Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Peran Komunikasi Kelompok Dalam Pembentukan Karakter
(Studi Kasus Anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953
Kalimosodo Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Peserta
(Pendidikan Dasar Militer)
SKRIPSI
Disusun Guna Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Disusun Oleh :
Aisya Zuhdiana 117 14 010
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
i
Peran Komunikasi Kelompok Dalam Pembentukan Karakter
(Studi Kasus Anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953
Kalimosodo Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Peserta
(Pendidikan Dasar Militer)
SKRIPSI
Disusun Guna Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Disusun Oleh :
Aisya Zuhdiana 117 14 010
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
iii
NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lampiran : 3 (tiga) eksemplar Salatiga, 1 Oktober 2018
Hal : Naskah skripsi
a.n Aisya Zuhdiana
Kepada
Yth. Bapak Dekan Fakultas Dakwah
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya bersama ini saya
kirimkan skripsi saudari:
Nama : Aisya Zuhdiana
Nim : 117 14 010
Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Judul skripsi : Peran Komunikasi Kelompok Dalam Pembentukan Karakter
(Studi Kasus Anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon
953 Kalimosodo Institut Agama Islam Negeri Salatiga Peserta
Pendidikan Dasar Militer)
Selanjutnya saya mohon kepada Bapak Dekan Fakultas Dakwah agar
skripsi saudari tersebut dapat dimunaqasyahkan dan atas perhatian Bapak kami
ucapkan banyak terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing,
Dra. Sri Suparwi, M.A
196905061993032004
iv
HALAMAN PENGESAHAN
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Nama : Aisya Zuhdiana
NIM : 117-14-010
Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
Tanggal Ujian : 27 September 2018
Judul Skripsi : Peran Komunikasi Kelompok Dalam Pembentukan Karakter
(Studi Kasus Anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa
Batalyon 953 Kalimosodo Institut Agama Islam Negeri
Salatiga Peserta Pendidikan Dasar Militer)
Panitia Munaqosah Skripsi
1. Ketua Sidang : Dr. Rasimin, M.Pd ________________
2. Sekretaris : Dra. Sri Siparwi, M.A ________________
3. Penguji I : Dr. Rifqi Aulia Erlangga, M.Hum ________________
4. Penguji II : Yahya, S.Ag., M.HI ________________
Mengetahui,
Dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga
Dr. Mukti Ali, M.Hum.
197509052001121001
v
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS DAKWAH
Jalan Lingkar Selatan Km 2 Pulutan Sidorejo Salatiga 50716
http://www.iainsalatiga.ac.id e-mail: [email protected]
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Aisya Zuhdiana
Nim : 117 14 010
Fakultas : Dakwah
Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Judul skripsi : Peran Komunikasi Kelompok Dalam Pembentukan Karakter
(Studi Kasus Anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon
953 Kalimosodo Institut Agama Islam Negeri Salatiga Peserta
Pendidikan Dasar Militer)
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri,
bukan berupa jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain
yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 1 Oktober 2018
Yang menyatakan,
Aisya Zuhdiana
117 14 010
vi
MOTTO
ؤمنني علون إن كنتم منتم ٱل
١٣٩ول تهنوا ول تزنوا وأ
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman
(QS. Ali Imron: 139)
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi robbil ‘alamin dengan rahmat Allah SWT skripsi ini telah selesai.
Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang yang telah hadir di hidupku
dan menemani dalam menggapai mimpi-mimpiku;
Bapakku Mustamar;
Almarhumah Ibuku Masbakhah;
Adikku Hanifudin Ahmad;
serta mas Maryono dan keluarga;
dan semua yang telah memberi dukungan dalam bentuk apapun itu, yang tidak
bisa disebutkan satu persatu.
viii
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الر محن الرحىم
Alhamdulilahirabil ‘alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia Nya sehingga penulis
dapat melewati proses dalam penyusunan skripsi, dan berhasil menyelesaikan
skripsi dengan “Peran Komunikasi Kelompok Dalam Pembentukan Karakter
(Studi Kasus Anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953 Kalimosodo
Institut Agama Islam Negeri Salatiga Peserta Pendidikan Dasar Militer)”. Guna
memenuhi tugas untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Fakultas Dakwah
IAIN Salatiga. Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa dari zaman jahiliyah hingga sekarang ini
serta membimbing ke jalan yang lurus, yakni agama Islam.
Selesainya skripsi ini tentunya tidak lepas dari dukungan, motivasi dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah penulis untuk
mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Mukti Ali, M.Hum selaku Dekan Fakultas Dakwah.
3. Ibu Dra. Maryatin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam sekaligus Pembimbing Akademik.
4. Ibu Dra. Sri Suparwi, M.A, selaku pembimbing skripsi.
5. Seluruh Bapak/ Ibu Dosen KPI IAIN Salatiga yang telah bersedia
memberikan ilmu, membimbing dan terus memotivasi.
ix
6. Seluruh staff IAIN Salatiga yang membantu dalam melancarkan urusan
administrasi maupun yang lainnya.
7. Keluarga besar KPI 2014, terkhusus Ulfa Nurmala KW., Anggraini Putri, Siti
Lestari, Aminattun Zahra, Puji Lestari yang telah memberikan semangat dan
menemani selama perjalanan kuliah penulis.
8. Seluruh keluarga besar Resimen Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo IAIN
Salatiga yang telah banyak memberikan pengetahuan dan telah bersedia
membantu dalam memberikan informasi yang berguna dalam pembuatan
skripsi ini dengan baik.
9. Semua pihak yang telah membantu baik doa, motivasi maupun dukungannya.
Kepada semuanya, kupersembahkan terimakasih yang tiada terhingga.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
semua orang pada umumnya. Akhir kata, Wassalamualaikum Wr.Wb.
Salatiga, 1 Oktober 2018
Penulis
Aisya Zuhdiana
x
ABSTRAK
Zuhdiana, Aisya. 2018. Peran Komunikasi Kelompok Dalam Pembentukan
Karakter (Studi Kasus Anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon
953 Kalimosodo Institut Agama Islam Negeri Salatiga Peserta
Pendidikan Dasar Militer). Skripsi. Fakultas Dakwah. Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Dra. Sri Suparwi, MA.
Kata kunci: Komunikasi Kelompok, Pembentukan Karakter, Resimen Mahasiswa,
Diksarmil
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil observasi awal mengenai
kegiatan-kegiatan di UKM Resimen Mahasiswa IAIN Salatiga. Tujuan dalam
penelitian ini adalah: 1) Untuk mendeskripsikan bagaimana proses komunikasi
kelompok dilakukan anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953
Kalimosodo Institut Agama Islam Negeri Salatiga saat mengikuti Diksarmil; dan
2) Untuk menjelaskan mengenai bagaimana komunikasi kelompok berperan
dalam pembentukan karakter pada anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa
Batalyon 953 Kalimosodo saat mengikuti Diksarmil..
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan metode
penelitian kombinasi antara wawancara mendalam serta observasi non partisipan.
Keabsahan data diperoleh melalui triangulasi sumber. Data yang terkumpul
dianalisis dengan cara reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Objek dalam
penelitian ini yaitu anggota Resimen Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo IAIN
Salatiga yang mengikuti Diksarmil pada tahun 2016-2017.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses komunikasi kelompok
berjalan baik. Terbukti dengan terpenuhinya elemen-elemen yang harus ada dalam
sebuah kelompok oleh kelompok-kelompok peserta kegiatan Diksarmil.
Komunikasi kelompok dalam Diksarmil pun berperan dalam pembentukan
karakter pesertanya. Karakter yang terbentuk yaitu disiplin, tanggung jawab,
sopan santun, kepemimpinan, solidaritas, percaya diri dan nasionalisme atau cinta
tanah air.
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul .......................................................................................................... i
Halaman Logo ......................................................................................................... ii
Nota Persetujuan Pembimbing ............................................................................... iii
Halaman Pengesahan ............................................................................................. iv
Halaman Pernyataan Keaslian................................................................................. v
Motto ...................................................................................................................... vi
Persembahan ......................................................................................................... vii
Kata Pengantar ..................................................................................................... viii
Abstrak .................................................................................................................... x
Daftar Isi................................................................................................................. xi
BAB I Pendahuluan ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
E. Penegasan Istilah .......................................................................................... 6
F. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 9
G. Kerangka Berfikir ................................................................................... 11
H. Sistematika Penulisan ............................................................................. 12
BAB II Kajian Pustaka Dan Landasan Teori ........................................................ 14
A. Kajian Pustaka ............................................................................................ 14
xii
B. Landasan Teori ........................................................................................... 15
BAB III Metodologi Penelitian ............................................................................. 51
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 51
B. Lokasi Penelitian ........................................................................................ 52
C. Fokus Penelitian ......................................................................................... 52
D. Sumber dan Jenis Data ............................................................................... 52
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 53
F. Teknik Analisis dan Validitas Data ........................................................... 55
BAB IV Hasil Dan Pembahasan ........................................................................... 57
A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 57
B. Pembahasan ................................................................................................ 64
BAB V Penutup .................................................................................................... 79
A. Kesimpulan ................................................................................................ 79
B. Saran ........................................................................................................... 80
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pasal 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (SISDIKNAS) menjelaskan bahwa fungsi dan tujuan dari pendidikan
nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Pemerintah Republik
Indonesia, 2003)
Berdasarkan hal tersebut, maka pendidikan karakter merupakan salah satu
tujuan dari pendidikan nasional. Maka dari itu, pendidikan karakter termasuk hal
penting yang harus ada di sistem pendidikan kita. Bukan hanya untuk siswa SD,
SMP, atau SMA saja namun mahasiswa perguruan tinggi pun seharusnya juga
menerima pendidikan karakter.
Dalam Rakornas Bidang Kemahasiswaan tahun 2011 Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi menegaskan bahwa pembimbingan mahasiswa diprioritaskan
pada:
1. Pengembangan kemampuan intelektual, keseimbangan emosi, dan penghayatan
spiritual mahasiswa, agar menjadi warga negara yang bertanggung jawab serta
berkontribusi pada daya saing bangsa.
2
2. Pengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan
masyarakat madani yang demokratis, berkeadilan dan berbasis pada partisipasi
publik.
3. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana untuk mendukung pengembangan
dan aktualisasi diri mahasiswa; kognisi, personal, sosial. (Sofyan, 2011: 1-2)
Manusia pada dasarnya memiliki dua potensi yaitu baik dan buruk.
Seorang muslim mungkin menjadi orang beriman atau kafir, menjalankan perintah
Allah SWT atau melanggarnya. Karakter seorang muslim tentunya tidak bisa
terlepas dari penghayatan dua kalimat syahadat. Namun yang harus diperhatikan
adalah penghayatan dan pengamalannya. Kebaikan dan keburukan iman seseorang
bisa terlihat dalam akhlaq dan karakter yang muncul dari dirinya. Perintah untuk
menjadi muslim berkarakter yang mencerminkan keimanan dan keislamannya
telah banyak disebutkan dalam Al Qurân. Seperti dalam QS. Al-Hujurat:15
berikut:
ين ٱلمؤمنون إنما ٱل ب ءامنوا نفسهم ۦورسول ٱهلل
لهم وأ مو
بأ وجهدوا ثم لم يرتابوا
ه ف سبيل ولئك هم ٱهللدقون أ ١٥ ٱلص
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang
percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-
ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan
Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.
Sebagai mahasiswa, pengembangan diri tak hanya dapat diperoleh melalui
bangku kuliah, namun juga bisa melalui organisasi intra-kampus maupun
organisasi diluar kampus. Dalam kampus IAIN Salatiga sendiri terdapat berbagai
macam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Bagi yang suka dengan seni musik bisa
bergabung dengan Seni Musik Club (SMC), untuk yang berminat pada teater bisa
3
bergabung dengan Teater Getar, dan bagi yang berminat pada kesenian islami
terdapat Jamiyyah Qurro Wa Huffadz (JQH) Al Furqon sebagai wadahnya.
Adapula UKM Mapala Mitapasa yang bergerak dalam konservasi alam
dan lingkungan hidup, Student Sport Club (SSC) yang bergerak dalam bidang
olahraga, Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Fathir Ar Rasyid dalam bidang
dakwah, KSEI dalam bidang studi ekonomi Islam, Resimen Mahasiswa dalam
bina bela negara, Communicative English Club (CEC) dalam bidang Bahasa
Inggris, Racana Kusuma Dilaga – Woro Srikandhi dalam bidang kepramukaan,
dan ITTAQO dalam bidang Bahasa Arab.
Resimen Mahasiswa (MENWA) merupakan sarana pengembangan diri
mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan keikutsertaan dalam
upaya bela negara. Anggotanya terdiri atas mahasiswa yang telah mengikuti
latihan dasar Resimen Mahasiswa atau biasa disebut dengan Diksarmil
(Pendidikan Dasar Militer).
Sebagai organisasi, komunikasi merupakan hal yang tidak dapat
dihindarkan dalam Resimen Mahasiswa. Sehingga perlu membangun komunikasi
yang baik agar dapat tercipta hubungan yang harmonis dengan orang lain.
Komunikasi menjadi sistem penting dalam pertukaran informasi antar bagian
sehingga dapat menghasilkan sinergi. Pentingnya komunikasi tidak terbatas pada
komunikasi personal tetapi juga dalam tataran komunikasi organisasi. Melalui
komunikasi yang baik, suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil
begitu pula sebaliknya.
4
Resimen Mahasiswa (selanjutnya disebut Menwa) dalam kampus IAIN
Salatiga bernama Resimen Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo. Dibentuk pada
tanggal 27 November 1997 dengan misi untuk mewujudkan kader-kader
mahasiswa yang disiplin dan professional, ilmiah, dan berbudi baik serta untuk
menyebarkan nilai profesionalisme dan upaya menjadikan kampus yang tertib.
(Anggaran Dasar Menwa, 2017 Bab 1 dan Bab 2).
Sebagai perwujudan dari misi tersebut, diadakan beberapa pendidikan.
Diantaranya Pendidikan Kawah Candra Dimuka (PKCD), diikuti oleh calon
menwa (Camen) yang telah lolos seleksi masuk menwa. Pendidikan kemudian
dilanjutkan dengan Pra – Pendidikan Dasar Militer, dilanjutkan dengan
Pendidikan Dasar Militer (Diksarmil). Setelah mengikuti Pendidikan Dasar
Militer inilah anggota yang semula berstatus calon menwa telah resmi menjadi
anggota Menwa.
Diksarmil selain sebagai gerbang masuk menjadi anggota Menwa, juga
dapat berperan sebagai wadah untuk pembentukan karakter serta pelatihan fisik
maupun mental bagi pesertanya. Komunikasi yang berlaku dalam Diksarmil tidak
terbatas hanya interpersonal antar peserta namun berlaku pula komunikasi
kelompok. Seperti contoh terbentuknya kompi-kompi sebagai latihan kecil bagi
peserta untuk berorganisasi yang secara otomatis mengharuskan adanya
komunikasi dalam lingkup kecil yang disebut komunikasi kelompok.
Mengingat pentingnya pembentukan karakter bagi mahasiswa, peneliti
berpendapat bahwa penting untuk meneliti bagaimana peran komunikasi
organisasi dalam pembentukan karakter anggota Resimen Mahasiswa Batalyon
5
953 Kalimosodo. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti mengambil judul
“Peran Komunikasi Kelompok dalam Pembentukan Karakter (Studi Kasus
Anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953 Kalimosodo Institut
Agama Islam Negeri Salatiga Peserta Pendidikan Dasar Militer)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengajukan rumusan masalah
yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana proses komunikasi kelompok dilakukan anggota Resimen
Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953 Kalimosodo Institut Agama Islam Negeri
Salatiga saat mengikuti Diksarmil?
2. Bagaimana komunikasi kelompok berperan dalam pembentukan karakter
pada anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953 Kalimosodo saat
mengikuti Diksarmil?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah di atas,
yaitu:
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana proses komunikasi kelompok dilakukan
anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953 Kalimosodo Institut
Agama Islam Negeri Salatiga saat mengikuti Diksarmil.
2. Untuk menjelaskan mengenai bagaimana komunikasi kelompok berperan
dalam pembentukan karakter pada anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa
Batalyon 953 Kalimosodo saat mengikuti Diksarmil.
6
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini ada beberapa manfaat yang bisa diambil, adapun
beberapa manfaat tersebut antara lain:
1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan berguna dalam pengembangan ilmu
pengetahuan terutama yang berkaitan dengan peran komunikasi organisasi
dalam pengembangan karakter mahasiswa.
2. Secara praktis antara lain :
a. Bagi anggota Resimen Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo agar lebih
aktif lagi dalam mengikuti kegiatan kemenwaan sebagai proses
pembentukan karakter.
b. Bagi pengurus Resimen Mahasiswa, hasil dari penelitian ini dapat
menjadi acuan dalam mendidik dan membentuk karakter anggotanya, serta
dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengambil keputusan dengan tujuan
terbentuknya karakter anggota yang diharapkan.
3. Bagi semua orang, bahwa banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh
melalui pendidikan kemenwaan dan salah satunya adalah pembentukan
karakter.
E. Penegasan Istilah
1. Komunikasi Kelompok
Komunikasi merupakan sebuah tindakan untuk berbagi informasi,
gagasan maupun pendapat dari setiap partisipan komunikasi yang terlibat
didalamnya guna mencapai kesamaan makna (Bungin, 2006:261). Sejak lahir
manusia sudah bergabung dengan kelompok primer terdekat, yaitu keluarga.
7
Kemudian seiring dengan perkembangan usia maka lingkup pergaulan pun
bertambah. Mulai dari lingkaran pertemanan sekitar rumah, sekolah hingga
tempat ibadah.
Sebuah kelompok memiliki tujuan-tujuan yang diperjuangkan
bersama-sama. Interaksi dalam komunikasi sangat penting dalam membentuk
hubungan dan interaksi menentukan tujuan yang ingin dicapai (Morissan,
2013:333). Interaksi dalam komunikasi kelompok merupakan faktor yang
sangat penting. Interaksi yang intensif akan dapat mengatur komunikasi
makna diantara mereka sehingga dapat melahirkan persamaan pengertian.
2. Karakter dan pembentukan karakter
Kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark artinya
cetak biru, format dasar, sidik, seperti dalam sidik jari (Naim, 2012:51).
Sedangkan menurut Prayitno dan Manulang (2011:47) karakter adalah sifat
pribadi yang relatif stabil pada diri individu yang menjadi landasan bagi
penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma yang tinggi.
Menurut Fadlillah dan Khorida (2014:45) karakter tersusun dari tiga
bagian yang paling yang saling berhubungan, yaitu moral knowing
(pengetahuan moral), moral feeling (perasaan moral), dan moral behavior
(perilaku moral). Karakter yang baik terdiri dari pengetahuan tentang
kebaikan (knowing the good), keinginan terhadap kebaikan (desiring the
good), dan berbuat kebaikan (doing the good), karakter seseorang sangat
berpengaruh baik bagi kehidupannya sendiri, orang lain serta kemajuan
bangsa dan negara.
8
Pembentukan karakter adalah proses individu dalam kehidupan sehari-
hari untuk mengambil hal positif dengan tujuan membangun karakter yang
sesuai dengan norma dan kaidah moral dalam bermasyarakat. Selain itu
pembetukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional seperti
yang termaktub dalam UU Sisdiknas tahun 2003 dinyatakan bahwa tujuan
pendidikan nasional antara lain mengembangkan potensi peserta didik untuk
memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia.
3. Pendidikan Dasar Militer
Pendidikan Dasar Militer merupakan pendidikan yang pertama kali
dijalani oleh anggota Resimen Mahasiswa. Anggota yang telah menjalani
Pendidikan Dasar Militer inilah yang berhak mendapatkan Nomor Bukti
Pendidikan –setara dengan Nomor Induk Anggota– sebagai bukti bahwa
seseorang tersebut adalah anggota Resimen Mahasiswa Indonesia.
4. Resimen Mahasiswa
Menurut Surat Keputusan Bersama Mentri Pertahanan dan
Keamanan, Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Mentri Dalam Negri
nomor : KEP/11/XII/1994, 0342/U/1994 dan Nomor : 149 Tahun 1994
tanggal 28 Desember 1994, tentang Pembinaan dan Penggunaan resimen
Mahasiswa dalam Bela Negara, Pengertian Resimen Mahasiswa adalah:
a. Sebagai wadah, yang merupakan sarana pengembangan diri mahasiswa ke
arah perluasan wawasan dan peningkatan keikutsertaan dalam upaya bela
negara dan penguatan ketahanan nasional.
9
b. Sebagai perorangan, yang merupakan mahasiswa terlatih olah keprajuritan
yang telah mengikuti latihan dasar Resimen Mahasiswa Indonesia dan
menjadi bagian dari komponen pertahanan negara.
c. Sebagai Satuan, yang merupakan pusat aktifitas anggota Resimen
Mahasiswa di Perguruan tinggi, yang anggotanya terdiri dari mahasiswa
yang telah mengikuti Pendidikan Dasar Resimen Mahasiswa (SKB Tiga
Menteri 1994).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud Resimen Mahasiswa dalam penelitian ini adalah organisasi
Resimen Mahasiswa yang anggotanya terdiri dari mahasiswa yang telah
mengikuti Pendidikan Dasar Resimen Mahasiswa. Resimen Mahasiswa juga
merupakan suatu wadah bagi mahasiswa untuk menggembleng diri baik
secara fisik maupun mental sehingga nantinya diharapkan dapat menjadi
kader–kader pemimpin yang tanggap, tangguh, cepat beradaptasi dan cekatan.
F. Tinjauan Pustaka
1. Abdul Mukti, 2016. Skripsi dengan judul “Akhlak Militer Mahasiswa UIN
Walisongo Semarang (Studi Analisis Terhadap Resimen Mahasiswa Batalyon
906 Sapu Jagad UIN Walisongo Semarang)”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui peran Resimen Mahasiswa 906 Sapu Jagad sebagai salah satu
alternative pendidikan karakter saat mulai adanya gejala merosotnya
moralitas mahasiswa UIN Walisongo Semarang.
2. Roganda Joni Iskandar Lubis, 2015. Skripsi dengan judul “Peranan Resimen
Mahasiswa Universitas Lampung Dalam Membina Kesadaran Bela Negara di
10
Batalyon 201 Pemukul Tahun 2015”. Fokus penelitian ini adalah untuk
mengetahui peranan resimen mahasiswa dalam membina kesadaran bela
negara di Batalyon 201 Pemukul tahun 2015.
3. Desy Kurnia Sari, 2014. Skripsi dengan judul “Dinamika Aspek Komitmen
Pada Jiwa Korsa Resimen Mahasiswa (Studi Kasus di UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang)”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi
aspek komitmen pada jiwa korsa Resimen Mahasiswa di UIN Maliki Malang,
memetakan proses aspek komitmen dan menganalisis faktor yang
mempengaruhi aspek komitmen pada jiwa korsa Resimen Mahasiswa di UIN
Maliki Malang. Serta untuk menemukan dinamika aspek komitmen pada jiwa
korsa Resimen Mahasiswa di UIN Maliki Malang.
4. Siti Fadilah, 2013. Tesis dengan judul “Persepsi Resimen Mahasiswa
(Menwa) Terhadap Wajib Militer Dalam Rangka Pertahanan Negara (Studi
pada Resimen Mahasiswa Universitas Gajah Mada dan Universitas
Indonesia)”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi Menwa
terhadap wajib Militer, faktor-faktor yang mendorong Wajib Militer.
5. Siti Insaroh, 2016. Skripsi dengan judul “Penumbuhan Karakter
Kepemimpinan di UKM Resimen Mahasiswa Unnes”. Penelitian ini berfokus
pada bagaimana strategi penumbuhan karakter kepemimpinan di UKM
Resimen Mahasiswa Unnes dan bagaimana pengaruh karakter kepemimpinan
anggota Menwa Unnes dengan prestasi belajar anggota Menwa Unnes.
11
G. Kerangka Berfikir
Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) maka pendidikan karakter merupakan salah
satu tujuan dari pendidikan nasional. Rakornas Bidang Kemahasiswaan Dirjen
DIKTI tahun 2011 menegaskan pula bahwa pembimbingan mahasiswa
diprioritaskan pada 3 (tiga) hal. Pertama, pengembangan kemampuan intelektual,
keseimbangan emosi, dan penghayatan spiritual mahasiswa. Kedua,
pengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan
masyarakat madani. Dan ketiga, peningkatan kualitas sarana dan prasarana untuk
mendukung pengembangan dan aktualisasi diri mahasiswa.
Resimen Mahasiswa (Menwa) merupakan salah satu organisasi
mahasiswa sebagai wadah dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah
perluasan wawasan dan peningkatan keikutsertaan dalam upaya bela negara.
Dalam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga pun terdapat organisasi
Resimen Mahasiswa yang bernama Resimen Mahasiswa Batalyon 953
Kalimosodo yang dibentuk dengan misi untuk mewujudkan kader-kader
mahasiswa yang disiplin dan professional, ilmiah, dan berbudi baik serta untuk
menyebarkan nilai profesionalisme dan upaya menjadikan kampus yang tertib.
Sebagai sebuah organisasi, ada tiga elemen pokok yang harus ada dalam
Resimen Mahasiswa, yaitu adanya interaksi, kegiatan yang mengarah pada tujuan
dan adanya struktur yang jelas (Susatyo Herlambang, 1982:111). Mahasiswa yang
ingin masuk sebagai anggota Resimen Mahasiswa pun harus melalui alur tertentu.
Yaitu pendaftaran, seleksi, pra-pendidikan dasar dan kemudian Pendidikan Dasar
12
Militer. Apabila lulus, maka seorang tersebut akan resmi bergabung menjadi
anggota Resimen Mahasiswa.
Materi-materi dalam Pendidikan Dasar Militer (Diksarmil) inilah yang
ditawarkan oleh Resimen Mahasiswa sebagai sarana untuk mengembangkan
karakter mahasiswa. Saat pelaksanaan Diksarmil peserta dibagi kedalam
kelompok-kelompok pendidikan. Tujuannya agar peserta dapat berlatih
beroganisasi dan membentuk karakter-karakter yang ada pada diri mereka.
Untuk itu peneliti merasa penting untuk mengetahui bagaimana peran
komunikasi kelompok dalam Diksarmil berperan dalam pembentukan karakter
pada anggota Resimen Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
H. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis membaginya kedalam lima bab,
yaitu:
BAB I: PENDAHULUAN
Bagian pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, penegasan istilah, kerangka berpikir, tinjauan
pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II: KAJIAN TEORETIS/LANDASAN TEORI
Bab ini berisi teori yang sesuai dengan topik yang sedang dibahas. Kajian
teori mengarahkan peneliti menemukan kaedah apa saja yang telah ditulis oleh
para pakar sebelumnya. Teori tersebut dipakai menjadi dasar analisis terhadap
kajian yang sedang ditulis.
13
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan metode penelitian yang digunakan untuk mendalami
data. Dalam bagian ini dijelaskan beberapa hal seperti jenis penelitian dan
pendekatannya, lokasi dan waktu penelitian, metode pengumpulan data, dan
analisis data.
BAB IV: PEMBAHASAN
Bab ini memuat analisis data penelitian (sesuai dengan rumasan masalah
yang ada). Analisis data merupakan pemecahan masalah sesuai dengan teori,
pendekatan dan rumus metode analisis data yang digunakan.
BAB V: PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya
terutama temuan hasil penelitian untuk kemudian diajukan saran-saran.
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Peneliti telah melakukan penelusuran dan kajian dari berbagai sumber
yang mempunyai relevansi dengan tema yang peneliti angkat. Berikut adalah hasil
dari penelusuran karya tulis ilmiah yang relevan dengan penelitian ini:
1. Abdul Mukti, 2016. Skripsi dengan judul “Akhlak Militer Mahasiswa UIN
Walisongo Semarang (Studi Analisis Terhadap Resimen Mahasiswa Batalyon
906 Sapu Jagad UIN Walisongo Semarang)”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui peran Resimen Mahasiswa 906 Sapu Jagad sebagai salah satu
alternative pendidikan karakter saat mulai adanya gejala merosotnya
moralitas mahasiswa UIN Walisongo Semarang.
2. Roganda Joni Iskandar Lubis, 2015. Skripsi dengan judul “Peranan Resimen
Mahasiswa Universitas Lampung Dalam Membina Kesadaran Bela Negara di
Batalyon 201 Pemukul Tahun 2015”. Fokus penelitian ini adalah untuk
mengetahui peranan resimen mahasiswa dalam membina kesadaran bela
negara di Batalyon 201 Pemukul tahun 2015.
3. Desy Kurnia Sari, 2014. Skripsi dengan judul “Dinamika Aspek Komitmen
Pada Jiwa Korsa Resimen Mahasiswa (Studi Kasus di UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang)”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi
aspek komitmen pada jiwa korsa Resimen Mahasiswa di UIN Maliki Malang,
memetakan proses aspek komitmen dan menganalisis faktor yang
15
mempengaruhi aspek komitmen pada jiwa korsa Resimen Mahasiswa di UIN
Maliki Malang. Serta untuk menemukan dinamika aspek komitmen pada jiwa
korsa Resimen Mahasiswa di UIN Maliki Malang.
4. Siti Fadilah, 2013. Tesis dengan judul “Persepsi Resimen Mahasiswa
(Menwa) Terhadap Wajib Militer Dalam Rangka Pertahanan Negara (Studi
pada Resimen Mahasiswa Universitas Gajah Mada dan Universitas
Indonesia)”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi Menwa
terhadap wajib Militer, faktor-faktor yang mendorong Wajib Militer.
5. Siti Insaroh, 2016. Skripsi dengan judul “Penumbuhan Karakter
Kepemimpinan di UKM Resimen Mahasiswa Unnes”. Penelitian ini berfokus
pada bagaimana strategi penumbuhan karakter kepemimpinan di UKM
Resimen Mahasiswa Unnes dan bagaimana pengaruh karakter kepemimpinan
anggota Menwa Unnes dengan prestasi belajar anggota Menwa Unnes.
B. Landasan Teori
1. Kelompok dan komunikasi kelompok
a. Pengertian kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan
bersama yang berinteraksi satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan
bersama, mengenal satu dengan yang lain, dan memandang mereka
sebagai bagian dari kelompok tersebut (Mulyana, 2007:82). Kelompok
adalah agregat sosial dimana para anggotanya mempunyai ketergantungan
satu sama lainnya, dan setidak-tidaknya memiliki potensi untuk melakukan
interaksi antara satu dengan yang lainnya (Adriyanto, 1985:107).
16
Kelompok menurut Slamet (2003) adalah dua atau lebih orang
yang berhimpun atas dasar adanya kesamaan, berinteraksi melalui
pola/struktur tertentu guna mencapai tujuan bersama, dalam kurun waktu
yang relative panjang. Kelompok merupakan bagian tak terpisahkan dari
kehidupan kita, karena melalui kelompok kita dapat memperoleh berbagai
informasi, pengalaman, dan pengetahuan kita dengan anggota kelompok
lainnya (Bungin, 2006:261).
Ada empat elemen kelompok yang dikemukakan oleh Adler dan
Rodman (Sendjaja, 2002:3-5) yaitu:
1) Interaksi. Adanya interaksi antar anggota kelompok merupakan hal
yang penting karena inilah yang menjadi pembeda antara kelompok
dengan coact. Coact adalah sekumpulan orang yang secara serentak
melakukan aktifitas yang sama namun tidak melakukan komunikasi
satu sama lain.
2) Waktu. Kelompok mensyaratkan interaksi dalam jangka waktu yang
panjang, karena dengan interaksi ini kelompok akan memiliki ciri
khusus atau karakteristik yang tidak dipunyai kelompok yang bersifat
sementara.
3) Ukuran. Tidak ada ukuran yang pasti mengenai jumlah anggota atau
partisipan dalam sebuah kelompok.
4) Tujuan. Keanggotaan suatu kelompok akan membantu dalam
tercapainya tujuan dari individu atau kelompok tersebut.
17
Karakteristik atau ciri suatu kelompok menurut Shaw (1979: 6-10)
ada 6, yaitu:
1) Persepsi dan kognisi anggota kelompok
2) Motivasi dan kebutuhan kepuasan (need satisfaction)
3) Tujuan kelompok (Group Goals)
4) Organisasi Kelompok
5) Ada ketergantungan antara anggota kelompok
6) Interaksi
Soeryono Soekanto (2002:118) menjelaskan bahwa kelompok
secara umum terdiri dari beberapa rumpun. Pertama adalah kelompok
teratur, yaitu kelompok yang dapat dijelaskan strukturnya, normanya
maupun perannya. Kedua yaitu kelompok yang tidak teratur, seperti
kerumunan. Ketiga, masyarakat perkotaan dan pedesaan. Keempat,
kelompok kecil.
b. Pengertian komunikasi kelompok
Komunikasi kelompok adalah proses interaksi antara orang-orang
yang berada dalam suatu lingkaran kecil. Sedangkan menurut Michael
Burgon dan Michael Ruffner, komunikasi kelompok adalah interaksi tatap
muka dari tiga individu atau lebih guna memperoleh maksud dan tujuan
yang dikehendaki seperti berbagai informasi, pemeliharaan diri atau
pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan
karakteristik pribadi anggota lainnya (Sendjaja, 2004:3).
18
Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antar pribadi
(Cangara, 2008:252). Dalam suatu kelompok, pengalaman anggota yang
berafiliasi dengan kelompok lainnya mempengaruhi apa yang akan
dilakukannya di kelompok tersebut. Peran setiap anggota juga akan
berubah ketika anggota kelompok tersebut berubah. Perubahan tersebut
seperti contoh pergantian anggota lama dengan masuknya anggota baru.
c. Karakteristik komunikasi kelompok
Karakteristik komunikasi dalam kelompok ditentukan melalui dua
hal, yaitu norma dan peran (Bungin, 2006:273). Norma yaitu ketentuan
mengenai bagaimana orang-orang dalam suatu kelompok berhubungan dan
berperilaku satu dengan yang lainnya. Ada tiga kategori norma dalam
kelompok, yaitu norma sosial, prosedural dan tugas. Norma social
mengatur hubungan antar anggota kelompok. Sedangkan norma prosedural
menguraikan secara rinci bagaimana suatu kelompok mengambil
keputusan, harus beroperasi, dan pada akhirnya pada kesepakatan
kelompok. Norma tugas mengatur bagaimana pekerjaan harus dilakukan
(Sendjaja 2002: 3-6).
Peran yaitu pelaksanaan hak dan kewajiban sesuai dengan
kedudukannya. Peran dibagi menjadi tiga, yaitu peran aktif, peran
partisipatif dan peran pasif. Peran aktif adalah peran yang diberikan oleh
anggota kelompok karena kedudukannya sebagai aktivis kelompok
tersebut, seperti pengurus atau pejabat. Peran partisipasif adalah peran
yang diberikan oleh anggota kelompok secara umum kepada kelompok
19
tersebut. Sedangkan peran pasif adalah peran yang diberikan anggota
kelompok dengan cara menahan diri agar fungsi-fungsi lain dalam
kelompok dapat berjalan dengan baik.
Beberapa karakteristik komunikasi kelompok menurut Roudhonah
(2007:125) yaitu:
1) Komunikasi kelompok bersifat formal, dalam arti pelaksanaannya
direncanakan terlebih dahulu sesuai dengan komponen-komponennya.
2) Komunikasi kelompok terorganisir, yaitu tiap orang yang tergabung
dalam kelompok mempunyai peran dan tanggung jawab masing-
masing.
3) Komunikasi kelompok mempunyai aturan main yang mengikat.
4) Komunikator dalam kelompok harus dapat menggunakan istilah yang
akan memudahkan untuk mengorganisir pengamatan dan memilih
proses-proses sederhana yang mudah dimengerti.
d. Fungsi komunikasi kelompok
Semua fungsi yang dilaksanakan dimanfaatkan untuk kepentingan
masyarakat, kelompok dan anggota kelompok itu sendiri. Fungsi tersebut
mencakup hal-hal sebagaimana dijelaskan Burhan Bungin (2006:273-274)
berikut:
1) Fungsi hubungan sosial. Adalah bagaimana suatu kelompok mampu
memelihara dan memantapkan hubungan diantara para anggotanya.
2) Fungsi pendidikan. Yaitu bagaimana sebuah kelompok bekerja secara
formal maupun informal untuk memperoleh mempertukar pengetahuan.
20
Fungsi pendidikan ini akan sangat efektif jika setiap anggota membawa
pengetahuan yang berguna bagi kelompoknya.
3) Fungsi persuasi. Yaitu upaya mempersuasi anggota kelompok pada
anggota lainnya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Seseorang yang melakukan persuasi mempunyai resiko untuk tidak
diterima oleh anggota kelompok lainnya.
4) Fungsi pemecahan masalah (problem solving). Kegiatan-kegiatan
dalam kelompok juga dicerminkan untuk memecahkan masalah-
masalah dan membuat keputusan.
5) Fungsi terapi. Kelompok terapi mempunyai perbedaan dengan
kelompok lainnya. Objek dari kelompok terapi adalah membantu setiap
individu mencapai perubahan personalnya. Setiap anggota dianjurkan
untuk berbicara secara terbuka tentang permasalahannya. Jika muncul
konflik dalam diskusi, pemimpin atau orang yang memberi terapi yang
akan mengaturnya.
e. Strukturisasi komunikasi kelompok
Menurut Poole, pengambilan keputusan kelompok adalah proses
dimana anggota kelompok berupaya untuk mencapai persetujuan atas
suatu keputusan akhir, dan untuk mencapai hal itu mereka harus
membangun struktur sistem sosial (Morissan, 2013:364). Proses untuk
mencapai persetujuan tersebut akan menghasilkan aturan-aturan baru
tertentu di masa depan. Proses strukturisasi ini terjadi dalam tiga wilayah,
yaitu sebagai berikut:
21
1) Interpretasi. Setiap anggota kelompok harus mempunyai interpretasi
yang sama terhadap suatu hal yang sedang didiskusikan.
2) Moral. Yaitu dengan menggunakan cara-cara yang dapat diterima
dalam kelompok tersebut sesuai norma-norma yang berlaku.
3) Kekuasaan. Apa yang berkuasa di dalam kelompok ditentukan oleh
sejarah interaksi dalam kelompok. Seperti kemampuan kepemimpinan
atau status.
f. Tugas kelompok
1) Teori fungsional komunikasi kelompok.
Teori ini memandang proses sebagai instrument yang
digunakan oleh kelompok untuk mengambil keputusan (Morissan,
2013:373). Dengan menekankan antara kualitas komunikasi dan
kualitas keluaran (output) kelompok. Komunikasi adalah cara anggota
kelompok menjelajahi dan mengenal kesalahan dalam pemikirannya,
dan komunikasi adalah alat untuk menyampaikan informasi dan
persuasi.
Pendekatan fungsional telah sangat berpengaruh dengan
pengajaran pragmatik dalam kelompok diskusi kecil, hal ini
berdasarkan dari penelitian oleh filsuf John Dewey yang dipublikasikan
pada tahun 1910 (John dan Foss, 2014:344). Dewey menjelaskan proses
pemecahan masalah memiliki enam langkah. Dimulai dari
mengungkapkan kesulitan, menjelaskan permasalahan, menganalisis
masalah, menyarankan solusi, membandingkan alternatif dan menguji
22
dengan tujuan dan kriteria yang berlawanan, serta mengamalkan solusi
yang terbaik.
Secara normal kelompok mulai dengan mengidentifikasi dan
menilai sebuah masalah. Selanjutnya, kelompok berkumpul dan
mengevaluasi informasi tentang masalah berikutnya kelompok
menghasilkan sebuah keragaman usulan alternatif untuk menangani
masalah dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai semua usulan
alternatif ini dievaluasi dengan pencapaian tujuan akhir untuk mufakat
dalam serangkaian tindakan.
2) Teori pemikiran kelompok
Pemikiran kelompok adalah sebuah hasil langsung terhadap
kepaduan kelompok. Kepaduan adalah tingkatan minat ganda diantara
anggota kelompok. Kepaduan adalah sebuah hasil dari tingkatan bahwa
semua anggota merasa tujuan mereka dapat tercapai semakin kelompok
padu tekanan akan lebih mendesak anggota untuk menjaga kepaduan
tersebut (John dan Foss, 2014:346).
Irving Janis (dalam Morissan, 2013:378) menemukan dalam
risetnya bahwa pemikiran kelompok memiliki enam kelemahan sebagai
berikut:
a) Kelompok hanya mempertimbangkan beberapa alternatif tanpa ada
upaya untuk menjelajahi kemungkinan alternatif yang tersedia.
b) Gagasan yang disukai di awal tidak dipelajari kembali untuk mencari
kemungkinan hambatan yang tersembunyi.
23
c) Kelompok gagal meneliti kembali alternatif-alternatif yang pada
awalnya tidak disukai. Pandangan minoritas cepat diabaikan oleh
mayoritas anggota.
d) Kelompok tidak berupaya mencari pendapat seseorang yang ahli.
Hal ini karena kelompok sudah merasa puas dengan dirinya bahkan
merasa terancam apabila ada orang luar yang masuk.
e) Kelompok cenderung berkonsentrasi hanya pada informasi yang
mendukung rencana yang mereka sukai saja.
f) Kelompok tidak melihat kemungkinan mereka akan gagal sehingga
merasa tidak perlu memiliki rencana cadangan atau rencana darurat.
Orang-orang menggunakan komunikasi untuk berbagai cara
menyelesaikan masalah, dan komunikasi kelompok tidak hanya menjadi
alat untuk menyelesaikan tugas-tugas tapi juga menjadi media untuk
membangun hubungan. Berbagai teori dari komunikasi kelompok
membentuk sebuah tradisi yang unik. Benang merah dan pengaruhnya
sangatlah jelas yang mengikat pekerjaan dalam kelompok itu (John dan
Foss, 2014:350-353). Sebagaimana berikut ini:
a) Kelompok-kelompok tidak dapat dipisahkan dari konteks tempat
mereka bekerja. Secara tradisional, kelompok adalah sebuah tatanan
untuk hidup dengan interaksi antarmuka. Pemahaman ini berubah
ketika internet membuat kelompok-kelompok bekerja dan terbentuk
secara bersama-sama tanpa berada dilingkup yang sama dan tanpa
interaksi langsung yang berkesinambungan.
24
b) Kerja kelompok yang efektif dapat menyelesaikan tugas-tugas dan
membangun hubungan antarpribadi. Efektivitas kelompok
tergantung pada keseimbangan antara energi tugas yang diarahkan
pada penyelesaian masalah dan energi antarpribadi yang diarahkan
pada penanganan kelompok. Perhatian yang kurang pada keduanya
dapat menyebabkan ketidak puasan dan pengambilan keputusan
yang buruk.
c) Proses dan struktur mempunyai ikatan yang erat. Praktik-praktik dari
kelompok menciptakan struktur yang mempengaruhi praktik di masa
yang akan datang dengan kata lain tindakan-tindakan memiliki
konsekuensi untuk tindakan selanjutnya.
d) Kerja kelompok efektif memerlukan perhatian lebih pada kualitas
komunikasi pemikiran kreatif dan pemikiran kritis. Konsisten
dengan pengalaman sehari-hari dalam masyarakat dapat menjadi
cara untuk menjaga kelompok dari berbagai bahaya.
2. Karakter dan Pembentukan Karakter
a. Pengertian karakter
Setiap manusia adalah pemimpin dan memiliki karakter
kepemimpinan. Akan tetapi dibutuhkan proses untuk menjadi pemimpin
yang berkarakter. Maka setiap proses yang dialami dalam kehidupan
seseorang akan berpengaruh besar terhadap karakter yang terbentuk dari
masing-masing individu. Menurut Lickona (2012:8) Muatan karakter yang
baik adalah kebajikan. Kebajikan yang dimaksud seperti: kejujuran,
25
keadilan, keberanian, belas kasih adalah watak untuk berkelakuan yang
baik secara moral.
Kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark
artinya cetak biru, format dasar, sidik, seperti dalam sidik jari (Naim,
2012:51).
Sedangkan menurut Prayitno dan Manulang (2011:47) karakter
adalah sifat pribadi yang relatif stabil pada diri individu yang menjadi
landasan bagi penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma yang
tinggi. Menurut Fadlillah dan Khorida (2014:45) karakter tersusun dari
tiga bagian yang paling yang saling berhubungan, yaitu moral knowing
(pengetahuan moral), moral feeling (perasaan moral), dan moral behavior
(perilaku moral). Karakter yang baik terdiri dari pengetahuan tentang
kebaikan (knowing the good), keinginan terhadap kebaikan (desiring the
good), dan berbuat kebaikan (doing the good), karakter seseorang sangat
berpengaruh baik bagi kehidupanya sendiri, orang lain serta kemajuan
bangsa dan negara.
Dalam UU Sisdiknas tahun 2003 dinyatakan bahwa tujuan
pendidikan nasional antara lain mengembangkan potensi peserta didik
untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia (Zukhdi,
2011:29).
b. Teori-Teori Pembentukan Karakter
Pembentukan karakter adalah proses individu dalam kehidupan
sehari-hari untuk mengambil hal positif dengan tujuan membangun
26
karakter yang sesuai dengan norma, dan kaidah moral dalam
bermasyarakat. Selain itu pembetukan karakter merupakan salah satu
tujuan pendidikan nasional. Menurut Aqib (2015:164) membangun
karakter dapat dilakukan dengan pembisaaan dan keteladanan. Hal itu
yang akan sangat mempengaruhi nilai-nilai karakter yang terbentuk pada
setiap individu. Setiap karakter yang terdapat dalam diri manusia adalah
berupa nilai-nilai pembangun atau pembentuk karakter.
Nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa berasal dari nilai-
nilai luhur universal (Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, 2013:54),
yakni:
1) Cinta Tuhan dan ciptaan-Nya
2) Kemandirian dan tanggung jawab
3) Kejujuran/amanah dan diplomatis
4) Hormat dan santun
5) Dermawan, suka menolong, gotong-royong, dan kerja sama
6) Percaya diri dan kerja keras
7) Kepemimpinan dan keadilan
8) Baik dan rendah hati
9) Toleransi, kedamaian, dan kesatuan
Sedangkan nilai-nilai pembangun karakter menurut Naim
(2012:123-212) adalah sebagai berikut:
27
1) Religius
Karakter religius merupakan sikap dan prilaku yang patuh
dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk
agama lain (Yaumi, 2014: 60).
Karakter religius akan membentuk manusia yang beriman
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keyakinan adanya Tuhan akan
mewujudkan manusia yang taat beribadah dan berperilaku yang baik
yang sesuai dengan apa yang dianut oleh agama dan tidak melakukan
apa yang dilarang oleh agama dan diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
2) Jujur
Jujur adalah mengakui, berkata atau memberikan suatu
informasi yang sesuai dengan kenyataan dan kebenaran. Pendidikan
karakter jujur merupakan sesuatu hal yang sangat penting ditanamkan
dalam masing-masing pribadi. Perilaku yang tidak suka berbohong
dan berbuat curang akan mewujudkan hubungan yang harmonis
dengan Tuhan dan dirinya sendiri serta masyarakat di sekitarnya.
3) Toleransi
Secara umum toleransi bersikap adil, objektif, dan permisif
terhadap orang-orang yang pendapat, praktik, ras, agama, kebangsaan,
dan sebagainya. Toleran yakni sikap yang bebas dari kefanatikan,
menerima dan menghargai perbedaan. Karakter toleransi akan
28
membentuk masyarakat menjadi orang yang bersifat ramah tamah,
sehingga menjadi pribadi yang menyenangkan, menenangkan serta
membuka pintu kepada orang lain. Sikap toleran dalam
implementasinya tidak hanya dilakukan terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan aspek spiritual dan moral yang berbeda, tetapi juga
harus dilakukan terhadap aspek yang luas, termasuk aspek ideologi
dan politik yang berbeda.
4) Disiplin
Yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan. Disiplin juga mengandung arti
kepatuhan kepada perintah pemimpin, perhatian dan kontrol yang kuat
terhadap penggunaan waktu, tanggung jawab atas tugas yang
diamanahkan, serta kesungguhan terhadap bidang keahlian yang
ditekuni.
5) Kerja keras
Makna kerja keras, yaitu kita harus bekerja lebih banyak
daripada orang lain dan menghasilkan lebih banyak daripada orang
lain. Karakter kerja merupakan perilaku yang menunjukkan upaya
sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan
tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (Yaumi,
2014: 60).
29
6) Kreatif
Orang kreatif adalah orang yang tidak bisa diam, dalam arti
selalu berusaha mencari hal baru dari hal-hal yang telah ada. Ciri-ciri
individu yang kreatif, antara lain dikemukakan oleh Robert B. Sund
(Naim, 2012: 157-158), yaitu:
a) Berhasrat ingin mengetahui
b) Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru
c) Panjang akal dan penalaran
d) Keinginan untuk menemukan dan meneliti
e) Cenderung lebih suka melakukan tugas yang berat dan sulit
f) Mencari jawaban yang memuaskan dan komprehensif
g) Bergairah, aktif, dan berdedikasi tinggi dalam melakukan
tugasnya;
h) Berpikir fleksibel dan mempunyai banyak alternative
i) Menanggapi pertanyaan dan kebisaaan serta memberikan jawaban
lebih banyak
j) Mempunyai kemampuan membuat analisis dan sintesis
k) Mempunyai kemampuan membentuk abstraksi-abstraksi
l) Memiliki semangat inquiry (mengamati/menyelidiki masalah)
m) Memiliki keluasan dalam kemampuan membaca.
7) Mandiri
Mandiri berarti mampu melaksanakan sesuatu dilandasi atas
sikap kedewasaan sehingga mampu melaksanakan proses sesuatu
30
dengan baik walaupun dominan dilakukan sendiri. Berarti pula sikap
dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
8) Demokratis
Demokratis merupakan gabungan dari kata demos yang berarti
rakyat dan kratos yang berarti kekuasaan atau undang-undang.
Pengertian yang dimaksud dengan demokrasi adalah kekuasaan atau
undang-undang yang berakar kepada rakyat. Dengan kata lain,
rakyatlah yang memegang kekuasaan tertinggi. Dalam konteks
pembentukan karakter, ada beberapa prinsip yang dapat
dikembangkan untuk menumbuh kembangkan spirit demokrasi.
Diantaranya menghormati pendapat orang lain.
9) Rasa ingin tahu
Karakter rasa ingin tahu merupakan sikap dan tindakan yang
selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari
sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar (Yaumi, 2014: 6).
Rasa ingin tahu sebaiknya dimiliki untuk membuat pengetahuan
menjadi bertambah.
10) Semangat kebangsaan
Semangat kebangsaan penting menjadi nilai pembentuk
karakter karena meneguhkan arti dan makna penting sebagai warga
negara. Semangat kebangsaan meliputi cara berfikir, bertindak, dan
31
berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri ataupun kelompoknya.
11) Menghargai prestasi
Memberi ucapan terimakasih dan hadiah merupakan salah satu
contoh untuk menghargai perlakuan baik orang lain. Menghargai
prestasi seseorang akan membuat orang lain juga menghargai balik,
sehingga dalam hidup ini senantiasa akan saling menghargai.
12) Cinta tanah air
Cinta tanah air tidak hanya merefleksikan kepemilikan, tetapi
juga bagaimana mengangkat harkat dan martabat bangsa ini dalam
kompetisi global. Yang diwujudkan dalam cara berfikir, bersikap, dan
berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan
yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsa.
13) Bersahabat
Orang yang bersahabat atau komunikatif adalah orang yang
mudah bergaul dengan orang lain dan biasanya selain mampu
menyampaikan, juga mampu mendengarkan apa yang disampaikan
orang lain untuk kemudian direspon dengan cara yang tepat (Elfindri:
2012: 100). Karakter bersahabat/komunikatif merupakan perilaku
yang menunjukkan upaya untuk menjalin persahabatan dengan jalan
berkomunikasi kepada semua orang.
32
14) Cinta damai
Karakter cinta damai merupakan sikap, perkataan dan
tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas
kehadiran dirinya (Yaumi, 2014: 60). Memiliki karakter cinta damai
akan membuat semuanya mendapatkan kedamaian sehingga mampu
meminimalisir konflik yang berujung peperangan yang merugikan
umat manusia.
15) Gemar membaca
Gemar adalah rasa suka seseorang terhadap sesuatu. Itu berarti
gemar membaca merupakan kesukaan seseorang untuk membaca,
dimana sumber bacaan tidak hanya dari satu sumber saja. Kegiatan
dalam membaca buku tentunya akan membuka wawasan dan
pengetahuan tentang dunia yang luas sehingga nantinya diharapkan
dapat mengubah masa depan.
16) Pantang menyerah
Kemajuan sebuah bangsa hanya bisa diperoleh jika
masyarakatnya tahan banting, kerja keras, tidak menyerah, tekun,
tidak patah semangat, dan selalu berusaha menemukan hal-hal baru
yang bermanfaat.
17) Peduli lingkungan
Sikap peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang
berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan sekitarnya dan
33
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki ketidak nyamanan
pada lingkungan yang sudah terjadi.
18) Peduli sesama
Peduli terhadap sesama adalah memperhatikan dan memahami
sesama manusia. Kepedulian ini harus dilakukan tanpa pamrih,
sehingga tidak mengharapkan timbal balik. Kepedulian terhadap
sesama bias dilaksanakan dengan menolong seseorang, memberikan
nasehat, menjamu tamu yang datang ke rumah, dan sebagainya.
Pusat Kurikulum dan Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pendidikan Nasional dalam publikasinya berjudul Pedoman
Pelaksanaan Pendidikan Karakter menyatakan bahwa pendidikan karakter
pada intinya membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak
mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotic,
berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan Pancasila (Samani dan Hariyanto, 2014: 52). Ada 18 (delapan
belas) nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter bangsa
(Kemendiknas, 2010:9-10), sebagaimana dalam tabel berikut:
No. Karakter Deskripsi
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama
lain, dan hidup rukun denga pemeluk agama
lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
34
pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai
perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap,
dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib
dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
5. Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-
sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan
belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu
yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang lain dalam
menyelesailan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang
menilai sama hak dan kewajiban dirinya
dengan orang lain.
9. Rasa Ingin
Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari
sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.
10. Semangat
Kebangsaan
Cara berfikir, brtindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara
di atas kepentingan diri kelompoknya.
11. Cinta Tanah
Air
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
politik bangsa.
12. Menghargai
Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/
Komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan
orang lain.
35
14. Cinta Damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang
menyebabkan orang lain merasa senang dan
aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar
Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai
bacaan yang memberikan kebajikan untuk
dirinya.
16. Peduli
Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkuangan alam
sekitarnya, dan mengemabngkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah
terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
18. Tanggung
Jawab
Sikap dan perilaku seeorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa
c. Karakter manusia dalam Al-Qur’an
Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT tidak lepas dari
sifat-sifat yang melekat pada dirinya baik sifat baik maupun buruk.
Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. At-Taghabun:2 berikut:
بما تعملون بصري ؤمنه وٱهلل ي خلقكم فمنكم كفر ومنكم م ٢هو ٱلArtinya: Dialah yang menciptakan kamu maka di antara kamu ada yang
kafir dan di antaramu ada yang mukmin. Dan Allah Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan.
Pada dasarnya manusia berada dalam kondisi yang suci dan
mengikuti jalan agama yang lurus. Namun lingkunganlah yang
membentuk mereka menjadi apa kedepannya. Seperti dalam QS. Ar-
Rum:30 berikut:
36
ه ل تبديل للق ٱلت فطر ٱنلاس عليها ه فطرت ٱهلل ين حنيفا قم وجهك للدفأ
كث ٱنلاس ل يعلمون ين ٱلقيدم ولكن أ لك ٱلد ه ذ ٣٠ٱهلل
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Selain golongan mukmin dan kafir, terdapat golongan lain yang
berada diantara keduanya. Golongan ini disebut dalam QS. Al=Anfal:49
sebagai berikut:
لع ؤلء دينهم ومن يتوك رض غر ه ين ف قلوبهم م إذ يقول ٱلمنفقون وٱل
عزيز حكيم فإن ٱهلل ٤٩ٱهللArtinya: (Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada
penyakit di dalam hatinya berkata: "Mereka itu (orang-orang mukmin)
ditipu oleh agamanya". (Allah berfirman): "Barangsiapa yang bertawakkal
kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana"
Dari ketiga golongan tersebut, sudah seharusnya kita berupaya
agar masuk dalam golongan mukmin, yaitu golongan yang akan mendapat
syafaat Nabi Muhammad SAW di hari akhir kelak. Dalam QS. Al-
Mukminun dan QS. Al-Furqon, karakter orang mukmin dijelaskan sebagai
berikut:
1) Khusyuk dalam shalat (regilius) dan menjaga shalatnya. Hal ini
tercantum dalam QS. Al-Mukminun ayat 1-2 dan QS. Al-Furqon: 64
berikut:
37
فلح ٱلمؤمنون ين هم ف صلتهم خشعون ١قد أ ٢ٱل
Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
(yaitu) orang-orang yang khusyu´ dalam sembahyangnya (QS. Al-
Mukminun: 1-2)
دا وقيما ين يبيتون لربدهم سج ٦٤وٱلArtinya: Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan
berdiri untuk Tuhan mereka (QS. Al-Furqon: 64)
2) Meninggalkan pekerjaan yang tidak bermanfaat (disiplin). Dijelaskan
dalam QS. Al-Mukminun: 3 berikut:
ين هم عن ٱللغو معرضون ٣وٱلdan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan)
yang tiada berguna.
3) Rendah hati. Seperti dalam QS. Al-Furqon: 63 berikut:
رض هونا إوذا خاطبهم ٱلجهلون قالوا وعباد ٱين يمشون لع ٱل لرنمح ٱل
٦٣سلما Artinya: Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah)
orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila
orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata
(yang mengandung) keselamatan.
4) Tidak berlebihan atau proporsional. QS. Al-Furqon:67
لك قواما وا وكن بني ذ نفقوا لم يسفوا ولم يقتين إذا أ ٦٧وٱل
Artinya: Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka
tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu)
di tengah-tengah antara yang demikian
38
5) Dapat menjaga kemaluan (tanggung jawab) QS. Al-Mukminun: 5-6
ين هم لفروجهم ح يمنهم ٥فظون وٱلو ما ملكت أ
زوجهم أ
أ إل لع
٦فإنهم غري ملومني Artinya: Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap
isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya
mereka dalam hal ini tiada tercela
6) Peduli lingkungan dan menjaga perdamaian dengan tidak membunuh
dan tidak berzina. Seperti dalam QS. Al-Furqon: 68 berikut:
إل ها ءاخر ول يقتلون ٱنلفس ٱلت حرم ٱهلل إل ين ل يدعون مع ٱهلل وٱل
ثاما لك يلق أ ول يزنونه ومن يفعل ذ ٦٨بٱلقد
Artinya: Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain
beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina,
barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat
(pembalasan) dosa(nya)
7) Amanah dan dapat dipercaya, seperti dijelaskan dalam QS. Al-
Mukminun: 8
منتهم وعهدهم رعون ين هم ل ٨وٱل
Artinya: Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang
dipikulnya) dan janjinya
8) Tidak memberikan kesaksian palsu, dengan kata lain seorang mukmin
harus mempunyai sifat jujur. Seperti dalam QS. Al-Furqon: 72.
وا بٱللغو م ور إوذا مر ين ل يشهدون ٱلز وا كراما وٱل ٧٢ر
39
Artinya: Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan
apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan
menjaga kehormatan dirinya
Selain karakter-karakter yang telah dijelaskan diatas, adapula
karakter lain dalam Al-Qur’an yang harus dimiliki seorang muslim.
Karakter tersebut adalah sebagai berikut:
1) Akidah yang bersih. Karena dengan inilah seorang muslim akan
memiliki ikatan yang kuat dengan Allah, sehingga seluruh amalannya
dipersembahkan untuk Allah SWT. Seperti dalam QS. Al-An’am: 162.
ٱلعلمني ربد ١٦٢قل إن صلت ونسك ومياي وممات هللArtinya: Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku
dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
2) Akhlak yang kokoh. Nabi Muhammad SAW sendiri diutus ke dunia
dengan misi untuk menyempurnakan akhlak umat manusia. Di dalam
diri beliau terdapat kesempurnaan akhlak yang menjadi contoh dan
tauladan untuk seluruh umat manusia. Keagungan akhlaknya
diabadikan dalam Al-Qur’an Surah Al-Qalam: 4 berikut:
٤ك لعل خلق عظيم إون Artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung.
3) Jasmani yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji adalah contoh amalan
yang harus dilakukan dengan fisik yang sehat dan kuat. Seperti dalam
sabda Nabi Muhammad SAW berikut:
40
ب هريرة رض اهلل عنه قال :قال رسول اهلل صل اهلل عليه وسلم :عن أ
عيف وفـى كـلد حب إلـى اهلل من الـمؤمن الضالـمؤمن القـوي خـري وأ
يـنـفـعـك واستعن باهلل ول تـعجـز إون خـيـر احـرص عـلـى ما
صابك شـىء فـل تقل ى فعلت كن كذا وكـذا ولـكن قل :أ ـد ن
:لو أ
يطان قـدر اهلل وما شاء فعل فإن لو تـفـتـح عمل الش
Artinya: Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu , beliau berkata,
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Mukmin yang kuat
lebih baik dan lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla daripada Mukmin
yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah
untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah
pertolongan kepada Allâh (dalam segala urusanmu) serta janganlah
sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah,
janganlah engkau berkata, Seandainya aku berbuat demikian, tentu
tidak akan begini dan begitu, tetapi katakanlah, Ini telah ditakdirkan
Allâh, dan Allâh berbuat apa saja yang Dia kehendaki, karena ucapan
seandainya akan membuka (pintu) perbuatan syaitan. (HR. Muslim no.
2664, Ahmad no. 366, Ibnu Majah no. 79).
4) Wawasan yang luas. Di dalam Islam, semua perbuatan harus didasari
dengan aktifitas berpikir. Oleh sebab itu seorang mukmin harus
memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Ayat Al-Qur’an
yang pertama turun pun berisi perintah untuk membaca, yang
mengisyaratkan perintah untuk mencari ilmu. Yaitu sebagai berikut:
ي خلق بٱسم ربدك ٱلنسن من علق ١ٱقرأ وربك ٢خلق ٱل
ٱقرأ
كرم ي علم بٱلقلم ٣ٱل نسن ما لم يعلم ٤ٱل ٥علم ٱل
Artinya: 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan. 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3.
41
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. 4. Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam. 5. Dia mengajar kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya (QS. Al-Alaq: 1-5)
5) Pandai mengatur waktu dan teratur dalam mengatur urusan. Waktu
menjadi perhatian penting dalam Al-Qur’an, terbukti dengan banyaknya
ayat Allah bersumpah dengan waktu, seperti dalam firmannya:
نسن لف خس ١وٱلعص ٢إن ٱلArtinya: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian (QS. Al-Ashr: 1-2)
ول ل وٱنلهار أليت لد رض وٱختلف ٱل
ت وٱل مو إن ف خلق ٱلس
لبب ١٩٠ٱل
Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal (QS. Ali Imron: 190)
Karena itu, mukmin haruslah mampu mengatur waktunya
dengan baik. Melakukan pekerjaan secara tepat dan cepat sehingga
tidak membuang-buang waktu yang ada. Nabi Muhammad SAW
bersabda:
تك قبل سقمك و :اغتنم خسا قبل خس شبابك قبل هرمك و صح
غناك قبل فقرك و فراغك قبل شغلك و حياتك قبل موتك
Artinya: “Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara; (1) Waktu
mudamu sebelum datang waktu tuamu; (2) Waktu sehatmu sebelum
datang waktu sakitmu; (3) Masa kayamu sebelum datang masa
kefakiranmu; (4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu; (5)
Hidupmu sebelum datang matimu. (HR. Al-Hakim)
42
6) Mandiri. Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Al-Muddatstsir:
38 berikut:
٣٨ك نفس بما كسبت رهينة
Artinya: Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah
diperbuatnya
Selanjutnya dalam QS. Al-Mukminun: 62 disebutkan bahwa:
ينا كتب ينطق بٱلقد ه ول وهم ل يظلمون ول نكلدف نفسا إل وسعها
Artinya: Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut
kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang
membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya.
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa seorang mukmin tidak
akan diberi beban diatas kemampuannya. Oleh karena itu, seorang
mukmin dituntut untuk bisa mengatasi dan menyelesaikan masalahnya
sendiri secara mandiri.
7) Bermanfaat bagi orang lain. Rosulullah SAW bersabda:
نفعهم للناس خري انلاس أ
Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi
manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini
dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289).
Saat kita berbuat baik kepada orang lain, sebenarnya
manfaatnya akan kembali ke diri kita sendiri. Begitupula apabila kita
berbuat jahat kepada orang lain, maka efek perbuatan itu akan kembali
ke diri kita sendiri. Seperti diterangkan dalam QS. Al-Isra: 7 berikut:
43
ه فإذا جاء وعد ٱألخرة تم فلهاسأ
نفسكم إون أ
حسنتم ل
حسنتم أ
إن أ
ما وسيل وا و ولرد ل مر و ٱلمسجد كما دخلوأ أ وجوهكم ولدخلوا ا
٧علوا تبريا
Artinya: Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi
dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi
dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang
kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-
muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-
musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan
sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.
3. Resimen Mahasiswa
a. Pengertian Resimen Mahasiswa
Menurut Surat Keputusan Bersama Mentri Pertahanan dan
Keamanan, Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Mentri Dalam Negri
nomor : KEP/11/XII/1994, 0342/U/1994 dan Nomor : 149 Tahun 1994
tanggal 28 Desember 1994, tentang Pembinaan dan Penggunaan resimen
Mahasiswa dalam Bela Negara, Pengertian Resimen Mahasiswa adalah:
1) Sebagai wadah, yang merupakan sarana pengembangan diri mahasiswa
ke arah perluasan wawasan dan peningkatan keikutsertaan dalam upaya
bela negara dan penguatan ketahanan nasional.
2) Sebagai perorangan, yang merupakan mahasiswa terlatih olah
keprajuritan yang telah mengikuti latihan dasar Resimen Mahasiswa
Indonesia dan menjadi bagian dari komponen pertahanan negara.
3) Sebagai Satuan, yang merupakan pusat aktifitas anggota Resimen
Mahasiswa di Perguruan tinggi, yang anggotanya terdiri dari mahasiswa
44
yang telah mengikuti Pendidikan Dasar Resimen Mahasiswa ( SKB
Tiga Mentri 1994 ).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud Resimen Mahasiswa dalam penelitian ini adalah nomor (3)
Sebagai Satuan, yang merupakan pusat aktifitas anggota Resimen
Mahasiswa di Perguruan tinggi, yang anggotanya terdiri dari mahasiswa
yang telah mengikuti Pendidikan Dasar Resimen Mahasiswa. Resimen
Mahasiswa juga merupakan suatu wadah bagi mahasiswa yang
menggembleng diri baik secara fisik maupun mental sehingga nantinya
diharapkan dapat menjadi kader – kader pemimpin yang tanggap (cepat
respon), tangguh (kuat), tanggon (cepat beradaptasi), dan trengginas
(cekatan).
b. Sejarah Resimen Mahasiswa
Pada masa penjajahan, pergerakan nasional memulai babak baru
saat berdirinya organisasi Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 oleh
para mahasiswa Stovia Jakarta sebagai upaya untuk mewujudkan
persatuan dan kesatuan yang kemudian disusul terbentuknya organisasi
persatuan lainnya seperti Syarekat Dagang Islam, Indische Partij dll.
(http://menwa.org/tentang-menwa/#sejarah, diakses pada 03 Agustus 2018
pkl. 17.00 WIB)
Setelah Indonesia merdeka, keikut sertaan pemuda dalam bela
negara terus berlanjut. Terbukti dengan adanya Badan Keamanan Rakyat
(BKR) Remaja (yang kemudian diubah namanya menjadi Tentara
45
Keamanan Rakyat). Pada tanggal 03 Juni 1947 mengesahkan terbentuknya
Tentara Nasional Indonesia, dan laskar pelajar disatukan dalam Brigade
17/TNI-Tentara Pelajar.
Pada tahun 1954 diterbitkan UU Nomor 29 Tahun 1954 yang
mengatur tentang Pertahanan Negara Republik Indonesia, yang menjadi
dasar diselenggarakannya Wajib Latih di kalangan mahasiswa yang
dididik oleh Kodam VI Siliwangi Jawa Barat. Pasukan ini kemudian
dikenal dengan nama WALA 59.
Pasukan wajib latih mahasiswa (walawa) juga dilibatkan pada
masa pembebasan Irian Barat yang dicanangkan Presiden Soekarno pada
tahun 1961. Disusul terbitnya Keputusan Bersama Wampa Hankam dan
Menteri PTIP Nomor: M/A/20/1963 tanggal 24 Januari 1963 tentang
Pelaksanaan Wajib Latih dan Pembentukan Resimen Mahasiswa di
lingkungan Perguruan Tinggi. Pada tahun 1965, dikeluarkan SKEP Menko
Hankam/KASAD dan Menteri PTIP Nomor M/A/165/1965 tentang
Organisasi dan Prosedur Resimen Mahasiswa. (Desy Kurnia Sari,
2014:68)
Melalui Keputusan Bersama Menhankam/Pangab, Mendikbud dan
Mendagri Nomor: Kep/39/XI/1975, Nomor: 0246 a/U/1975 dan Nomor:
247 Tahun 1975 tanggal 11 November 1975 tentang Pembinaan
Organisasi Resimen Mahasiswa Dalam Rangka Mengikutsertakan Rakyat
Dalam Pembelaan Negara, disebutkan bahwa Resimen Mahasiswa
46
dibentuk menurut pembagian wilayah Propinsi Daerah Tingkat I sehingga
berjumlah 27 Resimen Mahasiswa di Indonesia.
Saat ini Resimen Mahasiswa berjalan dibawah Kesepakatan
Bersama antara Menteri Pertahanan, Departemen Dalam Negeri, Menteri
Riset dan Pendidikan Tinggi, dan Menteri Pemuda dan Olahraga RI
Nomor: KB/11/XII/X/2014, Nomor: 421.73/6660A/SJ, Nomor:
6/M/MOU/XII/2014, Nomor: 1175 Tahun 2014 tanggal 19 Desember
2014 Tentang Pembinaan dan Pemberdayaan Resimen Mahasiswa dalam
Bela Negara.
Sebagai salah satu komponen cadangan pertahanan negara,
anggota Menwa memperoleh beberapa pendidikan, antara lain:
1) Pendidikan berjenjang:
a) Pra Pendidikan dasar (PRADIKSAR)
b) Pendidikan Dasar (DIKSAR)
c) Kursus Kader Pelaksana (SUSKALAK)
d) Kursus kader pimpinan (SUSKAPIN)
2) Perdidikan tambahan:
a) Pembinaan mental dan pemantapan (BINTALTAP)
b) Pendidikan Provost (DIKPROV)
c) Kursus Pelatih Nasional (SUSPELATNAS)
d) Kursus Dinas Staf (KDS)
e) Pelatihan Dasar Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (PBP)
f) Pelatihan SAR PBP, Pendidikan Fungsi Staff (DIKSISTAF), dll.
47
c. Organisasi Resimen Mahasiswa Indonesia
Resimen Mahasiswa Indonesia mempunyai semboyan “Widya
Castrena Dharma Siddha” yang mengandung arti filosofis
“penyempurnaan pengabdian dengan ilmu pengetahuan dan ilmu
keprajuritan”. Semboyan ini tercantum dalam lambang Resimen
Mahasiswa Indonesia.
Gambar 1.
Lambang Resimen Mahasiswa Indonesia
Makna unsur lambang Resimen Mahasiswa Indonesia adalah
sebagai berikut:
1) Perisai segilima: menggambarkan keteguhan sikap.
2) Padi dan kapas: menggambarkan dasar bernegara dan pandangan hidup
bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.
3) Bintang, sayap burung, jangkar dan lambang Polri: Resimen Mahasiswa
berada di bawah naungan ketiga unsur angkatan dan Polri.
4) Pena dan senjata: Di dalam pengabdiannya, wira melakukan
keselarasan antara ilmu pengetahuan dan ilmu keprajuritan.
48
5) Buku tulis: Tugas pokok setiap wira adalah mengembangkan ilmu
pengetahuan, di samping melaksanakan tugas-tugas kemenwaan.
Resimen Mahasiswa dalam melaksanakan fungsi dan tugas –
tugasnya juga selalu memegang teguh ikrar Resimen Mahasiswa
Indonesia yang disebut dengan “Panca Dharma Satya Resimen
Mahasiswa” yang berarti lima pedoman kesetiaan dalam menjalankan
tugas dan kewajiban. Bunyi Panca Dharma Satya Resimen Mahasiswa
tersebut adalah:
1) Kami adalah mahasiswa warga negara, Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
2) Kami adalah mahasiswa yang sadar akan tanggungjawab serta
kehormatan akan pembelaan Negara dan tidak kenal menyerah.
3) Kami Putra Indonesia yang berjiwa Ksatria dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa serta membela kejujuran, kebenaran dan keadilan.
4) Kami adalah mahasiswa yang menjunjung tinggi nama dan kehormatan
Garba Ilmiah* dan sadar akan hari depan bangsa dan negara.
5) Kami adalah mahasiswa yang memegang teguh disiplin lahir dan batin ,
percaya diri sendiri dan mengutamakan kepentingan nasional diatas
kepentingan pribadi maupun golongan.
Organisasi Resimen Mahasiswa terdiri dari :
1) Komandan Resimen Mahasiswa;
2) Wakil komandan Resimen Mahasiswa;
3) Staf Komando;
49
4) Unsur Pelayanan;
5) Satuan Resimen Mahasiswa;
6) Sub – Resimen Mahasiswa;
d. Tugas Pokok & Fungsi Resimen Mahasiswa
1) Tugas pokok dari Resimen Mahasiswa meliputi:
a) Merencanakan, mempersiapkan dan menyusun seluruh potensi
mahasiswa terlatih ditiap –tiap provinsi daerah tingkat I untuk
memperkuat pertahanan Nasional dengan melaksanakan usaha
dalam kegiatan Rakyat Terlatih.
b) Membantu terlaksananya pembinaan kesadaran bela negara serta
kelancaran kegiatan dan program lainnya di perguruan tinggi.
2) Fungsi Resimen Mahasiswa
a) Melaksanakan Pemeliharaan dan peningkatan kemampuan baik
perorangan maupun satuan dibidang Ratih.
b) Melaksanakan pembinaan disiplin anggota Menwa baik sebagai
mahasiswa maupun warga masyarakat.
c) Melaksanakan pembinaan Satmenwa dengan mahasiswa lainnya.
d) Membantu menumbuhkan dan meningkatkan sikap bela Negara di
masyarakat.
e) Membantu terwujudnya penyelenggaraan fungsi Linmas di
perguruan tinggi.
f) Membantu motivasi masyarakat untuk berperan serta secara aktif
dalam pembangunan nasional.
50
g) Membantu upaya penanggulangan bencana di kampus dan
lingkungannya serta masyarakat.
h) Menyampaikan saran atau pertimbangan kepada pimpinan
perguruan tinggi dan Pangdam atau Danrem.
e. Tujuan Resimen Mahasiswa
1) Sebagai wadah penyalur potensi mahasiswa dalam rangka mewujudkan
hak dan kewajiban warga negara dalam bela Negara.
2) Mempersiapkan mahasiswa yang memiliki sikap disiplin, pengetahuan
fisik dan mental agar mampu melaksanakan tugas bela negaran serta
menanamkan dasar – dasar kepemimpinan dengan tetap mengacu pada
kepentingan nasional.
3) Mempersiapkan potensi mahasiswa sebagai bagian dari rakyat dalam
rangka Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta.
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini membahas mengenai peran komunikasi kelompok dalam
pembentukan karakter di dalam kegiatan Diksarmil. Penelitian ini termasuk jenis
penelitian kualitatif, dimana penelitian ini dimaksudkan untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian (Moleong, 2008:6) dengan
metode penelitian kombinasi antara wawancara yang mendalam serta observasi
non partisipan.
Wawancara mendalam adalah metode penelitian dimana peneliti
melakukan kegiatan wawancara dan tatap muka secara terus menerus untuk
menggali informasi dari informan. Sedangkan observasi non partisipan adalah
observasi dimana peneliti tidak memposisikan diri sebagai anggota kelompok
yang diteliti. (Kriyantono, 2006:63-64)
Penelitian ini juga termasuk sebagai sebuah penelitian atau riset studi
kasus. Yaitu penelitian dimana peneliti mengembangkan analisis mendalam
mengenai suatu kasus, peristiwa aktivitas atau proses dari suatu individu atau
lebih; kasus-kasus tersebut dibatasi oleh waktu dan aktivitas dan peneliti
mengumpulkan informasi secaraa lengkap dengan menggunakan berbagai
prosedur pengumpulan data (Creswell, 2017:19).
52
B. Lokasi Penelitian
Peneliti memusatkan kegiatan pengumpulan data di markas komando
(Mako) Resimen Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo yang beralamat di
Gedung PKM II Lantai 1 Kampus 1 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
C. Fokus Penelitian
Penelitian ini berpusat pada kegiatan Pendidikan Dasar Militer, yang
mana komunikasi kelompok di dalamnya dapat dijadikan sebagai upaya
pembentukan karakter anggota Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953
Kalimosodo. Peneliti mengangkat tema tersebut karena melihat latar belakang
diatas, bahwa pendidikan karakter merupakan salah satu tujuan dari pendidikan
nasional, dan Pendidikan Dasar Militer dapat dijadikan sebagai salah satu upaya
untuk mengembangkan karakter mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga, khususnya yang tergabung dalam UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa)
Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 953 Kalimosodo.
D. Sumber dan Jenis Data
1. Data Primer
Adalah data yang dihimpun secara langsung dari sumbernya dan
diolah sendiri untuk dimanfaatkan (Ruslan, 2003:138). Dalam penelitian ini,
yang akan menjadi sumber data primer adalah Pengurus Resimen Mahasiswa
Batalyon 953 Kalimosodo IAIN Salatiga, anggota Resimen Mahasiswa
Batalyon 953 Kalimosodo IAIN Salatiga, dan semua pihak yang mengetahui
dengan baik Resimen Mahasiswa, khususnya Resimen Mahasiswa Batalyon
953 Kalimosodo IAIN Salatiga.
53
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak
langsung melalui media perantara, berbentuk catatan atau laporan data
dokumentasi oleh lembaga tertentu yang dipublikasikan (Ruslan, 2003:138).
Adapun sumber data sekunder yang peneliti gunakan adalah AD ART Menwa
953 Kalimosodo, dokumen-dokumen, foto-foto, serta media pendukung
lainnya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode atau teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat
digunakan peneliti untuk mengumpulkan data (Kriyantono, 2006:95). Kegiatan
pengumpulan data sangat menentukan hasil dari suatu penelitian. Apabila
kegiatan pengumpulan data ini tidak dirancang dengan baik atau salah dalam
mengambil data, maka data yang diperoleh pun menjadi tidak relevan dengan
permasalahan yang diteliti.
Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu
sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi disini diartikan sebagai kegiatan mengamati secara
langsung –tanpa mediator– sesuatu objek untuk melihat dengan dekat
kegiatan yang dilakukan obyek tersebut (Kriyantono, 2006:110). Teknik ini
peneliti gunakan untuk mencari data mengenai Resimen Mahasiswa Batalyon
953 Kalimosodo dan kegiatan-kegiatannya, khususnya Pendidikan Dasar
Militer.
54
2. Wawancara
Arthur A. Berger mendefinisikan wawancara sebagai percakapan
antara periset –seorang yang berharap mendapat informasi– dan informan
atau seorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu
obyek (Rachmat Kriyantono, 2006: 100). Wawancara dilakukan kepada
anggota Resimen Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo Angkatan 2016 –
2017 yang mengikuti Pendidikan Dasar Militer untuk menguraikan tentang
pengalaman dan pendidikan karakter yang didapatkan selama mengikuti
kegiatan tersebut. Adapun responden dalam wawancara ini berjumlah 10
orang sebagai berikut:
Tabel 1.
Daftar Responden
No. Nama Tahun Diksar
1. Rizky Yoga Perdana 2016
2. Widya Agustina Rachmawaty 2016
3. Ari Wibowo 2017
4. Sri Rahayu 2017
5. Risky Ayu Saputri 2017
6. Kusandi Achmad Farizky 2017
3. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
55
lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274). Dalam hal ini peneliti
mencari data mengenai foto-foto kegiatan, materi-materi dan dokumen lain
yang diperlukan.
F. Teknik Analisis dan Validitas Data
Moleong (dikutip dari Rachmat Kriyantono, 2006: 167) mendefinisikan
analisis data sebagai proses mengorganisasikan dan mengurutkan data dalam pola,
kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Usaha ini
melibatkan segmentasi dan memilah-milah data serta menyusunnya kembali
(Creswell, 2017:260). Pada tahapan ini, peneliti menganalisis data yang terkumpul
dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan menggunakan teknik
reduksi.
Menurut Milez dan Huberman, reduksi data yaitu memilah-milah hal
pokok yang sesuai dengan focus penelitian. Reduksi data merupakan suatu bentuk
analisis berupa menggolongkan, mengarahkan, membuang, dan
mengorganisasikan data. Data yang telah direduksi memberikan gambaran yang
lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk
mencarinya sewaktu-waktu dibutuhkan (Milez dan Huberman, 1992).
Untuk menyanggah anggapan bahwa penelitian kualitatif tidak ilmiah,
perlu dilakukan pemeriksaan terhadap keabsahan data. Keabsahan data merupakan
konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan
(realibilitas) menurut versi positivisme dan disesuaikan dengan tuntutan
pengetahuan, kriteria dan paradigmanya sendiri (Moleong, 2008:321). Untuk itu
56
peneliti melakukan pengujian terhadap data yang ditemukan menggunakan teknik
trianggulasi.
Trianggulasi dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang
bersifat penggabungan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
yang telah ada (Sugiono, 2015:241). Apabila peneliti menerapkan trianggulasi
pada saat pengumpulan data, maka secara otomatis peneliti juga melakukan
pengujian kredibilitas data yang didapat dari berbagai sumber data dengan
berbagai teknik pengumpulan data yang digunakan.
57
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Profil Resimen Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo
Resimen Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo IAIN Salatiga berdiri
pada tanggal 27 November 1986, disaat IAIN Salatiga masih tergabung
sebagai anak cabang Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Pada saat
itu, Resimen Mahasiswa yang ada bernama Resimen Mahasiswa Batalyon
906 Kompi B (atau disingkat Yon 906 Ki-B) Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Salatiga.
Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 1997, maka secara yuridis mulai tanggal 21 Maret 1997 Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga beralih status menjadi Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Hal itu juga mempengaruhi
pergantian nama Yon 906 Ki-B beralih nama menjadi Satuan 953
Kalimosodo STAIN Salatiga.
Pada tanggal 29 April 2013 keluar Surat Keputusan Komandan
Komando Resimen Mahasiswa Mahadipa Jawa Tengah Nomor: SKEP-
009/MENWA MHDP/2013 Tentang perubahan nama “Satuan” menjadi
“Batalyon” di jajaran Komando Resimen Mahasiswa Mahadipa Jawa Tengah.
Sehingga Satuan 953 Kalimosodo beralih nama menjadi Resimen Mahasiwa
Batalyon 953 Kalimosodo IAIN Salatiga. (http://menwa953-
58
k.blogspot.com/p/sejarah-berdirinya-menwa-batalyon-953.html diakses
pada 04 Agustus 2018 pkl. 15.00 WIB)
Resimen Mahasiswa IAIN Salatiga memiliki nama yaitu Batalyon
953 Kalimosodo IAIN Salatiga, yang memiliki arti sebagai berikut:
a. Batalyon, sesuai Surat Keputusan Komandan Komando Resimen
Mahasiswa Mahadipa Jawa Tengah Nomor: SKEP-009/MENWA
MHDP/2013.
b. Sedangkan nomor Batalyon 953 diambil dari nomor kode provinsi jawa
tengah yaitu 9 (sembilan) dan 53 merupakan urutan berdirinya Menwa di
Jawa Tengah.
c. Kalimosodo berarti dua kalimat syahadat. Diambil dari nama pusaka milik
Prabu Puntadewa (Yudistira) salah satu anggota Pandawa dalam dunia
pewayangan. Pusaka ini berwujud kitab, dan sangat dikeramatkan di
kerajaan.
Sedangkan makna dari lambang Resimen Mahasiswa Batalyon 953
Kalimosodo adalah sebagai berikut:
a. Tulisan “KALIMOSODO” merupakan nama organisasi.
b. Gambar pedang, mempunyai filosofi bahwa orang sukses itu dibentuk dari
tempaan dan ujian yang bermacam-macam. Seperti besi yang ditempa
dengan kuat maka akan menghasilkan pedang yang tajam.
c. Gambar ular, kemampuannya berganti kulit mempunyai filosofi
pembaharuan.
d. Warna hijau melambangkan ketenangan dan keseimbangan emosi.
59
e. Warna merah melambangkan keberanian dan percaya diri.
f. Bentuk segitiga terbalik ini melambangkan bentuk hati manusia. Bahwa
segala amal perbuatan manusia itu berpusat pada hati.
Gambar 2.
Lambang Resimen Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo
Sedangkan visi dan misi Resimen Mahasiswa Batalyon 953
Kalimosodo adalah sebagai berikut:
a. Visi
Menghimpun, membina dan mengarahkan mahasiswa guna
meningkatkan kualitas dan peran mahasiswa menuju terciptanya
masyarakat kampus yang mempunyai jiwa disiplin dan teratur.
b. Misi
1) Mewujudkan kader-kader mahasiswa yang disiplin dan professional,
ilmiah, dan berbudi baik.
2) Menyebarkan nilai profesionalisme dan upaya menjadikan kampus
yang tertib.
60
Sebagai sebuah organisasi, Resimen Mahasiswa Batalyon 953
Kalimsodo tentunya mempunyai struktural pengurus. Fungsi atau tugas dari
pengurus adalah menjaga sistem sedemikian rupa, sehingga para anggotanya
hidup dengan nyaman bahagia sejahtera jauh dari derita (Wibawa, 1994).
Tabel 2.
Struktur pengurus Menwa 953 Kalimosodo tahun 2018
Jabatan Nama
Komandan Risky Yoga Perdana
Wakil Komandan Ambar Ayuningsih
Staff I (Pam Dan Intel)
Kepala Pam Dedi Rismanto
Asisten Intel Ana Nur Janah
Asisten Pam Dewi Saryanti
Staff II (Operasional dan Diklat)
Kepala Operasional Muhammad Aryanto
Asisten Operasional Sri Rahayu
Asisten Diklat Ari Wibowo
Staff III (Personalia)
Kepala Personalia Ria Candra Widayaningsih
Asisten Personalia Muhammad Danu Arta
Asisten Personalia Risky Ayu Saputri
Staff IV (Logistic Dan Bendahara)
Kepala Logben Widya Agustina Rachmawati
Asisten Logben Suci Rahma Sari
Asisten Logben Nazil Ardhani
Staff V (Teritorial)
61
Kepala Teritorial Ana Tri Wahyuningsih
Asisten Teritorial Siti Rohmah
Asisten Teritorial Shoviana
Staff VI (Keputrian)
Kepala Keputrian Isnaini Wahyu Wahdati
Asisten Keputrian Puji Rahayu
Asisten Keputrian Amalia Nur Hikmah Sari
Provost
Kepala Provost Muhammad Adha
Anggota Provost Kusandi Achmad Farizky
Kesekretariatan
Kepala Sekretariat Siti Rodhiatun Faizah
Asisten Sekretaris Wiwit Handayani
Asisten Sekretaris Amalia Putri
Urusan Khusus Kompi Markas
Komandan Kompi Markas Karnoto
Asisten Indah Suryaningsih
Asisten M. Nur Fadli Muarip
Unsur Pelaksana Pimpinan
Komandan Peleton Ayu Wulandari
62
STAFF I
STRUKTUR ORGANISASI RESIMEN MAHASISWA BATALYON 953 KALIMOSODO
REKTOR
WR. III
PEMBINA I
PEMBINA
KOMANDAN
STAFF II STAFF III STAFF IV STAFF V STAFF VI
URSUS
SEKRETARIAT URSUS
KIMA
URSUS
PROVOST
ANGGOTA
DANTON
WADAN
63
2. Profil Kegiatan Diksarmil
Diksarmil Menwa Mahadipa (Komando Menwa Jawa Tengah)
dilakukan secara rutin di RINDAM (Resimen Induk Daerah Militer)
IV/DIPONEGORO tepatnya di dalam DODIK (Depo Pendidikan) Bela
Negara. Seperti penuturan dari narasumber RYP:
“Diksar itu dilaksanakan di Rindam IV Diponegoro, tepatnya di Dodik
Bela Negara. Pesertanya itu dari mahasiswa yang mengikuti Menwa
se-Jawa Tengah, bahkan dari DIY dan Jawa Timur pun ikut.
Jumlahnya 604 peserta kalau tidak salah pada 2016”.
Dan juga penuturan dari narasumber WAR:
“Dari hari pertama penerimaan peserta diksar di Rindam IV
Magelang, kemudian di hari pertama pembagian regu atau pleton”.
Dalam Diksarmil terdapat beberapa ilmu pengetahuan yang diajarkan
ke peserta, yaitu meliputi:
1. PUDD (Peraturan Urusan Dinas Dalam)
2. TUM (Tata Upacara Militer)
3. PBB (Peraturan Baris-Berbaris)
4. TTD (Teknis Tempur Dasar)
5. Pengjantri (Pengenalan Senjata Ringan)
6. TKK (Teknik Kesatuan Kecil)
7. BDM (Bela Diri Militer)
8. Basarnas dan giat SAR
9. Ketahanan Negara dan Kewaspadaan Negara
10. Bela Negara
11. Pengkomplek (Pengenalan Komunikasi Elektronik)
64
12. Peraturan Disiplin Prajurit
13. Caraka Siang dan Malam
14. Kepemimpinan
15. Pioneer
16. Kesehatan Lapangan
17. IMPK (Ilmu Medan Peta Kompas)
18. Survival
Materi-materi tersebut terbagi menjadi dua, yaitu materi ruangan dan
materi praktek atau materi lapangan. Seperti yang dituturkan narasumber SR:
“Pas pendidikan itu saya lebih suka di lapangan daripada di kelas.
Karena kalau dikelas itu ngantuk, kalau di lapangan enak praktik-
praktik.”
Diantara materi ruangan yaitu pengetahuan tentang kepemimpinan,
bela negara, dan ketahanan negara. Sedangkan materi lainnya cenderung
berfokus pada praktek secara langsung, seperti PBB, survival, pioneering, dan
lain sebagainya.
B. Pembahasan
1. Proses komunikasi kelompok dalam Diksarmil
Peserta Diksarmil terbagi kedalam kelompok-kelompok. Ada
beberapa kelompok besar yang disebut kompi, kemudian dibawahnya
terdapat kelompok Peleton dan kelompok kecil yang disebut Kelas. Sesuai
ujaran RYP berikut:
“Kegiatannya pertama pendaftaran, registrasi, setelah itu dilepas oleh
senior masing-masing. Setelah itu pembagian, kompi dan peleton
kelas. Kebetulan saya waktu itu masuk kompi 1 peleton 3 kelas E”.
65
Adler dan Rodman (Sendjaja, 2002:3-5) menjelaskan ada empat
elemen yang dimiliki kelompok, yaitu:
a. Interaksi. Kelompok-kelompok dalam Diksarmil berinteraksi agar tujuan
yang mereka punya dapat tercapai. Salah satu tujuan interaksi ini adalah
untuk melatih percaya diri, seperti diuraikan SR berikut:
“Jadi kita sering ngobrol, jadi bisa. Saat di kelas ada materi kita berani
bertanya, karena sebelumnya sudah ngobrol sama yang lain”.
Ditambahkan pula oleh RAS:
“Itu jadi kenangan yang baik karena kita bisa bertemu mereka, bisa
bercengkerama, bertukar pikiran disana”.
b. Waktu. Kelompok mensyaratkan interaksi dalam jangka waktu tertentu.
Dalam hal ini, peserta Diksar tergabung dalam kelompok selama 12 hari,
sejak dimulainya kegiatan Diksar hingga berakhir masa kegiatan.
c. Ukuran. Tidak ada ukuran yang pasti mengenai jumlah anggota atau
partisipan dalam sebuah kelompok. Di dalam Diksar, jumlah anggota
Kompi lebih banyak dari Peleton dan jumlah anggota Peleton lebih banyak
dari anggota Kelas. Beberapa kelas tergabung menjadi satu Peleton dan
beberapa Peleton tergabung menjadi satu Kompi besar. Seperti uraian
RYP berikut:
“Pada saat diksar kita bagi empat kompi, satu kompi terdiri dari
berbagai peleton , satu peleton menjadi beberapa kelas. Dalam satu
kompi dipimpin oleh Danki”.
d. Tujuan. Keanggotaan suatu kelompok akan membantu dalam tercapainya
tujuan dari individu atau kelompok tersebut. Dalam Diksarmil tujuan
adanya kelompok tersebut adalah untuk mempermudah proses pemahaman
66
peserta terhadap materi yang diperoleh. Seperti yang disampaikan AW
berikut:
“Materi lain itu ada BDM, selain kita melatih bela diri untuk diri
sendiri disana itu untuk melindungi orang lain. Misalnya dalam satu
pleton walaupun diajarkan BDM semua namun yang menguasai hanya
sedikit. Disana ada sebatas kuis, salah satu harus menguasai BDM
untuk menyelamatkan anggota lain yang gak bisa agar tidak dihukum
oleh pelatih”.
Pengambilan keputusan dalam suatu kelompok dilakukan dengan
melalui beberapa proses. Poole menjelaskan (dalam Morissan, 2013:364)
strukturisasi ini terjadi dalam tiga wilayah yaitu interpretasi, moral dan
kekuasaan.
Dalam Diksarmil, proses-proses tersebut dilalui anggota tiap
kelompok. Masing-masing anggota harus mempunyai interpretasi yang sama,
disampaikan dengan cara yang sesuai dengan norma yang berlaku dan
kemudian ditetapkan keputusan akhirnya. Seperti disampaikan RAS berikut:
“Dan kita pun bisa bersikap mengkritik secara baik itu seperti apa,
mengutarakan pendapat itu seperti apa, seperti menggunakan kata
“ijin”, ijin masuk, ijin bertanya”.
2. Peran komunikasi kelompok dalam pembentukan karakter dalam Diksarmil
Terdapat beberapa karakter yang dapat terbentuk seiring pelaksanaan
komunikasi kelompok dalam kegiatan Diksarmil. Karakter-karakter ini pun di
dalam Al-Qur’an juga dianjurkan untuk dimiliki oleh setiap muslim.
Beberapa karakter tersebut adalah:
67
a. Disiplin.
Disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan pada peraturan atau tata
tertib (KBBI, 2005:264). Dalam Diksarmil ini kedisiplinan sangat
ditekankan. Seperti penuturan Rizky Yoga Perdana:
“Nah pada saat diksar itu juga dilatih disiplin, contoh kita bangun
pagi pada jam sekian harus menggunakan trening. Kita berkumpul
di lapangan, kita melaksanakan binsik pagi kemudian kita belajar
efektif waktu. Jadi setelah kita makan kita menuju tempat ibadah,
berlari dengan satu kelas tapi harus kompak seirama seiya sekata,
untuk memaksimalkan waktu. Pada saat makan pun harus ada tata
caranya. Waktunya makan kita harus ada disana 5 menit
sebelumnya, setelah itu kita masuk kita harus menggunakan ppm,
sebelum makan kita harus berdoa dulu, dipimpin bantara piket. Dan
juga ketika makan kita bagaimana caranya harus menghabiskan
dengan tepat waktu”.
Selaras dengan penuturan dari Ari Wibowo:
“Di menwa khususnya waktu di rindam iv itu selalu diajarkan
untuk tepat waktu, contohnya waktu makan itu gak pernah telat
pagi siang sore dan solat itu gak pernah telat”.
Serta penuturan dari Risky Ayu Saputri:
“Kita juga dibekali dengan kedisiplinan dari pelatih-pelatih kita
dari Rindam Magelang. Setelah materi kita solat, setelah solat
materi lagi”.
Ditegaskan pula oleh Sri Rahayu:
“Saya sekarang merasakan banget, kalau disana kan terbiasa jam
segini harus begini, nah sekarang saya merasakan kalau misal ada
janjian apa-apa atau mengerjakan apa-apa saya pengennya cepet.
Terus sebagai staff 2 operasional, bagaimana caranya kalau ada
binsik atau kegiatan itu anggota jangan sampai menunggu saya,
jadi merasakan sekali kedisiplinan waktu bermanfaat sekali”.
Kedisiplinan merupakan sikap yang sangat perlu ada didalam diri
setiap orang. Dengan disiplin, pekerjaan apapun yang kita hadapi akan
selesai dengan baik karena kita dapat mengatur waktu dengan baik.
68
Sehingga hal-hal lain pun tidak terbengkalai. Di dalam Al-Qur’an, Allah
mencontohkan sikap disiplin dalam sholat, seperti dalam QS. Al-Jumuah
ayat 9 berikut:
لوة من إذا نودي للص ين ءامنوا ها ٱل يأ ي إل ذكر ٱهلل يوم ٱلمعة فٱسعوا
لكم خري لكم إن كنتم تعلمون ٩وذروا ٱليعه ذArtinya: Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat
Jum´at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.
Kita juga bisa cermati ajaran disiplin dalam perintah shalat. Allah
telah menetapkan batas waktu dalam melaksanakan shalat. Seperti dalam
ayat berikut ini:
ل قم ٱلصل وقرءان ٱلفجر إن قرءان ٱلفجر كن أ مس إل غسق ٱل لوك ٱلش وة ل
ن يبعثك ربك مقاما ٧٨مشهودا د بهۦ نافلة لك عس أ ل فتهج ومن ٱل
مودا ٧٩مArtinya: 78. Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai
gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat
subuh itu disaksikan (oleh malaikat). 79. Dan pada sebahagian malam hari
bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu;
mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji (QS.
Al-Isra’: 78-79)
b. Tanggung jawab
Beberapa kegiatan dalam Diksarmil mengharuskan peserta untuk
memiliki sikap tanggung jawab. Tanggung jawab yaitu melakukan tugas
69
sepenuh hati, berusaha keras untuk mencapai prestasi terbaik. Seperti yang
disampaikan Kusandi Achmad Farizky:
“Untuk awalnya kita itu ada seperti caraka, kita diberi suatu pesan
untuk menjaga sampai akhir. Itu kita ada rintangan-rintangannya.
Ditanya pesan apa, dari siapa. Kan kalau bohong nggak enak, tapi
itu kan amanah. Jadi imbasnya itu ke keseharian kita kalau udah
dikasih amanah harus dijalankan sebaik mungkin”.
Diutarakan juga oleh Rizky Yoga Perdana:
“Waktu itu pada saat penyamaran malam kita disuruh masuk
kuburan dua orang. Disitu kuburannya sangat jauh sekali, dan
disitu juga dipasangi pocong-pocongan, entah itu berapa yang asli
dan palsu. Yang jelas bagaimanapun kita takut kita harus melawan
rasa takut itu supaya kita berhasil melewatinya. Disitu saya
bersama teman dari Undip, cewek, dia berani melewati itu. Disitu
kita dilatih untuk melatih keberanian kita. Mental saya terasah
disitu. Kemudian disitu kita merubah cara pandang kita, ketika kita
menjadi yang tadinya biasa manut-manut saat diberikan arahan,
kita harus berfikir bagaimana kita mendapatkan perintah harus
melaksanakan perintah itu dengan baik dan benar, intinya tanggung
jawab.
Pada saat Diksar kita dibagi empat kompi, satu kompi terdiri dari
berbagai peleton, satu peleton menjadi beberapa kelas. Dalam satu
kompi dipimpin oleh danki. Kemudian disitu ada pelatih-
pelatihnya. Di setiap peleton itu juga ada pelatihnya. Kemudian ada
kelas. Setiap kelas ada satu pelatih. Ketika pagi kita melaksanakan
apel pagi. Saat apel itu ada inspekturnya, ada para Danklas yang
bersiap melaporkan jumlah anggotanya. Semisal, ketika petugas
piket itu melaporkan ke perwira piket bahwa apel siap maka apel
akan dilaksanakan. Setelah itu para Danklas akan maju kedepan,
dari kelas A sampai F maju ke depan. Dan alhamdulillah saya
waktu itu pernah menjabat danklas. Itu kita melaporkan. Sebagai
contoh lapor kelas E jumlah 24 kurang 3 hadir 21 keterangan 2
sakit 1 pingsan. Disitu bintara piket mencatat berapa siswa yang
hadir, dan yang sakit. Pada saat apel malam pun sama, kita juga
melaporkan jumlah siswa. Dan juga pergantian jabatan Danklas.
Jadi disitu ada tanggung jawab yang harus kita laksanakan sebagai
Danklas, kita harus menyiapkan pasukan ketika bangun pagi, mau
makan, setelah makan, ketika kita akan melaksanakan materi,
ketika kita akan masuk ruang makan itu kita harus menyiapkan
anggota kita, selama satu hari penuh Danklas yang bertanggung
jawab pada anggotanya”.
70
Dijelaskan pula oleh Ari Wibowo:
“Kemudian materi yang lain ada longmarch, itu perjalanan di
waktu malam. Dibagi per kelompok. Di kelompok saya dulu itu ada
6 orang, disitu kita diajarkan dibentuk keluarga kecil dan dibikin
satu tujuan yaitu untuk mencapai finish dengan anggota yang
lengkap tapi dengan resiko yang tinggi. Karena anggota kita hanya
6 tapi banyak tugas dan rintangan yang harus dilewati dan satu
tujuan tersebut sampai finish itu harus satu keluarga itu harus ada
dan itu menurut saya pembelajaran kekeluargaan kecil yang sangat
berarti. Karena disitu tanggung jawab nggak bisa lepas. Karena
misal tanggung jawabmu ini, misalnya gak dilakukan maka satu
keluarga kecil itu akan gagal. Jadi disitu diajarkan walaupun dari
hal kecil itu harus bertanggung jawab”.
Para responden mengungkapkan bahwa sikap tanggung jawab
adalah suatu karakter yang wajib dimiliki. Beberapa kegiatan dalam
Diksarmil yang melahirkan adanya sikap tanggung jawab diantaranya
adalah Caraka.
Di dalam Al-Qur’an pun Allah menekankan tentang pentingnya
tanggung jawab. Sebagaimana firman Allah berikut ini:
يعبدون زوجهم وما كنوا وأ ين ظلموا ٱل وا ٢٢۞ٱحش من دون ٱهلل
س ٢٣فٱهدوهم إل صرط ٱلحيم ٢٤ولون وقفوهم إنهم مArtinya: 22. (kepada malaikat diperintahkan): "Kumpulkanlah orang-orang
yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang
selalu mereka sembah. 23. selain Allah; maka tunjukkanlah kepada mereka
jalan ke neraka. 24. Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena
sesungguhnya mereka akan ditanya dimintai pertanggung jawaban (QS.
Ash-Shaffat: 22-24)
٣٨ك نفس بما كسبت رهينة Artinya: Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah
diperbuatnya. (QS. Al-Muddatstsir: 38)
71
c. Sopan santun
Sebagai makhluk sosial, tentunya manusia perlu bersosialisasi.
Sopan santun merupakan ciri khas bangsa Indonesia dalam bermasyarakat.
Untuk itu dalam Diksarmil pun diajarkan mengenai hal tersebut.
Diantaranya adalah melalui penyampaian materi PPM (Peraturan
Penghormatan Militer). Diutarakan oleh SR sebagai berikut:
“Yang jelas itu yang kerasa itu PPM. Karena disana itu jalan harus
bareng, minimal berdua. Kalau ketemu pelatih itu harus PPM. Dari
situ kita terbisaa disini itu PPM. Kalau bertanya itu ijin ndan.. Yang
jelas disitu juga bahasa yang digunakan, tata cara kita berbicara
harus diperhatikan”.
Ditambah dari uraian MA berikut:
“Selanjutnya itu ada peraturan penghormatan militer. Setelah saya
mendapatkan materi ini saya jadi bisa seperti menghormati senior,
saya bisa tahu bagaimana saya bersikap sama senior, bersikap sama
pimpinan, dan seperti apa ketika saya harus berkomunikasi sama
kawan letting saya. Disini saya bener-bener bisa lebih belajar
mengenai cara menghormati orang lain. Dari yang sebaya sama kita
atau satu letting, dan juga kepada yang lebih tua atau dituakan atau
kepada pimpinan”.
Sikap sopan santun di dalam Al-Qur’an dicontohkan dengan
perintah untuk berbuat baik kepada orang tua. Seperti dalam QS. Lukman
ayat 14 berikut:
ن وهن وفصلهۥ ف عمني أ هۥ وهنا لع م
يه محلته أ ل نسن بو ينا ٱل ووص
يك إل ٱلمصري ٱ ل ١٤شكر ل ولوArtinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.
72
Allah SWT juga memerintahkan untuk bertutur kata yang baik
kepada sesama manusia, seperti dalam QS. Al-Baqarah: 83 berikut:
ءيل ل تعب خذنا ميثق بن إسرين إحسانا وذي إوذ أ ل وبٱلو دون إل ٱهلل
ة كو ة وءاتوا ٱلز لو قيموا ٱلصٱلقرب وٱلتم وٱلمسكني وقولوا للناس حسنا وأ
عرضون نتم منكم وأ تم إل قليل مد ٨٣ثم تول
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil
(yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat
kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-
orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia,
dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi
janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu
berpaling.
d. Kepemimpinan
Dalam kegiatan Diksarmil, beberapa kegiatan ditujukan untuk
melatih sikap kepemimpinan. Seperti yang disampaikan WAR berikut:
“Jadi tujuan pertama itu per perti diajarkan jadi korsa dan korsa
tersebut jadi pemimpin. Saya sempat jadi ketua regu dan satgas
upacara. Pas jadi ketua regu itu yang paling saya inget itu harus
selalu memerhatikan anggota regunya. Setiap pelatih tanya berapa
jumlah anggota regumu harus siap dan harus tau keterangan apabila
anggotanya ijin atau sakit. Jadi ketua regu harus tahu keadaan
anggota regunya”.
Pengalaman sebagai Danklas (Komandan Kelas) pun sempat
dirasakan juga oleh responden RYP, dalam penuturannya:
“Alhamdulillah saya waktu itu pernah menjabat Danklas. Itu kita
melaporkan, sebagai contoh, lapor kelas E jumlah 24 kurang 3
hadir 21 keterangan 2 sakit 1 pingsan. Disitu bintara piket mencatat
berapa siswa yang hadir dan yang sakit. Pada saat apel malam pun
sama, kita juga melaporkan jumlah siswa. Jadi disitu ada tanggung
jawab yang harus kita laksanakan sebagai Danklas, kita harus
menyiapkan pasukan ketika bangun pagi, mau makan, setelah
makan, ketika kita akan melaksanakan materi, ketika kita akan
73
masuk ruang makan, itu kita harus menyiapkan anggota kita,
selama satu hari penuh Danklas yang bertanggung jawab atas
anggotanya”.
Perihal kepemimpinan juga disebutkan Allah dalam Al-Qur’an.
Salah satunya dalam firman Allah berikut:
تعل فيها من أ قالوا رض خليفة
إوذ قال ربك للملئكة إند جاعل ف ٱل
علم ما أ س لك قال إند ماء ونن نسبدح بمدك ونقدد يفسد فيها ويسفك ٱلد
٣٠ل تعلمون Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".
Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui"
Dan QS. Al-An’am ayat 165 berikut:
رض ورفع بعضكم فوق بعض درجت ي جعلكم خلئف ٱل وهو ٱل
كم إن ربك سيع ٱلعقاب إونهۥ لغفور رحيم بلوكم ف ما ءاتى ١٦٥لدArtinya: Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi
dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain)
beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya
kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan
sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
e. Solidaritas
Solidaritas mengacu pada kata solider yang berarti perasaan
bersatu (senasib); perasaan setia kawan. Solidaritas terjadi karena adanya
keterikatan seluruh individu yang ada (Faktor Exacta, Vol.4 (3), 246-260).
74
Dalam lingkup militer dikenal dengan istilah “Korsa”, yang berarti korps
satu rasa. Sehingga dalam kegiatan Diksarmil inipun terdapat pengajaran
mengenai karakter solidaritas atau korsa ini. Seperti yang disampaikan
RAS berikut:
“Lalu yang paling mengesankan itu saat kita belajar ilmu sosial
disana. Ilmu sosial itu sebagaimana kita bersosialisai. Disana kita
tidak hanya bertemu orang yang kita kenal. Tetapi kita juga
bertemu dengan teman yang lain, dari universitas lain, berbagai
sifat dan pemikiran disana, bahwa kita disana harus menjadi satu
dan bisa menekan ego kita masing-masing. Di setiap pagi itu kita
melaksanakan bimbingan jasmani. Kita dari bangun sampai tidur
lagi itu ada jadwal tersendiri yang dibuatkan pelatih. Disaat pagi
kita bangun, mandi, bersih-bersih, terus jam 6 harus sudah ada di
lapangan. Kita dituntut untuk melakukan olahraga untuk kesegaran
tubuh, kita bersama-sama untuk melakukan bimbingan jasmani
dipimpin oleh pelatih. Setelah itu makan pagi. Setelah makan pagi
kita mengangkat kursi bersama berlari mengelilingi lapangan,
untuk melatih kerja sama tim juga”
Sedangkan menurut penuturan KAF adalah sebagai berikut:
“Terus diajari untuk kebersamaan juga. Saat yel-yel itu. Lelah itu
bisa ganti bahagia saat yel-yel sama teman2”.
Ditegaskan juga oleh WAR berikut:
“Karena disana kita belum kenal 99% kita belum kenal, tapi kita
dididik untuk korsa, mau gak mau kita yang belum kenal itu kita
harus satu tujuan satu gerakan dan satu pemikiran. Di sisi lain, kita
disana itu satu keluarga satu nama dengan nama menwa, meskipun
kita gak kenal jadi kita mempunyai rasa kekeluargaan.”
Di dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa setiap mukmin itu
bersaudara. Yang berarti bahwa semua muslim harus mempunyai
solidaritas dan meminimalisir perselisihan. Seperti dijelaskan dalam QS.
Al-Hujurat ayat 10 berikut:
لعلكم ترمحون خويكمه وٱتقوا ٱهللصلحوا بني أ
١٠إنما ٱلمؤمنون إخوة فأ
75
Artinya: Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
Yang diperkuat dengan firman Allah berikut ini:
ذات يس صلحوا وأ ٱهلل وٱلرسول فٱتقوا نفال هلل
نفال قل ٱل
لونك عن ٱل
ۥ إ ورسول طيعوا ٱهللؤمنني بينكم وأ ١ن كنتم م
Artinya: Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta
rampasan perang. Katakanlah: "Harta rampasan perang kepunyaan Allah
dan Rasul, oleh sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah
perhubungan di antara sesamamu; dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya
jika kamu adalah orang-orang yang beriman”. (QS. Al-Anfal: 1)
f. Percaya diri
Percaya diri bukan berarti mengunggulkan diri sendiri dengan
menjatuhkan orang lain. Percaya diri adalah sikap mantap dalam
melakukan pekerjaan sehari-hari dan tidak mudah terpengaruh oleh orang
lain. Dalam Diksarmil ini, karakter percaya diri ini dapat terbentuk karena
antar peserta harus berkomunikasi dengan baik agar tujuan masing-masing
dapat tercapai dengan baik. Semakin sering berinteraksi dengan yang lain,
maka karakter percaya diri akan terbentuk dengan sendirinya. Seperti
dijelaskan oleh WAR berikut:
“Selain itu yang berpengaruh terhadap saya itu mengenai
komunikasi. Walaupun belum kenal, kan dipaksa untuk satu
pemikiran jadi komunikasi harus baik agar bisa korsa. Sebenernya
dari awal saya juga belum percaya diri, tapi disana harus percaya
diri”.
Disampaikan pula oleh SR sebagai berikut:
“Saat kita gak pede kan, kita mau ngomong aja minder. Jadi kita
sering ngobrol, jadi bisaa. Saat di kelas ada materi, kita berani
76
bertanya, karena sebelumnya sudah ngobrol sama yang lain. Jadi
saat di kelas kita mengajukan pertanyaan ke pemateri di depan itu
sudah mulai percaya diri. Di depan banyak orang, di banyak Perti,
kita tanya di dalam kelas ke pemateri, itu kita berani. Dengan tata
cara yang sudah diajarkan yang benar, kita bisa bertanya, berdiri,
itu kita berani”.
Sedangkan menurut penuturan RYP adalah sebagai berikut:
“Karena saya sendiri orangnya pendiam. Tapi disitu bagaimana
caranya saya harus bisa ngomong di depan banyak orang. Karena
seperti contoh, saat memimpin binsik kita harus memberikan suara
kita untuk memandu teman-teman kita berlatih, untuk memotivasi.
Bukan hanya dengan mencontohkan gerakan saja”.
Al-Qur’an merumuskan konsep percaya diri dengan turunnya ayat
berikut ini:
ؤمنني علون إن كنتم منتم ٱل
١٣٩ول تهنوا ول تزنوا وأ
Artinya: Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu
bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi
(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (QS. Ali Imron: 139)
Kemudian firman Allah berikut:
ول ل تافوال عليهم ٱلملئكة أ تن ثم ٱستقموا ربنا ٱهلل ين قالوا إن ٱل
وا بٱ بش ٣٠لنة ٱلت كنتم توعدون تزنوا وأ
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah
Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat
akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan
janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang
telah dijanjikan Allah kepadamu. (QS. Fussilat: 30)
g. Nasionalisme dan cinta tanah air
Sebagai warga negara yang baik sudah seharusnya jiwa
nasionalisme ada pada diri setiap orang. Sebagai salah satu komponen
77
cadangan pertahanan nasional, setiap Menwa juga diharuskan memiliki
jiwa nasionalisme yang kuat. Tercermin dari pelaksanaan kegiatan
Diksarmil ini. Dimana peserta merupakan gabungan dari berbagai
perguruan tinggi yang berasal dari berbagai daerah yang berbeda. Seperti
yang diutarakan RYP berikut:
“Diksar itu kita menyatukan berbagai macam satuan di Jawa
Tengah, DIY, Jawa Timur untuk menyamakan taraf pendidikan
kita. Dilatih dalam almamater yang sama yaitu Dodik Bela Negara
disitulah jiwa nasionalisme bela negara kami diasah”.
Dijelaskan pula oleh MA sebagai berikut:
“Walaupun kita dari berbagai macam penjuru, kita dari berbagai
macam agama, suku, budaya, itu kita bisa membaur. Kita berasal
dari kampus yang berbeda, kota yang berbeda. Tapi disana kita
melupakan bahwa kita itu beda. Apapun kesulitannya kita bisa jadi
satu, saling gotong royong, satu sakit, satu susah semua ikut
membantu. Disitu memunculkan jiwa korsa kekeluargaan yang
bener-bener.. Inilah multi kultural. Walaupun berbeda budaya, beda
cita-cita, tetapi disini kita punya semangat yang sama”.
Al-Qur’an menjelaskan mengenai nasionalisme di dalam beberapa
ayat secara tersirat. QS. Al-Baqarah: 191 berikut menjelaskan bahwa
meninggalkan tanah air termasuk hal yang sangat berat bahkan hamper
setara dengan bunuh diri.
شد من خرجوكمه وٱلفتنة أ
ن حيث أ خرجوهم مد
وٱقتلوهم حيث ثقفتموهم وأ
…ٱلقتل
Artinya: Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan
usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan
fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan. (QS. Al-Baqarah: 191)
Kemudian firman Allah berikut:
78
ا فعلوأ إل و ٱخرجوا من ديركم منفسكم أ
ن ٱقتلوا أ
نا كتبنا عليهم أ
ولو أ
ن شد تثبيتا قليل مدهم وأ ا ل نهم فعلوا ما يوعظون بهۦ لكن خري
٦٦هم ولو أ
Artinya: Dan sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka:
"Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampungmu", niscaya mereka
tidak akan melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan
sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan
kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan
lebih menguatkan (iman mereka).
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Proses komunikasi Organisasi dalam Diksarmil
Peserta Diksarmil terbagi kedalam kelompok-kelompok. Ada
beberapa kelompok besar yang disebut kompi, kemudian dibawahnya
terdapat kelompok Peleton dan kelompok kecil yang disebut Kelas. Di dalam
Diksarmil, elemen-elemen yang harus ada dalam suatu kelompok juga
terpenuhi. Elemen-elemen tersebut adalah sebagai berikut:
a. Interaksi. Kelompok-kelompok dalam Diksarmil berinteraksi agar tujuan
yang mereka punya dapat tercapai.
b. Waktu. Kelompok mensyaratkan interaksi dalam jangka waktu tertentu.
Dalam hal ini, peserta Diksar tergabung dalam kelompok selama 12 hari,
sejak dimulainya kegiatan Diksar hingga berakhir masa kegiatan.
c. Ukuran. Tidak ada ukuran yang pasti mengenai jumlah anggota atau
partisipan dalam sebuah kelompok. Di dalam Diksar, jumlah anggota
Kompi lebih banyak dari Peleton dan jumlah anggota Peleton lebih banyak
dari anggota Kelas.
d. Tujuan. Keanggotaan suatu kelompok akan membantu dalam tercapainya
tujuan dari individu atau kelompok tersebut. Dalam Diksarmil tujuan
adanya kelompok tersebut adalah untuk mempermudah proses pemahaman
peserta terhadap materi yang diperoleh
80
2. Peran komunikasi kelompok dalam pembentukan karakter dalam Diksarmil
Seiring pelaksanaan komunikasi kelompok, beberapa karakter pun
terbentuk pada diri peserta. Karakter-karakter tersebut adalah sebagai berikut:
h. Disiplin
i. Tanggung jawab
j. Sopan santun
k. Kepemimpinan
l. Solidaritas
m. Percaya diri
n. Nasionalisme dan cinta tanah air
B. Saran
1. Kepada IAIN Salatika diharapkan agar tetap mendukung kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh Resimen Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo serta
lebih memperhatikan fasilitas yang dibutuhkan oleh Resimen Mahasiswa
Batalyon 953 Kalimosodo baik sarana dan prasarana demi kelancaran
pelaksanaan latihan serta prestasi yang lebih baik.
2. Anggota Resimen Mahasiswa diharapkan lebih aktif lagi dan gali lebih dalam
ilmu yang ada di dalam Resimen Mahasiswa. Ikuti semua pendidikan yang
diselenggarakan baik pendidikan berjenjang maupun pendidikan tambahasn
dan kejuruan. Karena apa yang didapat pasti berguna di kemudian hari untuk
pribadi maupun keluarga dan nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Adriyanto, Michael. 1985. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga
Alwi Hasan, dkk. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Cangara, Hafied. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grafindo
Creswell, John W. 2017. Research Design: Pendekatan Metode Kualitatif,
Kuantitatif dan Campuran, Edisi Keempat. Yogyakarta: Penerbit Pustaka
Pelajar
Damayanti, Deni. 2014. Panduan Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah.
Yogyakarta: Araska.
Desi Kurnia S. 2014. Dinamika Aspek Komitmen Pada Jiwa Korsa Resimen
Mahasiswa (Studi Kasus di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang). Skripsi.
Tidak Diterbitkan. Malang: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang.
Elfindri, L. H., Wello, M. B., Hendmaidi, E. E., & Indra, R. 2012. Pendidikan
Karakter: Kerangka, Metode dan Aplikasi untuk Pendidik dan Profesional.
Jakarta: Badouse Media.
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter. Bandung: Alfabeta
Herlambang, Susatyo. 2014. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Hikmat, Mahi M, 2011. Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi
dan Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu
Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa – Pedoman Sekolah. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan.
Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Pranada
Grup.
Masnur Muslich. 2011. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional. Jakarta: PT Bumi Aksara
Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Morissan. 2013. Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana
Muhammad Fadlillah, Lilik Mualifatu Khorida. 2014. Pendidikan Karakter Anak
Usia Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Mulyana, Dedi. 2007. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Naim, Ngainun. 2012. Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan dalam
Pengembangan Ilmu dan Pembentukan Karakter Bangsa. Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media.
Prayitno dan Belferik. 2011. Pendidikan Karakter Dalam Pembangunan Bangsa.
Jakarta: PT Grasindo.
Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Lembaran Negara RI Tahun 2003, No. 78. Jakarta:
Sekretariat Negara
Roudhonah. 2007. Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press
Ruslan, Rosady. 2010. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi.
Jakarta: Rajawali Pers.
Salahudin, Anas dan Irwanto Alkrienciehie. 2013. Pendidikan Karakter:
Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya Bangsa. Bandung: CV. Pustaka
Setia
Samani, Muchlas., dan Hariyanto. 2014. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sendjaja, Djuarsa. 2002. Teori Komunikasi. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka
Slamet M. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Penyunting
Ida Yustina dan Adjat Sudrajat. Bogor: IPB Press
Soekanto, Soeryono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press
Sofyan, Herminarto. 20011. Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan
Kemahasiswaan. Makalah. Tidak diterbitkan.
Staff Teritorial. 2017. Sejarah Berdirinya Menwa Batalyon 953 Kalimosodo.
http://menwa953-k.blogspot.com/p/sejarah-berdirinya-menwa-batalyon-
953.html diakses pada 04 Agustus 2018 pkl. 15.00 WIB
Sugiono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV
Alfabeta
Wibawa, Samodra. 1994. “Kebijakan Publik”. Proses dan Analisis. Jakarta:
Intermedia
Widyawati, K., Ernawati, A., dan Dewi, F. P. 2015. Peranan Ruang Terbuka
Publik Terhadap Tingkat Solidaritas dan Kepedulian Penghuni Kawasan
Perumahan di Jakarta. Faktor Exacta, Volume 4 No. 3. 246-260
Yaumi, M.Hum., M.A, Dr. Muhammad. 2014. Pendidikan Karakter Landasan,
Pilar & Implementasi. Jakarta: Kencana.
Kantor Resimen Mahasiswa Batalyon
953 Kalimosodo IAIN Salatiga
Kantor Resimen Mahasiswa Batalyon
953 Kalimosodo IAIN Salatiga
Wawancara dengan Rizky Yoga
Perdana, anggota angkatan 2016
Wawancara dengan Widya Agustina R.,
anggota angkatan 2016
Wawancara dengan Ari Wibowo,
anggota angkatan 2017
Wawancara dengan Sri Rahayu,
anggota angkatan 2017
Wawancara dengan Kusandi Achmad
Wawancara dengan Risky Ayu Saputri,
Farizky, anggota angkatan 2017 anggota angkatan 2017
Kegiatan Diksar
Kegiatan Diksar
Kegiatan Diksar
Kegiatan Diksar
Kegiatan Diksar
Kegiatan Diksar
RIWAYAT HIDUP PENULIS
A. Data Pribadi
Nama : Aisya Zuhdiana
Tempat, tanggal lahir : Grobogan, 17 Nopember 1996
NIM : 117-14-010
Fakultas : Dakwah
Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Alamat : Desa Mrisi RT 06 RW 01 Kecamatan Tanggungharjo
Kabupaten Grobogan
B. Orang Tua
Ayah : Mustamar
Ibu : Masbakhah (almarhumah)
Pekerjaan : Wiraswasta
C. Motto : Setiap orang punya jalan-Nya masing-masing
D. Riwayat Pendidikan
No. Instansi Pendidikan Masuk (tahun) Lulus (tahun)
1. SD Negeri Mrisi 03 2002 2008
2. MTs. Salafiyah 2008 2011
3. MA Salafiyah 2011 2014
4. S1 KPI IAIN Salatiga 2014 2018
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Aisya Zuhdiana Jurusan : Komunikasi Dan Penyiaran Islam
Nim : 117 14 010 Dosen Pembimbing Akademik : Dra. Maryatin, M.Pd
No Jenis Kegiatan Pelaksanaan Keikutsert
aan SKOR
1. OPAK STAIN Salatiga tahun 2014
18-19 Agustus
2014 Peserta 2
2. OPAK Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga
20-21 Agustus
2014 Peserta 2
3. Achievement Motivation Training dengan tema
“Dengan AMT Semangat Menyongsong
Prestasi” diselenggarakan oleh CEC dan JQH
STAIN Salatiga
23 Agustus 2015 Peserta 2
4. Orientasi Dasar Keislaman dengan tema
“Pemahaman Islam Rahmatan Lil’alamin
Sebagai Langkah Awal Menjadi Mahasiswa
Berkarakter” diselenggarakan oleh LDK Darul
Amal dan ITTTAQO STAIN Salatiga
21 Agustus 2014 Peserta 2
5. Library User Education yang diselenggaraakan
oleh UPT Perpustakaan STAIN Salatiga 28 Agustus 2014 Peserta 2
6. Surat Keputusan Komandan Menwa Batalyon
953 Kalimosodo No. A/637/M.953-
K/STAIN/IX/2014 tentang Penerimaan Wira
Baru Yudha XXXVIII Resimen Mahasiswa
Batalyon 953 Kalimosodo Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Salatiga
1 Oktober 2014 Peserta 8
7. SIBA-SIBI Training UTS Semester Ganjil tahun
2014 diselenggarakan oleh CEC dan Ittaqo
STAIN Salatiga
24-25 Oktober
2014 Peserta 2
8. Seminar Nasional Bahasa Arab dengan tema
“Implementasi Kurikulum 2013 pada mapel
Bahasa Arab tingkat dasar dan tingkat menengah
dalam upaya menjawab tantangan pengajaran
04 November
2014 Peserta 6
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS DAKWAH
Jalan Lingkar Selatan Km 2 Pulutan Sidorejo Salatiga 50716
http://www.iainsalatiga.ac.id e-mail: [email protected]
Bahasa Arab” yang diselenggarakan oleh Ittaqo
STAIN Salatiga
9. Seminar Nasional dengan tema “Berkontribusi
Untuk Negeri Melalui Televisi/TV” yang
diselenggarakan oleh Program Studi Komunikasi
dan Penyiaran Islam (KPI) STAIN Salatiga
05 November
2014 Peserta 8
10. Talkshow Pra Nikah dengan tema “Menjemput
Jodoh Impian” diselenggarakan oleh Rumah
Keluarga Indonesia (RKI) Kota Salatiga
bekerjasama dengan Bidang Nisaa LDK Darul
Amal STAIN Salatiga
09 November
2014 Peserta 2
11. Seminar Nasional Entrepeneurship yang
diselenggarakan oleh Racana Kusuma Dilaga –
Woro Srikandhi
16 November
2014 Peserta 6
12. Diskusi Terbuka dengan tema “Soekarno. Apa
Yang Kalian Pikirkan?” diselenggarakan oleh
LPM DinamikA STAIN Salatiga
9 Desember
2014 Peserta 2
13. Seminar Nasional dengan tema “Perlindungan
Hukum Terhadap Usaha Mikro Menghadapi
Pasar Bebas ASEAN” diselenggarakan oleh
HMPS Ahwal Asy-Syakhsyiyyah STAIN
Salatiga
Desember 2014 Peserta 6
14. Pra Pendidikan Dasar Resimen Mahasiswa
Batalyon 953 Kalimosodo STAIN Salatiga
bekerja sama dengan Makodim 0714/Salatiga
5-7 Desember
2014 Peserta 8
15. Surat Keputusan (SK) Ketua Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas
Dakwah IAIN Salatiga No.
In.26/J1.3/KM.01.02/023/2015 tentang Susunan
Pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam periode tahun
2015
02 Juli 2015 Bendahara
II 4
16. Surat Keputusan Rektor Institut Agama Islam
Negeri Salatiga No. In.26/R/KM.03.00/949/2015
tentang Penyelenggaraan Kegiatan Komunikasi
Sosial Resimen Mahasiswa Mahadipa Institut
Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2015
13 Juli 2015 Sekretaris 2
17. Komunikasi Sosial (KOMSOS) Resimen
Mahasiswa IAIN Salatiga tahun 2015
diselenggarakan oleh Resimen Mahasiswa
Batalyon 953 Kalimosodo IAIN Salatiga
30 Juli 2015 Panitia 2
18. Surat Keputusan Dekan Fakultas Dakwah
Institut Agama Islam Negeri Salatiga No.
In.26/D3/PP.00.05/042/2015 tentang Panitia
Orientasi Pengenalan Akademik dan
Kemahasiswaan (OPAK) Fakultas Dakwah
Tahun 2015
Agustus 2015 Sekretaris 2
19. Surat Keputusan Rektor Institut Agama Islam
Negeri Salatiga No. In.26/R/KM.03.00/994/2015
tentang Penyelenggaraan Kegiatan Orientasi
Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan
IAIN Salatiga tahun 2015
15-16 Agustus
2015
Sie
Keamanan 2
20. Piagam Penghargaan sebagai Petugas Upacara
Pemakaman Alm. Drs. Djoko Sutopo 29 Agustus 2015
Petugas
Upacara 2
21. Seminar Nasional “Pemuda, Peradaban Islam
dan Kemandirian” diselenggarakan oleh Karima
Learning and Training Center
2 September
2015 Peserta 6
22. Seminar “Hak Untuk Tahu Sebagai Basis
Penguatan Masyarakat Sipil” diselenggarakan
oleh Komisi Informasi Provinsi Jawa Tengah
22 September
2015 Panitia 2
23. Lomba PBB Resimen Mahasiswa Batalyon 953
Kalimosodo Tingkat SMA Sederajat Se-Kota
Salatiga dan Kabupaten Semarang
24 Oktober 2015 Satgas 4
24. Seminar Nasional “Peran Media Massa Terhadap
Kelestarian Lingkungan Hidup”
19 November
2015 Peserta 8
25. Pra Pendidikan Dasar Yudha 39 yang
diselenggarakan oleh Resimen Mahasiswa
Batalyon 953 Kalimosodo bekerjasama dengan
Makodim 0714/Salatiga
28-30 Desember
2015 Satgas 8
26. Pendakian Massal Mapala Mitapasa di Gunung
Ungaran
19-20
November 2016 Peserta 4
27. Surat Keputusan Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga No.
B.666A/In.21/KM.03.01/02/2017 tentang
Pengangkatan Pengurus Resimen Mahasiswa
Batalyon 953 KAlimosodo Institut Agama Islam
Negeri Salatiga Tahun 2018
27 Februari
2017
Kepala
Sekretariat
(Sekretaris)
4
28. Surat Keputusan Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga No.
B.1951/In.21/KM.03.01/05/2017 tentang
Penyelenggaraan Seminar Nasional Resimen
Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo Institut
22 Mei 2017 Sekretaris 4
Agama Islam Negeri Salatiga tahun 2017
29. UKM Fair IAIN Salatiga tahun 2017 09 Agustus 2017 Panitia 2
30. Seminar Nasional “Implementasi Tri Dharma
Perguruan Tinggi Dalam Membentuk Mindset
Anti Hoax” diselenggarakan oleh Resimen
Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo IAIN
Salatiga
24 Mei 2017 Panitia 4
31. Pra Pendidikan Dasar Yudha 41 yang
diselenggarakan oleh Resimen Mahasiswa
Batalyon 953 Kalimosodo bekerjasama dengan
Makodim 0714/Salatiga
1-4 Desember
2017 Satgas 4
32. Surat Keputusan Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga No.
B.259/In.21/KM.01.03/01/2018 tentang
Pengangkatan Pengurus Resimen Mahasiswa
(MENWA) Mahadipa Batalyon 953 Kalimosodo
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
Masa Bakti 2018
29 Januari 2018 Staff Ahli 4
33. JUMLAH 126
Salatiga, 21 September 2018
Wakil Dekan
Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama
Dr. Rasimin, M.Pd
NIP. 197507132009011011
PEDOMAN WAWANCARA
Narasumber : Anggota Resimen Mahasiswa Batalyon 953 Kalimosodo IAIN
Salatiga angkatan 2016-2017
Judul Penelitian : Pembentukan Karakter Anggota Resimen Mahasiswa
Mahadipa Batalyon 953 Kalimosodo Institut Agama Islam
Negeri Salatiga Melalui Diksarmil (Pendidikan Dasar Militer)
1. Bagaimana pengalaman kegiatan Diksarmil yang anda ikuti?
2. Apakah kegiatan Diksarmil berperan dalam pembentukan karakter anda?
HASIL WAWANCARA
Nama : Widya Agustina Rachmawati
Fakultas/Jurusan : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam/Perbankan Syariah
Semester : 7
Pertanyaan 1 : Bagaimana pengalaman kegiatan Diksarmil yang anda ikuti?
Jawaban : Saya ikut diksar itu tahun 2016. Waktu itu kegiatan pertama itu
kita pemberangkatan dari IAIN Salatiga itu kita diantar oleh
Kodim Salatiga sebagai pembina kita dari luar. Sampai disana itu
kita persiapan untuk upacara pembukaan. Setelah upacara
pembukaan itu kita masuk semua siswa ke dalam Rindam semua,
nah ketika itu ditradisi dulu. Acara tradisi itu dimulai dari
lapangan upacara Rindam sampai ke dalam Rindam, lewat pintu
namanya kesatrian pintu khusus untuk tradisi kalau pendidikan.
Tradisi itu sendiri seperti jungkir, jalan jongkok, merayap dan
lain-lain. Sampai sana kita pembagian kamar, itu ada beberapa
kamar kecil dan juga kamar-kamar besar. Kalau gak salah ada 2
barak besar, 1 laki-laki 1 perempuan, terus yang lain kecil-kecil
itu saya lupa jumlahnya. Disitu kita setelah selesai pembagian
kamar itu kita pembagian senjata. Kita dapat itu senjata jenis
gerund. Pembagian itu kita registrasi dulu, di ruang senjata kita
catet nomor seri, dan lain-lain, itu agar tidak tertukar senjata itu
dibawa dari kita pertama disitu sampai hari terakhir disitu harus
kita bawa. Jadi pas mau tidur ya harus kita keloni, ke kamar
mandi ya harus kita bawa pokoknya kemanapun kita harus bawa.
Terus hari kedua sampai hari 12 itu dibagi 2 kegiatan, lapangan
sama kegiatan ruangan. Kalau untuk materi dalam itu seperti
materi-materi peraturan urusan dinas dalam, penghormatan
militer, ada juga seperti caraka malam, banyak materinya. Untuk
kegiatan lapangannnya sendiri itu ada survival, orientasi medan
itu kita dicebur-ceburin di sungai, terus ada kayak lintas medan
juga, ada kayak seperti contohnya jembatan tali dua. Macam-
macam lah pokoknya. Intinya kita ada 2 bagian, itu bagian materi
dalam dan materi luar.
Pertanyaan 2 : Apakah kegiatan Diksarmil berperan dalam pembentukan karakter
anda?
Jawaban : Kalau diksar ini bagi saya yang ditanamkan dari materi peraturan
dinas dalam itu menjadikan saya yang tadinya tidak tau apa-apa
tentang bagaimana sih etika ketika saya bertugas, ketika saya
sedang dinas dalam, ketika saya dinas luar itu saya jadi tau “oh
ternyata seperti ini, kalau saya piket jaga harus seperti ini, harus
di rolling, harus ada laporan” jadi itu menimbulkan kedisiplinan
yang saya rasa diluar tidak didapatkan. Jadi ketika kita kembali ke
satuan itu kita lebih bisa mengatur tata pola dari peratuuran dinas
dalam seperti apa dan dinas luar seperti apa. Selanjutnya itu ada
peraturan penghormatan militer, setelah saya mendapatkan materi
ini saya jadi bisa seperti menghormati senior, saya bisa tahu
bagaimana saya bersikap sama senior, bersikap sama pimpinan,
dan seperti apa ketika saya harus berkomunikasi sama kawan
letting saya, disini saya bener-bener bisa lebih belajar mengenai
cara menghormati orang lain. Dari yang sebaya sama kita atau
satu letting dan juga kepada yang lebih tua atau dituakan atau
kepada pimpinan. Untuk materi lainnya itu ada dasar-dasar
militer. Dasar-dasar militer ini ada materinya tersendiri dan materi
ini yang digunakan ketika kita tradisi, ketika kita masuk dan
keluar dari sana.
Yang dapat saya ambil dari sini bahwa perjuangan ini
tidak mudah, ketika saya harus mencapai satu titik itu harus selalu
ada perjuangan. Jadi sebelum saya mulai proses saya didalam
sana untuk mencari ilmu, saya harus berjuang dulu. Untuk kuat
gak sih saya dikasih kayak gini, ada tradisi kayak gini, dan
disitulah banyak yang dari kegiatan-kegiatan fisik itu, membuat
saya itu yang dulu basicnya agak pemalu, agak pendiem, kurang
percaya diri, setelah pendidikan itu saya merasa ada perubahan
yang cukup signifikan. Ketika misalkan di kampus saya
melakukan pengamanan, itu saya terkadang masih merasakan
malu, canggung, kadang dikatain orang-orang “Heh Menwa
ngapain sih pakai seragam kayak gitu”. Terutama karena fisik
saya juga yang bisa dikatakan kecil untuk porsi anak Menwa,
banyak orang yang menganggap saya itu tidak pantas di Menwa.
Disitulah saya kurang pecaya diri saya. Tertapi setelah pendidikan
ini selesai, ketika ada orang yan mencemooh saya, saya tidak
perdulikan itu. Saya hanya mengingat bahwa saya bisa berdiri
disini itu tidak mudah. Saya bisa memakai seragam inipun tidak
mudah. Karena setiap yang melekat pada diri saya ini dari ujung
kaki sampai ujung kepala, dari sepatu PDL, seragam PDL, terus
brevet yang menempel dan baret yang saya pakai itu penuh
perjuangan. Saya pendidikan itu tidak mudah, 12 hari dengan
perjuangan yang sangat luar biasa dengan gemblengan fisik yang
benar-benar, sampai merasakan sakitnya push up sehari berkali-
kali sampai jari-jari saya berdarah, jalan berpuluh-puluh kilo
sampai keseleo-keseleo itu tidak lain hanya untuk membentuk
karakter saya seperti itu. Mereka yang mengatai saya belum tentu
bisa seperti saya. Intinya disini adalah timbul kepercayaan diri,
terus keberanian diri saya itu timbul dari situ. Terus ada materi
lain, menembak, itu setiap anak dikasih buku saku menembak dan
masing-masing kalau gak salah 10 peluru, itu disana kita
diajarkan, Menwa kan komponen cadangan nasioal, kita memang
sudah merdeka tapi kita belum benar-benar merdeka dari
penjajahan yang sifatnya proxy war, penjajahan tanpa senjata,
misalkan kayak narkoba. Tapi menurut saya tidak tertutup
kemungkinan suatu hari akan ada perang. Nah kita sebagai
mahasiswa sebagai komponen cadangan nasional kita itu sudah
punya bekal untuk membela negara, untuk ikut perang. Nah ada
materi lainnya itu survival. Disitu kita bagaimana sih kita
bertahan hidup di situasi yang sangat darurat. Contohnya ketika
kita hidup di hutan, kita tidak ada bahan makanan sama sekali,
apapun itu yang bisa dimakan entah enak atau tidak ya harus
dimakan. Adanya ular ya kita harus makan ular, adanya ketela
mentah ya harus dimakan. Jadi setelah kita selesai pendidikan itu
ketika dihadapkan situasi yang tidak enak itu, ketika kita diposisi
sulit, apapun yang kita punya ya kita harus syukuri. Karena diluar
sana belum tentu ada orang yang bisa makan dengan kenyang.
Ketika kita punya sesuatu yang berlebih, kita lebih bisa me-
manage. Kalau kedepannya kalau misal saya tidak punya saya
mau pakai apa. Intinya memunculkan karakter yang tidak manja.
Jadi dari kegiatan-kegiatan itu bener-bener banyak yang dapat
kita ambil. Yang membuat kita yang dulunya anak yang manja,
dirumah masih dimanja orang-tuanya, kadang apa-apa kan orang
tua udah nyariin tapi kita gak mau makan ini itu gak enak, baju
masih dicucikan, kadang kalau belum disuruh belum mandi, kalau
disuruh nanti nanti. Disana kita harus memanfaatkan waktu
sebaik mungkin. Karena kita disana dari makan mandi itu kita
diberi waktu. Seinget saya itu disana mandi tidak lebih dari 5
menit. Mandi nyuci itu harus cepet. Dikasih waktu istirahat ya
kita istirahat, karena diwaktu selanjutnya belum tentu dikasih
waktu istirahat lagi, karena kegiatan disana padat dan
membutuhkan banyak tenaga. Apapun, pokoknya kita harus
disiplin. Terus juga walaupun kita dari berbagai macam penjuru,
kita dari berbagai macam agama suku budaya itu kita bisa
membaur. Kita berasal dari kampus yang berbeda, kota yang
berbeda. Tapi disana kita melupakan bahwa kita itu beda. Apapun
kesulitannya kita bisa jadi satu saling gotong royong, satu sakit
satu susah semua ikut membantu. Disitu memunculkan jiwa korsa
kekeluargaan yang bener-bener. Inilah multi kultural walaupun
berbeda budaya, beda cita-cita, tetapi disini kita punya semangat
yang sama.
HASIL WAWANCARA
Nama : Rizky Yoga Perdana
Fakultas/Jurusan : Syariah/Hukum Tata Negara
Semester : 7
Pertanyaan 1 : Bagaimana pengalaman kegiatan Diksarmil yang anda ikuti?
Jawaban : Diksar itu dilaksanakan di Rindam IV Diponegoro, tepatnya di
Dodik Bela Negara. Pesertanya itu dari mahasiswa yang
mengikuti Menwa se-Jawa Tengah, bahkan dari DIY dan Jawa
Timur pun ikut. Jumlahnya 604 kalau tidak salah pada 2016.
Kegiatannya pertama pendaftaran, registrasi, setelah itu dilepas
oleh senior masing-masing. Setelah itu pembagian, kompi dan
peleton kelas. Kebetulan saya waktu itu masuk kompi 1 peleton 3
kelas E. Pada saat hari pertama kita ada tradisi masuk barak, itu
kita masih pakai atribut lengkap kita jalan jongkok, merayap,
jungkir, guling, setelah itu kita langsung permbagian
asrama/barak. Waktu itu saya di barak Jenderal Sudirman /
Pattimura, saya lupa. Kita satu orang satu kasur dan dua orang
dapat satu lemari untuk menaruh baju, sepatu dan perlengkapan
lain. Pada hari selanjutnya upacara pembukaan diikuti seluruh
peserta dan dibuka oleh Danrindam, dan dari Pangdam
Diponegoro juga menghadiri. Dan di hari selanjutnya kami diberi
materi berupa teknik bongkar pasang senjata, nikpursar atau
teknik tempur dasar, pengkomlek atau pengetahuan komunikasi
dan elektronika, lalu PUDD peraturan urusan dinas dalam, dan
juga diajari tentang kes memanjat tembok kayu setinggi 2 meter
lebih, kita berayun ditali, dibawahnya ada genangan air 2 meter
lebih. Kemudian kita disitu juga melewati haling rintang
menggunakan balok kayu besar. Kita juga diajari tentang navrad,
navigasi darat. Kita diajari tentang kompas, peta wilayah,
menentukan koordinat. Lalu kita ada juga survival, itu kita
diajarkan bagaimana kita bertahan hidup di alam liar. Misal kita
persediaan makanan habis dan hanya ada ular, itu kita diajari
bagaimana cara menyembelihnya dengan teknik khusus supaya
kita tidak keracunan saat makan ular, karena tujuan dari survival
adalah bertahan hidup. Kemudian kita juga diajari bagaimana cara
menjerat hewan buruan menggunakan kayu dan sebuah tali yang
dipasang di tanah. Ketika hewan buruan itu menginjak maka
langsung terjerat. Kita juga diajari tentang bagaimana mengambil
air saat tidak ada sumber air, disitu kita menggunakan plastic dan
pentil kita mengikat daun-daun pada pagi hari, lalu kita tunggu
sejam, embunnya akan keluar. Disitu kita bisa mendapatkan air.
Kemudian disitu kita diajari sikap kita di dalam kesatrian itu
seperti apa. Semisal saat akan keluar dan masuk kita harus
menggunakan langkah tegap maju jalan dan juga melakukan
penghormatan. Kemudian yang paling mendebarkan itu pada saat
adanya pendadakan atau stelling, disitu biasanya dilakukan pada
saat siswa tertidur terlelap di barak. Ketika kita sudah capek,
istirahat, malam-malam dini hari tiba-tiba ada suara “der dweer
der” ada suara ledakan, suara Meriam, suara senjata, kita
dibangunkan seperti itu. Meski kita sedang tidur telanjang pun
kita harus menyiapkan diri, memakai sepatu lengkap, PDL
lengkap, memakai semua, alat tempur kita dipakai termasuk
senjata kita. Dan harus sampai titik kumpul secara tepat waktu.
Saat itu ketika Diksar banyak sekali yang sampai kehilangan
sepatu, tasnya hilang, sepatu ketukar. Disitu kita juga diajari
bagaimana kita melakuakn penyamaran, kita menggunakan alat
makeup militer terus kita disuruh juga menyamar menggunakan
apa yang ada di sekitar. Kita menggunakan daun rumput ilalang,
disitu kita harus menghilangkan rasa geli takut. Walaupun ada
ulat di badan kita, kita menyamar supaya musuh tidak tau
keberadaan kita. Lalu disitu kita juga diajari bagaimana
pembagian tugas dalam satuan atau regu. Dalam satu regu itu ada
komandan regu, wakil komandan regu, dan para anggotanya.
Disitu sudah dibagi jobnya, contoh komandan regu mengatur atau
mengkoordinasi anggotanya untuk melakukan penyerangan atau
pengintaian, dan wadanru untuk menyesuaikan dibelakangnya.
Kemudian kita juga dalam Pengkomlek tadi, kita juga diajari
bagaimana menggunakan kode sandi-sandi, misal ABC Alfa Beta
Cindy, seperti itu. Kemudian kita juga diajari defile. Defile itu
tidak seperti kita karnaval kita pakai baju yang cosplay seperti itu.
Kita disitu belajar bagaimana jalan bersama-sama menggunakan
langkap tegap dipimpin para Danton Danki dan Danyon. Disitu
kita menggunakan defile ketika ada pejabat tinggi yang sedang
menonton kita. Defile diiringi oleh korps music dan juga kita
melakukan penghormatan dipimpin oleh Danyon atau Danki nya.
Lalu kita pada saat PUDD, itu salah satu hal yang paling berkesan
mungkin, PUDD itu ternyata termasuk bagaimana kita menata
lemari, bagaimana melipat pakaian seperti apa, menaruh sepatu
PDL itu di lemari paling bawah, kemudian tas T45 itu di lemari
bagian atas. Kemudian kita paling senang itu pada saat istirahat,
selesai kegiatan, biasanya jam 9 malam. Itu ajang untuk
berkumpul bersama teman-teman satu batalyon kita, misal dari
IAIN kita kumpul dengan teman dari IAIN, dari Akpelni kumpul
dengan Akpelni. Setiap hari ketika malam kita tidak langsung
tidur, kecuali untuk yang malas. Kita langsung cuci pakaian.
Kadang ada yang “ibu, aku capek”. Kemudian kita juga
melaksanakan diakhir itu inagurasi. Pada saat malam sebelum
pulang kita ada inagurasi. Kita menunjukkan bakat kita, ada yang
standup comedi, baca puisi, nyanyi, bahkan mungkin ada yang
main music, ada yang menari, ngedance, bela diri. Kemudian kita
diberikan tampilan video kegiatan kita, disaat itu tidak sedikit ada
yang sedih karena pendidikan kita segera berakhir. Setelah
inagurasi selesai kita salam-salaman kita nyanyi bareng, nangis
bareng. Paginya kita upacara penutupan ditutup oleh
Wadanrindam waktu itu. Setelah itu kita melaksanakan
pembaretan bersama-sama di Rindam. Kita diguling, jungkir,
merayap, kita suruh jungkir balik disitu, demi mendapatkan baret
dan juga brevet diksar. Disitu kita bisa melihat makna dari Diksar
itu sendiri. Kita mendapatkan suatu hal yang istimewa itu tidak
mudah, kita harus berjuang susah payah, dan namanya perjuangan
tidak akan sia-sia, karena setiap usaha pasti ada hasilnya.
Pertanyaan 2 : Apakah kegiatan Diksarmil berperan dalam pembentukan karakter
anda?
Jawaban : Di diksar itu kita mendapatkan materi yang belum pernah
diajarkan. Sebagai contoh Navrad itu navigasi darat, itu kita
mempelajari peta dan kompas untuk menemukan titik lokasi.
Kemudian kita belajar mengenal senjata, Penjatri pengetahuan
senjata ringan, bagaimana cara kita bongkar, menggunakan
menyimpan dan merawat senajata. Kemudian bagaimana kita
bersikap pada senior. Senioritas diajarkan pada saat diksar.
Bagaimana kita PPM, hormat menghormati secara ikhlas. Karena
itu sebuah identitas bagi kita. Kita juga mengubah karakter kami.
Dulu, jujur saya orangnya saya sangat penakut, apalagi terhadap
hantu. Masuk kuburan saja saya takut. Bahkan lihat keranda itu
saya lari. Tapi setelah itu saya berani. Karena waktu itu pada saat
penyamaran malam kita disuruh masuk kuburan dua orang. Disitu
kuburannya sangat jauh sekali, dan disitu juga dipasangi pocong-
pocongan entah itu berapa yang asli dan palsu. Yang jelas
bagaimanapun kita takut, kita harus melawan rasa takut itu supaya
kita berhasil melewatinya. Disitu saya bersama teman dari Undip,
cewek, dia berani melewati itu. Disitu kita dilatih untuk melatih
keberanian kita. Mental saya terasah disitu. Kemudian disitu kita
merubah cara pandang kita, ketika kita menjadi yang tadinya bisa
manut-manut saat diberikan arahan, kita harus berfikir bagaimana
kita mendapatkan perintah harus melaksanakan perintah itu
dengan baik dan benar, intinya tanggung jawab.
Pada saat diksar kita bagi empat kompi, satu kompi terdiri
dari berbagai peleton , satu peleton menjadi beberapa kelas.
Dalam satu kompi dipimpin oleh Danki. Kemudian disitu ada
pelatih-pelatihnya. Di setiap peleton itu juga ada pelatihnya.
Kemudian ada kelas. Setiap kelas ada satu pelatih. Ketika pagi
kita melaksanakan apel pagi. Saat apel itu ada inspekturnya, ada
para Danklas yang bersiap melaporkan jumlah anggotanya.
Semisal, ketika petugas piket itu melaporkan ke perwira piket
bahwa apel siap maka apel akan dilaksanakan. Setelah itu para
Danklas akan maju kedepan, dari kelas A sampai F maju ke
depan, dan alhamdulillah saya waktu itu pernah menjabat
Danklas. Itu kita melaporkan. Sebagai contoh lapor kelas E
jumlah 24, kurang 3, hadir 21, keterangan 2 sakit 1 pingsan.
Disitu bintara piket mencatat berapa siswa yang hadir, dan yang
sakit. Pada saat apel malam pun sama, kita juga melaporkan
jumlah siswa. Dan juga pergantian jabatan Danklas. Jadi disitu
ada tanggung jawab yang harus kita laksanakan sebagai Danklas,
kita harus menyiapkan pasukan ketika bangun pagi, mau makan,
setelah makan, ketika kita akan melaksanakan materi, ketika kita
akan masuk ruang makan itu kita harus menyiapkan anggota kita,
selama satu hari penuh Danklas yang bertanggung jawab pada
anggotanya.
Ketika seminggu setelah diksar selesai kita mengikuti
pembaretan. Kita harus mencari perlengkapan sendiri, baju celana
sepatu kopel, kita cari sendiri pinjam ke UMMgl, Untidar, ke
Unwida. Kita menambah relasi sekaligus kemandirian kita, kita
cari perlengkapan sendiri.
Manfaat dari diksar itu kita merasakan dididik layaknya
prajurit selama 12 hari. Kita merasakan bagaimana hidup di
kesatrian, bagaimana solidaritas satu letting, kita susah senang
bersama, dihukum bersama, ditendang bersama, ditindak
bersama. Disitu kita memunculkan suatu sifat yang namanya jiwa
korsa. Setelah diksar kita jadi tahu bagaimana Menwa lain
bersikap, karakter nya seperti apa, apakah sama seperti satuan kita
atau tidak. Diksar itu kita menyatukan berbagai macam satuan di
Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, untuk menyamakan taraf
pendidikan kita. Dilatih dalam almamater yang sama yaitu Dodik
Bela Negara, disitulah jiwa nasionalisme bela negara kami diasah.
Tentunya setelah pulang dari Diksar kita senang sekali, kita
berkumpul lagi dengan teman-teman dari IAIN Salatiga. Dan
ketika itu kita dipandang oleh senior harus bias, memberikan
pelajaran apa yang didapat dari Diksar kita berikan ke teman-
teman. Kita harus lebih baik dari teman-teman, karena itu amanah
dari senior maka harus kita jalankan sepenuh hati. Sebagai contoh
ketika di satuan harus yang bertanggung jawab untuk anggota,
misal ada anggota yang tidak berangkat tanpa ijin itu kita yang
dihukum pertama. Kita harus memberikan contoh bagaimana kita
berperilaku Menwa yang baik. Itu merupakan tantangan tersendiri
bagi saya. Karena saya sendiri orangnya pendiam. Tapi disitu
bagaimana caranya saya harus bisa ngomong didepan banyak
orang, karena seperti contoh saat memimpin binsik, kita harus
memberikan suara kita untuk memandu teman-teman kita
berlatih, untuk memotivasi. Nah pada saat diksar itu juga dilatih
disiplin, contoh kita bangun pagi pada jam sekian harus
menggunakan trening kita berkumpul dilapangan kita
melaksanakan binsik pagi kemudian kita belajar efektif waktu.
Jadi setelah kita makan kita menuju tempat ibadah, berlari dengan
satu kelas tapi harus kompak seirama seiya sekata, untuk
memaksimalkan waktu. Pada saat makan pun harus ada tata
caranya. Waktunya makan kita harus ada disana 5 menit
sebelumnya, setelah itu kita masuk kita harus menggunakan PPM,
sebelum makan kita harus berdoa dulu, dipimpin bantara piket.
Dan juga ketika makan kita bagaimana caranya harus
menghabiskan dengan tepat waktu. Dan kita diajari juga
kompaknya satu tim, meskipun tidak kenal dalam satu meja,
entah itu airnya, lauk atau sayurnya, jangan sampai ada sisa.
Setelah selesai makan kita harus merapikan tempat makan kita.
Selesai makan kita kembali ke lapangan, misal jam 10 berarti 10
menit sebelumnya harus sudah sampai.
HASIL WAWANCARA
Nama : Sri Rahayu
Fakultas/Jurusan : Syariah/Hukum Tata Negara
Semester : 5
Pertanyaan 1 : Bagaimana pengalaman kegiatan Diksarmil yang anda ikuti?
Jawaban : Diksar itu, mulai dari awal masuk itu dianter, sampai sana itu
hujan. Registrasi itu kita masih dikumpulkan, masih nunggu. Kita
masuk itu masih deg-degan. Kita digabungkan dengan yang lain,
digabungkan dengan perti yang lain, yang katanya latihannya itu
udah “wow”. Kata senior “gapapa, bisaa aja gak usah tegang”.
Kita berusaha santai, kita antri itu sampai dikasih permen sama
senior biar gak tegang. Sebelum hujan itu di lapangan kita dibagi
kompi-kompi. Setelah terbagi kompi baru masuk ruangan karena
hujan, jadi kita pembagian peleton-peleton itu di ruangan itu.
Disitu mulai kenal sama Akpelni. Baru datang langsung kesengak
sama Akpelni. Terus pas pendidikan itu lebih suka di lapangan
daripada di kelas. Pengalamannya, bagus. Kita bisa bener-bener,
disitu mental kita, kemampuan kita bener-bener dibentuk, dilatih
seperti itu. Contohnya, kita dari sini dari awal masuk merasa ciut
hatinya lihat dari yang lain kan “wow”, tapi ternyata kita bisa
berbaur sama mereka, kenal sama mereka bahkan ada yg masih
berhubungan baik dengan mereka.
Terus kegiatannya terjadwal. Disana asal kita nurut, ikut
jadwal, ikut aturan, aman. Jadi bangun tidur, solat subuh, senam
pagi, makan pagi. Makannya itu teratur. Semua makannya
bareng-bareng. Habis itu kegiatan, kegiatan itu dikelas–lapangan–
kelas–lapangan seperti itu.
Banyak yang kita belum dapat sebelum itu. Jiwa korsa kita
ada, rasa percaya diri juga ada. Ilmu jelas ada banyak. Nah disana
kan ada yang namanya stelling, saat makan siang itu pernah
pelatihnya bilang ada serangan udara. Kita lagi makan enak-enak
kok dikayak gituan kan jengkel, tapi kita dilatih buat mental kita.
Saat kita gak pede, kan, kita mau ngomong aja minder. Jadi kita
sering ngobrol, jadi bisa. Saat di kelas ada materi kita berani
bertanya, karena sebelumnya sudah ngobrol sama yang lain, jadi
saat di kelas kita mengajukan pertanyaan ke pemateri di depan itu
sudah mulai percaya diri. Di depan banyak orang, di banyak perti
kita tanya di dalam kelas ke pemateri itu kita berani dengan tata
cara yang sudah diajarkan yang benar, kita bisa bertanya, berdiri,
itu kita berani. Materi-materi lain juga banyak yang bisa
diamalkan itu seperti PBB. Yang jelas itu yang kerasa itu PPM.
Karena disana itu jalan harus bareng, minimal berdua. Kalau
ketemu pelatih itu harus PPM. Dari situ kita terbiasa, disini itu
PPM, kalau bertanya itu “ijin ndan”. Yang jelas disitu juga
Bahasa yang digunakan, tata cara kita berbicara harus
diperhatikan.
Pertanyaan 2 : Apakah kegiatan Diksarmil berperan dalam pembentukan karakter
anda?
Jawaban : Saya sekarang merasakan banget, kalau disana kan terbiasa jam
segini harus begini, nah sekarang saya merasakan kalau misal ada
janjian apa-apa atau mengerjakan apa-apa, saya pengennya cepet.
Terus sebagai staff 2 operasional, bagaimana caranya kalau ada
binsik atau apa, anggota jangan sampai menunggu saya, jadi
merasakan sekali kedisiplinan waktu bermanfaat sekali. Yang
jelas saya jadi galak, tapi maksudnya galak itu tegas. Saat
berbicara juga jadi tahu “Ooh sama orang itu seperti ini”. Yang
jelas setiap waktu itu, setiap waktu istirahat, kan kita gak punya
rundown acara, pengennya nyampe jam berapa ayok kita jangan
sampai telat. Mau mandi dikira-kira biar gak telat.
HASIL WAWANCARA
Nama : Ari Wibowo
Fakultas/Jurusan : Syariah/Hukum Ekonomi Syariah
Semester : 7
Pertanyaan : Bagaimana pengalaman kegiatan Diksarmil yang anda ikut
Jawaban : Dari hari pertama penerimaan peserta diksar di Rindam IV
Magelang, kemudian di hari pertama pembagian regu atau pleton.
Hari selanjutnya menyesuaikan jadwal yang ada di Diksar.
Selama Diksar ada hal-hal yang banyak dikenang. Pertama
mengenai pengenalan dari Menwa lain terutama dari satuan lain.
Hal yang paling dikenang itu dengan Menwa Akpelni karena
mereka ditugaskan dari pertinya untuk mengganggu Menwa lain.
Jadi mungkin bukan cuma saya, banyak dari menwa lain juga,
banyak yang menyimpan rasa sedikit dongkol ke Menwa Akpelni
karena sering diganggu. Ada hal yang lebih menarik, yaitu
stelling dari pelatih itu menggunakan bom tanah jadi ada sebagian
yang pingsan karena ledakannya terlalu kencang. Kemudian
mungkin dari semua peserta Menwa terakhir yang dikenang itu
pas pelepasan peserta diksar. Karena disana ada banyak hal yang
harus kita ingat selama kita dilatih disana dan ada banyak hal
yang kita kerjakan setelah selesai dari sana. Karena disana kita
belum kenal, 99% kita belum kenal, tapi kita dididik untuk korsa.
Mau gak mau kita yang belum kenal itu kita harus satu tujuan satu
gerakan dan satu pemikiran. Di sisi lain, kita disana itu satu
keluarga, satu nama dengan nama Menwa, meskipun kita gak
kenal jadi kita mempunyai rasa kekeluargaan.
Di Menwa khususnya waktu di Rindam IV itu selalu
diajarkan untuk tepat waktu. Contohnya waktu makan itu gak
pernah telat pagi, siang, sore dan solat itu gak pernah telat.
Kemudian mengenai tugas dan tanggung jawab, disana apabila
pelatih udah bilang A maka tanggung jawab kita sebagai peserta
harus A dan itu harus dilaksanakan. Selain itu yang berpengaruh
terhadap saya itu mengenai komunikasi, walaupun belum kenal
dan dipaksa untuk satu pemikiran jadi komunikasi harus baik agar
bisa korsa.
Sebenernya dari awal saya juga belum percaya diri, tapi
disana harus percaya diri. Karena disana harus berkomunikasi
dengan baik untuk mendapatkan korsa tersebut. Dan
kepemimpinan bisa tumbuh kalau korsa tercipta. Jadi disana itu,
dalam korsa itu diajarkan kalau setiap pribadi harus jadi seorang
pemimpin. Jadi tujuan pertama itu per perti diajarkan jadi korsa
dan korsa tersebut jadi pemimpin. Saya sempat jadi ketua regu
dan satgas upacara. Pas jadi ketua regu itu yang paling saya inget
itu harus selalu memerhatikan anggota regunya. Setiap pelatih
tanya “berapa jumlah anggota regumu” berapa harus siap dan
harus tau keterangan apabila anggotanya ijin atau sakit. Jadi ketua
regu harus tahu keadaan anggota regunya.
Pertanyaan 2 : Apakah kegiatan Diksarmil berperan dalam pembentukan karakter
anda?
Jawaban : Disana kita belajar walaupun kita satu angkatan, banyak karakter
yang berbeda-beda. Dari itu saya bisa memahami tidak bisa
dipaksakan satu pemikiran, walaupun harus korsa tetap secara
pribadi setiap orang itu berbeda. Selama disana dari awal karena
kita harus korsa itu kita diajari PBB. PBB itu awal langkah untuk
menyatukan gerakan dan pemikiran. Mengenai PBB, efek
terhadap perorangan itu mengajarkan kompak satu pemikiran satu
tujuan. Materi lain itu ada BDM, selain kita melatih bela diri
untuk diri sendiri disana itu untuk melindungi orang lain.
Misalnya dalam satu pleton walaupun diajarkan BDM semua
namun yang menguasai hanya sedikit. Disana ada sebatas kuis,
salah satu harus menguasai BDM untuk menyelamatkan anggota
lain yang gak bisa agar tidak dihukum oleh pelatih. Kemudian
materi yang lain ada longmarch, itu perjalanan di waktu malam,
dibagi per kelompok. Di kelompok saya dulu itu ada 6. disitu kita
diajarkan dibentuk keluarga kecil dan dibikin satu tujuan yaitu
untuk mencapai finish dengan anggota yang lengkap tapi dengan
resiko yang tinggi. Karena anggota kita hanya 6 tapi banyak tugas
dan rintangan yang harus dilewati, dan satu tujuan tersebut
sampai finish itu harus satu keluarga itu harus ada, dan itu
menurut saya pembelajaran kekeluargaan kecil yang sangat
berarti karena disitu tanggung jawab gak bisa lepas. Karena misal
tanggung jawabmu ini, misalnya gak dilakukan maka satu
keluarga kecil itu akan gagal. Jadi disitu diajarkan walaupun dari
hal kecil itu harus bertanggung jawab.
HASIL WAWANCARA
Nama : Kusandi Achmad Farizky
Fakultas/Jurusan : Syariah/Hukum Ekonomi Syariah
Semester : 5
Pertanyaan 1 : Bagaimana pengalaman kegiatan Diksarmil yang anda ikuti?
Jawaban : Pengalaman diksar itu lebih banyak ke ilmu baru, pertama bisa
ilmu tata upacara militer. Terus ada peta, navrad, pengenalan
kompas, pengjatri, haling rintang, PUDD, terus senam senjata,
binjas, dan masih banyak materi yang lain. Kesan pertama itu,
saya disana pas pertama makan itu ketipu sama salah satu
universitas. Mereka tugasnya membuat masalah dengan
universitas lain, dan kalau mereka berhasil membuat masalah
maka mereka yang akan menang. Intinya mereka ingin membuat
onar dan korbannya itu mendapat sanksi dikeluarkan dari tempat
pendidikan. Kalau pas pertama itu saya dan 2 orang temen saya
juga menjadi salah satu korban, itu malah ada yang mau berantem
tapi kan mereka mainnya keroyokan. Jadi kami sendiri hanya
mengalihkan perhatian tidak menanggapinya. Yang paling
berkesan itu Navrad navigasi darat, kan itu nanti diberikan peta
dan juga kompas untuk mencari lokasi yang kita bener-bener
belum tau. Soalnya itu kan di Magelang, kita belum tau
daerahnya, kita hanya diberi peta buta nanti untuk menentukan
arahnya, sudut maupun derajatnya berapa. Senangnya itu dapat
kenalan baru, ada yang cantik juga. Kan banyak tukar pendapat
juga dari universitas lain. Menwa disana itu bedanya sama
Menwa di IAIN apa, mulai dari staffnya, tugasnya kan juga beda.
Tapi yang paling berkesan itu bisa ketemu sama taruna dari
Akpelni dari Amni. Kita udah baik tapi dari sana mereka itu
meremehkan, kita padahal kita udah baik kesana tapi mereka
malah berlaku seperti itu. Sedihnya itu pas awal-awal saya itu
agak down, soalnya kan jadwalnya kan sampai jam 11 malam,
saya sendiri biasanya jam 8 udah tidur jadi agak kaget fisiknya
untuk 3 hari pertama. Tapi untuk hari berikutnya alhamdulillah
bisa mengikuti dengan lancar. Yang asik lagi itu pas stelling.
Mungkin bagi temen-temen yang lain itu stelling hal yang paling
dihindari. Tapi saya itu alhamdulillah jam 12 malam habis
kegiatan itu kan nyuci baju dulu, bersih, pesiapan tidur, baru
meletakkan kepala di tempat tidur langsung ada stelling. Saya
juga udah siap-siap jadi gak kaget. Yang pertama keluar mungkin
saya di barak pattimura. Ada yang 1 orang itu jatuh guling-guling
ada sarungnya jatuh ada yang pakaiannya tertinggal. Terus ada
juga yang tasnya hilang bajunya hilang sepatunya hilang, jadi
cuma bawa setengah PDL itu. Terus mungkin sikap dan mental.
Untuk awalnya kita itu seperti caraka, kita diberi seuatu pesan
untuk menjaga sampai akhir. Itu kita ada rintangan-rintangannya.
Ditanya pesan apa, dari siapa. Kan kalau bohong nggak enak, tapi
itu kan amanah. Jadi imbasnya itu ke keseharian kita kalau udah
dikasih amanah harus dijalankan sebaik mungkin lebih lagi untuk
kediplinan. Lebih ke disiplin waktu. Seperti saat kita ibadah, itu
juga dibatasi. Makan juga dibatasi. Semuanya itu harus tertata,
dari awal kita tidur sampai tidur kembali.
Sebenernya pendidikan itu enak, kita dapat ilmu baru,
pengalaman baru, teman baru dan berkesan. Terus ada pengjatri
itu pengenalan senjata ringan, kita diajarkan bongkar senjata dan
memasang kembali. Sayangnya kita tidak ada kesempatan untuk
menembak seperti tahun-tahun sebelumnya. Terus yang paling
saya agak susah itu pas jalan jauh, lari, jalan–lari–jalan–lari
karena sangat menguras tenaga tapi saya sudha antisipasi
membawa vitamin.
Terus waktu piket, mungkin saya sama 8 orang itu
mungkin melakukan kesalahan, terus menghadap pelatih yang
paling nggak enak. Nah pas itu saya jam 11 malem itu masuk
kolam, karena salah laporan pas pergantian piket. Tapi walaupun
ndak enak tetep saya kenang sampai sekarang. Terus di 3 hari
terakhir itu kan dikumpulkan di aula semua, salah satu pelatiih
memanggil nama saya dan satu orang lagi. Saya disuruh keluar,
terus kata saya, ijin pelatih ada apa? “Kamu dikeluarkan dari
pendidikan”. Ha? “Ayo sekarang ikut saya”. Ternyata ada
keluarga saya yang menjenguk saya. Saya kira kan saya
melakukan kesalahan terus dikeluakan dari pendidikan. Ternyata
tidak. Itu keluarga saya hanya memastikan keadaan saya. Terus
pas akhir pendidikan saya kan dibawakan oleh-oleh terus saya
bagikan ke teman-teman saya.
Pertanyaan 2 : Apakah kegiatan Diksarmil berperan dalam pembentukan karakter
anda?
Jawaban : Kalau efek pendidikan itu lebih ke internal pribadi masing-
masing. Keseharian kan dilatih untuk disiplin, menentukan
keputusan yang tepat diwaktu yang cepat. Disana kan kalau ada
kuis kan ditanya harus cepet jawab ya atau tidak alasannya apa.
Terus diajari untuk kebersamaan juga. Saat yel-yel itu, lelah itu
bisa ganti bahagia saat yel-yel sama teman-teman. Sikap-sikap
saat Diksar itu yang pertama itu disiplin, berani tanggung jawab
HASIL WAWANCARA
Nama : Risky Ayu Saputri
Fakultas/Jurusan : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam/Perbankan Syariah
Semester : 5
Pertanyaan 1 : Bagaimana pengalaman kegiatan Diksarmil yang anda ikuti?
Jawaban : Pengalaman waktu pendidikan dasar itu ada banyak sebenernya.
Yang pertama sebelum kita masuk itu kita diajarkan bahwa
upacara yang benar itu seperti apa. Di dalam kemiliteran itu ada
TUS dan ada TUM. TUS itu untuk sekolah dan TUM itu untuk
militer. Yang kedua setelah memasuki area kita itu diberikan
seperti rumah untuk tempat kita tinggal, kita bersama-sama
tinggal. Kita diajari kedisiplinan disana. Kita diajari bagaimana
tata cara kita meletakkan pakaian dengan benar agar mudah
mencarinya. Lalu ada tali temali. Kita diajari membuat tenda
seperti apa, karena di dalam kehidupan kita pasti ada hal yang
mendesak, nah kita bisa gunakan itu sebagai suatu keahlian kita
pada saat hal tertentu. Selanjutnya ada PBB tentu saja, itu adalah
sikap dasar kita sebagai mahasiswa untuk siap sigap dan tegap.
Nah, di dalam PBB sendiri kita diajari bukan hanya PBB dasar
tapi juga ketataan dalam militer. Kita diajari juga berkenaan
dengan pertolongan petama. Karena kita hidup di masyarakat
pasti hal itu juga bermanfaat bagi lingkungan sekitar kita.
Pertolongan pertama itu tidak diajarkan secara langsung, namun
kita diajarkan untuk hal-hal yang biasa terjadi. Seperti pingsan
bagaimana cara menangani, cara untuk membangunkan orang
yang sakit seperti apa. Lanjut lagi untuk kesekretariatan kita
disana dilihatkan bahwa suatu organisasi pasti ada pembukuan
lalu ada bagaimana cara menerima tamu yang baik, lalu kita juga
diajarkan sopan santun disana. Untuk keterlambatan pun ada yang
namanya stelling, jadi benar-benar kita diajari bertata bahwa
hidup kita itu jangan sampai hanya mengikuti alur saja.
Ilmunya orienteering ada, survival itu juga ada. Itu kita
diajari juga untuk bisa bertahan hidup disaat tidak ada bahan
makanan yang bisa kita makan dan disaat kita berada di satu hal
yang mendesak kita bisa memanfaatkan hewan dan tumbuhan
yang ada. Dan bahkan juga kita diajari tentang pengjatri. Itu
berkenaan dengan senjata-senjata yang ada di militer. Kita juga
diajari bahwa bukan hanya kita mengetahui apa yang ada dalam
suatu senjata itu, tapi juga diajari membongkar, memasang
kembali. Lalu setelah itu kita diajari untuk caraka malam. Disitu
kita untuk menguji mental kita, seberapa berani kita dalam
menjalani hal-hal di sekitar kita bahwa bukan hanya mental yang
kita tekankan disini, tapi juga bagaimana keimanan kita pada sang
pencipta. Disaat kita caraka malam, disaat kita jalan pada malam
hari dan merenungkan diri kita masing-masing itu apakah sudah
melakukan hal yang baik. Kita melewati sungai, melewati
pemandangan, kita itu diingatkan bahwa kita itu kecil, kita tidak
ada apa-apanya dibanding apapun yang ada di dunia ini yang
sudah diciptakan oleh Allah. Lalu yang paling mengesankan itu
saat kita belajar ilmu social disana. Ilmu social itu sebagaimana
kita bersosialisasi. Disana kita tidak hanya bertemu orang yang
kita kenal. Tetapi kita juga bertemu dengan teman yang lain, dari
universitas lain, berbagai sifat dan pemikiran disana, bahwa kita
disana harus menjadi satu dan bisa menekan ego kita masing-
masing.
Di setiap pagi itu kita melaksanakan bimbingan jasmani.
Kita dari bangun sampai tidur lagi itu ada jadwal tersendiri yang
dibuatkan pelatih. Disaat pagi kita bangun, mandi, bersih-bersih.
Terus jam 6 harus sudah ada di lapangan, kita dituntut untuk
melakukan olahraga untuk kesegaran tubuh. Kita bersama-sama
untuk melakukan bimbingan jasmani dipimpin oleh pelatih.
Setelah itu makan pagi, setelah itu kita mengangkat kursi
bersama, berlari mengelilingi lapangan untuk melatih kerja sama
tim juga. Lalu kita malaksanakan pelajaran di dalam kelas. Kita
berlajar sabar untuk mendengarkan, belajar untuk berfikir bahwa
kita itu mahasiswa namun kita juga dibekali dengan kedisiplinan
dari pelatih-pelatih kita dari Rindam Magelang. Setelah materi
kita solat, setelah solat materi lagi. Kita diajari mengenai kompas,
kita diajari mengenai bagaimana kita mengenal lingkup sekitar,
kita juga ditantang untuk menjalani haling rintang, rintangan yang
ada di sekitar Dodik Bela Negara tersebut. Yang paling
mengesankan itu hari terakhir adalah hari-hari yang berat. Karena
disatu sisi badan kita sudah tidak kuat lagi sudah mulai lelah. Tapi
juga sudah berteman dengan baik dengan lainnya namun kita
harus pulang kembali ke universitas masing-masing, itu mungkin
ada sedikit penyesalan kenapa kemarin tidak lebih mengenal tapi
itu jadi kenangan yang baik karena kita bisa bertemu mereka, bisa
bercengkerama, bertukar pikiran disana.
Pertanyaan 2 : Apakah kegiatan Diksarmil berperan dalam pembentukan karakter
anda?
Jawaban : Nah disaat kita mempunyai dasar disiplin, bertanggung jawab dan
tidak mudah mengeluh itu bisa menciptakan bahwa kita bisa
menjadi generasi pemuda yang lebih. Nah, ada orang berfikir
bahwa saya harus mengerti dirimu tapi kamu tak perlu mengerti
diriku, itu juga dipergunakan disana. Bahwa kita tidak boleh
egois, kita tidak boleh merasa hebat, karena saat kita bersama kita
itu sama tidak ada tinggi tidak ada rendah. Disiplin itu pasti
karena disana kita diawasi oleh pelatih. Lalu tidak boleh keras
kepala, karena disaat kita menghargai apapun yang ada di dunia
ini, apapun yang kita terima. Dan kita pun bisa bersikap
mengkritik secara baik itu seperti apa, mengutarakan pendapat itu
seperti apa, seperti menggunakan kata “ijin”, ijin masuk, ijin
bertanya. Disaat kita melatih tutur kata kita itu akan bermanfaat
bagi masa yang akan datang. Emm… disiplin waktu juga. Disaat
kita kuliah, dosen itu juga melihat tidak hanya akademik saja.
Tapi sopan santun, atau adakah keterlambatan atau dia disiplin.
Ada orang yang pintar tetapi etikanya tidak baik itu juga bisa
berpengaruh.