Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENYERAPAN EMISI KARBON DARI KENDARAAN
BERMOTOR, PENGGUNAAN GENSET, DAN KONSUMSI LISTRIK OLEH POHON DI KAMPUS UNNES SEKARAN
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Geografi
Oleh:
Abdul Chamid
NIM. 3211413003
JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017
ii
iii
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat didalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 7 September 2017.
Abdul Chamid NIM. 3211413003
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)
(QS. Ar-Rahman: 60).
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
� Kedua Orangtua, Bapak Abdul Ghofir
dan Ibu Imroatul Azizah yang senantiasa
menyayangi, mengingatkan untuk
beribadah, dan selalu memberikan doa-
doa terbaiknya.
� Keluarga dirumah yang selalu
menyayangi, menasihati, dan
mendoakanku.
� Sahabat-sahabatku dari jurusan Geografi
2013 yang telah berjuang bersama.
� Teman-teman dari SCANIA kost yang
telah memberikan semangat dan
dukungan.
vi
SARI
Chamid, Abdul. 2017. Penyerapan Emisi Karbon dari Kendaraan Bermotor, Penggunaan Genset, dan Konsumsi Listrik oleh Pohon di Kampus UNNES. Skripsi.
Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing
I. Prof. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si, Pembimbing II. Drs. Tukidi, M.Pd. 133
halaman.
Kata Kunci: Emisi Karbon, Penyerapan Emisi oleh Pohon.
Emisi merupakan gas buang di atmosfer yang merupakan sisa pembakaran
dari bahan bakar fosil baik itu bahan bakar bensin, solar, gas atau energi listrik.
Emisi di UNNES dihasilkan dari berbagai sumber yaitu, dari kendaraan bermotor,
penggunaan genset, dan konsumsi listrik. Tujuan dari penelitian ini adalah (1)
Mengetahui sebaran, jenis, dan jumlah pohon, (2) Menghitung emisi karbon dari
kendaraan bermotor, penggunaan genset, dan konsumsi listrik, (3) Menganalisis
kemampuan pohon dalam menyerap emisi karbon yang dihasilkan di kampus
UNNES.
Lokasi penelitian berada di kampus UNNES Kelurahan Sekaran, Kecamatan
Gunungpati, Kota Semarang. Populasi penelitian ini adalah pohon dan emisi yang
ada di kampus UNNES. Pengambilan sampel menggunakan sampling area, proportional random sampling dan purposive sampling. Variabel dalam penelitian
ini yaitu sebaran pohon, konsumsi bahan bakar minyak, konsumsi listrik, emisi
karbondioksida dan kemampuan pohon dalam menyerap emisi. Metode
pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis desktiptif, analisis besaran emisi,
analisis daya serap emisi, serta analisis komparasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah pohon yang ada di UNNES
berjumlah 10.264 pohon. Total emisi yang dihasilkan di UNNES adalah
7.862.281,56 Kg/tahun, wilayah penghasil emisi tertinggi adalah FIS,FE,FH
(22,28%). Kemudian persentase wilayah lainnya secara berurutan yaitu Kawasan
Rektorat (22,64%), FT (15%), FBS (12%), FMIPA (11%), FIK (8,30%), dan yang
paling rendah FIP sebesar 8,07%. Sedangkan daya serap emisi oleh pohon di
UNNES adalah 6.289.250,38 Kg/tahun. Artinya masih ada emisi sebesar
1.575.031,18 Kg/tahun yang belum terserap oleh pohon.
Berdasarkan penelitian ini, peneliti menyarankan untuk (1) Para pembuat
kebijakan di kampus UNNES lebih memperhatikan penggunaan listrik, karena
konsumsi listrik di UNNES terbilang tinggi, terutama untuk penggunaan AC (2)
Bagi dosen, mahasiswa, dan karyawan yang ada di kampus UNNES dapat
memanfaatkan energi baik itu bensin, solar, ataupun listrik dengan arif dan
bijaksana agar kelestarian lingkungan tetap terjaga dengan baik.
vii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Penyerapan Emisi Karbon dari Kendaraan Bermotor, Penggunaan Genset, dan
Konsumsi Listrik oleh Pohon di Kampus UNNES”.
Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan berkat kerjasama, bantuan, dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Drs. Moh. Solehatul Mustofa, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis.
2. Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si., Ketua Jurusan Geografi Universitas
Negeri Semarang, yang telah memberikan ijin dalam penelitian ini.
3. Dr. Eva Banowati M.Si., Ketua Prodi Ilmu Geografi Universitas Negeri
Semarang, yang telah memberikah arahan dalam penelitian ini.
4. Prof. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si., Dosen Pembimbing I, yang telah
memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, dan saran dalam penyusunan skripsi
ini.
5. Drs. Tukidi, M.Pd., Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan,
arahan, petunjuk, dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
6. Dr. Ir. Ananto Aji, M.S., Dosen Penguji, yang telah memberikan masukan dan
saran dalam skripsi ini.
viii
7. Segenap Dosen Jurusan Geografi atas Ilmu dan Bimbingan yang telah
diberikan.
8. Sahabat-sahabatku keluarga besar Geografi 2013. Terimakasih atas segala
pengalaman, kenangan dan perjalanan kuliah selama 4 tahun ini. Semoga kita
menjadi orang yang sukses dan berguna.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum sempurna. Kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan penulisan
selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
memberikan masukan bagi pembaca.
Semarang, 7 September 2017.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................... iii
PERNYATAAN ............................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v
SARI ............................................................................................................... vi
PRAKATA ..................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 7
E. Batasan Istilah ......................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritis ..................................................................... 11
1. Pencemaran Udara ............................................................. 11
a. Penyebab Pencemaran Udara ....................................... 12
b. Pemakaian Bahan Bakar Fosil ...................................... 14
c. Dampak Pencemaran Udara ......................................... 14
2. Transportasi ....................................................................... 16
x
3. Emisi ................................................................................ 19
4. Konsumsi Listrik ............................................................... 25
5. Karbondioksida dalam Proses Fotosintesis pada Pohon .... 28
6. Universitas Negeri Semarang ............................................. 35
B. Kajian hasil-hasil Penelitian yang Relevan .............................. 40
C. Kerangka Berpikir ................................................................... 43
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Objek Penelitian ................................................... 45
B. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................... 45
C. Variabel Penelitian .................................................................. 47
D. Alat dan Teknik Pengumpulan Data ........................................ 48
E. Teknik Analisis Data ................................................................ 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Wilayah Penelitian .................................................. 53
1. Letak Administratif Universitas Negeri Semarang ........... 53
2. Penggunaan Lahan di Universitas Negeri Semarang ......... 53
3. Civitas Akademika Universitas Negeri Semarang ............. 54
B. Hasil Penelitian .......................................................................... 57
1. Sebaran Jenis, dan Jumlah Pohon di Universitas
Negeri Semarang ................................................................ 57
2. Emisi Karbondioksida di Universitas Negeri Semarang ... 65
3. Daya Serap Emisi Karbondioksida oleh Pohon di
Universitas Negeri Semarang ............................................ 75
C. Pembahasan ............................................................................... 78
1. Sebaran, Jenis, dan Jumlah Pohon di Kampus
UNNES ................................................................................ 78
xi
2. Besaran Emisi Karbondioksida di Kampus
UNNES ................................................................................ 79
3. Kemampuan Pohon dalam Menyerap Emisi
Karbondioksida di Kampus UNNES ................................... 82
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................ 85
B. Saran ......................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 87
LAMPIRAN ................................................................................................... 90
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Index Pemanasan Global Gas Rumah Kaca ................................... 24
Tabel 2.2. Tanaman Penyerap Karbondioksida .............................................. 34
Tabel 2.3. Kajian hasil-hasil Penelitian yang Relevan ..................................... 42
Tabel 3.1. Distribusi Populasi dan Sampel Penelitian .................................... 46
Tabel 4.1. Penggunaan Lahan di Universitas Negeri Semarang ..................... 54
Tabel 4.2. Rasio Jumlah Dosen dan Mahasiswa Universitas Negeri
Semarang Tahun 2017 .................................................................... 56
Tabel 4.3. Luas Wilayah dan Sebaran Pohon ................................................. 57
Tabel 4.4. Konsumsi Bahan Bakar Bensin dari Sepeda Motor ........................ 65
Tabel 4.5. Emisi Karbondioksida dari Sepeda Motor ..................................... 66
Tabel 4.6. Konsumsi Bahan Bakar Bensin dari Mobil .................................... 67
Tabel 4.7. Emisi Karbondioksida dari Mobil Bahan Bakar Bensin ................ 67
Tabel 4.8. Konsumsi Bahan Bakar Solar dari Mobil ...................................... 68
Tabel 4.9. Emisi Karbondioksida dari Mobil Bahan Bakar Solar ................... 69
Tabel 4.10. Total Emisi Karbondioksida dari Kendaraan Bermotor .............. 70
Tabel 4.11. Konsumsi Bahan Bakar Solar dari Genset ................................... 71
Tabel 4.12. Emisi Karbondioksida dari Penggunaan Genset .......................... 72
Tabel 4.13. Emisi Karbondioksida dari Konsumsi listrik ............................... 73
Tabel 4.14. Total Emisi Karbondioksida di Universitas Negeri Semarang ..... 74
Tabel 4.15. Daya Serap Emisi Karbondioksida Langsung oleh Pohon di
Universitas Negeri Semarang ........................................................ 76
xiii
Tabel 4.16. Daya Serap Emisi Karbondioksida Total oleh Pohon di
Universitas Negeri Semarang ........................................................ 76
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir ...................................................................... 44
Gambar 4.1. Peta Penggunaan Lahan di Universitas Negeri Semarang ......... 55
Gambar 4.2. Peta Sebaran RTH dan Bangunan di FIP Tahun 2017 ................ 58
Gambar 4.3. Peta Sebaran RTH dan Bangunan di FBS Tahun 2017 ............... 59
Gambar 4.4. Peta Sebaran RTH dan Bangunan di FIS,FE,FH Tahun 2017 .... 60
Gambar 4.5. Peta Sebaran RTH dan Bangunan di FMIPA Tahun 2017.......... 61
Gambar 4.6. Peta Sebaran RTH dan Bangunan di FT Tahun 2017 ................. 62
Gambar 4.7. Peta Sebaran RTH dan Bangunan di FIK Tahun 2017 ............... 63
Gambar 4.8. Peta Sebaran RTH dan Bangunan di Kawasan Rektorat Tahun
2017 ............................................................................................ 64
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Instrumen Penelitian ................................................................... 90
Lampiran 2. Sebaran, Jenis, dan Jumlah Pohon di Universitas Negeri
Semarang ................................................................................... 93
Lampiran 3. Konsumsi bahan Bakar di Universitas Negeri Semarang ............ 96
Lampiran 4. Jumlah Beban Listrik Setiap Fakultas dan Unit Kerja ............... 103
Lampiran 5. Perhitungan Emisi Karbondioksida ........................................... 110
Lampiran 6. Daya serap Pohon di Setiap Fakultas dan Unit Kerja ................. 113
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian .............................................................. 123
Lampiran 8. Surat Ijin Observasi dari Fakultas untuk Kepala UPT
Konservasi ................................................................................. 125
Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas untuk Dekan FIP .................. 126
Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas untuk Dekan FBS ............... 127
Lampiran 11. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas untuk Dekan FIS ................ 128
Lampiran 12. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas untuk Dekan FMIPA .......... 129
Lampiran 13. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas untuk Dekan FT ................. 130
Lampiran 14. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas untuk Dekan FIK ............... 131
Lampiran 15. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas untuk Dekan FE ................. 132
Lampiran 16. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas untuk Dekan FH ................. 133
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Polusi udara menjadi suatu masalah yang serius saat ini, terutama di
beberapa kota besar di Indonesia salah satunya adalah Kota Semarang. Apabila
udara tercemar maka akan mengakibatkan berbagai bentuk kerusakan alam
maupun gangguan kesehatan yang dialami oleh manusia dan mahluk hidup
lain.
Terjadinya perkembangan teknologi di Indonesia membuat segala hal
menjadi semakin maju terlebih perkembangan teknologi di bidang transportasi
(darat, laut dan udara). Kebutuhan masyarakat Indonesia akan sarana
transportasi semakin hari menjadi semakin tinggi, hal tersebut dikarenakan
untuk menunjang berbagai aktivitas menjadi semakin mudah dan cepat.
Dengan tingginya kebutuhan masyarakat akan sarana transportasi membuat
kebutuhan akan kendaraan semakin tinggi pula. Pertumbuhan jumlah atau
volume kendaraan bermotor merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kualitas udara yang secara tidak langsung ikut mendorong peningkatan
kebutuhan energi yang pada akhirnya menyebabkan bertambahnya buangan
sisa energi yang berpotensi mencemari lingkungan sekitar.
Energi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat, hampir semua sektor kehidupan (transportasi, industri,
perkantoran, rumah tangga, jasa, dll) tidak dapat terlepas dari energi.
Penggunaan energi sebagai bahan bakar minyak (BBM) menjadi penyumbang
1
2
besar terhadap polusi udara karena di dalam bahan bakar tersebut terkandung
bahan-bahan yang membahayakan terhadap kesehatan manusia dan merusak
lingkungan.
Polusi udara adalah suatu keadaan dimana udara mengandung bahan
kimia, partikel, atau bahan lainnya yang menyebabkan ketidaknyamanan dan
kerugian pada manusia atau mahluk hidup lainnya. Polusi yang dihasilkan
menyebabkan konsentrasi karbondioksida di atmosfer meningkat secara drastis
hingga melampaui kemampuan tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya.
Efek dari meningkatnya karbondioksida di atmosfer adalah terjadinya
peningkatan suhu di bumi. Karbondioksida dapat dihasilkan dari sisa
pembakaran bahan bakar minyak pada kendaraan bermotor.
Penggunaan generator set (genset) juga ikut berperan menyumbang
emisi karbondioksida. Emisi karbondioksida dari penggunaan genset berasal
dari sisa pembakaran bahan bakar solar yang digunakan untuk mengoperasikan
genset. Emisi dari penggunaan genset merupakan emisi langsung. Genset biasa
digunakan untuk menghasilkan daya listrik alternatif, seperti ketika terjadi
pemadaman listrik dari PLN.
Selain dari kendaraan bermotor dan penggunaan genset emisi
karbondioksida juga dapat dihasilkan dari peralatan-peralatan elektronik yang
membutuhkan daya listrik, emisi yang dihasilkan dari peralatan-peralatn
elektronik yang membutuhkan daya listrik bersifat emisi tidak langsung.
Dewasa ini listrik merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak bisa
terlepas dari kehidupan sehari-hari karena pada semua aspek kehidupan
3
membutuhkan listrik. Pada dunia pendidikan, listrik digunakan untuk
penerangan, sarana penunjang aktivitas belajar mengajar, pendingin atau
penghangat ruangan, hiburan dll. Dewasa ini semakin banyak peralatan
perkantoran yang menggunakan energi listrik untuk pemanfaatannya sehingga
meningkatkan emisi yang dihasilkan. Jumlah penduduk yang terus meningkat
setiap tahunnya mengakibatkan peningkatan kebutuhan energi pun tak dapat
dielakkan. Hampir semua kebutuhan energi manusia diperoleh dari konversi
sumber energi fosil, misalnya pembangkit listrik dan alat transportasi yang
menggunakan energi fosil sebagai sumber energinya.
Dampak negatif dari tingginya kadar karbondioksida di udara ambien
dapat menyebabkan polusi udara dan mengakibatkan rusaknya ekosistem darat,
laut dan udara serta dapat mengakibatkan menurunnya tingkat kesehatan
manusia dan mahluk hidup lainnnya dan itu sangat merugikan. Dengan
besarnya dampak yang timbul dari tingginya karbondioksida di udara maka
harus dilakukan upaya untuk menekan tingkat karbondioksida di udara serta
salah satu cara yang dapat ditempuh untuk menekan tingginya karbondioksida
di lingkungan perkantoran adalah dengan cara membuat atau memperluas
ruang terbuka hijau. Hutan, taman, peneduh jalan dan bentuk ruang terbuka
hijau lainnya dapat menyerap karbondioksida melalui proses fotosintesis.
Pembangunan yang semakin meningkat di daerah perkotaan sering
tidak menghiraukan adanya ruang terbuka hijau (RTH). Tumbuhan yang
terdapat pada halaman kantor, sekolah atau di halaman bangunan lainnya serta
tumbuhan yang ada di pinggir jalan, baik jumlah maupun jenisnya semakin
4
menurun. Berkurangnya ruang terbuka hijau dan makin banyaknya bangunan
yang muncul mengakibatkan terjadinya kenaikan temperatur lokal didalam
kota. Hal inilah yang membedakan kondisi temperatur udara kota lebih panas
dibandingkan dengan temperatur udara di desa (Setyowati, 2010). Selain itu
penggunaan bahan bakar minyak dan gas serta listrik sebagai penghasil
karbondioksida terus bertambah. Oleh sebab itu perlu penambahan luas ruang
terbuka hijau untuk menyerap karbondioksida yang dihasilkan.
Tanaman mempunyai kemampuan untuk melakukan fotosintesis yang
menggunakan karbondioksida dan air sebagai bahan baku. Ruang terbuka hijau
merupakan penyerap karbon yang penting dalam mengatur gas rumah kaca
(GRK). Dengan adanya ruang terbuka hijau sebagai salah satu penyerap
karbon, kadar karbondioksida di atmosfer akan menurun. Tetapi kemampuan
ruang terbuka hijau sebagai penyerap karbon semakin berkurang.
Berkurangnya kemampuan ini akibat dari menurunnya luasan ruang terbuka
hijau yang disebabkan oleh penebangan, kebakaran dan konversi menjadi
permukiman, perkantoran, industri, dll. Oleh karena itu perlu dibangun ruang
terbuka hijau untuk membantu mengatasi penurunan fungsi sebagai penyerap
karbon tersebut (Yusuf, 2015).
Kampus Universitas Negeri Semarang (UNNES) juga ikut berperan
dalam pengelolaan ruang terbuka hijau. Selain itu UNNES juga merupakan
Universitas Konservasi sejak tahun 2010, maka UNNES memikul beban untuk
mewujudkan slogan tersebut yang salah satunya yaitu dengan penguatan
internal. Tata kelola ruang yang baik dengan menyeimbangkan antara
5
lingkungan biotik dan abiotik akan memunculkan keseimbangan ekosistem.
Terlebih lagi sebagai pusat pendidikan tinggi yang letaknya di kawasan
penyangga dalam tata ruang kota dan terdiri dari ribuan civitas akademika,
maka beban lingkungan sangat berat yang salah satunya dari kualitas udaranya.
Dewasa ini jumlah luasan ruang terbuka hijau yang ada di kampus
UNNES jumlahnya semakin berkurang karena perubahan penggunaan lahan,
lahan yang awalnya merupakan ruang terbuka hijau sekarang beralih fungsi
menjadi gedung-gedung baru yang berfungsi sebagai penunjang kegiatan
perkuliahan. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di kampus UNNES
hampir terjadi di seluruh fakultas, diantaranya adalah pada Fakultas Ilmu
Pendidikan berupa gedung dekanat dan tempat parkir, pada Fakultas Bahasa
dan Seni berupa gedung kampung budaya, pada Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam berupa gedung dekanat, pada Fakultas Teknik berupa
gedung dekanat, teknik elektro dan arsitek, pada Fakultas Ilmu Keolahragaan
berupa gedung dekanat dan gedung ilmu kesehatan masyarakat, pada Fakultas
Ekonomi berupa gedung kuliah baru serta ada pula gedung LP2M, LP3 serta
gedung kewirausahaan. Dengan berkurangnya ruang terbuka hijau yang ada
maka jumlah tanaman yang ada di dalamnya juga ikut berkurang, termasuk
pohon yang ada didalamnya.
Permasalahan ketersediaan ruang terbuka hijau dan emisi
karbondioksida menjadi masalah bagi semua wilayah yang ada di muka bumi,
termasuk UNNES yang merupakan Universitas Konservasi. Permasalahannya
adalah terkait dengan jumlah pohon di Kampus UNNES yang berada di
6
Kelurahan Sekaran, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang semakin hari
jumlahnya semakin berkurang karena ditebang untuk membuka lahan baru
guna membangun gedung-gedung baru. Selain itu permasalahan yang lain
adalah tidak berjalannya sistem transportasi hijau di kampus, ribuan kendaraan
bermotor setiap harinya bebas melintas di sepanjang jalan kampus, hal ini
menimbulkan keprihatinan karena jumlah emisi karbondioksida yang
dihasilkan oleh kendaraan bermotor semakin meningkat. Dengan adanya fakta
tersebut maka kajian mengenai emisi di kampus UNNES sangat penting untuk
dilakukan karena kampus UNNES merupakan kampus atau universitas
konservasi.
Pada tahun 2015 UPT Konservasi UNNES melakukan penelitian untuk
mengkaji seberapa tingkat serapan emisi kendaraan bermotor di kampus
UNNES oleh ruang terbuka hijau yang ada. Kegiatan penelitian ini dibagi
menjadi dua jenis survei yaitu survei identifikasi jenis dan jumlah pohon yang
ada di kampus UNNES dan survei jumlah kendaraan yang masuk dan keluar
area kampus. Pada kegiatan survei ini wilayah kampus dibagi menjadi 2 bagian
yaitu kampus barat dan kampus timur. Jumlah pohon yang teridentikasi
tersebut adalah 9.716 pohon yang tersebar di seluruh lingkungan kampus
dengan rincian yaitu pada kampus timur sebanyak 5.151 pohon dan kampus
barat sebanyak 4.535 pohon. Jumlah kendaraan yang lalu lalang sepanjang
jalan kampus UNNES digolongkan menjadi 2 yaitu mobil sebanyak 1.592 unit
dan kendaraan bermotor sebanyak 15.559 unit.
7
Sehubungan dengan permasalahan tersebut dan mengingat pentingnya
ketersediaan ruang terbuka hijau yang memadai untuk menyerap emisi
karbondioksida di kampus UNNES maka peneliti ingin meneliti dengan judul:
Penyerapan Emisi Karbon dari Kendaraan Bermotor, Penggunaan
Genset, dan Konsumsi Listrik oleh Pohon di Kampus UNNES.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana sebaran, jenis, dan jumlah pohon di kampus UNNES?
b. Seberapa besar emisi karbon yang dihasilkan dari kendaraan bermotor,
penggunaan genset, dan konsumsi listrik di kampus UNNES?
c. Bagaimana daya serap pohon terhadap emisi karbon yang dihasilkan dari
kendaraaan bermotor, penggunaan genset, dan konsumsi listrik di kampus
UNNES?
C. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui sebaran, jenis, dan jumlah pohon di kampus UNNES
b. Menghitung jumlah emisi karbon yang dihasilkan dari kendaraan bermotor,
penggunaan genset, dan konsumsi listrik yang ada di kampus UNNES.
c. Menganalisis kemampuan pohon dalam menyerap emisi karbon yang
dihasilkan dari kendaraan bermotor, penggunaan genset, dan konsumsi
listrik di kampus UNNES.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman
mengenai pentingnya untuk melakukan penelitian mengenai permasalahan
8
emisi karbondioksida di kampus UNNES, menambah perbendaharaan ilmu
terkait dengan masalah emisi karbondioksida dan penyerapannya serta dapat
menjadi acuan dan pertimbangan dalam penelitian lain yang sejenis.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan atau informasi bagi
para pembuat kebijakan yang ada di kampus UNNES sehingga dalam
mengatasi permasalahan mengenai lingkungan serta dalam membuat
kebijakan-kebijakan baru dapat berjalan dengan baik serta memperhatikan
lingkungan yang ada di sekitar dan tidak merugikannya.
E. Batasan Istilah
Penegasan istilah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk: 1. Membatasi
ruang lingkup penelitian sehingga yang di teliti mempunyai batas-batas yang
jelas, 2. Menghindari kesalahan dalam mengartikan atau menafsirkan dalam
penelitian ini, 3. Memudahkan dalam memahami isi dan makna serta sebagai
pedoman di dalam melaksanakan penelitian.
1. Emisi
Emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan
dari suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkannnya ke dalam udara
ambien yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur
pencemar (Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara).
Dalam penelitian ini emisi yang dimaksud adalah emisi
Karbondioksida (CO2). Emisi karbondioksida adalah gas buang di
9
atmosfer yang merupakan sisa pembakaran dari bahan bakar fosil baik itu
bahan bakar bensin, solar, gas dan energi listrik.
2. Kendaraan Bermotor
Menurut Miro (2012) Kendaraan bermotor merupakan salah satu
komponen sistem transportasi seperti halnya jalur gerak, yang
membedakan keduanya adalah, apabila mendapatkan daya dari suatu
sistem propulsi, kendaraan ini akan bergerak. Kendaraan dalam sistem
transportasi termasuk ke dalam kelompok sarana.
Kendaraan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kendaraan
bermotor yang digerakkan oleh peralatan teknik atau mesin dalam
pergerakannya dan digunakan untuk transportasi darat seperti sepeda
motor dan mobil.
3. Genset
Genset atau generator set merupakan sebuah perangkat yang
berfungsi menghasilkan daya listrik dengan bahan bakar minyak yang
menghasilkan tenaga berupa gas hasil pembakaran udara terkompresi yang
digunakan untuk mengubah energi gerak luncur piston menjadi energi
putar pada poros engkol yang yang selanjutnya digunakan untuk
menggerakan turbin yang seporos dengan generator sehingga
menghasilkan tenaga listrik (Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
21 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi
Usaha dan/atau Kegiatan Pembangkit Tenaga Listrik Termal).
10
4. Konsumsi Listrik
Listrik merupakan sumber energi sekunder. Artinya, listrik di
peroleh dari konversi sumber energi lain. Misalnya batubara, gas bumi,
minyak bumi, dan nuklir. Sumber energi lain tersebut merupakan sumber
energi primer. Sumber energi yang kita gunakan untuk membuat listrik
dapat berupa sumber energi yang dapat diperbarui atau tidak dapat
diperbarui. Akan tetapi listrik tidak akan digolongkan dapat diperbarui
atau tidak dapat diperbarui (Pramudita, 2008).
Konsumsi listrik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
konsumsi atau penggunaan energi listrik yang digunakan setiap fakultas
atau unit kerja yang ada di kampus UNNES Sekaran.
5. Daya serap karbondioksida (CO2) oleh pohon
Indriyanto (2005) mendefinisikan pohon sebagai tumbuhan berkayu,
berukuran besar dengan tinggi lebih dari 5 meter. Dalam penelitian ini
yang dimaksud dengan daya serap emisi CO2 oleh pohon adalah
kemampuan setiap jenis pohon dalam menyerap emisi karbondioksida
(CO2) yang dihasilkan dari konsumsi bahan bakar bensin dan solar serta
dari konsumsi listrik yang digunakan di kampus.
6. Kampus UNNES
Kampus UNNES yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kampus
Universitas Negeri Semarang yang berada di Kelurahan Sekaran
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritis
1. Pencemaran Udara
Pencemaran udara atau diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau
zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan
(komposisi) udara dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing
didalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu
yang cukup lama akan dapat mengganggu kehidupan manusia, hewan dan
tumbuhan. Bila keadaan seperti ini terjadi maka udara dikatakan telah
tercemar, kenyamanan hidup terganggu.
Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang
perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan
udara dan lingkungan sekitarnya. Udara juga adalah atmosfir yang berada
di sekeliling bumi yang fungsinya sangat penting bagi kehidupan di dunia
ini. Dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk bernafas, karbondioksida
(CO2) untuk fotosintesis oleh khlorofil daun, dan ozon (O3) untuk menahan
sinar ultraviolet. Susunan (komposisi) udara bersih dan kering, kira-kira
tersusun oleh:
Nitrogen (N2) = 78,09 %
Oksigen (O2) = 21,94%
Argon (Ar) = 0,93%
Karbondioksida (CO2) = 0,032%
11
12
Gas-gas lain yang terdapat dalam udara antara lain gas-gas mulia,
nitrogen oksida, hidrogen, methana, belerang dioksida, amonia dan lain-
lain. Perubahan keadaan dari susunan keadan normal seperti tersebut diatas
dan kemudian mengganggu kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan,
maka berarti udara telah tercemar (Wardhana, 2004:27-28).
Kendaraan bermotor merupakan sumber utama yang mencemari udara
di daerah perkotaan. Diperkirakan sekitar 60-70% partikel karbon di udara
perkotaan berasal dari kendaraan bermotor (Margahayu dkk, 2015).
Menurut Fandeli dkk., (2004) dalam Setyowati., (2004:53) dijelaskan
bahwa sumber pencemar pada pengotoran udara di daerah perkotaan adalah
transportasi dan industri. Pencemaran transportasi dan industri sebagian
besar disebabkan oleh pembakaran energi minyak, yang terdiri atas gas Pb,
CO, NO, dan SO, konsentrasi gas-gas pencemar tersebut tergantung pada
banyaknya lalu lintas, volume minyak yang dibakar dan mobilitas sumber
pencemar. Kondisi lingkungan sebagai recipiens sangat tergantung pada ada
atau tidaknya vegetasi, kekuatan angin, kecepatan angin dan arah angin.
a. Penyebab pencemaran udara
Menurut (Wardhana, 2004:28-29), Pembangunan yang berkembang
pesat dewasa ini, khususnya dalam industri dan tekhnologi, serta
meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang mengggunakan bahan
bakar fosil (minyak) menyebabkan udara yang kita hirup di sekitar kita
menjadi tercemar oleh gas-gas buangan hasil pembakaran.
13
Secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yaitu :
1) Karena faktor internal (alamiah), contoh :
a) Debu yang beterbangan akibat tiupan angin.
b) Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi berikut
gas-gas vulkanik.
c) Proses pembusukan sampah organik.
2) Karena faktor eksternal (ulah manusia), contoh :
a) Hasil pembakaran bahan bakar fosil.
b) Debu/serbuk dari kegiatan industri.
c) Pemakaian zat-zat kimia yang di semprotkan ke udara.
Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan
campuran dari satu atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan,
cairan atau gas yang masuk terdispersi ke udara dan kemudian menyebar
ke lingkungan sekitarnya. Kecepatan penyebaran ini sudah barang tentu
akan tergantung pada keadaan geografi dan meteorologi setempat.
Udara bersih yang kita hirup merupakan gas yang tidak tampak,
tidak berbau, tidak berwarna maupun berasa. Akan tetapi udara yang
benar-benar bersih sudah sulit di peroleh, terutama di kota-kota besar
yang banyak industrinya dan padat lalu lintasnya. Udara yang tercemar
dapat merusak lingkungan dan kehidupan manusia. Terjadinya
kerusakan lingkungan berarti berkurangnya (rusaknya) daya dukung
alam yang selanjutnya akan menguangi kualitas hidup manusia.
14
b. Pemakaian Bahan Bahar Fosil
Dampak pencemaran udara sebenarnya tidak semata-mata
disebabkan oleh karena kegiatan industri dan tekhnologi saja, namun
juga disebabkan oleh faktor lain yang menunjang kegiatan tersebut.
Faktor penunjang kegiatan industri dan tekhnologi adalah Faktor
penyedia daya listrik dan faktor transportasi.
Mudah dipahami bahwa sebuah kegiatan industri dan tekhnologi
pasti akan memutuhkan tersedianya daya listrik, baik daya listrik yang
terpusatkan milik pemerintah (PLN), maupun daya listrik yang
dihasilkan oleh pihak industri (pabrik) itu sendiri.
Demikian pula mengenai transportasi yang sangat diperlukan
untuk kelancaran kegiatan industri dan teknologi. Transportasi
diperlukan untuk mengangkut bahan baku dari daerah pertambangan ke
tempat industri (pabrik) untuk diolah lebih lanjut menjadi bahan jadi
(produk). Selanjutnya dengan transportasi pula produk yang dihasilkan
dibawa ke pemakai. Faktor penyedia daya listrik dan faktor transportasi,
keduanya adalah penyerap terbesar pemakaian bahan bakar fosil, baik
berupa batubara maupun minyak bumi. (Wardhana, 2004:29).
c. Dampak Pencemaran Udara
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya
pencemaran udara di perkotaan, seperti mempertahankan dan
meningkatkan kualitas lingkungan daerah perkotaan maupun model
ruang terbuka hijau (Iriani dkk, 2014). Ningsih (2010:20-25)
15
menjelaskan bahwa udara yang tercemar akan berdampak pada
kehidupan kita terutama pada kesehatan. Dampak pencemaran udara
terhadap yang lainnya adalah sebagai berikut:
1) Dampak Kesehatan
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk
kedalam tubuh melalui sistem pernafasan. Jauhnya penetrasi zat
pencemar ke dalam tubuh bergantung pada jenis pencemar. Partikulat
berukuran besar dapat tertahan di saluran pernafasan bagian atas,
sedangkan partikulat bagian kecil dan gas dapat mencapai paru-paru.
Dari paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan
menyebar ke seluruh tubuh.
Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISPA
(infeksi saluran pernafasan akut), termasuk diantaranya asma,
bronkitis, dan gangguan pernafasan lainnya. Beberapa zat pencemar
dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik.
2) Dampak Terhadap Tanaman
Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran
udara tinggi dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit,
antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang
terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat proses
fotosinteis.
16
3) Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC,
Metana, Ozon, dan N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi
panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya
panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan
fenomena pemanasan global.
4) Kerusakan Lapisan Ozon
Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km)
merupakan pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi
ultraviolet B dan matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-
molekul ozon terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang
mencapai statosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju
penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat pembentukannya,
sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.
Sebagian besar ilmuan percaya bahwa pemanasan global
menyebabkan naiknya suhu samudera. Gletser dan tudung es dapat
mencair dan menyebabkan naiknya permukaan air laut. Dalam 100
tahun terakhir, suhu bumi telah meningkat lebih dari setengah derajat
celcius dan permukaan air laut telah naik sekitar 15-20 cm.
2. Transportasi
Miro (2012:1-8) menjelaskan bahwa transportasi secara umum dapat
diartikan sebagai usaha pemindahan, atau penggerakan orang atau barang
dari suatu lokasi, yang disebut lokasi asal ke lokasi lain, yang biasa disebut
17
lokasi tujuan, untuk keperluan tertentu dengan mempergunakan alat tertentu
pula. Dari pengertian ini transportasi memiliki beberapa dimensi seperti
lokasi (asal dan tujuan), alat (teknologi) dan keperluan tertentu di lokasi
tujuan seperti ekonomi, sosial, dll. Jika salah satu dari ketiga dimensi
tersebut terlepas atau tidak ada, hal demikian tidak dapat disebut
transportasi.
Jangkauan pelayanan transportasi dapat diartikan sebagai batas-batas
geografis pelayanan yang diberikan oleh transportasi kepada pengguna
transportasi tersebut. Batas geografis pelayanan transportasi ini disebut juga
sebagai wilayah operasi suatu sistem transportasi. Ada pelayanan sistem
transportasi yang secara geografis hanya menjangkau wilayah pedesaan,
dan ada juga yang melayani wilayah perkotaan yang hanya menyediakan
pelayanan untuk lokasi asal dan tujuan didalam kota itu saja. Selain itu, ada
juga sistem transportasi yang lokasi asal dan tujuannya telah melampaui
batas kota, yaitu hingga ke kota lain dalam satu provinsi. Pelayanan yang
lebih luas lagi adalah pelayanan transportasi yang telah menjangkau kota-
kota yang berada di luar provinsi tempat lokasi asalnya. Di samping itu, ada
pula sistem transportasi antar negara yang melayani jaringan internasional.
Dalam sistem transportasi terdapat komponen-komponen utama
(Menheim,1979) dalam (Miro,2012) mengemukakan bahwa komponen-
komponen utama sistem transportasi adalah jalan dan terminal (prasarana),
kendaraan (sarana) dan istem pengelolaan (manajemen).
18
Peranan transportasi sangat besar dalam kehidupan masyarakat
modern. Dengan adanya transportasi juga mempermudah manusia
melakukan perjalanan. Secara umum peranan transportasi dapat
dikelompokan menjadi peranan dalam peradaban manusia, peranan
ekonomi, peranan sosial, dan peranan politik.
Detwyler (1971:26) menyebutkan bahwa faktor yang berpengaruh
paling besar terhadap polusi udara adalah kendaraan, khususnya mobil
dengan menghasilkan 2-3 karbon monoksida dan 1,5 hidrokarbon.
Pembakaran bahan bakar fosil, khususnya pembangkit listrik akan
menghasilkan 2-3 sulfur dioksida (SO2). Selain itu sektor indutri juga tidak
kalah penting peranannya dalam menghasilkan polusi udara tersebut yakni
sebesar 30 juta ton SO2 setiap tahunnya. Selama kurun waktu 20 tahun
terakhir telah terjadi peningkatan CO2 secara drastis yang disebabkan oleh
pembakaran bahan bakar yang memberikan kontribusi 3/4 dari total
peningkatan CO2, kemudian sisanya dipengaruhi oleh perubahan
penggunaan lahan
Laju urbanisasi yang semakin meningkat setiap tahun akan menuntut
pengembangan transportasi untuk mengakomodasinya. Pengembangan
salah satu atau keseluruhan komponen sistem transportasi, seperti jalan dan
kendaraan, sangat membutuhkan lahan yang luas. Sebagai contoh, biasanya
rata-rata kota di dunia, seperti misalnya Los Angels dan New York, harus
menyediakan lahan untuk transportasi antara 25%-30% dari total lahan
keseluruhan (Miro, 2012:9)
19
3. Emisi
Emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari
suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara ambien
yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur
pencemar (Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara).
Menurut KLH RI (2013) bahwa yang termasuk dalam sumber
pencemar udara primer adalah yaitu karbon monoksida (CO), nitrogen
oksida (NOx), sulfur dioksida (SO2), partikel halus (PM10), hidrokarbon
(HC). Selain itu, dapat ditambahkan salah satu gas rumah kaca, yaitu
karbondioksida (CO2).
1) Karbon monoksida (CO)
CO adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau maupun berasa
yang timbul akibat pembakaran tidak sempurna bahan bakar yang
mengandung karbon. Gas ini tergolong kategori mudah terbakar dan
beracun. Sumber CO terbagi dua, yaitu sumber alami dan sumber
antropogenik. Secara alami CO dihasilkan dari aktivitas gunung berapi
dan juga kebakaran hutan. Sementara CO juga dihasilkan sebagai produk
sampingan aktivitas manusia, diantaranya kendaraan bermotor (lebih
dari 75%). Emisi CO umumnya meningkat saat terjadi kemacetan di
jalan. Selain itu CO juga dihasilkan dari aktivitas transportasi lain seperti
pesawat terbang dan kereta api, proses pembakaran bahan bakar,
pembakaran kayu, pembakaran sampah serta aktivitas industri.
20
2) Oksida nitrogen (NOx)
Menurut KLH (2013) NO terdiri atas nitrogen oksida (nitrogen
oxide – NO) dan nitrogen dioksida (nitrogen dioxide – NO). Mekanisme
utama di dalam pembentukan NO2 di atmosfer adalah oksidasi NO. NO
merupakan pemicu (prekursor) terbentuknya ozon (O3) dan hujan asam.
NO juga dapat bereaksi dengan komponen lain di udara membentuk
partikulat (particulate matter – PM). NOx terbentuk ketika bahan bakar
terbakar pada suhu tinggi. NO adalah salah satu pencemar yang timbul
akibat proses pembakaran. Umumnya spesies dari NOx merupakan gas
yang tidak berwarna dan tidak berbau. Tetapi, NO menjadi pengecualian
dimana keberadaannya di daerah perkotaan dapat dilihat sebagai lapisan
kabut kecoklatan di langit.
Oksida nitrogen dapat bersumber dari dua kelompok, dengan
penjelasan sebagai berikut.
a) NO termal, menurut KLH (2013) bahwa NO termal adalah NO yang
terbentuk melalui reaksi antara nitrogen dan oksigen di udara pada
proses dengan suhu yang tinggi. Proses pembakaran selalu
memproduksi NO dan NO2, dengan komposisi NO umumnya lebih
dari 90% total oksida nitrogen yang dihasilkan.
b) NO bahan bakar, adalah NO yang berasal dari kandungan nitrogen di
dalam bahan bakar. Umumnya minyak bumi dan batu bara
mengandung 0,5 – 1,5% nitrogen. Selama proses pembakaran, ikatan
nitrogen yang terdapat dalam bahan bakar terlepas sebagai radikal
21
bebas dan kemudian membentuk NO (Colls, 2002) dalam (KLH,
2013).
3) Sulfur dioksida (SO2)
SO2 adalah salah satu spesies dari gas-gas oksida sulfur (SO). Gas
ini sangat mudah terlarut dalam air,memiliki bau namun tidak berwarna.
Sebagaimana O3, pencemar sekunder yang terbentuk dari SO, seperti
partikel sulfat, dapat berpindah dan terdeposisi jauh dari sumbernya. SO
merupakan salah satu unsur pembentuk hujan asam. SO juga dapat
bereaksi dengan komponen lainnya di udara dan membentuk PM.
4) Partikel Halus (PM10)
Partikulat didefinisikan sebagai partikel-partikel halus yang
berasal dari padatan maupun cairan yang tersuspensi didalam gas (udara).
Partikel padatan atau cairan ini umumnya merupakan campuran dari
beberapa materi organik dan non-organik seperti asam (partikel nitrat
atau sulfat), logam, ataupun partikel debu dan tanah. Ukuran partikel
sangatlah penting untuk diketahui karena mempengaruhi dampak
partikel tersebut terhadap manusia dan lingkungan.
Sumber partikulat dapat berasal dari sumber alami maupun sumber
antropogenik. Sumber alami termasuk aktivitas gunung berapi, debu,
hutan, dan sebagainya. Sementara beberapa aktivitas manusia seperti
pembakaran bahan bakar fosil pada kegiatan industri maupun aktivitas
kendaraan juga berkontribusi terhadap bertambahnya pencemar
partikulat di udara. Kegiatan-kegitan seperti penghancuran bangunan,
22
dan jalan yang belum diaspal, juga interaksi gas-gas seperti amoniak
(NH3) dan hidrokarbon dengan komponen-komponen lainnya di udara
akan membentuk partikulat (KLH RI 2013).
5) Hidrokarbon (HC)
Menurut KLH RI (2013) Pencemar udara berbahaya adalah
pencemar yang bersifat racun, dan dikategorikan sebagai pencemar yang
bisa menyebabkan kanker atau gangguan kesehatan yang serius seperti
kelainan reproduksi dan janin, atau gangguan ekologi yang tidak
terkendalikan. Setiap daerah dapat menetapkan kategori pencemar yang
diinventarisir berdasarkan sumber daya dan skala prioritas di daerah
tersebut. Hidrokarbon adalah pencemar yang penting diinventarisir
selain karena dampaknya terhadap kesehatan juga karena merupakan
prekursor pembentuk ozon troposfer. VOC diemisikan dari kendaraan
bermotor, distribusi bahan bakar, industri manufaktur kimia, dan pelarut.
Senyawa HC yang umum diemisikan dari kendaraan bermotor
adalah benzena, 1,3-butadiena dan PAH (polyaromatic hydrocarbon).
Selain itu terdapat banyak spesies hidrokarbon yang merupakan senyawa
prekursor pembentuk ozon pada reaksi fotokimia dengan NO dengan
bantuan sinar matahari, baik yang berasal dari sumber antropogenik
seperti yang bersumber dari bahan-bahan pelarut, maupun yang berasal
dari sumber alamiah (biogenik) seperti isopren (C5H8) dan monoterpene
(C15H24).
23
6) Karbondioksida (CO2)
Karbondioksida merupakan salah satu gas rumah kaca penyebab
utama pemanasan global yang mengakibatkan dampak perubahan iklim.
Banyak penelitian menyebutkan bahwa laut dan vegetasi diduga dapat
menyerap karbondioksida di atmosfer. Tantangan penting dalam bidang
sains iklim adalah bagaimana mengembangkan secara kuantitatif dan
prediksi dari penyerapan karbondioksida (Susandi dkk, 2006 dalam
Ramawijaya dkk, 2012).
Menurut konversi PBB mengenai perubahan iklim (United Nations
Framework Convention on Climate Change – UNCFCCC), ada 6 jenis gas
yang digolongkan sebagai GRK, yaitu Karbondioksida (CO2), Nitrogen
oksida (N2O) Metana (CH4), Sulfur heksaflorida (SF6), Perflorokarbon
(PFCs), dan Hidroflorokarbon (HFCs) (Samiaji, 2009).
Udara yang normal mengandung gas yang terdiri dari 78% nitrogen,
20% oksigen, 0,93% argon, 0,03% (300ppm) karbondioksida, dan sisanya
terdiri dari neon, helium, metan, dan hidrogen. Komposisi ini dapat
mendukung kehidupan manusia. Karbondioksida, metana, nitrogen oksida
merupakan gas rumah kaca (GRK) yang menyebabkan terjadinya efek
rumah kaca (ERK). Efek rumah kaca berguna bagi mahluk hidup di bumi.
Jika tidak ada gas rumah kaca, suhu di bumi rata-rata hanya -18oC. Suhu ini
terlalu rendah bagi sebagian mahluk hidup, termasuk manusia. Tetapi
dengan adanya efek rumah kaca suhu rata-rata di bumi menjadi 33oC lebih
24
tinggi, yaitu 15oC. Suhu ini sesuai bagi kehidupan mahluk hidup
(Soemarwoto, 1994 dalam Gratimah, 2009).
Efek rumah kaca timbul karena gas rumah kaca mempunyai indeks
pemanasan global atau disebut juga potensi pemanasan gas rumah kaca
seperti ditunjukan pada Tabel dibawah ini.
Tabel 2.1. Index Pemanasan Global Gas Rumah Kaca
Sumber : KLH, Indonesia : The First National Communication, 1999
dalam Samiaji 2009.
Menurut Trismidianto dkk, 2008 dalam Samiaji, 2009 meskipun
karbondioksida mempunyai potensi pemansan yang paling kecil, tetapi
karena konsentrasinya di atmosfer adalah yang paling besar dibanding gas
rumah kaca yang lain yakni sekitar 55%, maka justru karbondioksida-lah
yang sekarang menjadi bahan perhatian dunia karena diisukan menjadi
penyebab utama pemanasan global.
Aliran karbon dari atmosfer ke vegetasi merupakan aliran yang
bersifat dua arah, yaitu pengikatan CO2 ke atmosfer melalui proses
dekomposisi dan pembakaran dan penyerapan CO2 oleh tanaman. Secara
alamiah berada di atmosfer bumi, berasal dari emisi gunung berapi dan
aktivitas mikroba di tanah (perombakan bahan organik) dan respirasi
tumbuhan serta hasil pernapasan manusia. Selain itu gas ini juga dihasilkan
No Jenis Gas Rumah Kaca Potensi Pemanasan (Ton CO2
ekuivalen)
1 Karbondioksida (CO2) 1
2 Metana (CH4), 21
3 Nitrogen oksida (N2O) 310
4 Hidroflorokarbon (HFCs) 500
5 Sulfur Hexafluorokarbon (SF6) 9200
25
dari proses pembakaran bahan bakar minyak dan gas yang banyak di
pergunakan di kota. Setiap jenis bahan bakar minyak dan gas yang
dipergunakan menghasilkan jumlah emisi gas CO2 yang berbeda-beda.
Salah satu upaya manusia untuk mengurangi emisi karbondioksida
agar tidak terjadi pemanasan global selain dengan protokol Kyoto,
menyuntikan gas karbondioksida ke dalam tanah atau laut bisa menjadi
alternatif. Selain itu mengubah gas karbondioksida menjadi cair kemudian
dipakai untuk karbonasi minuman adalah bisa mengurangi emisi
karbondioksida. Kemudian penghematan pemakaian energi fosil misalnya
mengganti kendaraan pribadi dengan transportasi masal atau mengganti
pemakaian energi fosil dengan energi yang ramah lingkungan seperti tenaga
nuklir, tenaga air, tenaga angin untuk energi listrik untuk kendaraan
bermotor, kereta api atau mengganti kendaraan berbahan bakar fosil untuk
jarak dekat dengan kendaraan bertenaga manusia, hewan seperti andong,
becak, sepeda, atau menjadikan sungai sebagai sarana angkutan dengan
menggunakan rakit atau perahu dayung merupakan upaya yang perlu
dilakukan. Upaya lain adalah penambahan sarana penyerapan
karbondioksida di atmosfir seperti penanaman hutan gundul, penghijauan di
berbagai kota dan sebagainya (Samiaji, 2009).
4. Konsumsi Listrik
Peningkatan yang pesat dalam aktivitas industri diikuti oleh
peningkatan yang pesat dalam konsumsi energi, yang akhirnya
meningkatkan laju ekploitasi sumber daya alam. Energi memegang peranan
26
yang sangat penting dalam hampir semua kegiatan industri. Di seluruh
dunia, sekitar 30% total konsumsi energi dipakai untuk memenuhi
kebutuhan listrik, sedang 70% lainnya dipakai untuk berbagai keperluan
yang meliputi transportasi, di konversi menjadi air panas maupun uap panas
untuk proses industri, serta untuk desalinasi air laut. Sektor industri
merupakan pemakai energi dalam jumlah yang sangat besar, mencapai 45%
dari total pemakian energi, dan menempati posisi tertinggi dibandingkan
dengan sektor-sektor lainnya (Akhadi, 2009:9)
Listrik merupakan sumber energi sekunder. Artinya, listrik di peroleh
dari konversi sumber energi lain. Misalnya batubara, gas bumi, minyak
bumi, dan nuklir. Sumber energi lain tersebut merupakan sumber energi
primer. Sumber energi yang kita gunakan untuk membuat listrik dapat
berupa sumber energi yang dapat diperbarui atau tidak dapat diperbarui.
Akan tetapi listrik tidak akan digolongkan dapat diperbarui atau tidak dapat
diperbarui (Pramudita:2008).
Penggunaan energi listrik semakin mendapat tempat di masyarakat
karena beberapa keuntungan yang dimiliki oleh sumber energi tersebut.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa listrik adalah bentuk energi yang saat ini
telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat modern. Listrik memiliki
banyak arti dalam kehidupan ini banyak ditinjau dari segi penunjang
produktivitas maupun yang berkaitan dengan unsur-unsur kualitas
kehidupan.
27
Masyarakat awam mengkonsumsi energi listrik lebih banyak
berkaitan dengan unsur-unsur yang menunjang kualitas kehidupan,
termasuk masalah kenyamanan dan kemampuan untuk mengembangkan
diri. Karena itu, listrik telah menjadi komoditas kebutuhan primer dalam
kehidupan manusia. Karena telah menyatunya kehidupan dan energi listrik
itu, maka pada masyarakat umum yang telah mendapatkan suplai energi ini,
jarang sekali mereka memperhatikan masalah yang berkaitan dengan listrik.
Masyarakat baru menyadari peran energi listrik sebagai penunjang
kehidupan apabila terjadi gangguan suplai dan kehilangan kenyamanan.
Listrik memiliki peran strategis dalam proses pembangunan karena
berperan sebagai penunjang produktivitas. Dalam aktivitas pembangunan,
listrik merupakan bentuk energi yang sangat fleksibel baik ditinjau dari segi
kemungkinan konversinya maupun dari segi transmisinya. Energi listrik
cukup mudah dikonversikan menjadi energi dalam bentuk lain, misal
dirubah menjadi energi mekanik untuk menggerakan mesin-mesin produksi,
diubah menjadi energi panas untuk proses-proses dalam agroindustri,
diubah menjadi cahaya untuk penerangan dalam sektor jasa dan pelayanan
publik, diubah menjadi pulsa untuk komunikasi dan sejenisnya. Energi ini
cukup mudah untuk ditransmisikan dari tempat pembangkitan ke konsumen
melalui kabel transmisi yang jaraknya bisa mencapai ratusan kilometer.
Hampir semua sektor kehidupan membutuhkan suplai energi listrik,
seperti : sektor industri, niaga atau komersial, angkutan, perkantoran, rumah
tangga, serta pemerintahan dan pelayanan umum. Untuk menunjang
28
kontinyuitas derap industrialisasi dan meningkatkan kenyamanan hidup
umat manusia diperlukan energi listrik yang mencukupi (Akhadi, 2009:9-
22).
5. Karbondioksida dalam Proses Fotosintesis pada Pohon
Pohon atau tumbuhan secara ekologis melindungi kota dari masalah
lingkungan, antara lain karena tumbuhan dapat mengeluarkan gas oksigen,
sebagai pelindung mata air/peresapan air tanah, mengurangi debu, terpaan
angin, kebisingan, menurunkan suhu serta mengikat CO2 melalui proses
fotosintesis (Nugradi, 2009).
Fotosintesis adalah proses metabolisma pada tanaman dengan bantuan
klorofil dan cahaya, mengubah karbondioksida dan air menjadi karbohidrat
dan molekul oksigen. Proses fotosintesis berlangsung pada jaringan mesofil,
karena pada jaringan tersebut terdapat kloroplas dimana juga terdapat
klorofil. Kloroplas terdiri dari dua bagian yaitu : 1. Tilakoid yang tersusun
dari grana yang memungkinkan terjadinya pengubahan energi cahaya
menjadi energi kimia, 2. Lamela bagian cair (kurang padat) yang merupakan
tempat terjadinya reduksi CO2 pada reaksi gelap. Gas karbondioksida
sebagai bahan utama fotosintesis masuk melalui stomata. Produktivitas
tanaman dapat dengan tepat ditaksir dengan mengukur baik oksigen maupun
karbondioksida yang digunakan dalam proses fotosintesis karena jumlah C
dalam CO2 berbanding lurus dengan jumlah C terikat dalam gula selama
fotosintesis, produktivitas dapat di duga dengan menghilangnya CO2 di
lingkungannya (Harjadi,1979:28).
29
Kemampuan atau efisiensi tumbuhan dalam mensintesis karbohidrat
menurut (Gratimah, 2009) dipengaruhi oleh beberapa faktor genetik.
Berdasarkan proses fotosintesisnya berupa senyawa dengan 4 atom C yang
disebut asam mulat atau asam asparat. Contohnya: tebu, jagung, sorgum,
dan beberapa spesies rumput asal tropis. Tumbuhan C-3 tumbuhan yang
menghasilkan produk awal fotosintesis dengan 3 atom C (asam 3-
fosfogliserat), contohnya seluruh gymnospermae, pteridophyta, bryophyte
dan ganggang. Tumbuhan CAM (Crassulecean Acid Metabolism) tanaman
karakteristik untuk daerah asam, panas, seperti gurun. Kebanyakan berupa
tanaman sekulen dan mempunyai kutikula yang khas dengan vakuola yang
besar dan lapisan sitoplasmanya tipis. Tumbuhan yang ditandai dengan
metabolisme unik dimana melibatkan proses karboksilasi ganda beruntun,
contohnya sukulen dan tumbuhan di daerah kering. Secara umum tumbuhan
C-4 mempunyai laju fotosintesis yang tertinggi sementara tumbuhan CAM
mempunyai laju fotosintesis yang rendah.
Berdasarkan umur dan kemampuan berfotosintesis akan meningkat
pada awal perkembangan daun, tetapi kemudian menurun sebelum daun
tersebut berkembang penuh. Perbedaan warna dapat digunakan untuk
membandingkan warna antara daun yang masih muda dan daun dewasa.
Daun yang berwarna hijau muda keputih-putihan, sedangkan yang sudah
dewasa biasanya berwarna hijau tua. Daun yang mengalami scnesscene
akan berwarna kuning dan hilang kemampuannya untuk berfotosintesis
karena perombakan klorofil dan hilangnya kloroplas.
30
Cahaya merupakan sumber energi untuk reaksi anabolik fotosintesis.
Secara umum fiksasi CO2 maksimum terjadi di sekitar tengah hari, yaitu
pada saat intensitas cahaya mencapai puncaknya. Namun, efisiensi
fotosintesis maksimum tercapai pada intensitas cahaya matahari penuh dan
hari panjang yang hasil tertinggi tanaman dicapai. Adanya penutupan
cahaya matahari oleh awan akan mempengaruhi laju fotosintesis.
Peningkatan cahaya secara berangsur-angsur akan meningkatkan
fotosintesis sampai tingkat kompensasi cahaya yaitu tingkat cahaya saat
pengambilan CO2 sama dengan CO2 (Gratimah, 2009).
Harjadi (1979:29) menjelaskan bahwa salah satu faktor penting yang
menentukan keefisienan fotosintesis aktual dari sehelai daun adalah perilaku
dimana laju fotosintesis berubah menurut intensitas cahaya. Laju
fotosintesis meningkat menurut intensitas cahaya hanyalah pada intensitas
tertentu. Pada intensitas ini dapat digunakan daun berada dalam keaadaan
jenuh cahaya (light-saturated).
Walaupun fotosintesis meningkat dengan meningkatnya cahaya,
tetapi peningkatannya kurang melaju, dan keefisienan penangkapan cahaya
akibatnya menurun. Kenyataannya, keefisienan maksimum dapat diperoleh
hanya dibawah intensitas cahaya yang rendah. Bila intensitas tinggi, secara
relatif lebih banyak cahaya dilakukan lewat daun-daun dan dipantulkan
olehnya. Pada intensitas rendah sebagian besar cahaya dapat diserap dan
digunakan. Untuk suatu periode pendek mungkin keefisienan 7-10% untuk
tanaman tertentu, tetapi untuk jangka waktu yang panjang hanya sebesar 2-
31
3% yang paling banyak dapat diharapkan, meskipun suhu, karbondioksida,
air dan unsur mineral dalam keadaan optimum.
Cahaya dapat melewati hanya beberapa lapisan daun pada tanaman
yang rendah, tetapi dapat sampai 15-20 lapis di hutan tropika, dimana 95%
cahaya mungkin telah diabsorpsi sebelum mengenai tanah. Pada hutan-
hutan alam, jumlah cahaya yang mengenai daun-daun bawah berada
dibawah titik kompensasi yaitu suatu intensitas cahaya yang dibutuhkan
untuk mempertahankan laju fotosintesis menyamai laju respirasi. Cabang-
cabang bawah terus dapat bertahan karena cabang-cabang atas mensuplai
mereka dengan karbohidrat, jadi cabang-cabang bawah tersebut merupakan
cabang-cabang negatif.
Tanaman-tanaman yang rendah dengan daun-daunan yang secara
relatif dekat tanah, nampaknya lebih efisien daripada hutan, dimana daun
menyebar dalam kisaran tinggi yang luas, layaknya ini disebabkan pada
tanaman-tanaman rendah persentase daun yang mendapat cahaya dibawah
titik kompensasi lebih rendah.
Pengaruh utama kekurangan air pada fotosintesis adalah dalam hal
aktivitas stomata yaitu membuka dan menutupnya stomata. Stomata
memiliki fungsi sebagai pintu masuknya CO2 dan keluarnya uap air ke daun
atau dari daun. Besar kecilnya pembukaan stomata merupakan regulasi
terpenting yang dilakukan oleh tanaman, dimana tanaman berusaha
memasukan CO2 sebanyak mungkin tetapi dengan mengeluarkan air sedikit
mungkin, untuk mencapai efisiensi pertumbuhan yang tinggi. Jika CO2 di
32
atmosfir meningkat tanaman tidak membutuhkan pembukaan stomata
maksimum jika kadar CO2 optimum di dalam daun, sehingga laju
pengeluaran uap air dapat dikurangi (June, 2006 dalam Gratimah, 2009).
Menurut (Etherington 1976, dalam Gratimah 2009) daun yang terserang
penyakit menyebabkan tidak bisa melakukan fotosintesis secara optimal.
Menurut Yusuf (2015) Gas CO2 yang dihasillkan oleh berbagai proses
di alam ketika manusia belum mencemari lingkungan akan dapat diserap
kembali oleh mikrofita (tumbuhan renik) dan mikrofita (tumbuhan) baik
yang terdapat di perairan maupun di daratan. Tumbuhan dapat menyerap
gas CO2 melalui proses fotosintesis berdasarkan rumus :
Tanaman merupakan penyerap karbondioksida (CO2) di udara.
Bahkan diantara tanaman-tanaman itu sangat jago, mempunyai kemampuan
besar untuk menyerap karbondioksida (CO2). Pohon trembesi (Samanea
saman), dan Cassia (Cassia sp) merupakan salah satu contoh tumbuhan
yang kemampuan menyerap CO2-nya sangat besar hingga mencapai ribuan
Kg/tahun. Sebagaimana diketahui, tumbuhan melakukan fotosintesis untuk
membentuk zat makanan atau energi yang dibutuhkan tanaman tersebut.
Dalam fotosintesis tersebut tumbuhan menyerap karbondioksida (CO2) dan
air yang kemudian dirubah menjadi glukosa dan oksigen dengan bantuan
sinar matahari. Semua proses ini berlangsung di klorofil. Kemampuan
tanaman sebagai penyerap karbondioksida akan berbeda-beda. Banyak
faktor yang mempengaruhi daya serap karbondioksida, diantaranya
33
ditentukan berdasarkan banyak sedikitnya magnesium daun akan berwarna
hijau gelap.
Daya serap karbondioksida sebuah pohon juga ditentukan oleh luas
keseluruhan daun, umur daun, dan fase pertumbuhan tanaman. Selain itu,
pohon-pohon yang berbunga dan berbuah memiliki kemampuan fotosintesis
yang lebih tinggi sehingga mampu sebagai penyerap karbondioksida yang
lebih baik. Faktor lainnya yang ikut menentukan daya serap karbondioksida
adalah suhu, sinar matahari, dan ketersediaan air. Trembesi juara pohon
penyerap karbondioksida. Adalah Endes N. Dahlan, seorang dosen Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor yang melakukan penelitian daya serap
karbondioksida pada berbagai jenis pohon. Penelitian yang dilakukan pada
tahun 2007-2008 memberikan hasil bahwa trembesi (Samanea saman)
terbukti menyerap paling banyak karbondioksida.
Dalam setahun, trembesi mampu menyerap 28.488,39 Kg
karbondioksida. Selain pohon trembesi, didapat juga berbagai jenis tanaman
yang mempunyai kemampuan tinggi sebagai tanaman penyerap
karbondioksida. Pohon-pohon itu diantaranya adalah cassia, kenanga,
pingku, beringin, krey payung, matoa, mahoni, dan berbagai jenis tanaman
lainnya. Daftar pohon penyerap karbondioksida. Berkikut merupakan daftar
tanaman yang mempunyai daya serap karbondioksida yang tingggi
berdasarkan riset Endes N. Dahlan. Berikut merupakan daftar tanaman
penyerap karbondioksida (Setyowati, 2014:121)
34
Tabel 2.2. Tanaman Penyerap Karbondioksida (CO2).
No.
Nama
Tanaman
Nama Latin
Daya Serap
(Kg/pohon/tahun)
1. Trembesi Samanea saman 28.488,39
2. Cassia Cassia sp 5.295,47
3. Kenanga Canangium odoratum 756,59
4. Pingku Dyxoxylum excelsum 720,49
5. Beringin Ficus benyamania 535,90
6. Krey payung Fellicium decipiens 404,83
7. Matoa Pometia pinnata 329,76
8. Mahoni Swettiana mahagoni 295,73
9. Saga Adenanthera pavoniana 221,18
10. Bungur Lagerstroemia speciosa 160,14
11. Jati Tectona grandis 135,27
12. Nangka Arthocarpusheterophyllus 126,51
13. Johar Cassia grandis 116,25
14. Sirsak Annona muricata 75,29
15. Puspa Schima wallichi 63,31
16. Akasia Acacia auriculiformis 48,68
17. Flamboyan Delonix regia 42,20
18. Sawo kecik Maniilkara kauki 36,19
19. Tanjung Mimusops elengi 34,29
20. Bunga merak Caesalpinia pulcerrima 30,95
21. Sempur Dilenia ratusa 24,24
22. Khaya Khaya anthoteca 21,90
23. Merbau pantai Intsia bijunga 19,25
24. Akasia Acacia managium 15,19
25. Angsana Pterocarpus indicus 11,12
26. Asam kanji Pithecelobium dulce 8,48
27. Saputangan Maniltoa grandiflora 8,26
28. Dadap merah Erythrina cristagalli 4,55
29. Rambutan Niphelium lappaceum 2,19
30. Asam Tamarindus indica 1,49
31. Kempas Coompasia excelsa 0,20
Sumber : Dahlan (2008) dalam Setyowati (2014).
Selain itu, menurut Direktorat Jenderal Kehutanan, Tahun 1990,
pohon juga diklasifikasikan berdasarkan ukuran dan dibedakan atas:
a. Semai (seedlings), yaitu pohon yang tingginya kurang dari atau sama
dengan 1,5 meter.
b. Sapihan atau pancang (saplings), yaitu pohon yang tingginya lebih dari
1,5 meter dengan diameter batang kurang dari 10 cm.
35
c. Tiang (poles) yaitu pohon dengan diameter batang 10-19 cm.
d. Pohon inti (nucleus trees), yaitu pohon dengan diameter batang 20-49
cm.
e. Pohon besar (trees), yaitu pohon dengan diamter batang lebih dari 50 cm.
Sampai abad ke-19, gas CO2 masih seimbang diantara atmosfer,
biosfer dan hidrosfer. Manusia sebagai penghasil CO2 sebesar 0,5% dari
jumlah CO2 di atmosfer setiap tahun sehingga kandungan gas ini meningkat
sebanyak 0,25%. Akibatnya laut tidak mampu lagi sebagai penyangga. Jika
produksi CO2 dapat diperlambat, diharapkan lautan dapat mengimbangi
kembali. Disinilah peranan vegetasi karena setiap tumbuhan hijau akan
menyerap CO2 dan menghasilkan O2. Setiap tahun tambahan CO2 dari
pembakaran fosil seesar 3,64x109 Ton. Hutan yang ada dapat menyangga
rata-rata 1 Ton/acre/tahun sehingga dunia memerlukan tambahan 1.820 juta
acre hutan (Rich, 1970 dalam Irwan 2005).
6. Universitas Negeri Semarang (UNNES).
Universitas Negeri Semarang (UNNES) adalah perguruan tinggi
negeri yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Republik Indonesia untuk
melaksanakan pendidikan akademik dan profesional dalam sejumlah
disiplin ilmu, teknologi, olahraga, seni, dan budaya. Sebelum menjadi
universitas, lembaga pendidikan ini dikenal dengan nama IKIP Negeri
Semarang yang berdiri pada tahun 1965 di Kota Semarang. Kampus
utamanya terletak di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota
36
Semarang, kampus lainnya terletak di Ngaliyan Kota Semarang, Kelud Kota
Semarang, Bendan Ngisor Kota Semarang, dan di Kemandungan Kota
Tegal.
Kampus utama UNNES terletak di Kelurahan Sekaran Kecamatan
Gunungpati Kota Semarang, Kampus Sekaran memiliki luas sebesar 53,29
ha. Kampus sekaran merupakan kampus utama sebagai kegiatan
perkuliahan untuk D3 dan S1, kecuali program studi PGSD yang
diselenggarakan di kampus Ngaliyan dan Kampus Tegal. Perpustakaan
pusat universitas juga terletak di kampus Sekaran, selain itu terdapat pula
fasilitas lain seperti pusat administrasi mahasiswa, pusat kegiatan
mahasiswa, gymnasium, stadion, asrama, dan lain-lain. Pada tahun 2017
jumlah dosen di kampus UNNES sebesar 1.033, sedangkan jumlah
mahasiswa aktif di kampus UNNES adalah sebesar 32.426 mahasiswa.
Tanggal 12 Maret 2010, UNNES mendeklarasikan diri menjadi
Universitas Konservasi dan bertekad untuk menerapkan prinsip-prinsip
perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan secara lestari terhadap sumber
daya alam dan seni budaya, serta berwawasan ramah lingkungan dalam
pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pada tahun 2011, Visi UNNES
sebagai Universitas Konservasi kian tegas, dan sejak itu UNNES memiliki
Visi “Menjadi Universitas Konservasi Bertaraf Internasional yang Sehat,
Unggul, dan Sejahtera pada Tahun 2020”. Badan pengembangan konservasi
UNNES memiliki tujuh divisi, yaitu divisi keanekaragaman hayati, divisi
arsitektur hijau dan transportasi internal, divisi pengelolaan limbah, divisi
37
kebijakan nir kertas, divisi etika seni dan budaya dan divisi kader
konservasi.
Masa Kolonial Belanda: Cikal Bakal.
Cikal bakal UNNES sudah ada sejak masa Pemerintah Kolonial
Belanda. Pada saat itu Pemerintah Kolonial Belanda menyelenggarakan
sekolah guru di atas SMA. Lembaga-lembaga pendidikan guru yang saat itu
didirikan adalah Middelbaar Onderwijzer A Cursus (MO-A) dan
Middelbaar Onderwijzer B Cursus (MO-B). Keduanya merupakan lembaga
pendidikan yang didirikan untuk menyiapkan guru-guru SMTP dan SMTA.
Setelah Indonesia merdeka, kursus MO-A dan MO-B diselenggarakan
di Semarang sampai dengan tahun 1950. Dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 41/1950, Kursus MO-A dijadikan Kursus B-I dan Kursus MO-B
dijadikan Kursus B-II yang diselenggarakan sampai dengan tahun 1960.
Periode 1960-1963: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
dan Sekolah Tinggi Olahraga (STO).
Tanggal 1 Januari 1961 dengan Keputusan Sekretaris Jenderal
Departemen Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Nomor 108487/S
tanggal 27 Desember 1960, Kursus B-I dan Kursus B-II diintegrasikan ke
dalam Universitas Diponegoro menjadi sebuah Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP).
Pada tahun 1963, Jurusan Pendidikan Jasmani yang semula bagian dari
Kursus B-II dipisah menjadi Sekolah Tinggi Olahraga (STO) yang berdiri
38
sendiri di bawah Departemen Olahraga. Perubahan ini didasarkan pada
Keputusan Menteri Olahraga Nomor 23 Tahun 1963 tanggal 19 April 1963.
Periode 1963-1965: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP)
Yogyakarta cabang Semarang.
Sementara FKIP UNDIP menjalankan program-program dalam
struktur Departemen Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP), pada
tahun 1962 oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Pengajaran (PD&K)
didirikan pula lembaga pendidikan guru yang baru, yaitu Instiut Pendidikan
Guru (IPG) dengan fungsi dan tujuan yang sama dengan FKIP.
Untuk menghindari dualisme dalam pendiidkan guru tingkat
pendidikan tinggi, Presiden RI dengan keputusan Nomor 1/1963 tanggal 3
Januari 1963, menyatukan FKIP dan IPG menjadi IKIP yang setara dengan
universitas didalam lingkungan Departemen PTIP. Atas dasar Keputusan
Presiden tersebut, Menteri PTIP mendirkan IKIP melalui Keputusan
Menteri PTIP Nomor 55 tahun 1963 tanggal 22 Mei 1963.
Sebagai tindak lanjutnya diterbitkanlah Keputusan Bersama Menteri
PTIP dan Menteri PD&K Nomor 32 tahun 1964, tanggal 4 Mei 1964 tentang
penyatuan FKIP dan IPG di Jakarta, Bandung, Malang dan Yogyakarta ke
dalam IKIP.
Periode 1965-1999: IKIP Semarang.
IKIP Yogyakarta cabang Semarang berkembang dengan pesat. Agar
perkembangannya lebih terarah pada masa mendatang, sambil menunggu
39
Keputusan Presiden, Menteri PTIP menerbitkan Keputusan Menteri PTIP
Nomor 40 tahun 1965 tanggal 8 Maret 1965, yang menetapkan IKIP
Yogyakarta cabang Semarang menjadi IKIP Semarang yang terdiri dari
Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan Sastra dan Seni, dan Fakultas
Ilmu Sosial, Fakultas Keguruan Ilmu Eksakta, dan Fakultas Keguruan
Teknik. Pada tahun 1977 program pendidikan guru olahraga kembali lagi ke
dalam induknya dalam wadah baru yang disebut Fakultas Keguruan Ilmu
Keolahragaan (FKIK).
Periode 1999 s/d sekarang: Universitas Negeri Semarang (UNNES).
Dengan terbitnya Keputusan Presiden Nomor 124 Tahun 1999 tentang
perubahan IKIP Semarang, Bandung, dan Medan menjadi universitas, IKIP
Semarang kemudian bernama Universitas Negeri Semarang yang disingkat
UNNES. Pada tahun 2000 nama-nama fakultas di lingkungan UNNES
berubah menjadi: Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Bahasa dan Seni,
Fakultas Ilmu Sosial, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Fakultas Teknik, Fakultas Ilmu Keolahragaan, dan Program Pascasarjana.
Pada tahun 2006 berdirilah Fakultas Ekonomi, setahun kemudian
dibentuklah Fakultas Hukum UNNES, berdirinya kedua fakultas baru ini
merupakan konsekuensi menjadi universitas.
40
B. Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan
Kajian hasil-hasil penelitian yang relevan berisi tentang daftar-daftar
penelitian terdahulu yang telah dilaksanakan dan sudah diketahui hasilnya serta
mempunyai hubungan dengan penelitian ini baik hubungan tentang apa yang
dikaji,teknik analisis data yang digunakan, dan sebagainya. Penelitian yang
pertama dilakukan oleh Frankie Chiarly Rawung pada tahun 2015 yang
berjudul “Efektivitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam Mereduksi Emisi Gas
Rumah Kaca (GRK) di Kawasan Perkotaan Baroko”. Penelitian ini memiliki
tujuan untuk Menghitung Besaran Emisi CO2 yang dihasilkan dari aktivitas
perkotaan, Menghitung gambaran daya serap RTH publik eksisting dalam
mereduksi emisi CO2 dan Menghasilkan rencana kebutuhan berupa arahan
pengembangan RTH publik yang sesuai dengan karakteristik kawasan.
Persamaan dari penelitian yang sekarang dengan penelitian terdahulu adalah
terletak pada kajian berupa menghitung emisi CO2 langsung dan tidak
langsung serta metode yang digunakan yaitu IPCC GL 2006. Perbedaan dari
penelitian yang sekarang dengan penelitian terdahulu adalah pada penelitian
sekarang menghitung serapan emisi berdasarkan satuan jenis dan jumlah
sedangkan pada penelitian terdahulu berdasarkan luas tutupan vegetasi.
41
Penelitian yang kedua dilakukan oleh Mira Tri Wulandari, dkk pada
tahun 2013 dengan judul “ Kajian Emisi CO2 Berdasarkan Penggunaan Energi
Rumah Tangga Sebagai Penyebab Pemanasan Global (Studi Kasus Perumahan
Sebantengan, Gedang Asri, Susukan RW 07 Kabupaten Semarang)”.
Penelitian tersebut memiliki tujuan untuk menghitung emisi CO2 langsung dan
tidak langsung di perumahan Sebantengan, Gedang Asri, dan Susukan
kabupaten Semarang. Persamaan penelitian yang sekarang dilakukan dengan
penelitian terdahulu ini adalah sama-sama menghitung emisi CO2 baik yang
bersifat langsung maupun tidak langsung. Perbedaan dari penelitian yang
sekarang dilakukan dengan penelitian terdahulu ini terletak pada metode yang
digunakan, dimana penelitian yang sekarang ini menggunakan metode IPCC
GL 2006, sedangkan penelitian terdahulu ini menggunakan metode IPCC GL
1996. Perbedaan yang lainnya yaitu penelitian sekarang bertujuan untuk
menghitung kemampuan pohon di lokasi penelitain dalam menyerap emisi
yang dihasilkan berdasarkan jenis dan jumlah pohon.
42
Tab
el 2
.3. K
ajia
n h
asil
-has
il P
enel
itai
n y
ang R
elev
an
Nam
a P
enli
ti
Jud
ul
Pen
elit
ian
T
uju
an
Met
od
e P
enel
itia
n
Has
il P
enel
itia
n
Fra
nk
ie
Chia
rly
Raw
un
g,
20
15
Efe
kti
vit
as
Ruan
g
Ter
buka
Hij
au
(RT
H)
dal
am
Mer
eduk
si E
mis
i
Gas
R
um
ah
Kac
a
(GR
K)
di
Kaw
asan
Per
kan
tora
n B
aro
ko
1.
Men
ghit
ung
bes
aran
em
isi
CO
2 y
ang d
ihas
ilkan d
ari
akti
vit
as p
erko
taan
2.
Men
ghit
ung
gam
bar
an
day
a se
rap
R
TH
p
ub
lik
eksi
stin
g
dal
am
re
duksi
em
isi
CO
2
3.
Men
ghasi
lkan
re
nca
na
keb
utu
han
ber
up
a ar
ahan
pen
gem
ban
gan
R
TH
pub
lik y
ang s
esuai
dengan
kar
akte
rist
ik k
aw
asa
n
� P
op
ula
si d
alam
penel
itia
n ini y
aitu
kel
om
po
k
pen
ghas
il
em
isi
gas
rum
ah
kac
a yan
g
terd
iri
dar
i
keg
iata
n T
ransp
ort
asi,
Ko
mer
sial
,
Per
kan
tora
n d
an P
eru
mahan
� T
eknik
pen
gu
mp
ula
n d
ata
pri
mer
: S
ure
vi
lap
angan s
edan
gkan
dat
a
sek
und
er
yai
tu
do
ku
menta
si
dan
surv
ei i
nst
ansi
.
� T
ota
l E
mis
i C
O2 y
an
g d
ihasi
lkan
seb
esar
11
74
,19
To
n/t
ahun
� D
aya
sera
p
RT
H
eksi
stin
g
dal
am
mer
edu
ksi
C
O2 se
bes
ar 5
74
,4 T
on at
au
han
ya
seb
esar
5
2,2
2%
d
ari
tota
l em
isi
yan
g d
ihasi
lkan
� R
enca
na
keb
utu
han R
TH
dia
rahkan u
ntu
k
dik
em
bang
kan d
alam
b
entu
k ja
lur
hij
au
atau
ja
lur
tanam
an
tep
i ja
lan
pad
a si
si
kan
an
-kir
i ja
lan
p
ada
ko
rid
or
pen
elit
ian
den
gan ja
rak p
er p
oho
nn
ya
min
imal
1
2
met
er.
Mir
a T
ri
Wula
nd
ari,
dkk.
20
12
.
Kaj
ian
em
isi
CO
2
ber
das
arkan
pen
ggu
naa
n
ener
gi
rum
ah
tan
gga
seb
agai
pen
yeb
ab
pem
anas
an
glo
bal
(s
tud
i kasu
s
per
um
ahan
se
bante
ng,
ged
ang
asri
, su
sukan
Kab
. S
emar
ang.
1.
Men
ghit
ung
em
isi
CO
2
pri
mer
dan
sek
und
er
2.
Men
ghit
ung
em
isi
CO
2
tota
l
� P
op
ula
si
dal
am
p
enel
itia
n
yai
tu
selu
ruh
KK
yan
g
terd
afta
r d
i
per
um
ahan
.
� S
amp
el p
enel
itia
n d
iam
bil
den
gan
met
od
e p
enar
ikan
acak
b
erst
rata
seca
ra p
ropo
rsio
nal
.
� T
eknik
p
engu
mp
ula
n
dat
a;
dat
a
pri
mer
d
engan
m
eto
de
ang
ket
,
dat
a se
ku
nd
er
men
gg
unakan
tekn
ik d
ok
um
enta
si.
� T
eknik
anal
isis
dat
a
men
ggu
nakan
p
erhit
un
gan
mat
em
atis
den
gan r
um
us.
� E
mis
i la
ng
sun
g t
erd
iri
dar
i b
ahan
bak
ar
LP
G d
an p
rem
ium
. T
ota
l em
isi
lan
gsu
ng
per
bula
n p
eru
mahan s
ebante
ngan
14
3,3
2
ton/t
ahu
n,
per
um
ahan g
edan
g a
sri
71
,01
ton/t
ahu
n, d
an p
eru
mahan
susu
kan 1
6,7
27
ton/t
ahu
n.
� E
mis
i se
kund
er
mer
up
akan
hasi
l
pem
akai
an
ener
gi
list
rik
rum
ah
tangga.
To
tal
emis
i C
O2 p
eru
mahan s
eban
ten
gan
29
,31
to
n/t
ahun,
per
um
ahan g
edan
g a
sri
13
,77 t
on/t
ahu
n d
an p
eru
mah
an s
usu
kan
26
,45 t
on/t
ahu
n.
� T
ota
l E
mis
i C
O2 p
eru
mah
an s
eban
ten
gan
2,7
95
to
n/t
ahun,
per
um
ahan g
edan
g a
sri
14
,203
to
n/t
ahu
n,
per
um
ah
an
susu
kan
26
,493
to
n/t
ahu
n.
43
C. Kerangka Berfikir
Berkurangnya jumlah vegetasi yang ada di kampus UNNES disebabkan
oleh perubahan penggunaan lahan yang terjadi di dalam kawasan kampus.
Lahan terbangun jumlahnya semakin bertambah seiring dengan pembangunan
gedung-gedung baru didalam area kampus. Bertambahnya gedung-gedung
baru mengakibatkan peralatan yang ada di dalam gedung juga ikut bertambah
dan konsumsi listrik juga akan meningkat karena peralatan tersebut
membutuhkan listrik untuk dapat dioperasikan. Selain itu juga jumlah
kendaraan bermotor yang memasuki area kampus setiap harinya berjumlah
ratusan bahkan ribuan, dengan banyaknya kendaraan bermotor yang memasuki
area kampus maka penggunaan bahan bakar minyak pun bertambah karena
kendaraan bermotor tidak bisa beroperasi tanpa adanya bahan bakar minyak.
Bertambahnya jumlah konsumsi listrik dan konsumsi bahan bakar minyak
maka emisi CO2 yang dihasilkan juga bertambah.
Lahan terbangun yang semakin bertambah mengakibatkan ruang terbuka
hijau jumlahnya semakin berkurang, jumlah pohon yang ada di dalamnya pun
ikut berkurang begitu juga dengan keanekaragaman jenis pohon yang ada di
dalamnya. Berkurangnya jumlah pohon maka serapan emisi juga akan
berkurang karena jumlah pohon yang berfungsi sebagai penyerap emisi
jumlahnya berkurang. Bertambahnya jumlah emisi yang dihasilkan dan
semakin berkurangnya jumlah pohon untuk menyerap emisi yang dihasilkan
tersebut maka perlu diteliti apakah pohon yang ada mampu atau tidak
menyerap emisi yang dihasilkan di kampus UNNES.
44
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir.
85
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian ini yang berjudul Penyerapan Emisi Karbon dari
dari Kendaraan Bermotor, Penggunaan Genset, dan Konsumsi Listrik oleh
Pohon di Kampus UNNES maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Sebaran pohon yang ada di Kampus UNNES tersebar tidak merata di setiap
fakultas dan unit kerja. Jenis pohon yang ada di setiap fakultas dan unit
kerja sangat beragam, jenis pohon paling sedikit berada di Fakultas Teknik
yaitu 28 jenis. Sedangkan jenis paling banyak berada di Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dengan 75 Jenis pohon. Total
jumlah pohon yang ada di Kampus UNNES berjumlah 10.264 pohon.
2. Emisi karbondioksida dalam penelitian ini merupakan emisi
karbondioksida yang dihasilkan dari kendaraan bermotor, penggunaan
genset, dan konsumsi listrik. Wilayah penghasil emisi karbondioksida
tertinggi di Kampus UNNES adalah wilayah Fakultas Ilmu Sosial, Fakultas
Ekonomi, dan Fakultas Hukum. Sedangkan wilayah penghasil emisi
karbondioksida terrendah adalah Fakultas Ilmu Pendidikan.
3. Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa emisi yang bersifat
langsung yang berasal dari kendaraan bermotor dan penggunaan genset
mampu terserap oleh semua pohon yang ada di setiap fakultas dan unit
kerja yang ada di kampus UNNES. Sedangkan untuk emisi total yang
berasal dari kendaraan bermotor, penggunaan genset, dan konsumsi listrik
85
86
tidak semua fakultas atau unit kerja yang ada di UNNES mampu menyerap
emisi karbondioksida yang dihasilkan. Hanya Fakultas Ilmu Pendidikan
dan Fakultas Ilmu Keolahragaan yang mampu menyerap emisi
karbondioksida yang dihasilkan.
B. Saran
Dengan selesainya penelitian ini, tentunya terdapat beberapa hal yang perlu
disampaikan baik untuk Kampus Universitas Negeri Semarang, serta untuk
masyarakat.
1. Kampus Universitas Negeri Semarang
Diharapkan dengan adanya penelitian ini para pembuat kebijakan di
kampus UNNES lebih memperhatikan tentang penggunaan listrik, karena
konsumsi listrik di UNNES terbilang tinggi, terutama untuk penggunaan
AC, di semua fakultas serta unit kerja yang ada penggunaan listrik untuk
AC merupakan penggunaan listrik tertinggi dibanding penggunaan listrik
untuk peralatan lainnya. Serta sebaiknya wilayah-wilayah seperti hutan
kampus ditanami dengan tanaman tahunan dengan serapan emisi
karbondioksida yang tinggi.
2. Masyarakat
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dosen, mahasiswa, dan karyawan
yang ada di Kampus UNNES dapat memanfaatkan energi baik itu bensin,
solar, ataupun listrik dengan arif dan bijaksana agar kelestarian lingkungan
tetap terjaga dengan baik.
87
DAFTAR PUSTAKA
Ai, Nio Song. 2012. ‘Evolusi Fotosintesis Pada Tumbuhan’. Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi dalam Jurnal Ilmiah Sains Vol. 12 No. 1. April 2012.
Adillasintani. 2012. ‘Analisis Tingkat Kebutuhan dan Ketersediaan RTH Pada
Kawasan Perkantoran di Kota Makasar’. Skripsi. Makasar: Jurusan
Sipil Fakultas Teknik Universitas Hanasuddin.
Akhadi, Mukhlis, 2009. Ekologi Energi, Mengenali Dampak Lingkungan dalam Pemanfaatan Sumber-Sumber Energi. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Birol, Fatih. 2015. CO2 Emissions From fuel Combustion Highlight 2015. 75739
Paris Cedex 15, France. International Energy Agency.
Dahlan, EN. 2007. ‘Analisis Kebutuhan Luasan Hutan Kota Sebagai Sink Gas CO2
Antropogenik dari Bahan Bakar Minyak dan Gas di Kota Bogor dengan
Pendekatan Sistem Dinamik’. Disertasi. Bogor : Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor.
data.unnes.ac.id/index.php/sdm/rasiodosenmhs. (29 september 2017)
Darmono, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta: UI Press.
Detwyler, Thomas R. 1971. Man’s impact on Environment. New York: McGraw-
Hill Bool Company.
Gratimah, Ruti. 2009. ‘Analisis Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap Gas CO2
Antropogenik di Pusat Kota Medan’. Tesis. Medan: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Sumatera
Utara.
Harjadi, MM S. 1979. Pengantar Agronomi. Jakarta: Gramedia.
Indriyanto. 2005. Ekologi Hutan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Iriani, Siti Pratiwi dan Dewi Liesnoor Setyawati. 2014. ‘Kajian Cemaran Udara
Pada Taman Kota KB dan Simpang Lima Kecamatan Semarang Selatan
Kota Semarang. Geo-Image. Vol. 3, No. 2, Desember 2014. ISSN 2252-
6285.
87
88
Irwan, Zoer’aini Djamal. 2005. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
IPCC. 2006b. IPCC Guidelines for National Greenhouses Gas Inventories Chapter 1 Introduction. Geneva: World Meteorological Organozation.
------ 2006c. IPCC Guidelines for National Greenhouses Gas Inventories Chapter 2 Stationary Combustion. Geneva: World Meteorological
Organozation.
KLH. 2012. Pedoman Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional Buku II Volume I metodologi penghitungan tingkat emisi gas rumah kaca kegiatan pengadaan dan penggunaan energi. Jakarta:
Kementerian Lingkungan Hidup.
------. 2013. Pedoman Teknis Penyusunan Inventarisasi Emisi Pencemar Udara di Perkotaan tahun 2013 Jakarta : Kementeriaan Lingkungan Hidup.
Margahayu, Hilyana, Haryanto, dan Dewi Liesnoor Setyowati. 2015. ‘Sebaran
Vegetasi dan Konsentrasi Gas Co - Pb di Taman Kb, Simpang Lima,
dan Tugu Muda Kota Semarang’. Dalam Indonesian Journal of Conservation. Vol. 4. No. 1. ISSN 2252-9195. Hal. 61-66.
Miro, Fidel. 2012. Pengantar Sistem Transportasi. Jakarta: Erlangga.
Ningsih, Murni Irian. 2010. Pencemaran. Bandung: Pringgandani.
Nugradi, Didik N.A. 2009. ‘Identifikasi Ruang Terbuka Hijau Kota Semarang.’
Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Dalam Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan. Vol. 11. No.1. Hal. 61-70.
Pramudita, Intari Dyah. 2008. Energi di Dunia. Yogyakarta: CV. Empat Pilar
Pendidikan.
Ramawijaya, Rosidah, M Yusuf, dan Widodo. 2012. ‘Variabilitas Parameter
Oseanografi dan Karbon Laut di Teluk Banten’. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran dalam Jurnal Perikanan dan Kelautan ISSN : 2088-3137 Vol 3, No 3, September 2012: 339-346.
Rawung, Franky Chairly. 2015. ‘Efektivitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam
Mereduksi Gas Rumah Kaca (GRK) di Kawasan Perkotaan Baroko’.
dalam Media Matrasain. Vol 12. No.2. Hal. 17-32.
Rumbang Nyahu, Bostang, dan Prajitno. 2009. ‘ Emisi Karbondioksida (CO2) dari
Berbagai Tipe Penggunaan Lahan Gambut di Kalimantan’. Fakultas
Pertanian Universitas Palangkaraya, Fakultas Pertanian Universitas
a: Wor
N ti87
89
Gadjah Mada dalam Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 9 No.2
(2009) p: 95-102.
Rusbiantoro, Dadang. 2008. Global Warming for Beginner. Yogyakarta: O2.
Samiaji, Toni. 2009. ‘Upaya Mengurangi CO2 di Atmosfer. Peneliti Pusfatsaklim,
LAPAN dalam Berita Dirgantara Vol 10 N0. 3 September 2009: 92-
95.
Setyowati, Dewi Liesnoor. 2008. ‘Iklim Mikro dan Kebutuhan Ruang Terbuka
Hijau di Kota Semarang (The Micro Climate and The Need of Green Open Space for The City of Semarang)’. Jurnal Manusia dan Lingkungan.Vol. 15, No. 3, November 2008: 125-140.
Setyowati, Dewi Liesnoor dan Nana K.T.M. 2014. Ruang Terbuka Hijau Potensi Ruang Terbuka Hijau Dalam Meredam Cemaran Udara. Semarang:
CV Sanggar Krida Adhitama.
Setyowati, Dewi Liesnoor, dan Sri martini Rahayu Sedyawati. 2010. ‘Sebaran
Ruang Terbuka Hijau dan Peluang Perbaikan Iklim Mikro di Semarang
Barat’. Biosaintifik. Vol. 2, No. 2 September 2010. ISSN 2085-1911X
Hal 61-74.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta.
Tika, Moh. Pabundu. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Unnes.ac.id/sejarah-singkat (29 september 2017).
Wan Yuanqing, Liu Yang, Sunsheng Han, Chao Li, T.V. Ramachandra. 2016.
‘Urban CO2 Emissions in Xi’an and Bangalore by Commuters:
Implications for Controlling Urban in Developing Countries’. Dalam
Mitig Adapt Strateg Glob Change. Vol 16. Hal. 1007-1027.
Wardhana, Wisnu Arya. 2010. Dampak Pemanasan Global. Yogyakarta. Andi.
Wulandari, Mira Tri, Hermawan, dan Purwanto. 2013. “Kajian Emisi CO2
Berdasarkan Pengunaan Energi Rumah Tangga Sebagai Penyebab
Pemansan Global’. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan.
Yusuf, Muhammad Yusran. 2015. ‘Kemampuan Penyerapan Gas Co2 Beberapa
Jenis Tanaman Pada Ruang Terbuka Hijau di Kota Makassar’. Tesis. Makassar: Program Pascasarjana Universitas Hasannudin.