Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERAN GURU PAI DALAM PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER
DI SMP PGRI 1 CIPUTAT
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
NURLAELA SITI AZIZAH
1113011000051
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020
ABSTRAK
i
Nurlaela Siti Azizah (1113011000051). Peran Guru PAI dalam Penanaman
Pendidikan Karakter di SMP PGRI 1 Ciputat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru pendidikan agama
islam dalam menanamkan pendidikan karakter. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif deskriftif analitis, yaitu menggambarkan
dan menganalisa suatu keadaan, situasi dan kondisi yang ada dilingkungan SMP
PGRI 1 Ciputat, serta bagaimana kegiatan maupun pembelajaran pendidikan
karakter yang diajarkan oleh guru pendidikan agama islam di SMP PGRI 1
Ciputat.
Hasil penelitian yang dapat disimpulkan bahwa guru pendidikan agama
islam menanamkan pendidikan karakter dalam kegiatan terprogram seperti proses
pembelajaran di dalam kelas, maupun kegiatan tidak terprogram di luar jam
pembelajaran seperti ROHIS dan BTQ. Pendidikan karakter yang diterapkan
anatara lain: religius, jujur, toleransi, disiplin, bertanggung jawab, mandiri,
demokrasi, kreatif, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, percaya diri, perduli, pantang menyerah, tegas, bersahabat,
gemar membaca dan cinta damai.
Kata kunci: Guru PAI, Pendidikan dan Karakter.
ABSTRACT
ii
Nurlaela Siti Azizah (1113011000051). The Role Of Islamic Studies Teacher
On Implating Character Building at SMP PGRI 1 Ciputat.
This research aims to understand the role of islamic studies teacher on
implating character building. The method used in this qualitative research are
descriptive-analytics, by describing and analyzing the situasion and condition on
PGRI 1 Junior Highschool which describe the teach on implating character
building by the islamic studies teachers.
The research concluded that islamic studies teacher implating character
building in teaching process program, such as teach in class and teach in rohis and
btq. Character building that tought are: religiusity, honesty, tolerance, discipline,
responsibility, independency, demokracy, creative, curiosity, nasionalisme,
confidence, care, stubborness, friendly, and peace loving.
Keyword : Teacher PAI, Studies, Character.
KATA PENGANTAR
iii
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat sehat
dan panjang umur, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan
Salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
mengajarkan kita untuk mencintai orang yang dicintai oleh Tuhannya.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu dan mendukung penulis untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi
ini. Terutama kepada para dosen, guru, teman seperjuangan, serta semua pihak
yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu-satu disini, semoga semua bentuk
dukungannya bernilai ibadah dan dan mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Terima kasih juga penulis ucapkan khusus kepada :
1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr.
Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A.
2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Dr. Sururin, M.Ag.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam Drs. Abdul Haris,
M.Ag., serta Sekretaris Program Studi Drs. Rusdi Jamil, M.Ag. yang
terus memotivasi dan mengingatkan penulis untuk menyelesaikan studi
ini.
4. Prof. Dr. H. M. Suparta, M.A. selaku dosen pembimbing yang selalu
memberikan masukan sehingga skripsi ini bisa selesai.
5. Dr. Dimyati, MA., Dosen Akademik, dan seluruh dosen jurusan
Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
senantiasa memberikan ilmu, nasihat dan motivasi dalam membimbing
prosesi akademik hingga penulis mampu menyelesaikan seluruh tugas
akademik.
6. Staff Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Bu Isti dan Bu Farah
selaku Staf Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberi kemudahan dalam membuat surat-surat
dan sertifikat.
iv
7. Pimpinan dan seluruh staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah serta
seluruh civitas akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Orang tua tercinta yang telah mendukung baik secara materil maupun
non materil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
9. Kakak saya yang selalu memberikan semangat maupun dukungan
materil untuk segera menyelesaikan skripsi ini, karena beliau pula
yang membuat saya bisa sampai pada tahap ini.
10. Adik, keponakan – keponakan dan sepupu-sepupu saya yang selalu
memberikan semangat dan doa hingga penulisan skripsi ini selesai.
11. Teman – teman terbaik penulis: Ka Misbah, Bang Aldiansyah, Faiza
Salsabila dan Sheilla Septiana yang telah membantu menemani serta
memberikan motivasi kepada penulis.
12. Teman-teman seperjuangan di Prodi Pendidikan Agama Islam
angkatan 2013, khususnya PAI B (Cabhe) yang telah memberikan
support dan nasehatnya.
13. Teman-teman KOPMA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
memberikan pengalaman kepada penulis selama masa perkuliahan.
Juga kepada semua pihak yang membantu, serta kepada siapa saja yang
kenal maupun tidak secara sadar dan tidak sadar mengingatkan tentang skripsi ini
sehingga penulis bisa menyelesaikannya. Saya ucapkan terima kasih banyak dan
semoga skripsi ini dapat bermanfaat kalangan orang banyak.
Jakarta, Juli 2020
Nurlaela Siti Azizah
v
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK.......................................................................................................... i
ABSTRACT ....................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... V
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... X
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 6
C. Pembatasan Masalah ............................................................... 7
D. Perumusan Masalah ............................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ................................................................... 7
F. Kegunaan Penelitian .............................................................. 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hakikat Guru................................................................... 9
a. Pengertian Guru ........................................................ 9
vi
b. Peranan Guru............................................................. 10
c. Tugas Guru ............................................................... 15
d. Tanggung Jawab Guru .............................................. 17
2. Hakikat Pendidikan Agama Islam................................... 18
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam......................... 18
b. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam ............ 19
3. Hakikat Pendidikan Karakter .......................................... 21
a. Pengertian Pendidikan Karakter ................................ 21
b. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter.................... 25
c. Nilai-nilai Pendidikan Karakter ............................... 27
B. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................. 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian................................................ 34
1. Tempat Penelitian ........................................................... 34
2. Waktu Penelitian ............................................................. 34
B. Metode Penelitian ................................................................. 34
C. Sumber Data ......................................................................... 35
1. Sumber Data Primer ........................................................ 35
2. Sumber Data Sekunder .................................................... 35
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 35
1. Wawancara ..................................................................... 35
2. Observasi ........................................................................ 36
3. Dokumentasi .................................................................. 36
E. Keabsahan Data .................................................................... 37
vii
1. Perpanjan Pengamatan ....................................................37
2. Triangulasi Data .............................................................. 37
F. Analisis Data......................................................................... 38
1. Reduksi Data ................................................................... 38
2. Penyajian Data ............................................................... 38
3. Kesimpulan .................................................................... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................39
1. Profil SMP PGRI 1 Ciputat ............................................. 39
2. Sejarah Singkat Sekolah .................................................. 39
3. Visi dan Misi ................................................................... 41
4. Guru dan Tenaga Kependidikan ..................................... 41
5. Jumlah Siswa .................................................................. 44
6. Sarana dan Prasarana ....................................................... 45
B. Deskripsi dan Analisis Data .................................................. 49
1. Pelaksanaan Program Pendidikan Karakter ..................... 49
a. Kegiatan Terprogram ................................................ 49
b. Kegiatan Tidak Terprogram ....................................... 53
2. Peran Guru PAI dalam Penanaman Pendidikan Karakter di
SMP PGRI 1 Ciputat ....................................................... 54
3. Hambatan dalam Pembentukan Karakter ......................... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................... 60
B. Saran..................................................................................... 61
viii
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 62
LAMPIRAN – LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
ix
Tabel 4.1: Daftar Nama Guru dan Karyawan SMP PGRI 1 Ciputat
Tabel 4.2: Data Siswa SMP PGRI 1 Ciputat
Tabel 4.3: Sarana SMP PGRI 1 Ciputat
Tabel 4.4: Prasarana SMP PGRI 1 Ciputat
LAMPIRAN
x
Lampiran 1 : Kalender Pendidikan SMP PGRI 1 Ciputat
Lampiran 2 : Wawancara
Lampiran 3 : Dokumentasi
Lampiran 4 : Rancangan Rencana Pembelajaran
Lampiran 5 : Susunan Acara Rohis
Lampiran 6 : Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah
Lampiran 7 : Pedoman Observasi
Lampiran 8 : Lembar Uji Referensi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan, peserta didik merupakan komponen yang sangat
penting dan tidak bisa ditinggalkan. Berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar disebabkan adanya kehadiran peserta didik. Seseorang tidak bisa
dikatakan sebagai pendidik atau guru apabila tidak mempunyai peserta didik.
Peserta didik merupakan komponen manusiawi yang menempati posisi
sentral dalam proses belajar-mengajar. Di dalam proses belajar mengajar,
peserta didik merupakan pihak yang ingin meraih cita-cita, mempunyai tujuan
serta ingin mencapainya dengan sempurna.
Menurut Tatang S, peserta didik merupakan objek para pendidik dalam
melakukan tindakan yang bersifat mendidik. Peserta didik dapat dilihat dari
beberapa segi, yaitu usia, kondisi ekonomi, juga minat dan bakat
intelegensinya. Dengan mengetahui itu semua, tindakan pendidik akan
mengutamakan fleksibelitas dalam mendidik.1
Dalam beberapa hal tertentu peserta didik bisa menjadi subjek dari
pendidikan, peserta didik tidak hanya terus menerima materi dari pendidik
akan tetapi harus berperan aktif dan kreatif dalam berinteraksi dengan
pendidik hal ini bisa menjadikan upaya peserta didik dalam mengembangkan
ilmunya. Peserta didik mengalami banyak perkembangan dan perubahan,
karena hal inilah perlu adanya bimbingan dan arahan dalam membentuk
kepribadian peserta didik tersebut.
Menurut Saleh Abdul Aziz sebagaimana dikutip oleh H. Ramayulis
mengatakan bahwa peserta didik merupakan makhluk individu, yang
mempunyai kepribadian dengan ciri – ciri khas sesuai dengan perkembangan
dan pertumbuhannya, hal tersebut mempengaruhi sikap dan tingkah lakunya.
1 Tatang S, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka setia, 2012), h. 55
1
2
Sementara perkembangan dan pertumbuhannya dipengaruhi oleh lingkungan
dimana ia berada.2
Pada saat ini banyak sekali kasus dimana seorang siswa dengan berani
menantang gurunya sendiri, contohnya seperti kasus yang terjadi di daerah
Sampang, seorang siswa mencekik dan memukul leher seorang guru ketika
pelajaran melukis. Guru tersebut menegur siswanya agar tidak menganggu
siswa lainnya dalam belajar, akan tetapi siswa tersebut tidak mendengarkan
teguran tersebut. Pada akhirnya guru mencoret wajah siswa tersebut, karena
siswa tersebut tidak terima akhirnya siswa mencekik dan memukul guru
tersebut. setelah kejadian tersebut kondisi sang guru tidak membaik dan
meninggal dunia.3
Kasus lain yang terjadi di sebuah MTs di Desa Purbalingga seorang siswa
menantang gurunya karena tidak terima dengan pembinaan yang dilakukan
gurunya, pada awalnya siswa tersebut dan teman – temannya membolos
untuk tidak mengikuti upacara, karena mendapatkan laporan dari warga
beberapa guru datang untuk menjemput para siswa tersebut. Para guru dan
siswa berjalan kaki sekitar 1,5 kilometer menuju sekolah, sedangkan motor
yang dipakai oleh siswa diangkut ke dalam mobil bak terbuka yang telah
disiapkan oleh sekolah, sesampainya di sekolah para siswa digiring ke ruang
kantor untuk diberikan pembinaan, namun salah satu siswa yang bernama TG
tidak terima dengan pembinaan tersebut. TG mengancam akan mencegat
salah seorang guru sambil mendongakkan kepala dan mengacungkan jari ke
arah guru tersebut.4
Melihat dari kasus–kasus tersebut, dapat dilihat bahwa kemerosotan
akhlak, nilai dan moral merupakan permasalahan yang terjadi pada bangsa
indonesia. Hal ini terjadi karena beberapa faktor salah satunya adalah kurang
efektifnya penanaman nilai–nilai moral maupun karakter di lingkungan
2 H. Ramayulis, Dasar – dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta:
Kalam Mulia, 2015), h. 159 3 https://www.m.tribunnews.com/amp/regional/2018/02/02/guru-budi-dicekik-dan-
dipukul-di-leher-oleh-muridnya. Diunduh pada tanggal 04 April 2018 pukul 17.20 WIB 4 https://jogja.tribunnews.com/amp/2018/02/05/viral-siswa-smp-di-purbalingga-nekat-
tantang-gurunya-berkelahi. Diunduh pada tanggal 04 April 2018 pukul 17.40 WIB
3
keluarga, sekolah dan masyarakat. Untuk mengimbangi permasalahan
tersebut perlu adanya upaya yang dilakukan, dalam hal ini dengan
membentuk karakter pada siswa melalui sebuah pendidikan.
Pendidikan merupakan suatu bentuk pengajaran yang dilakukan di sekolah
sebagai lembaga untuk mendidik. Pendidikan mempengaruhi segala upaya
yang dilakukan oleh sekolah untuk peserta didik sehingga peserta didik
mempunyai kemampuan kognitif, mental maupun sosial. pendidikan adalah
upaya humanisasi (memanusiakan manusia) yaitu suatu upaya dalam rangka
untuk membantu manusia (peserta didik) agar mampu hidup sesuai dengan
martabat kemanusiaannya. Hal ini diharapkan akan berguna bagi peserta didik
di masa yang akan datang, kesiapan dalam mengahadapi masyarakat serta
melaksanakan tanggung jawabnya sebagai makhluk individu maupun sosial.5
Pendidikan dilaksanakan bukan hanya untuk melahirkan generasi–generasi
yang cerdas saja, akan tetapi sekaligus generasi–generasi yang berbudi luhur,
yang merupakan cerminan dari kecerdasan itu sendiri.6
Tujuan pendidikan nasional UU sisdiknas no. 20 tahun 2003 bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.7
Jika melihat undang–undang tersebut maka tujuan pendidikan akan
mampu mengembangkan potensi yang ada pada dirinya serta menghasilkan
sumber daya manusia yang memiliki kekuatan spritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan untuk dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara.
Melihat fenomena yang terjadi di dunia pendidikan saat ini, tentunya
banyak sekali halangan yang harus dihadapi agar harapan untuk memiliki
5 Nurani Soyomukti, Teori – teori Pendidikan Tradisional, (Neo) Liberal, Marxis-
Sosialis, Postmodern, (Jogjakarta: Arr-Ruzz Media, 2013), h. 40 - 41 6 Ibid. h.13 7 UU RI N0. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB II, Pasal 3
4
generasi yang bukan hanya cerdas tapi juga berakhlak mulia tercapai.
Kurangnya kemampuan pendidikan dalam menanamkan nilai–nilai yang baik
pada siswa mengakibatkan tertanamnya karakter buruk pada peserta didik di
masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Dengan bantuan seorang
pendidik dalam hal ini adalah guru pendidikan agama Islam diharapkan
mampu mencapai tujuan pendidikan dalam membentuk karakter pada peserta
didik akan tercapai. Upaya pembimbingan prilaku siswa agar mengetahui,
mencintai, dan melakukan kebaikan. Fokus pada tujuan-tujuan etika melalui
proses pendalaman apresiasi dan pembiasaan.
Pembiasaan dalam pendidikan karakter mestinya dipupuk sejak dini,
dimulai dari keluarga. Keluarga adalah lingkungan yang paling utama untuk
menentukan masa depan anak. Demikian pula karakter/budi pekerti anak
yang baik dimulai dari dalam keluarga terutama Ibu.8 Akan tetapi untuk
memaksimalkan hal tersebut, peran pendidikan dalam pembentukan
karakter/budi pekerti anak di sekolah tidak kalah penting.
Guru sebagai salah satu komponen dalam pendidikan juga diharuskan
mendidik siswanya, menurut Nurla Isna Ainullah mendidik adalah kegiatan
memberikan pengajaran kepada peserta didik, membuatnya mampu
memahami sesuatu, dan dengan pemahaman yang dimilikinya, ia dapat
mengembangkan potensi dirinya dengan menerapkan sesuatu yang telah
dipelajarinya.9 Dalam proses belajar mengajar siswa dapat memahami
pembelajaran yang telah disampaikan oleh gurunya, dan setelahnya siswa
dapat memilah maupun menganalisis hal-hal terkait apakah hal tersebut
menjurus ke arah negatif atau positif. Guru bukan hanya sebagai sumber
mentransfer ilmu, akan tetapi juga sebagai orang tua kedua, pembentukan
karakter anak merupakan tanggung jawab bersama.Guru mestinya harus
menjadi tauladan para siswa yang bukan hanya sekedar menyampaikan
pelajaran apa adanya. Tetapi guru harus menjadi titik sentral, pribadi yang
8 Prof. H. Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan karakter Anak Bangsa, (Jakarta:
Baduose Media Jakarta, 2011), h. 44 9 Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah,
(Jogjakarta: Laksana, 2011), h. 11
5
berkarakter baik. Sehingga dengan itu, para siswa mendapat dua ilmu dari
dua arah sekaligus, yaitu pengetahuan secara teoritis yaitu Pelajaran Ilmu
agama dan pelajaran secara aplikatif yang dipraktekkan guru secara langsung,
baik ketika didalam kelas maupun diluar kelas.
Pendidikan agama Islam tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan
dalam bidang agama saja, tetapi disertai dengan mental dan akhlak yang
mulia. Seorang guru pendidikan agama Islam menjadi sosok utama dalam
panutan, karena pendidikan agama Islam sendiri erat kaitannya dengan akhlak
maupun karakter. Pendidikan dilakukan bukan hanya mengasah otak dengan
ilmu saja, lebih dari itu pendidikan meliputi semua aspek, baik spiritual
ataupun emosional. apabila komponen Intelektual, spiritual dan emosional
siswa bisa di optimalkan dengan baik melalui pendidikan kepada peserta
didik, maka kemerosotan akhlak, nilai dan moral peserta didik akan dapat
diatasi dengan baik.
Mestinya pendidikan karakter menjadi bagian tersendiri dalam diri
seseorang, misalkan di sekolah, seorang siswa melakukan kecuranga saat
ujian (menyontek) pada saat ujian, hal ini tidak terjadi sekali tetapi terus
berulang ketika menghadapi ujian. Apabila hal tersebut dibiarkan maka akan
ada pembiasaan yang menjadi karakter anak tersebut, jika menghadapi ujian
maka mencontek adalah hal biasa. Untuk mengatasi sifat buruk dari siswa
saat menjalani ujian, diperlukan suatu usaha dari seorang guru untuk
menanamkan sifat kejujuran. Bukan hanya sekedar menjelaskan pengertian
sifat jujur baik pengertian secara bahasa dan istilah, tetapi juga menguji
kepada para siswa sejauh mana sifat kejujuran yang ditanamkan guru PAI
baik didalam kelas maupun diluar kelas apakah berhasil atau tidak. Jika
memang belum berhasil, maka metode pengajaran yang harus di rubah.
Namun jika berhasil menanamkan sifat kejujuran yang merupakan bagian
dari pada pendidikan karakter maka metode pengajaraannya lebih
doitingkatkan menjadi lebih baik untuk menanamkan karakter yang menjadi
tujuan dari pada pendidikan.
6
Apabila sifat tersebut dibiarkan, dan tidak ada usaha menanamkan sifat
jujur agar menjadi karakter terhadap siswa, dikhawatirkan siswa tersebut di
masa depan jika sudah lulus dan bekerja, bisa saja mereka menjadi calon-
calon koruptor atau sejenisnya. Karena pendidikan berbasis karakter adalah
upaya yang dilakukan pendidik untuk membantu anak didik supaya
mengerti, memperdulikan, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika.
Persoalan pendidikan yang dialami oleh sekolah-sekolah tersebut, SMP
PGRI 1 Ciputat juga memiliki masalah-masalah yang sama. Seperti
misalnya kenakalan remaja. Siswa-siswa yang kurang sopan terhadap guru,
mencontek saat ujian, mengikuti tauran antar sekolahan dan bahkan bolos
saat jam pelajaran berlangsung. Pihak sekolah berupaya memaksimalkan
penanganan agar hal-hal tersebut dapat diatasi, pada saat siswa mengikuti
tauran pihak sekolah langsung memanggil polisi untuk memberikan
pembelajaran dan arahan, dikarenakan pembelajaran dan arahan guru belum
mampu membuat siswa jera. Ini merupakan salah satu contoh usaha dari
pihak sekolah dalam menanamkan pendidikan karakter kepada para siswa.
Akan tetapi dikarenakan pendidikan karakter cakupannya sangat luas,
maka pasti ada upaya-upaya lebih yang harus dilakukan oleh guru dalam
menanamkan nilai-nilai karakter pada siswa. Usaha inilah yang menjadi
pokok utama yang diteliti untuk melakukan kajian di SMP PGRI 1 Ciputat,
sebagai bahan penelitian skripsi yang akan penulis lakukan dengan judul
“Peran Guru PAI Dalam Menanamkan Pendidikan Karakter Di SMP
PGRI 1 Ciputat ”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah dapat
di identifikasikan sebagai berikut:
1. Pentingnya lembaga pendidikan agama sebagai upaya untuk
menjadikan seorang siswa yang mempunyai karakter dan akhlak yang
baik.
7
2. Peran guru agama dalam menanamkan pendidikan karakter bagi
peserta didik sangat penting.
3. Tujuan dalam penanaman pendidikan karakter yang diharapkan
mampu menanggulangi masalah-masalah sosial yang dilatarbelakangi
oleh degradasi moral.
C. Pembatasan Masalah
Agar hasil penelitian ini dapat terarah untuk mencapai tujuan dan tidak
menyimpang dari judul yang telah ditetapkan sebelumnya, maka peneliti
membatasi kajian tentang peran guru pendidikan agama islam, lebih
difokuskan pada kaitannya dengan pendidikan karakter. Hal ini disebabkan
juga oleh banyaknya ruang lingkup yang membahas tentang peran guru
agama dalam menanamkan pendidikan karakter.
D. Perumusan Masalah
1. Bagaimana peran guru PAI dalam penanaman pendidikan karakter pada
siswa di SMP PGRI 1 Ciputat?
2. Hambatan apa yang dihadapi guru PAI dalam Penanaman pendidikan
karakter pada siswa di SMP PGRI 1 Ciputat?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui peran guru PAI dalam penanaman pendidikan karakter
pada siswa di SMP PGRI 1 Ciputat
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi dalam
Penanaman pendidikan karakter pada siswa di SMP PGRI 1 Ciputat.
8
F. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan batasan baik sebagai
kajian ilmiah maupun sebagai bentuk aplikasi langsung terhadap upaya
peningkatan mutu pendidikan. Beberapa pihak diharapkan dapat
merasakan manfaatnya baik secara langsung maupun tidak langsung,
kegunaan tersebut dapat dilihat dari dua sisi sebagai berikut:
a. Segi akademis
Sebagai bahan rujukan, tambahan referensi atau perbandingan
penelitian, Selanjutnya bagi bidang study ilmu tarbiyah dan keguruan
mengenai bagaimana peran guru PAI dalam penanaman pendidikan
karakter.
b. Segi praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai penambah wawasan
hasil pengetahuan dan referensi bagi mahasiswa maupun masyarakat,
sehingga diharapkan bahwa teori ini bisa diterapkan di sekolah-sekolah
melihat dari banyaknya manfaat yang akan diperoleh.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hakikat Guru
a. Pengertian Guru
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, guru adalah orang yang
pekerjaannya (mata pencahariaanya, profesinya) mengajar.1 Dalam
bahasa inggris guru memiliki beberapa sebutan yaitu “teacher”,
“tutor“, “educator” dan “instructor”. Dalam kamus Webster’s teacher
diartikan seorang yang mengajar, tutor diartikan sebagai guru yang
memberikan pengajaran kepada siswa, dan Educator diartikan sebagai
seseorang yang mempunyai tanggung jawab pekerjaan mendidik yang
lain.2
Dalam undang – undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan
dosen dijelaskan bahwa “Guru merupakan pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengawasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini. Melalui jalur formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah”.3
Para ahli mendefinisikan kata guru atau pendidik sebagai berikut,
Zakiah Darajat, mendefinisikan “guru (pendidik) adalah pendidik
profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya
menerima dan memikul tanggung jawab untuk membimbing peserta
didik menjadi manusia yang manusiawi”.4
Tatang S mendefinisikan “pendidik atau guru adalah tokoh
masyarakat dan mereka yang memfungsikan dirinya untuk mendidik”.5
Moh. Uzer Usman mendefinisikan “guru sebagai jabatan atau
profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru”.6
1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hal. 497 2 Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 1 - 2 3 UU RI No. 14 Tahun 2005 pasal 1 tentang Guru dan Dosen 4 H. Ramayulis, Dasar – dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta:
Kalam Mulia, 2015), h. 3 5 Tatang S, Ilmu Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012), h. 54
9
10
Menurut Made Pidarta pendidik atau guru mempunyai dua arti,
yaitu arti luas dan sempit. Dalam arti luas pendidik atau guru adalah
semua orang yang berkewajiban membina anak – anak. Sedangkan
dalam arti sempit pendidik atau guru adalah orang – orang yang
disiapkan secara sengaja untuk menjadi guru dan dosen.7
Pendidik atau guru merupakan orang dewasa secara jasamani dan
rohani, memiliki kompetensi untuk mendewasakan peserta didik ke
arah kesempurnaan dengan menggunakan cara – cara dan pendekatan
kependidikan. Pendidik memiliki kepribadian luhur berhak untuk
mendidik orang lain agar memiliki kedewasaan berpikir.8
Seorang guru adalah orang yang memiliki kemampuan untuk
merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola
kelas sehingga siswa dapat belajar dan pada akhirnya siswa dapat
mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses
pendidikan.9
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidik atau guru merupakan orang – orang yang terpilih dan memiliki
keterampilan dan pemahaman dalam bidang pendidikan, melalui jalur
kependidikan yang telah dilaluinya.seorang guru bisa disebut sebagai
sebuah profesi yang bertugas dalam membina dan mendidik peserta
didik karena sudah dianggap mampu melakukan hal tersebut.
b. Peranan Guru
Adam dan Dickey, mengemukakan bahwa peran guru
sesungguhnya adalah lebih luas meliputi guru sebagai pengajae,
pembimbing dan guru sebagai peribadi (teladan).10
6 Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2005), h. 6 7 H. Ramayulis, op.cit., h. 135 8 Ibid, h. 137 9 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), cet ke – 5, h. 15 10 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), cet, ke – 4,
h. 123
11
Guru berperan penting dalam interaksi edukatif di sekolah, peran
dan kedudukan guru yang tepat dalam interaksi tersebut akan menjamin
tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan. Oleh karena itu guru
harus mengetahui sifat – sifat khusus setiap murid dan ia harus tabah
menghadapi serta berusaha untuk memecahkan kesulitannya.11
Banaldi Sutadipura, mengemukakan beberapa peran guru di
sekolah, sebagai berikut:
1. Suri tauladan dalam sikap. Ucapan tingkah laku yang dewasa,
baik mental maupun spritual
2. Director of learning, pemberi arah dalam proses perubahan
tingkah laku si peserta didik
3. Inovator, penyebar dan pelaksana idea – idea baru demi
peningkatan mutu pendidikan / pengajaran.
4. Motivator, penggali, pemupuk, pengembang motivasi, seperti
mengapa anak – anak didik itu harus belajar dengan giat,
mengapa hendaknya mereka jurusan ini dan itu dan mengapa
mereka harus memilih sekolah ini dan itu dan sebagainya.
5. Conductor of learning, guru seolah – olah seorang dirigent
suatu orkes, yang dimainkan oleh anak – anak didiknya.
6. Manager of learning, dalam hal ini tugas guru selain mengelola
kelas juga melakukan pengawasan atas anak – anak didiknya.12
Ramayulis mengatakan bahwa peranan guru dalam pendidikan
modern sebagai berikut:
1. Pengembang sumber daya manusia
2. Sebagai “pelabuhan” budaya yang akan disampaikan kepada
anak – anak
3. Sebagai orang yang bertanggung jawab untuk mecapai tujuan
pendidikan
11 H. Ramayulis, op. Cit., h. 138 12Ibid, h. 141 - 142
12
13 Ibid, h. 142
4. Sebagai orang yang bertanggung jawab atas perkembangan
kondisi mental anak
5. Menyiapkan warga negara yang cerdas
6. Menyiapkan generasi mendatang dengan generasi yang lebih
baik
7. Sebagai orang yang bertanggung jawab dalam proses belajar
mengajar disekolah
8. Sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap
pengembangan kurikulum
9. Menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif 13
Menurut Moh Uzer Usman mengemukakan beberapa peran guru
sebagai berikut:
1. Guru sebagi demonstrator
Guru sebagai pengajar diharuskan menguasai bahan materi
pelajaran yang akan diajarkannya kepada siswa, serta mampu
meningkatkan kemampuan dan mengembangkan keilmuan
yang dimilikinya. Hal ini akan menentukan hasil belajar yang
akan dicapai oleh siswa. Oleh karena itu guru harus terus
belajar, dengan demikian ia mampu memperkaya dirinya
dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dan mampu
melaksanakan tugasnya sebagai pengajar yang profesional.
2. Guru sebagai pengelola kelas
Guru harus mampu mengelola kelas sebagai lingkungan
belajar yang merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang
perlu diorganisasi. Hal ini diperlukan agar kegiatan – kegiatan
belajar terarah pada tujuan – tujuan pendidikan. Pengawasan
dalam pembelajaran juga menentukan lingkungan belajar yang
baik.
13
14 Moh. Uzer Usman, op.cit., h. 9 -12
3. Guru sebagai Mediator dan Fasilitator
Guru harus memiliki pengetahuan, pemahaman dan
keterampilan tentang media pendidikan. Media pendidikan
merupakan alat komunikasi agar proses belajar mengajar lebih
aktif. Media pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan,
materi, metode, evaluasi, kemampuan guru serta minat dan
kemampuan siswa. Sedangkan guru sebagai fasilitator adalah
mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna dan dapat
menunjang proses belajar mengajar.
4. Guru sebagai evaluator
Guru hendaknya terus mengikuti hasil belajar yang telah
dicapai oleh siswanya dari waktu ke waktu. Hal ini dapat
dijadikan sebagai informasi yang merupakan sebuah umpan
balik (feed back) terhadap proses belajar mengajar yang
dijadikan sebagai tolak ukur dalam memperbaiki dan
meningkatkan proses belajar mengajar agar memperoleh hasil
yang optimal.14
Sardiman mengatakan bahwa peranan guru adalah sebagai berikut:
1. Informator
Guru sebagai pelaksana cara mengajar informatis,
laboratorium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan
akademik maupun umum
2. Pengarah/director
Guru harus menjadi pemimpin yang dapat membimbing
dan mengarahkan kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan
yang yang ingin dicapai.
3. Fasilitator
Guru memberikan fasilitas dan kemudahan dalam proses
belajar mengajar. Contohnya seorang guru harus mampu
menciptakan suasana belajar yang sedemikian rupa, yang
14
serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar
mengajar akan berlangsung secara efektif.
4. Mediator
Guru sebagai mediator berarti guru sebagai penengah
dalam kegiatan belajar siswa. Misalnya memberikan arahan
atau menengahi kemacetan pada saat siswa berdiskusi.
5. Evaluator
Guru mempunyai otoritas sebagai orang yang menilai
prestasi anak didiknya dalam bidang akademis maupun
sosialnya, hal tersebut dapat menentukan bagaimana anak
didiknya berhasil atau tidak. Perlu adanya kehati – hatian
dalam menentukan nilai atau kriteria keberhasilan.15
Mulyasa mengemukakan beberapa peran guru, antara lain:
1. Guru sebagai pendidik
Guru sebagai pendidik artinya guru menjadi seorang tokoh
yang menjadi panutan bagi peserta didik dan lingkungannya.
Guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang
mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan displin.
2. Guru sebagai pengajar
Peran guru sebagai pengajar adalah membantu peserta didik
dalam mengembangkan dan mempelajari sesuatu yang belum
diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi
standar yang dipelajarinya.
3. Guru sebagai pembimbing
Dalam hal ini guru merumuskan tujuan secara jelas,
menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus
ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai
kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
peserta didik.
15 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 146
15
17Tatang S, op. Cit., h. 55
4. Guru sebagai emansipator
Peran guru dalam melakukan tugasnya sebagai emansipator
sebenarnya telah dilakukan, guru memberikan motivasi dan
dorongan sehingga siswa memiliki kepercayaan diri ketika ia
merasa putus asa, merasa dirinya dicampakkan, atau merasa
tidak berharga. Hal ini memerlukan ketelatenan, keuletan dan
seni memotivasi agar timbul kembali kesadaran dan
harapannya kembali.16
Menurut Nur Uhbiyati sebagaimana dikutip oleh Tatang S,
mengatakan bahwa guru mempunyai peran sebagai berikut:
1. Perbuatan memberikan keteladanan, yaitu berbuat yang terbaik
agar layar ditiru oleh anak didiknya.
2. Perbuatan memberikan pembinaan, yaitu memberikan arahan
kepada perbuatan yang terpuji.
3. Perbuatan menuntun ke arah yang dijadikan tujuan dalam
pendidikan.17
Dari beberapa pernyataan di atas, penulis menyimpulkan bahwa
guru sebagai tokoh yang menjadi panutan bagi siswanya bukan hanya
sekedar mengajar di dalam kelas saja, akan tetapi guru harus memiliki
kemampuan, keterampilan, dan pemahaman dalam membimbing,
membina dan mengarahkan siswanya dalam proses pembelajaran dan
perkembangan diri siswanya.
c. Tugas Guru
Dalam proses belajarmengajar, guru mempunyai tugas untuk
mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa
untuk mencapai tujuan. Secara lebih terperinci tugas guru berpusat
pada:
16 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya: 2008), cet
ke-7, h. 37 - 60
16
19 H. Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 13
1. Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi
pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
2. Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar
yang memadai.
3. Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-
nilai, dan penyesuaian diri.18
Tugas guru dibagi menjadi dua macam, yakni tugas secara umum,
dan tugas secara khusus. Pertama tugas secara umum, adalah sebagai
warasatulanbiya yang pada hakikatnya mengemban tugas hampir sama
dengan tugas seorang Rasul. Kedua tugas secara khusus, adalah:
1. Sebagai pengajar (instruksional) yang bertugas merencanakan
program pengajaran dan melaksanakan program pengajaran yang
telah disusun, dan penilaian setelah program itu dilaksanakan.
2. Sebagai pemimpin (manajerial), yang memimpin dan
mengendalikan diri sendiri, murid dan masyarakat terkait.
Menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian,
pengontrolan, partisipasiatas program yang dilakukanitu.19
Menurut Uzer sebagaimana dikutip oleh Hamzah B. Uno
mengatakan bahwa ada 3 jenis tugas yang dilakukan oleh guru, antara
lain:
1. Tugas guru sebagai suatu profesi, meliputi mendidik yang
berarti meneruskan dan mengembangkan nilai hidup, mengajar
yang berarti meneruskan kan mengembangkan iptek, dan
melatih yang berarti mengembangkan keterampilan peserta
didik.
2. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan, guru di sekolah menjadi
orang tua kedua,guru mempunyai tugas untuk memahami
perkembangan peserta didik.
18Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT
BinekaCipta, 2016), h. 97
17
20 Hamzah B. Uno, op, cit., h. 20 - 21
3. Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan, dalam pandangan
masyarakat guru menjadi sosok yang dihormati di
lingkungannya dikarenakan masyarakat memandang bahwa dari
seorang guru lah masyarakat dapat memperoleh ilmu
pengetahuan. Hal ini berarti guru diwajibkan untuk
mencerdsakan bangsa indonesia seutuhnya berdasarkan
pancasila.20
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tugas
guru pada dasarnya sama, yaitu mendidik, membina dan mengarahkan
peserta didik dalam mengembangkan pengetahuan maupun potensi
yang ada di dalam peserta didik. Guru diharuskan mampu untuk
menanamkan nilai – nilai kebaikan kepada peserta didik, sehingga
peserta didik mempunyai kemampuan dalam berinteraksi dengan
lingkungannya serta mampu membangun pemahaman yang dimilkinya
dengan cara yang benar.
d. Tanggung Jawab Guru
Menurut Mulyasa guru mempunyai tanggung jawab khusus,
diantaranya sebagai berikut:
1. Tanggung jawab moral
Seorang guru harus mampu menghayati perilaku dan etika
yang sesuai dengan moral pancasila dan mengamalkannya
dalam pergaulan hidup sehari - hari
2. Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah
Setiap guru harus menguasai cara belajar mengajar yang
efektif, mampu mengembangkan kurikulum, silabus, dan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), melaksanakan
pembelajaran yang efektif, menjadi model bagi peserta didik,
memberi nasehat, melaksanakan evaluasi hasil belajar dan
mengembangkan peserta didik.
18
3. Tanggung jawab dalam bidang kemasyarakatan
Setiap guru harus turut serta mensukseskan pembangunan,
harus kompeten dalam membimbing, mengabdi dan melayani
masyarakat.
4. Tanggung jawab dalam bidang keilmuan
Setiap guru harus turut serta memajukan ilmu, terutama
yang menjadi spesifikasinya, dengan melaksanakan penelitian
dan pengembangan.21
Tanggung jawab guru adalah membentuk peserta didik agar menjadi
peribadi yang kompeten, mandiri serta cakap, berguna bagi agama, bangsa
dan negara. Setiap tingkah laku, ucapan maupun perbuatan seorang guru
akan menjadi tolak ukur dalam mengembangkan kepribadian dan jiwa
peserta didik.
2. Hakikat Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Zakiah Dardjat pengertian agama islam dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Pendidikan agama islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat
memahami dan mengamalkan ajaran agama islam serta
menjadikannya sebagai pandangan hidup.
2. Pendidikan agama islam ialah pendidikan yang dilaksanakan
berdasarkan ajaran islam.
Pendidikan agama islam merupakan pendidikan dengan melalui
ajaran – ajaran agama islam, yaitu berupa bimbingan dan arahan
terhadap peserta didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia
dapat memahami, mengahayti, dan mengamalkan ajaran – ajaran agama
islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan
21 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke – 4, h. 18
19
ajaran agama islam sebagai suatu pandangan hidupnya demi
keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun akhirat kelak.22
Pendidikan agama islam mempunyai dua jenis dasar yaitu Al –
qur’an dan hadist, guru bisa merujuk apabila merasa ada kekeliruan
atau ragu – ragu dalam tindakannya. Al – qur’an dan hadist dapat
langsung memberi petunjuk tentang pendidikan, sebagai sumber –
sumber penelaahan atau perenungan.23
Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama islam adalah
pendidikan yang merajuk pada Al – quran dan hadist, dimana seorang
guru memberikan bimbingan dan pengajaran kepada peserta didik.
Melalui pendidikan agama islam guru dapat mempersiapkan peserta
didik agar meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran agama islam
yang dianutnya.
b. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
Menurut Marimba Ahmad akhir dari fungsi dan tujuan agama islam
yaitu:24
1. Untuk menjadi hamba Allah, hamba Allah mengandung
implikasi kepercayaan dan penyerahan diri.
2. Manusia hanya diperkenankan memilih satu agama yaitu agama
islam, tujuan hidupnya ialah penyerahan diri sepenuhnya kepada
Allah SWT.
Adapun kurikulum pendidikan agama islam berfungsi untuk sekolah
atau madrasah sebagai berikut:
1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan
peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarganya.
22 Zakiah Dardjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 86 23 D. Marimba Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT Al – Maarif,
1989), h. 42 24 Ibid, h. 48 - 49
20
2. Penanaman nilai, yaitu sebagai pedoman hidup untuk mencari
kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
3. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial
yang dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama
islam
4. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan – kesalahan,
kekurangan – kekurangan dan kelemahan – kelemahan peserta didik
dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman – pengalaman
ajaran dalam kehidupan sehari – hari.
5. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal – hal negatif dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan
dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia
seutuhnya.
6. Pengajaran, yaitu tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara
umum, sistem dan fungsionalnya.
7. Penyaluran, yaitu yaitu untuk menyalurkan anak – anak yang
memiliki bakat khusus dibidang agama islam agar dapat
berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan orang lain.25
Jadi pada dasarnya tujuan pendidikan agama islam adalah menjadikan
umat manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dalam hal ini
melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya, dan berpedoman
kepada Al – qur’an dan sunnah. Pendidikan agama islam juga bertujuan
kepada terbentuknya kepribadian yang islami, sebagaimana yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW sebagai suri tauladan.
25 Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, h. 134 - 135
21
3. Hakikat Pendidikan Karakter
a. Pengertian Pendidikan Karakter
Karakter berasal dari bahasa latin“Kharakter”, “Kharassein”,
“Kharax” atau dalam bahasa inggris character dan dalam bahasa
indonesia adalah karakter.26Menurut kamus besar bahasa indonesia
(KBBI) karakter berarti sifat – sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan seseorang dengan yang lain, atau bermakna bawaan,
hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat tabiat,
tempramen watak.27
Sedangkan para tokoh mengemukakan pendapat tentang karakter
sebagai berikut : Wynne mengemukakan bahwa karakter berasal dari
bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan
pada bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata
atau prilaku sehari-hari.28
Aristoteles mendefinisikan bahwa karakter yang baik adalah
seseorang yang hidup dengan melakukan perbuatan – perbuatan baik
dan benar untuk dirinya maupun orang lain.
Micheal Novak yang merupakan seorang filsuf kontemporer
karakter merupakan gabungan dari semua hal dari seluruh kebaikan
yang didefinisikan baik dari segi keagamaan, cerita – cerita masa
lampau, para cendikiawan maupun orang – orang yang mampu berfikir
dengan akal sehat yang ada dalam sejarah.29
26 Abdul Majid dkk, Pendidikan Karakter Persfektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2011), h. 11
27 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (bandung: Alfabeta,
2012), cet ke – 2, h. 1 - 2 28 Dr. H. E. Mulyasa, M.pd., Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2012), h. 3 29 ThomasLickona,. Educating For Character, Mendidik Untuk Membentuk Karakter
Bagaimana Sekolah Dapat Memberikan Pendidikan tentang Sikap Hormat dan Bertanggung
Jawab, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), h. 81
22
Menurut Tadkiroatun Musfiroh karakter mengacu kepada
serangkaian sikap (attitude), prilaku (behavior), motivasi (motivation),
dan keterampilan (skill).30
Karakter adalah nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai kebaikan,
mauberbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik
terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terwujud dalam
prilaku. Karakter secara koheran memancar dari hasil olah pikir, olah
hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelomok
orang. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang
yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran
dalam menghadapi kesulitan dan tantangan.31
Karakter kehidupan memiliki dua sisi: prilaku benar dalam
hubungan dengan orang lain dan prilaku benar dalam kaitannya dengan
diri sendiri. Kehidupan yang penuh dengan kebajikan berisi kebajikan
berorientasi-orang lain. Seperti keadilan, kejujuran, rasa syukur, dan
cinta, tetapi juga termasuk kebajikan berorientasi-diri sendiri seperti
kerendahan hati, ketabahan, kontrol diri, dan berusaha yang terbaik
daripada menyerah pada kemalasan.32
Berbicara bagaimana karakter itu penting, karakter yang baik
merupakan kunci terhadap hormat atas diri sendiri, terhadap
pemerolehan rasa hormat dari orang lain, terhadap hubungan positif,
terhadap rasa pemenuhan, terhadap prestasi yang dapat di banggakan33
Secara khusus pengertian karakter adalah nilai – nilai yang khas
baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik,
30 Sofan Amri, S.Pd, dkk, Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran,
(Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2011), h. 3 31 Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis
Agama dan Budaya Bangsa, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 42 32Thomas Lickona, Character Matters, Persoalan karakter Bagaimana Membantu Anak
Mengembangkan Penilaian yang Baik, Integritas, dan Kebajikan Penting Lainnya, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2013), h. 21 33 Ibid, h. 244
23
dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan
terwujud dalam perilaku.34
Pada dasarnya manusia memiliki dua potensi, yaitu karakter baik
dan karakter buruk. Karakter baik ini sudah ada sejak seseorang itu
lahir, hal ini dijelaskan dalam Al – Qur’an surat Al – Syams ayat 8 :35
Jadi dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan ciri khas yang
melekat berupa sifat yang terdapat pada diri seseorang sejak lahir, sifat
maupun tindakan yang dilakukannya itu akan mempengaruhi
lingkungan disekitarnya. Baik atau buruknya karakter seseorang
tergantung pada bagaimana kebiasaan atau pilihan yang
ditanamkannya. Seperti contoh apabila seseorang hidup di lingkungan
yang baik maka kemungkinan besar karakter yang dia miliki pun akan
baik. Karakter mencirikan apa yang dilihat oleh orang lain.
Dalam kurikulum yang disusun oleh pemerintah terutama
kurikulum 2013, karakter dijadikan sebagai poin utama dalam
pendidikan. Sebab karakter yang dibangun sejak dini akan berkembang
pada sifat – sifat anak setelah ia dewasa. Maka pendidikan karakter
sangat penting ditanamkan dilingkungan keluarga, sekolah maupun
masyarakat.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan karakter
dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,
pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan siswa untuk memberikan keputusan baik
buruk, memelihara kebaikan, mewujudkan dan menebar kebaikan
dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.36
Pendidikan karakter adalah sebuah system yang menanamkan nilai-
nilai karakter pada pesertadidik, yang mengandung komponen
pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan
34 Anas Salahudin M., dan Irwanto Alkhrienche. Loc. Cit. 35 Agus Zaenal Fitri, Reinventing Human Character: Pendidikan Karakter Berbasis Nilai
& Etika di Sekolah, (Jogjakarta: Ar – Ruzz Media, 2012), h. 20 36 Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, loc. Cit.
24
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa,
sehingga akan terwujud insan kamil.37
Menurut Barnawi dan Arifin “pendidikan karakter merupakan
ihwal karakter, atau pendidikan yang mengajarkan hakikat karakter
dalam ketiga ranah cipta, rasa, dan karsa”.38
Menurut H Teguh Sunaryo sebagaimana dikutip oleh Symsul
Kurniawan mengatakan pendidikan karakter menyangkut bakat (potensi
dasar alami), harkat (derajat melalui penguasaan ilmu dan teknologi),
dan martabat (harga diri melalui etika dan moral).39
Sedangkan menurut M. Jafar Anwar dan M. A. Salam “pendidikan
karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu
mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk
watak peserta didik. Hal ini mecakup keteladanan bagaimana prilaku
guru, cara menyampaikan materi, bertoleransi, dan hal lainnya”.40
Deni Damayanti juga berpendapat pendidikan karakter merupakan
suatu usaha yang direncanakan secara bersama yang bertujuan
menciptakan generasi penerus memiliki dasar – dasar pribadi yang baik,
dalam pengetahuan, perasaan dan tindakan.41
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan karakter merupakan pendidikan yang meranah pada moral,
watak, budi pekerti dan nilai – nilai. Melalui pendidikan karakter ini
peserta didik dimasa yang akan datang mampu menjadi manusia yang
37Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah,
(Jogjakarta: Laksana, 2011), h. 18 38 Barnawi & M. Arifin, Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter,
(Jogjakarta: Ar – Ruzz Media, 2012), h. 22 39 Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter Konsep dan implementasinya secara
terpadu di lingkungan keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi dan Masyarakat, (Yogyakarta: Ar –
Ruzz Media, 2013), h. 30 40 Muhammad Jafar Anwar dan Muhammad A Salam, Membumikan Pendidikan Karakter
Implementasi Pendidikan Berbobot Nilai dan Moral, (Jakarta: CV Suri Tatu’uw, 2015), h. 33 41 Deni Damayanti, Panduan Implementasi Karakter di Sekolah, (Yogyakarta: Araska,
2014), h. 12
25
bermartabat, memiliki kepribadian yang baik, serta pengetahuan
maupun tindakannya yang dapat dipertanggung jawabkan.
b. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter
1) Fungsi
Sebagai mana dikutip oleh Anas Salahudin dan Irwanto
Alkrienciehie, Ahmad Fikri mengatakan bahwa fungsi pendidikan
karakter adalah:
a) Pengembangan: pengembangan potensi dasar peserta didik
agar berhati, berpikiran, dan berprilaku baik.
b) Perbaikan: memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang
multikul turuntuk menjadi bangsa yang bermartabat
c) Penyaring: untuk menyaring budaya negative dan menyerap
budaya yang sesuai dengan nilai budaya dan karakter bangsa
untuk meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam
pergaulan dunia.42
Menurut Sahrudin, pendidikan karakter memiliki fungsi –
fungsi berikut:
a) Mengembangkan potensi dasar peserta didik agar ia tumbuh
menjadi sosok yang berhati baik, perpikiran baik, dan
berperilaku baik.
b) Memperkuat dan membangun perilaku masyarakat yang
multikultur
c) Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam
pergaulan dunia43
2) Tujuan
Secara umum tujuan pendidikan karakter adalah untuk
membangun dan mengembangkan karakter/ budi pekerti peserta
didik pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan agar dapat
42 Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, op, cit., h. 104 43Nurla Isna Aunillah, op, cit., h. 106
26
menghayati dan mengamalkan nilai – nilai luhur menurut ajaran
agama dan nilai – nilai luhur dari setiap butir sila dari pancasila.
Secara khusus bertujuan mengembangkan potensi anak didik agar
berhati baik, berpikiran baik, berkelakuan baik, memiliki sikap
percaya diri, bangga pada bangsa dan Negara, dan mencintai
sesame umat manusia.44
Sebagaimana dikutip oleh Muhammad Jafar Anwar dan
Muhammad A Salam, Mulyasa menulis bahwa pendidikan karakter
bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan
yang mengarah pada pembentukan karakter da akhlak mulia peserta
secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai standar kompeten
silulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan
karakter peserta didik diharapkan mampu secara mandiri
meningatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
menginternalisasikan serta mempersonalisasikan nilai – nilai
karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari
– hari.45
Nurla isna mengatakan bahwa ada dua tujuan pendidikan
karakter, yaitu:
a) Versi Pemerintah
(1) Membentuk manusia Indonesia yang bermoral
(2) Membentuk manusia Indonesia yang cerdas dan rasional
(3) Membentuk manusia Indonesia yang inovatif dan suka bekerja
keras
(4) Membentuk manusia Indonesia yang optimis dan percaya diri
(5) Membentuk manusia Indonesia yang berjiwa patriot
b) Versi Pengamat
Sebagaimana dikutip oleh Nurla Isna, Sahrudin dan Sri Iriani
berpendapat bahwa pendidikan karakter bertujuan membentuk
44 Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Anak Bangsa, (Jakarta: Baduose Media Jakarta, 2011), h. 37
45 Muhammad Jafar Anwar dan Muhammad A. Salam, op, cit., h. 34
27
masyarakat yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang
dinamis, serta berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi, yang
semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha
Esa sekaligus berdsarkan pancasila.46
Menurut E Mulyasa pendidikan karakter bertujuan untuk
meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada
pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh,
terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan pada setiap
satuan pendidikan.47
Menurut Barnawi dan M. Arifin pendidikan karakter betujuan tiada
lain adalah perubahan kualitas tiga aspek pendidikan, yakni kognitif,
afektif dan psikomotorik.48
c. Nilai - nilai Pendidikan Karakter
Menurut Nurla Isna bentuk – bentuk nilai pendidikan karakter, antara
lain:
1) Jujur
Ada beberapahal yang perlu dilakukan oleh guru dalam
membangun karakter peserta didik, diantaranya:
a) Proses pemahaman terhadap kejujuran itu sendiri
b) Menyediakan sarana yang dapat merangsang tumbuhnya sikap
jujur
c) Keteladanan
d) Terbuka
e) Tidak bereaksi berlebihan
46Nurla Isna Aunillah, op, cit., h. 97 - 105 47 E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h. 9 48 Barnawi dan M. Arifin, Strategi dan kebijakan pembelajaran Pendidikan Karakter,
(Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2012), h. 28
28
2) Disiplin
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh guru untu
kmembentuk karakter peserta didik, diantaranya sebagai berikut:
a) Konsisten
b) Bersifa jelas
c) Memperhatikan harga diri
d) Sebuah alasan yang bisa dipahami
e) Memberikan hukuman
f) Melibatkan peserta didik
g) Bersikap tegas
h) Jangan emosional
3) Percaya Diri
Berikut ada beberapa cara yang dapat ditempuh oleh guru untuk
membangun percaya diri pada peserta didik:
a) Memberi pujian atas setiap pencapaian
b) Mengajari peserta didik untuk bertanggung jawab
c) Mengubah kesalahan menjadi bahan baku demi kemajuan
d) Mendukung sesuatu yang menjadi minat peserta didik
4) Peduli
Beberapa langkah yang perlu diterapkan dalam rangka
menanamkan dan menumbuh kembangkan karakter peduli pada
peserta didik adalah sebagai berikut:
a) Menanamkan rasa perduli terhadap diri sendiri
b) Peduli terhadap adikkelas
c) Peduli terhadap orang tua
d) Peduli terhadap teman sekelas
e) Peduli terhadap guru
f) Peduli terhadap lingkungan sosial
5) Mandiri
Peserta didik yang mandiri bisa melayani kebutuhannya sendiri
sekaligus bisa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
29
6) Gigih
Kegigihan adalah semangat pantang menyerah yang diikuti
keyakinan kuat dan mantap untuk mencapai impian dan cita-cita.
Dalam kenyataanya, nilai – nilai tersebut sangat dibutuhkan oleh
semua orang agar mereka selalu memiliki semangat yang besar dan
tidak mudah putus asa dalam mencapai cita – cita.
7) Tegas
Ketegasan merupakan salah satu nilai yang perlu ditanamkan
pada peserta didik. Sikap ini diperlukan olehnya dalam menjalani
pergaulan, terutama agar ia mampu memutuskan hal yang benar dan
keliru.
8) Bertanggung Jawab
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru dalam
menanamkan rasa tanggung jawab, diantaranya:
a) Memulai dari tugas – tugas sederhana
b) Menebus kesalahan saat berbuat salah
c) Segala sesuatu mempunyai konsekunsi
d) Sering berdiskusi tentang pentingnya rasa tanggung jawab49
9) Religius
Agama merupakan keseluruhan tingkah laku manusia, tingkah
laku tersebut membentuk manusia yang berbudi luhur. Artinya
agama mencakup totalitas tingkah laku manusia dalam kehidupan
sehari – hari. Di sekolah ada beberapa strategi yang dapat
ditanamkan untuk menumbuhkan sikap religius:
a) Pengembangan kegiatan religius secara rutin dalam belajar
sehari – hari
b) Menciptakan lingkungan yang mendukung dan dapat dijadikan
sebagai laboratorium bagi penyampaian warga sekolah.
49Nurla Isna Aunillah, op, cit,. h. 87
30
52Ibid, h. 152
c) Normatic reeducative, memberikan pendidikan tentang norma,
untuk menanamkan paradigma masyarakat lembaga yang lama
dengan yang baru. 50
10) Toleransi
Toleransi berarti membiarkan ketidaksepakatan dan tidak
menolak pendapat, sikap ataupun gaya hidup maupun sikap yang
berbeda. Sikap dan tindakan yang mengahargai perbedaan baik
agama, suku, etnis, ras, pendapat, sikap maupun pandangan yang
berbeda dari dirinya.51
11) Kreatif
Kreatif menjadikan seseorang agar tidak pasif, pemikirannya akan
terus berkembang dan melakukan hal – hal baru yang bermanfaat
bagi kehidupan secara luas. Setiap anak berhak mendapatkan
kesempatan untuk mengembangkan kreativitasnya secara luas.
Dalam pengembangan kreativitas perlu adanya proses,
melakukan, mempelajari dan menerapkan. Hal ini membuat
pengetahuan, pemahaman dan pengalaman bertambah seiring
aktivitas yang dilakukan setiap hari. Selain itu juga dapat mengasah
kreativitas seseorang.52
12) Demokratis
Menurut Masdar F. Mas’udi sebagaimana dikutip oleh Ngainum
Naim mengatakan bahwa demokratis dalam implementasinya ada
dua bentuk, yaitu demokratis formal – prosedural dan demokratis –
substansial. Demokratis formal – prosedural adalah demokrasi
tatanan bentuk, dimana di dalamnya terdapat hak dalam mengambil
sebuah keputusan, dalam hal ini adalah doktrin kedaulatan rakyat.
Sementara demokrasi material – substansial berkaitan dengan isi,
50Ngainum Naim, Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan dalam Ilmu dan
Pembentukan Karakter Bangsa, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 131 - 132 51Ibid, h. 138
31
53Ibid, h. 165
substansi, dan tentang siapa yang harus diuntungkan dalam dengan
adanya sebuah keputusan.
Di indonesia masih berada pada demokrasi formal – prosedural,
kelebihan demokrasi ini adalah mempersatukan masyarakat dalam
perbedaan, hal ini disebabkan karena mempunyai dasar dan tujuan
yang sama. Demokrasi berarti memiliki cara berpikir, bersikap,
bertindak, maupun menilai bahwa seseorang hak maupun
kewajibannya sama dengan orang lain.53
13) Rasa ingin tahu
Berarti sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajarinya, dilihat, maupun yang didengarnya.
14) Semangat kebangsaan
Dalam hal ini cara berpikir, bersikap, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
diri dan kelompoknya.
15) Cinta tanah air
Bagaimana seseorang berpikir, bersikap dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
politik bangsa.
16) Menghargai prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta mengakui
keberhasilan orang lain.
17) Bersahabat / komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul,
dan bekerja sama dengan orang lain.
32
54Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 75
18) Cinta damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain
merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
19) Gemar membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan
yang memberikan kebajikan bagi dirinya.54
20) Mencintai Tuhan dan segenap ciptaannya
Apabila seseorang mencintai Tuhannya berarti ia pun mencintai
sesama manusia, hewan, tumbuhan, dan seluruh alam ini (ciptaan-
Nya). Orang yang mempunyai karakter tersebut akan berusaha
berprilaku penuh cinta dan kebaikan.
21) Hormat dan santun
Pendidikan perlu membangun karakter anak didiknya agar
mempunyai sifat hormat dan santun dalam pergaulan. Dengan
demikian mereka akan menjadi pribadi – pribadi yang
menyenangkan.
22) Dermawan, suka menolong, dan kerja sama
Hal terpenting harus dibangun dalam diri anak didik adalah
menjadi dermawan dan suka menolong tanpa syarat. Memberikan
bantuan tanpa melihat terlebih dahulu orang tersebut.
23) Kepemimpinan dan keadilan
Setiap manusia pasti akan menjadi pemimpin baik untuk dirinya
maupun pemimpin di dilingkungan masyarakat. Oleh karena itu
perlu peserta didik perlu dibangun keperibadiannya agar mempunyai
jiwa kepemimpinan, jiwa kepemimpinan yang baik sudah tentu juga
harus mempunyai karakter yang bisa bersikap adil.
24) Baik dan rendah hati
Pendidikan berkewajiban membangun karakter yang baik dan
rendah hati kepada para peserta didik, apabila hal ini bisa diajarkan
33
55Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, (Ar – ruzz
media), h. 30 - 33
dengan baik maka pendidikan berhasil mencetak manusia – manusia
yang cerdas secara intelektual maupun karakter dan perilaku yang
baik.55
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran PAI tahun 2014
yang ditulis oleh Pipit Sofani mahasiswa jurusan PAI UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Jenis penilitian yang digunakan adalah metode
deskriftip dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti
menggunakan teknik wawancara, observasi, dokumentasi, dan angket. Dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh peniliti bahwa metode yang dilakukan
oleh guru PAI, sebagian besar sudah mencakup dalam penerapan
pendidikan berbasis karakter. Adapun nilai karakter yang sudah terbentuk
adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kreatif, mandiri, demokratis, rasa
ingin tahu, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, gemar
membaca, peduli lingkungan dan peduli sesama. Sedangkan penulis
menuliskan tentang bagaimana peran guru PAI dalam penerapan
pendidikan karakter.
2. Implementasi Program Pendidikan Karakter ( studi kasus di sekolah dasar
islam terpadu (SDIT) Darul Muttaqien Parung-Bogor) tahun 2016 yang
ditulis oleh Nuning Yulistika mahasiswa jurusan Manajemen Pendidikan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti menggunakan metode deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Peneliti menggunakan teknik wawancara,
observasi dan dokumentasi. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti penerapan pendidikan karakter sudah terprogram melalui
pembelajaran formal dan kegiatan ekstrakulikuler. Sedangkan penulis
menuliskan tentang bagaimana peran guru PAI dalam penerapan
pendidikan karakter.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Tempat penelitian
Adapun tempat yang dijadikan sebagai tempat untuk menelitian adalah
SMP PGRI 1 Ciputat, yang terletak di Jl. Pendidikan No. 30 Ciputat,
dimana peneliti dapat memperoleh data atau informasi yang diperlukan
dan berkaitan dengan permasalahan penelitian.
2. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan di mulai pada bulan Februari 2020 sampai
dengan Juni 2020 Tahun pelajaran 2019/2020.
B. Metode Penelitian
Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian dengan
pendekatan kualitatif, dimana penelitian kualitatif adalah penelitian yang
berangkat dari inkuari naturalistic yang temuan – temuannya tidak diperoleh
dari prosedur perhitungan secara statistik. Penelitian kualitatif dapat memberi
rincian yang kompleks tentang penomena yang sulit diungkapkan oleh
metode kuantitatif.1 dan metode yang digunakan dalam penulisan penelitian
ini adalah metode deskriptif. Yaitu penulisan yang bermaksud
menggambarkan menggambarkan tentang suatu variable, gejala atau keadaan
apa adanya, dan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu.2
Menurut Bogdan dan Taylor menyatakan bahwa metode kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang mengahsilkan data-data deskriptif yang berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari oang-orang dan perilaku yang diamati.3
h.22
234
hal. 4
1 Basrawi dan Suandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008),
2 Suharsimi Arikunto, Menejemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), cet. 10, h.
3 Lexi J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),
34
35
Maka Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif, yaitu metode penelitian yang berusaha menyajikan data-
data fakta yang berkaitan dengan bagaimana pendidikan karakter ditanamkan
sebagai pembentuk akhlak siswa dengan cara mengamati dan mewawancarai
pihak-pihak yang berkaitan. Penulis menggambarkan secara detail bagaimana
kondisi sekolah, situasi yang terjadi di lingkungan sekolah dan menarik suatu
keadaan yang menjadi ciri dan karakter sekolah tersebut.
C. Sumber Data
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian merupakan
informasi dari data – data yang telah diperoleh penulis dari hasil
wawancara dengan beberapa narasumber, foto dan hasil dokumentasi.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
journal ilmiah terkait tentang hasil penelitian, kamus, serta buku – buku
penunjang terkait teori – teori yang ada.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan data yang diperoleh maka peniliti memakai beberapa
prosedur, antara lain:
1. Wawancara
Wawancara sebagai proses tanya jawab lisan, dimana dua orang
atau lebih berhadap-hadapan secara fisik yang satu menghadap yang lain
dan mendengarkan suaranya.4 Peneliti mewawancarai pihak-pihak yang
terkait dalam penelitian ini, seperti Kepala sekolah, siswa, pihak-pihak lain
yang memang diperlukan dan terutama guru pendidikan agama islam yang
ada di SMP PGRI 1 Ciputat. Wawancara yang digunakan juga merupakan
wawancara secara terstruktur, penulis telah menyiapkan beberapa
pertanyaan kepada narasumber sehingga proses pertanyaan akan terarah
4 Hadi Strurisno, Metodologi Research, jilid 2, (Yogyakarta: Adi Offset, 2002) h. 192
36
dengan baik. Proses wawancara ini juga dibantu dengan menggunakan alat
perekam suara dari ponsel.
Wawancara dilakukan di ruang staff pimpinan serta perpustakaan
sekolah. Pada saat wawancara inilah penulis menggali lebih dalam tentang
informasi melalui pertanyaan – pertanyaan yang telah disiapkan, sesuai
dengan rumusan masalah terkait dengan bagaimana pendidikan karakter di
SMP PGRI 1 Ciputat ditanamkan. Maka dengan proses wawancara
tersebut diharapkan dapat mendapatkan memperoleh keterangan dari
responden sesuai dengan tujuan penelitian.
2. Observasi
Metode observasi bisa dikatakan sebagai pengamatan dan
pencatatan sebagai sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki, dalam
arti yang luas, observasi tidak hanya terbatas pada pengamatan yang
dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.5
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data-data dengan jelas
menjadi partisiapan secara langsung dan sistematis terhadap obyek yang
diteliti, dengan cara mendatangi langsung lokasi penelitian yaitu SMP
PGRI 1 Ciputat. Selama observasi peneliti akan mengamati kegiatan yang
berhubungan dengan peran guru pendidikan agama islam dalam
penanaman pendidikan karakter yang ada di SMP PGRI 1 Ciputat serta
mencatat hasil pengamatan tersebut sebagai bahan atau sumber data yang
digunakan oleh peniliti.
3. Dokumentasi
Sukandarrumidi Mengatakan, “Dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen dapat berupa catatan pribadi, surat pribadi,
laporan kerja, notulen rapat, catatan khusus, foto, video, karya-karya
monumental dan lain sebagainya”.6
5 Hadi Strurisno, Metodologi Research, h. 136 6 Sukandarrumidi,Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press
2012), h. 44
37
Studi dokumen merupakan teknik pengumpulan data kualitatif,
sejumlah data dan fakta tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi. Sebagian besar data berbentuk surat, catatan harian, arsip
foto, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data ini mempunyai sifat tak terbatas
ruang dan waktu sehingga bisa digunakan untuk menggali informasi yang
terjadi di masa silam.7
Teknik ini dilakukan untuk melangkapi data penelitian yang dilakukan
di SMP PGRI 1 Ciputat. Peneliti menggunakan untuk mendapatkan
struktur organisasi, kegiatan – kegiatan yang menyangkut sekolah, prestasi
dan lain – lain yang memberikan kelengkapan penelitian ini.
Teknik dokumentasi menjadi salah satu teknik penunjang validnya
suatu data penelitian, karena penilitian ini bersifat deskriptif kualitatif.
E. Keabsahan Data
1. Perpanjang Pengamatan
Dengan memperpanjang pengamatan berarti peneliti kembali ke
lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data
yang pernah ditemui maupun baru.8 Peneliti mengumpulkan data dengan
lebih dari satu kali kunjungan yang bertujuan untuk melengkapi data-data
yang dibutuhkan. Proses ini berguna untuk menguatkan data yang didapat
dalam penelitian.
2. Triangulasi Data
Dalam penelitian, setiap hal temuan harus di cek keabsahanya agar hasil
penelitiannya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan dapat
dibuktikan keabsahannya. Untuk pengecekan temuan ini maka teknik yang
dipakai adalah triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan dan yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan
7 John W. Creswell, Education Research (Planning,Conducting, and Evaluating
Quantitative and Qualitative Research), (Boston: Pearson Education, 2012), Forth edition, pp. 33 8 Sugiono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung : Alfabeta, 2013),
h. 366
38
atau sebagai pembanding terhadap data itu.9 Maka dengan cara triangulasi
ini peneliti membandingkan kebenaran suatu fenomena berdasarkan data
yang diperoleh oleh peneliti, dalam hal ini menggunakan observasi
lapangan yang didukung dengan pengecekan melalui wawancara dan
dokumentasi.
F. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi.
Berikut adalah aktifitas yang dilakukan pada saat analisis data sebagai
berikut:
1. Reduksi Data
Penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang
diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis.
Dikarenakan data yang di dapat di lapangan cukup banyak maka
penulis mrnggunakan alat bantu untuk menyimpan atau mencatat data
selama penelitian. Pada saat wawancara penulis menggunakan ponsel
untuk merekam data hasil wawancara lalu mencatat garis besar
kesimpulan dan menyeluruh dari data yang diperoleh.
2. Penyajian Data
Sebelum melakukan pembahasan penelitian. Penulis mencoba
menjabarkan data hasil wawancara dan observasi dengan teks naratif
agar lebih mudah dipahami dan dikaitkan dengan teori yang dijadikan
landasan berpikir.
3. Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini merupakan gambaran umum yang
didapat dari penelitian yang telah dilakukan. Sebuah konsep dan
temuan baru yang menjawab rumusan masalah yang telah diuraikan
dimuka.
9 Lexi J Moleong, h, 178
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Profil SMP PGRI 1 Ciputat
Nama Sekolah : SMP PGRI 1 Ciputat
NPSN 20603566
Status Akreditas : A
Alamat Lengkap : Jl. Pendidikan No. 30 Rt 001/006 Ciputat,
Kota Tangerang Selatan
Kode Pos 15411
No. Telpon 021 7409827
Alamat Email : [email protected]
Website : http://www.smppgri1ciputat.sch.id
Luas Tanah : 2945 m2
Status Sekolah : Swasta
Waktu Penyelenggaraan : Pagi
Tempat Penyelenggaraan : Sekolah sendiri
2. Sejarah Singkat Sekolah
SMP PGRI 1 Ciputat beralamat di jalan Pendidikan No.30 Ciputat.
Pada awalnya lulusan sekolah dasar atau sederajat yang berada di
limgkungan ciputat yang akan melanjutkan ke SMP Negeri atau umum
sebagian besar harus ke wilayah DKI Jakarta, terutama wilayah Jakarta
Selatan. Sedangkan, pada waktu itu di kecamatan ciputat SMP yang ada
baru SMP Swasta, yaitu SMP Muhammadiyah 17 dan SMP Islamiyah, dan
Madrasah Pembangunan IAIN Jakarta.
Dengan didorong semangat yang luhur guru-guru SMP Negeri 87
Jakarta (Pondok Pinang yang di Pelopori oleh Bapak Drs. Sukandi
Kuswara, Bapak Ahmad Mursyid, B.A dan S. Danuwardoyo serta Bapak
R.H Sakri Gandadipura (Kepala Sekolah kelas pembangunan), beliau
39
40
berempat sepakat untuk mendirikan Sekolah Menengah Pertama Persiapan
(SMPP) pada tahun 1975 yang selanjutnya berubah menjadi Sekolah
Menengah Pertama Persatuan Guru Republik Indonesia (SMP PGRI
Ciputat) dengan kepala sekolah pertama yaitu Bapak R.A Sakri Gandipura
dan diresmikan pada tanggal 1 Januari 1975.
Untuk pertama kali (1975) jumlah murid yang diterima di SMP
PGRI 1 Ciputat berjumlah kurang lebih 25 orang dan pada pertengahan
tahun bertambah 10 orang menjadi 35 orang. Kemudian pada tahun 1976
kelas I 58 orang, kelas II 39 orang. Pada tahun 1977 kelas I 107 orang
kelas II 56 orang dan kelas III 38 orang.
Pada tahun 1979 pendiri SMP PGRI 1 Ciputat mendapat izin dari
kantor wilayah DEPDIKBUD Jakarta Raya dengan nomor izin : 329/1/01-
4/R-4/79 tertanggal 29 maret 1979, dan pada tanggal 18 maret 1982
mendapat izin operasi dari Yayasan Lembaga Pendidikan Persatuan Guru
Republik Indonesia dengan izin nomor : 097.YPLP-PGRI/VKpt/1982
tertanggal : 18 mei 1982 dan kemudian izin dari kanwil tersebut
mengalami perubahan yakni dari Kanwil DEPDIKBUT DKU Jakarta Raya
dengan nomor : 210/I.02/Kep?E/1983 tertanggal, 5 Januari 1983.
Kemudian status Sekolah Menengah Pertama Guru Republik Indonesia
(SMP PGRI 1 Ciputat) telah berstatus “DIAKUI” dengan surat Keputusan
Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah dengan nomor : 02.0075
tanggal 25 Februari 1986 dengan nomor statistic Sekolah nomor :
204020417055. Pada Tahun 1992 Status SMP PGRI 1 Ciputat berubah
dari DIAKUI menjadi DISAMAKAN dengan Nomor :
876/I.02/Kep/I/1982 dan diakreditasi Ulang pada tahun 1999 dengan
Nomor : 16581a/I.02/Kep/1999, pada November 2004 kemudian
diakreditasi dengan Keputusan Badan Akreditasi Sekolah (BAS) Daerah
Kabupaten Tangerang Nomor : 008/BASDA/KAB-TNG/2004 tertanggal
29 Desember 2004, status sekolah menjadi terakreditasi A sampai
sekarang.
41
3. Visi dan Misi
a. Visi
Menjadi sekolah keunggulan yang didasari oleh IMTAQ dan IPTEK,
serta berwawasan lingkungan budaya.
b. Misi
1) Menyiapkan generasi muda yang menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, dengan landasan iman dan taqwa.
2) Meningkatkan pengetahuan, bakat dan minat peserta didik yang
cerdas, mandiri, terampil dan budi luhur.
3) Menjadikan lulusan sebagai calon pemimpin masa depan yang
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Guru dan Tenaga Kependidikan
Tabel 4.1
Daftar Nama Guru dan Karyawan SMP PGRI 1 Ciputat
No Nama Pend Jabatan
1 Ade Imaniah, S,Pd S1 Guru Mapel
2 Buyung Tarmizi, S.Pd S1 Guru Mapel
3 Cartam, S.Pd, M.Pd S2 Kepala Sekolah
4 Dasyati, S.Pd S1 Guru Mapel
5 Dedi Suryadi, M.Pd S2 Guru Mapel
6 Edi SMA /
sederajat
Tenaga Administrasi
Sekolah
7 Eko Purwanto Paket C Petugas Keamanan
8 Eti Hernawati, S.Pd S1 Guru Mapel
9 Even Afriansyah, S.Pd S1 Guru Mapel
10 Gunawan, M.M.Pd S2 Guru Mapel
11 Hardomo, S.Pd S1 Guru Mapel
42
12 Hasanah, S.Pd S1 Guru Mapel
13 Hj. Nurwati, S.Pd S1 Guru Mapel
14 Icih Cicih, S.Pd S1 Tenaga Administrasi
Sekolah
15 Idjah, S.Pd S1 Guru BK
16 Indy Maharani, S.H, S.Pd S1 Guru Mapel
17 Jumbadi, S.E S1 Guru Mapel
18 Kiswadi, S.Pd S1 Guru Kelas
19 Kiwa, S. Hut S1 Guru Mapel
20 Komariah, M.M.Pd S2 Guru Mapel
21 Kono Sukana, S.Pd, MM S2 Guru Mapel
22 Lala Radin Sanjaya SMA /
sederajat
Tenaga Administrasi
Sekolah
23 Lilis Kristiani, S.Pd S1 Guru Mapel
24 Muhamad Alim SMA /
sederajat
Tenaga Administrasi
Sekolah
25 Muhammad Syarifuddin, S.Pd
S1 Guru Mapel
25 Muhammad Tarigan SMA /
sederajat
Tenaga Administrasi
Sekolah
27 Mujeni SMP /
sederajat
Petugas Keamanan
28 Mulyadi, S.Pd S1 Guru Mapel
29 Nani Mulyani, S.Pd S1 Guru Mapel
30 Nurjanah, S.Pd S1 Guru Mapel
31 Nursiwan, S.Pd S1 Guru Mapel
32 Pendi, S.Pd S1 Guru TIK
43
33 Peri Rijaludin Khawas, S.Pd
S1 Guru Mapel
34 Rasmini SMA /
sederajat
Tenaga Administrasi
Sekolah
35 Refniwati, S.pd. M.Pd S2 Guru Mapel
36 RIYANTI SD /
sederajat
Pesuruh/Office Boy
37 Rohaeti Paket B Pesuruh/Office Boy
38 Salpi SMA /
sederajat
Tenaga Perpustakaan
39 Samsudin SD /
sederajat
Penjaga Sekolah
40 Septa Azes Ardiyanto SMA /
sederajat
Pesuruh/Office Boy
41 Subarkah Bayu Aji, S.Pd S1 Guru Mapel
42 Sudarmilah, S.Pd S1 Guru Mapel
43 Sumarti, S.Pd S1 Guru Mapel
44 Surati, M.Pd S2 Guru Mapel
45 Suteja Tri Purbo Adi Nur Cahyo, S.Pd
S1 Guru Mapel
46 Tarso Sutarsono, S.Pd S1 Guru Mapel
47 Taufik Hidayat SMA /
sederajat
Tenaga Administrasi
Sekolah
48 Teti Rohaeti SMA /
sederajat
Tenaga Perpustakaan
49 Tri Lestari SMA /
sederajat
Tenaga Administrasi
Sekolah
50 Ucu Lestari SD /
sederajat
Penjaga Sekolah
44
51 Wawang Ukawan SMA /
sederajat
Guru Mapel
52 Yayat Ruhiyat SD /
sederajat
Petugas Keamanan
Terwujudnya proses pembelajaran dalam suatu pendidikan
ditentukan oleh peran serta karyawan. Kelancaran dan kebutuhan
pendidikan tidak lepas dari administrasi yang baik, teratur serta terencana.
Pegawai pada unit pelaksanaan teknis SMP PGRI 1 Ciputat adalah
keseluruhan karyawan sekolah yang diantaranya tenaga administrasi
sekolah, tenaga perpustakaan, petugas keamanan dan pesuruh (officce
boy).
5. Jumlah Siswa
Siswa merupakan salah satu komponen sekolah yang sangat
penting. Siswa di SMP PGRI 1 Ciputat berjumlah 835 siswa. Hal ini
membuktikan antusisas masyarakat yang cukup tinggi untuk
menyekolahkan anaknya di SMP PGRI 1 Ciputat. Adapun jumlah siswa di
SMP PGRI 1 Ciputat, yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.2
Data Siswa SMP PGRI 1 Ciputat
No Nama Rombel Tingkat Kelas Jumlah Siswa
L P Total
1 IX-1 9 20 15 35
2 IX-2 9 19 16 35
3 IX-3 9 17 18 35
4 IX-4 9 19 15 34
5 IX-5 9 18 18 36
6 IX-6 9 13 21 34
7 IX-7 9 18 17 35
8 IX-8 9 17 16 33
9 VII-1 7 18 16 34
10 VII-2 7 16 17 33
11 VII-3 7 16 15 31
45
12 VII-4 7 15 15 30
13 VII-5 7 16 16 32
14 VII-6 7 18 17 35
15 VII-7 7 16 16 32
16 VII-8 7 20 16 36
17 VIII-1 8 19 20 39
18 VIII-2 8 17 22 39
19 VIII-3 8 19 20 39
20 VIII-4 8 19 20 39
21 VIII-5 8 21 18 39
22 VIII-6 8 20 17 37
23 VIII-7 8 19 17 36
24 VIII-8 8 17 19 36
6. Sarana dan Prasarana
Dari hasil tinjauan proses belajar mengajar tidak terlepas dari
sarana maupun fasilitas yang mendukung proses belajar mengajar tersebut,
adapun sarana dan prasana yang dimiliki oleh SMP PGRI 1 Ciputat yaitu:
Tabel 4.3
Sarana SMP PGRI 1 Ciputat
No
Jenis Sarana
Letak Jumlah
1
Lemari Ruang Gudang Lab Komputer
1
2
Mesin Ketik Ruang Gudang Lab Komputer
2
3
Komputer Ruang Gudang Lab Komputer
8
4
Printer Ruang Gudang Lab Komputer
1
5
Proyektor Ruang Gudang Lab Komputer
3
6
Lemari
Ruang BP/ BK 2
7 Tempat Sampah Ruang BP/ BK 1
8
Kursi Kerja
Ruang BP/ BK 3
9
Meja Kerja / sirkulasi
Ruang BP/ BK 2
46
10
Papan pengumuman
Ruang BP/ BK 1
11 Kursi dan Meja Tamu
Ruang BP/ BK 1
12
Simbol Kenegaraan
Ruang BP/ BK 1
13 Catatan Kesehatan Siswa
Ruang BP/ BK 1
14
Meja Siswa
Ruang Kelas 552
15 Kursi Siswa Ruang Kelas 552
16
Meja Guru
Ruang Kelas 1
17
Kursi Guru
Ruang Kelas 1
18
Papan Tulis
Ruang Kelas 1
19
Papan Tulis
Ruang Kelas 1
20
Lemari
Ruang Kelas 1
21 Tempat Sampah Ruang Kelas 24
22
Jam Dinding
Ruang Kelas 24
23
Papan pengumuman
Ruang Kelas 24
24
Simbol Kenegaraan
Ruang Kelas 24
25
Lemari
Ruang Dapur / Makan 2
26
Tempat Sampah
Ruang Dapur / Makan 2
27 Tempat cuci tangan Ruang Dapur / Makan 1
28
Jam Dinding
Ruang Dapur / Makan 1
29
Tempat Air (Bak)
Ruang Dapur / Makan 2
30
Gayung
Ruang Dapur / Makan 2
31
Lainnya
Ruang Dapur / Makan 3
32
Meja Siswa Ruang Laboratorium IPA
8
33
Meja Siswa Ruang Laboratorium IPA
23
47
34
Kursi Siswa Ruang Laboratorium IPA
46
35
Meja Guru Ruang Laboratorium IPA
1
36
Kursi Guru Ruang Laboratorium IPA
1
37
Lemari Ruang Laboratorium IPA
2
38
Tempat Sampah Ruang Laboratorium IPA
2
39
Tempat cuci tangan Ruang Laboratorium IPA
3
40
Jam Dinding Ruang Laboratorium IPA
1
41
Simbol Kenegaraan Ruang Laboratorium IPA
1
42
Perlengkapan P3K Ruang Laboratorium IPA
1
43
Tensimeter Ruang Laboratorium IPA
1
44
Termometer Badan Ruang Laboratorium IPA
12
45
Timbangan Badan Ruang Laboratorium IPA
1
46
Kloset Jongkok Ruang Laboratorium IPA
1
47
Tempat Air (Bak) Ruang Laboratorium IPA
3
48
Gayung Ruang Laboratorium IPA
3
49
Lainnya Ruang Laboratorium IPA
4
48
Tabel 4.4
Prasarana SMP PGRI 1 Ciputat
No Nama Prasarana Panjang Lebar
1 Ruang Tata Laksana 10.5 8.5
2 Ruang / WC Putri 1.8 1.8
3 Ruang BP/ BK 7.5 2.8
4 Ruang Dapur / Makan 8.5 8.1
5 Ruang Gudang Lab Komputer 1 8.2
6 Ruang Guru 7.5 11.5
7 Ruang ibadah / Mushola 7.2 6.5
8 Ruang Kantin 12 3.3
9 Ruang Kelas IX-1 8.2 7.3
10 Ruang Kepala Sekolah 7.1 5.5
11 Ruang Kesenian 7.6 7.1
12 Ruang Koperasi/ Toko 11.3 2.4
13 Ruang Laboratorium IPA 8.2 10
14 Ruang Laboratorium Komputer 7.2 8.2
15 Ruang Laboratorium Multimedia 8.3 8
16 Ruang OSIS 7.2 1.7
17 Ruang Perpustakaan 7 15
18 Ruang Staf Pimpinan 7.5 4.7
19 Ruang Tata Busana 5.5 3
20 Ruang Tata Usaha 7.65 7.1
21 Ruang Toilet / WC Putri 2.6 2.6
22 Ruang Toilet WC Putra 10.3 1.35
23 Ruang UKS 7.5 2.8
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa keadaan sarana
dan prasarana di SMP PGRI 1 Ciputat sudah cukup lengkap. Dengan
tersedianya sarana dan prasarana yang lengkap akan memudahkan proses
belajar dan mengajar di sekolah, siswa pun akan bersemangat dalam
belajar.
49
B. Deskripsi dan Analisis Data
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa narasumber yang
dilengkapi dengan hasil observasi dan studi dokumen, maka hasil penelitian
diperoleh sebagai berikut:
1. Pelaksanaan program pendidikan karakter
Pelaksanaan program pendidikan karakter yang ada di SMP PGRI
1 Ciputat dilaksanakan setiap hari, selama berlangsungnya proses belajar
mengajar. Dalam arti lain Pemendidikan karakter adalah kegiatan yang
terprogram yang dijalankan di sekolah SMP PGRI1 Ciputat. Karena
pendidikan karakter merupakan amanat kurikulum 2013 yang diterapkan.
Akan tetapi, para guru di SMP PGRI 1 Ciputat tidak hanya menjalankan
program tersebut secara terprogram, juga menjalankan pendidikan karakter
yang tidak terprogram.
a. Kegiatan terprogram
kegiatan terprogram adalah kegiatan yang sudah dijadikan acuan
oleh guru untuk diimplementasikan selama proses belajar mengajar.
Adapun proses program tersebut mengacu pada proses penilaian yang
terdapat pada RPP kurikulum 2013, dimana penilaian tersebut
mengacu pada 18 indikator penilaian karakter, diantaranya;
1) Nilai karakter religius
Nilai karakter ini bersifat agamis yang ada dalam diri seseorang
terkait tentang nilai-nilai keislaman. Dari hasil penelitian dan
wawancara yang telah dilakukan, adanya penyambutan siswa dan
siswa setiap pagi oleh para guru di depan gerbang sekolah,
melakukan 5S senyum, salam, sapa, sopan, dan santun, berdoa
sebelum dan sesudah belajar, membaca asmaul husna sebelum
memulai pelajaran, membaca bacaan sholat dan surat-surat pendek,
sholat berjamaah di masjid, memperingati perayaan hari besar
50
islam seperti maulid nabi, serta mengikuti lomba-lomba yang
diadakan di sekolah maupun MGMP.1
2) Nilai karakter jujur
Kesesuaian antara perkataan dan perbuatan. Mengacu pada
kurikulum 2013 penilaian belajar dilihat dari kognitif, afektif dan
psikomotorik. Membiasakan siswa tidak mencontek pada saat
ulangan, berkata jujur kepada siapapun baik guru, siswa, maupun
orang tua. Melaporkan kepada petugas piket guru apabila
menemukan barang yang hilang.2
3) Nilai karakter toleransi
Sikap menghargai pendapat, sikap maupun prilaku baik dari
segi agama maupun sosial. Adanya saling menghargai ketika
bertukar pendapat atau diskusi saat pembelajaran di dalam kelas.3
4) Nilai karakter disiplin
Mentaati peraturan yang sudah berlaku. Contoh secara
langsung yang diberikan guru PAI adalah datang tepat waktu saat
akan melakukan pembelajaran di dalam kelas, disiplin dalam
berpakaian, sholat berjamaah, serta dalam pengerjaan tugas sesuai
batas waktu yang telah diberikan.
5) Nilai karakter bertanggung jawab
Kesadaran diri terhadap tingkah laku maupun perbuatan,
guru PAI memberikan tanggung jawab terkait tugas-tugas dalam
pembelajaran.
1 Hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, Bapak Kono Sukana
02 Juni 2020 2 Hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang kurikulum, Bapak Kiwa, Selasa
02 Juni 2020 3 Hasil observasi tidak terstrukur pada hari jumat, 28 Januari 2020
51
6) Nilai karakter mandiri
Melakukan sesuatu tanpa bergantung kepada orang lain.
Guru PAI melakukan pembelajran aktif berdasarkan kurikulum
2013 dimana siswa harus mencari, berdiskusi serta mengerjakan
tugas dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing.
7) Nilai karakter demokrasi
Memperhatikan kebebasan yang dimiliki oleh setiap orang.
Guru PAI memberikan kesempatan dan kebebasan dalam bertanya
maupun mengemukakan pendapatnya pada saat proses belajar
mengajar.
8) Nilai karakter kreatif
Guru PAI melaksanakan pembelajaran yang menarik yang
memicu kreatifitas siswa dalam pembelajaran sehingga bakat yang
dimiliki siswa dalapat berkembang.
9) Nilai karakter rasa ingin tahu
Keinginan untuk mengetahui sesuatu. Guru PAI
menyampaikan pelajaran dengan jelas, siswa bertanya terkait
materi materi yang disampaikan.
10) Nilai karakter semangat kebangsaan
Menumbuhkan rasa semangat untuk bangsa, dalam hal ini
sikap dilakukan oleh semua guru, terutama pada saat pelaksanaan
upacara setiap hari senin.
11) Nilai karakter cinta tanah air
Kecintaan seseorang terhadap tanah airnya. Guru PAI
menanamkan rasa cinta pada sesama umat islam dan negara dalam
diri siswa baik dalam bahasa, budaya maupun lingkungan.
12) Nilai karakter menghargai prestasi
Mengadakan penilaian dalam pembelajaran, memberikan
pujian, serta memberikan apresiasi kepada para siswa ketika
mengikuti lomba maupun kegiatan-kegiatan yang bersifat positif.
52
13) Nilai karakter percaya diri
Keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki, pada
dasarnya guru PAI memberikan tanggung jawab dalam melakukan
suatu kegiatan pembelajaran seperti presentasi atau bakat membaca
al-quran atau ceramah.
14) Nilai karakter perduli
Menunjukkan sikap perduli kepada orang lain maupun
lingkungan, siswa saling membantu apabila ada siswa yang
membutuhkan pertolongan, serta membuang sampah pada
tempatnya, dan menjaga kebersihan kelas sebelum maupun sesudah
pembelajaran.
15) Nilai karakter gigih atau pantang menyerah
Siswa mengikuti proses pembelajaran dengan sungguh-
sungguh, mengikuti perlombaan yang dilaksanakan pada
pelaksanaan perayaan hari besar islam ataupun O2SN PAI yang
dilaksanakan oleh MGMP.
16) Nilai karakter tegas
Guru PAI memberikan arahan terhadap sikap yang
diperlukan dalam pergaulan, agar siswa mampu mebedakan mana
yang benar dan mana yang keliru.
17) Nilai karakter bersahabat
Menanamkan rasa saling menyayangi kepada sesama
manusia, sehingga tercipta lingkungan dan komunikasi yang baik
antara guru maupun siswa.
18) Nilai karakter gemar membaca
Pembiasaan dalam membaca asmaul husna dan surat – surat
pendek sebelum memulai pembelajaran. Adanya budaya literasi
yang dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran. Guru PAI
53
mengajak siswa membaca buku diperpustakaan terkait
pembelajaran.4
19) Nilai karakter cinta damai
Siswa bersikap, berkata, dan berprilaku dengan baik kepada
siapapun baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan
sekolah.
b. Kegiatan tidak terprogram
Kegiatan tidak terprogram adalah kegiatan yang tidak ada didalam
kurikulum 2013. Akan tetapi kegiatan tidak terprogram ini menjadi
salah satu metode pembelajaran yang digunakan oleh para guru
khususnya guru agama islam sebagai bagian dari ikhtiar menamamkan
pendidikan karakter kepada para murid. Kegiatan tidak terprogram
tersebut adalah:
1) ROHIS
ROHIS yang ada di SMP PGRI 1 Ciputat adalah salah satu
sarana yang digunakan untuk pembentukan karakter oleh guru PAI
terhadap siswa. Diharapkan dengan adanya kegiatan rohis para
siswa tidak hanya pandai secara intelektual akan tetapi pandai
secara emosional dengan menanamkan nilai-nilai agama kepada
setiap siswa. Adapun kegiatan rohis di SMP PGRI 1 Ciputat yang
dilaksanakan oleh para siswa seuai arahan guru pendidikan agama
islam yaitu mendidik siswa agar tampil secara percaya diri, dengan
menampilkan kemampuan yang dimilki seperti ceramah
keagamaan dan membaca al-quran serta adanya rasa tanggung
jawab terhadap apa yang akan dihadapi oleh para siswa. Karena
yang diharapkan oleh para guru PAI kepada siswa tidak hanya
bersifat individual akan tetapi secara sosial.
4 Hasil wawancara dengan guru PAI, Bapak Feri, Senin 24 februari 2020
54
2) BTQ
BTQ atau biasa yang disebut dengan baca tulis quran
merupakan kegiatan yang diikuti oleh para siswa dalam menunjang
kemampuan membaca dan menulis al-quran sebagai kitab suci
agama islam. Sebelum pembelajaran BTQ dimulai, para siswa
diharapkan mengahafal ayat-ayat al quran yang ditugaskan pada
minggu sebelumnya. SMP PGRI 1 Ciputat diharapkan tidak hanya
unggul dalam ilmu umum tetapi juga bisa unggul dalam bidang
keagamaan.
2. Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pendidikan Karakter di
SMP PGRI 1 Ciputat
Seperti sudah dijelaskan pada pada pembahasan sebelumnya,
peran guru dalam dunia pendidikan begitu sangat pokok. Sebab
gurulah yang menjadi sumber pengetahuan yang akan didapatkan para
siswa. Dari gurulah nilai dan pengetahuan (ilmu) di transfer kepada
siswanya melalui kegiatan belajar mengajar. Peran guru menjadi
faktor penentu yang begitu sangat urgent dalam dunia pendidikan.
Tidak terkecuali yang dilakukan di SMP PGRI 1 Ciputat.
Peran guru dalam proses pembelajaran begitu sangat komplek.
Perannya tidak hanya sekedar memberikan pengatahuan kepada siswa
melalui buku-buku pelajaran yang telah tersedia sebagaimana yang
telah diatur oleh kurikulum. Akan tetapi guru harus menjadi contoh,
teladan bagi para siswa agar pendidikan karakter yang ditanamkan
kepada siswa bisa terlaksana dan berhasil penerapannya. Guru tidak
hanya sekedaar memberikan pelajaran secara teori tetapi juga harus
dengan praktek. Sebagai contoh, ketika guru hendak mengajarkan
sikap pemaaf, jujur, ramah dan sifat-sifat baik lainnya, maka yang
pertama dan paling utama yang harus diajarkan adalah semua sifat itu
harus melakat pada pribadi seorang guru dan menjadi contoh kepada
para siswa untuk ditiru. Sebagaimana dengan slogan bahwa guru itu
55
harus digugu dan ditiru yang memiliki dasar falsafah yang mendalam
bagi seorang guru.
Guru pendidikan agama Islam, ketika hendak mengajarkan
tentang pendidikan karakter seperti sifat pemaaf, jujur, keutamaan
Solat, dan Iman kepada Allah dan para Nabi, itu tidak hanya sekedar
menerangkan secara teoritis prihal pembelajaran tersebut. Selain guru
PAI menjadikan dirinya contoh pemaaf, jujur dan beriman pada Allah
dan Rasul-Nya. Para guru PAI juga mengadakan praktek lanngsung
yang harus di ikuti oleh para siswa, yakni seperti yang diterangkan
pada pmbahasan diatas yaitu dengan mengadakan BTQ dan ROHIS.
Dimana dalam kegiatan itu, diaharapkan bisa menanamkan dengan
mudah pendidikan karakter kepada para siswa yang mnejadi tujuan
utama dari pendidikan.
Bila diklasifikasikan mengenai peran guru dalam proses
pmebelajaran, penulis bisa membaginya kepada beberapa bagian.
Daintaranya.
1. Informator
Sebagai seorang informan, guru sebisa mungkin harus
memberikan informasi yang baik dan juga efektif mengenai
pengetahuan yang terprogram dan yang tidak terprogram. Serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus selalu
disampaikan kepada para siswa. Tujuannya, supaya para siswa
tidak ketinggalan dalam pemanfaatan teknologi dan tentunya
adalah ilmu pengetahuan.
Guru pendidikan agama islam di PGRI 1 Ciputat yang
menjadi sumber pengetahuan khususnya ilmu agama islam,
menyalurkan pengetahuan tentang ilmu-ilmu agama yang
diketahui oleh seorang guru kepada para siswa. Dengan demikian,
apa yang guru ketahui tentang pengetahuan dalam bidang agama
juga diketahui oleh para siswa.
56
2. Fasilitator
Guru sebagai fasilitator harusnya bisa menyediakan fasilitas
yang memudahkan para siswa dapat belajar dengan baik dan
nyaman. Fasilitas yang ada bukan hanya terpaku pada fasilitas
yang sifatnya berupa fisik, seperti ruang kelas atau alat belajar
yang lengkap, laboratorium komputer, perpustakaan, Fasilitas yang
lebih penting adalah fasilitas yang sifatnya psikis. Fasilitas pisikis
yang harus disediakan oleh seorang guru di PGRI 1 Ciputat adalah
bagaimana proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan
membuat para siswa semangat dan termotivasi buat belajar.
Hubungan harmonis antara guru Pendidikan Agama Islam dan
siswa tercipta dengan baik saat proses pembelajaran berlangsung.
Sehingga kelancaran dan penyerapan ilmu pengetahuan dan
khuisusnya pendidikan karakter bisa dengan mudah diterima dan
dicerna oleh para siswa.
3. Mediator
Peran guru sebagai mediator hendaknya memiliki
pengetahuan dan juga pemahaman yang cukup dalam hal penyedia
media pendidikan. Karena media pendidikan adalah alat
komunikasi yang memudahkan dalam proses pembelajaran dan
akan lebih efektif. Sehingga para siswa bisa dengan cepat
mengusasi dan tidak merasa kesulitan untuk menerima materi yang
diajarkan atau yang disampaikan oleh guru.
Peran guru agama di SMP PGRI 1 Ciputat dalam
menanamkan pendidikan karakter dan perannya sebagai seorang
mediator tidak hanya sekedar penyedia alat bantu belajar. Akan
tetapi proses belajarnya tidak monoton begitu saja, pembelajaran
didalam kelas lebih berfariatif.5
5 Hasil wawancara dengan guru PAI, Bapak Feri, Senin 24 februari 2020
57
4. Demonstrartor
Proses belajar yang diwarnai dengan kreasi metode
pembelajaran oleh guru PAI di SMP PGRI 1 Ciputat harus selalu
ditingkatkan. Tujuannya, agar para siswa tidak cepat merasa jenuh,
bosan dan malas ketika proses belajar mengajar berlangsung.
Kemampuan guru untuk memeragakan segala sesuatu harus yang
membuat para siswa cepat paham dan mengerti. Dalam arti lain,
sebagai seorang demonstrator, guru PAI lebih menekankan kepada
contoh-contoh yang bisa ditunjukkan secara langsung sesuai
dengan materi pelajaran yang ia jelaskan kepada para siswa.
Sebagai contoh, ketika guru PAI menanamkan sifat jujur,
pemaaf dan bersikap ramah, langsung di peragakan oleh guru PAI
di SMP PGRI 1 Ciputat kepada para siswa ataupun kepada para
guru di sekolahan. Sehingga pemeragaan seperti ini secara tidak
langsung memeraktekkan kepada para siswa bahwa sifat demikian
itu bila di praktekkan itu seperti yang mereka lihat tidak hanya
sekedar arti dari definisi dari sikap-sikap yang diajarkan.
5. Evaluator
Setelah menjelaskan semua materi pelajaran kepada para
siswa, seorang guru dalam satu waktu harus melakukan evaluasi.
Guru di SMP PGRI 1 Ciputat perannya sebagai seorang evaluator
harus benar-benar dijalankan dengan baik. Hal ini dimaksudkan,
apakah proses pembelajaran yang selama ini berlangsung dengan
baik, apakah para siswa merasa senang, mengerti, dan paham,
bukan hanya dalam tataran teori tapi juga praktek.
Semua pertanyaan-pertanyaan itu akan terjawab dengan
melakukan evaluasi. Dengan adanya ujian, dapat diketahui dari nilai
apakah para siswa paham setiap materi yang diajarkan. Jika rata-rata
nilai para siswa bagus artinya proses pembelajaran dikelas berhasil.
Jika nilai kebanyakan para siswa itu jelek artinya, ada suatu persoalan
di dalam kelas yang harus diketahui sebabnya dan guru harus merubah
58
metoda pembelajaran yang selama ini dia terapkan. Evaluasi yang
dilakukan adalah dengan melihat laporan penilaian yang terus
dievaluasi setelah proses belajar selesai, dengan menggunakan rubrik
penilaian yang disesuaikan di rencanan proses pembelajaran.
3. Hambatan dalam pembentukan pendidikan karakter
Penanaman pendidikan karakter kepada para siswa di SMP
PGRI 1 Ciputat memunyai beberapa kendala, kendala internal dan
kendala eksternal. Hambatan internalnya adalah ada pada guru sendiri.
Hambatan ini dianggap sebagai sesuatu yang penting dalam
penanaman pendidikan karakter. Karena sifat para guru kepada para
siswa tidak begitu tegas ketika para siswa melanggar aturan atau
melakukan perbuatan yang tidak baik. Karena sikap yang tidak tegas
itu menjadi alasan para siswa untuk mengulangi kesalahan yang sama.
Karena mereka menganggap, ketika hanya ditegur secara halus tidak
akan menjadi jera dan bahkan para siswa bisa mengulangi kesalahan
yang sama. Karena mereka mengaggap akan ditegur secara halus yang
tidak menimbulkan rasa jera.
Hambatan eksternal yang dirasakan oleh sekolah termasuk guru
PAI tidak memiliki perbedaan sama sekali. Faktor penghambat yang
utama dirasakan oleh para guru khususnya guru pendidikan agama
islam adalah faktor lingkungan dan keluarga. Pendidikan karakter
yang ditanamkan di sekolah tidak berkelanjutan atau berseusian
dengan apa yang dirasakan para siswa di rumah. Dengan demikian
penanaman karakter secara umum dan berbasis agamis secara khusus,
hanya terjadi di sekolah sedangkan dirumah dan lingkungannya tidak
didukung sama sekali. Sehingga hal tersebut menjadi persoalan yang
cukup pelik.
Para guru yang mestinya mudah menanamkan pendidikan
karakter ini bisa dengan mudah dan cepat ditangkap dan di
realisasikan oleh para siswa menjadi lambat karena faktor lingkungan
dan keluarga tidak mendukung sama sekali. Karena pembelajaran
59
pendidikan karakter itu harus dilaksanakan secara berulang-ulang dan
terus menerus bukan hanya terjadi di sekolah akan tetapi harus
dilaksanakan juga di runah ataupun di lingkungan dimana siswa
tersebut tinggal.6
Hasil penelitian mengacu pada wawancara, observasi dan dokumentasi.
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti antara lain, Wakil kepala sekolah bidang
Kurikulum, Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, dan Guru PAI. Observasi
yang dilakukan adalah melihat kegiatan guru mengajar di dalam kelas. Pendidikan
karakter yang dilaksanakan guru PAI di SMP PGRI 1 Ciputat adalah dengan cara
mencontohkan secara langsung kepada para siswa, pembiasaan ini diterapkan
langsung dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada saat proses belajar mengajar
yang berlangsung selama di sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Wakil kepala
sekolah bidang kurikulum, penerapan pelaksanaan nilai karakter kepada para
siswsa sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana siswa bersikap
sopan dan menghormati guru, adanya pembiasaan hafalan sebelum pelaksanaan
pembelajaran, sholat dzuhur berjamaah, dan pembiasaan ROHIS yang diadakan
setiap hari jumat. Upaya yang dilakukan oleh sekolah dalam meningkatkan
kualitas guru hususnya guru PAI adalah dengan mengikuti kegiatan MGMP
maupun workshop tentang kurikulim 2013, mengikuti seminar terkait pembuatan
silabus dan RPP, serta adanya supervisi yang dilakukan minimal 3 bulan, atau
setiap semester.7 Usaha tersebut diharapkan agar para guru PAI kemampuan
dalam pengelolaan kelas dan metode pengajatran yang efektif keepada para siswa,
agar proses pembelajaran penanamakan karakter bisa dilaksanakan dengan hasil
yang memuaskan.
6 Hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, Bapak Kono Sukana
02 Juni 2020
7 Hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang kurikulum, Bapak Kiwa, Selasa
02 Juni 2020
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian, penulis bisa menyimpulkan beberapa hal.
Diantaranya;
1. Peran guru dalam menanamkan pendidikan karakter di SMP PGRI 1
Ciputat sudah cukup berjalan dengan baik. Hal ini bisa dilihat dari peran
para guru PAI dalam menanamkan pendidikan karakter kepada para siswa
bukan hanya sekdar mengajar dan mentransfer ilmu sesuai dengan yang
tercantum dalam kurikulum. Para Guru PAI menjadikan diri mereka
contoh kepada para siswa untuk diteladani. Seperti contoh pemaaf, jujur,
baik dan ramah kepada teman dan kerabat. Selain dari pada itu, hal
terpenting dari tugasnya sebagai pengajar, seorang guru memunyai peran
sebagai, Informator, Fasilitator, Mediator, Demosntrator dan Evaluator.
Dengan demikian, peran untuk menanamkan pendidikan karakter kepada
para siswa bisa berjalan dengan baik. Selain titik sentral tauladan bagi
siswa, para Guru PAI dalam mendukung pelaksanaan pendidikan karakter
kepada siswa, diharuskan mengikuti kegiatan ROHIS dan BTQ. Karena
kedua program tersebut adalah ikhtiar para guru pendidikan agama islam
menanamkan karakter yang bersifat agamis bukan hanya dalam tataran
teori melainkan juga dalam tataran praktek.
2. Hambatan yang dialami oleh sekolah maupun guru PAI dalam penanaman
pendidikan karakter pada siswa adalah faktor lingkungan dan kelurga.
Penanaman pendidikan karakter di sekolah yang telah dijalankan sesuai
kemampuan para guru tidak didukung dengan baik oleh keluarga maupun
lingkungan. Karena kedua faktor tersebut merupakan faktor pendukung
yang sangat penting dengan apa yang diajarkan di sekolah.
60
61
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah diyraikan di atas, ada beberapa saran yang
bermanfaat untuk perbaikan di masa yang akan datang, khususnya dalam
pelaksanaan penanaman pendidikan karakter di SMP PGRI 1 Ciputat sebagai
berikut:
1. Perlunya perhatian Kepala sekolah untuk meningkatkan program
penanaman pendidikan karakter di sekolah, melalui pembelajaran baik di
dalam kelas maupun di dalam kelas.
2. Khususnya guru-guru pendidikan agama islam lebih mengembangkan
kemampuan pedagogig dan metode pembelajaran di dalam kelas agar lebih
bervariasi, sehingga pembelajaran tidak monotan dan siswa
menangkapnya dengan lebi cepat.
3. Keluarga dan lingkungan diharapkan turut aktif dalam menanamkan
pendidikan karakter di luar lingkungan sekolah. Karena pendidikan
karakter yang ditanamkan di sekolah akan dianggap berhasil apabila
pemebelajaran di sekolah dipraktekan dilingkungan dan keluarga.
62
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, D. Marimba. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT Al –
Maarif, 1989.
Amri, Sofan. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher, 2011.
Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie. Pendidikan Karakter Pendidikan
Berbasis Agama dan Budaya Bangsa. Bandung: Pustaka Setia, 2013.
Arikunto, Suharsimi . Menejemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Aunillah, Nurla Isna. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah.
Jogjakarta: Laksana, 2011.
Aunillah, Nurla Isna. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah.
Jogjakarta: Laksana, 2011.
B. Uno, Hamzah. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Barnawi dan M. Arifin. Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter.
Jogjakarta: Ar – Ruzz Media, 2012.
Basrawi dan Suandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka Cipta,
2008.
Creswell, John W. Education Research (Planning,Conducting, and Evaluating
Quantitative and Qualitative Research). Boston: Pearson Education, 2012.
Damayanti, Deni. Panduan Implementasi Karakter di Sekolah. Yogyakarta:
Araska, 2014.
Dardjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Fitri, Agus Zaenal. Reinventing Human Character: Pendidikan Karakter Berbasis
Nilai & Etika di Sekolah. Jogjakarta: Ar – Ruzz Media, 2012.
Gunawan, Heri. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung:
Alfabeta, 2012.
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.
63
Kurniawan, Syamsul. Pendidikan Karakter Konsep dan implementasinya secara
terpadu di lingkungan keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi dan
Masyarakat. Yogyakarta: Ar –Ruzz Media, 2013.
Lickona, Thomas. Character Matters, Persoalan karakter Bagaimana Membantu
Anak Mengembangkan Penilaian yang Baik, Integritas, dan Kebajikan
Penting Lainnya. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013.
Lickona, Thomas. Educating For Character, Mendidik Untuk Membentuk
Karakter Bagaimana Sekolah Dapat Memberikan Pendidikan tentang Sikap
Hormat dan Bertanggung Jawab. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012.
Majid, Abdul. Pendidikan Karakter Persfektif Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset, 2011.
Moleong, Lexi J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004.
Muhaimin Azzet, Akhmad. Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia. Ar – ruzz
media.
Muhammad Amin, Maswardi. Pendidikan Karakter Anak Bangsa. Jakarta:
Baduose Media Jakarta, 2011.
Muhammad Jafar Anwar dan Muhammad A Salam. Membumikan Pendidikan
Karakter Implementasi Pendidikan Berbobot Nilai dan Moral. Jakarta: CV
Suri Tatu’uw, 2015.
Mulyasa, E. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012.
Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya: 2008.
Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009.
Naim, Ngainum. Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan dalam Ilmu
dan Pembentukan Karakter Bangsa. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Ramayulis, H. Dasar – dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan.
Jakarta: Kalam Mulia, 2015.
Ramayulis, H. Profesi dan Etika Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia, 2013.
Rumidi, Sukandar. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press 2012.
64
Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2011.
Slameto. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Bineka
Cipta, 2016.
Soyomukti, Nurani. Teori – teori Pendidikan Tradisional, (Neo) Liberal, Marxis-
Sosialis, Postmodern. Jogjakarta: Arr-Ruzz Media, 2013.
Strurisno, Hadi. Metodologi Research, jilid 2. Yogyakarta: Adi Offset, 2002.
Sugiono. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung : Alfabeta,
2013.
Tatang. Ilmu Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012.
Undang-undang Guru dan Dosen. Jakarta: Sinar Grafika, 2009.
Undang-undang RI, N0 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Jakarta Visimedia, 2003.
Usman, Moh Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005.
Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.
https://www.m.tribunnews.com/amp/regional/2018/02/02/guru-budi-dicekik-dan-
dipukul-di-leher-oleh-muridnya. Diunduh pada tanggal 04 April 2018 pukul
17.20 WIB
https://jogja.tribunnews.com/amp/2018/02/05/viral-siswa-smp-di-purbalingga-
nekat-tantang-gurunya-berkelahi. Diunduh pada tanggal 04 April 2018
pukul 17.40 WIB
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA
Nama : Bapak Kiwa, S.Hut
Jabatan : Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
Tempat Wawancara : Di Ruang Balitbang
Tanggal Wawancara : 02 Juni 2020
1. Bagaimana pendapat bapak mengenai pendidikan karakter di sekolah ini?
Mengacu pada kemendikbud tentang BPK memuat 8 sikap, yang memang
sudah teradopsi dalam penerapan kurikulim 2013.
2. Kurikulum apa yang diterapkan pada siswa di sekolah ini, terutama mengenai
pendidikan karakter?
Sesuai dengan peraturan terbaru revisi kurikulum 2013 bahwa penerapan
kurikulum sekolah kami menerapkan pada aturan tersebut.
3. Dari 18 nilai pendidikan karakter, nilai mana yang menjadi tekanan dalam
menanamkan pendidikan karakter melalui proses KBM?
Kami menerapkan sesuai dengan instrumen penilaian karakter, ada 4 yaitu
bertanggung jawab, kejujuran, gotong royong dan sikap nasionalisme.
4. Bagaimana konsep pendidikan karakter yang diterapkan melalui kegiatan
belajar mengajar disekolah?
Sesuai dengan aturan pemerintah pendidikan karakter ini harus teradopsi
dalam rencana pelaksanaan pembelajaran guru, setiap mata pelajaran yang
diajarkan harus termuat PPK-nya. Menurut aturan yang paling ditekankan dan
berhak menilai memang hanya dua mata pelajaran yaitu mata pelajaran
agama dan kewarganegaraan, tetapi semua pelajaran wajib ada penguatan
karakternya.
5. Apa tujuan yang ingin dicapai dari pendidikan karakter dalam kegiatan
belajar mengajar di sekolah?
Selain kompetensi siswa dalam kemampuan akademik, kami juga
menerapkan adanya pencapaian karakter pada siswa, diantaranya dengan
pelaksanaan proses penguatan pendidikan karakter pada setiap pembelajaran.
Setiap guru harus menonjolkan pendidikan karakter terlebih dahulu sebelum
ke arah pembelajaran keilmuan siswa.
6. Bagaimana strategi yang diterapkan dalam rangka pelaksanaan pendidikan
karakter pada kegiatan belajar mengajar di sekolah?
Yang menjadi patokan sebenarnya adalah guru, karena guru sebagai
fasilitator pada pendidikan tersebut. Kami memberi contoh dengan
menyambut siswa setiap pagi dengan menerapkan 5S, yaitu senyum, sapa,
salam, sopan dan santun sebagai dasar pendidikan karakter di SMP PGRI 1
Ciputat.
7. Bagaimana metode yang dilakukan dalam menerapkan program pembiasaan
baik dari segi akademik maupun akademik pada proses belajar mengajar di
sekolah?
Untuk non akademik kita memiliki konsep 5S dalam pergaulan sehari-hari di
sekolah, kemudian dalam akademik guru memberikan contoh secara langsung
dalam proses pembelajaran.
8. Bagaimana pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam penerapan
program pembiasaan , seperti apa bentuk pengawasan tersebut?
Pengawasan yang dilakukan oleh sekolah adanya supervisi atau pemantauan
setiap triwulan, memang kami tidak melaksanakan secara terus menerus akan
tetapi kami melakukan pengamatan dari penemuan kasus-kasus anak maupun
guru yang belum menerapkan proses pendidikan karakter akan diberikan
pembinaan.
9. Kendala apa yang dirasakan dalam menerapkan pendidikan karakter di
sekolah?
Banyak kendala dalam proses penerapan ini, salah satunya adalah belum
semua guru mengerti bagaimana cara penerapan pembelajaran karakter ini,
PEDOMANA WAWANCARA
Nama : Bapak Kono Sukana, S.Pd.MM
Jabatan : Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
Tempat Wawancara : Di Ruang Staff Pimpinan
Tanggal Wawancara : 02 Juni 2020
1. Bagaimana pendapat bapak mengenai pendidikan karakter di SMP PGRI 1
Ciputat?
Untuk pendidikan karakter di PGRI 1 Ciputat, pertama kita ada rohis, lalu
adanya penyambutan bagi siswa yang disambut dengan salam dan tersenyum,
ada rasa tanggung jawab dan percaya diri.
2. Apa saja bentuk kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan
karakter?
Seperti yang sudah disebutkan, pertama adanya ROHIS dan BTQ untuk
keagamaannya, dan ekskul-ekskul lainnya.
3. Apakah kegiatan ekstrakulikuler dijadikan media pendidikan karakter?
Kepramukaan yang dijadikan sebagai karakter untuk percaya diri, dan
pramuka ini merupakan ekskul yang wajib diikuti oleh siswa, karena semua
karakter ada di pramuka. Begitupun dengan ROHIS.
4. Apakah siswa wajib mengikuti kegiatan ekstrkulikuler?
Ekskul yang wajib diikuti sudah disebutkan yaitu ROHIS dan Kepramukaan
yang dilaksanakan setiap minggu, sedangkan untuk ekskul lainnya bersipat
tidak mengikat dan diikuti sesuai dengan keinginan siswa tersebut.
5. Nilai pendidikan karakter apa saja yang diharapkan dari kegiatan – kegiatan
ektrakulikuler yang diikuti siswa?
Percaya diri, tanggung jawab, jujur, mandiri dan disiplin. Paling tidak siswa
kami memiliki poin-poin dasar seperti yang sudah disebutkan di atas.
6. Bagaimana strategi yang diterapkan dalam rangka penanaman pendidikan
karakter pada kegiatan – kegiatan ektrakulikuler?
PEDOMAN WAWANCARA
Nama : Bapak Peri Rijaludin K, S.Pd.I
Jabatan : Guru Pendidikan Agama Islam
Tempat Wawancara : Di Perpustakaan
Tanggal Wawancara : 24 Februari 2020
1. Bagaimana pendapat bapak mengenai pendidikan karakter?
Pendidikan karakter pada intinya berinduk pada K13, anak-anak lebih dilatih
agar apa yang mereka miliki seperti bakat lebih menonjol.
2. Bagaimana pendidikan karakter dikenalkan kepada siswa?
Kami mengenalkan pendidikan karakter di dalam kelas maupun di luar kelas,
di dalam kelas pengajaran disesuaikan dengan apa yang ada dalam RPP
maupun silabus yang sudah kami susun sebelumnya. Sedangkan di luar kelas,
melalui perilaku sehari-hari yang bisa kami contohkan, pada intinya
berdasarkan tata tertib yang sudah ada di sekolah.
3. Bagaimana konsep pendidikan karakter yang diterapkan melalui kegiatan
belajar mengajar di sekolah?
Kami memakai konsep bagaimana memacu kelebihan yang siswa miliki,
karena setiap siswa memiliki kelebihan yang berbeda. Untuk memacu hal
tersebut tentunya kami maupun siswa tersebut harus lebih paham dengan
karakter siswa tersebut. Kami menggunakan berbagai metode pembelajaran
yang disesuaikan dengan kondisi anak yang ada di sekolah SMP PGRI 1
Ciputat, meskipun tidak semua metode kami bisa pakai.
4. Apa saja bentuk – bentuk pembiasaan karakter pada kegiatan belajar
mengajar di kelas?
Sebelum melakukan pembelajaran setiap pagi siswa diharuskan untuk
membaca doa, membaca surat-surat pendek dan bacaan sholat, setiap
tingkatan kelas surat-surat pendek yang dibaca berbeda, hal ini dilakukan agar
siswa terbiasa.
5. Apa tujuan yang ingin di capai dari setiap program pembiasaan karakter di
kelas?
Tujuan yang ingin kami capai yang pertama kedisiplinan, kedua tanggung
jawab, dan yang ketiga tentunya istiqomah. Ini sebagai tahap awal agar siswa
bisa melaksanakan karakter-karakter baik yang selanjutnya.
6. Apa strategi yang dilakukan guru dalam mengintegrasikan program
pendidikan karakter pada kegiatan belajar mengajar di kelas?
Staregi yang kami gunakan kami memerlukan kelebihan IT, agar
pembelajaran yang disampaikan lebih menarik dan pembelajaran berjalan
dengan tidak monoton.
7. Dalam penerapan nilai pendidikan karakter kebiasaan apa yang ditanamkan
kepada siswa sehingga secara tidak langsung dapat membentuk karakter
siswa?
Dalam hal ini kami bekerjasama dengan orang tua, setiap pembagian rapot
kami mengadakan sesi wawancara dengan orang tua, bagaimana sikap dan
karakter anak selama di rumah, apakah ada perubahan atau tidak. Karena
tentunya kami tidak bisa bekerja dengan sendiri untuk melaksanakan hal-hal
tersebut.
8. Bagaimana cara penanaman pendidikan karakter untuk membentuk karakter
siswa yang baik?
di samping kami bekerja sama dengan orang tua, kami terus menerus
memberikan arahan kepada siswa, bagaimana cara menjaga sikap dan bergaul
dengan para siswa dengan cara yang baik, mengarahkan mereka melakukan
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, contoh apabila ada kegiatan di masjid
sebisa mungkin mereka harus mengikuti.
9. Bimbingan dan arahan seperti apa yang bapak berikan kepada peserta didik
agar berkarakter dan berakhlak dengan baik?
Bimbingan dan arahan dilakukan dengan cara pendekatan secara terus
menerus, dan untuk beberapa siswa yang memang memerlukan arahan yang
lebih kami membimbing secara khusus dengan berbicara secara individu.
10. Dalam proses kegiatan belajar, apakah siswa mampu bertanggung jawab
dalam melaksanakan tugas yang diberikan?
Tidak semua siswa mampu bertanggung jawab dengan setiap tugas yang kami
berikan, harus selalu ada pengawasan dan arahan. Sebagian besar
memberikan tugas secara tepat waktu, akan tetapi yang memang terlambat
akan diberikan sanksi atau tugas lainnya. Dan pastikan kondisi kelas harus
dalam kondisi yang bersih.
11. Bagaimana bentuk kemandirian siswa dalam melaksanakan tugasnya?
Tentunya tugas diberikan secara individu maupun kelompok, untuk itu
penilaian kami berikan dengan cara bagaimana siswa tersebut mengerjakan
tugasnya, kalau tugas itu secara kelompok tentu kami mengobservasi secara
langsung bagaimana cara siswa tersebut mengerjakan tugas yang diberikan,
apakah dia memang membantu dan mengerjakan bersama kelompoknya atau
tidak.
12. Apakah ada teguran / nasehat antar guru dan siswa apa bila siswa tidak dapat
melaksanakan tugasnya secara baik?
Teguran dan nasehat selalu kami berikan, kami akan memberikan contoh
secara langsung yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, kami akan
mencontohkan bagaimana siswa tersebut harus bersyukur dengan keadaan
dan bagaimana cara berterimakasih kepada orang tua, memberikan
perumpamaan dan perbandingan, sehingga membuat anak tersebut terpacu
untuk melaksanakan tugas tersebut
13. Bagaimana bapak melatih peserta didik agar terbiasa dengan karakter –
karakter yang baik sehingga terbentuk karakter yang ideal?
Kami membuat program secara harian, yaitu tadi yang sudah disebutkan,
adanya hafalan, untuk program mingguannya ada ROHIS dan untuk program
pertahunnya ada PHBI atau peringatan hari besar islam, apalagi pada saat
bulan romadhan, adanya sanlat dan tadarus 30 juz.
14. Apa dan bagaimana cara bapak menanggulangi masalah peserta didik yang
memiliki karakter karakter kurang baik, dengan waktu KBM yang 1 jam
setiap minggunya?
Biasanya kami memisahkan terlebih dahulu siswa tersebut, kami panggil dan
kami berikan arahan secara terpisah. Setiap anak diberikan nasehat atau
arahan yang berbeda sesuai dengan sikap siswa tersebut agar pengarahan
tersebut lebih mengena ke dalam diri siswa.
15. Bagaimana menurut bapak apakah ada dari pendidikan karakter yang bapak
ajarkan sudah turut membantu pembentukan karakter peserta didik?
Sangat membantu sekali, apalagi kita tahu bahwa mencetak generasi yang
baik itu sangat sulit. Bukan hanya sekolah, terutama peran keluarga sangat
diperlukan dalam pembentukan karakter ini, lalu lingkungan rumah pun juga
turut ikut serta.
16. Apakah teguran yang diberikan guru setiap hari untuk mengingatkan siswa
bersikap baik?
Kami tidak melakukan teguran setiap hari, akan tetapi tergantung situasi saja,
apabila salah maka kita berikan teguran langsung saat itu juga.
17. Bagaimana metode yang digunakan dalam pembiasaan karakter di sekolah?
Metode yang digunakan sudah tertera dalam RPP dan disesuaikan dengan
materi yang akan dipelajari, akan tetapi kami lebih banyak menggunakan
metode pembelajaran secara jigsaw atau membentuk kelompok. Karena
memang diwajibkan untuk pembelajaran aktif sesuai K13.
18. Apa dampak atau hasil yang terlihat dari program pembiasaan karakter?
Tentu tanggung jawab, karena dalam kelompok tentu ada pembagian tugas
yang sudah diberikan oleh ketua kelompok.
19. Bagaimana pandangan bapak tentang karakter peserta didik di smp pgri 1
ciputat?
Pada dasarnya karakter anak itu sama, seperti tabularasa, tergantung
bagaimana lingkungan yang membentuk karakter anak tersebut. Kalaupun
ada yang berkarakter kuarang baik berarti memang lingkungan tempat dia
tumbuh tidak mendukung. Arahan yang diberikan kepada siswa apabila
dalam hal tugas itu sama, hanya teguran dan peringatan, dan biasanya siswa
akan langsung mengerjakan. Akan tetapi apabila dalam hal-hal tertentu
biasanya kami memberikan peringatan terlebih dahulu, apabila tidak ada
Lampiran 3
Dokumentasi
Depan TU dan Ruang Kepala Sekolah Ruang Belajar
Musholla Depan Ruang Kepala Sekolah
Kamar mandi dan tempat wudhu Lapangan
Taman Mini Sekolah
Sekolah Tampak Depan
Perpustakaan Ruang Guru
Pelaksanaan ROHIS
Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Pelaksanaan upacara hari senin, dan beberapa ekskul yang ada di SMP PGRI 1
Ciputat.
Setiap pagi para guru akan melaksanakan briefing sebelum melaksanakan
kegiatan pembelajaran.
Wawancara dengan Wakasek Kesiswaan Wawancara dengan guru PAI
Wawancara dengan Wakasek bidang kurikulum
Lampiran 4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
Satuan Pendidikan : SMP PGRI 1 Ciputat
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas / Semester : VII (Tujuh) / Genap
Materi Pokok : Shalat Jum’at
Alokasi Waktu : 1 JP
A. KOMPETENSI INTI
KI.1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
KI.2 Menghargai, dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli(toleransi,gotong royong), santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
KI.3 Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni budaya terkait penomena dan kejadian yang tampak
mata).
KI.4 Mencoba, mengolah, dan menyaji, dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,
dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori).
B. KOMPETENSI DASAR dan INDIKATOR:
NO. KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN
KOMPETENSI
1 1.6 Menunaikan shalat Jumat
sebagai implementasi dari
pemahaman surah al-
Jumu’ah /62: 9
1. menunjukkan tata cara salat Jumat.
2. melaksanakan salat Jumat sebagai
implementasi dari pemahaman surah al-
Jumu’ah /62: 9.
3. menjelaskan pengertian salat Jumat.
4. menjelaskan hukum dasar salat Jumat
2 3.10 Memahami ketentuan salat 5. menjelaskan syarat mendirikan salat
Jumat Jumat.
6. menerangkan perbuatan sunnah yang
terkait dengan Salat Jumat
7. menerangkan beberapa halangan
melaksanakan Salat Jumat.
3 4.11 Mempraktikkan salat
Jumat
8. menunjukkan contoh pelaksanaan Salat
Jumat
9. mempraktikkan Salat Jumat
C. TUJUAN PEMBELAJARAN:
Peserta didik dapat:
1. menunjukkan tata cara salat Jumat.
2. melaksanakan salat Jumat sebagai implementasi dari pemahaman surah al-
Jumu’ah /62: 9.
3. menjelaskan pengertian salat Jumat.
4. menjelaskan hukum dasar salat Jumat
5. menjelaskan syarat mendirikan salat Jumat.
6. menerangkan perbuatan sunnah yang terkait dengan Salat Jumat
7. menerangkan beberapa halangan melaksanakan Salat Jumat.
8. menunjukkan contoh pelaksanaan Salat Jumat
9. mempraktikkan Salat Jumat
D. MATERI PEMBELAJARAN:
1. Tayangan/model/ilustrasi tata cara salat Jumat.
2. Kegiatan pelaksanaan salat Jumat sebagai implementasi dari pemahaman
surah al-Jumu’ah /62: 9.
3. pengertian salat Jumat.
4. hukum dasar salat Jumat
5. syarat mendirikan salat Jumat.
6. perbuatan sunnah yang terkait dengan Salat Jumat
7. beberapa halangan melaksanakan Salat Jumat.
8. contoh pelaksanaan Salat Jumat
9. praktik Salat Jumat
E. METODE PEMBELAJARAN:
1. Pendekatan Scientific
2. Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dan Direct
Instruction
3. Metode diskusi, drill, dan demontrasi
F. SUMBER BELAJAR
1. Kitab al-Qur’anul Karim dan terjemahnya, Depag RI
2. Buku teks siswa PAI SMP Kelas VII
3. Buku lain yang memadai.
G. MEDIA PEMBELAJARAN
1. Media
a. Video Pembelajaran
b. Gambar atau tulisan manual di papan tulis
2. Alat
a. Komputer
b. LCD Projector
c. Karton atau kertas besar, spidol, whiteboard, dll
H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pendahuluan ( 10 menit )
a. Pembelajaran dimulai dengan guru mengucapkan salam dan berdoa
bersama.
b. Guru memulai pembelajaran dengan membaca al-Qur’an surah/aya
tpilihan (nama surat sesuai dengan program pembiasaan yang
ditentukan sebelumnya);
c. Memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk
disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
d. Memotivasi peserta didik dengan kegiatan yang ringan, seperti cerita
motivasi.
e. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
f. Mengajukan pertanyaan secara komunikatif materi sebelumnya dan
mengaitkan materi empati, hormat kepada kedua orang tua dan guru
g. Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok.
2. Kegiatan inti ( 25 menit)
Mengamati
Mengamati dan memberi komentar gambar atau tayangan yang terkait
dengan shalat Jumat.
Menyimak dan membaca penjelasan mengenai tata cara shalat Jumat.
Membaca dalil naqli mengenai shalat Jumat.
Menanya
Dengan dimotivasi oleh guru mengajukan pertanyaan tentang
ketentuan shalat Jumat.
Mengajukan pertanyaan terkait dengan tata cara pelaksanaan shalat
Jumat.
Eksperimen/explore
Secara berkelompok mencari data dari berita atau informasi tentang
ketentuan shalat Jumat.
Mendiskusikan tata cara shalat Jumat.
Mendiskusikan manfaat shalat Jumat.
Asosiasi
Membuat analisis tata cara shalat Jumat.
Membuat analisis tentang halangan shalat Jumat.
Merumuskan manfaat shalat Jumat.
Komunikasi
Mendemonstrasikan tatacara shalat Jumat.
Menyajikan paparan bagan tentang ketentuan shalat Jumat.
Memaparkan rumusan hikmah dan manfaat shalat Jumat.
Menanggapi pertanyaan dalam diskusi.
Merumuskan kesimpulan.
3. Penutup
a. Dibawah bimbingan guru, peserta didik menyimpulkan materi
pembelajaran secara demokratis.
b. Bersama-sama melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
c. Guru memberikan reward kepada kelompok “terbaik”, yakni:
- Kelompok yang benar dalam memaparkan hasil diskusinya.
- Kelompok yang paling baik dalam menanggapi pertanyaan
dari kelompok lain.
d. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya dan menyampaikan tugas mandiri terstruktur.
e. Bersama-sama menutup pelajaran dengan berdoa.
I. PENILAIAN
1. Sikap spiritual
a. Teknik Penilaian : Pengamatan
b. Bentuk Instrumen : Lembar pengamatan
c. Kisi-kisi : indikator penilaian aktivitas diskusi
No Nama
Siswa
Aspek Yang
dinilai
Skor
Maks
NIlai Ketuntasan Tindak
Lanjut
1 2 3 T TT R P
1
2
3
Keterangan:
T : Tuntas mencapai nilai ..... ( disesuaikan dengan nilai KKM )
TT : Tidak Tuntas jika nilai yang diperoleh kurang dari nilai KKM
R : Remedial
P : Pengayaan
d. Aspek dan rubrik penilaian:
1. Kejelasan dan kedalaman informasi
a. Jika kelompok tersebut dapat memberikan penjelasan dan
kedalaman informasi lengkap dan sempurna, skor 30.
b. Jika kelompok tersebut dapat memberikan penjelasan dan
kedalaman informasi lengkap dan kurang sempurna, skor 20.
c. Jika kelompok tersebut dapat memberikan penjelasan dan
kedalaman informasi kurang lengkap, skor 10.
2. Keaktifan dalam diskusi
a. Jika kelompok tersebut berperan sangat aktif dalam diskusi, skor
30.
b. Jika kelompok tersebut berperan aktif dalam diskusi, skor 20.
c. Jika kelompok tersebut kurang aktif dalam diskusi, skor 10.
3. Kejelasan dan kerapian presentasi
a. Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan sangat
jelas dan rapi, skor 40.
b. Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan jelas
dan rapi, skor 30.
c. Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan sangat
jelas dan kurang rapi, skor 20.
2. Sikap sosial
a. Teknik Penilaian : Penilaian Diri
b. Bentuk Instrumen: Lembar Penilaian
c. Kisi-kisi:
NO Pernyataan Ya Tidak
1. Saya harus selalu mengerjakan ¡alat Jumat.
2. Saya yakin bahwa ¡alat Jumat akan menghapus dosa-dosa
kecil yang saya perbuat.
3. Saya akan mengajak teman-teman untuk mengerjakan ¡alat Jumat.
4. Saya akan mendengarkan khatib saat berkhotbah.
5. Saya yakin dengan mengerjakan ¡alat Jumat akan tumbuh
persatuan dan kesatuan.
6. Saya selalu melaksanakan ¡alat ta¥iyatul masjid.
7. Saya yakin bahwa dengan melaksanakan ¡alat Jumat
persatuan dan kesatuan akan terbina.
8. Saya yakin kalau berbicara pada saat khotbah ¡alat Jumat
saya sia-sia
9. Saya yakin bisa memenuhi ketentuan-ketentuan ¡alat Jumat
10. Saya yakin ¡alat Jumat yang saya lakukan ada manfaatnya.
3. Pengetahuan
a. Teknik Penilaian :Tes tertulis
b. Bentuk Instrumen : Uraian
c. Kisi-kisi : Terlampir
d. Instrumen penilaian :
Jawablah soal berikut ini sesuai dengan pernyataan!
1. Apa yang kamu ketahui tentang salat Jumat?
2. Mengapa laki-laki diwajibkan salat Jumat?
3. Siapakah yang boleh jadi khatib?
4. Sebutkan syarat-syarat salat Jumat!
5. Jelaskan tata cara salat Jumat!
6. Sebutkan orang-orang yang membolehkan untuk tidak salat Jumat!
7. Sebutkan sunat-sunat salat Jumat!
8. Apa yang harus dilakukan apabila tidak melaksanakan salat Jumat
karena berhalangan?
9. Sebutkan larangan saat khatib sedang berkhotbah!
10.Jelaskan hikma salat Jumat!
4. Keterampilan
a. Teknik Penilaian : Performance
b. Bentuk Instrumen : Praktik
c. Kisi-kisi:
No. Keterampilan Butir Instrumen Indikator Penilaian
1.
Mempraktikkan
shalat jum’at
Praktikkan
tatacara shalat
jum’at dengan
baik dan benar!
Kesesuaian gerakan
Shalat Jum’at
Kesesuaian bacaan
shalat Jum’at
Ketertuban ketentuan
shalat Jum’at
Ciputat, Agustus 2019
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
SMP PGRI 1 Ciputat Pendidikan Agama Islam
Cartam, S.Pd, M.Pd Peri Rijaludin K, S.Pd.I
NIP. 19631230 198703 1 008
Lampiran 6
Lampiran
Lampiran 5
AssalamualaikumWr. Wb.
ي لع او ء اي ب ن ألا ف
ش أ
ر
لاس
م
ة لاص
لاو
لا ر و م أ اي ن د
ي لع لاو , ن ي ده لا و
ن ه ب و . ن ي م ل اع لا ب ه ر لل ه د م ح ل ا
ن ي ع تس
أ ه ب اح ص د ع ب ما
, ن ي ع م ج
أ
آ ي لع و
أو ه ل
ل س
ي
ن
ر م ل
Yang saya hormati Bapak Kepala Sekolah SMP PGRI 1 Ciputat, Yang saya hormati Kepala
sekolah SMA PGRI 56 Ciputat, yang saya hormati Dewan Guru, Tu, dan tata laksana,
Serta teman-teman yang saya banggakan.
Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat, taufiq,dan
hidayah -Nya kepada Kita semua sehingga pada pagi hari ini kita dapat berkumpul di tempat
yang mulia ini untuk melakukan suatu kegiatan yang bermanfaat yaitu ROHIS yang setiap
hari jumat kita laksanakan.
Sholawat serta salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad
Saw yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
benderang dan yang kita harapkan syafaatnya nanti di yaumil qiyamah. Amiin.
Baiklah, saya sebagai pembawa acara akan membacakan susunan acara pada pagi hari
ini.
1. pembukaan
2. sambutan
3. pembacaan kalam ilahi
4. siraman rohani
5. doa dan penutup
ACARA
- Acara yang pertama, pembukaan, marilah sama-sama kita buka acara ini dengan
mengucap kalimat basmalah.
- Untuk acara yang kedua, sambutan yang akan dari Kepala Sekolah SMP PGRI 1
Ciputat, Kepada bapak Cartam, S.Pd, M.Pd kami persilahkan.
- Acara selanjutnya yaitu pembacaan kalam Ilahi serta sari tilawah, yang akan
dilantunkan oleh sdra/sdri …........... dan sdra/sdri ............... kepadanya dipersilahkan.
Kami ucapkan terimakasih atas pembacaannya semoga bermanfaat bagi kita semua.
Aaminn
- Berlanjut ke acara yang keempat yaitu siraman rohani, yang akan disampaikan oleh:
.....................
Kami ucapkan terima kasih atas nasihatnya semoga kita semua dapat mengambil
pelajaran serta menjalaninya dengan baik.
Melangkah ke acara yang terakhir yaitu do’a dan penutup, yang akan dipimpin oleh
Bpk/Sdra/sdri ......................kepadanya kami dipersilahkan.
Hadirin yang berbahagia acara demi acara telah kita lewati bersama. Kami selaku MC mohon
maaf apabila ada kata-kata yang tidak pantas di ucapkan, Hadaanallahu wa iyyakum ajma’in.
Akhirul kalam Wassalamu’alaikum……Wr .Wb.
Lampiran 7
Pedoman Observasi
Variabel Aspek Observasi Sub Dimensi
Peran Guru Penyampaian
pendidikan karakter
1. Konsep pendidikan karakter yang
diterapkan: Memacu minat dan bakat
siswa
2. Strategi yang digunakan:
Pembelajaran yang menarik
menggunakan IT
3. Cara menanamkan pendidikan
karakter: Kerjasama antara orang tua
dan guru
4. Bimbingan dan arahan: melalui
pendekatan secara terus menerus.
Pendidikan
Karakter
Kegiatan Sekolah 1. Kegiatan akademik
2. Kegiatan non akademik
3. Pembiasaan spritual yang dilakukan
dilingkungan sekolah
Strategi Pendidikan
Karakter
1. Kegiatan sehari – hari
a. Keteladanan: Kepala sekolah,
guru, dan staf karyawan
b. Spontanitas: adanya 5S (senyum,
salam, sapa, sopan, santun).
c. Lingkungan
d. Teguran: teguran ketika siswa
mengatakan atau berprilaku hal
yang tidak baik.
e. Kegiatan rutin: pelaksanaan
program harian, bulanan, dan
tahunan.
2. Tempat pelaksanaan akademis siswa
3. Metode, sumber belajar dan sarana
prasarana.