Upload
ahmad-shulhany
View
38
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
otentik
Citation preview
PENILAIAN AUTENTIK PADA KURIKULUM 2013 (REVISI)
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Seminar Pendidikan Matematika”
Oleh Kelompok 10:
Robiatul Adawiyah (D04210009)
Kuncahyaning F.S. (D04210017)
DosenPembimbing:
Dr. Kusaeri, M. Pd.
PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2013
PENILAIAN AUTENTIK PADA KURIKULUM 2013
Oleh : Robiatul Adawiyah (D04210009) dan Kuncahyaning. F. S (D04210017)
A. PENDAHULUAN
Sejalan dengan perkembangan dunia Ilmu Pendidikan dan Teknologi, Indonesia selalu
mengembangkan inovasi – inovasi baru untuk mengimbangi perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat. Salah satu inovasi tersebut adalah dengan
memperbaharui kurikulum yakni kurikulum 2013.
Sejak bergulir wacana implementasi kurikulum 2013 pada awal tahun pelajaran
2013/2014, berbagai kritik dan saran telah dilontarkan dari berbagai kalangan, khususnya
pemerhati pendidikan yaitu Romo Benny Susetyo yang menyatakan bahwa ilmu alam tidak
bisa disangkutpautkan seperti itu (“dikatakan membiasakan jujur, disiplin dan bertanggung
jawab berkaitan dengan fungsi kuadrat, memiliki ketangguhan diri dan konsisten
menghadapigambaran fungsi trigonometri” kata Retno Listyanti dari Federasi Serikat Guru di
ICW,Jakarta.)1 . Masih banyak para guru maupun khalayak luas yang mengemukakan pro
dan kontranya mengenai rencana penerapan kurikulum ini. Dalam beberapa bulan terakhir,
harian Kompas memuat tulisan dari mereka yang pro ataupun kontra terhadap rencana
implementasi Kurikulum 2013. Muhammad. Nuh pun berkesimpulan bahwa mereka yang
mempertanyakan Kurikulum 2013 adalah karena ada perbedaan cara pandang atau belum
memahami secara utuh konsep kurikulum berbasis kompetensi yang menjadi dasar
Kurikulum 2013.2
Sedikitnya ada 3 (tiga) alasan mendasar mengapa kurikulum kita perlu
dikembangkan3. Pertama, demographic dividend atau bonus demografi. BPS tahun 2011
menyebutkan, struktur penduduk Indonesia tahun 2010 usia 0 – 9 tahun sebesar 45,93 juta,
sementara usia 9 – 14 tahun sebesar 43,55 juta. Apabila diproyeksikan 35 – 40 tahun ke
depan, yakni memasuki 100 tahun, usia emas kemerdekaan kita (tahun 2045) mereka akan
memasuki usia produktif. Negara maju di Eropa juga Amerika pada sekitar tahun tersebut
dengan harapan hidup (life expectancy) yang tinggi, akan lebih banyak dibebani untuk
1 Kurikulum pendidikan 2013 dinilai aneh dan lucu, diakses 28 oktober 2013. Dari:
M.merdeka.com/peristiwa/kurikulum/pendidikan-kurikulum-pendidikan-2013-dinilai-aneh-dan-lucu.html 2 Kurikulum 2013, diakses 28 Oktober 2013. Dari:
Kemendikbud.go.id 3 Kemendikbud, 2012
menangani elder people (usia 70-an tahun ke atas yang notabene kurang produktif).
Indonesia diuntungkan dengan jumlah usia produktif yang lebih banyak dan inilah sumber
daya manusia yang tentunya harus disiapkan dan digarap secara matang menghadapi
tantangan global. Kedua, global competitiveness atau persaingan global. Berkaca dari hasil
TIMSS atau PISA sebagai parameter prestasi siswa pada skala internasional, kita perlu
mengkaji kembali bagaimana praktik pembelajaran yang sebenarnya terjadi. Prestasi siswa
kita masih cukup memprihatinkan, yakni pada peringkat 394 dan peringkat 42
5 serta peringkat
55 dari 65 negara peserta PISA6 menuntut kita untuk “mengintip” praktik pembelajaran di
Negara – Negara yang berhasil dalam menerapkan scientific approach dalam membelajarkan
siswanya. Paradigm konstruktivisme, collaborating learning, serta authentic assessment
menjadi pilar – pilar pendidikan dalam mencerdaskan anak bangsanya. Ketiga, pergeseran
paradigm pembangunan dari pembanguna yang berbasis sumber daya (alam) mengarah pada
pengembangan peradaban. Sumber daya alam bukan lagi sebagai modal pembangunan, akan
tetapi peradabanlah yang akan menjadi modal pembangunan. Sumber daya manusia bukan
lagi beban pembangunan, akan tetapi SDM beradablah yang menjadi modal pembangunan.
Transformasi ini hanya bisa dilakukan dengan pendidikan. SDM beradab adalah SDM yang
berpendidikan (berpengetahuan dan berketerampilan) dan berbudaya (berkarakter).
Kurikulum2013 menitikberatkan pada kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Ketiga komponen tersebut secara eksplisit dinyatakan dalam kompetensi inti
yang harus dimiliki siswa. Kurikulum 2013 juga mengatur kegiatan pembelajaran yang
mengutamakan pendekatan scientific (ilmiah) yaitu mengamati, menanya, melatih, mencoba,
menalar dan mengkomunikasikan. Perubahan yang mendasar itu juga berdampak pada sistem
penilaian yang lebih mengarah ke penilaian autentik, antara lain portofolio.
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan scientific (ilmiah)
dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Penilaian semacam ini mampu
menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi,
menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian autentik cenderung fokus
pada tugas - tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk
menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Karenanya,
penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan ilmiah (scientific) dalam pembejajaran,
4 TIMSS Tahun 2011
5 PISA Tahun 2010
6 hasil Programme for International Student Assessment (PISA) yang di tahun 2009
khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai. Namun, keadaan di
lapangan menunjukkan masih terdapat guru yang kurang memperhatikan penilaian autentik.
Dalam menyikapi hal tersebut, maka dirasa perlu untuk membahas tentang Penilaian
Autentik dalam Kurikulum 2013. Tulisan ini akan mengakaji bagaimana penilaian
autentik dilaksanakan dalam kurikulum 2013. Diharapkan dengan adanya tulisan ini, dapat
menambah wawasan para peserta seminar untuk lebih memahami penggunaan penilaian
autentik dalam kurikulum 2013.
B. PEMBAHASAN
1. Sekilas tentang Kurikulum 2013
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhammad Nuh membuka
rahasia dibalik penerapan kurikulum 2013, dihadapan para ulama dan pelaku pendidikan
di kabupaten Semarang pada saat memberikan sambutan peresmian SMK kesehatan
Darussalam, sabtu (4/5) siang di desa Gebugan, kecamatan Bergas, kabupaten Semarang.
Menurut Nuh, pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk menghilangkan tiga penyakit
masyarakat. “satu saja yang di ingat bahwa tujuan pendidikan adalah menghilangkan
kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan peradaban”.
Sedangkan konsep kurikulum 2013 diakui oleh Pak Nuh terbesit pada saat dirinya
tengah menunaikan ibadah umrah tahun 2006. Konsep itu adalah Tazkiyah (attitude),
Tilawah (pengetahuan) dan Ta’alim (keterampilan).7
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang pernah digagas dalam
Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004. Namun, belum terselesaikan
karena desakan untuk segera mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan 2006. Rumusannya berdasarkan sudut pandang yang berbeda dengan
kurikulum berbasis materi sehingga sangat dimungkinkan terjadi perbedaan persepsi
tentang bagaimana kurikulum seharusnya dirancang. Perbedaan ini menyebabkan
munculnya berbagai kritik dari yang terbiasa menggunakan kurikulum berbasis materi.
Untuk itu, ada baiknya memahami lebih dahulu konstruksi kompetensi dalam kurikulum
sesuai koridor yang telah digariskan UU Sisdiknas sebelum mengkritik.
7 Ungaran, Kompas.com
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof. Dr. Ir. Musliar Kasim, M.S,W
menjelaskan, pelaksanaan Kurikulum 2013 memberi ruang belajar yang lebih terbuka
kepada anak-anak tingkat sekolah dasar (SD) untuk tidak terus dipaksa belajar dalam
ruangan yang kaku, dengan jumlah mata pelajaran yang menuntut peserta didik harus
menghafal serta menguasainya. Menurutnya, ada sejumlah mata pelajaran seharusnya
belum bisa diajarkan di tingkat SD karena masih terlalu berat.
Kasim menegaskan, dengan sistem pemilihan sekolah berdasarkan persentasi jumlah
sekolah di setiap kabupaten yang ada di seluruh Indonesia, khusus untuk tingkat SD,
hanya akan terdapat lima, sampai dengan 10 SD yang akan ditetapkan menjadi sample
untuk diterapkan kurikulum 2013 mulai tahun ajaran 2013/2014 pada bulan Juli 2013.
Kurikulum diterapkan bertahap sejak Senin (15/7/2013) hingga dua tahun ke depan,
tepatnya tahun 2015. Untuk itu, Ujian Nasional (UN) hingga 2015 masih memakai
kurikulum lama. Kurikulum 2013 diterapkan pada kelas 1 dan kelas 4 untuk SD dan
kelas 1 untuk SMP, SMA dan SMK. Ada 6.326 sekolah sasaran dari SD, SMP, SMA,
SMK yang akan menerapkan Kurikulum 2013 tahap pertama. Sekolah - sekolah itu
terletak di 295 kabupaten/ kota di 33 provinsi.
Ada 1.006 sekolah di luar sekolah sasaran mengajukan diri untuk menerapkan
Kurikulum 2013 secara mandiri. "Mandiri artinya di luar sekolah yang ditetapkan
Kemendikbud, mengajukan diri. Sekolah negeri dan swasta. Kemendikbud menyediakan
instrukturnya, kemudian pelatihan guru dan pembiayaan bukunya membiayai sendiri
tanpa membenani siswa. Soft copy buku sudah disediakan Kemendikbud," jelas Ibnu.
Pelaksanaan Kurikulum 2013 untuk sekolah mandiri ini diperkirakan dilaksanakan
sepekan setelah 15 Juli 2013 karena para gurunya masih dalam tahap pelatihan. Ada
61.074 guru telah menerima pelatihan Kurikulum 2013. Jumlah itu terdiri atas 572 orang
instruktur nasional, 4.740 orang guru inti, dan 55.762 guru sasaran.8
Kasim menjelaskan, penerapan Kurikulum 2013 berdasarkan masukan dari berbagai
pihak karena Kurikulum 2006 dengan pola KTSP sangat rumit dengan jumlah mata
pelajaran yang banyak. Kurikulum 2013 ini lebih simpel karena siswa hanya belajar ilmu
agama dan tematik. "Kurikulum 2013 ini sangat simpel dan sangat membantu siswa.
Tidak banyak pelajaran yang diperoleh siswa tapi hanya pelajaran agama dan tematik.
8 Rilis Kemendikbud dan Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemendikbud Ibnu Hamad, Minggu (14/7/2013).
Kurikulum 2006 dengan pola KTSP justru sangat membebani para guru dengan
penyusunan silabus," tutur Wamen Kasim.
2. Perbedaan Kurikulum 2013 dengan Kurikulum Sebelumnya
Sesuatu yang baru tentu mempunyai perbedaan dengan yang lama. Begitu pula
kurikulum 2013 mempunyai perbedaan dengan kurikulum 2006. Berikut ini adalah
beberapa perbedaan kurikulum 2013 dan kurikulum 2006.
No Kurikulum 2013 Kurikulum 2006
1. SKL (Standar Kompetensi Lulusan)
ditentukan terlebih dahulu, melalui
Permendikbud No 54 Tahun 2013.
Setelah itu baru ditentukan Standar
Isi, yang berbentuk Kerangka Dasar
Kurikulum, yang dituangkan dalam
Permendikbud No 67, 68, 69, dan 70
Tahun 2013
Standar Isi ditentukan terlebih dahulu
melaui Permendiknas No 22 Tahun 2006.
Setelah itu ditentukan SKL (Standar
Kompetensi Lulusan) melalui
Permendiknas No 23 Tahun 2006
2. Aspek kompetensi lulusan ada
keseimbangan soft skills dan hard
skills yang meliputi aspek
kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan.
Lebih menekankan pada aspek
pengetahuan.
3. Standar penilaian menggunakan
penilaian autentik, yaitu mengukur
semua kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil..
Penilaiannya lebih dominan pada aspek
pengetahuan
4. Proses pembelajaran setiap tema di
jenjang SD dan semua mata
pelajaran di jenjang
SMP/SMA/SMK dilakukan dengan
pendekatan ilmiah (saintific
approach), yaitu standar proses
dalam pembelajaran terdiri dari
Standar proses dalam pembelajaran terdiri
dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi.
Mengamati, Menanya, Mengolah,
Menyajikan, Menyimpulkan, dan
Mencipta.
5. Jumlah jam pelajaran per minggu
lebih banyak dan jumlah mata
pelajaran lebih sedikit dibanding
kurikulum 2006
Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan
jumlah mata pelajaran lebih banyak
dibanding Kurikulum 2013
Itulah beberpa perbedaan Kurikulum 2013 dan kurikulum 2006. Walaupun
kelihatannya terdapat perbedaan yang sangat jauh antara Kurikulum 2013 dan KTSP,
namun sebenarnya terdapat kesamaan ESENSI Kurikulum 2013 dan KTSP. Tetapi dalam
pembahasan tulisan ini akan di fokuskan pada poin ke 3 yaitu penggunaan penilaian
autentik.
3. Penilaian
Penilaian (assesment) adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.9 Penilaian juga dapat diartikan sebagai
proses pengumpulan berbagai informasi yang dapat memberikan gambaran sebenarnya
tentang perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa ini perlu
diketahui oleh guru agar bisa menentukan tindakan selanjutnya disamping memastikan
bahwa siswa telah mengalami pembelajaran dengan benar. Artinya, jika ada tanda –
tanda siswa mengalami kemacetan dalam belajar, guru segara bisa mengambil langkah
yang tepat. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang
proses pembelajaran, asesmen tidak hanya dilakukan di akhir periode (semester)
pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar (seperti EBTA/Ebtanas/UAN),
tetapi dilakukan bersama dan secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan
pembelajaran.10
Konsep ini sesungguhnya mempunyai inti bahwa kemajuan belajar itu
diperlukan selama proses pembelajaran. Dengan demikian penilaian tidak hanya
dilakukan di akhir periode pembelajaran tetapi dilakukan bersama (simultan) dan
merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam pembelajaran.
9 173215796-Model-Penilaian-Hasil-Belajar-Sma-final-bersih.pdf
10 Nurhadi, 2004: 168
4. Penilaian Autentik
Dalam Permendikbud No.66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan
disebutkan bahwa penilaian hasil peserta didik didasarkan prinsip objektif, terpadu,
ekonomis, transparan, akuntabel dan edukatif. Terkait dengan konsep penilaian autentik,
penilaian adalah proses pengumpulan berbagai informasi yang dapat memberikan
gambaran sebenarnya tentang perkembangan belajar siswa.
Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau
evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel.11
Kaitannya dengan pengertian ada beberapa definisi mengenai penilaian autentik,
diantaranya adalah :
a. Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk
menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran, yang
meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
b. Penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil
belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
c. Penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan menggunakan beragam sumber,
pada saat/setelah kegiatan pembelajaran berlangsung, dan menjadi bagian tak
terpisahkan dari pembelajaran.
d. Penilaian autentik merupakan proses pengamatan, perekaman dan pendokumentasian
karya (apa yang dilakukan anak dan bagaimana hal itu dilakukan) sebagai dasar
penentuan keputusan yang dapat menuju pada pembentukan anak sebagai individual
learner (pembelajar mandiri).
e. Penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang
perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik
melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau
menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan
dicapai.
Dari berbagai definisi diatas ada satu benang merah yang mengaitkan kelimanya yaitu
penilaian yang mengutamakan perolehan fakta aktual (pada saat itu) tentang
pengetahuan, keterampilan dan sikap dengan berbagai cara.12
11
2.3 Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Rev.pdf 12
HO-2.3-2 CONTOH PENERAPAN PENILAIAN AUTENTIK DLM PMBLJRAN MTK.docx
Dibawah ini adalah gambaran penilaian autentik dibanding penilaian tradisional.
Penilaian autentik menilai kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil belajar secara
utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen (input – proses – output) tersebut akan
menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik, bahkan mampu
menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring
(nurturant effect) dari pembelajaran. Secara konseptual penilaian autentik lebih
bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun.
Penilaian autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunakan standar
tes berbasis norma, pilihan ganda, benar - salah, menjodohkan, atau membuat jawaban
singkat. Tentu saja, pola penilaian seperti ini diperbolehkan dalam proses pembelajaran,
karena memang lazim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik.
Wiggins mendefinisikan penilaian autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada
peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam
aktivitas – aktivitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas
artikel, memberikan analisis oral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antarsesama
melalui debat, dan sebagainya.13
Ketika menerapkan penilaian autentik untuk
mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang
13
Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013
Penilaian autentik
Penilaian tradisional
komprehensif
berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai
prestasi luar sekolah. Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim,
atau guru bekerja sama dengan peserta didik. Dalam penilaian autentik, seringkali
pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas
belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai.
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah (scientific
approach) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena
penilaian semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik,
baik dalam rangka mengobservasi, menanya, menalar, mencoba, dan membangun
jejaring. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual,
memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka yang meliputi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh pendidik untuk merencanakan program
perbaikan (remidial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil
penilaian autentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses
pembelajaran yang memenuhi Standar Penilaian Pendidikan.14
5. Prinsip dan Pendekatan Penilaian
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
didasarkan pada prinsip - prinsip berikut :15
1. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar (prosedur dan kriteria yang jelas)
dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai.
2. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan
kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.
3. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan pelaporannya.
4. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
5. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal
sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.
14
173215796-Model-Penilaian-Hasil-Belajar-Sma-final-bersih.pdf 15
Permendikbud No.66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan
6. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah - langkah baku.
7. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
Sedangkan prinsip dari penilaian otentik adalah sebagai berikut:
a. Keeping track, yaitu harus mampu menelusuri dan melacak kemajuan siswa
sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah ditetapkan.
b. Checking up, yaitu harus mampu mengecek ketercapaian kemampuan peserta
didik dalam proses pembelajaran.
c. Finding out, yaitu penilaian harus mampu mencari dan menemukan serta
mendeteksi kesalahan-kesalahan yang menyebabkan terjadinya kelemahan dalam
proses pembelajaran.
d. Summing up, yaitu penilaian harus mampu menyimpulkan apakah peserta didik
telah mencapai kompetensi yang ditetapkan atau belum. 16
Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK) atau
penilaian acuan patokan (PAP). PAK/PAP merupakan penilaian pencapaian kompetensi
yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria
ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan
mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya dukung,
dan karakteristik peserta didik.
KKM tidak dicantumkan dalam rapor, melainkan pada buku penilaian guru.
KKM maksimal 100%, KKM ideal 75%, Satuan Pendidikan dapat
menentukan KKM di bawah KKM ideal dengan secara bertahap ditingkatkan.
Pesertadidik yang belum mencapai KKM, diberi kesempatan mengikuti
program Remedial sepanjang semester yang bersangkutan.
Pesertadidik yang sudah mencapai atau melampaui KKM, diberi program
Pengayaan.
6. Aspek penilaian autentik
Semangat kurikulum sekarang mengamanatkan bahwa kompetensi harus meliputi tiga
ranah, yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan dari semua bidang. Oleh karena itu
16
Santoso, 2004
perlu adanya jabaran mengenai aspek penilaian autentik dalam matematika. Secara
khusus aspek yang akan dimunculkan dalam untuk mengetahui kualitas belajar
matematika adalah (1) pemahaman konsep matematika, (2) keterampilan matematika, (3)
kemampuan pemecahan masalah dan (4) sikap matematis
7. Teknik dan instrumen dalam penilaian autentik
Berbagai macam cara untuk memperoleh informasi kemampuan atau kualitas belajar
siswa dalam rangka penilaian autentik. Teknik dan instrumen yang digunakan untuk
penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.
Aspek Teknik Instrumen
a. Penilaian
kompetensi
sikap
Observasi
Penilaian diri
Penilaian antar
peserta didik
Jurnal
Daftar cek/skala penilaian (rating scale) yang
disertai rubric
Catatan pendidik
b. penilaian
kompetensi
pengetahuan
tes tulis Soal pilihan ganda, isian, jawab singkat, benar-
salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen
uraian dilengkapi pedoman penskoran.
Tes lisan Daftar pertanyaan
Penugasan pekerjaan rumah atau
projek yang dikerjakan secara individu atau
kelompok sesuai dengan karakteristik tugas
c. penilaian
kompetensi
ketrampilan
praktik
proyek
portofolio
Daftar cek/skala penilaian (rating scale) yang
disertai rubrik
Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan pada tabel di atas, dijelaskan sebagai berikut.
a. Penilaian kompetensi sikap
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri,
penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang
digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah daftar
cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa
catatan pendidik.
1) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan
dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang
diamati.
2) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian
kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.
3) Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang
digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik.
4) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi
hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan
dengan sikap danperilaku.
b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan
penugasan.
1) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah,
menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran.
2) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.
3) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara
individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
c. Penilaian Kompetensi Keterampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu
penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu
dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang
digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.
1) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan
suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.
2) Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu
tertentu.
3) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan
seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif
untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik
dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang
mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya.
Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan:
1) Substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;
2) Konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang
digunakan; dan
3) Penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
8. Penilaian autentik dalam matematika
Seperti penjelasan mengenai perbedaan penilaian autentik dengan tradisional,
penilaian tradisional yang selama ini kita terapkan tidak akan menggambarkan
kompetensi atau kualitas belajar siswa. Sebagai contoh, kita ingin mengetahui
kompetensi siswa dalam belajar (memahami) solusi persamaan linear. Kemudian
diberikan soal/instrumen untuk menilai sebagai berikut.
Ternyata ada dua siswa yang memilih jawaban yang benar (Jawaban: E), namun
sebenarnya mereka mengerjakan dengan cara yang sangat berbeda.
Jelas bahwa siswa 1 tidak memahami cara menyelesaikan persamaan linear karena dia
hanya menerapkan prinsip “asal sama dicoret”, sementara siswa 2 amat paham proses
penyelesaian persamaan linear. Terlihat adanya upaya „isolasi‟ variabel di ruas kiri. Dari
contoh tersebut, terlihat sangat nyata kelemahan penilaian dengan instrumen pilihan
ganda seperti di atas yang tidak melihat proses pengerjaan, dimana kedua siswa terjaring
(oleh penilaian tradisional) sebagai berkemampuan sama padahal sejatinya sangat
berbeda.
Berikut ini contoh penilaian autentik dalam pembelajaran matematika :
1. Pengamatan langsung (observasi)
Sesungguhnya pengamatan langsung ini sering kita lakukan dalam kegiatan
pembelajaran, namun dengan dipersiapkan secara nyata akan lebih membantu dalam
melakukan pengamatan, walaupun sekedar menyiapkan catatan. Contoh dari hasil
pengamatan kelas didapatkan
Nama Siswa Hasil Pengamatan
Jabar Jabar tidak begitu menanggapi jika ditanya teman
sebangkunya
Alfa Alfa tidak memahami pencoretan dalam persamaan, karena
untuk menentukan nilai dia melakukan pengerjaan:
SISWA 1 SISWA 2
Trigono Trigono sering keliru dalam mengalikan dan menjumlah
kan pecahan
Gamma Gamma berpikirnya divergen dan sangat terampil dalam
menggunakan jangka.
... dst
2. Tanya jawab
Wujud dari tanya jawab ini boleh saja berupa kegiatan presentasi oleh siswa atau
tanya jawab secara personal.
3. Tugas
Gambaran mengenai perkembangan kualitas belajar matematika dapat dilihat dari
tugas yang diselesaikan. Tugas dapat dikaitkan dengan fenomena lingkungan atau
bisa juga murni mengenai konsep yang ada di matematika. Oleh karena penilaiannya
setelah tugas diselesaikan maka akan sangat bagus jika dikombinasikan dengan
teknik lainnya misalnya dengan wawancara. Misalnya siswa diminta mengukur tinggi
tiang bendera dengan menggunakan identitas trigonometri.
4. Tes
Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, tes dilakukan setelah proses pembelajaran
atau kegiatan selesai. Sayangnya tes seperti biasanya berujung pada penyekoran.
Pragmatis penyekoran sering sebagai pertimbangan, sehingga cenderung
mangabaikan proses. Pada kenyataannya, model pilihan ganda yang paling banyak
digunakan. Untuk memberikan ruang bagi penilaian autentik maka pilihan ganda
perlu ditambah dengan cara pengerjaan.
5. Portofolio
Bahasa sederhana dari potofolio adalah kumpulan pekerjaan yang telah dilakukan
oleh siswa. Di dalamnya bisa termasuk tugas, hasil tes, laporan, catatan guru, dan
sebagainya. Portofolio merupakan sumber data yang sangat baik bagi guru. Selain itu
portofolio dapat digunakan oleh siswa untuk melihat perkembangan yang terjadi
terhadap dirinya dalam kurun waktu tertentu. Oleh karena itu setiap portofolio harus
diberi catatan tanggal penyusunannya
Untuk menjamin penilaian benar-benar faktual maka perlu adanya kombinasi dari
berbagai teknik di atas
C. PENUTUP
Kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dari proses pembelajaran adalah penilaian.
Penilaian haruslah tertuju pada peningkatan kualitas belajar siswa dan kualitas pembelajaran.
Penilaian autentik hakekatnya adalah menggali informasi sebenarnya tentang kemampuan
siswa dalam belajar. Tetapi perlu dicatat bahwa penilaian autentik bukan refleksi dari
kemampuan yang telah dimiliki melainkan refleksi terhadap kemampuan yang dapat
dikembangkan.
REFERENSI
Abdul Hamid, Pengembangan Sistem Asesmen Otentik Dalam Pembelajaran Fisika Dengan
Model Pembelajaran Inovatif Di SekolahMenengah Atas (SMA). Jurnal
Pendidikan Serambi Ilmu, vol. 6, no. 1, September 2008, pp. 35-42.
Bahan.sergur134.unpas.ac.id/Bahan%20Ajar%20Matematika/.../HAND%...diakses 06
November 2013
© 2013. Direktorat Pembinaan SMA, Ditjen Pendidikan Menengah
http://www.eduplace.com/rdg/res/litass/auth.html diakses 28 Oktober 2013
http://www.ntu.edu.vn diakses 28 Oktober 2013
http://gurupembaharu.com/home/kurikulum/ diakses 28 Oktober 2013
http://news.detik.com/read/2013/07/14/135435/2302044/10/ diakses 20 November 2013
http://akbar-iskandar.blogspot.com/2011/05/penilaian-otentik.html?m=1 diakses 20
November 2013
Hart, D. (1994). Authentic Assessment: A Handbook for Educators. Menlo Park: Addison
Wesley Publishing Company
Jacob. C, Asesmen Otentik (Authentic Assessment) (Suatu Kunci Kepada Pembelajaran
Efektif). Jurnal Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. Bandung.
Kemdikbud, (2013), Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan, Jakarta
P4tkmatematika.org/2013/10/perubahan-kurikulum-dan-tugas-guru/ diakses 20 November
2013
Sudarwan, (2013), Asesmen Otentik, Makalah pada Workshop Kurikulum, Jakarta
Tatang Herman,(_____), Asesmen dalam Pembelajaran Matematika, Jurusan Pendidikan
Matematika
Tatag Y.E. Siswono, Penilaian Autentik Dalam pembelajaran Kontekstual. Jurnal Nasional
Matematika, Jurnal Matematika Atau Pembelajarannya. Tahun VIII, Juli 2002,
pp. 51-57.
Tribunnews.com, Kefamenanu diakses 21 November 2013