165
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI DAN BENDA LANGIT MENGGUNAKAN MEDIA MAKET PADA SISWA KELAS IV MI TARBIYATUL ULUM JEMBRAK KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh: Eva Eliftyana Dewi 11514163 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2018

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PERUBAHAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4498/1/SKRIPSI.pdfINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ... MENGGUNAKAN MEDIA MAKET PADA SISWA KELAS

Embed Size (px)

Citation preview

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI

PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI DAN BENDA LANGIT

MENGGUNAKAN MEDIA MAKET PADA SISWA KELAS IV

MI TARBIYATUL ULUM JEMBRAK

KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Eva Eliftyana Dewi

11514163

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2018

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI

PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI DAN BENDA LANGIT

MENGGUNAKAN MEDIA MAKET PADA SISWA KELAS IV

MI TARBIYATUL ULUM JEMBRAK

KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Eva Eliftyana Dewi

11514163

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2018

ii

iii

iv

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang

yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan (Mario Teguh).

Persembahan

1. Kepada kedua orang tuaku, Bapakku (Sutiyo) dan Mamakku (Hidayati) yang

selalu mendo’akanku, memberi dukungan, serta mencurahkan segala kasih

sayang sedari aku masih bayi hingga kini. Terimakasih, aku sangat bahagia

menjadi putri kalian.

2. Adikku tersayang Evi Luthfiana Zahra yang selalu menghiburku di kala lelah.

3. Kakek dan nenek yang selalu menyayangiku.

4. Dosen pembimbing skripsiku, Bapak Dr. Budiyono Saputro, M.Pd.

Terimaksih telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing saya

sampai skripsi ini selesai.

5. Sahabat-sahabatku tercinta Siti Suhani, Dyah Ayu Dwi Jayanti, Laili Maulida

Ali, Umi Maftuhah, Inta Nur Muakidah, Luluk Sidatun M. Terimakaisih sudah

menjadi salah satu bagian terbesar dalam aku menjalani kuliah selama ini.

6. Untuk Eka Herwanda Orzi Terimakasih, karena tiada hentinya memberikan

semangat serta dukungan dalam penulisan skripsi ini.

7. Keluarga KKN Posko 37 Ds. Mejing Kec. Candimulyo Kab. Magelang tahun

2018 terimakasih untuk 45 hari yang sangat indah.

8. Keluarga PPL MI Tarbiyatul Aulad Jombor Kec. Tuntang. Terimakasih untuk

pelajaran berharga bersama kalian selama 2 bulan.

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan

hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Agung

Muhammad SAW yang senantiasa dinanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulisan skripsi dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi

Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Langit Menggunakan Media Maket

pada Siswa Kelas IV MI Tarbiyatul Ulum Jembrak Kecamatan Pabelan

Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 207/2018.” ini, untuk memenuhi salah satu

syarat memperoleh gelar akademik Sarjana Pendidikan di Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan berjalan dengan

baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan

ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

3. Ibu Peni Susapti, M.Si. selaku Ketua Jurusan PGMI, serta sebagai dosen

pembimbing akademik yang telah membimbing penulis dari semester awal

sampai saat ini.

4. Bapak Dr. Budiyono Saputro M.Pd. selaku pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu, memberikan arahan, dan bimbingan hingga skripsi ini

selesai.

vii

viii

ABSTRAK

Dewi, Eva Eliftyana. 2018. Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Perubahan

Kenampakan Bumi dan Benda Langit Menggunakan Media Maket

Pada Siswa Kelas IV MI Tarbiyatul Ulum Jembrak Kecamatan Pabelan

Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi. Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dr.

Budiyono Saputro, M.Pd.

Kata Kunci: Hasil Belajar dan Media Maket.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan media maket dapat

meningkatkan hasil belajar IPA materi perubahan kenampakan bumi dan benda

langit pada siswa kelas IV MI Tarbiyatul Ulum Jembrak Kecamatan Pabelan

Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018. Subjek dalam penelitian ini

adalah siswa kelas IV MI Tarbiyatul Ulum Jembrak yang terdiri dari 19 siswa

laki-laki dan 12 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih selama

1 bulan, yaitu pada bulan April 2018.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari 2

siklus yang setiap siklusnya merupakan rangkaian kegiatan yang masing-masing

terdiri dari empat tahapan yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan

refleksi. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi,

tes, dan dokumentasi. Analis data yang digunakan peneliti adalah membandingkan

pencapaian nilai dengan Kriterian Ketuntasan Minimal (KKM) dan ditandai

dengan peningkatan Kriteria Ketuntasan Klasikal pada setiap siklusnya.

Data yang diperoleh pada tahap pra siklus dari 31 siswa dengan KKM yang

ditentukan oleh sekolah sebesar 65 diketahui hanya 10 (32,26%) siswa yang

tuntas. Kemudian pada siklus I meningkat menjadi 21 (67,74%) siswa yang

tuntas. Pada siklus II mengalami peningkatan kembali yaitu sebanyak 28

(90,32%) siswa yang tuntas. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketuntasan siswa

pada siklus II telah mencapai Kriteria Ketuntasan Klasikal yang telah ditentukan

yaitu sebesar 85%. Serta adanya peningkatan Kriteria Ketuntasan Klasikal pada

setiap tahapnya, dari tahap pra siklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar

35,48% dan dari tahap siklus I ke siklus II sebesar 22,58%. Hal ini menunjukkan

bahwa pengunaan media maket dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi

perubahan kenampakan bumi dan benda langit pada siswa kelas IV MI Tarbiyatul

Ulum Jembrak Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran

2017/2018.

ix

DAFTAR ISI

SAMPUL

LEMBAR BERLOGO

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................. iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................. v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

ABSTRAK ....................................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan .................................. 7

E. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8

F. Definisi Operasional............................................................................. 9

1. Hasil Belajar ................................................................................... 9

x

2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ....................................................... 10

3. Media Maket .................................................................................. 10

G. Metodologi Penelitian .......................................................................... 10

1. Rencana Penelitian ......................................................................... 10

2. Subjek Penelitian ............................................................................ 10

3. Langkah-langkah Penelitian ........................................................... 11

4. Instrumen Penelitian....................................................................... 15

5. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 16

6. Analisis Data .................................................................................. 17

H. Sistematika Penulisan........................................................................... 18

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori ......................................................................................... 19

1. Hasil belajar ................................................................................... 18

a. Hasil Belajar ............................................................................. 19

b. Macam-Macam Hasil Belajar .................................................. 20

c. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ............................... 22

2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Materi Perubahan Kenampakan Bumi

dan Benda Langit ........................................................................... 25

a. Hakikat IPA ............................................................................ 25

b. Tujuan IPA ............................................................................. 26

c. Cara Berpikir IPA .................................................................. 27

d. Cara Penyelidikan IPA ........................................................... 28

e. Materi Kenampakan Bumi dan Benda Langit ........................ 29

xi

3. Media Pembelajaran.........................................................................44

4. Maket (Model) ............................................................................... 46

a. Pengertian Maket ........................................................................ 46

b. Tujuan dan Fungsi Maket ........................................................... 47

c. Jenis-Jenis Maket ........................................................................ 47

B. Kajian Pustaka ..................................................................................... 54

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 58

1. Letak Geografis dan Sejarah MI Tarbiyatul Ulum ........................ 58

2. Identitas Sekolah ............................................................................ 58

3. Visi & Misi MI Tarbiyatul Ulum ................................................... 59

4. Data Pendidik MI Tarbiyatul Ulum ............................................... 59

5. Data Siswa MI Tarbiyatul Ulum .................................................... 60

6. Subyek Penelitian ........................................................................... 60

7. Kolabolator Penelitian .................................................................... 61

8. Waktu Penelitian ............................................................................ 62

B. Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 62

1. Deskripsi Awal (Pra Siklus) ........................................................... 62

2. Deskripsi Siklus I ........................................................................... 63

a. Perencanaan .............................................................................. 63

b. Pelaksanaan .............................................................................. 64

c. Pengamatan ............................................................................... 67

d. Refleksi ..................................................................................... 67

xii

3. Deskripsi Siklus II .......................................................................... 68

a. Perencanaan .............................................................................. 68

b. Pelaksanaan .............................................................................. 69

c. Pengamatan ............................................................................... 71

d. Refleksi ..................................................................................... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................... 73

1. Deskripsi Data Pra Siklus............................................................... 73

2. Deskripsi Siklus I ........................................................................... 75

3. Deskripsi Siklus II .......................................................................... 81

B. Pembahasan .......................................................................................... 86

1. Prasiklus ......................................................................................... 86

2. Siklus I ........................................................................................... 87

3. Siklus II .......................................................................................... 89

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 95

B. Saran ..................................................................................................... 95

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 97

LAMPIRAN ..................................................................................................... 99

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Identitas Sekolah .............................................................................. 58

Tabel 3.2 Data pendidik MI Tarbiyatul Ulum ................................................. 59

Tabel 3.3 Data Siswa MI Tarbiyatul Ulum ...................................................... 60

Tabel 3.4 Data Siswa Kelas IV MI tarbiyatul Ulum ........................................ 60

Tabel 3.5 Jadwal Pe;aksanaan Penelitian Tindakan Kelas............................... 62

Tabel 3.6 Nilai Siswa Pada Pra Siklus ............................................................. 62

Tabel 4.1 Nilai Siswa Pada Pra Siklus ............................................................. 74

Tabel 4.2 Hasil Nilai Siklus I ........................................................................... 75

Tabel 4.3 Lembar Pengamatan Guru Siklus I .................................................. 77

Tabel 4.4 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I ................................................. 79

Tabel 4.5 Hasil Nilai Siklus II.......................................................................... 82

Tabel 4.6 Lembar Pengamatan Guru Siklus II ................................................. 83

Tabel 4.7 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I ................................................. 85

Tabel 4.8 Ketuntasan Nilai Siswa pada Tahap Prasiklus ................................. 87

Tabel 4.9 Ketuntasan Nilai Siswa pada Tahap Siklus I ................................... 88

Tabel 4.10 Ketuntasan Nilai Siswa pada Tahap Siklus II ................................ 89

Tabel 4.11 Rekapitulasi Peningkatan Hasil Belajar Persiklus ......................... 91

Tabel 4.12 Sebaran Nilai Siswa Persiklus........................................................ 92

Tabel 4.13 Rekapitulasi Ketuntasan Siswa Persiklus ...................................... 93

Tabel 4.14 Rekapitulasi Peningkatan Persentase Ketuntasan Siswa ...............93

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Empat Langkah Tindakan PTK .................................................... 12

Gambar 2.1 Pasang dan Surut Air Laut ........................................................... 31

Gambar 2.2 Erosi Tanah .................................................................................. 33

Gambar 2.3 Abrasi Laut ................................................................................... 34

Gambar 2.4 Badai............................................................................................. 35

Gambar 2.5 Kebakaran Hutan dan Dampaknya ............................................... 38

Gambar 2.6 Kenampakan Matahari ................................................................. 40

Gambar 2.7 Abrasi Fase-fase Bulan................................................................. 41

Gambar 2.8 Kenampakan Bintang ................................................................... 43

Gambar 4.1 Diagram Ketuntasan Siswa pada Tahap Pra Siklus ..................... 87

Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Siswa pada Tahap Siklus I ......................... 88

Gambar 4.3 Diagram Pengamatan Siswa pada Tahap Siklus I ........................ 89

Gambar 4.4 Diagram Ketuntasan Siswa pada Tahap Siklus II ........................ 90

Gambar 4.5 Diagram Pengamatan Siswa pada Tahap Siklus II....................... 91

Gambar 4.6 Diagram Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa................ 93

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I................................ 100

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II .............................. 109

Lampiran 3 Dokumentasi Foto Pelaksanaan Penelitian Siklus I ..................... 116

Lampiran 4 Dokumentasi Foto Pelaksanaan Penelitian Siklus II .................... 118

Lampiran 5 Soal Evaluasi Siklus I ................................................................... 120

Lampiran 6 Soal Evaluasi Siklus II .................................................................. 123

Lampiran 7 Jawaban Soal Evaluasi Siklus I .................................................... 126

Lampiran 8 Jawaban Soal Evaluasi Siklus II ................................................... 127

Lampiran 9 Lembar Observasi Guru Siklus I .................................................. 128

Lampiran 10 Lembar Observasi Guru Siklus II ............................................... 130

Lampiran 11 Lembar Observasi Siswa Siklus I ............................................... 132

Lampiran 12 Lembar Observasi Siswa Siklus II.............................................. 134

Lampiran 13 SK Dosen Pembimbing .............................................................. 136

Lampiran 14 Surat Ijin Penelitian .................................................................... 137

Lampiran 15 Surat Pelaksanaan Penelitian ...................................................... 138

Lampiran 16 Lembar Konsultasi Skripsi ......................................................... 139

Lampiran 17 Daftar Nilai SKK ........................................................................ 144

Lampiran 18 Daftar Riwayat Hidup ................................................................. 147

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam

interaksi aktif antara antara sesorang dengan lingkungan, dan

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas

(Susanto, 2013: 1-4).

Secara sederhana, belajar dapat diartikan proses memperoleh

pengalaman baru yang lebih baik, bersifat terus-menerus sehingga

mempengaruhi pola pikir seseorang dalam waktu yang relatif lama.

Disepanjang kehidupan manusia sudah pasti mengalami proses belajar,

karena sejatinya manusia memiliki rasa ingin tau tentang sebuah

kebenaran.

Berbicara tentang belajar tentunya tidak akan lepas dari dunia

pendidikan. Pendidikan merupakan potensi nurani maupun potensi

kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin

penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan

dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang

dipelajari di sekolah untuk menghadapi kehidupan sehari-hari saat ini

maupun mendatang (Trianto, 2009: 2).

2

Menurut UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional menyebutkan bahwa pendidikan berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan di Indonesia sudah ditekankan untuk semua warga

Negara, hal ini sesuai dengan ajaran Islam bahwasanya setiap manusia

diwajibkan untuk belajar atau menuntut ilmu. Allah SWT berfirman dalam

Al-Qur’an surat Al-Mujadilah ayat 11:

لكم يا أيها الذيه آمىىا إذا قيل لكم تفسحىا في المجالس ف افسحىا يفسح للا

الذيه آمىىا مىكم والذيه أوتىا العلم در وإذا قيل اوشزوا فاوشزوا يزفع للا

بما تعملىن خبيز (11)جات وللا

3

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:

"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah

akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah

kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang

yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu

pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang

kamu kerjakan (QS. Al-Mujadilah: 11) (Kemenag RI, 2017: 795)

Dalil Al-Qur’an tersebut dapat dipahami betapa pentingnya

pendidikan, karena dalam pendidikan akan tercipta ilmu pengetahuan.

Proses pendidikan yang berjalan menciptakan proses pembelajaran.

Bagian terpenting dari pendidikan adalah proses pembelajaran,

karena proses pembelajaran memiliki peran penting dalam terciptanya

sebuah hasil belajar siswa. Umunya siswa akan mendapat hasil belajar

yang baik jika proses pembelajaran berlangsung dengan baik. Hasil belajar

yang diukur di dalam institusi sekolah meliputi tiga aspek yaitu aspek

kognitif, afektif dan psikomotorik.

Salah satu pelajaran yang ada di sekolah adalah ilmu pengetahuan

alam atau (IPA). Ilmu pengetahuan alam sangat penting untuk dipelajari

karena didalamnya membahas tentang hal-hal yang berhubungan langsung

dalam kehidupan manusia. Meliputi manusia itu sendiri, hewan,

tumbuhan, lingkungan sekitar dan pengaruhnya.

IPA merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan

dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada

perkembangan selanjutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan

berdasarkan teori (deduktif). Ada dua hal yang berkaitan tidak terpisah

dengan IPA, yaitu IPA sebagai produk, pengetahuan IPA yang merupakan

4

pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif, dan IPA

sebagai proses, yaitu kerja ilmiah. Saat ini objek kajian IPA menjadi

semakin luas, meliputi konsep IPA, proses, nilai, dan sikap ilmiah, aplikasi

IPA dalam kehidupan sehari-hari, dan kreativitas (Kemendiknas, 2011).

Berdasarkan observasi dan wawancara pada tanggal 9 Maret 2018

kepada guru kelas IV mata pelajaran IPA yaitu Ibu Dra. Husnul

Dwiyatiningsih mengatakan bahwa hasil belajar IPA masih tergolong

rendah. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata nilai murni ulangan harian

siswa banyak yang belum mencapai KKM. Hal ini disebabkan kerena

siswa banyak yang kurang memperhatikan guru, sehingga materi yang

diterima siswa tidak optimal dan berpengaruh langusng terhadap nilai atau

hasil belajar siswa. Minimnya perhatian siswa terhadap guru juga dapat

disebabkan karena guru kurang bervariasi dalam menggunakan media

maupun metode pembelajaran, media dan metode dapat menunjang

perhatian siswa terhadap guru.

Data yang diperoleh dari hasil observasi di MI Tarbiyatul Ulum

Jembrak nilai rata-rata ulangan harian semseter 1 IPA kelas IV masih

sangat rendah, KKM yang ditetapkan sekolah adalah 65 dan dari 31 siswa

hanya 10 siswa yang sudah mencapai KKM dan sisanya belum mencapai

KKM yaitu 21 siswa. Atau siswa yang mencapai ketuntasan baru sekitar

32.26% dan yang belum mencapai ketuntasan adalah 67,74%. Hal ini

menandakan tingkat hasil belajar siswa masih rendah.

5

IPA merupakan suatu ilmu pengetahuan yang bersifat objektif

tentang alam sekitar beserta isinya, penggambaran secara konkrit sangat

perlu dilakukan untuk memperjelas materi pembelajaran IPA. Di dalam

proses pembelajaran IPA guru memerlukan media yang tepat dalam

pembelajaran, karena pelajaran IPA banyak membahas hal-hal abstrak

yang akan sulit dipahami oleh siswa. Saat ini guru cenderung kurang

berinovasi dalam pembelajaran IPA yang mengakibatkan kurang

optimalnya hasil belajar siswa. Untuk memperjelas materi IPA secara

konkrit perlu digunakannya alat bantu dalam pembelajaran yaitu media

pembelajaran.

Media pembelajaran adalah sarana atau alat bantu pendidikan yang

dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk

mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pengajaran.

Dalam pengertian yang lebih luas, media pembelajaran adalah alat, metode

dan teknik yang digunakan dalam rangka mengefektifkan komunikasi dan

interaksi antara pengajar dan pembelajar dalam proses pembelajaran

dikelas. Oemar Hamalik dalam (AH Sanaky, 2013: 4).

Media sangat perlu digunakan karena keterbatasan banyak hal

untuk memperlihatkan perubahan kenampakan bumi dan benda lagit

secara langsung. Maka media yang cocok digunakan adalah media tiga

dimensi yaitu maket.

Maket atau sering disebut juga dengan istilah Model adalah tiruan

tiga dimensional dari beberapa objek nyata yang terlalu besar, terlalu jauh,

6

terlalu kecil, terlalu mahal, terlalu jarang, atau terlalu ruwet untuk dibawa

kedalam kelas dan dipelajari siswa dalam bentuk aslinya (Sudjana dan

Rivai, 2002: 156).

Maket dipilih karena efisiensinya yang dapat menggambarkan

objek-objek terlalu besar, sehingga cocok diterapkan dalam materi

perubahan kenampakan bumi dan benda langit.

Berdasarkan uraian yang yang dikemukakan diatas, penulis tertarik

untuk melakukan penelitian tindakan kelas tentang: Peningkatan Hasil

Belajar IPA Materi Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Langit

Menggunakan Media Maket Pada Siswa Kelas IV MI Tarbiyatul Ulum

Jembrak Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran

2017/2018.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat

merumuskan rumusan masalah: “Apakah penggunaan media maket dapat

meningkatkan hasil belajar IPA materi perubahan kenampakan bumi dan

benda langit pada kelas IV di MI Tarbiyatul Ulum Jembrak Kecamatan

Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

IPA materi perubahan kenampakan bumi dan benda langit menggunakan

media meket pada kelas IV di MI Tarbiyatul Ulum Jembrak Kecamatan

Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018.

7

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

1. Hipotesis Tindakan

Menurut Suharsimi Arikunto hipotesis adalah jawaban yang

bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti

melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2010: 110).

Dengan kata lain hipotesis adalah pernyataan sementara dalam suatu

penelitian.

Berdasarkan rumusan masalah diatas hipotesis dalam penelitian ini

adalah penggunaan media maket dapat meningkatkan hasil belajar IPA

materi perubahan kenampakan bumi dan benda langit pada kelas IV di

MI Tarbiyatul Ulum Jembrak Kecamatan Pabelan Kabupaten

Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018.

2. Indikator Keberhasilan

Penggunaan media maket dikatakan efektif apabila indikator yang

diharapkan tercapai. Adapun indikator yang telah dirumuskan penulis

adalah sebagai berikut:

a. Secara Individu

Siswa mendapat nilai lebih dari atau sama dengan KKM yang telah

ditetapkan oleh sekolah yaitu ≥ 65 pada mata pelajaran IPA materi

perubahan kenampakan bumi dan benda langit.

8

b. Secara Klasikal

Adanya peningkatan hasil belajar pada tes siswa secara

berkelanjutan dari siklus I ke siklus II, dan berhenti apabila ≥ 85%

dari total siswa dalam satu kelas mendapat nilai ≥ 65 (Trianto,

2009: 21).

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan membawa manfaat yang positif terhadap

semua pihak yang terkait, baik secara teoritis maupun praktis. Adapun

manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengaruh terhadap

pengembangan pendidikan, dan dapat menjadi bahan pertimbangan

dalam mengatasi masalah-masalah khususnya pada pembelajaran IPA.

Terutama dalam hal meningkatkan hasil belajar IPA materi

kenampakan bumi dan benda langit.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi Guru

1) Penelitian ini bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi

permasalahan pembelajaran yang dihadapi guru.

2) Menambah wawasan dan kertampilan dalam pembelajaran

yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, serta

meningkatkan mutu pembelajaran.

b. Manfaat bagi Siswa

9

1) Dapat meningkatkan hasil belajar materi kenampaakan bumi

dan benda langit.

2) Siswa mendapatkan pelajaran yang lebih menarik,

menyenangkan serta mudah dipahami. Juga akan merasakan

pembelajaran yang lebih bermakna karena siswa dapat secara

langsung mengamati dan ikut serta dalm mendemonstrasikan

mediayang digunakan.

c. Manfaat bagi Sekolah

1) Memberikan inovasi baru dalam yang dapat menjadi acuan

dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

2) sebagai masukan atau saran bagi kepala sekolah dalam

pengambilan kebijakan untuk mengarahkan guru-guru agar

mencoba menerapkan model-model pembelajaran untuk

membantu peningkatan hasil belajar siswa.

d. Manfaat bagi peneliti

1) Dapat mengembangkan wawasan dan pengalaman dalam

melakukan penelitian.

2) Mengembangkan teori-teori yang telah dipelajari.

F. Definisi Operasional

1. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah

melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu

10

proses dari sesorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk

perilaku yang relatif menetap (Susanto 2013: 5).

2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

IPA atau disebut Ilmu Pengetahuan Alam merupakan Ilmu

Pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala dalam alam semesta,

termasuk dimuka bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip

(Maslikah dan Susapti, 2009 : 04).

3. Media Maket

Maket (model) dikenal sebagai media tiga dimensi yang digunakan

dalam pembelajaran. Maket adalah tiruan tiga dimensi dari beberapa

objek yang terlalu besar, terlalu jauh, terlalu kecil, terlalu mahal,

terlalu jarang, atau terlalu ruwet, unruk dibawa kedalam kelas dan

dipelajari siswa dalam wujud aslinya (Sudjana dan Rivai, 2002: 156).

G. Metodologi Penelitian

1. Rencana Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas.

Istilah dalam bahasa inggrisnya adalah Classrom Action Research dan

di indonesia dikenal dengan sebutan PTK. Penelitian Tindakan Kelas

merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah

tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas

secara bersama-sama (Arikunto, 2007: 3).

11

Alasan peneliti menggunakan jenis PTK adalah untuk

memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran yang dilakukan

oleh guru di dalam kelas dengan menerapkan penggunaan media maket

sehingga hasil belajar peserta didik dapat meningkat terutama pada

mata pelajaran IPA materi perubahan kenampakan Bumi dan Benda

Langit. Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan adalah jenis

kolaboratif, dimana peneliti bertindak sebagai pengamat.

Adapun gambaran tahap penelitian adalah sebagai berikut:

2. Subjek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV

Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatul Ulum Jembrak Kecamatan Pabelan

Kabupaten Semarang yang berjumlah 31 siswa yang terdiri dari 19

siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan dengan fokus penelitian

pada peningkatan hasil belajar dalam mata pelajaran IPA.

b. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di MI Tarbiyatul Ulum

yang beralamat di Dusun Tegalsale RT 03/RW 02 Desa Jembrak,

Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang kode pos 50771.

c. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai pada akhir bulan Maret 2018

sampai akhir bulan April 2018 dari tahap pra survei hingga

dilaksanakannya tindakan.

12

3. Langkah-langkah Penelitian

Menurut Arikunto dkk (2008: 16) mengemukakan terdapat empat

tahapan yang lazim dilalui yaitu, (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)

pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun bagan dan penjelasan masing-

masing tahap sebagai berikut.

Gambar 1.1 Bagan Empat Langkah Tindakan PTK

Arikunto dkk (2008: 16)

Untuk lebih jelasnya tahapan-tahapan dalam gambar bagan tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan (planning)

Tahap perencanaan menjelaskan tentang apa, mengapa,

kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut

dilakukan. Penelitian yang ideal sebetulnya dilakukan secara

berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang

13

mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah

penelitian kolaborasi. Cara ini dikatakan ideal karena adanya upaya

untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu

kecermatan amatan yang dilakukan (Arikunto, dkk, 2014: 17).

Dalam tahapan perencanaan, hal-hal yang harus

dipersiapkan adalah:

1) Menyiapkan perencanaan pembelajaran IPA dengan

menggunaan media maket

2) Menyiapkan materi dan sumber belajar.

3) Menyiapkan perlengkapan media maket yang akan

digunakan.

4) Menyusun lembar pengamatan pembelajaran untuk

siswa.

5) Menyusun lembar pengamatan kegiatan guru selama

pembelajaran berlangsung.

6) Menyusun tes formatif untuk evaluasi siswa

b. Tindakan (action)

Tahap pelaksanaan merupakan tahap implementasi atau

penerapan isi rancangan yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal

yang perlu diingat pada tahap ini adalah bahwa pelaksana guru

harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan

dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat

(Arikunto, dkk, 2014: 18).

14

Salam penelitian ini tindakan merupakan pelaksanaan RPP

yang sesuai dengan tahapan perencanaan.

c. Pengamatan (observation)

Tahap pengamatan sebenarnya berjalan bersamaan dengan

tahap pelaksanaan tindakan. Pengamat melakukan pengamatan dan

mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama

pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini

dilakukan dengan menggunakan lembar observasi atau evaluasi

yang telah disusun. Data yang dikumpulkan dapat berupa data

kuantitatif (hasil tes, ulangan harian, presentasi, dll) dan data

kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, partisipasi siswa

dalam pembelajaran, dan lain-lain (Daryanto, 2011: 27).

Pada tahap ini segala aktivitas guru dan siswa dalam proses

pembelajaraan diamati, dan dinilai oleh peneliti mulai dari

penyajian materi oleh guru dan penggunaan media maket, dan

penyerapan siswa terhadap materi yang disampaikan tersebut.

d. Refleksi (reflektion)

Tahap refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan

kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata

bahasa Inggris reflection, yang artinya pemantulan. Kegiatan

refleksi sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai

melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk

15

mendiskusikan implementasi rancangan tindakan (Arikunto, 2014:

19-20).

Pada tahap ini hasil dari pengamatan dianalisis dan dilihat

keberhasilan atau kegagalan dalam pelaksanaan penelitian.

Selanjutnya akan ditindaklanjuti pada perubahan siklus

selanjutnya.

4. Instrumen Penelitian

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau RPP merupakan

instrumen yang digunakan peneliti dalam merencanakan

pembelajaran di kelas dan digunakan oleh kolaborator atau guru

untuk melakukan pembelajaran dengan penggunaan media maket

materi perubahan kenampakan bumi dan benda langit.

b. Pedoman Pengamatan

Pedoman pengamatan digunakan untuk mengamati segala

aktivitas kegiatan guru dan siswa selama penelitian pembelajaran

berlangsung.

c. Soal tes

Soal tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa

setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media

maket materi perubahan kenampakan bumi dan benda langit. Soal

tes berisi pertanyaan tertulis yang berhubungan dengan materi

perubahan kenampakan bumi dan benda langit.

16

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara adalah komunikasi secara langsung antara yang

mewawancarai dengan yang diwawancarai (Djamarah, 2000: 220).

Wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang gambaran

awal hasil pembelajaran IPA dan untuk mendapatkan informasi

mengenai media yang biasa digunakan oleh guru sebelum

menerapkan media maket.

b. Observasi

Observasi digunakan untuk memperoleh informasi yang

berhubungan dengan kegiatan guru dan siswa selama proses

pembelajaran dengan menggunakan media maket. Teknik ini akan

akan dipandu dengan lembar pengamatan yang dilakukan oleh

bantuan rekan sejawat (guru lain) untuk memperoleh data.

Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi

guru dan lembar observasi siswa. Lembar observasi guru disusun

untuk mencatat perkembangan dari proses pembelajaran yang

dilakukan guru selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Dan

lembar observasi siswa digunakan untuk mencatat seluruh kegiatan

siswa saat pembelajaran berlangsung terutama kaitanya dengan

penggunaan media dan keaktivan siswa.

17

c. Tes

Dalam teknik pengumpulan data melalui tes, peneliti

membuat dan menggunakan lembar tes tertulis guna mengetahui

sejauh mana siswa menguasai materi.

d. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan

data. Dokumentasi digunakan dengan cara memotret menggunakan

alat berupa kamera, untuk melihat gambaran suasana kelas saat

proses penelitian berlangsung.

6. Analisis Data

Analisis data adalah analisis data yang telah terkumpul guna

mengetahui seberapa besar keberhasilan tindakan dalam penelitian

untuk perbaikan belajar siswa (Suyadi, 2010: 85). Analisis data

dilakukan dalam setiap siklusnya dengan cara memberikan soal tes

formatif pada setiap akhir pelaksanaan pembelajaran. Data yang

terkumpul dianalisis per siklus untuk mengetahui peningkatan hasil

belajar yang dicapai siswa. Hal ini untuk membuktikan hipotesis

tindakan maka hasil penelitian dianalisis menggunakan statistik untuk

menghitung ketuntasan klasikal. Apabila hasil belajar siswa secara

klasikal mencapai ≥ 85% maka siklus dihentikan. Rumus untuk

menghitung persentase ketuntasan klasikal adalah sebagai berikut:

18

× 100% (Daryanto, 2011: 192)

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam laporan penelitian tindakan kelas ini

dimulai dengan halaman judul, nota pembimbing, lembar pengesahan,

pernyataan keaslian tulisan, motto, persembahan, abstrak, kata pengantar,

daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran, dilanjutkan dengan bab-bab

sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, pada bab ini akan membahas tentang latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis

penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II Kajian pustaka, pada bab ini akan menjelaskan tentang

belajar dan hasil belajar, media maket, hakikat pembelajaran IPA dan

materi perubahan kenampakan bumi dan benda langit.

BAB III Pelaksanaan penelitian, pada bab ini memuat tentang

gambaran umun MI Tarbiyatul Ulum dan pelaksanaan penelitian.

BAB IV Hasill penelitian, bab ini memuat tentang deskripsi hasil

penelitian persiklus beserta pembhasanya.

BAB V Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran.

19

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Hasil Belajar

a. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak

setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri

merupakan suatu proses dari sesorang yang berusaha untuk

memperoleh suatu bentuk perilaku yang relatif menetap. Dalam

kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru

menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar

adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau

tujuan instruksional. (Susanto 2013: 5).

Nawawi dalam Susanto (2013: 5) menyatakan bahwa hasil

belajar dapat diartikan sebgai tingkat keberhasilan siswa dalam

mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam

skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi

pembelajaran tertentu.

20

Dari beberapa uraian di atas secara sederhana hasil belajar

merupakan perubahan yang diperoleh oleh siswa setelah

melakukan proses belajar.

b. Macam-Macam Hasil Belajar

Macam-macam hasil belajar meliputi tiga aspek yaitu

pemahaman konsep (aspek kognitif), ketrampilan proses ( aspek

psikomotorik), dan sikap siswa (aspek afektif)

1) Pemahaman Konsep (Aspek Kognitif)

Pengertian pemahaman menurut Bloom dalam (Susanto

2013: 6) pemahaman diartikan sebagai kemampuan untuk

menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari.

Pemahaman menurut bloom ini adalah seberapa besar siswa

mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang

telah diberikanoleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa

dapat memahami serta mngerti apa yang ia baca, yang dilihat,

yang dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau

observasi langsung yang ia lakukan.

Sedangkan pengertian konsep menurut Dorothy J. Skeel

dalam (Susanto 2013: 8) konsep merupakan sesuatu yang

tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan, atau suatu

pengertian.

21

Dari dua pendapat tersebut pemahaman konsep secara

sederhana dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap

arti dari sebuah pengertian. Dalam dunia pendidikan

pemahaman konsep atau ranah kognitif masih relatif dinilai

menjadi hasil utama dalam sebuah proses pembelajaran, karena

kejelasan ukuran dalam proses penilaian membuat hasil belajar

ini masih mendominasi.

2) Keterampilan Proses (aspek psikomotorik)

Selain pemahaman konsep, hasil belajar juga dinilai dari

segi keterampilan proses. Menurut usman dan setiawati (1993:

77) keterampilan proses merupakan keterampilan yang

mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik dan

sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang

lebih tinggi dalam diri individu siswa.

Secara sederhana keterampilan proses berarti kemampuan

menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efektif dan

efisien untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk

kreativitasnya.

3) Sikap (aspek afektif)

Sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu

dengan cara, metode, pola dan teknik tertentu terhadap dunia

sekitarnya baik berupa individu-individu maupun objek-objek

22

tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan, perilaku, dan tindakan

seseorang (Sardiman 1996: 275).

Dalam hubungannya sebagai hasil belajar, secara sederhana

sikap merupakan pembiasaan yang muncul, atau diciptakan

dengan proses yang terus menerus dan konsisten agar menjadi

pembiasaan yang baik dan melekat dalam diri siswa.

c. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses

belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.

1) Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam

diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu.

Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan

psikologis.

a) Faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang

berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor

ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan

tonus jasmani yang pada umumnya sangat memengaruhi

aktivitas belajar seseorang. Kedua, keadaan fungsi

23

jasmani/fisiologis yang sangat memengaruhi hasil belajar,

terutama panca indera.

b) Faktor psikologis

Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis

seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar.

Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi

proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat,

sikap, dan bakat.

2) Faktor eksternal

Faktor-faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat

digolongkan menjadi dua golongan, yaitu:

a) Lingkungan sosial terdiri dari:

(1) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru,

administrasi, dan teman-teman sekelas dapat

memengaruhi proses belajar seorang siswa.

Hubungan yang harmonis anatara ketiganya dapat

menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik

di sekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi

teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi

pendorong bagi siswa untuk belajar.

(2) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan

masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi

balajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh,

24

banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat

memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling

tidaksiswa kesulitan ketika memerlukan teman

belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang

kebetulan belum dimilikinya.

(3) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat

memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga,

sifat-sifat orang tua atau saudara, demografi keluarga

(letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat

memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa.

Hubungan antara anggota keluarga, orang tua, anak,

kakak, atau adik yang harmonis akan membantu

siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

b) Lingkungan nonsosial terdiri dari:

(1) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang

segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak

terlalu slaiu/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap,

suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah

tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat

memengaruhia aktivitas belajar siswa. Sebaliknya,

bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung,

proses belajar siswa akan terhambat.

25

(2) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang

dapat digolongkan dua . pertama, hardware, seperti

gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, dan

lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum

sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan,

dan lain sebagainya.

(3) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa).

Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia

perkembangan siswa, begitu juga dengan metode

mengajar guru disesuaikan dengan kondisi

perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat

memberikan kontribusi yang positif terhadap

aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai

materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang

dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa

(Baharuddin, dan Wahyuni, 2008: 19-28).

2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Materi Perubahan Kenampakan

Bumi dan Benda Langit

a. Hakikat IPA

IPA atau yang disebut dengan ilmu pengetahuan alam

merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum

pendidikan termasuk pada jenjang sekolah dasar. Ilmu

Pengetahuan Alam adalah usaha manusia dalam memahami alam

26

semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta

menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga

mendapatkan suatu kesimpulan (Susanto, 2013: 165-167).

Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai

“pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku

umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan

eksperimen”. Merujuk pada definisi Carin dan Sund tersebut maka

IPA memiliki empat unsur utama, yaitu:

1) Sikap: IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang benda,

fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat.

Persoalan IPA dapat dipecahkan dengan menggunakan

prosedur yang bersifat open ended.

2) Proses: proses pemecahan masalah pada IPA memungkinkan

adanya prosedur yang runtut dan sistematis melalui metode

ilmiah. Metode ilmiah melalui penyusunan hipotesis,

perancangan ekperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran,

dan penarikan kesimpulan.

3) Produk: IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori,

dan hukum.

4) Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam

kehidupan sehari-hari.

b. Tujuan IPA

27

Adapun tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar dalam

Badan Nasional Standar Pendidikan (dalam Susanto, 2013: 171)

dimaksudkan untuk :

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang Maha

Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam

ciptaan-Nya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman-pemahaman

konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran

tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antar

IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4) Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5) Meninkatkan kesadaran untuk berperan dalam memelihara,

menjaga, dan melestarikan alam.

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keturunannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan ketrampilan IPA

sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.

c. Cara Berpikir IPA

1) Percaya (Believe)

28

Kecenderungan para ilmuwan melakukan penelitian

terhadap masalah gejala alam dimotivasi oleh kepercayaan

bahwa hukum alam dapat dikonstruksi dari observasi dan

diterangkan dengan pemikiran dan penalaran.

2) Rasa ingin tahu (curiosity)

Kepercayaan bahwa alam dapat dimengerti didorong oleh

rasa ingin tahu untuk menemukannya.

3) Imajinasi (imagination)

Para ilmuwan sangat mengandalkan kemampuan

imajinasinya dalam memecahkan masalah gejala alam.

4) Penalaran (reasoning)

Penalaran setingkat dengan imajinasi. Para imluwan juga

mengandalkan penalaran dalm memecahkan masalah gejala

alam.

5) Koreksi diri (self examination)

Pemikiran ilmiah adalah sesuatu yang lebih tinggi dari pada

sekedar suatu usaha untuk mengerti tentang alam. Pemikiran

ilmiah juga merupakan sarana untuk memahami dirinya, untuk

melihat seberapa jauh para ahli sampai pada kesimpulan

tentang alam.

d. Cara Penyelidikan IPA

1) Observasi (observation)

29

Para ahli yang ingin mengerti alam dan menemukan hokum

alam harus mempelajari objek-objek dan kajian-kajian melalui

observasi. Dari observasi diperoleh fakta dan rekaman fakta

merupakan data, yang selanjutnya diolah menjadi hasil

observasi.

2) Eksperimen (experimentation)

Eksperimen merupakan hal yang sangat penting dalam

metode ilmiah untuk menguak rahasia gejala alam. Eksperimen

harus diikuti observasi yang teliti dan cermat agar diperoleh

data yang akurat.

3) Matematika (mathematic)

Matematika sangat diperlukan untuk menyatakan hubungan

antar variabel dalam hokum dan teori. Matematika juga penting

untuk membangun suatu model.

4) Objek atau bidang kajian IPA

Batang tubuh IPA (science body of knowledge) yang

dihasilkan dari disiplin keilmuan menunjukkan hasil-hasil

kreatif penemuan umat manusia selama berabad-abad. Batang

tubuh IPA berisi tiga dimensi pengetahuan, yaitu pengetahuan

faktual (fakta), pengetahuan konseptuan (konsep), pengetahuan

procedural (prinsip, hukum, hipotesis, teori, dan model). Saat

ini, ada dimensi pengetahuan IPA keempat, yaitu pengetahuan

metakognitif.

30

e. Materi Kenampakan Bumi dan Benda Langit

1) Perubahan Kenampakan Bumi

Perputaran bumi mengelilingi matahari dapat menyebabkan

perubahan siang dan malam di bumi. Bagian bumi yang

menghadap ke matahari mengalami terang sehingga bagian

bumi yang membelakangi matahari mengalami gelap yang

disebut malam hari. Perputaran bumi pada porosnya disebut

rotasi bumi. Sedangkan perputaran bumi mengelilingi Matahari

disebut Revolusi bumi. Bulan ternyata juga mempunyai

pengaruh yang lain bagi penampakan bumi. Bulan dapat

mempengaruhi terjadinya pasang naik dan pasang surut air laut.

a) Perubahan Kenampakan Bumi Akibat Pasang Surut Air

Laut

Bentuk daratan dan lautan dapat mengalami

perubahan. Pertemuan antara daratan dan lautan disebut

garis pantai. Garis ini berubah-ubah berdasarkan tinggi

rendahnya permukaan air laut. Pengaruh pasang surut air

laut terhadap pantai adalah yaitu ketika terjadi pasang,

bagian pantai yang terendam oleh air menjadi semakin

luas. Batas daratan dan laut dapat mengalami abrasii

(pengikisan pantai oleh air laut yang terjadi saat air laut

pasang). Akibatnya, luas daratan di pantai semakin

31

berkurang dan menimbulkan cekungan atau pantai curam.

Dalam sehari pasang surut terjadi dua kali.

Naik turunnya air laut disebabkan karena gaya

gravitasi bulan dan matahari. Namun pengaruh gaya

gravitasi gaya gravitasi matahari tidak terlalu besar, karena

jaraknya lebih jauh daripada jarak bulan dengan bumi.

Bagian bumi yang menghadap ke bulan akan tertarik oleh

gaya gravitasi bulan, sehingga air laut akan pasang. Ketika

bumi berputar, bagian bumi yang menghadap ke bulan

akan berputar dan menjauhi bulan. Hal ini mengakibatkan

gaya gravitasi bulan berkurang sehingga air menjadi surut

atau terjadinya pasang surut.

Gambar 2.1 Pasang naik dan pasang surut air laut

(Sumber www.thecoltslockroom.com(Online))

Peristiwa pasang dan surut dapat dimanfaatkan oleh

manusia. Contoh keuntungan adanya peristiwa pasang

surut adalah sebagai sarana berlabuh dan berlayar kapal

pada dermaga yang agak dangkal. Untuk bahan membuat

garam. Saat terjadi pasang, air laut mengisi petakpetak

32

tempat pembuatan garam. Setelah surut, air laut yang

mengandung garam tertinggal dalam petak-petak tersebut.

Untuk lahan persawahan pasang surut. Di persawahan

tersebut digali saluran untuk menampung air laut sewaktu

terjadi pasang. Hal ini bertujuan agar air laut tidak

menggenangi persawahan. Negara kita telah

memanfaatkan persawahan pasang surut. Tahukah kamu,

di manakah tempat tersebut berada? Untuk pembangkit

listrik tenaga pasang surut. Beda ketinggian antara pasang

dan surut menghasilkan energi potensial yang dapat

diubah menjadi energi untuk menggerakkan generator.

(Budi & Setya, 2008: 114)

b) Perubahan Kenampakan Bumi Akibat Erosi

Erosi adalah perubahan kenampakan bumi yang

terjadi karena pengikisan tanah. Erosi terjadi disebabkan

karena banyaknya hutan yang gundul akibat penebangan

liar. Hujan yang cukup besar di daerah yang tanahnya

gundul akan mengakibatkan terjadinya longsor. Erosi atau

pengikisan tanah menyebabkan tanah yang mengandung

humus akan kehilangan lapisan humusnya karena terbawa

oleh air dan tanah longsor.

Hal ini tentu sangat merugikan makhluk hidup. Tanah

yang pada awalnya subur akibat erosi menjadi hilang

33

kesuburannya, sehingga tumbuhan tidak dapat tumbuh

dengan baik bahkan mati. Apabila tumbuhan mati, maka

makhluk hidup yang memanfaatkan tumbuhan sebagai

bahan makanannyapun akan terancam kelangsungan

hidupnya.

Untuk menanggulangi erosi tanah dapat dilakukan

banyak hal, seperti melakukan penghijaukan kembali

lahan-lahan kritis. Lahan-lahan yang kritis atau lahan yang

gundul ditanami dengan lanam-tanaman keras, seperti

pohon mahoni, pohon angsana, pohon jati, pohon meranti

dan lain-lain.

Untuk daerah-daerah yang miring, pengolahan lahan

dilakukan dengan sistem sengkedan atau terassering. Pada

setiap pematang yang ada di sawah sengkedan usahakan

ditanami tanam-tanaman keras seperti pohon kelapa, turi,

munggur dan lain-lain. Jenis tanaman keras seperti pohon

kelapa disamping dapat dimanfaatkan kayu, buah dan

daunnya; akar-akarnya juga berfungsi untuk menahan

pematang dari bahaya longsor.

34

Gambar 2.2 Erosi Tanah

(Sumber dooonn.blogspot.co.id(Online))

Air laut juga dapat menyebabkan terjadinya erosi.

Erosi yang disebabkan oleh air laut disebut abrasi. Abrasi

biasanya terjadi di pantai dan menyebabkan pantai

semakin lebar.

Untuk menghindari terjadinya abrasi pada bibir

pantai, maka pada bibir pantai hendaknya dihutankan

dengan tanaman bakau (mangrove). Hutan bakau yang ada

di daerah pantai disamping dapat mencegah terjadinya

erosi pada bibir pantai juga bermanfaat bagi kehidupan

beraneka satwa. Contohnya akar pohon bakau yang

malang melintang di bawah permukaan air sangat

bermanfaat bagi perkembangbiakan berbagai jenis ikan.

Sedangkan dedaunan yang tumbuh rimbun pada

bagian batang dan ranting-rantingnya sangat cocok untuk

perkembangbiakan berbagai jenis burung, monyet, ular

pohon dan lain-lain.

Pada daerah – daerah pantai yang tebingnya curam,

maka di depan bibir pantai dapat dibuat bangunan-

35

bangunan pemecah ombak. Dengan adanya bangunan

pemecah ombak, maka ombak yang datang menuju pantai

dipecah terlebih dahulu oleh bangunan tersebut. Dengan

demikian kekuatan ombak yang akan menerpa dinding

pantai menjadi lemah. Dengan demikian bibir pantai dapat

dilindungi dari bahaya erosi akibat hantaman gelombang

pasang air laut.

Gambar 2.3 Abrasi Laut

(Sumber dooonn.blogspot.co.id(Online))

c) Perubahan Kenampakan Bumi Akibat Badai

Badai dapat disebabkan oleh angin kencang. Badai

yang menerjang pohon dapat mengakibatkan kerusakan

dan menimbulkan korban jiwa. Badai dapat merusak

daratan, sumbar daya alam, dan terganggunya kehidupan.

Badai dapat mengikis daratan dan menghancurkan apa

saja yang ada di permukaan tanah. Pohon yang besarpun

bisa tumbang karena badai. Bangunan rumah hancur,

genting-genting rumah beterbangan dan lahan pertanian

akan rusak.

36

Gambar 2.4 Badai

(Sumber www.sketsanews.com(Online))

Badai dapat mengikis daratan dan menghancurkan apa

saja yang ada di permukaan tanah. Pohon yang besarpun

bisa tumbang karena badai. Bangunan rumah hancur,

genting-genting rumah beterbangan dan lahan pertanian

akan rusak. Berikut ini merupakan beberapa sebab

terjadinya badai:

(1) Tingginya suhu permukaan air laut

Penyebab terjadinya badai yang paling umum

adalah tingginya suhu pada permukaan air laut.

Permukaan laut yang memiliki suhu yang tinggi akan

kontras dengan suhu yang ada di bawah permukaan

laut atau suhu di dalam air. Hal inilah yang akan

memicu terjadinya badai. Seperti pada kasus

penyebab terjadinya angin topan.

(2) Perubahan yang terjadi di atmosfer bumi

37

Sebenarnya peristiwa terjadinya perubahan di at

mosfer bumi ini merupakan lanjutan dari tingginya

suhu permukaan air laut. Suhu permukaan air laut

yang tinggi ini dapat mengakibatkan perubahan yang

terjadi di lapisan atmosfer bumi. Lalu, perubahan di

atmosfer bumi ini menghasilkan energi yang

diantaranya adalah kemunculan petir dan juga badai.

ketika terjadi gejala badai ditandai dengan munculnya

angin besar yang mempunyai kekuatan sangat

kencang, yakni mencapa 250 km/ jam.

d) Perubahan Kenampakan Bumi Akibat Kebakaran

Kebakaran hutan dapat mempengaruhi bentuk

daratan. kemarau yang cukup panjang mengakibatkan

rantingranting dan daun kering mudah sekali terbakar.

Kebakaran hutan juga mengakibatkan terganggunya

berbagai jenis hewan yang tinggal di dalan hutan. Daratan

yang semula hijau menjadi daerah yang hitam kelam

karena bekas-bekas kebakaran. Kebakaran hutan dapat

menyebabkan hutan menjadi gersang, rumput sebagai

makanan hewan musnah, pohon-pohon tempat berlindung

hewan juga mati, dan udara menjadi tidak sejuk karena

asap.

38

Hutan menyediakan banyak kebutuhan manusia.

Misalnya, sebagai sumber air, sumber bahan bangunan,

dan sumber pangan. Kebakaran adalah salah satu bencana

yang terjadi karena adanya kobaran api di suatu tempat.

Bencana ini dapat berakibat musnahnya harta benda dan

lingkungan sekitarnya.

Pada musim kemarau panjang, banyak pohon yang

meranggas. Ranting dan daunnya yang kering banyak

yang berguguran di tanah. Jika hal ini terjadi di suatu

hutan, maka panas matahari yang terik dapat

menyebabkan kebakaran. Kebakaran hutan juga dapat

disebabkan oleh manusia. Misalnya, ada orang yang

membuang puntung rokok atau meninggalkan perapian

yang masih menyala di hutan. Itulah sebabnya kamu

dilarang meninggalkan api unggun dalam keadaan

menyala saat berkemah di hutan.

Pembakaran hutan untuk lahan pertanian juga

merupakan kebakaran yang disebabkan manusia. Jenis

kebakaran ini banyak terjadi di Indonesia. Kebakaran

hutan dapat memengaruhi bentuk daratan. Daratan yang

pada mulanya menghijau karena ditumbuhi pepohonan

akan menjadi hitam kelam karena bekas-bekas kebakaran.

(Budi & Setya, 2008: 114)

39

Gambar 2.5 Kebakaran Hutan dan Dmpaknya

(Sumber agroteknologi.web.id (Online))

2) Perubahan Kenampakan Benda Langit

Pada materi perubahan kenampakan bumi dan benda langit

di dalamnya tidak hanya mengandung unsur ilmu pengetahuan,

tetapi juga mengandung unsur keagamaan yaitu tentang

penciptaan dan kebesaran Allah SWT dalam mengatur hal

tersebut, seperti yang tertulis dalam Al-Qur’an surat Ibrahim

ayat 33:

ز لكم الليل والىهار ز لكم الشمس والقمز دائبيه وسخ (33)وسخ

Artinya “Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu

matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam

orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.”

(QS. Ibrahim: 33) (Kemenag RI, 2017: 350)

Pada materi ini akan menjelaskan tentang bagaimana

terjadinya siang dan malam, posisi bulan, dan kenampakan

benda-benda langit diantaranya:

a) Kenampakan Matahari

Matahari merupakan sebuah bintang. Bintang adalah

benda langit yang dapat memancarkan cahaya sendiri.

Cahaya matahari berasal dari seluruh permukaan matahari

40

yang berpijar. Matahari tersusun dari gas yang amat panas.

Karena amat panasnya, gas itu tampak berpijar dan

mengeluarkan cahaya terang benderang. Cahaya itulah yang

menerangi bumi pada siang hari. Matahari tampak paling

terang karena letak matahari paling dekat ke bumi

dibanding bintang lain. Ukuran matahari jauh lebih besar

daripada bumi. Akan tetapi, letak matahari sangat jauh

sehingga tampak kecil dilihat dari bumi. (Haryanto, 2012:

184).

Negara kita termasuk negara tropis. Artinya, matahari

terbit setiap hari. Matahari terbit dari arah timur dan

terbenam di arah barat. Di Indonesia bagian timur, matahari

akan terbit lebih dulu daripada di Indonesia bagian tengah

dan Indonesia bagian barat. Demikian pula saat matahari

terbenam. (Budi & Setya, 2008: 116)

Gambar 2.6 Kenampakan Matahari

(Sumber merdeka.com (Online))

b) Kenampakan Bulan

Perhatikan langit yang cerah pada malam hari. Ada

benda langit yang tampak terang, namun tidak seterang

41

matahari. Benda tersebut adalah bulan. Sesungguhnya

bulan berbentuk bulat. Jarak bulan ke bumi lebih dekat

daripada jarak matahari ke bumi. Cahaya bulan tidak dapat

menerangi bumi seperti cahaya matahari ke bumi pada

siang hari, karena sesungguhnya bulan tidak dapat

memancarkan cahaya sendiri. Bulan hanya memantulkan

cahaya matahari. Oleh karena itu, bulan bukan merupakan

bintang. Bentuk bulan berubah-ubah selama 29 ½ hari.

Seperti matahari, bulan juga tampak muncul dari bagian

timur dan tenggelam di bagian barat. Cahaya yang di

pantulkan bulan dari matahari membuat bulan tampak jelas

pada malam hari. (Haryanto, 2012: 184).

42

Gambar 2.7 Fase-fase Bulan

(Sumber www.pakmono.com (Online))

Berikut ini adalah penjelasan dari gambar di atas:

(1) Pada kedudukan 1, bulan terletak di antara matahari

dan bumi. Akibatnya, permukaan bulan yang

mendapat sinar matahari membelakangi bumi.

Sehingga kita tidak dapat melihat Bulan. Kedudukan

ini disebut bulan baru atau bulan muda.

(2) Pada kedudukan 2, separuh bagian bulan yang

menghadap bumi kira-kira hanya seperempatnya yang

43

terkena sinar matahari. Akibatnya, kita melihat bulan

sabit.

(3) Pada kedudukan 3, bulan bergeser hingga

kedudukannya terhadap matahari dan bumi

membentuk sudut 90°. Dari separuh bagian bulan

yang menghadap Bumi, hanya seperempat bagian

bulan yang terkena sinar matahari. Sehingga bentuk

bulan yang terlihat adalah setengah lingkaran.

Kedudukan ini disebut bulan separuh.

(4) Pada kedudukan 4, dari separuh bagian bulan yang

menghadap bumi kira-kira tiga perempatnya terkena

sinar matahari. Akibatnya, kita melihat bulan

cembung.

(5) Pada kedudukan 5, separuh permukaan bulan

memantulkan cahaya matahari ke bumi. Akibatnya,

kita melihat bulan purnama yang terjadi pada hari ke-

14 atau ke-15 setiap bulan dari tahun komariah.

Bulan sebenarnya tidak mengalami perubahan bentuk.

Bentuk bulan tetap bulat. Bulan tampak berubah bentuk

karena bulan mengelilingi bumi. Akibatnya, bagian bulan

yang memperoleh cahaya matahari menjadi berubah-ubah

pula. Karena kamu hanya dapat melihat bagian bulan yang

44

terkena cahaya matahari, maka bentuk bulan terlihat selalu

berubah-ubah. (Budi & Setya, 2008: 117)

c) Kenampakan Bintang

Saat langit cerah pada malam hari, benda langit yang

paling banyak terlihat adalah bintang. Bintang hanya

terlihat saat malam hari, karena letak bintang amat sangat

jauh. Pada siang hari, cahaya bintang itu kalah kuat di

banding cahaya bintang yang paling dekat degan bumi,

yaitu matahari. Bintang tampak amat kecil karena letaknya

yang sangat jauh. Sesungguhnya bintang ada yang sebesar

atau lebih besar daripada matahari. Ukuran bintang

bervariasi, dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar.

Bintang tersusun dari gas yang amat panas. Bintang juga

melepaskan cahaya panas seperti matahari. Bintang yang

paling panas tampak berwarna biru. Bintang bersuhu paling

rendah tampak berwarna merah (Haryanto, 2012: 185).

Gambar 2.8 Kenampakan Bintang (Sumber www.nasa.gov (Online))

45

3. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk

jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berari “perantara

atau pengantar” dengan demikian media meruppakan wahana

penyalur informasi belajar atau penyalur pesan (Djamarah, 2006:

120).

Menurut Yusuf Hadi Miarso dalam (AH Sanaky, 2013: 4)

mengatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat

disgunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan

kemauan siswa sehungga dapat mendorong terjadinya proses

belajar pada diri pembelajar.

Menurut Oemar Hamalik dalam (AH Sanaky, 2013: 4) Media

pembelajaran adalah sarana atau alat bantu pendidikan yang dapat

digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk

mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan

pengajaran. Dalam pengertian yang lebih luas, media pembelajaran

adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka

mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara pengajar dan

pembelajar dalam proses pembelajaran dikelas.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran adalah sarana untuk mempermudah interaksi antara

guru dengan siswa. Penggunaan media menjadi sangat penting

46

dalam pembelajaran karena media sebagai perantara materi yang

bersifat abstrak akan nampak menjadi konkrit bagi siswa dan

mudah dipahami.

b. Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran

1) Tujuan Media Pembelajaran

Tujuan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran

untuk:

a) Mempermudah proses pembelajaran dikelas.

b) Meningkatkan efisiensi proses pembelajaran

c) Menjaga relevansi antara materi pelajaran denga tujuan

belajar

d) Membeantu konsentrasi pembelajar dalam proses

pembelajaran (AH Sanaky, 2013: 5).

2) Manfaat Media Pembelajaran

Beberapa manfaat media pembelajaran yaitu:

a) Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar, sehingga

dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga

dapat lebih difahami pembelajar, serta memungkinkan

pembelajar menguasai tujuan pengajaran dengan baik.

c) Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya

komunikasi verbal melaui penuturan kata-kata lisan

47

pengajar, pembelajar tidak bosan, dan pengajar tidak

kehabisan tenaga.

d) Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab

tidak hanya mendengarkan penjelasan dari pengajar saja,

tetapi juga aktivitas lain yang dilakukan seperti:

mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain

(Sudjana & Rivai 1991: 2).

4. Maket (Model)

a. Pengertian Maket

Maket atau sering disebut juga dengan istilah Model adalah

tiruan tiga dimensional dari beberapa objek nyata yang terlalu

besar, terlalu jauh, terlalu kecil, terlalu mahal, terlalu jarang, atau

terlalu ruwet untuk dibawa kedalam kelas dan dipelajari siswa

dalam bentuk aslinya (Sudjana dan Rivai, 2002: 156).

Maket sebagai bahan ajar tiga dimensi adalah tiruan benda

nyata untuk menjembatani berbagai kesulitan yang bisa ditemui,

apabila menghadirkan objek atau benda tersebut langsung di dalam

kelas. Dengan demikian, nuansa asli dari benda tersebut masih bisa

dirasakan oleh peserta didik, tanpa mengurangi struktur aslinya,

sehingga pembelajaran lebih bermakana (Prastowo, 2014: 228).

Secara sederhana maket adalah tiruan tiga dimensi yang

menyerupai wujud asli dari sebuah benda, kejadian atau peristiwa.

48

b. Tujuan dan Fungsi Maket

Pembuatan media maket memiliki beberapa tujuan yaitu:

1) Menyederhanakan objek atau benda yang terlalu sulit, terlalu

besar, terlalu jarang, terlalu kecil, atau terlalu mahal jika jika

dihadirkan di kelas secara langsung dalam bentuk aslinya.

2) Memberikan pengalaman nyata kepada peserta didik terhadap

suatu objek atau benda, meskipun hanya dalam bentuk

tiruannya.

3) Memudahkan penjelasan tentang suatu objek atau benda

dengan menunjukkan tiruan benda aslinya.

Sementara itu, fungsi media maket dalam kegiatan

pembelajaran antara lain menjadi tiruan objel atau benda aslinya

dalam bentuk tiga dimensi, serta menjembatani kesulitan-kesulitan

yang mungkin timbul jika objek atau benda asli didatangkan ke

kelas untuk diobservasi peserta didik (Prastowo, 2014: 238).

c. Jenis-Jenis Maket

Bahan ajar model (maket) dapat dikelompokkan kedalam enam

kategori yang masing-masing model (maket) tersebut mempunyai

ukuran yang persis sama dengan ukuran aslinya, atau mungkin

dengan skala yang lebih besar atau lebih kecil dari objek yang

sesungguhnya.

49

1) Model Padat (Solid Model)

Model padat merupakan jenis model yang memperlihatkan

bagian permukaan luar dari objek (benda). Contohnya,

miniatur binatang dengan lilin, boneka dengan baju adat,

miniatur rumah adat, miniatur pesawat, dan sebagainya.

Contohnya miniatur binatang dengan lilin, boneka dengan baju

adat, miniatur rumah adat, miniatur pesawat, dan sebagainya.

Adapun contoh-contoh benda untuk membuat model padat

diantaranya sebagai berikut:

a) Bentuk boneka, semisal dari beberapa negara atau pakaian

macam-macam bangsa.

b) Berbagai bendera, semisal dari beberapa negara ASEAN,

Eropa, Afrika, dan sebagainya.

c) Berbagai macam-macam makanan, semisal sepotong

daging, sayur mayur, dan sebagainya.

d) Peralatan dan perkakas rumah tangga, semisal dari zaman

yang berbeda dan tempat yang berlainan (singgasana raja-

raja, tempat tidur berkaki empat,cerek untuk memasak,

bajak, dan sebagainya).

e) Bentuk geometris, semisal kerucut, bola, kubus, polihedron,

dan sebagainya.

f) Tongak-tongak sejarah, semisal monumen, menara,

piramida, dan sebagainya.

50

g) Sejarah persenjataan, semisal senapan, meriam, kapak,

batu, lembing, tombak, panah, pedang perang, dan

sebagainya.

h) Anatomi manusia dan binatang, semisal tengkorak, otak,

hati, bola, mata, tulang rusuk, sederet gigi, dan sebagainya.

i) Aneka ragam alat angkutan, semisal pedati, perahu atau

kapal api, kereta api, pesawat udara, dan sebagainya.

j) Lapisan tanah, semisal jenis bukit, erosi, delta, muara

sungai, permukaan jalan, dan sebagainya.

2) Model Penampang

Model penampang adalah jenis model yang

memperlihatkan bagaimana suatu objek itu terlihat, jika bagian

permukaan diangkat untuk mengetahui susunan bagian

dalamnya.model ini ada sebagian yang menamakannya dengan

model X – ray atau cross section, yaitu model penampang yang

memotong. Contohnya, model mola mata yang dibesarkan,

model torso separuh badan, model jantung, model lapisan

bumi, dan sebagainya. Contohnya model bola mata yang

dibesarkan, model torsa separuh badan, model jantung, model

lapisan bumi, dan sebagainya.

Adapun contoh-contoh untuk model penampang melintang

lainnya sebagai berikut:

51

a) Bangunan, semisal tempat tinggal, gedung pencakar

langit, bangunan industri, gereja bersejarah, dan

sebagainya.

b) Lapisan bumi semisal lapisan bawah sumur minyak,

daerah pegunungan, daerah gempa, daerah pertambangan,

daerah berfosil, dan sebagainya.

c) Mesin-mesin, semisal pompa bensin, mesin gas, mesin

uap, motor listrik, generator, unit tenaga atom dan lain

sebagainya.

d) Anatomi tubuh manusia dan hewan, semisal, mata,

susunan gigi, kepala, otak, torso, tulang belulang, jantung,

paru-paru ginjal, dan sebagainya.

e) Ragam transportasi, misalnya kapal selam. kapal

penumpang, kapal barang, pewawat terbang, mobil, truk,

roda pedati dan lain sebagainya.

f) Kehidupan tumbuh-tumbuhan, semisal daun batang,

tangkai, akar, biji, tunas bunga buah-buahan dan

sebagainnya.

3) Model Susun (Built-up Model)

Model susun adalah jenis model yang terdiri atas beberapa

bagian objek (benda) yang lengkap atau sedikitnya suatu

bagian pokok dari objek tersebut. Contohnya model torso

untuk memahami anatomi tubuh. Contoh lainnya bentuk

52

geometris, seperti memperlihatkan pecahan dari bagian atau

ukuran isi serta mesin atau peralatan, seperti senapan, tabung,

vakum, pompa, dan sebagainya.

4) Model Kerja (Working Sheet)

Model kerja adalah jenis model yang berupa tiruan dari

suatu objek (benda) yang memperlihatkan bagian luar dari

objek asli (sebenarnya), dan mempunyai beberapa bagian dari

yang sesungguhnya. Contohnya, yaitu mobil-mobilan, kereta

api yang diputar, kereta listrik, alat perlengkapan untuk

pembuatan jalan dan sebagainya. Adapun contoh model kerja

ini, jika dikelompokkan sebagai berikut:

a) Penemuan-penemuan, semisal telegraf, telepon kapal api,

dan sebagainya.

b) Alat-alat matematika, semisal mistar sorong, busur derajat,

protaktor, dan sebagainya.

c) Alat-alat angkutan dan mesin-mesin, semisal perahu

dayung, kapal layar, gerobak, pesawat udara mesin gas,

mesin pengeruk tanah yang dijalankan menggunakan katrol

dan sebagainnya.

d) Alat musik semisal biola, seruling, gitar, harpa, drum, dan

sebagainya.

e) Alat-alat mikroskopis, semisal mikroskop, transit surveyor,

periskop, dan sebagainya.

53

f) Bagian mekanik, gedung dan bangunan, semisal jembatan

gantung, tiang-tiang bendera, pintu air, jendela dan pintu

terbuka pada bangunan, lampu mercusuar, landasan

pesawat terbang, dan sebagainya.

5) Mock-ups

Mock-ups adalah jenis model yang berupa suatu

penyederhanaan susunan bagian pokok dari suatu proses atau

sistem yang lebih ruwet. Susunan nyata dari bagian utama

diubah, sehingga aspek-aspek utama dari suatu proses mudah

dipahami oleh siswa. Contohnya mock-ups untuk berlatih

mengendarai mobil atau biasa disebut drivotrainer,mock-ups

untuk menjelaskan tentang kontruksi radio serta cara kerjanya.

Adapun contoh model Mock-ups ini, adalah sebagai berikut:

a) Prinsip-prinsip, semisal tenaga pemecah nuklir,

penggunaan susunan perangkap tikustenaga dorong jet,

penggunaan sebuah balon udara, dan sebagainya.

b) Sistem-sistem, semisal sistem bahan bakar untuk mesin gas,

sistem telepon, jaringan listrik untuk bangunan, atau rumah,

sistem pemasangan pipa air, ledeng untuk tanaman kota,

dan sebagainya.

6) Diorama

Diorama adalah jenis model berupa sebuah pemandangan

tiga dimensi mini untuk menggambarkan pemandangan yang

54

sebenarnya. Contonya ilmu bumi semisal interior pada gua,

pemndangan atau padang pasir, hutang belantara dengan

binatang, tiruan dari pemandangan sebuah hutan, tiruan dari

pemandangan sebuah desa di pegunungan dan lain sebagainya.

Adapun contoh-contoh Diorama adalah sebagai berikut:

a) Peristiwa bersejarah, mosalnya ditemukannya beberapa

negara maju, ilmu kedokteran dan ilmu pengetahuan,

pertempuran-pertempurab besar, peristiwa politik yang

penting, sejarah kehidupan sastrawan, artis serta pemusik,

dan sebagainya.

b) Ilmu bumi, semisal interior pada gua, pemandangan suatu

padang pasir, hutan belantara dengan binatang, tiruan dari

pemandangan sebuah hutan, tiruan dari pemandangan

sebuah desa di pegunungan dan sebagainya.

c) Ilmu produksi pabrik dan perindustrian, semisal roda baja,

penggergajian, pabrik gelas, penyaringan minyak, pabrik

kaleng, industri pembuatan mobil, dan sebagainya.

d) Adegan cerita. Peristiwa pokok dari suatu cerita 4atau

sandiwra yang menggambarkan urutan kejadian dari cerita,

misalnya, bisa digambarkan dalam satu diorama, untuk itu

kita bisa menyediakan benda-benda mini guna menciptakan

berbagai adegan orang-orang penghuni perkampungan

55

Minangkabau, kutub utara, Suku Badui, Suku Asmat, dan

sebagainya (Prastowo, 2014: 228-235).

B. Kajian Pustaka

Kajian pustaka dalam penelitian ini berisi tentang penelitian yang

relevan dari peneliti-peneliti sebelumnya. Beberapa penelitian tersebut

adalah sebagai berikut:

Penelitian yang dilakukan oleh Fitria Wulandari (2012) untuk

meningkatkan pengusaan konsep IPA materi energi alternatif dengan

pemanfaatan media maket pada siswa kelas IV. Peningkatan konsep IPA

materi energi alternatif mengalami peningkatan. Rata-rata kelas hasil

belajar siswa pada siklus I sebesar 70,42 dan siklus II sebesar 76,07.

Sedangkan untuk ketuntasan kelas pada siklus I 66,67% dan siklus II

sebesar 75%. Persentase peningkatan aktivitas belajar siswa pada siklus I

dan siklus II, masing-masing 80,84% dan 100%. Sedangkan pada siklus II

persentase aktivitas belajar kelompok telah mencapai 100%. Dapat

disimpulkan bahwa penggunaan media maket dapat meningkatkan

pengusaan konsep IPA.

Penelitian yang dilakukan oleh Fitria Wulandari memiliki kesamaan

dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti, yaitu penggunaan media

maket untuk meningkatkan hasil belajar IPA, perbedaanya adalah pada

materi yang di ajarkan.

Penelitian yang dilakukan suciati (2016) pengembangan media maket

alam kincir air dan pembangkit listrik dalam pembelajaran tematik untuk

kelas IV. Hasil penelitian menujukkan bahwa media yang dikembangkan

56

dinyatakan layak berdasarkan uji kelayakan (validasi) menurut ahli materi

dengan persentase total 100% kualifikasi sangat baik. Ahli media dengan

persentase total 90,76% kualifikasi sangat baik, ahli pembelajaran tematik

82% dan 98% dengan kualifikasi sangat baik. Hasil uji coba produk

kelompok kecil pada 12 siswa kelas IV dengan respon poditif sebanyak

98,3% sedangkan uji coba kelompok besar pada siswa kelas IV dengan 55

siswa menunjukkan persentase sebesar 93,15%. Berdasarkan hasil

keseluruhan tersebut dapat disimpulkan media maket alam kincir air dan

pembangkit listrik dalam pembelajaran tematik dapat dijadikan sebagai

alternatif media pembelajaran tematik di kelas IV SD.

Penelitian yang dilakukan oleh suciati juga memiliki kesamaan dengan

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu penggunaan media

maket perbedaannya adalah pada penelitian suciati media maket tersebut

dikembangkan untuk meningkatkan hasil belajar, dan pada penelitian yang

akan dilakukan peneliti, media hanya digunakan digunakan untuk

meningkatkan hasil belajar

Penelitian yang dilakukan Mar’atus Sholihah (2013) penggunaan

media maket untuk meningkatkan ketrampilan berbicara dalam

pembelajaran bahasa Indonesia kelas IV. Hasil yang diperoleh dari

penelitian tersebut pada tahap pratindakan tidak ada siswa yang mendapat

nilai di atas 75 dalam ketrampilan berbicara, sehingga persentase

ketuntasannya 0%. Pada siklus I siswa yang mencapai nilai diatas 75

adalah 7 siswa dari 20 siswa, persentase ketuntasannya 35%. Dan pada

sisklus II ada 16 siswa dari 20 yang telah mencapai nilai 75 atau

persentase ketuntasannya sebanyak 80%. Dapat disimpulkan penggunaan

57

media meket dapat meningkatkan ketrampilan berbicara anak dalam

pembelajaran bahasa Indonesia.

Penelitian yang dilakukan Mar’atus Sholihah media maket digunakan

untuk meningkatkan ketrampilan berbicara, sedangkan pada penelitian ini,

media maket digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian yang dilakukan Yoga Krestama (2013) penggunaan media

diorama untuk meningkatkan hasil belajar pelajaran IPS materi arah dan

letak rumah pada siswa kelas I. Hasil yang diperoleh dalam penelitian

tersebut menunjukkan bahwa pada siklus I terdapat 23 siswa atau

sebanyak 72% mencapai ketuntasan dan 9 siswa atau sebanyak 28% tidak

mencapai ketuntasan. Sedangkan pada siklus II terdapat 28 siswa atau

sebanyak 87,5% mencapai ketuntasan dan 4 siswa atau sebanyak 12,5%

tidak mencapai ketuntasan dalam materi arah dan letak rumah. Hal ini

membuktikan bahwa pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa dengan

penggunaan media Diorama dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi

arah dan letak rumah pada siswa 1.

Penelitian yang dilakukan Yoga Krestama memiliki kesamaan dengan

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, penggunaan salah satu jenis

maket yaitu diorama dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian yang dilakukan Iswardani Rusdi (2015) peningkatan kualitas

pembelajaran IPA melalui model Take and Give berbantuan media maket

pada siswa kelas V. Hasil penelitian melalui model Take and Give

berbantuan media Maket menunjukkan bahwa (1) Keterampilan guru

meningkat pada siklus I memiliki rata-rata 29 skor (baik), kemudian pada

58

siklus II meningkat menjadi 33 skor (sangat baik) dan pada siklus terakhir

keterampilan guru meningkat menjadi 38 skor (sangat baik). (2) Aktivitas

siswa pada siklus I memperoleh rata-rata 22,05 (baik), kemudian siklus II

rata-rata meningkat menjadi 24,94 (baik) dan pada siklus III rata-rata

aktivitas siswa meningkat menjadi 27,02 (sangat baik). (3) Hasil belajar

siswa pada siklus I menunjukkan persentase ketuntasan 52,90%. Pada

siklus II ketuntasan belajar meningkat mencapai 67,70% dan pada siklus

III meningkat sebanyak 17,5% sehingga hasil belajar siswa menjadi

85,20%. Simpulan dari penelitian ini adalah melalui model Take and Give

berbantuan media Maket dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas

siswa dan hasil belajar siswa.

Dalam penelitian Iswardani Rusdi maket digunakan sebagai media

pendamping dalam penggunaan metode take and give dalam

meningkatkan hasil belajar IPA.

Penelitian yang dilakukan beberapa peneliti di atas memiliki kesamaan

dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu penggunaan

media maket dan diorama (salah satu jenis dari media maket) sebagai

peningkatkan hasil belajar siswa. Sedangkan perbedaanya terdapat pada

subjek, materi pelajaran, tempat, dan waktu pelaksanaan penelitian.

59

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis dan Sejarah MI Tarbiyatul Ulum

MI Tarbiyatul Ulum terletak di Dsn. Tegalsale RT 03/ RW 02 Ds.

Jembrak Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Kode Pos 50771.

Lokasi ini sangat strategis dan sangat nyaman untuk melakukan proses

belajar mengajar, dikarenakan lokasi ini jauh dari keramaian dan

mudah dijangkau.

MI Tarbiyatul Ulum didirikan pada tanggal 1 April 1966.

Berdasarkan surat dari Departemen Agama dengan No:

Lk/3.c/202/Pem.MI/1978, dikeluarkan oleh Menteri Agama pada

tanggal 2 Januari 1978. Madarasah ini diresmikan dan dikelola oleh

Yayasan Al-Ma‟arif dan memiliki luas ± 1145 m².

2. Identitas Sekolah

Tabel 3.1 Identitas Sekolah

No Identitas Keterangan

1. Nama Sekolah MI Tarbiyatul Ulum

2. NSM 111233220062

3. NPSN 60712814

4. Status Madrasah Swasta

5. Yayasan Pendidikan Ma’arif

6. NPWP 82.445.300.5.505.000

7. Akreditasi A (Nomor SK 220/BAP-SM/X/2016) (Sumber: Administrasi Sekolah)

60

3. Visi & Misi MI Tarbiyatul Ulum

a. Visi

Terwujudnya lulusan yang Beriman, Bertaqwa,

Berakhlaqul Karimah, Berpengetahuan dan Terampil.

b. Misi

1) Memberikan pendidikan keagaamaan secara optimal dengan

pendekatan kesadaran.

2) Membudayakan kedisiplinan.

3) Menanamkan kesadaran menuntut ilmu sebagai cerminan

generasi Islami.

4) Membekali siswa dengan pengetahuan dan ketrampilan yang

berguna di masyarakat.

5) Mendidik siswa kreatif dalam berfikir dan bekerja untuk masa

depan.

6) Menjalin kerjasama yang harmonis antara warga sekolah dan

lingkungan.

4. Data Pendidik MI Tarbiyatul Ulum

Data tenaga pendidik di MI Tarbiyatul Ulum Jembrak Kecamatan

Pabelan Kabupaten Semarang dapat dilihat pada tabel 3.2:

Tabel 3.2 Data Pendidik MI Tarbiyatul Ulum

NO Pendidik Jabatan

1. Sriyanto S.Pd.I Kepala Sekolah

2. Dra. Husnul Dwiyatiningsih Wali Kelas V1

3. Ani Maslihatul M. S.Pd.I Wali Kelas V

4. Tri Wijayanti S.Pd Wali Kelas IV

5. Atik Muzdalifiati, S.Pd.I Wali Kelas III

6. Siti Kholidah S.Pd.I Wali Kelas II

7. Sri Wahyuningsih S.Pd.I Wali Kelas I

8. Sukron Hakim, S.H.I Guru Mapel Agama

61

5. Data Siswa MI Tarbiyatul Ulum

Berikut ini adalah tabel jumlah keseluruhan dan rincian siswa MI

Tarbiyatul Ulum Jembrak Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang

tahun pelajaran 2017/2018

Tabel 3.3 Data Siswa MI Tarbiyatul Ulum

No Kelas Jenis Kelamin Jumlah Siswa

Laki-Laki Perempuan

1. I 16 11 27

2. II 16 13 29

3. III 12 6 18

4. IV 19 12 31

5. V 9 12 21

6. VI 13 7 20

Jumlah 146

6. Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV di MI Tarbiyatul

Ulum Jembrak Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang tahun

pelajaran 2017/2018. Siswa yang menjadi subyek penelitian ini

berjumlah 31 (tiga puluh satu) siswa, terdiri dari 18 laki-laki dan 13

perempuan.

Tabel 3.4 Data siswa kelas IV di MI Tarbiyatul Ulum

No Nama Siswa Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

1 Ahmad Nurkholis √

2 Ainun Tri Kusuma √

3 Alif Niswatul H √

4 Alivia Eka Pratiwi √

5 Arga Saputra √

6 Arscal Agustira H √

7 Chandra Kurnia Devy √

8 Diaz Izza R √

9 Dirga Arya Pratama √

62

10 Fadhilah Meila Viany √

11 Farhana Muhibudin √

12 Hafidz Nur Rohman √

13 Ibda Shadiq H √

14 Ibnu Mas’ud √

15 Ida Hariyanti √

16 Kanaya F √

17 Latifah Tri Utami √

18 M. Alfa Romadhani √

19 M. Rizky Akbar M. √

20 M. Rizky Nur F √

21 Naura Rahyana S. √

22 Radit Febriansa √

23 Rifki Priambudi √

24 Risky Alfiansyah √

25 Safriko √

26 Salman Efendi √

27 Siska Andriyani √

28 Surya Johan P √

29 Syfana Amelia S. √

30 Wahid Putra Dirta √

31 Yunita Sari Devi √

Jumlah 19 12

7. Kolaborator Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan jenis penelitian

kolaboratif. Guru mapel yang melakukan kegiatan proses pembelajaran

dan diamati serta dinilai oleh teman sejawat guru. Dalam penelitian ini

peneliti berperan sebagai pengamat pembantu, untuk membantu guru

dalam menyiapkan media pembelajaran dan serta menyiapkan lembar

observasi yang akan di isi oleh teman sejawat guru.

63

8. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan 2 kali pertemuan (2 siklus) di MI

Tarbiyatul Ulum Jembrak Kecamatan Pabelan. Waktu pelaksanaan

penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.5:

Tabel 3.5. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

No. Siklus Pelaksanaan Penelitian

1. Siklus I Senin, 02 April 2018

2. Siklus II Jum’at, 06 April 2018

(Sumber: Data Primer)

B. Pelaksanaan Penelitian

1. Deskripsi Awal (Pra Siklus)

Pada tahap ini peneliti menggunakan rata-rata nilai ulangan harian

mata pelajaran IPA untuk memperoleh gambaran awal kemampuan

siswa Kelas IV MI Tarbiyatul Ulum. Berikut ini nilai ulangan harian

mata pelajaran IPA sebelum menggunakan media maket:

Tabel 3.6 Nilai Siswa Pada Pra Siklus NO Nama KKM Nilai Keterangan

Tuntas Tidak

Tuntas

1 Ahmad Nurkholis 65 35 √

2 Ainun Tri Kusuma 65 55 √

3 Alif Niswatul H 65 60 √

4 Alivia Eka Pratiwi 65 65 √

5 Arga Saputra 65 45 √

6 Arscal Agustira H 65 50 √

7 Chandra Kurnia Devy 65 35 √

8 Diaz Izza R 65 60 √

9 Dirga Arya Pratama 65 70 √

10 Fadhilah Meila Viany 65 65 √

11 Farhana Muhibudin 65 70 √

12 Hafidz Nur Rohman 65 60 √

13 Ibda Shadiq H 65 75 √

64

14 Ibnu Mas’ud 65 60 √

15 Ida Hariyanti 65 70 √

16 Kanaya F 65 65 √

17 Latifah Tri Utami 65 60 √

18 M. Alfa Romadhani 65 50 √

19 M. Rizky Akbar M. 65 45 √

20 M. Rizky Nur F 65 45 √

21 Naura Rahyana S. 65 65 √

22 Radit Febriansa 65 65 √

23 Rifki Priambudi 65 40 √

24 Risky Alfiansyah 65 70 √

25 Safriko 65 40 √

26 Salman Efendi 65 35 √

27 Siska Andriyani 65 50 √

28 Surya Johan P 65 35 √

29 Syfana Amelia S. 65 45 √

30 Wahid Putra Dirta 65 30 √

31 Yunita Sari Devi 65 40 √

Jumlah 1655 10 21

Nilai Rata-rata 53

Persentase 32,26% 67,74%

2. Deskripsi Siklus I

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilaksanakan peneliti pada tahap perencanaan

tindakan adalah sebagai berikut:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata

pelajaran IPA materi perubahan kenampakan bumi dengan

penggunaan media maket,

2) Menyiapkan media pembelajaran yaitu maket,

3) Menyiapkan soal tes evaluasi,

4) Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa.

65

b. Pelaksanaan

Penelitian tindakan kelas siklus I dilaksanakan pada hari

Senin 02 April 2018 pukul 08.00 sampai 09.10 WIB di ruang kelas

IV MI Tarbiyatul Ulum Jembrak dengan jumlah siswa sebanyak 31

siswa dan seluruh siswa hadir. Penelitian ini berlangsung selama

satu kali tatap muka (2 x 35 menit). Materi yang diajarkan pada

tahap ini adalah materi perubahan kenampakan bumi. Berikut

adalah langkah-langkah pelaksanaan siklus I:

1) Kegiatan Awal (10 menit)

Pembukaan

a) Berdoa

b) Memeriksa kerapian siswa

c) Memeriksa kesiapan ruang, media, dan lainnya

d) Menyampaikan Kompetensi Dasar

e) Menyampaikan Tujuan Pembelajaran

f) Guru bertanya jawab kepada siswa tentang materi

sebelumnya.

2) Kegiatan Inti (50 menit)

a) Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi guru:

(1) Memberikan penjelasan tentang perubahan

kenampakan bumi akibat pengaruh air, udara, dan

kebakaran.

66

(2) Bertanya jawab dengan siswa tentang beberapa contoh

perubahan kenampakan bumi akibat pengaruh air,

udara, dan kebakaran.

b) Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi guru:

(1) Guru menjalaskan perubahan kenampakan bumi

disebabkan oleh matahari yang mengakibatkan bumi

terang pada siang hari dan gelap pada malam hari.

(2) Guru mempersilahkan siswa mengamati maket yang

telah disiapkan

(3) Dengan bantuan media maket guru menjalaskan

perubahan kenampakan bumi akibat terjadinya

gravitasi bulan terjadinya pasang naik dan pasang surut

air laut.

(4) Guru menjelaskan akibat dari pasang surut adalah

terjadinya peristiwa abrasi (Pengikisan pasir pantai)

(5) Dengan bantuan media maket guru menjalaskan

perubahan kenampakan bumi yaitu terjadinya erosi

tanah.

(6) Guru mengajak siswa berpartisipasi dalam menuangkan

air pada maket tanah yang memperlihatkan pengikisan

tanah (erosi)

(7) Guru menjelaskan penyebab dari erosi.

67

(8) Dengan bantuan media maket Guru menjalaskan

perubahan kenampakan bumi disebabkan oleh udara

yang mengakibatkan terjadinya angin besar (badai)

(9) Dengan bantuan media maket Guru menjalaskan

perubahan kenampakan bumi disebabkan oleh

kebakaran hutan dan pengarunya terhadap lingkungan

sekitar.

c) Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi guru:

(1) Guru bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui

siswa

(2) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan

kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan

penyimpulan

3) Kegiatan Penutup (10 menit)

a) Guru melakukan evaluasi pembelajaran.

b) Guru bersama siswa menyimpulkan kembali materi yang

telah dibahas yaitu tentang perubahan kenampkan bumi.

c) Guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada

pertemuan yang akan datang yaitu tentang perubahan

kenampakan benda langit.

d) Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam penutup.

c. Pengamatan

68

Selama proses pembelajaran siklus I, teman sejawat guru

yang bertindak sebagai observer melakukan pengamatan selama

jalanya pembelajaran. Mencakup pengamatan terhadap siswa juga

guru saat proses pembelajaran berlangsung.

Peneliti secara langsung juga melakukan pengamatan dan

melihat bagaimana proses pembelajaran berlangsung. peneliti

menuliskan kekurangan-kekurangan yang terjadi selama proses

pembelajaran.

d. Refleksi

Hasil pelaksanaan penelitian pada siklus I dapat dilakukan

refleksi untuk mengetahui kelemahan kegiatan yang dilakukan

guru dengan siswa sehingga dapat digunakan untuk perbaikan pada

siklus berikutnyauntuk mencapai indikator keberhasilan belajar.

Kelemahan-kelemahan yang dihadap iyaitu:

1) Guru belum sepenuhnya bisa mengondisikan keadaan kelas.

2) Anak-anak terlalu antusias melihat penggunaan media sehingga

mempengaruhi kondisi kelas menjadi tidak kondusif.

3) Kegiatan belajar mengajar belum sepenuhnya sesuai dengan

rencana peneliti.

Cara mengatasi kendala pada siklus I peneliti bersama guru

melakukan diskusi untuk merencanakan perbaikan pada siklus

berikutnya pada waktu yang telah ditentukan. Hal ini dilakukan

69

supaya pada siklus berikutnya tidak terjadi lagi kelemahan yang

sama. Rencana perbaikan tersebut yaitu:

1) Guru lebih memberi ketegasan pada siswa dalam pengondisian

kelas.

2) Guru lebih bisa mengontrol perhatian siswa, memporsikan

perhatian siswa terhadap media dan materi secara berimbang.

3) Guru lebih teliti dalam melaksanakan langkah-langkah

pembelajaran, sehingga tidak ada bagian materi yang terlewat.

Kelemahan-kelemahan tersebut merupakan salah satu

komponen yang menyebabkan indikator keberhasilan belum

terpenuhi, untuk itu pada siklus II diharapkan adanya peningkatan

proses pembelajaran yang lebih baik. Sehingga hasil belajar siswa

dapat meningkat sesuai harapan peneliti.

3. Deskripsi Siklus II

a. Perencanaan

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata

pelajaran IPA materi perubahan kenampakan benda langit

dengan penggunaan media maket,

2) Menyiapkan media pembelajaran yaitu maket,

3) Menyiapkan soal tes evaluasi,

4) Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa

70

b. Pelaksanaan

Penelitian tindakan kelas siklus II dilaksanakan pada hari

Jum,at 06 April 2018 pukul 09.30 sampai 10.40 WIB di ruang

kelas IV MI Tarbiyatul Ulum Jembrak dengan jumlah siswa

sebanyak 31 siswa dan seluruh siswa hadir. Penelitian ini

berlangsung selama satu kali tatap muka (2 x 35 menit). Materi

yang diajarkan pada tahap ini adalah materi perubahan

kenampakan benda langit. Berikut adalah langkah-langkah

pelaksanaan siklus I:

1) Kegiatan Awal (10 menit)

Pembukaan

a) Berdoa

b) Memeriksa kerapian siswa

c) Memeriksa kesiapan ruang, media, dan lainnya

d) Menyampaikan Kompetensi Dasar

e) Menyampaikan Tujuan Pembelajaran

f) Guru bertanya jawab kepada siswa tentang materi

sebelumnya.

2) Kegiatan Inti (50 menit)

a) Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi guru:

(1) Bertanya jawab dengan siswa tentang kenampakan

benda langit, seperti matahari terlihat di siang hari,

sedangkan bulan dan bintang terlighat pada malam hari.

71

(2) Memberikan penjelasan bahwa semua benda langit dan

bumi mengalami pergerakan.

b) Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi guru:

(1) Guru menjalaskan perubahan kenampakan benda langit

dan memberikan pengetahuan kepada siswa bahwa

semua benda langit dan bumi mengalami pergerakan

(rotasi dan revolusi).

(2) Guru menjelaskan benda langit yang dapat

memancarkan cahaya sendiri.

(3) Guru menjelaskan benda langit yang tidak dapat

memancarkan cahaya sendiri.

(4) Mempersilahkan siswa mengamati maket yang telah

disiapkan.

(5) Dengan bantuan media maket Guru menjalaskan proses

terjadinya siang dan malam.

(6) Dengan bantuan media maket Guru menjelaskan

perubahan bentuk bulan selama 1 bulan (29 ½ hari)

(7) Guru menjelaskan bahwa terdapat benda langit yang

lainya yaitu bintang.

c) Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi guru:

(1) Guru bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui

siswa

(2) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan

kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan

penyimpulan.

72

4) Kegiatan Penutup (10 menit)

a) Guru melakukan evaluasi pembelajaran.

b) Guru bersama siswa menyimpulkan kembali materi yang

telah dibahas yaitu tentang perubahan kenampkan benda

langit.

c) Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam penutup.

c. Pengamatan

Sebagaimana proses pengamatan yang suda berlangsung pada

siklus I, pengamatan pada siklus II ini, teman sejawat guru yang

bertindak sebagai observer melakukan pengamatan selama jalanya

pembelajaran. Mencakup pengamatan terhadap siswa juga guru

saat proses pembelajaran berlangsung.

Peneliti secara langsung juga melakukan pengamatan dan

melihat bagaimana proses pembelajaran berlangsung. peneliti

menuliskan kekurangan-kekurangan yang terjadi selama proses

pembelajaran.

d. Refleksi

Pelaksanaan siklus II ini guru dapat mengatasi kelemahan-

kelemahan pada proses pembelajaran. Guru melaksanakan proses

pembelajaran sesuai dengan yang di rencanakan siswa mengikuti

pembelajaran dengan baik, bahkan antusias siswa pada siklus II ini

menunjukkan bahwa mereka ingin mendapatkan hasil belajar yang

73

bagus sehingga siswa benar-benar memperhatikan. Keaktifan siswa

juga mengalami peningkatan menjadi lebih terarah.

Dilihat dari evaluasi yang telah dikerjakan, banyak siswa

yang sudah mencapai KKM yaitu 65 dan hanya ada tiga siswa

yang belum mencapai ketuntasan. Karena siklus II sudah

menncapai kriteria ketuntasan klasikal melebihi 85%, maka siklus

ini berhenti sampai siklus II.

74

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data Pra Siklus

Peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada siswa

kelas IV MI Tarbiyatul Ulum Jembrak Kecamatan Pabelan Kabupaten

Semarang dengan menggunakan media maket. Maket merupakan

media pembelajaran tiga dimensi untuk mempermudah siswa dalam

memahami materi tentang perubahan kenampakan bumi dan benda

langit.

Peneliti menggunakan indikator keberhasilan yakni menggunakan

acuan KKM mata pelajaran IPA MI Tarbiyatul Ulum Jembrak

Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang sebesar 65, serta

menggunakan Kriteria Ketuntasan Klasikal (KKL) yakni sebesar 85%.

Dalam penelitian siklus I dan II, peneliti menggunakan soal evaluasi

setiap akhir pelaksanaan pembelajaran, Sedangkan untuk Pra siklus

peneliti menggunakan data nilai rata-rata ulangan harian siswa mata

pelajaran IPA.

Di bawah ini adalah data nilai rata-rata ulangan harian murni mata

pelajaran IPA siswa kelas IV MI Tarbiyatul Ulum Jembrak Kecamatan

Pabelan Kabupaten Semarang sebelum menggunakan media maket.

75

Tabel 4.1 Data pra siklus (rata-rata nilai ulangan harian murni)

No Nama KKM Nilai Keterangan

Tuntas Tidak

Tuntas

1 Ahmad Nurkholis 65 35 √

2 Ainun Tri Kusuma 65 55 √

3 Alif Niswatul H 65 60 √

4 Alivia Eka Pratiwi 65 65 √

5 Arga Saputra 65 45 √

6 Arscal Agustira H 65 50 √

7 Chandra Kurnia Devy 65 35 √

8 Diaz Izza R 65 60 √

9 Dirga Arya Pratama 65 70 √

10 Fadhilah Meila Viany 65 65 √

11 Farhana Muhibudin 65 70 √

12 Hafidz Nur Rohman 65 60 √

13 Ibda Shadiq H 65 75 √

14 Ibnu Mas’ud 65 60 √

15 Ida Hariyanti 65 70 √

16 Kanaya F 65 65 √

17 Latifah Tri Utami 65 60 √

18 M. Alfa Romadhani 65 50 √

19 M. Rizky Akbar M. 65 45 √

20 M. Rizky Nur F 65 45 √

21 Naura Rahyana S. 65 65 √

22 Radit Febriansa 65 65 √

23 Rifki Priambudi 65 40 √

24 Risky Alfiansyah 65 70 √

25 Safriko 65 40 √

26 Salman Efendi 65 35 √

27 Siska Andriyani 65 50 √

28 Surya Johan P 65 35 √

29 Syfana Amelia S. 65 45 √

30 Wahid Putra Dirta 65 30 √

31 Yunita Sari Devi 65 40 √

Jumlah 1655 10 21

Nilai Rata-rata 53,38

Persentase 32,26% 67,74%

76

Dari tabel rata-rata nilai ulangan harian murni (pra siklus) di atas

menunjukkan bahwa persentase ketuntasan hanya 32,26% saja siswa

yang tuntas denga rincian dari 31 siswa kelas IV MI Tarbiyatul Ulum

Jembrak dengan nilai standar KKM 65, hanya 10 siswa yang tuntas

sedangkan 21 siswa lainya tidak tuntas.

2. Deskripsi Siklus I

Pada proses pembelajaran siklus I melalui penggunaan media

maket, sudah ada peningkatan hasil belajar siswa walaupun belum

memenuhi target yang ditentukan peneliti.

a. Hasil Tes

Adapun rincian data nilai siswa mata pelajaran IPA materi

perubahan kenampakan bumi dan benda langit dengan

menggunakan media maket pada proses siklus I adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.2 Hasil nilai siklus I

NO Nama KKM Nilai Keterangan

Tuntas Tidak

Tuntas

1 Ahmad Nurkholis 65 53 √

2 Ainun Tri Kusuma 65 67 √

3 Alif Niswatul H 65 73 √

4 Alivia Eka Pratiwi 65 73 √

5 Arga Saputra 65 53 √

6 Arscal Agustira H 65 67 √

7 Chandra Kurnia Devy 65 47 √

8 Diaz Izza R 65 73 √

9 Dirga Arya Pratama 65 73 √

10 Fadhilah Meila Viany 65 80 √

11 Farhana Muhibudin 65 73 √

12 Hafidz Nur Rohman 65 67 √

77

13 Ibda Shadiq H 65 87 √

14 Ibnu Mas’ud 65 73 √

15 Ida Hariyanti 65 80 √

16 Kanaya F 65 67 √

17 Latifah Tri Utami 65 67 √

18 M. Alfa Romadhani 65 73 √

19 M. Rizky Akbar M. 65 60 √

20 M. Rizky Nur F 65 73 √

21 Naura Rahyana S. 65 80 √

22 Radit Febriansa 65 67 √

23 Rifki Priambudi 65 53 √

24 Risky Alfiansyah 65 73 √

25 Safriko 65 60 √

26 Salman Efendi 65 53 √

27 Siska Andriyani 65 73 √

28 Surya Johan P 65 47 √

29 Syfana Amelia S. 65 73 √

30 Wahid Putra Dirta 65 47 √

31 Yunita Sari Devi 65 53 √

Jumlah 2058 21 10

Nilai Rata-rata 66,38

Persentase 67,74% 32,26%

Nilai rata-rata diperoleh berdasarkan rumus berikut:

Persentase ketuntasan dihitung berdasarkan rumus berikut:

= 67,74%

Keterangan:

M =Nilai rata-rata

∑X = Jumlah Nilai

N =Jumlah Siswa

78

Berdasarkan hasil pada siklus I diperoleh data seperti pada

tabel diatas. Siswa yang tuntas sebanyak 21 orang atau 67,74% dan

siswa yang tidak tuntas sebanyak 10 siswa atau sebanyak 32,26%

dengan nilai rata-rata 66,38. Dibandingkan dengan data nilai pra

siklus, pada siklus I ini sebenarnya sudah mengalami peningkatan.

Rata-rata KKM individu sudah mencapai batas rata-rata KKM

sekolah yaitu lebih dari atau sama dengan 65. Namun, Persentase

ketuntasan belum mencapai batas ketuntasan yang diharapkan yaitu

85%. Maka dari itu, peneliti harus melanjutkan penelitian ke siklus

II.

b. Lembar Pengamatan Guru Siklus I

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan terhadap Guru pada Siklus 1 No Aspek yang diamati Nilai

K C B

A Kemampuan guru dalam membuka pelajaran

1 Menarik perhatian siswa √

2 Memberikan motivasi awal dan apersepsi (berkaitan

dengan materi)

3 Menyampaikan tujuan pembelajaran √

B Sikap guru dalam proses pembelajaran

1 Kejelasan artikulasi suara √

2 Variasi gerakan tidak mengganggu perhatian siswa √

3 Antusiasme dalam penampilan mengajar √

C Penguasaan bahan ajar

1 Bahan ajar disampaikan sesuai dengan langkah-

langkah dalam RPP

2 Kejelasan dalam menjelaskan materi √

3 Kejelasan dalam memberikan contoh √

4 Memiliki wawasan yang luas dalam menyampaikan

bahan ajar

79

D Kegiatan belajar mengajar

1 Metode yang dipakai sesuai dengan RPP √

2 Penyajian bahan ajar sesuai dengan indikator dan

tujuan yang telah ditetapkan

3 Merespon pertanyaan siswa √

4 Ketepatan penggunaan alokasi waktu √

E Kemampuan menggunakan media pembelajaran

1 Pemahaman terhadap media yang telah disiapkan √

2 Menggunakan media secara efektif dan efisien √

3 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media √

F Kemampuan menutup kegiatan pembelajaran

1 Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya √

2 Melakukan evaluasi pembelajaran sesuai dengan

RPP

3 Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran √

JUMLAH 1 8 11

Total Skor 50

Kategori Baik

Keterangan:

K = 1 (Kurang)

C = 2 (Cukup)

B = 3 (Baik)

Rentang Kategori:

Sangat Kurang :Jika total perolehan skor 1 - 15

Kurang :Jika total perolehan skor 16 - 30

Cukup :Jika total perolehan skor 31 - 45

Baik :Jika total perolehan skor 46 - 60

Setelah pembelajaran siklus I selesai, didapat hasil pengamatan

aktivitas guru. Hasilnya adalah dari 20 kriteria yang dinilai terdapat

80

1 poin dengan kriteria kurang, 8 poin dengan kriteria cukup, dan 11

poin dengan kriteria baik. Total skor yang diperoleh guru mencapai

50 dan masuk dalam kategori baik. Namun harus tetap ditingkatkan

pada siklus selanjutnya agar hasilnya lebih optimal.

c. Lembar Pengamatan siswa siklus I

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan terhadap Siswa pada Siklus I

No Nama Siswa Aspek yang diamati* Pengetahuan Keaktifan Perhatian

K C B K C B K C B 1 Ahmad Nurkholis √ √ √ 2 Ainun Tri Kusuma √ √ √ 3 Alif Niswatul H √ √ √ 4 Alivia Eka Pratiwi √ √ √ 5 Arga Saputra √ √ √ 6 Arscal Agustira H √ √ √ 7 Chandra Kurnia Devy √ √ √ 8 Diaz Izza R √ √ √ 9 Dirga Arya Pratama √ √ √ 10 Fadhilah Meila Viany √ √ √ 11 Farhana Muhibudin √ √ √ 12 Hafidz Nur Rohman √ √ √ 13 Ibda Shadiq H √ √ √ 14 Ibnu Mas’ud √ √ √ 15 Ida Hariyanti √ √ √ 16 Kanaya F √ √ √ 17 Latifah Tri Utami √ √ √ 18 M. Alfa Romadhani √ √ √ 19 M. Rizky Akbar M. √ √ √ 20 M. Rizky Nur F √ √ √ 21 Naura Rahyana S. √ √ √ 22 Radit Febriansa √ √ √ 23 Rifki Priambudi √ √ √ 24 Risky Alfiansyah √ √ √ 25 Safriko √ √ √ 26 Salman Efendi √ √ √ 27 Siska Andriyani √ √ √ 28 Surya Johan P √ √ √ 29 Syfana Amelia S. √ √ √ 30 Wahid Putra Dirta √ √ √ 31 Yunita Sari Devi √ √ √

81

Jumlah 8 7 16 10 8 13 9 8 14

Skor Total 70 65 67

Persentase 75,26% 69,89% 72,04%

Kategori Cukup Cukup Cukup

Keterangan:

K = 1 (Kurang)

C = 2 (Cukup)

B = 3 (Baik)

Rentang Kategori:

Sangat Kurang :Jika Persentase Mencapai 0%-25%

Kurang :Jika Persentase Mencapai 26%-50%

Cukup :Jika Persentase Mencapai 51%-75%

Baik :Jika Persentase Mencapai 76%-100%

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa ranah pengetahuan,

keaktifan, dan perhatian dalam kegiatan pembelajaran siklus I

sudah tergolong bagus, dapat dilihat dari perolehan total skor pada

masing-masing aspek yang telah mencapai kategori cukup. Namun

harus tetap ditingkatkan lagi pada siklus berikutnya yaitu siklus II

agar lebih optimal.

d. Hasil pengamatan guru dan siswa pada siklus I

Hasil pengamatan guru dan siswa pada siklus I didasarkan pada

pengamatan pembelajaran siklus I terhadap kegiatan guru dan

siswa. Peneliti menemukan adanya hambatan yang dihadapi ketika

proses pembelajaran berlangsung. Hambatan-hambatan tersebut

meliputi:

82

1) Guru belum sepenuhnya bisa mengondisikan keadaan kelas.

2) Anak-anak terlalu antusias melihat penggunaan media sehingga

mempengaruhi kondisi kelas menjadi tidak kondusif.

3) Kegiatan belajar mengajar belum sepenuhnya sesuai dengan

rencana peneliti.

Berdasarkan hambatan-hambatan diatas, maka peneliti

melakukan rencana perbaikan sebagai berikut:

4) Guru lebih memberi ketegasan pada siswa dalam pengondisian

kelas.

5) Guru lebih bisa mengontrol perhatian siswa, memporsikan

perhatian siswa terhadap media dan materi secara berimbang.

6) Guru lebih teliti dalam melaksanakan langkah-langkah

pembelajaran, sehingga tidak ada bagian materi yang terlewat.

3. Deskripsi Siklus II

Pada siklus II, peneliti telah menyiapkan perangkat

pembelajaran yang terdiridari rencana pelaksanaan pembelajaran siklus

II, media pembelajaran, soal evaluasi, dan lembar pengamatan untuk

guru dan siswa.

Kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I diperbaiki pada

siklus II. Hasil pengamatan pada siklus II, peneliti mendapat gambaran

bahwa guru mampu mengatasi kelemahan kelemahan pada siklus I

bahkan guru mampu menguasai siswa dan menguasai kelas. Sehingga

siswa menjadi lebih antusias dan tertib dalam proses pembelajaran.

83

a. Hasil tes

Tabel 4.5 Hasil nilai siklus II

NO Nama KKM Nilai Keterangan

Tuntas Tidak

Tuntas

1 Ahmad Nurkholis 65 53 √

2 Ainun Tri Kusuma 65 73 √

3 Alif Niswatul H 65 100 √

4 Alivia Eka Pratiwi 65 80 √

5 Arga Saputra 65 73 √

6 Arscal Agustira H 65 73 √

7 Chandra Kurnia Devy 65 73 √

8 Diaz Izza R 65 80 √

9 Dirga Arya Pratama 65 73 √

10 Fadhilah Meila Viany 65 80 √

11 Farhana Muhibudin 65 100 √

12 Hafidz Nur Rohman 65 87 √

13 Ibda Shadiq H 65 100 √

14 Ibnu Mas’ud 65 93 √

15 Ida Hariyanti 65 93 √

16 Kanaya F 65 87 √

17 Latifah Tri Utami 65 80 √

18 M. Alfa Romadhani 65 87 √

19 M. Rizky Akbar M. 65 87 √

20 M. Rizky Nur F 65 73 √

21 Naura Rahyana S. 65 87 √

22 Radit Febriansa 65 80 √

23 Rifki Priambudi 65 67 √

24 Risky Alfiansyah 65 87 √

25 Safriko 65 87 √

26 Salman Efendi 65 60 √

27 Siska Andriyani 65 87 √

28 Surya Johan P 65 67 √

29 Syfana Amelia S. 65 100 √

30 Wahid Putra Dirta 65 53 √

31 Yunita Sari Devi 65 73 √

Jumlah 2493 28 3

Nilai Rata-rata 80, 41

Persentase 90,32% 9,68%

84

Nilai rata-rata diperoleh berdasarkan rumus berikut:

Persentase ketuntasan dihitung berdasarkan rumus berikut:

= 90,32%

Berdasarkan tabel 4.5 di atas diketahui bahwa dari 31 siswa

telah tuntas 28 siswa dengan persentase mencapai 90,32%. Dan rata-

rata nilai yang diperoleh adalah 80,41. Hal ini menunjukkan bahwa

dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan hasil belajar.

b. Lembar pengamatan guru siklus II

Tabel 4.6 Hasil Pengamatan terhadap Guru pada Siklus II No Aspek yang diamati Nilai

K C B

A Kemampuan guru dalam membuka pelajaran

1 Menarik perhatian siswa √

2 Memberikan motivasi awal dan apersepsi (berkaitan

dengan materi)

3 Menyampaikan tujuan pembelajaran √

B Sikap guru dalam proses pembelajaran

1 Kejelasan artikulasi suara √

2 Variasi gerakan tidak mengganggu perhatian siswa √

3 Antusiasme dalam penampilan mengajar √

Keterangan:

M =Nilai rata-rata

∑X = Jumlah Nilai

N =Jumlah Siswa

85

C Penguasaan bahan ajar

1 Bahan ajar disampaikan sesuai dengan langkah-

langkah dalam RPP

2 Kejelasan dalam menjelaskan materi √

3 Kejelasan dalam memberikan contoh √

4 Memiliki wawasan yang luas dalam menyampaikan

bahan ajar

D Kegiatan belajar mengajar

1 Metode yang dipakai sesuai dengan RPP √

2 Penyajian bahan ajar sesuai dengan indikator dan

tujuan yang telah ditetapkan

3 Merespon pertanyaan siswa √

4 Ketepatan penggunaan alokasi waktu √

E Kemampuan menggunakan media pembelajaran

1 Pemahaman terhadap media yang telah disiapkan √

2 Menggunakan media secara efektif dan efisien √

3 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media √

F Kemampuan menutup kegiatan pembelajaran

1 Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya √

2 Melakukan evaluasi pembelajaran sesuai dengan

RPP

3 Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran √

JUMLAH 0 5 15

Total Skor 55

Kategori Baik

Keterangan:

K = 1 (Kurang)

C = 2 (Cukup)

B = 3 (Baik)

Rentang Kategori:

Sangat Kurang :Jika total perolehan skor 1 - 15

Kurang :Jika total perolehan skor 16 - 30

Cukup :Jika total perolehan skor 31 - 45

Baik :Jika total perolehan skor 46 - 60

86

c. Lembar Pengamatan Siswa Siklus II

Tabel 4.7 Hasil Pengamatan terhadap Siswa pada Siklus II

No Nama Siswa Aspek yang diamati*

Pengetahu

-an Keaktifan Perhatian

K C B K C B K C B 1 Ahmad Nurkholis √ √ √ 2 Ainun Tri Kusuma √ √ √ 3 Alif Niswatul H √ √ √ 4 Alivia Eka Pratiwi √ √ √ 5 Arga Saputra √ √ √ 6 Arscal Agustira H √ √ √ 7 Chandra Kurnia Devy √ √ √ 8 Diaz Izza R √ √ √ 9 Dirga Arya Pratama √ √ √ 10 Fadhilah Meila Viany √ √ √ 11 Farhana Muhibudin √ √ √ 12 Hafidz Nur Rohman √ √ √ 13 Ibda Shadiq H √ √ √ 14 Ibnu Mas’ud √ √ √ 15 Ida Hariyanti √ √ √ 16 Kanaya F √ √ √ 17 Latifah Tri Utami √ √ √ 18 M. Alfa Romadhani √ √ √ 19 M. Rizky Akbar M. √ √ √ 20 M. Rizky Nur F √ √ √ 21 Naura Rahyana S. √ √ √ 22 Radit Febriansa √ √ √ 23 Rifki Priambudi √ √ √ 24 Risky Alfiansyah √ √ √ 25 Safriko √ √ √ 26 Salman Efendi √ √ √ 27 Siska Andriyani √ √ √ 28 Surya Johan P √ √ √ 29 Syfana Amelia S. √ √ √ 30 Wahid Putra Dirta √ √ √ 31 Yunita Sari Devi √ √ √

Jumlah 3 4 24 1 11 19 3 6 22

Skor Total 83 80 81

Persentase 89,24% 86,02% 87,09%

Kategori Baik Baik Baik

87

Keterangan:

K = 1 (Kurang)

C = 2 (Cukup)

B = 3 (Baik)

Rentang Kategori:

Sangat Kurang :Jika Persentase Mencapai 0%-25%

Kurang :Jika Persentase Mencapai 26%-50%

Cukup :Jika Persentase Mencapai 51%-75%

Baik :Jika Persentase Mencapai 76%-100%

Pada siklus II ini kegiatan belajar siswa dalam pembelajaran

mengalami peningkatan yang cukup baik dibandingkan siklus

sebelumnya, hal ini nampak pada jumlah perolehan skot total yang

meningkat dari pada siklus sebelumya. banyaknya siswa yang telah

mencapai kriteria baik semakin banyak. Hal ini menandakan bahwa

pembelajaran sudah berjalan baik atau sesuai rencana peneliti.

B. Pembahasan

1. Prasiklus

Pada tahap ini peneliti memperoleh data nilai rata-rata ulangan

harian siswa mata pelajaran IPA yang masih sangat rendah. Hal ini

terbukti pada Persentase siswa yang sudah tuntas atau mencapai KKM

masih tergolong rendah yaitu 32,26% dan bahkan belum mencapai

separuh dari seluruh jumlah siswa di kelas. Hal ini dapat dilihat pada

tabel dan diagram ketuntasan sebagai berikut.

88

Tabel 4.8 Ketuntasan Nilai siswa pada tahap prasiklus

No Ketuntasan Jumlah

siswa

Persentase

Angka Ketuntasan

1 <65 Tidak Tuntas 21 67,74%

2 ≥65 Tuntas 10 32,26%

Jumlah 31 100%

Atau dalam diagram dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Gambar 4.1 Diagram Ketuntasan Siswa pada Tahap Prasiklus

2. Siklus I

a. Hasil Nilai Tes

Hasil belajar pada siklus I belum maksimal baik hasil tes

maupun pengamatan siswa. Pada hasil tes diketahui siswa yang

tuntas sebnyak 21 Orang atau 67,74% dan siswa yang tidak tuntas

sebanyak 10 orang atau 32,26%. Walaupun tingkat ketuntasan

mengalami kenaikan dibandingkan dengan nilai prasiklus, namun

ketuntasan klasikal belum mencapai 85% seperti yang diharapkan

peneliti. Hasil ketuntasan siswa dapat dilihat pada tabel berikut.

Diagram Ketuntasan Pra Siklus

TUNTAS 32,26%

TIDAK TUNTAS 67,7 4%

89

. Tabel 4.9 Ketuntasan Nilai siswa pada tahap siklus I

No Ketuntasan Jumlah

siswa

Persentase

Angka Ketuntasan

1 <65 Tidak Tuntas 10 32,26%

2 ≥65 Tuntas 21 67,74%

Jumlah 31 100%

Tabel diatas dapat pula dilihat dengan diagram sebagai berikut:

Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Siswa pada Tahap Siklus I

b. Hasil Pengamatan Siswa

Selain nilai tes, didapat pula data mengenai pengamatan

terhadap siswa. Hasil pengamatan pada aspek pengetahuan

memperoleh skor total sebanyak 70 dengan persentase 75,26% dan

masuk dalam kategori cukup. Pada aspek keaktifan memperoleh

skor total sebanyak 65 dengan persentase 69,89% dan masuk

dalam kategori cukup. pada aspek perhatian memperoleh skor total

sebanyak 67 dengan persentase 72,04% dan masuk dalam kategori

Diagram Ketuntasan Siklus I

TUNTAS 67,74%

TIDAK TUNTAS 32,26 %

90

cukup dengan kategori cukup. Secara umum pada ketiga aspek

tersebut masih dalam kategori cukup.

Gambar 4.3 Diagram Pengamatan Siswa pada Tahap Siklus I

3. Siklus II

a. Hasil Nilai Tes

Pada siklus II ini, siswa lebih terlihat antusias dan lebih teratur

dalam memperhatikan pelajaran sehingga kondisi kelas menjadi

terkendali. Hasil pembelajaran pun mengalami peningktan yang

sangat bagus. Rata rata kelas meningkat dari 66,38 menjadi 80,41.

Ketuntasan hasil belajar siklus II dapat dilihat melalui tabel

berikut.

Tabel 4.10 Ketuntasan Nilai siswa pada tahap siklus II

No Ketuntasan Jumlah

siswa

Persentase

Angka Ketuntasan

1 <65 Tidak Tuntas 3 9.68%

2 ≥65 Tuntas 28 90,32%

Jumlah 31 100%

62

64

66

68

70

PengetahuanKeaktifanPerhatian

Skor Total Hasil Pengamatan Siswa Pada Siklus I

91

Tabel diatas dapat pula dilihat dengan diagram sebagai berikut:

Gambar 4.4 Diagram Ketuntasan Siswa pada Tahap Siklus II

b. Hasil Pengamatan Siswa

Hasil pengamatan terhadap siswa juga mengalami peningkatan

yang sangat memuaskan. Hampir semua siswa memperoleh kriteria

baik, sehingga skor total dan persentase juga masuk dalam kategori

baik. pada aspek pengetahuan memperoleh skor total sebanyak 83

dengan persentase 89,24% dan masuk dalam kategori baik. Pada

aspek keaktifan memperoleh skor total sebanyak 80 dengan

persentase 86,02% dan masuk dalam kategori baik. pada aspek

perhatian memperoleh skor total sebanyak 81 dengan persentase

87,09% dan masuk dalam kategori baik. Ketiga aspek tersebut

sama-sama mengalami peningkatan yang cukup bagus, semula

pada siklus I ketiga aspek tersebut masih dalam kategori cukup

namun pada siklus II ini semuanya meningkat menjadi baik. Hasil

Diagram Ketuntasan Siklus I

TUNTAS 90,32%

TIDAK TUNTAS 9,68 %

92

Pengamatan siswa pada siklus II dapat dilihat pada diagram

dibawah ini.

Gambar 4.5 Diagram Pengamatan Siswa pada Tahap Siklus II

4. Rekapitulasi Pra Silkus, Siklus I, dan Siklus II

Melalui proses pembelajaran yang telah dilakukan didapat

rekapitulasi atau sebaran nilai hasil tes maupun hasil pengamatan pada

siswa. Data sebaran nilai rekapitulasi tersebut dapat dilihat melalui

tabel di bawah ini.

Tabel 4.11 Rekapitulasi peningkatan hasil belajar persiklus

No. Siklus Nilai Peningkatan Nilai

1. Prasiklus 53

2. Siklus I 66,38 13,38

3. Siklus II 80,41 14,03

Hasil rata rata nilai siswa mengalami peningkatan yang sangat

bagus, terbukti bahwa terdapat kenaikan pada setiap siklusnya.

Persebaran nilai siswa dari tahap pra siklus, siklus I dan siklus II

dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

78

79

80

81

82

83

PengetahuanKeaktifanPerhatian

Skor Total Hasil Pengamatan Siswa Pada Siklus II

93

Tabel 4.12 Sebaran Nilai Siswa Persiklus

No Nama KKM Prasiklus Siklus

I

Siklus

II

1 Ahmad Nurkholis 65 35 53 53

2 Ainun Tri Kusuma 65 55 67 73

3 Alif Niswatul H 65 60 73 100

4 Alivia Eka Pratiwi 65 65 73 80

5 Arga Saputra 65 45 53 73

6 Arscal Agustira H 65 50 67 73

7 Chandra Kurnia Devy 65 35 47 73

8 Diaz Izza R 65 60 73 80

9 Dirga Arya Pratama 65 70 73 73

10 Fadhilah Meila Viany 65 65 80 80

11 Farhana Muhibudin 65 70 73 100

12 Hafidz Nur Rohman 65 60 67 87

13 Ibda Shadiq H 65 75 87 100

14 Ibnu Mas’ud 65 60 73 93

15 Ida Hariyanti 65 70 80 93

16 Kanaya F 65 65 67 87

17 Latifah Tri Utami 65 60 67 80

18 M. Alfa Romadhani 65 50 73 87

19 M. Rizky Akbar M. 65 45 60 87

20 M. Rizky Nur F 65 45 73 73

21 Naura Rahyana S. 65 65 80 87

22 Radit Febriansa 65 65 67 80

23 Rifki Priambudi 65 40 53 67

24 Risky Alfiansyah 65 70 73 87

25 Safriko 65 40 60 87

26 Salman Efendi 65 35 53 60

27 Siska Andriyani 65 50 73 87

28 Surya Johan P 65 35 47 67

29 Syfana Amelia S. 65 45 73 100

30 Wahid Putra Dirta 65 30 47 53

31 Yunita Sari Devi 65 40 53 73

Jumlah 1655 2058 2493

Nilai Rata-rata 53 66,38 80,41

94

Rekapitulasi ketuntasan siswa dari tahap pra siklus, siklus I dan

siklus II dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.13 Rakapitulasi Ketuntasan Siswa Persiklus

Siklus Kategori Jumlah Persentase

Pra Siklus Tuntas 10 32,26%

Tidak Tuntas 21 67,74%

Siklus I Tuntas 21 67,74%

Tidak Tuntas 10 32,26%

Siklus II Tuntas 28 90,32%

Tidak Tuntas 3 9,68%

Gambar 4.6 Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Gambar 4.6 menunjukkan bahwa hasil belajar IPA materi perubahan

kenampakan bumi dan benda langit mengalami peningkatan dengan

menggunakan media maket. Pada pra siklus jumlah siswa yang tuntas

adalah 10 siswa, lalu pada siklus I setelah penggunaan media maket

siswa yang tuntas adalah 21 siswa dan pada siklus II siswa yang tuntas

meningkat kembali menjadi 28 siswa.

Tabel 4.14 Rakapitulasi Peningkatan Persentase Ketuntasan Siswa

No. Siklus Persentase

Ketuntasan

Peningkatan

Persentase Ketuntasan

1. Prasiklus 32,26%

2. Siklus I 67,74% 35,48%

3. Siklus II 90,32% 22,58%

0

5

10

15

20

25

30

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Jumlah…

95

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa

kelas IV MI Tarbiyatul Ulum Jembrak Pabelan Kabupaten Semarang

mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklus I hasil

belajar mengalami peningkatan sebesar 35,48% dari Persentase

ketuntasan sebelumnya pada tahap prasiklus sebesar 32,26% menjadi

67,74% pada siklus I. Dan pada siklus II mengalami peningktan lagi

sebesar 22,58% dari Persentase ketuntasan sebelumnya pada siklus I

sebesar 67,74% menjadi 90,32% pada siklus II.

96

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan di MI

Tarbiyatul Ulum Jembrak Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang dapat

disimpulkan bahwa penggunaan media maket dapat meningkatkan hasil

belajar IPA materi perubahan kenampakan bumi dan benda langit.

Hal tersebut terbukti pada pra siklus dengan nilai KKM yang

ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 65, dari 31 siswa diketahui hanya 10

(32,26%) siswa yang tuntas dan 21 (67,74%) belum tuntas dengan nilai rata-

rata 53. Kemudian pada siklus I meningkat menjadi 21 (67,74%) siswa yang

tuntas dan 10 siswa (32,26%) yang belum tuntas, dengan nilai rata-rata 66,38.

Pada siklus II mengalami peningkatan kembali yaitu sebanyak 28 (90,32%)

siswa tuntas dan 3 siswa (9,68%) yang belum tuntas dengan nilai rata-rata

80,41.

Hal tersebut menunjukkan bahwa ketuntasan siswa pada siklus II telah

mencapai Kriteria Ketuntasan Klasikal yang telah ditentukan yaitu sebesar

85% untuk standar minimal kelas. Dengan demikian, Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) dengan menggunakan media maket pada materi perubahan

kenampakan bumi dan benda langit pada siswa kelas IV MI Tarbiyatul Ulum

Jembrak Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2017/2018

dinyatakan berhasil.

97

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, hal-hal yang perlu diperhatikan

sebagai berikut:

1. Guru

a. Hendaknya guru lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan

pembelajaran. Agar siswa tidak mudah bosan pada saat pembelajaran

berlangsung.

b. Guru juga hendaknya memanfaatkan penggunaan media pembelajaran

agar siswa dapat menerima materi dengan lebih mudah.

c. Untuk menindaklanjuti siswa yang belum mencapai KKM sampai

dengan siklus II selesai, sebaiknya guru memberikan pendampingan

pelajaran terhadap siswa tersebut. Atau menyarankan siswa tersebut

mengikuti bimbingan belajar dirumah.

2. Siswa

Siswa diharapkan untuk memperhatikan proses pembelajaran dan

lebih aktif secara terarah pada materi pelajaran. Untuk mendapatkan hasil

belajar yang optimal.

3. Sekolah

Pihak sekolah sebaiknya mengadakan pembinaan terhadap guru

untuk melatih guru supaya lebih kreatif dan inovatif. Agar guru bisa terus

ber inovasi dalam pembelajaran. Sekolah juga harus memfasilitasi guru

dalam pembuatan serta penggunaan media pembelajaran untuk

memperjelas materi yang disampaiakan.

98

DAFTAR PUSTAKA

AH Sanaky, Hujair. 2013. Media Pembelajaran Interaktif-Inovatif. Yogyakarta:

Kaukaba Dipantara.

Al Qur’an dan Terjemahannya. 2017. Kementrian Agama Republik Indonesia.

Jakarta. Unit Percetakan Al-Qur,an (UPQ) Bogor.

Anurrahman. 2016. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Arikunto, Suharsimi, Suharjono, Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasarEvaluasi Pendidikan. Jakarta:

BumiAksara.

Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Baharuddin dan Wahyuni, Esa Nur. 2008. Teori Belajar& Pembelajaran.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Devi, Poppy K dan Sri Anggraeni. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD dan

MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Haryanto. 2004. Sainsuntuk SD Kelas IV. Jakarta: Erlangga.

Hasnida, 2015. Media Pembelajaran Kreatiif. Jakarta: PT Luxima Metro Media.

Kastolani, 2014. Model Pembelajaran Inovatif. Salatiga: STAIN Salatiga Press

Kresatama, Yoga. 2013. Penggunaan media Diorama untuk meningkatkan hasil

belajar IPS materi arah dan letak rumah pada siswa 1A SD

Muhammadiyah 9 Malang. Skripsi. Malang: Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Muhammadiyah Malang.

99

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:

Kencana Perdana Media Group.

Susilo. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

Prastowo, Andi. 2015. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.

Yogyakarta: Diva Press

Rusdi, Riswandari. 2015. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model

Take and Give Berbantuan Media Maket pada Siswa Kelas VD SD Islam

Hidayatullah Semarang. Skripsi. Semarang: Jurusan Pendidikan Sekolah

Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNNES.

Sholihah, Mar’atus. 2013. Penggunaan Media Maket untuk Meningkatkan

Kertampilan Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa

Kelas IV SDN Kauman 2 Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang. Skripsi.

Malang: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu

Pendidikan, Universitas Negeri Malang.

Suciati. 2016. Pengembangan Media Maket Alam Kincapelik (Kincir Air

Pembangkit Listrik) dalam Pembelajaran Tematik untuk Kelas IV SD.

Skripsi. Malang: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhamadiyah Malang.

Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:

Kencana Prenada Grroup.

Wahyono, Budi dan Setyo Nurachmawati. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam Untuk

SD dan MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan

Nasional.

Wisudawati, Asih dan Eka Sulistyowati. 2014. Metodologi Pembelajaran IPA.

Jakarta: Paragonatama Jaya.

Wulandari, Fitria. 2012. Pemanfaatan Media Maket Energi Alternatif Untuk

Meningkatkan Penguasaan Konsep IPA Pada Siswa Kelas IV B SDN

Talun 02 Blitar. Skripsi. Malang: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang.

100

LAMPIRAN-LAMPIRAN

101

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) SIKLUS 1

Sekolah :MI Tarbiyatul Ulum

Mata Pelajaran :IPA

Kelas / Semester :IV / 2

Materi :Perubahan Kenampakan Bumi

Alokasi Waktu :(2 x 35 menit)

Hari, tanggal :Senin, 02 April 2018

A. Standar Kompetensi

9. Memahami perubahan kenampakan bumi dan benda langit

B. Kompetensi Dasar

9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi

C. Indikator

1. Menjelaskan peristiwa perubahan kenampakan bumi

2. Menyebutkan contoh-contoh peristiwa perubahan kenampakan bumi

3. Menyebutkan penyebab terjadinya perubahan kenampakan bumi

4. Menjelaskan dampak akibat terjadinya perubahan kenampakan bumi

D. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran, siswa dapat:

1. Menjelaskan peristiwa perubahan kenampakan bumi

2. Menyebutkan contoh-contoh peristiwa perubahan kenampakan bumi

3. Menyebutkan penyebab terjadinya perubahan kenampakan bumi

4. Menjelaskan dampak akibat terjadinya perubahan kenampakan bumi

E. Materi

1. Perubahan Kenampakan Bumi

Perputaran bumi mengelilingi matahari dapat menyebabkan perubahan

siang dan malam di bumi.Bagian bumi yang menghadap ke matahari

mengalami terang sehingga bagian bumi yang membelakangi matahari

mengalami gelap yang disebut malam hari.Perputaran bumi pada porosnya

disebut rotasi bumi.Sedangkan perputaran bumi mengelilingi Matahari

102

disebut Revolusi bumi. Bulan ternyata juga mempunyai pengaruh yang lain

bagi penampakan bumi. Bulan dapat mempengaruhi terjadinya pasang naik

dan pasang surut air laut.

a. Perubahan Kenampakan Bumi Akibat Pasang Surut Air Laut

Bentuk daratan dan lautan dapat mengalami perubahan.Pertemuan

antara daratan dan lautan disebut garis pantai.Garis ini berubah-ubah

berdasarkan tinggi rendahnya permukaan air laut.Pengaruh pasang surut

air laut terhadap pantai adalah yaitu ketika terjadi pasang, bagian pantai

yang terendam oleh air menjadi semakin luas.Batas daratan dan laut

dapat mengalami abrasii (pengikisan pantai oleh air laut yang terjadi saat

air laut pasang).Akibatnya, luas daratan di pantai semakin berkurang dan

menimbulkan cekungan atau pantai curam.Dalam sehari pasang surut

terjadi dua kali.

Naik turunnya air laut disebabkan karena gaya gravitasi bulan dan

matahari. Namun pengaruh gaya gravitasi gaya gravitasi matahari tidak

terlalu besar, karena jaraknya lebih jauh daripada jarak bulan dengan

bumi. Bagian bumi yang menghadap ke bulan akan tertarik oleh gaya

gravitasi bulan, sehingga air laut akan pasang. Ketika bumi berputar,

bagian bumi yang menghadap ke bulan akan berputar dan menjauhi

bulan. Hal ini mengakibatkan gaya gravitasi bulan berkurang sehingga

air menjadi surut atau terjadinya pasang surut.

Gambar 2.1 Pasang naik dan pasang surut air laut

(Sumber www.thecoltslockroom.com(Online))

Peristiwa pasang dan surut dapat dimanfaatkan oleh manusia.Contoh

keuntungan adanya peristiwa pasang surut adalah sebagai sarana berlabuh

dan berlayar kapal pada dermaga yang agak dangkal.Untuk bahan

103

membuat garam.Saat terjadi pasang, air laut mengisi petakpetak tempat

pembuatan garam.Setelah surut, air laut yang mengandung garam

tertinggal dalam petak-petak tersebut.

Untuk lahan persawahan pasang surut.Di persawahan tersebut digali

saluran untuk menampung air laut sewaktu terjadi pasang.Hal ini

bertujuan agar air laut tidak menggenangi persawahan.Negara kita telah

memanfaatkan persawahan pasang surut.Tahukah kamu, di manakah

tempat tersebut berada?Untuk pembangkit listrik tenaga pasang

surut.Beda ketinggian antara pasang dan surut menghasilkan energi

potensial yang dapat diubah menjadi energi untuk menggerakkan

generator. (Budi & Setya, 2008: 114)

b. Perubahan Kenampakan Bumi Akibat Erosi

Erosi adalah perubahan kenampakan bumi yang terjadi karena

pengikisan tanah.Erosi terjadi disebabkan karena banyaknya hutan yang

gundul akibat penebangan liar. Hujan yang cukup besar di daerah yang

tanahnya gundul akan mengakibatkan terjadinya longsor. Erosi atau

pengikisan tanah menyebabkan tanah yang mengandung humus akan

kehilangan lapisan humusnya karena terbawa oleh air dan tanah longsor.

Hal ini tentu sangat merugikan makhluk hidup.Tanah yang pada

awalnya subur akibat erosi menjadi hilang kesuburannya, sehingga

tumbuhan tidak dapat tumbuh dengan baik bahkan mati. Apabila

tumbuhan mati, maka makhluk hidup yang memanfaatkan tumbuhan

sebagai bahan makanannyapun akan terancam kelangsungan hidupnya.

Untuk menanggulangi erosi tanah dapat dilakukan banyak hal,

seperti melakukan penghijaukan kembali lahan-lahan kritis.Lahan-lahan

yang kritis atau lahan yang gundul ditanami dengan lanam-tanaman

keras, seperti pohon mahoni, pohon angsana, pohon jati, pohon meranti

dan lain-lain.

Untuk daerah-daerah yang miring, pengolahan lahan dilakukan

dengan sistem sengkedan atau terassering.Pada setiap pematang yang ada

di sawah sengkedan usahakan ditanami tanam-tanaman keras seperti

pohon kelapa, turi, munggur dan lain-lain.Jenis tanaman keras seperti

pohon kelapa disamping dapat dimanfaatkan kayu, buah dan daunnya;

104

akar-akarnya juga berfungsi untuk menahan pematang dari bahaya

longsor.

Gambar 2.2 Erosi Tanah

(Sumber dooonn.blogspot.co.id(Online))

Air laut juga dapat menyebabkan terjadinya erosi.Erosi yang

disebabkan oleh air laut disebut abrasi.Abrasibiasanya terjadi di pantai

dan menyebabkan pantai semakin lebar.

Untuk menghindari terjadinya abrasi pada bibir pantai, maka pada

bibir pantai hendaknya dihutankan dengan tanaman bakau

(mangrove).Jenis tanaman lainnya yang dapat digunakan menghutankan

bibir pantai merupakan pohon api-api.Hutan bakau atau api-api yang ada

di daerah pantai disamping dapat mencegah terjadinya erosi pada bibir

pantai juga bermanfaat bagi kehidupan beraneka satwa. Contohnya akar

pohon bakau atau api-api yang malang melintang di bawah permukaan air

sangat bermanfaat bagi perkembangbiakan berbagai jenis ikan.

Sedangkan dedaunan yang tumbuh rimbun pada bagian batang dan

ranting-rantingnya sangat cocok untuk perkembangbiakan berbagai jenis

burung, monyet, ular pohon dan lain-lain.

Pada daerah – daerah pantai yang tebingnya curam, maka di depan

bibir pantai dapat dibuat bangunan-bangunan pemecah ombak. Dengan

adanya bangunan pemecah ombak, maka ombak yang datang menuju

pantai dipecah terlebih dahulu oleh bangunan tersebut. Dengan demikian

kekuatan ombak yang akan menerpa dinding pantai menjadi lemah.

Dengan demikian bibir pantai dapat dilindungi dari bahaya erosi akibat

hantaman gelombang pasang air laut.

105

Gambar 2.3 Abrasi Laut

(Sumber dooonn.blogspot.co.id(Online))

c. Perubahan Kenampakan Bumi Akibat Badai

Badai dapat disebabkan oleh angin kencang.Badai yang menerjang

pohon dapat mengakibatkan kerusakan dan menimbulkan korban

jiwa.Badai dapat merusak daratan, sumbar daya alam, dan terganggunya

kehidupan.

Badai dapat mengikis daratan dan menghancurkan apa saja yang ada

di permukaan tanah. Pohon yang besarpun bisa tumbang karena badai.

Bangunan rumah hancur, genting-genting rumah beterbangan dan lahan

pertanian akan rusak.

Gambar 2.4 Badai

(Sumber www.sketsanews.com(Online))

Badai dapat mengikis daratan dan menghancurkan apa saja yang ada

di permukaan tanah. Pohon yang besarpun bisa tumbang karena badai.

Bangunan rumah hancur, genting-genting rumah beterbangan dan lahan

pertanian akanrusak. Berikut ini merupakan beberapa sebab terjadinya

badai.

1) Tingginya suhu permukaan air laut

106

Penyebab terjadinya badai yang paling umum adalah tingginya

suhu pada permukaan air laut. Permukaan laut yang memiliki suhu

yang tinggi akan kontras dengan suhu yang ada di bawah permukaan

laut atau suhu di dalam air. Hal inilah yang akan memicu terjadinya

badai. Seperti pada kasus penyebab terjadinya angin topan.

2) Perubahan yang terjadi di atmosfer bumi

Sebenarnya peristiwa terjadinya perubahan di at mosfer bumi ini

merupakan lanjutan dari tingginya suhu permukaan air laut.Suhu

permukaan air laut yang tinggi ini dapat mengakibatkan perubahan

yang terjadi di lapisan atmosfer bumi.Lalu, perubahan di atmosfer

bumi ini menghasilkan energi yang diantaranya adalah kemunculan

petir dan juga badai.ketika terjadi gejala badai ditandai dengan

munculnya angin besar yang mempunyai kekuatan sangat kencang,

yakni mencapa 250 km/ jam.

d. Perubahan Kenampakan Bumi Akibat Kebakaran

Kebakaran hutan dapat mempengaruhi bentuk daratan.kemarau

yang cukup panjang mengakibatkan rantingranting dan daun kering

mudah sekali terbakar. Kebakaran hutan juga mengakibatkan

terganggunya berbagai jenis hewan yang tinggal di dalan

hutan.Daratan yang semula hijau menjadi daerah yang hitam kelam

karena bekas-bekas kebakaran. Kebakaran hutan dapat menyebabkan

hutan menjadi gersang, rumput sebagai makanan hewan musnah,

pohon-pohon tempat berlindung hewan juga mati, dan udara menjadi

tidak sejuk karena asap.

Hutan menyediakan banyak kebutuhan manusia.Misalnya,

sebagai sumber air, sumber bahan bangunan, dan sumber pangan.

Kebakaran adalah salah satu bencana yang terjadi karena adanya

kobaran api di suatu tempat. Bencana ini dapat berakibat musnahnya

harta benda dan lingkungan sekitarnya.

Pada musim kemarau panjang, banyak pohon yang

meranggas.Ranting dan daunnya yang kering banyak yang

berguguran di tanah.Jika hal ini terjadi di suatu hutan, maka panas

matahari yang terik dapat menyebabkan kebakaran.Kebakaran hutan

juga dapat disebabkan oleh manusia.Misalnya, ada orang yang

107

membuang puntung rokok atau meninggalkan perapian yang masih

menyala di hutan. Itulah sebabnya kamu dilarang meninggalkan api

unggun dalam keadaan menyala saat berkemah di hutan.

Pembakaran hutan untuk lahan pertanian juga merupakan

kebakaran yang disebabkan manusia.Jenis kebakaran ini banyak

terjadi di Indonesia.Kebakaran hutan dapat memengaruhi bentuk

daratan. Daratan yang pada mulanya menghijau karena ditumbuhi

pepohonan akan menjadi hitam kelam karena bekas-bekas kebakaran.

(Budi & Setya, 2008: 114)

Gambar 2.5 Kebakaran Hutan dan Dmpaknya

(Sumber agroteknologi.web.id(Online))

F. Sumber Belajar

Haryanto. 2004. Sains untuk SD Kelas IV. Jakarta: Erlangga.

Devi, Poppy K dan Sri Anggraeni. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD dan

MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Wahyono, Budi dan Setyo Nurachmawati. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam Untuk

SD dan MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

LKS IPA Permata untuk Kelas IV Semester II

G. Media Pembelajaran

Maket perubahan kenampakan alam

Meliputi:

a. Maket pantai yang menggambarkan pasang surut air laut.

b. Maket kenampakan bukit yang mengalami erosi (pengikisan tanah).

c. Maket kerusakan alam setelah terjadi angin besar (badai).

d. Maket kebakaran hutan.

H. Metode

Demonstrasi

Ceramah

Tanya jawab

108

I. Kegiatan Pembelajaran

1. Kegiatan Awal (10 menit)

Pembukaan

a. Berdoa

b. Memeriksa kerapian siswa

c. Memeriksa kesiapan ruang, media, dan lainnya

d. Menyampaikan Kompetensi Dasar

e. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran

f. Apersepsi

2. Kegiatan Inti (50 menit)

a. Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi guru:

1) Memberikan penjelasan tentang perubahan kenampakan bumi akibat

pengaruh air, udara, dan kebakaran.

2) Bertanya jawab dengan siswa tentang beberapa contoh perubahan

kenampakan bumi akibat pengaruh air, udara, dan kebakaran.

b. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi guru:

1) Guru menjalaskan perubahan kenampakan bumi disebabkan oleh

matahari yang mengakibatkan bumi terang pada siang hari dan gelap

pada malam hari.

2) Guru mempersilahkan siswa mengamati maket yang telah disiapkan

3) Dengan bantuan media maket guru menjalaskan perubahan

kenampakan bumi akibat terjadinya gravitasi bulan terjadinya pasang

naik dan pasang surut air laut.

4) Guru menjelaskan akibat dari pasang surut adalah terjadinya

peristiwa abrasi (Pengikisan pasir pantai)

5) Dengan bantuan media maket guru menjalaskan perubahan

kenampakan bumi yaitu terjadinya erosi tanah.

6) Guru mengajak siswa berpartisipasi dalam menuangkan air pada

maket tanah yang memperlihatkan pengikisan tanah (erosi)

7) Guru menjelaskan penyebab dari erosi.

109

8) Dengan bantuan media maket Guru menjalaskan perubahan

kenampakan bumi disebabkan oleh udara yang mengakibatkan

terjadinya angin besar (badai)

9) Dengan bantuan media maket Guru menjalaskan perubahan

kenampakan bumi disebabkan oleh kebakaran hutan dan pengarunya

terhadap lingkungan sekitar.

c. Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi guru:

110

111

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) SIKLUS II

Sekolah :MITarbiyatul Ulum

Mata Pelajaran :IPA

Kelas / Semester :IV / 2

Materi :Perubahan kenampakan benda langit

Alokasi Waktu :(2 x 35 menit)

Hari, tanggal :Jum’at, 6 April 2018

A. Standar Kompetensi

9. Memahami perubahan kenampakan bumi dan benda langit

B. Kompetensi Dasar

9.2 Mendiskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari

C. Indikator

1. Menjelaskan perubahan benda langit berkaitan dengan rotasi dan revolusi.

2. Menjelaskan proses terjadinya siang dan malam.

3. Menyebutkan benda langit yang dapat memancarkan cahaya sendiri.

4. Menyebutkan benda langit yang dapat memancarkan cahaya sendiri.

5. Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakannya dari hari ke hari.

D. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran, siswa dapat:

1. Menjelaskan perubahan benda langit berkaitan dengan rotasi dan revolusi.

2. Menyebutkan benda langit yang dapat memancarkan cahaya sendiri.

3. Menyebutkan benda langit yang dapat memancarkan cahaya sendiri.

4. Menjelaskan proses terjadinya siang dan malam.

5. Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakannya dari hari ke hari.

E. Materi

1. Perubahan Kenampakan Benda Langit

a. Kenampakan Matahari

Matahari merupakan sebuah bintang.Bintang adalah benda langit

yang dapat memancarkan cahaya sendiri.Cahaya matahari berasal dari

112

seluruh permukaan matahari yang berpijar.Matahari tersusun dari gas

yang amat panas.Karena amat panasnya, gas itu tampak berpijar dan

mengeluarkan cahaya terang benderang.Cahaya itulah yang menerangi

bumi pada siang hari. Matahari tampak paling terang karena letak

matahari paling dekat ke bumi dibanding bintang lain. Ukuran matahari

jauh lebih besar daripada bumi.Akan tetapi, letak matahari sangat jauh

sehingga tampak kecil dilihat dari bumi. (Haryanto, 2012: 184).

Negara kita termasuk negara tropis.Artinya, matahari terbit setiap

hari.Matahari terbit dari arah timur dan terbenam di arah barat. Di

Indonesia bagian timur, matahari akan terbit lebih dulu daripada di

Indonesia bagian tengah dan Indonesia bagian barat. Demikian pula saat

matahari terbenam. (Budi & Setya, 2008: 116)

Gambar 2.6 Kenampakan Matahari

(Sumber merdeka.com (Online))

b. Kenampakan Bulan

Perhatikan langit yang cerah pada malam hari.Ada benda langit

yang tampak terang, namun tidak seterang matahari.Benda tersebut

adalah bulan.Sesungguhnya bulan berbentuk bulat.Jarak bulan ke bumi

lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi.Cahaya bulan tidak dapat

menerangi bumi seperti cahaya matahari ke bumi pada siang hari, karena

sesungguhnya bulan tidak dapat memancarkan cahaya sendiri.Bulan

hanya memantulkan cahaya matahari.Oleh karena itu, bulan bukan

merupakan bintang.Bentuk bulan berubah-ubah selama 29 ½ hari.Seperti

matahari, bulan juga tampak muncul dari bagian timur dan tenggelam di

bagian barat.Cahaya yang di pantulkan bulan dari matahari membuat

bulan tampak jelas pada malam hari. (Haryanto, 2012: 184).

113

Gambar 2.7 Fase-fase Bulan

(Sumber www.pakmono.com(Online))

Berikut ini adalah penjelasan dari gambar di atas:

(6) Pada kedudukan 1, bulan terletak di antara matahari dan bumi.

Akibatnya, permukaan bulan yang mendapat sinar matahari

membelakangi bumi. Sehingga kita tidak dapat melihat Bulan.

Kedudukan ini disebut bulan baru atau bulan muda.

(7) Pada kedudukan 2, separuh bagian bulan yang menghadap bumi

kira-kira hanya seperempatnya yang terkena sinar matahari.

Akibatnya, kita melihat bulan sabit.

(8) Pada kedudukan 3, bulan bergeser hinggakedudukannya terhadap

matahari dan bumimembentuk sudut 90°. Dari separuh bagian bulan

yang menghadap Bumi, hanya seperempat bagian bulan yang

terkena sinar matahari. Sehingga bentuk bulan yang terlihat adalah

setengah lingkaran. Kedudukan ini disebut bulan separuh.

114

(9) Pada kedudukan 4, dari separuh bagian bulan yang menghadap bumi

kira-kira tiga perempatnya terkena sinar matahari. Akibatnya, kita

melihat bulan cembung.

(10) Pada kedudukan 5, separuh permukaan bulan memantulkan cahaya

matahari ke bumi. Akibatnya, kita melihat bulan purnama yang

terjadi pada hari ke-14 atau ke-15 setiap bulan dari tahun komariah.

Bulan sebenarnya tidak mengalami perubahan bentuk.Bentuk

bulan tetap bulat.Bulan tampak berubah bentuk karena bulan

mengelilingi bumi.Akibatnya, bagian bulan yang memperoleh cahaya

matahari menjadi berubah-ubah pula.Karena kamu hanya dapat melihat

bagian bulan yang terkena cahaya matahari, maka bentuk bulan terlihat

selalu berubah-ubah. (Budi & Setya, 2008: 117)

c. Kenampakan Bintang

Saat langit cerah pada malam hari, benda langit yang paling

banyak terlihat adalah bintang.Bintang hanya terlihat saat malam hari,

karena letak bintang amat sangat jauh.Pada siang hari, cahaya bintang itu

kalah kuat di banding cahaya bintang yang paling dekat degan bumi,

yaitu matahari.Bintang tampak amat kecil karena letaknya yang sangat

jauh.Sesungguhnya bintang ada yang sebesar atau lebih besar daripada

matahari.Ukuran bintang bervariasi, dari yang sangat kecil hingga yang

sangat besar.Bintang tersusun dari gas yang amat panas.Bintang juga

melepaskan cahaya panas seperti matahari.Bintang yang paling panas

tampak berwarna biru.Bintang bersuhu paling rendah tampak berwarna

merah (Haryanto, 2012: 185).

Gambar 2.8Kenampakan Bintang (Sumber www.nasa.gov(Online))

115

F. Sumber Belajar

Haryanto. 2004. Sains untuk SD Kelas IV. Jakarta: Erlangga.

Devi, Poppy K dan Sri Anggraeni. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD dan

MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Wahyono, Budi dan Setyo Nurachmawati. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam Untuk

SD dan MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

LKS IPA Permata untuk Kelas IV Semester II

G. Media Pembelajaran

Maket kenampakan matahari, bumi dan bulan

H. Metode

1. Demonstrasi

2. Ceramah

3. Tanya jawab

I. Kegiatan Pembelajaran

1. Kegiatan Awal (10 menit)

Pembukaan

a. Berdoa

b. Memeriksa kerapian siswa

c. Memeriksa kesiapan ruang, media, dan lainnya

d. Menyampaikan Kompetensi Dasar

e. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran

f. Apersepsi

2. Kegiatan Inti (50 menit)

a. Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi guru:

1) Bertanya jawab dengan siswa tentang kenampakan benda langit,

seperti matahari terlihat di siang hari, sedangkan bulan dan bintang

terlighat pada malam hari.

2) Memberikan penjelasan bahwa semua benda langit dan bumi

mengalami pergerakan.

b. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi guru:

1) Guru menjalaskan perubahan kenampakan benda langit dan

memberikan pengetahuan kepada siswa bahwa semua benda langit

dan bumi mengalami pergerakan (rotasi dan revolusi).

116

2) Guru menjelaskan benda langit yang dapat memancarkan cahaya

sendiri.

3) Guru menjelaskan benda langit yang tidak dapat memancarkan

cahaya sendiri.

4) Mempersilahkan siswa mengamati maket yang telah disiapkan.

5) Dengan bantuan media maket Guru menjalaskan proses terjadinya

siang dan malam.

6) Dengan bantuan media maket Guru menjelaskan perubahan bentuk

bulan selama 1 bulan (29 ½ hari)

7) Guru menjelaskan bahwa terdapat benda langit yang lainya yaitu

bintang.

c. Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi guru:

1) Guru bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui siswa

2) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan

pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan

3. Kegiatan Penutup (10 menit)

a. Evaluasi

b. Kesimpulan

c. Berdoa

117

118

Lampiran 3. Dokumentasi Foto Pelaksanaan Penelitian Siklus I

1. Guru sedang menjelaskan peristiwa pasang surut air laut menggunakan media maket.

2. Siswa sedang mendemonstrasikan peristiwa erosi tanah menggunakan media maket.

119

3. Siswa secara bergantian mendemonstrasikan kembali terjadinya proses perubahan

kenampakan bumi.

120

Lampiran 4. Foto Pelaksanaan Penelitian Siklus II

1. Guru sedang mendemonstrasikan proses terjadinya siang dan malam dengan

menggunakan media maket.

2. Siswa sedang mendemonstrasikan proses dari perubahan fase-fase bulan dengan

media maket.

121

3. Perangkat media pembelajaran materi perubahan kenampakan benda langit.

122

Lampiran 5. Soal Evaluasi Siklus I

Soal Evaluasi Siklus I

Nama :

Nomer Absen :

Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang paling tepat!

1. Keadaan permukaan air laut yang naik sehingga air laut tampak bertambah

banyak disebut....

a. Pasang surut

b. Pasang air

c. Pasang naik

d. Angin

2. Pasang surut disebabkan karena adanya...

a. Gravitasi bulan

b. Gravitasi bumi

c. Gravitasi matahari

d. Gravitasi planet

3. Pasang naik air laut dimanfaatkan oleh manusia untuk...

a. Pengairan sawah

b. Menanam padi

c. Merapatkan kapal ke dermaga

d. Menentukan cuaca

4. Pengikisan pasir pantai yang disebabkan karena adanya pasang surut disebut...

a. Erosi

b. Abrasi

c. Korosi

d. Banjir

5. Tanaman yang berfungsi untuk mencecah abrasi adalah...

a. Jati

b. Pinus

c. Kelapa

d. Bakau

6. Keadaan permukaan air laut yang turun sehingga air laut tampak surut atau

berkurang disebut....

a. Pasang surut

b. Pasang air

c. Pasang naik

d. Angin

7. Daratan dapat berubah karena angin yang cukup kencang dan dapat

menghancurkan bangunan disebut...

a. Banjir

123

b. Tanah longsor

c. Radiasi

d. Badai

8. Saat sedang terjadi badai sebaiknya kita...

a. Keluar rumah

b. Berlindung di samping pohon

c. Mencari tempat berlindung

d. Berlarian di lapangan

9. Penebangan hutan secara liar dan tidak bertanggung jawab dapat

mengakibatkan...

a. Gempa bumi

b. Angin topan

c. Tsunami

d. Erosi

10. Permukaan tanah yang tidak terlindung oleh tanaman dan pepohonan akan...

a. Sulit terkikis air

b. Mudah terkikis air

c. Mudah digenangi air

d. Sulit digenangi air

11. Cara terbaik untuk mencegah erosi tanah adalah...

a. Menanam pohon

b. Membuat tanggul

c. Membangun jembatan

d. Membuat sungai buatan

12. Akibat erosi, tanah menjadi tandus karena...

a. Humusnya terbawa air

b. Tanahnya panas

c. Airnya tergenang

d. Pohonnya mati

13. Daerah pegunungan yang memiliki sedikit pohon bisa mudah terjadi...

a. Tsunami

b. Gampa bumi

c. Tanah longsor

d. Abrasi

14. Selain karena ulah manusia, kebakaran hutan dapat terjadi karena...

a. Penebangan hutan

b. Kemarau berkepanjangan

c. Hutan gundul

d. Badai

15. Jika kebakaran hutan terjadi terus menerus asap dari kebakaran akan berpengaruh

langsung pada kesehatan manusia yaitu menyebabkan...

a. Batuk dan sesak nafas

b. Diare

c. Gatal-gatal

124

d. Penglihatan terganggu

Kunci Jawaban

1. C 6. A 11. A

2. A 7. D 12. A

3. C 8. C 13. C

4. B 9. D 14. B

5. D 10. B 15. A

125

Lampiran 6. Soal Evaluasi Siklus II

Soal Evaluasi Siklus II

Nama :

Nomer Absen :

4. Pada siang hati bumi tampak terang karena...

a. Bumi dekat dengan bulan

b. Bumi mendapat cahaya dari matahari

c. Bumi dekat dengan bintang

d. Bumi mendapat cahaya bulan

5. Proses bumi mengelilingi matahari disebut...

a. Rotasi bumi

b. Revolusi bumi

c. Rotasi bulan

d. Revolusi planet

6. Bumi berputar pada porosnya disebut juga dengan istilah...

a. Revolusi bumi

b. Abrasi

c. Rotasi bumi

d. Erosi

7. Matahari tampak terbit dari sebelah...

a. Timur

b. Barat

c. Utara

d. Selatan

8. Bulan tidak memancarkan cahaya sendiri, melainkan memantulkan cahaya dari....

a. Satelit

b. Planet

c. Matahari

d. Meteor

9. Bulan dan bintang dapat kita lihat pada waktu...

a. Siang

b. Malam

c. Pagi

126

d. Sore

10. Benda langit berikut yang bergerak mengitari bumi adalah...

a. Bulan

b. Bintang

c. Planet

d. Matahari

11. Bentuk bulan akan terlihat penuh pada fase...

a. Bulan sabit

b. Bulan bungkuk

c. Bulan purnama

d. Bulan separuh

12. Fase bulan seperti pada gambar dibawah ini adalah....

a. Bulam purnama

b. Bulan setengah

c. Bulan sabit

d. Bulan redup

13. Benda langit yang dapat memancarkan cahaya sendiri disebut....

a. Bulan

b. Satelit

c. Planet

d. Bintang

14. Bintang terlihat kecil dari penglihatan manusia karena karena....

a. Bintang lebih kecil daripada matahari

b. Bumi lebih jauh dari bintang

c. Bintang letahnya sangat jauh dari bumi

d. Bintang bentuknya kecil

15. Matahari dapat memancarkan cahaya sendiri, maka matahari bisa disebut juga

dengan...

a. Bumi

b. Bulan

c. Planet

d. Bintang

16. Bumi tidak dapat memancarkan cahaya sendiri, maka bumi bisa disebut juga

dengan....

127

a. Planet

b. Meteor

c. Bintang

d. Bulan

17. Saat malam hari bumi gelap karena....

a. Bumi menjauhi matahari

b. Bumi menjauhi bulan

c. Bumi tidak mendapatkan cahaya bulan

d. Bumi tidak mendapatkan cahaya matahari

18. Bintang tersusun dari...

a. Tanah

b. Gas

c. Air

d. Batuan

Kunci Jawaban

1. B 6. B11. C

2. B 7. A 12. D

3. C 8. C 13. A

4. A 9. C 14. D

5. C 10. D 15. B

128

Lampiran 7. Jawaban Soal Evaluasi Siklus I

JAWABAN SOAL SIKLUS I

129

Lampiran 8. Jawaban Soal Evaluasi Siklus II

JAWABAN SOAL SIKLUS II

130

Lampiran 9. Lembar Observasi Guru Siklus I

131

132

Lampiran 10. Lembar Observasi Guru Siklus II

133

134

Lampiran 11. Lembar Observasi Siswa Siklus I

135

136

Lampiran 12. Lembar Observasi Siswa Siklus II

137

138

Lampiran 13. SK Dosen Pembimbing

139

Lampiran 14. Surat Izin Penelitian

140

Lampiran 15. SuratPelaksanaan Penelitian

141

Lampiran 16. Lembar Konsultasi Skripsi

142

143

144

145

Lampiran 17. Daftar Nilai Satuan Kredit Kegiatan (SKK)

DAFTAR NILAI SKK

Nama : Eva Eliftyana Dewi

NIM : 115-14- 163

Fakultas/Jurusan : FTIK/PGMI

Dosen PA : Peni Susapti, M.Si.

NO JENIS KEGIATAN PELAKSANAAN STATUS SKOR

1. OPAK STAIN SALATIGA 2014

denganTema: “aktualisasi gerakan

mahasiswa yang beretika, disiplin, dan

berfikir ”

18-19 Agustus 2014 Peserta 3

2. OPAK TARBIYAH 2014 dengan

tema: “Aktualisasi pendidikan karakter

sebagai pembentuk generasi yang

religius, educative, dan humanis”

20-21 Agustus 2014 Peserta 3

3. Orientasi Dasar Keislaman (ODK)

dengan tema “ Pemahaman islam

rahmatan lil alamin sebagai langkah

awal menjadi mahasiswa berkarakter”

21 Agustus 2014 Peserta 2

4. PENGAKRABAN MAHASISWA

BARU PGMI STAIN SALATIGA 27 Agustus 2014 Peserta 2

5. LIBRARY USER EDUCATION

(PendidikanPemustaka) UPT

PERPUSTAKAAN STAIN Salatiga

28 Agustus 2014 Peserta 2

6. Pendidikan dan Latihan Calon

Pramuka Pandega (PLCPP) XXIV

dengan tema “PLCPP Sebagai

Langkah Rekonstruktif Karakter

Pandega dalam Membangun Racana

yang Loyal dan Bermartabat”

26-29 September 2014 Peserta 3

7. SEMINAR NASIONAL dengan tema

“Berkontribusi Untuk Negri Melalui

Televisi (TV)”

05 November 2014 Peserta 8

8. SEMINAR NASIONAL

ENTREPRENEURSHIP 16 November 2014 Peserta 8

146

9. SEMINAR NASIONAL dengan tema

“Cegah Kanker Serviks Sebagai

Pembunuh No.1 Wanita Indonesia”

16 November 2014 Peserta 8

10. SEMINAR NASIONAL dengan tema

“Pemberdayaan Perempuan;

Mengembalikan Peran Perempuan

dalam Ranah Domestik dan Publik”

05 Januari 2015 Peserta 8

11. SEMINAR NASIONAL dengan tema

“Pemuda, Peradaban Islam, dan

Kemandirian”

2 September 2015 Peserta 8

12. TRAINING KEPEMIMPINAN

TINGKAT NASIONAL Dengan Tema

“Membumikan Kepemimpinan

Profetik; Transformasi Spirit

Kenabian”

7-9 September 2015 Peserta 8

13. PIAGAM PENGHARGAAN oleh

TPQ Darul Amal Kota Salatiga 5 Mei 2016 Panitia 3

14. SEMINAR NASIONAL dengan tema

“Indonesia Budayaku Indonesia

Warisanku (Salatiga Kota Pusaka)”

02 Juni 2016 Peserta 8

15. SEMINAR NASIONAL dan

LAUNCHING MAJALAH LPM

DINAMIKA dengan tema

“Hedonisme”

4 Maret 2017 Peserta 8

16. PIAGAM PENGHARGAAN oleh

TPQ Darul Amal Kota Salatiga 24 April 2017 Panitia 3

17. SEMINAR ONLINE dengan tema

“Tips and Tricks Student Exchange” 14 Oktober 2017 Peserta 2

18. SEMINAR NASIONAL dengan tema

“Peluang Mahasiswa dalam

Berinvestasi Menuju Kemandirian

Ekonomi”

8 November 2017 Peserta 8

19. SEMINAR NASIONAL dengan tema

“Inovasi 11 November 2017 Peserta 8

147

148

Lampiran 18. Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Eva Eliftyana Dewi

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat,Tanggal Lahir : Kab. Semarang 04 Desember 1996

Agama : Islam

Nama Ayah : Sutiyo

Nama Ibu : Hidayati

Alamat :Dsn. Tegalsale RT 01 RW 02 Ds. Jembrak Kec. Pabelan

Kab. Semarang.

Riwayat Pendidikan :

1. RA Tarbiyatul Ulum Pabelan (2000-2002)

2. MI Tarbiyatul Ulum Pabelan (2002-2008)

3. SMP N 2 Pabelan (2008-2011)

4. MAN Salatiga (2011-2014)

5. S1 Jurusan PGMI, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam

Negeri Salatiga (2014-sekarang)

Demikian riwayat hidup penulis, dibuat dengan sebenar-benarnya.

Salatiga, 14 Mei 2018

Penulis,

Eva Eliftyana Dewi

NIM: 115-14-163