27
13 BAB II KONSEP KECERDASAN EMOSIONAL DAN PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA A. Konsep Kecerdasan Emosional 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Emosi (emotion) berasal dari kata movere, kata kerja dalam bahasa latin yang berarti “menggerakan, bergerak”, ditambah awalan “e-” untuk memberi arti “bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi (Goleman, 2007: 7). Dalam makna paling harfiah, Oxford English Dictionary (Goleman, 2007: 411) mendefinisikan emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap. Lalu Ekman dan Epstein (Goleman, 2007: 414-421) mengungkapkan beberapa ciri emosi diantaranya, yaitu respon yang cepat tetapi ceroboh; pertama adalah perasaan, kedua adalah pemikiran; realitas simbolik yang seperti kanak-kanak; masa lampau diposisikan sebagai masa sekarang; dan realitas yang ditentukan oleh keadaan. Lebih lanjut Chaplin (2004: 163) menguraikan arti emosional sebagai suatu yang berkaitan dengan ekspresi emosi, atau dengan perubahan-perubahan yang mendalam yang menyertai emosi. Sedangkan kecerdasan diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan konsep abstrak serta menghadapi dan menyesuaiakan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif (Chaplin, 2004: 253). Disamping itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) mengartikan kecerdasan sebagai perihal cerdas; kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti kepandaian dan ketajaman pikiran).

PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA , kata kerja dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0704725_chapter2(1).pdf · dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil

  • Upload
    vanlien

  • View
    221

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA , kata kerja dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0704725_chapter2(1).pdf · dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil

13

BAB II KONSEP KECERDASAN EMOSIONAL DAN

PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA

A. Konsep Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Emosi (emotion) berasal dari kata movere, kata kerja dalam bahasa latin yang

berarti “menggerakan, bergerak”, ditambah awalan “e-” untuk memberi arti

“bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal

mutlak dalam emosi (Goleman, 2007: 7). Dalam makna paling harfiah, Oxford

English Dictionary (Goleman, 2007: 411) mendefinisikan emosi sebagai setiap

kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan mental yang

hebat atau meluap-luap. Lalu Ekman dan Epstein (Goleman, 2007: 414-421)

mengungkapkan beberapa ciri emosi diantaranya, yaitu respon yang cepat tetapi

ceroboh; pertama adalah perasaan, kedua adalah pemikiran; realitas simbolik yang

seperti kanak-kanak; masa lampau diposisikan sebagai masa sekarang; dan

realitas yang ditentukan oleh keadaan. Lebih lanjut Chaplin (2004: 163)

menguraikan arti emosional sebagai suatu yang berkaitan dengan ekspresi emosi,

atau dengan perubahan-perubahan yang mendalam yang menyertai emosi.

Sedangkan kecerdasan diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam

menggunakan konsep abstrak serta menghadapi dan menyesuaiakan diri terhadap

situasi baru secara cepat dan efektif (Chaplin, 2004: 253). Disamping itu, Kamus

Besar Bahasa Indonesia (1996) mengartikan kecerdasan sebagai perihal cerdas;

kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti kepandaian dan ketajaman

pikiran).

Page 2: PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA , kata kerja dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0704725_chapter2(1).pdf · dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil

14

Gardner (Goleman, 2007) seorang ahli psikologi dari Harvard adalah orang

yang melihat keterbatasan cara berpikir konvensional tentang kecerdasan. Dalam

bukunya yang berjudul Frames of Mind pada tahun 1983 (Goleman, 2007),

Gardner menyatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang monolotik

yang penting untuk meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada spectrum

kecerdasan yang lebar, dengan tujuh varietas utama yang dikenal sebagai multiple

intelligence. Salah satu aspek kecerdasan ganda (multiple intelligence) yang

diungkapkan Gardner adalah kecerdasan pribadi yang terdiri dari kecerdasan

intrapribadi dan kecerdasan antarpribadi. Gardner dalam Goleman (2007: 52)

memberikan ringkasan pendek mengenai kecerdasan pribadi yaitu:

Kecerdasan antarpribadi adalah kemampuan untuk memahami orang lain; yaitu kemampuan memahami apa yang memotivasi seseorang, memahami bagaimana mereka bekerja dan bagaimana bekerja bahu-membahu dengan orang lain. Sedangkan kecerdasan intrapribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri. Kemampuan tersebut adalah kemampuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta kemampuan untuk menggunakan model tersebut sebagai alat ukur untuk menempuh kehidupan secara efektif.

Goleman mengembangkan teori kecerdasan pribadi Gardner tersebut dengan

mengenalkan istilah emotional intelligence. Istilah kecerdasan emosional

(emotional intelligence) diperkenalkan pertama kali pada tahun 1990 oleh

psikolog Peter Salovey dari Yale University dan John Mayer dari University of

New Hampshire. Salovey dan Meyer (Goleman, 2005) mendefinisikan kecerdasan

emosional sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri

dan orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran

dan tindakan.

Page 3: PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA , kata kerja dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0704725_chapter2(1).pdf · dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil

15

Sebuah model pelopor lain untuk kecerdasan emosi diungkapkan oleh

seorang Psikolog Israel yaitu Reuven Bar-On. Bar-On (Goleman, 2005)

menjabarkan kecerdasan emosi sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosi,

dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam

mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Sedangkan Goleman sendiri (2005:

512) mengungkapkan bahwa kecerdasan emosi merujuk kepada kemampuan

mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi

diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan

dalam hubungannya dengan orang lain.

Dari beberapa definisi para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

kecerdasan emosional adalah kemampuan dalam menggunakan perasaan secara

optimal untuk mengenal dan mengatur diri sendiri serta mengelola emosi yang

terdapat dalam diri sendiri dan orang lain agar energi emosi tersebut pada waktu

yang tepat dengan frekuensi yang cukup dapat diterapkan secara efektif dalam

membina hubungan yang baik dengan orang lain.

2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional terbagi dalam beberapa aspek kemampuan yang

membentuknya. Aspek-aspek kemampuan yang membentuk kecerdasan

emosional tidak seragam untuk setiap ahli tergantung dari sudut pandang dan

pemahaman. Lima aspek utama yang terdapat dalam kecerdasan emosional

menurut Salovey (Goleman, 2007: 58-59), adalah:

Page 4: PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA , kata kerja dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0704725_chapter2(1).pdf · dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil

16

a. Mengenali emosi sendiri

Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali

perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan untuk memantau perasaan

dari waktu ke waktu merupakan hal penting dan ketidakmampuan untuk

mencermati perasaan diri sendiri dapat membuat seseorang berada dalam

kekuasaan perasaan.

b. Mengelola emosi

Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani

perasaan agar dapat terungkap dengan tepat, sehingga tercapai keseimbangan

dalam diri individu. Orang-orang yang buruk kemampuannya dalam

keterampilan ini akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung,

sementara mereka yang pintar dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat

dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan.

c. Memotivasi diri sendiri

Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat

penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri

dan menguasai diri sendiri, dan untuk berekreasi. Kendali diri emosional -

menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati- adalah

landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Orang-orang yang memiliki

keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apa pun

yang mereka kerjakan.

Page 5: PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA , kata kerja dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0704725_chapter2(1).pdf · dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil

17

d. Mengenali emosi orang lain

Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati,

kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri emosional, merupakan

“keterampilan bergaul” dasar. Orang yang empatik lebih mampu menangkap

sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang

dibutuhkan atau dikehendaki orang lain.

e. Membina hubungan

Seni membina hubungan, sebagian besar, merupakan keterampilan mengelola

emosi orang lain. Kemampuan dalam membina hubungan merupakan

keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan

antarpribadi. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses

dalam bidang apa pun. Orang-orang ini populer dalam lingkungannya dan

menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya berkomunikasi.

Disisi lain Bar-On (Goleman, 2005: 580) membagi kemampuan pokok

kecerdasan emosional ke dalam lima gugus umum sebagai berikut:

a. Keterampilan intrapribadi

Kemampuan menyadari diri, memahami emosi diri, dan mengungkapkan

perasaan serta gagasan.

b. Keterampilan antarpribadi

Kemampuan menyadari dan memahami perasaan orang lain, peduli kepada

orang lain secara umum, dan menjalin hubungan dari hati ke hati yang akrab.

Page 6: PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA , kata kerja dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0704725_chapter2(1).pdf · dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil

18

c. Adaptabilitas

Kemampuan menguji perasaan diri, kemampuan mengukur situasi sesaat

secara teliti, dengan luwes mengubah perasaan dan pikiran diri, lalu

menggunakannya untuk memecahkan masalah.

d. Strategi pengelolaan stress

Kemampuan mengatasi stress dan mengendalikan luapan emosi.

e. Motivasi dan suasana hati

Kemampuan bersikap optimis, menikmati diri sendiri, menikmati

kebersamaan dengan orang lain, dan merasakan serta mengekspresikan

kebahagiaan.

Goleman mengadaptasi model teori Salovey dan Bar-On tersebut kedalam

sebuah versi yang menurutnya paling bermanfaat untuk memahami cara kerja

kecerdasan emosional dalam kehidupan individu. Adaptasi Goleman (2005: 513)

meliputi lima dasar kecakapan emosional dan sosial yang dikelompokkan menjadi

dua bagian yaitu kecakapan pribadi dan kecakapan sosial sebagai berikut:

a. Kecakapan Pribadi

1) Kesadaran diri

Mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat, dan menggunakannya

untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri; memiliki tolok ukur

yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.

2) Pengaturan diri

Menangani emosi kita sedemikian sehingga berdampak positif kepada

pelaksanaan tugas; peka terhadap kata hati dan sanggup menunda

Page 7: PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA , kata kerja dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0704725_chapter2(1).pdf · dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil

19

kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran; mampu pulih kembali

dari tekanan emosi.

3) Motivasi

Menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk menggerakan dan

menuntun kita menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan

bertindak sangat efektif, dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan

frustrasi.

b. Kecakapan Sosial

1) Empati

Merasakan yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif

mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri

dengan bermacam-macam orang.

2) Keterampilan sosial

Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan

dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial; berinteraksi dengan

lancar; menggunakan keterampilan-keterampilan ini untuk

mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, dan menyelesaikan

perselisihan, dan untuk bekerjasama dan bekerja dalam tim.

Boyatzis kemudian melakukan penelitian untuk mendapatkan tingkat

reliabilitas dan interkorelasi yang lebih baik daripada model kompetensi

emosional yang dikemukakan oleh Goleman (Boyatzis & Goleman, 2005).

Penelitian ini menghasilkan sebuah instrumen pengukuran kompetensi emosional

yaitu Emotional Competence Inventory. Emotional Competency Inventory atau

Page 8: PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA , kata kerja dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0704725_chapter2(1).pdf · dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil

20

disingkat ECI (Boyatzis & Goleman, 2005) merupakan alat ukur untuk menilai

kompetensi emosional individu maupun organisasi yang didasarkan pada

kompetensi emosional dari Goleman dalam bukunya Working With Emotional

Intelligence dan Self-Assessment Questionnaire (SAQ) dari Boyatzis. ECI

mengemukakan 18 kompetensi emosional yang dikelompokkan dalam 4 kerangka

kerja (klaster) yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, kesadaran sosial, dan

pengaturan hubungan. Instrumen ECI tersebut menjadi acuan peneliti untuk

mengukur kecerdasan emosional dalam penelitian ini. Secara lebih rinci kerangka

kerja (klaster) kecerdasan emosi dalam ECI (Boyatzis & Goleman, 2005) adalah

sebagai berikut:

a. Kesadaran diri: Mengetahui kondisi diri sendiri, kesukaan, sumber daya,

dan intuisi. Klaster kesadaran diri terdiri dari tiga kompetensi sebagai berikut:

a) Kesadaran emosi: Mengenali emosi diri sendiri dan efeknya.

b) Penilaian diri secara teliti: Mengetahui kekuatan dan batas-batas diri

sendiri.

c) Percaya diri: Keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri.

b. Pengaturan diri: Mengelola kondisi, impuls, dan sumber daya diri sendiri.

Klaster pengaturan diri terdiri dari enam kompetensi sebagai berikut:

a) Kendali emosi diri: mengelola emosi-emosi dan dorongan-dorongan yang

mengganggu.

b) Transparansi (sifat dapat dipercaya): menjaga integritas, berperilaku sesuai

dengan nilai-nilai diri.

c) Adaptabilitas: keluwesan dalam menghadapi perubahan.

Page 9: PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA , kata kerja dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0704725_chapter2(1).pdf · dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil

21

d) Prestasi: berusaha keras untuk menjadi lebih baik atau memenuhi standar

keberhasilan.

e) Inisiatif: kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan.

f) Optimisme: kegigihan dalam memperjuangkan sasaran kendati ada

halangan dan kegagalan.

c. Kesadaran Sosial: Menentukan bagaimana kita menangani suatu hubungan

dan kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan dan kepentingan orang lain.

Klaster kesadaran sosial terdiri dari tiga kompetensi sebagai berikut:

a) Empati: mengindra perasaan dan perspektif orang lain, dan menunjukkan

minat aktif terhadap kepentingan mereka.

b) Kesadaran politis: mampu membaca arus-arus emosi sebuah kelompok dan

hubungannya dengan kekuasaan.

c) Orientasi membantu orang lain: mengantisipasi, mengenali dan berusaha

memenuhi kebutuhan orang lain.

d. Pengaturan Hubungan: Kemampuan dalam menggugah tanggapan yang

dikehendaki pada orang lain. Klaster pengaturan hubungan terdiri dari enam

kompetensi sebagai berikut:

a) Mengembangkan orang lain: merasakan kebutuhan perkembangan orang

lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan mereka.

b) Kepemimpinan yang inspiratif: Membangkitkan inspirasi serta memandu

kelompok dan orang lain.

c) Katalisator perubahan: memulai dan mengelola perubahan.

Page 10: PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA , kata kerja dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0704725_chapter2(1).pdf · dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil

22

d) Pengaruh: memiliki taktik yang efektif untuk membujuk seseorang

(persuasi).

e) Manajemen konflik: negosiasi dan pemecahan silang pendapat.

f) Kolaborasi dan kooperasi: kerja sama dengan orang lain demi tujuan

bersama. Menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan tujuan

bersama.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

Goleman (2007) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kecerdasan emosional seseorang yaitu:

a. Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam individu yang

dipengaruhi oleh anatomi saraf emosinya seperti korteks, neokorteks, lobus

prefrontal, sistem limbik, amigdala dan hal-hal lain yang berada pada otak

emosional. Korteks berperan penting dalam memahami sesuatu secara

mendalam, menganalisis mengapa mengalami perasaan tertentu dan selanjutnya

berbuat sesuatu untuk mengatasinya. Neokorteks merupakan tempat pikiran,

memuat pusat-pusat yang mengumpulkan dan memahami apa yang diserap oleh

indra. Neokorteks menambahkan pada perasaan apa yang kita pikirkan tentang

perasaan itu dan memungkinkan kita untuk mempunyai perasaan tentang ide-ide,

seni, simbol-simbol, khayalan-khayalan. Lobus prefrontal, dapat bertindak

sebagai saklar peredam yang memberi arti terhadap situasi emosi sebelum

berbuat sesuatu. Sedangkan, sebagai bagian yang berada dibagian otak yang

mengurusi emosi yaitu system limbic. Bagian ini sering disebut sebagai emosi

Page 11: PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA , kata kerja dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0704725_chapter2(1).pdf · dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil

23

otak yang letaknya jauh didalam hemisfer otak besar dan terutama bertanggung

jawab atas pengaturan emosi dan implus. Bila kita dikuasai oleh hasrat atau

amarah, sedang jatuh cinta atau mundur ketakutan, maka system limbic itulah

yang sedang mencengkeram kita. Selain itu ada amigdala yang dipandang

sebagai pusat pengendalian emosi pada otak dan gudangnya ingatan emosional.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal dimaksudkan sebagai faktor yang datang dari luar individu

yaitu lingkungan keluarga dan non keluarga. Kehidupan keluarga merupakan

sekolah pertama dalam mempelajari emosi yaitu belajar bagaimana

merasakan dan menanggapi perasaan diri sendiri, berpikir tentang perasaan

tersebut sehingga mengambil pilihan-pilihan yang dimiliki untuk akhirnya

bertindak serta bagaimana membaca dan mengungkapkan harapan dan rasa

takut. Sedangkan hal yang terkait dengan lingkungan non keluarga adalah

lingkungan masyarakat, pendidikan dan media massa baik cetak maupun

elektronik serta informasi yang canggih lewat jasa satelit.

4. Kecerdasan Emosional pada Masa Remaja

Salah satu tugas perkembangan yang penting pada masa remaja adalah

mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan figur-figur otoritas. Namun,

dikarenakan masa remaja merupakan masa “badai dan tekanan”, yaitu masa

dimana ketegangan emosi meninggi sehingga remaja mengalami ketidakstabilan

emosi yang menyebabkan emosi pada masa remaja menjadi mudah terangsang

dan cenderung meledak-ledak (Hurlock, 1980). Emosi remaja seringkali sangat

kuat dan tidak terkendali, tetapi pada umumnya pada tahun ke tahun remaja mulai

Page 12: PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA , kata kerja dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0704725_chapter2(1).pdf · dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil

24

mampu mengendalikan emosi yang bergejolak di dalam dirinya dan berkurang

menjelang berakhirnya masa remaja.

Menurut Hurlock (1980: 213) remaja dikatakan mencapai kecerdasan atau

matang secara emosional, apabila:

1. Pada akhir masa remaja tidak meledak emosinya dihadapan orang lain

melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan

emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima.

2. Remaja menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara

emosional, tidak lagi bereaksi tanpa berfikir sebelumnya seperti anak-anak

atau orang yang tidak matang.

3. Remaja yang emosinya matang memberikan reaksi emosional yang stabil,

tidak berubah-ubah dari satu emosi atau suasana hati ke suasana hati yang

lain, seperti dalam periode sebelumnya.

B. Konsep Penyesuaian Sosial

1. Pengertian Penyesuaian Sosial

Penyesuaian (adjustment) didefinisikan oleh Schneider (1964: 51) sebagai

berikut:

A Process, involving both mental and behavioural responses, by which an individual strives to cope successfully with inner needs, tensions, frustrations, and conflicts, and to effect a degree of harmony between these inner demands and those imposed on him by he objective world in which he lives.

Pengertian tersebut menjelaskan bahwa penyesuaian merupakan sebuah

proses, yang melibatkan respon baik secara mental dan perilaku, yang merupakan

Page 13: PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA , kata kerja dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0704725_chapter2(1).pdf · dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil

25

usaha individu agar berhasil mengatasi kebutuhan, ketegangan, frustrasi, dan

konflik dari dalam dirinya, dengan tujuan untuk tercapainya keharmonisan antara

tuntutan dari dalam dirinya dan tuntutan dari lingkungan di mana ia hidup.

Individu dengan penyesuaian diri yang baik adalah individu yang memiliki: (a)

pengetahuan dan wawasan tentang kekurangan dan kelebihan dirinya, (b)

objektivitas dan penerimaan diri, (c) kontrol dan pengembangan diri, (d) integrasi

pribadi yang baik, (e) adanya tujuan dan arah yang jelas dari perbuatannya, (f)

adanya perspektif, skala nilai, filsafat hidup yang adekuat, (g) mempunyai rasa

humor, (h) mempunyai rasa tanggung jawab, (i) menunjukkan kematangan

respon, (j) adanya pengembangan kebiasaan yang baik, (k) adanya adaptabilitas,

(l) bebas dari respon-respon yang simtomatis atau cacat, (m) memiliki

kemampuan bekerjasama dan menaruh minat terhadap orang lain, (n) memiliki

minat yang besar dalam bekerja dan bermain, (o) adanya kepuasan dalam bekerja

dan bermain, (p) memiliki orientasi yang adekuat terhadap realitas Schneiders

(1964: 73-88). Menurut Schneiders (1964: 429) setiap individu memiliki pola

penyesuaian yang khas terhadap setiap situasi dan kondisi serta lingkungan yang

dihadapinya, salah satunya adalah penyesuaian sosial.

Penyesuaian sosial menurut Chaplin (2004; 469) adalah: (1) penjalinan secara

harmonis suatu relasi dengan lingkungan sosial, (2) mempelajari pola tingkah laku

yang diperlukan, atau mengubah kebiasaan yang ada, sedemikian rupa, sehingga

cocok bagi satu masyarakat sosial. Sedangkan, Schneider (1964: 460)

mendefinisikan penyesuaian sosial sebagai “The capacity to react effectively and

wholesomely to sosial realities, situations, and relations so that he requirements

Page 14: PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA , kata kerja dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0704725_chapter2(1).pdf · dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil

26

for sosial living is fulfilled in an acceptable and satisfaktory manner”.

Penyesuaian sosial merupakan kemampuan individu untuk bereaksi secara efektif

dan bermanfaat terhadap realitas sosial, situasi, dan hubungan sehingga tuntutan

atau kebutuhan dalam kehidupan sosial terpenuhi dengan cara yang dapat diterima

dan memuaskan. Jika individu ingin mengembangkan kemampuan dalam

penyesuaian sosial maka ia harus menghargai hak orang lain, mampu

menciptakan suatu relasi yang sehat dengan orang lain, mengembangkan

persahabatan, berperan aktif dalam kegiatan sosial, menghargai nilai-nilai dari

hukum-hukum sosial dan tradisi. Apabila prinsip-prinsip ini dilakukan secara

konsisten, maka penyesuaian sosial yang baik akan tercapai (Schneiders, 1964:

460).

Schneiders (1964) membagi penyesuaian sosial menjadi tiga aspek yaitu

penyesuaian sosial di lingkungan rumah dan keluarga, penyesuaian sosial di

lingkungan sekolah (kampus), dan penyesuaian sosial di lingkungan masyarakat.

2. Penyesuaian Sosial di Kampus

Kehidupan sosial di sekolah merupakan salah satu kehidupan sosial bagi

siswa disamping lingkungan keluarga dan masyarakat serta memerlukan pola

penyesuaian. Hambatan yang dialami individu pada salah satu kehidupan sosial

tersebut akan mempengaruhi pada kehidupan sosial lainnya. Schneiders (1964:

454) mengemukakan karakteristik dari siswa yang mampu menyesuaikan diri

dengan baik di lingkungan sekolah. Dalam penelitian ini karakteristik tersebut

Page 15: PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA , kata kerja dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0704725_chapter2(1).pdf · dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil

27

adalah mahasiswa yang mampu memenuhi kriteria-kriteria dalam kehidupan

sosial di kampusnya. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menghargai dan mau menerima otoritas kampus

Adanya otoritas baik berupa aturan-aturan yang mengatur kehidupan di

kampus maupun dosen yang berkedudukan sebagai figur otoritas merupakan

salah satu realitas yang harus dihadapi mahasiswa di kampus. Hal ini

ditunjukkan dengan sikap dan perilaku menerima dan patuh terhadap

peraturan yang berlaku serta menghormati dan menghargai dosen, seperti

memakai pakaian dan sepatu yang sopan dan sesuai dengan aturan yang

berlaku maupun memperhatikan dosen yang sedang menerangkan materi di

depan kelas.

b. Tertarik dan berpartisipasi dalam kegiatan kampus

Mahasiswa yang memiliki minat dan mau terlibat dalam kegiatan

kemahasiswaan yang ada di kampus dapat menyalurkan aspirasinya dan

memiliki kesempatan lebih luas untuk bergaul dengan teman sebaya.

Misalnya, mahasiswa memiliki rminat dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan

kelompok atau diskusi belajar bersama teman, kegiatan intrakurikuler

maupun ekstrakurikuler, seperti menjadi anggota kegiatan kemahasiswaan

(UKM/BEM/DPM) di kampus.

c. Mempunyai hubungan sosial yang sehat, bersahabat dengan teman, dosen dan

unsur-unsur kampus lainnya

Sebagai bagian dari kehidupan sosial di kampus, seorang mahasiswa tidak

dapat menghindarkan diri dari relasi dengan orang lain, yaitu menjalin

Page 16: PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA , kata kerja dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0704725_chapter2(1).pdf · dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil

28

hubungan dan interaksi yang baik, sehat, dinamis, dan bersahabat dengan

teman-teman kampus, dosen, dosen pembimbing akademik, staf TU dan

pegawai kampus lainnya baik pada waktu kegiatan perkuliahan maupun di

luar jam perkuliahan. Seperti memiliki teman dekat di kampus, menyapa

dosen yang ditemui meskipun di luar jam kuliah, dan bersikap sopan kepada

pegawai yang bekerja sebagai staf TU, satpam maupun petugas kebersihan.

d. Menerima batasan dan tanggung jawab sebagai mahasiswa

Kemampuan mahasiswa untuk bertingkah laku sesuai dengan norma yang

berlaku dan juga untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Seperti selalu

mempersiapkan ujian dengan baik, menggunakan fasilitas kampus dengan

sebaik-baiknya, dan tidak makan di kelas jika kegiatan perkuliahan sedang

berlangsung.

e. Membantu kampus mencapai tujuan intrinsik dan ekstrinsik.

Tercapainya tujuan kampus merupakan kepentingan bersama, tidak terkecuali

para mahasiswa. Sikap dan perilaku yang dapat dilakukan mahasiswa untuk

tercapainya tujuan intrinsik dan ektrinsik kampus beberapa diantaranya

dengan menjaga nama baik kampus di dalam maupun di luar lingkungan

kampus dan berusaha menampilkan yang terbaik saat mewakili kampus di

kegiatan perlombaan antar kampus.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Sosial

Schneider (1964: 122) mengemukakan bahwa penyesuaian seorang individu

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

Page 17: PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA , kata kerja dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0704725_chapter2(1).pdf · dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil

29

a. Kondisi Fisik dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, meliputi hereditas,

konstitusi fisik, kesehatan, sistem syaraf, kelenjar, dan otot.

b. Perkembangan dan kematangan, khususnya intelektual, sosial, moral, dan

emosi.

c. Kondisi psikologis, meliputi pengalaman, proses belajar, pembiasaan,

frustrasi, dan konflik.

d. Kondisi lingkungan, khususnya lingkungan rumah, keluarga, sekolah, dan

masyarakat.

e. Faktor kebudayaan, termasuk agama.

4. Penyesuaian Diri yang Normal

Seseorang dapat dikatakan memiliki penyesuaian diri yang normal apabila

mampu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah secara wajar, tidak

merugikan diri sendiri dan lingkungannya. Schneiders (1964: 274) menjelaskan

karakteristik penyesuaian diri yang normal sebagai berikut:

a. Tidak adanya emosi yang berlebihan

Penyesuaian diri yang normal ditandai dengan adanya emosi yang tidak

berlebihan atau tidak adanya gangguan dalam emosinya. Seseorang

merespon lebih atau sedikit terhadap situasi normal dan masalah yang

muncul, akan selalu ada tingkat tertentu mengenai ketenangan emosional dan

kontrol, yang memungkinkan mereka untuk menilai situasi dengan baik dan

mengatur mengatasi kesulitan apapun yang ada.

b. Tidak adanya mekanisme psikologis

Page 18: PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA , kata kerja dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0704725_chapter2(1).pdf · dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil

30

Pendekatan langsung terhadap permasalahan atau konflik lebih menunjukkan

respon yang normal atau wajar daripada suatu reaksi yang diikuti dengan

mekanisme-mekanisme pertahanan diri seperti rasionalisasi, proyeksi, atau

kompensasi. Individu dikategorikan normal jika bersedia mengakui kegagalan

yang dialami dan berusaha kembali untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Individu dikatakan mengalami gangguan penyesuaian jika individu

mengalami kegagalan dan menyatakan bahwa tujuan tersebut tidak berharga

untuk dicapai.

c. Tidak adanya rasa frustrasi pribadi

Penyesuaian yang normal adalah terhindar dari perasaan frustrasi pribadi.

Perasaan frustrasi membuat individu mengalami kesulitan untuk bereaksi

secara normal terhadap situasi atau masalah yang dihadapinya. Individu yang

mengalami frustrasi ditandai dengan perasaan tidak berdaya dan tanpa

harapan, maka akan sulit bagi individu untuk mengorganisir kemampuan

berpikir, perasaan, motivasi dan tingkah laku secara efisien dalam

menghadapi situasi yang dihadapinya.

d. Pertimbangan yang rasional dan pengarahan diri

Individu memiliki kemampuan berpikir dan melakukan pertimbangan

terhadap masalah atau konflik serta kemampuan mengorganisasi pikiran,

tingkah laku dan perasaan untuk memecahkan masalah, dalam kondisi sulit

sekalipun menunjukkan penyesuaian yang normal. Individu tidak mampu

melakukan penyesuaian diri yang baik apabila individu dikuasai oleh emosi

yang berlebihan ketika berhadapan dengan situasi yang menimbulkan konflik.

Page 19: PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA , kata kerja dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0704725_chapter2(1).pdf · dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil

31

e. Kemampuan untuk belajar

Proses penyesuaian yang normal dapat ditandai oleh pertumbuhan atau

perkembangan yang terjadi dalam diri individu untuk mengatasi situasi yang

penuh dengan konflik, frustrasi, atau stres. Penyesuaian diri yang normal

ditandai dengan belajar terus-menerus atau berkesinambungan, yang

menjamin pengembangan kualitas pribadi yang diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari.

f. Pemanfaatan pengalaman masa lalu

Dalam proses pertumbuhan dan perubahan, pemanfaatan pengalaman masa

lalu merupakan salah satu cara dimana individu dapat belajar mengenai

pencapaian penyesuaian yang normal karena dalam banyak situasi ada

beberapa hal yang menguntungkan dari pengalaman tersebut.

g. Bersikap realistis dan objektif

Penyesuaian yang normal secara konsisten dikaitkan dengan realistis, sikap

objektif. Tetapi harus realistis dan objektif bukanlah hal yang sama dengan

orientasi yang tepat terhadap realitas. Sikap realistis dan obyektif adalah salah

satu yang didasarkan pada pembelajaran, pengalaman masa lalu, dan berpikir

rasional, memungkinkan individu untuk menilai situasi, masalah, atau

pembatasan pribadi seperti yang sebenarnya serta untuk apa yang benar-

benar layak.

Page 20: PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA , kata kerja dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0704725_chapter2(1).pdf · dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil

32

5. Penyesuaian Sosial pada Masa Remaja

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

dimana status remaja tidaklah jelas dan menimbulkan keraguan akan peran yang

dilakukan. Karena pada masa transisi ini, remaja tidak mau lagi diperlakukan oleh

lingkungan keluarga dan masyarakat sebagian anak-anak, namun dilihat dari

pertumbuhan fisik, perkembangan psikis (kejiwaan), dan mentalnya belum

menjukkan tanda-tanda dewasa. Dalam masa tersebut banyak perubahan yang

terjadi diantaranya adalah perubahan fisik, perubahan emosi dan perubahan sosial

(Hurlock, 1980).

Havighurst (Yusuf, 2001: 74) mengungkapkan beberapa tugas perkembangan

sosial yang harus dicapai pada masa remaja, yaitu:

a. Mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman-teman sebaya,

baik dengan teman sejenis maupun dengan lawan jenis.

b. Dapat menjalankan peran sosial menurut jenis kelamin masing-masing.

Artinya mempelajari dan menerima peranan masing-masing sesuai dengan

ketentuan atau norma yang berlaku di masyarakat.

c. Memperlihatkan tingkah laku secara sosial dan dapat dipertanggung

jawabkan, artinya ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial sebagai seorang

dewasa yang bertanggung jawab, menghormati serta menaati nilai-nilai sosial

yang berlaku dalam lingkungannya.

Penyesuaian sosial terhadap orang lain dan lingkungan sangat diperlukan oleh

setiap orang, terutama dalam usia remaja. Kemampuan dalam melakukan

penyesuaian sosial pada remaja akan tercipta hubungan yang harmonis. Apabila

Page 21: PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA , kata kerja dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0704725_chapter2(1).pdf · dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil

33

remaja tidak mampu akan mengakibatkan ketidakpuasan pada diri sendiri karena

merasa dikucilkan dan mempunyai sikap-sikap menolak diri. Akibatnya remaja

tidak mengalami saat-saat yang menggembirakan seperti yang dinikmati oleh

teman-teman sebayanya (Hurlock, 1980).

C. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Penyesuaian Sosial

Dalam salah satu tugas perkembangan, setiap individu diharapkan mampu

melakukan penyesuaian sosial, baik itu di lingkungan rumah, sekolah maupun

masyarakat. Kemampuan individu untuk melakukan penyesuaian sosial dengan

baik salah satunya tergantung pada keadaan emosi.

Setiap individu memiliki kapasitas emosi dalam dirinya, ia dituntut untuk

dapat mengenal emosi dirinya, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri,

mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan dengan orang lain dalam

menghadapi tuntutan dan harapan dari lingkungan sekitarnya.

Individu yang memiliki kestabilan emosi mampu mengendalikan diri dan

memberikan respon-respon yang matang dan sesuai dengan tuntutan dan harapan

lingkungan yang disebut dengan kecerdasan emosional. Lain halnya dengan

individu yang tidak memiliki kestabilan emosi dengan menunjukkan ciri-ciri

seperti kecemasan atau kesenangan yang berlebihan, kecurigaan, kegelisahan,

ketakutan, depresi, selalu berperasaan negatif, dan merasa bersalah.

Ketidakstabilan emosi tersebut dapat menimbulkan konflik, frustrasi,

ketidakmatangan psikologis, dan gangguan emosional yang berkaitan dengan diri

sendiri maupun orang lain serta kegagalan-kegagalan dalam menjalin kehidupan.

Page 22: PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA , kata kerja dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0704725_chapter2(1).pdf · dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil

34

Thorndike dalam Goleman (2007: 56) mengungkapkan bahwa salah satu

aspek dari kecerdaan emosional adalah kecerdasan sosial yaitu kemampuan untuk

memahami orang lain dan bertindak bijaksana dalam hubungan dengan orang lain.

Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional memiliki peranan penting

terhadap penyesuaian sosial individu yang baik. Lebih lanjut Goleman (2007)

menyatakan bahwa keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan permasalahan

banyak ditentukan oleh kualitas kecerdasannya, salah satunya adalah yang

berkaitan dengan aspek emosional. Seseorang yang cerdas dalam mengelola

emosinya akan meningkatkan kualitas kepribadiannya. Oleh karena itu diperlukan

suatu kemampuan dalam diri individu untuk dapat memenuhi tuntutan lingkungan

yaitu kemampuan untuk mengendalikan tingkah laku, kematangan emosi serta

dapat melaksanakan tugas, peranan dan tanggung jawabnya dengan baik di

lingkungan tempat ia berada agar tercipta penyesuaian sosial yang sehat.

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan Terkait dengan Kecerdasan Emosional dan Penyesuaian Sosial Mahasiswa Beberapa penelitian mengenai kecerdasan emosional dan penyesuaian telah

cukup banyak dilakukan dan sedikit banyaknya dapat memberikan gambaran

bahwa kecerdasan emosional penting bagi penyesuaian sosial, termasuk

penyesuaian sosial di perguruan tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Effendi (2003) mengenai

hubungan antara emotional intelligence dengan penyesuaian sosial di sekolah

pada siswa kelas III SMUN 7 Bandung, hasilnya menunjukkan bahwa terdapat

hubungan positif yang signifikan antara emotional intelligence dengan

Page 23: PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA , kata kerja dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0704725_chapter2(1).pdf · dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil

35

penyesuaian sosial, sehingga semakin rendah emotional intelligence yang dimiliki

siswa kelas II SMUN 7 Bandung maka semakin rendah penyesuaian sosial yang

dilakukan oleh siswa, baik di rumah, sekolah, dan masyarakat.

Kamelia (2003) meneliti hubungan antara kecerdasan emosi dengan

penyesuaian sosial di sekolah pada siswa kelas II SMU PGII II Bandung.

Hasilnya, bahwa kecerdasan emosional dan penyesuaian sosial di sekolah

mempunyai korelasi yang cukup berarti (rs = 0,58), aspek mengenali emosi diri

dengan penyesuaian sosial di sekolah (rs = 0,56), aspek mengelola emosi diri

dengan penyesuaian sosial di sekolah (rs = 0,45), aspek motivasi diri dengan

penyesuaian sosial di sekolah (rs = 0,51), aspek empati dengan penyesuaian sosial

di sekolah (rs = 0,41), dan aspek membina hubungan dengan penyesuaian sosial di

sekolah (rs = 0,44).

Selain itu hasil penelitian Purnama (2008) mengenai hubungan antara

kecerdasan emosi dengan penyesuaian sosial Siswa Sekolah Menengah Atas,

menjelaskan bahwa: (1) sebagian besar kecerdasan emosional yang dimiliki oleh

siswa berada pada kategori sedang yaitu sebesar 67,77%, (2) sebagian besar

penyesuaian sosial yang dimiliki oleh siswa berada pada kategori cukup baik yaitu

sebesar 67,78%, (3) terdapat hubungan yang kuat antara kecerdasan emosional

dengan penyesuaian sosial siswa, dengan koefisien korelasi sebesar +0,724.

Hasil penelitian Fitriani (2009) mengenai hubungan antara konsep diri dan

kecerdasan emosional dengan penyesuaian sosial siswa kelas XI di SMA Negeri I

Trenggalek menunjukkan bahwa siswa yang memiliki konsep diri sangat positif

adalah berjumlah 14 siswa, yang memiliki konsep diri tinggi berjumlah 77 siswa,

Page 24: PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA , kata kerja dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0704725_chapter2(1).pdf · dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil

36

dan yang memiliki konsep diri sedang berjumlah 5 siswa. Pada kecerdasan

emosional, siswa yang memiliki tingkat kecerdasan emosional sangat tinggi

berjumlah 11 siswa, yang memiliki tingkat kecerdasan emosional tinggi berjumlah

78 siswa, dan yang memiliki tingkat kecerdasan emosional sedang berjumlah 7

siswa. Pada penyesuaian sosial, siswa yang memiliki tingkat penyesuaian sosial

sangat tinggi berjumlah 14 siswa, dan siswa yang memiliki tingkat penyesuaian

sosial yang tinggi adalah 82 siswa. Berdasarkan hasil analisis regresi linear

berganda, diperoleh nilai R sebesar 0.931. Hal ini berarti variabel penyesuaian

sosial dapat dijelaskan oleh variabel konsep diri dan kecerdasan emosional

sebanyak 93,1% sedangkan sisanya (6,9%) dijelaskan oleh sebab lain. Dengan

kata lain, terdapat hubungan antara konsep diri dan kecerdasan emosional dengan

penyesuaian sosial. Namun, sumbangan konsep diri terhadap penyesuaian sosial

lebih besar (69%) jika dibandingkan dengan kecerdasan emosional (27,8%).

Pada penelitian Showi (2009) mengenai hubungan kecerdasan emosional

dengan penyesuaian sosial siswa akselerasi SMUN 1 Malang diketahui

bahwasanya kecerdasan emosional siswa akselerasi tergolong tinggi dengan

persentase 45,16%. Untuk tingkat penyesuaian sosial siswa akselerasi SMUN 1

Malang berada pada kategori tinggi dengan persentase 54,84%. Hasil uji korelasi

menunjukkan nilai rhit 0.810 dengan probabilitas 0.000. Hasil penelitian ini

menyatakan ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

sosial siswa akselerasi SMUN 1 Malang. Hal ini berdasarkan pada nilai rhit 0.810

dan nilai rtabel adalah 0.000. Berdasarkan taraf signifikansi 5% r hitung dari hasil

Page 25: PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA , kata kerja dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0704725_chapter2(1).pdf · dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil

37

korelasi memiliki nilai rhit 0.810 > rtabel 0.000. Semakin tinggi tingkat kecerdasan

emosional siswa, semakin tinggi pula tingkat penyesuaian sosial siswa akselerasi.

E. Kerangka Berpikir

Masa remaja merupakan salah satu periode yang penting dan mempunyai

resiko dalam rentang kehidupan manusia. Pada masa ini pertumbuhan dan

perkembangan pada diri remaja mengalami perubahan yang sangat besar. Sebagai

peralihan dari masa anak menuju masa dewasa, masa remaja merupakan masa

yang penuh dengan kesulitan dan gejolak dalam diri, salah satunya adalah gejolak

emosi.

Goleman (2007) mengatakan bahwa emosi merupakan kekuatan pribadi

(personal power) yang memungkinkan manusia mampu berpikir secara

keseluruhan, mampu mengenali emosi diri sendiri dan orang lain serta tahu

bagaimana harus mengekspresikannya secara tepat. Lalu dilanjutkan oleh Salovey

dalam Goleman (2007) yang menempatkan kecerdasan emosional dalam lima

wilayah utama, yakni, kemampuan untuk mengenal emosi dirinya, mengelola

emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina

hubungan dengan orang lain.

Goleman (2005) menyatakan kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk

mengenal perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain agar dapat memotivasi diri

dan mengelola emosi yang terdapat dalam diri sendiri dan orang lain secara

efektif. Lalu dilanjutkan oleh Goleman & Boyatzis (2005) dengan menempatkan

kecerdasan emosional dalam empat kompetensi yang dirangkum dalam Emotional

Page 26: PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA , kata kerja dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0704725_chapter2(1).pdf · dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil

38

Competence Inventory (ECI), yakni, kemampuan dalam kesadaran diri, mengelola

diri, kesadaran sosial, dan membina hubungan.

Namun dikarenakan masa remaja merupakan masa badai dan tekanan, yaitu

masa dimana ketegangan emosi meninggi sehingga remaja mengalami

ketidakstabilan emosi yang menyebabkan emosi pada masa remaja menjadi

mudah terangsang dan cenderung meledak-ledak (Hurlock, 1980). Ketidakstabilan

emosi tersebut dapat menimbulkan konflik dan gangguan emosional yang

berkaitan dengan diri sendiri maupun orang lain serta kegagalan-kegagalan dalam

menjalin kehidupan.

Pada saat remaja masuk ke dalam suatu lingkungan tertentu, remaja akan

dihadapkan untuk dapat menyesuaikan diri terhadap tuntutan dan harapan

lingkungannya yaitu penyesuaian sosial, termasuk penyesuaian sosial di kampus.

Remaja dihadapkan pada tuntutan untuk menghargai dan mau menerima otoritas

kampus, tertarik dan berpartisipasi dalam kegiatan kampus, mempunyai hubungan

sosial yang sehat, bersahabat dengan teman, dosen dan unsur-unsur kampus

lainnya, menerima batasan dan tanggung jawab sebagai mahasiswa, serta

membantu kampus mencapai tujuan intrinsik dan ekstrinsik.

Hurlock (1980) mengatakan bahwa salah satu tugas perkembangan masa

remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Masih

terdapat remaja yang memiliki ketidakstabilan emosi, berperilaku tidak sesuai

harapan, kurang berempati, dan sukar membina hubungan yang baik dengan orang

lain. Apabila remaja memiliki kemampuan untuk mengelola emosinya dengan

baik maka ia akan mampu menyesuaikan diri dan bertingkah laku sesuai dengan

Page 27: PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA , kata kerja dalam …a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0704725_chapter2(1).pdf · dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil

39

tuntutan dan harapan kampus. Sebaliknya, remaja yang tidak mampu

menyesuaikan diri dan bertingkah laku sesuai dengan tuntutan dan harapan

kampus dapat diartikan remaja tersebut kurang mampu dalam mengelola

emosinya. Sebagai gambaran untuk memperjelas kerangka berpikir yang telah

diuraikan dapat dilihat dalam gambar berikut ini:

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Remaja

Karakteristik Emosi Remaja:

1. Tidak stabil

2. Berubah-ubah

3. Sangat kuat

4. Tidak terkendali

5. Tidak rasional

Kecerdasan Emosional:

1. Kesadaran diri

2. Pengaturan diri

3. Kesadaan sosial

4. Pengaturan hubungan

Baik

Penyesuaian Sosial di Kampus

Buruk