Upload
tyana
View
14
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Penugasan Makalah
HIBAH, SEDEKAH, ZAKAT
NAMA : ISTYANA M WOWOR
NIM : 09711045
KELAS : A
DOSEN : Bpk. DADAN M. SH., M.Hum.
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS KEDOKTERAN
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu dari anjuran agama Islam adalah tolong-menolong antara sesama
muslim ataupun non muslim.
Bentuk tolong-menolong itu bermacam-macam, bisa berupa benda, jasa, jual
beli, dan lain sebagainya.
Salah satu di antaranya adalah hibah, atau disebut juga pemberian cuma-
cuma tanpa mengharapkan imbalan.
adalah dengan huruf ha di-kasrah dan ba tanpa syiddah berarti (hibah ) الهبة
memberikan (tamlik) sesuatu kepada orang lain pada waktu masih hidup tanpa
meminta ganti.
Sedekah asal kata bahasa Arab shadaqoh yang berarti suatu pemberian
yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela
tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang
diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridho Allah SWT dan
pahala semata.
Zakat adalah sedekah yang wajib dikeluarkan umat Islam menjelang akhir
bulan Ramadhan, sebagai pelengkap ibadah puasa. Zakat merupakan salah satu
rukun ketiga dari Rukun Islam. Secara harfiah zakat berarti "tumbuh", "berkembang",
"menyucikan", atau "membersihkan". Sedangkan secara terminologi syari'ah, zakat
merujuk pada aktivitas memberikan sebagian kekayaan dalam jumlah dan
perhitungan tertentu untuk orang-orang tertentu sebagaimana ditentukan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. HIBAH
1. Pengertian Hibah
Kata "hibah" berasal dari bahasa Arab yang secara etimologis berarti
melewatkan atau menyalurkan, dengan demikian berarti telah disalurkan dari
tangan orang yang memeberi kepada tangan orang yang diberi.
Sayyid Sabiq mendefinisikan hibah adalah akad yang pokok persoalannya
pemberian harta milik seseorang kepada orang lain di waktu dia hidup, tanpa
adanya imbalan.
Sedangkan Sulaiman Rasyid mendefinisikan bahwa hibah adalah
memberuikan zat dengan tidak ada tukarnya dan tidak ada karenanya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hibah adalah merupakan
suatu pemberian yang bersifat sukarela (tidak ada sebab dan musababnya) tnpa
da kontra prestasi dari pihak penerima pemberian, dan pemberian itu
dilangsungkan pada saat si pemberi masih hidup (inilah yang membedakannya
dengan wasiat, yang mana wasiat diberikan setelah si pewasiat meninggal
dunia).
Dalam istilah hukum perjanjian yang seperti ini dinamakan juga dengan
perjanjian sepihak (perjanjian unilateral) sebagai lawan dari perjanjian bertimbal
balik (perjanjian bilateral).
2. Dasar Hukum Hibah
Dasar hukum hibah ini dapat kita pedomani hadits Nabi Muhammad SAW
antara lain hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dari hadits Khalid bin 'Adi,
bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya sebagai berikut :
"Barangsiapa mendapatkan kebaikan dari saudaranya yang bukan karena
mengharap-harapkan dan meminta-minta, maka hendaklah ia menerimanya dan
tidak menolaknya, karena ia adalah rezeki yang diberi Allah kepadanya".
3. Rukun Dan Syarat Sahnya Hibah
Rukun hibah adalah sebagai berikut :
1. Penghibah , yaitu orang yang memberi hibah
2. Penerima hibah yaitu orang yang menerima pemberian
3. Ijab dan kabul.
4. Benda yang dihibahkan.
Sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu hibah sah
adalah :
1. Syarat-syarat bagi penghibah
a. Barang yang dihibahkan adalah milik si penghibah; dengan demikian
tidaklah sah menghibahkan barang milik orang lain.
b. Penghibah bukan orang yang dibatasi haknya disebabkan oleh sesuatu
alasan
c. Penghibah adalah orang yang cakap bertindak menurut hukum (dewasa
dan tidak kurang akal).
d. Penghibah tidak dipaksa untuk memnerikan hibah.
2. Syarat-syarat penerima hibah
Bahwa penerima hibah haruslah orang yang benar-benar ada pada
waktu hibah dilakukan. Adapun yang dimaksudkan dengan benar-benar ada
ialah orang tersebut (penerima hibah) sudah lahir. Dan tidak dipersoalkan
apakah dia anak-anak, kurang akal, dewasa. Dalam hal ini berarti setiap orang
dapat menerima hibah, walau bagaimana pun kondisi fisik dan keadaan
mentalnya. Dengan demikian memberi hibah kepada bayi yang masih ada
dalam kandungan adalah tidak sah.
3. Syarat-syarat benda yang dihibahkan
a. Benda tersebut benar-benar ada;
b. Benda tersebut mempunyai nilai;
c. Benda tersebut dapat dimiliki zatnya, diterima peredarannya dan
pemilikannya dapat dialihkan;
d. Benda yang dihibahkan itu dapat dipisahkan dan diserahkan kepada
penerima hibah.
Adapun mengenai ijab kabul yaitu adanya pernyataan, dalam hal ini
dapat saja dalam bentuk lisan atau tulisan.
Menurut beberapa ahli hukum Islam bahwa ijab tersebut haruslah diikuti
dengan kabul, misalnya : si penghibah berkata : "Aku hibahkan rumah ini
kepadamu", lantas si penerima hibah menjawab : "Aku terima hibahmu".
Sedangkan Hanafi berpendapat ijab saja sudah cukup tanpa harus
diikuti oleh kabul, dengan pernyataan lain hanya berbentuk pernyataan sepihak.
Adapun menyangkut pelaksanaan hibah menurut ketentuan syari'at
Islam adalah dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Penghibahan dilaksanakan semasa hidup, demikian juga penyerahan barang
yang dihibahkan.
2. Beralihnya hak atas barang yang dihibahkan pada saat penghibahan
dilakukan.
3. Dalam melaksanakan penghibahan haruslah ada pernyataan, terutama sekali
oleh si pemberi hibah.
4. Penghibahan hendaknya dilaksanakan di hadapan beberapa orang saksi
(hukumnya sunat), hal ini dimaksudkan untuk menghindari silang sengketa
dibelakang hari.
4. Hibah Orang Sakit Dan Hibah Seluruh Harta
Apabila seseorang menghibahkan hartanya sedangkan ia dalam
keadaan sakit, yang mana sakitnya tersebut membawa kepada kematian,
hukum hibahnya tersebut sama dengan hukum wasiatnya, maka apabila ada
orang lain atau salah seorang ahli waris mengaku bahwa ia telah menerima
hibah maka hibahnya tersebut dipandang tidak sah.
Sedangkan menyangkut penghibahan seluruh harta, sebagaimana
dikemukakan oleh Sayid Sabiq, bahwa menurut jumhur ulama seseorang
dapat / boleh menghibahkan semua apa yang dimilikinya kepada orang lain.
Muhammad Ibnu Hasan (demikian juga sebagian pentahqiq mazhab
Hanafi) berpendapat bahwa : Tidak sah menghibahkan semua harta, meskipun
di dalam kebaikan. Mereka menganggap orang yang berbuat demikian itu
sebagai orang yang dungu dan orang yang dungu wajib dibatasi tindakannya.
5. Penarikan Kembali Hibah
Penarikan kembali atas hibah adalah merupakan perbuatan yang
diharamkan meskipun hibah itu terjadi antara dua orang yang bersaudara atau
suami isteri. Adapun hibah yang boleh ditarik hanyalah hibah yang dilakukan
atau diberikan orang tua kepada anak-anaknya.
Dasar hukum ketentuan ini dapat ditemukan dalam hadits Rasulullah
SAW yang diriwayatkan oleh Abu Daud, An- Nasa'i, Ibnu Majjah dan At-tarmidzi
yang artinya berbunyi sebagai berikut :
"Dari Ibnu Abbas dan Ibnu 'Umar bahwa Nabi Muhammad SAW
bersabda : "Tidak halal bagi seorang lelaki untuk memberikan pemberian atau
menghibahkan suatu hibah, kemudian dia mengambil kembali pemberiannya,
kecuali hibah itu dihibahkan dari orang tua kepada anaknya. Perumpamaan bagi
orang yang memberikan suatu pemberian kemudian dia rujuk di dalamnya
(menarik kembali pemberiannya), maka dia itu bagaikan anjing yang makan, lalu
setelah anjing itu kenyang ia muntah, kemudian ia memakan muntah itu
kembali.
6. Hikmah dalam Amalan Hibah
Hibah disyari’atkan dalam Islam dengan galakan yang mendalam
adalah untuk memaut hati kalangan masyarakat Islam itu sendiri sesama
mereka dan memperdekatkan perasaan kejiwaan sesama manusia yang hidup
dalam masyarakat Islam atau di luar masyarakat Islam. Keistimewaan hibah ini
ialah ianya boleh dilakukan kepada orang yang bukan Islam sekali pun, bahkan
kepada musuh-musuh yang membenci Islam apabila diketahui lembut hatinya
apabila di’beri’kan sesuatu. Hibah ini merupakan salah satu aktiviti
kemasyarakatan yang berkesan memupuk rasa hormat, kasih sayang, baik
sangka, toleransi, ramah mesra dan kecaknaan dalam kehidupan sosial
sesebuah negara. Secara ringkasnya, hikmah hibah ini boleh dirumuskan dalam
perkara berikut (tanpa menghadkan kepada perkara di bawah) :
a. melunakkanhati sesama manusia
b. menghilangkan rasa segan dan malu sesama jiran, kawan, kenalan
dan ahli masyarakat
c. menghilangkan rasa dengki dan dendam sesama anggota
masyarakat
d. Menimbulkan rasa hormat, kasih sayang, mesra dan tolak ansur
sesama ahli setempat.
e. meningkatkan citarasa kecaknaan dan saling membantu dalam
kehidupan
f. memudahkan aktiviti saling menasihati dan pesan-memesan dengan
kebenaran dan kesabaran
g. menumbuhkan rasa penghargaan dan baik sangka sesama manusia
h. mengelak perasaan khianat yang mungkin wujud sebelumnya
i. meningkatkan semangat bersatu padu dan bekerjasama
j. dapat membina jejambat perhubungan dengan pihak yang menerima
hibah.
1. Firman Allah SWT (QS. Al-Baqarah : 177) yang artinya:
Bukanlah kebaikan itu engkau mengarahkan wajahmu menghadap timur dan barat.
Akan tetapi kebaikan itu adalah orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, para
malaikat, para nabi, memberikan harta yang disukainya kepada kerabat dekatnya,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, orang yang meminta-minta dan untuk
membebaskan budak.
2.Firman Allah SWT QS Al-Baqarah : 261 :
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi
Maha Mengetahu
B. SEDEKAH
1.Pengertian Sedekah
Sedekah asal kata bahasa Arab shadaqoh yang berarti suatu
pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara
spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga
berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang
mengharap ridho Allah SWT dan pahala semata. Sedekah dalam pengertian di
atas oleh para fuqaha (ahli fikih) disebuh sadaqah at-tatawwu' (sedekah secara
spontan dan sukarela).
Di dalam Alquran banyak sekali ayat yang menganjurkan kaum
Muslimin untuk senantiasa memberikan sedekah. Di antara ayat yang dimaksud
adalah firman Allah SWT yang artinya: ''Tidak ada kebaikan pada kebanyakan
bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh
(manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf atau mengadakan
perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena
mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami akan memberi kepadanya pahala
yang besar.'' (QS An Nisaa [4]: 114). Hadis yang menganjurkan sedekah juga
tidak sedikit jumlahnya.
Para fuqaha sepakat hukum sedekah pada dasarnya adalah sunah,
berpahala bila dilakukan dan tidak berdosa jika ditinggalkan. Di samping sunah,
adakalanya hukum sedekah menjadi haram yaitu dalam kasus seseorang yang
bersedekah mengetahui pasti bahwa orang yang bakal menerima sedekah
tersebut akan menggunakan harta sedekah untuk kemaksiatan. Terakhir ada
kalanya juga hukum sedekah berubah menjadi wajib, yaitu ketika seseorang
bertemu dengan orang lain yang sedang kelaparan hingga dapat mengancam
keselamatan jiwanya, sementara dia mempunyai makanan yang lebih dari apa
yang diperlukan saat itu. Hukum sedekah juga menjadi wajib jika seseorang
bernazar hendak bersedekah kepada seseorang atau lembaga.
Menurut fuqaha, sedekah dalam arti sadaqah at-tatawwu' berbeda
dengan zakat. Sedekah lebih utama jika diberikan secara diam-diam
dibandingkan diberikan secara terang-terangan dalam arti diberitahukan atau
diberitakan kepada umum. Hal ini sejalan dengan hadits Nabi SAW dari
sahabat Abu Hurairah. Dalam hadits itu dijelaskan salah satu kelompok hamba
Allah SWT yang mendapat naungan-Nya di hari kiamat kelak adalah
seseorang yang memberi sedekah dengan tangan kanannya lalu ia
sembunyikan seakan-akan tangan kirinya tidak tahu apa yang telah diberikan
oleh tangan kanannya tersebut.
Sedekah lebih utama diberikan kepada kaum kerabat atau sanak
saudara terdekat sebelum diberikan kepada orang lain. Kemudian sedekah itu
seyogyanya diberikan kepada orang yang betul-betul sedang mendambakan
uluran tangan. Mengenai kriteria barang yang lebih utama disedekahkan, para
fuqaha berpendapat, barang yang akan disedekahkan sebaiknya barang yang
berkualitas baik dan disukai oleh pemiliknya. Hal ini sesuai dengan firman
Allah SWT yang artinya; ''Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian
(yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu
cintai...'' (QS Ali Imran [3]: 92).
Pahala sedekah akan lenyap bila si pemberi selalu menyebut-nyebut
sedekah yang telah ia berikan atau menyakiti perasaan si penerima. Hal ini
ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya yang berarti: ''Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima.'' (QS Al Baqarah
[2]: 264).
C. ZAKAT
1. Pengertian Zakat
Zakat adalah sedekah yang wajib dikeluarkan umat Islam menjelang
akhir bulan Ramadhan, sebagai pelengkap ibadah puasa. Zakat merupakan
salah satu rukun ketiga dari Rukun Islam. Secara harfiah zakat berarti
"tumbuh", "berkembang", "menyucikan", atau "membersihkan". Sedangkan
secara terminologi syari'ah, zakat merujuk pada aktivitas memberikan
sebagian kekayaan dalam jumlah dan perhitungan tertentu untuk orang-orang
tertentu sebagaimana ditentukan
2. Hukum Zakat
Zakat merupakan salah satu[rukun Islam], dan menjadi salah satu
unsur pokok bagi tegaknya [syariat Islam]. Oleh sebab itu hukum zakat adalah
wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu.
Zakat termasuk dalam kategori ibadah, seperti: shalat, haji, dan puasa yang
telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-Qur'an dan As Sunnah,
sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang
dapat berkembang sesuai dengan perkembangan ummat manusia
3. Macam-macam Zakat
Zakat terbagi atas dua tipe yakni:
Zakat Fitrah
Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan
Ramadhan. Besar Zakat ini setara dengan 2,5 kilogram makanan pokok yang
ada di daerah bersangkutan.
Zakat Maal (Harta)
Mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil
ternak, harta temuan, emas dan perak. Masing-masing tipe memiliki
perhitungannya sendiri-sendiri.
4. Orang yang berhak menerima Zakat
Fakir - Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokok hidup.
Miskin - Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan dasar untuk hidup.
Amil - Mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat.
Muallaf - Mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan barunya.
Hamba Sahaya yang ingin memerdekakan dirinya.
Gharimin - Mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak
sanggup untuk memenuhinya.
Fisabilillah - Mereka yang berjuang di jalan Allah (misal: dakwah, perang
dsb)
Ibnus Sabil - Mereka yang kehabisan biaya di perjalanan
5. Orang yang tidak berhak menerima Zakat
Orang kaya. Rasulullah bersabda, "Tidak halal mengambil sedekah (zakat)
bagi orang yang kaya dan orang yang mempunyai kekuatan tenaga." (HR
Bukhari).
Hamba sahaya, karena masih mendapat nafkah atau tanggungan dari
tuannya.
Keturunan Rasulullah. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya tidak halal
bagi kami (ahlul bait) mengambil sedekah (zakat)." (HR Muslim).
Orang yang dalam tanggungan yang berzakat, misalnya anak dan istri.
Orang kafir.
6. Beberapa Faedah Zakat
Faedah Diniyah (segi agama)
1. Dengan berzakat berarti telah menjalankan salah satu dari Rukun Islam yang
mengantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan dan keselamatan dunia dan
akhirat.
2. Merupakan sarana bagi hamba untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Rabb-
nya, akan menambah keimanan karena keberadaannya yang memuat beberapa
macam ketaatan.
3. Pembayar zakat akan mendapatkan pahala besar yang berlipat ganda,
sebagaimana firman Allah, yang artinya: "Allah memusnahkan riba dan
menyuburkan sedekah" (QS: Al Baqarah: 276). Dalam sebuah hadits yang muttafaq
"alaih Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam" juga menjelaskan bahwa sedekah dari
harta yang baik akan ditumbuhkan kembangkan oleh Allah berlipat ganda.
4. Zakat merupakan sarana penghapus dosa, seperti yang pernah disabdakan
Rasulullah Muhammad SAW.
Faedah Khuluqiyah (Segi Akhlak)
1. Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran dan kelapangan dada kepada pribadi
pembayar zakat.
2. Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahmah (belas kasih) dan lembut
kepada saudaranya yang tidak punya.
3. Merupakan realita bahwa menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat baik berupa
harta maupun raga bagi kaum Muslimin akan melapangkan dada dan meluaskan
jiwa. Sebab sudah pasti ia akan menjadi orang yang dicintai dan dihormati sesuai
tingkat pengorbanannya. Di dalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak.
Faedah Ijtimaiyyah (Segi Sosial Kemasyarakatan)
1. Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat hidup para fakir
miskin yang merupakan kelompok mayoritas sebagian besar negara di dunia.
2. Memberikan dukungan kekuatan bagi kaum Muslimin dan mengangkat eksistensi
mereka. Ini bisa dilihat dalam kelompok penerima zakat, salah satunya adalah
mujahidin fi sabilillah.
3. Zakat bisa mengurangi kecemburuan sosial, dendam dan rasa dongkol yang ada
dalam dada fakir miskin. Karena masyarakat bawah biasanya jika melihat mereka
yang berkelas ekonomi tinggi menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu yang
tidak bermanfaaat bisa tersulut rasa benci dan permusuhan mereka. Jikalau harta
yang demikian melimpah itu dimanfaatkan untuk mengentaskan kemiskinan tentu
akan terjalin keharmonisan dan cinta kasih antara si kaya dan si miskin.
4. Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas berkahnya
akan melimpah.
5. Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda atau uang, karena
ketika harta dibelanjakan maka perputarannya akan meluas dan lebih banyak pihak
yang mengambil manfaat.
7. Hikmah Zakat
Hikmah dari zakat antara lain:
1. Mengurangi kesenjangan sosial antara mereka yang berada dengan mereka yang
miskin.
2. Pilar amal jama'i antara mereka yang berada dengan para mujahid dan da'i yang
berjuang dan berda'wah dalam rangka meninggikan kalimat Allah SWT.
3. Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk
4. Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.
5. Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan
6. Untuk pengembangan potensi ummat
7. Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam
8. Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi ummat.
H. Zakat Dalam Al-Quran
QS (2:43) ("Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah
beserta orang-orang yang ruku'".)
QS (9:35) (Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka
jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung
mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu
simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang
kamu simpan itu.")
QS (6: 141) (Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang
berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang
bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan
warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang
bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari
memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah
kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang
berlebih-lebihan).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Hibah adalah merupakan suatu pemberian yang bersifat sukarela (tidak ada
sebab dan musababnya) tnpa da kontra prestasi dari pihak penerima pemberian,
dan pemberian itu dilangsungkan pada saat si pemberi masih hidup (inilah yang
membedakannya dengan wasiat, yang mana wasiat diberikan setelah si
pewasiat meninggal dunia).
2. Rukun hibah, yaitu : penghibah , penerima hibah, ijab dan kabul, dan benda
yang dihibahkan.
3. Syarat-syarat hibah itu meliputi syarat penghibah, penerima hibah dan benda
yang dihibahkan.
4. Penghibahan harta yang dilakukan oleh orang sakit hukumnya sama dengan
wasiat. Menurut jumhur ulama seseorang dapat / boleh menghibahkan semua
apa yang dimilikinya kepada orang lain.
5. Sedekah asal kata bahasa Arab shadaqoh yang berarti suatu pemberian
yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan
sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu
pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap
ridho Allah SWT dan pahala semata.
6. Zakat adalah sedekah yang wajib dikeluarkan umat Islam menjelang akhir
bulan Ramadhan, sebagai pelengkap ibadah puasa. Hukum zakat adalah wajib
(fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu.
7. Zakat terbagi atas dua tipe : Zakat Fitrah dan Zakat Mal. Orang yang berhak
menerima zakat, antara lain : Fakir, Miskin, Amil, Muallaf, Hamba Sahaya,
Gharimin, Fisabilillah, dan Ibnu Sabil. Dan orang yang tidak berhak menerima
Zakat, antara lain: Orang kaya, Hamba Sahaya, Keturunan Rosulullah, Orang
yang dalam tanggungan yang berzakat, dan Orang Kafir.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, H SH MH, 2004, Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: Akademika
Pressindo.
Pasaribu, H. Chairuman Drs dan Suhrawardi K. Lubis SH, 1996, Hukum Perjanjian
Dalam Islam, Jakarta: sinar Grafika.
Rasyid, Sulaiman, 1990, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru.