Upload
others
View
28
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENUNTUN PRAKTIKUM
PATOLOGI KLINIK
FAKULTAS FARMASI USU
TIM PENYUSUN
STAFF DAN ASISTEN LABORATORIUM
DEPARTEMEN FARMAKOLOGI FARMASI
LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK
D-3 ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
i
LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK
DEPARTEMEN FARMAKOLOGI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BIODATA MAHASISWA
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
PROGRAM STUDI :
Pas Foto
3 x 4
ii
STAF LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
Kepala Laboratorium : Embun Suci Nasution, S.Si., M.Farm.Klin., Apt.
Staff Laboratorium :
Prof. Dr. Urip Harahap, Apt.
Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt.
Prof. Dra. Azizah Nasution, M.Sc., Ph.D., Apt.
Dr. Edy Suwarso, S.U., Apt.
Dr. Poppy Anjelisa Z. Hasibuan, S.Si., M.Si.,
Apt.
Dr. Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt
Marieanne, S.Si., M.Si., Apt.
Yuandani, S.Farm., M.Si., Ph.D., Apt.
Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt.
Hari Ronaldo Tanjung, S.Si., M.Sc., Apt.
Dadang Irfan Husori, S.Si., M.Sc., Apt.
Emil Salim, S.Farm., M.Sc., Apt.
Asisten Labratorium :
Zainul Fuad Nurhadi
Joule De Cava Maghribi
Kurnia Lavinda Yusfa
Cindi Indryani
Dhea Nur Fadhilah Hasibuan
Desy Ariyanti Panjaitan
Christal Jennifer Grundling
Ulva Khairani Ritonga
Nurnasuha Binti Zainal Abidin
Sigit Duiharianto
iii
PERATURAN LABORATORIUM
1. Syarat mengikuti praktikum adalah sebagai berikut :
- Mahasiswa yang telah mengikuti kuliah patologi klinik
- Mahasiswa telah mengisi kartu rencana studi untuk mengikuti praktikum patologi
klinik
- Menunjukkan salinan kartu rencana studi
- Pas foto berwarna ukuran 3x4
2. Praktikum dimulai pukul 08.00 WIB dan harus hadir tepat waktu.
3. Selama praktikum berlangsung, praktikan wajib menggunakan jas praktikum, sarung
tangan, masker, badge name dan wajib mengikuti tata cara berpakaian Fakultas Farmasi
USU.
4. Setiap kelompok bertanggung jawab atas kebersihan meja dan alat-alat praktikum serta
pengembalian peralatan dalam keadaan bersih
5. Data praktikum dinyatakan sah apabila telah ditandatangani oleh asisten yang bertugas.
6. Apabila dalam laboratorim terjadi keadaan yang berbahaya, praktikan harus segera
melapor pada dosen/asisten yang bertugas, dan apabila dalam praktikum menemui
kesulitan atau kesukaran mintalah petunjuk dosen/asisten yang bertugas.
7. Praktikan yang berhalangan hadir harus memberikan keterangan tertulis atau surat
keterangan dokter apabila sakit.
8. Praktikan yang tidak mengikuti praktikum diwajibkan mengikuti praktikum dihari
lainnya.
iv
DAFTAR ISI
BAB 1. PENGAMBILAN DARAH KAPILER 1
BAB 2. PENGAMBILAN DARAH VENA 6
BAB 3. MEMBUAT SEDIAAN APUS DARAH 11
BAB 4. PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH (LED) 15
BAB 5. PENENTUAN KADAR HEMOGLOBIN 19
BAB 6. MENGHITUNG LEUKOSIT 24
BAB 7. PEMERIKSAAN TROMBOSIT 31
BAB 8. PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH 36
BAB 9. MASA PERDARAHAN 40
BAB 10. PERCOBAAN PADA KELAINAN HAEMORAGIK MASA PEMBEKUAN 44
BAB 11. PEMERIKSAAN URIN RUTIN 48
BAB 12. PEMERIKSAAN GLUKOSA URIN 53
1
PRAKTIKUM I
PENGAMBILAN DARAH KAPILER
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat melakukan
pengambilan darah kapiler.
II. MANFAAT
Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara mengambil darah kapiler dalam tubuh.
III. TINJAUAN UMUM
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel
darah.Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit, dan trombosit. Volume darah
secara keseluruhan adalah satu per dua belas berat badan atau kira-kira lima liter. Sekitar
55% adalah plasma darah, sedang 45% sisanya terdiri dari sel darah (Evelyn, 2006).
Darah kapiler adalah darah yang didapat dari pembuluh kapiler yang sangat kecil
dimana tempat arteri berakhir.Makin kecil arteriol makin menghilang ketiga lapis dindingnya
sehingga ketika sampai pada kapiler yang sehalus rambut, dinding itu tinggal satu lapis saja,
yaitu lapisan endothelium. Lapisan yang sangat tipis itu memungkinkan limfe merembes
keluar membentuk cairan jaringan membawa air, mineral dan zat makanan untuk sel, dan
melalui pertukaran gas antara pembuluh kapiler dan jaringan sel, menyediakan oksigen dan
menyingkirkan bahan buangan termasuk karbondioksida (Evelyn, 2006).
Faktor-faktor kesalahan yang mempengaruhi kualitas darah kapiler: 1) cara
penusukan jari yang tidak terlalu dalam, sehingga jari harus ditekan-tekan menyebabkan
darah bercampur dengan cairan intestinal dan darah akan menjadi encer. 2) saat penusukan
masih ada sisa alkohol 0% yang belum kering, sehingga akan mempengaruhi kadar
hemoglobin.
(a) (b)
2
(c)
(d)
Gambar 3.1. Cara pengambilan darah kapiler melalui jari tangan (Evelyn, 2006)
Keterangan Gambar : (a) lokasi tempat penusukan di jari
(b) Ujung jari yang akan ditusuk
(c) Ujung jari yang telah dibasuh dengan kapas alcohol akan
ditusuk dengan lanset
(d) Lanset
IV. METODE PERCOBAAN
1. Sediakanlah kapas alkohol, lanset/hemolet steril dan sekali pakai
2. Pada jari yang akan ditusuk, daerah tusukan dihapus dengan kapas alkohol. Tusukan
sebaiknya dilakukan pada bagian tepi jari manis.
3. Pada tepi jari manis tersebut dilakukanlah dengan menekan bagian proksimal dari
tusukan agar supaya kulit menjadi tegang.
4. Pada bayi tusukan dapat dilakukan pada bagian calcaneus. Pengambilan darah kapiler
hanya akan diperoleh sedikit darah saja.
V. PERHITUNGAN
-
3
VI. RUJUKAN
Evelyn, C.P. (2006). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
pustaka Utama.
Priyana, A. (2007). Patologi Klinik untuk Kurikulum Pendidikan Dokter Berbasis
Kompetensi.Jakarta : Universitas Trisakti.
4
NO NAMA GAMBAR
5
PEMBAHASAN :
MEDAN, …………. 2018
ASISTEN,
( )
NILAI
6
PRAKTIKUM II
PENGAMBILAN DARAH VENA
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat melakukan uji
pengambilan darah vena.
II. MANFAAT
Mahasiswa dapat mengetahui dan melaksanakan tehnik cara pengambilan darah vena
yang benar.
III. TINJAUAN UMUM
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel
darah.Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit, dan trombosit. Volume darah
secara keseluruhan adalah satu per dua belas berat badan atau kira-kira lima liter. Sekitar
55% adalah plasma darah, sedang 45% sisanya terdiri dari sel darah (Evelyn, 2006).
Darah vena adalah darah yang berasal dari pembuluh darah vena, membawa darah
miskin akan oksigen menuju ke jantung. Pembuluh darah vena juga berdinding tiga lapis
seperti arteri, tetapi lapisan tengah berotot lebih tipis, kurang kuat, lebih mudah kempes, dan
kurang elastis daripada arteri. Pada umumnya semua pembuluh vena cukup besar dan
letaknya superficial dapat dipergunakan pengambilan darah.Tetapi pada praktiknya yang
sering digunakan adalah vena difosa cubiti. Pada anak kecil atau bayi darah dapat diambil
pada vena jugularis externa, vena femoralis, bahkan dari sinus sagitalis superior (Evelyn,
2006).
Faktor-faktor kesalahan yang mempengaruhi kualitas darah vena: 1) cara
pengambilan darah tidak sesuai dengan standar sehingga terjadi hemolisis, 2) terjadi
pembekuan darah atau pencampuran darah dengan antikoagulan yang kurang baik, 3) cara
pemipetan yang kurang tepat, dilihat dari kualitas alat maupun kemampuan pemeriksa.
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil dan disitu arteri berakhir dan vena mulai.
Kapiler membentuk jaringan pembuluh darah dan bercabang-cabang didalam sebagian besar
jaringan tubuh. Oleh sebab itu, darah dalam kapiler terus-menerus berubah susunan dan
warnanya karena terjadinya pertukaran gas. Sedangkan vena membawa darah kearah jantung,
maka dari itu darah vena berwarna lebih tua dan agak ungu karena banyak dari oksigennya
sudah diberikan kepada jaringan. Pada dasarnya darah vena dan kapiler sama, berada dalam
7
satu siklus peredaran darah yang saling berkaitan dan keduanya dapat digunakan sebagai
sampel pemeriksaan hematologi (khususnya pemeriksaan kadar hemoglobin) (Evelyn, 2006).
Pada umumnya pengambilan darah vena dilakukan pada vena lipat siku (fossa cubiti)
yang lebih jelas terlihat, maka bisa dicoba pada sisi lengan yang lain. Bila perlu pungsi vena
dapat dilakukan di punggung tangan (dorsum manus) yang tampak lebih jelas tetapi lebih
sering menimbulkan bengkak.
Gambar 3.2 Cara pengambilan darah melalui pembuluh darah vena (Evelyn, 2006)
IV. METODE PERCOBAAN
1. Posisi pasien dalam keadaan relaks pada posisi duduk atau berbaring. Lengan
diluruskan dengan tapak tangan menghadap ke atas dan jari-jari pada posisi mengepal.
2. Sediakan semua alat, wadah penampung, antikoagulansia telah lengkap semuanya.
3. Lakukan pembendungan pada lengan atas dengan memakai manset atau alat
pembendung khusus, tetapi tidak terlalu kencang sehingga menghambat aliran darah
ke distal.
4. Bersihkan lokasi pengambilan darah dengan memakai kapas alcohol, biarkan sampai
kering sendiri
5. Semprit dipegang dengan tapak tangan, sebaiknya bagian tabung semprit yang ada
garis menghadap ke atas.
6. Tangan kiri memegang lengan pasien dengan ibu jari sedikit menekan bagian distal
vena yang akan dipungsi, lalu jarum ditusukkan pada posisi jarum menghadap ke atas
dengan sudut kurang lebih 30º.
7. Bila tusukkan tepat intra vena maka akan tampak darah masuk ke tabung dan terlihat
di antara jarum dengan tabung semprit. Dengan tangan kiri penghisap semprit ditarik
perlahan-lahan sehingga darah masuk ke dalam tabung, kemudian pasien diminta
membuka kepalan tangannya.
8
8. Setelah mendapat darah sejumlah yang diinginkan, letakkan kapas alkohol pada
tempat tusukan dan jarum ditarik perlahan-lahan.
9. Biarkan kapas alkohol beberapa menit dengan posisi lengan tetap diluruskan dan
jarum segera dilepaskan dari semprit dan darah dialirkan secara lambat ke dinding
tabung penampung yang berisi antikoagulansia (untuk mendapatkan darah lengkap
atau plasma) atau tanpa antikoagulansia (untuk mendapatkan serum).
V. PERHITUNGAN
-
VI. RUJUKAN
Evelyn, C.P. (2006). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Priyana, A. (2007). Patologi Klinik untuk Kurikulum Pendidikan Dokter Berbasis
Kompetensi.Jakarta : Universitas Trisakti.
9
NO NAMA FOTO/GAMBAR VOLUME
(ML)
10
PEMBAHASAN :
MEDAN, …………. 2016
ASISTEN,
( )
NILAI
11
PRAKTIKUM III
MEMBUAT SEDIAAN APUS DARAH
I. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat mengetahui cara
membuat sediaan apus darah.
II. MANFAAT
Mahasiswa mampu melakukancara membuat sediaan apus darah.
III. TINJAUAN UMUM
Pemeriksaan sediaan apus darah tepi (SADT) merupakan pemeriksaan penyaring
karena tidak memerlukan peralatan yang canggih namun manfaatnya sangat penting
walaupun memerlukan keahlian pemeriksa. Tujuan pemeriksaan SADT adalah menilai
keadaan eritrosit, leukosit dan trombosit sehingga kelainan eritrosit dan leukosit seperti
leukemia akut, leukemia kronis dapat ditemukan pada saat dini.Juga dengan pemeriksaan
SADT dapat dicari infeksi parasite malaria, tripanosoma dan mikrofilaria.
IV. METODE PERCOBAAN
4.1 Alat
- Deck glass
- Objek glass
4.2 Bahan
- Sampel darah kapiler atau darah EDTA
4.3 Cara Kerja
1. Sentuhlah tanpa menyentuh kulit setetes darah kecil (garis tengah tidak melebihi 2 mm)
dengan kaca itu, kira-kira 2 cm dari ujungnya, dan letakkanlah kaca itu di atas meja
dengan tetes darah di sebelah kanan.
2. Dengan tangan kanan diletakkan kaca objek lain di sebelah kiri tetes darah tadi dan
digerakkan ke kanan hingga mengenai tetes darah.
3. Tetes darah akan menyebar pada sisi kaca penggeser itu. Tunggulah sampai darah itu
mencapai titik kira-kira ½ cm dari sudut kaca penggeser.
4. Segeralah geserkan kaca itu ke kiri sambil memegangnya miring dengan sudut antara 30
dan 45 derajat. Janganlah menekan kaca penggeser itu ke bawah.
12
5. Biarkan sediaan itu kering di udara.
6. Tulislah nama penderita dan tanggal pada bagian sediaan yang tebal.
Gambar 3.4 Sediaan Apus Darah (Gandasoebrata, 2004).
V. PERHITUNGAN
-
VI. RUJUKAN
Gandasoebrata, R. (2004). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat
Priyana, A. (2007). Patologi Klinik untuk Kurikulum Pendidikan Dokter Berbasis
Kompetensi.Jakarta : Universitas Trisakti.
VII. PERTANYAAN
1. Digunakan untuk apa sajakah sediaan apus darah?
2. Bagaimana kriteria sediaan apus darah yang baik?
13
NO NAMA FOTO/GAMBAR
14
PEMBAHASAN :
MEDAN, …………. 2018
ASISTEN,
( )
NILAI
15
PRAKTIKUM IV
PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH (LED)
I. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan
melakukan pemeriksaan laju endap darah.
II. MANFAAT
Mahasiswa mampu melakukan uji saring adanya keganasan, penyakit kolagen atau
infeksi.
III. TINJAUAN UMUM
Laju endap darah (LED) merupakan indikator penyakit infeksi dan tingkat inflamasi
(peradangan) yang tidak spesifik, namun dapat digunakan untuk membedakan tingkat
peradangan atau pembentukan antibodi terhadap dua penyakit yang secara klinis sulit
dibedakan (misal: rheumatoid arthritis dan arthritis akibat degeneratif).
IV. METODE PERCOBAAN
1.1 Alat
- Pipet Westergren
4.2 Bahan
- Darah EDTA
- Trisodium Sitrat 0,109 M
II. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Darah segar EDTA 1,6 ml dicampur 400 µl Trisodium Sitrat 0,109 M (4:1)
dengan baik.
2. Hisap darah tersebut dengan pipet Westergren sampai garis 0.
3. Biarkan darah tersebut dalam rak secara tegak lurus selama 60 menit.
4. Baca tinggi larutan plasma dalam millimeter.
Catatan: Pipet Westergren yang digunakan harus betul-betul kering. Tidak terkena sinar
matahari langsung, tidak ada getaran, posisi pipet harus tegak (±2 °).Pengerjaan pemeriksaan
dilakukan pada suhu 18-25 °C. Tidak boleh terjadi gelembung udara.
16
III. RUJUKAN
Gandasoebrata, R. (2004). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat.
Priyana, A. (2007). Patologi Klinik untuk Kurikulum Pendidikan Dokter Berbasis
Kompetensi.Jakarta : Universitas Trisakti.
IV. PERTANYAAN
1. Apa guna penambahan Trisodium Sitrat?
2. Berapa nilai normal LED pada pria dan wanita?
3. Bagaimana membedakan rheumatoid arthritis dan arthritis degeneratif dengan
menggunakan metode LED?
17
NO KELOMPOK NILAI LED
18
PEMBAHASAN :
MEDAN, …………. 2018
ASISTEN,
( )
NILAI
19
PRAKTIKUM V
MENENTUKAN KADAR HEMOGLOBIN
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat melakukan uji
penetapan kadar hemoglobin darah.
II. MANFAAT
Mahasiswa dapat mengetahui dan menentukan kadar hemoglobin darah dalam tubuh
untuk melihat ada atau tidak seseorang menderita anemia dan mengetahui metode apa yang
dipakai dalam penentuannya.
III. TINJAUAN UMUM
Hemoglobin ialah protein yang kaya akan zat besi. Hemoglobin memiliki afinitas
(daya gabung) terhadap oksigen.Dengan fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke
jaringan-jaringan. Jumlah hemoglobin dalam darah normal ialah kira-kira 15 gram setiap 100
ml darah, dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen” (Evelyn, 2006).
Molekul-molekul hemoglobin terdiri dari dua pasang rantai polipeptida (globin) dan
empat gugus haem yang masing-masing mengandung sebuah atom besi (Darmawan, 1985).
Fungsi hemoglobin: mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida didalam jaringan-
jaringan tubuh, mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-
jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar, membawa karbondioksida dari jaringan-
jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-paru untuk dibuang, kelainan metabolisme
hemoglobin.
Hemoglobin (Hb) merupakan ikatan heme dan globin.Heme (4%) merupakan
kompleks antara besi dan porfirin.Sedang globin (96%) meupakan protein yang larut dalam
air. Pembentukan hemoglobin bergantung pada metabolisme porfirin, globin dan besi. Dalam
keadaan normal hemoglobin laki-laki dewasa kadarnya 13.0-18.0 g/dl, wanita dewasa 11,5-
16,5 g/dl, wanita hamil 11.0-16,5 g/dl, sedang anak-anak (3-6 tahun): 12.0-14.0 g/dl (Depkes
RI, 2002).
Penetapan kadar hemoglobin darah sangat penting artinya karena diagnose anemia
memakai kadar hemoglobin dalam darah. Pada umumnya terdapat dua cara penetapan kadar
hemoglobin yaitu cara fotoelektrik dan cara visual. Cara fotoelektrik memakai larutan
sianmethemoglobim dan fotometer untuk menghitungnya, sedangkan cara visual disebut juga
20
metode Sahli memakai HCl 0,1 N untuk mengubah hemoglobin menjadi asam hematin yang
terlihat oleh mata.
(b)
(c)
Gambar 3.3 Alat pengukur kadar hemoglobin darah (Evelyn, 2006).
Keterangan Gambar : (a) Hb meter Sahli
(b) Perlengkapan Alat
(c) Pipet Hb
IV. METODE PERCOBAAN
Cara Sahli
Dasar pemeriksaan ini adalah hemoglobin diubah menjadi asam hematin bila
dicampur dengan HCl 0,1 N, kemudian dibandingkan secara visual dengan standar warna
pada alat Hb meter Sahli (Hb meter).
Cara Pemeriksaan :
1. Ke dalam tabung pengencer Hb meter dimasukkan 5 tetes HCl 0,1 N.
2. Darah kapiler atau darah dengan antikoagulansia dihisap dengan pipet Hb sampai
garis bertanda 20µl, hapus bagian luar pipet dengan tissue.
3. Alirkan darah dalam pipet Hb meter ke dalam dasar tabung pengencer yang berisi
larutan HCl 0,1 N.
4. Bilas dengan HCl 0,1 N pipet Hb meter yang berisi sisa darah.
21
5. Campur isi tabung pengencer dengan batang pengaduk yang tersedia sehingga
membentuk warna coklat.
6. Tambahkan air sedikit demi sedikit ke dalam tabung pengencer Hb meter dan campur
berkali-kali. Tambahkan air tetes demi tetes sehingga warna coklat dalam tabung
pengencer tidak berbeda secara visual dengan standart di sisi kiri dan kanan.
7. Lama pemeriksaan tidak boleh lebih dari 5 menit dan bentuk larutan akan berwarna
makin gelap.
8. Hasilnya dilihat secara parallax pada skala bergaris di tabung gelas, laporkan dengan
satuan g/dl atau g%.
V. PERHITUNGAN
-
VI. RUJUKAN
Evelyn, C.P. (2006). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Priyana, A. (2007). Patologi Klinik untuk Kurikulum Pendidikan Dokter Berbasis
Kompetensi.Jakarta : Universitas Trisakti.
22
NO KELOMPOK HASIL Hb
23
PEMBAHASAN :
MEDAN, …………. 2018
ASISTEN,
( )
NILAI
24
PRAKTIKUM VI
MENGHITUNG LEUKOSIT
I. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat mengetahui cara
menghitung jumlah leukosit dari sampel darah yang digunakan.
II. MANFAAT
Mahasiswa mampu melakukan cara menghitung jumlah leukosit dari sampel darah
yang digunakan.
III. TINJAUAN UMUM
Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan basal dan lain-
lain. Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10000-30000/ µl. pada keadaan basal
jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5000-10000/ µl. Bila jumlah leukosit lebih
dari nilai rujukan, maka keadaan tersebut disebut leukositosis. Leukositosis dapat terjadi
secara fisiologik maupun patologik.Leukositosis fisiologik dijumpai pada kerja fisik yang
berat, gangguan emosi, kejang, takikardia paroksimal, partus dan haid. Derajat peningkatan
leukosit pada infeksi akut tergantung dari beratnya infeksi, usia, daya tahan tubuh, efisiensi
sumsum tulang.
Leukopenia terjadi karena berawal dari berbagai macam penyebab. Diantaranya
adalah radiasi sinar X dan sinar ɣ. Radiasi sinar X dan sinar ɣ yang berlebihan serta
penggunaan obat-obatan yang berlebihan, akan menyebabkan kerusakan sumsum tulang.
Dengan rusaknya sumsum tulang, maka kemampuan sumsum tulang untuk memproduksi sel
darah (eritrosit, leukosit, dan trombosit) pun menurun sehingga menyebabkan neutropenia,
monositopenia, dan eosinopenia.
IV. METODE PERCOBAAN
4.1 Alat
- Pipet leukosit
- Kamar hitung Improved Neubauer
- Deck glass
- Mikroskop
25
4.2 Bahan
- Sampel darah kapiler atau darah EDTA
- Larutan Turk, saring sebelum dipakai
- Alkohol 70%
4.3 Cara Kerja
A. Mengisi Pipet Leukosit
1. Isaplah darah (kapiler, EDTA atau oksalat) sampai kepada garis- tanda 0,5 tepat.
2. Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet.
3. Masukkan ujung pipet dalam larutan Turk sambil menahan darah pada garis-tanda tadi.
Pipet dipegang dengan sudut 45 derajat dan larutan Turk diisap perlahan-lahan samapai
garis-tanda 11. Hati-hatilah jangan sampai terjadi gelembung hawa.
4. Angkatlah pipet dari cairan; tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet
pengisap.
5. Kocoklah pipet itu selama 15-30 detik. Jika tidak segera akan dihitung, letakkanlah
dalam sikap horizontal.
B. Mengisi Kamar Hitung
1. Letakkanlah kamar hitung yang bersih benar dengan kaca penutupnya terpasang
mendatar di atas meja.
2. Kocoklah pipet yang diisi tadi selama 3 menit terus-menerus; jagalah jangan sampai
ada cairan terbuang dari dalam pipet itu sewaktu mengocok.
3. Buanglah semua cairan yang ada di dalam batang kapiler pipet (3 atau 4 tetes) dan
segeralah sentuhkan ujung pipet itu dengan sudut 30 derajat padsa permukaan kamar
hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup. Biarkan kamar hitung itu terisi
cairan perlahan-lahan dengan daya kapilaritasnya sendiri.
4. Biarkan kamar hitung itu selama 2 atau 3 menit supaya leukosit-leukosit dapat
mengendap. Jika tidak dapat dihitung segera, simpanlah kamar hitung itu dalam sebuah
cawan petri tertutup yang berisi segumpal kapas basah.
C. Menghitung Jumlah Sel
1. Pakailah lensa objektif kecil, yaitu dengan pembesaran 10x. turunkan lensa kondensor
atau diafragma. Meja mikroskop harus datar letaknya.
26
2. Kamar hitung dengan bidang bergarisnya diletakkan di bawah objektif dan focus
mikroskop diarahkan kepada garis-garis bagi itu. Dengan sendirinya leukosit-leukosit
jelas terlihat.
3. Hitunglah semua leukosit yang terdapat dalam keempat “bidang besar” pada sudut-
sudut “seluruh permukaan yang dibagi”.
V. PERHITUNGAN
Pengenceran yang terjadi dalam pipet adalah 20 kali. Jumlah semua sel yang dihitung
dalam keempat bidang itu dibagi 4 menunjukkan jumlah leukosit dalam 0,1 µl. kalikan angka
itu dengan 10 (untuk tinggi) dan 20 (untuk pengenceran) untuk mendapat jumlah leukosit
dalam 1 µl darah.
Jumlah leukosit = 𝑨+𝑩+𝑪+𝑫
𝟒 𝒙 𝟐𝟎 𝒙 𝟏𝟎atau (A+B+C+D) 𝒙 50/mm3
27
VI. RUJUKAN
Gandasoebrata, R. (2004). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat.
Priyana, Adi. (2007). Patologi Klinik untuk Kurikulum Pendidikan Dokter Berbasis
Kompetensi.Jakarta : Universitas Trisakti.
VII. PERTANYAAN
1. Apakah isi dari larutan Turk?
2. Mengapa digunakan sampel darah yang mengandung EDTA?
28
NO KELOMPOK GAMBAR/FOTO JUMLAH
29
PERHITUNGAN :
30
PEMBAHASAN :
MEDAN, …………. 2018
ASISTEN,
( )
NILAI
31
PRAKTIKUM VII
PEMERIKSAAN TROMBOSIT
V. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat mengetahui cara
melakukan pemeriksaan trombosit.
VI. MANFAAT
Mahasiswa mampu melakukan cara pemeriksaan trombosit.
VII. TINJAUAN UMUM
Trombosit adalah fragmen atau kepingan-kepingan tidak berinti dari sitoplasma
megakariosit yang berukuran 1-4 mikron dan beredar dalam sirkulasi darah selama 10
hari.Gambaran mikroskopik dengan pewarnaan Wright–Giemsa, trombosit tampak sebagai
sel kecil, tak berinti, bulat dengan sitoplasma berwarna biru keabu-abuan pucat yang berisi
granula merah-ungu yang tersebar merata.
Jumlah trombosit normal adalah 150.000-450.000 per mmk darah. Dikatakan
trombositopenia ringan apabila jumlah trombosit antara 100.000-150.000 per mmk darah.
Apabila jumlah trombosit kurang dari 60.000 per mmk darah maka akan cenderung terjadi
perdarahan. Jika jumlah trombosit di atas 40.000 per mmk darah biasanya tidak terjadi
perdarahan spontan, tetapi dapat terjadi perdarahan setelah trauma. Jika terjadi perdarahan
spontan kemungkinan fungsi trombosit terganggu atau ada gangguan pembekuan darah. Bila
jumlah trombosit kurang dari 40.000 per mmk darah, biasanya terjadi perdarahan spontan dan
bila jumlahnya kurang dari 10.000 per mmk darah perdarahan akan lebih berat. Dilihat dari
segi klinik, penurunan jumlah trombosit lebih memerlukan perhatian daripada kenaikannya
(trombositosis) karena adanya resiko perdarahan.
Menghitung trombosit dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Metode
secara langsung dengan menggunakan kamar hitung yaitu dengan mikroskop fase kontras dan
mikroskop cahaya (Rees-Ecker) maupun secara otomatis. Metode yang dianjurkan adalah
penghitungan dengan mikroskop fase kontras dan otomatis. Metode otomatis akhir-akhir ini
banyak dilakukan karena bisa mengurangi subyektifitas pemeriksaan dan penampilan
diagnostik alat ini cukup baik.
32
VIII. METODE PERCOBAAN
4.1 Alat
- Pipet eritrosit
- Kamar hitung Improved Neubauer
- Beaker glass
- Mikroskop
4.2 Bahan
- Sampel darah kapiler atau darah EDTA
- Larutan Rees Ecker
4.3 Cara Kerja
1. Isaplah cairan Ress Ecker ke dalam pipet eritrosit sampai garis-tanda “1” dan buanglah
lagi cairan itu.
2. Isaplah darah sampai garis tanda “0,5” dan cairan Rees Ecker sampai “101”. Segeralah
kocok selama 3 menit.
3. Teruskanlah tindakan-tindakan seperti untuk menghitung eritrosit dalam kamar hitung.
4. Biarkan kamar hitung yang telah diisi dengan sikap datar dalam cawan petri yang
tertutup selama 10 menit agar trombosit mengendap.
5. Hitunglah semua trombosit dalam seluruh bidang besar di tengah-tengah (1 mm2)
memakai lensa-lensa objektif besar.
6. Jumlah itu dikali 2000 menghasilkan jumlah trombosit per µl darah.
V. PERHITUNGAN
-
VI. RUJUKAN
Gandasoebrata, R. (2004). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat.
Priyana, A. (2007). Patologi Klinik untuk Kurikulum Pendidikan Dokter Berbasis
Kompetensi.Jakarta : Universitas Trisakti.
VII. PERTANYAAN
1. Apa saja faktor-faktor penyebab trombositosis?
2. Bagaimana cara pembuatan larutan Ress Ecker?
33
NO KELOMPOK GAMBAR/FOTO JUMLAH
34
PERHITUNGAN :
35
PEMBAHASAN :
MEDAN, …………. 2018
ASISTEN,
( )
NILAI
36
PRAKTIKUM VIII
PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH
I. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan
melakukan pemeriksaan golongan darah.
II. MANFAAT
Mahasiswa mampu melakukan cara menentukan golongan darah.
III. TINJAUAN UMUM
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan
jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah.Dua jenis
penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (factor Rh).
Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi
imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok dan kematian.
IV. METODE PERCOBAAN
4.1 Alat
- Darah
- Alkohol 70%
- Serum anti-A dan serum anti-B
4.2 Bahan
- Objek Glass
- Kapas
- Jarum Pentul
- Blood Lanset atau jarum franke
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Usaplah ujung jarum franked an ujung jari manis dengan alkohol 70 %.
2. Tusuk jari manis dengan jarum franke sedalam 2 mm.
3. Tetes yang pertama dihapus, lalu teteskan darah pada objek glass di dua tempat.
4. Tambahkan pada tetes yang pertama serum anti-A, tetes yang kedua serum anti-B.
5. Masing-masing tetes diaduk dengan jarum pentul yang berbeda.
37
6. Amati yang terjadi pada kedua tetes darah. Beri tanda (-) bila tidak menggumpal,
beri tanda (+) bila menggumpal.
7. Untuk menentukan golongan darah sebagai berikut:
- Golongan darah A: bila hanya tetes yang diberi serum anti-A yang menggumpal.
- Golongan darah B: bila hanya tetes yang diberi serum anti-B yang menggumpal.
- Golongan darah AB: bila kedua tetes menggumpal semua.
- Golongan darah O: bila kedua tetes tetap cair.
VI. RUJUKAN
Neil, A.C., Jane, B.R., dan Lawrence, G.M. (2002). Biologi. Edisi V. Jakarta: Erlangga
VI. PERTANYAAN
1. Perbedaan penentuan golongan darah ABO dan Rhesus?
2. Sebutkan mekanisme gangguan yang terjadi bila terjadi transfusi darah yang tidak
sesuai!
38
NO NAMA GOLONGAN
DARAH
GAMBAR/FOTO
39
PEMBAHASAN :
MEDAN, …………. 2018
ASISTEN,
( )
NILAI
40
PRAKTIKUM IX
MASA PERDARAHAN
1. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan
melakukan tes masa perdarahan.
II. MANFAAT
Mahasiswa mampu melakukan tes masa perdarahan.
III. TINJAUAN UMUM
Terjadinya perdarahan berkepanjangan setelah trauma superficial yang terkontrol,
merupakan petunjuk bahwa ada defisiensi trombosit. Masa perdarahan memanjang pada
keadaan trombositopenia (<100.000/mm3 ada yang mengatakan <75.000/mm3), penyakit Von
Wilbrand, sebagian besar kelainan fungsi trombosit dan setelah minum obat aspirin.
Pembuluh kapiler yang tertusuk akan mengeluarkan darah sampai luka itu tersumbat
oleh trombosit yang menggumpal. Bila darah keluar dan menutupi luka, terjadilah
pembekuan dan fibrin yang terbentuk akan mencegah perdarahan yang lebih lanjut. Pada tes
ini, darah yang keluar harus dihapus secara perlahan-lahan sedemikian rupa sehingga tidak
merusak trombosit. Setelah trombosit menumpuk pada luka, perdarahan berkurang dan
tetesan darah makin lama makin kecil.
IV. METODE PERCOBAAN
4.1 Alat
- Tensimeter
- Disposable lanset steril dengan ukuran lebar 2 mm dan 3 mm.
- Stopwatch
- Kertas saring bulat
- Kapas alkohol
V. PROSEDUR PERCOBAAN
CARA IVY
1. Pasang manset tensimeter pada lengan atas dan pompakan tensimeter sampai 40
mmHg selama pemeriksaan. Desinfeksi permukaan volar lengan bawah dengan
41
kapas alkohol. Pilih daerah kulit yang tidak ada vena superficial, kira-kira 3 jari
dari lipatan siku.
2. Rentangkan kulit dan lukailah dengan lebar 2 mm dan dalam 3 mm.
3. Tepat pada saat terjadi perdarahan stopwatch dijalankan.
4. Setiap 30 detik hapuslah bintik darah yang keluar dari luka hindari jangan sampai
menutup luka.
5. Bila perdarahan berhenti (diameter <1mm) hentikan stopwatch dan lepaskan
manset tensimeter. Catat waktu perdarahan dengan pembulatan 0,5 menit.
VI.RUJUKAN
Guyton, A.C. (1983). Fisiologi Manusia dan Mekanismenya terhadap penyakit. Jakarta: EGC
Penerbit Buku Kedokteran
VII. PERTANYAAN
1. Sebutkan penyakit yang terkait dengan masa perdarahan, jelaskan!
2. Berapa nilai normal masa perdarahan pada pria dan wanita?
42
NO NAMA WAKTU
PERDARAHAN
GAMBAR/FOTO
43
PEMBAHASAN :
MEDAN, …………. 2018
ASISTEN,
( )
NILAI
44
PRAKTIKUM X
PERCOBAAN PADA KELAINAN HAEMORAGIK
MASA PEMBEKUAN
I. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat melakukan uji
masa pembekuan darah.
II. MANFAAT
Mahasiswa dapat mengetahui waktu dan metode yang digunakan untuk melihat masa
pembekuan darah.
III. TINJAUAN UMUM
Penetapan masa pembekuan dengan menggunakan darah lengkap.Nilai normal masa
pembekuan adalah antara 9–15 menit. Pemeriksaan masa pembekuan ini adalah untuk
mengetahui fungsi kapileri, jumlah platelet dan kemampuan platelet menempel pada dinding
pembuluh darah. Adanya gangguan pada faktor koagulasi terutama pembentuk tromboplastin,
maka waktu pembekuan akan bertambah lama.
IV. METODE PERCOBAAN
4.1. Alat
- Spuit
- Tabung Reaksi
- Rak Tabung Reaksi
- Stopwatch
4.2. Bahan
- Sampel Darah Segar
V. METODE PERCOBAAN
Metode yang digunakan adalah metode Lee dan White modifikasi.
Prosedur percobaan:
a. Disediakan dalam rak: 4 tabung berdiameter 7 – 8 mm.
b. Dilakukan punksi vena dengan spuit 5 atau 10 ml. Dijalankan stopwatch pada saat
darah masuk ke dalam spuit.
45
c. Dimasukkan darah dari dalam spuit sebanyak 1 ml ke dalam tiap tabung sambil
dimiringkan.
d. Diangkat tabung pertama dan dimiringkan sedikit untuk melihat adanya
pembekuan. Diulangi setiap ½ menit hingga membeku.
e. Dilakukan hal yang sama pada tabung kedua, ketiga dan keempat setelah tabung
pertama membeku. Dicatat waktu hingga darah pada tabung keempat membeku.
f. Dilaporkan hasil rata – rata tabung kedua, ketiga dan keempat dan dibulatkan hasil
½ menit.
Nilai Normal :< 15 menit.
VI. PERHITUNGAN
-
VII. RUJUKAN
Anonim.(2014). Waktu Pembekuan. www.prodia.co.id
Baron, D.N. (1995).Kapita Selekta: Patologi Klinik.Edisi 4. Jakarta: Penerbit EGC.
Gandasoebrata, S. (2004).Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat.
VIII. PERTANYAAN
a. Sebutkan faktor-faktor yang terlibat dalam proses pembekuan darah!
b. Penyakit apa saja yang dapat diketahui dari adanya ketidaknormalan masa
pembekuan darah?
46
NO KELOMPOK TABUNG I TABUNG II TABUNG
III
TABUNG
IV
RATA-RATA
47
PEMBAHASAN :
MEDAN, …………. 2018
ASISTEN,
( )
NILAI
48
PRAKTIKUM XI
PEMERIKSAAN URIN RUTIN
(JUMLAH, WARNA, KEJERNIHAN, BERAT JENIS, BAU,
DAN DERAJAT KEASAMAN)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan
pemeriksaan urin rutin (jumlah, warna, kejernihan, berat jenis, bau dan derajat keasaman).
II. MANFAAT
Mahasiswa dapat mengetahui metode yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan
urin rutin.
III. TINJAUAN UMUM
Analisa atau pemeriksaan terhadap urin disebut urinalisa. Urinalisa merupakan
pemeriksaan laboratorium yang penting karena hasil pemeriksaan dapat memberikan nilai
diagnostik yang tinggi. Pemeriksaan urin selain menggambarkan keadaan sistem saluran
kemih tetapi juga menggambarkan keadaan organ lain seperti pankreas (glukosa urin), hati,
saluran dan kandung empedu (urobilinogen, urobilin dan billirubin).
Dalam proses pengambilan urin, urin yang diambil adalah urin tengah (mid stream).
Urinalisa dapat dilakukan terhadap urin sewaktu: urin pagi (urin yang dikeluarkan pagi hari),
Urin pasca makan (post prandial), setelah makan 2 jam dan urin kumpulan 24 jam.
Pemeriksaan terhadap urin sebaiknya memakai urin segar atau paling lambat 1 jam atau bila
terpaksa maka urin disimpan pada suhu 2-8oC paling lama 8 jam.
IV. METODE PERCOBAAN
4.1. Alat
- Wadah Urin
- Kertas Saring
- Urinometer
- pH Indikator
4.2. Bahan
Sampel urin
49
V. PROSEDUR PERCOBAAN
- Jumlah Urin
a. Dikumpulkan urin selama 24 jam.
b. Dihitung volume urin yang dihasilkan selama 24 jam.
(urin normal 24 jam 800–1300 ml)
- Warna Urin
1. Dikumpulkan urin sewaktu (time specimen).
2. Diamati warna urin yang dihasilkan dengan parameter: tidak berwarna, kuning
muda, kuning, kuning tua, merah, hijau, coklat, coklat tua atau hitam, putih
serupa susu.
- Kejernihan Urin
1. Dikumpulkan urin sewaktu (time specimen).
2. Diamati kejernihan urin dengan parameter : jernih, agak keruh, keruh atau
sangat keruh.
- Berat Jenis
1. Dikumpulkan urin sewaktu (time specimen) dan didiamkan pada suhu kamar.
2. Dituang urin ke dalam gelas urinometer. Dibuang busa yang terbentuk
menggunakan kertas saring.
3. Dimasukkan urinometer ke dalam gelas. Agar urinometer dapat terapung, di
dalamnya harus terdapat cukup urin. Lalu tabung urinometer diputar
menggunakan ibu jari dan telunjuk agar lepas dari dinding gelas..
4. Dibaca berat jenis yang tercatat setinggi meniskus bawah.
- Bau Urin
a. Dikumpulkan urin sewaktu (time specimen).
b. Dibaui urin yang telah dikumpulkan dengan cara mengibas – ngibaskan tangan
dan bau diarahkan ke hidung.
- Derajat Keasaman
1. Dikumpulkan urin sewaktu (time specimen).
2. Diukur derajat keasaman urin menggunakan pH Indikator.
VI. PERHITUNGAN
-
50
VII. RUJUKAN
Baron, D.N. (1995). Kapita Selekta: Patologi Klinik. Edisi 4. Jakarta: Penerbit EGC.
Gandasoebrata, S. (2004). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat.
VIII. PERTANYAAN
1. Mengapa dalam pemeriksaan urin, urin yang diambil adalah urin tengah? (mid
stream)
2. Apakah yang dimaksud dengan oligouria, poliuria, dan anuria.
3. Sebutkan penyakit aja saja yang dapat didiagnosa dengan adanya warna yang
berbeda pada urin pada pemeriksaan warna urin.
51
NO NAMA JUMLAH
URIN
WARNA
URIN
KEJERNIHAN
URIN
BAU
URIN
DERAJAT
KEASAMAN
BJ FOTO
52
PEMBAHASAN :
MEDAN, …………. 2018
ASISTEN,
( )
NILAI
53
PRAKTIKUM XII
PEMERIKSAAN GLUKOSA URIN
I. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu mengetahui
metode untuk mendeteksi adanya glukosa dalam urin.
II. MANFAAT
Mahasiswa dapat melakukan cara deteksi adanya glukosa dalam urin.
III. TINJAUAN UMUM
Pemeriksaan glukosa urin merupakan pemeriksaan penyaring yang banyak dilakukan.
Urin normal pada dasarnya urin tidak mengandung glukosa, maka nilai uji glukosa pada urin
menggambarkan kadar glukosa darah. Parameter yang penting adalah apakah urin subjek
merupakan urin saat puasa, urin sewaktu, atau pasca makan 2 jam.
Tes komprehensif tergantung atas reduksi tembaga dan sifatnya semi kuantitatif.
Beberapa tes yang dapat digunakan yaitu tes Benedict, Fehling dan tes Tollen. Ketika glukosa
dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring
keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebihan diekskresikan ke urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan yang
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih dan rasa haus.
IV. ALAT DAN BAHAN
4.2 Alat
- Tabung Reaksi
- Waterbath / Pemanas Spiritus
- Beaker Glass
- Pipet Tetes
- Penjepit Tabung
4.2. Bahan
- Sampel Urin
- Larutan benedict
- Larutan Fehling
- Air Suling / Aquadest
54
V. METODE PERCOBAAN
A. Cara Benedict
1. Dimasukkan 5 ml reagen benedict ke dalam tabung reaksi.
2. Diteteskan sebanyak 5 – 8 tetes urin ke dalam tabung reaksi.
3. Dipanaskan urin di atas api hingga mendidih (atau menggunakan waterbath).
4. Diangkat tabung dan diamati warna yang terbentuk.
B. Cara Fehling
1. Diteteskan Reagensia Fehling A dan Fehling B dalam jumlah yang sama ke
dalam tabung reaksi.
2. Diambil sebanyak 1 ml campuran tersebut dan ditambahkan urin 0,25 ml.
Perbandingan jumlah reagen terhadap urin adalah 4 : 1.
3. Dipanaskan urin di atas api hingga mendidih sambil tabung digoyang secara
perlahan – lahan (atau menggunakan waterbath). Diamati warna yang terbentuk.
Tabel 5.1 Parameter kadar glukosa dalam urin (Gandasoebrata, 2004)
Hasil Warna Kadar Glukosa
Negatif Biru, tidak ada perubahan < 0,2 g/dL
1 + Hijau, Kuning Kehijauan (+) < 0,5 g/dL
2 + Kuning (++) 0,5 – 1,0 g/dL
3 + Kuning Kemerahan (+++) 1,0 – 2,0 g/dL
4 + Merah Batu Bata (++++) > 2 g/dL
Keterangan : 1+: sedikit endapan 4+: endapan banyak disertai warna keruh
2+: endapan sedang
3+: endapan banyak
C. Cara dengan Glucotest strip
1. Celupkan strip ke dalam urin selama 30 detik.
2. Baca hasil tersebut dengan membandingkan warna yang didapat dengan warna
standar pada petunjuk penggunaan strip.
VI. PERHITUNGAN
-
55
VII. RUJUKAN
Baron, D.N. (1995).Kapita Selekta: Patologi Klinik. Edisi 4. Jakarta: Penerbit EGC.
Gandasoebrata, S. (2004). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat.
VIII. PERTANYAAN
1. Jelaskan mekanisme Fehling dan Benedict dalam mendeteksi adanya glukosa
dalam urin!
2. Sebutkan penyakit yang dapat didiagnosa dengan adanya glukosa dalam urin!
56
NO NKELOMPOK/NAMA WARNA HASIL
57
PEMBAHASAN :
MEDAN, …………. 2018
ASISTEN,
( )
NILAI