Upload
others
View
19
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERAN GURU KELAS V DALAM MEMBANTU SISWA GAGAL KKM
MATA PELAJARAN IPS MELALUI PROGRAM
REMEDIAL TEACHING PADA SISWA MI ISLAMIYAH
SENGGRONG ANDONG BOYOLALI TAHUN 2020
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
OLEH
ZULIYANA KUSUMAWATI ROHMAH
NIM: 23040160136
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2020
i
ii
PERAN GURU KELAS V DALAM MEMBANTU SISWA GAGAL KKM
MATA PELAJARAN IPS MELALUI PROGRAM
REMEDIAL TEACHING PADA SISWA MI ISLAMIYAH
SENGGRONG ANDONG BOYOLALI TAHUN 2020
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
OLEH
ZULIYANA KUSUMAWATI ROHMAH
NIM: 23040160136
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2020
iii
iv
v
vi
vii
PERSEMBAHAN
Teruntuk:
Keluarga saya tercinta Bapak Suranto, Ibu Sunanti, adik-adik saya Anti Zunia Nur Habibah,
Muhammad Anto Khoiri Rizal, Apriliya Nur Alifah dan keluarga besar bani Sastro Tukiman
yang selalu mendukung, menyemangati dan mendoakan.
Pengasuh Pondok Pesantren A.P.I Al-Maskur K.H Ahmad Afif Dimyati , Hj. Maftuhah
Yang telah memberikan nasihat, ilmu yang bermanfaat, dan pembelajaran yang sangat
berarti bagi saya.
Keluarga besar Pondok Pesantren A.P.I Al-Maskur yang telah memberikan semangat dan
do’a-do’a khususnya untuk teman-teman pengurus dan kamar Zainab, Hafsoh yang selalu
mensuport saya untuk menggapai impian saya.
Sahabat-sahabat saya yang turut berperan dalam penyusunan karya skripsi ini Fitri Asriyani,
Siti Mariam, Faridatul Itriyah, Atik Rahmawati, Farida, Lukluk Uljanah, Sulasiatun Nafiah,
Supri Hidayati, Endah Kurniawati, Nur Milati Azka Sekha Apriliana, Amelia Setianing
Putri, Anisa Nurul Chanifah, Nabila Ahsani, Siti Nur Kholifah, Nurul Naimah, Nur Istiani,
Tri Handayani, Nafiah Damayanti yang tiada henti menyemangati saya untuk segera
menyelesaikan tugas akhir ini dan yang telah memberikan keceriaan.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirohim
Assalamuaalaikum wr. Wb
Puji syukur alhamdulillah robbil’alamin, penulis panjatkan puji syukur kepada Allah
SWT yang selalu memberikan nikamat, karunia, taufik, dan hidayahnya kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dan dengan judul “Peran Guru Kelas V dalam
Membantu Siswa Gagal KKM Mata Pelajaran IPS Melalui Program Remedial Teaching
Pada Siswa MI Islamiyah Senggrong Andong Boyolali Tahun 2020”.
Tidak lupa sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang selalu setia dan
menjadikannya suri tauladan yang mana beliau satu-satunya umat manusia yang dapat
mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan menuju ke zaman yang terang benderang
yakni dengan ajaran agama Islam.
Penulis skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak
yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M. Ag., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguran.
3. Ibu Dr. Peni Susapti, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah IAIN Salatiga.
ix
4. Bapak Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd., selaku pembimbing skripsi yang telah
membimbing dengan ikhlas, mengarahkan dan meluangkan waktunya untuk penulis
sehingga skripsi ini terselesaikan.
5. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd., selaku dosen pembibing akademik.
6. Bapak Dr. Miftahuddin, M.Ag. selaku ketua penguji, Bapak Sutrisna, S.Ag., M.Pd.
selaku penguji pertama dan ibu Fenny Widiyanti, M.Pd. selaku penguji kedua yang
telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
7. Bapak ibu dosen Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah FTIK IAIN
Salatiga, yang telah banyak memberikan bimbingan dan ilmu kepada peneliti selama
menempuh pendidikan.
8. Staf akademik Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga yang telah
melayani kami selaku mahasiswa dengan sabar dan ramah.
9. Bapak Abdul Rohman, S.Pd.I., selaku kepala Madrasah MI Islamiyah Senggrong
Andong Boyolali yang telah memberikan kesempatan untuk penelitian.
10. Ibu Sri Hidayati, S.Pd.I., selaku wali kelas V MI Islamiyah Senggrong Andong
Boyolali yang turut membantu dalam penelitian.
11. Siswa – Siswi kelas V MI Islamiyah Senggrong Andong Boyolali yang telah
membantu menyukseskan penelitian.
12. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa dan dukungan baik secara moral
maupun material.
13. Teman-teman PGMI khususnya Angkatan 2016 institud Agama Islam Negeri
Salatiga
x
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah terlibat dalam
penulisan Skripsi
Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna, semua itu karena keterbatasan penulis, Kritik dan saran sangat
diharapkan guna menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat.
Salatiga, 23 September 2020
Penulis
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR BERLOGO IAIN…..............................................................................i
HALAMAN SAMPUL DALAM............................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………………..…iii
PENGESAHAN KELULUSAN.............................................................................iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………………………………………..v
MOTTO ................................................................................................................. vii
PERSEMBAHAN ................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii
ABSTRAK…………………………………………………………………….....xv
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 6
E. Penegasan Istilah .......................................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan ................................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 10
A. LANDASAN TEORI ................................................................................. 10
xii
1. Peran Guru dalam Proses Pembelajaran ................................................. 10
2. Peran Guru dalam Mengatasi Siswa Gagal (KKM) ................................ 19
3. Pelaksanaan Program Remedial (Teaching) .......................................... 20
B. Kajian Pustaka ............................................................................................ 32
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 35
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 35
B. Lokasi Waktu Penelitian ............................................................................. 36
C. Sumber Data ............................................................................................... 36
D. Prosedur Pengumpulan Data ...................................................................... 37
E. Analisis Data .............................................................................................. 39
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA ................................................... 41
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................................................ 42
B. Peran Guru Kelas dalam Pelaksanaan Program Remedial Teaching ......... 51
C. Pelaksanaan Program Remedial Teaching MI Islamiyah Senggrong ......... 54
D. Kendala Saat Program Remedial Teaching ................................................ 59
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 62
A. Kesimpulan ................................................................................................. 62
B. Saran ........................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 64
LAMPIRAN...........................................................................................................67
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Model Analis Interaktif
Tabel 4.1 : Daftar Guru MI Islamiyah Senggrong Andong Boyolali
Tabel 4.2 : Daftar Jumlah Siswa MI Islamiyah Senggrong Andong Boyolali
Tabel 4.3 : Data Siswa Kelas V MI Islamiyah Senggrong Andong Boyolali
Tabel 4.4 : Data Nilai PTS Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V MI Islamiyah Senggrong
Andong Boyolali
Tabel 4.5 : Gambaran Umum Pelaksanaan Remedial
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Lokasi MI Islamiyah senggrong Andong Boyolali
Gambar 2 : Wawancara kepada kepala Madrasah mengenai profil Madrasah
Gambar 3 : Wawancara dengan Ibu Sri Hidayati Wali Kelas V MI Islamiyah Senggrong
Gambar 4 : Wawancara dengan siswa kelas V di MI Islamiyah Senggrong
Gambar 5 : Pelaksanaan Remedial di kelas V MI Islamiyah Senggrong
xv
ABSTRAK
Rohmah, Zuliyana Kusumawati. 2020. Peran Guru Kelas V Dalam Membantu Siswa Gagal KKM Mata Pelajaran IPS Melalui Program Remedial Teaching Pada
Siswa MI Islamiyah Senggrong Andong Boyolali Tahun 2020. Skripsi, Program
Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd.
Kata Kunci : Peran Guru Kelas; KKM; Remedial Teaching.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru kelas V dalam membantu
siswa gagal KKM pada mata pelajaran IPS materi peta dan untuk mengetahui langkah-
langkah guru dalam pelaksanaan program remedial teaching pada siswa Madrasah
Ibtidaiyah Islamiyah Senggrong Andong Boyolali Tahun 2020.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif dimana penelitian ini
tidak menggunakan prosedur statistik atau bentuk penghitungan lainnya, namun dengan
memberikan rincian yang lebih kompleks. Teknik pengumpulan data menggunakan
observasi, wawancara, analisis, dokumentasi. Pengecekan keabsahan data menggunakan
triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa, peran guru kelas V dalam membantu siswa gagal KKM mata pelajaran IPS melalui program remedial
teaching pada siswa MI Islamiyah Senggrong Andong Boyolali Tahun 2020 telah
dilaksanakan oleh guru kelas sesuai dengan prosedur pembelajaran dimana pembelajaran
remedial teaching dilaksanakan setelah penilaian terdapat siswa gagal KKM, kemudian
menganalisa kesulitan yang dihadapi siswa kemudian melaksanakan pembelajaran remedial
sesuai dengan kebutuhan siswa guna mencapai nilai ketuntasan.
.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam lembaga pendidikan formal terdapat komponen yang
terorganisir meliputi pendidik peserta didik tenaga administrasi dan kepala
sekolah. Dalam proses pembelajaran yang paling berperan adalah pendidik
(Guru), dimana guru adalah sosok yang secara profesional mengantarkan
siswanya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan oleh
sekolah jadi peran guru sangat menentukan keberhasilan dalam kegiatan
belajar mengajar. Peran guru dan peserta didik yang dimaksud disini
adalah berkaitan dengan peran dalam proses pembelajaran. Guru dan
peserta didik merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam
pendidikan umumnya, karena guru dan peserta didik memegang peranan
dalam proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran merupakan inti
dari proses pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan terjadinya
perubahan tingkah laku anak (Kirom, 2017: 69).
Guru sebagai perencana berkewajiban membuat rencana
pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar.
Rencana tersebut meliputi membuat KKM untuk setiap mata pelajaran,
tujuan pembelajaran, perangkat pembelajaran. Guru dalam proses belajar
mengajar adalah orang yang meberikan pelajaran. Dalam kamus Bahasa
Indonesia, guru diartikan orang yang pekerjaanya mengajar. Yang ikut
2
berperan serta dalam usaha pembentuk sumberdaya manusia yang
potensial dibidang pembangunan (Uno & Lamatenggo, 2016:2)
Guru sebagai pelaksana pendidikan sangat menetukan
keberhasilan dalam pembelajaran dimana sebagai pelaksana guru harus
mengelola kelas dengan tepat, menguasai materi, yang didukung oleh
media pembelajaran yang sesuai sehingga dapat memudahkan siswa dalam
menerima setiap pelajaran yang disampaikan dengan demikian diharapkan
bisa membantu siswa mecapai nilai KKM. Guru sebagai evaluator
berkewajiban menyiapkan seperangkat alat evaluasi dalam setiap akhir
pembelajaran yang bertujuan untuk mengukur daya serap atau kemampuan
siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu prinsip penilaian pada
kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan acuan kriteria, yakni
menggunakan kriteria tertentu menentukan kelulusan peserta didik.
Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai
ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Kriteria ketuntasan Minimal (KKM) harus ditetapkan sebelum
awal tahun ajaran dimulai. Seberapapun besarnya jumlah peserta didik
yang melampaui batas ketuntasan minimal, tidak mengubah keputusan
pendidik dalam menyatakan lulus dan tidak lulus pembelajaran. Acuan
kriteria tidak diubah secara serta merta karena hasil empirik penilaian.
Pada acuan norma, kurva, normal, sering digunakan untuk menentukan
ketuntasan belajar peserta didi jika diperoleh hasil rata-rata kurang
memuaskan. Nilai sering dikonversi dari kurva, normal, untuk
3
mendapatkan sejumlah peserta didik yang melebihi nilai 6, 0 sesuai
proporsi kurva. Acuan kriteria meng haruskan pendidik untk melakukan
tindakan yang tepat terhadap hasil penilaian, yaitu memberikan layanan
remidial bagi yang belum tuntas dan atau layanan pengayaan bagi yang
sudah melampaui kriteria ketuntasan minimal (Sulaiman, 2020 : 83).
Berkaitan dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) telah terjadi
pada beberapa siswa ketika dalam evaluasi terhadap proses pembelajaran
pada suatu mata pelajaran ternyata terjadi gagal KKM oleh karena itu
penulis berkeinginan untuk meneliti apa saja yang menjadi faktor
penyebab terjadinya gagal KKM pada siswa didik ditingkat Madrasah
Ibtidakiyah (MI).
Keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kemampuan guru dalam menguasai
materi, kemampuan guru dalam pengelolaan kelas, ketepatan guru dalam
menggunakan pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran
ketepatan guru dalam memilih metode pembelajaran dan kesiapan peserta
didik dalam mentransfer ilmu pengetahuan dalam proses pembelajaran
yang telah disampaikan oleh guru. Dengan demikian bila terjadi gagal
KKM oleh peserta didik dapat disimpulkan dikarenakan dua faktor utama
yaitu guru dan siswa itu sendiri. Tugas maupun fungsi guru merupakan
sesuatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Akan tetapi, tugas dan funsi
sering kali disejajarkan sebagai peran. Menurut UU No.20 Tahun 2003
dan UU No. 14 Tahun 2005, Seperti yang sudah kita lihat, peranan guru
4
merupakan pengorganisasi lingkungan belajar sekaligus sebagi fasilitator
belajar peranan pertama meliputi peranan - peranan yang lebih sepesifik
yaitu: Guru sebagai model, guru sebagai perencana, guru sebagai peramal,
guru sebagi pemimpin, guru sebagai penunjuk jalan atau pembibing kearah
pusat-pusat belajar (Zein, 2016:279).
Pada pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) kegagalan KKM sering
terjadi pada mata pelajaran yang sifatnya pengetahuan seperti mata
pelajaran IPS, PPKN, SKI, dan lain-lain. Pada penelitian ini penulis ingin
mencoba meneliti gagal KKM pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) yang dialami oleh siswa MI Islamiyah Senggrong Andong
Boyolali. Untuk mengatasi masalah siswa gagal KKM pada mata pelajaran
IPS perlu dilakukan kegiatan pembelajaran yang dinamakan Program
Remedial Teaching. Remedial Teaching adalah kegiatan pembelajaran
yang sifatnya pengulangan terhadap kompetensi dasar yang gagal KKM .
Dalam kegiatan ini siswa diberikan tugas berupa soal-soal latihan yang
kemudian diberikan evaluasi madiri sesuai dengan KD yang akan dicapai.
Dari latar belakang masalah di atas maka penulis mengambil
judul: “PERAN GURU KELAS V DALAM MEMBANTU SISWA
GAGAL KKM MAPEL IPS MELALUI PROGRAM REMEDIAL
TEACHING PADA SISWA MI ISLAMIYAH SENGGRONG
ANDONG BOYOLALI TAHUN 2020”.
5
Dalam penelitian ini peneliti memulai penelitian dari tanggal 12
September 2020 sampai 15 September 2020 di MI Islamiyah Senggrong
Andong Boyolali.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peran guru kelas V dalam membantu siswa gagal KKM
pada mata pelajaran IPS materi peta pada siswa Madrasah Ibtidaiyah
Islamiyah Senggrong Andong Boyolali Tahun 2020?
2. Bagaimana langkah-langkah guru dalam pelaksanaan Program Remidial
Teaching pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Senggrong
Andong Boyolali Tahun 2020?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui peran guru kelas V dalam membantu siswa gagal KKM
pada mata pelajaran IPS materi peta pada siswa Madrasah Ibtidaiyah
Islamiyah Senggrong Andong Boyolali Tahun 2020.
2. Mengetahu langkah-langkah guru dalam pelaksanaan Program
Remidial Teaching pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah
Senggrong Andong Boyolali Tahun 2020.
6
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dibagi dua yaitu:
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan menjadi nilai tambah dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
2. Manfaat praktis
a. Untuk menambah wawasan penulis dalam mengetahui
bagaimana peran guru kelas V dalam membantu siswa gagal
KKM mata pelajaran IPS pada MI Islamiyah Senggrong
Andong Boyolali Tahun 2020.
b. Bagi guru penelitian ini bermanfaat untuk memberikan
motivasi dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan sekolah, sehingga tidak terjadi siswa gagal KKM
mata pelajaran IPS melalui program remedial teaching pada MI
Islamiyah Senggrong Andong Boyolali Tahun 2020.
c. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan nilai
tambah dalam peningkatan mutu pendidikan sehingga menjadi
sekolah yang berkualitas dan pilihan masyarakat Pada MI
Islamiyah Senggrong Andong Boyolali Tahun 2020.
7
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari timbulnya berbagai interprestasi dan
membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, maka perlu di
jelaskan beberapa pengertian yang terkandung dalam judul skripsi di atas,
yaitu:
1. Peran guru kelas dalam membantu siswa gagal KKM
Guru merupakan salahsatu faktor penentu yang sangat dominan
dalam mencapai tujuan pendidikan yang ditentukan oleh sekolah. Oleh
karena itu peran guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
ataupun kegagalan siswa dalam mencapai nilai KKM. Dalam mengatasi
kesulitan siswa gagal KKM seorang guru harus bisa menganalisa apa
penyebab siswa gagal KKM dengan demikian peran guru sebagai
pebimbing belajar siswa akan dapat menentukan secara tepat sistem
pembelajaran yang bisa diterima dan bisa dipahami oleh siswa sehingga
tidak terjadi siswa gagal KKM.
2. Remedial Teaching
Pengajaran remedial (remedial teaching) secara etimologi
berasal dari kata remedy (inggris) yang artinya menyembuhkan,
membetulkan, perbaikan, pengulangan sedangkan teaching adalah
mengajar, cara mengajar atau mengajarkan. Pengajaran remedial
secara terminologis adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang
bersifat menyembuhkan atau perbaikan kearah pencapain hasil yang
diharapkan (Raniry, 2012: 350).
8
Yang dimaksud remedial teaching adalah pembelajaran yang
bertujuan untuk membantu mengatasi kesulitan belajar siswa yang
bersifat khusus karena disusaikan dengan jenis kesulitan belajar yang
dihadapi siswa. Proses remedial teaching lebih ditekankan pada cara
belajar, cara mengajar, serta cara mengatasi kesulitan yang dihadapi
siswa.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan berupa rencana pembagian bab dan sub sub
dari laporan penelitian yang akan ditulis. Adapun skripsi ini disusun
dengan sistematika penulisan disesuaikan dengan pedoman penulisan
skripsi yang terdiri V (lima) bab yang masing-masing terdiri sub bab,
antara satu dengan yang lain saling berhubungan. Adapun sistematika
pembahasannya adalah sebagai berikut:
Bab satu merupakan pendahuluan berisi tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,
dan sistematika penelitian.
Bab dua merupakan kajian pustaka dalam bab ini akan diuraikan
mengenai peran guru kelas V dalam membantu siswa gagal KKM mata
pelajaran IPS melalui program remedial teaching.
Bab tiga merupakan metode penelitian Dalam bab ini terdiri dari
jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data, prosedur data,
analisis data, keabsahan data.
9
Bab empat merupakan paparan dan analisis data. Dalam bab ini
akan diuraikan pembahasan mengenai : peran guru kelas V dalam
membantu siswa gagal KKM mata pelajaran IPS materi peta melalui
program remedial teaching.
Bab lima merupakan konsep akhir dari skripsi ini yang beriri
kesimpulan dari kesimpulan dari seluruh kajian dan beberapa saran yang
berkaitan Peran Guru Kelas V dalam Membantu Siswa Gagal KKM Mata
Pelajaran IPS Melalui Program Remedial Teaching Pada Siswa MI
Islamiyah Senggrong Andong Boyolali Tahun 2020.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Peran Guru dalam Proses Pembelajaran
a. Pengertian Guru
Guru adalah seseorang yang membimbing, mengarahkan, dan
mengajarkan ilmu pengetahuan kepada orang lain yang dimaksud guru
dalam pendidikan formal adalah orang yang memberikan bimbingan
pembelajaran kepada para siswanya dalam proses belajar mengajar.
Sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang RI NO.14 tahun 2005
tentang guru bab 1 pasal 1 dijelaskan Guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama pendidik, mengajar, membibing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan
menengah.
b. Peran Guru
Guru sebagai pengajar, pembimbing dan pendidik memiliki
berbagai macam peran. Peran guru menggambarkan perilaku
sebagaimana jenis perannya. Terkait dengan peran guru Dr. Oemar
Hamalik dalam bukunya Psikologi Belajar dan Mengajar menulis
peran guru yang pertama sebagai mengajar, salah satu tugas yang
harus dilaksanakan oleh guru disekolah ialah memberikan pelayanan
kepada para siswa agar mereka menjadi siswa atau anak didik yang
11
selaras dengan tujuan sekolah itu. Kedua sebagai pembimbing, guru
memberikan bimbingan bantuan terhadap individu untuk mencapai
pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan
penyesuaian diri secara maksimum terhadap sekolah, keluarga, serta
masyarakat menurut Hamalik (dalam Kirom, 2017:73).
Senada dengan dengan pendapat di atas menurut Syaiful Bahri
Djamarah guru memiliki banyak peran dalam proses pembelajaran
diatantaranya adalah
1) Korektor
Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai
yang baik mana yang buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus
betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat kedua nilai
ini mungkin telah anak didik memiliki dan mungkin pula telah
memengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah. Latar
belakang kehidupan anak didik yang berbeda-beda sesuai dengan
sosio-kultural masyarakat di mana anak didik tinggal akan
mewarnai kehidupanya. Semua nilai yang baik harus guru
pertahankan dan semua nilai yang buruk harus disisirkan dari jiwa
dan watak anak didik. Bila guru membiarkannya, berarti guru telah
mengabaikan peranannya sebagai seorang korektor, yang menilai
dan mengoreksi semua sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak
didik.
12
2) Inspirator
Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham
yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar
adalah masalah utama anak didik. Guru harus dapat memberikan
petunjuk (ilham) bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk itu
tidak mesti harus bertolak dari sejumlah teori-teori belajar, dari
pengalaman pun bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar
yang baik. Yang penting bukan teorinya, tapi bagaimana
melepaskan masalah yang dihadapi anak didik.
3) Informartor
Sebagai informator, guru harus dapat memberikan
informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain
sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang di
programnkan dalam kurikulum. Informasi yang baik dan efektif
diperlukan dari guru. Kesalahan informasi adalah racun bagi anak
didik. Untuk menjadi informotor yang efektif, penguasaan
bermasalah sebagai kuncinya, ditopang dengan penguasaan bahan
yang akan diberikan kepada anak didik. Informator yang baik
adalah guru yang mengerti apa kebutuhan anak didik dan mengabdi
untuk anak didik.
4) Organisator
Sebagai organisator, adalah sisi lain peranan yang
diperlukan dari guru. Dalam bidang guru memiliki kegiatan
13
pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah,
menyusun kalender akademik, dan sebagainya. Semua organisasi,
sehingga dapat mencapai efektif dan efesiensi dalam belajar pada
diri anak didik.
5) Motivator
Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak
didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan
motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif yang
melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun prestasinya
di sekolah. Setiap saat guru harus bertindak sebagai motivator,
karena dalam interaksi edukatif tidak mustahil ada di antara anak
didik yang malas belajar dan sebagainya. Motivasi dapat efektif
bila dilakukan dengan memerhatikan kebutuhan anak didik.
Penganekaragaman dengan cara belajar memberikan penguatan dan
sebagainya, juga dapat memberikan motivasi pada anak didik untuk
lebih bergairah dalam belajar. Peranan guru sebagai motivator
sangat penting dalam interaksi edukatif, karena menyangkut esensi
pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial,
menyangkut perfomance dalam personalisasi dan sosialisasi diri.
6) Inisator
Dalam perananya sebagai inisiator, guru harus dapat
menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan
pengajaran. Proses interaksi edukatif yang ada sekarang harus
14
diperbaiki sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
di bidang pendidikan. Kompetensi guru harus diperbaiki.
Keterampilan penggunaan media pendidikan dan pengajaran harus
diperbarui sesuai kemajuan media komunikasi dan informasi abad
ini. Guru harus menjadikan dunia pendidikan, khususnya interaksi
edukatif agar lebih baik dari dulu. Bukan mengikuti terus tanpa
mencetuskan ide-ide bagi kemajuan pendidikan dan pengajaran.
7) Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan
fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak
didi. Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan. Fasilitas
belajar yang kurang tersedia, menyebabkan anak didik malas
belajar. Oleh karena itu menjadi tugas guru bagaimana
menyediakan fasilitas, sehingga akan tercipta lingkungan belajar
yang menyenangkan anak didik.
8) Pembimbing
Peranan guru yang tidak kalah pentingnya dari semua peran
yang telah disebutkan di atas adalah sebagai pembimbing, peranan
ini harus lebih dipentingkan, karena kehadiran guru di sekolah
adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa
susila yang cakap. Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami
kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya.
Kekurangmampuan anak didik menyebabkan lebih banyak
15
tergantung pada bantuan guru. Tetapi semakin dewasa,
ketergantungan anak didik semakin berkurang. Jadi bagaimanapun
juga bimbingan dari guru sangat diperlukan pada saat anak didik
belum mampu berdiri sendiri (mandiri).
9) Demonstrator
Dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran
dapat anak didik pahami. Apalagi anak didik yang memiliki
intelegensi yang sedang. Untuk bahan pelajaran yang sukar
dipahami anak didik, guru harus berusaha dengan membantunya.
Dengan cara memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis,
sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman anak
didik, tidak terjadi kesalahan pengertian antara guru dan anak
didik. Tujuan pengajaran pun dapat tercapai efektif dan efesien.
10) Pengelola Kelas
Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola
kelas dengan baik. Karena kelas adalah tempat berhimpun semua
anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari
guru. Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya
interaksi edukatif. Sebaliknya, kelas yang tidak dikelola dengan
baik akan menghambat kegiatan pengajaran. Anak didik tidak
mustahil akan merasa bosan untuk tinggal lebih lama di kelas. Hal
ini akan berakibat mengganggu jalannya proses interaksi edukatif.
Kelas yang terlalu padat dengan anak didik, pertukaran udara
16
kurang, penuh kegaduhan, lebih banyak tidak menguntungkan bagi
terlaksananya interaksi edukatif yang optimal. Hal ini tidak sejalan
dengan tujuan umum dari pengelolaan kelas. Yaitu menyediakan
dan menggunakan fasilitas kelas bermacam-macam kegiatan
belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik dan optimal. Jadi,
maksud dari pengelolaan yang tinggi untuk senantiasa belajar di
dalamya.
11) Mediator
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan
dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam
berbagai bentuk dan jenisnya, baik media nonmaterial maupun
materiil. Media berfungsi sebagai alat komunikasi guna
mengefektifkan proses interaksi edukatif. Keterampilan
menggunakan semua media itu diharapkan dari guru yang
disesuaikan dengan mencapai tujuan pengajaran. Sebagai mediator,
guru dapat diartikan sebagai penengah dalam proses belajar anak
didik. Dalam diskusi, guru dapat berperan sebagai penengah,
sebagai pengatur lalu lintas jalanya diskusi. Kemacetan jalanya
diskusi akibat anak didik kurang mampu mencari jalan keluar dari
pemasalahan masalahnya, dapat guru tengahi, bagaimana
menganalisis permasalahan agar dapat diselesaikan. Guru sebagai
mediator dapat juga diartikan penyedia media.
12) Supervisor
17
Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu,
memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran,
Teknik-teknik supervise harus guru kuasai dengan baik agar dapat
melakukan dengan baik. Untuk itu kelebihan yang dimiliki
supervisor bukan hanya karena posisi atau kedudukan yang
ditempatinya, akan tetapi juga keterampilan -keterampilan yang
dimilikinya, atau karena memiliki sifat-sifat kepribadian yang
menonjol daripada orang-orang yang disupervisinya. Dengan
semua kelebihan yang dimiliki, ia dapat melihat,menilai atau
mengadakan pengawasan terhadap orang atau sesuatu yang
disupervisi.
13) Evaluator
Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang
evaluator yang baik dia jujur, dengan memberikan penilaian yang
menyentuh pada aspek eksrinsik dan intrisik. Penilaian terhadap
aspek intrisik lebih menyentuh pada aspek kepribadian anak didik,
yakni aspek nilai (values). Berdasarkan hal ini, guru harus biasa
memberikan penilaian dalam dimensi yang luas. Penilaian terhadap
kebribadian anak didik lebih diutamakan daripada penilaian
terhadap jawaban anak didik ketika diberikan tes. Anak didik yang
berprestasi baik, belum tentu memiliki kepribadian yang baik. Jadi,
penilaian itu pada hakikatnya diarahkan pada perubahan
kepribadian anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap.
18
Sebagai evaluator, guru tidak hanya menilai produk, (hasil
pengajaran), tetapi juga menilai proses (jalannya pengaajaran). Dari
kedua kegiatan ini akan mendapatkan umpan balik (feedback)
tentang pelaksanaan interaksi edukatif yang telah dilakukan
(Djamarah, 2000: 43)
Dengan demikian berdasarkan uraian peranan guru dalam
proses pembelajaran yang terdiri dari peran sebagi korektor,
inspirator, informator, organisator, motivator, inisiator, fasilitator,
pembibing, demonstator, pengelola kelas, mediator, supervisor dan
evaluator diharaapkan hasil pembelajaraan bisa maksimal sesuai
dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
Sehubungan dengan peran guru dalam proses pembelajaran
sebagaimana yang dibahas di atas masih ada peran guru yang sangat
signifikan antara lain:
1. Konservator (pemelihara) sistem nilai yang merupakan
sumber norma kedewasaan; Inovator (pengembang)
sistem nilai ilmu pengetahuan.
2. Transmitor (penerus) sistem-sistem nilai tersebut kepada
peserta didik.
3. Transformator (Penterjemah) sisstem-sistem nilai tersebut
melalui penjelmaan dalam pribadinya dan perilakunya,
dalam proses interaksi dengan sasaran didik. (Sumiati,
2018:149).
19
Dengan demikian jika seorang guru telah melaksanakan perannya
sebagai konservator, transmitor, dan tranformator dalam proses
pembelajaran maka diharapkan hasil pembelajaran lebih maksimal.
2. Peran Guru dalam Mengatasi Siswa Gagal (KKM)
a. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Dalam satuan Pendidikan agar guru dapat berkembang
profesional maka salah satu yang harus dilakukan adalah mampu
membuat ketetapaan tentang kriteria ketuntasan minimal (KKM).
(Mesrawati, 2016:32) Penetapan Kriteria Ketutansan Minimal
(KKM) merupakan tahapan awal pelaksanaan penilaian hasil
belajar sebagai bagian dari langkah pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum berbasis
kompetensi yang menggunakan acuan kriteria dalam penilaian
mengharuskan pendidik dan satuan pendidikan menetapkan KKM
dengan analisis dan memerhatikan mekanisme yaitu prinsip dan
langkah-langkah penetapan.
Menurut DEPDINAS (dalam Mesrawati, 2016:32) salah
satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah
menggunakan acuan kriteria yakni menggunakan kriteria tertentu
dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah
untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
b. Peran Guru dalam Mengatasi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
20
Berkaitan dengan pencapaian kelulusan yang didasarkan
pada kriteria ketuntasan minimal yang sudah ditetapkan oleh
satuan pendidikan maka dalam proses pembelajaran peran guru
sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan siswa dalam
mencapai kelulusan. Mengigat kemampuan daya serap siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran itu berbeda-beda maka
tidak menutup kemungkinan terdapat siswa mengalami gagal
(KKM). Oleh karena itu seorang guru harus mengambil langkah-
langkah yang tepat bagaimana mengatasi siswa yang mengalami
gagal (KKM).
3. Pelaksanaan Program Remedial (Teaching)
a. Pengertian Remedial Teaching
Remedial teaching terdiri dari dua kata yaitu remedial dan
teaching. Remedial secara etimologis berasal dari kata remedy
(inggris) yang artinya adalah menyembuhkan, membetulkan,
perbaikan, pengulangan. Sedangkan teaching adalah mengajar,
cara mengajar atau mengajarkan. Pengajaran remedial secara
terminologis adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang bersifat
menyembuhkan atau perbaikan kearah pencapaian hasil yang
diharapkan (Raniry, 2012:350).
Sama halnya dengan pendapat di atas menurut (Ahmadi, &
Supriyono, 2013:152). Dalam bukunya yang berjudul “Psikologi
Belajar” mengemukakan bahwa Remedial Teaching atau
21
pengajaran perbaikan adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat
menyembuhkan atau membetulkan, atau dengan singkat
pengajaran yang membuat menjadi baik.
Kegiatan pembelajaran melalui program remedial teaching
merupakan salah satu cara untuk mengatasi kesulitan yang dialami
siswa dalam mencapai nilai sesuai dengan setandar (KKM) yang
telah ditetapkan. Siswa yang mengalami gagal (KKM) melalui
program remedial teaching diharapkan mampu mencapai nilai
(KKM).
b. Perbandingan Pengajaran Biasa Dengan Pengajaran Perbaikan
Dalam kegiatan pembelajaran terdapat perbedaan dalam
proses pembelajaran antara pembelajan biasa dan pembelajaran
perbaikan. Pengajaran biasa prosesnya diikuti oleh semua siswa
dalam mencapai tujuan pendidikan sebagaimana yang telah
ditetapkan. Untuk pengajaran perbaikan dilakukan setelah siswa
mengikuti pembelajaran biasa namun siswa tersebut mengalami
kesulitan didalam mencapai tujuan pendidikan atau dengan kata
lain siswa mengakami gagal (KKM). Dalam hal ini antara
pengajaran biasa dengan perbaikan memiliki tujuh perbandingan
yaitu:
1) Kegiatan pengajaran biasa sebagai program belajar mengajar di
kelas dan semua siswa ikut berpartisipasi. Pengajaran
22
perbaikan diadakan setelah diketahui kesulitan belajar
kemudian diadakan pelayanan khusus.
2) Tujuan pengajaran biasa dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran yang diterapkan sesuai dengan kurikulum yang
berlaku dan sama untuk semua siswa.
3) Metode dalam pengajaran biasa sama buat semua siswa.
Sedangkan metode dalam pengajaran perbaikan berdeferensial
(sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan).
4) Pengajaran biasa dilakukan oleh guru , sedangkan pengajaran
perbaikan oleh team (kerja sama).
5) Alat pengajaran perbaikan lebih bervariasi (penggunaan tes
diagnosa, sosiometri, alat-alat laboratorium, dan lain-lain).
6) Pengajaran perbaikan lebih diferensial dengan pendekatan
individual.
7) Pengajaran perbaikan evaluasinya disesuaikan dengan kesulitan
belajar yang dialami oleh siswa.
Dengan demikian jelaslah bahwa terdapat perbedaan antara
pengajaran biasa dan pengajaran perbaikan secara umum terletak pada
proses pengajaran. Pengajaran perbaikan dilakukan seorang guru kepada
siswa yang mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan pendidikan yang
telah ditentukan, dengan kata lain pengajaran perbaikan diperuntukan
siswa yang gagal mencapai nilai (KKM). Seorang guru dalam upaya
pengajaran perbaikan lebih memerhatikan memilih metode yang tepat
23
serta lebih mengutamakan pendekatan individual sehingga siswa akan
dapat dengan mudah menerima pelajaran yang disampaikan. Dengan
demikian tercapailah tujuan pendidikan sesuai yang ditetapkan kurikulum
yang berlaku.
c. Tujuan Pelaksanaan Program Remedial Teaching
Seorang guru dalam menjalankan fungsinya sebagai pengajar telah
mempersiapkan seperangkat pembelajaran yang memuat tujuan
pembelajaran. Dengan demikan juga dalam pengajaran perbaikan
bertujuan untuk membantu kesulitan siswa mencapai tujuan belajar yang
telah ditetapkan.
Secara umum tujuan pengajaran perbaikan tidak berbeda dengan
pengajaran biasa yaitu dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah
diterapkan. Secara khusus pengajaran perbaikan bertujuan agar sisiwa
yang mengalami kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang
diharapkan sekolah melalui proses , perbaikan pembelajaran ini. Secara
terperinci tujuan pengajaran perbaikan, yaitu:
1) Agar siswa dapat memahami dirinya khususnya prestasi belajarnya.
2) Dapat memperbaiki/mengubah cara belajar ke arah yang lebih baik.
3) Dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat.
4) Dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan yang dapat mendorong
tercapainya hasil yang lebih baik.
24
5) Dapat melaksanakan tugas belajar yang diberikan kepadanya
(Ahmadi & Supriyono, 2013: 154).
Dengan demikian tujuan pengajaran perbaikan adalah untuk
membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar agar dapat mencapai
nilai yang telah ditetapkan sekolah.
d. Fungsi Pelaksanaan Program Remedial Teaching
Segala sesuatu pasti mempunyai fungsi yang dapat membantu
mengatasi masalah. Demikian juga dalam dunia pendidikan, pengajaran
perbaikan mempunyai beberapa fungsi antara lain:
1) Korektif
Artinya dalam fungsi ini pengajaran remedial dapat diadakan
pembetulan atau perbaikan antara lain:
a) Perumusan tujuan
b) Penggunaan metode
c) Cara-cara belajar
d) Materi dan alat pengajaran.
e) Evaluasi
f) Segi-segi pribadi, dan lain-lain
2) Pemahaman
Artinya dari pihak guru, siswa atau pihak lain dapat
memahami siswa.
25
3) Penyesuaian
Penyesuain pengajaran perbaikan terjadi antara siswa dengan
tuntutan dalam proses belajarnya. Artinya siswa dapat belajar sesuai
dengan kemampuannya sehingga peluang untuk mencapai hasil lebih
baik lebih besar. Tuntutan disesuaikan dengan jenis, sifat, dan latar
belakang kesulitan sehingga mendorong untuk lebih belajar.
4) Pengayaan
Maksudnya pengajaran perbaikan itu dapat memperkaya proses
belajar mengajar. Pengayaan dapat melalui atau terletak dalam segi
metode yang dipergunakan dalam pengajaran perbaikan sehingga
hasil yang diperoleh lebih banyak, lebih dalam atau dengan singkat
prestasi belajarnya lebih kaya.
5) Akselerasi
Maksudnya pengajaran perbaikan dapat mempercepat proses
belajar baik dari segi waktu maupun materi.
6) Terapsutik
Secara langsung ataupun tidak pengajaran perbaikan dapat
memperbaiki atau menyembuhkan kondisi pribadi yang menyimpang
(Ahmadi & Supriyono, 2013: 154).
Berdasarkan uraian di atas maka seorang guru dalam pengajaran
perbaikan hendaknya melakukan perbaikan terhadap tujuan, metode, cara
belajar, yang sesuai dengan kemampuan siswa yang mengikuti
26
pembelajaran remedial teaching sehingga diharapkan siswa akan mudah
memahami materi yang disampaikan. Selain itu seorang guru juga perlu
mengadakan pengayaan dalam proses perbaikan pengajaran sehingga
diharapkan prestasi belajar siswa dapat diperoleh lebih cepat.
e. Metode-metode yang digunakan dalam kegiatan perbaikan
Kegiatan perbaikan merupakan kegiatan yang bersifat pemberian
bantuan terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar. Bantuan
tersebut dapat berupa perlakuan pengajaran maupun berupa bimbingan.
Dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan menggunakan beberapa metode
yang dapat membantu mempermudah dalam proses belajar guna mencapai
tujuan pengajaran. Banyak jenis metode yang digunakan dalam proses
belajar mengajar antara lain adalah:
1) Metode ceramah, memberikan pengertian dan uraian suatu masalah.
2) Metode diskusi, memecahkan masalah dengan berbagai tanggapan.
3) Metode eksperimen, mencoba mengetahui proses terjadinya suatu
masalah.
4) Metode demonstrasi, menggunakan alat peraga untuk memperjelas
sebuah masalah.
5) Metode pemberian tugas, dengan cara memberi tugas tertentu secara
bebas dan bertanggung jawab.
6) Metode sosiodrama, menunjukkan tingkah laku kehidupan.
7) Metode drill, melatih menggukur daya serap terhadap mata pelajaran.
27
8) Metode kerja kelompok, memecahkan masalah secara bersama-sama
dalam jumlah tertentu.
9) Metode tanya jawab, memecahkan masalah dengan umpan balik.
10) Metode proyek, memecahkan masalah dengan langkah-langkah
secara ilmiah, logis dan sistematis (Kamsinah, 2008:107)
f. Langkah-langkah (Remdial Teaching)
Seorang guru dalam upaya memberikan bantuan remedial teaching
kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat ditempuh melalui
langkang-langkah sebagai berikut:
1) Diagnosa Kesulitan Belajar
Untuk mendapatkan bantuan yang tepat dari guru guna
mengatasi kesulitan belajar, perlu mendapatkan s\\erangkaian
diagnosis. Tahapan diagnosis dapat ditempuh dengan langkah-langkah
sebagai berikut: indentifikasi siswa yang kesulitan belajar,
indentifikasi sebab-sebab terjadinya kesulitan belajar, menyusun
rekomendasi untuk remedial teaching.
2) Pelaksanaan Pemberian Bantuan
Berdasarkan keputusan yang telah ditetapkan dalam tahap
diagnosis kesulitan belajar, maka mulailah kita melaksanakan
pemberian bantuan. Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan
pemberian bantuan adalah sebagai berikut: perumusan tujuan
pembelajaran, penentuan materi pembelajaran, pemilihan metode yang
28
sesuai, pemilihan media yang sesuai, penentuan waktu remedial
teaching.
3) Evaluasi dan tindak lanjut
Langkah ini merupakan penilaian terhadap langkah-langkah
yang telah ditempuh baik dalam menepatkan kasus, jenis kesulitan,
latar belakang maupun tindakan bantuan yang telah dilaksanakan.
Langkah ini sangat berguna untuk mengetahui keberhaasilan guru
dalam membantu siswa yang mengami kesulitan kegiatan evaluasi ini
dilaksanakan selama bantuan dan sesudahnya (Widodo, 2006: 222).
Dengan melakukan langkah-langkah remedial teaching
sebagaimana tersebut di atas maka dihapkan dapat membantu
mengatasi siswa yang mengalami kesulitan belajar. Dengan demikian
maka tercapailah ketuntasan belajar sebagaimana kriteria yang telah
ditentukan.
g. Perubahan Kurikulum Pendidikan dan Pengajaran Remedial
Perubahan kurikulum pendidikan dan pengajaran remedial
bersumber dari dua subtansi yaitu (1) latar belakang historis, (2)
perubahan konsep pendidikan dan pengajaran remedial. Berdasarkan
fakta historis, bentuk kurikulum pertama, kurikulum khusus untuk
murid-murid yang berkemampuan intelektual rendah. Kedua, bentuk
kurikulum muatan ambulan untuk murid-murid yang gagal menghadapi
kurikulum sekolah. Menurut kurikulum seperti itu keterampilan
29
membaca dan menghitung merupakan keterampilan dasar untuk bekal
mempelajari pengetahuan lainnya (Wijaya, 2010: 48).
Dengan demikian siswa yang berkesulitan belajar dapat
dikelompokan pada kelompok-kelompok tertentu dan jenis remidiasi
yang diberikan bergantung pada macam materi pembelajaran yang mau
disembuhkan. Konsep ini berpegang pada prinsip pemertaan kesempatan
maka kurikulum pendidikan remedial dibuat berdasarkan kelompok-
kelompok homogen menurut abilitas, kelas-kelas khusus dan
pengelompokan kelas lain. Efek sikologis dan pedagogis dari kurikulum
baru itu adalah tiada batas antara mata pelajaran yang satu dengan lainya
(integraited). Berdasarkan kurikulum baru tersebut siswa dapat
mencapai setandar minimal pengetahuan dan pemahamannya pada setiap
tahapan pelajaran yang disampaikan.
h. Peranan Guru Pendidikan Remedial
Sebagaimana dikemukakan sebelum ini, bahwa semua guru
bidang studi harus dipersiapkan dengan baik agar berkemampuan dalam
melaksanakan tugas-tugas pendidikan dan pengajaran remedial. Untuk
keperluan itu diharapkan setidak-tidaknya semua guru bidang studi dapat
menjadi guru pendidikan remedial. Mereka harus mempunyai
pandangan yang sama dengan guru pendidikan remedial lainnya dan
memahami dengan baik tentang perubahan konsep pendidikan remedial
serta perubahan-perubahan tuntutan kurikulum yang cocok dengan
30
hakikat remedial. Peranan yang dipikul guru pendidikan remedial itu
adalah:
1) Manusia Pelayan
Dengan terkuasainya pemahaman kesulitan-kesulitan belajar
siswa dan keterampilan mengidentifikasi kesulitan-kesulitan itu, guru
pendidikan remedial diharapkan mampu menepatkan dirinya sebagai
pelayan ambulan untuk membantu siswa dalam memecahkan
kesulitan menyesuaikan daripada tuntutan kurikulum sekolah.
Manusia pelayan adalah manusia sabar, ikhlas, dan bertanggung-
jawab dalam mengeban tugasnya sebagai guru penddikan remedial,
dan memiliki keterampilan dalam melayani setiap kebutuhan siswa
yang sedang mengami kesulitan belajar. Manusi pelayan selalu
bersedia mengorbankan waktu sebanyak-banyaknya hanya untuk
kepentingan siswa yang sedang dihadapinya, sehingga tugas
pekerjaanya dapat diselesaikan dengan sempurna. Keberhasilan
siswa kembali ke kelas biasa, sangat bergantung kepada
keterampilan gurunya, selain lingkungan keluarga dan masyarakat.
2) Motivator
Guru pendidian remedial berperan pula sebagai pendorong
para ilmuwan untuk melakukan penelitian -penelitian yang dapat
membantu memudahkan mencari dan menemukan sebab-sebab
kesulitan belajar siswa, pengetahuan memrediksinya, latihan-latihan
31
yang relevan dengan kebutuhan siswa. Makalah yang sungguhkan
dalam forum seminar dapat menjadi bahan masukan bagi para
ilmuwan dalam melakukan penelitian.
3) Pencegah
Guru Pendidikan remedial dapat berperan pula sebagai
pencegah terjadinya kesulitan belajar siswa. Pengetahuannya di
bidang psikometri guru harus sanggup menyampaikan
pengalaman-pengalaman yang harus dilakukannya dalam
menyembuhkan kesulitan siswa dalam menghadapi pelajaran di
sekolah, paling tidak pengetahuan tentang cara-cara mencegah
kemungkinan terjadinya kegagalan.
4) Pemberi Resep
Guru Pendidikan remedial berperan juga sebagai pemberi
resep untuk menyembuhkan siswa lamban belajar. Dengan
pengalaman-pengalamanya guru harus bersedia memberi catatan
itu menjadi pegangan guru bidang studi lainnya dalam menghadapi
siswa yang sama di sekolah lain (Wijaya, 2010: 49).
Berdasarkan ulasan ringkas tentang peranan guru pendidikan
remedial di atas maka apabila seorang guru telah menerapkan
peranannya antara lain adalah sebagai manusia pelayan yang sabar
ikhlas dan bertanggung jawab dalam mengembang tugas serta bersedia
berkorban untuk kepentingan siswa yang membutuhkan perhatian
khusus. Sebagai motivator guru memberikan dorongan dan
32
penyemangat kepada siswa dan memberikan latihan-latihan yang
relefan kebutuhan siswa. Sebagai pencegah guru berperan untuk
melakukan langkah-langkah pencegahan terjadinya kesulitan belajar
siswa guna untuk penyembuhan terhadap kesulitan siswa dalam
menghadapi pelajaran disekolah. Sebagai pemberi resep guru berperan
memberikan penyembuhan terhadap siswa lamban belajar. Dengan
demikian maka akan dapat meningkatkan dan mengembangkan mutu
sumber daya manusi dan dapat mengurangi jumlah siswa yang
menderita kesulitan belajar di sekolah sehingga dapat meningkatkan
prestasi siswa dan terbentuklah masyarakat yang cerdas.
B. Kajian Pustaka
Berdasarkan penelusuran terhadap literatur-literatur yang ada,
peneliti menemukan beberapa tentang peran guru kelas dalam
membantu siswa gagal KKM melalui program remedial teaching.
Berikut skripsi yang penulis jadikan telaah pustaka antara lain adalah:
Penelitian Aninsa Noor Indah Sari Fakultas ilmu tarbiyah dan
keguruan Universitas Islam Negeri Mulana Mlik Ibrahim Malang yang
bejudul “Peran Guru Kelas Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa
Berkebutuhan Khusus (AUTIS) Di Kelas V SDN Merjosari 04 Kota
Malang Tahun 2017”. Dalam penelitian ini diketahui bahwa guru
kelas berperan sebagai pengelola kelas, mediator, fasilitator,
pembimbing, motivator dan evaluasi didalam mengatasi kesulitan
33
belajar siswa (AUTIS). Dengan peran guru demikian kesulitan siswa
autis dalam menghadapi pembelajaran dapat diatasi.
Penelitian yang kedua yaitu Fitri Sarumaha Fakultas ilmu
tarbiyah dan keguruan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Medan yang berjudul “Pelaksanaan Program Remedial Dalam
Menuntasan Hasil Belajar Siswa Tahun Ajaran 2017/2018” Dalam
penelitian ini diketahui bahwa program remedial dapat membantu
mengatasi siswa yang kesulitan mencapai nilai KKM melalui
pembelajan ulang, bimbingan belajar, pemberian tugas-tugas dan
peningkatan fasilitas pendukung belajar, dukungan keluarga dan teman
sebaya dapat membantu siswa mencapia nilai KKM.
Peneliti yang ketiga yaitu Indah Pratiwi Fakultas dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro “Pelaksanaan
Program Remedial Dalam Pencapaian Ketuntasan Hasil Belajar PAI
di SMP IT Insan Mulia Batanghari Lampung Timur 1440 H/ 2019M”
Dalam penelitian ini diketahui bahwa guru melaksanakan program
remedial terhadap siswa yang mengalami kesulitan mencapai nilai
KKM melalui soal remedial pada KD yang siswa belum mencapai nilai
standar KKM tertentu.
Dari sejumlah telaah pustaka yang dilakukan penulis
menemukan bahwa kegiatan program remedial taeaching dapat
membantu mengatasi siswa yang mengalami kesulitan mencapai nilai
34
setandar KKM dengan kata lain siswa gagal KKM. Penulis tidak
menemukan kajian mengenai Implementasi peran guru kelas V dalam
membantu siswa gagal KKM mata pelajaran IPS melalui program
remedial teaching di MI Islamiyah Senggrong Andong Boyolali.
Sehingga penelitian ini berbeda dengan peneliti sebelumnya.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian untuk pembahasan judul skripsi ini penulis
menggunakan jenis penelitian pendekatan kualitatif yang mana penelitian
lebih menekankan pada pengumpulan data yang tidak berbentuk angka
dan menggunakan analisis kualitatif dalam pemaparan data, analisis data,
dan pengambilan kesimpulan. Menurut Brenen dalam bukunya Rasimen
yang berjudul metodologi penelitian pendekatan praktis kualitatif
penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang temuan-temuannya
tidak diperoleh melalui prosedur statistika atau bentuk hitungan lainnya.
Selanjutnya, dipilihnya penelitian kualitatif karena kemantapan peneliti
berdasarkan pengalaman penelitiannya dan metode kualitatif dapat
memberikan rincian yang lebih komleks tentang fenomena yang sulit yang
diungkap oleh metode kualitatif (Rasimin, 2018: 65).
Dalam penelitian ini apabila ditinjau dari segi tempat maka
termasuk jenis penelitian lapangan (Field research) karena peneliti terjun
langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data. Data primer peneliti
dapatkan dari hasil observasi dan wawancara di lapangan, sedangkan data
sekunder didapatkan dari buku referensi, jurnal, dan catatan-catatan lain
yang mendukung penelitian.
36
B. Lokasi Waktu Penelitian
Peneliti ini dilakukan di MI Islamiyan Senggrong Andong
Boyolali. Lokasi ini dipilih karena madrasah tersebut menerapkan program
pembelajaran remedial teaching dalam membantu siswa yang mengalami
kesulitan dalam mencapai nilai (KKM)
C. Sumber Data
Secara keseluruhan, yang dipandang sebagai sumber data
penelitian dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Data Primer
Sumber primer merupakan salah satu sumber data yang
bersifat pokok dan didapat secara langsung saat pengumpulan data.
Jadi yang dimaksud sumber primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpulan data. Sumber data pokok
dalam sebuah penelitian ini adalah wawancara secara langsung kepada
guru kelas V terkait dengan mata pelajaran IPS pada pembelajaran
materi peta di MI Islamiyah Senggrong Andong Boyolali.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain
atau lewat dokumen. Sumber data sekunder yang tidak langsung
memberikan kepada 2 siswi tentang bagaimana pelaksanaan program
remedial guna tercapainya hasil belajar (Sugiyono, 2015: 137).
37
D. Prosedur Pengumpulan Data
Adapun Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam
penelitian ini adalah:
1. Pengamatan (observasi)
Observasi adalah: tehnik yang digunakan untuk menggali data
dari sumber data yang berupa peristiwa, aktifitas, perilaku, perilaku,
tempat atau lokasi dan benda serta rekaman gambar (Sutopo, 2006:75).
(Sugiyono, 2015: 145) Jenis-jenis observasi:
a. Observasi beperan serta (Participant observation)
b. Observasi nonpartisipan
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi
nonpartisipan. Yang dimaksud dengan observasi partisipan adalah
observasi dimana peneliti tidak terlibat tetapi hanya sebagai
pengamaat independent. Dalam hal ini penulis mengadakan
pengamatan dan pencatatan dilokasi penelitian dengan tidak turut
berpartisi dengan kegiatan objek yang diobservasi yaitu guru dan
siswa. Dalam kegiatan ini penulis ingin mendapatkan data tentang
pelaksanaan program remedial teaching mata pelajaran IPS materi
tentang peta pada MI Islamiyah Senggrong Andong Boyolali.
2. Wawancara (interview)
Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui
percakapan antara pewancara dengan terwawancara. Pewawancara
mengaajukan berbagai pertanyaan dan terwawancara yang
38
memberikan jawaban atas pertanyaan yang disampaikan. Sehingga
wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti (Sugiyono, 2015:137).
Teknik pengumpulan data melalui wawancara bertujuan untuk
mendapatkan data-data di lapangan yang faktual. Dalam wawancara ini
melibatkan guru dan siswa mengenai kegiatan remedial teaching mata
pelajaran IPS materi tentang peta. Pelaksanaan wawancara
menggunakan teknik wawancara bebas terpimpin dimana penulis
hanya membawa pedoman secara garis besarnya saja tentang hal-hal
yang akan ditanyakan kepada guru dan siswa di MI Islamiyah
Senggrong Andong Boyolali
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang berupa
catatan peristiwa yang sudah berlalu biasanya dokumen berbentuk
tulisan gambar/ karya-karya monumental. Dokumen yang berbentuk
tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (live histories),
ceritera, biografi, peraturan, dan kebijakan (Sugiyono, 2015:240).
Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup,
seketsa. Dalam penelitian penulis ingin mendapatkan dokumen berupa
data guru, data siswa dan profil MI Islamiyah Senggrong Andong
Boyolali.
39
Penyajian Data
Keabsahan Data
Verificatio
Reduksi Data
E. Analisis Data
Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagimana diilustrasikan pada gambar di bawah ini:
Gambar. 3.1 Model Analis Interaktif
1. Reduksi data
Mereduksi data berarti merakum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk
pengumpulan data selanjutnya.
2. Penyajian data
Penyajian data dalam penelitian dapat dilakukan dalam bentuk
tabel, grafik, phi chard, pictogram, dan sejenisnya. Melalui penyajian
data tersebut maka data terorganisasikan tersusun dalam pola
hubungan sehingga akan semakin mudah dipahami. Dalam penelitian
kualitatif peneliti menggunakan penyajian data dalam bentuk teks yang
bersifat naratif.
40
3. Verification (Menarik kesimpulan)
Verification atau menarik kesimpulan merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan yang teruji kebenaranya
berdasarkan bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
mengumpulan data dilapangan sehingga menjadi kesimpulan yang
kredibel (Sugiyono, 2015: 247)
4. Pengecekan keabsahan data
Untuk melakukan pengecekan terhadap keabsahan data
penelitian dengan kriteria keabsahan tertentu yang nantiya akan
dirumuskan secara tepat. Dalam penelitian data yang diperoleh tidaklah
selalu benar sesuai yang diharapkan oleh karena itu peneliti melakukan
pemeriksaan terhadap keabsahan data dengan menggunakan teknik
trinagulasi. Triangulasi adalah tekhnik pemerisaan keabsahaan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Meleong 2007: 330). Teknik
triangulasi digunakan untuk menjamin validitas data oleh karena itu
dengan teknik ini dilakukan pemerisaan keabsahan data dengan cara
memanfaatkan suatu data tersebut dari sumber lain untuk pengecekan
dan pembanding data tersebut.
Adapun Teknik triangulasi yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini adalah:
a) Triangulasi Sumber
41
Triangulasi sumber adalah berarti untuk mendapatkan data.
(satu teknik pengumpulan data pada bermacam-macam sumber data
A, B, C ).
b) Triangulasi Teknik
Triangulasi Teknik adalah pengumpulan data menggunakan
Teknik yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber
yang sama (Sugiyono, 2015: 241).
42
BAB 1V
DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat MI Islamiyah Senggrong Andong Boyolali
Sejarah singkat Madrasah Ibtidaiyah Senggrong kami sarikan
dari hasil wawancara dengan bapak Abdul Rohman selaku kepala
Madrasah Ibtidaiyah Senggrong. Madrasah Ibtidaiyah Senggrong
adalah salah satu Madrasah sebagai sarana untuk menyiapkan generasi
penerus yang Islami dan Ilmiyah. Pada tahun 1966 tempatnya pada
tanggal 1 Januari 1966 secara resmi Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah
Senggrong didirikan. Pendidikannyapun mendapat dukungan dari
masyarakat sekitar.
Tanggal 26 Januari 1991 Pendidikan Madrasah tersebut
mendapat pengakuan atau diakui Depertemen Agama Kabupaten
Boyolali dikuatkan dengan piagam No. WK/5-6/646/PGM/MI/1991.
Dengan adanya perkembangan pendidikan, menuntut Madrasah
Ibtidaiyah Islamiyah Senggrong lebih memacu diri seiring dengan
perkembangan pendidikan yang dilaksanakan oleh Depertemen
Pendidikan Nasional lewat jalur sekolah dasar.Akhirnya pada tanggal
3 januari 1995, Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Senggrong resmi diakui
keberadaanya oleh tim akreditasi Kabupaten Boyolali dengaan status
“DIAKUI” dengan piagam No. MK.31/5/175/PGM/MI/1995.
43
Pada tanggal 29 Mei 2006 Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah
Senggrong mengikuti akreditasi yang diadakan oleh dewan akreditasi
dari kantor Departemen Agama Kabupaten Boyolali pada tanggal 29
Mei 2006, 24 agustus 2011, 13 Agustus 2018 semua dengan hasil nilai
katagori “B”.
2. Letak Geografis
Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Senggrong Andong Boyolali
terletak di Dukuh Sendang Sari, Desa Senggrong Kecamatan Andong
Kabupaten Boyolali. Lokasi Madrasah dari Jalan Raya 300 meter
jaraknya. Dengan demikian sangat strategis sekali untuk proses
kegiatan belajar mengajar, karena jauh dari kebisingan kendaraan
bermontor, namun juga mudah mencapianya.
Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Senggrong Andong Boyolali
menempati tanah seluas 2100 meter persegi dengan status tanah hak
pakai dan status bangunan hak milik.
3. Visi Dan Misi Sekolah di MI Islamiyah Senggrong Andong Boyolali
a. Visi
Terwujudnya generasi yang berakhlaqul karimah, santun,
berprestasi, dan sehat berlandaskan Iman dan taqwa.
b. Misi
1) Menanamkan akhlaq mulia.
44
2) Melaksanakan KBM dan bimbingan secara efektif dan inovatisi
serta mampu memberikan motivasi yang tinggi terhadap anak
didik.
3) Mengembangkan kegiatan ekstra kurikuler di sekolah.
4) Menumbuhkan aktifitas yang bernuansa agamis.
c. Tujuan Madrasah
1) Meningkatkan kesadaran senang membaca buku.
2) Peningkatan prestasi akademis.
3) Peningkatan rata-rata nilai UASBN.
4) Menguasai salah satu bidang olahraga.
5) Peningkatan kesadaran beperilaku disiplin
6) Tumbuh kesadaran menjalankan ibadah sesuai agama yang
dianut
7) Berbudi pekerti luhur.
4. Keadaan Guru karyawan dan Siswa
a. Keadaan Guru karyawan dan Siswa
Guru merupakan unsur yang sangat vital bagi kelangsungan
dan kemajuan sebuah lembaga pendidikan sehingga kualitas dan
kuantitas tenaga pendidikan selalu diupayakan peningkatannya
oleh pihak lembaga yang mengelola pendidikan dengan tujuan
akhir agar kualitas output yang dihasilkan bagus dan daapat
dipertanggungjawabkan. Demikian juga pada Madrasah Ibtidaiyah
Islamiyah Senggrong Andong Boyolali sangat memerhatikan
45
kuantitas dan kualitas tenaga kependidikan. Madrasah tersebut
memiliki tenaga idukatif sembilan orang termasuk kepala
madrasah untuk kelacaran adminitrasi dipegang langsung oleh
kepala madrasah dibantu beberapa guru yang ditunjuk. Untuk lebih
lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Daftar Guru MI Islamiyah Senggrong Andong Boyolali
No Nama Jabatan
1 ABDUL ROHMAN S.Pd.I Kepala Madrasah
2 RAHAYU NINGSIH S.Pd Guru Kelas
3 FATONAH S.Pd.I Guru Kelas
4 PATONI S.Pd.I Guru Kelas
5 LINA NAFI HIDAYATI S.Pd.I Guru Kelas
6 SRI HIDAYATI S.Pd.I Guru Kelas
7 SUNANTI S.Ag Guru Kelas
8 FARIDA S.Pd,I TU/ Administrasi
9 Sulastri Perpustakaan
b. Keadaan Siswa
Kondisi siswa Madrasa Ibtiiyah Islamiyah Senggrong
Andong Boyolali sebagai berikut:
46
Tabel 4.2 Daftar Jumlah Siswa MI Islamiyah Senggrong Andong Boyolali
No Nama Jumlah Siswa
1 I 14
2 II 8
3 III 10
4 IV 9
5 V 12
6 VI 17
Jumlah 70
5. Sruktur Organisasi MI Islamiyah Senggrong Andong Boyolali
Struktur organisasi pada suatu lembaga pendidikan sangat
diperlukan, dengan upaya penggabungan kerja beberapa orang atau
kelompok dapat mencapai tujuan bersama. Tujuan Pendidikan
Nasional pada umumnya dan tujuan pendidikan pada lembaga tersebut
khususnya. Adapun bagian struktur organisasi Madrah Ibridaiyah
Islamiyah Senggrong Andong Boyolali, adalah sebagai berikut
47
STRUKTUR ORGANISASI MI ISLAMIYAH SENGGRONG
SISWA
WALI KELAS I
RAHAYU NINGSIH
S.Pd
WALI KELAS II
FATONAH S.Pd.I
WALI KELAS IV
LINA NAFI
HIDAYATI S.Pd.I
WALI KELAS III
PATONI S.Pd.I
WALI KELAS V
SRI HIDAYATI
S.Pd.I
WALI KELAS VI
SUNANTI S.Ag
KETUA LPM-NU
SUNARTO S.Pd
KEPALA MADRASAH
ABDUL ROHMAN S.Pd.I
KOMITE MADRASAH
TACHRIR
TU/ADMINISTRASI
FARIDA S.Pd,I
PERPUSTAKAAN
SULASTRI
BIDANG KURIKULUM
SUNANTI S.Ag
BIDANG KESISWAAN
LINA NAFI HIDAYATI S.Pd.I
BIDANG SARPRAS
RAHAYU NINGSIH S.Pd
BIDANG HUMAS
FATONAH S.Pd.I
48
6. Sarana dan Prasarana
Merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam upaya
untuk menunjang tujuan pendidikan pada Madrasa Ibtiiyah Islamiyah
Senggrong Andong Boyolali. Oleh karena itu diperlukan sarana dan
prasarana yang memadai dan dapat dimanfaatkan secara optimal.
Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki Madrasah Ibtidaiyah
Islamiyah Senggrong Andong Boyolali antara lain:
a. 6 ruang teori/kelas
b. 1 ruang guru
c. 1 ruang kepala sekolah merangkap ruang tamu
d. 1 ruang tata usaha
e. 1 kamar mandi/ WC guru
f. 3 kamar mandi/ WC Siswa
g. 1 ruang ibadah
h. 1 ruang perpustakaan
i. 1 ruang UKS
j. 1 ruang gudang
Sarana yang dimiliki Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Senggrong
Andong Boyolali selain ruangan sebagaimana tersebut diatas, ditambah
peralatan olah raga, 1 set perangkat drum band, sarana Ibadah, dan alat
administrasi seperti komputer dan lain sebagainya.
49
Berdasarkan diskripsi lokasi penelitian di atas bahwasannya MI
Islamiyah Senggrong memiliki yang kualitas yang cukup bagus bagi siswa
yang menempuh pendidikan pada tingkat sekolah Madrasah Ibtidaiyah hal
ini dapat kita lihat pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia dimana
anak-anak mampu berpidato dengan baik, program unggulan menghafal
jus 30, kegiatan ekstra marching band yang sangat bagus dan penuh kreasi
serta kegiatan bermacam tarian yang penuh kreasi yang sering ditampilkan
acara-acara tertentu. Hal ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi
masyarakat di lingkungan madrasah untuk mendukung kemajuan MI
Islamiyah Senggrong Andong Boyolali menjadi berkembang lebih baik
dengan mempercayakan putra putrinya belajar di madrasah tersebut.
Berkaitan dengan pelaksanaan program pembelajaran di MI Islamiyah
Senggrong Andong Boyolali sudah cukup bagus dimana para guru dalam
mengajar sangat kreatif dan inovatif dalam membimbing, mendidik serta
mengajarkan ilmu pengetahuan kepada siswa sehingga secara akademik
termasuk hasilnya baik. Namun demikian mengingat kemampuan masing-
masing siswa dalam menyerap ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh
guru itu berbeda-beda maka terdapat beberapa anak yang tidak berhasil
mencapai nilai ketuntasan minimal dengan kata lain siswa gagal KKM.
Dalam hal ini untuk mengatasi membantu siswa mencapai nilai ketuntasan
minimal para guru di madrasah ini melaksanakan program pembelajaran
remedial teaching dimana dengan program tersebut diharapkan siswa
dapat mencapai nilai standar KKM yang telah ditentukan oleh madrasah.
50
Terkait dengan program remedial teaching khususnya pada matapelajaran
IPS materi peta siswa kelas V MI Islamiyah Senggrong Andong Boyolali
terdapat beberapa siswa yang tidak mencapi ketuntasan minimal. Oleh
karena itu siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran IPS materi peta
mengikuti proram remedial teaching.
Berikut ini penulis sajikan data siswa kelas V MI Islamiyah
senggrong Andong Boyolali:
Tabel 4.3 Data Siswa Kelas V MI Islamiyah Senggrong Andong Boyolali
No Nama
1. Ananda Rizky Febriyanto
2. Afifa Kesfa Rulis Astuti
3. Aqila Okta Rina
4. Inies Arianggi Putri Latifah
5. Muhammad Azzam Alfandi
6. Muhammad Ageng Prayogo
7. Nasila Alun Septiana Ramadani
8. Najya Putri
9. Rafa Afif Ahfasy
10. Ramadhan Limggar Mahadika
11. Sifa Nur Cahyani
12. Tulus Maulida
13. Trisna Setyana Mardiyana Putri
51
14. Zahra Nanda Febriyana
B. Peran Guru Kelas dalam Pelaksanaan Program Remedial Teaching
Dalam pelaksanaan pembelajaran remedial teaching peran guru
kelas sangat dominan dimana guru harus secara tepat menyusun strategi
pembelajaran sehingga dapat membantu mengatasi kesulitan-kesulitan
yang dihadapi oleh siswa gagal mencapai kriteria ketuntasan minimal
(KKM).
Guru kelas memposisikan diri sebagai seorang yang bisa melayani
siswanya dengan telaten, menjadi pembibing yang kreatif dan inovatif,
menjadi pencegah terjadinya kesulitan belajar pada siswa dan juga
berperan sebagai penyembuh bagi siswa yang lamban belajar. Dengan
demikian apabila guru kelas telah melaksanakan peran tersebut maka
diharapkan dapat mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa
dalam mencapai nilai ketuntasan.
Berikut ini penulis sajikan data nilai PTS mata pelajaran IPS siswa
kelas V MI Islamiyah Senggrong Andong Boyolali:
Tabel 4.4 Data Nilai PTS Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V
MI Islamiyah Senggrong Andong Boyolali
No Nama KKM 67
1. Ananda Rizky Febriyanto 80
2 Afifa Kesfa Rulis Astuti 75
52
3 Aqila Okta Rina 70
4 Inies Arianggi Putri Latifah 85
5 Muhammad Azzam Alfandi 60
6 Muhammad Ageng Prayogo 70
7 Nasila Alun Septiana Ramadani 60
8 Najya Putri 85
9 Rafa Afif Ahfasy 75
10 Ramadhan Limggar Mahadika 85
11 Sifa Nur Cahyani 80
12 Tulus Maulida 75
13 Trisna Setyana Mardiyana Putri 65
14 Zahra nanda Febriyana 65
Berdasarkan tabel di atas terdapat 4 siswa yang mengikuti program
remedial dikarenakan siswa tersebut mendapat nliai kurang dari standar
ketuntasan minimal (KKM).
Sekolah : MI Islamiyah Senggrong Andong Boyolali
Kelas : V/ Semester 1
Mata pelajaran : IPS
PTS : 1
Bentuk soal : pilihan ganda
KKM : 67
53
Tabel 4.5 Gambaran Umum Pelaksanaan Remedial
No Nama siswa Nilai
PTS
Butir soal yang
tidak terjawab
Bentuk
pelaksanaan
Remedial
1 Muhammad Azzam
Alfandi
60 5,6,713,14,15,19,20 Memberikan
tugas khusus
2 Nasila Alun Septiana
Ramadani
60 4,5,6,12,13,14,19,20 Memberikan
tugas khusus
3 Trisna Setyana
Mardiyana Putri
65 5,6,7,14,1519,20 Memberikan
tugas khusus
4 Zahra Nanda
Febriyana
65 6,7,13,14,15,19,20 Memberikan
tugas khusus
a. Beberapa cara yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan
pembelajaran remedial: Memberikan pembelajaran dan bimbingan secara
khusus untuk siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan minimal atau
siswa yang mengalami kesulitan pada materi tertentu.
b. Memberikan perlakuan secara khusus yang bersifat penyederhanaan dari
pelaksanaan kegitan pembelajaran secara reguler. Penyederhanaan yang
dimaksud meliputi:
1) Penyederhanaan strategi pembelajaran
2) Penyederhanaan metode pembelajaran (menggunakan gambar, skema)
54
3) Penyederhanaan soal
Materi dan waktu yang dipersiapkan untuk pelaksanaan remedial :
a) Materi yang diberikan pada program remedial hanya materi
tertentu dimana siswa belum mencapi ketuntasan.
b) Pelaksanaan program remedial setelah siswa mengikuti tes.
c) Teknik pelaksanaan penugasan pembelajaran remedial dilakukan
dengan pemberian tugas individu dengan tes tulis (jumlah peserta
didik yang mengikuti remedial maksimal 20%)
C. Pelaksanaan Program Remedial Teaching MI Islamiyah Senggrong
Pelaksanaan program remedial teaching merupakan salah satu
bentuk bimbingan belajar yang dapat dilaksanakan prosedur, mengamati,
menganalisa kasus permasalahan sebagai tolak ukur kegiatan-kegiatan
remedial selanjutnya. Mengamati dan menganalisa kembali kasus
permasalahan bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai
permasalahan tersebut sekaligus menentukan cara-cara yang
memungkinkan dapat memecahkan permasalahan yang ditentukan untuk
siswa-siswa yang mengikuti kegiatan remedial teaching.
Pelaksanaan remedial teaching diperlukan tindakan-tindakan
seperti menentukan karakteristik permasalahan (kasus) yang akan
ditangani katagori kasus terdiri dari kasus ringan yaitu kasus yang terjadi
jika siswa belum menemukan cara belajar yang tepat, kasus cukup kasus
yang terjadi jika siswa mampu menemukan pola belajar namun belum
55
berhasil karena adanya hambatan, kasus berat yaitu kasus yang terjadi jika
siswa belum memiki cara belajar yang tepat dan adanya hambatan.
Setelah menentukan karakteristik permasalahan yang terjadi pada
siswa maka guru mengambil tindakan untuk memecahkan permasalahan
harus disesuaikan kebutuhan siswa dengan memberikan remedial teaching
menggunakan metode yang sesuai kebutuhan siswa. Sasaran remedial
teaching yang hendak dicapai adalah tercapainya peningkatan kemampuan
siswa terhadap kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.
Untuk mendapatkan data yang valid tentang pelaksanaan program
remedial teaching di Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Senggrong Andong
Boyolali penulis melakukan observasi, wawancanra, dokumentasi kepada
guru dan siswa kelas V. Sehubungan dengan masalah penelitian tesrsebut
peneliti melakukan wawancara dengan 3 informan yang menjadi subjek
penelitian. 3 Informan terdiri dari:
2. Informan yang menjadi sumber primer yaitu guru kelas V
3. Informan yang menjadi sumber skunder yaitu 2 orang siswa kelas V.
Dari informasi data yang didapat ada 3 kriteria pelaksanan
remedial teaching:
1. Pembelajaran remedial dilakukan pada materi yang terkait dengaan
butir soal yang tidak terjawab oleh siswa yang menyebabkan siswa
tidak mencapai nilai ketuntasan.
2. Remedi dilakukan 1 kali, bila siswa belum mecapai nilai ketuntasan
minimal diberikan penugasan.
56
3. Pelaksanaan remedial berbentuk pembelajaran ulang dengan
metode yang sesuai dengan kondisi siswa
4. Setelah melalui pembelajaran remedial menetapkan hasil dari
remedial tidak boleh melebihi (KKM)
Setelah melalui proses analisis terhadap kesulitan belajar yang dialami
oleh siswa maka langkah selanjutnya memberikan pembelajaran remedial
sebagai berikut:
a. Guru melakukan pembelajaran ulang pada siswa gagal KKM.
Dalam pemberian pembelajaran ulang hendaknya guru
menggunakan metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan
kondisi dan kemampuan siswa. Dengan metode yang tepat,
penyerderhanaan cara penyampaian materi dan penyederhanaan penyajian
soal remidial diharapkan dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa
dan dapat meningkatkan pencapaian nilai standar KKM.
Dalam upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V yang
masih di bawah standar KKM, maka Ibu Sri Hidayati selaku wali kelas
“memberikan pengulangan pembelajaran, memberikan latihan soal yang
tingkat kesulitanya sederajat. menggunakan metode ceramah untuk
menjelaskan materi yang belum bisa dipahami oleh siswa dan untuk
meningkatkan daya ingat siswa Ibu Sri Hidayati menggunakan media
gambar yang mendukung terkait dengan materi yang sedang dibahas” kata
Ibu Sri Hidayati
57
Pada hari senin pukul 07:00 peneliti masuk grup WA kelas V
untuk mengamati pelaksanaan remedial teaching yang diadakan Ibu Sri
Hidayati pada mata pelajaran IPS.Pembelajaran remedial dilaksanakan
setelah hasil tes siswa diperiksa dan dianalisis tingkat keberhasilan
pencapaian nilai sesuai dengan standar ketuntasan yang telah ditetapkan.
Melalui proses tersebut dapat diketahui siswa yang berhasil mencapai nilai
KKM dan siswa yang belum mencapai nilai KKM. Selanjutnya Ibu Sri
Hidayati melaksanakan program remedial teaching untuk membantu
mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Ibu Sri Hidayati ketika
memberikan pembelajaran remedial beliau menyampaikan dengan cara
sederhana dengan menggunakan media gambar peta dan penjelasan secara
singkat menggunakan pesan suara sehingga mempermudah bagi siswa
untuk mempelajari ulang dari yang disampaikan Ibu Sri Hidayati. Ibu Sri
Hidayati mempersilahkan bagi siswa yang belum paham untuk bertanya
sebelum ibu memberikan soal remedial. Langkah selanjutnya Ibu Sri
Hidayati meberikan soal remidial sederhana untuk mengetahui daya serap
siswa yang mengikuti program pembelajaran remedial sekaligus untuk
pencapaian nilai KKM. Setelah melalui proses analisis terhadap hasil
ulangan remidi siswa apa bila masih terdapat siswa yang belum mencapi
nilai batas ketuntasan minimal maka Ibu Sri Hidayati memberikan
penugasan tambahan kepada siswa tersebut agar mencapai nilai KKM.
Sehubungan dengan kegiatan pembelajaran remedial hal tersebut
juga disampaikan oleh 2 siswa kelas V “bahawa Ibu Sri Hidayati selalu
58
mengadakan kegiatan remidial pada siswa yang belum mencapai nilai
ketuntasan minimal agar para siswa dapat mencapai nilai KKM” kata
siswa Zahra dan Naila
Ibu Sri Hidayati memberikan pembelajaran ulang kepada siswa
yang kurang paham atau kurang jelas pada pelajaran IPS materi peta agar
siswa dapat lebih memahami materi tersebut.
b. Pemberian Bimbingan Khusus
Bimbingan perorangan dilakukan bila terdapat siswa yang
mengalami kesulitan ketika pembelajaran klasikal. Guru berperan sebagai
tutor. Akan tetapi dalam hal ini ibu Sri Hidayati tidak melakukan
bimbingan secara khusus namun bimbingan dilakukan secara bersama
kepada semua siswa yang kurang paham. Melalui media gambar peta dan
penjelasan secara singkat menggunakan pesan suara sehingga
mempermudah bagi siswa untuk mempelajari ulang dari yang
disampaikan Ibu Sri Hidayati
c. Faktor Yang Mendorong Dilakukan Program Remedial Teaching
Dalam setiap satuan pendidikan mempunyai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan sebagai standar pendidikan yang hendak dicapai.
Dalam hal ini dinamakan kriteria ketuntasan minimal (KKM). Oleh karena
itu sudah menjadi kewajiban bagi seorang guru berusaha semaksimal
mungkin dalam membimbing siswanya agar tuntas dalam belajar.
Sehubungan dengan hal di atas Ibu Sri Hidayati menyampaikan
“harapan yang sangat besar bahwa tidak ada istilah gagal dalam belajar
59
namun yang ada adalah keberhasilan yang tertunda dimana ada
kesempatan dan kemauan untuk mencapai yang lebih baik oleh karena itu
saya punya harapan yang besar bahwa siswa yang gagal KKM dapat
diusahakan mencapi nilai KKM melalui program remedial teaching
meskipun pada saat ini belum bisa tatap muka ketika pembelajaran” kata
Ibu Sri Hidayati.
Hal senada juga disampaikan oleh siswa yang mengalami kesulitan
belajar dalam mencapi ketuntasal minimal. “Faktor yang mendorong siswa
mengikuti program remedial adalah Keinginan yang besar untuk menjadi
lebih baik dan paham materi yang diajarkan ibu guru dan senang
mendapatkan nilai yang bagus” kata siswa Zahra dan Naila.
Dengan demikian betapa besar manfaat program remedial dalam
upaya peningkatan mutu atau kualitas pendidikan bagi siswa di MI
Islamiyah Senggrong Andong Boyolali.
D. Kendala Saat Program Re