9
PENYAKIT ANTHRAX Penyakit antrak (anthrax) adalah penyakit zoonosis yang tersebar luas diseluruh dunia, terutama didaerah tropis dan subtropis.. Penyebab penyakit akut yang banyak menimbulkan kematian ini adalah Bacillus anthracis yang dapat menyerang manusia maupun hewan. Morfologi Bacillus anthracis adalah kuman bersifat gram positif yang membentuk spora dan tidak tahan asam. Kuman berukuran 4-8 mikron x 1-1,5 mikron terlihat sebagai batang tunggal atau tersusun seperti rantai pendek. Jika dibiakan dalam medium buatan, kelompok kuman membentuk rantai mirip batang bambu yang khas bentuknya. Gejala demam tinggi, badan lemah dan gemetar gangguan pernafasan pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina kotoran ternak cair dan sering bercampur darah limpa bengkak dan berwarna kehitaman. Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati. Penularan antraks Didalam tanah, kuman antraks membentuk spora yang tahan terhadap suhu tinggi sinar matahari, tahan kekeringan, dan tahan terhadap desinfektan. Spora tetap hidup selama bertahun- tahun didalam tanah, didalam air, diantara rambut hewan (wol),

Penyakit Anthrax Dan Se (Tugas)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penyakit Anthrax Dan Se (Tugas)

PENYAKIT ANTHRAX

           Penyakit antrak (anthrax) adalah penyakit zoonosis yang tersebar luas diseluruh dunia, terutama didaerah tropis dan subtropis..Penyebab penyakit akut yang banyak menimbulkan kematian ini adalah Bacillus anthracis yang dapat menyerang manusia maupun hewan.

Morfologi             Bacillus anthracis adalah kuman bersifat gram positif yang membentuk spora dan tidak tahan asam. Kuman berukuran 4-8 mikron x 1-1,5 mikron terlihat sebagai batang tunggal atau tersusun seperti rantai pendek. Jika dibiakan dalam medium buatan, kelompok kuman membentuk rantai mirip batang bambu yang khas bentuknya.

Gejala

demam tinggi, badan lemah dan gemetar gangguan pernafasan pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut,

anus dan vagina kotoran ternak cair dan sering bercampur darah limpa bengkak dan berwarna kehitaman. Pengendalian: vaksinasi, pengobatan

antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.

Penularan antraks            Didalam tanah, kuman antraks membentuk spora yang tahan terhadap suhu tinggi sinar matahari, tahan kekeringan, dan tahan terhadap desinfektan. Spora tetap hidup selama bertahun-tahun didalam tanah, didalam air, diantara rambut hewan (wol), dan kulit. Antraks ditularkan secara langsung, masuk kedalam kulit yang luka atau lecet,  atau melalui folikel rambut. Penderita akan mengalami anthraks kulit. Spora yang berada  di tanah yang tertelan atau terhirup melalui udara pernafasan dapat menyebabkan infeksi anthraks. Karena itu penyakit anthraks sering diderita oleh pekerja rumah potong hewan, pengolah kulit hewan, penyortir wol, petani dan peternak serta dokter hewan atau perawat hewan yang berhubungan dengan hewan sakit anthraks atau yang mati karena antraks.              Antraks usu (intertinal anthrax) terjadi karena makan daging mentah atau kurang matang berasal dari hewan yang sakit antraks, atau tertelan spora antraks yang mencemari makanan atau minuman. Sedangkan antraks paru (wool sorter disease) terjadi bila spora antraks terhirup melalui udara pernapasan.

Page 2: Penyakit Anthrax Dan Se (Tugas)

Pengobatan              Pemberian antibiotika, misalnya penisilin, tetrasiklin dan streptomisin cukup efektif untuk mengobati penyakit antraks. Jika penderita mengalami toksis berat dapat di berikan serum Scalvo. Pencegahan              Untuk mencegah penyebaran antraks yang bekerja di industri pengolahan peternakan, ruang kerja harus bebas debu. Produk wol dan rambut berasal dari daerah endemis antraks harus disucihamakan dengan larutan 10% formalin atau 5% alkali. Semua hewan mati dan hewan sakit antraks harus dimusnahkan dengan mengubur atau membakarnya.               Vaksinasi hewan ternak harus dilakukan didaerah wabah, disertai imunisasi terhadap pekerja yang beresiko tinggi tertular antraks dengan menggunakan vaksin yang bebas sel.

PENYAKIT SE (Septicemia Epizootica)

Penyakit SE (Septicemia epizootica), disebut juga Septicemia hemorrhagica, hemorrhagic septicemia, Barbone dan penyakit ngorok. Penyakit SE disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida yang berbentuk cocobacillus dengan ukuran yang sangat halus dan bersifat bipoler. Penyakit SE merupakan penyakit menular terutama menyerang pada kerbau, sapi, babi serta kadang-kadang pada domba, kambing dan kuda.

Secara serologik dikenal beberapa tipe dan penyebab penyakit SE di Indonesia, antara lain adalah Pasteurella multocida tipe 6B. Bakteri yang bersifat gram negatif ini tidak membentuk spora, bersifat non motil.

Faktor predisposisi penularan penyakit SE (Septicemia epizootica) diantaranya adalah :

kelelahan, kedinginan, pengangkutan/transportasi, anemia.

Gejala Penyakit SE

Penyakit SE biasanya berjalan secara akut dengan angka kematian yang tinggi, terutama pada penderita yang telah menunjukkan tanda-tanda klinik yang jelas. Sesuai dengan namanya, pada kerbau dalam stadium terminal akan menunjukkan gejala-gejala ngorok (mendengkur), disamping adanya kebengkakan busung pada daerah-daerah submandibula dan leher bagian bawah. Secara umum gejala klinis penyakit SE adalah sebagai berikut :

Ternak lesu, suhu tubuh naik dengan cepat sampai 410C atau lebih

Page 3: Penyakit Anthrax Dan Se (Tugas)

Gemetar, mata sayu dan berair. Selaput lendir/konjungtiva mata hiperemik (merah). Napsu makan, memamah biak, gerak rumen dan usus menurun sampai hilang, disertai

konstipasi. Mungkin juga dapat berupa gangguan pencernaan yaitu kolik, peristaltik usus naik,

dengan tinja yang konsistensinya agak cair dan kadang-kadang disertai titik-titik darah. Sekali-sekali ditemukan juga epistaksis, hematuria dan urtikaria yang dapat melanjut ke

nekrose kulit.

Bentuk Penyakit SE

Pada penyakit SE dikenal tiga bentuk, yaitu bentuk busung, pektoral dan intestinal.

Bentuk busung o Pada bentuk ini ditemukan adanya busung pada kepala, tenggorokan, leher bagian

bawah, gelambir dan kadang-kadang pada kaki muka. Tidak jarang pula dubur dan alat kelamin juga mengalami busung. Derajat kematian bentuk ini tinggi, sampai 90% dan berlangsung cepat, hanya 3 hari, kadang-kadang sampai 1 minggu. Sebelum mati, terutama pada kerbau gangguan pernafasan akan nampak sebagai sesak nafas (dyspnoe) dan suara ngorok, merintih dengan gigi gemeretak.

Bentuk pectoral o Pada bentuk ini, tanda-tanda bronchopneumonia lebih menonjol, yang dimulai

dengan batuk kering, yang kemudian diikuti dengan keluarnya ingus hidung, pernafasan cepat dan susah. Gejala-gejala tersebut biasanya berlangsung lebih lama, yaitu antara 1 – 3 minggu. Kadang-kadang penyakit dapat berjalan kronis, ternak menjadi kurus dan sering batuk, napsu makan terganggu, terus menerus mengeluarkan air mata.

Bentuk Intestinal o Suhu tidak berubah, tetapi terjadi diare yang susah disembuhkan dan kadang

bercampur darah.

Cara Penularan Penyakit SE

Penyakit SE biasanya menyerang sapi pada umur 6 – 24 bulan dan sering terjadi pada musim hujan yang dingin. Sapi yang belum divaksinasi SE lebih rentan terserang penyakit SE (Septicemia epizootica). Kondisi stress dalam pengangkutan merupakan penyebab utama terjadinya penyakit ini, sehingga penyakit ini disebut pula shipping fever.

Ternak sehat akan tertular penyakit SE (Septicemia epizootica) melalui :

Kontak langsung dengan hewan sakit/tertular melalui makanan, minuman dan alat-alat yang tercemar Ekskreta ternak penderita (ludah, kemih, dan tinja) juga mengandung bakteri.

Page 4: Penyakit Anthrax Dan Se (Tugas)

Bakteri yang jatuh di tanah apabila keadaan serasi untuk pertumbuhan bakteri (lembab, hangat, teduh), maka akan tahan kurang lebih satu minggu dan dapat menulari ternak-ternak yang digembalakan di tempat tersebut. Sapi yang menderita penyakit SE harus diisolasi pada tempat yang terpisah. Apabila sapi itu mati ataupun dapat sembuh kembali, kandang dan peralatan yang digunakan untuk perawatan sapi itu harus dihapushamakan. Jangan gunakan kandang tercemar untuk sapi baru minimal selama 2 minggu.

Pencegahan Penyakit SE

Untuk daerah yang masih bebas penyakit SE, tindakan pencegahan yang dilakukan didasarkan pada peraturan yang ketat terhadap pemasukan hewan ke daerah tersebut. Petugas pos lalulintas ternak di perbatasan diperlukan guna menerapkan kebijakan tersebut. Contohnya Kota Dumai, Riau memiliki dua pos penjagaan lalulintas ternak yang bertugas mengawasi lalulintas ternak di daerah tersebut.

Untuk daerah yang telah tertular, hewan-hewan yang sehat dilakukan vaksinasi dengan vaksin oil adjuvant, sedikitnya setahun sekali dengan dosis 3 ml secara IM. Vaksinasi dilakukan saat tidak ada kejadian wabah penyakit SE.

Pada hewan tersangka sakit dapat dipilih salah satu dari perlakuan sebagai berikut :

Penyuntikan antiserum dengan dosis pencegahan

Penyuntikan antibiotika Penyuntikan kemoterapetika Penyuntikan antiserum dan antibiotika atau antiserum dan kemoterapetika.

Dosis pencegahan antiserum :

hewan besar = 20-30 ml, hewan kecil = 10-20 ml

Anti serum heterolog disuntikan secara SC, dan antiserum homolog disuntikan secara IV atau SC. Dua minggu kemudian jika tidak muncul penyakit disusul dengan vaksinasi.

Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit SE

Dalam garis besar, pola pemberantasan penyakit sama dengan pola pemberantasan penyakit anthrax yaitu :

Dalam keadaan penyakit sporadic, tindakan pemberantasan ditekankan pada pengasingan hewan sakit dan penyuntikan hewan tersangka sakit dengan anti serum SE sebagaimana telah diterangkan tadi.

Page 5: Penyakit Anthrax Dan Se (Tugas)

Dalam keadaan penyakit enzootic/epizotik, tindakan pemberantasan penyakit SE ditekankan pada penentuan batas-batas daerah dari daerah belum tertular yang segera diikuti dengan tindakan sebagai berikut :

Di sekeliling batas daerah tertular dilakukan imunisasi aktif dengan vaksin SE

Di dalam daerah tertular;

Hewan sakit dan tersangka sakit disuntik antiserum dengan masing-masing dosis pengobatan dan dosis pencegahan.

Hewan yang tidak sakit dan tidak tersangka sakit divaksin dengan vaksin SE. Dosis pengobatan antiserum adalah 100-150 ml (hewan besar) dan 50-100 ml (hewan

kecil). Penyuntikan serum heterolog adalah SC, sedangkan yang homolog secara IV atau SC. Penyuntikan bisa diulangi seperlunya.

Untuk selanjudnya tindakan pengendalian dan pemberantasan hendaknya mengikuti Policy Veterinary yang berlaku, antara lain :

Ternak yang menderita penyakit SE harus diasingkan sedemikian rupa sehingga tidak bersinggungan dengan ternak lain. Pengasingan sedapat mungkin dilakukan setempat dan didekatnya disediakan lubang-lubang sedalam 2-2,5 meter yang tujuanya untuk pembuangan kotoran dan cairan kandang. Setelah hewan yang sakit sembuh atau mati atau bilamana lubang-lubang tersebut telah berisi sampai 60 cm dari permukaan tanah, maka lubang-lubang tersebut ditimbun dengan tanah yang baru.

Pintu-pintu masuk halaman atau daerah tempat pengasingan ternak sakit atau disangka sakit, ditaruh papan yang antara lain bertuliskan “Penyakit Hewan Menular Ngorok” serta nama dan bahasa daerah setempat.

Pemotongan atau perintah pemotongan terhadap hewan sakit penyakit SE tidak dilarang dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh Ditjennak.

Ternak yang tersngka menderita penyakit SE dilarang meninggalkan halaman tempat tinggalnya, sedangkan ternak lain tidak diijinkan memasuki tempat itu.

Bilamana diantara ternak tersangka penyakit SE timbul kejadian penyakit, maka ternak yang sakit, maka ternak yang sakit segera diasingkan menurut ketentuan yang ditetapkan pada ayat (1).

Bilamana diantara ternak yang sakit dalam jangka waktu 14 hari tidak ada kejadian sakit/ penyakit SE, maka ternak-ternak tersebut dibebaskan dari pengasingan.

Bangkai dari ternak-ternak yang mati karena penyakit SE harus dibakar dan dikubur. Setelah ternak yang sakit penyakit SE mati atau sembuh, maka kandang-kandang tempat

tinggal selama sakitnya dan semua barang-barang yang pernah bersinggungan dengan ternak penderita penyakit SE harus disucihamakan. Sedangkan untuk tempat atau peralatan yang tidak disucihamakan seperti bamboo, atap rumbia dll harus dimusnahkan atau dibakar.

Page 6: Penyakit Anthrax Dan Se (Tugas)

Penyakit dianggab telah lenyap dari suatu daerah setelah lewat waktu 14 hari sejak matinya atau sembuhnya ternak sakit yang terakhir.

Dalam pengumpulan bahan-bahan untuk keperluan diagnose penyakit SE, harus diusahakan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kemungkinan bahaya penyebaran penyakit dengan mengikuti petunjuk-petunjuk dari Ditjenak.

Pengobatan Penyakit SE

Pengobatan terhadap penderita penyakit SE dapat dilakukan sebagai berikut ;

Seroterapi dengan serum kebal homolog, dengan dosis 100-150 ml untuk hewan besar dan 50-100 ml untuk hewan kecil. Antiserum homolog diberikan secara IV atau SC dan untuk yang heterolog diberikan secara SC. Penyuntikan dengan antiserum ini akan memberikan kekebalan selama 2-3 minggu dan hanya baik jika diberikan pada stadium awal kejadian penyakit SE. sebaiknya pemberian seroterapi disertai dikombinasikan dengan pemberian antibiotika atau kemoterapetika.

Seandainya antiserum tidak tersedia, pengobatan penyakit SE dapat dicoba dengan preparat antibiotika, kemoterapika atau gabungan keduanya.

Contoh ;

Streptomycine sebanyak 10 mgms secara IM, atau Chloromycetine, terramycine atau auremycine sebanyak 2 mgms tiap 1 lb bw secara IM

Supphadimidine (Sulphamezathine) sebanyak 1 gram tiap 15 lb bw

Perlakuan Pemotongan Hewan dan Daging

Dengan pertimbangan bahwa ;

SE tidak berbahaya jika dikonsumsi manusia Hamper seluruh wolayah Indonesia adalah daerah tertular penyakit SE Maka hewan penderita penyakit SE tidak dilarang untuk dipotong, sesuai dengan

peraturan yang berlaku.