55
PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA (Tor soro) MELALUI PENAMBAHAN ENZIM PAPAIN PADA PAKAN BUATAN DINA WULANDARI PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021 M / 1443 H

PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH

IKAN DEWA (Tor soro) MELALUI PENAMBAHAN

ENZIM PAPAIN PADA PAKAN BUATAN

DINA WULANDARI

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021 M / 1443 H

Page 2: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH

IKAN DEWA (Tor soro) MELALUI PENAMBAHAN ENZIM PAPAIN

PADA PAKAN BUATAN

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

DINA WULANDARI

11160950000042

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021 M / 1443 H

Page 3: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH

IKAN DEWA (Tor soro) MELALUI PENAMBAHAN ENZIM PAPAIN

PADA PAKAN BUATAN

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

DINA WULANDARI

11160950000042

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Mulyasari, M.Si.

NIP. 19720322200032005

Etyn Yunita, M.Si.

NIP. 197006282014112002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Biologi

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Dr. Priyanti, M.Si.

NIP. 197505262000122001

Page 4: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi berjudul “Peningkatan Performa Pertumbuhan Benih Ikan Dewa (Tor

soro) Melalui Penambahan Enzim Papain Pada Pakan Buatan” yang ditulis

oleh Dina Wulandari, NIM 11160950000042 telah diuji dan dinyatakan LULUS

dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 8 Februari 2021. Skripsi ini telah

diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu

(S1) Program Studi Biologi.

Menyetujui,

Penguji I,

Dr. Priyanti, M.Si.

NIP. 197505262000122001

Penguji II,

Dr. Megga Ratnasari Pikoli, M.Si.

NIP.197203222002122002

Pembimbing I,

Dr. Mulyasari, M.Si.

NIP. 19720322200032005

Pembimbing II,

Etyn Yunita, M.Si.

NIP. 197006282014112002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud.

NIP. 196904042005012005

Ketua Progam Studi Biologi,

Dr. Priyanti, M.Si.

NIP. 197505262000122001

Page 5: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Februari 2021

Dina Wulandari

11160950000042

Page 6: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

i

ABSTRAK

Dina Wulandari. Peningkatan Performa Pertumbuhan Benih Ikan Dewa

(Tor soro) Melalui Penambahan Enzim Papain Pada Pakan Buatan. Skripsi.

Program Studi Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2021. Dibimbing oleh Mulyasari dan

Etyn Yunita.

Budidaya ikan dewa (Tor soro) belum dapat dilakukan secara optimal karena

pertumbuhan yang lambat. Pertumbuhan akan meningkat bila diberi pakan yang

berkualitas dengan cara meningkatkan kecernaan pakan melalui penambahan

enzim protease pada pakannya. Enzim papain termasuk enzim protease yang dapat

menghidrolisis protein menjadi asam amino agar mudah diserap oleh usus.

Penelitian ini bertujuan mengetahui efek enzim papain dan menentukan dosis

optimal terhadap kinerja pertumbuhan benih ikan dewa. Penelitian dilakukan

dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan lima perlakuan dan tiga kali ulangan. Ikan yang digunakan benih Tor soro

berumur 2 bulan berasal dari Cijeruk dengan padat tebar 20 ekor/akuarium.

Perlakuan yang diberikan yaitu penambahan dosis enzim papain berbeda pada

pakan (0%, 1%, 2%, 3% dan 4%). Data yang diamati meliputi laju pertumbuhan

spesifik (SGR), bobot mutlak (WG), Rasio koversi pakan (FCR), efisiensi pakan

(EP), retensi protein (RP), kelulushidupan (SR) dan semua parameter di uji

ANOVA searah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan enzim papain

dalam pakan buatan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

SGR, BM, FCR, EP, dan RP namun tidak berbeda nyata terhadap SR. Dosis

optimal enzim papain sebesar 2% pada pakan buatan mampu meningkatkan

pertumbuhan benih ikan dewa (T. soro) dan pemberian enzim papain yang lebih

efisien.

Kata kunci: Enzim papain; Ikan dewa; Pertumbuhan

Page 7: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

ii

ABSTRACT

Dina Wulandari. The Growth Performance of Masheer Fish (Tor soro) with

the Addition of Papain Enzymes in Artificial Feed. Undergraduate Thesis.

Department of Biology. Faculty of Science and Technology. State Islamic

University Syarif Hidayatullah Jakarta. 2021. Advised by Mulyasari and

Etyn Yunita.

Dewa fish (Tor soro) has not been able to be cultivated optimally due to slow

growth and low survival rate. Growth will increase if the artificial feed is of good

quality that increases the digestive process due to the protease enzyme addition. In

order to be easily absorbed by the intestine, papain enzyme, one of protease

enzymes, hydrolyzes protein into acid amine. This study was designed to

determine the effect of papain enzymes and optimal dose of Dewa fish growth and

survival rate. The experiment was conducted by using completely randomized

design (CRD) consisting of five treatments and three repeats. The samples were 2-

month-old Tor soro seed farmed from Cijeruk and reared in the aquarium with

stocking density of each aquarium was 20 individuals. The treatment combined

five types of feed with the addition of enzymes in feed at a dose of 0%, 1%, 2%,

3%and 4%. The data analyzed in this research consist of SGR, WG, FCR, EP,RP,

SR and variables analyzed by One Way Anova. The result showed that artificial

feed with addition of papain enzyme was significantly different on SGR, WG,

FCR, EP, RP and was not significantly different on SR. In conclusion, Feeding

treatment with the addition of papain enzyme at a dose of 2% can increase the

number of Dewa fish growth and efficiency of papain enzyme.

Key words: Growth; Masheer fish; Papain enzyme

Page 8: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim. Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat

Allah Azza wa jalla, atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat

menyelesaikan penulisan dan penyusunan skripsi yang berjudul “Peningkatan

Performa Pertumbuhan Benih Ikan Dewa (Tor soro) Melalui Penambahan

Enzim Papain Pada Pakan Buatan” dengan baik.

Penyelesaian tulisan ini tentu tidak luput dari masukan dan bantuan

berbagai pihak. Pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan terima kasih

atas segala bantuan, bimbingan dan dukungan kepada seluruh pihak yang terlibat.

Dengan rasa hormat Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud. selaku Dekan Fakultas Sains

dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya.

3. Dr. Priyanti, M.Si. selaku Ketua Program Studi Biologi Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta penguji I sidang skripsi yang

telah memberikan saran dan masukan yang membangun kepada Penulis.

4. Narti Fitriana, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Biologi Fakultas Sains

dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta penguji II seminar

proposal dan hasil yang telah memberikan saran dan masukan yang

membangun kepada Penulis.

5. Dr. Mulyasari, M.Si. selaku pembimbing I yang telah memberikan arahan,

masukan, nasihat dan saran yang membangun kepada Penulis.

6. Etyn Yunita, M.Si. selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan,

masukan, nasihat dan saran yang membangun kepada Penulis.

7. Dr. Megga Ratnasari Pikoli, M.Si. selaku penguji II sidang skripsi yang telah

memberikan saran dan masukan yang membangun kepada Penulis.

8. Dr. Fahma Wijayanti, M.Si. selaku penguji I seminar proposal dan hasil yang

telah memberikan saran dan masukan yang membangun kepada Penulis.

9. Eri Setiadi, M.Sc. selaku kepala Balai Penelitian dan Pengembangan

Teknologi Lingkungan dan Toksikologi Perikanan Budidaya Ikan Tawar yang

Page 9: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

iv

telah memberikan kesempatan kepada Penulis untuk menyelesaikan dan

membantu riset tugas akhir di sana.

10. Ir. Imam Taufik, M.Si., selaku Pembina lapangan yang telah membantu dan

memberikan arahan selama penelitian.

11. Teknisi lapangan BRPBATPP yang telah membantu selama penelitian.

12. Kedua orangtua dan keluarga yang memberikan materil dan moril,

mendukung, menyemangati, menghibur penulis dalam menyelesaikan

penulisan skripsi.

13. Aisyah, Iffi dan semua pihak yang telah menemani, membantu dan

mendukung penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Jakarta, Februari 2021

Penulis

Page 10: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ............................................................................................................... i ABSTRACT ............................................................................................................ ii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii DAFTAR ISI ............................................................................................................ v DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 3

1.3. Hipotesis Penelitian .................................................................................. 3

1.4. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 3

1.5. Manfaat Penelitian ................................................................................... 3

1.6. Kerangka Berpikir .................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 5 2.1. Ikan Tor soro ............................................................................................ 5

2.2. Pakan Ikan ................................................................................................ 6

2.3. Enzim Papain ........................................................................................... 7

2.4. Pertumbuhan Ikan .................................................................................... 8

2.5. Kualitas Air .............................................................................................. 8

BAB III METODE PENELITIAN......................................................................... 10 3.1. Waktu dan Tempat ................................................................................. 10

3.2. Alat dan Bahan ....................................................................................... 10

3.3. Rancangan Penelitian ............................................................................. 11

3.4. Cara Kerja .............................................................................................. 11

3.5. Parameter Pengamatan ........................................................................... 15

3.6. Analisis Data .......................................................................................... 18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 19 4.1. Laju Pertumbuhan Spesifik .................................................................... 19

4.2. Bobot Mutlak ......................................................................................... 21

4.3. Rasio Konversi Pakan ............................................................................ 23

4.4. Efisiensi Pakan ....................................................................................... 25

4.5. Retensi Protein ....................................................................................... 27

Page 11: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

vi

4.7. Kualitas Air ............................................................................................ 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 32 5.1. Kesimpulan ............................................................................................ 32

5.2. Saran ....................................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 33

LAMPIRAN ........................................................................................................... 38

Page 12: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian ................................................................. 4

Gambar 2. Morfologi ikan Tor soro ........................................................................ 5

Gambar 3. Tata letak akuarium selama penelitian ................................................ 11

Gambar 4. Nilai laju pertumbuhan spesifik benih ikan dewa setiap dosis papain 19

Gambar 5. Nilai bobot mutlak benih ikan dewa setiap dosis papain .................... 21

Gambar 6. Nilai rasio konversi pakan benih ikan dewa setiap dosis papain ........ 23

Gambar 7. Nilai efisiensi pakan benih ikan dewa setiap dosis papain.................. 25

Gambar 8. Nilai retensi protein benih ikan dewa setiap dosis papain .................. 27

Gambar 9. Nilai kelangsungan hidup benih ikan dewa setiap dosis papain ......... 29

Page 13: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Performa pertumbuhan benih ikan dewa .......................................... 38

Lampiran 2. Perhitungan pencampuran enzim dengan pakan semua perlakuan .. 39

Lampiran 3. Hasil uji pendahuluan kadar protein terlarut .................................... 40

Lampiran 4. Hasil uji proksimat benih ikan dewa sebelum diberi perlakuan ....... 41

Lampiran 5. Hasil uji proksimat benih ikan dewa setelah diberi perlakuan ........ 41

Lampiran 6. Kegiatan selama penelitian ............................................................... 42

Page 14: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan dewa (Tor soro) adalah ikan teleostei, famili Cyprinidae dalam genus

Tor. Ikan dewa merupakan ikan lokal Indonesia yang memiliki nilai ekonomis

(Rp 700.000/ekor/kg) (Muchlisin et al., 2015), dengan daerah persebaran meliputi

perairan Sumatera, Kalimantan, dan Jawa (Subagja, Sulhi, Asih, & Haryono,

2009).

Populasi ikan dewa telah mengalami penurunan yang disebabkan antara lain

antropogenik seperti alih fungsi lahan (perumahan, infrastruktur, dan industri),

pencemaran air, penangkapan secara berlebihan dan adanya pemanfaatan untuk

upacara adat dibeberapa daerah di Indonesia (Sikder et al., 2012). Beberapa alasan

ini menjadi pertimbangan dilakukannya budidaya ikan tersebut. Budidaya ikan

Tor soro telah berhasil dilakukan seperti pada induk yaitu pemijahan buatan

(Farastuti et al., 2014), persilangan (Radona et al., 2015) dan teknologi

pembenihan (Asih & Setijaningsih, 2011). Namun kendala utama dalam budidaya

ikan dewa yaitu pertumbuhannya yang lambat, membutuhkan waktu sekitar empat

tahun dari larva hingga mencapai induk (Radona et al., 2015). Pertumbuhan

lambat ini salah satunya disebabkan oleh karena ketersediaan pakan buatan yang

belum sesuai seperti komposisi dan tingkat kecernaan.

Pakan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan pertumbuhan

ikan. Pertumbuhan akan meningkat apabila diberikan pakan mengandung nutrisi

yang sesuai dengan kebutuhan ikan (Sanjayasari & Kasprijo, 2010). Pakan yang

berkualitas berhubungan dengan kandungan nutrien dan tingkat kecernaan pada

pakan. Kecernaan adalah zat-zat makanan dari konsumsi pakan yang tidak

diekskresikan ke dalam feses, melainkan zat makanan yang dapat dimanfaatkan

oleh tubuh ikan. Tinggi rendahnya kecernaan bahan pakan memberikan arti

seberapa besar bahan pakan itu mengandung zat-zat makanan dalam bentuk yang

dapat dicernakan ke dalam saluran pencernaan. Untuk itu, perlu dilakukan

peningkatan kecernaan pakan salah satunya dapat menggunakan enzim

pencernaan seperti enzim protease.

Page 15: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

2

Menurut Poliana & Mac (2007) enzim protease diperlukan oleh semua

makhluk hidup karena bersifat esensial dalam metabolisme protein. Enzim

protease dapat diperoleh dari bahan hayati maupun nabati. Enzim papain

merupakan enzim protease yang dapat diperoleh dari getah tanaman pepaya

(Carica papaya). Enzim papain memiliki aktivitas proteolitik yang luas terhadap

protein, ikatan pendek peptida, ester asam amino, dan gugus amida terutama yang

melibatkan asam amino dasar seperti arginin, lysin, dan fenilalanin. Enzim papain

memiliki peran penting dalam hidrolisis protein menjadi asam amino yang dapat

dengan mudah diserap oleh usus. Sehingga enzim papain berperan penting dalam

berbagai proses biologis (Amri & Mamboya, 2012).

Aplikasi papain dalam pakan ikan telah diteliti sebelumnya seperti pada

benih ikan kuereling (Tor tambra) dilakukan oleh Muchlisin et al., (2016) dengan

dosis enzim papain yang optimum yaitu 2,75% mampu meningkatkan derajat

kelulusan hidup, laju pertumbuhan dan retensi protein. Penelitian ikan nila hitam

(Oreochromis niloticus) dilakukan oleh Irawati dan Rachmawati (2015) dengan

penambahan dosis enzim papain yang optimum yaitu 2,25% mampu

meningkatkan pertumbuhan, protein efisiensi rasio, dan efisiensi pemanfaatan

pakan dan penelitian yang dilakukan Amalia et al., (2013) dengan pemberian

dosis enzim papain 2,25% dapat meningkatkan kelulusan hidup dan pertumbuhan

benih ikan lele dumbo.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

penambahan enzim papain mampu meningkatkan efesiensi pakan dan

menghasilkan pengaruh positif terhadap pertumbuhan benih. Pada stadia benih

inilah dimana ikan mengalami laju pertumbuhan yang tinggi dan mengenai

informasi dosis yang tepat untuk benih ikan dewa belum ada. Karena itu,

penelitian penambahan enzim papain pada pakan perlu dilakukan untuk

meningkatkan kecernaan protein dan mengetahui dosis enzim papain yang tepat

untuk pertumbuhan benih ikan dewa (Tor soro).

Page 16: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

3

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Apakah enzim papain dalam pakan dapat meningkatkan pertumbuhan benih

Tor soro?

2. Berapakah dosis enzim papain yang optimal untuk meningkatkan

pertumbuhan benih Tor soro?

1.3. Hipotesis Penelitian

Enzim papain dengan dosis (1%, 2%, 3%, 4%) dalam pakan dapat meningkatkan

pertumbuhan pada benih ikan dewa (Tor soro).

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui efek enzim papain dalam pakan buatan terhadap pertumbuhan

benih ikan dewa.

2. Menentukan dosis enzim papain yang optimal dalam pakan buatan untuk

pertumbuhan benih ikan dewa.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

mahasiswa dan pembudidaya ikan mengenai penambahan enzim papain yang

optimal dalam pakan dapat meningkatkan pertumbuhan dan sintasan ikan dewa.

Page 17: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

4

1.6. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir pada penelitian ini diskemakan pada Gambar 1.

Budidaya ikan dewa

Pertumbuhan dan sintasan rendah

Penambahan enzim papain pada pakan

dengan dosis (0% , 1%, 2%, 3%, 4%)

Pakan buatan

Meningkatkan kecernaan pakan dan

pertumbuhan

Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian peningkatan performa pertumbuhan

benih ikan dewa (Tor soro) melalui penambahan enzim papain pada

pakan buatan

Page 18: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ikan Tor soro

Ikan dewa (Tor soro) termasuk kelompok ikan ekonomis penting dari suku

Cyprinidae yang masih berkerabat dekat dengan ikan tambra (Tor tambroides).

Ikan dewa dikeramatkan oleh sebagian kelompok masyarakat, diantaranya di

wilayah Kabupaten Kuningan yang terletak di lereng Gunung Ciremai. Lokasi

yang dikeramatkan tersebar pada beberapa tempat wisata atau kolam pemandian

yaitu Cibulan, Cigugur, Waduk Darma, Pasawahan, dan Gandasoli (Subagja et al.,

2009).

Gambar 2. Morfologi ikan Tor soro

(Sumber: dok. pribadi teknisi BRPBATPP)

Menurut Haryono et al., (2010) ikan dapat di klasifikasikan ke dalam

filum Chordata, kelas Teleostei, ordo Cypriniformes, famili Cyprinidae, genus

Tor dan spesies Tor soro Valenciennes, 1842. Ikan Tor soro memiliki tubuh pipih

memanjang, moncong agak meruncing, mulut tebal letaknya inferior atau

subinferior, bibir bawah tidak terputus dengan ada tidaknya cuping, warna tubuh

keperakan pada ikan muda dan berangsur-angsur berubah menjadi kuning

kehijauan pada ikan dewasa. Terdapat perbedaan pada ikan dewa jantan dan

betina. Ikan dewa betina dan jantan dapat dibedakan berdasarkan pada beberapa

karakteristik, antara lain dari bentuk badan, warna sisik, tutup insang dan papilla.

Ikan Tor soro betina dapat menghasilkan telur sebanyak 1.655 – 4.687 butir/kg

Page 19: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

6

induk. Telur ikan Tor soro akan menetas selama 6 – 7 hari. Semula ikan Tor soro

tersebar luas di perairan wilayah Sumatera, Kalimantan dan Jawa, namun saat ini

sudah sulit dijumpai karena terdesak oleh ikan introduksi. Telah ditegaskan juga

bahwa ikan Tor soro termasuk kategori ikan yang terancam punah disebabkan

oleh penangkapan yang berlebihan, pencemaran air dan penggundulan hutan

(Haryono et al., 2010).

Padat penebaran dalam pembesaran benih ikan sangat perlu diperhatikan

karena laju pertumbuhan tertinggi pada ikan terjadi pada stadia benih. Artinya,

stadia benih merupakan salah satu faktor penentu hasil dari budidaya ikan. Untuk

menghasilkan laju pertumbuhan yang tinggi, benih ikan memerlukan kondisi

lingkungan yang nyaman karena benih ikan memiliki kepekaan yang besar

terhadap perubahan fisika, kimia, dan biologi perairan (Rahardjo, 2011).

2.2. Pakan Ikan

Frekuensi pemberian pakan pada waktu yang tepat berkaitan dengan berapa

kali pakan diberikan dalam satu hari pada organisme budidaya. Ukuran tubuh

ikan, stadia, suhu air, ketersediaan pakan, laju pengosongan lambung, aktifitas dan

kesehatan tubuh ikan merupakan sejumlah faktor yang mempengaruhi konsumsi

pada pakan ikan. Menurut Wardhani (2011) bahwa tidak hanya melibatkan

kriteria nilai gizi dan efisiensi biaya saja namun dalam pemilihan pakan bagi ikan

air tawar perlu mempertimbangkan kriteria lain seperti kecernaan, kandungan

racun, dan ketersediaanya.

Pakan buatan merupakan pakan buatan manusia yang dapat diramu sendiri

menjadi bentuk khusus sebagaimana yang diinginkan, dimana terdiri dari bahan-

bahan alami seperti bahan nabati dan hewani atau dari beberapa macam bahan lain

dan kandungan gizinya dapat diatur sendiri. Fungsi utama dari pakan sendiri yaitu

untuk menunjang aktifitas metabolisme, pemeliharaan tubuh, mengganti jaringan

tubuh yang rusak, pertumbuhan bobot dan panjang dan perkembangan reproduksi.

Kandungan gizi pada pakan komersil memiliki kadar protein yang berbeda

umumnya berkisar antara 18-45% per kg. Pada stadia larva dan benih

membutuhkan kandungan protein yang tinggi, yaitu ≥ 38% (Mahyuddin, 2008).

Menurut Murtidjo (2001) pakan yang memiliki nutrisi pokok seperti

protein, lemak, dan karbohidrat yang terpenuhi merupakan salah satu faktor utama

Page 20: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

7

penentuan keberhasilan suatu budidaya perikanan. Faktor lainnya yaitu benih

yang berkualitas, pengelolaan dan pencegahan penyakit pada ikan, pencemaran

air, pertumbuhan yang baik, reproduksi dan pemeliharaan tubuhnya. Namun zat-

zat nutrisi yang dikandung oleh setiap makanan baik komersil ataupun racikan

sendiri berbeda-beda dan tergantung pada stadia ikan (larva, benih, dan

pembesaran) dan jenis (karnivora, herbivora, dan omnivora) yang berbeda-beda

pula kebutuhan nutrisinya.

2.3. Enzim Papain

Enzim papain ialah enzim proteolitik, diperoleh dari getah tanaman pepaya

(Carica papaya). Pada umumnya getah papaya tersebar banyak di batang, buah,

dan daun. Enzim papain memiliki toleransi kisaran pH yang luas dan berada

dalam kisaran 3.0-9.0 (Amri & Mamboya, 2012). Papain komersil biasanya dijual

dalam bentuk serbuk putih kekuningan dan harus disimpan dibawah temperatur

4°C. Enzim papain dibandingkan proteolitik yang lain memiliki kelebihan yaitu

lebih tahan terhadap proses suhu, mempunyai kisaran pH yang luas dan lebih

murni dibandingkan bromelin, serta stabil pada suhu 40 - 60°C (Somanjaya,

2013).

Fungsi dari enzim papain atau enzim proteolitik adalah untuk mengkatalisis

pemecahan ikatan peptida, polipeptida dan protein dengan menggunakan reaksi

hidrolisis menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana seperti peptida rantai

pendek dan asam amino. Klasifikasi proteolitik pada mulanya didasarkan pada

enzim-enzim alamiah misalnya papain. fisin, dan bromelin yang berasal dari

tumbuh-tumbuhan, tripsin dari pankreas, serta pepsin dan renin dari lambung

(Miskiyah, Usmiati, & Mulyorini, 2011). Enzim papain disebut juga enzim

proteolitik atau bisa disebut proteinase atau protease, merupakan kelompok enzim

yang mampu memecah rantai panjang molekul protein menjadi molekul-molekul

yang lebih kecil disebut peptida (peptides) dan bahkan sampai menjadi

komponen-komponen terkecil penyusun protein yang disebut asam amino. Dalam

proses hidrolisis kimia dan pemecahan ikatan peptida menggunakan enzim

merupakan proses hidrolisis biokimia, reaksi hidrolisis peptida akan menghasilkan

produk reaksi yang berupa satu molekul dengan gugus karboksil dan molekul

lainnya memiliki gugus amina (Amri & Mamboya, 2012).

Page 21: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

8

2.4. Pertumbuhan Ikan

Pertambahan ukuran bobot maupun ukuran panjang tubuh ikan dalam suatu

periode disebut dengan pertumbuhan. Pertumbuhan disebabkan oleh perubahan

jaringan akibat pembelahan sel secara mitosis dan pembesaran sel sehingga terjadi

pertambahan sel, urat daging, dan tulang yang merupakan bagian terbesar dalam

tubuh ikan yang menyebabkan pertambahan bobot ikan. Pertumbuhan terdapat

dua macam yaitu pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan relatif. Pertumbuhan

mutlak adalah penambahan bobot atau panjang ikan pada saat umur tertentu

dengan dihitungnya perubahan bobot akhir pemeliharaan yang dikurangi dengan

bobot awal pemeliharaan, sedangkan pertumbuhan relative adalah perbedaan

antara ukuran pada akhirninterval dengan ukuran pada awal interval dibagi

dengan ukuran padanawal interval (Effendie, 2002).

Terjadinya pertumbuhan memiliki beberapa faktor yaitu suhu dan makanan.

Menurut (Effendi, 2003), pakan yang mengandung nutrisi yang baik

mempengaruhi potensi tumbuh suatu individu, sedangkan suhu mempengaruhi

proses kehidupan ikan yang meliputi pernafasan, reproduksi dan pertumbuhan.

Pertumbuhan ikan erat kaitannya dengan ketersediaan protein dalam pakan. Hal

ini berkaitan dengan fungsi dari protein yaitu sebagai sumber energi utama untuk

pertumbuhan dan perbaikan jaringan yang rusak, oleh sebab itu protein dalam

pakan selalu dibutuhkan dalam jumlah yang sesuai dibutuhkan oleh ikan (Gusrina,

2008). Kekurangan pakan akan memperlambat laju pertumbuhan ikan, sedangkan

pakan yang berlebihan didalam suatu perairan akan mempengaruhi pencemaran

air sehingga menyebabkan ikan stress dan menjadi lemah serta nafsu makan akan

menurun (Khairuman, 2002).

Pertumbuhan dapat dianggap sebagai hasil dari suatu proses metabolisme

pakan yang diakhiri dengan penyusunan unsur-unsur tubuh. Tidak semua pakan

yang dimakan oleh ikan digunakan untuk pertumbuhan. Sebagian besar energi

dari pakan digunakan ikan untuk pemeliharaan tubuh. Sisanya digunakan untuk

aktivitas sehari-hari, pertumbuhan, dan reproduksi (Fujaya, 2008).

2.5. Kualitas Air

Kualitas air merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam

kegiatan budidaya. Biota budidaya tumbuh optimal pada kualitas air yang sesuai

Page 22: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

9

dengan kebutuhannya. Sebagai tempat hidup ikan, kualitas perairan dipengaruhi

oleh faktor fisika dan kimia didalam perairan yang meliputi suhu, DO, pH,

Ammonia, Nitrit dan Nitrat.

Suhu berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan biota air. Perubahan

suhu yang tinggi dapat mematikan biota budidaya karena terjadi perubahan daya

angkut darah (Kordi & Ghufron, 2009). Menurut Susanto et al., (2014) Suhu

yang ideal untuk tempat hidup Cyprinidae adalah terletak pada kisaran antara 20-

25 °C, dan pertumbuhan akan menurun apabila suhu rendah di bawah 13°C.

Pertumbuhan akan menurun dengan cepat dan akan berhenti makan pada suhu di

bawah 5°C (Narantaka, 2012). Nilai pH pada suatu perairan mempunyai pengaruh

yang besar terhadap organisme perairan sehingga seringkali dijadikan petunjuk

untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan. pertumbuhan benih ikan

budidaya akan optimal pada kisaran pH 7-8 (Kordi & Ghufron, 2009).

Air yang mengandung ammonia berasal dari limbah sisa pakan dan dari sisa

metabolisme yang dikeluarkan tubuh ikan. Adanya amonia dalam perairan, selain

menyebabkan toksisitas tinggi, konsentrasi amonia juga membahayakan bagi ikan

(Effendi, 2003). Pengaruh langsung dari kadar amonia tinggi yang belum

mematikan adalah rusaknya jaringan insang, yaitu lempeng insang membengkak

sehingga fungsinya sebagai alat pernafasan akan terganggu (Rully, 2011). Nitrit

dan nitrat ada di dalam air sebagai hasil dari oksidasi. Nitrit merupakan sidasi dari

amonia dengan bantuan bakteri Nitrisomona, hal ini ditegaskan oleh (Effendi,

2003) bahwa nitrit (NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit

diperairan alami sekitar ˂0,2 ppm. Sedangkan Nitrat hasil dari oksidasi nitrit

dengan bantuan bakteri nitrobacter. Keduanya selalu ada dalam konsentrasi yang

rendah karena tidak stabil akibat proses oksidasi dan sangat tergantung pada

keberadaan bahan yang dioksidasi dan bakteri. Kedua bakteri tersebut akan

optimal melakukan proses nitrifikasi pada pH 7,0-7,3.

Page 23: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

10

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Oktober 2020 bertempat di

Instalasi Penelitian dan Pengembangan Teknologi Lingkungan dan Toksikologi

Perikanan Budidaya Air Tawar, Cibalagung, Bogor dan Balai Riset Perikanan

Budidaya Air Tawar, Sempur, Bogor

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain akuarium untuk

pemeliharaan ikan berukuran 60 × 40 × 50 cm (p x l x t) sebanyak 15 buah yang

dilengkapi aerator. Untuk mengukur berat ikan digunakan timbangan digital

dengan ketelitian 0,01 g, dan mengukur panjang ikan menggunakan millimeter

block dan penggaris. Parameter kualitas air diukur dengan DO meter, pH meter,

termometer, botol sampling air, erlenmeyer 250 ml, pipet 10 ml, dan bulb. Untuk

analisis proksimat digunakan blender, mortar, sudip, saringan, alumunium foil,

cawan petri, desikator, oven, timbangan analitik, alat destruksi, alat destilasi, alat

titrasi digital, peralatan gelas labu destruksi 250 ml, gelas ukur 50 ml, kertas

saring, alat soxyec, cup aumunium, thimbles, holder (cup dan thimbles), desikator,

kapas bebas lemak, alat penjepit, cawan porselin, tungku pengabuan, corong

Buchner, satu set alat pompa vakum, kertas saring bebas abu, tanur listrik,

spektrofotometer. Untuk analisis kualitas air menggunakan botol sampel air,

tabung erlenmeyer 250ml, pipet 5 ml, pipet 10 ml, bulb, corong, saringan kertas.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain benih ikan Tor soro

dan enzim papain yang dijual dipasaran. Dosis enzim papain pada pakan ikan

yang digunakan disesuaikan dengan perlakuan. Untuk analisis proksimat

digunakan bahan selenium mixture, indicator bromcressor geen, larutan asam

borat, larutan HCl 0,2 N, NaOH jenuh 40%, H2SO4, petroleum benzene, aseton,

dan akuades panas. Untuk analisis kualitas air nitrit menggunakan bahan

Sulfanilamida, NED dihydrochloride (Naphthyl ethylene diamine

dihydrochloride), untuk uji nitrat menggunakan bahan mixed acid reagent, dan

Page 24: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

11

nitrate reducing reagent, dan untuk uji ammonia yaitu menggunakan bahan

ammonia nitrogen 1 dan 2. Untuk sampling ikan menggunakan stabilizer agar

ikan pingsan sementara selama proses penimbangan bobot ikan awal dan akhir.

3.3. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen, menggunakan

Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 5 perlakuan dan masing-masing 3 kali

ulangan. Penempatan tempat uji dilakukan secara undian acak. Perlakuan

yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Perlakuan A : Tanpa penambahan komposisi enzim papain dalam pakan.

Perlakuan B : Penambahan komposisi enzim papain 1% dalam pakan

Perlakuan C : Penambahan komposisi enzim papain 2% dalam pakan.

Perlakuan D : Penambahan komposisi enzim papain 3% dalam pakan.

Perlakuan E : Penambahan komposisi enzim papain 4% dalam pakan.

Gambar 3. Tata letak akuarium selama penelitian

3.4. Cara Kerja

3.4.1. Persiapan Wadah dan Media Pemeliharaan

Wadah yang digunakan adalah akuarium yang diisi air sebanyak 40 L

selama masa pemeliharaan. Sebelumnya akuarium dibersihkan menggunakan

klorin yang sudah diencerkan, dibilas lalu dikeringkan selama satu minggu.

Masing-masing akuarium dilengkapi aerator untuk menyuplai oksigen.

Page 25: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

12

3.4.2. Ikan Uji

Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan dewa

berumur 2 bulan, dibutuhkan total ikan sebanyak 450 ikan, 300 ekor untuk

pemeliharaan dan 150 ekor untuk analisis proksimat awal. Kepadatan 20 ekor per

akuarium, ukuran panjang berkisar antara 2-2,8 cm dan bobot 0,1-0,2 g per ekor

berasal dari hasil pemijahan terkontrol di Instalasi Plasma Nutfah, Cijeruk, Bogor.

3.4.3. Pakan Uji

Pakan yang digunakan yaitu pakan komersil PF500. Pakan dengan sesuai

dosis perlakuan di analisis proksimat terlebih dahulu agar mengetahui kandungan

nutrisi didalamnya. Frekuensi pemberian pakan tiga kali sehari pada pukul

08.00, 12.00 dan 16.00 WIB. Kandungan nutrisi pakan uji meliputi kadar air,

kadar protein, lemak, abu, serat kasar, dan BETN yang digunakan selama

pemeliharaan (Tabel 1.).

Tabel 1. Kandungan nutrisi pakan uji yang digunakan dalam penelitian

Contoh

Kadar Air

(%)

Kering 105°C

Protein

(%)

Lemak

(%)

Abu

(%)

Serat Kasar

(%)

BETN

(%)

Pakan A 8,56 40,21 5,78 11,09 2,61 40,31

8,47 40,15 5,34 10,89 2,34 41,28

8,39 40,38 5,49 11,21 2,47 40,45

Rata-rata 8,47 40,22 5.53 11.06 2,47 40,68

Pakan B 9,04 40,78 5,56 11,34 2,09 40,23

8,79 40,42 5,69 11,29 2,14 40,46

8,83 40,89 5,49 11,19 2,23 40,20

Rata-rata 8,88 40,69 5,58 11,27 2,15 40,29

Pakan C 9,12 39,97 5,21 11,54 2,02 41,26

9,09 40,07 5,45 11,12 2,19 41,17

9,32 40,13 5,19 10,92 2,31 41,45

Rata-rata 9,17 40,05 5,28 11,19 2,17 41,29

Pakan D 8,46 40,65 5,63 11,43 2,78 39,51

8,78 40,12 5,76 11,29 2,53 40,30

8,73 40,42 5,87 11,75 2,49 39,47

Rata-rata 8,65 40,39 5,75 11,49 2,60 39,76

Pakan E 8,65 40,32 5,11 11,54 2,67 40,36

8,89 40,70 5,41 11,23 2,48 40,18

9,01 40,11 5,60 11,07 2,74 40,48

Rata-rata 8,85 40,73 5,37 11,28 2,63 40,34

Keterangan : BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Page 26: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

13

3.4.4. Pemberian Enzim Papain pada Pakan Ikan Tor soro

Penambahan enzim papain pada pakan ikan menggunakan metode tuang.

Diawali dengan melarutkan enzim sesuai dosis perlakuan menggunakan akuades

10 mL, setelah itu divorteks hingga homogen. Pemakaian larutan enzim dituang

sedikit demi sedikit hingga merata ke pakan lalu dibiarkan 3 jam dan dikering

anginkan, setelah itu diberikan pada ikan secara ad satiation atau sekenyangnya.

Sisa pakan yang belum diberikan kepada ikan dimasukkan kembali ke dalam

kulkas agar terhindar dari jamur.

3.4.5. Pelaksanaan Penelitian

Benih ikan dewa diambil dari Balai Plasma Nutfah, Cijeruk, Bogor ke

tempat pemeliharaan di Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi

Lingkungan dan Toksikologi Perikanan Budidaya Ikan Tawar, Cibalagung,

Bogor. Awal mula bak air penampungan diisi air garam bersama benih ikan agar

bila ada kutu air pada sisik benih ikan bisa hilang, dan direndam selama 10 menit.

Lalu ikan di karantina selama 7 hari di air yang telah tercampur oleh obat

antibiotik elbayu untuk menghindarkan benih ikan dari serangan bakteri

Aeromonas dan bakteri penyakit lainnya serta untuk recovery tubuh ikan selama

perjalanan. Penebaran benih ikan dewa dilakukan pada pagi hari yang sudah

terseleksi terlebih dahulu agar mendapatkan bobot yang seragam. Pemeliharaan

ikan dewa dilakukan selama 40 hari.

Pakan yang diberikan selama pemeliharaan adalah PF500. Pelet yang

digunakan untuk penelitian awal mula pada setiap perlakuan diracik 50 g yang

diberi enzim berbeda sesuai perlakuan (Lampiran 2.). Pakan yang diberikan pada

ikan secara ad satiation atau sekenyangnya, sisa pakan diakhir penelitian

ditimbang dan dicatat untuk perhitungan parameter rasio konversi pakan, efisiensi

pakan, dan retensi protein. Parameter kualitas air, dilakukan sampling air setiap 10

hari sekali dan diukur suhu, pH, DO, nitrit, nitrat, ammonia. Pergantian air baru

sebanyak 40% dilakukan setiap 8 hari sekali, dan juga dilakukan penyiponan

setelah 4 hari pergantian air.

Analisis proksimat pada benih ikan dewa dilakukan sebelum dan sesudah

pemeliharaan dilaksanakan di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar,

Sempur, Bogor. Sebelum proses pemeliharaan berlangsung, sekitar 150 ekor ikan

Page 27: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

14

diambil dan ditimbang agar mendapat bobot yang seragam dan yang dibutuhkan

untuk analisis proksimat. Uji yang dilakukan untuk mengetahui kandungan gizi

pada benih ikan awal meliputi uji protein, lemak, kadar air. Analisis proksimat

akhir dilaksanakan setelah ikan-ikan menjalani pemeliharaan selama 40 hari

dengan berbagai perlakuan agar dapat mengukur dan menghitung nilai retensi

protein selama pemeliharaan.

3.4.6. Analisis Proksimat

Prosedur kerja analisis proksimat pada penelitian ini menggunakan metode

SNI 2891-01-1992. Tahapan pertama untuk analisis proksimat yaitu preparasi

sampel. Untuk preparasi sampel pakan digunakan mortar untuk menumbuk hingga

halus sampai seperti tepung. Berbeda dengan preparasi sampel ikan yang masih

hidup, dengan cara dimatikan ke dalam freezer beberapa menit, lalu di cuci di air

mengalir dan di keringkan bagian luar tubuh ikan menggunakan tissue agar tidak

mempengaruhi kadar air. Selanjutnya pengujian kadar air, ditimbang sampel yang

sudah di preparasi sebanyak 5 – 10 g. Sampel dimasukkan ke dalam cawan petri

yang sudah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Keringkan pada oven suhu

105°C selama 4 jam untuk sampel kering dan 24 jam pada suhu 65°C untuk

sampel basah, didiinginkan dalam desikator, dan timbang kembali. Pengujian

kadar protein yaitu ditimbang 0,2 g sampel lalu dimasukan ke dalam kertas saring

dan dilipat, masukkan ke dalam labu kjeldahl. Selanjutnya ditambahkan 5 g

selenium dan 10 mL H2SO4, di panaskan di atas pemanas listrik (TecatorTM

digestor auto) atau api pembakar sampai mendidih hingga larutan menjadi jemih

kehijau-hijauan sekitar 90 menit, lalu dimasukkan ke dalam alat penyuling

(KjeltecTM 2100), ditambah 50 mL NaOH 40%, disuling selama 5 menit, sebagai

penampung gunakan 25 mL larutan asam borat 4% yang sudah ditambahkan 3

tetes indikator Bromcressol green, dibilas ujung pendingin dengan air suling,

terakhir dititrasi dengan larutan HCI 0,2 N.

Uji kadar lemak yaitu sampel ditimbang 0,5 – 1 g, dimasukkan ke dalam

thimbles, thimbles disumbat dengan kapas, lalu dimasukkan ke dalam alat soxtec

yang telah dihubungkan dengan cup alumunium yang telah dikeringkan dan telah

diketahui bobotnya, diekstrak dengan petroleum benzene atau pelarut lemak

lainnya selama 75 menit, disuling petroleum benzene dan keringkan ekstrak lemak

Page 28: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

15

dalam oven pengering pada suhu 105°C selama 1 jam, di dinginkan dahulu ke

dalam desikator dan timbang lagi. Untuk uji kadar abu cawan porselin disterilisasi

dahulu dengan cara dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105°C selama 60

menit, Angkat cawan kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit,

kemudian ditimbang berat awal cawan porselin, lalu sampel ditimbang sebanyak

0,5 - 1 g, dan dimasukkan ke dalam cawan porselin. Cawan porselin yang berisi

sampel dimasukkan ke dalam tungku pengabuan (furnace) pada suhu 600°C

selama 4 jam, setelah selesai diangkat cawan porselin, dimasukkan dalam

desikator selama 30 menit, yang terakhir ditimbang cawan yang sudah diabukan.

Pengujian kadar serat kasar dengan cara sampel sebanyak 0,5 g ditimbang

dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml lalu ditambahkan 50 ml H2SO4

1,25%. Erlenmeyer yang berisi bahan tersebut dipanaskan selama 30 menit

kemudian didinginkan dan ditambah lagi 50 ml NaOH 5% dipanaskan selama 30

menit. Kertas saring dipanaskan dan ditimbang, dipasang pada corong Buchner

dan dihubungkan pada vacuum pump untuk mempercepat proses penyaringan.

Larutan dan bahan yang dipanaskan tersebut dituangkan ke dalam corong

Buchner, kemudian dibilas berturut-turut dengan 50 mL air panas, 50 mL H2SO4

1,25%, 50 mL air panas, dan 25 mL aceton. Disiapkan cawan porselen yang sudah

dipanaskan pada suhu 105°C selama 1 jam, dan kertas saring dimasukan ke dalam

cawan, dipanaskan pada suhu 105°C selama 1 jam, dinginkan di desikator dan

ditimbang lagi. Terakhir dipanaskan pada tanur dengan suhu 600°C selama 1 jam

hingga berwarna putih, kemudian didinginkan dan ditimbang.

3.5. Parameter Pengamatan

3.5.1. Laju Pertumbuhan Spesifik

Specifik Growth Rate (SGR) atau laju pertumbuhan spesifik merupakan

perubahan ikan dalam berat, ukuran, maupun volume seiring dengan perubahan

waktu. Rumus untuk menghitungjlaju pertumbuhan spesifik menurut (Muchlisin

et al., 2016):

SGR =𝐿𝑛 𝑊𝑡 − 𝐿𝑛 𝑊0

𝑡 × 100%

Page 29: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

16

Keterangan:

SGR : Laju pertumbuhan spesifik.

W0 : Rata-rata bobot ikan pada awal pemeliharaan (g)

Wt : Rata-rata bobot ikan pada akhir pemeliharaan (g)

t : Waktu pemeliharaan (hari)

3.5.2. Pertumbuhan Bobot Ikan Mutlak

Parameter pertumbuhan yang diamati bobot (g). Bobot tubuh dihitung

menurut (Muchlisin et al., 2016) :

Keterangan:

Wg = pertambahan berat selama penelitian (g).

Wt = berat ikan pada akhir penelitian (g).

Wo = berat ikan pada awal penelitian (g).

3.5.3. Rasio Konversi Pakan dan Efisiensi Pakan

Feed Convertion Ratio (FCR) adalah perbandingan antara berat pakan yang

diberikan dengan berat total (biomass) yang dihasilkan saat dilakukan sampling.

Tujuannya untuk mengetahui keberhasilan pemberian pakan terhadap

pertumbuhan ikan. Efisiensi Pakan (EP) adalah pemberian pakan dengan jumlah

yang sedikit namun bisa terserap tubuh secara maksimal. Semakin kecil nilai

FCR (mendekati 1) berarti semakin baik manajemenlpakan yang diberikan.

Sedangkan untuk EP berlaku kebalikannya yaitu semakinmtinggi nilai EP

(mendekati 100%) berarti semakin efisien pemberian pakan yang dilakukan.

Rumus untuk menghitung rasio konversi pakan menurut (Muchlisin et al., 2016):

Rumus untuk menghitung efisiensi pakan menurut (Muchlisin et al., 2016)

EP = 1

𝐹𝐶𝑅 × 100%

FCR = F

Wg

Wg = Wt – Wo

Page 30: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

17

Keterangan:

FCR : Rasio konversi pakan,

F : Total input pakan (g),

Wg : Kenaikan berat badan selama penelitian (g),

EP : Efisiensi Pakan.

3.5.4. Retensi Protein

Retensi protein adalah sejumlah protein yang berasal dari pakan yang

terkonversi menjadi protein yang tersimpan ke dalam tubuh ikan. Rumus untuk

menghitung retensi protein menurut (Setiawati, 2008) :

Keterangan :

RP = Retensi Protein

Pu = Bobot Protein yang disimpan dalam tubuh (g)

Pc = Bobot Protein yang dikonsumsi oleh ikan (g)

3.5.5. Kelulusan Hidup

Survival Rate (SR) atau derajat kelulusan hidup merupakan banyaknya

ikan yang mampu bertahan selama masa penelitian. Rumus untuk menghitung

derajat kelulusan hidup menurut (Muchlisin et al., 2016) :

Keterangan :

SR : Survival rate atau derajat kelulusan hidup (%)

Nt : Jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan (ekor)

N0 : Jumlah ikan yang hidup pada awal pemeliharaan (ekor)

3.5.6. Parameter Pendukung

Parameter pendukung yang diamati adalah kualitas air, meliputi suhu, pH,

Dissolved Oxygen (DO), nitrit, nitrat, ammonia.

RP = Pu

Pc × 100%

SR =𝑁𝑡

𝑁0 × 100%

Page 31: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

18

3.6. Analisis Data

Semua data kecuali parameter pendukung diuji dengan sidik ragam

(ANOVA) pada selang kepercayaan 95% dilanjutkan uji lanjut Duncan jika

ditemukan pengaruh nyata dengan menggunakan software SPSS versi 20. Data

kualitas air dianalisis secara deskriptif, hanya disajikan dalam bentuk tabel.

Page 32: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

19

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Laju Pertumbuhan Spesifik

Spesific Growth Rate (SGR) ialah persentase pertumbuhan harian yang

berupa perubahan bobot, tubuh ikan dalam beberapa waktu yang telah ditentukan.

Nilai SGR ikan dewa diperoleh hasil yang signifikan (Gambar 4.)

Gambar 4. Nilai laju pertumbuhan spesifik benih ikan dewa setiap dosis papain

Pemeliharaan benih ikan dewa selama 40 hari menunjukan hasil analisis

ragam bahwa pakan buatan yang ditambah enzim papain memberikan pengaruh

nyata (P<0,05) terhadap SGR pada ikan dewa. Dilanjutkan uji Duncan Multiple

Range Test (DMRT) memperlihatkan bahwa perlakuan A berbeda nyata terhadap

perlakuan B, C, D dan E, tetapi perlakuan E (nilai maksimum) tidak berbeda nyata

terhadap perlakuan C dan D. Pada perlakuan C, D, dan E diduga bahwa dosis

papain yang berbeda masih dapat menghasilkan deposisi protein dalam tubuh

yang sama, sehingga pertumbuhan yang dihasilkan sama. Sesuai pendapat

Amalia et al., (2013) pakan yang ditambahkan enzim papain dapat meningkatkan

deposisi senyawa protein dari pakan ke dalam tubuh untuk pertumbuhan ikan.

Pada perlakuan E ikan lebih efisien dalam memanfaatkan pakan yang diberikan.

2,01 ± 0,19a

2,28 ± 0,17b 2,48 ± 0,2bc

2,37 ± 0,04bc

2,63 ± 0,00c

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

A (0%) B (1%) C (2%) D (3%) E (4%)

Laj

u P

ertu

mb

uhan

Sp

esif

ik (

%)

Dosis Papain

Page 33: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

20

Hal ini dapat dilihat dari nilai efisiensi pakan (Gambar 7.) dan nilai rasio konversi

pakan (Gambar 6.).

Nilai laju pertumbuhan spesifik tertinggi (Gambar 4.) terjadi pada perlakuan

E sebesar 2,63±0,00%/hari dan nilai terendah pada perlakuan A (dosis 0%)

sebesar 2,01±0,19%/hari. Dosis yang paling baik untuk efisiensi enzim papain

pada penelitian ini yaitu perlakuan C sebesar 2,48 ± 0,2%/hari menunjukkan

bahwa pakan buatan yang ditambah dengan enzim papain dosis sebesar 2% bisa

meningkatkan pertumbuhan. Pertumbuhan ikan dewa menjadi lebih cepat karena

diduga faktor aktivitas protease dari enzim papain yang dapat menghidrolisis

protein dalam pakan menjadi senyawa lebih sederhana seperti peptide rantai

pendek dan asam amino sehingga mudah diserap dan dimanfaatkan untuk

pertumbuhan ikan. Ikan pada perlakuan C dapat mencerna pakan dengan baik

untuk pertumbuhanya dan lebih efisien terhadap penggunaan enzim dibandingkan

dengan perlakuan lain. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Irawati &

Rachmawati (2015) pakan yang dapat tercerna dengan baik maka akan

menghasilkan energi untuk memenuhi segala aktivitas dan pemeliharaan tubuh

yang terjadi melalui proses metabolism, apabila terdapat kelebihan energi dapat

dimanfaatkan bagi pertumbuhan.

Nilai laju pertumbuhan spesifik tertinggi pada penelitian ini adalah

2,63±0,0%/hari. Penelitian ini menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari penelitian

Muchlisin et al., (2016) pada ikan Tor tambra yaitu sebesar 2,19 ± 0,01%/hari dan

bila dibandingkan pada jenis ikan lain pun memberikan efek yang sama terhadap

pertumbuhan seperti penelitian Ananda et al., (2015) pada ikan patin yaitu sebesar

2,37±0,15%/hari. Hasil tersebut dikarenakan enzim papain yang digunakan pada

penelitian ini dan penelitian sebelumnya berbeda. Nilai yang tertinggi pada

penelitian Tor tambra menggunakan enzim papain sebesar 2,75% dan penelitian

ikan patin dengan dosis enzim papain 0,75% sedangkan pada penelitian ini enzim

papain yang digunakan untuk nilai tertinggi yaitu 4% kedalam pakan.

Pertumbuhan terjadi juga berkaitan dengan umur ikan, ketika umur ikan masih

muda atau pada masa stadia benih merupakan stadia dimana kurva dengan laju

pertumbuhan tertinggi. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Umar, Salam, & Omar

(2012) bahwa benih ikan dapat mengalami pertumbuhan yang relatif cepat

Page 34: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

21

sedangkan untuk ikan dewasa tetap mengalami pertumbuhan namun berjalan

lambat, sebab makanan yang termakan oleh ikan dewasa lebih banyak digunakan

untuk reproduksi, metabolisme, dan pemeliharaan tubuh daripada pertumbuhan.

4.2. Bobot Mutlak

Pertumbuhan bobot mutlak ialah perubahan bobot biomassa ikan selama

masa pemeliharaan, atau selisih bobot biomassa akhir dengan bobot biomassa

awal. Nilai bobot mutlak pada penelitian benih ikan dewa menunjukkan hasil

yang signifikan (Gambar 5.).

Gambar 5. Nilai bobot mutlak benih ikan dewa setiap dosis papain

Hasil analisis ragam parameter bobot mutlak menunjukkan bahwa

penambahan enzim papain pada pakan buatan memberikan pengaruh nyata

(P<0,05) terhadap bobot mutlak ikan dewa. Dilanjutkan oleh uji wilayah ganda

Duncan menunjukan perbedaan nyata pada perlakuan E terhadap perlakuan A,

sedangkan perlakuan E tidak terjadi perbedaan yang nyata pada perlakuan B, C,

D. Menurut Arief, Manan, & Pradana (2016) enzim papain yang ditambahkan

pada pakan ikan akan menambahkan kandungan asam amino yang nantinya dapat

dimanfaatkan oleh ikan untuk kebutuhan pertumbuhan serta fisiologis. Sejalan

dengan pendapat Hasan, (2000) menyatakan bahwa semakin banyak enzim yang

ditambahkan ke dalam pakan, maka protein yang dihasilkan akan menjadi lebih

banyak yang terhidrolisis menjadi asam amino, sehingga daya cerna ikan terhadap

5,00 ± 0,4a

5,40 ± 1,14ab 5,90±0,23ab 5,50 ± 0,32ab

6,40 ± 0,44b

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

A (0%) B (1%) C (2%) D (3%) E (4%)

Bo

bo

t M

utl

ak (

g)

Dosis Papain

Page 35: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

22

pakan akan meningkat dan mempercepat proses pencernaan sehingga nutrien yang

tersedia cukup untuk pertumbuhan dan keberlangsungan hidup ikan.

Perlakuan E merupakan nilai bobot mutlak tertinggi yaitu 6,40±0,44 g dan

terendah pada perlakuan A sebesar 5,00±0,4 g. Pada perlakuan E dengan

penambahan enzim papain sebesar 4% pada pakan buatan merupakan dosis yang

tertinggi untuk menghidrolisis protein yang terkandung dalam pakan buatan

menjadi asam amino agar lebih mudah untuk diserap dan dimanfaatkan untuk

pertumbuhan bobot ikan serta efesien terhadap penggunaan enzim. Hasil ini sesuai

dengan nilai laju pertumbuhan spesifik, bahwa pada perlakuan E merupakan nilai

tertinggi untuk pertumbuhan pada ikan dewa selama pemeliharaan 40 hari. Hal ini

diduga pada dosis 4% merupakan derajat hidrolisis tercepat sehingga berpengaruh

pada protein pakan yang terhidrolisis lebih baik menjadi bentuk sederhana yaitu

asam amino (Putra et al., 2020). Namun perlakuan E ini tidak berbeda nyata

dengan perlakuan B, C, D. Sejalan dengan pendapat Harahap et al., (2019)

sebelum terjadinya pertumbuhan, kebutuhan protein digunakan untuk

pemeliharaan tubuh dan harus terpenuhi terlebih dahulu. Saat ikan mengalami

pertumbuhan menandakan protein untuk aktivitas dan pemeliharaan tubuh sudah

terpenuhi. Sehingga kelebihan protein tersebut dapat dimanfaatkan untuk

pertumbuhan (Nawir et al., 2015).

Nilai bobot mutlak tertinggi pada penelitian ini adalah 6,40±0,44 g.

Penelitian ini menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari penelitian Muchlisin et

al., (2016) pada ikan Tor tambra yaitu sebesar 1,97 ± 0,15g dan penelitian

Maulidin et al., (2016) pada ikan gabus yaitu sebesar 3,24±0,18 g. Namun lebih

rendah dari penelitian Putra et al., (2020) pada ikan kerapu macan sebesar

19,97±2,81. Perbedaan pertumbuhan bobot pada ikan karena dipengaruhi

beberapa faktor. Menurut Hidayat et al., (2013) pertumbuhan dipengaruhi dua

faktor yaitu faktor luar dan dalam. Faktor dari luar meliputi sifat fisika, kimia dan

biologi perairan, dan faktor dari dalam meliputi sifat keturunan, ketahanan

terhadap penyakit dan kemampuan dalam memanfaatkan makanan (terutama pada

protein pakan). Secara umum, kebutuhan protein pada ikan menurun dengan

meningkatnya ukuran dan umur ikan (National Research Council, 2011).

Page 36: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

23

Ikan sangat memanfaatkan protein pada pakan untuk menghasilkan energi.

Berbeda dengan hewan darat yang sebagian besar menggunakan karbohidrat dan

lipid untuk menghasilkan energi, sehingga kebutuhan protein pada ikan mencapai

dua hingga tiga kali lipat dibandingkan hewan lainnya (Crab et al., 2007). Hal ini

menyebabkan dengan adanya penambahan enzim papain di dalam pakan yang

dapat mempercepat penyerapan asam amino sehingga protein sebagai sumber

utama pada ikan bisa terserap tubuh secara maksimal dan menghasilkan

pertumbuhan.

4.3. Rasio Konversi Pakan

Feed Convertion Ratio (FCR) atau rasio konversi pakan ialah perbandingan

antara pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan berat ikan yang terjadi selama

penelitian. Semakin rendah nilai FCR atau yang mendekati 1 merupakan nilai

yang terbaik. Pada penelitian benih ikan dewa menunjukkan nilai FCR yang

signifikan (Gambar 6.).

Gambar 6. Nilai rasio konversi pakan benih ikan dewa setiap dosis papain

Rasio konversi pakan pada ikan dewa selama 40 hari pemeliharaan pada

(Gambar 6.) perlakuan A memiliki nilai tertinggi sebesar 1,38±0,16 dan nilai

terendah terjadi pada perlakuan E sebesar 1,08±0,10. Pada perlakuan E didapatkan

nilai terendah dan terbail dengan pemberian dosis enzim papain sebanyak 4%.

Namun, nilai FCR yang optimum yaitu pada perlakuan C (dosis 2%) sebesar 1,17

1,38 ± 0,16c 1,36 ± 0,3c

1,17 ± 0,06ab

1,3 ± 0,15bc

1,08 ± 0,10a

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

A (0%) B (1%) C (2%) D (3%) E (4%)

Ras

io

Ko

nver

si P

akan

Dosis papain

Page 37: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

24

± 0,06. Perlakuan C bila dianalisis tidak berbeda nyata dengan perlakuan E,

dengan penggunaan enzim papain yang lebih sedikit namun menghasilkan

pertumbuhan yang hampir sama sehingga lebih ekonomis untuk keberlangsungan

budidaya. Nilai rasio konversi pakan yang semakin kecil maka pakan yang

diberikan cukup baik dan sesuai untuk menunjang pertumbuhan ikan, begitu juga

sebaliknya (Sulmartiwi & Suprapto, 2012). Papain tidak hanya membantu dalam

proses penyerapan tetapi juga dapat menambahkan kadar nutrisi dalam pakan,

oleh karena itu hasil FCR terbaik ini diduga dengan adanya penambahan enzim

papain pada pakan yang membuat pakan lebih berkualitas (Putra et al., 2020).

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan enzim papain pada

pakan buatan memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai rasio konversi

pakan ikan dewa. Dilanjutkan uji wilayah ganda Duncan menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan nyata pada perlakuan E terhadap perlakuan A, B dan D,

sedangkan pada perlakuan E tidak berbeda nyata terhadap perlakuan C. Perlakuan

C (dosis 2%) merupakan dosis optimum karena dengan dosis yang lebih rendah

dari perlakuan E (dosis 4%) namun memberikan pengaruh nyata terhadap kontrol

(dosis 0%) dan lebih efisien dalam penggunaan enzim papain. Rasio konversi

pakan yang tinggi pada perlakuan A, B, dan D disebabkan oleh pakan yang relatif

kurang dimanfaatkan oleh ikan dewa sehingga nutrisi yang terdapat dalam pakan

tersebut tidak dapat terserap maksimal oleh tubuh ikan dewa dan terbuang melalui

feses sehingga laju pertumbuhan yang diperoleh ikan relatif lebih rendah

dibandingkan dengan perlakuan C dan E. Sejalan dengan Arief et al., (2011)

terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi tingginya rasio konversi pakan

yaitu kualitas pakan yang kurang baik seperti pakan yang mudah hancur ataupun

bau pakan yang tidak merangsang. Hal ini akan menyebabkan ikan tidak tertarik

untuk memakan pakan tersebut. Namun, pada penelitian benih ikan dewa (Tor

soro) masalah seperti ini sangat diminimalisir karena sebelum penelitian sudah uji

pendahuluan terhadap pakan.

Hasil dari nilai konversi pakan optimum pada penelitian ini adalah 1,17±0,06.

Bila dibandingkan dengan penelitian ikan labeo oleh (Khati, Danish, S Mehta, &

Pandey, 2015) dengan nilai FCR terbaik yaitu 2,05 dan penelitian ikan sidat oleh

(Arief et al., 2016) nilai FCR terbaik yaitu 2,27 ± 0,08, penelitian ini jauh lebih

Page 38: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

25

rendah dan terbaik. Penyebabnya mungkin karena peningkatan metabolisme pada

ikan yang berbeda dan diberi pakan tambahan papain dengan dosis berbeda pula

yang pada akhirnya menghasilkan FCR yang lebih baik. Penambahan enzim

papain atau enzim protease inilah yang dapat menghidrolisis protein menjadi

peptida pendek dalam makanan, yang merupakan faktor kunci untuk

meningkatkan daya cerna protein dan penyerapan cepat, sehingga nilai rasio

konversi pakan yang rendah dan membantu meningkatkan faktor pertumbuhan

(Khati et al., 2015).

4.4. Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan adalah pemanfaatan pakan yang diberikan dapat digunakan

dengan baik untuk pertumbuhan, atau secara ringkas bisa disebut pakan yang

dimakan sedikit, namun dapat terserap tubuhnsecara maksimal. Nilai efisiensi

pakan pada penelitian benih ikan dewa menunjukkan hasil yang signifikan

(Gambar 7.).

Gambar 7. Nilai efisiensi pakan benih ikan dewa setiap dosis papain

Nilai efisiensi pakan tertinggi selama 40 hari pemeliharaan terdapat pada

perlakuan E sebesar 93,19±6,38% dan nilai terendah terdapat pada perlakuan A

sebesar 72,75±5,80%. Nilai optimum yaitu pada perlakuan C dengan penambahan

enzim papain dosis 2% pada pakan buatan, menunjukkan bahwa efisiensi terhadap

enzim papain dan juga pakan yang dikonsumsi memiliki kualitas yang baik,

72,75 ± 5,8a 74,16 ± 5,2a

85,72 ± 3,2bc

77,70 ± 6.2ab

93,19 ± 6,3c

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

100.00

110.00

A (0%) B (1%) C (2%) D (3%) E (4%)

Efi

sien

si P

akan

(%

)

Dosis papain

Page 39: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

26

sehingga dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara efisien. Hal ini sesuai dengan

pendapat Taqwdasbriliani et al., (2013) efisiensi pakan yang semakin tinggi dan

baik dalam pemanfaatan pakan oleh ikan berarti semakin baik mutu pada pakan

tersebut dan berlaku sebaliknya. Oleh karena itu, pakan yang tidak ditambah

papain atau pada perlakuan dosis papain 0%, tidak adanya enzim proteolitik yang

dapat membantu pemecahan protein menjadi lebih sederhana pada pakan,

sehingga energi dalam pakan tidak semuanya dapat terserap dan diedarkan ke

seluruh tubuh ikan. Hal ini diperkuat oleh Haslaniza et al. (2010) menyatakan

bahwa semakin meningkatnya konsentrasi enzim proteolitik dalam proses

hidrolisis dapat menyebabkan peningkatan kandungan nitrogen terlarut dalam

hidrolisat protein ikan dan dapat mempercepat pertumbuhan ikan tersebut.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan enzim papain pada

pakan buatan memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai efisiensi pakan

pada ikan dewa. Dilanjutkan dengan uji wilayah ganda Duncan menunjukan

bahwa terdapat perbedaan nyata pada perlakuan E terhadap perlakuan A, B, dan

D, sedangkan pada perlakuan E tidak berbeda nyata terhadap perlakuan C. Hal ini

diduga bahwa kebutuhan papain pada dosis 4% (maksimum) dan dosis 2%

(optimum) mampu meningkatkan kecernaan pakan dibandingkan dengan

perlakuan A (0%), B (1%), dan D (4%). Hasil ini sesuai dengan pendapat Gunadi

et al., (2010) bahwa salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menilai

tingkat efisiensi pakan yang diberikan kepada ikan adalah kecernaan pakan,

dengan maksud semakin besar nilai kecernaan pada suatu pakan maka semakin

banyak nutrien pakan yang dimanfaatkan ikan tersebut. Tingkat reaksi berbanding

lurus dengan konsentrasi enzim. Meningkatnya tingkat reaksi seiring dengan

peningkatan konsentrasi enzim, karena sisi akif enzim terdapat lebih banyak yang

tersedia dan reaksi akan terus berlanjut hingga kompleks – enzim substrat tidak

ada lagi yang dapat terbentuk (Ravindran, 2013).

Nilai efisiensi pakan optimum pada penelitian ini adalah 85,72±3,2%.

Penelitian ini menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari penelitian Muchlisin et al.,

(2016) pada ikan keureling yaitu sebesar 53,44 ± 2,05% dan penelitian Amalia et

al., 2013) pada ikan lele dumbo yaitu sebesar 62,83±3,48% tetapi lebih rendah

dari penelitian Rachmawati et al., (2015) pada ikan lele sangkuriang yaitu sebesar

Page 40: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

27

135,33±19,25%. Hal ini diduga karena penggunaan jenis ikan yang berbeda,

sehingga fungsi fisiologis seperti usus mungkin sudah berfungsi dengan baik dan

kandungan endoenzim dari ikan telah tersedia (Tengjaroenkul et al., 2002).

Nilai efisiensi pakan (Gambar 7.) dan nilai rasio konversi pakan (Gambar

6.) pada benih ikan dewa (Tor soro) di penelitian ini memperlihatkan hasil yang

berbanding terbalik namun berarti baik. Menurut Muchlisin et al., (2016) apabila

tingginya nilai efisiensi pakan dan rendahnya rasio konversi pakan menunjukkan

bahwa penerapan enzim papain yang ditambah ke dalam pakan berhasil

meningkatkan pemanfaatan pakan untuk budidaya ikan.

4.5. Retensi Protein

Retensi protein adalah banyaknya protein dari pakan yang tersimpan

menjadi protein jaringan tubuh ikan selama proses pemeliharaan. Nilai retensi

protein menunjukan persentase bobot protein yang disimpan oleh tubuh. Nilai

retensi protein pada penelitian benih ikan dewa menunjukkan hasil yang

signifikan (Gambar 8.).

Gambar 8. Nilai retensi protein benih ikan dewa setiap dosis papain

Retensi protein pada ikan dewa selama 40 hari pemeliharaan memiliki

nilai tertinggi pada perlakuan E sebesar 30,9±3,4% dan nilai terendah pada

perlakuan A sebesar 22,5±2,4%. Nilai retensi protein pada perlakuan C

menunjukkan bahwa penambahan enzim papain dengan dosis 2% pada pakan

22,50 ± 2,4a 24,60 ± 2,6ab

27,40 ± 1,4b 25,20 ± 4,0ab

30,90 ± 3,4b

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

40.0

A (0%) B (1%) C (2%) D (3%) E (4%)

Ret

ensi

Pro

tein

(%

)

Dosis papain

Page 41: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

28

buatan merupakan nilai yang optimum untuk meretensi protein dari pakan

menjadi protein dalam tubuh ikan dewa sehingga meningkatkan pertumbuhan dan

penggunaan enzim papain yang lebih efisien. Enzim dari luar tubuh ikan atau

enzim eksogen dapat meningkatkan kecernaan bahan pakan, sehingga mengurangi

ekskresi nutrisi ke lingkungan dan pada akhirnya terentensi kedalam tubuh untuk

meningkatkan pertumbuhan pada ikan (Khati et al., 2015).

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan enzim papain pada

pakan buatan memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap retensi protein pada

ikan dewa. Dilanjutkan uji wilayah ganda Duncan menunjukkan bahwa tidak

adanya perbedaan nyata pada perlakuan C terhadap perlakuan B, D dan E namun

berbeda nyata terhadap perlakuan A. Hal ini diduga karena ikan dewa yang diberi

pakan dengan tambahan enzim papain yang optimum dan mampu mengubah

protein dalam pakan menjadi protein untuk disimpan di dalam tubuh,

dibandingkan dengan ikan dewa yang diberi pakan tanpa penambahan enzim

papain. Nilai retensi protein tertinggi dalam penelitian ini berbanding lurus

dengan nilai laju pertumbuhan spesifik, bobot mutlak, dan tingkat efisiensi pakan.

Kandungan protein yang optimal di dalam pakan akan menghasilkan pertumbuhan

yang maksimal bagi hewan (ikan) yang mengkonsumsinya. Pakan yang

dikonsumsi ikan dalam jumlah banyak dan penggunaan pakan secara efisien maka

akan semakin banyak protein yang teretensi kedalam tubuh, dan dapat

meningkatkan pertumbuhan (Subandiyono et al., 2017). Menurut Nur (2011)

salah satu aspek yang berperan penting dalam kelangsungan usaha budidaya

adalah dari pakan. Protein pada pakan sebagai sumber energi utama bagi ikan.

Nilai retensi protein meningkat seiring dengan peningkatan kadar protein

dalam pakan, retensi protein juga terjadi pada ikan jenis lain yaitu penelitian ikan

gabus oleh Maulidin et al., (2016) dengan penambahan enzim papain sebanyak

3% dapat meningkatkan kualitas daging pada ikan gabus. Nilai retensi protein

optimum pada penelitian ini adalah 27,40 ± 1,4%. Penelitian ini menunjukkan

hasil yang tidak berbeda jauh dari penelitian ikan gabus oleh Maulidin et al.,

(2016) yaitu sebesar 30,72±0,45% pada dosis enzim papain 3%. Namun pada

penelitian ikan labeo oleh Khati et al., (2015) mendapat hasil yang optimum

sebesar 26,98%. Nilai retensi protein tinggi karena kecernaan protein yang tinggi,

Page 42: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

29

mungkin karena kehadiran enzim papain (kelompok enzim protease) dengan dosis

yang sesuai pada masing-masing jenis ikan, hal ini menyebabkan hidrolisis

protein menjadi asam amino dapat terjadi secara optimal (Muchlisin et al., 2016).

4.6. Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup merupakan jumlah ikan yang bertahan hingga akhir

penelitian dengan berbagai perlakuan yang dilakukan. Nilai kelangsungan hidup

pada penelitian benih ikan dewa menunjukkan hasil yang signifikan (Gambar 9.).

Gambar 9. Nilai kelangsungan hidup benih ikan dewa setiap dosis papain

Hasil analisis ragam parameter kelangsungan hidup pada ikan dewa selama

40 hari pemeliharaan menunjukkan bahwa penambahan enzim papain pada pakan

buatan tidak berpengaruh nyata (P<0,05) antar perlakuan pada pakan yang

ditambahkan dengan enzim papain dan dengan pakan yang tidak ditambahkan

dengan enzim papain pada kelangsungan hidup ikan dewa. Kelangsungan hidup

dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik terdiri dari umurndan

kemampuan ikanndalam menyesuaikanndiri dengan lingkungannya. Faktor

abiotik antara lain ketersediaannmakanan dan kualitasmmedia hidup atau kualitas

air (Siregar & Adelina, 2012). Sejalan dengan pendapat Panggabean et al., (2016)

kualitas air faktor utama menentukan presentase kelulusan hidup ikannbudidaya

karena air merupakanmmedia utama bagi kehidupanmikan.

Nilai kelangsungan hidup tertinggi pada penelitian ini adalah 93,33±2,36%.

Penelitian ini menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari penelitian Amalia et al.,

92,00±2,5a 93,00 ± 2,5a

92,00 ± 2,5a

90,00 ± 0,0a

93,00 ± 2,5a

70

80

90

100

A (0%) B (1%) C (2%) D (3%) E (4%)

Kel

angsu

ngan

Hid

up

(%

)

Dosis papain

Page 43: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

30

(2013) pada ikan lele Dumbo yaitu sebesar 91,67±7,64% dan penelitian

Subandiyono et al., (2017) pada ikan gurame yaitu sebesar 83,33±5,77% tapi

menunjukkan hasil yang lebih rendah dari penelitian (Sari, Subandiyono, &

Hastuti, 2013) pada ikan nila Larasati yaitu sebesar 95,00±4,30%, penelitian

Taqwdasbriliani et al., (2013) pada ikan kerapu macan yaitu sebesar 100,0±0,0%

dan penelitian Maulidin et al., (2016) yaitu sebesar 100,0±0,0%. Untuk

mempertahankan kelangsungan hidup dan mempercepat pertumbuhan ikan

digunakan pakan yang mempunyai nutrisi yang baik. Tingkat kelangsungan hidup

ikan dipengaruhi oleh manajemennbudidaya yang baikaantara lain padat tebar,

kualitas pakan, parasite atauppenyakit dankkualitas air (Arief et al., 2011).

4.7. Kualitas Air

Pengukuran kondisi perairan dilakukan untuk menunjang kegiatan karena

lingkungan mempengaruhi keberhasilan dalam proses budidaya. Hasil pengukuran

kualitas air selama kegiatan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kisaran parameter kualitas air pada benih ikan dewa (Tor soro) selama

40 hari pemeliharaan.

Parameter Dosis enzim papain

A (0%) B (1%) C (2%) D (3%) E (4%)

Suhu (°C) 25,1 – 26,7 25,2 – 26,5 25,1 – 26-5 25,3 – 26,7 25,2 – 26,6

pH 6,86 – 7,65 6,99 – 7,85 6,98 – 7,85 6,84 – 7,73 6,62 – 7,82

DO 6,71 – 7,62 6,98 – 7,57 6,25 – 7,61 5,71 – 7,10 6,86 – 7,53

Nitrit

(ppm) 0,01 – 0,02 0,01 – 0,04 0,01 – 0,05 0,01 – 0,1 0,01 – 0,02

Nitrat

(ppm) 0,03 – 0,85 0,15 – 1,65 0,07 – 1,55 0,05 – 1,24 0,04 – 0,88

Amonia

(ppm) 0,0007-0,01 0,003-0,006 0,003-0,01 0,003-0,07 0,001-0,004

Secara umum nilai kualitas air (Tabel 3.) yang didapatkan masih dalam batas

normal untuk proses pertumbuhan dan sintasan pada ikan genus Tor (Subagja &

Radona, 2017; Radona, et al., 2016; Radona et al., 2015). Namun hasil pada

perlakuan D (dosis 3%) terlihat sedikit berbeda pada ammonia dan nitrit yang

Page 44: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

31

diatas batas normal. Nilai kualitas air untuk budidaya ikan air tawar menurut Baku

Mutu PP No. 82 Tahun 2001 yaitu amonia yang baik untuk budidaya ikan adalah

kurang dari 0,02 mg/L dan nitrit yang baik yaitu kurang dari 0,06 mg/L. Perlakuan

D dengan hasil yang melebihi baku mutu tersebut hanya saat pengecekan 10 hari

kedua, setelah itu dalam batas normal lagi. Hal ini diduga karena feses yang

berlebih dalam kurun waktu 10 hari dari perlakuan lain sehingga terjadi perubahan

fisik dan kimia pada perairan dan mengubah kualitas air. Ikan memiliki beberapa

mekanisme untuk mentoleransi kelebihan amonia dan mengurangi toksisitas

amonia termasuk ekskresinya (Cheng et al., 2015). Menurut (Juliyanti, Salamah,

& Muliani, 2016) kadar amoniak (NH3) yang terdapat dalam perairan umumya

adalah hasil metabolisme ikan berupa kotoran padat (feses) dan terlarut (urin).

Papain tersendiri merupakan enzim pemacu pertumbuhan yang ramah lingkungan

dan tidak mengalami penurunan kualitas efek pada lingkungan akuatik. Dengan

demikian dapat digunakan dalam aquafeed untuk meningkatkan kecernaan nutrisi

sebagai tambahan meningkatkan status kesehatan budidaya perairan organisme

(Khati et al., 2015).

Berdasarkan hasil analisis dari berbagai parameter seperti laju pertumbuhan

spesifik, bobot mutlak, rasio konversi pakan, efisiensi pakan, dan retensi protein

maka dosis 2% penambahan papain pada pakan merupakan dosis yang optimum

untuk pertumbuhan dan penggunaan enzim papain yang lebih efisien. Dosis 2%

ini menghasilkan perbedaan nyata dengan nilai kontrol tetapi tidak berbeda

dengan nilai maksimum (dosis 4%) dan bila dilihat dari grafik dosis ini telah

berpengaruh terhadap pertumbuhan yang meningkat dan juga lebih efisien secara

ekonomis untuk budidaya.

Page 45: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

32

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil dari penelitian ini bahwa enzim papain mampu meningkatkan

pertumbuhan benih ikan dewa (Tor soro). Dosis yang optimum pada penelitian ini

adalah dosis penambahan enzim papain sebanyak 2% ke dalam pakan.

5.2. Saran

Diharapkan dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan parameter lain

yakni daya cerna, retensi lemak dan retensi energi guna menunjang informasi

pengaruh penambahan enzim papain pada pakan terhadap ikan dewa.

Page 46: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

33

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, R., Subandiyono, & Endang, A. (2013). Pengaruh penggunaan papain

terhadap tingkat pemanfaatan protein pakan dan pertumbuhan lele dumbo

(Clarias gariepinus). Journal of Aquaculture Management and Technology,

2(1), 136–143.

Amri, E., & Mamboya, F. (2012). Papain, a plant enzyme of biological

importance: A review. American Journal of Biochemistry and Biotechnology,

8(2), 99–104. https://doi.org/10.3844/ajbbsp.2012.99.104

Ananda, T., Rachmawati, D., & Samidjan, I. (2015). Pengaruh papain pada pakan

buatan terhadap pertumbuhan ikan patin (Pangasius hypopthalmus). Journal

of Aquaculture Management and Technology, 4(1), 47–53. Retrieved from

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jamt

Arief, M., Manan, A., & Pradana, C. A. (2016). Penambahan papain pada pakan

komersial terhadap laju pertumbuhan, rasio konversi pakan dan

kelulushidupan ikan sidat (Anguilla bicolor) stadia elver. Jurnal Ilmiah

Perikanan Dan Kelautan, 8(2), 67. https://doi.org/10.20473/jipk.v8i2.11179

Arief, M., Pertiwi, D. K., & Cahyoko, Y. (2011). Pengaruh pemberian pakan

buatan, pakan alami, dan kombinasinya terhadap pertumbuhan, rasio

konservasi pakan dan tingkat kelulushidupan ikan sidat (Anguilla bicolor).

Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan, 3(1), 61–66.

Asih, S., & Setijaningsih, L. (2011). Keberhasilan pembenihan ikan lokal Torsoro

(Tor soro) koleksi dari Sumatera Utara ( Aek Sirambe , Tarutung dan

Bahorok) sebagai upaya konservasi ikan lokal. Prosiding Forum Nasional

Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 1–7.

Cheng, C.-H., Yang, F.-F., Ling, R.-Z., Liao, S.-A., Miao, Y.-T., Ye, C.-X., &

Wang, A.-L. (2015). Effects of ammonia exposure on apoptosis, oxidative

stress and immune response in pufferfish (Takifugu obscurus). Aquatic

Toxicology, 164, 61–71. https://doi.org/10.1145/3132847.3132886

Crab, R., Avnimelech, Y., Defoirdt, T., Bossier, P., & Verstraete, W. (2007).

Nitrogen removal techniques in aquaculture for a sustainable production.

Aquaculture, 270(1–4), 1–14.

https://doi.org/10.1016/j.aquaculture.2007.05.006

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan

Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

Effendie, M. I. (2002). Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka

Nusatama Press.

Page 47: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

34

Farastuti, E. R., Sudrajat, A. O., & Gustiano, R. (2014). Induksi ovulasi dan

pemijahan ikan soro (Tor soro) menggunakan kombinasi hormon. Limnotek,

21(1), 87–94.

Fujaya. (2008). Fisiologi Ikan : Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Jakarta:

PT Asdi Mahasatya.

Gunadi, B., Febrianti, R., & Lamanto. (2010). Keragaan Kecernaan Pakan

Tenggelam dan Terapung untuk Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

dengan dan tanpa Aerasi. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur, 7.

Gusrina. (2008). Budidaya Ikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Harahap, A. F., Rostika, R., Untung, M., Agung, K., & Padjadjaran, U. (2019).

Pemanfaatan Simplisia Pepaya Pada Ikan Rucah untuk Pakan Kerapu

Cantang ( Epinephelus Fuscoguttatus-Lanceolatus ) di Keramba Jaring

Apung Pesisir Pangandaran. X(2), 56–64.

Haryono, Agus H.T, Jojo S., Asih S., G. W. (2010). Teknik Budidaya Ikan

Tambra. Bogor: LIPI.

Hasan, O. D. . (2000). Pengaruh Pemberian Enzim Papain dalam Pakan Buatan

Terhadap Pemanfaatan Protein dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurame

(Osphronemus gourami Lac.). Institut Pertanian Bogor.

Hidayat, D., Dwi Sasanti, A., & . Y. (2013). Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan

Dan Efisiensi Pakan Ikan Gabus (Channa Striata) Yang Diberi Pakan

Berbahan Baku Tepung Keong Mas (Pomacea Sp). Jurnal Akuakultur Rawa

Indonesia, 1(2), 161–172.

Irawati, D., & Rachmawati, D. (2015). Performa Pertumbuhan Benih Ikan Nila

Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) Melalui Penambahan Enzim Papain

dalam Pakan Buatan. 4, 1–9.

Juliyanti, V., Salamah, & Muliani. (2016). Pengaruh penggunaan probiotik pada

media pemeliharaan terhadap benih maskoki (Carassius auratus) pada umur

yang berbeda. Acta Aquatica, 3(2), 66–74.

Khairuman. (2002). Budidaya Patin Super. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Khati, A., Danish, M., S Mehta, K., & Pandey, N. N. (2015). Estimation of

growth parameters in fingerlings of Labeo rohita (Hamilton, 1822) fed with

exogenous nutrizyme in Tarai region of Uttarakhand, India. African Journal

of Agricultural Research, 10(30), 3000–3007.

https://doi.org/10.5897/ajar2015.9729

Kordi, M., & Ghufron, H. . (2009). Budidaya Perairan (Kedua). Bandung: PT

Citra Aditya Bakti.

Mahyuddin. (2008). Budidaya Ikan Tawes secara intensif. Jakarta: Gromedis.

Page 48: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

35

Maulidin, R., Zainal, A. M., & Muhammadar, A. A. (2016). Pertumbuhan dan

Pemanfaatan Pakan Ikan Gabus (Channa Striata) Pada Konsentrasi Enzim

Papain Yang Berbeda. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Dan Perikanan

Unsyiah, 1(3), 280–290.

Miskiyah, Usmiati, S., & Mulyorini. (2011). Pengaruh enzim proteolitik dengan

bakteri asam laktat probiotik terhadap karakteristik dadih susu sapi. Jitv,

16(4), 304–311.

Muchlisin, Zainal A., Batubara, A. S., Siti-Azizah, M. N., Adlim, M., Hendri, A.,

Fadli, N., … Sugianto, S. (2015). Feeding habit and length weight

relationship of keureling fish, Tor tambra Valenciennes, 1842 (Cyprinidae)

from the western region of Aceh Province, Indonesia. Biodiversitas, 16(1),

89–94. https://doi.org/10.13057/biodiv/d160112

Muchlisin, Zainal Abidin, Afrido, F., Murda, T., Fadli, N., Muhammadar, A. A.,

Jalil, Z., & Yulvizar, C. (2016). The Effectiveness of Experimental Diet with

Varying Levels of Papain on The Growth Performance, Survival Rate and

Feed Utilization of Keureling Fish (Tor tambra). Biosaintifika: Journal of

Biology & Biology Education, 8(2), 172.

https://doi.org/10.15294/biosaintifika.v8i2.5777

Murtidjo. (2001). Usaha Pembenihan dan pemberantasan ikan tawes. Jakarta:

Penebar Swadaya.

Narantaka, A. M. . (2012). Pembenihan Ikan Mas. Yogyakarta: Javalitera.

Nawir, F., Utomo, N. B. P., & Budiardi, T. (2015). Pertumbuhan ikan sidat yang

diberi kadar protein dan rasio energi protein pakan berbeda The growth of eel

fed with different protein level and protein-energy ratio. Jurnal Akuakultur

Indonesia, 14(2), 128–134.

NRC, [National Research Council]. (2011). Nutrient requirement of fish and

shrimp. Washington DC: National Academic Press.

Nur, A. (2011). Manajemen Pemeliharaan Udang Vannamei. In Balai Besar

Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara. Jakarta: Direktorat Jenderal

Perikanan Budidaya.

Panggabean, T. K., Sasanti, Ade, D., & Yulisman. (2016). Kualitas Air,

Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan, Dan Efisiensi Pakan Ikan Nila Yang

Diberi Pupuk Hayati Cair Pada Air Media Pemeliharaan. Jurnal Akuakultur

Rawa Indonesia, 4(1), 67–79.

Poliana, J., & Mac, C. (2007). Industrial enzymes: structure, function, and

applications. Dordrecht: Springer.

Putra, W. K. A., Suhaili, S., & Yulianto, T. (2020). Efisiensi dan Rasio Konversi

Pakan Ikan dengan berbagai Dosis Papain pada Kerapu Cantang (E.

fuscoguttatus >< E. lanceolatus). Jurnal Perikanan Universitas Gadjah

Page 49: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

36

Mada, 22(1), 19. https://doi.org/10.22146/jfs.55524

Rachmawati, D., Khodijah, D., & Pinandoyo. (2015). Performa Pertumbuhan

Benih Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Melalui Penambahan

Enzim Papain dalam Pakan Buatan. Journal of Aquaculture Management

and Technology, 4, 35–43.

Radona, D., Subagja, J., & Arifin, O. Z. (2015). Performa reproduksi induk dan

pertumbuhan benih ikan tor hasil persilangan (Tor soro dan Tor douronensis)

secara Respirokal. Jurnal Riset Akuakultur, 10(3), 335–343.

Radona, D., Subagja, J., Kusmini, I. I., & Gustiano, R. (2016). Nilai Heterosis dan

Peranan Induk Pada Karakter Pertumbuhan Hasil Persilangan Interspesifik

Tor soro dan Tor douronensis. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati, 15(2), 107–206.

Retrieved from https://www.neliti.com/id/publications/67918/nilai-heterosis-

dan-peranan-induk-pada-karakter-pertumbuhan-hasil-persilangan-

in%0Ahttps://media.neliti.com/media/publications/67918-ID-none.pdf

Rahardjo. (2011). Ikhtiologi. Bandung: Lubuk Agung.

Ravindran, V. (2013). Feed Enzymes: The Science, Practice, and Metabolic

Realities. Poultry Science Association., 22, 628–636.

Rully, R. (2011). Penentuan Waktu Retensi Sistem Akuaponik untuk Mereduksi

Limbah Budidaya Ikan Nila Merah (Cyprinus sp). Institut Pertanian Bogor.

Sanjayasari, D., & Kasprijo. (2010). Estimasi Nisbah Protein-Energi Pakan Ikan

Senggaringan (Mystus nigriceps) Dasar Nutrisi Untuk Keberhasilan

Domestikasi. 2, 89–97.

Sari, winda A. P., Subandiyono, & Hastuti, S. (2013). Pemberian Enzim Papain

Untuk Meningkatkan Pemanfaatan Protein Pakan Dan Pertumbuhan Benih

Ikan Nila Larasati (Oreochromis niloticus Var.). Journal of Aquaculture

Management and Technology, 2(1), 1–12.

Setiawati, M., & Suprayudi, R. S. dan M. A. (2008). Pengaruh perbedaan kadar

protein dan rasio energi protein pakan terhadap kinerja pertumbuhan

fingerlings ikan mas (Cyprinus carpio). Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(2),

171–178. Retrieved from http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai

http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id%0A171

Sikder, M. T., Yasuda, M., Yustiawati, Syawal, S. M., Saito, T., Tanaka, S., &

Kurasaki, M. (2012). Comparative Assessment on Water Quality in the

Major Rivers of Dhaka and West Java. International Journal of

Environmental Protection, 2(4), 8–13. Retrieved from www.ij-ep.org

Siregar, Y. I., & Adelina, A. (2012). Pengaruh Vitamin C terhadap Peningkatan

Hemoglobin (Hb) Darah dan Kelulushidupan Benih Ikan Kerapu Bebek

(Cromileptes altivelis). Jurnal Natur Indonesia, 12(1), 75.

https://doi.org/10.31258/jnat.12.1.75-81

Page 50: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

37

Somanjaya, R. (2013). Pengaruh enzim papain terhadap keempukan daging.

Jurnal Ilmu Pertanian Dan Peternakan, 1(2), 100–108.

Subagja, J., & Radona, D. (2017). Produktivitas Pascalarva Ikan Semah Tor

douronensis (Valenciennes, 1842) Pada Lingkungan Ex Situ dengan Padat

Tebar Berbeda. Jurnal Riset Akuakultur, 12(1), 41–48.

https://doi.org/10.15578/jra.12.1.2017.41-48

Subagja, J., Sulhi, M., Asih, S., & Haryono, H. (2009). Aspek Ekologi Ikan

Kancera (Tor Soro) Kuningan Dan Pematangan Gonad Melalui Implantasi

Hormon Gonadotropin (HCG). Jurnal Biologi Indonesia, 5(3), 259–267.

https://doi.org/10.14203/jbi.v5i3.3181

Subandiyono, Mareta, R. E., & Hastuti, S. (2017). Pengaruh Enzim Papain dan

Probiotik dalam Pakan Terhadap Tingkat Efisiensi Pemanfaatan Pakan dan

Pertumbuhan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy). Sains Akuakultur

Tropis Departemen Akuakultur, 1, 21–30.

Sulmartiwi, L., & Suprapto, H. (2012). Fisiologi Hewan Air. Buku Ajar.

Susanto, H., Taqwa, F. H., & Yulisman. (2014). Pengaruh Lama Waktu Pingsan

Saat Pengangkutan Dengan Sistem Kering Terhadap Kelulusan Hidup Benih

Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Urnal Akuakultur Rawa Indonesia, 2(2),

202–214.

Taqwdasbriliani, E. B., Hutabarat, J., Arini, E., Studi, P., Perairan, B., Perikanan,

J., … Soedarto Tembalang-Semarang, J. (2013). The effect of combination

papain enzyme and bromelain enzyme on the feed utilization and growth rate

of the grouper (Epinephelus fuscogutattus). Journal of Aquaculture

Management and Technology, 2(3), 76–85. Retrieved from http://ejournal-

s1.undip.ac.id/index.php/jfpik

Tengjaroenkul, B., Smith, B. J., Smith, S. A., & Chatreewongsin, U. (2002).

Ontogenic Development of the Intestinal Enzymes of Cultured Nile tilapia,

Oreochromis niloticus L. Aquaculture, 221, 241–251.

Umar, M. T., Salam, R., & Omar, S. B. A. (2012). Kajian pertumbuhan ikan

bonti-bonti (Paratherina striata Aurich, 1935) di Danau Towuti, Sulawesi

Selatan. Seminar Nasional Ikan, 1–9.

Wardhani. (2011). Optimasi Komposisi Bahan Pakan pada Ikan Air Tawar

menggunakan metode multi-objective genetic algorithm. Dalam Seminar

Nasional Aplikasi Teknologi Informasi, 2011(Snati), pp.112-117.

Page 51: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

38

LAMPIRAN

Lampiran 1. Performa pertumbuhan benih ikan dewa

Ikan dewa sebelum pemeliharaan

Ikan dewa setelah diberi perlakuan selama 40 hari

A. Dosis 0% B. Dosis 2% E. Dosis 4%

Page 52: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

39

Lampiran 2. Perhitungan pencampuran enzim dengan pakan semua perlakuan

Berat pakan yang dibuat = 50 gam

Perlakuan Perhitungan Papain yang digunakan untuk 50g pakan (g)

A (0%) 0

100 x 50 g

0 g

B (1%) 1

100 x 50 g

0,5 g

C (2%) 2

100 x 50 g

1 g

D (3%) 3

100 x 50 g

1,5 g

E (4%) 4

100 x 50 g

2 g

Catatan: Perhitungan diatas untuk menunjang kebutuhan pakan dalam penelitian

ini. Namun, penggunaan pakan pada penelitian ini selama 40 hari pemeliharaan

kurang dari 50 gram, sehingga pakan yang tersisa dihitung kembali untuk

memudahkan perhitungan parameter retensi protein.

Page 53: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

40

Lampiran 3. Hasil uji pendahuluan kadar protein terlarut

Absorbansi 595nm

Jam ke- /

Ulangan

Konsentrasi

(mg/mL) Blanko Standar Sampel

1x 0

2x 0

3x 0

0.00 0.019

0.02 2.405

0.04 2.482

0.06 2.476

0.08 2.481

0.10 2.453

0 / 1x 0.323

0 / 2x 0.309

0 / 3x 0.397

3 / 1x 0.564

3 / 2x 0.724

3 / 3x 0.525

6 / 1x 0.213

6 / 2x 0.278

6 / 3x 0.218

Page 54: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

41

Lampiran 4. Hasil uji proksimat benih ikan dewa sebelum diberi perlakuan

Sampel

Ulangan Kadar

Air (%)

Kering 105°C

Protein

(%)

Lemak

(%)

Abu

(%)

Serat Kasar

(%)

BETN

(%)

Ikan

Dewa

1x 80.55 59.59 19.33 7.00 0.37 13.71

Ikan

Dewa

2x 80.14 59.70 19.17 7.20 0.35 13.58

Lampiran 5. Hasil uji proksimat benih ikan dewa setelah diberi perlakuan

Sampel

Ulangan

Kadar Air (%) Kering 105°C

Protein (%) Lemak (%)

Ikan Dewa

Perlakuan A

1x 80.23 58.53 28.34

2x

58.75 28.11

3x

58.34 28.01

Ikan Dewa

Perlakuan B

1x 79.78 59.89 30.13

2x

59.54 30.75

3x

59.47 30.31

Ikan Dewa

Perlakuan C

1x 80.11 58.34 27.49

2x

58.61 27.86

3x

58.79 28.11

Ikan Dewa

Perlakuan D

1x 80.01 58.34 28.45

2x

58.97 28.09

3x

59.04 28.53

Ikan Dewa

Perlakuan E

1x 79.56 58.56 28.32

2x

59.11 28.79

3x

58.82 28.34

Page 55: PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN DEWA …

42

Lampiran 6. Kegiatan selama penelitian

No. Kegiatan Gambar

1. Peracikan

pakan

2. Plotting

ikan dewa

3. Pengecekan

kualitas air

4. Pemanenan

5, Pengujian

proksimat