30
PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN ADAT KABUPATEN KAMPAR MELALUI POLA DIVERSIFIKASI PERKEBUANAN, TANAMAN PANGAN DAN TERNAK Latifa Siswati 1) dan Anto Ariyanto 2) 1) Staf pengajar Fahutan dan 2) Staf pengajar Faperta Univ. Lancang Kuning ABSTRAK. Penelitian ini adalah untuk mencari pola diversifikasi optimum untuk usahatani perkebunan karet, perkebunan sawit, tanaman pangan dan ternak kepada petani yang tinggal di sekitar hutan adat di Kecamatan Kampar Propinsi Riau. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola diversifikasi usahatani yang optimal, sehingga menguntungkan bagi petani peternak dan untuk mengetahui penggunaan sumberdaya yang optimal oleh petani peternak. Metode penelitian adalah survey, Penentuan kondisi optimal faktor-faktor usahatani di analisis dengan menggunakan metode Programma Linier (PL), dengan menggunakan software QM versi 2.1. Pemanfaatan sumberdaya usahatani optimal di sekitar hutan adat Buluh Cina diperoleh luasan untuk perkebunan sawit seluas 0.8875, perkebunan karet seluas 0.6 ha, tanaman pangan seluas 0.1575 ha, dan ternak sapi sebanyak 4.6405 Satuan Ternak (ST). Perhitungan ini juga memberikan konsekuensi pada hasil pendapatan optimal seorang petani rata-rata sebesar Rp. 1.689.320 per bulan, Sedangkan pemanfaatan sumberdaya usahatani disekitar hutan adat Rumbio diperoleh luasan optimal untuk perkebunan sawit seluas 2.029 ha, perkebunan karet seluas 1.483 ha, tanaman pangan seluas 0.387 ha dan ternak sapi sebanyak 5.884 Satuan Ternak (ST). Perhitungan ini juga memberikan konsekuensi pada hasil pendapatan optimal seorang petani di sekitar hutan adat Rumbio rata-rata sebesar Rp. 7.169.970,- per bulan. Kata Kunci : Diversifikasi, perkebunan, optimasi ABSTRACT. This research is for looking for optimum diversified pattern for farming plantation of rubber, plantation of sawit, livestock and field crop to farmer who live in about custom forest in District Of Kampar Province Riau. intention of this research is to know diversification pattern farming optimation, causing to the advantage of breeder farmer and know usage of optimal resource by breeder farmer. Research method is survey, sample is taken in purposive that is taken in intentionally. Farmer criterion which taken is farmer doing farming with diversified pattern. Determination of optimal condition of farming factors in analysis by using method Linier Programming ( LP), by using software QM version of 2.1. Exploiting of resource farming is optimtion around Buluh Cina forest obtained by area for plantation of sawit for the width of 0.8875, plantation of rubber for the width of 0.6 ha, and field crop for the width of 0.1575 ha. While optimal ox livestock is counted 4.6405 tail. This calculation also give consequence at optimal earnings result a farmer of average of equal to Rp. 1.689.320 per month, by adding plantation of sawit for the width of 0.2 ha and ox livestock about 3.14 tail. While exploiting of farming resource about custom forest Rumbio obtained by optimal area for plantation of sawit for the width of 2.029 ha, plantation of rubber for the width of 1.483

PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT SEKITAR … · produksi manajemen berfungsi mengkoordinasikan ketiga faktor produksi lainnya, sehingga menghasilkan produk yang optimal. Atas dasar

Embed Size (px)

Citation preview

PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN ADAT

KABUPATEN KAMPAR MELALUI POLA DIVERSIFIKASI PERKEBUANAN,

TANAMAN PANGAN DAN TERNAK

Latifa Siswati1)

dan Anto Ariyanto2)

1)Staf pengajar Fahutan dan

2)Staf pengajar Faperta Univ. Lancang Kuning

ABSTRAK. Penelitian ini adalah untuk mencari pola diversifikasi optimum untuk usahatani

perkebunan karet, perkebunan sawit, tanaman pangan dan ternak kepada petani yang tinggal di

sekitar hutan adat di Kecamatan Kampar Propinsi Riau. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui pola diversifikasi usahatani yang optimal, sehingga menguntungkan bagi petani

peternak dan untuk mengetahui penggunaan sumberdaya yang optimal oleh petani peternak.

Metode penelitian adalah survey, Penentuan kondisi optimal faktor-faktor usahatani di analisis

dengan menggunakan metode Programma Linier (PL), dengan menggunakan software QM versi

2.1. Pemanfaatan sumberdaya usahatani optimal di sekitar hutan adat Buluh Cina diperoleh

luasan untuk perkebunan sawit seluas 0.8875, perkebunan karet seluas 0.6 ha, tanaman pangan

seluas 0.1575 ha, dan ternak sapi sebanyak 4.6405 Satuan Ternak (ST). Perhitungan ini juga

memberikan konsekuensi pada hasil pendapatan optimal seorang petani rata-rata sebesar Rp.

1.689.320 per bulan, Sedangkan pemanfaatan sumberdaya usahatani disekitar hutan adat Rumbio

diperoleh luasan optimal untuk perkebunan sawit seluas 2.029 ha, perkebunan karet seluas 1.483

ha, tanaman pangan seluas 0.387 ha dan ternak sapi sebanyak 5.884 Satuan Ternak (ST).

Perhitungan ini juga memberikan konsekuensi pada hasil pendapatan optimal seorang petani di

sekitar hutan adat Rumbio rata-rata sebesar Rp. 7.169.970,- per bulan.

Kata Kunci : Diversifikasi, perkebunan, optimasi

ABSTRACT. This research is for looking for optimum diversified pattern for farming plantation

of rubber, plantation of sawit, livestock and field crop to farmer who live in about custom forest

in District Of Kampar Province Riau. intention of this research is to know diversification pattern

farming optimation, causing to the advantage of breeder farmer and know usage of optimal

resource by breeder farmer. Research method is survey, sample is taken in purposive that is

taken in intentionally. Farmer criterion which taken is farmer doing farming with diversified

pattern. Determination of optimal condition of farming factors in analysis by using method

Linier Programming ( LP), by using software QM version of 2.1. Exploiting of resource farming

is optimtion around Buluh Cina forest obtained by area for plantation of sawit for the width of

0.8875, plantation of rubber for the width of 0.6 ha, and field crop for the width of 0.1575 ha.

While optimal ox livestock is counted 4.6405 tail. This calculation also give consequence at

optimal earnings result a farmer of average of equal to Rp. 1.689.320 per month, by adding

plantation of sawit for the width of 0.2 ha and ox livestock about 3.14 tail.

While exploiting of farming resource about custom forest Rumbio obtained by optimal

area for plantation of sawit for the width of 2.029 ha, plantation of rubber for the width of 1.483

ha, field crop for the width of 0.387 ha and ox livestock counted 5.884 tail. From result which

obtained seen that for usahatani plantation of sawit, plantation of field crop and rubber have been

obtained by optimum condition. While for ox livestock needing addition about 1.701 tail. This

calculation also give consequence at optimal earnings result a farmer around custom forest

Rumbio average of equal to Rp. 7.169.970,per month.

Key word; diversivication, plantation, optimation

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masyarakat yang tinggal di sekitar Hutan Adat di Kabupaten Kampar masih tergolong

miskin. Sudah sekitar empat tahun terakhir Pemerintah Daerah Propinsi Riau telah melaksanakan

program pengentasan kemiskinan di Riau dengan Program K2I (Kemiskinan, Kebodohan dan

Infrastuktur). Salah satu program yang dilaksanakan adalah bantuan berupa Sapi kepada

masyarakat. Dari program ini, diharapkan terjadi peningkatan pendapatan masyarakat. Di

Propinsi Riau umumnya dan khususnya di Kabupaten Kampar, lahan telah banyak dikonversi

menjadi areal perkebunan, khususnya adalah kelapa sawit. Dari sudut pandang Departemen

Pertanian, kebun-kebun ini potensial sebagai “Padang Penggembalaan” ternak sapi.

Program bantuan K2I berupa sapi ini terhadap masyarakat pemilik perkebunan, meski

pun sudah berjalan sekitar empat tahun belum memperoleh hasil yang signifikan terhadap

peningkatan pendapatan masyarakat. Kebun kelapa sawit yang mereka miliki sebelumnya juga

berskala kecil. Sebenarnya program bantuan sapi ini diharapkan terjadi integrasi atau

diversifikasi usaha pertanian pada masyarakat. Dengan dilakukan diversifikasi ini, agar ekonomi

masyarakat petani terutama di Propinsi Riau pada sektor perkebunan dapat meningkat.

Dari uraian di atas, maka perlu dilakukan serangkaian kegiatan mulai dari menghitung

faktor-faktor produksi seperti ketersediaan lahan, tenaga kerja dan modal usahatani yang tujuan

akhirnya adalah memaksimalkan pendapatan petani. Dalam hal ini penelitian difokuskan di

sekitar hutan adat Rumbio dan Buluh Cina Kabupaten Kampar.

Perumusan Masalah

Upaya meningkatkan taraf hidup petani peternak di Kabupaten Kampar khususnya

masyarakat hutan adat, dapat melalui pengelolaan sumberdaya fisik dan non fisik yang ada pada

petani. Tujuan ini tercapai dengan usaha – usaha meningkatkan efisiensi penggunaan

sumberdaya yang dimiliki dalam proses produksi. Menurut Mubyarto (1979) faktor produksi

yang terlihat dalam proses produksi meliputi lahan,tenaga kerja, modal dan manajemen. Faktor

produksi manajemen berfungsi mengkoordinasikan ketiga faktor produksi lainnya, sehingga

menghasilkan produk yang optimal.

Atas dasar di atas maka peternak dituntut untuk memanfaatkan lahan semaksimal

mungkin agar hasil guna yang lebih tinggi, masalah lain adalah pemilikan lahan yang terpencar-

pencar sehingga menyebabkan pengelolaan kurang efisien ,keterbatasan lahan menyebabkan pola

usahatani harus mendapatkan keuntungan yang maksimal.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat di identifikasi masalah ,yaitu ;

1. Bagaimana pola diversifikasi usahatani yang optimal di Kabupaten Kampar, khususnya

masyarakat sekitar hutan adat sehingga menghasilkan pendapatan yang maksimal.

2. Besarnya pendapatan petani ternak pada pola diversifikasi .

Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk pengembangan pola diversifikasi

usahatani optimal perkebunan, tanaman pangan serta ternak dengan melihat faktor-faktor

produksi seperti ketersediaan lahan, tenaga kerja dan modal usahatani. Sehingga penelitian ini

bertujuan untuk : 1) Mengetahui pola diversifikasi usahatani yang optimal, sehingga

menguntungkan bagi petani peternak dan 2) Mengetahui penggunaan sumberdaya yang optimal

oleh petani peternak.

METODE PENELITIAN

Penelitian atau kajian ini menggunakan metode survey. Unit analisis dalam kajian ini

adalah keluarga petani peternak yang melakukan diversifikasi usaha tani berupa perkebunan

kelapa sawit, tanaman pangan dan peternakan sapi. Pengambilan desa sampel dilakukan secara

purposive sampling yang dipilih atas dasar pertimbangan tertentu, yaitu desa yang terdapat usaha

tani perkebunan kelapa sawit, tanaman pangan dan peternakan sapi. Dari desa yang terpilih

diambil sampel keluarga secara purposive sampling dengan kriteria keluarga yang melakukan

usaha tani perkebunan kelapa sawit, tanaman pangan dan peternakan sapi.

Analisis data untuk optimasi digunakan metode linear programming (LP). Dimana

metode linear programming mempunyai tiga komponen kuantitatif yaitu: fungsi tujuan,

aktivitas/proses mencapai tujuan sumber daya terbatas. Fungsi tujuan merupakan fungsi yang

menggambarkan tujuan yang berkaitan dengan pengaturan secara optimal sumberdaya untuk

memperoleh keuntungan maksimal atau biaya minimal.

Untuk memperoleh solusi rancangan linier optimasi penggunaan faktor-faktor produksi

dirumuskan secara matematik sebagai berikut :

Fungsi Tujuan : Maksimum Z = C1X1 + C2X2+ C3X3

Fungsi Kendala :

1. Kendala Lahan

- Lahan perkebunan a11X1 ≤ b11

- Lahan pangan a12X2 ≤ b12

2. Kendala Modal a21X1 + a22X2 + a23X3 ≤ b13

3. Kendala Tenaga Kerja a31X1 +a32X2 + a33 X3 ≤ b14

Syarat X1, X2, dan X3 > 0

Keterangan :

Z = fungsi tujuan (pola usahatani terpadu tanaman dan ternak sapi yang dapat memaksimalkan

pendapatan keluarga)

Cm= parameter kriteria optimasi atau koefisien peubah pengambilan keputusan dalam fungsi

tujuan.

Xm,n= kegiatan atau aktifitas masing-masing cabang usahatani.

a = koefisien aktifitas dalam kendala ke-i pada kegiatan ke – j.

bm,n = kendala lahan, modal dan tenaga kerja

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identitas Petani Responden

Sebagian besar petani berumur 30 – 50, dan umur 41 -50 tahun merupakan jumlah

terbesar (53,3%). Jadi petani di sekitar hutan adat Rumbio dan Buluh Cina relatif produktif .

Chamdi (2003) menyatakan bahwa semakin muda usia peternak (usia produktif 20 – 45 tahun)

umumnya rasa keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan terhadap introduksi teknologi

semakin tinggi. Diketahui tingkat pendidikan sebagian besar petani ternak sapi adalah SLTP

(41,67%), sedangkan tingkat SLTA (33,33 %). Dapat dikatakan tingkat pendidikan cukup baik,

sehingga diharapkan dapat menerima inovasi di bidang pertanian dan peternakan.

Skala Usahatani dan Ternak Petani Responden

Di lokasi penelitian di sekitar hutan adat Rumbio dan Hutan adat Buluh Cina Kabupaten

Kampar keluarga petani mengusahakan dua jenis usahatani yaitu usahatani perkebunan dan

tanaman pangan. Jenis perkebunan yang di usahakan adalah kebun kelapa sawit dan karet.Luas

lahan yang diusahakan berbeda – beda. Luas rata-rata kebun kelapa sawit 2,6 ha per kepala

keluarga di Kecamatan Kampar sedangkan di Kecamatan Siak Hulu 0,8875 ha, luas rata-rata

kebun karet 1,925 ha per kepala keluarga di Kecamatan Kampar dan hanya 0,6 ha di Kecamatan

Siak Hulu. Sedangkan luas rata-rata tanaman pangan hanya 0,5025 ha di Kecamatan Kampar dan

0,1575 ha di Siak Hulu. Untuk ternak sapi rata – rata 5,525 Satuan Ternak (ST) di Kecamatan

Kampar dan di Siak Hulu 1,5 Satuan Ternak (ST) per kepala keluarga. Dari gambaran di atas

menunjukkan bahwa di lokasi penelitian Kecamatan Siak Hulu kepemilikan kebun masih lebih

rendah dari Kecamatan Kampar. Disamping itu di kedua kecamatan ini, usaha ternak sapi masih

berorientasi pada pola peternakan rakyat yaitu sebagai usaha tambahan untuk mengisi waktu

luang setelah petani selesai melakukan usahatani yang akhirnya dapat menambah pendapatan

keluarga.

Gambar 1. Perbandingan Kepemilikan Perkebunan, Tanaman Pangan

dan Ternak Sapi di Kecamatan Siak dan Kampar

Pendapatan Usahatani Keluarga

Rata – rata Penerimaan,Biaya dan Pendapatan Usahatani Ternak pada masing– masing

Usahatani di dua Kecamatan, disajikan pada Tabel 1. Dari tabel tersebut dapat di lihat bahwa

dari hasil perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Siak Hulu Rp. 614.080,- /ha per kepala

keluarga dan di Kecamatan Kampar Rp. 1.498.770,-/ha per kepala keluarga, hal ini disebabkan

petani di Kecamatan Kampar skala usahanya lebih besar dibandingkan dengan petani di

Kecamatan Siak Hulu. Selain itu harga kelapa sawit di Kecamatan Kampar sedikit lebih tinggi.

Tabel 1. Rata rata Penerimaan , Biaya dan Pendapatan Usahatani Ternak

pada Masing – masing Usahatani per Bulan.

No Uraian Penerimaan Biaya Pendapatan Kec. Siak hulu

Kec. Kampar

Kec. Siak hulu

Kec. Kampar

Kec. Siak hulu

Kec. Kampar

1 Kelapa

Sawit 757.750 2.091.990 143.660 593.220 614.080 1.498.770

2 Karet 766.670 1.044.940 220.830 255.340 545.830 789.610 3 Tanaman

pangan 1.666.670 1.887.100 163.490 791.61 1.503.170 1.095.480

4 Ternak

Sapi 203.330 618.050 78.330 187.500 125.000 430.550

Diversifikasi 680.550 3.385.630 Sumber : Diolah dari Data Primer

Dari tabel tersebut juga dapat di lihat bahwa dari hasil perkebunan karet di Kecamatan

Siak Hulu sebesar Rp. 545.830,- /ha per kepala keluarga, lebih rendah dari Kecamatan Kampar

yaitu Rp. 789.610,-/ha per kepala keluarga, hal ini disebabkan petani di Kecamatan Kampar

skala usahanya lebih besar dibandingkan dengan petani di Kecamatan Siak Hulu. Yang agak

berbeda adalah hasil dari tanaman pangan di Kecamatan Siak Hulu sebesar Rp. 1.503.170,-/ ha

per kepala keluarga, sedikit lebih tinggi dari Kecamatan Kampar yaitu hanya sebesar Rp.

1.095.48,-/ha per kepala keluarga, hal ini mungkin disebabkan harga komoditi tanaman pangan

sedikit lebih tinggi di Kecamatan Siak Hulu dibandingkan di Kecamatan Kampar. Hal ini

disebabkan Kecamatan Siak Hulu lebih dekat dengan kota Pekanbaru, Ibukota Propinsi Riau.

Pendapatan dari ternak sapi, relative masih lebih rendah, hal ini disebabkan oleh kepemilikan

sapi masih baru. Di Kecamatan Siak Hulu penerimaan baru diperoleh dari hasil penjualan

kotoran sapi dan urin untuk di jadikan pupuk, sedangkan di Kecamatan Kampar pendapatan dari

ternak sapi sedikit lebih tinggi dabandingan di Kecamatan siak Hulu, karena di daerah ini sudah

ada yang menjual sapi.

Optimalisasi Pola Usahatani

Pola Usahatani yang dilakukan keluarga petani yang berada di sekitar Hutan adat di

Kecamatan Siak Hulu dan Kecamatan Kampar merupakan pola diversifikasi perkebunan kelapa

sawit, perkebunan karet, tanaman pangan, dan ternak sapi. Keterbatasan lahan untuk

mengoptimalkan penggunaan faktor produksi sehingga menyebabkan para petani kesulitan

dalam meningkatkan skala usahatani baik tanaman pangan maupun peternakan dan perkebunan.

Alternatif yang dapat dilakukan keluarga adalah dengan mengoptimalkan skala usaha tanaman

pangan, perkebunan dan pemeliharaan ternak sapi, dengan sumberdaya terbatas.

Pada umumnya petani menanam tanaman pangan di pekarangan rumah petani yang pada

umumnya memiliki rumah dan pekarangan seluas yang kurang dari 0,5 Ha per kepala keluarga.

Disekitar hutan adat di Buluh cina dan Rumbio petani tidak semuanya memiliki perkebunan

karet tetapi semua responden memang memiliki perkebunan kelapa sawit, saat ini pendapatan

petani sudah tinggi karena harga kelapa sawit dan karet sudah merangkak naik. Peternakan sapi

di daerah penelitian kepemilikan rata-rata hanya 1 sampai 4 ekor per peternak. Hal ini juga

sudah memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga.

Model optimasi aktivitas pola usahatani dengan sistem diversifikasi dapat dilihat pada

Tabel 2. dan Tabel 3.

Tabel 2. Model Optimasi Pola Diversifikasi Usahatani Petani di Sekitar

Hutan Adat Buluh cina

Tabel 3. Model Optimasi Pola Diversifikasi Usahatani Petani di Sekitar

Hutan Adat Rumbio

Konsep optimalisasi dalam usahatani berarti mencari kombinasi input yang optimal dan

digunakan untuk berproduksi sehingga diperoleh keuntungan maksimal. Pada tingkat ini nilai

produksi dihitung dari perkalian jumlah produk yang dihasilkan dengan biaya produksi yang

digunakan input tersebut akan menghasilkan keuntungan maksimal. Hasil analisis menunjukkan

bahwa petani yang berada disekitar hutan adat Bulu Cina dengan pola diversifikasi usahatani.

Masih dapat mengoptimalkan tingkat pendapatan keluarga dengan penambahan perkebunan

kelapa sawit, karet, tanaman pangan dan ternak sapi.

Tabel 4. Pola Usahatani Aktual dan Solusi Optimal Basis Pengelolaan

Diversifikasi Usahatani di Sekitar Hutan Adat Buluh Cina

Variabel

Keputusan

Jenis

Usahatani

Solusi

Optimal Basis

(Unit)

Kondisi

Aktual

(unit)

Selisih

(unit)

X1 Sawit 0.8875 0.6875 0.2

X2 Karet 0.6 0.6 0

X3 Tanaman

Pangan

0.1575 0.1575 0

X4 Sapi 4.6405 1.5 3.14

Dari Tabel 4. dapat diketahui bahwa pemanfaatan sumberdaya usahatani menurut solusi optimal

basis di sekitar hutan adat Buluh Cina diperoleh luasan optimal untuk perkebunan sawit seluas

0.8875, perkebunan karet seluas 0.6 Ha, dan tanaman pangan seluas 0.1575 ha. Sedangakan

ternak sapi optimal adalah sebanyak 4.6405 ST (Satuan Ternak). Perhitungan ini juga

memberikan konsekuensi pada hasil pendapatan optimal seorang petani rata-rata sebesar Rp.

1.689.320 per bulan, dengan menambahkan perkebunan sawit seluas 0.2 ha dan ternak sapi

sekitar 3.14 Satuan Ternak (ST). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi aktual saat ini di

Kecamatan Siak Hulu sudah mendekati optimal, karena untuk perkebunan karet dan tanaman

pangan sudah mencapai kondisi optimal, dengan melihat sumberdaya yang dimiliki oleh

masyarakat di daerah tersebut.

Tabel 5. Pola Usahatani Aktual dan Solusi Optimal Basis Pengelolaan

Diversifikasi Usahatani di Sekitar Hutan Adat Rumbio

Variabel

Keputusan

Jenis

Usahatani

Solusi

Optimal Basis

(Unit)

Kondisi

Aktual

(unit)

Selisih

(unit)

X1 Sawit 2.029 2.029 0

X2 Karet 1.483 1.483 0

X3 Tanaman

Pangan

0.387 0.387 0

X4 Sapi 5.884 4.183 1.701

Dari Tabel 5. dapat diketahui bahwa pemanfaatan sumberdaya usahatani menurut solusi optimal

basis di sekitar hutan adat Rumbio diperoleh luasan optimal untuk perkebunan sawit seluas 2.029

ha, perkebunan karet seluas 1.483 ha, tanaman pangan seluas 0.387 ha dan ternak sapi sebanyak

5.884 Satuan Ternak (ST). Dari hasil yang diperoleh terlihat bahwa untuk usahatani perkebunan

sawit, perkebunan karet dan tanaman pangan telah diperoleh kondisi optimum. Sedangkan untuk

ternak sapi perlu penambahan sekitar 1.701 Satuan Ternak (ST). Perhitungan ini juga

memberikan konsekuensi pada hasil pendapatan optimal seorang petani di sekitar hutan adat

Rumbio rata-rata sebesar Rp. 7.169.970,- per bulan. Kondisi aktual saat ini di Kecamatan Siak

Hulu sudah mendekati kondisi optimal.

Penggunaan Faktor-faktor Produksi Pola Usahatani Optimal

Faktor-faktor produksi seperti lahan, baik tanaman pangan maupun perkebunan dan

tenaga kerja keluarga merupakan sumberdaya yang pada skala optimal akan habis seluruhnya

dicapai. Sedangkan faktor produksi seperti modal untuk pembiayaan dan tenaga kerja Pola

Usahatani yang dilakukan keluarga petani yang berada di sekitar Hutan adat di Kecamatan.

Untuk mencapai skala usahatani yang dapat mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor produksi

ini, apabila dalam satu tahun tersebut keluarga menyediakan 30 persen dari pendapatan yang

sekarang untuk modal usahataninya, maka jumlah tersebut sebagai modal tidak akan habis

terpakai.

Petani di sekitar hutan adat Buluh Cina, menunjukkan bahwa untuk satu hektar lahan

perkebunan sawit, akan memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp.384.825,-. Sedangkan

untuk satu hektar perkebunan karet akan memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp.

213.374,- dan untuk satu hektar tanaman pangan akan memberikan tambahan keuntungan

sebesar Rp.1.150.767,- yang terdiri dari komoditi kacang kedelai, kacang hijau, sayur mayor,

singkong, jagung, padi dan lain-lain. Untuk petani di sekitar hutan adat Rumbio, menunjukkan

bahwa untuk satu hektar lahan perkebunan sawit, akan memberikan tambahan keuntungan

sebesar Rp. 1.345.864,-. Sedangkan untuk satu hektar perkebunan karet akan memberikan

tambahan keuntungan sebesar Rp. 640.383,- dan untuk satu hektar tanaman pangan akan

memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp. 762.479,- yang terdiri dari komoditi padi, kacang

kedelai, kacang hijau, sayur mayor, singkong, jagung dan lain-lain.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan:

1. Pemanfaatan sumberdaya usahatani menurut solusi optimal basis di sekitar hutan adat Buluh

Cina diperoleh luasan optimal untuk perkebunan sawit seluas 0.8875, perkebunan karet

seluas 0.6 Ha, dan tanaman pangan seluas 0.1575 ha. Sedangakan ternak sapi optimal adalah

sebanyak 4.6405 Satuan Ternak (ST). Perhitungan ini juga memberikan konsekuensi pada

hasil pendapatan optimal seorang petani rata-rata sebesar Rp. 1.689.320 per bulan, dengan

menambahkan perkebunan sawit seluas 0.2 ha dan ternak sapi sekitar 3.14 Satuan Ternak

(ST). Untuk perkebunan karet dan tanaman pangan sudah mencapai kondisi optimal

2. Pemanfaatan sumberdaya usahatani menurut solusi optimal basis di sekitar hutan adat

Rumbio diperoleh luasan optimal untuk perkebunan sawit seluas 2.029 ha, perkebunan karet

seluas 1.483 ha, tanaman pangan seluas 0.387 ha dan ternak sapi sebanyak 5.884 Satuan

Ternak (ST). Dari hasil yang diperoleh terlihat bahwa untuk usahatani perkebunan sawit,

perkebunan karet dan tanaman pangan telah diperoleh kondisi optimum. Sedangkan untuk

ternak sapi perlu penambahan sekitar 1.701 Satuan Ternak (ST). Perhitungan ini juga

memberikan konsekuensi pada hasil pendapatan optimal seorang petani di sekitar hutan adat

Rumbio rata-rata sebesar Rp. 7.169.970,- per bulan.

3. Petani di sekitar hutan adat Buluh Cina, menunjukkan bahwa untuk satu hektar lahan

perkebunan sawit, akan memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp.384.825,-. Sedangkan

untuk satu hektar perkebunan karet akan memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp.

213.374,- dan untuk satu hektar tanaman pangan akan memberikan tambahan keuntungan

sebesar Rp.1.150.767,- yang terdiri dari komoditi kacang kedelai, kacang hijau, sayur mayor,

singkong, jagung, padi dan lain-lain.

4. Untuk petani di sekitar hutan adat Rumbio, menunjukkan bahwa untuk satu hektar lahan

perkebunan sawit, akan memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp. 1.345.864,-.

Sedangkan untuk satu hektar perkebunan karet akan memberikan tambahan keuntungan

sebesar Rp. 640.383,- dan untuk satu hektar tanaman pangan akan memberikan tambahan

keuntungan sebesar Rp. 762.479,- yang terdiri dari komoditi padi, kacang kedelai, kacang

hijau, sayur mayor, singkong, jagung dan lain-lain.

Saran/Rekomendasi

1. Perlu dilakukan uji coba pengembangan usahatani dengan pola diversifikasi dengan cara

demonstration area untuk masing-masing satuan lahan atau kecamatan disekitar hutan adat.

2. Mengingat kompleksitas permasalahan ekonomi masyarakat pedesaan, terutama menyangkut

peningkatan kesejahteraan petani, perlu pengembangan penelitian lanjutan tentang model

pengembangan pertanian yang akan dikembangkan dengan memperhitungkan variabel

mobilitas penduduk, alih fungsi lahan, tekanan penduduk, dan daya dukung lahan di

pedesaan.

3. Khususnya untuk menjamin kepastian lahan usaha pertanian tanaman pangan perlu dilakukan

penyusunan kebijakan tentang keberadaan hutan adat dan lahan abadi tanaman pangan

Kabupaten Kampar.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau. 2009. Kajian Pengembangan Sistem

Integrasi Perkebunan Kelapa Sawit dengan Peternakan Sapi di Provinsi Riau.

Chamdi ,A.N. 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing di Kecamatan Kradenan

Kabupaten Grobogan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner . Bogor

29 -31 September 2003. Bogor ; Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian. 312-315.

Diwyanto, K. 2002. Pemanfaatan Sumberdaya Lokal dan Inovasi Teknologi dalam Mendukung

Pengembangan Sapi Potong di Indonesia. Orasi APU .Badan Litbang Pertanian.

Edwina, S,Cepriadi dan Zainina.2006. Analisis Pendapatan Peternak Ayam Broiler pola

Kemitraan di Kota Pekanbaru. Jurnal Peternakan. 3: 1-9.

Hutabarat,T.S.P.N. 2002. Pendekatan Kawasan Pembangunan Peternakan . Direktorat Jendral

Bina Produksi Peternakan,Departemen Pertanian, Jakarta..

Liwang , T. 2003. Palm Oil mill effluent Managemen. Burotrop Bull., 19 ; 38.

Siswati.L, Noverdiman. 2000. Modernisasi Petani Peternak Sapi yang Melakukan Pola

Diversifikasi Usahatani yang Optimal di Pinggiran Taman Nasional Kerinci Seblat. Penelitian

Dosen Univ.Jambi.

------------.2008. Analisis Potensi Wilayah Penggembangan Ternak Sapi Potong di Kab. INHU di

Sekitar Hutan Prop.Riau. Jurnal Angsana Fak. Peternakan Univ. Jambi.

-----------.2008. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Sapi Potong di Sekitar Taman Nasional Bukit

Tiga Puluh.Jurnal Wanaforesta ,Fahutan Unilak. Pekanbaru

-----------. Enny Insusanty. 2009. Pola Diversivikasi Perkebunan , Tanaman Pangan, Ternak Sapi

di Sekitar Hutan Kab.Indragiri Hulu.Proceding International Confrence UIN SUSKA Riau.

Soekartawi. 1995. Linear Programming Teori dan Aplikasinya Khususnya Bidang Pertanian.

Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Umiyasih , U, dan Y.N. Anggraeny. 2003. Keterpaduan Sistem Usaha Perkebunan dengan

Ternak: Tinjauan Tentang Ketersediaan Hijauan Pakan untuk Sapi Potong di Kawasan

Perkebunan Kelapa Sawit. Prosiding Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit –

Sapi.Bengkulu , 9-10 September 2003.

PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN ADAT BULUH

CINA DI KABUPATEN KAMPAR MELALUI POLA DIVERSIFIKASI

PERKEBUANAN, TANAMAN PANGAN DAN TERNAK

Latifa Siswati1)

dan Anto Ariyanto2)

1)Staf pengajar Fahutan dan

2)Staf pengajar Faperta Univ. Lancang Kuning

ABSTRAK. Penelitian ini adalah untuk mencari pola diversifikasi optimum untuk usahatani

perkebunan karet, perkebunan sawit, tanaman pangan dan ternak kepada petani yang tinggal di

sekitar hutan adat Buluh Cina di Kecamatan Siak Hulu Propinsi Riau. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui pola diversifikasi usahatani yang optimal, sehingga menguntungkan

bagi petani peternak dan untuk mengetahui penggunaan sumberdaya yang optimal oleh petani

peternak. Metode penelitian adalah survey, Penentuan kondisi optimal faktor-faktor usahatani di

analisis dengan menggunakan metode Programma Linier (PL), dengan menggunakan software

QM versi 2.1. Pemanfaatan sumberdaya usahatani optimal di sekitar hutan adat Buluh Cina

diperoleh luasan untuk perkebunan sawit seluas 0.8875, perkebunan karet seluas 0.6 ha, tanaman

pangan seluas 0.1575 ha, dan ternak sapi sebanyak 4.6405 Satuan Ternak (ST). Perhitungan ini

juga memberikan konsekuensi pada hasil pendapatan optimal seorang petani rata-rata sebesar

Rp. 1.689.320 per bulan,

Kata Kunci : Diversifikasi, perkebunan, optimasi

ABSTRACT. This research is for looking for optimum diversified pattern for farming plantation

of rubber, plantation of sawit, livestock and field crop to farmer who live in about custom forest

Buluh Cina in District Of Siak Hulu Province Riau. intention of this research is to know

diversification pattern farming optimation, causing to the advantage of breeder farmer and know

usage of optimal resource by breeder farmer. Research method is survey, sample is taken in

purposive that is taken in intentionally. Farmer criterion which taken is farmer doing farming

with diversified pattern. Determination of optimal condition of farming factors in analysis by

using method Linier Programming ( LP), by using software QM version of 2.1. Exploiting of

resource farming is optimation around Buluh Cina forest obtained by area for plantation of sawit

for the width of 0.8875, plantation of rubber for the width of 0.6 ha, and field crop for the width

of 0.1575 ha. While optimation ox livestock is counted 4.6405 tail. This calculation also give

consequence at optimation earnings result a farmer of average of equal to Rp. 1.689.320 per

month, by adding plantation of sawit for the width of 0.2 ha and ox livestock about 3.14 tail.

Key word; diversivication, plantation, optimation

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masyarakat yang tinggal di sekitar Hutan Adat Buluh Cina di Kabupaten Kampar masih

tergolong miskin. Sudah sekitar empat tahun terakhir Pemerintah Daerah Propinsi Riau telah

melaksanakan program pengentasan kemiskinan di Riau dengan Program K2I (Kemiskinan,

Kebodohan dan Infrastuktur). Salah satu program yang dilaksanakan adalah bantuan berupa Sapi

kepada masyarakat. Dari program ini, diharapkan terjadi peningkatan pendapatan masyarakat. Di

Propinsi Riau umumnya dan khususnya di Kabupaten Kampar, lahan telah banyak dikonversi

menjadi areal perkebunan, khususnya adalah kelapa sawit. Dari sudut pandang Departemen

Pertanian, kebun-kebun ini potensial sebagai “Padang Penggembalaan” ternak sapi.

Program bantuan K2I berupa sapi ini terhadap masyarakat pemilik perkebunan, meski

pun sudah berjalan sekitar empat tahun belum memperoleh hasil yang signifikan terhadap

peningkatan pendapatan masyarakat. Kebun kelapa sawit yang mereka miliki sebelumnya juga

berskala kecil. Sebenarnya program bantuan sapi ini diharapkan terjadi integrasi atau

diversifikasi usaha pertanian pada masyarakat. Dengan dilakukan diversifikasi ini, agar ekonomi

masyarakat petani terutama di Propinsi Riau pada sektor perkebunan dapat meningkat.

Dari uraian di atas, maka perlu dilakukan serangkaian kegiatan mulai dari menghitung

faktor-faktor produksi seperti ketersediaan lahan, tenaga kerja dan modal usahatani yang tujuan

akhirnya adalah memaksimalkan pendapatan petani. Dalam hal ini penelitian difokuskan di

sekitar hutan adat Buluh Cina Kabupaten Kampar.

Perumusan Masalah

Upaya meningkatkan taraf hidup petani peternak sekitar hutan adat Buluh Cina di

Kabupaten Kampar, dapat melalui pengelolaan sumberdaya fisik dan non fisik yang ada pada

petani. Tujuan ini tercapai dengan usaha – usaha meningkatkan efisiensi penggunaan

sumberdaya yang dimiliki dalam proses produksi. Menurut Mubyarto (1979) faktor produksi

yang terlihat dalam proses produksi meliputi lahan,tenaga kerja, modal dan manajemen. Faktor

produksi manajemen berfungsi mengkoordinasikan ketiga faktor produksi lainnya, sehingga

menghasilkan produk yang optimal.

Atas dasar di atas maka peternak dituntut untuk memanfaatkan lahan semaksimal

mungkin agar hasil guna yang lebih tinggi, masalah lain adalah pemilikan lahan yang terpencar-

pencar sehingga menyebabkan pengelolaan kurang efisien ,keterbatasan lahan menyebabkan pola

usahatani harus mendapatkan keuntungan yang maksimal.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat di identifikasi masalah ,yaitu ;

1. Bagaimana pola diversifikasi usahatani yang optimal di Kabupaten Kampar, khususnya

masyarakat sekitar hutan adat sehingga menghasilkan pendapatan yang maksimal.

2. Besarnya pendapatan petani ternak pada pola diversifikasi .

Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk pengembangan pola diversifikasi

usahatani optimal perkebunan, tanaman pangan serta ternak dengan melihat faktor-faktor

produksi seperti ketersediaan lahan, tenaga kerja dan modal usahatani. Sehingga penelitian ini

bertujuan untuk : 1) Mengetahui pola diversifikasi usahatani yang optimal, sehingga

menguntungkan bagi petani peternak dan 2) Mengetahui penggunaan sumberdaya yang optimal

oleh petani peternak.

METODE PENELITIAN

Kajian ini dilaksanakan di Hutan adat Buluh Cina di Kabupaten Kampar Propinsi Riau.

Penelitian atau kajian ini menggunakan metode survey. Unit analisis dalam kajian ini adalah

keluarga petani peternak yang melakukan diversifikasi usaha tani berupa perkebunan kelapa

sawit, tanaman pangan dan peternakan sapi. Pengambilan desa sampel dilakukan secara

purposive sampling yang dipilih atas dasar pertimbangan tertentu, yaitu desa yang terdapat usaha

tani perkebunan kelapa sawit, tanaman pangan dan peternakan sapi. Dari desa yang terpilih

diambil sampel keluarga secara purposive sampling dengan kriteria keluarga yang melakukan

usaha tani perkebunan kelapa sawit, tanaman pangan dan peternakan sapi.

Analisis data untuk optimasi digunakan metode linear programming (LP). Dimana

metode linear programming mempunyai tiga komponen kuantitatif yaitu: fungsi tujuan,

aktivitas/proses mencapai tujuan sumber daya terbatas. Fungsi tujuan merupakan fungsi yang

menggambarkan tujuan yang berkaitan dengan pengaturan secara optimal sumberdaya untuk

memperoleh keuntungan maksimal atau biaya minimal.

Untuk memperoleh solusi rancangan linier optimasi penggunaan faktor-faktor produksi

dirumuskan secara matematik sebagai berikut :

Fungsi Tujuan : Maksimum Z = C1X1 + C2X2+ C3X3

Fungsi Kendala :

1. Kendala Lahan

- Lahan perkebunan a11X1 ≤ b11

- Lahan pangan a12X2 ≤ b12

2. Kendala Modal a21X1 + a22X2 + a23X3 ≤ b13

3. Kendala Tenaga Kerja a31X1 +a32X2 + a33 X3 ≤ b14

Syarat X1, X2, dan X3 > 0

Keterangan :

Z = fungsi tujuan (pola usahatani terpadu tanaman dan ternak sapi yang dapat memaksimalkan

pendapatan keluarga)

Cm= parameter kriteria optimasi atau koefisien peubah pengambilan keputusan dalam fungsi

tujuan.

Xm,n= kegiatan atau aktifitas masing-masing cabang usahatani.

a = koefisien aktifitas dalam kendala ke-i pada kegiatan ke – j.

bm,n = kendala lahan, modal dan tenaga kerja

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identitas Petani Responden

Sebagian besar petani berumur 30 – 50, dan umur 41 -50 tahun merupakan jumlah

terbesar (53,3%). Jadi petani di sekitar hutan adat Buluh Cina relatif produktif . Chamdi (2003)

menyatakan bahwa semakin muda usia peternak (usia produktif 20 – 45 tahun) umumnya rasa

keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan terhadap introduksi teknologi semakin tinggi.

Diketahui tingkat pendidikan sebagian besar petani ternak sapi adalah SLTP (41,67%),

sedangkan tingkat SLTA (33,33 %). Dapat dikatakan tingkat pendidikan cukup baik, sehingga

diharapkan dapat menerima inovasi di bidang pertanian dan peternakan.

Skala Usahatani dan Ternak Petani Responden

Di lokasi penelitian di sekitar hutan adat Buluh Cina Kabupaten Kampar keluarga petani

mengusahakan dua jenis usahatani yaitu usahatani perkebunan dan tanaman pangan. Jenis

perkebunan yang di usahakan adalah kebun kelapa sawit dan karet.Luas lahan yang diusahakan

berbeda – beda. Luas rata-rata kebun kelapa sawit 0,8875 ha, luas rata-rata kebun karet sebesar

0,6 ha, sedangkan luas rata-rata tanaman pangan hanya 0,1575 ha. Untuk ternak sapi rata – rata

1,5 Satuan Ternak (ST) per kepala keluarga. Petani di sekitar hutan adat Buluh Cina, usaha

ternak sapi masih berorientasi pada pola peternakan rakyat yaitu sebagai usaha tambahan untuk

mengisi waktu luang setelah petani selesai melakukan usahatani.

Pendapatan Usahatani Keluarga

Rata – rata Penerimaan,Biaya dan Pendapatan Usahatani Ternak pada masing-masing

usaha tani yang dilakkan diversifikasi. Hasil dari perkebunan kelapa sawit sebesar Rp. 614.080,-

/ha per kepala keluarga, dari hasil perkebunan karet sebesar Rp. 545.830,- / ha per kepala

keluarga, hasil dari tanaman pangan sebesar Rp. 1.503.170,-/ ha per kepala keluarga. Pendapatan

dari ternak sapi, relative masih lebih rendah, hal ini disebabkan oleh kepemilikan sapi masih

baru. Penerimaan baru diperoleh dari hasil penjualan kotoran sapi dan urin untuk di jadikan

pupuk.

Optimalisasi Pola Usahatani

Pola Usahatani yang dilakukan keluarga petani yang berada di sekitar Hutan adat Buluh

Cina di Kecamatan Siak Hulu merupakan pola diversifikasi perkebunan kelapa sawit,

perkebunan karet, tanaman pangan, dan ternak sapi. Keterbatasan lahan untuk mengoptimalkan

penggunaan faktor produksi sehingga menyebabkan para petani kesulitan dalam meningkatkan

skala usahatani baik tanaman pangan maupun peternakan dan perkebunan. Alternatif yang dapat

dilakukan keluarga adalah dengan mengoptimalkan skala usaha tanaman pangan, perkebunan

dan pemeliharaan ternak sapi, dengan sumberdaya terbatas.

Pada umumnya petani menanam tanaman pangan di pekarangan rumah petani yang pada

umumnya memiliki rumah dan pekarangan seluas yang kurang dari 0,5 Ha per kepala keluarga.

Disekitar hutan adat di Buluh cina, petani tidak semuanya memiliki perkebunan karet tetapi

semua responden memang memiliki perkebunan kelapa sawit, saat ini pendapatan petani sudah

tinggi karena harga kelapa sawit dan karet sudah merangkak naik. Peternakan sapi di daerah

penelitian kepemilikan rata-rata hanya 1 sampai 4 ekor per peternak. Hal ini juga sudah

memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga.

Model optimasi aktivitas pola usahatani dengan sistem diversifikasi dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Model Optimasi Pola Diversifikasi Usahatani Petani di Sekitar

Hutan Adat Buluh cina

Konsep optimalisasi dalam usahatani berarti mencari kombinasi input yang optimal dan

digunakan untuk berproduksi sehingga diperoleh keuntungan maksimal. Pada tingkat ini nilai

produksi dihitung dari perkalian jumlah produk yang dihasilkan dengan biaya produksi yang

digunakan input tersebut akan menghasilkan keuntungan maksimal. Hasil analisis menunjukkan

bahwa petani yang berada disekitar hutan adat Bulu Cina dengan pola diversifikasi usahatani.

Masih dapat mengoptimalkan tingkat pendapatan keluarga dengan penambahan perkebunan

kelapa sawit, karet, tanaman pangan dan ternak sapi.

Tabel 2. Pola Usahatani Aktual dan Solusi Optimal Basis Pengelolaan

Diversifikasi Usahatani di Sekitar Hutan Adat Buluh Cina

Variabel

Keputusan

Jenis

Usahatani

Solusi

Optimal Basis

(Unit)

Kondisi

Aktual

(unit)

Selisih

(unit)

X1 Sawit 0.8875 0.6875 0.2

X2 Karet 0.6 0.6 0

X3 Tanaman

Pangan

0.1575 0.1575 0

X4 Sapi 4.6405 1.5 3.14

Dari Tabel 2. dapat diketahui bahwa pemanfaatan sumberdaya usahatani menurut solusi optimal

basis di sekitar hutan adat Buluh Cina diperoleh luasan optimal untuk perkebunan sawit seluas

0.8875, perkebunan karet seluas 0.6 Ha, dan tanaman pangan seluas 0.1575 ha. Sedangakan

ternak sapi optimal adalah sebanyak 4.6405 ST (Satuan Ternak). Perhitungan ini juga

memberikan konsekuensi pada hasil pendapatan optimal seorang petani rata-rata sebesar Rp.

1.689.320 per bulan, dengan menambahkan perkebunan sawit seluas 0.2 ha dan ternak sapi

sekitar 3.14 Satuan Ternak (ST). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi aktual saat ini di

Kecamatan Siak Hulu sudah mendekati optimal, karena untuk perkebunan karet dan tanaman

pangan sudah mencapai kondisi optimal, dengan melihat sumberdaya yang dimiliki oleh

masyarakat di daerah tersebut.

Penggunaan Faktor-faktor Produksi Pola Usahatani Optimal

Faktor-faktor produksi seperti lahan, baik tanaman pangan maupun perkebunan dan

tenaga kerja keluarga merupakan sumberdaya yang pada skala optimal akan habis seluruhnya

dicapai. Sedangkan faktor produksi seperti modal untuk pembiayaan dan tenaga kerja Pola

Usahatani yang dilakukan keluarga petani yang berada di sekitar Hutan adat di Kecamatan.

Untuk mencapai skala usahatani yang dapat mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor produksi

ini, apabila dalam satu tahun tersebut keluarga menyediakan 30 persen dari pendapatan yang

sekarang untuk modal usahataninya, maka jumlah tersebut sebagai modal tidak akan habis

terpakai.

Petani di sekitar hutan adat Buluh Cina, menunjukkan bahwa untuk satu hektar lahan

perkebunan sawit, akan memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp.384.825,-. Sedangkan

untuk satu hektar perkebunan karet akan memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp.

213.374,- dan untuk satu hektar tanaman pangan akan memberikan tambahan keuntungan

sebesar Rp.1.150.767,- yang terdiri dari komoditi kacang kedelai, kacang hijau, sayur mayor,

singkong, jagung, padi dan lain-lain.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan:

1. Pemanfaatan sumberdaya usahatani menurut solusi optimal basis di sekitar hutan adat Buluh

Cina diperoleh luasan optimal untuk perkebunan sawit seluas 0.8875, perkebunan karet

seluas 0.6 Ha, dan tanaman pangan seluas 0.1575 ha. Sedangakan ternak sapi optimal adalah

sebanyak 4.6405 Satuan Ternak (ST). Perhitungan ini juga memberikan konsekuensi pada

hasil pendapatan optimal seorang petani rata-rata sebesar Rp. 1.689.320 per bulan, dengan

menambahkan perkebunan sawit seluas 0.2 ha dan ternak sapi sekitar 3.14 Satuan Ternak

(ST). Untuk perkebunan karet dan tanaman pangan sudah mencapai kondisi optimal

2. Petani di sekitar hutan adat Buluh Cina, menunjukkan bahwa untuk satu hektar lahan

perkebunan sawit, akan memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp.384.825,-. Sedangkan

untuk satu hektar perkebunan karet akan memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp.

213.374,- dan untuk satu hektar tanaman pangan akan memberikan tambahan keuntungan

sebesar Rp.1.150.767,- yang terdiri dari komoditi kacang kedelai, kacang hijau, sayur mayor,

singkong, jagung, padi dan lain-lain.

Saran/Rekomendasi

1. Perlu dilakukan uji coba pengembangan usahatani dengan pola diversifikasi dengan cara

demonstration area untuk masing-masing satuan lahan atau kecamatan disekitar hutan adat,

sebagai wadah sosialisasi kebijakan, uji coba penerapan teknologi dan pelatihan bagi petani

untuk berorganisasi.

2. Mengingat kompleksitas permasalahan ekonomi masyarakat pedesaan, terutama menyangkut

peningkatan kesejahteraan petani, perlu pengembangan penelitian lanjutan tentang model

pengembangan pertanian yang akan dikembangkan dengan memperhitungkan variabel

mobilitas penduduk, alih fungsi lahan, tekanan penduduk, dan daya dukung lahan di

pedesaan sebagai akibat dari pengembangan pembangunan pertanian berbasis agribisnis di

pedesaan.

3. Khususnya untuk menjamin kepastian lahan usaha pertanian tanaman pangan perlu dilakukan

penyusunan kebijakan tentang keberadaan hutan adat dan lahan abadi tanaman pangan.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau. 2009. Kajian Pengembangan Sistem

Integrasi Perkebunan Kelapa Sawit dengan Peternakan Sapi di Provinsi Riau.

Chamdi ,A.N. 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing di Kecamatan Kradenan

Kabupaten Grobogan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner . Bogor

29 -31 September 2003. Bogor ; Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian. 312-315.

Diwyanto, K. 2002. Pemanfaatan Sumberdaya Lokal dan Inovasi Teknologi dalam Mendukung

Pengembangan Sapi Potong di Indonesia. Orasi APU .Badan Litbang Pertanian.

Edwina, S,Cepriadi dan Zainina.2006. Analisis Pendapatan Peternak Ayam Broiler pola

Kemitraan di Kota Pekanbaru. Jurnal Peternakan. 3: 1-9.

Hutabarat,T.S.P.N. 2002. Pendekatan Kawasan Pembangunan Peternakan . Direktorat Jendral

Bina Produksi Peternakan,Departemen Pertanian, Jakarta..

Liwang , T. 2003. Palm Oil mill effluent Managemen. Burotrop Bull., 19 ; 38.

Siswati.L, Noverdiman. 2000. Modernisasi Petani Peternak Sapi yang Melakukan Pola

Diversifikasi Usahatani yang Optimal di Pinggiran Taman Nasional Kerinci Seblat. Penelitian

Dosen Univ.Jambi.

------------.2008. Analisis Potensi Wilayah Penggembangan Ternak Sapi Potong di Kab. INHU di

Sekitar Hutan Prop.Riau. Jurnal Angsana Fak. Peternakan Univ. Jambi.

-----------.2008. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Sapi Potong di Sekitar Taman Nasional Bukit

Tiga Puluh.Jurnal Wanaforesta ,Fahutan Unilak. Pekanbaru

-----------. Enny Insusanty. 2009. Pola Diversivikasi Perkebunan , Tanaman Pangan, Ternak Sapi

di Sekitar Hutan Kab.Indragiri Hulu.Proceding International Confrence UIN SUSKA Riau.

Soekartawi. 1995. Linear Programming Teori dan Aplikasinya Khususnya Bidang Pertanian.

Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Umiyasih , U, dan Y.N. Anggraeny. 2003. Keterpaduan Sistem Usaha Perkebunan dengan

Ternak: Tinjauan Tentang Ketersediaan Hijauan Pakan untuk Sapi Potong di Kawasan

Perkebunan Kelapa Sawit. Prosiding Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit –

Sapi.Bengkulu , 9-10 September 2003.

PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN ADAT RUMBIO

DI KABUPATEN KAMPAR MELALUI POLA DIVERSIFIKASI PERKEBUANAN,

TANAMAN PANGAN DAN TERNAK

Anto Ariyanto1)

dan Latifa Siswati2)

1)Staf pengajar Faperta dan

2)Staf pengajar Fahutan Univ. Lancang Kuning

ABSTRAK. Penelitian ini adalah untuk mencari pola diversifikasi optimum untuk usahatani

perkebunan karet, perkebunan sawit, tanaman pangan dan ternak kepada petani yang tinggal di

sekitar hutan adat Rumbio di Kecamatan Kampar Propinsi Riau. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui pola diversifikasi usahatani yang optimal, sehingga menguntungkan bagi

petani peternak dan untuk mengetahui penggunaan sumberdaya yang optimal oleh petani

peternak. Metode penelitian adalah survey, Penentuan kondisi optimal faktor-faktor usahatani di

analisis dengan menggunakan metode Programma Linier (PL), dengan menggunakan software

QM versi 2.1. Pemanfaatan sumberdaya usahatani disekitar hutan adat Rumbio diperoleh luasan

optimal untuk perkebunan sawit seluas 2.029 ha, perkebunan karet seluas 1.483 ha, tanaman

pangan seluas 0.387 ha dan ternak sapi sebanyak 5.884 Satuan Ternak (ST). Perhitungan ini juga

memberikan konsekuensi pada hasil pendapatan optimal seorang petani di sekitar hutan adat

Rumbio rata-rata sebesar Rp. 7.169.970,- per bulan.

Kata Kunci : Diversifikasi, perkebunan, optimasi

ABSTRACT. This research is for looking for optimum diversified pattern for farming plantation

of rubber, plantation of sawit, livestock and field crop to farmer who live in about custom forest

Rumbio in District Of Kampar Province Riau. intention of this research is to know

diversification pattern farming optimation, causing to the advantage of breeder farmer and know

usage of optimal resource by breeder farmer. Research method is survey, sample is taken in

purposive that is taken in intentionally. Farmer criterion which taken is farmer doing farming

with diversified pattern. Determination of optimal condition of farming factors in analysis by

using method Linier Programming ( LP), by using software QM version of 2.1. Exploiting of

farming resource about custom forest Rumbio obtained by optimal area for plantation of sawit

for the width of 2.029 ha, plantation of rubber for the width of 1.483 ha, field crop for the width

of 0.387 ha and ox livestock counted 5.884 tail. From result which obtained seen that for

usahatani plantation of sawit, plantation of field crop and rubber have been obtained by optimum

condition. While for ox livestock needing addition about 1.701 tail. This calculation also give

consequence at optimal earnings result a farmer around custom forest Rumbio average of equal

to Rp. 7.169.970,per month.

Key word; diversivication, plantation, optimation

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masyarakat yang tinggal di sekitar Hutan Adat Rumbio di Kabupaten Kampar masih

tergolong miskin. Sudah sekitar empat tahun terakhir Pemerintah Daerah Propinsi Riau telah

melaksanakan program pengentasan kemiskinan di Riau dengan Program K2I (Kemiskinan,

Kebodohan dan Infrastuktur). Salah satu program yang dilaksanakan adalah bantuan berupa Sapi

kepada masyarakat. Dari program ini, diharapkan terjadi peningkatan pendapatan masyarakat. Di

Propinsi Riau umumnya dan khususnya di Kabupaten Kampar, lahan telah banyak dikonversi

menjadi areal perkebunan, khususnya adalah kelapa sawit. Dari sudut pandang Departemen

Pertanian, kebun-kebun ini potensial sebagai “Padang Penggembalaan” ternak sapi.

Program bantuan K2I berupa sapi ini terhadap masyarakat pemilik perkebunan, meski

pun sudah berjalan sekitar empat tahun belum memperoleh hasil yang signifikan terhadap

peningkatan pendapatan masyarakat. Kebun kelapa sawit yang mereka miliki sebelumnya juga

berskala kecil. Sebenarnya program bantuan sapi ini diharapkan terjadi integrasi atau

diversifikasi usaha pertanian pada masyarakat. Dengan dilakukan diversifikasi ini, agar ekonomi

masyarakat petani terutama di Propinsi Riau pada sektor perkebunan dapat meningkat.

Dari uraian di atas, maka perlu dilakukan serangkaian kegiatan mulai dari menghitung

faktor-faktor produksi seperti ketersediaan lahan, tenaga kerja dan modal usahatani yang tujuan

akhirnya adalah memaksimalkan pendapatan petani. Dalam hal ini penelitian difokuskan di

sekitar hutan adat Rumbio di Kabupaten Kampar.

Perumusan Masalah

Upaya meningkatkan taraf hidup petani peternak di Kabupaten Kampar khususnya

masyarakat hutan adat, dapat melalui pengelolaan sumberdaya fisik dan non fisik yang ada pada

petani. Tujuan ini tercapai dengan usaha – usaha meningkatkan efisiensi penggunaan

sumberdaya yang dimiliki dalam proses produksi. Menurut Mubyarto (1979) faktor produksi

yang terlihat dalam proses produksi meliputi lahan,tenaga kerja, modal dan manajemen. Faktor

produksi manajemen berfungsi mengkoordinasikan ketiga faktor produksi lainnya, sehingga

menghasilkan produk yang optimal.

Atas dasar di atas maka peternak dituntut untuk memanfaatkan lahan semaksimal

mungkin agar hasil guna yang lebih tinggi, masalah lain adalah pemilikan lahan yang terpencar-

pencar sehingga menyebabkan pengelolaan kurang efisien ,keterbatasan lahan menyebabkan pola

usahatani harus mendapatkan keuntungan yang maksimal.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat di identifikasi masalah ,yaitu ;

1. Bagaimana pola diversifikasi usahatani yang optimal di sekitar hutan adat Rumbio

Kabupaten Kampar, sehingga menghasilkan pendapatan yang maksimal.

2. Besarnya pendapatan petani ternak pada pola diversifikasi .

Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk pengembangan pola diversifikasi

usahatani optimal perkebunan, tanaman pangan serta ternak dengan melihat faktor-faktor

produksi seperti ketersediaan lahan, tenaga kerja dan modal usahatani. Sehingga penelitian ini

bertujuan untuk : 1) Mengetahui pola diversifikasi usahatani yang optimal, sehingga

menguntungkan bagi petani peternak dan 2) Mengetahui penggunaan sumberdaya yang optimal

oleh petani peternak.

METODE PENELITIAN

Penelitian atau kajian ini menggunakan metode survey. Unit analisis dalam kajian ini

adalah keluarga petani peternak yang melakukan diversifikasi usaha tani berupa perkebunan

kelapa sawit, tanaman pangan dan peternakan sapi. Pengambilan desa sampel dilakukan secara

purposive sampling yang dipilih atas dasar pertimbangan tertentu, yaitu desa yang terdapat usaha

tani perkebunan kelapa sawit, tanaman pangan dan peternakan sapi. Dari desa yang terpilih

diambil sampel keluarga secara purposive sampling dengan kriteria keluarga yang melakukan

usaha tani perkebunan kelapa sawit, tanaman pangan dan peternakan sapi.

Analisis data untuk optimasi digunakan metode linear programming (LP). Dimana

metode linear programming mempunyai tiga komponen kuantitatif yaitu: fungsi tujuan,

aktivitas/proses mencapai tujuan sumber daya terbatas. Fungsi tujuan merupakan fungsi yang

menggambarkan tujuan yang berkaitan dengan pengaturan secara optimal sumberdaya untuk

memperoleh keuntungan maksimal atau biaya minimal.

Untuk memperoleh solusi rancangan linier optimasi penggunaan faktor-faktor produksi

dirumuskan secara matematik sebagai berikut :

Fungsi Tujuan : Maksimum Z = C1X1 + C2X2+ C3X3

Fungsi Kendala :

1. Kendala Lahan

- Lahan perkebunan a11X1 ≤ b11

- Lahan pangan a12X2 ≤ b12

2. Kendala Modal a21X1 + a22X2 + a23X3 ≤ b13

3. Kendala Tenaga Kerja a31X1 +a32X2 + a33 X3 ≤ b14

Syarat X1, X2, dan X3 > 0

Keterangan :

Z = fungsi tujuan (pola usahatani terpadu tanaman dan ternak sapi yang dapat memaksimalkan

pendapatan keluarga)

Cm= parameter kriteria optimasi atau koefisien peubah pengambilan keputusan dalam fungsi

tujuan.

Xm,n= kegiatan atau aktifitas masing-masing cabang usahatani.

a = koefisien aktifitas dalam kendala ke-i pada kegiatan ke – j.

bm,n = kendala lahan, modal dan tenaga kerja

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identitas Petani Responden

Sebagian besar petani berumur 30 – 50, dan umur 41 -50 tahun merupakan jumlah

terbesar (53,3%). Jadi petani di sekitar hutan adat Rumbio relatif produktif . Chamdi (2003)

menyatakan bahwa semakin muda usia peternak (usia produktif 20 – 45 tahun) umumnya rasa

keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan terhadap introduksi teknologi semakin tinggi.

Diketahui tingkat pendidikan sebagian besar petani ternak sapi adalah SLTP (41,67%),

sedangkan tingkat SLTA (33,33 %). Dapat dikatakan tingkat pendidikan cukup baik, sehingga

diharapkan dapat menerima inovasi di bidang pertanian dan peternakan.

Skala Usahatani dan Ternak Petani Responden

Di lokasi penelitian di sekitar hutan adat Rumbio di Kabupaten Kampar keluarga petani

mengusahakan dua jenis usahatani yaitu usahatani perkebunan dan tanaman pangan. Jenis

perkebunan yang di usahakan adalah kebun kelapa sawit dan karet.Luas lahan yang diusahakan

berbeda – beda. Luas rata-rata kebun kelapa sawit 2,6 ha per kepala keluarga, , luas rata-rata

kebun karet 1,925 ha per kepala keluarga, luas rata-rata tanaman pangan hanya 0,5025 ha, dan

ternak sapi rata – rata 5,525 Satuan Ternak (ST).

Pendapatan Usahatani Keluarga

Rata – rata Penerimaan,Biaya dan Pendapatan Usahatani Ternak pada masing– masing

Usahatani di sekitar hutan adat Rumbio, diketahui bahwa dari hasil perkebunan kelapa sawit

sebesar Rp. 1.498.770,-/ha per kepala keluarga, dari hasil perkebunan karet sebesar Rp.

789.610,-/ha per kepala keluarga, hasil dari tanaman pangan sebesar Rp. 1.095.48,-/ha per kepala

keluarga. Pendapatan dari ternak sapi, relative masih lebih rendah, hal ini disebabkan oleh

kepemilikan sapi masih baru.

Optimalisasi Pola Usahatani

Pola Usahatani yang dilakukan keluarga petani yang berada di sekitar Hutan adat Rumbio

di Kabupaten Kampar merupakan pola diversifikasi perkebunan kelapa sawit, perkebunan karet,

tanaman pangan, dan ternak sapi. Keterbatasan lahan untuk mengoptimalkan penggunaan faktor

produksi sehingga menyebabkan para petani kesulitan dalam meningkatkan skala usahatani baik

tanaman pangan maupun peternakan dan perkebunan. Alternatif yang dapat dilakukan keluarga

adalah dengan mengoptimalkan skala usaha tanaman pangan, perkebunan dan pemeliharaan

ternak sapi, dengan sumberdaya terbatas.

Pada umumnya petani menanam tanaman pangan di pekarangan rumah petani yang pada

umumnya memiliki rumah dan pekarangan seluas yang kurang dari 0,5 Ha per kepala keluarga.

Disekitar hutan adat Rumbio, petani tidak semuanya memiliki perkebunan karet tetapi semua

responden memang memiliki perkebunan kelapa sawit, saat ini pendapatan petani sudah tinggi

karena harga kelapa sawit dan karet sudah merangkak naik. Peternakan sapi di daerah penelitian

kepemilikan rata-rata hanya 1 sampai 4 ekor per peternak. Hal ini juga sudah memberikan

kontribusi terhadap pendapatan keluarga.

Model optimasi aktivitas pola usahatani dengan sistem diversifikasi dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Model Optimasi Pola Diversifikasi Usahatani Petani di Sekitar

Hutan Adat Rumbio

Konsep optimalisasi dalam usahatani berarti mencari kombinasi input yang optimal dan

digunakan untuk berproduksi sehingga diperoleh keuntungan maksimal. Pada tingkat ini nilai

produksi dihitung dari perkalian jumlah produk yang dihasilkan dengan biaya produksi yang

digunakan input tersebut akan menghasilkan keuntungan maksimal.

Tabel 2. Pola Usahatani Aktual dan Solusi Optimal Basis Pengelolaan

Diversifikasi Usahatani di Sekitar Hutan Adat Rumbio

Variabel

Keputusan

Jenis

Usahatani

Solusi

Optimal Basis

(Unit)

Kondisi

Aktual

(unit)

Selisih

(unit)

X1 Sawit 2.029 2.029 0

X2 Karet 1.483 1.483 0

X3 Tanaman

Pangan

0.387 0.387 0

X4 Sapi 5.884 4.183 1.701

Dari Tabel 2. dapat diketahui bahwa pemanfaatan sumberdaya usahatani menurut solusi optimal

basis di sekitar hutan adat Rumbio diperoleh luasan optimal untuk perkebunan sawit seluas 2.029

ha, perkebunan karet seluas 1.483 ha, tanaman pangan seluas 0.387 ha dan ternak sapi sebanyak

5.884 Satuan Ternak (ST). Dari hasil yang diperoleh terlihat bahwa untuk usahatani perkebunan

sawit, perkebunan karet dan tanaman pangan telah diperoleh kondisi optimum. Sedangkan untuk

ternak sapi perlu penambahan sekitar 1.701 Satuan Ternak (ST). Perhitungan ini juga

memberikan konsekuensi pada hasil pendapatan optimal seorang petani di sekitar hutan adat

Rumbio rata-rata sebesar Rp. 7.169.970,- per bulan. Kondisi aktual saat ini sudah mendekati

kondisi optimal.

Penggunaan Faktor-faktor Produksi Pola Usahatani Optimal

Faktor-faktor produksi seperti lahan, baik tanaman pangan maupun perkebunan dan

tenaga kerja keluarga merupakan sumberdaya yang pada skala optimal akan habis seluruhnya

dicapai. Sedangkan faktor produksi seperti modal untuk pembiayaan dan tenaga kerja Pola

Usahatani yang dilakukan keluarga petani yang berada di sekitar Hutan adat di Kecamatan.

Untuk mencapai skala usahatani yang dapat mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor produksi

ini, apabila dalam satu tahun tersebut keluarga menyediakan 30 persen dari pendapatan yang

sekarang untuk modal usahataninya, maka jumlah tersebut sebagai modal tidak akan habis

terpakai.

Untuk petani di sekitar hutan adat Rumbio, menunjukkan bahwa untuk satu hektar lahan

perkebunan sawit, akan memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp. 1.345.864,-. Sedangkan

untuk satu hektar perkebunan karet akan memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp.

640.383,- dan untuk satu hektar tanaman pangan akan memberikan tambahan keuntungan

sebesar Rp. 762.479,- yang terdiri dari komoditi padi, kacang kedelai, kacang hijau, sayur mayor,

singkong, jagung dan lain-lain.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan:

1. Pemanfaatan sumberdaya usahatani menurut solusi optimal basis di sekitar hutan adat

Rumbio diperoleh luasan optimal untuk perkebunan sawit seluas 2.029 ha, perkebunan karet

seluas 1.483 ha, tanaman pangan seluas 0.387 ha dan ternak sapi sebanyak 5.884 Satuan

Ternak (ST). Dari hasil yang diperoleh terlihat bahwa untuk usahatani perkebunan sawit,

perkebunan karet dan tanaman pangan telah diperoleh kondisi optimum. Sedangkan untuk

ternak sapi perlu penambahan sekitar 1.701 Satuan Ternak (ST). Perhitungan ini juga

memberikan konsekuensi pada hasil pendapatan optimal seorang petani di sekitar hutan adat

Rumbio rata-rata sebesar Rp. 7.169.970,- per bulan.

2. Petani di sekitar hutan adat Rumbio, menunjukkan bahwa untuk satu hektar lahan

perkebunan sawit, akan memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp. 1.345.864,-.

Sedangkan untuk satu hektar perkebunan karet akan memberikan tambahan keuntungan

sebesar Rp. 640.383,- dan untuk satu hektar tanaman pangan akan memberikan tambahan

keuntungan sebesar Rp. 762.479,- yang terdiri dari komoditi padi, kacang kedelai, kacang

hijau, sayur mayor, singkong, jagung dan lain-lain.

Saran/Rekomendasi

1. Perlu dilakukan uji coba pengembangan usahatani dengan pola diversifikasi dengan cara

demonstration area untuk masing-masing satuan lahan atau kecamatan disekitar hutan adat.

2. Mengingat kompleksitas permasalahan ekonomi masyarakat pedesaan, terutama menyangkut

peningkatan kesejahteraan petani, perlu pengembangan penelitian lanjutan tentang model

pengembangan pertanian yang akan dikembangkan dengan memperhitungkan variabel

mobilitas penduduk, alih fungsi lahan, tekanan penduduk, dan daya dukung lahan di

pedesaan.

3. Khususnya untuk menjamin kepastian lahan usaha pertanian tanaman pangan perlu dilakukan

penyusunan kebijakan tentang keberadaan hutan adat dan lahan abadi tanaman pangan

Kabupaten Kampar.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau. 2009. Kajian Pengembangan Sistem

Integrasi Perkebunan Kelapa Sawit dengan Peternakan Sapi di Provinsi Riau.

Chamdi ,A.N. 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing di Kecamatan Kradenan

Kabupaten Grobogan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner . Bogor

29 -31 September 2003. Bogor ; Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian. 312-315.

Diwyanto, K. 2002. Pemanfaatan Sumberdaya Lokal dan Inovasi Teknologi dalam Mendukung

Pengembangan Sapi Potong di Indonesia. Orasi APU .Badan Litbang Pertanian.

Edwina, S,Cepriadi dan Zainina.2006. Analisis Pendapatan Peternak Ayam Broiler pola

Kemitraan di Kota Pekanbaru. Jurnal Peternakan. 3: 1-9.

Hutabarat,T.S.P.N. 2002. Pendekatan Kawasan Pembangunan Peternakan . Direktorat Jendral

Bina Produksi Peternakan,Departemen Pertanian, Jakarta..

Liwang , T. 2003. Palm Oil mill effluent Managemen. Burotrop Bull., 19 ; 38.

Siswati.L, Noverdiman. 2000. Modernisasi Petani Peternak Sapi yang Melakukan Pola

Diversifikasi Usahatani yang Optimal di Pinggiran Taman Nasional Kerinci Seblat. Penelitian

Dosen Univ.Jambi.

------------.2008. Analisis Potensi Wilayah Penggembangan Ternak Sapi Potong di Kab. INHU di

Sekitar Hutan Prop.Riau. Jurnal Angsana Fak. Peternakan Univ. Jambi.

-----------.2008. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Sapi Potong di Sekitar Taman Nasional Bukit

Tiga Puluh.Jurnal Wanaforesta ,Fahutan Unilak. Pekanbaru

-----------. Enny Insusanty. 2009. Pola Diversivikasi Perkebunan , Tanaman Pangan, Ternak Sapi

di Sekitar Hutan Kab.Indragiri Hulu.Proceding International Confrence UIN SUSKA Riau.

Soekartawi. 1995. Linear Programming Teori dan Aplikasinya Khususnya Bidang Pertanian.

Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Umiyasih , U, dan Y.N. Anggraeny. 2003. Keterpaduan Sistem Usaha Perkebunan dengan

Ternak: Tinjauan Tentang Ketersediaan Hijauan Pakan untuk Sapi Potong di Kawasan

Perkebunan Kelapa Sawit. Prosiding Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit –

Sapi.Bengkulu , 9-10 September 2003.