Upload
hoangquynh
View
242
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
PERAN KOPERASI PERTANIAN (KOPTAN) MITRA SUBUR DALAM
PENINGKATAN PENDAPATAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI
DI KECAMATAN GUNUNG SUGIH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
(Skripsi)
Oleh
Lussy Nurfitasary
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
ABSTRACT
THE ROLE OF AGRICULTURAL COOPERATIVE OF MITRA SUBUR
IN INCREASING INCOME AND WELFARE OF RICE FARMERS IN
SUB-DISTRICT OF GUNUNG SUGIH, CENTRAL LAMPUNG DISTRICT
By
Lussy Nurfitasary
The purpose of this research are to comparing income of rice farming members
and non members of Mitra Subur Agricultural Cooperative, analyze the economic
benefits of cooperatives received by members, the contribution of cooperative
economic benefits to members household income, the distribution of members
and non members household income, and comparing the level of welfare of
cooperative members and non members. This research uses case study method at
Agricultural Cooperative of Mitra Subur sub-district Gunung Sugih, the Central
Lampung District with the number of respondents is sixty people that consist of
members and non members. Data of this research were collected in Februari –
Maret 2018 and analyzed descriptively quantitative. The reseach results showed
that the rice farming income for members and non members of Mitra Subur
Agricultural Cooperative in season one was significantly different, while in
season two was not significantly different. The economic benefits of cooperative
received members was still considered low and the distribution of remaining
business proceeds had not been carried out fairly. The contribution of the
cooperative economic benefits to household income of rice farmers members was
still relatively low. Additional income from activities outside of the rice farming
resulted in higher income inequality of non member farmers, while the income
inequality of member farmers was lower. Rice farmer members and non members
was in the prosperous category, but the welfare level of non members was higher
than that of member farmers.
Key words: income, cooperative, member, non member
ABSTRAK
PERAN KOPERASI PERTANIAN (KOPTAN) MITRA SUBUR DALAM
PENINGKATAN PENDAPATAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI
DI KECAMATAN GUNUNG SUGIH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Oleh
Lussy Nurfitasary
Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan pendapatan usahatani padi
anggota dan bukan anggota KOPTAN Mitra Subur, menganalisis manfaat
ekonomi koperasi yang diterima anggota, kontribusi manfaat ekonomi koperasi
terhadap pendapatan rumahtangga anggota, distribusi pendapatan rumahtangga
anggota dan bukan anggota, dan membandingkan tingkat kesejahteraan anggota
dan bukan anggota. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus pada
Koperasi Pertanian (KOPTAN) Mitra Subur Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten
Lampung Tengah dengan jumlah responden sebanyak 60 orang yang terdiri dari
anggota dan bukan anggota. Data penelitian ini dikumpulkan pada Februari -
Maret 2018 dan dianalisis dengan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian
menujukkan bahwa pendapatan usahatani padi anggota dan non anggota
KOPTAN Mitra Subur pada musim tanam I berbeda nyata, sedangkan pada
musim tanam II tidak berbeda nyata. Manfaat ekonomi koperasi yang diterima
anggota KOPTAN Mitra Subur masih tergolong rendah dan pembagian SHU
belum dilakukan secara adil. Kontribusi manfaat ekonomi koperasi terhadap
pendapatan rumahtangga petani anggota KOPTAN Mitra Subur masih tergolong
rendah. Pendapatan tambahan dari kegiatan di luar usahatani padi mengakibatkan
ketimpangan pendapatan petani non anggota semakin tinggi, sedangkan
ketimpangan pendapatan petani anggota semakin rendah. Petani padi anggota dan
non anggota KOPTAN Mitra Subur mayoritas sudah dalam kategori sejahtera,
tetapi tingkat kesejahteraan petani non anggota lebih tinggi dibandingkan dengan
petani anggota.
Kata kunci: pendapatan, koperasi, anggota, bukan anggota
PERAN KOPERASI PERTANIAN (KOPTAN) MITRA SUBUR DALAM
PENINGKATAN PENDAPATAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI
DI KECAMATAN GUNUNG SUGIH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Oleh
LUSSY NURFITASARY
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Teluk Betung tanggal 03 Agustus
1996, dari pasangan Bapak Lukman Suhardi dan Ibu
Maimuri. Penulis merupakan anak pertama dari dua
bersaudara. Penulis menyelesaikan studi tingkat Taman
Kanak – Kanak (TK) di TK Dharma Wanita Melati pada
tahun 2002, tingkat Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 2
Penumangan Baru pada tahun 2008, Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) di
SMP Negeri 2 Tulang Bawang Tengah pada tahun 2011, dan Sekolah Lanjut
Tingkat Atas (SLTA) di SMA Taman Madya Tamansiswa Teluk Betung Bandar
Lampung tahun 2014. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Jurusan Agribisnis,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui jalur mandiri.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Gilih Karangjati,
Kecamatan Selagai Lingga, Kabupaten Lampung Tengah selama 40 hari pada
bulan Januari hingga Maret 2017. Selanjutnya, pada Juli 2017 penulis
melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT Huma Indah Mekar Desa Penumangan
Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat.
SANWACANA
Alhamdulilahhirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Lantunan shalawat beriring salam, menjadi
persembahan penuh kerinduan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, yang
telah memberikan teladan dalam setiap kehidupan, juga kepada keluarga, sahabat,
dan penerus risalahnya yang mulia.
Dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Peran Koperasi Pertanian (Koptan)
Mitra Subur dalam Peningkatan Pendapatan dan Kesejahteraan Petani Padi
di Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah”, begitu banyak
juga pihak yang telah membantu baik itu do’a, dukungan moril dan materil,
bimbingan, nasihat, serta saran-saran yang membangun untuk penulis. Oleh
karena itu, dengan rendah hati penulis mengucapkan terimakasih yang tak
terhingga nilainya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung , atas arahan, bantuan, dan nasihat
yang telah diberikan.
3. Ibu Dr. Ir. Dyah Aring Hepiana Lestari, M.Si., selaku Pembimbing Pertama
atas ketulusan hati dan kesabaran, bimbingan, motivasi, arahan, nasihat, ilmu
yang bermanfaat, dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Ibu Ani Suryani, S.P., M.Sc., selaku Pembimbing Ke dua atas ketulusan hati
dan kesabaran, bimbingan, motivasi, arahan, nasihat, ilmu yang bermanfaat,
dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
5. Ibu Ir. Suriaty Situmorang, M.Si., selaku Dosen Penguji atas masukan,
arahan, nasihat yang telah diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Effendi, M.S., selaku dosen pembimbing akademik
atas arahan, nasihat, dan motivasi yang telah diberikan.
7. Orang tuaku tercinta, Mamak Maimuri dan Bapak Lukman S serta adikku
tersayang Lucky Febrian, yang telah memberikan kasih sayang, perhatian,
semangat, motivasi, nasihat, saran, dan doa yang tak pernah terputus hingga
tercapainya gelar Sarjana Pertanian ini.
8. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis, atas semua ilmu dan bimbingan yang telah
diberikan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung.
9. Seluruh karyawan di Jurusan Agribisnis, Mbak Iin, Mbak Ayi, Mbak Tunjung,
Mas Buchori, dan Mas Boim atas segala bantuan yang telah diberikan kepada
penulis.
10. Bapak Ruslan dan seluruh karyawan di Koperasi Pertanian (KOPTAN) Mitra
Subur, atas segala informasi, bantuan dan ilmu yang telah diberikan kepada
penulis.
11. Ibu Cici, selaku PPL BP3K Kecamatan Gunung Sugih, atas segala informasi,
bantuan dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis.
12. Sahabat – sahabat terbaik penulis semasa kuliah, Geasti, Fenti Gasanova,
Hafia Kamarga, Indah Dwi Puspita, Lutfia Khoirunnisa, Intan Paramiarta,
Laras Nurhandini, Kiki Ambarwati, Ivo Revita dan Jesica Anggreasi atas
masukan, saran, semangat dan kebersamaan yang telah diberikan.
13. Sahabat terbaikku dan teman satu kamar, Geasti, atas kasih sayang, masukan,
saran, semangat, bantuan, dan kebersamaan yang telah diberikan.
14. Sahabat satu kosan, Siti Nur Kholifah, Een Asror, Lutfia Khoirunniisa, dan
Izzawati Mahmudah atas masukan, saran, semangat dan kebersamaan yang
telah diberikan.
15. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2014, Willy, Aurora, Dewi L, Adek
Fitri S, Sita Virgiana, Ayu Nirmala L, Riski D, Nurul Fajri, Sintia, Dwi, dan
teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas
nasihat, kebersamaan, dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama ini.
16. Temen-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) 2017 di Desa Gilih Karangjati, Elsa
Adwinda Diva, S.H., Yuliana Kristin Situmorang, Luh Ayu Putu Ratnaika,
Robi Rusanda, Iqbal Susendi, dan Wan Ahmad, atas kebersamaan dan
semangat yang telah diberikan.
17. Atu dan kiyai Agribisnis 2011, 2012, 2013, serta adik–adik angkatan 2015 dan
2016 atas dukungan dan bantuan kepada penulis.
18. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Dengan
segala kekurangan yang ada, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan selama proses
penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala
bantuan yang telah diberikan. Aamiin ya Rabbalalaamiin. Akhirnya, penulis
meminta maaf jika ada kesalahan dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun.
Bandar Lampung, November 2018
Penulis,
Lussy Nurfitasary
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8
C. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN .................... 10
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 10
1. Konsep Koperasi............................................................................ 10
2. Manfaat Ekonomi Koperasi............................................................ 19
3. Budidaya Tanaman Padi (Oryza sativa L)......................................20
4. Teori Usahatani.............................................................................. 26
5. Pendapatan Usahatani..................................................................... 27
6. Pendapatan Rumah Tangga............................................................ 30
7. Distribusi Pendapatan..................................................................... 32
8. Teori Kesejahteraan........................................................................ 35
B. Kajian Penelitian Terdahulu .............................................................. 45
C. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 52
D. Hipotesis ............................................................................................ 56
III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 57
A. Metode Penelitian .............................................................................. 57
B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ............................................ 57
C. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian........................ 65
D. Jenis Data dan Pengumpulan Data ..................................................... 67
E. Metode Analisis Data ......................................................................... 68
1. Analisis Pendapatan Usahatani Padi.............................................. 68
2. Manfaat Ekonomi Koperasi............................................................ 69
3. Kontribusi Manfaat Ekonomi Koperasi terhadap Pendapatan
Rumahtangga.................................................................................. 70
4. Analisis Distribusi Pendapatan....................................................... 71
5. Analisis Tingkat Kesejahteraan...................................................... 72
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ....................................... 73
A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah .................................. 73
B. Keadaan Umum Kecamatan Gunung Sugih ...................................... 74
1. Keadaan Geografis......................................................................... 74
2. Keadaan Demografi........................................................................ 75
3. Keberadaan Fasilitas Layanan Jasa................................................ 76
C. Keadaan Umum Kampung Terbanggi Subing ................................... 76
1. Keadaan Iklim.................................................................................76
2. Keadaan Demografi........................................................................ 77
D. Keadaan Umum Koperasi Pertanian (KOPTAN) Mitra Subur .......... 77
1. Sejarah KOPTAN Mitra Subur...................................................... 77
2. Struktur Organisasi Koperasi..........................................................79
3. Unit Usaha Simpan Pinjam Koperasi............................................. 81
4. Sarana dan Prasarana Koperasi.......................................................82
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 95
A. Karakteristik Petani Responden ......................................................... 95
1. Umur Petani Responden................................................................. 95
2. Tingkat Pendidikan Petani Responden........................................... 97
3. Pengalaman Berusahatani Padi Petani Responden......................... 98
4. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden.......................... 99
5. Usaha Lain-lain Petani Responden............................................... 101
B. Keragaan Usahatani ......................................................................... 104
1. Pola Tanam di Daerah Penelitian................................................. 104
2. Penggunaan Sarana Produksi di Daerah Penelitian...................... 105
3. Produksi Padi di Daerah Penelitian.............................................. 113
C. Analisis Pendapatan Usahatani (On Farm Utama dan Bukan
Utama)...............................................................................................114
1. Pendapatan Usahatani Padi (On Farm Utama).............................114
2. Analisis Pendapatan On Farm Bukan Utama Anggota dan Non
Anggota KOPTAN Mitra Subur................................................... 128
3. Analisis Pendapatan di Luar Budidaya (Off Farm)...................... 131
4. Pendapatan di Luar Pertanian (Non Farm)................................... 132
D. Analisis Manfaat Ekonomi Koperasi (MEK)................................... 133
E. Kontribusi Manfaat Ekonomi Koperasi terhadap Pendapatan
Rumahtangga Petani Anggota KOPTAN Mitra Subur .................... 135
F. Analisis Distribusi Pendapatan Rumahtangga Petani Anggota dan
Non Anggota KOPTAN Mitra Subur ............................................... 138
G. Analisis Tingkat Kesejahteraan Petani Anggota dan Non Anggota
KOPTAN Mitra Subur ..................................................................... 141
H. Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Anggota dan Non
Anggota KOPTAN Mitra Subur ...................................................... 151
1. Uji beda pendapatan usahatani padi anggota dan non anggota
KOPTAN Mitra Subur pada musim tanam I................................ 152
2. Uji beda pendapatan usahatani padi anggota dan non anggota
KOPTAN Mitra Subur pada musim tanam II...............................153
I. Perbandingan Tingkat Kesejahteraan Petani Anggota dan Non
Anggota KOPTAN Mitra Subur ...................................................... 154
VI. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 156
A. Kesimpulan ...................................................................................... 156
B. Saran ................................................................................................ 157
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 158
LAMPIRAN ....................................................................................................... 163
Tabel 30 s.d Tabel 88 ...................................................................................164-338
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Sebaran jumlah koperasi di Provinsi Lampung berdasarkan
kabupaten dan kota tahun 2015 .....................................................................3
2. Data produksi padi menurut kabupaten/kota di Provinsi
Lampung tahun 2015 .....................................................................................4
3. Data jumlah koperasi di bidang pertanian Provinsi
Lampung tahun 2015 .....................................................................................6
4. Metode pemberian air pada padi sawah .......................................................25
5. Klasifikasi ketimpangan berdasarkan kriteria Bank Dunia .........................35
6. Kajian penelitian terdahulu ..........................................................................47
7. Sebaran penduduk Kecamatan Gunung Sugih berdasarkan
jenis pekerjaan,2015 ....................................................................................75
8. Rincian modal awal KOPTAN Mitra Subur Kecamatan Gunung Sugih
Kabupaten Lampung Tengah .......................................................................78
9. Rata-rata penggunaan benih padi per hektar petani responden anggota
dan non anggota KOPTAN Mitra Subur pada musim tanam I dan
musim tanam II, tahun 2018.......................................................................106
10. Rata-rata penggunaan pupuk per hektar petani responden anggota dan
non anggota KOPTAN Mitra Subur Kecamatan Gunung Sugih
Kabupaten Lampung Tengah, tahun 2018 .................................................108
11. Rata-rata penggunaan tenaga kerja petani padi responden anggota dan
non anggota KOPTAN Mitra Subur per usahatani musim tanam I di
Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah, tahun 2018 .....111
12. Rata-rata penggunaan tenaga kerja petani padi responden anggota dan
non anggota KOPTAN Mitra Subur per usahatani musim tanam II di
Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah, tahun 2018 .....112
13. Rata-rata biaya penyusutan peralatan yang digunakan petani responden
anggota dan non anggota KOPTAN Mitra Subur dalam kegiatan
usahatani per tahun, tahun 2018 ................................................................113
14. Analisis pendapatan usahatani padi anggota KOPTAN Mitra Subur
per usahatani (0,51 ha) dan per hektar pada musim tanam I Kecamatan
Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah, tahun 2018.........................116
15. Analisis pendapatan usahatani padi anggota KOPTAN Mitra Subur
per usahatani (0,51 ha) dan per hektar pada musim tanam II Kecamatan
Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah, tahun 2018..........................118
16. Analisis pendapatan usahatani padi non anggota KOPTAN Mitra Subur
per usahatani (0,47 ha) dan per hektar pada musim tanam I Kecamatan
Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah, tahun 2018 .........................123
17. Analisis pendapatan usahatani padi non anggota KOPTAN Mitra
Subur per usahatani (0,47 ha) dan per hektar pada musim tanam II
Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten LampungTengah, tahun 2018 ......126
18. Rincian pendapatan petani responden anggota dan non anggota
KOPTAN Mitra Subur Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten
Lampung Tengah dari kegiatan usahatani on farm bukan utama,
tahun 2018 .................................................................................................130
19. Rincian pendapatan petani responden anggota dan non anggota
KOPTAN Mitra Subur Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten
Lampung Tengah dari kegiatan off farm, tahun 2018 ................................131
20. Rincian pendapatan petani responden anggota dan non anggota
KOPTAN Mitra Subur Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten
Lampung Tengah dari kegiatan non farm, tahun 2018 ..............................132
21. Manfaat ekonomi koperasi (MEK) yang diterima anggota KOPTAN
Mitra Subur Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung
Tengah, tahun 2018 ...................................................................................134
22. Struktur pendapatan rumahtangga petani anggota dan non anggota
KOPTAN Mitra Subur Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten
Lampung Tengah, tahun 2018 ...................................................................136
23. Distribusi pendapatan usahatani dan rumahtangga petani padi
responden anggota dan non anggota KOPTAN Mitra Subur per tahun,
tahun 2018 .................................................................................................139
24. Pengeluaran rumahtangga petani anggota KOPTAN Mitra Subur
Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah, tahun 2018 ......147
25. Pengeluaran rumahtangga petani non anggota KOPTAN Mitra Subur
Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah, tahun 2018 ......148
26. Tingkat kesejahteraan petani anggota dan non anggota KOPTAN
Mitra Subur berdasarkan indikator Bank Dunia, tahun 2018 ..................150
27. Hasil analisis uji beda rata-rata pendapatan usahatani padi anggota
dan non anggota KOPTAN Mitra Subur pada MT I, tahun 2018 .............152
28. Hasil analisis uji beda rata-rata pendapatan usahatani padi anggota
dan non anggota KOPTAN Mitra Subur pada MT II, tahun 2018 ............154
29. Hasil analisis uji beda tingkat kesejahteraan petani padi responden
anggota dan non anggota KOPTAN Mitra Subur, tahun 2018 ..................155
30. Identitas responden petani padi anggota KOPTAN Mitra Subur ..............164
31. Identitas responden petani padi non anggota KOPTAN Mitra Subur .......165
32. Penguasaan lahan usahatani padi anggota KOPTAN Mitra Subur ...........166
33. Penguasaan lahan usahatani padi non anggota KOPTAN Mitra Subur ....167
34. Biaya penggunaan pupuk usahatani padi anggota KOPTAN Mitra
Subur Musim Tanam I ...............................................................................168
35. Biaya penggunaan pupuk usahatani padi anggota KOPTAN Mitra
Subur Musim Tanam II ..............................................................................172
36. Biaya penggunaan pupuk usahatani padi non anggota KOPTAN Mitra
Subur Musim Tanam I ...............................................................................176
37. Biaya penggunaan pupuk usahatani padi non anggota KOPTAN Mitra
Subur Musim Tanam II ..............................................................................181
38. Biaya penggunaan pestisida usahatani padi anggota KOPTAN Mitra
Subur Musim Tanam I ...............................................................................186
39. Biaya penggunaan pestisida usahatani padi anggota KOPTAN Mitra
Subur Musim Tanam II .............................................................................193
40. Biaya penggunaan pestisida usahatani padi non anggota KOPTAN
Mitra Subur Musim Tanam I .....................................................................200
41. Biaya penggunaan pestisida usahatani padi non anggotaKOPTAN
Mitra Subur Musim Tanam II ....................................................................207
42. Penyusutan alat pertanian petani padi anggota KOPTAN Mitra Subur ....214
43. Penyusutan alat pertanian petani padi non anggota KOPTAN Mitra
Subur ..........................................................................................................217
44. Tenaga kerja usatani padi anggota KOPTAN Mitra Subur Musim
Tanam I ......................................................................................................220
45. Tenaga kerja usatani padi anggota KOPTAN Mitra Subur Musim
Tanam II .....................................................................................................229
46. Tenaga kerja usatani padi non anggota KOPTAN Mitra Subur
Musim Tanam I ..........................................................................................238
47. Tenaga kerja usahatani padi non anggota KOPTAN Mitra Subur
Musim Tanam II ........................................................................................247
48. Biaya lain-lain usahatani padi anggota KOPTAN Mitra Subur ................256
49. Biaya lain-lain usahatani padi non anggota KOPTAN Mitra Subur .........258
50. Penerimaan usahatani padi anggota KOPTAN Mitra Subur .....................260
51. Penerimaan usahatani padi non anggota KOPTAN Mitra Subur ..............261
52. Pendapatan usahatani padi anggota KOPTAN Mitra Subur Musim
Tanam I ......................................................................................................262
53. Pendapatan usahatani padi anggota KOPTAN Mitra Subur Musim
Tanam II .....................................................................................................266
54. Pendapatan usahatani padi non anggota KOPTAN Mitra Subur Musim
Tanam I ......................................................................................................270
55. Pendapatan usahatani padi non anggota KOPTAN Mitra Subur Musim
Tanam II .....................................................................................................274
56. Biaya dan pendapatan usahatani padi per 0,51 ha dan per 1 ha petani
responden anggota KOPTAN Mitra Subur Musim Tanam I .....................278
57. Biaya dan pendapatan usahatani padi per 0,51 ha dan per 1 ha petani
responden anggota KOPTAN Mitra Subur Musim Tanam II ...................279
58. Biaya dan pendapatan usahatani padi per 0,47 ha dan per 1 ha petani
responden non anggota KOPTAN Mitra Subur Musim Tanam I ..............280
59. Biaya dan pendapatan usahatani padi per 0,47 ha dan per 1 ha petani
responden non anggota KOPTAN Mitra Subur Musim Tanam II ............281
60. Pendapatan on farm (bukan utama) petani responden anggota
KOPTAN Mitra Subur ...............................................................................282
61. Pendapatan on farm (bukan utama) petani responden non Anggota
KOPTAN Mitra Subur ...............................................................................283
62. Pendapatan off farm dan non farm petani responden anggota
KOPTAN Mitra Subur ...............................................................................284
63. Pendapatan off farm dan non farm petani responden non
anggota KOPTAN Mitra Subur .................................................................285
64. Manfaat ekonomi koperasi petani responden anggota KOPTAN Mitra
Subur .........................................................................................................286
65. Pendapatan rumahtangga anggota KOPTAN Mitra Subur .......................287
66. Pendapatan rumahtangga petani responden non anggotaKOPTAN
Mitra Subur ................................................................................................288
67. Analisis Gini Ratio pendapatan usahatani padi per tahun petani
responden anggota KOPTAN Mitra Subur ................................................289
68. Analisis Gini Ratio pendapatan usahatani padi per tahun petani
responden non anggota KOPTAN Mitra Subur ........................................290
69. Analisis Gini Ratio pendapatan setelah ditambah pendapatan on farm
bukan utama per tahun petani responden anggota KOPTAN Mitra
Subur ..........................................................................................................291
70. Analisis Gini Ratio pendapatan setelah ditambah pendapatan on farm
bukan utama per tahun petani responden non anggota KOPTAN
Mitra Subur ................................................................................................292
71. Analisis Gini Ratio pendapatan setelah ditambah pendapatan non
usahatani per tahun petani responden anggota KOPTAN Mitra Subur .....293
72. Analisis Gini Ratio pendapatan setelah ditambah pendapatan non
usahatani per tahun petani responden non anggota KOPTAN Mitra
Subur ..........................................................................................................294
73. Analisis Gini Ratio pendapatan setelah ditambah pendapatan
non farm per tahun petani responden anggota KOPTAN Mitra Subur .....295
74. Analisis Gini Ratio pendapatan setelah ditambah pendapatan
non farm per tahun petani responden anggota KOPTAN Mitra Subur .....296
75. Analisis Gini Ratio pendapatan rumahtangga (+MEK) petani responden
anggota KOPTAN Mitra Subur .................................................................297
76. Analisis Gini Ratio pendapatan rumahtangga petani responden non
anggota KOPTAN Mitra Subur .................................................................298
77. Pengeluaran pangan pada rumah tangga petani padi anggota
KOPTAN Mitra Subur ...............................................................................299
78. Pengeluaran non pangan pada rumah tangga petani padi anggota
KOPTAN Mitra Subur ...............................................................................308
79. Pengeluaran pangan pada rumah tangga petani padi non anggota
KOPTAN Mitra Subur ...............................................................................315
80. Pengeluaran non pangan pada rumah tangga petani padi non
anggota KOPTAN Mitra Subur .................................................................324
81. Tingkat kesejahteraan petani padi anggota KOPTAN Mitra Subur
kriteria Bank Dunia ....................................................................................331
82. Tingkat kesejahteraan petani padi non anggota KOPTAN Mitra Subur
kriteria Bank Dunia ....................................................................................332
83. Uji beda rata-rata pendapatan anggota dan non anggota KOPTAN
Mitra Subur Musim Tanam I .....................................................................333
84. Uji beda rata-rata pendapatan anggota dan non anggotaKOPTAN
Mitra Subur Musim Tanam II ...................................................................334
85. Uji beda tingkat kesejahteraan anggota dan non anggota KOPTAN
Mitra Subur ................................................................................................335
86. Hasil uji beda (independent simple t-test) pendapatan usahatani pada
MT I petani padi responden anggota dan non anggota KOPTAN Mitra
Subur ..........................................................................................................336
87. Hasil uji beda (independent simple t-test) pendapatan usahatani pada
MT II petani padi responden anggota dan non anggota KOPTAN Mitra
Subur ..........................................................................................................337
88. Hasil uji beda (independent simple t-test) tingkat kesejahteraan petani
padi responden anggota dan non anggota KOPTAN Mitra Subur ............338
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Hubungan Gini Ratio dengan Kurva Lorentz ..............................................34
2. Bagan alir kerangka pemikiran peran Koperasi Pertanian (KOPTAN)
Mitra Subur dalam peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani
padi di Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah ...............55
3. Struktur Organisasi KOPTAN Mitra Subur Kabupaten Lampung
Tengah .........................................................................................................80
4. Kantor Pusat KOPTAN Mitra Subur di Terbanggi Agung Kecamatan
Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah ..............................................83
5. Ruangan kerja kantor pusat KOPTAN Mitra Subur Terbanggi Agung
Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah ...........................84
6. Kantor Unit KOPTAN Mitra Subur di Kampung Terbanggi Subing
Desa Gotong Royong ...................................................................................85
7. Ruangan Kasir KOPTAN Mitra Subur Kecamatan Gunung Sugih
Kabupaten Lampung Tengah .......................................................................86
8. Ruangan Manager KOPTAN Mitra Subur Kecamatan Gunung Sugih
Kabupaten Lampung Tengah .......................................................................87
9. Buku-buku wajib KOPTAN Mitra Subur Kecamatan Gunung Sugih
Kabupaten Lampung Tengah .......................................................................88
10. Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Rapat Anggota Tahunan
(RAT) Ke 11 tahun 2017 KOPTAN Mitra Subur Kecamatan
Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah ..............................................93
11. Sebaran petani padi responden anggota dan non anggota KOPTAN Mitra
Subur Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah menurut
golongan umur petani ..................................................................................96
12. Sebaran petani responden anggota dan non anggota KOPTAN Mitra
Subur Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah
berdasarkan tingkat pendidikan formal .......................................................97
13. Sebaran petani padi responden anggota dan non anggota KOPTAN
Mitra Subur Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung
Tengah berdasarkan pengalaman berusahatani ...........................................98
14. Sebaran petani padi responden anggota dan non anggota KOPTAN
Mitra Subur Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung
Tengah berdasarkan jumlah tanggungan keluarga ....................................100
15. Sebaran petani responden anggota dan non anggota KOPTAN
Mitra Subur Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung
Tengah berdasarkan usahatani on farm bukan utama ................................101
16. Sebaran petani responden anggota dan non anggota KOPTAN
Mitra Subur Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung
Tengah berdasarkan usaha off farm ...........................................................102
17. Sebaran petani responden anggota dan non anggota KOPTAN
Mitra Subur Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung
Tengah berdasarkan usaha non farm .........................................................103
18. Pola tanam usahatani padi di Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten
Lampung Tengah, tahun 2018 ...................................................................104
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah maupun organisasi non pemerintah telah banyak mengupayakan
berbagai program untuk memperbaiki perekonomian dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Salah satu program yang diupayakan oleh
pemerintah ialah koperasi. Koperasi merupakan suatu badan usaha bersama
yang bergerak dalam bidang perekonomian, beranggotakan orang-orang yang
umumnya mempunyai ekonomi yang lemah yang bergabung secara sukarela
dan atas dasar persamaan hak serta berkewajiban untuk melakukan suatu
usaha yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para
anggotanya. Tujuan utama koperasi ialah meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan anggotanya.
Koperasi mempunyai kedudukan dan fungsi yang penting dalam rangka
pembangunan ekonomi bangsa Indonesia, dimana Indonesia memiliki tiga
sektor kekuatan ekonomi dalam melaksanakan tatanan kegiatan
perekonomian negara, yaitu sektor negara, sektor swasta, dan sektor koperasi.
Menurut Syahrudin (2003), melalui koperasi berbagai program pembangunan
sektor pertanian dan industri rakyat yang pada umumnya dikelola pengusaha
kecil bisa dijalankan dengan skala ekonomi yang lebih besar, lebih efisien,
2
dan efektif. Selain itu, koperasi dapat dijadikan tempat yang efektif bagi
anggotanya untuk saling bekerjasama dan menghimpun kekuatan yang
bertujuan untuk mengatasi berbagai hambatan struktural, membuka akses
untuk pasar, modal, informasi dan teknologi dengan mengoptimalkan potensi,
dan memanfaatkan peluang usaha yang terbuka.
Pada dasarnya koperasi merupakan wadah organisasi sosial yang
mengutamakan kepentingan sosial dan ekonomi anggota (Hendrojogi, 2004).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 tahun 1992 pasal 1
tentang Perkoperasian, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan
orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasar atas asas kekeluargaan. Jadi, koperasi bukanlah perkumpulan modal
usaha yang mencari keuntungan semata, melainkan koperasi dibentuk untuk
memenuhi kebutuhan anggota dengan memberikan harga semurah mungkin
dan pelayanan sebaik mungkin demi mencapai kesejahteraan anggota.
Koperasi merupakan satu-satunya bentuk badan usaha yang sesuai dengan
demokrasi ekonomi Indonesia seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang
Dasar tahun 1945 pasal 33 ayat 1 bahwa perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Sebagai salah satu sektor kekuatan ekonomi, kegiatan koperasi tidak hanya
terbatas pada satu unit usaha, tetapi dapat menjalankan lebih dari satu unit
usaha karena tidak ada batasan banyaknya unit usaha yang dapat dijalankan
suatu koperasi. Jenis usaha yang akan dijalankan suatu koperasi harus
3
memperhatikan kebutuhan dan kepentingan anggotanya, sehingga fungsi
koperasi sebagai alat perekonomian dan alat kemasyarakatan dapat terwujud
dan terlaksana dengan efektif dan efisien. Sebagai wadah perekonomian dan
kegiatan sosial masyarakat, koperasi harus mampu memberikan
keseimbangan kedudukan, peranan dan sumbangan terhadap tatanan
perekonomian nasional, sehingga cita-cita bangsa Indonesia dapat tercapai
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang, yaitu mewujudkan
masyarakat adil dan makmur.
Tabel 1. Sebaran jumlah koperasi di Provinsi Lampung berdasarkan
kabupaten dan kota tahun 2016
No Kabupaten/kota Status Jumlah
Aktif Tidak Aktif
Unit % Unit % Unit %
1 Bandar Lampung 353 47,90 384 52,10 737 14,39
2 Way Kanan 328 45,93 386 54,07 714 13,94
3 Lampung Tengah 423 65,07 227 34,93 650 12,69
4 Lampung Timur 397 66,28 202 33,72 599 11,70
5 Lampung Selatan 228 52,17 209 47,83 437 8,53
6 Lampung Utara 271 63,76 154 36,24 425 8,30
7 Tanggamus 156 51,32 148 48,68 304 5,94
8 Pesawaran 143 70,10 61 29,90 204 3,98
9 Metro 98 48,04 106 51,96 204 3,98
10 Pringsewu 79 46,47 91 53,53 170 3,32
11 Tulang Bawang 77 43,50 100 56,50 177 3,46
12 Lampung Barat 49 33,33 98 66,67 147 2,87
13 Mesuji 118 75,16 39 24,84 157 3,07
14 Tulang Bawang Barat 98 79,03 26 20,97 124 2,42
15 Pesisir Barat 48 66,67 24 33,33 72 1,41
Jumlah 2.866 55,96 2.255 44,04 5.121 100
Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Lampung, 2016
Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang menjadikan koperasi
sebagai salah satu sektor perekonomian, baik di bidang produksi, jasa,
konsumsi, maupun simpan pinjam. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah
4
koperasi di Provinsi Lampung adalah 5.121 unit, dimana sebanyak 55,96
persen koperasi dinyatakan aktif dan sisanya dinyatakan tidak aktif. Kota
Bandar Lampung memiliki jumlah koperasi terbanyak, yaitu 14,39 persen
dari total koperasi di Provinsi Lampung dengan koperasi yang dinyatakan
aktif sebanyak 47,90 persen dan sisanya dinyatakan tidak aktif. Kabupaten
Lampung Tengah berada pada urutan ke tiga dengan jumlah koperasi
sebanyak 12,69 persen dari total koperasi di Provinsi Lampung dimana
sebanyak 65,07 persen dinyatakan aktif dan sisanya dinyatakan tidak aktif.
Tabel 2. Sebaran produksi padi menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung
tahun 2015
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2016
Kabupaten Lampung Tengah memiliki potensi dalam mengembangkan
komoditas pertanian, khususnya komoditas padi. Hal ini dibuktikan dengan
jumlah produksi padi di Kabupaten Lampung Tengah. Pada Tabel 2 dapat
dilihat bahwa produksi padi tertinggi di Provinsi Lampung adalah Kabupaten
No Kabupaten/Kota Produksi
(Ton)
1 Lampung Barat 112.063,21
2 Tanggamus 284.642,51
3 Lampung Selatan 488.079,38
4 Lampung Timur 564.315,51
5 Lampung Tengah 782.603,56
6 Lampung Utara 168.941,99
7 Waykanan 149.178,06
8 Tulang Bawang 242.728,38
9 Pesawaran 170.072,93
10 Pringsewu 137.193,31
11 Mesuji 186.215,81
12 Tulang Bawang Barat 88.443,35
13 Pesisir Barat 77.604,68
14 Bandar Lampung 2.637
15 Metro 2.958
Total 7.387.084
5
Lampung Tengah. Produksi padi yang tinggi di Kabupaten Lampung Tengah
berasal dari pasokan padi setiap kecamatan Kabupaten Lampung Tengah.
Berdasarkan BPS Kabupaten Lampung Tengah (2017), produksi padi terbesar
di Kabupaten Lampung Tengah berada di Kecamatan Seputih Raman, dengan
jumlah produksi sebanyak 86.871 ton. Produksi padi terbesar kedua berada
di Kecamatan Gunung Sugih dengan jumlah produksi sebanyak 54.845 ton.
Hal tersebut menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat di Kecamatan
Gunung Sugih yang menjalankan usahatani padi sebagai sumber ekonomi.
Koperasi Pertanian (KOPTAN) adalah koperasi yang anggota-anggotanya
para petani. Adanya KOPTAN di pedesaan sangat penting untuk
menimbulkan semangat para petani untuk meningkatkan produksi pertanian
dan membantu petani dalam memasarkan produk pertaniannya. KOPTAN
merupakan wadah bagi para petani di pedesaan, yang mampu menyalurkan
seluruh produk hasil pertanian dari masyarakat pedesaan dengan harga yang
wajar ke para konsumen yang berada di perkotaan.
Jumlah Koperasi Pertanian (KOPTAN) di Provinsi Lampung saat ini semakin
berkurang, padahal peran KOPTAN sangatlah penting bagi petani dalam
meningkatkan produksi. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa jumlah KOPTAN
yang tidak aktif jauh lebih tinggi dibandingkan jumlah KOPTAN yang aktif.
Jumlah KOPTAN yang tidak aktif sebanyak 70,42 persen, sedangkan sisanya
dinyatakan tidak aktif. Banyaknya jumlah KOPTAN yang tidak aktif di
Provinsi Lampung disebabkan oleh KOPTAN tidak dapat bertahan
menghadapi persaingan dengan koperasi-koperasi jenis baru
6
Tabel 3. Sebaran jumlah koperasi di bidang pertanian di Provinsi Lampung
tahun 2015
No. Kelompok Koperasi Status Jumlah
Aktif Tidak Aktif
Unit % Unit % Unit %
1 Koperasi Unit Desa
(KUD) 90 35,57 163 64,43 253 19,70
2 Koperasi Pertanian 213 29,58 507 70,42 720 56,07
3 Koperasi Perkebunan 62 46,97 70 53,03 132 10,28
4 Koperasi Peternakan 21 34,43 40 65,57 61 4,75
5 Koperasi Nelayan 24 32,00 51 68,00 75 5,84
6 Koperasi Kehutanan 3 42,86 4 57,14 7 0,55
7 Kopti 5 55,56 4 44,44 9 0,70
Jumlah 445 34,66 839 65,34 1284 100
Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Lampung, 2015
Pertumbuhan koperasi, khususnya Koperasi Pertanian (KOPTAN), sangat
penting untuk menunjang peningkatan produksi pertanian di Provinsi
Lampung. Meningkatnya produksi pertanian, akan berpengaruh terhadap
pendapatan dan kesejahteraan petani. Dalam menjalankan usahatani,
tentunya petani banyak dihadapkan dengan berbagai masalah usahatani,
sehingga diperlukan adanya suatu lembaga penunjang untuk membantu petani
mengatasi berbagai masalah tersebut. Salah satu upaya petani untuk
mengatasi masalah dalam usahataninya adalah dengan menjadi anggota
koperasi.
Peningkatan pendapatan anggota koperasi dapat terwujud karena anggota
dapat meningkatkan produksinya. Apabila peningkatan pendapatan anggota
koperasi terwujud, maka tingkat kesejahteraan hidup anggota koperasi akan
meningkat. Salah satu Koperasi Pertanian (KOPTAN) di Kabupaten
Lampung Tengah ialah KOPTAN Mitra Subur. KOPTAN Mitra Subur
merupakan salah satu koperasi aktif yang sudah berdiri sejak tahun 1999
7
dengan Badan Hukum Nomor 79/BH/KDK.72/IV/1999. KOPTAN Mitra
Subur dalam perkembangannya pernah mengalami mati suri, namun saat ini
KOPTAN Mitra Subur mulai bangkit kembali mengingat tujuan didirikan
KOPTAN Mitra Subur yaitu sebagai wadah bagi petani untuk memperoleh
modal usahatani. Selain itu, KOPTAN Mitra Subur merupakan koperasi
pertanian pertama yang didirikan di Kecamatan Gunung Sugih.
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Berapa besar pendapatan usahatani padi anggota dan non anggota
KOPTAN Mitra Subur di Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung
Tengah?
2. Berapa besar manfaat ekonomi yang diterima anggota KOPTAN Mitra
Subur di Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah?
3. Berapa besar kontribusi manfaat ekonomi koperasi terhadap pendapatan
rumah tangga anggota KOPTAN Mitra Subur di Kecamatan Gunung
Sugih Kabupaten Lampung Tengah?
4. Bagaimana distribusi pendapatan rumah tangga anggota dan non anggota
KOPTAN Mitra Subur di Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung
Tengah?
5. Bagaimana tingkat kesejahteraan anggota dan non anggota KOPTAN
Mitra Subur di Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah?
8
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Membandingkan pendapatan usahatani padi anggota dan non anggota
KOPTAN Mitra Subur di Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung
Tengah.
2. Menganalisis manfaat ekonomi koperasi yang diterima anggota KOPTAN
Mitra Subur di Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah.
3. Menganalisis kontribusi manfaat ekonomi koperasi terhadap pendapatan
rumahtangga anggota KOPTAN Mitra Subur di Kecamatan Gunung
Sugih Kabupaten Lampung Tengah.
4. Menganalisis distribusi pendapatan rumahtangga anggota dan non
anggota KOPTAN Mitra Subur di Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten
Lampung Tengah.
5. Membandingkan tingkat kesejahteraan anggota dan non anggota
KOPTAN Mitra Subur di Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung
Tengah.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna bagi:
1. Pihak koperasi dan petani, sebagai pertimbangan dalam penyusunan
rencana strategi operasional pada periode yang akan datang dan
sebagai bahan masukan serta pertimbangan petani untuk berpartisipasi
menjadi anggota koperasi.
9
2. Pemerintah, sebagai sumbangan pemikiran dalam pertimbangan dan
evaluasi terhadap penetapan kebijakan, terutama yang berkaitan
dengan pengembangan koperasi.
3. Peneliti lain, sebagai referensi dalam melakukan penelitian sejenis atau
menyempurnakan penelitian ini.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Koperasi
a. Definisi dan Tujuan Koperasi
Berdasarkan Undang-Undang No. 25 tahun 1992 Pasal 1 tentang
Perkoperasian, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-
orang atau badan hukum koperasi yang melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sebagai gerakan ekonomi yang berdasarkan
asas kekeluargaan. Menurut Chaniago (1984) dalam Sitio dan Tamba
(2001), koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-
orang atau badan hukum yang memberikan kebebasan kepada anggota
untuk masuk dan keluar dengan bekerjasama secara kekeluargaan
menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para
anggotanya.
Menurut Baswir (1997), koperasi adalah suatu perkumpulan yang
didirikan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas,
yang bertujuan untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan
ekonomi mereka, sedangkan menurut Kartasapoetra dan Setiady (2001),
koperasi adalah suatu badan usaha bersama yang bergerak dalam bidang
11
perekonomian, beranggotakan mereka yang umumnya berekonomi lemah
yang bergabung secara sukarela dan atas dasar persamaan hak,
berkewajiban melakukan suatu usaha yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan para anggotanya. Menurut Hendrojogi (2015),
koperasi ialah suatu perkumpulan dari orang-orang yang atas dasar
persamaan derajat sebagai manusia dengan tidak memandang haluan
agama dan politik secara sukarela masuk untuk sekedar memenuhi
kebutuhan bersama yang bersifat kebedaan atas tanggungan bersama.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat diketahui bahwa dalam
koperasi setidaknya terdapat dua unsur yang saling berkaitan satu sama
lain. Menurut Sumarsono (2003), dua unsur tersebut terdiri dari unsur
ekonomi dan unsur sosial. Unsur ekonomi berkaitan dengan peningkatan
pendapatan masyarakat yang menjadi anggota koperasi dan unsur sosial
berkatian dengan peningkatan kesejahteraan anggota koperasi melalui
peningkatan pendapatan, sedangkan menurut Hendrojogi (2015),
mengandung tiga unsur, yaitu: 1) unsur demokrasi; 2) unsur sosial; dan 3)
unsur tidak semata-mata mencari keuntungan.
Menurut Ropke (2003), badan usaha koperasi dimiliki oleh anggota yang
merupakan pemakai jasa (users). Fakta ini yang membedakan koperasi
dari badan usaha (perusahaan) bentuk lain yang pemiliknya pada dasarnya
adalah para penanam modal, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
orang-orang membentuk koperasi ialah untuk memenuhi kebutuhannya
akan pelayanan, yang sebagian besar dinyatakan dalam tujuan-tujuannya,
12
bagaimana koperasi itu diawasi, dibiayai, dan dioperasikan serta
bagaimana Sisa Hasil Usaha (SHU) didistribusikan. Tingkat keberhasilan
koperasi dalam mencapai tujuan-tujuannya (Abrahamson, 1976 dalam
Ropke, 2003).
Tujuan utama pendirian suatu koperasi adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi para anggotanya yang berpegang pada asas dan
prinsip-prinsip ideal tertentu, sehingga kegiatan koperasi diharapkan
dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan. Menurut Hendrojogi (2015), tujuan koperasi adalah untuk
memberikan pelayanan kepada para anggota dan bukan untuk mencari
keuntungan, sedangkan Menurut Undang-Undang No. 25 tahun 1992
pasal 3, tujuan koperasi adalah memajukan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang
maju, adil dan makmur berlandasakan Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan bunyi Undang-Undang No. 25 tahun 1992 pasal 3 tersebut,
dapat dijelaskan bahwa tujuan Koperasi Indonesia dalam garis besarnya
meliputi tiga hal: 1) untuk memajukan kesejahteraan anggotanya; 2)
untuk memajukan kesejahteraan masyarakat; dan 3) turut serta
membangun tatanan perekonomian nasional.
b. Prinsip, Fungsi, dan Peran Koperasi
Prinsip koperasi adalah ketentuan-ketentuan pokok yang berlaku dalam
koperasi yang dijadikan sebagai pedoman kerja koperasi, sehingga
13
membedakan koperasi dengan organisasi ekonomi lainnya. Menurut
Hendrojogi (2015), prinsip-prinsip koperasi adalah pedoman bagi
koperasi-koperasi dalam melaksanakan nilai-nilai koperasi dalam praktik.
Prinsip-prinsip koperasi tersebut yaitu: 1) keanggotaan yang sukarela dan
terbuka; 2) pengawasan demokratis oleh anggota; 3) partisipasi anggota
dalam kegiatan ekonomi; 4) otonomi dan kemandirian (Independence); 5)
pendidikan, pelatihan, dan penerangan; 6) kerjasama antar koperasi; dan
7) kepedulian terhadap masyarakat, sedangkan prinsip koperasi menurut
Gabungan Koperasi Internasional (ICA) dalam Baswir (1987) meliputi:
(a) Keanggotaan bersifat terbuka
(b) Pengawasan dilakukan secara demokratis
(c) Pembagian sisa hasil usaha didasarkan atas partisipasi masing-masing
dalam usaha koperasi
(d) Bunga yang terbatas atas modal
(e) Netral dalam lapangan politik dan agama
(f) Tata niaga dijalankan secara tunai
(g) Menyelenggarakan pendidikan
Prinsip-prinsip koperasi tersebut sejalan dengan prinsip koperasi yang
dijalankan oleh Koperasi Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam
Undang-Undang Dasar No. 25 tahun 1992 pasal 5 ayat 1 yaitu: 1)
keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka; 2) pengelolaan dilakukan
secara demokratis; 3) pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil
dan sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota; 4)
pemberian balas jasa yang terbatas pada modal; dan 5) kemandirian.
14
Berlandaskan tujuan dan prinsip-prinsip koperasi, maka koperasi harus
mampu menjalankan fungsi dan perannya dengan baik sebagai suatu
badan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggotanya.
Fungsi dan peran koperasi berlandaskan Undang-Undang No. 25 tahun
1992 pasal 4 yaitu:
1) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial.
2) Berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat.
3) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai
sokogurunya.
4) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian
nasional yang merupakan usaha bersama atas asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa koperasi memiliki dua
peran penting yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain yaitu peran
dalam bidang ekonomi dan bidang sosial. Menurut Baswir (1987) peran
koperasi dalam bidang ekonomi yaitu:
1) Menumbuhkan motif berusaha yang lebih berperikemanusiaan.
2) Mengembangkan metode pembagian sisa hasil usaha yang lebih adil.
3) Memerangi monopoli dan bentuk-bentuk konsentrasi modal lainnya.
4) Menawarkan barang dan jasa dengan harga yang lebih murah.
15
5) Meningkatkan penghasilan anggota-anggotanya.
6) Menyederhanakan dan mengefisienkan sistem tata niaga.
7) Menumbuhkan sikap jujur dan keterbukaan dalam pengelolaan
perusahaan.
8) Menjaga keseimbangan antara permintaan dan penawaran.
9) Melatih masyarakat untuk menggunakan pendapatannya secara
efektif, menumbuhkan kebiasaan yang baik dalam pola konsumsi dan
hidup hemat, serta mengembangkan jiwa bagi membangun
kesejahteraan umat manusia.
Selanjutnya peran koperasi dalam bidang sosial yaitu: 1) mendidik
anggota-anggotanya untuk memiliki semangat bekerjasama dan
berkorban; 2) mendorong terwujudnya suatu tatanan sosial yang
manusiawi dan bersifat demokratis; dan 3) mendorong terwujudnya suatu
kehidupan masyarakat yang tentram dan damai.
c. Jenis-jenis Koperasi
Macam-macam koperasi menurut Nurzain dan Djohan dalam Widiyanti
dan Sunindhia (1988), diantaranya:
1) Koperasi Konsumsi
Koperasi konsumsi adalah koperasi yang mengusahakan kebutuhan
sehari-hari. Tujuan koperasi konsumsi ialah agar anggota-
anggotanya dapat membeli barang-barang konsumsi dengan kualitas
yang baik dan harga yang layak. Anggota-anggota koperasi
16
konsumsi terdiri dari tiap-tiap orang yang mempunyai kepentingan
langsung dalam lapangan kosumsi.
2) Koperasi Produksi
Koperasi produksi adalah koperasi yang bergerak dalam bidang
kegiatan ekonomi pembuatan dan penjualan barang-barang baik
yang dilakukan oleh koperasi sebagai organisasi maupun orang-
orang sebagai anggota.
3) Koperasi Jasa
Koperasi jasayaitu koperasi yang berusaha di bidang penyediaan
jasa tertentu bagi para anggota maupun masyarakat umum.
4) Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam ialah koperasi yang
bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui
tabungan-tabungan para anggota secara teratur dan terus menerus
untuk kemudian dipinjamkan kepada para anggota dengan cara
mudah, murah, cepat, dan tepat untuk tujuan produktif dan
kesejahteraan.
d. Keberhasilan Koperasi
Menurut Ropke (2003), konsep keberhasilan usaha bersifat relatif.
Namun demikian keberhasilan usaha suatu organisasi ekonomi
(termasuk koperasi) selalu mengimplikasikan pesndapatan yang harus
lebih besar dari pada pengeluarannya. Dalam konteks koperasi sebagai
suatu organisasi ekonomi, keberhasilan usahanya dapat diukur dengan
17
Sisa Hasil Usaha (SHU) nya. Menurut Kasmawati (2003), keberhasilan
suatu organisasi dapat dilihat dari tingkat pencapaian tujuan organisasi
tersebut. Semakin tinggi tingkat ketercapaian tujuan organisasi, maka
semakin tinggi pula tingkat keberhasilan organisasi tersebut, atau
sebaliknya. Tingkat keberhasilan organisasi pada dasarnya dapat dilihat
dari berbagai indikator yang ditetapkan dalam organisasi tersebut,
misalnya kepuasan anggota, kesejahteraan anggota, perkembangan
jumlah anggota, permodalan, dan perkembangan usahanya (volume
usaha, pangsa pasar, harga saham dan laba/keuntungan).
Tujuan utama koperasi adalah menyejahterakan anggotanya, dimana
diperlukan partisipasi dari setiap anggota untuk mencapai kesejahteraan
tersebut. Menurut Hanel (1989), keberhasilan dari suatu koperasi dapat
dilihat melalui tiga pendekatan yang biasa disebut dengan pendekatan
tripartite. Evaluasi keberhasilan koperasi berdasarkan pendekatan
tripartite, yaitu: (1) keberhasilan koperasi menjadi suatu badan usaha,
(2) keberhasilan koperasi dalam kontribusi terhadap pembangunan
daerah, dan (3) keberhasilan koperasi mensejahterakaan anggota. Dari
sisi usaha koperasi, maka koperasi akan mencapai keberhasilan apabila
terdapat efisiensi koperasi, efektifitas koperasi, dan produktivitas
koperasi. Dari sisi pembangunan daerah, koperasi akan mencapai
keberhasilan apabila koperasi sudah turut menyejahterakan masyarakat
sekitar dan berkontribusi dalam kegiatan pembangunan, sedangkan dari
sisi anggota, koperasi dapat mencapai keberhasilan apabila terdapat efek
18
ekonomis, efek harga, dan efek biaya yang dapat menyejahterakan
anggota.
e. Sisa Hasil Usaha (SHU)
Menurut Undang-Undang No. 25 tahun 1992 pasal 45 ayat 1, Sisa Hasil
Usaha Koperasi merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam
satu tahun buku dikurangi biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya
termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. Setelah dikurangi
dana cadangan SHU dibagikan kepada anggota sebanding jasa usaha
yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta
digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan
koperasi, sesuai dengan keputusan Rapat Anggota. Penetapan besarnya
pembagian kepada para anggota dan jenis serta jumlahnya ditetapkan
oleh Rapat Anggota sesuai dengan AD/ART Koperasi. Semakin besar
transaksi (usaha dan modal) anggota dengan koperasinya, maka semakin
besar SHU yang akan diterima.
Undang-Undang No. 25 tahun 1992 pasal 5 ayat 1 mengatakan bahwa
pembagian SHU kepada anggota dilakukan tidak semata-mata
berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam koperasi, tetapi juga
berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota terhadap koperasi.
Ketentuan ini merupakan perwujudan kekeluargaan dan keadilan.
Menurut Yanti (2005), terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi sisa
hasil usaha, yaitu faktor interen dan eksteren. Faktor interen terdiri
dari pertisipasi anggota, jumlah modal sendiri, kinerja pengurus,
19
jumlah unit usaha yang dimiliki, dan kinerja karyawan, sedangkan
faktor ektern terdiri dari modal pinjaman.
2. Manfaat Ekonomi Koperasi
Munkner (1997) menyatakan bahwa sesuai dengan tujuan koperasi maka
prioritas yang diberikan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota.
Pertumbuhan koperasi yang berkesinambungan bukanlah tujuan akhir
melainkan merupakan pembenaran dalam kaitan dengan perbaikan kapasitas
koperasi dalam rangka peningkatan kesejahteraan anggota. Oleh karena itu,
koperasi harus mewujudkannya melalui penyediaan barang dan jasa yang
sesuai dengan keinginan anggota dengan penawaran harga, kualitas, dan
kondisi yang lebih menguntungkan anggota dari pada penawaran yang
ditawarkan oleh pasar untuk memberikan pelayanan yang baik kepada
anggota.
Pada dasarnya koperasi mempunyai dua jenis orientasi sebagai organisasi
yang berwatak sosial, yakni service oriented (maksimalisasi pelayanan) dan
profit oriented (orientasi laba). Service oriented ditujukan kepada anggota
dan profit oriented ditujukan kepada non anggota. Artinya, jika koperasi
bertransaksi dengan non anggota, maka ia harus beorientasi memperoleh
keuntungan atau laba dengan bertindak sebagaimana perusahaan individual
yang menjual produknya ke pasar. Service oriented dapat dikatakan sebagai
pelayanan yang diarahkan kepada anggota berupa tingkat bunga pinjaman
dan sisa hasil usaha yang didapatkan oleh anggota koperasi.
20
Manfaat ekonomi yang dapat dirasakan oleh anggota koperasi baik yang
bersifat langsung maupun tidak langsung merupakan hasil dari pelayanan
koperasi yang diarahkan kepada anggota. Manfaat ekonomi koperasi dibagi
menjadi manfaat ekonomi koperasi tunai dan manfaat ekonomi koperasi
diperhitungkan. Manfaat ekonomi koperasi tunai diperoleh dari Sisa Hasil
Usaha (SHU) dalam satu tahun, sedangkan manfaat ekonomi koperasi
diperhitungkan berupa selisih bunga pinjaman di koperasi dan di luar
koperasi. Hal ini berlaku jika tingkat bunga pinjaman di koperasi lebih
rendah daripada tingkat bunga pinjaman di pasaran umumnya. Manfaat
ekonomi koperasi dapat dirumuskan sebagai berikut:
MEKtunai = jumlah SHU yang diterima anggota (Rp/tahun)..........(1)
MEKdiperhitungkan = selisih bunga pinjaman di koperasi dan di luar
koperasi........................................................................(2)
MEKtotal =MEK tunai + MEK diperhitungkan ..............................(3)
3. Budidaya Tanaman Padi (Oryza sativa L)
Menurut Utama (2015), tanaman padi merupakan tanaman yang istimewa
karena tanaman padi mempunyai kemampuan beradaptasi hampir pada
semua lingkungan dari dataran rendah sampai dataran tinggi (2000 m dpl),
dari daerah tropis sampai daerah subtropis. Tanaman padi merupakan jenis
rumput yang memiliki rumpun yang kuat, dan dari ruasnya keluar banyak
anakan yang berakar. Berdasarkan tempat membudidayakan, tanaman padi
dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu tanaman padi sawah, tanaman
padi ladang (gogo), dan tanaman padi rawa (dapat tumbuh dalam air yang
21
dalam). Spesies padi yang umumnya dibudidayakan oleh petani adalah
Spesies Oriza sativa L. Menurut Purnomo dan Hanny (2007), ciri khusus
budidaya padi sawah adalah adanya penggenangan selama pertumbuhan
tanaman. Budidaya padi sawah dilakukan pada tanah yang berstruktur
lumpur. Oleh sebab itu, tanah yang ideal untuk sawah harus memiliki
kandungan liat minimal 20%.
Teknik bercocok tanam yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi sawah
tadah hujan sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan
harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak dilakukan persemaian
sampai tanaman itu bisa dipanen. Proses pertumbuhan tanaman hingga
berbuah ini harus dipelihara yang baik, terutama harus diusahakan agar
tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit yang sering kali
menurunkan produksi. Adapun teknik budidaya padi sebagai berikut (Arafah,
2010):
a) Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah bertujuan untuk mengubah keadaan tanah yang akan
digunakan dengan alat tertentu sehingga memperoleh susunan tanah
(struktur tanah) yang dikehendaki oleh tanaman. Purnomo dan Hanny
(2007) menyatakan bahwa waktu pengolahan tanah yang baik tidak kurang
dari 4 minggu sebelum penanaman. Pengeolahan tanah terdiri dari
pembajakan, garu, dan perataan.
22
b) Pemilihan Benih
Benih yang digunakan disarankan bersertifikat/berlabel biru. Pada tiap
musim tanam perlu adanya pergiliran varietas benih yang digunakan
dengan memperhatikan ketahanan terhadap serangan wereng dan tungro
(Purnomo dan Hanny, 2007).
c) Persemaian
Persemaian untuk satu hektar padi sawah diperlukan 25-40 kg benih
tergantung pada jenis padinya. Lahan persemaian dipersiapkan 50 hari
sebelum semai. Luas persemaian kira-kira 1/20 dari areal sawah yang
akan ditanami. Lahan persemaian dibajak dan digaru kemudian dibuat
bedengan sepanjang 500-600 cm, lebar 120 cm dan tinggi 20 cm. Sebelum
penyemaian, taburi pupuk urea dan SP-36 masing-masing 10 g m-2.
Benih disemai dengan kerapatan 75 g m-2. Membuat persemaian
merupakan langkah awal bertanam padi. Pembuatan persemaian
memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya, sebab benih di
persemaian akan menentukan pertumbuhan padi, oleh karena itu
persemaian harus benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk
mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat tercapai (Arafah,
2010).
d) Jarak Tanam
Menurut Purnomo dan Hanny (2007), saat penanaman kondisi lahan dalam
keadaan tidak tergenang atau macak-macak. Jarak tanam yang dianjurkan
23
adalah 25 cm x 25 cm atau jarak tanam jajar legowo 40 cm x 20 cm x 20
cm.
e) Penyiapan bibit
Bibit dipersemaian yang telah berumur 17 – 25 hari (tergantung jenis
padinya, genjah atau dalam) dapat segera dipindahkan kelahan yang telah
disiapkan. Bibit yang berumur 25 kurang baik untuk di jadikan bibit
(Arafah, 2010).
f) Penanaman
Bibit ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 20 x 20 cm, 25 x 25 cm,
22 x 22 cm atau 30 x 20 cm tergantung pada varitas padi, kesuburan tanah
dan musim. Padi dengan jumlah anakan yang banyak memerlukan jarak
tanam yang lebih lebar. Pada tanah subur jarak tanam lebih lebar. Jarak
tanam di daerah pegunungan lebih rapat karena bibit tumbuh lebih lambat
2-3 batang bibit ditanam pada kedalaman 3-4 cm (Arafah, 2010). Setelah
tiga hari penanaman, air dimasukkan ke dalam lahan. Adapun penyulaman
dapat dilakukan 7 hari setelah tanam jika ada bibit yang mati (Purnomo
dan Hanny, 2007).
g) Pemeliharaan
Pemeliharaan pada tanaman padi meliputi penyulaman, penyiangan,
pengairan dan pemupukan (Arafah, 2010).
24
h) Pemupukan
Purnomo dan Hanny (2007) menyatakan bahwa pupuk yang digunakan
sebaiknya kombinasi antara pupuk organik dan buatan. Pupuk organik
yang diberikan dapat berupa pupuk kandang atau pupuk hijau dengan dosis
2-5 ton/ha. Pupuk organik diberikan saat pembajakan atau cangkul
pertama. Dosis pupuk yang dianjurkan adalah 200 kg Urea/ha, 75-100 kg
SP-36/ha, dan 75-100 kg KCL/ha, Urea diberikan 2-3 kali yaitu 14 HST,
30 HST, dan saat menjelang primordia bunga. Pupuk SP-36 dan KCL
diberikan saat tanam atau 14 hari. Jika digunakan pupuk majemuk dengan
perbandingan 15-15-15, dosisnya 300 kg/ha. Penggunaan pupuk majemuk
menguntungkan karena mengandung beberapa macam unsur hara yang
dibutuhkan tanaman. Pupuk majemuk diberikan pada saat 14 HST,
sisanya saat menjelang primordia bunga (50 HST). Pemupukan bertujuan
untuk mencukupi kebutuhan makanan yang berperan sangat penting bagi
tanaman baik dalam proses pertumbuhan/produksi, pupuk yang sering
digunakan oleh petani (Arafah, 2010).
i) Pemeliharaan Tanaman
Pemberian air disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dengan mengatur
ketinggian genangan. Ketinggian genangan dalam petakan cukup 2-5 cm.
Genangan air yang lebih tinggi akan mengurangi pembentukan anakan.
Prinsip pemberian air adalah membersihkan air pada saat yang tepat,
jumlah yang cukup, dan kualitas air yang baik. Selain pemberian air,
pemeliharaan tanah dapat dilakukan dengan cara pengeringan.
25
Pengeringan pada saat tertentu akan memperbaiki aerasi tanah dan
membuat pertumbuhan padi lebih baik.
Tabel 4. Metode pemberian air pada padi sawah
Umur/Fase
Tanaman
Pemberian Air
Tanam-3 HST Kondisi tanah macak-macak
4 HST-10 HST Diairi sampai setinggi 2-5 cm
11 HST sampai
menjelang berbunga
Air dipetakan dibiarkan mengering sendiri
(5-6 hari). Setelah kering petakan diairi
setinggi 5 cm dan dibiarkan lagi
mengering sendiri
Fase berbunga-10
HSP
Diairi terus menerus setinggi 5 cm
10 HSP-panen Petakan dikeringkan
Sumber : Purnomo dan Hanny (2007)
Keterangan :
HST: Hari Setelah Tanam; HSP: Hari Setelah Panen
Pengendalian hama dan penyakit sebagai upaya pemeliharaan tanaman
sebaiknya dilaksanakan secara terpadu yang meliputi penggunaan strategis
pengendalian dari berbagai komponen yang saling menunjang dengan
petunjuk teknis yang ada (Purnomo dan Hanny, 2007).
j) Panen
Selanjutnya Purnomo dan Hanny (2007), salah satu upaya peningkatan
produksi pangan adalah mengurangi kehilangan hasil dalam penanganan
panen dan pasca panen, baik kuantitatif maupun kualitatif. Penanganan
panen dan pasca panen perlu mendapat perhatian kaena kehilangan hasil
seperti padi dapat mencapai 12-20%. Waktu panen yang baik pada pagi
hari saat embun sudah menguap. Selain itu, sebaiknya lahan dalam
kondisi kering, tidak basah atau tergenang air. Oleh karena itu, 10 hari
26
menjelang panen sebaiknya sawah dikeringkan. Tujuannya untuk
menyerempakkan pematangan gabah.
Padi perlu dipanen pada saat yang tepat untuk mencegah kemungkinan
mendapatkan gabah berkualitas rendah yang masih banyak mengandung
butir hijau dan butir kapur. Padi siap panen 95 % butir sudah menguning
(33-36 hari setelah berbunga), bagian bawah malai masih terdapat sedikit
gabah hijau, kadar air gabah 21-26 %, butir hijau rendah. Lahan sawah
tadah hujan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1) pengairan tergantung
pada turunnya air hujan; 2) kandungan unsur hara rendah maka tingkat
kesuburan tanah juga rendah; 3) bahan organik relative rendah dan sulit
dipertahankan dalam jangka panjang; dan 4) produktivitas rendah (3,0 -
3,5 ton -1 hektar) (Arafah, 2010).
4. Teori Usahatani
Soekartawi (2002) berpendapat bahwa usahatani tidak dapat diartikan
sebagai perusahaan, tetapi hanya sebagai cara hidup (way of life) karena
pada kenyataannya kehidupan pertanian tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan rumahtangga petani. Ilmu usahatani menurut Soekartawi (2002)
adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan
sumberdaya yang ada secara efektif dan efesien untuk tujuan memperoleh
keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Ilmu usahatani pada dasarnya
memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya
seperti lahan, tenaga kerja, modal, waktu dan pengelolaan yang terbatas
untuk mencapai tujuannya.
27
Usahatani adalah setiap kombinasi yang terorganisir dari tenaga kerja,
modal dan alam yang ditujukan bagi produksi di lapangan pertanian. Tata
laksana usahatani ini sendiri dapat berdiri sendiri dan diusahakan oleh
seorang atau sekelompok orang. Pada setiap usahatani akan selalu ada
unsur-unsur alam didalamnya yaitu lahan, unsur modal yang beraneka ragam
jenisnya, unsur tenaga kerja yang bertumpu pada anggota keluarga tani,
serta unsur pengelolaan yang perannya dibawa oleh petani itu sendiri.
Keempat unsur tersebut tidak dapat dipisahkan dalam usahatani karena
kedudukannya memiliki fungsi yang sama penting dalam usahatani
(Rahmani, 1992).
5. Pendapatan Usahatani
Menurut Sumarwan (2004), pendapatan diartikan sebagai imbalan yang
diterima oleh seseorang dari pekerjaan yang dilakukannya. Pendapatan
sebagai balas jasa dan kerjasama dengan faktor-faktor produksi seperti
lahan, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan, sedangkan menurut Soekartawi
(2002), pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Dua
tujuan utama analisis pendapatan yaitu menggambarkan keadaan sekarang
dari suatu kegiatan usaha, dan menggambarkan keadaan yang akan datang
dari suatu kegiatan usaha
Menurut Suratiyah (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya
pendapatan sangat kompleks, namun demikian faktor tersebut dapat dibagi
ke dalam dua golongan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal yang akan mempengaruhi pendapatan dan juga biaya adalah antara
28
lain umur petani, pendidikan, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan,
jumlah tenaga kerja, luas lahan, dan modal, sedangkan faktor eksternal yang
mempengaruhi adalah ketersediaan dan harga input, permintaan dan harga
jual.
Petani sebagai pelaksana mengharap produksi yang lebih besar lagi agar
memperoleh pendapatan yang besar pula. Petani menggunakan tenaga,
modal dan sarana produksinya sebagai umpan untuk mendapatkan produksi
yang diharapkan. Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila usahatani
tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat yang
digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi lainnya (Suratiyah, 2009)
Menurut Soekartawi (2002), perubahan tingkat pendapatan akan
mempengaruhi banyaknya barang yang akan dikonsumsi. Bahkan seringkali
dijumpai dengan bertambahnya pendapatan, maka barang yang dikonsumsi
bukan saja bertambah tetapi juga melihat kualitas barang tersebut. Besar
kecilnya barang yang diminta atau dikonsumsi tergantung pada besar-
kecilnya pendapatan petani.
Soekartawi (2002), menjelaskan bahwa biaya usahatani adalah semua
pengeluaran yang dipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani
dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap
adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi
yang akan dihasilkan, sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besar
kecilnya dipengaruhi oleh volume produksi. Untuk menganalisis
pendapatan diperlukan dua keterangan pokok keadaan pengeluaran dan
29
penerimaan dalam jangka waktu tertantu. Secara matematis untuk
menghitung pendapatan usahatani dapat ditulis dengan rumus:
= TR TC
= Y. Py– ΣXi.Pxi– BTT ………….......…...................…………….....…(4)
Keterangan :
= pendapatan (Rp)
= total penerimaan
= total biaya
= produksi (Kg)
= harga satuan produksi (Rp/Kg)
Xi = faktor produksi variabel
Pxi = harga faktor produksi variabel (Rp)
BTT = biaya tetap total
Untuk mengetahui apakah usahatani menguntungkan atau tidak secara
ekonomi, maka dapat dianalisis dengan menggunakan perbandingan (nisbah)
antara penerimaan dan biaya atau yang biasa disebut analisis R/C (Return
Cost Ratio). Nisbah perbandingan antara penerimaan dengan biaya (R/C)
secara matematis dapat ditulis:
R/C = PT/BT ............................................................................ (5)
Keterangan:
R/C = Nisbah antara penerimaan dan biaya
PT = Penerimaan total
BT = Biaya total
Kriteria pengukuran pada R/C (Return Cost Ratio) adalah:
1) Jika R/C = 1, artinya usahatani yang dilakukan impas.
2) Jika R/C > 1, artinya suatu usahatani yang dilakukan menguntungkan.
3) Jika R/C < 1, artinya usahatani yang dilakukan tidak menguntungkan
(rugi).
30
6. Pendapatan Rumah Tangga
Menurut Sukirno (2005), pendapatan rumah tangga adalah penghasilan dari
seluruh anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga ataupun perorangan anggota rumah tangga. Tingkat
pendapatan rumahtangga merupakan indikator yang penting untuk
mengetahui tingkat hidup rumahtangga. Umumnya pendapatan
rumahtangga di pedesaan tidak berasal dari satu sumber, tetapi berasal dari
dua atau lebih sumber pendapatan. Tingkat pendapatan tersebut diduga
dipengaruhi oleh pemenuhan kebutuhan dasar rumahtangga petani.
Sumber pendapatan rumah tangga digolongkan ke dalam dua sektor, yaitu
sektor pertanian dan non pertanian. Sumber pendapatan dari sektor
pertanian dapat dirincikan lagi menjadi pendapatan dari usahatani, ternak,
buruh petani, menyewakan lahan dan bagi hasil. Sumber pendapatan dari
sektor non pertanian dibedakan menjadi pendapatan dari industri rumah
tangga, perdagangan, pegawai, jasa, buruh non pertanian serta buruh
subsektor pertanian lainnya (Sajogyo, 1997).
Rodjak (2002), menjelaskan yang dimaksud dengan pendapatan rumah
tangga petani adalah jumlah pendapatan petani dari usahatani dan dari luar
usahatani, yang diperoleh dalam setahun. Tingkat pendapatan petani dapat
dipengaruhi oleh berbagai sumber, antara lain pendapatan petani sebagai
pengelola, pendapatan tenaga kerja petani, pendapatan tenaga kerja keluarga
petani, dan pendapatan keluarga petani.
31
Menurut Soekartawi (1995), pendapatan rumahtangga diperoleh dengan cara
menjumlahkan pendapatan keluarga dari usahatani dan pendapatan keluarga
yang berasal dari luar usahatani, dengan rumus sebagai berikut:
Prt = Pusahatani + Plain-lain .................................................................................(6)
Keterangan:
Prt = Pendapatan rumahtangga
Pusahatani = Pendapatan dari usahatani (utama dan bukan utama)
Plain-lain = Pendapatan di luar usahatani dan diluar pertanian
Sumber pendapatan rumahtangga diperoleh dari pendapatan keluarga dari
usahatani yang di peroleh dari on farm utama (padi) dan on farm bukan
utama (non padi), pendapatan lain-lain yang diperoleh dari pendapatan
pertanian di luar usahatani (off farm) dan pendapatan diluar pertanian (non
farm), serta manfaat ekonomi kopreasi (MEKtunai). Menurut Lakitan (2015),
kegiatan pra-budidaya dan pasca-budidaya disebut kegiatan off farm hulu
dan off farm hilir. Kegiatan off farm hulu mencakup kegiatan: (1) pemuliaan
tanaman untuk menghasilkan benih; (2) kegiatan formulasi dan produksi
bahan agrokimia (pupuk, pestisida, dan zat pengatur tumbuh); (3) kegiatan
formulasi dan produksi bahan agrobiologi; (4) rancang bangun dan produksi
alat dan mesin pertanian yang dibutuhkan untuk budidaya tanaman.
Kegiatan off farm hilir atau pasca-panen meliputi kegiatan pengelolaan hasil
untuk pasar atau konsumsi segar dan pengelolaan hasil panen menjadi
produk olahan yang lebih tahan disimpan, dan mempunyai nilai ekonomis
yang lebih tinggi. Kegiatan pasca-panen juga mencakup
distribusi/transportasi produk pertanian dan pemasaran atau bisnis pertanian.
Menurut Oshima dalam Suratiyah (1994), kegaiatan off farm adalah semua
32
pekerjaan yang dikerjakan di luar usahatani sendiri, termasuk bekerja di
lahan tetangga dan berburuh di perkebunan atau perusahaan pertanian
lainnya.
Samuel dalam Suratiyah (1994), menjelaskan bahwa pendapatan
rumahtangga petani berasal dari pendapatan petanian (on farm), pendapatan
di luar usahatani (off farm), dan pendapatan non farm. Berdasarkan uraian
diatas, maka pendapatan rumahtangga petani dapat dihitung dengan rumus:
Prt = Pon farm utama + Pon farm bukan utama + Poff farm + Pnon farm + PMEK tunai .............(7)
Keterangan:
Prt = Pendapatan rumahtangga
Pon farm utama = Pendapatan dari usahatani padi
Pon farm bukan utama = Pendapatan non padi
Poff farm = Pendapatan pertanian di luar usahatani
Pnon farm = Pendapatan di luar pertanian
PMEK tunai = Pendapatan dari koperasi
7. Distribusi Pendapatan
Analisis distribusi pendapatan digunakan untuk memperoleh pendapatan
antar berbagai individu atau kelompok orang, keluarga dan antar wilayah.
Analisis distribusi pendapatan yang sering digunakan adalah Gini Ratio
(Daryanto dan Yundy, 2010 dalam Canita, 2017). Gini Ratio adalah suatu
variabel yang digunakan untuk mengukur tingkat pemerataan pendapatan
masyarakat secara global. Menurut Arsyad (1999), untuk mengukur
ketimpangan distribusi pendapatan atau mengetahui apakah distribusi
pendapatan timpang atau tidak yaitu dengan menggunakan (a) Kurva
Lorenz, (b) menggunakan Gini Rasio, dan (c) kriteria Bank Dunia.
33
(a) Gini Ratio
Gini Ratio digunakan untuk melihat adanya hubungan antara jumlah
pendapatan yang diterima oleh seluruh keluarga atau individu dengan
total pendapatan (Todaro, 1993). Gini Ratio merupakan koefisien yang
berkisar 0 sampai 1, yang menjelaskan kadar ketimpangan distribusi
pendapatan nasional. Nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nol
berarti makin baik distribusinya, sebaliknya makin mendekati satu,
distribusi pendapatan makin buruk atau timpang. Menurut Todaro
(1993), rumus yang dipakai untuk menghitung Gini Ratio, yaitu:
∑ .................................................................. (8)
Keterangan:
GR = Gini Ratio
fi = persentase kumulatif penerima pendapatan sampai
kelompok ke i
Yi = persentase kumulatif pendapatan yang diterima sampai dengan
kelompok ke i
k = jumlah kelompok penerima pendapatan
1 = konstanta
Kriteria tinggi rendahnya ketimpangan distribusi pendapatan menurut
Todaro (2000) adalah:
(1). Lebih dari 0,5 adalah tinggi.
(2). Antara 0,35 dan 0,5 adalah sedang.
(3). Kurang dari 0,35 adalah rendah.
(b) Kurva Lorenz
Menurut Arsyad (1999), Kurva Lorenz merupakan salah satu metode
yang lazim digunakan untuk menganalisis statistik pendapatan
perorangan. Bentuk Kurva Lorenz dapat dilihat pada Gambar 1.
34
% Pendapatan Kumulatif
%Penerimaan pendapatan
Gambar 1. Hubungan Gini Ratio dengan Kurva Lorentz
Sumber: Todaro, 1993
Kurva Lorentz mengklasifikasi apabila 10% penerima pendapatan teratas
menerima kurang dari (<40%) total pendapatan maka distribusi
pendapatan berada pada ketimpangan rendah demikian sebaliknya Kurva
Lorentz mengklasifikasi apabila 10% penerima pendapatan teratas
menerima lebih dari (>40%) total pendapatan maka distribusi pendapatan
berada pada ketimpangan tinggi (Todaro, 1993).
(c) Bank Dunia
Bank Dunia mengukur ketimpangan distribusi pendapatan melalui
persentase jumlah pendapatan masyarakat dari kelompok yang
berpendapatan rendah dibandingkan dengan total pendapatan penduduk.
Klasifikasi ketimpangan menurut Bank Dunia dapat dilihat pada Tabel 5.
Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa apabila 40% penduduk berpendapatan
terbawah menerima lebih dari > 17% total pendapatan, maka distribusi
pendapatan berada pada ketimpangan rendah. Namun sebaliknya, apabila
Keterangan:
- Kurva Lorentz: adalah kurva
ABCDEF
- Garis pemerataan sempurna:
adalah garis AF
- Garis ketidakmerataan sempurna:
adalah garis AGF
35
40% penduduk berpendapatan rendah menerima kurang dari dari < 12%
total pendapatan, maka distribusi pendapatan berada pada ketimpangan
tinggi.
Tabel 5. Klasifikasi ketimpangan distribusi pendapatan berdasarkan
kriteria Bank Dunia
Klasifikasi Ketimpangan Ketimpangan distribusi pendapatan
Ketimpangan tinggi 40% penduduk berpendapatan rendah
menerima <12% dari total pendapatan
Ketimpangan sedang 40% penduduk berpendapatan rendah
menerima 12% - 17% dari total pendapatan
Ketimpangan rendah 40% penduduk berpendapatan rendah
menerima >17% dari total pendapatan
Sumber: Todaro, 1993.
8 Teori Kesejahteraan
Pengukuran kesejahteraan dapat dilakukan terhadap kemampuan keluarga
dalam memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan, dan kebutuhan yang
bersifat kebendaan lainnya (Sukirno, 2005). Upaya peningkatan pendapatan
petani secara otomatis tidak selalu diikuti oleh peningkatan kesejahteraan
petani, karena kesejahteraan petani juga tergantung pada faktor-faktor non-
finansial, seperti faktor sosial budaya. Kesejahteraan adalah sesuatu yang
bersifat subyektif, sehingga setiap orang yang memiliki pedoman, tujuan,
dan cara hidup yang berbeda akan memberikan nilai yang berbeda tentang
faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan.
Kesejahteraan menggambarkan kepuasan seseorang karena mengkonsumsi
pendapatan yang diperoleh, sehingga aspek penting yang menentukan
36
kesejahteraan petani ialah tingkat pendapatan petani. Mosher (1987)
menjelaskan bahwa yang paling penting dari kesejahteraan petani adalah
pendapatan rumahtangga, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan keluarga
tergantung pada tingkat pendapatan petani. Besarnya pendapatan akan
mempengaruhi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, yaitu pangan, sandang,
papan, kesehatan dan lapangan kerja.
Peningkatan kesejahteraan petani tidak saja dipengaruhi faktor-faktor terkait
dengan pertanian tetapi juga faktor-faktor non-pertanian. Peningkatan
kesejahteraan petani memiliki beberapa dimensi, baik dari sisi produktivitas
usahatani maupun dari sisi kerjasama lintas sektoral dan daerah.
Berdasarkan pencapaian dan permasalahan yang telah dihadapi serta arah
pembangunan yang akan datang, revitalisasi pertanian dan peningkatan
kesejahteraan petani menghadapi beberapa tantangan yang fundamental
mulai dari optimalisasi lahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup,
ketersediaan infrastruktur, pupuk dan bibit sebagai input pertanian,
penanganan dan antisipasi perubahan iklim dan bencana, dan akses
permodalan, hingga tataniaga pertanian yang lebih baik, serta berpihak pada
pertanian dan petani (BAPPENAS, 2010).
Menurut BKKBN (2011), keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk
berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup
spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antaranggota dan
antarkeluarga dengan masyarakat dan lingkungan (Undang-Undang
37
Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009). Tingkat kesejahteraan keluarga
dikelompokkan menjadi 5 (lima) tahapan, yaitu:
a) Tahapan Keluarga Pra Sejahtera (KPS), yaitu keluarga yang tidak
memenuhi salah satu dari enam indikator Keluarga Sejahtera I (KS I)
atau indikator “kebutuhan dasar keluarga” (basic needs). Menurut
BKKBN (2011), enam indikator tahapan Keluarga Sejahtera I (KS I) atau
indikator ”kebutuhan dasar keluarga” (basic needs), dari 21 indikator
keluarga sejahtera, yaitu:
(1). Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih.
Pengertian “makan” adalah makan menurut pengertian dan kebiasaan
masyarakat setempat, seperti makan nasi bagi mereka yang biasa
makan nasi sebagai makanan pokoknya (staple food), atau seperti
makan sagu bagi mereka yang biasa makan sagu dan sebagainya.
(2). Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah,
bekerja/sekolah dan bepergian. Pengertian “pakaian yang berbeda”
adalah pemilikan pakaian yang tidak hanya satu pasang, sehingga
tidak terpaksa harus memakai pakaian yang sama dalam kegiatan
hidup yang berbeda beda. Misalnya pakaian untuk di rumah (untuk
tidur atau beristirahat di rumah) lain dengan pakaian untuk ke sekolah
atau untuk bekerja (ke sawah, ke kantor, berjualan dan sebagainya)
dan lain pula dengan pakaian untuk bepergian (seperti menghadiri
undangan perkawinan, piknik, ke rumah ibadah dan sebagainya).
(3). Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap, lantai dan dinding
38
yang baik. Pengertian “rumah yang ditempati keluarga ini” adalah
keadaan rumah tinggal keluarga mempunyai atap, lantai dan dinding
dalam kondisi yang layak ditempati, baik dari segi perlindungan
maupun dari segi kesehatan.
(4). Bila ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke sarana kesehatan.
Pengertian “sarana kesehatan” adalah sarana kesehatan modern,
seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Balai
Pengobatan, Apotek, Posyandu, Poliklinik, Bidan Desa, dan
sebagainya, yang memberikan obat obatan yang diproduksi secara
modern dan telah mendapat izin peredaran dari instansi yang
berwenang (Departemen Kesehatan/Badan POM).
(5). Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke sarana pelayanan
kontrasepsi. Pengertian “sarana pelayanan kontrasepsi” adalah sarana
atau tempat pelayanan KB, seperti rumah sakit, puskesmas,
puskesmas pembantu, balai pengobatan, apotek, posyandu, poliklinik,
dokter swasta, bidan desa, dan sebagainya, yang memberikan
pelayanan KB dengan alat kontrasepsi modern, seperti IUD, MOW,
MOP, kondom, implan, suntikan, dan pil, kepada pasangan usia subur
yang membutuhkan (Hanya untuk keluarga yang berstatus Pasangan
Usia Subur).
(6). Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah. Pengertian
“semua anak umur 7-15 tahun” adalah semua anak usia 7-15 tahun dari
keluarga (jika keluarga mempunyai anak usia 7-15 tahun), harus
mengikuti wajib belajar 9 tahun. Bersekolah diartikan anak usia 7-15
39
tahun di keluarga itu terdaftar dan aktif bersekolah setingkat
SD/sederajat SD atau setingkat SLTP/sederajat SLTP.
b) Tahapan Keluarga Sejahtera I (KSI), yaitu keluarga mampu memenuhi
enam indikator tahapan KS I, tetapi tidak memenuhi salah satu dari
delapan indikator Keluarga Sejahtera II atau indikator “kebutuhan
psikologis” (psychological needs) keluarga. Menurut BKKBN (2011),
delapan indikator Keluarga Sejahtera II (KS II) atau indikator ”kebutuhan
psikologis” (psychological needs) keluarga, dari 21 indikator keluarga
sejahtera, yaitu:
(1). Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing. Pengertian “anggota
keluarga melaksanakan ibadah” adalah kegiatan keluarga untuk
melaksanakan ibadah, sesuai dengan ajaran agama/kepercayaan yang
dianut oleh masing masing keluarga/anggota keluarga. Ibadah
tersebut dapat dilakukan sendiri-sendiri atau bersama-sama oleh
keluarga di rumah atau di tempat tempat yang sesuai dengan ketentuan
ajaran masing-masing agama/kepercayaan.
(2). Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga makan
daging/ikan/telur. Pengertian “makan daging/ikan/telur” adalah
memakan daging/ikan/telur sebagai lauk pada waktu makan untuk
melengkapi keperluan gizi protein. Indikator ini tidak berlaku untuk
keluarga vegetarian.
(3). Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu pasang
pakaian baru dalam setahun. Pengertian “pakaian baru” adalah
40
pakaian layak pakai (baru/bekas) yang merupakan tambahan kepada
yang telah dimiliki, baik dari membeli atau dari pemberian pihak lain,
yaitu jenis pakaian yang lazim dipakai sehari hari oleh masyarakat
setempat.
(4). Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap penghuni rumah.
Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 adalah keseluruhan luas lantai
rumah, baik tingkat atas, maupun tingkat bawah, termasuk bagian
dapur, kamar mandi, paviliun, garasi, dan gudang yang apabila dibagi
dengan jumlah penghuni rumah diperoleh luas ruang tidak kurang dari
8 m2/orang.
(5). Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat, sehingga dapat
melaksanakan tugas/fungsi masing-masing. Pengertian “keadaan
sehat“ adalah kondisi kesehatan seseorang dalam keluarga yang
berada dalam batas batas normal, sehingga yang bersangkutan tidak
harus dirawat di rumah sakit atau tidak terpaksa harus tinggal di
rumah, atau tidak terpaksa absen bekerja/ke sekolah selama jangka
waktu lebih dari 4 hari. Dengan demikian anggota keluarga tersebut
dapat melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan kedudukan
masing-masing di dalam keluarga.
(6). Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk
memperoleh penghasilan. Pengertian “anggota keluarga yang bekerja
untuk memperoleh penghasilan” adalah keluarga yang paling kurang
salah seorang anggotanya yang sudah dewasa memperoleh
penghasilan berupa uang atau barang dari sumber penghasilan yang
41
dipandang layak oleh masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan
minimal sehari-hari secara terus menerus.
(7). Seluruh anggota keluarga umur 10-60 tahun bisa baca tulisan latin.
Pengertian “anggota keluarga umur 10-60 tahun bisa baca tulisan
latin” adalah anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun dalam
keluarga dapat membaca tulisan huruf latin dan sekaligus memahami
arti dari kalimat kalimat dalam tulisan tersebut. Indikator ini tidak
berlaku bagi keluarga yang tidak mempunyai anggota keluarga
berumur 10-60 tahun.
(8). Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih menggunakan
alat/obat kontrasepsi. Pengertian “pasangan usia subur dengan anak
dua atau lebih menggunakan alat/obat kontrasepsi” adalah keluarga
yang masih berstatus pasangan usia subur dengan jumlah anak dua
atau lebih, ikut KB dengan menggunakan salah satu alat kontrasepsi
modern, seperti IUD, pil, suntikan, implan, kondom, MOP, dan
MOW.
c) Tahapan Keluarga Sejahtera II, yaitu keluarga yang mampu memenuhi
enam indikator tahapan KS I dan delapan indikator KS II, tetapi tidak
memenuhi salah satu dari lima indikator Keluarga Sejahtera III (KS III),
atau indikator “kebutuhan pengembangan” (develomental needs) dari
keluarga. Menurut BKKBN (2011), lima indikator Keluarga Sejahtera III
(KS III) atau indikator ”kebutuhan pengembangan” (developmental needs),
dari 21 indikator keluarga sejahtera yaitu:
42
(1). Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama. Pengertian
“keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama” adalah upaya
keluarga untuk meningkatkan pengetahunan agama mereka masing
masing. Misalnya mendengarkan pengajian, mendatangkan guru
mengaji atau guru agama bagi anak anak, sekolah madrasah bagi anak
anak yang beragama Islam atau sekolah minggu bagi anak anak yang
beragama Kristen.
(2). Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang atau
barang. Pengertian “ sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam
bentuk uang atau barang” adalah sebagian penghasilan keluarga yang
disisihkan untuk ditabung baik berupa uang maupun berupa barang
(misalnya dibelikan hewan ternak, sawah, tanah, barang perhiasan,
rumah sewaan, dan sebagainya). Tabungan berupa barang, apabila
diuangkan minimal senilai Rp 500.000,00.
(3). Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang seminggu sekali
dimanfaatkan untuk berkomunikasi. Pengertian “kebiasaan keluarga
makan bersama” adalah kebiasaan seluruh anggota keluarga untuk
makan bersama sama, sehingga waktu sebelum atau sesudah makan
dapat digunakan untuk komunikasi membahas persoalan yang
dihadapi dalam satu minggu atau untuk berkomunikasi dan
bermusyawarah antar seluruh anggota keluarga.
(4). Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat
tinggal. Pengertian “keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di
lingkungan tempat tinggal” adalah keikutsertaan seluruh atau sebagian
43
dari anggota keluarga dalam kegiatan masyarakat di sekitarnya yang
bersifat sosial kemasyarakatan, seperti gotong royong, ronda malam,
rapat RT, arisan, pengajian, kegiatan PKK, kegiatan kesenian,
olahraga, dan sebagainya.
(5). Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/majalah/
radio/tv/internet. Pengertian “keluarga memperoleh informasi dari
surat kabar/majalah/radio/tv/internet” adalah tersedianya kesempatan
bagi anggota keluarga untuk memperoleh akses informasi baik secara
lokal, nasional, regional, maupun internasional, melalui media cetak
(seperti surat kabar, majalah, bulletin) atau media elektronik (seperti
radio, televisi, internet). Media massa tersebut tidak perlu hanya yang
dimiliki atau dibeli sendiri oleh keluarga yang bersangkutan, tetapi
dapat juga yang dipinjamkan atau dimiliki oleh orang/keluarga lain,
ataupun yang menjadi milik umum/milik bersama.
d) Tahapan Keluarga Sejahtera III, yaitu keluarga yang mampu memenuhi
enam indikator tahapan KS I, delapan indikator KS II, dan lima indikator
KS III, tetapi tidak memenuhi salah satu dari dua indikator Keluarga
Sejahtera III Plus (KS III Plus) atau indikator ”aktualisasi diri” (self
esteem) keluarga. Menurut BKKBN (2011), dua indikator Kelarga
Sejahtera III Plus (KS III Plus) atau indikator ”aktualisasi diri” (self
esteem) dari 21 indikator keluarga, yaitu:
(1). Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan sumbangan
materiil untuk kegiatan sosial. Pengertian “keluarga secara teratur
dengan suka rela memberikan sumbangan materiil untuk kegiatan
44
sosial” adalah keluarga yang memiliki rasa sosial yang besar dengan
memberikan sumbangan materiil secara teratur (waktu tertentu) dan
sukarela, baik dalam bentuk uang maupun barang bagi kepentingan
masyarakat (seperti untuk anak yatim piatu, rumah ibadah, yayasan
pendidikan, rumah jompo, untuk membiayai kegiatan kegiatan di
tingkat RT/RW/dusun, desa, dan sebagainya) dalam hal ini tidak
termasuk sumbangan wajib.
(2). Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan
sosial/yayasan/institusi masyarakat. Pengertian “ada anggota keluarga
yang aktif sebagai pengurus perkumpulan sosial/yayasan/institusi
masyarakat” adalah keluarga yang memiliki rasa sosial yang besar
dengan memberikan bantuan tenaga, pikiran, dan moral secara terus
menerus untuk kepentingan sosial kemasyarakatan dengan menjadi
pengurus pada berbagai organisasi/kepanitiaan (seperti pengurus pada
yayasan, organisasi adat, kesenian, olah raga, keagamaan,
kepemudaan, institusi masyarakat, pengurus RT/RW, LKMD/LMD,
dan sebagainya).
e) Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus
Yaitu keluarga yang mampu memenuhi keseluruhan dari enam indikator
tahapan KS I, delapan indikator KS II, lima indikator KS III, serta dua
indikator tahapan KS III Plus.
Garis kemiskinan lokal adalah dengan menetapkan sekelompok makanan
yang cukup yang didasarkan atas persyaratan nutrisi dari penelitian medis
45
tentang kalori, protein, dan mikroprotein yang dibutuhkan tubuh. Kemudian,
dengan menggunakan data survei rumah tangga lokal dapat diidentifikasi
sekelompok makanan yang biasa dibeli oleh rumah tangga. Kemudian
ditambahkan pengeluaran-pengeluaran kebutuhan dasar yang lain, seperti
pakaian, tempat tinggal, dan sarana kesehatan untuk menentukan garis
kemiskinan lokal (Todaro dan Smith, 2003). Pengukuran garis kemiskinan
menurut Bank Dunia menggunakan metode pengukuran jumlah pengeluaran
per kapita per hari. Menurut Bank Dunia, pengeluaran per kapita per hari
adalah U$ 1 (Rupiah). Apabila pengeluaran kurang dari U$ 1, maka
dianggap miskin.
B. Kajian Penelitian Terdahulu
Tinjauan penelitian terdahulu digunakan untuk mempelajari penelitian sejenis
untuk mendukung penelitian yang akan dilakukan, sehingga penulis
mendapatkan gambaran tentang penelitian sejenis dan dapat dijadikan sebagai
referensi dalam melakukan penelitian. Dibandingkan dengan penelitian
terdahulu, maka persamaan dan perbedaan mengenai waktu, tempat
penelitian, dan metode penelitian yang digunakan. Pada Tabel 6 terlihat
bahwa peneliti terdahulu yang menganalisis pendapatan dan kesejahteraan
anggota koperasi, adalah penelitian yang dilakukan oleh Saputra, dkk (2016),
Dini (2015), Dinata, dkk (2014), Agusta, dkk (2014) dan Gusti, dkk (2013).
Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis pendapatan anggota
koperasi pada penelitian terdahulu, adalah analisis pendapatan. Berdasarkan
46
tinjuan penelitian terdahulu tersebut, maka analisis pendapatan anggota
koperasi pada penelitian ini dilakukan dengan metode analisis pendapatan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Saputra, dkk
(2016), Agusta, dkk (2014), dan Gusti, dkk (2013) adalah pada metode yang
digunakan untuk menganalisis tingkat kesejahteraan petani, dimana pada
penelitian terdahulu menggunakan kriteria kesejahteraan menurut Badan
Pusat Statistik (2014), sedangkan pada penelitian ini menggunakan kriteria
kesejahteraan menurut Bank Dunia. Selain itu, perbedaan penelitian ini
dengan penelitian terdahulu ialah komoditas usahatani anggota koperasi.
Pada penelitian ini usahatani anggota koperasi ialah komoditas padi, sehingga
analisis pendapatan petani anggota koperasi diperoleh dari usahatani padi.
Tabel 6. Kajian Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Judul Penelitian Metode Analisis Kesimpulan Penelitian
1 Okpratiwi,
Haryono,
dan
Adawiyah
(2018)
Analisis Pendapatan dan Tingkat
Kemiskinan Rumahtangga Petani
Kakao di Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran
Tingkat Kemiskinan
berdasarkan
indikatro Bank
Dunia dengan
Pendekatan
Pendapatan dan
Badan Pusat Statistik
Berdasarkan indikator Bank Dunia dan Badan
Pusat Statistik jumlah petani yang masuk dalam
kategori tidak miskin lebih besar dibandingkan
dengan petani yang masuk dalam kategori
miskin.
2 Canita,
Haryono,
dan
Kasymir
(2017)
Analisis Pendapatan dan Tingkat
Kesejahteraan Rumahtangga Petani
Pisang di Kecamatan Padang Cermin
Kabupaten Pesawaran
Metode Gini Ratio
menurut BPS (2104)
Distribusi pendapatan rumahtangga petani
pisang di Desa Padang Cermin tidak merata.
3 Hernanda,
Indriani,
dan Kalsum
(2017)
Pendapatan dan Ketahanan Pangan
Rumahtangga Petani Padi di Desa
Rawan Pangan
Analisis Pendapatan
Pendapatan usahatani padi per ha pada musim
tanam pertama adalah sebesar Rp 6.936.134,19
dan musim tanam ke dua sebesar Rp
6.716.552,06 dengan rata-rata pendapatan total
rumahtangga petani per bulan adalah sebesar Rp
2.427.513,67.
4 Purba,
Affandi,
dan
Nugraha
(2016)
Strategi Pengembangan Koperasi
Kredit (KOPDIT) Mekar Sai dalam
Pembiayaan Agribisnis di Lampung
Analisis Deskriptif Kelamahan yang dimiliki Koperasi Kredit
Mekar Sai adalah pelatihan yang diterima
anggota belum optimal dan merata.
48
5 Saputra,
Widjaya,
dan Kalsum
(2016)
Analisis Pendapatan dan Tingkat
Kesejahteraan Anggota Koperasi
Simpan Pinjam (KSP) Tani Makmur
di Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan.
Analisis
pendapatan
Analisis manfaat
ekonomi koperasi
Analisis tingkat
kesejahteraan
menurut Badan
Pusat Statistik
(2007)
1. Pendapatan petani ubi kayu sudah masuk
dalam katagori tinggi dengan konstribusi
terbesar berasal dari usahatani ubi kayu,
berdasarkan pendapatan perkapita pertahun
kondisi petani sudah berada diatas garis
kemiskinan.
2. Manfaat ekonomi langsung yang diperoleh
petani anggota koperasi tani makmur relatif
masih rendah akan tetapi yang menjadi
motivasi anggota aktif dalam koperasi adalah
manfaat ekonomi tidak langsung berupa
pinjaman pupuk yang lunak dan fleksibel.
3. Tingkat kesejahteraan petani anggota diukur
dengan metode BPS 2007 diperoleh hasil
bahwa seluruh petani anggota masuk ke
dalam kategori sejahtera.
6 Wiandhani,
Lestari,
Soelaiman
(2016)
Analisis Manfaat Ekonomi dan Non
Ekonomi Koperasi Perikanan ISM
Mitra Karya Bahari.
Analisis deskriptif
kuantitatif
Manfaat ekonomi berupa manfaat ekonomi tunai
dan diperhitungkan. Total manfaat ekonomi
yang diterima anggota koperasi per tahun
berkisar antara Rp 99.000,00 – Rp 618.000,00.
rata – rata total manfaat pertahun yang diterima
oleh pengolah produk turunan Rp 400.490,00,
pengolah ikan Rp 267.236,84, nelayan Rp
193.668,75 dan buruh Rp 150.500,00.
7 Seta, Manfaat Ekonomi dan Non Ekonomi Analisis manfaat Manfaat ekonomi KGM yang diterima anggota
49
Lestari,
Situmorang
(2016)
Koperasi Gunung Madu di PT
Gunung Madu Plantations
Kabupaten Lampung Tengah.
ekonomi
KGM terdiri dari manfaat ekonomi langsung dan
manfaat ekonomi tidak langsung. Besar manfaat
ekonomi langsung yang diterima anggota dari
aktivitas di koperasi setiap tahunnya adalah Rp
1.689.921,00 dan besar manfaat ekonomi tidak
langsung yang diperoleh anggota KGM rata-rata
setiap tahunnya adalah Rp 9.565.067,00.
Konstribusi manfaat ekonomi KGM terhadap
pendapatan rumah tangga anggota sebesar 14,28
persen.
8 Sugesti,
Abisin, dan
Kalsum
(2015)
Analisis Pendapatan dan Pengeluaran
Rumahtangga Petani Padi Desa
Sukajawa Kecamatan Bumiratu
Nuban Kabupaten Lampung Tengah
Analisis
pendapatan
usahatani padi
dengan metode
analisis rugi laba
Analisis tingkat
kesejahteraan
menggunakan
kriteria Sajogyo
(1977).
1. Total pendapatan on farm rumahtangga petani di
Desa Sukajawa per tahun sebesar Rp
25.547.705,00.
2. Tingkat kesejahteraan rumahtangga petani di
Desa Sukajawa masih tergolong rendah karena
alokasi pengeluarannya masih digunakan untuk
kebutuhan pangan.
9 Dini (2015) Analisis Pendapatan Petani Padi
Sawah di Desa Ciasihan Kecamatan
Pamijahan Kabupaten Bogor.
Analisis pendapatan
dengan metode
perhitungan
pendapatan
usahatani padi
menurut Soekartawi
(2006)
Usahatani padi di Desa Ciasihan
menguntungkan, tetapi kurang efisien karena
dilihat nilai rasio R/C.
10 Dinata, Peran Koperasi Simpan Pinjam Tani Analisis 1. Pendapatan ushatani jagung anggota dan non
50
Lestari,
Yanfika
(2014)
Makmur dalam Peningkatan
Pendapatan Rumah Tangga Petani
Jagung di Desa Natar Kabupaten
Lampung Selatan.
Pendapatan
Analisis
deskriptif
anggota Koperasi Tani Makmur di Desa
Natar Kabupaten Lampung Selatan berbeda
nyata.
2. Total manfaat ekonomi koperasi yang
diterima petani anggota koperasi Tani
Makmur di Desa Natar Kabupaten Lampung
Selatan sebesar Rp 444.116,67 yang terdiri
dari manfaat ekonomi koperasi tunai dan
diperhitungkan.
11 Agusta,
Lestari,
Situmorang
(2014)
Analisis Pendapatan dan Tingkat
Kesejahteraan Rumah Tangga
Peternak Sapi Perah Anggota
Koperasi Peternakan Bandung
Selatan (KPBS) Pangalengan
(jurnal.fp.unila.ac.id)
Analisis
Pendapatan
Indikator garis
kemiskinan
menurut BPS
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
dapat disimpulkan bahwa rata – rata pendapatan
usaha ternak sapi perah anggota KPBS atas
biaya total per tahun adalah Rp
8.873.849,56/usaha ternak atau Rp
2.681.422,59/satuan ternak, MEK yang dapat
dirasakan secara langsung tetapi tidak tunai
adalah Rp 1.039.832,13/tahun. MEK tidak
langsung yang diterima secara tunai Rp
1.458.622,96/tahun, dan memiliki konstribusi
sebesar 5,35% terhadap pendapatan rumah
tangga anggota KBPS. Masih terdapat 9 rumah
tangga anggota KPBS (14,75%) yang
merupakan rumah tangga tidak sejahtera.
12 Ivans,
Zakaria,
Yanfika
Analisis Produksi dan Pendapatan
Usahatani Padi Sawah di Kecamatan
Purbolinggo Kabupaten Lampung
Analisis laba rugi
(penerimaan dan
biaya)
Rata- rata produktivitas dan pendapatan
usahatani tertinggi pada penelitian ini dihasilkan
oleh petani responden yang melakukan kegiatan
51
42
(2013) Timur. usahatani di lahan sawah beririgasi teknis pada
saat musim rendeng.
13 Gusti,
Haryono,
Prasmatiwi
(2013)
Analisis Pendapatan dan Tingkat
Kesejahteraan Rumah Tangga Petani
Kakao di Desa Pesawaran Indah
Kecamatan Padang Cermin
Kabupaten Pesawaran.
Analisis kuantitatif,
Indikator
kesejahteraan rakyat
menurut Badan
Pusat Statistik
(2014)
1. Rata-rata pendapatan rumah tangga petani
Kakao di Desa Pesawaran Indah Kecamatan
Padang Cermin Kabupaten Pesawaran
sebesar Rp 19.641.416,31/tahun.
2. Berdasarkan kriteria Badan Pusat Statistik
(2014) masuk katagori sejahtera sebanyak
84,78 persen dan sebanyak 15,22 persen
belum sejahtera.
14 Hendrik
(2011)
Analisis Pendapatandan Tingkat
Kesejahteraan Masyarakat Nelayan
Danau Pulau Besardan Danau
Bawah di Kecamatan Dayun
Kabupaten Siak Provinsi Riau.
Metode tabulasi dan
Deskriptif
Berdasarkan kriteria UMR didapatkan seluruh
nelayan mempunyai pendapatan di atas UMR,
berdasarkan BAPPENAS sebanyak 4
rumahtangga nelayan tidak sejahtera dan
menurut BPS sebanyak 6 rumahtangga
responden termasuk ke dalam rumahtangga
tidak sejahtera.
15 Mahri
(2010)
Pelayanan dan Manfaat Koperasi
serta Pengaruhnya Terhadap
Partisipasi Anggota Koperasi
Produsen Tempe Tahu Indonesia
(KOPTI) Kabupaten Tasikmalaya.
Importance
Performance Analysis
(IPA) dan Customer
Satisfaction Index
(CSI)
Berdasarkan hasil perhitungan kepuasan
anggota Koppas Pasar Parung Kabupaten
Bogor dapat disimpulkan bahwa anggota
Koppas puas terhadap pelayanan yang
diberikan oleh koperasi secara keseluruhan.
52
C. Kerangka Pemikiran
Kabupaten Lampung Tengah merupakan kabupaten dengan produksi padi
tertinggi di Provinsi Lampung menurut BPS Provinsi Lampung (2016),
dimana tingginya produksi padi di Kabupaten Lampung Tengah berasal dari
pasokan di setiap kecataman. Kecamatan Gunung Sugih merupakan
kecamatan yang memberikan pasokan terbesar kedua setelah Kecamatan
Suputih Raman. Hal tersebut menunjukkan bahwa penduduk di Kecamatan
Gunung Sugih masih banyak yang mengusahakan komoditas padi. Oleh
karena itu, dibutuhkan wadah bagi petani di Kecamatan Gunung Sugih yang
mampu menunjang kegiatan usahatani dan memenuhi kebutuhan petani
dalam menjalankan usahataninya. Salah satu koperasi pertanian yang
menjadi wadah bagi petani di Kecamatan Gunung Sugih dalam memenuhi
kebutuhan usahatani khususnya penyediaan modal ialah Koperasi Pertanian
Mitra Subur (KOPTAN). Tujuan masyarakat petani bergabung menjadi
anggota KOPTAN Mitra Subura dalah agar memperoleh kemudahan dalam
penyediaan tambahan modal untuk usahataninya.
Sebagai produsen, petani tidak hanya berorientasi pada produksi yang tinggi,
tetapi lebih menitikberatkan pada keuntungan yang diperoleh. Selain itu,
petani akan mengurangi risiko kegagalan untuk dapat memaksimalkan
pendapatannya. Dalam berusahatani padi terdapat beberapa faktor yang
mungkin berpengaruh terhadap besarnya keuntungan atau pendapatan petani
padi antara lain adalah lahan, tenaga kerja, benih, pupuk, dan pestisida.
53
Pendapatan usahatani padi dapat diketahui dari selisih antara penerimaan dan
biaya usahatani. Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang di
pergunakan dalam usahatani, sedangkan penerimaan diperoleh dari produksi
padi dikali dengan harga padi.
Untuk meningkatkan pendapatan, anggota KOPTAN Mitra Subur harus
mampu melakukan kegiatan usaha diluar usahatani padi, baik di sektor
pertanian, di luar sektor pertanian, maupun koperasi. Contoh sumber
pendapatan yang berasal dari luar usahatani padi adalah usahatani singkong,
jaugung, sayuran, dan sebagainya, sedangkan usaha diluar pertanian seperti
buruh, berdagang, dan pekerjaan sampingan lainnya. Selain itu, pendapatan
yang diperoleh dari koperasi berupa manfaat ekonomi koperasi memberikan
kontribusi pada pendapatan rumahtangga anggota. Manfaat ekonomi
koperasi dibagi menjadi dua, yaitu manfaat ekonomi koperasi tunai dan
manfaat ekonomi koperasi diperhitungkan. Manfaat ekonomi tunai masuk
menjadi salah satu bentuk kontribusi terhadap pendapatan rumahtangga
karena manfaatnya dirasakan secara langsung oleh anggota, sedangkan
manfaat ekonomi diperhitungkan, manfaatnya cukup dirasakan anggota,
tetapi nilainya tidak diperoleh secara tunai. Manfaat ekonomi tunai diperoleh
anggota dari Sisa Hasil Usaha (SHU) dan manfaat ekonomi diperhitungkan
diperoleh dari selisih bunga pinjaman di koperasi dengan luar koperasi.
Adanya fasilitas yang diterima anggota koperasi, tentuk perlu untuk diketahui
seberapa besar kontribusi manfaat ekonomi koperasi dalam meningkatkan
pendapatan usahatani anggotanya. Setelah diketahui seberapa besar
kontribusi manfaat ekonomi koperasi, diharapkan dapat diketahui juga
54
perbandingan pendapatan petani padi anggota dan petani padi bukan anggota
koperasi.
Dari sumber pendapatan tersebut, maka dapat diketahui bahwa pendapatan
rumahtangga petani dapat dilihat dari lima sumber yaitu usahatani padi
(utama) dan non padi (bukan utama), usaha diluar usahatani (off farm), usaha
diluar pertanian (non farm), serta manfaat ekonomi koperasi tunai (MEKtunai).
Pendapatan petani digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga,
sehingga tingkat kesejahteraan petani dapat dilihat dari kemampuan petani
dalam memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan (pengeluaran) per kapita
per hari per orang. Menurut Bank Dunia, pengeluaran per kapita per hari
adalah U$ 1 (rupiah).
Penelitian ini mencoba mengkaji seberapa besar pendapatan usahatani padi
yang diterima anggota KOPTAN Mitra Subur, manfaat ekonomi yang
diterima anggota koperasi, konstribusi manfaat ekonomi koperasi terhadap
pendapatan rumahtangga anggota koperasi, distribusi pendapatan
rumahtangga anggota koperasi, dan tingkat kesejahteraan anggota koperasi.
Kerangka pemikiran peranan KOPTAN Mitra Subur dalam peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan petani padi di Kecamatan Gunung Sugih
Kabupaten Lampung Tengah disajikan pada Gambar 2.
55
Manfaat
Ekonomi
Koperasi
KOPTAN Mitra Subur
Usahatani
Padi
Usahatani
Padi
Non Anggota
Koperasi
Anggota Koperasi
Biaya Produksi Penerimaan
Harga
Input
Harga
Padi
Input Produksi
1. Lahan
2. Tenaga Kerja
3. Benih
4. Pupuk
5. Pestisida
Produksi
Padi
Biaya Produksi Penerimaan
Harga
Input
Harga
Padi
Input Produksi
1. Lahan
2. Tenaga Kerja
3. Benih
4. Pupuk
5. Pestisida
Produksi
Padi
Petani Padi
Pendapatan
Usahatani Padi
(on farm utama)
Pendapatan
Usahatani Padi
(on farm utama)
On Farm bukan utama Off farm Non Farm
Pendapatan Rumah
Tangga Petani Padi
Anggota Koperasi
Pendapatan Rumah
Tangga Petani Padi
Non-Anggota Koperasi
Tingkat Kesejahteraan
(Bank Dunia)
Distribusi Pendapatan
Gambar 2. Bagan alir kerangka pemikiran peran Koperasi Pertanian (KOPTAN) Mitra
Subur dalam peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani padi di
Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah
56
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
1. Diduga pendapatan usahatani padi anggota berbeda dengan pendapatan
usahatani padi non anggota KOPTAN Mitra Subur di Kecamatan Gunung
Sugih Kabupaten Lampung Tengah.
2. Diduga tingkat kesejahteraan petani padi anggota berbeda dengan tingkat
kesejahteraan petani padi non anggota KOPTAN Mitra Subur di
Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah.
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian peranan Koperasi
Pertanian (KOPTAN) Mitra Subur dalam peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan petani padi di Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung
Tengah adalah studi kasus. Jenis metode penelitian ini bertujuan secara
khusus untuk menjelaskan dan memahami suatu objek yang akan diteliti
sehingga diperoleh pemahaman yang mendalam (Nasution, 2006).
B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional
Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk
mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis
data yang berhubungan dengan penelitian sesuai dengan tujuan penelitian.
Koperasi adalah badan usaha didirikan oleh orang perseorangan atau badan
hukum koperasi yang bertujuan untuk mensejahterahkan anggota dan
melaksanakan usaha berdasarkan azas kekeluargaan, dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan.
58
KOPTAN Mitra Subur adalah wadah bagi para petani yang tinggal di
pedesaan untuk menyediakan modal bagi para petani guna mengembangkan
usahataninya dengan tingkat bunga yang lebih kecil dibandingkan tingkat
bunga di luar koperasi.
Anggota KOPTAN Mitra Subur adalah masyarakat yang mendaftar
sebagai anggota koperasi dengan membayar simpanan pokok dan simpanan
wajib serta menggunakan jasa koperasi.
Manfaat ekonomi koperasi adalah manfaat dari sudut pandang ekonomi
yang diperoleh anggota koperasi selama aktif menjadi anggota. Menghitung
total manfaat ekonomi koperasi adalah dengan menjumlahkan manfaat
ekonomi tunai dan manfaat ekonomi diperhitungkan yang diukur dalam
satuan rupiah (Rp).
Manfaat ekonomi tunai adalah manfaat ekonomi yang diterima oleh anggota
bukan pada saat terjadinya transaksi, tetapi diperoleh kemudian setelah
berakhirnya suatu periode tertentu atau periode pelaporan keuangan dan
pertanggungjawaban pengurus dan pengawas. Manfaat ini dinilai dari
penerimaan SHU yang diterima anggota koperasi, diukur dalam waktu satu
tahun dan dinyatakan dalam rupiah per tahun (Rp/tahun).
SHU adalah sisa hasil usaha atau pendapatan koperasi yang diperoleh dalam
satu tahun dikurangi penyusutan dan beban-beban dari tahun buku yang
bersangkutan. Pembagian SHU kepada anggota KOPTAN Mitra Subur
59
dilakukan dengan membagi secara rata SHU yang diperoleh koperasi kepada
seluruh anggotanya, dinyatakan dalam rupiah per tahun (Rp/tahun).
Manfaat ekonomi diperhitungkan adalah manfaat ekonomi yang diterima
oleh anggota dan langsung diperoleh pada saat terjadinya transaksi antara
anggota dengan koperasinya. Manfaat ini dinilai dari besarnya tingkat bunga
pinjaman di koperasi dibandingkan dengan tingkat bunga pinjaman di luar
koperasi, diukur dalam waktu satu tahun dan dinyatakan dalam rupiah per
tahun (Rp/tahun).
Usahatani adalah suatu usaha dimana dilakukan pengelolaan input, seperti
lahan, tenaga kerja, modal, dan manajemen yang ditujukan untuk
memperoleh produksi di bidang pertanian.
Usahatani padi adalah bentuk usahatani yang dilakukan untuk menghasilkan
produksi padi yang bertujuan menghasilkan keuntungan bagi petani.
Petani padi adalah semua petani yang berusahatani padi untuk memperoleh
pendapatan dari usahatani padi yang dilakukannya.
Lahan adalah area yang digunakan untuk melakukan usahatani padi yang
diukur dengan satuan hektar (ha).
Lahan sawah adalah suatu bentuk pertanian yang dilakukan di lahan basah
dan memerlukan banyak air baik sawah irigasi, sawah lebak, sawah tadah
hujan, maupun sawah pasang surut, diukur dalam satuan hektar (ha).
60
Penerimaan adalah nilai hasil yang diperoleh petani yang dihitung dengan
mengalikan jumlah produksi dikalikan dengan harga jual diukur dalam
satuan rupiah (Rp).
Pendapatan adalah balas jasa yang diterima oleh seseorang atas usaha yang
telah dilakukannya dalam jangka waktu tertentu, yang diukur dalam satuan
rupiah (Rp).
Pendapatan rumahtangga biasanya tidak berasal dari satu sumber, tetapi
berasal dari dua atau lebih sumber pendapatan serta dipengaruhi oleh
pemenuhan kebutuhan dasar rumahtangga. Pendapatan rumahtangga
diketahui dengan menjumlahkan seluruh pendapatan rumahtangga anggota
koperasi, baik pendapatan dari kegiatan usahatani (Pon farm) yang terdiri dari
pendapatan utama (padi) dan pendapatan bukan utama (non padi), pendapatan
di luar kegiatan usahatani (Poff farm), dan pendapatan dari usaha di luar
pertanian (Pnon farm) diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/tahun).
Rumahtangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebuah bangunan
fisik yang umumnya tinggal bersama dan kepengurusan kebutuhan sehari-hari
dikelola secara bersama-sama.
Pendapatan usahatani (Pon farm) adalah pendapatan usahatani dibagi menjadi
dua yaitu utama dan non utama. Penerimaan yang diperoleh oleh petani
setelah dikurangi biaya produksi. Pendapatan usahatani diukur dalam satuan
rupiah per tahun (Rp/tahun). Pendapatan usahatani (Pon farm) anggota
KOPTAN Mitra Subur diperoleh dari pendapatan usahatani utama (padi) dan
61
non utama (non padi). Pendapatan usahatani padi diperoleh dari selisih antara
penerimaan dari penjualan produksi padi yang dihasilkan dengan biaya-biaya
yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan usahatani dalam dua musim
tanam diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/tahun).
Produksi adalah jumlah hasil tanaman yang dihasilkan dalam satu musim
tanam (satu kali proses produksi) yang diukur dalam satuan kilogram (kg).
Biaya total adalah jumlah uang yang harus dikeluarkan oleh petani untuk
melakukan usahatani, meliputi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan
yang diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/tahun).
Biaya tunai dalah sejumlah uang yang langsung dikeluarkan oleh petani pada
saat melakukan kegiatan usahatani, diukur dalam satuan rupiah per tahun
(Rp/tahun).
Biaya diperhitungkan adalah sejumlah uang yang tidak dikeluarkan oleh
petani secara langsung tetapi dihitung secara ekonomi, diukur dalam satuan
rupiah per tahun (Rp/tahun).
Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan dan dikorbankan dalam
proses produksi tanaman padi dalam hal ini biaya benih, biaya pupuk, upah
tenaga kerja, dan lain-lain dalam satu kali musim tanam. Biaya produksi
diukur dalam satuan rupiah (Rp). Indikator ini dapat dilihat dari jumlah uang
yang dikeluarkan petani dalam satu kali proses produksi.
62
Benih tanaman yang selanjutnya disebut benih adalah bahan tanam yang
digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman
yang dapat berupa biji tanaman atau bagiannya.
Biaya benih adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli benih untuk
usahatani yang diukur dalam satuan rupiah per musim (Rp/musim).
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman
untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik. Penggunaan pupuk diukur dalam satuan kilogram
(kg).
Biaya pupuk adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli pupuk sebagai
salah satu input produksi yang diukur dalam satuan rupiah per musim
(Rp/musim).
Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, atau
membasmi organisme pengganggu yang diukur dalam satuan liter.
Biaya pestisida adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli pestisida yang
diukur dalam satuan rupiah per musim (Rp/musim).
Biaya irigasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk usaha penyediaan,
pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang kegiatan pertanian
yang jenisnya meliputi irigasi teknis dan irigasi desa yang diukur dalam
satuan rupiah per musim (Rp/musim).
63
Tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang digunakan dalam satu
periode panen padi pada proses usahatani. Penggunaan tenaga kerja diukur
dalam satuan Hari Kerja Pria (HKP). Satu HKP setara dengan delapan jam
kerja pria (HKP).
Biaya tenaga kerja luar keluarga adalah biaya yang dikeluarkan petani
untuk membayar tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga dalam kegiatan
usahatani, diukur dalam satuan rupiah per Hari Kerja Pria (Rp/HKP).
Biaya tenaga kerja dalam keluarga adalah biaya yang tidak secara nyata
dikeluarkan petani untuk membayar tenaga keerja yang berasal dari dalam
keluarga dalam kegiatan usahatani, diukur dalam satuan rupiah per Hari Kerja
Pria (Rp/HKP).
Jumlah benih adalah banyaknya benih padi yang digunakan petani pada
proses produksi selama satu musim tanam yang diukur dalam satuan kilogram
(kg).
Jumlah pupuk urea adalah banyaknya pupuk urea yang digunakan oleh
petani pada proses produksi dalam satu kali musim tanam. Jumlah pupuk
urea diukur dalam satuan kilogram (kg).
Jumlah pupuk NPK adalah banyaknya pupuk NPK yang digunakan oleh
petani pada proses produksi dalam satu kali musim tanam. Jumlah pupuk
SP36 diukur dalam satuan kilogram (kg).
64
Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang digunakan dalam
proses produksi selama satu kali musim tanam yang diukur dalam satuan Hari
Kerja Pria (HKP).
Harga input (benih, pupuk, pestisida) adalah harga input yang ditetapkan
oleh kios atau toko. Harga input (benih, pupuk, pestisida) diukur dalam
satuan rupiah (Rp) per satuan input.
Harga produksi padi adalah nilai tukar GKP ditingkat petani dan diukur
dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).
Biaya pajak adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk membayar pajak
lahan usahatani, diukur dalam satuan rupiah per hektar (Rp/ha).
Alat-alat usahatani adalah alat-alat yang digunakan dalam kegiatan
usahatani yang diukur dalam satuan unit.
Biaya penyusutan alat adalah biaya yang tidak secara nyata dikeluarkan
oleh petani dari penyusutan nilai alat yang digunakan dalam kegiatan
usahatani, diukur dalam satuan rupiah per musim tanam (Rp/musim).
Pendapatan dari luar kegiatan usahatani (off farm) adalah pendapatan
yang berasal dari usaha yang masih berkaitan dengan bidang pertanian tetapi
di luar budidaya yang dilakukan oleh anggota keluarga untuk menambah
pendapatan keluarga, yaitu pedagang pertanian dan buruh tani. Pendapatan
dari luar kegiatan usahatani diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/tahun).
65
Pendapatan dari usaha di luar pertanian (non farm) adalah pendapatan
yang diperoleh dari usaha di luar bidang pertanian yang dilakukan oleh
anggota keluarga untuk menambah pendapatan keluarga, biasanya dilakukan
oleh anggota yang berusia kerja, misalnya berdagang, guru, manfaat ekonomi
koperasi dan lain-lain. Pendapatan dari usaha non pertanian diukur dalam
satuan rupiah per tahun (Rp/tahun).
Pendapatan dari mengikuti koperasi (Manfaat Ekonomi Koperasi)
adalah pendapatan ini diperoleh dengan menjumlahkan manfaat ekonomi
tunai dan manfaat ekonomi diperhitungkan dari mengikuti sebuah koperasi
atau terdaftar sebagai anggota koperasi. Pendapatan dari mengikuti koperasi
diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/tahun).
Distribusi pendapatan adalah pemerataan pendapatan yang diukur dengan
angka yang menunjukkan besarnya ketimpangan antara tingkat pendapatan
rumah tangga satu dengan lainnya yang diukur berdasarkan nilai Gini Ratio.
Kesejahteraan adalah sesuatu dimana setiap orang mempunyai pedoman,
tujuan, dan cara hidup yang berbeda-beda pula terhadap faktor-faktor yang
menentukan tingkat kesejahteraan. Tingkat kesejahteraan ini diukur dengan
indikator Bank Dunia.
C. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Koperasi Pertanian (KOPTAN) Mitra Subur
Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung.
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
66
pertimbangan bahwa koperasi ini merupakan koperasi pertama yang berdiri di
Kecamatan Gunung Sugih yaitu sejak tahun 1999, dimana latar belakang
berdirinya koperasi tersebut karena tidak tersedianya wadah bagi para petani
untuk memperoleh tambahan modal untuk mengembangkan usahataninya,
sehingga perlu diketahui berapa besar kontribusi koperasi terhadap
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani padi. Selain itu, KOPTAN
Mitra Subur merupakan koperasi aktif yang setiap tahunnya mengadakan
RAT. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari-Maret 2018.
Responden pada penelitian ini adalah anggota dan non anggota koperasi yang
digunakan untuk mengetahui pendapatan usahatani padi anggota dan non
anggota koperasi, manfaat ekonomi koperasi yang diterima anggota koperasi,
dan tingkat kesejahteraan anggota dan non anggota koperasi.
Berdasarkan kegiatan pra penelitian yang dilakukan pada bulan November
2017, diketahui bahwa jumlah populasi anggota KOPTAN Mitra Subur
sebanyak 121 orang, yang merupakan petani padi. Penentuan jumlah sampel
dilakukan dengan menggunakan rumus (Arikunto, 2002):
n = 25% X N ................................................................................................. (9)
Keterangan: n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi
Rumus tersebut berdasarkan pernyataan, jika jumlah populasi kurang dari
100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya penelitian populasi,
sedangkan jika populasi lebih besar dapat diambil antara 25-30 % (Arikunto,
2002). Perhitungan sampel dengan menggunakan rumus tersebut adalah:
67
n = 25% X 121
n = 30, 25≈ 30 responden penelitian ini.
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka diperoleh jumlah sampel petani padi
yang menjadi anggota koperasi sebanyak 30 orang, sedangkan jumlah sampel
petani padi bukan anggota koperasi diambil berdasarkan alokasi sama, yaitu
30 orang petani padi bukan anggota koperasi yang dipilih secara acak (Simple
Random Sampling), sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60
orang.
D. Jenis Data dan Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer pada penelitian ini merupakan data utama yang
diperoleh langsung dari lokasi penelitian. Data primer diperoleh dari hasil
wawancara langsung dengan pihak yang terkait, yaitu anggota koperasi
dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan
terlebih dahulu. Data sekunder merupakan informasi tambahan untuk
memperkuat data pokok. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari
jurnal, skripsi, dan buku-buku serta lembaga instansi yang terkait dengan
penelitian ini, seperti Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Lampung, Badan
Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Lampung Tengah.
68
E. Metode Analisis Data
1. Analisis Pendapatan Usahatani Padi
Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan
petani padi. Pendapatan diperoleh dengan menghitung selisih antara
penerimaan yang diterima dari hasil usaha dengan biaya produksi yang
dikeluarkan dalam satu tahun dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi,
2002):
= TR TC
= Y. Py– ΣXi.Pxi– BTT ............................................................ (10)
Keterangan :
= pendapatan usahatani padi (Rp)
= total penerimaan usahatani padi (Rp)
= total biaya produksi (Rp)
= hasil produksi padi (Kg)
= harga satuan produksi usahatani padi (Rp/Kg)
Xi = faktor produksi variabel (tenaga kerja, benih, pupuk, dan
pestisida)
Pxi = harga faktor produksi variabel (Rp)
BTT = biaya tetap total
Untuk mengetahui apakah usahatani padi yang dilakukan petani
menguntungkan atau tidak bagi petani, maka digunakan analisis imbangan
penerimaan dan biaya dirumuskan sebagai berikut:
R/C = PT/BT ..................................................................................... (11)
Keterangan:
R/C = Nisbah antara penerimaan dan biaya
PT = Penerimaan total
BT = Biaya total
69
Kriteria pengukuran pada R/C (Return Cost Ratio) adalah:
a. Jika R/C >1, maka usahatani tersebut menguntungkan karena,
penerimaan lebih besar dari pada biaya total yang dikeluarkan.
b. Jika R/C =1, maka usahatani tersebut berada pada titik impas (break
even poin), yaitu keadaan dimana penerimaan sama dengan biaya total
yang dikeluarkan.
c. Jika R/C <1, maka usahatani tersebut tidak menguntungkan (rugi)
karena penerimaan lebih kecil dari pada biaya total yang dikeluarkan.
2. Manfaat Ekonomi Koperasi
Manfaat ekonomi koperasi diketahui dengan melakukan wawancara
khusus kepada petani responden anggota koperasi terkait seberapa besar
harga pelayanan yang diterima dari koperasi serta selisih hasil usaha yang
diterima anggota koperasi. Manfaat ekonomi koperasi dibagi menjadi
manfaat ekonomi koperasi tunai dan manfaat ekonomi koperasi
diperhitungkan. Manfaat ekonomi koperasi diperhitungkan berupa harga
pelayanan yang diperoleh dari selisih bunga pinjaman di dalam koperasi
dengan bunga pinjaman di luar koperasi, sedangkan manfaat ekonomi
tunai berupa Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diterima anggota dalam satu
tahun. Manfaat ekonomi koperasi dihitung dengan rumus:
MEKtunai = jumlah SHU yang diterima anggota (Rp/tahun).....(12)
MEKdiperhitungkan = selisih bunga pinjaman di koperasi dan di luar
koperasi ............................................................... (13)
MEKtotal = MEK tunai +MEK diperhitungkan ........................(14)
70
3. Kontribusi Manfaat Ekonomi Koperasi terhadap Pendapatan
Rumahtangga
Menurut Soekartawi (1995), pendapatan rumahtangga diperoleh dengan
cara menjumlahkan pendapatan keluarga dari usahatani dan pendapatan
keluarga yang berasal dari luar usahatani. Samuel PS Ho dalam
Suratiyah (1994), menjelaskan bahwa pendapatan rumahtangga petani
berasal dari pendapatan usahatani (on farm), pendapatan di luar usahatani
(off farm), dan pendapatan di luar pertanian (non farm). Sumber
pendapatan dari usahatani terdiri dari on farm utama (padi) dan on farm
bukan utama (non padi), pendapatan lain-lain yang diperoleh dari
pendapatan pertanian di luar usahatani (off farm) dan pendapatan diluar
pertanian (non farm), serta manfaat ekonomi kopreasi (MEKtunai), dengan
rumus sebagai berikut:
Prt = Pon farm utama + Pon farm bukan utama + Poff farm + Pnon farm + PMEK tunai .......(15)
Keterangan:
Prt = Pendapatan rumahtangga
Ponfarm utama = Pendapatan dari usahatani padi
Ponfarm bukan utama = Pendapatan usahatani non padi
Poff farm = Pendapatan pertanian di luar usahatani
Pnon farm = Pendapatan di luar pertanian
PMEK tunai = Pendapatan dari koperasi
Kontribusi manfaat ekonomi koperasi terhadap pendapatan rumahtangga
dilakukan dengan memperhitungkan persentase manfaat ekonomi koperasi
terhadap pendapatan rumahtangga. Untuk mengetahui seberapa besar
manfaat ekonomi koperasi yang diperoleh petani didapat dari perhitungan
manfaat ekonomi koperasi tunai yang diperoleh anggota koperasi,
71
kemudian hasil perhitungan tersebut dijadikan dalam bentuk persentase.
Untuk mengetahui kontribusi manfaat ekonomi koperasi bagi anggota
koperasi terhadap pendapatan rumahtangga dihitung dengan rumus:
KMEK = (MEK tunai/Prt) x 100% .......................................................... (16)
Keterangan:
KMEK = Besarnya kontribusi manfaat ekonomi koperasi (MEK)
terhadap pendapatan rumahtangga
MEK = Manfaat ekonomi koperasi (MEK tunai) yang diterima
anggota
Prt = Pendapatan total rumahtangga (Rp/tahun)
4. Analisis Distribusi Pendapatan
Untuk mengetahui pemerataan pendapatan digunakan analisis distribusi
pendapatan Gini Ratio yang dihitung dengan menggunakan rumus
(Todaro, 1993):
∑ ................................................................. (17)
Keterangan:
GR = Gini Ratio
fi = proporsi jumlah rumahtangga penerima dalam strata ke-i
Yi = proporsi secara kumulatif dari jumlah pendapatan rumahtangga
sampai strata ke-i
k = jumlah strata
1 = konstanta
Untuk memberikan penilaian tinggi rendahnya ketimpangan
distribusi pendapatan tersebut dilakukan dengan kriteria menurut
Todaro (2000) adalah:
(a) Lebih dari 0,50 adalah tinggi.
(b) Antara 0,35 dan 0,50 adalah sedang.
(c) Kurang dari 0,35 adalah rendah.
72
5. Analisis Tingkat Kesejahteraan
Analisis tingkat kesejahteraan menggunakan indikator kemiskinan
menurut Bank Dunia. Bank Dunia menetapkan garis kemiskinan
internasional yang dinyatakan dalam suatu mata uang tunggal (Common
Currency), yakni dollar Amerika Serikat. Dollar Amerika Serikat dipilih
sebagai acuan (banchmark) karena mata uang ini dapat diterima oleh
hampir semua negara. Bank Dunia menetapkan garis kemiskinan
internasional sebesar 1 dollar Amerika Serikat per kapita per hari.
Pada penelitian ini, alasan menggunakan indikator Bank Dunia dalam
analisis tingkat kesejahteraan yaitu masih sedikit penelitian yang
menggunakan indikator Bank Dunia. Apabila menggunakan indikator
lainnya seperti BKKBN dan BPS hasilnya cenderung sejahtera.
73
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah
Kabupaten Lampung Tengah meliputi areal seluas 478.983,34 km2
terletak padabagian tengah Provinsi Lampung yang beribukota di Gunung
Sugih. Secara geografis terletak pada kedudukan 104˚35’-105˚50’BT dan
4˚30’- 4˚15’LS. Lampung Tengah terbagi menjadi 28 kecamatan. Batas
wilayah Kabupaten Lampung Tengah adalah:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tulang Bawang, Tulang
Bawang Barat dan Kabupaten Lampung Utara.
2. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Pesawaran.
3. Sebelah Timur dengan Kabupaten Lampung Timur dan Kota Metro.
4. Sebelah Barat dengan Kabupaten Tanggamus dan Lampung Barat.
Secara umum Lampung Tengah memiliki temperatur rata-rata berkisar
antara 2˚C-28˚C pada daerah dataran dengan ketinggian 30-60 meter.
Sebagian besar wilayahnya berada pada ketinggian 15-65 meter dpl dan
mempunyai kemiringan lereng antara 0-2 persen. Jenis tanah didominasi
oleh jenis latosol dan podsolik merah kuning.
Sektor yang menjadi andalan di Kabupaten Lampung Tengah adalah
sektor pertanian yang terdiri dari sub sektor tanaman bahan makanan,
74
perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Sektor pertanian juga
memberikan kontribusi paling besar terhadap pembentukan PDRB
(Produk Domestik Regional Bruto) kabupaten sekitar 46,12 persen pada
tahun 2012 dan mampu tumbuh sekitar 4,26 persen lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan sektor yang sama pada tahun 2011
sekitar 4,24 persen. Letak Kabupaten Lampung Tengah cukup strategis
dalam konteks pengembangan wilayah. Jumlah penduduk Kabupaten
Lampung Tengah pada tahun 2015 adalah 1.227.185 jiwa, atau meningkat
sebesar 2,1 persen dibandingkan dengan tahun 2014 yang berjumlah
1.202.252 jiwa. Penduduk Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2015
didominasi oleh penduduk laki-laki yang berjumlah 625.215 jiwa dan
penduduk perempuan 601.970 jiwa (BPS Kabupaten Lampung Tengah,
2016).
B. Keadaan Umum Kecamatan Gunung Sugih
1. Keadaan Geografis
Pemerintahan Kecamatan Gunung Sugih merupakan salah satu
kecamatan yang mengalami pemekaran wilayah ditahun 2001, sehingga
terbentuk Kecamatan Bekri dan Bumi Ratu Nuban. Secara administratif,
Kecamatan Gunung Sugih terbagi menjadi 11 kampung dan 4 kelurahan,
diantaranya Gunung Sugih Raya, Komering Agung, Seputih Jaya, dan
Gunung Sugih. Banyaknya satuan lingkungan setempat (SLS) terkecil di
bawah kampung ialah 86 dusun dan 306 RT. Kecamatan Gunung Sugih
75
merupakan ibu kota Kabupaten Lampung Tengah. Batas wilayah
Kecamatan Gunung Sugih, yaitu:
(a) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sendang Agung dan
Terbanggi Besar.
(b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bumi Ratu Nuban.
(c) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Anak Tuha.
(d) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Punggur.
Kecamatan Gunung Sugih merupakan dataran dengan luas154,13 km2.
Kecamatan ini beribukota di Kelurahan Gunung Sugih yang berjarak nol
kilometer dari ibu kota Kabupaten Lampung Tengah.
2. Keadaan Demografi
Populasi penduduk di Kecamatan Gunung Sugih menempati posisi ke tiga
terbanyak setelah Kecamatan Terbanggi Besar dan Kalirejo. Di tahun
2015, jumlah penduduk Kecamatan Gunung Sugih telah mencapai 64,894
orang yang terdiri dari 32.893 laki-laki dan 32.001 perempuan.
Tabel 7. Sebaran penduduk Kecamatan Gunung Sugih berdasarkan
jenis pekerjaan, 2015
Sumber: data primer Kecamatan Gunung Sugih (data diolah)
No. Jenis Pekerjaan Jumlah
(orang)
1 Petani 20.231
2 Buruh 12.219
3 Guru 412
4 Wiraswasta/Pedagang 3.601 5 PNS non guru 642
6 Pegawai swasta 474
7 Mahasiswa/Pelajar 10.437
76
Pada Tabel 7 dapat dilihat sebaran penduduk berdasarkan jenis
pekerjaan. Jenis pekerjaan terbanyak pada penduduk Kecamatan
Gunung Sugih adalah petani, kemudian diikuti oleh buruh,
mahasiswa/pelajar, wiraswasta/pedagang, PNS, pegawai swasta, dan
guru.
3. Keberadaan Fasilitas Layanan Jasa
Kecamatan Gunung Sugih belum memiliki fasilitas perbankan, baik bank
umum maupun bank perkreditan rakyat. Meskipun demikian, layanan
jasa perbankan dapat diperoleh di kecamatan terdekat. Lokasi bank yang
paling dekat jaraknya sekitar 5 kilometer dari Kelurahan Gunung Sugih.
Banyaknya koperasi yang beroperasi di wilayah ini ada 5 unit koperasi.
Minimnya koperasi di kecamatan ini mengindikasikan peran koperasi
dalam menggerakan ekonomi masyarakat masih terbatas. Selain itu,
terdapat pula pasar gotong royong yang berada dipinggir jalan utama.
Kecamatan Gunung Sugih juga terdapat Badan Penyuluh Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan (BP3K) dimana petugas BP3K rutin melakukan
survei lapangan satu minggu tiga kali ke masing-masing kampung
dimana terdapat kelompok tani.
C. Keadaan Umum Kampung Terbanggi Subing
1. Keadaan Iklim
Temperatur udara di Kampung Terbanggi Subing relatif stabil dan tidak
pernah menunjukkan perubahan yang ekstrim, hal tersebut dapat
77
mengindikasikan bahwa kualitas lingkungan di wilayah ini masih cukup
baik. Kelembaban udara rata-rata di wilayah ini berkisar 87,6 persen.
Kampung Terbanggi Subing memiliki temperatur rata-rata berkisar antara
26°-28° C pada daerah dataran dengan ketinggian 30-60 meter.
Kecepatan angin rata-rata wilayah ini yaitu 5,83 km/jam dan memiliki
jumlah hujan di bawah rata- rata, yaitu sekitar 80–100 mm/tahun.
2. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk di Kampung Terbanggi Subing pada tahun 2015 sekitar
4.217 jiwa dengan mata pencaharian mayoritas sebagai petani, selain itu
ada guru, buruh, wiraswasta dan lain-lain. Berdasarkan jenis kelamin,
penduduk Kampung Terbanggi Subing terdiri dari laki-laki sebanyak
2.304 jiwa dan perempuan sebanyak 1.913 jiwa.
D. Keadaan Umum Koperasi Pertanian (KOPTAN) Mitra Subur
1. Sejarah KOPTAN Mitra Subur
Koperasi Pertanian (KOPTAN) Mitra Subur dibentuk pada tanggal 4 Juni
1999 yang mempunyai badan hukum Nomor 79/BH/KDK/72/IV/1999.
Koperasi ini merupakan koperasi pertama yang didirikan di Kecamatan
Gunung Sugih. Pada saat itu pemerintah melihat bahwa tidak tersedianya
koperasi sebagai wadah bagi para petani untuk meminjam modal
usahataninya, sehingga pemerintah bersama petani Desa Gotong Royong
membentuk koperasi pertanian bernama Koperasi Pertanian (KOPTAN)
Mitra Subur. Modal awal pendirian koperasi ini berasal dari sumbangan
78
atau hibah dari pengurus dan simpanan pokok anggota yang bergabung.
Rincian modal awal KOPTAN Mitra Subur dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rincian modal awal KOPTAN Mitra Subur
Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah
Sumber Permodalan
Koperasi
Jumlah
(Orang)
Hibah
(Rp/orang)
Jumlah
(Rp)
Pengurus 3 1.000.000,00 3.000.000,00
Anggota (Simpanan Pokok) 20 100.000,00 2.000.000,00
Total permodalan koperasi 5.000.000,00
Sumber: Data primer, 2018 (data diolah)
Pada Tabel 8 dapat dijelaskan bahwa modal awal KOPTAN Mitra Subur
sebesar Rp 5.000.000,00 dimana modal tersebut diperoleh dari hibah
pengurus koperasi dan simpanan pokok anggota, dimana simpanan pokok
anggota tersebut bersifat wajib yang di bayarkan oleh anggota kepada
koperasi pada saat masuk menjadi anggota koperasi dan hanya dilakukan
sekali selama menjadi anggota serta tidak dapat diambil selama yang
bersangkutan masih menjadi anggota koperasi kecuali anggota tersebut
mengundurkan diri. Menurut UU No. 25 tahun 1992 pasal 41 tentang
modal koperasi dimana modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan
modal pinjaman. Modal sendiri dapat berasal dari: a) simpanan pokok, b)
simpanan wajib, c) dana cadangan, dan d) hibah, sedangkan modal
pinjaman dapat berasal dari: a) anggota, b) koperasi lainnya dan/atau
anggotanya, c) bank dan lembaga keuangan lainnya, d) penerbitan obligasi
dan surat hutang lainnya, dan e) sumber lain yang sah. Hasil penelitian ini
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Purba, Affandi, dan Nugraha
79
(2016) di Kopdit Mekar Sai dimana modal awal Kopdit Mekar Sai berasal
dari simpanan pokok dan simpanan wajib anggota koperasi.
2. Struktur Organisasi Koperasi
Struktur organisasi KOPTAN Mitra Subur terdiri dari Rapat Anggota,
Pengurus, Pengawas, Konsultan Koperasi, Manajer, Kepala Bagian
Dana, Kepala Bagian Kredit/Pembiayaan, Kepala Bagian Akuntansi,
Analisis Kredit, Kasir, Customer Service, Juru Buku, Petugas Pengawas
dan Anggota. Susunan struktur organisasi terakhir kali diperbaharui
pada Desember 2015. Struktur organisasi Koperasi Mitra Subur
Lampung Tengah dapat dilihat pada Gambar 3. KOPTAN Mitra Subur
melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) pada setiap tahun. RAT
merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di koperasi ini untuk
mengambil setiap keputusan yang berdampak langsung kepada koperasi
seperti pergantian pengurus, manajer, pengawas, kepala bagian sampai
penambahan jumlah tenaga kerja di koperasi. Pengurus berperan
sebagai penggerak seluruh kegiatan di koperasi terutama kepengurusan
di unit usaha yang dibantu beberapa kepala bagian. Pengawas berperan
dalam pengarahan dan pembinaan. Konsultan koperasi yang berperan
sebagai penasehat hukum KOPTAN Mitra Subur. Kepala Bagian Dana
berperan dalam mengatur pendanaan koperasi, Kepala Bagian
Kredit/Pembiayaan berperan dalam menganalisis anggota, Kepala
Bagian Akuntansi berperan dalam membuat laporan keuangan koperasi
secara keseluruhan dengan dibantu Juru Buku.
Gambar 3. Struktur Organisasi KOPTAN Mitra Subur, Lampung Tengah
Konsultan Koperasi
Suherman
Pengurus
1. Ketua : Ruslan Abdul Gani
2. Sekretaris : Ibrahim
3. Bendahara : Ibdu Idham
Pengawas
1. Ketua : Subliansyah
2. Anggota : M. Ali
3. Anggota : Kasim Abas
Manager
Ruslan Abdul Gani
Kepala Bagian Dana
Sumiati
Kepala Bagian Akuntansi
Nursela Budi W
Juru Buku
Linda Satriana
Petugas Pengawas Intren
Syari Ismail Customer Servis
Irma Oktavia
Kasir
Dwi Lestari, S. Pd
Kepala Bagian Pinjaman/Pembiayaan
Ibnu Idham
Analisis Pinjaman
Rapat Anggota
Anggota
81
Kasir dan Customer Service bekerja setiap hari Senin-Sabtu di koperasi
yang melayani anggota koperasi.
3. Unit Usaha Simpan Pinjam Koperasi
(a) Syarat kredit
KOPTAN Mitra Subur mempunyai unit usaha tunggal yaitu unit usaha
simpan pinjam yang diperuntukkan bagi masyarakat yang menjadi
anggota koprasi . Anggota koperasi diwajibkan untuk membayar uang
sebesar Rp 10.000,00 sebagai simpanan pokok pada saat pertama kali
menjadi anggota dan membayar uang sebesar Rp 15.000,00 per bulan
sebagai simpanan wajib. Bagi anggota yang ingin meminjam uang
kepada koperasi akan dilihat berdasarkan kelancaran pembayaran
simpanan wajib.
(b) Bunga kredit dan jangka waktu kredit
Bunga kredit yang diberikan kepada anggota sebesar 9 persen dengan
jangka waktu pengembalian selama 12 bulan. Bunga tersebut
berdasarkan besar kredit, misalnya besar kredit Rp 1.000.000,00 maka
bunga yang harus dibayarkan oleh nasabah sebesar Rp 90.000,00 per
bulan.
(c) Prosedur pengajuan kredit
Sebelum mengajukan kredit kepada koperasi, calon nasabah
berkonsultasi terlebih dulu dengan customer service. Jika calon
nasabah sudah mengerti makadapat mengisi formulir pengajuan
82
pinjaman. Syarat peminjaman uang di KOPTAN Mitra Subur hanya
fotokopi KTP dan formulir pengajuan pinjaman. Sesudah itu, calon
nasabah akan dihubungi untuk mengambil dana pinjaman. Pada proses
peminjaman kredit tidak terdapat tim survei karena anggota yang ingin
meminjam uang kepada koperasi akan dilihat berdasarkan kelancaran
pembayaran simpanan wajib. Kemudian akad kredit dilakukan di
kantor koperasi dengan menandatangani surat perjanjian yang sudah
dilampirkan materai Rp 6.000,00. Materai disiapkan oleh calon
nasabah.
4. Sarana dan Prasarana Koperasi
Kantor pusat Koperasi Pertanian (KOPTAN) Mitra Subur berada di
Kampung Terbanggi Agung Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten
Lampung Tengah, dimana bangunan kantor sudah permanen yang dapat
dilihat pada Gambar 4. Pada Gambar 4 dapat dilihat kondisi kantor pusat
KOPTAN Mitra Subur yang berada di Kecamatan Gunung Sugih
Kabupaten Lampung Tengah dimana bangunan kantor pusat KOPTAN
Mitra Subur sudah permanen.
83
Gambar 4. Kantor Pusat KOPTAN Mitra Subur di Terbanggi Agung
Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah
Berdasarkan Gambar 5 dapat dijelaskan bahwa kantor pusat KOPTAN
Mitra Subur terdapat beberapa ruangan yaitu ruangan untuk rapat,
ruangan untuk manajer dan pengurus, serta ruang tamu. Selain itu, di
kantor pusat KOPTAN Mitra Subur terdapat prasarana seperti ATK,
komputer, printer, dan TV.
84
Gambar 5. Ruangan kerja kantor pusat KOPTAN Mitra Subur
Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah
Kantor cabang KOPTAN Mitra Subur berada di Desa Gotong Royong
Dusun III Kampung Terbanggi Subing Kecamatan Gunung Sugih.
Bangunan kantor cabang masih berupa ruko yang dapat dilihat pada
Gambar 6, dimana hanya terdapat ruangan untuk kasir dan ruangan untuk
manager.
85
Gambar 6. Kantor Unit KOPTAN Mitra Subur di Kampung Terbanggi
Subing Desa Gotong Royong
Pada Gambar 6 dapat dilihat kondisi kantor unit KOPTAN Mitra Subur
yang berada di Kampung Terbanggi Subing Desa Gotong Royong. Letak
KOPTAN Mitra Subur berdekatan dengan pasar Gotong Royong dan
letaknya mudah diakses oleh anggota.
86
Gambar 7. Ruangan Kasir KOPTAN Mitra Subur Kecamatan Gunung
Sugih Kabupaten Lampung Tengah
Pada Gambar 7 dapat dilihat kondisi ruangan kasir KOPTAN Mitra
Subur, dimana ruangan kasir sebagai tempat berlangsungnya transaksi
simpan pinjam.
Para tamu yang bukan anggota koperasi yang datang ke kantor pengurus
koperasi tentunya memiliki maksud tertentu, sehingga untuk menghargai
tamu tersebut pihak koperasi menyediakan buku tamu untuk menulis
tanggal kunjungan, nama dan alamat, dinas atau pribadi, maksud dari
kunjungan, dan paraf.
Pada Gambar 8 dapat dilihat kondisi ruangan kasir dan ruangan manager
KOPTAN Mitra Subur, dimana ruangan manajer sebagai tempat
berlangsungnya kegiatan manajerial.
87
Gambar 8. Ruangan Manager KOPTAN Mitra Subur Kecamatan
Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah
Selain itu, KOPTAN Mitra Subur memiliki buku-buku wajib koperasi
yaitu: (a) buku tamu; (b) buku daftar anggota; (c) buku daftar pengurus;
(d) buku daftar pengawas; (e) buku daftar manager dan karyawan; (f)
buku daftar inventaris; (g) buku simpanan anggota; (h) buku saran-saran
anggota; (i) buku saran pejabat/pembina koperasi; (j) buku catatan
pertanyaan badan pengawas; (k) buku catatan dan kejadian penting; (l)
buku notulen rapat badan pengawas; (m) buku notulen rapat anggota; dan
(n) buku notulen rapat pengurus. KOPTAN Mitra Subur setiap
melakukan Rapat Anggota Tahunan (RAT), harus membuat laporan
pertanggunganjawaban yang nantinya akan di berikan ke Dinas Koperasi
Kecamatan Gunung Sugih.
88
Gambar 9. Buku-buku wajib KOPTAN Mitra Subur Kecamatan Gunung
Sugih Kabupaten Lampung Tengah
(a) Buku tamu
Buku tamu koperasi berguna untuk mencatat indentitas orang-orang
yang berkunjung ke KOPTAN Mitra Subur. Buku tamu KOPTAN
Mitra Subur sudah lengkap karena setiap tamu yang berkunjung ke
koperasi diharuskan mengisi buku tamu.
(b) Buku daftar anggota
Buku daftar anggota merupakan buku yang berisi catatan nama dan
data pribadi orang-orang yang menjadi anggota koperasi, dimana
buku daftar anggota akan menjadi dokumen yang penting bagi
koperasi. Seseorang akan diakui secara sah sebagai anggota
koperasi apabila namanya telah tercatat dalam buku daftar anggota.
Buku daftar anggota KOPTAN Mitra Subur sudah lengkap karena
89
semua nama dan data pribadi orang-orang yang menjadi anggota dan
yang mengundurkan diri sebagao anggota sudah tercatat.
(c) Buku daftar pengurus
Buku daftar pengurus sangatlah penting karena seorang pengurus
baru diakui sah apabila namanya telah tercatat dalam buku daftar
pengurus. Isi buku daftar pengurus KOPTAN Mitra Subur sudah
lengkap karena semua nama dan data pribadi pengurus KOPTAN
Mitra Subur telah tercantum dengan demikian pengurus KOPTAN
Mitra Subur diakui sah.
(d) Buku daftar badan pengawas
Buku daftar badan pengawas merupakan buku yang berisi nama dan
data pribadi badan pengawas koperasi. Badan pengawas KOPTAN
Mitra Subur sudah tercatat dalam buku daftar pengawas, sehingga
nama-nama yang tercatat dalam buku tersebut diakui sah sebagai
badan pengawas KOPTAN Mitra Subur.
(e) Buku daftar manager dan karyawan
Buku daftar manager dan karyawan memiliki kegunaan yang sama
dengan buku daftar pengurus, hanya saja buku daftar manager dan
karyawan khusus untuk manager dan karyawan, sehingga nama-
nama yang tercatat di buku sebagai manager dan karyawan dapat
diakui secara sah. Buku daftar manager dan karyawan KOPTAN
Mitra Subur sudah lengkap karena nama dan data pribadi yang
menjadi manager dan karyawan telah tercatat.
90
(f) Buku daftar inventaris
Buku daftar inventaris merupakan buku yang berisi catatan barang-
barang yang dimiliki oleh koperasi. Buku daftar inventaris
KOPTAN Mitra Subur sudah lengkap karena semua barang-barang
yang dimiliki KOPTAN Mitra Subur telah tercatat dalam buku daftar
inventaris.
(g) Buku simpanan anggota
Buku simpanan anggota sangatlah penting karena seseorang yang
telah membayar simpanan pokok anggota akan dianggap sah.
Semua simpanan anggota dan jenis simpanan lain harus dicatat
dalam buku simpanan anggota. Buku simpanan anggota KOPTAN
Mitra Subur sudah lengkap karena semua anggota yang sudah
membayar simpanan pokok telah tercatat dalam buku tersebut.
(h) Buku saran-saran anggota
Buku saran-saran anggota merupakan buku yang berisi saran atau
masukan dari anggota untuk koperasi terkait pelayanan dan kinerja
koperasi. Buku saran-saran anggota KOPTAN Mitra Subur tidak
lengkap karena anggota tidak aktif memberikan masukan atau saran
untuk koperasi.
(i) Buku saran pejabat/pembina koperasi
Buku saran pejabat/pembina koperasi merupakan buku yang berisi
masukan berupa solusi mengenai hal-hal yang bermasalah di
koperasi. Buku tersebut sangatlah penting karena berhubungan
91
dengan kemajuan dan perbaikan manajemen koperasi. Buku
anjuran/saran pejabat/pembinaKOPTAN Mitra Subur telah lengkap
karena setiap anjuran atau saran dari pejabat maupun pembina
koperasi untuk KOPTAN Mitra Subur dicatat dalam buku tersebut.
(j) Buku catatan pertanyaan badan pengawas
Buku catatan pertanyaan badan pengawas KOPTAN Mitra Subur
sudah lengkap. Setiap pertanyaan yang diajukan badan pengawas
kepada KOPTAN Mitra Subur pada saat rapat dicatat dalam buku
tersebut.
(k) Buku catatan kejadian penting
Buku catatan kegiatan dan kejadian penting merupakan buku yang
berisi catatan kegiatan dan kejadian penting yang telah terjadi.
KOPTAN Mitr Subur kurang aktif dalam melengkapi buku tersebut,
sehingga kegiatan dan kejadian penting yang terjadi tidak tercatat.
(l) Buku notulen rapat badan pengawas
Buku notulen rapat badan pengawas koperasi sama halnya dengan
buku notulen rapat pengurus hanya saja buku notulen rapat badan
pengawas khusus untuk mencatat mengenai pembicaraan dalam
rapat badan pengawas. Setiap pembicaraan dalam rapat badan
pengawas harus dicatat untuk mengetahui apakah keputusan rapat
dengan pelaksanaannya sesuai atau tidak dimana buku notulen rapat
badan pengawas ditandatangani oleh ketua dan sekretaris rapat
kemudian disahkan oleh ketua pengurus koperasi. Buku notulen
92
rapat badan pengawas KOPTAN Mitra Subur sudah lengkap karena
saat rapat sekretaris rapat KOPTAN Mitra Subur selalu mencatat
pembicaraan dalam rapat badan pengawas.
(m) Buku notulen rapat anggota
Buku notulen rapat anggota koperasi sama halnya dengan buku
notulen rapat pengurus dan buku notulen rapat badan pengawas
hanya saja buku ini khusus untuk mencatat mengenai pembicaraan
dalam rapat anggota koperasi. Setiap pembicaraan dalam rapat
anggota dicatat untuk mengetahui apakah keputusan rapat dengan
pelaksanaannya sesuai atau tidak. Buku notulen rapat anggota
ditandatangani oleh ketua dan sekretaris rapat kemudian disahkan
oleh ketua pengurus koperasi. Buku notulen rapat anggota
KOPTAN Mitra Subur sudah lengkap karena saat rapat sekretaris
rapat KOPTAN Mitra Subur selalu mencatat pembicaraan.
(n) Buku notulen rapat pengurus
Buku notulen rapat pengurus berisi catatan mengenai pembicaraan di
dalam rapat pengurus. Buku ini penting untuk mengetahui
kesesuaian antara keputusan rapat dengan pelaksanaannya yang
ditandatangani ketua dan sekretaris rapat serta disahkan oleh ketua
pengurus. KOPTAN Mitra Subur setiap pelaksaan rapat pengurus
selalu mencatat pembicaraan penting dalam rapat pengurus.
93
Gambar 10. Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Rapat Anggota
Tahunan (RAT) Ke 11 tahun 2017 KOPTAN Mitra Subur
Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah
Laporan pertanggungjawaban pengurus rapat anggota tahunan
merupakan laporan wajib yang harus dibuat oleh koperasi dimana
laporan tersebut dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap seluruh proses
pelaksanaan kegiatan dan hasil-hasil yang dapat dicapai dari kegiatan
tersebut yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
untuk perbaikan dan peningkatan kualitas pelaksanaan kegiatan pada
masa yang akan datang. Laporan pertanggungjawaban pengurus bersifat
terbuka sehingga semua pihak yang berhubungan dengan koperasi dapat
memantau pelaksanaan kegiatan pada koperasi. Setelah melakukan
94
RAT, KOPTAN Mitra Subur selalu membuat laporan
pertanggungjawaban pengurus untuk kemudian diberikan ke dinas
perkoperasian setempat. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 10,
dimana terdapat buku laporan pertanggungjawaban pengurus Rapat
Anggota Tahunan (RAT) KOPTAN Mitra Subur ke 11 pada tahun 2017
di Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa buku-buku wajib
yang dimiliki KOPTAN Mitra Subur terdapat beberapa buku yang tidak
rutin diisi oleh petugas koperasi yaitu buku saran-saran anggota serta buku
catatan dan kejadian penting. Hal tersebut dikarenakan kurangnya
partisipasi anggota koperasi dalam memberikan masukan untuk kemajuan
koperasi dan kurangnya perhatian pengurus koperasi untuk mencatat
kejadian penting yang terjadi di koperasi.
156
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pendapatan usahatani padi anggota dan non anggota KOPTAN Mitra
Subur pada musim tanam I berbeda nyata, sedangkan pada musim tanam
II tidak berbeda nyata.
2. Manfaat ekonomi koperasi yang diterima anggota KOPTAN Mitra Subur
masih tergolong rendah dan pembagian SHU belum dilakukan secara
adil.
3. Kontribusi manfaat ekonomi koperasi terhadap pendapatan rumahtangga
petani padi anggota KOPTAN Mitra Subur di Kecamatan Gunung Sugih
Kabupaten Lampung Tengah masih tergolong rendah.
4. Pendapatan tambahan dari kegiatan di luar usahatani padi mengakibatkan
ketimpangan pendapatan petani non anggota semakin tinggi, sedangkan
ketimpangan pendapatan petani anggota semakin rendah.
5. Petani padi anggota dan non anggota KOPTAN Mitra Subur mayoritas
sudah dalam kategori sejahtera, tetapi tingkat kesejahteraan petani non
anggota lebih tinggi dibandingkan dengan petani anggota.
157
B. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi petani diharapkan mau berpartisipasi menjadi anggota koperasi untuk
mempermudah memperoleh penyediaan modal usahatani guna
mengembangkan usahataninya dalam meningkatkan produksi usahatani
yang dilakukan dan bagi pihak KOPTAN Mitra Subur diharapkan dalam
pembagian SHU dapat dilakukan secara adil sesuai prinsip koperasi yaitu
pembagian SHU kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang
dilakukan oleh masing-masing anggota kepada koperasi.
2. Bagi pemerintah, diharapkan dapat memberikan masukan dan bantuan
kepada koperasi untuk mengembangkan unit usaha koperasi sesuai dengan
kebutuhan petani berkaitan dengan usahatani yang dilakukan.
3. Peneliti lain, diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini pada
pengembangan usaha koperasi untuk meningkatkan pendapatan usahatani
anggotanya agar tingkat kesejahteraan petani dapat lebih ditingkatkan lagi.
158
DAFTAR PUSTAKA
Agusta QTM, Lestari DAH, Situmorang S. 2014. Analisis Pendapatan dan
Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Peternak Sapi Perah Anggota Koperasi
Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan. JIIA, 2(2): 109-117.
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIIA/article/view/734/675. Diakses pada
tanggal 28 Oktober 2017.
Arafah. 2010. Pengolahan dan Pemanfaatan Padi. Bumi Aksara. Bogor.
Arikunto, S. 2002. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. PT. Rineka
Cipta. Jakarta.
Arsyad, L dan Prayitno, H, 1987. Petani dan Kemiskinan. BPFE. Yogyakarta.
Arsyad, L. 1999. Petani Desa dan Kemiskinan. Fakultas Ekonomi UGM.
Yogyakarta.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana. 2011. Batasan dan Pengertian
MDK. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana. Jakarta. Diakses pada
tanggal 27 November 2017.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2016. Produksi padi menurut
kabupaten/kota provinsi Lampung. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung.
Lampung.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah. 2017. Produksi Padi menurut
Kecamatan di Kabupaten Lampung Tengah. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Lampung Tengah. Lampung.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). 2010. Kajian
Evaluasi Revitalisasi Pertanian Dalam Rangka Peningkatan Kesejahteraan
Petani. Kementrian PPN/BAPPENAS. Jakarta.
Baswir, R. 1997. Koperasi Indonesia : Edisi Pertama. BPFE-Yogyakarta.
Yogyakarta.
159
Canita PL, Haryono D, dan Kasymir E. 2017. Analisis Pendapatan dan Tingkat
Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Pisang di Kecamatan Padang Cermin
Kabupaten Pesawaran. JIIA, 5(3): 235-241.
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/download/1635/1461.
Diakses pada tanggal 22 Januari 2018.
Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Lampung. 2016. Rekapitulasi Data
Berdasarkan Tingkat Provinsi. Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Lampung.
Bandar Lampung.
Dinata AS, Lestari DAH, dan Yanfika H. 2014. Peran Koperasi Simpan
Pinjam Tani Makmur dalam Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga Petani
Jagung di Desa Natar Kabupaten Lampung Selatan. JIIA, 2(3): 206-213.
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article.view/802/732. Diakses pada
tanggal 19 Desember 2017.
Dini, S.R. 2015. Analisis Pendapatan Petani Padi Sawah di Desa Ciasihan
Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Gusti AI, Haryono D, dan Prasmatiwi FE. 2013. Analisis Pendapatan dan Tingkat
Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Kakao di Desa Pesawaran Indah
Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. JIA, 1(4): 278-283.
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/download/701/643. Diakses
pada tanggal 18 Desembed 2017.
Hanel, A. 1989. Organisasi Koperasi: Pokok-Pokok Pikiran Mengenai
Organisasi Koperasidan Kebijaksanaan Pengembangan di Negara-Negara
Berkembang. Universitas Padjajaran. Bandung.
Hendrik. 2011. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat
Nelayan Danau Pulau Besar dan Danau Bawah di Kecamatan Dayun
Kabupaten Siak Provinsi Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 16 (1).
http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JPK/article/view/44. Diakses pada
tanggal 18 Desember 2017.
Hendrojogi. 2004. Koperasi: Asas – Asas, Teori dan Praktik. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
_________. 2015. Koperasi: Asas – Asas, Teori dan Praktik. Edisi 5. Cetakan ke
10. Rajawali Pers. Jakarta
Hendar dan Kusnadi. 1999. Ekonomi Koperasi (Untuk Perguruan Tinggi).
Fakultas Ekonomi UI. Jakarta.
160
Hernanda ENP, Indriyani Y, dan Kalsum U. 2017. Pendapatan dan Ketahanan
Pangan Rumahtangga Petani Padi di Desa Rawan Pangan. JIIA, 5(3) : 283-
291. http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/1641. Diakses pada
tanggal 20 November 2018.
Ivans E, Zakaria WA, dan Yanfika H. 2013. Analisis Produksi dan Pendapatan
Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung
Timur. JIIA, 1(3) : 238-245. http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/
article/view/579/541. Diakses pada tanggal 19 Desember 2017.
Kartasapoetra A.G.B dan A.Setiady. 2001. Koperasi Indonesia yang
Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Rineka Cipta. Jakarta.
Kasmawati. 2003. Pengaruh Kewirausahaan Manajer terhadap Keberhasilan
Usaha KUD di Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara. Tesis. Universitas
Padjajaran. Bandung.
Kasto dan Sembiring, H. 1996. Profil Kependudukan Indonesia Selama PJP I
dan PJP II. Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Lakitan, B. 2015. Pengantar Ilmu Pertanian 01: Pengertian dan Ruang
Lingkup Ilmu Pertanian. http://benyaminlakitan.com. Diakses pada tanggal
23 September 2018.
Mahri. 2010. Pelayanan dan Manfaat Koperasi serta Pengaruhnya Terhadap
Partisipasi Anggota Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (KOPTI)
Kabupaten Tasikmalaya. http://jurnal.upi.edu/ekonomi/view/594. Diakses
pada tanggal 28 Oktober 2017.
Mudakir, B. 2011. Produktivitas Lahan dan Distribusi Pendapatan Berdasarkan
Status Penguasaan Lahan pada Usahatani Padi (Kasus di Kabupaten
Kendal Provinsi Jawa Tengah). Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan,
1(1) : 74-83. http://ejournal.undip.ac.id. Diakses pada tanggal 18
Desember 2017.
Munker, H. 1997. Pengantar Hukum Koperasi. Universitas Padjajaran. Bandung.
Mosher, AT. 1987. Menciptakan Struktur Pedesaan Progresif. Yasaguna.
Jakarta.
Nasution, S. 2006. Metode Research: Penelitian Ilmiah. Bumi Aksara. Jakarta.
Okpratiwi S, Haryono D, dan Adawiyah R. 2018. Analisis Pendapatan dan
Tingkat Kemiskinan Rumahtangga Petani Kakao di Kecamatan Gedong
Tataan Kabupaten Pesawaran. JIIA, 6(1): 9-16.
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/download/2491/2177.
Diakses pada tanggal 18 Maret 2018.
161
Purba MN, Affandi MI, dan Nugraha A. 2016. Strategi Pengembangan Koperasi
Kredit (KOPDIT) Mekar Sai dalam Pembiayaan Agribisnis di Lampung.
JIIA, 4 (3): 285-293.
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/download/1503/1357.
Diakses pada tanggal 15 November 2018
Purnomo dan Hanny. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman pangan. Penebar
Swadaya. Bogor.
Rahmani, U. 1992. Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Petani Ambak Tumpangsari. Skripsi. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rodjak, A. 2002. Dasar-dasar Manajemen Usahatani. Fakultas Pertanian
Universitas Padjajaran. Bandung.
Ropke, J. 2003. Ekonomi Koperasi Teori dan Manajemen. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Sajogyo, T. 1997. Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan.
LPSB- IPB. Bogor.
Saputra AARE, Widjaya S, dan Kalsum U. 2016. Analisis Pendapatan dan
Tingkat Kesejahteraan Anggota Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Tani
Makmur di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. JIA, 4(2): 161-
167.http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/1233/1130. Diakses
pada tanggal 18 Desembes 2017
Seta AP, Lestari DAH, dan Situmorang S. 2016. Manfaat Ekonomi dan Non
EkonomiKoperasi Gunung Madu (KGM) PT Gunung Sugih Plantations (PT
GMP) Kabupaten Lampung Tengah. JIIA, 4(2): 168-177.
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIIA/article/view/1030. Diakses pada
tanggal 28 Oktober 2017.
Sitio, A dan Tamba, H. 2001. Koperasi Teori dan Praktik. Erlangga. Jakarta.
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Rajawali Press. Jakarta.
_________.2002. Analisis Usahatani. UI-Press. Jakarta.
Sugesti MT, Abidin Z, dan Kalsum U. 2015. Analisis pendapatan dan
pengeluaran rumahtangga petani padi di Desa Sukajawa, Kecamatan
Bumiratu Nuban, Kabupaten Lampung Tengah. JIIA, 3(3) : 251-259.
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/1049/954. Diakses
pada tanggal 20 November 2018.
Sukirno, S. 2005. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
162
Sumarsono, S. 2003. Manajemen Koperasi. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Sumarwan. 2004. Ilmu Usahatani. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suratiyah, K. 1994. Konsep-konsep Kegiatan Off Farm. Populasi, 5(1): 1-14.
http://jurnal.ugm.ac.id/populasi/article/download/11348/8458. Diakses pada
tanggal 6 Oktober 2018.
_________. 2009. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Syahrudin, H. 2003. Hubungan antara Manfaat Koperasi dengan Partisipasi
Anggota. Tesis. Universitas Padjajaran. Bandung.
Todaro, M. P. 1993. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga. Penerjemah
Aminuddin. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.
_________. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi 7. Erlangga.
Jakarta.
Todaro, M.P dan Smith, S.C. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.
Edisi 8. Erlangga. Jakarta.
Utama, M. Z. H. 2015. Budidaya Padi pada Lahan Marjinal. Andi Offset.
Yogyakarta.
Wiandhani N, Lestari DAH, Soelaiman A. 2016. Analisis Manfaat Ekonomi dan
Non Ekonomi Koperasi Perikanan ISM Mitra Karya Bahari. JIIA, 4(1): 40-47.
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIIA/article/view/1213/1110. Diakses
pada tanggal 28 Oktober 2017.
Widiyanti, N dan Sunindhia, Y.W. 1988. Koperasi dan Perekonomian Indonesia.
PT Rineka Cipta. Jakarta.
Yanti, W. 2005. Dinamika Koperasi. PT Rineka Cipta. Jakarta.