Upload
dangnhi
View
237
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PERAN GURU DALAM PERSPEKIF
Q.S. AN-NAHL AYAT 43-44
(Studi Kasus Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung
Tahun 2018)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh:
NURUL FADILLAH
NIM : 111-14-330
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN SALATIGA)
2018
ii
iii
PERAN GURU DALAM PERSPEKIF
Q.S. AN-NAHL AYAT 43-44
(Studi Kasus Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung
Tahun 2018)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh:
NURUL FADILLAH
NIM : 111-14-330
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN SALATIGA)
2018
iv
Dra. Ulfah Susilawati, M.SI.
Dosen IAIN Salatiga
Persetujuan Pembimbing
Lamp : 4 eksemplar
Hal : Naskah Skripsi
Saudara : Nurul Fadillah
Kepada:
Yth. Dekan FTIK IAIN
Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini,
kami kirimkan naskah saudara :
Nama : Nurul Fadillah
NIM : 111-14-330
Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan/ Pendidikan Agama Islam
Judul : IMPLEMENTASI PERAN PENDIDIK MENURUT
Q.S. AN-NAHL AYAT 43-44 (Studi Kasus Guru PAI MTs
Negeri 2 Temanggung Tahun Ajaran 2017/2018)
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut diatas supaya segera
dimunaqosyahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
v
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jalan Lingkar Selatan Km 02, Kel.Pulutan, Sidorejo, Salatiga 50716
Website: http://www.tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
SKRIPSI
PERAN GURU DALAM PERSPEKTIF
Q.S. AN-NAHL AYAT 43-44
(Studi Kasus Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung Tahun 2018)
Disusun oleh:
NURUL FADILLAH
NIM : 111-14-330
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 28 Maret 2018 dan telah
dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
DAN
KESEDIAAN DI PUBLIKASIKAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nurul Fadillah
NIM : 111-14-330
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk di publikasikan
oleh Perpustakaan IAIN Salatiga.
vii
MOTTO
هم اعن النبي صلى اهلل عليه وسلم عن عبداهلل بن عمر رضي اهلل عن رضى اهلل فى رضى الوالد ين وسخط اهلل فى سخط الوالد ين
“Keridhoan Allah itu terletak pada keridhaan orang tua. Dan murka Allah itu,
terletak pada murka orang tua.” (H.R. Tirmidzi)
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat serta karunia-
Nya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Ayah dan ibundaku tersayang, Seno dan Siti Chofifah yang selalu
membimbingku, memberi dukungan moril dan material, memberikan
doa, kasih sayang, dan motivasi dalam kehidupanku.
2. Adik kandungku, Ainum Sefi Kurnia dan seluruh keluargaku yang aku
sayangi.
3. Teman-teman, saudara dan adik-adikku yang selalu memberikan
motivasi kepadaku dan membantu menyeleseikan skripsi ini.
4. Seluruh keluarga besar MTs Negeri 2 Temanggung
5. Sahabat-sahabat seperjuanganku angkatan 2014 khususnya jurusan
PAI.
6. Keluargaku di Salatiga, FORMATAS (Forum Mahasiswa
Temanggung di Salatiga)
7. Sahabat-sahabati Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) kota
Salatiga.
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim
Puji syukur kehadirat alhamdulillahi robbil’alamin, penulis
panjatkan kepada Allah Swt yang selalu memberikan nikmat, karunia,
taufik serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyeleseikan tugas skripsi ini dengan judul PERAN GURU Dalam
Perspektif Q.S. An-Nahl Ayat 43-44 (Studi Kasus Guru PAI MTs Negeri
2 Temanggung Tahun 2018), sebagai salah satu syarat kelulusan
mendapat gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam. Tidak lupa shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw,
kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya. Semoga sebagai orang
Islam, kita semua mendapatkan syafa’atnya di yaumul qiyamah nanti.
Amin.
Penulisan Skripsi ini tidak akan terseleseikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyeleseikan
skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada:
1. Rektor IAIN Salatiga, Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.
2. Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga, Ibu Siti Rukhayati, M.Ag.
3. Ibu Dra. Ulfah Susilawati, M.SI. selaku pembimbing skripsi yang
telah membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, memberikan
motivasi dan meluangkan waktunya untuk penulis, sehingga skripsi
ini terselesaikan.
x
4. Bapak Rasimin, M.Pd. selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing selama proses perkuliahan.
5. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu
pengetahuan, serta karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat
menyelesaikan jenjang pendidikan S1.
6. Teman-teman dan adik-adikku semua, Astri, Istirokhah, Atik,
Nonik,Fadil, Eka Lisa Septiyana, Desti Dwi Cahyani, Wibi, Della,
Izza, Isti, Magdalena dan lainnya yang selalu memberikan motivasi
dan membantu saya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Adapun segala
kekurangan dan kesalahan pada skripsi ini menjadi tanggung jawab
penulis. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya, serta bagi para pembaca pada umumnya. Amin.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR...............................................................................i
HALAMAN BERLOGO.......................................................................................ii
HALAMAN SAMPUL DALAM.........................................................................iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................iv
PENGESAHAN KELULUSAN...........................................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...........................................................vi
MOTTO................................................................................................................vii
PERSEMBAHAN..............................................................................................viii
KATA PENGANTAR......................................................................................... ix
DAFTAR ISI........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xv
PEDOMAN TRANSLITERASI.......................................................................xvi
ABSTRAKSI....................................................................................................xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Fokus Penelitian.........................................................................................4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................5
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................5
E. Bangunan Teori.........................................................................................6
F. Penegasan Istilah.......................................................................................7
G. Sistematika Penulisan................................................................................8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pendidik..............................................................................................10
2. Peran Pendidik
a. Pengertian Peran...........................................................................26
b. Peran Guru....................................................................................26
xii
3. Guru PAI............................................................................................33
B. Kajian Pustaka (Kajian Penelitian Terdahulu).........................................34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Pendekatan...............................................................39
B. Kehadiran Penelitian.................................................................................39
C. Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................................40
D. Teknik Pengambilan Subjek Penelitian....................................................40
E. Sumber Data.............................................................................................41
F. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................41
G. Teknik Analisis Data................................................................................43
H. Teknik Keabsahan Data...........................................................................44
I. Tahap-tahap Penelitian.............................................................................45
BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN
A. PAPARAN DATA
1. Gambaran Umum Tempat Penelitian.................................................46
2. Pembahasan Q.S. An-Nahl Ayat 43-44
a. Redaksi Ayat dan Terjemahan.....................................................68
b. Makna Mufrodat..........................................................................69
c. Munasabah...................................................................................69
d. Asbab Al-Nuzul...........................................................................71
e. Penjelasan Q.S. An-Nahl Ayat 43-44
1. Tafsir Al-Azhar......................................................................71
2. Tafsir Jalalain.........................................................................74
f. Penafsiran Q.S. An-Nahl Ayat 43-44..........................................75
xiii
3. Penyajian Data Berdasarkan Hasil Penelitian..................................85
B. ANALISIS DATA
1. Analisis Peran Guru Menurut Q.S. An-Nahl Ayat 43-44.................94
2. Analisis Implementasi Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung
dalam Mendidik Menurut Q.S. An-Nahl Ayat 43-44........................97
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................100
B. Saran.......................................................................................................101
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
DAFTAR NILAI SKK
xiv
DAFTAR TABEL
1. Tabel 4.1 Identitas MTs Negeri 2 Temanggung
2. Tabel 4.2 Struktur Organisasi MTs Negeri 2 Temanggung
3. Tabel 4.3 Jenjang Staf dan Guru MTs Negeri 2 Temanggung
4. Tabel 4.4 Daftar Kelulusan MTs Negeri 2 Temanggung
5. Tabel 4.5 Poin Pelanggaran Tata Tertib Klasifikasi A
6. Tabel 4.6 Poin Pelanggaran Tata Tertib Klasifikasi B
7. Tabel 4.7 Poin Pelanggaran Tata Tertib Klasifikasi C
8. Tabel 4.8 Poin Penghargaan Siswa Klasifikasi A
9. Tabel 4.9 Poin Penghargaan Siswa Klasifikasi B
10. Tabel 4.10 Daftar Nama Guru MTs Negeri 2 Temanggung
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pedoman Wawancara
2. Lembar Observasi
3. Kode Penelitian
4. Transkip Wawancara
5. Hasil Observasi
6. Dokumentasi
7. Surat Penunjukan Pembimbing
8. Surat Permohonan Izin Penelitian
9. Surat Keterangan Bukti Penelitian
10. Lembar Konsultasi Skripsi
11. Daftar Riwayat Hidup
12. Daftar Nilai SKK
xvi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
Berdasarkam Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543 b/U/1987, tanggal 22
Januari 1988.
Huruf
Arab
Nama Huruf Latin Keterangan
alif Tidak dilambangkan Tidak di lambangkan ا
Ba’ b be ب
Ta’ t te ت
Sa’ ś Es (dengan titik di atas) ث
jim j Je ج
Ha’ ḥ Ha(dengan titik di bawah) ح
Kha’ kh Ka dan ha خ
dal d de د
żal ż Zet (dengan titik di atas) ذ
Ra’ r er ر
zal z zet ز
sin s Es س
syin sy Es dan ye ش
şād ş Es (dengan titik di bawah) ص
ḍaḍ ḍ De (dengan titik di bawah) ض
Ța’ ṭ Te (dengan titik di bawah) ط
ż ẓ Zet (dengan titik di ظ
bawah)
ain ‘ Koma terbalik di atas‘ ع
gain g ge غ
Fa’ f ef ف
qāf q qi ق
kāf k ka ك
lam l el ل
xvii
mim m em م
Nun ن
n en
wawu w we و
Ha’ h ha ه
hamzah , apostrof ء
Ya’ y ye ي
Konsonan angkap karena syaddah di tulis rangkap
Di tulis ‘iddah عدة
Ta’ Marbuttah
1. Bila di matikan di tulis h
Di tulis hibah هبة
Di tulis jizyah جز ية
(ketentuan ini tidak di berlakukan terhadap kata – kata arab yang sudah teresap
kedalam bahas indonesia, seperti shalat, zakat dan sebagainya,kecuali di
kendaki lafal aslinya).
Bila di mikuti dengan kata “al” serta bacaan kedua itu terpisah,maka di tuli
dengan h.
’ditulis karāmah al-auliyā كرامة األولياء
xviii
Vokal Pendek
kasrah ditulis a ـ
fathah ditulis i ـ
dammah ditulis u ـ
Vokal Panjang
fatḥah+alif ditulis ā
ditulis jāhiliyyah جاهلية
fatḥah+ya’ mati ditulis ā
ditulis yas` ā يسعى
Kasrah+ ya’ mati ditulis ī
ditulis karīm كرمي
ḍammah+wawu mati ditulis ū
ditulis furūḍ فروض
Vokal Rangkap
fatḥah+ya’ mati ditulis Ai
ditulis bainakum بينكم
fatḥah+wawu mati ditulis Au
ditulis qaulun قول
xix
ABSTRAK
Fadillah, Nurul. 2018. Peran Guru dalam Perspekif Q.S. An-Nahl Ayat
43-44 (Studi Kasus Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung Tahun
2018). Skripsi, Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri
Salatiga. Pembimbing: Dra. Ulfah Susilawati, M.SI.
Kata Kunci: Peran Guru, Q.S. An-Nahl ayat 43-44, Guru PAI
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui peran Guru menurut Q.S. An-Nahl ayat 43-44 dan
mengetahui implementasi Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung dalam
mendidik
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggabungkan
library research dan field research. Untuk menjawab rumusan masalah
pertama menggunakan kaidah tafsir ijmalli dan untuk menjawab rumusan
masalah kedua dengan analisis kualitatif.
Penulis menyimpulkan bahwa peran guru menurut Q.S. An-Nahl
ayat 43-44 adalah guru sebagai pengajar, pembimbing, dan pemimpin
(manager kelas). Hasil penelitian menunjukkan: (1) implementasi guru
sebagai pengajar adalah a) menerapkan pembelajaran kontekstual b)
membuat rencana pembelajaran c) menerapkan pembelajaran tekstual d)
menggunakan strategi mengajar yang berbeda-beda e) mengadakan
evaluasi pembelajaran. (2) implementasi guru sebagai pembimbing
adalah a) mengingatkan secara konsisten, memberi contoh nyata, dan
mendampingi pembiasaan agama yang diterapkan di sekolah b)
memberikan nasehat-nasehat c) memberikan motivasi. (3) implementasi
guru sebagai pemimpin (pengelola kelas) adalah a) membangun interaksi
melalui komunikasi dan pendekatan emosional b) memperhatikan
kesiapan sebelum mengajar.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam lingkup pendidikan ada beberapa komponen yang sangat
penting, salah satunya adalah pendidik. Pendidik merupakan orang yang
melakukan peran mendidik. Pendidik secara formal merupakan mata rantai
yang tidak bisa dipisahkan dalam rentetan proses pendikan, yang dimulai
dari orang tua, sekolah, dan masyarakat. Pendidik mempunyai peran yang
sangat vital dalam mengarahkan perkembangan anak. Sesuai dengan teori
tabularasa yang dikemukakan oleh John. Locke. bahwa anak lahir
diumpamakan sebagai kertas yang putih bersih, mau jadi apa kertas itu
tergantung kepada yang menulisi. Jadi, akan dijadikan apa anak itu
tergantung dari pendidiknya (Barnadib, 1976: 65).
Terkait dengan pendidik, maka secara spontan kita akan mengenal
orang tua, guru, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan lain sebagainya.
Orang yang pertama kali mendidik kita adalah orang tua kita sendiri.
Orang tua menjadi pendidik yang paling penting dan paling utama karena
orang tua yang paling bertanggung jawab terhadap perkembangan
anaknya. Orangtua mempunyai kewajiban untuk memberikan pendidikan
kepada anaknya. Namun karena keterbatasan dan kurang maksimal dalam
memberikan pendidikan, maka orang tau menitipkan anaknya ke sekolah.
Kebanyakan orangtua berfikir untuk menyekolahkan anaknya di Lembaga
Pendidikan Islam, karena dirasa lebih banyak pelajaran agamanya. Salah
satu jenis sekolah berbasis Islam adalah Madrasah Tsanawiyah (MTs).
2
Madrasah Tsanawiyah (MTs) menjadi alternatif bagi orang tua dalam
pemenuhan kebutuhan spiritual dan pembinaan akhlak anak. Sebagai
contohnya adalah MTs Negeri 2 Temanggung. Madrasah ini, walaupun
terletak di desa dan diapit oleh dua sekolah negeri terdekat yaitu SMP
Negeri 1 Kedu dan SMP Negeri 3 Kedu, tetapi tetap memiliki daya tarik
tersendiri di kalangan masyarakat. Terbukti dengan banyak orang tua yang
menyekolahkan anaknya di MTs Negeri 2 Temanggung ini. Selain itu,
karena MTs Negeri 2 Temanggung telah banyak mengukir jiwa raga
peneliti, dan banyak ilmu yang peneliti dapat disana, maka sebagai rasa
kepemilikan peneliti, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian di
Sekolah ini.
Di lingkungan madrasah, yang menjadi sorotan paling utama
adalah Guru PAI. Guru PAI tidak hanya berkewajiban menyampaikan
ajaran yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadis, tetapi juga berperan
penting dalam membimbing anak agar mempunyai sifat dan perilaku yang
Islami. Tanggung jawabnya tidak hanya kepada sesama manusia, tetapi
juga di hadapan Allah SWT. Sehingga harus benar-benar memahami peran
yang harus dilakukannya.
Banyak sekali literatur yang menjelaskan mengenai pendidik.
Namun dalam hal ini, peneliti akan mengkaji peran pendidik bersumber
dari Alquran, yaitu Q.S. An-Nahl. Q.S. An-Nahl merupakan surah ke-16
dalam al-Qur’an. Surah ini terdiri dari 128 ayat dan termasuk surah
Makkiyah. Isi kandungan dalam surah ini meliputi keimanan, hukum, dan
3
kisah. Surah ini dinamakan An-Nahl yang berarti lebah, karena di
dalamnya terdapat firman Allah yaitu pada ayat 68 yang artinya: “Dan
Tuhanmu mewahyukan kepada lebah”. Lebah adalah makhluk Allah yang
banyak memberi manfaat dan kenikmatan kepada manusia. Ada
persamaan antara madu yang dihasilkan oleh lebah dengan al-Qur’an al-
Karīm. Madu berasal dari bermacam-macam sari bunga dan bisa menjadi
obat bagi bermacam-macam penyakit manusia. Sedangkan al-Qur’an
mengandung inti sari dari kitab-kitab yang telah diturunkan kepada Nabi-
nabi zaman dahulu ditambah ajaran-ajaran yang diperlukan oleh semua
bangsa sepanjang masa untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat. Surah
ini dinamakan pula An-Ni’am yang artinya nikmat-nikmat, karena
didalamnya Allah menyebutkan berbagai macam kenikmatan yang
diperuntukkan bagi hamba-hamba-Nya (Izzan dan Saehuddin, 2007: 205).
Ayat al-Qur’an yang akan dikaji oleh peneliti adalah Q.S. An-Nahl ayat
43-44. Dari penjabaran alasan diatas, peneliti ingin mengupas Q.S. An-
Nahl ayat 43-44 yang ada kaitannya dengan pendidikan. Lebih khususnya
adalah yang terkait dengan pendidik (guru). Didalam Q.S. An-Nahl ayat
43-44 diterangkan mengenai konsep ahlu al-żikr, dan konsep-konsep lain
yang menyinggung tentang pendidikan. Namun, pada intinya peneliti ingin
lebih menganalisis Q.S. An-Nahl ayat 43-44 terkait dengan peran pendidik
(guru).
4
Pada kenyataan yang peneliti lihat, ada sebagian guru yang dalam
melaksanakan tugas, lebih fokus pada tugas mengajar saja. Mereka kurang
memantau perkembangan anak didik. Padahal tanggung jawab seorang
guru tidak hanya tanggung jawab pengetahuan, tetapi yang lebih penting
adalah tanggung jawab moral, etika, akhlak dan kepribadian anak didik.
Terkait dengan keempat hal tersebut, tidak akan terbentuk dengan baik
jika seorang guru hanya mentransfer nilai-nilainya saja tanpa ada usaha
mendidik, membina, dan membimbing anak.
Untuk dapat menjalankan perannya dengan baik, seorang guru
harus mampu memahami fungsi/peran guru serta kesesuaian berupa
tindakan yang harus dilakukannya. Sehingga dalam hal ini, peneliti ingin
mengkaji tentang peran pendidik (guru) diambil dari analisis tafsir ayat Al-
Qur’an. Sebagai implementasi dari peran pendidik, maka peneliti juga
melakukan studi kasus pada Guru PAI di suatu instansi. Penelitian ini
dilaporkan dengan mengangkat judul “PERAN GURU DALAM
PERSPEKTIF Q.S. AN-NAHL AYAT 43-44 (Studi Kasus Guru PAI
MTs Negeri 2 Temanggung Tahun 2018)”.
B. Fokus Penelitian
Dari latar belakang tersebut, maka peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana peran guru dalam perspektif Q.S.An-Nahl ayat 43-44?
2. Bagaimana implementasi Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung dalam
mendidik menurut Q.S. An-Nahl ayat 43-44?
5
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui peran guru berdasarkan Q.S. An-Nahl ayat 43-44.
2. Untuk mengetahui implementasi Guru PAI MTs Negeri 2
Temanggung dalam mendidik menurut Q.S. An-Nahl ayat 43-44
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuwan
tentang tafsir ayat pendidikan mengenai peran pendidik (guru).
b. Memberikan kontribusi ilmiah bagi kalangan akademis yang akan
mengadakan penelian berikutnya maupun mengadakan riset baru
tentang tugas/peran pendidik menurut al-Qur’an berdasarkan kajian
tafsir.
2. Secara Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
implementasi peran pendidik menurut al-Qur’an, yang dapat
diaplikasikan oleh guru.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan bahan
rujukan bagi calon pendidik atau yang sudah menjadi pendidik
agar menyadari peran yang harus dilakukan oleh seorang pendidik.
6
E. Bangunan Teori
Dalam mengupas materi penelitian, peneliti menggunakan teori yang
dikemukakan oleh Zakiyah Daradjat. Zakiyah Daradjat mengistilahkan
bahwa didalam fungsi/peranan seorang pendidik terkandung tugas-tugas
seorang guru. Antara fungsi dan tugas sama-sama mengandung sebuah
kewajiban atau tanggung jawab. Sehingga teori mengenai fungsi atau
tugas pendidik itulah yang dimaksud dengan peran pendidik. Menurut
Zakiyah Daradjat (2014: 232) fungsi atau tugas guru meliputi:
1. Tugas pengajaran atau guru sebagai pengajar
Sebagai pengajar, guru bertugas membina perkembangan pengetahuan,
sikap dan keterampilan.
2. Tugas bimbingan atau guru sebagai pembimbing dan pemberi
bimbingan.
Pemberi bimbingan bagi guru meliputi bimbingan belajar dan
bimbingan pemberian sikap. Dengan demikian pemberi bimbingan,
membimbing agar setiap murid diinsyafkan mengenai kemampuan dan
potensi diri murid yang sebenarnya dalam kapasitas belajar dan
bersikap. Jangan sampai murid-murid menganggap rendah atau
meremehkan kemampuannya sendiri dalam potensinya untuk belajar
dan bersikap.
7
3. Tugas administrasi
Guru bertugas pula sebagai tugas administrasi, bukan berarti sebagai
pegawai kantor. Melainkan sebagai pengelola kelas atau pengelola
(manajer) interaksi belajar mengajar.
F. Penegasan Istilah
1. Peran Pendidik
Peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status) apabila
seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya (Soekanto, 2002: 243).
Sedangkan pendidik adalah orang yang bertanggung jawab
memberikan bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai kedewasaannya,
maupun melaksanakan tugasnya sebagai makhluk sosial, sebagai
makhluk Allah, sebagai khalifah di bumi, dan sebagai individu yang
sanggup berdiri sendiri (Uhbayati, 1997: 7). Di rumah yang berperan
sebagai pendidik adalah orang tua, di sekolah adalah guru, dan di
lingkungan masyarakat adalah organisasi masyarakat (ormas) dan para
tokoh masyarakat (Izzan dan Saehuddin, 2012: 133).
Adapun jenis pendidik yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah
guru. Tugas atau fungsi guru menurut Zakiah Darajat dkk (2011: 267)
adalah : tugas pengajaran atau guru sebagai pengajar, tugas bimbingan
atau guru sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan, dan tugas
administrasi.
8
2. Guru PAI
Menurut Ahmad D. Marimba (1998: 98) pendidik islam atau guru
agama adalah orang yang bertanggung jawab mengarahkan dan
membimbing anak didik berdasarkan hukum-hukum agama islam.
Sedangkan Guru PAI adalah guru yang mengajar mata pelajaran
Akidah Akhlak, Al-Qur’an Hadis, Fiqih atau Sejarah Kebudayaan
Islam (SKI) di Madrasah (Wahab, 2011: 63).
G. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Dalam Bab ini penulis mengemukakan tentang Latar belakang,
fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,
dan sistematika penulisan.
Bab II : Kajian Pustaka
Dalam penelitian ini dikemukakan kajian teori yang meliputi:
pengertian pendidik, sifat pendidik, syarat pendidik, kompetensi pendidik,
kode etik pendidik, peran pendidik, serta pengertian Guru PAI.. Selain itu,
juga akan dikemukakan kajian pustaka terkait dengan kajian penelitian
terdahulu.
Bab III : Metode Penelitian
Dalam bab ini akan dibahas mengenai jenis penelitian dan
pendekatan, kehadiran peneliti, lokasi dan waktu penelitian, teknik
9
pengambilan subjek penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data,
analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.
Bab IV: Paparan dan Analisis Data
Hal-hal yang akan dibahas dalam bab ini adalah paparan data dan
analisis data. Peneliti akan memaparkan data tentang gambaran umum
tempat penelitian (MTs Negeri 2 Temanggung), pembahasan Q.S. An-
Nahl ayat 43-44 dan penyajian berdasarkan hasil penelitian. Adapun dalam
analisis data, peneliti akan memaparkan tentang analisis peran pendidik
menurut Q.S. An-Nahl ayat 43-44 serta analisis hasil penelitian.
Bab VI : Penutup
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi : kesimpulan, saran,
dan kata penutup.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pendidik
a. Pengertian Pendidik
Munculnya kata pendidik tidak terlepas dari kata
“pendidikan”. Umumnya, kata pendidikan dibedakan dari kata
pengajaran, sehingga muncul kata “pendidik” dan “pengajar”.
Muh. Said sebagaimana dikutip dalam bukunya Musbikin
(2010: 56) pandangan semacam itu dipengaruhi oleh kebiasaan
berpikir orang barat, khususnya orang Belanda, yang
membedakan kata onderwijs (pengajaran) dengan kata
opveoding (pendidikan).
Hakikat pendidik dalam islam adalah orang yang
bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didik dengan
mengupayakan seluruh potensi anak didik, baik efektif, kognitif,
maupun psikomotorik. Menurut Ahmad Tafsir (2004: 74)
definisi pendidik dalam pandangan islam adalah orang yang
mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik
psikomotor, kognitif, maupun potensi afektif.
Nur Uhbayati (1997: 7) mengatakan bahwa pendidik itu
adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi
bimbingan atau bantuan kepada kepada anak didik dalam
11
perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai
kedewasaannya, maupun melaksanakan tugasnya sebagai
makhluk sosial, dan sebagai makhluk Allah sebagai khalifah
dibumi, dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.
Pendidik menurut Arifin (2000: 143) adalah manusia
hamba Allah yang bercita-cita islami yang telah matang secara
rohani dan jasmani, dan memahami perkembangan dan
pertumbuhan manusia didik bagi kehidupan masa depan. Ia
tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan yang diperlukan
manusia didik, melainkan juga mentransformasikan tata nilai
islam ke dalam pribadi mereka sehingga mapan dan menyatu,
serta sebagai pelajar mampu mewarnai perilaku mereka sebagai
pribadi yang bernafaskan islam. Dirumah yang berperan sebagai
pendidik adalah orang tua, di sekolah adalah guru, dan di
lingkungan masyarakat adalah organisasi masyarakat (ormas)
dan para tokoh masyarakat (Izzan dan Saehudin, 2012: 133).
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab XI
pasal 39 poin 3 dijelaskan:
“Pendidik yang mengajar pada satuan pendidikan dasar dan
menengah disebut guru….” (Departemen Agama RI, 2006 : 61).
12
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 Bab I pasal 1 pengertian guru adalah sebagai
berikut:
“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah” (Departemen Agama RI, 2006: 2).
Secara legal formal, yang dimaksud dengan guru adalah
seseorang yang memperoleh Surat Keputusan (SK), baik dari
pemerintah atau swasta, untuk melaksanakan tugasnya, dan
karena itu memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan
kegiatan belajar-mengajar di lembaga pendidikan sekolah
(Suparlan, 2006 : 11).
Sedangkan guru dalam konteks Islam disebut dengan
”murabbi”, “mu’alim” dan “mu’addib” (Ramayulis, 2002: 56).
Uraian istilah tersebut menurut Marno (2010: 15) yaitu:
1) Murabbi
Murabbi lebih menekankan pengembangan dan
pemeliharaan baik dalam aspek jasmaniyah maupun
ruhaniyah
2) Mu’alim
Mu’allim lebih menekankan guru sebagai pengajar dan
penyampai pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science)
13
3) Mu’addib
Mu’addib lebih menekankan pendidik sebagai pembina
moralitas dan akhlak peserta didik dengan keteladanan.
Peran sebagai Mu’addib menjadi tanggung jawab yang
besar, karena apa yang harus dilakukan guru tidak hanya
sebatas memahamkan mengenai pendidikan akhlak, namun
juga mendidik peserta didik agar mampu mengaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari (Kuswanto, 2014: 198).
Jadi yang bisa dikatakan pendidik tidak hanya guru.
Namun pendidik yang lebih bertanggungjawab terhadap
perkembangan kognitif, afektif, psikomotorik anak di lingkup
sekolah adalah guru. Dalam Islam sebutan guru sering disebut
dengan istilah murabbi, mu’alim, muadib, uztad/uztadzah, dsb.
b. Syarat Pendidik
Dalam pendidikan islam, syarat secara umum untuk menjadi
guru yang baik dan dapat bertanggung jawab terhadap apa yang
dibebankan kepadanya adalah sebagai berikut :
1) Takwa kepada Allah sebagai syarat menjadi guru
Guru sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan islam,
tidak mungkin mendidik anak agar bertakwa kepada Allah
jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya. Sebab ia adalah
teladan bagi muridnya sebagaimana Rasulullah yang
merupakan teladan bagi umatnya. Sejauh mana seorang
14
guru mampu member teladan baik kepada murid-muridnya,
sejauh itu pulalah diperkirakan ia akan berhasil mendidik
mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang
berakhlak baik dan mulia.
2) Berilmu sebagai syarat untuk menjadi guru
Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi
suatu bukti bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu
pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlukannya
untuk suatu jabatan. Guru pun harus mempunyai ijazah
supaya ia dibolehkan mengajar, kecuali dalam keadaan
terpaksa dan sementara.
3) Sehat jasmani sebagai syarat menjadi guru
Kita menganal ucapan “mens sana in corpora
sano”, yang artinya: dalam tubuh yang sehat terkandung
jiwa yang sehat. Walaupun pepatah itu tidak benar secara
menyeluruh, akan tetapi bahwa kesehatan badan sangat
mempengaruhi semangat bekerja.
4) Berkelakuan baik sebagai syarat menjadi guru
Budi pekerti guru sangat penting dalam pendidikan
watak murid. Guru harus menjadi suri tauladan, karena
anak-anak bersifat suka meniru. Diantara tujuan pendidikan
ialah membentuk akhlak baik kepada anak, dan hal ini
hanya bisa terwujud jika guru berakhlak baik pula. Yang
15
dimaksud dengan akhlak baik dlam pendidikan islam ialah
akhlak yang sesuai dengan ajaran islam, seperti yang
dicontohkan oleh pendidik utama kita, Muhammad
shallallahu ‘alaihi wassalam. Diantara akhlak guru tersebut
ialah:
a) Mencintai jabatannya sebagai guru
Tidak semua orang menjadi guru karena “panggilan
jiwa”. Diantara mereka ada yang menjadi guru karena
keadaan ekonomi, dorongan teman atau orang tua, dan
sebagainya. Dalam keadaan bagaimanapun seorang
guru harus berusaha mencintai pekerjaannya. Dan pada
umumnya kecintaan terhadap pekerjaan guru akan
bertambah besar apabila dihayati benar-benar
keindahan dan kemuliaan tugas itu. Yang paling baik
ialah apabila seseorang menjadi guru karena didorong
oleh panggilan jiwanya.
b) Bersikap adil
c) Berlaku sabar dan tenang
d) Guru harus berwibawa
e) Guru harus gembira
f) Guru harus bersifat manusiawi
g) Bekerja sama dengan guru-guru lain
16
h) Bekerja sama dengan masyarakat (Sudiyono, 2006:
126-128).
Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2001: 118) guru
professional harus memiliki persyaratan, yang meliputi:
1) Memiliki bakat sebagai guru
2) Memiliki keahlian sebagai guru
3) Memilki keahlian yang baik dan terintegrasi
4) Memilki mental yang sehat
5) Memilki pengalaman dan pengetahuan yang luas
6) Guru adalah manusia berjiwa pancasila
7) Guru adalah seorang warga Negara yang baik.
c. Sifat Pendidik
Atiyyah Al-Abrasyi (1970: 139-140) mengemukakan sifat-sifat
yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai berikut:
1) Zuhud
Seorang guru haruslah seorang yang zuhud. Ia mengajar
haruslah semata-mata mencari keridlaan Allah, bukan karena
mencari upah, gaji atau balas jasa, namun bukan berarti guru
tidak boleh menerima upah atau gaji.
2) Bersih lahir dan batin
Seorang guru haruslah orang yang senantiasa menjaga
kebersihan lahir dan batin. Tubuhnya senantiasa bersih dan
batinnya dijauhkan dari sifat-sifat madzmumah seperti riya,
17
dengki, permusuhan, perselisihan. Guru juga harus terhindar
dari dosa besar.
3) Ikhlas dalam pekerjaan
Keikhasan dan kejujuran seorang guru adaah jalan terbaik ke
arah suksesnya tugas guru dan suksesnya anak didik. Saah
satu tanda keikhlasan guru adaah tidak mau mengaku tidak
tahu apabila memang dia tidak tahu terhadap suatu ilmu. Dia
akan senantiasa belajar meski itu dari muridnya sendiri.
4) Pemaaf
Seorang guru yang baik harus bersifat pemaaf sebagaimana
diperintahkan oleh Allah kepada rasul yang merupakan guru
bagi manusia. Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Ali
Imran/3: 159.
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku
lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap
keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah
dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu
Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya” (Departemen Agama RI, 2006:
71).
18
5) Harus merupakan seorang bapak dari anak didiknya
Seorang guru harus mencintai anak didiknya seperti
mencintai anak kandungnya sendiri. Dengan cinta kasihnya
seorang guru akan senantiasa ada di hati anak didiknya,
sehingga mereka akan senang bila belajar bersamanya.
6) Harus mengetahui tabiat anak didiknya
Seorang guru harus mengetahui tabiat, pembawaan, adat
kebiasaan anak didiknya agar dia tepat daam menggunakan
startegi dan pendekatan dalam melaksanakan pembelajaran.
7) Harus menguasai mata pelajaran.
Penguasaan terhadap mata pelajaran merupakan sebuah
keniscayaan terlebih dengan ditetapkann kompetensi
professional bagi seorang guru.
d. Kode Etik Profesi
Semua profesi harus mempunyai kode etik profesi
termasuk di dalamnya guru. Kode etik sebagaimana
dikemukakan Soetcipto (2009: 30), adalah norma yang harus
diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan
tugas profesinya dan dalam hidup bermasyarakat. Westby
Gibson sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah
menyebutkan bahwa kode etik (guru) sebagai suatu statemen
formal yang merupakan norma (aturan tatat susila) dalam
mengatur tingkah laku guru (Djamarah, 2005: 45).
19
Kode Etik Guru Indonesia dirumuskan oleh Pengurus Besar
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) sebagai berikut:
KODE ETIK GURU INDONESIA
Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang
pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan
Negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia
yang berjiwa Pancasila dan setia pada UUD 1945, turut
bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab
itu guru Indonesia terpanggil untuk menuaikan karyanya dengan
memedomani dasar-dasar sebagai berikut:
1) Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk
manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2) Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.
3) Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik
sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.
4) Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang
menunjang berhasilnya proses belajar mengajar.
5) Guru memlihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan
tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.
6) Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
20
7) Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat
kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.
8) Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan
mutu organisasi PGRI, sebagai sarana perjuangan dan
pengabdian.
9) Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam
bidang pendidikan (Suparlan, 2006: 62-63).
e. Kompetensi Pendidik
Seorang pendidik yang bertanggung jawab, tentunya
harus memiliki kompetensi-kompetensi tertentu, yang
memungkinkan kewajibannya terlaksana secara baik.
Kompetensi secara sederhana berarti kemampuan atau
kecakapan (Mahmud, 2011: 132). Mengutip dari pendapat
Barlow, Muhibbin Syah (1995: 230) memberikan pengertian
kompetensi guru sebagai kemampuan seorang guru dalam
melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung
jawab dan layak.
Ada beberapa kemampuan dan perilaku yang perlu
dimiliki oleh guru, yang sekaligus merupakan profil GPAI yang
diharapkan agar dalam menjalankan tugas kependidikannya
dapat berhasil secara optimal. Profil tersebut pada intinya terkait
dengan aspek personal dan profesional dari guru (Majid, 2002:
99).
21
1) Kompetensi personal religius
Aspek personal menyangkut pribadi dari guru itu
sendiri. Kompetensi personal religius merupakan
kemampuan dasar menyangkut kepribadian agamis, artinya
pada dirinya melekat nilai-nilai yang hendak ditransferkan
kepada anak didiknya. Misalnya nilai kejujuran, keadilan,
kebersihan, dan sebagainya. Nilai tersebut harus dimiliki
oleh seorang pendidik untuk memudahkan
mentransinternalisasi (pemindahan dan penghayatan nilai-
nilai) terhadap anak didik. Aspek personal ini diharapkan
dapat memancar dalam dimensi sosialnya, dalam hubungan
guru dengan peserta didiknya, teman sejawat dan
lingkungan masyarakatnya karena tugas mengajar dan
mendidik adalah tugas kemanusiaan.
Menurut Imam Al-Ghazali sebagaimana dikutip
oleh Majid (2012: 100), kompetensi personal religius
mencakup :
a) Kasih sayang terhadap peserta didik dan
memperlakukannya seperti anak sendiri
b) Peneladanan pribadi Rasulullah
c) Bersikap objektif
d) Bersikap luwes dan bijaksana dalam menghadapi
peserta didik
22
e) Bersedia mengamalkan ilmunya
2) Kompetensi profesional religius
Aspek profesional menyangkut peran profesi dari
guru, dalam arti ia memiliki kualifikasi profesional sebagai
seorang guru (GPAI). Profesional religius dalah
kemampuan dasar menyangkut kemampuan untuk
menjalankan tugasnya secara profesional, dalam arti
mampu membuat keputusan keahlian atas beragamnya
kasus serta mampu mempertanggungjawabkan berdasarkan
teori dan wawasan keahliannya dalam perspektif islam.
Kompetensi profesional religius menurut Brikan
Barky Al-Quraisy yang dikutip oleh Majid (2012: 101)
mencakup:
a) Penguasaan dan pendalaman atas bidang ilmunya
b) Mempunyai kemampuan mengajar
c) Pemahaman terhadap tabiat, kemampuan dan kesiapan
peserta didik
Asumsi yang melandasi keberhasilan GPAI dapat
diformulasikan sebagai berikut: “guru pendidikan agama
Islam akan berhasil menjalankan tugas kependidikannya
bilamana dia memiliki kompetensi personal-religius dan
kompetensi profesional-religius. Kata religius selalu
dikaitkan dengan masing-masing kompetensi tersebut yang
23
menunjukkan adanya komitmen GPAI bahwa ajaran Islam
sebagai kriteria utama sehingga segala masalah perilakunya
dihadapi, dipertimbangkan, dipecahkan dan didudukkan
dalam perspektif Islam (Majid, 2002: 100). Dalam Undang-
undang tentang guru dan dosen pasal 8 disebutkan bahwa
guru wajib memiliki kompetensi serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
Undang-undang No.14 tahun 2005 bab IV pasal 10
ayat 1 dijelaskan:
“Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi” (Departemen Agama
RI, 2006 : 6).
Standar kompetensi guru termasuk guru PAI
menurut Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 terdiri dari
empat kompetensi utama, yaitu:
1) Kompetensi pedagogik
Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik,
meliputi:
a) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek
moral, spiritual, emosional, dan intelektual
24
b) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik
c) Mengembangkan kurikulum terkait dengan mata
pelajaran yang diampu
d) Menyelenggarakan pembelajaran yang menarik
e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk kepentingan pembelajaran
f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimiliki
g) Komunikasi secara efektif, empatik, dan santun
dengan peserta didik
h) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi untuk
kepentingan pembelajaran
2) Kompetensi kepribadian
Yang dimaksud kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia,
arif dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.
Kompetensi kepribadian meliputi:
a) Bertindak sesuai norma agama, hukum sosial, dan
kebudayaan
b) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur,
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa
25
c) Menunujukkan etos kerja dan tanggung jawab yang
tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya
diri
d) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru
3) Kompetensi profesional
Yang dimaksud kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas
dan mendalam. Kompetensi profesional meliputi:
a) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir
keilmuwan yang mendukung mata pelajaran yang
diampu
b) Menguasai standar komptensi dasar mata pelajaran
c) Mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutajn dengan melakukan tindakan reflektif
d) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk mengembangkan diri
4) Kompetensi sosial
Yang dimaksud kompetensi sosial adalah kemampuan
guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,
orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar
(Majid, 2012: 93).
26
2. Peran Pendidik
a. Pengertian Peran
Pengertian peran menurut Soerjono Soekanto (2002: 243), yaitu
peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila
sesorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka ia menjalankan suatu perananan. Sedangkan
konsep peran menurut Komaruddin (1994: 768) adalah:
1) Bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan seseorang
dalam manajemen.
2) Pola penilaian yang dihadapkan dapat menyertai suatu status.
3) Bagian atau fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata.
4) Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi
karakterisktik yang ada padanya.
5) Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.
b. Peran Guru
Pekerjaan jabatan guru agama adalah luas, yaitu untuk
membina seluruh kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap yang
baik dari murid sesuai dengan ajaran islam. Hal ini berarti berarti
bahwa perkembangan sikap dan kepribadian tidak terbatas
pelaksanaannya melalui pembinaan didalam kelas saja. Fungsi
sentral guru adalah mendidik (fungsi educational). Fungsi sentral
ini berjalan sejajar dengan atau dalam melakukan kegiatan
mengajar (fungsi intruksional) dan kegiatan bimbingan, bahkan
27
dalam setiap tingkah polanya dalam berhadapan dengan murid
(interaksi edukatif) senantiasa terkandung fungsi mendidik. Selain
itu guru guru harus mencatat dan melaporkan pekerjaannya kepada
pihak yang berkepentingan atau sebagai bahan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan efektifitas pekerjaannya, yang
dikenal sebagai tugas administrasi (fungsi managerial) (Direktorat
Jenderal Pembinaan Kelembagaan Islam, 1985: 208).
Fungsi atau peran guru meliputi:
1) Guru sebagai pengajar
Sepanjang sejarah keguruan, tugas guru yang sudah
tradisional adalah “mengajar”. Karenanya sering orang salah
duga, bahwa tugas guru hanyalah semata-mata mengajar.
Bahkan masih banyak diantara para guru sendiri yang
beranggapan demikian atau tampak masih dominan dalam karier
sebagian besar guru, sehingga dua tugas lainnya menjadi
tersisihkan atau terabaikan. Sebagai pengajar guru bertugas
membina perkembangan pengetahuan sikap dan keterampilan.
Isi tugas di bidang pengajaran (mengajar) diantaranya adalah
sebagai berikut:
a) Memahami kurikulum yang bersangkutan dengan bidang
studi yang akan diajarkan secara teliti dan meyakinkan.
28
b) Mengumpulkan dan menyusun materi pelajaran dan
berbagai sumber yang tersedia, baik buku pokok atau buku
penunjang.
c) Merencanakan dan atau mengadakan, baik secara sendiri-
sendiri maupun secara bersama-sama dengan guru lain,
semua alat bantu pengajaran (media pendidikan), sehingga
pada waktunya nanti dapat dipergunakan secara efektif.
d) Membuat persiapan mengajar menurut Prosedur
Pengembangan Sistem Intruksional, dalam berbagai “satuan
waktu” yang direncanakan, sehingga singkron dengan
bidang-bidang studi lainnya.
e) Melaksanakan program atau menyajikan bahan pelajaran
sesuai dengan jadwal mengajar yang telah ditentukan.
f) Melakukan evaluasi terhadap semua pekerjaan kurikuler
yang telah dilaksanakan, baik dengan maksud menilai hasil
belajar murid maupun sebagai umpan balik untuk
menyempurnakan pelaksanaan pengajaran berikutnya.
g) Mengembangkan kerjasama dengan guru-guru bidang studi
lainnya, terutama dalam rangka pengintegrasian pengajaran
agama dengan berbagai bidang studi yang diajarkan.
h) Melaksanakan berbagai kegiatan diluar kelas/sekolah,
sehingga apa-apa yang diajarkan itu dapat dirasakan secara
29
aktual dan fungsional serta terintegrasi dalam kehidupan
yang sebanarnya di masyarakat.
2) Guru sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan
Guru sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan
adalah dua macam peranan yang mengandung banyak
perbedaan dan persamaannya. Sebagai pembimbing, guru lebih
suka kalau mendapat kesempatan menghadapi sekumpulan
murid-murid didalam interaksi belajar mengajar. Ia memberi
dorongan menyalurkan semangat menggiring mereka, sehingga
mereka dapat melepaskan diri dari ketergantungannya kepada
orang lain dengan tenaganya sendiri. Sebagai pemberi
bimbingan, guru sering berhadapan dengan kelompok-kelompok
kecil dari murid-murid atau bahkan hanya seorang murid saja.
Semua murid memerlukan bimbingan. Untuk murid atau murid
yang memerlukan bantuan khusus diberikannya bimbingan
khusus pula. Bimbingan khusus secara individual yang
dilakukan pada tempat yang disediakan untuk itu, dinamakan
penyuluhan. Penyuluhan ialah bimbingan yang intensif sekali.
Perlu diingat bahwa pemberi bimbingan itu, bagi guru
agama meliputi bimbingan belajar dan bimbingan
perkembangan sikap keagamaan. Dengan demikian
membimbing dan pemberi bimbingan dimaksudkan agar setiap
murid diinsyafkan mengenai kemampuan dan potensi diri murid
30
yang sebenarnya dalam kapasitas belajar dan bersikap. Jangan
sampai murid-murid menganggap rendah atau meremehkan
kemampuannya sendiri dalam potensinya untuk belajar dan
bersikap sesuai dengan ajaran agama islam.
Setiap pendidikan antara lain memerlukan layanan
bimbingan pendidikan. Tak ada murid yang tidak memerlukan
bimbingan. Bimbingan umum yang pertama-tama diperlukan
murid ialah bimbingan dalam proses belajar. Untuk selanjutnya
jika diperlukan harus dilakukan bimbingan khusus atau
penyuluhan. Tugas guru pembimbing berisikan hal-hal sebagai
berikut:
a) Menentukan murid-murid yang akan diberi bimbingan
Setelah bimbingan secara umum diberikan, selanjutnya guru
menentukan terhadap siapa sajakah pemberian bimbingan
harus dilakukan, sehingga terarah dan efektif.
b) Melakukan pemilihan teknik-teknik bimbingan dan
penyuluhan.
c) Penyuluhan
Penyuluhan merupakan inti dan teknik bimbingan
yang utama. Tanpa penyuluhan bimbingan menjadi kurang
bermakna. Bagi guru agama penyuluhan bersifat ganda,
yaitu penyuluhan untuk mengatasi berbagai masalah belajar,
dan penyuluhan agama untuk mengatasi dan membetulkan
31
(pembetukan ulang) sikap keagamaan murid. Pada
umumnya penyuluhan digunakan dalam menangani dan
mengatasi masalah-masalah sosial dan masalah-masalah
yang bersifat pribadi, seperti:
1. Murid yang terisolir atau mengisolir diri.
2. Murid yang mempunyai harga diri rendah.
3. Murid yang mengalami kesukaran dalam bergaul.
4. Murid yang tidak mempunyai motivasi belajar.
5. Murid yang tidak memiliki kosentrasi dalam belajar.
6. Murid yang tidak berminat dalam pengajaran agama.
7. Murid yang mengidap berbagai masalah sikap
keagamaan.
3) Guru sebagai pemimpin (manager kelas)
Guru bertugas pula sebagai tenaga administrasi, bukan
berarti sebagai pegawai kantor, melainkan sebagai pengelola
kelas atau pengelola (manager) interaksi belajar mengajar.
Adapun yang menjadi konsekuensi dari pengelolaan yang baik
adalah meningkatnya efektivitas dari situasi belajar mengajar.
Masalah pengelolaan amat dipengaruhi oleh hal-hal yang timbul
pada kenyataan sehari-hari, sedangkan masalah kurikulum dan
proses belajar mengajar dapat dirtencanakan untuk jangka
pendek maupun jangka panjang.
32
Terdapat dua aspek dari maslah pengelolaan yang perlu
mendapat perhatian, yaitu:
a) Membantu perkembangan murid sebagai individu dan
kelompok
b) Memelihara kondisi kerja dan kondisi belajar yang sebaik-
baiknya di dalam maupun di luar kelas.
Sekurang-kurangnya yang harus dipelihara oleh guru
secara terus menerus, ialah: suasana keagamaan, kerja sama,
rasa persatuan. Dan perasaan puas pada murid terhadap
pekjerjaan dan kelasnya. Dengan terjadi pengelolaan yang baik,
maka guru akan lebih mudah mempengaruhi murid di kelasnya
dalam rangka pendidikan dan pengajaran agama Islam
khususnya. Sebagai pemimpin dalam kelas atau manager dalam
pengelolaan proses belajar mengajar ia harus menjalankan
fungsi dan peranan kepemimpinan. Sebagai pemimpin guru
bukan hanya pendorong inisiatif, penyalur aspirasi, pencipta
susana kekeluargaan, melainkan juga merupakan tokoh sumber
identifikasi murid, sebagai tokoh teladan nyata dari segala nilai-
nilai ajaran agama yang dianutnya. Sebagai pengelola atau
pemimpin proses interaksi belajar mengajar, dilakukan melalui
kegiatan perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pengarahan (directing), pengkoordinasian
(coordinating), dan pengawasan (controlling). Sedangkan
33
kaitannya dengan tugas administrasi/ketata usahaan adalah
terkait dengan catatan-catatan dan administrasi-administrasi
yang diperlukan (Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan
Islam, 1985: 210).
3. Guru PAI
Menurut Zakiyah Daradjat (1992: 39) guru adalah tenaga profesional
yang membantu orang tua untuk mendidik anak pada jenjang
pendidikan sekolah. Sedangkan pendidikan agama islam menurut para
ahli adalah sebagai berikut:
a. M. Tafsir (1990: 32) memberikan pengertian bahwa Pendidikan
Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang
kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai
dengan ajaran Islam. Singkatnya, pendidikan agama Islam adalah
bimbingan terhadap seseorang agar menjadi muslim semaksimal
mungkin.
b. Menurut Zakiyah Daradjat (1992: 86), pendidikan agama Islam
adalah pendidikan dengan melalui ajaran agama Islam, pendidik
membimbing dan mengasuh anak didik agar dapat memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam secara
menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam sebagai
pandangan hidup untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan
di dunia dan di akhirat.
34
c. Menurut Muhaimin (2012: 163), PAI dibakukan sebagai proses
mendidik agama Islam. PAI sebagai mata pelajaran seharusnya
dinamakan “Agama Islam”, karena yang diajarkan adalah agama
Islam bukan pendidikan agama Islam. Nama kegiatannya atau
usaha-usaha dalam mendidikkan agama islam disebut sebagai
pendidikan agama Islam. Kata “pendidikan” ini ada pada dan
mengikuti setiap mata pelajaran. Pendidikan agama Islam
merupakan salah satu bagian dari pendidikan Islam.
Sedangkan guru PAI adalah guru yang mengajar mata
pelajaran Akidah Akhlak, Al-Qur’an Hadis, Fiqih atau Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah (Wahab, 2011: 63). Jadi yang
dimaksud dengan Guru PAI adalah guru yang mengampu mata
pelajaran PAI, yang tidak hanya bertugas mengajarkan atau
membekali pengetahuan agama, tetapi juga membimbing anak didik
menjadi pribadi muslim yang mampu mengamalkan ajaran Islam.
B. Kajian Pustaka (Kajian Penelitian Terdahulu)
Penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan judul penelitian ini
antara lain:
1. Skripsi Abdul Hakim (IAIN Walisongo: 2011) meneliti tentang “Tugas
Guru Dalam Perspektif Al-Qur’an Surah Ali-Imran 161-164”
menyimpulkan bahwa tugas guru merupakan representasi tugas
kerasulan.Oleh karena itu pola yang dipakai seharusnya meniru pola
yang dicontohkan oleh Rasulullah dalam membina, membimbing, dan
35
mengajari umat manusia yaitu amanah dan ikhlas, dengan tugas utama
selalu membacakan atau mengajar Al-Qur’an untuk melembutkan jiwa
dan mempersiapkannya untuk menerima ilmu pengetahuan,
membersihkan jiwa dari kotoran akidah yang batal dan akhlak tercela
sekaligus mengembangkannya menuju keluhuran budi, mengajarkan
kandungan al-qur’an dan hikmah secara terpadu.
2. Tesis oleh Hifza (UIN Sunan Kalijaga: 2010) tentang “Pendidik Dan
Kepribadiannya Dalam Al-Qur’an”. Peneliti menyimpulkan tiga hal
diantaranya: pertama, Setidaknya ada tiga istilah dalam Al-Qur’an
yang berbicara tentang tema pendidik dan kepribadiannya, yaitu al-
murabbi, al-mu’alim, dan ahl az-zikr. Dalam konsep al-murabbi
pendidik adalah pemelihara, pendidik, pemberi petunjuk
(penuntun),dan pelindung, terutama bagi anak didiknya. Dari konsep
al-mu’alim, pendidik adalah pengajar, sedangkan dari kata ahl az-zikr,
pendidik adalah ahli ilmu. Kedua, Diantara sifat-sifat atau kepribadian
yang harus dimiliki oleh pendidik berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an,
baik melalui konsep al-murabbi, al-mu’alim maupun ahl az-zikr
adalahg memiliki hikmah, yakni hikmah yang mencakup sifat jujur
(sidiq), istiqomah, cerdas (fatanah), amanah (dapat dipercaya) dan
tablig (menyampaikan), ikhlas, rendah hati, pembelajar, toleran dan
menghargai, pengasih dan penyayang, bijaksana, pemurah atau
dermawan (terpuji), pengampun (pemaaf), serta bertutur kata yang
baik dan menyentuh jiwa. Ketiga, Konsep pendidik dan
36
kepribadiannya dalam Al-Qur’an memiliki relevansi yang sangat erat
dengan kebutuhan pendidik saat ini. Dunia pendidikan yang sampai
saat ini tengah berhadapan dengan kemajuan peradaban globalisasi,
perlu melakukan pembenahan untuk menghasilkan sumber daya
manusia yang siap menghadapi berbagai tantangan dalam
kehidupannya .
3. Skripsi oleh Lastri (UIN Sultan Syarif: 2010) yang berjudul
“Pemikiran Al-Ghazali Tentang Guru”. Berdasarkan hasil
penelitiannya menyimpulkan bahwa menurut Al-Ghazali tugas dan
tanggung jawab guru yaitu : pertama, Memperlakukan mereka seperti
memperlakukan anak-anaknya. Kedua, Ia mengikuti teladan dan
contoh Rasulullah. Ketiga, Mencegah murid dari akhlak yang buruk
dengan jalan sindiran, sedapat mungkin tidak dengan terang-terangan.
Keempat, Tidak boleh merendahkan ilmu lain dihadapan murid-
muridnya. Kelima, Mengajar murid-muridnya hingga batas
kemampuan pemahaman mereka. Keenam, Mengajarkjan kepada
murid yang terbelakang hanya sesuatu yang jelas dan sesuai dengan
tingkat pemahamannya. Selain itu, Al-Ghazali juga menganjurkan agar
seorang pendidik mampu menjalankan tindakan, perbuatan dan
kepribadiannya sesuai dengan ajaran dan pengetahuan yang diberikan
kepada anak didiknya.
4. Skripsi oleh Badruttamam (UIN Sunan Ampel: 2015) yang berjudul
“Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Surat An-Nahl Ayat 43-44 Dan
37
Implikasinya Terhadap Tujuan Pendidikan Islam”. Dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa Surat An-Nahl mempunyai tiga
nilai pendidikan untuk mencapai pada tujuan pendidikan islam.
Pertama, nilai pendidikan keimanan. Kedua, nilai pendidikan syari’ah.
Ketiga, nilai pendidikan tentang kisah.
5. Skripsi oleh Zulis Murthasi’ah (IAIN Walisongo: 2005) dalam
penelitian yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Surat
An-Nahl Ayat 43-44 Dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam”.
Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwasanya nilai-nilai pendidikan
yang terkandung dalam Q.S. An-Nahl ayat 43-44 adalah bahwa dalam
surat An-Nahl ayat 43-44 terdapat komponen-komponen dalam
pendidikan yaitu yang pertama bahwa Allah mengutus utusan seorang
Rasul, kedua Ahl Az-Zikr disini dikatakan orang yang berilmu atau
disebut dengan guru, dan nilai yang ketiga adalah Az-zikr disebut
dengan materi pelajaran atau kurikulum.
Dari penelitian-penelitian terdahulu tersebut, peneliti ingin
mengkaji tentang “Implementasi Peran Pendidik Menurut Q.S. An-Nahl
Ayat 43-44”. Peneliti juga akan melakukan studi kasus pada Guru PAI
MTs Negeri 2 Temanggung. Dari penelitian terdahulu, sudah ada beberapa
penelitian yang membahas Q.S. An-Nahl ayat 43-44. Objek dari penelitian
yang sudah ada, mengkaji tentang nilai-nilai pendidikan serta implikasinya
terhadap tujuan pendidikan dan dalam pendidikan islam. Sedangkan
peneliti akan meneliti tentang peran pendidik dalam Q.S. An-Nahl ayat 43-
38
44 dan juga melakukan studi kasus pada Guru PAI MTs Negeri 2
Temanggung. Kebanyakan penelitian mengkaji tentang peran pendidik
(guru) menurut perspektif tokoh, Al-Ghazali misalnya. Tetapi peneliti
dalam hal ini akan mengkaji tentang peran pendidik menurut Al-Qur’an,
dengan menganalisis dari tafsir para mufassir. Kemudian peneliti akan
melakukan studi kasus pada Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung untuk
mengetahui implementasi peran pendidik menurut Q.S. An-Nahl ayat 43-
44.
39
BAB III
Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian dan pendekatan
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan
menggabungkan library research dan field research. Karena penelitian
ini bersifat menggambarkan, menguraikan suatu hal dengan apa
adanya, dan data yang dikumpulkan berupa kata-kata maka pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan deskriptif naratif. Penelitian
deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk menganalisa data
dengan mendeskripsikan data melalui bentuk kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 2000: 3).
Untuk menjawab rumusan masalah pertama, peneliti
menggunakan model library research. Library research merupakan
suatu riset kepustakaan atau penelitian kepustakaan murni (Arikunto,
2002: 126). Dalam metode ini, peneliti menggunakan pendekatan ilmu
tafsir. Sedangkan untuk menjawab rumusan masalah kedua, peneliti
menggunakan jenis penelitian kualitatif field research dengan model
studi kasus, yaitu penyelidikan yang mendalam dari suatu individu,
kelompok, atau institusi (Suminto, 1995: 89).
B. Kehadiran Penelitian
Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif sangat penting.
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri baik dengan cara
pengamatan maupun wawancara terhadap informan. Peneliti disini
40
menempatkan diri sebagai pengamat dalam penelitian, sehingga
kehadiran peneliti bersifat non-partisipan (Djamal, 2015: 15).
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Sekolah MTs Negeri 2
Temanggung yang berada di Dusun Kerokan RT.03 RW.01 Desa
Kutoanyar Kec.Kedu Temanggung. Adapun alasan memilih MTsN
Kedu Temanggung sebagai tempat penelitian adalah karena sekolah
tersebut mempunyai kesan tersendiri bagi peneliti dan lokasi sekolah
mempermudah peneliti untuk melakukan penelitian, dikarenakan jarak
yang dekat dengan rumah peneliti. Sedangkan waktu penelitian adalah
bulan Maret sampai bulan April.
D. Teknik Pengambilan Subjek Penelitian
Dalam menentukan subjek penelitian, peneliti menggunakan
teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber
data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2016: 301). Dalam hal
ini, peneliti mengambil subjek penelitian yaitu Guru PAI karena
peneliti menganggap bahwa orang tersebut memiliki informasi yang
diperlukan bagi penelitiannya, serta karena topik yang diangkat
peneliti adalah peran pendidik menurut tafsir al-Quran sehingga Guru
PAI lah yang dianggap paling cocok sebagai subjek penelitian. Jadi
yang diampel sebagai informan adalah seluruh Guru PAI yang terdiri
dari 5 orang.
41
E. Sumber Data
1. Primer
Yang menjadi sumber data primer yaitu: Al-Qur’an dan
terjemahnya, Tafsir Al-Azhar, Tafsir Jalalain asli dan terjemahan,
dn wawancara Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung.
2. Sekunder
Diantara sumber sekunder adalah sebagai berikut: Al-Qur’an dan
Tafsirnya Departemen Agama RI, buku Ilmu Pendidikan Islam dan
buku lain yang mendukung, dokumen-dokumen terkait sejarah dan
profil MTs Negeri 2 Temanggung, visi dan misi, tata tertib
sekolah, identitas guru, dan lain sebagainya. Ringkasan Ibnu
Katsir, Syāmil Qur’an Terjemah Tafsir per Kata, Tafsir Al-Lubab,
Tafsir Al-Misbah, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur, Tafsir
Pendidikan, Terjemah Tafsir Al-Maragi, Terjemah Tafsir
Muyassar, Terjemah Tafsir Nurul Qur’an, serta Wawancara Kepala
Sekolah MTs Negeri 2 Temanggung.
F. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk
mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dan mengetahui
informasi tertentu (Sugiyono, 2014: 137). Adapun wawancara
dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui secara mendalam
bagaimana Guru PAI mengimplementasikan peran pendidik sesuai
42
dengan hasil analisis dari Q.S. An-Nahl ayat 43-44. Sedangkan
wawancara dengan pihak lain (kepala sekolah) adalah untuk
mengetahui tentang kebijakan-kebijakan yang beliau terapkan di
MTs Negeri 2 Temanggung ini.
b. Observasi
Diantara proses observasi yang terpenting adalah pengamatan dan
ingatan (Sugiyono, 2014: 145). Dalam hal ini peneliti akan
melakukan observasi non-partisipan, karena peneliti hanya sebagai
pengamat.
c. Dokumentasi
Peneliti akan menggunakan metode dokumentasi dengan cara
mencari data-data yang sekiranya dibutuhkan dalam penelitian.
Kegunaan dari metode dokumentasi ini adalah untuk melengkapi
hal-hal yang sekiranya dibutuhkan dalam penilitian.
G. Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penyusunan skripsi
ini adalah sebagai berikut:
1. Deduktif
Metode deduktif adalah metode berfikir yang berdasarkan pada
pengetahuan umum dimana kita hendak menilai suatu kejadian
yang khusus (Hadi, 1987: 42). Dari berbagai peran pendidik yang
didapat dari tafsir Q.S. An-Nahl ayat 43-44, kemudian
43
dikategorikan sesuai dengan peran pendidik yang ada dalam
bangunan teori.
2. Induktif
Metode induktif adalah metode berfikir yang berangkat dari fakta-
fakta peristiwa khusus dan kongkret, kemudian ditarik
generalisasi-generalisasi yang bersifat umum (Hadi, 1987: 42).
Setelah mendapat poin-poin khusus, kemudian dijabarkan kembali
sebagai indikator untuk mengetahui implementasi dari peran
pendidik menurut Q.S. An-Nahl ayat 43-44 oleh Guru PAI MTs
Negeri 2 Temanggung.
Sedangkan teknik yang digunakan ada 2 cara, yaitu:
1. Untuk menganalisis rumusan masalah pertama peneliti
menggunakan pendekatan ilmu tafsir sehingga analisis yang
dipakai sesuai dengan kaidah tafsir. Menurut Husaini dan Al-
Baghdadi (2007: 45) tafsir secara etimologis dapat diartikan
keterangan atau penjelasan yang menerangkan maksud dari suatu
lafazh. Sedangkan menurut Al-Farmawi sebagimana dikutip oleh
Quraish Shihab metode tafsir dibagi menjadi empat metode, yaitu
tahlily, ijmaliy, muqaran, dan maudhu’iy. Peneliti menggunakan
metode penafsiran tahliliy atau taqzi’iy yaitu metode tafsir yang
berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-qur’an dari
berbagai seginya dengan memperhatikan runtutan ayat-ayat Al-
qur’an sebagaimana tercantum dalam mushaf (Shihab, 1994: 86).
44
Langkah-langkah yang ditempuh dalam tafsir tahliliy adalah
dengan mengikuti runtutan ayat, mengemukakan munasabah,
asbab al-Nuzul, serta membahas makna setiap kosa kata yang
relevan dengan apa yang akan dikaji (al-Farmawi, 2000: 12).
2. Untuk menganilis rumusan masalah kedua peneliti menggunakan
teknik analasis sebagai berikut:
a. Reduksi data
Dengan cara merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya dan membuang yang tidak perlu.
b. Klasifikasi Data
Peneliti mengklasifikasikan data hasil penelitian sesuai dengan
klasifikasi yang ada dalam bangunan teori. Sehingga data yang
akan dipaparkan dalam analisis penelitian sudah dalam bentuk
klasifikasi-klasifikasi yang jelas.
c. Penyajian Data dan Penarikan kesimpulan
Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat yaitu
dengan teks yang bersifat naratif. Setelah data sudah disajikan
dalam bentuk klasifikasi, kemudian peneliti langsung menarik
kesimpulan. (Sugiyono, 2007: 244).
45
H. Teknik keabsahan data
Peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
Triangulasi sumber dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui
beberapa sumber. Dan triangulasi teknik dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono,
2007: 373).
I. Tahap-Tahap Penelitian
a. Tahap Pra-Lapangan
Dalam tahap ini yang dilakukan oleh peneliti diantaranya
menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian,
mengurus perizinan, menjajaki keadaan lapangan, memilih dan
memanfaatkan informan, serta menyiapkan perlengkapan
penelitian.
b. Tahap pekerjaan Lapangan
Peneliti memasuki lapangan dan melakukan pengamatan sambil
mengumpulkan data dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
c. Tahap Analisis Data
Peneliti melakukan analisis dari data-data yang diperolehnya dan
melakukan verifikasi. Analisis terkait dengan kandungan ayat al-
Qur’an menggunakan metode penafsiran sesuai kaidah tafsir. Dari
hasil analisis itu kemudian dijadikan sebagai rujukan untuk
pertanyaan wawancara dan sebagai bahan untuk diobservasi.
46
BAB IV
PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN
A. PAPARAN DATA
1. Gambaran Tempat Penelitian
a. Sejarah MTs Negeri 2 Temanggung
Sebelum akhirnya menjadi MTs Negeri 2 Temanggung,
sekolah ini sempat mengalami beberapa perubahan dan
perkembangan. Awal mulanya mempunyai nama MTs Al-Huda,
berdiri pada tanggal 1 januari 1970, yang didirikan oleh tokoh dan
pemuka Masyarakat Desa Kutoanyar, dibawah Yayasan Ma’arif,
yaitu sebuah yayasan swasta lembaga pendidikan dibawah naungan
organisasi Nahdhatul Ulama (NU). Pada Tahun 1978, madrasah ini
terakreditasi oleh Departemen Agama Republik Indonesia di
bawah naungan Kantor Wilayah Departemen Agama Republik
Indonesia Propinsi Jawa Tengah. Hal ini didasarkan pada piagam
akreditasi madrasah dengan nomor Ik/3.c/35/R&W/MTs/1978
tanggal 2 Januari 1978, sehingga madrasah ini diberi hak menurut
hukum untuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran serta
diperbolehkan untuk mengikuti ujian persamaan Madrasah Negeri.
pada tahun 1985, MTs Al-Huda berubah nama menjadi MTsN
Filial Kedu. Hal ini sebagai tanda masa transisi, yaitu perubahan
status madrasah dari swasta menjadi negeri dengan Nomor Statistik
Madrasah : 212332308019, madrasah dengan nama Filial ini
47
terakreditasi oleh Departemen Agama Republik Indonesia dengan
jenjang akreditasi “Terdaftar”, Hal ini daidasrkan pada keputusan
Kepala Kantor wilayah Departemen Agama republik Indonesia
Propinsi Jawa Tengah nomor: WK/5.C/PP.003.1/3420/1994.
Setelah 27 tahun lamanya madrasah yang berstatus swasta ini, pada
tanggal 17 Maret 1997 MTsN Filial Kedu berubah nama menjadi
MTs Negeri Kedu Temanggung. Secara resmi relokasi madrasah
ini dilaksanakan pada tanggal 13 Januari 2003, yaitu dimana proses
belajar mengajar dari madrasah yang terletak di tengah
perkampungan di pindah ke tempat baru yang berada di sebelah
utara pinggir kampung. Berdasarkan surat keputusan kepala Kantor
Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Tengah Nomor :
Kw.11.4/4/PP/03.2/877/2006, pada tahun 2006 MTs Negeri Kedu
Temanggung Terakreditasi dengan peringkat “A” (451).
Pada tahun 2013, madrasah yang beralamat di Dusun
Kerokan 03/01 Desa Kutoanyar Kecamatan Kedu ini juga
mengikuti program Adiwiyata (sekolah berbasis dan berwawasan
lingkungan) Kabupaten Temanggung. Madrasah ini terakreditasi
lagi pada tanggal 22-23 Agustus 2016 dengan nilai 94 peringkat A
(Amat Baik). Kemudian sesuai dengan keputusan Menteri Agama
Republik Indonesia Nomor 810 Tahun 2018 tentang perubahan
nama Madrasah Aliyah Negeri, Madrasah Tsanawiyah Negeri, dan
Madrasah Ibtidaiyyah Negeri di Provinsi Jawa Tengah, maka
48
madrasah yang semula bernama MTs Negeri Kedu, berubah
menjadi MTs Negeri 2 Temanggung.
b. Stuktur Organisasi MTs Negeri 2 Temanggung
Tabel 4.2
Stuktur Organisasi MTs Negeri 2 Temanggung
Jabatan Nama
Komite Madrasah H. Sahid, BA
Kepala Madrasah Drs. Khaerun, M. Ag.
Wakil Kepala bid. Kesiswaan Sapri Sahyudi, S.Pd.
Wakil Kepala bid. Sar / pras H. Asrofi, S.Ag.
Wakil Kepala bid. Humas Nur Aminudin, S.Ag.
Wakil Kepala bid. kurikulum Joko Prasetyo, S.Pd.
Kepala Perpustakaan Rif’ah, S.PdI.
Koordinator BP / BK Sri Romyati S.Pd.
Kepala Laboratorium A. Yaenu Najib, S.Ag.
c. Profil MTs Negeri 2 Temanggung
1) Identitas Sekolah
Tabel 4.1
Identitas MTs Negeri 2 Temanggung
Identitas Sekolah
Nama Sekolah MTs Negeri 2 Temanggung
NPSN 20364474
Alamat Kerokan 03/01 Kutoanyar
Kedu Temanggung
Status Sekolah NEGERI
Jenjang Pendidikan MTs
Naungan Kementrian Agama
SK. Pendirian dan
Operasional Nomor 107 Tahun 1997
Luas Tanah 64002 m2
Akreditasi A
49
2) Data Guru dan Staf
Jumlah keseluruhan tenaga pengajar dan staf lainnya adalah
46 orang. 35 diantaranya adalah tenaga pengajar, dan 11
tenaga staf TU. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Jenjang guru dan staf MTs Negeri 2 Temanggung
Jenjang Jumlah
S2 4
S1 32
D4 2
SMA Sederajat 6
< SMP 2
Jumlah 46
3) Data Siswa dan Kelulusan
Jumlah siswa MTs Negeri 2 Temanggung saat ini sekitar 769
siswa.
Berikut data kelulusan MTs Negeri 2 Temanggung selama 4
tahun terakhir:
Tabel 4.4
Daftar kelulusan MTs Negeri 2 Temanggung
Tahun Ajaran Jumlah Siswa Lulus Tidak
Lulus
Prosentase
Kelulusan
2013/2014 173 173 - 100%
2014/2015 173 173 - 100%
2015/2016 255 255 - 100%
2016/2017 210 210 - 100%
50
d. Visi, Misi, dan Tujuan MTs Negeri 2 Temanggung’
1) Visi
Terwujud peserta didik yang Islami, cerdas, disiplin, dan
berwawasan lingkungan
2) Misi
a) Menumbuhkan penghayatan siswa terhadap ajaran agama
Islam dan budaya bangsa sehingga menjadi sumber
kearifan dalam berikir dan bertindak
b) Menumbuhkembangkan budaya akhlaqul karimah pada
seluruh warga madrasah
c) Melaksankan pembelajaran profesional dan bermakna yang
menumbuhkan dan mengembangkan prestasi akademik
d) Melaksanakan program bimbingan dan kegiatan
ekstrakurikuler secara efektif sesuai dengan bakat dan
minat, sehingga setiap siswa memiliki keunggulan
e) Menumbuhkan dan mengembangkan pembiasaan peduli
lingkungan dan sosial di lingkungan madrasah
f) Melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mengendalikan
terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan
3) Motto
Berbudi pekerti, berkompetisi dan berprestasi
51
4) Tujuan
a) Terwujud peserta didik naik kelas 100% secara normatif
b) Terwujud peserta didik lulus UM 100%
c) Terwujud peserta didik lulus UN 100% dengan rata-rata
d) Terwujud peserta didik dapat meraih event/ lomba mapel
tingkat kabupaten, karisidenan, dan propinsi
e) Terwujud peserta didik dapat melanjutkan pendidikan di
sekolah favorit di Temanggung dan sekitarnya
f) Terwujud peserta didik hafal asma’ul husna dan juz’amma
g) Terwujud peserta didik dapat membaca al-Qur’an
denganbaik dan benar
h) Terwujud peserta didik sadar untuk menjalankan sholat
lima waktu
i) Terwujud peserta didik termotivasi untuk bersodaqoh
j) Terwujud peserta didik memperoleh kemenangan dalam
setiap event/lomba di tingkat kecamatan/ kabupaten/ proinsi
k) Terwujud peserta didik dapat menampilkan dalam acara
HUT RI, hari jadi Madrasah, perpisahan kelas IX dan atau
jambore pramuka
l) Terwujud peserta didik dapat membuat pakaian jadi
m) Tertanam jiwa dan sikap kedisiplinan pada peserta didik
n) Terbentuknya tim yang handal dalam bidang kepramukaan
52
o) Terwujud prestasi/ kemenangan dalam lomba-lomba di
bidang kepramukaan di tingkat kecamatan atau ranting,
kabupaten dan propinsi
p) Tertanam pembiasaan akhlaqul karimah pada peserta didik
q) Terbiasa menghargai dan menghormati kepada sesama
warga Madrasah
r) Tertanam pembiasaan hidup bersih dan sehat
s) Terlaksananya pengendalian terjadinya pencemaran,
kerusakan lingkungan hidup, dan melakukan pelestarian
lingkungan hidup
e. Tata Tertib MTs Negeri 2 Temanggung
Dalam rangka usaha mencerdaskan kehidupan bangsa dan
membentuk karakter siswa MTs Negeri 2 Temanggung yang
islami, berakhlakul karimah dan cerdas diperlukan adanya suatu
peraturan atau tata tertib yang diberlakukan untuk siswa. Tata
Tertib Siswa MTs Negeri 2 Temanggung ini dimaksudkan sebagai
rambu-rambu bagi siswa dalam berucap, bersikap, bertindak dan
melaksanakan kegiatan sehari-hari di madrasah, sehingga mampu
menciptakan iklim dan kultur madrasah yang dapat menunjang
kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien. Tata Tertib Siswa
ini dibuat berdasarkan nilai-nilai yang dianut madrasah dan
masyarakat sekitar yang meliputi nilai ketakwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, sopan santun dalam pergaulan, kedisiplinan,
53
ketertiban, kepedulian, kebersihan, kerapian, keindahan dan
keamanan serta nilai-nilai yang mendukung kegiatan belajar yang
efektif, sehingga setiap siswa wajib melaksanakan ketentuan yang
tercantum dalam tata tertib ini secara konsekuen, bertanggung
jawab dan penuh kesadaran.
BAB I
KEWAJIBAN SISWA
Pasal 1 : Beriman dan bertakwa kepada Allah SWT sesuai
dengan ketetapan Pancasila dan UUD 1945 yang
diaktualisasikan dalam kegiatan-kegiatan di
madrasah, yaitu:
a. Sebelum masuk kelas pada jam pertama, siswa
berbaris didampingi guru;
b. Berdoa dan tadarus al-Qur’an (juz ‘amma) serta
membaca asma’ul husna (pada hari Jum’at) dua
puluh menit sebelum pelajaran pertama dimulai
dan berdoa sebelum pelajaran akhir ditutup;
c. Mengikuti shalat jama’ah Dzuhur setiap hari di
madrasah (kecuali hari Jum’at);
d. Melaksanakan shalat sunnah Dhuha pada waktu
istirahat pertama;
e. Mengikuti kegiatan khatmil Qur’an;
f. Mengikuti kegiatan mujahadah dan istighasah;
54
g. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Baca Tulis
Al-Qur’an (BTQ) bagi siswa yang belum bisa
membaca al-Qur’an;
h. Mengamalkan pelajaran agama Islam dalam
kehidupan sehari-hari;
i. Mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang
dilaksanakan oleh madrasah;
j. Mendukung setiap kegiatan dan program
madrasah antara lain: PHBI dan PHBN.
Pasal 2 : Siswa masuk dan pulang bersama-sama sesuai
dengan ketentuan;
Pasal 3 : Siswa harus berada di ruang belajar sebelum
pelajaran dimulai;
Pasal 4 : Selama jam pelajaran siswa harus berada di ruang
belajar, kecuali ada izin dari guru yang mengajar
atau guru piket;
Pasal 5 : Selama jam istirahat siswa harus berada di
lingkungan madrasah;
Pasal 6 : Siswa harus menjaga keamanan, ketertiban dan
kebersihan lingkungan madrasah;
Pasal 7 : Siswa masuk pada hari-hari efektif belajar dengan
ketentuan :
a. Jam kegiatan belajar mengajar, yaitu kelas VIII
55
dan IX hari Senin s/d Kamis : 07.00 – 13.30 WIB,
Jum’at: 07.00 – 11.05 WIB dan hari sabtu: 07.00
– 11.40 WIB. Khusus kelas 7 hari Senin : 07.00 –
14.10 WIB, hari Selasa s/d Kamis : 07.00 – 13.30
WIB, hari Jum’at : 07.00 – 11.05 WIB dan hari
Sabtu : 07.00 – 13.30 WIB;
b. Izin selain sakit paling lama tiga hari, selebihnya
membuat surat izin lagi;
c. Izin sakit lebih dari tiga hari harus ada surat
keterangan dokter atau orang tua datang ke
madrasah;
d. Izin melalui telepon (tidak boleh sms) antara jam
07.00 – 07.30 WIB.
Pasal 8 : Taat kepada Orang Tua, Kepala Madrasah, Guru dan
Karyawan;
Pasal 9 : Menjaga nama baik madrasah;
Pasal 10 : Berbicara, bersikap dan berperilaku sesuai dengan
pribadi muslim dan muslimah;
Pasal 11 : Membayar infak hari Jum’at dan infak insidental
sesuai dengan kesanggupan atau kesepakatan;
Pasal 12 : Mengikuti upacara bendera;
Pasal 13 : Memakai seragam Madrasah lengkap dengan
ketentuan sebagai berikut:
56
a. Senin – Selasa : seragam OSIS, dasi (khusus hari
senin), sepatu hitam, tali sepatu hitam, kaos kaki
putih dan ikat pinggang beridentitas MTs Negeri
2 Temanggung serta baju dimasukkan;
b. Rabu – Kamis : seragam Pramuka, sepatu hitam,
tali sepatu hitam, kaos kaki hitam dan ikat
pinggang beridentitas MTs Negeri 2 Temanggung
serta baju dimasukkan;
c. Jum’at – Sabtu : seragam identitas MTs Negeri 2
Temanggung, sepatu warna bebas, tali sepatu dan
kaos kaki menyesuaikan (tidak beda warna antara
kanan dan kiri) dan ikat pinggang beridentitas
MTs Negeri 2 Temanggung serta baju
dikeluarkan;
d. Seragam olah raga hanya dipakai pada waktu jam
pelajaran Penjasorkes dan kecuali ada kegiatan –
kegiatan tertentu;
e. Setiap mengikuti upacara bendera, setiap siswa
(putra) wajib memakai topi dan dasi beridentitas
MTs Negeri 2 Temanggung (putri pakai dasi).
Pasal 14 : Menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh
guru mata pelajaran dan atau guru pembina
ekstrakurikuler dengan sebaik-baiknya;
57
Pasal 15 : Menjadi anggota OSIS dan Pramuka MTs Negeri 2
Temanggung dan bersedia menyumbangkan
tenaga, pikiran untuk kemajuan OSIS dan Pramuka
serta mengikuti segala kegiatan yang
diselenggarakan oleh OSIS dan Pramuka;
Pasal 16 : Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang
diselenggarakan oleh MTs Negeri 2 Temanggung;
Pasal 17 : Mematuhi Tata Tertib yang diberlakukan khusus
di masjid/mushola, perpustakaan, UKS, ruang
ketrampilan, laboratorium, koperasi/kantin dan
tempat penunjang pendidikan lainnya;
Pasal 18 : Membawa buku karakter siswa serta peralatan shalat
setiap hari;
Pasal 19 : Menghilangkan buku karakter siswa mengganti
sesuai dengan ketentuan.
Pasal 20 : Tidak boleh mengendarai sepeda motor ke madrasah
BAB II
HAK-HAK SISWA
Pasal 1 : Mengikuti pelajaran selama yang bersangkutan tidak
sedang dalam menjalani sanksi;
Pasal 2 : Meminjam buku-buku perpustakaan madrasah
sesuai dengan ketentuan;
58
Pasal 3 : Menggunakan fasilitas yang ada di madrasah
seperti masjid/mushola, perpustakaan, UKS, ruang
ketrampilan, laboratorium, lapangan, alat olah
raga dan fasilitas yang lain harus seizin guru
pembimbing;
Pasal 4 : Mendapatkan layanan khusus dari wali kelas, guru
Bimbingan Konseling (BK) dan guru mata pelajaran
dalam menyelesaikan masalah-masalah kesulitan
belajar dan atau masalah-masalah pribadi;
Pasal 5 : Mendapat perlakuan yang sama dengan siswa-
siswa lain sepanjang tidak melanggar
peraturan atau Tata Tertib Madrasah;
Pasal 6 : Siswa yang berprestasi pada masing-masing
kelas akan mendapat penghargaan dari
madrasah tiap semester;
Pasal 7 : Siswa yang berprestasi dalam kelas pararel akan
mendapat penghargaan dari madrasah tiap semester,
khusus kelas 9 di semester 2 didasarkan pada nilai
UM dan UN murni;
Pasal 8 : Siswa yang mendapat tropi dalam kejuaraan
tertentu (perorangan) atas nama madrasah akan
mendapat duplikat tropi dari madrasah dan
penghargaan.
59
BAB III
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran
(intrakurikuler) yang dilaksanakan di madrasah atau di luar
madrasah dengan tujuan untuk mengembangkan bakat dan minat
siswa, memperluas pengetahuan dan wawasan siswa serta mengenal
hubungan antar berbagai pelajaran.
Pasal 1 : Kegiatan ekstrakurikuler di mulai pukul 14.00 –
16.00 WIB;
Pasal 2 : Siswa yang belum mampu membaca al-Qur’an
harus mengikuti BTQ Bimbingan pada waktu yang
telah ditentukan oleh guru pembimbing;
Pasal 3 : Siswa kelas tujuh wajib mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler Pramuka setiap hari Kamis pada jam
14.00 – 16.00 dan kegiatan pramuka yang lain;
Pasal 4 : Setiap siswa boleh mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler maksimal dua jenis kegiatan diluar
ekstrakurikuler wajib;
Pasal 5 : Siswa harus mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
sesuai dengan pilihan dan jadwal yang telah
ditetapkan.
60
BAB IV
POIN PELANGGARAN TATA TERTIB SISWA
Tabel 4.5
Poin Pelanggaran tata tertib Klasifikasi A
No Jenis Pelanggaran Poin Tindakan
1 Berhias (mencukur alis, memakai lipstick,
kuteks, sotflens berwarna-warni) dan atau
memakai perhiasan secara berlebihan,
serta berkuku panjang;
5 Ditegur
2 Terlambat datang atau terlambat masuk
ruang belajar;
5 Ditegur
3 Berada di koperasi/kantin, perpustakaan
atau UKS pada waktu pelajaran
berlangsung tanpa ijin;
5 Ditegur
4 Membuat gaduh di ruang belajar; 5 Ditegur
5 Tidak memakai seragam dan atau atribut
yang lengkap;
5 Ditegur
6 Tidak memakai sepatu, tali sepatu, kaos
kaki dan ikat pinggang sesuai dengan
ketentuan;
5 Ditegur
7 Memakai tali sepatu yang berbeda warna; 5 Disita
8 Memakai kerudung diluar ketentuan; 5 Ditegur
9 Memakai baju tidak dimasukkan (kecuali
hari Jum’at dan Sabtu) dan model seragam
tidak sesuai ketentuan;
5 Ditegur
10 Tidak mengikuti upacara tanpa ijin; 5 Ditegur
11 Tidak melaksanakan tugas piket kelas; 5 Ditegur
12 Tidak memakai atribut lengkap saat
upacara;
5 Ditegur
13 Memakai topi selain topi beridentitas
MTsN Kedu dilingkungan madrasah;
5 Disita
14 Memakai jaket di lingkungan madrasah
(kecuali ada ijin / sakit);
5 Disita
15 Memasukkan baju dengan cara memberi
tali pada ujung baju;
5 Ditegur/Tali
disita
16 Memakai sepatu selop (sepatu yang bagian
belakang terbuka)
5 Disita
17 Menyelenggarakan/memperingati hari
ulang tahun dalam bentuk apapun di
lingkungan madrasah;
5 Ditegur
18 Membawa tip-ex di madrasah; 5 Disita
19 Makan di dalam kelas (saat pelajaran); 5 Ditegur
20 Membawa tas yang tidak standar
pendidikan dan atau ditempel
gambar/tulisan yang tidak sopan;
5 Disita
21 Memakai topi atau tutup kepala lain di
dalam kelas (saat pelajaran berlangsung,
khusus putra);
5 Ditegur/Disita
22 Mencoret-coret tangan dan atau anggota
tubuh yang lain.
5 Ditegur/Dibersih
kan
61
Tabel 4.6
Poin Pelanggaran tata tertib Klasifikasi B
No Jenis Pelanggaran Poin Tindakan
1 Membuang sampah tidak pada
tempatnya (sembarangan), termasuk
menyimpan sampah di laci meja;
10 Ditegur
2 Tidak membawa buku karakter siswa
serta peralatan shalat;
10 Ditegur
3 Memakai gelang, kalung, anting-
anting dan cincin bagi siswa pria;
10 Disita
4 Rambut gondrong atau potong tidak
sesuai peraturan (mohawk, skin, dll);
10 Dipotong gundul
5 Memakai celana berbentuk cutbrai
atau pensil (putra), rok yang tidak
sesuai dengan ketentuan ;
10 Disobek/ditegur
6 Tidak memperhatikan panggilan
resmi dari madrasah;
10 Ditegur
7 Keluar kelas pada waktu kegiatan
belajar mengajar tanpa ijin;
10 Ditegur
8 Keluar dari lingkungan madrasah
tanpa ijin sebelum kegiatan madrasah
selesai termasuk waktu istirahat;
10 Ditegur
9 Tidak masuk tanpa keterangan; 10 Pembinaan
10 Berbicara kotor, jorok atau tidak
sopan;
10 Ditegur
11 Mengganggu atau mengacau kelas
lain;
10 Pembinaan
12 Tidak mengikuti jama’ah shalat
Dzuhur, kecuali yang berhalangan;
15 Ditegur
13 Rambut dicat warna; 15 Dipotong gundul
14 Membolos; 15 Pembinaan
15 Tidak mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler wajib;
15 Pembinaan
16 Tidak mengikuti kegiatan bimbingan
BTQ bagi siswa yang tidak dan atau
kurang mampu membaca al-Qur’an;
15 Ditegur
17 Masuk dan atau keluar madrasah
lewat pagar;
25 Pembinaan
18 Masuk dan atau keluar kelas lewat
jendela;
25 Pembinaan
19 Mencoret-coret tembok/dinding,
pagar, pintu, meja, kursi, perabot dan
peralatan madrasah lainnya;
25 Pembinaan +
Membersihkan
20 Seragam di gambar/dicoret-coret,
termasuk menempel gambar/bordir
pada seragam yang sobek/berlubang;
25 Pembinaan + Disita
21 Membawa dan atau merokok
dilingkungan madrasah, serta
membawa kartu/alat judi;
25 Disita+Pembinaan
22 Memalsu tanda tangan orang tua /
wali;
25 Pembinaan
23 Merusak Buku Karakter Siswa. 25 Pembinaan
62
Tabel 4.7
Poin Pelanggaran tata tertib Klasifikasi C
No Jenis Pelanggaran Poin Tindakan
1 Menentang/bersikap bermusuhan,
bersikap tidak sopan terhadap kepala
madrasah, guru atau karyawan;
50 Pembinaan+Ortu
Dipanggil
2 Menghasut, memprovokasi yang
dapat menimbulkan kerusuhan;
50 Pembinaan+Ortu
Dipanggil
3 Melakukan sesuatu yang dapat
merusak nama baik madrasah;
50 Pembinaan+Ortu
Dipanggil
4 Membawa atau menyebarkan
selebaran yang menimbulkan
keresahan;
50 Pembinaan+Ortu
Dipanggil
5 Membawa HP di lingkungan
madrasah;
50 Pembinaan + Disita +
Ortu dipanggil
6 Merusak sarana dan prasarana
madrasah;
25 - 75 Mengganti+Ortu
Dipanggil
7 Membawa barang yang tidak
berhubungan dengan kegiatan
madrasah atau kegiatan belajar
mengajar, seperti senjata tajam atau
alat-alat lain yang membahayakan
keselamatan orang lain;
50 Disita+Ortu dipanggil
8 Membawa dan atau membunyikan
petasan di lingkungan madrasah;
50 Pembinaan+Ortu
Dipanggil
9 Membawa atau menyimpan buku
porno, gambar porno, VCD porno
dan benda sejenisnya;
75 Pembinaan+Ortu
Dipanggil
10 Memalsu tanda tangan kepala
madrasah, wali kelas, guru dan
karyawan;
75 Pembinaan+Ortu
Dipanggil -
11 Makan, minum, merokok
dilingkungan madrasah pada bulan
Ramadhan;
75 Pembinaan+Ortu
Dipanggil
12 Mengikuti atau menjadi anggota
organisasi perkumpulan terlarang;
75 Pembinaan+Ortu
Dipanggil
13 Berkelahi baik perorangan maupun
kelompok di dalam madrasah atau di
luar madrasah, menganiaya atau main
hakim sendiri;
75 Pembinaan+Ortu
Dipanggil
14 Berurusan dengan yang berwajib
karena kejahatan/kriminal;
75 Pembinaan+Ortu
Dipanggil
15 Mengambil/mencuri atau
menyembunyikan barang milik orang
lain dan atau madrasah;
50 –
100
Pembinaan+Ortu
Dipanggil
16 Mengubah, merusak, memalsukan
rapot atau dokumen lain;
100 Pembinaan+Ortu
Dipanggil
17 Berjudi, malak atau ngompas; 100 Pembinaan+Ortu
Dipanggil
18 Membawa atau minum minuman
keras dan atau obat terlarang;
150 Dipersilahkan
Mengundurkan diri /
Pindah
19 Mengedarkan dan atau
mengkonsumsi narkotika, obat
150 Dipersilahkan
Mengundurkan diri /
63
psikotropika dan atau obat terlarang
lainnya;
Pindah
20 Bertato
150 Dipersilahkan
Mengundurkan diri /
Pindah
21 Bertindik bagi siswa laki-laki dan
khusus bagi siswa perempuan
bertindik kecuali di telinga (misalnya
di hidung, di lidah, ditelinga lebih
dari satu, dll)
150 Dipersilahkan
Mengundurkan diri /
Pindah
22 Melakukan pelecehan seksual dan
atau porno aksi;
50 -150 Pembinaan /
Dipersilahkan
Mengundurkan diri /
Pindah
23 Hamil atau menghamili. 150 Dipersilahkan
Mengundurkan diri /
Pindah
BAB V
SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB
1. Pemberian sanksi dari setiap pelanggaran tata tertib siswa adalah
sesuai dengan yang ada pada kolom tindakan dan ditambah
dengan mencari dan mengambil sampah (plastik atau kertas)
sebanyak jumlah poin dari jenis pelanggaran yang dilakukan;
2. Setiap ada pelanggaran terhadap tata tertib, siswa akan diadakan
pembinaan secara bertahap sesuai dengan jumlah poin
pelanggaran yang dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :
a. 05 – 40 : Diberi teguran dan pembinaan oleh guru dan
atau wali kelas;
b. 41 – 60 : Mendapat pembinaan dari wali kelas
dan membuat surat pernyataan yang
diketahui orang tua, wali kelas dan atau guru
64
BK;
c. 61 – 100 : Pemanggilan orang tua/wali oleh wali kelas
selanjutnya dipertemukan dengan guru BK
dan Kepala Madrasah;
d. 101 –
120
: Diskors / tidak boleh masuk sekolah
selama 3 hari dan dapat masuk kembali
setelah mendapat ijin dari madrasah;
e. 121 –
140
: Diskors / tidak boleh masuk sekolah
selama 5 hari dan dapat masuk kembali
setelah mendapat ijin dari madrasah dengan
diantar oleh orang tua / wali dan diserahkan
kepada madrasah;
f. 141 –
150
: Dipersilahkan mengajukan permohonan
pindah sekolah / mengundurkan diri dari
MTs Negeri 2 Temanggung.
BAB VI
POIN PENGHARGAAN PRESTASI SISWA
Tabel 4.8
Poin penghargaan siswa Klasifikasi A
No Jenis Prestasi Poin
1 Sebagai pengurus OSIS dan Dewan Kerja Penggalang :
a. Ketua dan Wakil Ketua 20
b. Sekretaris dan Bendahara 20
c. Anggota pengurus dan seksi-seksi 15
2 Aktif dalam kegiatan di sekolah (hari besar nasional dan
Islam) serta upacara
10
3 Sebagai pengurus kelas
a. Ketua dan Wakil Ketua 15
65
b. Sekretaris dan Bendahara 10
c. Anggota pengurus dan seksi-seksi 10
4 Prestasi di bidang akademik dan non akademik di
lingkungan madrasah
a. Prestasi Pararel
1) Peringkat 1 25
2) Peringkat 2 20
3) Peringkat 3 15
b. Peringkat di Kelas
1) Peringkat 1 15
2) Peringkat 2 10
3) Peringkat 3 10
Tabel 4.9
Poin penghargaan siswa Klasifikasi B
No Jenis Prestasi Poin
1 Menjadi Duta Madrasah :
a. Tingkat Kecamatan 10
b. Tingkat Kabupaten / Kota 25
c. Tingkat Propinsi 50
d. Tingkat Nasional 100
e. Tingkat Internasional 150
2 Berprestasi di Kejuaraan di Luar Madrasah
a. Tingkat Kecamatan
1) Peringkat 1 15
2) Peringkat 2 10
3) Peringkat 3 10
b. Tingkat Kabupaten / Kota
1) Peringkat 1 35
2) Peringkat 2 30
3) Peringkat 3 30
c. Tingkat Propinsi
1) Peringkat 1 50
2) Peringkat 2 40
3) Peringkat 3 40
d. Tingkat Nasional
1) Peringkat 1 100
2) Peringkat 2 75
3) Peringkat 3 50
e. Tingkat Internasional
1) Peringkat 1 200
2) Peringkat 2 150
3) Peringkat 3 100
66
BAB VII
PENJELASAN
1. Jumlah poin pelanggaran yang terakumulasi berlaku untuk
satu semester dan poin yang ≤ 80 untuk semester
berikutnya dimulai dari 0 dan poin yang ≥ 81 untuk semester
berikutnya dihitung 50 % ;
2. Pemberian penghargaan kepada siswa yang berprestasi diatur
sesuai dengan ketentuan dan ketetapan dari madrasah;
3. Poin Prestasi bisa mengurangi poin pelanggaran 50% selama
yang bersangkutan tidak melakukan pelanggaran berat
(klasifikasi C)
4. Hal – hal yang belum tercantum dalam tata tertib ini akan
diatur kemudian;
5. Segala masukan yang diberikan setelah penerbitan buku ini
akan dijadikan pertimbangan dalam merevisi tata tertib pada
tahun pelajaran berikutnya;
6. Tata Tertib ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
f. Profil Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung
Di MTs Negeri 2 Temanggung ini sebenarnya banyak
tenaga pengajar yang lulusan Agama Islam. Tetapi yang mengajar
Pendidikan Agama Islam ada 5 orang. Pelajaran PAI di MTs
Negeri 2 Temanggung ini terdiri dari mata pelajaran Fikih, Aqidah
67
Akhlak, Qur’an Hadiṡ, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).
Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung mayoritas telah memenuhi
Standar Nasional Pendidikan (SNP), karena sudah memiliki
kualifikasi akademik S1 yang sesuai antara latar belakang
pendidikan dengan bidang yang diajarkan. Adapun mengenai
pembagian materi ajar adalah sesuai dengan kebijakan dan
keputusan dari Kepala Madrasah. Guru PAI di MTs Negeri 2
Temanggung ini tidak hanya dilibatkan dalam proses pengajaran,
namun juga dilibatkan dalam tugas-tugas lain sesuai dengan skill
yang dipunyai. Kepala Madrasah melibatkan Guru PAI menjadi
walikelas, pembina ekstrakurikuler keagamaan dan pramuka, serta
tugas-tugas yang lain.
Guru PAI di MTs Negeri 2 TEMANGGUNG ini terdiri dari 5
orang, yaitu:
Tabel 4.10
Daftar Nama Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung
Nama Guru Riwayat Pendidikan Jabatan
Khusnaini Fauzi, S.Ag., M.Si. 1) S1 STAIN
Salatiga Jurusan
PAI lulus tahun
2001
2) S2 UIN Sunan
Kalijaga
Yogyakarta
Jurusan PI lulus
tahun 2009
1) Guru Mapel
Qur’an Hadiṡ
2) Wali Kelas
3) Pembina
Pramuka
4) Koordinator
Mushola MTs
Nur Aminudin, S.Ag. 1) S1 IAIN Sunan
Kalijaga
Yogyakarta
Jurusan PAI
lulus tahun
1) Guru Mapel
Fiqih
2) Waka. Bidang
Humas
68
1993
Iffah Satriyawan, S.PdI. 1) UIN Sunan
Kalijaga
Yogyakarta
Jurusan
Perbandingan
Agama (PA)
lulus tahun
1994
2) STAINU
Temanggung
jurusan PAI
lulus tahun
2002
1) Guru mapel
fiqih dan
akidah akhlak
2) Wali Kelas
Puji Astuti, S.PdI. 1) S1 IAIN
Walisongo
Semarang
Jurusan B.Jawa
lulus tahun
2002
2) S1 IAIN
Walisongo
Semarang
Jurusan PAI
lulus tahun
2012
1) Guru Mapel
Aqidah
Akhlak
2) Koordinator
Mushola MTs
Lilik Hanifah, S.Ag. 1) STAINU
Temanggung
jurusan PAI
lulus tahun
1999
1) Guru Mapel
SKI dan
Qur’an Hadiṡ
2) Koordinator
Umum
mushola MTs
2. PEMBAHASAN Q.S. AN-NAHL AYAT 43-44
a. Redaksi Ayat dan Terjemahan
Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang
lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah
kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui. 44. Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab.
dan kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan
69
pada umat manusia apa yang Telah diturunkan kepada mereka dan
supaya mereka memikirkan” (Departemen Agama RI, 2006: 68).
b. Makna Mufrodat
Agar engkau
menjelaskan
: Orang laki-
laki
: Kepada
manusia
: Kepada ahli
żikr (Taurat
dan Injil)
:
Apa yang
diturunkan
:
kitab-kitab
:
Mereka
berpikir
: Kami
turunkan
:
Peringatan
(al-Qur’an)
:
c. Munasabah
Secara etimologis, munasabah berarti al-musyarakah atau
al-mugharabah yang berarti menyerupai dan saling mendekati
(Wahid, 2002: 91). Selain itu, munasabah juga berarti persesuaian,
hubungan atau relevansi (Djalal. 2000: 154). Secara terminologis,
munasabah adalah adanya keserupaan dan kedekatan diantara
berbagai ayat, surat, dan kalimat yang mengakibatkan adanya
hubungan persesuaian antar ayat atau surat yang satu dengan ayat
atau surat yang lain, baik sebelum maupun sesudahnya. Hubungan
tersebut bisa berbentuk keterikatan makna ayat-ayat dan macam-
macam hubungan atau keniscayaan dalam pikiran, seperti
hubungan sebab musabab, hubungan penguatan, penafsiran dan
penggantian (Wahid, 2002: 91). Berkaitan dengan hal diatas, para
70
mufasir mengingatkan agar dalam memahami atau menafsirkan
ayat-ayat Al-Qur’an, khususnya yang berkaitan dengan penafsiran
ilmiah, seorang dituntut untuk memperhatikan segi-segi bahasa Al-
Qur’an serta korelasi antar ayat (Shihab, 1994: 135). Dengan
demikian penyusunan rangkaian ayat-ayat Al-Qur’an tidak
didasarkan pada kronologi masa turunnya, tetapi lebih pada
korelasi makna ayat-ayatnya, sehingga kandungan ayat-ayatnya
memiliki korelasi antara kandungan ayat sebelum dan sesudahnya.
Di dalam ayat yang lalu, Allah swt. menjelaskan bahwa
kaum musyrikin mengingkari keRasulan Muhammad saw. dan
menganiaya Nabi dan pengikutnya sehingga mereka hijrah
menyelamatkan diri. Hal ini menunjukkan bahwa kaum musyrikin
tidak memerlukan Nabi karena tidak meyakini hari kebangkitan
dan pembalasan. Dalam ayat-ayat ini, Allah swt. menjelaskan
pengingkaran mereka dalam bentuk lain untuk mendustakan
keRasulan Muhammad saw. Mereka menyangkal keRasulan
Muhammad dengan mengatakan kalau Allah akan mengirimkan
utusan, tentu Ia akan mengutus malaikat. Akan tetapi, alasan
mereka itu tidak dapat dibenarkan karena selama ini Allah hanya
mengutus manusia sebagai Rasul untuk manusia (Departemen
Agama RI, 2004: 327). Jadi sesuai dengan referensi diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa munasabah yang ada pada Q.S. An-Nahl
71
ayat 43-44 ini adalah munasabah antar ayat, yaitu terletak pada
ayat 41, 43, dan 44.
d. Asbab Al-Nuzul
Ibnu Jarir at-Tabarī dan Ibnu Hatm meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas
bahwa ia berkata, “Ketika Allah mengutus Muhammad sebagai
Nabi, orang Arab mengingkarinya. Kemudian turunlah ayat ini
(Departemen Agama RI, 2004: 327).
e. Penjelasan Q.S. An-Nahl Ayat 43-44
1) Tafsir Al-Azhar
“Dan tidaklah Kami mengutus sebelum engkau,
melainkan orang-orang laki-laki yang Kami beri wahyu
kepada mereka”. Hal ini mengandung peringatan kembali
kepada beliau, bahwa Rasul Allah sebelumnya juga sama
seperti dirinya. Mempunyai isi pengajaran yang sama, bahkan
nasib pertentangannya pun banyak yang sama. Sebab mereka
itu semua adalah manusia, orang laki-laki yang tidak lepas dari
suka dan duka. Kemudian Nabi saw. disuruh untuk
menyampaikan kepada orang-orang itu: “Maka bertanyalah
kepada ahli-ahli yang telah mempunyai peringatan, jika kamu
belum mengetahui”.
Kalau masih kurang percaya akan hal itu, mereka boleh
menanyakan kepada Ahlu Al-Żikri, ahli peringatan yaitu orang-
orang Yahudi dan Nasrani yang telah menerima kitab-kitab
72
ajaran dari Nabi-nabi yang dahulu itu. Kalau mereka orang
yang jujur, niscaya mereka akan beritahukan hal yang
sebenarnya. Ahlu Al-Żikri disini adalah orang yang ahli
peringatan, atau orang yang berpengatahuan lebih luas. Umum
artinya adalah menyuruh orang yang tidak tahu untuk bertanya
kepada yang lebih tahu, karena ilmu pengetahuan itu adalah
umum sifatnya, berfaedah buat mencari kebenaran (Hamka,
1983: 246). Menurut yang dirawikan oleh Mujahid dari Ibnu
Abbas bahwa Ahlu Al-Żikri disini maksutnya ialah Ahlu Al-
Kitab. Sebelum Ahlu Al-Kitab itu dipengaruhi oleh nafsu ingin
menang sendiri, mereka akan mengakui bahwa Nabi-nabi dan
Rasul-rasul yang terdahulu itu semuanya adalah manusia
belaka, manusia pilihan yang diberi wahyu oleh Allah.
Dengan ayat ini kita mendapat pengertian bahwasanya
kita boleh menuntut ilmu kepada ahlinya, dimana saja dan
siapa saja, sebab yang kita cari ialah kebenaran. Ulama besar
Syi’ah yang terkenal, cucu Rasulullah saw. Ja’far Al-Baqir,
menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan Ahlu Al-Żikri ialah
kita sendiri, yaitu ulama dari umat ini sehingga mereka berhak
disebut sebagai Ahlu Al-Żikri. Diantara kedua tafsir mengenai
Ahlu Al-Żikri tidaklah berlawanan. Dalam hal mengenai ilmu-
ilmu Agama Islam sendiri, kita dapat bertanya kepada Ahlu Al-
Żikri dalam hal Islam, dan ilmu-ilmu yang lain yang lebih
73
umum kita tanyai pula kepada Ahlu Al-Żikrinya sendiri;
tandanya kita berfaham luas dan berdada lapang.
Nabi-nabi dan Rasul-rasul itu diutus Tuhan: “Dengan
penjelasan-penjelasan dan kitab-kitab”. Penjelasan yaitu,
keterangan-keterangan dan alasan untuk menguatkan pendirian
bahwa Allah Ta’ala itu ada dan tunggal, tidak berserikat
dengan yang lain. Sedangkan zubur, merupakan kata jama’
dari zabūr, artinya kitab-kitab. Taurat yang diturunkan kepada
Musa, Injil kepada Isa, Mazmur atau Zabur kepada Daud, dan
Shuhuf, yaitu catatan-catatan yang diterima nabi Ibrahim,
semuanya itu disebut “zubur”.
“Dan Kami turunkan kepada engkau peringatan”,
yaitu Al-Qur’an “supaya engkau terangkan kepada manusia
apa yang diturunkan kepada mereka”. Dengan ayat ini
teranglah bahwa kewajiban Nabi Muhammad saw.
menyampaikan peringatan (Al-Qur’an bukanlah kewajiban
yang baru sekarang, melainkan sambungan mata rantai saja
dari rencana Tuhan membimbing dan memberi petunjuk
kepada umat manusia yang telah dimulai sejak Adam sampai
kepada berpuluh Rasul sesudahnya, sampai kepada Nabi
Muhammad saw. (Hamka, 1983: 247). “Mudah-mudahan
mereka akan berfikir”. Maksud al-Qur’an atau peringatan itu
yang paling utama adalah mengajak orang berfikir tentang
74
dirinya, tentang hidupnya, tentang Tuhannya dan hubungannya
dengan Tuhan (Hamka, 1983: 248).
2) Tafsir Jalalain
: }فاسئ لوآ أهل الذكر{المالئكة لنآ من ق بلك ألا رجال ن وحي أليهم{}ومآ أرس
: ذلك فأهنم يعلمونه وأنتم أىل تصديقهم }أنكنتم ل ت علمون{العلماء بالتوراة واألجنيل
: متعلق مبحذوف }بالب ينات {أقرب من تصديق املؤمنني مبحمدصلى اهلل عليه وسلم
}لتب ين : القرآن}وأن زلنا أليك الذكر{: الكتب }والزبر{أرسلناهم باحلجج الواضحة
رون{: فيه من حالل واحلرام للناس م ن زل أليهم{: يف ذلك فيعتربون}ولعلهم ي ت فك
(۹۱۲ )صفحة
قبلك ألا رجا ل نوحى أليهم ( ) وما أرسلنا من “Dan tidaklah Kami
mengutus sebelum kamu melainkan orang laki-laki yang Kami
beri wahyu” bukan malaikat.
كر ) Maka bertanyalah kepada orang-orang“ ( فا سئالوا أهل الذ
yang mempunyai pengetahuan”, yakni para ulama yang
mengusai Taurat dan Injil.
jika kamu tidak mengetahui” hal itu. Karena“ ( أن كنتم ل تعلمون )
mereka mengetahuinya. Dan kamu lebih percaya kepada
mereka daripada orang=orang mukmin tentang Muhammad.
Dengan (membawa) bukti-bukti”, kata ini“ ( با البينا ت )
muta’aliq (berhubungan) dengan kata yang mahdzuf
75
(dihilangkan), maksudnya Kami mengutus mereka dengan
membawa hujjah-hujjah yang jelas ( بر -dan zabur“ ( والز
zabur”, yakni kitab-kitab.
( كر وأنزلنا ألي ك الذ ) “Dan Kami turunkan kepadamu pelajaran”,
yakni Al-Qur’an ( ل أليهم agar kamu“ ( لتبين للنااس ما نز
menerangkan kepada manusia apa yang telah dirurunkan
kepada mereka” di dalam Al-Qur’an itu tentang halal dan
haram ( رون ولغلا كم يتفكا ) “dan supaya mereka berpikir” tentang
hal itu, lalu mengambil pelajaran yang berharga (Muhammad
dan Abdirrahman, 2011: 265).
f. Penafsiran Q.S. An-Nahl Ayat 43-44
Awal ayat 43 yang berbunyi:
“Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang
lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah
kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui”.
Allah menyatakan bahwa Dia tidak mengutus seorang
Rasul pun sebelum Nabi Muhammad kecuali manusia yang diberi-
Nya wahyu. Ayat ini menggambarkan bahwa Rasul-rasul yang
diutus itu hanyalah laki-laki dari keturunan Adam a.s. sampai Nabi
Muhammad saw yang bertugas membimbing umatnya agar mereka
76
beragama tauhid dan mengikuti bimbingan wahyu (Departemen
Agama RI, 2004: 327).
الرجال (1
Laki-laki yang dimaksud disitu adalah jenis manusia
pilihan, bukan Malaikat (Shihab, 2012: 162). Adapun dalam
tafsir Al-Misbah, para ulama menjadikan kata ( رجال) rijāl
sebagai alasan untuk menyatakan bahwa semua manusia yang
diangkat Allah sebagai Rasul adalah pria, dan tidak satupun
yang wanita! Memang, dari segi bahasa, kata rijal yang
merupakan bentuk jamak dari kata (رجل) rajul seringkali
dipahami dalam arti lelaki. Namun demikian, terdapat ayat-
ayat Al-Qur’an yang mengesankan bahwa kata tersebut tidak
selalu dalam arti jenis kelamin laki-laki. Ia digunakan juga
untuk menunjuk manusia yang memiliki keistimewaan atau
ketokohan atau ciri tertentu yang membedakan mereka dari
yang lain (Shihab, 2012: 591). Ketika mengutus laki-laki
sebagai utusan, menunjukkan bahwa Allah memilih laki-laki
karena laki-laki merupakan simbol kekuatan dan kemampuan.
Sehingga ketika ditarik dalam dunia pendidikan, maka seorang
pendidik harus memiliki kapasitas profesional yang baik.
Karena tidak sembarang orang bisa menjadi guru.
Ma’rifah Ilāhiyah tidak dapat diperoleh manusia tanpa
perantara, untuk itu diutus seorang dari sejenis mereka
77
(manusia) untuk menjelaskan dan mengajar. Karena sesama
manusia, maka akan lebih mudah dalam menjelaskan dengan
bahasa kaumnya saat itu. Turunnya al-Qur’an kepada Nabi
Muhammad sesuai dengan keadaan saat itu (Shihab, 2012:
592). Jika ditarik dalam dunia pendidikan ada poin-poin yang
tersirat, yaitu bahwa dalam memberikan ilmu harus interaksi
langsung antara pendidik dan peserta didik. Para Rasul diutus
Allah di kaumnya agar ajaran kebenaran yang disampaikan
sesuai dengan situasi dan kondisi kaumnya saat itu. Hal ini
searah dengan salah satu konsep pendidikan yaitu
pembelajaran kontekstual artinya bahwa materi pelajaran
disesuaikan dengan situasi dunia nyata atau sesuai dengan
konteks masyarakat yang ada (Trianto, 2007: 20).
أهل الذكر (2
Jika mereka ragu-ragu tentang kebenaran masalah
diatas, hendaklah mereka bertanya kepada ahlu al-żikr.
Menurut tafsir al-Qur’anul Majid An-Nuur, ahlu al-żikr adalah
ahlu al-kitab yang telah lalu yaitu orang Yahudi atau Nasrani
(Ash-Shiddieqy, 2000: 2234). Dalam terjemah Tafsir Jalalain
(Junaidi, 2011: 265) disebutkan bahwa ahlu al-żikr adalah
orang yang mempunyai pengetahuan, yakni para ulama yang
menguasai Taurat dan Injil. Dalam tafsir al-azhar (Hamka,
78
1983: 247) ahlu al-żikr adalah ahli peringatan, yaitu orang-
orang Yahudi dan Nasrani yang telah menerima kitab-kitab
dan ajaran dari Nabi-nabi yang dahulu itu. Ahlu al-żikr
menurut Hamka (1983: 247) juga berarti orang yang ahli
peringatan atau orang yang berpengatahuan lebih luas.
Ada juga yang berpendapat bahwa al-żikr dalam ayat ini
merujuk pada Nabi Muhammad saw. Walaupun ditujukan
kepada ulama Yahudi dan Nasrani, tetapi ayat ini bisa berarti
umum lagi. Bagi mereka yang kurang memahami suatu hal,
perlu bertanya kepada ahlinya, termasuk diantarnya para ulama
Islam (Departemen Agama RI, 2004: 327). Dilihat dari segi
arti kalimatnya, ulama’ adalah ahli ilmu, terutama ilmu agama.
Untuk itu, tidak sembarang orang bisa disebut sebagai ulama’,
justru biasanya tidak ada ulama’ yang menyebut dirinya
sebagai ulama’. Daripada ahli ilmu, tafsiran Ahl al-żikr sebagai
ahli peringatan atau orang yang mempunyai pengetahuan, jauh
mempunyai makna yang lebih luas. Salah satu yang bisa
disebut sebagai orang yang mempunyai pengetahuan adalah
seorang pendidik atau guru. Guru adalah penerus misi
79
keRasulan dan ahli waris para Nabi. Guru atau pendidik dalam
Islam merupakan pengemban amanat bersama orang tua dalam
melestarikan Risalah Allah SWT (Mahmud, 2011: 136).
Jadi kesimpulannya inti dari ayat ini adalah Allah swt.
memilih manusia-manusia pilihan sebagai Nabi dan Rasul (bukan
malaikat), untuk memberi mereka petunjuk dan bimbingan untuk
mereka sampaikan kepada masyarakat mereka masing-masing.
Tidak satupun diantara mereka yang bukan manusia (Shihab, 2012:
163). Jika mereka meragukan kebenarannya, maka Allah
memerintahkan untuk bertanya kepada ahlu al-żikr (ahli kitab
sebelum Muhammad). Menurut tafsir Nurul Qur’an yang
diterjemahkan oleh Salman Nano (2005: 522), kata-kata ini
dialamatkan pada orang-orang kafir. Sedangkan dalam tafsir
muyassar yang diterjemahkan oleh tim Qisthi Press (2007: 437),
yang dimaksud dengan mereka adalah kalian wahai kaum
Muslimin. Dengan ayat ini kita mendapat pengertian bahwasannya
kita boleh menuntut ilmu kepada ahlinya, dimana saja dan siapa
saja, sebab yang kita cari ialah kebenaran. Menurut Shihab (2002:
591) walaupun penggalan ayat ini turun dalam konteks tertentu,
80
yakni objek pertanyaan, serta siapa yang ditanya tertentu pula,
tetapi karena redaksinya yang bersifat umum, dapat dipahami pula
sebagai perintah bertanya apa saja yang tidak diketahui atau
diragukan kebenarannya kepada siapapun yang tahu dan tidak
tertuduh objektifitasnya. Jika menemukan kesulitan, maka tanyalah
kepada ahlinya (Shihab,2012: 163). Dalam hal yang mengenai
ilmu-ilmu Agama Islam, niscaya bertanyalah kepada ahlu al-żikr
dalam hal Islam, dan ilmu-ilmu yang lain yang lebih umum,
bertanyalah pula kepada ahlu al-żikrinya sendiri (Hamka, 1983:
247).
“Dengan keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan
kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada
umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan
supaya mereka memikirkan”.
Maksudnya, Kami mengutus mereka dengan membawa hujjah-
hujjah yang jelas dan zabur-zabur yakni kitab-kitab (Muhammad
dan Abdirrahman, 2011: 265). Dan kami turunkan al-Qur’an
kepadamu sebagai peringatan bagi manusia agar kamu memberi
tahu mereka tentang apa yang telah diturunkan kepada mereka,
berupa hukum, syari’at dan menjelaskan hukum-hukum yang terasa
81
sulit oleh mereka, serta menguraikan apa yang diturunkan secara
garis besar, sesuai dengan tingkt kesiapan dan pemahaman mereka
terhadap rahasia tasyri’ (Al-Maraghi, 1994: 162). Sesuai dengan
sifat pendidik yaitu guru harus mengetahui tabiat peserta didik (Al-
Abrasyi, 1970: 140), maka dapat dikatakan bahwa seorang
pendidik dalam mengajar materi harus melihat kesiapan, dan
kemampuan pemahaman peserta didik
الزبر (3
Selanjutnya Allah Ta’ala mengemukakan bahwa Dia
mengutus para Rasul itu dengan membawa keterangan-
keterangan dan kitab- kitab, yakni berbagai hujah, dalil, dan
az-zubur (Ar-Rifa’i, 1999: 1031). Kata (الزبر) az-zubur adalah
jamak dari kata (زبور) zabūr, yakni tulisan. Yang dimaksud
disini adalah kitab-kitab yang ditulis, seperti Taurat, Injil,
Zabur, dan Shuhuf Ibrahim as. Para ulama berpendapat bahwa
zubur adalah kitab-kitab singkat yang tidak mengandung
syariat, tetapi sekedar nasehat-nasehat (Shihab, 2002: 592).
Jika kita kaitkan dengan dunia pendidikan, maka pembelajaran
akan menjadi lebih bermakna jika selalu diisi dengan nasehat-
nasehat. Hal ini searah dengan salah satu usaha untuk
mengembangkan afektif peserta didik. Ranah afektif
merupakan kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi,
dan reaksi yang berbeda-beda dengan penalaran. Kawasan
82
afektif yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek
emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap
moral, dan lain sebagainya (Dimyati dan Mudjiono, 2009:
298). Jadi pada intinya, dalam pembelajaram ranah afektif atau
pembentukan sikap dan perilaku peserta didik juga harus lebih
diperhatikan oleh pendidik. Terlebih lagi guru agama yang
bertugas membimbing dan mengarahkan peserta didik agar
menjadi pribadi yang lebih islami.
ما نزل dan أنزلنا (4
Dan Kami turunkan kepadamu pelajaran, yakni al-Qur’an
sebagai peringatan bagi manusia agar kamu memberi tahu
mereka tentang apa yang telah diturunkan kepada mereka (Al-
Maragi, 1987: 162). Pengulangan kata turun dua kali, yakni
(ما نزل) anzalnā ilaika/Kami turunkan kepadamu dan )أنزلنا أليك(
mā nuzzila ilaihim/apa yang telah diturunkan kepada mereka
mengisyratkan perbedaan penurunan yang dimaksud. Yang
pertama adalah penurunan al-Qur’an kepada Nabi Muhammad
saw. yang bersifat langsung dari Allah swt. dan dengan redaksi
pilihan-Nya sendiri, sedangkan yang kedua adalah yang
ditujukan kepada manusia seluruhnya (Shihab, 2002: 593).
Sudah menjadi kewajiban Nabi saw. untuk menjelaskan apa
yang telah diturunkan kepadanya, sementara kewajiban
83
manusia adalah menerima penjelasan-penjelasan tersebut atas
dasar pemikiran yang sehat (Imani, 2005: 526).
الذكر (5
Yang dimaksud al-żikr disitu adalah al-Qur’an. Al-żikr
merupakan salah satu nama al-Qur’an yang dari segi bahasa
adalah antonim kata lupa. Al-Qur’an dinamai demikian karena
ayat-ayatnya berfungsi mengingatkan manusia apa yang
berpotensi dilupakannya dari kewajiban, tuntunan, dan
peringatan (Shihab. 2012: 163). Al-żikr secara etimologi
bermakna ingat/pengingat. Namun lebih jauh dari itu, al-żikr
bisa dimaknakan yang lebih spesifik yaitu pelajaran. Jadi bisa
berarti bahwa dalam pembelajaran, guru harus memperhatikan
pelajaran/materi yang dibahas. Dimana materi yang akan
disampaikan selalu bersumber dari al-Qur’an.
لتبين (6
Kalimat selanjutnya mengandung perintah untuk
menjelaskan kepada manusia apa yang telah diturunkan
kepadanya (al-Qur’an). Dengan ayat ini teranglah bahwa
kewajiban Nabi Muhammad saw. menyampaikan peringatan
(Al-Qur’an bukanlah kewajiban yang baru sekarang,
melainkan sambungan mata rantai saja dari rencana Tuhan
membimbing dan memberi petunjuk ummat manusia yang
telah dimulai sejak Adam sampai kepada berpuluh Rasul
84
sesudahnya, sampai kepada Nabi Muhammad saw. (Hamka,
1983: 247). Nabi Muhammad diberi al-Qur’an dan Beliau
bertugas menjelaskan kepada manusia mengenai ajaran,
perintah, larangan serta menjelaskan kandungannya, baik
berupa ucapan, perbuatan, maupun pembenaran atas apa yang
dilakukan orang lain, (Shihab, 2012: 163).
mengandung sebuah perintah. Ini لتبين dalam kata ل
berarti ada unsur kesengajaan untuk mengajar dan mendidik.
Sebagaimana makna mengajar merupakan perbuatan yang
disengaja oleh pendidik dengan sebuah kesadaran. Maka
sebaiknya jika melakukan sesuatu dimulai dengan rencana,
baik itu rencana dengan apa yang disampaikan maupun
bagaimana menyampaikan. Sesuai dengan standar formal
mengajar, maka harus ada rencana pembelajaran, baik itu
muatan materi, proses ataupun evaluasi.
يتفكرون (7
Di akhir ayat, Allah menegaskan agar mereka
memikirkan kandungan isi al-Qur’an dengan pemikiran yang
jernih untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan di
akhirat, terlepas dari berbagai macam azab dan bencana seperti
yang menimpa umat-umat sebelumnya (Departemen Agama
RI, 2004: 328). (ولعلهم يتفكرون) “agar mereka berfikir”, dalam
kalimat ini mengandung makna secara tersirat, yaitu agar
85
berfikir harus tumbuh kesadaran. Maka secara teknisnya, peran
guru adalah mampu menumbuhkan kesadaran tentang apa
yang ada dalam al-Qur’an. Selain itu, mengandung makna
tersirat bahwa untuk mengetahui sejauh mana siswa berfikir
dan faham, maka seorang guru juga perlu membuat evaluasi
pembelajaran.
3. PENYAJIAN DATA BERDASARKAN HASIL PENELITIAN
a. Kebijakan kepala sekolah terkait dengan Guru PAI
Posisi seorang guru sangat dipengaruhi oleh kebijakan
kepala sekolah. Kepala sekolah menetapkan beberapa kebijakan
terkait dengan standarisasi pengangkatan Guru PAI. Salah satunya
adalah kesesuaian ijazah dengan materi yang akan diajarkan.
Kemudian juga ada kriteria-kriteria yang dipertimbangkan, yaitu
kemampuan dasar al-Qur’an dan softskill yang dipunyai. Sebelum
menerima/mengangkat Guru PAI, secara prosedural tetap
dilakukan test terlebih dahulu. Diantaranya adalah test baca al-
Qur’an, sikap dan kepribadian serta motivasi mengajar.
Untuk selanjutnya peneliti ingin mengetahui tentang
kebijakan kepala sekolah dalam memaksimalkan peran guru
sebagai pengajar dan pembimbing. Kebijakan yang dilakukannya
adalah dengan cara sebagai berikut:
“Kalau terkait peran guru sebagai pengajar, saya lebih
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada guru untuk
mengembangkan metode mengajar sesuai dengan mata
pelajaran yang diampu. Saya juga mewajibkan Guru PAI
86
untuk menyusun RPP di awal tahun pelajaran. Dan juga
memfasilitasi media pembelajaran yang membutuhkan
praktek, misalnya perawatan jenazah (dengan menyediakan
peraga yang dibutuhkan), haji dengan mengadakan
manasik haji, qurban dengan mengadakan pelatihan
qurban, dsb. Kemudian sebenarnya saya juga ingin
memberi kesempatan kepada guru untuk mengajar sesuai
dengan bidang keahlian atau yang lebih dikuasai oleh
masing-masing guru. Namun karena situasi, kondisi dan
faktor lain sehingga saat ini yang terpenting adalah jam
mengajarnya terpenuhi, karena mereka sudah sertifikasi
semua” (W/K/KH/12-02-2018/13.28WIB).
“Kalau terkait dengan guru sebagai pembimbing, saya
memberikan tugas-tugas tambahan kepada Guru PAI, baik
itu menjadi wali kelas, pembina ekstrakurikuler
keagamaan, pramuka, dan lain sebagainya sesuai dengan
bidang keahliannya” (W/K/KH/12-02-2018/13.31).
Sesuai dengan hasil observasi, juga menunjukkan bahwa
semua Guru PAI di sekolah ini merupakan lulusan PAI dan sudah
ter-sertifikasi (O/G/KF-NA-IS/PA/LH). Selain itu, beberapa Guru
PAI disini juga lulusan dari pondok pesantren (O/G/KF-PA-LH).
Pertanyaan selanjutnya adalah tentang pembiasaan
keagamaan yang diterapkan di sekolah ini. KH memaparkan bahwa
kebiasaan keagamaan yang diterapkan diantaranya adalah: Tadarus
juz’amma setiap pagi, membaca asma’ul husna setiap hari jum’at,
infaq dan shodaqoh, sholat dhuha, sholat dzuhur berjama’ah, dan
praktek-praktek ibadah lain seperti zakat, praktek qurban,
perawatan jenazah, serta manasik haji.
b. Motivasi dan pemahaman mengenai peran sebagai Guru PAI
Motivasi diri dan pemahaman mengenai peran yang harus
dilakukannya sangat mempengaruhi seorang guru dalam
87
menjalankan tugas dan kewajibannya. Dengan motivasi dan
pemahaman mengenai peran sebagai Guru PAI, akan membuat
seorang guru sadar dengan posisinya. Motivasi dan pemahaman
tugas masing-masing guru tentu saja berbeda-beda. Diantaranya
adalah sebagai berikut:
“Motivasi saya sebagai Guru PAI adalah ikut
menyampaikan/dakwah agama sesuai dengan hadis
Rasulullah, sampaikanlah walau satu ayat. Dan juga
karena sesuai dengan apa yang saya pelajari di Perguruan
Tinggi. Kalau terkait dengan peran Guru PAI, menurut
saya Guru PAI itu bertugas membentuk karakter anak dan
menebalkan keimanan anak, yang nantinya akan
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dari
usaha ini, diharapkan akan muncul anak sholeh”
(W/G/NA/13-02-2018/13.30WIB).
“Motivasi saya ingin menjadi Guru PAI adalah untuk
memanfaatkan ilmu yang saya dapatkan. Kalau peran Guru
PAI menurut saya, lebih sebagai pembimbing dalam
rangka pembentukan akhlaqul karimah peserta didik”
(W/G/LH/13-02-2018/20.00WIB).
“Kaitannya dengan PAI tentu banyak tantangan, halangan
dan permasalahan yang dihadapi, terutama menyangkut
pada masalah-masalah immateri, misalnya aqidah,
keimanan/kepercayaan dan ibadah. Sebagai Guru PAI saya
ingin menjembatani peserta didik anatara pemahaman
yang bersifat materi dan immateri. Menurut saya, Guru
PAI selain mempunyai peran terhadap pemahaman aqidah,
keimanan, dan ibadah, juga sangat berperan dalam
pembentukan watak, perilaku, serta sikap yang m,engarah
pada internalisasi nilai dan diwujudkan dalam akhlaqul
karimah” (W/G/KF/13-02-2018/13.00WIB).
Jadi kesimpulannya, sebagian besar Guru PAI mempunyai
motivasi religi yang cukup mulia. Dan juga sudah cukup
memahami mengenai peran yang harus dilakukannya. Pada intinya
peran Guru PAI adalah untuk membimbing, dan membentuk
88
karakter peserta didik agar menjadi anak yang ber-akhlaqul
karimah.
c. Implementasi peran guru sebagai pengajar
Untuk memaparkan mengenai peran guru sebagai pengajar, peneliti
menggunakan teknik wawancara dengan indikator-indikator
pertanyaannya, diperoleh dari hasil analisis peran pendidik
menurut Q.S. An-Nahl ayat 43-44. Indikator-indikatornya adalah
sebagai berikut:
1) Penyampaian materi dengan bahasa yang mudah dipahami oleh
siswa serta menyesuaikan materi pelajaran dengan situasi,
kondisi, dan konteks yang ada dalam masyarakat atau dalam
kehidupan sehari-hari (pembelajaran kontekstual).
Menurut KF cara menyampaikan materi adalah
dihubungkan dengan suasana pemikiran siswa yang nyata.
Yaitu memberikan analogi dan contoh-contoh yang dapat
dilogika dan dinalar oleh siswa, khususnya materi tentang
aqidah dan iman. Sedangkan menurut NA juga sama, dengan
memberi contoh dengan apa yang ada dalam
masyarakat/kehidupan sehari-hari, kemudian anak digiring
pada titik materi sehingga mampu memahami. Sedangkan
kalau menemukan istilah yang asing/sulit, menurut IS caranya
adalah dengan menuliskan di papan tulis, kemudian dibaca
berulang-ulang.
89
Jadi pada intinya, dalam mengajarkan materi PAI guru
sering menggunakan pendekatan kontekstual, yaitu
mengkaitkan materi dengan konteks yang ada dalam
masyarakat dan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa
keseharian, diharapkan siswa lebih mudah memahaminya.
2) Persiapan materi yang akan dibahas dan membuat rencana
pembelajaran
Menurut KF untuk persiapan mengajar adalah dengan
membuat rencana pembelajaran sebagai desain dan panduan
agar apa yang disampaikan tidak keluar dari materi pokok.
Sedangkan menurut NA, adalah dengan membuat rencana
pembelajaran yang sederhana, misalnya kelas mana yang
diajar, materi apa yang akan disampaikan, dan juga metodenya
bagaimana.
Sesuai dengan hasil pengamatan peneliti, guru-guru
disini memang mempersiapkan materi dan membuat rencana
pembelajaran (RPP).
3) Kewajiban menjelaskan kepada manusia mengenai ajaran,
perintah, dan larangan yang terkandung dalam al-Qur’an. Ini
artinya dalam mengajar guru menerapkan pembelajaran
tekstual.
Menurut NA, untuk materi fiqih lebih menekankan pada
penjelasan mengenai ibadah dan aplikasinya dalam kehidupan
90
sehari-hari. Sedangkan menurut PA adalah caranya adalah
dengan menjelaskan makna dalam al-Qur’an. Menurut LH cara
mengajarkannya adalah dengan pemahaman konsep mengenai
materi yang dibahas.
Jadi bisa bisa disimpulkan bahwa Guru PAI disini
mengajarkan pelajaran sesuai dengan teks/bahan materi yang
ada. Ini artinya guru menerapkan pembelajaran tekstual.
4) Perhatian menyangkut kemampuan pemahaman siswa
Menurut NA menekankan perbedaan kemampuan anak
adalah hal penting. Untuk mengecek pemahaman siswa
biasanya dengan mengulas mengenai materi yang telah
dipelajari, jika sudah faham saya lanjutkan, jika belum maka
saya ulas kembali. Dengan hal ini diharapkan akan ada
kesamaan kemampuan anak dalam menerima pelajaran.
Sedangkan menurut IS, guru harus memahami perbedaan
kemampuan anak. Ada yang sedang, menengah, dan tinggi.
Sehingga kalau mengetahui perbedaan anak, maka dapat
menentukan strategi yang berbeda-beda dalam mengajar..
5) Pengadaan evaluasi pembelajaran untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa.
Menurut KH penilaian pemahaman dapat dilakukan
dengan tanya jawab tentang materi. Untuk penguatan
pemahaman siswa, guru bisa memberikan tugas tambahan
91
terkait dengan materi. Kemudian guru juga memberikan
ulangan harian, dan dari hasil ini dapat dijadikan kesimpulan
apakah siswa faham atau tidak, perlu adanya remedial dan
pengayaan atau tidak. Sedangkan menurut PA adalah dengan
melakukan penilaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
d. Implementasi guru sebagai pembimbing
1) Guru selalu mengingatkan siswa dari hal-hal yang dilarang oleh
agama dan menganjurkan kebaikan.
Menurut PA cara untuk mengingatkan peserta didik
adalah dengan konsisten memberi peringatan. Dan
memberikan contoh nyata, tidak hanya mengingatkan lewat
lisan saja, tetapi juga sambil melakukan tindakan secara
langsung. Contohnya tidak hanya menyuruh sholat, tetapi juga
ikut mengontrol/mendampingi anak agar segera bergegas
melaksanakan sholat dzuhur berjama’ah. Sedangkan menurut
NA, untuk menganjurkan kebaikan selain dengan memberikan
nasehat atau pesan-pesan, juga dengan memberi contoh yang
baik. Dengan uswah hasanah diharapkan anak dapat
terinspirasi untuk selalu berbuat kebaikan.
92
2) Guru selalu menyampaikan nasehat-nasehat kepada siswa. Ini
merupakan salah satu usaha guru dalam mengembangkan
afektif siswa.
Menurut LH, cara menasehati dalam pembelajaran
adalah dengan menyampaikan nasehat yang bisa langsung bisa
dikaitkan dengan materi. Sedangkan menurut KF cara
menyampaikan nasehat-nasehat adalah dengan memberikan
motivasi dan pemahaman nilai-nilai kehidupan.
3) Guru mampu menumbuhkan kesadaran peserta didik untuk
memahami, mengingat, dan mengamalkan apa yang terkandung
dalam al-Qur’an.
Menurut KF caranya adalah dengan menanamkan
kepada peserta didik bahwa belajar agama adalah belajar
tentang aturan dan tata cara hidup yang terdapat dalam al-
Qur’an dan Hadis. Belajar agama secara tidak langsung akan
memberikan pemahaman kepada siswa tentang aturan yang
ada didunia ini, sehingga bisa membedakan yang haq dan
bathil, yang baik dan buruk, serta mengetahui hakikat
kebenaran dan kesalahan. Sedangkan menurut PA adalah
dengan cara menekankan kepada siswa untuk menghayati
pemaknaan dalam al-Qur’an. Maksudnya adalah tidak hanya
membaca al-Qur’annya saja, tetapi juga difahami maknanya.
93
e. Implementasi peran guru sebagai pemimpin (manager kelas)
1) Dalam proses belajar mengajar, guru harus berinteraksi
langsung dengan siswa.
Untuk dapat berinteraksi langsung, maka perlu ada tatap
muka antara pendidik dan peserta didik. Interaksi langsung
yang lebih intens, akan menjadikan kedekatan antara guru dan
siswa. Menurut NA, caranya adalah dengan melalui
pendekatan pribadi (pendekatan emosional). Seorang guru
harus menanamkan sifat kebapakan terhadap anak, sehingga
interaksinya akan lebih erat. Sedangkan menurut KF adalah
harus ada komunikasi, baik secara langsung atau tulisan agar
terjalin hubungan batin yang baik, sehingga tumbuh sikap
saling menghormati, menghargai dan menyayangi.
2) Guru seharusnya memperhatikan kesiapan siswa dalam
menerima materi pelajaran.
Menurut KF, cara untuk memperhatikan kesiapan
peserta didik dari segi eksternal adalah dengan
mengkondisikan kelas agar kondusif, tenang, dan memberikan
suasana kelas yang nyaman, sehingga siswa benar-benar sia
dalam menerima pelajaran. Sedangkan dari internalnya,
menurut LH adalah dengan mengecek kesiapan siswa dalam
menerima materi pelajaran, yang dapat dilakukan dengan cara
pretest.
94
B. ANALISIS DATA
1. Analisis Peran Guru dalam Perspektif Q.S. An-Nahl Ayat 43-44
a. Sebagai pendidik, guru senantiasa mengembangkan kapasitas
profesionalnya. Profesional berarti memiliki kemauan,
kemampuan, dan kekuatan, sesuai dengan analisis dari kata
laki-laki” yang berkonotasi pada makna kemampuan dan“ ,(االرجال)
kekuatan (Q.S. an-Nahl ayat 43). Kapasitas profesional yang
dimaksud adalah berkaitan dengan kompetensi- kompetensi yang
harus dimiliki oleh guru, diantaranya adalah kompetensi pedagogik
(kemampuan mengelola pembelajaran), kompetensi profesional
(penguasaan materi), kompetensi kepribadian, dan kompetensi
sosial.
b. Guru sebagai pengajar. Peran guru sebagai psengajar, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan materi dengan bahasa yang mudah
dipahami oleh siswa, serta menyesuaikan materi pelajaran
dengan situasi, kondisi, dan konteks yang ada dalam
masyarakat atau dalam kehidupan sehari-hari. Ini artinya dalam
mengajar guru menerapkan konsep pembelajaran kontekstual.
Hal ini berdasarkan pada makna ketika Allah mengutus Rasul
kepada kaumnya, sesuai dengan konteks dan bahasa kaumnya
(Q.S. An-Nahl ayat 43).
95
2) Guru menyiapkan materi yang akan dibahas dan membuat
rencana pembelajaran. Ini berdasarkan dengan makna (الذكر)
“peringatan (al-Qur’an)”, yang kemudian dianalisiskan lebih
luas lagi dengan makna materi pelajaran. Sedangkan membuat
rencana pembelajaran (RPP) diambil dari makna kata لتبين . kata
disini mengandung makna perintah untuk mengajar, berarti ل
ada kesengajaan untuk melakukan pekerjaan secara sadar.
Sehingga memulai sesuatu harus ada rencana termasuk
pembelajaran. Jadi secara teknisnya adalah guru membuat
rancangan pembelajaran/RPP (Q.S. An-Nahl ayat 44).
3) Guru berkewajiban menjelaskan kepada manusia mengenai
ajaran, perintah, dan larangan yang terkandung dalam al-
Qur’an. Ini artinya dalam mengajar guru menerapkan
pembelajaran tekstual (menerangkan sesuai teks/materi). Sesuai
dengan kalimat (لتبين للناس ما نزل أليهم) “untuk menerangkan
kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka (al-
Qur’an)”. (Q.S. An-Nahl ayat 44).
4) Guru dalam mengajar, senantiasa memperhatikan kemampuan
pemahaman siswa.
Hal ini mengacu pada tafsir al-Maraghi (1994: 162) yaitu agar
kamu menjelaskan hukum-hukum yang terasa sulit oleh
mereka, serta menguraikan apa yang diturunkan secara garis
besar, sesuai dengan tingkat kesiapan dan pemahaman mereka.
96
5) Guru mengadakan evaluasi pembelajaran untuk mengetahui
tingkat pemahaman siswa. Untuk membuktikan kata “mereka
berfikir”, maka salah satu caranya adalah dengan mengadakan
evaluasi. Evaluasi dapat digunakan untuk mengukur
pemahaman, dan kemampuan berfikir siswa (Q.S. An-Nahl
ayat 44).
c. Peran guru sebagai pembimbing, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1) Guru selalu mengingatkan siswa dari hal-hal yang dilarang dan
menganjurkan kebaikan. Berpijak pada konsep (أهل الذكر) yaitu
“ahli peringatan” (Q.S. An-Nahl ayat 43).
2) Guru selalu menyampaikan nasehat-nasehat kepada siswa. Ini
merupakan salah satu usaha guru dalam mengembangkan
afektif siswa. Hal ini berpijak dari kata (الزبر) al-zubur yang
bermakna kitab-kitab yang mengandung nasehat-nasehat, maka
bahasa secara teknisnya adalah menyampaikan nasehat-nasehat
dalam rangka membimbing (Q.S. An-Nahl ayat 44).
3) Guru mampu menumbuhkan kesadaran peserta didik untuk
belajar. Hal ini berdasarkan pada kalimat (ولعلهم يتفكرون) “agar
mereka berfikir”. Dalam kalimat ini mengandung makna secara
tersirat, yaitu agar berfikir harus tumbuh kesadaran. Maka
secara teknisnya, peran guru adalah mampu menumbuhkan
kesadaran belajar siswa (Q.S. An-Nahl ayat 44).
97
d. Peran guru sebagai pemimpin (manager kelas), diantaranya adalah
sebagai berikut:
1) Dalam proses belajar mengajar, guru harus berinteraksi
langsung dengan siswa. Hal ini sesuai dengan pemaknaan
diturunkannya seorang Rasul kepada manusia. Arti kata (الرجال)
dan (الناس) yang secara kongkretnya adalah sama-sama
manusia, mengandung makna tersirat bahwa kalau dari
kesamaan jenis maka dimungkinkan akan terjadi interaksi
langsung, yang baik dan lebih komunkatif, begitupun dengan
belajar mengajar (Q.S. An-Nahl ayat 43 dan 44).
2) Guru seharusnya memperhatikan kesiapan siswa dalam
menerima materi pelajaran. Hal ini mengacu pada tafsir al-
Maraghi (1994: 162) dan Berpijak dari kalimat “agar
menerangkan kepada manusia .... supaya mereka berfikir”. Hal
ini berkonotasi bahwa agar dapat berfikir, tentu butuh kesiapan
lahir dan batin. Sehingga guru dalam interaksi belajar
mengajar, perlu memperhatikan kesiapan peserta didik baik
secara internal maupun eksternal (Q.S. An-Nahl ayat 44).
98
2. Analisis Implementasi Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung
dalam Mendidik Menurut Q.S. An-Nahl Ayat 43-44
a. Implementasi dari guru sebagai pengajar adalah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan pelajaran dengan cara menghubungkan
materi terhadap konteks yang ada dalam masyarakat atau dalam
kehidupan sehari-hari. Artinya dalam mengajar guru
menerapkan pembelajaran kontekstual.
2) Guru mempersiapkan materi yang akan diajarkan, serta
membuat rencana pembelajaran (RPP) sebagai desain dan
panduan.
3) Guru mengajarkan pengetahuan dan pemahaman agama yang
bersumber dari al-Qur’an, menekankan pemaknaan al-Qur’an,
menjelaskan praktek-praktek ibadah yang benar menurut Islam,
serta pemahaman konsep mengenai materi. Bisa dikatakan
bahwa guru dalam mengajar menerapkan pembelajaran
tekstual.
4) Guru menggunakan strategi mengajar yang berbeda-beda
disesuaikan dengan kemampuan pemahaman siswa. Serta
sering flashback materi agar ada kesamaan kemampuan anak
dalam menerima pelajaran.
5) Guru mengadakan evaluasi pembelajaran berupa tanya jawab
langsung setelah pelajaran, membuat tugas tambahan,
99
mengadakan ulangan harian, serta penilaian sikap dan
keterampilan.
b. Implementasi dari guru sebagai pembimbing adalah sebagai
berikut:
1) Mengingatkan secara konsisten, memberi contoh nyata, serta
ikut mendampingi atau mengontrol dalam pembiasaan agama
yang diterapkan si sekolah (sholat dzuhur berjama’ah)
2) Memberikan nasehat-nasehat, baik itu di dalam kelas maupun
di luar kelas.
3) Memberikan motivasi serta penekanan-penekanan tentang
pentingnya agama sebagai panutan dan pedoman hidup. Dan
memberikan motivasi untuk menumbuhkan kesadaran peserta
didik dalam belajar.
c. Implementasi dari guru sebagai pemimpin (pengelola kelas) adalah
sebagai berikut:
1) Membangun interaksi yang baik melalui komunikasi baik
langsung amaupun tidak langsung. Dan juga melakukan
pendekatan- pendekatan secara emosional (pribadi) melalui
konsep kebapakan terhadap peserta didik.
2) Memperhatikan kesiapan sebelum mengajar. Baik itu secara
eksternal ataupun internal. Secara eksternal adalah terkait
dengan lingkungan (kondisi kelas). Sedangkan secara internal
100
adalah berkaitan dengan kondisi peserta didik (kesiapan dalam
menerima pelajaran).
101
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Peran guru yang ada dalam Q.S. An-Nahl ayat 43-44 adalah guru
sebagai pengajar, guru sebagai pembimbing, dan guru sebagai
pemimpin (manager kelas).
2. Implementasi Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung dalam mendidik
menurut Q.S. An-Nahl ayat 43-44 adalah sebagai berikut:
a. Sebagai pengajar guru menerapkan pembelajaran kontekstual dan
tekstual, membuat rencana pembelajaran (RPP), menggunakan
strategi mengajar yang berbeda-beda dan sering flashback materi,
serta mengadakan evaluasi pembelajaran
d. Sebagai pembimbing guru senantiasa mengingatkan peserta didik
secara konsisten, memberi contoh nyata, serta ikut mendampingi
dalam pembiasaan agama yang diterapkan di sekolah. Guru
senantiasa memberikan nasehat-nasehat dan motivasi-motivasi
untuk menumbuhkan kesadaran belajar siswa.
e. Sebagai pemimpin (pengelola kelas) guru membangun interaksi
yang baik melalui komunikasi dan pendekatan pribadi/emosional
dan memperhatikan kesiapan sebelum mengajar, baik itu terkait
lingkungan (kondisi kelas) maupun kondisi siswa (kesiapan dalam
menerima pelajaran).
102
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengajukan beberapa saran
guna perkembangan yang lebih baik, yaitu:
1. Guru PAI senantiasa mengembangkan kapasitas profesionalnya, untuk
meningkatkan kuaitas dirinya sebagai pendidik Agama Islam
2. Guru PAI perlu lebih meningkatkan pembimbingan berupa tindakan
nyata
3. Perlu adanya kerjasama dari berbagai pihak untuk mendisiplinkan
pembiasaan yang diterapkan di sekolah, terutama sholat dzuhur
berjama’ah
103
DAFTAR PUSTAKA
Al-Abrasyi, Atiyyah. 1970. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan
Bintang.
Al-Maragi, Ahmad Mustafa. 1974. Terjemah Tafsir Al-Maragi. Terjemahan oleh
Sitanggal, Anshori Umar dkk. 1994. Semarang: Toha Putra.
Al-Qarni, ‘Aidh. Tanpa Tahun. Tafsir Muyassar. Terjemahan oleh Tim
Penerjemah Qisthi Press. 2007. Jakarta: Qisthi Press.
Arifin, H.M. 2000. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. 1989. Kemudahan dari Allah: Ringkasan Tafsir
Ibnu Katsir. Terjemahan oleh Syihabuddin. 1999. Jakarta: Gema Insani
Press.
Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi. 2000. Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur.
Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Badruttamam. 2015. Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Surat An-Nahl Ayat 43-
44 dan Imlikasinya Terhadap Tujuan Pendidikan Islam. Skripsi tidak
diterbitkan. Surabaya: Program Studi Pendidikan Agama Islam UIN Sunan
Ampel.
Daradjat, Zakiyah. 2014. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta:
Bumi Aksara.
Departemen Agama RI. 2002. Mushaf Al-Qur’an Terjemah. Jakarta: Al-Huda.
Departemen Agama RI. 2004. Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang
Disempurnakan). Jakarta: Duta Grafinda.
Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djalal, Abdul. 2000. Ulumul Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta.
104
Endraswara, Suwardi. 2004. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Widyatama.
Faqih, Allamah Kamal. Tanpa Tahun. Tafsir Nurul Qur’an.. Terjemahan oleh
Salman Nano. 2005. Jakarta: Al-Huda.
Hakim, Abdul. 2011. Tugas Guru dalam Perspektif Al-Qur’an Surah Ali-Imran
161-164. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Jurusan Pendidikan Agama
Islam IAIN Walisongo.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamka. 1983. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Hifza. 2010. Pendidik dan Kepribadiannya dalam Al-Qur’an. Tesis tidak
diterbitkan. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Islam UIN Sunan
Kalijaga.
Husaini, Adian & Abdurrahman Al-Baghdadi. 2007. Hermeneutika & Tafsir Al-
Qur’an. Jakarta: Gema Insani
Izzan, Ahmad, Saehudin. 2012. Tafsir Pendidikan: Studi Ayat-Ayat Berdimensi
Pendidikan. Tangerang: Pustaka Aufa Media.
Kuswanto, Edi. 2014. Peranan Guru PAI dalam Pendidikan Akhlak Anak di
Sekolah. Mudarissa. 6 (1): 198.
Lastri. 2010. Pemikiran Al-Ghazali Tentang Guru. Skripsi tidak diterbitkan.
Pekanbaru: Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Sultan Syarif Riau.
Mahmud. 2011. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Majid, Abdul. 2012. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Marno. 2010. Strategi dan Metode Pengajaran. Ygyakarta: Ar-Ruzi Media.
Moleong, Lexy J. 2009. Metodoogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Muhaimin. 2012. Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam.
Jakarta: Rajawali Press.
105
Muhammad, Jalaluddin, Jalaluddin Abdirrahman. Tanpa Tahun. Tafsir Jalalain.
Terjemahan oleh Najib Junaidi. 2011. Surabaya: Pustaka Elba.
_____________________________________. 2008. Indonesia: Al-Haramain
Jaya Indonesia.
Murthasi’ah, Zulis. 2005: Nilai-Nilai Pendidikan islam dalam Surat An-Nahl Ayat
43-44 dan Imlikasinya dalam Pendidikan islam. Semarang: Jurusan
Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo.
Musbikin, Imam. 2010. Guru yang Menakjubkan. Jogjakarta: Buku Biru.
Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN. Metodik
Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam.
Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Roqib, Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.
Setiawan, Nur Kholis. 2014. Pengantar Ilmu Tafsir. Jakarta: Amzah.
Shihab, M. Quraisy. 1994. Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan peran wahyu
dalam Kehidupan Masyarakat: Bandung: Mizan.
__________________ 2002. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
__________________ 2012. Al-Lubab: Makna, Tujuan dan Pelajaran dari
Surah-Surah Al-Qur’an. Tangerang: Lentera Hati.
Soetcipto & Raflis Kosasi. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudiyono. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta.
Suparlan. 2006. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Tafsir, Ahmad. 1990. Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
____________ 2004. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
106
Tohirin. 2005. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo
Persana.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktifistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Uhbayati, Nur. 1997. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen. 2006. Jakarta: Departemen Agama RI.
Wahab, dkk. 2011. Kompetensi Guru Agama Tersertifikasi. Semarang: Robar
Bersama.
Wahid, Ramli. 2002. Ulumul Qur’an 1. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
107
Lampiran 1
Pedoman Wawancara Kepala Sekolah
A. Identitas Informan
Kode Informan :
Kode Data :
Pekerjaan :
Hari/tanggal :
Waktu :
B. Butir-butir pertanyaan
1. Bagaimana kebijakan bapak tentang pengangkatan Guru PAI, serta
syarat-syarat apa saja yang bapak pertimbangkan?
2. Bagaimana usaha bapak dalam meningkatkan kualitas Guru PAI?
3. Bagaimana kebijakan bapak dalam memaksimalkan peran Guru PAI
sebagai pengajar?
4. Bagaimana kebijakan bapak dalam memaksimalkan peran Guru PAI
sebagai pembimbing?
5. Pembiasaan keagamaan seperti apa yang bapak terapkan di sekolah ini
dalam rangka mewujudkan peserta didik yang Islami?
108
Pedoman Wawancara Guru PAI
A. Identitas Informan
Kode Informan :
Kode Data :
Pekerjaan :
Hari/tanggal :
Waktu :
B. Butir-butir pertanyaan
1. Apa motifasi bapak/ibu menjadi Guru PAI?
2. Sejauh mana bapak/ibu mengetahui tentang peran yang harus
dilakukan bapak/ibu sebagai Guru PAI?
3. Apa yang lebih ingin ditekankan oleh bapak/ibu dalam mengajar PAI?
4. Apakah sebelum mengajar bapak/ibu selalu mempersiapkan materi
yang akan dibahas dan membuat rencana pembelajaran?
5. Apakah dalam mengajar, bapak/ibu selalu memperhatikan tingkat
kesiapan dan kemampuan pemahaman peserta didik?
6. Apakah dalam mengajar bapak/ibu selalu memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang sedang
dibahas maupun tentang pengetahuan agama yang lain?
7. Bagaimana bapak/ibu menyampaikan materi pelajaran yang sekiranya
sulit?
8. Bagaimana bapak/ibu menilai bahwa peserta didik sudah faham
mengenai materi yang telah bapak/ibu sampaikan?
9. Bagaimana bapak/ibu menumbuhkan kesadaran peseta didik untuk
memahami dan mengamalkan apa yang terkandung dalam al-Qur’an?
10. Apakah saat mengajar bapak/ibu selalu menyelipkan nasehat-nasehat
meskipun tidak terkait dengan materi yang dibahas?
11. Menurut bapak/ibu, Mengapa antara pendidik dan peserta didik harus
terjalin interaksi yang baik?
12. Bagaimana cara bapak/ibu memberi bimbingan sikap terhadap peserta
didik?
109
Lampiran 2
Lembar Observasi
A. Identitas Informan
Kode Informan :
Kode Data :
Pekerjaan :
Hari/tanggal :
Waktu :
B. Poin-poin observasi/pengamatan
No. Indikator Pengamatan Kriteria
Y/T
1 Lulusan Pendidikan Agama Islam(S.Pdi. /S.Ag. /M.Ag.) Y/T
2 Sudah sertifikasi Guru PAI Y/T
3 Lulusan pondok pesantren Y/T
4 Guru PAI merupakan sosok figur teladan Y/T
5 Memahami peran yang harus dilakukan sebagai Guru PAI Y/T
6 Tidak hanya menekankan kemampuan kognitif saja, namun juga
menekankan afektif peserta didik
Y/T
7 Guru mempersiapkan materi yang akan dibahas dan membuat
rencana pembelajaran
Y/T
8 Dapat menggugah keinginan dan kesenangan perserta didik untuk
belajar
Y/T
9 Senantiasa memberikan motivasi untuk belajar agama lebih dalam
lagi
Y/T
10 Dalam mengajar Guru PAI memperhatikan tingkat kesiapan dan
kemampuan pemahaman peserta didik
Y/T
11 Memberikan kesempatan bertanya dan bisa menjawab pertanyaan
dari peserta didik
Y/T
12 Tidak hanya menyampaikan materi ajar, tetapi juga memberikan
nasehat-nasehat sesuai pesan al-Qur’an dan ajaran Islam
Y/T
13 Selalu mengingatkan untuk melaksanakan kewajiban
agama(seperti sholat, tadarus al-Qur’an, dsb)
Y/T
14 Selalu mengingatkan terhadap hal-hal yang dilarang dalam
islam/yang kurang mencerminkan pribadi seorang muslim
Y/T
15 Mengarahkan dan memberi contoh dalam pembiasaan agama di
Sekolah (tadarus al-Qur’an,sholat dhuha,sholat berjama’ah, dsb)
Y/T
16 Selalu berusaha membimbing sikap, moral, dan budi pekerti anak
didik
Y/T
110
Lampiran 3
Kode Penelitian
Implementasi Peran Pendidik Menurut Q.S. An-Nahl Ayat 43-44 (Studi Kasus
Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung Tahun Ajaran 2017/2018)
A. Metode
Kode Teknik Pengumpulan Data
W Wawancara
O Observasi
D Dokumentasi
B. Kategori Sumber Informan
Kode Keterangan
G Guru
K Kepala Sekolah
A. Informan
Kode Nama
KH Khaerun
KF Khusnaini Fauzi
NA Nur Aminudin
IS Iffah Satriyawan
PA Puji Astutik
LH Lilik Khanifah
111
Lampiran 4
Transkip Wawancara
Identitas Informan
Kode Informan : KH
Kode Data : W/K/KH
Pekerjaan : Kepala Madrasah
Hari/tanggal : Rabu, 7-03-2018
Waktu : 13.28 WIB-selesei
No. Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana kebijakan
bapak tentang
pengangkatan Guru PAI,
serta syarat-syarat apa saja
yang bapak
pertimbangkan?
Kalau bagi saya yang terpenting adalah kesesuaian
ijazah dengan materi yang akan diajar. Kalau tentang
penerimaan atau pengangkatan Guru PAI tetap melalui
prosedur, yaitu test. Diantaranya tes baca Qur’an, tes
sikap dan kepribadian, serta wawancara motivasi
mengajar. Kemampuan akademik dan juga softskill
yang mereka punyai juga termasuk prioritas yang saya
pertimbangkan
2 Bagaimana usaha bapak
dalam meningkatkan
kualitas guru PAI?
Dengan memfasilitasi Guru PAI ikut diklat-diklat,
kemudian mengikut sertakan dala m MGMP, dan
merekomendasikan Guru PAI untuk studi lanjut
3 Bagaimana kebijakan
bapak dalam
memaksimalkan peran
Guru PAI sebagai
pengajar?
Dengan emberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
guru untuk mengembangkan metpoode mengajar, wajib
mengumpulkan RPP di awal tahun untuk penerapan di
lapangannya nanti bisa direvisi, memfsilitasi dalam
materi yang membutuhkan praktek, misalnya perawatan
jenazah, manasik haji, pelatihan qurban, dsb. Dan juga
seharusnya guru diberi kesempatan untuk mengajar
sesuai dengan bidang yang ia kuasai, namun karena
situasi, kondisi dan juga faktor lain sehingga yang
terpenting jam mengajarnya terpenuhi saja, karena
mereka semua sudah sertifikasi.
Bagaimana kebijakan
bapak dalam
memaksimalkan peran
Guru PAI sebagai
pembimbing?
Guru PAI diberikan tugas-tugas tambahan, misalnya
menjadi walikelas, pembina ekstrakurikuler keagamaan,
dan pramuka, koordinator mushola, dsb.
Pembiasaan keagamaan
seperti apa yang bapak
terapkan di sekolah ini
dalam rangka mewujudkan
peserta didik yang islami?
Tadarus juz`amma setiap pagi, do`a asma’ul husna,
membiasakan shodaqoh dan infaq, sholat dhuha, dan
sholat dhuhur berjama`ah
112
Transkip Wawancara
Identitas Informan
Kode Informan : KF
Kode Data : W/G/KF
Pekerjaan : Guru Al-Qur’an Hadits
Hari/tanggal : Senin, 5 Maret 2018
Waktu : 13.00 WIB-selesei
No. Pertanyaan Jawaban
1 Apa motifasi
bapak/ibu menjadi
Guru PAI?
Guru PAI sering menemukan tantangan dan permasalahan
pada masalah immateri, yaitu akidah, keimanan/keyakinan,
dan ibadah. Motivasi saya menjadi Guru PAI adalah saya
ingin mampu menghadapi permasalahan itu, dengan cara
menjembatani antara pemahaman yang bersifat materi dan
immateri.
2 Sejauh mana
bapak/ibu
mengetahui tentang
peran yang harus
dilakukan bapak/ibu
sebagai Guru PAI?
Guru PAI mempunyai peran yang sangat signifikan dalam
memberikan pemahaman tentang aqidah, keimanan dan
ibadah serta pembentukan watak, perilaku, serta sikap yang
mengarah pada karakter internalisasi nilai dan diwujudkan
dalam akhlaqul karimah.
3 Apa yang lebih ingin
ditekankan oleh
bapak/ibu dalam
mengajar PAI?
Sebagai Guru PAI tidak memberikan penekanan yang lebih
khusus terhadap ruang lingkup materi PAI, akan tetapi
berusaha untuk memberikanj pemahaman, pengetahuan dan
mempraktekkan agar siswa dapat mensinkronkan anatar hati,
pikiran dan perbuatan yang terwujud dalam keimanan, akidah
dan akhlaqul karimah. Iman adalah keyakinan, aqidah adalah
pemikiran yang didasarkan pada iman, sedangkan akhlaqul
karimah adalah pengejewantahan dari aqidah dan keimanan.
4 Apakah sebelum
mengajar bapak/ibu
selalu
mempersiapkan
materi yang akan
dibahas dan membuat
rencana
pembelajaran?
Rencana pembelajaran dan persiapan materi sebelum
pembelajaran adalah kewajiban dan tugas pokok dan fungsi
(tupoksi) dari seorang guru. Saya membuat rencana
pembelajaran sebagai desain dan panduan pembelajaran agar
materi pokok yang akan disampaikan tidak melenceng.
5 Apakah dalam
mengajar, bapak/ibu
selalu memperhatikan
tingkat kesiapan dan
kemampuan
pemahaman peserta
didik?
Ya, karena salah satu kompetensi pedagogik seorang guru
adalah kemampuan menguasai kelas. Diantaranya dengan
memperhatikan kesiapan dan kemampuan pemahaman peserta
didik terhadap materi. Kesiapan siswa menjadi faktor penentu
yang akan berpengaruh terhadap pemahaman siswa terkait
dengan materi pembelajaran. Saya biasanya mengkondisikan
kelas agar kondusif, tenang, dan nyaman duluterlebih dahulu
sehingga siswa benar-benar siap menerima materi embelajaran
yang akan saya berikan. Dari hal ini saya mengharapkan
pemahaman terhadap materi akan terwujud.
113
6 Apakah dalam
mengajar bapak/ibu
selalu memberikan
kesempatan kepada
peserta didik untuk
bertanya mengenai
materi yang sedang
dibahas maupun
tentang pengetahuan
agama yang lain?
saya sering memberikan ruang yang lebih kepada siswa untuk
bertanya ketika tidak memahami materi ataupun ingin
memperdalam materi lagi. Untuk mengeksplore pengetahuan
dan pemikiran siswa, saya lebih suka menerapkan
pembelajaran yang komunikatif dan interaktif antara guru dan
murid sehingga terjadi keakraban dan siswa tidak merasa
ketakutan. Salah satunya adalah dengan cara tanya jawab aktif
baik dengan metode diskusi ataupun metode lain.
7 Bagaimana bapak/ibu
menyampaikan
materi pelajaran yang
sekiranya sulit?
Dengan cara menyampaikan materi dihubungkan dengan
suasana pemikiran siswa yang nyata. Yaitu memberikan
analogi dan contoh-contoh yang dapat dilogika dan dinalar
oleh siswa, khususnya materi tentang aqidah dan iman.
8 Bagaimana bapak/ibu
menilai bahwa
peserta didik sudah
faham mengenai
materi yang telah
bapak/ibu
sampaikan?
Penilaian pemahaman siswa terhada materi pelajaran yang
disampaikan dapat dilakukan dengan tanya jawab langsung,
sehingga saya bisa menyimpulkan apakah siswa sudah paham
atau belum. Untuk penguatan pemahaman, saya memberikan
tugas tambahan yang terkait dengan materi. Dan memberikan
ulangan harian untuk mengevaluasi. Dari ini prosentase yang
tuntas dapat dijadikan kesimpulan siswa paham atau tidak,
perlu adanya remidi dan pengayaan atau tidak.
9 Bagaimana bapak/ibu
menumbuhkan
kesadaran peserta
didik untuk
memahami dan
mengamalkan apa
yang terkandung
dalam al-Qur’an?
Dengan senantiasa mengingatkan bahwa belajar agama adalah
belajar tentang aturan dan tata cara hidup. Dimana manusia
hidup harus selalu mengikuti aturan yang terdapat dalam al-
Qur’an dan hadiṡ. Setidaknya dengan belajar agama, kita
menjadi tahu mana yang hak dan yang batil, mana yang benar
dan salah, mengetahui hakekat tentang kebenaran dan
kesalahan. Saya kira jika anak mau berfikir, mau sadar, mau
merasakan, dia pasti mengerti mengenai perbuatan yang
dilakukannya itu benar atau salah, baik atau tidak.
10 Apakah saat
mengajar bapak/ibu
selalu menyelipkan
nasehat-nasehat
meskipun tidak
terkait dengan materi
yang dibahas?
Ya, selain memberikan materi saya pasti memberikan
motivasi dan nasehat-nasehat tentang nilai-nilai kehidupan.
Pemahaman tentang sebuah nilai sangat penting diberikan
kepada siswa yang dapat diwujudkan dalam pembiasaan-
pembiasaan yang dimanifestasikan dalam sikap dan tingkah
laku. Sehingga dari ini dapat membentuk karakter yang
terinternalisasi dlam kehidupan sehari-hari.
11 Menurut bapak/ibu,
Mengapa antara
pendidik dan peserta
didik harus terjalin
interaksi yang baik?
Pendidik adalah pembimbing, sedangkan siswa adalah yang
dibimbing (terbimbing). Antara pembimbing dan terbimbing
harus ada komunikasi baik lisan dan tulisan serta terjalin
hubungan batin yang baik sehingga akan tercipta sebuah sikap
saling menghargai, menghormati, peduli, dan saling
menyayangi. Komunikasi akan tercipta jika antara
pembimbing dan terbimbing masing-masing menyadari
dengan posisinya, sehingga akan tercipta komunikasi yang
erat.
12 Bagaimana cara
bapak/ibu memberi
Mendidik dan membimbing dapat dilakukan dengan cara
memberikan pembiasaan-pembiasaan yang sistematis dan
114
bimbingan sikap
terhadap peserta
didik?
terjadwal dengan baik. Pembiasaan mempunyai peran yang
sangat signifikan dalam pembentukan karakter dan merupakan
praktek secara langsung yang sulit dilupakan oleh siswa.
Contohnya adalah pembiasaan tadarus al-Qur’an, doa asma’ul
husna, sholat dhuha, sholat dhuhur berjamaah, berdo’a,
bersalaman, upacara bendera, dan pembiasaan-pembiasaan
yang lain.
13 Apa yang menjadi
indikator
keberhasilan dalam
bapak/ibu
membimbing anak di
lingkup sekolah?
Yang pertama anak bisa mempraktekkan apa yang telah
dipelajari. Dibuktikan dengan bagaiamana anak itu melakukan
pembiasaan-pembiasaan keagamaan yang diterapkan di
sekolah. Misalnya saja saat sholat dzuhur berjama’ah, tidak
harus nunggu dioprak-oprak tapi sudah bergegas ke mushola,
tidak harus ditunggu dan dikontrol sudah sholat dengan benar
dan tidak bergurau, dsb.
Yang kedua secara kasap mata bisa dilihat dari perilaku atau
akhlaqnya. Anak cenderung mempunyai akhlaq mahmudah
atau mazmumah. Kalau cenderung mempunyai akhlaq yang
baik berarti guru sudah memberikan peran yang cukup
signifikan.
Yang ketiga juga bisa dilihat dari ucapan, tulisan dan fikiran.
Anak yang hormat terhadap guru cenderung berfikir dan
berucap dengan cara yang baik. Sedangkan anak yang
mempunyai fikiran yang kotor akan cenderung mengucapkan
kata-kata yang kasar, tidak sopan, dan kurang pantas.
Kemudian kelanjutannya bisa jadi menuangkan dalam tulisan
atau buku. Seringkali dalam buku catatan ditemukan gambar-
gambar jelek dan senonoh. Berbeda halnya dengan anak yang
baik, dari segi dan tulisan biasanya juga baik pula.
14 Apa yang menjadi
hambatan bapak/ibu
dalam melaksanakan
tugas mengajar dan
membimbing secara
maksimal?
Hambatannya adalah berkaitan dengan anak didik. Ada faktor
internal dan eksternal yang mempengaruhi. Faktor internalnya
adalah dari SDM siswa sendiri. Kalau di sekolah MTs banyak
siswa yang belum bisa membaca al-Qur’an, ini manjadi PR
terberat bagi Guru PAI. Karena guru harus memulai atau
mengajarkan lagi dari 0. Dan juga perkembangan teknologi
yang membuat anak malas belajar dan memperhatikan.
Kemudian faktor eksternalnya berasal dari kurang
perhatiannya orangtua terhadap anak kaitannya dengan
belajar, mengaji, dan melaksanakan kewajiban agama.
115
Transkip Wawancara
Identitas Informan
Kode Informan : NA
Kode Data : W/G/NA
Pekerjaan : Guru Fiqih
Hari/tanggal : Senin, 5 Maret 2018
Waktu : 13.30 WIB-selesei
No. Pertanyaan Jawaban
1 Apa motifasi bapak/ibu
menjadi Guru PAI?
Untuk ikut menyampaikan/dakwah agama sesuai dengan
hadis sampaikanlah walau satu ayat. Dan juga karena
sesuai dengan apa yang saya peroleh dari Perguruan
Tinggi.
2 Sejauh mana bapak/ibu
mengetahui tentang
peran yang harus
dilakukan bapak/ibu
sebagai Guru PAI?
Peran guru PAI lebih kepada membentuk karakter anak
dan menebalkan keimanan anak yang nantinya akan
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
diharapkan akan menjadi anak yang soleh dan solikhah.
3 Apa yang lebih ingin
ditekankan oleh
bapak/ibu dalam
mengajar PAI?
Kalau saya sebagai Guru Fiqih lebih cenderung kepada
aplikasi/penerapan ilmu agama yang sudah diperoleh
terutama terkait dengan ibadah. Sudah dicoba dengan
pembiasaan agama yaitu sholat dhuhur berjama’ah.
4 Apakah sebelum
mengajar bapak/ibu
selalu mempersiapkan
materi yang akan dibahas
dan membuat rencana
pembelajaran?
Ya, bagi saya itu wajib ada meskipun hanya sederhana,
terutama persiaan kelas mana yang akan diajar, materi apa
yang akan disampaikan, sekaligus metodenya. Meskipun
pada kenyataannya situasional tetap harus dipersiapkan
terlebih dahulu.
5 Apakah dalam mengajar,
bapak/ibu selalu
memperhatikan tingkat
kesiapan dan
kemampuan pemahaman
peserta didik?
Selalu menekankan bahwa anak itu berbeda-beda.
Sebelum pengajaran biasanya saya refresh dulu ke materi
yang sudah dipelajari sebelumnya. Ini untuk kelanjutan
kesiapan siswa, apakah sudah siap atau belum menerima
materi selanjutnya. Apabila siap maka dilanjut, kalau
belum siap tetap flashback materi sbelumnya beberapa
menit. Sehingga dengan usaha ini diharapkan akan ada
kesamaan kemampuan anak dalam menerima pelajaran.
6 Apakah dalam mengajar
bapak/ibu selalu
Setiap guru harus memberikan kelonggaran untuk bertanya
terutama terkait mapel. Bahkan bisa jadi diluar materi. Hal
116
memberikan kesempatan
kepada peserta didik
untuk bertanya mengenai
materi yang sedang
dibahas maupun tentang
pengetahuan agama yang
lain?
ini untuk menambah wawasan keagamaan siswa. Guru
juga wajib mengembangkan pola pikir siswa salah satunya
adalah dengan cara bertanya.
7 Bagaimana bapak/ibu
menyampaikan materi
pelajaran yang sekiranya
sulit?
Untuk Fiqih apabila menemui materi yang sulit, maka
dimulai dengan contoh yang ada di masyarakat atau dalam
kehidupan sehari-hari. Kemudian anak digiring pada fokus
materi yang dibahas. Kalau ada bahas atau istilah
asing/sulit bisa bersama-sama dicari di kamus.
8 Bagaimana bapak/ibu
menilai bahwa peserta
didik sudah faham
mengenai materi yang
telah bapak/ibu
sampaikan?
Secara kognitif diukur dengan penilaian. Anak diberi soal-
soal sesuai materi. Jika diatas KKM berarti mampu
menyerap, jika belum harus ada remidi materi yang kurang
faham.
Kalau Fiqih secara aplikatif dilihat dari sikap atau cara
beribadah anak. Misalkan dalam sholat dhuhur anak segera
ke mushola atau tidak, wudhu dan tat cara sholatnya benar
atau tidak, dan lain sebagainya.
9 Bagaimana bapak/ibu
menumbuhkan kesadaran
peserta didik untuk
memahami dan
mengamalkan apa yang
terkandung dalam al-
Qur’an?
Selalu menyampaikan dan mengingatkan kepada anak
bahwa agama adalah kebutuhan. Saya selalu mengingatkan
siswa konsep untung rugi jika mau melakukan suatu
perbuatan dengan cara memberi contoh-contoh yang ada
dalam masyarakat sehingga tumbuh motivasi untuk giat
dalam beribadah. Contohnya jika ingin bahagia didunia
dan di akhirat harus dengan ilmu, sehingga anak lebih giat
dalam belajar agama.
10 Apakah saat mengajar
bapak/ibu selalu
menyelipkan nasehat-
nasehat meskipun tidak
terkait dengan materi
yang dibahas?
Bagi saya itu adalah hal wajib, untuk membentuk karakter
anak perlu nasehat/peringatan karena anak masih labil.
Sehingga guru wajib memberi motivasi terkait belajar,
bersikap, dan beragama.
11 Menurut bapak/ibu,
Mengapa antara pendidik
dan peserta didik harus
terjalin interaksi yang
baik?
Pendidik dan peserta didik ibarat bapak dan anak.
Sehingga harus terjain interaksi yang hangat dan baik
untuk memudahkan transfer ilmu dan nilai/nasehat. Jika
interaksi tidak baik, maka konsentrasi guru dan siswa akan
rusak.
12 Bagaimana cara
bapak/ibu memberi
bimbingan sikap
terhadap peserta didik?
Selalu mengingatkan kepada siswa untung rugi atas
perilaku yang baik/tidak baik dengan contoh-contoh yang
ada dalam masyarakat. Tidak hanya memerintah, tetapi
juga memberi contoh/uswatun khasanah.
13 Apa yang menjadi
indikator keberhasilan
dalam bapak/ibu
membimbing anak di
lingkup sekolah?
Kalau dalam mangajar tercipta hubungan yang baik antara
pendidik dan peserta didik sehingga tercipta suasana kelas
yang harmonis. Ini artinya pendekatan ribadi atau
pendekatan emosional seorang guru kepada murid
berhasil. Kalau dalam perilaku/sikap, seorang anak
117
menjadi sadar dengan sendirinya tanpa paksaan mengikuti
peraturan madrasah dan kebiasaan-kebiasaan keagamaan
yang diterapkan di sekolah, misalnya sholat dhuhur
berjama’ah.
14 Apa yang menjadi
hambatan bapak/ibu
dalam melaksanakan
tugas mengajar dan
membimbing secara
maksimal?
Hambatannya banyak, kalau dari anak sendiri kadang-
kadang sudah dibimbing tapi mudah berubah atau
terpengaruh oleh teman, lingkungan masyarakat, dsb. Guru
juga perlu memperhatikan gejala-gejala masyarakat untuk
menghindari penyelewengan-penyelewengan yang tidak
diinginkan. Motivasi belajar anak yang kurang karena
sudah terkontaminasi teknologi (HP), dan juga SDM siswa
dengan kemampuan dan latar belakang yang berbeda-beda
membuat guru harus mengajar/mempersiapkan dari 0 agar
bisa sama dengan anak yang lain. Kemudian juga terkait
dengan fasilitas, waktu yang kurang mencukupi, dan
media pembelajaran yang terbatas kadang mempengaruhi
keberhasilan pembelajaran secara maksimal.
118
Transkip Wawancara
Identitas Informan
Kode Informan : IS
Kode Data : W/G/IS
Pekerjaan : Guru Fiqih
Hari/tanggal : Senin, 5 Maret 2018
Waktu : 14.20 WIB-selesei
No. Pertanyaan Jawaban
1 Apa motifasi bapak/ibu
menjadi Guru PAI?
Ingin menanamkan sikap, mental dan rohani kepada
siswa. Dan ingin memberikan contoh langsung/praktek
untuk memberikan pemahaman kepada siswa mengenai
ibadah yang dilakukan setiap hari.
2 Sejauh mana bapak/ibu
mengetahui tentang peran
yang harus dilakukan
bapak/ibu sebagai Guru
PAI?
Karena kewajiban utama guru adalah sebagi pengajar,
maka guru harus menyiapkan materi ajar. Diantaranya
adalah dengan membuat RPP sebagai barometer. Serta
sebagai pendamping dalam membimbing akhlak anak
didik.
3 Apa yang lebih ingin
ditekankan oleh bapak/ibu
dalam mengajar PAI?
Mengharakan peserta didik mampu melaksanakan ibadah
dengan benar, dan menanamkan kepercayaan anak sejak
dini mengenai ketauhidan yang berhubungan dengan
Allah agar suatu saat dewasa tidak berubah.
4 Apakah sebelum mengajar
bapak/ibu selalu
mempersiapkan materi
yang akan dibahas dan
membuat rencana
pembelajaran?
Ya saya selalu membuat RPP agar tidak keluar dari jalur
apa yang akan saya berikan.
5 Apakah dalam mengajar,
bapak/ibu selalu
memperhatikan tingkat
kesiapan dan kemampuan
pemahaman peserta didik?
Ya saya selalu memperhatikan perbedaan kemampuan
peserta didik. Ada anak yang sedang(cenderung rendah),
menengah, dan tinggi membuat saya harus
menghadapi/mengajar dengan cara dan strategi/metode
yang berbeda-beda.
6 Apakah dalam mengajar
bapak/ibu selalu
memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk
bertanya mengenai materi
yang sedang dibahas
maupun tentang
pengetahuan agama yang
lain?
Ya, saya selalu membuka pertanyaan. Tapi dalam
kenyataannya tidak pasti ada yang bertanya. Karena tipe
anak memang berbeda-beda. Kalau tidak berani bertanya
langsung kepada saya, saya adakan diskusi saja. Nanti
boleh tanya kepada temnnya. Baru akhirnya guru
memberikan penguatan jawaban.
7 Bagaimana bapak/ibu
menyampaikan materi
pelajaran yang sekiranya
sulit?
Saya selalu menekankan kepada siswa bahwa tidak ada
materi yang sulit kalau mau mempelajari dengan sungguh-
sungguh. Kalau bertemu dehgan istilah sulit saya beri
contoh terlebih dahulu, kemudian mereka semua saya
suruh baca berkali-kali.
8 : Bagaimana bapak/ibu
menilai bahwa peserta
didik sudah faham
mengenai materi yang
Dengan tanya jawab langsung dan melalui ulangan.
119
telah bapak/ibu
sampaikan?
9 Bagaimana bapak/ibu
menumbuhkan kesadaran
peserta didik untuk
memahami dan
mengamalkan apa yang
terkandung dalam al-
Qur’an?
Dengan memaparkan teladan kepada peserta didik
sehingga diharapkan dapat terinspirasi. Dan juga
senantiasa memberikan motivasi dan nasehat-nasehat
terutama terkait dengan komunikasi terhadap Allah
melalui ibadah.
10 Apakah saat mengajar
bapak/ibu selalu
menyelipkan nasehat-
nasehat meskipun tidak
terkait dengan materi yang
dibahas?
Seorang guru tidak bisa kalau acuh atau tidak peduli
terhadap siswa. Kalau memberikan nasehat secara implisit
saya belum tentu menyampaikan. Tetapi kalau sekedar
mengingatkan, saya pasti mengingatkan. Saya seringkali
memberi nasehat ketika menemui siswa yang melanggar
peraturan, kurang sopan, dsb. Kalau baik-baik saja, ya
saya lebih cenderung untuk selalu mengingatkan saja.
11 Menurut bapak/ibu,
Mengapa antara pendidik
dan peserta didik harus
terjalin interaksi yang
baik?
Agar anak itu dekat dengan kita. Membuat anak suka atau
jatuh cinta pada guru adalah hal yang penting. Karena jika
anak sudah suka sama gurunya, maka secara otomatis
anak juga akan suka terhadap materi yang diberikannya
meskipun materinya sulit.
12 Bagaimana cara bapak/ibu
memberi bimbingan sikap
terhadap peserta didik?
Dengan cara memberikan contoh secara langsung, dan
mengingatkan atau menyuruh anak didik melaksanakan
pembiasaan keagamaan yang diterapkan di sekolah.
13 Apa yang menjadi
indikator keberhasilan
dalam bapak/ibu
membimbing anak di
lingkup sekolah?
Bagi saya yang menjadi indikatornya adalah terkait
dengan kepribadian anak. Dengan dibimbing di sekolah
MTs ini jika kepribadian anak menjadi lebih baik, maka
berarti usaha pembimbingannya berhasil. Hal ini sering
saya lihat dari anak-anak MTs yang berada di lingkungan
sekolah saya yang masuk dalam kategori anak baik-baik.
Dan menurut saya keberhasilan membimbing anak ini
merupakan keberhasilan TIM Guru yang senantiasa
memberi contoh langsung dan dengan kelebihan masing-
masing guru.
14 Apa yang menjadi
hambatan bapak/ibu dalam
melaksanakan tugas
mengajar dan
membimbing secara
maksimal?
Latar belakang peserta didik yang secara tidak langsung
juga mempengaruhi perhatian dan semangat belajar.
Situasi dan kondisi didalam keluarga yang terkadang
terbawa oleh anak, sehingga terkadang anak susah untuk
dinasehati, dsb.
120
Transkip Wawancara
Identitas Informan
Kode Informan : PA
Kode Data : W/G/PA
Pekerjaan : Guru Aqidah Akhlak
Hari/tanggal : Senin, 5 Maret 2018
Waktu : 15.10WIB-selesei
No. Pertanyaan Jawaban
1 Apa motifasi bapak/ibu
menjadi Guru PAI?
Motivasi saya adalah lebih kepada motivasi religi yaitu
agar ajaran agama dapat diamalkan sesuai dengan janji
iman, diyakini dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan
diamalkan dengan perbuatan.
2 Sejauh mana bapak/ibu
mengetahui tentang
peran yang harus
dilakukan bapak/ibu
sebagai Guru PAI?
Berperan sebagai orang tua di sekolah, berperan sebagai
guru agama (uztadzah), berperan sebagai motivator agar
anak didik beragama dengan benar tidak sekedar
mengakusebagai anak Islam atau bahkan pewaris agama
Islam sehingga anak harus tau bagaimana dirinya
mempunyai indikator-indikatir sebagai anak yang
berakhlak mulia. Akhlak mulia dalam hal ini adalah
menjadi anak yang soleh, dan solikhah.
3 Apa yang lebih ingin
ditekankan oleh
bapak/ibu dalam
mengajar PAI?
Yang pertama agama bukanlah simbol , tetapi lebih
kepada pengakuan ajaran yang harus dipatuhi,
dilaksanakan, dan diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari
Yang kedua, tidak hanya transfer ilmu tetapi juga transfer
nilai kaitannya dengan perubahan sikap dan tingkah laku
siswa secara keseluruhan.
Yang ketiga adalah menekankan membaca al-Qur’an
dengan memahami maknanya. Kerna al-Qur’an sebagai
sumber hukum dalam kehidupan.
4 Apakah sebelum
mengajar bapak/ibu
selalu mempersiapkan
materi yang akan
dibahas dan membuat
rencana pembelajaran?
Ya, saya selalu membuat perangkat pembelajaran.
5 Apakah dalam
mengajar, bapak/ibu
selalu memperhatikan
tingkat kesiapan dan
kemampuan pemahaman
peserta didik?
Ya, karena kesiaan dan kemampuan pemahaman peserta
didik sangat berpengaruh terhadap hasil belajar.
6 Apakah dalam mengajar
bapak/ibu selalu
memberikan kesempatan
kepada peserta didik
untuk bertanya
mengenai materi yang
sedang dibahas maupun
tentang pengetahuan
agama yang lain?
Ya, hal ini untuk memberikan kesempatan kepada peserta
didik agar wawasannya berkembang.
121
7 Bagaimana bapak/ibu
menyampaikan materi
pelajaran yang sekiranya
sulit?
Dicoba dengan beberapa model pembelajaran dan dengan
pendekatan yang berbeda-beda.
8 Bagaimana bapak/ibu
menilai bahwa peserta
didik sudah faham
mengenai materi yang
telah bapak/ibu
sampaikan?
Tentu saja dengan penilaian pengetahuan, penilaian
sikap, dan juga keterampilan.
9 Bagaimana bapak/ibu
menumbuhkan
kesadaran peserta didik
untuk memahami dan
mengamalkan apa yang
terkandung dalam al-
Qur’an?
Dengan cara memberikan pengarahan, motivasi dan
nasehat. Diantaranya saya sering menekankan kepada
anak bahwa al-Qur’an tidak hanya dibaca, dan dipelajari,
tetapi juga difahami makna-maknanya sebagai tuntunan
dalam hidup kita
10 Apakah saat mengajar
bapak/ibu selalu
menyelipkan nasehat-
nasehat meskipun tidak
terkait dengan materi
yang dibahas?
Ya, bahkan tiada hentinya saya selalu memberikan
nasehat. Bukan hanya nasehat terkait dengan agama saja,
tetapi juga terkait dengan peraturan tata tertib sekolah.
Karena menurut saya, jika anak patuh terhadap peraturan
sekolah, juga termasuk indikator bahwa anak itu baik.
Selanjutnya untuk melengkapinya adalah dengan
akhlaqul karimah sehingga anak itu bisa dikategorikan
soleh atau solikhah
11 Menurut bapak/ibu,
Mengapa antara
pendidik dan peserta
didik harus terjalin
interaksi yang baik?
Pendidik (guru) kedudukannya adalah sama dengan
orang tua dirumah. Dan siswa sendiri meskipun tidak
lahir dari rahim saya, tetapi mereka adalah anak saya
juga yang perlu dicintai, disayangi, dan selalu didoakan
oleh pendidik. Guru adalah orang orang yang perlu
dita’dzimi oleh siswa untuk dicari kebarokahan dan
manfaat ilmunya sehingga siswa harus menjalin
hubungan atau interaksi yang baik dengan gurunya.
12 Bagaimana cara
bapak/ibu memberi
bimbingan sikap
terhadap peserta didik?
Dengan cara memberi contoh langsung kepada siswa dan
selalu konsisten dalam memperingatkan siswa. Karena
sudah dibela-belakan seperti ini saja masih ada yang
mencari celah untuk melanggar, apalagi kalau tidak
konsisten mengingatkan?
13 Apa yang menjadi
indikator keberhasilan
dalam bapak/ibu
membimbing anak di
lingkup sekolah?
Secara mudahnya saya ukur dengan sholat jama’ah di
madrasah karena saya yang sering ngoprak-
oprak(mengontrol) anak untuk sholat jama’ah. Pada
mulanya memang harus dipaksa, tetapi jika suatu saat
ada kesadaran dalam dirinya untuk segera melaksanakan
tanpa disuruh, maka perubahan seperti inilah yang
mengindikasi bahwa dia patuh. Ini merupakan salah satu
buah yang saya hasilkan dalam saya membimbing anak
kaitannya dengan sholat.
14 Apa yang menjadi Yang menjadi hambatan bagi saya adalah “cinta bertepuk
122
hambatan bapak/ibu
dalam melaksanakan
tugas mengajar dan
membimbing secara
maksimal?
sebelah tanagan”. Maksudnya saya di sekolah sudah
susah payah mengingatkan, membimbing anak, tetapi
ternyata anak di rumah dibiarkan, orangtua tidak
memperhatikan anaknya. Anak tidak sholat dibiarkan,
tidak pernah diingatkan, ada perubahan yang kurang baik
dari anak orang tua tidak tahu, dsb.
123
Transkip Wawancara
Identitas Informan
Kode Informan : LH
Kode Data : W/G/LH
Pekerjaan : Guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
Hari/tanggal : Senin, 5 Maret 2018
Waktu : 20.00WIB-selesei
No. Pertanyaan Jawaban
1 Apa motifasi bapak/ibu menjadi
Guru PAI?
Memanfaatkan ilmu yang didapat
2 Sejauh mana bapak/ibu
mengetahui tentang peran yang
harus dilakukan bapak/ibu
sebagai Guru PAI?
Peran terpenting dari Guru PAI adalah lebih
kepada pembimbingan dalam rangka embentukan
akhlaqul karimah
3 Apa yang lebih ingin ditekankan
oleh bapak/ibu dalam mengajar
PAI?
Pemahaman dalam materi dan
mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-
hari
4 Apakah sebelum mengajar
bapak/ibu selalu
mempersiapkan materi yang
akan dibahas dan membuat
rencana pembelajaran?
Ya, terutama terkait dengan materi yang akan
disampaikan
5 Apakah dalam mengajar,
bapak/ibu selalu memperhatikan
tingkat kesiapan dan
kemampuan pemahaman peserta
didik?
Ya, sebelum memulai pelajaran saya biasanya
melakukan pretest terlebih dahulu.
6 Apakah dalam mengajar
bapak/ibu selalu memberikan
kesempatan kepada peserta
didik untuk bertanya mengenai
materi yang sedang dibahas
maupun tentang pengetahuan
agama yang lain?
Ya, untuk mengukur sejauh mana tingkat
pemahaman siswa terhadap materi.
7 Bagaimana bapak/ibu
menyampaikan materi pelajaran
yang sekiranya sulit?
Menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai
dengan materi. Jika menemukan istilah asing,
bisa dengan penekanan membaca atau mengucap
dengan berulang-ulang. Kalau untuk mapel SKI
bisa dengan metode hafalan.
8 Bagaimana bapak/ibu menilai
bahwa peserta didik sudah
faham mengenai materi yang
telah bapak/ibu sampaikan?
Dengan postest atau pertanyaan secara langsung
usai materi. Karena materi SKI kebanyakan
adalah tentang sejarah maka aspek pengetahuan
lebih banyak daripada afektif. Karena afektif,
lebih berkaitan kepada peneladanan dari kisah-
kisah.
124
9 Bagaimana bapak/ibu
menumbuhkan kesadaran
peserta didik untuk memahami
dan mengamalkan apa yang
terkandung dalam al-Qur’an?
Dengan memberikan contoh secara langsung
terutama kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Dari ini diharapkan siswa menjadi terinspirasi
atau termotivasi untuk melaksanakan perintah
agama.
10 Apakah saat mengajar bapak/ibu
selalu menyelipkan nasehat-
nasehat meskipun tidak terkait
dengan materi yang dibahas?
Ya selalu. Karena ini sebagai kesempatan bagi
saya untuk menasehati peserta didik, yang
langsung dikaitkan dengan materi. Karena guru
merupakan murabbi.
11 Menurut bapak/ibu, Mengapa
antara pendidik dan peserta
didik harus terjalin interaksi
yang baik?
Guru harus mempunyai hubungan yang baik
terhadap peserta didik. Karena peserta didik bisa
berhasil jika ada jalinan secara batiniyah.
12 Bagaimana cara bapak/ibu
memberi bimbingan sikap
terhadap peserta didik?
Dengan memberikan keteladanan dalam tingkah
laku setiap hari sehingga bisa dilihat secara
langsung oleh peserta didik.
13 Apa yang menjadi indikator
keberhasilan dalam bapak/ibu
membimbing anak di lingkup
sekolah?
Kalau kaitannya dengan mapel SKI berarti terkait
dengan pemahaman konsep secara intelektual,
kalau dari segi afektifnya berarti terkait dengan
penerapan keteladanan.
14 Apa yang menjadi hambatan
bapak/ibu dalam melaksanakan
tugas mengajar dan
membimbing secara maksimal?
Kemampuan dan latar belakang siswa yang
berbeda-beda, minat pelajaran yang rendah,
kesan mata pelajaran SKI yang sulit dan
membosankan. Kalau dari segi guru hambatannya
berupaa kurang kreatif dan variatif dalam
menbgembangkan metode pembelajaran sehingga
ujungnya cenderung menggunakan metode
ceramah saja.
125
Lampiran 5
Hasil Observasi
No. Indikator Pengamatan Kode Guru
KF NA IS PA LH
1 Lulusan Pendidikan Agama
Islam(S.Pdi. /S.Ag. /M.Ag.)
Y/T Y/T Y/T Y/T Y/T
2 Sudah sertifikasi Guru PAI Y/T Y/T Y/T Y/T Y/T
3 Lulusan pondok pesantren Y/T Y/T Y/T Y/T Y/T
4 Guru PAI merupakan sosok figur
teladan
Y/T Y/T Y/T Y/T Y/T
5 Memahami peran yang harus
dilakukan sebagai Guru PAI
Y/T Y/T Y/T Y/T Y/T
6 Tidak hanya menekankan
kemampuan kognitif saja, namun
juga menekankan afektif peserta
didik
Y/T Y/T Y/T Y/T Y/T
7 Guru mempersiapkan materi yang
akan dibahas dan membuat
rencana pembelajaran
Y/T Y/T Y/T Y/T Y/T
8 Dapat menggugah keinginan dan
kesenangan perserta didik untuk
belajar
Y/T Y/T Y/T Y/T Y/T
9 Senantiasa memberikan motivasi
untuk belajar agama lebih dalam
lagi
Y/T Y/T Y/T Y/T Y/T
10 Dalam mengajar Guru PAI
memperhatikan tingkat kesiapan
dan kemampuan pemahaman
peserta didik
Y/T Y/T Y/T Y/T Y/T
11 Memberikan kesempatan bertanya
dan bisa menjawab pertanyaan
dari peserta didik
Y/T Y/T Y/T Y/T Y/T
12 Tidak hanya menyampaikan
materi ajar, tetapi juga
memberikan nasehat-nasehat
sesuai pesan al-Qur’an dan ajaran
Islam
Y/T Y/T Y/T Y/T Y/T
13 Selalu mengingatkan untuk
melaksanakan kewajiban
agama(seperti sholat, tadarus al-
Qur’an, dsb)
Y/T Y/T Y/T Y/T Y/T
14 Selalu mengingatkan terhadap
hal-hal yang dilarang dalam
islam/yang kurang mencerminkan
pribadi seorang muslim
Y/T Y/T Y/T Y/T Y/T
15 Mengarahkan dan memberi
contoh dalam pembiasaan agama
di Sekolah (tadarus al-
Qur’an,sholat dhuha,sholat
berjama’ah, dsb)
Y/T Y/T Y/T Y/T Y/T
16 Selalu berusaha membimbing
sikap, moral, dan budi pekerti
anak didik
Y/T Y/T Y/T Y/T Y/T
126
Lampiran 10
DOKUMENTASI
1. Staf TU
Memohon izin dan meminta data MTs Negeri 2 Temanggung kepada
Bapak M.Zaeni Mustofa selaku Kepala Tata Usaha
2. Gambar Sekolah
MTs Negeri 2 Temanggung dari depan
127
Ruang kelas MTs Negeri 2 Temanggung
3. Wawancara
Wawancara dengan Bapak Khaerun selaku Kepala Sekolah
di ruang Kepala Sekolah
Wawancara Bapak Khusnaini Fauzi di perpustakaan
128
Wawancara Bapak Nur Amin di perpustakaan
Wawancara Ibu Iffah Satriyawan di ruang arsip
Wawancara Ibu Puji Astuti di ruang guru
129
Wawancara Ibu Lilik Khanifah di rumah
4. Proses Belajar Mengajar
Kegiatan pembelajaran oleh Bapak Khusnaini Fauzi
Kegiatan pembelajaran oleh Bapak Nur Aminudin
130
Kegiatan pembelajaran oleh Ibu Iffah Satriyawan
Kegiatan pembelajaran oleh Ibu Puji Astuti
Kegiatan pembelajaran oleh Ibu Lilik Khanifah
131
5. Kegiatan Pembiasaan Keagamaan
Pendisiplinan sholat oleh Guru PAI
Kegiatan baca asma’ul husna bagi yang berhalangan sholat
Sholat dzuhur berjama`ah
132
Kegiatan tadarus juz`amma setiap pagi
Kegiatan sholat dhuha
133
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jalan Lingkar Salatiga KM.2 Telepon (0298) 6031364 Kode Pos 50716 Salatiga
Website:http://tarbiyah.iainsalatiga.ac.id e-mail: [email protected]
Nomor : B- 277 /In.21/D1.1/PP.07.3/02/2018 Salatiga, 27 Februari 2018
Lamp. : Proposal Skripsi
Hal : Pembimbing Skripsi
Kepada
Yth. Dra. Ulfah Susilowati, M.Si.
Di Tempat
Assalamualaikum Wr. Wb.
Dalam rangka penyusunan Skripsi Mahasiswa jenjang Strata Satu, Saudara
ditunjuk sebagai Dosen Pembimbing mahasiswa:
Nama : Nurul Fadillah
NIM : 111-14-330
Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas
Judul :
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IMPLEMENTASI PERAN PENDIDIK MENURUT Q.S.
AN-NAHL AYAT 43-44 (STUDI KASUS GURU PAI MTs
NEGERI 2 TEMANGGUNG TAHUN AJARAN 2017/2018)
Apabila dipandang perlu Saudara diminta mengoreksi tema skripsi di atas.
Demikian untuk diketahui dan dilaksanakan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Tembusan:
1. Yth. Dosen Pembimbing
2. Mahasiswa yang bersangkutan
3. Arsip Akademik
134
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jalan Lingkar Salatiga KM.2 Telepon.(0298) 6031364 Kode Pos 50716 Salatiga
Website:http://tarbiyah.iainsalatiga.ac.id e-mail: [email protected]
Nomor : B- 278 /In.21/D1.1/PN.03.1/02/2018 Salatiga, 27 Februari 2018
Lamp : Proposal Penelitian.
Hal : Permohonan Izin Penelitian
Kepada
Yth. Kepala MTs Negeri 2 Temanggung
Di Temanggung
Assalamualaikum Wr. Wb.
Yang bertanda tangan di bawah ini, kami menerangkan bahwa :
N a m a : Nurul Fadillah
NIM : 111-14-330
Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Dalam rangka penyelesaian studi Jenjang Strata Satu di IAIN Salatiga, mahasiswa
diwajibkan memenuhi salah satu persyaratan berupa penyusunan Skripsi.
Adapun judul skripsinya adalah :
IMPLEMENTASI PERAN PENDIDIK MENURUT Q.S. AN-NAHL AYAT 43-
44 (STUDI KASUS GURU PAI MTs NEGERI 2 TEMANGGUNG TAHUN
AJARAN 2017/2018)
Dosen Pembimbing : Dra. Ulfah Susilowati, M.Si.
Kami mohon Bapak/Ibu memberi izin kepada mahasiswa tersebut untuk
mengadakan penelitian di MTs Negeri Kedu Temanggung, mulai tanggal 15
Februari s.d. 15 April 2018 (2 bulan).
Demikian, atas pemberian izin Bapak/Ibu, kami sampaikan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Tembusan : 1. Mahasiswa yang bersangkutan
135
136
137
DAFTAR SATUAN KREDIT KEGIATAN
NAMA : NURUL FADILLAH
NIM : 111-14-330
FAKULTAS/JURUSAN : FTIK/PAI
DOSEN PEMBIMBING : ULFAH SUSILAWATI, M.SI.
No. Nama Kegiatan Pelaksanaan Jabatan Point
1 OPAK STAIN
SALATIGA 2014
“Aktualisasi Gerakan
Mahasiswa Yang
Beretika, Disiplin, dan
Berpikir Terbuka” Oleh
DEMA STAIN Salatiga
18-19 Agustus
2014
Peserta 3
2 OPAK JURUSAN
TARBIYAH STAIN
SALATIGA 2014
“Aktualisasi
Pendidikan Karakter
Sebagai Pembentuk
Generasi yang Religius,
Educative, dan
Humanis” Oleh HMJ
Tarbiyah STAAIN
Salatiga
20-21 Agustus
2014
Peserta 3
3 ORIENTASI DASAR
KEISLAMAN (ODK)
“Pemahaman Islam
Rahmatan Lil ‘Alamin
Sebagai Langkah Awal
Menjadi Mahasiswa
Berkarakter” Oleh
LDK Darul Amal dan
Ittaqo STAIN Salatiga
21 Agustus
2014
Peserta 2
4 Achievement
Motivation Training
“Dengan AMT
Semangat
Menyongsong Prestasi”
Oleh CEC dan JQH
STAIN Salatiga
23 Agustus
2014
Peserta 2
138
5 Library User Education
(Pendidikan
Pemustaka) Oleh UPT
Perpustakaan
28 Agustus
2014
Peserta 2
6 Seminar Nasional
dalam acara “Seminar
Nasional
Entrepreneurship” Oleh
Racana Kusuma
Dilaga-Woro Srikandi
STAIN Salatiga
16 November
2014
Peserta 8
7 PAB (Penerimaan
Anggota Baru) JQH
Al-Furqan STAIN
Salatiga
13-14 Desember
2014
Peserta
2
8 Seminar Nasional
dengan tema ‘’
Mencegah Generasi
Pemuda Islam dari
Pengaruh Radikalisne
ISIS’’
6 Mei 2015 Peserta 8
9 Surat Keputusan
Penyelenggaraan
Kegiatan Orientasi
Pengenalan Akademik
dan Kemahasiswaan
(OPAK) IAIN Salatiga
Tahun 2015
27 Juli 2015 Fasilitator 3
10 “Gladi Wira Brigsus
Ke-22 (GWB XXII)
Brigade Khusus Naga
Sandhi” IAIN Salatiga
Oleh Racana IAIN
Salatiga
30 Oktober
2015
Peserta 2
11 Seminar Nasional
DEMA FTIK dengan
tema ‘’Peningkatan
Profesionalisme Guru
dalam Pembelajaran di
Era Globalisasi’’
23 November
2015
Peserta 8
12 Surat Keputusan
Pengurus Himpunan
Mahasiswa Jurusan
(HMJ) PAI
15 Maret 2016 Sekretaris 4
13 Surat Keputusan
Penyelenggara Seminar
25 Maret 2016 Panitia 3
139
Nasional Pendidikan
dan Pelantikan
FORSIMA PAI
Wilayah Jateng
14 Seminar Nasional
dengan tema
“Pendidikan Agama
Menjadi Pelopor
Kebangkitan Nasional
di Era Modern’’ Oleh
HMJ PAI IAIN
Salatiga
21 Mei 2016 Peserta 8
15 Seminar Nasional
‘’Melawan
Radikalisme dan
Komunisme’’ Oleh PC
PMII Salatiga
1 Agustus 2016 Peserta 8
16 Pelantikan Teater
Lintang Songo dengan
tema ‘’Bali Ngomah
Bangun Fitroh’’
27 Agustus
2016
Pengurus 4
17 Seminar Internasional
dengan tema “Petani
untuk Negeri” Oleh
Krida Taruna Bumi
Persada
18 September
2016
Peserta 2
18 Seminar Nasional
Problematika Hakim
dan Peradilan dengan
tema ‘’Rekonstruksi
Ideal Sistem Peradilan
di Indonesia’’ Oleh
HMJ AS IAIN Salatiga
22 September
2016
Peserta
2
19 SK Penyelenggara
Kegiatan “Dialog
Interaktif” Himpunan
Mahasiswa Jurusan
(HMJ) PAI
29 September
2016
Panitia 3
20 Seminar Nasional
Meretas Bulying
‘’Mengembangkan
Layanan Kemanusiaan
Berbasis Kearifan
Lokal Komunitas’’
Oleh HMJ PMI IAIN
Salatiga
17 Desember
2016
Peserta 8
140
21 Seminar Nasional
dengan tema
‘’Meneguhkan Nilai-
nilai Santri di Era
Globalisasi’’
7 Mei 2017 Peserta
8
24 Penyerapan Aspirasi
Masyarakat dengan
tema ‘’Memperkokoh
Peran Pemuda dalam
Menjaga Keutuhan
NKRI’’ oleh MPR RI
29 Juli 2017 Peserta
8
25 “Sosialisasi Empat
Pilar MPR RI” Oleh
MPR RI
29 Juli 2017 Peseerta 8
Jumlah 104
141
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nurul Fadillah
Tempat / Tanggal Lahir : Temanggung, 13 Agustus 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Dsn. Kerokan RT. 03 RW. 01 Ds. Kutoanyar
Kec. Kedu 56252 Kab. Temanggung Jawa Tengah
Riwayat Pendidikan : 1. MI Al-Huda Kutoanyar, lulus tahun 2009
2. MTs Negeri Kedu, lulus tahun 2011
3. MA Al-Huda Kedu, lulus tahun 2014
Demikian Riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.