
membutuhkan suatu keahlian khusus sehingga semua para pekerja dapat
menggoperasikannya secara bergantian. Peralatan lain seperti gerinda mesin,
gergaji mesin, bor listrik dan dongkrak hidrolik merupakan peralatan yang
dioperasikan secara elektrik, hanya saja peralatan tersebut dibawa langsung oleh
pemilik kapal yang akan mereparasi. Sama halnya dengan peralatan elektrik,
peralatan manual lainnya seperti pahat, palu, meteran, kapak, kuas cat, gergaji,
pahat besi, dan linggis dibawa langsung juga oleh pemilik kapal yang akan
mereparasi.
Perawatan fasilitas dan peralatan yang ada, harus dilakukan secara rutin
untuk menghindari kerusakan pada alat. Perawatan tersebut berbeda untuk setiap
alat. Perawatan untuk alat yang digunakan secara manual dapat dilakukan dengan
32
cara membersihkannya setiap selesai menggunakan. Perawatan rutin setiap bulan
dilakukan untuk alat-alat yang digunakan secara mekanik. Perawatannya seperti
dengan memberikan oli, atau mengganti bagian-bagian yang telah rusak.
Galangan kapal KPNDP memiliki gudang sebagai tempat penyimpanan
peralatan-peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan untuk reparasi. Selain itu,
galangan kapal KPNDP juga memberikan fasilitas untuk para karyawannya, yaitu
mess karyawan. Mess karyawan ini digunakan untuk para karyawan galangan
kapal KPNDP yang berasal dari daerah luar Jakarta atau yang jauh dari rumah
asal. Layout galangan kapal disajikan pada Gambar 5.
Keterangan gambar:
1. Rumah mesin 9. Pelataran dok
2. Mesin penarik 10 . Kolam galangan
3. Tali sling untuk menarik lori 11. Tembok pembatas galangan
4. Landasan tarik (slipway) 12. Gudang
5. Lori 13. Mess karyawan
6. Rantai penghubung lori Patok loper
7. Bantalan kapal Loper (pengatur sling)
8. Kapal di atas lori
Sumber : Galangan Kapal KPNDP Muara Angke, 2010
Gambar 5 Layout galangan kapal KPNDP Muara Angke
33
4.1 Produksi Galangan
Galangan kapal KPNDP merupakan galangan kapal yang hanya melayani
reparasi kapal saja, sudah sejak lama galangan kapal ini tidak melayani
pembuatan kapal baru. Hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana yang
dimiliki oleh galangan kapal KPNDP kurang memadai. Selain itu, proses
pembuatan kapal baru memakan waktu yang lama sehingga akan membuat
penumpukkan kapal-kapal yang akan melakukan proses reparasi. Kayu yang
merupakan bahan utama pembuatan kapal harus didatangkan dari luar Jakarta,
sehingga mengakibatkan harga kayu menjadi lebih mahal. Hal ini menjadi salah
satu alasan mengapa galangan kapal KPNDP tidak melayani pembuatan kapal
baru.
Galangan kapal KPNDP melayani reparasi kapal perikanan serta kapal
pengangkut ikan yang terbuat dari kayu. Tetapi tidak menutup kemungkinan juga
melayani reparasi kapal yang terbuat dari fiber atau kapal kayu yang dilaminasi
fiber. Kapal-kapal kayu yang berukuran di bawah 30 GT umumnya berasal dari
wilayah sekitar PPI Muara Angke. Kapal-kapal yang berasal dari luar PPI Muara
Angke umumnya berukuran di atas 30 GT dan terbuat dari fiber. Galangan kapal
KPNDP merupakan galangan satu-satunya di wilayah UPT BTPI yang mereparasi
kapal-kapal yang berukuran besar. Banyak kapal-kapal yang harus mengantri
untuk mendapatkan layanan reparasi di galangan kapal tersebut. Lama antrian
untuk dapat mereparasi kapal di galangan ini dapat mencapai satu bulan apabila
memasuki musim barat. Jumlah kapal yang melakukan reparasi di galangan kapal
KPNDP dari tahun 2007 hingga 2011 disajikan pada Gambar 6. Grafik tersebut
diperoleh berdasarkan data produksi galangan pada Lampiran 4 hingga Lampiran
8.
34
0
50
100
150
200
250
300
350
400
2007 2008 2009 2010 2011
Ju
mla
h K
ap
al
1-10 GT 11-20 GT 21-30 GT31-50 GT >50 GT Jumlah total
Gambar 6 Grafik produksi reparasi kapal tahun 2007 hingga 2011 di galangan
kapal KPNDP
Grafik di atas menunjukkan fluktuasi produksi kapal yang melakukan
reparasi di galangan kapal KPNDP. Pada tahun 2007 jumlah produksi reparasi
kapal lebih kecil dibandingkan di tahun 2008. Hal ini disebabkan karena pada
tahun 2007 dilakukan perbaikan landasan tarik dengan melakukan penimbunan
untuk memperkecil kemiringan landasan tarik. Peningkatan produksi terjadi di
tahun 2008 hingga 2009. Pada tahun 2010 hingga 2011 terjadi penurunan
produksi reparasi kapal, dikarenakan satu buah slipway sedang dalam perbaikan.
Jadi, dari 8 buah slipway yang ada hanya 7 slipway yang aktif dipergunakan.
Selain itu, kapasitas yang biasanya mampu menampung kapal sebanyak 10 buah
kapal, kini hanya dapat menampung 8 buah kapal saja. Data produksi galangan
kapal KPNDP dengan seluruh galangan kapal yang berada dalam satu komplek
wilayah UPT BTPI disajikan pada Tabel 5.
35
Tabel 5 Produksi galangan kapal KPNDP dan produksi seluruh galangan yang
ada di lingkungan UPT BTPI pada tahun 2011
No. Bulan KPNDP Ketiga galangan lainnya
1 s/d
10
11
s/d
20
21
s/d
30
31
s/d
50 > 50 Jumlah
1 s/d
10
11
s/d
20
21
s/d
30
31
s/d
50 > 50 Jumlah
(GT) (GT) (GT) (GT) (GT) (GT) (GT) (GT) (GT) (GT)
1 Januari - 2 14 3 8 27 1 3 11 3 1 19 2 Februari - - 12 1 11 24 6 5 12 - 2 25
3 Maret 1 - 12 2 10 25 3 5 14 1 2 25
4 April 1 1 20 1 5 28 1 3 14 - 1 19 5 Mei - 1 17 3 8 29 1 2 16 1 1 21
6 Juni - - 16 2 8 26 - 8 14 - 1 23
7 Juli - - 11 - 20 31 3 6 14 - 2 25 8 Agustus - - 6 1 15 22 4 1 11 1 2 19
9 September - - 9 2 18 29 1 - 14 3 1 19
10 Oktober - - 8 - 12 20 8 3 13 3 - 27
11 November - - 10 1 12 23 4 9 16 - - 29
12 Desember - - 10 4 11 25 4 4 20 - - 28
Jumlah 2 4 145 20 138 309 36 49 169 12 13 279
Rata-rata 26 24
Sumber : UPT BTPI Muara Angke, 2011
Berdasarkan Tabel 5, rata-rata jumlah kapal yang dilayani oleh galangan
kapal KPNDP setiap bulannya adalah 26 kapal. Jumlah tertinggi pada bulan Juli
sebanyak 31 kapal, sedangkan jumlah terendah pada bulan Oktober sebanyak 20
kapal. Kapal yang direparasi di galangan kapal KPNDP didominasi oleh kapal-
kapal yang berukuran 21 s/d 30 GT dengan jumlah 145 kapal, dan kapal-kapal
yang berukuran lebih dari 50 GT dengan jumlah 138 kapal. Galangan kapal
KPNDP memiliki nilai produksi lebih tinggi dibandingkan galangan-galangan
kapal yang berada di wilayah UPT BTPI. Hal ini dibuktikan pada Tabel 5, jumlah
kapal yang direparasi di galangan kapal KPNDP dalam satu tahun sejumlah 309
kapal, sedangkan jumlah kapal yang direparasi seluruh galngan sejumlah 279
kapal. Kapal-kapal yang di reparasi di galangan kapal KPNDP lebih banyak
kapal-kapal yang berasal dari daerah Jakarta.
Pelayanan reparasi yang diberikan pihak galangan kapal KPNDP adalah
hanya menaikkan kapal, menurunkan kapal, sewa lahan dan administrasi. Seluruh
kerusakan kapal diperbaiki oleh tenaga kerja yang dibawa oleh pemilik kapal.
Dengan demikian, keluhan yang sering terjadi di galangan ini biasanya terkait
pelayanan yang diberikan, seperti lamanya menunggu antrian untuk dapat
mereparasi kapal di galangan ini.
Tingginya jumlah produksi galangan kapal KPNDP disebabkan oleh jumlah
slipway serta tenaga kerja yang dimiliki oleh galangan kapal KPNDP. Selain itu
juga, para pemilik kapal telah mengetahui kualitas serta pelayanan yang diberikan
36
oleh galangan kapal KPNDP cukup memuaskan. Tidak ada persaingan harga
antar galangan yang berada di sekitar wilayah UPT BTPI, karena sebelumnya
telah disepakati terlebih dahulu.
Waktu yang dibutuhkan untuk mereparasi kapal tergantung jenis kerusakan
serta besar dan kecilnya bobot kapal yang diperbaiki. Semakin berat kerusakan
dan bobot kapal semakin besar maka lamanya waktu untuk mereparasi kapal
tersebut pun memakan waktu yang cukup lama.
Pelayanan yang diberikan oleh galangan kapal KPNDP sudah cukup baik,
terbukti dengan jarangnya keluhan dari para pemilik kapal. Galangan kapal
KPNDP tidak terkait dengan pemasok (suplier) manapun untuk memenuhi
kebutuhan material. Hal ini dikarenakan semua kebutuhan material yang
digunakan untuk mereparasi kerusakan kapal dibeli langsung oleh pemilik kapal.
Galangan kapal KPNDP hanya menyediakan peralatan doking serta peralatan
yang dibutuhkan. Seluruh kebutuhan untuk mereparasi seperti toko suku cadang
sudah ada di lingkungan UPT BTPI, sehingga pemilik kapal mudah untuk
memenuhi kebutuhan reparasi kapal.
4.2 Struktur Organisasi
Galangan kapal KPNDP dipimpin oleh seorang manajer. Manajer tersebut
yang bertanggung jawab kepada Ketua Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan
DKI Jakarta. Total jumlah tenaga kerja yang bekerja di galangan kapal KPNDP
sebanyak 18 orang. Pembagian tenaga kerja di galangan kapal KPNDP terdiri
dari manajer galangan, staf administrasi, koordinator lapangan, mandor, juru
mesin, juru selam, juru cat, juru las, dan juru alur.
Koordinator lapangan bertugas sebagai pencatat dan pengatur apabila ada
kapal yang akan di reparasi. Jadi, pemilik kapal yang akan mereparasi kapalnya
harus terlebih dahulu melapor kepada koordinator lapang untuk di catat dalam
buku antrian, kemudian koordinator lapang mengatur penempatan kapal di atas
slipway. Staf administrasi bertugas menghitung serta melayani terkait
pembayaran. Mandor bertugas mengatur para pekerja lapang apabila ada kapal
yang akan di reparasi. Juru mesin bertugas mengoperasikan mesin-mesin yang
digunakan untuk kegiatan reparasi, seperti contohnya saat menaikan dan
37
menurunkan kapal yang mengoperasikan mesin winch adalah juru mesin. Juru
selam bertugas menyelam ke dasar air apabila terjadi kerusakan pada bagian
slipway atau mereparasi bagian kapal yang kerusakannya perlu diperbaiki di
dalam air. Juru cat bertugas mengecat kapal apabila kapal telah selesai direparasi.
Juru las bertugas mengelas apabila terjadi kerusakan kapal atau kerusakan-
kerusakan lain yang diperbaikinya dengan menggunakan mesin las. Juru alur
bertugas untuk menentukan kapal yang dapat naik ke atas galangan sesuai dengan
standar ukuran slipway. Para pekerja seperti juru selam, juru cat, juru las, dan
juru alur dapat merangkap kerja. Seperti contohnya juru cat dapat merangkap
kerja apabila juru las membutuhkan bantuan tenaga, begitu juga sebaliknya.
Gambar 7 Struktur organisai galangan kapal KPNDP
4.3 Sumberdaya Manusia
Tenaga kerja tetap adalah pekerja yang berasal dari galangan kapal KPNDP.
Tugas dari pekerja tetap ini adalah menaikkan dan menurunkan kapal dari
slipway, tetapi apabila dari pemilik kapal masih membutuhkan tenaga kerja maka
tenaga kerja tetap ini dapat merangkap kerja. Tenaga kerja yang bekerja di
galangan kapal KPNDP terdiri dari tenaga kerja tetap dan tidak tetap. Tenaga
kerja tidak tetap adalah pekerja yang berasal dari luar galangan kapal KPNDP.
Pekerja tidak tetap ini biasanya dibawa oleh pemilik kapal. Tugas dari pekerja ini
lah yang mereparasi kerusakan kapal, sehingga pekerja tidak tetap ini sepenuhnya
di tanggung oleh pihak pemilik kapal bukan oleh pihak galangan kapal KPNDP.
Ketua
Koperasi
KPNDP
Manajer
Dok
Staf
Administrator
Koordinator
Lapangan
Mandor
Juru Mesin Juru Selam Juru Cat Juru Las Juru Alur
38
Latar belakang pendidikan para pekerja di galangan kapal KPNDP terdiri
dari berbagai macam. Latar belakang pendidikan tertinggi adalah manajer
galangan kapal, dengan pendidikan terakhir S2. Mayoritas pendidikan para
pekerja di galangan kapal KPNDP adalah lulusan SD. Bervariasinya latar
belakang pendidikan dari para pekerja tidak menjadi halangan untuk tetap
terjalinnya suatu komunikasi, kerjasama, dan transfer informasi. Latar belakang
pendidikan para pekerja di galangan kapal KPNDP bukan menjadi persyaratan
utama, tetapi melihat lamanya pengalaman kerja pada bidangnya masing-masing.
Pengalaman kerja para pekerja di galangan kapal KPNDP sudah tidak diragukan
lagi, karena para pekerja rata-rata telah bekerja pada bidangnya selama 10 tahun.
Tingkat kinerja para pekerja pun sudah terbilang baik, hal ini terbukti dari waktu
tempuh untuk menyelesaikan pekerjaan. Para pekerja mampu menyelesaikan
pekerjan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Pelatihan-pelatihan untuk mengembangkan soft skill setiap bulan selalu
diberikan bagi para pekerja galangan kapal. Pelatihan ini diberikan oleh pihak
UPT BTPI. Dengan demikian, pelatihan ini juga tidak hanya untuk para pekerja
galangan kapal KPNDP tetapi semua para pekerja yang berada dalam satu
komplek wilayah UPT BTPI. Pelatihan ini sangat berguna untuk meningkatkan
kemampuan sumberdaya manusia, terutama para pekerja di galangan kapal
KPNDP. Pembagian tenaga kerja di galangan kapal KPNDP disajikan pada Tabel
6.
39
Tabel 6 Pembagian tenaga kerja di galangan kapal KPNDP
No. Nama Jabatan Pendidikan Pengalaman
kerja (tahun)
1. Budijanto Manajer S2 17
2. Agus M Administrasi SMA 13
3. Hardinata Koordinator lapangan SMA 17
4. Saidi Mandor SD 17
5. Suratno Juru mesin STM 10
6. Sahid Juru mesin SD 16
7. Ali Gufron Juru alur SMP 10
8. Safin Juru las SD 17
9. Dana Juru mesin SD 15
10. Sutrisno Juru alur SMP 10
11. Sukahar Juru selam SD 11
12. Darmanto Juru selam SD 13
13. Rohim Juru selam SD 2
14. Solikhul A juru selam SD 2
15. Darga Juru cat SD 11
16. Tayana Juru cat SD 6
17. Faizin Juru selam SD 6
18. Abdul G Juru alur SD 2
40
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kriteria Produktivitas dan Indikator Kinerja
Pengukuran dengan model OMAX (Objective Matrix) menggabungkan
kriteria-kriteria produktivitas galangan ke dalam suatu bentuk yang terpadu dan
berhubungan satu sama lain. Kriteria produktivitas galangan kapal KPNDP
merupakan kegiatan dan faktor–faktor yang mendukung produktivitas kegiatan
reparasi kapal. Kriteria yang diukur meliputi kriteria efisiensi, efektifitas dan
inferensial.
Diketahuinya nilai produktivitas, maka akan diketahui pula seberapa efektif
proses produksi yang telah didayagunakan untuk meningkatkan output dan
seberapa efisiensi pula sumber-sumber input yang telah berhasil dihemat agar
produktivitas dapat meningkat. Kriteria ini menyatakan ukuran efisiensi,
efektifitas dan ukuran–ukuran lainnya (inferensial) yang secara tidak langsung
mendukung kegiatan reparasi kapal di galangan kapal KPNDP. Berdasarkan hasil
observasi, wawancara dan pengisian kuesioner terdapat 5 indikator yang dapat
digunakan untuk mengukur produktivitas galangan. Kelima indikator tersebut
adalah tenaga kerja, pemakaian mesin, jam kerja aktual, jam kerja efektif, dan
jumlah ketidakhadiran karyawan. Kelima indikator tersebut yang termasuk ke
dalam input adalah tenaga kerja dan pemakaian mesin. Indikator yang termasuk
ke dalam output adalah jam kerja aktual dan jam kerja efektif, sedangkan jumlah
ketidakhadiran karyawan termasuk ke dalam ukuran lainnya. Tabel 7
menunjukkan indikator-indikator kinerja yang dapat diukur di lokasi penelitian.
Tabel 7 Indikator kinerja yang termasuk ke dalam input dan output.
Kriteria Indikator Kinerja
Efisiensi Pemakaian mesin (%)
Jumlah tenaga kerja (%)
Efektivitas Jam kerja aktual produksi (%)
Jam kerja efektif (%)
Inferensial Jumlah ketidakhadiran karyawan (%)
Kriteria yang ditetapkan untuk pengukuran produktivitas galangan kapal
dengan menggunakan model OMAX sebanyak tiga belas indikator.
Penggunaannya dapat disesuaikan dengan kondisi objek yang diteliti. Seperti
yang dilakukan oleh Mahendra (2007) dalam penelitiannya yang berjudul
41
“Produktivitas Galangan Kapal Menggunakan Model OMAX (Studi Kasus: di PT.
BEN SANTOSA Surabaya)”. Awalnya, kriteria yang akan digunakan adalah tiga
belas indikator namun, setelah dilakukan observasi, wawancara, serta pengisian
kuesioner kepada pihak manajemen perusahaan diperoleh hanya tujuh indikator
kinerja yang dapat digunakan. Ketujuh indikator kinerja tersebut ialah man hour,
material, tenaga kerja, pemakaian mesin, jam kerja aktual, jam kerja efektif, dan
jumlah ketidakhadiran karyawan.
Karena objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah galangan, maka
penetapan kriteria indikator kinerja mengacu kepada tujuh indikator kinerja
tersebut. Setelah dilakukan observasi, wawancara dan pengisian kuesioner hanya
lima indikator kinerja yang dapat digunakan untuk mengukur produktivitas
galangan kapal KPNDP. Kelima indikator tersebut adalah tenaga kerja,
pemakaian mesin, jam kerja aktual, jam kerja efektif, dan jumlah ketidakhadiran
karyawan. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Putra
(2012). Penelitian tersebut dilakukan di galangan kapal UPT BTPI yang berada
dalam satu wilayah dengan galangan kapal KPNDP.
5.2 Model Objective Matrix (OMAX)
5.2.1 Penilaian indikator kinerja
1) Indikator kinerja yang termasuk dalam kriteria efisiensi
(1) Tenaga kerja
Penentuan nilai indikator tenaga kerja disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Nilai indikator tenaga kerja
Periode Tenaga kerja yang
digunakan (orang)
Tenaga kerja yang
ada (orang)
Persentasi tenaga
kerja (%)
2007 18 21 85.71
2008 18 21 85.71
2009 18 21 85.71
2010 15 18 83.33
2011 15 18 83.33
Rata-Rata 84.76
Tenaga kerja yang bekerja di galangan kapal KPNDP berubah-ubah. Pada
tahun 2007 hingga 2009 tenaga kerja yang bekerja di galangan kapal KPNDP
berjumlah 21 orang, sedangkan tahun 2010 hingga 2011 tenaga kerja yang bekerja
berjumlah 18 orang. Pada tahun 2007 hingga 2009 dari 21 tenaga kerja yang ada
42
18 orang merupakan tenaga kerja staf lapang dan 3 orang staf kantor. Pada tahun
2010 hingga 2011 dari 18 orang tenaga kerja yang ada 15 orang merupakan staf
lapang dan 3 orang staf kantor. Tenaga kerja staf kantor tetap terdiri dari manajer,
staf administrasi dan koordinator lapangan. Staf lapang tersebut bertugas
melayani reparasi kapal.
Tugas para staf lapang tetap saat aktivitas reparasi adalah melakukan
penaikan kapal ke atas dok, kemudian penyekrapan, pembersihan teritip,
pengecetan dan penurunan kapal ke dalam air setelah kapal selesai di reparasi.
Staf lapang tidak tetap biasanya berjumlah 10 hingga 15 orang. Banyaknya
jumlah staf lapang tidak tetap yang bekerja tergantung kepada berat atau
ringannya kerusakan kapal. Tenaga kerja ini biasanya dibawa oleh pihak pemilik
kapal.
Berdasarkan rumus rasio indikator tenaga kerja, yaitu :
100% x(orang) ada yang kerja Tenaga
(orang) digunakan yang kerja Tenaga
Penggunaan tenaga kerja galangan kapal KPNDP dari tahun 2007 hingga 2011
mengalami perubahan sehingga berpengaruh kepada persentasi rata-rata
penggunan tenaga kerja. Persentasi tenaga kerja yang digunakan ditahun 2007
hingga 2009 adalah sebesar 85,71 % sedangkan di tahun 2010 hingga 2011
mengalami penurunan menjadi sebesar 83,33 %. Dengan demikian, rata-rata
persentasi tenaga kerja yang digunakan di galangan kapal KPNDP adalah sebesar
84,76 %. Apabila nilai persentasi tenaga kerja semakin besar maka menunjukan
semakin efisien penggunaan tenaga kerja di galangan kapal tersebut dan berlaku
sebaliknya.
(2) Pemakaian mesin
Nilai indikator pemakaian mesin disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Nilai indikator pemakaian mesin
Periode Jam pemakaian
mesin (jam)
Jumlah jam tersedia
(jam)
Persentasi pemakaian
mesin (%)
2007 636 1456 43.68
2008 668 1456 45.88
2009 666 1456 45.74
2010 624 1456 42.86
2011 618 1456 42.45
Rata-Rata 44.12
43
Mesin yang digunakan adalah mesin tarik (winch). Mesin ini digunakan
untuk menaikan kapal ke atas dok dan menurunkan kapal dari dok ke dalam air.
Winch yang dimiliki oleh galangan kapal KPNDP sebanyak dua buah. Lama
waktu mesin stand by selama satu tahun adalah 1456 jam. Jumlah tersebut
diperoleh berdasarkan asumsi dalam satu tahun, jumlah hari keja adalah 365 hari.
Galangan kapal KPNDP memiliki slipway sebanyak 8 buah. Waktu untuk
mereparasi kapal paling cepat adalah 4 hari. Dengan demikian, jumlah maksimal
kapal yang dapat ditampung oleh galangan kapal KPNDP sebanyak 728 kapal.
Jika lama penggunaan winch untuk menaikan dan menurunkan kapal adalah 2
jam, maka jumlah jam tersedia untuk mesin winch sebanyak 1456 jam dalam satu
tahun.
Lama waktu pemakaian mesin dari tahun 2007 hingga 2011 berturut-turut
yaitu 636, 668, 666, 624, dan 618. Jumlah tersebut diperoleh dari hasil perkalian
antara jumlah kapal yang direparasi di galangan kapal KPNDP dengan lama
waktu penggunaan mesin untuk reparasi satu buah kapal. Lama waktu untuk
menaikan dan menurunkan kapal masing-masing selama satu jam, maka lama
penggunaan mesin untuk reparasi satu buah kapal adalah dua jam. Seperti contoh
di tahun 2007 jumlah kapal yang mereparasi di galangan kapal KPNDP sebanyak
318 kapal, sehingga jam pemakaian mesin di tahun tersebut 318 x 2jam = 636
jam. Tahun 2008 sebanyak 334 kapal, tahun 2009 sebanyak 333 kapal, tahun
2010 312 kapal dan di tahun 2011 sebanyak 309 kapal. Berikut merupakan tabel
data jumlah produksi di galangan kapal KPNDP selama lima tahun terakhir.
Tabel 10 Jumlah kapal yang melakukan reparasi di galangan kapal KPNDP
berdasarkan ukuran kapal.
Ukuran
Kapal
Tahun Jumlah
2007 2008 2009 2010 2011
1-10 GT 13 3 4 6 2 28
11-20 GT 7 6 9 3 4 29
21-30 GT 137 140 165 145 145 732
31-50 GT 20 21 21 31 20 113
>50 GT 141 164 134 127 138 704
Jumlah 318 334 333 312 309 1606
Persentasi pemakaian mesin diperoleh dengan menggunakan rumus :
100% xtersedia yang rata-rata kerja jam Jumlah
mesin pemakaian jam Jumlah
44
Penggunaan mesin di tahun 2007 hanya sebesar 43,68 % dari jumlah jam
pemakaian yang tersedia. Nilai persentasi di tahun 2008 hingga 2011
menunjukkan hal yang sama. Persentasi pemakaian mesin di tahun 2007 adalah
sebesar 43,68 %. Waktu pemakaian mesin yang terpakai di tahun 2007 hanya
sebesar 636 jam. Pada tahun 2008 persentasi pemakaian mesin meningkat
menjadi 45,88 %. Waktu pemakaian mesin yang terpakai sebesar 668 jam. Pada
tahun 2009 terjadi sedikit penurunan jumlah pemakaian mesin menjadi sebesar
666 jam sehingga persentasi yang didapat sebesar 45,74 %. Pada tahun 2010
hingga 2011 terjadi kembali penurunan jumlah pemakaian mesin dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya, sehingga persentasi pemakaian mesin di tahun tersebut
berturut-turut menjadi 42,86 % dan 42,45 %. Dengan demikian, rata-rata
persentasi pemakaian mesin di galangan kapal KPNDP sebesar 44,12 %. Sama
halnya dengan indikator tenaga tenaga kerja, apabila nilai persentasi dari indikator
pemakaian mesin semakin rendah maka menunjukan bahwa pemakaian mesin di
galangan kapal tersebut masih kurang efisien.
2) Indikator kinerja yang termasuk dalam kriteria efektivitas
(1) Jam kerja aktual
Nilai indikator jam kerja aktual disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11 Nilai indikator jam kerja aktual
Periode Jam kerja aktual
produksi (jam) Working time (jam)
Persentasi jam kerja
aktual (%)
2007 1431 3285 43.56
2008 1503 3285 45.75
2009 1498.5 3285 45.62
2010 1404 3285 42.74
2011 1390.5 3285 42.33
Rata-Rata 44.00
Working time merupakan jam kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan
galangan kapal KPNDP kepada seluruh staf pegawainya. Working time untuk
para staf, baik itu staf lapang tetap maupun staf kantor tetap di galangan kapal
KPNDP adalah 9 jam per hari mulai dari pukul 08.00 sampai dengan 17.00. Jika
asumsi dalam satu tahun jumlah hari kerja adalah 365 hari maka jumlah working
time adalah 3285.
45
Waktu yang dibutuhkan untuk staf lapang tetap melakukan reparasi satu
buah kapal adalah sebanyak 4,5 jam. Rincian waktu tersebut terdiri dari :
penaikan kapal ke atas dok selama 1 jam; penyekrapan dan pembersihan kapal
dari tritip selama 1,5 jam; pengecatan kapal setelah kapal selesai direparasi selama
1 jam, terakhir penurunan kapal dari dok kedalam air selama 1 jam. Jam kerja
aktual produksi merupakan jam kerja yang digunakan para tenaga staf lapang
tetap di galangan kapal KPNDP dalam operasional reparasi kapal. Jam kerja
aktual diperoleh dengan mengalikan jumlah kapal yang mereparasi di galangan
kapal KPNDP dengan jam yang dibutuhkan staf lapang tetap dalam mereparasi
satu buah kapal. Nilai dari jam kerja aktual produksi setiap tahunnya berfluktuasi
tergantung pada jumlah kapal yang direparasi setiap tahunnya.
Persentasi dari jam kerja aktual produksi diperoleh dengan mengunakan
rumus :
% 100 x(jam) time working
(jam) produksi aktual kerja Jam
Pada Tabel 11, Nilai persentasi jam kerja aktual produksi dari tahun 2007 ialah
sebesar 43,563 %. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan persentasi jam kerja
aktual menjadi 45,75 %. Pada tahun 2009 terjadi penurunan persentasi jam kerja
aktual, tetapi penurunan tersebut tidak begitu signifikan menjadi 45,62 %.
Penurunan persentasi jam kerja aktual yang cukup besar dibandingkan tahun-
tahun sebelumnya terjadi pada tahun 2010 hingga 2011 yaitu dengan persentasi
secara berturut-turut sebesar 42,74 % dan 42,33 %. Dengan demikian, rata-rata
jam kerja aktual produksi di galangan kapal KPNDP diperoleh sebesar sebesar
44,00 %. Nilai persentasi jam kerja aktual pada tahun 2007 sebesar 43,56 % dari
jam kerja yang tersedia sebanyak 3285 jam. Nilai persentasi di tahun 2008 hingga
2011 menunjukkan hal yang sama. Semakin rendah nilai persentasi indikator
kinerja jam kerja aktual menunjukan bahwa indikator ini masih belum efektif
digunakan oleh galangan kapal tersebut, dan berlaku sebaliknya.
46
(2) Jam kerja efektif
Nilai indikator jam kerja efektif disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12 Nilai indikator jam kerja efektif
Periode Operating time (jam) Working time (jam) Persentasi jam kerja
efektif (%)
2007 2920 3285 88.89
2008 2920 3285 88.89
2009 2920 3285 88.89
2010 2920 3285 88.89
2011 2920 3285 88.89
Rata-Rata 88.89
Jam kerja efektif (operating time) merupakan jam kerja yang baku yang
harus dilaksanakan di luar dari jam istirahat. Working time untuk para staf
galangan kapal KPNDP adalah 9 jam, setelah dikurangi oleh waktu istirahat
selama satu jam maka diperoleh operating time selama 8 jam dalam satu hari.
Operating time dalam satu hari adalah 8 jam maka dalam satu tahun nilai
operating time sebesar 2920 jam. Jika asumsi dalam satu tahun jumlah hari kerja
adalah 365 hari maka jumlah working time adalah 3285. Persentasi jam kerja
efektif diperoleh menggunakan rumus :
100% x(jam) time Working
(jam) time Operating
Nilai operating time dari tahun 2007 hingga 2011 tidak mengalami perubahan,
sehingga persentasi untuk jam kerja efektif pun bernilai sama yaitu sebesar 88,89
%. Sama halnya dengan indikator kinerja jam kerja aktual, semakin besar nilai
persentasi dari indikator kinerja jam kerja efektif maka semakin efektif
penggunaan indikator ini.
47
3) Indikator kinerja yang termasuk dalam kriteria inferensial
(1) Ketidakhadiran karyawan
Nilai indikator ketidakhadiran karyawan disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13 Nilai indikator ketidakhadiran karyawan.
Periode Jumlah karyawan
(orang)
Jumlah
ketidakhadiran
karyawan (hari)
Persentasi
ketidakhadiran (%)
2007 21 84 1.09
2008 21 84 1.09
2009 21 84 1.09
2010 18 84 1.28
2011 18 84 1.28
Rata-Rata 1.17
Jumlah karyawan yang berkerja di galangan kapal KPNDP terjadi
penurunan tenaga kerja, yang semula sebanyak 21 orang kini yang tersisa
sebanyak 18 orang. Pada Tabel 13 jumlah ketidakhadiran karyawan bernilai sama
selama 84 hari. Data ketidakhadiran karyawan didapatkan dengan cara
mewawancara langsung salah satu pekerja dari staf lapang langsung dan dari staf
kantor tetap. Hal ini disebabkan pihak galangan kapal KPNDP tidak merekap
ataupun menyimpan arsip absensi sebelumnya, dan juga kebanyakan para
karyawan tidak mengisi daftar absensi yang telah disediakan.
Berdasarkan hasil dari wawancara tersebut, ketidakhadiran karyawan dalam
satu bulan rata-rata satu karyawan mendapatkan jatah cuti maksimal selama 7
hari. Hal ini dikarenakan dalam satu minggu, para karyawan tidak ada jatah
waktu untuk libur. Dengan demikian, diperoleh jumlah ketidakhadiran karyawan
sebesar 84 hari dalam satu tahun untuk seluruh staf di galangan kapal KPNDP.
Persentasi ketidakhadiran karyawan didapatkan dengan menggunakan rumus :
100% x (hari) kerja hari Jumlah x kerja tenaga Jumlah
(hari) hadir tidak kerja tenaga Jumlah
Persentasi ketidakhadiran karyawan di tahun 2007 hingga 2009 sebesar 1,09 %.
Pada tahun 2010 hingga 2011 terjadi peningkatan persentasi ketidakhadiran
karyawan sebesar 1,28 %. Maka rata-rata persentasi ketidakhadiran karyawan
sebesar 1,17%. Berbeda dari keempat indikator di atas, semakin rendah nilai
persentasi ketidakhadiran karyawan maka semakin sedikit jumlah karyawan yang
tidak hadir.
48
5.2.2 Pencapaian awal dari indikator kinerja (skor 3)
Nilai indikator kinerja pencapaian awal (skor 3) disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14 Nilai pencapaian awal (skor 3) Nomor Indikator Indikator Kinerja Satuan Nilai Awal
1 Tenaga Kerja % 84.76
2 Pemakaian Mesin % 44.12
3 Jam Kerja Aktual Produksi % 44.00
4 Jam Kerja Efektif % 88.89
5 Jumlah Ketidakhadiran % 1.17
Tingkat pencapaian awal merupakan tingkat pencapaian yang diperoleh pada
saat matrik ini mulai dioperasikan ditempatkan pada skor 3. Nilai pencapaian
awal sama dengan nilai rata-rata dari indikator kinerja (pemakaian tenaga kerja,
pemakaian mesin, jam kerja aktual produksi, jam kerja efektif, dan jumlah
ketidakhadiran karyawan) pada periode pengukuran selam lima tahun terakhir
yang dimulai dari tahun 2007 hingga 2011.
5.2.3 Target realistis dan terendah indikator kinerja (skor 10 dan skor 0)
Skala skor 10 berkenaan dengan target-target yang ingin dicapai dalam
waktu mendatang, dan harus bersifat optimis. Target yang diambil harus
merupakan gambaran yang realistis, dan telah diperhitungkan faktor-faktor yang
akan terjadi di masa mendatang.
Target tersebut ditentukan oleh pihak manajemen galangan, hal ini
dikarenakan pihak manajemen mengetahui keadaan perusahaan yang sebenarnya
sehingga dapat menentukan kemajuan yang ingin dicapai di masa mendatang.
Nilai target realistis tersebut diperoleh dengan cara mewawancarai dan pengisian
kuesioner kepada pihak manajemen galangan kapal. Hasil dari wawancara dan
kuesioner (Lampiran 9) untuk target relistis tertinggi yang ingin dicapai oleh
perusahaan berdasarkan pada target perusahaan. Target realistis tertinggi dari
galangan kapal KPNDP ialah dengan jumlah 8 buah slipway yang dimiliki mampu
menampung kapal maksimal sebanyak 12 kapal dengan rincian 4 slipway mampu
menampung 4 buah kapal yang berukuran besar dan 4 slipway lainnya mampu
menampung 8 buah kapal yang berukuran kecil. Selama satu bulan terjadi 5 kali
frekuensi reparasi kapal dikalikan 12 bulan, sehingga diperoleh target reparasi
kapal dalam satu tahun sebanyak 720 kapal. Jumlah ketidakhadiran karyawan di
49
asumsikan setiap 2 bulan karyawan diberikan jatah cuti sebanyak 7 hari, sehingga
dalam satu tahun jumlah ketidakhadiran karyawan sebanyak 42 hari untuk setiap
orang. Berdasarkan hasil tersebut diperoleh nilai tiap indikator yang diukur pada
skor 10. nilai tersebut disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15 Nilai target realistis (skor 10) Nomor Indikator Indikator Kinerja Satuan Nilai Awal
1 Tenaga Kerja % 100.00
2 Pemakaian Mesin % 98.90
3 Jam Kerja Aktual Produksi % 98.63
4 Jam Kerja Efektif % 88.89
5 Jumlah Ketidakhadiran % 0.63
Sama halnya dengan penetapan skor 10, untuk menentukan skor 0 juga
dilakukan dengan cara wawancara dan kuesioner. Skor 0 merupakan rasio
terburuk yang mungkin terjadi, merupakan level terbawah yang dapat pula
ditentukan. Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner, target terendah dari
galangan kapal KPNDP ialah dengan jumlah 8 buah slipway yang dimiliki hanya
menampung 5 buah kapal. Selama satu bulan terjadi 4 kali frekuensi reparasi
kapal dikalikan 12 bulan, sehingga diperoleh target reparasi kapal dalam satu
tahun sebanyak 240 kapal. Jumlah ketidakhadiran karyawan di asumsikan setiap
2 bulan karyawan diberikan jatah cuti sebanyak 10 hari, sehingga dalam satu
tahun jumlah ketidakhadiran karyawan sebanyak 120 hari untuk setiap orang.
Berdasarkan hasil tersebut diperoleh nilai tiap indikator yang diukur pada skor 0.
nilai tersebut disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16 Nilai terendah (skor 0) Nomor Indikator Indikator Kinerja Satuan Nilai Awal
1 Tenaga Kerja % 70.00
2 Pemakaian Mesin % 32.97
3 Jam Kerja Aktual Produksi % 32.88
4 Jam Kerja Efektif % 77.78
5 Jumlah Ketidakhadiran % 1.83
5.2.4 Bobot indikator kinerja
Kriteria indikator kinerja tidak memiliki pengaruh yang sama pada
produktivitas unit kerja keseluruhan, sehingga untuk melihat berapa besar derajat
kepentingannya setiap kriteria indikator kinerja diberi bobot. Pembobotan
merupakan salah satu langkah yang penting. Pembobotan memberikan suatu
kesempatan untuk memberikan perhatian secara langsung pada kegiatan–kegiatan
50
yang berpotensi besar bagi peningkatan produktivitas. Total pembobotan untuk
semua kriteria harus sama dengan 100 %. Pembobotan dilakukan oleh pihak
menejemen melalui kuesioner. Hasil kuesioner (Lampiran 10) pembobotan
tersebut dihitung dengan menggunakan matrik perbandingan berpasangan. Nilai
pembobotan disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17 Nilai pembobotan Nomor Indikator Indikator Kinerja Satuan Bobot
1 Tenaga Kerja % 21
2 Pemakaian Mesin % 14
3 Jam Kerja Aktual Produksi % 14
4 Jam Kerja Efektif % 21
5 Jumlah Ketidakhadiran % 30
5.2.5 Penyusunan tabel Objective Matrix (OMAX)
Langkah selanjutnya adalah penyusunan tabel Obactive Matrix (OMAX).
Data yang telah diperoleh disusun kedalam tabel OMAX untuk dilakukan analisis
produktivitas. Tabel pengukuran produktivitas model OMAX disajikan pada tabel
di bawah ini, pada tahun 2007 hingga 2011.
Tabel 18 Matriks tahun 2007
Kriteria Efisiensi Efektivitas Inferensial
Rasio-Rasio Rasio 1 Rasio 2 Rasio 3 Rasio 4 Rasio 5 Skor Keterangan Nilai Aktual 85.71 43.68 43.56 88.89 1.09
100.00 98.90 98.63 88.89 0.63 10 Sangat Baik
97.82314 91.07529 90.82571 88.889 0.71471 9 95.64629 83.24957 83.02143 88.889 0.79043 8
93.46943 75.42386 75.21714 88.889 0.86614 7 Baik
91.29257 67.59814 67.41286 88.889 0.94186 6 Target 89.11571 59.77243 59.60857 88.889 1.01757 5
86.93886 51.94671 51.80429 88.889 1.09329 4
84.76 44.12 44.00 88.89 1.17 3 Sedang 79.841 40.403 40.292 85.185 1.388 2 Buruk
74.921 36.685 36.584 81.482 1.607 1 70.00 32.967 32.876 77.778 1.826 0 Sangat Buruk
Skor Aktual 3 2 2 10 3
Bobot 14 21 14 21 30
Nilai Produktivitas 42 42 48 210 90 Keterangan Sedang Buruk Buruk Sangat Baik Sedang
Saat ini Periode Dasar Index
Indikator Performasi 432 365 18.35616
Saat ini Periode Dasar Index
Indikator Performasi 432 0 0
51
Tabel 19 Matriks tahun 2008
Kriteria Efisiensi Efektivitas Inferensial
Rasio-Rasio Rasio 1 Rasio 2 Rasio 3 Rasio 4 Rasio 5 Skor Keterangan Nilai Aktual 85.71 45.88 45.75 88.89 1.09
100 98.90 98.63 88.89 0.63 10 Sangat Baik 97.82314 91.07529 90.82571 88.889 0.71471 9
95.64629 83.24957 83.02143 88.889 0.79043 8
93.46943 75.42386 75.21714 88.889 0.86614 7 91.29257 67.59814 67.41286 88.889 0.94186 6 Baik
Target 89.11571 59.77243 59.60857 88.889 1.01757 5
86.93886 51.94671 51.80429 88.889 1.09329 4 84.76 44.12 44.00 88.89 1.17 3 Sedang
79.841 40.403 40.292 85.185 1.388 2 Buruk
74.921 36.685 36.584 81.482 1.607 1 70 32.967 32.876 77.778 1.826 0 Sangat Buruk
Skor Aktual 3 3 3 10 3
Bobot 14 21 14 21 30 Nilai Produktivitas 42 63 42 210 90
Keterangan Sedang Sedang Sedang Sangat Baik Sedang
Saat ini Periode Dasar Index
Indikator Performasi 447 365 22.46575
Saat ini Periode Dasar Index
Indikator Performasi 447 432 3.472222
Tabel 20 Matriks tahun 2009
Kriteria Efisiensi Efektivitas Inferensial
Rasio-Rasio Rasio 1 Rasio 2 Rasio 3 Rasio 4 Rasio 5 Skor Keterangan Nilai Aktual 85.71 45.74 45.62 88.89 1.09
100 98.90 98.63 88.89 0.63 10 Sangat Baik 97.82314 91.07529 90.82571 88.889 0.71471 9
95.64629 83.24957 83.02143 88.889 0.79043 8
93.46943 75.42386 75.21714 88.889 0.86614 7 91.29257 67.59814 67.41286 88.889 0.94186 6 Baik
Target 89.11571 59.77243 59.60857 88.889 1.01757 5
86.93886 51.94671 51.80429 88.889 1.09329 4 84.76 44.12 44.00 88.89 1.17 3 Sedang
79.841 40.403 40.292 85.185 1.388 2 Buruk
74.921 36.685 36.584 81.482 1.607 1 70 32.967 32.876 77.778 1.826 0 Sangat Buruk
Skor Aktual 3 3 3 10 3
Bobot 14 21 14 21 30 Nilai Produktivitas 42 63 42 210 90
Keterangan Sedang Sedang Sedang Sangat Baik Sedang
Saat ini Periode Dasar Index
Indikator Performasi 447 365 22.46575
Saat ini Periode Dasar Index
Indikator Performasi 447 447 0
52
Tabel 21 Matriks tahun 2010
Kriteria Efisiensi Efektivitas Inferensial
Rasio-Rasio Rasio 1 Rasio 2 Rasio 3 Rasio 4 Rasio 5 Skor Keterangan Nilai Aktual 83.33 42.86 42.74 88.89 1.28
100 98.90 98.63 88.89 0.63 10 Sangat Baik 97.82314 91.07529 90.82571 88.889 0.71471 9
95.64629 83.24957 83.02143 88.889 0.79043 8
93.46943 75.42386 75.21714 88.889 0.86614 7 91.29257 67.59814 67.41286 88.889 0.94186 6 Baik
Target 89.11571 59.77243 59.60857 88.889 1.01757 5
86.93886 51.94671 51.80429 88.889 1.09329 4 84.76 44.12 44 88.89 1.17 3 Sedang
79.841 40.403 40.292 85.185 1.388 2 Buruk
74.921 36.685 36.584 81.482 1.607 1 70 32.967 32.876 77.778 1.826 0 Sangat Buruk
Skor Aktual 2 2 2 10 2
Bobot 14 21 14 21 30 Nilai Produktivitas 48 42 48 210 60
Keterangan Buruk Buruk Buruk Sangat Baik Buruk
Saat ini Periode Dasar Index
Indikator Performasi 408 365 11.78082
Saat ini Periode Dasar Index
Indikator Performasi 408 447 -8.72483
Tabel 22 Matriks tahun 2011
Kriteria Efisiensi Efektivitas Inferensial
Rasio-Rasio Rasio 1 Rasio 2 Rasio 3 Rasio 4 Rasio 5 Skor Keterangan Nilai Aktual 83.33 42.45 42.33 88.89 1.28
100 98.90 98.63 88.89 0.64 10 Sangat Baik 97.82314 91.07529 90.82571 88.889 0.71471 9
95.64629 83.24957 83.02143 88.889 0.79043 8
93.46943 75.42386 75.21714 88.889 0.86614 7 Baik 91.29257 67.59814 67.41286 88.889 0.94186 6
Target 89.11571 59.77243 59.60857 88.889 1.01757 5
86.93886 51.94671 51.80429 88.889 1.09329 4 84.76 44.12 44 88.8\9 1.17 3 Sedang
79.841 40.403 40.292 85.185 1.388 2 Buruk
74.921 36.685 36.584 81.482 1.607 1 70 32.967 32.876 77.778 1.826 0 Sangat Buruk
Skor Aktual 2 2 2 10 2
Bobot 14 21 14 21 30 Nilai Produktivitas 48 42 48 210 60
Keterangan Buruk Buruk Buruk Sangat Baik Buruk
Saat ini Periode Dasar Index
Indikator Performasi 08 365 11.78082
Saat ini Periode Dasar Index
Indikator Performasi 408 408 0
Keterangan : 1) Rasio 1 : rasio indikator pemakaian tenaga kerja
2) Rasio 2 : rasio indikator pemakaian mesin
3) Rasio 3 : rasio indikator jam kerja aktual produksi
4) Rasio 4 : rasio indikator jam kerja efektif
53
5) Rasio 5 : rasio indikator ketidakhadiran karyawan
5.3 Tingkat Produktivitas Pada Aktivitas Reparasi di Galangan Kapal
KPNDP DKI Jakarta
Langkah selanjutnya setelah dilakukan pengolahan data dan penyusunan
tabel Objactive Matrix (OMAX) ialah menginterpretasi serta menganalisa hasil
tersebut. Hal-hal yang dibahas adalah seluruh indikator-indikator kinerja yang
digunakan dalam pengukuran produktivitas dengan menggunaka model OMAX,
serta menganalisis indeks pencapaian kinerja tiap periode pengukuran dan
keseluruhan nilai kinerja total pada unit produksi.
Analisis indikator-indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran
memberikan gambaran kepada pihak manajemen galangan kapal KPNDP atas
pencapaian kinerja yang selama ini telah dihasilkan. Dengan demikian, pihak
manajemen galangan dapat melakukan tindakan-tidakan yang dianggap perlu
untuk dilakukan dalam hal meningkatkan atau memperbaiki kinerja galangan.
Seperti yang diungkapkan oleh Sinungan (2008), manfaat dari pengukuran
produktivitas pada level perusahaan digunakan sebagai sarana manajemen untuk
menganalisis dan mendorong efisiensi produksi serta akan meningkatkan
kesadaran dan minat pekerja untuk melaksanakan tingkat dan rangkaian produksi.
Berikut merupakan hasil pengukuran indikator-indikator kinerja yang telah
dicapai galangan, untuk setiap periode pengukuran. Analisis ini berdasarkan pada
tabel-tabel hasil pengolahan data pengukuran kinerja disetiap periode pengukuran.
Tabel-tabel tersebut dapat dilihat pada Tabel 18 hingga Tabel 22.
Nilai aktual untuk tenaga kerja di galangan kapal KPNDP dengan bobot
sebesar 21 % mengalami penurunan. Pada tahun 2007 hingga 2009 nilai aktual
yang dicapai untuk indikator tenaga kerja sebesar 85,71 % dan di tahun 2010
hingga 2011 mengalami penurunan tenaga kerja menjadi 83,33 %. Dengan
demikian, skor aktual yang dicapai juga mengalami perubahan, yang semula
mendapatkan skor 3 (tiga) di tahun 2007 hingga 2009 berubah turun di tahun 2010
hingga 2011 mendapatkan skor 2 (dua). Hal ini dikarenakan pemakaian tenaga
kerja dan tenaga kerja yang tersedia berubah. Berdasarkan hasil pengukuran
selama lima tahun terakhir menggunakan model OMAX untuk indikator tenaga
kerja sudah baik, meskipun mengalami penurunan tenaga kerja. Jika dilihat
54
selisih antara pencapaian awal (skor 3) dengan pencapaian sasaran akhir (skor 10)
adalah 15,238 %, maka indikator tenaga kerja ini hanya perlu sedikit ditingkatkan
yaitu dengan menambahkan kembali tenaga kerja tetapi tenaga kerja yang
ditambahkan merupakan tenaga kerja yang digunakan sepenuhnya untuk reparasi.
Nilai aktual untuk indikator kinerja pemakaian mesin tertinggi dicapai pada
tahun 2008 sebesar 45,88 % sedangkan terendah pada tahun 2011 sebesar 42,45 %
dengan bobot indikator kinerja ini sebesar 14 %. Hal ini dikarenakan pada tahun
2008 jumlah produksi lebih banyak dibandingkan tahun-tahun lainnya, namun di
tahun 2009 nilai persentasi pemakaian mesin tidak berbeda jauh dengan nilai
pemakaian mesin di tahun 2008 yaitu sebesar 45,74 %. Nilai indikator kinerja
pemakaian mesin dipengaruhi dengan jumlah produksi, semakin besar jumlah
produksi maka persentasi pemakaian mesin semakin meningkat. Pada tahun 2008
dan 2009 pencapaian indikator kinerja ini mencapai skor yang sama yaitu skor 3,
sedangkan di tahun 2007, 2010, dan 2011 hanya mencapai skor 2.
Berdasarkan hasil pengukuran selama lima tahun terakhir, untuk pencapaian
indikator kinerja pemakaian mesin masih belum digunakan secara maksimal. Hal
ini dipengaruhi oleh semakin menurunnya jumlah produksi. Pada tahun 2010 dan
2011 yaitu pada skor 2 dengan nilai masing-masing sebesar 42,87 % dan 42,45 %.
Penurunan yang terjadi pada tahun 2011 dikarenakan pada tahun ini dilakukan
perbaikan atau penimbunan landasan tarik (slipway) untuk memperkecil
kemiringan slipway sehingga mempermudah proses penaikan dan penurunan.
Oleh karena itu, dari 8 slipway yang dimiliki hanya 7 slipway yang aktif
digunakan untuk pelayanan reparasi. Dengan demikian, mengakibatkan produksi
juga menurun sehingga pemakaian mesinpun ikut menurun.
Nilai pencapaian skor 3 untuk jam kerja aktual produksi pada tahun 2008
dan 2009 dengan nilai berturut-turut adalah 45,75 % dan 45,62 %. Nilai indikator
yang memiliki bobot 14 % tersebut lebih besar daripada di tahun lainnya. Pada
tahun 2007, 2010 dan 2011 skor yang dicapai untuk indikator jam kerja aktual
adalah skor 2 dengan nilai yang dicapai berturut-turut sebesar 43,56 %, 42,74 %,
dan 42,33 %. Sama halnya dengan indikator pemakaian mesin, indikator jam
aktual produksi dipengaruhi oleh jumlah produksi.
55
Rendahnya nilai persentasi untuk indikator kinerja pemakaian mesin dan
jam kerja aktual produksi dapat dipengaruhi oleh produksi, manajemen dan tenaga
kerja. Dengan demikian, secara tidak langsung faktor tersebut dapat juga
mempengaruhi produktivitas galangan kapal. Faktor-faktor tersebut dapat
dipengaruhi oleh tingkat teknologi yang dimiliki oleh galangan kapal KPNDP.
Komponen-komponen teknologi yang berpengaruh seperti technoware, orgaware,
infoware dan humanware. Penelitian yang telah dilakukan oleh Natapraja (2010)
yang berjudul “Penilaian Tingkat Teknologi Galangan Kapal Koperasi Pegawai
Negeri Dinas Perikanan DKI Jakarta, Muara Angke” diperoleh hasil bahwa
teknologi di galangan kapal tersebut berada pada level semi modern. Hal tersebut
dikarenakan fasilitas yang digunakan oleh galangan kapal tersebut belum di
dukung oleh fasilitas yang mutakhir yang dapat melancarkan kegiatan reparasi di
galangan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk peningkatan fasilitas
tersebut dengan cara otomatisasi mesin-mesin yang digunakan dalam proses
transformasi.
Berdasarkan hasil pengukuran selama lima tahun terakhir, pencapaian untuk
indikator jam kerja aktual produksi masih belum digunakan secara maksimal,
karena nilai indikator tersebut masih jauh dari target realistis yang telah ditetapkan
pada skor 10 yaitu sebesar 98,63 %. Solusi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan indikator jam kerja aktual, yaitu dengan memaksimalkan
penggunaan tenaga kerja yang ada agar dapat mempercepat proses reparasi,
sehingga dapat meningkatkan jumlah produksi juga.
Nilai pencapaian untuk indikator kinerja jam kerja efektif konstan berada
pada skor 10 (sepuluh) dengan nilai sebesar 88,89 %. Bobot untuk indikator jam
efektif adalah sebesar 21 %. Setiap tahun nilai indikator jam kerja efektif
(operating time) tidak berubah, maka berdasarkan pada hasil pengukuran selama
lima tahun terakhir untuk indikator kinerja jam kerja efektif sudah sangat baik.
Nilai aktual untuk indikator kinerja ketidakhadiran karyawan dengan bobot
30 % mengalami perubahan. Pada tahun 2007 hingga 2011 nilai pencapaian
ketidakhadiran karyawan sebesar 1,09 % dengan skor yang dicapai adalah skor 2.
pada tahun 2010 hingga 2011 nilai pencapaian ketidakhadiran karyawan dengan
skor yang dicapai adalah skor 3. Hal ini disebabkan karena tenaga kerja yang
56
digunakan di galangan kapal KPNDP mengalami perubahan. Berdasarkan hasil
pengukuran selama lima tahun terakhir untuk indikator ketidakhadiran karyawan
sudah cukup baik, meskipun mengalami perubahan nilai pencapaian. Indikator
ketidakhadiran karyawan sulit untuk ditingkatkan. Hal ini dikarenakan galangan
kapal KPNDP masih menerapkan sistem penggunaan jatah cuti dalam satu bulan.
Nilai ketidakhadiran karyawan sebanyak 84 hari dalam satu tahun. Nilai ini
diperoleh dengan mewawancarai salah satu staf lapang tetap dan staf administrasi.
Berdasarkan pada pengukuran yang telah dilakukan selama lima tahun
terakhir dengan menggunakan model OMAX, diperoleh nilai pencapaian kinerja
total serta persentasi peningkatan kriteria. Pencapaian kinerja total dan persentasi
peningkatan kriteria disajikan pada Tabel 23.
Tabel 23 Pencapaian kinerja total dengan menggunakan periode dasar dan periode
sebelum
No Periode
Pencapaian Kinerja Total Indeks berdasarkan
periode dasar (%)
Indeks berdasarkan
periode sebelum (%) Sekarang Dasar Sebelum
1 2007 432 365 0 18.36 0
2 2008 447 365 432 22.47 3.47
3 2009 447 365 447 22.47 0
4 2010 408 365 447 11.78 -8.72
5 2011 408 365 408 11.78 0
Hasil pengukuran yang disajikan pada Tabel 23, nilai indeks terhadap
periode dasar menunjukkan peningkatan kinerja galangan kapal KPNDP dilihat
dari jumlah produksi reparasi kapal yang dilakukan di galangan ini pada masing-
masing periode. Periode dasar yang digunakan yaitu 365, periode dasar ini
digunakan sebagai pembanding atau acuan untuk pencarian indeks. Nilai indeks
terhadap periode sebelum menunjukkan peningkatan kinerja galangan kapal
KPNDP dengan melihat peningkatan jumlah produksi reparasi kapal antara tahun
yang ditentukan dengan tahun sebelumnya. Oleh karena itu, periode sebelumnya
(tahun sebelumnya) digunakan sebagai pembanding untuk pencarian indeks.
Berdasarkan Tabel 23, pencapaian kinerja total tertinggi pada periode dasar
dicapai pada tahun 2008 dan 2009 dengan nilai kinerja total sebesar 447 dan
terendah pada tahun 2010 dan 2011 dengan nilai kinerja total sebesar 408. Pada
tahun 2008 dan 2009, indeks periode dasar yang dicapai sebesar 22,47 %. Hal ini
terjadi kerena jumlah produksi kapal yang direparsi lebih banyak dibandingkan
pada tahun 2007, 2010 dan 2011.
57
Nilai kinerja total tertinggi berdasarkan pada periode sebelum dicapai pada
tahun 2008, meskipun peningkatan yang terjadi tidak begitu signifikan
dibandingkan periode sebelumnya. Pada tahun 2008, indeks periode sebelum
dicapai sebesar 3,47 %. Hal ini disebabkan kerena terjadi peningkatan jumlah
produksi dari tahun 2007, dimana jumlah produksi pada tahun 2008 adalah
sebesar 334 kapal sedangkan ditahun 2007 adalah sebesar 318 kapal.
Bila dibandingkan dengan hasil pengukuran produktivitas galangan kapal
UPT BTPI yang telah dilakukan oleh Putra (2012), dimana diperoleh untuk skor
indikator kinerja pemakaian mesin dan jam kerja aktual produksi mencapai skor 0.
Dengan demikian, secara keseluruhan kinerja yang dihasilkan oleh galangan kapal
KPNDP sudah tergolong cukup produktif. Hal ini dikarenakan pada setiap
periode pengukuran indikator kinerja banyak yang mencapai skor 3, bahkan ada
yang stabil di skor 10. Skor 3 merupakan nilai rata-rata dari seluruh periode
pengukuran. Masih ada indikator-indikator yang nilai pencapaiannya di bawah
skor 3, bahkan mencapai skor 2 seperti di tahun 2007, 2010 dan 2011, tetapi tidak
ada indikator yang mencapai nilai skor 0. Pencapaian kinerja total yang dicapai
oleh galangan kapal KPNDP tidak menunjukkan perubahan yang signifikan setiap
periodenya, atau bahkan dapat dikatakan stabil. Hal ini terlihat dari nilai indeks
berdasarkan periode sebelumnya, hanya mengalami peningkatan indeks sebesar
3,47 % di tahun 2008 dan penurunan indeks di tahun 2010 sebesar 8,72 %.
Semua indikator-indikator kinerja yang telah diukur, tentunya diharapkan
dapat mencapai bahkan melebihi nilai rata-rata pengukuran, hal itu menunjukkan
adanya peningkatan kerja yang lebih baik. Pada kenyataannya yang terjadi adalah
sebagian besar nilai inikator-indikator kinerja yang telah diukur setiap periode
mengalami fluktuatif, artinya indikator antara satu periode ke periode berikutnya
dapat meningkat ataupun menurun. Hal ini menunjukkan bahwa upaya suatu
perusahaan untuk memperbaiki kinerja masih belum maksimal, dan masih belum
menunjukkan hasil yang baik. Berdasarkan hasil pengukuran, indikator-indikator
yang memiliki nilai rendah (tidak melebihi skor 3) ialah pemakaian mesin dan jam
kerja aktual produksi.
58
5.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Langkah Awal yang
Dilakukan dalam Upaya Peningkatan Produktivitas pada Aktivitas
Reparasi di Galangan Kapal KPNDP DKI Jakarta
Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produktivitas pada aktivitas
reparasi di galangan kapal KPNDP berturut-turut mulai dari yang paling
berpengaruh adalah ketidakhadiran karyawan (30 %), pemakaian tenaga kerja (21
%), jam kerja efektif (21 %), jam kerja aktual produksi (14 %), dan pemakaian
mesin (14 %). Menurut Iryanto (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi
produktivitas galangan kapal adalah desain, proses manufacturing dan sistem
manajemen. Dari ketiga faktor tersebut yang mempengaruhi produktivitas di
galangan kapal KPNDP adalah proses manufacturing seperti keterampilan
pegawai, kecukupan pegawai serta pemakaian teknologi dengan fasilitas yang
memadai dan sistem manajemen. Hal ini dikarenakan galangan kapal KPNDP
hanya memberikan pelayanan reparasi.
Jumlah ketidakhadiran karyawan memiliki bobot kepentingan paling tinggi
diantara indikator kinerja lainnya. Hal ini dikarenakan masing-masing karyawan
memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda. Apabila satu orang saja tidak
dapat hadir, maka tugas orang tersebut tidak dapat berjalan sehingga
mengakibatkan kegiatan reparasi menjadi tertunda. Hal ini juga berdampak
kepada jumlah produksi, dan pada akhirnya akan mengurangi produktivitas.
Tenaga kerja yang bekerja di galangan kapal KPNDP saat ini berjumlah 18
orang. Tenaga kerja tersebut terdiri dari 3 orang staf kantor dan 15 orang staf
lapang. Jumlah tenaga kerja lapang lebih banyak dibandingkan tenaga kerja
kantor. Formasi tersebut merupakan formasi yang cocok untuk meningkatkan
kinerja pemakaian tenaga kerja galangan kapal KPNDP, karena dengan lebih
banyak jumlah tenaga kerja lapang akan membuat kegiatan reparasi lebih efisien.
Jam kerja efektif (operating time) di galangan kapal KPNDP dalam satu hari
adalah 8 jam. Jam kerja efektif ini berlaku untuk semua karyawan, baik itu
karyawan staf kantor maupun karyawan staf lapang. Jam kerja efektif untuk
galangan kapal KPNDP sudah cukup efektif, karena tidak adanya perbedaan jam
efektif untuk staf kantor dan staf lapang.
Indikator kinerja pemakaian mesin dan jam kerja aktual produksi memiliki
bobot kepentingan paling rendah dibandingkan dengan indikator kinerja lainnya.
59
Hal ini disebabkan karena pengaruh kedua indikator ini tergantung pada indikator
lainnya yaitu tenaga kerja, jumlah ketidakhadiran karyawan, serta jam kerja
efektif. Indikator kinerja pemakaian mesin dipengaruhi oleh jumlah produksi
kapal yang reparasi serta jumlah ketidakhadiran karyawan. Semakin banyak kapal
yang direparasi dan semakin banyak kehadiran karyawan maka proses reparasi
semakin cepat, karena setiap karyawan bekerja sesuai dengan tanggung jawab
masing-masing dan tidak ada pekerjaan yang harus tertunda. Dengan demikian,
pemakaian mesin dan kegiatan reparasi di galangan kapal KPNDP akan efisien,
sehingga meningkatkan jumlah produksi, yang akhirnya meningkatkan
produktivitas.
Indikator kinerja jam kerja aktual produksi dipengaruhi oleh jumlah
produksi kapal yang direparasi, tenaga kerja dan ketidakhadiran karyawan.
Semakin banyak kapal yang direparasi, semakin banyak tenaga kerja yang
dilibatkan serta semakin sedikit jumlah ketidakhadiran karyawan maka jam kerja
aktual yang digunakan akan lebih efektif. Dengan demikian, perbandingan jam
kerja aktual dengan working time akan semakin berkurang, dan akhirnya akan
meningkatkan produktivitas dari pencapaian mula-mula.
Berdasarkan hal-hal di atas, langkah awal yang harus dilakukan guna untuk
meningkatkan produktivitas pada aktivitas reparasi galangan kapal KPNDP ialah
dengan memperhatikan jumlah ketidakhadiran karyawan. Mengingat, indikator
kinerja untuk ketidakhadiran karyawan memiliki nilai bobot kepentingan tertinggi,
yaitu sebesar 30 %. Tetapi, indikator ini mampu mencapai skor 3 di saat jumlah
karyawan sebanyak 21 orang, setelah mengalami penurunan tenaga kerja menjadi
18 orang, skor yang mampu dicapai adalah skor 2. Oleh karena itu, langkah awal
yang harus dicapai adalah dengan menambahkan kembali tenaga kerja tetapi
tenaga kerja yang ditambahkan merupakan tenaga kerja yang digunakan
sepenuhnya untuk reparasi. Memberikan motivasi kepada karyawan, sehingga
para karyawan semangat untuk bekerja keras. Serta, dapat memberikan pelatihan
kepada seluruh karyawan lapang mengenai keterampilan atau kemampuan terkait
dengan kegiatan reparasi. Pelatihan ini bertujuan agar para karyawan dapat saling
mengisi dalam melakukan tugas reparasi, apabila suatu saat ada satu atau lebih
60
karyawan yang tidak dapat hadir, sehingga tidak akan ada kegiatan reparasi yang
tertunda.
Indikator-indikator kineja tersebut dapat dicapai secara maksimal, apabila
pihak pemilik galangan kapal KPNDP memiliki kemauan serta komitmen untuk
melakukan perbaikan pada indikator-indikator kinerja yang masih buruk. Selain
itu, tetap mempertahankan nilai indikator yang telah mencapai target realistis, dan
memperhatikan nilai indikator yang memiliki bobot kepentingan yang cukup
besar. Hasil pengukuran kinerja selama 5 periode terakhir, diharapkan dapat
memberikan suatu gambaran serta acuan dalam pencapaian kinerja perusahaan
yang sebenarnya sesuai dengan data yang dimiliki galangan.
6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil pengolahan serta analisis pada penelitian yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Kriteria indikator kinerja yang terdapat di galangan kapal Koperasi Pegawai
Negeri Dinas Perikanan (KPNDP) DKI Jakarta ialah kriteria efisiensi dengan
indikator kinerja yang diukur yaitu tenaga kerja dan pemakaian mesin; kriteria
efektifitas dengan indikator kinerja yang diukur yaitu jam kerja aktual
produksi dan jam kerja efektif; kriteria inferensial dengan indikator kinerja
yang diukur yaitu jumlah ketidakhadiran karyawan. Nilai rata-rata dari setiap
indikator kinerja yang dihitung pada tahun 2007 hingga 2011 berturut-turut
yaitu 84,76 %; 44,12 %; 44,00 %; 88,89 %; 1,17 %.
2) Produktivitas galangan kapal KPNDP sudah tergolong cukup produktif. Hal
ini dikarenakan pada setiap periode pengukuran indikator kinerja banyak yang
mencapai skor 3, bahkan ada yang stabil di skor 10. Secara umum pencapaian
kinerja total yang dicapai oleh galangan kapal KPNDP tidak menunjukkan
perubahan yang signifikan setiap periodenya, atau bahkan dapat dikatakan
stabil. Hal ini terlihat dari nilai indeks berdasarkan periode sebelumnya,
hanya mengalami peningkatan indeks sebesar 3,47% di tahun 2008 dan
penurunan indeks di tahun 2010 sebesar 8,72 %.
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produktivitas pada aktivitas
reparasi di galangan kapal KPNDP berturut-turut mulai dari yang paling
berpengaruh adalah ketidakhadiran karyawan, pemakaian mesin, jam kerja
efektif, jam kerja aktual produksi, dan pemakaian tenaga kerja.
4) Langkah awal yang harus dilakukan guna untuk meningkatkan produktivitas
pada aktivitas reparasi galangan kapal KPNDP ialah dengan memperhatikan
jumlah ketidakhadiran karyawan. Mengingat, indikator kinerja untuk
ketidakhadiran karyawan memiliki nilai bobot kepentingan tertinggi, yaitu
sebesar 30 %.
62
6.2 Saran
Ada pun saran-saran yang dapat disampaikan dalam hasil penelitian ini,
adalah sebagai berikut :
1) Secara umum pencapaian kinerja untuk seluruh indikator yang diukur sudah
terbilang cukup baik. Predikat cukup baik yang telah dicapai oleh galangan
kapal KPNDP masih perlu dilakukan peningkatan agar target yang ingin
dicapai dapat terpenuhi. Mengingat selisih antara target yang ingin dicapai
(skor 10) dengan keadaan yang sebenarnya (skor 3) masih cukup jauh.
2) Meningkatkan daya saing antar galangan, yaitu dengan mendorong terus
perusahaan untuk meningkatkan kinerja. Peningkatan kinerja tersebut dapat
dilakukan dengan cara mengevaluasi dan mempertimbangkan penyebab-
penyebab terjadinya penurunan kinerja serta melakukan perbaikan-perbaikan
yang tepat namun tidak mengganggu proses produksi.
3) Melakukan peningkatan tenaga kerja dengan memberikan pelatihan atau
kemampuan terkait dengan reparasi, memberikan motivasi yang baik kepada
karyawan sehingga para karyawan bersemangat dalam bekerja, serta
meningkatkan kedisiplinan karyawan. Memperbaiki dan menambahkan
perlatan untuk reparasi, sehingga dapat mempercepat proses produksi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Objective Matrix (OMAX). http://www.ie.its.ac.id. [11 Oktober
2011].
Chrismianto, D. 1997. Studi Penelitian Produktivitas pada Pekerjaan di
Departemen Fabrikasi Lambung Deviasi Kapal Niaga PT.PAL Indonesia
[Skripsi]. Surabaya : Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.
Harian Umum Neraca. 2010. Fadel Usul Restrukturisasi 250 kapal di 2011.
www.bataviase.co.id. [11 Oktober 2011].
[ILO] International Labor Office. 1975. Penelitian Kerja dan Produktivitas.
Jakarta : Erlangga.
Iryanto, D. 2008. Analisa Daya Saing Galangan Menggunakan New Compensated
Gross Tonnage (CGT) Studi Kasus di PT. Dok dan Perkapalan Surabaya
[Skripsi]. Surabaya : Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.
[KKP] Kementrian Kelautan dan Prikanan. 2009. DKP Segera Restruksi Armada
Perikanan Nasional. www.dkp.go.id. [11 Oktober 2011].
[KPNDP DKI Jakarta] Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan DKI Jakarta.
2007. Laporan Bulanan Kegiatan Reparasi Kapal.
[KPNDP DKI Jakarta] Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan DKI Jakarta.
2008. Laporan Bulanan Kegiatan Reparasi Kapal.
[KPNDP DKI Jakarta] Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan DKI Jakarta.
2009. Laporan Bulanan Kegiatan Reparasi Kapal.
[KPNDP DKI Jakarta] Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan DKI Jakarta.
2010. Laporan Bulanan Kegiatan Reparasi Kapal.
[KPNDP DKI Jakarta] Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan DKI Jakarta.
2011. Laporan Bulanan Kegiatan Reparasi Kapal.
Kurniawati, VR. 2011. Srategi Pengembangan Industri Galangan Kapal
Tradisional dalam Mendukung Pengembangan Industri Perikanan Tangkap
di Indonesia. New Paradigm In Marine Fisheries. Jilid 1 : 167-183.
Mahendra, MK. 2007. Peningkatan Produktivitas Galangan Kapal Menggunakan
Model OMAX (Studi Kasus: di PT. BEN SANTOSA Surabaya) [Skripsi].
Surabaya : Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.
Natapraja, MA. 2010. Penilaian Tingkat Teknologi Galangan Kapal Koperasi
Pegawai Negeri Dinas Perikanan DKI Jakarta Di Muara Angke [Skripsi].
Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.
Pulungan, P. 1986. Suatu Studi Tentang Galangan dan Dok NV Menara Trading
Coy di Tegal [Skripsi]. Bogor : Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan, Fakultas Perikanan, IPB.
64
Putra, PP. 2012. Peningkatan Produktivitas Pada Aktivitas Reparasi di Dok
Pembinaan UPT BTPI, Muara Angke, Jakarta Menggunakan Model
Objective Matrix (OMAX) [Skripsi]. Bogor : Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.
Ravianti, J. 1985. Orientasi Produktivitas dan Ekonomi Jepang. Jakarta : SIUP.
Sinungan, M. 2008. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Jakarta : Bumi Aksara.
Storch RL, Hammon CP, Bunch HM, dan Moore RC. 1995. Ship Production.
Maryland : Cornel Marinme Express.
Summanth David J, PhD. 1984. Productivity Engineering and Management. New
york : Mc Graw-Hill Book Company.
Sunarto. 1999. Metode Analisa Produktivitas dan Kemampuan Bersaing Galangan
Indonesia di Era Global [Skripsi]. Surabaya : Jurusan Teknik Perkapalan,
Fakultas Teknologi Kelautan, ITS.
[UPT BTPI] Unit Pelaksanaan Teknis Balai Teknologi Penangkapan Ikan. 2007.
Produktivitas Dok di Lingkungan UPT BTPI Muara Jakarta.
[UPT BTPI] Unit Pelaksanaan Teknis Balai Teknologi Penangkapan Ikan. 2008.
Produktivitas Dok di Lingkungan UPT BTPI Muara Jakarta.
[UPT BTPI] Unit Pelaksanaan Teknis Balai Teknologi Penangkapan Ikan. 2009.
Produktivitas Dok di Lingkungan UPT BTPI Muara Jakarta.
[UPT BTPI] Unit Pelaksanaan Teknis Balai Teknologi Penangkapan Ikan. 2010.
Produktivitas Dok di Lingkungan UPT BTPI Muara Jakarta.
[UPT BTPI] Unit Pelaksanaan Teknis Balai Teknologi Penangkapan Ikan. 2011.
Produktivitas Dok di Lingkungan UPT BTPI Muara Jakarta.
Widjaja, S. 1996. Diktat Kuliah : Manajemen Produksi Untuk Industri Perkapalan.
Surabaya : Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, ITS.
LAMPIRAN
66
Lampiran 1 Kuesioner penentuan sasaran
KUESIONER PENENTUAN SASARAN
Kuesioner lanjutan untuk keperluan :
Penelitian dalam mengukur tingkat produktivitas dari variable-variabel yang
berpengaruh dalam proses produksi dengan pendekatan model OMAX di
galangan kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan Tangkap (KPNDP),
Muara Angke, Jakarta.
I. Petunjuk Umum
1) Daftar pertanyaan di bawah ini dipergunakan untuk suatu penelitian guna
mengukur tingkat produktivitas dari variabel-variabel yang berpengaruh
dalam proses produksi.
2) Pada hakekatnya kuesioner ini diajukan kepada para pembuat keputusan
agar dapat meminimasi kesalahan-kesalahan dalam pengambilan keputusan.
3) Dalam pengisian kuesioner ini dimohon agar Bapak dapat mengisi kuesioner
ini selengkap-lengkapnya.
4) Atas perhatian dan bantuan Bapak yang sangat berharga, kami ucapkan
terimakasih.
II. Daftar Pertanyaan Umum
1) Nama pengisi :
2) Jabatan pengisi :
III. Petunjuk Pengisian Umum
1) Kuesioner ini digunakan untuk melihat seberapa besar sasaran (kemajuan)
yang dapat dicapai dari tiap-tiap kriteria produksi dengan melihat kendala-
kendala yang ada.
2) Sasaran disini merupakan suatu target realistis yang dapat dicapai dengan
sumber serta sistem yang ada sekarang dalam jangka waktu yang masih
diprediksikan. Oleh karena itu, target atau sasaran yang diambil harus
merupakan gambaran yang realistis, tetapi perlu dipertimbangkan pula
faktor-faktor yang masuk akal.
66
3) Besarnya target (sasaran) yang dapat dicapai dari masing-masing variabel ini
ditetapkan untuk periode/waktu yang ditetapkan.
4) Nilai sasaran akan diletakkan pada skor 10, yang akan digunakan sebagai
prestasi tertinggi yang dapat dicapai.
IV. Kuesioner penentuan besarnya sasaran (target yang dapat dicapai untuk tiap-
tiap kriteria produktivitas).
1) Kriteria yang masuk ke dalam kategori efisiensi, adalah :
No. Kriteria Satuan Sasaran
1.
2.
Pemakaian mesin
Pemakaian tenaga kerja
%
%
2) Kriteria yang masuk ke dalam kategori efektifitas, adalah :
No. Kriteria Satuan Sasaran
1.
2.
Jam kerja aktual
Jam kerja efektif
%
%
3) Kriteria yang masuk ke dalam kategori inferensia, adalah :
No. Kriteria Satuan Sasaran
1. Jumlah ketidakhadiran %
Catatan :
Apabila ada penambahan-penambahan, dapat digunakan halaman samping.
Terimakasih atas bantuan Bapak yang sangat berharga.
67
Lampiran 2 Kuesioner penentuan pembobotan
KUESIONER PENENTUAN PEMBOBOTAN
Kuesioner lanjutan untuk keperluan :
Penelitian dalam mengukur tingkat produktivitas dari variable-variabel yang
berpengaruh dalam proses produksi dengan pendekatan model OMAX di
galangan kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan Tangkap (KPNDP),
Muara Angke, Jakarta.
I. Petunjuk Umum
1) Daftar pertanyaan di bawah ini dipergunakan untuk suatu penelitian guna
mengukur tingkat produktivitas dari variabel-variabel yang berpengaruh
dalam proses produksi.
2) Pada hakekatnya kuesioner ini diajukan kepada para pembuat keputusan
agar dapat meminimasi kesalahan-kesalahan dalam pengambilan keputusan.
3) Dalam pengisian kuesioner ini dimohon agar Bapak dapat mengisi kuesioner
ini selengkap-lengkapnya.
4) Atas perhatian dan bantuan Bapak yang sangat berharga, kami ucapkan
terimakasih.
II. Daftar Pertanyaan Umum
1) Nama pengisi :
2) Jabatan pengisi :
III. Petunjuk Pengisian Umum
1) Kuesioner ini digunakan untuk menentukan bobot dari masing-masing
kriteria produktivitas yang ada.
2) Penentuan pembobotan berguna, karena tiap-tiap kriteria yang telah
ditetapkan mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap tingkat
produktivitas yang diukur. Untuk itu perlu dicantumkan bobot yang
menyatakan derajat kepentingan (dinyatakan dengan porsen) untuk tiap-tiap
68
kriteria yang menunjukkan pengaruh relatif terhadap produktivitas unit kerja
yang diukur.
3) Jumlah seluruh bobot dari masing-masing kriteria produktivitas berjumlah
100%.
4) Untuk mempermudah pembobotan ini, dapat dilakukan dengan memulai
pembobotan ini dengan membagi 100 % untuk prosentase efisiensi,
efektivitas, dan inferensial. Misalnya :
Efisiensi : A 35%
Efektivitas : B 35%
Inferensial : C 30%
Total 100%
Dari prosentase efisiensi, efektivitas, dan inferensial di atas, kemudian dibagi lagi
pembobotannya sesuai dengan jumlah dan kepentingan kriteria yang termasuk
didalamnya, misalnya :
a. Kriteria yang termasuk dalam efisiensi
- Pemakaian mesin : a3 60%
- Pemakaian tenaga kerja : a4 40%
Total : 100%
b. Kriteria yang termasuk dalam efektivitas
- Jam kerja aktual : b1 40%
- Jam kerja efektif : b2 60%
Total : 100%
c. Kriteria yang termasuk dalam inferensial
- Jumlah ketidakhadiran : c 100%
Total : 100%
IV. Kuesioner penentuan bobot.
Kriteria Utama Bobot
Efisiensi
Efektivitas
Inferensial
Total
69
1) Kriteria yang masuk ke dalam kategori efisiensi, adalah :
No. Kriteria Satuan Bobot (%)
1.
2.
Pemakaian mesin
Pemakaian tenaga kerja
%
%
Total
2) Kriteria yang masuk ke dalam kategori efektifitas, adalah :
No. Kriteria Satuan Bobot (%)
1.
2.
Jam kerja aktual
Jam kerja efektif
%
%
Total
3) Kriteria yang masuk ke dalam kategori inferensia, adalah :
No. Kriteria Satuan Bobot (%)
1. Jumlah ketidakhadiran %
Total
Catatan :
Apabila ada penambahan-penambahan, dapat digunakan halaman samping.
Terimakasih atas bantuan Bapak yang sangat berharga.
70
Lampiran 3 Dokumentasi
Mesin tarik (winch) tipe yanmar Slipway
UTDGEC 4 silinder 52 PK
Sling Loper
Lori Gudang penyimpanan barang
Sumber : Data primer 2011
71
Lampiran 4 Pelayanan reparasi kapal KPNDP tahun 2007
NO BULAN
KPNDP
1 s/d 10 11 s/d 20 21 s/d 30 31 s/d 50 > 50 Sub Jumlah
( GT ) ( GT ) ( GT ) ( GT ) ( GT ) Kapal
N NN N NN N NN N NN N NN N NN
1 JANUARI 1 - 1 - 19 - 2 - 12 - 35 0
2 FEBRUARI - - - - 11 - 2 - 10 - 23 0
3 MARET 1 - - - 12 - 1 - 17 - 31 0
4 APRIL 2 - 1 - 7 - 3 - 7 - 20 0
5 MEI 2 - - - 18 - 3 - 11 - 34 0
6 JUNI 1 - 2 - 8 - - - 8 - 19 0
7 JULI 1 - - - 15 - - - 12 2 28 2
8 AGUSTUS - - - - 5 - - - 22 - 27 0
9 SEPTEMBER - - - - 9 - 3 - 11 - 23 0
10 OKTOBER - - 2 - 10 - 3 - 11 - 26 0
11 NOPEMBER 1 - - - 10 - 2 - 12 - 25 0
12 DESEMBER 4 - 1 - 13 - 1 - 5 1 24 1
JUMLAH 13 0 7 0 137 0 20 0 138 3 315 3
Ket :
N = Nelayan
NN = Non Nelayan Sumber UPT BTPI Muara Angke 2011
72
Lampiran 5 Pelayanan reparasi kapal KPNDP tahun 2008
NO BULAN
KPNDP
1 s/d 10 11 s/d 20 21 s/d 30 31 s/d 50 > 50 Sub Jumlah
( GT ) ( GT ) ( GT ) ( GT ) ( GT ) Kapal
N NN N NN N NN N NN N NN N NN
1 JANUARI - - 1 - 14 - 3 - 13 - 31 0
2 FEBRUARI - - 1 - 12 - 3 - 16 - 32 0
3 MARET 1 - 1 - 15 - 1 - 10 - 28 0
4 APRIL - - - - 12 - 2 - 12 - 26 0
5 MEI - - - - 10 - 2 - 18 - 30 0
6 JUNI 1 - - - 5 - 2 - 19 - 27 0
7 JULI - - - - 12 - 2 - 15 - 29 0
8 AGUSTUS - - - - 18 - - - 12 - 30 0
9 SEPTEMBER - - - - 6 - 3 - 16 - 25 0
10 OKTOBER - - - - 13 - 1 - 13 - 27 0
11 NOPEMBER - - 1 - 10 - 2 - 14 - 27 0
12 DESEMBER 1 - 2 - 13 - - - 6 - 22 0
JUMLAH 3 0 6 0 140 0 21 0 164 0 334 0
Ket :
N = Nelayan
NN = Non Nelayan Sumber UPT BTPI Muara Angke 2011
73
Lampiran 6 Pelayanan reparasi kapal KPNDP tahun 2009
NO BULAN
KPNDP
1 s/d 10 11 s/d 20 21 s/d 30 31 s/d 50 > 50 Sub Jumlah
( GT ) ( GT ) ( GT ) ( GT ) ( GT ) Kapal
N NN N NN N NN N NN N NN N NN
1 JANUARI 1 - - - 21 - 1 - 15 - 38 0
2 FEBRUARI 1 - - - 15 - 5 - 15 - 36 0
3 MARET - - - - 13 - 3 - 14 - 30 0
4 APRIL - - 4 - 13 - 1 - 10 - 28 0
5 MEI 1 - 1 - 13 - 2 - 12 - 29 0
6 JUNI - - - - 16 - 1 - 12 - 29 0
7 JULI - - - - 10 - 1 - 17 - 28 0
8 AGUSTUS - - 1 - 11 - 2 - 10 - 24 0
9 SEPTEMBER - - 1 - 12 - 1 - 5 - 19 0
10 OKTOBER - - - - 14 - 1 - 8 - 23 0
11 NOPEMBER 1 - 1 - 11 - 1 - 6 - 20 0
12 DESEMBER - - 1 - 16 - 2 - 10 - 29 0
JUMLAH 4 0 9 0 165 0 21 0 134 0 333 0
Ket :
N = Nelayan
NN = Non Nelayan Sumber UPT BTPI Muara Angke 2011
74
Lampiran 7 Pelayanan reparasi kapal KPNDP tahun 2010
NO BULAN
KPNDP
1 s/d 10 11 s/d 20 21 s/d 30 31 s/d 50 > 50 Sub Jumlah
( GT ) ( GT ) ( GT ) ( GT ) ( GT ) Kapal
N NN N NN N NN N NN N NN N NN
1 JANUARI - - - - 16 - 7 - 5 - 28 0
2 FEBRUARI - - 1 - 14 - 3 - 10 - 28 0
3 MARET - - - - 14 - 2 - 9 - 25 0
4 APRIL - - - - 19 - 6 - 8 - 33 0
5 MEI - - - - 11 - - - 13 - 24 0
6 JUNI - - - - 13 - 1 - 12 - 26 0
7 JULI - - - - 12 - 1 - 15 - 28 0
8 AGUSTUS - - - - 5 - 2 - 18 - 25 0
9 SEPTEMBER - - - - 7 - 2 - 9 - 18 0
10 OKTOBER 2 - 2 - 11 - 2 - 13 1 30 1
11 NOPEMBER 1 - - - 11 - 1 - 9 - 22 0
12 DESEMBER 3 - - - 12 - 4 - 5 - 24 0
JUMLAH 6 0 3 0 145 0 31 0 126 1 311 1
Ket :
N = Nelayan
NN = Non Nelayan Sumber UPT BTPI Muara Angke 2011
75
Lampiran 8 Pelayanan reparasi kapal KPNDP tahun 2011
NO BULAN
KPNDP
1 s/d 10 11 s/d 20 21 s/d 30 31 s/d 50 > 50 Sub Jumlah
( GT ) ( GT ) ( GT ) ( GT ) ( GT ) Kapal
N NN N NN N NN N NN N NN N NN
1 JANUARI - - 2 - 14 - 3 - 8 - 27 0
2 FEBRUARI - - - - 12 - 1 - 11 - 24 0
3 MARET 1 - - - 12 - 2 - 10 - 25 0
4 APRIL 1 - 1 - 20 - 1 - 5 - 28 0
5 MEI - - 1 - 17 - 3 - 8 - 29 0
6 JUNI - - - - 16 - 2 - 8 - 26 0
7 JULI - - - - 11 - - - 20 - 31 0
8 AGUSTUS - - - - 6 - 1 - 15 - 22 0
9 SEPTEMBER - - - - 9 - 2 - 18 - 29 0
10 OKTOBER - - - - 8 - - - 12 - 20 0
11 NOPEMBER - - - - 10 - 1 - 12 - 23 0
12 DESEMBER - - - - 10 - 4 - 11 - 25 0
JUMLAH 2 0 4 0 145 0 20 0 138 0 309 0
Ket :
N = Nelayan
NN = Non Nelayan Sumber UPT BTPI Muara Angke 2011
76
Lampiran 9 Hasil kuesioner penentuan sasaran
1) Kriteria yang masuk ke dalam kategori efisiensi, adalah :
No. Kriteria Satuan Sasaran
1.
2.
Pemakaian mesin
Pemakaian tenaga kerja
%
%
98,90
100
2) Kriteria yang masuk ke dalam kategori efektifitas, adalah :
No. Kriteria Satuan Sasaran
1.
2.
Jam kerja aktual
Jam kerja efektif
%
%
98,63
88,89
3) Kriteria yang masuk ke dalam kategori inferensia, adalah :
No. Kriteria Satuan Sasaran
1. Jumlah ketidakhadiran % 0,64
Nama pengisi : Ahmad Agus M
Jabatan pengisi : Staf Administrasi
77
Lampiran 10 Hasil kuesioner penentuan pembobotan
Kriteria Utama Bobot (%)
Efisiensi
Efektivitas
Inferensial
35
35
35
Total 100
1) Kriteria yang masuk ke dalam kategori efisiensi, adalah :
No. Kriteria Satuan Bobot (%)
1.
2.
Pemakaian mesin
Pemakaian tenaga kerja
%
%
40
60
Total 100
2) Kriteria yang masuk ke dalam kategori efektifitas, adalah :
No. Kriteria Satuan Bobot (%)
1.
2.
Jam kerja aktual
Jam kerja efektif
%
%
40
60
Total 100
3) Kriteria yang masuk ke dalam kategori inferensia, adalah :
No. Kriteria Satuan Bobot (%)
1. Jumlah ketidakhadiran % 100
Total 100
Nama pengisi : Ahmad Agus M
Jabatan pengisi : Staf Administrasi