82
1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI WACANA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN SQ4R PADA SISWA KELAS VII A SMP PANCASILA CANGGU TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh : Ni Luh Eka Noviyanti NPM : 09.8.03.51.31.1.5.2712 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHA SARASWATI DENPASAR TAHUN 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI WACANA MELALUI …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/Eka-novianti.pdf · memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui

Embed Size (px)

Citation preview

1

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI WACANA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN SQ4R PADA SISWA KELAS VII A SMP PANCASILA CANGGU

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh : Ni Luh Eka Noviyanti

NPM : 09.8.03.51.31.1.5.2712

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MAHA SARASWATI DENPASAR

TAHUN 2013

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Membaca adalah suatu proses yang di lakukan serta dipergunakan untuk

memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-

kata atau bahasa tertulis (Tarigan, 1986:7). Kebiasaan membaca masih belum

berkembang sepenuhnya baik di sekolah maupun di masyarakat. Di sekolah,

keterampilan membaca perlu mendapat perhatian baik dari kalangan guru maupun

murid, karena manfaatnya akan terlihat tidak saja pada pelajaran Bahasa

Indonesia, tetapi juga pada pelajaran lainnya.Kecenderungan mendapatkan

informasi melalui percakapan secara lisan tampaknya masih lebih kuat dari pada

melalui bacaan atau secara tertulis.Ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa minat

dan kebiasaan membaca juga merupakan bukti kecenderungan di

atas.(Tampubolon, 1987:41).

Minat dan kebiasaan membaca yang baik, sebagai bagian yang penting

dari budaya tulisan tidak mungkin dimiliki dalam waktu

singkat.Pengembangannya memakan waktu yang relative lama dan harus sejalan

dengan perkembangan pendidikan masyarakat pada umumnya, khususnya di

sekolah perlu mendapatkan perhatian.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2007:6), terdapat

pembelajaran membaca yang menuntut siswa untuk memahami berbagai wacana,

3

baik sastra maupun nonsastra. Selain dalam pembelajaran membaca, juga terdapat

pembelajaran menyimak, berbicara dan menulis. Keterampilan membacalah yang

sangat di butuhkan untuk memahami isi wacana (sebuah wacana) daripada ketiga

keterampilan lain. Tarigan (1985:7) menyatakan bahwa membaca adalah suatu

proses yang dilakkukan serta di pergunakan oleh pembaca untuk memperoleh

pesan yang di sampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.

Untuk memahami pesan yang di sampaikan penulis, pembaca tidak hanya

memahami makna hariah, kata perkata tetapi juga pembaca harus memahami

makna secara global dari pesan tersebut. Dengan demikian, untuk memahami

makna keseluruhan pesan tersebut, pembaca memerlukan strategi atau cara belajar

yang tepat.

Pengajaran yang baik meliputi mengajarkan siswa bagaimana belajar,

bagaimana mengingat, bagaimana berpikir dan bagaimana memotivasi diri mereka

sendiri.Pengajaran setrategi belajar berdasarkan pada dalil bahwa keberhasilan

siswa sebagian besar bergantung pada kemahiran untuk belajar mandiri dan

memonitor belajar mereka sendiri.Hal inilah yang menjadikan strategi belajar

mutlak diajarkan kepada siswa sendiri mulai dari sekolah dasar dan terus belajar

sampai sekolah menengah dan pendidikan tinggi. Hal lain yang dianggap penting

dalam mengajarkan strategi belajar adalah alur pemikiran Arends (dalam Trianto,

2007:143), yang memberikan kelemahan guru dalam tugas mengajarkan siswa

bagaimana belajar sebagai tujuan pendidikan.

Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar

haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah di

tentukan.Dihubungkan dengan belajar-mengajar, strategi dapat di artikan sebagai

4

pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar-

mengajar untuk mencapai tujuan yang telah di gariskan. Strategi belajar mengacu

pada prilaku dan proses-proses berpikir yang di gunakan oleh siswa yang

mempengaruhi materi yang di pelajari, termasuk proses memori dan metakognitif.

Selanjutnya Pressley (dalam Trianto, 2007:144) mengatakan, bahwa strategi

belajar adalah operator-operator kognitif yang meliputi proses-proses yang secara

langsung terlibat dalam menyelesaikan tugas (belajar).

Berdasarkan hasil observasi awal yang telah peneliti lakukan di kelas VII

A SMP Pancasila, ternyata proses pembelajaran masik bersifat konvensional.

Metode ceramah dan pemberian tugas masih mendominasi dalam proses

pembelajaran, sehingga siswa cendrung pasif dan malas mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru. Kondisi itu berpengaruh juga pada prestasi belajar siswa

yang menjadi rendah. Nilai rata-rata kelas dalam materi memahami isi wacana

adalah 59,20 masih di bawah kriteria ketuntasan minimum (KKM) yaitu 70.

Siswa kelas VII A SMP Pancasila Tahun Pelajaran 2011/2012 masih mengalami

kesulitan dalam memahami satu isi wacana. Ini tampak jelas ketika siswa diminta

menceritakan kembali isi wacana yang telah di bacanya, sebagian besar siswa

tidak mampu menceritakannya.Jumlah siswa yang banyak yaitu 38 orang

merupakan salah satu penyebab pembelajaran menjadi kurang kondusif. Oleh

karena itu, guru dituntut kreatif untuk mengembangkan pembelajaran yang

inovatif untuk menanggulangi masalah yang di hadapi oleh siswa kelas VII A

SMP Pancasila.

Berdasarkan paparan di atas, peneliti ingin menerapkan strategi belajar

SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review) dalam pembelajaran

5

memahami isi wacana. Dengan penerapan strategi belajar SQ4R, diharapkan

kemampuan siswa kelas VII A SMP Pancasila dapat di tingkatkan. Oleh karena

itu, peneliti ingin melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul

“Peningkatan Kemampuan Memahami Isi Wacana Melalui Strategi Belajar SQ4R

pada Siswa Kelas VII A SMP Pancasila Tahun Pelajaran 2011/2012”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di kemukakan

permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah dengan penerapan strategi belajar SQ4R dapat meningkatkan

kemampuan memahami isi wacana pada siswa kelas VII A SMP

Pancasila Tahun Pelajaran 2011/2012?

2. Bagaimana langkah-langkah strategi belajar SQ4R dalam

pembelajaran memahami isi wacana pada siswa kelas VII A SMP

Pancasila Tahun Pelajaran 2011/2012?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini ada dua tujuan yang ingin di capai yaitu: (1) tujuan

umum dan (2) tujuan khusus.

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memupuk dan

mengembangkan kecakapan berbahasa Indonesia secara lisan dan tulisan

serta memupuk dan mengembangkan kecakapan berpikir dinamis rasional

dan praktis.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

6

1. Untuk mendapatkan data yang pasti dapatkah strategi belajar

SQ4R meningkatkan kemampuan memahami isi wacana pada

siswa kelas VII A SMP Pancasila Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Untuk menemukan langkah-langkah strategi belajar SQ4R

yang tepat dalam pembelajaran memahami isi wacana pada

siswa kelas VII A SMP Pancasil Tahun Pelajaran 2011/2012.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Bertitik tolak dari masalah dan tujuan penelitian ini maka perlu adanya

batas pembahasan dalam penelitian tindakan kelas ini .Dilihat dari penjelasan

masalah penelitin diatas ,maka ruang lingkup penelitian dibatasi pada peningkatan

kemampuan memahami isi wacana melalui strategi belajar SQ4R pada siswa

kelas VII A SMP Pancasila Tahun Pelajaran 2011/2012.

1.5 Manfaat Penelitian

Suatu penelitian dikatakan berhasil apabila dapat memberikan manfaat

yang berarti bagi bidang yang ditelitinya.Penelitian keterampilan berbahasa

Dallam hal ini kemampuan memahami isi wacana melalui strategi belajar SQ4R

,secara garis besar dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis.

1.5.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian tindakan kelas ini dapat

memberikan motivasi dan pembaharuan kepada pemerhati

pendidikan khususnya guru untuk pengembangan strategi belajar

yang tepat dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

1.5.2 Manfaat Praktis

7

1.5.2.1 Manfaat Bagi Dunia Pendidikan

1. Bagi guru,sebagai bahan dalam menentukan teknik

atau metode yang tepat dalam menyajikan pelajaran

Bahasa Indonesia khususnya dalam memahami isi

wacana.

2. Bagi siswa , hasil penelitian ini dapat bermanfaat

sebagai input atau masukan untuk meningkatkan

pemahaman tentang isi suatu bacaan ,sehingga hasil

belajar siswa dapat ditingkatkan.

1.5.2.2 Manfaat Bagi Peneliti

1. Peneliti dapat mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami isi wacana dalam kurun waktu tertentu.

2. Manfaat bagi pengembang kurikulum hasil penelitian

ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan agar

pelajaran memahami isi wacana diberi waktu secara

proporsional.

1.6 Asumsi

Pada hakikatnya asumsi adalah suatu pernyataan yang kebenarannya tidak

di ragukan lagi, dugaan sementara yang tidak perlu di teliti lagi.Hal ini sesuai

dengan pendapatnya Netra (1977:92).

Asumsi merupakan padanan dari kata postulat (dalil) keduanya

disejajarkan dasar atau praduga dalam bahasa Indonesia (Jendra, 1981:14).Jadi

asumsi atau anggapan dasar dapat diartikan sebagai jawaban sementara atau

perkiraan saja yang tidak perlu di buktikan lagi. Peneliti berasumsi bahwa:

8

1. Semua siswa dianggap mempunyai kualitas dan kuantitas yang sama

terhadap pengajaran Bahasa Indonesia berdasarkan KTSP (Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan).

2. Situasi belajar siswa di dalam kelas dianggap sama.

3. Setiap siswa mempunyai buku pegangan/buku paket yang sama.

4. Guru ditempat diadakannya penelitian mempunyai kewenangan

mengajarkan Bahasa Indonesia di SMP Pancasila.

9

BAB II

LANDASAN TEORI

Sebagai landasan teori untuk mncapai tujuan yang diteapkan dalam

penelitian ini,maka perlu diberikan uraian secara teoritis berdasarkan keputusan

yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti .Adapun teori-teori yng

digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang berkenaan dengan konsep yang

disesuaikan denagn judul penelitian yaitu: a).membaca sebagai keterampilan

berbahasa,b). hakikat membaca,c). tujuan membaca, d). komponen-komponen

keterampilan membaca, e). ragam membaca,f). pengertian membaca pemahaman,

g). unit pemahaman membaca, h).mengembangkan keterampilan membaca, i).

strategi belajaar SQ4R.

2.1 Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa

Keterampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah biasanya mencakup

empat segi, yaitu: (a) keterampilan menyimak/mendengar (listening skills), (b)

keterampilan berbicara (speaking skills), (c) keterampilan membaca (reading

skills) dan (d) keterampilan menulis (writing skills).

Setiap keterampilan tersebut erat sekali hubungannya dengan tiga

keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka rona (Tarigan, 1979:1). Dalam

memperoleh keterampilan berbahasa maka kita biasanya melalui suatu hubungan

urutan yang teratur.Mula-mula pada masa kecil, kita belajar menyimak, setelah itu

kita belajar berbicara, kemudian membaca dan menulis.Keempat keterampilan

10

berbahasa tersebut merupakan satu kesatuan (Dawson, dalam Tarigan,

1979:1).Demikianlah dalam tinjauan umum ini, keterampilan berbahasa dalam

bahasa Inggris di sebut language (arts and skills).Istilah art digunakan untuk

melukiskan sesuatu yang bersifat personal, kreatif, dan original.Sebaliknya kata

skills “keterampilan” dipakai untuk menyatakan sesuatu yang bersifat mekanis,

eksak dan impersonal.

Salah satu keterampilan berbahasa, keterampilan membaca merupakan

satu bagian atau komponen dari komunikasi menggunakan bahasa secara

tertulis.Yang berarti pula bahwa dengan membaca, manusia berkomunikasi

terhadap sesama (Wiryodijoyo, 1989:1).Membaca merupakan aktivitas berbahasa

yangbersifat aktif-reseptif.Membaca dikatakan reseptif karena dalam kegiatan

membaca, pembaca bertindak selaku penerima pesan dalam suatu hubungan

komunikasi antara penulis dengan pembaca yang bersifat tidak

langsung.Dikatakan akrif karena di dalam kegiatan membaca sesungguhnya

terjadi semacam interaksi antara pembaca dengan penulis.Pembaca tidak hanya

sekedar menerima indormasi dari apa yang di bacanya. Melainkan juga

memikirkan informasi-informasi dari apa yang di bacanya, melainkan juga

memikirkan informasi-informasi yang tidak di terima tersebut. Untuk dapat

memahami semua informasi tersebut, pembaca perlu memahami makna yang

tersirat di balik bacaan itu.Dalam keadaan de3mikian, untuk mendapakan

keterampilan membaca yang memadai, perlu dilatih secara terus menerus.

2.2 Hakikat Membaca

Beberapa ahli membeerikan definisi tentang membaca. Andirson (dalam

Tarigan, 1979:7) mengatakan, bahwa dari segi linguistik, membaca merupakan

11

suatu proses penyandian kembali dan membaca sandi, berlainan dengan berbicara

atau menulis yang justru melibatkan penyandian. Sejalan dengan pendapat

tersebut, Carol (dalam Wiruodijoyo, 1989:14) menyatakan bahwa membaca

adalah dua tingkat proses dari penerjemahan dan pemahaman pengarang menulis

pesan berupa kode (tulisa) dan membaca adalah mengartikan kode itu.

Secara umum, menurut Tarigan (1979:7), membaca dapat diartikan

sebagai suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

memperoleh pesan yang hendak di sampaikan oleh penulis melalui media kata-

kata/bahasa tulis, misalnya saat kita membaca sebuah bacaat tentu tujuan kita

adalah untuk memahami arti dari bacaan tersebut yang di sampaikan

melaluimedia kata. Pendapat tersebut relatif sama dengan yang di sampaikan

Syafi’ie dalam Mahyuni, 2009:11), bahwa membaca adalah kegiatan berbahasa

untuk menerima isi pesan komunikasi yang disampaikan dengan medium bahasa,

pesan komunikasi yang di maksud antara lain berupa informasi, fakta gagasan,

serta ungkapan perasaan, misalnya ketika seorang pembaca cerpen, tentu pembaca

akan memperoleh pesan yang di sampaikan oleh penulis baik itu yang berupa

pendapat atau yang berupa ungkapan perasaan.

Terkait dengan kegiatan membaca, Kridalaksana (1984:94) menyatakan,

bahwa membaca adalah suatu cara untuk mengambil informasi dari teks baik

berupa gambar atau media tulis dan juga kombinasi dalam bentuk lambang-

lambang grafik dan perubahan menjadi wicara bermakna dalam bentuk

pemahaman secara diam-diam ataupun keras-keras. Yamin (dalam Mahyuni,

2009:12) menjelaskan bahwa membaca adalah suatu cara untuk mendapakan

informasi yang di sampaikan secara verbal dan merupakan hasil ramuan pendapat,

12

gagasan, teori, hasil penelitian para ahli untuk diketahui dan menjadi pengetahuan

siswa. Kemudian pengetahuan tersebut dapat di terapkan dalam berpikir,

menganalisis, bertindak dan dalam pengambilan keputusan.Karena itu, membaca

secara psikologis memang berat, membaca menguras pikiran, membutuhkan

ketenangan, konsentrasi, kenyamanan, kesehatan dan lain sebagainya.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat di simpulkan bahwa

membaca adalah suatu proses kegiatan memahami lambang, simbol-simbol, sandi,

atau kode berupa tulisan ke dalam wujud makna sehingga memperoleh pesan atau

informasi sesuai dengan yang di sampaikan oleh penulis. Membaca membutuhkan

keterampilan dan pembiasaan, banyak orang-orang yang rajin membaca akan

terapi dia tidak menemukan apa-apa dari bacannya. Membaca membutuhkan

konsentrasi, penguasaan kata-kata dan kecepatan membaca, membaca tidak dapat

dilakukan dengan aktivitas lain, seperti membaca sambil menulis, mendengar,

bercakap cakap dan lain-lain. Salah satu aktifitas ini akan menganggu membaca.

2.3 Tujuan Membaca

Dalam melakukan kegiatan membaca manusia tentu memiliki tujuan yang

ingin di capai.Tujuan membaca sangat bergantung pada keinginan pembaca.

Secara umum, tujuan membaca tersebut adalah untuk mendapatkan informasi dari

apa yang di baca, misalnya seorang pembaca memerlukan inforrmasi tentang

keadaan tanah dan letak geografis, maka buku yang dibaca adalah bacaan yang

berkaitan dengan geografi. Sehubungan dengan hal tersebut, Tarigan, (1979:9)

mengatakan, bahwa membaca adalah untuk mencari informasi yang mencakup isi

dan makna bacaan. Bila dirinci secara lebih detail, menurut Tarigan (1979:9) ada

beberapa tujuan penting dalam membaca. Tujuan yang dimaksud adalah (a)

13

membaca untuk memperoleh fakta-fakta, (b) membaca untuk memperoleh ide-ide

utama, (c) membaca untuk mengetahui urutan dan susunan organisasi cerita, (d)

membaca untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan (e) membaca untuk

menilai atau mengevaluasi, dan (f) membaca untuk membandingkan atau

mempertentangkan.

Membaca untuk memperoleh fakta-fakta yaitu kegiatan membaca untuk

menemukan informasi tentang suatu hal yang benar-benar terjadi misalnya

membaca koran mengenai pemilihan gurbernur atau akan memperoleh fakta

pemilihan tersebut yang sedang hangat dibicarakan.

(a) Membaca untuk memperoleh ide-ide utama adalah kegiatan membaca

untuk memperoleh hal-hal pokok yang berkenan dengan bacaan.

Misalnya membaca sebuah teks yang terdiri atas paragraf tentu dalam

paragraf tersebut terdapat ide utama/ide-ide pokok yang selanjutnya

diikuti dengan kalimat penjelas.

(b) Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan cerita dalam bacaan.

Kegiatan membaca ini adalah untuk memberikan simpulan dan

memberikan kesan, pendapat, atau pandangan teoritis terhadap isi

bacaan. Misalnya, seseorang membaca surat pembaca akan menemukan

bagian-bagiannya yang mana merupakan pembukaan, isi dan penutup.

(c) Membaca untuk mengklasifikasikan yaitu kegiatan membaca yang

bertujuan untuk melakukan penyusunan bersistem mengenai isi bacaan

dalam kelompok atau golongan yang tepat. Misalnya seseorang membaca

bacaan mengenai sebuah peristiwa, maka pembaca akan bisa

14

menyimpulkan dan menduga-duga apa yang terjadi dalam peristiwa

tersebut.

(d) Membaca untuk menilai atau mengevaluasi yang dimaksud adalah

pembaca mampu memberikan penilaian terhadap isi bacaan yang telah di

baca. Misalnya membaca sebuah karya sastra untuk kemudian

memberikan penilaian tentang isi atau peristiwa yang ada dalam karya

sastra tersebut.

(e) Membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan yaitu kegiatan

membaca untuk membandingkan apa yang di baca dengan kenyataan

yang di hadapi dalam kehidupan pembaca. Misalnya membaca mengenai

pendapat para ahli tentang sesuatu, maka pembaca akan membandingkan

atau mempertentangkan pendapat tersebut.

Sehubungan dengan tujuan membaca,Suriyadi (dalam Landuh, 1997:7)

berpendapat bahwa tujuan membaca adalah (a) mengisi waktu luang/mencari

hiburan, artinya suatu kegiatan membaca yang dilakukan untuk mengisi

kekosongan waktu dan untuk mencari hiburan ketika tidak melakukan suatu

pekerjaan atau sudah sesusai pekerjaan misalnya membaca komik atau novel pada

jam istirahat sehingga waktu tidak terbuang percuma, (b) membaca untuk

kepentingan studi. Membaca ini dilakukan untuk kepentingan pendidikan dan

menambah pengetahuan serta wawasan mengenai teori-teori yang sedang

dipelajari. Misalnya membaca sebuah buku untuk memperoleh sebuah teori untuk

melengkapi tugas, (c) membaca untuk mencari informasi penting yaitu suatu

kegiatan membaca yang dilakukan untuk mencari informasi yang bersifat utama,

pokok dan berguna bagi pembaca, misalnya membaca untuk mengetahui

15

perkembangan politik atau hal penting lainnya, (d) membaca untuk memperkaya

perbendaharaan kosakata dilakukan dengan tujuan untuk menambah

perbendaharaan yang dimiliki. Misalnya membaca kata-kata yang masih asing

untuk menambah penguasaan kosakata.

Berdasarkan kedua pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan

yang ingin di capai dalam membaca pemahamanan yaitu, (a) memperkaya

perbendaharaan kosakata, (b) untuk mencari fakta, (c) untuk kepentingan studi,

dan (d) untuk mencari informasi.

2.4 Komponen-Komponen Keterampilan Membaca

Setiap guru bahasa perlu menyadari serta memahami bahwa membaca

adalah suatu keterampilan yang kompleks dan rumit karena mencakup atau

melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil.Terkait

dengan hal itu, Broughton (dalam Tarigan, 1997:10) menyatakan bahwa ada tiga

komponen yang perlu diperhatikan dalam keterampilan membaca. Komponen

yang dimaksud sebagai berikut:

1) Pengenalan terhadap aksara serta tanda baca. Keterampilan tahap ini

merupakan suatu kemampuan untuk mengenal bentuk-bentuk yang di

sesuaikan dengan kode yang berupa gambar-gambar atas suatu lembaran,

lengkungan, garis, titik-titik dalam hubungan yang berpola teratur rapi.

2) Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik

formal. Keterampilan kedua ini merupakan suatu kemampuan untuk

menghubungkan tanda-tanda hitam di atas kertas dengan bahasa. Tidak

mungkin belajar membaca tanpa kemampuan belajar memperoleh serta

16

memahami bahasa. Hubungan itu jelas sekali terlihat antara unsur-unsur dari

pola tersebut dan unsur bahasa yang formal.

3) Hubungan antara aksara, tanda baca, serta unsur linguistik dengan makna

atau meaning. Keterampilan ketiga ini mencakup keseluruhan keterampilan

membaca, pada hakikatnya merupakan keterampilan intelektual. Ini

merupakan kemampuan atau abilitas untuk menghubungkan tanda-tanda di

kertas dengan bahasa yang formal, yaitu kata-kata atau bunyi, dengan

makna yang dilambangkan oleh kata-kata tersebut. Sesuai dengan

pandangan tersebut, Broughton (dalam Tarigan, 1979:12) membedakan

keterampilan atas dua aspek penting. Kedua aspek tersebut sebagai berikut:

1. Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat

dianggap berada pada urutan yang lebih rendah. Aspek ini mencakup:

(a) pengenalan bentuk huruf, (b) pengenalan unsur-unsur linguistic

(fonem, kata, frase, klausa, kalimat dan lain-lain), (c) pengenalan

hubungan/korespondensi pola ejaan- ejaan bunyi (kemampuan

menyuarakan bahan tertulis) dan (d) kecepatan membaca bertaraf

lambat.

2. Keterampilan yang bersifat pemahaman yang dapat dianggap berada

pada urutan yang lebih tinggi. Aspek ini mencakup: (a) memahami

pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorika), (b) memahami

signifikasi atau makna (maksud dan tujuan pengarang/keadaan

kebudayaan, reaksi pembaca), (c) evaluasi atau penilaian (isi, bentuk),

(d) kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah di sesuaikan

dengan keadaan.

17

Selanjutnya menurut Broughton (dalam Tarigan, 1979:12) bahwa untuk

mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan mekanisme (mechanical

skills), aktivitas yang paling sesuai adalah membaca nyaring, membaca bersuara

(reading aloud: oral reading). Kemudian untuk keterampilan pemahaman

(comprehension askills), yang paling tepat adalah dengan membaca dalam hati,

(client reading), yang dapat juga di bagi atas:

1. Membaca ekstensif (ekstensive reading). Membaca ekstensif ini

mencakup:

(a) membaca survey (survey reading), (b) membaca sekilas

(skimming), dan (c) membaca dangkal (super ficial reading).

2. Membaca intensif (intensive reading). Membaca intensif ini mencakup

(a) membaca telaah isi (content study reading), yang mencakup:

membaca teliti (close reading), membaca pemahaman (comprehensive

reading), membaca kritis (critical reading), membaca ide (reading for

ideas), dan (b) membaca telaah bahasa (language study reading), yang

mencakup: membaca bahasa asing (foreign language reading) dan

membaca sastra (literatury reading).

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan perhatian pada aspek

keterampilan membaca yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi.

Hal itu dilakukan karena peneliti ingin mengetahui keterampilan dan tingkat

pemahaman siswa terhadap suatu bacaan keterampilan membaca yang dimaksud

di sini berupa membaca pemahaman tepatnya membaca dalam hati dengan

kategori membaca intensif, khususnya membaca telaah isi, yang mencakup:

membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, membaca ide. Keempat

18

keterampilan membaca telaah isi tersebut tidak di bedakan secara tegas dalam

penelitian ini.Artinya, pemahaman terhadap kualitas keterampilan membaca siswa

dilakukan dengan melihat kemampuan siswa menelaah isi bacaan yang mencakup

keempat keterampilan tersebut. Hal itu sejalan dengan pandangan Tarigan

(1979:56) yang mengatakan bahwa membaca telaah isi pada prinsipnya sama

dengan membaca pemahaman. Jenis membaca ini biasa digunakan untuk

memahami standar-standar atau norma kesusastraan, resensi kritis, drama tulis,

dan pola-pola fiksi.

2.5 Ragam Membaca

Sesuai dengan aspek-aspek atau komponen-komponen yang baru saja

diuraikan, Aminudin (2005:16) mengatakan beberapa ragam membaca yang

secara keseluruhan meliputi: (1) membaca dalam hati, (2) membaca cepat, (3)

membaca teknik, (4) membaca bahasa, (5) membaca estesis, (6) membaca kritis,

dan (7) membaca kreatif. Ketujuh ragam membaca tersebut terangkum dalam

pendapat Tarigan (1979:11-120) yang membedakan ragam membaca menjadi dua

macam.Ragam membaca yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Membaca nyaring yaitu suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat

bagi guru, murid ataupun membaca bersama-sama dengan orang lain atau

mendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran dan

perasaan seorang pengarang. Kegiatan membaca ini dilakukan disertai

dengan kegiatan menyimak untuk memahami apa yang di bacakan orang.

2. Membaca dalam hati yaitu kegiatan membaca dengan mempergunakan

ingatan visual, yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan pada

membaca dalam hati sang anak mencapai kecepatan pemahaman frase-

19

frase, memperkaya kosakata, dan memperoleh keuntungan dalam hal

keakraban dengan sastra yang baik.

Membaca dalam hati dibedakan lagi menjadi dua yaitu membaca

ekstensif dan membaca intensif.Membaca intensif terdiri dari membaca telaah isi

dan membaca telaan bahasa. Berikut akan dijelaskan kedua macam membaca

intensif.

1. Membaca telaah bahasa yaitu membaca telaah bahasa mencakup juga

membaca sastra. Hal itu berdasarkan fakta bahwa pada hakikatnya

segala sesuatu yang bersifat konkret, terdiri atas bentuk dan isi. Begitu

pula dengan bacaan, terdiri dari isi, seperti informasi-informasi yang

tersirat didalamnya dan bentuk berupa bahasa yang berupa pilihan

kata, kalimat-kalimat, serta ejaan. Aktivitas membaca yang terbatas

mengkaji bahasa, tidak sampai pada mengkaji isi merupakan aktivitas

membaca telaah bahasa.

2. Membaca telaah isi, setelah menemukan bahan atau hal yang menarik

hati pada membaca sekilas, maka biasanyakita ingin mengetahui serta

menelaah isinya secara lebih mendalam. Menelaah isi suatu bacaan

menuntut ketelitian, pemahaman, kekritisan berpikir serta keterampilan

menangkap ide-ide yang tersirat dalam bahan bacaan. Karena itu

dalam membaca telaah isi, dapat dibagi atas membaca teliti, membaca

pemahaman, membaca kritis dan membaca ide.

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskanpada kegiatan membaca telaah

isi atau membaca pemahaman.Sebagaimana telah di sampaikan pada bagian

20

terdahulu, hal itu dilakukan karena peneliti ingin mengetahuui keterampilan dan

tingkat pemahaman siswa terhadap suatu bacaan.

2.6 Pengertian Membaca Pemahaman

Tarigan (1979:56) menegaskan bahwa membaca telaah isi pada prinsipnya

sama dengan membaca pemahaman. Jenis membaca ini biasanya digunakan untuk

memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan, resensi kritis, drama

tulis, dan pola-pola fiksi. Terkait dengan jenis membaca pemahaman, Burhan

(1971:19) menjelaskan bahwa membaca pemahaman adalah suatu perbuatan yang

dilaksanakan berdasarkan kerja sama beberapa kemampuan yaitu mengamati,

memahami, dan sekaligus memikirkan isi bacaan. Dalam hal ini membaca

dilakukan tidak hanya membaca secara sekilas tanpa mempertimbangkan

pemahaman terhadap isi bacaan. Supriyadi (dalam Arthana, 1997:8) menyatakan

definisi membaca pemahaman merupakan jenis bacaan yang dilakukan tanpa

menyuarakan apa yang dibaca dengan tujuan untuk keperluan studi menambah

pengetahuan dengan memperoleh informasi.

2.7 Unit Pemahaman Membaca

Bruns dan Roe (dalam Sudiana, 2007:22-27) membedakan unirt

pemahaman membaca menjadi lima yaitu:

2.7.1 Pemahaman Kata

Pembaca dituntut untuk mengenali kata-kata yang terdapat dalam

bacaan atau teks.Dalam hal ini, pembaca dituntut untuk mampu

mengucapkan, baik dalam hati maupun dengan bersuara, kata-kata tersebut

dengan lafal yang benar.

21

Dalam memaknai kata perlu diperhatikan jenis-jenis kata.Ada dua

jenis makna kata, yaitu makna kata denotative adalah makna dasar, atau

makna kata umum suatu kata.Disamping kata dasar, ada kata yang juga

memiliki konotatif yaitu makna tambahan atau makna sampingan.

2.7.2 Pemahaman Frasa

Frasa merupakan suatu bahasa yang besar daripada kata.Dalam

kajian sintaksis, frasa lazim disebut kelompok kata.Frasa sebagai

kelompok kata menduduki salah satu unsure fungsional kalimat, seperti

subjek, predikat, objek atau keterangan.Untuk memahami suatu teks,

pembaca perlu mengetahui makna frasa-frasa yang membentuk kalimat.

2.7.3 Pemahaman Kalimat

Untuk mengetahui makna kalimat, pembaca perlu mengetahui

struktur dan fungsi kalimat.Struktur kalimat berkaitan dengan bentuk-

bentuk kalimat. Hal ini mengisyaratkan proses sebuah kalimat tersebut

disusun atau di bangun. Fungsi kalimat berkaitan dengan penggunaan

kalimat tersebut dalam komunikasi.Terkaitdengan fungsi tersebut dikenal

dengan adanya kalimat berita, kalimat Tanya dan kalimat perintah.

2.7.4 Pemahaman Paragraf

Paragraf merupakan satauan bahasa yang lebih luas dari

kalimat.Sebuah paragraf dibangun dengan mengorganisasikan sejumlah

kalimat.Kalimat-kalimat yang membentuk paragraf mendukung

pengungkapan suatu ide pokok.

Dalam membaca, pemahaman terhadap masing-masing paragraf

sangat penting untuk memahami teks secara keseluruhan. Tanpa

22

pemahaman paragraf yang memadai, pemahaman keseluruhan teks sudah

tentu akan sangat terlambat. Pemahaman terhadap paragraf akan sangat

membantu pembaca dalam memahami teks.

2.7.5 Pemahaman Keseluruhan Teks

keseluruhan teks tersusun dari jumlah unit bahasa yang lebih kecil,

yaitu kata, frasa, kalimat, dan paragraf. Pemahaman terhadap keseluruhan

teks sangat bergantung pada pemahaman terhadap unit-unit bahasa yang

lebih kecil.

Unit bahasa yang secara langsung membentuk teks adalah

paragraf.Sejumlah paragraf disusun sedemikian rupa untuk membangun

sebuah teks. Keseluruhan teks tersebut dapat mempresentasikan

pemaparan ide, deskripsi objek atau proses, narasi, atau argumentasi.

2.8 Mengembangkan keterampilan membaca

Setiap guru bahasa perlu menyadari serta memahami bahwa membaca

adalah suatu keterampilan yang kompleks, rumit dan mencakup atau melibatkan

serangkaian kerampilan-keterampilan yang lebih kecil.Terkait dengan hal itu

Brougton (dalam Tarigan, 1979:10) menyatakan bahwa adalah tiga komponen

yang perlu diperhatikan dalam keterampilan membaca. Kompenen yang dimaksud

adalah sebagai berikut: (1) pengenalan terhadap aksara serta tanda baca.

Keterampilan tahap ini merupakan suatu kemampuan untuk mengenal bentuk-

bentuk yang disesuaikan dengan mode yang berupa gambar-gambar diatas suatu

lembaran, lengkungan, garis, titik-titik dalam hubungan yang berpola yang teratur

rapi. (2) korelasi aksara berserta tanda-tanda baca dengan unsure-unsur linguistic

yang formal. Keterampilan kedua ini merupakan suatu kemampuan untuk

23

menghubungkan tanda-tanda hitam ditaws kertas dengan bahasa.Tidak mungkin

belajar membaca tanpa kemampuan belajar memperoleh serta memahamai

bahas.Hubungan itu jelas sekali terlihat antara unsure-unsur dari pola tersebut dan

unsure bahasa yang formal. (3) hubungan antara aksara, tanda baca, serta unsure

linguistic dengan makna atau meaning. Keterampil ketiga ini mencakup

keseluruhan keterampilan membaca, pada hakikatnya merupakan suatu

keterampilan intelektual. Ini merupakan kemampuan atau abilitas untuk

menghubungkan tanda-tanda di kertas dengan bahasa yang formal, yaitu kata-kata

atau bunyi, dengan makna yang dilambangkan oleh kata-kata tersebut.

Karena membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, rumit, dan

mencakup atau melibatkan seerangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih

kecil, maka setiap hguru bahasa berusaha membantu serta membimbing dan

mengembangkan keterampilan dalam memahami dan mendapatkan informasi dari

suatu bacaan, usaha itu menurut Tarigan (1979:15) dapat dilaksanakan dengan

cara antara lain sebagai berikut.

1. Guru dapat menolong para siswa memperkaya kosakata mereka

dengan jalan: (a) memperkenalkan sinonim, antonym paraphrase, kata-

kata yang berdasar sama, (b) memperkenalkan imbuhan, yang

mencakup awalan, sisipan, dan akhiran, (c) mengira-ngira makna kata-

kata dari konteks atau hubungan kalimat, dan (d) kalau perlu

menjelaskan arti suatu kata abstrak mempergunakan bahasa daerah

atau bahasa ibu siswa.

24

2. Guru dapat membantu para siswa untuk memahami makna struktur-

struktur kata, kalimat dan sebagainya dengan cara yang dikemukakan

diatas, disertai dengan latihan seperlunya.

3. Guru memberikan serta menjelaskan pengertian kiasan, sindiran,

ungkapan, pepatah, dan lain-lain dalam bahasa daerah.

4. Guru dapat menjamin serta memastikan pemahaman para siswa

dengan berbagai cara, misalnya: (a) mengemukakan berbagai jenis

pertanyaan terhadap kalimat yang sama, misalnya kalimat Ali dokter,

kita dapat bertanya: apakah Ali dokter?; siapakah Ali?; apakah

pekerjaan Ali?; (b) mengemukakan pertanyaan, yang jawabannya

dapat ditemukan oleh para siswa secara verbatein (kata demi kata)

dalam bahan bacaan: (c) menyuruh para siswa membuat rangkuman

atau ikhtiar dari suatu paragraf, dan (d) menanyakan apa ide pokok

suatu paragraf.

5. Guru dapat meningkatkan kecepatan membaca siswa.

Dalam penelitian ini, pengembangan keterampilan membaca siswa

terkait dengan isi bacaan. Dalam hal ini pertanyaan atau tugas

berupaya untuk mengungkapkan pemahaman siswa terhadap isi

bacaan, yang menliputi: makna kata dan maksud kalimat yang

tergolong sulit, ide pokok paragraf, informasi-informasi penting, dan

membuat rangkuman isi bacaan.

2.9 Strategi Belajar SQ4R

Strategi belajar merupakan suatu rangkaian rencana kegiatan yang

termasuk di dalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber

25

daya atau kekuatan dalam suatu pembelajaran strategi belajar .Strategi belajar

disusun untuk mencapai tujuan tertentu.Strategi belajar didalamnya mencakup

pendekatan, model, metode dan tehnik pembelajaran secara spesifik.

Strategi bellajar merupakan perpaduan dari urutan rangkaian kegiatan,cara

mengorganisasikan materi pelajaran peserta didik,peralatan,dan bahan dan waktu

yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran

yang telah ditentukan.

Sedangakan startegi belajar SQ4R yaitu strategi membaca yang dapat

mengembangkan metakognitif siswa yaitu denagan menugaskan siswa untuk

membaca bahan belajar secara seksama-cermat.Dengan sintaks :survey dengan

mencermati teks bacaan dan mencatat kata-kata kunci,question dengan membuat

pertanyaan tentang bahan bacaan,read dengan membaca teks dan mencari

jawabannya. Recite dengan mempertimbangkan jawaban yang diberikan.Reflect

yaitu aktifitas memberikan contoh dari bahan bacaan dengan membayangkan

konteks aktual yang relevan. Review dengan cara meninjau ulang menyeluruh.

Tujuan utama pengajaran strategi belajar adalah mengajarkan siswa untuk

belajar atas kemauan sendiri. Dengan perkataan lain tujuan pengajaran strategi

belajar adalah untuk membentuk siswa sebagai pembelajar mandiri (Self

Regulated Learner).

Menurut Arens,dalam Nur (2000:25) ada empat jenis utama strategi

belajar yang dapat dilatihkan, yaitu: (1) strategi mengulang (rebearsal strategies):

(2) strategi elaborasi (elaboration strategies), (3) strategi organisasi (organization

strategies), dan (4) strategi metakognitif (metkognitive strategies).

2.9.1 Strategi Belajar SQ4R

26

Ada beberapa strategi membaca yang digunakan untuk membaca

buku pelajaran dan bahan bacaan yang lainnya dalam suatu bidang

pengetahuan.Strategi SQ4R (Survey, Question, Read, Recite dan Review)

yang dicetuskan oleh Francis Robinson tahun 1941, yang membuat

perubahan besar dalam perkembangan metodologi belajar (Nur, 2000:25).

Pola ini kemudian ditiru oleh ahli-ahli lain dengan penyempurnaan

uraian penambahan langkah, atau perubahan sebutan saja. Sampai

sekarang telah berkembang begitu banyak system belajar, diantaranya:

Sistem PQRST (Previw, Question, Read, Record, Recite, Review dan

Reflect) dari Thomas F. Staton, OK5R (Overview,Key Ideas, Read,

Record, Recitte, Review dan Reflect) oleh Walter Pauk, Study Survey,

Think, Understand, Demonstrate, you Review) dari William Resniek dan

David Helleer, dan masih banyak system membaca lainnya untuk

keperluan belajar (Gie, 1998:68). Keseluruhan strategi ini pada dasarnya

mempunyai prinsip yang sama.

Strategi SQ4R merupakan salah satu bagian dari strategi elaborasi.

Strategi ini digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka

baca, dan data membantu proses belajar mengajar di kelas yang

dilaksaanakan dengan kegiatan membaca buku. Kegiatan membaca

bertujuan untuk memperlajari sampai tuntas bab demi bab suatu buku

pelajaran. Oleh karena itu keterampilan pokok pertama yang harus

dikembangkan dan dikuasai oleh para siswa adalah membaca buku

pelajaran dan bacaan tambahan lainnya. Dengan keterampilan membaca

itu setiap siswa akan dapat memasuki dunia keilmuan yang penuh pesona,

27

memahami khasanah kearifan yang banyak hikmat, dan mengembangkan

berbagai keterampilan lainnya yang amat berguna untuk kelak mencapai

sukses dalam hidup. Aktifitas membaca yang terampil akan membukakan

pengetahuan yang luas, gerbang kearifan yang dalam, serta keahlian

dimasa yang akan dating. Kegiatan dan keterampilan membaca itu tidak

dapat diganti dengan metode-metode pengajaran lainnya. Dengan

membaca kita dapat berkomunikasi dengan orang lain melaui tulisan.

Membaca da0pat dipandang ssebagai sebuah roses interaktif antara bahasa

dan pikiran. Sebagai proses interatif, maka keberhasilan membaca akan

dipengaruhi oleh factor pengetahuan yang melatar belakangi dan strategi

membaca (Gie, 1998:12). Karena konsep ekosistem peran dan interaksinya

dapat dilatihkan dengan cara membaca buku teks maka peneliti mencoba

menerapkan strategi SQ4R untuk memudahkan siswa memahami konsep

tersebut.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam strategi membaca

SQ4R adalah sebagai berikut:

a. Survey

b. Question

c. Read

d. Reflect

e. Recite

Dari langkah-langkah strategi belajar SQ4R yang telah diuraikan di

atas, dapat dilihat bahwa strategi belajar ini dapat membantu siswa

memahami materi pembelajararn, terutama terhadap materi-materi yang

28

lebih sukat dan menolong siswa untuk berkonsentrasi lebih lama.Langkah-

langkah pemodelan pembelajaran dengan penerapan strategi SQ4R

terdapat pada Tabel 01.

Tabel 01. Langkah-Langkah Pemodelan Pembelajaran denga Penerapan Strategi Belajar SQ4R

Langkah-Langkah Tingkah Laku Guru Aktivitas Siswa

1 2 3

Langkah 1

Survey

a. Memberikan bahan bacaan

kepada siswa untuk dibaca.

b. Menginformasikan kepada

siswa bagaimana menemukan

ide pokok/tujuan pembelajaran

yang hendak dicapai.

Membaca selintas dengan cepat

untuk menemukan ide

pokok/tujuan pembelajaran yang

hendak dicapai

Langkah 2

Question

a. Meninformasikan kepada siswa

agar memperhatikan makna

dari bacaan.

b. Memberikan tugas kepada

siswa membuat pertanyaan dari

ide pokok yang ditemukan

menggunakan kata-kata apa,

mengapa, siapa dan bagaimana.

a. Memperhatikan penjelasan

guru

b. Menjawa pertanyaan yang

telah dibuatnya.

Langkah 3

Read

Memberikan tugas kepada siswa

untuk membaca dan menanggapi/

menjawab pertanyaan yang telah

disusun sebelumnya

Membaca secara aktif sambil

memberik tanggapan terhadap apa

yang telah di baca dan menjawab

pertanyaan yang dibuat.

Langkah 4 Reflect

Mensimulasikan/menginformasikan materi yang ada pada bahan bacaan

Bukan hanya sekedar menghafal dan mengingat materi pelajaran tapi mencoba memecahkan masalah dari informasi yangdiberikan oleh guru dengan pengetahuan yang telah diketahui melalui bahan bacaan.

29

Langkah 5 Recite

Meminta siswa membuat inti sari dari seluruh pembahasan pelajaran yang dipelajari hari ini.

a. Menanyakan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan.

b. Melibatkan catatan-catatan/inti sari yang telah dibuat sebelumnya.

c. Membuat inti sari dari seluruh pembahasan.

1 2 3 Langkah 6

Review a. Menugaskan siswa membaca

inti sari yang dibutnya dari rincian ide pokok yang ada dalam benaknya.

b. Meminta siswa membaca kembali bahan bacaan, jika masih belum yakin dengan jawabannya.

a. Membaca intisari yang telah dibuatnya.

b. Membaca kembali bahan bacaan jika masih belum yakin akan jawaban yang telah dibuatnya.

Dalam pembelajaran dengan penerapan strategi belajar metode

SQ4R, maka aktifitas yang akan dilakukan oleh guru memenuhi langkah-

langkah seperti pada table 02.

Tabel 02. Langkah-Langkah Penerapan Pembelajaran Strategi SQ4R

No Aktifitas Guru Aktifitas

1 2 3 I Pendahuluan

a. Menyampaikan tujuan

pembelajaran

b. Mengaitkan pelajaran yang akan

dipelajari dengan pengetahuan

awal siswa.

c. Memotivasi siswa.

a. Dalam pelaksanaan KBM guru

menginformasikan tujuan

pembelajaran secara lisan, dan

menuliskan TPK yang akan di capai.

b. Guru mengingatkan kembali materi-

materi sebelumnya yang relevan

dengan materi yang akan di

sampaikan.

c. Guru memotivasi siswa dengan

memperlihatkan fenomena

tervisualisasi. Misalnya dalam

mempelajari ekosistem guru

memperlihatkan sebuah akuarium

mini ekosistem (melalui charta) dan

30

menanyakan kepada siswa

komponen-komponenen apa saja

yang terdeapat pada gambar tersebut.

II

1

Kegiatan Inti

a. Mempresentasikan materi

2

a. Sebelum pelaksanaan pengajaran

strategi belajar, guru

3

b. Pemodelan strategi belajar SQ4R

c. Pemberian latihan terbimbing.

d. Umpan balik.

e. Pemberian Latihan Mandiri.

mempresentasikan sedikit gambaran

umum dan materi yang akan

dipelajari.

b. Guru memodelkan ketrampilan

strategi belajar SQ4R langkah per

langkah pada tiap-tiap tahapannya,

dengan memakai sedikit materi dari

bacaan.

c. Siswa di bawah bimbingan guru,

melakukan ketrampilan strategi

belajar SQ4R, dengan mengerjakan

kertas kerja siswa.

d. Pada tahap umpan balik, guru

memberikan beberapa pertanyaan

kepada siswa untuk mereka jawab.

Guru menunjuk beberapa siswa.

e. Guru memberikan latihan untuk

membaca kelanjutan dari sisi wacana

pada buku siswa dengan memakai

keterampilan strategi belajar metode

SQ4R.

III

Penutup

a. Merangkum pelajaran.

b. Catatan

a. Guru bersaama-sama dengan siswa

merangkum materi pelajaran dengan

cara membaca kesimpulan yang telah

dibuat secara klasikal.

b. Guru selama KBM, jangan membuat

kesan yang monoton.

31

1

2

c. Guru hendaknya menentukan waktu,

kapan tiap-tiap tahap dilaksanakan.

d. Tetap mempertahankan motivasi

siswa.

e. Guru hendaknya memakai kata-kata

yang mudah dipahami siswa.

3

f. Guru hendaknya membimbing siswa

satu persatu pada saat melakukan

pelatihan.

Diadaptasi dari Arends (dalam Trianto, 2007:152-154).

2.9.2 Keunggulan dan Kelemahan Strategi Belajar SQ4R

1. Keunggulan

Membaca dengan menggunakan strategi belajar SQ4R ini

dianggap lebih memuaskan karena dengan teknik ini dapat

mendorong seseorang untuk lebih memahami apa yang

dibacanya ,terarah pada intisari atau kandungan-kandungan

pokok yang tersirat dan tersurat dalam suatu buku atau

teks.Selain itu,langkkah-langkah yang dapat ditempuh dalam

teknik ini tampaknya sudah menggambarkan prosedur

ilmiah,sehingga diharapkan setiap informasi yang dipelajari

dapat tersimpan dengan baik dalam sistem memori jangka

panjang seseorang.

Dengan mensurvei buku terlebih dahulu ,kita akan

mengorganisasi pemahaman terhadap buku tersebut.pertanyaan-

pertanyaan yang telah di susun tentang apa yang dibaca akan

membangkitkan keingintahuan untuk membaca dengan tujuan

mencari jawaban-jawaban yang penting.Dapat melakukan

kegiatan membaca secara lebih cepat ,karena dipandu oleh

langkah-langkah sebelumnya,yaitu mensurvei buku dan

menyusun pertanyaan tentang bacaan.catatan-catatan tenang

buku yang bibaca dapat membantu ingatan.dan melalui review

32

atau mengulang akan memperoleh penguasaan bulat,menyeluruh

atas bahan yang dibaca.

2. Kelemahan

Metode ini merupakan sebuah sistem yang diterapkan daam

melakukan aktivitas membaca dan belajar karena metode ini

merupakan sebuah mata rantai yang setiap bagiannya saling

berkaitan satu dengan lainnya sehingga harus dilalui oleh

pembaca apabila hendak memperoleh pemahaman yang

maksimal.

Metode SQ4R memang di pandang terlalu mekanistis dan

rumit ,sehingga banyak orang yang merasa enggan menerapkan

metode ini dalam kegiatan membaca.

33

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian

Penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan memahami isi

wacana melalui strategi belajar SQ4R pada siswa kelas VII A SMP Pancasila

tahun ajaran 2012/2013 adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Istilah dalam

bahasa inggris adalah Classroom Action Research (CAR), yaitu sebuah kegiatan

penelitian yang dilakukan di kelas. Di dalam penelitian tindakan kelas memiliki

tiga pengertian yaitu:

1. Penelitian menunjukan pada suatu kegiatan mencermati suatu objek

dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk

memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam

meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi

peneliti.

2. Tindakan menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja

dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk

rangkaian siklus kepada siswa.

3. kelas dalam hal ini tidak terkait pada pengertian ruang kelas, tetapi

pengertian yang lebih spesifik. Sudah lama di kenal dalam bidang

34

pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas

adalah kelompok siswa dalam waktu yang sama, menerima pelajaran

yang sama dari guru yang sama pula. (Arikunto, 2010:2-3).

Ada beberapa ahli yang mengemukakan beberapa model penelitian

tindakan dengan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahap

yang lazim dilalui yaitu (1) perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) pengamatan, dan

(4) refleksi (Sanjaya, 2010:57).

Ciri utama dari penellitian tindakan adalah tujuannya untuk memperoleh

penemuan yang signifikan secara operasional, sehingga dapat digunakan ketika

kebijakan dilaksanakan.Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian

yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat social dan

bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaan ini serta situasi

dimana pekerjaan ini dilakukan.

3.2. Subyek,obyek,dan Tempat penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VII A SMP Pancasila

tahun ajaran 2012/2013 dipilihnya kelas VII A SMP Pancasila ini sebagai tempat

penelitian karena tempat sekolah ini berada di pedesaan, jauh dari perkotaan

sehingga sekolah ini tidak menjadi prioritas pilihan utama oleh siswa yang

mempunyai kemampuan lebih dan siswa yang bersedia masuk di sekolah ini rerata

mempunya kemampuan yang lebih rendah dari sekolah-sekolah yang ada di kota.

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII A SMP Pancasila

tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 38 orang terdiri atas 21 orang laki-laki

dan 17 orang perempuan. Dipilihnya siswa kelas VII A SMP Pancasila tahun

ajaran 2012/2013 sebagai subjek penelitian karena sesuai data yang didapat bahwa

35

kemampuan siswa kelas VII A SMP Pancasila tahun ajaran 2012/2013 tentang

memahami isi wacana masih rendah dan rata-rata hasil belajar masil di bawah

KKM.

Objek dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan memahami isi

wacana melalui strategi belajar SQ4R pada siswa kelas VII A SMP Pancasila

tahun ajaran 2012/2013.

3.3 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah kerangka penelitian yang merupakan alur

pelaksanaan kegiatan dalam rangka memperoleh, mengumpulkan, menyusun,

mengklasifikasikan dan menganalisis data. Penelitian tindakan kelas yaitu suatu

upaya dari berbagai pihak terkait, khususnya guru sebagai pengajar, untuk

meningkatkan atau memperbaiki proses belajar mengajar kearah tercapainya

tujuan pendidikan atau pengajaran, untuk meningkatkan atau memperbaiki proses

belajar mengajar kearah tercapainya tujuan pendidikan atau pengajaran itu sendiri.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini direncanakan sampai siklus ke-N, setiap

siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan

refleksi yang digambarkan sebagai berikut:

36

Diadopsi dari Arikunto (2010:16)

3.4 Prosedur Penelitian

Prosedur tindakan setiap siklus dari penelitian tindakan kelas ini dapat di

uraikan sebagai berikut:

3.4.1 Reflekksi awal

Berdasarkan hasil observasidan wawancara yang peneliti lakukan

terhadap guru bahasa Indonesia kelas VII A SMP Pancasila tahun ajaran

Perencanaan

Siklus I Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan Siklus II Refleksi

Pengamatan

?

37

2012/2013 dperoleh informasi bahwa kemampuan siswa dalam

menemukan isi wacana tergolong rendah.Hal ini terbukti pada tes awal

yang dilakukan peneliti untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki

oleh siswa yaitu dengan nilai rata-rata 59,20.Berdasarkan hasil yang

dicapai pada tes awal,maka peneliti menganggap perlu diadakan penelitian

tindakan kelas.

3.4.2 Siklus I

Terdiri dari empat tahap meliputi

perencanaan,pelaksanaan,observasi,dan refleksi.

A. Tahap perencanaan.

Sebelum melaksanakan tindakan ,ada beberapa hal yang perlu

dipersiapkan agar penelitian dapat berlangsung dengan baik.Hal-hal

yang perlu dipersiapkan antara lain:

a. Merencanakan pebelajaran yang akan diterapkan dalam PBM.

b. Menentukan SK dan KD

c. Mengembangkan skenario pembelajaran

d. Menyusun RPP

e. Menyiapkan sumber belajar

f. Mengembangkan format evaluasi dan observsi.

38

B. Tahap pelaksanaan tindakan

Tabael 03. Langkah-langkah skenario pembelajaran yang akan Digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

No. Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

(1) (2) (3) 1. Pendahuluan

a. Peneliti mengadakan

absensi terhadap

kehadiran siswa.

b. Menyampaikan tujuan

pembelajaran secara

lisan.

c. Memberikan apresiasi

dengan pernyataan.

a. Siswa

menanggapi

dengan

mengacukan

tangan.

b. Siswa

mendengarkan

dengan baik

tujuan yang

disampaikan oleh

guru

c. Menyimak dan

memberikan

jawaban atas

39

petanyaan guru.

(1) (2) (3)

d. Menyampaikan

indicator.

d. Menyimak

dengan baik.

II. Kegiatan inti (eksplorasi)

a. Menjelaskan materi

pelajaran

b. Memberi kesempatan

untuk siswa yang

kurang mengerti untuk

bertanya.

c. Guru menyediakan alat

bantu berupa contoh

wacana kemudian

siswa diminta untuk

menemukan ide pokok

dalam wacana tersebut.

a. Menyimak dan

mencatat hal-hal

penting.

b. Menanyakan hal-

hal yang belum

dipahami

c. Siswa

menemukan ide

pokok dalam

wacana tersebut.

40

(1) (2) (3) d. Guru memberikan

beberapa pertanyaan

mengenai wacana

tersebut

d. Siswa

menjawab

dengan baik

dan benar

pertanyaaan-

pertanyaan

tersebut.

III Elaborasi

a. Memberikan

penomoran kepada

siswa

b. Membagikan lembaran

kerja kepada siswa

c. Menjelaskan tugas

yang akan dikerjakan

oleh siswa kepada

lembaran kerja tersebut.

a. Siswa mencatat

nomor yang

diberikan oleh

guru.

b. Siswa mengambil

lembaran kerja

yang dibagikan.

c. Siswa menimak

dengan baik.

(1) (2) (3) d. Guru memberikan d. Siswa

41

waktu kepada siswa

untuk mengerjakan

tugas yang diberikan

mengerjakan

tugas dengan baik

dan benar

IV Konfirmasi

a. Menanggapi secara

lisan tugas yang

dikerjakan oleh siswa.

a. Siswa

mendengarkan

jawaban dari

siswa yang lain.

V Penutup

a. Guru menyampaikan

kesimpulan dengan

menyampaikan secara

umum tentang

menemukan ide pokok

b. Guru dan siswa

melakukan refleksi

dengan bertanya jawab

a. Siswa

mendengarkan

secara seksama

(1) (2) (3)

Tentang jalan

pembelajaran yang

42

telah dilakukan.

c. Guru memberikan

penguatan kepada siswa

dengan memberikan

komentar positif

tentang hasil pekerjaan

siswa.

d. Menutup pelajaran dan

menyampaikan salam

d. Siswa membalas

salam guru

C. Observasi dan Evaluasi

Kegiatan observasi dilaksanakan selama pembelajaran

berlangsung.Observasi terhadap aktifitas belajar siswa dilakukan

dengan mengamati perilaku yang tampak,evaluasi dilaksanakan untuk

43

mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan yang

dilakukan,apakah terjadi peningkatan atau tidak.

D. Refleksi

Refleksi dilakukan untuk melihat kelemahan-kelemahan pada

siklus I yaitu:

a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan apakah

sesuai dengan rencana atau tidak.

b. Memperbaiki pelaksanaan tindakan berdasarkan hasil

evaluasi,untuk digunakan pada siklus berikutnya.

c. Evaluasi tindakan I.

3.4.3 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Data yang diharapkan dalam penelitian ini adalah data yang

objektif tentang peningkatan kemampuan memahami isi wacana melalui

strategi belajar SQ4R, maka metode pengumpulan data yang digunakan

adalah (1) observasi, (2) wawancara, dan (3) tes.

3.5 Analisis Data

Setelah mengetahui nilai masing-masing siswa selanjutnya secara klasikal

dapat dicari rata-ratanya dengan menggunakan rumus sebagai berikut;

𝑅𝑅 = jumlah skor standarjumlah siswa

44

BAB IV

PENYAJIAN HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK),ini disesuaikan

dengan tahap-tahap dan prosedur yang telah direncanakan sebelumnya. Dari

pelaksanaan tindakan kelas (PTK) ini,dapat diperoleh data yang diperlukan untuk

dievaluasi yaitu data berupa hasil observasi terhadap guru dan siswa selama

pelaksanaan tindakan kelas dan data hasil tes kemampuan siswa memahami isi

wacana pada siswa kelas VII A SMP Pancasila setiap akhir pelaksanaan tindakan.

4.1.1 Hasil Observasi awal

Pada tahap observasi awal,peneliti melakukan pengamatan

terhadap sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran memahami isi

wacana.Hasil observasi pada tahap ini adalah sebagai berikut:

a. Saat proses pembelajaran sedang berlangsung siswa hanya

mendengarkan penjelasan guru.

45

b. Tidak banyak siswa yang aktif untuk menjawab saat diberikan

pertanyaan dan

c. Siswa kurang mengerti dalam memahami isi wacana karena tidak

memperhatikan pelajaran yang diberikan.

4.1.2. Hasil Prasiklus

Penelitian ini dilakukan pada hari Senin tanggal 15 April 2013.Data

yang diperoleh dari tes langsung yakni siswa diminta untuk membaca

sebuah wacana dalam hati.

Pada penelitian pra siklus atau tes awal ini, peneliti tidak

memberikan penjelasan terlebih dahulu. Tes awal ini bertujuan untuk

mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki siswa dalam memahami isi

wacana sehingga hasil tes awal ini akan dijadikan sebagai tolak ukur untuk

menentukan kemajuan yang dicapai pada penelitian.

Tabel 04.Hasil Tes Awal (Prasiklus) Kemampuan Memahami Isi WacanaPada siswa Kelas VII A SMP Pancasila Tahun Pelajaran 2012/2013

No. Nama Siswa SM SS Predikat TK

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. I Ketut Adi Paerwadi 59 60 Cukup BT

2. I Putu adi Rikiyanto 45 40 Hampir cukup BT

3. Ni Ketut Adina Novia 60 60 Cukup BT

4. I Gagus Ketut Alit Andika Putra 69 70 Lebih dari cukup BT

5. Ni Komang Alit Adriyani 59 60 Cukup BT

6. Andi Jill Iskandar 62 70 Lebih dari cukup BT

7. Natalia Ni luh Ari Trisnawati 66 70 Lebih dari cukup BT

46

8. I Putu Aris Eka Saputra 60 60 Cukup BT

9. Putu Arya Cahya Pramana 60 60 Cukup BT

10. I Putu Awidya Yuda 56 60 Cukup BT

11. Ni Kadek Ayu Purnamasari 55 60 Cukup BT

12. Ni Kadek Ayu Risnawati 56 60 Cukup BT

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

13. Bayu Fajar Yudha 57 60 Cukup BT

14. Bogy Valerio Extrada 54 60 Cukup BT

15. I Gede Chandra Mahendra 52 60 Cukup BT

16. Gede Darma Kusuma 54 60 Cukup BT

17. Desi Sutarmini 62 70 Lebih dari cukup BT

18. Kadek Devi Sukradiasih 52 50 Cukup BT

19. Ni Kadek Dewi Aryani 60 60 Cukup BT

20. I Gst. Ayu Dewi Yantari 56 60 Cukup BT

21. Ni Made Dwi Damayanti 54 60 Cukup BT

22. Ni Kadek Dyas Audry 54 60 Cukup BT

23. I Gede Edy Cahya Putra 57 60 Cukup BT

24. Ni Komang Anggi Erika 49 50 Hampir cukup BT

25. Ni Luh Putu Erika yulianti 57 60 Cukup BT

26. I kadek Eva Sumantara 49 50 Hampir cukup BT

27. Figur Buyung Sujati 45 40 Hampir cukup BT

28. Ni Putu Ira Sintyawati 56 60 Cukup BT

29. Ni Luh Gede Laviola Pratiwi 57 60 Cukup BT

30. Komang Marta trisna 55 60 Cukup BT

31. Natalis Kevin Gunawan 50 50 Hampir cukup BT

32. I Made Nova Pranata 43 40 Hampir cukup BT

33. Ni Made okky savitri 50 50 Hampir cukup BT

34. I Kadek Rai Adiputra 47 50 Hampir cukup BT

35. I Made Rikad Handayat 55 60 Cukup BT

36. Putu Tessa Sentana Apriyana 59 60 Cukup BT

37. I Putu Wahyu Mahendra 55 60 Cukup BT

38. I Gede Widya Putra 57 60 Cukup BT

47

Jumlah 2103 2200

Nilai Rata-rata 57,89 BT Keterangan aspek penilaian : mampu menentukan ide pokok paragraf.

Keterangan :

SM : Skor mentah

SS : Skor Standar

TK : Tingkat Ketuntasan

T : Tuntas

BT : Belum Tuntas

4.1.3 Analisis Data Tes awal

𝑅𝑅 =Jumlah skor Standar

Jumlah siswa

𝑅𝑅 =2200

38

Rerata = 57,89

Dari data hasil tes awal yang diikuti oleh 38 orang siswa, dapat

diketahui bahwa skor standar yang diperoleh adalah sejumlah 2200.

Dengan nilai rata-rata 57,89,maka dapat diketahui persentasi

pengelompokan nilai yang diperoleh siswa.

Persentase pengelompokan nilai siswa dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 40 sebanyak 3

orang,persentasenya adalah 438

x 100% = 10%

48

2. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 50 sebanyak 6 orang,

persentasenya adalah 638

x 100 % = 15%

3. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 60 sebanyak 25 orang,

persentasenya adalah 2538

x 100% = 65%

4. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 70 sebanyak 4

orang,persentasenya adalah 438

x 100 % = 10%

Dari jumlah keseluruhan 38 siswa,tidak ada satupun siswa atau 0%

yang meraih kategori istimewa yaitu dengan nilai 100.Tidak ada satu pun

siswa atau 0% meraih kategori baik sekali dengan nilai 90. Tidak ada satu

pun atau 0% meraih kategori baik dengan nilai 80.Sebanyak 4 orang siswa

atau 10% yang memperoleh kategori lebih dari cukup dengan nilai 70.

Sebanyak 25 orang siswa atau 65% memperoleh kategori cukup yaitu

dengan nilai 60. Sebanyak 6 orang siswa atau 15% meraih kategori

hampir cukup yaitu dengan nilai 50.Sebanyak 3 orang siswa atau 10%

meraih kategori kurang yaitu dengan nilai 40.Tidak ada satu pun siswa

atau 0% meraih kategori kurang sekali yaitu dengan nilai 30.Tidak satu

pun siswa atau 0% meraih kategori buruk yaitu dengan nilai 20.Dan tidak

ada satu pun siswa yang atau 0% meraih kategori buruk sekali yaitu

dengan nilai 10.

Pada tes awal ini,hasil tes kemampuan memaham isi wacana pada

siswa kelas VII A SMP Pancasila secara klasikal menunjukkan kategori

“hampir cukup”. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai yang mencapai 57,89

dan belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM),yaitu sebesar

49

75.Oleh karena itu,kemampuan memahami isi wacana perlu ditingkatkan

dengan melakukan perbaikan pada siklus I melalui model pembelajaran

srtategi SQ4R.

Adapun analisis data hasil tes kemampuan memahami isi wacana

melalui strategi belajar SQ4R pada siswa kelas VII A SMP Pancasila pada

table 06 sebagai berikut.

Tabel 05. Analisis Data Hasil Tes Awal Kemampuan Memahami Isi wacana melalui Strategi Belajar SQ4R pada siswa kelas VII A SMP Pancasila Tahun Pelajaran 2012/2013

No Kategori Ren

tangan Skor

Skor Standar

Frekuensi (x)

Jumlah

Nilai (fx)

Persen(%)

Rata-rata Nilai

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Istimewa Baik sekali Baik Lebih dari cukup Cukup Hampir cukup Kurang Kurang sekali Buruk Buruk sekali

87-100 79-86 71-78 62-70 54-61 46-53 38-45 29-37 21-28 13-20

100 90 80 70 60 50 40 30 20 10

0 0 0 4 25 6 3 0 0 0

0 0 0

280 1500 300 120 0 0 0

0% 0% 0% 10% 65% 15%

10% 0% 0% 0

2200 38

=57,89 (Kurang)

38 2200 100%

Data Tabel 05 diatas menunjukan bahwa hasil siswa dalam

pembelajaran menulis puisi adalah berkategori”kurang”. Hal ini terlihat

dari rata-rata nilai yang mencapai 57,89 dan termasuk kategori kurang.

Nilai rata-rata pada tes awal ini menunjukan bahwa kemampuan siswa

dalam mmahami isi wacana masih kurang.

50

4.1.4 Refleksi Tes Awal

Dilihat dari tes awal atau pra tes yang dilakukan oleh peneliti,nilai

rata-rata yang didapat siswa yaitu 57,89 dengan kategori hampir

cukup.Berdasarkan hasil yang dicapai siswa,maka perlu diadakan

penelitian tindakan kelas.

4.1.5 Hasil Penelitian Siklus I

4.1.5.1 Hasil Observasi

Pada tahap ini,kegiatan observasi dilakukan guru bahasa

Indonesia yang mengajar di kelas VII A.Guru melakukan observasi

terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti.Dari

observasi inilah dapat diketahui apakah perilaku siswa sudah

menampakkan hasil yang lebih baik.

Ada pun hal-hal yang diamati antara lain:

1) Siswa lebih perhatian terhadap penjelasan guru

2) Siswa begitu antusias dalam mengerjakan tugas

3) Siswa lebih berani untuk bertanya

Tahap siklus I peneliti menerapkan pembelajaran SQ4R di

dalam memahami isi wacana dengan 1 kali pertemuan dengan

alokasi waktu 2 x 45 menit,pertemuan pertama dilaksanakan pada

hari Selasa tanggal 16 April 2013.

51

4.1.5.2 Hasil Tes Siklus I

Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami isi wacana maka

peneliti memberikan tes yang berbentuk penugasan kepada siswa sebagai bahan

evaluasi.

Berdasarkan hasil tes pada siklus I yang dilaksanakan pada hari Selasa

Tanggal 16 April 2013,sudah mengalami peningkatan dari pra tes yang dilakukan

sebelumnya dengan pencapaian nilai rata-rata 57,89. Hal ini dapat dilihat dari

tabel berikut.

Tabel 06. Hasil Tes Peningkatan Kemampuan Memahami Isi wacana melalui Strategi Belajar SQ4R pada Siswa Kelas VII A SMP Pancasila Tahun Pelajaran 2012/2013 pada siklus I No. Nama Siswa SM SS Predikat TK

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. I Ketut Adi Paerwadi 57 60 Cukup BT

2. I Putu adi Rikiyanto 65 70 Lebih dari cukup BT

3. Ni Ketut Adina Novia 52 50 Cukup BT

4. I Gagus Ketut Alit Andika Putra 55 60 Cukup BT

5. Ni Komang Alit Adriyani 56 60 Cukup BT

6. Andi Jill Iskandar 62 70 Lebih dari cukup BT

7. Natalia Ni luh Ari Trisnawati 65 70 Lebih dari cukup BT

8. I Putu Aris Eka Saputra 62 70 Lebih dari cukup BT

9. Putu Arya Cahya Pramana 66 70 Lebih dari cukup BT

10. I Putu Awidya Yuda 56 60 Cukup BT

11. Ni Kadek Ayu Purnamasari 56 60 Cukup BT

12. Ni Kadek Ayu Risnawati 66 70 Lebih dari cukup BT

13. Bayu Fajar Yudha 56 60 Cukup BT

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

52

14. Bogy Valerio Extrada 61 60 Cukup BT

15. I Gede Chandra Mahendra 65 70 Lebih dari cukup BT

16. Gede Darma Kusuma 53 50 Cukup BT

17. Desi Sutarmini 62 70 Lebih dari cukup BT

18. Kadek Devi Sukradiasih 52 60 Cukup BT

19. Ni Kadek Dewi Aryani 62 70 Lebih dari cukup BT

20. I Gst. Ayu Dewi Yantari 64 70 Lebih dari cukup BT

21. Ni Made Dwi Damayanti 56 60 Cukup BT

22. Ni Kadek Dyas Audry 57 60 Cukup BT

23. I Gede Edy Cahya Putra 61 60 Lebih dari cukup BT

24. Ni Komang Anggi Erika 51 50 Cukup BT

25. Ni Luh Putu Erika yulianti 62 70 Lebih dari cukup BT

26. I kadek Eva Sumantara 56 60 Cukup BT

27. Figur Buyung Sujati 55 60 Cukup BT

28. Ni Putu Ira Sintyawati 57 60 Cukup BT

29. Ni Luh Gede Laviola Pratiwi 62 70 Lebih dari cukup BT

30. Komang Marta trisna 59 60 Cukup BT

31. Natalis Kevin Gunawan 52 50 Cukup BT

32. I Made Nova Pranata 53 50 Cukup BT

33. Ni Made okky savitri 57 60 Cukup BT

34. I Kadek Rai Adiputra 57 60 Cukup BT

35. I Made Rikad Handayat 62 70 Lebih dari cukup BT

36. Putu Tessa Sentana Apriyana 67 70 Lebih dari cukup BT

37. I Putu Wahyu Mahendra 56 60 Cukup BT

38. I Gede Widya Putra 62 70 Lebih dari cukup BT

Jumlah 2220 2380

Nilai Rata-rata 62,63 BT Keterangan :

SM : Skor mentah

53

SS : Skor standar

TK : Tingkat Ketuntasan

T : Tuntas

BT : Belum tuntas

4.1.6 Analisis Data Siklus I

𝑅𝑅 =jumlah skor standar

jumlah siswa

R = 238038

R = 62,63

Dari data hasil tes yang diikuti oleh 38 orang siswa Kelas VII A

SMP Pancasila dapat diketahui skor standar yang diperoleh siswa adalah

2380 dengan nilai rata-rata 62,63.Persentase pengelompokan nilai yang

diperoleh siswa sebagai berikut:

1. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 50 sebanyak 5

orang,persentasenya adalah 538

x 100% =13%

2. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 60 sebanyak 18

orang,persentasenya adalah 1838

x 100 % = 47 %

3. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 70 sebanyak 15

orang,persentasenya adalah 1538

x 100% = 40 %

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa hasil siswa dalam

pembelajaran memahami isi wacana adalah berkategori “cukup”.Hal ini

54

terlihat dari nilai rata-rata yang mencapai 62,63 dan termasuk kategori

cukup.

Dari jumlah keseluruhan 38 siswa,tidak ada satu pun siswa atau 0%

yang meraih kategori istimewa yaitu denagn nilai 100. Tidak ada satu pun

siswa atau 0% yang meraih kategori baik sekali dengan nilai 90.Tidak ada

satu pun siswa atau 0% yang meraih kategori baik dengan nilai 80.

Sebanyak 15 orang siswa atau 47,63% yang meraih kategori hampir cukup

dengan nilai 70. Sebanyak 18 orang siswa atau 39,47% yang meraih

Kategori cukup dengan nilai 60.Sebanyak 5 orang siswa atau 13,15%

meraih Kategori hampir cukup yaitu dengan nilai 50. Tidak satu pun

siswa atau 0% meraih kategori kurang yaitu dengan nilai 40.Tidak satu

pun siswa atau 0% meraih kategori kurang sekali yaitu dengan nilai

30.Tidak satu pun siswa atau 0% meraih kategori buruk yaitu dengan nilai

20.Tidak satu pun siswa atau 0% meraih kategori buruk sekai dengan nilai

10.

Pada tes siklus I ini,hasil tes kemampuan memahami isi wacana

melalui strategi SQ4R pada siswa kelas VII A SMP Pancasila secara

klasikal menunjukan kategori “cukup”.Hal ini terlihat dari nilai rata-rata

yang mencapai 62,63 dan belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal

(KKM) yaitu 75. Oleh karena itu,kemampuan memahami isi wacana masih

perlu ditingkatkan dengan melakukan perbaikan pada siklus II melalui

model pembelajaran SQ4R.

55

Tabel 07. Analisis Data Hasil siklus I Kemampuan Memahami Isi wacana melalui Strategi Belajar SQ4R pada siswa kelas VII A SMP Pancasila Tahun Pelajaran 2012/2013

No Kategori Ren

tangan Skor

Skor Standar

Fre kuensi

(x)

Jum lah

Nilai (fx)

Persen(%)

Rata-rata Nilai

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Istimewa

Baik sekali

Baik

Lebih dari cukup

Cukup

Hampir cukup

Kurang

Kurang sekali

Buruk

Buruk sekali

87-100

79-86

71-78

62-70

54-61

46-53

38-45

29-37

21-28

13-20

100

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0

0

0

15

18

5

0

0

0

0

0

0

0

1050

1080

250

0

0

0

0

0%

0%

0%

13%

47%

40%

0%

0%

0%

0%

2380

38

=62,63

(cukup)

38 2380 100%

Data Tabel 07 diatas menunjukan bahwa hasil siswa dalam

pembelajaran menulis puisi adalah berkategori”cukup”. Hal ini terlihat

dari rata-rata nilai yang mencapai 62,63 dan termasuk kategori cukup.

Nilai rata-rata pada tes siklus I ini menunjukan bahwa kemampuan siswa

dalam mmahami isi wacana masih belum memenuhi nilai Kriteria

kentuntasan minimum.

4.1.7 Refleksi Siklus I

Dari hasil yang diperoleh pada siklus I,yaitu berdasarkan observasi

maupun hasil tes kemampuan memahami isi wacana melalui strategi

belajar SQ4R,maka perlu dilakukan refleksi.Hasil refleksi ini merupakan

56

kesimpulan dari pembelajran siklus I,yang nantinya berguna sebagai tolak

ukur temuan yang mesti perlu pembenahan.

Temuan pertama,peneliti menemukan banyak siswa yang masih

belum konsentrasi dalam proses pembelajaran. Kenyataan inilah yang

mesti peneliti benahi pada siklus II nanti.Mungkin hal ini terjadi karena

siswa pertama kali melakukan strrategi belajar SQ4R.

Temuan kedua,masih ada beberapa siswa yang masih tidak aktif

dan malas mengajukan pertanyaan.Bahkan ada beberapa orang siswa yang

suka bercanda dan mengobrol.

Temuan ketiga,hasil tes masih belum memenuhi target yang

diharapkan yaitu masih di bawah KKM.

Berdasarkan hasil refleksi pada temuan-temuan diatas.Peneliti

menyimpulkan untuk dilaksanakannya siklus II dengan pemodifikasian

dari siklus I.Peneliti meminta masukan dari guru pamong mengenai hal-hal

yang mesti dilakukan demi kesempurnaan pada siklus II nanti.

4.1.8 Siklus II

Siklus II dilaksanakan pada hari Senin tanggal 23 April 2013

dengan satu kali pertemuan yaitu dengan alokasi waktu 2 x 45 menit

pelajaran.jam pertama digunakan untuk menjelaskan materi dan jam

kedua digunakan untuk menjelaskan materi dan evaluasi.

Sebelum peneliti memasuki kelas sebelummnya peneliti membuat

perencanaan sebagai acuan di dalam pelaksanaannya.Pertama peneliti

membuat rencana pelaksaan pembelajaran (RPP) yang diambil dari silabus

yang berlaku disekolah tersebut.Di dalam perencanaan ini juga dibuat

57

format dan tes akhir siklus.Penyusunan tes akhir merupakan strategi untuk

mengukur sejauh mana materi yang teresap oleh siswa dari meteri yang

peneliti jelaskan.Penyusunan format observasi bertujuan untuk mengetahui

semua aktifitas siswa selama mengikuti pembelajaran memahami isi

wacana melalui strategi belajar SQ4R.

4.1.8.1 Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I,perlu dilakukan

perencanaan yang lebih baik untuk tindakan II.Perencanaan

tindakan siklus II dapat dirinci sebagai berikut:

a) Peneliti bersama guru secara kolaboratif menganalisis silabus

untuk menyesuaikan pokok bahasan,agar sesuai dengan

tujuan pembelajaran.

b) Peneliti menjelaskan kepada guru mengenai skenario

prosedur pembelajaran yang akan dilakukan di dalam

menerapkan model pembelajaran.

c) Peneliti secara kolaboratif bersama guru menyusun RPP

(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) sebagai acuan dalam

pelaksanaan kegiatan.

d) Alat evaluasi berupa tes yang menugaskan siswa untuk

memahami wacana.

e) Pedoman dan kriteria penilaian untuk mengoreksi hasil

tulisan

f) Mendengarkan keluhan siswa yang menjadi faktor

penghambat dalam memahami isi wacana.

58

g) Melakukan pendekatan khusus bagi beberapa siswa yang

belum maksimal dalam memahami isi wacana.

h) Memberi semangat,arahan,dan dorongan bagi siswa

khususnya bagi yang belum memahami isi wacana.

4.1.8.2 Pelaksanaan

Langkah-langkah tindakan siklus II dalam pembelajaran

memahami isi wacana melalui strategi pembelajaran SQ4R dapat

dilihat dalam skenario pembelajaran sebagai berikut:

Tabel .08 Skenario Pembelajaran Siklus II No. Aktivitas Guru Aktivitas siswa

(1) (2) (3) 1.

Pendahuluan

a. Peneliti mengadakan absebsi

terhadap kehadiran siswa

b. Menyampaikan tujuan

a. siswa menanggapi dengan

menggacungka tangan

b. siswa mendengarkan dengan

(1) (2) (3)

pembelajaran secara lisan

c. Memberikan apersepsi dengan

pernyataan.

d. Menyampaikan indicator

baik tujuan yang

disampaikan oleh guru

c. Menyimak dan memberikan

jawaban atas pertanyaan

guru.

d. Menyimak dengan baik

II.

Kegiatan inti (eksplorasi)

a. Menjelaskan materi belajar

b. Memberi kesempatan untuk

siswa yang kurang mengerti

a. Menyimak dan mencatat hal-

hal penting.

b. Menanyakan hal-hal yang

belum dipahami

59

untuk bertanya.

c. Guru menyediakan alat bantu

berupa contoh wacana kemudian

siswa diminta untuk

menemukan ide pokok dalam

wacana tersebut.

d. Guru memberikan waktu

kepada siswa untuk

mengerjakan tugas yang

diberikan.

c. Siswa menemukan ide pokok

dalam wacana tersebut.

d. Siswa mengerjakan tugas

dengan baik dan benar.

1 2 3

III.

Elaborasi

a. Memberikan penomeran kepada

siswa.

b. Membagikan lembaran kerja

kepada siswa.

c. Menjelaskan tugas yang akan

dikerjakan oleh siswa kepada

lemabaran kerja tersebut.

a. Siswa mencatat nomer yang

diberikan oleh guru.

b. Siswa mengambil lembaran

kerja yang dibagikan.

c. Siswa menyimak dengan

baik

d. Guru memberikan waktu kepada

siswa untuk mengerjakan tuugas

yang diberikan.

d. Siswa mengerjakan tugas

dengan baik dan benar

IV.

Penutup

a. Guru menyampaikan

kesimpulan dengan

menyampaikan secara umum

tentang menemukan ide pokok.

a. Siswa mendengarkan dengan

seksama.

60

1

b. Guru dan siswa melakukan

refleksi dengan bertanya jawab

tentang jalan pembelajaran

yang telah ditentukan.

c. Guru memberikan penguatuan

kepada siswa dengan

memberikan komentar positif

2

3

tentang hasil pelajaran siswa.

d. Menentukan pelajaran dan

menyampaikan salam.

d. Siswa membalas salam guru.

4.1.8.3 Hasil Observasi Siklus II

Tahap pelaksanaan siklus kedua,yaitu pelaksanaan

tindakan merupakan tahap pengklasifikasian dari tahap

perencanaan. Peneliti memasuki kelas terlihat kesopanan siswa

dengan memberisalam selamat pagipeneliti,peneliti membalas

dengan ucapan selamat pagi juga.Sebelum peneliti memulai

pelajaran,peneliti membagikan hasil nilai pada siklus I. Terlihat

raut wajah kekecewaan begitu peneliti menyebutkan nama-nama

yang belum tuntas.Peneliti memberikan dorongan dan motivasi

bagi siswa yang kecewa akan hasil yang dibacakan.Saat peneliti

menjelaskan ada beberapa siswa yang membuat susasana kelas

menjadi gaduh,akan tetapi ada beberapa siswa yang juga antusias

61

mendengarkan penjelasan peneliti.Siswa yang belum mengerti

sekarang lebih berani untuk mengajukan pertanyaan.

Berdasarkan hasil observasi,dapat peneliti jelaskan bahwa

strategi belajar SQ4R sangat menarik bagi siswa.Hal ini dapat

dilihat dari keaktifan siswa dan hasil tes siswa yang dapat dilihat

pada tabel berikut ini

Tabel 09.Hasil Tes Peningkatan Kemampuan Memahami isi wacana melalui Strategi Belajar SQ4R siswa kelas VII A SMP Pancaila tahun Pelajaran 2012/2013

No. Nama Siswa SM SS Predikat TK

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. I Ketut Adi Paerwadi 62 70 Lebih dari cukup BT

2. I Putu adi Rikiyanto 67 70 Lebih dari cukup BT

3. Ni Ketut Adina Novia 60 60 Cukup BT

4. I Gagus Ketut Alit Andika 57 60 Cukup BT

5. Ni Komang Alit Adriyani 59 60 Cukup BT

6. Andi Jill Iskandar 67 70 Lebih dari cukup BT

7. Natalia Ni luh Ari Trisnawati 70 70 Lebihi dari cukup BT

8. I Putu Aris Eka Saputra 65 70 Lebih dari cukup BT

9. Putu Arya Cahya Pramana 69 70 Lebiih dari cukup BT

10. I Putu Awidya Yuda 62 70 Lebih dari cukup BT

11. Ni Kadek Ayu Purnamasari 66 70 Lebbih dari cukup BT

12. Ni Kadek Ayu Risnawati 70 70 Lebih dari cukup BT

13. Bayu Fajar Yudha 62 70 Lebih dari cukup BT

14. Bogy Valerio Extrada 69 70 Lebih dari cukup BT

15. I Gede Chandra Mahendra 70 70 Lebih dari cukup BT

16. Gede Darma Kusuma 60 60 cukup BT

17. Desi Sutarmini 72 80 baik T

18. Kadek Devi Sukradiasih 70 70 Lebih dari cukup BT

62

19. Ni Kadek Dewi Aryani 72 80 baik T

20. I Gst. Ayu Dewi Yantari 72 80 Baik T

21. Ni Made Dwi Damayanti 77 80 baik T

22. Ni Kadek Dyas Audry 69 70 Lebih dari cukup BT

1 2 3 4 5 6

23. I Gede Edy Cahya Putra 69 70 Lebih dari cukup BT

24. Ni Komang Anggi Erika 62 70 Lebih dari cukup BT

25. Ni Luh Putu Erika yulianti 73 80 baik T

26. I kadek Eva Sumantara 63 70 Lebiih dari cukup BT

27. Figur Buyung Sujati 67 70 Lebiih dari cukup BT

28. Ni Putu Ira Sintyawati 69 70 Lebiih dari cukup BT

29. Ni Luh Gede Laviola Pratiwi 75 80 baik T

30. Komang Marta trisna 72 80 baik T

31. Natalis Kevin Gunawan 73 80 baik T

32. I Made Nova Pranata 77 80 baik T

33. Ni Made okky savitri 67 70 Lebih dari cukup BT

34. I Kadek Rai Adiputra 75 80 baik T

35. I Made Rikad Handayat 75 80 baik T

36. Putu Tessa Sentanana 72 80 baik T

37. I Putu Wahyu Mahendra 68 70 Lebih dai cukup BT

38. I Gede widya Putra 71 80 baik T

Jumlah 2567 2750

Nilai rata-rata 72,36 BT

4.1.8.4 Analisis dataSiklus II

𝑅𝑅 =jumlah skor standar

jumlah siswa

R =275o38

R = 72,36

63

Dari data siklus II yang diikuti oleh 38 orang sejumlah

siswa kelas VII A SMP Pancasila dapat diketahui skor standar yang

diperoleh oleh siswa adalah 2750, dengan nilai rata-rata

72,36.Maka dapat diketahui persentase pengelompokan nilai

siswadapat diuraikan sebagai berikut.

1. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 60 sebanyak 4

orang,persentasenya adalah 438

x 100% = 10%

2. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 70 sebanyak 21

orang,persentasenya adalah 2138

x 100% = 55%

3. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 80 sebanyak 13

orang,persentasenya adalah1338

x 100% = 34%

Dari jumlah keseluruhan 38 siswa,tidak ada satu pun atau

0% yang meraih kategori istimewa dengan nilai 10. Tidak satu pun

siswa atau 0% yang meraih kategori baik sekali dengan nilai

9.Sebanyak 13 orang siswa atau 34% meraih kategori baik dengan

nilai 80.Sebanyak 21 orang siswa atau 55% meraih kategori lebih

dari cukup dengan nilai 70.Sebanyak 4 orang siswa atau 10%

meraih kategori cukup dengan nilao 60. Tidak ada satu pun siswa

atau 0% meraih kategori hampir cukup dengan nilai 50.Tidak ada

sau pun siswa atau 0% meraih kategori kurang dengan nilai

40.Tidak ada satu pun siswa yang meraih kategori kurang sekali

dengan nilai 30.Tidak ada satu pun siswa yang meraih kategori

64

buruk dengan nilai 20.Tidak ada satu pun siswa yang meraih

kategori buruk sekali dengan nilai 10.

Pada siklus II ini,hasil tes kemampuan memahami isi

wacana dengan strategi belajar SQ4R pada siswa kelas VII A SMP

Pancasila secara klasikal telah menunjukkan kategori lebih dari

cukup. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai yang mencapai 72,36 dan

belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu sebesar

75.Oleh Karena itu,kemampuan memahami isi wacana perlu

ditingkatkan dengan melakukan perbaikan pada siklus III melalui

strategi belajar SQ4R.

Tabel 10. Analisis Data Hasil siklus II Kemampuan Memahami Isi wacana melalui Strategi Belajar SQ4R pada siswa kelas VII A SMP Pancasila Tahun Pelajaran 2012/2013

No Kategori Ren

tangan Skor

Skor Standar

Fre kuensi

(x)

Jumlah

Nilai (fx)

Persen(%)

Rata-rata Nilai

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Istimewa Baik sekali Baik Lebih dari cukup Cukup Hampir cukup Kurang Kurang sekali Buruk Buruk sekali

87-100 79-86 71-78 62-70 54-61 46-53 38-45 29-37 21-28 13-20

100 90 80 70 60 50 40 30 20 10

0 0 13 21 4 0 0 0 0 0

0 0

1040 1470 240 0 0 0 0 0

0% 0% 34% 56% 10% 0%

0% 0% 0% 0

2750 38

=72,36 (lebih dari

cukup) 38 2750 100%

Data Tabel 07 diatas menunjukan bahwa hasil siswa dalam

pembelajaran menulis puisi adalah berkategori”lebih dari cukup”.

65

Hal ini terlihat dari rata-rata nilai yang mencapai 72,36 dan

termasuk kategori lebih dari cukup. Nilai rata-rata pada tes siklus II

ini menunjukan bahwa kemampuan siswa dalam memahami isi

wacana masih belum memenuhi nilai Kriteria kentuntasan

minimum.

4.1.8.5 Refleksi Siklus II

Dari data yang melalui hasil observasi dan hasil tes pada

akhir tindakan menunjukan adanya peningkatan mengenai

kemampuan memahami isi wacana melalui strategi belajar SQ4R

pada siswa VII/A SMP Pancasila Tahun Pelajaran 2011/2012.Pada

siklus II presentase siswa yang memperoleh nilai tuntas baru

mencapai 26 orang sehingga perlu dilaksanakan siklus lanjutan

yaitu siklus III.Pada siklus II tidak ada teman yang menjolok dari

aktivitas siswa.

4.1.9 Siklus III

4.1.9.1 Perencanaan

Pada siklus III ini pelaksanaanya tidak jauh berbeda siklus

II, hanya berbeda dalam hal judul wacana.Pelaksanaanya siklus III

merupakan modifikasi dari siklus II. Pada siklus III ini

dilaksanakan pada hari Selasa,24 April 2013 dalam 1 kali

pertemuan dengan mengambil waktu 2 x 45 menit pelajaran.

Bedasarkan hasil refleksi siklus II,peneliti merencanakan

kegiatan yang dilaksanakan pada siklus III. Tahap pertama yaitu

66

tahap perencanaan, pada tahap ini peneliti merencanakan langkah-

langkah apa yang diambilseperti: mempersiapkan rencana

pelaksanakan pembelajaran (RPP) sebagai acuan pembelajaran,

mempersiapkan materi pembelajaran dan bahan-bahan penunjang

proses pembelajaran, serta penyusun tes akhir.Media pembelajaran

yang digunakan oleh siswa yaitu buku paket bahasa Indonesia.

4.1.9.2 Pelaksanaan

Tabel.11. Langkah-Langkah Skenario Pembelajaran pada Siklus III

No. Aktivitas Guru Aktivitas siswa 1. Pendahuluan

a. Peneliti mengadakan absebsi

terhadap kehadiran siswa

b. Menyampaikan tujuan

pembelajaran secara lisan

c. Memberikan apersepsi dengan

pernyataan

d. Menyampaikan indikator

a. siswa menanggapi dengan

mengacungkan tangan

b. siswa mendengarkan dengan

baik tujuan yang

disampaikan oleh guru

c. menyimak dan memberikan

jawaban atas pertanyaan

guru.

d. Menyimak dengan baik

1 2 3

II.

Kegiatan inti (eksplorasi)

a. Menjelaskan materi belajar.

b. Memberi kesempatan untuk

siswa yang kurang mengerti

untuk bertanya.

c. Guru menyediakan alat bantu

a. Menyimak dan mencatat hal-

hal penting

b. Menanyakan hal-hal yang

belum dipahami.

c. Siswa menemukan ide pokok

67

berupa contoh wacana

kemudian siswa diminta untuk

menemukan ide pokok dalam

wacana tersebut.

d. Guru memberikan waktu

kepada siswa untuk

mengerjakan tugas yang

diberikan.

dalam wacana tersebut.

d. Siswa mengerjakan tugas

dengan baik dan benar.

III. Elaborasi

a. Memberikan penomeran kepada

siswa.

b. Membagikan lembaran kerja

kepada siswa

c. Menjelaskan tugas yang akan

dikerjakan oleh siswa kepada

lemabaran kerja tersebut

d. Guru memberikan waktu kepada

siswa untuk mengerjakan tuugas

yang diberikan.

a. Siswa mencatat nomer yang

diberikan oleh guru.

b. Siswa mengambil lembaran

kerja yang dibagikan

c. Siswa menyimak dengan

baik

d. Siswa mengerjakan tugas

dengan baik dan benar

1 2 3

IV Penutup

a. Guru menyampaikan

kesimpulan dengan

menyampaikan secara umum

tentang menemukan ide pokok.

b. Guru dan siswa melakukan

refleksi dengan bertanyajawab

tentang jalan pembelajaran yang

telah ditentukan.

c. Guru memberikan penguatuan

a. Siswa mendengarkan dengan

seksama.

68

kepada siswa dengan

memberikan komentar positif

tentang hasil pelajaran siswa

d. Menentukan pelajaran dan

menyampaikan salam.

d. Siswa membalas salam guru

Tahap Pelaksanaaan siklus ketiga,yaitu pelaksanaan

tindakan pada tahap mengklasifikasikan tahapperencanaan.Seperti

biasa,ketika peneliti memasuki kelas respon siswa sangat positif

dan dengan serempak siswa memberisalam selamat pagi,peneliti

membalas salam siswa dengan ucapan selamat pagi juga.Sebelum

peneliti memulai pelajaran peneliti mengumumkan nilai pada siklus

II siswa tampak gembira dan lebih bersemangat mengikuti

pelajaran.Peneliti memberikan dorongan dan motivasi bagi siswa

yang kecewa karena nilainya masih belum memenuhi

KKM.Peneliti memberi penguatan bagi siswa yang belum tuntas

dapat memperbaiki kekurangan mereka pada siklus III.

4.1.9.3 Hasil Observasi siklus III

Tahap pelaksanaan siklus ketiga,yaitu pelaksanaan

tindakan merupakan tahap pengklasifikasian dari tahap

perencanaan. Peneliti memasuki kelas terlihat kesopanan siswa

dengan memberi salam selamat pagi peneliti,peneliti membalas

dengan ucapan selamat pagi juga.Sebelum peneliti memulai

pelajaran,peneliti membagikan hasil nilai pada siklus I. Terlihat

raut wajah kekecewaan begitu peneliti menyebutkan nama-nama

69

yang belum tuntas.Kegaduhan sempat terjadi kegaduhan dikelas

saat peneliti membagikan hasil pekerjaan siswa.Peneliti

menjelaskan dengan sabar kepada para siswa. Para siswa

memperhatikan dengan seksama dan penuh dengan semangat

belajar.

4.1.9.4 Hasil Tes Siklus III

Berdasarkan hasil observasi,dapat peneliti jelaskan bahwa

strategi belajar SQ4R sangat menarik bagi siswa.Hal ini dapat

dilihat dari keaktifan siswa dan hasil tes siswa yang dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 12. Hasil Tes Peningkatan Kemampuan memahami ISi Wacana melalui strategi Belajar SQ4R siswa kelas VII A SMP Pancasila tahun pelajaran 2012/ 2013 Pada siklus III.

No. Nama Siswa SM SS Predikat TK

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. I Ketut Adi Paerwadi 69 70 Lebih dari cukup BT

2. I Putu adi Rikiyanto 70 70 Lebih dari cukuop BT

3. Ni Ketut Adina Novia 72 80 Baik T

4. I Gagus Ketut Alit Andika 69 70 Lebih dari cukup BT

5. Ni Komang Alit Adriyani 72 80 Baik T

6. Andi Jill Iskandar 70 70 Lebih dari cukup BT

7. Natalia Ni luh Ari 75 80 Baik T

8. I Putu Aris Eka Saputra 75 80 Baik T

9. Putu Arya Cahya Pramana 70 70 Lebih dari cukup BT

10. I Putu Awidya Yuda 70 70 Lebih dari cukup BT

11. Ni Kade Ayu Purnamasari 75 80 Baik T

12. Ni Kadek Ayu Risnawati 75 80 Baik T

13. Bayu Fajar Yudha 70 70 Lebih dari cukup BT

70

14. Bogy Valerio Extrada 70 70 Lebih dari cukup BT

15. I Gede Chandra Mahendra 76 80 Baik T

16. Gede Darma Kusuma 72 80 Baik T

17. Desi Sutarmini 92 100 Istimewa T

18. Kadek Devi Sukradiasih 81 90 Baik sekali T

19. Ni Kadek Dewi Aryani 82 90 Baik sekali T

20. I Gst. Ayu Dewi Yantari 82 90 Baik sekali T

21. Ni Made Dwi Damayanti 79 90 Baik T

22. Ni Kadek Dyas Audry 81 90 Baik sekali T

23. I Gede Edy Cahya Putra 71 80 Baik T

1 2 3 4 5 6

24. Ni Komang Anggi Erika 72 80 Baik T

25. Ni Luh Putu Erika yulianti 83 90 Baik sekali T

26. I kadek Eva Sumantara 71 80 Baik T

27. Figur Buyung Sujati 70 70 Lebih dari cukup BT

28. Ni Putu Ira Sintyawati 72 80 Baik T

29. Ni Luh Gede Laviola 80 90 Baik T

30. Komang Marta trisna 85 90 Baik sekali T

31. Natalis Kevin Gunawan 82 90 Baik sekali T

32. I Made Nova Pranata 75 80 Baik T

33. Ni Made okky savitri 72 80 Baik T

34. I Kadek Rai Adiputra 85 90 Baik sekali T

35. I Made Rikad Handayat 85 90 Baik sekali T

36. Putu Tessa Sentana 82 90 Baik sekali T

37. I Putu Wahyu Mahendra 73 80 Baik T

38. I Gede Widya Putra 85 90 baik sekali T

Jumlah 2873 3100

Nilai rata-rata 81,57 T Aspek yang dinilai yaitu memahami ide pokok sesebuah wacana.

Keterangan :

SM : Skor mentah

71

SS : skor standar

TK : Tingkat Ketuntasan

T : Tuntas

BT ; belum Tuntas

4.1.9.5 Analisis Data Siklus III

𝑅𝑅 =jumlah skor standar

jumlah siswa

R = 310038

R = 81,57

Dari data hasil tes siklus III yang persentase

penegelompokan nilai siswa dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 100 sebanyak 1

orang,persentasenya adalah 138

x 100% = 2%

2. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 90 sebanayak 13

orang,persentasenya adalah 1338

x 100% =35 %

3. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 80 sebnayak 15 orang,

persentasenya adalah 1538

x 100% = 40%

4. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 70 sebanyak 9

orang,persentsenya adalah 938

x 100% = 23%

72

Dari jumlah keseluruhan 38 orang siswa,sebanyak 1 orang

siswa atau 2% yang memperoleh kriteria istimewa yaitu dengan

nilai 100.Sebanyak 13 orang siswa atau 35% yang memperoleh

kategori baik sekali dengan nilai 90.Sebanyak 15 orang siswa atau

40% yang memperoleh kategori baik yaitu denagn nilai

80.Sebanyak 9 orang siswa atau 23% yang memperoleh kategori

lebih dari cukup denagn nilai 70.Tidak ada satu pun siswa atau 0%

yyang memperoleh kategori cukup dengan nilai 60.Tidak ada

satu,pun siswa atau 0% yang memperoleh kategori hampir cukup

dengan nilai 50.Tidak satu pun siswa atau 0% yang memperoleh

kategori kurang dengan nilai 40.Tidak satu pun siswa atau 0% yang

memperoeh kategori kurang sekali dengan nilai 30.Tidak satu pun

siswa atau 0% yang memperoleh kategori buruk dengan nilai

20.dan tidak ada satu pun siswa atau 0% yang memperoleh kategori

buruk sekali dengan nilai 10.

Pada siklus III ini,hasil tes kemampuan siswa dalam

memahami wacana dengan starategi belajar SQ4R pada siswa kelas

VII A SMP Pancasila secara klasikal sudah memperoleh kategori

“baik”.Hal ini terlihat dari rata-rata nilai 81,57 dan sudah

memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu sebesar

75,sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian yang berjudul

“Peningkatan Kemampuan Memahami Isi Wacana melalui stretegi

Belajar SQ4R pada Kelas VII A SMP Pancasila Tahun Pelajaran

2012/2013 “telah tuntas dan berakhir pada siklus III.

73

Tabel 13. Analisis Data Hasil siklus III Kemampuan Memahami Isi wacana melalui Strategi Belajar SQ4R pada siswa kelas VII A SMP Pancasila Tahun Pelajaran 2012/2013

No Kategori Ren

tangan Skor

Skor Standar

Fre kuensi

(x)

Jumlah

Nilai (fx)

Persen(%)

Rata- Rata Nilai

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Istimewa

Baik sekali

Baik

Lebih dari cukup

Cukup

Hampir cukup

Kurang

Kurang sekali

Buruk

Buruk sekali

87-100

79-86

71-78

62-70

54-61

46-53

38-45

29-37

21-28

13-20

100

90

80

70

60

50

40

30

20

10

1

13

15

9

0

0

0

0

0

0

100

1170

1200

630

0

0

0

0

0

0

%

0%

34%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

0

3100

38

=81,57

(baik)

38 3100 100%

Data Tabel 10 diatas menunjukan bahwa hasil siswa dalam

pembelajaran menulis puisi adalah berkategori”baik”. Hal ini

terlihat dari rata-rata nilai yang mencapai 72,36 dan termasuk

kategori baik. Nilai rata-rata pada tes siklus II ini menunjukan

bahwa kemampuan siswa dalam memahami isi wacana sudah

memenuhi nilai Kriteria kentuntasan minimum yaitu 75.

74

4.1.9.7 Refleksi Siklus III

Dari data yang terkumpul melalui hasil observasi dan tes

pada akhir tindaan siklus III menunjukkan adanya peningkatan

yang signifikan mengenai kemampuan memahami isi wacana

melaui strategi belajar SQ4R siswa kelas VII A SMP Pancaila

tahun pelajaran 2012/2013.Dengan demikian tindakan cukup pada

siklus III saja,dan penelitian dapat dihentikan.

4.2 Rekapitulasi Hasil penelitian

Berdasarkan hasil tes awal dan tes pada setiap siklus dapat dilihat

rekapitulasinya pada tabel berikut ini.

Tabel 14. Rekapitulasi Hasil Tes awal,Siklus I,siklus II,dan siklus III dalam peningkatan Kemampuan Memahami Isi wacana Melalui strategi belajar SQ4R siswa kelas VII A SMP Pancasilatahun pelajaran 2012/2013.

No Nama siswa

Nilai

Keterangan Pra

siklus

Siklus

I

siklus

II

Siklus

III

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. I Ketut Adi Paerwadi 60 60 70 70 Meningkat

2. I Putu adi Rikiyanto 40 70 70 70 Tetap

3. Ni Ketut Adina Novia 60 50 60 80 Meningkat

4. I Gagus Ketut Alit Andika 70 60 60 70 Tetap

5. Ni Komang Alit Adriyani 60 60 60 80 Meningkat

6. Andi Jill Iskandar 70 70 70 70 Tetap

7. Natalia Ni luh Ari Trisna 70 70 70 80 Meningkat

8. I Putu Aris Eka Saputra 60 70 70 80 Meningkat

1 2 3 4 5 6 7

9. Putu Arya Cahya Pramana 60 70 70 70 Tetap

75

10. I Putu Awidya Yuda 60 60 70 70 Meningkat

11. Ni Kadek Ayu Purnama 60 60 70 80 Meningkat

12. Ni Kadek Ayu Risnawati 60 70 70 80 Meningkat

13. Bayu Fajar Yudha 60 60 70 70 Meningkat

14. Bogy Valerio Extrada 60 60 70 70 Meningkat

15. I Gede Chandra Mahendra 60 70 70 80 Meningkat

16. Gede Darma Kusuma 60 50 60 80 Meningkat

17. Desi Sutarmini 70 70 80 100 Meningkat

18. Kadek Devi Sukradiasih 50 60 70 90 Meningkat

19. Ni Kadek Dewi Aryani 60 70 80 90 Meningkat

20. I Gst. Ayu Dewi Yantari 60 70 80 90 Meningkat

21. Ni Made Dwi Damayanti 60 60 80 90 Meningkat

22. Ni Kadek Dyas Audry 60 60 70 90 Meningkat

23. I Gede Edy Cahya Putra 60 60 70 80 Meningkat

24. Ni Komang Anggi Erika 50 70 70 80 Meningkat

25. Ni Luh Putu Erika yulianti 60 70 80 90 Meningkat

26. I kadek Eva Sumantara 50 60 70 80 Meningkat

27. Figur Buyung Sujati 40 60 70 70 Meningkat

28. Ni Putu Ira Sintyawati 60 60 70 80 Meningkat

29. Ni Luh Gede Laviola P. 60 70 80 90 Meningkat

30. Komang Marta trisna 60 60 80 90 Meningkat

31. Natalis Kevin Gunawan 50 50 80 90 Meningkat

32. I Made Nova Pranata 40 50 80 80 Meningkat

33. Ni Made okky savitri 50 60 70 80 Meningkat

34. I Kadek Rai Adiputra 50 60 80 90 Meningkat

35. I Made Rikad Handayat 60 70 80 90 Meningkat

1 2 3 4 5 6 7

36. Putu Tessa Sentana A. 60 70 80 90 Meningkat

37. I Putu Wahyu Mahendra 60 60 70 80 Meningkat

38. I Gede Widya Putra 60 70 80 90 Meningkat

76

Jumlah 2200 2380 2750 3100

Nilai rata-rata 57,89 62,63 72,36 81,57 Meningkat

4.3 Pembahasan

Berdasarkan daa nilai yang disajikan pada tabel 09 rekapitulasi nilai siswa

dari pra tes hingga siklus III peningkatan kemampuan memahami isi wacana

melalui strategi belajar SQ4R pada siswa SMP Pancasila Tahun Pelajaran

2012/2013 diperoleh pada tes awal atau hasil pra tes yang dilakukan oleh peneliti

adalah sebagai berikut:

1. Nilai tertinggi yaitu 70 diperoleh 4 orang siswa,

2. Nilai 60 yaitu diperoleh 26 orang siswa

3. Nilai 50 diperoleh 6 orang siswa

4. Dan nilai terendah yaitu 40,diperoleh 3 orang siswa.Dan rata-rata nilai

yang diperoleh yaitu 57,89.

Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa pembelajaran memahami isi

wacana belum tuntas.Untuk itu peneliti mengadakan penelitian dalam upaya

meningatkan kemampuan memahami isi wacana melalui strategi belajar SQ4R

pada siswa kelasVII A SMP Pancasila.

Hasil tugas pra tes tersebut kemudian dijadikan bahan untuk dilakukan

perbaikan ada siklus I. Dan terbukti setelah dilakukan pembelajaran memahami isi

wacana mampu menaikkan nilai rata-rata siswa,walaupun secara klasikal

pembelajaran belum isi wacana belum dkatakan berhasil.Adapun hasil dari

kegiatan penilaian siklus I dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 16 April 2013

77

adalah rata-rata siswa kelas VII A SMP Pancasila meningkat menjadi 62,63

dengan rincian sebagai berikut:

1. 15 orang siswa memperoleh nilai 70 dimana pada pra tes hanya 4

orang siswa yang memeroleh nilai 70.

2. 18 orang siswa memperoleh nilai 60 dimana pada pra tes terdapat 25

orang siswa yang mendapat nilai 60

3. Dan 5 orang siswa mendapatkan nilai 50,dim,ana pada pra tes terdapat

6 orang dengan nilai 50,maka dari itu pada siklus I sudah terdapat

peningkatan.

Berdasarkan hasil penelitian dari siklus I,ternyata target KKM belum

terpenuhi.Upaya perbaikan selalu dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan hasil

yang sesuai dengan target yang diharapkan.Oleh karena iitu peneliti dalam upaya

meningkatkan kemampuan memahami isi wacana berlanjut pada siklus

II.Perbaikan tindakan dan sistem dalam pembelajaran menjadi prioritas utama

peneliti.Hal-hal yang menjadi penghambat dalam kegiatan belajar mengajar

seminimal mungkin tidak dilakukan lagi pada siklus II.Upaya tersebut

berhasil.Kegiatan penilaan yang dilaksanakan pada hari Senin tanggal 23 April

2013 menghasilkan rata-rata nilai siswa Kelas VII A SMP Pancasila dalam

pembelajaran memahami isi wacana mengalami peningkatan menjadi 72,36

dibandingkan dengan siklus sebelumnya,dengan rincian sebagai berikut:

1. 13 orang siswa memperoleh nilai 80 dimana pada siklus I tidak ada

satu pun siswa yang memperoleh nilai 80.

2. 21 orang siswa memperoleh nilai 70 dimana pada siklus I,17 siswa

yang mendapat nilai 70,Karena sudah ada peningkatan pada siklus II.

78

3. 4 orang siswa memperoleh nilai 60 dimana pada siklus I 21 siswa yang

mendapat nilai 60 karena sudah ada peningkatan pada siklus II.

Berdasarkan atas hasil tersebut dikeahui bahwa pembelajaran memahami

isi wacana masih belum tuntas.Untuk itu peneliti mengadakan penelitian kembali

dalam upaya meningkatkan kemampuan memahami isi wacana melalui stretegi

belajar SQ4R.

Hasil tugas pada siklus II tersebut kemudian dijadikan bahan untuk

dilakukan perbaikan pada siklus III. Dan terbukti setelah dilakukan pembelajaran

memahami isi wacana denagn strategi belajar SQ4R mampu menaikkan rata-rata

nilai siswa,walaupun secara klasikal pembelajaran memahami isi wacana belum

dikatakan berhasil.Adapun hasil dari kegiatan penilaian siklus II yang

dilaksanakan pada Hari Selasa tanggal 24 April 2013 adalah rata-rata nilai siswa

kelas VII A SMP Pancasila meningkat menjadi 81,57 dengan rincian sebagai

berikut:

1. 1 orang siswa memperoleh nilai 100 dimana pada siklus II tidak satu

pun siswa yang memperoleh nilai 100.

2. 13 orang siswa memperoleh nilai 90 dimana pada siklus II tidak ada

satu pun siswa yang memperoleh nilai 90.

3. 15 orang siswa memperoleh nilai 80 dimana pada siklus II masih sama

terdapat 17 orang siswa yang memperoleh nilai 80.

4. 9 orang siswa memperoleh nilai 70 dimana pada siklus II terdapat 21

orang siswa mendapatkan nilai 70 karena sudah ada peningkatan pada

siklus III.

79

Dengan hasil ini,penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan

Memahami Isi Wacana melalui Strategi Belajar SQ4R pada siswa kelas VII A

SMP Pancasila Tahun Pelajaran 2012/2013” berakhir pada siklus III.

80

Grafik 01.Hasil Belajar Memahami Isi Wacana Melalui Strategi Belajar

SQ4R Pada Siswa Kelas VII A SMP Pancasila Tahun Pelajarn

2012/2013.

Grafik diatas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam memahami

isi wacana denagn strategi belajar SQ4R mengalami peningkatan.Dari hasil tes

awal nilai rata-rata yang diperoleh siswa 57,89 denagn kategori hampir

cukup.Pada siklus I menengalami peningkatan menjadi 62,63 dengan kategori

cukup,pada siklus II menagalami peningkatan menjadi 72,36 denagn kategori

lebih dari cukup,dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 81,57 dengan

kategori baik.Sehingga kemampuan memahami isi wacana melalui strategi belajar

SQ4R pada siswa kelas VII A SMP PAncasila Tahun pelajaran 2012/2013

menagalami peningkatan

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

TES AWAL SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III

NIL

AI S

ISW

A

81

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan penyajian hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab

IV,dapat peneliti simpulkan sebagai berikut:

1. Strategi belajar SQ4R dapat meningkatkan kemampuan memahami isi

wacana pada siswa kelas VII A SMP Pancasila tahun Pelajaran

2012/2013. Hal ini terbukti dari hasil tes awal sampai tes III,terlihat

adanya peningkatan yang signifikan pada kemampuan siswa dalam

memahami isi wacana melalui strategi belajar SQ4R,yaitu dari nilai

rata-rata 58,94 pada tes awal,menjadi 66,05pada siklus I,meningkat

mmenjadi 72,10 pada sikus II,dan meningkat lagi menjadi 80,52 pada

siklus III.Dengan pencapaian nilai rata-rata 80,52pada siklus

III.Dengan pencapaian nilai rata-rata 80,52 pada siklus III,telah

menunjukkan pencapaian nilai yang ditetapkan yaitu 75 telah

terpenuhi,maka penelitian ini dapat dihentikan pada siklus III.

2. Langkah-langkah belajar SQ4R yang tepat adalah membaca sekilas

(survey),menagajukan pertanyaan (question),membaca secara aktif

(read),memahami informasi yang terdapat dalam bacaan

(reflect),merenungkan/mengingat kembali (recite),dan membaca

intisari/ catatan singkat/menceritakan kembali isi bacaan yang telah

dibacanya (review) siswa dapat meningkatkan kemampuannya dalam

memahami isi suatu bacaan.

82

5.2 Saran-saran

Hasil penelitian telah membuktikan secara obyektif bahwa kemampuan

siswa dalam memahami isi wacana melalui strategi belajar SQ4R, dapat

ditingkatkan.Berdasarkan dari data tersebut dapat diberikan saran-saran sebagai

berikut.

1. Dalam kegiatan belajar mengajar tentang peningkatan kemampuan

memahami isi wacana perlu adanya strategi yang tepat

2. Faktor guru memegang peranan penting dalam proses belajar

mengajar,oleh Karena itu hendaknya guru senantiasa meningkatkan

diri baik dalam pemilihan strategi penagajaran maupun keterampilan

mengajar.

3. Guru perlu mengupayakan atau memotivasi siswa agar gemar

membaca,karena dengan banyak membaca siswa dapat menambah

penegetahuan dan wawasan berpikir yang luas serta menumbuhkan

rasa percaya diri dalam menyelesaikan permasalahan yang

dihadapinya.