11
PENYELIDIKAN TERPADU DAERAH PANAS BUMI PULU, KAB. DONGGALA-SULTENG Oleh: Bakrun, Herry Sundhoro, Bangbang Sulaeman, Ario Mustang, Solaviah SUBDIT. PANAS BUMI ABSTRACT Geothermal manifestations are generally as hot springs (Pulu, Mapane, Kabuliburo, Sibalaya, Limba, Walatana and Simoro) with temperature between 40-95 o C and neutral pH (6,5-8,6). These thermal manifestations are located around Pulu and Pakuli villages. Group of hot springs in this area are generally of bicarbonate hot water type and some of them are as “immature waters” like Sibalaya, Walatana, Limba and Simoro, while Pulu, Mapane and Kabuliburo are in the “partial equilibrium”. The subsurface temperature is estimated about 179 o C (SiO 2 geothermometer conductive cooling), which could be categorized into “intermediate enthalpy”.The heat source is associated to an intrusion rock. Hg soil value varies from 76 to 965 ppb with background value 506 ppb. CO 2 soil air contents are between 0,16 – 2,20% with background value 1,07%, while Pakuli area have anomaly background value 412 ppb for Hg and 0,41% for CO 2 . High gravity anomalies in the part of northeast are associated with scist rocks while in the northwest and south are with granitic rocks. Gravity lineaments in the west and east part are predicted to have correlation with the Rogo and Pandere fault, and the lineaments in the middle part have correlation with Palu fault. High magnetic anomaly in the south part is predicted to have correlation with the intrusion of granite rocks that appear in the west part. High anomaly spots are predicted as reflections of magnetic rock fragments near the surface. Low resistivity (<25 Ωm) consistently appears for electrode spacing (AB) changes, although the low area tends to be smaller as penetrating current going deeper, and undetected at AB/2=1000 meter. There are two prospect areas: in the northeast part of Pulu hot springs with the prospect area is about 0,8 km 2 and in the west of Pakuli hot spring with the prospect area is about 3,5 km 2 . These are supported by Hg soil and CO 2 soil air data that have high values in both area. The two prospects are predicted as outflows of Pakuli geothermal system. The predicted potency from the two propect is about 58 MWe. A head on structure along Line P is almost vertical around Pulu hot spring, however this structure is undetected along Line R. It is possible that the strucure, which is assumed as a fault structure, is shifting to the west as it is only found in a shallow depth at AB/2=200m along Line R. The depth of the prospect area is about 500 meter. The geothermal prospect areas are presumably better developed for direct uses. However, small-scale electricity generation is also possible. . SARI Manifestasi panas bumi pada umumnya berupa mata air panas seperti : (Pulu, Mapane, Kabuliburo, Sibalaya, Limba, Walatana dan Simoro) bertemperatur antara 40-95 °C dengan pH netral (6.5 – 8,6). Manifestasi termal ini terdapat di daerah Pulu, Pakuli dan sekitarnya. Sumber panas berasosiasi dengan batuan terobosan yang tidak muncul dipermukaan.Pada umumnya mata air panas di daerah ini termasuk ke dalam tipe air panas bikarbonat yang sebagian berupa “immature waters ”seperti Sibalaya, Walatana, Limba dan Simoro, sedangkan Pulu, Mapane dan Kabuliburo berada didaerah “partial equilibrium” Estimasi temperatur bawah permukaan sekitar 180 o C(Geotermometer SiO 2 conductive cooling ) yang dapat dimasukan ke dalam “ intermediate enthalphy”. Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 34-1

Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Pulu, Kab. Donggala

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Pulu, Kab. Donggala

PENYELIDIKAN TERPADU DAERAH PANAS BUMI PULU, KAB. DONGGALA-SULTENG

Oleh:

Bakrun, Herry Sundhoro, Bangbang Sulaeman, Ario Mustang, Solaviah SUBDIT. PANAS BUMI

ABSTRACT

Geothermal manifestations are generally as hot springs (Pulu, Mapane, Kabuliburo, Sibalaya, Limba, Walatana and Simoro) with temperature between 40-95oC and neutral pH (6,5-8,6). These thermal manifestations are located around Pulu and Pakuli villages. Group of hot springs in this area are generally of bicarbonate hot water type and some of them are as “immature waters” like Sibalaya, Walatana, Limba and Simoro, while Pulu, Mapane and Kabuliburo are in the “partial equilibrium”. The subsurface temperature is estimated about 179oC (SiO2 geothermometer conductive cooling), which could be categorized into “intermediate enthalpy”.The heat source is associated to an intrusion rock.

Hg soil value varies from 76 to 965 ppb with background value 506 ppb. CO2 soil air contents are between 0,16 – 2,20% with background value 1,07%, while Pakuli area have anomaly background value 412 ppb for Hg and 0,41% for CO2.

High gravity anomalies in the part of northeast are associated with scist rocks while in the northwest and south are with granitic rocks. Gravity lineaments in the west and east part are predicted to have correlation with the Rogo and Pandere fault, and the lineaments in the middle part have correlation with Palu fault.

High magnetic anomaly in the south part is predicted to have correlation with the intrusion of granite rocks that appear in the west part. High anomaly spots are predicted as reflections of magnetic rock fragments near the surface.

Low resistivity (<25 Ωm) consistently appears for electrode spacing (AB) changes, although the low area tends to be smaller as penetrating current going deeper, and undetected at AB/2=1000 meter.

There are two prospect areas: in the northeast part of Pulu hot springs with the prospect area is about 0,8 km2 and in the west of Pakuli hot spring with the prospect area is about 3,5 km2. These are supported by Hg soil and CO2 soil air data that have high values in both area. The two prospects are predicted as outflows of Pakuli geothermal system. The predicted potency from the two propect is about 58 MWe.

A head on structure along Line P is almost vertical around Pulu hot spring, however this structure is undetected along Line R. It is possible that the strucure, which is assumed as a fault structure, is shifting to the west as it is only found in a shallow depth at AB/2=200m along Line R. The depth of the prospect area is about 500 meter.

The geothermal prospect areas are presumably better developed for direct uses. However, small-scale electricity generation is also possible.

.

SARI

Manifestasi panas bumi pada umumnya berupa mata air panas seperti : (Pulu, Mapane, Kabuliburo, Sibalaya, Limba, Walatana dan Simoro) bertemperatur antara 40-95 °C dengan pH netral (6.5 – 8,6). Manifestasi termal ini terdapat di daerah Pulu, Pakuli dan sekitarnya. Sumber panas berasosiasi dengan batuan terobosan yang tidak muncul dipermukaan.Pada umumnya mata air panas di daerah ini termasuk ke dalam tipe air panas bikarbonat yang sebagian berupa “immature waters ”seperti Sibalaya, Walatana, Limba dan Simoro, sedangkan Pulu, Mapane dan Kabuliburo berada didaerah “partial equilibrium” Estimasi temperatur bawah permukaan sekitar 180 o C(Geotermometer SiO2 conductive cooling ) yang dapat dimasukan ke dalam “ intermediate enthalphy”.

Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 34-1

Page 2: Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Pulu, Kab. Donggala

Kandungan Hg dalam tanah bervariasi antara 76 - 965 ppb dengan nilai background anomali 506 ppb di daerah Pulu. Sementara itu kandungan CO2 dalam udara tanah berkisar antara 0.16 – 2.20 % (v/v), dengan nilai background anomali 1.07 % (v/v). Sedangkan daerah Pakuli dengan nilai background anomali 412 ppb untuk kandungan Hg dalam tanah dan 0,41 % (v/v) untuk CO2 dalam udara tanah.

Anomali-anomali positip tinggi hasil penyelidikan gayaberat di bagian timurlaut berasosiasi dengan batuan sekis sedangkan yang di bagian baratlaut dan selatan akibat batuan granit. Struktur/sesar di bagian barat dan timur diduga berhubungan berturut-turut dengan sesar Rogo dan Pandere, yang di bagian tengah dengan sesar Palu. Hal ini ditunjang oleh spot-spot anomali tinggi di sepanjang jalur sesar, yang diperkirakan sebagai cerminan dari fragmen batuan bersifat magnetik dekat permukaan.

Tahanan jenis rendah <25 Ωm secara konsisten ada disetiap bentangan AB/2, walaupun semakin dalam luasnya cenderung makin mengecil dan pada AB/2=1000 meter tidak terdapat tahanan jenis rendah. Terdapat dua buah daerah prospek yaitu di sebelah timur-utara airpanas Pulu dengan luas 0.8 Km2 dan sebelah barat airpanas Pakuli di ujung lintasan B, C dan D dengan luas 3.5 Km2, hal ini ditunjang anomali Hg tanah dan CO2 udara tanah yang mempunyai nilai tinggi di kedua daerah tersebut, diduga berupa outflow dari airpanas Pakuli. Potensi cadangan terduga dari dua kelompok mata airpanas tersebut adalah sebesar 58 MWe.

Strukrur hasil pengukuran head on pada lintasan P, mempunyai kemiringan hampir tegak lurus terdapat di sekitar airpanas Pulu, pada lintasan R struktur tersebut tidak menerus, kemungkinan sesar tersebut bergeser ke arah barat, hanya ditemukan pada kedalaman dangkal pada bentangan AB/2=200 meter. Kedalaman daerah prospek kurang lebih 500 meter. Panas bumi di daerah ini dapat dikembangkan untuk penggunaan langsung, maupun tidak langsung terutama untuk wisata dan pengeringan.. 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penyelidikan Untuk memenuhi kebutuhan energi daerah kabupaten Donggala khususnya dan Sulawesi Tengah pada umumnya, masih harus dipasok bahan bakar dari daerah lain, karena daerah ini tidak memiliki sumber energi fosil seperti minyak bumi, gas dan batubara, sehingga subsidinya menjadi lebih mahal. Untuk mencukupi kebutuhan energi yang semakin hari terus meningkat, daerah ini berupaya mencari sumber energi lain untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dari data inventarisasi yang pernah dilakukan sebelumnya, bahwa daerah Donggala ini memiliki sumber panas bumiyangbesar; mungkin akan bisa dikembangkan sebagai energi alternatif dimasa mendatang. Sub Direktorat Panas Bumi telah melakukan penyelidikan secara terpadu yang merupakan salah satu kegiatan dari rencana kerja Proyek Inventarisasi Potensi Panas Bumi pada triwulan 3 tahun anggaran 2003 yaitu : pemetaan geologi, geokimia dan geofisika pada daerah manifestasi panas bumi Pulu, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. 1.2 Maksud dan Tujuannya

Maksud penyelidikan ini adalah untuk memperoleh data yang lengkap dan terpadu yang mencakup aspek geologi, geokimia dan geofisika, daerah Pulu, Pakuli dan sekitarnya.

Tujuan dari penyelidikan terpadu ini adalah untuk mengetahui keadaan sistem, fluida dan potensi panas bumi di Daerah Panas Bumi Pulu berdasarkan kompilasi data dari beberapa metoda penyelidikan (geologi, geokimia dan geofisika). Hasil akhir yang diperoleh dari ketiga metoda tersebut digunakan sebagai acuan untuk melakukan penyelidikan rinci berikutnya di masa mendatang.

1.3 Posisi Penyelidikan Penyelidikan terpadu ini lebih difokuskan pada daerah pemunculan manifestasi panas bumi di sekitar Pulu dan Pakuli yang secara administratif termasuk ke dalam 2 wilayah kecamatan yaitu Dolo dan Sigi Biromaru , Kabupaten tingkat II Donggala, Sulawesi Tengah. Luas daerah yang dilakukan penyelidikan berkisar 17 x 15 km2, pada posisi geografis antara 119o 51’ 00’’ - 119o 59’ 00” bujur timur dan 01o 07’ 00” – 01o 16’ 00” lintang selatan (gbr.1). 2. GEOLOGI Bentuk morfologi daerah penyelidikan termasuk jenis perbukitan bergelombang tajam – lemah dengan ketinggian antara 200 – 1400 m dari muka laut dan dapat dibagi menjadi 3 satuan morfologi seperti berikut : - Satuan morfologi perbukitan terjal - Satuan morfologi perbukitan bergelombang - Satuan pedataran

Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 34-2

Page 3: Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Pulu, Kab. Donggala

Batuan penyusun stratigrafi daerah panas bumi Pulu Kabupaten Donggala berdasarkan kepada batuan yang tersingkap (gbr.2) dapat dibagi menjadi 6 satuan: - Satuan batuan Sekis hijau (TrS) - Satuan batuan Granit geneis (Trgn) - Satuan batuan Sabak-Filit (Km) - Satuan batuan granit (Tgr) - Coluvium (Qcl)

- Aluvium (Qa)

Satuan batuan Sekis hijau (TrS ) Satuan batuan Sekis hijau (metamorf) merupakan satuan batuan tertua sebagai basement yang berumur Trias (TrS) terdapat di bagian timur daerah penyelidikan. Luas penyebarannya cukup luas sekitar 20% menutupi daerah penelitian dengan ketebalan diperkirakan lebih dari 300 meter (?). Batuan Sekis hijau ini tersingkap pada penorehan struktur sesar dijumpai pada bagian tebing sungai Binangga hingga ke bagian selatan didaerah desa Pakuli dan Simoro. Satuan ini tersingkap sebagai Sekis hijau, berwarna hijau tua, berlapis sebagai bidang foliasi, kompak, berbutir halus, lanau sampai lempung dan setempat-setempat rekahan terisi oleh urat-urat kwarsa maupun kalsit. Berdasarkan referensi, umur satuan Sekis setara dengan Formasi Wana berumur Trias (T.O. Simanjuntak,dkk. 1991). Satuan Granit geneis (Trgn) Batuan granit geneis ini diperkirakan merupakan bagian dari tubuh intrusi granitoid regional yang berumur Trias (Trgn). Sebagian dari granit ini terlihat telah terubah menjadi batuan metamorf akibat proses tektonik regional yang telah berlangsung berulang kali didaerah ini. Kondisi batuannya kompak, berwarna abu-abu tua berbintik-bintik hitam, kehijauan, bertekstur porpiritik sampai phaneritik tersebar disebelah timur desa Pandere, Sibalaya yang membentuk jalur perbukitan yang memanjang hingga ke utara diluar daerah penyelidikan. Satuan granit genes ini masih memperlihatkan rekahan-rekahan, kekar kolom, yang diisi oleh cairan mineral baru seperti kwarsa, kalsit dan juga mineral pirit. Komposisinya terdiri dari plagiokals, kwarsa, orthoklas, mika dan mineral opak. Satuan Batuan Sabak-Filit (Km) Satuan batuan filit dan batusabak dan batu tanduk yang tersingkap di selatan baratdaya daerah penyelidikan yang mencirikan adanya perlapisan dan kontak dengan batuan granit di bagian utara yang merupakan tipe khas satuan batuan formasi Latimojong berumur Kapur Atas. Kondisi batuan

ini agak lapuk, berbutir halus sekali, berwarna abu-abu kecoklatan, berlapis baik, retas. Komposisinya mineral lempung, mika-biotit dan mineral opak. Satuan Batuan Granit ( Tgr) Satuan batuan granit ini mempunyai penyebaran paling luas terdapat di bagian barat didaerah penyelidikan. Granit ini masih kompak, dan pada bagian permukaan mulai lapuk, berwarna putih-kelabu berbintik-bintik hitam, dengan komposisi mineral terdiri dari kwarsa, plagioklas, Orthoklas serta mineral gelap lainnya (biotit, amfibol?), bertekstur porfiritik-phaneritik, dengan bentuknya euhedral-subhedral. Satuan granit (batholit) mengintrusi batuan yang telah ada seperti batuan metamorf, yang merupakan intrusi besar secara regional yang berumur Miosen. Pada tubuh batuan granit ini terlihat adanya intrusi kecil-kecil berupa aplit atau Rhyolit?, yang tebalnya dari 2 – 50 Cm. Seluruh puncak-puncak gunung yang tinggi sampai yang terendah dibangun oleh tubuh intrusi batuan granit ini berumur Miosen tengah – akhir. Satuan Coluvial ( Qcl) Satuan ini terdiri dari konglomerat, batu pasir, setempat-setempat berselingan dengan batu lempung karbonatan dan terlihat terlas dengan baik. Penyebarannya cukup luas diperkirakan menempati sekitar 15 % yang membentuk bukit-bukit rendah serta dataran pada bagian tengah daerah penyelidikan. Konglomerat berwarna coklat kemerahan hingga kekuningan, terdiri dari kepingan granit, diorit, andesit dan batuan malihan, berukuran pasir hingga kerakal, terpilah buruk dengan masa dasar pasir. Dari referensi menyebutkan bahwa satuan ini dikelompokkan ke dalam formasi Pakuli berumur Pleistosen akhir. Pada umumnya satuan coluvial ini masih unconsolidated /kurang padat. Ditebing bagian barat dicirikan dengan batuan malihan, berupa filit, batu sabak dan batu tanduk yang mendominasinya. Sedang tebing sebelah timurnya ditempati oleh batuan granit dan sekis. Aluvial (Qa) Satuan Aluvium dijumpai daerah dataran rendah di bagian tengah daerah penyelidikan yaitu sepanjang aliran sungai besar Palu dan cabang-cabang yang alirannya menyatu dengan sungai besar. Satuan ini berasal dari hasil rombakan berbagai macam jenis batuan dari tua sampai termuda, baik itu batuan beku, sedimen maupun metamorf, kemudian terendapkan didaerah rendah seperti disepanjang aliran sungai, lembah-lembah pegunungan berupa lumpur, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah yang belum padu,

Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 34-3

Page 4: Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Pulu, Kab. Donggala

berukuran sangat halus sampai terkasar (lempung- bongkah). Daerah aluvial ini secara umum telah menjadi areal persawahan masyarakat setempat. 3.1.4 Pola Struktur Geologi Daerah Penelitian Gejala struktur maupun pola kelurusan yang teramati di lapangan terindikasi berupa kekar gerus, zona hancuran, triangular facet, gawir patahan(scrap fault), milonitisasi, sliken side dan sesar-sesar minor yang merupakan jejak dari sesar yang berkembang pada daerah penelitian. Selain itu adanya pemunculan kenampakan gejala panas bumi berupa mata air panas dipermukaan yang mencerminkan indikasi struktur sesar baik sesar geser maupun sesar normal akan berfungsi sebagai media transfer panas kepermukaan. Berdasarkan data-data dan bukti yang terdapat di lapangan, ada sekitar 8 buah sesar utama yang merupakan struktur kontrol geologi panas bumi yang berkembang pada daerah penelitian, meliputi kelurusan, sesar geser normal yang berarah baratdaya – timurlaut, serta sesar-sesar normal berarah hampir utara-selatan. Sesar utama yang melewati daerah peralihan adalah merupakan bagian dari sesar utama Palu-Koro yang berarah barat laut – tenggara, berupa sesar geser sinistral ( strike slip fault) yang telah membentuk depresi sebagai graben Palu. Pada beberapa tempat akibat dari proses tektonik daerah ini menghasilkan sesar-sesar sekunder yaitu sesar-sesar Pulu, Rogo, Suluri, Bangga Pakuli, Pandere, dan Binanga. 3. GEOKIMIA Dari hasil ploting dalam diagram segitiga Cl-SO4--HCO3 (Giggenbach,1988), menunjukkan bahwa mata air panas di daerah Pulu dan sekitarnya seluruhnya termasuk ke dalam tipe air bikarbonat (gbr.3), sedangkan hasil ploting dalam diagram segitiga Na/1000-K/100-√Mg menunjukkan sebagian termasuk pada daerah “partial equilibrium ” yaitu mata air panas Pulu –1, Pulu-2, Mapane dan Kabuliburo (gbr.4) hal ini mencirikan air panas di daerah ini langsung berasal dari ke dalaman, sedangkan mata air panas Limba, Sibalaya, Saluri-Walatana dan Simoro termasuk dalam daerah “immature waters “ hal ini menunjukkan adanya pengaruh air permukaan atau air meteoric cukup dominan dan pemunculan mata air panas di daerah Pulu dan sekitarnya berada di lingkungan vulkanik pada batuan granit dan sekis. Dari kedua peta kontur sebaran Hg dan C02 terlihat adanya kelompok lokasi yang menunjukkan adanya kandungan Hg diatas harga ambang (gbr 5).

Pola penyebarannya menunjukan arah hampir Utara-Selatan atau hampir tegak lurus arah aliran sungai Palu, demikian pula untuk peta kontur sebaran C02 (gbr.6) terlihat adanya kelompok lokasi yang menunjukkan adanya konsentrasi C02 diatas harga ambang batas (nilai background sebesar) 1.05 %, berada di daerah Pulu, Walatana, Simoro, Pakuli yang merupakan daerah munculnya manifestasi air panas. Pola daerah anomali lainnya berada pada litasan E, F dan random untuk penyebaran daerah anomali Hg diatas 412 ppb. Daerah tersebut merupakan lokasi tempat munculnya manifestasi air panas sehingga diperkirakan bahwa daerah tersebut merupakan zona-zona lemah akibat adanya pola struktur Palu. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus geothermometer air panas, maka pendugaan temperatur bawah permukaan adalah minimum dipergunakan geothermometer SiO2 (“conductive cooling”) dan maximum Na/K Giggenbach, 1988 menunjukan kisaran temperatur antara 124 °C–180 °C , termasuk ke dalam “intermediate enthalphy” 4. GEOFISIKA 4.1 Gayaberat Anomali tinggi yang menyolok terlihat di bagian timurlaut (sekitar R56) dan selatan (sekitar R101), sedangkan di bagian tengah (sekitar B5500-B6500) beranomali rendah. Nilai anomalinya antara 10 – 40 mgal. Secara umum memperlihatkan lineasi kontur berarah utara-selatan di bagian timur, barat, dan tenggara serta barat-timur di bagian selatan. Densitas batuan di bagian tengah diperkirakan lebih rendah dari pada batuan di sekitarnya. 4.1.1 Anomali regional Pada umumnya lineasi kontur anomali berarah utara-selatan. Anomali tinggi terdapat di bagian barat dan timur yang merefleksikan batuan dasar berturut-turut batuan granit dan sekis. Anomali rendah minimum berada di bagian utara, tengah, ke arah barat dan timur nilai anomalinya membesar demikian pula dari utara ke selatan dengan nilai anomali antara 17 – 35 mgal. 4.1.2 Anomali sisa Anomali sisa memperlihatkan nilai positip dan negatip dengan nilai antara -10 – 12 mgal. Anomali positip tinggi terlihat bagian timurlaut, baratlaut dan di bagian selatan. Anomali negatip minimum berada di bagian tengah. Berdasarkan pola kontur dan nilai anomali maka

Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 34-4

Page 5: Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Pulu, Kab. Donggala

diinterpretasikan terdapat 3 buah struktur/sesar berarah baratlaut-tenggara di bagian tengah, 2 struktur berarah hampir baratdaya-timurlaut di bagian utara, 1 struktur arah barat-timur di selatan dan 1 struktur berarah utara-selatan di bagian tenggara (gbr.7) Di bagian tengah diperkirakan adanya struktur depresi sedangkan di bagian selatan diduga sebagai intrusi. 4.1.3 Pemodelan gayaberat 2-D - Penampang AB (gbr 8): Penampang ini melewati airpanas Rogo, struktur/sesar di bagian barat dan timur. Hasil pembuatan Model 2D pada pusat anomali rendah memperlihatkan penyebaran densitas batuan dan struktur bawah permukaan dengan kontras densitas 0,7 gram/cm3 mendominasi dibawah batuan kolovium. Struktur-struktur sesar diinterpretasikan masih menerus hingga ke dalaman lebih dari 1000 m. Lokasi air panas Rogo bertepatan dengan salah satu struktur dan pada batas litologi antara granit dengan koluvium dan sekis. Di bagian tengah pada anomali rendah ke dalaman endapan aluvium dan kolovium mencapai 500 m, diinterpretasikan terdapat struktur depresi. 4.2 Geomagnet Pengukuran magnet telah dilakukan sebanyak 7 (tujuh) lintasan ukur (Lintasan: AA, A,B,C,D,E,F,), dengan jarak titik ukur 250 meter dan panjang lintasan 5000 - 9000 meter, sejumlah 204 titik. Pengukuran diluar lintasan (regional), sebanyak 126 titik ukur, jarak 200 meter sampai 500 meter. Hasil pengukuran magnet ditampilkan berupa profil anomali magnet dan peta anomali magnet total. Pendataan intensitas dilakukan dengan menggunakan 2 set perangkat magnetometer tipe G-856 dengan ketelitian 0.01 gamma, medan magnet bumi normal IGRF, 41600 gamma. Data intensitas magnet total diperoleh dengan pencatatan langsung secara manual, kecuali data variasi harian. Harga variasi harian berfluktuasi antara 41520– 41600 gamma. Intensitas magnet total yang diperoleh dari hasil pengamatan lapangan memperlihatkan kecenderungan makin menurun ke utara, walaupun pada beberapa tempat memperlihatkan variasi naik turun, diperlihatkan pada profil anomali magnet. Besar anomali magnet total pada daerah selidikan umumnya menunjukan kontras harga yang tidak terlalu besar, berkisar antara –107.2 gamma

sampai dengan 213.6 gamma, sebarannya digambarkan pada peta isomagnet dengan interval kontur 10 gamma. Adanya beberapa kelurusan anomali magnet dengan nilai rendah/ tinggi yang berarah hampir utara-selatan, baratlaut-tenggara dan baratdaya-timurlaut yang ditafsirkan sebagai cerminan dari struktur patahan yang mempunyai hubungan erat dengan kenampakan manifestasi panas bumi (gbr.9). Anomali magnet tinggi ( 50-150 gamma), melingkar di bagian selatan ditafsirkan sebagai batuan yang bersifat magnetik ( terdiri granit, atau bongkah-bongkah yang besifat magnetik dekat permukaan ). Anomali magnet sedang ( 20 s/d 50 gamma) ditafsirkan sebagai batuan bersifat nonmagnetik-magnetik ( terdiri dari granit lapuk, sedimen klastika). tersebar di bagian barat dan tengah. Anomali magnet rendah (20 s/d - 50 gamma) ditafsirkan sebagai batuan bersifat nonmagnetik, yang tersebar di timurlaut dan meluas ke selatan terdiri dari batuan malihan atau batuan terlapuk kuat. 4.3 Geolistrik dan Head-On Hasil penyelidikan geolistrik tahanan jenis diperoleh untuk bentangan AB/2=250 m, AB/2=500 m, AB/2=750 m dan AB/2=1000 m dan dibuat penampang tahanan jenis semunya pada setiap lintasan ( A, AA, B, C, D, E, dan F ). Pada setiap lintasan terdapat beberapa titik sounding, kemudian dari lintasan-lintasan tersebut dibuat penampang tahanan jenisnya atau dibuat penampang memotong beberapa lintasan yang titiknya berada pada satu garis yang hampir lurus. Berdasarkan hasil pengukuran mapping pada bentangan AB/2=250 meter (gbr 10), tahanan jenis rendah secara konsisten berada pada setiap bentangan, kecuali pada bentangan AB/2=1000 meter, tahanan jenis rendah sudah tidak ditemukan, hal ini mengindikasikan bahwa tahanan jenis rendah (<25 Ωm) yang diduga mencerminkan aliran airpanas dari Pakuli ke bagian barat yang merupakan outflow dapat diketahui dari hasil pengukuran mapping pada bentangan AB/2=500 meter Indikasi tahanan jenis rendah yang diduga mempunyai prospek bagus adalah di sekitar kenampakan mata airpanas Pulu yang diperoleh dari hasil pengukuran mapping pada bentangan AB/2=500 meter (gbr 11). Hasil pengukuran sounding daerah prospek terdapat pada lapisan ketiga yaitu lapisan dengan

Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 34-5

Page 6: Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Pulu, Kab. Donggala

harga tahanan jenis 15-20 Ωm pada ke dalaman antara 300-500 meter, pada beberapa lokasi terdapat pada ke dalaman >800 meter. Hasil interpretasi Head-On pada penampang lintasan P (gbr.12):, tampak sesar hanya terdapat dekat permukaan pada ke dalaman yang berhubungan dengan bentangan AB/2= 200 m. Pada ke dalaman yang lebih besar tidak ditemukan perpotongan antara kurva hasil pengukuran dengan sumbu ke dalaman, akan tetapi dilihat dari ploting penampang tahanan jenis head on terdapat kontras antara tahanan jenis di bagian barat dengan timur, diinterpretasikan sebagai struktur sesar. Pada lintasan R (gbr.13) seperti halnya lintasan P ,sesar hanya terdapat dekat permukaan pada ke dalaman yang berhubungan dengan bentangan AB/2=200 meter, pada ke dalaman yang lebih besar tidak ditemukan sesar. 5. MODEL PANAS BUMI Model panas bumi daerah ini menggambarkan bentuk dan posisi akumulasi panas di zona-zona hancuran sepanjang struktur rekahan. Penampang model ini dibuat memotong struktur graben yaitu barat laut – tenggara yang menggambarkan posisi bawah permukaan tubuh reservoar panas bumi yang diperkirakan (gbr.14). Masa panas dari sisa panas magmatik akibat kegiatan terobosan granit, berakumulasi dengan air tanah membentuk system air panas yang terperangkap pada rekahan/retakan batuan dan diperkirakan sebagai reservoar dengan ke dalaman dibawah 1000 meter. Zona reservoar ini terbentuk dengan media struktur yang tidak mencerminkan adanya jenis ubahan batuan dipermukan. Sedangkan perkiraan kondisi dibawah, kemungkinan adanya clay cap yang tidak begitu tebal yang terbentuk sepanjang zona struktur. Dugaan adanya daerah akumulasi panas dibawah permukaan terindikasi pemunculan mata air panas dipermukaan di Pulu dan Pakuli yang merupakan daerah penekukan morfologi. Dari hasil penyelidikan geolistrik tidak terditeksi adanya tubuh reservoar pada ke dalaman dangkal, kemungkinan tubuh reservoar sebagai tempat terakumulasi panas berada jauh dibawah permukaan. Ada kemungkinan air tanah ini yang terpanasi sebagai out flow naik kembali kepermukaan dan muncul berupa mata air panas. 6. POTENSI SUMBERDAYA PANAS BUMI Potensi sumberdaya panas bumi diperoleh dari nilai suhu bawah permukaan dan luas daerah prospek dari korelasi antara peta sebaran Hg dan CO2 dengan tahanan jenis rendah hasil pengukuran geolistrik mapping.

Pendugaan suhu bawah permukaan hasil perhitungan diperoleh Temperatur bawah permukaan minimum adalah 120 - 179 o C (Geotermometer SiO2 conductive cooling ) termasuk ke dalam “ intermediate enthalphy”. Terdapat dua buah daerah prospek yaitu di sebelah timur-utara airpanas Pulu dengan luas 0.8 Km2 dan di ujung lintasan B, C dan D dengan luas 3.5 Km2dengan potensi keseluruhan sebesar 58 MWe. 7. KESIMPULAN 1. Peranan struktur sesar sangat penting sebagai

kontrol geologi dan panas bumi, disamping merupakan media saluran naiknya panas kepermukaan dan juga berfungsi sebagai tempat berakumulasi panas sepanjang jalur rekahan tersebut.

2. Gejala panas bumi panas bumi yang terindikasi dipermukaan di daerah penelitian terdapat di desa Pulu dan Pakuli sekitarnya. Sumber panas diperkirakan dari tubuh terobosan dan juga kemungkinan adanya tubuh vulkanik yang merupakan batuan gang yang tidak muncul dipermukaan.

3. Berdasarkan perhitungan bahwa energi panas yang hilang sebesar 4.0 Kwe sekitar < 10 % yang terlepas kepermukaan, sedangkan yang masih merupakan cadangan dibawah permukaan atau dalam reservoar jauh lebih besar ( > 90%).

4. Sebagai data awal hasil penyelidikan panas bumi daerah Pulu diperkirakan prospek dilihat aspek kenampakan permukaan dan sebaran geologi yang mencerminkan tubuh terobosan sebagai tubuh panas.

5. Gejala panas bumi daerah Pulu dicirikan oleh pemunculan beberapa mata air panas seperti Pulu, Mapane, Kabuliburo, Sibalaya, Limba, Walatana dan Simoro yang bertemperatur antara 40.0- 94.8°C dengan pH netral (6.50 – 8,60).

6. Kelompok mata air panas daerah Pulu berdasarkan diagram segitiga Cl, SO4 dan HCO3 Giggenbach, termasuk ke dalam tipe air panas bikarbonat dan berdasarkan diagram segitiga Na/1000-K/100-√Mg sebagian termasuk pada daerah “immature waters ”seperti Sibalaya, Walatana, Limba dan Simoro, sedangkan Pulu, Mapane dan Kabuliburo berada didaerah “partial equilibrium”

7. Temperatur bawah permukaan minimum adalah 120 - 180 o C (Geotermometer SiO2 conductive cooling ) termasuk ke dalam “ intermediate enthalphy”.

8. Kandungan Hg dalam tanah bervariasi antara 76 - 965 ppb dengan nilai background anomali

Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 34-6

Page 7: Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Pulu, Kab. Donggala

506 ppb di daerah Pulu. sementara itu kandungan CO2 dalam udara tanah berkisar antara 0.16 – 2.20 %(v/v), dengan nilai background anomali 1.07 % (v/v). Sedangkan daerah Pakuli dengan nilai background anomali 412 ppb untuk kandungan Hg dalam tanah dan 0,41 % (v/v) untuk CO2 dalam udara tanah .

9. Anomali-anomali positip tinggi di bagian timurlaut berasosiasi dengan batuan sekis sedangkan yang di bagian baratlaut dan selatan akibat batuan granit.

10. Struktur/sesar di bagian barat dan timur diduga berhubungan berturut-turut dengan sesar Rogo dan Pandere, yang di bagian tengah dengan sesar Palu.

13 Keterdapatan mata air panas di daerah Pulu kemungkinan besar berkaitan dengan batuan intrusi granit dan struktur sesar.

14. Hasil penyelidikan dengan metoda magnet menunjukan adanya struktur-struktur patahan dan kelurusan-kelurusan anomali magnet yang berarah hampir utara-selatan, baratlaut - tenggara, dan baratdaya-timurlaut dan ditandai munculnya mata airpanas.

15. Terdapat anomali dengan nilai kemagnetan tinggi di bagian selatan diduga berhubungan dengan intrusi batuan granit yang muncul di bagian barat. Spot-spot anomali tinggi, diperkirakan sebagai cerminan dari fragmen batuan yang bersifat magnetik dekat permukaan.

16. Interpretasi secara kwalitatip menunjukan bahwa daerah penyelidikan didominasi oleh batuan granit yang telah lapuk dan batuan malihan.

17. Tahanan jenis rendah <25 Ωm secara konsisten ada disetiap bentangan AB/2, walaupun semakin dalam luasnya cenderung makin mengecil dan pada AB/2=1000 meter tidak terdapat tahanan jenis rendah.

18. Terdapat dua buah daerah prospek yaitu di sebelah timur-utara airpanas Pulu dengan luas 0.8 Km2 dan di ujung lintasan B, C dan D dengan luas 3.5 Km2dengan potensi sebesar 58 MWe.

19. Strukrur hasil pengukuran head on pada lintasan P, mempunyai kemiringan hampir tegak lurus, diperkirakan berada pada titik amat P-2300.

20. Pada lintasan R sesar tersebut tidak menerus, disebabkan sesarnya bergeser ke arah barat, hanya ditemukan pada ke dalaman dangkal pada bentangan AB/2=200 meter.

21. Ke dalaman daerah prospek kurang lebih 500 meter.

22. Daerah ini cukup berpotensi untuk dikembangkan dalam bidang tenaga listrik maupun sektor pariwisata.

Saran 1. Disarankan, jika dilanjutkan penyelidikan

terpadu agar difokuskan kearah timur yaitu daerah desa Pakuli, kecamatan Sigi Biromaru, mengingat dari data manifestasi dipermukaan menunjukkan lebih tinggi temperatur (96 oC) dibandingkan dengan daerah kenampakan panas bumi Pulu, kecamatan Dolo.

2. Untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap, disarankan untuk melakukan penyelidikan geofisika dengan menggunakan metoda MT, diharapkan bisa diperoleh informasi bawah permukaan yang lebih dalam.

DAFTAR PUSTAKA

Apandi. T., N. Ratman dan Y. Yusuf. 1982,

Laporan Geologi Lembar Mamuju, Sulawesi Selatan, Skala 1 : 250.000. Pro. G. I. F. Bid. Geo. Reg. Puslitbang Geologi.

Djuri dan Sujatmiko, 1979. Peta Geologi Bersistem, Lembar Mamuju-Palopa,Sulawesi Selatan, Skala ! : 250.000. Direktorat Geologi.

Dobrin, M.b, 1960 : Introduction to Geophysical Prospecting, publisher

Fournier, R.O., 1981 : Application of Water Geochemistry to Geothermal Exploration and Reservoir Engineering, “Geothermal System : Principles and Case Histories”. John Willey & Sons, New York.

Giggenbach, W.F., 1988 : Geothermal Solute Equilibria Deviation of Na – K Mg – Ca Geo – Indicators, Geochemical Acta 52, 2749 – 2765.

Hasan Ngabito dkk. 1990 Peta Geologi dan Potensi Bahan Galian Prop. Sulawesi Selatan

Hochstein M.P, 1982 : Introduction to Geophysical Prospecting, publisher

Irianto dkk. 2001 Penyelidikan Geologi Rinci Daerah Panas Bumi Mamasa, Kabupaten Polmas, Sulawesi Selatan, unpublish.

I. Saefudin, 1994., Umur Apatit dan Zirkon Batuan Granitik daerah Palu dan sekitarnya, Sulawesi Tengah, Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Vol-IV.

Koga, A., 1978 : Hydrothermal Geochemistry, A Text for The 9th International Group Training Course on Geothermal Energy Heald at Kyushu University.

Lawless, J., 1995 : Guidebook an Introduction to Geothermal System, Short Course, Unocal Ltd., Jakarta.

Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 34-7

Page 8: Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Pulu, Kab. Donggala

Mahon K., Ellis, A.J., 1977 :Chemistry and Geothermal System, Academic Press, Inc. Orlando.

Menteri Kesehatan RI, 1975 : Syarat-syarat dan Pengawasan Kwalitas Air Minum, Peraturan Mennteri Kesehatan RI No. 01/Birhukmas/1/1975, Jakarta.

Murtolo., 1993., Geomorfologi Lembah Palu dan Sekitarnya, Sulawesi Tengah, Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Vol- III.

N. Ratman dan S. Atmawinata 1993 : Pemetaan Geologi Regional Lembar Mamuju, Sulawesi Selatan.

Parasnis D.S, 1971 : Principle of Applied Geophysics, publisher

S. Breiner. 1973., Applications Manual for Portable Magnetometers.

Sjaiful Bachri dkk 1975 : Inventarisasi Kenampakan Gejala Panas Bumi di Daerah Sulawesi Selatan. Direktorat Geologi, Bandung.

Sukido, D.Sukarna dan K.Sutisna, 1993 Laporan Geologi Lembar Pasangkayu, Sulawesi Tengah.

Simanjuntak T.O, Rusmana, Surono dan J.B. Supanjono 1991 Peta Geologi Bersistem Lembar Malili, Skala !: 250.000, Puslitbang Geologi.

Seksi Mineral Vulkanogenik, 1980 Laporan Penyelidikan Geologi dan Geokimia tinjau regional daerah basin S.Ranosi dan S.Sadan, Kecamatan Walerang, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Sub Dit. Eksp. Mineral logam DSM.

Telford W.M., Geldart L.P., Sherif R.E., Keys D.A., : Canbridge Geophysics University Press. Toshihiro Uchida, Kohei Akaku Hiroyuki Kamenosono, Munetake Sasaki, Norio Yanagisawa, Shin-ichi Miyayazaky and Nobua Doi : Deep Geothermal Resources Survey Project in The Kakkonda Geothermal Field. Pp 215-222.

Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 34-8

Page 9: Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Pulu, Kab. Donggala

Gambar 1 Peta Lokasi Daerah Penyelidikan

Gambar 2 Peta Geologi Daerah Panas Bumi Pulu-Sulteng

Steam heated waters

Mature w

aters

Pheripheral waters

Volc

anic

wat

ers

4020

20

40

60

60

80

80

Cl

SO4 HCO3

Gambar 3 Diagram segitiga tipe air panas daerah Panas BumiPulu, Sulawesi Tengah

Immature waters

Partial equilibrium

Full equilibrium

K/100

ROCK

Na/1000

% Na K

% Mg20

20

40

40

60

60

220°

weir bo

x

160° 100°

80

80

Mg

T KnT Km

Gambar 4 Diagram segitiga kandungan relatif Na, K, Mg daerah Panas BumiPulu, Sulawesi Tengah

818000 820000 822000 824000 826000 828000 830000 832000

9860000

9862000

9864000

9866000

9868000

9870000

9872000

9874000

9876000

A 10 00

A 1 500

A 2 00 0

A 250 0

A 3 000

A 350 0

A 40 00

A 4 500

A 5 00 0

A 550 0

A 6 000

A 6 500

A 7 000

A 75 00

A 80 00

AA 10 00

AA 150 0

AA 200 0

AA 250 0

AA 3 000

AA 3 500

AA 40 00

AA 45 00

AA 50 00

AA 550 0

AA 6 000

AP .P K /R7 1

A P. S IM

AP .S U

B 10 00

B 15 00

B 20 00

B 25 00

B 30 00

B 3 50 0

B 400 0

B 450 0

B 500 0

B 55 00

B 6 000

B 65 00

B 7 00 0

C 10 00

C 150 0

C 200 0

C 250 0

C 3 000

C 35 00

C 40 00

C 45 00

C 5 000

C 5 500

C 6 000

C 65 00

C 70 00

C 75 00

C 8 000

C 8 500

C 9 000

C 95 50

D 2 000

D 2 500

D3 00 0

D 35 00

D 400 0

D 4 500

D 5 000

D 5 500

D 60 00

E 1 000

E 15 0 0

E 200 0

E 2 500

E 3 000

E 3 500

E 4 000

E 45 00

E 50 00

E 5 500

F0

F5 00

F1 00 0

F1 50 0

F200 0

F250 0

F300 0

F35 00

F4 00 0

F6 000

R 101

R 1 02

R 1 04

R2 8

R 30

R7 1-R 72

R 7 4

R 78R 8 0

R 82

R 83

R 85

K e la pa

K ela pa

Wiso lo

B a lon gg a

K elap a

P a du K e la p a

P emaK elap a

K elapaK ela pa

P u lu

R ogo

K elapa

K e la paK e lap a

K e lap a

B u ngi

K elapa

K elapa

K ela pa

K e la pa

Pew an a

Ba lu ase

K elapa

K e la pa

K aluku la u

K alora

K elap a

Bul ub ete

K ela pa

K elapa

M alaka ntu

B in ab o

K elap a

W at a npina

S ib ow i

Ten ga h

Sib al aya Sel a ta n

Si balaya U tara

K e lap a

B o uyat a ip a

K elap a

K ela pa

Bou yaka kaw u

K e lap a

R amba ka la wa ra

K alapa

L emba ra

Pan de re

S a lu pon i

K e la pa

K elepe

B ua lo

W al a ta naK elapa

K e lap a

K e la pa

K elapa

Bo ra

B ang ga

K elap a

Ra nu ngg ata

Sa k idi

K e la pa

K elap a

K ela pa

K e la pa

K e la pa

K o pi

S imo ro

B alang gu

H alin unu

K ind er i

Paa ku li

PETA KONTUR SEBARAN HG DALAM TANAHDAERAH PANAS BUMI PULU, KABUPATEN DONGGALA

PROVINSI SULAWESI TENGAH

U

KETERANGAN

> 500 ppb

300 ppb - 500 ppb

200 ppb - 300 ppb

< 200 ppb

Kontur anomali geokimia

Mata air panas

Titik pengukuran

Sungai

Kontur topografi interval 50 meter

Jalan raya

Pemukiman

0 m 1000 m 2000 m

Gambar 5. Peta Sebaran Hg Tanah Daerah Panas Bumi PULU-Sulteng

Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 34-9

Page 10: Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Pulu, Kab. Donggala

Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 34-10

Gambar 6. Peta Sebaran CO2 UdaraTanah Daerah Panas Bumi PULU-Sulteng

Gambar 2.2.13 Penampang Lintasan A

– F Daerah Panas Bumi Pulu-NTT

Gambar 7. Peta Anomali Sisa Daerah Panas Bumi PULU-Sulteng

Gambar 2.2.9 Model Gaya Berat 2D

Daerah Panas Bumi PULU-NTT

Gambar 8. Model Gaya Berat 2D Daerah Panas Bumi PULU-NTT

Gambar 9. Peta Anomali Magnet Total

Gambar.10 Peta Anomali Tahanan Jenis

Semu AB/2=250 m Daerah

Panas Bumi Pulu-Sulteng

818000 820000 822000 824000 826000 828000 830000 832000

9860000

862000

864000

866000

868000

870000

872000

874000

9876000

9

9

9

9

9

9

9

A 1000

A 1500

A 2000

A2 500

A 3000

A 3500

A 4000

A 4500

A5 000

A 5500

A 6000

A 6500

A 7000

A 7500

A 8000

AA 1000

AA 1500

AA 2000

AA 2500

AA 3000

AA3 500

AA 4000

AA 4500

AA 5000

AA 5500

AA 6000

AP . PK /R 71

A P. S IM

AP .S U

B 1000

B 1500

B 2000

B 2500

B 3000

B 3500

B 4000

B 4500

B 5000

B 5500

B 6000

B 6500

B 7000

C 1000

C 1500

C 2000

C 2500

C 3000

C 3500

C 4000

C 4500

C 5000

C 5500

C 6000

C 6500

C 7000

C 7500

C 8000

C 8500

C 9000

C 9550

D 2000

D 2500

D 3000

D 3500

D 4000

D 4500

D 5000

D 5500

D 6000

E 1000

E 1500

E 2000

E 2500

E 3000

E 3500

E 4000

E 4500

E 5000

E 5500

F0

F500

F1000

F1500

F2 000

F2500

F3000

F3500

F4000

F6000

R 101

R 102

R 104

R 28

R 30

R71-R 72

R 74

R 78R 80

R 82

R 83

R 85

K elapa

K e lapa

Wis olo

B alongga

K e lapa

P adu K e lapa

P emaK elapa

K elapaK e lapa

P u lu

R ogo

K elapa

K e lapaK e lapa

K e lapa

B ung i

K elapa

K elapa

K elapa

K e lapa

Pew ana

Ba luas e

K elapa

K e lapa

K a luk ulau

K a lora

K e lapa

Bu l ube te

K e lapa

K e lapa

M a lak an tu

B inabo

K elapa

W at anpina

S ibow i

Tengah

Si bal aya Se l a tan

Si ba laya U tara

K e lapa

B ouya t a ipa

K elapa

K elapa

Bouyakakaw u

K elapa

R amba ka law ara

K a lapa

Lembara

Pandere

S aluponi

K e lapa

K e lepe

B ua lo

W al a tana

K e lapa

K e lapa

K elapa

K e lapa

Bora

B angga

K elapa

R anungga ta

Sak idi

K elapa

K e lapa

K e lapa

K e lapaK e lapa

K op i

S imoro

B a langgu

H a linunu

Kinde r i

Paak u li

PETA KONTUR SEBARAN CO2 DALAM UDARA TANAHDAERAH PANAS BUMI PULU, KABUPATEN DONGGALA

PROVINSI SULAWESI TENGAH

U

KETERANGAN

> 1.0 %

0.6 % - 1.0 %

0.4 % - 0.6 %

< 0.4 %

Kontur anomali geokimia

Mata air panas

Titik pengukuran

Sungai

Kontur topografi interval 50 meter

Jalan raya

Pemukiman

0 m 1000 m 2000 m

A1000

A1250

A1500

A1750

A2000

A2250

A2500

A2750

A3000

A3250

A3500

A3750

A4000

A4250

A4500A4700

A5000

A5250

A5500

A5750

A6000

A6250

A6500

A6750

A7000

A7250

A7500

A7750

A8000

C1000C1250C1400C1500C1700C1750

C2000

C2250C2350C2500C2650

C2750

C3000C3150C3250

C3500

C3750

C4000

C4250

C4500

C4750

C5000

C5250

C5500

C5750

C6000

C6250

C6500

C6750

C7000

C7250

C7500

C7750

C8000

C8250

C8500

C8750

C9000

C9250

C9500C9750

C10000

E1000

E1250

E1500

E1750

E2000

E2250

E2500

E2750

E3000

E3250E3500

E3750

E4000

E4250

E4500

E4750

E5000

E5250

E5500

E5750

E6000

E6250

E6500

E6750

E7000

E7250

E7500

E7750

E8000

B1000

B1250

B1500

B1750

B2000

B2250

B2500

B2750

B3000

B3250

B3500

B3750

B4000

B4250

B4500

B4750

B5000

B5250

B5500

B5750

B6000

B6250

B6500

B6750

B7000

B7250

B7500

AA1000

AA1250

AA1500AA1600AA1750

AA2000

AA2250AA2400AA2500AA2700AA2750

AA3000AA3150AA3250AA3400AA3500

AA3750

AA4000AA4150AA4250

AA4500

AA4750

AA5000

AA5250

AA5500

AA5750

AA6000

D1000

D1250

D1500

D1750

D2000

D2250

D2500

D2750

D3000

D3250

D3500

D3750

D4000

D4250

D4500

D4750

D5000

D5250

D5500

D5750

D6000

D6250

D6500

D6750

D7000

D7250

D7500

D7750

D8000

F0

F250

F500

F750

F1000F1150F1250F1400F1500

F1750F1900F2000F2150F2250F2400F2500F2650F2750

F3000F3100F3250

F3500

F3750

F4000

F4250

F4500F4750F4900F4950F5000F5100F5250

F5500

F5750F5850F6000

F6250F6400F6500F6750F6800F6900F7000

R1

R2

R3

R4

R5

R6

R7

R8 R9 R10 R11

R12

R13

R14

R15

R16

R17

R18

R26

R27R28 R29

R30

R31

R32

R33

R34

R35

R36

R37

R38

R39

R40

R41

R42

R43

R44

R45

R46

R47

R48R49 R50

R51

R52R53

R54 R55R56

R57

R58

R59

R60

R61 R62

R63

R64

R65R66

R67

R68

R69

R70R71

R72

R73

R74

R75 R76R77

R78R79R80

R81R82

R83R84

R85R86

R87

R88

R89

R90

R91

R92

R93

R94R95

R96

R97R98

R100R101

R102

R103

R104

R105

R106

R107R108R109R110

R111

R112

R113

R114

R115R116

R117

R118

BPNBM

P2200P2000P1700P1500P1300P1000

R2200R2000R1900R1700R1500R1400R1200R1100R1000

820000 822000 824000 826000 828000 8300009860000

9862000

9864000

9866000

9868000

9870000

9872000

9874000

9876000

Sibalaya

Pulu

Rogo

Saluri

Pakuli

Simoru

PETA ANOMALI MAGNET TOTALLOKASI PULU, KECAMATAN DOLO, SULAWESI TENGAH

ma = mata air panasStruktur Jalan rayaSungai

KeteranganTitik amat

Anomali tinggi Anomali rendah Anomali sedang

-50-40-30-20-100 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100110120130140150160170180

0 1000 2000 3000

Page 11: Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Pulu, Kab. Donggala

Gambar 11. Peta Anomali Tahanan Jenis Semu

AB/2=500 m Daerah Panas Bumi

Pulu-Sulteng

Gambar 12 dan 13 Penampang Interpretasi Tahanan Jenis Semu Lintasan Head-On P dan

PENAMPANG I NTERPRETASI TAHANAN JENIS SEMU

20

60

100

140

180

220

260

300

340

380

420

-400

-200

0

200

400

600

-400

-200

0

200

400

600Gambar GF-34 Penampang Tahanan

Gambar 14 Model Gaya Berat 2D Daerah Panas

Bumi PULU-NTT

Jenis Head-On Lintasan P

Skala 1 : 15.000P-1200 P-1400

P-1600

P-1800

P-2000

P-2200 P-24 P-2600 P-2800 P-3000 P-320000

-400

-200

0

200

400

600

-400

-200

0

200

400

600

P-1400 P-1600

P-1800

P-2000

P-2200 P-24 P-2600 P-2800 P-3000 P-3200

Gambar GF-35 .Penampang Tahanan J s Head-On Lintasan R

Skala 1 : 15.000

00

eni

Sesar

LINTASAN HEAD-ON P DAN R

85

Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 34-11