Upload
others
View
33
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
PELAYARAN (Studi Pada Perusahaan Pelayaran yang Tercatat
di Bursa Efek Indonesia)
Kurnia Wijaya
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Nur Khusniyah Indrawati
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
ABSTRACT
Sea transportation network is an important industry for maritime country such as
Indonesia. However, Indonesian shipping industry is hampered by global problems,
especially due to a decline in coal business and world oil prices. This descriptive-
quantitative study aims to analyze the financial performance of shipping companies listed
in the Indonesia Stock Exchange (IDX) using financial ratios. The data of this study are
from the period of 2014 to 2016, which are in forms of documentation of annual financial
statements of shipping companies listed on the IDX. The sample of this research consists
of PT. Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk., PT. Mitrabahtera Segara Sejati Tbk.,
PT. Samudera Indonesia Tbk., and PT. Wintermar Offshore Marine Tbk. The financial
ratios that are used in this study are liquidity, solvency, profitability, and activity ratios.
The results show that the liquidity, profitability, and activity ratios from the four shipping
companies are in a downward trend from year to year. Only the solvency ratio from the
four shipping companies that shows a relative improvement during 2014-2016. PT.
Mitrabahtera Segara Sejati Tbk. has a better liquidity and solvency ratio than the other three
companies. Meanwhile, the profitability and activity ratio of PT. Samudera Indonesia Tbk.
is the best among all sample companies.
Keyword: Shipping Company, Financial Performance, Financial Ratios, Liquidity,
Solvency, Profitability, and Aktivitiy
ABSTRAK
Jaringan transportasi laut merupakan industri yang penting bagi negara maritim seperti
Indonesia. Namun, industri pelayaran dalam negeri mengalami kelesuan akibat masalah
global, terutama menurunnya bisnis batu-bara dan harga minyak dunia. Penelitian
deskriptif-kuantitatif ini bertujuan untuk menganalisa kinerja keuangan perusahaan
pelayaran yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menggunakan rasio
keuangan. Rentang waktu penelitian tahun 2014 sampai 2016 dengan teknik pengumpulan
data dokumentasi berupa laporan keuangan tahunan perusahaan pelayaran yang tercatat di
BEI. Sampel penelitian adalah PT. Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk., PT.
Mitrabahtera Segara Sejati Tbk., PT. Samudera Indonesia Tbk., dan PT. Wintermar
Offshore Marine Tbk. Rasio keuangan yang digunakan meliputi rasio likuiditas,
solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio
likuiditas, profitabilitas, dan aktivitas dari empat perusahaan pelayaran mengalami
kecenderungan yang turun dari tahun ke tahun. Hanya rasio solvabilitas dari empat
2
perusahaan pelayaran yang memperlihatkan nilai relatif membaik dari tahun 2014-2016.
PT. Mitrabahtera Segara Sejati Tbk. memiliki nilai rasio likuiditas dan rasio solvabilitas
lebih baik dari tiga perusahaan lain. Sedangkan pada rasio profitabilitas dan rasio aktivitas,
PT. Samudera Indonesia Tbk. mendapatkan predikat terbaik dibandingkan tiga perusahaan
lainnya.
Kata Kunci: Perusahaan Pelayaran, Kinerja Keuangan, Rasio Keuangan, Likuiditas,
Solvabilitas, Profitabilitas, dan Aktivitias.
PENDAHULUAN
Pelayaran merupakan industri jasa
(transportasi) yang vital bagi negara
maritim seperti Indonesia. Industri ini
menopang kemajuan ekonomi
melalui ekspor-impor dan jasa
transportasi barang maupun
penumpang. Jenis pelayaran dari
industri ini pun memiliki karakteristik
yang beragam. Keragaman tersebut
bisa dilihat dari kapal yang
mempunyai karakteristik khusus
sesuai jasa yang diinginkan.
Dewasa ini dunia pelayaran dan
perkapalan dalam negeri mengalami
pasang surut di tengah semangat
pemerintah Indonesia melaksanakan
proyek Tol Laut dan menjadikan
Indonesia sebagai poros maritim.
Penyebab utama lesunya industri
pelayaran dimulai dengan
menurunnya bisnis batu-bara dan
harga minyak dunia. Hal tersebut
mengakibatkan kegiatan pengeboran
minyak dan gas menjadi terganggu.
Bidang ini di masa normalnya
membutuhkan banyak kapal untuk
menunjang operasi migas
(eMaritim.com, Desember 2016).
Adapun faktor lainnya adalah
peraturan atau kebijakan pemerintah.
Salah satunya adalah peraturan yang
melarang ekspor produk minerba
mentah. Hal ini membuat banyaknya
perusahaan tambang harus gulung
tikar sehingga berdampak pada
turunnya kegiatan angkutan barang
tambang dengan moda transportasi
laut (Insa-id.org, Oktober 2016).
Apabila permasalahan global ini tidak
diatasi dengan serius, maka industri
pelayaran di Indonesia akan
mengalami kemunduran bahkan
kebangkrutan.
Penting bagi emiten pelayaran
untuk melakukan evaluasi kinerja
perusahaan. Ada beberapa cara yang
lazim dilakukan untuk menilai kinerja
perusahaan, salah satunya adalah
3
dengan menganalisis laporan
keuangan yang disajikan oleh pihak
manajemen perusahaan. Laporan
keuangan perusahaan dijadikan dasar
untuk dapat menentukan atau menilai
posisi keuangan perusahaan. Hasil
penilaian tersebut digunakan oleh
pihak-pihak yang berkepentingan
untuk mengambil suatu keputusan.
Maka dari itu, fungsi keuangan
menjadi bagian yang sangat penting
dalam menilai kinerja perusahaan.
Dalam menganalisa dan menilai
kinerja keuangan baik posisi, potensi,
atau kemajuan-kemajuan perusahaan,
terdapat beberapa faktor utama yang
mendapatkan perhatian oleh
penganalisa. Pertama likuiditas, yaitu
menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya yang harus
segera dipenuhi, atau kemampuan
perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya pada saat
ditagih. Kedua solvabilitas,
memperlihatkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya apabila
perusahaan tersebut dilikuidasikan,
baik kewajiban keuangan jangka
pendek maupun jangka panjang.
Ketiga rentabilitas atau profitabilitas,
yaitu menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu. Ada
beberapa cara yang bisa digunakan
sebagai alat analisis dalam menilai
kinerja keuangan suatu perusahaan,
salah satunya dengan menggunakan
analisis rasio.
Analisis rasio merupakan hal yang
umum digunakan, hasilnya akan
menggambarkan pengukuran relatif
dari operasi perusahaan. Menurut
Harahap (2013: 297), analisis rasio
mampu menganalisis hubungan antar
unsur-unsur atau pos-pos dalam
laporan keuangan, sehingga dapat
menunjukkan potensi ke arah baik
atau sebaliknya ke arah buruk.
Dengan adanya ukuran relatif ini,
maka stakeholder dapat
membandingkan berbagai ukuran
atau perusahaan.
Analisis rasio banyak digunakan
dalam riset-riset manajemen
keuangan. Ada banyak kombinasi
rasio yang lazim dipakai, namun
secara umum rasio yang digunakan
mewakili kriteria yang telah
disebutkan di atas, yaitu: rasio
likuiditas, rasio solvabilitas, rasio
4
profitabilitas, dan rasio aktivitas.
Keempat Rasio tersebut berdiri
sendiri-sendiri dan memiliki
hubungan yang erat. Penilaian kinerja
keuangan dengan analisis rasio yang
diterapkan pada perusahaan dapat
memberikan pemahaman berkenaan
dengan kondisi dan situasi keuangan
yang saat itu dihadapi oleh
perusahaan tersebut. Setiap
perusahaan dalam industri pelayaran
memiliki ciri khusus berkenaan
dengan tipe kapal yang dimilikinya.
Persaingan secara langsung terjadi
antar perusahaan yang mempunyai
tipe kapal sejenis, serta ukuran kapal
(DWT) yang sama. Dalam hal ini,
penelitian dilakukan pada perusahaan
transportasi pelayaran yang memiliki
kriteria pelayanan serupa dan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Berdasarkan uraian latar
belakang masalah yang telah
disampaikan, maka peneliti
memutuskan untuk mengambil
skripsi dengan judul, “PENILAIAN
KINERJA KEUANGAN
PERUSAHAAN PELAYARAN
(Studi Pada Perusahaan Pelayaran
yang Tercatat di Bursa Efek
Indonesia)”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang,
maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana
kinerja keuangan perusahaan
pelayaran yang tercatat pada Bursa
Efek Indonesia (BEI) dengan
menggunakan analisis rasio
keuangan.
LANDASAN TEORI
Metode dan Teknik Analisa
Laporan Keuangan
Menurut S. Munawir (2007: 36),
metode yang dapat digunakan oleh
setiap analis keuangan yaitu:
1. Analisa horizontal
2. Analisa vertikal
Selain metode analisa, terdapat
pula delapan teknik analisa yang
biasa digunakan dalam analisa
laporan keuangan yaitu:
1. Analisa perbandingan Laporan
Keuangan.
2. Trend atau tendesi posisi dan
kemajuan keuangan perusahaan
yang dinyatakan dalam persentase.
3. Laporan dengan persentase per
komponen atau common size
statement
5
4. Analisa Sumber dan Penggunaan
Modal Kerja
5. Analisa Sumber dan Penggunaan
Kas (cash flow statement
analysis).
6. Analisa Rasio
7. Analisa Perubahan Laba Kotor
(gross profit analysis)
8. Analisa Break-Even
Kinerja Keuangan
Munawir (2005: 30), menuturkan
bahwa kinerja keuangan dapat
diartikan sebagai satu diantara dasar
penilaian mengenai kondisi keuangan
perusahaan yang dilakukan
berdasarkan analisis terhadap rasio
keuangan perusahaan. Apabila
ditinjau dari segi manajemen
keuangan, kinerja suatu perusahaan
dapat dinilai dengan empat tolak ukur
yaitu sebagai berikut (Sutoyo dan
Kleinsteuber, 2004: 13):
1. Kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan keuntungan.
2. Kemampuan perusahaan dalam
menyusun struktur pendanaan
yang efisien.
3. Kemampuan perusahaan
mengoperasikan harta yang
dimiliki.
4. Kemampuan perusahaan melunasi
pinjaman yang telah jatuh tempo
dari dana intern, tanpa menggangu
jalannya operasi perusahaan.
6
Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Analisis Rasio Keuangan
Pembahasan dan Hasil Penelitian
Kesimpulan dan Saran
Lesunya industri perkapalan dan pelayaran dalam negeri akibat
dari menurunnya bisnis batubara dan harga minyak dunia serta
peraturan yang melarang ekspor minerba mentah
Penilaian kinerja keuangan perusahaan pelayaran yang tercatat
di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Teori:
1. Analisis Laporan
Keuangan
2. Analisis Rasio
3. Penilaian Kinerja
Keuangan
Penelitian Terdahulu:
1. Chairina Utami (2015),
penilaian kinerja
keuangan pada salah
satu perusahaan dengan
pendekatan analisis
rasio keuangan.
2. Yehezkiel Tesar
Janaloka (2015),
penilaian kinerja
keuangan perusahaan
telekomunikasi yang
terdaftar di BEI.
3. Puput Anggrenia
(2015), penilaian
kinerja keuangan pada
perusahaan kosmetik
yang terdaftar di BEI.
Rasio likuiditas:
1. Current ratio
2. Quick ratio
3. Cash ratio
Rasio solvabilitas:
1. Debt to asset ratio
2. Debt to equity ratio
Rasio profitabilitas:
1. Net profit margin
2. Return on total asset
3. Return on equity
Rasio aktivitas:
1. Inventory turnover ratio
2. Total asset turnover ratio
3. Account receivable ratio
7
METODE
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif. Metode deskriptif
ialah desain penelitian yang disusun
dalam rangka memberikan gambaran
secara sistematis tentang informasi
ilmiah yang berasal dari subjek atau
objek penelitian (Sanusi, 2014: 13).
Penelitian ini mengumpulkan data
dan informasi yang berkaitan dengan
perusahaan dan disesuaikan dengan
tujuan penelitian yaitu untuk
mengetahui dan mengalisa kinerja
keuangan perusahaan pelayaran yang
tercatat pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) dengan menggunakan analisis
rasio keuangan.
Rentang Waktu Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan data
time series atau data deret waktu,
yaitu merupakan sekumpulan data
dari suatu fenomena yang didapat
dalam beberapa interval waktu
tertentu. Fenomena menurunnya
bisnis batubara dan harga minyak
dunia serta peraturan yang melarang
ekspor produk minerba mentah
mengakibatkan lesunya kinerja
perusahaan pelayaran yang ada di
Indonesia terjadi pada interval waktu
tahun 2014-2016. Berdasarkan hal
tersebut, penelitian ini mengambil
data neraca dan laporan laba rugi
perusahaan pelayaran yang tercatat
pada BEI periode 2014-2016.
Lokasi Penelitian
Lokasi dan pengambilan data pada
penelitian ini dilakukan di BEI, Jalan
Jendral Sudirman, Kav 52-53, Jakarta
Selatan, Indonesia. Pengambilan data
dilakukan melalui situs resmi BEI
yaitu www.idx.co.id.
Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data kuantitatif.
Sanusi (2014: 104), menjelaskan
bahwa data kuantitatif merupakan
data yang disajikan dalam bentuk
angka yang terkait dengan obyek
penelitian.
Sumber Data
Sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Menurut Sanusi (2014:
104), data sekunder merupakan data
yang diperoleh secara tidak langsung
oleh peneliti dari sumber lain atau
media perantara. Dalam hal ini adalah
laporan keuangan perusahaan
pelayaran berupa neraca dan laporan
8
laba rugi yang tercatat pada BEI
periode 2014-2016.
Populasi Penelitian
Populasi adalah seluruh kumpulan
elemen yang menunjukkan ciri-ciri
tertentu yang dapat digunakan untuk
membuat kesimpulan (Sanusi 2014:
87). Populasi pada penelitian ini
merupakan perusahaan pelayaran
yang tercatat pada BEI. Jumlah
emiten pada penelitian ini delapan
perusahaan dengan kriteria:
1. Memiliki Laporan keuangan yang
telah diaudit dan dilaporkan pada
BEI dengan periode tahun 2014 –
2016.
2. Memiliki jenis kesamaan dalam
bentuk pelayanan.
Peneliti mengambil beberapa
bentuk pelayanan pelayaran secara
umum yang disediakan oleh objek
penelitian yaitu:
1. Sewa pengangkutan (voyage
charter);
2. Sewa dengan jangka waktu (time
charter);
3. Pelayanan lepas pantai (offshore
service);
4. Pengelolaan (bengkel) kapal;
5. Penyedia awak kapal.
Berdasarkan kriteria yang
digunakan dalam menentukan
populasi penelitian, terdapat empat
perusahaan yang memiliki tiga jenis
pelayanan yang sama meliputi sewa
pangangkutan, sewa dengan jangka
waktu, dan pelayanan lepas pantai.
Empat perusahaan yang menjadi
populasi penelitian tersebut yaitu:
1. PT. Pelayaran Nasional Bina
Buana Raya Tbk.
2. PT. Mitrabahtera Segara Sejati
Tbk.
3. PT. Samudera Indonesia Tbk.
4. PT. Wintermar Offshore Marine
Tbk.
Sampel Penelitian
Terdapat empat perusahaan
pelayaran yang tercatat di BEI
menjadi populasi pada penelitian ini.
Cara pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan metode
sampling jenuh. Sugiyono (2007: 59),
menyebutkan bahwa sampling jenuh
adalah teknik penetuan sampel bila
semua anggota popuasi digunakan
sebagai sampel. Hal ini sering
dilakukan bila jumlah populasi relatif
kecil atau sedikit.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang
dilakukan adalah teknik dokumentasi.
Sanusi (2014: 114), menerangkan
9
Sumber: Harahap (2013: 301)
Sumber: Harahap (2013: 302)
Sumber: Harahap (2013: 302)
Sumber: Harahap (2013: 304)
Sumber: Harahap (2013: 303)
Sumber: Harahap (2013: 304)
Sumber: Harahap (2013: 305)
Sumber: Harahap (2013: 302)
Sumber: Harahap (2013: 308)
Sumber: Harahap (2013: 308)
Sumber: Harahap (2013: 308)
bahwa cara dokumentasi biasanya
dilakukan untuk mengumpulkan data
sekunder dari berbagai sumber, baik
secara pribadi maupun kelembagaan.
Definisi Operasional Variabel
Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas diukur dengan
menggunakan perhitungan:
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar (current ratio) =Aktiva Lancar
Utang Lancar
2. Rasio Cepat
Rasio cepat =Aktiva Lancar - Persediaan
Utang Lancar
3. Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio Kas =Kas + Efek
Utang Lancar
Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas ini dapat diukur
dengan menggunakan perhitungan:
1. Rasio utang terhadap aktiva
Rasio antara utang terhadap aktiva =
Utang Lancar + Utang Jangka Panjang
Jumlah Aktiva
2. Rasio utang terhadap ekuitas
Rasio utang terhadap ekuitas =
Utang Lancar + Utang Jangka Panjang
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖
Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas dapat diukur
dengan menggunakan perhitungan:
1. Net Profit Margin
Net Profit Margin =Laba setelah Pajak
Penjualan
2. Return On Asset (ROA)
ROA =Laba Bersih
Total Aktiva
3. Return On Equity (ROE) :
ROA =Laba Bersih
Modal Sendiri
Rasio Aktivitas
Rasio aktvitias dapat diukur
dengan menggunakan perhitungan:
1. Account Receivable Ratio
Perputaran Piutang =Penjualan kredit
Rata-rata piutang
2. Rasio Perputaran Persediaan
Rasio Perputaran Persediaan =
Harga pokok penjualan
Rata-rata persediaan
3. Rasio Perputaran Total Aset
Rasio Perputaran Total Aset =Penjualan
Total Aktiva
Metode Analisis
Tahapan analisis yang digunakan
adalah sebagai berikut:
10
1. Mengumpulkan data berupa
laporan keuangan perusahaan
pelayaran yang tercatat di BEI
sesuai sampel penelitian.
2. Melakukan perhitungan
menggunakan rumus-rumus rasio
keuangan yang sudah ditentukan
terhadap neraca dan laporan laba
rugi perusahaan pelayaran yang
tercatat di BEI sesuai sampel
penelitian.
3. Melakukan perbandingan terhadap
hasil perhitungan yang telah
diperoleh dari rasio-rasio yang
digunakan. Peneliti dalam
menganalisis data melakukan
perbandingan dengan metode time
series.
4. Melakukan penafsiran
(interpretation) terhadap hasil
analisis rasio keuangan perusahaan
pelayaran yang tercatat di BEI
sesuai sampel penelitian untuk
mendefinisikan permasalahan dan
kendala yang dihadapi.
5. Memberikan rekomendasi
terhadap permasalahan yang
ditemukan pada hasil interpretasi
analisis rasio keuangan perusahaan
pelayaran yang tercatat di BEI
sesuai sampel penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
PT. Pelayaran Nasional Bina
Buana Raya Tbk (BBRM)
Berdasarkan Rasio Likuiditas
Berdasarkan perhitungan rasio,
dapat diketahui bahwa BBRM
memiliki nilai rasio likuiditas
dibawah rata-rata empat perusahaan
dalam semua aspek yaitu rasio lancar
49.73%, rasio cepat 47.95%, dan rasio
kas 35.69%. Sedangkan rata-rata
empat perusahaan dengan rasio lancar
113.07%, rasio cepat 104.06% dan
rasio kas 54.98%.
Penyebab terjadinya rentang rata-
rata yang cukup lebar antara BBRM
dan ketiga perusahaan lain karena
berkurangnya aktiva lancar terutama
kas dan setara kas yang cukup
signifikan pada tahun 2015.
Perusahaan melakukan penurunan
nilai aset, yaitu atas armada T&B
pada tahun itu. Akun kas setara kas
yang mulanya sejumlah tiga puluh
juta (USD), turun drastis ke angka dua
juta (USD).
Berdasarkan Rasio Solvabilitas
Rasio utang terhadap aktiva
BBRM 47.46% dengan rata-rata
perusahaan 41.92% dan rasio utang
11
terhadap modal BBRM 91.76%
dengan rata-rata perusahaan 76.66%.
Nilai rasio solvabilitas BBRM yang
lebih tinggi dari rata-rata empat
perusahaan, menunjukkan
kemampuan BBRM dalam melunasi
atau membayar total kewajiban
finansial menggunakan total aktiva
dan modal yang dimiliki kurang baik.
Berdasarkan Rasio Profitabilitas
BBRM memiliki nilai rasio
profitabilitas dibawah rata-rata empat
perusahaan bahkan selalu menjadi
yang terendah dalam semua aspek
meliputi net profit margin -47.78%,
Return on Asset (ROA) -7.42%, dan
Return on Equity (ROE) -15.12%.
sedangkan rata-rata empat perusahaan
berturut-turut yaitu net profit margin
-16.14%, ROA -1.99%, dan ROE
-3.40%. Hal ini mengungkapkan
bahwa kemampuan BBRM dalam
menghasilkan laba sepanjang tahun
2014-2016 tergolong buruk.
Kurangnya armada menyebabkan
BBRM harus menyewa kapal dari
relasi atau perusahaan lain untuk
memenuhi permintaan yang ada
sehingga beban sewanya meningkat.
Berdasarkan Rasio Aktivitas
Kemampuan efektivitas operasi
BBRM jika dilihat berdasarkan
perhitungan rasio, memiliki nilai rata-
rata rasio perputaran piutang tertinggi
yaitu 5.50 dengan nilai rata-rata
perusahaan 4.19, rasio perputaran
persediaan senilai 85.59 berada di
atas rata-rata tiga perusahaan (rasio
WINS tidak termasuk karena
dianggap outliner) senilai 61.94,
namun terendah dalam rasio
perputaran total aset dengan
perolehan 0.18, sedangkan rata-rata
empat perusahaan 0.38.
PT. Mitrabahtera Segara Sejati
Tbk. (MBSS)
Berdasarkan Rasio Likuiditas
MBSS memiliki nilai rasio
likuiditas di atas rata-rata empat
perusahaan dalam semua aspek yaitu
rasio lancar 194.93%, rasio cepat
177.30%, dan rasio kas 102.78%.
Sedangkan rata-rata empat
perusahaan dengan rasio lancar
113.07%, rasio cepat 104.06% dan
rasio kas 54.98%.
Hasil tersebut menunjukkan
bahwa kemampuan MBSS dalam
memenuhi kewajiban keuangan
12
jangka pendeknya tergolong baik. Hal
ini ditunjukkan oleh rasio lancar yang
hampir mencapai 200%, sedangkan
rata-rata perusahaan lain hanya
mampu memperoleh sekitar 110%.
Berdasarkan Rasio Solvabilitas
Rasio utang terhadap aktiva MBSS
26.12% dengan rata-rata perusahaan
41.92% dan rasio utang terhadap
modal MBSS 35.41% dengan rata-
rata perusahaan 76.66%. Nilai rasio
solvabilitas MBSS yang lebih rendah
dari rata-rata empat perusahaan,
menunjukkan kemampuan MBSS
dalam melunasi atau membayar total
kewajiban finansial menggunakan
total aktiva dan modal yang dimiliki
sangat baik.
MBSS menjadi perusahaan yang
paling solvabel diantara tiga
perusahaan lain, ditunjukkan oleh
rasio solvabilitasnya terendah dari
empat perusahaan.
Berdasarkan Rasio Profitabilitas
MBSS memiliki nilai rasio
profitabilitas di atas rata-rata empat
perusahaan pada aspek net profit
margin -13.58% dengan rata-rata
empat perusahaan senilai -16.14%.
Namun berada di bawah rata-rata
empat perusahaan pada rasio Return
on Asset (ROA) -2.87%, dan Return
on Equity (ROE) -3.70%. Sedangkan
rata-rata empat perusahaan berturut-
turut yaitu ROA -1.99% dan ROE -
3.40%. Hal ini mengungkapkan
bahwa kemampuan MBSS dalam
menghasilkan laba sepanjang tahun
2014-2016 masih tergolong belum
baik.
Berdasarkan Rasio Aktivitas
MBSS mendapatkan nilai rata-rata
rasio perputaran piutang dan
persediaan terendah yaitu 3.70 dan
17.26. Sedangkan nilai rata-rata rasio
perputaran piutang dan persediaan
empat perusahaan 4.19 dan 61.94.
Pada aspek rasio perputaran aktiva
MBSS sebesar 0.31 mampu lebih
unggul dari dua perusahaan lain
(BBRM dan WINS), namun masih
berada di bawah rata-rata empat
perusahaan senilai 0.38.
MBSS tergolong masih buruk
dalam mengelola piutang dan
persediaannya. Pada rasio perputaran
persediaan, terdapat rentang yang
cukup lebar karena adanya perbedaan
penggunaan bahan bakar. Beban
bahan bakar yang dikeluarkan oleh
MBSS hampir 20% dari total beban
langsungnya. Berbeda dengan
13
perusahaan lain yang hanya
menyumbang bahan bakar senilai 2-
5% dari total beban langsungnya.
PT. Samudera Indonesia Tbk.
(SMDR)
Berdasarkan Rasio Likuiditas
SMDR memiliki nilai rasio
likuiditas yang mendekati rata-rata
empat perusahaan yaitu rasio lancar
111.97%, rasio cepat 99.55%, dan
rasio kas 44.94%. Sedangkan rata-
rata empat perusahaan dengan rasio
lancar 113.07%, rasio cepat 104.06%
dan rasio kas 54.98%.
Hasil tersebut menunjukkan
bahwa kemampuan SMDR dalam
memenuhi kewajiban keuangan
jangka pendeknya tergolong cukup
baik walaupun masih berada sedikit di
bawah rata-rata empat perusahaan.
Berdasarkan Rasio Solvabilitas
Rasio utang terhadap aktiva
SMDR 49.81% dengan rata-rata
perusahaan 41.92% dan rasio utang
terhadap modal SMDR 99.64%
dengan rata-rata perusahaan 76.66%.
Nilai rasio solvabilitas SMDR yang
lebih tinggi dari rata-rata empat
perusahaan, menunjukkan
kemampuan SMDR dalam melunasi
atau membayar total kewajiban
finansial menggunakan total aktiva
dan modal yang dimiliki kurang baik.
Di tahun 2014, hutang SMDR
lebih banyak dari pada modal yang
dimiliki sehingga rasio utang
terhadap aktivanya berada di atas
50%, sedangkan rasio utang terhadap
modal di atas 100%. Namun SMDR
masih memiliki kecenderungan yang
positif mengingat pada tahun
berikutnya angka tersebut terus turun
hingga tahun 2016.
Berdasarkan Rasio Profitabilitas
SMDR memiliki nilai rasio
profitabilitas di atas rata-rata empat
perusahaan bahkan selalu menjadi
yang tertinggi dalam semua aspek
meliputi net profit margin 2.89%,
Return on Asset (ROA) 2.86%, dan
Return on Equity (ROE) 5.80%.
Sedangkan rata-rata empat
perusahaan berturut-turut yaitu net
profit margin -16.14%, ROA -1.99%,
dan ROE -3.40%. Hal ini
mengungkapkan bahwa kemampuan
SMDR dalam menghasilkan laba
sepanjang tahun 2014-2016 tergolong
sangat baik.
14
Berdasarkan Rasio Aktivitas
SMDR mendapatkan nilai rata-rata
rasio perputaran piutang, persediaan,
dan aset di atas rata-rata empat
perusahaan yaitu 5.50, 82.96 dan
0.77. Sedangkan rata-rata empat
perusahaan dengan nilai 4.19, 61.94,
dan 0.38. Hal ini menujukkan
kemampuan SMDR dalam mengelola
unsur-unsur aktivanya menjadi
pendapatan maupun kas tergolong
baik.
PT. Wintermar Offshore Marine
Tbk. (WINS)
Berdasarkan Rasio Likuiditas
WINS memiliki nilai rasio
likuiditas di bawah rata-rata empat
perusahaan yaitu rasio lancar 95.66%,
rasio cepat 91.43%, dan rasio kas
36.51%. Sedangkan rata-rata empat
perusahaan dengan rasio lancar
113.07%, rasio cepat 104.06% dan
rasio kas 54.98%.
Hasil tersebut menunjukkan
bahwa kemampuan WINS dalam
memenuhi kewajiban keuangan
jangka pendeknya tergolong kurang
baik. Terdapat banyak renegosiasi
kontrak dengan harga yang lebih
rendah sehingga piutang usaha pihak
ketiga menurun drastis pada tahun
2015. Perlu diketahu bahwa aktiva
lancar WINS bertumpu pada piutang
usahanya bahkan mencapai 60%
sehingga terdapat perbedaan yang
jauh antara rasio lancar dan rasio kas.
Berdasarkan Rasio Solvabilitas
Rasio utang terhadap aktiva WINS
44.29% dengan rata-rata perusahaan
41.92% dan rasio utang terhadap
modal WINS 79.84% dengan rata-
rata perusahaan 76.66%. Nilai rasio
solvabilitas WINS yang lebih tinggi
dari rata-rata empat perusahaan,
menunjukkan kemampuan WINS
dalam melunasi atau membayar total
kewajiban finansial menggunakan
total aktiva dan modal yang dimiliki
kurang baik.
Pada tahun 2014, total hutang
WINS hampir menyamai modal yang
dimiliki sehingga rasio utang
terhadap aktivanya berada pada angka
47%, sedangkan rasio utang terhadap
modal 90%. Namun WINS memiliki
trend yang positif mengingat pada
tahun berikutnya angka tersebut terus
turun hingga tahun 2016.
Berdasarkan Rasio Profitabilitas
WINS memiliki nilai rasio
profitabilitas di atas rata-rata empat
15
perusahaan dalam semua aspek
meliputi net profit margin -6.10%,
Return on Asset (ROA) -0.52%, dan
Return on Equity (ROE) -0.57%.
Sedangkan rata-rata empat
perusahaan berturut-turut yaitu net
profit margin -16.14%, ROA -1.99%,
dan ROE -3.40%. Hal ini
mengungkapkan bahwa kemampuan
WINS dalam menghasilkan laba
sepanjang tahun 2014-2016 tergolong
cukup baik.
Apabila dilihat secara periodik,
rata-rata rasio profitabilitas WINS
tergolong paling tinggi pada tahun
2014, namun terus mengalami
kerugian pada 2015 dan 2016.
Berdasarkan Rasio Aktivitas
Kemampuan efektivitas operasi
WINS jika dilihat berdasarkan
perhitungan rasio, memiliki nilai rata-
rata rasio perputaran piutang, dan aset
di bawah rata-rata empat perusahaan
yaitu 3,13 dan 0,26. Sedangkan rata-
rata empat perusahaan dengan nilai
4.19 dan 0.38. Hal ini menujukkan
kemampuan WINS dalam mengelola
unsur-unsur aktivanya menjadi
pendapatan maupun kas buruk.
Namun WINS memiliki rasio
perputaran persediaan yang nilainya
masuk dalam kategori outliner
menurut peneliti. Hal ini disebabkan
WINS mendapatkan nilai rata-rata
rasio perputaran persediaan 832.05,
jauh di atas rata-rata tiga perusahaan
lain yang hanya mencapai 61.94.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penilaian
terhadap empat perusahaan pelayaran
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2014-2016
menggunakan alat rasio keuangan,
maka dapat diambil kesimpulan
bahwa:
1. Kemampuan likuiditas dari empat
perusahaan pelayaran memiliki
trend yang turun dari tahun ke
tahun. PT. Mitrabahtera Segara Sejati
Tbk memiliki nilai rasio likuiditas
tertinggi, sedangkan PT. Pelayaran
Nasional Bina Buana Raya Tbk
menjadi yang terendah.
2. Kemampuan solvabilitas dari
empat perusahaan pelayaran
semakin baik dari 2014-2016.
Rasio solvabilitas terendah
diperoleh PT. Mitrabahtera Segara
Sejati Tbk, sedangkan yang tertinggi
didapatkan oleh PT. Samudera
Indonesia Tbk.
16
3. Kemampuan profitabilitas dari
empat perusahaan pelayaran
memiliki trend yang turun dari
tahun ke tahun. PT. Samudera
Indonesia Tbk memiliki nilai rasio
profitabilitas tertinggi, sedangkan
PT. Pelayaran Nasional Bina
Buana Raya Tbk menjadi yang
terendah.
4. Kemampuan perusahaan dalam
mengelola aktiva yang dimiliki
untuk menghasilkan pendapatan
cenderung menurun. Rasio
aktivitas tertinggi diperoleh PT.
Samudera Indoenesia Tbk, dan nilai
terendah didapatkan oleh PT.
Mitrabahtera Segara Sejati Tbk.
Saran
Bagi Perusahaan Pelayaran
Setelah keempat perusahaan
pelayaran mengetahui hasil dari
penilaian kinerja keuangan
berdasarkan rasio yang digunakan,
diharapkan emiten pelayaran mampu
menjaga dan mempertahankan
kinerjanya yang baik hingga saat ini.
Bagi aspek-aspek yang memperoleh
hasil kurang memuaskan, upaya yang
dapat ditempuh adalah meningkatkan
kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban lancarnya,
pengelolaan aset yang lebih efektif
dan efisien, serta pintar dalam melihat
celah pasar yang ada untuk
memaksimalkan laba. Semoga hal
tersebut dapat menjadi bahan evaluasi
bagi perusahaan pelayaran agar
semakin baik pada tahun-tahun
berikutnya.
Beberapa kondisi yang dihadapi
mencerminkan masih kurangnya
antisipasi dari perusahaan pelayaran
dalam mengambil kebijakan-
kebijakan strategis. Maka dari itu,
selain melihat dari rasio keuangan,
perusahaan juga perlu jeli dalam
memperhatikan aspek lain, seperti
kondisi politik, ekonomi, kebijakan
pemerintah, persaingan dari
perusahaan sejenis, dan branding
nama perusahaan untuk
meningkatkan kredibilitas.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan
dapat mengembangkan penelitian
yang ada dengan menambahkan rasio
keuangan lain seperti rasio
pertumbuhan (growth) dan penilaian
pasar (marked based rasio). Peneliti
selanjutnya juga bisa menilai kinerja
keuangan menggunakan cara selain
rasio keuangan, misalnya
17
menggunakan konsep Economic
Value Added (EVA). Hal tersebut
dapat menjadi pembanding bagi
penelitian-penelitian pada saat ini
maupun yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Sanusi. 2014. Metodologi
Penelitian Bisnis. Jakarta:
Salemba Empat.
Bambang Hermanto dan Mulyo
Agung. 2012. Analisa Laporan
Keuangan. Jakarta: Lentera
Ilmu Cendikia.
Brigham, Eugene F., dan Joel F.
Houston. 2010. Dasar-dasar
Manajemen Keuangan.
Dialihbahasakan oleh Ali
Akbar. Vol. 1. Jakarta: Salemba
Empat.
Chairina Utami. 2015. Analisis
Kinerja Keuangan PT. A
Indonesia Tahun 2007-2012.
[Skripsi] Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya, Malang.
Fahmi Irfan. 2014. Analisis Kinerja
Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Moeljadi. 2006. Manajemen
Keuangan. Malang: Bayu
Media.
Portal Web Badan Pusat Statistik
BPS.go.id. Luas Daerah dan
Jumlah Pulau Menurut
Provinsi, 2002-2015.
https://www.bps.go.id/linktabel
statis/-view/id/1366. Diakses
pada 23 Agustus 2017
Portal Web Indonesia National
Shipowner’s Association Insa-
id.org ditulis pada Oktober
2016 http://www.insa-
id.org/2016/10/2-3-tahun-
kedepan-industri-
pelayaran.html. Diakses pada
23 Agustus 2017.
Portal Web Media Online Maritim
eMaritim.com ditulis pada
Desember 2016
http://www.emaritim.com/2016
/12/dunia-pelayaran-2016-dan-
harapan-insa.html. Diakses
pada 23 Agustus 2017.
Puput Anggrenia. 2015. Analisis
Rasio Keuangan untuk Menilai
Kinerja Keuangan Perusahaan
Kosmetik dan Keperluan
Rumah Tangga yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia
Periode 2009-2013. [Skripsi]
Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya, Malang.
18
S. Munawir. 2007. Analisa Laporan
Keuangan. 4. Yogyakarta:
Liberty Yogyakarta.
Said Kelana Asnawi. 2010. Analisis
Rasio Keuangan pada Emiten
Pelayaran di Asia Tenggara.
Jurnal Manajemen dan Bisnis,
Vol. 1 No. 1 Oktober 2010: 33-
49.
Siswanto Sutoyo dan Fritz
Kleinsteuber. 2014. Financial
Management for Non-Financial
Executive (Manajemen
Keuangan Bagi Eksekutif Non-
Keuangan). Jakarta: Damar
Mulia Purstaka.
Sofyan Syafri Harahap. 2013.
Analisis Kritis Atas Laporan
Keuangan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Werner R. Murhadi. 2014. Analisis
Laporan Keuangan : Proyeksi
dan Valuasi Saham. Jakarta:
Salemba Empat.
Yehezkiel Tesar Janaloka. 2015.
Analisis Rasio Keuangan untuk
Menilai Kinerja Perusahaan
Telekomunikasi yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.
[Skripsi] Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya, Malang
19