Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERAN ASEAN TOURISM STRATEGIC PLAN (ATSP)
TERHADAP INDUSTRI PARIWISATA MYANMAR
PERIODE 2014-2016
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Fitri Khairani Aldira Situmeang
NIM: 11141130000005
PRODI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2018 M
i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
PERAN ASEAN TOURISM STRATEGIC PLAN (ATSP) TERHADAP INDUSTRI
PARIWISATA MYANMAR PERIODE 2014-2016
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 Agustus 2018
Fitri Khairani Aldira Situmeang
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Fitri Khairani Aldira Situmeang
NIM : 11141130000005
Program Studi : Hubungan Internasional
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
PERAN ASEAN TOURISM STRATEGIC PLAN (ATSP) TERHADAP INDUSTRI
PARIWISATA MYANMAR PERIODE 2014-2016
dan telah memenuhi syarat untuk diuji,
Jakarta, 29 Agustus 2018
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing
Ahmad Alfajri, M.A Rahmi Fitryanti
NIP: NIP:
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
PERAN ASEAN TOURISM STRATEGIC PLAN (ATSP) TERHADAP INDUSTRI
PARIWISATA MYANMAR PERIODE 2014-2016
Oleh
Fitri Khairani Aldira Situmeang
11141130000005
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal
18 September 2018 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Hubungan Internasional.
Ketua, Sekretaris,
Ahmad Alfajri, M.A Eva Mushoffa, MHSPS
NIP: NIP:
Penguji I, Penguji II,
Ahmad Alfajri, M.A M. Adian Firnas, M.Si
NIP: NIP:
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 18 September
2018
Ketua Program Studi Hubungan Internasional
Ahmad Alfajri, M.A
NIP:
iv
ABSTRAK
Skripsi ini membahas bagaimana ASEAN (Association of South East Asia
Nations) berperan melalui ASEAN Tourism Strategic Plan (ATSP) dalam
meningkatkan industri pariwisata Myanmar pada periode 2014-2016. Dengan
berbagai permasalahan internal yang dimiliki Myanmar, pembentukan dari ATSP
juga patut untuk dikaji kembali mengingat sektor pariwisata juga memiliki daya
saing tersendiri bagi negara-negara Asia Tenggara. Selain itu, ATSP merupakan
kerangka kerja dan program yang berusaha meningkatkan kerjasama ekonomi
negara-negara ASEAN terutama di bidang pariwisata. Penelitian ini ditujukan
untuk mengetahui bentuk dari kerjasama pariwisata antar negara-negara anggota
ASEAN khususnya Myanmar dan ASEAN sendiri melalui berbagai perjanjian
kerjasama di sektor pariwisata khususnya mengenai ASEAN Tourism Strategic
Plan. Meninjau kembali peran dari berbagai perjanjian kerjasama tersebut dan
implementasinya untuk peningkatan sektor pariwisata kawasan Asia Tenggara,
khususnya bagi Myanmar yang menjadi fokus dari penelitian ini. Dalam mengkaji
peran ATSP, penelitian ini menggunakan Teori Regionalisme, Konsep
Kepentingan Nasional, Konsep Organisasi Internasional dan Konsep Kerjasama
Internasional untuk menganalisis peran dari ASEAN melalui ATSP untuk
meningkatkan perkembangan industri pariwisata Myanmar di periode 2014-2016.
Bergabungnya Myanmar dengan ASEAN yang dinaungi oleh negara-negara
berkembang bahkan maju, bertujuan untuk mempertahankan eksistensinya di
dunia internasional maupun untuk mencapai kepentingannya di berbagai sektor.
Selain itu, bergabungnya Myanmar dengan ASEAN sebagai negara yang berada
di kawasan Asia Tenggara, memberikan tanggung jawab bagi ASEAN untuk ikut
membantu Myanmar dalam mengembangkan kualitas berbagai sektor yang
dimiliki negara tersebut terkait kesejahteraan Myanmar yang mengacu pada visi
dan misi ASEAN sebagai organisasi kawasan. Sama halnya dengan negara
anggota ASEAN lainnya, Myanmar berusaha untuk memenuhi standar negaranya
terkait program-program ATSP.
Kata kunci:asean, regionalisme, kerjasama internasional, organisasi
internasional, kepentingan nasional, asean tourism strategic plan, sektor
pariwisata, myanmar.
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrrahim, segala puji dan syukur selalu penulis ucapkan
kepada Allah SWT atas segala rakhmat dan nikmatnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam tak lupa dihaturkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
Dalam pengerjaan skripsi ini, penulis telah melibatkan beberapa pihak yang
sangat membantu dalam banyak hal. Oleh sebab itu, disini penulis sampaikan rasa
terima kasih sedalam-dalamnya kepada :
1. Ibu Rahmi Fitriyanti M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah
senantiasa membantu penulis dalam penyusuanan skripsi ini dalam
memberikan ide-ide, motivasi, arahan, saran, ilmu serta waktunya
sehingga penulis dapat menyelsaikan skripsi ini dengan baik.
2. Orangtua Penulis, H. Edy Kurnia Situmeang, dan Hj. Bertha Irianti L.
Tobing yang telah mendoakan dan selalu memberikan dukungan terus
menerus baik secara moril maupun materil. Kepada abang, kakak-kakak
dan adik dari penulis, Randy Aldino Situmeang, Dini Aldila Situmeang,
Citra Dwi Hartati, Reza Aldicky Situmeang yang selalu memberikan doa
dan semangat untuk penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Ahmad Alfajri, M.A, selaku Ketua Program Studi Hubungan
Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah menyetujui permohonan penyusunan
skripsi.
vi
4. Pasangan penulis, Anbiya Alfalah terimakasih atas selalu memberikan
memotivasi, semangat, ide-ide dan saran-saran serta waktunya untuk
menemani penulis dalam proses penulisan skripsi ini.
5. Teman-teman terbaik penulis, Rita Ayu Rahmawati, Trya Dara Ruidahasi,
Veriska Widya, Dewi Maharani, Husen Haikal Alhadar, Ahmad Bayhaqi,
Abdillah Alfathin Yusha, Muhammad Fikri Kodri, teman-teman kelas A
Hubungan Internasional angkatan 2014, dan semua teman-teman angkatan
2014 Hubungan Internasional UIN Jakarta. Terima kasih atas dukungan,
doa dan semangat juga bantuan ilmu selama penulis mengerjakan skripsi
ini. Terima kasih atas semua kenangan, warna-warni didalam dunia
perkuliahan, motivasi dan dukungan kalian semua.
Harapan penulis semoga Allah SWT membalas semua dukungan dan
bantuan yang diberikan dengan kebaikan yang berlipat. Terakhir, penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Semoga dengan segala
kekurangan yang dimiliki, skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah
wawasan bagi setiap pembacanya dan bagi perkembangan studi Hubungan
Internasional
Jakarta, 29 Agustus 2018
Fitri Khairani Aldira Situmeang
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ......................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................... v
DAFTAR ISI ............................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xi
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
1.2. Pertanyaan Penelitian .................................................................. 11
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 11
1.4. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 12
1.5. Kerangka Pemikiran .................................................................... 17
a. Teori Regionalisme ................................................................. 18
b. Konsep Kepentingan Nasional ................................................ 19
c. Konsep Organisasi Internasional ............................................. 21
d. Konsep Kerjasama Internasional............................................. 22
1.6. Metode Penelitian........................................................................ 25
1.7. Sistematika Penulisan ................................................................. 27
viii
BAB II UPAYA ASEAN TOURISM STRATEGIC PLAN (ATSP)
DALAM PENINGKATAN ASEAN SEBAGAI DESTINASI
TUNGGAL
2.1. Sejarah Berdirinya ASEAN TOURISM FORUM (ATF)1981 ..... 29
2.2. Sejarah Dibentuknya ASEAN TOURISM STRATEGIC PLAN
(ATSP) ........................................................................................ 37
2.3. Upaya ATSP ASEAN Tourism Strategic Plan dalam
Meningkatkan Sektor Pariwisata Asia Tenggara ........................ 50
BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI PARIWISATA MYANMAR
3.1. Pertumbuhan Industri Pariwisata Myanmar ................................ 55
3.2. Kondisi dan Kendala Sektor Pariwisata Myanmar ..................... 62
3.3. Strategi Perencanaan Utama Pariwisata Myanmar ..................... 72
BAB IV ANALISIS PERAN ASEAN TOURISM STRATEGIC PLAN
(ATSP) TERHADAP INDUSTRI PARIWISATA MYANMAR
4.1. Pengaruh Kebijakan dan Program ASEAN Tourism Strategic
Plan (ATSP) Terhadap Industri Pariwisata Myanmar ................ 82
4.1.1. Regionalisme Sektor Pariwisata ASEAN Terhadap
Myanmar ........................................................................... 86
4.1.2. Kepentingan Myanmar dalam Meningkatkan Industri
Pariwisata Negara.............................................................. 88
4.2. Peran ATSP dalam Meningkatkan Industri Pariwisata
Myanmar ..................................................................................... 90
4.2.1. ASEAN Sebagai Badan Organisasi Internasional Yang
ix
Membentuk ATSP ............................................................ 93
4.2.2. Kerjasama Myanmar dan ASEAN Melalui ATSP di
Sektor Pariwisata ............................................................... 96
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 101
5.2 Saran ............................................................................................. 104
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... xv
x
DAFTAR TABEL
Tabel I.2.1. Kedatangan Pengunjung ke Asia Tenggara Periode 2011-2015 ... 32
Tabel II.2.2. Arahan Strategi Pengembangan Produk Regional Eksperimental
dan Inovatif serta Kreatif ............................................................... 40
Tabel III.2.2. Arahan Strategi Pemasaran dan Investasi ...................................... 42
Tabel IV.2.2. Arahan Strategi Peningkatan dan Mempercepat Fasilitasi
Perjalanan dan Konektivitas ASEAN ............................................ 44
Tabel V.3.1. Kedatangan Pengunjung ke Asia Tenggara Periode 2009-2012 .... 56
Tabel VI.3.1. Kedatangan Pengunjung ke Myanmar Periode 2010-2014 ........... 58
Tabel VII.3.1. Kedatangan Pengunjung ke Myanmar Periode 2011-2015 ........... 59
Tabel VII.3.1. Kedatangan Pengunjung ke Myanmar Periode 2012-2016 ........... 61
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.3.2 Peta Myanmar ...................................................................... 67
GambarII.3.3 Kekuatan, Batasan, Peluang, dan Risiko .............................. 75
Gambar III.3.3 Master Plan Pariwisata Myanmar: Program Strategis dan
Tujuan Utama ....................................................................... 77
Gambar IV.4.1.2 Diagram Perkiraan Pertumbuhan GDP Myanmar Periode
2011-2020 ............................................................................ 89
xii
DAFTAR SINGKATAN
ACC ASEAN China Centre
ACMECS The Ayeyarwady-Chao Phaya-Mekong Economic
Cooperation Strategy
ACTCS ASEAN Clean Tourist City Standard
ADB Asian Development Bank
AEC ASEAN Economic Community
AJC ASEAN Japan Centre
AKC ASEAN Korea Centre
ASEAN Association of South East Asia Nations
ASEAN-CBT Standard ASEAN Community Based Tourism Standard
ASEAN NTOs ASEAN National Tourism Organizations
ASEANTA ASEAN Travel Agents Association
ATA ASEAN Tourism Agreement
ATF TRAVEX ASEAN Tourism Forum Travel Exchange
ATSP ASEAN Tourism Strategic Plan
AUSAID Australian Agency for International Development
BIMP-EAGA The Brunei, Indonesi, Malaysia and Philipine East
ASEAN Growth Area
BIMSTEC The Bay of Bengal Initiative for Multi-Sectoral
Technical and Economic Cooperation
xiii
CCI Commodity Channel Index
CCS Carbon Capture and Storage
CLMV Camboja, Laos, Myanmar, Vietnam
EIU The Economist Intelligence Unit
FDI Foreign Direct Investment
FTA Foreign Tourists Arrival
GDP Gross Domestic Bruto
GMS Greater Mekong Sub-region
GOM Government of Myanmar
GOMs FESR Framework for Economic and Social Reforms
IGO Intergovernment Organization
IMT-GT The Indonesia, Malaysia, Thailand Growth Triangle
KTT Konferensi Tingkat Tinggi
MIC Myanmar Investment Commision
MRA Mutual Recognition Arrangement
MRA-TP Mutual Recognition Arrangement on Tourism
Professionals
MOHT Ministry of Hotels and Tourism
MTF Myanmar Tourism Federation
MTMP Myanmar Tourism Master Plan
M-ATM ASEAN Tourism Minister Meeting
NGO Non-Government Organization
NLD National League for Democracy
xiv
PATA The Pacific Asia Travel Association
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
RITS Roadmap for Integration of Tourism Sector
SEATGA Southest Asia Tourist Guide Association
SCOT Sub-Commite of Tourism
SDM Sumber Daya Manusia
SLORC State Law and Order Restoration Council
TAC Treaty of Amity and Cooperation
UNEP United Nations Environment Programme
UNESCO United Nations Educational Scientific and Cultural
Organization
UNDP United Nations Development Programme
UNWTO United Nations World Tourism Organization
USDP Union Solidarity and Development Party
WB World Bank
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Skripsi ini membahas bagaimana ASEAN (Association of South East Asia
Nations) berperan melalui ASEAN Tourism Strategic Plan (ATSP) dalam
meningkatkan industri pariwisata Myanmar pada periode 2014-2016. Selama
berlangsungnya periode kerangka kerja ATSP pada 2011-2015, negara-negara
anggota ASEAN mengalami pertumbuhan kunjungan wisatawan yang cukup
signifikan. Meskipun begitu, Myanmar masih menempati urutan dua terendah
sebelum Brunei Darussalam dalam hal penerimaan kunjungan wisatawan tersebut.
Myanmar sendiri dulu dikenal sebagai Burma yang berbatasan dengan
Bangladesh, India, Tiongkok, Laos, dan Thailand. Ibukota negara Myanmar
adalah Naypyidaw, terletak 32km ke arah utara Yangon. Selain itu, Myanmar juga
terletak di bagian timur benua Asia, yaitu di wilayah geografis yang kaya akan
sumber daya alam dan mineral yang cukup memberikan potensi ekonomi yang
signifikan.1
Myanmar merupakan salah satu negara yang belum menjalankan
pemerintahan demokratis di Asia Tenggara sampai 2011 setelah diperintah oleh
rezim junta militer Tatmadaw sejak 1962. Pemerintahan militer Myanmar dimulai
1 United Nations Office on Drugs and Crime, “Myanmar Country Profile,‖ h. 5, dokumen
ini diakses pada Rabu, 14 Maret 2018 dari https://www.unodc.org/pdf/myanmar/myanmar_country_profile_2005.pdf
2
sejak kudeta militer yang dilakukan oleh Jenderal Ne Win. Hal tersebut
menjadikan Myanmar sebagai tempat yang tidak layak untuk dikunjungi karena
tidak adanya jaminan keamanan dan fasilitas bagi wisatawan dari mancanegara.
Pertikaian politik telah cukup lama menutup arus pariwisata ke negara tersebut.2
Kemudian, pada 4 Februari 2011, Presiden Thein Sein diangkat sebagai
presiden sipil pertama Myanmar oleh Parlemen Myanmar setelah kemenangan
partai Union Solidarity and Development Party (USDP) pada pemilu yang
diadakan pada 2010. Pemerintahan sipil ini secara resmi dilantik pada 30 Maret
2011 dan menandai berakhirnya pemerintahan junta militer di Myanmar.3
Presiden Thein Sein membawa banyak perubahan terhadap Myanmar,
yaitu keterbukaan Myanmar bagi dunia internasional, pembebasan tahanan politik,
pelonggaran sensor media dan kebebasan penggunaan internet, pembentukan
Komisi HAM Nasional, kebebasan bagi buruh untuk berserikat dan melakukan
liberalisasi ekonomi dengan memprioritaskan pada industrialisasi dan perbaikan
infrastruktur pendukung perekonomian.4
Dengan terjadinya perubahan-perubahan tersebut maka berkembang pula
era baru pariwisata Myanmar yang ditandai dengan kedatangan para pengunjung
yang berkembang pesat dari penjuru dunia. Adapun tempat-tempat yang menarik
2 BBC News, “Myanmar Profile,‖ berita ini diakses pada Selasa, 13 Maret 2018 dari
http://www.bbc.com/news/world-asia-pacific-12990563
3 Devi Apriyanti, ―Reformasi Politik dan Ekonomi di Myanmar pada Masa Pemerintahan
Presiden U Thein Sein (2011-2013)”, h. 2, jurnal ini diakses pada Jumat, 21 September 2018 dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=186086&val=6444&title=REFORMASI%20
POLITIK%20DAN%20EKONOMI%20DI%20MYANMAR%20PADA%20MASA%20PEMERI
NTAHAN%20PRESIDEN%20U%20THEIN%20SEIN%20(2011-2013)
4 Robert H.Taylor, ―Myanmar : from Army Rule to Constitutional Rule?”, Jurnal Asian
Affairs, Vol. XLIII, No. II ( July 2012) : hal 222
3
minat wisatawan yang berkunjung ke Myanmar adalah Kuil-kuil kuno yang
terletak di Bagan, Inle Lake yang tenang dan dikelilingi pegunungan beserta
beberapa atraksi yang menunggu untuk dijelajahi. Mandalay, yang masih
memiliki jejak-jejak kerajaan utara Myanmar. Bangunan-bangunan kolonial klasik
berdiri berdampingan dengan stupa-stupa Buddha.
Selain itu, ibu kota Myanmar yaitu Naypyidaw juga menjadi salah satu
kota dengan keindahan tempat wisata Myanmar. Meskipun Naypyidaw sangat
jarang dikunjungi oleh pariwisatawan kota tersebut memiliki wisata alam, wisata
hiburan, wisata kuliner sampai tempat wisata yang lainnya. Adapun tempat-
tempat yang menjadi daya tarik dari ibu kota Myanmar ini sendiri ialah
Uppatasanti Pagoda, Naypyidaw Water Fountain Garden, Thatta Thattaha Maha
Bawdi Pagoda, The National Museum, Pyidaungsu Hluttaw dan Naypyidaw
Zoological Garden.5
Industri pariwisata Myanmar sesungguhnya bukanlah fokus utama
pemerintahan untuk mengatasi masalah-masalah perekonomian yang terjadi di
negara tersebut. Sektor pertanian adalah fokus utama dari pembangunan ekonomi
dari Myanmar itu sendiri. Dimana sekitar 75% penduduknya bekerja di sektor
pertanian. Adapun sektor utama lainnya adalah perdagangan, pertambangan dan
industri. 6
5 Go-Myanmar.com The Comprehensive Myamar (Burma) Travel Website, “Nay Pyi Taw
(Naypyidaw),‖ berita ini diakses pada Selasa, 13 Maret 2018 dari https://www.go-
myanmar.com/naypyidaw-nay-pyi-taw 6 KADIN Indonesia, “Peluang Penetrasi Pasar Produk Indonesia ke Myanmar. Oleh:
Kedutaan Besar RI Yangon,” artikel ini diakses pada Selasa, 13 Maret 2018 dari
http://www.kadin-indonesia.or.id/enm/images/dokumen/KADIN-107-2427-08012008.pdf
4
Pada 1988, Myanmar menerapkan sistem ekonomi pasar sebagai koreksi
terhadap sistem sosialis yang dianggap tidak berhasil mengatasi pasar yang belum
berjalan secara penuh. Hal tersebut dikarenakan campur tangan otoriter militer
masih sangat dominan. Namun, sanksi embargo ekonomi yang diberikan Amerika
Serikat pada 2008, dicabut pada 7 Oktober 2016 oleh Presiden Obama.7
Tindakan Presiden Obama tersebut berdasarkan pada pengumuman yang
dibuat oleh Presiden Obama selama kunjungan Aung San Suu Kyi ke
Washington, DC pada September 2016. Hal tersebut merupakan hasil dari
perubahan yang dialami oleh Myanmar, termasuk terpilihnya Partai Aung San
Suu Kyi, yaitu National League for Democracy (NLD) untuk transisi lanjutan
negara menuju pemerintahan sipil yang dipilih secara demokratis.
Maka dari itu, bergabungnya Myanmar di dalam ASEAN bukan hanya
untuk menjaga perdamaian dan stabilitas negaranya dan negara-negara Asia
Tenggara lainnya. Akan tetapi juga sebagai wadah untuk mempromosikan industri
pariwisata Myanmar itu sendiri lewat berbagai program, perjanjian dan kebijakan
yang dibentuk oleh ASEAN. Diantaranya adalah ASEAN National Tourism
Organizations (ASEAN NTOs), ASEAN Tourism Strategic Plan (ATSP) 2011-
2015, ASEAN Tourism Ministers Meeting (M-ATM) dan ASEAN Tourism
Strategic Plan (ATSP) 2016-2025.
7
David Mortlock, Miriam A. Bishop, Noman A. Goheer & Nikki M. Cronin, ―The
United States Lifts Economic Sanctions on Myanmar,‖ artikel ini diakses pada Sabtu, 22
September 2018 dari
https://www.willkie.com/~/media/Files/Publications/2016/10/The_United_States_Lifts_Economic
_Sanctions_on_Myanmar.pdf
5
Sektor pariwisata sendiri sudah mendapatkan pengakuan luas bahwa
sektor tersebut memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi negara
dan sebagai integrasi sosial dan budaya. Sektor pariwisata tidak hanya untuk
menghasilkan dan mendistribusikan valuta asing tetapi untuk memperlihatkan
keragaman dan kekayaan dari budaya-budaya dan penduduk dari negara-negara
Asia Tenggara. Dengan kata lain secara tidak langsung, memperkenalkan budaya
masing-masing negara.
Kerjasama ASEAN di berbagai bidang khususnya bidang pariwisata
diresmikan pada 1976 pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pertama ASEAN di
Bali, Indonesia. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan Bali Concord I
dan Traktat Persahabatan dan Kerjasama (Treaty of Amity and Cooperation in
Southest Asia/ TAC) setelah pembentukan Sub-Commite of Tourism (SCOT)
dibawah Komite ASEAN tentang Perdagangan dan Pariwisata.8
Dalam perkembangannya, sektor pariwisata telah terbukti dapat menyerap
tenaga kerja dari berbagai tingkatan, baik tingkat domestik maupun global. Pada
2011, 98 juta orang yang bekerja secara langsung di bidang Travel and Tourism
memperkerjakan enam kali lebih banyak dari manufaktur otomotif yang hanya 20
juta orang. Kemudian dari industri kimia global, yaitu 22 juta orang dari industri
pertambangan global yaitu 23 juta orang, dari industri komunikasi global yaitu 49
juta orang. Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa sektor pariwisata
berdampak besar terhadap penyerapan tenaga kerja secara global.
8 Kementerian Luar Negeri RI,”ASEAN Selayang Pandang Edisi ke-22, Tahun 2017,‖ h.
7-8, buku ini diakses pada Jumat, 27 April 2018 dari http://setnas-
asean.id/site/uploads/document/book/5a3c8377e89ce-asean-selayang-pandang-v15-lowres.pdf
6
Sektor pariwisata Myanmar sendiri menghasilkan 505.000 pekerjaan
langsung pada 2014 (1,8% dari total pekerjaan) dan hal ini diperkirakan akan
tumbuh sebesar 6,2% pada 2015 menjadi 536.500 (1,9% dari total pekerjaan). Hal
tersebut termasuk pekerjaan di sektor perhotelan, agen perjalanan, maskapai
penerbangan dan layanan transportasi penumpang lainnya (tidak termasuk layanan
komuter). Kegiatan industri restoran dan hiburan yang didukung langsung oleh
wisatawan termasuk pula di dalamnya.9
Selain itu, uang yang dibelanjakan oleh pengunjung asing ke Myanmar
(atau ekspor pengunjung) adalah komponen kunci dari kontribusi langsung sektor
pariwisata. Pada 2014, Myanmar menghasilkan MMK1,163.0bn dalam ekspor
pengunjung. Kemudian pada 2015 diharapkan tumbuh sebesar 8,1%, dan
Myanmar diharapkan dapat menarik 1.275.000 kedatangan wisatawan
internasional.10
Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, Myanmar berada di
tingkat 134 dari 141 negara yang mendapat kunjungan turis terbanyak. Hasil yang
sangat jauh jika dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya.11
Myanmar sangat
bergantung pada natural and cultural resources sebagai kekuatan pariwisata
Myanmar. Sedangkan kebijakan maupun lingkungan bisnis pariwisata Myanmar
9 World Travel and Tourism Council: The Authority on World Travel and Tourism,”
Travel and Tourism: Economic Impact 2015 Myanmar,‖ h. 1, artikel ini diakses pada Rabu, 14
Maret 2018 dari https://sp.wttc.org/-/media/files/reports/economic-impact-research/countries-
2015/myanmar2015.pdf 10
World Travel and Tourism Council, ” Travel and Tourism: Economic Impact 2015
Myanmar,‖ h. 1 11
World Economic Forum, “Index Results—The Travel & Tourism Competitiveness
Index Ranking 2015,” laporan ini diakses pada Selasa, 13 Maret 2018 dari
http://reports.weforum.org/travel-and-tourism-competitiveness-report-2015/index-results-the-
travel-tourism-competitiveness-index-ranking-2015/
7
tidak begitu memuaskan. Pada 2012, Gross Domestic Product (GDP) Myanmar
menempati posisi terendah di ASEAN dan menurut indeks United Nations
Development Programme di bidang Pemberdayaan Manusia, Myanmar berada di
peringkat 145 dari 188 negara.12
Adapun berbagai usaha Myanmar dalam mengembangkan sektor
pariwisatanya juga dimulai pada paruh pertama 2012. Infrastruktur pariwisata
Myanmar disaring oleh setengah juta kunjungan pada tahun yang sama. Pada
September 2012, Kementerian Pariwisata Myanmar menandatangani perjanjian
kerjasama pariwisata dengan Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam (CLMV),
yang bertujuan untuk menyambut 25 juta pengunjung ke wilayah Myanmar,
dengan empat juta “pertukaran pengunjung” yang masuk ke setiap negara selama
periode 2013-2015.
Namun, berakhirnya masa pemerintahan dan kekalahan Partai Thein Sein
yaitu Union Solidarity and Development Party (USDP) pada pemilu 2015,
mengakhiri pula keanggotaan Myanmar dalam perjanjian CLMV. Sebab
kesepakatan dan kerangka kerja yang ditandatangani oleh Thein Sein tersebut
hanya dapat diteruskan apabila Thein Sein masih menjabat sebagai Presiden
Myanmar dan USDP memenangkan pemilu 2015.13
12
United Nations Development Programme, “Human Development Report 2016., Human
Development for Everyone., Briefing note for countries on the 2016 Human Development Report,”
h. 1-2, laporan ini diakses pada Selasa, 13 Maret 2018 dari
http://hdr.undp.org/sites/all/themes/hdr_theme/country-notes/MMR.pdf 13
Ko Ko Thett, “Responsible Tourism in Myanmar: Current Situation and Challenges
2012,” h. 6, laporan ini diakses pada Selasa, 13 Maret 2018 dari
http://www.burmalibrary.org/docs14/Responsible-Tourism-in-Myanmar-Current-Situation-and-
Challenges-red.pdf
8
Kelemahan-kelemahan yang dimiliki Myanmar seperti lingkungan bisnis,
isu keamanan, dan berbagai hal lainnya, menyebabkan ASEAN memiliki tugas
yang lebih besar untuk mendorong sektor-sektor di bidang tertentu khususnya
sektor pariwisata. ATSP dalam hal ini tentunya memiliki peran yang cukup
penting dalam pelaksanaan tugas tersebut.
Dengan berbagai permasalahan internal yang dimiliki Myanmar,
pembentukan dari ATSP juga patut untuk dikaji kembali mengingat sektor
pariwisata juga memiliki daya saing tersendiri bagi negara-negara Asia Tenggara.
Selain itu, ATSP merupakan kerangka kerja dan program yang berusaha
meningkatkan kerjasama ekonomi negara-negara ASEAN terutama di bidang
pariwisata.
ATSP sendiri berperan sebagai perpanjangan upaya pemerintah masing-
masing negara anggota ASEAN untuk mengembangkan potensi pariwisatanya.
Dengan diadakannya peningkatan fasilitas dan penetapan standar yang disetujui
oleh negara-negara anggota berdasarkan prinsip dan perjanjian yang telah
disepakati.
Selain itu, ASEAN juga mengadakan serangkaian forum dan kegiatan
untuk meningkatkan kepatuhan ATSP seperti 35th ASEAN Tourism Forum di
Manila pada 18-25 Januari 2016, ASEAN Tourism Forum Travel Exchange (ATF
TRAVEX) 2016, kampanye ASEAN for ASEAN – Intra-regional Tourism
Cooperation, pembentukan ASEAN Adventure Travel, dan pembuatan mekanisme
pemberian berbagai penghargaan di bidang pariwisata untuk menambah motivasi
9
negara-negara anggota untuk terus mengembangkan pariwisatanya dengan tetap
menyelaraskannya pada kerangka kerja ATSP seperti ASEAN Homestay Award
dan ASEAN Green Hotel Award.14
Adapun kelemahan Myanmar dalam hal pemasukan yang tidak cukup
membuat aset yang dimiliki Myanmar tidak memadahi untuk memperbaiki
kesehatan masyarakat, lapangan pekerjaan, dan infrastruktur pariwisatanya.
Ditambah dengan adanya permasalahan politik, Myanmar jauh tertinggal
dibanding negara tetangganya bahkan di sub-region Mekong.
Dibandingkan negara ASEAN lainnya, Myanmar menempati peringkat
terakhir kedua setelah Brunei Darussalam dalam hal jumlah kedatangan
wisatawan melalui udara atau hanya sekitar 1,2% pada 2012. Sedangkan 54%
wisatawan lainnya memilih Thailand dan Malaysia sebagai tujuan wisata.15
Selain usahanya dalam meningkatkan sektor pariwisatanya bergabung
dengan ASEAN Tourism Forum, Myanmar berupaya pula bergabung dalam
kooperasi regional untuk memperbaiki sektor pariwisata Myanmar dengan
mendukung inisiatif pariwisata ASEAN, yaitu The Great Mekong Sub-region
Economic Cooperation Program, The Ayeyarwady-Chao Phaya-Mekong
14
The ASEAN Secretariat Jakarta, “ ASEAN Tourism Marketing Strategy (ATMS) 2017-
2020,‖ h. 8, katalog ini diakses pada Rabu, 14 Maret 2018 dari
http://asean.org/storage/2012/05/ASEAN_Tourism_Marketing_Strategy_2017-2020.pdf 15
Ministry of Hotels and Tourism (The Republic of The Union of Myanmar), “Myanmar
Tourism Master Plan 2013-2020,” Ministry of Hotels and Tourism: The Republic of the Union of
Myanmar, 2013, h. 6.
10
Economic Cooperation Strategy (ACMECS), dan The Bay of Bengal Initiative for
Multi-Sectoral Technical and Economic Cooperation (BIMSTEC).16
Kemudian pada 1 Juni 2012, Myanmar bergabung kembali dengan United
Nations World Tourism Organizations (UNWTO) dan anggota dari The Pacific
Asia Travel Association (PATA). Maka dari itu, Myanmar gencar mendorong
ATSP maupun MRA agar bisa meningkatkan capacity building Myanmar dengan
anggota ASEAN lainnya.
Meskipun demikian, Myanmar masih membutuhkan proses yang panjang
untuk selaras dalam standar ASEAN, apalagi dalam tahap dasar pengapdosian
standar praktik untuk menguantifikasikan dampak ekonomi terhadap pariwisata
masih mengalami kendala karena dalam penghitungan melalui metode
Penghitungan Satelit Pariwisata dan lainnya dibutuhkan banyak biaya dan
penyesuaian lainnya, di tengah hambatan finansial yang dihadapi Myanmar.
Penelitian ini berusaha memaparkan kembali usaha yang dilakukan
ASEAN, khususnya ATSP dalam meningkatkan capacity building yang sudah
disebutkan sebelumnya. Karena dari peningkatan faktor tersebutlah dapat
ditingkatkan pula kualitas sektor pariwisata dari Myanmar itu sendiri. Potensi dari
sektor pariwisata Myanmar sendiri sebenarnya sudah sangat memiliki kemajuan
yang pesat mengingat budaya yang dianut oleh Myanmar masih sangat kental dan
belum banyak tersentuh oleh dunia luar karena berbagai permasalahan internal
16
Ministry of Hotels and Tourism The Republic of The Union of Myanmar, “Myanmar
Tourism Master Plan 2013-2020,” h. 7.
11
negara yang sebelumnya cukup menghalangi perkembangan dari sektor pariwisata
Myanmar.
Selain itu, penting untuk diketahui pula efektivitas dari ATSP ini sendiri
bagi negara-negara anggota ASEAN, terkhusus Myanmar. Seperti yang sudah
disebutkan sebelumnya, Myanmar cukup rendah kinerjanya di sektor pariwisata
dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya.
Hal ini patut dikaji kembali tentunya agar tujuan, visi, misi dan fungsi dari
ATSP itu sendiri dapat diimplementasikan secara merata di Asia Tenggara untuk
meningkatkan daya saing disektor pariwisata dengan negara bagian lain tentunya.
Apalagi dengan sudah berakhirnya ATSP pertama di 2011-2015 dan dilanjutkan
kembali dengan ATSP yang dibagi menjadi dua tahap di 2016-2020 dan 2021-
2025, tentu memiliki beberapa keberhasilan dalam peningkatan di sektor
pariwisata sendiri, mengingat keberlanjutan dari ATSP tersebut memiliki periode
yang cukup panjang.
1.2. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana peran ASEAN Tourism Strategic Plan (ATSP) terhadap
industri pariwisata Myanmar periode 2014-2016?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bentuk dari kerjasama
pariwisata antar negara-negara anggota ASEAN khususnya Myanmar dan
ASEAN melalui berbagai perjanjian kerjasama di sektor pariwisata khususnya
12
mengenai ASEAN Tourism Strategic Plan. Meninjau kembali peran dari berbagai
perjanjian kerjasama tersebut dan implementasinya untuk peningkatan sektor
pariwisata kawasan Asia Tenggara, khususnya bagi Myanmar yang menjadi fokus
dari penelitian ini.
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini ialah untuk
memberikan kontribusi bagi pengembangan cabang keilmuan bagi prodi
Hubungan Internasional di FISIP UIN Jakarta. Selain itu untuk memperluas
pengetahuan akademik tentang berbagai perjanjian di sektor pariwisata yang
dibentuk oleh organisasi kawasan seperti ASEAN. Kemudian untuk lebih
memperjelas pula seperti apa berbagai tantangan dan potensi yang dimiliki
Myanmar di sektor pariwisatanya.
1.4. Tinjauan Pustaka
Pertumbuhan pariwisata yang cukup mengesankan di kawasan ASEAN
mendorong kementerian pariwisata negara anggota ASEAN untuk meningkatkan
kerjasama dalam hal pariwisata. Potensi-potensi pariwisata yang dimiliki negara
ASEAN pun dikembangkan oleh negara masing-masing agar dapat menjadi
produk wisata yang diminati oleh wisatawan dan juga dapat menambah jumlah
wisatawan yang datang ke negara tersebut. Semakin banyaknya wisatawan yang
datang ke negara tersebut semakin banyak pula pendapatan devisa yang diperoleh
negara dan dapat meningkatkan perekonomian negara.17
17
―Roadmap for Integration Tourism Sector,” berita ini diakses pada Kamis, 15 Maret
2018 dari
13
Peningkatan pariwisata negara-negara di kawasan ASEAN merupakan
hasil dari kerjakerasnya dalam mengimplementasikan ATSP dan acuan
sebelumnya untuk pengembangan pariwisatanya.
Tulisan pertama yang dijadikan sebagai tinjauan pustaka di skripsi ini
adalah sebuah laporan yang berjudul The Final Report of 261412 Architectural
Heritage: Law, Planning and Property Market dari Sitta Kongsasana. 2014. The
study of Myanmar Tourism Master Plan (2013-2020).
Tujuan dari laporan ini ialah untuk menganalisa kembali rencana-rencana
dari sektor pariwisata Myanmar. Selain itu, laporan ini juga merupakan sebuah
bagian dari perencanaan pariwisata yang mempelajari rencana induk pariwisata di
tingkat nasional, yang merupakan rencana pengembangan strategis atau rencana
utama dalam perencanaan pariwisata secara alamiah. Kemudian laporan ini juga
bertujuan mengevaluasi secara kritis dan mendiskusikan Myanmar Tourism
Master Plan 2013-2020 (MTMP) sendiri melalui paradigma pembangunan
pariwisata yang berkelanjutan.18
Persamaan laporan tersebut dengan penelitian ini berfokus pada berbagai
rencana Myanmar dalam meningkatkan sektor pariwisatanya. Baik dengan cara
bergabungnya Myanmar dalam beberapa organisasi pariwisata maupun
peningkatan kapabilitas Sumber Daya Manusia (SDM) Myanmar dalam
mengelola sektor pariwisata tersebut. Report ini juga banyak membahas tentang
http://www.mekongtourism.org/sitet3/uploads/media/road_map_for_integration_of_tourism_secto
r.pdf 18
Sitta Kongsasana, “The study of Myanmar Tourism Master Plan (2013-2020),”
Thailand, Silpakorn University, 2014, h.2.
14
potensi-potensi yang dimiliki Myanmar dalam mempromosikan sektor
pariwisatanya serta pihak-pihak yang bekerjasama dalam mengembangkan sektor
tersebut.19
Adapun beberapa perbedaan dari laporan tersebut dengan penelitian ini
adalah tinjauan pustaka pertama ini berbentuk laporan sedangkan penelitian ini
berbentuk skripsi. Selain itu laporan tersebut sepenuhnya mengadopsi pendekatan
“Pariwisata Bertanggung Jawab” sebagai pondasi utama dari rencananya.20
Kemudian laporan tersebut juga sama sekali tidak membahas tentang beberapa
perjanjian yang diratifikasi oleh Myanmar dalam hal kepariwisataan. Laporan ini
hanya berfokus pada konteks umum Myanmar, permasalahan di dalam negeri dan
rancangan-rancangan Menteri Pariwisata Myanmar yang belum direalisasikan dan
belum memberikan hasil yang spesifik.
Selanjutnya, sumber kedua yang dijadikan sebagai tinjauan pustaka adalah
sebuah jurnal artikel yang ditulis oleh Dwi Putri Fajryani. Kebijakan Pemerintah
Thailand Berpartisipasi Di ASEAN Tourism Forum (ATF) dalam Meningkatkan
Industri Pariwisata Tahun 2011-2015.
Sama seperti judul dari jurnal ini, tujuan dari penulisannya adalah
menganalisa kebijakan Pemerintah Thailand dalam hal keikutsertaannya dalam
ATF yang adalah sebuah forum yang dibentuk oleh ASEAN. Selain itu, tujuan
dari jurnal ini ialah memaparkan kepentingan Thailand dalam bidang politik yang
dapat dilihat pada lingkup domestik dan internasional. Dalam lingkup
19
Sitta Kongsasana, “The study of Myanmar Tourism Master Plan (2013-2020),” h.2. 20
Sitta Kongsasana, “The study of Myanmar Tourism Master Plan (2013-2020),” h. 2.
15
internasional, Thailand ingin meningkatkan keberadaan kawasan ASEAN yang
dapat diwujudkan secara nyata dengan meningkatkan hubungan antar negara dan
kerjasama dalam berbagai bidang.21
Persamaan jurnal dengan penelitian ini adalah membahas sektor pariwisata
dari negara anggota ASEAN. Dalam jurnal ini juga membahas tentang forum dan
berbagai perjanjian yang dibentuk oleh ASEAN yang sama halnya dengan yang
akan dibahas di dalam penelitian ini. Kemudian Jurnal ini juga banyak membahas
mengenai sektor pariwisata yang merupakan potensi besar yang dimiliki negara-
negara Asia Tenggara. Maka dari itu, jika dilihat dari sumber daya yang
digunakan, sektor pariwisata memiliki keunggulan karena dalam pemanfaatannya
sebagian sumber daya pariwisata termasuk yang dapat diperbaharui.22
Selain persamaan, terdapat pula beberapa perbedaan Jurnal ini dengan
penelitian penulis. Perbedaan pertama tentu fokus negara yang dianalisa sektor
pariwisatanya yang dalam Jurnal ini berfokus pada Thailand dan penelitian
penulis yang berfokus pada Myanmar. Selain itu Jurnal ini juga tidak terlalu
membahas ATSP, melainkan forum dari terbentuknya ATSP tersebut yang dalam
hal ini adalah ATF. Teori yang digunakan berbeda pula dengan menggunakan
21
Dwi Putri Fajryani, “Kebijakan Pemerintah Thailand Berpartisipasi Di ASEAN
Tourism Forum (ATF) Dalam Meningkatkan Industri Pariwisata Tahun 2011-2015,‖ h. 2, jurnal
ini diakses pada Kamis, 15 Maret 2018 dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=439240&val=6444&title=KEBIJAKAN%20
PEMERINTAH%20THAILAND%20BERPARTISIPASI%20DI%20ASEAN%20TOURISM%20
FORUM%20(ATF)%20DALAM%20MENINGKATKAN%20INDUSTRI%20PARIWISATA%2
0TAHUN%202011-2015 22
Dwi Putri Fajryani, “Kebijakan Pemerintah Thailand Berpartisipasi Di ASEAN
Tourism Forum (ATF) Dalam Meningkatkan Industri Pariwisata Tahun 2011-2015,‖ h. 3.
16
konsep pariwisata sedangkan penulis menggunakan konsep organisasi
internasional.
Tulisan ketiga yang diambil adalah laporan dari World Travel and Tourism
Council. 2015. The Authority on World Travel and Tourism, Travel and Tourism:
Economic Impact 2015 Myanmar.
Laporan tersebut berfokus pada bidang ekonomi yang dipengaruhi oleh
sektor pariwisata dari suatu negara yang dalam hal ini adalah Myanmar. Laporan
ini berfokus pada statistik dan berbagai persentase GDP, Investasi dan berbagai
hal-hal yang mempengaruhi laju ekonomi Myanmar di sektor pariwisata.
Seperti yang disebutkan dalam laporan tersebut bahwa Myanmar selalu
berada di tingkat terbawah yang menerima kunjungan pariwisata dibandingkan
dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia dan Thailand.
Tidak seperti kedua negara tersebut, performa Myanmar tidak pernah mendekati
performa yang cukup signifikan disektor pariwisata. Kemudian laporan ini
menjelaskan pula bahwa biaya yang dihabiskan dan dibelanjakan oleh pengunjung
asing ke negara (atau ekspor pengunjung) adalah komponen kunci dari kontribusi
langsung dari Perjalanan dan Wisata.23
Persamaan laporan tersebut dengan penelitian ini adalah menyajikan
berbagai tabel statistik perkembangan sektor pariwisata Myanmar. Selain itu akan
disajikan pula peringkat pertumbuhan sektor pariwisata Myanmar dari tahun ke
23
World Travel and Tourism Council, ” Travel and Tourism: Economic Impact 2015
Myanmar,‖ h. 5.
17
tahun, khususnya setelah berkembangnya demokrasi di negara tersebut. Sebelum
2011, sektor pariwisata Myanmar hampir tidak berkembang diakibatkan oleh
pembatasan visa dan transportasi yang terbatas, dan sebagai konsekuensi dari hal
tersebut maka terjadilah boikot pariwisata yang diminta oleh kelompok-kelompok
oposisi di dalam negara dan di pengasingan, yang sebagian didorong oleh
deklarasi pemerintahan militer pada 1996.24
Adapun perbedaan laporan tersebut dengan penelitian penulis ialah fokus
dari pembahasannya sendiri. Laporan tersebut hanya menyajikan berbagai tabel
perbandingan Myanmar dengan negara lain dalam hal kontribusi ekonomi
terhadap laju ekonomi dari masing-masing negara khususnya kawasan Asia
Tenggara. Laporan ini juga hanya membahas perkembangan ekonomi yang
berbeda dengan penelitian penulis yang berupa analisis dan penjelasan
perkembangan dari Myanmar di sektor pariwisatanya. Penelitian penulis juga
mengaitkan perkembangan pariwisata tersebut dengan berbagai organisasi dan
perjanjian internasional yang sama sekali tidak terdapat pada laporan tersebut.
1.5. Kerangka Pemikiran
Dalam mengkaji peran ATSP, penelitian ini menggunakan Teori
Regionalisme, Konsep Kepentingan Nasional, Konsep Organisasi Internasional
dan Kerjasama Internasional untuk menganalisis peran dari ASEAN melalui
24
Myanmar Tourism Sector Wide Impact Assessment, ―Sector-Level Impacts: Part 3,‖ h.
68, laporan ini diakses pada Kamis, 15 Maret 2018 dari http://www.myanmar-
responsiblebusiness.org/pdf/SWIA/Tourism/05-Sector-Level-Impacts.pdf
18
ATSP untuk meningkatkan perkembangan industri pariwisata Myanmar di
periode 2014-2016.
1. Teori Regionalisme
Sejarah tumbuhnya regionalisme ini sendiri dapat dikatakan terjadi pada
sebelum 1960-an, dimana pada tahun ini negara-negara membangun kerjasama
bilateral dengan negara lainnya dengan membawa nama masing-masing negara.
Sebelumnya kerjasama antar negara sifatnya lebih universal dan internasional,
seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pada masa ini regionalisme disebut
sebagai regionalisme klasik, yang bersifat high politics. Dalam artian, aspek
politik mendominasi kinerja organisasi-organisasi tersebut.
Pembentukan organisasi didorong oleh negara serta kerjasamanya dalam
berbagai aspek, misalnya mengenai perjanjian pariwisata, perdagangan antar-
negara, kesepakatan pembentukan aliansi keamanan bersama, pertukaran pelajar,
dan sebagainya. Tetapi regionalisme klasik ini lebih banyak diwarnai dimensi
keamanan sebagai upaya untuk meredam konflik agar konflik tidak menyebar dan
menyeret semua negara yang berada di dalam suatu kawasan untuk terlibat
peperangan.25
Regionalisme baru berkembang pada awal 1990-an dan bersifat low politics,
dimana faktor ekonomi dan budaya lebih mendominasi kerjasama antar negara.
Pencegahan konflik ataupun peperangan tentunya tetap menjadi salah satu fokus,
25
S. Nuraeni, D. Sari & A. Sudirman, “Regionalisme dalam Studi Hubungan
Internasional,‖ Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, h. 12.
19
akan tetapi negara juga membutuhkan kerjasama dalam merespon perubahan
global yang terjadi. Secara umum, menurut Fawcett terdapat empat faktor yang
menyebabkan regionalisme baru muncul, yaitu: 1) berakhirnya Perang Dingin, 2)
perubahan yang terjadi dalam aspek perekonomian dunia, 3) berakhirnya paham
tentang istilah „Dunia Ketiga”, dan 4) Demokratisasi.26
Hal-hal tersebut berkaitan erat dengan pembentukan dari ASEAN dalam
menjaga stabilitas keamanan kawasannya. Dalam mencapai tujuannya ASEAN
membentuk beberapa perjanjian yang dalam hal ini adalah sebuah perjanjian
pariwisata yang merangkul semua negara anggota ASEAN. Program ATSP juga
tentunya memacu masing-masing negara untuk terus memperbaiki kualitas dari
berbagai bidang di negaranya tentunya dengan bantuan dari ASEAN sebagai
organisasi kawasan.
2. Konsep Kepentingan Nasional
Kepentingan nasional dapat diartikan sebagai tujuan mendasar serta faktor
paling menentukan yang memandu para pembuat keputusan dalam merumuskan
kebijakan atau politik luar negeri. Kepentingan nasional merupakan konsepsi yang
sangat umum tetapi merupakan unsur yang menjadi kebutuhan vital bagi suatu
negara, karena mencakup kelangsungan hidup bangsa dan negara, kemerdekaan,
keutuhan wilayah, keamanan, militer, kesejateraan dan ekonomi. 27
26
S. Nuraeni, D. Sari & A. Sudirman, “Regionalisme dalam Studi Hubungan
Internasional,‖ h. 15. 27
Plano C. Jack dan Olton Roy, “Kamus Hubungan Internasional,” Abardin, Bandung,
1999, h. 23.
20
Kepentingan nasional merupakan konsepsi yang sangat umum, namun
merupakan unsur yang sangat vital bagi suatu negara. Karena konsep tersebut
mencakup kelangsungan dan kelestarian suatu bangsa termasuk didalamnya
kesatuan dan keutuhan teritorial, politik dan ekonomi, serta tercapainya taraf
hidup yang lebih tinggi bagi populasinya.
Eksistensi suatu negara akan tetap berlangsung sekiranya tercapai
kepentingan-kepentingan negaranya. Kepentingan-kepentingan negara tersebut
tidak hanya dapat dipenuhi dalam satu lingkup domestik saja, akan tetapi melalui
kerangka hubungan antarnegara. Adapun ide kepentingan nasional mengacu pada
perangkat yang ideal dari tujuan-tujuan nasional yang harus ditemukan sebagai
dasar dari hubungan luar negeri suatu negara.28
Kepentingan nasional merupakan sebuah dasar pokok dalam menentukan
suatu kebijakan serta merupakan kriteria dalam upaya menentukan tindakan dan
langkah yang akan diambil oleh suatu pemerintahan, baik dalam lingkup nasional
maupun internasional. Tentunya hal ini berkaitan dengan Myanmar yang berusaha
memenuhi kepentingan nasionalnya dengan ikut berpartisipasi dalam program dan
perjanjian yang dibentuk oleh ASEAN dalam hal meningkatkan pertumbuhan
sektor pariwisata Myanmar.
28
Paul Seabury, “Power, Freedom, and Diplomacy: The Foreign Policy of the United
States of America,‖ Random House, The University of California, 1963, h.54.
21
3. Konsep Organisasi Internasional
Organisasi internasional dalam pengertian Michael Hass memiliki dua
pengertian yaitu, pertama, sebagai suatu lembaga atau struktur yang mempunyai
serangkaian aturan, anggota, jadwal, tempat dan waktu pertemuan. Kedua,
organisasi internasional merupakan pengaturan bagian-bagian menjadi satu
kesatuan yang utuh dimana tidak ada aspek non lembaga dalam istilah organisasi
internasional ini.29
Peran organisasi internasional disini bukan hanya untuk menjaga
perdamaian melalui jalan militer, tetapi juga dalam hal sosial. Menurut A. Lerroy
Bennet dalam bukunya International Organizations: Principles and Issues
mengatakan bahwa fungsi utama dari Organisasi Internasional adalah untuk
menyediakan sarana kerjasama antara negara-negara, dimana kerjasama tersebut
dapat menghasilkan keuntungan untuk semua atau sebagian besar negara.30
Selain sebagai sarana kerjasama antara negara-negara, menurut Umar S.
Bakry Organisasi Internasional adalah sebuah lembaga yang berfungsi
menghubungkan urusan antar negara-negara yang dapat dibagi menjadi dua
bagian31
, yaitu :
1. Intergovernment Organizations (IGO), organisasi antarpemerintah, yaitu
organisasi yang dibentuk oleh dua atau lebih negara-negara berdaulat dimana
29
Michal Hass dalam James N. Rosenau, “International Politics and Foreign Policy: A
Reader in Research and Theory,‖ The Free press, New York, 1969, h. 55. 30
A. Lerroy Benett, ” International Organizations : Principles and Issues,‖ University of
Delaware,Englewood Cliffs, New Jersey-Prentice Hall, 1995, h. 38. 31
Umar S. Bakry, “Pengantar Ilmu Hubungan Internasional,‖ University Press, Jakarta,
1999, hl. 6.
22
mereka bertemu secara regular dan memiliki staf yang fulltime. Keanggotaan
IGO, umumnya bersifat sukarela, sehingga eksistensinya tidak mengancam
kedaulatan negara-negara.
2. Non-Goverment Organizations (NGO), organisasi nonpemerintah, definisi
ini mengacu pada Yearbook of International Organization, yang menyatakan
bahwa NGO merupakan organisasi yang terstruktur dan beroperasi secara
internasional serta tidak memiliki hubungan resmi dengan pemerintah suatu
negara.
Berdasarkan jenis Organisasi Internasional tersebut, ASEAN dapat
digolongkan kedalam IGO karena beranggotakan perwakilan pemerintah dari
sebuah negara dan memiliki ruang lingkup Regional-Umum.
4. Konsep Kerjasama Internasional
Konsep ini merupakan turunan dari Teori Neoliberal yang dapat
membantu memahami perilaku dari Organisasi Internasional. Meningkatnya
hubungan antar negara pada masa ini, sangat erat rasanya menggunakan Konsep
Kerjasama Internasional dalam penelitian ini. Karena semua negara di dunia tidak
dapat berdiri sendiri dalam memenuhi kebutuhan khususnya dalam meningkatkan
perkembangan dan kemajuan negaranya. Perlu kerjasama dengan negara lain
karena adanya saling ketergantungan sesuai dengan kebutuhan negara masing
masing.
Kerjasama internasional muncul karena keadaan dan kebutuhan masing-
masing negara yang berbeda sedangkan kemampuan dan potensi yang di miliki
23
berbeda-beda. Hal ini menjadikan suatu negara membutuhkan kemampuan dan
kebutuhannya yang ada di negara lain. Kerjasama internasional akan menjadi
sangat penting dan harus dipelihara.
Selain itu, Robert Keohane dan Joseph Nye berpendapat bahwa hubungan
antara negara barat dicorakkan oleh interdependensi kompleks. Ketika terdapat
derajat interdependensi yang tinggi, negara-negara akan membentuk institusi
internasional untuk menghadapi masalah-masalah bersama. Institusi-institusi
memajukan kerjasama lintas batas-batas internasional dengan menyediakan
informasi dan mengurangi biaya. Institusi tersebut dapat berupa serangkaian
organisasi internasional formal atau dapat berupa serangkaian persetujuan yang
formal guna menghadapi aktivitas-aktivitas atau isu-isu bersama.32
Melihat kerjasama yang dilakukan oleh negara yang tergabung dalam
ASEAN, bisa dikatakan kerjasama yang terjadi merupakan kerjasama
internasional ditingkat regional. Menurut Raymond Hopkins dan Richard
Mansbach, regional atau kawasan merupakan pengelompokan negara berdasarkan
kedekatan geografis, budaya, perdagangan dan ketergantungan ekonomi yang
saling menguntungkan, mereka saling berkomunikasi dan ikut serta dalam
organisasi internasional.33
32
Robert Jackson dan Georg Sorensen, “Pengantar Studi Hubungan Internasional,‖
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2015, h. 8. 33
S. Nuraeni, D. Sari & A. Sudirman. “Regionalisme dalam Studi Hubungan
Internasional,‖ h. 17.
24
Kerjasama regional dalam satu organisasi secara umum memiliki tingkatan
sebagai berikut:34
a. Asosiasi: pertemuan negara-negara dalam satu kawasan untuk membahas
isu tertentu, namun belum sampai pada tingkat merumuskan aturan bersama.
b. Koordinasi: pertemuan yang menghasilkan kesepakatan dari masing-
masing negara untuk bekerjasama dan membantu satu sama lain. Koordinasi
merupakan cara untuk membuat kebijakan bersama di antara para aktor untuk
mempunyai kompetensi legal formal mengenai aspek kebijakan dan harus
memenuhi tiga unsur, yakni bahwa setiap aktor bebas menentukan pilihan,
kebijakan yang dikeluarkan merupakan kesepakatan bersama, dan kebijakan
tersebut saling menguntungkan semua pihak.
c. Harmonisasi: setiap negara harus saling mengerti dan menyesuaikan
kebijakan luar negerinya dengan negara lain. Meskipun demikian, harmonisasi
belum mengarah pada struktur kerjasama, dan untuk mewujudkan harmonisasi
harus diadakan suatu “forum”.
d. Integrasi: kerjasama telah mengarah pada pembentukan norma bersama
yang terwujud dalam organisasi regional yang ada, dengan otoritas wewenang
yang dapat bersifat sepenuhnya ataupun bersifat sebagian pada aspek-aspek
tertentu. Melihat tujuan utama suatu negara melakukan kerjasama internasional
adalah untuk memenuhi kepentingan nasionalnya. Untuk itu, suatu negara harus
memperjuangkan kepentingan nasionalnya di luar negeri.
34
S. Nuraeni, D. Sari & A. Sudirman. “Regionalisme dalam Studi Hubungan
Internasional,‖ h. 20.
25
Melihat tujuan utama suatu negara melakukan kerjasama internasional
adalah untuk memenuhi kepentingan nasionalnya. Untuk itu, suatu negara harus
memperjuangkan kepentingan nasionalnya di luar negeri. Dalam kaitan itu,
diperlukan suatu kerjasama untuk mempertemukan kepentingan nasional antar
negara.35
1.6. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif mempunyai gaya untuk mengkonstruksi realitas dan memahami
maknanya. Hal tersebut menyebabkan penelitian yang menggunakan metode
kualitatif biasanya sangat memperhatikan proses, peristiwa dan otentisitas.
Setidaknya ada lima jenis metode penelitian kualitatif yang sering digunakan,
yaitu observasi terlibat, analisis percakapan, analisis wacana, analisis isi dan
pengambilan data ethnografis.36
Metode kualitatif ini akan mengobservasi kembali peran dari ATSP
terhadap perkembangan pariwisata Myanmar. Selain itu pengambilan data juga
sangat diperlukan dalam penelitian ini mengingat penelitian penulis memerlukan
data yang akurat. Kemudian proses seperti apa yang dilalui ATSP dan Myanmar
selama perjanjian kerjasama disepakati oleh ASEAN dan Myanmar sendiri.
35
Sjamsumar Dam dan Riswandi, “Kerjasama ASEAN, Latar Belakang perkembangan
dan Masa Depan,‖ Ghalia Indonesia, Jakarta, 1995, h.12. 36
Gumilar Rusliwa Somantri, “Memahami Metode Kualitatif,‖ Jurnal Makara, Sosial
Humaniora, 1995, Vol. 9, No. 2, h. 58-59.
26
Penelitian kualitatif juga merupakan pendekatan yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati dan tidak tertuang ke dalam variabel atau hipotesis.37
Oleh karena itu, penelitian ini banyak memakai berbagai laporan dari
Kementerian Pariwisata Myanmar dan berbagai laporan tentang Travel and
Tourism Council yang menyajikan data pariwisata dari berbagai negara sebagai
bahan literatur untuk memperoleh data-data deskriptif tersebut. Kemudian,
penelitian kualitatif juga berupa data-data yang dibutuhkan dan digunakan berupa
informasi yang tidak perlu dikuantifikasi.
Untuk mengumpulkan data, penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data dengan telaah pustaka. Telaah pustaka merupakan teknik
pengumpulan data dimana penulis akan mengumpulkan data melalui studi
literatur. Tipe metode ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman,
mengembangkan teori dan menggambarkan realitas yang kompleks.38
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder. Data
sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sumber-sumber kajian
pustaka berupa jurnal.
Adapun beberapa jurnal yang dijadikan sebagai sumber kajian adalah
Tourism(s) and the way to Democracy in Myanmar, 2017. Analysis of Customer
Satisfaction for Hotel and Tourism in Yangon, 2016. Selain jurnal, penulis juga
37
Saifuddin Azmar, “Metode Penelitian,‖ Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta, 2001, h. 5. 38
H. Abdurrahman dan Soejono, ―Metode Penelitian; Suatu Pemikiran dan
Penerapan,‖ Rineka Cipta, 2005, h.8.
27
akan menggunakan laporan laporan dari halaman resmi ASEAN, di antaranya
adalah ASEAN Develops Tourism Strategic Vision 2016 – 2025, ASEAN Statistic
Database, dan ASEAN Tourism Strategic Plan 2011 – 2015.
Sumber-sumber literatur tertentu dapat penulis peroleh dari beberapa
perpustakaan, seperti perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, perpustakaan FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan
Nasional, Perpustakaan Universitas Indonesia.
Adapun hasil akhir analisa penelitian ini ditulis dalam bentuk skripsi yang
menggunakan teknik analisis data secara kualitatif sebab semua penjabaran dalam
penelitian ini hanya memaparkan sejumlah masalah secara deskriptif. Setelah data
terkumpul, kemudian data-data tersebut akan dianalisis dan dilihat kaitannya satu
sama lain dengan menggunakan teori dan metode yang telah ditentukan dalam
penulisan penelitian ini.
1.7. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dibagi dalam lima bab, dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I merupakan bab Pendahuluan yang meliputi pernyataan masalah,
pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka
pemikiran, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II membahas mengenai upaya ASEAN Tourism Strategic Plan (ATSP) dalam
usaha peningkatan ASEAN sebagai destinasi tunggal kemudian mengenai sejarah
berdirinya ASEAN Tourism Forum (ATF) dan sejarah dari ATSP sendiri yang
28
terlahir dari ATF. Selain itu bab ini akan membahas berbagai perencanaan dan
hasil yang dihasilkan oleh ATSP.
Bab III membahas mengenai fokus negara dari penelitian ini, yaitu industri
pariwisata Myanmar. Membahas perkembangan sektor pariwisata Myanmar dari
tahun ketahun dan bagaimana perencanaan sektor tersebut guna meningkatkan
kualitas pariwisata negara tersebut. Kemudian bab ini membahas pula kondisi
sektor pariwisata Myanmar dan menyajikan statistik pertumbuhan industri
pariwisata dari Myanmar itu sendiri.
Bab IV membahas mengenai peran dari ATSP terhadap industri pariwisata
Myanmar dan kendala-kendala yang dihadapi Myanmar dan ATSP dalam
meningkatkan sektor pariwisata Myanmar. Selain itu, bab ini juga akan membahas
pengaruh dari kebijakan dan berbagai program yang ATSP terapkan terhadap
Myanmar. Regionalisme ASEAN di sektor pariwisata dan kepentingan Myanmar
dalam peningkatan industri pariwisata negaranya. Kemudian, membahas fokus
penelitian ini dengan menganalisis peran dari ATSP dan ASEAN sebagai
organisasi internasional dalam meningkatkan hasil kerjasamanya dengan
Myanmar di sektor pariwisata.
Bab V Kesimpulan dari skripsi yang disusun ini.
29
BAB II
UPAYA ASEAN TOURISM STRATEGIC PLAN (ATSP) DALAM
PENINGKATAN ASEAN SEBAGAI DESTINASI TUNGGAL
Sektor pariwisata merupakan sektor yang memiliki pengaruh yang cukup
signifikan bagi beberapa negara anggota ASEAN seperti Kamboja, Malaysia,
Filipina, Singapura, dan Thailand. Masing-masing negara memiliki daya tariknya
tersendiri meskipun memiliki kebudayaan yang tidak jauh berbeda.39
Maka dapat dikatakan, bahwa sektor pariwisata memiliki potensi penting
dalam memajukan negara-negara anggota ASEAN bila dikelola dengan baik.
Pengelolaan sektor pariwisata dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
membuka lapangan pekerjaan, dan menjadi pemasukan devisa yang cukup besar
bagi negara.
2.1. Sejarah Berdirinya ASEAN Tourism Forum (ATF) 1981
Sebagai organisasi kawasan, ASEAN memiliki tujuan untuk
mensejahterakan negara-negara anggota dengan berbagai kerjasama dan
kesepakatan. Maka pada 1974, ASEAN memulai langkahnya dengan menjalin
39
ASEANstats Database, “Visitors Arrivals (Tourism) Table 28. Tourist Arrivals in
ASEAN,‖ laporan ini diakses pada Sabtu, 28 April 2018 dari https://data.aseanstats.org/
30
kerjasama dengan berbagai negara dan organisasi di kawasan Asia, Pasifik, Eropa,
dan Amerika.40
ASEAN memiliki kerjasama di sektor pariwisata kawasan yaitu ASEAN
Tourism Forum (ATF) yang merupakan forum tahunan tingkat Menteri Pariwisata
ASEAN. Pada awal pembentukan ATF, acuan pengembangan pariwisata negara-
negara ASEAN didasarkan kepada Roadmap for Integration of Tourism Sector
(RITS) yang dimulai pada 2010 hingga 2015.41
ATF turut mendukung keberlangsungan pariwisata di kawasan Asia
Tenggara yang sudah digagas sejak 1981 dan direalisasikan secara tertulis melalui
ASEAN Tourism Agreement (ATA) pada 4 November 2002 di Phom Penh,
Kamboja.42
ATA sendiri bertujuan untuk memfasilitasi perjalanan menuju dan di
dalam ASEAN. Kemudian, meningkatkan kerjasama dalam industri pariwisata
untuk meningkatkan efisiensi dan daya saingnya, mengurangi pembatasan
perdagangan jasa pariwisata dan perjalanan, mempromosikan ASEAN sebagai
tujuan wisata tunggal, meningkatkan bantuan timbal balik dalam pengembangan
40
Kementerian Luar Negeri RI, ”ASEAN Selayang Pandang Edisi ke-22, Tahun 2017,‖ h.
4. 41
Lady Amalia, “Efektivitas ASEAN Torism Strategic Plan 2011-2015 di Indonesia,‖
Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol 5, No. 1, Februari 2016, h. 258. 42 Association of South East Asia Nation, “Plan of Action on ASEAN Cooperation in
Tourism,‖ artikel ini diakses pada Minggu, 29 April 2018 dari http://asean.org/?static_post=plan-
of-action-on-asean-cooperation-in-tourism
31
dan pelatihan sumber daya manusia, dan menciptakan kondisi yang
menguntungkan untuk kemitraan sektor publik dan swasta.43
Dalam pertemuan rutin yang diselenggarakan, ATF membahas persoalan
yang dihadapi oleh negara-negara anggota ASEAN dalam bidang pariwisata.
Kemudian, ATF diadakan secara bergantian di 10 negara anggota ASEAN yaitu
Indonesia, Brunei Darussalam, Thailand, Vietnam, Malaysia, Kamboja, Laos,
Filipina, Myanmar dan Singapura.44
ATF merupakan forum pariwisata terbesar di ASEAN untuk membahas
perkembangan dan keberlangsungan sektor kepariwisataan di wilayah ASEAN.
ATF sendiri ialah bagian dari ASEAN Economic Community (AEC) yang
merupakan salah satu dari tiga pilar ASEAN Community. ATF pertama kali
diresmikan di Malaysia pada 1981 dan kembali diadakan di Malaysia pada 2014.
Pada 2015, ATF diadakan di Myanmar dan pada 2016 diadakan di Filipina.
Selanjutnya, rutin diadakan di negara-negara anggota ASEAN secara berurutan.45
Berikut daftar perkembangan negara-negara anggota ASEAN yang
mengalami peningkatan setelah dibentuknya ATF. Kemudian, daftar kedatangan
pengunjung dari luar kawasan Asia Tenggara.
43
The ASEAN Secretariat, “ASEAN Tourism Strategic Plan 2011-2015,‖ h. 3, katalog ini
diakses pada Minggu, 29 April 2018 dari
http://www.asean.org/uploads/archive/publications/ATSP20112015.pdf 44
Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI 2011, “Ayo Kita
Kenali ASEAN,‖ h. 45, buku ini diakses pada Sabtu, 28 April 2018 dari
https://www.kemlu.go.id/Documents/Tentang%20ASEAN/Buku%20Ayo%20Kita%20Kenali%20
ASEAN.pdf 45
Tourism Malaysia, “Sarawak all Set to Welcome Over 1,600 Delegates to ASEAN
Tourism Forum 16-23 January 2014,‖ berita ini diakses pada Sabtu, 28 April 2018 dari
https://www.tourism.gov.my/media/view/sarawak-all-set-to-welcome-over-1-600-delegates-to-
asean-tourism-forum-16-23-january-2014
32
Tabel I.2.1. Kedatangan Pengunjung ke Asia Tenggara Periode 2011-2015
Sumber: ASEAN One Vision One Identity One Community, Tourism Statistics (Resource, Table 28
Tourist arrivals in ASEAN), 2017.
Tabel di atas menunjukkan posisi pertama yang menerima wisatawan
terbanyak pada 2011 adalah Malaysia (24,714), diikuti oleh Thailand (19,098),
Singapura (13,171), Indonesia (7,650), Vietnam (6,014), Filipina (3,917),
Kamboja (2,882), Laos (2,724), Myanmar (816) dan yang terakhir adalah Brunei
Darussalam (242). Urutan tersebut berganti hingga 2015 yang dipimpin oleh
Thailand (29,881), Malaysia (25,721), Singapura (15,231) sebagai tiga teratas
negara Asia Tenggara yang menerima wisatawan terbanyak.
Pada 2011 hingga 2015, 10 negara anggota ASEAN memiliki peningkatan
yang cukup signifikan. Seperti Myanmar yang memberikan kontribusi kunjungan
bagi Asia Tenggara pada 2011 hanya sebanyak 816 wisatawan, menjadi 4,861
wisatawan pada 2015. Meskipun demokrasi di Myanmar baru saja berkembang
33
pada 2015, tidak menghalangi para wisatawan untuk mengunjungi negara
tersebut.
ASEAN melalui ATF, memiliki dua agenda utama yang dilaksanakan
yaitu Meeting ATF dan Travel Exchange (TRAVEX). Kemudian, Meeting ATF
sendiri terbagi menjadi dua, diantaranya adalah Meeting Of ASEAN Tourism
Ministers (M-ATM) dan Meeting of ASEAN National Tourism Organizations
(ASEAN NTOs).46
M-ATM sendiri merupakan pertemuan para Menteri pariwisata ASEAN.
Pertemuan tersebut mendiskusikan isu dan pembangunan kepentingan bersama
dan menyiapkan arah kebijakan di dalam sektor industri. Secara khusus untuk
mempertimbangkan, meninjau dan menyetujui kebijakan program atau rencana
kerja yang telah di sahkan oleh ASEAN NTOs.47
Kemudian, ASEAN NTOs ialah pertemuan para organisasi pariwisata
nasional tiap negara ASEAN. Sama hal seperti ATF, ASEAN NTOs rutin
menyelenggarakan pertemuan enam bulan sekali pada tingkat pejabat senior.
Pertemuan tersebut dihadiri delegasi dari negara anggota ASEAN, dan diikuti
wakil ASEAN Travel Agents Association (ASEANTA), Southeast Asia Tourist
46
Fitra Deni dan Pian Sopian, ”Peran ASEAN Tourism Forum Dalam Meningkatkan
Pariwisata Indonesia Periode 2011-2015,‖ Jurnal International & Diplomacy, Vol. 2, No. 2,
Januari-Juni 2017, h. 286. 47
Fitra Deni dan Pian Sopian, ”Peran ASEAN Tourism Forum Dalam Meningkatkan
Pariwisata Indonesia Periode 2011-2015,‖ h. 286.
34
Guide Association (SEATGA), ASEAN Japan Centre (AJC), ASEAN Korea
Centre (AKC), dan ASEAN China Centre (ACC).48
Dalam ASEAN NTOs inilah dihasilkan kesepakatan mengenai ASEAN
Tourism Strategic Plan (ATSP). ATSP merupakan salah satu rencana jangka
panjang yang dihasilkan dalam ATF ke-29 tahun 2010 di Brunei Darussalam.
Periode ini ATSP yang digunakan adalah ASEAN Tourism Strategic Plan 2011-
2015.49
ATF berperan sangat penting dalam pembangunan kepariwisataan
regional. Maka dari itu, pertemuan ATF yang diadakan setiap tahun memiliki
maksud untuk menegaskan kembali kerjasama pariwisata yang telah terjalin
antara pemerintah dan pihak swasta dalam memfasilitasi pembangunan ekonomi,
pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di kawasan ASEAN. Selain
itu pertemuan tersebut juga bertujuan untuk memproyeksikan ASEAN sebagai
tujuan tunggal yang memiliki daya tarik tersendiri. Kemudian memperkuat
kerjasama antar negara di sektor pariwisata.50
Lebih dari 30 tahun sejak diadakannya pertemuan ATF, pemerintah dan
sektor-sektor swasta rutin menghadiri bersama acara tahunan di ATF untuk
mendiskusikan, meninjau dan menyusun strategi agar terus melakukan promosi
negara ASEAN sebagai tujuan utama pariwisata dunia yang paling diminati.
48
Fitra Deni dan Pian Sopian, ”Peran ASEAN Tourism Forum Dalam Meningkatkan
Pariwisata Indonesia Periode 2011-2015,‖ h. 287. 49
Fitra Deni dan Pian Sopian, ”Peran ASEAN Tourism Forum Dalam Meningkatkan
Pariwisata Indonesia Periode 2011-2015,‖ h. 287. 50
Buletin Komunitas ASEAN Edisi 5 Agustus 2014, ―Geliat Bisnis di ASEAN,‖ berita ini
diakses pada Sabtu, 28 April 2018 dari
https://www.kemlu.go.id/Majalah/BULETIN%20EDISI%20KE-5.pdf
35
Sebagai acara tahunan dari industri pariwisata ASEAN, ATF melakukan
pertukaran ide, meninjau pengembangan industri pariwisata dan merumuskan
rekomendasi bersama untuk melanjutkan peningkatan pariwisata ASEAN.51
Maka dari itu, seluruh negara anggota ASEAN bekerjasama dengan
masyarakat dan swasta dalam mewujudkan perkembangan yang signifikan bagi
sektor pariwisata yang berkelanjutan di wilayah Asia Tenggara. Melalui
peningkatan kerjasama yang saling menguntungkan dalam menghadapi masalah
regional, setiap negara anggota ASEAN mendapatkan keuntungan dengan
membagikan budaya yang dimiliki oleh masing-masing negara anggota.
Pada 2011, pertemuan ATF yang diselenggarakan di Phom Penh, Kamboja
menyepakati beberapa strategi khusus di bidang pariwisata yang bertujuan untuk
menjadikan ASEAN sebagai single destination bagi wisatawan asing. Strategi
tersebut tercantum di dalam ASEAN Tourism Strategic Plan 2011-2015 (ATSP).
Adapun salah satu strategi yang diharapkan mampu mempromosikan keragaman
budaya negaranya melalui sektor pariwisata adalah sistem single visa.52
Penerapan single visa yang direncanakan oleh ASEAN ini sudah terbukti
berhasil dilaksanakan di Uni Eropa melalui Visa Schengen. Penerapan Visa
Schengen yang cukup berhasil tersebut menginsipirasi ASEAN untuk menerapkan
hal yang sama di kawasan Asia Tenggara. Sehingga mekanisme penerapan single
visa ASEAN rencananya akan mengikuti jejak sistem Visa Schengen yang telah
51
Tourism Malaysia, ―Prime Minister of Malaysia Officially Opens The 33rd ASEAN
Tourism Forum (ATF) 2014: ASEAN - advancing Tourism Together,‖ berita ini diakses pada
Sabtu, 28 April 2018 dari https://www.tourism.gov.my/media/view/prime-minister-of-malaysia-
officially-opens-the-33rd-asean-tourism-forum-atf-2014-asean-advancing-tourism-together 52
The ASEAN Secretariat, ―ASEAN Tourism Strategic Plan 2011-2015,‖ h. 15.
36
diterapkan di negara anggota Uni Eropa dan negara non-anggota dalam
memfasilitasi wisatawan asing untuk datang ke negara-negara Eropa hanya
dengan satu visa.53
Penerapan single visa ini pun sudah mulai diterapkan di 10 negara anggota
ASEAN meskipun memiliki batasan-batasan waktu untuk menetap. Pada 2013
sendiri, masih ada beberapa rintangan yang harus diatasi, terutama karena
beberapa negara dengan kebijakan visa yang lebih ketat seperti Myanmar dan
Vietnam bergerak agak lambat menuju tujuan single visa tersebut. Pergerakan
menuju single visa pun dapat dicapai pada 2015 dimana Myanmar
memberlakukan bebas visa terhadap Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia,
Laos, Filipina, Thailand, dan Vietnam selama 14 hari dan disusul oleh
Singapura.54
Pemberlakuan bebas visa tersebut cukup memberikan dampak yang
signifikan bagi Myanmar. Bebas visa membantu meningkatan kunjungan
wisatawan ke Myanmar. Adapun peningkatan tersebut datang dari Vietnam
sebesar 75% yang selanjutnya diikuti oleh Filipina sebesar 62%. Kemudian
pengunjung Singapura meningkat 20% dan dari Thailand 12%. Saat ini, Myanmar
masih terus berusaha mewujudkan perjalanan bebas visa dari Malaysia. Malaysia
53
Gulf Times, ―Planned Common ASEAN Visa Expected to Boost Visits from Mideast,‖
berita ini diakses pada Minggu, 29 April 2018 dari http://www.gulf-times.com/eco.-
bus.%20news/256/details/391637/planned-common-asean-visa-expected-to-boost-visits-
frommideast 54
Olympic Air, ―Country Information (Visa Section),‖ laporan ini diakses pada Minggu,
29 April 2018 dari http://cms.olympicair.com/timatic/webdocsI/countryinfo.html
37
merupakan satu-satunya negara di ASEAN yang belum menandatangani
perjanjian konsesi perjalanan bebas visa dengan Myanmar.55
ATF 2015 yang di selenggarakan di Naypyidaw, Myanmar menjadi
pertemuan yang cukup bersejarah bagi ASEAN dan Myanmar. Untuk pertama
kalinya, Myanmar menjadi tuan rumah pertemuan tahunan industri pariwisata
ASEAN. Pertemuan tersebut melengkapi seluruh lingkaran dari 10 negara anggota
yang telah menyelenggarakan ATF sejak pertama kali diadakan di Malaysia pada
1981. Untuk menjadi tuan rumah pertemuan ATF, harus melewati rotasi alfabetis
yang terus berubah dikarenakan masalah internal dan eksternal negara.56
2.2. Sejarah Dibentuknya ASEAN Tourism Strategic Plan (ATSP)
Negara-negara anggota ASEAN memasuki periode perkembangan yang
cukup menarik di sektor pariwitasa. Terlebih lagi munculnya peningkatan
kesadaran akan kekuatan pariwisata sebagai alat untuk pembangunan dan
perubahan. Hal tersebut menjadi dorongan untuk merancang sebuah rencana
strategis untuk lebih memprioritaskan elemen penting. Elemen penting dari
masyarakat ini merujuk pada sektor pariwitasa. Perencanaan tersebut diharapkan
dapat mengantisipasi kedatangan internasional ke ASEAN yang akan tumbuh
menjadi 86.700.000 mewakili tingkat pertumbuhan sebanyak 25% pada 2015.57
55
Tourism of Cambodia, ―ASEAN Tourism Forum Will Provide an Excellent Platform for
Myanmar,‖ berita ini diakses pada Senin, 30 April 2018 dari
http://www.tourismcambodia.com/news/worldnews/24411/asean-tourism-forum-will-provide-an-
excellent-platform-for-myanmar.htm 56
Imtiaz Muqbil, ―Why The 2015 ASEAN Tourism Forum in Myanmar is an Historic
Event,‖ berita ini diakses pada Senin, 30 April 2018 dari https://www.travel-impact-
newswire.com/2015/01/why-the-2015-asean-tourism-forum-in-myanmar-is-an-historic-event/ 57
The ASEAN Secretariat, ―ASEAN Tourism Strategic Plan 2011-2015,‖ h. 2.
38
UNESCO World Heritage List mencatat bahwa wilayah Asia Tenggara
memiliki 11 wisata alam dan 17 wisata budaya dengan keunikan keberagaman di
wilayah tersebut seperti etnis, agama, aliran sastra, dan pengetahuan lokal yang
sangat beragam. Kamboja dengan Angkor, Indonesia dengan Candi Borobudur,
Laos dengan Town of Luang Prabang, Malaysia dengan Gunung Mulu National
Park, Myanmar dengan Pyu Ancient Cities, Filipina dengan Baroque Churches of
the Philiphines, Singapura dengan Singapore Botanic Garden, Thailand dengan
Historic City of Ayutthaya, dan Vietnam dengan Ha Long Bay.58
Potensi pariwisata bersama masing-masing negara ASEAN mendorong
disepakatinya ATSP pada 2011. Pada 2009, perencanaan tersebut diawali dengan
pertemuan khusus yang diselenggarakan ASEAN Tourism Integration pada
pertemuan ATF ke-28 di Phom Penh, Kamboja. Akan tetapi, perencanaan tersebut
masih pada tahap persiapan dan belum resmi menjadi program jangka panjang
sektor pariwisata ASEAN.59
Pada pertemuan ATF ke-29 di Brunei Darussalam, ATSP memasuki tahap
disepakatinya rencana jangka panjang sektor pariwisata tersebut. Didorong oleh
peningkatan pengembangan kerjasama mengenai pariwisata di negara-negara
ASEAN yang semakin menunjukkan keseriusan. Dapat dikatakan bahwa, ATSP
58
UNESCO, ―World Heritage List Region Order (Asia and the Pacific),‖ daftar ini
diakses pada Senin, 30 April 2018 dari https://whc.unesco.org/en/list/&order=region 59
The ASEAN Secretariat, ―ASEAN Tourism Strategic Plan 2011-2015,‖ h. 2.
39
adalah cabang dari kerjasama ekonomi antarnegara ASEAN yang termasuk dalam
ASEAN Economic Community (AEC) sebagai salah satu pilar utama ASEAN.60
ATSP mengusung visi ASEAN as single destination, yang akan
memberikan kontribusi signifikan kepada socio-economy masyarakat ASEAN
dengan tagline ―Southeast Asia: Feel the warmth‖. Target outcomes kerjasama
pariwisata ASEAN adalah menjadikan ASEAN sebagai tujuan pariwisata yang
berkualitas tinggi yang mampu menawarkan pengalaman ASEAN yang unik,
beragam, serta memegang teguh nilai kebudayaan, pembangunan berkelanjutan
serta pembangunan sektor Pariwisata yang inklusif (sustainable, balanced and
inclusive tourism).61
ATSP disusun menjadi tiga arahan strategi dasar, yaitu pengembangan
produk regional yang bersifat eksperimental dan inovatif serta kreatif. Arahan
tersebut diimplementasikan dalam aksi strategis yang akan mendukung
terciptanya tujuan dari rencana strategi tersebut. Arahan strategi pertama,
melingkupi tiga aksi strategi yang akan dilakukan. Ketiga aksi tersebut ialah:
a) Pengembangan serta penerapan strategi pemasaran pariwisata untuk
kawasan ASEAN;
b) Pengembangan paket wisata kawasan atau sub-kawasan;
60 Tourism Malaysia, ―Prime Minister of Malaysia Officially Opens The 33rd ASEAN
Tourism Forum (ATF) 2014: ASEAN - advancing Tourism Together‖. 61
Kementerian Luar Negeri RI, ”ASEAN Selayang Pandang Edisi ke-22, Tahun 2017,‖ h.
54.
40
c) Peningkatan kebijakan hubungan eksternal dan prosedur pariwisata
ASEAN.62
Selengkapnya terdapat di tabel sebagai berikut;
Tabel II.2.2. Arahan Strategi Pengembangan Produk Regional
Eksperimental dan Inovatif serta Kreatif.
Sumber: The ASEAN Secretariat, ASEAN Tourism Strategic Plan 2011-2015, 2011.
Tabel diatas memaparkan kegiatan yang akan dilakukan dalam hal
pencapaian tiga arahan strategi yang sudah disebutkan sebelumnya, seperti
pengembangkan strategi pemasaran pariwisata ASEAN yang akan menciptakan
brand tersendiri guna mencapai target pasar melalui strategi komunikasi,
pendekatan distribusi dan struktur implementasi. Kemudian mengarah pada
pembentukan kelompok riset pasar guna memprovokasi informasi analitis
mengenai tren dan situasi pariwisata secara teratur dan tertata.
62
The ASEAN Secretariat, ―ASEAN Tourism Strategic Plan 2011-2015,‖ h. 31.
41
Selain itu, pengembangan sekumpulan bahan untuk koridor regional,
sirkuit dan klaster guna mencapai industri pariwisata yang berbasis alam, wisata
budaya dan warisan (nyata dan tidak nyata), pariwisata berbasis komunitas,
pariwisata kapal pesiar dan wisata berbasis sungai juga menjadi target kegiatan
dalam arahan strategi pengembangan produk regional yang bersifat eksperimental
dan inovatif serta kreatif tersebut.
Arahan strategi ini juga berkerja dengan Commodity Channel Index (CCI)
dan Carbon Capture and Storage (CCS) dalam mengurangi hambatan dan
mendorong investasi dalam pengembangan produk dan membentuk kebijakan dari
program yang berhubungan dengan publik guna mempublikasikan dan
mempromosikan tujuan dan kegiatan dari NTO ASEAN.
Setelah kebijakan tersebut dibentuk maka akan dilakukan pengembangan
kebijakan dan berbagai prosedur berbasis arahan strategi tersebut untuk bekerja
sama dengan mitra dialog, organisasi internasional, dan pemangku kepentingan
sektor pariwisata swasta guna mendukung pelaksanaan ATSP.
Arahan kedua merujuk pada strategi pemasaran dan investasi. Arahan
kedua ini memliki tiga arahan strategis, yaitu:
a. Pengembangan seperangkat standar pariwisata ASEAN menuju proses
sertifikasi;
b. Pelaksanaan Mutual Recognition Arrangement (MRA) untuk mendukung
pariwisata ASEAN yang profesional;
42
c. Memberikan pelatihan guna meningkatkan wawasan dan keterampilan
untuk pengembangan masyarakat.63
Selengkapnya terdapat di tabel sebagai berikut;
Tabel III.2.2. Arahan Strategi Pemasaran dan Investasi.
Sumber: The ASEAN Secretariat, ASEAN Tourism Strategic Plan 2011-2015, 2011.
Menurut tabel diatas arahan strategi kedua ini memaparkan kegiatan
strategis pula seperti merevisi dan mengembangkan standar green hotels ASEAN,
standar homestay ASEAN, standar toilet umum ASEAN, dan standar layanan spa
ASEAN dengan proses sertifikasi. Pengembangan pedoman keamanan dan
keselamatan pariwisata ASEAN juga menjadi salah satu kegiatan dari arahan
63
The ASEAN Secretariat,―ASEAN Tourism Strategic Plan 2011-2015,‖ h. 34.
43
strategis tersebut. Peningkatan kemampuan pariwisata ASEAN untuk mengatasi
masalah perubahan iklim termasuk pula didalamnya.
Selain itu pengembangan alat dan implementasi program pengembangan
sumber daya manusia untuk divisi rumah tangga, sumber daya manusia untuk
front office, layanan makanan dan minuman, produksi makanan, agen perjalanan
dan divisi operasi tur menjadi target kegiatan. Kemudian, kegiatan strategis
tersebut diharap dapat mengembangkan alat untuk memantau situasi pasar tenaga
kerja di sektor pariwisata pada setiap negara anggota ASEAN yang akan
mendukung pelaksanaan MRA menuju pariwisata yang profesional.
Kegiatan arahan strategis tersebut juga mencakup penetapan kebijakan dan
prosedur untuk pengembangan program capacity building yang termasuk dalam
proses yang harus diikuti dan sistem penilaian kriteria untuk menilai inisiatif yang
akan mendapatkan dukungan dari ASEAN. Kemudian, mencakup rencana
pengembangan sumber daya manusia tahunan berdasarkan prioritas regional.
Arahan strategis ketiga yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
layanan dan fasilitas di wilayah tersebut dan meningkatkan proses pengadaan
fasilitas perjalanan dan konektivitas ASEAN. Arahan strategi ini memiliki dua
indikator aksi yaitu;
a. Pengajuan mengenai visa tunggal untuk kawasan ASEAN;
44
b. Kerjasama dengan badan-badan ASEAN yang relevan guna memperluas
konektivitas.64
Selengkapnya terdapat di tabel sebagai berikut;
Tabel IV.2.2. Arahan Strategi Peningkatan dan Mempercepat
Fasilitasi Perjalanan dan Konektivitas ASEAN
Sumber: The ASEAN Secretariat, ASEAN Tourism Strategic Plan 2011-2015, 2011.
Tabel diatas memaparkan kegiatan strategis yang mencakup proses
menuju realisasi visa tunggal berbagai wilayah dengan mengidentifikasi hambatan
dan peluang serta bekerja dengan kelompok-kelompok terkait di ASEAN.
Menetapkan berbagai kasus advokasi penerapan sistem e-visa dan memeriksa
64
The ASEAN Secretariat, ―ASEAN Tourism Strategic Plan 2011-2015,‖ h. 35.
45
kemungkinan terkait pengaturan visa inovatif yang memfasilitasi perjalanan
(misalnya sub-regional visas).
Selain itu, secara konsisten mengidentifikasi dan secara jelas
mendefinisikan hambatan dan peluang darat, udara dan maritim guna
meningkatkan konektivitas di dalam dan menuju kawasan. Kemudian, bekerja
sama dengan badan-badan ASEAN yang relevan untuk memastikan adopsi dan
implementasi kegiatan prioritas NTO.
Setelah berakhirnya masa program ATSP pada 2011-2015, maka
disepakati kembali pembentukan rencana jangka panjang sektor pariwisata pada
2016-2025 dengan tagline ―One Community Towards Sustainability‖ yang
diluncurkan pada pertemuan ke-35 ATF di Filipina. Oleh sebab itu, ATSP pada
periode 2011-2015 disebut dengan ATSP I, sedangkan ATSP 2016-2025 disebut
dengan ATSP II.
ATSP II dibutuhkan untuk memperkuat hasil dari sesuatu yang telah
dibuat, dan lebih banyak melakukan pendekatan yang lebih strategis untuk
menangani single destination marketing. Seperti standar kualitas, pengembangan
sumber daya manusia, konektivitas, investasi, dan partisipasi masyarakat.
Keselamatan dan keamanan warisan budaya yang dihadapi dalam proses
pengembangan ASEAN sebagai tujuan pariwisata yang kompetitif, berkelanjutan,
dan lebih bersifat socio-economy inclusive dan terintegrasi.65
65
The ASEAN Secretariat, ―ASEAN Tourism Strategic Plan 2016-2025,‖ katalog ini
diakses pada Jumat, 04 Mei 2018 dari http://www.asean.org/storage/2012/05/ATSP-2016-
2025.pdf
46
Mengingat sifat regional dari perusahaan pariwisata dan keahlian yang
dibutuhkan, terdapat kebutuhan untuk melibatkan sektor swasta sebagai pembuat
paket utama. Seperti halnya distributor dan operator serta mitra pembangunan
global dan regional utama seperti Asian Development Bank (ADB), United States
Agency for International Development (USAID), World Bank (WB), United
Nations Environment Programme (UNEP), Australian Agency for International
Development (AUSAID), United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization (UNESCO), UNWTO, dan United Nations Development
Programme (UNDP) dalam pengembangan aset-aset ini secara berkelanjutan.66
Organisasi-organisasi tersebut meliputi budaya multi-negara, budaya
global, regional serta sub-regional dan perspektif pengembangan produk
pariwisata berbasis masyarakat. Selain itu organisasi-organisasi tersebut juga
meliputi keahlian teknis yang sangat penting untuk menginformasikan
pengembangan produk warisan alam dan budaya yang berkelanjutan, inklusif dan
bertindak di tingkat nasional.67
Terdapat tantangan terbesar untuk mencapai standar kualitas yang tinggi
terkait dengan pengembangan dan implementasi proses sertifikasi. Tantangan ini
berasal dari fakta bahwa negara-negara ASEAN memiliki sistem sertifikasi dan
tingkat prioritas yang berbeda untuk memberikan sistem sertifikasi yang efektif
karena masalah sumber daya, pendanaan dan tenaga kerja.
66
The ASEAN Secretariat, ―ASEAN Tourism Strategic Plan 2016-2025,‖ h.1. 67
The ASEAN Secretariat, ―ASEAN Tourism Strategic Plan 2016-2025,‖ h.1.
47
Di beberapa negara, sertifikasi sukarela sementara di beberapa negara lain
bersifat wajib. Demikian pula, seperti yang ditunjukkan dalam ATSP I, terdapat
kebutuhan untuk mengembangkan standar dan indikator yang dapat diukur untuk
masing-masing bidang dan membuatnya transparan bagi para wisatawan ketika
mereka membuat keputusan.68
Untuk mendorong wisatawan memilih produk regional ASEAN di atas
alternatif lain dan untuk tinggal lebih lama menghabiskan lebih banyak waktu di
wilayah tersebut, penting untuk membuat perjalanan lintas batas yang mulus dan
biaya yang kompetitif. Tidak hanya melalui tujuan yang terhubung melalui udara,
laut dan darat. Akan tetapi juga melalui kebijakan dan prosedur pengendalian
perbatasan yang memungkinkan.
Kemudian sebagian besar negara anggota ASEAN terus meminta visa dari
penduduk negara-negara non-ASEAN. Hal ini membuat banyak kunjungan
wisatawan, terutama oleh pasar jangka panjang terkesan mahal dan tidak nyaman,
mengurangi daya saing harga daerah sebagai tujuan, dan bekerja melawan tujuan
pembangunan ekonomi yang inklusif.69
Adapun visi pariwisata ASEAN selama masa ATSP II menurut konteks
yang sudah disebutkan ialah untuk mewujudkan ASEAN sebagai tujuan
pariwisata berkualitas yang menawarkan pengalaman yang unik dan beragam,
serta akan berkomitmen untuk pengembangan pariwisata yang bertanggung
68
The ASEAN Secretariat, ―ASEAN Tourism Strategic Plan 2016-2025,‖ h. 4. 69
The ASEAN Secretariat, ―ASEAN Tourism Strategic Plan 2016-2025,‖ h. 5.
48
jawab, berkelanjutan, inklusif, dan seimbang. Sehingga dapat berkontribusi secara
signifikan terhadap kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat ASEAN.
―By 2025, ASEAN will be a quality tourism destination offering a unique,
diverse ASEAN experience, and will be committed to responsible, sustainable,
inclusive and balanced tourism development, so as to contribute significantly to
the socioeconomic well-being of ASEAN people.‖70
Berbagai arahan strategis yang tersusun dalam ATSP I akan dilanjutkan
dalam ATSP II yang meliputi ASEAN sebagai tujuan tunggal, penerapan standar
pariwisata ASEAN, dan implementasi Mutual Recognition Arrangement on
Tourism Professionals (MRA-TP).
MRA-TP mengadopsi pendekatan baru dan inovatif dalam hal
pengembangan produk dan pemasaran. MRA-TP juga memprakarsai pariwisata
sub-regional yang utama seperti Greater Mekong Sub-region (GMS), The Brunei,
Indonesia, Malaysia and Philippine East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA) dan
The Indonesia, Malaysia and Thailand Growth Triangle (IMT-GT) di dalam
ASEAN.71
Sebelum berakhirnya ATSP I tercatat kedatangan pada 2012 telah
melampaui perkiraan 86,7 juta pada 2015 yang ditetapkan dalam ATSP I. Pada
2015, Myanmar sendiri juga mengalami kenaikan kunjungan wisatawan sebanyak
7%. Sementara itu, sepanjang 2014, jumlah turis yang berkunjung ke Myanmar
70
The ASEAN Secretariat, ―ASEAN Tourism Strategic Plan 2016-2025‖. 71
The ASEAN Secretariat, ―ASEAN Tourism Strategic Plan 2016-2025‖.
49
mencapai 3,05 juta wisatawan dan meningkatkan devisa sebanyak US$1,14
miliar. Peningkatan kunjungan tersebut terjadi pula di Kamboja dan Vietnam.72
Adapun pangsa pasar terbesar berasal dari wisatawan asing yang berasal
dari luar ASEAN. Dengan pangsa 46% dari total kedatangan pengunjung
internasional ke ASEAN pada 2014. Pasar Asia (30% kecuali ASEAN), Eropa
(12%), Oceania (4%) dan Amerika (4%) yang memenuhi 50% dari total
kedatangan. Tercatat bahwa pasar negara dengan pertumbuhan tercepat antara
2010 dan 2013 adalah Cina (+ 30,92%), Jepang (+ 12,95%), Republik Korea (+
10,49%), Taiwan (+ 9,14%), dan Australia (+ 8,24%). ).73
Data UNWTO menunjukkan bahwa perjalanan rekreasi adalah tujuan
utama perjalanan untuk 56% kedatangan di kawasan Asia Pasifik, diikuti dengan
mengunjungi teman dan kerabat di 26%, serta bisnis sebesar 16%. Kemudian,
total kunjungan internasional ke ASEAN diperkirakan akan meningkat menjadi
123 juta pada 2020, 152 juta pada 2025, dan 187 juta pada 2030.74
Maka dapat dikatakan bahwa, hal tersebut menimbulkan masalah terkait
dengan keberlanjutan jangka panjang dari pertumbuhan tersebut. Terutama
mengenai peningkatan distribusi pendapatan langsung dan tidak langsung serta
imbalan kerja bagi populasi yang kurang diuntungkan di wilayah tertentu.
72
Ministry of Hotels and Tourism, ―Myanmar Tourism Statistics 2015,‖ laporan ini
diakses pada Jumat, 4 April 2018 dari http://tourism.gov.mm/en_US/publications/myanmar-
tourism-statistics/ 73
Ministry of Hotels and Tourism, ―Myanmar Tourism Statistics 2015‖. 74
The ASEAN Secretariat, ―ASEAN Tourism Strategic Plan 2016-2025,‖ h. 4.
50
2.3. Upaya ATSP ASEAN Tourism Strategic Plan dalam Meningkatkan
Sektor Pariwisata Asia Tenggara
Dalam mencapai tujuan ASEAN untuk mensejahterakan negara-negara
anggotanya, ASEAN terus berusaha untuk mengimplementasikan berbagai
program yang mendukung perkembangan ekonomi negara anggota. Salah satu
caranya ialah, di sektor pariwisata yang cukup gencar dalam hal
pengembangannya mengingat sektor tersebut memberikan hasil yang cukup
signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara.
Sektor pariwisata adalah kegiatan yang terlalu penting untuk diabaikan.
Alokasi oleh masing-masing negara anggota tentunya harus ditingkatkan secara
substansial agar rencana tersebut dapat dilaksanakan. Tidak realistis hal tersebut
dapat dicapai dengan tingkat pendanaan yang sangat rendah. Pengembangan
arahan tersebut mensyaratkan bahwa ASEAN NTOs memberlakukan kerangka
hukum dan peraturan serta infrastruktur kelembagaan yang akan memungkinkan
ASEAN untuk secara efektif mendanai inisiatif pariwisata regionalnya.75
ATSP yang cukup realistis, berorientasi pada tindakan, selaras dengan
realitas global dan dirancang untuk memastikan bahwa kawasan ASEAN dapat
terus menjadi tujuan pariwisata yang berhasil. Mengingat banyak negara besar di
kawasan Asia mengabdikan sumber daya yang signifikan untuk memposisikan
diri sebagai pesaing bagi Asia Tenggara. Jika ATSP dapat diimplementasikan
75
Centre of International Law, ―ASEAN Tourism Strategic Plan 2011-2015 (Adopted in
Phnom Penh, Cambodia on 17 January 2011),‖ h. 2, artikel ini diakses pada Senin, 6 Mei 2018
dari https://cil.nus.edu.sg/wp-content/uploads/formidable/18/2011-2015-Tourism-Strategic-Plan-
2.pdf
51
dengan baik, memungkinkan Asia Tenggara menjadi pesaing yang kuat dalam
lingkungan pariwisata global.76
Dalam implementasinya, perancangan ATSP sebagai arahan strategis bagi
sektor pariwisata ASEAN meliputi standar kompetisi peraturan yang telah
disepakati dan akan dievaluasi secara rutin serta disesuaikan berdasarkan
tujuannya. Dalam menjamin kredibilitas standar kompetensi, sertifikasi pihak
ketiga akan digunakan dalam mekanisme tersebut.77
Akan tetapi, pada enam standar pariwisata yang dibentuk dalam ATSP
yang meliputi homestay, green hotels, food and beverages services, public
restrooms, ecotourism, tourism heritage belum dispesifikasi lebih lanjut mengenai
basis dan langkah yang digunakan guna peninjauan kembali karena sulit untuk
membandingkan satu negara dengan negara lain. Dalam praktiknya, hal tersebut
menyebabkan tertutupinya proses ratifikasi melainkan sebagai program
penghargaan berdasarkan process of trust hotel atau homestay yang dibandingkan
secara kualitas.
Dalam sektor pariwisata ASEAN, penerapan ATSP I cukup
mempengaruhi berbagai elemen yang ada di dalamnya. ATSP mendorong
kerjasama sinergis dalam bidang pemasaran, produk maupun investasi di Industri
Pariwisata. Strategi tersebut juga mendorong peningkatan kualitas pelayanan
76
Centre of International Law, ―ASEAN Tourism Strategic Plan 2011-2015 (Adopted in
Phnom Penh, Cambodia on 17 January 2011),‖ h. 2. 77
Kementerian Luar Negeri RI, ”ASEAN Selayang Pandang Edisi ke-22, Tahun 2017,‖ h.
54
52
pariwisata dan sumber daya manusia dengan menetapkan standar serta sertifikasi
yang berlaku untuk negara anggota ASEAN.78
Setelah berakhirnya ATSP I, maka dilanjutkan dengan ATSP II dalam hal
perwujudan untuk meningkatkan integrasi ekonomi ASEAN. Fokus ATSP I
dilanjutkan oleh ATSP II yang memiliki dua visi utama. Pertama, meningkatkan
daya saing ASEAN dengan menjadi destinasi wisata terintegrasi. Kedua,
memastikan bahwa pariwisata di ASEAN memperhatikan aspek inklusif dan
keberlanjutan.79
Karakter negara-negara Asia Tenggara yang berbeda-beda menyebabkan
sektor pariwisata masing-masing negara mengalami perkembangan dalam skala
yang berbeda pula. Dalam hal daya saing, kebudayaan dan daya tarik Indonesia,
Brunei Darussalam, Thailand, Vietnam, Malaysia, Kamboja, Laos, Filipina,
Myanmar dan Singapura berada pada tingkat yang cukup jauh berbeda mengingat
perkembangan ekonomi masing-masing negara yang berbeda meskipun berada di
kawasan yang berdekatan.
Pemanfaatan dan perkembangan sektor pariwasata Thailand, Indonesia,
Singapura dan Malaysia masih jauh berbeda dengan Myanmar sendiri yang belum
lama membenahi negara dengan perkembangan demokrasi negaranya. Vietnam
yang belum lama pula mengalami peningkatan dalam sektor pariwisatanya, serta
Kamboja, Laos, Filipina, yang terus mengembangkan sektor pariwisatanya
78
The ASEAN Secretariat, ―ASEAN Tourism Strategic Plan 2016-2025,‖ h. 6. 79
Kementerian Luar Negeri RI, ”ASEAN Selayang Pandang Edisi ke-22, Tahun 2017,‖ h.
54
53
dengan cara meningkatkan inftrastuktur negara. Kemudian, Brunei Darussalam
yang masih berada ditingkat terbawah dengan kategori negara Asia Tenggara
yang menerima wisatawan terbanyak.
ATSP sendiri pada dasarnya adalah sebuah panduan dan arahan strategis
yang diharapkan dapat mengikat negara untuk patuh terhadap sesuatu yang telah
disepakati untuk mewujudkan destinasi wisata tunggal. Namun, perbedaan daya
saing pariwisata yang terjadi setelah adanya ATSP nyatanya tidak dapat
mewujudkan ASEAN sebagai destinasi wisata tunggal. Hal ini dapat dijabarkan
ke dalam tiga aspek, yaitu: Institutional Setting, Distribution of Power, dan Skill
and energy atau political engineering of cooperative solutions.80
Dalam prakteknya, upaya ATSP dalam meningkatkan sektor pariwisata
ASEAN sebenarnya sudah dilakukan dengan cara berbagai pertemuan yang
dilaksanakan bergantian di 10 negara anggota. Khususnya ATF yang terus
mengembangkan program dan berusaha mewujudkan hasil nyata implementasi
dari program yang disepakati. Berbagai pertemuan yang digelar seharusnya
menjadi kesempatan pula untuk mempromosikan kekayaan budaya dan daya tarik
negara penyelenggara.
Peningkatan kualitas sektor pariwisata dengan cara pengembangan
infrastruktur dan sumber daya manusia tentu membutuhkan bantuan dari ASEAN
pula mengingat daya saing sektor pariwisata negara anggota ASEAN yang cukup
tinggi. ASEAN dalam usahanya meningkatkan perkembangan ekonomi dengan
80
The ASEAN Secretariat, ―ASEAN Tourism Strategic Plan 2016-2025,‖ h. 47.
54
lebih memperhatikan sektor yang memberikan hasil yang signifikan, dinilai cukup
berhasil dengan melihat sektor pariwisata masing-masing negara yang mengalami
perkembangan yang signifikan pula.
Dilihat dari daya saingnya, kawasan Asia Tenggara pada dasarnya
memiliki daya saing sektor pariwisata yang cukup tinggi. Mengingat
perkembangan yang signifikan dalam hal peningkatan jumlah wisatawan
internasional, penerapan single visa, serta prioritisasi kebijakan pariwisata baik
dalam pembahasan kerjasama ekonomi regional dalam pilar ASEAN Economic
Community maupun prioritisasi pariwisata dalam kebijakan nasional masing-
masing negara.
Meskipun demikian, daya saing pariwisata negara-negara Asia Tenggara
secara umum memiliki kekurangan. Hal tersebut terkait dengan indikator yang
meliputi keamanan dan stabilitas politik, pembangunan infrastruktur pendukung
pariwisata seperti udara, laut, maupun darat, serta ICT readiness atau dalam kata
lain kesiapan teknologi dalam rangka pemanfaatannya bagi pembangunan sektor
pariwisata.
55
BAB III
PERKEMBANGAN INDUSTRI PARIWISATA MYANMAR
Sektor pariwisata Myanmar sedang berada di titik terpenting dalam
perkembangannya. Perkembangan demokrasi negara pula yang menjadikan sektor
pariwisata Myanmar untuk lebih diperhatikan. Adapun angka pengunjung terus
meningkat mencapai 3 juta kunjungan pada 2014, meningkat sejumlah 1 juta
kunjungan dibandingkan pada 2013 meliputi kunjungan perhari, perjalanan bisnis
dan penggunaan visa turis.81
3.1. Pertumbuhan Industri Pariwisata Myanmar
Sektor pariwisata adalah salah satu kegiatan ekonomi yang paling dinamis
dan tangguh di Asia Tenggara. Selama dua dekade, kunjungan wisatawan asing ke
negara-negara ASEAN meningkat rata-rata 7,3% per tahun, meningkat dari 21,8
juta pada 1992 menjadi 89,5 juta pada 2012.82
Selain itu, industri pariwisata berkontribusi 11,1% terhadap GDP regional
(US$255,1 miliar) dan menopang total 25,4 juta pekerjaan (8,8% dari total
lapangan kerja) di berbagai sektor ekonomi. Dengan mempertimbangkan dampak
langsung, tidak langsung, dan induksi, sektor pariwisata menyumbang US$47,7
81
The Myanmar Centre for Responsible Business (MCRB), ―Myanmar Tourism Sector
Wide Impact Assessment,‖ Published by MCRB, DIHR and IHRB, 2015, h. 9. 82
The ASEAN Secretariat Jakarta, “ ASEAN Tourism Marketing Strategy (ATMS) 2017-
2020,‖ h. 13.
56
miliar untuk investasi di Asia Tenggara dan US$95,5 miliar untuk ekspor pada
2012, mewakili 7,3% dari total investasi dan 6,2% dari semua ekspor.83
Untuk Asia dan Wilayah Pasifik, UNWTO memperkirakan 540 juta
kunjungan wisatawan asing dan 30% pangsa pasar global pada 2030.84
Meskipun
Myanmar menempati peringkat kedua terendah penerima wisatawan di ASEAN
selama 2012 (1,2%), tetapi menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara sebesar
29,7%. Sebagai perbandingan, Thailand dan Malaysia menyumbang sekitar 53,9%
dari total kedatangan pada 2012.
Selengkapnya terdapat pada tabel sebagai berikut;
Tabel V.3.1 Kedatangan Pengunjung ke Asia Tenggara Periode 2009-2012
Sumber: The ASEAN Secretariat, ASEAN Tourism Strategic Plan 2011-2015, 2011.
Menurut tabel diatas Malaysia berada pada peringkat tertinggi dengan
23,646,191 kunjungan pada 2009 dan terus memimpin hingga 2012 dengan
83
World Travel and Tourism Council, ” Travel and Tourism: Economic Impact 2015
Myanmar,‖ h. 4. 84
United Nations World Tourism Organization, ―UNWTO World Tourism Barometer,‖
United Nations, Madrid, 2013.
57
25,950,000 kunjungan. Kemudian Myanmar berada di peringkat dua terendah
dengan 762,547 kunjungan pada 2009 dan meningkat pada 2012 menjadi
1,058,995 kunjungan. Brunei Darussalam adalah negara dengan peringkat
terendah dengan 157,474 pada 2009 dan 300,139 pada 2012 dihitung dari hanya
kedatangan internasional melalui udara. Meskipun Myanmar berada di peringkat
dua terendah sebelum Brunei Darussalam, perbedaan angka kunjungan keduanya
cukup signifikan.
Adapun kunjungan wisatawan ke Myanmar mengalami penurunan
menjadi 2,907,207 kunjungan pada 2016 dari 4,681,020 kunjungan pada 2015.
Kunjungan wisatawan ke Myanmar rata-rata 256,836,64 pada 2012 hingga 2017.
Kunjungan wisatawan tersebut mencapai angka tertinggi dari 4,681,020 pada
Desember 2015 dan rekor terendah sejumlah 791,505 pada Desember 2010.85
Wisatawan asing adalah pemberi kontribusi terbesar terhadap sektor
pariwisata Myanmar. Di Yangon, tercatat lebih dari satu juta kunjungan yang
dapat dikatakan mengalami peningkatan sebesar 13,1% dari 2014. Pada tahun
yang sama, sekitar 807,806 dari jumlah tersebut berasal dari negara-negara Asia
dan 200,420 dari Eropa. Thailand, memimpin peringkat angka teratas dengan
198,229 pengunjung, diikuti oleh Cina (125,609), Jepang (83,434) dan Korea
(58,472).86
85
Ministry of Hotels and Tourism, ―Myanmar Tourism Statistics 2015,‖ laporan ini
diakses pada Senin, 14 Mei 2018 dari http://tourism.gov.mm/en_US/publications/myanmar-
tourism-statistics/ 86
Ministry of Hotels and Tourism, ―Myanmar Tourism Statistics 2014,‖ laporan ini
diakses pada Senin, 14 Mei 2018 dari http://tourism.gov.mm/en_US/publications/myanmar-
tourism-statistics/
58
Selengkapnya terdapat pada tabel sebagai berikut;
Tabel VI.3.1 Kedatangan Pengunjung ke Myanmar Periode 2010-2014
Sumber: Ministry of Hotels and Tourism, Myanmar Tourism Statistics 2014.
Menurut tabel diatas wilayah yang paling banyak dikunjungi wisatawan
yang mengunjungi Myanmar adalah Yangon dengan 297,246 kunjungan pada
2010, 364,743 pada 2011, 559,610 pada 2012, 817,699 pada 2013, dan 1,022,081
pada 2014. Yangon adalah ibu kota Myanmar sebelum Naypyidaw, akses menuju
Yangon terbilang cukup mudah dibandingkan daerah lainnya.
Pada 2014, 71,39% (807,806) wisatawan yang mengunjungi Myanmar
berasal dari Asia, 16,51% (186,828) berasal dari Eropa Barat, 6,62% (74,899)
berasal dari Amerika Utara, 2,95% (33,421) berasal dari Pasifik, 1,20% (13,592)
berasal dari Eropa Timur, 0,62% (7,043) berasal dari bagian lain Amerika, 0,42%
(4,714) berasal dari Timur Tengah, dan 0,29% (3,321) berasal dari Afrika.
Adapun total kunjungan pada 2014 adalah 3,081,412.87
Meskipun pemindahan ibu kota sudah cukup lama dilakukan yaitu pada
2005 akses untuk ke Naypyidaw tidaklah mudah. Warga asing yang bebas masuk
87 Ministry of Hotels and Tourism, ―Myanmar Tourism Statistics 2015,‖ laporan ini
diakses pada Senin, 14 Mei 2018 dari http://tourism.gov.mm/en_US/publications/myanmar-
tourism-statistics/
59
ke Naypyidaw hanyalah diplomat. Selain itu, warga asing yang akan masuk
Naypyitaw harus memakai visa khusus. Karena beberapa hal tersebutlah
kunjungan ke Naypyitaw tidak memiliki data pada 2010 dan menjadi daerah
dengan kunjungan terendah dengan 5,521 pada 2011, 1,250 pada 2012, 11,842
pada 2013 dan 19,261 pada 2014.
Pada 2015, pengunjung Myanmar dari Asia mengalami peningkatan
menjadi 72,10% (938,487), 16,08% (209,300) berasal dari Eropa Barat, 6,44%
(83,866) berasal dari Amerika Utara, 2,73% (35,566) berasal dari Pasifik, 1,19%
(15,433) berasal dari Eropa Timur, 0,74% (9,575) berasal dari bagian lain
Amerika, 0,42% (5,527) berasal dari Timur Tengah, dan 0,29% (3,829) berasal
dari Afrika. Adapun total kunjungan pada 2015 adalah 4,681,020.88
Selengkapnya terdapat pada tabel sebagai berikut;
Tabel VII.3.1 Kedatangan Pengunjung ke Myanmar Periode 2011-2015
Sumber: Ministry of Hotels and Tourism, Myanmar Tourism Statistics 2015.
Menurut tabel diatas Yangon terus mengalami kenaikan pengunjung pada
2015 dengan 1,180,682. Diikuti dengan Mandalay yang memiliki angka
88
Ministry of Hotels and Tourism, ―Myanmar Tourism Statistics 2015,‖ laporan ini
diakses pada Senin, 14 Mei 2018 dari http://tourism.gov.mm/en_US/publications/myanmar-
tourism-statistics/
60
kunjungan yang tidak jauh berbeda dengan Yangon. Meskipun Yangon dan
Mandalay mengalami peningkatan, berbeda dengan Naypyidaw yang mengalami
penurunan angka kunjungan menjadi 13,835 pada 2015.
Selanjutnya pada 2016, terdapat penurunan kunjungan yang cukup
signifikan yaitu menjadi 67,94% (864,523) yang berasal dari Asia. Kemudian,
18,70% (237,889) berasal dari Eropa Barat, 7,19% (91,526) berasal dari Amerika
Utara, 3,08% (39,172) berasal dari Pasifik, 1,37% (17,568) berasal dari Eropa
Timur, 0,86% (10,999) berasal dari bagian lain Amerika, 0,56% (7,140) berasal
dari Timur Tengah, dan 0,30% (3,779) berasal dari Afrika. Adapun total
kunjungan pada 2016 adalah 2,907,207.89
Penurunan kunjungan tersebut disebabkan oleh masalah internal Myanmar
yang melibatkan suku Rohingya. Menurut data Human Rights Watch, pada 9
Oktober 2016, tiga titik sepanjang perbatasan Myanmar – Bangladesh diserang.
Kemudian, suku Rohingyalah yang dituduh melakukan serangan tersebut dan
pihak yang yang seharusnya bertanggungjawab atas serangan tersebut sebenarnya
masih belum jelas.90
Permasalahan tersebut menyebabkan akses menuju Myanmar
melalui perbatasan menjadi lebih sulit dan mengalami penurunan menjadi
1,634,611 pada 2016 dari 3,379,437 pada 2015.
89
Ministry of Hotels and Tourism, ―Myanmar Tourism Statistics 2016,‖ laporan ini
diakses pada Senin, 14 Mei 2018 dari http://tourism.gov.mm/en_US/publications/myanmar-
tourism-statistics/
90
Human Rights Watch, ―Burma: Invite UN to Assist Rakhine Inquiry.‖ artikel ini
diakses pada Minggu, 23 September 2018 dari https://www.hrw.org/news/2016/10/28/burma-
invite-un-assist-rakhine-inquiry
61
Selengkapnya terdapat pada tabel sebagai berikut;
Tabel VIII.3.1 Kedatangan Pengunjung ke Myanmar Periode 2012-2016
Sumber: Ministry of Hotels and Tourism, Myanmar Tourism Statistics 2016.
Menurut tabel diatas penurunan tingkat kunjungan dialami oleh Yangon.
Meskipun begitu, Yangon tetap berada di tingkat teratas dalam menerima
kunjungan dengan 1,080,141 pada 2016. Berbeda dengan Yangon, Mandalay
mengalami peningkatan kunjungan menjadi 128,387 kunjungan pada 2016 dan
diikuti oleh Naypyidaw dengan 16,224 kunjungan pada tahun yang sama.
Pertumbuhan sektor pariwisata Myanmar dapat dikatakan bergantung pada
reformasi politik, stabilitas ekonomi, dan prosedur jelas guna memperoleh
investasi asing. Pemerintah Myanmar terus berusaha untuk menetapkan undang-
undang investasi yang jelas untuk mendorong investasi asing, yang juga termasuk
dalam hukum pariwisata. Hal tersebut bertujuan untuk membangun kepercayaan
investor di Myanmar. Tercatat mulai Juli 2016, aplikasi pembaruan izin operasi
62
hotel, perusahaan tur dan lisensi pemandu wisata, serta lisensi untuk transportasi
wisata dapat dilakukan secara online.91
Meskipun Myanmar sedang mengalami pertumbuhan yang cukup
signifikan dalam industri pariwisata, pemerintah perlu meningkatkan infrastruktur
di semua aspek untuk memenuhi standar internasional. Pada 2015 sendiri, US$2,6
miliar investasi asing masuk guna mengembangkan bisnis hotel dan pariwisata
terkait, yang mencakup 9.132 kamar hotel di 48 proyek.92
3.2. Kondisi dan Kendala Sektor Pariwisata Myanmar
Pada 2015, Myanmar memiliki populasi sekitar 54 juta penduduk yang
menjadikannya sebagai negara terpadat ke 25 di dunia.93
Terdapat 135 kelompok
etnis yang berbeda dan secara resmi diakui oleh pemerintah Myanmar. Kelompok
tersebut dibedakan ke dalam delapan ras etnis nasional besar, yaitu Kachin,
Kayah, Kayin, Chin, Mon, Bamar, Rakhine, dan Shan.94
Adapun statika kelompok etnis Myanmar dapat dikelompokkan menjadi,
Burman 68%, Shan 9%, Karen 7%, Arakanese 4%, Chinese 3%, Mon 2%, Indian
2%, 5% lainnya. Sebagian besar rakyatnya menganut agama Budha (87,9%),
Kristen (6,2%), Islam (4,3%), Hindu (0,5%), Spiritualisme (0,8%) dan lainnya
91
BIF Burma (Myanmar): Tourism, ―Market Analysis and Strategy,‖ h. 6, laporan ini
diakses pada Senin, 14 Mei 2018 dari
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:http://www.bifprogramme.org/sites/defau
lt/files/attachments/bif_burma_tourism_market_analysis_strategy.pdf 92
BIF Burma (Myanmar): Tourism, ―Market Analysis and Strategy,‖ h. 6. 93
Department of Economic and Social Affairs: Population Division, ―World Population
Prospects (Key findings & advance tables),‖ United Nations, New York, 2015. 94
Sitta Kongsasana, “The study of Myanmar Tourism Master Plan (2013-2020),” h. 3.
63
(0,2%) .95
Terdapat kamp pengungsi untuk pengungsi Myanmar di sepanjang
perbatasan Bangladesh dan Thailand, terdapat pula beberapa di Malaysia. Tercatat
lebih dari 600.000 pekerja migran terdaftar dari Myanmar di Thailand, dan jutaan
lainnya bekerja secara ilegal. Pekerja migran Myanmar menyumbang 80% pekerja
migran Thailand.96
Myanmar adalah salah satu negara termiskin di Asia Tenggara.
Perkembangan negara tersebut terkesan stagnan, dan terisolasi selama beberapa
dasawarsa. Pada saat awal kemerdekaan Myanmar, junta militer menutup negara
tersebut pada 1962 hingga 1988, dengan menggunakan kebijakan visa yang berat.
Kemudian, pada 1988 hingga 2010 rezim militer baru mulai membuka negara
untuk menarik mata uang asing dan mengembalikan citra negara di dunia
internasional melalui kebijakan proaktif dan menyelenggarakan Visit Myanmar
Year pada 1996.97
Penyelenggaraan Visit Myanmar Year 1996 menjadi peristiwa penting
dalam mempromosikan budaya dan daya tarik Myanmar kala itu. Upacara
pembukaan acara yang digelar pada 18 November 1996 tersebut bertema
totaliratian, yaitu sebuah acara massal di stadion yang penuh dengan pemuda
yang bersorak-sorai, pasukan tentara parasut, 1.600 gadis menari dalam kostum
etnis “tradisional”, ratusan anak muda mengenakan pakaian berwarna-warni
95
Sitta Kongsasana, “The study of Myanmar Tourism Master Plan (2013-2020),” h. 3. 96
Sitta Kongsasana, “The study of Myanmar Tourism Master Plan (2013-2020),” h. 4. 97
Martin Michalon, ―Tourism(s) and the way to Democracy in Myanmar,‖ Asian Journal
of Tourism Research, 2017, diakses pada Kamis, 10 Mei 2018 dari
file:///C:/Users/OWNER/Downloads/Tourisms_and_the_way_to_Democracy_in_Myanmar.pdf
64
mengarak di lapangan, dan membentuk pola-pola demonstrasi yang disebut
harmoni nasional.98
Namun, Visit Myanmar Year 1996 dapat dikatakan belum efektif dalam
meningkatkan kualitas sektor pariwisata Myanmar. Bertahun-tahun setelah
peristiwa tersebut, Myanmar masih memiliki keterbatasan pada kurangnya tenaga
kerja terdidik yang terampil dalam pengoperasian teknologi modern menjadi salah
satu penyebab meningkatnya masalah ekonomi negara tersebut.99
Myanmar memiliki sejarah panjang yang berasal dari “Bronze Age‖,
dengan kebangkitan dan kejatuhan banyak kerajaan. Koloni Inggris pun mencapai
kemerdekaan dari pemerintahan Inggris pada 1948. Sejak itu, Myanmar terus
didominasi oleh perang sipil yang berlangsung lama, yang ditangani melalui
proses perdamaian yang komprehensif. Kemudian, Myanmar diperintah oleh
militer selama bertahun-tahun. Masa pemerintahan tersebut dimulai pada kudeta
1962 yang dipimpin oleh Jenderal Ne Win yang mengejar “Jalan Burma Menuju
Sosialisme” isolasionis yang termasuk dalam nasionalisasi ekonomi dan
memutuskan hubungan dengan dunia luar.100
Meskipun begitu, isolasi diri yang dipaksakan tersebut berakhir setelah
pengunduran diri Ne Win pada 1988, ketika State Law and Order Restoration
Council (SLORC) mengambil alih kekuasaan. Penindasan terus menerus oleh
98
Myanmar Perspectives, ―Visit Myanmar Year 1996 opens with fanfare,‖ Yangon State
Peace and Development Council, 1996. 99
I Brown, ―A colonial economy in crisis,‖ Routledge, London, 2005. 100
The Myanmar Centre for Responsible Business (MCRB), ―Myanmar Tourism Sector
Wide Impact Assessment,‖ h. 14.
65
pemerintah terhadap oposisi politik menghasilkan berbagai sanksi oleh
pemerintah-pemerintah Barat.101
Untuk saat ini, Myanmar masih sangat kekurangan infrastruktur yang
memadai dan efisien. Misalnya, kekurangan energi yang umum terdapat di
seluruh negara termasuk di Yangon dan hanya 25% dari penduduk Myanmar yang
memiliki listrik. Adapun tingkat penetrasi seluler kurang dari 10%, dan hanya
0,03% dari penduduk yang terhubung ke internet broadband. Kualitas fasilitas
telekomunikasi dan internet di sebagian besar daerah perkotaan seringkali tidak
memadai.102
Dalam hal transportasi, sekitar 3.500 kilometer jalur kereta api yang
dibangun pada abad ke 19, sudah tua dan belum sempurna beberapa
perbaikannya. Kemudian, hanya 20% dari sekitar 130.000 kilometer jalan yang
diaspal menurut standar, dan biasanya hanya di kota-kota besar. Dan hanya tiga
bandara internasional yang mampu menerima dan mengoperasikan 747
pesawat.103
Hingga pada 2012, sektor penerbangan Myanmar tidak berkembang
dengan baik. Sangat sedikit maskapai yang menawarkan koneksi penerbangan
langsung ke dalam dan dari Myanmar. Namun, ditahun yang sama jumlah
penumpang terus melonjak dan maskapai penerbangan domestik baru telah
101
The Myanmar Centre for Responsible Business (MCRB), ―Myanmar Tourism Sector
Wide Impact Assessment,‖ h. 22. 102
The Cristian Science Monitor, ―Burma just opened up after 50 years. But where are
all the tourists?,‖ berita ini diakses pada Rabu, 9 Mei 2018 dari
https://www.csmonitor.com/World/Asia-Pacific/2012/1020/Burma-just-opened-up-after-50-years.-
But-where-are-all-the-tourists 103
Sitta Kongsasana, “The study of Myanmar Tourism Master Plan (2013-2020),” h. 4.
66
dibentuk. Beberapa operator telah membuka rute ke dalam dan dari Myanmar,
bahkan dengan kapasitas kecil.104
Selain itu, Myanmar telah mengembangkan sejumlah kebijakan yang
menetapkan kerangka kerja menyeluruh untuk pengembangan sektor pariwisata
negara. Diantaranya, yang paling signifikan adalah Responsible Tourism Policy
2012, kebijakan tentang keterlibatan masyarakat dalam Pariwisata pada 2013 dan
Tourism Master Plan 2013-2020. Kebijakan-kebijakan tersebut didukung oleh
kebijakan, standar dan strategi yang menangani isu-isu tertentu, termasuk
ekowisata, penggunaan lahan, konservasi keanekaragaman hayati, akomodasi
homestay, emansipasi wanita dan perdagangan manusia.105
Dalam mengembangkan kerangka kebijakan terkait pariwisata, sektor
pariwisata Myanmar dan pembuat kebijakan pemerintah semakin dipandu oleh
Global Sustainable Tourism Council Criteria dan Suggested Indicators for Hotels
and Tour Operators. Kriteria ini mengartikulasikan standar dasar yang harus
mencapai bisnis dan destinasi untuk mendekati keberlanjutan sosial, lingkungan,
budaya dan ekonomi, dan dirancang untuk disesuaikan dengan kondisi lokal.
Kriteria ini membahas manajemen berkelanjutan, dampak sosial ekonomi,
dampak budaya dan dampak lingkungan.106
104
Ministry of Hotels and Tourism The Republic of The Union of Myanmar, “Myanmar
Tourism Master Plan 2013-2020,” h. 9. 105
The Myanmar Centre for Responsible Business (MCRB), ―Myanmar Tourism Sector
Wide Impact Assessment,‖ h. 138. 106
The Myanmar Centre for Responsible Business (MCRB), ―Myanmar Tourism Sector
Wide Impact Assessment,‖ h. 145.
67
Meskipun berada di lokasi yang strategis, yaitu di antara Selatan Asia dan
Asia Tenggara, sumber daya alam dan budaya yang melimpah, kekuatan tenaga
kerja yang besar, pengurangan sanksi ekonomi dan diplomatik terhadap negara,
partisipasi yang kuat terutama dalam berbagai kerjasama regional dan sub-
regional, serta ekonomi yang saat ini berkembang sekitar 6% per tahun masih
menjadikan Myanmar berada di peringkat 149 dari 187 negara di kelompok
negara dalam hal pembangunan manusia yang rendah.107
Gambar I.3.2 Peta Myanmar
Sumber: Ministry of Hotels and Tourism The Republic of The Union of Myanmar, Myanmar
Tourism Master Plan 2013-2020, 2011.
107
Sitta Kongsasana, “The study of Myanmar Tourism Master Plan (2013-2020),” h. 6.
68
Menurut peta diatas letak ibu kota Naypyidaw yang berada di tengah
Myanmar dapat dikatakan sangat strategis untuk dapat diakses dengan mudah
melalui darat dan udara. Peta tersebut juga menunjukkan bahwa hampir seluruh
wilayah di Myanmar dapat diakses dengan mudah melalui udara. Selain itu,
sebagian besar wisatawan internasional terbatas pada pusat Myanmar, dengan
kunjungan minimal ke utara dan selatan. Adapun enam tujuan utamanya yaitu,
Pagoda Yangon, Shwedagon, Bagan, Danau Inle, Kyaikhto, Mandalay, dan
Ngapali Beach yang menerima sebagian besar kedatangan internasional.
Hal tersebut ditandai dengan tercatatnya kunjungan domestik dan
internasional tertinggi yang diterima oleh Kyaikhto ( domestik: 1,000,000,
internasional: 65,788), kedua Yangon (internasional: 559,610), ketiga Mandalay (
domestik: 138,858, internasional: 160,975), keempat Bagan ( domestik: 49,627,
internasional: 162,984), kelima Inle ( domestik: 77,315, internasional: 90,937),
keenam Chaungtha ( domestik: 114,432, internasional: 12,956), ketujuh
Ngwesaung ( domestik: 19,298, internasional: 25,746), dan yang terakhir adalah
Ngapali ( internasional: 25,614).108
Pada 2012, GDP per kapita Myanmar adalah sekitar US$900. Hal tersebut
termasuk yang terendah di ASEAN dan tertinggal di belakang negara-negara
ASEAN lainnya, terutama untuk indikator-indikator yang berhubungan dengan
108
Ministry of Hotels and Tourism The Republic of The Union of Myanmar, “Myanmar
Tourism Master Plan 2013-2020,” h. 12.
69
kesehatan. Kemudian, lebih dari 29% penduduk pedesaan dan 16% penduduk
perkotaan masih hidup dalam tingkat kemiskinan.109
Selain itu, penyebab utama kemiskinan terutama berkaitan dengan
penduduk Myanmar yang juga sering ditemukan di negara berkembang adalah
pengecualian dari proses pengambilan keputusan ekonomi, dan pendapatan yang
tidak mencukupi adalah situasi Myanmar saat ini. Kekurangan pekerjaan yang
layak meliputi pekerjaan dengan upah rendah, sulit dan berbahaya mendorong
banyak warga Myanmar bermigrasi menggunakan kapal setiap tahun. Berkenaan
dengan pengembangan pariwisata, dekade isolasi terakhir telah menyebabkan
Myanmar jatuh di belakang tetangganya di Greater Mekong Sub-region (GMS),
dimana industri pariwisata adalah perusahaan besar dan mesin pertumbuhan
ekonomi.110
Pertumbuhan sektor pariwisata Myanmar dapat dikatakan memiliki
pengaruh yang cukup signifikan terhadap laju ekonomi negara. Berdasarkan
laporan UNWTO, kunjungan wisawasan asing ke Asia Tenggara meningkat 11%
pada 2012/2013, dan hanya menurun sebanyak 3% dalam 6 bulan pertama 2014.
Sementara itu, dari basis kecil sendiri permintaan kunjungan wisatawan untuk
masuk ke Myanmar tetap kuat.111
109
The Myanmar Centre for Responsible Business (MCRB), ―Myanmar Tourism Sector
Wide Impact Assessment,‖ h. 23. 110
The Myanmar Centre for Responsible Business (MCRB), ―Myanmar Tourism Sector
Wide Impact Assessment,‖ h. 25. 111
Business Innovation Falicity, ―BIF Burma (Myanmar): Tourism Market Analysis and
Strategy,‖ laporan ini diakses pada Rabu, 9 Mei 2018 melalui
http://www.bifprogramme.org/sites/default/files/attachments/bif_burma_tourism_market_analysis
_strategy.pdf
70
Mulai dari pembangunan jalan tol, stasiun bensin di pinggir jalan, dan
perusahaan telekomunikasi hingga hotel dan resor, kapitalisme kroni kini
mendominasi setiap sektor kehidupan ekonomi di Myanmar. Ketika pemerintah
Myanmar membuka pintu untuk pariwisata massal, kapitalisme kroni bersaing
dengan perusahaan asing dalam investasi pariwisata. Kemungkinan besar industri
pariwisata Myanmar akan didominasi oleh kapitalisme kroni dan investor asing.112
Sejalan dengan perjalanan Myanmar dalam meningkatkan kualitas sektor
pariwisatanya, pada 2016 kontribusi langsung kunjungan pariwisata ke GDP
adalah MMK2,577.6bn (3,0% dari GDP). Hal terkait diperkirakan akan
meningkat sebesar 3,5% menjadi MMK2.668,2 miliar pada 2017. Meliputi
kegiatan ekonomi yang dihasilkan oleh industri seperti perhotelan, agen
perjalanan, maskapai penerbangan dan layanan transportasi penumpang
lainnya.113
Dapat dikatakan Myanmar terus memperbaiki laju pembangunan
infrastruktur negaranya untuk menerima jumlah wisatawan yang terus bertambah.
Meskipun Myanmar baru saja mengalami fase baru dalam politik demokrasinya,
berbagai sektor sudah mulai dibangun dan dikembangkan khususnya sektor
pariwisata negara yang memegang peranan yang cukup penting dalam
pertumbuhan ekonomi negara.
112
Ko Ko Thett, “Responsible Tourism in Myanmar: Current Situation and Challenges
2012,” h. 6. 113
World Travel and Tourism Council, The Authority on World Travel and Tourism,
―Travel and Tourism: Economic Impact 2017 Myanmar,‖ laporan ini diakses pada Jumat, 4 Mei
2018 dari https://www.wttc.org/-/media/files/reports/economic-impact-research/countries-
2017/myanmar2017.pdf
71
Selain itu, keberhasilan sektor pariwisata Myanmar dipastikan tumbuh
pesat dan akan mendorong laju perkembangan ekonomi yang cepat. Namun, hal
tersebut menempatkan Myanmar di posisi yang cukup berisiko karena potensi
pertumbuhan pariwisata yang tidak berkelanjutan dan dampak negatif yang
berkaitan dengan lingkungan, budaya dan masyarakat dalam jangka panjang.
Adapun dampak buruk dari aspek positif adalah labanya dan dampak negatif
adalah biaya yang tidak seimbang dari sektor pariwisata negara.114
Pemerintah Myanmar memutuskan untuk lebih menekankan pada kualitas
pariwisata melalui berbagai kebijakan, tindakan strategis dan tindakan yang
bertanggung jawab untuk memberikan pemerataan, manfaat ekonomi,
kesejahteraan sosial dan budaya, serta kelestarian lingkungan dengan mengadopsi
pendekatan ―Responsible Tourism‖ menjadi inti utama untuk mengembangkan
pariwisata Myanmar menuju paradigma pembangunan berkelanjutan di masa
depan.115
Pertumbuhan ekonomi rata-rata Myanmar adalah 5% sebelum 2013.
Kemudian pendapatan per kapita Myanmar adalah US$702,5. Diperkirakan
tingkat kemiskinannya sekitar 26% dari populasi nasional, juga mencatat bahwa
kemiskinan di Myanmar tergolong dangkal, dengan pendapatan rata-rata hanya
25% di atas garis kemiskinan.116
114
N. Hausler, “Myanmar Responsible Tourism Policy,‖ Hanns Seidel Foundation,
Yangon, 2012. 115
N. Hausler, “Myanmar Responsible Tourism Policy‖. 116
Business Innovation Falicity, ―BIF Burma (Myanmar): Tourism Market Analysis and
Strategy,‖ h. 19.
72
Sebagai akibatnya, sedikit ketidakstabilan laju ekonomi dapat
menyebabkan lebih banyak penduduk jatuh ke dalam kemiskinan. Kesenjangan
antara daerah perkotaan dan daerah pedesaan dalam hal tingkat kemiskinan pun
ikut meluas, dengan tingkat kemiskinan di daerah pedesaan sekitar 1,8 kali lebih
tinggi dari daerah perkotaan. Dalam kaitannya dengan tingkat kemiskinan, ada
kesenjangan dan ketidaksetaraan regional yang signifikan, terutama di mana ada
konflik bersenjata dan perdamaian.117
Meskipun sektor pariwisata diidentifikasi sebagai kegiatan ekonomi utama
di bawah pengembangan sektor swasta, perluasan industri pariwisata Myanmar
akan berkontribusi pada laju ekonomi Myanmar dan memperoleh manfaat serta
reformasi di semua bidang prioritas. Karena kemampuannya untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi inklusif dan meningkatkan upaya mengurangi tingkat
kemiskinan, pengembangan pariwisata juga menjadi fitur utama dalam rencana
pembangunan komprehensif nasional.118
3.3. Strategi Perencanaan Utama Pariwisata Myanmar
Pertumbuhan pariwisata Myanmar dari tahun ke tahun membuat
pemerintah negara tersebut lebih memperhatikan sektor pariwisatanya.
Perkembangan tersebut ditandai dengan pemasukan melalui wisatawan asing ke
Myanmar yang tumbuh dari US$165 juta pada 2008 menjadi sekitar US$534 juta
pada 2012. Namun, metode pengumpulan data oleh Government of Myanmar
117
Business Innovation Falicity, ―BIF Burma (Myanmar): Tourism Market Analysis and
Strategy,‖ h. 19. 118
Ministry of Hotels and Tourism The Republic of The Union of Myanmar, “Myanmar
Tourism Master Plan 2013-2020,” h. 6.
73
(GOM) untuk menghitung pendapatan pariwisata perlu ditinjau karena hasilnya
yang jauh berbeda. Selain itu, sementara ini Myanmar juga tidak memiliki
informasi terbaru.
Strategi perencanaan sektor pariwisata Myanmar sendiri mengadopsi visi
untuk mengembangkan pariwisata Myanmar yang ditetapkan dalam Responsible
Tourism Policy, dan sembilan tujuan dari kebijakan tersebut, sebagai prinsip
panduannya. Tujuan dari rencana ini adalah untuk memaksimalkan kontribusi
pariwisata bagi pekerjaan nasional dan penghasilan pendapatan. Kemudian untuk
memastikan distribusi yang merata dari manfaat sosial dan ekonomi dari sektor
pariwisata. Rencana tersebut juga menetapkan target untuk meningkatkan jumlah
pengunjung asing menjadi lebih dari tiga juta pada 2015 dan lebih dari tujuh juta
pada 2020.119
Selain itu, untuk memastikan bahwa rencana tersebut dikelola secara
bertanggung jawab dan untuk kepentingan masyarakat Myanmar, rencana ini
mencakup 38 proyek. Rencana tersebut mengidentifikasi enam program strategis
yang selaras dengan prioritas Framework for Economic, Social Reforms, dan
National Comprehensive Development Plan yang akan datang. Program-program
ini dimaksudkan untuk saling berhubungan dan menjadi serangkaian tindakan
terpadu yang membutuhkan koordinasi dalam pengaturan waktu serta
pelaksanaannya.120
119
The Myanmar Centre for Responsible Business (MCRB), ―Myanmar Tourism Sector
Wide Impact Assessment,‖ h. 27. 120
Ministry of Hotels and Tourism The Republic of The Union of Myanmar, “Myanmar
Tourism Master Plan 2013-2020,” h. 8.
74
Adapun enam program strategis yang selaras dengan prioritas Framework
for Economic, Social Reforms, dan National Comprehensive Development Plan
adalah:121
1. Memperkuat lingkungan kelembagaan;
2. Membangun kapasitas sumber daya manusia dan mempromosikan kualitas
layanan;
3. Memperkuat kerangka keamanan dan prosedur untuk perencanaan serta
manajemen destina
4. Mengembangkan produk dan layanan yang berkualitas;
5. Meningkatkan konektivitas dan infrastruktur yang terkait dengan
pariwisata;
6. Membangun citra, posisi, dan brand Pariwisata Myanmar.
Myanmar akan menyambut para turis dari seluruh dunia dan akan terus
memfasilitasi akses yang lancar dan efisien ke negara tersebut. Bersama dengan
Myanmar Tourism Federation (MTF) dan Ministry of Hotels and Tourism
(MOHT) akan bekerja untuk mengembangkan Myanmar sebagai tujuan sepanjang
tahun dengan basis produk yang tersebar secara geografis. Kemudian, kualitas
sektor pariwisata akan lebih diutamakan daripada hanya meningkatkan volume
pengunjung asing.
121
Ministry of Hotels and Tourism The Republic of The Union of Myanmar, “Myanmar
Tourism Master Plan 2013-2020,” h. 45-47 .
75
GOM akan terus memantau ekspansi sektor dan mendorong bentuk-bentuk
pariwisata berkualitas yang konsisten dengan tujuan pembangunan nasional,
negara bagian, dan regional. Selain itu, Myanmar akan menyeimbangkan
kebutuhan untuk memastikan kesejahteraan masyarakat Myanmar dan
perlindungan warisan alam serta budayanya dengan kebutuhan guna
meningkatkan kontribusi pariwisata terhadap pendapatan devisa dan pertumbuhan
GDP.122
Adapun strategi perencanaan sektor pariwisata Myanmar dibagi menjadi
tiga bagian utama, yaitu bagian I yang meliputi Strategic Issues. Hal tersebut
termasuk dalam konteks negara dan berbagai masalah yang terkait dengan
pengembangan pariwisata Myanmar (terutama situasi masa lalu dan sekarang
dengan proyeksi masa depan) dan bagian ini berakhir dengan ringkasan kekuatan,
kendala, peluang, dan risiko yang tertera pada gambar berikut:
Gambar II.3.3 Kekuatan, Batasan, Peluang, dan Risiko
Sumber: Ministry of Hotels and Tourism The Republic of The Union of Myanmar, Myanmar
Tourism Master Plan 2013-2020, 2013.
122
Ministry of Hotels and Tourism The Republic of The Union of Myanmar, “Myanmar
Tourism Master Plan 2013-2020,” h. 48.
76
Gambar diatas memaparkan satu persatu kekuatan dari strategi
perencanaan pariwisata Myanmar yang mencakup pariwisata sebagai prioritas
nasional, kedatangan pengunjung yang meningkat pesat, sejarah dan budaya
warisan yang mengagumkan, dan keramahan yang terkenal dari masyarakat
Myanmar. Kemudian terdapat pula batasan seperti kurangnya layanan publik,
infrastruktur, dan sistem keuangan.
Selain itu terdapat pula beberapa peluang seperti lokasi yang strategis
antara Cina dan India, permintaan pasar yang kuat, peningkatan investasi asing,
memperdalam kerja sama regional, dan pertukaran antarbudaya dengan wisatawan
internasional. Beberapa resiko juga dipaparkan seperti persepsi pengunjung
tentang nilai mata uang yang rendah, sosial, dan dampak lingkungan serta
ketidakstabilan ekonomi global dan perubahan iklim.
Bagian II yaitu The way forward yang menetapkan visi Myanmar untuk
pariwisata. Meliputi sembilan panduan prinsip yang seluruhnya diadopsi dari
The Myanmar Responsible Tourism Policy. Selanjutnya meliputi enam program
strategis dan 25 tujuan utama yang akan dilakukan melalui tujuh tema lintas
sektoral yang tertera pada gambar berikut:
77
Gambar III.3.3 Master Plan Pariwisata Myanmar: Program Strategis dan
Tujuan Utama
Sumber: Ministry of Hotels and Tourism The Republic of The Union of Myanmar, Myanmar
Tourism Master Plan 2013-2020, 2013.
Menurut gambar diatas, tujuan utama dari Master Plan tersebut
ditempatkan pada masing-masing program strategis yang sesuai dengan
pengaturan kelembagaan dan organisasi guna menghasilkan respons yang
78
terkoordinasi terhadap berbagai tantangan yang akan dihadapi di masa mendatang.
Tidak ada program strategis yang lebih penting dari yang lain karena program-
program tersebut saling terkait dan memiliki kepentingan yang sama.
Gambar diatas memaparkan pula beberapa panduan prinsip strategi
perencanaan pariwisata Myanmar, yaitu; mengembangkan pariwisata sebagai
sektor prioritas nasional, menjaga keragaman dan keaslian budaya,
memungkinkan sektor pariwisata untuk bersaing dalam hal kekayaan, keragaman,
dan kualitas produk, memperkuat sistem kelembagaan negara guna merencanakan
dan mengelola sektor pariwisata, meminimalkan praktik yang tidak etis,
mempromosikan pembangunan sosio-ekonomi lokal, melestarikan dan
meningkatkan kawasan lindung Myanmar dan lingkungan alam, memastikan
kesehatan, keselamatan, dan keamanan pengunjung, serta mempromosikan
tenaga kerja yang terlatih.
Selain itu terdapat pula beberapa program strategis dari Master Plan itu
sendiri yaitu memperkuat kelembagaan lingkungan dengan mengembangkan
kerangka perencanaan pariwisata untuk mendukung Badan Koordinasi Eksekutif
Pariwisata. Kemudian, membangun kapasitas sumber daya manusia dan
meningkatkan kualitas layanan dengan merancang pengembangan sumber daya
manusia dan strategi capacity building.
Memperkuat kerangka pengamanan dan prosedur perencanaan serta
pengelolaan destinasi dengan mengembangkan pendekatan inovatif, terpadu dan
partisipatif untuk perencanaan dan manajemen destinasi serta memperkuat
79
pengamanan sosial dan lingkungan terkait pariwisata. Selanjutnya,
mengembangkan produk dan layanan berkualitas dengan merancang strategi
pengembangan produk pariwisata, meningkatkan konektivitas dan infrastruktur
terkait pariwisata, membangun citra serta posisi dengan, mempromosikan
ekspansi pelengkap dari industri penerbangan juga pariwisata dan brand
pariwisata Myanmar. Yang terakhir adalah secara efektif mengelola citra, posisi,
dan tujuan brand dalam pola pikir kolektif untuk memperkuat pasar internasional.
Bagian III yaitu implementation and monitoring yang termasuk dalam
pengaturan kerangka kerja organisasi guna melaksanakan Master Plan,
pembiayaan Master Plan dan juga ringkasan kerangka pelaksanaan dengan
prioritas proyek dan kegiatan dalam rencana aksi jangka panjang yang mencakup
2013-2020 dan rencana aksi jangka pendek untuk 2013-2015.123
Untuk pengembangan pariwisata Myanmar, GOM telah jelas mengadopsi
pendekatan pariwisata berkelanjutan dalam agenda pembangunan negara terkait
hal seperti kerjasama regional yang digabungkan dengan jaringan internasional
dalam sektor pariwisata yang juga mengadopsi pariwisata berkelanjutan sebagai
paradigma utama mereka. Hal tersebut berkaitan dengan pernyataan resmi dalam
berbagai dokumen pariwisata nasional yaitu, Framework for Economic, Social
Reforms, dan National Comprehensive Development Plan.
Kemudian, GOM juga memadukan partisipasi pemangku kepentingan
sebanyak mungkin dalam proses sebelumnya dalam perumusan kebijakan
123
Ministry of Hotels and Tourism The Republic of The Union of Myanmar, “Myanmar
Tourism Master Plan 2013-2020,” h. 50.
80
pariwisata, rencana strategis, terutama para ahli internasional atau organisasi
internasional pada pengembangan pariwisata berkelanjutan untuk memberikan
dukungan berbasis pengetahuan atau teknis. Tindakan-tindakan tersebut adalah
beberapa tanggung jawab dan komitmen GOM kepada dunia untuk menjadikan
Myanmar ― tempat yang lebih baik untuk hidup dan tempat yang lebih baik untuk
dikunjungi ‖ dengan menggunakan pendekatan pariwisata berkelanjutan sebagai
panduan strategi perencaan utama sektor pariwisata negara.124
GOM menegaskan pula bahwa pengembangan pariwisata adalah prioritas
negara, karena cukup berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan
pengurangan kemiskinan, mempercepat rekonsiliasi nasional dan proses
demokratisasi, serta prioritas lainnya yang diuraikan dalam Framework for
Economic, dan Social Reforms. Pariwisata menyediakan pasar untuk produk
pertanian yang diproduksi secara lokal, berkontribusi pada pembangunan
pedesaan, dan dapat membantu menyebarkan manfaat sosial dan ekonomi ke
semua wilayah dan negara bagian.125
Secara umum, perencanaan pariwisata memerlukan pendekatan
perencanaan strategis, yang mencari kesesuaian optimal antara sistem
pengembangan dan lingkungannya melalui visi. Tujuan dan strategi untuk alokasi
sumber daya dan pemantauan dampak, dan tindakan mendetail dari rencana.
124
Responsible Tourism, ―International Centre for Responsible Tourism,‖ artikel ini
diakses pada Sabtu, 12 Mei 2018 dari http://responsibletourismpartnership.org/icrt/ 125
Ministry of Hotels and Tourism The Republic of The Union of Myanmar, “Myanmar
Tourism Master Plan 2013-2020,” h. 25.
81
Selain itu, dengan kegiatan multi-faceted, proses perencanaan dan
manajemen pariwisata yang berkelanjutan membutuhkan perencanaan pendekatan
terpadu untuk menghubungkan semua kegiatan perencanaan dan pengembangan
yang berbeda ke dalam rencana pariwisata strategis yang luas dan menyeluruh
serta menyediakan kerangka terpadu untuk mengarahkan sektor pariwisata.126
126
Sitta Kongsasana, “The study of Myanmar Tourism Master Plan (2013-2020),” h. 7.
82
BAB IV
ANALISIS PERAN ASEAN TOURISM STRATEGIC PLAN
(ATSP) TERHADAP INDUSTRI PARIWISATA MYANMAR
Bab ini akan membahas analisis peran ATSP terhadap industri pariwisata
Myanmar periode 2014-2016 dengan menggunakan teori regionalisme yang
berkaitan dengan kawasan Asia Tenggara yang meliputi 10 negara anggota
ASEAN. Kemudian konsep kepentingan nasional untuk menganalisis kepentingan
Myanmar dalam mengembangkan industri pariwisata negara. Selanjutnya konsep
organisasi internasional untuk melihat dari sudut pandang ASEAN sebagai
organisasi kawasan, dan yang terakhir teori kerjasama internasional.
4.1. Pengaruh Kebijakan dan Program ASEAN Tourism Strategic Plan
(ATSP) terhadap Industri Pariwisata Myanmar
Pada akhir 1980-an industri pariwisata mulai mendapatkan pengakuan luas
atas peran pentingnya dalam hal pembangunan ekonomi ASEAN dan integrasi
sosial-budaya. Pada masa awal pembentukannya, ASEAN hanya memiliki lima
anggota, yaitu Singapura, Thailand, Indonesia, Filipina dan Malaysia. Kemudian
pada Januari 1994, Brunei Darussalam bergabung dengan ASEAN, diikuti oleh
Vietnam pada Juli 1995, Laos dan Myanmar pada Juli 1997, dan Kamboja pada
April 1999.127
127
Kementerian Luar Negeri RI, ”ASEAN Selayang Pandang Edisi ke-22, Tahun 2017,‖
h. 4.
83
Visi dan misi ASEAN untuk menjaga perdamaian kawasan dan menjamin
kesejahteraan negara anggota tentu memberikan dampak yang signifikan bagi
Myanmar. Beberapa perjanjian dan program terkait sektor pariwisata berhasil
memberikan Myanmar peluang untuk mengembangkan laju ekonomi negaranya
melalui sektor pariwisata. ASEAN merupakan wadah bagi Myanmar untuk
memperkenalkan negaranya pada sesama negara anggota dan dunia internasional
untuk mendapat pengakuan bahwa Myanmar layak untuk dijadikan sebagai tujuan
wisata.
Meskipun persaingan di sektor pariwisata cukup ketat bagi sesama negara
anggota ASEAN, Myanmar juga terus berusaha dalam memperbaiki kualitas
industri pariwisatanya melalui program yang disepakati dalam ATSP.
Terbentuknya ATSP merupakan tindakan atas perkembangan dari negara-negara
anggota ASEAN itu sendiri. Adapun faktor kuat yang akan mendorong ATSP
terbentuk ialah:128
a. Secara kumulatif, 10 negara anggota memiliki populasi hampir 625 juta
jiwa, dengan tingkat kemakmuran ekonomi yang meningkat dan kelas
menengah yang sedang tumbuh;
b. Negara anggota ASEAN memiliki inventaris aset pariwisata yang kaya,
termasuk berbagai atraksi budaya negara;
128
Centre of International Law, ―ASEAN Tourism Strategic Plan 2011-2015 (Adopted in
Phnom Penh, Cambodia on 17 January 2011),‖ h. 7-8.
84
c. Terdapat kapasitas yang cukup dalam hal kamar hotel, kursi maskapai
penerbangan, pusat konvensi, dan beberapa di antaranya dianggap yang
terbaik di dunia;
d. Negara anggota ASEAN memiliki organisasi pariwisata nasional yang
sangat kompetitif dengan anggaran pemasaran yang besar;
e. Negara-negara terpadat seperti India dan Cina akan menjadi penghasil
utama pertumbuhan bisnis Asia, melampaui Jepang dan Korea yang sudah
lama berdiri;
f. Maskapai penerbangan berbiaya rendah yang terus memberikan dorongan
yang signifikan untuk perjalanan intra-ASEAN;
g. Munculnya jalan raya Trans Asia dan jalur kereta api Trans Asia yang
akan semakin meningkatkan hubungan transportasi.
Terbentuknya ATSP melalui ASEAN cukup memberikan pengaruh
terhadap Myanmar yang memerlukan dorongan kuat dalam mengembangkan
industri pariwisata negara. Karena Myanmar baru saja memasuki perkembangan
dalam hal sistem pemerintahannya. Dukungan ASEAN dibutuhkan untuk
memperbaiki kualitas sektor yang mendukung laju ekonomi negara.
Terkait sistem pemerintahan Myanmar yang sedang berkembang
memberikan keuntungan tersendiri pula bagi Myanmar. Berbeda dengan negara
anggota ASEAN lain seperti Thailand dan Singapura, Myanmar masih banyak
menyimpan kekayaan alam yang belum tersentuh. Hal tersebut tentu menjadi daya
tarik Myanmar bagi wisatawan asing yang ingin lebih mengenal budaya Asia
yang bermacam-macam keunikannya.
85
Kawasan Asia Tenggara yang dikenal memiliki beragam keunikan budaya,
menjadikan sektor pariwisata negara-negara anggota ASEAN khususnya sebagai
kekuatan pendorong utama dalam perekonomian tidak terkecuali Myanmar. Asian
Development Bank (ADB) sendiri melaporkan bahwa pendapatan sektor
pariwisata di Myanmar tumbuh sebesar 19% pada 2015. Hal tersebut disebabkan
oleh kunjungan ke negara tersebut meningkat dan memperoleh total US$2,1
miliar, atau lebih dari 4% dari GDP negara.129
ATSP bukanlah satu-satunya wadah Myanmar untuk mengembangkan
sektor pariwisata negaranya. Myanmar juga berupaya bergabung dalam kooperasi
regional seperti the Great Mekong Sub-region Economic Cooperation Program,
the Ayeyarwady-Chao Phaya-Mekong Economic Cooperation Strategy
(ACMECS), dan the Bay of Bengal Initiative for Multi-Sectoral Technical and
Economic Cooperation (BIMSTEC) untuk memperbaiki sektor pariwisata
Myanmar dengan mendukung inisiatif pariwisata ASEAN.130
Dalam perkembangannya, Myanmar masih banyak membutuhkan bantuan
dalam hal infrastruktur dan sumber daya manusia yang terampil. Meskipun
pertumbuhan sektor pariwisata Myanmar dapat dikatakan meningkat dari tahun ke
tahun, Myanmar masih harus fokus terhadap pembangunan negara dalam
meningkatkan kualitas sektor pariwisata itu sendiri sehingga akan terus menjadi
pilihan destinasi kawasan.
129
Myanmar Business Today, ―Myanmar’s Tourism Industry Set to Expand Rapidly,‖
berita ini diakses pada Kamis, 17 Mei 2018 dari https://www.mmbiztoday.com/articles/myanmar-
s-tourism-industry-set-expand-rapidly 130
Centre of International Law, ―ASEAN Tourism Strategic Plan 2011-2015 (Adopted in
Phnom Penh, Cambodia on 17 January 2011),‖ h. 6.
86
4.1.1. Regionalisme Sektor Pariwisata ASEAN terhadap Myanmar
Pembangunan sektor pariwisata dalam konteks globalisasi dan
regionalisme telah menjadi perhatian dalam hubungannya antara ekonomi dan
politik, terlebih kerjasama regional ASEAN dimana pembangunan pariwisata
menjadi prioritas utama dalam pembangunan kawasan tersebut. Hubungan antara
kerjasama regionalisme dan pengembangan pariwisata memiliki hubungan
dimana hubungan tersebut saling menguatkan satu sama lainnya.131
Adapun regionalisme pariwisata ASEAN tergabung dalam ATF yang
membentuk ATSP menjadi pendorong dalam pertumbuhan ekonomi negara-
negara anggota ASEAN. Melalui ATSP, ASEAN juga terus mempromosikan
kawasan Asia Tenggara sebagai one single destination yang diharapkan dapat
terwujud sesegera mungkin. ATSP juga mendorong industri pariwisata untuk
meningkatkan Foreign Tourists Arrival (FTA) dan mengkoordinir masalah-
masalah perkembangan pariwisata ASEAN.
Para pembuat kebijakan telah memahami potensi efek multiplier yang
menawarkan pilihan perjalanan lintas batas yang lebih besar, termasuk melalui
kerjasama pada kebijakan visa. Negara-negara anggota ASEAN sudah mulai
menerapkan fasilitasi visa, yang memberi wewenang bagi pemegang visa untuk
mengunjungi setiap negara ASEAN secara bebas. Menurut UNWTO, hal ini pada
131
Chheang Vannarith,―Tourism and Regional Integration in Southeast Asia,‖ Institute of
Developing Economics Japan External Trade Organization, V.R.F Series , Vol.481, 2013.
87
akhirnya dapat menyebabkan peningkatan hingga 10 juta pengunjung di negara-
negaran anggota ASEAN.132
Bergabungnya Myanmar dengan ASEAN sebagai negara yang berada di
kawasan Asia Tenggara, memberikan tanggung jawab bagi ASEAN untuk ikut
membantu Myanmar dalam mengembangkan kualitas berbagai sektor yang
dimiliki negara tersebut terkait kesejahteraan Myanmar yang mengacu pada visi
dan misi ASEAN sebagai organisasi kawasan. Sama halnya dengan negara
anggota ASEAN lainnya, Myanmar berusaha untuk memenuhi standar negaranya
terkait program-program ATSP.
Terkait pemenuhan standar program ATSP, jalan Myanmar menuju
terpenuhinya standar tersebut masih terbilang cukup jauh. Apalagi dalam tahap
dasar pengapdosian standar praktik untuk menguantifikasikan dampak ekonomi
terhadap pariwisata masih mengalami kendala karena dalam penghitungan melalui
metodologi Penghitungan Satelit Pariwisata dan berbagai hal lain membutuhkan
banyak biaya dan penyesuaian lainnya, di tengah hambatan finansial yang
dihadapi Myanmar.
Pemasukan yang tidak cukup membuat aset yang dimiliki Myanmar tidak
memadahi untuk memperbaiki kesehatan masyarakat, lapangan pekerjaan, dan
infrastruktur pariwisata. Ditambah dengan adanya permasalahan politik, Myanmar
jauh tertinggal dibanding negara tetangganya bahkan di sub-region Mekong.
132
World Travel and Tourism Council, The Authority on World Travel and Tourism,
―Travel and Tourism: Economic Impact 2017 Myanmar,‖ h. 1.
88
Seluruh negara anggota ASEAN memiliki tujuan yang sama terkait sektor
pariwisata. Meskipun menyepakati program dan kebijakan yang sama, namun
tingkat pertumbuhan sektor pariwisata negara anggota ASEAN berbeda-beda.
Pertumbuhan sektor pariwisata Thailand, Singapura, Malaysia dan Indonesia
masih berada jauh diatas Myanmar dan negara anggota ASEAN lainnya. Terkait
hal tersebut kebijakan dan perjanjian yang dibentuk oleh ASEAN melalui ATSP
tentunya harus dikaji kembali.
4.1.2. Kepentingan Myanmar dalam Meningkatkan Industri Pariwisata
Negara
Eksistensi suatu negara akan tetap berlangsung sekiranya tercapai
kepentingan-kepentingan negaranya. Kepentingan-kepentingan negara tersebut
tidak hanya dapat dipenuhi dalam satu lingkup domestik saja, akan tetapi melalui
kerangka hubungan antarnegara.133
Maka dapat dikatakan bahwa tercapainya
kepentingan nasional suatu negara membutuhkan kerjasama dan hubungan yang
saling menguntungkan bagi masing-masing negara yang menyepakati sebuah
kerjasama.
Maka bergabungnya Myanmar dengan ASEAN yang dinaungi oleh
negara-negara berkembang bahkan maju, bertujuan untuk mempertahankan
eksistensinya di dunia internasional maupun untuk mencapai kepentingannya di
berbagai sektor. Misalnya pada sektor pariwisata negara, Myanmar dapat
mempromosikan keunikan dan daya tarik serta budaya negaranya dengan negara-
133
Paul Seabury, “Power, Freedom, and Diplomacy: The Foreign Policy of the United
States of America,‖ h. 54.
89
negara anggota ASEAN lebih dulu sebelum merambah kawasan yang lebih luas
lagi.
Selain menjalin kerjasama dengan negara lain dan organisasi kawasan,
Myanmar juga berusaha merancang strategi perencaan sektor pariwisatanya
melalui Myanmar Tourism Master Plan 2013-2020. Master Plan tersebut
menetapkan target konservatif 1,52 juta pengunjung internasional pada 2015 dan
2,81 juta pada 2020.
Di bawah skenario konservatif, penerimaan pariwisata diproyeksikan
meningkat dari baseline US$534 juta pada 2012 menjadi US$3,82 miliar pada
2020. Tingkat pertumbuhan yang tinggi dapat menyebabkan kedatangan
pengunjung internasional meningkat menjadi 3,09 juta pada 2015 dan 7,48 juta
pada 2020, dengan penerimaan pariwisata yang setara dengan $3,6 miliar dan
$10,1 miliar.134
Gambar IV.4.1.2 Diagram Perkiraan Pertumbuhan GDP Myanmar Periode
2011-2020
Sumber: Shen Huijun, Ho Mei Leng, Chee Hok Yean, HVS In Focus: Myanmar Seeking
Growth And Opportunities, 2016.
134
Asian Development Bank, ―Myanmar Tourism: Fast Facts,‖ artikel ini diakses pada
Jumat, 18 Mei 2018 dari https://skift.com/wp-content/uploads/2013/06/fast-facts-myanmar-
tourism.pdf
90
Menurut diagram diatas dalam hal perekonomian, Myanmar telah
mengalami pertumbuhan yang mengesankan dalam beberapa tahun terakhir.
Sesuai diagram tersebut The Economist Intelligence Unit (EIU) Forecast for
Myanmar memperkirakan pertumbuhan GDP sebesar 6,8% pada 2015 dan 7,7%
pada 2016. Pertumbuhan ekonomi yang signifikan diperkirakan akan terjadi pada
2016/17 hingga 2020/21, yang akan didorong oleh proyek-proyek besar yang
didanai oleh investor asing. Ketika reformasi peraturan dan hukum diperkenalkan,
investasi asing akan terus meningkat di Myanmar.135
Meskipun sektor jasa hanya menyumbang sekitar 38% dari GDP, terdapat
ruang besar untuk pertumbuhan sektor pariwisata mengingat potensi pariwisata
Myanmar yang sangat besar. Potensi tersebut tentu dapat berkembang lebih baik
lagi bila ASEAN melalui ATSP dapat mendorong dan membantu Myanmar dalam
meningkatkan kualitas pariwisata negara dan mencapai kepentingan nasional
negara.
4.2. Peran ATSP dalam Meningkatkan Industri Pariwisata Myanmar
Pertumbuhan ekonomi adalah bidang terpenting bagi perkembangan
sebuah negara, maka dari itu ASEAN berupaya memfasilitasi arus perdagangan
barang dan jasa, tenaga kerja terampil, dan investasi yang lebih besar, untuk
meningkatkan daya saing global kawasan. Sejak pembukaan awal kebijakan
135
Eva Shen Huijun, Ho Mei Leng, Chee Hok Yean. ―HVS In Focus: Myanmar Seeking
Growth And Opportunities,‖ h. 1, 137 Market Street, #04-02 Grace Global Raffles, Singapore,
2016.
91
ekonomi Myanmar pada 2011 hingga saat ini, Myanmar mengakui pentingnya
keterkaitan dengan target Masyarakat Ekonomi ASEAN.136
Meskipun masih bergantung pada perdagangan intra-ASEAN, pangsa
Myanmar dalam perdagangan intra-regional meningkat dua kali lipat dari 1,1%
pada 2010 menjadi 2,08% pada 2015. World Bank telah memproyeksikan tingkat
pertumbuhan GDP Myanmar pada 2017 menjadi 7%, menempatkannya di antara
pertumbuhan ekonomi tercepat di Asia.137
Selain itu, sektor pariwisata Myanmar telah memainkan peran utamanya
dalam mendorong pembangunan ekonomi Myanmar sejak dimulainya reformasi
nasional pada 2011. Myanmar memiliki banyak tempat wisata potensial yang
muncul dari garis pantai sepanjang 1.930 km, bangunan bersejarah dan berbagai
tradisi budaya. Maka dari itu pemerintah telah menyusun Master Plan terkait
pengembangan pariwisata, yang berusaha untuk membangun Myanmar menjadi
tujuan wisata terkemuka di Asia Tenggara, serta untuk memenuhi peningkatan
jumlah wisatawan yang tiba di Myanmar.138
Meskipun telah mengikuti beberapa standar yang disepakati dalam
berbagai pertemuan menyangkut sektor pariwisata ASEAN, Master Plan yang
dibentuk Myanmar dan beberapa investor asinglah yang berperan penting terkait
pertumbuhan sektor pariwisata negara. Pertemuan ATF yang baru dilaksanakan
136
Myanmar Times, ―ASEAN and Myanmar – past, present and future,‖ berita ini diakses
pada Senin, 21 Mei 2018 dari https://www.mmtimes.com/asean-focus/27162-asean-and-myanmar-
past-present-and-future.html
137
Myanmar Times, ―ASEAN and Myanmar – past, present and future‖.
138
Charltons, ―Hotels and Tourism in Myanmar,‖ artikel ini diakses pada Senin, 21 Mei
2018 dari https://www.charltonsmyanmar.com/myanmar-economy-3/hotels-and-tourism-in-
myanmar/
92
sekali pada 2015 dan menjadi pertemuan sejarah yang diadakan ASEAN ternyata
belum cukup untuk mempromosikan peningkatan sektor pariwisata Myanmar.
Dalam hal menyelaraskan kualitas dan performa sektor pariwisatanya
dengan ASEAN, Myanmar harus memenuhi beberapa standar yang tertuang
dalam ATSP. Hal tersebut bukanlah hal yang mudah bagi Myanmar yang baru
memasuki babak baru perkembangan negaranya. Berbagai tantangan dan proses
yang cukup panjang menuju terpenuhinya standar tersebut menjadi alasan ATSP
belum memberikan peran yang signifikan bagi sektor pariwisata Myanmar.
Meskipun pertumbuhan sektor pariwisata Myanmar dapat dikatakan cukup
mengesankan, namun Myanmar masi butuh membenahi negaranya. Myanmar
masih banyak membutuhkan dorongan di sektor ekonominya, maka dari itu
investor-investor asing yang dapat melihat peluang di negara tersebut adalah salah
satu jalan Myanmar dalam mengumpulkan dana guna meningkatkan kualitas
berbagai sektor negara tersebut.
Pada 2016, Kementerian Pariwisata Myanmar memperkirakan bahwa
wisatawan yang berkunjung ke Myanmar berjumlah 6 juta. Namun, perkiraan
tersebut berbeda jauh dengan realisasinya yang hanya menerima 2,907,207 total
kunjungan pada 2016 dan 3,443,133 total kunjungan pada 2017. Perkiraan
tersebut tidak didukung dengan peningkatan infrastruktur Myanmar dan fokus
Myanmar yang masih banyak tersita oleh stabilitas politik dan keamanan negara.
Selain itu, stabilitas politik dan ekonomi dilihat sebagai peluang untuk
pengembangan sektor pariwisata. Stabilitas politik yang dicapai Myanmar juga
93
tidak menonjolkan peran dari ASEAN sendiri sebagai organisasi kawasan
tersebut. Kemudian terkait bidang ekonomi, ASEAN juga hanya menyediakan
sarana dan tidak tampak berperan secara signifikan.
Untuk bidang ekonomi sendiri, menurut angka yang dikeluarkan oleh
Myanmar Investment Commission (MIC) terdapat 45 MIC yang mengizinkan
perusahaan yang beroperasi di sektor pariwisata dan hotel Myanmar pada akhir
2012. Jumlah yang diinvestasikan oleh 45 perusahaan tersebut hanya 2,5% dari
total Foreign Direct Investment (FDI) di Myanmar pada 2012. Adapun FDI di
sektor listrik, minyak dan gas menyumbang sekitar 75,6% dari total FDI.139
4.2.1. ASEAN Sebagai Badan Organisasi Internasional Yang Membentuk
ATSP
Michael Hass mengartikan organisasi sebagai suatu lembaga atau struktur
yang mempunyai serangkaian aturan, anggota, jadwal, tempat dan waktu
pertemuan.140
Serangkaian kriteria tersebut telah dimiliki ASEAN sebagai
organisasi internasional yang menaungi kawasan Asia Tenggara beserta negara-
negara yang berada di kawasan tersebut. ASEAN kerap mengadakan berbagai
pertemuan dan membentuk serangkaian aturan agar tercapainya berbagai tujuan
dari organisasi dan para negara anggota.
139 Charltons, ―Hotels and Tourism in Myanmar.‖
140 Michal Hass dalam James N. Rosenau. ―International Politics and Foreign Policy: A
Reader in Research and Theory‖.
94
Selain itu, Michael Hass juga mengartikan organisasi internasional sebagai
pengaturan bagian-bagian menjadi satu kesatuan yang utuh dimana tidak ada
aspek non lembaga dalam istilah organisasi internasional tersebut.141
Maka dari itu, guna mencapai tujuannya untuk memberi sarana dan
mensejahterakan negara anggotanya, ASEAN melalui ATF membentuk suatu
kesepakatan dan perencanaan arahan strategi di sektor pariwisata yaitu ATSP.
Dibentuknya ATSP adalah faktor negara anggota ASEAN yang sedang memasuki
periode perkembangan yang sangat menarik dalam evolusi komunitas regional
yang sedang berlangsung. Diakui bahwa terdapat berbagai macam masalah yang
harus dipertimbangkan dalam masyarakat.
ATSP telah dirancang untuk melengkapi prioritas tersebut sambil
menekankan pariwisata sebagai elemen penting dari masyarakat itu sendiri.
Terdapat peningkatan kesadaran akan kekuatan pariwisata sebagai alat untuk
pembangunan dan perubahan. Pariwisata yang dikelola dengan buruk berdampak
negatif pada komunitas tuan rumah dan lingkungan mereka. Namun, dengan
kecanggihan yang meningkat dari negara-negara anggota saat ini terdapat
kemungkinan bahwa pariwisata sebenarnya dapat membantu mengatasi banyak
masalah kemiskinan dan sosial serta bertindak sebagai pendukung kuat dari
warisan dan konservasi alam.142
141
Michal Hass dalam James N. Rosenau. ―International Politics and Foreign Policy: A
Reader in Research and Theory‖.
142
The ASEAN Secretariat, ―ASEAN Tourism Strategic Plan 2011-2015,‖ h. x.
95
Sektor pariwisata harus dilihat sebagai transformatif terkait
kemampuannya untuk membawa perubahan guna mencapai berbagai tujuan
sosial, budaya dan ekonomi. Hal tersebut telah diakui oleh UNWTO. Oleh karena
itu, penting bahwa ATSP tidak hanya dipandang sebagai dokumen yang berkaitan
dengan peningkatan kunjungan wisatawan asing ke wilayah Asia Tenggara, tetapi
juga sesuatu yang berusaha untuk mencapai sejumlah tujuan kemasyarakatan.
Dalam ATSP juga terdapat analisis kontribusi rencana terhadap berbagai dimensi
komunitas.143
ATSP yang bersifat realistis, berorientasi pada tindakan, selaras dengan
realitas global dan dirancang untuk memastikan bahwa kawasan ASEAN dapat
terus menjadi tujuan pariwisata. Harus diingat bahwa di kawasan Asia banyak
negara besar mengabdikan sumber daya yang signifikan untuk memposisikan diri
sebagai pesaing Asia Tenggara. Jika ATSP diimplementasikan dengan baik, akan
memungkinkan Asia Tenggara menjadi pesaing yang kuat dalam lingkungan
pariwisata global.
Terkait ATSP dan implikasinya terhadap Myanmar, terdapat beberapa
standar yang harus dipenuhi Myanmar dalam menjalankan program dan arahan
strategi yang tertuang dalam ATSP. Seperti ASEAN Green Hotel Standard yang
merupakan prakarsa ASEAN yang didedikasikan untuk mempromosikan praktik
pariwisata berkelanjutan di sekitar ASEAN.144
143 The ASEAN Secretariat, ―ASEAN Tourism Strategic Plan 2011-2015,‖ h. x.
144
ASEAN National Tourism Organization, ―Final ASEAN Green Hotel Standard‖, h. 2,
Presented to the Thirty-Fifth Meeting of the ASEAN National Tourism Organization, Indonesia,
2012.
96
ASEAN Green Hotel Standard mendorong pariwisata yang berkelanjutan
melalui adopsi Konservasi Ramah Lingkungan dan Energi yang menyusun,
mengadaptasi dan menciptakan alat dan pelatihan untuk terlibat dalam praktik-
praktik ASEAN Green Hotel Standard. Inti dari ASEAN Green Hotel Standard ini
adalah persyaratan minimum yang harus dicapai oleh setiap bisnis hotel untuk
melindungi dan mempertahankan sumber daya alam dan budaya ASEAN serta
memastikan pariwisata memenuhi potensinya sebagai alat untuk konservasi dan
pengentasan kemiskinan.145
4.2.2. Kerjasama Myanmar dan ASEAN Melalui ATSP di Sektor
Pariwisata
Pada Juli 1996, Myanmar mengambil lompatan besar dan menyatakan niat
untuk bergabung dengan ASEAN. Myanmar menjadi anggota resmi Forum
Regional ASEAN, forum keamanan terbesar di Asia, yang mencakup anggota
non-ASEAN seperti Rusia, Uni Eropa, Cina, Korea Utara dan Korea Selatan dan
lainnya. Kemudian setahun kemudian, pada 23 Juli 1997, ASEAN menyetujui
keanggotaan Myanmar, meskipun terdapat keberatan dari masyarakat
internasional, yang menganggap Myanmar sebagai negara yang diperintah oleh
junta militer yang dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia.146
Pada 2006, Myanmar seharusnya memimpin KTT ASEAN tahunan dan
pertemuan terkait untuk pertama kalinya, tetapi akhirnya memutuskan untuk
melewatkan kesempatan tersebut karena kritik dunia internasional yang tak henti-
145 ASEAN National Tourism Organization, ―Final ASEAN Green Hotel Standard,‖ h. 3,
2012.
146
Myanmar Times, ―Myanmar’s Emerging Role in ASEAN,‖ berita ini diakses pada
Selasa, 22 Mei 2018 dari https://www.mmtimes.com/asean-focus/27163-myanmar-s-emerging-
role-in-asean.html
97
hentinya atas catatan hak asasi manusia yang suram. Akan tetapi empat tahun
kemudian tepatnya pada 2010, junta Myanmar memulai reformasi demokrasi yang
belum pernah terjadi sebelumnya, dan perkembangan politik baru mulai
muncul.147
Pada 2014, Myanmar menjadi ketua ASEAN dan berhasil
menyelenggarakan pertemuan puncak tahunan dan pertemuan di ibu kota
pemerintahannya yang baru, Naypyidaw, mengantarkan sebuah bab baru dalam
keterlibatannya dengan kelompok regional.
Kedekatan geografis, budaya, perdagangan dan ketergantungan ekonomi
yang saling menguntungkan membuat Myanmar dan ASEAN membentuk
beberapa kesepakatan dan kerjasama di sektor pariwisata. Adapun beberapa
kesepakatan di sektor pariwisata tersebut melibatkan negara-negara di Asia dan
negara anggota pula.
Adapun perjanjian-perjanjian tersebut ialah Myanmar-Vietnam Agreement
on Tourism Cooperation (13-5-1994 in Yangon), Myanmar-Laos PDR Agreement
on Tourism Cooperation (11-6-114 in Vientiane), Myanmar-Singapore Agreement
on Bilateral Economic Cooperation (8-6-1995 in Singapore), Myanmar-
Cambodia Record of Discussion on Implementation of the Cooperation in
Tourism (12-10-1996 in Phanom Phen), Myanmar- Lao PDR Action Plan on
Tourism Cooperation for Financial Year 1997-1998 (1995-1997 in Yangon),
Myanmar-Thailand Agreement on Tourism Cooperation (24-7-1998 in Yangon),
147
Myanmar Times, ―Myanmar’s Emerging Role in ASEAN‖.
98
Myanmar-China Agreement on Tourism Cooperation (16-7-2000 in Yangon),
Myanmar-Thailand Minutes of Meeting on the Implementation Plan for Tourism
Cooperation (2-9-2000 in Yangon), Myanmar-China Memorandum of
Understanding on Implementation Plan of Outbond travel by Chinese Citizens to
Myanmar (2-12-2000 in Yangon), Myanmar-Malaysia Agreement on Tourism
Cooperation between Myanmar and Malaysia (25-9-2001 in Yangon), Myanmar-
Sri Lanka Agreement on Tourism Cooperation between Myanmar and Sri Lanka
(24-6-2009 in Naypyitaw), Myanmar-ASEAN ASEAN Tourism Professional in
Mutual Recognition Arrangement (8-2-2009 in Hanoi), Myanmar-Vietnam
Tourism Cooperation Program 2010-2015 (11-6-2010 in Yangon), Myanmar-
Mongolia Agreement on Tourism Cooperation (2015-2020) (29-6-2015 in
Mongolia), Myanmar-Vietnam Tourism Cooperation Program 2016-2018 (9-9-
2015 in Ho Chi Minh), dan Myanmar-Thailand Agreement on Tourism
Cooperation (11-1-2017 in Naypyitaw.148
Perjanjian kerjasama bilateral pariwisata yang ditandatangani Myanmar
dengan negara-negara seperti Cina, Kamboja, Laos, Malaysia, Singapura,
Thailand, dan Vietnam mencakup:149
a. Promosi tujuan bersama atau gabungan;
b. Pengenalan prosedur yang sederhana bagi warga yang bepergian di antara
negara-negara yang menandatangi perjanjian;
148 Ministry of Hotels and Tourism, ―Bilateral Tourism Agreements: Bilateral
Agreements and Memorandum of Understanding on Tourism Cooperation with the following
countries have been signed,‖ berita ini diakses pada Selasa, 22 Mei 2018 dari
http://tourism.gov.mm/en_US/international-cooperation/bilateral-tourism-agreements/
149
―ASEAN Tourism Investment Guide,‖ ASEAN National Tourism Organisations, h.
123, 2008.
99
c. Fasilitasi keterkaitan transportasi udara;
d. Pertukaran informasi dan keahlian terkait sektor pariwisata.
Terkait ASEAN Tourism Strategic Plan, Myanmar diharapkan dapat
memenuhi standar pariwisata ASEAN. Standar tersebut diantaranya adalah
ASEAN Community Based Tourism Standard (ASEAN-CBT-Standard). CBT
merupakan kegiatan pariwisata, yang dimiliki dan dioperasikan masyarakat, dan
dikelola atau dikoordinasikan di tingkat komunitas yang berkontribusi terhadap
kesejahteraan masyarakat melalui dukungan mata pencaharian yang berkelanjutan
dan melindungi tradisi sosial-budaya yang bernilai dan sumber daya warisan alam
dan budaya.150
Selanjutnya ASEAN Clean Tourist City Standard (ACTCS) yang
memelihara negara-negara anggota ASEAN dengan peralatan dan perlengkapan
yang akan meningkatkan kualitas pariwisata di kota-kota mereka, meningkatkan
daya saing pemasaran mereka tetapi juga meningkatkan kualitas penduduk lokal
dan mata pencaharian mereka dengan mengurangi kemiskinan. ACTCS juga
dirancang untuk melindungi lingkungan sehingga dapat merespons dampak
perubahan iklim dan berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan kota-
kota negara anggota ASEAN.151
150 Ministry of Tourism Royal Government of Cambodia. ―ASEAN Community Based
Tourism Standard,‖ h.4, Ministry of Tourism Royal Government of Cambodia, Phnom Penh,
2014.
151 Ministry of Tourism of Cambodia, ―ASEAN Clean Tourist City Standard,‖ h. 4,
dokumen ini diakses pada Selasa, 22 Mei 2018 dari http://www.tourism.gov.mm/wp-
content/uploads/2017/06/asean-clean-tourist-city.pdf
100
Kemudian, ASEAN Green Hotel Standard, ASEAN Homestay Standard
yang berfokus pada homestay, di mana para tamu akan tinggal bersama keluarga
tuan rumah dan menjalani cara hidup sehari-hari keluarga dan masyarakat baik
secara langsung maupun tidak langsung. Standar ini juga berfokus pada kriteria
penting seperti tuan rumah, akomodasi, kegiatan, keaslian, manajemen, lokasi,
keselamatan dan keamanan serta prinsip pemasaran yang keberlanjutan.152
Standar selanjutnya adalah ASEAN Public Toilet Standard yang bertujuan
untuk mengembangkan standar toilet publik ASEAN yang dapat dilaksanakan
oleh negara-negara anggota ASEAN untuk memastikan kualitas, kenyamanan,
keamanan dan pengelolaan limbah yang tepat dari toilet umum secara umum di
tujuan wisata kawasan ASEAN.153
ASEAN Spa Standard didefinisikan sebagai pendirian untuk promosi
kesejahteraan. Layanan utamanya terdiri dari pijat dan aplikasi air, mungkin
termasuk uap, sauna, olahraga, terapi nutrisi dan herbal, program diet, yoga,
meditasi atau layanan profesional lainnya yang bertujuan untuk memperbarui
tubuh, pikiran dan jiwa. Merokok tidak diizinkan dan minuman beralkohol tidak
dilayani.154
152 ―Final ASEAN Homestay Standard,‖ h. 7, dokumen ini diakses pada Selasa, 22 Mei
2018 dari http://www.tourism.gov.mm/wp-content/uploads/2017/06/asean-homestay-standard.pdf
153
―ASEAN Public Toilet Standard,‖ h. 3, dokumen ini diakses pada Selasa, 22 Mei 2018
dari http://www.tourism.gov.mm/wp-content/uploads/2017/06/asean-public-toilet-standard.pdf
154 ASEAN National Tourism Organization, ―Final Draft ASEAN Spa Standard‖, h.2,
Presented to the Thirty-Fifth Meeting of the ASEAN National Tourism Organization, Indonesia,
2012.
101
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kawasan Asia Tenggara dikenal dengan berbagai budayanya yang
memiliki daya tarik tersendiri. Dapat dikatakan sebagian besar negara-negara
anggota ASEAN memiliki performa yang baik di sektor pariwisata negara. Seperti
Thailand, Malaysia, Singapura dan Indonesia yang menjadikan sektor
pariwisatanya sebagai aktor utama untuk mendorong pertumbuhan perekonomian
negara. Kedekatan geografis dengan negara-negara tersebut tentunya memberi
peluang bagi Myanmar untuk memanfaatkan sektor pariwisatanya.
Dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya, sektor
pariwisata Myanmar masih banyak membutuhkan beberapa peningkatan. Maka
dari itu untuk membantu Myanmar dalam mencapai tujuannya guna
meningkatkan kualitas sektor pariwisata negara, Myanmar menjalin berbagai
kerjasama di sektor tersebut dengan organisasi kawasan yaitu ASEAN. Namun
untuk mencapai tujuan tersebut Myanmar masih terhalangi beberapa kendala dari
dalam negaranya sendiri.
Selain menjalin kerjasama dengan ASEAN, Myanmar juga bekerjasama
dengan negara-negara anggota agar dapat saling mempromosikan sektor
pariwisata masing-masing negara. ASEAN sebagai organisasi kawasan memiliki
tanggung jawab untuk mensejahterakan negara anggotanya dengan berbagai
102
perjanjian dan kesepakatan yang dapat mendorong perkembangan dari negara-
negara anggotanya. Bukan hanya menjaga kestabilan kawasan tetapi juga harus
menjadi sarana bagi negara anggota untuk mengembangkan negaranya.
ASEAN, melalui ATF yang diadakan setahun sekali secara bergiliran di
10 negara anggota membentuk ATSP untuk mendorong negara-negara anggota
mempromosikan dan meningkatkan kualitas sektor pariwisata masing-masing
negara. Dengan menyepakati beberapa standar pariwisata ASEAN, negara-negara
anggota diharapkan dapat meningkatkan kualitas sektor pariwisata negara dari
segi infrastruktur dan kualitas sumber daya manusia.
Meskipun pertemuan ATF sudah dimulai dari 1981 di Malaysia, namun
Myanmar baru mendapat satu kali kesempatan sebagai tuan rumah pertemuan
tersebut. Selain pertemuan ATF, dapat dikatakan Myanmar tidak memiliki banyak
kesempatan untuk mempromosikan sektor pariwisata negaranya. Selain
mempromosikan sektor negaranya, Myanmar juga masih memiliki tugas untuk
memenuhi standar sektor pariwisata ASEAN yang terdapat dalam ATSP.
Selama terbentuknya ATSP, terdapat satu kesepakatan yang terbukti
meningkatkan kunjungan wisatawan ke negara-negara anggota ASEAN
khususnya Myanmar. Kesepakatan single visa untuk mengunjungi semua negara
di Asia Tenggara menjadi program yang cukup berhasil untuk mempromosikan
negara-negara anggota ASEAN karena syarat yang dibutuhkan cukup mudah bagi
wisatawan asing maupun lokal yang ingin mengunjungi seluruh negara kawasan
Asia Tenggara.
103
Bukan langkah yang mudah bagi Myanmar untuk mencapai standar
ASEAN tersebut. Myanmar yang baru saja memasuki pertumbuhan pariwisatanya
memiliki beberapa tantangan dari dalam negaranya meskipun negara tersebut
sedang memasuki pertumbuhan demokrasi yang signifikan dengan terlepasnya
negara tersebut dari belenggu junta militer. Maka dari itu Myanmar membutuhkan
peran ASEAN sebagai organisasi kawasan untuk ikut membantu Myanmar
meningkatkan kualitas sektor pariwisatanya.
Meskipun sektor pariwisata Myanmar dapat dikatakan mengalami
pertumbuhan yang signifikan, namun kualitas sektor pariwisata negara tersebut
dapat dikatakan belum mengalami pertumbuhan yang signifikan pula. Kendala
terkait biaya untuk memeratakan pertumbuhan kawasan di negara tersebut
menjadi salah satu alasan utama. Sarana dan prasarana bagi wisatawan asing
masih perlu diperhatikan untuk menarik wisatatawan yang lebih banyak lagi.
Adapun Master Plan yang dibentuk oleh kementerian pariwisata
Myanmarlah yang berperan penting bagi pertumbuhan sektor pariwisata negara
tersebut. Master Plan tersebut berisikan program dan arahan strategi yang sesuai
dengan keadaan dan kendala yang dihadapi Myanmar. Selain Master Plan yang
dirancang untuk mendorong pertumbuhan sektor pariwisata Myanmar, investor
asing juga menjadi faktor pendorong utama pertumbuhan pembangunan
infrastruktur dan kualitas sumber daya manusia negara tersebut.
Sama halnya dengan sebagian besar negara anggota ASEAN, sektor
pariwisata menjadi faktor penting bagi pertumbuhan ekonomi Myanmar. Sektor
104
pariwisata Myanmar memberikan kontribusi langsung terhadap GDP negara
sebesar 3,0% pada 2016. Hal terkait diperkirakan akan meningkat sebesar 3,5%
pada 2017. Meliputi kegiatan ekonomi yang dihasilkan oleh industri seperti
perhotelan, agen perjalanan, maskapai penerbangan dan layanan transportasi
penumpang lainnya.
Dengan berbagai kendala dan tantangan yang dihadapi Myanmar,
memenuhi berbagai standar yang diadopsi oleh ATSP menjadi tantangan pula
bagi Myanmar. Myanmar masih harus melewati beberapa tahap dalam
meningkatkan sektor pariwisata negaranya. Myanmar masih harus berfokus
terhadap berbagai pemerataan kawasan di negaranya dan berbagai masalah
internal negaranya yang harus diselesaikan agar dapat berfokus pula pada
peningkatan kualitas sektor pariwisata negara.
5.2. Saran
Perkembangan sektor pariwisata Myanmar dapat dikatakan sedang
berjaya, namun pengembangan yang belum maksimal dari pemerintah menjadikan
wisatawatan belum terlalu melirik Myanmar. Meskipun Myanmar masih harus
menghadapi masalah internal negaranya, pemerintah diharap dapat fokus terhadap
perekonomian negaranya yang terkesan staganan.
Myanmar seharusnya dapat membenahi negaranya sekaligus menyusun
strategi terkait pertumbuhan ekonominya dengan melihat negara-negara
tetangganya yang sudah cukup stabil dalam berbagai bidang. Dengan berbagai
kesempatan yang didapat Myanmar dari pertemuan-pertemuan tahunan dirasa
105
cukup untuk mempromosikan negaranya akan tetapi persiapan yang begitu minim
membuat promosi yang dilakukan terkesan kurang. Untuk pertemuan-pertemuan
internasional yang akan datang, Myanmar membutuhkan persiapan yang matang
dan serius seperti memberi sarana dan prasarana yang memadai agar dapat
menarik minat wisatawan untuk mengunjungi Myanmar.
Kemudian, ASEAN sebagai organisasi yang menaungi Myanmar
seharusnya lebih memperhatikan negara-negara anggotanya yang masih
membutuhkan dorongan dan dukungan. Dalam hal ini bukan hanya Myanmar
namun juga beberapa anggota lain. Adapun beberapa standar ASEAN dirasa
terlalu berat untuk dipenuhi oleh Myanmar karena situasi internal negara saat ini.
Pembentukan standar yang diajukan seharusnya menyesuaikan dengan
negara-negara yang mengalami keterlambatan pembangunan dan laju ekonomi
seperti Myanmar. Dengan tidak hanya memandang negara anggota yang dapat
dengan mudah memenuhi standar yang dibentuk karena laju dan pertumbuhan
ekonomi negara tersebut yang terkesan stabil. Akan lebih baik bila standar yang
disepakati dapat sesuai dengan situasi Myanmar.
xv
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Azmar, Saifuddin. 2001. “Metode Penelitian‖. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset.
Abdurrahman, H, dan Soejono. 2005. “Metode Penelitian; Suatu Pemikiran dan
Penerapan‖. Rineka Cipta.
Bakry, Umar S. 1999. “Pengantar Ilmu Hubungan Internasional‖. Jakarta:
University Press
Benett, Lerroy. 1995. “International Organizations : Principles and Issues‖. New
jersey: University of Delaware,Englewood Cliffs.
Brown, I. 2005. ―A colonial economy in crisis‖. London: Routledge, 2005.
Dam, Sjamsumar dan Riswandi. 1995. “Kerjasama ASEAN, Latar Belakang
Perkembangan dan Masa Depan‖. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Hausler, N. 2012. “Myanmar Responsible Tourism Policy‖. Yangon: Hanns
Seidel Foundation.
Hass, Michal dalam James N. Rosenau. 1969. “International Politics and
Foreign Policy: A Reader in Research and Theory‖. New York: The Free
press.
Huijun, Eva Shen, dan Ho Mei Leng, dan Chee Hok Yean. 2016. ―HVS In Focus:
Myanmar Seeking Growth And Opportunities, Singapore: 137 Market
Street, #04-02 Grace Global Raffles.
Jack, Plano C. dan Olton Roy. 1999. “Kamus Hubungan Internasional”.
Bandung: Abardin.
Jackson, Robert, dan Georg Sorensen. 2015. “Pengantar Studi Hubungan
Internasional‖. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nuraeni, S, D. Sari dan A. Sudirman. 2010. “Regionalisme dalam Studi
Hubungan Internasional”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Perspectives, Myanmar. 1996. ―Visit Myanmar Year 1996 opens with fanfare‖.
Yangon: Yangon State Peace and Development Council.
Seabury, Paul. 1963. “Power, Freedom, and Diplomacy: The Foreign Policy of
the United States of America‖. The University of California: Random House.
xvi
Jurnal
Amalia, Lady. 2016. ―Efektivitas ASEAN Torism Strategic Plan 2011-2015 di
Indonesia‖. Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol 5, No. 1.
Deni, Fitra dan Pian Sopian. 2017. ‖Peran ASEAN Tourism Forum Dalam
Meningkatkan Pariwisata Indonesia Periode 2011-2015‖. Jurnal
International & Diplomacy, Vol. 2, No. 2.
Apriyanti, Devi. 2014. “Reformasi Politik dan Ekonomi di Myanmar pada Masa
Pemerintahan Presiden U Thein Sein (2011-2013)‖. Jurnal Ilmu Hubungan
Internasional Universitas Riau, Vol.1 No.2.
Department of Economic and Social Affairs: Population Division. 2015. ―World
Population Prospects (Key findings & advance tables)‖. United Nations,
New York.
Fajryani, Dwi Putri. 2011. ―Kebijakan Pemerintah Thailand Berpartisipasi Di
ASEAN Tourism Forum (ATF) Dalam Meningkatkan Industri Pariwisata
Tahun 2011-2015‖. Universitas Riau 2011. [jurnal on-line] tersedia di
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=439240&val=6444&titl
e=KEBIJAKAN%20PEMERINTAH%20THAILAND%20BERPARTISIP
ASI%20DI%20ASEAN%20TOURISM%20FORUM%20(ATF)%20DALA
M%20MENINGKATKAN%20INDUSTRI%20PARIWISATA%20TAHU
N%202011-2015 diakses pada Kamis, 15 Maret 2018.
Michalon, Martin. ―Tourism(s) and the way to Democracy in Myanmar‖. Asian
Journal of Tourism Research. [jurnal on-line] tersedia di
file:///C:/Users/OWNER/Downloads/Tourisms_and_the_way_to_Democrac
y_in_Myanmar.pdf diakses pada Kamis, 10 Mei 2018.
Somantri, Gumilar Rusliwa. 1995. ―Memahami Metode Kualitatif‖. Jurnal
Makara, Sosial Humaniora, Vol. 9, No. 2.
Taylor, Robert H. 2012. ―Myanmar : from Army Rule to Constitutional Rule?‖.
Jurnal Asian Affairs, Vol. XLIII, No. II.
The Myanmar Centre for Responsible Business (MCRB). 2015. ―Myanmar
Tourism Sector Wide Impact Assessment‖. Published by MCRB, DIHR and
IHRB.
Vannarith, Chheang. 2013. ―Tourism and Regional Integration in Southeast
Asia‖. Institute of Developing Economics Japan External Trade
Organization, V.R.F Series , Vol. 481
xvii
Internet
ASEAN National Tourism Organization. 2012. ―Final Draft ASEAN Spa
Standard‖. Presented to the Thirty-Fifth Meeting of the ASEAN National
Tourism Organization, Indonesia. [dokumen on-line] tersedia di
http://www.tourism.gov.mm/wp-content/uploads/2017/06/asean-spa-
standard.pdf diakses pada 27 April 2018
ASEAN National Tourism Organization. 2012. ―Final ASEAN Green Hotel
Standard‖. Presented to the Thirty-Fifth Meeting of the ASEAN National
Tourism Organization, Indonesia. [dokumen on-line] tersedia di
http://www.tourism.gov.mm/wp-content/uploads/2017/06/asean-green-
hotel-standard.pdf diakses pada 27 April 2018.
ASEAN Tourism Investment Guide. 2008. ASEAN National Tourism
Organisations. [dokumen online] tersedia di
http://www.tourism.gov.mm/wp-content/uploads/2017/07/Asean-Tourism-
Investment.pdf diakses pada 27 April 2018
ASEAN Public Toilet Standard. [dokumen on-line] tersedia di
http://www.tourism.gov.mm/wp-content/uploads/2017/06/asean-public-
toilet-standard.pdf diakses pada Selasa, 22 Mei 2018.
ASEANstats Database. ―Visitors Arrivals (Tourism) Table 28. Tourist Arrivals in
ASEAN‖. [laporan on-line] tersedia https://data.aseanstats.org/ diakses pada
Sabtu, 28 April 2018.
Asian Development Bank. “Myanmar Tourism: Fast Facts”. [artikel on-line]
tersedia di https://skift.com/wp-content/uploads/2013/06/fast-facts-
myanmar-tourism.pdf. diakses pada Jumat, 18 Mei 2018.
Association of South East Asia Nation. “Plan of Action on ASEAN Cooperation in
Tourism‖. [artikel on-line] tersedia di
http://asean.org/?static_post=plan-of-action-on-asean-cooperation-in-
tourism diakses pada Minggu, 29 April 2018.
BBC News. “Myanmar Profile‖. [berita on-line] tersedia di
http://www.bbc.com/news/world-asia-pacific-12990563 diakses pada
Selasa, 13 Maret 2018.
BIF Burma (Myanmar): Tourism. ―Market Analysis and Strategy‖. [laporan on-
line] tersedia di
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:http://www.bifprog
ramme.org/sites/default/files/attachments/bif_burma_tourism_market_analy
sis_strategy.pdf diakses pada Senin, 14 Mei 2018.
xviii
Buletin Komunitas ASEAN Edisi 5 Agustus 2014. ―Geliat Bisnis di ASEAN‖.
[berita on-line] tersedia di
https://www.kemlu.go.id/Majalah/BULETIN%20EDISI%20KE-5.pdf diakses pada Sabtu, 28 April 2018.
Business Innovation Falicity. ―BIF Burma (Myanmar): Tourism Market Analysis
and Strategy‖. [laporan on-line] tersedia di
http://www.bifprogramme.org/sites/default/files/attachments/bif_burma_tou
rism_market_analysis_strategy.pdf diakses pada Rabu, 9 Mei 2018.
Centre of International Law. ―ASEAN Tourism Strategic Plan 2011-2015
(Adopted in Phnom Penh, Cambodia on 17 January 2011)‖. [artikel
on-line] tersedia di https://cil.nus.edu.sg/wp-
content/uploads/formidable/18/2011-2015-Tourism-Strategic-Plan-2.pdf
diakses pada Senin, 6 Mei 2018.
Charltons, Hotels and Tourism in Myanmar. [artikel on-line] tersedia di
https://www.charltonsmyanmar.com/myanmar-economy- 3/hotels-and-
tourism-in-myanmar/ diakses pada Senin, 21 Mei 2018.
Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI 2011. ―Ayo
Kita Kenali ASEAN‖. [buku on-line] tersedia di
https://www.kemlu.go.id/Documents/Tentang%20ASEAN/Buku%20Ayo%
20Kita%20Kenali%20ASEAN.pdf diakses pada Sabtu, 28 April 2018.
Final ASEAN Homestay Standard. [dokumen on-line] tersedia di
http://www.tourism.gov.mm/wp-content/uploads/2017/06/asean-homestay-
standard.pdf diakses pada Selasa, 22 Mei 2018.
Go-Myanmar.com The Comprehensive Myamar (Burma) Travel Website. “Nay
Pyi Taw (Naypyidaw)‖. [berita on-line] tersedia di https://www.go-
myanmar.com/naypyidaw-nay-pyi-taw diakses pada Selasa, 13 Maret 2018.
Gulf Times. ―Planned Common ASEAN Visa Expected to Boost Visits from
Mideast‖. [berita on-line] tersedia di http://www.gulf-times.com/eco.-
bus.%20news/256/details/391637/planned-common-asean-visa-expected-to-
boost-visits-frommideast diakses pada Minggu, 29 April 2018.
Human Rights Watch. 2016. ―Burma: Invite UN to Assist Rakhine Inquiry.‖
[artikel on-line] tersedia di https://www.hrw.org/news/2016/10/28/burma-
invite-un-assist-rakhine-inquiry diakses pada Minggu, 23 September 2018.
Imtiaz Muqbil. ―Why The 2015 ASEAN Tourism Forum in Myanmar is an
Historic Event‖. [berita on-line] tersedia di https://www.travel-impact-
newswire.com/2015/01/why-the-2015-asean-tourism-forum-in-myanmar-is-
an-historic-event/ diakses pada Senin, 30 April 2018.
xix
KADIN Indonesia. ―Peluang Penetrasi Pasar Produk Indonesia ke Myanmar‖.
Oleh: Kedutaan Besar RI Yangon. [artikel on-line]; tersedia di
http://www.kadin-indonesia.or.id/enm/images/dokumen/KADIN-107-2427-
08012008.pdf diakses pada Selasa, 13 Maret 2018.
Kementerian Luar Negeri RI. 2017. ―ASEAN Selayang Pandang Edisi ke-22‖.
[buku on-line] tersedia http://setnas-
asean.id/site/uploads/document/book/5a3c8377e89ce-asean-selayang-
pandang-v15-lowres.pdf diakses pada Jumat, 27 April 2018.
Ministry of Hotels and Tourism. ―Myanmar Tourism Statistics 2014‖. [laporan
on-line] tersedia di http://tourism.gov.mm/en_US/publications/myanmar-
tourism-statistics/ diakses pada Senin, 14 Mei 2018.
Ministry of Hotels and Tourism. ―Myanmar Tourism Statistics 2015‖. [laporan
on-line] tersedia di http://tourism.gov.mm/en_US/publications/myanmar-
tourism-statistics/ diakses pada Senin, 14 Mei 2018.
Ministry of Hotels and Tourism. ―Myanmar Tourism Statistics 2016‖. [laporan
on-line] tersedia di http://tourism.gov.mm/en_US/publications/myanmar-
tourism-statistics/ diakses pada Senin, 14 Mei 2018.
Ministry of Tourism of Cambodia. ―ASEAN Clean Tourist City Standard‖.
[dokumen on-line] tersedia di http://www.tourism.gov.mm/wp-
content/uploads/2017/06/asean-clean-tourist-city.pdf diakses pada Selasa,
22 Mei 2018.
Ministry of Tourism Royal Government of Cambodia. 2014. ―ASEAN Community
Based Tourism Standard‖. Ministry of Tourism Royal Government of
Cambodia, Phnom Penh. [dokumen online] tersedia di
http://www.tourism.gov.mm/wp-content/uploads/2017/06/asean-cbt-
standard.pdf diakses pada 27 April 2018.
Ministry of Hotels and Tourism. ―Bilateral Tourism Agreements: Bilateral
Agreements and Memorandum of Understanding on Tourism Cooperation
with the following countries have been signed‖. [berita on-line] tersedia di
http://tourism.gov.mm/en_US/international-cooperation/bilateral-tourism-
agreements/ diakses pada Selasa, 22 Mei 2018.
Mortlock, David, Miriam A. Bishop, Noman A. Goheer & Nikki M. Cronin. 2016.
―The United States Lifts Economic Sanctions on Myanmar,‖ [artikel on-
line] tersedia di
https://www.willkie.com/~/media/Files/Publications/2016/10/The_United_S
tates_Lifts_Economic_Sanctions_on_Myanmar.pdf diakses pada Sabtu, 22
September 2018.
xx
Myanmar Tourism Sector Wide Impact Assessment. ― Sector-Level Impacts: Part
3‖. [laporan on-line] tersedia di http://www.myanmar-
responsiblebusiness.org/pdf/SWIA/Tourism/05-Sector-Level-Impacts.pdf
diakses pada Kamis, 15 Maret 2018.
Myanmar Business Today. ―Myanmar’s Tourism Industry Set to Expand
Rapidly,‖ [berita on-line] tersedia di
https://www.mmbiztoday.com/articles/myanmar-s-tourism-industry-set-
expand-rapidly diakses pada Kamis, 17 Mei 2018.
Myanmar Times. ―ASEAN and Myanmar – past, present and future‖. [berita on-
line] tersedia di https://www.mmtimes.com/asean- focus/27162-asean-
and-myanmar-past-present-and-future.html diakses pada Senin, 21 Mei
2018.
Myanmar Times. ―Myanmar’s Emerging Role in ASEAN‖. [berita on-line]
tersedia di https://www.mmtimes.com/asean-focus/27163 -myanmar-s-
emerging-role-in-asean.html diakses pada Selasa, 22 Mei 2018.
Olympic Air. ―Country Information (Visa Section)‖. [laporan on-line] tersedia di
http://cms.olympicair.com/timatic/webdocsI/countryinfo.html diakses pada
Minggu, 29 April 2018.
Responsible Tourism. ―International Centre for Responsible Tourism‖. [artikel
on-line] tersedia di http://responsibletourismpartnership.org/icrt/ diakses
pada Sabtu, 12 Mei 2018.
Roadmap for Integration Tourism Sector. [berita on-line] tersedia di
http://www.mekongtourism.org/sitet3/uploads/media/road_map_for_integra
tion_of_tourism_sector.pdf diakses pada Kamis, 15 Maret 2018.
Thett, Ko Ko. 2012. ―Responsible Tourism in Myanmar: Current Situation and
Challenges 2012‖. [laporan on-line] tersedia di
http://www.burmalibrary.org/docs14/Responsible-Tourism-in-
MyanmarCurrent-Situation-and-Challenges-red.pdf diakses pada Selasa, 13
Maret 2018.
The ASEAN Secretariat Jakarta. ―ASEAN Tourism Marketing Strategy (ATMS)
2017-2020”. [katalog on-line] tersedia di
http://asean.org/storage/2012/05/ASEAN_Tourism_Marketing_Strategy_20
17-2020.pdf diakses pada Rabu, 14 Maret 2018.
The ASEAN Secretariat. ―ASEAN Tourism Strategic Plan 2011-2015‖. [katalog
on-line] tersedia
http://www.asean.org/uploads/archive/publications/ATSP20112015.pdf diakses pada Minggu, 29 April 2018.
xxi
The ASEAN Secretariat. ―ASEAN Tourism Strategic Plan 2016-2025‖. [laporan
on-line] tersedia di http://www.asean.org/storage/2012/05/ATSP-2016-
2025.pdf diakses pada Jumat, 04 Mei 2018.
Trading Economics. ―Myanmar Tourist Arrivals‖. [laporan on-line] tersedia di
https://tradingeconomics.com/myanmar/tourist-arrivals diakses pada Sabtu,
12 Mei 2018.
The Newyork Times. “Victory by Aung San Suu Kyi’s Party Catches One Group
Off Guard: The Government‖. [berita on-line] tersedia di
https://www.nytimes.com/2015/11/14/world/asia/aung-san-suu- kyi-
myanmar-election.html diakses pada Selasa, 13 Maret 2018.
Tourism Malaysia. “Sarawak all Set to Welcome Over 1,600 Delegates to ASEAN
Tourism Forum 16-23 January 2014‖. [berita on-line] tersedia di
https://www.tourism.gov.my/media/view/sarawak-all-set- to-welcome-
over-1-600-delegates-to-asean-tourism-forum-16-23-january- 2014
diakses pada Sabtu, 28 April 2018.
Tourism Malaysia. ―Prime Minister of Malaysia Officially Opens The 33rd
ASEAN Tourism Forum (ATF) 2014: ASEAN - advancing Tourism
Together‖. [berita on-line] tersedia di
https://www.tourism.gov.my/media/view/prime-minister-of-malaysia-
officially-opens-the-33rd-asean-tourism-forum-atf-2014-asean-advancing-
tourism-together diakses pada Sabtu, 28 April 2018.
Tourism of Cambodia. ―ASEAN Tourism Forum Will Provide an Excellent
Platform for Myanmar‖. [berita on-line] tersedia di
http://www.tourismcambodia.com/news/worldnews/24411/asean-tourism-
forum-will-provide-an-excellent-platform-for-myanmar.htm diakses pada
Senin, 30 April 2018.
The Cristian Science Monitor. ―Burma just opened up after 50 years. But where
are all the tourists?‖. [berita on-line] tersedia di
https://www.csmonitor.com/World/Asia-Pacific/2012/1020/Burma-just-
opened-up-after-50-years.-But-where-are-all-the-tourists diakses pada Rabu,
9 Mei 2018.
United Nations Office on Drugs and Crime. “Myanmar Country Profile‖. [artikel
on-line]; tersedia di
https://www.unodc.org/pdf/myanmar/myanmar_country_profile_2005.pdf
diakses pada Rabu, 14 Maret 2018.
United Nations Development Programme. 2016. ―Human Development Report
2016, Human Development for Everyone, Briefing note for countries on
the 2016 Human Development Report‖. [laporan on-line] tersedia di
xxii
http://hdr.undp.org/sites/all/themes/hdr_theme/country-notes/MMR.pdf
diakses pada Selasa, 13 Maret 2018.
UNESCO. ―World Heritage List Region Order (Asia and the Pacific)‖. [list on-
line] tersedia di https://whc.unesco.org/en/list/&order=region diakses pada
Senin, 30 April 2018.
World Travel and Tourism Council: The Authority on World Travel and
Tourism.―Travel and Tourism: Economic Impact 2015 Myanmar”. [artikel
on-line]; tersedia di https://sp.wttc.org/-/media/files/reports/economic-
impact-research/countries-2015/myanmar2015.pdf diakses pada Rabu, 14
Maret 2018.
World Economic Forum. ―Index Results—The Travel & Tourism Competitiveness
Index Ranking 2015‖. [laporan on-line] tersedia di
http://reports.weforum.org/travel-and-tourism-competitiveness-report-
2015/index-results-the-travel-tourism-competitiveness-index-ranking-2015/ diakses pada Selasa, 13 Maret 2018.
World Travel and Tourism Council. ―The Authority on World Travel and
Tourism, Travel and Tourism: Economic Impact 2017 Myanmar‖.
[laporan on-line] tersedia di https://www.wttc.org/-
/media/files/reports/economic-impact-
research/countries2017/myanmar2017.pdf diakses pada Jumat, 4 Mei
2018.