Upload
sahlul-fuad
View
10
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Bagaimana meningkatkan pendidikan politik guna penguatan etika politik dalam rangka memantapkan ketahanan nasional di era gloablisasi ini?
Citation preview
PENINGKATAN PENDIDIKAN POLITIK GUNA PENGUATAN ETIKA POLITIK
DALAM RANGKA MEMANTAPKAN KETAHANAN NASIONAL DI ERA GLOBAL
Oleh: Sahlul Fuad
1. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi, dengan
menggunakan sistem multipartai. Sistem multipartai ini merupakan salah satu varian dari
beberapa sistem kepartaian yang berkembang di dunia, di mana jumlah partai politik yang
tumbuh atau eksis dan mengikuti kompetisi mendapatkan kekuasaan melalui pemilu,
lebih dari dua partai politik.
Dalam sejarah pemilu di Indonesia, sistem multipartai telah berlangsung sejak
pemilu pertama ada tahun 1955 dengan jumlah 178 peserta termasuk calon perorangan,
Pemilu 1971 diikuti 10 Parpol, Pemilu 1999 diikuti oleh 48 Parpol, Pemilu 2004 diikuti
oleh 24 parpol, Pemilu 2009 diikuti oleh 38 parpol, dan Pemilu 2014 akan diikuti oleh 15
parpol. Sementara pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997 hanya diikuti 3 parpol. yaitu
Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar), dan Partai Demokrasi
Indonesia (PDI). Ketiganya merupakan hasil dari fusi (penggabungan) dari partai-partai
yang menjadi peserta pada Pemilu 1971. PPP adalah hasil fusi dari Partai NU, Parmusi,
PSII, dan Perti. Sedangkan PDI merupakan hasil penggabungan dari PNI, Parkindo,
Partai Katolik, IPKI, dan Murba. Pemilu di masa orde baru ini sering disebut dengan
sistem multipartai sederhana.
Di era reformasi ini tingkat partisipasi pemilih dari pemilu ke pemilu mengalami
degradasi. pada Pemilu 1999 sebesar 93,3 persen, pada Pemilu 2004 turun menjadi 84,9
persen, kemudian pada Pemilu 2009 turun lagi menjadi 70,99 persen. Dapat diketahui
dalam 10 tahun, tingkat partisipasi pemilih sudah turun sekitar 20 persen dari 93,3 persen
menjadi 70,99 persen. Sementara itu, Pemilu 2014 ada yang meramalkan akan melorot
lagi menjadi 60 persen, bahkan 50 persen.
Menurunnya partisipasi politik masyarakat dalam pemilu ini merupakan indikator
makin lemahnya kepercayaan publik terhadap partai politik. Gejala ini bukan terjadi di
Indonesia saja, tetapi sudah merupakan fenomena global. Berdasarkan kajian Pemilihan
Umum di 13 negara demokrasi maju (AS dan sebagian negara Eropa) pada tahun 1996-
2000 menunjukkan bahwa hanya 30 persen masyarakat berpendapat bahwa partai peduli
dengan apa yang masyarakat pikirkan. Pada survei Eurobaromater untuk 15 negara Uni
Eropa pada 2004, tingkat kepercayaan publik kepada parpol rata-rata hanya 16 persen. Di
1
Denmark mencapai 32 persen, Tapi Inggris ternyata hanya 10 persen. Lainnya berkisar
antara 15-16 persen. Padahal di sana angka korupsi politiknya rendah.
Di Indonesia sekitar 72 persen tidak mempercayai partai politik karena partai
tidak memperhatikan pendidikan politik bagi masyarakat dan mencerdaskannya,
kemudian sekitar 57 persen masyarakat Indonesia tidak percaya kepada partai karena
tidak melakukan kaderisasi, sehingga partai dinilai hanya mementingkan kepentingan
politik pihak tertentu saja.
Dengan gambaran partisipasi yang semakin rendah ini menunjukkan legitimasi
politik terhadap sistem demokrasi makin lama makin melemah. Belum lagi, kondisi ini
masih harus dipertahankan dengan adanya politik uang (money politic). Padahal praktik
politik uang merupakan salah satu bentuk kejahatan yang sangat bertentangan dengan
nilai-nilai demokrasi.
Parahnya lagi pembenaran terhadap politik uang dari masa ke masa juga terus
meningkat. Pada survei tahun 2005, hanya 11,9 persen responden yang menyatakan
politik uang dapat dibenarkan. Survei pada Oktober 2010 telah meningkat hampir dua
kali lipat dibanding lima tahun lalu, menjadi 20,8 persen. Dan hasil survei yang dirilis
Desember 2013 menemukan sebanyak 41,5 persen responden di 39 dapil menganggap
money politic sebagai hal yang wajar. Meskipun 55,7 persen responden yang menjawab
wajar terhadap politik uang tetap memilih calon yang ditentukan sendiri sesuai hati
nurani.
Praktik politik uang ini diakibatkan oleh setidaknya oleh kedekatan pemilih
dengan partai politik, faktor pendidikan, dan kondisi ekonomi. Selain itu, dalam hal
kedekatan pemilih dan partai politik menunjukkan bahwa hanya 14,3 persen responden
yang mengaku dekat dengan salah satu parpol. Sebaliknya, sebanyak 85,5 persen
responden mengaku tidak dekat dengan parpol manapun dan 0,2 persen tidak menjawab.
Dari ketiga faktor tersebut menunjukkan bahwa praktik politik uang sangat dipengaruhi
oleh berbagai arus informasi, baik secara langsung atau tidak langsung, terhadap citra
politik dan demokrasi, sehingga etika politik terabaikan.
Di era global seperti saat ini, arus informasi bergerak secara cepat dan
memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap segala sendi kehidupan. Informasi
bergerak secara liar memasuki ruang-ruang kehidupan setiap manusia. Fakta-fakta politik,
budaya, dan ekonomi yang ditampilkan melalui berbagai media mampu pengaruhi
pandangan dan perspektif masyarakat yang tersebar di seluruh belahan NKRI.
2
Perubahan sosial dalam era globalisasi bergerak sangat cepat, yang distimulasi
melalui media-media sosial yang makin canggih. Pemasaran berbagai produk yang telah
bergerak liar membuat masyarakat terdorong untuk melakukan segala upaya untuk
menggapai hasrat dan keinginannya. Bahkan watak individualisme yang terpendam dalam
diri setiap masyarakat menemukan momentumnya. Oleh karena itu, arus informasi—yang
merupakan sarana vital bagi perkembangan bangsa Indonesia— sangat berdampak dalam
tata kehidupan sosial politik, dan juga nilai-nilai etika politik bagi masyarakat. Sebab
secara konseptual, etika politik mengandung tiga tuntutan, pertama, upaya hidup baik
bersama dan untuk orang lain; kedua, upaya memperluas lingkup kebebasan. ketiga,
membangun institusi-institusi yang adil.
Untuk mengatasi problem etika politik yang sudah tercabik-cabik ini, perlu
ditingkatkan pendidikan politik bagi masyarakat. Sebab, dengan meningkatnya
pendidikan politik yang baik, etika politik bangsa akan menguat dan memantapkan
ketahanan nasional.
2. Rumusan Masalah
Dari pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa pokok-pokok persoalan yang
muncul adalah:
a. Percepatan arus informasi
Terbukanya arus informasi merupakan penyebab lahirnya globalisasi. Dengan
terbukanya arus informasi ini berbagai masyarakat dapat menangkap dan menyerap
berbagai situasi dan kondisi yang berkembang di seluruh dunia, baik yang positif
maupun yang negatif. Dampak dari negatif dari arus informasi yang cepat ini adalah
pudarnya semangat nasionalisme dan ketahanan nasional.
b. Meningkatnya pragmatisme politik
Sikap pragmatisme politik, yakni menggunakan uang atau sesuatu lainnya sebagai
alat pengganti penyerahan kekuasaan secara mudah dan praktis. Dalam praktik
pragmatisme politik ini dilakukan atas dasar akan mencoblos manakalah ada imbalan
dan janji sesuai dengan kepentingan masyarakat sebelum sesaat sebelum akan
berangkat ke TPS (tempat penmungutan suara). Hal ini terjadi karena efek dari
rendahnya pemahaman akan hak-hak politik warga negara dan sebagai bentuk
resistensi politik masyarakat pemilih terhadap para aktor politik. Jika pragmatisme
politik ini makin menguat, etika politik akan semakin memburuk dan tercabik-cabik.
3
Sebab basis dari etika politik adalah upaya hidup baik bersama dan untuk orang lain,
upaya memperluas lingkup kebebasan, dan membangun institusi-institusi yang adil.
c. Rendahnya kepercayaan masyarakat kepada partai politik
Citra partai politik sejak awal dirusak oleh istilah “politik” yang mengandung kesan
buruk, menipu, dan penuh rekayasa. Partai politik sebagai wadah perjuangan warga
masyarakat dan wadah untuk melahirkan pemimpin juga dirusak oleh prilaku-prilaku,
baik dari anggota partai politik maupun orang-orang di luar partai politik, yang
kurang senang terhadap berlangsungnya demokrasi. Tidak sedikit upaya orang-orang
di luar partai politik yang sengaja merusak citra partai politik untuk mendapatkan
simpati, dan menjatuhkan peran partai politik. Apalagi partai politik dan DPR sebagai
ruang perjuangan partai politik merupakan ruang terbuka bagi siapa saja. Akibatnya
kepercayaan masyarakat terhadap partai politik terus merosot. Dan apabila hal ini
terus berlanjut, akibatnya demokrasi tidak berjalan, dan melahirkan diktotorisme dan
totaliterianisme. Sebab, partai politik adalah pilar utama dalam sistem demokrasi.
d. Rendahnya kepedualian masyarakat terhadap negara (Apatisme politik)
Keberadaan negara seringkali dipertanyakan oleh masyarakat karena pemahaman
tentang konsep, fungsi, dan peran negara sangat rendah. Budaya sistem kekuasaan
yang pernah berkembang di Indonesia adalah kerajaan, di mana “sabda raja”
menentukan nasib setiap warganya. Oleh karena “negara” merupakan satu-satunya
institusi yang diharapkan belum mempu menjangkau seluruh hajat setiap individu,
keberadaan dan peran negara dianggap tidak ada. Dengan kata lain, ada atau tidak
ada negara dianggap tidak mempengaruhi keberadaan masyarakat. Dengan demikian,
jika hal ini tidak segera ditanggulangi akan terjadi “anarkisme” dalam arti yang
sebenarnya, di mana masyarakat tidak mengakui institusi apapun, termasuk negara.
e. Rendahnya pendidikan politik
Problem utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini adalah rendahnya
pengetahuan politik masyarakat. Pengetahuan politik yang dimaksud adalah
pendidikan politik yang bertumpu pada partisipasi politik, bukan pada mobilisasi
politik atau partisipasi semata. Pendidikan politik yang tidak semata menekankan
kesadaran kritis, tetapi juga kesadaran berpolitik rakyat. Ini semuanya penting agar
politik tidak lagi dianggap dosa dan demokrasi tidak jatuh ke tangan pemerkosa hak-
4
hak rakyat. Model ini akan segera memperkuat sumber daya politik rakyat sebagai
warga Negara. Dengan peningkatan pendidikan politik maka etika politik dan
ketahanan nasional akan mantap, sehingga cita-cita dan tujuan nasional akan tercapai.
Dari berbagai permasalahan di atas menunjukkan bahwa pendidikan politik
merupakan persoalan utama dalam menguatkan etika politik dalam rangka memantapkan
ketahanan nasional. Pertanyaanya adalah “Bagaimana meningkatkan pendidikan politik
guna penguatan etika politik dalam rangka memantapkan ketahanan nasional di era
gloablisasi ini?”
3. Alternatif Pemecahan
Dari pokok-pokok permasalahan yang dipaparkan di bagian sebelumnya dapat
diketahui bahwa di era globalisasi ini: (1) arus informasi bergerak secara cepat dan luas
sehingga mempengaruhi seluruh sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga
informasi negatif mengacam ketahanan nasional; (2) pragmatisme politik yang kian merebak
dapat mengakibatkan pudarnya nilai-nilai etika politik; (3) rendahnya kepercayaan
masyarakat terhadap partai politik sebagai instrumen demokrasi akan mengancam terjadinya
kemacetan demokrasi, dan melahirkan diktotorisme dan totaliterianisme; (4) Rendahnya
kepedualian masyarakat terhadap negara akan berdampak pada anarkisme yang sebenarnya;
dan (5) Rendahnya pendidikan politik akan mengancam etika politik dan ketahanan nasional
akan mantap, sehingga cita-cita dan tujuan nasional sulit tercapai.
Dari kelima persoalan tersebut maka diperlukan berbagai alternatif-alternatif
pemecahan masalah:
1. Membangun arus informasi positif
Membangun arus informasi positif yang dimaksud adalah menciptakan situasi dan kondisi
yang mendukung sebagai upaya menguatkan sikap dan mental masyarakat agar tidak
mudah terpengaruh oleh aspek negatif yang masuk berbagai saluran informasi. Untuk
menciptakan hal ini adalah dengan cara:
a. Regulasi yang mengatur tentang media komunikasi dan informasi yang menekankan
pada upaya perbaikan terhadap berbagai situasi dan kondisi.
b. Memperkuat pendidikan masyarakat yang menekankan pada pembentukan karakter
bangsa yang bersumber dari nilai-nilai luhur agama dan bangsa.
c. Mengembangkan kebudayaan nasional dengan pendidikan yang bermutu
5
d. Mengembangkan ilmu dan teknologi
2. Membangun budaya politik yang sehat
Membangun budaya politik yang sehat adalah mengembangkan sikap dan perilaku politik
yang jujur, bersih, dan terbuka dengan menekankan pada upaya pencapai tujuan dan cita-
cita nasional. Untuk mewujudkan hal ini diperlukan upaya-upaya sebagai berikut:
a. Membuka ruang komunikasi di antara seluruh elemen masyarakat sebagai ajang
pertukaran pendapat
b. Pengaturan sistem politik yang memberikan semangat kompetisi yang sehat
c. Penegakan hukum yang kuat terhadap setiap pelanggaran
3. Meningkatkan peran dan fungsi partai politik
Menciptakan partai politik sesuai dengan fungsi yang dimaksud di sini adalah bahwa
partai politik memiliki fungsi utama yaitu: Pendidikan politik bagi anggota dan
masyarakat luas agar menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan
kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; Penciptaan
iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa indonesia untuk kesejahteraan
masyarakat; Penyerap, penghimpun dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam
merumuskan dan menetapkan kebijakan negara; Partisipasi politik warga negara
Indonesia, dan Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui
mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.
Untuk menciptakan hal demikian diperlukan upaya-upaya antara lain:
a. Membangun sistem politik yang mendukung partai politik mampu menjalankan
fungsinya.
b. Menciptakan iklim yang kondusif terhadap perkembangan partai politik dalam
berkomunikasi dengan masyarakat secara baik.
c. Menciptakan ruang-ruang yang cukup untuk mengembangkan kader-kader partai
politik dalam meningkatkan kemampuan dalam memimpin.
4. Menciptakan alam demokrasi yang sehat
Alam demokrasi yang sehat adalah suatu kondisi dan situasi yang memberikan ruang
pada setiap warga negara dalam menyampaikan aspirasi dan kontrol terhadap para
aparatur negara secara sehat. Untuk mewujudkan hal ini diperlukan upaya-upaya antara
lain:
a. Penguatan terhadap pilar-pilar demokrasi dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita
nasional.
6
b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tertinggal, dan terutama dengan
mempersempit jurang kesenjangan di antara masyarakat.
5. Meningkatkan pendidikan politik
Pendidikan Politik adalah proses pembelajaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban,
dan tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pendidikan politik adalah aktivitas yang bertujuan untuk membentuk dan menumbuhkan
orientasi-orientasi politik pada individu. Dengan demikian pendidikan politik juga
merupakan upaya untuk mengubah cara pandang dan perilaku politik serta pemahaman
terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan sistem politik, mekanisme politik, dan
dinamika politik yang berkembang. Untuk mewujudkan hal ini, diperlukan upaya-upaya
sebagai berikut:
a. Memasukkan pendidikan politik di sekolah-sekolah mulai dari tingkat dasar sampai
tingkat tinggi.
b. Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya politik dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
c. Memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa setiap persoalan negeri
merupakan salah satu bagian dari keterkaitan dengan bagian-bagian yang lain.
Dari berbagai alternatif pemecahan di atas tampaknya persoalan pendidikan politik
merupakan sarana yang paling penting dari seluruh persoalan yang muncul. Sebab, problem-
problem: percepatan arus informasi, budaya politik, dan problem partai politik bermuara pada
persoalan pendidikan politik. Dengan pemahaman politik yang baik dan benar pada dasarnya
dapat mengatasi problem-problem yang timbul saat ini.
Walaupun seseorang mampu mendapatkan berbagai informasi yang berkembang,
sikapnya tidak akan goyah jika ia memiliki komitmennya sebagai warga negara yang baik.
Begitu juga dengan problem pragmatisme politik. Dengan pemahaman dan komitmen tentang
cita-cita dan tujuan nasional, seseorang tidak akan mudah tertipu oleh prilaku-prilaku
pragmatis dari politisi yang mengambil jalan pintas. Hal ini dibuktikan bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang, makin rendah ketertarikannya terhadap politik uang. Akan tetapi ada
fakta yang menunjukkan bahwa makin tinggi pendidikan masyarakat, tingkat partisipasi
politiknya juga makin rendah. Hal ini sangat terkait dengan tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap partai politik.
7
Tingginya pendidikan masyarakat, tampaknya tidak selaras dengan tingkat pendidikan
politik masyarakat. Oleh karena itu, partai politik perlu melakukan pendekatan tersediri
terhadap masyarakat yang memiliki pendidikan lebih tinggi dengan menunjukkan fakta-fakta
berbagai hal terkait dengan latar belakang lahirnya kebijakan, serta akibat dari kebijakan
yang telah ada.
Memang, salah satu fungsi partai politik adalah melakukan pendidikan yang sehat,
namun ruang pendidikan politik oleh partai politik sangat terbatas pada forum-forum yang
terbatas. Apalagi peran media massa sangat berpengaruh dalam menciptakan pemahaman dan
persepsi lain terhadap gejala politik yang ada. Selain itu, persepsi yang cenderung miring
terhadap politik sudah dijangkitkan pada masyarakat sejak usia dini. Oleh karena itu
pendidikan politik juga harus menjadi bagian dari kurikulum pendidikan mulai dari sekolah
dasar hingga sekolah tinggi.
Dengan masyarakat makin melek politik, tentu akan melahirkan sikap kritis dan
menjadi kontrol politik yang baik dari masyarakat. Jika mekanisme kontrol dari masyarakat
ini berjalan dengan baik, bukan tidak mungkin etika politik juga akan menguat. Sebab, jika
kontrol para pelaku politik ini makin baik, etika politik akan menguat. Dan jika etika politik
berjalan dengan baik, ketahanan nasional juga akan membaik
4. Kesimpulan
1. Di era global seperti saat ini, arus informasi bergerak secara cepat dan memberikan
pengaruh yang luar biasa terhadap segala sendi kehidupan. Di antara dampak dari
percepatan arus informasi ini adalah: pragmatisme politik; meningkatnya
ketidakpercayaan masyarakat terhadap partai politik; dan rendahnya kepedulian
terhadap negara.
2. Untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut diperlukan upaya-upaya: membangun
budaya politik yang sehat; meningkatkan peran dan fungsi partai politik; menciptakan
alam demokrasi yang sehat; dan meningkatkan pendidikan politik.
3. Untuk meningkatkan pendidikan politik tidak hanya menjadi tanggung jawab partai
politik, karena ruangnya sangat terbatas. Oleh karena itu, pendidikan politik juga
harus dapat ditunjukkan oleh media massa, yang memiliki jangkauan yang luas, dan
juga masuk dalam kurikulum pendidikan nasional.
5. Saran
8
Pendidikan politik merupakan bagian penting yang harus diterima oleh masyarakat.
Untuk mewujudkan pendidikan politik ini bisa berjalan dengan baik diperlukan faktor-
faktor pendukung, antara lain:
1. Regulasi yang mengatur bahwa tentang pendidikan politik juga harus dilakukan oleh
media massa dan masuk dalam kurikulum pendidikan nasional.
2. Anggaran pendidikan politik dibebankan pada APBN/APBD serta partisipasi
masyarakat.
3. Pendidikan politik dilaksanakan dengan pendekatan sesuai dengan kondisi dan latar
belakang masyarakat.